kumpulan 5 besar essay ukuran a5 ok

Upload: neo-dinastian-onssalis

Post on 10-Oct-2015

42 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • JUARA I

    The Jakartas Character Travelling : Wisata Jakarta Berbasis Pendidikan Karakter yang Berbudaya

  • PENULIS LOMBA ESSAI ILMIAH

    Nama : Oktaviatun Kusumarani

    Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Oktober 1992

    Alamat : Jl. Sunter Bentengan IV RT 008/05

    No 51a, Jakarta Utara

    No HP : 083893414001

    Universitas : Universitas Negeri Jakarta

    Fakultas : Fakultas Ilmu Pendidikan

    Jurusan : Teknologi Pendidikan

    Angkatan : 2010

  • THE JAKARTAS CHARACTER TRAVELLING : WISATA JAKARTA BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER YANG

    BERBUDAYA

    Intelligence plus character that is the goal of true education Dr. Martin Luther King

    Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi

    ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu pendidikan yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona (1992) tanpa adanya ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan demikian, ketiga aspek ini sangat diperlukan untuk bekal penting dalam mempersiapkan seseorang untuk menyongsong masa depannya.

    Secara akademis, pendidikan karekter dimaknai sebagai

    pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, dan pendidikan akhlak yang tujuannya mengembangkan kemampuan seorang peserta didik untuk memberikan keputusan, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, muatan pendidikan karakter secara psikologis haruslah mencakup dimensi moral reasoning, moral feeling, dan moral behavior.

    Sementara itu, secara praktis, pendidikan karakter adalah

    suatu system penanaman nilai-nilai kebaikan kepada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik dalam hungan dengan sesame manusia, lingkungan, nusa bangsa, maupun dengan Tuhan Yang Maha Esa.

    Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai

    luhur universal, yaitu: pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua, kemandirian dan tanggungjawab; ketiga, kejujuran/amanah; keempat, hormat dan santun; kelima,

  • dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama; keenam, percaya diri dan pekerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati, dan kesembilan; karakter toleransi, kedamaian dan kesatuan.

    Kesembilan pilar karakter itu diajarkan secara sistematis

    dalam model pendidikan holistik menggunakan metode knowning the good, feeling the good, dan action the good. Knowing the good bisa dengan mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitifsaja. Setelah knowing the good, harus ditumbuhkan feeling the good yakni bagaimana merasakan dan mencintai kebajikan menjadi engine yang bisa membuat orang senantiasa mau berbuat suatu kebajikan. Sehingga akan tumbuh kesadaran bahwa orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebijakan, maka inilah yang disebut dengan acting the good.

    Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional, pendidikan

    karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk akat serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

    Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan

    pendidikan nasional. Dalam pasal 1 Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 disebutkan bahwa diatanra tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanat dalam UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafakan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

    Pendidikan karakter sebenarnya bukanlah wacana yang

    baru. Sejak awal kemerdekaan, masa orde baru, sampai masa reformasi sudah dilakukan dengan nama yang berbeda-beda. Namun, hingga saat ini belum membuahkan hasil yang optimal,

  • terbukti dengan masih maraknya fenomena sosial yang terjadi saat ini seperti masih kurangnya kesadaran untuk mengenal kekayaan budaya Indonesia.

    Kekayaan bangsa Indonesia sangat luar biasa mulai dari

    keragaman budaya, bahasa serta tradisi yang menyimpan banyak nilai-nilai serta pedoman hidup manusianya dalam menjalankan kehidupan. Kekayaan ini tidak bisa dipungkiri menjadi aset bangsa yang tidak dimiliki negara-negara lain.

    Kekayaan Indonesia dapat dilihat dari segi budaya. Budaya

    adalah hasil karsa, karya dan cipta manusia yang dapat dinikmati dan dihargai. Budaya tumbuh dalam kearifan lokal masyarakat kita. Oleh karena itu pendidikan budaya dan karakter harus diberikan kepada para generasi muda.

    Dalam rangka mengembangkan karakter bangsa melalui

    sebuah pendidikan karakter, salah satu cara terbaik adalah dengan melakukan wisata budaya di daerah masing-masing atau antar daerah. Wisata sejarah adalah penghormatan dan penghargaan terhadap masa lalu bangsa yang tentu telah memberikan banyak sumbangan sebagai kearifan dan memiliki nilai estetika tinggi serta makna yang baik. Khususnya para siswa di sekolah-sekolah, para pendidik atau guru harus memperkenalakan sebuah budaya baru melalui sebuah tinjauan terhadap kekayaan sejarah sehingga bisa menambah pemahaman terhadap beragam budaya yang ada di Indonesia.

    Berdasarkan ketentuan Organisasi Pariwisata Dunia

    (WTO), kecenderungan pariwisata budaya sekarang diarahkan pada pengembangan pariwisata berkelanjutan, yang memberikan ruang luas untuk partisipasi masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai upaya untuk memperkenalkan dan melestarikan daerah asalnya masing-masing.

    The Jakartas Character Travelling adalah suatu program

    wisata pendidikan karakter yang bertujuan sebagai media hiburan dan juga sebagai wadah untuk mengenal budaya yang

  • ada di Jakarta. Pengenalan budaya yang ada di Jakarta bisa dilakukan dengan mengunjungi museum-museum yang ada di Jakarta, misalnya museum Gajah, museum Fatahilah, museum Joang, dan lain-lain. Selain mengunjungi museum, bisa juga dilakukan dengan mengunjungi monument kebangsaaan kota Jakarta, yaitu Monumen Nasional atau yang akrab dikenal dengan sebutan Monas.

    Walaupun merupakan akulturasi dari banyak budaya,

    Jakarta atau Betawi tidak kehilangan jati diri. Para wisatawan bisa menyelami budaya Betawi di berbagai kawasa yang ada di Jakarta, misalnya di kawasan Rawa Belong atau juga di kawasan Setu Babakan. Di kawasan ini masih kental akan nuansa buadaya Betawi, misalnya masih sering terlihat adanya pertunjukkan ondel ondel. Di kawasan ini juga masih banyak terdapat suku asli bangsa Betawi. Dengan melakukan kunjungan wisata budaya ke kawasn ini, kita akan lebih mengenal tentang budaya Betawi yang ada di Jakarta.

    Dengan menerapkan pendidikan karakter berbasis wisata

    budaya, maka diharapkan adanya keterikatan moril antara peserta didik dengan budaya yang ada di daerah Jakarta dan diharapkan dapat mencetak generasi yang cerdas dan mempunyai watak baik serta berakhlak mulia dan memiliki rasa cinta terhadap budaya Jakarta.

    DAFTAR PUSTAKA Mencari Karakter Terbaik dari Belajar Sejarah. 2011.

    Kementrian Pendidikan Nasional Direktoral Jendral Pendidikan Dasar.

    Pendidikan Karakter Dalam Pelajaran Pkn. 2011. Kementrian Pendidikan Nasional Direktoral Jendral Pendidikan Dasar.

    http://kampus.okezone.com/read/2012/01/26/95/564021/pendidikan-yang-berbudaya

  • JUARA II

    Wisata Sains Edukasi Berbasis Lingkungan

  • PENULIS

    LOMBA ESSAI ILMIAH

    Nama : Aisyah Miftah Hasanah

    Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 31 Januari 1993

    Alamat Rumah : Jalan Taruna Jaya RT 05 RW 014

    Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur

    Institusi : Universitas Negeri Jakarta

    Jurusan/ Angkatan : Kimia/2010

    No. telpon/ HP : 089602624716

    Alamat e-mail : [email protected]

    Judul Essai : Wisata Sains Edukasi Berbasis Lingkungan

    Sub Tema Essai :Pengembangan Pendidikan Berkarakter Berbasis

    Lingkungan di Bidang Sains

    Prestasi bidang ilmiah : -

    Jakarta, 30 november 2012

    ( AISYAH MIFTAH H. )

  • WISATA SAINS EDUKASI BERBASIS LINGKUNGAN

    Abstrak Pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia saat ini lebih

    berorientasi kepada hal yang bersifat hafalan tanpa makna, ironis dengan keadaan lingkungan Indonesia yang membutuhkan campur-tangan para peserta didik yang nantinya akan terjun di tengah masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan pendidikan karakter berbasis lingkungan, dimana pendidikan tersebut tidak hanya bertujuan untuk mendidik seseorang menjadi mahir dalam teori, tetapi juga mendidik seseorang menjadi dapat menerapkan ilmu yang diberikan kepadanya dalam menangani masalah lingkungan dan kehidupannya. Salah satu wujud pendidikan karakter berbasis lingkungan ini yaitu melalui wisata sains edukasi. Keywords: pendidikan, lingkungan, peserta didik.

    Masalah serius yang tengah dihadapi oleh bangsa

    Indonesia adalah sistem pendidikan yang ada sekarang ini pada pelaksanaannya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan atau hanya sekedar tahu).

    1 Hal ini akan berimbas

    kepada hasil belajar yang didapatkan peserta didik, antara lain belajar hanya untuk sekedar mendapatkan nilai yang bagus tanpa adanya suatu makna yang tertanam atau membekas, yang dapat ia terapkan pada lingkungan sekitar.

    Di sisi lain, banyak masalah lingkungan yang ada di

    Indonesia saat ini, antara lain masalah sampah. Kementerian Lingkungan hidup mencatat rata-rata penduduk Indonesia menghasilkan sekitar 2,5 liter sampah per hari atau 625 juta liter dari jumlah total penduduk. Kondisi ini akan terus bertambah

    1 Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan

    Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter

    dalam Nuryani Y. Rustaman, Universitas Pendidikan Indonesia

  • sesuai dengan kondisi lingkungannya.2 Masalah lainnya yaitu

    polusi udara, pencemaran limbah industry, kekurangan air bersih, dan pelubangan ozon, serta masalah keanekaragaman hayati.

    Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki wilayah

    perairan yang sangat luas yang terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.290 km. Luas wilayah laut Indonesia sekitar 5.176.800 km

    2. Ini berarti luas wilayah laut Indonesia

    lebih dari dua setengah kali luas daratannya.3 Dengan luasnya

    wilayah laut yang Indonesia miliki, Indonesia mempunyai kekayaan dan keanekaragaman hayati laut yang besar. Namun pada kenyataannya saat ini, kekayaan hayati tersebut sangat kurang dijaga dengan baik. Berdasarkan data tahun 1999, luas wilayah mangrove yang terdapat di Indonesia yakni total 8,6 juta hektare. Namun sejak rentang 1999 hingga 2005, hutan bakau itu sudah berkurang sebanyak 5,58 juta hektare atau sekitar 64 persennya. Saat ini hutan mangrove di Indonesia yang dalam keadaan baik tinggal 3,6 juta hektar, sisanya dalam keadaan rusak dan sedang.

    4

    Belum lagi masalah hutan produktif yang semakin hari

    semakin terkikis. Contohnya Sumatera selatan yang memiliki hutan seluas 3,7 Juta hektar, dan saat ini luasan hutan yang kondisinya masih baik hanya sekitar 800 ribu hektar.

    5

    Berbagai masalah lingkungan yang terjadi tersebut dapat

    diangkat dan dikaitkan dalam proses pembelajaran di sekolah agar peserta didik dapat mempelajari suatu materi yang berangkat dari fakta yang terjadi di sekitarnya. Jadi peserta didik tidak disuguhi bermacam-macam teori dan hafalan, namun

    2 http://www.tempo.co/read/news/2012/04/15/063397147/ Indonesia-

    Hasilkan-625-Juta-Liter-Sampah-Sehari 3 http://statistik.dkp.go.id/

    4 http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/05/hutan-mangrove-

    indonesia-terus-berkurang 5 http://walhi.or.id/

  • materi pembelajaran dapat diinternalisasikan ke kehidupan sehingga akan ada rasa ketertarikan, keingintahuan, serta kesadaran yang timbul. Untuk itu perlu dilakukan pendidikan karakter berbasis lingkungan.

    Secara harfiah pendidikan adalah suatu usaha yang sadar

    dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Karakter merupakan watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.

    Oleh karena itu, pendidikan karakter disimpulkan sebagai

    suatu usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik agar mampu melakukan proses internalisasi, menghayati nilai-nilai karakter yang baik menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.

    6

    Pendekatan konsep yang didampingi dengan pendekatan

    keterampilan proses ini dalam pembelajaran sains dimaksudkan agar siswa mengalami interaksi dengan suatu obyek, baik secara langsung ataupun dengan alat bantu yang ada. Setelah faktanya didapatkan, siswa diajak mendata dan mengelompokkannya, mencatatnya dalam bentuk tampilan yang komunikatif (tabel, diagram, bagan, grafik) agar dapat dimaknai dengan cara menginterpretasikannya, menemukan keteraturan atau polanya untuk selanjutnya membuat dugaan berupa prediksi dan hipotesis.

    7

    6 Mengimplementasikan Pendidikan Karakter Bangsa di Lingkungan

    Sekolah dan Masyarakat dalam Drs. Widayanto, M.Pd, Widyaiswara Madya BDK Surabaya 7 Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan

    Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter

    dalam Nuryani Y. Rustaman, Universitas Pendidikan Indonesia

  • Pendidikan karakter dapat dilakukan misalnya melalui observasi atau wisata edukasi, salah satunya ke tempat daur ulang sampah atau daur ulang kertas. Dari observasi tersebut, peserta didik dapat melihat langsung maupun ikut mencoba bagaimana cara daur ulang. Dalam kegiatan ini, secara sadar maupun tidak sadar, akan timbul dalam diri peserta didik kreativitas, mau turut menjaga kebersihan, tidak membuang sampah sembarangan, mau memanfaatkan barang yang sudah tak terpakai menjadi barang yang bernilai dan berdaya guna, tidak boros dalam suatu penggunaan, dapat bersosialisasi dengan sesama, dapat lebih menjaga lingkungan dan lain-lain. Kegiatan ini akan lebih bermakna dibanding jika seorang guru hanya berceramah di kelas, karena adanya keterlibatan dan interaksi langsung dari siswa.

    Peserta didik juga dapat observasi ke pantai atau pulau

    yang terdapat terumbu-karangnya. Dalam kegiatan itu, peserta didik tidak hanya dapat menikmati keindahan pantai, tetapi juga di ajak untuk melihat terumbu karang yang terdapat pada pantai tersebut. Jika ada terumbu karang yang rusak, guru dapat membimbing peserta didik untuk melakukan tranplantasi terumbu karang tersebut. Peserta didik juga dapat diarahkan menanam mangrove, disamping mengetahui kegunaan dari pohon mangrove itu sendiri. Peserta didik juga dapat di ajak menjaga kebersihan di sekitar pantai. Kegiatan ini dapat menimbulkan rasa cinta kepada keanekaragaman hayati Indonesia, ingin menjaga dan melestarikannya.

    Observasi dapat pula dilakukan dengan kunjungan ke

    pabrik-pabrik atau industry, dimana peserta didik dapat melihat langsung atau melalui wawancara, bagaimana proses pengolahan bahan mentah menjadi produk, bagaimana penanganan limbah dari industri tersebut, bagaimana analisis dampak lingkungan dari produk dan hasil samping dari industri, bahan-bahan kimia apa saja yang digunakan, dan lain-lain.

    Sikap ilmiah dalam pembelajaran sains merupakan bagian

    dari sikap pada umumnya, dan sikap adalah bagian dari nilai, yaitu nilai kehidupan. Bila penamaan nilai kehidupan dalam

  • pembelajaran sains terjadi berulang-ulang, maka akhirnya akan terjadi internalisi nilai-nilai sains pada peserta didik.

    8 Oleh

    karena itu, sikap ilmiah dalam pembelajaran sains pada pendidikan karakter berbasis lingkungan ditinjau dari segi keterlibatan dan interaksi peserta didik secara langsung dengan lingkungan, sehingga ada suatu pengalaman belajar yang menyenangkan namun mempunyai arti mendalam, yang pada akhirnya siswa dapat menerapkan apa yang telah ia pelajari menjadi suatu nilai guna baik bagi dirinya maupun lingkungan.

    Agar wisata sains edukasi ini tidaklah hanya bermakna

    sebagai suatu kunjungan, maka disiapkan suatu modul pembelajaran dimana modul tersebut dapat menjadi buku pegangan dan latihan bagi peserta didik. Setelah wisata sains edukasi ini dilaksanakan, peserta didik dapat dipantau atau dilakukan suatu kegiatan yang merupakan tindak lanjut dari kegiatan wisata sains edukasi. Misalnya, para peserta didik membuat suatu usaha dari daur ulang sampah setelah para peserta didik tersebut melakukan kegiatan wisata sains edukasi ke tempat daur ulang.

    Biaya dan waktu yang diperlukan untuk melakukan wisata

    sains edukasi ini memang tidaklah sedikit. Namun, jika pelaksanaan wisata sains edukasi dilakukan sesuai jalur, hal tersebut akan terbayarkan lunas berkali lipat dengan penguasaan materi yang secara sadar ataupun tidak akan mendarah-daging pada diri peserta didik, sehingga peserta didik yang dapat menerapkan ilmunya, mencintai lingkungan dan sesama makhluk ciptaan Tuhan, serta penuh kreativitas dapat terwujud.

    8 Pengembangan soft skill guru dalam pembelajaran sains sd/mi masa

    depan yang bervisi karakter bangsa dalam Mohamad Agung Rokhimawan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jl Marsda Adisucipto

    Yogyakarta

  • DAFTAR PUSTAKA

    Pengembangan soft skill guru dalam pembelajaran sains sd/mi masa depan yang bervisi karakter bangsa dalam Mohamad Agung Rokhimawan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jl Marsda Adisucipto Yogyakarta

    Mengimplementasikan Pendidikan Karakter Bangsa di Lingkungan Sekolah dan Masyarakat dalam Drs. Widayanto, M.Pd, Widyaiswara Madya BDK Surabaya

    Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter dalam Nuryani Y. Rustaman, Universitas Pendidikan Indonesia

    http://www.tempo.co/read/news/2012/04/15/063397147/Indonesia-Hasilkan-625-Juta-Liter-Sampah-Sehari di akses pada tanggal 29 November 2012

    http://statistik.dkp.go.id/ di akses pada tanggal 29 November 2012

    http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/05/hutan-mangrove-indonesia-terus-berkurang di akses pada tanggal 29 November 2012

    http://walhi.or.id/ di akses pada tanggal 29 November 2012

  • JUARA III

    Pemuda yang Berkarakter, Berpotensi dan Islamiyah

  • PENULIS

    LOMBA ESSAI ILMIAH

    Nama : Rio Aji Irwansyah

    Tempat, tanggal lahir : Bogor, 16 Mey 1994

    Alamat Rumah : Jln Akses UI , RT 06/09 Kel.Tugu , Kec. Cimanggis

    Institusi : Universitas Negri Jakarta

    Jurusan/ Angkatan : Pend. Teknik Elektro

    No. telpon/ HP : 08979700977

    Alamat e-mail : [email protected]

    Judul Essai : Pemuda Berkarakter, Berpotensi , dan Islamiyah

    Sub Tema Essai : Pengembangan pendidikan berkarakter berbasis lingkungan di

    Bidang Sosial

    Prestasi bidang ilmiah : Juara III karya tulis ilmiah se-Jakarta Timur bidang ilmu

    pengetahuan dan teknologi tahun 2010

    Juara I Karya ilmiah di SMA N 71 bidang ilmu

    pengetahuan sosial tahun 2010

    Jakarta, 25 november 2012

    ( Rio Aji Irwansyah )

    Foto Berwarna

    3 x 4

  • Pemuda yang Berkarakter, Berpotensi dan Islamiyah

    Siapakah saya? Ini merupakan pertanyaan sederhana dan simpel namun sering disepelekan. Umumnya ketika seseorang ditanya demikian cenderung menjawab hanya sebatas nama. Seharusnya tidak hanya nama akan tetapi menjelaskan secara detail potensi apa yang dimiliki, mimpi atau cita-cita yang dituju, sifat-sifat yang dimiliki dan juga keaktifan berorganisasi. Karena memiliki sesuatu yang layak untuk dihargai dalam hidupnya. Inilah salah satu faktor yang dapat membedakan seorang pemuda yang memiliki antusias dan semangat yang tinggu atau pemuda yang biasa-biasa saja. Karena dengan menjelaskan dengan detail seorang pemuda akan lebih menghargai arti dari kehidupan yang telah dia lalui. Kehidupannya dapat diukur dan selalu terarah sesuai yang diinginkan berupa mimpinya atau cita-citanya.

    Kepada para mahasiswa yang merindukan kejayaan,

    kepada rakyat yang kebingungan di persimpangan jalan sebuat lirik lagu mars mahasiswa se-Indonesia yang dapat menginspiras para pemuda untuk mencapai kejayaan kembali sebagai agen of change di dalam masyarakat. Ada dua hal yang dimiliki para pemuda yaitu Karakter dan potensi dengan mempunya karakter yang unggul dan potensi yang baik dapat menunjang pemuda untuk bermanfaat bagi lingkungan sekitar sebagai pengerak menuju kesuksesan untuk diri sendiri dan kebahagiaan untuk orang lain. Seorang pemuda memiliki tiga sifat pokok yaitu kritis, dinamis, dan kreatifitas. Sifat pertama adalah kritis, Kritis dalam berfikir dan kritis dalam bertindak melihat dari berbagai sudut pandang dan cenderung berfikir tentang dampak yang timbul berupa keuntungan atau kerugian. Seorang pemuda yang baik akan berfikir bagaimana dia memberikan yang terbaik untuk bangsa ini buka meminta apa yang dia dapat selama ini dari bangsa ini. Sehingga dengan berfikir demikian pemuda dapat menjadi motor penggerak menuju kemajuan bangsa, peduli terhadap sekitarnya , dan berani memperjuangkan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Inilah pemuda yang memiliki jiawa nasionalisme yang tinggi. Sifat kedua adalah dinamis. Seorang pemuda memiliki

  • semangat yang besar tak mudah pudar dan selalu memiliki rasa ingin maju mengimplementasikan aspirasinya demi kepentingan masyarakat. Jiwa sosial yang membantu dengan tulus demi kepentingan dan kemajuan bangsa. Sifat ketiga adalah kreatifitas , seorang pemuda cenderung memiliki cara yang kreatif dan inovatif dalam berperan dalam masyarakat. Contohnya seperti apa yang dilakukan oleh salah satu kegiatan mahasiswa di Universitas Negri Jakarta yaitu kelompok sosial pencinta anak. Dalam kegiatannya membatu anak-anak dibawah umur yang berada di pelosok Jakarta untuk dapat merasakan Pendidikan baca, tulis dan menghitung. Ada juga dengan mengeluarkan aspirasi bukan hanya dengan demo tetapi melalui tulisan di artikel , makalah , dan essay mengenai permasalahan yang disegala bidang.

    Sebagai penunjang dari seorang pemuda juga memiliki

    potensi yang besar dalam hal ini ditandai dengan semangat muda , fisik yang kuat , hati yang masih bersih dan kecerdasan akhlak. Dengan memiliki karakter dan potensi pemuda seperti ini sudah pantas seorang pemuda mengucapkan Im the winner. Pola fikir berubah dari pecundang menjadi seorang pemenang dengan menyingkirkan sifat malas, menunda-nunda pekerjaan, suka mengeluh, beralasan, dan selalu menyalahkan orang lain karena itu semua adalah sifat menuju kegagalan. Ada tiga buah filosifi yang dapat mempengaruhi karakter yaitu sistem prilaku, sistem berfikir, dan sistem kepercayaan. Sistem prilaku terbentuk oleh kebiasaan sehari-hari meliputi segala tindakan dan sikap kita dalam menjalani hari-hari. Sistem prilaku mempengaruhi sistem berfikir, jika setiap hari kita melakukan hal yang positif dalam segala hal maka pola fikir akan ikut positif dan itu dapat sangat bermanfaat, sebaliknya jika terbiasa melakukan hal yang negatife maka pola fikir akan cenderung menjadi negatife. Sistem kepercayaan diperoleh setelah melalui sistem prilaku dan sistem berfikir. Sistem kepercayaanlah yang mengatur segala emosi. Sistem kepercayaan inilah yang dapat menimbulkan sifat positif dan negatif. Untuk itu seorang pemuda harus memahami dan menilai apakah prilaku , cara berfikir dan keyakinan yang dia memiliki sudah positif dan menuju suatu kebaikan. Karena jika diri seorang pemuda

  • mengalami kegagalan dalam merubah sikapnya sesuatu yang mustahil dia dapat merubah diri orang lain. Untuk itu karakter dan potensi seorang pemuda tak boleh hilang dari dalam dirinya dan selalu melekat sebagai pondasi dalam menjalankan misinya sebagai agen of change dalam masyarakat.

    Karakter dan potensi yang ada dalam pemuda tidak lumrah

    begitu saja ada dalam dirinya melainkan dengan pengalaman berupa latihan-latihan yang ada dikehidupan ini yang dapat dijumpai dalam sebuah lembaga kegiatan baik formal maupun informal. Itu semua merupakan pembelajaran yang tidak didapat dibangku sekolah melainkan dengan keaktifan dalam menjalani salah satu organisasi.

    Seorang pemuda dapat melatih karakter dan potensi

    melalui kegiatan kemahasiswaan dan yang berada dalam elemen masyarakat seperti Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Badan Ekesekutif Mahasiswa (BEM) Kelompok Peneliti Muda ( KPM), Koperasi Mahasiswa (Kopma), Lembaga Kajian Mahasiswa (LKM), Kelompok Sosial Pecinta Anak Taman Kanak-kanak Keliling (KSPA-TKK), Resimen Mahasiswa (Menwa), Pramuka (Racana), Karang Taruna, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), dan lain lainnya. Semua ini adalah lembaga yang mampu mengasah sikap, mental, dan potensi seorang pemuda untuk menjadi pemuda yang unggu dan berkarakter yang dapat diteladani. Dengan mengikuti salah satu dari kegiatan kemahasiswaan dalam masyarakat seorang pemuda akan merasakan kehidupan yang sesungguhnya dan akan dilatih kemandirian, keuletan, kedisiplinan, kesabaran, kepemimpinan, kepedulian terhadap sesama , keterampilan, kesiapan untuk dibebani tanggung jawab, kemampuan berkomunikasi dan menyampaikan aspirasi, dan kemampuan berdiskusi bertukar pikiran. Ini semua hanya didapat ketika seorang pemuda aktif mengikuti kegiatan yang berada di masyarakat atau di dunia perkuliahan. Dengan menjadi seorang aktifis, seorang pemuda akan memiliki karakter yang unggul karena pengalaman dan ilmu yang ia peroleh dapat langsung diterapkan dalam masyarakat. Sehingga kesempatan

  • pembelajaran karakter akan mudah terserap dan menjadi panduan dalam bermasyarakat.

    Organisasi merupakan hal yang penting namun seorang

    pemuda tidak cukup hanya bermodalkan organisasi saja dalam membangun karakternya. Melainkan adalah dengan mengikuti kegiatan keagamaan yang jauh lebih penting seperti pada islam mengenal tarbiyah. Dalam tarbiyah ini seorang pemuda akan dibuka wawasannya tentang ajaran islam. Ajaran Islam bukannya hanya membaca syahadat, mengerjakan sholat, berpuasa, zakat, dan pergi haji. Tarbiyah adalah salah satu sarana pembinaan sikap ukhuwah islamiyah yang memiliki tugas untuk mengajak atau berdakwah mengikuti apa yang telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW karena dalam tarbiyah seorang pemuda akan bertugas untuk bagaimana cara mengaplikasikan kebaikan yang dia terima untuk disampaikan untuk orang lain. Karena inilah tugas utama seorang pemuda yaitu berjalan memperjuangkan agamanya dan menebarkan kebaikan kesegala penjuru. Karena keimanan dan kecintaan seorang pemuda terhadap agamanya akan memperkokoh karakternya bukan hanya karakter yang unggul tetapi jauh lebih dari pada itu karakter yang unggul dan berlandasan ukhuwah islamiyah. Seorang pemuda yang sudah memiliki karakter dan keimanan yang kuat sudah tentu akhlaknya bagus. Pemuda yang seperti inilah yang senantiasa dijaga oleh Allah SWT.

    Besar harapan saya bagi seluruh teman-teman pemuda-

    pemudi Indonesia untuk mari kembali meraih kejayaan dengan memiliki karakter yang unggul, potensi, dan keimanan yang kuat agar menjadi insan yang berguna dalam masyarakat sebagai agen of change. Hal ini dapat terwujud dengan merubah pola fikir dari pecundang menjadi pemenang dan menyingkirkan sifat sifat yang dapat menyebabkan kegagalan dengan mengikut kegiatan kemahasiswaan dan juga keagamaan seperti tarbiyah dapat melatih sifat-sifat dan sikap kita menjadi lebih baik. Karena seseorang yang gagal dalam hidupnya akan sangat sulit dapat mengubah hidup orang lain.

  • JUARA IV

    Pendidikan Berkarakter untuk Bonus Demografi Indonesia dan Menyiapkan Generasi Emas Indonesia

  • PENULIS

  • Pendidikan Berkarakter untuk Bonus Demografi Indonesia dan Menyiapkan Generasi Emas Indonesia

    Indonesia akan mengalami bonus demografi dalam kurun

    waktu 15 tahun kedepan."Bonus demografi yang dimaksud adalah mayoritas penduduk Indonesia lebih banyak dipenuhi usia produktif, yaitu pada rentang usia 15-64 tahun. (Kepala Biro Perencanaan Kerja Sama Luar Negeri Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Ananta Kusuma Seta,2012)

    Bonus demografi adalah bonus atau peluang (window of

    opportunity) yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 1564 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya. Di Indonesia fenomena ini terjadi karena proses transisi demografi yang berkembang sejak beberapa tahun lalu dipercepat oleh keberhasilan kita menurunkan tingkat fertilitas, meningkatkan kualitas kesehatan, dan suksesnya program- program pembangunan sejak era Orde Baru hingga sekarang. Keberhasilan program seperti Keluarga Berencana (KB) selama berpuluh tahun sebelumnya telah mampu menggeser penduduk berusia di bawah 15 tahun (anak-anak dan remaja) yang awalnya besar di bagian bawah piramida penduduk Indonesia ke penduduk berusia lebih tua (produktif 1564 tahun). Struktur piramida yang menggembung di tengah seperti ini menguntungkan karena dengan demikian, beban ketergantungan atau dukungan ekonomi yang harus diberikan oleh penduduk usia produktif kepada penduduk usia anak-anak (di bawah 15 tahun) dan tua (di atas 64 tahun) menjadi lebih ringan.

    Maka kemudian muncul parameter yang disebut rasio

    ketergantungan (dependency ratio), yaitu rasio yang menunjukkan perbandingan antara kelompok usia produktif dan nonproduktif. Rasio ini sekaligus menggambarkan berapa banyak orang usia nonproduktif yang hidupnya harus ditanggung oleh kelompok usia produktif. Semakin rendah angka rasio ketergantungan suatu negara, negara tersebut makin berpeluang mendapatkan bonus demografi.

  • Menurut guru besar demografi Universitas Indonesia Prof.Dr. Sri Moertiningsih Adioetomo, Indonesia sudah mendapatkan bonus demografi sejak tahun 2010 dan mencapai puncaknya sekitar tahun 2020 hingga 2030. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik hasil sensus penduduk tahun 2010 angka rasio ketergantungan kita adalah 51,3%.Bonus demografi tertinggi biasanya didapatkan saat angka ketergantungan berada di rentang 4050%,yang berarti bahwa 100 orang usia produktif menanggung 4050 orang usia tidak produktif. Kalau dipilah ke dalam kelompok desa dan kota,angka ketergantungan di perkotaan sudah mencapai 46,6%, artinya sudah masuk dalam rentang masa keemasan bonus demografi. Sementara untuk pedesaan masih bertengger di angka 56,3%. Yang juga menarik dari data tersebut adalah bahwa sekitar 34% dari masyarakat kita berada di rentang usia muda (1535 tahun) yang sangat produktif.

    Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)

    Mohammad Nuh juga menuturkan tentang bonus demografi yang dimiliki Indonesia, di mana pada periode 2010-2035 Indonesia dikaruniai potensi sumber daya manusia berupa populasi usia produktif terbesar sepanjang sejarah kemerdekaan Indonesia. Potensi sumber daya manusia tersebut harus dikelola dengan baik agar berkualitas sehingga benar-benar menjadi bonus demografi. Sebaliknya hal yang akan terjadi jika bonus demografi itu tak berhasil dikelola dengan baik adalah Indonesia akan diterpa bencana demografi. Bisa dibayangkan betapa berbahaya jika tidak ada pembinaan serta pengawasan khusus bagi generasi muda saat ini. Periode ini (2010-2035) adalah momentum yang harus kita jadikan sebagai periode investasi besar-besaran di bidang sumber daya manusia. Tetapi pada kenyataannya keadaan generasi muda saat ini sungguh memperihatinkan, dimana masih banyak generasi muda yang tidak bisa merasakan pendidikan. Sedangkan kualitas sumber daya manusia adalah kunci dan modal pembangunan Indonesia dalam 15 tahun ke depan, tentu saja peningkatan akses pendidikan tinggi sangat penting bagi rentang usia 19-23 tahun.

  • Hal itu penting kerena dari 21 juta penduduk usia 19-23 tahun, hanya 5,4 juta orang yang bisa mengakses pendidikan tinggi. Selain itu pemerintah juga kesulitan untuk memberikan layanan akses beasiswa pendidikan. Bahkan, dari 5,4 juta mahasiswa tersebut hanya 750.000 orang yang mendapatkan beasiswa. Untuk beasiswa unggulan, pemerintah hanya bisa menyalurkan kepada 4.000 mahasiswa. Maka peran dunia pendidikan dan kebudayaan sangat penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan juga penyediaan pendidikan gratis bagi yang tidak mampu. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh mengatakan bahwa pendidikan memiliki kontribusi yang besar terhadap peningkatan indeks kesehatan dan indeks kesejahteraan. Hal itu dipertegas dengan koefisien korelasi pendidikan terhadap indeks pembangunan manusia (IPM) secara keseluruhan adalah 0,99. Maka sudah jelas bahwa pendidikan sangat penting bagi generasi muda untuk menghadapi generasi emas Indonesia di beberapa tahun mendatang. Kita tidak bisa merasakan bonus demografi yang menguntungkan jika para generasi muda yang ada tidak merasakan pendidikan dan juga rusak moralnya. Jika generasi muda yang ada pada saat ini hanya malas- malasan, berfoya-foya, mengikuti budaya luar yang negative seperti: free sex, berbuat anarkis, mengonsumsi narkoba dan lain sebagainya. Maka, itu akan membuat Indonesia kehilangan kesempatan emas yang ada. Preside RI yang pertama yaitu Ir. Soekarno berkata Berikan aku satu orang pemuda maka aku akan mengubah dunia. Dari perkataan tersebut kita juga dapat menarik kesimpulan bahawa betapa besarnya peran generasi muda di dalam suatu bangsa. Maka sudah saatnya pembinaan serta pendidikan yang baik diterapakan, guna mempersiapkan keadaan Indonesia di masa yang akan datang. Pendidikan yang diterapakan, tentu saja bukan hanya pendidikan yang bersifat teoristis saja, melainkan pendidikan berkarakter yang lebih mendekatkan pada aspek moral serta kemandirian bangsa. Pengertian pendidikan menurut Prof. Dr. John Dewey

    Pendidikan adalah suatu proses pengalaman. Karena kehidupan adalah pertumbuhan, pendidikan berarti membantu

  • pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan ialah proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase serta menambahkan kecakapan di dalam perkembangan seseorang.

    Pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991)

    Pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya.

    Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas

    Karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.

    Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan

    tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif,

  • ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).

    Pengertian Pendidikan Berkarakter

    Pendidikan karakter adalah pendidikan yang memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, agar menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. (T. Ramli,2003) Penerapan Pengembangan Pendidikan Berkarakter

    Di Indonesia pendidikan berkarakter harus dikembangkan agar tercipta generasi unggul yang cerdas dan siap bersaing menghadapi persaingan di tingkat internasional. Adapun langkah- langkah yang dapat diterapkan yaitu:

    Pendidikan berkarakter harus bisa dilaksankan sejak dini. Dimana menciptakan serta mendidik generasi muda yang lebih mandiri dan berkembang, sesuai dengan bakatnya masing- masing.

    Pendidikan berkarakter harus mengedepankan pengetahuan serta pemahaman budaya- budaya yang ada di Indonesia. Sungguh memperihatinkan ketika banyak generasi muda di Indonesia yang melupakan budaya negaranya sendiri. Mereka justru membanggakan budaya luar seperti, tarian Gangnam Style yang terkenal di kalangan generasi muda saat ini.

  • Pendidikan berkarakter harus menanamkan nilai- nilai agama sejak dini, seperti, menyiapkan waktu berdoa sebelum kegiatan belajar dimulai.

    Selain langakah- langakah di atas pemerintah juga seharusnya memberikan penyediaan tempat- tempat edukatif, bagi generasi muda saat ini. Seharusnya tempat- tempat seperti itulah yang diperbanyak, bukan justru memperbanyak mall, pusat- pusat perbelanjaan yang menumbuhkan perilaku hedonisme dan juga tempat- tempat hiburan seperti bioskop dimana banyak menayangkan film- film yang dapat merusak pikiran serta moral generasi muda saat ini. Karena itu, pembinaan serta pengembangan pendidikan berkarakter sangat penting bagi generasi muda saat ini, guna menciptakan generasi muda yang unggul, cerdas, bermoral dan siap bersaing di tingkat internasional. Dengan begitu, Indonesia tidak kehilangan momentum bonus demografi, yang akan dialami Indonesia di masa yang akan datang. Tentu saja kerjasama antara pemerintah, masyakarakat serta para pendidik sangat dibutuhkan. Karena jika tidak ada kerjasama serta persiapan yang baik, kita tidak dapat menciptakan generasi baik di masa yang akan datang.

  • JUARA V

    Pendidikan Keterampilan Berbasis Lingkungan untuk Anak Jalanan

  • PEKAN ILMIAH UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2012

    PENULIS

    LOMBA ESSAI ILMIAH

    Nama : Agung Nurfaika

    Tempat, tanggal lahir :Jakarta, 25 Juni 1990

    Alamat Rumah : Jl. Kramat Sentiong Masjid F133 A

    Institusi : UNJ

    Jurusan/ Angkatan : Kimia/2008

    No. telpon/ HP : 0813 8188 3853

    Alamat e-mail : [email protected]

    Judul Essai : Pendidikan Keterampilan Berbasis Lingkungan untuk Anak

    Jalanan

    Sub Tema Essai : Pengembangan pendidikan berkarakter berbasis lingkungan di

    Bidang Sosial

    Prestasi bidang ilmiah : Juara 3 LKIR Tingkat Jakarta Pusat 2006

    Juara 2 LKIR Tingkat Jakarta Pusat 2007

    Penerima Dana Hibah Dikti Bidang PKMP 2008

    Penerima Dana Hibah Dikti Bidang PKMP 2011

    Jakarta, 25 November 2012

    TTD

    ( Agung Nurfaika )

  • Pendidikan Keterampilan Berbasis Lingkungan untuk Anak Jalanan

    Anak jalanan merupakan anak dengan jenis kelamin laki-

    laki atau perempuan dengan rentang usia 7 hingga 18 tahun yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk melakukan kegiatan di Jalan atau tempat umum. Pada umumnya kegiatan yang dilakukan anak jalanan dapat berupa mencari uang ,bermain, istirahat, tidur dan belajar. Berdasarkan data dari KOMNAS perlindungan anak pada tahun 2008 tercatat jumlah anak jalanan di Indonesia mencapai delapan puluh ribu anak dengan tiga puluh ribu terdapat di Jakarta (Pamuctia dan Nurmala, 2010), adapun faktor utama tingginya jumlah anak jalanan di Indonesia adalah kemiskinan.

    Dengan hidup di Jalan kenyataan yang harus dihadapi oleh

    anak jalanan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan hidup serta terjadinya pelanggaran atas hak- hak anak (Yudi, 2006). Permasalahan anak jalanan bukanlah permasalahan yang sederhana dimana untuk mengatasi permasalahan anak jalan tidak cukup dengan memberikan santunan pada anak jalan, namun anak jalan juga perlu diberikan keterampilan khusus agar dapat kembali hidup bermasyarakat. Oleh karena itu dalam mengatasi permasalahan anak jalanan didirikanlah rumah singgah oleh LSM atau perorangan, dan panti sosial yang didirikan oleh pemerintah yang bertujuan sebagai tempat berlindung bagi anak jalanan, serta tempat untuk mendidik anak jalanan agar memiliki keterampilan agar tidak kembali kejalan dan bisa kembali hidup bermasyarakat.

    Rumah singgah yang ada saat ini, ada yang berfungsi

    hanya sebagai tempat persinggahan anak jalanan, dimana anak jalanan bisa datang dan pergi untuk tinggal, adapula rumah singgah yang menjadi tempat tinggal tetap bagi anak jalanan dimana anak jalan yang tinggal disini, tidak diizinkan kembali kejalan untuk kemudian disekolahkan disekolah formal, namun tidak jarang anak-anak yang sudah disekolahkan di sekolah formal tidak datang kembali ke rumah singgah dan memilih kembali hidup dijalan, hal ini dikarenakan kebebasan yang

  • ditawarkan dijalan sangat mengiurkan, namun tidak sedikt pula anak jalanan yang memiliki keinginan untuk belajar. Kegiatan yang dilakukan anak jalanan yang kembali disekolahkan di Sekolah formal setelah pulang sekolah adalah melakukan pendalaman pelajaran, membuat keterampilan, namun kegiatan ini tidak dilakukan secara rutin, hal ini dikarenakan terdapat keterbatasan dari pengelola rumah singgah dalam memberikan keterampilan lain pada anak jalanan. Berbeda dengan panti sosial yang berdiri dibawah pemerintah, ada program khusus yang diberikan kepada anak jalanan berupa pelatihan keterampilan, seperti keterampilan memasak, mejahit, dan lain-lain. Tetapi tiap panti sosial memiliki kebijakan yang bebeda-beda, ada panti sosial yang semua anak yang tinggal dipanti sosial diberikan keterampilan yang sama, ada pula yang hanya sebagian anak yang diberikan keterampilan dan sebagian anak disekolahkan kembali disekolah formal. Padahal selain memperoleh pendidikan formal, anak jalanan sangat membutuhkan pendidikan yang lebih menekankan pada peningkatan keterampilan.

    Pendidikan keterampilan menjadi hal yang sangat penting

    bagi anak jalanan karena dengan memiliki keterampilan yang lebih dari anak-anak pada umumnya adalah agar dapat tumbuh kembali kepercayaan terhadap diri anak jalanan untuk dapat hidup bermasyarakat, karena tidak dapat dipungkiri masih banyak masyarakat yang memiliki pandangan negative terhadap anak jalanan, dimana anak jalanan dianggap sebagai sumber masalah, dan dapat mengganggu keamanan lingkungan, selain itu dapat dilihat dari latar belakang timbulnya anak jalanan adalah faktor kemiskinan, sehingga persepsi yang ada pada anak jalanan adalah lebih kearah bagaimana dapat memperoleh uang guna mempertahankan hidupnya, sehingga pendidikan yang lebih menekankan pada keterampilan lebih dibutuhkan oleh anak jalanan walaupun pengetahuan yang bersifat umum juga perlu difahami oleh anak jalanan. Jadi walaupun anak jalanan telah disekolahkan di sekolah formal, anak jalanan tetap perlu diberikan pelatihan keterampilan.

  • Tidak semua anak jalanan mengikuti pelatihan keterampilan, dan tidak semua anak jalanan kembali bersekolah, hal inipun menjadi suatu kendala, disekolah formal anak-anak dapat memproleh pengetahuan yang bersifat umum, salah satunya adalah pengetahuan mengenai kelestarian lingkungan. Seperti yang kita ketahui permasalah lingkungan yang terjadi dibumi ini semakin kompleks. Salah satu permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini adalah pencemaran. Pencemaran merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk maka akan semakin meningkat pula pencemaran yang terjadi dibumi ini. Hal ini dikarenakan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk maka akan semakin meningkat pula aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia memanfaatkan segala sumber daya alam yang tersedia, saat terjadi proses pemanfaaatan inilah terdapat sisa hasil aktivitas manusia yang dapat menyebabkan pencemaran air, tanah, juga udara. Sebagai contoh dalam memenuhi kebutuhan hidup tiap harinya manusia melakukan proses memasak dengan menggunakan minyak goreng, minyak goreng yang telah dipakai dan sudah tidak dapat digunakan lagi, seringkali dibuang begitu saja ke saluran pembuangan air, berdasarkan hasil penelitian dari Amalia (2010) untuk didaerah Bogor saja 56,7% warga bogor membuang minyak goreng yang telah dipakai untuk memasak ke saluran air, padahal tindakan ini dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air berupa naiknya kadar COD, BOD yang dapat berdampak pada mahkluk hidup yang hidup didaerah perairan selain itu akibat proses biologi yang terjadi pada minyak goreng dapat menimbulkan bau busuk.

    Salah satu penyebab timbulnya perilaku masyarakat yang

    tidak perduli terhadap kelestarian lingkungan adalah ketidaktahuan masyarakat akan dampak dari yang ditimbulkan dari kerusakan kelingkungan serta ketidaktahuan masyarakat akan cara mengolah limbah Melihat permasalahan ini tindakan yang diambil oleh Kementrian Negara Lingkungan Hidup dan

  • Departemen Pendidikan Nasional adalah mengadakan mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) (KLH, 2010).

    Adapun tujuan pendidikan lingkungan hidup menurut

    kementrian lingkungan hidup adalah mendorong dan memberikan kesempatan masyarakat untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang pada akhirnya dapat menumbuhkan keperdulian, komitmen untuk melindungi, memperbaiki serta memanfaatkan lingkungan hidup secara bijaksana, turut menciptakan pola perilaku baru yang bersahabat dengan lingkungan hidup, mengembangkan etika lingkungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup (Dewi, 2009). PLH mulai diterapkan pada sekolah dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, hal ini beralasan karena dalam menumbuhkan keperdulian terhadap lingkungan perlu ditanamkan sejak dini.

    Pada penyelenggaraanya ternyata solusi ini mengalami

    kendala, dimana PLH merupakan pelajaran yang tidak dapat berdiri sendiri, namun harus berdampingan dengan mata pelajaran lain, karena pemasalahan lingkungan memiliki keterkaitan yang erat dengan berbagai disiplin ilmu, salah satunya kimia, pada pelajaran kimia kita dapat mengetahui penyebab pencemaran, serta cara untuk menanggulangi pencemaran, oleh karena itu PLH mulai diintegrasikan dengan mata pelajaran lainnya. Dan seperti yang kita ketahui kedua jenis pelajaran ini hanya dapat diperoleh pada sekolah formal. Padahal dengan keadaan masyarakat yang ada sekarang ini, dengan cukup tingginya jumlah anak jalanan, dan tidak semua anak jalanan dapat kembali bersekolah walaupun sudah tinggal dipanti sosial. Oleh karena itu perlu dilakukan kerjasama pula dengan berbagai pihak, karena permasalahan anak jalanan bukanlah semata permasalaha yang harus diselesaikan sendiri oleh Kementrian Sosial begitu pula permasalahan lingkungan bukan hanya tanggung jawab dari Kementrian Lingkungan Hidup untuk menyelasaikan permasalahan lingkungan yang terjadi, karena permasalahan ini saling berkaitan dan merupakan tanggung jawab bersama.

  • Oleh karena itu perlu dibuatkan program pendidikan yang tepat bagi anak jalanan yang diterapkan dipanti sosial ataupun rumah singgah, sehingga dapat menyeimbangkan antara tumbuhnya keterampilan serta pengetahuan anak jalanan, hal ini dapat berupa pelatihan keterampilan yang berbasis lingkungan, jadi anak jalanan tidak hanya diberikan keterampilan yang dapat mengarahkan untuk dapat bekerja, seperti keterampilan memasak, menjahit, dan perbengkelan, tetapi juga diiringi dengan keterampilan dalam menghasilkan suatu produk atau cara untuk menjaga kelestarian lingkungan, seperti pelatihan pengolahan limbah secara sederhana. Dengan program pendidikan yang juga memperhatikan aspek lingkungan dan didukung dari karakter anak jalanan yang kuat, tekun, serius dalam mengerjakan sesuatu dan kreatif (Yudi, 2006). Selain tumbuhnya keterampilan pada anak jalanan maka akan tumbuh pula pengetahuan mengenai lingkungan yang nantinya diharapkan dapat berkembang menjadi sebuah keperdulian menjaga kelestarian lingkungan, karena menjaga kelestarian lingkungan juga tanggung jawab kita semua, yang nantinya juga akan berguna bagi generasi mendatang.

    DAFTAR PUSTAKA

    Amalia, Firina, Retnaningsih dan Irni Rahmayani Johan. (2010,

    Agustus). Perilaku Penggunaan Minyak Goreng serta Pengaruhnya

    Terhadap Keikutsertaan Program Pengumpulan Minyak Jelantah di Kota Bogor. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. Vol. 3, No. 2, 184-189

    Dewi, Rita. 2009. Studi Kasus Pengetahuan dan Keprdulian terhadap Lingkungan Hidup. Jakarta: Atma Jaya

    KLH. 2010. Panduan Adiwiyata. Jakarta: KLH

    Pamuctia, Yunda dan Nurmala K. Pandjaitan. (2010, Agustus). Konsep Diri Anak Jalanan. Sodality. Vol. 4, No. 2, 255-272

    Yudi, K. Krismituhu. 2006. Analisis peranan rumah singgah dalam

    upaya perlindungan anak jalanan (Skripsi). Bogor: IPB