kuliah kerja lapangan geografi

29
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Blant (dalam Dohrs and Sommers, 1967), geografi sebagai ilmu lapangan (field science), membangun deskripsi-deskripsi wilayah dan interpretasinya dengan landasan pengetahuan tertentu yang solid yang didasarkan hasil penelitian/investigasi. Lapangan terhadap gejala individu dan assosiasinya dalam wilayah setempat. Bagi Wooloodge (dikutip Platt dalam Dokrs and Sommers, 1969), kerja lapangan di wilayah tertentu merupakan pengajaran effektif yang vital dalam geografi. Laboratorium geografi adalah di luar ruang (out of work), dan kecekatan/kemampuan menentukan apa dan bagaimana dalam pengamatan (observasi) pencatatan dan analisis adalah suatu yang terpenting (critical) dalam pelatihan untuk seorang geograf. Kerja Lapangan (disarikan dari Platt) meliputi dua aktifitas yaitu pengamatan dan penelitian. Dengan observasi mahasiswa dihadapkan secara langsung dengan gejala-gejala dasar di lapangan. Sehingga diperolah kesan secara langsung melalui pandangan mata. Melalui pengamatan ini, gejala geografis tidak hanya diperhatikan secara individual tetapi juga dapat diamati assosiasinya secara keruangan, serta pola yang kompleks segala sesuatu bersama-sama disuatu tempat

Upload: inas-zafirah

Post on 28-Oct-2015

655 views

Category:

Documents


66 download

DESCRIPTION

Kuliah Kerja Lapangan Geografi, ditulis untuk membagi ilmu dan sebagai tambahan wawasan ilmu geografi di wilayah Surakarta, Wonogiri dan Yogyakarta

TRANSCRIPT

Page 1: Kuliah Kerja Lapangan Geografi

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Blant (dalam Dohrs and Sommers, 1967), geografi sebagai ilmu

lapangan (field science), membangun deskripsi-deskripsi wilayah dan

interpretasinya dengan landasan pengetahuan tertentu yang solid yang didasarkan

hasil penelitian/investigasi. Lapangan terhadap gejala individu dan assosiasinya

dalam wilayah setempat. Bagi Wooloodge (dikutip Platt dalam Dokrs and

Sommers, 1969), kerja lapangan di wilayah tertentu merupakan pengajaran

effektif yang vital dalam geografi. Laboratorium geografi adalah di luar ruang

(out of work), dan kecekatan/kemampuan menentukan apa dan bagaimana dalam

pengamatan (observasi) pencatatan dan analisis adalah suatu yang terpenting

(critical) dalam pelatihan untuk seorang geograf.

Kerja Lapangan (disarikan dari Platt) meliputi dua aktifitas yaitu

pengamatan dan penelitian. Dengan observasi mahasiswa dihadapkan secara

langsung dengan gejala-gejala dasar di lapangan. Sehingga diperolah kesan secara

langsung melalui pandangan mata. Melalui pengamatan ini, gejala geografis tidak

hanya diperhatikan secara individual tetapi juga dapat diamati assosiasinya secara

keruangan, serta pola yang kompleks segala sesuatu bersama-sama disuatu tempat

Atau perhatian difokuskan pada kesatuan kelompok gejala dalam tema organisasi

(sistem). Pada penelitian lapangan dilakukan kegiatan pengukuran dan

pengumpulan data, yang selanjutnya dilakukan sistematisasi dan klasifikasi.

Dengan demikian mahasiswa terbiasa dengan kategori-kategori berbagai gejala.

Pada kerja lapangan juga dapat dicatat berbagai temuan-temuan. Untuk keperluan

analisa hasil kerja lapangan dikatikan dengan peta-peta, foto udara, gambar-

gambar dan catatan-catatan (data sekunder dan lainnya)

Selain itu, di Fakultas Geografi UMS dalam mewujudkan kemampuan

kerja lapangan bagi mahasiswanya, menetapkan empat kali KKL yang merupakan

suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.

Page 2: Kuliah Kerja Lapangan Geografi

Pengukuran Parameter fisik

Pengenalan Bentang Geografi

Pengukuran parameter Sosek

Studi Wilayah

Adapun keempat KKL tersebut adalah:

- KKL I : Pengenalan Bentang Geografi

- KKL II : Pengukuran parameter fisik

- KKL III : Pengukuran parameter sosial ekonomi

- KKL IV : Studi Wilayah

Antara keempat KKL tersebut mempunyai keterkaitan sebagaimana

model berikut:

(tabel 1.1.1: Keterkaitan acara KKL Pertama dan Akhir)

Pada KKL I Mahasiswa dilatih untuk melakukan pengamatan dan

pemahaman terhadap gejala-gejala pada bentang geografi (bentang alam dan

bentang budaya). Pada KKL II dan KKL III, kemampuan pengamatan tersebut

dilanjutkan dengan latihan mengukur parameter-parameter baik pada gejala fisik

maupun gejala sosial ekonomi. Dengan kemampuan observasi dan pengukuran

tersebut, maka akan dapat digunakan untuk pelatihan pada KKL IV yaitu dalam

mengkaji suatu wilaya secara terpadu.

Teknik dan alat: pada KKL I tekanan studinya adalah pengenalan

terhadap gejala-gejala dilapangan. Oleh karena itu, teknik yang digunakan adalah

observasi atau pengamatan langsung terhadap gejala-gejala (obyek) penjelasan

dan pembimbing dan mencatat, menggambar/merekam apa yang diamati. Untuk

itu diperlukan kemampuan:

- Dasar pengetahuan dari teori (ilmu yang diperoleh dalam kuliah)

- Penguasaan teknik dan alat (penggunaan teropong, fotografi)

Page 3: Kuliah Kerja Lapangan Geografi

Menggambar sketsa, membaca peta dan foto udara, membuat

kategori/klasifikasi, pemahaman secara umum daerah studi.

Adapun alat-alat yang dibutuhkan dalam KKL 1 ini meliputi:

- Peta dasar (untuk plooting lokasi pengamatan)

- Note Book dan alat tulis (untuk mencatat penjelasan dan

pengamatan)

- Cek list konsep terlampir (untuk mencatat gejala dan temuan tiap

titik pengamatan dan menggambar sketsa)

- Teropong dan tustel (bila ada)

- Kompas dan lainnya

1.2 Tujuan

Tujuan instruksional umum adalah agar mahasiswa dapat mengenal,

mengamati, serta memahami bentang alam dan bentang geografi. Tujuan

instruksional khusus adalah agar mahasiswa dapat:

- Menjelaskan kenampakan bentang alam dan bentang geografi di

lapangan serta memahami keterkaitan antara komponen parameter

bentang alam yang satu terhadap yang lain

- Menjelaskan karakteristik suatu daerah baik bentang alam maupun

bentang geografi, sehingga dapat menunjukkan perbedaan dan

persamaan antara satu daerah (wilayah) dengan daerah (wilayah)

lain.

1.3 Manfaat

- Mahasiswa dapat mengenal, mengamati dan memahami bentang alam

dan bentang geografi.

- Melatih mahasiswa supaya dapat menjelaskan kenampakan bentang

alam dan bentang geografi yang ada di zona selatan, zona utara dan

zona tengah.

- Mampu memahami keterkaitan antara komponen bentang alam yang

ada di suatu wilayah dengan di wilayah lain.

Page 4: Kuliah Kerja Lapangan Geografi

- Mampu menjelaskan karakteristik bentang alam maupun bentang

geografi yang ada di suatu tempat.

- Mampu menunjukan perbedaan yang ada di wilayah satu dengan

wilayah lainnya.

1.4 Metode

Dalam pengamatan lapangan pada KKL 1 ini menggunakan metode

survei dan analisis lapangan.

Page 5: Kuliah Kerja Lapangan Geografi

2. ZONA UTAMA GEOMORFOLOGI JAWA TENGAH

Propinsi Jawa Tengah terletak 50°40¢ sampai 80°30¢ Lintang Selatan

dan antara 108°30' sampai 111° 30¢ Bujur Timur. Letak dan kedudukan Propinsi

Jawa Tengah adalah sebelah barat berbatasan dengan propinsi Jawa Barat, sebelah

timur berbatasan dengan propinsi Jawa Timur, sebelah selatan berbatasan dengan

Samudera Indonesia, dan sebelah utara dengan Laut Jawa. Luas Propinsi Jawa

Tengah 3,25 juta Ha termasuk pulau yang terpisah yakni Pulau Karimun Jawa.

Luas propinsi ini sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa. Dalam hal administrasi

pemerintahan, Propinsi Jawa Tengah terbagi dalam 29 Kabupaten dan 6 kota.

Administrasi pemerintahan kabupaten dan kota ini terdiri dari 544 kecaamatan,

dan 8.490 desa/kelurahan. Jawa Tengah memiliki zone-zone yang tidak jelas

perbedaannya, hal ini merupkan akibat dari struktur dan proses yang

mempengaruhi sangat kompleks.

(gambar 2.1.: Peta Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta)

Page 6: Kuliah Kerja Lapangan Geografi

Secara umum zone tersebut dibagi menjadi zone yaitu zone selatan,

tengah, dan utara. Kondiasi umum zone selatan Jawa Tengah berupa dataran

pantai tenggelam yang tertimbun dataran alluvial. Di bagian tengah bukan

merupakan kelompok volkan, melainkan ditempati oleh Pegunungan Serayu

Selatan. Keadaan ini merupakan akibat dari perlipatan yang terjadi secara hebat

dan mengalami pelenturan pada Miosen, sehingga terjadi penyingkapan pada

batuan Pratertier dan kristalin Mesozoik Formasi Lok Ulo. Pada zone utara jawa

Tengah paling timur keadaannya sama dengan Igir Kendeng paling barat di Jawa

Timur, yaitu tertutup breksi vulkanis bed Notopura yang secara tidak

selaras (unconformity) menutup bed Damar atas pada Pleistosen Tengah. Sebelah

baratnya merupakan endapan pada lembah di sekitar volkan Ungaran.

(gambar 2.2.:  Stratigrafi wilayah Jawa)

2.1. Zona Utara

Zona utara meliputi Pegunungan Kendeng, dataran antara Pegunungan

Kendeng dan Pegunungan Rembang, Pegunungan Rembang, dataran alluvial,

Pantai Rembang-Juana, dataran alluvial sebelah selatan Gunung Api Muria,

Gunung Muria-Patiyam, dataran alluvial Pantai Demak-Semarang dan Perbukitan

Gombel.

Page 7: Kuliah Kerja Lapangan Geografi

(gambar 2.1.1.: Fisiografi zona utara, Gunung Merbabu dan Gunung Ungaran)

(gambar 2.1.2.: Bagian dari zona utara, Rawa Pening tetutup eceng gondok)

2.1.1. Karakteristik Fisik

Zona utara Jawa Tengah didominasi oleh proses struktural lipatan.

Terdiri dari rangkaian gunung lipatan berupa bukit-bukit rendah atau pegunungan

dan diselingi oleh beberapa gunung-gunung api. Dan ini biasanya berbatasan

Page 8: Kuliah Kerja Lapangan Geografi

dengan dataran aluvial. Lipatan yang lebih tua terjadi sejak dari periode miosen

atas. Lipatan ini nampak lebih jelas dari zona tengah tetapi juga dapat dilihat di

zona utara dari Jawa Tengah. Di lain tempat pengendapan bahkan mungkin

berlangsung selama periode miosen tengah. Miosen adalah suatu kala pada skala

waktu geologi yang lebih tua, lapisan batuan yang membedakan awal dan akhir

kala ini dapat teridentifikasi serta merupakan kala pertama pada periode neogen.

Bentang lahan yang mendominasi di zona ini adalah bentang lahan asal proses

struktural lipatan, proses marine, dan juga proses antropogenik.

Bentang lahan asal proses struktural lipatan dapat dilihat di perbukitan

antiklinal Gundih, di Lembah Jono yang mempuyai air tanah asin, dan juga di

beldug Kuwu dengan fenomena semburan lumpurnya. Bentuklahan asal proses

struktural, merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat

pengaruh kuat struktur geologis. Pegunungan lipatan, pegunungan patahan,

perbukitan, dan kubah, merupakan contoh-contoh untuk bentuklahan asal

struktural. (Verstappen, 1983).

Bentang lahan asal proses marine dapat dilihat di Paleogeomorfologi

selat Demak dan juga Banjir Kanal Timur, Semarang. Bentuklahan asal proses

marine merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses

laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut. Contoh satuan bentuklahan

ini adalah: gisik pantai (beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan beting gisik

(beach ridge). Karena kebanyakan sungai dapat dikatakan bermuara ke laut, maka

seringkali terjadi bentuklahan yang terjadi akibat kombinasi proses fluvial dan

proses marine. Kombinasi ini disebut proses fluvio-marine. Contoh-contoh satuan

bentuklahan yang terjadi akibat proses fluvio marine ini antara lain delta dan

estuary (Verstappen, 1983).

Bentang lahan asal proses antropogenik karena pembuatan pantai ini

tidak alami seperti dimiliki oleh pantai Marina. Pantai ini walaupun merupakan

bentukan alam, namun sebagian besar prosesnya adalah rekayasa manusia. Pantai

ini disebut sebagai pantai antropogenik karena pembuatan pantai ini tidak alami,

yaitu dengan cara reklamasi atau penimbunan rawa. Proses reklamasi ini sangat

mengganggu arus laut. Akibatnya erosi laut atau abrasi juga terjadi semakin

Page 9: Kuliah Kerja Lapangan Geografi

intensif karena tanah yang menjorok ke laut tak terlindungi dari deburan ombak.

Namun peranan dan fungsi reklamasi sebetulnya sangat banyak. Diantaranya,

tanah hasil pengurukan dapat difungsikan sebagai kawasan perumahan maupun

industri. Selain itu reklamasi di sebelah Barat pantai Marina menyebabkan arus

yang sampai di bibir pantai tidak terlalu besar, air terlihat lebih tenang.

2.1.2. Karakteristik Penduduk dan Sosial Ekonomi

Agihan pemukiman di zona utara menunjukan adanya pegaruh fisiografis

yaitu ada di pegunungan Kendeng dan pegunungan Rembang. Keberadaan

permukiman relatif menyebar dan sangat jarang terutama di pegunungan

Rembang. Hal ini disebabkan oleh adanya pemanfaatan tanah diantara areal hutan

jati. Pola persebaran permukiman menyebar di sela sela hutan. Jaraknya saling

berjauhan, tetapi ditempat tertentu seperti disepanjang jalan membentuk kelompok

kecil yang dihuni oleh pekerja hutan. Bentuk rumahnya pun bervariasi ada

kampung, limasan, modern. Bahan bangunan menggunakan kayu jati karena

berada di hutan jati. Namun bagi yang berekonomian cukup, menggunakan

semen, batu, dan gamping.

Pola pemukiman di zona utara Jawa Tengah menunjukan relatif

menyebar, hal ini dipengaruhi oleh pemanfaatan areal tanah hutan yang cukup

luas. Sebagian pemukiman ada yang mengikuti di sepanjang jalur sungai dan jalan

terutama di pesisir pantai utara.

Fisiografi zona utara jawa tengah meliputi :

a. Pegunungan Kendeng

b. Pegunungan Rembang

c. Perbukitan Candi

d. Dataran aluvial Pantai Rembang – Juwana

e. Dataran aluvial sebelah selatan Gunung Api Muria

f. Dataran aluvial Pantai Demak – Semarang

g. Gunung Api Muria – Patiayam

Mata pencarharian untuk daerah a, b, dan c dominan pertanian dengan

tanaman ketela pohon dan palawija. Untuk daerah d adalah perikanan tambak dan

Page 10: Kuliah Kerja Lapangan Geografi

pembuatan garam air laut. Pada umumnya untuk zona utara penduduk menggali

batu gamping untuk dijadikan kapur dan mencari kayu bakar di kawasan hutan.

Mata pencaharian penduduk di dataran alluvial pantai Rembang-Juana

adalah di bidang perikanan, yakni sebagai nelayan maupun petani tambak. Selain

itu banyak yang bekerja sebagai petani garam.

Di daerah purwodadi ada pembuatan garam rakyat dan bleng juga

membuat makanan “lempeng” (jenis makanan yang menggunakan bleng sebagai

bahan tambahan) hasilnya dipasarkan sampai keluar daerah.

Desa Jono, Kabupaten Grobogan terdapat penambangan garam (6

lokasi).Tenaga kerja yang digunakan ± 15 orang setiap sumur.

Pengeringan :

Musim hujan : 10 - 15 hari

Musim kemarau : 5 – 7 hari

Caranya : mengalirkan air dari sumur dengan menggunakan pipa

bambu dialirkan ke penampungan melalui bambu yang dibelah

Lahan yang digunakan milik pemerintah, masyarakat mengusahakan

dengan system sewa.

Desa Kuwu Kabupaten Grobogan : prinsip sama dengan di desa Jono,

namun caranya agak berbeda yaitu dengan mengalirkan dari sumber ke lokasi

penampungan.

Bahan tambang yang ada :

a. Lempung, gamping, gips, kaolon, fosfat, pasir kuarsa, tanah merah

dan tras dengan persebarandi daerah Kabupaten Pati , Rembang

dan Grobogan.

b. Gamping fosfat, sedikit batu besar dan tras daya persebaran di

daerah Kabupaten Pekalongan dan Pemalang bagian selatan.

Pendidikan dan kesehatan : lebih baik dari zona selatan.

Produksi : garam dan garam cair / bleng, bahan tambang batuan, hasil pertanian,

hasil perikanan, dan hasil perindustrian.

Page 11: Kuliah Kerja Lapangan Geografi

2.2. Zona Tengah

Zona tengah meruakan daerah Gunung Api, mulai dari puncak, lereng,

kaki gunung sampai dataran alluvial. Dibandingkan dengan daerah Zona selatan

dan Zona utara, Zona tengah meruakan daerah yang lebih subur dengan penduduk

yang lebih padat. Bentuk penggunaan lahan di daerah ini adaah sawah irigasi,

sawah tadah hujan, tegalan, kebun campuran, erkebunan, hutan belukar, dan

pemukiman

.

(gambar 2.2.1.: Bentuk geomorfologi zona tengah Jawa)

2.2.1. Karakteristik Fisik

Meliputi : Gunungapi Merapi, Gunung Lawu, Gunung Merbabu,

Ungaran, Telomoyo, Rawa Pening, Tidar, dan Kendal. Kondisi daerahnya datar,

lebih luas jika di bandingkan dengan zona selatan. Mata pencaharian penduduk

setempat adalah pertanian (dominan), perkebunan kopi, dan peternakan sapi

perah. Pada lereng merapi terdapat sumber daya alam berupa batu dan pasir (pada

lereng dan sungai–sungai) di gunakan untuk bangunan, sedang kegunaan yang

Page 12: Kuliah Kerja Lapangan Geografi

lain yaitu untuk kerajinan. Dengan pusatnya di Muntilan, kota–kota penting di

Zona tengah adalah Surakarta (pada dataran alluvial pada jalur lintas Yogya-

Surabaya, antara Wonogiri-Semarang dan Yogya-Wonogiri).

2.2.2. Karakteristik Penduduk dan Sosial Ekonomi

Secara geografis zona tengah di bedakan menjadi 2 yaitu bagian dataran

alluvial, bagian lereng, dan puncak. Dimana agihan permukiman di pengaruhi

oleh kondisi geografis, di daerah lereng gunung berapi agihan permukiman

membentuk pola penyebaran di sepanjang aliran sungai dengan alasan tingkat

kesuburan tanah berpengaruh dengan ketersediaan air yang cukup. Selain itu ada

pula agihan permukiman yang memanjang sepanjang jalan.

Penduduk di Zona tengah mempunyai tingkat keragaman yang tinggi

sehingga karakteristiknya juga beragam. Pada daerah pedesaan mata pencariannya

di dominasi sebagai petani, akan tetapi penduduk perkotaan dan daerah

permukiman baru mata pencariannya bervariasi. Hal ini di sebabkan oleh faktor

kesuburan tanah yang tinggi dan daerahnya relatif datar. Oleh karena itu tingkat

kepadatan penduduk di daerah ini relatif tinggi. Demikian pula dalam hal

pendidikan, pada zona ini lebih bervariasi dari pada zona selatan.

(gambar 2.2.2.1.:

Penduduk zona

tengah

didominasi

sebagai petani)

Page 13: Kuliah Kerja Lapangan Geografi

(gambar

2.2.2.2.: Pemanfaatan dataran alluvial sebagai persawahan)

Sumber ekonomi wilayah ini umumnya berupa pertanian, perkebunan,

perternakan, perdagangan dan jasa. Aktivitas penduduknya lebih bervariasi karena

hubungan dengan daerah-daerah lain lebih lancar.

2.3. Zona Selatan

Zona selatan dapat dibagi dalam 3 (tiga) yang sebagian besar merupakan

daerah perbukitan, Pantai selatan Jawa dan pegunungan. Plato Karst pada Zona

selatan yang luas dapat ditemui di Pantai selatan Pulau Jawa. Proses karst meliputi

pelarutan kalsium karbonat dari batu gamping oleh air permukaan.

2.3.1 Karakteristik Fisik, Penduduk dan Sosial Ekonomi

2.3.1.1. Parangtritis dan Parang Kusumo

Page 14: Kuliah Kerja Lapangan Geografi

a. Parangtritis di dominasi gumuk-gumuk pasir. Gumuk pasir di Parantritis

merupakan gelaja alam yang cukup langka, sehingga menjadi bahan

kajian yang menarik bagi Ilmuwan Kebumian dan praktis tidak dapat di

gunakan menjadi pemukiman penduduk. Di Parang Kusumo daerah ini

merupakan daerah pariwisata dan banyak di jumpai warung-warung dan

penginapan, serta dimanfaatkan untuk pemukiman penduduknya.

(gambar 2.3.1.1.1: Pantai Parangtritis untuk dimanfaatan sebagai daerah wisata)

b. Pemanfaatan lahan pemenuh kebutuhan hidup.

1) Untuk pertanian (lahan yang tidak tertutup pasir)

Lahan kering dengan tanaman yang dominan : ubi kayu, tananman

lain : jagung, kacang tanah, ubi jalar, dan kedelai

Sawah ( relatif sedikit ) hasil sedikit : 29,5 kw padi/Ha per panen

pada th. 1977

2) Untuk perternakan

Ternak lembu, kambing, domba, ayam, dan itik

Ternak kerbau, kuda, babi

Page 15: Kuliah Kerja Lapangan Geografi

c. Industri bahan galian golongan C : batu kali, krikil, batu napalan, batu

kapur, kaolin, marmer, pasir kuarsa, tran sebagai bahan pondasi, dan

tegel.

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa sumber ekonomi daerah tersebut

antara lain warung, penginapan, pertanian, pertambangan, dan peternakan.

2.3.1.2. Batur Agung : relatif kasar, lereng-lereng curam

Pemanfaatan oleh penduduk :

a. Untuk pertanian dengan segala sistem teras-teras. Musim penghujan

tanamannya padi. Musim kemarau tanamannya palawijo (bero).

b. Untuk tegal ditanami palawijo, padi gogo dan tanaman keras (kelapa,

pisang, bambu, jati, serta tanaman kayu bakar).

Sumber ekonomi daerah Batur Agung ini pada umumnya hanya digunakan

untuk pemenuhan kebutuhan keluarga sendiri.

2.3.1.3. Perbukitan gamping (Gunung Kidul)

a. Bagian puncak berupa hutan sekunder (semak belukar). Sebagian besar

puncak yang sudah terbuka dikelola sebagai lahan tegalan dengan

tanaman: ketela pohon, jagung, kacang-kacangan, tanaman kuas tetapi

pada waktu musim kemarau tidak ditanami.

b. Bagian lereng berupa tegal dengan teras-teras yang ditanami ketela pohon

dan jagung. Beserta dimanfaatkan untuk dijadikan tambang batu gamping.

Page 16: Kuliah Kerja Lapangan Geografi

(gambar 2.3.1.3.1.: Bagian bukit gamping yang telah di tambang masyarakat)

c. Bagian lembah-lembah antara bukit karst (interconexted valleys). Terdapat

lahan subur (lapisan tanah cukup tebal) lebih subur dibanding dengan

puncak dan lereng digunakan untuk :

1) Tegalan (berteras-teras)

Tanaman polowijo

Panen 2 kali setahun

Bagian lembah ditanami tanaman keras

2) Sawah (tadah hujan)

Tanamannya padi waktu musim huajn

Panen 2 kali setahun

Bagian lembah ditanami tanaman keras dan htanaman untuk

ternak.

d. Bagian datar / bergelombang lembah dikenal dengan nama 4 ledok

Wonosari - Wonogiri

1) Penggunaan lahan :

Tegal dengan tanaman polowijo dengan sistem campuran

pada tepi tegalan ditanami rumput gajah, pada musim

kemarau tidak ditanami (bero)

Page 17: Kuliah Kerja Lapangan Geografi

Pada tempat-tempat yang memungkinkan terdapatnya

sumber air hujan maupun irigasi sementara (pada musim

hujan) ditanami padi, kemarau polowijo.

Disekitar waduk terdapat pertanian pasang surut.

2) Lalu lintas cukup padat, tranportasi cukup dan mempunyai

terminal yang menghubungkan kota-kota seperti Ponorogo,

Wonogiri, Pacitan sehingga bukan merupakan kota yang terpencil.

Jalanya agak sempit dan banyak belkan tajam karena daerahnya

bergunung-gunung dan bergelombang. Diantara Siluk dan

Wonosari jalan relatif sempit dan naik turun sehingga keadaan lalu

lintas sepi.

Wonogiri ekonomi sebagai kota perdagangan, terdapat pabrik jamu (obat

tradisional) : Air mancur, Jago, Gunung Giri. Dalam hal pendidikan di Wonogiri

jumlah taman kanak-kanak masih sedikit, sedangkan sekolahan-sekolahan lain

hampir sama dengan daerah-daerah lain di Jawa Tengah. Wonogiri juga sebagai

penghasil batu gamping, kalsit batu bara, traso, lumpur putih emas, koalin,

marmer, pasir, kuarsa, dan tyras.

Sumber ekonomi lebih bervariasi dibandingkan dengan dilereng maupun

di lembah karena didukung oleh tingkat eksibilitas daerahnya yang memang lebih

baik. (dilewati jalan besar, transportasi dari rumah ke rumah dapat dijangkau

dengan kendaraan bermotor). Kondisi ekonomi lebih baik, dapat dilihat dari

kondisi fisik rumah.

Page 18: Kuliah Kerja Lapangan Geografi

3. HASIL PENGAMATAN DI LOKASI KEGIATAN

3.1. Pendahuluan

Kunjungan untuk mengamati dan mengenal bentuk bentang alam secara

benar, harus mengupayakan pada lokasi yang sangat spesifik dari setiap gejala

geografis. Tidak hanya secara individual mengenai terbentuknya gejala alam

tersebut, melainkan juga mengert dan memahami assosiasi secara keruangan

lokasi tersebut. Pengamatan untuk di titik lokasi ini, dijadikan dasar untuk

penelitian secara luas pada waktu yang akan datang.

Hasil pengamata diharapkan dapat memberi kesimpulan dan pusat

informasi tentang terjadinya bentuk bentang alam, serta dapat mengimpretasikan

kegunaan, manfaat dan akibat yang akan ditimbulkan dari hasil pembentukan

proses geomorfologi tersebut.

Lokasi yang di tuju pertama, adalah zona selatan jawa. Dan selanjutnya

diteruskan untuk mengunjungi lokasi pada zona tengah dan terakhir adalah zona

utara. Yang diutamakan dalam kunjungan pada lokasi zona selatan adalah bentuk

bentang alam berupa pegunungan yang terbentuk karena pengangkatan lempeng

bumi. Untuk zona tengah, pembahasan mengenai pemanfaatan bentuk lahan oleh

Page 19: Kuliah Kerja Lapangan Geografi

masyarakat. Dengan di dominasi oleh pemanfaatan lahan untuk pertanian, zona

tengah memperlihatkan perekonomian yang lebih baik.

3.2. Lokasi I (Dataran Aluvial, Sukoharjo)

Dataran aluvial berkembangnya sudah terbentuk horizon, dataran aluvial

dalam dan tanah sudah berkembang. Dataran aluvial didaerah sukoharjo berada di

pegunungan timur lawu dataran ini banyak difungsikan untuk daerah persawahan

system irigasi. Namun pada tahun lalu dataran aluvial mengalami penurunan hasil

produksi, di daerah ini belum pernah ditanami palawija hanya pola tanamannya

diwilayah ini adalah padi-padi pantun. Memiliki air tanah yang dangkal, sehingga

air pada saat musim penghujan bisa menutupi kondisi air dimusim kemarau. Air

permukaannya melimpah namun bisa terjadi banjir dan tidak karena letak

geografisnya yang dikelilingi oleh aliran sungai.

Jenis pepohonan didaerah ini berkanofi (banyak cabang membentuk

seperti payung). Persawahan yang baru di bajak dan digenangi air di tanah

tersebut, akan muncul burung kuntul blekok yang ingin mencari makan di areal

sawah.

Fenomenya meliputi sawah ler-leran yaitu sawah yang habis diolah

dibajak ada airnya. Pertaniannya komersil karena sudah diorientasikan untuk

pasar. Permukiman di dataran aluvial sudah cukup bagus ,bangunannya sudah

banyak yang permanen, akses jalan sudah baik, ekonomi juga sudah baik.

Tanamannya musiman. Konservasi pelestarian fegetatif. Material endapan berasal

dari daerah atas. Menggunakan system mekanik terasering (mendatarkan daerah

miring) supaya apabila air banjir bisa menahan air tersebut. di daerah ini rata-rata

penduduk menggunakan sistem persawahan subsisten untuk pemenuhan

kebutuhan orang banyak, sebelah selatan adalah pegunungan sewu lalu sebelah

timur adalah pegunungan lawu. Daerah disini juga dikenal dengan daerah

padascuri yang mana terjadi karena tidak adanya pergiliran sistem tanam,

padascuri terjadi di bawah tanah. Iklim di daerah ini seimbang hujan dapat

menutupi musim kemarau. Daerah dataran aluvial di sukoharjo termasuk zona

tengah yang meliputi jalur vulkanik. Di jawa barat dan jawa timur merupakan

Page 20: Kuliah Kerja Lapangan Geografi

suatu jalur yang menerus, sedangkan di jawa tengah jalur di potong oleh

pegunungan serayu. Seringkali cekungan-cekungan yang cukup besar terletak di

zona ini. Dukungan sumber daya wilayah yang cukup baik di daerah ini

berkembang berbagai pusat pertumbuhan ekonomi. Kota-kota di daerah ini

umumnya cukup berkembang. Duungan sumber daya di daerah ini menyebabkan

berbagai kerajaan besar juga berada di daerah ini.