kuala langsa re juli 2008

Upload: daeng-firdaus

Post on 03-Jun-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    1/63

    DISCLAIMER

    Material dalam versi elektronik ini ditujukan untuk keperluan umum saja. GHD Pty Ltd tidak

    bertanggung jawab atas hilangnya informasi akibat penggunaan informasi dalam material ini. Jika

    ada perbedaan antara versi elektronik dengan cetakan asli, harus merujuk pada cetakan aslinya.

    Dan jika anda memerlukan informasi lebih lanjut, silakan hubungi GHD Pty Ltd

    ([email protected]).

    The materials contained on the digital version are provided for general information purposes only.GHD Pty Ltd accepts no responsibility for any loss which may arise from reliance on information

    on this material. If there are unsimilarities between the digital version and the original printed

    material, should refer to the original printed material. And if you wish to find out more about the

    information in the reports, please contact GHD Pty Ltd ([email protected]).

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    2/63

    Ringkasan Eksekutif

    Pengembangan Pelabuhan Kuala LangsaDi Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa

    Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

    Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasidan Telematika Provinsi NAD

    Juli 2008

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    3/63

    i68/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    KATA PENGANTAR

    Rencana Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa merupakan suatu rencana usaha dan/atau

    kegiatan yang diperkirakan akan memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup.

    Pengembangan suatu pelabuhan pada umumnya memiliki komponen kegiatan yang beragam dan

    memiliki skala yang besar. Secara keseluruhan, Pelabuhan Kuala Langsa yang ada saat ini berada

    pada areal seluas kurang lebih 13 ha. Pengembangan pelabuhan ini sudah memiliki rencana induk

    yang selanjutnya telah dirinci di dalam detail engineering design(DED). Dokumen ANDAL, Analisis

    Dampak Lingkungan Hidup bagi rencana kegiatan dan/atau usaha Pengembangan Pelabuhan

    Kuala Langsa, sangat diperlukan oleh para pelaksana rehabilitasi dan rekonstruksi serta

    pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa. Dokumen ANDAL merupakan suatu kajian lingkungan

    yang akan menghasilkan langkah pengelolaan dan pemantauan lingkungan untuk menjaga agar

    dampak negatif dari kegiatan tersebut dapat dikendalikan. Selain itu penyusunan dokumen ini

    merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh para pihak pelaksana pembangunan.

    Penyusunan dokumen ANDAL ini didasarkan pada berbagai peraturan perundang-undangan di

    bidang lingkungan hidup ataupun sektor perhubungan. Undang Undang No. 23 tahun 1997 tentang

    Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan landasan hukum penyusunan ANDAL yang selanjutnya

    mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak

    Lingkungan Hidup. Khusus untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Provinsi NAD) dan Nias di

    Sumatera Utara, penyusunan dan pelaksanaan AMDAL mengacu pada Peraturan Menteri Negara

    Lingkungan Hidup No. 308 tahun 2005. Pemrakarsa menyadari bahwa perencanaan pengelolaan

    lingkungan merupakan suatu hal yang mutlak untuk dilakukan sebelum dilaksanakannya kegiatan

    fisik Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa. Hal ini ditekankan pula karena kegiatan

    pengembangan pelabuhan pada tahap ini didanai dari bantuan multi donor yang menekankan pada

    aspek perlindungan dan pengelolaan lingkungan.

    Penyusunan Dokumen ANDAL diarahkan oleh dokumen KA-ANDAL, Kerangka Acuan Analisis

    Dampak Lingkungan Hidup Kegiatan Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa yang telah disetujui

    pada tanggal 22 Januari 2007 dengan SK. No. 660.46/33/AMDAL/2007. Dalam penerapannya,

    dokumen ANDAL ini tidak terpisah dari dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

    dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) yang disusun secara bersamaan dalam

    seluruh kerangka kerja AMDAL ini.

    Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berperan secara positif

    dalam penyusunan dokumen ini. Kami berharap di masa mendatang kita dapat bekerja sama

    dengan instansi lain dan masyarakat setempat dalam pengelolaan lingkungan dengan prinsip saling

    menghargai, kemitraan dan komitmen jangka panjang.

    Banda Aceh, Juni 2008

    Kepala Dinas Perhubungan, Telekomunikasi, Informasidan Telematika NAD,

    Prof. Dr. Ir. Yuwaldi Away, M.Sc.Pembina Tingkat INIP. 131 878 532

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    4/63

    ii68/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR 1

    DAFTAR ISI ii

    DAFTAR TABEL iii

    DAFTAR GAMBAR iv

    1. PENDAHULUAN 1

    1.1 Latar Belakang 1

    1.2 Rencana Kegiatan 2

    1.3 Tahap Kegiatan 6

    1.4 Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan 20

    1.5 Waktu Pelaksanaan 20

    1.6 Pemrakarsa Kegiatan 21

    2. DAMPAK PENTING TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 22

    2.1 Tahap Pra konstruksi 22

    2.2 Tahap Konstruksi 23

    2.3 Tahap Operasi 24

    2.4 Telaahan Sebagai Dasar Pengelolaan 30

    2.5 Hubungan Sebab Akibat (Kausatif) 31

    2.6 Ciri Dampak Penting 34

    2.7 Kelompok Masyarakat yang Terkena Dampak 35

    2.8 Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan 35

    3. UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUANLINGKUNGAN HIDUP 38

    3.1 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) 38

    3.2 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) 49

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    5/63

    iii68/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Perencanaan Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa 8

    Tabel 2 Matrik Evaluasi Dampak Penting 37

    Tabel 3 Ringkasan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)

    Kegiatan Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa, di

    Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa, Provinsi

    Nanggroe Aceh Darussalam 40

    Tabel 4 Ringkasan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

    Kegiatan Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa, di

    Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa, Provinsi Nanggroe

    Aceh Darussalam 50

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    6/63

    iv68/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Peta Orientasi Lokasi Pelabuhan Kuala Langsa 4

    Gambar 2 Jadwal Kegiatan Pembangunan Pelabuhan Kuala

    Langsa 9

    Gambar 3 Konsep Rencana dan Tata Letak Pelabuhan Kuala

    Langsa 12

    Gambar 4 Tata Letak Perpanjangan dan Pelebaran Dermaga 13

    Gambar 5 Tata Letak Fasilitas Berthing Kapal Tanker CPO 14

    Gambar 6 Peta Lokasi Pengelolaan Lingkungan 48

    Gambar 7 Peta Lokasi Pemantauan Lingkungan 56

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    7/63

    168/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pelabuhan Kuala Langsa merupakan pelabuhan yang sudah ada dan beroperasional pada tahun

    1990-an. Selama ini, pelabuhan tersebut sudah menjadi salah satu sarana pengangkutan atau

    tempat pengapalan berbagai komoditas hasil produksi, pertanian dan hasil tambak dari wilayah

    Aceh lainnya dan Sumatera Utara yang diangkut menuju dan keluar Kabupaten Aceh Timur dan

    Kota Langsa.

    Pada tahun 2004 telah terjadi bencana alam berupa gempa dan tsunami di Provinsi NAD dan Nias

    Sumatera Utara yang sedikit banyak mempengaruhi area di sekitar Pelabuhan Kuala Langsa

    secara tidak langsung. Dalam rangka kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di daerah pasca

    bencana, BRR merencanakan perbaikan sarana transportasi laut di Kota Langsa tersebut. Dalamkonteks perencanaan lingkungan yang dilakukan melalui perangkat AMDAL, kegiatan rehabilitasi

    dan rekonstruksi di Provinsi NAD dan Nias Sumatera Utara dipandu menggunakan proses AMDAL

    khusus yang terdapat di dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 308 tahun 2005.

    Tuntutan untuk mengembangkan Pelabuhan Kuala Langsa, khususnya untuk menjawab prospek

    perdagangan luar negeri menjadi pemicu agar pelabuhan ini dikembangkan lebih maju. Di

    samping itu, itu membuka isolasi wilayah di Kota Langsa sekaligus menumbuhkan perekonomian

    baik secara lokal, regional maupun secara nasional. Dengan adanya pengembangan ini secara

    khusus diharapkan dapat memacu perekonomian Kota Langsa dari bidang industri, pariwisata dan

    lain sebagainya. Pengembangan pelabuhan didasarkan atas estimasi perkembangan industri dan

    pertumbuhan trafik penumpang dengan tujuan Malaysia.

    Rencana Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa merupakan suatu rencana usaha dan/atau

    kegiatan yang diperkirakan akan memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup. Hal ini

    sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (LH) No. 11 tahun 2006 tentang Jenis Usaha

    dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL dan Peraturan Menteri LH No. 308

    tahun 2005 tentang Pelaksanaan AMDAL, UKL dan UPL untuk Kegiatan Rehabilitasi dan

    Rekonstruksi di Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumut bahwa rencana usaha dan/atau

    kegiatan yang lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan lindung (sempadan sungai dan

    kawasan pantai berhutan bakau) wajib dilengkapi dengan AMDAL

    Tujuan pengembangan pelabuhan ini antara lain, untuk:

    Menjadikan Pelabuhan Kuala Langsa sebagai pelabuhan umum yang melayani kepentingan

    umum di mana di dalamnya juga terdapat dermaga untuk kepentingan sendiri (DUKS),

    Menjadikan pelabuhan nasional yang merupakan pelabuhan utama tersier (tertiary trunk port)

    dalam jaringan transportasi nasional.

    Pengaturan Pelabuhan Kuala Langsa yang tetap berada di bawah wewenang Menteri

    Perhubungan sebagaimana halnya pelabuhan internasional dan nasional lainnya, sedangkan

    pengelolaannya dilakukan oleh Badan Usaha Kepelabuhan, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I.

    Adapun manfaat yang diperoleh jika pelabuhan ini dikembangkan, yaitu:

    Mendorong perdagangan luar negeri,

    Menjadi sarana pengangkutan komoditi ekspor non migas,

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    8/63

    268/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    Meningkatkan kapasitas pelabuhan guna mengantisipasi perkembangan hinterland, regional

    dan global,

    Menjawab tantangan otonomi daerah,

    Meningkatkan potensi Pendapatan Asli Daerah, dan

    Meningkatkan perekonomian lokal, regional dan nasional sebagaima telah disebutkan

    sebelumnya.

    1.2 Rencana Kegiatan

    1.2.1 Lokasi Kegiatan

    Pelabuhan Kuala Langsa merupakan pelabuhan yang berada di dalam aliran Sungai Langsa

    dengan jarak sekitar 6,2 mile laut dari muara sungai dan lebar sungai di depan dermaga 405 m.

    Meskipun demikian berdasarkan PP No. 69 tahun 2001 tentang Kepelabuhanan (p. 4) Pelabuhan

    Kuala Langsa berdasarkan kegiatannya termasuk pelabuhan Laut. Secara administratif Pelabuhan

    Kuala Langsa ini masuk dalam kawasan Pemerintahan Kota Langsa, tepatnya di Gampong Kuala

    Langsa, Kecamatan Langsa Barat. Secara geografis letak Pelabuhan Kuala Langsa terletak pada

    posisi 04o31 27 LU dan 98

    o01 17 BT. Peta orientasi lokasi rencana usaha dan atau kegiatan

    Pelabuhan Kuala Langsa dapat dilihat pada gambar di halaman berikut (Lihat Gambar 1).

    1.2.2 Penggunaan Lahan dan Status Lahan

    Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa dilakukan pada lahan seluas 13,0361 ha. Pengaturan

    Pelabuhan Kuala Langsa berada di bawah wewenang Menteri Perhubungan sebagaimana,

    sedangkan pengelolaannya dilakukan oleh Badan Usaha Kepelabuhan, PT (Persero) Pelabuhan

    Indonesia I, Medan. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 53

    tahun 2002 tentang Tatanan Kepelabuhan Nasional, hierarki peran dan fungsi Pelabuhan Kuala

    Langsa adalah Pelabuhan Nasional. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan yang diusahakan yang

    pengelolaannya dilakukan oleh PT Pelindo cabang Pelabuhan Kuala Langsa yang berada di

    bawah naungan PT Pelindo I dengan kantor pusat di Medan.

    Luas lahan yang diperuntukkan untuk pelabuhan dan sarana penunjang Pelabuhan Kuala Langsa

    berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 17 Tahun 1998 tentang Batas-

    batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Kuala Langsa

    terdiri dari:

    a. Daerah Lingkungan Kerja (DLKR), yaitu:

    Batas daerah lingkungan kerja daratan yang luasnya 13,0361 ha,

    Batas daerah lingkungan kerja perairan yang luasnya 675 ha,

    b. Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKP) adalah perairan di sekeliling batas-batas lingkungan

    kerja perairan dengan luas 16.805 ha.

    Komposisi pengaturan tataguna lahan termasuk dimensi dermaga, dapat dirinci sebagai berikut:

    Alur pelayaran:

    Kedalaman - 6 m LWS

    Lebar 80 m

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    9/63

    368/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    Panjang 3,107 4,351 mile laut

    Kolam pelabuhan:

    Kedalaman 7 - 8 m LWS

    Dermaga/tambatan:

    Dermaga serbaguna (75 x 10) m2

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    10/63

    468/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    Gambar 1 Peta Orientasi Lokasi Pelabuhan Kuala Langsa

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    11/63

    568/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    Gudang:

    Gudang tertutup 001: (40 x 12,5) m2

    Gudang tertutup 002: (30x 10) m2

    Lapangan penumpukan:

    Lapangan penumpukan lantai aspal: (60 x 40) m2

    Lapangan penumpukan lantai tanah: (65 x 40) m2

    Berdasarkan master plan PT Pelindo I, rencana pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa

    meliputi:

    Pembangunan Tambatan di Terminal Penumpang 1 unit,

    Pembangunan Areal Parkir Terminal Penumpang dengan total 2.000 m2,

    Pembangunan gedung Terminal Penumpang 200 m2,

    Pembangunan Terminal Barang, Panjang Dermaga 75 m,

    Pembangunan Gudang Terminal Barang 600 m2.

    1.2.3 Jenis Kegiatan

    Jenis kegiatan pengembangan pelabuhan Kuala Langsa, meliputi:

    a. Penambahan panjang dermaga, (75 x 15) m2dengan kedalaman minimal -7 m LWS sampai -9

    m LWS,

    b. Pelebaran dermaga eksisting, (25 x 5) m2kedalaman minimal -7 m LWS sampai -9 m LWS,

    c. Pembangunan trestlebaru (10 x 8) m

    2

    (sisi darat) dan (10 x 12) m

    2

    (sisi laut),d. Pembangunan Breasting dolphin, mooring dolphin dan cat walkuntuk Fasilitas Sandar Kapal

    Tanker CPO

    e. Dermaga ponton untuk sandar kapal cepat,

    f. Fasilitas penunjang pelabuhan:

    Fasilitas jalan, lapangan penumpukan dan lahan parkir

    Gudang tertutup ukuran 300 m2

    Pembangunan tanki CPO sebanyak 36 unit

    Pembangunan terminal penumpang panjang 35 m dan lebar 19 m

    Pekerjaan pagar (1.764 m) dan gerbang pelabuhan

    Reservoir dan rumah pompa

    Kantor Dinas Kesehatan (13 x 12,4) m2, KP3 (12 x 9) m

    2dan SROP (9 x 9) m

    2

    Rumah dinas (4 unit type 70) dan mesjid (18,5 x 18) m2

    Toilet umum dan sarana sanitasi/kebersihan lingkungan

    Dari berbagai jenis kegiatan tersebut, setelah dievalusi dapat menimbulkan dampak penting

    terhadap komponen:

    1. Kualitas udara dan kebisingan,

    2. Kualitas air laut, biota perairan dan wisata bahari,

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    12/63

    668/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    3. Kesempatan kerja dan peluang berusaha,

    4. Perekonomian lokal,

    5. Kepadatan lalulintas darat dan laut,

    6. Kamtibmas dan keresahan masyarakat,

    7. Sanitasi lingkungan,

    8. Kesehatan masyarakat,

    9. Persepsi masyarakat.

    1.3 Tahap Kegiatan

    Tahapan pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa dibagi menjadi tiga tahapan:

    Jangka Pendek yang ditujukan ke arah peningkatan kapasitas dermaga umum agar dapat

    melayani kapal dengan ukuran 10.000 DWT dan pembangunan fasilitas sandar bagi kapal

    pengangkut curah cair:

    Penambahan panjang dermaga dan pembangunan trestle,

    Pembangunan Breasting dolphin, mooring dolphin dan cat walkuntuk Fasilitas Sandar

    Kapal Tanker CPO,

    Pembangunan dermaga ponton kapal cepat dan terminal penumpang

    Pembangunan fasilitas darat berupa pagar dan gerbang, reservoir dan rumah pompa,

    lapangan penumpukan dan lapangan parkir.

    Jangka Menengah yang diharapkan berupa skenario pengalihan kargo dari Belawan yangsudah optimal sehingga kegiatan di Pelabuhan Kuala Langsa akan meningkat. Berdasarkan hal

    tersebut akan dilakukan pengembangan fasilitas darat, sementara fasilitas laut belum perlu

    dikembangkan lagi. Komponen kegiatan terdiri dari:

    Pembangunan fasilitas penyimpanan seperti lapangan penumpukan dan pergudangan,

    Pembangunan fasilitas pendukung seperti kantor, mushola, dan landscaping,

    Jangka Panjang yang seiring dengan peningkatan aktifitas, selanjutnya akan dibutuhkan

    penambahan panjang dermaga menjadi 200 m. Selain itu juga diperlukan penambahan sarana

    penyimpanan seperti lapangan penumpukan dan gudang. Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi

    prioritas disamping juga pemeliharaan alur pelayaran serta rambu navigasi.

    Di atas telah disebutkan tahapan pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa menurut Rencana

    Induk dan DED Pelabuhan Kuala Langsa dan hal ini masih merupakan perencanaan umum.

    Menurut RTRW (Bappeda Kota Langsa, 2006), pembangunan kawasan Pelabuhan Kuala Langsa

    dibagi menjadi tiga tahap sebagai berikut:

    Rencana Pengembangan Jangka Pendek (sampai 2007)

    Pembangunan Dermaga (40 x 10) m2

    Pembangunan Terminal Penumpang

    Pembangunan Lapangan Parkir

    Penataan Jalan Akses Terminal Penumpang

    Rencana Pengembangan Jangka Menengah (2008-2012)

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    13/63

    768/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    Perluasan Areal Parkir Terminal Penumpang

    Pengembangan Tangki Timbun CPO

    Rencana Pengembangan Jangka Panjang (2013-2027)

    Pembangunan Dermaga Cargo (75 x 10) m2

    Pembangunan Gudang 1 unit

    Perluasan Lapangan Penumpukan

    Penataan Jalan Akses Terminal Barang

    Hal ini sejalan dengan Rencana Induk Pelindo I (2005) yang telah disusun sebelumnya, yaitu:

    Rencana Pengembangan Jangka Pendek (sampai 2007)

    Pembangunan tambatan di Terminal Penumpang 1 unit

    Pembangunan Areal Parkir Terminal Penumpang 500 m2

    Pembangunan gedung Terminal Penumpang 200 m

    2

    Rencana Pengembangan Jangka Menengah (2008-2012)

    Pembangunan Areal Parkir Terminal Penumpang 500 m2

    Rencana Pengembangan Jangka Panjang (2013-2027)

    Pembangunan Terminal Barang, Panjang Dermaga 75 m

    Pembangunan Gudang Terminal Barang 600 m2

    Pembangunan Areal Parkir Terminal Penumpang 1.000 m2

    Berikut adalah skema-skema perencanaan Pengambangan Pelabuhan Kuala Langsa yang

    terdapat di dalam berbagai dokumen terkait.

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    14/63

    868/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    Tabel 1 Perencanaan Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa

    Master Plan PT Pelindo, 2005 Rencana Tata Ruang Wilayah, 2006 Rencana Induk BRR, 2007

    Alur pelayaran kedalaman -6m LWS dengan lebar 80 mdan panjang 5 7 km

    Alur pelayaran kedalaman 5 m LWSdengan panjang 5 mil dan lebar 80 m

    Alur pelayaran untuk beban 5.000 DWTsatu lajur: W x B = 4,8 x 16,4 = 78,72 m2

    Dua lajur: W x B = 7,6 x 16,4 = 124,64 m2

    Alur pelayaran untuk 10.000 DWT satulajur: W x B = 4,8 x 19,9 = 95,52 m2

    Dua lajur: W x B = 7,6 x 19,9 = 151,24 m2

    Kolam pelabuhan dengankedalaman 7-8 LWS

    Kolam pelabuhan dengan kedalaman-7 m LWS sampai -8 m LWS

    Kolam pelabuhan -7 m LWS sampai -9 mLWS

    Dermaga serbaguna (75 x 10)m2dengan kedalaman -7 mLWS sampai -8 m LWS

    Dermaga serbaguna (75 x 10) m2

    dengan kedalaman -7 m LWS sampai-8 m LWS dengan bobot maksimum5.000 DWT

    Penambahan panjang dermaga, (75 x 15)m2dengan kedalaman -7 m LWS sampai-9 m LWS

    Pelebaran dermaga eksisting, (25 x 5) m2

    kedalaman minimal -7 m LWS sampai -9m LWS

    Pembangunan trestle baru (10 x 8) m2(sisidarat) dan (10 x 12) m2(sisi laut)

    Breasting dolphin dan mooring dolphin.

    Dua gudang dengan ukuran(40 x 12,5) m2dan (30 x 10)m2serta dua lapanganpenumpukan dengan ukuran(60 x 40) m2dan (65 x 40) m2

    Gudang dengan luas 800 m2danlapangan penumpukan dengan luas5.000 m2

    Fasilitas pelabuhan penumpang,pelabuhan kargo, dan pelabuhan CPO

    Terminal barang dan terminalpenumpang

    Sumber: Berbagai sumber, 2008 (diolah)

    Adapun jadwal rencana pekerjaan Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa dapat dilihat pada

    gambar di halaman berikut:

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    15/63

    968/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    Gambar 2 Jadwal Kegiatan Pembangunan Pelabuhan Kuala Langsa

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    16/63

    1068/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    Berdasarkan jadwal kerja di atas, tahapan Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa akan

    diuraikan dalam tiga tahapan, yaitu tahap pra konstruksi, tahap konstruksi dan tahap operasi atau

    paska konstruksi. Berikut adalah uraian masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

    1.3.1 Tahap Pra konstruksi

    Perijinan dan Studi DED

    Dalam rangka pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa akan mengajukan perijinan pada pihak-

    pihak yang berwenang, diantaranya, Adpel Kuala Langsa, Dinas Perhubungan Provinsi NAD dan

    Departemen Perhubungan. Ijin yang diperlukan untuk melakukan pengembangan pelabuhan

    adalah:

    Ijin konstruksi pelabuhan dari Dirjen Perhubungan Laut yang didasari oleh rekomendasi AdpelKuala Langsa dan Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan Telematika Provinsi NAD,

    Ijin Pengoperasian Pelabuhan dari Menteri Perhubungan yang didasari oleh rekomendasi

    Adpel Kuala Langsa dan Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan Telematika Provinsi

    NAD,

    Sedangkan untuk menentukan desain teknis telah dilaksanakan studi Detail Engineering Design

    (DED).

    Pembebasan Lahan

    Berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 17 Tahun 1998 tentang Batas-

    batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Kuala Langsaterdiri dari Daerah Lingkungan Kerja (DLKR) luas daerah lingkungan kerja daratan adalah 130.361

    m2. Lahan seluas + 13 ha tersebut sudah dikuasai oleh PT Pelindo dan memiliki kekuatan hukum

    berupa hak pengelolaan yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional pada tahun 1991,

    tidak akan ada pembebasan lahan untuk kegiatan ini dalam jangka pendek.

    Mobilisasi Peralatan Kerja Konstruksi

    Mobilisasi alat dan bahan dilakukan untuk kegiatan konstruksi pembangunan dermaga dan

    fasilitas pendukungnya. Seluruh peralatan kerja dimaksud akan dipersiapkan sebelum tahap

    konstruksi dimulai. Peralatan kerja pembangunan dermaga dan fasilitas pendukungnya akan

    didatangkan dari Kota Banda Aceh, Medan dan Jakarta dengan menggunakan transportasi laut.

    Peralatan yang dibutuhkan diantaranya Crane, Buldozer, Excavator, Dump truck, Survey

    Equipment, Hammer, Generatordan lain-lain.

    1.3.2 Tahap Konstruksi

    Kegiatan yang dilakukan pada tahap konstruksi meliputi:

    Tenaga Kerja untuk Konstruksi

    Penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi pelabuhan akan dilakukan sepenuhnya oleh

    kontraktor pelaksana pembangunan. Untuk mempermudah pekerjaan pembangunan dan

    pengelolaan kegiatan ini, akan dilakukan pelelangan sehingga pengelolaan tenaga kerja dapat

    dilakukan dengan baik oleh kontraktor pelaksana yang didampingi dengan pengawasan olehpemrakarsa.

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    17/63

    1168/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    Tenaga kerja yang akan direkrut untuk kegiatan ini terdiri dari dua kategori, yaitu tenaga kerja

    yang mempunyai keahlian khusus (skill)dan tenaga kerja yang tidak mempunyai keahlian khusus

    (unskill). Kategori unskillmerupakan kategori yang memungkinkan dapat merekrut tenaga kerjalokal. Diperkirakan tenaga kerja lokal yang dapat diserap dapat mencapai 150 orang (60%).

    Pematangan Lahan

    Pematangan lahan akan dilakukan untuk pembangunan dan perluasan lapangan penumpukan,

    fasilitas jalan lingkungan dan fasilitas penunjang seperti ruang tunggu, Puskesmas dan klinik,

    warung, toko dan koperasi serta MCK umum. Berbagai peralatan yang umumnya digunakan yaitu

    buldozer, backhoe, stump wall dan lain-lain. Pada tahap ini, pekerjaan meliputi pembersihan,

    perataan dan pemadatan.

    Mobilisasi Material Bangunan

    Mobilisasi material bangunan akan dilakukan dengan menggunakan transportasi laut dan darat.Material yang dibutuhkan umumnya terdiri dari pasir, batu kali, semen, batu bata, besi beton, tiang

    pancang, dan lain-lain. Keperluan bahan pembangunan tersebut akan di peroleh dari quarry

    terdekat dari lokasi pelabuhan Kuala Langsa atau mendapat pasokan dari supplier lokal. Bahan

    bangunan yang tidak terdapat di sekitar lokasi akan didatangkan dari Banda Aceh atau Medan.

    Secara konkret, material tiang pancang baja (tube pipe pile) dipabrikasi di Jakarta, kemudian

    dimobilisasi ke lokasi proyek melalui laut. Untuk beton lantai dermaga dan trestle, materialnya

    beton precast yang dipabrikasi di sekitar loaksi proyek, sedangkan beton in situ di cor di atas

    strukstur. Peralatan pancang menggunakan hammer hydraulic4.5 7 ton (IREP, April, 2008).

    Pembangunan Barak Kerja dan Fasilitas Sanitasi

    Barak kerja akan dibangun pada areal proyek dengan kapasitas yang disesuaikan berdasarkan

    kebutuhan ( 100 orang). Disamping itu juga dibangun sarana mandi, cuci, kakus (MCK), gudang

    dan kantor direksi.

    Pembangunan Dermaga Cargo

    Dermaga cargo yang akan dibangun meliputi dermaga, trestleserta pelengkap lainnya meliputi

    fender dan bolder. Untuk membangun dermaga cargo di atas, tahapan kegiatan yang dilakukan

    adalah kegiatan pemancangan tiang, pemasangan beam, pemasangan slab beton dan

    pemasangan fendersertabolder.

    Dermaga

    Dimensi dermaga eksisting yang selama ini beroperasi di Pelabuhan Kuala Langsa memiliki

    panjang 75 m dan lebar 10 m. Untuk dapat melayani kapal dengan bobot maksimum 10.000 DWT

    kebutuhan panjang dermaga 150 m dengan lebar 15 m untuk dapat melayani antrian truk

    pengangkut barang dan juga dapat memberikan ruang operasi bagi forklift dan cranepada saat

    bongkar muat. Tata letak dermaga dapat dilihat pada gambar-gambar di halaman berikut:

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    18/63

    1268/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    Gambar 3 Konsep Rencana dan Tata Letak Pelabuhan Kuala Langsa

    Tata Letak Pelabuhan

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    19/63

    1368/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    Gambar 4 Tata Letak Perpanjangan dan Pelebaran Dermaga

    Perpanjangan & Pelebaran

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    20/63

    1468/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    Gambar 5 Tata Letak Fasilitas Berthing Kapal Tanker CPO

    Berthing Kapal Tanker CPO

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    21/63

    1568/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    Perbaikan dan Penambahan Sarana Navigasi (SBNP)

    Sarana navigasi yang telah ada perlu ditambah terutama di muara Sungai (pintu masuk) Kuala

    Langsa dan tempat-tempat tertentu yang dianggap perlu dengan kualitas yang memadai

    (canggih). Sedangkan sarana navigasi yang telah rusak, hilang atau tenggelam; perlu diperbaiki

    atau diganti sesuai dengan unit-unit yang telah terpasang/pernah dipasang.

    Pembangunan Fasilitas Sandar Kapal Tanker CPO

    Pembangunan fasilitas sandar kapal tanker CPO menggunakan system dolphin yang dapat

    digunakan baik oleh kapal 5000 DWT maupun 10.000 DWT. Pembangunan fasilitas sandar kapal

    tanker CPO terdiri dari:

    Pembangunan Breasting Dolphin (BD), yaitu tempat dimana kapal tanker bersandar. Breasting

    dolphinterdiri dari 2 unit. Jarak antara breasting dolphin (BD1 dan BD2) ditentukan sepanjang

    40 m sehingga dapat mengakomodasi berthing kapal tanker 5000 DWT maupun 10.000 DWT.

    Pembangunan Mooring Dolphin(MD), yaitu tempat dimana kapal ditambatkan. Mooring dolphin

    terdiri dari dua unit. Jarak terluar antara dua buah mooring dolphin adalah lebih panjang dari

    LOA (panjang kapal) terbesar (LOA kapal terbesar ukuran 10.000 DWT = 130 m) sehingga

    jarak antara MD1 dan MD 2 adalah 135 m. Titik mooring ditempatkan sekitar 45 m dari

    breasting face.

    Pembangunan loading deck, yaitu tempat diantara dua breasting dolphin tempat yang dapat

    dimanfaatkan untuk penempatan pompa muat CPO ke kapal, maupun untuk fasilitas-fasilitas

    suplai air bersih ke kapal.

    Pembangunan cat walk, yaitu jalan (jembatan) yang menghubungkan daratan ke loading deck,

    breasting dolphindan mooring dolphin. Jalan ini digunakan untuk memudahkan pengoperasian

    fasilitas tersebut terutama dalam kegiatan sandar dan bongkar muat.

    Elevasi lantai breasting dolphin, mooring dolphindan loading deckditentukan satu meter di atas

    muka air tertinggi, yaitu pada elevasi + 3,50 m LWS. Untuk lebih jelasnya, tata letak fasilitas

    sandar kapal tanker CPO dapat dilihat pada halaman berikut.

    Pembangunan Fasilitas Penunjang Pelabuhan, meliputi:

    Pekerjaan Jalan, Lapangan Penumpukan dan Lapangan Parkir

    Luas lahan yang akan digunakan untuk tiga jenis pekerjaan ini adalah 26.292,75 m2. Urutan

    pekerjaan untuk ketiga jenis pekerjaan ini adalah:

    Pengurugan lahan menggunakan tanah merah dengan tinggi 300 mm dengan bahan urugan

    sebanyak 7.887,83 m3.

    Urugan pengerasan (base course) tinggi urugan 200 mm dengan volume bahan urugan

    sebanyak 5.258,55 m3.

    Pekerjaan beton dan bekisting dengan ketinggian 150 mm dan volume material beton K.225

    adalah 3.943,91 m3.

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    22/63

    1668/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    Gudang Tertutup

    Gudang tertutup eksisting terdapat dua unit yaitu gudang 001 dengan ukuran 40 x 12,5 m2 dan

    gudang 002 dengan ukuran 30 x 10 m2. Gudang 001 dan 002 sementara ini digunakan oleh PT

    Karya Abadi Sakti (PT KAS) sebagai tempat pengolahan udang beku. Berkenaan dengan rencana

    pengembangan akan dibangun gudang baru sebanyak 4 unit yang terbagi dalam dua tahap

    pengembangan, yaitu pada tahap pengembangan jangka menengah dan jangka panjang yang

    masing-masing tahap dibangun dua unit gudang dengan ukuran masing-masing 300 m2.

    Pembangunan Tanki CPO

    Guna mengimbangi adanya dermaga sandar tanker pengangkut CPO, maka proyek juga

    merencanakan untuk membangun tanki CPO yang letaknya berada di sebelah Barat Laut dari

    lokasi dermaga sandar tanker CPO. Jumlah tanki CPO yang akan dibangun terbagi menjadi dua

    tahap, pada tahap pengembangan jangka menengah akan dibangun sebanyak 18 tanki dan pada

    tahap pengembangan jangka panjang akan dibangun 18 tanki.

    Pembangunan Terminal Penumpang

    Terminal penumpang dibangun guna melayani penumpang yang akan melakukan perjalanan laut

    dengan menggunakan kapal. Dalam terminal penumpang akan disediakan ruang tunggu

    biasa,ruang tunggu VIP, ruang pembelian tiket (ticketing), ruang administrasi kantor, ruang

    informasi, tempat security, kantin, musholah dan WC. Terminal penumpang dibangun pada lahan

    dengan panjang 35,00 m dan lebar 19,00 m.

    Pekerjaan Pagar dan Gerbang Pelabuhan

    Pagar akan dibangun di sekeliling lokasi pelabuhan dengan panjang 1.764 m. Tinggi pagar 1450

    mm lebar tiang betin 300 mm. Urutan pekerjaan pembangunan pagar dan gerbang pelabuhan

    adalah sebagai berikut:

    Pekerjaan beton dengan menggunakan beton K.225 dan bekesting dengan volume 0,81 m3

    dan besi101,25 kg

    Pekerjaan logam, yaitu pemasangan pagar BRC tipe 120 A2 dengan panjang 1.764,00 m dan

    gerbang 1 unit.

    Pembangunan Reservoi r dan Rumah Pompa

    Fungsi reservoir adalah untuk menampung air bersih untuk keperluan aktivitas di pelabuhan.

    Reservoiryang akan dibangun panjang 12,250 m dan lebar 8,00 m. Reservoir akan dibangun di

    bawah permukaan tanah pada kedalaman 2,4 m dan muncul di atas permukaan tanah dengan

    tinggi 0,6 m.

    Sementara rumah pompa dibangun untuk melindungi pompa dari hujan dan panas. Rumah pompa

    akan dibangun dengan ukuran panjang 3,00 m dan lebar 2,00 m.

    Pembangunan Terminal Penumpang

    Terminal penumpang dibangun guna melayani penumpang yang akan melakukan perjalanan laut

    dengan menggunakan kapal. Dalam terminal penumpang akan disediakan ruang tunggu

    biasa,ruang tunggu VIP, ruang pembelian tiket (ticketing), ruang administrasi kantor, ruang

    informasi, tempat security, kantin, musholah dan WC. Terminal penumpang dibangun pada lahan

    dengan panjang 35,00 m dan lebar 19,00 m.

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    23/63

    1768/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    Pembangunan Kantor Dinas Kesehatan, Kantor KPPP dan Kantor SROP

    Kantor kesehatan akan dibangun dengan ukuran (13 m x 12,40) m2. Kantor kesehatan ini terdiri

    dari ruang-ruang sebagai berikut: ruang tunggu, ruang pendaftaran, ruang periksa, apotek, ruang

    staf, ruang kepala dinas, dapur dan toilet.

    Kantor KPPP dibangun dengan ukuran (12 x 9) m2, terdiri dari ruang-ruang sebagai berikut: ruang

    staff, ruang direktur, dapur dan toilet.

    Kantor radio operasional pantai (SROP) dibangun dengan ukuran (9 x 9) m2, terdiri dari ruang

    pemancar, ruang staf, ruang direktur, dapur dan toilet.

    Pembangunan Rumah Dinas dan Mesjid

    Rumah dinas dibangun untuk ditempati oleh staf yang bertugas di Pelabuhan Kuala Langsa.

    Rumah dinas karyawan dibangun sebanyak 4 unit dengan ukuran panjang 10,00 m dan lebar 7,50

    m yang secara umum terdiri dari ruang tamu, 2 kamar tidur, teras dan WC.

    Sarana mesjid dibangun untuk mengakomodasi keperluan ibadah bagi umat muslim yang ada di

    lokasi pelabuhan atau warga sekitar pelabuhan dan para pengguna Pelabuhan Kuala Langsa.

    Mesjid yang akan dibangun direncanakan memiliki dimensi (18,50 x 18,00) m2yang terdiri dari

    ruang ibadah, perpustakaan, gudang dan kantor, serta teras. Selain itu dibangun juga tempat

    wudhu dan toilet sebanyak dua unit secara terpisah untuk jamaah laki-laki dan perempuan.

    Pembangunan Toilet Umum

    Toilet umum direncanakan akan dibangun dengan ukuran (7,00 x 4,00) m2. Toilet ini akan terbagi

    dua yaitu toilet untuk laki-laki dan toilet untuk wanita.

    Instalasi Air dan Listrik

    Instalasi air akan dibangun sesuai dengan tingkat kebutuhan di lokasi pelabuhan. Instalasi akan

    dipasang ke lokasi bangunan yang ada di pelabuhan dan ke lokasi unit-unit pengguna pelabuhan

    seperti kantor Pelindo, Adpel, KP3, Polair, Dinas Kesehatan, Kantor Karantina, Kantor Bea Cukai

    dan unit-unit lain. Pembangunan instalasi air akan bekerja sama dengan PDAM Kemuning.

    Demikian halnya dengan instalasi listrik, pemasangan akan dilakukan sampai ke lokasi pengguna

    baik bangunan pelabuhan maupun unit-unit pengguna pelabuhan. Pemasangan instalasi di lokasi

    pelabuhan dilakukan bersamaan dengan kegiatan proyek bekerja sama dengan pihak PLN

    Cabang Kota Langsa.

    Kegiatan Pengerukan

    Di dalam rencana jangka pendek yang dikerjakan oleh BRR, tidak ada kegiatan pengerukan pada

    tahap pertama ini. Dengan demikian tidak ada pula kegiatan pengangkutan material keruk ataupun

    kegiatan penempatan material keruk.

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    24/63

    1868/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    Demobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi

    Setelah pembangunan pelabuhan dan fasilitas penunjang lainnya selesai dilaksanakan, akan dila-

    kukan kegiatan pemutusan hubungan kerja dengan tenaga kerja kontrak lokal serta demobilisasi

    terhadap tenaga kerja kontraktor. Hal ini dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip

    penggunaan tenaga kerja yang berlaku di Indonesia. Pengelolaan tenaga kerja dan

    demobilisasinya dilaksanakan bersama dengan kontraktor dan sebagian besar merupakan

    tanggung jawab kontraktor pembangunan fisik.

    1.3.3 Tahap Operasi

    Tenaga Kerja Operasi

    Karena kegiatan ini merupakan usaha yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara melalui PT

    Pelindo, penggunaan tenaga kerja akan dikelola oleh PT Pelindo untuk kegiatan operasional pela-

    buhan. Penggunaan tenaga kerja dapat memanfaatkan berbagai sumber daya manusia yang

    sudah direkrut oleh PT Pelindo ataupun memanfaatkan tenaga lokal sesuai dengan keperluan

    operasional Pelabuhan Kuala Langsa. Penggunaan tenaga kerja lokal sangat diperhatikan dan

    dipertimbangkan sebagai suatu nilai tambah dari tahap operasional Pelabuhan Kuala Langsa

    terhadap masyarakat setempat.

    Kondisi eksisting tenaga kerja Pelabuhan Kuala Langsa terdiri dari Karyawan PT Pelindo I Cabang

    Kuala Langsa dan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM). Selain itu karyawan instansi lain yang ada

    di lingkungan pelabuhan adalah Adpel, Polair dan KP3.

    Karyawan PT Pelindo I Cabang Kuala Langsa sebanyak 9 orang terdiri dari 4 orang karyawan

    organik dan 5 orang karyawan non organik. Tenaga kerja bongkar muat (TKBM) yang tergabungpada Koperasi TKBM terdiri dari 300 orang. Koperasi TKBM berada di bawah pembinaan Adpel

    Kuala Langsa.

    Dalam rangka pengembangan pelabuhan diprediksi akan terjadi penambahan tenaga kerja, untuk

    Pelindo diperkirakan akan terjadi penambahan sekitar 6 orang tenaga kerja non organik

    sementara untuk TKBM diperkirakan akan terdapat penambahan sekitar 200 orang.

    Kegiatan Operasional Pelabuhan: Sandar, Labuh dan Berlayar Kapal

    Kegiatan sandar, labuh dan berlayar kapal merupakan kegiatan jasa utama di Pelabuhan Kuala

    Langsa. Kapal-kapal yang akan memanfaatkan jasa pelabuhan sebelum menurunkan (unloading)

    dan menaikan barang/penumpang (loading) terlebih dahulu melakukan kegiatan sandar dan labuh.

    Hal ini dilakukan dengan mengikuti dan mematuhi ketentuan memasuki pelabuhan seperti dalam

    hal mematuhi tanda-tanda sarana bantu navigasi pelayaran (SBNP). Dengan demikian, kapal akan

    terpandu memasuki pelabuhan. Instansi yang bertanggung jawab dalam kegiatan sandar, labuh

    dan berlayar adalah Syahbandar Pelabuhan yang berada langsung di bawah pengawasan

    Departemen Perhubungan.

    Kegiatan Bongkar Muat

    Kegiatan bongkar muat (unloading-loading) di dermaga merupakan kegiatan utama lainnya di

    lingkungan pelabuhan. Kegiatan bongkar (unloading) mencakup kegiatan penurunan barang dari

    kapal yang dibantu dengan alat crane dan forklift. Tenaga kerja yang bertugas adalah operator

    pelabuhan yang mengoperasikan alat-alat tersebut. Tenaga kerja lainnya yang terlibat adalahtenaga kerja bongkar muat (TKBM).

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    25/63

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    26/63

    2068/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    penumpang digunakan untuk menampung kendaraan yang mengangkut penumpang yang akan

    menggunakan kapal dan penumpang yang turun dari kapal.

    1.4 Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan

    Rekomendasi penilaian kelayakan lingkungan merupakan pernyataan secara jelas terhadap

    kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang

    didasarkan atas hasil evaluasi dampak dan arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

    hidup untuk alternatif terbaik yang terpilih.

    Setelah melakukan kajian secara mendalam dan holistik terhadap aspek kegiatan yang akan

    dilakukan serta kegiatan yang sudah ada di wilayah tapak proyek dan sekitarnya terhadap aspek

    lingkungan hidup (tata ruang, fisik-kimia, biologi dan sosial kesehatan masyarakat), dapat

    disampaikan beberapa hal sebagai berikut:

    1. Melihat dampaknya secara keseluruhan baik dari fisik, kimiawi, dan biologi, ataupun sosial

    ekonomi budaya relatif tidak terlalu berat dan tampaknya akan dapat dikelola dengan

    berbagai langkah pengelolaan yang umum dilakukan, maka secara lingkungan rencana

    kegiatan ini menurut tim studi ANDAL layak untuk dilanjutkan. Demikian pula bahwa dampak-

    dampak penting yang telah diprediksi dan dievaluasi hanya bersifat sementara dan dapat

    berbalik (reversible);

    2. Melihat sumberdaya manusia yang tersedia di daerah Kecamatan Langsa Barat dan

    sekitarnya mencukupi dan peluang untuk memanfaatkan tenaga kerja lokal cukup besar,

    maka kegiatan pengembangan pelabuhan ini dapat menunjang program pemerintah untuk

    mengurangi tingkat pengangguran;

    3. Melihat dari manfaat secara ekonomi keberadaan kegiatan tambahan ini akan meningkatkan

    PAD daerah (perekoniman lokal) dan menunjang perekonomian daerah serta dapat

    meningkatkan pendapatan masyarakat, maka kegiatan pengembangan pelabuhan Kuala

    Langsa ini sangat bermanfaat; dan

    4. Dengan demikian, keberadaan rencana kegiatan tersebut di atas dari segi kelayakan

    lingkungan layak untuk direalisasikan sepanjang memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah

    disusun dalam RKL dan RPL.

    Sebagai tambahan, hingga saat dilakukan studi, belum ada informasi yang cukup jelas tentang

    rencana pengerukan alur dan reklamasi. Tim AMDAL berpendapat bahwa komponen kegiatan ini

    sangat penting untuk pengoperasian Pelabuhan Kuala Langsa. Analisis hidro-oseanografimenunjukkan adanya potensi abrasi dan sedimentasi secara alami sehingga Tim AMDAL

    merekomendasikan agar rencana kegiatan pengerukan dan reklamasi dikaji dalam studi tersendiri.

    Sebagai catatan penting, saat ini kapasitas tampung dermaga sudah didisain untuk 10.000 DWT

    namun alur pelayaran sangat tidak memadai sehingga dibutuhkan pengerukan alur secara

    periodik berikut kajian komprehensif tentang penempatan material hasil keruknya.

    1.5 Waktu Pelaksanaan

    Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa dapat di lihat pada Gambar 2 di

    bagian sebelumnya. Jadwal kegiatan tersebut mencakup perencanaan hingga selesainya tahap

    konstruksi dan percobaan pengoperasian Pelbuhan Kuala Langsa. Jadwal kerja dari kegiatanmerupakan hal yang penting untuk diketahui oleh para pihak yang terkait. Secara umum strategi

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    27/63

    2168/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    pengembangan dibagi menjadi tahap I untuk rehabilitasi infrastruktur dan tahap II untuk

    pengembangan/pembangunan infrastruktur.

    1.6 Pemrakarsa Kegiatan

    Nama Instansi : Dinas Perhubungan, Komunikasi Informasi dan Telematika,Provinsi NAD melalui BRR Aceh Nias: Pemeliharaan,Rehabilitasi, Peningkatan dan Pembagunan Transportasi Laut(PRP2TL) Provinsi NAD.

    Alamat Kantor : Jl. Mayjen T. Hamzah 52, Kuta Alam, Banda Aceh.

    Penanggung Jawab : Prof. Dr. Ir. Yuwaldi Away, M.Sc.

    Jabatan : Kepala Dinas

    Telp./Fax : (0651) 22110; 31273/(0651) 22106

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    28/63

    2268/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    2. DAMPAK PENTING TERHADAP LINGKUNGAN

    HIDUP

    Berdasarkan hasil evaluasi dampak, maka dampak penting terhadap lingkungan hidup yang akan

    dikelola dari rencana Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa adalah sebagai berikut:

    2.1 Tahap Pra konstruksi

    2.1.1 Persepsi Masyarakat

    Pada uraian tentang prakiraan dampak penting telah dikemukakan, bahwa kegiatan

    pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa berpotensi menurunkan dampak langsung ataupun tidaklangsung, serta dampak primer maupun sekunder pada parameter sosial budaya komunitas

    setempat. Paling tidak telah berhasil diidentifikasikan tiga dampak penting yang berdimensi jangka

    panjang dengan intensitas dampak yang sulit diperkirakan dari sekarang, namun berpotensi

    menjangkau jumlah manusia yang banyak. Ketiga dampak yang dimaksud meliputi persepsi dan

    respons masyarakat, konflik sosial yang bermuatan kesenjangan kesempatan, dan penegakan

    kamtibmas.

    Berdasarkan perkiraan, seperti dikemukakan pada uraian sebelumnya, dampak kegiatan

    pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa terhadap ketiga parameter sosial budaya yang

    disebutkan di atas masih sulit diperkirakan dari sekarang karena sangat tergantung pada berbagai

    kemungkinan perkembangan di masa depan. Secara sepintas juga telah dikemukakan pada

    uraian yang lalu, bahwa pendekatan yang relatif lebih tepat untuk mengelola ketiga dampak yang

    diperkirakan itu adalah pendekatan yang lebih bersifat holistik. Pada pendekatan holistik,

    parameter sosial budaya yang diperkirakan terkena dampak tidak hanya dikelola secara parsial,

    khususnya yang menyangkut pembangunan kebijakan sosial, relasi kekuasaan, ketidakadilan

    gender, pembelaan hak-hak masyarakat lokal, serta kesetaraan sosial (Koentjaraningrat, 1982:7

    dan Suharto, 2006:vii). Ini berarti bahwa pekerjaan pengelolaannya tidak hanya menjadi beban

    Administrator Pelabuhan Kuala Langsa dan PT Pelindo I, tetapi melibatkan seluruh komponen

    setempat, termasuk pemerintah daerah, lembaga relawan termasuk LSM, dan masyarakat yang

    bersangkutan. Alasan untuk melibatkan seluruh komponen tersebut adalah sederhana saja, yaitu

    karena Pelabuhan Kuala Langsa merupakan infrastruktur untuk kepentingan segenap komponen

    dan lapisan masyarakat, birokrasi, dan pebisnis.

    Sebagaimana disebutkan sebelumnya, serangkaian kegiatan pada tahap pra konstruksi mulai dari

    sosialisasi kegiatan, penerimaan tenaga kerja dan persiapan mobilisasi peralatan akan

    mempengaruhi persepsi masyarakat di wilayah studi. Apabila dikaitkan dengan hasil sosialisasi

    yang telah dilakukan pada tanggal 8 Februari 2008, maka persepsi masyarakat dari Gampong

    Sungai Pauh, Kuala Langsa dan Telaga Tujuh dilihat dari jumlah masyarakat dan luasan yang

    akan terkena dampak diprakirakan positif sedangdan penting (+3/5).

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    29/63

    2368/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    2.2 Tahap Konstruksi

    2.2.1 Kualitas Udara dan Kebisingan

    Kegiatan konstruksi yang mempunyai potensi menjadi sumber dampak terhadap kualitas udara

    dan kebisingan adalah pematangan lahan dan mobilisasi material bangunan. Secara langsung,

    kegiatan ini akan mempengaruhi kualitas udara dan kebisingan wilayah tersebut. Dengan

    meningkatnya intensitas lalulintas kendaraan selama tahap ini akan meningkatkan konsentrasi

    debu. Mengingat cukup tingginya konsentrasi debu dan kebisingan terutama di Jalan Simpang

    Empat Gampong Sungai Pauh, maka kegiatan pematangan lahan dan mobilisasi material

    bangunan disimpulkan dapat memberikan dampak negatif sedangdan penting(-3/5).

    2.2.2 Kesempatan Kerja dan Peluang BerusahaSetelah dievaluasi, pada tahap konstruksi juga dapat menimbulkan dampak terhadap kesempatan

    kerja dan peluang berusaha. Rekrutmen tenaga kerja konstruksi sekitar 250 orang yang berasal

    dari tenaga lokal dan pendatang, sedangkan peluang-peluang usaha baru tersebut meliputi

    kegiatan di sektor informal seperti warung, kios, rumah kontrakan, jasa transportasi dan jasa

    katering. Tumbuhnya peluang usaha ini walaupun bersifat musiman atau ramai pada saat

    konstruksi berlangsung, tetapi dampaknya positif besardanpenting (+5/5).

    2.2.3 Kamtibmas dan Keresahan Masyarakat

    Kegiatan pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa pada dasarnya lebih bersifat perbesaran skala

    fisik bangunan, tanpa mengalihkan lokasinya ke tempat lain. Lahan untuk lokasi kegiatan masihpada tempat yang lama, sudah terbebaskan dari status kepemilikan maupun kegiatan berekonomi

    masyarakat setempat. Kegiatan kegiatan berekonomi yang terlihat di sekitar dermaga umumnya

    lebih bersifat pendukung kegiatan operasional kepelabuhanan. Pekerjaan pengembangan

    pelabuhan pada tahap konstruksi maupun kegiatan operasional kepelabuhanan pada tahap pasca

    konstruksi relatif jauh terpisah dari lingkungan tempat tinggal penduduk. Hanya kegiatan

    pengangkutan bahan material bangunan pada tahap konstruksi serta pergerakan kapal saat

    melintasi alur pelayaran di pantai Telaga Tujuh dan pengangkutan barang-barang muatan kapal

    yang melintasi perkampungan Sungai Pauh dan Kuala Langsa yang diperkirakan berdampak

    penting pada komponen lingkungan sosial budaya.

    Karena itu sasaran pengelolaan yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh adalah upayapengamanan pantai Telaga Tujuh dari kemungkinan abrasi serta pengamanan pemukiman

    penduduk di sepanjang jalan menuju ke pelabuhan dari terpaan debu dan potensi kecelakaan

    lalulintas. Kecuali itu, walaupun tidak terpaut langsung dengan kegiatan pengembangan

    pelabuhan, namun merupakan beban sejarah masa lampau, juga membutuhkan upaya

    pengelolaan terkait dengan status hak kepemilikan lahan yang ditempati penduduk Kuala Langsa

    dan juga Sungai Pauh yang menempati lahan bekas pertapakan rel kereta api menuju ke

    pelabuhan.

    Masalah kamtibmas akan bisa diperketat saat kegiatan bongkar muat kapal berlangsung, aktivitas

    silo dan pergudangan, transportasi, operasional terminal penumpang dan pembagian wilayah

    perpakiran. Apabila hal ini salah urus, maka dampaknya akan negatif sedang danpenting (-3/5).Banyak hal yang menyangkut masalah kamtibmas, antara lain pembauran sejumlah masyarakat

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    30/63

    2468/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    dari berbagai etnis, toleransi sikap berkendaraan, keamanan lingkungan dan tegaknya peraturan.

    Wujud lain dari masalah kamtibmas ini adalah timbulnya keresahan masyarakat yang bersumber

    dari ketidaknyamanan akibat pemutusan hubungan kerja dan dampak turunan lainnya (daripenurunan kualitas air dan udara).

    2.2.4 Persepsi Masyarakat

    Dampak terhadap persepsi masyarakat menjadi positif sedang dan penting (+3/5) akibat

    serangkaian kegiatan konstruksi berlangsung. Kegiatan tersebut antara lain berupa pematangan

    lahan, mobilitas material bangunan, pembangunan yang banyak menyerap tenaga kerja. Dampak

    ini akan berubah menjadi negatif tidak penting pada saat terjadi penurunan kualitas lingkungan

    sementara utamanya udara (debu, gas dan kebisingan) serta pengurangan tenaga kerja.

    2.2.5 Kepadatan Lalulintas DaratSebagaimana disebutkan pada Rona Awal, sepanjang jalan menuju pelabuhan memiliki lebar

    hanya sekitar 6 m (tanpa median jalan) di tambah 1 m di kanan kiri badan jalan. Dapat

    dibayangkan pada saat konstruksi saja belum berlangsung sudah padat kondisinya apalagi bila

    pelabuhan ini beroperasi.

    Dengan padatnya lalulintas dan sempitnya jalan, maka jika dlihat dari jumlah masyarakat yang

    akan terkena dampak dengan intentistas yang cukup tinggi, maka kegiatan tahap operasi akan

    berdampak negatif besardanpenting (-5/5).

    2.3 Tahap Operasi

    2.3.1 Kualitas Udara dan Kebisingan

    Sebagaimana telah disebutkan dalam bab prakiraan dampak, pada tahap operasi serangkaian

    kegiatan yang diduga mempunyai dampak terhadap kualitas udara yaitu kegiatan sandar, labuh,

    dan layar-kunjungan kapal, kegiatan bongkar muat, kegiatan pergudangan dan silo, transportasi

    darat, kegiatan perparkiran, serta sanitasi dan kebersihan lingkungan.

    Kegiatan bongkar muat dan transportasi darat akan meningkat pada wilayah pelabuhan seiring

    dengan meningkatnya kegiatan di pelabuhan tersebut. Kegiatan ini diperkirakan dapat

    menimbulkan dampak yang signifikan terhadap penurunan kualitas udara karena peningkatan

    kadar debu dan emisi gas buang kendaraan. Kendaraan dan alat-alat yang digunakan untukkegiatan bongkar muat dan transportasi dapat meningkatkan konsentrasi polutan di udara

    khususnya debu dan juga CO2, SOx, dan NOx. Hal ini akan berlangsung dan terakumulasi selama

    pelabuhan berdiri. Mengingat luasnya sebaran dampak dan sifat kumulatif dampak yang dapat

    ditimbulkan, maka dampak kegiatan bongkar muat dan transportasi darat akan bersifat negatif

    sedangdan penting(-3/5).

    2.3.2 Kualitas Air

    Pada tahap pasca konstruksi - operasi terdapat tiga kegiatan utama yang dapat menimbulkan

    dampak terhadap kualitas air yaitu kegiatan sandar, labuh, dan layar-kunjungan kapal, kegiatan

    bongkar muat, dan juga sanitasi dan kebersihan lingkungan.

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    31/63

    2568/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    Kegiatan olah gerak kapal untuk berlabuh dan berlayar diperkirakan dapat meningkatkan

    kekeruhan wilayah perairan setempat akibat terajadinya re-suspensi sedimen dasar laut. Kegiatan

    sandar, labuh, dan layar serta kunjungan kapal diperkirakan dapat menghasilkan limbah cair danpadat dari kapal yang berasal dari kapal-kapal yang berlabuh di sekitar dermaga. Kegiatan dapat

    meningkatkan limbah cair dan padat yang masuk ke wilayah perairan laut yang mengakibatkan

    turunnya kualitas air laut dan mencemari perairan tersebut, penurunan kualitas air akibat

    pencemaran diprakiraan mencapai 10 30% dari kualitas air rona awal (skor 3). Hal ini akan

    berlangsung selama pelabuhan beroperasi sehingga sehingga merupakan dampak penting (skor

    5). Dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan kegiatan ini menimbulkan dampak negatif

    sedang danpenting(- 3/5).

    Kegiatan bongkar muat diperkirakan akan menghasilkan limbah dan sampah yang mungkin

    terbuang di sekitar perairan. Limbah dan sampah ini bisa berupa tetesan minyak-lemak atau

    logam dari bahan bakar kapal yang berlabuh ataupun terbuangnya air ballast ke badan air.

    Peningkatan konsentrasi minyak dan lemak dan juga logam akan menurunkan kualitas air. Minyak

    dan lemak merupakan senyawa organik yang membutuhkan oksigen untuk terdekomposisi. Dalam

    konsentrasi yang tinggi, minyak dan lemak ini akan memerlukan jumlah oksigen yang cukup tinggi

    pula sehingga akan menurunkan kandungan oksigen terlarut dalam air. Jika terjadi defisit oksigen

    dalam dekomposisinya, maka kawasan perairan akan menjadi anaerob dan/atau anoxic. Kondisi

    ini akan mempengaruhi suplai oksigen yang diperlukan mikroorganisme lainnya. Kondisi anaerob

    akan menimbulkan bau yang cukup tajam. Logam yang dapat terkandung dalam minyak atau

    pelumas yang biasa digunakan oleh kapal-kapal yang tidak dapat terdekomposisi secara alami di

    alam, akan terabsorpsi oleh organsime yang berada dalam kawasan perairan tersebut ataupun

    mengendap ke dasar perairan. Dalam air laut, minyak dan lemak akan tersebar sesuai dengan

    kecepatan dan arah arus, serta gelombang. Dari uraian di atas terungkap bahwa kegiatandiprakirakan menimbulkan dampak negatif dengan besaran dampak sedang (skor 3). Hal ini akan

    berlangsung selama pelabuhan beroperasi sehingga merupakan dampak penting. Dapat

    disimpulkan bahwa secara keseluruhan kegiatan ini menimbulkan dampak negatif sedang dan

    penting (-3/5).

    2.3.3 Biota Perairan

    Pada tahap pasca kontruksi kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap

    biota akuatik adalah olah gerak kapal dan transportasi, bongkar muat barang di dermaga

    pergudangan, silo dan pemuatan CPO ke tanker. Sedangkan yang berpotensi menimbulkan

    dampak positif adalah pengoperasian fasilitas sanitasi.

    Kegiatan olah gerak kapal, sandar layar dan tranportasi, selain menimbulkan gelombang,

    kegiatan olah gerak kapal dan pelayaran berpotensi menimbulkan turbulensi yang dapat

    mengangkat materi dasar sungai dan menimbulkan kekeruhan dan meningkatkan kadar padatan

    tersuspensi juga berpotensi menimbulkan ceceran minyak yang dapat mencemari air sungai.

    Kekeruhan dan padatan tersuspensi ini diprakirakan akan menimbulkan dampak negatif terhadap

    biota akuatik (plankton dan benthos). Namun ditinjau dari besaran dampaknya kecil, dimana

    peningkatan kekeruhan dan padatan tersuspensi diprakirakan akan meningkat kurang dari 10 %

    dari kadar rona awal (skor 1). Intensitas, lama dan sebaran dampaknya juga kecil , sehingga

    dampak yang ditimbulkan terhadap plankton dan benthos tidak penting (skor 1). Ceceran minyak

    dan limbah cair dari kapal yang mengandung surfaktan akan menimbulkan pencemaran air yangdapat meningkatkan kadar minyak dalam air diprakirakan mencapai 10 -30 % dari kadar rona awal

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    32/63

    2668/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    akan berlangsung selama pelabuhan beroperasi dan sifat minyak yang sulit terurai secara alami

    dan dapat terserap oleh jaringan daging ikan (tainting) sehingga menimbulkan bau dan rasa tidak

    enak sehingga menimbulkan dampak penting (skor 5). Dari uraian di atas dapat dikemukakanbahwa kegiatan tersebut di atas diprakirakan akan menimbulkan dampak negatif sedang dan

    penting (-3/5) terhadap biota akuatik, terutama nekton.

    Kegiatan bongkar muat di darmaga kargo dan tempat sandar tanker CPO berpotensi

    menimbulkan ceceran minyak dari kapal dan ceceran CPO pada saat pemompan ke tanker. Hal ini

    akan menimbulkan dampak terhadap kualitas air dan dampak turunan terhadap biota akuatik

    (planton, benthos dan nekton). Oli dan BBM dapat terserap (tainting) oleh nekton sehingga

    menimbulkan bau dan rasa tidak enak pada daging ikan. Sebagaimana diuraikan dalam dampak

    terhadap kualitas air, ditinjau dari lamanya dampak yang akan berlangsung selama ada kegiatan

    di pelabuhan, sifat limbah yang sulit atau membutuhkan waktu lama untuk terurai, dampak dari

    ceceran minyak dan CPO terhadap kualitas air permukaan diprakirakan berdampak penting yang

    bersifat negatif dengan bobotnya sedang. Dengan demikian dampak turunannya terhadap biota

    akuatik juga menimbulkan dampak penting yang bersifat negatif sedangdan penting(-3/5).

    2.3.4 Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha

    Pada tahap konstruksi kesempatan kerja bisa saja tidak maksimal adanya, tetapi pada tahap

    operasi pelabuhan kesempatan tersebut terbuka di semua lini. Contoh sederhana, munculnya

    buruh bongkar muat, penjaja makanan dan minuman di kapal, serta jasa transportasi. Semua ini

    memberikan dampak yang positif. Begitupun dengan peluang berusaha yang merupakan dampak

    tersendiri ketika pelabuhan beroperasi. Peluang usaha ini biasanya banyak tumbuh di sektor

    infomal.

    Konkretnya, dampak kesempatan kerja pada tahap operasi timbul akibat adanya kegiatan

    penerimaan tenaga kerja operasi. Data yang tersaji pada Bab II menguraikan bahwa terdapat

    tenaga operasional eksisting, yaitu karyawan PT Pelindo Cabang Pelabuhan Kuala Langsa

    (jumlah 4 organik dan 5 non organik) dan tenaga kerja bongkar muat (TKBM) dengan jumlah 300

    orang. Adanya rencana pengembangan pelabuhan dengan asumsi semua aktifitas pelabuhan

    akan meningkat 3 kali lipat maka jumlah tenaga kerja juga akan banyak dibutuhkan.

    Prakiraan jumlah tenaga kerja yang akan direkrut dengan adanya pengembangan pelabuhan

    adalah sebagai berikut:

    Karyawan Pelindo diperkirakan akan menambah 6 orang karyawan organik dan 10 orang

    karyawan non organik.

    TKBM diperkirakan akan menambah 200 orang. Dengan asumsi jumlah 500 orang (300 orang

    eksisting ditambah 200 orang baru) akan mampu melayani bongkar muat kapal 3 calldalam

    sehari.

    Uraian di atas meperlihatkan adanya perekrutan tenaga kerja yang cukup signifikan dibandingkan

    dari kondisi eksisting. Jumlah manusia yang terkena dampak berjumlah 216 orang (karyawan dan

    TKBM). Intensitas dampak tergolong besar dan dampak berlangsung selama tahap operasi.

    Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa dampak penerimaan tenaga kerja

    tergolong dampak negatif besardan penting(-5/5).

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    33/63

    2768/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    2.3.5 Perekonomian Lokal

    Serangkaian kegiatan pada saat beroperasinya pelabuhan akan mempengaruhi perekonomian

    lokal secara positif. Konkretnya, retribusi di segala aktivitas meningkat, peredaran uang danbarang meningkat, juga pembangunan sarana dan prasarana perkonomian juga meningkat. Oleh

    sebab itu, dampak beroperasinya pelabuhan ini terhadap perekonomian lokal dapat dikategorikan

    positif sedangdan penting(+3/5).

    2.3.6 Kamtibmas dan Keresahan Masyarakat

    Masalah kamtibmas akan bisa diperketat saat kegiatan bongkar muat kapal berlangsung, aktivitas

    silo dan pergudangan, transportasi, operasional terminal penumpang dan pembagian wilayah

    perpakiran. Apabila hal ini salah urus, maka dampaknya akan negatif dan penting. Banyak hal

    yang menyangkut masalah kantibmas, antara lain pembauran sejumlah masyarakat dari berbagai

    etnis, toleransi sikap berkendaraan, keamanan lingkungan dan tegaknya peraturan.

    Sebaik apapun pembangunan yang telah direncanakan, akan memunculkan juga keresahan

    masyarakat yang terkait langsung dengan kegiatan ini. Telebih-lebih saat pelabuhan mulai

    beroperasi, banyak hal yang tak terduga akan terjadi, misalnya tingkat keramaian meningkat yang

    tadinya sepi, jalur lalu lintas semakin padat, konsentrasi debu-gas dan kebisingan meningkat, juga

    pola hisup sosial akan berubah walaupun tidak secara drastis (dari masyarakat statis ke trend

    masyarakat dinamis). Semua ini diprediksi akan berdampak negatif sedangdan penting(-3/5).

    2.3.7 Wisata Bahari

    Kegiatan sandar, labuh dan layar-kunjungan kapal akan memberikan dampak terhadap

    pengembangan wisata bahari Kota Langsa seperti eco-tourism ke Pulau Telaga Tujuh. Pulau ini

    sangat potensial untuk dikembangkan mengingat hutan mangrove yang terjaga baik berkat

    kearifan lokal penduduk setempat, satwa liar, serta pasir pantai yang relatif bersih dan areal

    pemancingan ikan.

    Dampak kegiatan terhadap wisata bahari bersifat positif secara tidak langsung tetapi masuk

    potensi kategori dampak positif sedang danpenting (+3/5).

    2.3.8 Persepsi Masyarakat

    Kegiatan penerimaan tenaga kerja, aktivitas bongkar muat kapal (termasuk kunjungan kapal),

    kegiatan pergudangan dan transportasi darat, terminal dan perpakiran hingga ke sanitasilingkungan dapat berdampak positif penting terhadap persepsi masyarakat.

    Persepsi ini dapat ditingkatkan dengan jalan selalu mengadakan pengawasan di wilayah

    pelabuhan agar tidak ada kegiatan yang meresahkan mereka atau mempengaruhi kamtibmas

    setempat.

    Persepsi positif ini akan bertambah apabila sistem sanitasi ligkungan di dalam pelabuhan dan

    sekitarnya cukup terjaga dengan cara tertib dan disiplin membuang sampah pada tempatnya,

    pemeliharaan saluran air (drainase), serta melakukan klasifikasi sampah anorganik dan organik.

    Intensitas dampak persepsi besar dan menyangkut orang banyak, sehingga dampak ini tergolong

    dampak positif besardan penting(-5/5).

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    34/63

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    35/63

    2968/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    tingginya gelombang akan mempengaruhi abrasi dan erosi di kawasan pantai, pertumbuhan

    mangrove serta perkembangan pemijahan ikan dan sejenisnya.

    Padatnya arus kunjungan kapal ke Pelabuhan Belawan, sehingga Pelabuhan Kuala Langsa dapat

    dijadikan alternatif untuk bongkar/ muat bagi barang-barang untuk daerah Sumatera Utara bagian

    Utara dan Aceh bagian Timur.

    Adanya peningkatan arus kunjungan kapal ke Pelabuhan Kuala Langsa akan berpengaruh

    terhadap pengguna alur pelayaran yang ada diantaranya nelayan.

    Dampak lalulintas akibat arus kunjungan kapal bersifat negatif dan langsung berpengaruh

    terhadap pengguna alur yang lain. Selain itu dampak akan berlangsung lama yaitu selama

    pelabuhan tersebut beroperasi.

    Dampak ini akan berbalik apabila adanya pengaturan arus lalulintas di alur tersebut. Namun

    demikian dampak tersebut bersifat dinamik karena semakin berkembangnya kemajuan di lokasihinterlandpelabuhan tersebut maka akan semakin tinggi arus kunjungan kapal.

    Luas persebaran dampak berlangsung pada alur pelayaran dari mulai suar pengenal sampai

    Pelabuhan Kuala Langsa.

    Berdasarkan kriteria dampak yang sudah diuraikan di atas maka dapat dikemukakan bahwa

    dampak lalulintas laut akibat kegiatan sandar, labuh dan layar merupakan dampak negatif

    sedangdan penting (-3/5).

    2.3.12 Kepadatan Lalulintas Darat

    Kepadatan lalulintas akan bertambah pada saat operasional pelabuhan. Pertambahan volumekendaraan dan sirkulasi arus lalulintas dapat menyebabkan dampak turunan lain yaitu kecelakaan

    lalulintas, mengingat kondisi di sepanjang jalan menuju pelabuhan memiliki lebar hanya sekitar 6

    m (tanpa median jalan) di tambah 1 m di kanan kiri badan jalan.

    Kepadatan lalulintas darat pada tahap operasi diakibatkan oleh adanya kegiatan transportasi

    darat, kegiatan terminal penumpang dan kegiatan perparkiran. Data lalulintas di pelabuhan tahun

    2003 - 2007 telah disajikan pada Bab Uraian Kegiatan. Uraian pada bab tersebut menyajikan

    jumlah kendaraan yang masuk ke Pelabuhan Kuala Langsa. Terdapat empat jenis kendaraan

    yang masuk ke pelabuhan yaitu kendaraan roda dua, kendaraan minibus, truk dan trailer. Tahun

    2007 tercatat masing-masing 16.508 unit (roda dua), 4.931 unit (minibus), 10.630 unit (truk) dan

    29 unit (trailer). Kemudian perkembangan dari tahun 2006 ke tahun 2007 terlihat sangat signifikan,

    yaitu masing-masing roda dua (100%), minibus (155,8%), truk (54,3%) dan trailer (222,2%).

    Adanya pengembangan pelabuhan, kepadatan lalulintas darat akan lebih meningkat. Diperkirakan

    dengan adanya kegiatan pengembangan pelabuhan aktifitas kepelabuhanan akan meningkat

    menjadi 3 kali lipat keadaan sekarang. Sehingga kendaraan yang masuk ke lokasi pelabuhan juga

    akan meningkat 3 kali lipat dari kondisi tahun 2007.

    Jumlah manusia yang terkena dampak tergolong banyak sejumlah pengguna jasa pelabuhan.

    Luas persebaran dampak skala regional kecamatan. Intensitas dampak tergolong besar.

    Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa lalulintas darat tergolong negatif besardan

    penting(-5/5).

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    36/63

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    37/63

    3168/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    Pengelolaan yang dilakukan untuk daerah yang terkena dampak proses erosi adalah dengan

    menanam pohon mangrove atau dinding pantai (revetment) di garis pantai yang digunakan untuk

    melindungi langsung dari serangan gelombang, sedangkan pada daerah yang terkena dampakproses sedimentasi adalah dengan maintenance dredging seperti pembangunan jetty yakni

    bangunan tegak lurus pantai yang ditempatkan di kedua sisi muara sungai untuk menahan

    sedimen yang bergerak sepanjang pantai masuk dan mengendap di daerah muara sungai. Selain

    itu dapat juga dilakukan pengerukan untuk menjaga kedalaman pada daerah alur lalulintas

    pelayaran.

    2.5 Hubungan Sebab Akibat (Kausatif)

    Hubungan sebab akibat (kausatif) antara rencana usaha dan/atau kegiatan dan rona lingkungan

    hidup dengan dampak positif dan negatif yang mungkin timbul. Misalnya, mungkin saja dampak

    penting timbul dari rencana usaha dan/atau kegiatan terhadap rona lingkungan hidup, karena

    rencana usaha dan/atau kegiatan itu dilaksanakan di suatu lokasi yang terlalu padat manusia, atau

    pada tingkat pendapatan dan pendidikan yang terlampau rendah, bentuk teknologi yang tak sesuai

    dan sebagainya.

    Berbagai rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan untuk pengembangan Pelabulahan Kuala

    Langsa pada tahap pra konstruksi sampai tahap operasional akan berdampak terhadap

    komponen lingkungan hidup yaitu berdampak langsung ataupun tidak langsung yang dapat

    bersifat positif ataupun negatif.

    Upaya pengelolaan yang akan dilakukan berlandaskan pembangunan yang berkesinambungan

    yaitu upaya meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak terhadap aspek

    lingkungan hidup. Berdasarkan hal tersebut, maka telaahan dasar pengelolaan dalam hubungan

    sebab akibat (kasuatif) dampak dari kegiatan yang akan dilakukan dikaji berdasarkan kajian

    komponen fisika-kimia, biologi dan soskesmas.

    Persepsi Masyarakat pada Tahap Pra konstruksi

    Pada saat ini adalah sulit memperkirakan wujud hubungan antara kegiatan pengembangan

    Pelabuhan Kuala Langsa dan rona lingkungan hidup. Di satu pihak dengan ketiga parameter

    lingkungan sosial budaya, pada pihak lain positif ataupun negatif. Apakah hubungan di antara

    ketiga variabel itu merupakan hubungan kausal, hubungan probabilistik, ataukah hubungan

    korelasi (McLoughlin, 1969:170). Kesulitan ini dapat dipahami, bahwa masing-masing dari ketigadampak sosial budaya tersebut tidak hanya diakibatkan oleh satu faktor penyebab.

    Begitu pula sebaliknya, bahwa satu faktor penyebab bukan hanya menimbulkan satu akibat.

    Hubungan antara kegiatan pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa dan rona lingkungan hidup di

    sekitar Kuala Langsa, dengan ketiga parameter dampak sosial budaya yang dilingkup sebagai isu

    pokok adalah inherentdalam kehidupan manusiat tanpa tergantung pada tempo-tempat. Di antara

    ketiga parameter itu saling berhubungan secara simetris dan saling berkait secara fungsional.

    Salah satu, solusi yang agaknya dapat diupayakan untuk menetralisir hubungan fungsional seperti

    dikemukakan di atas adalah melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Seperti yang telah

    dikemukakan sebelumnya, bahwa rata-rata penduduk ketiga Gampong yang menjadi lokasi

    penelitian ini, awalnya adalah pendatang dari berbagai tempat lain dengan tujuan untukmendapatkan sumber mata pencaharian hidup dan hanya memiliki tenaga fisik, keterampilan

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    38/63

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    39/63

    3368/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    Biasanya, setiap tahap konstruksi dimulai, akan menumbuhkan peluang-peluang usaha baru bagi

    masyarakat setempat di sektor informal seperti warung, kios, rumah kontrakan, jasa transportasi

    dan jasa katering. Hal ini akan diteruskan pada Tahap Operasi.Tumbuhnya peluang usaha iniwalaupun bersifat musiman atau ramai pada saat konstruksi berlangsung, tetapi dampaknya

    cukup positif dan penting karena dapat berkelanjutan pada Tahap Operasi.

    Kamtibmas

    Sejalan dengan pembahasan keresahan masyarakat sebelumnya, masalah akan bertambah rumit

    apabila menyangkut keamanan dan ketertiban masyarakat. Masalah tersebut diduga dapat

    berupa pencurian material dan alat, perkelahian akibat terbukanya sistem sosial yang menampung

    komunitas dari berbagai etnis saat konsruksi berlangsung dan lain-lain. Lagi-lagi masalah ini

    sifatnya negatif penting dan dapat berlangsung lama dengan jumlah masyarakat yang terkena

    dampak hanya bersifat lokal (setempat).

    Kepadatan Lalulintas

    Kepadatan lalulintas diprediksi akan meningkat pada tahap konstruksi. Hal ini tercermin dari hasil

    perhitungan volume lalulintas kendaraan sebagai rona awal yang dilakukan pada saat survei

    pendahuluan di sepanjang jalan Gampong Sungai Pauh sampai Gampong Kuala Langsa.

    Kepadatan lalulintas ini akan banyak mempengaruhi aktifitas masyarakat, berlangsung lama

    sampai pelabuhan beroperasi, dengan sebaran dampak yang luas. Meskipun dapat dikendalikan

    (sedikit dapat berbalik dampaknya) tetapi cenderung masuk kategori negatif penting yang sangat

    perlu dikelola.

    Persepsi Masyarakat pada tahap Operasi

    Kegiatan penerimaan tenaga kerja, aktivitas bongkar muat kapal (termasuk kunjungan kapal),kegiatan pergudangan dan transportasi darat, terminal dan perpakiran hingga ke sanitasi

    lingkungan dapat berampak positif penting terhadap persepsi masyarakat.

    Persepsi ini dapat ditingkatkan dengan jalan selalu mengadakan pengawasan di wilayah

    pelabuhan agar tidak ada kegiatan yang meresahkan mereka atau mempengaruhi kamtibmas

    setempat.

    Persepsi positif ini akan bertambah apabila sistem sanitasi ligkungan di dalam pelabuhan dan

    sekitarnya cukup terjaga dengan cara tertib dan disiplin membuang sampah pada tempatnya,

    pemeliharaan saluran air (drainase), serta melakukan klasifikasi sampah anorganik dan organik.

    Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha

    Pada tahap konstruksi kesempatan kerja bisa saja tidak maksimal adanya, tetapi pada tahap

    operasi pelabuhan kesempatan tersebut terbuka di semua lini. Contoh sederhana, munculnya

    buruh bongkar muat, penjaja makanan dan minuman di kapal, serta jasa transportasi. Semua ini

    memberikan dampak yang positif penting.

    Begitupun dengan peluang berusaha yang merupakan dampak tersendiri ketika pelabuhan

    beroperasi. Peluang usaha ini biasanya banyak tumbuh di sektor infomal. Tentu saja dampaknya

    positif penting.

    Perekonomian Lokal

    Serangkaian kegiatan pada saat beroperasinya pelabuhan akan mempengaruhi perekonomianlokal secara positif. Konkretnya, retribusi di segala aktivitas meningkat, peredaran uang dan

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    40/63

    3468/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    barang meningkat, juga pembangunan sarana dan prasarana perkonomian juga meningkat. Oleh

    sebab itu, dampak beroperasinya pelabuhan ini terhadap perekonomian lokal dapat dikategorikan.

    Kesehatan Masyarakat

    Kesehatan masyarakat juga akan terpengaruh apabila serangkaian kegiatan operasional

    pelabuhan tidak berjalan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Contohnya, sanitasi lingkungan

    yang tidak terkontrol dengan baik, karantina (hewan/ tanaman) tidak berjalan ketat, debu

    berterbangan saat musim kemarau, dan lain-lain. Diduga pada tahap operasi ini dampak kegiatan

    pelabuhan terhadap kesmas negatif penting.

    Kamtibmas

    Masalah kamtibmas akan bisa diperketat saat kegiatan bongkar muat kapal berlangsung, aktivitas

    silo dan pergudangan, transportasi, operasional terminal penumpang dan pembagian wilayah

    perpakiran. Apabila hal ini salah urus, maka dampaknya akan negatif dan penting. Banyak halyang menyangkut masalah kamtibmas, antara lain pembauran sejumlah masyarakat dari berbagai

    etnis, toleransi sikap berkendaraan, keamanan lingkungan dan tegaknya peraturan.

    Kepadatan Lalulintas

    Sebagaimana disebutkan pada Rona Awal, sepanjang jalan menuju pelabuhan memiliki lebar

    hanya sekitar 6 m (tanpa median jalan) di tambah 1 m di kanan kiri badan jalan. Dapat

    dibayangkan pada saat konstruksi saja belum berlangsung sudah padat kondisinya apalagi bila

    pelabuhan ini beroperasi.

    Dengan padatnya lalu lintas dan sempitnya jalan, maka jika dlihat dari jumlah masyarakat yang

    akan terkena dampak dengan intentistas yang cukup tinggi, maka kegiatan tahap operasi akan

    berdampak negatif penting.

    2.6 Ciri Dampak Penting

    Sebagaimana telah disebutkan di muka, ciri dampak penting ini telah dikemukakan dengan jelas

    untuk dampak penting positif ataupun dampak penting negatif selama rencana usaha dan/atau

    kegiatan Pengembangan Pelabuhan Kuala Langsa berlangsung. Demikian pula antara satu

    dampak dengan dampak yang lainnya dalam hal hubungan timbal balik yang antagonistis atau

    sinergistis. Berikut adalah beberapa terminologi yang digunakan untuk menjelaskan dampak

    penting tersebut.

    2.6.1 Dampak Positif

    Dampak positif yang terjadi dari kegiatan rencana pengembangan pelabuhan antara lain

    terbukanya isolasi wilayah, pertumbuhan perekonomian lokal, peningkatan kesempatan kerja dan

    berusaha akan memberi dampak turunan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat serta

    perekonomian lokal secara keseluruhan. Berkembangnya dampak positif tersebut bila dikelola

    dengan baik akan memberikan persepsi positif masyarakat terhadap rencana kegiatan.

    2.6.2 Dampak Negatif

    Dampak negatif yang dapat terjadi adalah penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan,

    penurunan kualitas fisik dan kimia air sungai dan laut, gangguan sistem transportasi darat dan

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    41/63

    3568/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    laut, gangguan kehidupan biota air serta persepsi negatif masyarakat yang secara umum dapat

    mempengaruhi kesehatan masyarakat yang terkait dengan rencana pengembangan pelabuhan.

    2.7 Kelompok Masyarakat yang Terkena Dampak

    Kelompok masyarakat yang terkena dampak positif adalah masyarakat atau penduduk pada tiga

    gampong yaitu Sungai Pauh, Kuala Langsa dan Telaga Tujuh baik yang terlibat sebagai karyawan

    perusahaan/pelabuhan ataupun kontraktor, serta masyarakat yang dapat memanfaatkan peluang

    usaha baik dalam sektor formal maupun informal yang melakukan wirausaha yang berkaitan

    dengan kegiatan pengembangan pelabuhan.

    Kelompok masyarakat yang terkena dampak negatif dengan adanya pengembangan pelabuhan ini

    adalah:

    1. Masyarakat yang bermukim dan sedang melakukan aktivitas di sekitar tapak proyek yangmeliputi tiga gampong yang disebut di atas yaitu terganggunya kesehatan masyarakat karena

    penurunan kualitas udara dan kenyamanan dalam aktivitasnya serta akibat penurunan kualitas

    air sungai dan laut;

    2. Masyarakat yang bermukim di sekitar sungai dan/atau laut/ perairan pelabuhan yang

    memanfaatkan perairan tersebut untuk kebutuhan kehidupan sehari-hari dan masyarakat yang

    bermata pencaharian sebagai pencari ikan karena penurunan sifat fisik dan kimia air

    sungai/laut; dan

    3. Masyarakat pengguna jalan yang melintas di sekitar jalan akses masuk ke lokasi kegiatan

    kerena pengoperasian kendaraan angkut.

    2.7.1 Pola dan Luas Persebaran Dampak

    Bagian ini menyimpulkan seberapa luas daerah yang akan terkena dampak penting dari kegiatan

    dan/atau usaha ini, apakah hanya akan dirasakan dampaknya secara lokal, regional, nasional,

    atau bahkan internasional melewati batas negara Republik Indonesia.

    Berdasarkan kajian aspek geofisik-kimia, biologi, sosial ekonomi dan kesehatan dalam wilayah

    studi, maka pola dan luas persebaran dampak yang terjadi bersifat lokal yang meliputi tapak

    proyek dan di sekitar tapak proyek yaitu Gampong Sungai Pauh, Kuala Langsa dan Telaga Tujuh

    termasuk perairan di sekitarnya yang berada dalam Kecamatan Langsa Barat.

    2.8 Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan

    Rekomendasi penilaian kelayakan lingkungan merupakan kesimpulan akhir dari tim studi AMDAL

    yang memberikan rekomendasi terhadap kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan dari suatu

    rencana usaha dan/atau kegiatan atas dasar hasil evaluasi dampak dan arahan pengelolaan dan

    pemantauan lingkungan hidup yang disebutkan di dalam Bab 6 ini.

    Setelah melakukan kajian secara mendalam dan holistik terhadap aspek kegiatan yang akan

    dilakukan serta kegiatan yang sudah ada di wilayah tapak proyek dan sekitarnya terhadap aspek

    lingkungan hidup (tata ruang, fisik-kimia, biologi dan sosial kesehatan masyarakat), sebagaimana

    yang telah diuraikan dalam Bab 3 hingga Bab 6, maka sebagai bahan masukan bagi instansi yang

    berwenang, dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut:

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    42/63

    3668/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    1. Melihat dampaknya secara keseluruhan baik dari fisik, kimiawi, dan biologi, ataupun sosial

    ekonomi budaya relatif tidak terlalu berat dan tampaknya akan dapat dikelola dengan berbagai

    langkah pengelolaan yang umum dilakukan, maka secara lingkungan rencana kegiatan inimenurut tim studi ANDAL layak untuk dilanjutkan. Demikian pula bahwa dampak-dampak

    penting yang telah diprediksi dan dievaluasi hanya bersifat sementara dan dapat berbalik

    (reversible);

    2. Melihat sumberdaya manusia yang tersedia di daerah Kecamatan Langsa Barat dan

    sekitarnya mencukupi dan peluang untuk memanfaatkan tenaga kerja lokal cukup besar, maka

    kegiatan pengembangan pelabuhan ini dapat menunjang program pemerintah untuk

    mengurangi tingkat pengangguran;

    3. Melihat dari manfaat secara ekonomi keberadaan kegiatan tambahan ini akan meningkatkan

    PAD daerah (perekoniman lokal) dan menunjang perekonomian daerah serta dapat

    meningkatkan pendapatan masyarakat, maka kegiatan pengembangan pelabuhan Kualalangsa ini sangat bermanfaat; dan

    4. Dengan demikian, keberadaan rencana kegiatan tersebut di atas dari segi kelayakan

    lingkungan layak untuk direalisasikan sepanjang memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah

    disusun dalam RKL dan RPL.

    Sebagai tambahan, hingga saat dilakukan studi AMDAL, tidak tersedia informasi yang cukup jelas

    tentang rencana pengerukan alur dan reklamasi. Tim AMDAL berpendapat bahwa komponen

    kegiatan ini sangat penting untuk pengoperasian Pelabuhan Kuala Langsa. Analisis hidro-

    oseanografi menunjukkan adanya potensi abrasi dan sedimentasi secara alami sehingga Tim

    AMDAL merekomendasikan agar rencana kegiatan pengerukan dan reklamasi dikaji dalam studi

    tersendiri.

    Sebagai catatan penting, saat ini kapasitas tampung dermaga sudah didisain untuk 10.000 DWT

    namun alur pelayaran sangat tidak memadai sehingga dibutuhkan pengerukan alur secara

    periodik berikut kajian komprehensif tentang penempatan material hasil keruknya.

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    43/63

    3768/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    Tabel 2 Matrik Evaluasi Dampak Penting

    KEGIATAN TAHAPPRA

    KONSTRUKSI KONSTRUKSI PASCA KONSTRUKSI/ OPERASI

    KOMP. LINGKUNGAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

    KETERANGANKEGIATAN

    A. FISIK- KIMIA

    1. Udara -3/5 -3/5 -3/5 -3/5 -3/5 1. Perijinan & studi DED

    2. Kebisingan -3/5 -3/5 -3/5 2. Sosialisasi

    3. Kualitas Air -3/5 -3/5 3. Mobilisasi peralatan kerja4. Hidrodinamika 4. Penerimaan TK konstruksi

    5. Erosi 5. Pematangan lahan

    6. Sedimentasi 6. Mob. material bangunan

    B. BIOLOGI 7. Pemb. Barak kerja dan

    7. Satwa Darat fasilitas sanitasi

    8. Vegetasi Darat 8. Pembangunan dermaga

    9. Biota Air -3/5 -3/5 cargo

    C. SOSIAL EKONOMI BUDAYA 9. Pemb. Fasilitas sandar kapal Tanker CPO

    10. Kesempatan Kerja +5/5 +5/5 10. Pemb. Fasilitas penunjang

    11. Peluang Berusaha +3/5 +5/5 +5/5 +5/5 +5/5 +5/5 +5/5 +5/5 Pelabuhan

    12. Perekonomian Lokal +3/5 +3/5 +3/5 +3/5 +3/5 +3/5 +3/5 11. Demobiisasi TK konstruksi

    13. Kamtibmas - 3/5 - 3/5 - 3/5 - 3/5 - 3/5 - 3/5 - 3/5 - 3/5 12. Penerimaan TK operasi

    14. Keresahan Masyarakat13. Keg. Sandar, labuh & layar kunjungan kapal

    15. Wisata Bahari +3/5 14. Keg. bongkar muat

    16. Persepsi Masyarakat +3/5 +3/5 +3/5 +3/5 +3/5 +3/5 +3/5 +3/5 +5/5 +5/5 +5/5 +5/5 +5/5 +5/5 15. Keg. Pergudangan & silo

    D. KESEHATAN MASYARAKAT 16. Transportasi darat

    17. Sanitasi Lingkungan - 3/5 - 3/5 - 3/5 17. Keg. Terminal penumpang

    18. Kesehatan Masyarakat - 3/5 18. Kegiatan perparkiran

    E. TRANSPORTASI

    19. Lalu lintas Laut - 3/5

    20. Lalu lintas Darat -5/5 + 5/5 + 5/5 + 5/5

  • 8/12/2019 Kuala Langsa RE Juli 2008

    44/63

    3868/10112/01/4372 Ringkasan EksekutifPengembangan Pelabuhan Kuala Langsa Di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa Provinsi Nanggroe AcehDarussalam

    3. UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUANLINGKUNGAN HIDUP

    Rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup merupakan komitmen dari pemrakarsa

    dalam melaksanakan suatu kegiatan dan/atau usaha. Komitmen ini dibuat agar pemanfaatan

    sumberdaya yang ada tetap berwawasan lingkungan sehingga kerusakan atau dampak negatif

    yang timbul akibat kegiatan, minimal dapat dikurangi dan potensi dampak positifnya dapat

    dioptimalkan.

    3.1 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

    Uraian Rencana Pengelolaan Lingkungan, RKL bagi Pengembang