kp1 monitoring

Upload: bambang-gastomo

Post on 02-Mar-2016

302 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

  • SISTE

    F

    FREK

    Disusun

    L

    M PENGA

    FREKUEN

    KUENSI R

    n untuk memen

    Jurusan T

    KONSEN

    J

    FAK

    INS

    LAPORAN

    AWASAN

    NSI RADI

    RADIO DA

    nuhi persyarata

    Teknik Elektro

    Dima

    1

    NTRASI TE

    JURUSAN

    KULTAS T

    STITUT TE

    B

    KERJA PR

    N DAN MO

    IO DI BA

    AN ORBIT

    an akademis dal

    Institut Tekno

    Oleh :

    as Rio Maul

    11-2003-002

    EKNIK TEL

    TEKNIK E

    EKNOLOG

    EKNOLOGI

    BANDUNG

    2009

    RAKTEK I

    ONITORI

    ALAI MON

    T SATELI

    lam menempuh

    logi Nasional B

    lana

    LEKOMUN

    ELEKTRO

    GI INDUST

    I NASIONA

    ING SPEC

    NITORIN

    IT II BAN

    Program Strata

    Bandung

    NIKASI

    TRI

    AL

    CTRUM

    G

    NDUNG

    a Satu

  • I. LEMBAR PENGESAHAN

    LAPORAN KERJA PRAKTEK 1

    SISTEM PENGAWASAN DAN MONITORING SPECTRUM FREKUENSI

    RADIO DI BALAI MONITORING FREKUENSI RADIO DAN ORBIT

    SATELIT II BANDUNG

    MEGESAHKAN,

    BANDUNG, 2009

    KEPALA SEKSI

    MONITORING DAN PENERTIBAN

    DRAJANTI DIANA

    NIP. 196204161989032002

    PEMBIMBING LAPANGAN

    ADE SOPIAN

    NIP. 19590919186031006

    Mengetahui,

    KEPALA BALAI MONITORING SPECTRUM FREKUENSI DAN ORBIT

    SATELIT KELAS II BANDUNG

    Drs. SARJONO ,MMT

    NIP. 196208101987031001

  • II. LEMBAR PENGESAHAN

    LAPORAN KERJA PRAKTEK 1

    SISTEM PENGAWASAN DAN MONITORING SPECTRUM FREKUENSI

    RADIO DI BALAI MONITORING FREKUENSI RADIO DAN ORBIT

    SATELIT II BANDUNG

    MEGESAHKAN,

    BANDUNG, 2009

    Dosen Pembimbing KP 1

    Lita Lidyawati, S.T, M.T.

    INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

    BANDUNG

    2009

  • i

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah segala puji & syukur ke hadirat ALLAH SWT, yang

    senantiasa melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan laporan kerja praktek I ini.

    Kerja praktek dan penyusunan laporan kerja praktek ini merupakan salah

    satu persyaratan yang harus ditempuh oleh penulis untuk menyelesaikan program

    pendidikan strata 1 di fakultas Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional

    Bandung..

    Banyak dorongan, saran, kritik, bantuan serta bimbingan yang didapatkan

    oleh penulis, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan

    penghargan yang sebesar-besarnya untuk:

    1. Allah SWT atas karunia-Nya.

    2. Bapak Ade Sopian selaku pembimbing kerja praktek I di Balai monitoring

    spektrum dan frekuensi yang telah memberikan informasi, saran dan

    bimbingan kepada penulis.

    3. Ibu Lita Lidyawati, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing kerja praktek I

    Jurusan Teknik Elektro Konsentrasi Telekomunikasi di Institut Teknologi

    Nasional Bandung yang telah memberikan saran, masukan dan bimbingan

    kepada penulis.

    4. Ahmad Geohansa sebagai rekan kerja dalam melaksanakan kerja praktik

    di Balai monitoring spektrum dan frekuensi.

    5. Mohammad Nurdin yang telah banyak sekali membantu dan

    memberikan semangat dalam mengerjakan Kerja Praktek ini.

  • ii

    6. Icha atas stimulasi semangat dan doa yang senantiasa memotivasi penulis

    untuk menjadi orang yang lebih baik lagi di kemudian hari.

    7. Teman-teman di Himpunan Mahasiswa ITENAS: Dikko, Nurdin, Zaqi,

    Sintha, Shofa, Pasman, Ranindihta, Yudha, Intan, Andri, Taufik, Dicka,

    Ryan, Rizma, Edwin, Maurice, Bayu, Arie, Indra, Filco, Abraham, Adi

    Brekele, Soleh, Anak-anak Padang serang, MXPRX squad dan semua

    anggota seumur hidup lainnya.

    Akhir kata penulis mengharapkan laporan kerja praktek ini dapat memberikan

    manfaat bagi siapa saja yang memerlukannya. Penulis menyadari masih banyak

    kekurangan pada laporan ini, oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan

    kritik membangun atas laporan ini.

    Bandung, Agustus 2009

    Dimas Rio Maulana

  • iii

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN..

    KATA PENGANTAR.. i

    DAFTAR ISI. iii

    DAFTAR GAMBAR v

    DAFTAR TABEL. vi

    BAB I PENDAHULUAN. 1

    1.1. Latar belakang masalah 1

    1.2. Tujuan penulisan.. 2

    1.3. Pembatasan masalah. 2

    1.4. Cara memperoleh data. 3

    1.5. Waktu dan tempat kerja praktek.. 3

    1.6. Sistematika penilisan 3

    BAB II TINJAUAN UMUM BALAI MONITORING FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT.

    5

    2.1. Sejarah singkat Balai Monitoring. 5

    2.2. Tugas dan Tanggung Jawab Balai Monitoring 6

    2.2.1. Tugas Stasiun Monitoring Radio... 6

    2.2.2. Tanggung Jawab Stasiun Monitoring Radio.. 7

    2.3. Teknis Operasional Balai Monitoring.. 8

    2.4. Jenis Stasiun Monitoring.............................................................................. 9

    2.5. Struktur Organisasi Balai Monitoring.. 10

    2.6. Perlengkapan Stasiun Monitoring Frekuensi Radio. 12

    BAB III MONITORING FREKUEN. 15

    3.1. Pendahuluan. 15

    3.2. Stasiun Monitoring... 17

    3.2.1. Stasuin Monitoring Tetap ( fixed ). 17

    3.2.2. Stasiun Monitoring Bergerak. 18

    3.3. Kriteria Pelanggaran Penggunaan Frekuensi Radio. 19

    3.4. Sistem Tranmisi Radio VHF/UHF.. 19

    3.5. Frekuensi.. 20

    3.5.1. Gelombang. 20

    3.5.2. Alokasi Frekuensi... 22

    3.5.3. Penjatahan dan Penetapan Kanal Frekuensi Radio 23

  • iv

    3.5.4. Propagasi 24

    3.6. Gangguan Frekuensi Radio.. 25

    3.6.1. Ketidak teraturan Ionosferik.............................................................. 25

    3.6.2. Pengertian Interferensi... 26

    3.7. Antena VHF/UHF 30

    3.8. Modulasi Digital... 33

    BAB IV METODE PERANGKAT MONITORING 36

    4.1. Monitoring dan Pengukuran Frekuensi 36

    4.2. Metode Pencarian Lokasi Pemancar 37

    4.2.1. Metode Mapping atau Fixed.. 37

    4.2.2. Metode Relative Homing 39

    4.3. Perangkat Pelacakan. 40

    4.3.1. RAMS ( Remote Automatic Monitoring Systems )... 40

    4.3.2. Pesawat Penerima Miniport Tipe EB100........................................... 42

    4.3.3. Direction Finder THOMSON-CSF TRC-8911.. 43

    BAB V PENUTUP 48

    5.1. Kesimpulan.. 48

    5.2. Saran. 49

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • v

    DAFTAR GAMBAR

    2.1 Struktur Organisasi Balai Monitoring Bandung 10

    2.2 RME (Radio Monitoring Equipment)............................................................. 12

    2.3 ARFSR (Automatic Radio Frequency Spektrum Recorder)........................... 13

    2.4 DF (Direction Finder).................................................................................... 13

    2.5 Mini port reciver EB 200................................................................................ 14

    2.6 Spectrum analyzer.......................................................................................... 14

    2.7 VSWR............................................................................................................ 14

    2.8 DF portable.................................................................................................... 14

    3.1 Grafik Amplituda terhadap Frekuensi 19

    3.2 Antena Omnidirectional......................................................................... 28

    3.3 Antena Omnidirectional Discone... 29

    3.4 Antena Log Periodic. 29

    3.5 Antena GPS 30

    3.6 Modulasi ASK 31

    3.7 Modulasi FSK 32

    3.8 Modulasi PSK 33

    4.1 Metoda occupied Bandwith 35

    4.2 Tempat Peletakan lokasi Direction finder............................................. 36

    4.3 Metoda Mapping atau fixed................................................................... 36

    4.4 Mekanisme pencarian arah sinyal datang pada DF............................... 38

    4.5 Antena Dipole array 20-2700 MHz.. 42

  • vi

    DAFTAR TABEL

    3.1 Contoh Pengalokasian Band Frekuensi.. 20

    3.2 Contoh Penjatahan dan Penetapan Kanal Frekuensi Radio... 21

    3.3 Sifat propagasi 23

  • BAB I

    Pendahuluan

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Dewasa ini seiring dengan perkembangan teknologi terutama di bidang

    informasi yang semakin pesat. Kebutuhan akan cepatnya akses informasi,

    tersedianya berbagai macam informasi, memperlihatkan bahwa perlu adanya suatu

    organisasi atau lembaga yang mengatur masalah-masalah ini.

    Salah satu bagian dari sistem telekomunikasi adalah energi dalam bentuk

    gelombang yang menjadi bagian utama dari proses informasi dewasa ini. Sifat

    dari energi sinyal radio ini adalah dapat merambat ke segala arah tanpa mengenal

    batas wilayah.

    Oleh karena itu, sumber daya alam ini perlu dikelola dan di atur

    pengalokasian spektrumnya guna diperoleh manfaatnya, tetapi juga perlu

    memperhatikan hukum-hukum yang telah ditetapkan bersama, baik nasional

    maupun internasional. Lembaga yang menangani masalah telekomunikasi

    internasional adalah ITU (International Telecommunication Union) yang

    merupakan lembaga khusus PBB dalam bidang telekomunikasi.

    Pengaturan ini diperlukan untuk mendapatkan kualitas telekomunikasi

    yang baik dan menghindari interferensi yang mengganggu kanal-kanal radio yang

    berdekatan, karena komunikasi radio tergantung pada kanal transmisi sebuah

    medium bersama. Suatu bandwith tidak boleh melebihi batas yang telah

    ditentukan agar tidak menimbulkan interferensi yang mengganggu, terutama

    komunikasi stasiun monitor begerak, penerbangan atau yang menyangkut

    kehidupan orang banyak.

    Di Indonesia sendiri pengelolaan dan pengawasan spektrum radio dan

    orbit satelit di atur dalam undang-undang nomor 36 tahun 1999 tentang

    Telekomunikasi dan Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2000 tentang

    Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit.

  • 2

    Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka Pemerintah Republik

    Indonesia membentuk suatu badan yang khusus menangani masalah

    pengalokasian dan monitoring spektrum frekuensi radio dan orbit satelit, yaitu

    Balai Monitoring Spektrum Frekuensi dan Orbit Satelit.

    Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit merupakan

    UPT (Unit Pelaksanaan Teknis) dari Jakarta untuk melakukan kegiatan

    monitoring di atas dan penertiban terhadap frekuensi liar, ilegal maupun legal.

    1.2 Tujuan Penulisan

    Tujuan kerja praktek I ini adalah :

    a. Mengenal, mengamati, dan mempelajari cara kerja system

    monitoring spectrum frekuensi radio di Balai Monitoring Spektrum

    Frekuensi Radio dan Orbit Satelit kelas II Bandung.

    b. Menambah wawasan mengenai manajemen frekuensi, pengukuran

    Emisi, Bandwith, Radio Regulation, dan system monitoring

    otomatis.

    c. Memahami penggunaan perangkat elektronik yang mendukung

    proses monitoring, serta pengenalan system penanganan kasus atau

    penertiban di bidang pemancar dan sinyal frekuensi.

    d. Mengetahui pengalokasian spectrum frekuensi radio dan orbit

    satelit.

    1.3 Pembatasan Masalah Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, dibatasi hanya pada masalah

    pengenalan dan pengertian dari alat, mempelajari cara kerja system monitoring

    spektrum frekuensi radio di Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Radio dan

    Orbit Satelit kelas II Bandung.

  • 3

    1.4 Cara Memperoleh Data Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, diperoleh data-data yang

    bersumber dari :

    1. Materi yang diberikan oleh pembimbing di lapangan berupa handout.

    2. Diskusi ilmiah dengan pembimbinng lapangan di sertai tanya jawab.

    3. Studi literatur di Balai Monitoring maupun perpustakaan ITENAS.

    1.5 Waktu dan Tempat Kerja Praktek Kerja Praktek dilaksanakan di Balai Monitoring Frekuensi Radio dan

    Orbit Satelit II Bandung terhitung tanggal 17 Juni 4 Agustus 2009.

    1.6 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembahasan, laporan ini disusun dengan sistematika

    sebagai berikut :

    Bab I : Pendahuluan

    Memaparkan latar belakang, maksud dan tujuan dan

    sistematika dari laporan.

    Bab II : Tinjauan umum Balai Monitoring Frekuensi Radio dan orbit

    Satelit. Membahas tentang sejarah singkat dan Struktur Organisasi

    UPT Balai Monitoring Frekuensi Radio dan Orbit Satelit, serta

    system Organisasi.

    Bab III : Monitoring Frekuensi

    Berisi tentang teori dasar monitoring dan jenis jenis gangguan

    yang ada dalam pemanaran.

    Bab IV : Metoda dan Cara Kerja Perangkat Monitoring

    Membahas tentang standard operating system perangkat monitoring.

    Pembahasan dalam bab ini menerangkan mengenai prinsip dan cara

    kerja dari alat yang terdapat pada Balai Monitoring Spektrum

    Frekuensi Radio dan Orbit Satelit.

  • 4

    Bab V : Penutup

    Bab ini berisi kesimpulan dari Laporan Kerja Praktek I di Balai

    Monitoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Bandung.

  • BAB II

    TINJAUAN UMUM BALAI MONITORING FREKUENSI RADIO

    DAN ORBIT SATELIT

    2.1 Sejarah Singkat Balai Monitoring Pada tahun 1980, di Negara Indonesia berdiri suatu badan yang bernama

    Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pariwisata yang berdiri dari tahun 1980 hingga

    tahun 1983. Pada saat itu, uraian tugas dari Direktorat Jendral Pariwisata ini

    hanyalah satu, yaitu mengatur semua hal yang berhubungan dengan

    kepariwisataan. Pada tahun 1984 sampai tahun 1998, Dirjen Pariwisata

    mengalami perubahan nama menjadi Direktorat Jendral Pariwisata Pos dan

    Telekomunikasi yang disingkat menjadi Dirjen Parpostel. Sesuai dengan

    namanya, badan ini tidak lagi hanya bergerak dalm bidang pariwisata saja, tetapi

    juga bertugas untuk mengawasi segala sesuatu yang berhubungan dengan bidang

    Pos dan Telekomunikasi. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, badan

    ini di bagi menjadi beberapa seksi dan salah satunya ialah seksi monitoring

    frekuensi dan telekomunikasi.

    Tidak lama berselang setelah diberlakukannya otonomi daerah di Negara

    Indonesia, pada tahun 1998 Dirjen Parpostel di gabungkan menjadi salah satu

    bagian dari Departemen Perhubungan yang terbagi menjadi 3 seksi, yaitu :

    - Frekuensi

    - Pos dan Telekomunikasi (POSTEL)

    - Pos dan Filateli

    Untuk Membantu tugas badan pengawas daerah pusat di daerah, pada

    tahun 2000 didirikanlah Unit-unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah pengawasan

    Dirjen Postel.

    Unit-unit Pelaksana Teknis sendiri terbagi menjadi 3 garis besar, yaitu :

    1. Balai

    2. Loka

    3. Satuan Kerja (Satker)

    Dimana masing-masing bagian memiliki tugas dan wewenang yang sama,

    dengan perbedaan yang hanya terletak pada luas wilayah kerjanya saja.

  • 6

    Di Bandung sendiri didirikan Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Radio

    dan Orbit Satelit. Untuk Seksi Pos dan Telekomunikasi dan seksi Filateli

    diserahkan ke Direktorat Jendral Perhubungan.

    UPT memiliki hubungan kerja, dimana setiap UPT akan melaksanakan

    monitoring dan operasi penertiban frekuensi radio dengan instansi terkait di

    daerah yang bersangkutan yang dapat dilakukan secara langsung, dimana hasil

    pengendalian ini akan di sampaikan ke Dirjen Postel Jakarta dalam rangka

    pembinaan dari frekuensi radio. Apabila dahulu UPT masih berada dalam aturan

    daerah, tetapi sekarang ini langsung terhadap Dirjen Postel Jakarta.

    2.2 Tugas dan Tanggung Jawab Balai Monitoring Mengacu kepada keputusan DIRJEN POSTEL No. 131/dirjen/1999, tugas

    Balai Monitoring adalah memonitor dan mengamati spektrum frekuensi radio

    serta menidentifikasi stasiun-stasiun radio untuk dibuat sebuah catatan atas

    kegiatan penyiaran tersebut.

    2.2.1 Tugas Stasiun Monitoring Radio

    Stasiun Monitoring Radio bertugas untuk melakukan monitoring dan

    pengukuran frekuensi radio yang meliputi:

    a. Memonitor emisi-emisi nasional.

    b. Memonitor pendudukan spektrum frekuensi.

    c. Penyelidikan dan penghilangan interferensi.

    d. Mencari dan menghentikan aktifitas radio yang tidak terdaftar.

    e. Melindungi frekuensi-frekuensi tertentu yang digunakan secara

    khusus dalam suatu peristiwa-peristiwa penting.

    f. Memonitor kuat medan atau level dari suatu dinas pelayanan,

    apakah telah memenuhi level minimum ketentuan yang berlaku.

    g. Melakukan observasi suatu band frekuensi tertentu dalam rangka

    penyelidikan-penyelidikan masalah teknik maupun yang bersifat

    ilmiah.

    h. Melakukan monitoring alas permintaan dart negara lain.

  • 7

    Sejak pada tahun 1984, Indonesia telah memiliki 3 (tiga) fase

    pengadaan perangkat monitoring dan pengukuran :

    a. Fase I, tahun 1984 untuk LHF dan VHF/UHF (di Balai

    Monitoring seluruh Indonesia).

    b. Fase II. tahun 1990 untuk LHF dan VHF. Pada saat ini fase I dan

    II sudah jarang digunakan.

    c. Fase III, tahun 1996 untuk LHF (di Balai Monitoring Kupang,

    Maroko, Bengkulu), V/UHF bergerak (di Balai Monitoring

    Jakarta dan Bandung), V/UHF tetap (di Balai Monitoring

    Jakarta dan Medan).

    2.2.2 Tanggung Jawab Stasiun Monitoring Radio

    Tanggung Jawab Balai Monitoring Arcamanik Bandung adalah

    sebagai berikut:

    1. Menertibkan pengguna frekuensi yang ilegal maupun legal yang

    melanggar peraturan dan dilakukan penegakan hukum sesuai

    pelanggaran penggunaan frekuensi radio menurut undang-

    undang yang berlaku.

    2. Pelaksanaan operasional sehari-hari, Balai Monitoring

    mempunyai tugas untuk melaksanakan kegiatan monitoring dan

    observasi frekuensi radio sesuai ketentuan yang berlaku baik

    yang bersifat rutin, atas permintaan maupun dalam rangka

    peristiwa tertentu.

    3. Melakukan pengukuran frekuensi radio secara periodik terhadap

    pemancar yang memiki izin untuk kuat medan guna dianalisa

    besaran daya pancar, harmonisa atau pancaran spurious lainnya

    yang tidak diinginkan.

    4. Pemeliharaan dan perbaikan sarana serta prasarana yang terdapat

    di Balai Monitoring.

    Dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dilakukan oleh

    beberapa petugas yang terdiri dari Koordinator lapangan penanganan

  • 8

    gangguan Operator, Teknisi, PPNS (Penyidik Pegawai Negen Sipil),

    Administrasi dan Pengemudi.

    2.3 Teknis Operasional Balai Monitoring Tugasnya adalah menyusun dan mengusulkan ke Direktorat Jenderal Pos

    dan Telekomunikasi sebagai berikut:

    1. Kebutuhan dukungan logistik dan rencana kegiatan monitoring,

    observasi dan penertiban.

    2. Kebutuhan dukungan logistik dan rencana kegiatan pemeliharaan dan

    perbaikan sarana dan prasarana stasiun monitoring frekuensi radio.

    3. Rencana kegiatan koordinasi yang bersifat nasional dan internasional.

    Pelaksana kegiatan di balai, loka, satker terdiri dari :

    1. Operator

    2. Teknisi

    3. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)

    4. Administrator

    5. Pengemudi

    Tugas dari pelaksana kegiatan di balai, loka dan satuan kerja adalah

    sebagai berikut:

    1. Operator, memiliki tugas :

    Mengamati spektrum frekuensi radio.

    Mengidentifikasi stasiun radio dan mencari sumber pancaran

    serta membuat catatan-catatan atas kegiatan tersebut.

    2. Teknisi memiliki tugas menyiapkan sarana dan prasarana stasiun

    monitoring frekuensi radio agar dapat berfungsi secara optimal.

    3. PPNS, bertugas melakukan penegakan hukum terhadap pelanggaran

    penggunaan frekuensi radio sesuai dengan perundang-undangan.

    4. Administrator, bertugas melakukan pencatatan surat masuk dan

    keluar di lingkungan operator, menyusun dan menyiapkan arsip

    serta pengetikan dan tugas administratif lainnya bagi kepentingan

    kelancaran operator.

  • 9

    5. Pengemudi, bertugas mengemudikan stasiun bergerak, pemeliharaan

    kebersihan dan menjaga keamanan stasiun monitoring bergerak.

    Seksi Penertiban memiliki tugas sebagai berikut:

    1. Bertanggung jawab atas kegiatan yang berhubungan dengan

    pelaksanaan monitoring bidang frekuensi radio.

    2. Bertanggung jawab dalam mengendalikan pelaksanaan penertiban

    bidang frekuensi radio.

    3. Dalam pelaksanaan kegiatan penertiban frekuensi radio dapat

    melibatkan instansi terkait sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

    2.4 Jenis Stasiun Monitoring Pada dasarnya, dalam Balai Monitoring, stasiun monitoring dibagi

    menjadi tiga jenis,yaitu:

    1. Stasiun monitoring tetap (Monitap) atau disebut juga fixed

    monitoring station. Stasiun ini terbagi lagi menjadi dua bagian

    berdasarkan band-band frekuensi, dimana Monitap pertama

    merupakan Monitap untuk band LF-HF (10 kHz - 30 kHz) dan

    Monitap kedua adalah Monitap untuk band VHF-UHF (25 MHz -

    1 GHz).

    2. Stasiun monitoring semi tetap (semifixed monitoring station).

    Stasiun ini digunakan untuk band LF-HF (10 kHz - 30 MHz).

    3. Stasiun monitoring bergerak (Monirak) atau disebut juga mobile

    monitoring station. Stasiun ini juga terbagi menjadi dua jenis, yaitu

    Monirak untuk band LF-HF (10 kHz - 30 MHz) dan Monirak

    untuk band VHF-UHF (25 MHz - 2,7 GHz).

  • 10

    2.5 Struktur Organisasi Balai Monitoring

    Struktur Organisasi

    Kepala Balai Monitoring

    Kasubbag Tata Usaha dan Rumah Tangga

    Tata Usaha Keuangan Kepegawaian

    Koordinator Fungsional dan pengendali

    Frekuensi

    Kepegawaian

    Seksi Monitoring dan Penertiban

    Penyidik Pegawai Negri Sipil

    Seksi Operasi Pemeliharaan dan

    Perbaikan

    Pelayanan Masyarakat

    Pemeliharaan dan Perbaikan

    Gambar2.1 Struktur Organisasi Balai Monitoring Bandung

    Kegiatan yang dilakukan oleh Balai Monitoring dimana pelaksanaan tugas

    dan tanggung-jawabnya dilakukan oleh bagian organisasi di atas adalah:

    1. Monitoring, yaitu kegiatan pengawasan atau pemantauan terhadap spektrum

    frekuensi radio dan pengembangan frekuensi radio baik menggunakan

    perangkat monitor maupun dengan mata telanjang.

    Bagian Monitoring tugasnya adalah sebagai berikut:

    Melaksanakan pengamatan penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit.

    Menemukan dan mengidentifikasi sumber pancaran pengguna frekuensi radio ilegal.

  • 11

    Memonitor secara rutin frekuensi berbahaya dari dinas tertentu untuk keselamatan jiwa manusia.

    Mengamati dan mencatat pendudukan spektrum frekuensi radio untuk kepentingan perencanaan penetapan frekuensi.

    Memonitor pancaran frekuensi radio dari luar negeri yg bekerja pada frekuensi sesuai dengan daftar edaran terhadap timbulnya gangguan

    komunikasi dalam negeri atau sebaliknya.

    Melakukan pengamatan frekuensi radio yang akan ditetapkan alokasi penggunaannya.

    Menemukan dan mengidentifikasi pancaran frekuensi radio yang merugikan dari sumber pancaran baik dalam negeri maupun luar negeri.

    Melakukan pengamatan frekuensi radio tertentu atas permintaan, baik dalam negeri maupun luar negeri dan melakukan kerja sama monitoring

    internasional.

    2. Observasi, yaitu kegiatan pengamatan atau penelitian terhadap suatu pita

    spektrum frekuensi radio dengan menggunakan perangkat radio.

    3. Pemeliharaan, yaitu kegiatan yang meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

    a. Menjaga kebersihan dan ruang perangkat.

    b. Menghindari kerusakan oleh benda-benda asing dan alat ukur

    sesuai dengan prosedur.

    Pemeliharaan mempunyai 3 tingkatan, yaitu:

    1. Tingkatan ringan

    Pemeliharaan dan perbaikan yang dilaksanakan untuk mempertahankann

    perangkat agar siap pakai secara sistematis.

    2. Tingkat sedang

    Pemeliharaan dan perbaikan yang dilaksanakan untuk mengembalikan

    atau memulihkan pada kegiatan siap pakai yang menyebabkan kerusakan

    mutu di bawah standar.

    3. Tingkat berat

    Pemeliharaan yang membutuhkan perbaikan secara menyeluruh termasuk

    perakitan dan pembuatan komponen-komponennya.

  • 12

    2.6 Perlengkapan Stasiun Monitoring Frekuensi Radio

    Dalam rangka melaksanakan tugas dan kewajibannya, Balai Monitoring

    didukung oleh pertengkapan-perlengkapan monitoring dan perlengkapan

    pendukung. Adapun perlengkapan-perlengkapan itu adalah:

    1. RMP (Radio Monitoring Position)

    RMP merupakan sepcrangkat peralatan monitoring yang berfungsi

    untuk identifikasi secara aural (pendengaran).

    2. RME (Radio Monitoring Equipment)

    RME pada dasarnya memiliki fungsi yang sama dengan RMP, tetapi

    perangkat ini memiliki ketelitian yang lebih teliti, baik secara aural,

    maupun dengan alat-alat ukur lainnya.

    Gambar 2.2 RME (Radio Monitoring Equipment)

  • 13

    3. ARFSR (Automatic Radio Frequency Spektrum Recorder)

    ARFSR merupakan perangkat monitoring yang digunakan untuk

    merekam spektrum frekuensi dan distribusi waktunya.

    Gambar 2.3 ARFSR (Automatic Radio Frequency Spektrum Recorder)

    4. DF (Direction Finder)

    DF merupakan alat pencari arah pancaran suatu frekuensi radio.

    Gambar 2.4 DF (Direction Finder)

  • 14

    5. Perangkat-perangkat lainnya

    Perangkat ini merupakan perangkat-perangkat yang digunakan untuk

    keperluan pemeliharaan perangkat-perangkat yang telah disebutkan di

    atas atau juga perangkat yang digunakan untuk meningkatkan dan

    menunjang daya guna perlengkapan tersebut.

    Gambar 2.5 Mini port reciver EB 200

    Gambar 2.6 Spectrum analyzer

    Gambar 2.7 VSWR

    Gambar 2.8 DF portable

  • BAB III

    MONITORING FREKUENSI

    3.1 Pendahuluan

    Monitoring dan pengukuran merupakan kegiatan pengawasan atau

    pemantauan terhadap pemakaian spektrum frekuensi radio dan perkembangan

    spektrum frekuensi radio termasuk pengukuran parameter teknis, pendeteksian

    pancaran dengan menggunakan sarana dan prasarana sistem stasiun monitoring

    frekuensi radio, baik stasiun tetap maupun bergerak yang telah ditetapkan Dirjen

    Postel kepada suatu instansi, perusahaan atau perorangan.

    Tujuannya adalah:

    Agar frequency tersebut benar-benar digunakan secara efektif dan efisien serta tidak melanggar dari izin yang telah ditentukan.

    Mendapatkan gambaran nyata tentang kepadatan spektrum pada daerah sekitar pengawasan. Baik yang disebabkan pancaran-pancaran dari dalam

    negeri, luar negeri, stasiun legal maupun ilegal.

    Mengawasi pemakaian spektrum dan pemancar-pemancar yang tidak sah dan tanpa izin.

    Menangani masalah-masalah gangguan yang biasanya bersumber dari laporan atau pengaduan dari masyarakat atau pengguna jasa komunikasi

    maupun permintaan dari stasiun monitoring lainnya (dalam negeri maupun

    luar negeri).

    Membantu dalam pengalokasian frekuensi baru. Mendeteksi pemancar radio gelap yang berkomunikasi secara illegal atau

    pemancar radio yang mengganggu pemancar radio resmi.

    Penentuan lokasi pemancar mulai dari jarak dekat sampai menengah dengan bantuan antena Direction Finder manual dan menggunakan

    beberapa pesawat penerima.

    Mendeteksi pancaran yang tidak diinginkan atau interferensi frekuensi radio yang disebabkan oleh semua jenis alat.

  • 16

    Pengaturan bandwith diperlukan untuk mendapatkan hasil komunikasi yang

    baik dan menghindari interferensi terhadap kanal-kanal radio yang berdekatan.

    sebab komunikasi radio tergantung pada kanal transmisi dalam sebuah medium

    bersama yang disebut "angkasa".

    Saat permintaan akan kebutuhan komunikasi radio semakin kecil, pengaturan

    yang teliti tidak lagi menjadi hal utama dalam interferensi terhadap kanal-kanal

    radio yang berdekatan.

    Occupied Bandwidth (Lebar Pita yang diperlukan) yaitu digunakan untuk

    menyatakan sifat-sifat dari spektrum suatu emisi atau kelas emisi dalam

    penggunaan Bandwidth. Definisi ini tidak hanya mencakup pertimbangan dari

    keseluruhan masalah spektrum radio dan juga peraturan-peraturan tentang

    pembalasan penggunaan Bandwidth oleh suatu emisi.

    Prinsip-prinsip Occupied Bandwidth adalah sebagai berikut:

    1. Bandwidth yang diperlukan harus ditentukan pada nilai yang minimal. Dalam

    hal ini dipakai komponen-komponen elektronika yang sesuai dengan nilai

    bandwith, baik pada pesawat pengirim dan penerima untuk menjamin komunikasi

    dengan hasil yang lebih baik oleh kedua koresponden (misalnya batas frekuensi

    yang diperbolehkan dalam hubungan telepon dan telegraf) pada keadaan teknis

    tertentu.

    2. Bandwidth yang digunakan oleh dinas dan organisasi nasional maupun

    intemasional yang beroperasi diawasi oleh Balai Monitoring. Emisi bandwidth

    yang diduduki tidak boleh melebihi dari yang telah ditentukan agar tidak

    menimbulkan interferensi. Penggunaan konsep ini merupakan cara yang sangat

    berguna untuk menjamin pembatasan pancaran energi di luar bandwidth yang

    diperlukan.

    3. Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaan Bandwidth, adalah

    sebagai berikut:

    a. Pentingnya membatasi interferensi terhadap kanal-kanal yang

    berdekatan sekecil mungkin.

    b. Faktor-faktor teknis dan praktis dari rekayasa pemancar.

  • 17

    c. Pembatasan bentuk atau distorsi dari sinyalnya sesuai dengan nilai

    yang diizinkan.

    3.2. Stasiun Monitoring

    Stasiun monitoring mempunyai tugas untuk memonitor dan mengamati

    spektrum frekuensi radio, serta ,mengidentifikasi stasiun-stasiun radio untuk

    dibuat sebuah catatan atas kegiatan penyiaran stasiun tersebut. Pengoperasian dari

    alat ini tergantung dari pengaduan masyarakat ataupun rutinitas dari Balai

    Monitoring Bandung.

    Stasiun monitoring dan pengukuran frekuensi radio dibagi menjadi dua

    bagian. yaitu:

    3.2.1 Stasiun Monitoring Tetap (fixed)

    Merupakan stasiun monitoring yang melakukan monitoring dan

    pengukuran dengan tidak berpindah-pindah atau diam. Stasiun tetap biasanya

    ditempatkan di Balai Monitoring Frekuensi Radio.

    Keuntungan cara monitoring dan pengukuran dengan menggunakan stasiun

    tetap adalah sebagai berikut:

    1. Pengoperasian alat bisa diatur secara komputerisasi dan otomatis.

    2. Stasiun tetap memiliki perangkat yang lebih lengkap dibandingkan

    jenis Stasiun Monitoring lainnya. Stasiun ini dilengkapi dengan RMP,

    RME,ARFSR dan DF.

    3. Jangkauan penerimaan frekuensi lebih luas.

    Kelemahan cara monitoring dan pengukuran dengan mengunakan

    stasiun tetap :

    1. Daerah jangkauannya luas tetapi tidak dapat menentukan letak dari lokasi

    pemancar baik yang terganggu maupun tidak terganggu.

    2. Tidak dapat menentukan secara pasti penyebab dari gangguan yang terjadi

    pada pemakaian frekuensi.

  • 18

    3.2.2 Stasiun Monitoring Bergerak

    Merupakan stasiun monitoring dan pengukuran yang dapat dipindah-

    pindahkan dengan mengunakan unit mobil. Sehingga pengukuran dapat dilakukan

    pada tempat yang berbeda-beda.

    Fungsi utama dari Stasiun Monitoring Bergerak terutama untuk

    monitoring karakteristik-karakteristik pancaran yang tidak dapat dikerjakan

    dengan mudah oleh stasiun tetap, baik jumlah parameter yang akan diukur atau

    kepadatan spektrum.

    Ini dipakai terutama untuk monitor frekuensi diatas 30 Mhz, dimana

    pemancar dengan power rendah, antena diarahkan dan karakteristik propagasi

    tcrtentu yang tidak mungkin diukur secara efektif oleh stasiun tetap. Stasiun

    bergerak dibagi menjadi dua unit , yaitu unit monitoring pengukuran dan unit

    Direct Finder (pencari lokasi).

    Tugas unit monitoring dan pengukuran dan stasiun bergerak adalah :

    a. Mengamati pancaran-pancaran frekuensi radio didaerah masing-

    masing sesuai dengan kemampuan pengamatan terhadap daerah

    spektrum frekuensi dari stasiun mobil yang bersangkutan.

    b. Mendeteksi pancaran-pancaran radio tertentu.

    c. Mengadakan penelitian-penelitian terhadap frekuensi yang diamati.

    d. Mengadakan penelitian propagasi frekuensi radio.

    Kekurangan stasiun Monitor Bergerak terutama untuk pengukuran sebagai

    berikut:

    Pengukuran Kuat Medan (Field Stength)

    Stasiun bergerak tidak dapat digunakan untuk mengukur keadaan

    elektromagnetik dikarenakan keterbatasan pada alat ukur.

    Menentukan Lokasi Pemancar Tak Dikenal

    Stasiun bergerak mengalami kesulitan pada daerah yang jarak

    spektrumnya berdekatan dan pemancar ilegal tidak beroperasi secara

    terus menerus.

  • 19

    Monitor Dinas Bergerak

    Dinas stasiun bergerak yang menggunakan power rendah dan selalu

    berpindah tempat dan kondisi operasinya, maka sangat sulit untuk

    dimonitor emisinya oleh stasiun tetap.

    3.3 Kriteria Pelanggaran Penggunaan Frekuensi Radio

    Suatu pemancar frekuensi radio dinyatakan melanggar aturan yang berlaku

    apabila :

    a. Tidak memiliki izin operasi.

    b. Memiliki izin frekuensi tetapi:

    Frekuensi yang digunakan melebihi batas frekuensi yang telah ditetapkan. Daya pancar yang digunakan tidak sesuai dengan izin operasi. Kesalahan operasi yang disebabkan karena penggunaan frekuensi dan

    kelas emisi yang salah.

    Pemancar yang dalam pengoperasiannya mengganggu pemancar lain yang sah karena adanya kerusakan perangkat atau gangguan lainnya.

    Untuk Jenis pemakaian Frequency Share, pengoperasian penangkal diluar jam operasi atau izin lokasi yang telah ditetapkan.

    Bandwidth yang digunakan melebihi batas yang telah ditentukan. 3.4 Sistem Transmisi Radio VHF/UHF

    Rambatan pada jalur-jalur VHF dan UHF diantara 30 MHz dan 3GHz

    terjadi dalam ragam troposferik. Penggunaan utama dari komunikasi dua arah

    pada jalur-jalur VHF dan UHF adalah komunikasi antara sebuah stasiun induk

    (base stasion) dan beberapa unit mobil yang ditempatkan pada kendaraan-

    kendaraan, kapal-kapal atau pesawat terbang pada jalur frekuensi 30-470 kHz.

    Penerapan-penerapan khas adalah komunikasi antara menara pengawas

    dengan pesawat udara (Control-Tower-to-Aircraft) pada bandar-bandar

    udara,pemadam kebakaran, pengawasan kapal di pelabuhan-pelabuhan,

    kepolisian, operasi medan bagi angkatan bersenjata, dan lain-lain. Oleh karena

    sistem ini bekerja pada frekuensi di atas 30 MHz, jangkauan kerjanya terbatas

  • 20

    pada garis pandang dan stasiun induk atau ditambah lagi sejauh itu jika digunakan

    sebuah stasiun pengulang.

    Halangan-halangan yang besar seperti misalnya bukit-bukit atau gedung-

    gedung yang tinggi didaerah perkotaan akan menimbulkan bayangan-bayangan

    dan pola-pola pemantauan yang aneh, sehingga membuat lingkupan menyeluruh

    untuk daerah itu dan kemudian akan menyulitkan stasiun induk. Untuk

    memperluas horizon secara teknis, antena stasiun induk ditempatkan di puncak

    suatu bukit atau gedung yang tinggi untuk mendapatkan tinggi tambahan.

    Di dalam spektrum tersedia sejumlah saluran-saluran terbatas yang

    ditetapkan, umumnya terletak pada jalur 148 MHz, 174 MHz, 450 MHz sampai

    470 MHz. Pengoperasian FM biasanya lebih disukai dan jarak antara saluran

    maksimum yang diizinkan untuk fasilitas ini secara berangsur-angsur telah

    dikurangi dari 120 kHz sampai yang 150 kHz, sehingga lebih banyak saluran yang

    dapat ditempatkan. Untuk mengatasi sempitnya jalur yang digunakan, maka

    pemancar-pemancar dan penerima-penerima harus sangat stabil dan menjaga

    frekuensi kerjanya dalam batas 5 bagian persejuta.

    3.5. Frekuensi

    3.5.1 Gelombang

    Sebelum kita meninjau pengertian dari frekuensi, akan lebih baik jika

    kita meninjau pengertian dari gelombang yang banyak terdapat pada gejala alam

    dalam kehidupan kita sehari-hari. Pada dasarnya, gelombang ialah merupakan

    getaran yang merambat. Berdasarkan arah perambatannya, gelombang dibagi

    menjadi 2 jenis, yaitu:

    1. Gelombang Transversal.

    Merupakan gelombang yang arah getarannya tegak lurus terhadap arah

    perambatannya.

    2. Gelombang Longitudinal

    Merupakan gelombang yang arah getarannya searah dengan arah

    perambatannya.

  • 21

    Pada Gambar 3.1, terlihat bahwa dalam satu perioda (T) akan terdapat

    sebuah lembah dan sebuah gunung. Jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam

    waktu satu perioda (T) dinamakan panjang gelombang ().

    Jika kita misalkan cepat rambat gelombang adalah E, maka dengan

    menggunakan rumus jarak: s = v t diperoleh:

    = V T

    atau

    V = / T

    dengan v = cepat rambat gelombang (m/s)

    = panjang gelombang (m)

    T = perioda (s)

    Adapun frekuensi memiliki satuan Hz, dimana 1 Hz = 1 /s, sehingga

    diperoleh :

    f = 1 /T

    dengan f = frekuensi (Hz) T = perioda (s)

    Dari persamaan dapat disimpulkan bahwa frekuensi adalah banyaknya gelombang

    dalam satu sekon.

    Gambar 3.1 Gratik Amplituda terhadap frekuensi

  • 22

    3.5.2. Alokasi Frekuensi

    Istilah frekuensi dalam komunikasi radio digunakan terhadap banyaknya

    Jumlah variasi sebuah gelombang sinusoida dalam satu detik atau perubahan

    langkah pada sebuah sinyal output dalam satu detik.

    Alokasi frekuensi yaitu pencantuman pita (band) frekuensi tertentu dalam

    daftar alokasi frekuensi dengan maksud untuk penggunaan oleh satu atau lebih

    dinas komunikasi radio teresterial, dinas komunikasi radio ruang angkasa atau

    dinas radio astronomi berdasarkan persyaratan tertentu. Alokasi juga dapat

    diberlakukan untuk pembagian lebih lanjut band frekuensi tersebut untuk setiap

    jenis band-nya.

    Dinas atau Keperluan

    Alokasi Frekuensi

    Siaran AM 526,5 1.606,5 kHz

    Siaran FM 87 108 MHz

    Penerbangan 108 137 MHz

    AMPS (uplink) 835 845 MHz

    AMPS (downlink} 880 890 MHz

    GSM (uplink) 890 915 MHz

    GSM (downlink) 935 960 MHz

    Tabel 3.1 Contoh Pengalokasian Band Frekuensi

  • 23

    3.5.3 Penjatahan dan Penetapan Kanal Frekuensi Radio

    Penjatahan dari kanal frekuensi radio merupakan pencatuman kanal-kanal frekuensi tertentu dalam suatu rencana yang disetujui dan disahkan oleh pihak

    yang berwenang untuk dipergunakan oleh satu atau lebih administrasi dinas

    komunikasi radio teresterial atau dinas komunikasi radio ruang angkasa dalam

    suatu Negara atau lebih atau daerah yang tercantum dalam rencana tersebut dan

    berdasarkan persyaratan tertentu. Instansi yang telah diberi jatah memiliki otoritas

    terhadap penggunaan frekuensi berdasarkan persyaratan tertentu.

    Dinas atau Instansi

    Jatah Frekuensi

    Paramuda FM 93,7 MHz

    Satelindo

    890-900 MHz (Uplink)

    935-945 MHz (Downlink)

    Telkomsel

    900-907,5 MHz (Uplink)

    945-952,5 MHz (Downlink)

    Excelcom

    907,5-915 MHz (Uplink)

    952,5-960 MHz (Downlink)

    Tabel 3.2 Contoh Penjatahan dan Penetapan Kanal Frekuensi Radio

  • 24

    3.5.4 Propagasi

    Propagasi gelombang radio adalah merupakan masalah yang sangat

    penting dan kompleks sekali, khususnya dalam merencanakan suatu perhubungan

    komunikasi radio karena sangat menentukan kualitas dari perhubungan.

    Gelombang radio dibagi dalam beberapa band yang mempunyai sifat

    propagasi berbeda untuk tiap-tiap band tersebut.

    Jenis Propagasi : a. Ground wave : 1. Direct wave

    2. Ground Reflected wave

    3. Surface wave

    4. Diffracted wave

    5. Space wave

    b. Tropospheric Wave : 1. Tropospheric reflection wave

    2. Tropospheric refraction wave

    3. Tropospheric scattered wave

    c. Ionospheric Wave : 1. Reflected wave by Ionosphere

    2. Scattered wave by Ionosphere

  • 25

    Tabel Sifat Propagasi :

    No. Band

    Simbol

    Batas

    Frekuensi

    Panjang

    Gelombang

    Sifat

    Propagasi

    4 VLF 3-30 kHz 100-10 km Gelombang

    merambat dan

    Ionosphere

    5 LF 30 300 kHz 10-1 km

    6 MF 0,3 3 MHz 1000-100 m

    7 HF 3 30 MHz 100-10 m

    8 VHF 30 300 MHz 10-l m Gelombang

    darat dan

    Troposphere 9 UHF 0,3 -3 GHz 100-10 cm

    10 SHF 3-30 GHZ 10 1 cm

    11 EHF 30-300 GHz 10-1 mm Gelombang

    langsung 12 EHF 0,3 3 THz 1 -0,1 mm

    Tabel 3.3 Sifat propagasi

    Keterangan tabel :Nomor Band N diperoleh dari 0,3 _ 10 Hz s.d 3_10 Hz.

    3.6. Gangguan frekuensi Radio

    3.6.1 Ketidakteraturan lonosferik Model ionosfer dapat diilustrasikan, dimana elektron berubah perlahan

    dan merata sedangkan perubahan-perubahan harian dan musiman misalkan dapat

    diramalkan. Perhitungan-perhitungan MUF (Maximum Usable frequency).

    ketinggian semu dan lainnya yang didasarkan pada model ini hanya meberikan

    suatu perkiraan rata-rata. Dalam prakteknya, ionosfer menunjukkan

    ketidakteraturan pada kerapatan elektron di berbagai lapisan, dimana

    tingkatnya dapat berkisar dari kurang 100 m sampai beberapa beberapa ratus

    kilometer. Beberapa ketidakteraturan berjalan melaui ionosfer dengan suatu

    komponen kecepatan mendatar yang berkisar dari beberapa meter per detik hingga

  • 26

    lebih besar dari 1 km/det. ini dikenal sebagai gangguan-gangguan ionosferik

    berjalan TID (Travelling Ionospheric Disturbances) yang dapat berpengaruh

    buruk pada ketelitian alat-alat pencari arah berfrekuensi tinggi HFDF (High

    frequency Direction Finder).

    Beberapa penyebab-penyebab gangguan ionosferik belum diketahui

    dengan baik, dimana beberapa dari faktor-faktornya adalah gelombang-

    gelombang gaya berat (gravity wave) besar-besaran yang terjadi dalam atmosfer,

    ketidak stabilan arus-arus listrik dan plasma dalam ionesfer, dan terutama kegiatan

    matahari (solar activity). Telah diamati bahwa semburan-semburan matahari

    (solar flares) selalu diikuti oleh atenuasi yang hebat atau menghilangkan sama

    sekali sinyal-sinyal radio.

    3.6.2. Pengertian Interferensi

    Gangguan disebut juga dengan interferensi. Interferensi disebabkan oleh

    energi yang tidak dikehendaki karena suatu emisi, radiasi atau indikasi terhadap

    penerimaan suatu sistem komunikasi radio. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

    suatu penurunan mutu, salah pengertian, atau hilangnya informasi yang dapat

    peroleh kembali jika energi yang tidak dikehendaki tersebut dihilangkan.

    Interferensi yang diperbolehkan (permissible interference) adalah

    interferensi yang diamati atau diperkirakan tetapi masih sesuai dengan besarnya

    interferensi dan kriteria penggunaan bersama (Sharring) yang tercantum dalam

    peraturan radio.

    Interferensi yang dapat diterima (Accepted Interference) yaitu interferensi

    yang nilainya lebih tinggi dari interferensi yang diperbolehkan dan telah disetujui

    oleh dua administrasi atau lebih tanpa merugikan administrasi lainnya.

    Interferensi yang merugikan (harmful interference) adalah interferensi yang

    membahayakan fungsi dari suatu dinas navigasi radio atau dinas-dinas

    keselamatan lainnya. Interferensi ini sangat menurunkan mutu sinyal,

    menghalangi ataupun berulangkali memutuskan hubungan suatu dinas komunikasi

    radio yang beroperasi berdasarkan Peraturan Radio.

  • 27

    Syarat Pengaduan Terhadap Gangguan

    Suatu dinas atau stasiun radio boleh mengadukan gangguan yang

    dialaminya apabila memenuhi syarat-syarat berikut:

    Dinas tersebut harus mempunyai izin frekuensi. Dinas tersebut beroperasi sesuai dengan ketentuan pada izin

    frekuensi.

    Sumber-Sumber Gangguan dalam Komunikasi Radio

    Ada bermacam-macam sumber gangguan, antara lain :

    1. Interferensi Kanal Berdekatan (Adjacent Channel Interference)

    Sejumlah besar komunikasi radio masih menggunakan perangkat

    lama yang tidak sesuai dengan standar baru. Frekuensi-frekuensi perangkat

    lama ini tidak stabil dan mengakibatkan penyimpangan yang cukup besar

    dan frekuensi yang ditentukan. Hal ini menimbulkan gangguan pada

    stasiun yang bersebelahan yang menggunakan spektrum frekuensi yang

    berdekatan. Sinyal dari salah satu kanal jatuh dalam kanal yang

    berdekatan. Interferensi kanal berdekatan ada dua macam, yaitu:

    In Band Adjacent Channel Interference

    Terjadi jika frekuensi tengah dari spektrum sinyal peng-interfernsi jatuh

    dalam spektrum sinyal yang diinginkan. Untuk mengatasinya dengan

    membuat bandwidth kanal yang cukup lebar dengan spasi antar kanal

    berdekatan jadi lebih lebar.

    Out Band Adjacent Channel Interference

    Terjadi jika frekuensi tengah dari spektrum sinyal peng-interferensi jatuh

    diluar spektrum sinyal yang diinginkan. Untuk mengatasinya dengan

    strategi alokasi kanal frekuensi pada setiap stasiun yaitu dengan membuat

    jarak pemisahan kanal bersebelahan dalam satu stasiun menjadi lebih

    dekat.

  • 28

    2. Interferensi Kanal Sama (Co-Channel Interference)

    Interferensi kanal sama sering terjadi pada sistem seluler yaitu

    karena adanya refuse frekuensi (pengulangan penggunaan frekuensi).

    Sinyal yang diterima oleh penerima bukan hanya berasal dan pemancar di

    pusat seluler, dimana penerima tersebut berada tetapi juga dari pemancar

    yang berasal dari sel yang menggunakan kanal frekuensi yang sama.

    Selain teriadi pada sistem seluler, interferensi kanal sama juga dapat

    terjadi karena penggunaan frekuensi yang sama oleh pemancar/stasiun

    yang sah lainnya dari dalam atau pun luar negeri.

    3. Interferensi Kanal Bayangan (Image Channel Interference)

    Setiap penyetelan frekuensi pada receiver super heterodyne akan

    selalu menimbuikan frekuensi lain yang juga menghasilkan frekuensi

    menengah (intermediate frequency). Frekuensi lain ini disebut dengan

    frekuensi bayangan (image frequency).

    4. Emisi Tersebar (Spurious Emission)

    Spurious emission adalah emisi pada suatu frekuensi atau frekuensi-

    frekuensi yang muncul diluar pita yang diperiukan yang levelnya dapat

    dikurangi tanpa mempengaruhi penyaluran informasi.

    5. Intermodulasi

    Intermodulasi adalah hasil dari dua frekuensi atau lebih pada

    perangkat yang tidak linier yang berupa gelombang-gelombang baru yang

    frekuensinya berbeda termasuk harmonisa gelombang masukan tersebut.

    6. harmonisa

    Harmonisa adalah gangguan yang disebabkan adanya kenaikan

    frekuensi secara tiba-tiba. Kenaikan frekuensi ini biasanya sebesar

    kelipatannya. Harmonisa disebabkan oleh karena filter yang dipakai pada

    pemancar kurang bagus. Untuk menghindari hal itu maka nilai kelipatan

  • 29

    dari frekuensi yang dioperasikan sengaja dikosongkan dengan maksud

    memberi ruang bila terjadi harmonisa.

    7. Noise Buatan Manusia (man-made noise)

    Noise merupakan gangguan yang berasal dari pemakaian peralatan :

    perangkat dan instalasi listrik secara luas. Pemakaian perangkat radio

    frekuensi untuk tujuan komunikasi Juga dapat menimbulkan noise yang

    cukup besar.

    8. Fading

    Fading didefinisikan sebagai fluktuasi daya di penerima yang

    disebabkan karena interferensi atau superposisi gelombang-getombang

    multipath di penerima yang memiliki fasa yang berbeda-beda. Ada dua

    macam fading, yaitu;

    Log Normal Fading Terjadi pada daerah berbukit-bukit atau banyak gedung-gedung tinggi.

    Rayleighl Fading Terjadi karena sinyal yang dalang dari pemancar ke penerima melalui

    lebih dari satu lintasan (misalnya untuk daerah perkotaan).

  • 30

    3.7 Antena VHF/UHF

    Antena didefinisikan sebagai suatu transformator antara gelombang

    terbimibing dengan gelombang ruang bebas atau sebaliknya. Macam-macam

    antena VHF/UHF digolongkan sebagai berikut:

    a. Antena Omnidirectional

    Antena Omnidirectional adalah antena yang memiliki pola radiasi

    yang terpancar ke segala arah namun arah pancarannya tidak berupa bola,

    melainkan hanya terpancar pada arah horizontal atau vertikal saja

    tergantung dari penggunaan antena yang diinginkan

    a. b. Gambar 3.2

    Antena Omnidirectional (a) bentuk fisik (b) pola radiasi

    y

    x

  • 31

    a. b. Gambar 3.3

    Antena Omnidirectional discone (a) bentuk fisik (b) pola radiasi

    Antena Omnidirectional dapat memancarkan gelombang yang besarnya

    sama rata ke segala arah. Antena ini mempunyai proteksi terhadap

    interferensi yang kecil, sehingga cocok untuk trafik yang tinggi.

    a. b. Gambar 3.4 Antena log periodic (a) bentuk fisik (b) pola radiasi

  • 32

    a. b Gambar 3.5

    Antena GPS (a) bentuk fisik (b) Pola radiasi

    b. Antena Directional

    Antena Directional adalah antena yang memiliki pola radiasi yang

    terpancar pada suatu arah tertentu. Antena Directional ada bermacam-

    macam, antara lain:

    1. Antena Parabola

    2. Antena Yagi dan Log Periodik

    3. Antena Horn

    4. Antena Lensa

  • 33

    3.8. Modulasi Digital

    Sama halnya dengan teknik modulasi analog, sinyal pembawanya adalah

    sinyal analog. Namun pada teknik modulasi digital sinyal informasi yang akan

    memodulasi sinyal pembawa berupa sinyal digital. Ada beberapa teknik modulasi

    digital, antara lain:

    1. Modulasi ASK (Amplitude Shift Keying)

    Modulasi ASK dapat dipandang sebagai modulasi amplitude dengan

    pemodulasi sinyal yang merupakan data biner (bit 0 dan bit 1). Seperti halnya

    pada modulasi AM. Jadi sinyal ASK- merepresentasikan sinyal data biner dengan

    level amplitude yang berbeda.

    (b)

    Gambar 3.6 Modulasi ASK

    (a) sinyal masukan (b) sinyal ASK

  • 34

    2. Modulasi FSK (Frequency Shift Keying)

    Pada modulasi FM, frekuensi sinyal pembawa diubah-ubah harganya

    mengikuti sinyal pemodulasinya dengan harga amplitude pembawa yang tetap.

    Jika sinyal yang memodulasi tersebut hanya mempunyai dua harga tegangan "0"

    dan "I" (biner/digital), maka proses modulasi tersebut dapat diartikan sebagai

    proses penguncian frekuensi sinyai. Hasit gelombang FM yang dimodulasikan

    oleh data biner ini disebut Frequency Shift Keying.

    (b) Gambar 3.7 Modulasi FSK

    (a) sinyal masukan (b) sinyal FSK

  • 35

    3. Modulasi PSK (Phase Shift Keying)

    Pada teknik modulasi PSK. fasa dari sinyal pembawa akan diubah-ubah

    menurut sinyal pemodulasinya (data biner).

    Gambar 3.8 Modulasi PSK (a) Sinyal masukan (b) sinyal PSK

    Gambar 3.9 Bentuk Modulasi dari sistem komunikasi digital

  • BAB IV

    METODE PERANGKAT MONITORING

    4.1 Monitoring dan Pengukuran Frekuensi Monitoring dapat dilakukan di stasiun tetap (fixed station) maupun stasiun

    bergerak. Namun umumnya monitoring frekuensi dilakukan di stasiun tetap dan

    dilakukan secara rutin, terus-menerus setiap hari, tujuannya adalah menjaga

    ketertiban pengguna spektrum frekuensi.

    Monitoring Penggunaan Spektrum Frekuensi

    Monitoring frekuensi dilakukan dengan cara mengamati seluruh spektrum

    frekuensi radio yang sedang digunakan pada suatu alokasi band frekuensi radio.

    Sebagai contoh jika kita mengamati seluruh spektrum frekuensi pada band FM

    komersial yaitu pada bandwidth antara 87 - 108 MHz, maka akan kita dapatkan

    sejumlah frekuensi yang sedang digunakan. Parameter-parameter yang diamati

    pada saat monitoring adalah sebagai berikut:

    1. Frekuensi kerja yang dimonitor

    Pengamatan frekuensi kerja dilakukan berdasarkan ketentuan alokasi band

    frekuensi untuk tiap-tiap instansi atau dinas. Frekuensi yang terpantau

    kemudian dicocokan dengan data frekuensi yang terdapat dibalai

    monitoring. Jika terdapat suatu frekuensi yang terpantau namun tidak

    terdapat dalam daftar frekuensi, maka dapat dinyatakan pengguna frekuensi

    tersebut ilegal dan akan dilakukan tindakan lebih lanjut.

    2. Level Daya Penerimaan

    Pengamatan level daya penerimaan dilakukan untuk mengetahui level

    penerimaan sinyal oleh perangkat monitoring pencari arah (direction finder).

    3. Bandwidth

    Pengukuran bandwidth bertujuan untuk mengetahui bandwidth suatu

    frekuensi tertentu. Metode yang digunakan adalah metode occupied

    bandwidth yaitu dengan mengukur pada bagian frekuensi rendah dan pada

    bagian frekuensi tinggi sehingga didapat lebar band-nya.

  • 37

    Dimana: Bw = Bandwidth (Hz)

    Fh = bagian frekuensi tinggi (Hz)

    FL = bagian frekuensi rendah (Hz)

    4. Identitas suatu stasiun radio

    Identitas suatu stasiun radio dapat dikenali dengan mendengarkan isi siaran

    suatu stasiun radio. Identitas suatu stasiun radio dapat berupa nama stasiun

    radio dan lokasi stasiun radio. Hal ini dilakukan untuk memudahkan

    pencarian dan pelacakan lokasi pemancar tersebut.

    4.2 Metode Pencarian Lokasi Pemancar 4.2.1 Metode Mapping atau Fixed

    Metode ini digunakan untuk mendeteksi dan mencari arah pancaran

    gelombang radio suatu stasiun radio yang tidak setiap saat memancarkan

    gelombang radio pada periode monitoring (On / Off Broadcasting). Tujuan

    dari metode mapping atau ftxed ini adalah untuk mempersempit daerah

    pencarian letak pemancar frekuensi radio yang hendak dilacak. Dalam metode

    ini sinyal diukur minimal ditiga tempat. seperti terlihat pada Gambar 4.2.

    Pengukuran dan pencarian arah pancaran gelombang dapat dilakukan dengan

    menggunakan alat Direction Finder THOMSON-CSF TRC-8011 atau

    Miniport tipe EB100

    FL

    FC

    Fh

    Gambar 4.1 metoda occupied Bandwith

    Fh FC FL

  • 38

    Gambar 4.2 Tempat Peletakan lokasi Direction finder

    Gambar 4.3 Metoda Mapping atau fixed

    Keterangan Gambar :

    : Tempat dioperasikannya Direction Finder (DF).

    : Daerah pencarian lokasi pemancar frekuensi radio.

    : Arah yang ditunjuk oleh Direction Finder

    321 ,, : Sudut yang ditunjuk oleh Direction Finder berdasarkan arah referensi utara bumi.

  • 39

    Penggunaan metode mapping atau fixed ini ada beberapa syarat yang harus

    dipenuhi yaitu:

    Pengukuran dilakukan ditempat yang terbuka, tidak terhalang oleh bukit dan tidak terhalang oleh obstacle (menara antena, gedung-gedung yang

    tinggi, atap yang terbuat dari logam, pohon-pohon yang besar) sehingga

    pengukuran dan deteksi arah pancaran tidak dipengaruhi oleh sinyal

    pantulan.

    Hindari aliran listrik tegangan tinggi dan latu lintas kendaran yang ramai. Metoda ini memiliki beberapa kelemahan yaitu : Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengukuran dan pelacakan

    relatif lama, karena sinyal yang akan dideteksi tidak dipancarkan secara

    terus-menerus sehingga dibutuhkan kesabaran dan ketelitian dalam

    pembacaan nilai yang ditunjuk oleh alat ukur.

    Hasil yang didapat dari pengukuran tidak menunjukan lokasi suatu pemancar frekuensi radio melainkan hanya penyempitan daerah pelacakan.

    4.2.2 Metode Relative Homing Metode ini digunakan untuk mendeteksi dan mencari arah pancaran

    gelombang radio suatu stasiun radio yang setiap saat memancarkan gelombang

    radio (Continuous Broadcasting). Pada metoda ini yang diperhatikan adalah

    kuat level penerimaan dari alat pencari arah Direction Finder (DF) dan arah

    pancaran yang ditunjukan oleh Direction Finder.

    Alat ini bergerak mengikuti arah datangnya sinyal sampai

    ditemukannya lokasi pemancar frekuensi radio yang dilacak tersebut.

    Pelacakan dan pencarian lokasi pemancar dengan menggunakan metode ini

    lebih cepat dibanding dengan menggunakan metode mapping atau fixed,

    karena operator hanya perlu mengikuti arah datangnya sinyal. Kesulitan

    penggunaan metode ini adalah tata letak kota dan jalan yang dapat dilalui oleh

    kendaran dinas.

    Dalam praktek pelacakan, penggunaan Direction Finder THOMSON-

    CSF TRC-801I atau Miniport lipe EBIOO adalah suatu kombinasi yang ideal

    untuk pelacakan tersebut. Karena sifat dari Miniport tipe EB 1OO yang

    portabel sehingga memungkinkan untuk digunakan dijalan yang sempit dan

  • 40

    pengamatan lokasi dapat langsung diamati oleh operator dengan melihat fisik

    antena pemancar frekuensi radio tersebut.

    Keterangan :

    =

    Gambar 4.4 Mekanisme pencarian arah sinyal datang pada DF

    Untuk lebih mengefektifkan kegiatan monitoring, antara metode

    maping atau fixed monitoring dan relative homing harus dipadukan.

    Pada maping/flxed memerlukan 3 titik pengukuran, oleh karena itu

    diharapkan untuk memasang alat pemantau di titik yang strategis di wilayah

    yang dimonitoring. seandainya memerlukan data, akan langsung mendapatkan

    dari alat monitoring tersebut. Hal ini akan mempermudah melacak suatu

    pemancar tertentu.

    Pada relative homing, permasalahan yang muncul adalah masalah

    jalan. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan teknologi GPS, Dan untuk

    mempermudah pelacakan, dapat menggunakan suatu strategi dengan membuat

    jaiur-jalur monitoring utama untuk pelacakan. Jalur-jaiur ini dipilih

    berdasarkan jangkauan penerimaan frekuensi, yang harus diperhatikan adalah

    keadaan daerahnya agar line of sight misalnya, dan parameter lain adalah jalur

    jalan yang mudah dilalui.

    4.3 Perangkat Pelacakan 4.3.1 RAMS (Remote Automatic Monitoring Systems)

    Pesawat penerima RAMS (Remote Automatic Monitoring Systems)

    adalah pesawat penerima VHF/UHF yang dapat dikontrol jarak jauh {remote)

    atau secara manual {heal conlml). Metode pengontrolannya ada dua macam

    DF

    Arah datang nya sinyal gelombang radio

  • 41

    dengan menggunakan sinyal DTMF pada pesawat telepon atau dengan

    menggunakan modem dan dioperasikan melalui komputer.

    Mekanisme Penggunaan RAMS (Remote Automatic Monitoring Systems)

    1. Monitoring frekuensi dilakukan dengan cara memeriksa seluruh

    spektrum frekuensi yang ada dengan memutar tombol tuning pada

    bagian penerima sehingga didapat sejumlah frekuensi yang sedang

    digunakan. Band frekuensi yang akan dimonitor terlebih dahulu diset

    sesuai dengan band yang diinginkan. Kita dapat memonitor suatu

    frekuensi dengan memasukan input frekuensi yang kita inginkan untuk

    dilakukan monitoring.

    2. Pengukuran bandwidth dilakukan dengan metoda occupied bandwidth,

    seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. namun karena tidak dilengkapi

    spectrum analyzer pada pelaksanannya kita mencoba untuk memprediksi

    secara kasar dengan cara mendengarkan isi siaran dan memperhatikan

    level penerimaan sampai tidak bisa diterima / dideteksi oleh atat baik

    pada sisi frekuensi tinggi dan sisi frekuensi rendah.

    3. Menentukan mode penerimaan sesuai yang dibutuhkan untuk

    monitoring, mode yang dipilih adalah :

    SSB (LSB dan USB), digunakan untuk mendeteksi sinyal hasil modulasi pada satu sisi band saja LSB atau USB.

    AM, digunakan untuk mendeteksi sinyal dengan modulasi amplituda.

    AM/W, digunakan untuk mendeteksi sinyal AM dengan pass band lebih lebar antara 16-300 kHz.

    FM, digunakan untuk mendeteksi sinyal dengan modulasi frekuensi. FM/W, digunakan untuk mendeteksi sinyal AM dengan pass band

    yang lebih lebar antara 16 300 kHz.

    4. RAMS (Remote Automatic Monitoring Systems) dilengkapi dengan

    Direction Finder yang bekeria secara otomatis dan berguna untuk

    mengetahui arah pancar suatu gelombang radio.

  • 42

    5. Untuk keperluan identifikasi, alat ini juga dilengkapi dengan headphone

    atau speaker untuk mendengarkan isi siaran yang dapat direkam dengan

    menggunakan tape recorder, dapat diset pada mode auto/input Pada

    mode auto, tape recorder hanya akan merekam isi siaran suatu stasiun

    radio ketika ada sinyal audio masuk sedangkan mode input akan

    merekam setiap saat baik ada maupun tidak ada sinyal audio yang

    masuk.

    4.3.2 Pesawat Penerima Miniport Tipe EB100 Pesawat Penerima Miniport Tipe EB1OO adalah pesawat penerima

    VHF/UHF, dapat dibawa-bawa dan bersumber listrik pada baterai. Pesawat

    penerima ini mempunyaijangkauan daerah frekuensi dari 20 sampai 1000

    MHz.

    Penggunaan pssawat penerima Miniport Tipe EBIOO ini sangat tepat

    untuk digunakan pada daerah yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan dinas.

    Karena ukurannya yang kecil, ringan dan dikemas dengan kemasan

    alumuniuin yang kuat dan juga dilengkapi dengan sabuk pembawa sehingga

    sangat memudahkan operator dalam operasi pelacakan suatu frekuensi radio.

    Mekanisme Peaggunaan Miniport Tipe EB 1OO Dengan alat ini, penentuan arah pancaran gelombang mdio dilakukan

    dengan menggunakan antena lerarah aktif tipe HF 100 (antena loop) yang

    digunakan untuk pencarian secara relative homing (mengikuti arah pancar),

    Antena HF 100 memiliki jangkauan frekuensi yang bcrvariasi, 20 - 200 MHz,

    200 - 500 MHz dan 500 -1000 MHz.

    Prosedur penggunaan alat tersebut adalah sebagai berikut:

    1. Saklar dipindah ke posisi level tone.

    2. Mencari daerah frekuensi dengan pemilihan frekuensi yang diinginkan,

    dengan lebar step pengukuran dari 1 kHz sampai 9,999 MHz.

    3. Penunjukan diatur pada posisi tengah skala Power Level Meter yang

    diperluas dengan mengatur kontrol batas ambang penerimaanya Pada saat

    ini akan terdengar siulan / bunyi dengan nada tinggi, yang merupakan

    ukuran relatlif dari level penerimaan.

  • 43

    4. Arah asal sumber sinyal ditentukan dengan mengatur arah antena agar

    didapat simpangan tertinggi pada Power Level Meter atau nada siulan

    tertinggi.

    4.3.3 Direction Finder THOMSON-CSF TRC-8911 Direction Finder THOMSON-CSF TRC-8011 adalah stasiun

    monitoring bergerak yang merupakan unit pencari arah yang beroperasi pada

    frekuensi 20 sampai 2700 MHz. Direction Finder THOMSON-CSF TRC-8011

    menggunakan pengukuran dan teknik pengaturan atas dasar Direction Finder

    Processor.

    Dengan karakteristik tersebut menjadikan alat ini sangat tepat untuk

    pelacakan dan pencarian lokasi. Fungsi dari alat ini sama dengan miniport

    Tipe EB1OO, tugas dari peralatan ini adalah untuk mencari arah pancaran dari

    suatu pemancar frekuensi radio.

    Direction Finder THOMSON-CSF TRC-8011 dilengkapi dengan

    peralatan yang merupakan kesatuan dari seluruh sistem tersebut adalah

    sebagai berikut:

    Receiver TRC 8021 Thomson yang berfimgsi untuk memonitor frekuensi dengan jangkauan 20 sampai 2700 MHz dan memliki

    kepekaan penerima sampai dengan -120 dBm.

    IF/intermediate Frequency Panoramic Adapter (TRC 8030) yang merupakan spectrum analyzer, berhubungan dengan perangkat untuk

    menampilkan spektrum frekuensi.

    Gain atau penguatan dari antena, dapat diatiir sesuai penguatan yang diinginkan. Antena yang digunakan pada perangkat monitoring dan

    pengukuran adalah sebagai berikut:

    - Dipole array dengan Jangkauan frekuensi 20 - 500 MHz (1 & 3).

    - Dipole array dengan jangkauan frekuensi 500 - 2700 MHz (2 & 4).

  • Meka8011

    MetoPada

    derja

    deraj

    plovt

    Jadi,

    dalam

    arah

    MetoPada

    namu

    Mod

    1.

    2.

    anisme Pe1

    ode Mappin

    a metode m

    at azimuth d

    jat searah d

    ting di peta

    nilai yang d

    m trigonome

    Plotting = 3

    ode Relative

    a metode in

    un referensi

    difikasi Para

    Tekan F7

    Pilih param

    panah pa

    parameter

    Fr27

    G

    Antena Dip

    enggunaan

    ng atau Fixe

    mi, arah yang

    dengan refer

    dengan jarum

    nilai yang

    ditiinjukan d

    etri menggun

    360 - (arah D

    e Homing

    ni, referensi

    arah adalah

    ameter Peng

    7 untuk mem

    meter yang

    ada keyboar

    baru yang in

    rekuensi yan

    700 MHz).

    Gambar 4.5

    ole array 20-

    Direction

    ed

    g ditunjuk o

    rensi 0 ada

    m jam (stan

    digunakan a

    direction find

    nakan rumus

    Direction F

    0 berdasar

    arah kepala

    gukuran da

    mulai modifi

    ingin diuba

    rd, kemudi

    ngin diubah,

    ng ingin dila

    -2700 MHz

    Finder TH

    oleh directi

    alah arah ut

    ndar Naviga

    adalah sudut

    der harus diu

    s :

    Finder)0.

    rkan arah u

    mobil direc

    an Pelacaka

    fikasi parame

    ah dengan m

    ian memas

    , yaitu :

    acak (daerah

    OMSON-CS

    on finder b

    tara bumi d

    asi). Namim

    t putaran tri

    ubah lerlebih

    utara binni t

    ction finder.

    n

    eter.

    menggunaka

    sukan bebe

    h jangkauan

    44

    SF TRC-

    berdasarkan

    dan putaran

    m pada saat

    igonometri.

    h dahulu ke

    tidak aktif,

    an tanda

    erapa nilai

    yaitu 20 -

  • 45

    Tuning step /frequency increment (0,1 kHz ; 1 kHz ; 12,5 kHz ;25 kHz; 100 kHz ;1 MHz ; 10 MHz atau 100 MHz).

    Filter (4 kHz, 8 kHz, 15 kHz, 30 kHz, 100 kHz atau 300 kHz).

    Rx Gain {high sensilivty', good linear atau normal). Detection Threshold (120 -OdBm). Mode (A3E untuk modulasi amplitude, F3E untuk arah

    perambatan frekuensi dan G3E unluk modulasi fasa).

    Squelch (On / Off). Squelch Threshold (-120 ~ 0 dBm).

    3. Tekan "enter" untuk validasi nilai parameter yang ingin diukur.

    4. Tekan "'esc" untuk menghentikan proses validasi.

    Setelah memasukan parameter ini akan didapatkan hasil pengukuran

    berupa:

    Level daya penerimaan (dBm).

    Arah Pancaran Gelombang Radio.

  • 46

    Blok Diagram :

    Parameter -parameter kinerja sistem :

    Alokasi frekuensi radio

    Rentang pita frekuensi (band frekuensi) yang digunakan

    Penetapan (assignment) pita frekuensi radio / penetapan kanal

    Penyimpangan frekuensi (deviasi frekuensi)

    Bandwidth (lebar pita)

    Kuat medan (field strength)

    Daftar prioritas pengamatan

    Sarana yang digunakan

    Penggunaan kanal

    Pendudukan%

    Analisa

    Sesuai data base perijinan

    Laporan

    Kanal yang tidak digunakan

    Kanal yang tidak digunakan

    Masukkan untuk alokasi frek. baru

    Tidak sesuai data base perizinan

    Direkam sebagai target

    operasi penertiban

  • 47

    Effective Radiated Power (ERP)

    Analisa :

    Contoh pengukuran radio siaran FM

    Rentang pita frekuensi radio 87,5 - 108 MHz

    Pengkanalan yang digunakan kelipatan 100 kHz

    Deviasi maksimum 75 kHz

    Level emisi minimum dibawah 60 dB

  • BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil pembahasan mengenai

    Metode dan Penggunaan Perangkat Monitoring Frekuensi pada BALMON

    Bandung, adalah sebagai berikut:

    1. Stasiun Monitoring Tetap (fixed) memiliki perangkat pelacakan

    yang lebih lengkap dan jangkauan frekuensi yang lebih luas, tetapi

    tidak dapat menentukan secara pasti letak dari pemancar ilegal.

    2. Stasiun monitoring Bergerak (mobile) digunakan untuk memonitor

    frekuensi pemancar yang tidak bisa dilakukan oleh Stasiun

    Monitoring Tetap, baik parameter atau kepadatan spektrum.

    3. Metode pencarian lokasi pemancar pada BALMON Bandung,

    yaitu :

    Metode Mapping atau Fixed Metode Relative Homing

    4. Perangkat pelacakan lokasi pemancar pada BALMON Bandung, yaitu:

    RAMS (Remote Automatic Monitoring System) Pesawat Penerima Miniport Tipe EB100 Direction Finder THOMSON-CSF TRC-801I

    Dari ketiga perangkat petacakan tersebut, yang sering dipakai adalah

    Direction Finder THOMSON-CSF TRC-8011 karena memiliki jangkauan

    frekuensi yang lebar dan juga dan teknik pengaturan atas dasar Direction

    Finder Processor.

  • 49

    5.2 Saran Untuk lebih mengefektifkan kegiatan monitoring, antara metoda maping

    atau fixed monitoring dan relative homing harus dipadukan.

    Pada maping/flxed memerlukan 3 titik pengukuran, oleh karena itu

    diharapkan untuk memasang alat pemantau di titik yang strategis di wilayah yang

    dimonitoring. seandainya kita memerlukan data, kita akan langsung mendapatkan

    dari alat monitoring tersebut. Hal ini akan mempermudah melacak suatu pemancar

    tertentu.

    Pada relative homing, permasalahan yang muncul adalah masalah jalan.

    Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan teknologi GPS, Dan untuk

    mempermudah pelacakan, dapat menggunakan suatu strategi yang membuat jaiur-

    jalur monitoring utama untuk pelacakan. Jalur-jaiur ini dipilih berdasarkan

    jangkauan penerimaan frekuensi, diperhatikan adalah keadaan daerahnya agar line

    of sight misalnya, dan parameter lain adalah jalur jalan yang mudah dilalui.

    Dari ketiga alat yang digunakan yang paling efektif adalah directional

    finder.

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Schwirtz, Mischa, 1986," Transmisi, Informasi, Modulasi dan Bising ", Penerbit ERLANGGA.

    2. Shanmugan, K. Sam, 2002, " Digital and Analog Communication Systems", John Wiley & Sons Inc.

    3. Catatan Dasar Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro ITENAS Bandung, 2001.

    COVERKATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB I Pendahuluan1.1 Latar Belakang Masalah1.2 Tujuan Penulisan1.3 Pembatasan Masalah1.4 Cara Memperoleh Data1.5 Waktu dan Tempat Kerja Praktek1.6 Sistematika Penulisan

    BAB II TINJAUAN UMUM BALAI MONITORING FREKUENSI RADIODAN ORBIT SATELIT2.1 Sejarah Singkat Balai Monitoring2.2 Tugas dan Tanggung Jawab Balai Monitoring2.2.1 Tugas Stasiun Monitoring Radio2.2.2 Tanggung Jawab Stasiun Monitoring Radio

    2.3 Teknis Operasional Balai Monitoring2.4 Jenis Stasiun Monitoring2.5 Struktur Organisasi Balai Monitoring2.6 Perlengkapan Stasiun Monitoring Frekuensi Radio

    BAB III MONITORING FREKUENSI3.1 Pendahuluan3.2. Stasiun Monitoring3.2.1 Stasiun Monitoring Tetap (fixed)3.2.2 Stasiun Monitoring Bergerak

    3.3 Kriteria Pelanggaran Penggunaan Frekuensi Radio3.4 Sistem Transmisi Radio VHF/UHF3.5. Frekuensi3.5.1 Gelombang3.5.2. Alokasi Frekuensi3.5.3 Penjatahan dan Penetapan Kanal Frekuensi Radio3.5.4 Propagasi

    3.6. Gangguan frekuensi Radio3.6.1 Ketidakteraturan lonosferik3.6.2. Pengertian Interferensi

    3.7 Antena VHF/UHF3.8. Modulasi Digital

    BAB IV METODE PERANGKAT MONITORING4.1 Monitoring dan Pengukuran Frekuensi4.2 Metode Pencarian Lokasi Pemancar4.2.1 Metode Mapping atau Fixed4.2.2 Metode Relative Homing

    4.3 Perangkat Pelacakan4.3.1 RAMS (Remote Automatic Monitoring Systems)4.3.2 Pesawat Penerima Miniport Tipe EB1004.3.3 Direction Finder THOMSON-CSF TRC-8911

    BAB V PENUTUP5.1 Kesimpulan5.2 Saran

    DAFTAR PUSTAKA