konsep ta’dib menurut syed muhammad naquib al-attas dan...

143
| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA BAGI PENDIDIKAN KARAKTER S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Disusun oleh MUHAMAD HABIB ALWI 111 13 126 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Upload: doankhuong

Post on 16-Jun-2019

251 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 1

KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS

DAN IMPLIKASINYA BAGI PENDIDIKAN KARAKTER

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Disusun oleh

MUHAMAD HABIB ALWI

111 13 126

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

Page 2: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 2

Page 3: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 3

Page 4: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 4

Page 5: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 5

Page 6: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 6

Page 7: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 7

MOTTO

Artinya: “ Tauhid mewajibkan wujudnya iman. Barang siapa tidak beriman maka dia tidak

bertauhid dan iman mewajibkan syariat maka barang siapa yang tidak ada syariat padanya,

maka dia tidak memiliki iman dan tidak bertauhid dan syariat mewajibkan adanya adab,

maka barang siapa yang tidak beradab maka (pada hakikatnya) tiada syariat, tiada iman dan

tiada tauhid padanya”

(Hasyim Asy’ari, Adabul Ailm wal Muta’alim, H. 11)

Page 8: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 8

Page 9: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 9

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap mempunyai peran

penting dalam hidup-Ku

1. Bapak Muhammad Ja’far dan Ibu Munawaroh, serta keluarga yang selalu

mencurahkan segala usaha dan doa untuk kelancaran belajarku.

2. KH. Abdullah Faqih pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayat Pringapus Ungaran;

K. Mursyidul Anam pengasuh Pondok Pesantren Al-Munir Pangkat Tegalrejo;

K. Bahrudin pengasuh Pondok Pesantren Nurul Maghfiroh Tegalrejo

Kab. Magelang; KH. Taufikul Hakim pengasuh Pondok Pesantren Darrul Falah

Amtsilati Bangsri Jepara; KH. Zoemri RWS pengasuh Pondok Pesantren

Al-Falah Salatiga yang selalu membimbing dan mengajariku ilmu dan adab.

3. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M. Ag., atas segala ilmu, waktu, tenaga dan

bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dengan kesabaran dan

keikhlasannya.

Page 10: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat

serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah

menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata

guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini adalah

“KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN

IMPLIKASINYA BAGI PENDIDIKAN KARAKTER.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan

dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga

4. Bapak Dr. H. Miftahuddin. M. Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara

ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya

memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses

penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.

Page 11: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 11

5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan PAI IAIN Salatiga yang telah

berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan kepada penulis dan pelayanan

hingga studi ini dapat selesai.

6. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat semua yang telah membantu memberikan

dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu

dalam penulisan skripsi ini.

Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta

mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam penulisan

ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan

kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada

khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi

pengetahuan dunia pendidikan. Amien ya robbal ‘alamien.

Salatiga, 11 Agustus 2017

Penulis,

Page 12: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 12

MUHAMAD HABIB ALWI

111 13 126

Page 13: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 13

ABSTRAK

Alwi, Muhamad Habib. 2017. Konsep Ta’dib Menurut Syed Muhammad Naquib Al-

Attas dan Implikasinya Bagi Pendidikan Karakter. Skripsi. Fakultas Tarbiyah

dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Dr. H. Miftahuddin, M.Ag.

Kata Kunci: Konsep Ta’dib, Pendidikan Karakter.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep ta’dib yang digunakan oleh

Syed M. Naquib Al-Attas sebagai makna pendidikan Islam dan implikasinya terhadap

pendidikan karakter, sehingga struktur konsep ta’dib telah mencakup unsur-unsur ilmu

(‘ilm), instruksi (ta’lim) dan pembinaan yang baik (tarbiyah) sehingga tidak perlu lagi

dikatakan bahwa konsep pendidikan Islam adalah sebagaimana terdapat dalam tiga

serangkai konsep tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.

Pokok masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana konsep ta’dib yang

digunakan oleh Syed M. Naquib Al-Attas sebagai makna pendidikan Islam? 2)

Bagaimana implikasi konsep ta’dib yang digunakan oleh Syed M. Naquib Al-Attas dalam

konteks pendidikan karakter? Mengingat kajiannya merupakan penelitian literarur/studi

pustaka maka metode yang digunakan adalah analisis isi dari buku tersebut.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa 1) konsep ta’dib menurut Syed M.

Naquib Al-Attas yaitu mencakup ilmu dan amal dalam pendidikan serta adanya amal

(praktik) untuk menjamin ilmu agar dapat dipergunakan secara baik dalam kehidupan

masyarakat. 2) Implikasi konsep ta’dib dalam konteks pendidikan karakter yaitu; sebagai

kompetensi moral (akhlak) yang harus dimiliki oleh pendidik maupun peserta didik;

pembentukan kepribadian agar karakteristik psikologis seseorang yang berkaitan dengan

kecendrungan untuk berhubungan sosial dengan orang lain; pembentukan moral religius.

Page 14: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 14

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN BERLOGO .......................................................................................... ii

HALAMAN DEKLARASI ........................................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................................... iv

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ......................................................................... v

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... vi

MOTTO ............................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN .................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ix

ABSTRAK ............................................................................................................ xi

DAFTAR ISI.......................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 5

Page 15: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 15

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian............................................................... 6

E. Kajian Pustaka ...................................................................... 7

F. Metode Penelitian ............................................................... 16

G. Definisi Operasional ............................................................. 19

H. Sistematika Penulisan .......................................................... 22

Page 16: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 16

BAB II BIOGRAFI

A. Biografi Tokoh...................................................................... 24

B. Setting Sosial ....................................................................... 25

C. Karya-Karya.......................................................................... 34

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. Konsep “Ta’dib” ................................................................... 40

B. Pendapat-pendapat Terhadap Konsep Ta’dib Yang

Digunakan Oleh Syed M. Naquib Al-Attas ............................ 68

C. Implikasi Konsep Ta’dib Terhadap Pendidikan Karakter ...... 75

BAB IV PEMBAHASAN

A. Signifikansi Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-

Attas .................................................................................... 88

B. Relevansi Pemikiran Konsep Ta’dib yang Digunakan Oleh

Syed M. Naquib Al-Attas dalam Konteks Pendidikan

Karakter ............................................................................... 95

C. Implikasi Konsep Ta’dib yang Digunakan Oleh Syed M.

Naquib Al-Attas dalam Konteks Pendidikan Karakter .......... 110

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 115

B. Saran .................................................................................... 116

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 17

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Pembimbingan

Lampiran 3 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 4 Daftar SKK

Lampiran 5 Pernyataan Publikasi Skripsi

Page 18: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 18

Page 19: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu sarana terpenting dalam usaha

pembangunan sumber daya manusia dan penanaman nilai-nilai kemanusiaan,

yang pada gilirannya akan menciptakan suasana dan tatanan kehidupan

masyarakat yang beradab dan berperadaban.

Masalah sumber daya manusia dan seribu satu permasalahan

pendidikan yang dihadapi umat ini menjadi rationale utama, yang

membidani kelahiran Konferensi Dunia I mengenai pendidikan Islam (First

World Conference on Islamic Education) yang diadakan di Makkah. Tujuan dan

harapan diselenggarakannya Konferensi Internasional Pendidikan Islam

Pertama tersebut sangat jelas, yaitu untuk memantapkan dan meningkatkan

mutu pendidikan umat yang tengah mengalami degradasi pasca dominasi Barat

(Wan Daud, 2003:24). Salah satu cara dalam peningkatan kualitas pendidikan

Islam dengan cara merumuskan definisi pendidikan Islam secara jelas karena

istilah yang digunakan dalam pendidikan tentulah membawa gagasan yang benar

dan implikasi positif terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan proses

pendidikan, baik dari aspek pendidik, anak didik maupun kurikulum.

Page 20: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 20

Konsep ta’dib adalah konsep paling tepat untuk pendidikan Islam

daripada istilah tarbiyah, ta’lim dan ta’dib, sebagaimana yang digunakan sampai

saat ini. Al-Attas (1999:33) mengatakan:

“Its conceptual structure the elements of knowledge (‘ilm), instruction (ta’lim)

and good breeding (tarbiyah), so that there os no need to refer to the concept of

education in Islam as tarbiyah-ta’alim-ta’dib all together” yang artinya struktur

konsep ta’dib telah mencakup unsur-unsur ilmu (‘ilm), instruksi (ta’lim) dan

pembinaan yang baik (tarbiyah) sehingga tidak perlu lagi dikatakan bahwa

konsep pendidikan Islam adalah sebagaimana terdapat dalam tiga serangkai

konsep tarbiyah, ta’lim dan ta’dib).

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan pada

akhir abad ini seperti perkembangan teknologi komunikasi, transportasi dan

informasi yang sedemikian cepat telah menghadapkan masyarakat agama menuju

kesadaran kolektif bahwa penyesuaian struktural dan kultural pemahaman agama

adalah suatu keharusan. Pada abad ini disebutkan oleh kebanyakan orang,

sebagai abad sumber daya manusia (SDM), yang menuntut manusia untuk

meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dengan kecerdasan tinggi, yang ber-

IQ dan ber-EQ tinggi dan berperilaku produktif. Pada era sekarang, semua orang

secara individual maupun bersama-sama dalam ikatan organisasi di tuntut

untuk belajar terus menerus dalam proses interaktif yang bermutu. Dengan kata

lain, disamping dituntut untuk memiliki kecerdasan intelektual, tentunya setiap

individu dituntut belajar untuk mampu tinggal bersama dalam masyarakat

majemuk dan secara spiritual dapat memahami arti sesungguhnya dari hidup

bersama dengan orang yang memiliki perbedaan agama, etnis dan kelas sosial.

1

Page 21: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 21

Oleh karena itu, sehubungan dengan persoalan tersebut, maka konsep

atau istilah pendidikan Islam perlu ditata ulang atau diadakan penyegaran

tujuannya agar mampu menghadapi segala tuntutan zaman sehingga akan

berimplikasi positif terhadap aplikasi proses pendidikan secara keseluruhan

baik yang berkaitan dengan pendidik, peserta didik maupun aspek kurikulum.

Konsep kurikulum pendidikan yang berjalan selama ini boleh jadi telah banyak

diwarnai oleh pendidikan Barat sehingga menyentuh esensinya, tanpa adanya

seleksi yang lebih ketat. Konsep pendidikan Islam yang telah diterapkan

selama ini telah dirasuki pandangan hidup Barat yang belandaskan nilai-nilai

dualisme dan sekularisme sehingga nilai-nilai adab menjadi semakin kabur dan

semakin jauh dari nilai-nilai hikmah ilahiah.

Pendidikan Islam yang selama ini telah diterapkan perlu diadakan kajian

ulang dalam rangka menghilangkan pengaruh-pengaruh sistem pendidikan Barat,

sehingga mampu menemukan konsep pendidikan yang jelas dan dapat

dijadikan pedoman dalam mengaplikasikan semua aktivitas yang terkait

dengan proses pendidikan. Ditinjau sudut masalah pendidikan Islam, dapat

dikategorikan menjadi dua, yaitu masalah dari dalam terletak pada konsep dan

praktikan, sedangkan dari masalah dari luar terletak pada tantangan masa depan.

Jadi paparan di atas menunjukkan urgensi adanya penataan ulang tentang konsep

pendidikan Islam agar dapat ditemukan konsep pendidikan Islam yang integral,

adaptif terhadap tuntutan zaman dan selektif terhadap pengaruh dari dunia luar

Page 22: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 22

(Barat). Selain itu, juga dapat dijadikan pedoman dalam mempraktikkan segala

aktivitas berkaitan dengan proses pendidikan.

Sebagaimana dengan pendidikan karakter, sekarang ini dilakukan secara

sungguh-sungguh, sistematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan,

menguatkan kesadaran dan keyakinan bagi semua orang bahwa tidak ada masa

depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan

disiplin diri, kegigihan, semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa

tanggung jawab, memupuk persatuan di tengah-tengah keberagaman, semangat

berkontribusi bagi kemajuan bersama serta rasa percaya diri dan optimisme.

Pendidikan karakter seringkali timbul tenggelam dalam sejarah pendidikan

nasional. Era sekarang pendidikan karakter menjadi mata pelajaran khusus,

kemudian menjadi dimensi yang terintegrasi ke dalam seluruh mata pelajaran.

Adakalanya pendidikan karakter diintegrasikan dengan pendidikan agama,

pendidikan moral pancasila, atau pendidikan akhlak mulia. Namun, ada juga saat

dimana pendidikan karakter sama sekali hilang dalam kurikulum pendidikan

nasional.

Oleh karena itu, pengembangan pendidikan karakter dalam kontek ajaran

Islam diperlukan intelektual muslim yang memiliki pemikiran-pemikiran dan

karya yang besar pula. Dengan demikian, sangat diperlukan peran dari para

pemikir untuk merumuskan kembali konsep pendidikan Islam yang benar,

ilmiah dan filosofis berdasarkan visi Islam. Mencermati keadaan demikian, Syed

Page 23: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 23

M. Naquib Al-Attas sebagai salah satu intelektual Muslim yang terkenal,

berusaha menawarkan pemikiran mengenai konsep ta’dib, dengan kemunculan

pemikiran tersebut akan membawa angin segar yang diharapkan membawa

dampak positif dalam dunia pendidikan Islam dalam menghadapi segala

persoalan baik yang bersifat internal maupun eksternal.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti berkeinginan mengkaji pemikiran

Syed M. Naquib Al-Attas tentang konsep ta’dib, maka skripsi ini mengambil

tema tentang “Konsep Ta’dib Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas dan

Implikasinya Bagi Pendidikan Karakter”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian singkat pada sub bab latar belakang, maka penulis

hendak merumuskan masalah, sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep ta’dib yang digunakan oleh Syed M. Naquib Al-Attas

sebagai makna pendidikan Islam?

2. Bagaimana implikasi konsep ta’dib yang digunakan oleh Syed M. Naquib

Al-Attas dalam konteks pendidikan karakter?

C. Tujuan Penelitian

Sebagaimana rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dalam hal

ini, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konsep ta’dib yang digunakan oleh Syed M. Naquib

Al-Attas sebagai makna pendidikan Islam.

Page 24: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 24

2. Untuk mengetahui implikasi konsep ta’dib yang digunakan oleh Syed

M. Naquib Al-Attas terutama terhadap pendidikan karakter.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun

praktis, antara lain:

1. Manfaat teoritis

a) Dapat mendiskripsikan konsep ta’dib pendidikan Islam

b) Kajian ini juga diharapkan agar dapat dijadikan acuan atau pedoman

oleh civitas akademika sebagai konsep pendidikan Islam yang benar dan

integral sehingga mampu menyelesaikan problematika makna pendidikan

Islam dan dapat berfikir kritis serta ikut berperan aktif dalam

memfilter konsep-konsep yang tidak sesuai dengan konsep-konsep

pendidikan Islam.

2. Manfaat praktis

a) Diharapkan skripsi ini dijadikan bahan acuan bagi remaja muslim agar

mempunyai akhlaqul karimah dan karakter yang baik.

b) Peneliti berharap agar telaah atau kajian ini bermanfaat untuk dunia

pendidikan Islam, agar tidak selalu menyadur atau mengadopsi konsep-

konsep pendidikan Barat.

E. Kajian Pustaka

Page 25: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 25

Untuk mengetahui hal-hal yang menjadi pusat kajian atau penelitian,

maka perlu dikemukakan tentang ruang lingkup kajian. Terdapat beberapa istilah

yang digunakan dalam mengungkapkan makna pendidikan Islam, diantaranya

adalah tarbiyah, ta’lim, ta’dib dan riyadhah. Dari beberapa istilah pendidikan

Islam tersebut, penelitian ini hanya mengkaji satu istilah yaitu ta’dib.

Berdasarkan penelusuran terhadap hasil-hasil penelitian khususnya

skripsi, penulis menemukan beberapa skripsi yang berhubungan dengan

penelitian ini, diantaranya:

1. Konsep pendidikan menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, disusun oleh

Bintang Firstania Sukatno, UIN Sunan Kalijaga. Hasil penelitian ini

menunjukkan: 1) Pendidik bukan hanya seorang pengajar (mu’allim) yang

tugasnya mentransfer ilmu pengetahuan saja, melainkan juga seseorang yang

melatih jiwa dan kepribadian peserta didik dengan cara memiliki kepribadian

dan adab yang baik sehingga mampu dijadikan teladan bagi peserta

didiknya. 2) Relevansi konsep ta’dib dilaksanakan di Indonesia adalah untuk

mencapai tujuan pendidikan Islam, dimana pendidik PAI tidak hanya sekedar

mahir dalam menghantarkan materi pelajaran PAI saja, namun juga

menjadikan peserta didik berakhlak mulia sesuai dengan Al-Qur’an dan

Sunnah.

2. Konsep Pendidikan Akhlak dan Implikasinya dalam Pendidikan Agama Islam

(Studi Atas Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas Dan Ibnu

Page 26: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 26

Miskawaih) disusun Andika Saputra, UIN Sunan Kalijaga. Hasil penelitian

ini menunjukkan: 1) Konsep Pendidikan Akhlak Syed Muhammad Naquib

Al-Attas dalam pendidikan agama Isalam yaitu ta'dib, tauhid dan metafora,

cerita dan yang mencalup semu:mya baik yang bersifat realita maupun

spiritual.dan Ibnu Miskawaih konsep pendidikan ahlak dalam pendidikan ista

thariqun thabi'i dan al-'adat wa aljihad, 2) komparasi pendidikan akhlak Syed

Naquib Al-Attas dan Ibnu Miskawaih yaitu pendidikan yang rnencakup semua

sisi kemanusiaan mendapatkan materi pendidikan, 3) Implikasi konsep

pendidikan akhlak menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas dan Ibnu

Miskawaih dalam pendidikan Agama Islam terwujudnya sikap batin yang

mampu mendorong bagi terciptanya semua perbuatan yang bernilai baik,

sehingga mencapai kesempumaan dan memperoleh kebahagiaan yang

sempurna (al-sa'adat).

3. Konsep Pendidikan Berbasis Pembebasan (Studi Komparasi Konsep

Pendidikan Paulo Freire dan Syed M. Naquib Al-Attas), penelitian ini

dilakukan oleh Atina Rohma. Hasil penelitian ini menunjukkan, 1) Konsep

pendidikan yang diciptakan oleh Paulo Freire berasal dari keadaan sosial

yang dia alami, baik mengenai dasar tujuan dan lain-lain, semua

berdasarkan pada keadaan lingkungannya. Keadaan sosial yang penuh dengan

penindasan dan pemaksaan, keadaan sosial yang menjadikan manusia

terampas kemanusiaannya. Konsep pendidikannya tidak mempraktikkan

Page 27: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 27

bentuk penindasan terhadap peserta didik, memposisikan peserta didik dan

pendidik pada suatu derajat yang sama. 2) Konsep pendidikan yang

dicetuskan oleh Syed M. Naquib Al-Attas sesuai dengan konsep ta’dib yang

ia buat. Mengenai dasarnya, beliau menjadikan al-Qur’an, Hadits Nabi dan

ijtihad sebagai acuannya, sedangkan dalam hal tujuan, beliau lebih

menekankan pada penciptaan manusia yang baik daripada warga Negara atau

pekerja yang baik. Mengenai kurikulum, beliau mencoba memadukan

tentang ilmu agama dan ilmu umum, karena menurutnya di dalam Islam

sebenarnya tidak ada pemisahan antara keduanya. 3) Dalam hal pendidikan

memang seharusnya mempunyai dasar yang berfungsi sebagai pijakan untuk

bertumpu sebagaimana yang dilakukan oleh Paulo Freire dan Syed M.

Naquib al-Attas, Paulo Freire berdasarkan agamanya yaitu agama kristen,

demikian juga Syed M. Naquib Al-Attas berdasarkan agamanya yaitu Islam.

Tujuan pendidikan yang dicetuskan baik oleh Paulo Freire maupun Syed M.

Naquib Al-Attas adalah sama-sama memanusiakan manusia, namun di

sana terjadi perbedaan arah, kalau tujuan pendidikan Paulo Freire bertujuan

untuk memanusiakan manusia dari unsur penindasan dan pemaksaan,

sedangkan tujuan pendidikan Syed M. Naquib al-Attas adalah

memanusiakan manusia agar dia menjadi manusia yang baik dalam hal

ini dia bisa menjadi warga negara dan pekerja yang baik. Metode Paulo

Freire hanya terbatas pada metode dialog dan hadap masalah, namun dari

Page 28: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 28

metode hadap masalah ini akan timbul berbagai metode-metode yang lain.

Sedangakan metode pendidikan Syed M. Naquib al-Attas disesuaikan

dengan keadaan murid.

4. Sekularisme dan Pendidikan Akhlak (Studi Atas Pemikiran Syed Muhammad

Naquib Al-Attas Tentang Konsep Pendidikan Akhlak dalam Menghadapi

Sekularisme). Lailatus Sa’adah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. Kajian ini menunjukkan

bahwa: menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas sekularisme adalah suatu

faham yang memisahkan antara kehidupan duniawi dan kehidupan ukhrawi,

sehingga berakibat pada rusaknya aqidah yang berdampak pada hilangnya

adab. Sedang Pendidikan merupakan salah satu cara untuk memperbaiki

akhlak. Menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas pendidikan akhlak tidak

hanya berpusat pada pemahaman saja, melainkan pada praktik dan

pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi seorang guru bukan hanya

bertugas memahamkan materi saja, akan tetapi juga mendidik dalam

pengaplikasian materi tersebut dalam segala etika seorang peserta didik,

sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai sempurna. Al-Attas

mengungkapkan dua metode dalam pendidikan, yakni metode metafora dan

bercerita sebagai metode dalam memahamkan peserta didik, dan metode

tauhid sebagai metode dalam mempraktekkan teori pendidikan akhlak

tersebut, sehingga pada praktiknya seseorang akan berpegang teguh pada

Page 29: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 29

tauhid ke-Islaman. Di dalam pendidikan menurut al-Attas, guru layaknya

seorang ayah atau pemimpin, jadi hendaknya bertanggung jawab dan

mengevaluasi peserta didik, begitupun peserta didik hendaklah menghormati

gurunya sebagaimana ia menghormati orang tuanya dan pemimpinnya.

5. Konsep Adab dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam Menurut Syed

Muhammad Naquib Al-Attas, disusun oleh Syahri Kismanto Program

Pascasarjana (PPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau.

Hasil penelitiannya: melahirkan manusia yang sadar insaf akan tanggung

jawabnya kepada Allah SWT yang senantiasa disembah; yang memahami dan

melaksanakan tanggung jawabnya kepada diri sendiri dan kepada masyarakat

dengan adil dan yang senantiasa berusaha memperbaiki setiap aspek dirinya

ke tahap yang lebih sempurna.

6. Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Studi Pemikiran Pendidikan Syed

Muhammad Naquib Al-Attas), disusun oleh Abdul Gofur Skripsi Jurusan PAI

FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian bahwa gagasan

Islamisasi ilmu pengetahuan yang diformulasikan oleh Al-Attas merupakan

“revolusi episthemologi” sebagai jawaban terhadap krisis epistemologis yang

melanda bukan hanya dunia Islam akan tetapi juga budaya dan peradaban

Barat. Dalam operasionalisasi gagasan ini melibatkan dua langkah, yaitu;

pertama, mengenali dan memisahkan unsur-unsur yang dibentuk oleh

budaya dan peradaban Barat, kemudian dipisahkan dan diasingkan dari

Page 30: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 30

tubuh pengetahuan modern, khususnya dalam pengetahuan humaniora.

Kedua, memasukkan elemen-elemen Islam dari konsep kunci kedalam

setiap cabang ilmu pegetahuan mas kini yang relevan. Proses Islamisasi

ilmi pengetahuan kontemporer ini tidakah mudah, menurut orang-orang yang

terlibat didalamnya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mendalam

terhadap peradaban Islam dan Barat. Islamisasi ilmu pengetahuan

kontemporer bukanlah suatu evolusi tetapi pengembalian manusia kepada

fitrahnya. Artinya Islamisasi ilmu ini dapat melindungi manusia khususnya

umat Islam dari ilmu yang sudah tercemar dan menyesatkan yang dapat

menimbulkan kerusakan terhadap kehidupan umat manusia.

7. Syed Muhammad Naquib Al-Attas dan Konsep Metafisik dalam Islam,

disusun oleh Akhmad Rofii Damyati Dosen STIU (Sekolah Tinggi

IlmuUsuluddin) Al Mujtama’ Pamekasan merupakan paper yang

dipresentasikan pada Doktora Semineri per tanggal 08.05.2015 di İlahiyat

Fakültesi Seminar Salonu lt.1, Süleyman Demirel Üniversitesi, Türkiye,

dengan judul “Nakip El-Attas ’in Felsefe Düşüncesinde Metafizik Kavramı.

Dalam El-Furqonia Vol. 01 No. 01 Agustus 2005. Hasil yang diperoleh bahwa

Pandangan Al-Attas, metafisik dalam Islam tidaklah sekedar yang dipahami

oleh para filosof dan ahli teologi. Tapi merupakan pencapaian hakikat baik

yang hissi ‘aqli dan intuisi plus wahyu sekaligus, dengan pengertian bahwa

pencapaiannya ada di level ihsan. Baginya, ini adalah metafisik yang lebih

Page 31: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 31

menyeluruh. Sebab dengan demikian, hakikat segala sesuatu bisa dengan lebih

sempurna diabstrak. Eksperimen dengan intuisi adalah eksperimen di

tingkatan ihsan yang meng-upgrade level-level di bawahnya menjadi lebih

terang dan akurat. Dari sudut pandang metafisik Islam ini, para Sufi yang

otentik, buka Sufi yang palsu, adalah ilmuan sejati. Sebab merekalah yang

langsung berinteraksi langsung dengan haqaiq al-ashya yang menyimpan

makna, hikmah dengan martabat masing-masing yang menuntut untuk

diperlakukan sewajarnya sesuai dengan tuntutannya. Pandangan spiritual

inilah yang menjadi framework dari seluruh pemikiran al-Attas yang

digaungkannya dengan istilah “Worldview Islam”. Oleh karena itu, pada

posisi itulah yang membedakan Al-Attas dengan ilmuan lain dalam metafisik

terutama jika dihadapkan dengan posisi ilmuan Barat sebagaimana ia banyak

mengkritisinya. Tentu saja Al-Attas tidak seratus persen membuat atau

mengkonsep baru konsep metafisiknya. Ia meramu ulang tradisi keilmuan

Islam yang sudah ada sebelumnya seperti tradisi filsafat, kalam dan tasawwuf.

Sehingga dari hasil racik ulang tradisi keilmuan Islam sebelumnya itu

melahirkan framework metafisis yang dianggap lebih menyeluruh.

8. Marâji‘: Jurnal Studi Keislaman Volume 1, Nomor 1, September 2014; ISSN

2406-7636; 115-145. Kritik Islamic Worldview Syed Muhammad Naquib Al-

Attas Terhadap Western Worldview oleh Nur Hasan Universitas Islam Negeri

Sunan Ampel Surabaya. Tulisan ini dinyatakan bahwa sekularisme

Page 32: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 32

sebagaimana yang dinyatakan al-Attas hanya merupakan simbol keruntuhan

otoritas Kristen, musnahnya alam vital keagamaannya, peralihan keyakinan

Kristen kepada konsep-konsep duniawi, dan pemisahan antara keyakinan

agama dengan hak-hak sipil (dunia) dan kekuasaan konsep agama tanpa

negara dan negara tanpa agama. Paham sekularisme yang dekat dengan

ideologi positivisme jelas bertentangan dengan pandangan hidup Islam

(Islamic worldview). Menurutnya umat Islam tidak boleh sekadar ikut-ikutan

menerapkan konsep pengosongan nilai-nilai ruhani dan fisik (empirik) karena

konsep ini bertentangan dengan konsep pandangan hidup Islam (Islamic

worldview) tentang alam. Western worldview menurut Syed Muhammad

Naquib al-Attas merupakan worldview yang lahir dari imitasi gagasan praktik

gereja Barat terhadap citra Islam, dan imitasi ini telah dimulai bersamaan

dengan kemunculan Islam dan pembebasannya atas Timur dari dominasi

kekaisaran Romawi Byzantium, maka maksud teselubung Barat, yakni;

berupaya membaratkan atau westernisasi akal pikiran para intelektual dan

budayawan Islam agar mengadopsi model peradaban Barat sebagai ganti dari

model worldview Islam.

9. Tadrîs Volume 158 8 Nomor 2 Desember 2013, Spiritualitas Pendidikan Islam

Perspektif Syed Muhammad Naquib Al-Attas oleh Halimatus Sa’diyah

Fakultas Agama Islam Universitas Islam Madura. Dalam tulisan ini

dinyatakan bahwa Konsep pendidikan al-Attas, yaitu ta’dîb dalam tatanannya

Page 33: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 33

identik dengan aspek metafisika atau spiritualitas. Pada dasarnya, pendidikan

Islam dalam perspektif Al-Attas adalah proses penanaman adab. Adab yang

dimaksud al-Attas adalah ilmu tentang tujuan mencari pengetahuan itu sendiri.

Ilmu di sini didefinisikan Al-Attas sebagai sampainya makna segala sesuatu

pada jiwa seorang penuntut ilmu. Tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan

yang dimaksudkan Al-Attas adalah insân kâmil. Hal ini merujuk pada pribadi

Nabi Muhammad SAW, yang merupakan perwujudan manusia sempurna,

sedangkan pendidikan diarahkan pada terwujudnya potensi dan bawaan

manusia sehingga bisa sedekat mungkin menyerupai Nabi Muhammad SAW

Berdasarkan beberapa kajian pustaka diatas, belum ada satupun sumber

tulisan yang secara khusus meneliti tentang konsep ta’dib dalam pemikiran Syed

Muhammad Naquib Al-Attas dan implikasinya bagi pendidikan karakter.

Penelitian-penelitian tersebut diatas berfokus pada konsep pendidikan, pendidikan

akhlak, pendidikan Islam dalam hal pemisahan antara urusan ukhrawi dan

duniawi serta konsep metafisik dan gagasan islamisasi ilmu pengetahuan.

Sedangkan fokus penulis dalam kajian ini adalah dibatasi hanya pada interpretasi

ta’dib yang digunakan oleh Syed M. Naquib Al-Attas baik secara etimologi

maupun terminologi dan implikasi konsep ta’dib yang digunakan oleh Syed M.

Naquib Al-Attas pada pendidikan karakter.

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

Page 34: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 34

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan filosofis yang sangat

relevan untuk menafsirkan berbagai gejala, peristiwa, simbol maupun nilai-

nilai yang terkandung dalam ungkapan bahasa (Kaelan, 2005: 80). Dalam hal

ini yang diungkap adalah konsep ta’dib dalam pemikiran Syed Muhammad

Naquib Al-Attas dan implikasinya pada pendidikan karakter.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research)

yaitu suatu cara kerja tertentu yang bermanfaat untuk mengetahui

pengetahuan ilmiah dari suatu dokumen yang dikemukaan oleh ilmuan masa

lalu maupun sekarang (Kaelan, 2005:250). Jenis penelitian ini adalah

penelitian kualitatif sehingga menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata,

catatan yang berhubungan dengan makna, nilai dan pengertian.

2. Sumber Data

a. Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti. Data

primer dalam penelitian ini adalah karya-karya yang ditulis sendiri oleh

tokoh yang diteliti, dalam hal ini Syed M. Naquib Al-Attas. Untuk

melihat konsep ta’dib Syed M. Naquib Al-Attas secara konkrit dan

komprehensip, maka peneliti mengupayakan buku-buku yang dikarang

oleh pakar pendidikan yang bersangkutan. Dari survei kepustakaan

tentang tokoh tersebut, maka sumber primer yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Wan Mohd Nor Wan Daud, 2003, “Filsafat dan

Page 35: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 35

Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas” (Bandung:

Mizan); Syed Muhammad Naquib Al-Attas, 1993, “Islam and

Secularism” (Kuala Lumpur: Art Printing Work Sdn. Bhd) dan Syed

Muhammad Naquib Al-Attas, 1999, “The Concept of Education in

Islam: Framework for an Islamic Philosophy of Education” (Kuala

Lumpur: International Institute of Islamic Thought and

Civilization/ISTAC).

b. Data sekunder dalam penelitian ini adalah karya-karya penulis lain yang

membahas tentang pendidikan Islam, baik dalam bentuk buku, jurnal,

artikel maupun karya ilmiah lainnya. Beberapa sumber yang penulis

gunakan sebagai data sekunder, antara lain: buku, jurnal, artikel dan

sumber lain yang relevan dengan penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data secara menyeluruh dan relevan dengan fokus,

maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai menggunakan metode

dokumentasi. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui

dokumen. Dokumen disini bisa berupa buku, surat kabar, majalah, jurnal,

ataupun internet yang relevan dengan tema penelitian ini.

4. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul dalam penelitian selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan analisis isi atau tekstual dalam studi kepustakaan secara

interpretasi terhadap isi pesan suatu komunikasi yang terungkap dalam

Page 36: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 36

literatur-literatur yang memiliki relevansi dengan tema penelitian ini,

berorientasi pada pendeskripsian sebuah konsep ide pemikiran melalui

langkah-langkah penafsiran terhadap pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-

Attas tentang ta’dib dan implikasinya terhadap pendidikan karakter.

Analisa data merupakan tahap terpenting dari sebuah penulisan. Sebab

pada tahap ini dapat dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa

sehingga menghasilkan sebuah penyampaian yang benar-benar dapat

digunakan untuk menjawab persoalan-persoalan yang telah dirumuskan.

Secara definitif, analisa data merupakan proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami dan dapat

diinformasikan kepada orang lain.

Teknik ini dapat dilakukan melalui pengolahan data dengan

pemilahan tersendiri berkaitan dengan pembahasan dari beberapa gagasan

atau pemikiran para tokoh pendidikan yang kemudian dideskripsikan, dibahas

dan dikritik. Dengan menggunakan analisis isi mencakup prosedur ilmiah

berupa obyektifitas, sistematis dan generalis. Maka, arah pembahasan skripsi

ini untuk menginterpretasikan, menganalisis isi buku (sebagai landasan

teoritis) dikaitkan dengan masalah-masalah pendidikan yang masih aktual

untuk dibahas.

G. Definisi Operasional

Page 37: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 37

Agar tidak terjadi kesalah-pahaman dalam penulisan skripsi ini, perlu

penulis jelaskan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul di atas.

Istilah-istilah tersebut adalah :

1. Ta’dib

Ta’dib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan santun, tata

krama, adab, budi pekerti, akhlak, moral dan etika. Ta’dib yang seakar

dengan adab memiliki arti pendidikan peradaban dan kebudayaan yang

berkualitas dapat diraih melalui pendidikan.

Menurut Al-Attas, ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan terhadap

realitas yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia

tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan

penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan

kekuatan dan keagungan Tuhan (Wan Daud, 2003: 177). Pengertian ini

didasarkan Hadits Nabi SAW:

Artinya: “Tuhan Ku telah mendidik-Ku, sehingga menjadikan baik

pendidikanku”

Artinya: “Aku di utus untuk memperbaiki kemuliaan akhlak” (HR. Malik dari

Annas

Kedua hadits tersebut menunjukkan bahwa kompetensi Nabi Muhammad

sebagai seorang rasul dan misi utamanya adalah pembinaan akhlak. Karena

itulah, seluruh aktivitas pendidikan Islam seharusnya memiliki relevansi

dengan peningkatan kualitas budi pekerti sebagaimana yang diajarkan oleh

Rasulullah SAW.

Page 38: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 38

Ta’dib sebagai upaya dalam pembentukan adab terbagi atas empat

macam: 1) ta’dib adab al-haqq, pendidikan tata krama spiritual dalam

kebenaran, yang memerlukan pengetahuan tentang wujud kebenaran, yang

di dalamnya segala yang ada memiliki kebenaran tersendiri dan yang

dengannya segala sesuatu diciptakan; 2) ta’dib adab al-khidmah, pendidikan

tata krama spiritual dalam pengabdian. Sebagai seorang hamba, manusia

harus mengabdi kepada sang Raja (Malik) dengan menempuh tata

krama yang pantas; 3) ta’dib adab al-syari’ah, pendidikan tata krama

spiritual dalam syariah, yang tata caranya telah digariskan oleh Tuhan

melalui wahyu. Segala pemenuhan syariat Tuhan akan berimplikasi pada tata

krama yang mulia; 4) ta’dib adab al-shuhbah, pendidikan tata krama

spiritual dalam persahabatan, berupa saling menghormati dan berprilaku

baik di antara sesama (Mujib dan Mudzakkir, 2006:21).

2. Pendidikan Karakter

Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas

tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,

masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam pengertian yang sederhana

pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru dan

berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter

adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk

mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya (Samani & Hariyanto,

2011:43).

Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem

yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung

komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan

tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha

Page 39: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 39

Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan

terwujud insan kamil (Aunillah, 2011:18-19).

Sementara itu sumber lain, wikipedia mendefinisikan pendidikan

karakter sebagai istilah payung (umbrella term) yang acap kali digunakan

dalam mendeskripsikan pembelajaran anak-anak dengan sesuatu cara yang

dapat membantu mereka mengembangkan berbagai hal terkait moral,

kewargaan, sikap tidak suka memalak, menunjukkan kebaikan, sopan santun

dan etika, perilaku, bersikap sehat, kritis, keberhasilan, menjunjung nilai

tradisional, serta menjadi makhluk yang memenuhi norma-norma sosial dan

dapat diterima secara sosial (Samani & Hariyanto, 2011:44).

Jadi, pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada

peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam

dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat

dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan

moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan

peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang

baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan

sepenuh hati.

Berdasarkan pada uraian pengertian diatas dapat disimpulkan yang

dimaksud dengan konsep ta’dib dalam pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-

Attas dan implikasinya pada pendidikan karakter adalah pemikiran Syed

Page 40: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 40

Muhammad Naquib Al-Attas tentang pengenalan dan pengakuan terhadap realitas

yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat yang

tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke

arah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan yang berdampak

pada perkembangan manusia seutuhnya yang memiliki hati, pikiran, raga, rasa

dan karsa dalam kehidupan sehari-hari.

H. Sistematika Penulisan

Secara umum dalam penulisan skripsi ini terbagi dari beberapa bagian

pembahasan teoritis dan pembahasan empiris dari dua pokok pembahsan tersebut

kemudian penulis jabarkan menjadi lima bab. Adapun perinciannya, sebagai

berikut :

Bab I Pendahuluan, merupakan pendahuluan yang membahas tentang

keseluruhan penulisan skripsi ini yang terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka,

penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan.

Bab II Biografi, mencakup biografi tokoh, Setting Sosial dan karya-

karyanya.

Bab III Deskripsi Pemikiran, membahas tentang konsep ta’dib menurut

Syed M. Naquib Al-Attas yang mencakup tentang Pengertian ta’dib menurut

Syed M. Naquib Al-Attas baik secara etimologi maupun terminologi, Pendapat-

pendapat para cendikiawan baik yang Pro maupun Kontra terhadap konsep

Page 41: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 41

ta’dib yang digunakan oleh Syed M. Naquib Al-Attas dan Implikasinya terhadap

pendidikan karakter.

Bab IV Pembahasan, terdiri dari signifikansi pemikiran Syed M. Naquib

Al-Attas mengenai ta’dib, relevansi pemikiran konsep ta’dib yang digunakan oleh

Syed M. Naquib Al-Attas dalam konteks pendidikan karakter dan implikasi

konsep ta’dib yang digunakan oleh Syed M. Naquib Al-Attas dalam konteks

pendidikan karakter.

BAB V Penutup, berisikan tentang kesimpulan dan saran yang menjadi

akhir dari penulisan skripsi ini.

Page 42: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 42

BAB II

BIOGRAFI

A. Biografi Tokoh

Syed M. Naquib Al-Attas merupakan ilmuwan berkewarga-negaraan

Malaysia, nama lengkap Syed Muhammad Naquib Ibn Ali Ibn Muhsin al-Attas,

lahir pada tanggal 5 September 1931 di Bogor, Jawa Barat Indonesia. Silsilah

keluarga dapat dilacak hingga ribuan tahun ke belakang melalui silsilah

“Sayyid” dalam keluarga Ba’dawi di Hadromaut dengan silsilah yang sampai

kepada Imam Husein, cucu nabi Muhammad SAW (Wan Daud, 2003: 431).

Leluhur Al-Attas ada yang menjadi wali dan ulama diantaranya yaitu

Syed Muhammad al-Aydarus (dari pihak ibu), guru dan pembimbing rohani Syed

Muhammad Hafs ‘Umar bin Syaiban dari hadromaut, yang mengantarkan Nur

al-Din al-Raniri, salah seorang alim ulama terkemuka di dunia Melayu, ke

tarekat rifa’iyyah. Ibunda Syed Muhammad Naquib yaitu Syarifah Raquan al-

Aydarus, berasal dari Bogor, Jawa Barat, Indonesia dan merupakan

keturunan ningrat Sunda di Sukapura. Pihak bapak, kakek Syed Naquib al-Attas

yang bernama Syed Ibn Muhammad al-Attas adalah seorang wali yang

pengaruhnya tidak hanya terasa di Indonesia, tetapi juga ke Negara Arab.

Muridnya, Syed Hassan Fad’ak, kawan Lawrence of Arabia, dilantik

menjadi penasehat Agama Amir Faisal, saudara raja Abdullah dari

Yordania. Neneknya bernama Ruqoyyah Hanum, adalah wanita Turki berdarah

24

Page 43: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 43

Aristokrat yang menikah dengan Ungku Abdul Majid, adik sultan Abu Bakar

Johor (wafat 1895) yang menikah dengan adik Ruqoyyah Hanum. Khodijah

yang kemudian menjadi ratu Johor setelah Ungku Abdul Majid wafat

meninggalkan dua orang anak), Ruqoyyah menikah yang kedua kalinya

dengan Syed Abdullah al-Attas dan dikaruniai seorang anak, Syed Ali Al-Attas

yaitu bapak dari Syed Muhammad Naquib Al-Attas.

Syed Muhammad Naquib Al-Attas merupakan anak kedua dari tiga

bersaudara, yang sulung bernama Syed Hussein, seorang ahli sosiologi dan

mantan wakil rektor Universitas Malaya, sedangkan yang bungsu bernama Syed

Zaid, seorang insiyur kimia dan mantan seorang dosen Institute Tekhnologi

MARA. Adapun sekarang Syed Muhammad Naquib menjalani hidupnya bersama

keluarganya yang bahagia dan harmonis. Hari-harinya disibukkan dengan

aktifitas keilmihan dan sebagai rektor (International Institute Of Islamic Though

and Civilization ) Malaysia.

B. Setting Sosial

Latar belakang keluarga memberikan pengaruh terhadap pendidikan awal

Syed M. Naquib Al-Attas, berawal dari keluarga yang berada di Bogor, Al-Attas

memperoleh pendidikan keIslaman. Sedangkan dari keluarga di Johor, Al-Attas

memperoleh pendidikan yang sangat bermanfaat dalam mengembangkan dasar-

dasar bahasa sastra dan kebudayaan Melayu (Wan Daud, 2003: 46).

Page 44: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 44

Umur 5 tahun, Al-Attas dikirim ke Johor untuk belajar di sekolah dasar

Ngee heng (936-1941). Di sana ia tinggal bersama pamannya Ahmad kemudian

dengan bibinya Azizah (Kholiq, 1999: 217). Keduanya adalah anak Ruqoyyah

Hanum dari suaminya yang pertama, Datuk Ja’far Ibn haji Muhammad (wafat

1919) kepala mentri Johor modern yang pertama pada masa pendudukan Jepang,

dia kembali ke Jawa untuk meneruskan pendidikannya di madrasah al-‘Urwatu

al-Wustqa, Sukabumi (1941-1945), sebuah lembaga pendidikan yang

menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar. Setelah perang dunia II

pada tahun 1946, Syed M. Naquib Al-Attas kembali ke Johor untuk

merampungkan pendidikan selanjutnya, pertama di bukit Zahrah School

kemudian di English College (1946-1951).

Al-Attas menghabiskan masa muda dengan membaca dan mendalami

manuskrip sejarah, sastra dan agama serta buku-buku klasik Barat dalam bahasa

Inggris yang tersedia di perpustakaan keluarganya yang lain. Lingkungan

keluarga berpendidikan dan bahan bacaan seperti itulah yang menjadi faktor

pendukung yang memungkinkan Syed M. Naquib Al-Attas mengembangkan gaya

bahasa yang baik dan pemilihan kosa kata yang tepat, yang kelak sangat

mempengaruhi gaya tulisan dan tutur bahasa Melayunya.

Setelah Ungku Abdul Aziz pensiun, Syed M. Naquib tinggal bersama

dengan pamannya yang lain, Dato’ Onn Ibn dato’ Ja’far (kepala menteri Johor

modern ke VII), sampai menyelesaikan pendidikan tingkat menengah. Syed M.

Page 45: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 45

Naquib menceritakan bahwa Dato’ Onn (salah seorang tokoh nasionalis) sangat

mengagumi bakat seninya dan memintanya untuk membuat gambar bendera

resmi UMNO (United Malaya National Organization), yaitu partai politik

yang menjadi tulang punggung kerajaan Malaysia sejak dimerdekakan oleh

Inggris dengan memasukkan kekuatan, kesetiaan dan Islam.

Setelah lulus dari sekolah menengah pada tahun 1951, Syed M. Naquib

mendaftar di sebuah resimen Melayu sebagai kader dengan nomor 6675, beliau

dipilih oleh sir Gerald Templer, ketika itu menjabat sebagai British High

Commissioner di Malaya, untuk mengikuti pendidikan militer pertama di Eton

Hall, Chester, Wales, kemudian di Royal Millitary Academy, Sandhurst,

Inggris (1952-1955). Selama di Inggris ia berusaha memahami aspek-aspek

yang mempengaruhi semangat dan gaya hidup masyarakat Inggris. Selain

mengikuti pendidikan militer, Syed M. Naquib Al-Attas juga sering pergi ke

negara-negara eropa lainnya, seperti: Spanyol dan Afrika Utara untuk

mengunjungi tempat-tempat terkenal dengan tradisi intelektual, seni dan gaya

bangunan keIslamannya. Kemudian di Sandhurst pula Syed M. Naquib Al-Attas

berkenalan untuk yang pertama kalinya dengan pandangan metafisika tasawwuf,

terutama dari karya-karya Jami yang tersedia di perpustakaan kampus. Tidak

mengherankan lagi bahwa pengalaman yang seperti ini meninggalkan kesan

yang mendalam dalam diri Syed M. Naquib Al-Attas.

Page 46: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 46

Setelah lulus dari Sandhurst, Al-Attas ditugaskan sebagai pegawai

kantor di resimen tentara kerajaan Malaya, federasi Malaya, yang ketika itu

sibuk menghadapi serangan komunis yang bersarang di hutan. Namun tidak lama

di sini, minatnya yang dalam untuk menggeluti dunia ilmu pengetahuan

mendorongnya untuk berhenti secara sukarela dari kepegawaiannya kemudian

membawanya ke Universitas Malaya, ketika itu di Singapura pada tahun 1957-

1959, tidak dapat dinafikan lagi bahwa latihan-latihan militer yang diterimanya,

terutama yang berkaitan dengan unsur-unsur keislaman, seperti ketaatan, disiplin

diri dan kesetiaan sangat berpengaruh dalam berbagai pandangan dan sikapnya

sebagai seorang sarjana dan administrator Muslim.

Syed Muhammad Naquib Al-Attas telah menulis dua buah sewaktu masih

kuliah mengambil program SI di Universitas Malaya. Buku pertama adalah

rangkaian Ruba’iyat, buku yang sekarang menjadi karya klasik adalah Some

Aspects of Sufism as Understood and Practised Among the Malays yang

diterbitkan di lembaga penelitian Sosiologi Malaysia pada tahun 1963.

Sedemikian berharganya buku yang kedua ini sehingga pada tahun 1959

pemerintah Kanada melalui Kanada Council Fellewship, memberinya beasiswa

selama 3 tahun, terhitung sejak tahun 1960 untuk belajar di Institut of Islamic

Studies, Universitas McGill, Montreal yang didirikan Wilfred Cantwel Smith.

Syed M. Naquib Al-Attas mendapat gelar M.A dari Universitas McGill pada

tahun 1962 setelah tesisnya yang berjudul “ Raniri and the Wujudiyah of 17

Century Acheh ”, beliau lulus dengan nilai yang sangat memuaskan.

Page 47: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 47

Setahun kemudian atas dorongan beberapa sarjana dan tokoh-tokoh

orientalis yang terkenal, Syed M. Naquib al-Attas pindah ke SAOS (School

of Oriental and African Studies ), Universitas London, untuk meneruskan

pendidikan Doktornya. Pada tahun 1965 dia memperoleh gelar Ph. D setelah

dua jilid disertasi doktornya yang berjudul The Mysticism of Hamzah

Fanshuri lulus dengan nilai yang sangat memuaskan.

Selama menjadi mahasiswa, di McGill dan London, Syed M.

Naquib Al-Attas sangat aktif mengeroksi pandangan negatif yang ditujukan

kepada Islam, selain itu dia juga terlibat dalam menyebarkan ajaran-ajaran Islam

yang murni. Syed M. Naquib Al-Attas kembali ke Malaysia pada tahun 1965.

Beliau termasuk dari sedikit orang Malaysia yang memperoleh gelar Doktor

of Philoshophy yang didapatkannya dari London. Syed M. Naquib al-Attas

dilantik menjadi ketua jurusan di fakultas kajian Melayu Universitas Malaya

Kuala Lumpur. Dari tahun 1968 sampai tahun 1970, dia menjabat sebagai dekan

fakultas sastra di kampus yang sama. Di sini dia berusaha memperbaharui

struktur akademis fakultas dan jurusan-jurusan lain yang sefakultas sehingga

mereka tidak berjalan sendiri-sendiri sebagaimana yang terjadi selama ini. Dia

juga bertanggung jawab dalam upaya menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa

pengantar di lingkungan fakultas dan universitas yang karenanya menghadapi

oposisi dosen-dosen lain yang tidak menyetujui usaha tersebut.

Page 48: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 48

Pada tahun 1970 Al-Attas menjadi pendiri senior UKM (Universitas

Kebangsaan Malaysia) menjabat sebagai dekan fakultas bahasa dan sastra

Melayu, Syed M. Naquib al-Attas telah mengajukan konsep dan metode baru

kajian bahasa, sastra dan kebudayaan Melayu yang bisa digunakan untuk

mengkaji peranan dan pengaruh Islam serta hubungan dengan bahasa dan

kebudayaan lokal dan internasional dengan cara yang lebih baik. Untuk

merealisasikan rencana ini, pada tahun 1973 dia mendirikan dan mengepalai

IBKKM (Institut Sastra, Bahasa dan Kebudayaan Melayu) di UKM.

Syed M. Naquib Al-Attas, seorang pakar yang menguasai berbagai

macam disiplin ilmu, seperti teologi, filsafat dan metafisika, sejarah dan

sastra. Selain itu, Al-Attas juga peneliti produktif dan otoritatif yang telah

memberikan beberapa kontribusi baru dalam disiplin keIslaman dan peradaban

Melayu. Kepakaran Syed M. Naquib al-Attas dalam berbagai bidang ilmu sudah

diakui di kalangan internasional. Syed M. Naquib Al-Attas sering mendapatkan

penghargaan internasional, baik dari para orientalis maupun dari pakar peradaban

Islam dan Melayu misalnya Syed M. Naquib al-Attas pernah dipercaya untuk

memimpin diskusi panel mengenahi Islam di Asia Tenggara pada Conggres

International des Orientalistes yang ke 29 di Paris pada tahun 1973. Pada

tahun 1975 atas kontribusinya dalam perbandingan filsafat, ia dilantik sebagai

anggota Imperial Iranian Academy of Philosophy, sebuah lembaga yang

anggotanya, antara lain: terdiri dari beberapa orang professor yang terkenal,

Page 49: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 49

seperti Henry Corbin, Sayyed Hossein Nasr dan Toshihiko Izutsu. Diapun

pernah menjadi konsultan utama penyelenggaraan Festival Islam International

(World of Islam Festival) yang diadakan di London pada tahun 1976, sekaligus

menjadi pembicara dan utusan dalm konferensi Islam Nasional (International

Islamic Conference ) yang diadakan secara bersamaan di tempat yang sama.

Syed M. Naquib al-Attas menjadi pembicara dan peserta aktif dalam

konferensi dunia pertama mengenai pendidikan Islam (First World Conference

on Islamic Education) yang dilangsungkan di Mekkah pada tahun 1977 dan dia

ditunjuk untuk memimpin komite yang membahas tujuan dan definisi pendidikan

Islam. Dari tahun 1976-1977 dia menjadi professor tamu, (visitting professor)

untuk studi Islam di Universitas Temple Philadelpia. Pada tahun 1978 dia

diminta UNISCO untuk memimpin pertemuan para ahli sejarah Islam yang

diselenggarakan di Aleppo, Suriah. Setahun kemudian dia mendapatkan

anugerah medali seratus tahun meninggalnya Sir Muhammad Iqbal dari presiden

Pakistan, jenderal Muhammad Ziaul-Haq. Syed M. Naquib Al-Attas telah

menghadiri dan memimpin sesi-sesi penting dalam berbagai kongres

international, baik yang diselenggarakan oleh UNESCO maupun oleh badan-

badan akademi yang lain.

Posisi dan peranan Syed M. Naquib Al-Attas di Malaysia sebagai seorang

pakar yang handal tidak perlu diragukan lagi. Dari tahun 1970-1984, dia

dipilih menjadi ketua lembaga bahasa dan kesusasteraan Melayu di Universitas

Kebangsaan Malaysia. Dia juga pernah menjabat sebagai ketua lembaga Tun

Page 50: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 50

Abdur Rozak untuk studi Asia Tenggara (Tun Abdur Razak chair of South East

Asian Studies) di Universitas Amerika, untuk periode 1980-1982. Syed M.

Naquib Al-Attas adalah pendiri sekaligus rektor ISTAC (International Institut

of Islamic Though and Cavilization) Malaysia sejak tahun 1987.

Perjuangan dan aktifitas Syed M. Naquib Al-Attas di berbagai

Institut Pendidikan Tinggi yang terdapat di Malaysia, sebuah negara multi

Agama, tetapi didominasi oleh orang Islam yang sekarang sedang

mengalami perubahan sosial ekonomi yang cepat-tidak hanya memberikan

peluang untuk memahami dengan jelas isu-isu fundamental yang mendasari

permasalahan-permasalahan kompleks yang sekarang menghadang umat

Islam, tetapi juga mencarikan solusi yang tepat bagi permasalahan-

permasalahan tersebut.

Adapun prestasi dan jabatan-jabatan yang pernah disandang oleh Syed

M. Naquib Al-Attas, sebagai berikut:

1. Sebagai pegawai kantoran (letnan) di resimen tentara kerajaan Malaya,

federasi Malaya, yang ketika itu menghadapi serangan komunis yang

bersarang di hutan, pada tahun 1952-1955.

2. Ketua Jurusan Sastra di Fakultas Kajian Melayu Universitas Malaya, Kuala

Lumpur, tahun 1965.

3. Dekan Fakultas Sastra Universitas Malaya, Kuala Lumpur pada tahun 1968-

1970.

Page 51: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 51

4. Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra Melayu di UKM pada tahun 1970-

1973.

5. Pendiri sekaligus kepala IBKKM (Institute Bahasa, sastra, Kebudayaan

Melayu) di UKM pata tahun 1973.

6. Anggota Imperial Iranian Academy of Philosophy pada tahun 1975.

7. Konsultan utama penyelenggaraan Festival Islam Internasional (World of

Islam Festival ) yang diadakan di London pada tahun 1976.

8. Professor tamu (visitting professor) untuk studi Islam di Universitas Temple,

Philadelphia, pada tahun 1976-1977.

9. Ketua lembaga Tun Abdul Razak untuk studi Asia Tenggara (Tun Abdul

Razak Chair of South East Asian Studies ) di Universitas Ohio, Amerika,

untuk periode 1980-1982.

10. Ketua lembaga bahasa dan kesusastraan Melayu di Universitas Kebangsaan

Malaysia, pada tahun 1970-1984.

11. Pendiri sekaligus rektor ISTAC (International of Islamic Thought and

Civilization), Malaysia, sejak tahun 1987.

12. Ketua atau pemegang pertama kursi kehormatan Abu Hamid Al-Ghazali

dalam studi Islam (Abu Hamid al-Ghazali Chair of Islamic Thought) di

ISTAC pada tahun 1993.

13. Anggota royal academy of Philosophy pada tahun 1994 dan lain-lain.

Page 52: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 52

C. Karya-Karya

1. Buku dan Monograf

Syed M. Naquib Al-Attas telah menulis 26 buku dan monograf, baik

bahasa Inggris maupun bahasa Melayu dan banyak yang diterjemahkan

kedalam bahasa lain, seperti bahasa Arab, Persia, Turki, Urdu, Malaya,

Indonesia, Prancis, Jerman, Rusia, Bosnia, Jepang, India, Korea dan Albania.

Karya-karyanya tersebut adalah:

a. Rangkaian Rubi’iyah, Dewan bahasa dan Pustaka (DBP) Kuala Lumpur,

1959.

b. Some Aspects of Sufism as Understood and Practised Among the

Malays, Malaysia Sociological Research Institute, Singapura 1963.

c. Raniri and The Wujudiyyah of 17th Centure Acheh, Monograph of

d. The Royal Asiatic Society, cabang Malaysia, No, III, Singapura,

1966.

e. The Origin of The Malay Syair, DBP, Kuala Lumpur, 1968.

f. Preliminary Statement One General Theory of The Islamization of

The Malay-Indonesian Archipelago, DBP, Kuala Lumpur, 1969.

g. The Mysticism of Hamzah Fanshuri, University of Malaya Press,

Kuala Lumpur 1970.

h. Concluding Postcript to The Origin of The Malay Sya’ir, DBP,

Kuala Lumpur 1971.

Page 53: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 53

i. The Correct Date of The Terengganu Inscription, Museums

Departement, Kuala Lumpur, 1972.

j. Islam Sejarah dan Kebudayaan Melayu, Universitas Kebangsaan

Malaysia, Kuala Lumpur, 1972.

k. Risalah untuk Kaum Muslimin, Monograf yang belum diterbitkan,

186 h., ditulis antara Februari-Maret 1973, (Buku ini kemudian

diterbitkan di Kuala Lumpur oleh ISTAC pada 2001-penerja).

l. Commenst on The Re-examination of Al-Raniri’s Hujjatun Al-

Shiddiq : Arefitation, Musems Departemen, Kuala Lumpur, 1975.

m. Islah The Concept Of Religion and The Foundation of Ethics and

Morality, Angkatan Belia Islam Malaysi, (ABIM), Kuala Lumpur,

1976.

n. Islam, Pahan Agama dan Asas Akhlak, ABIM, Kuala Lumpur.

o. Islam and Secularism, ABIM, Kuala Lumpur, 1978.

p. Anas and The objectives of Islamic Education: Islamic Education

Series, Hodder and Stoughton dan King Abdul Aziz university,

London, 1979.

q. The Consept of Education in Islami, ABIM, Kuala Lumpur, 1980.

r. Islam, Secularisme, and The Philosophy of The Future, Mansell,

London, dan New York, 1985.

Page 54: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 54

s. A Commentary on the Hujjat Al-Shiddiq of Nur Al-Din Al-Raniri,

Kementerian Kebudayaan, Kuala Lumpur, 1986.

t. the Oldest Known Malay Manuscript A 16th Century Malay

Translation of The A’qoid of Al-Nafasi, Dept. Penerbitan University

Malaya, Kuala Lumpur, 1990.

u. Islam and The Philosophy of Science, ISTAC, Kuala Lumpur, 1989.

v. The Nature of Man and The Psychology of The Human Soul, ISTAC,

Kuala Lumpur, 1990.

w. The Intuition of Existence, ISTAC, Kuala Lumpur, 1990; On Quiddityand

Essence, ISTAC, Kuala Lumpur, 1990.

x. The Meaning and Experience of happiness in Islam, ISTAC, Kuala

Lumpur, 1993; The Degrees of Experiensice, ISTAC, Kuala Lumpur,

1994.

y. Prolegomena to The Metaphysicsof Islam: An Exposition of The

z. Fundamental Elements of The Word View of Islam, ISTAC, Kuala

Lumpur, 1995.

2. Artikel

Selain buku dan monograf, Syed M. Naquib Al-Attas juga menulis

banyak sekali artikel. Adapun artikel-artikel yang ditulis Syed M. Naquib

Al-Attas, antara lain:

Page 55: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 55

a. “Note on The Opening of Relations between Malaka and Cina, 1403-5”,

Journal of The Malaya Branch of The Royal Asiatic Society

(JMBRAS), VOL 38, Pt 1, Singapura, 1965.

b. “Islamic Culture in Malaysia”, malaysian Society of Orientalist,

Kuala Lumpur, 1996.

c. “New Ligt on The Life of Hamzah Fanshuri”, JBRAS, vol. 40, Pt, 1,

Singapura, 1967.

d. “Rampaian Sajak’, Bahasa, Persatuan Bahasa Melayu University

Malaya no. 9, Kuala Lumpur, 1968.

e. “Hamzah Fanshuri”, The penguin Companion to Literature, Classikal

and Byzantine, Oriental, and African, vol. 4, London, 1969.

f. “Indonesia: 4 (a) History: The Islamic Period”, Encyclopedia of Islam,

edisi baru, EJ. Briil, Leiden, 1971.

g. “Comperative philosopy: A Southeast Asian Islam View Point”, Acts

of The Fee International Congres of medieva Philosophy, Madrid-

Cordova-Granada, 5-2 September 1971.

h. “Konsep Baru mengenai Rencana serta Caragaya Penelitian Ilmiah

Pengkajian Bahasa, Kesusastaraan, dan Kebudayaan Melayu”, buku

panduan jabatan bahasa dan kesusastraan Melayu, University

Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur: 1972.

i. “The Art of Writing, Dept Museum”, Kuala lumpur, t.t.

Page 56: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 56

j. “Perkembangan Tulisan Jari Sepintas Lalu’, Pameran Khat, Kuala

Lumpur, 14-21 Oktober 1973 dan “Nilai-nilai Kebudayaan, Bahasa, dan

Kesustraan Melayu”, asas kebudayaan kebangsaan, kementrian

kebudayaan Belia dan Sukan, Kuala Lumpur, 1973.

k. “Islam in Malaysia”, (versi bahasa jerman), kleines lexicon der

Islamichen welt, ed. K. Kreiser awa. Akakolhlhammer, berlin

(Barat), Jerman, 1974.

l. “Islam in Malaysia’, Malaysia panorama, edisi special, kementrian

luar negeri Malaysia, Kuala Lumpur, 1974. juga diterbitkan dalam

edisi bahasa Arab dan Perancis.

m. “Islam dan Kebudayaan Malaysia”, syarahan tun sri lanang, seri

kedua, kementrian kebudayaan, Belia dan Sukan, Kuala Lumpur,

1974.

n. “Pidato penghargaan terhadap ZAABA’, Zinal Abidin ibn Ahmad,

kementrian kebudayaan, Belia dan Sukan, Kuala Lumpur, 1976.

o. “A General Theory of The Islamization of The Malay Archipelago’,

profiles of Malay culture, historiography, religion, and politics, editor

sartono kartodiharjo, menteri pendidikan kebudayaan Jakarta, 1976.

p. “Preliminary thoughts on The nature of Knowledge and Definition

and Aims of Education”, first world conference on muslim education,

Makkah, 1977. Juga tersedia dalam edisi bahasa Arab dan Urdu.

Page 57: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 57

q. “Some Reflections on The Philosophical aspect of Iqbal’s Thought”,

international congress on the centenary of Muhammad Iqbal, Lahore,

1977.

r. “The Concept of Education in Islam: it is Form, Method and Sistem of

Implementat on”, world symposium of al-Isro; Amman, 1979. Juga

tersedia dalam edisi bahasa Arab.

s. “ASEAN-kemana Haluan Gagasan kebudayaan mau diarahkan?”,

diskusi, jil. 4, no. 11-12, November-Desember, 1979.

t. “Hijrah: APA Artinya?”panji masyarakat, Desember, 1979.

u. “Knowledge and non-Knowledge”, Readings in Islam, no. 8, first

quarter, Kuala Lumpur, 1980.

v. “Islam dan Alam Melayu”, Budiman. Edisi special memperingati

abad ke 15 hijriah, University Malaya, Desember 1979.

w. “The Concept of education in Islam”, second world conference on

Muslim education, Islamabad, 1980.

x. “Preliminary Thoughs on an islam Philosophy of Science”, Zarrouq

Festival, Misrata, Libia: 1980. Juga diterbitkan dalam edisi bahasa

Arab.

y. “Religion and Secularity”, Congress of the World’s Religions, New York,

1985.

z. “The Corruption of Knowledge”, congress of the word’s religions,

Istambul, 1985.

Page 58: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 58

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. Konsep Ta’dib

1. Secara Etimologi

Adab menunjukkan pada pengenalan dan pengakuan akan kondisi

kehidupan, kedudukan dan tempat yang baik, layak dan disiplin diri ketika

ikut berperan aktif secara sukarela dalam menjalankan peranan seseorang

sesuai dengan pengenalan dan pengakuan itu, pemenuhan diri seseorang

dan manusia secara keseluruhan mencerminkan kondisi keadilan sebagai

ilmu dari Tuhan yang memungkinkan menghasilkan tempat yang tepat dan

layak berkeseluruhan.

Konsep kunci dalam pendidikan, menurut al-Attas adalah adab. Syed

M. Naquib Al-Attas berpendapat bahwa istilah pendidikan lebih tepat

menggunakan kata ta’dib yaitu penyemaian dan penanaman adab dalam diri

seseorang. Beliau lebih cenderung menggunakan kata ta’dib dalam menyebut

istilah pendidikan daripada istilah tarbiyah dan ta’lim. Al-Qur’an menegaskan

bahwa contoh ideal bagi orang yang beradab adalah Nabi Muhammad SAW

yang oleh kebanyakan sarjana Muslim disebut sebagai manusia sempurna

atau Muslim Universal/al-insan al-kulliyy (Wan Daud, 2003:174).

Oleh karena itu, pengaturan administrasi pendidikan dan ilmu

pengetahuan dalam sistem pendidikan Islam haruslah merefleksikan manusia

sempurna. Secara kebahasaan, istilah ta’dib merupakan bentuk (masdar ) kata

kerja addaba yang bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mempunyai

banyak arti, sebagai berikut: mendidik, undangan, kebudayaan, tata tertib

40

Page 59: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 59

sosial, berbudi, ketertiban, kebiasaan baik, kepantasan, kemanusiaan. Tafsir

(2004:29) berpendapat dalam bukunya bahwa “para lama klasik

menerjemahkan dengan kepintaran, kecerdikan dan kepandaian. Sedangkan

arti asalnya adalah sesuai dalam bahasa Indonesia adab berarti sopan,

kesopanan, kebaikan budi (budi pekerti) dan kehalusan. Dari kata addaba ini

diturunkan juga kata adabun yang berarti pengenalan dan pengakuan tentang

hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hierarkis sesuai

dengan berbagai tingkat dan derajat tingkatan mereka dan tentang tempat

seseorang dan potensi jasmaniah, intelektual maupun rohaniah seseorang”.

Pengajaran dan proses mempelajari keterampilan betapapun ilmiahnya

tidak dapat diartikan sebagai pendidikan jika di dalamnya tidak ditanamkan

sesuatu, sebagaimana telah dikemukakan oleh Al-Attas (1999:16), “There is a

something in knowledge which if it is not inclucated will not make its

teaching and learning and assimilation an education” Lebih lanjut,

ditegaskan sesuatu yang harus ditanamkan dalam pendidikan tersebut adalah

ilmu. Menurut Al-Attas (1999:22), tujuan mencari ilmu terkandung dalam

konsep adab. Kecuali itu batasan makna pendidikan dari kata ta’dib

penekanannya cenderung lebih banyak pada perbaikan budi pekerti atau

nilai-nilai kehidupan manusia.

Upaya merefleksikan manusia sempurna dalam dunia pendidikan

Islam, pada Konferensi Dunia Pertama mengenai Pendidikan Islam yang

diselenggarakan di Makkah, pada April 1971, ketika Al-Attas tampil sebagai

salah seorang pembicara utama dan mengetuai komite yang membahas cita-

Page 60: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 60

cita dan tujuan pendidikan, secara sistematis Al-Attas mengajukan agar

definisi pendidikan Islam diganti menjadi penanaman adab dan istilah

pendidikan dalam Islam menjadi ta’dib. Alasan yang dikemukakan ketika

mengajukan definisi dan istilah baru untuk pendidikan Islam tersebut sangat

konsisten dengan perhatiannya terhadap akurasi dan autentisitas dalam

memahami ide-ide dan konsep-konsep Islam. Disebabkan oleh perubahan

yang sangat mendasar dalam penggunaan istilah ta’lim, tarbiyah dan ta’dib,

yang berbeda dari yang selama ini dipakai orang, dapat dipahami mengapa

komite menerima usulan tersebut secara kompromis yaitu dengan

mengungkapkan bahwa arti pendidikan secara keseluruhan terdapat dalam

konotasi istilah tarbiyah, ta’lim dan ta’dib yang dipakai secara bersamaan

(Wan Daud, 2003:175).

Al-Attas (1999:33), menyatakan kembali pendapatnya dalam The

Concept of Education in Islam yang disampaikan pada Konferensi Dunia

Kedua mengenai Pendidikan Islam yang diselenggarakan di Islamabad tahun

1980, apabila benar-benar dipahami dan dijelaskan dengan baik, maka

konsep ta’dib adalah konsep yang paling tepat untuk pendidikan Islam

daripada istilah tarbiyah atau ta’lim sebagaimana yang digunakan sampai saat

ini. Dia mengatakan bahwa struktur konsep ta’dib telah mencakup unsur-

unsur ilmu (‘ilm), instruksi (ta’lim) dan pembinaan yang baik (tarbiyah),

sehingga tidak perlu lagi dikatakan bahwa konsep pendidikan Islam adalah

sebagaimana terdapat dalam tiga serangkai konsep tarbiyah, ta’lim dan

ta’dib.

Manusia merupakan makhluk rasional sehingga manusia mampu

merumuskan makna yang melibatkan penilaian, pembedaan dan penjelasan.

Kenyataan disini tidak dapat dikaitkan dengan istilah tarbiyah, karena istilah

tarbiyah ini lebih cenderung bermakna pemeliharaan dan pelatihan (yang

Page 61: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 61

biasa terjadi karena hubungan kepemilikan) yang tidak hanya diberlakukan

kepada manusia, melainkan juga berlaku untuk hewan dan tumbuhan. Al-

Attas dalam bukunya Rosyadi (2004:141) secara jelas dan sistematik

menjelaskan, sebagai berikut:

a. Menurut tradisi ilmiah bahasa Arab, istilah ta’dib mengandung tiga unsur

yaitu pembangunan iman, ilmu dan amal. Iman adalah pengakuan yang

realisasinya harus berdasarkan ilmu. Sebaliknya, ilmu harus dilandasi

dengan iman. Sehingga iman dan ilmu dimanifestasikan dalam bentuk

amal.

b. Dalam hadits Nabi SAW terdahulu secara eksplisit digunakan istilah

ta’dib dari kata addaba yang berarti mendidik. Cara Tuhan mendidik

Nabi, tentu saja mengandung konsep pendidikan yang sempurna.

c. Dalam kerangka pendidikan, istilah ta’dib mengandung arti ilmu,

pengajaran dan pengasuhan yang baik. Tidak ditemui unsur penguasaan

atau pemilikan terhadap obyek atau peserta didik, disamping tidak pula

menimbulkan interpretasi mendidik makhluk selain manusia. Karena

menurut konsep Islam yang bisa dan bahkan harus dididik adalah

manusia.

d. Al-Attas menekankan pentingnya pembinaan tata krama, sopan santun,

adab dan semacamnya atau secara tegas akhlak terpuji yang hanya

terdapat dalam istilah ta’dib.

Penekanan ta’dib, mencakup pada ilmu dan amal dalam pendidikan

dan adanya amal (praktik) tujuannya untuk menjamin ilmu dapat

Page 62: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 62

dipergunakan secara baik dalam kehidupan masyarakat. Al-Attas

mengkombinasikan secara harmonis antara ilmu, amal (praktik) dan adab

yang kemudian menamakannya dengan pendidikan. Istilah yang digunakan

untuk pendidikan dan proses pendidikan harus membawa gagasan yang benar

mengenai pendidikan tersebut, demikian juga mengenai segala sesuatu yang

berkaitan dengan proses pendidikan. Oleh karena itu, istilah tarbiyah yang

berlaku selama ini perlu diganti dengan istilah yang lebih tepat dan benar.

Al-Attas juga mengungkapkan bahwa orang yang terpelajar adalah

orang baik. “Baik” yang dimaksudkannya di sini adalah adab dalam

pengertian yang menyeluruh dan meliputi kehidupan spiritual dan material

seseorang, yang berusaha menanamkan kualitas kebaikan yang

diterimanya. Oleh karena itu, orang yang benar-benar terpelajar menurut

perspektif Islam didefinisikan oleh al-Attas sebagai orang yang beradab.

Dia mengatakan, “a good man is the one who is sincerely conscious of his

resposibilities towards the true God/insaf akan tanggungjawab dirinya kepada

Tuhannya yang hak; who understands and fulfills his obligations to himself

and others in his society with justice/memahami serta menyelenggarakan

penunaian keadilan terhadap dirinya dan diri-diri lain dalam masyarakat; who

constantly strives to improve every aspect of himself towards perfection as a

man of adab/insan adabi (Wan Daud, 1998:133).

Seseorang yang memiliki adab akan mampu mencegah dirinya dari

kesalahan penilaian. Karena manusia tersebut memiliki kepintaran,

kepandaian dan kecerdasan. Kecerdasan adalah kemampuan manusia

untuk mengetahui dan melihat problema serta memecahkannya dengan

baik. Dengan kecerdasan, orang mampu memberi sesuatu dengan benar

dan tepat, ia akan mampu mendisiplinkan diri memikirkan terlebih dahulu

segala perbuatannya. Singkat kata, adab penuh dengan pertimbangan

Page 63: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 63

moral. Ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan

mentaati segala ketentuan, peraturan, tata tertib yang telah ada. Seseorang

tersebut sadar dan mengakui bahwa segala sesuatu di alam ini telah ditata

secara harmonis oleh Sang Pencipta sesuai dengan tingkatannya. Dengan

demikian, secara otomatis ia akan mampu menempatkan dirinya pada

posisi yang tepat sehingga tercerminlah kondisi keadilan (adl). Manusia

seperti ini yang diprediksikan sebagai manusia yang adil, yaitu manusia

yang menjalankan adab pada dirinya sehingga mewujudkan atau

menghasilkan manusia yang baik. Keadilan merupakan pencerminan dari

suatu kearifan (hikmah) yaitu ilmu yang diberikan Tuhan.

Perkataan adab memiliki arti yang sangat luas dan mendalam, sebab pada

awalnya perkataan adab berarti undangan ke sebuah jamuan makan, yang

di dalamnya sudah terkandung ide mengenai hubungan sosial yang baik dan

mulia. Akan tetapi, adab kemudian digunakan dalam konteks terbatas,

seperti untuk sesuatu yang merujuk pada kajian kesusastraan dan etika

profesional dan kemasyarakatan (Al-Attas, 1993:149).

Dalam sebuah jamuan tersebut, Al-Qur’an dianggap sebagai undangan

Tuhan kepada manusia untuk menghadiri jamuan makan di atas permukaan

bumi. Al-Attas menyamakan kata addaba dengan allama, pengertian yang

memperkuat posisinya dalam menegaskan bahwa konsep pendidikan Islam

yang benar adalah ta’dib. Sehingga Al-Attas menjelaskan,

“The Holy Qur’an is God’s invitation to a spiritual banquet, and the

acquiring of real knowledge of it is the partaking of the fine food in it. In the

same sense that the enjoyment of the fine food in a fine banquet is greatly

enhanced by noble and gracious company, and that the food be partaken of

in accordance with the rules of refined conduct, behaviour and etiquette, so

Page 64: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 64

is knowledge to be extolled and enjoyed, and approached by means of

conduct as befits its lofty nature” yang artinya kesucian sebuah Al-Qur’an

merupakan undangan Tuhan untuk sebuah jiwa pesta besar dan keperolehan

pengetahuan yang nyata itu adalah bagian dari makanan yang baik di

dalamnya itu. Pada rasa yang sama kenikmatan dari makanan baik dalam baik

pesta besar dengan besar ditingkatkan dengan kemuliaan dan perusahaan yang

keanggunan dan bahwa makanan mengambil bagian dalam persetujuan

dengan peraturan-peraturan dari dihaluskan hantar,perilaku dan tata cara,

begitu juga pengetahuan untuk dipuji dan dinikmati serta terdekat oleh

maksud-maksud penghantar sebagai keserasian alam tinggi sekalinya (Wan

Daud,1998:176).

Kandungan ta’dib memiliki pengertian akhlak. Sedangkan al-Attas

merupakan salah seorang pertama yang memahami dan menerjemahkan

perkataan addaba dengan makna “mendidikku”. Faktanya membuktikan

bahwa Allah SWT menjadikan pendidikan Nabi Muhammad SAW sebagai

pendidikan yang terbaik. Hal ini didukung oleh Al-Qur’an yang

mengafirmasikan kedudukan Rasulullah yang mulia (akram) dan teladan yang

paling baik. Hal ini kemudian dikonfirmasikan oleh hadits Nabi yang

menyatakan bahwa misinya di kehidupan ini adalah untuk menyempurnakan

akhlak manusia:

Artinya: “Aku diutus untuk memperbaiki kemuliaan akhlak”. (HR. Malik

dari Anas).

Kesalahan semantik ini bukanlah sesuatu yang dapat dianggap

remeh, karena kesalahan semantik dalam penerapan simbol-simbol linguistik

tersebut akan melahirkan kesalahan dalam penafsiran Islam itu sendiri

dan pandangan dunianya. Oleh karena itu, konsep pendidikan Islam harus

dapat dirumuskan dengan benar dan tepat. Sebagaimana pendapat Al-Attas

Page 65: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 65

yang mengatakan bahwa perumusan konsep pendidikan Islam yang benar

dan tepat yaitu dengan menggunakan istilah ta’dib. Jika konsep ta’dib ini

tidak digunakan dalam perumusan pendidikan Islam, maka sebagai

konsekuensinya adalah hilangnya adab yang berarti hilangnya kemampuan

membedakan tempat-tempat yang benar dan tepat dari segala sesuatu,

yang mengakibatkan rusaknya otoritas yang sah, yang mengakibatkan

pula ketidakmampuan untuk mengenali dan mengakui kepemimpinan

yang benar dalam semua bidang kehidupan (Badaruddin, 2007:32).

2. Terminologi

Adab mengarahkan kepada ta’zim (realisasi kebesaran Islam) dan

ta’zim tersebut akan mengantarkan kepada ta’mil/kehendak untuk

menyerahkan diri dengan sepenuh hati dan jiwa kepada Islam. Berdasarkan

analisis semantis dari perkataan abad tersebut, Al-Attas mengajukan definisi

adab adalah pengenalan dan pengakuan terhadap realitas bahwasanya

ilmu dan segala sesuatu yang ada terdiri dari hierarki yang sesuai

dengan kategori dan tingkatannya sehingga seseorang tersebut mempunyai

tempat masing-masing sesuai realitas, kapasitas, potensi fisik, intelektual dan

spiritual. Yang dimaksud pengenalan dalam definisi di atas adalah

mengetahui kembali (recognize) perjanjian pertama (primordial covenant)

antara manusia dan Tuhan. Hal ini juga menunjukkan bahwa semua materi

sudah berada pada tempatnya masing-masing dalam berbagai macam

Page 66: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 66

hierarki wujud. Akan tetapi manusia mengubah tempat-tempat tersebut

sehingga terjadilah ketidakadilan, hal ini dilakukan karena disebabkan

oleh kebodohan dan kesombongan manusia tersebut. Sedangkan kata

pengakuan yang dimaksudkan oleh Al-Attas adalah melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang telah dikenal di atas. Hal ini semacam “afirmasi” dan

“konfirmasi” atau “realisasi” dan “aktualisasi di dalam diri seseorang

mengenai apa yang sudah dikenalnya itu, yang tanpanya pendidikan

menjadi sesuatu yang tidak lebih dari sekadar proses belajar/ta’allum (Wan

Daud, 1998: 177).

Makna adab terkait dengan pendidikan manusia akan terasa ketika

disadari pengenalan meliputi ilmu, pengakuan, tindakan dan tentang tempat

yang pantas sangat berhubungan dengan kata-kata kunci lainnya dalam

pandangan hidup Islam, seperti kebijaksanaan (hikmah) dan keadilan (adl),

realitas dan kebenaran (haqq). Realitas dan kebenaran itu sendiri dipahami

memiliki korespondensi dan konherensi dengan tempat yang pantas. Al-Attas

memberikan beberapa contoh bagaimana adab tersebut hadir dalam berbagai

macam aspek pengalaman manusia. Adab terhadap diri sendiri bermula ketika

seseorang mengakui bahwa dirinya terdiri dari dua unsur, yaitu akal dan sifat-

sifat kebinatangan. Ketika akal seseorang menguasai dan mengontrol sifat-

sifat kebinatangannya, maka ia telah meletakkan keduanya pada tempat yang

semestinya. Dengan demikian hal ini berarti ia telah meletakkan dirinya

Page 67: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 67

sendiri pada tempat yang benar. Keadaan seperti itu adalah keadilan

bagi dirinya dan jika tidak, ia akan menjadi sesuatu yang tidak adil/zhulm

al-nafs (Wan Daud, 1998: 178).

Ta’dib dalam konteks hubungan antara sesama manusia berarti aturan

etika yang diterapkan dalam tata krama sosial sudah seharusnya

memenuhi beberapa syarat yang didasarkan pada posisi seseorang,

misalnya dalam keluarga dan masyarakat. Dalam hal ini, posisi seseorang

bukanlah sesuatu yang ditentukan manusia berdasarkan kriteria kekuatan,

kekayaan ataupun keturunan, melainkan ditentukan oleh Al-Qur’an

berdasarkan kriterianya terhadap ilmu pengetahuan, akal pikiran dan

perbuatan-perbuatan yang mulia menunjukkan sikap rendah hati, hormat,

kasih sayang, peduli dan lain-lain baik kepada orang tua, saudara, anak-

anak, tetangga maupun masyarakat lainnya, hal itu menunjukkan bahwa

seseorang telah mengetahui tempat yang tepat dan sebenarnya dalam

hubungannya dengan mereka.

Adapun adab dalam konteks ilmu berarti disiplin intelektual yang

mengenal dan mengakui adanya hierarki ilmu berdasarkan kriteria tingkat-

tingkat keluhuran dan kemuliaan yang memungkinkannya mengenal dan

mengakui bahwa seseorang yang pengetahuannya berdasarkan wahyu

Tuhan jauh lebih luhur dan mulia daripada mereka yang pengetahuannya

berdasarkan akal. Di samping itu juga, bahwasanya segala sesuatu yang

Page 68: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 68

berisi petunjuk kehidupan jauh lebih mulia daripada segala sesuatu yang

dipakai dalam kehidupan. Adab terhadap ilmu pengetahuan akan

menghasilkan cara-cara yang tepat dan benar dalam belajar dan penerapan

berbagai bidang sains yang berbeda. Seperti rasa hormat terhadap para

sarjana dan guru dengan sendirinya merupakan salah satu

pengejawantahan langsung dari adab terhadap ilmu pengetahuan. Dengan

demikian, tujuan yang sebenarnya dalam upaya pencarian ilmu dan

pendidikan adalah agar seseorang mampu mencapai kebahagiaan di dunia dan

akhirat (Wan Daud, 1998: 178).

Adab dalam kaitannya dengan alam berarti pendisiplinan akal praktis

dalam berhubungan dengan hierarki yang menjadi karakter alam semesta

sehingga seseorang dapat membuat keputusan yang tepat mengenai nilai-nilai

dari segala sesuatu, baik dalam konteksnya sebagai tanda-tanda Tuhan,

sumber ilmu pengetahuan maupun sebagai sesuatu yang berguna bagi

pengembangan ruhani dan jasmani manusia. Dalam konteks bahasa, adab

berarti pengenalan dan pengakuan akan adanya tempat yang benar dan tepat

untuk setiap kata, baik dalam tulisan maupun percakapan sehingga tidak

menimbulkan kerancuan dalam makna, bunyi dan konsep. Dalam Islam,

kesusastraan disebut dengan adabiyyah, semata-mata karena ia dianggap

sebagai penjaga peradaban dan penghimpunan ajaran yang dapat mendidik

jiwa manusia dan masyarakat dengan adab sehingga keduanya menduduki

Page 69: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 69

tempat yang tinggi sebagai manusia dan masyarakat yang beradab. Sedangkan

secara spiritual, adab berarti pengenalan dan pengakuan terhadap tingkat-

tingkat keluhuran yang menjadi sifat alam spiritual, pengenalan dan

pengakuan terhadap berbagai macam spiritual berdasarkan ibadah,

pengenalan dan pengakuan terhadap disiplin spiritual yang dengan benar telah

menyerahkan fisik atau jiwa kebinatangan pada spiritual ataupun akal.

Oleh karena itu, di sisi lain adab juga dianggap sebagai

representasi keadilan sebagaimana direfleksikan oleh kebijaksanaan (hikmah).

Dengan menyintesiskan arti ilmu pengetahuan, makna dan arti adab,

dapat dikatakan bahwa definisi pendidikan Islam yang lengkap adalah

sebagaimana yang terkandung dalam istilah ta’dib , yang di dalamnya

terkandung tujuan, kandungan dan metode pendidikan yang sebenarnya.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Al-Attas menolak peristilahan

tarbiyah dan ta’lim yang selama ini dianggap sebagai pengertian yang

lengkap mengenai pendidikan dalam Islam, baik salah satu (tarbiyah atau

ta’lim) maupun keduanya (ta’lim dan tarbiyah), sebab istilah tersebut

menunjukkan ketidaksesuaian makna. Beliau menolak istilah tarbiyah

sebab istilah ini hanya menyinggung aspek fisikal dalam mengembangkan

tanam-tanaman dan terbatas pada aspek fisikal dan emosional dalam

pertumbuhan dan perkembangan binatang dan manusia.

Page 70: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 70

Pemakaian istilah ta’dib dan addaba di dalam konteks yang lain,

seperti yang terkandung di dalam istilah-istilah fiqh dan ‘ilm tidak menafikan

relevansi pendidikan di dalamnya, tetapi memberikan penekanan lebih

mendalam lagi. Sebagai contoh, Nabi Muhammad SAW memakai kata-kata

ta’dib, walaupun dipakai dalam bentuk metaforis, untuk menunjukkan

suatu usaha dalam menjinakkan hewan dengan cara mendisiplinkannya

agar mengikuti pengajaran dari tuannya. Kata-kata addaba juga dipakai

pada zaman permulaan Islam untuk menunjukkan suatu hukuman dan di

dalam bahasa Arab modern istilah majlis al-ta’dib sama dengan badan

penegakan disiplin. Karena berada dalam bidang semantik ta’dib, suatu

bentuk hukuman harus dilibatkan dalam pendidikan yang tepat, yang

diarahkan untuk mendisiplinkan jiwa dan pikiran. Tentu saja pengertian

disiplin di sini tidak dapat dipahami secara terbatas pada tindakan

menghukum, tetapi lebih penting ditujukan pada aspek intelektual, spiritual

dan moral. Bahkan dalam bahasa Inggris, istilah discipline dipakai untuk

menunjukkan berbagai bidang pengetahuan. Dapat disimpulkan pengertian

adab menurut Al-Attas melibatkan hal-hal, sebagai berikut:

a. Suatu tindakan untuk mendisiplinkan jiwa dan pikiran

b. Pencarian kualitas dan sifat-sifat jiwa dan pikiran yang baik

c. Perilaku yang benar dan sesuai, yang berlawanan dengan perilaku salah

dan buruk

Page 71: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 71

d. Ilmu yang dapat menyelamatkan manusia dari kesalahan dalam

mengambil keputusan dan sesuatu yang tidak terpuji

e. Pengenalan dan pengakuan kedudukan (sesuatu) secara benar dan tepat

f. Sebuah metode mengetahui yang mengaktualisasikan kedudukan

sesuatu secara benar dan tepat

g. Realisasi keadilan sebagaimana direfleksikan oleh hikmah.

Dengan demikian peneliti menyimpulkn bahwa pendidikan yang

dimaksudkan Al-Attas berbeda dengan pengajaran dan pelatihan. Pembedaan

antara pendidikan dan pelatihan juga telah dilakukan oleh banyak pakar

pendidikan dari Barat. Tampaknya, mereka khawatir jika pendidikan

modern lebih menitikberatkan pada pelatihan pelajar untuk berbagai

profesi, bukan untuk pendidikan mereka. Sementara pelatihan dapat

dilakukan pada manusia dan binatang, sedangkan pendidikan hanya dapat

dilakukan untuk manusia. Hal ini berdasarkan pengamatan yang selalu

ditekankan oleh Al-Attas sendiri. Al-Attas menganggap bahwa banyak

kelompok yang tidak mengetahui perbedaan mendasar antara pendidikan

dan pelatihan, sebab mereka secara sadar atau tidak telah menghilangkan

batas-batas ontologis antara manusia dan hewan, suatu kondisi yang

berlawanan secara diametral dengan pandangan hidup Islam.

Beberapa ulama yang memakai terminologi ta’lim, tampaknya

menafsirkan makna pendidikan seperti makna yang dikandung oleh istilah

Page 72: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 72

adab atau ta’dib , sebab istilah ini tidak terbatas hanya pada aspek

kognitif, tetapi juga meliputi pendidikan spiritual, moral dan sosial.

Terminologi ta’dib sebagai istilah pendidikan, pada awalnya telah dipakai

secara tepat oleh para tokoh sufi yang secara tipikal menonjol dalam

pengembangan pribadi Islam melalui pengembangan indra, akal dan moral.

Bagaimanapun adab seorang pelajar Muslim dan kelompok profesional

seperti hakim, jaksa, musikus, politisi dan guru telah ditekankan sebagai

bagian dari proses pendidikan.

Kenyataan bahwa adab telah dikaitkan dengan pendidikan profesional

dan moral di sepanjang sejarah Islam sudah cukup untuk menolak pendapat

bahwa ta’dib itu sebenarnya terbatas pada pendidikan tingkat rendah atau

pelajar muda yang dilaksanakan pertama-tama oleh keluarga di rumah yang

dilanjutkan oleh tutor atau guru. Al-Attas menyatakan bahwa tarbiyah

dalam konotasi sekarang adalah suatu terminologi yang komparatif,

sesuatu yang tampaknya diciptakan oleh mereka yang memiliki liansi

dengan pemikiran kalangan modernis, yang telah terpengaruh oleh konsep

Barat tentang pendidikan.

Konsep tarbiyah merupakan kontribusi masyarakat muslim yang

berpikiran memisahkannya secara signifikan dari pemahaman muslim

tardisional dan menyebarkan pengaruh sekularisasi. Pengenalan kembali

Al-Attas terhadap makna ta’dib secara kreatif sebagai konsep pendidikan

Page 73: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 73

Islam yang komprehensif dalam bentuk yang integral dan sistematis adalah

sangat signifikan. Sebagaimana yang telah dipahami, ta’dib dapat

dilembagakan melalui bentuk pengajaran personal yang diberikan oleh

seorang guru (muaddib) kepada anak-anak raja, sultan, pemimpin, menteri,

militer, kaum terpelajar ataupun keluarga kaya. Bentuk ini memang secara

nyata berlaku pada zaman Dinasti Umayyah sampai Dinasti Utsmaniyyah dan

terbukti berhasil memproduksi pemimpin-pemimpin yang berkualitas dalam

segala bidang. Seperti halnya ma’rifah (illuminative knowledge) yang

dianggap sebagai ilmu khusus, yang terpisah dari arti ‘ilm yang lebih luas,

ta’dib harus dapat dianggap sebagai bentuk “khusus” pendidikan tipikal

Islam, dibandingkan bentuk pendidikan (ta’lim) lain. Sebagaimana telah

dijelaskan sebelumnya, definisi adab mencakup ilmu dan hikmah. Kata-

kata “khusus” di sini tidak dimaksudkan sebagai sesuatu yang

berkembang dalam sejarah Islam belakangan dan interpretasikan

cendekiawan tertentu.

Konsep pendidikan dalam pengertian ta’dib, sebagaimana dipahami

dan dipertahankan oleh Al-Attas, pertama yaitu pendidikan sebuah proses

yang tidak akan menghasilkan spesialis, melainkan suatu proses yang akan

menghasilkan individu yang baik, yang akan mampu menguasai berbagai

bidang studi secara integral dan koheren yang mencerminkan pandangan

hidup Islam. Menganggap bahwa adab (proses ta’dib) mengesampingkan

Page 74: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 74

struktur dasar kehidupan spiritual Islam sama dengan menyetujui adanya

kontradiksi, sebab telah menjadi rahasia umum dalam Islam bahwa

menguasai satu cabang ilmu pengetahuan merupakan pengamalan

kewajiban beragama sekaligus prestasi yang tinggi. Oleh karena itu,

secara implisit berarti mengetahui beberapa cabang ilmu pengetahuan

merupakan prestasi keberagamaan yang lebih besar. Dalam sejarah Islam,

sebelum zaman modern sekuler sekarang ini, setiap cendekiawan termasuk

seorang adib diajari ilmu-ilmu agama dan diharapkan menguasainya

sebelum melanjutkan belajar di bidang studi yang lain. Seorang adib bisa

menjadi saleh dan tidak, tidak sesuai dengan makna dan kandungan adab

karena seorang adib pada masa yang sama dapat juga disebut faqih atau

‘alim dan sebagainya (Wan Daud, 1998: 186).

Para cendekiawan modern telah menemukan integrasi yang lebih

baik antara ilmu agama dan apa yang disebut ilmu sekuler di dalam

konsepsi dan praktik umat Islam tentang adab. Beberapa dari mereka

bahkan menunjukkan bahwa penggunaan beberapa kelebihan adab sebagai

konsep pendidikan terbaik dapat menolong memecahkan beberapa krisis yang

terjadi pada pendidikan barat modern.

Permasalahan mencari konsep pendidikan yang baik dan tepat dan

mencari cara terbaik untuk mendidik manusia masih merupakan persoalan

yang sulit dipahami dan secara tragis telah melahirkan justifikasi terhadap

Page 75: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 75

kegagalan mendapatkan pendidikan kemanusiaan yang mendasar. Oleh

karena itu, konsep ta’dib yang dirumuskan oleh Al-Attas bertujuan untuk

dapat melahirkan manusia yang baik bukan masyarakat yang baik

sebagaimana Al-Attas menyatakan “ketika menyatakan bahwa tujuan ilmu

pengetahuan adalah melahirkan manusia yang baik, kami tidak bermaksud

untuk melahirkan masyarakat yang baik karena masyarakat terdiri dari

individu, melahirkan seseorang akan melahirkan masyarakat yang baik.

Pendidikan adalah (pembuat) struktur masyarakat” (Wan Daud, 1998: 189).

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa konsep pendidikan Islam

yang benar dan tepat untuk mendidik manusia adalah ta’dib yang selalu

mengutamakan dan memperhatikan tiap individu-individu agar mampu

mencetak seorang manusia yang baik. Seorang individu hanyalah individu

ketika secara simultan ia menyadari individualitasnya yang unik dan

kebersamaan dirinya dengan manusia lain yang dekat dengannya dan di

sekitarnya. Seorang individu tidak memiliki apa-apa dalam keadaan reisolasi,

sebab dalam keadaan itu ia tidak lagi menjadi individu, ia adalah segala

sesuatu.

Dengan demikian, dari makna adab sebagaimana seperti yang

dipahami Al-Attas menjelaskan bahwa manusia beradab (insan adabi)

merupakan seorang individu yang sadar sepenuhnya akan individualitasnya

dan hubungannya yang tepat dengan diri, Tuhan, masyarakat dan alam

Page 76: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 76

yang tampak maupun yang ghaib. Itulah sebabnya, dalam pandangan

Islam, manusia yang baik atau individu yang baik secara alami harus

menjadi hamba baik untuk Tuhannya, ayah yang baik bagi anak-anaknya,

suami yang baik bagi istrinya, anak yang baik bagi orang tuanya, tetangga

yang baik dan warga negara yang baik bagi negaranya. Dengan kata lain, ia

harus mengetahui kedudukan dirinya di tengah-tengah berbagai tingkatan

manusia, yang harus dipahami sebagai sesuatu yang telah disusun secara

hierarkis dan logis ke dalam tingkatan (derajat) kebaikan yang berdasarkan

kriteria Al-Qur’an mengenai kecerdasan, keilmuan dan kebaikan (ihsan)

dan harus berbuat selaras dengan ilmu pengetahuan secara positif dan terpuji.

Landasan utama dalam pemikiran filsafat pendidikan Islam Al-Attas

adalah konsep mengenai adab yang sangat komprehensif. Secara alami,

beliau menganalisis mengenai masalah pendidikan, intelektual dan

kebudayaan menunjukkan fakta bahwa permasalahn tersebut berakar pada

faktor-faktor eksternal dan internal. Penyebab eksternal disebabkan oleh

tantangan religius-kultural dan sosial-politik dari kebudayaan Barat,

sedangkan faktor internal tampak dalam tiga bentuk fenomena saling

keterkaitan, yaitu kekeliruan dan kesalahan dalam memahami ilmu dan

aplikasinya, ketidak-adaan adab dan munculnya para pemimpin yang tidak

layak memikul secara benar dalam berbagai macam bidang. Beberapa

faktor-faktor tersebut, yang harus di tinjau dan di koreksi secara efektif

Page 77: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 77

adalah faktor ketidak-adaan adab jika ingin menyelesaikan permasalahan

kebingungan dan kekeliruan dalam bidang keilmuan dan menanggulangi

munculnya kepemimpinan palsu.

Sebagaimana Al-Attas menjelaskan permasalahan yang pertama kali

harus diselesaikan adalah ketidak-adaan adab karena suatu ilmu tidak dapat

diajarkan atau disalurkan kepada pelajar kecuali orang itu telah memiliki

adab yang tepat terhadap ilmu pengetahuan, berbagai disiplin dan

otoritasnya yang legitimatif. Metode atau cara-cara untuk menciptakan

disintegrasi adab dalam masalah-masalah spiritual, intelektual dan kultural

adalah melalui sikap dan proses penyamaan, misalnya: kitab suci Al-Qur’an

dianggap sama dengan kitab lain, Islam dianggap sama dengan agama lain,

Nabi Muhammad disetarakan derajatnya dengan nabi-nabi lain, ilmu agama

disamakan dengan ilmu-ilmu lain, hidup di dunia ini disamakan dengan

hidup di akhirat kelak, dan lain sebagainya. Dalam pendidikan, setiap subjek

pada umumnya dianggap sama dengan subjek lain sehingga ilmu

pengembangan spiritual dan moral yang lebih mendasar dan penting bagi

seseorang dianggap sama pentingnya dengan ilmu-ilmu yang memenuhi

tujuan ekonomi dan pragmatis lainnya, bahkan dalam beberapa kasus

dianggap lebih rendah (Wan Daud, 1998: 199).

Secara integral, ketidak-adaan adab akan mengakibatkan kedzaliman,

kebodohan bahkan kegilaan secara alami. Kedzaliman adalah meletakkan

Page 78: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 78

sesuatu tidak pada tempatnya. Kebodohan adalah melakukan cara yang salah

untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan kegilaan adalah perjuangan

berdasarkan tujuan dan maksud yang salah. Sesuatu akan menjadi lebih gila

jika tujuan utama mencari ilmu bukan untuk mencapai kebahagiaan yang

sebenarnya atau kecintaan kepada Tuhan sesuai dengan ajaran agama yang

benar, yaitu untuk dapat melihat Allah pada hari kemudian. Demikian pula,

merupakan salah satu kebodohan jika beruapaya mencari kebahagiaan di

dunia dan akhirat nanti tanpa ilmu dan amal yang benar.

Secara esensial, ketiadaan adab akan memicu munculnya segala

bentuk sofisme. Berlakunya ketidakadilan disebabkan oleh ketiadaan adab

dan kebingungan dalam bidang ilmu pengetahuan tentu akan merusak

tatanan moral dan pendidikan suatu masyarakat. Adab sebagaimana

dijelaskan oleh Al-Attas, menanamkan rasa keberaturan dan disiplin dalam

pikiran yang secara alami akan tercermin dalam fenomena yang berkaitan

dengan pribadi, sosial dan kebudayaan. Ketidakadilan yang disebabkan

oleh ketiadaan adab dapat dilihat dari perjalanan historis umat Muslim

yaitu lebih dari tiga dekade sebelum penghapusan Kekhalifahan

Ustmaniyyah oleh Mustapha Kemal Ataturk pada 1924, Mustapha Ali,

seorang pejabat dan penulis, pada 1581 telah mengamati berlakunya

ketidakadilan dalam kekhalifahan tersebut karena orang-orang yang tidak

berkualitas dan amoral ditunjuk untuk menduduki posisi penting.

Page 79: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 79

Kebingungan yang akut karena ketiadaan dan disintegrasi adab, tidak

hanya berarti rusaknya ilmu (corruption of knowledge), tetapi juga

ketidakmampuan mengakui pemimpin yang benar dalam segala bidangnya.

Kecenderungan populer yang terus meningkat dalam menjalankan lembaga

pendidikan dengan gaya manajemen perusahaan pada beberapa masyarakat

Muslim dapat mendorong para pelaksana pendidikan untuk menyesuaikan

materi yang akan diajarkan di sekolah dan universitas dengan tuntutan pasar.

Hal ini juga didorong oleh media dan dikontrol oleh kepentingan politik

dan bisnis.

Al-Attas menerangkan pengaruh negatif dari ketiadaan adab ini,

Definisi yang autentik menjadi hancur dan, sebagai gantinya, mewarisi

slogan yang kabur berkedok konsep. Ketidakmampuan untuk

mendefinisikan, mengidentifikasikan dan mengangkat masalah, kemudian

memberikan solusi yang benar; pemunculan pseudo-problem; reduksi

masalah menjadi sebatas faktor-faktor politik, sosial, ekonomi dan

hukum sudah menjadi kenyataan. Tidaklah mengherankan jika situasi

seperti ini dapat menyuburkan tumbuhnya berbagai bentuk ekstremisme

yang modal utamanya adalah kebodohan.

Konsep dari pendidikan sebagai penanaman adab (ta’dib),

sebagaimana dijelaskan oleh al-Attas, berupaya menghasilkan Muslim

yang terdidik secara benar, jelas identitasnya, jujur, berani, moderat dan

adil dalam menjalankan kewajibannya dalam berbagai realitas dan

masalah kehidupan sesuai dengan urutan prioritas yang dipahaminya.

Adalah suatu truisme bahwa dunia ini secara perlahan-lahan berfungsi

Page 80: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 80

seperti sebuah kampung global tempat pendidikan yang secara intrinsik

membentuk laki-kaki dan perempuan yang baik, yaitu laki-laki dan

perempuan yang beradab, secara definitif pasti lebih bermanfaat

dibandingkan pendidikan yang hanya untuk menciptakan warga negara

terlatih dan berguna. Sebab kebanyakan proyek penting, baik ekonomi,

pendidikan maupun politik semakin lama akan semakin bersifat dan

berperan internasional, sementara agenda nasionalistis yang sempit dengan

partisipan multinasional akan meremehkan keberhasilan proyek seperti itu

(Wan Daud, 1998: 201).

Ide dan program pendidikan ini sangat mendesak, sebab kemajuan

luar biasa telah dicapai manusia modern dalam bidang teknologi, medis

dan ekonomi, ia tidak mampu meningkatkan taraf kebebasan, pencapaian

moral dan etika, keadilan dan kebahagiaan manusia secara berarti dan

signifikan. Seorang yang terdidik atau seseorang yang beradab dalam

pengertian ini adalah manusia universal yang memahami dan

mengamalkan adab dalam diri, keluarga, lingkungan dan masyarakat.

Manusia secara definitif, sebagaimana dijelaskan dan diamalkan al-Attas,

dapat menghadapi dunia yang plural dengan sukses tanpa harus kehilangan

identitasnya.

Berhadapan dengan tingkatan realitas dengan cara yang benar dan

tepat akan mendorongnya meraih kebahagiaan spiritual baik di dunia maupun

di akhirat (Wan Daud, 1998: 202). Hal ini berimplikasi bahwa kurikulum

pendidikan harus mencerminkan penekanan pada pengamalan adab,

demikian pula sebagai seorang pendidik dan peserta didik harus mampu

Page 81: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 81

menjadi manusia yang beradab sebagaimana hal ini merupakan orientasi

atau tujuan dari penerapan konsep ta’dib dalam pendidikan.

Sebagaimana telah diuraikan oleh Al-Attas bahwa adab mencakup

suatu pengenalan dan pengakuan mengenai tempat sesuatu secara benar

dan tepat, pencapaian kualitas, sifat-sifat dan perilaku yang baik untuk

mendisiplinkan pikiran dan jiwa, penonjolan tingkah laku yang benar dan

tepat sebagai kebalikan dari tingkah laku yang salah dan tidak sesuai,

maka yang menjadi tujuan pendidikan dalam Islam berdasarkan adab

tersebut adalah menciptakan manusia yang baik, seorang manusia beradab

dalam pengertian yang komprehensif. Oleh karena itu, adab mensyaratkan

ilmu pengetahuan dan metode mengetahui yang benar agar mampu

menjaga manusia dari kesalahan penilaian dan perbuatan sehingga

manusia dapat memposisikan dirinya pada tempat yang benar dan sesuai.

Ilmu pengetahuan yang dapat mendorong lahirnya perilaku mulia

ini adalah kebijaksanaan (hikmah) yang menghasilkan keadilan (‘adl)

pada diri individu dan negara, masyarakat dan alam sekitarnya. Pendidikan

adalah pengenalan dan pengakuan mengenai tempat sesuatu sesuai

dengan tatanan penciptaan yang ditanamkan secara progresif ke dalam diri

manusia sehingga menghantarkan pada pengenalan dan pengakuan Tuhan

dalam tatanan wujud dan maujud. Pendidikan merupakan proses ganda,

bagian pertamanya melibatkan masuknya unit-unit makna suatu objek

Page 82: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 82

pengetahuan ke dalam jiwa seseorang, yang kedua melibatkan jiwa pada

unit-unit makna tersebut. Ini semua menunjukkan pengetahuan mengenai

realitas individu, hakikat yang sesungguhnya, daya pikir, jiwa dan

kecenderungan etikanya, juga peranan serta tanggung jawabnya di dunia dan

tujuan akhirnya di akhirat.

Sebelum perkembangan zaman sekarang ini, masalah-masalah ini

sangat penting dalam semua komponen pendidikan baik yang menyangkut

kurikulum pendidikan maupun pendidik dan peserta didik. Dengan

begitu, sangat jelas bahwa kebenaran metafisis sentralitas Tuhan sebagai

realitas tertinggi sepenuhnya selaras dengan tujuan dan makna adab serta

pendidikan sebagai ta’dib. Mendasarkan pada pernyataan yang disampaikan

Al-Attas bahwa pendidikan sebagai penanaman adab ke dalam diri seseorang

sebenarnya proses yang tidak dapat diperoleh melalui suatu metode khusus.

Di dalam proses pembelajaran, peserta didik akan mendemonstrasikan tingkat

pemahaman terhadap materi secara berbeda-beda. Hal ini karena ilmu

dan hikmah yang merupakan dua komponen utama dalam konsepsi adab

benar-benar merupakan anugerah Allah SWT.

Sebagaimana halnya semua tindakan atau perbuatan dalam Islam,

pendidikan juga harus didahului oleh niat yang disadari, seperti pernyataan

yang sering didengar dalam hadits Nabi;

Page 83: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 83

Artinya: “Sesungguhnya diterimanya amal perbuatan itu tergantung pada

niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan

apa yang ia niatkan. (riwayat.Imam Bukhori dan Imam Muslim,

dalam kitab hadist Arba’in Nawawi Nomor 1)

Prinsip dasar tindakan tersebut tidak dapat diberi penekanan secara

berlebihan sebab konsep keikhlasan, kejujuran dan kesabaran juga sangat

penting dalam Islam. Abu Sa’id Al-Kharraz, seorang sufi terkenal abad ke-9

M, mengatakan bahwa salah satu prinsip etika adalah keikhlasan,

kejujuran dan kesabaran. Peserta didik harus mengenal prinsip ini sejak

dini dan harus mampu mempraktikkannya dalam kehidupannya sehari-hari

sehingga kualitas imannya akan menjadi lebih kuat dan lebih kukuh, di

samping amal perbuatannya yang baik dan ikhlas (Wan Daud, 1998: 256).

Al-Attas menekankan keikhlasan dan kejujuran niat dalam mencari

dan mengajarkan ilmu. Kejujuran adalah sifat dari ucapan atau pernyataan,

seperti kesesuaianya dengan fakta-fakta eksternal dan realitas serta

keseuaiannya dengan niat dalam hati. Hal ini berarti, di samping

kesesuaian tipe pertama ada pula kesesuaian tipe kedua, yaitu kesesuaian

antara statemen yang diucapkan dan niat dalam akal dan hati. Tingkah

laku eksternal (termasuk yang diucapkan secara lisan atau tertulis) dan

fakta-fakta atau realitas yang tampaknya benar dapat menjadi bias jika

hal itu tidak sesuai dengan niat dalam hati dan akal.

Selain itu, kesabaran juga signifikan dalam menuntut jenis ilmu yang

akan membawa kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kesabaran dalam hal

ini merupakan cara untuk menahan diri dalam melakukan apa yang dibenci

Page 84: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 84

oleh jiwa dan dimanifestasikan ketika jiwa menghadapi sesuatu yang

dibencinya untuk menolak ketidaksabaran, keluh kesah dan menahan untuk

tidak menggerutu serta menutupi apa yang telah terjadi. Kesabaran terbagi

dalam dua tingkat yaitu; pertama, kesabaran dalam menjalankan segala

yang diperintahkan oleh Allah dalam kehidupan sehari-hari; kedua, kesabaran

dalam meninggalkan segala yang dilarang Allah dan dalam menahan nafsu.

Sebagaimana umumnya intelektual Muslim pada masa lalu terdapat sifat

spiritual yang mendasar dalam pendidikan. Bagi seorang pendidik atau

guru, menempatkan keikhlasan sebagai kewajiban kedua setelah

membimbing peserta didik dengan penuh rasa simpati seakan-akan sebagai

anak sendiri. Seperti halnya tokoh-tokoh masa lampau, memberikan nasihat

kepada peserta didik dan pendidik untuk menumbuhkan sifat keikhlasan

niat dalam belajar dan mengajar. Dengan kata lain, peserta didik wajib

mengembangkan adab yang sempurna dalam ilmu pengetahuan karena

pengetahuan tidak dapat diajarkan pada siapa pun tanpa adab. Selain itu, adab

yang sempurna harus selalu diingatkan oleh pendidik. Di samping itu,

al-Attas menekankan bahwa penuntut ilmu harus melakukan internalisasi

adab dan mengapliasikan sikap tersebut pada setiap sendi kehidupan.

B. Pendapat-pendapat Terhadap Konsep Ta’dib Yang Digunakan Oleh Syed M.

Naquib Al-Attas

Konsep ta’dib yang dirumuskan dan digunakan oleh Al-Attas sebagai

makna pendidikan Islam telah memunculkan berbagai macam pendapat yang

Page 85: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 85

berbeda di kalangan cendekiawan muslim baik yang setuju maupun tidak setuju

dengan pemikirannya. Adapun para cendekiawan Muslim yang sependapat

dengan pemikiran Syed M. Naquib Al-Attas mengenai konsep ta’dib adalah

mereka yang juga satu pemikiran dengan ide atau gagasan Al-Attas tentang

“Islamisasi ilmu pengetahuan (islamization of sains) karena proses islamisasi

ilmu juga dipahami secara akademis dan para peserta didik diarahkan agar

mengetahui bagaimana membedakan kebenaran (al-haqq) dan kebathilan (al-

bathil), kebetulan (al-shawab) dan kesalahan (al-khatha’), ilmu dan informasi

dan lain-lain. Salah satu dari para cendekiawan muslim yang sependapat dengan

konsep ta’dib Al-Attas adalah Ismail Raji Al-Faruqi, seorang cendekiawan

Muslim kelahiran Pakistan. Segala bentuk proses pengajaran keterampilan tidak

dapat dikatakan sebagai pendidikan jika tidak tanamkan ilmu di dalamnya.

Dengan begitu, ilmu merupakan hal yang paling mendasar dan krusial dalam

sistem pendidikan. Bagi al-Faruq ilmu pengetahuan saat ini harus dilakukan

redefinisi untuk menyusun ulang data, memikir kembali argumen dan

membangun kembali disiplin ilmu, sains kemanusiaan dan sains ilmiah

dalam kerangka Islam dengan memadukan prinsip-prinsip Islam ke dalam

ilmu tersebut” (Abdullah, 2007:45).

Permasalah lama yang tetap aktual dan masih dibicarakan oleh para pakar

pendidikan Islam yakni adanya dikotomi dalam sistem pendidikan. Dualisme

dikotomik ini telah berkembang dan dianggap sebagai sistem pendidikan modern

yang sesuai dengan zaman, tidak dapat ditolerin karena dualisme dikotomik

yaitu sistem pendidikan Barat yang dinasionalisasikan dengan menambah

beberapa mata pelajaran agama (Islam) dan sistem pendidikan Islam yang berasal

dari zaman klasik (tradisional) yang telah diperbaharui secara mendasar,

mempunyai arah yang berbeda atau dalam beberapa sisi penting bertolak

belakang. Dengan demikian, diperlukan sistem pendidikan yang baru dalam

rangka menghilangkan dampak negatif dari sistem dualisme dikotomik tersebut.

Page 86: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 86

Sistem pendidikan selalu berhubungan dengan konsep yang diterapkan dalam

proses pendidikan tersebut.

Oleh karena itu, konsep yang digunakan dalam sistem pendidikan harus

mampu memecahkan semua persoalan-persoalan di atas sehingga hasil yang

didapatkan dari pendidikan akan melahirkan individu-individu yang mampu

mencerminkan nilai-nilai spiritual dalam kehidupannya. Di samping itu,

cendekiawan muslim yang juga mendukung terhadap pemikiran al-Attas adalah

Sayyed Hossein Nasr dalam Maksum (2003: 170), pemikiran mengenai konsep

islamisasi ilmu yang diluncurkan oleh Al-Attas. Dalam pengamatan Nasr, sains

Islam lengkap dengan hierarki ilmu pengetahuannya mulai terobrak-abrik ketika

terjadi kemajuan pesat sains Barat abad 19. Akhir-akhir ini dibutuhkan

perumusan kembali sains yang ada sehingga dapat mencegah tertutupnya hal-hal

sakral oleh yang profan dan yang lebih penting yaitu menyegarkan kembali

gagasan tentang tujuan akhir semua ilmu pengetahuan, yakni membawa manusia

lebih dekat ke pusat eksistensinnya dan untuk mengenal Tuhannya.

Gagasan mengenai tujuan akhir ilmu tersebut yang bertujuan untuk

mengenal Tuhan dan dekat dengan-Nya terdapat dalam konsep ta’dib yang

telah dirumuskan oleh al-Attas. Pendidikan yang merupakan institusi strategis

dalam proses transmisi intelektual, spiritual dan kultural umat Islam dari

satu generasi ke generasi selanjutnya telah mengalami konfrontasi langsung

antara sistem Barat dan Islam. Nasr merinci lebih jauh, pada satu pihak

terdapat saluran tradisional dan klasik, sejak dari pengajaran Al-Qur’an oleh

orang tua sendiri di rumah, maktab, madrasah sampai kepada pusat-pusat sufi,

seperti khanqah dan zawiyah , dimana seni dan keterampilan diajarkan. Di

pihak lain, terdapat saluran pendidikan modern, khususnya media elektronik

Page 87: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 87

seperti radio, televisi atau media cetak seperti: surat kabar, majalah dan tataran

formal, terdapat sistem pendidikan modern.

Pertentangan antara pendidikan Islam dan pendidikan Barat modern

tersebut, secara jelas terletak pada pertama, sistem hubungan orang tua dengan

anak atau guru dengan murid. Dalam sistem pendidikan Islam, pola hubungan

orang tua dengan anak atau guru dengan murid harus benar-benar terjadi

kontak batin yang kuat. Aspek perilaku, tawadhu’ dan sopan santun benar-benar

ditanamkan. Sementara dalam pendidikan modern, hubungan guru dengan

murid hanya sebatas hubungan lahiriah. Kedua, media penyampaian informasi.

Dalam pendidikan Islam tradisional, dikenal media penyampaian lewat kisah-

kisah atau cerita-cerita tradisional yang mengandung kebijaksanaan dengan

contoh-contoh yang baik ( uswatun hasanah ) yang disampaikan oleh para orang

tua atau guru. Suasana demikian tidak dijumpai lagi dalam sistem pendidikan

modern. Dalam dunia modern, anak-anak setiap hari disuguhi oleh informasi-

informasi tentang kriminal melalui televisi sehingga jiwa anak sejak usia dini

sudah tertanam benih-benih kekerasan. Ketiga, kurikulum pendidikan. Dalam

sistem pendidikan Islam tradisional dikenal hierarki sains yang diajarkan dan

sains tertinggi adalah pengetahuan tentang Ketuhanan. Sedangkan pada sistem

pendidikan modern tidak terdapat pembidangan antara sains-sains sakral.

Keempat, tujuan pendidikan. Pendidikan Islam bertujuan untuk mengenal

kebesaran Tuhan dan dekat dengan-Nya. Sementara dalam pendidikan

modern, tidak terdapat orientasi transendental dalam pendidikannya.

Page 88: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 88

Pendidikan Islam saat ini perlu dirumuskan kembali mengenai konsep

pendidikan yang benar dan tepat untuk dapat diterapkan dalam proses

pendidikan. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk melahirkan lulusan-lulusan

yang mampu menerapkan nilai-nilai ilahi dalam setiap perilaku kehidupannya.

Dengan demikian, konsep ta’dib merupakan suatu konsep pendidikan

yang sesuai dengan harapan, di mana pada konsep ta’dib ini telah mengandung

tentang tujuan pendidikan yang berorientasi pada adab setiap peserta didik

sehingga dapat menjadi individu yang beradab dalam makna komprehensif.

Pendidikan Islam merupakan pengenalan dan pengakuan mengenai tempat-

tempat sesuatu secara benar dan tepat, sifat-sifat dan perilaku yang baik

dan benar sehingga menjadikan individu yang baik dan beradab yang pada

akhirnya mampu memosisikan segala sesuatu secara benar dan tepat.

Hal ini selaras dengan pemikiran Rahman yang menganggap bahwa

“Ilmu pengetahuan tidak dapat disalahkan karena tidak ada yang salah

dalam ilmu pengetahuan. Permasalahannya hanya terdapat dalam

penyalahgunaan ilmu pengetahuan tersebut. Bagi Rahman, ilmu pengetahuan

memiliki dua kualitas, seperti “senjata bermata dua” yang harus digunakan

dengan hati-hati dan bertanggung jawab sekaligus sangat penting menggunakan

secara benar ketika memperolehnya” (Abdullah, 2007: 47).

Pendidikan harus didasarkan pada nilai-nilai toleransi yang sejak awal

ditanamkan kepada setiap peserta didik. Adab yang menjadi tujuan akhir dari

konsep ta’dib sudah mengadung nilai-nilai religius tersebut. Konsep ta’dib

bertujuan untuk menanamkan kebaikan dan adab dalam diri setiap individu

peserta didik akan menghasilkan manusia yang dapat menggunakan ilmu

pengetahuannya yang telah diperoleh dengan benar, tepat dan bertanggung

Page 89: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 89

jawab, sehingga tidak akan terjadi penyalahgunaan ilmu pengetahuan. Di sisi

lain, terdapat sebagian cendekiawan Muslim yang kontra atau tidak sepakat

dengan penggunaan istilah ta’dib sebagai makna pendidikan Islam sebagaimana

yang telah dirumuskan dan digunakan oleh Al-Attas.

Salah satu dari cendekiawan tersebut adalah Prof. Dr. Nurcholish Madjid

(dikenal dengan sebutan Cak Nur), mengatakan bahwa konsep ta’dib Al-Attas

tersebut arbitrer dan tidak memiliki dasar, karena hadits digunakan oleh Al-Attas

sebagai dasar dari konsep ta’dib tersebut merupakan hadits dhaif. Ukuran

ta’dib Al-Attas tersebut sangat dipengaruhi oleh pendidikan sastranya, karena

secara substansial terma ta’dib itu melekat sebagai jargon sastra.

Menurut Cak Nur, dalam menguraikan terma ta’dib itu Al-Attas

terlihat tidak dapat menghindarkan diri dari rasionalisasi sastra, di mana

adab dijelaskannya sebagai pengetahuan yang mencegahnya dari nilai-nilai

kesalahan, terkadang dikaitkan sebagai realisasi moral, nilai keindahan dan

sebagainya, bahkan sangat terlihat makna sastranya saat proses pendidikan itu

diartikan dengan “undangan kepada suatu perjamuan”. Dengan demikian,

batasan ta’dib ini perlu dipertanyakan kembali kerelevansiannya ketika

diaplikasikan ke dalam disiplin pendidikan, yang tentu saja pola analisisnya

memiliki perbedaan yang spesifik.

Bagi Cak Nur, analisis filosofis terhadap penggunaan istilah ta’dib

akan menimbulkan kekaburan bagi pendidikan Islam. Asumsi awal yang harus

dimunculkan apakah pendidikan Islam itu bersifat doktrinal (berujung

dogmatis) atau sebatas pengenalan atau transformasi pengetahuan tanpa

Page 90: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 90

adanya otoritas pemaksaan. Pemahaman terhadap asumsi itu, barulah dapat

diletakkan sebenarnya yang paling tepat untuk pendidikan Islam itu.

Kata ta’dib sebenarnya mengandung makna to creat the personality yang

berarti membentuk kepribadian, seperti yang terjadi pada Nabi Muhammad

SAW. Al-Attas secara spesifik memberikan tendensi pendidikan itu secara

implisit hanya untuk manusia, sedangkan menurut mayoritas pemahaman para

pakar pendidikan mengemukakan bahwa manusia terbagi dua dalam pandangan.

Pertama, manusia sebagai makhluk yang memiliki banyak keterbatasan,

pasif dan fatalis, sehingga dapat diterapkan pola doktrinal dalam

menjalankan proses pendidikan tersebut (dogmatis dan otoriter). Kedua,

manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan serta mampu

mengembangkan inovasi dan kreativitasnya, maka penerapan proses

pendidikannya hanya sebatas transformasi atau pengenalan pengetahuan tanpa

penggunaan otoritas atau pemaksaan. Pendidikan dalam studi sastra lebih

dominan menggunakan pendekatan tekstual dan dalam memahami hadits yang

digunakan Al-Attas sebagai dasar dari konsep ta’dib. Sedangkan pendekatan

kontekstual agar mendapat makna yang sebenarnya dari istilah ta’dib tersebut.

Berbagai penelitian yang ada ternyata ta’dib ini hanya untuk Nabi Muhammad

SAW sebagai istilah untuk pematangan.

Al-Attas menghendaki, pendidikan Islam adalah usaha agar orang

mengenali dan mengakui tempat Tuhan dalam kehidupan ini. Definisi ini

bersifat abstrak, sulit dipahami dan juga sulit untuk dioperasionalkan (Tafsir,

2004: 29). Dengan demikian, konsep ta’dib ini masih diragukan relevansinya

Page 91: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 91

dengan disiplin ilmu pendidikan oleh sebagian para pakar pendidikan karena

definisi yang digunakan sangat universal dan abstrak.

C. Implikasi Konsep Ta’dib Terhadap Pendidikan Karakter.

Secara umum dalam khasanah dan diskursus pendidikan dalam Islam

terdapat sejumlah istilah yang merujuk langsung pada pengertian pendidikan

dalam Islam yaitu tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Adalah Syed M. Naquib al-Attas

salah seorang sarjana dan intelektual Muslim yang menawarkan istilah atau

konsep ta’dib sebagai istilah yang menandai proses pengajaran dan pendidikan

dalam Islam. Ta’dib istilah yang digunakan oleh al-Attas untuk menunjuk

pengertian pendidikan dalam Islam merupakan bentuk mashdar dari Addaba yang

secara letterlijk artinya memberi adab, mendidik. Al-Attas sendiri memberi

makna ta’dib dengan pendidikan (Al-Attas, 1980:26). Dalam artikelnya yang

berjudul Aims and Objevtives of Islamic Education, ia menuliskan bahwa

pendidikan adalah “instilling and inculcation of adab in man-it is ta’dib” (Al-

Attas, 1979:37).

Dari pemaparan singkat di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud

dengan ta’dib dalam terminologi al-Attas secara sederhana adalah sebagai suatu

usaha peresapan (instilling) dan penanaman (Inculcation) adab pada diri manusia

dalam pendidikan. Dengan begitu adab dapat diartikan sebagai content atau

kandungan yang harus ditanamkan dalam proses pendidikan Islam. Selanjutnya

Al-Attas mengatakan bahwa adab dapat diartikan sebagai masyhad (lukisan)

keadilan yang dicerminkan oleh kearifan (wisdom), ini adalah pengakuan atas

Page 92: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 92

berbagai hierarkhi (maratib) dalam tata tingkat wujud (being), eksistensi,

pengetahuan dan perbuatan seiring yang sesuai dengan pengakuan itu (Al-Attas,

1981:221). Adab dapat berarti pula discipline of body, mind and soul. Al-Attas

kemudian merujuk hadits yang berbunyi: “Tuhan telah mendidikku (addabanii,

yang secara literal berarti telah menanamkan adab pada diriku), maka sangat

baiklah mutu pendidikanku (ta’dibi)”. Al-Attas secara berhati-hati

menerjemahkan kata kerja addabanii yang terdapat dalam hadits tersebut dengan

“telah mendidikku” kemudian mengartikan terminologi ta’dib dengan pendidikan.

Dari sini terjemahan hadits tersebut adalah: “Tuhan telah mendidikku dan

menjadikan pendidikanku sebaik-baik pendidikan”.

Al-Attas adalah orang pertama yang memahami dan menerjemahkan

perkataan addabanii dengan mendidikku. Menurut sarjana dan intelektual

Muslim terdahulu, diantaranya adalah Syauqi Daif dalam bukunya al-‘Asr al-

Jahili “kandungan ta’dib (dalam redaksi hadits tersebut) adalah pendidikan

akhlak”. Fakta bahwasannya pendidikan Nabi Muhammad saw dijadikan Allah

swt sebagai pendidikan yang terbaik didukung oleh Al-Qur’an yang

mengafirmasikan kedudukan Rasulullah yang mulia (akram), suri teladan (role

model) yang paling baik. Hal ini kemudian dikonfirmasikan oleh hadits Nabi saw

yang menyatakan bahwa misi profetisnya ke dunia ini adalah untuk memperbaiki

atau menyempurnakan akhlak (al-Imam Ahmad Ibn Hambal, t.th: 504).

Page 93: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 93

Seseorang yang paling sempurna imannya, menurut Rasulullah adalah

orang yang paling baik akhlaknya (al-Imam Jalal al-Din Ibn Abi Bakr as-Suyuti,

t.th: 88). Dari sini, dapat dipastikan bahwa aktivitas Nabi saw berupa pengajaran

Al-Qur’an (ya’limu al-Kitab) dan al-Hikmah serta penyucian adalah manifestasi

langsung dari peranan ta’dib. Dengan demikian, menurut Al-Attas, sejak awal

kedatangan Islam, adab secara konseptual telah diisi dengan ‘ilm yang benar dan

‘amal yang tulus dan terlibat aktif dalam wacana intelektual Sunnah Nabi saw.

Berdasarkan arti terminologi adab yang telah diislamisasikan itu dan

berangkat dari analisis semantiknya, al-Attas mendefiniskan adab sebagai:

Recognition and acknowledgement of the reality that knowledge and being are

ordered hierarchically according to their various grades and degrees of rank,

and of one’s proper place in relation to that reality and to one’s physical,

intellectual and spiritual capacities and potentials (Al-Attas, 1980: 27) yang

artinya: pengenalan dan pengakuan terhadap realitas bahwasannya ilmu

[pengetahuan] dan segala sesuatu yang wujud yang ada terdiri dari hierarkhi

yang sesuai dengan kategori-kategori dan tingkatantingkatannya, dan bahwa

seseorang itu memiliki tempatnya masing-masing dalam hubungannya dengan

realitas serta kapasitas, potensi fisik, intelektual, dan spiritualnya.

Agar bisa lebih memahami makna adab, maka perlu dijelaskan pengertian

recognition (pengenalan) dan acknowledgement (pengakuan). Yang dimaksud

“pengenalan” dalam definisi di atas adalah mengetahui kembali (recognize)

perjanjian pertama (primordial covenant) antara manusia dengan Tuhannya. Hal

ini menunjukkan bahwa semua materi sudah berada pada tempatnya masing-

masing dalam berbagai hierarkhi wujud (being), tetapi karena disebabkan oleh

kebodohan (ignorance) dan kesombongan (arrogance) manusia kemudian

Page 94: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 94

mengubah tempat-tempat tersebut sehingga terjadilah ketidakadilan. Sedangkan

“pengakuan” yang dimaksudkan al-Attas adalah “concomitant action (‘amal)

resulting from discovering the proper place in relation to what is recognized”

(melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang telah dikenalnya di atas). Ini

semacam afirmasi dan konfirmasi atau realisasi dan aktualisasi didalam diri

seseorang mengenai apa yang telah dikenalnya itu (Al-Attas, 1980: 21-24).

Al-Attas memberikan contoh bagaimana adab hadir dalam pelbagai

tingkat pengalaman manusia. Adab terhadap diri sendiri bermula ketika seseorang

mengakui bahwa dirinya terdiri dari dua unsur, yaitu akal dan sifat-sifat

kebinatangan. Ketika akal seseorang menguasai dan mengontrol sifat-sifat

kebinatangannya, ia sudah meletakkan keduanya pada tempat yang semestinya

dan, karenanya, ia telah meletakkan dirinya pada tempat yang benar. Keadaan

seperti itu adalah keadilan bagi dirinya; dan jika tidak, ia menjadi seusatu yang

tidak adil.

Adab dalam konteks hubungan antara sesama manusia berarti norma-

norma etika yang diterapkan dalam tata krama sosial sudah sepatutnya memenuhi

beberapa syarat yang didasarkan pada posisi seseorang, misalnya dalam keluarga

dan masyarakat. Dalam hal ini, posisi seseorang “bukanlah sesuatu yang

ditentukan manusia berdasarkan kriteria kekuatan, kekayaan, ataupun keturunan,

melainkan ditentukan oleh Al-Qur’an berdasarkan kriterianya terhadap ilmu

pengetahuan, common sense, dan perbuatan-perbuatan yang mulia”. Jika dengan

tulus menunjukkan sikap rendah hati, kasih sayang, hormat, empati, dan lain-lain,

Page 95: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 95

kepada orang tua, saudara, anak-anak, tetangga, dan pimpinan masyarakatnya, hal

itu menunjukkan bahwa seseorang mengetahui tempat yang sebenarnya dalam

hubungannya dengan mereka.

Dalam konteks ilmu, adab berarti disiplin intelektual yang mengenal dan

mengakui adanya hierarkhi ilmu berdasarkan kriteria tingkat-tingkat keluhuran

dan kemuliaan. Adab terhadap ilmu pengetahuan akan menghasilkan cara-cara

yang tepat dan benar dalam belajar dan aplikasi pelbagai bidang sains yang

berbeda. Seirama dengan ini, rasa hormat terhadap para sarjana, ulama, dan guru

dengan sendirinya merupakan salah satu implementasi langsung dari adab

terhadap ilmu pengetahuan. Adab dalam ilmu berarti ilmu harus digunakan dan

diaplikasikan untuk kemaslahatan umat manusia dan seluruh alam semesta.

Kaitannya dengan alam, adab berarti pendisiplinan akal praktis dalam

hubungannya dengan hierarkhi yang menjadi karakter alam semesta sehingga

seseorang bisa membuat keputusan yang tepat mengenai nilai-nilai dari segala

sesuatu, baik dalam konteksnya sebagai tanda-tanda Tuhan, sumber ilmu

pengetahuan, maupun sebagai sesuatu yang berguna bagi pengembangan ruhani

dan jasmani manusia. Tambahan pula, adab terhadap alam dan lingkungan berarti

bahwa seseorang harus meletakkan tumbuh-tumbuhan, batu-batuan, sungai,

lembah, gunung, danau, binatang, dan habitat-habitat lainnya pada tempat-

tempatnya yang semestinya.

Adab, sebagaimana dijelaskan Al-Attas, menanamkan rasa keberaturan

dan disiplin dalam pikiran yang secara alami akan tercermin dalam fenomena

yang berkaitan dengan pribadi, sosial, dan kebudayaan. Konsepsi pendidikan

Page 96: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 96

sebagai penanaman adab (ta’dib), sebagaimana dipahami dan dijelaskan Al-Attas,

berupaya menghasilkan Muslim terdidik secara benar, jelas identitasnya, jujur,

berani, adil dalam menjalankan kewajibannya dalam pelbagai realitas dan

masalah kehidupan sesuai prioritas yang dipahaminya.

Satu hubungan yang mendalam antara sosial dan individual, pemikiran

dan aksi, jiwa dan materi, dalam adab sebagai teori dan praktik pendidikan

yang komprehensif dijelaskan oleh Lapidus yang bersesuaian dengan pendapat

Al-Attas. Lapidus meneliti bahwa “tradisi Sunni-sufi” telah menolak pengasingan

diri dari kehidupan dunia. Dia juga mengkritik ide-ide monastic dalam disiplin

keagamaan Kristen dan ide-ide yang tidak realistis dalam membuka potensi

individu melalui pemikiran dan aksi bebas dan kreatif, ide-ide ilmiah dalam

mencari ilmu pengetahuan baru untuk kepentingan ilmu itu sendiri, dan bentuk-

bentuk kontemplatif dari mistikisme yang pasif yang ideal lebih cenderung pada

adab sebuah cara hidup di dunia tanpa terlena oleh dunia atau lari darinya. Ini

adalah perjalanan hidup menuju realisasi-diri dan penyelamatan keagamaan yang

hanya dapat dicapai dengan mengembangkan visi yang jelas, tanggung jawab

moral, hubungan yang terhormat dengan manusia lain, dan ibadah dengan penuh

keikhlasan. Seorang paideia muslim par excellence adalah integrasi segala

tingkatan pengalaman, ilmu pengetahuan, karakter, perasaan, dan tindakan (amal)

pada kehidupan yang harmonis yang mengarah pada kesejahteraan di dunia dan

persiapan untuk kehidupan di masa mendatang (Wan Daud, 2003:459).

Page 97: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 97

Penjelasan tentang adab dan manusia yang beradab atau baik, kini jelas

bahwa manusia yang beradab atau yang baik adalah “individu yang sadar

sepenuhnya akan individualitas dan hubungan yang tepat dengan diri, Tuhan,

masyarakat, dan alam sekitarnya”. Itulah sebabnya, dalam pandangan Islam,

manusia yang baik dan beradab harus menjadi hamba yang baik bagi Tuhannya,

ayah yang baik bagi anak-anaknya, suami yang baik bagi istrinya, anak yang baik

bagi orang tuanya, tetangga yang baik, murid yang baik, guru yang baik, dan

warga yang baik bagi masyarakat, bangsa dan negaranya. Atau meminjam kata-

kata al-Attas:

“He must know his place in the human order, which must be understood as

arranged hierarchically and legitimately into various degrees (darajaat) of

exellence based on the Quranic criteria of intelligence, knowledge, and

virtue (ihsan), and must act concomtantly with the knowledge in a positive,

commendable and praiseworthy manner” (Al-Attas, 1980: 27). Artinya: Ia

harus mengetahui kedudukan dirinya di tengah-tengah pelbagai tingkatan

manusia, yang harus dipahami sebagai sesuatu yang telah disusun secara

hierarkhis dan logis ke dalam tingkatan-tingkatan (derajat) kebaikan yang

berdasarkan kriteria Al-Qur’an mengenai kecerdasan, keilmuan, dan

kebaikan (ihsan) dan harus berbuat selaras dengan ilmu pengetahuan itu

secara positif, terpercaya dan terpuji.

Seorang yang terdidik atau seseorang yang beradab, dalam pengertian ini,

adalah manusia universal yang memahami dan mengamalkan adab dalam diri,

keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan sekitarnya, dan masyarakat dunia.

Manusia yang beradab dapat menghadapi dunia yang serba plural dan dengan

sukses tanpa harus kehilangan identitasnya. Berhadapan dengan pelbagai

tingkatan realitas, dengan cara yang benar dan tepat, akan mendorongnya meraih

kebahagiaan spiritual dan permanen, baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini

Page 98: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 98

berimplikasi bahwa perencanaan, content, dan metode pendidikan harus

mencerminkan penekanan pada pengamalan adab yang benar dan tepat secara

konsisten dalam pelbagai tingkat realitas.

Mendasarkan dari paparan di atas, dapat diambil benang merah bahwa

secara makro orientasi konsep pendidikan Al-Attas adalah mengarah pada

pendidikan yang bercorak moral-religius (pendidikan akhlak) yang tetap menjaga

equilibrium dan keterpaduan sistem. Hal tersebut seperti tersirat dalam konsepsi

tentang ta’dib (adab) yang menurutnya telah mencakup konsep ilmu dan amal

sekaligus. Di atas telah dipaparkan bahwa setelah manusia dikenalkan akan

posisinya dalam tatanan kosmik lewat proses pendidikan, ia diharapkan dapat

mengamalkan ilmunya dengan baik di masyarakat berdasarkan adab, etika dan

ajaran agama. Dengan bahasa yang berbeda dapat dikatakan bahwa penggunaan

ilmu pengetahuan dan teknologi harus dilandasi dengan pertimbangan nilai-nilai

dan ajaran agama.

Paradigma pendidikan yang ditawarkan Al-Attas mengacu atau

menekankan pada aspek moral-transendental (afektif) tanpa mengabaikan aspek

kognitif (sensual logis) dan psikomotorik (sensual empiris). Hal ini relevan

dengan aspirasi pendidikan Islam, yakni bernafaskan akhlak (moral) dan agama.

Karena dalam taksonomi pendidikan Islam, dikenal adanya aspek transendental,

yaitu domain iman disamping tiga domain kognitif, afektif dan psikomotorik.

Domain iman sangat diperlukan dalam pendidikan Islam, karena ajaran Islam

tidak hanya menyangkut hal-hal yang rasional, tetapi juga menyangkut hal-hal

Page 99: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 99

yang supra rasional, dimana nalar manusia tidak akan mampu menangkapnya,

kecuali didasari iman, yang bersumber dari sumber otoritatif, yaitu al-Qur’an dan

as-Sunnah. Domain iman merupakan titik sentral yang akan menentukan sikap

dan nilai peserta didik, dan dengannya pula menentukan nilai yang dimiliki dan

amal yang dilakukan.

Pandangan bahwa ilmu harus dibarengi dengan nilai (adab) memang

cukup mendasar, karena kepemilikan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi semata tanpa dilandasi dengan adab akan mengakibatkan kesalahan

dalam penggunaan dan pengaplikasiannya. Maka pendidikan dalam Islam sudah

seharusnya dihindarkan dari hal demikian dengan keharusan memperhatikan

masalah adab. Banyak pakar Muslim salaf maupun kontemporer yang memiliki

pandangan yang serupa, seperti Muhammad Athiyah al-Abrasyi, ia mengatakan

bahwa “pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, mencapai akhlak yang

sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan Islam”. Konsep pendidikan

akhlak menekankan arti pentingnya masalah akhlak atau adab dalam pendidikan

Islam. Secara substansial konsep akhlak sebenarnya merupakan bagian yang tak

terpisahkan dalam pendidikan umum, tak terkecuali pendidikan Islam.

Inti pendidikan dalam Islam adalah wahana pembentukan manusia yang

berakhlak tinggi. Dalam ajaran Islam, akhlak, adab atau moral tidak dapat

dipisahkan dari keimanan. Keimanan merupakan pengakuan hati. Akhlak adalah

pantulan iman yang berupa perilaku, ucapan, dan sikap atau dengan kata lain

Page 100: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 100

akhlak adalah amal saleh. Iman adalah maknawi (abstrak), sedangkan akhlak

adalah bukti keimanan dalam bentuk perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran

dan karena Allah semata. Berkaitan dengan pernyataan di atas bahwa akhlak tidak

akan terpisahkan dari keimanan, dalam Al-Qur’an juga sering dijelaskan bahwa

setelah ada pernyataan “orang-orang yang beriman”, maka langsung diikuti oleh

“beramal saleh”. Dengan kata lain, amal saleh adalah manifestasi akhlak yang

merupakan perwujudan dari keimanan seseorang yang dituangkan dalam

kehidupan sehari-hari baik terhadap diri sendiri maupun dalam lingkungan sosial.

Persoalan karakter adalah persoalan yang sangat krusial dan urgent dalam

kehidupan manusia. Dalam ajaran Islam, masalah akhlak merupakan salah satu

hal yang wajib diajarkan dan ditanamkan kepada setiap anak (peserta didik) sejak

kecil. Sedangkan orang tua dan guru (dan para pendidik lainnya) merupakan

pihak-pihak yang sangat bertanggung jawab dalam menentukan baik-buruknya

akhlak generasi muda. Pendidikan akhlak tidak mengenal tempat dan waktu. Era

millennium (alaf baru) ini memerlukan manusia-manusia yang berakhlak tinggi

demi menjaga keutuhan pamor kemanusiaan di bumi ini. Apabila manusia ini

tidak lagi memiliki akhlak yang tinggi dan mulia maka akan terjadi malapetaka

tidak saja terhadap dirinya, tetapi akan merembet luas ke lingkungan sekitarnya.

Kehancuran sebuah negara sangat ditentukan oleh akhlak atau moral para

pemimpin dan rakyat negara tersebut. Ketika nilai-nilai akhlak atau moral tidak

lagi dijunjung tinggi oleh manusia, maka ketika itulah keruntuhan akan terjadi.

Page 101: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 101

Oleh karena itu, peran orang tua di dalam rumah tangga dan para guru di sekolah

merupakan conditio sine qua non dalam rangka memperdulikan akhlak/karakter

anak-anak yang akan mewarisi generasi tua di masa yang akan datang.

Proses mendidik mengandung makna sebagai proses kegiatan menuju ke

arah tujuannya, karena kegiatan (proses) tanpa tujuan yang jelas akan

menimbulkan suatu indenterminisme (ketidakmenentuan) dalam prosesnya.

Lebih-lebih proses mendidik yang bersasaran pada hidup psikologis manusia

didik yang masih berada pada taraf perkembangan, maka tujuan merupakan

faktor yang paling penting dalam proses pendidikan itu, oleh karena itu dengan

adanya tujuan yang jelas, materi pendidikan dan metode-metode yang

dipergunakan, mendapat corak dan isi serta potensialitas yang sejalan dengan

cita-cita yang terkandung dalam tujuan pendidikan.

Al-Attas, salah seorang sarjana Muslim yang mendefinisikan arti

pendidikan secara sistematis, menegaskan dan menjelaskan bahwa tujuan

pendidikan dalam Islam adalah untuk menciptakan manusia yang baik (good

man), bukan seperti dalam peradaban Barat menghasilkan warga negara yang

baik (good citizen). Al-Attas berpendapat bahwa warga negara yang baik dalam

sebuah negara sekuler tidak sama dengan manusia yang baik; sebaliknya,

manusia yang baik sudah pasti seorang warga negara yang baik. Batasan “baik”

dalam frasa manusia yang baik (good man) maksudnya adalah adab dalam

pengertian yang komprehensif, yang meliputi kehidupan spiritual dan material

Page 102: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 102

seseorang, yang berusaha menanamkan kualitas kebaikan yang diterimanya.

Menurut al-Attas orang baik adalah: Orang yang menyadari sepenuhnya tanggung

jawab dirinya kepada Tuhan Yang Hak; yang memahami dan menunaikan

keadilan terhadap dirinya sendiri dan orang lain dalam masyarakat terus berupaya

meningkatkan setiap aspek dalam dirinya menuju kesempurnaan sebagai manusia

yang beradab.

Berdasarkan pemaparan adab dan manusia yang baik, peneliti bisa

memberi kesimpulan bahwa pengertian manusia yang beradab dan yang baik,

yakni individu yang sadar sepenuhnya akan individualitasnya dan hubungannya

yang tepat dengan diri, Tuhan, masyarakat, dan alam sekitarnya. Sejalan dengan

di atas, dalam pandangan Islam, manusia yag beradab dan yang baik harus

menjadi hamba yang baik bagi Tuhannya, ayah yang baik bagi anak-anaknya,

suami yang baik bagi istrinya, anak yang baik bagi orang tuanya, tetangga yang

baik, murid yang baik, guru yang baik, dan warga yang baik bagi bangsa dan

negaranya.

Page 103: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 103

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Signifikansi Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas

Pendidikan menjadi kian penting karena berurusan langsung dengan

manusia. Manusialah yang berkepentingan mulai dari input, proses sampai output

pendidikannya. Manusia menjadi nilai, nilai-nilai kemanusiaan yang berlaku

universal tanpa terikat perbedaan bangsa, bahasa, agama untuk mencipta

pendidikan berlandaskan manusia. Pendidikan yang memanusiakan berupaya

mencipta pemahaman baru yang lebih manusiawi. Sebuah pemahaman akan

pendidikan yang mampu menghadirkan manusia-manusia yang baik. Berbagai

teori pendidikan muncul antara pandangan idealism dan realism, antara keturunan

hereditas dan lingkungan, antara tabularasa dan pengalaman. Tak pelak lagi

pemahaman makna pendidikan dapat merujuk ranah agama. Terlebih Islam

sebagai worldview, keuniversalitas ajaran solusi bagi manusia guna mewujudkan

kehidupan bahagia dunia dan akhirat. Banyak para cendekiawan muslim

merumuskan konsep pendidikan Islam.

Menurut al-Attas penggunaan ta’dib untuk pendidikan ini timbul karena

dengan berbekal pemahaman yang utuh, komprehensif tentang pendidikan.

Terlebih pemahaman pendidikan yang selaras dengan Islam, segala hal yang

terkait tentang pendidikan, baik tujuan, strategi, metode dan unsur-unsur

pendidikan lainnya mencerminkan pandangan pendidikan yang lebih pas dan

85

Page 104: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 104

sesuai seharusnya pendidikan. Dengan penggunaan istilah ta’dib, Al-Attas

berupaya merekonstruksi pemahaman pendidikan yang selama ini terabaikan.

Al-attas menekankan maksud dan tujuan pendidikan bahwa negara atau

pekerja yang baik dalam sebuah negara sekuler tidak sama dengan manusia yang

baik; sebaliknya manusia yang baik sudah pasti seorang pekerja dan warga

Negara yang baik. Tujuan pendidikan Islam tiada lain menciptakan manusia yang

baik. Penekanan pendidikan adalah nilai-nilai manusia sebagai manusia sejati,

sebagai warga kota, sebagai warga negara dalam kerajaannya yang mikro, dan

sebagai sesuatu yang bersifat spiritual. Pendidikan bukan semata berdasarkan

kegunaannya bagi masyarakat, negara dan dunia. Nilai manusia yang bukan

sebatas entitas fisik yang diukur dalam konteks pragmatis dan utilitarian

berdasarkan kegunaannya bagi negara, masyarakat dan dunia. Al-Attas

mengatakan bahwa orang yang terpelajar adalah orang baik. Dalam artian baik

yang menyeluruh, meliputi: kehidupan spiritual dan material seseorang, yang

berusaha menanamkan kualitas kebaikan yang diterimanya. Al-attas menyebut

orang yang benar-benar terpelajar menurut persfektif Islam didefinisikan sebagai

orang yang beradab. Pendidikan menciptakan manusia yang beradab ada dalam

pengertian yang komprehensif yang menekankan pada adab. Adab adalah

cakupan suatu pengenalan dan pengakuan mengenai tempat secara benar dan

tepat, dalam pencapaian kualitas, sifat-sifat, dan perilaku yang baik untuk

mendisiplinkan pikiran dan jiwa.

Page 105: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 105

Adab mensyaratkan ilmu pengetahuan dan metode mengetahui yang benar

agar mampu menjaga manusia dari kesalahan. Ilmunya adalah yang dapat

mendorong lahirnya perilaku mulia ini adalh kebijaksanaan (hikmah) yang

menghasilkan keadilan pada diri individu dan masyarakat serta Negara. Al-Attas

menggunakan konsep ta’dib sebagai konsep yang tepat untuk pendidikan Islam,

ia lebih lanjut mengatakan, “struktur konsep ta’dib sudah mencakup unsur-unsur

ilmu (‘ilm), instruksi (ta’lim), dan pembinaan yang baik (tarbiyah), sehingga

tidak perlu lagi dikatakan bahwa konsep pendidikan Islam itu adalah sebagaimana

yang terdapat dalam tiga serangkai konotasi tarbiyah-ta’lim-ta’dib”. Terminology

ta’dib sendiri sebagai istilah pendidikan telah dipakai oleh para tokoh sufi. Para

tokoh sufi yang menonjol dalam pengembangan pribadi Islam melalui

pengembangan indera, akal dan moral. Menggunakan ta’dib dengan menekankan

sebagai bagian daripada proses pendidikan, adab seorang pelajar muslim dan

kelompok professional, seperti: hakim, jaksa, politisi, perwira militer, musikus,

guru, dan pelajar menjadi kesatuan yang tak terpisahkan.

Al-Attas mengatakan, setidaknya ada tujuh konsep dalam pendidikan,

yaitu: pertama, konsep din (agama); kedua, konsep insan (manusia); ketiga,

konsep ilmu dan makrifat; keempat, konsep hikmah (kebijakan); kelima, konsep

keadilan; keenam, konsep amal dan adab; ketujuh, konsep kuliyyah jami’ah

(perguruan tinggi). Dalam Metodologi pendidikan menurut Al-Attas memiliki

satu tujuan, yakni: islamisasi dari tubuh, pikiran dan jiwa yang berpengaruh pada

Page 106: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 106

kehidupan pribadi dan kolektif muslim serta yang lain, termasuk spiritual dan

lingkungan non-fisik manusia.

Konsep ta’dib yang di usung oleh Al-Attas dapat mudah kita pahami jika

kita merujuk pada gagasannya secara keseluruhan. Al-Attas satu di antara para

cendekiawan muslim terkemuka dalam upayanya, islamisasi ilmu pengetahuan.

Baginya islamisasi berangkat dari asumsi bahwa ilmu pengetahuan itu tidak bebas

dari nilai atau netral, sehingga pemahaman ta’dib mengajak kita memahami

islamisasi ilmu pengetahuan. Al-Attas mengenalkan ta’dib ini sebagai konsep

yang asli, integral, komprehensif dan merupakan framework yang kokoh bagi

teori dan praktek pendidikan Islam kita.

Adab dalam konteks ilmu berarti disiplin intelektual yang mengenal

dan mengakui adanya hierarki ilmu berdasarkan kriteria tingkat-tingkatannya

(Al-Attas, 1999: 22), dan keluhuran dan kemuliaan yang memungkinkannya

mengenal dan mengakui bahwa seseorang yang pengetahuannya berdasarkan

wahyu Tuhan jauh lebih luhur dan mulia daripada mereka yang pengetahuannya

berdasarkan akal (Al-Attas, 1999: 16). Adab terhadap ilmu pengetahuan akan

menghasilkan cara-cara yang tepat dan benar dalam belajar dan penerapan

berbagai bidang sains yang berbeda. Seperti rasa hormat terhadap para sarjana

dan guru dengan sendirinya merupakan salah satu pengejawantahan langsung dari

adab terhadap ilmu pengetahuan. Sedangkan dalam penekanan ta’dib di sini

adalah mencakup ilmu dan amal dalam pendidikan dan adanya amal (praktik)

Page 107: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 107

ialah untuk menjamin ilmu agar dapat dipergunakan secara baik dalam kehidupan

masyarakat. Karena alasan inilah, maka Al-Attas mengkombinasikan secara

harmonis antara ilmu, amal (praktik) dan adab yang kemudian menamakannya

dengan pendidikan.

Setelah ilmu dipelajari dengan baik dan benar yang dilandasi dengan iman

serta dipraktikan langsung dalam bentuk amal itu semua adalah bentuk

manifestasi dari konsep ta’dib. Setelah memperoleh ilmu dengan proses ta’dib

akan melahirkan peradan Islam sebagaimana yang dikatakan oleh F. Rosenthal;

‘ilm is one those that have dominated Islam and given Muslim civilization ist

distinctive shape and complexion. In fact there is one other concept that has been

operative as of Muslim civilization in all its aspect to the same extent as ‘ilm

artinya ilmu adalah salah satu konsep yang mendominasi Islam dan yang

memberi bentuk dan krakter yang khas terhadap peradaban Muslim. Sebenarnya

tidak ada konsep lain yang setanding dengan konsep ilmu yang secara efektif

menjadi faktor penentu dalam peradaban muslim dalam berbagai aspek (Rosental,

1970: 2).

Dalam konteks tarbiyah yang diartikan sebagai pendidikan belum cukup

untuk menghantar peserta didik untuk menjadi orang beradab. Sebab bentuk

penekatanan dalam tarbiyah hanya sekedar pemeliharan dan pengasuhan jasmani

semata. Aspek ta’dib dalam tarbiyah hanya sedekar pengenalan ilmu dasar yang

tidak sampai pematangan mental sebagaimana yang telah disinggung dalam

Page 108: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 108

definisi diatas. Konsep ta’dib, titik tekan pada penguasaan ilmu yang benar dalam

diri seseorang agar menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik

yang berlandaskan keimanan. Istilah ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah dapatlah diambil

suatu analisa. Jika ditinjau dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara

satu dengan lainnya, namun apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat

keterkaitan yang saling mengikat satu sama lain, yakni dalam hal memelihara dan

mendidik anak.

Berdasarkan pada fenomena dan kondisi obyektif dunia pendidikan masa

kini pada umumnya dan pendidikan Islam pada khususnya, maka pemikiran

pendidikan Islam yang terformula dalam konsep ta’dib yang ditawarkan Al-Attas,

sungguh memilki relevansi dan signifikansi yang tinggi serta layak

dipertimbangkan sebagai solusi alternatif untuk diaktualisasikan dan di

implementasikan dalam dunia pendidikan Islam. Pada dasarnya ta’dib merupakan

konsep pendidikan yang hendak mengintegrasikan dikhotomi ilmu pengetahuan,

menjaga keseimbangan-equilibrium, bercorak moral dan religius. Secara ilmiah

Al-Attas telah mengemukakan proposisi-proposisinya sehingga menjadi sebuah

konsep pendidikan yang sangat jelas. Sehingga bukanlah suatu hal yang naif

bahwa statement Al-Attas ini merupakan sebuah jihad intelektual dalam

menemukan paradigma pendidikan Islam. Bila dicobakan untuk berdialog

dengan filsafat ilmu, apa yang diformulasikan oleh Al-Attas dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik dari dataran ontologis, epistemologis

maupun aksiologis.

Page 109: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 109

Konsep ta’dib ini, ketiga realita, (1) manusia, (2) alam dan (3) Tuhan

diakui keberadaannya, dengan Tuhan sebagai sumber dari segalanya (alam dan

manusia). Tuhan dipahami sebagaimana diinformasikan al-Qur'an, sebagai Rabb

al-Alamin (Q.S al-Fatihah: 2) dan Rabb al-Nash (Q.S. al-Nash: 1). Peserta didik

harus dibimbing untuk mengenali dan mengakui Allah sebagai Tuhannya,

penciptanya, pemilik, pengatur, pengawas, pendidik, pemberi dan lain

sebagainya. Pada saatnya nanti lahirlah manusia-manusia 'abid yang penuh

kesadaran, memiliki kemampuan intelektual maupun spiritualnya. Selanjutnya

akan lahirlah berbagai pandangan hidup tauhid, baik rububiyah, uluhiyah,

maupun ubudiyah, yang meyakini kesatuan ciptaan/unity of creation, kesatuan

kemanusiaan/unity of purpose of life), yang semua ini merupakan derivasi dari

kesatuan ketuhanan/unity of Godhead (Rais, 1987: 13-14). Dengan demikian,

dalam definisi Al-Attas tentang pendidikan ini yang menjadi titik tekan adalah

nilai manusia sebagai manusia sejati, sebagai manusia yang bersifat spiritual, dan

bukan hanya nilai manusia sebagai entitas fisik yang diukur dalam konteks

pragmatis dan utilitarian berdasarkan kegunaannya bagi negara, masyarakat dan

dunia.

Berdasarkan paparan bab sebelumnya penulis berpendapat bahwa konsep

ta'dib Syed. M. Naquib Al-Attas merupakan suatu gagasan pendidikan dalam

Islam yang membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang seutuhnya, yang

menyadari sepenuhnya akan tanggung jawab dirinya kepada Tuhan yang haqq,

Page 110: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 110

yang memahami dan menunaikan kewajiban terhadap dirinya sebagai hamba

yang sekaligus sebagai khalifah di muka bumi. Dalam konsep ta'dib juga

dijelaskan bahwa setelah manusia dikenalkan akan posisinya dalam tatanan

kosmik lewat proses pendidikan, ia diharapkan dapat mengamalkan ilmunya

dengan baik di masyarakat berdasarkan nilai-nilai moral dan ajaran Islam.

Dengan bahasa yang berbeda dapat dikatakan bahwa penggunaan ilmu

pengetahuan dan teknologi harus dilandasi pertimbangan nilai-nilai moral dan

ajaran agama.

B. Relevansi Pemikiran Konsep Ta’dib yang Digunakan Oleh Syed M. Naquib

Al-Attas dalam Konteks Pendidikan Karakter

Karakter itu sama dengan akhlak dalam pandangan Islam. Akhlak dalam

pandangan Islam adalah kepribadian. Kepribadian itu komponennya tiga yaitu

tahu (pengetahuan), sikap dan perilaku. Yang dimaksud kepribadian utuh ialah

bila pengetahuan sama dengan sikap, sama dengan perilaku. Kepribadian pecah

ialah bila pengetahuan sama dengan sikap tetapi tidak sama dengan perilaku atau

pengetahuan tidak sama dengan sikap, tidak sama dengan perilaku. Dia tahu jujur

itu baik, dia siap menjadi orang jujur, tetapi perilaku sering tidak jujur, ini contoh

kepribadian pecah. Akhlak itu sangat penting menjadi penanda manusia, bila

akhlak baik maka adalah manusia.

Menurut Simon Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju

pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang

Page 111: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 111

ditampilkan. Sedangkan Doni Koesoema A., karakter sama dengan kepribadian.

Kepribadian dianggap sebagai ciri/karakteristik/gaya/sifat khas dari diri

seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang di terima dari

lingkungan, misalnya: keluarga pada masa kecil, juga bawaan sejak lahir.

Memang, karakter dan kepribadian sering digunakan secara rancu. Ada yang

menyamakan antara keduanya. Menurut M. Newcomb, kepribadian merupakan

organisasi dari sikap-sikap (predispositions) yang dimiliki seseorang sebagai latar

belakang terhadap perikelakuan. Kepribadian menunjuk pada organisasi dari

sikap-sikap seseorang untuk berbuat, mengetahui, berpikir dan merasakan secara

khususnya apabila dia berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu

keadaan. Karena kepribadian tersebut merupakan abstraksi dari indiidu dan

kelakuannya sebagaimana halnya dengan masyarakat dan kebudayaan, ketiga

aspek tersebut mempunyai hubungan yang saling memengaruhi. Sementara itu,

menurut Roucek and Warren, kepribadian adalah organisasi dari faktor-faktor

biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku individu-individu.

Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan lain-lain sifat yang khas

dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan

orang lain (Mu’in, 2011: 161).

Pendidikan karakter mengemuka menjadi isu utama di dunia pendidikan

saat ini, terlebih di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional. Merujuk UU

No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa fungsi

Page 112: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 112

pendidikan adalah membentuk watak serta peradaban bangsa, agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia. Hal ini bisa jadi sebagai reaksi dan kekhawatiran bersama atas kondisi

pendidikan di Indonesia yang justru banyak melahirkan manusia cerdas namun

bermoral rendah.

Puncak karakter seorang muslim adalah taqwa dan indikator ketaqwaan

terletak pada akhlak. Bangsa yang beradab adalah bangsa yang maju. Tujuan

pendidikan yaitu manusia berkarakter taqwa yaitu manusia yang memiliki akhlak

budi pekerti yang luhur. Karakter dibangun berdasarkan pemahaman tentang

hakikat dan struktur kepribadian manusia secara integral. Sehingga manusia

berkarakter taqwa adalah gambaran manusia ideal yaitu manusia yang memiliki

kecerdasan spiritual (spiritual quotient). Kecerdasan spiritual seharusnya paling

ditekankan dalam pendidikan. Hal ini dilakukan dengan penanaman nilai-nilai

etis religius melalui keteladanan dari keluarga, sekolah dan masyarakat,

penguatan pengamalan peribadatan, pembacaan dan penghayatan kitab suci

Al-Qur’an, penciptaan lingkungan baik fisik maupun sosial yang kondusif.

Apabila spiritualitas anak sudah tertata, maka akan lebih mudah untuk

menata aspek-aspek kepribadian lainnya. Maksudnya, kalau kecerdasan spiritual

anak berhasil ditingkatkan, secara otomatis akan meningkatkan kecerdasan-

kecerdasan lainnya seperti kecerdasan emosional (emotional quotient),

kecerdasan memecahkan masalah (adversity quotient) dan kecerdasan intelektual

Page 113: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 113

(intellectual quotient). Inilah sebenarnya kunci mengapa aktifitas pendidikan

yang berbasis agama lebih banyak berhasil dalam membentuk kepribadian anak.

Konteks tujuan pendidikan, hal ini akan mampu membentuk anak didik

yang memiliki kekokohan akidah (quwwatul aqidah), kedalaman ilmu (quwwatul

ilmi), ketulusan dalam pengabdian (quwwatul ibadah) dan keluhuran pribadi

(akhlakul karimah). Pendidikan Islam bertujuan untuk memberikan keperibadian

sebagai khalifah Allah SWT. Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman kepada

Allah dan tunduk serta patuh secara total kepadanya yang didasarkan pada sifat

dasar manusia, yaitu tubuh, ruh, dan akal yang masing-masing harus dijaga.

Pendidikan karakter seharusnya berangkat dari konsep dasar manusia:

fitrah. Setiap anak dilahirkan menurut fitrahnya, yaitu memiliki akal, nafsu

(jasad), hati dan ruh. Konsep inilah yang sekarang lantas dikembangkan menjadi

konsep multiple intelligence. Dalam Islam terdapat beberapa istilah yang sangat

tepat digunakan sebagai pendekatan pembelajaran. Konsep-konsep itu antara lain:

tilâwah, ta’lîm’, tarbiyah, ta’dîb, tazkiyah dan tadlrîb. Tilâwah menyangkut

kemampuan membaca; ta’lim terkait dengan pengembangan kecerdasan

intelektual (intellectual quotient); tarbiyah menyangkut kepedulian dan kasih

sayang secara naluriah yang didalamnya ada asah, asih dan asuh; ta’dîb terkait

dengan pengembangan kecerdasan emosional (emotional quotient); tazkiyah

terkait dengan pengembangan kecerdasan spiritual (spiritual quotient); dan tadlrib

terkait dengan kecerdasan fisik atau keterampilan (physical quotient atau

adversity quotient).

Page 114: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 114

Metode pembelajaran yang menyeluruh dan terintegrasi. Pendidik yang

hakiki adalah Allah, guru adalah penyalur hikmah dan berkah dari Allah kepada

anak didik. Tujuannya adalah agar anak didik mengenal dan bertaqwa

kepada Allah, dan mengenal fitrahnya sendiri. Pendidikan adalah bantuan

untuk menyadarkan, membangkitkan, menumbuhkan, memampukan dan

memberdayakan anak didik akan potensi fitrahnya. Pendidikan yang menghargai

keunikan individu, serta menekankan kesadaran karakter dirinya sebagai manusia.

Hal ini sesuai yang ditegaskan Al-Attas dalam Filsafat pendidikannya sangat jelas

menekankan kepada pengembangan individu. Individu yang kebersamaan dengan

itu sebagai bagian dari sosial dalam upaya pengembangan dirinya. Lebih lanjut

Al-Attas mengatakan, “ketika kami menyatakan bahwa tujuan dari pada ilmu

pengetahuan adalah melahirkan manusia yang baik, bukanlah berarti bahwa kami

tidak bermaksud untuk melahirkan masyarakat yang baik, sebab masyarakat

adalah terdiri daripada individu, maka melahirkan seseorang akan melahirkan

masyarakat yang baik. pendidikan adalah pembuat struktur masyarakat”.

Al-Attas menekankan pendidikan dalam rangka manusia beradab adalah

individu yang sadar sepenuhnya akan individualitas dan sadar akan hubungan

yang tepat dengan diri, Tuhan dengan masyarakat dan dengan alam yang nampak

maupun yang ghaib. Al-Attas selanjutnya memberikan ilustrasi betapa Adab hadir

dalam berbagai tingkat pengalaman manusia. pertama, Adab terhadap diri sendiri.

Bermula ketika seseorang itu mengakui bahwa dirinya terdiri dari dua unsur,

Page 115: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 115

yaitu akal dan sifat-sifat kebinatangannya, maka ia sudah meletakkan keduanya

pada tempat yang semestinya dan oleh sebab itu dia telah meletakkan dirinya

pada tempat yang benar. kedua, adab dalam kontek ilmu, berarti ketertiban budi

yang mengenal dan mengakui hirarki ilmu berdasarkan kriteria tentang tingkat-

tingkat keluhurusan dan kemulian. Kita mengenal fardhu ‘ayn (kewajiban bagi

dirinya) dan fardhu kifayah (kewajiban bagi masyarakat) yang berarti bahwa

segala sesuatu yang berisi petunjuk kehidupan jauh lebih mulia dari segala

sesuatu yang yang dipakai dalam kehidupan. Sebagai konsekuensinya adab

terhadap ilmu pengetahuan akan menghasilkan cara-cara yang tepat dan benar

dalam belajar dan penerapan berbagai bidang sains bagi kehidupan. Dengan

kerangka ini maka rasa hormat terhadap guru sebagai salah satu wujud langsung

dari adab terhadap ilmu pengetahuan. ketiga, adab berkaitan dengan alam, berarti

pendisiplinan akal dalam berhubungan dengan susunan tingkatan yang menjadi

karakter alam semesta sehingga seseorang itu bisa membuat keputusan yang tepat

tentang nilai-nilai yang sejati dari segala sesuatu baik dalam kontesnya sebagai

tanda-tanda Tuhan, sumber ilmu pengetahuan dan segala sesuatu yang berguna

untuk perkembangan rohani dan jasmani manusia.

Konsep ta’dîb digunakan untuk membangkitkan raksasa tidur, kalbu (EQ)

dalam diri anak didik. Ta’dîb lebih berfungsi pada pendidikan nilai dan

pengembangan iman dan taqwa. Dalam pendidikan kalbu ini, sasarannya adalah

terbentuknya anak didik yang memiliki komitmen moral dan etika. Sedangkan

Page 116: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 116

out put-nya adalah anak yang memiliki karakter, integritas dan menjadi mujaddid.

Mujaddid adalah orang yang memiliki komitmen moral dan etis dan rasa

terpanggil untuk memperbaiki kondisi masyarakatnya. Dalam hal mujaddid ini

Abdul Jalil (2004) mengatakan: “Banyak orang pintar tetapi tidak menjadi

pembaharu (mujaddid). Seorang pembaharu itu berat resikonya. Menjadi

pembaharu itu karena panggilan hatinya, bukan karena kedudukan atau

jabatannya”.

Konsep ta’dib dalam kontek pendidikan yang baik tidak bisa dilepaskan

kemanfaatannya dan sangat berhubungan dengan kata-kata kunci dalam

pandangan hidup Islam, seperti kebijaksanaan (hikmah) dan keadilan (adl),

realitas dan kebenaran (haqq). Ta’dib sebagai konsep Pendidikan Islam,

pendidikan karakter manusia-manusianya, agar lebih beradab dan manusiawi.

Gagasan-gagasan Al-Attas tentang ta’dib tiada lain konseptualisasi pendidikan

Islam. Mempraktikkan gagasan Islamisasi Ilmu pengetahuan dalam pendidikan.

Manusia-manusia baik yang layak menghuni bumi. Sebuah upaya mengungkap

makna ta’dib bagi pendidikan agar menjadi arah dan bahan dalam rangka

membangun pendidikan karakter manusia Indonesia.

Sebagai dasar acuan dalam merumuskan konsep pendidikan karakter

dalam Islam, firman Allah SWT QS. Ar-Rum ayat 30:

Page 117: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 117

Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut

fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang

lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui [Fitrah Allah:

Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri

beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama

tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu

hanyalah lantara pengaruh lingkungan]. (Departemen Agama RI,

1985:645).

Dari ayat di atas dapat ditarik benang merah bahwa bawaan dasar (fitrah) manusia

dan proses pembentukan karakternya dapat dikelompokkan menjadi empat aliran

yaitu (1) fatalis-pasif (2) netral-pasif (3) positif-aktif dan (4) dualis-aktif. Adapun

keempat aliran tersebut dapat dipaparkan, sebagai berikut:

1. Aliran yang berpandangan fatalis-pasif, mempercayai bahwa setiap individu

karakternya baik atau jahat melalui ketetapan Allah. Faktor-faktor eksternal,

termasuk paradigma pendidikan karakter tidak begitu berpengaruh karena

setiap individu terikat dengan ketetapan yang telah ditentukan sebelumnya.

Karakter positif atau negatif seseorang telah ditentukan lebih dahulu sebelum

dia lahir ke dunia yang dikenal dengan ilmu azali Allah.

2. Pandangan netral-pasif, yakni anak lahir dalam keadaan suci, utuh dan

sempurna, suatu keadaan kosong. Sama dengan teori tabularasa yang

dikemukakan John Lock bahwa manusia lahir seperti kertas putih tanpa ada

sesuatu goresan apa pun. Manusia berpotensi berkarakter baik dan tidak baik

Page 118: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 118

itu karena mendapat pengaruh dari luar terutama orang tua. Pengaruh baik dan

buruk tersebut akan terus mengiringi kehidupan setiap insan dan karakter

yang terbentuk tergantung mana yang dominan memberi pengaruh. Jika

pengaruh baik lebih dominan, maka seseorang akan berkarakter baik, begitu

pula sebaliknya apabila yang lebih dominan adalah pengaruh buruk, maka

karakter yang terbentuk karakter tidak baik. Pandangan ini mengambil

argumen dari QS. Al-Nahl (16):78:

Artinya: “…dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan

tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,

penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (Departemen Agama

RI, 1985:413).

3. Aliran positif-aktif yakni bawaan dasar atau sifat manusia sejak lahir adalah

berkarakter baik, kuat dan aktif, sedangkan lingkungan yang membelenggu

manusia sehingga menjauh dari sifat bawaan.

4. Aliran dualis-aktif yakni manusia memiliki dua sifat ganda yang sama kuat.

Sifat baik dan buruk. Tergantung kedekatan manusia terhadap lingkungan

yang baik atau buruk. Jika dekat dengan teman yang berkarakter baik, maka

seseorang tersebut akan mengambil sifat baiknya dan sebaliknya. Penanaman

kebiasaan positif amat penting untuk diupayakan sejak kecil agar karakter

atau sifat baik lebih kuat. (http://maragustamsiregar.wordpress.com/ di akses

8 Juni 2017).

Page 119: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 119

Dasar pembentukan karakter adalah nilai baik (disimbolkan sebagai nilai

malaikat) atau buruk (disimbolkan sebagai nilai setan). Karakter manusia

merupakan hasil tarik-menarik antara nilai baik dalam bentuk energi positif dan

nilai buruk dalam bentuk energi negatif. Energi positif itu berupa nilai-nilai etis

religius yang bersumber dari keyakinan kepada Tuhan, sedangkan energi negatif

itu berupa nilai-nilai yang a-moral yang bersumber dari taghut/setan

(http://tobroni.staff.umm.ac.id/pendidikan_karakter_dalam_perspektif_Islam diakses 26

Juni 2017).

Energi positif itu berupa: Pertama, kekuatan spiritual yang berupa îmân,

islâm, ihsân dan taqwa, yang berfungsi membimbing dan memberikan kekuatan

kepada manusia untuk menggapai keagungan dan kemuliaan (ahsani taqwîm);

Kedua, kekuatan potensi manusia positif, berupa âqlus salîm (akal yang sehat),

qalbun salîm (hati yang sehat), qalbun munîb (hati yang kembali, bersih, suci dari

dosa) dan nafsul mutmainnah (jiwa yang tenang), yang kesemuanya itu

merupakan modal insani atau sumber daya manusia yang memiliki kekuatan luar

biasa. Ketiga, sikap dan perilaku etis. Sikap dan perilaku etis ini merupakan

implementasi dari kekuatan spiritual dan kekuatan kepribadian manusia yang

kemudian melahirkan konsep-konsep normatif tentang nilai-nilai budaya etis.

Sikap dan perilaku etis itu meliputi: istiqâmah (integritas), ihlâs, jihâd dan amal

saleh.

Page 120: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 120

Energi positif tersebut dalam perspektif individu akan melahirkan orang

yang berkarakter, yaitu orang yang bertaqwa, memiliki integritas (nafs al-

mutmainnah) dan beramal saleh. Aktualisasi orang yang berkualitas ini dalam

hidup dan bekerja akan melahirkan akhlak budi pekerti yang luhur karena

memiliki personality (integritas, komitmen dan dedikasi), capacity (kecakapan)

dan competency yang bagus pula (professional).

Kebalikan dari energi positif di atas adalah energi negatif. Energi negatif

itu disimbolkan dengan kekuatan materialistik dan nilai-nilai thâghût (nilai-nilai

destruktif atau nilai-nilai material) yang berfungsi sebagai pembusukan, dan

penggelapan nilai-nilai kemanusiaan. Hampir sama dengan energi positif, energi

negatif terdiri dari: Pertama, kekuatan thaghut. Kekuatan thâghût itu berupa

kufr (kekafiran), munafiq (kemunafikan), fasiq (kefasikan) dan syirik (kesyirikan)

yang kesemuanya itu merupakan kekuatan yang menjauhkan manusia dari

makhluk etis dan kemanusiaannya yang hakiki (ahsani taqwîm) menjadi makhluk

yang serba material (asfala sâfilîn); Kedua, kekuatan kemanusiaan negatif, yaitu

pikiran jahiliyah (pikiran sesat), qalbun marîdl (hati yang sakit, tidak merasa),

qalbun mayyit (hati yang mati, tidak punya nurani) dan nafsu ‘l-lawwamah (jiwa

yang tercela) yang kesemuanya itu akan menjadikan manusia menghamba pada

ilah-ilah selain Allah berupa harta, seks dan kekuasaan (thâghût). Ketiga, sikap

dan perilaku tidak etis. Sikap dan perilaku tidak etis ini merupakan implementasi

dari kekuatan thâghût dan kekuatan kemanusiaan negatif yang kemudian

Page 121: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 121

melahirkan konsep-konsep normatif tentang nilai-nilai budaya tidak etis (budaya

busuk). Sikap dan perilaku tidak etis itu meliputi: takabur (congkak), hubb al-

dunyâ (materialistik), dlâlim (aniaya) dan amal sayyiât (destruktif).

Energi negatif tersebut dalam perspektif individu akan melahirkan orang

yang berkarakter buruk, yaitu orang yang puncak keburukannya meliputi syirk,

nafs lawwamah dan ’amal al sayyiât (destruktif). Aktualisasi orang yang

bermental thâghût ini dalam hidup dan bekerja akan melahirkan perilaku tercela,

yaitu orang yang memiliki personality tidak bagus (hipokrit, penghianat dan

pengecut) dan orang yang tidak mampu mendayagunakan kompetensi yang

dimiliki.

Gagasan ta’dib adalah ingin mencetak ilmuan yang beradab. Manusia

beradab sebagaimana diterangkan di atas adalah manusia yang menerapkan adab

dalam setiap aspek. Adab terhadap Tuhan, diri sendiri, lingkungan sosial,

hubungan antar sesama manusia, bahasa, alam, dan ilmu. Adab kepada ilmu, akan

berpengaruh besar terhadapa adab kepada objek-objek yang lainnya. Menurut al-

Attas intelektual yang beradab kepada ilmu akan mengenal dan mengakui bahwa

seorang berilmu kedudukannya lebih luhur dan mulia dan ilmu-ilmu fardlu ‘ain

dan syari’ah harus dikuasai terlebih dahulu sebelum ilmu-ilmu yang lainnya.

Adab seperti ini akan menghasilkan metode yang tepat dalam memperoleh ilmu.

Uraian yang lebih rinci tentang konsep adab dalam Islam disampaikan

oleh Al-Attas. Menurutnya, adab adalah pengenalan serta pengakuan akan hak

Page 122: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 122

keadaan sesuatu dan kedudukan seseorang, dalam rencana susunan berperingkat

martabat dan derajat, yang merupakan suatu hakikat yang berlaku dalam tabiat

semesta. Pengenalan adalah ilmu; pengakuan adalah amal, maka, pengenalan

tanpa pengakuan seperti ilmu tanpa amal; dan pengakuan tanpa pengenalan

seperti amal tanpa ilmu. Keduanya sia-sia karena yang satu mensifatkan

keingkaran dan keangkuhan, dan yang satu lagi mensifatkan ketidaksadaran dan

kejahilan. Konsep adab memang sangat terkait dengan pemahaman tentang

wahyu. Orang beradab adalah yang dapat memahami dan meletakkan sesuatu

pada tempatnya, sesuai dengan harkat dan martabat yang ditentukan oleh Allah.

Di dalam Islam, orang yang tidak mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan,

bisa dikatakan tidak adil dan tidak beradab. Al-Attas dalam bukunya, Islam and

Secularism, menggariskan tujuan pendidikan dalam Islam tersebut: “The purpose

for seeking knowledge in Islam is to inculcate goodness or justice in man as man

and individual self. The aim of education in Islam is therefore to produce a

goodman… the fundamental element inherent in the Islamic concept of education

is the inculcation of adab…” (Al-Attas, 1993: 150-151).

Istilah adab sejatinya merupakan salah satu istilah kunci (Islamic basic

vocabulary) dalam ajaran Islam, yang berhasil dimasukkan oleh para pendiri

Bangsa Indonesia ke dalam Pancasila. Karena berasal dari kosa kata Islam, maka

seyogyanya istilah adab yang sebenarnya juga harus dipahami dalam perspektif

pandangan alam (worldview) Islam. Pemaknaan “adab” dengan sopan-santun,

Page 123: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 123

baik budi bahasa, tidak sesuai dengan makna istilah ini sendiri dalam ajaran

Islam, yang pada intinya adalah memahami dan mengakui segala sesuatu sesuai

dengan harkat dan martabat yang ditentukan Allah SWT.

1. Konsep ta’dib relevansinya dengan pendidik dan peserta didik

Konsep ta’dib yang diformulasikan al-Attas mempunyai relevansi

dengan pendidikan akhlak, maka dengan sendirinya konsep ta’dib mempunyai

relevansi dengan pendidik dan peserta didik. Dalam konteks pendidikan

akhlak, ta’dib bisa diartikan sebagai kompetensi moral (akhlak) yang harus

dimiliki oleh pendidik maupun peserta didik, disamping komptenesi-

kompetensi yang lainnya. Sebagai contoh pendidik harus suci baik jasmani

maupun rohaninya, ikhlas, pemaaf, sabar, bijaksana, adil, mencintai dan

menyayangi peserta didik seperti anaknya sendiri, memberikan teladan yang

baik, dan sebagainya. Begitu pula dengan peserta didik, ia harus mempunyai

kriteria akhlak (moral) sebagai berikut: memurnikan niat, ikhlas, tekun dan

giat dalam belajar, disiplin, sabar, rendah hati, lapang dada, hormat terhadap

guru, dan sebagainya.

Pendidikan diberikan kepada peserta didik sebagai subjek dan objek

pendidikan. Dikatakan subjek karena ia mengembangkan dan mengaktualisasi

potensinya sendiri, sedangkan pendidik hanya menstimulasinya dalam

pengembangan dan aktualisasi tersebut. Sedangkan peserta didik disebut

objek karena ia menjadi sasaran transformasi ilmu pengetahuan dan nilai

Islam, agar ilmu dan nilai itu tetap terjaga dari generasi ke generasi

Page 124: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 124

berikutnya. Melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan,

pengawasan dan pengembangan potensi, maksudnya, tugas pokok pendidikan

adalah memberikan pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan,

pengawasan dan pengembangan potensi peserta didik agar terbentuk dan

berkembang daya kreativitas dan produktivitasnya tanpa mengabaikan potensi

dasarnya. Guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan

akhirat, artinya, tujuan akhir pendidikan Islam adalah tercipta insan kamil

(manusia sempurna), yaitu manusia yang mampu menyelaraskan dan

memenuhi kebutuhan dunia dan akhirat, kebutuhan fisik, psikis, sosial dan

spiritual.

2. Konsep ta’dib relevansinya dengan pendidikan karakter

Konsep ta’dib berimplikasi pada kepribadian dan adab seorang

pendidik yang mengharuskan pendidik memiliki adab yang baik sehingga

menjadi panutan bagi peserta didiknya. Selain itu, dalam konsep ini juga

terdapat kecenderungan untuk selalu memperhatikan kepribadian atau adab

peserta didik dalam mencari ilmu pengetahuan sehingga ia dapat

mengamalkan pengetahuannya dengan benar dan tepat. Peserta didik harus

memiliki keikhlasan niat dalam menuntut ilmu yang bertujuan untuk mencari

ridha Allah dan membersihkan hati. Pada konsep ini, dalam muatan

kurikulum terdapat kategorisasi ilmu pengetahuan atau hierarki ilmu

pengetahuan.

Page 125: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 125

C. Implikasi Konsep Ta’dib yang Digunakan Oleh Syed M. Naquib Al-Attas

dalam Konteks Pendidikan Karakter

Mendasarkan pada paparan yang telah terurai secara lebih mendalam

tentang konsep ta’dib yang diformulasikan oleh al-Attas tampak sangat erat

kaitannya dengan tujuan pendidikan akhlak yakni tercapainya akhlak al-Karimah.

Akhlak al-Karimah merupakan essensi, elan vitale dan ruh ajaran Islam itu

sendiri. Tujuan ini konsiderans dengan misi profetisnya Rasulullah saw yakni

disamping menyebarkan ajaran Islam juga memperbaiki dan menyempurnakan

akhlak manusia. Al-Attas mendefinisikan ta’dib sebagai “pengenalan dan

pengakuan terhadap realitas bahwasannya ilmu (pengetahuan) dan segala sesuatu

yang wujud yang ada terdiri dari hierarkhi yang sesuai dengan kategori-kategori

dan tingkatan-tingkatan dan bahwa seseorang itu memiliki tempat masing-masing

dalam hubungannya dengan realitas serta kapasitas, potensi fisik, intelektual, dan

spiritualnya”. Dapat diambil kesimpulan bahwa formulasi Al-Attas tentang

konsep ta’dib mempunyai relevansi dengan materi pendidikan akhlak, dimana

materi pendidikan akhlak terdiri dari hubungan antara manusia dengan dirinya,

manusia dengan sesamanya, manusia dengan sang Khaliqnya, dan manusia

dengan lingkungan (alam) sekitarnya. Sebagai contoh, ta’dib dalam konteks

hubungan sesama manusia berarti norma-norma etika (akhlak/ adab) yang

diterapkan dalam tata krama sosial sudah sepatutnya memenuhi beberapa syarat

yang didasarkan pada posisi seseorang, misalnya dalam keluarga dan masyarakat.

Page 126: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 126

Jika dengan tulus menunjukkan sikap rendah hati,, kasih sayang, hormat, empati,

dan lain-lain, kepada orang tua, saudara, anak-anak, tetangga, dan pimpinan

masyarakat, hal itu menunjukkan bahwa seseorang mengetahui tempat yang

sebanarnya dalam hubungannya mereka.

Pembentukan kepribadian dilakukan agar karakteristik psikologis

seseorang yang berkaitan dengan kecendrungan untuk berhubungan sosial dengan

orang lain, khususnya yang berkaitan dengan; keramahan, pengendalian diri,

keaktifan, kegembiraan, dan kegairahan. Pendidikan merupakan faktor yang

starategis untuk menanamkan nilai-nilai, norma-norma, tanggung jawab,

kemandirian serta pembentukan karakter atau kepribadian anak. Masing-masing

pola tersebut memiliki cirik has tersendiri, ada orang tua yang mengasuh anaknya

dengan gaya pengasuhan demokratis yakni memberikan kebebasan untuk

memilih dan melakukan suatu tindakan, bersifat hangat.

Orang tua menunjukkan kasih sayang yang mendalam, terbuka, saling

menghormati, kerja sama, saling mempercayai, bertanggung jawab bersama.

Orang tua yang memiliki sikap responsif pada kebutuhan anak dan

mendorongnya untuk mengungkapkan keinginan dan pendapat. Pendidikan

berkaitan dengan karakteristik setiap individu dan inilah yang sekaligus

membedakan dalam berbagai bidang seperti bidang akademik, sosial, kepribadian

atau keterampilan lain, yang menjadikan anak memiliki sesuatu yang bernilai

tinggi dan akan mengembangkan kepribadian. Anak yang diasuh secara akan

Page 127: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 127

mengembangkan kepribadian rasa percaya diri, dapat bekerja sama,

bersosialisasi, empati, menghargai orang lain, terbuka, dan bertanggung jawab.

Sebaliknya anak yang diasuh dengan pola asuh permissive akan mengembangkan

kepribadian lebih egois, cuek, sering ingin mau menang sendiri dan berharap

semua keinginannya akan terpenuhi. Kurang mampu bersosialisasi,

menyesuaikan diri, selalu merasa gelisah atau berperasaan tidak menentu,

menggunakan banyak mekanisme pembelaan diri.

Karakteristik yang dimiliki jika dididik dan diasuh secara demokrasi maka

akan lebih efektif, baik secara sosial maupun dalam perolehan keterampilan sosial

seperti kerjasama, prososial, berempati, kontrol diri, rasa mencintai, menyayangi,

menghormati, menghargai, membedakan hak, kewajiban, benar dan salah, yang

pada gilirannya akan menjadi anak menjadi manusia yang meiliki prilaku, moral

dan kepribadian yang kharimah.

Berdasarkan paparan tentang implikasi ta’dib dalam kontek pendidikan

karakter, penulis menyimpulkan bahwa konsep ta’dib diperlukan dalam

pembentukan perilaku merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus

dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak. Melalui kegiatan diharapkan anak

dapat melakukan kebiasaankebiasaan yang baik. Pembentukan perilaku melalui

pembiasaan yang dimaksud meliputi pembentukan moral Agama,

perasaan/emosi, kemampuan bermasyarakat dan disiplin. Tujuan dari

pembentukan perilaku adalah untuk mempersiapkan anak sedini mungkin dalam

Page 128: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 128

mengembangkan sikap dan perilaku yang didasari oleh nilai-nilai moral agama

dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Kompetensi yang ingin

dicapai pada aspek pengembangan moral dan nilai-nilai agama adalah

kemampuan melakukan ajaran agama, ibadah, mengenal dan percaya akan

ciptaan Tuhan dan mencintai sesama.

Potensi yang muncul seyogianya kita kembangkan dengan jelas dan

terprogram dengan baik. Tidak hanya perkembangan bahasa, daya pikir,

keterampilan dan jasmani saja, namun aspek moral dan keagamaan pun

seharusnya menjadi salah satu pokok pengembangan dan pembinaan yang harus

dikelola, diprogram dan diarahkan dengan sempurna. Perlu dipahami bahwa

semuanya harus berorientasi pada fungsi pendidikan yaitu sebagai fungsi

adaptasi, fungsi pengembangan dan fungsi bermain dan didasari pada 6 prinsip,

yaitu prinsip pengamatan, peragaan, bermain sambil belajar, otoaktivitas,

kebebasan dan prinsip keterkaitan dan keterpaduan. Pengembangkan nilai-nilai

moral keagamaan anak diupayakan mampu mewarnai pertumbuhan dan

perkembangan diri mereka, sehingga muncul dampak positif perkembangan fisik,

akal pikiran, akhlak, perasaan kejiwaan, estetika, dan kemampuan sosialisasinya

yang diwarnai nilai-nilai keagamaan.

Selain itu saya sebagai peneliti setuju dengan konsep ta’dib dari Al-Attas

karena pendidikan karakter penekanannya sangat luas jadi ketiga struktur konsep

yang terkandung dalam ta’dib merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan

Page 129: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 129

di era sekarang ini. Adapun pengembangan dan pendidikan moral dalam

membentuk kepribadian anak bertujuan untuk latihan hidup tertib dan teratur;

aturan dalam melatih sosialisasi; menanamkan sikap tenggang rasa dan toleransi;

merangsang sikap berani, bangga dan bersyukur, bertanggung jawab; latihan

pengendalian emosi dan melatih anak untuk dapat menjaga diri sendiri;

menanamkan rasa empati, simpati, gotong royong, menghargai dan menerima.

Page 130: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 130

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka penulis dapat merumuskan

beberapa kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah. Adapun hasil

kesimpulan tersebut, sebagai berikut:

1. Konsep ta’dib menurut Syed M. Naquib Al-Attas yaitu mencakup ilmu dan

amal dalam pendidikan serta adanya amal (praktik) untuk menjamin ilmu agar

dapat dipergunakan secara baik dalam kehidupan masyarakat. Sehingga

konsep ta’dib titik tekan pada penguasaan ilmu yang benar dalam diri

seseorang agar menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik

yang berlandaskan keimanan. Jadi istilah ta’dib ini tidak hanya terbatas pada

aspek kognitif, tetapi juga meliputi pendidikan spiritual, moral dan sosial.

2. Implikasi konsep ta’dib terhadap pendidikan karakter yang digunakan oleh

Syed M. Naquib Al-Attas, yaitu pertama, sebagai kompetensi moral (akhlak)

yang harus dimiliki oleh pendidik maupun peserta didik (sebagai contoh:

pendidik harus suci baik jasmani maupun rohaninya, ikhlas, pemaaf, sabar,

bijaksana, adil, mencintai dan menyayangi peserta didik); kedua,

pembentukan kepribadian agar karakteristik psikologis seseorang yang

berkaitan dengan kecendrungan untuk berhubungan sosial dengan orang lain,

khususnya yang berkaitan dengan; keramahan, pengendalian diri, keaktifan,

kegembiraan, dan kegairahan; ketiga, pembentukan perilaku (pembentukan

112

Page 131: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 131

moral agama, perasaan/emosi, kemampuan bermasyarakat dan disiplin)

diharapkan dapat melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik bertujuan untuk

mempersiapkan sedini mungkin dalam mengembangkan sikap dan perilaku

yang didasari oleh nilai-nilai moral agama dan norma-norma yang berlaku

dalam masyarakat sesuai dengan ajaran agama dan percaya akan ciptaan

Tuhan serta mencintai sesama.

B. Saran

Dari pembahasan yang telah dikaji, maka penulis dapat memberikan

saran-saran kepada para pembaca baik sebagai pemimpin atau praktisi

pendidikan. Adapun saran-saran, sebagai berikut:

1. Ketika menjalankan aktivitas pendidikan selayaknya terlebih dahulu

merumuskan konsep pendidikan secara jelas, tepat dan benar. Karena konsep

tersebut merupakan unsur penting dan utama akan berimplikasi terhadap

segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan terutama dari segi pendidik,

peserta didik maupun kurikulum. Penerapan konsep yang tepat dan benar

akan memberikan implikasi yang positif terhadap segala praktik pendidikan.

Begitu juga sebaliknya, penggunaan konsep yang tidak tepat akan

mengakibatkan kekaburan isi, kandungan dan tujuan pendidikan yang

pada akhirnya mempengaruhi terhadap pendidik dan peserta didik sebagai

salah satu komponen penting dalam pendidikan.

2. Pendidikan karakter dan pendidikan agama Islam sangat berperan untuk

mewujudkan manusia yang seutuhnya maka dari itu guru PAI “dituntut tidak saja

Page 132: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 132

perlu menguasai keterampilan atau kiat untuk mendidik dan mengajar, tetapi juga

memiliki wawasan vertikal – wawasan yang mendalam dan reflektif tentang

bidang studi yang diajarkannya, dan wawasan horizontal – wawasan yang

melebar yakni ramah terhadap konsep-konsep, proposisi-proposisi, ilmu-ilmu

Islam, dan teori-teori ilmu sosial ataupun ilmu-ilmu budaya, bahkan juga

ekologi”. Dalam kaitannya dengan ini, maka guru PAI harus terus menyegarkan,

memperluas dan memperdalam pengetahuan yang dimiliki.

Page 133: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 133

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Amin. 2007. Islamic Studies Dalam Paradigma Integrasi Interkoneksi-

Sebuah Antologi (Yogyakarta: Suka Press).

Al-Abrasy, M. Athiyah. 1987. Dasar Dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan

Bintang).

Departemen Agama RI. 1985. Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penterjemahan/Pentafsiran Al-Qur’an).

Ismail SM. 2002. “Konsep Pendidikan Islam ( Studi Pemikiran Pendidikan Syed

Muhammad Naquib al-Attas)” (Semarang: Pepustakaan Pascasarjana IAIN

Walisongo Semarang, 2002).

Kholiq, Abdul. 1999. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan

Kontemporer (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset).

Ma’arif, Syamsul. 2007. Revitalisasi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Graha Ilmu).

Maksum, Ali. 2003. Tasawuf Sebagai Pembebasan Manusia Modern Telaah

Signifikansi Konsep “Tradisional Islam” Sayyed Hossein Nasr (Surabaya:

Pustaka Pelajar).

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya).

Muhaimin. 2006. Nuansa Baru Pendidikan Islam: Mengurai Benang Kusut Dunia

Pendidikan (Jakarta: PT. Rajawali Grafindo Persada).

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana

Prenada Media).

Naquib Al-Attas, Muhammad Syed. 1993. Islam and Secularism. Kuala Lumpur: Art

Printing Works Sdn. Bhd.

_____________________. 1999. The Concept of Education in Islam: A

Framework for An Islamic Philosophy of Education (Kuala Lumpur:

International Institute of Islamic Thought and Civilization/ISTAC)

Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan

Praktis (Jakarta: Ciputat Pers).

Page 134: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 134

Rosental, Franz. 1970. Knowledge Triumphant, The Concept of Knowledge in

Medieval Islam (Leiden E.J. Brill)

Samani, Muchlas & Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2011).

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya).

Usa, Muslih. 1991. Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta

(Yogyakarta: PT Tiara Wacana).

Wan Daud, Mohd Noor Wan. 1998. The Educational Philosophy and Practice of

Syed M. Naquib Al-Attas: An Exposition of the Original Concept of

Islamization. Kuala Lumpur: Kuala Lumpur: International Institute of

Islamic Thought and Civilization (ISTAC).

__________________. 2003. Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib

Al-Attas (Bandung: Mizan).

http://maragustamsiregar.wordpress.com/telaah dalam perpektif filsafat pendidikan di

akses 8 Juni 2017.

http://tobroni.staff.umm.ac.id/Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam” di akses

26 Juni 2017).

Page 135: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 135

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : MUHAMAD HABIB ALWI

Tempat/Tanggal lahir : Temanggung 11 Februari 1995

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Krajan II RT. 005, RW 002, Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat,

Kabupaten Temanggung

No. Hp : 085640966193

Riwayat Pendidikan :

SD Negeri Ngipik Kab. Temanggung 2006/2007

MTs Negeri Grabak Kab. Magelang 2009/2010

Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo Kab. Magelang 2012/2013

Pondok Pesantren;

1. Al-Hidayat Pringapus Ungaran Kab. Semarang

2. Nurul Maghfiroh Tegalrejo Kab. Magelang

3. Darrul Falah Amtsilati Bangsri Jepara

4. Al-Falah Salatiga

2003

2009-2013

2013-2014

2014-2017

Page 136: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 136

Riwayat Organisasi :

- Ketua Pondok Nurul Maghfiroh Tahun 2010/2013

- Ketua IKBMA (Organisasi Sosial Agama) Tahun 2013/2014 dan 2017/2018

- Pengurus Pondok Pesantren Al-Falah Tahun 2016/1017

- Ketua Pengawas KOPMA FATAWA Tahun 2015/2016

- Wakil ketua FORMATAS Tahun 2015/1016

- Anggota GP Ansor Salatiga Tahun 2017

Page 137: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 137

Page 138: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 138

DAFTAR NILAI SKK

Page 139: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 139

Nama : Muhamad Habib Alwi Fakultas/Jurusan : Tarbiyah/PAI

Nim : 111-13-126 Dosen PA : M. Gufron, M.Ag.

No Nama kegiatan Tanggal

Pelaksanaan Status Skor

1 Opak DEMA STAIN Salatiga 20-22 Agustus

2011 Peserta 3

2 SK.Pengurus Mapala

MITAPASA Masa Bakti 2014 Ketua umum 8

3 SK.Pendakian Masal Mapala

MITAPASA

11-12 Oktober

2014

Penanggung

Jawab 3

4 Sk.MapalaMITAPASA

Berbagi Sesama 19 Juli 2014

Penanggung

Jawab 3

5 SK.MMEF Mapala

MITAPASA

1-3 Oktober

2015 Panitia 3

6 SK OPAK DEMA

IAIN Salatiga

18-19 Agusus

2014 Panitia SC 3

7

Sk.Panitia HUT RI 68 Tahun

2013 Karang taruna Dsn. Batur

wetan

17 Agustus 2013 Panitia 3

8

Sk.Panitia HUT RI 69 Tahun

2014 Karang taruna Dsn. Batur

wetan

16 agustus 2014 Panitia 3

9

Sk.Panitia HUT RI 70 Tahun

2015 Karang taruna Dsn. Batur

wetan

17 Agustus 2015 Panitia 3

10 Sk.Panitia Destro Cup IV 2012

Dusun Batur wetan

17 Oktober – 12

September 2012 Panitia 3

11 Sk.Panitia Destro Cup V 2014 26 November – Panitia 3

Page 140: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 140

Dusun Batur wetan 19 Desember

2014

12 Opak DEMA

IAIN Salatiga

18-19 Agusus

2014 Panitia SC 3

13 Sirkuit Panjat Tebing FPTI

Jawa Tengah

13-15 November

2015 Panitia 4

14 Seminar Asean Economic

Community IAIN Salatiga 28 Februari 2015 Peserta 8

15 ODK STAIN Salatiga 24 Agustus 2011 Peserta 2

16 Public Hearing Senat

Mahasiswa 10 Juni 2014 Peserta 2

17 SSC Cup STAIN Salatiga 4-5 mei 2013 Juara II 3

18 IPPBMM IAIN surakarta 12 – 14 Juni 2014 Juara III 6

19 AMT STAIN Salatiga 23 Agustus 2011 Peserta 2

20 User Education PERPUS

STAIN Salatiga Upt Perpustakaan Peserta 2

21 HOC.2 Mpa.Himalaya

UNIMUS Semarang 6- 7 Juli 2013 Peserta 4

22 MENPORA

ORIENTERINGCHALLENGE

24-25 November

2012 Peserta 4

23 Granat Rescue Orienterring

Jawa Tengah 2014 8 Juni 2014 Peserta 4

24 Pendakian Masal Mapala

Mitapasa

26-27 November

2011 Peserta 2

25 Pendidikan lanjut VIII

Mpa.MITAPASA 26-28 April 2013 Panitia 3

26 Seminar enterpreneuership 11 September

2012 Panitia 3

Page 141: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 141

27 Seminar enterpreneuership

KOPMA, KSEI 25 Agustus 2011 Peserta 2

28 MKM VII Mapala pasca

STAIN Ponorogo

01-06 September

2014 Peserta 2

29

Seminar harmonissasi

lingkungan Mapala

MITAPASA

27 Desember

2014 Peserta 2

30 Seminar pendidikan HMI 28 Desember

2011 Peserta 2

31 Workshop Nasional HMPS

PAI`

16 Desember

2014 Peserta 8

32 Pendidikan lanjut

Mpa.MITAPASA VII 02 – 05 Mei 2012 Peserta 3

Jumlah 106

Page 142: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 142

Page 143: KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4005/1...| 1 KONSEP TA’DIB MENURUT SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS DAN IMPLIKASINYA

| 143