komite keperawatan - referat forensik.doc

Upload: sara-vigorousty-loppies

Post on 15-Oct-2015

107 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Referat forensik

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tenaga keperawatan di Rumah Sakit merupakan jenis tenaga kesehatan terbesar (jumlahnya antara 50-60%), memiliki jam kerja 24 jam melalui penugasan shift, serta merupakan tenaga kesehatan yang paling dekat dengan pasien melalui hubungan profesional. Tenaga keperawatan memiliki tanggung jawab sesuai kewenangan dalam memberikan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan kepada pasien dan keluarganya.

Perawat sebagai salah satu bagian dari kelompok tenaga kesehatanyang bersentuhan langsung dengan pelayanan kesehatan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari isu hak atas kesehatan. Dari kacamata awam, perawat dapat dianalogikan sebagai halaman depan dari sebuah bangunan yang bernama Pelayanan Kesehatan, karena perawat merupakan tenaga kesehatan yang bersentuhan pertama kali dengan pasien dan memiliki waktu yang relatif lebih panjang untuk berhubungan dengan pasien dibanding dengan tenaga-tenaga kesehatan lainnya.

Dari sisi jumlah, data Ikatan Dokter Indonesia tahun 2007 menyebutkan jumlah dokter umum dan spesialis di Indonesia sekarang ini tercatat 74.477 0rang. Rasio perbandingan dokter umum dengan jumlah penduduk per 100.000 hanya 23 dokter umum dan 10 orang dokter spesialis. Sedangkan menurut PPNI, jumlah perawat adalah 60 % dari total kesehatan. Angka angka di atas menunjukan bahwa dengan jumlah yang sangat signifikan, perawat-perawat merupakan mitra strategis bagi dokter dalam pemberian pelayanan kesehatan.

Tenaga keperawatan di Rumah Sakit cenderung melakukan tugas rutin dalam memberikan pelayanan keperawatan dan kebidanan. Hal ini digambarkan dengan berbagai kondisi antara lain: tidak jelasnya uraian tugas dan cenderung melakukan tugas rutin, selalu mengalami konflik dan frustasi karena berbagai masalah etik dan disiplin tidak diselesaikan dengan baik, jarang dilakukan pembinaan etika profesi. Tenaga keperawatan juga memiliki motivasi yang rendah serta kesempatan yang terbatas untuk meningkatkan kemampuan profesinya melalui kegiatan-kegiatan audit keperawatan dan kebidanan serta kegiatan pendidikan berkelanjutan.

Agar profesionalisme dan pertumbuhan profesi tenaga keperawatan dapat terjadi serta terus berkembang, maka diperlukan suatu mekanisme dan sistem pengorganisasian yang terencana dan terarah yang diatur oleh suatu wadah keprofesian yang sarat dengan aturan dan tata norma profesi sehingga dapat menjamin bahwa sistem pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan dan kebidanan yang diterima oleh pasien, diberikan oleh tenaga keperawatan dari berbagai jenjang kemampuan atau kompetensi dengan benar (scientific) dan baik (ethical) serta dituntun oleh etika profesi keperawatan dan kebidanan. Mekanisme dan sistem pengorganisasian tersebut adalah komite keperawatan.

Komite Keperawatan bertugas membantuk kepala/direktur Rumah Sakit dalam melakukan kredensial, pembinaan disiplin dan etika profesi keperawatan dan kebidanan serta pengembangan profesional berkelanjutan termasuk memberi masukan guna pengembangan standar pelayanan dan standar asuhan keperawatan dan kebidanan.

Tujuan pembentukan Komite Keperawatan, syarat kepengurusan, Tugas pokok dan fungsi Komite Keperawatan mengacu pada Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 1 tahun 2002 tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah Bab IV Bagian ketiga pasal 9.

Perumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan komite keperawatan?

2. Apakah yang dimaksud dengan komite medik?

3. Bagaimana peran komite keperawatan dalam meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan dan mutu pelayanan terhadap pasien?

4. Bagaimana hubungan antara perawat dan dokter setelah terbentuknya komite keperawatan

Tujuan

1. Tujuan Umum

a. Referat ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian dibagian forensik RSUP Dr. Kariadi

b. Untuk mengetahui batasan-batasan wewenang, fungsi, dan peran komite keperawatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.49 tahun 2013

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui definisi, fungsi, wewenang, dan peran komite medik

b. Untuk mengetahui latar belakang terbentuknya komite keperawatan

c. Untuk mengetahui hubungan antara perawat dan dokter setelah terbentuknya

komite keperawatan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. KOMITE KEPERAWATANSaat ini telah terbentuk Peraturan Menteri Kesehatan No 49 Tahun 2013 tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit, menyatakan bahwa setiap rumah sakit harus membentuk komite keperawatan. Komite keperawatan adalah wadah non-struktural rumah sakit yang mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi.

Keperawatan sendiri itu adalah suatu bentuk pelayanan/asuhan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan/asuhan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baiksehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Perawat terdiri dari Perawat Ahli Madya, Ners dan Ners spesialis. a) Perawat Ahli Madya adalah perawat yang telah menyelesaikan Pendidikan Jenjang Diploma Tiga (D III) Keperawatan .b) Ners adalah Perawat profesional yang telah menyelesaikan pendidikan profesi dalam bidang keperawatan umum dan memilik ikemampuan sebagai perawat professional jenjang pertama {first professional degree).c) Ners spesialis adalah Perawat yang telah menyelesaikan pendidikan Spesialis Keperawatan Klien adalah setiap orang yang melakukan konsultas masalah kesehatannya atau membutuhkan pelayanan / asuhan kesehatan dari Perawat.

Komite Keperawatan dibentuk oleh direktur rumah sakit dan bertanggung jawab kepada direktur rumah sakit. Susunan organisasi komite Keperawatan rumah sakit terdiri dari ketua komite keperawatan, sekretaris komite keperawatan dan subkomite.

Peran Perawat

Menurut Doheny (1982) mengidentifikasikan beberapa elemen peran perawat profesional sebagai berikut:

a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan (Care giver)Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah/cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

b. Sebagai pembela untuk melindungi klien (Client advocate)

Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan profesional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advokat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.

c. Sebagai pemberi bimbingan/konseling klien (Counselor)

Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat-sakitnya. Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling/bimbingan kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu, pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kearah perilaku hidup sehat.

d. Sebagai pendidik klien (Educator)

Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medik yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kader kesehatan, dan lain sebagainya.

e. Sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain (Collaborator)

Perawat bekerjasama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.

f. Sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber potensi klien (Coordinator)

Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih.Dalam menjalankan peran sebagai koordinator, perawat dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :

Mengkoordinasi seluruh pelayanan keperawatan

Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas

Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan

Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan keperawatan pada sarana kesehatan.

g. Sebagai pembaharu yang selalu dituntut untuk untuk mengadakan perubahan-perubahan (Change agent)Sebagai pembaharu, perawat menggadakan invasi dalam cara berfikir, bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan klien/keluarga agar menjadi sehat. Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan dengan klien dan cara memberikan perawatan kepada klien.

h. Sebagai sumber informasi yang dapat membantu memecahkan masalah klien (Consultan)

Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan perawat adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien (Ali Z.H, 2002:5-9).

Fungsi perawat

Definisi fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya:

1. Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.

2. Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya silakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

3. Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di antara satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi onat yang telah diberikan.A. Konsep Dasar Komite Keperawatan

Komite Keperawatan adalah wadah non-struktural Rumah Sakit yang baik mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan melalui mekanisme Kredensial, penjagaan mutu profesi dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi, sehingga pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan kepada pasien diberikan secara benar (ilmiah) sesuai standar yang baik (etis) seusai kode etik profesi, serta hanya diberikan oleh tenaga keperawatan yang kompeten dengan kewenangan yang jelas.

Komite Keperawatan hendaknya dapat memberikan jaminan kepada kepala/ direktur Rumah Sakit, bahwa tenaga keperawatan memiliki kompetensi kerja yang tinggi sesuai standar pelayanan dan berperilaku baik sesuai etika profesinya.

Komite Keperawatan bertugas membantu kepala/ direktur Rumah Sakit dalam melakukan Kredensial, pembinaan disiplin dan etika profesi tenaga keperawatan serta pengembangan professional berkelanjutan.

B.Hubungan dengan Pengelola Rumah Sakit

Komite Keperawatan merupakan kelompok profesi tenaga keperawatan yang secara struktur fungsional berada di bawah kepala/ direktur Rumah Sakit dan bertanggungjawab langsung kepada kepala/ direktur Rumah Sakit. Komite Keperawatan dibentuk melalui mekanisme yang disepakati, dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kepala/ direktur Rumah Sakit menetapkan kebijakan, prosedur dan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan fungsi dan tugas Komite Keperawatan. Komite Keperawatan bekerja sama dan melakukan koordinasi dengan kepala bidang/ direktur keperawatan serta saling memberikan masukan tentang perkembangan profesi keperawatan dan kebidanan di Rumah Sakit.

C.Pengorganisasian Komite Keperawatan

Komite Keperawatan paling sedikit terdiri dari ketua, sekretaris dan sub komite. Dalam melaksanakan tugasnya ketua komite dibantu oleh sub komite yang terdiri dari sub komite Kredensial, mutu profesi, dan disiplin profesi.

Ketua komite ditetapkan oleh kepala/ direktur Rumah Sakit dengan memperhatikan masukan dari tenaga keperawatan yang bekerja di rumah sakit. Sekretaris dan subkomite diusulkan oleh ketua komite dan ditetapkan oleh kepala/ direktur Rumah Sakit dengan memperhatikan masukan dari tenaga keperawatan yang bekerja di rumah sakit.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh personil Komite Keperawatan yaitu memiliki kompetensi yang tinggi sesuai jenis pelayanan atau area praktik, mempunyai semangat profesionalisme, serta reputasi baik. Jumlah personil keanggotaan Komite Keperawatan disesuaikan dengan jumlah tenaga keperawatan di rumah sakit.

Struktur dan kedudukan Komite Keperawatan dalam organisasi Rumah Sakit dapat diadaptasi sesuai kelas rumah sakit, seperti gambaran berikut.

Dalam melaksanakan fungsinya Komite Keperawatan dibantu olej panitia adhoc yang terdiri dari Mitra Bestari sesuai disiplin/ spesifikasi dan peminatan tenaga keperawatan berdasarkan kebutuhan rumah sakit.

D.Subkomite Kredensial

Proses Kredensial menjamin tenaga keperawatan kompeten dalam memberika keperawatan dan kebidanan kepada pasien sesuai standar profesi. Proses Krendesial mencakup tahapan review, verifikasi dan evaluasi terhadap dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kinerja tenaga keperawatan.

Berdasarkan hasil proses Kredensial, Komite Keperawatan merekomendasikan kepada kepala/direktur Rumah Sakit untuk menetapkan Penugasan Klinis yang akan diberikan kepada tenaga keperawatan berupa surat Penugasan Klinis. Penugasan Klinis tersebut berupa daftar Kewenangan Klinis yang diberikan oleh kepala/ direktur Rumah Sakit kepada tenaga keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan atau asuhan kebidanandalam lingkungan Rumah Sakit untuk suatu periode tertentu.

c. Tujuan

Memberi kejelasan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga keperawatan

Melindungi keselamatan pasien dengan mejamin bahwa tenaga keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan memiliki kompetensi dan Kewenangan Klinis yang jelas.

Pengakuan dan penghargaan terhadap tenaga kepeerawatan yang berada di semua level pelayanan.

2. Tugas

Tugas sub komite Kredensial adalah:

a) Menyusun daftar rincian Kewenangan Klinis;

b) Menyusun buku putih (white paper) yang merupakan dokumen persyaratan terkait kompetensi yang dibutuhkan melakuka setiap jenis pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai dengan standar kompetensinya. Buku putih disusun oleh Komite Keperawatan dengan melibatkan Mitra Bestari (peer group) dari berbagai unsur organisasi profesi keperawatan dan kebidanan, kolegium keperawatan, unsur pendidikan tinggi keperawatan dan kebidanan;

c) Menerima hasil verifikasi persyaratan Kredensial dari bagian SDM meliput:

3. Ijazah;

4. Surat Tanda Registrasi (STR);

5. Sertifikat kompetensi;

6. Logbookyang berisi uraian capaian kinerja;

7. Surat pernyataan telah menyelesaikan program orientasi Rumah Dakit atau orientasi di unit tertentu bagi tenaga keperawatan baru;

8. Surat hasil pemeriksaan kesehatan sesuai ketentuan

d)Merekomendasikan tahapan proses Kredensial:

1. Perawat dan/ atau bidan mengajukan permohonan untuk memperoleh Kewenangan Klinis kepada Ketua Komite Keperawatan;

2. Ketua Komite Keperawatan menugaskan SubKomite Kredensial untuk

melakukan proses Kredensial (dapat dilakukan secara individu atau

kelompok);

3. Sub komite membentuk panitia adhoc untuk melakukan review, verifikasi, dan evaluasi dengan berbagai metode: porto folio, asesmen kompetensi;

4. Sub komite memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rapat

menentukan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga keperawatan.

e)

merekomendasikan pemulihan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga keperawatan.

f)melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan.

g)sub komite membuat laporan seluruh proses Kredensial kepada Ketua Komite Keperawatan untuk diteruskan ke kepala/ direktur Rumah Sakit.

5. Kewenangan

Sub komite Kredensial mempunyai kewenangan memberikan rekomendasi rincian Kewenangan Klinis untuk memperoleh surat Penugasan Klinis (Clinical appointment)

6. Mekanisme Kerja

Untuk melaksaakan tugas sub komite Kredensial, maka ditetapkan mekanisme sebagai berikut:

a. Mempersiapkan Kewenangan Klinis menvakup kompetensi sesuai area praktik yang ditetapkan oleh rumah sakit;

b. Menyusun Kewenangan Klinis dengan kriteria sesuai dengan persyaratan Kredensial dimaksud;

c. Melakukan assesmen Kewenangan Klinis dengan berbagai metode yang disepakati;

d. Memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rekomendasi memperoleh Penugasan Klinis dari kepala/ direktur Rumah Sakit;

e. Memberikan rekomendasi Kewenangan Klinis untuk memperoleh Penugasan Klinis dari kepala/ direktur Rumah Sakit dengan cara:

2. tenaga keperawatan mengajukan permohonan untuk memperoleh Kewenangan Klinis kepada Ketua Komite Keperawatan;

3. ketua Komite Keperawatan menugaskan sub komite Kredensial untuk melakukan proses Kredensial untuk melakukan proses Kredensial (dapat dilakukan secara individu atau kelompok);

3)Sub komite membentuk panitia adhoc untuk melakukan review, verifikasi, dan evaluasi dengan berbagai metode: porto folio, asesmen kompetensi;

4)Sub komite memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rapat menentukan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga keperawatan.

f.Melakukan pembinaan dan pemulihan Kewenangan Klinis secara berkala;

g.Melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan.

E. SUBKOMITE MUTU PROFESI

Dalam rangka menjamin kualitas pelayanan/asuhan keperawatan dan kebidanan, maka tenaga keperawatan sebagai pemberi pelayanan harus memiliki komperensi, etis dan peka budaya. Mutu profesi tenaga keperawatan harus selalu ditingkatkan melalui program pengembangan profesional berkelanjutan yang disusun secara sistematis, terarah dan terpola/terstruktur.

Mutu profesi tenaga keperwatan harus selalu ditingkatkan secara terus menerus sesuai perkembangan masalah kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan standar profesi, standar pelayanan serta hasil-hasil penelitian terbaru.

Kemampuan dan keinginan untuk meningkatkan mutu profesi tenaga keperawatan di Rumah Sakit masih rendah, disebabkan karena beberapa hal antara lain: kemauan belajar rendah, belum terbiasa melatih berpikir kritis dan reflektif, beban kerja berat sehingga tidak memiliki waktu, fasilitas sarana terbatas, belum berkembangnya sistem pendidikan berkelanjutan bagi tenaga keperawatan.

Berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu profesi yang tinggi akan meningkatkan percaya diri, kemampuan mengambil keputusan klinik dengan tepat, mengurangi angkakesalahan dalam pelayanan keperawatan dan kebidanan. Akhirnya meningkatkan tingkat kepercayaan pasien terhadap tenaga keperawatan dalam pemberian pelayanan keperawatan dan kebidanan.

1. Tujuan

Memastikan mutu profesi tenaga keperawatan sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan yang berorientasi kepada keselamatan pasien sesuai kewenangannya.

2. Tugas

Tugas subkomite mutu profesi adalah:

a. Menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area praktik

b. Merekomendasikan perencanaan pengembangan profesional berkelanjutan tenaga keperawatan

c. Melakukan audit asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan

d. Memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan

3. Kewenangan

Subkomite mutu profesi mempunyai kewenangan memberikan rekomendasi tindak lanjut audit keperawatan dan kebidanan, pendidikan keperawatan dan kebidanan berkelanjutan serta pendampingan

4. Mekanisme kerja

Untuk melaksanakan tugas subkomite mutu profesi, maka ditetapkan mekanisme sebagai berikut:

a. Koordinasi dengan bidang keperawatan untuk memperoleh data dasar tentang profil tenaga keperawatan di RS sesuai area praktiknya berdasarkan jenjang karir

b. Mengidentifikasi kesenjangan kompetensi yang berasal dari data subkomite kredensial sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan perubahan standar profesi. Hal tersebut menjadi dasar perencanaan CPD.c. Merekomendasikan perencanaan CPD kepada unit yang berwenang

d. Koordinasi dengan praktisi tenaga keperawatan dalam melakukan pendampingan sesuai kebutuhan

e. Melakukan audit keperawatan dan kebidanan dengan cara:

1)Pemilihan topik yang akan dilakukan audit

2)Penetapan standar dan kriteria

3)Penetapan jumlah kasus/sampel yang akan diaudit

4)Membandingkan standar/kriteria dengan pelaksanaan pelayanan

5)Melakukan analisis kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria

6)Menerapkan perbaikan

7)Rencana reaudit

f. Menyusun laporan kegiatan subkomite untuk disampaikan kepada Ketua Komite Keperawatan

F. SUBKOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI

Tenaga keperawatan harus memiliki disiplin profesi yang tinggi dalam memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan dan menerapkan etika profesi dalam praktiknya. Profesionalisme tenaga keperawatan dapat ditingkatkan dengan melakuakn pembinaan dan penegakan disiplin profesi serta penguatan nilai-nilai etik dalam kehidupan profesi.

Nilai etik sangat diperlukan bagi tenaga keperawatan sebagai landasan dalam memberikan pelayanan yang manusiawi berpusat pada pasien. Prinsip caring merupakan inti pelayanan yang diberikan oleh tenaga keperawatan. Pelanggaran terhadap standar pelayanan, disiplin profesi keperawatan dan kebidanan hampir selalu dimulai dari pelanggaran nilai moral-etik yang akhirnya akan merugikan pasien dan masyarakat.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pelanggaran atau yang mempengaruhi pelanggaran atau timbulnya masalah etik antara lain tingginya beban kerja tenaga keperawatan, ketidakjelasan kewenangan klinis, menghadapi pasien gawat-kritis dengan kompetensi yang rendah serta pelayanann yang sudah mulai berorientasi bisnis.

Kemampuan praktik yang etis hanya merupakan kemampuan yang dipelajari pada saat dimasa studi/pendidikan, belum merupakan hal yang penting dipelajari dan diimplementasikan dalam praktik.

Berdasarkan hal tersebut, penegakan disiplin profesi dan pembinaan etika profesi perlu dilakukan secara terencana, terarah dan dengan semangat yang tinggi sehingga pelayanan keperawatan dan kebidanaan yang diberikan benar-benar menjamin pasien akan aman dan mendapat kepuasan.

1.Tujuan

Subkomite etik dan disiplin profesi bertujuan:

a. Agar tenaga keperawatan menerapkan prinsip-prinsip etik dalam memberikan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan

b. Melindungi pasien dari pelayanan yang diberikan oleh tenaga keperawatan yang tidak profesional

c. Memelihara dan meningkatakan profesionalisme tenaga keperawatan

2. Tugas

a. Melakukan sosisalisasi kode etik profesi tenaga keperawatan

b. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan

c. Melakukan penegakan disiplin profesi keperawatan dan kebidanan

d. Merekomendasikan penyelesaian masalah-masalah pelanggaran disiplin, masalah-masalah etik dalam kehidupan profesi dan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan

e. Merekomendasikan pencabutan kewenangan klinis dan/atau surat penugasan klinis (clinical appointment)

f. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan keperwatan dan asuhan kebidanan,

3. Kewenangan

Subkomite etik dan disiplin profesi mempunyai kewenangan memberikan usul rekomendasi pencabutan Kewenangan Klinis (clinical privilege) tertentu, memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege), serta memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.

4. Mekanisme kerja

a. Melakukan prosedur penegakan disiplin profesi dengan tahapan:

1)Mengidentifikasi sumber laporan kejadian pelanggaran etik dan

disiplin didalam rumah sakit

2)melakukan telaah atas laporan kejadian pelanggaran etik dan

disiplin profesi

b.Membuat keputusan. Pengambilan keputusan pelanggaran rtik profesi

dilakukan dengan melibatkan panitia adhoc.

c.Melakukan tindak lanjut keputusan berupa:

1)Pelanggaran etik direkomendasikan kepada organisasi profesi

keperawatan dan kebidanan di Rumah Sakit melalui Ketua Komite.

2)Pelanggaran disiplin profesi diteruskan kepada direktur medik dan

keperawatan/direktur keperawatan melalui Ketua Komite

Keperawatan

3)Rekomendasi pencabutan kewenangan klinis diusulkan kepada

Ketua Komite Keperawatan untuk diteruskan kepada kepala/

direktur Rumah Sakit.

d.Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan ,

meliputi:

1)Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus meleka dalam

pelaksanaan praktik keperawtaan dan kebidanan sehari-hari.

2)Menyusun program pembinaan, mencakup jadwa, materi/topik dan

metode serta evaluasi

3)Metode pembinaan dapat berupa diskusi, ceramah, lokakarya,

coaching , simposium, bedside teaching, diskusi refleksi kasus

dan lain-lain disesuaikan dengan diskusi refleksi kasus dan lain-lain

disesuaikan dnegan lingkup pembinaan dan sumber yang tersedia.

e.Menyusun laporan kegiatan sub komite untuk disampaikan kepada

Ketua Komite Keperawatan.

II. KOMITE MEDIK

Komite medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis (clinical governance) agar staf medis dirumah sakit terjaga profesionalismenya melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis.

Untuk mewujudkan tata kelola klinis (clinical governance) yang baik semua pelayanan medis yang dilakukan oleh setiap staf medis di rumah sakit dilakukan atas penugasan klinis kepala / direktu rrumah sakit. Penugasan klinis berupa pemberian kewenangan klinis (clinical privilege) oleh kepala / direktur rumah sakit melalui penerbitan surat penugasan klinis (clinicalappointment) kepada staf medis yang bersangkutan. Surat penugasan klinis (clinical appointment) diterbitkan oleh kepala / direktur rumah sakit setelah mendapat rekomendasi dari komite medik. Dalam keadaan darurat kepala / direktur rumah sakit dapat memberikan surat penugasan klinis (clinical appointment) tanpa rekomendasi komite medik. Rekomendasi komite medic diberikan setelah dilakukan kredensial.

Keanggotaan komite medic ditetapkan oleh kepala / direktur rumah sakit dengan mempertimbangkan sikap profesional, reputasi, dan perilaku. Jumlah keanggotaan komitemedik disesuaikan dengan jumlah staf medis di rumah sakit. Susunan organisasi komite medic sekurang kurangnya terdiri dari:

a. ketua;

b. sekretaris; dan

c. subkomite.

Komite medik melaksanakan tugasnya melalui tiga hal utama, yaitu:

1. Rekomendasi pemberian izin untuk melakukan pelayanan medis (entering to the profession), dilakukan melalui sub-komite kredensial;

2. Memelihara kompetensi dan perilaku para staf medis yang telah memperoleh izin (maintaining professionalism), dilakukan oleh subkomite mutu profesi melalui audit medis dan pengembangan profesi berkelanjutan (continuing professional development);3. Rekomendasi penangguhan kewenangan klinis tertentu hingga pencabutan izin melakukan pelayanan medis (expelling from the profession), dilakukan melalui subkomite etika dan disiplin profesi;

III. STANDAR KOMPETENSI PERAWAT INDONESIAKesehatan sebagai hak asasi manusia merupakan tanggung jawab pemerintah dan seluruh elemen masyarakat, harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi yang merupakan bagian dari elemen masyarakat turut berkontribusi dalaman meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sebagaiman yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 63 ayat 92) menyebutkan bahwa; Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengendalian, pengobatan dan atau perawatan; pada ayat (3) Pengendalian, dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan, atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan keamanannya; ayat (4) Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Pasal 24 ayat (1); Tenaga kesehatan memenuhi kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan/asuhan kesehatan, standar pelayanan/asuhan, dan standar prosedur oleh organisasi profesi. Pasal 27 ayat (1) Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

Pelayanan/asuhan keperawatan adalah bentuk pelayanan/asuham profesional yang komprehensif mencakup aspek fisiologi, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural yang diberikan kepada klien karena ketidakmampuan, ketidakmauan, dan ketidaktahuan dalam memenuhi kebutuhan dasar yang terganggu baik aktual maupun potesial

Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan/asuhan kesehatan harus mengikuti perkembangan global melalui peningkatan daya saing dan keunggulan kompetetif di sektor keperawatan. Untuk perlu dibuat suatu Standar Kompetensi Perawat Indonesia.

1. Ruang Lingkup

Standar kompetensi perawat yang dirumuskan tersebut meliputi Standar Kompetensi dari Perawat Ahli Madya, Ners, dan Ners Spesialis. Dalam pelaksanaannya, tindakan oleh tim Keperawatan dilakukan sesuai dengan batasan Kewenangan dan Kompetensi masing-masing jenis tenaga Perawat

a. Perawat Ahli Madya, mampu menguasai sain keperawatan dasar; melakukan asuhan keperawatan yang telah direncanakan secara terampil dalam upaya promotif, preventid, kuratif, dan rehabilitatif untuk memenuhi kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual secara holistik dan berdasarkan pada standar asuhan keperawatan, standar prosedur operasional; memperhatikan keselamatan pasien, rasa aman dan nyaman; mampu bekerjasama dengan tim keperawatan.

b. Ners, mampu menguasai sain keperawatan dasar; melakukan asuhan keperawatan yang telah direncanakan secara terampil dalam upaya promotif, preventid, kuratif, dan rehabilitatif untuk memenuhi kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual secara holistik dan berdasarkan pada standar asuhan keperawatan, standar prosedur operasional; memperhatikan keselamatan pasien, rasa aman dan nyaman; menggunakan hasil riset; mampu bekerjasama dengan tim keperawatan maupun dengan tim kesehatan lain.

c. Ners Spesialis, mampu menguasai sain keperawatan dasar; melakukan asuhan keperawatan yang telah direncanakan secara terampil dalam upaya promotif, preventid, kuratif, dan rehabilitatif untuk memenuhi kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual secara holistik dan berdasarkan pada standar asuhan keperawatan, standar prosedur operasional; memperhatikan keselamatan pasien, rasa aman dan nyaman; melakukan riset berbasis bukti klinik dalam menjawab permasalahn sain, teknologi dalam bidang spesialisnya; mampu bekerjasama dengan tim keperawatan lain (Perawat Peneliti/doctoral keperawatan) dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain.

Di samping berperan sebagai perawat praktisi yang dilakukan oleh Perawat ahli madya, Ners dan Ners Spesialis, perawat juga berperan sebagai perawat manajer oleh Ners manajer dengan kompetensi pengembangan dan pengelolaan manajemen pelayanan keperawatan. Ners manajer sendiri dituntut untuk mampu menerapkan konsep, prinsip, teori manajemen dalam proses pelayanan keperawatan dengan melaksanakan fungsi-fungsi manajemen keperawatan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pernarahan pererakan, dan pengendalian sumber-sumber dalam organisasi dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja.

2. DefinisiStandar adalah ukuran atau patokan yang disepakati, sedangkan kompetensi diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja (performance) yang ditetapkan.

Jadi standar kompetensi perawat merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat untuk memberikan keperawatan profesional yang dituntut untuk setara dengan standar internasional.

3. Kerangka Kerja Kompetensi Perawat IndonesiaKerangka kerja kompetesni perawat Indonesia dibagi menjadi 3 Ranah Kompetensi:

a. Praktik profesional, etis, legal, dan peka budaya

Bertanggung gugat terhadap praktik profesional

Melaksanakan praktik keperawatan dengan prinsip etis dan peka budaya

Melaksanakan praktik secara legal

b. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan

Menerapkan prinsip dasar dalam pemberian asuhan keperawtan dan pengelolaannya

Melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam pelayanan maupun asuhan keperawatan

Melakukan pengkajian keperawatan

Menyusun rencana keperawtan

Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana

Mengevaluasi asuhan tindakan keperawtan

Menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal dalam pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan

Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman

Membina hubungan interpersonal dalam pelayanan maupun asuhan keperawatan

Menjalankan fungsi delegasi dan supervisi baik dalam pelayanan maupun asuhan keperawatan

c. Pengembangan kualitas personal dan profesional

Melaksanakan peningkatan profesional dalam praktik keperawatan

Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan maupun asuhan keperawatan

Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab profesi

Kompetensi Perawat Praktisi

Berdasarkan kerangka kompetensi di atas maka setiap perawat di Indonesia diwajibkan untuk memiliki 12 kompetensi dasar di semua jenjang:

1. Menerapkan prinsip etika dalam keperawtan

2. Melakukan komunikasi interpersonal dalam Asuhan Keperawatan

3. Mewujudkan dan memelihara lingkungan keperawtan yang aman melalui jaminan kualitas dan manajemen resiko (patient safety)4. Menerapkan prinsip penegndalian dan pencegahan infeksi yang diperoleh dari RS

5. Melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah cedera pada Klien

6. Memfasilitasi kebutuhan oksigen

7. Memfasilitasi kebutuhan elektrolit dan cairan

8. Mengukur tanda-tanda vital

9. Menganalisis, menginterpertasikan dan mendokumentasikan data secara akurat

10. Melakukan perawatan luka

11. Memberikan obat dengan aman dan benar12. Mengelola pemberian darah dengan aman

Kompetensi Ners Manager

PROFILKOMPETENSIELEMEN KOMPETENSI

ManajerMengelola sumber daya dalam bidang kerjanya secara adil dan transparan1. Melakukan kegiatan dan fungsi manajerial dalam bidang kerjanya.

2. Mengembangkan sumber daya yang ada di bidang dan kerjanya

3. Menunjukkan sikap akomodatif, kreatif, dan produktif dalam mensinergikan berbagai sumber-sumber

PemimpinMenjadi yang terdepan di bidang kerjanya1. Mengambil keputusan dalam situasi sulit memimpin kegiatan penelitian tim.

2. Menyelesaikan masalah kesehatan di masyarakat denan menggunakan metode/pola/model terbaru dalam keperawatan

Agen PembaharuMenerapkan teori.model keperawatan untuk meningkatkan kualitas kinerja diri dan orang lain di bidang kerjanya1. Mengembangkan teori/model baru berdasarkan hasil riset

2. Menguji-cobakan teori/model keperawtan yang sesuai dengan kebutuhan di pelayanan atau pendidikan

3. Mengembangkan diri dalam pengetahuan, dan ketrampilan teknis yang diperlukan dalam bidang kerjanya.

Kompetensi Perawat PendidikKOMPETENSIELEMEN KOMPETENSI

Mendidik orang lain sesuai kepakaran dalam bidang ilmunya1. Mendidik mahasiswa keperawatan tingkat pra, sarjana, dan pasca sarjana keperawatan

2. Mendidik masyarakat sesuai bidang keilmuannya

3. Mengembangkan model pembelajaran berbasis penelitian

4. Meningkatkan pengetahuan keperawatan terkini dan ketrampilan mendidik

Kompetensi Perawat PenelitiKOMPETENSIELEMEN KOMPETENSI

Melakukan penelitian dasar dan terapan dalam bidan keperawatan menghasilkan model/teori dan teknologi keperawtan yang bermanfaat untuk kemaslahatan manusia Indonesia1. melakukan critical review dan mengembangkan proposal riset (kualitatif/kuantitatif) berbasis hasil review

2. menggunakan teknologi lanjut dan terkini dalam menganalisis hasil riset

3. melakukan riset untuk menyelesaikan masalah kesehatan di masyarakat

4. menerapkan hasil penelitian ke dalam praktik keperawatan

5. bekerjasama dengan sejawat atau pihak lain baik di dalam maupun di luar negeri untuk melakukan riset bersama

6. mempublikasikan hasil riset dan ilmiah lain secara lisan (semianr atau kegiatan ilmiah lain) maupun tulisan di jurnal

Untuk penjabaran kompetensi dasar perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawtan pada setiap jenjang akan dilampirkan di akhir referat ini.