kimia farmasi

45
Makalah Kimia Farmasi ANALGETIKA UMUM DAN HIPNOTIKA Disusun oleh: 1. Rizka Ayu Melykhatun (4301412029) 2. Intan Yani Pratiwi (4301412033) Rombel 1 Kelompok 10 1

Upload: rizka-ayu-melykhatun

Post on 03-Oct-2015

77 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Makalah Analgetika Umum dan Hipnotika

TRANSCRIPT

Makalah Kimia FarmasiANALGETIKA UMUM DAN HIPNOTIKA

Disusun oleh:1. Rizka Ayu Melykhatun(4301412029)2. Intan Yani Pratiwi

(4301412033)

Rombel 1 Kelompok 10UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SEMARANG

2014

FOTO ANGGOTA KELOMPOK

Rizka Ayu Melykhatun

Intan Yani PratiwiANALGETIKA UMUM DAN HIPNOTIKAPENDAHULUAN

Nyeri merupakan respon langsung terhadap kejadian peristiwa yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan seperti luka, inflamasi, atau kanker, nyeri juga dapat dikatakan sebagai perasaan sensoris dan emosional yang tidak enak dan yang berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi dimana ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat (level), dimana nyeri dirasakan untuk pertama kali.

Sangat sulit untuk mengukur rasa nyeri, karena derajat nyeri yang dialami seseorang tidak hanya bergantung pada stimulus dan persepsinya, tetapi juga pada interpretasi yang bersangkutan. Penggunaan substansi analgetika untuk menghilangkan nyeri telah diketahui sekurang-kurangnya sejak masa Hippocrates. Analgetika adalah obat yang mencegah atau menghilangkan demam.Kebutuhan tidur dapat dianggap sebagai suatu perlindungan dari organisme untuk menghindari pengaruh yang merugikan tubuh karena kurang tidur. Tidur yang baik, cukup dalam dan lama. Efek terpenting yang mempengaruhi kualitas tidur adalah penyingkatan waktu peniduran, perpanjangan masa tidur dan pengurangan jumlah periode bangun.

Insomnia dapat diakibatkan oleh banyak gangguan fisik, misalnya batuk, rasa nyeri, atau sesak nafas. Yang sangat penting pula adalah gangguan jiwa, seperti emosi, ketegangan, kecemasan atau depresi. Di samping faktor-faktor itu perlu juga diperbaiki cara hidup yang salah, misalnya melakukan kegiatan psikis yang melelahkan sebelum tidur. Gerak-jalan, melakukan kegiatan yang rileks, mandi air panas, minum susu hangat sebelum tidur, ternyata dapat mempermudah dan memperdalam tidur yang normal. Hipnotika atau obat-obat tidur adalah zat-zatyang diberikan pada malam hari dalam dosis terapi, dapat mempertinggi keinginan faaldan normal untuk tidur, mempermudah atau menyebabkan tidur.1. ANALGETIKA

Analgetika adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Kesadaran akan perasaan sakit terdiri dari dua proses, yakni penerimaan rangsangan sakit di bagian otak besar dan reaksi-reaksi emosional dan individu terhadap perangsang ini. Obat penghalang nyeri (analgetik) mempengaruhi proses pertama dengan mempertinggi ambang kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi psychis yang diakibatkan oleh rangsangan sakit.

Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala, yang fungsinya adalah melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di dalam tubuh, seperti peradangan (rematik, encok), infeksi-infeksi kuman atau kejang-kejang otot.

Penyebab rasa nyeri adalah rangsangan-rangsangan mekanis, fisik, atau kimiawi yang dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator-mediator nyeri yang letaknya pada ujung-ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir, atau jaringan-jaringan (organ-organ) lain. Dari tempat ini rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf sensoris ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui sumsum tulang belakang ke thalamus dan kemudian ke pusat nyeri di dalam otak besar, dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri. Mediator-mediator nyeri yang terpenting adalah histamine, serotonin, plasmakinin-plasmakinin, dan prostaglandin-prostagladin, serta ion-ion kalium.

Berdasarkan proses terjadinya nyeri, maka rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapa cara, yaitu:

1) Merintangi pembentukan rangsangan dalam reseptor-reseptor nyeri perifer oleh analgetika perifer

2) Merintangi penyaluran rangsangan nyeri dalam saraf-saraf sensoris, misalnya dengan anestetika lokal3) Blokade dari pusat nyeri dalam Sistem Saraf Pusat dengan analgetika sentral (narkotika) atau anestetika umum.

4) Pada nyeri kanker dan saraf biasanya menggunakan antidepresiva trisiklis

5) Meningkatkan jumlah neurotransmitter di ruang sinaps pada nyeri dengan antipileptika.

Pada pengobatan rasa nyeri dengan analgetika, faktor-faktor psikis turut berperan, misalnya kesabaran individu dan daya menerima nyeri dari si pasien. Secara umum analgetika dibagi dalam dua golongan, yaitu analgeti non-narkotinik atau analgesik non-opioid atau integumental analgesic (misalnya asetosal dan parasetamol) dan analgetika narkotik atau analgesik opioid atau visceral analgesic (misalnya morfin).

Penggolongan Analgetika

Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar, yakni:

a. Analgetika Perifer (non-narkotik)

Obat-obat ini dinamakan juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan. Semua analgetika perifer juga memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada keadaan demam, maka disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai keluarnya banyak keringat.

Penggolongan analgetika perifer secara kimiawi adalah sebagai berikut:1) Parasetamol

2) Salisilat: asetosal, salisilamida dan benorilat

3) Penghambat prostaglandin (NSAIDs): ibuprofen, dll.

4) Derivat-antranilat: mefenaminat, glafenin

5) Derivat-pirazolinon: propifenazon, isopropilaminofenazon dan metamizol

6) Lainnya: benzidamin (Tantum)

Obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri, tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis dan atau anti radang. Oleh karena itu obat ini tidak hanya digunakan sebagai obat anti nyeri, melainkan juga pada gangguan demam (infeksi virus/kuman, selema, pilek) dan peradangan seperti rema dan encok. Obat ini banyak digunakan pada nyeri ringan sampai sedang, yang penyebabnya beraneka ragam, misalnya nyeri kepala, gigi, otot atau sendi (rema, encok), perut, nyeri haid (dysmenorroe), nyeri akibat benturan atau kecelakaan (trauma). Untuk kedua nyeri terakhir, NSAID lebih layak. Pada nyeri lebih berat seperti setelah pembedahan atau fraktur (tulang patah), kerjanya kurang efektif.

Daya antipiretisnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hypothalamus, yang mengakibatkan vasolidatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai keluarnya banyak keringat.

Daya antiradang (antiflogistis).Kebanyakan analgetika memiliki daya antiradang, khususnya kelompok besar dari zat-zat penghambat prostaglandin (NSAIDs,termasuk asetosal),begitu pula benzidamin. Zat-zat ini banyak digunakan untuk rasa nyeri disertai peradangan.

Kombinasi dari dua atau lebih analgetika sering kali digunakan,karena terjadi efek potensiasi. Lagi pula efek sampingnya,yang masing-masing terletak di bidang yang berlainan, berkurang,karena dosisnya masing-masing dapat diturunkan. Kombinasi analgetika dengan kofein dan kodein sering kali dibuat,khusunya dalam sendian dengan parasetamol dan asetosal.

Efek samping

Yang paling umum adalah gangguan lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal dan juga reaksi alergi pada kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis tinggi. Oleh karena itu, penggunaan analgetika secara kontinu tidak dianjurkan.

Interaksi

Kebanyakan analgetika memperkuat efek koagulansia, kecuali parasetamol dan glafenin. Kedua obat ini pada dosis biasa dapat dikombinasi dengan aman untuk waktu maksimal dua minggu.

Kehamilan dan laktasi

Hanya parasetamol yang dianggap aman bagi wanita hamil dan menyusui, meskipun dapat mencapai air susu. Asetosal dan salisilat, NSAIDs dan metamizol dapat mengganggu janin, sehingga sebaiknya dihindari. Dari aminofenazon dan propifenazon belum terdapat cukup data.

Zat-Zat Tersendiri1) Parasetamol (asetaminofen, panadol, Tylenol, tempra, nipe)

Derivate-asetanilida ini adalah metabolit dari fenasetin, yang dahulu banyak digunakan sebagai analgetikum, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari peredaran karena efek sampingnya (nefrotoksisitas dan karsinogen). Khasiatnya analgetis dan antipiretis, tetapi tidak anti radang. Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai zat anti nyeri paling aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek analgetisnnya diperkuat oleh kofein dengan kira-kira 50% dan kodein.

Resorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rectal lebih lambat. Dalam hati, zat ini diuraikan menjadi metabolit-metabolit toksis yang diekresi dengan kemih sebagai konyugat-glukuroni-da dan sulfat.

DosisUntuk nyeri dan demam oral 2-3 dd 0,5-1 g, maksimum 4 g/hari, pada penggunaan kronis maksimum 2,5 g/hari. Anak-anak: 4-6 dd 10 mg/kg, yakni rata-rata usia 3-12 bulan 60 mg, 1-4 thn 120-180mg,4-6 thn 180mg, 7-12 thn 240-360 mg, 4-6x sehari. Rektal 20 mg/kg setiap kali, dewasa 4 dd 0,5-1 g, anak-anak usia 3-12 bln 2-3 dd 120 mg, 1-4 thn 2-3 dd 240 mg, 4-6 thn 4 dd 240 mg, dan 7-12 thn 2-3 dd 0,5 g.Efek SampingEfek samping tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersesitivitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4 gram sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis diatas 6 gram mengakibatkan necrose hati yang tidak reversible. Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-metabolitnya, yang pada dosis normal dapat di tangkal oleh glutathione (suatu tripeptida dengan -SH). Pada dosis diatas 10g, persedian peptide tersebut habis dan metabolit-metabolit mengikat pada protein dengan SH di sel-sel hati, dan terjadilah kerusakan irreversible. Dosis dari 20g sudah berefek fatal. Overdose bisa menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anorexia. Penanggulanganya dengan cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar (asam amino N-asetilsistein atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah intoksikasi.

Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu.

InteraksiPada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia, dan pada dosis biasa tidak interaktif. Masa paruh klorafenikol dapat sangat diperpanjang. Kombina

si dengan obat AIDS zidovudin dapat meningkatkan risiko akan neutropenia.2) Asam asetilsalisilat (Asetosal,Aspirin,Cafenol,Naspro)

Asetotsal adalah obat anti nyeri tertua(1899), yang sampai kini paling banyak digunakan di seluruh dunia. Zat ini juga berkhasiat anti-demam kuat dan pada dosis rendah sekali (40mg) berdaya menghambat agregasi trombosit. Efek anti trombosit ini tidak reversible dan berdasarkan blokade enzim siklo-oksigenase yang bertahan selama hidupnya trombosit. Dengan demikian, sintesa tromboksan A2 yang bersifat trombotis dan vasokonstriktif dihindarkan. Pada dosis besar dari normal (diatas 5g sehari) obat ini juga berkhasiat anti radang akibat gagalnya sintesa prostaglandin-E.

PenggunaanSelain sebagai analgetikum, asetosal dewasa ini banyak digunakan sebagai alternative dari antikoagulansia sebagai obat pencegah infark kedua setelah terjadi serangan. Hal ini berkat daya antitrombotisnya. Obat ini juga efektif untuk profilaksis serangan stroke kedua setelah menderita TIA (Transient Ischaemic Attack = serangan kekurangan darah sementara di otak), terutama pada pria.

Resorpsinya cepat dan praktis lengkap, terutama dibagian pertama duodenum. Namun, karena bersifat asam, sebagian zat diserap pula di lambung. BA-nya lebih rendah akibat FPE dan hidrolisa selama absorpsi. Mulai efekl analgetis dan antipiretisnya cepat, yakni selama 30 menit dan bertahan 3-6 jam, kerja antiradangnya baru nampak setelah 1-4 hari. Resorpsi dari rectum (suppositoria) lambat dan tidak menentu, sehingga dosisnya perlu digandakan. Dalam hati, zat ini segera dihidrolisa menjadi asam salisilat dengan daya anti-nyeri lebih ringan. PP-nya 90-95%, plasma waktu paruhnya 15-20 menit, masa paruh asam salisilat adalah 2-3 jam pada dosis 1-3g/hari.

Efek SampingEfek samping yang sering terjadi berupa iritasi mukosa lambung dengan risiko tukak lambung dan perdarahan samara (occult). Penyebabnya adalah sifat asam dari asetosal, yang dapat dikurangi melalui kombinasi dengan suatu antasidum (MgO, alumuniumhidroksida, CaCO3) atau garam kalsiumnya (carbasalat, Ascal). Pada dosis besar, factor lain memegang peranan yakni hilangnya efek pelindung dari prostasiklin terhadap mukosa lambung, yang sintesanya turut dihalangi akibat blokade siklo-oksigenase.

Selain itu asetosal menimbulkan efek-efek spesifik, seperti reaksi alergi kulit dan tinnitus (telinga berdengung) pada dosis lebih tinggi. Efek yang lebih serius adalah kejang-kejang bronchi hebat, yang pada pasien asma meski dalam dosis kecil dapat mengakibatkan serangan. Anak-anak kecil yang menderita cacar air atau flu/selesma sebaiknya jangan diberikan asetosal (melainkan parasetamol) karena beresiko terkena syndrome rye yang berbahaya. Sindrom ini berciri muntah hebat, termangu-mangu, gangguan pernapasan, konvulsi, dan adakalanya koma.

Wanita hamil tidak dianjurkan menggunakan asetosal dalam dosis tinggi, terutama pada triwulan terakhir dan sebelum persalinan karena lama kehamilan dan persalinan dapat diperpanjang, juga kecenderungan perdarahan meningkat. Kendati masuk ke dalam air susu, ibu dapat menggunakan asetosal selama laktasi meski sebaiknya secara insidentil.

InteraksiAsetosal memperkuat daya kerja antikoagulansia, antidiabetika oral, dan metotreksat. Efek obat encok probenesit dan sulfinpirazon berkurang, begitu pula diuretika furosemida dan spironolakton. Kerja analgetisnya diperkuat oleh antara lain kodein dan d-propoksifen. Alcohol meningkatkan risiko perdarahan lambung-usus. Karena efek antitrombotisnya yang mengakibatkan risiko perdarahan meningkat, penggunaan asetosal perlu dihentikan satu minggu sebelum pencabutan gigi (geraham bungsu).

DosisPada nyeri dan demam oral 4 dd 0,5-1gp.c, maksimum 4 g sehari, anak-anak sampai 1 tahun 10mg/kg 3-4 kali sehari, 1-12 tahun 4-6 dd, diatas 12 tahun 4 dd 320-500mg, maksimum 2g/hari. Rectal dewasa 4 dd 0,5-1 g, anak-anak sampai 2tahun 2 dd 20mg/kg, diatas 2 tahun 3 dd 20mg/kg p.c. pada rema oral dan rectal 6 dd 1g, maksimum 8g/hari, pada serangan migren single dose dari 1g, 15-30 menit sesudah minum domperidon atau metoklopramida. Untuk prevensi sekuder infark jantung 1 dd 100mg dan setelah TIA 1 dd 40-100mg dengan loading-dose dari 100mg.

Bentuk-bentuk asetosal yang melarut Karbasalatkalsium (Ascal) adalah garam kalsium dari asetosal, dimana air kristal diganti oleh urea(1951). Garam ini tidak bereaksi asam dan kurang merangsang mukosa lambung. 100 mg Ascal=80mg asetosal. Lysin-asetosal adalah persenyawaan yang setelah melarut pecah dalam bentuk asam amino lisin (lysine) dan asetosal, yang kemudian dihidrolisa menjadi salisilat. Kombinasinya (1620 mg) dengan metoklopromida (10 mg) dianjurkan untuk migraine (migrafin).

a) Diflunisal (difonid, dolocid) adalah derivate-difluorfenil (1980) dengan khasiat dan efek samping lebih kurang sama. Khasiatnya analgetis, antiradang, dan urikosuris (mengeluarkan asam urat). Daya menghambat agregasinya ringan dan baru nampak pada dosis tinggi, diatas 2g/hari. PP-nya lebih tinggi (99%), waktu paruhnya lebih panjang dan tergantung dari dosis: 8 dan 15 jam pada masing-masing 250-1000 mg. zat ini tidak dihidrolisa menjadi asam salisilat, ekskresinya terutama melalui kemih sebagai glukuronida. Jarang mengakibatkan perdarahan lambung-usus. Dosis: untuk nyeri pada rema permulaan 0,5-1g, disusul dengan 2 dd 0,25-0,5 g, maksimum 1,5 g/hari.b) Benorilat (bentum,benortan) adalah ester asetosal dengan parasetamol (1972). Setelah resorpsi segera dihidrolisa menjadi asam salisilat dan parasetamol. Plasma waktu paruhnya ca 1 jam. Gangguan lambung-usus jarang terjadi tetapi terdapat indikasi nefrotoksisitas yang meningkat. Dosis: maksimum 4dd 0,5-1g.c) Salisilamida (salamid, neozep, refagan) adalah derivate-salisilat dengan khasiat lebih lemah disemua bidang. Efeknya kurang dapat dipercaya. Di dinding usus mengalami FPE besar, sehingga dosisnya harus tinggi. Zat ini sering mengganggu pencernaan, perdarahan samara jarang timbul disbanding asetosal. Pada ovedose dapat terjadi hipotensi, depresi SSP,dan penghentian pernapasan. Penggunaanya sudah disebut obsolete. Dosis: 3-4 dd 0,5-1g.d) Natriumsalisilat (nephrolit, enterosalicyl) lebih lemah khasiatnya disbanding asetosal. Efek sampingnya lebih kurang sama, kecuali tidak menghambat penggumpalan trombosit. Dosis;4-6 dd 1-1,5 g, maksimum 12g/hari.e) Metilsalisilat (wintergreen oil, sloansliniment) adalah cairan dengan bau khas yang diperoleh dari daun dan akar tumbuhan akar wangi (Gaultheria procumbens). Zat ini juga dibuat sintetis. Khasiat analgetisnya pada penggunaan local sama dengan salisilat-salisilat lainnya. Metilsalisilat diresorpsi baik oleh kulit dan banyak digunakan dalam obat gosok dan krem (3-10%) untuk nyeri otot, sendi dan lain-lain. Penggunaan oral sebanyak 30 ml sudah bisa fatal, terutama anak-anak yang sangat peka untuknya.

3) Aminofenazon (aminopryn, amidopryn, pyramidon)

Derivate-pirazolinon ini (1887) berkhasiat analgetis, antipiretis, dan antiradang. Resorpsinya di usus cepat, mulai kerjanya sesudah 30-45 menit, plasma waktu paruhnya 2-7 jam. Karena efek sampingnya terhadap darah (agranulositosis dan leucopenia) sering fatal, obat ini sudah sejak tahun 1980-an dilarang peredarannya dibanyak Negara. Bila timbul borok-borok kecil dimulut, nyeri tenggorokan, atau demam (tanda-tanda agranulositosis), pengobatan harus segera dihentikan.Kehamilan dan laktasi. Semua obat dari kelompok pirazolinon tidak boleh digunakan selama kehamilan dan laktasi.

Dosis: 3 dd 300-600 mg, maksimum 3 g/hari.

a) Isopropilaminofenazon (pehazon) adalah derivate-aminopirin dengan khasiat yang sama. Disamping itu zat ini juga berdaya sedative dan pada dosis tinggi hipnotis. Toksisitasnya dinyatakan lebih ringan. Dosis; oral,rectal atau i.v. 3 dd 400 mg selama 1 minggu,lalu 600 mg/hari.b) Fenazon (antipirin) adalah senyawa induk dari obat-obat tersebut diatas tanpa khasiat antiradang (1884). Karena berdaya lebih lemah dan lebih sering menimbulkan reaksi kulit, obat ini kini praktis sudah ditinggalkan. Adakalanya fenozon masih digunakan dalam obat kumur pada nyeri tenggorokan, berdasarkan efek local anastesis (lemah) dan kerja vasokonstriksinya.c) Propifenazon (isopropilantipirin, saridon, migrant) adalah derivate fenazon (1951) tanpa daya antiradang dengan sifat kurang lebih sama. Plasma waktu paruhnya 90 menit. Risiko agranulositosis dikatakan lebih ringan.

Dosis: 1-3 dd 150-300 mg, umumnya terkombinasi dengan analgetika lain.

4) Fenilbutazon (butazolidin,new skelan, pehazon/forte)

Derivate-pyrazolidin ini (1949) mirip rumus intinya dengan fenazon. Khasiat antiradangnya lebih kuat daripada daya kerja analgetisnya. Oleh karena itu, obat ini khusus digunakan untuk jenis atritis tertentu, seperti derivatnya oksifenilbutazon.

PenyalahgunaanKadang kala fenilbutazon dimasukkan secara illegal (tanpa dicantumkan pada etiket) pada produk dari pabrik-pabrik kecil asing (hongkong, dsb.) atau sering kali dalam tonika (dengan gingseng) untuk keadaan lesu dan letih, otot nyeri, dan perasaan lemah. Kadangkala obat ini dikombinasi dengan kortikosteroida yang dalam obat-obat demikian sangat berbahaya berhubung efek merusaknya terhadap sel-sel darah dan efek memperlemahnya sistem imun.

Efek Samping Efek sampingnya serius, antara lain terhadap darah dan lambung, sehingga di banyak Negara barat sudah ditarik dari peredaran sejak akhir tahun 1980-an. Adakalanya fenilbutazon masih digunakan untuk nyeri otot dalam bentuk krem 5%.

DosisPada serangan rema atau encok oral dan rectal 2-3 dd 200 mg.

5) Glafenin ( glaphen, glifanon)

Glafenin adalah suatu derivate-4-aminokinolin (sepeti obat rema klorokuin), yang terikat pada asam antranilat (1965). Pada dosis biasa, obat ini tidak berdaya antipiretis atau antiradang, potensi kerja analgetisnya dapat disamakan dengan asetosal.

Resorpsinya di usus cepat; di dalam hati zat ini dirombak menjadi asam glafeninat, yang mungkin berperan utama bagi efek anti nyerinya. Plasma waktu paruhnya 1-2 jam, dan lama kerjanya lebih kurang 5 jam.

Efek SampingBerupa gangguan lambung-usus, rasa kantuk, dan pusing. Yang lebih serius adalah reaksi anafilaktis, kerusakan hati, dan anemia hemolitis, yang adakalanya berakibat fatal. Oleh karena itu, sejak tahun 1992 di banyak Negara Eropa, termasuk Negara belanda, gafenin sudah ditarik dari peredaran oleh produsennya.

Dosis

Permulaan 400mg, 3-4 dd 200 mg,maksimum 1 g sehari.

Floktafenin (idarac, idalon) adalah dervat-CFdengan khasiat lebih kurang sama, tetapi kurang toksis dan juga lebih jarang menimbulkan reaksi alergi. Dalam hati, zat ini diubah menjadi asam floktafeninat, yang dieksresikan melalui kemih dan tinja. Plasma waktu paruhnya 1 jam,dan lama kerjanya lebih kurang 4 jam. Dosis: permulaan 200-400 mg, lalu 4-6 dd 200 mg,maksimum 1,6 g sehari.

Asam mefenaminat (ponstan) adalah juga derivate-antranilat dengan khasiat analgetis, antipiretis, dan antiradang yang cukup baik. Obat ini digunakan pula sebagai obat rema. Efek smapingnya mirip flotakfenin. Derivate-antranilat lainnya, yaitu niflumic acid (niflamol), memiliki daya antiradang yang lebih kuat dan khusus digunakan sebagai obat rema. Dosis: permulaan 500 mg, lalu3-4 dd 250 mg p.c.

6) Tramadol (tramal, theradol)

Analgetikum opiate (1977) ini tidak menekan pernapasan dan praktis tidak mempengaruhi sistem kardiovaskuler dan motilitas lambung-usus. Karena praktis tidak bersifat adiktif, dikebanyakan Negara termasuk Indonesia obat ini tidak termasuk dalam Daftar Narkotika. Efek analgetis dari 120 mg tramadol oral setaraf dengan 30-60 mg morfin. Obat ini digunakan untuk nyeri tidak terlampau hebat bila kombinasi parasetamol-kodein dan NSAIDs kurang efektif atau tidak dapat digunakan. Untuk nyeri akut atau pada kanker, morfin umumnya lebih ampuh.

Tramadol tidak dianjurkan selama kehamilan dan laktasi.

DosisAnak-anak 1-14 tahun: 3-4 dd 1-2 mg/kg. di atas 14 tahun 3-4 dd 50-100mg, maksimum 400 mg sehari.

b. Analgetika Narkotik

Analgetika narkotik, kini disebut juga opioida ( = mirip opiati) adalah obat-obat yang daya kerjanya meniru (mimic) opioid endogen dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor opioid (biasanya -reseptor). Zat-zat ini bekerja terhadap reseptor opioid khas di SSP, hingga persepsi nyeri dan respons emosional terhadap nyeri berubah (dikurangi). Daya kerjanya diantagonir oleh a.1. nalokson. Minimal ada 4 jenis reseptor, yang pengikatan padanya menimbulkan analgesia. Tubuh dapat mensintesa zat-zat opioidnya sendiri, yakni zat-zat endorfin, yang juga bekerja melalui reseptor opioid tersebut.

Endorfin (morfin endogen) adalah kelompok polipeptoda yang terdapat di CCS dan dapat menimbulkan efek yang menyerupai efek morfin. Zat-zat ini dapat dibedakan antara -endorfin, dynorfin dan enkefalin (Yun. Enkephalos = otak), yang menduduki reseptor-reseptor berlainan. Secara kimiawi zat-zat ini berkaitan dengan hormon-hormon hipofisis dan berdaya menstimulasi pelepasan dari kortikotropin (ACTH), juga dari somatropin dan prolaktin. Sebaliknya, pelepasan LH dan FSH dihambat oleh zat-zat ini. -endorfin pada hewan berkhasiat menekan pernapasan, menurunkan suhu tubuh dan menimbulkan ketagihan. Lagi pula berdaya analgetik kuat, dalam arti tidak mengubah persepsi nyeri, melainkan memperbaiki penerimaannya. Rangsangan listrik dari bagian-bagian tertentu otak mengakibatkan peningkatan kadar endorfin dalam CCS. Mungkin hal ini menjelaskan efek analgesia yang timbul selama elektrostimulasi pada akupuntur atau pada stress, misalnya pada cedera hebat. Peristiwa efek plasebo juga dihubungkan dengan endorfin.

Penggolongan

Atas dasar cara kerjanya, obat-obat ini dapat dibagi dalam 3 kelompok, yakni :1) Agonis opiat, yang dapat dibagi dalam:

Alkaloida candu: morfin, kodein, heroin, nikomorfin Zat-zat sintetis: metadon dan derivat (dekstromoramida, propoksiten, bezitramida), petidin dan derivatnya (fentanil, sufentanil ) dan tramadol.Cara kerja obat-obat ini sama dengan morfin, hanya berlainan mengenai potensi dan lama kerjanya, efek samping dan risiko akan kebiasaan dengan ketergantungan fisik.2) Antagonis opiat: nalokson, nalofin, fentazosin dan buprenofin (Temgesic). Bila digunakan sebagai analgetikum, obat-obat ini dapat menduduki salah satu reseptor.3) Campuran : nalorfin, nalbufin (nubain). Zat-zat ini dengan kerja campuran juga mengikat pada reseptor opioid, tetapi tidak atau hanya sedikit mengaktivasi daya kerjanya. Kurva dosis/efeknya memperlihatkan plafon, sesudah dosis tertentu peningkatan dosis tidak memperbesar lagi efek analgetiknya. Praktis tidak menimbulkan depresi pernapasan.

Potensi analgetik

Khasiat analgetik dari morfin oral 30-60 mg dapat disamakan dengan dekstromoramida 5-10 mg, metadon 20 mg, dekstropropoksifen 100 mg, tramadol 120 mg, pentazosin 100/180 mg dan kodein 200 mg.

Khasiat analgetik dari morfin subkutan/ i.m 10 mg adalah kurang lebih ekivalen dengan fentanil 0,1 mg, heroin 5 mg, metadon 10 mg, nalfubin 10 mg, petidin 75/100 mg, pentazosin 30/60 mg dan tramadol 100 mg.

Undang-undang narkotika

Dikebanyakan negara, beberapa unsur dari kelompok obat ini, seperti propoksifen, pentazosin, dan tramadol tidak termasuk dalam Undang-undang narkotika karena bahaya kebiasaan dan adikisnya ringan sekali. Namun penggunaannya untuk jangka waktu lama tidak di anjurkan. Sejak tahun 1978 sediaan-sediaan dengan kandungan propoksifen di atas 135 mg di negeri Belanda dimasukkan dalam opiumwat (Undang-undang opiat).

Mekanisme kerja

Endorfin bekerja dengan jalan meduduki reseptor-reseptor nyeri di SSP, hingga perasaan nyeri dapat diblokir. Khasiat analgetik opiopida berdasarkan kemampuannya untuk menduduki sisa-sisa reseptor nyeri yang belum ditempati endorfin. Tetapi bila analgetika tersebut digunakan terus-menerus, pembentukan reseptor-reseptor baru distimulasi dan diproduksi endorfin di ujung saraf otak. Akibatnya terjadilah kebiasaan dan ketagihan.

Penggunaan

Rasa nyeri hebat (seperti pada kanker). Ada banyak penyakit yang disertai rasa nyeri, yang terkenal adalah influenza dan kejang-kejang (pada otot atau organ), artrose dan renal (pada sendi) dan migrain. Untuk gangguan-gangguan ini tersedia obat-obat khasiat (parasetamol, NSAIDs, sumatriptan) tetapi yang paling hebat dan mencemaskan adalah rasa sakit pada kanker, walaupun sebetulnya hanya k.1. dua per tiga dari penderita yang mengalaminya. Begitu pula hanya k.1. 70% disebabkan langsung oleh penyakit ganas ini, diluar ini perasaan sakit memiliki etiologi lain, misalnya artritis. Oleh karena itu prinsip untuk menghilangkan atau mengurangi rasa sakit berupa penelitian dengan saksama penyebabnya, obat-obat apa yang layak digunakan sesuai tangga analgetika dan memantaunya secara periodik untuk mendapatkan cara pengendalian rasa sakit yang optimal.

Rasa sakit merupakan suatu pengalaman yang rumit dan unik untuk tiap individu yang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikososial dan spiritual dari yang bersangkutan. Oleh karena itu untuk kasus-kasus perasaan nyeri yang tidak/sukar terkendalikan adalah penting untuk memperhitungkan faktor-faktor tersebut.

Tangga anlagetika (tiga tingkat). WHO telahg menyusun suatu program penggunaan analgetika untuk nyeri hebat, seperti pada kanker, yang menggolongkan obat dalam tiga kelas, yakni :

a) Non-opiopida : NSAIDs termasuk asetosal, parasetamol dan kodein

b) Opiopida lemah : d-propoksifen, tramadol dan kodein, atau kombinasi parasetamol dengan kodein

c) Opiopida kuat : morfin dan derivatnya (heroin) serta opiopida sintetis.

Menurut program pengobatan ini pertama-tama diberikan 4 dd 1 gram parasetamol, bila efeknya kurang, beralih ke 3-6 dd parasetamol-kodein 30-60 mg. Baru bila langkah kedua ini tidak menghasilkan analgesi yang memuaskan, dapat diberikan opioid kuat. Pilihan pertama dalam hal ini adalah morfin (oral, subkutan kontinu, intravena, epidural atau spinal).

Tujuan utama dari program ini adalah untuk menghindarkan risiko kebiasaan dan adiksi untuk opioida, bila diberikan sembarangan.

Efek-efek samping umum

Morfin dan opiopida lainnya menimbulkan sejumlah besar efek samping yang tidak di inginkan, yaitu :

Supresi SSP, ,misalnya sedasi, menekan pernapasan dan batuk, mioisis, hipothermia dan perubahan suasana jiwa (mood). Akibat stimulasi langsung dari CTZ (Chemo Trigger Zone) timbul mual dan muntah. Pada dosis lebih tinggi mengakibatkan aktivitas mental dan motoris. Saluran napas: bronchokonstriksi, pernapasan menjadi lebih dangkal dan frekuensinya menurun. Sistem sirkulasi: vasodilatasi perifer, pada dosis tinggi hipotensi dan bradyacardia. Saluran cerna: motilitas berkurang (obstipasi), kontraksi sfingter kandung empedu (kolik babtuk empedu), sekresi pankreas, usus dan empedu berkurang. Saluran urogenital: retensi urin (karena naiknya tonus dari sfingter kandung kemih), motolitas uterus berkurang (waktu persalinan di perpanjang).

Histamin liberator: urticaria dan gatal-gatal, karena menstimulasi pelepasan histamin.

Kebiasaan dengan risiko adiksi pada penggunaan lama. Bila terapi dihentikan dapat terjadi gejala abstinensi.

Kehamilan dan laktasi. Opiopida dapat melintasi plasenta, tetapi boleh digunakan sampai beberapa waktu sebelum persalinan. Bila diminum terus-menerus, zat ini dapat merusak janin akibat depresi pernapasan dan memperlambat persalinan. Bayi dan ibu yang ketagihan menderita gejala abstinensi. Selama laktasi ibu dapat menggunakan opiopida karena hanya sedikit terdapat dalam air susu ibu.Kebiasaan dan ketergantungan

Penggunaan untuk jangka waktu lama pada sebagian pemakai menimbulkan kebiasaan dan ketergantungan. Penyebabnya mungkin karena berkurangnya resorpsi opioid atau perombakan/eliminasinya yang dipercepat, atau bisa juga karena penurunan kepekaan jaringan. Obat menjadi kurang efektif, sehingga diperlukan dosis yang lebih tinggi untuk mencapai efek semula. Peristtiwa ini disebut toleransi (menurunnya response) dan bercirikan pula bahwa dosis tinggi dapat lebih baik diterima tanpa menimbulkan efek intoksikasi.

Di samping ketergantungan fisik tersebut terdaapat pula ketergantungan psikis, yaitu kebutuhan mental akan efek psikotrop (euforia, rasa nyaman dan segar) yang dapat menjadi sangat kuat, hingga pasien seolah-olah terpaksa melanjutkan penggunaan obat.

Gejala abstinensi (withdrawal syndrome) selalu timbul bila penggunaan obat dihentikan dengan mendadak dan semula dapat berupa menguap, berkeringat hebat dan air mata mengalir, tidur gelisah dan kedinginan. Lalu timbul muntah-muntah, diare tachycardia, mydriasis (pupil membesar), tremor, kejang otot, peningkatan tensi yang dapat disertai dengan reaksi psikis hebat (gelisah, mudah marah, kekhawatiran mati).

Efek-efek ini menjadi penyebab mengapa penderita yang sudah ketagihan sukar sekali menghentikan penggunaan opiat. Guna menghindari efek-efek tidak nyaman ini, mereka terpaksa melanjutkan penggunaannya.

Ketergantungan fisik lazimnya sudah lenyap dua minggu setelah penggunaan obat dihentikan. Ketergantungan psikis sering kali sangat erat, maka pembebasan yang tun tas sukar sekali dicapai.

Antagonis morfin

Antagonis morfin adalah zat-zat yang dapat melawan efek-efek samping opiopida tertentu tanpa mengurangi kerja analgetisinya. Yang paling terkenal adalah nalokson, naltrekson, dan nalorfin. Obat ini terutama digunakan pada everdose atau intoksikasi. Khasiat antagonisnya diperikakan berdasarkan penggeseran opioida dari tempatnya di reseptor-reseptor otak. Antagonis morfin ini sendiri juga berkhasiat analgetik, tetapi tidak digunakan dalam terapi karena khasiatnya lemah dan efek samping tertentu mirip morfin (depresi pernapasan, reaksi psikotis).

Zat-Zat Tersendiri 1) Morfin (F.L) : MST continus, MS contin, Kapanol.

Candu atau opium adalah getah yang dikeringkan dan diperoleh dan tumbuhan Papaver somniferum (Lat menyebabkan tidur). Morfin mengandung dua kelompok alkaloida yang secara kimiawi sangat berlainan. Kelompok fenantren meliputi morfin, kodein dan tebam; kelompok kedua adalah kelompok isokinolin dengan struktur kimiawi dan khasiat amat berlainan (a.1. non-narkotik) yakni papaverin, noskapin (=narkotin) dan narsein.2) Kodein (F.L) : metilmorfin, *Codipront.

Alkaloida candu ini memiliki khasiat yang sama dengan induknya, tetapi lebih lemah, misalnya efek analgetiknya 6-7 x kurang kuat. Efek samping dan risiko adiksinya lebih ringan, sehingga sering digunakan sebagai obat batuk, obat anti diare dan obat anti nyeri, yang diperkuat melalui kombinasi dengan parasetamol/asetosal. Obstipasi dan mual dapat terjadi terutama pada dosis lebih tinggi (di atas 3 dd 20 mg).

*etilmorfin (Dionin) adalah derivat dengan khasiat analgetik dan hipnotik lebih lemah; penghambatannya terhadap pernapasan juga lebih ringan. Untuk menekan batuk, zat ini kurang efektif dibandingkan dengan kodein, tetapi dahulu banyak digunakan dalam obat sediaan batuk.

*noskapin (narkotin, Longatin, Mercotin, Necodin) adalah alkaloida candu lain, tanpa sifat narkotik, yang lebih efektif sebagai obat batuk. Noskapin tidak termasuk dalam Daftar Narkotika karena tidak menimbulkan ketagihan.

3) Fentanil : Fentanyl, Durogesic, *Thalamonal.

Derivat piperidin ini (1963) merupakan turunan dari petidin yang jarang digunakan lagi karena efek samping dan sifat adiksinya, lagi pula daya kerjanya singkat (3 jam) sehingga tidak layak untuk meredakan rasa sakit jangka panjang. Efek analgetik agonis-opiat ini 80 x lebih kuat dari pada morfin. Mulai kerjanya cepat, yaitu dalam 2-3 menit (i.v), tetapi singkat, hanya k.1. 30 menit. Zat ini digunakan pada anastesi dan infark jantung. Efek sampingnya mirip moefin, termasuk depresi pernapasan, bronchospasme dan kekuatan otot (thorax).

*sufentanil (sufenta/forte) adalah derivat dengan daya analgetik k.1. 10 x lebih kuat. Sifat dan efek sampingnya sama dengan fentanil. Zat ini terutama digunakan pada waktu anastesi dan pasca bedah, juga pada waktu his dan persalinan (terkombinasi dengan suatu anastetikum).4) Metadon : Amidon, Symoron

Zat sintetis ini adalah suatu campuran rasemis, yang memiliki daya analgetik 2 x lebih kuat daripada morfin dan juga berkhasiat anastetik lokal. Umumnya metadon tidak menimbulkan euforia, sehingga banyak digunakan untuk menghindari gejala abstinensi setelah penghentian penggunaan opiopida lain. Khusus digunakan pada para pecandu sebagai obat pengganti heroin dan morfin pada terapi substitusi. Efek sampingnya kurang hebat dari morfin, terutama efek hipnotis dan euforianya lemah, tetapi bertahan lebih lama. Pengguanaan lama juga menimbulkan adiksi yang lebih mudah disembuhkan. Efek obstipasinya agak ringan, tetapi penggunaannya selama persalinan harus dengan beerhati-hati karena dapat menekan pernapasan.5) Tramadol : Tramal

Derivat-sikloheksanol sintetis ini adalah campuran resemis dari 2 isomer. Kasiat analgetiknya sedang dan berdaya menghambat reuptake noradrenalin dan bekerja antitussif (anti batuk). Zat ini tidak menekan pernapasan, praktis tidak mempengaruhi sistem kardiovaskuler atau motilitas lambung usus. Efek sampingnya tidak begitu serius dan paling sering berupa termangu-mangu, berkeringat, pusing, mulut kering, mual dan muntah, juga obstipasi, gatal-gatal, rash, nyeri kepala dan rasa letih.

Wanita hamil dan menyusui. Opiopida dapat melintasi plasenta dan selama ini diketahui tidak merugikan janin bila digunakan jauh sebelum partus. Hanya 0,1 % dari dosis masuk ke dalam air susu ibu. Meskipun demikian tramadol tidak dianjurkan selama kehamilan dan laktasi.

6) Nalokson : Narcan

Antagonis morfin ini memiliki rumus morfin dengan gugus alil pada atom-N. Zat ini dapat meniadakan semua khasiat morfin dan opiopida lainnya, terutama depresi pernapasan tanpa mengurangi efek analgetiknya. Efek sampingnya dapat berupa tachycardia (setelah bedah jantung), jarang reaksi alergi dengan shock dan udema paru-paru. Pada penangkalan efek opiopida terlalu pesat dapat terjadi mual, muntah, berkeringat, pusing-pusing, hipertensi, tremor, serangan epilepsi dan berhentinya jantung.7) Pentazosin : Fortral

Zat sintetis ini diturunkan dari morfin, dimana cincin fenantren diganti oleh naftalen. Gugus-N-allil memberikan efek antagonis terhadap opiopida lainnya. Khasiatnya beragam, yakni disamping antagonis lemah, juga merupakan agonis parsiil. Khasiat analgetiknya sedang sampai kuat, k.1. antara kodein dan petidin (3-6 x lebih lemah dari pada morfin).8) Kanabis : marihuana, *hashiz, weed, grass

Pusuk dengan kembang dan buah-buah muda yang dikeringkan dari bentuk wanita tumbuhan. THC banyak khasiat farmakologisnya, yang terpenting di antaranya adalah sedatif, hipnotik, dan analgetik, antimual dan spasmolitik. Khasiat analgetik dari THC terjadi di batang otak, dimana terletak pula titik kerja dan opiopida. Hanya mekanisme kerjanya yang berlainan. Dahulu kanabis digunakan sebagai obat tidur, sedativum dan spasmolitikum pada tetanus, umumnya dalam bentuk ekstrak, sekarang kanabis banyak disalah gunakan sebagai zat penyegar narkotik (drug).2. HIPNOTIKA

Hipnotika atau obat-obat tidur (bahasa Yunani: Hypnos = tidur) adalah zat-zatyang diberikan pada malam hari dalam dosis terapi, dapat mempertinggi keinginan faaldan normal untuk tidur, mempermudah atau menyebabkan tidur (Tjay dan Rahardja,2002). Hipnotika bekerja dengan cara mendepresi susunan saraf pusat (SSP) sehingga menyebabkan tidur, menambah keinginan tidur atau mempermudah tidur (Anonim,1994) yang realtif tidak selektif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang ataukantuk, menidurkan, hingga yang berat (kecuali benzodiazepin) yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati, bergantung pada dosis.

Hipnotik efektif dalam mempercepat waktu menidurkan, memperpanjang waktu tidur dengan mengurangi frekuensi bangun, serta memperbaiki kualitas (dalamnya)tidur. Akan tetapi mempersingkat periode tidur REM (Rapid Eye Movement) (Tjay danRahardja, 2002).

Kebutuhan tidur dapat dianggap sebagai suatu perlindungan dari organisme untuk menghindari pengaruh yang merugikan tubuh karena kurang tidur. Tidur yang baik, cukup dalam dan lama. Efek terpenting yang mempengaruhi kualitas tidur adalah penyingkatan waktu peniduran, perpanjangan masa tidur dan pengurangan jumlah periode bangun. Insomnia atau kesulitan tidur dapat diakibatkan oleh banyak gangguan fisik, misalnya batuk, rasa nyeri, atau sesak nafas. Yang sangat penting pula adalah gangguanjiwa, seperti emosi, ketegangan, kecemasan atau depresi.

Di samping faktor-faktor itu perlu juga diperbaiki cara hidup yang salah, misalnya melakukan kegiatan psikis yang melelahkan sebelum tidur. Dianjurkan untuk melakukan gerak badan secara teratur, jangan merokok dan minum kopi atau alkohol sebelum tidur. Gerak-jalan, melakukan kegiatan yang rileks, mandi air panas, minum susu hangat sebelum tidur, ternyata dapatmempermudah dan memperdalam tidur yang normal. Obat-obat tertentu, kualitas kasur yang dan bantal yang buruk, ruangan yang berisik, cahaya yang terang benderang, ventilasi yang jelek, serta suhu kamar yang tidak menunjang juga dapat menyulitkan tidur.

Sedangkan Obat-obat sedatif/sedativa pada dasarnya segolongan dengan hipnotik, yaitu obat-obat yang bekerja menekan reaksi terhadap perangsangan terutama rangsangan emosi tanpa menimbulkan kantuk yang berat. Jadi, bila obat-obathipnotik menyebabkan kantuk dan tidur yang sulit dibangunkan disertai penurunan refleks hingga kadang-kadang kehilangan tonus otot (Djamhuri, 1995), obat-obat sedatifhanya menekan reaksi terhadap perangsangan emosi tanpa menimbulkan kantuk yang berat.

Golongan obat hipnotik-sedatif dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu benzodiazepin, contohnya: flurazepam, lorazepam, temazepam, triazolam; barbiturat, contohnya: fenobarbital, tiopental, butobarbital; hipnotik sedatif lain, contohnya: kloralhidrat, etklorvinol, glutetimid, metiprilon, meprobamat; dan alkohol (Ganiswarnadkk, 1995).

Obat-Obat Hipnotik Sedatif yang Beredar di Indonesia:Flurazepam

Flurazepam diindikasikan sebagai obat untuk mengatasi insomnia. Hasil dariuji klinik terkontrol telah menunjukkan bahwa Flurazepam menguarangi secara bermakna waktu induksi tidur, jumlah dan lama terbangun selama tidur, maupun lamanya tidur. Mula efek hipnotik rata-rata 17 menit setelah pemberian obat secara oraldan berakhir hingga 8 jam. Efek residu sedasi di siang hari terjadi pada sebagian besarpenderita, oleh metabolit aktifnya yang masa kerjanya panjang, karena itu obatFluarazepam cocok untuk pengobatan insomia jangka panjang dan insomnia jangka pendek yang disertai gejala ansietas di siang hari.

Midazolam

Midazolam digunakan agar pemakai menjadi mengantuk atau tidur dan menghilangkan kecemasan sebelum pasien melakukan operasi atau untuk tujuanlainnya Midazolam kadang-kadang digunakan pada pasien di ruang ICU agar pasien menjadi pingsan. Hal ini dilakukan agar pasien yang stres menjadi kooperatif dan mempermudahkan kerja alat medis yang membantu pernafasan. Midazolam diberikan atas permintaan dokter dan penggunaannya sesuai dengan resep dokter.

Nitrazepam

Nitrazepam juga termasuk golongan Benzodiazepine. Nitrazepam bekerja pada reseptor di otak (reseptor GABA) yang menyebabkan pelepasan senyawa kimia GABA (gamma amino butyric acid). GABA adalah suatu senyawa kimia penghambatutama di otak yang menyebabkan rasa kantuk dan mengontrol kecemasan. Nitrazepam bekerja dengan meningkatkan aktivitas GABA, sehingga mengurangi fungsi otak padaarea tertentu. Dimana menimbulkan rasa kantuk, menghilangka rasa cemas, dan membuat otot relaksasi. Nitrazepam biasanya digunakan untuk mengobati insomnia. Nitrazepam mengurangi waktu terjaga sebelum tidur dan terbangun di malam hari, juga meningkatkan panjangnnya waktu tidur. Seperti Nitrazepam ada dalam tubuh beberapa jam, rasa kantuk bisa tetap terjadi sehari kemudian.

Estazolam

Estazolam digunakan jangka pendek untuk membantu agar mudah tidur dan tetap tidur sepanjang malam. Estazolam tersedia dalam bentuk tablet digunakan secara oral diminum sebelum atau sesudah makan. Estazolam biasanya digunakan sebelum tidur bila diperlukan. Penggunaannya harus sesuai dengan resep yang dibuat oleh dokter anda.

Estazolam dapat menyebabkan kecanduan. Jangan minum lebih dari dosisyang diberikan, lebih sering, atau untuk waktu yang lebih lama dari pada petunjuk resep. Toleransi bisa terjadi pada pemakaian jangka panjang dan berlebihan. Jangan gunakan lebih dari 12 minggu atau berhenti menggunakannnya tanpa konsultasi dengan dokter. Dokter anda akan mengurangi dosis secara bertahap. Anda akan mengalami sulit tidur satu atau dua hari setelah berhenti menggunakan obat ini.

Zolpidem Tartrate

Zolpidem Tartrate bukan Hipnotika dari golongan Benzodiazepin tetapi merupakan turunan dari Imidazopyridine. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 10 mg. Zolpidem disetujui untuk penggunaan jangka pendek (biasanya dua minggu) untukmengobati insomnia. Pengurangan waktu jaga dan peningkatan waktu tidur hingga 5 minggu telah dilakukan melalui uji klinik yang terkontrol. Insomnia yang bertahan setelah 7 hingga 10 hari pengobatan menandakan adanya gangguan jiwa atau penyakit. Insomnia bertambah buruk atau tingkah laku dan pikiran yang tidak normal secaratiba-tiba merupakan konsekwensi pada penderita dengan gangguan kejiwaan yang tidak diketahui atau gangguan fisik. Semua obat di atas pembelian harus menggunakan resep dan pengawasan dokter.

Efek Secara Umum & MetabolismeSedativa-hipnotika mempengaruhi bagian-bagian tertentu pusat sistem syarafsecara spesifik. Hipnotika seperti barbiturat bekerja pada batang otak, menyebabkan penggunanya tidur dan menurunkan fungsi tubuh seperti pernafasan dan koordinasiotot. Sedativa seperti Valium adalah obat yang menenangkan. Obat-obatan macam ini bekerja di beberapa tempat di otak dan digunakan sebagai obat tidur atau sebagaiagen/zat anti-kecemasan. Benzodiazepin, contohnya, bekerja pada transmisi syarafGABA untuk membantu mengndalikan kecemasan dan kegelisahan. Sedativa mampu membantu relaksasi, menurunkan inhibisi, mengurangi intensitas dari sensasi-sensasi tubuh, hilangnya panas tubuh, mengurangi koordinasi otot dalam kemampuan/cara berbicara, gerakan, serta ketangkasan manual. Beberapa sedativa digunakan sebagai hipnotika, dan beberapa hipnotika digunakan sebagai sedativa, sehingga sulit untukmembedakan fungsi keduanya.

Efek samping umum hipnotika mirip dengan efeksamping morfin, yaitu: a) depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi. Sifat ini paling ringan pada flurazepam dan zat-zat benzodiazepin lainnya, demikian pula pada kloralhidrat dan paraldehida; b) tekanan darah menurun, terutama oleh barbiturat; c) sembelit pada penggunaan lama, terutama barbiturat; d) hang over, yaitu efek sisa pada keesokan harinya berupa mual, perasaan ringan di kepala dan termangu. Hal ini disebabkan karena banyak hipnotika bekerja panjang (plasma-t-nya panjang), termasuk juga zat-zat benzodiazepin dan barbiturat yang disebut short-acting.

Kebanyakan obat tidur bersifat lipofil, mudah melarut dan berkumulasi di jaringanlemak (Tjay, 2002). Efek benzodiazepin hampir semua merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan efek utama: sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot dan anti konvulsi. Hanya dua efek saja yang merupakan kerja golongan inipada jaringan perifer: vasodilatasi koroner setelah pemberian dosis terapi benzodiazepin tertentu secara IV dan blokade neorumuskular yang hanya terjadi pada pemberian dosis sangat tinggi (Ganiswarna dkk, 1995).

Pada umumnya, semua senyawa benzodiazepin memiliki daya kerja yaitu khasiat anksiolitis, sedatif hipnotis, antikonvulsif dan daya relaksasi otot. Keuntungan obat ini dibandingkan dengan barbital dan obat tidur lainnya adalah tidak atau hampir tidak merintangi tidur. Dulu, obat ini diduga tidak menimbulkan toleransi, tetapi ternyata bahwa efek hipnotisnyasemakin berkurang setelah pemakaian 1-2 minggu, seperti cepatnya menidurkan, serta memperpanjang dan memperdalam tidur (Tjay, 2002).

Efek utama barbiturat adalah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat dicapai, mulai dari sedasi, hipnosis, berbagai tingkat anestesia, koma sampai dengan kematian. Efek hipnotiknya dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik. Tidurnya menyerupai tidur fisiologis, tidak disertai mimpi yang mengganggu. Fase tidurREM dipersingkat. Barbiturat sedikit menyebabkan sikap masa bodoh terhadap rangsangan luar (Ganiswarna dkk, 1995).

Barbiturat tidak dapat mengurangi nyeritanpa disertai hilangnya kesadaran. Pemberian obat barbiturat yang hampir menyebabkan tidur, dapat meningkatkan 20% ambang nyeri, sedangkan ambang rasa lainnya (raba, vibrasi dan sebagainya) tidak dipengaruhi. Pada beberapa individu dan dalam keadaan tertentu, misalnya adanya rasa nyeri, barbiturat tidak menyebabkan sedasi melainkan malah menimbulkan eksitasi (kegelisahan dan delirium). Hal ini mungkin disebabkan adanya depresi pusat penghambatan (Ganiswarna dkk, 1995).

Gangguan yang akan dialami bila memakai sedativa: Emosi labil (mudah tersinggung).

Merasa dirinya lebih hebat dan lebih kuat.

Banyak bicara dan arah pembicaraan tidak terarah.

Tidak mampu berkonsentrasi dan daya ingat menurun drastis.

Bila pecandu sedativa menghentikan pemakaian sedativa secara tibatiba maka akan menyebabkan gejala sindrom putus sedativa atau gejala ketagihan dan ketergantungan.

Ciriciri orang yang terkena gejala sindrom putus sedativa: Merasa gelisah dan bersifat hiperaktif.

Retardaksi psikomotor (kehilangan tenaga) atau menjadi pemalas.

Timbul perilaku maladaptive ( sifat curiga dan merasa terancam dari orang lain).

Tubuh bergetar (tremor kasar).

Pasien lanjut usia terbukti paling rentan terhadap zat penenang atau sedatif. Usai mengonsumsi sedatif yang biasanya tercampur dalam obat tidur, demikian hasil risetterbaru, para pasien lanjut usia berisiko memanen gejala yang disebut delirium. Gejalatersebut antara lain susah bicara, kurang konsentrasi, dan mengalami kebingungan. Adalah Joseph Agostini, ahli penyakit dalam dari Universitas Yale, di Connecticut, Amerika Serikat, yang menggelar riset mengenai efek sedatif. Agostini menganalisiskondisi kesehatan 470 pasien rawat inap yang berusia di atas 70 tahun. Sebagian pasien, sekitar 120 orang, mendapatkan obat sedatif jenis difenilhidramin. Kemudian, Agostini mendapati bahwa lebih dari 70 persen pasien yang mengonsumsi sedatifmenunjukkan gejala delirium. Daya konsentrasi mereka merosot sampai sepertiga, dan kemampuan berbicara melorot hingga tinggal seperlima.

Seperti dilaporkan Agostini dalam Archives of Internal Medicine edisi terbaru, obat sedatif juga melambatkan proses pemulihan sehingga pasien harus tinggal di rumah sakit lebih lama. Karena ituAgostini menyarankan agar para dokter berhati-hati meresepkan difenilhidramin bagi pasien lanjut usia. Mengingat efek sampingnya, gangguan tidur pada pasien sebaiknya diatasi dengan cara yang lebih aman. Misalnya, mengupayakan konseling psikologis dan menyediakan lingkungan yang tenang.SOAL - SOAL LATIHAN ANALGETIKA UMUM DAN HIPNOTIKA

1. Asam mefenamat adalah termasuk analgetik golongan....

a. Antranilat

b. Salisilat

c. Para aminofenol

d. Pirazonal

e. Propionat

2. Parasetamol adalah analgetika antipretik yang banyak digunakan, tetapi harus hati-hati apabila digunakan oleh penderita yang mengalami gangguan....

a. Fungsi hati

b. Lambung

c. Usus

d. Paru

e. Jantung

3. Untuk mengurangi rasa sakit, dokter sering menulis resep tablet asam mefenamat. Tablet asam mefenamat tersebut termasuk analgetika perifer golongan....

a. Salisilat

b. Para amino fenol

c. Antranilat

d. Pirazolon

e. Fenil asetat

4. Analgetik yang termasuk golongan Para Amino Fenol adalah....

a. Aminofenazon

b. Acetaminophenc. Glafenin

d. Dipiron

e. Asam Mefenamat

5. Analgetik-antipiretik yang satu ini penggunaannya sangat luas dan digolongkan sebagai obat bebas, hanya sayang sekali memiliki efek samping yang dapat menyebabkan iritasi lambung. Analgetik-antipiretik yang dimaksud adalah....

a. Antalgin

b. Acetosal

c. Paracetamol

d. Piroksikan

e. Asam mefenamat

6. Senyawa yang tergolong benzodiazepin terbaik yang merupakan senyawa fluor adalah:

a. Flurazepamb. Flunitrazepam

c. Nitrazepam

d. Zolpidem Tartrat

e. Estazolam

7. Senyawa yang disamping mempunyai khasiat hipnotik sedatifnya, juga berfungsi sebagai obat epilepsi adalah:

a. Flunitrazepam

b. Flurazepam

c. Nitrazepam

d. Midazolam

e. Estazolam

8. Obat yang mengandung senyawa apakah yang digunakan dokter untuk menghilangkan kecemasan sebelum pasien melakukan operasi:a. Estazolamb. Midazolamc. Nitrazepam d. Zolpidem Tartrat9. Flurazepam

10. Stadium tidur, dimana terjadi mimpi, disebut...

a.Tidur Tenang

b.Tidur REMc.Tidur N-REM

d.REM Rbound

e.Tidur Ortodoks

11. Suatu obat tidur yang bersifat toksik dimana menyebabkan kelahiran bayi cacad terutama pada tangan dan kakinya adalah....

a.Barbituratb.Talidomida

c.klorahidrat

d.Triazolam

e.Nitrazepam

31