kh. subhan saifurruslan “ potret pejuang pendidikan ”

62
i

Upload: afawait

Post on 24-Aug-2019

52 views

Category:

Spiritual


1 download

DESCRIPTION

Tulisan ini berawal dari sebuah kekaguman penulis terhadap sosok tokoh kharismatik, yaitu Kiai Subhan Saifurruslan. Beliau adalah founding father pondok Pesantren Al Barokah, yang telah berjuang keras dalam mendirikan, membangun dan mengembangkan pondok Pesantren Al Barokah. Untuk itu, maka dalam karya kecil ini digambarkan tentang perjuangan beliau dari proses pembabatan pesantren Al Barokah sampai saat ini, serta diungkap pula tentang bagaimana strategi-strategi yang digunakan dalam mengembangkan dan memajukannya. Dengan demikian maka, karya kecil ini ditulis sebagai bentuk rasa terima kasih dan penghormatan penulis kepada sang Guru yaitu Kiai Subhan Saifurruslan, karena dalam hati penulis, beliau bukan hanya sekedar pengajar, tapi beliau adalah Mu’addzib dan Murabbi ar Ruh. Untuk itu, maka dengan terbitnya karya ini, penulis haturkan banyak terima kasih kepada beliau Kiai Subhan Saifurruslan yang telah bersedia untuk memberikan informasi-informasi terkait dengan perjuangannya dalam mendirikan dan mengembangkan pondok pesantren Al Barokah. Penulis juga menghaturkan banyak terima kasih kepada keluarga Besar Pondok Pesantren Al Barokah yang telah berkenan memberikan inforrmasi terkait dengan data yang dibuthkan dalam penulisan buku ini. Penulis juga menyampaikan banyak terima Kasih kepada Ust. Munir Amrullah, S.Pd.I yang dengan semangat memperjuangkan terbitnya buku ini. Terima Kasih pula disampaikan kepada Saudara Agus Wahedi dan Ahmad Faizi yang banyak membantu dalam proses pengumpulan data. Kepada Ust. H. Subari, MM. Ust. Khalili, M.Pd.I, dan Ust. Hasan Andiri, S.Pd.I yang banyak membantu dalam memberikan informasi dan data. Kepada Kang Mohammad Rofiq, M.Pd.I, yang membantu dalam mengumpulan dokumen-dokumen. Tak terlupaka pula kepada Saudara Babun Nikmah dan Kang Fauzan Khairi, M.Pd.I yang membantu dalam suksesi penerbitan. Dan kepada Seluruh Pengurus Yayasan PP. Al Barokah, Dewan Guru, Pengurus Iktibar, Alumni dan Santi Pondok Pesantren Al Barokah kami sampaikan banyak terima kasih atas dukungannya terhadap terbitnya buku ini. Terima kasih pula kepada Istri Tercinta, Miladiya, A.Md, Keb dan Putriku tercita Aqila Ghina En Nafs sebagai sumber motivasi dan inspirasi dalam penyelesaian buku ini. Buku ini ditulis untuk senantiasa membangkitkan ghirah seluruh stakeholder pesantren, agar senantiasa bersemangat untuk lebih memajukan kembali pondok pesantren Al Barokah, menuju pesantren ideal dalam mengembangkan panji-panji ajaran islam, serta sebagai pusat pendidikan islam yang mampu menjawab beragamnya tuntutan era global.Akhir kata, penulis sampaikan mohon maaf manakala penulisan buku ini masih jauh dari kesempurnaan

TRANSCRIPT

Page 1: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

i

Page 2: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

ii

KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN

“ Potret Pejuang Pendidikan ”

Penulis :

Agus Fawait, M.Pd.I

Diterbitkan oleh :

Pengurus Pusat IKTIBAR

Jl. Pesantren Blok A No. 2 Padasan Pujer Bondowo

2015

Page 3: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

iii

PENGANTAR PENULIS

Tulisan ini berawal dari sebuah kekaguman penulis terhadap sosok

tokoh kharismatik, yaitu Kiai Subhan Saifurruslan. Beliau adalah founding

father pondok Pesantren Al Barokah, yang telah berjuang keras dalam

mendirikan, membangun dan mengembangkan pondok Pesantren Al

Barokah.

Untuk itu, maka dalam karya kecil ini digambarkan tentang

perjuangan beliau dari proses pembabatan pesantren Al Barokah sampai

saat ini, serta diungkap pula tentang bagaimana strategi-strategi yang

digunakan dalam mengembangkan dan memajukannya.

Dengan demikian maka, karya kecil ini ditulis sebagai bentuk rasa

terima kasih dan penghormatan penulis kepada sang Guru yaitu Kiai

Subhan Saifurruslan, karena dalam hati penulis, beliau bukan hanya sekedar

pengajar, tapi beliau adalah Mu‟addzib dan Murabbi ar Ruh.

Untuk itu, maka dengan terbitnya karya ini, penulis haturkan banyak

terima kasih kepada beliau Kiai Subhan Saifurruslan yang telah bersedia

untuk memberikan informasi-informasi terkait dengan perjuangannya

dalam mendirikan dan mengembangkan pondok pesantren Al Barokah.

Penulis juga menghaturkan banyak terima kasih kepada keluarga

Besar Pondok Pesantren Al Barokah yang telah berkenan memberikan

inforrmasi terkait dengan data yang dibuthkan dalam penulisan buku ini.

Penulis juga menyampaikan banyak terima Kasih kepada Ust. Munir

Amrullah, S.Pd.I yang dengan semangat memperjuangkan terbitnya buku

ini. Terima Kasih pula disampaikan kepada Saudara Agus Wahedi dan

Ahmad Faizi yang banyak membantu dalam proses pengumpulan data.

Kepada Ust. H. Subari, MM. Ust. Khalili, M.Pd.I, dan Ust. Hasan Andiri,

S.Pd.I yang banyak membantu dalam memberikan informasi dan data.

Kepada Kang Mohammad Rofiq, M.Pd.I, yang membantu dalam

Page 4: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

iv

mengumpulan dokumen-dokumen. Tak terlupaka pula kepada Saudara

Babun Nikmah dan Kang Fauzan Khairi, M.Pd.I yang membantu dalam

suksesi penerbitan. Dan kepada Seluruh Pengurus Yayasan PP. Al Barokah,

Dewan Guru, Pengurus Iktibar, Alumni dan Santi Pondok Pesantren Al

Barokah kami sampaikan banyak terima kasih atas dukungannya terhadap

terbitnya buku ini.

Terima kasih pula kepada Istri Tercinta, Miladiya, A.Md, Keb dan

Putriku tercita Aqila Ghina En Nafs sebagai sumber motivasi dan inspirasi

dalam penyelesaian buku ini.

Buku ini ditulis untuk senantiasa membangkitkan ghirah seluruh

stakeholder pesantren, agar senantiasa bersemangat untuk lebih memajukan

kembali pondok pesantren Al Barokah, menuju pesantren ideal dalam

mengembangkan panji-panji ajaran islam, serta sebagai pusat pendidikan

islam yang mampu menjawab beragamnya tuntutan era global.Akhir kata,

penulis sampaikan mohon maaf manakala penulisan buku ini masih jauh

dari kesempurnaan.

Salam,

Penulis

Page 5: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

v

DAFTAR ISI

JUDUL ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ v

LATAR ILMIAH KIAI PESANTREN ....................................................... 1

A. Peta Kiai Pesantren ........................................................................... 1

B. Posisi Kiai Pesantren ........................................................................ 5

SKETSA BIOGRAFI KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN .......................... 7

A. Background Keluarga ....................................................................... 7

B. Kecerdasan dan Bakat ....................................................................... 9

C. Fase Pendidikan ................................................................................ 10

D. Nama Baru Setelah Haji ................................................................... 13

PERJUANGAN DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ........... 15

A. Pesantren Al Barokah sebagai bukti otentik perjuangan Kiai Subhan

........................................................................................................... 15

B. Upaya mendirikan sekolah formal dan non formal .......................... 17

C. Pandangan dan Kebijakan Kiai Subhan dalam mengembangkan

Pendidikan ......................................................................................... 30

PERANNYA DALAM MEMBANGUN SEMANGAT KEAGAMAAN

UMAT ................................................................................................... 33

A. Majlis Ta‟lim Sebagai Strategi Mengokohkan Keagamaan

Umat ............................................................................................... 33

B. Dakwatul Islamiyah ........................................................................ 36

PERHATIAN DAN AJARAN KIAI SUBHAN TERHADAP SANTRI ... 38

A. Ajaran tentang Akhlak .................................................................... 38

B. Ilmu Yang Barokah Bekal Santri Hidup di Masyarakat ................. 44

C. Mendukung Santri Untuk Terus Melanjutkan Pendidikan ............. 45

TAUSIYAH DAN PESAN MORAL .......................................................... 47

A. Tausiyah Untuk Keluarga ............................................................... 47

B. Tausiyah Untuk Pengurus dan Dewan Guru ................................. 48

C. Tausiyah Untuk Santri ................................................................... 51

Page 6: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”
Page 7: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

1

LATAR ILMIAH KIAI PESANTREN

A. Peta Kiai Pesantren

Keberadaan seorang kiai dalam lingkungan sebuah pesantren

adalah laksana jantung bagi kehidupan manusia. Begitu urgen dan

esensialnya kedudukan kiai, karena dialah perintis, pendiri, pengelola,

pengasuh, pemimpin dan terkadang juga pemilik tunggal sebuah

pesantren.1

Istilah kiai memiliki pengertian yang plural, kata kiai bisa

berarti: 1) sebutan bagi alim ulama (cerdik pandai dalam agama Islam);

3) sebutan bagi guru ilmu ghaib (dukun dan sebagainya); 3) kepala

distrik (di Kalimantan Selatan); 4) sebutan yang mengawali nama benda

yang dianggap bertuah (senjata, gamelan dan sebagainya), dan 5)

sebutan samaran untuk harimau (jika orang melewati hutan).2

Menurut asal usulnya, perkataan kiai dalam bahasa Jawa

dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda, yakni :

1. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap

keramat.

2. Sebagai gelar kehormatan untuk orang tua pada umumnya.

1 Hadari, Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press),18

2 Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi,

(Jakarta, Erlangga, 2005), 27.

Page 8: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

2

3. Sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada orang yang

ahli agama yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan

mengajar kitab-kitab klasik kepada para santrinya.3

Kiai dapat juga diartikan sebagai orang yang memimpin

pondok pesantren dengan karisma yang dimiliki, amalan ibadah yang

tekun serta pengetahuan dalam bidang agama yang luas dan mendalam.

Dalam pondok pesantren, kiai merupakan sumber dari kewenangan yang

berlaku dalam lingkungan pondok pesantren. Kekuasaan kiai sangat

berpengaruh besar dalam bidang manajemen pondok pesantren. Dalam

beberapa hal kiai terkesan menunjukkan kekhasan dalam bentuk-bentuk

pakaian yang digunakan seperti kopiah, sorban, sarung, jubah yang

menjadi simbol kealiman. Tidak hanya sebagai pemimpin dan pengajar,

kiai selain memiliki kedudukan yang tinggi di masyarakat tetapi juga

dalam soal-soal politik yang membuahkan pengaruh melebihi batas-

batas pondok pesantren di mana mereka berada.4

Kiai adalah pendiri dan pemimpin sebuah pesantren sebagi

muslim "terpelajar" telah membaktikan hidupnya "demi Allah" serta

menyebarluaskan dan mendalami ajaran-ajaran dan pandangan Islam

melalui kegiatan pendidikan Islam. Namun pada umumnya di

3 Anasom, Kyai, Kepemimpinan dan Patronase, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2006,), 16

4 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:

LP3ES, 1982), 55

Page 9: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

3

masyarakat kata "Kiai" disejajarkan pengertiannya dengan ulama dalam

khazanah Islam.5

Dhofier, membagi gelar Kiai pada tiga jenis :

1. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap

keramat; umpamanya, “Kiai Garuda Kencana” dipakai untuk sebutan

kereta emas yang ada dikeraton Yogyakarta;

2. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya;

3. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama

islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajar

kitab-kitab islam klasik kepada para santrinya. Selain gelar Kiai, ia

juga sering disebut seorang yang alim (orang yang dalam

pengetahuan islamnya).6

Mas'ud, memasukkan Kiai kedalam lima tipologi:

1. Kiai (ulama) encyclopedi dan multidisipliner yang

mengonsentrasikan diri dalam dunia ilmu; belajar, mengajar, dan

menulis, menghasilkan banyak kitab, seperti Nawai al-Bantani.

2. Kiai yang ahli dalam salah satu spesialisasi bidang ilmu pengetahuan

Islam. Karena keahlian mereka dalam berbagai lapangan ilmu

pengetahuan, pesantren mereka terkadang dinamai sesuai dengan

5 Ziemek, Manfred, Pesantren dalam Perubahan Sosial, (Jakarta : P3M, 1986), 67.

6 Ziemek, Pesantren dalam Perubahan, 55

Page 10: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

4

spesialisasi mereka. Dikarenakan keahlian juga, Mahfuz al Tirmisi

dikenal sebagai seorang „allamah, al-muhaddits, serta al musnid.

3. Kiai karismatik yang memperoleh karismanya dari ilmu pengetahuan

keagamaan, khususnya dari sufismenya, seperti KH. Kholil

Bangkalan Madura.

4. Kiai keliling, yang perhatian dan keterlibatannya lebih besar melalui

ceramah dalam menyampaikan ilmunya sebagai bentuk interaksi

dengan publik bersamaan dengan misi sunnisme atau aswaja dengan

bahasa retorikal yang efektif. Asnawi Kudus termasuk dalam

kategori ini dan menempati kedudukan istimewa didalam kehidupan

masyarakat Jawa dengan mengokohkan dirinya sebagai seorang

pemimpin berpengaruh dan terkenal dikalangan santri Jawa.

5. Kiai pergerakan, seperti KH. Hasyim Asy'ari. Karena peran dan skill

kepemimpinannya yang luar biasa, baik dalam masyarakat maupun

organisasi yang didirikannya, serta kedalaman ilmu pengetahuan

keagamaan, yang dia peroleh dari para ulama paling disegani dalam

komunitas pesantren.7

Dari uraian di atas, tentu kita akan mampu memposisikan kiai

pada ranah-ranah tertentu sesuai dengan pola ajaran serta perannya

dalam mengelola pondok pesantren. Yang kemudian pada akhir-akhir

7Abdurrahman Mas‟ ud, Intelektual Pesantren, Perhelatan Agama dan Tradisi (Yogyakarta :

LKis, 2004), 236-237.

Page 11: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

5

ini, tipologi kiai semakin berkembang, ada yang diistilahkan sebagai

Kiai Politisi, Kiai Interpreneur dan Kiai Langgar (Baca ; Bindhereh

dalam bahasa Madura).

B. Posisi Kiai Pesantren

Keberhasilan atau kegagalan sebuah pesantren akan sangat

ditentukan oleh tingkat keteguhan dan kesungguhan para pengasuhnya

(Kiai) dalam mengembangkan lembaga yang dipimpinnya, karena itu

sebenarnya tidaklah terlalu berlebihan jika ada banyak pengamat

menilai bahwa pesantren itu merupakan persoalan enterprise para

pengasuhnya. “Itulah sebabnya kelangsungan hidup sebuah pesantren

sangat bergantung pada kemampuan pesantren tersebut untuk

memperoleh seorang Kiai pengganti yang berkemampuan cukup tinggi

pada waktu ditinggal mati Kiai yang terdahulu.8

Demikian ketatnya hubungan antara Kiai dengan pesantren

yang di pimpinnya, sehingga tidaklah sedikit diantara mereka yang

memahami hal tersebut sebagai pengabdian agar dapat berbuat sesuatu

yang lebih baik bagi kemaslahatan umat.

Dalam kerangka administrasi pendidikan, pondok pesantren

selalu dikaitkan dengan adanya instituisi badan wakaf, para anggota

badan wakaf itulah yang secara kolektif menentukan perjalanan

pesantren, akan tetapi pengaturan demikian itu lebih dimaksudkan untuk

8Dhofier, Tradisi Pesantren, 61.

Page 12: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

6

menjamin tingkat stablitas pesantren, khususnya jika para pendiri dan

pengasuhnya sudah tidak ada lagi.

Dalam situasi seperti diatas, maka hidup matinya pesantren

berada pada tangan pengasuhnya atau pendirinya, dalam konteks seperti

inilah persoalan enterprise hendaknya dipahami.

Selain Kiai pesantren adalah orang yang memimpin dan

memenej pesantren menjadi lebih berkembang, Kiai pesantren juga

mengganggap bahwa pesantren yang dipimpin adalah miliknya sehingga

Kiai memiliki kekuasaan mutlak terhadap pesantren yang dipimpin.

“dengan kata lain, Kiai dan para pembantunya merupakan hierarki

kekuasaan satu-satunya yang secara explisit diakui dalam lingkungan

pesantren”.9

9 Pradjarta Dirdjosanjoto, Memelihara Umat. Kiai Pesantren – Kiai Langgar di Jawa (Yogyakarta

: LKis, 1999), 141.

Page 13: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

7

SKETSA BIOGRAFI KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN

A. Background Keluarga

KH. Subhan Saifur Ruslan Lahir pada 05 Maret 1946 di Desa

Padasan Kecamatan Pujer Kabupaten Bondowoso, dari Pasangan

Keluarga Bapak Rus Nahrowi dengan Ny. Hj. Fatimah.

KH. Subhan Saifur Ruslan yang pada masa kanak-kanak biasa

dipanggil dengan sebutan Ruslan “Rus” menghabiskan sebagaian masa

kanak-kanaknya “Masa Kecil” di lingkungan Desa tempat kelahirannya

yaitu Desa Padasan (Paddesen ; dalam Istilah Madura), Kecamatan

Pujer Kabupaten Bondowoso, yang pada umumnya sebagai desa yang

memiliki basis masyarakat petani.

Kiai Subhan Saifurruslan dididik dan dibina dalam lingkungan

keluarga yang sederhana, Ayah beliau adalah Bapak Rus Nahrawi, yang

berprofesi sebagai petani sawah, disamping juga bekerja sebagai sopir

andong (Baca ; Ngijek). Disamping itu ayah beliau juga gemar

memelihara bebek, sehingga telur yang dihasilkan dijadikan sebagai

bagian dari biaya pendidikan Kiai Subhan.

Sejak masa Kanak-kanak, Kiai Subhan dilatih dengan Pendidikan

kemandirian, pendidikan kesedernahanaan dan pendidikan keikhlasan.

Pendidikan Kemandirian dimaksudkan agar Kiai Subhan ketika beranjak

dewasa, akan menjadi Insan Mandiri. Dan Pendidikan kesederhanaan

Page 14: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

8

yang dimaksudkan agar Kiai Subhan Sederhana dalam hidup dan tidak

mengunggulkan kemewahan. Dan juga pendidikan keikhlasan yang

dimaksudkan agar Kiai Subhan mampu menjadi orang Ikhlas dengan

berdasar pada Sunnah Rasul dan para Ulama‟-ulama‟ terdahulu (Salafu

Al Shalih). Sehingga dari pembinaan keluarga yang sangat

memperhatikan nilai-nilai ajaran islam, akhirnya mengantarkan Kiai

Subhan menjadi sosok tokoh yang kharismatik, dan mampu mendirikan

serta mengembangkan pondok pesantren Al Barokah, mampu mendidik

para santri dengan Ikhlas dan Sabar, serta sederhana dalam menapaki

romantika kehidupan.

Seiring berjalannya Waktu, KH. Subhan akhirnya menikah

dengan Zuhra (Nyai Hj. Dewi Hamdana Bulqis Putri dari KH. Akhmad

Syadili. Dari pernikahan beliau, akhirnya dikaruniai empat orang anak

yaitu ; pertama seorang Putri bernama Neng Ana Ghayatul Ghuslah

Lahir pada tahun 1975, Kedua seorang Putra yaitu Gus Moh. Fadlil

Hasan lahir pada tahun 1980. Ketiga, Neng Ghitsna Nihayati (Almh),

dan yang ke Empat yaitu Gus. Afini Maulana (Alm). Dari putra putrinya

tersebut, Kiai Subhan juga di karuniai empat orang cucu yaitu Gus.

Mohammad Abdil Bar dan Gus Waldan Putra dari Gus Moh. Fadil.

Serta Gus Ilyas Mubarokurromah dan Gus Moh. Hasan Mahbubi Putra

dari Neng Ana Ghayatul Ghuslah.

Page 15: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

9

B. Kecerdasan dan Bakat

Sejak muda, Kiai Subhan dikenal sebagai sosok yang pandai,

cerdas dan memiliki kemampuan hafalan yang kuat. Kecerdasan,

kepandaian dan kekuatan hafalan beliau semakin nampak tatkala beliau

“nyantri” di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Pajarakan

Probolinggo.

Beliau dalam menghafalkan ilmu agama, seringkali dikaitkan

dengan lagu. Dan memang kala itu (di Pondok Pesantren Zainul Hasan

Genggong), KH. Subhan terkanal sebagai santri yang pandai dan

menguasai ilmu Arudh, sehingga dalam proses penghafalan beliau

sering mengkaitkan dengan lagu-lagu atau syi‟ir (Bahar).

KH. Subhan sangat terkenal kealimannya dalam bidang Ilmu

Arudh dan Ilmu Nahwu, baik pada saat beliau “nyantri” di Genggong

ataupun pada masyarakat sekitar Bondowoso. Kealiman beliau dalam

bidang ilmu Aarud dan Ilmu Alat tampak saat beliau diangkat sebagai

tenaga pengajar di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong.

Lain dari itu, kealiman beliau dalam bidang Ilmu Alat juga

tampak saat penulis masih “nyantri” di Pondok Pesantren Al Barokah,

ilmu nahwu beliau ampu langsung sebagai bentuk perhatian terhadap

santri agar memiliki kemampuan dalam memahami kitab-kitab kuning.

Page 16: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

10

Beliau sangat menyukai seni-seni lagu islami, hal itu bisa

dibuktikan dengan ketelatenan beliau tatkala sedang membina para

santri dalam melantunkan Nadhom-nadhom di pesantren, serta peran

aktif beliau dalam mengarahkan kelompok Mars Pesantren yang dibina

langsung oleh beliau.

Beliau juga memiliki kefasihan yang luar biasa dalam

melantunkan ayat-ayat Al Qur‟an, makhraj yang tepat, qira‟ah yang

enak dan suara yang merdu. KH. Subhan selalu membina santri dalam

melafalkan ayat-ayat Al Qur‟an, yang dilaksanakan setiap selesai sholat

subuh dalam kegiatan tartil al qur‟an.

Ini tentu adalah gambaran umum kecerdasan dan bakat Kiai

Subhan yang sudah disaksikan oleh alumni, santri dan masyarakat.

C. Fase Pendidikan

KH. Subhan Saifurruslan, sejak kecil hidup dilingkungan dan

iklim keagamaan yang kondosif, yakni di Desa padasan.

Mulai kecil beliau “KH. Subhan Saifurruslan” sudah belajar ilmu

agama di suatu mushollah kecil yang diasuh oleh KH. Iqrom yang

posisi rumahnya “Mushollah” tidak jauh dari kediaman KH. Subhan.

Semasa itu, kecerdasan dan kelebihan beliau sudah mulai

nampak, tidak hanya pada sisi intelektualitasnya yang mendukung

Page 17: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

11

namun dari sisi pengabdian dan akhlaknya-pun sudah dapat

dipertanggung jawabkan.

Sebelum Hijrah ke Genggong, Kiai Subhan sempat mengenyam

lembaga pendidikan Dasar, yang kala itu di kenal dengan sekolah

Rakyat (SR). beliau tamat dari sekolah rakyat pada awal tahun 1959 M,

tapi beliau belum sempat mendapatkan ijazah SR, karena faktor

administrasi sekolah yang belum lengkap dan belum tertib dikala itu.

Menginjak usia tiga belas tahun kemudian KH. Subhan Saifur

Ruslan mulai menghijrahkan diri demi mengobati dahaganya yang haus

akan ilmu pengetahuan. Kemudian beliau memilih untuk menimba ilmu

di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo pada akhir

tahun 1959 M yang waktu itu diasuh oleh Alm. KH. Hasan Saifur

Ridzal putra dari KH. Moh. Hasan Bin Syamsuddin Bin Qoiduddin

Genggong Pajarakan Probolinggo. Tentunya sewaktu beliau menjadi

santri jelas tidak jauh berbeda dengan santri pada umumnya, yaitu selain

menimba ilmu juga mengabdi kepada Kiai dan Pesantren.

Kepada KH. Hasan Saifurridzal, beliau belajar ilmu Nahwu,

Shorraf, Balaghah, Mantiq, Aarud, Tauhid, Tafsir, Hadits, Fiqh,

Tasawuf dan Akhlak.

Waktu berselang cukup lama, sudah sekitar Empat belas tahun

beliau mondok (baca belajar) di Genggong, akhirnya memutuskan diri

Page 18: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

12

untuk kembali kemasyarakat guna mengabdikan dirinya serta

mentransformasikan nilai-nilai intelektual yang beliau miliki pada

masyarakat. Akhirnya pada tahun 1973 beliau pulang ke Desa tempat

kelahirannya yaitu Desa Padasan.

Selang waktu beberapa bulan setelah pulang dari pondok ke Desa

tempat kelahiran yaitu desa Padasan. Selanjutnya pada bulan Oktober

Tahun 1973, beliau kemudian menikah dengan salah seorang perempuan

yang bernama Zuhra (Nyai Hj. Dewi Hamdana Bulqis) putri dari KH.

Ahmad Syadili tokoh masyarakat di Desa Padasan yang mimiliki surau

kecil yang ditempati ngaji oleh anak-anak tetangga dalam lingkup

Padasan.

Dari pernikahan beliau tersebut, maka beliau diberi amanah

untuk mengelola “langgar” yang sedang diasuh oleh mertuanya yaitu

KH. Ahmad Syadili. Dari situ akhirnya musholla (langgar) tersebut

dikelola dengan baik, sabar meladeni para santri, serta tanpa kenal

payah dan lelah dalam mengajarkan ilmu Allah kepada Santri.

Siang beliau menemani santri belajar, dan begitupun malam

beliau juga tetap setia meneladeni santri mencari ilmu Allah. Dari hal itu

kemudian membuahkan hasil yang baik, yaitu perwujudan pesantren Al

Barokah sebagai central off islamic knowladge, mewujudkan santri

Page 19: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

13

bermental baja, sukses dalam peradaban masyarakat dunia global

dengan berbekal ilmu agama dan ilmu umum.

Berkat kesabaran pula, hal itu juga mengantarkan Kiai Subhan

menjadi seorang tokoh ulama‟ pejuang pendidikan, yang menata

pendidikan pesantren dengan penuh ketekunan dan kesabaran.

D. Nama Baru Setelah Haji

Ruslan adalah nama kecil dari KH. Subhan Saifurruslan, nama itu

sudah disandang sejak lahir hingga beliau dewasa.

Tak hanya di Padasan Desa tempat kelahirannya mengenal beliau

dengan panggilan Ruslan, di Genggong-pun beliau di panggil dengan

sebutan Ruslan.

Namun kenapa saat ini beliau lebih dikenal dengan panggilan

KH. Subhan Saifurruslan?

Nama ini adalah gelar dan pemberian dari sang Guru yaitu KH.

Hasan Saifurridzal. Dimana pada waktu itu, tepatnya pada tahun 1987-

1988 KH. Subhan Saifurruslan sedang melaksanakan ibadah haji. Dalam

waktu yang bersamaan dengan KH. Hasan Saifurridzal.

Ketika sedang berada di tanah Suci, KH. Subhan tidak mau jauh

dengan sang Guru, beliau ingin selalu dekat agar bisa mengambil

barokah, serta mampu mengabdikan dirinya pada sang Guru dalam

setiap waktu dan kesempatan.

Page 20: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

14

Sehingga ketika sedang berada di Maktab, KH. Hasan

Saifurridzal menyematkan nama baru kepada KH. Subhan yaitu yang

semula adalah Ruslan, beliau diberikan nama baru yaitu KH. Subhan

Saifurruslan, termasuk juga pada Ibu Nyai Istri dari KH. Subhan yaitu

yang semula nama beliau adalah Zuhra, ketika ditanah suci, beliau

diberikan nama baru yaitu Hj. Dewi Hamdana Bulqis.

Inilah nama baru yang saat ini beliau lebih dikenal dengan

panggilan Kiai Subhan pengasuh Pondok Pesantren Al Barokah

Paddhesen, hal ini tidak lepas dari barokah dari sang Guru yang telah

memberikan nama pada beliau sewaktu ada ditanah suci.

Page 21: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

15

PERJUANGAN DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN

A. Pesantren Al Barokah sebagai bukti otentik perjuangan Kiai

Subhan

Pesantren Al Barokah berdiri pada tanggal 5 bulan maret tahun

1974 bertepatan pada 5 Muharram 1395 H, yang letaknya sekitar 10

km dari keramaian pusat Kota Bondowoso, terletak di Desa Padasan

Kecamatan Pujer Kabupaten Bondowoso.

Kehadiran pondok pesantren Al Barokah telah menjadi pelita

bagi umat, karena berkat perjuangan Kiai Subhan mendirikan pondok

pesantren Al Barokah, sudah banyak dari sekian umat islam yang

merasa dibina dan terarahkan dalam menimba ilmu-ilmu agama dan

ilmu umum. Atau bahkan kehadiran pesantren Al Barokah telah

menghijrahkan umat dari lembah yang penuh dengan geming-geming

kegelapan menjadi umat yang hidup dalam kenyamanan dan penuh

dengan cahaya pengetahuan dan keislaman.

Hal tersebut tak patut terlupakan bahwa hal itu berkat perjuangan

Kiai Subhan yang sudah dengan sabar, ikhlas dan semangat yang tinggi

untuk mendirikan dan mengembangkan pesantren Al Barokah.

Pesantren Al Barokah sebagai panji cahaya bagi umat telah

membuktikan perannya sebagai lembaga pendidikan islam yang mampu

mencerahkan kehidupan umat. Hal itu dibuktikan dari banyaknya

Page 22: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

16

alumni Pesantren Al Barokah yang memiliki peran penting dalam

kehidupan masyarakat.

Pesantren Al Barokah pada awal mulanya adalah sebatas tempat

mengaji “langgar kecil” yang diasuh oleh mertuanya yaitu KH. Ahmad

Syadili. Dari langgar kecil ini dengan proses yang cukup panjang, maka

dengan karunia Allah dan barokah dari Sang Guru yaitu KH. Moh.

Hasan bin Syamsuddin bin Qoiduddin Genggong dan KH. Hasan

Saifurridzal Genggong didatangilah KH. Subhan empat orang santri

yang semuanya datang dari luar desa padasan, mereka ingin berguru

serta menyerap pengetahuan yang dimiliki oleh KH. Subhan.

Dimasa itu, masih belum ada istilah pondok pesantren, yang ada

hanya langgar kecil tempat ngaji para santri, karena realitasnya waktu

itu masih belum ada bangunan pondok. Jadi Empat orang santri ini

tempat tidurnya Hanya sebatas di ruang kecil yang terbuat dari bambu.

Sama dengan santri pada umumnya, walaupun kuantitasnya

masih sedikit, namun pelajaran yang diterima oleh santri tersebut sama

dengan santri pada umumnya yaitu pagi setelah sholat subuh ngaji

qur‟an, siang belajar, dan maghrib juga belajar qur‟an dan isya‟ juga

belajar kitab.

Pada periode ini sistem pengajaran ilmu pengetahuan

dilaksanakan beliau dengan sistem ceramah dan praktikum langsung

Page 23: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

17

melalui saluran sarana yang ada pada masyarakat. KH. Subhan Saifur

Ruslan memberikan pengajian ilmu Al-Qur'an dan Ilmu Fiqih atau

hukum syariat Islam serta Ilmu Nahwu yang memang menjadi

keharusan pondok pesantren mengaplikasikan ilmu-ilmu ini disamping

ilmu-ilmu yang lainnya. Sehingga dengan demikian para murid “santri”

dapat memiliki pengetahuan yang memadai.

Setelah beberapa bulan, mulailah dimasukkan ajaran dan nilai-

nilai agama islam yang lebih meningkat. Hal lainnya adalah pendalaman

ilmu agama melalui sistem pendidikan non formal. Pola pendidikan dan

pembinaan semacam itu dilakukan, baik kepada santri maupun kepada

masyarakat sekitar pesantren. Pengajian kitab dilakukan dengan

berbagai metode. Mulai dari bandongan, sorogan dan takhassus.

Sementara itu pemberian makna dalam pengajian kitab kuning

menggunakan bahasa Jawa karena Itba‟ pada Pesantren Zainul Hasan

Genggong tempat Kiai Subhan Mondok. Sehingga pesantren Al

Barokah merupakan pesantren yang mengkombinasikan Bahasa Jawa,

Madura dan bahasa Indonesia dalam menjelaskan dan menterjemahkan

kitab-kitab klasik yang dikajinya.

B. Upaya mendirikan sekolah formal dan non formal

Pondok pesantren yang telah berdiri ibarat batu karang di tengah

lautan, tetap tegar walau ombak menghempas datang. Ditengah-tengah

Page 24: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

18

gelombang pergulatan dan perjuangan menjadikan pesantren agar lebih

maju dan berkembang serta menjadi lembaga yang benar-benar dapat

mengayomi masyarakat serta melahirkan generasi muslim yang mampu

berkiprah dalam peradaban masyararakat.

Lain dari pada itu, kehadiran pondok pesantren Al Barokah juga

menginginkan agar mampu mencetak kader-kader ulama‟ yang dapat

mentransformasikan nilai-nilai agama pada masyarakat, serta nilai-nilai

intelektual yang berasaskan pada dasar Negara yaitu Pancasila serta

amanah Undang-Undang Dasar 45 kepada seluruh tataran masyarakat

dengan bersandarkan pada Nilai-nilai Etika dan Akhlakul Karimah.

Inilah cita-cita suci yang menjadi harapan pesantren Al Barokah dalam

mengibarkan sayap mensyiarkan ajaran Islam dan pendidikan.

Pengasuh Pondok Pesantren ini pun, yaitu KH. Subhan tidak

pernah ketinggalan meski terbentur dengan bentuk-bentuk gerakan yang

lain serta aktifitas yang berjalan dalam keseharian beliau. Namun yang

menjadi tujuan dari beliau hanya satu yaitu bagaimana pesantren Al

Barokah menjadi lebih maju dan berkembang serta dapat merespon

tantangan peradaban zaman dan tuntutan masyarakat.

Beliau, Kiai Subhan Saifurruslan menekankan bahwa penanaman

Al Barokah bukan hanya sekedar nama yang dicetuskan untuk nama

sebuah pondok pesantren yang di nisbatkan pada kata Barokah. Namun

Page 25: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

19

lebih dari itu ingin mengambil uswah sebagai wadah sarana pendidikan

yang mempunyai corak khas diantara sarana pendidikan yang ada waktu

itu. Yaitu untuk mencetak kader-kader penerus ajaran Rasulullah yang

tahan cuaca. Tidak mudah tergoncang bergantinya musim, era, Zaman

dan Model. Hati tetap erat kokoh merapat disisi Allah walau

bagaimanapun keadaanya. Badan kuat, serta mental tetap exsis menahan

godaan hidup. Inilah baru diaktegorikan Muslim Sejati, Santri masa

depan, harapan umat, agama, bangsa dan Negara.

Keberadaan Pondok Pesantren Al Barokah tidak lepas dari

konstruksi nilai-nilai internal pesantren serta kemasyarakatan yang mana

pada hakikatnya pesantren mencita-citakan suatu transendensi atas

perjalanan historisitas agama islam dan sosial. Hal yang menjadi titik

penting adalah kenyataan eksistensi pesantren sebagai salah satu pemicu

terwujudnya transformasi nilai-nilai religus dalam format pendidikan

islam serta koherensi sosial. Keniscayaan ini karena pesantren hadir

terbuka dengan semangat, meneruskan risalah Nabi Muhammad SAW

dengan kondisi kesederhanaan, kekeluargaan dan kepedulian sosial.

Berdirinya Pondok Pesantren Al Barokah memang bukan sekedar

untuk pemenuhan kebutuhan keilmuan para santri, melainkan juga

penjagaan budaya, penyebaran etika “akhlakul karimah” dan moralitas

keagamaan. Tak heran, pada periode pertumbuhan ini santri lebih

Page 26: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

20

diarahkan agar lebih memahami bentuk aplikasi dari teori ilmu-ilmu

keagamaan yang mereka pelajari dalam kitab-kitab kuning. Sehingga

nantinya, para santri bisa mengamalkan „mengimplementasikan‟ teori

ilmu-ilmu keagamaan secara tepat dan benar ketika sudah terjun di

tengah-tengah peradaban masyarakat. Bentuk emplementasi ilmu

keagamaan tersebut diaplikasikan dalam bentuk pendampingan dan

pengabdian kepada masyarakat dengan konsep dan strategi tertentu.

Waktu siang maupun pagi para santri diajar langsung oleh KH.

Subhan Saifur Ruslan untuk mempelajari ilmu-ilmu Allah serta

mengaplikasikan bentuk-bentuk pengabdian baik itu pada Guru,

Pesantren lebih-lebih kepada Masyarakat. Jika malam mereka bersujud

khusyuk menanti dan memohon hidayat serta Ridho Allah, dan jika fajar

telah datang menyambutnya, mereka tersenyum cerah bagaikan

senyuman Para syuhada‟ yang telah memenangkan perang membela

agama Allah, karena dalam anggapan para santri jika fajar telah tiba

rahmat dan nikmat Allah telah datang, karena dalam menjalani malam

yang menjadi permohonan adalah agar mendapat nikmat dan rehmat

akhirnya nikmat dan rahmat itu tiba dipagi hari kaena mereka masih

diberi kesempatan memandang alam semesta dan menikmati pagi yang

cerah. Pendidikan semacam inilah, hasilnya ternyata cukup

Page 27: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

21

mengagumkan dan ini telah dirasakan oleh Pondok Pesantren Al

Barokah.

Pengkajian ilmu pengetahuan pada periode ini mulai semakin

mekar dan dikembangkan dalam pola pendidikan santri, bukan lagi

hanya berkutat dalam skop ilmu pengetahuan agama saja, melainkan

santri juga mulai dibekali ilmu-ilmu umum, karena pada hakekatnya

ilmu agama dan ilmu umum yang tak dapat dipisahkan karena kedua

ilmu ini adalah merupakan bagian yang secara sentris dibutuhkan dalam

kehidupan bermasyarakat.

Disamping itu pembagian tugas antara Ustadz-ustadz / pengurus

yang ada semakin jelas, stag holder kepegurusan pesantren tidak hanya

berpusat kepada KH. Subhan Saifur Ruslan selaku Pengasuh melainkan

ada invasi nilai patriarki yang ada dalam pondok pesantren yaitu

ditekankan pada konsep-konsep demokratis. Kyai Subhan Saifur Ruslan

memegang kebijakan umum Pondok Pesantren serta ilmu-ilmu agama

yang diajarkan pada santri. Sehingga pada waktu itu, dibentuk pengurus

pesantren dan lembaga pendidikan seperti pada lembaga pendidikan

formal.

Pada masa kelahiran yang berlangsung pada awal mula

keberlangsungan Pesantren Al Barokah yaitu suatu masa dimana disitu

tertulis sejarah yang sangat novelis dan delematis yang diawali dengan

Page 28: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

22

sebuah keinginan besar dari kiai subhan untuk mendirikan pesantren

yang akhirnya akan bermashlahah pada masyarakat secara umum.

Dalam fese kalahiran “pertama” tersebut, terdapat beberapa hal yang

patut digaris bawahi yang perlu direnungkan oleh para santri yaitu :

1. Ada kalanya pesantren Al Barokah mendatangkan suatu unsure yaitu

menelorkan kader-kader islam (ulama‟) yang dapat meneruskan

risalah Nabi Muhammad saw.

2. Ada kalanya Pesantren Al Barokah mendatangkan suatu unsur yaitu

melestarikan dan memberdayakan masyarakat.

3. Ada kalanya Pesantren Al Barokah lahir karena untuk memfasilitasi

masyarakat dalam bidang pendidikan.

4. Ada kalanya Pesantren Al Barokah lahir karena merupakan bagian

yang tidak dapat dielakkan lagi yaitu suatu tuntutan besar dari sang

guru Kiai Subhan yaitu Kiai Hasan Saiufur Ridzal Genggong

Probolinggo agar KH. Subhan Saifur Ruslan Mendirikan Pesantren.

Dengan demikian, terbentukalah suatu setting nilai dan

masyarakat berpendidikan. Karena pada awal mulanya di daerah

padasan tidak ada pesantren yang siap menyajikan pendidikan yang

sesuai dengan minat dan keinginan masyarakat serta tuntutan era

perubahan. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang sesuai

dengan tuntutan zaman yaitu era modernisasi.

Page 29: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

23

Dalam pada masa pertumbuhan ini, sebetulnya masa dimana pada

umumnya pendidikan islam pada umumnya telah menghadapi ruang

kontestasi dalam konteks pendidikan. Dan hal itu, juga menuntut

Pesantren Al Barokah untuk ikut menyelami ruang kontestasi tersebut

dengan cara menberikan pendidikan yang ideal sesuai dengan

kebutuhan, keinginan serta minat masyarakat.

Berkaitan dengan hal tersebut, pada tahun 1974 didirikanlah

sekolah klasikal yang pertama di Al Barokah yang di beri nama

Madrasah Ibtidaiyyah Al Barokah. Madrasah ini didirikan tidak lain

adalah sebagai bentuk respon terhadap tuntutan dan kebutuhan

masyarakat terhadap adanya lembaga madrasah. Madrasah ini, pada

awal mulanya hanya merupakan lembaga yang merupakan inisiatif

terhadap perkembangan dunia pendidikan agar masyarakat lebih mudah

menjangkau pendidikan formal.

Namun waktu belajar dalam lembaga ini tidak dilaksanakan pada

pagi hari akan tetapi dilaksanakan pada siang sampai sore hari mulai

dari jam 12.30 s.d. 17.00.

Pada awal mulanya lembaga ini hanya memiliki 6 Orang santri

yang keseluruhannya terdiri dari para santri yang menetap di pondok

dan santri yang colokan.

Page 30: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

24

Berbicara tentang kepengurusan struktural dalam lembaga ini,

tentunya masih berbeda dengan kepengurusan lembaga pada era ini,

pada era tersebut struktur kepengurusan notabennya masih kurang

mapan, karena lembaga ini ibarat bayi yang baru belajar merangkak,

karena lembaga ini adalah merupakan lembaga pendidikan formal

pertama yang ada di pesantren Al Barokah. Adapun kepala Madrasah

Pada waktu itu ditangani langsung oleh Kiai Subhan.

Sebagai tindak lanjut Madrasah tersebut, pada tahun 1981 M

didirikan Madrasah Tsanawiyah, lembaga ini dimaksudkan sebagai

arena belajar untuk para siswa dan santri yang telah lulus dari Madrasah

Ibitidaiyah. Lembaga ini setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP).

Madrasah tersebut di huni sekitar 4 orang siswa, dan pada waktu

itu kepala Madrasah ditangani langsung oleh KH. Subhan Saifurruslan.

Karena dipandang bahwa dua lembaga ini masih merupakan

sarana pendidikan yang jauh dari maksimal dan para santri setelah lulus

dari MTs. merasa kesulitan untuk melanjutkan kejenjang lebih tinggi,

maka pada tahun 1987 M didirikanlah lembaga yang bernama Madrasah

Aliyah Al Barokah yang setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA),

lembaga ini didirikan sebagai sarana bagi masyarakat dan para santri

pada khususnya untuk meraih pendidikan ditingkat atas. Lembaga ini

Page 31: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

25

pada awal mulanya di nahkodai oleh KH. Subhan Saifurruslan dibantu

oleh Alm. Drs. H. Moh. Nur.

Namun dari semua itu masih belum cukup karena lembaga-

lembaga yang ada di lingkungan pesantren Al Barokah, masih

merupakan lembaga pendidikan formal yang notabennya dalam

perspektif yang berbeda diasumsikan sebagai lembaga yang akan

mencetak kader-kader yang memiliki kemampuan umum, namum yang

perlu digaris bawahi bahwa lembaga-lembaga pendidikan formal seperti

Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah,

format pendidikannya sangat jauh berbeda dengan pola pendidikan masa

kini.

System pendidikan waktu itu lebih dititik beratkan pada

pembelajaran agama dengan memasukkan materi-materi keagamaan

secara sakral dan terpadu dan condong yang menjadi bahan ajar

keagamaan adalah ilmu-ilmu klasik yang telah diwariskan oleh salafus

shaleh. Seperti Fiqih, materi ajarnya memakai Kitab Fathul Qorib dan

Kitab-kitab lainnya, Nahwu dan Bahkan Ilmu Tafsir.

Lembaga spesifikal yang dimaksud penulis dalam jabaran di atas

adalah lembaga pendidikan Madrasah Diniyah, yang mana dilembaga

ini difokuskan pada pembelajaran ilmu agama sesuai dengan konsep

pesantren pada umumnya, yaitu didalammnya terdapat Ilmu Nahwu,

Page 32: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

26

Sharraf, Fiqih dasar, Qowaid dan Ushulul Fiqh, serta Ilmu Mantiq dan

balaghah. Lembaga ini dirikan pada 1974 yang mana pada waktu system

kepengurusannya masih sentral dikomandoi oleh KH. Subhan

Saifurruslan dengan dibantu oleh pengurus-pengurus lainnya.

Jika dikembalikan pada salah satu cita-cita didirikannya

pesantren Al Barokah, yaitu sebagai pusant pemberdayaan Masyarakat,

maka pesantren Al Barokah mendirikan Majlis Ta‟lim Muslimin sebagai

pusat komunikasi dan musyawah dengan masyarakat. Dalam Majlis

Ta‟lim ini juga ditekankan pada pemahamanan keagamaan kepada

masyarakat serta mempererat tali silatur rahim sebagai bentuk

perwujudan dari insanul muslimin yang erat dan kokoh menjaga tali

persaudaraan. Lembaga Majlis Ta‟lim ini didirikan pada 1974 yang

mana tingkat kepengurusannya adalah berasal dari masyarakat dan wali

santri, yang mana pada waktu itu yang menjadi ketua adalah KH.

Subhan Saifurruslan dengan dibantu oleh beberapa orang pengurus

lainnya.

Akhirnya, dengan sekian keberadaan lembaga formal dan

nonformal yang ada dilingkungan pesantren Al Barokah, maka

ditutupalah periode pertumbuhan ini pada tahun 1987 yang ditandai

dengan adanya lembaga-lembaga pendidikan yang ada.

Page 33: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

27

Pada periode pertumbuhan merupakan periode yang melahirkan

hal-hal yang menunjang terhadap perkembangan pondok pesantren Al

Barokah yaitu berdirinya lembaga pendidika-pendidikan formal dan

lembaga pendidikan norformal seperti sudah dijabarkan dalam kajian

sebelumnya. Namun dari periode tersebut masih dibuthkan invoasi nilai

agar menjadi lembaga yang lebih mapan dan mampu merespon tuntutan

masyarakat dalam konteks pendidikan.

Pada periode ini, ditata dengan sebuah formulasi gerakan atas

sebuah khazanah intelektual yang mumpuni dan berkualitas. Kenyataan

yang paling nampak dalam periode ini adalah kualifikasi keahlian

masing-masing santri, dan bahkan ada yang menjadi standar budaya

kaum santri. Sehingga para santri dalam benak hatinya selalu memiliki

beban tanggung jawab untuk senantiasa “tafaqquh fi al-din” memahami

dan mendalami ilmu agama yang nantinya akan ditunggu hasilnya oleh

masyarakat. Hal penting yang perlu digaris bawahi adalah bahwa pada

periode perkembangan ini, instink manajerial telah mampu

mengadaptasikan segala respon positif serta kreasi-kreasi inovatif.

Implementasi dari aktifitas tersebut selalu dijiwai petunjuk tentang

strategi melaksanakan tugas perjuangan lillahi ta‟ala.

Pendekatan kearifan dengan senantiasa melihat kondisi psikologi,

sosial dan kultural kaum santri. Selain itu juga dilakukan suatu

Page 34: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

28

pendekatan komunikasi melalui lisan maupun teladan tindakan dalam

rangka transfer of value kepada santri. Tak kalah pentingnya

pengembangan kehidupan rasional yang selalu mengedepankan

eksplorasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi acuan dalam

pengembagan pondok pesantren.

Wal-Hasil, di satu pihak Pesantren Al Barokah diupayakan terus

menyesuaikan dirinya dalam konteks pergulatan zaman “era

modernisasi” serta maraknya ruang kontestasi lembaga pendidikan,

namun disitu tetap mempertahankan tradisi lampau “tradisional” di lain

pihak yaitu Ala Qodimi al Shalih. Dalam hal kepemimpinan pesantren

diterapkan kepemimpinan kolektif dan Demoktratis, yaitu pimpinan

pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan formal. Walaupun secara

struktural, kepemimpinan pondok dijabat oleh seorang pengasuh saja.

Akan tetapi dalam operasionalnya diterapkan kepemimpinan kolektif

dan Demokratis.

Di sektor pendidikan, santri terus diupayakan untuk tafaqqahu fi

al din. Dalam bidang keilmuan santri terus ditempa untuk menguasai

khazanah keilmuan klasik yang tertuang dalam kitab kuning yang juga

dipadukan dengan pengetahuan umum dan bahasa asing. Utamanya

mereka yang duduk dijenjang MI, MTs dan MA. Jadi, pola pendidikan

dan pembinaan pada periode perkembangan ini dilakukan secara

Page 35: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

29

integral. Sehingga terjadi sebuah proses yang saling mendukung antara

program di Madrasah dan kegiatan internal Pondok Pesantren.

Meski diterpa berbagai kesibukan dan adanya waktu yang sangat

padat, KH. Subhan Saifur Ruslan tetap bisa mengurus pesantren dengan

baik. Pada Periode ini, pesantren sepertinya sudah menemukan jati diri

yang seutuhnya dan labih mengibarkan sayapnya sebagai lembaga

pendidikan Islam. Baik mengenai jumlah santri maupun pelayanan dan

pengembangan kemasyarakatan. Tokoh pesantren yang punya pemikiran

cemerlang ini tak hanya mendidik para santrinya agar mampu

memahami ilmu-ilmu agama namun juga menekankan pada santri untuk

memehami bahasa Asing dan tekhnologi.

Dalam bidang pendidikan, dilakukan pembenahan mulai dari TK

(Taman Kanak-Kanak) hingga Madrasah Aliyah dan Lembaga-lembaga

lainnya. Lembaga pendidikan (Madrasah) yang sebelumnya hanya

memiliki status terdaftar pada Masa ini menjadi Lembaga yang

Terakreditasi. Dengan peningkatan status ini, lembaga pendidikan

tersebut sudah dapat dikatakan sebagai lembaga yang unggul secara

kuantitas. Beberapa lembaga tersebut adalah Madrasah Ibitidaiyah yang

diakreditasi pertama pada tahun 2004 dan diresmikan melaksanakan

pembelajaran dan pendidikan pada Pagi hari karena mendapat tuntutan

dari instansi terkait seperti Departemen Agama agar melaksankan

Page 36: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

30

kegiatan pembelajaran pada pagi hari, MTs Al Barokah yang

diakreditasi pertama pada tahun 2004, dan Madrasah Aliyah Al Barokah

yang diakreditasi pertama pada tahun yang sama yaitu 2004.

Pesantren juga menggalakkkan pengembangan bahasa asing.

perkembangan ini terlihat dengan berdirinya LPBI (lembaga

pengembangan bahasa Inggris) yang menjadi cikal bakal pendidikan.

Lembaga ini didirikan pada tahun 2004 yang diasuh oleh tutor yang ahli

dalam bidang Bahasa Inggris yaitu dari Pare Kediri. LPBI diharapkan

dapat menghidupkan ghirah berbahasa asing pada santri dan dalam

kehidupan berasrama (sebuah istilah untuk menunjuk tempat tinggal

santri sehari-hari). Sehingga diharapkan bahasa inggris akan menjadi

bahasa santri sehari-hari.

C. Pandangan dan Kebijakan Kiai Subhan dalam mengembangkan

Pendidikan

KH. Subhan sebagai sosok yang memiliki tekad besar untuk

mengembangkan pesantren, serta lembaga-lembaga pendidikan yang

ada dibawah naungan pesantren Al Barokah. Satu hal yang sering beliau

sampaikan baik pada santri ataupun pengurus “Al Barokah tidak boleh

berjalan ditempat”. Sungguh harapan, cita-cita dan keinginan yang besar

dalam berjuang mengembangkan pendidikan, telah mengantarkan Al

Barokah menjadi lembaga pendidikan Islam berbasis pesantren yang

Page 37: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

31

diminati oleh masyarakat, baik dilingkup lokal ataupun melebar pada

wilayah tapal kuda bahkan luar jawa.

Dalam pandangan KH. Subhan Al Barokah harus memberikan

pendidikan multi pada masyarakat, yaitu pendidikan Ilmu Agama dan

ilmu Umum, hal itu dilakukan sebagai bentuk upaya mencerdaskan

masyarakat muslim, serta sebagai sarana pendidikan berbasis pesantren

bagi masyarakat. Dengan begitu maka, munculnya lembaga-lembaga

pendidikan di lingkungan pesantren Al Barokah tidak lain adalah karena

adanya prinsip yang kuat dari Kiai. Dan masyarakat-pun memiliki

sarana yang baik dalam bidang pendidikan. Inilah Al Barokah, yaitu

lembaga pendidikan islam yang berbasis Masyarakat.

KH. Subhan tidak pernah puas terhadap lembaga-lembaga

pendidikan yang ada, dalam artian Al Barokah masih harus terus

berbenah dan terus maju. Dari harapan yang begitu besar, beliau rela

mengorbankan tenaga, pikiran dan harta benda serta tidak pernah

merasa rugi demi kemajuan pendidikan.

Perhatian beliau terhadap lembaga-lembaga pendidikan amat

sangat begitu besar, beliau tidak pernah merasa capek dan bosan dalam

memantau, mengawasi dan mengevaluasi proses pendidikan yang

berjalan di lembaga-lembaga pendidikan, dari tingkat TK, MI, MTs,

MA, MADIN dan Lembaga-lembaga Non Formal seperti LPBI, dll.

Page 38: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

32

Kebijakan dalam mengembangkan pendidikan, KH. Subhan

menjadikan Yayasan sebagai basis kepemimpinan yang bersifat kolektif

kelegial. Artinya bahwa pengurus yayasan dan pengurus lembaga

pendidikan, mempunyai porsi sama dalam menyatakan pendapat terkait

dengan pengembangan pondok pesantren. Dengan hal ini musyawarah

adalah salah satu yang mutlak diperlukan demi kepentingan dan

kemajuan pondok pesantren yang memakai regulasi ini. Selain

musyawarah, dalam hal ini perlu juga pengurus yayasan dan pesantren

mempunyai ikatan emosi yang cukup kuat antar pengurus. Artinya, KH.

Subhan dalam mengambil keputusan untuk pengembangan pendidikan

akan selalu dirapatkan dengan pengurus dan berdasarkan kesepakatan

pengurus.

Page 39: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

33

PERANNYA DALAM MEMBANGUN SEMANGAT KEAGAMAAN

UMAT

A. Majlis Ta’lim Sebagai Strategi Mengokohkan Keagamaan Umat

Seiring dengan mainstream perkembangan sains dan teknologi

informasi atau yang dikenal dengan era globalisasi,10

Pesantren

dihadapkan pada beberapa perubahan sosial budaya yang tak

terelakkan.11

Arus globalisasi yang cendrung membawa tantagan

tersendiri bagi umat islam terlebih bagi pesantren, karena hal itu

berkaitan dengan peran dan fungsi pondok pesantren, agar mampu

melancarkan visinya sebagai lembaga pendidikan islam yang mampu

membentengi umat islam dari terjangan dan pengaruh kedatangan issu

globalisasi. Sebagai konsekuensi logis, hal tersebut harus direspon

secara mutualistis dan menuntut pesantren untuk berbenah diri menuju

penyeimbangan-penyeimbangan terhadap perubahan yang sedang

terjadi. Hal ini, tentu sebagai imbas dari retorika perkembangan zaman

yang menuntut umat islam untuk senantiasa mampu menghadapinya

dengan mental keagamaan yang kokoh.

10

Globalisasi berarti liberalisasi perdagangan dan investasi , regulasi, privatisasi, adopsi sistem

politik demokrasi dan otonomi daerah. Dengan kata lain globalisasi adalah neo-liberalisme yang

pada intinya membiarkan pasar bekerja secara bebas. Abd. A‟la, Pembaharuan Pesantren.

(Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2006), 7. Globalisasi secara sederhana dapat disebutkan dengan

satu kata : “mendunia”. Artinya, sistem kehidupan Internasional, lintas bangsa, negara, budaya dan

agama. Mastuhu, Sistem Pendidikan Nasional Visioner, (Tangerang:Lentera Hati, 2007), 9. 11

Kemajuan informasi-komunikasi telah menembus benteng budaya pesantren. Dinamika sosial-

ekonomi (lokal, nasional, internasional) telah mengharuskan pesantren tampil dalam persaingan

dunia pasar bebas (free market). Marzuki Wahid, (Eds.). 2001. Pesantern Masa Depan Wacana

Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren. (Jakarta:Pustaka Hidayah), 210.

Page 40: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

34

Menyikapi hal tersebut tentu bukanlah sesuatu yang mudah,

tantangan demi tantangan untuk senantiasa mempengaruhi keagamaan

umat akan terus bermunculan baik itu dari yang bersifat konkrit maupun

dari yang bersifat abstrak. Dengan begitu maka perlu penyatuan visi

umat untuk senantiasa kokoh dalam berakidah dan beragama yaitu

dengan cara mempererat tali silaturrahim umat islam. Serta dengan cara

adanya pembinaan-pembinaan dari lembaga yang berwenang atau paling

tidak ada pendekatan personal dari kaum terpelajar muslim.

Dalam menyikapi issu di atas, Kiai Subhan bersama-sama dengan

masyarakat mendirikan lembaga Majlis Taklim. Lembaga ini berdiri

pada tahun 1974. Tujuan diberdirikan lembaga ini tidak lain adalah

sebagai media silaturrahim umat islam serta sebagai sarana untuk

mengokohkan agama dan akidah umat islam khususnya yang ada

diwilayah padasan.

Majelis taklim merupakan salah satu lembaga pendidikan

keagamaan khas Islam yang tumbuh subur di tengah-tengah masyarakat.

Lembaga ini hampir terdapat di setiap komunitas muslim yang

keberadaannya telah banyak berperan dalam pengembangan dakwah

Islam. Melalui majelis taklim, masyarakat yang terlibat didalamnya

dapat merasakan betapa keberadaan lembaga ini menjadi sarana

pembinaan moral spiritual serta menambah pengetahuan keislaman guna

Page 41: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

35

meningkatkan kualitas sumber daya muslim yang beriman dan bertakwa

kepada Allah SWT.

Jika dicermati, ternyata eksistensi majelis taklim sebagai sarana

dakwah dan tempat pengajaran ilmu-ilmu keislaman memiliki basis

tradisi sejarah yang kuat, yaitu sejak Nabi Muhammad SAW

mensyiarkan agama Islam di awal-awal risalah beliau. Bahkan hingga

kini keberadaan majelis taklim masih menjadi pilihan para pegiat

dakwah sebagai sarana paling efektif dalam melanjutkan tradisi

penyampaian pesan-pesan agama ke tengah-tengah umat tanpa terikat

oleh suatu kondisi tempat dan maupun waktu.

Majlis ta‟lim merupakan forum pengajian yang diperuntukkan

bagi masyarakat dan santri yang diselenggarakan satu minggu tiga kali

yaitu pada malam senin yang terdiri dari kaum muslimin, dan malam

selasa – jum‟at yang terdiri dari kaum muslimat. Majlis ta‟lim ini diikuti

oleh semua masyarakat sekitar yang dikemas dalam acara tahlilan dan

berzanji yang di dalamnya juga diselingi mauidloh hasanah tentang

pembahasan mengenai ilmu-ilmu agama.

Keberadaan Majlis Taklim Al Barokah telah benar-benar

memberikan manfaat yang bersar bagi masyarakat, karena dengan

adanya majlis taklim masyarakat memiliki kesempatan untuk menimba

Page 42: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

36

ilmu agama serta menjadi silaturrahmi antar umat islam di desa Padasan

Kecamatan Pujer.

B. Dakwatul Islamiyah

Dakwah dalam Islam dapat diartikan sebagai menyampaikan

pesan Islam kepada manusia di setiap tempat dan waktu dengan metode-

metode dan media-media yang sesuai dengan situasi dan kondisi para

penerima pesan dakwah (khlayak dakwah)”.12

Dakwah tidak lain adalah

sebagai usaha-usaha perbaikan dan pembangunan masyarakat, dakwah

adalah sebagai usaha untuk mengarahkan masyarakat pada ajaran islam

yang benar, yang berarti memperjuangkan yang ma‟ruf atas yang

mungkar, memenangkan yang haq atas yang bathil.

Tolak ukur dalam berdakwah Islamiyah nerupakan suatu

kewajiban setiap manusia yang muslim. Dasar Al-qur‟an tersebut adalah:

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah

dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara

yang baik. Sesungguhnya Dialah yang sangat mengetahui

siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih

mengetahui orang yang dapat petunjuk (QS. An Nahl : 125).

12

Muhyidin, A. dkk, 2002, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung : Pustaka Setia), 32

Page 43: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

37

Dalam melaksanakan hal ini, KH. Subhan Saifurruslan berupaya

untuk senantiasa mengarahkan umat pada jalan agama yang benar. Tidak

lain yang menjadi tujuan beliau adalah ingin melanjutkan sirah Nabi

Muhammad SAW dengan cara memberikan pelajaran-pelajaran yang

baik dan benar, baik itu Pada Santri ataupun Pada Masyarakat secara

Umum.

Tentu dalam berdakwah KH. Subhan Saifurruslan berdasar pada

ayat Al Qur‟an :

Artinya : “... Dan Allah menyeru kepada manusia kepada jalan ke surga

dan ampunan dengan izin-Nya, dan dia menerangkan ayat-

ayatNya kepada manusia agar memperoleh pelajaran (QS.

Al Baqarah : 221).

Artinya :”Katakanlah,”Inilah jalan (agama)ku aku dan orang-orang

yang mengikuti ku mengajak ku mengajak kamu kepada

Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah dan aku

tidak termasuk orang-orang musrik”. (1997 : 365).

Page 44: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

38

PERHATIAN DAN AJARAN KIAI SUBHAN TERHADAP SANTRI

A. Ajaran tentang Akhlak

Pesantren Al Barokah sebagai pesantren yang berdiri dan

berkembang di Wilayah Pinggiran Pusat Kota Kabupaten Bondowoso,

tentu memiliki karakter dan ciri khas tertentu dalam mendidik dan

membina santri.

Sementara ini karakter dan ciri khas yang paling menojol dari

pondok pesantren Al Barokah adalah perannya dalam menata, membina

dan mengarahkan Akhlak Santri. Sehingga dalam keyakinan masyarakat

Umum, Al Barokah dikatakan sebagai bengkelnya Akhlak. Hal ini tentu

tidak lepas dari peran figur sentral pondok pesantren yaitu KH. Subhan

Saifurruslan sebagai pengasuh pertama pondok pesantren Al-Barokah.

Dalam setiap tausiyah-tausiyahnya, selalu mengarahkan pada

santri untuk berbuat santun dan berakhlak mulia. Atau bahkan yang

menjadi harapan beliau, santri Al Barokah menjadi insan yang

berakhlak mulia, disamping memiliki ilmu yang barokah dan manfaat.

Dalam mengajarkan Akhlak, KH. Subhan Saifurruslan

menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan teoritis dan pendekatan

praktis. Pendekatan teoritis beliau ajarkan dengan pemberian materi-

materi akhlak kepada santri dengan cara mengajarkan kitab-kitab akhlak

Page 45: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

39

baik yang diistilahkan sebagai kitab kuning (baca ; gundul), atau kitab

manan (baca ; kitab jenggot).

Pendekatan kedua yang beliau gunakan dalam upaya membangun

akhlak siswa ialah dengan cara pemberian contoh yang baik. Dalam hal

ini, beliau selalu berperilaku santun dan berakhlakul karimah yang baik

guna memberikan contoh yang baik kepada santri. Hal tersebut bukan

hanya dicontohkan pada santri tapi juga mengakar pada masyarakat

luas.

Beberapa ajaran akhlak yang diberikan Kiai Subhan kepada santri

antara lain :

1. Ajaran tentang Taubat

Mengingat pentingnya nilai taubah dalam hati seseorang,

maka mendorong Pondok Pesantren Al Barokah untuk melakukan

pembenahan, pembinaan akhlak kepada Allah santri dan masyarakat

sekitar Pondok Pesantren, karena secara tidak langsung Pondok

Pesantren mempunyai tanggung jawab moral terhadap

perkembangan masyarakat sekitar Pondok Pesantren, termasuk

tanggung jawab terhadap akhlak masyarakat sekitar Pondok

Pesantren. Kalau kita mengadakan penelitian terhadap orang-orang

yang beragama Islam, akan tetapi belum semua orang yang

beragama Islam beriman dan berakhlak terpuji.

Page 46: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

40

Untuk membina dan membentuk akhlak santri kepada Allah

dan masyarakat sekitar telah diadakan pengajian yang mengajarkan

tentang taubah dan mengingat-ingat kehinaan diri kita dan yang telah

kita lakukan selama hidup kita, ajaran tersebut bersumber langsung

dari kitab kuning yang dibacakan oleh kyai sehingga masyarakat

bertambah mantap keIslamannya, juga dibacakan atau diajarkan suri

tauladan yang dicontohkan oleh ulama‟-ulama‟ terdahulu. Inilah

ajaran Kiai Subhan terkait dengan pembinaan Akhlak Santri.

2. Sabar

Sabar merupakan salah satu sifat terpuji yang perlu

ditanamkan dalam diri manusia, karena dengan sikap sabar dalam

menghadapi cobaan yang menimpanya, manusia tidak akan mudah

putus asa dalam menjalani masa hidupnya dan dalam menghadapi

rintangan yang menghalangi langkahnya menuju kebahagiaan hidup.

Dalam hal ini Kiai Subhan Saifurruslan juga menanamkan

sikap sabar atau tabah menghadapi cobaan yang diberikan oleh Sang

Maha Pencipta, yaitu melalui pengajaran kitab-kitab dan suri

tauladan yang dicontohkan dalam kisah-kisah para pejuang Islam

yang senantiasa tetap gigih dalam mempertahankan ajaran agama

Islam.

Page 47: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

41

3. Syukur

Dalam pembinaan akhlak santri kepada Allah, Kiai Subhan

Saifurruslan berusaha semaksimal mungkin agar santri pesantren Al

Barokah sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, agar santri

memahami segala nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya

sehingga timbul keinginan atau kemauan untuk selalu mensyukuri

segala nikmat yang telah diterimanya.

Dalam hal ini Kiai Subhan mengarahkan kegiatan santri

dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, terutama belajar,

berdzikir dan sebagainya, sehingga santri benar-benar merealisasikan

rasa syukurnya dalam bentuk ibadah kepada Allah dengan sebaik-

baiknya.

4. Tawakkal

Dalam pembinaan akhlak santri kepada Allah santri dalam

segi tawakal ini, Kiai Subhan mengarahkan pengajaran kitab-kitab

yang diajarkan di Pesantren Al Barokah. Kitab-kitab yang diajarkan

berisikan materi tentang akhlak, seperti Ta‟limul Muta‟allim,

Taysyirul Kholak, „Idotun Nasihin, At-Tahliyah Wattarghib,

Nashoihul Ibad, dan lain-lain, serta didorong untuk mempraktekkan

dalam kehidupan sehari-hari untuk mempraktekkan akhlak kepada

Allah, pesantren juga mengadakan sarana pendekatan diri kepada

Page 48: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

42

Allah seperti yang saya jelaskan tadi. Untuk menjalin hubungan

dengan sesama manusia, pesantren memberi suri tauladan dengan

mengadakan kegiatan sosial dan menjalankan segala amal ibadah

dengan penuh keikhlasan tanpa merasa adanya keterpaksaan.

5. Ikhlas

Jika kita sudah beriman dan telah diucapkan secara lisan,

maka konsekwensinya dari keimanan, kita dituntut untuk

melaksanakan perbuatan apa yang telah kita imani. Demikian pula

kita beriman kepada Allah, di samping mengikrarkan di dalam hati

dan lisan kita juga dituntut untuk mengaplikasikan bentuk keimanan

kita dengan melaksanakan segala bentuk kegiatan ibadah baik yang

wajib maupun yang sunnah dengan rasa rela dan ikhlas.

Untuk menumbuhkan sikap ikhlas santri, maka santri

diupayakan untuk membiasakan diri dengan melakukan kegiatan

ibadah sehingga dengan terbiasa melakukannya santri tidak merasa

terpaksa dalam melakukan amal ibadah kepada Allah.

6. Rasa belas kasihan

Dalam membentuk rasa belas kasihan santri terhadap sesama,

Kiai Subhan Saifurruslan sering mengadakan pembinaan terhadap

para santri melalui pengajian dan kegiatan keagamaan disemua

sasaran, hal itu cenderung dikategorikan sebagai kegiatan upaya

Page 49: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

43

untuk menuju atau menanamkan rasa keterikatan antara satu dengan

yang lainnya yang mana sering disebut sebagai tindakan sosial

kemasyarakatan yang dimasukkan dalam dakwah, tetapi juga sebagai

fungsi sosial lainnya, karena intinya adalah membangkitkan

semangat untuk hidup lebih layak sesuai dengan ketentuan agama

dan saling merasakan kepedihan yang dialami oleh orang lain,

disamping itu Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi‟in, salah satu

contohnya adalah meningkatkan kesejahteraan santri dan masyarakat

sebagai wujud dari rasa belas kasihan individu atau rasa kepedulian

individu atas sesamanya.

7. Rasa persaudaraan

Kiai Subhan Saifuruslan dalam memupuk rasa persaudaraan

antara santri dengan sesama santri dan atau dengan sesama manusia

yang lainnya melalui proses belajar mengajar yang dilakukan setiap

harinya, yaitu dengan memberikan materi pelajaran yang terdapat

dalam kitab-kitab Islam klasik. Materi yang diberikan adalah materi

yang mendukung tumbuhnya rasa persaudaraan juga diajarkan dalam

proses pengajaran yang dilaksanakan, hal itu dimaksudkan agar

santri memahami dan mengetahui bahwa rasa persaudaraan sangat

penting untuk ditanamkan dan dipupuk dalam jiwa setiap individu

Page 50: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

44

dan juga agar setiap individu mampu mengaplikasikannya dalam

pergaulan antar sesama santri dalam lingkup pesantren.

Jadi dalam menanamkan rasa persaudaraan di pondok

pesantren juga telah diupayakan semaksimal mungkin melalui

pendidikan atau pengajaran tentang rasa persaudaraan yang di

tanamkan kepada peserta didik agar dapat membentuk pribadi yang

mampu menjalin hubungan persaudaraan dengan baik terhadap

sesama manusia.

B. Ilmu Yang Barokah Bekal Santri Hidup di Masyarakat

Pesantren Al Barokah berjalan dan berkembang seiring dengan

semangat dan perjuangan Kiai Subhan. Keberkembangan pesantren dari

masa ke masa seakan terasa seperti kilat yang menyambar. Dari hanya

sekedar lembaga pendidikan yang hanya berpusat di musholla, saat ini

meluas dengan banyaknya lembaga-lembaga pendidikan yang ada

didalam lingkup pesantren.

Namun demikian, yang menjadi harapan Kiai Subhan adalah agar

pesantren Al Barokah mampu menjadi lembaga pendidikan islam yang

bisa melayani masyarakat dalam sektor pendidikan. Pesantren Al

Barokah sekiranya mampu mendekatkan pendidikan pada masyarakat

yang pada mulanya masyarakat harus menempuh pendidikan (sekolah)

ke kota.

Page 51: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

45

Harapan itu tidak hanya berhenti sampai pada batas itu, keinginan

utama Kiai Subhan mendirikan dan mengembangkan pesantren Al

Barokah adalah ingin meneruskan risalah nabi yaitu mencerdaskan umat

dan santri yang dibina agar memiliki ilmu yang barokah dan manfaat.

Dengan berbekal keikhlasan, Kiai Subhan istiqomah dalam

membimbing santri. Santri tidak hanya diajari ilmu agama dan ilmu

pengetahuan, namun santri juga diajari ilmu-ilmu kemandirian. Dengan

harapan agar santri ketika keluar (tamat) dari pesantren mampu

menerapkan ilmunya di masyarakat serta memiliki kemandirian dalam

menapaki kehidupan.

Ilmu yang bermanfaat dan barokah tentu menjadi harapan dari

setiap insan, dengan begitu maka yang selalu harapan dan cita-cita dari

Kiai Subhan adalah agar santri-santrinya memiliki ilmu yang barokah

dan manfaat, sehingga pada akhirnya santri akan membawa

kemashlahatan pada umat dan mampu menopang sumber daya manusia

umat islam.

D. Mendukung Santri Untuk Terus Melanjutkan Pendidikan

Sebagai seorang yang arif dan bijak, dan memiliki tekad besar

agar santri-santrinya sukses di Masyarakat, Kiai Subhan terus

memberikan dukungan dan semangat pada santri-santrinya untuk terus

belajar dan menempuh pendidikan. Asupan semangat dan motivasi

Page 52: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

46

selalu beliau berikan baik itu pada santri ataupun pada alumni dalam

setiap kesempatan.

Berkat do‟a, dukungan, motivasi dan dorongan dari Kiai Subhan

banyak santri dan alumni pondok pesantren Al Barokah yang mampu

melanjutkan studi pada jenjang pendidikan tinggi dari tingkat S1, S2

sampai S3.

Bagi santri, beliau selain berperan aktif sebagai pembimbing,

pengarah, penyaring, peneliti, penasehat, koordinator dan

pengatur/pemenej pesantren, beliau juga berperan aktif sebagai

motivator (pendorong & penyemangat santri), inovator (pembaharu) &

dinamisator (penggerak) dalam kehidupan santri.

Page 53: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

47

TAUSIYAH DAN PESAN MORAL

D. Tausiyah Untuk Keluarga

1. Anak Cucu Saya Harus Rukun dan Bersama-sama

mengembangkan pesantren

Keberadaan pesantren Al Barokah ibarat batu karang yang

kokoh, tagak berdiri yang tak peranah runtuh meski diterjang oleh

ombak besar. Namun, kekokohan tersebut tidak akan bertahan tanpa

ada kebersamaan dan kekompakan. Dengan begitu maka yang

menjadi harapan beliau adalah agar anak cucunya rukun dan

bersama-sama dalam mengembangkan pesantren Al Barokah.

2. Anak Cucu Saya harus terus belajar demi umat dan kemajuan

pesantren

Kiai Subhan mengharapkan dan mendukung anak cucunya

untuk melanjutkan pendidikan. Karena dengan melanjutkan

pendidikan, anak cucunya akan mampu memajukan pesantren, dan

tentu juga akan memberikan mashlahah pada umat.

3. Anak Cucu saya harus taat pada pesantren

Pesan ini sering disampaikan oleh Kiai Subhan sewaktu putra

putrinya masih nyantri di Pondok. Beliau sangat memesankan pada

putra putrinya untuk mendapatkan ilmu yang barokah, tidak harus

Page 54: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

48

bertirokat, tapi yang terpenting adalah taat pada peraturan pesantren,

taat pada guru-gurunya, dan harus memuliyakan ilmunya.

4. Anak cucu saya harus niru saya dalam mengembangkan

pesantren, dan harus lebih dari saya

Beliau Kiai Subhan memiliki semangat dan jiwa besar dalam

mengembangkan dan memajukan pendidikan pesantren Al Barokah.

Dengan begitu maka beliau mengharapkan agar anak cucunya

memiliki semangat dan jiwa yang besar dalam mengembangkan

pesantren.

Tidak hanya sebatas itu, beliau juga berharap agar anak

cucunya memiliki semangat yang lebih dalam memajukan pesantren.

E. Tausiyah Untuk Pengurus dan Dewan Guru

1. Pengurus dan dewan guru agar disiplin, karena masa yang akan

datang adalah segalanya

KH. Subhan adalah sosok yang terkenal disiplin, kedisiplinan

telah beliau ajarkan pada pengurus, dewan guru serta para santri.

Beliau disiplin dalam mengajar, disiplin dalam ibadah dan beliau

juga disiplin dalam pengelolaan adminsitrasi pesantren. Pengajaran

disiplin ini yang telah beliau ajarkan, tentu patut menjadi sebuah

tauladan bagi semua unsur di pondok Pesantren Al Barokah.

Page 55: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

49

2. Pondok Pesanten Al Barokah agar tidak ketinggalan dalam

segala sesuatu

Sebuah harapan besar dari beliau agar Pesantren Al Barokah

terus maju dan berkembang. Jadi dengan segala upaya dan usaha,

beliau terus berjuang untuk senantiasa keberkembangan dan

kemajuan pesantren Al Barokah. Beliau berharap agar pesantren Al

Barokah tidak ketinggalan dalam segala hal, Al Barokah dalam

harapan beliau agar mampu menyesuaikan diri dengan segala

tuntutan, baik tuntan itu berasal dari kebutuhan masyarakat terhadap

kemajuan pendidikan, ataupun tuntutan yang berasal dari instantsi

pemerintah pengelola pendidikan yang selalu mengadakan

pembenahan-pembenahan terhadap pendidikan Indonesia.

3. Saya Ingin Al Barokah kembali seperti pada masa saya masih

Aktif mengelola Pesantren

Kita tau bahwa Kiai Subhan sangat perhatian terhadap

kelancaran kegiatan pendidikan di Pesantren. Baik itu di lembaga

pendidikan Formal ataupun Non Formal.

Ghiroh beliau dalam memajukan pendidikan tidak hanya

sekedar ada keinginan tapi diwujudkan dengan bentuk perilaku yang

memberikan contoh kepada santri, guru dan seluruh jajaran

pengurus.

Page 56: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

50

Keaktifan Kiai Subhan dalam mengajar, perhatian beliau

terhadap kekosongan kelas, dan bahkan beliau juga memantau

kegitan-kegiatan seperti senam. Dari peran dan langkah-langkah

seperti itu, kegiatan yang ada di Pesantren Al Barokah berjalan

dengan baik.

4. Guru jangan sampai terlambat mengajar

Belaiu adalah orang yang disiplin, rajin, tekun dan sabar

dalam mengelola pendidikan dan mengayomi santri. Sebagai

founding father pesantren Al Barokah, tentu yang diharapkan adalah

agar guru tidak terlambat dalam mengajar. Guru agar selalu tepat

waktu dalam mengajar, karena santri dan siswa niat datang ke

Pesantren dan Madrasah adalah untuk belajar, maka yang mengajar

“guru” harus tepat waktu dalam memberikan pelajaran.

5. Saya ingin agar pesantren lebih maju, semuanya gotong royong

saling bahu membahu demi kemajuan pesantren

Kerja sama dalam melaksanakan sesuatu adalah hal yang

sangat penting, karena kerja sama atau gotong royong adalah

element pentig dalam organisasi yang akan mengantarkannya

menjadi lebih maju dan berkembang.

Kiai Subhan adalah tokoh yang menjadikan gotong royong

atau kerjasama sebagai kekuatan dalam menata pesantren. Hal itu

Page 57: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

51

berangkat dari masa awal mula berdirinya pesantren Al Barokah

sampai saat ini. Dengan demikian maka yang menjadi harapan beliau

adalah agar semua element di pondok pesantren, baik itu Pengurus

Yayasan, Pengurus Pesantren, Pengurus Lembaga, Alumni dan

Santri agar memiliki komitmen dan kerjasama dalam memajukan

pesantren Al Barokah.

6. Al Barokah tidak boleh jalan di tempat

Kiai Subhan Saifurruslan mengaharapkan agar Pesantren Al

Barokah harus terus berkembang menyesuaikan diri dengan tunutan

perkembangan ilmu pengetahuan.

Pengembangan-pengembangan yang ada harus bersifat

strategis, artinya pengembangan harus disesuaikan dengan

kebutuhan masyarakat.

F. Tausiyah Untuk Santri

1. Saya senang Santri Al Barokah bagus Akhlaknya, walaupun

sedikit ilmunya

Statemen ini didasarkan pada salah satu alasan kenapa Nabi

Muhammad SAW diutus ke Dunia, yaitu menyempurkanakan

Akhlak. Lain dari pada itu, argumen ini juga dilandaskan pada pesan

dan ajaran tentang Akhlak dari KH. Moh. Hasan dan KH. Hasan

Saifurridzal Genggong.

Page 58: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

52

KH. Subhan dalam pandangan Masyarakat, Alumni dan

Santri, dikenal sebagai sosok atau tokoh yang berkahlak muliah,

bermoral agamis, dan beretika yang baik.

Ajaran beliau tentang akhlak, menekankan pada santri agar

santri Al Barokah tidak melepaskan akhlak, menjadikan akhlak

sebagai hal yang utama dalam menjalani kehidupan. Dimanapun

berada, santri harus tetap berakhlak. Akan menjadi apapun mereka

kelak, mereka harus tetap berakhlak. Harapan beliau ini tentu

menjadikan Akhlak adalah hal yang paling utama, karena akhlak

kaitannya adalah dengan Tuhan, Manusia dan Alam.

2. Santri Al Barokah adalah Santri Genggong

Pondok Pesantren Al Barokah adalah cabang ke 12 dari

Pondok Pesantren Zainul Hasang Genggong, dari 66 Cabang yang

ada.

KH. Hasan Saifurridzal yang sewaktu itu adalah pengasuh

Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, sering mengunjugi

santri-santrinya. Termasuk sering pula berkunjung ke KH. Subhan.

Termasuk dalam proses pembangunan Musholla pertama,

disaat KH. Hasan Saifurridzal hadir di Pondok Pesantren Al

Barokah, beliau mengajak masyarakat yang hadir untuk berdoa, agar

dilingkungan pondok Pesantren Al Barokah ada musholla untuk

Page 59: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

53

santri dan masyarakat sebagai pusat ibadah dan pendidikan. Yang

akhirnya tak lama kemudian, Pesantren Al Barokah mampu

membangun Musholla.

KH. Hasan Saifurridzal Hadir ke Al Barokah yang ke 9

kalinya hadir ke Al Barokah, tepatnya sebelum beliau wafat, yaitu

pada acara Imtihan PP. Al Barokah, KH. Hasan menyatakan bahwa :

Santre Kaiyyeh neka Santreh Ginggung, Santreh Kaiyyeh neka

santreh Ginggung, Santreh Kaiyyeh neka e yorenge Kiyae Seppo

Ginggung, (Santri disini adalah santri Genggong, Santri disini adalah

santri Genggong, Santri disini ditangani dan diawasi oleh Kiai Sepuh

Genggong).

Dengan demikian, maka santri Al Barokah adalah santri

Genggong, santri Al Barokah adalah santrinya Kiai Moh. Hasan

Genggong, dan Wurud keilmuannya-pun bersambung kepada

Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong.

3. Santri Al Barokah Haram Mundur Satu langkah ketika

dibutuhkan Masyarakat dan Urusan-urusan Kebaikan

Pesan ini selalu beliau sampaikan pada santri dalam setiap

waktu dan kesempatan. Beliau yakin bahwa santri Al Barokah akan

mampu dan bisa menghadapi segala urusan yang berkaitan dengan

kebaikan dan kebenaran. Beliau yakin bahwa KH. Moh. Hasan

Page 60: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

54

Genggong akan selalu mendampingi santri-santrinya. Dengan

demikian maka, KH. Subhan mengajarkan pada santri sebuah

kebenaranian dalam mengambil sikap yang berkaitan dengan

kebenaran dan jika sedang dibutuhkan masyrakat.

4. Siapa yang jahat pada gurunya, maka matinya tidak akan

membawa iman

Sebagai seorang santi tentu harus memuliyakan gurunya,

karena guru adalah pelita bagi santri, dan tentu akan mengantarkan

santri pada telaga kesejukan.

Dalam acara Haflatul Imtihan pada masa-masa pertumbuhan

Pondok Pesantren Al Barokah, KH. Hasan Saifurridzal sering hadir

dan memberikan ceramah serta tausiyah kepada masyarakat. Dalam

tausiyahnya, beliau menyampaikan suatu maqolah yang berbunyi :

Siapa yang jahat pada gurunya, maka matinya tidak akan membawa

iman.

Page 61: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

55

Daftar Pustaka

A‟la, Abd., 2006. Pembaharuan Pesantren, Yogyakarta : Pustaka Pesantren

Anasom, 2006. Kyai, Kepemimpinan dan Patronase, Semarang: Pustaka Rizki

Putra

Dhofier, Zamakhsyari, 1982. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup

Kyai, Jakarta: LP3ES

Dirdjosanjoto, Pradjarta, 1999. Memelihara Umat. Kiai Pesantren – Kiai Langgar

di Jawa Yogyakarta : LKis

Hadari, Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta, Gadjah Mada

University Press

Mas‟ ud, Abdurrahman, 2004. Intelektual Pesantren, Perhelatan Agama dan

Tradisi, Yogyakarta : LKis

Mastuhu, 2007. Sistem Pendidikan Nasional Visioner, Tangerang:Lentera Hati

Muhyidin, A. dkk, 2002, Metode Pengembangan Dakwah, Bandung : Pustaka

Setia

Qomar, Mujamil, 2005. Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi, Jakarta, Erlangga

Wahid, Marzuki, (Eds.). 2001. Pesantern Masa Depan Wacana Pemberdayaan

dan Transformasi Pesantren. Jakarta:Pustaka Hidayah

Ziemek, Manfred, 1986. Pesantren dalam Perubahan Sosial, Jakarta : P3M

Page 62: KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN “ Potret Pejuang Pendidikan ”

56

TENTANG PENULIS

Agus Fawait, dilahirkan di Bondowoso Jawa Timur tanggal

17 Juli 1987, anak ke tiga dari pasangan Bapak Abd. Hannan

Syahid dan Ibu Siti Zuhaimi. Pendidikan Dasar di selesaikan

di SDN Lojajar Tenggarang tahun 1999, dan kemudian

langsung nyantri di Pondok Pesantren Al Barokah Pujer. Usai

menamatkan Madrasah Tsanawiyah tahun 2002 dan Aliyah

tahun 2005 di Pesantren tersebut, ia kemudian melanjutkan

studinya (S1) di STAI At-Taqwa Bondowoso sambil mengajar

dan mengabdi di Pesantren Almamaternya. Lulus tahun 2010

dan meraih predikat Wisudawan berprestasi. Kemudian melanjutkan ke Program

Pascasarjana (S2) STAIN Jember lulus tahun 2012. Saat ini sedang

menyelesaikan pendidikan Doktor (S3) di Universitas Negeri Malang (UM).

Sejak masih di bangku kuliah, penulis aktif di oraganisasi intra dan ekstra

kampus serta organisasi sosial kemasyarakatan lainnya. Organisasi yang pernah ia

geluti di antaranya : BEM STAI At-Taqwa Bondowoso, PMII Komisariat At-

Taqwa Bondowoso, PMII Cabang Bondowoso, Pimpinan Redaksi Majalah Foice

Bondowoso, Pendiri Distira Bondowoso dan Pengurus LP. Ma‟arif NU Cabang

Bondowoso.

Saat ini aktif sebagai Dosen tetap di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)

At-Taqwa Bondowoso. Dan sebagai Tutor pada Program Pendidikan Dasar

Universitas Terbuka Jember.

Disamping kesibukannya sebagai Pendidik, penulis aktif dalam kegiatan

seminar dan pelatihan, baik sebagai peserta maupun pemateri, serta aktif dalam

kegiatan-kegiatan penelitian. Disamping itu, juga meluangkan waktu untuk

senantiasa bersahabat dengan pena. Diantara karya yang pernah di terbitkan

adalah : Eksistensi Rasio Manusia atas Realitas Tuhan di terbitkan oleh Distira

Islamic Studies. Jangan memandang Modernisasi dengan Mata Picek diterbitkan

oleh Foice Pers dan Hikmah Hari Raya Qurban juga diterbitkan oleh Foice Pers.

Kepimpinan Pesantren atara Tradisi dan Modernisasi, diterbitkan oleh At-Taqwa

Jurnal Kajian Pendidikan dan Keislaman (Jurnal STAI At-Taqwa Bondowoso).

Reinventing Kitab Kuning Sebagai Warisan Keilmuan Islam Nusantara,

diterbitkan oleh Islamic Akademika Jurnal Kajian Pendidikan dan Keislaman.

Transformasi Pengembangan Tradisi Pondok Pesantren, diterbitkan oleh Edu

Islamica. (Jurnal Pascasarjana IAIN Jember).

Adapun Buku yang akan di terbitkan adalah Pesantren dari Paradigma

Klasik Hngga Kontemporer.