kewirausahaan cici

27
Penyakit Paru Akibat Gangguan Kerja (skripsi) 12:48 AM Posted by Irga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada era globalisasi ini, Indonesia ditantang untuk memasuki perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor industri akan bertambah sejalan dengan pertambahan industri. Dengan pertambahan tersebut, maka konsekuensi  permasalahan industri juga semakin kompleks, termasuk masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).1 Pada tiga dasawarsa yang lalu, penyakit paru masih didominasi oleh penyakit infeksi, khususnya tuberkulosis, pneumoni, bronkiektasis, empiema, abses paru dan lain-lain.  Namun perkembangan yang sangat pesat disegala sektor saat ini telah mengubah pola  penyakit yang ada. Berbagai faktor yang berperan terhadap pola penyakit pernafasan tersebut antara lain:  perkembangan sektor industri yang bertanggung jawab terhadap terjadi polusi udara, meningkatnya produksi rokok, urbanisasi, dan krisis ekonomi. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya frekuensi penyakit pernafasan yang tidak ada kaitannya dengan infeksi, antara lain : asma, bronkitis kronis, penyakit akibat  pencemaran lingkungan, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), kanker paru dan lain- ain. 1,2 Di Indonesia, penyakit atau gangguan paru akibat kerja yang disebabkan oleh debu diperkirakan cukup banyak, meskipun data yang ada masih kurang. Hasil pemeriksaan kapasitas paru yang dilakukan di Balai HIPERKES dan Keselamatan Kerja Sulawesi Selatan pada tahun 1999 terhadap 200 tenaga kerja di 8 perusahaan, diperoleh hasil sebesar 45% responden yang mengalami restrictive (penyempitan paru), 1% responden yang mengalami obstructive (penyumbatan paru-paru), dan 1% responden mangalami combination (gabungan antara restrictive dan obstructive). Debu yang terhirup oleh tenaga kerja dapat menimbulkan kelainan fungsi atau kapasitas  paru. Kelainan tersebut terjadi akibat rusaknya jaringan paru-paru yang dapar  berpengaruh terhadap produktivitas dan kualitas kerja. Debu campuran menyebabkan  penyakit paru pada tenaga kerja yang disebut dengan penyakit paru akibat kerja oleh karena disebabkan oleh pekerjaan atau faktor lingkungan kerja. Penyakit demikian sering disebut juga penyakit buatan manusia, oleh karena timbulnya disebabkan oleh adanya  pekerjaan.2 Pada penelitian Darma Setyakusuma dkk pada pengaruh debu besi terhadap kesehatan  paru-paru pekerja pabrik besi PT. Krakatau Steel, Cilegon (1985) mendapatkan bronkitis industri sebesar 11,9 % pada kelompok terpajan dan pada kelompok tidak terpajan. Pada penelitian Ria Faridawati,dkk (1955) melaporkan prevalensi bronchitis kronis 14 % (42 orang dari 150 orang) dan 0,33 % (20 orang dari 150 orang) yang diteliti pada pekerja

Upload: rio-doloksaribu

Post on 30-May-2018

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 1/27

Penyakit Paru Akibat Gangguan Kerja

(skripsi) 

12:48 AM Posted by Irga

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAHPada era globalisasi ini, Indonesia ditantang untuk memasuki perdagangan bebassehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor industri akan bertambah sejalandengan pertambahan industri. Dengan pertambahan tersebut, maka konsekuensi permasalahan industri juga semakin kompleks, termasuk masalah Keselamatan danKesehatan Kerja (K3).1

Pada tiga dasawarsa yang lalu, penyakit paru masih didominasi oleh penyakit infeksi,khususnya tuberkulosis, pneumoni, bronkiektasis, empiema, abses paru dan lain-lain. Namun perkembangan yang sangat pesat disegala sektor saat ini telah mengubah pola penyakit yang ada.Berbagai faktor yang berperan terhadap pola penyakit pernafasan tersebut antara lain: perkembangan sektor industri yang bertanggung jawab terhadap terjadi polusi udara,meningkatnya produksi rokok, urbanisasi, dan krisis ekonomi.Keadaan ini menyebabkan meningkatnya frekuensi penyakit pernafasan yang tidak adakaitannya dengan infeksi, antara lain : asma, bronkitis kronis, penyakit akibat pencemaran lingkungan, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), kanker paru dan lain-ain. 1,2

Di Indonesia, penyakit atau gangguan paru akibat kerja yang disebabkan oleh debudiperkirakan cukup banyak, meskipun data yang ada masih kurang. Hasil pemeriksaankapasitas paru yang dilakukan di Balai HIPERKES dan Keselamatan Kerja SulawesiSelatan pada tahun 1999 terhadap 200 tenaga kerja di 8 perusahaan, diperoleh hasilsebesar 45% responden yang mengalami restrictive (penyempitan paru), 1% respondenyang mengalami obstructive (penyumbatan paru-paru), dan 1% responden mangalamicombination (gabungan antara restrictive dan obstructive).Debu yang terhirup oleh tenaga kerja dapat menimbulkan kelainan fungsi atau kapasitas paru. Kelainan tersebut terjadi akibat rusaknya jaringan paru-paru yang dapar  berpengaruh terhadap produktivitas dan kualitas kerja. Debu campuran menyebabkan penyakit paru pada tenaga kerja yang disebut dengan penyakit paru akibat kerja olehkarena disebabkan oleh pekerjaan atau faktor lingkungan kerja. Penyakit demikian seringdisebut juga penyakit buatan manusia, oleh karena timbulnya disebabkan oleh adanya pekerjaan.2Pada penelitian Darma Setyakusuma dkk pada pengaruh debu besi terhadap kesehatan paru-paru pekerja pabrik besi PT. Krakatau Steel, Cilegon (1985) mendapatkan bronkitisindustri sebesar 11,9 % pada kelompok terpajan dan pada kelompok tidak terpajan.Pada penelitian Ria Faridawati,dkk (1955) melaporkan prevalensi bronchitis kronis 14 %(42 orang dari 150 orang) dan 0,33 % (20 orang dari 150 orang) yang diteliti pada pekerja

Page 2: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 2/27

di PT. Krakatau Steel Cilegon.2

B. BATASAN MASALAHDengan terbatasnya waktu , tenaga, fasilitas, serta dana, maka kami membatasi cakupan penelitian kami pada gangguan pernapasan pada karyawan unit produksi PT. Semen

Tonasa Periode 2002 - 2006C. RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi rumusanmasalah pada penelitian ini adalah :1. Berapa besar gangguan pernapasan dihubungkan dengan masa kerja ?2. Berapa besar gangguan pernapasan dihubungkan dengan jenis pekerjaan ?3. Berapa besar gangguan pernapasan dihubungkan dengan usia ?4. Berapa besar gangguan pernapasan dihubungkan dengan pemakaian alat pelindung diri?5. Berapa besar gangguan pernapasan dihubungkan dengan kadar debu diudara tempatkerja ?

D. TUJUAN PENELITIAN1. Tujuan UmumUntuk mendapatkan informasi tentang tentang gangguan pernapasan yang dialami olehkaryawan unit produksi PT. Semen Tonasa 2002-20062. Tujuan Khususa. Mengetahui gambaran usia karyawan unit produksi yang mengalami gangguan pernapasan periode 2002-2006. b Mengetahui gambaran masa kerja karyawan unit produksi yang mengalami gangguan pernapasan periode 2002-2006.c. Mengetahui gambaran jenis pekerjaan karyawan unit produksi yang mengalamigangguan pernapasan periode 2002-2006.d. Mengetahui gambaran pemakaian alat pelindung diri karyawan unit produksi yangmengalami gangguan pernapasan periode 2002-2006.e. Mengetahui gambaran kadar debu lingkungan kerja pada unit produksi PT. SemenTonasa periode 2002-2006.E. MANFAAT PENELITIAN1. Hasil dari penelitian ini diaharapkan menjadi bahan masukan bagi perusahaan itusendiri untuk mengambil langkah kebijakan dalam menunjang pelaksanaan kesehatan dankeselamatan kerja.2. Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumbangan ilmiah yang bermanfaat bagi pembaca atau penelitinya.3. Bagi peneliti, merupakan pengalaman berharga dalam memperluas wawasan pengetahuan dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja.F. ACUAN PENELITIAN1. Tinjauan kepustakaan2. Bimbingan dan arahan dari pembimbing dan staf dosen bagian Ilmu KesehatanMasyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas FK-UNHAS.3. Seminar dan diskusi4. Survey lapangan

Page 3: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 3/27

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM TENTANG SISTEM PERNAPASANSistem pernapasan terdiri atas paru-paru dan sistem saluran yang menghubungkan

 jaringan paru dengan lingkungan luar paru yang menghubungkan jaringan paru denganlingkungan luar paru yang berfungsi untuk menyediakan oksigen untuk darah danmembuang karbondioksida. Sistem pernapasan secara umum terbagi atas:1. Bagian konduksi, yang terdiri atas : Rongga hidung, nasofaring, laring, trakea,Bronkus, dan bronkiolus. Bagian ini berfungsi untuk menyediakan saluran udara untuk mengalir ke dan dari paru-paru untuk membersihkan, membasahi, dan menghangatkanudara yang diinspirasi.2. Bagian respirasi, yang terdiri dari alveoli, dan struktur yang berhubungan. Pertukarangas antara udara dan darah terjadi dalam alveoli.Selain struktur diatas terdapat pula struktur yang lain, seperti bulu-bulu pada pintu masuk yang penting untuk menyaring partikel-partikel yang masuk.2,3

Sistem pernapasan memilliki sistem pertahanan tersendiri dalam melawan setiap bahanyang masuk yang dapat merusak. Terdapat tiga kelompok mekanisme pertahanan yaitu:1. Arsitektur saluran napas : bentuk, struktur, dan kaliber saluran napas yang berbeda- beda merupakan saringan mekanik terhadap udara yang dihirup, mulai dari hidung,nasofaring, laring, serta percabangan trakeobronkial. Iritasi mekanik atau kimiawimerangsang reseptor disaluran napas, sehingga terjadi bronkokonstriksi serta bersin atau batuk yang mampu mengurangi penetrasi debu dan gas toksik ke dalam saluran napas.2. Lapisan cairan serta silia yang melapisi saluran napas, yang mampu menangkap partikel debu dan mengeluarkannya.3. Mekanisme pertahanan spesifik , yaitu sistem imunitas di paru yang berperan terhadap partikel-partikel biokimiawi yang tertumpuk di saluran napas 4

B. TINJAUAN UMUM TENTANG GANGGUAN PERNAPASANPerubahan yang cepat dalam masyarakat Indonesia sebagai konsekuensi perkembanganekonomi, menyababkan perubahan orientasi kesehatan dari infeksi ke golongan penyakitdegeneratif. Salah satu penyakit non-infeksi yang tergolong penyakit degeneratif yangmerupakan masalah masa kini dan diperkirakan terlebih lagi dimasa depan, adalah penyakit akibat atau yang berhubungan dengan pernapasan. Penyakit paru akibat kerjaadalah semua kelainan/penyakit paru yang disebabkan oleh pekerjaan dan ataulingkungan kerja. Penyakit paru dapat berupa peradangan, penimbunan debu, fibrosis,tumor, dan lain sebagainya. Saluran pernapasan merupakan salah satu bagian yang palingmudah terpapar oleh bahan-bahan yang merugikan yang terdapat di lingkungan. Bahan- bahan tersebut antara lain bermacam-macam yang menimbulkan pneumokoniosis, bahan- bahan organik seperti derivat ter, arang batu, halogen hidrokarbon, keton serta bermacam-macam gas seperti asam sulfida dan karbon monoksida. Resiko saluran pernapasan semakin tinggi karena besarnya volume udara yang mudah terkontaminasioleh aerosol, gas dan uap ditempat kerja yang bergerak keluar masuk paru-paru. Penyakit paru akibat debu industri mempunyai tanda dan gejala yang mirip dengan penyakit parulain yang tidak disebabkan oleh debu ditempat kerja, olehnya untuk menegakkandiagnosis perlu dilakukan anamnesis yang teliti meliputi riwayat pekerjaan, dan hal-hal

Page 4: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 4/27

yang berhubungan pekerjaan oleh karena penyakit biasanya baru timbul setelah pajanancukup lama.4,5Berbagai penyakit dapat timbul dalam lingkungan pekerjaan yang mengandung debuindustri, terutama pada kadar yang cukup tinggi, antara lain pneumokoniosis, silikosis,asbestosis, hemosiderosis, bisinosis, bronkitis, asma kerja, kanker paru, dll. Penyakit paru

kerja terbagi 3 bagian yaitu:1. Akibat debu organik, misalnya debu kapas (Bissinosis), debu padi-padian (Grainworker’s disease), debu kayu.2. Akibat debu anorganik (pneumokoniosis) misalnya debu silika (Silikosis), debu asbes(asbestosis), debu timah (Stannosis).43. Penyakit paru kerja akibat gas iritan, 3 polutan yang paling banyak mempengaruhikesehatan paru adalah sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2) dan ozon (O3)Bila penyakit paru akibat kerja telah terjadi, umumnya tidak ada pengobatan yangspesifik dan efektif untuk menyembuhkannya. Gejala biasanya timbul apabila penyakitsudah lanjut. Pada asbestosis dan silikosis, bila diagnosis telah ditegakkan maka penyakitdapat terus berlanjut menjadi fibrosis masif progresif, meskipun pajanan dihilangkan,

sedangkan pada bronkitits industri, apabila telah terjadi obstruksi berarti kelainan telahirreversibel. Pada penyakit paru akibat kerja pada umumnya hanya bersifat simtomatisyaitu mengurangi gejala dan keluhan penderita.5Di negara-negara maju, penyakit paru akibat kerja merupakan salah satu penyebab utamakesakitan dan kecacatan, tetapi di negara-negara berkembang, khususnya di Indonesiasampai saat ini masih sedikit kasus penyakit paru akibat kerja yang dilaporkan. Namun pada masa datang bukan tidak mungkin akan banyak kita temukan penyakit paru akibatkerja seiring dengan semakin meluasnya industrialisasi. 1,5Olehnya, untuk mencegah hal-hal tersebut, usaha pencegahan merupakan tindakan yang paling penting pada penatalaksanaan penyakit paru akibat debu industri. Berbagaitindakan pencegahan dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit atau mengurangi perkembangan penyakit-penyakit yang telah terjadi. Pada tingkat perusahaan tertentu,tindakan-tindakan tersebut dapat dilakukan dengan cara antara lain :1. Substitusi, yaitu mengganti bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya.2. Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara ke ruang kerja untuk menurunkan kadar lebih rendah dari nilai batas ambang .3. Ventilasi keluar setempat, untuk mengalirkan keluar bahan berbahaya dari ruang kerja.4. Isolasi salah satu proses produksi yang berbahaya.5. Pemakaian alat pelindung diri.6. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.7. Pemeriksaan kesehatan secara berkala8. Penyuluhan sebelum bekerja, agar pekerja mengetahui dan mematuhi segala peraturan,serta agar mereka lebih hati-hati.9. Penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kepada para pekerja secara terus-menerus, agar mereka tetap waspada dalam menjalankan tugasnya. 5

C. TINJAUAN UMUM TENTANG DEBU DAN GANGGUAN PERNAPASANAKIBAT DEBUGangguan pernapasan akibat inhalasi debu dipengaruhi beberapa faktor, antara lain faktor 

Page 5: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 5/27

debu itu sendiri, yaitu ukuran partikel, bentuk, daya larut, konsentrasi, sifat kimiawi, lama pajanan, dan factor individu berupa mekanisme pertahanan tubuh. Debu industri yangterdapat dalam udara dibagi dua yaitu “deposit particulate matter” yaitu partikel debuyang hanya sementara berada di udara, partikel ini segera mengendap di udara olehkarena gaya gravitasi bumi, dan “Suspended particulate matter” yaitu debu yang tetap

 berada di udara dan tidak mengendap.1. Definisi DebuDebu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang diudara (Suspended Particulate Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500mikron.6Dalam Kasus Pencemaran udara baik dalam maupun di ruang gedung (Indoor and OutDoor Pollution) debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakanuntuk menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatandan keselamatan kerja.6

2. Macam-macam Debu

Dari macamnya debu dikelompokan ke dalam :a. Debu Organik (debu kapas, debu daun daunan, tembakau dan sebagainya). b. Debu Mineral (merupakan senyawa komplek : SiO2, SiO3, arang batu dll) danc. Debu Metal (Debu yang mengandung unsur logam: Pb, Hg, Cd, Arsen, dll).Dari segi karakter zatnya debu terdiri atas :a. Debu Fisik (Debu tanah, batu, mineral, fiber) b. Kimia (Mineral organik dan inorganik)c. Biologis ( Virus, bakteri, kista) dan debu radio aktif .Ditempat kerja jenis jenis debu ini dapat ditemui di kegiatan pertanian, pengusahakeramik, batu kapur, batu bata, pengusaha kasur, pasar tradisional, pedagang pinggir  jalan dan lain lain.

3. Penyakit Paru Kerja Yang Disebabkan oleh DebuSilikosisSilikosis adalah penyakit yang paling penting dari golongan penyakit paru akibat kerja• Penyebabnya adalah silika bebas (SiO2) yang terdapat dalam debu yang dihirup waktu bernafas dan ditimbun dalam paru paru dengan masa inkubasi 2-4 tahun. Pekerja yangsering terkena penyakit ini umumnya yang bekerja di perusahaan yang menghasilkan batu-batu untuk bangunan seperti granit, keramik, tambang timah putih, tambang besi,tambang batu bara, semen, dan lain lain.• Gejala penyakit ini dapat dibedakan pada tingkat ringan sedang dan berat. Pada tingkatringan ditandai dengan batuk kering, pengembangan paru-paru. Pada lansia didapat hyper resonansi karena emphysema. Pada tingkat sedang terjadi sesak nafas tidak jarang bronchial, ronchi terdapat basis paru paru. Pada tingkat berat terjadi sesak napasmengakibatkan cacat total, hypertofi jantung kanan, kegagalan jantung kanan.• Penilaian paparan terhadap silika di tempat kerja adalah dengan pengambilan sampledebu ukuran selektif dalam zona pernapasan, lebih disukai sample perorangan. Paparan juga dapat dinilai dengan menilai kadar silika dalam debu yang ikut pada pernapasandengan X-Ray atau inframerah.• Penanganan ketika timbul gejala-gejala silikosis atau tuberkulosis aktif, pasien

Page 6: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 6/27

hendaknya segera dijauhkan dari paparan lebih lanjut. Tidak ada pengobatan spesifik untuk silikosis. Pengobatan untuk gagal jantung dan pernapasan mungkin diperlukan pada silikosis stadium lanjut.

Penggunaan Chest X-Ray sangat esensial untuk menegakkan diagnosis Silikosis.Meskipun terkadang gambaran radiology kurang spesifik, tetapi dapat membantumengenali karakter penyakit ini. Pada silicosis yang simple, didapati nodul multiple kecil(< 10 mm) yang tersebar secara difus di paru-paru tetapi paling spesifik di lapangan paruatas. Kalsifikasi kelenjar hilus (eggshell calcification) adalah tanda yang sangat jelasuntuk silicosis namun hanya sedikit kasus yang menunjukkan gambaran tersebut.Complicated silicosis bermanifestasi sebagai massa bilateral pada kedua lapangan paruatas, yang terbentuk dari kumpulan nodul-nodul. Kavitas dapat terlihat, dan kalsifikasihilus mungkin tampak. 7

Anthrakosilikosis

Anthrakosilikosis ialah pneumokoniosis yang disebabkan oleh silika bebas bersama debuarang atu. Penyakit ini mungkin ditemukan pada tambang batu bara atau karyawanindustri yang menggunakan bahan batu bara jenis lain. Gejala penyakit ini berupa sesak nafas, bronchitis chronis batuk dengan dahak hitam (Melanophtys). Penilaian paparandapat dinilai dengan pengambilan sample debu ukuran selektif dari zona pernapasan,lebih disukai sample perorangan. Juga dapat dilakukan analisis berkala sejumlah sampledebu yang dapat masuk saluran pernapasan untuk mengetahui mineral komponennya.Selain itu dapat dilakukan uji radiology.Tidak ada penanganan spesifik pada anthrakosilikosis, namun apabila pada gambaranradiology terdapat tanda Sindrom Caplan, maka pekerja sebaiknya dijauhkan dari paparan.

AsbestosisAsbestosis adalah jenis pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu asbes dengan masalatennya10-20 tahun. Asbes adalah campuran berbagai silikat yang terpenting adalahcampuran magnesium silikat pekerja yang umumnya terkena penyakit ini adalah pengelola asbes, penenunan, pemintalan asbes dan reparasi tekstil yang terbuat dari asbes.

Gejala yang timbul berupa sesak nafas,batuk berdahak/riak terdengan rhonchi di basis paru, cyanosis terlihat bibir biru. Gambar radiologi menunjukan adanya titik titik halusyang disebut “ground glass appearance”, batas jantung dengan diafragma tidak jelasseperti ada duri duri landak sekitar jantung (Percupine heart), jika sudah lama terlihat penumpukan kapur pada jaringan ikat.Penilaian paparan dapat dilakukan dengan pengambilan sample udara statis di lokasi-lokasi yang telah ditetapkan memakai filter membrane, impinger, presipitator,termal, ataukonimeter. Akan tetapi yang paling disukai adalah pengambilan sample perorangan.Penanganan kasus spesifik tidak ada, namun apabila ada gejala maka pasien sebaiknyadijauhkan dari paparan lebih lanjut. Adapun efek lanjut berupa kanker paru ditanganiseperti kasus yang tidak berkaitan dengan asbestosis.

Page 7: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 7/27

Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang terjadi akibat menghirup serat-serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang luas.Asbestos terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Jikaterhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paru-paru, menyebabkan parut.Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalan pleura (selaput yang melapisi paru-

 paru).8BerryliosisBerryliosis, Penyebabnya adalah debu yang mengandung Berrylium, terdapat pada pekerja pembuat aliasi berrylium tembaga, pada pembuatan tabung radio, pembuatantabung Fluorescen pengguna sebagai tenaga atom.

ByssinosisByssinosis disebabkan oleh debu kapas atau sejenisnya dikenal dengan : MondayMorning Syndroma”atau”Monday Fightnesí” Sebagai gejala timbul setelah hari kerjasesudah libur, terasa demam, lemah badan, sesak nafas, baruk-batuk, “Vital Capacity” jelas menurun setelah 5-10 tahun bekerja dengan debu.

StannosisStannosis Penyebab debu bijih timah putih (SnO)SiderosisSiderosis disebabkan oleh debu yang mengandung (Fe202)9,5

4. Pengendalian/pencegahana. Terhadap sumbernyaPengontrolan debu di ruang kerja terhadap sumbernya antara lain :1) Isolasi sumber agar tidak mngeluarkan debu di ruang kerja dengan “ Local Exhauster”atau Dengan melengkapi Water Sprayer pada cerobong asap2) Subtitusi alat yang mengeluarkan debu dengan yang tidak mengeluarkan debu. b. Pencegahan terhadap transmisi1) Memakai metoda basah yaitu, penyiraman lantai, pengeboran basah, (Wet Drilling)2) Dengan alat (Scrubber, Electropresipitator, Ventilasi Umum)c. Pencegahan terhap tenaga kerjanyaAntara lain menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan menggunakan masker.11

5. Mekanisme penimbunan debu didalam paru-paruAda tiga mekanisme penimbunana debu didalam paru-paru :a. Pengaruh inersiaPengaruh inersia akan timbul kelembaban dari debu itu sendiri dimana pada saat bergerak dan melalui belokan-belokan, maka akan lebih didorong oleh aliran udara. Padasepanjang jalan pernapasan yang lurus akan langsung ikut dengan aliran lurus kedalam.Sedangkan partikel-partikel yang besar kurang sempat ikut dalam aliran udara, akantetapi mencari tempat-tempat yang lebih ideal untuk menempel atau mengendap seperti pada tempat lekuk-lekuk pada selaput lender dalam saluran napas. b. Pengaruh sedimentasiPengaruh sedimentasi terjadi di saluran-saluran pernapasan dimana kecepatan arus udarakurang dari 1 cm/detik, sehingga partikel-partikel tersebut melalui gaya berat danmengendap.

Page 8: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 8/27

c. Gerakan BrownGerakan Brown berlaku untuk debu-debu berukuran kurang dari 0.1 mikron dimanamelalui gerakan udara dan permukaan partikel debu yang masuk ke dalam tubuhkhususnya, akan mengganggu alveoli kemudian mengendap.

6. Pengaruh debu terhadap saluran pernapasanAda empat alternative pengaruh fisik dari partikel debu yang mengendapa. Debu berukuran 5 mikron yang mengendap pada saluran pernapasan bagian atas dapatmenimbulkan efek berupa iritasi yang ditandai dengan gejala faringitis. b. Debu berukuran 2-3 mikron yang mengendap lebih dalam pada bronkus/bronkiolusdapat menimbulkan efek berupa bronchitis, alergi, atau asma.c. Debu yang berukuran 1-3 mikron yang mengendap di alveoli, dimana gerakannyasejalan dengan kecepatan konstan.d. Debu yang berukuran 0.1-1 mikron karena terlalu ringan tidak dapat menempel padasaluran napas tetapi mengikuti gerak brown dan berada dalam bentuk suspensi (Fumeatau Smoke)

Menurut WHO 1996 ukuran debu partikel yang membahayakan adalah berukuran 0,1 – 5atau 10 mikron. Depkes mengisaratkan bahwa ukuran debu yang membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron.

D. Tinjauan Umum Tentang SemenSemen adalah agen atau bahan perekat yang digunakan dalam konstruksi bangunan dan bidang teknik sipil. Semen diperoleh dari pancampuran tanah liat dan batu kapur yangkemudian dihaluskan dan diproses dengan suhu yang tinggi. Apabila semen dicampurkandengan air, maka semen akan melunak dan perlahan-lahan mengeras hingga menyerupaikonsistensi batu. Semen dapat dicampurkan dengan pasir dan kerikil untuk membuat beton.Ada dua tipe semen, yaitu semen natural dan semen artificial. Semen natural terdiri atasmaterial-material alam yang strukturnya menyerupai semen dan hanya membutuhkan proses penghalusan untuk dapat dibentuk menjadi bubuk semen . Semen artificial dansemen natural masing-masing mempunyai komposisi dan struktur mekanik yang berbeda , serta digunakan untuk hal-hal yang masing-masing berbeda. Semen artificialdapat diklasifikasikan menjadi semen Portland dan semen aluminium.a. Bahan baku utama yang dipergunakan untuk memproduksi semen adalah:Batu Kapur Tanah LiatPasir SilikaGipsum

 b. Komposisi kimia semenKomposisi kimia yang normal pada semen portal, yaitu:1). Kalsium Oksida ( CaO ): 60-70%2). Silikon dioksida ( termasuk ± 5% SiO2 bebas ) : 19-24%3). Aluminium trioksida (Al3O3) : 4-7%4). Ferric Oksida (Fe2 O3) : 2-6%5). Magnesium Oksida (MgO) : <5%Komposisi kimia semen aluminium, yaitu:

Page 9: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 9/27

1). Aluminium oksida (AlO3) : 50 %2). Kalsium Oksida ( CaO ) : 40 %3). Ferric Oksida (Fe2 O3) : 6 %4). Silikon dioksida : 4 %c. Resiko paparan semen terhadap karyawan atau pekerja

Dalam proses pencampuran tanah liat, batu kapur, dan gypsum, akan menyebabkan pekerja berada dalam iklim yang beresiko.Selama proses diatas berlangsung, debu merupakan faktor resiko yang paling besar.Range level debu dari 26-114 mg/m3 didapati di area produksi semen. Pada masing-masing proses didapati level debu sebagai berikut:1). Pengambilan tanah liat : 41.4 mg/m32). Penghancuran bahan mentah : 79.8 mg/m33). Penyaringan : 384 mg/m34). Penghalusan : 140 mg/m35). Pengepakan : 256.6 mg/m3Kadar silika bebas dapat bervariasi sesuai dengan bahan mentah . Faktor resiko lainnya

adalah temperatur tinggi pada saat pembakaran bahan baku menjadi semen. 11Kondisi patologis yang diakibatkan oleh semen dapat terjadi di beberapa system, seperti :1). Sistem respirasi : Silikosis, pneumokoniosis2). System digestif : Ulkus gastroduodenal,3). Kulit : Infeksi kutaneus ( furunkel, abses ), lesi eksematous difus4). System saraf dan persendian : Artritis, rematik, spondilitis5). Gangguan mata dan telinga ; Tuli saraf sedang, konjungtivitis

E. TINJAUAN UMUM TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD)Usaha pencegahan merupakan tindakan yang paling penting pada penetalaksanaan penyakit yang ditimbulkan oleh debu industri. Berbagai tindakan dilakukan untuk mencegah timbulnya atau mengurangi laju perkembangan penyakit yang telah terjadi.Kadar debu pada tempat kerja harus diturunkan serendah mungkin dengan berbagai cara.Bila kadar debu tetap tinggi, pekerja diharuskan memakai alat pelindung diri berupamasker atau respirator. 9Pemakaian alat pelindung diri dengan baik dan tepat sesuai fungsinya pada tenaga kerjadalam melakukan pekerjaan sangat penting, dalam usaha pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan perlindungan tenaga kerja. Pemakaian alat pelindung diriselama bekerja harus diperhatikan sebaik-baiknya dan sarana/alat-alat pelindung tersebutmutlak disediakan. Alat-alat pelindung harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :1) Memiliki daya pencegah kuat terhadap bahaya yang ada.2) Konstruksi dan kemampuan harus memenuhi standar yang berlaku.3) Ringan, efisien, dan nyaman dipakai.4) Tidak mengganggu gerakan yang diperlukan.5) Tahan lama, pemeliharaan mudah, dan bagian-bagian mudah diganti atau diperoleh.12

BAB IIIKERANGKA KONSEP

A. DASAR PEMIKIRAN VARIABEL YANG DITELITI

Page 10: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 10/27

Beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia, gangguan saluran napas akibat debuindustri, didapatkan proporsi yang cukup tinggi. Berbagai faktor dapat mempengaruhikejadian penyakit dan gangguan kesehatan terutama saluran pernapasan. Faktor-faktor tersebut adalah :1. Masa Kerja

Masa kerja menunjukkan suatu masa berlangsungnya kegiatan seseorang dalam waktutertentu. Seseorang yang bekerja di lingkungan industri yang menghasilkan debu akanmemiliki resiko gangguan kesehatan. Makin lama seseorang bekerja pada tempat yangmengandung debu akan makin tinggi resiko terkena gangguan kesehatan, terutamagangguan saluran pernapasan.Debu yang terhirup dalam konsentrasi dan jangka waktu yang cukup lama akanmembahayakan. Akibat penghirupan debu, yang langsung akan kita rasakan adalah sesak, bersin, dan batuk karena adanya gangguan pada saluran pernapasan. Paparan debu untuk  beberapa tahun pada kadar yang rendah tetapi diatas batas limit paparan, menunjukkanefek toksik yang jelas.2. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan yang berbeda menunjukkan lokasi atau tempat kerja yang berbedadimana perbedaan ini akan mengacu pada perbedaan kadar debu masing – masingtempat. Semakin tinggi kadar debu di udara tempat kerja maka akan semakin tinggiresiko gangguan pernapasan. .3. UsiaFaktor umur berperan penting dengan kejadian penyakit dan gangguan kesehatan. Hal inimerupakan konsekuensi adanya hubungan faktor umur dengan:a. Potensi kemungkinan untuk terpapar terhadap suatu sumber unfeksi b. Tingkat imunitas kekebalan tubuhc. Aktivitas fisiologis berbagai jaringan yang mempengaruhi perjalanan penyakitseseorang.Bermacam-macam perubahan biologis berlangsung seiring dengan bertambahnya usiadan ini akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam bekerja.4. Kadar debuDebu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang diudara (Suspended Particulate Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500mikron.Paparan terhadap kadar rendah dalam jangka waktu lama menyebabkan penyakit yangkurang berat dibandingkan dengan paparan dengan kadar tinggi dalm waktu singkat.5. Alat Pelindung DiriAlat pelindung diri adalah perlengkapan yang dipakai untuk melindungi pekerja terhadap bahaya yang dapat mengganggu kesehatan yang ada di lingkungan kerja. Alat yangdipakai disini untuk melindungi system pernapasan dari partikel-partikel berbahaya yangada di udara yang dapat membahayakan kesehatan.Perlindungan terhadap system pernapasan sangat diperlukan terutama bila tercemar  partikel-partikel berbahaya, baik yang berbentuk gas, aerosol, cairan, ataupun kimiawi.Alat yang dipakai adalah masker, baik yang terbuat dari kain, kertas wol, atau fiberglass.6. Riwayat Merokok Asap rokok yang terhisap dalam saluran napas akan mengganggu lapisan mukosa salurannapas. Dengan demikian akan menyababkan munculnya gangguan dalam saluran napas.

Page 11: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 11/27

7. Riwayat penyakitPenyakit yang diderita seseorang akan mempengaruhi kondisi kesehatan dalamlingkungan kerja. Apabila seseorang pernah, atau sementara menderita penyakit system pernapasan, maka akan meningkatkan resiko timbulnya penyakit system pernapasan jikaterpapar debu.

B. VARIABEL, DEFINISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBJEKTIF1. Variabel penelitiana. Variabel independenYang diteliti adalah usia, masa kerja, jenis pekerjaan, penggunaan alat pelindung diri dankadar debu dalam udara tempat kerja b. Variable dependenYaitu gangguan pernapasan pada pekerja unit produksi PT. Semen Tonasa2. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif a. Masa kerja adalah waktu mulainya karyawan bekerja sampai saat penelitian dihitungdalam tahun. Pembulatan lama kerja kedalam tahun dilakukan dengan cara :

< 6 bulan, dibulatkan kebawah> 6 bulan dibulatkan keatasKriteria objektif berdasarkan pengelompokan sebagai berikut :1) < 5 tahun2) 5-9 tahun3) 10-14 tahun4) 15-19 tahun5) ≥20 tahun b. Jenis pekerjaan adalah unit bekerja karyawan pada saat mengalami gangguan per napasanKriteria objektif berdasarkan pengelompokan sebagai berikut :1) Produksi Bahan Baku2) Produksi Terak 3) Produksi Semend. Usia adalah lamanya orang hidup sejak lahir sampai pada saat penelitian, dinyatakandalam tahunKriteria objektif berdasarkan pengelompokan sebagai berikut1) < 20 tahun2) 20-29 tahun3) 30-39 tahun4) 40-49 tahun5) ≥50 tahune. Kadar debu adalah kadar yang diukur dengan menggunakan alat dalam hal ini Hivolsample/gravimetri. Dengan Nilai Ambang Batas 10mg/Nm3Kriteria objektif berdasarkan pengelompokan sebagai berikut:1) Produksi bahan baku2) Produksi Terak 3) Produksi Semenf. Pemakaian Alat pelindung Diri (APD) adalah pemakaian alat pelindung (masker) selamkaryawan bekerja.

Page 12: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 12/27

Kriteria objektif berdasarkan pengelompokan sebagai berikut:1) Selalu2) Tidak selalu3) Tidak pernah

BAB IVMETODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIANPenelitian ini menggunakan penelitian observasional yang bersifat deskriptif 

B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIANPenelitian ini dari tanggal 29 Oktober – 4 November 2007. Lokasi penelitian yang dipilihadalah unit produksi PT.Semen Tonasa

C. POPULASI DAN SAMPEL1. PopulasiSeluruh karyawan unit produksi yang mengalami gangguan pernapasan pada saatdillakukan pemeriksaan berkala periode 2002-20062. SampelTeknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Total sampling, berdasarkan dari data primer dan data sekunder.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA1. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara langsung terhadapresponden dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya dalam bentuk kuesioner.2. Data Sekunder yaitu data hasil pemeriksaan kesehatan pada karyawan unit produksi periode 2006-2007 yang diperoleh dari unit HIPERKES PT. Semen Tonasa.

E. PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATAData hasil penelitian ini diolah melalui sistem komputerisasi dengan menggunakan data program SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik disertai penjelasan.

BAB VGAMBARAN UMUM PT SEMEN TONASA

A. RIWAYAT SINGKAT PERSEROAN 13Awal mula didirikannya Pabrik Semen Tonasa adalah berdasarkan TAP MPRS RI No.II / MPRS/ 1960 tanggal 5 Desember 1960 , sebagai proyek yang berdiri di bawahnaungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan di bangun atas kerjasama antaraPemerintah Indonesia dengan Pemerintah Cekoslavia yang berjalan dari tahun 1960hingga 1968. Pabrik tersebut terletak di Desa Tonasa Kecamatan Balocci KabupatenPangkajene dan Kepulauan, di atas tanah seluas 55.185 m2, berjarak sejauh 54 km dari

Page 13: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 13/27

Kota Madya Makassar, dengan menggunakan proses basah dan menghasilkan semendengan kapasitas110.000 ton per tahun. Pabrik ini kemudian dikenal dengan sutan pabrik semen tonasa I.Pabrik Semen Tonasa I mulanya merupakan Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Umum (Perum) berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

 Nomor 54 tahun 1971 tanggal 18 Desember 1971. Tetapi tahun 1975 status perusahaantersebut diubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) berdasarkan peraturan pemerintah nomor tahun 1975.Dalam perkembangan selanjutnya, untuk memenuhi kebutuhan semen yang semakinmeningkat, maka atas kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan PemerintahKanada, dan berdasarkan persetujuan BAPPENAS No. 023 / XS-LC / B.V/ 76 dan No.2854/ D.I/ IX / 76 tertanggal 2 September 1976, Perseroan membangun Pabrik SemenTonasa II pada tahun 1976 dengan kapasitas terpasang sebanyak 510.000 ton semen tiaptahun. Selanjutnya pada tahun 1982, dilakukan peluasan usaha dengan membangunPabrik Semen Tonasa III dengan kapasitas produksi 590.000 ton setiap tahun. Pabrik Semen Tonasa III didirikan atas kerjasama antara Pemerintah Republik Indonesia dengan

Pemerintah Jerman Barat berdasarkan persetujuan BAPPENAS No. 32 / XC-LC / B.V /1981 tanggal 30 Oktober 1981, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 5April 1985. Kedua pabrik semen tersebut (Tonasa II dan III) mengukan proses kering danterletak berdampingan di atas tanah seluas 948,9 hektar dan luas bengunan sebanyak 57.236 m2 di Desa Biring Ere, Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkajene danKepulauan, sekitar 23 km dari lokasi Pabrik Semen Tonasa I.Pabrik Semen Tonasa I sejak November 1984 dihentikan operasinya karena proses basahyang menggunakan bahan bakar yang cukup tinggi sehingga tidak efisien lagi.Untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan semen di wilayah pemasaran SemenTonasa, Kawasan Timur Indonesia maka dibangun pabrik Semen Tonasa IV yang berkapasitas 2.300.000 ton semen per tahun, mulai dioperasikan pada tanggal 1 November 1996 dan letak pabrik ini satu lokasi dengan pabrik Semen Tonasa II dan III.

B. STRUKTUR ORGANISASI13PT. Semen Tonasa dalam menjalankan kegiatannya, sejumlah karyawan yang tersebar dalam beberapa bagian dalam perusahaan dengan tugas dan tanggung jawab yang berbeda, kesemuanya dimaksudkan untuk memperlancar kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan. Untuk mengkoordinir para karyawan dan demi lancarnya pengawasan pekerjaan maka perlu untuk membentuk struktur organisasi perusahaan dengan tujuanmelibatkan seluruh karyawan serta segenap tenaga kerja yang ada dalam perusahaanuntuk menunjang suksesnya perusahaan karena tanpa adanya suatu struktur organisasi,maka dapat mengakibatkan kesimpangsiuran dalam menjalankan tugas-tugas karyawan/ bawahan. Untuk menghindari hal ini, maka pimpnan perusahaan menjalankan adanyakerjasama dari orang-orang tersebut, serta mempunyai satu tujuan yaitu merealisasikantujuan oerganisasi. Yang dimaksud dengan tujuan organisasi adalah kerangka yangmenunjukkan pembagian tugas dan wewenang, tanggung jawab dan hubungan antarafungsi-fungsi dalam organisasi.Sehingga dengan melihat struktur organisasi, dapat diketahui hubungan antara pimpinandan bawahan atau sebaliknya. Demikian juga garis wewenang dari hubungan tersebut.Secara umum dapat kita lihat pada lampiran tentang susunan struktur organisasi PT.

Page 14: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 14/27

Semen Tonasa.

C. KEADAAN PERSONALIA13Tenaga kerja di PT (Persero) Semen Tonasa terdiri dari tenaga kerja wanita dan pria. Dimana tenaga kerja pada PT. Semen Tonasa terdiri dari tenaga kerjapada unit non produksi

(staf di kantor). Adapun pembagian tenaga kerja pada PT. Semen Tonasa ini terbagi atastiga macam, yaitu: karyawan organik (tetap), pekerjaan kontrak (ikatan kerja) dan percobaan/ non organik.Disiplin kerja yang digunakan pada PT. Semen Tonasa dengan menetapkan jam kerjakaryawan yang dibagi atas tiga shift sebagai berikut: Shift I: 07.30 – 15.30, Shift II: jam15.30 – 23.30, dan Shift III: jam 23.30 – 07.30.Jam istirahat masing-masing shift adalah 1 jam. Pembagian shift ini adalah untuk jamkerja pada unit produksi yaitu yang bekerja di dalam pabrik. Sedangkan karyawan yang bekerja pada unit non produksi (staf yang bekerja di luar pabrik) tidak menggunakan pembagian shift, tetapi menggunakan jam kerja dari jam 07.30 – 15.30 setiap hari,dengan jam istirahat 1 jam.7

D. PRODUKSI131. Bahan BakuBahan baku utama yang dipergunakan untuk memproduksi semen adalah:a. Batu Kapur Batu kapur diperoleh dari lokasi yang telah dikuasai perusahaan, terletak di areal pabrik.Batu kapur merupakan komponen bahan baku utama industri semen (80% dari seluruhkebutuhan bahan baku). Jumlah cadangan batu kapur di sekitar lokasi pabrik, yangdikuasai perusahaan saat ini diperkirakan dapat digunakan oleh pabrik Semen Tonasa II,III, IV untuk jangka waktu ratusan tahun. b. Tanah LiatTanah liat seperti halnya batu kapur juga diperoleh dari lokasi sekitar pabrik yang telahdikuasai oleh perusahaan. Tanah liat merupakan komponen utama baku kedua setelah batu kapur (17% dari seluruh kebutuhan bahan baku). Untuk jumlah pemakaian tersebut,cadangan yang telah dikuasai perusahaan maupun yang berada di sekitar lokasi pabrik,mampu memenuhi kebutuhan Pabrik Semen Tonasa II, III, dan IV untuk jangka wakturatusan tahun.c. Pasir SilikaPasir silika sebagai bahan baku pembantu yang digunakan untuk mengoreksi komposisikimia tanah liat yang tersedia di lahan dekat pabrik Semen Tonasa I. Jumlah pemakaian pasir silika sebesar 3% dari kebutuhan totalbahan baku. Cadangan pasir silika yang telahdikuasai oleh perusahaan saat ini di lokasi yang tidak jauh dari pabrik dapat memenuhikebutuhan pasir silika dalam jangka waktu puluahn tahun.Di samping itu beberapa daerah yang dekat dengan lokasi pabrik seperti KabupatenMaros, Bone, Pinrang tersedia cukup banyak.d. GipsumGipsum yang digunakan pada waktu penggilingan semen seluruhnya merupakan produksidalam negeri yang dapat dibeli dari PT. Petro Kimia Gresik.2. Proses pembuatan semenQuarry

Page 15: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 15/27

Batu kapur di quarry diledakkan dengan bahan peledak. Dengan alat berat batu kapur dipilih yang berdiameter maksimum 170 cm, kemudian diangkut dengan Dup Truck kealat pemecah.Crusher 

Batu kapur hasil quarry dioecah oleh Hummer Crusher sehingga kecil-kecil dengan

diameter maksimum 3 cm.Clay Pit (Tanah Liat)Tanah liat diambil dengan alat berat dan diangkut ke tempat penampungan tanah liat.Pasir Dryer 

Clay yang berada di tempat penampungan (Storage Hall) dikeringkan dalam clay dryer agar mendapatkan kadar air maksimum 3% kemudian dikumpulkan dalam silo.Pasir Silika

Pasir silika yang diambil dari tempat penampungan pasir silika dikirim ke raw mill bersama-sama dengan kapur dan tanah liat.

Raw MillBatu kapur, tanah liat dan pasir silika bersama-sama digiling dalam raw mill sampai

menjadi tepung atau raw meal dan dimasukkan ke dalam silo. Proses penggilingantersebut selalu mendapatkan pengawasan dari laboratorium sehingga raw meal yangdihasilkan langsung siap dibakar.Kiln

Raw meal dari silo diangkat ke kiln untuk dibakar dengan temperatur 1250o C s/d 1500oC sehingga menghasilkan klinker (terak).Finish Mill

Klinker (terak) bersama-sama gipsum 4% digiling dalam finish mill dan menghasilkansemen.Packing/ Pengantongan Semen

Sebelum dipasarkan, semen dikemas dalam sak di unit pengantongan semen. Semendipasarkan juga dalam bentuk curah.E. Pelayanan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja13Dalam pelayan kesehatan dan keselamatan kerja, perusahaan telah berbuat banyak untuk meningkatkan derajat ksehatan bagi karyawannya, antara lain:1. penyuluhan, baik yang dilakukan oleh biro pelyanan keshatan maupun biro kesehatandan keselamatan kerja, mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, seperti cara pemakaian alat pelindung diri (masker, hearing protector, dll). Juga pemasangan pamfletdan spanduk-spanduk yang bertemakan kesehatan dan keselamatan kerja.2. penyediaan alat-alat pelindung diri bagi seluruh karyawan, terutama yang bekerja padalokasi atau tempat yang beresiko tinggi.3. pengawasan secara ketat yang dilakukan oleh biro kesehatan dan keselamatan kerja(K3) terhadap lingkungan pekerja.4. tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan di lingkungan perusahaan berupa 1 (satu) buah rumah sakit dengan 3 orang dokter serta sejumlah tenaga paramedis. Di rumah sakittersedia obat-obatan dan sejumlah alat-alat kesehatan.5. dilakukan pemeriksaan kesehatan pada karyawan di awal masuk bekerja di perusahaandan pemeriksaan berkala setahun sekali disertai dengan pemeriksaan penunjang sepertites labolatorium, foto thorax, audiometri.

Page 16: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 16/27

DAFTAR PUSTAKA

1. Anies, Penyakit Akibat Kerja, Jakarta: PT.Elex Media Komputindo, 20052. Antaruddin, Pengaruh Debu Pada Pada Faal Paru Pekerja Kilang Padi Yang Merokok 

Dan Tidak Merokok, Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.3. Junqueira, LC & Carneiro, J. Sistem Respirasi, Histologi Dasar, ECG, Jakarta, Hal358. 19954. Margono.B , Penyakit Paru Kerja, Majalah Ilmu Penyakit Dalam , Majalah IlmuPenyakit Dalam Vol.23, No.2, Jakarta, hal 7-19. 19975. Anonim 2, Penyakit Paru Akibat Kerja, Editorial Jurnal Respirologi Indonesia, Vol.18 No.14, Jakarta. 19986. Puji Astuti, Wiwiek, Debu Sebagai Bahan Pencemar Yang Membahayakan KesehatanKerja, Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI, 2002.7. Amorosa .K.Judith, Asbestosis, www.emedicine.com, 11 Agustus 20048. Taragin Benjamin, Coal workers pneumoconiosis., www.medlineplus.com,

5 Februari 20069. Ikhsan.M, Penyakit Paru Akibat Kerja, Jurnal Respirologi Indonesia, Vol.18 No.4,Jakarta, Hal 134-136. 199810. Suma’mur, Higiene dan Kesehatan Kerja, Jakarta: Gunung Agung11. Parmeggiani.L, Cement, Encyclopedia Of Occupational Health snd Safety Vol.1,Third Edition, 436-439, Geneva.12. Agustini & Pangerang AM, Studi Pelaksanaan Dan Keselamatan Kerja Pada TenagaKerja Unit Produksi PT. Semen Bosowa Maros ( Tinjauan terhadap UU RI No.1 1970 ),Skripsi, Bagian IKM-IKP, Fakultas Kedokteran UNHAS, Makassar. 200113. Profil PT. SEMEN TONASA tahun 200614.Priyatna BL, Kesehatan Kerja dan Penyakit Paru Akibat Kerja, dalam: Modul KursusTertulis Bagi Dokter Hiperkes, Proyek Hiperkes Pusat Pelayanan Ergonomi, Kesehatandan Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja RI. Jakarta, 199815.Ghasemkhani M; Kumashiro M; Reza M; Anvarii A; Mazloumi; Sadeghipour A,Prevalence of Respiratory Symptoms Among Workers in Industries of South Tehran,Iran. Industrial Health 2006, 44, 218–224. 28 Oktober 2005.16. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup, PT. Semen Tonasa, Tahun 2002-200617. Wawancara Langsung dengan kepala unit Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)18. Noroatmodjo S. Kesehatan Kerja, dalam : Prinsip-prinsip Dasar Ilmu KesehatanMasyarakat. Rineka Cipta, Jakarta 2003.19. Mwaiselage J, Moen B, BrÃ¥tveit M. Acute respiratory health effects among cementfactory workers in Tanzania: an evaluation of a simple health surveillance tool. Vol.79 No.1 2006. Hal 49-56. Springer Berlin

Page 17: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 17/27

Page 18: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 18/27

Page 19: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 19/27

Hubungan Industri

dengan

Penyakit Kulit

Dr. Moh. lbeni lllias

 Kepala Bagian ilmu Penyakit Kulit 

 KelaminSurabaya

Pendahuluan

Penyakit kulit jabatan atau occupational dermatoses sebe-tulnya sudah ada sejak adanya majikan dan buruh.PARA-CELSUSadalah orang pertama yang pada sekitar tahun 1500,dalam bukunya Morbis Metallicus menulis tentang penyakit- penyakit jabatan atau occupational diseases dimana juga telahdisinggung sedikit mengenai kelainan pada kulit akibat bebera-

 pa garam.(SCHWARSTet al 1957). Pada sekitar tahun 1700BE R N A R D O RA M A Z Z IN Imenuangkan pengamatan-penga-matannya mengenai penyakit kulit jabatan yang teliti dalam bukunya de Morbis Artificium Diatriba, yang hingga saat inimasih tetap berlaku, seperti mengenai eczema pada tangan penjual roti akibat iritasi oleh adonan tepung, ulcus varicosum pada orang yang berhubung dengan jabatannya harus berdiriterus menerus sepanjang hari, gatal-gatal pada penggiling dan pengayak gandum yang kini diketahui disebabkan oleh sebang-sa parasit dan sebagainya.PERCIV AL POTTmengemukakanadanya hubungan antara pembersih cerobong asap dengancarcinoma scrotales yang menurut dia disebabkan oleh jelagayang jatuh pada waktu disapu. Masih banyak lagi yang ditulismengenai penyakit-penyakit kulit yang disebabkan oleh pe-kerjaan, akan tetapi perhatian terhadap penyakit-penyakit inimulai menjadi besar pada permulaan abad ini dengan berkem- bangnya perindustrian di negara-negara Inggeris, Perancis,Jerman dan Amerika Serikat. Lahirlah istilah Penyakit KulitIndustri atau Industrial Dermatoses yang kini merupakansuatu keahlian tersendiri dibidang dermatologi.Pembahasan

Banyak dermatolog terkenal mencurahkan perhatiannyakepada penyakit kulit akibat industri dan sebagai hasil jerih payah mereka antara lain tergugahnya perhatian dari pada pe-merintah masing-masing negara untuk membuat undang-un-.

Page 20: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 20/27

dang yang melindungi buruh industri terhadap kemungkinan-kemungkinan ini. Kompensasi atau ganti rugi yang tadinyahanya diperuntukkan industrial accidents dan kemudian untuk industrial diseases akhirnya juga diberikan untuk industrialdermatoses. Dewasa ini para karyawan pabrik di negara-negara

industri yang sudah maju akan mendapatkan kompensasidari perusahaan dimana ia bekerja atau dari asuransi bila mana.ia tidak dapat bekerja lagi sebagai akibat dari pada penyakitkulit jabatan. Disamping itu dibuat peraturan-peraturan yangmengharuskan semua pabrik menyediakan segala fasilitas yangdiperlukan untuk melindungi semua karyawannya dari ke-mungkinan bahaya akibat jabatannya. Agar peraturan-peratur-an tersebut juga dilaksanakan sebagaimana mestinya maka pe-merintah melakukan pengawasan yang ketat. Hasil dari padasemua ini adalah usaha untuk mencegah timbulnya industrialdermatosesdengan jalan menghindarkan iritasi kulit, baik yang

 berupa mekanik maupun yang kimia. Dibuatlah mesin-mesindenganautomatic and closed system

yaitu sistem mesinyang bekerja secara otomatis dan tertutup sama sekali. Bahan baku dihisap dari truk kedalam gudang dan melalui pipa-pipadan katup-katup, disalurkan. ke mesin-mesin sampai menjadi barang jadi, dibungkus dan dipak hingga siap untuk dikirimdengan kapal.Bila kulit tidak mungkin dilindungi dengan protective

.clothing 

seperti sarung tangan, masker, kaus kaki, boots,rok dan sebagainya, maka dapat dipakai protective ointmensor barriers yang digosokkan merata pada kulit sebelum mulai bekerja. Air jernih dalam jumlah yang cukup dan mengalir lancar serta sabun harus tersedia agar selesai kerja mereka da- pat mandi atau mencuci tubuhnya sampai bersih. Supayamaksud baik ini dapat mencapai tujuannya, maka waktu untuk mandi dan cuci sebaiknya tidak diberikan setelah jam kerjaakan tetapi diambil 15 -- 30 menit terakhir sebelum jam kerjausai.Tindakan-tindakan prevensi tersebut sebetulnya tidak ha-nya menguntungkan para karyawan saja akan tctapi juga pengusahanya. MenurutPORTER (1960) produksi maksimalsering tidak bisa tercapai oleh karena hilangnya waktu kerjaakibat kecelakaan, pemogokan dan penyakit-penyakit industri.

Page 21: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 21/27

Dan salah satu faktor utama dari pada hilangnya jam kerja iniadalah akibat industrial dermatoses, Belum ada data yang pastimengenai ini untuk Indonesia, akan tetapi dari survey yang di-lakukan oleh BENNY dan WIJ AYA

(1972) pada pengilanganminyak di Plaju dan Sungaigerong diperoleh hasil sebagai ber-ikut : dari160karyawan yang diperiksa 22.5% menderitaoccupational dermatoses suatu persentase yang cukup tinggi.BUDIMULYAet al (1972) pada surveynya dibeberapa pabrik tekstil di Jakarta menemukan beberapa macam penyakit kulit jabatan meskipun tidak disebutkan jumlahnya secara pasti.Di Indonesia walaupun industri sudah ada sejak jaman pen-

 jajahan kemajuan yang pesat baru diperoleh dalam periode 10tahun terakhir selama Repelita pertama dan kedua. Sayangsekali perkembangan industri yang pesat tidak diikuti denganCermin Dunia Kedokteran No. 11, 1978.11 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Page 22: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 22/27

Page 23: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 23/27

kemajuan-kemajuan di bidang ilmu kedokteran industri yangmemadai. Juga Undang-undang Kecelakaan Kerja masih berasaldari tahun 1947 yang kiranya kini sudah kurang sesuai lagi.Pada Bab I, pasal 1, ayat 2 dari Undang-undang KecelakaanTahun 1947 no. 33 hanya disebut : Di Perusahaan yang di-

wajibkan memberi tunjangan, majikan berwajib membayar ganti kerugian kepada buruhyangmendapat Penyakit 

yang timbul karena hubungan kerja dipandang sebagai ke-celakaan (Biro etc. 1970). Occupational atau industrial derma-toses tidak secara explicit disebutkan disini, akan tetapi dapatdimasukkan dalam peraturan ini. Pengeterapannya di dalam praktek tergantung dari pada usahawan, dokter perusahaandan pemerintah dalam hal ini Lembaga Nasional Hygiene

Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Dokter perusahaan dalamhal ini sangat penting peranannya dan harus betul-betul me-nyadari bahwa pendapatnya sering menentukan hari depandari si penderita.Apabila seorang pekerja mendapat kelainan penyakit kulityang disebabkan oleh karena pekerjaannya dan pabrik itu me-nyediakan dokter perusahaan, maka tindakan selanjutnya dan pengobatannya adalah sangat bergantung dari pada dokter ini,maka setiap dokter perusahaan hendaknya selalu memikirkanapakah kasus yang dihadapi itu tidak ada hubungannya de-ngan pekerjaan sipenderita. Qleh karena ini penting artinyaseperti yang telah diutarakan diatas bagi penderita/pekerja,yaitu yang mengenai :(1) Pengobatannya secara spesialistis(2) Penggantian ongkos-ongkos pengobatan(3) Yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup pekerja ini ialah kemungkinan-kemungkinan penempat-annya dilain bagian dalam pabrik atau perusahaan di-mana dia bekerja, bila tindakan-tindakan preventif ti-dak memungkinkan lagi. Dengan demikian orang initidak akan terlantar hidupnya dikemudian hari.Sikap yang demikian oleh dokter-dokter perusahaan akansangat membantu secara langsung kepentingan pekerja dan ten-tu saja kelangsungan produksi pula dan dalam jangka waktu panjang menguntungkan juga majikan oleh karena organisasiyang rapi dan tidak kehilangan pekerja-pekerja ahlinya. Halyang sebaliknya akan terjadi pada perusahaan-perusahaan di-mana tidak ada penelitian yang mendalam mengenai sebab mu-sebab dari kejadian-kejadian tersebut, dan tindakan yang gega- bah mengeluarkan atau memindahkan pekerja-pekerjanya da-

Page 24: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 24/27

lam bagian dimana bukan menjadi keahlian nya.Dengan ini maka jelaslah, bahwa tugas sebetulnya belum berakhir setelah penderita itu perawatannya dioperkan padaseorang ahli penyakit kulit. Sebab sekarang masih harus di- pertimbangkan apakah perlu penderita ini dipindahkan dilain

 bagian dipabrik tersebut. Sebab anjuran ini tidak selalu benar,menurutHELLIER (1960) hanya 20% dari semua penderitadengan penyakit kulit jabatan perlu dipindahkan, yaitu merekayang betul-betul peka terhadap sesuatu bahan dimana kontak langsung dengan bahan tersebut waktu bekerja tidak dapat di-hindari. Sisanya atau 80% mendapat penyakit kulit jabatannyaakibat kerusakan yang terjadi pada kulit karena iritasi primer,seperti oleh karena gesekan-gesekan mekanis, detergens, alkaliatau

asam dan sebagainya. Jadi dalam keadaan terakhir ini kar-yawan tidak perlu pindah. Sudah cukup apabila kulit merekadapat dilindungi dari iritasi primer dengan mempergunakan protective clothings ataupun protective barriers.

MARWALI HARAHAP(1968) dalam penyelidikannya pada 2387 buruh tembakau Deli menjumpai 146 kasus penya-kit kulit jabatan (5,1%). Sebagian besar yaitu 121 kasus ataulebih dari 80% disebabkan bahan toksik dan sisanya disebab-kan bahan alergenik.Di negara industri yang sudah maju sering timbul sengketamengenai ganti rugi bagi penyakit kulit jabatan dan umumnyadiselesaikan didepan meja hijau. Memang tidaklah mudah un-tuk menentukan apakah sesuatu dermatitis mempunyai hu- bungan dengan pekerjaan atau tidak. MenurutPOR TER danPORTER (1960) kesukaran ini disebabkan oleh empat faktor:1. Sukar untuk dapat menentukan kelalaian berada dipihak mana bila sampai terjadi penyakit kulit jabatan. Usaha-wan acap kali mendatangkan bahan baku, peralatan danmesin baru untuk terus meningkatkan produksinya de-ngan mengabaikan segala persyaratan yang ada untuk ke-selamatan kerja. Memang mula-mula semua berjalan lan-car sebab penyakit kulit jabatan baru timbul setelah se-kian waktu perusahaan-perusahaan itu berjalan. Di lain pihak perusahaan sudah menyediakan segala fasilitasyang diperlukan akan tetapi karyawan ternyata lalai me-manfaatkannya.

Page 25: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 25/27

2. Tidak adanya kejadian yang menyolok untuk menunjuk-kan secara tepat dimana, bilamana dan bagaimana terja-dinya penyakit tersebut seperti misalnya pada traumakulit akibat tersiram air mendidih.3. Istilah dermatitis yang dipergunakan untuk semua ben-

tuk penyakit kulit jabatan. Majikan dapat dirugikan bi-lamana ia harus memberikan kompensasi yang besar bagikaryawan yang menderita periyakit kulit ringan yangsembuh setelah beberapa hari. Sebaliknya karyawan da- pat dirugikan bila suatu penyakit kulit jabatan yang be-rat dikira suatu dermatitis yang konstitusionil.4. Kadang kala sukar untuk dapat menentukan apakah Sua-tu dermatitis ada hubungan dengan pekerjaan di pabrik atau di rumah. Misalnya dermatitis pada seorang montir mesin bisa disebabkan oleh adanya kepekaan terhadapcat yang ia pergunakan untuk melukis di rumah sebagai

hobby diwaktu senggang. Disamping itu dermatitis da- pat berdasarkan konstitusi tubuh seperti pada atopy atauneurosis yang berakar dari kesukaran rumah tangga.Patch testing yang pernah dianggap sebagai faktor yang me-nentukan pada persengketaan akhir-akhir ini terbukti sangatmeragukan. Pertama oleh karena sebagian besar dari pada pe-nyakit kulit jabatan bukan disebabkan oleh adanya kerentan-an terhadap sesuatu bahan ( 80% menurutHELLIER danHARAHAP)dan kedua oleh karena syarat-syarat untuk patchtesting harus dipenuhi semua, antara lain dengan memakaisatu atau dua orang sukarelawan sebagai perbandingan.Di Indonesia sengketa mengenai kompensasi untuk pe-nyakit kulit jabatan yang diajukan kepengadilan sepanjang pengetahuan saya belum pernah terjadi. Ini bukan berarti bahwa di negeri kita ini semua berjalan dengan sempurnaatau tidak ada penyakit kulit jabatan. Hanya saja perhatianterhadap penyakit jabatan ini masih sangat kurang dikalangan12Cermin Dunia Kedokteran No. 11, 1978.

Page 26: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 26/27

Page 27: kewirausahaan cici

8/14/2019 kewirausahaan cici

http://slidepdf.com/reader/full/kewirausahaan-cici 27/27

para dokter terutama ahli- ahli kulit.

Apabila ada sengketa, lazimnya semua itu diselesaikan se-

cara damai dan pada umumnya lebih menguntungkan bagi si

majikan dari pada karyawan.

Penutup

Kini pabrik-pabrik tumbuh sebagai jamur dimusim hujan

di kota-kota besar, misalnya ; perakitan mobil, pabrik-pabrik obat, cat dan kimia, pabrik textil, pemintalan dan sebagainya.

Maka sudah .barang tentu dan dapat diperkirakan bahwa pe-

nyakit jabatan dan penyakit kulit jabatan akan makin mening-

kat diwaktu yang akan datang. Tidaklah berlebihan apa bila

mulai sekarang sudah kita pikirkan kearah itu, tetapi agar da-

pat memperoleh hasil yang optimal diperlukan kerja sama

yang erat antara usahawan, dokter perusahaan, dokter akhli

penyakit kulit, karyawan dan pemerintah.KEPUSTAKAAN

1. BENNY W. WIJAYA U : Proceeding Konas I P.A.D. V.I Jakarta.

2023. 1972.

2; BOEDIMULJA et al : Proceeding Konas I P.A.D. V.I Jakarta. 1216

1972.

3. BIRO TATA HUKUM DAN HUBUNGAN LEMBAGALEM-BAGA NEGARA DEPARTEMEN TENAGA KERJA : Himpun-

an peraturan-peraturan tenaga kerja . Jilid II. Cetakan III.

4. HARAHAP M : Dermatitis kontak pada buruh tembakau Deli. The-

sis 6193, 1968.

5. HELLIER FF : Symp Dermat Praque. Vol 2 : 345346, 1960.

6. PORTER R : Symp Dermat Praque. Vol 3: 211217, 1960.

7. PORTER R. PORTER R A : Symp Dermat Praque. 401404,

1960;

8.SCHWARTZ L, TULIPAN L, BIRMINGHAM D J : Occupational

diseases of the skin, 3 ed. Philadelphia, Lea Febiger. 1826, 1957

SPESIALIS YANG PALING BANYAK DIBUTUHKAN ADALAH : INTERNIST

Di Amerika telah dilakukan survey mengenai kebutuhan akan tenaga-tenaga ahli

dibidang kedokteran. Selama masa triwulan terakhir tahun 1976 sampai triwulan per-

tama tahun 1977 didapat angka-angka sebagai berikut :

Data-data tersebut diperoleh dari iklan-iklan yang dipasang pada majalah-majalah ke-dokteran yang ada di Amerika. Dimana jumlah iklan yang membutuhkan dokter-

dokter ahli dalam berbagai bidang keahlian, rata-rata 2300 buah sebulan.Physician s Management 17 : 16,1977.

Cermin Dunia Kedokteran No. 11, 1978.

13