kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · kesejahteraan keluarga, gaya...

97
KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK USIA SEKOLAH PADA KELUARGA PETANI KAYU MANIS DI TAMIAI, KERINCI, JAMBI ELMANORA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Upload: lambao

Post on 10-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK USIA SEKOLAH

PADA KELUARGA PETANI KAYU MANIS DI TAMIAI, KERINCI, JAMBI

ELMANORA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

Page 2: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

ABSTRACT

ELMANORA. Family welfare, parenting style, and school-aged children’s social emotional development of cinnamon farmer at Tamiai, Kerinci, Jambi. Supervised by ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI and ALFIASARI. The aim of the research was to analyze the influence of family and child characteristics, family welfare, and parenting style toward school-aged children’s social emotional development in cinnamon farmer families at Tamiai, Kerinci District, Jambi. This research involved 50 families that were selected randomly. The samples were chosen from families of cinnamon farmer in study site who had school-aged children (fourth, fifth, and sixth grade in elementary school). Data collected by interview and self report with questionnaire. Family welfare was indicated by using three indicators those were BPS, BKKBN, and a simple poverty scorecard for Indonesia. Parenting style were measured by emotional coaching instrument. Children’s social emotional development were measured by Social Emotional Assets and Resiliency Scales A (SEARS A). Data was analyzed by descriptive and regression analysis. The results showed that the families had low welfare based on the third indicators. Mostly parent in this research applied disapproving parenting style (34%). Persentage of children’s social emotional development scores were 71,30±10,35. Family welfare was influenced by family size, father’s age, and family income. Parenting style was influenced by mother’s education. Laissez faire style correlated negative significant with children’s social emotional development. Children’s social emotional development were influenced by their age. Keywords: family welfare, parenting style, social emotional development

ABSTRAK

ELMANORA. Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan sosial emosi anak usia sekolah pada keluarga petani kayu manis di Tamiai, Kerinci, Jambi. Dibimbing oleh ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI dan ALFIASARI. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, kesejahteraan keluarga, dan gaya pengasuhan terhadap perkembangan sosial emosi anak usia sekolah pada keluarga petani kayu manis di Tamiai, Kabupaten Kerinci, Jambi. Penelitian ini melibatkan 50 keluarga yang dipilih secara acak. Contoh adalah keluarga petani kayu manis yang memiliki anak usia sekolah (kelas IV, V, dan VI sekolah dasar). Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara dan laporan diri dengan menggunakan kuesioner. Kesejahteraan keluarga diukur dengan menggunakan tiga indikator yaitu BPS, BKKBN, dan a simple poverty scorecard for Indonesia. Gaya pengasuhan diukur dengan instrumen emotional coaching. Perkembangan sosial emosi anak diukur dengan Social Emotional Assets and Resiliency Scales A (SEARS A). Data dianalisis dengan analisis deskriptif dan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga contoh memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah berdasarkan tiga indikator yang digunakan. Sebagian besar orangtua dalam penelitian ini menerapkan gaya pengasuhan tidak menyetujui (34%). Persentase skor perkembangan sosial emosi anak adalah 71,30±10,35. Kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh besar keluarga, usia ayah, dan pendapatan keluarga. Gaya pengasuhan dipengaruhi oleh pendidikan ibu. Gaya pengasuhan laissez faire berhubungan signifikan negatif dengan perkembangan sosial emosi anak. Perkembangan sosial emosi anak dipengaruhi oleh usia. Kata kunci: kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, perkembangan sosial emosi

Page 3: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

RINGKASAN

ELMANORA. Kesejahteraan Keluarga, Gaya Pengasuhan, dan Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Sekolah pada Keluarga Petani Kayu Manis di Tamiai, Kerinci, Jambi. Dibimbing oleh ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI dan ALFIASARI.

Pertanian merupakan sektor yang rentan dengan masalah kemiskinan. Salah satunya adalah petani kayu manis yang merupakan petani tanaman tahunan dengan penghasilan yang rendah. Pendapatan keluarga yang rendah dapat menyebabkan terjadinya masalah kemiskinan. Masalah kemiskinan berdampak pada gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua dan perkembangan sosial emosi anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) kesejahteraan keluarga contoh, 2) gaya pengasuhan pada keluarga contoh, 3) menganalisis perkembangan sosial emosi anak usia sekolah pada keluarga contoh, 4) pengaruh karakteristik keluarga terhadap kesejahteraan keluarga contoh, 5) pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan kesejahteraan keluarga terhadap gaya pengasuhan pada keluarga contoh, 6) menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, kesejahteraan keluarga, dan gaya pengasuhan terhadap perkembangan sosial emosi anak usia sekolah pada keluarga contoh. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan di Desa Tamiai, Kecamatan Batang Merangin, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Lokasi penelitian dipilih secara purposive berdasarkan jumlah keluarga petani kayu manis terbanyak. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai bulan April 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga petani kayu manis di Desa Tamiai yang memiliki anak usia sekolah. Desa Tamiai terdiri atas tujuh dusun yang kemudian dipilih dua dusun (secara purposive) untuk menjadi lokasi penelitian. Dusun yang terpilih adalah Dusun Lamo dan Kampung Dalam. Setiap dusun diambil contoh secara acak sebanyak 25 keluarga, sehingga jumlah seluruh contoh adalah 50 keluarga.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik keluarga (tipe keluarga, besar keluarga, usia ayah ibu, pendidikan ayah ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, pengeluaran keluarga, dan kepemilikan aset), karakteristik anak (usia anak, jenis kelamin, dan urutan kelahiran), kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan orang tua (pengabai emosi, tidak menyetujui, laissez faire, dan pelatih emosi), dan perkembangan sosial emosi anak pada keluarga petani kayu manis. Data sekunder yang digunakan adalah data keadaan umum daerah penelitian serta data luas areal dan produksi perkebunan kayu manis. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi (regresi linear berganda dan regresi logistik). Kesejahteraan keluarga diukur dengan menggunakan tiga indikator yaitu garis kemiskinan BPS, keluarga sejahtera BKKBN, dan a simple poverty scorecard for Indonesia. Gaya pengasuhan diukur dengan menggunakan instrumen emotional coaching yang terdiri atas gaya pengasuhan pengabai emosi, tidak menyetujui, laissez faire, dan pelatih emosi. Perkembangan sosial emosi anak diukur dengan menggunakan instrumen Social Emotional Assets and Resiliency Scales A (SEARS A).

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga petani kayu manis di Desa Tamiai, Kecamatan Batang Merangin, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Kayu manis merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Meskipun Kabupaten Kerinci merupakan pemasok kulit kayu manis terbesar di Indonesia, namun penelitian ini menunjukkan bahwa kayu manis hanya menyumbang sebesar 8,86 persen terhadap pendapatan keluarga. Kontribusi kayu manis yang rendah terhadap pendapatan keluarga disebabkan oleh waktu panen yang lama, luas ladang yang sempit, dan harga jual kulit kayu manis yang murah. Pendapatan keluarga yang rendah dapat menyebabkan rendahnya tingkat kesejahteraan keluarga.

Page 4: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

Pada penelitian ini, kesejahteraan keluarga diukur dengan menggunakan indikator garis kemiskinan BPS, keluarga sejahtera BKKBN dan a simple poverty scorecard for Indonesia. Berdasarkan indikator BPS, lebih dari separuh keluarga contoh (56%) merupakan keluarga miskin yang memiliki pengeluaran per kapita per bulan kurang dari atau sama dengan Rp193.834,00. Kesejahteraan keluarga contoh berdasarkan indikator BPS dipengaruhi oleh besar keluarga (β=-0,955, α=0,01). Berdasarkan indikator BKKBN, tiga per lima keluarga contoh (60%) tergolong keluarga miskin. Kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator BKKBN dipengaruhi oleh besar keluarga (β=-0,710, α=0,05), usia ayah (β=-0,128, α=0,05), dan pendapatan keluarga (β=0,000, α=0,05). Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga adalah a simple poverty scorecard for Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh keluarga contoh (94%) memperoleh skor kurang dari 50 dengan rata-rata sebesar 32,90 sehingga kemungkinan besar keluarga contoh mengalami masalah kemiskinan. Hasil uji korelasi menunjukkan ada hubungan yang signifikan positif antara kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator a simple poverty scorecard for Indonesia dengan kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator BPS (r=0,676, α=0,01) dan BKKBN (r=0,535, α=0,01).

Penelitian ini menduga bahwa karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan kesejahteraan keluarga akan berpengaruh terhadap gaya pengasuhan. Namun, hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa gaya pengasuhan dipengaruhi oleh pendidikan ibu (β=1,228, α=0,01). Ibu yang berpendidikan tinggi berpeluang untuk menerapkan gaya pengasuhan yang lebih baik. Gaya pengasuhan yang diukur dalam penelitian ini terdiri atas pelatih emosi dan bukan pelatih emosi (pengabai emosi, tidak menyetujui, dan laissez faire). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari dua per tiga keluarga contoh (72%) menerapkan gaya pengasuhan bukan pelatih emosi. Temuan ini tentu saja mengindikasikan masih rendahnya pengetahuan orang tua dalam menerapkan gaya pengasuhan yang baik, khususnya yang terkait dengan pengelolaan emosi negatif anak.

Perkembangan sosial emosi anak dinilai dari indeks perkembangan sosial emosi. Indeks perkembangan sosial emosi anak contoh berada pada selang 43-92 dengan rata-rata sebesar 71,30 dan standar deviasi 10,35. Rata-rata indeks mengindikasikan bahwa perkembangan sosial emosi anak contoh tidak optimal. Sementara itu, jika dilihat dari dimensinya, perkembangan sosial emosi yang dominan pada anak contoh adalah keterampilan interpersonal dan keterampilan dalam bergaul (34%). Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa perkembangan sosial emosi anak dipengaruhi oleh usia anak (β=6,409, α=0,01). Anak yang usianya semakin besar memiliki perkembangan sosial emosi yang lebih baik. Meskipun hasil uji regresi tidak menemukan adanya pengaruh gaya pengasuhan terhadap perkembangan sosial emosi anak, namun analisis korelasi menunjukkan bahwa gaya pengasuhan laissez faire berhubungan signifikan negatif dengan perkembangan sosial emosi anak (r=-0,914, α=0,05). Orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan laissez faire cenderung memiliki anak dengan perkembangan sosial emosi yang tidak optimal.

Kemiskinan merupakan akar permasalahan utama dalam keluarga. Masalah kemiskinan berkaitan dengan gaya pengasuhan dan perkembangan sosial emosi anak. Keluarga yang miskin cenderung menerapkan gaya pengasuhan yang negatif (pengabai emosi, tidak menyetujui, dan laissez faire) dan memiliki anak dengan perkembangan sosial emosi yang tidak optimal. Perkembangan sosial emosi anak yang tidak optimal pada masa usia sekolah akan menghambat kesuksesan anak pada tahapan selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah: 1) meningkatkan pendapatan keluarga dengan cara meningkatkan keterampilan, 2) optimalisasi program keluarga berencana dengan cara meningkatkan pendidikan anak perempuan untuk meningkatkan usia menikah, dan 3) meningkatkan pendidikan ibu. Kata kunci: kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, perkembangan sosial emosi

Page 5: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kesejahteraan Keluarga, Gaya

Pengasuhan, dan Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Sekolah pada Keluarga

Petani Kayu Manis di Tamiai, Kerinci, Jambi adalah karya saya dengan arahan

dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011

Elmanora

NIM I24070047

Page 6: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 7: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK USIA SEKOLAH

PADA KELUARGA PETANI KAYU MANIS DI TAMIAI, KERINCI, JAMBI

ELMANORA

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

Page 8: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

Judul Skripsi : Kesejahteraan Keluarga, Gaya Pengasuhan, dan Perkembangan

Sosial Emosi Anak Usia Sekolah pada Keluarga Petani Kayu

Manis di Tamiai, Kerinci, Jambi

Nama : Elmanora

NIM : I24070047

Disetujui,

Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si

Pembimbing I

Alfiasari, SP, M.Si

Pembimbing II

Diketahui,

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc

Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Tanggal Lulus:

Page 9: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Kesejahteraan Keluarga, Gaya Pengasuhan, dan Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Sekolah pada Keluarga Petani Kayu Manis di Tamiai, Kerinci, Jambi. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si dan ibu Alfiasari, SP, M.Si selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sejak penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

2. Ibu Megawati Simanjuntak, SP, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan Ibu Neti Hernawati, SP, M.Si selaku dosen penguji atas saran dan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Diah Krisnatuti Pranadji, MS selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingannya selama penulis belajar di Ilmu Keluarga dan Konsumen.

4. Gubernur Provinsi Jambi, Pemerintah Daerah Provinsi Jambi, dan Dinas Pendidikan Provinsi Jambi atas kesempatan yang diberikan kepada penulis sebagai penerima Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Jambi di Institut Pertanian Bogor.

5. Bapak Sastri (Kepala Desa Tamiai) dan Bapak Haidir (Sekretaris Desa Tamiai) atas pemberian izin dan data.

6. Keluarga petani kayu manis di Desa Tamiai, Kecamatan Batang Merangin, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi atas waktu dan kesediaannya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

7. Mama, Papa, dan Zawil Afkar, serta keluarga besar di Kerinci atas do’a, dukungan, dan bantuannya dalam pengambilan data di Lapangan.

8. Nurry Wulan, Deny Juniwati, Rini Hastuti, Putri Dwi M, Agus Surachman, Latifatul H, Umu R, Gilar, Fitri Sari, Mustika Dewanggi, Astari S, Ceftilia, Anggy Nurmalasari, serta seluruh sahabat dan saudaraku di IMKB, IKK Angkatan 44, Kostan Maharlika Atas, dan Kementerian Kebijakan Daerah BEM KM IPB periode 2009/2010 atas motivasi, kebersamaan, dan pengalaman yang tidak terlupakan.

9. Segala pihak yang belum disebutkan namanya atas segala kontribusinya dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, walaupun demikian penulis tetap mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Bogor, Agustus 2011

Elmanora

Page 10: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xx

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xxi

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

Latar Belakang ..................................................................................................... 1 Perumusan Masalah ............................................................................................. 3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5 Kegunaan Penelitian ............................................................................................ 6

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 7

Keluarga ............................................................................................................... 7 Kesejahteraan Keluarga ....................................................................................... 8 Gaya Pengasuhan ............................................................................................... 11 Perkembangan Sosial Emosi .............................................................................. 13

KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................. 17

METODE PENELITIAN ...................................................................................... 19

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ............................................................... 19 Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh .............................................................. 19 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ..................................................................... 20 Pengukuran dan Penilaian Variabel Penelitian .................................................. 21 Pengolahan dan Analisis Data ........................................................................... 25 Definisi Operasional .......................................................................................... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 29

Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................................. 29 Karakteristik Contoh .......................................................................................... 30 Kesejahteraan Keluarga ..................................................................................... 43 Gaya Pengasuhan ............................................................................................... 52 Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Sekolah .............................................. 55 Pembahasan ....................................................................................................... 58 Keterbatasan Penelitian ...................................................................................... 68

SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 69

Simpulan ............................................................................................................ 69 Saran .................................................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 71

LAMPIRAN .......................................................................................................... 75

Page 11: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

DAFTAR TABEL Halaman

1 Variabel, dimensi pengukuran, jenis, responden, dan cara pengumpulan data .......................................................................... 21

2 Sebaran keluarga contoh berdasarkan tipe keluarga ...................... 30

3 Sebaran keluarga contoh berdasarkan besar keluarga ................... 31

4 Sebaran keluarga contoh berdasarkan usia ayah dan ibu ............... 32

5 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendidikan ayah dan ibu..... 32

6 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pekerjaan utama ayah dan ibu.................................................................................................... 33

7 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendapatan keluarga per bulan ............................................................................................... 34

8 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendapatan keluarga per kapita per bulan .............................................................................. 35

9 Rataan pendapatan keluarga contoh per bulan berdasarkan sumber nafkah dan persentase kontribusi masing-masing sumber nafkah terhadap pendapatan total ................................................... 35

10 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan ............................................................................................... 36

11 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per kapita per bulan .............................................................................. 36

12 Rataan alokasi pengeluaran pangan dan bukan pangan per kapita per bulan dan persentase setiap komponen terhadap total pengeluaran .................................................................................... 38

13 Sebaran keluarga contoh berdasarkan status kepemilikan rumah, tipe rumah, sumber penerangan, dan bahan bakar untuk memasak........................................................................................ 39

14 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kepemilikan aset ................ 41

15 Sebaran keluarga contoh berdasarkan karakteristik anak ............. 42

16 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori miskin menurut indikator garis kemiskinan BPS ..................................................... 43

17 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori keluarga sejahtera menurut indikator BKKBN ............................................................ 44

18 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pertanyaan dalam indikator a simple poverty scorecard for Indonesia ...................................... 47

19 Sebaran keluarga contoh berdasarkan indikator a simple poverty scorecard for Indonesia ................................................................. 48

20 Sebaran keluarga contoh berdasarkan indikator BPS, BKKBN, dan a simple poverty scorecard for Indonesia ............................... 49

Page 12: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

21 Sebaran keluarga contoh berdasarkan status kemiskinan menurut indikator BKKBN dengan gold standard indikator BPS................ 50

22 Koefisien regresi karakteristik keluarga terhadap kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator BPS dan BKKBN ........................ 51

23 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kecenderungan gaya pengasuhan ..................................................................................... 52

24 Sebaran keluarga contoh berdasarkan gaya pengasuhan dan kesejahteraan keluarga (indikator BPS dan BKKBN) ................... 53

25 Koefisien regresi karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan kesejahteraan keluarga terhadap gaya pengasuhan ........................ 54

26 Sebaran keluarga contoh berdasarkan dimensi perkembangan sosial emosi anak ........................................................................... 55

27 Sebaran keluarga contoh berdasarkan dimensi perkembangan sosial emosi dan kesejahteraan keluarga (indikator BPS dan BKKBN) ........................................................................................ 56

28 Koefisien korelasi antara jenis gaya pengasuhan dengan perkembangan sosial anak ............................................................. 56

29 Sebaran keluarga contoh berdasarkan dimensi perkembangan sosial emosi dan gaya pengasuhan ................................................. 57

30 Koefisien regresi linear berganda karakteristik keluarga, karakteristik anak, kesejahteraan keluarga, dan gaya pengasuhan terhadap perkembangan sosial emosi anak .................................... 58

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Faktor penentu pengasuhan ........................................................ 13

2 Kerangka pemikiran konseptual ................................................. 18

3 Alur penentuan lokasi dan contoh penelitian ............................. 20

Page 13: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Peta lokasi penelitian .................................................................. 75

2 Kriteria keluarga sejahtera BKKBN ........................................... 76

3 Kesejahteraan keluarga indikator a simple poverty scorecard for Indonesia ............................................................................... 77

4 Teori ekologi keluarga Bronfenbrenner ...................................... 78

5 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dengan kesejahteraan keluarga ................................................................ 79

6 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dengan gaya pengasuhan dan perkembangan sosial emosi anak ..................... 80

7 Koefisien korelasi antara karakteristik anak dengan gaya pengasuhan dan perkembangan sosial emosi anak ..................... 81

8 Koefisien korelasi antara kesejahteraan keluarga dengan gaya pengasuhan dan perkembangan sosial emosi anak ..................... 82

Page 14: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

1

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang telah menarik perhatian

masyarakat internasional dan belum ada solusi yang tepat untuk mengatasinya.

Pembangunan bangsa dikatakan berhasil jika dapat menurunkan jumlah penduduk

miskin. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Tahun 2010 adalah 31 juta

jiwa atau sebesar 13 persen (BPS 2010a). Penduduk miskin ini tersebar di

berbagai provinsi, salah satunya adalah Provinsi Jambi. Jumlah penduduk miskin

yang berada di Provinsi Jambi adalah 241.600 Jiwa atau 0,78 persen (BPS 2010a).

Penduduk miskin ini lebih banyak hidup di perdesaan dibandingkan di perkotaan.

Penduduk miskin di Provinsi Jambi yang tinggal di perdesaan berjumlah 130.800

jiwa (11,80%), sedangkan di perkotaan berjumlah 110.800 jiwa (6,67%) (BPS

2010a).

Penduduk miskin yang hidup di perdesaan ini sebagian besar bermata-

pencaharian sebagai petani. Salah satu contohnya adalah petani kayu manis yang

berada di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Petani kayu manis merupakan

petani tanaman tahunan dengan penghasilan yang rendah. Hasil dari tanaman

kayu manis berupa kulit kayu (cassiavera) yang dapat dimanfaatkan untuk bahan

makanan, minuman, dan obat-obatan. Kulit kayu manis merupakan salah satu

komoditas ekspor Indonesia. Ironisnya, harga jual kulit kayu manis saat ini masih

tergolong murah. Harga jual kulit kayu manis yang murah berdampak pada

rendahnya pendapatan keluarga petani kayu manis. Hasil penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa pendapatan yang rendah dapat menyebabkan tingkat

kesejahteraan keluarga yang rendah (Iskandar 2007; Muflikhati 2010).

Menurut Behnke dan Macdermid (2004), tidak ada indikator yang

sempurna dalam mengukur kesejahteraan keluarga. Hingga saat ini telah banyak

indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga, seperti

indikator Bank Dunia, Sajogyo, BPS, BKKBN, dan indikator kesejahteraan

lainnya. Bank Dunia menggunakan ukuran pendapatan. Keluarga dikatakan

miskin jika memiliki pendapatan kurang dari 50 dolar per tahun (desa) atau 75

dolar per tahun (kota). Sajogyo menggunakan pendekatan pengeluaran per kapita

 

Page 15: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

2

 

per tahun yang disetarakan dengan 240 Kg beras bagi penduduk perdesaan dan

300 Kg beras bagi penduduk perkotaan.

Indikator lain yang dapat digunakan untuk mengukur kesejahteraan

keluarga adalah garis kemiskinan BPS dan keluarga sejahtera BKKBN. BPS

mengukur kesejahteraan keluarga berdasarkan pengeluaran keluarga per kapita

per bulan yang dibandingkan dengan garis kemiskinan. Keluarga miskin adalah

keluarga yang memiliki pengeluaran per kapita per bulan kurang dari atau sama

dengan garis kemiskinan. BKKBN mengukur kesejahteraan pada dimensi yang

lebih luas mencakup kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar,

sosial psikologis, dan pengembangan dengan menggunakan 21 indikator keluarga

sejahtera. Selanjutnya, Chen dan Schreiner (2009) mengemukakan cara lain yang

dapat digunakan untuk memantau masalah kemiskinan yakni a simple poverty

scorecard for Indonesia. Scorecard menggunakan sepuluh indikator yang dapat

dikumpulkan dengan mudah dan cepat.

Seperti halnya tanggung jawab yang dimiliki oleh sebuah keluarga,

keluarga petani kayu manis juga mempunyai tanggung jawab yang sama untuk

mendidik dan mengasuh anak menjadi individu yang berkualitas. Masalah

kemiskinan akan mempengaruhi keluarga dalam menjalankan tanggung jawabnya.

Kemiskinan menyebabkan keluarga kurang memperhatikan tumbuh kembang

anak. Keluarga yang miskin akan cenderung menerapkan gaya pengasuhan yang

negatif dan kurang efektif (Papalia et al. 2009). Apabila keluarga menerapkan

gaya pengasuhan yang kurang efektif maka kemungkinan terjadinya ketidak-

optimalan perkembangan anak tinggi.

Kemiskinan juga berpengaruh pada perkembangan anak. Menurut Aber et

al. (1997), kemiskinan berpengaruh pada perkembangan kognitif dan sosial emosi

anak. Kemiskinan akan menghambat keluarga dalam menyediakan fasilitas untuk

menstimulasi anak. Anak yang hidup dalam kemiskinan memiliki resiko yang

lebih tinggi untuk mengalami masalah perkembangan sosial emosi (Eamon 2001).

Berns (1997) juga mengemukakan bahwa orangtua pada keluarga miskin lebih

fokus pada perilaku anak dibandingkan dengan motivasi, padahal motivasi

merupakan salah satu bagian dalam perkembangan emosi anak.

Page 16: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

3

 

Perkembangan sosial emosi merupakan salah satu aspek perkembangan

yang penting bagi anak. Orangtua berperan penting dalam mengoptimalkan

perkembangan sosial emosi anak melalui kegiatan pengasuhan. Menurut Bradley,

diacu dalam Holden (2010), salah satu tugas dasar dalam pengasuhan adalah

memberikan dukungan sosial emosional. Gaya pengasuhan yang berkaitan dengan

perkembangan sosial emosi anak adalah gaya pengasuhan yang dikemukakan oleh

Gottman dan DeClaire (1997). Gottman dan DeClaire (1997) mengklasifikasikan

gaya pengasuhan menjadi gaya pengasuhan pengabai emosi, tidak menyetujui,

laissez faire, dan pelatih emosi. Penelitian sebelumnya menunjukkan ada

hubungan yang signifikan positif antara gaya pengasuhan orangtua dengan

perkembangan emosi (Setiawati 2007; Arisandi et al. 2008; Nurrohmaningtyas

2008).

Gaya pengasuhan yang dianggap baik untuk meningkatkan perkembangan

sosial emosi anak adalah gaya pengasuhan pelatih emosi. Penelitian lain juga

menunjukkan bahwa gaya pengasuhan pelatih emosi berpengaruh signifikan

positif terhadap perkembangan emosi (Priatini et al. 2008). Menurut Ibung

(2008), perkembangan sosial emosi anak rentan pada usia sekolah. Kemampuan

bergaul dan mengatur emosi yang baik akan menjadi bekal yang cukup bagi anak

untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan sosial emosi pada usia

sekolah akan berdampak pada perkembangan anak pada tahapan berikutnya.

Setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang telah dilalui akan

mempengaruhi tahapan berikutnya (Brisbane & Riker 1965).

Perkembangan sosial emosi merupakan aspek penting dalam

perkembangan anak. Pemaparan di atas menjelaskan perkembangan sosial emosi

anak berkaitan dengan kesejahteraan keluarga dan gaya pengasuhan. Oleh karena

itu, perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis kesejahteraan keluarga, gaya

pengasuhan, dan perkembangan sosial emosi anak petani kayu manis.

Perumusan Masalah

Kayu manis merupakan tanaman tahunan yang dipanen pada umur enam

tahun, sepuluh tahun, dan 15 tahun. Hasil dari tanaman kayu manis berupa kulit

kayu (casiavera). Satu batang pohon kayu manis akan menghasilkan sekitar 20

Page 17: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

4

 

Kg kulit kayu (Wangsa & Nuryati 2007). Harga jual kulit kayu masih tergolong

murah. Sejak Tahun 1999 sampai dengan Tahun 2008, harga jual kulit kayu manis

berkisar antara Rp2.500,00-Rp5.000,00/Kg. Saat ini harga kulit kayu manis

berkisar antara Rp3.000,00 sampai dengan Rp6.500,00/Kg. Harga kulit kayu

manis yang diterima oleh petani disesuaikan dengan jenis kulit yang dihasilkan.

Sebagian besar petani kayu manis memiliki lahan yang sempit. Lahan

yang sempit akan menurunkan jumlah hasil panen. Hasil panen yang sedikit dan

waktu panen yang lama, serta harga jual kulit kayu manis yang murah akan

menyebabkan keluarga petani kayu manis berpenghasilan rendah. Pendapatan

yang rendah akan memicu terjadinya masalah kemiskinan.

Kemiskinan merupakan masalah yang multidimensi. Menurut Bank Dunia

(2000), diacu dalam Alfiasari (2007), kemiskinan mencakup empat dimensi yaitu

kurangnya kesempatan (lack of opportunity), rendahnya kemampuan (low

capabilities), rendahnya tingkat ketahanan (low level of security), dan

pemberdayaan (empowerment). Kemiskinan menjadi akar permasalahan dalam

keluarga. Masalah kemiskinan ini membentuk sebuah lingkaran setan yang sulit

terputus. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kualitas sumberdaya manusia.

Rendahnya kualitas sumberdaya manusia akan menyebabkan terbatasnya

kemampuan dalam meningkatkan kesejahteraan yang pada akhirnya menyebabkan

manusia tetap miskin (Alfiasari 2007).

Upaya peningkatan kesejahteraan keluarga sangat diperlukan untuk

mengurangi angka kemiskinan. Dengan demikian pemahaman mengenai

penyebab kemiskinan penting untuk merumuskan strategi pengentasan

kemiskinan. Pengukuran kesejahteraan keluarga pada penelitian ini menggunakan

tiga indikator yaitu indikator garis kemiskinan BPS, keluarga sejahtera BKKBN,

dan a simple poverty scorecard for Indonesia.

Kemiskinan berdampak pada kehidupan keluarga, salah satunya pada

pengasuhan. Orangtua yang hidup dalam kemiskinan akan menerapkan

pengasuhan yang negatif, seperti mudah marah, kasar, sewenang-wenang,

penerapan disiplin yang tidak konsisten, dan lainnya (Papalia et al. 2009). Sikap

mudah marah yang diperlihatkan orangtua menunjukkan bahwa orangtua tidak

Page 18: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

5

 

memiliki kemampuan mengatur emosi yang baik. Hal ini akan berpengaruh pada

anak karena anak belajar berbagai hal dari ucapan dan tingkah laku orangtuanya.

Selain berdampak pada gaya pengasuhan, kemiskinan juga akan

berdampak pada perkembangan anak. Masalah kemiskinan akan menghambat

keluarga dalam memberikan stimulus untuk mengoptimalkan perkembangan anak.

Salah satu aspek penting dalam perkembangan anak adalah perkembangan sosial

emosi anak. Perkembangan sosial emosi anak penting untuk menunjang

kesuksesan anak. Anak yang memiliki perkembangan sosial emosi yang baik akan

memiliki keterampilan bergaul, empati, keterampilan interpersonal, dukungan

sosial, keterampilan dalam memecahkan masalah, kompetensi emosional,

kematangan sosial, konsep diri secara umum, pengelolaan diri, kemerdekaan

sosial, strategi kognitif, dan ketahanan sosial emosi (Cohn et al. 2009).

Berdasarkan uraian tersebut, ada beberapa permasalahan yang akan

dianalisis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana kesejahteraan keluarga petani kayu manis?

2. Bagaimana gaya pengasuhan orangtua pada petani kayu manis?

3. Bagaimana perkembangan sosial emosi anak usia sekolah pada keluarga petani

kayu manis?

4. Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga terhadap kesejahteraan keluarga

petani kayu manis?

5. Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan

kesejahteraan keluarga terhadap gaya pengasuhan orangtua pada keluarga

petani kayu manis?

6. Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, kesejahteraan

keluarga, dan gaya pengasuhan terhadap perkembangan sosial emosi anak usia

sekolah pada keluarga petani kayu manis?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis kesejahteraan

keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan sosial emosi anak usia sekolah

pada keluarga petani kayu manis. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis kesejahteraan keluarga contoh.

Page 19: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

6

 

2. Menganalisis gaya pengasuhan keluarga contoh.

3. Menganalisis perkembangan sosial emosi anak usia sekolah pada keluarga

contoh.

4. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga terhadap kesejahteraan keluarga

contoh.

5. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan

kesejahteraan keluarga terhadap gaya pengasuhan pada keluarga contoh.

6. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, kesejahteraan

keluarga, dan gaya pengasuhan terhadap perkembangan sosial emosi anak usia

sekolah pada keluarga contoh.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna bagi berbagai pihak seperti peneliti, institusi, dan

pemerintah. Melalui penelitian ini, peneliti dapat mengasah kemampuan berfikir

logis/sistematik dan mengembangkan wawasan mengenai permasalahan yang

dihadapi oleh keluarga di masyarakat, khususnya keluarga petani kayu manis.

Hasil penelitian ini dapat memperkaya literatur tentang kesejahteraan keluarga,

gaya pengasuhan, dan perkembangan sosial emosi anak, serta dapat dijadikan

referensi literatur untuk penelitian selanjutnya. Hasil penelitian ini juga dapat

digunakan oleh pemerintah sebagai acuan/masukan untuk mengambil kebijakan

dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga dan kualitas perkembangan sosial

emosi anak.

Page 20: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

7

 

TINJAUAN PUSTAKA

Keluarga

Konsep Keluarga

Menurut Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, keluarga adalah unit terkecil dalam

masyarakat yang terdiri atas suami isteri; suami isteri dan anaknya; ayah dan

anaknya; atau ibu dan anaknya. Menurut U. S. Bureau of the Census, keluarga

adalah dua atau lebih individu yang hidup bersama dan dihubungkan oleh

kelahiran, perkawinan, atau adopsi (Berns 1997; Friedman et al. 2003).

Keluarga juga dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang

dihubungkan oleh ikatan darah, adopsi, perkawinan, atau secara ekonomi bekerja

sama (Zanden 1986). Burgess dan Locke (1960) mengemukakan empat

karakteristik keluarga antara lain: 1) keluarga disatukan oleh ikatan perkawinan,

darah, atau adopsi; 2) anggota keluarga hidup bersama di bawah satu atap; 3)

saling berinteraksi dan berkomunikasi sehingga menghasilkan peran-peranan

sosial; dan 4) keluarga sebagai pemelihara kebudayaan bersama yang diperoleh

dari kebudayaan umum.

Keluarga menjalankan berbagai fungsi untuk bertahan dalam masyarakat.

Fungsi yang dijalankan keluarga sangat beragam. Pasal 2 Peraturan Pemerintah

Nomor 21 Tahun 1994 menjelaskan bahwa ada delapan fungsi keluarga yaitu

keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, melindungi, sosialisasi dan pendidikan,

reproduksi, ekonomi, dan pembinaan lingkungan. Menurut Berns (1997), keluarga

memiliki fungsi ekonomi, sosialisasi/pendidikan, peran sosial, dan reproduksi.

Mattessich dan Hill, diacu dalam Zeitlin et al. (1995) mengemukakan bahwa

keluarga berfungsi dalam pemeliharaan fisik, sosialisasi dan pendidikan,

mengontrol perilaku sosial dan seksual, memelihara moral keluarga dan memberi

motivasi, mengakuisisi anggota keluarga baru melalui prokreasi atau adopsi, serta

melepas anggota keluarga dewasa.

Keluarga dalam Kerangka Teori Struktural Fungsional

Pendekatan struktural fungsional adalah salah satu pendekatan teori

sosiologi yang diterapkan dalam institusi keluarga. Selain pendekatan ini, ada

 

Page 21: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

8

 

beberapa pendekatan lain seperti teori interaksi simbolik, teori pertukaran sosial,

teori ekologi keluarga, teori sistem, teori konflik sosial, dan teori perkembangan

keluarga (Klein & White 1996). Pendekatan struktural fungsional mengakui

segala keragaman dalam kehidupan sosial yang menjadi sumber utama

terbentuknya struktur masyarakat. Pendekatan struktural fungsional dapat dilihat

dari dua aspek yakni aspek struktural dan aspek fungsional. Aspek fungsional

tidak dapat dipisahkan dari aspek struktural karena keduanya saling berkaitan.

Fungsi dalam kata fungsional dikaitkan dengan bagaimana sebuah sistem atau

subsistem dalam masyarakat dapat saling berhubungan dan dapat menjadi sebuah

kesatuan yang solid (Megawangi 1999).

Ada tiga elemen utama dalam struktur internal keluarga yaitu status, peran,

dan norma sosial. Berdasarkan status sosial, keluarga inti dibagi dalam tiga

struktur yakni bapak/suami, ibu/isteri, dan anak-anak. Struktur ini dapat juga

berupa figur-figur seperti pencari nafkah, ibu rumah tangga, anak balita, anak

sekolah, anak remaja, dan lain-lain. Keberadaan status sosial penting untuk

memberikan identitas kepada individu, memberi tempat dalam sebuah sistem

sosial, serta memberikan rasa memiliki (Megawangi 1999).

Setiap status sosial memiliki peran masing-masing. Peran sosial

menggambarkan peran-peran masing-masing individu sesuai dengan status

sosialnya. Peran sosial ini sangat dipengaruhi oleh norma-norma budaya dimana

kelompok itu berada. Elemen utama struktur yang ketiga adalah norma sosial.

Norma sosial adalah peraturan yang mengatur perilaku individu dalam kehidupan

sosialnya. Norma sosial merupakan bagian dari kebudayaan setempat yakni

berkaitan dengan pandangan hidup secara umum (Megawangi 1999).

Kesejahteraan Keluarga

Kesejahteraan didefinisikan sebagai kualitas hidup seseorang atau unit

sosial lain. Kesejahteraan meliputi tiga konteks yaitu ekonomi, sosial, dan

komunitas. Berbagai indikator atau cara pengukuran kesejahteraan keluarga telah

digunakan, namun tidak ada indikator yang ideal untuk mengukur kesejahteraan

keluarga (Behnke & MacDermid 2004). Penelitian ini menggunakan tiga indikator

Page 22: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

9

 

kesejahteraan, yaitu indikator garis kemiskinan BPS, keluarga sejahtera BKKBN,

dan a simple poverty scorecard for Indonesia.

Indikator Garis Kemiskinan BPS. BPS mengukur tingkat kemiskinan

dengan menggunakan garis kemiskinan. Menurut BPS (2010b), penduduk miskin

adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di

bawah garis kemiskinan. Penghitungan garis kemiskinan dilakukan secara

terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Setiap daerah memiliki garis

kemiskinan yang berbeda satu sama lain. Garis kemiskinan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah garis kemiskinan Provinsi Jambi Tahun 2010 yaitu

Rp193.834,00 per kapita per bulan.

Indikator Keluarga Sejahtera BKKBN. BKKBN mengukur

kesejahteraan keluarga berdasarkan kemampuan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan pengembangan.

BKKBN membagi keluarga sejahtera menjadi lima kelompok yakni keluarga

prasejahtera (PraKS), keluarga sejahtera I (KS I), keluarga sejahtera II (KS II),

keluarga sejahtera III (KS III), dan keluarga sejahtera III Plus (KS III Plus)

(BKKBN 2009). Keluarga dikatakan prasejahtera jika belum dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, pangan, papan,

dan kesehatan.

Indikator a Simple Poverty Scorecard for Indonesia. Indikator a simple

poverty scorecard for Indonesia digunakan untuk memperkirakan tingkat

kemiskinan berdasarkan skor yang diperoleh keluarga (Chen & Schreiner 2009).

Chen dan Schreiner (2009) menyusun sepuluh pertanyaan yang dirumuskan

berdasarkan hasil Susenas 2007. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan jumlah

anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang masih sekolah, jumlah anggota

keluarga yang bekerja, sumber air minum keluarga, tipe toilet, lantai rumah,

langit-langit rumah, kepemilikan kulkas, kepemilikan kendaraan bermotor, dan

kepemilikan televisi. Kelebihan instrumen ini adalah data dapat dikumpulkan

dengan cepat dan mudah. Menurut Chen dan Schreiner (2009), a simple poverty

scorecard for Indonesia merupakan cara praktis yang dapat digunakan untuk

mengukur kemiskinan di Indonesia.

Page 23: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

10

 

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga

Penelitian tentang kesejahteraan keluarga umumnya dilakukan secara

parsial dengan menggunakan berbagai indikator. Berdasarkan indikator BPS,

kesejahteraan keluarga di Kota dan Kabupaten Bogor dipengaruhi oleh

pendidikan isteri, kepemilikan aset, pendapatan, pekerjaan kepala keluarga, dan

perencanaan keluarga (Iskandar 2007). Pendidikan isteri, kepemilikan aset, dan

pendapatan berpengaruh signifikan positif terhadap kesejahteraan keluarga,

sedangkan pekerjaan kepala keluarga dan perencanaan keuangan berpengaruh

signifikan negatif terhadap kesejahteraan keluarga. Rambe et al. (2008) juga

menemukan pengaruh yang signifikan positif pendidikan kepala keluarga terhadap

kesejahteraan keluarga di Kecamatan Medan Utara, Sumatera Utara. Aniri (2008)

juga menemukan adanya pengaruh besar keluarga dan pendapatan keluarga

terhadap kesejahteraan keluarga pembudidaya dan nonpembudidaya ikan di

Kabupaten Bogor. Besar keluarga berpengaruh signifikan negatif terhadap

kesejahteraan keluarga, sedangkan pendapatan keluarga berpengaruh signifikan

positif.

Selain menggunakan indikator BPS, penelitian sebelumnya juga

menggunakan indikator BKKBN. Berdasarkan indikator BKKBN, kesejahteraan

keluarga dipengaruhi oleh variabel demografi (jumlah anggota keluarga dan usia),

sosial (pendidikan kepala keluarga), ekonomi (pendapatan, pekerjaan,

kepemilikan aset, dan tabungan), manajemen sumberdaya keluarga, dan lokasi

tempat tinggal (Iskandar 2007). Usia isteri, pendidikan kepala keluarga,

pendidikan isteri, pekerjaan isteri, kepemilikan aset, dan kepemilikan tabungan

berpengaruh signifikan positif terhadap kesejahteraan keluarga, sedangkan besar

keluarga, umur kepala keluarga, perencanaan keuangan, dan keadaan tempat

tinggal berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan

keluarga juga dipengaruhi oleh pendidikan ibu (Aniri 2008). Pendidikan ibu

berpengaruh signifikan positif terhadap kesejahteraan keluarga. Keluarga dengan

ibu yang berpendidikan tinggi memiliki peluang sejahtera dibandingkan keluarga

dengan ibu yang berpendidikan rendah.

Penelitian sebelumnya juga menggunakan indikator lain untuk mengukur

kesejahteraan keluarga, seperti indikator BPS, BKKBN, World Bank, dan sosial

Page 24: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

11

 

metrik (Muflikhati 2010). Hasil penelitian Muflikhati (2010) juga menemukan

adanya pengaruh pendapatan keluarga, aset, besar keluarga terhadap kesejahteraan

keluarga berdasarkan indikator dan tingkat pendidikan kepala keluarga terhadap

kesejahteraan keluarga di wilayah pesisir Provinsi Jawa Barat.

Gaya Pengasuhan

Menurut Hoghughi (2004), pengasuhan (parenting) berasal dari bahasa

latin yaitu “parere” yang artinya membangun/mendidik. Pengasuhan (child

rearing) adalah pengalaman, keterampilan, kualitas, dan tanggung jawab sebagai

orangtua dalam mendidik, merawat, dan mengasuh anak. Jerome Kagan, seorang

psikolog perkembangan mengartikan pengasuhan sebagai penerapan serangkaian

keputusan tentang sosialisasi: mengenai apa yang seharusnya dilakukan orangtua

untuk menghasilkan anak yang bertanggung jawab, anak yang dapat berkontribusi

dalam masyarakat, serta bagaimana orangtua memberi respon ketika anak

menangis, berbohong, marah, dan tidak berprestasi di sekolah (Berns 1997).

Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis gaya

pengasuhan telah dikemukakan oleh beberapa tokoh seperti Baumrind (2008),

Rohner (1986), serta Gottman dan DeClaire (1997). Menurut Baumrind (2008),

gaya pengasuhan dikategorikan menjadi gaya pengasuhan tak terikat (unengaged),

serba membolehkan (permissive), otoriter (authoritarian), dan demokratis

(authoritative). Berbeda dengan Baumrind, Rohner (1986) mengkategorikan gaya

pengasuhan menjadi gaya pengasuhan menerima dan gaya pengasuhan menolak

berdasarkan Teori Penolakan dan Penerimaan Orangtua (Parental Acceptance-

Rejection Theory).

Gaya pengasuhan lainnya dikemukakan oleh Gottman dan Declaire

(1997). Gottman dan DeClaire (1997) mengkategorikan gaya pengasuhan ke

dalam empat kategori yaitu gaya pengasuhan pengabai emosi (dismissing), gaya

pengasuhan tidak menyetujui (disapproving), gaya pengasuhan laissez faire, dan

pelatih emosi (emotional coaching).

Gaya pengasuhan pengabai emosi (dismissing) adalah gaya pengasuhan

pada orangtua yang tidak mengindahkan, tidak mau mengenal, atau mengabaikan

emosi negatif anak (Gottman & DeClaire 1997). Emosi negatif yang dimaksud

Page 25: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

12

 

adalah marah dan sedih. Dampak dari penggunaan gaya pengasuhan pengabai

emosi pada anak adalah anak belajar bahwa perasaannya salah/tidak pantas dan

anak akan mengalami kesulitan dalam mengatur emosi sendiri.

Gaya pengasuhan tidak menyetujui (disapproving) adalah gaya

pengasuhan pada orangtua yang memberikan sedikit empati ketika anak

menunjukkan emosi negatifnya, namun mereka mengabaikan, menolak, tidak

menyetujui, dan menegur/menghukum anak atas ekspresi emosinya (Gottman &

DeClaire 1997). Dampak dari penerapan gaya pengasuhan ini pada anak adalah

sama dengan anak yang dihasilkan dari orangtua yang menerapkan gaya

pengasuhan pengabai emosi.

Gaya pengasuhan laissez faire adalah gaya pengasuhan pada orangtua

yang menerima emosi anak dan berempati pada anak, tetapi tidak memberikan

bimbingan atau menentukan batas pada tingkah laku anak (Gottman & DeClaire

1997). Dampak penerapan gaya pengasuhan ini adalah anak tidak belajar

mengatur emosi mereka, bermasalah dalam hal konsentrasi, membentuk

persahabatan, dan bergaul dengan anak-anak lain.

Gaya pengasuhan pelatih emosi (emotional coaching) adalah gaya

pengasuhan pada orangtua yang memperhatikan emosi anak. Dampak penggunaan

gaya pengasuhan pelatih emosi pada anak adalah anak belajar untuk mempercayai

perasaan mereka, belajar mengatur emosi mereka sendiri, dan belajar

menyelesaikan masalah. Anak yang dihasilkan dari gaya pengasuhan pelatih

emosi ini adalah anak yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi, belajar dengan

baik, dan bergaul dengan baik dengan orang lain.

Gaya pengasuhan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal

maupun faktor eksternal. Salah satunya adalah pengalaman masa lalu yang

menjadi bagian dari sejarah kehidupan manusia. Belksy, diacu dalam Holden

(2010) telah membangun sebuah model yang berisi faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap gaya pengasuhan (Gambar 1). Gaya pengasuhan

dipengaruhi oleh sejarah perkembangan, kepribadian, kualitas perkawinan,

pekerjaan, jaringan sosial, dan karakteristik anak. Gaya pengasuhan akan

berpengaruh pada perkembangan anak.

Page 26: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

13

 

Gambar 1 Faktor penentu pengasuhan (Belsky, diacu dalam Holden (2010))

Perkembangan Sosial Emosi

Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah adalah anak yang berada pada usia kelompok (gang

age) dan merupakan periode aktif dalam pembentukan kepribadian dan

perkembangan sosial (Turner & Helms 1991). Anak usia sekolah dalam teori

kognitif Piaget termasuk pada tahapan operasional konkret (Santrock 2007).

Periode ini merupakan awal dari anak berpikir rasional, artinya anak memiliki

operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret.

Teori perkembangan psikososial Erik Erikson menempatkan anak usia

sekolah pada tahap kerajinan (industry versus inferiority). Pada tahapan ini,

imajinasi dan antusias anak meningkat. Anak mengarahkan energinya untuk

menguasai pengetahuan dan keterampilan intelektual. Hal yang membahayakan

dalam tahapan ini adalah perasaan tidak kompeten dan tidak produktif pada anak

(Santrock 2007).

Setiap tahap perkembangan memiliki tugas yang harus dilakukan. Menurut

Havighurst (1976), diacu dalam Hurlock (1980), tugas-tugas perkembangan yang

harus diselesaikan individu pada masa kanak-kanak (6-12 tahun), yaitu (1)

mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang

umum, (2) membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk

yang sedang tumbuh, (3) belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman

seusianya, (4) mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat, (5)

mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan

berhitung, (6) mengembangkan pengertian-pengertian yang yang diperlukan untuk

Pekerjaan

PengasuhanSejarah

Perkembangan Kepribadian

Kualitas Perkawinan

Jaringan Sosial

Karakteristik Anak

Perkembang-an anak

Page 27: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

14

 

kehidupan sehari-hari, (7) mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata

nilai, (8) mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan

lembaga-lembaga, dan (9) mencapai kebebasan pribadi.

Perkembangan Sosial Emosi

Manusia adalah makhluk yang memiliki rasa dan emosi. Menurut Daniel

Goleman (2007), emosi berasal dari kata movere (bahasa latin) yang berarti

“menggerakkan/bergerak”. Kata ini ditambah dengan awalan “e” yang berarti

“bergerak menjauh”. Menurut Safaria dan Saputra (2009), emosi setiap orang

akan mencerminkan keadaan jiwanya dan terlihat pada perubahan jasmaninya,

seperti emosi marah. Ketika seseorang marah, maka mukanya akan memerah,

napasnya menjadi sesak, otot-otot tangannya akan menegang, dan energi

tubuhnya memuncak. Emosi merupakan suatu keadaan atau suatu interaksi yang

dianggap penting olehnya terutama well-being dirinya yang menyebabkan

munculnya suatu perasaan atau afeksi (Saarni et al. 1998). Emosi ini diperlihatkan

melalui ekspresi yang menunjukkan rasa senang, takut, marah, sedih, dan lain-lain

bergantung pada keadaan yang dialaminya.

Saarni et al. (1998) menyatakan bahwa untuk bisa dikatakan kompeten

secara emosional, seseorang harus mengembangkan beberapa keterampilan yang

berhubungan dengan konteks sosial, yaitu (1) pemahaman tentang keadaan emosi

yang dialami, (2) mendeteksi emosi orang lain, (3) menggunakan kosakata yang

berhubungan dengan emosi secara tepat sesuai dengan konteks dan budaya

tertentu, (4) sensitivitas empatik dan simpatik terhadap pengalaman emosional

orang lain, (5) memahami bahwa keadaan emosional di dalam tidak harus selalu

berhubungan dengan ekspresi yang tampak di luar, (6) menyesuaikan diri

terhadap emosi negatif dengan menggunakan metode pengaturan diri untuk

mengurangi durasi dan intensitas dari emosi tersebut, (7) menyadari bahwa

ekspresi emosi memiliki peranan yang penting dalam hubungan interpersonal, dan

(8) memandang bahwa keadaan emosi diri adalah cara seseorang mengatur

emosinya.

Page 28: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

15

 

Emosi berperan penting dalam kehidupan anak karena melalui emosi

seseorang mengetahui apa yang dirasakan oleh orang lain. Selain itu, emosi juga

akan menunjang kesuksesan individu. Menurut Parke dan Gauvain (2009),

perkembangan emosi anak dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah

genetik, lingkungan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan teman sebaya, dan

faktor lainnya.

Penelitian ini menganalisis perkembangan sosial emosi pada anak usia

sekolah. Anak usia sekolah berada pada periode aktif dalam pembentukan

kepribadian dan perkembangan sosial (Turner & Helms 1991). Pada usia ini,

interaksi antara anak dengan lingkungan semakin kompleks, seperti aktivitas

dalam keluarga, aktivitas dengan teman sebaya (peer group), aktivitas di sekolah,

dan lain-lain. Anak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan lingkungannya.

Hal ini dilakukan untuk membangun hubungan sosial dengan lingkungannya.

Perkembangan sosial erat hubungannya dengan perkembangan emosi.

Emosi berperan penting dalam kesuksesan hubungan anak dengan teman sebaya.

Anak yang memiliki emosi negatif (marah, sedih, takut, malu, dan lain-lain) akan

mengalami penolakan yang lebih besar dari teman sebaya mereka (Stocker &

Dunn 1990, diacu dalam Santrock 2007).

Social Emotional Assets and Resiliency Scales (SEARS)

Perkembangan sosial emosi memiliki peranan yang penting dalam

interaksi antara anak dan lingkungannya. Anak diharapkan memiliki kemampuan

dalam mengatur emosi dan dapat bergaul dengan orang lain. Salah satu instrumen

yang dapat digunakan untuk mengukur perkembangan sosial emosi anak adalah

Social Emotional Assets and Resiliency Scales (SEARS) (Cohn et al. 2009).

SEARS menggunakan teori berbasis kekuatan individu (strength based

theory). Pendekatan ini mengukur ketrampilan, kemampuan, dan karakteristik

positif individu yang akan membimbing individu dalam berinteraksi sosial dengan

lingkungannya (Epstein & Sharma 1998, diacu dalam Cohn et al. 2009). Menurut

Epstein et al. (2001), diacu dalam Cohn et al. (2009), ada empat komponen utama

dalam pendekatan berbasis kekuatan individu (strength based theory), yaitu (1)

semua anak dan keluarga memiliki kekuatan, (2) fokus pada sesuatu yang positif

Page 29: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

16

 

dapat memotivasi dan memicu anak untuk melakukan perubahan yang positif, (3)

kekurangan adalah kesempatan untuk belajar, dan (4) menggunakan kekuatan

dasar dapat meningkatkan keterlibatan anak.

SEARS adalah sistem penilaian yang berdasarkan atas kekuatan yang ada

pada individu. SEARS bertujuan untuk menilai sosial emosi yang positif pada anak

dan remaja, meliputi pengetahuan dan kemampuan sosial emosi, penerimaan dan

hubungan dengan teman sebaya, kelentingan dalam menghadapi masalah,

kemampuan melakukan strategi koping, kemampuan dalam memecahkan

masalah, empati, konsep diri secara umum, dan sifat positif lainnya (Cohn et al.

2009).

SEARS dapat digunakan untuk mengukur perkembangan sosial emosi anak

usia 5-18 tahun. Responden untuk SEARS adalah anak, guru, dan orangtua dengan

menggunakan teknik laporan diri (self report). SEARS dibagi dalam empat

kategori yaitu SEARS C, SEARS A, SEARS T, dan SEARS P. SEARS C digunakan

untuk mengukur perkembangan sosial emosi anak usia 3-6 tahun, sedangkan

SEARS A digunakan untuk mengukur perkembangan sosial emosi anak pada usia

7-12 tahun. SEARS T digunakan untuk mengukur perkembangan sosial emosi

anak berdasarkan penilaian dari guru, sedangkan SEARS P berdasarkan penilaian

dari orangtua. Item pertanyaan yang digunakan dalam SEARS ini berkisar antara

52 sampai dengan 54 item. Penilaian SEARS ini menggunakan skala Likert yaitu

tidak pernah, jarang, kadang-kadang, dan hampir selalu.

Page 30: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

17

 

KERANGKA PEMIKIRAN

Pembangunan nasional pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan keluarga. Pemahaman mengenai faktor yang mempengaruhi

kesejahteraan keluarga penting untuk merumuskan program peningkatan

kesejahteraan keluarga. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kesejahteraan

keluarga dipengaruhi oleh karakteristik keluarga. Keluarga kecil memiliki peluang

sejahtera yang lebih besar dibandingkan dengan keluarga besar. Pendidikan akan

berpengaruh terhadap pekerjaan seorang individu. Individu yang berpendidikan

tinggi memiliki peluang kerja yang lebih baik dibandingkan dengan individu yang

berpendidikan rendah. Selain itu, pendidikan dan pekerjaan juga berkaitan dengan

pendapatan keluarga. Pendapatan yang tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan

keluarga. Selain itu, kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh kepemilikan aset.

Keluarga dengan aset yang banyak berpeluang sejahtera lebih besar dibandingkan

dengan keluarga dengan aset sedikit.

Karakteristik keluarga juga berpengaruh terhadap gaya pengasuhan

orangtua. Selain dipengaruhi oleh karakteristik keluarga, gaya pengasuhan

orangtua juga dipengaruhi oleh karakteristik anak dan kesejahteraan keluarga.

Orangtua yang hidup dalam kemiskinan cenderung menerapkan gaya pengasuhan

yang negatif. Apabila gaya pengasuhan yang diterapkan negatif maka sulit bagi

orangtua untuk mengoptimalkan perkembangan anak terutama perkembangan

sosial emosi. Hasil penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa gaya

pengasuhan berpengaruh terhadap perkembangan anak. Selain dipengaruhi oleh

gaya pengasuhan, perkembangan sosial emosi anak juga dipengaruhi oleh

kemiskinan. Kemiskinan dapat menghambat keluarga dalam menyediakan

fasilitas untuk menstimulasi anak. Anak yang hidup dalam kemiskinan memiliki

resiko yang lebih tinggi untuk mengalami masalah perkembangan sosial emosi.

Berdasarkan uraian penelitian sebelumnya maka penelitian ini

menghasilkan hipotesis: 1) karakteristik keluarga akan berpengaruh terhadap

kesejahteraan keluarga, 2) karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan

kesejahteraan keluarga akan berpengaruh terhadap gaya pengasuhan orangtua, 3)

karakteristik keluarga, karakteristik anak, kesejahteraan keluarga, dan gaya

pengasuhan akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial emosi anak.

 

Page 31: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

18

 

Gambar 1 Kerangka pemikiran konseptual

Karakteristik keluarga: 1. Tipe keluarga 2. Besar keluarga 3. Pendidikan ayah ibu 4. Usia ayah ibu 5. Pekerjaan ibu 6. Pendapatan keluarga 7. Pengeluaran keluarga 8. Aset keluarga

Karakteristik anak: 1. Umur anak 2. Jenis kelamin 3. Urutan kelahiran

Perkembangan sosial emosi 1. Kompetensi emosional 2. Pengaturan diri 3. Keterampilan dalam memecahkan

masalah 4. Ketahanan sosial emosi 5. Strategi kognitif 6. Konsep diri secara umum 7. Dukungan sosial 8. Kematangan sosial 9. Kemerdekaan sosial 10. Empati 11. Keterampilan bergaul 12. Keterampilan interpersonal

Kesejahteraan keluarga: 1. Indikator garis

kemiskinan BPS 2. Indikator keluarga

sejahtera BKKBN 3. A simple poverty

scorecard for Indonesia

Gaya pengasuhan orangtua: 1. Pengabai emosi

(dismissing) 2. Tidak menyetujui

(disapproving) 3. Laissez faire 4. Pelatih emosi (emotion

coaching)

Page 32: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

19

 

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu penelitian

yang dilakukan pada satu waktu tertentu. Lokasi penelitian adalah Desa Tamiai,

Kecamatan Batang Merangin, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Lokasi

penelitian dipilih secara purposive. Desa Tamiai dipilih sebagai lokasi penelitian

karena memiliki jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Batang Merangin

(BPS 2011). Kecamatan Batang Merangin dipilih berdasarkan jumlah keluarga

petani kayu manis. Menurut Dinas Perkebunan Kabupaten Kerinci (2011),

Kecamatan Batang Merangin merupakan kecamatan yang memiliki jumlah

keluarga petani kayu manis terbanyak di Kabupaten Kerinci. Lokasi penelitian

dapat dilihat pada Lampiran 1.

Kegiatan penelitian terdiri atas penyusunan proposal penelitian,

pengambilan data di lapangan, pengolahan data, analisis data, dan penulisan

laporan hasil penelitian. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan

penelitian ini adalah delapan bulan terhitung mulai dari Januari 2011 hingga

Agustus 2011. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama empat minggu

yakni sejak minggu kedua bulan Maret 2011 sampai dengan minggu pertama

bulan April 2011.

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga petani kayu manis di Desa

Tamiai yang memiliki anak usia sekolah. Desa Tamiai terdiri atas tujuh dusun

yang kemudian dipilih dua dusun (secara purposive) untuk menjadi lokasi

penelitian. Dusun yang terpilih adalah Dusun Lamo dan Kampung Dalam. Dua

dusun ini dipilih karena memiliki keluarga petani kayu manis terbanyak

dibandingkan dengan dusun lainnya. Contoh dalam penelitian ini dipilih secara

acak sederhana (simple random sampling).

Menurut data monografi desa, Desa Tamiai memiliki 217 anak Sekolah

Dasar. Data anak usia sekolah yang terdapat di setiap dusun tidak tersedia

sehingga perlu dilakukan pendataan keluarga yang memiliki anak usia sekolah

khususnya di Dusun Lamo dan Kampung Dalam. Hasil pendataan awal yang

 

Page 33: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

20

 

dilakukan peneliti menunjukkan bahwa 34 keluarga di Dusun Lamo dan 32

keluarga di Kampung Dalam yang memenuhi syarat untuk menjadi kerangka

contoh. Setiap dusun diambil contoh secara acak sebanyak 25 keluarga, sehingga

jumlah seluruh contoh adalah 50 keluarga. Alur penentuan lokasi dan contoh

penelitian disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Alur penentuan lokasi dan contoh penelitian

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan

data sekunder. Data primer meliputi karakteristik keluarga (tipe keluarga, besar

keluarga, usia ayah ibu, pendidikan ayah ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga,

pengeluaran keluarga, dan kepemilikan aset), karakteristik anak (usia, jenis

kelamin, dan urutan kelahiran anak), kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan

orangtua (pengabai emosi, tidak menyetujui, laissez faire, dan pelatih emosi), dan

perkembangan sosial emosi anak pada keluarga petani kayu manis. Variabel,

dimensi pengukuran, jenis, responden, dan cara pengumpulan data disajikan

dalam Tabel 1.

Data sekunder diperlukan untuk memperkaya dan menunjang analisis data

primer. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, yaitu Kantor Badan Pusat

Statistik Kabupaten Kerinci, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

Kerinci, Kantor Kecamatan Batang Merangin, dan Kantor Desa Tamiai. Adapun

data sekunder yang dikumpulkan mencakup data keadaan umum daerah penelitian

(keadaan geografis, administratif, kependudukan, sarana, dan prasarana) serta

data luas areal dan produksi perkebunan kayu manis.

purposive

acak sederhana

Desa Tamiai

Dusun Lamo (34 KK) Kampung Dalam (32 KK)

25 KK 25 KK

Page 34: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

21

 

Tabel 1 Variabel, dimensi pengukuran, jenis dan cara pengumpulan data

No Variabel/dimensi pengukuran Jenis data Responden Cara

pengumpulan 1 Karakteristik keluarga

- Tipe keluarga (0=keluarga inti, 1=keluarga luas) nominal ibu wawancara

- Besar keluarga rasio ibu wawancara - Usia ayah ibu rasio ibu wawancara - Pendidikan ayah ibu rasio ibu wawancara - Pekerjaan ibu (0=tidak

bekerja, 1=bekerja) nominal ibu wawancara

- Pendapatan keluarga rasio ibu wawancara - Pengeluaran keluarga rasio ibu wawancara - Kepemilikan aset rasio ibu wawancara

2 Karakteristik anak - Usia anak rasio ibu wawancara - Jenis kelamin (1=laki-laki,

2=perempuan) nominal ibu wawancara

- Urutan kelahiran (1=anak tunggal, 2=anak sulung, 3=anak tengah, 4=anak bungsu)

ordinal ibu wawancara

3 Kesejahteraan keluarga - Indikator BPS rasio ibu wawancara - Indikator BKKBN interval ibu wawancara - Indikator a simple poverty

scorecard for Indonesia rasio ibu wawancara

4 Gaya pengasuhan orangtua - Pengabai emosi rasio ibu self report - Tidak menyetujui rasio ibu self report - Laissez faire rasio ibu self report - Pelatih emosi rasio ibu self report

Jenis gaya pengasuhan (0=bukan pelatih emosi, 1=pelatih emosi)

ordinal ibu self report

5 Perkembangan sosial emosi anak

rasio anak self report

Pengukuran dan Penilaian Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan atas kerangka

pemikiran penelitian. Pengukuran variabel penelitian disesuaikan untuk menjawab

tujuan penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah karakteristik keluarga,

karakteristik anak, kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan

Page 35: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

22

 

sosial emosi anak. Pengukuran dan penilaian variabel penelitian dapat dijelaskan

sebagai berikut:

A. Karakteristik Keluarga

Karakteristik keluarga diukur dan dinilai dengan cara sebagai berikut:

a. Tipe keluarga dibedakan menjadi (0) keluarga inti dan (1) keluarga luas.

b. Besar keluarga dikelompokkan menjadi keluarga kecil (≤4 orang), keluarga

sedang (5-6 Orang), dan keluarga besar (≥7 orang).

c. Usia ayah ibu dibedakan menjadi dewasa awal (20-40 tahun), dewasa madya

(41-65 tahun), dan dewasa akhir (>65 tahun).

d. Pendidikan orangtua contoh diukur berdasarkan lama sekolah pada pendidikan

formal (tahun).

e. Pekerjaan ibu dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu (1) tidak bekerja, (2)

petani kayu manis, (3) pedagang.

f. Pendapatan dan pengeluaran keluarga dibedakan menjadi kurang dari

Rp500.000,00, Rp500.00,00-Rp999.999,00, Rp1.000.000,00-Rp1.999.999,00,

dan lebih dari atau sama dengan Rp2.000.000,00.

g. Kepemilikan aset diukur berdasarkan kepemilikan rumah, kendaraan, alat

elektronik, mebel, alat rumah tangga, dan lain-lain.

B. Karakteristik Anak

Karakteristik anak meliputi usia anak, jenis kelamin, dan urutan kelahiran.

Pengukuran dan penilaian komponen karakteristik anak, yaitu:

a. Usia anak dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu anak usia 10 tahun, 11

tahun, dan 12 tahun.

b. Jenis kelamin anak terdiri atas (1) laki-laki dan (2) perempuan.

c. Urutan kelahiran dikategorikan menjadi (1) anak tunggal, (2) anak sulung, (3)

anak tengah, dan (4) anak bungsu.

C. Kesejahteraan Keluarga

Tingkat kesejahteraan keluarga diukur dengan menggunakan tiga indikator

yaitu indikator garis kemiskinan BPS, indikator keluarga sejahtera BKKBN, dan a

simple poverty scorecard for Indonesia.

a. Berdasarkan garis kemiskinan perdesaan Provinsi Jambi 2010, keluarga

dibedakan menjadi dua kategori menurut tingkat kemiskinan, yaitu:

Page 36: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

23

 

1) Miskin, jika pengeluaran per kapita per bulan ≤Rp193.834,00.

2) Tidak miskin, jika pengeluaran per kapita per bulan >Rp193.834,00.

b. Berdasarkan indikator keluarga sejahtera BKKBN, keluarga dikelompokkan

menjadi:

1) Keluarga prasejahtera (PraKS), jika tidak memenuhi kriteria KS I

2) Keluarga sejahtera I (KS I), jika memenuhi enam kriteria KS I

3) Keluarga sejahtera II (KS II), jika memenuhi enam kriteria KS I dan delapan

kriteria KS II

4) Keluarga sejahtera III (KS III), jika memenuhi 14 kriteria KS II dan lima

kriteria KS III

5) Keluarga sejahtera plus (KS III Plus), jika memenuhi 19 kriteria KS III dan

dua kriteria KS III Plus (Lampiran 2)

Berdasarkan pengelompokan tersebut, keluarga dibedakan menjadi dua

kategori, yaitu:

1) Miskin, jika termasuk dalam keluarga PraKS dan KS I.

2) Tidak miskin, jika termasuk dalam keluarga KS II, KS III, dan KS III Plus.

c. Indikator a simple poverty scorecard for Indonesia terdiri atas sepuluh

pertanyaan dan masing-masing pilihan jawaban memiliki skor yang berbeda

satu sama lain (Lampiran 3). Skor yang diperoleh dijumlahkan sehingga

diperoleh skor minimum adalah nol (kemungkinan besar berada di bawah garis

kemiskinan) dan skor maksimum adalah 100 (kecil kemungkinan berada di

bawah garis kemiskinan) (Chen & Schreiner 2009).

D. Gaya Pengasuhan

Gaya pengasuhan diukur dengan menggunakan instrumen yang disusun

oleh Gottman dan DeClaire (1997). Instrumen Gottman dan DeClaire (1997)

menggunakan 81 pernyataan yang terdiri atas 25 pernyataan untuk gaya

pengasuhan pengabai emosi, 23 pernyataan untuk gaya pengasuhan tidak

menyetujui, 10 pernyataan untuk gaya pengasuhan laissez faire, dan 23

pernyataan untuk gaya pengasuhan pelatih emosi.

Berdasarkan uji cronbach alpha, ada sebelas pernyataan yang tidak

digunakan dalam mengukur gaya pengasuhan orangtua keluarga contoh. Oleh

Page 37: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

24

 

karenanya, jumlah pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 70

pernyataan dengan koefisien cronbach alpha sebesar 0,746. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 19 pernyataan untuk gaya pengasuhan

pengabai emosi, 20 pernyataan untuk gaya pengasuhan tidak menyetujui, 9

pernyataan untuk gaya pengasuhan laissez faire, dan 22 pernyataan untuk gaya

pengasuhan pelatih emosi.

Jawaban pernyataan yang terdapat dalam instrumen ini terdiri atas dua

pilihan yaitu benar (B) dan salah (S). Jawaban “benar” diberi skor satu dan

jawaban “salah” diberi skor nol untuk melihat kecenderungan gaya pengasuhan

yang diterapkan orangtua. Kemudian, skor yang diperoleh dijumlahkan sehingga

menghasilkan skor minimum dan skor maksimum. Skor minimum adalah nol dan

skor maksimum adalah 19 (gaya pengasuhan pengabai emosi), 20 (gaya

pengasuhan tidak menyetujui), sembilan (gaya pengasuhan laissez faire), dan 22

(gaya pengasuhan pelatih emosi). Skor yang diperoleh distandarisasi sehingga

diperoleh skor minimum adalah nol dan skor maksimum adalah 100. Semakin

tinggi skor gaya pengasuhan tertentu, semakin kuat kecenderungan orangtua

terhadap gaya pengasuhan tersebut.

E. Perkembangan Sosial Emosi

Perkembangan sosial emosi anak diukur dengan menggunakan instrumen

Social Emotional Assets and Resiliency Scales (SEARS) (Cohn et al. 2009).

Instrumen SEARS yang digunakan adalah instrumen SEARS A yakni SEARS untuk

mengukur perkembangan sosial emosi anak usia 7-12 tahun dengan menggunakan

teknik laporan diri (self report). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

memiliki koefisien cronbach alpha sebesar 0,888 dengan jumlah pernyataan yang

digunakan adalah 53 pernyataan. Jawaban pernyataan menggunakan skala Likert,

yaitu: (1) tidak pernah, (2) jarang, (3) kadang-kadang, dan (4) hampir selalu.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 11 pernyataan

untuk kompetensi emosional dan konsep diri, 13 pernyataan untuk pengaturan

diri, keterampilan dalam memecahkan masalah, dan ketahanan sosial emosi,

delapan pernyataan untuk strategi kognitif, delapan pernyataan untuk dukungan,

kematangan, dan kemerdekaan sosial, tujuh pernyataan untuk empati, dan enam

Page 38: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

25

 

pernyataan untuk keterampilan interpersonal/bergaul. Pernyataan yang digunakan

dalam instrumen ini adalah pernyataan positif. Jawaban “selalu” diberi nilai tiga,

“kadang-kadang” diberi nilai dua, “jarang” diberi nilai satu, dan jawaban “tidak

pernah” diberi nilai nol. Skor yang diperoleh dijumlahkan sehingga diperoleh skor

terendah adalah nol dan skor tertinggi adalah 159. Selanjutnya, skor dibuat indeks

sehingga diperoleh indeks minimum nol dan maksimum 100. Skor yang diperoleh

juga dihitung berdasarkan dimensinya. Berdasarkan skor per dimensi akan

diperoleh dimensi yang dominan untuk masing-masing anak contoh.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensial.

Proses pengolahan data diawali dengan proses editing, coding, entrying, skoring,

dan cleaning data. Selanjutnya data dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis deskriptif. Analisis ini digunakan untuk menjelaskan karakteristik

keluarga (tipe keluarga, besar keluarga, usia ayah ibu, pendidikan ayah ibu,

pendapatan keluarga, pekerjaan ibu, pengeluaran keluarga, dan kepemilikan

aset), karakteristik anak (usia anak, jenis kelamin, dan urutan kelahiran),

kecenderungan gaya pengasuhan orangtua, serta kategori perkembangan sosial

emosi anak usia sekolah pada keluarga petani kayu manis.

2. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh

karakteristik keluarga, karakteristik anak, kesejahteraan keluarga, dan gaya

pengasuhan terhadap perkembangan sosial emosi anak usia sekolah pada

keluarga petani kayu manis.

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + γ1D1 + γ2D2 + γ3D3 + ε

Keterangan: Y = Indeks perkembangan sosial emosi α = Konstanta β1-5 = Koefisien regresi X1 = Besar keluarga (orang) X2 = Usia ibu (tahun) X3 = Pendidikan ibu (tahun) X4 = Pendapatan keluarga (Rp/bulan) X5 = Usia anak (tahun) γ1-4 = Koefisien dummy

Page 39: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

26

 

D1 = Kesejahteraan keluarga (0=miskin; 1=tidak miskin) D2 = Pekerjaan ibu (0=tidak bekerja; 1=bekerja) D3 = Jenis kelamin anak (0=anak laki-laki; 1=anak perempuan) D4 = Jenis gaya pengasuhan (0=pengabai emosi, tidak

menyetujui, dan laissez faire; 1=pelatih emosi) ε = Error

3. Analisis regresi logistik digunakan untuk menganalisis:

a. Pengaruh karakteristik keluarga terhadap kesejahteraan keluarga

berdasarkan indikator BPS dan BKKBN.

= β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + ε 

Keterangan: p = Peluang untuk sejahtera (0=tidak sejahtera, 1=sejahtera) β1-5 = Koefisien regresi X1 = Besar keluarga (orang) X2 = Usia ayah (tahun) X3 = Pendidikan ibu (tahun) X4 = Pendapatan keluarga (Rp/bulan) X5 = Luas ladang kayu manis (hektar) ε = Error

b. Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan kesejahteraan

keluarga terhadap gaya pengasuhan orangtua.

= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + γ1D1 + γ2D2 +

γ3D3 + γ4D4+ ε

Keterangan:

p = Peluang untuk pelatih emosi (0=pengabai emosi, tidak menyetujui, dan laissez faire; 1=pelatih emosi) α = Konstanta β1-5 = Koefisien regresi X1 = Besar keluarga (orang) X2 = Usia ibu (tahun) X3 = Pendidikan ibu (tahun) X4 = Pendapatan keluarga (Rp/bulan) X5 = Usia anak (tahun) γ1-3 = Koefisien dummy D1 = Kesejahteraan keluarga (0=miskin; 1= tidak miskin) D2 = Pekerjaan ibu (0=tidak bekerja; 1=bekerja) D3 = Jenis kelamin anak (0=anak laki-laki; 1=anak perempuan) ε = Error

Page 40: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

27

 

Definisi Operasional

Anak usia sekolah adalah anak usia 6-12 tahun yang saat ini berada di kelas IV,

V, dan VI Sekolah Dasar.

Keluarga petani kayu manis adalah keluarga yang kepala keluarganya bekerja

sebagai petani kayu manis.

Besar keluarga adalah ukuran keluarga berdasarkan jumlah anggota keluarga

yang dinyatakan dalam orang.

Pendidikan orangtua adalah tingkat pendidikan ayah dan ibu yang diukur

berdasarkan lama pendidikan formal (tahun) yang pernah diikuti.

Pendapatan keluarga adalah penjumlahan dari pendapatan seluruh anggota

keluarga yang dinyatakan dalam rupiah per bulan.

Pendapatan per kapita adalah pendapatan keluarga dibagi dengan besar

keluarga yang dinyatakan dalam rupiah per kapita per bulan.

Pengeluaran keluarga adalah penjumlahan dari seluruh pengeluaran baik pangan

maupun bukan pangan yang dikeluarkan oleh rumah tangga selama

satu bulan yang dinyatakan dalam rupiah per bulan.

Pengeluaran per kapita adalah rata-rata pengeluaran untuk setiap anggota rumah

tangga yang dinyatakan dalam rupiah per kapita per bulan.

Pengeluaran untuk pangan adalah proporsi pengeluaran yang digunakan untuk

mengkonsumsi pangan (makanan pokok, protein hewani, protein

nabati, sayur mayur, buah-buahan, minyak, bahan minuman, bumbu,

tembakau dan sirih, dan kebutuhan pangan lainnya) yang dinyatakan

dalam rupiah per bulan.

Pengeluaran untuk bukan pangan adalah proporsi pengeluaran yang digunakan

untuk kesehatan, pendidikan, sandang, energi, perumahan, pajak,

komunikasi, dan tabungan yang dinyatakan dalam rupiah per bulan.

Kepemilikan aset adalah jumlah aset yang dimiliki oleh keluarga dilihat dari

kepemilikan rumah, kendaraan, alat elektronik, mebel, alat rumah

tangga, dan lain-lain.

Kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga dibandingkan dengan indikator

kesejahteraan dan atau kemiskinan yang sudah ditentukan (BPS,

Page 41: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

28

 

BKKBN, dan a simple poverty scorecard for Indonesia). Kategori

kesejahteraan mengikuti aturan dari indikator tersebut.

Indikator BPS adalah indikator yang digunakan untuk mengklasifikasikan

keluarga miskin berdasarkan garis kemiskinan perdesaan Provinsi

Jambi Tahun 2010 yaitu Rp193.834,00.

Indikator BKKBN adalah indikator yang digunakan untuk mengklasifikasian

keluarga sejahtera berdasarkan kemampuan dalam memenuhi 21

indikator keluarga sejahtera.

Indikator a simple poverty scorecard for Indonesia adalah indikator yang

digunakan untuk memperkirakan tingkat kemiskinan berdasarkan skor

yang diperoleh keluarga.

Gaya pengasuhan orangtua adalah cara yang dominan dari orang tua dalam

mengarahkan beragam emosi anaknya khususnya emosi negatif.

Gaya pengasuhan pengabai emosi (dismissing) adalah gaya pengasuhan yang

orangtua mengabaikan emosi negatif anak.

Gaya pengasuhan tidak menyetujui (disapproving) adalah gaya pengasuhan

yang orangtua memberikan sedikit empati ketika anak menunjukkan

emosi negatifnya, namun mereka mengabaikan, menolak, tidak

menyetujui, dan menegur/menghukum anak atas ekspresi emosinya.

Gaya pengasuhan laissez faire adalah gaya pengasuhan yang orangtua yang

menerima/empati dengan emosi anak tetapi tidak membimbing

tingkah laku anak.

Gaya pengasuhan pelatih emosi (emotion coaching) adalah gaya pengasuhan

yang orangtua melatih emosi anak sehingga anak memiliki rasa

percaya diri yang tinggi, belajar dengan baik, dan dapat bergaul

dengan baik.

Perkembangan sosial emosi adalah perkembangan sosial emosi anak usia

sekolah yang dilihat dari keterampilan bergaul, empati, keterampilan

interpersonal, dukungan sosial, keterampilan dalam memecahkan

masalah, kompetensi emosional, kematangan sosial, konsep diri,

pengelolaan diri, kemerdekaan sosial, strategi kognitif, dan ketahanan

sosial emosi.

Page 42: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

29

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara administratif, Desa Tamiai termasuk dalam wilayah Kecamatan

Batang Merangin, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Kabupaten Kerinci secara

geografis terletak di antara 1o40’ LS - 2o26’ LS dan 101o08’ BT - 101o50’ BT (BPS

2011). Wilayah ini berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat di sebelah utara,

Kabupaten Merangin di sebelah selatan, Kabupaten Bungo di sebelah timur, dan

di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera

Barat.

Secara administratif, Kabupaten Kerinci terdiri atas 12 kecamatan, 207

desa, dan dua kelurahan. Jumlah penduduk Kabupaten Kerinci pada Tahun 2010

adalah 229.495 jiwa. Sebagian besar penduduk (61,3%) di Kabupaten Kerinci

bekerja di bidang pertanian. Salah satu komoditas utama dari Kabupaten Kerinci

adalah kayu manis (Cinnamomum burmannii). Kayu manis ini ditanam pada lahan

seluas 40.775 Ha dan dapat ditemukan di semua kecamatan yang ada di

Kabupaten Kerinci. Kecamatan yang memiliki jumlah keluarga petani kayu manis

terbanyak adalah Kecamatan Batang Merangin. Jumlah keluarga petani kayu

manis di Kecamatan Batang Merangin adalah 2.378 KK dengan lahan seluas

10.692 Ha. Kecamatan Batang Merangin menempati urutan kedua jika dilihat dari

luas ladang kayu manis. Urutan pertama ditempati oleh Kecamatan Gunung Raya

yang memiliki ladang kayu manis seluas 11.196 Ha dengan jumlah keluarga

petani kayu manis sebanyak 2.189 KK.

Kecamatan Batang Merangin terdiri atas 14 desa dengan pusat

pemerintahan kecamatan adalah Desa Tamiai. Desa Tamiai dipimpin oleh seorang

kepala desa dan dibantu oleh seorang sekretaris desa, tiga orang kepala urusan

yakni bidang kemasyarakatan, pembangunan, dan pemerintahan, serta tujuh

kepala dusun. Desa Tamiai memiliki tujuh dusun, yaitu Dusun Lamo, Sako

Tengah, Sako Jauh, Kampung Lereng, Kampung Dalam, Koto Ipuh, dan Pintu

Rimbo.

Desa Tamiai memiliki luas sebesar 7.650 Ha. Lebih dari tiga per empat

luas wilayah Desa Tamiai merupakan lahan pertanian dan perkebunan yang

meliputi 5.000 Ha ditanami kayu manis, 325 Ha ditanami kopi, 850 Ha ditanami

Page 43: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

30

 

padi dan palawija, 17 Ha ditanami sayur mayur, 0,9 Ha ditanami buah-buahan,

empat hektar ditanami tembakau, dan 0,5 Ha ditanami kelapa.

Penduduk Desa Tamiai berjumlah 3.131 jiwa yang terdiri atas 1.400 jiwa

penduduk laki-laki dan 1.731 jiwa penduduk perempuan. Jumlah rumah

tangga/KK di Desa Tamiai sebanyak 716 KK. Sebanyak 1.024 jiwa penduduk

Desa Tamiai bermata pencaharian sebagai petani, 542 jiwa sebagai buruh tani, 31

jiwa sebagai pegawai negeri sipil, dan penduduk lainnya bekerja sebagai

wiraswasta, tukang, dan juga bekerja di bidang jasa.

Seluruh penduduk yang ada di Desa Tamiai beragama Islam. Sarana untuk

ibadah yang dimiliki Desa Tamiai adalah tiga buah masjid, lima buah langgar, dan

tiga buah Taman Pendidikan Alqur’an (TPA). Selain itu, Desa Tamiai juga

memiliki tiga kelompok majlis ta’lim dan satu kelompok remaja masjid.

Kelompok ini biasanya mengadakan kegiatan setiap satu kali dalam seminggu.

Sarana lain yang dimiliki oleh Desa Tamiai adalah sarana pendidikan (TK, SD,

SMP, dan SMA) dan sarana kesehatan (puskesmas, pos KB, posyandu).

Karakteristik Contoh

Karakteristik Keluarga Contoh

Tipe Keluarga. Berdasarkan tipenya, keluarga dibedakan menjadi

keluarga inti (nuclear family) dan keluarga luas (extended family) (Berns 1997).

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Keluarga luas

adalah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak, ditambah juga dengan

kakek, nenek, paman, bibi, dan saudara lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga contoh

(86%) merupakan keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Adapun

sisanya yaitu kurang dari seperlima keluarga contoh (14%) merupakan keluarga

luas (Tabel 2). Keluarga contoh ini dikatakan keluarga luas karena masih tinggal

dengan kakek dan nenek dalam satu rumah.

Tabel 2 Sebaran keluarga contoh berdasarkan tipe keluarga Tipe keluarga n %

Keluarga inti (nuclear family) 43 86,00 Keluarga luas (extended family) 7 14,00

Total 50 100,00

Page 44: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

31

 

Besar keluarga. Besar keluarga diukur berdasarkan jumlah anggota

keluarga. Keluarga dikategorikan menjadi keluarga kecil (jumlah anggota

keluarga kurang dari atau sama dengan empat orang), keluarga sedang (jumlah

anggota keluarga lima sampai dengan enam orang), dan keluarga besar (jumlah

anggota keluarga lebih dari atau sama dengan tujuh orang). Jumlah anggota

keluarga contoh berada pada selang 3-9 orang. Rata-rata jumlah anggota keluarga

contoh adalah 5,04 orang dengan standar deviasi sebesar 1,39 orang. Berdasarkan

besar keluarga, lebih dari separuh keluarga contoh (54%) merupakan keluarga

sedang (Tabel 3).

Jumlah anak terbanyak dalam keluarga contoh adalah enam orang.

Kecenderungan keluarga contoh adalah ingin memiliki anak laki-laki dan

perempuan. Jika anak pertama, kedua, ketiga, atau keempat berjenis kelamin laki-

laki semuanya maka keluarga akan tetap menambah jumlah anak sampai dengan

anak perempuan lahir. Demikian juga halnya jika anak pertama, kedua, ketiga,

atau keempat berjenis kelamin perempuan semuanya maka keluarga akan tetap

menambah jumlah anak sampai dengan anak laki-laki lahir.

Tabel 3 Sebaran keluarga contoh berdasarkan besar keluarga Besar keluarga n %

Keluarga kecil (≤ 4 orang) 17 34,00Keluarga sedang (5-6 orang) 27 54,00Keluarga besar (≥ 7 orang) 6 12,00

Total 50 100,00

Usia Ayah dan Ibu. Menurut Papalia et al. (2009), usia ayah dan ibu

dapat dikategorikan menjadi dewasa muda (20-40 tahun), dewasa madya (41-65

tahun), dan dewasa lanjut (≥65 tahun). Berdasarkan kategori usia, lebih dari dua

per tiga ayah pada keluarga contoh (68%) merupakan dewasa madya (Tabel 4).

Usia ayah berada pada selang 31-55 tahun. Rata-rata usia ayah pada keluarga

contoh adalah 43,74 tahun dengan standar deviasi sebesar 6,56 tahun. Tabel 4

juga menunjukkan bahwa lebih dari dua per tiga ibu pada keluarga contoh (68%)

tergolong dalam usia dewasa muda. Usia ibu berada pada selang 28-53 tahun.

Rata-rata usia ibu pada keluarga contoh adalah 38,82 tahun dengan standar deviasi

sebesar 5,76 tahun. Rata-rata usia ayah lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata

usia ibu, artinya usia ibu lebih muda dibandingkan dengan usia ayah.

Page 45: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

32

 

Tabel 4 Sebaran keluarga contoh berdasarkan usia ayah dan ibu

Kategori usia Ayah Ibu

n % n % Dewasa muda (20-40 tahun) 16 32,00 34 68,00 Dewasa madya (41-65 tahun) 34 68,00 16 32,00 Dewasa lanjut (>65 tahun) 0 0,00 0 0,00

Total 50 100,00 50 100,00

Pendidikan Ayah dan Ibu. Pendidikan akan menentukan penguasan

wawasan dan cara berfikir seseorang. Penelitian ini mengukur pendidikan

berdasarkan pendidikan formal yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah

pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), dan perguruan tinggi. Secara

umum, ayah pada keluarga contoh telah menempuh pendidikan selama enam

hingga 14 tahun dengan pendidikan tertinggi adalah diploma tiga (D3). Ibu pada

keluarga contoh juga telah menempuh pendidikan selama enam hingga 16 tahun

dengan pendidikan tertinggi adalah strata satu (S1).

Lama sekolah terendah pada keluarga contoh baik ayah maupun ibu adalah

enam tahun. Artinya, seluruh ayah dan ibu pada keluarga contoh telah

menamatkan sekolah dasar (SD). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa lebih

dari sepertiga ayah pada keluarga contoh (38%) telah menempuh pendidikan

selama 12 tahun atau setara dengan SMA (Tabel 5). Rata-rata lama pendidikan

ayah pada keluarga contoh adalah 9,40 tahun dengan standar deviasi sebesar 2,53

tahun.

Tabel 5 juga menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga ibu pada keluarga

contoh (36%) menempuh pendidikan selama enam tahun atau setara dengan

sekolah dasar (SD). Rata-rata lama pendidikan ibu pada keluarga contoh adalah

8,96 tahun dengan standar deviasi sebesar 2,66 tahun. Berdasarkan rata-rata, lama

pendidikan ayah pada keluarga contoh sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan

lama pendidikan ibu.

Tabel 5 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendidikan ayah dan ibu

Pendidikan Ayah Ibu

n % n % SD/sederajat (0-6 tahun) 14 28,00 18 36,00 SMP/sederajat (7-9 tahun) 16 32,00 16 32,00 SMA/sederajat (10-12 tahun) 19 38,00 15 30,00 Perguruan tinggi (> 12 tahun) 1 2,00 1 2,00

Total 50 100,00 50 100,00

Page 46: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

33

 

Pekerjaan Ayah dan Ibu. Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan

oleh seorang individu dalam mencari nafkah. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa seluruh ayah pada keluarga contoh bekerja sebagai petani. Hasil penelitian

juga menunjukkan bahwa empat per lima ibu dalam keluarga contoh (80%)

bekerja sebagai petani. Keluarga contoh terdiri atas tiga jenis petani yaitu petani

ladang, petani sawah, dan buruh tani. Jenis pekerjaan lain yang dilakukan oleh ibu

pada keluarga contoh adalah pedagang. Ibu pada keluarga contoh membuka

warung yang menjual kebutuhan rumah tangga, lontong, dan buah. Hasil

penelitian juga menunjukkan adanya ibu pada keluarga contoh (4%) yang tidak

bekerja (Tabel 6). Alasannya adalah sakit dan kondisi fisik yang belum siap untuk

bekerja setelah melahirkan.

Tabel 6 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pekerjaan utama ayah dan ibu

Jenis pekerjaan Ayah Ibu n % n %

Tidak bekerja 0 0,00 2 4,00Petani kayu manis 50 100,00 40 80,00Pedagang 0 0,00 8 16,00

Total 50 100,00 50 100,00

Pendapatan Keluarga. Pendapatan adalah imbalan yang diterima oleh

seseorang dari pekerjaan yang dilakukannya. Pendapatan keluarga merupakan

penjumlahan dari pendapatan setiap anggota keluarga. Data mengenai pendapatan

keluarga sulit untuk diperoleh karena sebagian besar keluarga contoh bekerja

sebagai petani. Seorang petani memiliki pendapatan yang tidak tetap setiap

bulannya. Contohnya adalah petani kayu manis, petani sawah, dan buruh tani.

Cara pengambilan data pendapatan keluarga yang bekerja sebagai petani kayu

manis dilakukan dengan menanyakan jumlah hasil panen kulit kayu manis yang

biasa diterima petani dalam satu masa panen. Setelah itu, jumlah hasil panen (Kg)

dikalikan dengan harga kulit kayu manis (Rp6.000,00/Kg) dan dibagi dengan

lama panen (tahun).

Cara yang sama juga digunakan untuk menghitung pendapatan keluarga

yang bekerja sebagai petani sawah. Data dihitung dengan menanyakan jumlah

hasil panen (kaleng) padi dalam satu kali panen. Selanjutnya, jumlah hasil panen

dikalikan dengan harga padi (Rp40.000,00/kaleng) dan dibagi dengan lama panen

(bulan). Data pendapatan keluarga contoh yang bekerja sebagai buruh tani

Page 47: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

34

 

dihitung berdasarkan jumlah hari kerja dan selanjutnya dikalikan dengan upah

buruh tani (Rp25.000,00/hari). Sebagian besar contoh menggunakan uang hasil

bekerja sebagai buruh tani untuk membeli kebutuahan keluarga. Keluarga contoh

(suami dan istri) biasanya bekerja sebagai buruh tani sebanyak empat sampai

enam kali dalam satu minggu, sehingga dalam satu minggu keluarga contoh

mendapatkan upah sebesar dua ratus ribu hingga tiga ratus ribu per minggu.

Rata-rata pendapatan keluarga contoh adalah Rp1.011.517,00/bulan

dengan standar deviasi Rp277.189,00. Pendapatan terendah keluarga contoh

adalah Rp550.000,00 per bulan sedangkan pendapatan tertinggi keluarga contoh

adalah Rp2.243.000,00 per bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari

separuh keluarga contoh (58%) memiliki pendapatan keluarga yang berada pada

rentang Rp500.000,00 hingga Rp999.999,00 per bulan (Tabel 7). Hasil penelitian

juga menunjukkan bahwa hanya ada satu keluarga contoh yang memiliki

pendapatan di atas dua juta rupiah.

Tabel 7 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendapatan keluarga per bulan Pendapatan keluarga (Rp/bulan) n %

<Rp500.000,00 0 0,00 Rp500.000,00 – Rp999.999,00 29 58,00 Rp1.000.000,00 – Rp1.999.999,00 20 40,00 >Rp2.000.000,00 1 2,00

Total 50 100,00

Pendapatan keluarga per bulan belum mencerminkan kemampuan

konsumsi setiap anggota keluarga. Kemampuan konsumsi setiap anggota keluarga

dapat digambarkan melalui pendapatan per kapita per bulan. Pendapatan keluarga

per kapita per bulan diperoleh dari hasil pembagian antara pendapatan keluarga

per bulan dengan jumlah anggota keluarga. Pendapatan keluarga per kapita per

bulan dikategorikan berdasarkan garis kemiskinan Provinsi Jambi pada Tahun

2010 yaitu Rp193.834,00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan

keluarga per kapita per bulan keluarga contoh berada pada selang Rp124.537,00–

Rp448.750,00. Rata-rata pendapatan keluarga contoh adalah Rp207.936,45/kapita

dengan standar deviasi sebesar Rp58.204,68. Berdasarkan pendapatan keluarga

per kapita per bulan, lebih dari separuh keluarga contoh (56%) memiliki

pendapatan keluarga per kapita per bulan kurang dari Rp193.834,00 (Tabel 8).

Page 48: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

35

 

Tabel 8 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pendapatan keluarga per kapita per bulan

Pendapatan keluarga (Rp/kapita/bulan) N % ≤Rp193.834,00 28 56,0 >Rp193.834,00 22 44,0

Total 50 100,0

Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan oleh keluarga contoh diketahui

bahwa pendapatan keluarga contoh bersumber dari hasil ladang kayu manis,

sawah, upah buruh tani, keuntungan dagang, dan pekerjaan lainnya (kepala desa,

petugas kebersihan, dan “ojek”). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari

separuh pendapatan keluarga contoh (50,37%) bersumber dari buruh tani.

Keluarga contoh merupakan keluarga petani kayu manis, namun hasil

penelitian menunjukkan bahwa kontribusi kayu manis dalam pendapatan keluarga

contoh masih rendah yaitu sebesar 8,86 persen (Tabel 9). Rendahnya kontribusi

kayu manis ini dalam pendapatan keluarga akibat dari kayu manis merupakan

tanaman tahunan yang dipanen dalam waktu lama dan lahan yang dimiliki petani

juga sempit sehingga jumlah hasil panen sedikit. Selain itu, harga jual kulit kayu

manis murah sehingga pendapatan keluarga yang berasal dari kayu manis rendah.

Tabel 9 Rataan pendapatan keluarga contoh per bulan berdasarkan sumber nafkah dan persentase kontribusi masing-masing sumber nafkah terhadap pendapatan total

Sumber nafkah Minimum (Rp/bulan)

Maksimum (Rp/bulan)

Rata-rata pendapatan

keluarga (Rp/bulan)

Kontribusi terhadap

pendapatan total (%)

Ladang kayu manis 30.000,00 343.750,00 89.650,00 8,86 Sawah 0,00 566.666,67 223.666,67 22,11 Upah buruh tani 0,00 1.000.000,00 509.500,00 50,37 Berdagang 0,00 1.000.000,00 128.700,00 12,72 Lain-lain 0,00 1.400.000,00 60.000,00 5,93

Total 1.011.516,67 100,00

Pengeluaran Keluarga. Pengeluaran keluarga adalah besarnya biaya yang

dikeluarkan oleh keluarga untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan keluarga

sehari-hari dibeli di pasar tradisional, warung, dan pedagang keliling. Pasar

tradisional berlangsung hanya sekali dalam satu minggu yaitu pada hari kamis.

Pengeluaran keluarga contoh berada pada selang Rp547.667,00-Rp2.235.500,00

per bulan dengan rata-rata sebesar Rp1.005.098,00/bulan dan standar deviasi

Page 49: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

36

 

sebesar Rp276.387,00/bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga per lima

keluarga contoh (60%) memiliki pengeluaran keluarga pada selang Rp500.000,00

hingga Rp999.999,00 per bulan (Tabel 10).

Tabel 10 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan Pengeluaran keluarga (Rp/bulan) n %

<Rp500.000,00 0 0,00 Rp500.000,00 – Rp999.999,00 30 60,00 Rp1.000.000,00 – Rp1.999.999,00 19 38,00 ≥Rp2.000.000,00 1 2,00

Total 50 100,00 Pengeluaran keluarga per bulan juga belum mencerminkan konsumsi

untuk masing-masing anggota keluarga. Keluarga yang memiliki pengeluaran

keluarga yang tinggi belum tentu memiliki pengeluaran per kapita yang tinggi.

Hal ini bergantung pada jumlah anggota keluarga. Pengeluaran keluarga yang

tinggi jika dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang banyak akan

menghasilkan pengeluaran per kapita yang rendah. Ukuran yang mencerminkan

kondisi pengeluaran keluarga adalah pengeluaran keluarga per kapita.

Pengeluaran keluarga per kapita dapat dihitung dengan cara membagi jumlah

pengeluaran keluarga dengan jumlah anggota keluarga.

Pengeluaran keluarga (Rp/kapita/bulan) dikategorikan berdasarkan garis

kemiskinan Provinsi Jambi pada Tahun 2010 yaitu Rp193.834,00. Pengeluaran

keluarga (Rp/kapita/bulan) berada pada selang Rp124.083,00–Rp447.100,00

dengan rata-rata sebesar Rp206.589,36 dan standar deviasi sebesar Rp57.916,36.

Berdasarkan pengeluaran keluarga per kapita per bulan, lebih dari separuh

keluarga contoh (56%) memiliki pengeluaran keluarga per kapita per bulan

kurang dari Rp193.834,00 (Tabel 11).

Tabel 11 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per kapita per bulan

Pengeluaran keluarga (Rp/kapita/bulan) n % ≤Rp193.834,00 28 56,00 >Rp193.834,00 22 44,00

Total 50 100,00

Pengeluaran keluarga dapat dibedakan menjadi pengeluaran pangan dan

pengeluaran bukan pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari

Page 50: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

37

 

separuh pengeluaran keluarga contoh (55,69%) dialokasikan untuk pengeluaran

pangan, sedangkan sisanya (44,31%) dialokasikan untuk pengeluaran bukan

pangan (Tabel 12). Artinya, pengeluaran untuk kebutuhan pangan pada keluarga

contoh lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran untuk kebutuhan bukan

pangan.

Pengeluaran pangan adalah pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan

pangan, seperti makanan pokok, protein hewani, protein nabati, sayur mayur,

buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbu-bumbu, tembakau dan

sirih, dan kebutuhan pangan lainnya. Rataan pengeluaran pangan keluarga contoh

(Rp/kapita/bulan) adalah Rp115.041,13. Sebagian besar pengeluaran pangan

keluarga contoh dialokasikan untuk pembelian makanan pokok (beras) yakni

sebesar 27,29 persen (Tabel 12).

Proporsi pengeluaran untuk pangan terendah dialokasikan untuk sayur

mayur dan buah-buahan. Buah dan sayur yang biasa dikonsumsi diperoleh dari

pasar tradisional dan hasil pemanfaatan pekarangan rumah dan ladang. Buah yang

biasa dikonsumsi oleh keluarga contoh adalah pisang, pepaya, jambu, mangga,

sirsak, cempedak, nanas, jeruk, durian, dan belimbing. Keluarga contoh juga

mengkonsumsi sayuran, seperti kacang panjang, talas, terong, kangkung, labu

siam, nangka, pare, rebung, selada, tekokak, genjer, dan jenis sayuran lainnya.

Pendapatan keluarga yang cukup rendah menyebabkan keluarga harus

melakukan koping dalam mengkonsumsi pangan. Contohnya adalah bahan

minuman dan rokok. Sebagian besar keluarga contoh memilih untuk

mengkonsumsi “air kawa” sebagai pengganti teh dan kopi. “Air kawa” merupakan

minuman yang terbuat dari rebusan daun kopi kering. “Air kawa” dibuat tanpa

menggunakan gula pasir sehingga dengan mengganti teh dan kopi, keluarga

contoh juga dapat menurunkan konsumsi gula pasir. Selain bahan minuman,

koping juga dilakukan keluarga contoh pada rokok. Sebagian besar keluarga

contoh mengkonsumsi rokok namun rokok yang dikonsumsi adalah rokok yang

harganya murah. Ada juga keluarga contoh yang memilih untuk mengkonsumsi

rokok nipah.

Pengeluaran bukan pangan adalah pengeluaran keluarga untuk memenuhi

kebutuhan bukan pangan, seperti pengeluaran untuk kesehatan, pendidikan,

Page 51: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

38

 

sandang, energi, perumahan, pajak, komunikasi, dan tabungan. Rataan

pengeluaran bukan pangan keluarga contoh per kapita per bulan adalah sebesar

Rp91.548,51. Proporsi terbesar pengeluaran bukan pangan pada keluarga contoh

(16,85%) dialokasikan untuk pendidikan seperti SPP/BP3, transportasi anak,

buku/alat tulis, seragam sekolah, dan uang saku (Tabel 12). Proporsi terbesar

pengeluaran bukan pangan kedua adalah untuk energi (listrik, bensin, minyak

tanah, dan gas) yaitu sebesar 8,02 persen.

Tabel 12 Rataan alokasi pengeluaran pangan dan bukan pangan per kapita per bulan dan persentase setiap komponen terhadap total pengeluaran

Pengeluaran keluarga Rp/bulan % Pangan 1. Makanan pokok 56.368,10 27,29 2. Protein hewani 10.581,15 5,12 3. Protein nabati 8.225,46 3,98 4. Sayur mayur 1.141,62 0,55 5. Buah-buahan 2.816,95 1,36 6. Minyak goreng 10.107,74 4,89 7. Bahan minuman 4.678,17 2,26 8. Jajan 3.685,24 1,78 9. Rokok 6.913,06 3,35 10. Pangan lain 10.523,65 5,09 Total pangan 115.041,13 55,69 Bukan pangan 11. Kesehatan 4.377,58 2,12 12. Pendidikan 34.809,87 16,85 13. Sandang 13.754,73 6,66 14. Energi 16.564,33 8,02 15. Perumahan 1.291,56 0,63 16. Pajak 76,32 0,04 17. Komunikasi 4.862,86 2,35 18. Tabungan 15.811,27 7,65 Total bukan pangan 91.548,51 44,31 Total pengeluaran keluarga 206.589,64 100,00

Kepemilikan Aset. Aset adalah sumber daya keluarga yang bernilai

ekonomi. Aset dapat dilihat melalui keadaan tempat tinggal, salah satunya adalah

rumah yang ditempati oleh keluarga contoh. Rumah berdasarkan statusnya dapat

dibedakan menjadi rumah milik sendiri, rumah kontrak/sewa, dan rumah milik

Page 52: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

39

 

orang tua. Hampir seluruh keluarga contoh (90%) telah memiliki rumah sendiri

(Tabel 13). Ada beberapa keluarga contoh yang masih tinggal di rumah orang tua

dan rumah kontrak/sewa.

Rumah berdasarkan tipenya dapat dibedakan menjadi rumah permanen,

rumah semipermanen, dan rumah nonpermanen. Keluarga contoh memiliki rumah

yang cukup beragam. Berdasarkan tipe rumah, dua per lima keluarga contoh

(42%) telah memiliki rumah permanen, namun masih ada seperempat keluarga

contoh (26%) yang masih tinggal di rumah nonpermanen (Tabel 13).

Penerangan juga memiliki peranan penting dalam kehidupan keluarga.

Sumber penerangan dari rumah dapat berasal dari listrik maupun bukan listrik.

Listrik telah ada di Desa Tamiai, namun tidak semua masyarakat dapat menikmati

listrik sebagai sumber penerangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

seperlima keluarga contoh (20%) tidak menggunakan listrik sebagai sumber

penerangan di rumahnya (Tabel 13).

Tabel 13 Sebaran keluarga contoh berdasarkan status kepemilikan rumah, tipe rumah, sumber penerangan, dan bahan bakar untuk memasak

Kondisi rumah n %Status kepemilikan rumah Rumah sendiri 45 90,00Rumah kontrak 1 2,00Rumah milik orang tua 4 8,00Tipe rumah Permanen 21 42,00Semipermanen 16 32,00Nonpermanen 13 26,00Sumber penerangan Listrik 40 80,00Bukan listrik 10 20,00Bahan bakar untuk memasak Kayu bakar 43 86,00Minyak tanah 5 10,00Gas 2 4,00Total 50 100,00

Bahan bakar untuk memasak yang digunakan oleh keluarga contoh adalah

kayu bakar, minyak tanah, dan gas. Sebagian besar keluarga contoh (86%)

memanfaatkan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak (Tabel 13). Kayu

bakar ini tidak dibeli namun dicari di ladang dan hutan. Keluarga contoh masih

belum siap untuk menggunakan kompor gas dan kompor minyak. Keluarga

Page 53: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

40

 

contoh lebih memilih untuk menggunakan kayu bakar dibandingkan dengan gas

dan minyak tanah karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk memperolehnya.

Selain itu, keberadaan kayu bakar juga masih banyak seperti kayu dari pohon

kayu manis yang telah diambil kulitnya. Sebagian keluarga contoh yang telah

menggunakan kompor minyak juga masih menggunakan kayu bakar. Kayu bakar

digunakan untuk memasak air.

Selain rumah, aset lain yang diukur dalam penelitian ini adalah

kepemilikan ladang kayu manis. Sebagai seorang petani kayu manis, kepemilikan

ladang kayu manis berperan penting. Seluruh keluarga contoh memiliki ladang

kayu manis dengan luas yang berbeda. Luas ladang kayu manis keluarga contoh

berada pada selang 0,50-5,50 Ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa separuh

keluarga contoh (50%) memiliki ladang kayu manis yang luasnya adalah satu

hingga tiga hektar (Tabel 14) dengan rata-rata luas ladang kayu manis adalah 1,23

Ha. Keluarga contoh yang memiliki ladang yang luasnya lebih dari tiga hektar

sangat sedikit yakni hanya empat persen. Luas ladang kayu manis ini berkaitan

dengan hasil yang diperoleh petani. Hasil panen juga sedikit jika luas lahan yang

dimiliki sempit.

Jenis aset lain yang dimiliki oleh keluarga contoh adalah ternak. Jenis

ternak yang dimiliki oleh keluarga contoh adalah sapi, ayam, dan itik. Keluarga

contoh yang memiliki ternak sangat sedikit yakni kurang dari sepuluh persen

(Tabel 14). Sebagian keluarga contoh juga memiliki kendaraan, seperti motor dan

mobil. Keluarga contoh yang memiliki mobil sangat sedikit yakni hanya ada satu

keluarga (2%), sedangkan motor dimiliki oleh seperlima keluarga contoh (22%)

(Tabel 14). Berbeda halnya dengan kepemilikan ternak dan kendaraan, sebagian

besar keluarga contoh telah memiliki alat elektronik seperti radio/tape, video/CD,

handphone, dan televisi. Alat elektronik ini telah dimiliki oleh lebih dari dua per

tiga keluarga contoh (Tabel 14).

Keluarga contoh juga memiliki mebel, seperti kursi tamu, meja makan,

tempat tidur, lemari pakaian, dan lemari hias (Tabel 14). Hampir seluruh keluarga

contoh (98%) telah memiliki tempat tidur dan lemari pakaian, sedangkan kursi

tamu dan meja makan dimiliki hampir separuh keluarga contoh. Jenis mebel lain

yang dimiliki oleh keluarga contoh adalah lemari hias. Lemari hias ini dimiliki

Page 54: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

41

 

oleh lebih dari seperempat keluarga contoh (26%). Hasil penelitian juga

menunjukkan ada satu keluarga contoh yang tidak memiliki tempat tidur dan

lemari pakaian. Keluarga contoh ini tidur di atas papan yang dibuat seperti tempat

tidur dan posisinya lebih tinggi dari lantai. Papan tersebut hanya dilapisi oleh

anyaman tikar tanpa kasur.

Tabel 14 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kepemilikan aset

Kepemilikan aset n %Luas ladang kayu manis - < 1 Ha 23 46,00- 1-3 Ha 25 50,00- >3 Ha 2 4,00Sub total 50 100,00Jenis ternak - Sapi 1 2,00- Ayam 5 10,00- Itik 2 4,00Jenis kendaraan - Mobil 1 2,00- Motor 11 22,00Jenis alat elektronik - Radio/tape 35 70,00- Video/CD 35 70,00- Telepon/Handphone 37 74,00- Televisi 38 76,00Jenis mebel - Kursi tamu 24 48,00- Meja makan 22 44,00- Tempat tidur 49 98,00- Lemari pakaian 49 98,00- Lemari hias 13 26,00Jenis alat rumah tangga - Lemari makan 13 26,00- Rice cooker 10 20,00- Oven 2 4,00- Kulkas 2 4,00- Kompor gas 2 4,00- Kompor minyak 5 10,00

Keluarga contoh juga memiliki alat rumah tangga seperti lemari makan,

rice cooker, oven, kulkas, kompor gas, dan kompor minyak (Tabel 14). Lemari

makan telah dimiliki lebih dari seperempat keluarga contoh, sedangkan rice

cooker telah dimiliki seperlima keluarga contoh. Alat rumah tangga yang sangat

sedikit dimiliki adalah oven, kulkas, dan kompor gas. Alat rumah tangga ini hanya

dimiliki oleh dua persen keluarga contoh. Hasil penelitian juga menunjukkan

Page 55: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

42

 

bahwa sebagian besar keluarga contoh tidak menggunakan kompor gas dan

kompor minyak untuk memasak. Keluarga contoh cenderung memilih untuk

menggunakan kayu bakar untuk memasak. Alasan inilah yang menyebabkan

sedikitnya keluarga contoh yang memiliki kompor gas dan kompor minyak untuk

memasak.

Karakteristik Anak

Jenis Kelamin. Salah satu karakteristik anak yang diamati adalah jenis

kelamin. Lebih dari separuh keluarga contoh (56%) memiliki anak yang berjenis

kelamin laki-laki (Tabel 15). Artinya, jumlah keluarga contoh yang memiliki anak

berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan keluarga contoh

yang memiliki anak berjenis kelamin perempuan.

Usia Anak. Karakteristik lain yang diamati pada anak adalah usia. Anak

contoh berusia antara sepuluh hingga 12 tahun. Rata-rata usia anak contoh adalah

11 tahun. Hasil penelitian menunjukkan hampir dua per lima anak contoh (38%)

berusia 12 tahun.

Urutan Kelahiran. Berdasarkan urutan kelahiran, anak dapat dibedakan

menjadi anak tunggal, anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu. Hasil

penelitian menunjukkan hampir separuh anak contoh (48%) merupakan anak

bungsu (Tabel 15). Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat keluarga contoh

yang memiliki anak tunggal yakni sebesar enam persen.

Tabel 15 Sebaran keluarga contoh berdasarkan karakteristik anak Karakteristik anak n %

Jenis kelamin - Laki-laki 28 56,00 - Perempuan 22 44,00 Usia anak - 10 tahun 16 32,00 - 11 tahun 15 30,00 - 12 tahun 19 38,00 Urutan kelahiran - Anak tunggal 3 6,00 - Anak sulung 7 14,00 - Anak tengah 16 32,00 - Anak bungsu 24 48,00 Total 50 100,00

Page 56: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

43

 

Kesejahteraan Keluarga

Indikator Garis Kemiskinan BPS

BPS mengukur kesejahteraan keluarga berdasarkan kemampuan dalam

memenuhi kebutuhan dasar. Ketidakmampuan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan dasar mengindikasikan bahwa keluarga tersebut mengalami masalah

kemiskinan. Kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar tercermin

dari pengeluaran per kapita per bulan. Selanjutnya, pengeluaran keluarga per

kapita per bulan dibandingkan dengan garis kemiskinan. Garis kemiskinan di

setiap daerah berbeda berdasarkan lokasi dan indeks harga konsumen yang

berlaku di daerah tersebut. Garis kemiskinan dibedakan menjadi garis kemiskinan

perdesaan dan garis kemiskinan perkotaan. Garis kemiskinan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah garis kemiskinan perdesaan Provinsi Jambi Tahun

2010 adalah sebesar Rp193.834,00 per kapita per bulan.

Berdasarkan indikator BPS, keluarga dikatakan miskin jika memiliki

pengeluaran kurang dari atau sama dengan Rp193.834,00 per kapita per bulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir tiga per lima keluarga contoh (56%)

tergolong dalam keluarga miskin yang memiliki pengeluaran keluarga kurang dari

Rp193.834,00 per kapita per bulan.

Tabel 16 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori miskin menurut indikator garis kemiskinan BPS

Kategori n % Miskin (pengeluaran per kapita per bulan ≤ Rp 193.834,00) 28 56,00

Tidak miskin (pengeluaran per kapita per bulan > Rp 193.834,00) 22 44,00

Jumlah 50 100,00 Indikator Keluarga Sejahtera BKKBN

BKKBN menggolongkan keluarga berdasarkan tahapan keluarga

sejahtera. Berdasarkan tahapan keluarga sejahtera, keluarga digolongkan menjadi

lima kategori yaitu Keluarga Prasejahtera (PraKS), Keluarga Sejahtera I (KS I),

Keluarga Sejahtera II (KS II), Keluarga Sejahtera III (KS III), dan Keluarga

Sejahtera III Plus (KS III Plus) (Lampiran 2). Kategori keluarga sejahtera ini juga

dapat dibedakan menjadi keluarga miskin dan tidak miskin. Keluarga miskin

adalah keluarga yang berada pada tahapan Keluarga Prasejahtera (PraKS) dan

Page 57: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

44

 

Keluarga Sejahtera I (KS I), sedangkan keluarga tidak miskin adalah keluarga

yang berada pada tahapan Keluarga Sejahtera II (KS II), Keluarga Sejahtera III

(KS III), dan Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa separuh keluarga contoh (50%)

merupakan Keluarga Prasejahtera (PraKS) (Tabel 17). Semua keluarga contoh

yang tergolong Keluarga Prasejahtera (PraKS) tidak memiliki atap, lantai, dan

dinding rumah yang baik. Kondisi ini menyebabkan keluarga contoh tidak dapat

memenuhi kriteria keluarga sejahtera I (KS I). Hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa sebagian kecil keluarga contoh (10%) tergolong dalam keluarga sejahtera I

(KS I) (Tabel 17). Seluruh keluarga contoh yang tergolong KS I memiliki luas

lantai rumah kurang dari 8 m2 untuk setiap penghuni rumah. Total keluarga

contoh yang tergolong dalam PraKS dan KS I adalah 60 persen. Artinya, tiga per

lima keluarga contoh termasuk dalam kategori miskin.

Tabel 17 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori keluarga sejahtera berdasarkan indikator BKKBN

Kategori n % Keluarga prasejahtera (PraKS) 25 50,00 Keluarga sejahtera I (KSI) 5 10,00 Keluarga sejahtera II (KSII) 1 2,00 Keluarga sejahtera III (KSIII) 19 38,00 Keluarga sejahtera III plus (KSIIIPlus) 0 0,00

Jumlah 50 100,00

Hasil penelitian juga menunjukkan adanya keluarga contoh yang tergolong

keluarga sejahtera II (KS II) yakni satu keluarga (2%) (Tabel 17). Keluarga

contoh yang tergolong KS II ini tidak mampu memenuhi indikator KS III yaitu

keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/radio/televisi. Sebanyak

satu keluarga contoh tidak menjadikan surat kabar/majalah/radio/televisi sebagai

sumber informasi keluarga. Sisanya sebesar 38 persen keluarga contoh tergolong

dalam KS III. Hampir seluruh keluarga contoh yang tergolong KS III tidak dapat

memenuhi kriteria KS III Plus yaitu: 1) keluarga secara teratur dengan sukarela

memberikan sumbangan materil untuk kegiatan sosial (100%), dan 2) Ada

anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan

sosial/yayasan/institusi masyarakat (94,73%). Total keluarga contoh yang

tergolong dalam KS II dan KS III adalah 40 persen. Artinya, dua per lima

Page 58: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

45

 

keluarga contoh termasuk dalam kategori tidak miskin. Berdasarkan indikator

keluarga sejahtera BKKBN, jumlah keluarga keluarga contoh yang tergolong

miskin lebih banyak dibandingkan dengan keluarga tidak miskin.

Indikator a simple poverty scorecard for Indonesia

Indikator a simple poverty scorecard for Indonesia menggunakan sepuluh

pertanyaan. Setiap pertanyaan memiliki skor yang berbeda. Jumlah skor yang

semakin kecil mengindikasikan bahwa kemungkinan besar keluarga tersebut

mengalami masalah kemiskinan. Pertanyaan pertama berkaitan dengan jumlah

anggota keluarga. Hampir separuh keluarga contoh (44%) memiliki jumlah

anggota keluarga sebanyak lima orang (Tabel 18). Jumlah anggota keluarga ini

berkaitan dengan persentase perkiraan tingkat kemiskinan. Jumlah anggota

keluarga yang sedikit akan menaikkan skor pada indikator a simple poverty

scorecard for Indonesia sehingga kemungkinan keluarga mengalami kemiskinan

akan menurun.

Pertanyaan kedua berkaitan dengan jumlah anggota keluarga yang berusia

5-18 tahun dan masih sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota

keluarga yang berusia 5-18 tahun pada keluarga contoh semuanya sekolah (sedang

menempuh pendidikan) (Tabel 18). Anggota keluarga yang berusia 5-18 tahun

yang sedang menempuh pendidikan akan menaikkan skor dalam indikator a

simple poverty scorecard for Indonesia sehingga kemungkinan keluarga

mengalami kemiskinan akan menurun.

Pertanyaan ketiga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga yang telah

memiliki pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh keluarga contoh

memiliki satu atau dua anggota keluarga yang bekerja (Tabel 18). Semakin

banyak jumlah anggota keluarga yang bekerja akan menaikkan skor pada

indikator a simple poverty scorecard for Indonesia sehingga kemungkinan

keluarga mengalami kemiskinan akan menurun.

Pertanyaan keempat berkaitan dengan sumber air minum keluarga.

Sumber air minum dua per tiga keluarga contoh (66%) berasal dari sumur timba.

Keluarga contoh yang menggunakan air PAM/PDAM sebagai sumber air minum

keluarga masih tergolong sedikit (22%) (Tabel 18). Penggunakan air PAM/PDAM

Page 59: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

46

 

sebagai sumber air minum akan menaikkan skor pada indikator a simple poverty

scorecard for Indonesia sehingga kemungkinan keluarga mengalami kemiskinan

akan menurun.

Pertanyaan kelima berkaitan dengan tipe toilet. Lebih dari tiga per empat

keluarga contoh (76%) memiliki toilet dan sisanya sebesar 24 persen tidak

memiliki toilet (Tabel 18). Jenis toilet yang dimiliki adalah toilet jongkok padahal

dalam indikator a simple poverty scorecard for Indonesia jenis toilet yang

mendapatkan skor adalah toilet duduk (sitting toilet). Tidak adanya keluarga

contoh yang memiliki toilet duduk akan menurunkan skor pada indikator a simple

poverty scorecard for Indonesia sehingga kemungkinan keluarga mengalami

masalah kemiskinan akan meningkat.

Pertanyaan keenam berkaitan dengan lantai rumah. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa hampir tiga per empat keluarga contoh memiliki lantai

rumah yang terbuat dari semen. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya

keluarga contoh yang memiliki rumah yang lantainya terbuat dari tanah. Rumah

keluarga contoh yang lantainya terbuat dari tanah dilapisi dengan terpal terlebih

dahulu, setelah itu bagian atas terpal diletakkan tikar. Selain itu, seperlima

keluarga contoh memiliki lantai rumah yang terbuat dari papan karena rumahnya

adalah rumah panggung (Tabel 18). Kepemilikan lantai rumah yang terbuat dari

bukan tanah akan menaikkan skor pada indikator a simple poverty scorecard for

Indonesia sehingga kemungkinan keluarga mengalami masalah kemiskinan akan

menurun.

Pertanyaan ketujuh berkaitan dengan langit-langit rumah. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa lebih dari separuh keluarga contoh (54%) tidak memiliki

langit-langit rumah (loteng). Keluarga contoh yang memiliki loteng rumah

berjumlah 46 persen. Loteng rumah yang dimiliki oleh keluarga contoh adalah

loteng rumah yang terbuat dari kayu (triplek). Kepemilikan langit-langit rumah

akan menaikkan skor pada indikator a simple poverty scorecard for Indonesia

sehingga kemungkinan keluarga mengalami masalah kemiskinan akan menurun.

Pertanyaan kedelapan, kesembilan, dan kesepuluh berkaitan dengan

kepemilikan kulkas, kendaraan bermotor, dan televisi. Hasil penelitian

menunjukkan sebagian besar keluarga contoh tidak memiliki kulkas. Keluarga

Page 60: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

47

 

contoh yang memiliki kulkas berjumlah empat persen. Kulkas digunakan untuk

menjual minuman dingin. Selain kulkas, kendaraan bermotor juga dimiliki oleh

lebih dari seperlima keluarga contoh (22%). Berbeda halnya dengan kepemilikan

televisi. Lebih dari tiga per empat keluarga contoh (76%) memiliki televisi.

Rendahnya kepemilikan kulkas, kendaraan bermotor, dan televisi akan

menurunkan jumlah skor pada indikator a simple poverty scorecard for Indonesia

sehingga persentase keluarga berada di tingkat kemiskinan akan meningkat.

Tabel 18 Sebaran keluarga contoh berdasarkan pertanyaan dalam indikator a simple poverty scorecard for Indonesia

No Indikator a simple poverty scorecard for Indonesia n %1 Jumlah anggota keluarga - 3 orang 5 10,00 - 4 orang 12 24,00 - 5 orang 22 44,00 - ≥ 6 orang 11 22,00

2 Jumlah anggota keluarga yang masih sekolah - Tidak semua/tidak ada anak usia 5-18 tahun 0 0,00 - Semua 50 100,00

3 Jumlah anggota keluarga yang memiliki pekerjaan - Tidak ada 0 0,00 - Satu atau dua 50 100,00 - Tiga 0 0,00 - Empat atau lebih 0 0,00

4 Sumber air minum - PAM/PDAM 11 22,00 - Sumur timba 33 66,00 - Sumur pompa 6 12,00 - Sungai 0 0,00

5 Kepemilikan toilet - Ada, toilet jongkok 38 76,00 - Ada, toilet duduk 0 0,00 - Tidak ada 12 24,00

6 Lantai rumah - Tanah 2 4,00 - Semen 37 74,00 - Keramik 1 2,00 - Papan 10 20,00

7 Langit-langit rumah - Bambu/tidak ada 27 54,0 - Beton, kayu, gips, asbes 23 46,0

8 Kepemilikan kulkas 2 4,009 Kepemilikan kendaraan bermotor 11 22,00

10 Kepemilikan televisi 38 76,00 Total 50 100,00

Page 61: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

48

 

Indikator a simple poverty scorecard for Indonesia mengukur

kesejahteraan keluarga berdasarkan jumlah skor yang diperoleh keluarga. Chen

dan Schreiner (2009) mengklasifikasikan skor a simple poverty scorecard for

Indonesia menjadi 20 kategori yaitu skor 0-4, 5-9, 10-14, 15-19, 20-24, 25-29, 30-

34, 35-39, 40-44, 45-49, 50-54, 55-59, 60-64, 65-69, 70-74, 75-79, 80-84, 85-89, 90-94,

dan 95-100. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor minimum yang diperoleh

keluarga contoh adalah 16, sedangkan skor maksimum yang diperoleh keluarga

contoh adalah 66 dengan rata-rata sebesar 32,90 dan standar deviasi sebesar

10,601. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh keluarga contoh

(94%) memperoleh skor kurang dari 50, hanya ada sebagian kecil keluarga contoh

(6%) yang memperoleh skor lebih dari 50 (Tabel 19). Skor yang rendah

mengindikasikan bahwa besar kemungkinan keluarga contoh untuk mengalami

masalah kemiskinan.

Tabel 19 Sebaran keluarga contoh berdasarkan indikator a simple poverty scorecard for Indonesia

Skor a simple poverty scorecard for Indonesia

n %

15-19 3 6,00 20-24 10 20,00 25-29 8 16,00 30-34 10 20,00 35-39 5 10,00 40-44 6 12,00 45-49 5 10,00 50-54 2 4,00 55-59 0 0,00 60-64 0 0,00 65-69 1 2,00

Jumlah 50 100,00

Kesejahteraan keluarga contoh diukur dengan menggunakan indikator

BPS, BKKBN, dan a simple poverty scorecard for Indonesia. Indikator a simple

poverty scorecard for Indonesia tidak dapat mengklasifikasikan keluarga menjadi

miskin dan tidak miskin. Hasil analisis dengan menggunakan indikator a simple

poverty scorecard for Indonesia dihubungkan dengan hasil analisis dengan

menggunakan indikator BPS dan BKKBN. Hasil uji korelasi menunjukkan ada

hubungan yang signifikan positif antara kesejahteraan keluarga berdasarkan

indikator a simple poverty scorecard for Indonesia dengan kesejahteraan keluarga

Page 62: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

49

 

berdasarkan indikator BPS (r=0,672, α=0,01) dan BKKBN (r=0,535, α=0,01).

Artinya, jumlah skor yang semakin tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan

keluarga. Sebagian besar keluarga miskin berdasarkan indikator BPS dan BKKBN

memiliki skor yang rendah (skor kurang dari 50) pada indikator a simple poverty

scorecard for Indonesia (Tabel 20).

Tabel 20 Sebaran keluarga contoh berdasarkan indikator BPS, BKKBN, dan a simple poverty scorecard for Indonesia

Skor Scorecard

BPS BKKBN Total Miskin Tidak miskin Miskin Tidak miskin n % n % n % n % n %

15-19 3 10,72 0 0,00 3 10,00 0 0,00 3 6,0020-24 8 28,57 2 9,09 10 33,33 0 0,00 10 20,0025-29 7 25,00 1 4,55 5 16,67 3 15,00 8 16,0030-34 8 28,57 2 9,09 5 16,67 5 25,00 10 20,0035-39 2 7,14 3 13,64 4 13,33 1 5,00 5 10,0040-44 0 0,00 6 27,27 1 3,33 5 25,00 6 12,0045-49 0 0,00 5 22,72 2 6,67 3 15,00 5 10,0050-54 0 0,00 2 9,09 0 0,00 2 10,00 2 4,0055-59 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,0060-64 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,0065-69 0 0,00 1 4,55 0 0,00 1 5,00 1 2,00

Jumlah 28 100,00 22 100,00 30 100,00 20 100,00 50 100,00 Analisis Sensitivitas dan Spesifisitas

Hasil analisis tingkat kesejahteraan keluarga berbeda sesuai dengan

indikator yang digunakan sehingga perlu dilakukan analisis sensitivitas dan

spesifisitas indikator. Sensitivitas merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi

keluarga yang memang benar-benar miskin, sedangkan spesifisitas adalah

kemampuan mengklasifikasi keluarga yang memang benar-benar tidak miskin.

Proporsi keluarga yang termasuk tidak miskin berdasarkan indikator

keluarga sejahtera BKKBN diverifikasi dengan keluarga yang tidak miskin

berdasarkan indikator BPS. Begitu pula sebaliknya dengan keluarga yang

dikatakan miskin. Indikator yang dijadikan sebagai gold standard dalam analisis

ini adalah indikator BPS. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa indikator

BKKBN berhubungan signifikan dengan indikator BPS (r=0,456, α=0,01).

Hasil pengujian menunjukkan bahwa sebanyak 78,57 persen keluarga

contoh dikatakan miskin berdasarkan indikator BPS dan BKKBN dan 63,64

persen keluarga contoh dikatakan tidak miskin berdasarkan indikator BPS dan

Page 63: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

50

 

BKKBN (Tabel 21). Indikator BPS dan BKKBN memiliki nilai sensitivitas

sebesar 78,57 persen, sedangkan nilai spesifitas sebesar 63,64 persen. Hal ini

menunjukkan terjadi perbedaan pengukuran keluarga miskin berdasarkan

indikator BKKBN dengan indikator BPS sebesar 21,43 persen. Selain itu, hasil uji

spesifitas menunjukkan bahwa terjadi perbedaan pengukuran keluarga tidak

miskin berdasarkan indikator BKKBN dengan indikator BPS sebesar 36,36

persen.

Tabel 21 Sebaran keluarga contoh berdasarkan status kemiskinan menurut indikator BKKBN dengan gold standard indikator BPS

Indikator Status kemiskinan

BPS Miskin Tidak miskin Total

n % n % n %

BKKBN Miskin 22 78,57 8 36,36 30 60,00 Tidak miskin 6 21,43 14 63,64 20 40,00

Total 28 100,00 22 100,00 50 100,00

Pengaruh Karakteristik Keluarga terhadap Kesejahteraan Keluarga

Dalam penelitian ini, karakteristik keluarga diduga berpengaruh terhadap

kesejahteraan keluarga. Pengaruh karakteristik keluarga terhadap kesejahteraan

keluarga berdasarkan indikator BPS dianalisis dengan menggunakan regresi

logistik. Model persamaan regresi yang disusun memiliki koefisien determinasi

(nagelkerke R2) sebesar 0,367. Artinya, 36,7 persen varian kesejahteraan keluarga

berdasarkan indikator BPS dapat dijelaskan oleh perubahan variabel yang ada

dalam model. Variabel yang dimasukkan dalam model adalah besar keluarga (X1),

usia ayah (X2), pendidikan ibu (X3), dan luas ladang kayu manis (X4). Hasil

analisis regresi logistik menunjukkan bahwa dari empat variabel yang diduga

berpengaruh pada kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator BPS, hanya ada

satu variabel yang berpengaruh signifikan yaitu besar keluarga (β= -0,955,

α=0,01). Variabel besar keluarga berpengaruh secara signifikan negatif terhadap

kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator BPS. Keluarga kecil memiliki

peluang sejahtera yang lebih besar dibandingkan dengan keluarga besar.

Pengaruh karakteristik keluarga terhadap kesejahteraan keluarga

berdasarkan indikator BKKBN juga dianalisis dengan menggunakan regresi

logistik. Model persamaan regresi yang disusun memiliki koefisien determinasi

(nagelkerke R2) sebesar 0,373. Artinya, 37,3 persen varian kesejahteraan keluarga

Page 64: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

51

 

berdasarkan indikator BKKBN dapat dijelaskan oleh perubahan variabel yang ada

dalam model. Variabel yang dimasukkan dalam model adalah besar keluarga (X1),

usia ayah (X2), pendidikan ibu (X3), pendapatan keluarga per bulan (X4), dan luas

ladang kayu manis (X5). Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa dari

lima variabel yang diduga berpengaruh pada kesejahteraan keluarga berdasarkan

indikator BKKBN, hanya ada tiga variabel yang berpengaruh signifikan yaitu

besar keluarga, usia ayah, dan pendapatan keluarga per bulan (Tabel 22).

Variabel besar keluarga berpengaruh secara signifikan negatif terhadap

kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator BKKBN. Artinya, keluarga kecil

memiliki peluang sejahtera yang lebih besar dibandingkan dengan keluarga besar.

Usia ayah juga berpengaruh signifikan negatif terhadap kesejahteraan keluarga

berdasarkan indikator BKKBN. Keluarga dengan usia ayah yang lebih muda

memiliki peluang sejahtera yang lebih besar dibandingkan keluarga dengan usia

ayah yang sudah memasuki usia pertengahan (dewasa madya). Variabel lain yang

juga berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan keluarga berdasarkan

indikator BKKBN adalah pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga berpengaruh

signifikan positif dengan kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator BKKBN.

Keluarga dengan pendapatan yang tinggi memiliki peluang sejahtera yang lebih

besar dibandingkan keluarga dengan pendapatan yang rendah.

Tabel 22 Koefisien regresi karakteristik keluarga terhadap kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator BPS dan BKKBN

Variabel bebas BPS BKKBN B Exp (B) Sig B Exp (B) Sig

Besar keluarga (orang) -0,955 0,385 0,009** -0,710 0,492 0,038* Usia ayah (tahun) -0,098 0,907 0,083 -0,128 0,880 0,032* Pendidikan ibu (tahun) -0,029 0,972 0,836 -0,012 0.988 0,932 Pendapatan keluarga (Rp/bulan) - - - 0,000 1,000 0,037*

Luas ladang kayu manis (Ha) 0,570 1,768 0,114 -0,072 0,931 0,874

Chi-square 16,006 16,159 Df 4 5 Sig 0,003** 0,006**

Nagelkerke R2 0,367 0,373 Keterangan: * = Signifikan pada selang kepercayaan 95%

** = Signifikan pada selang kepercayaan 99%

Page 65: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

52

 

Gaya Pengasuhan

Menurut Gottman dan DeClaire (1997), gaya pengasuhan orang tua

dibedakan menjadi pelatih emosi (emotion coaching) dan bukan pelatih emosi

(emotion dismissing). Ada tiga jenis gaya pengasuhan yang tergolong dalam gaya

pengasuhan bukan pelatih emosi, yaitu gaya pengasuhan pengabai emosi

(dismissing), gaya pengasuhan tidak menyetujui (disapproving), dan gaya

pengasuhan laissez faire. Orang tua secara tidak sadar dapat menerapkan lebih

dari satu jenis gaya pengasuhan. Penilaian gaya pengasuhan orang tua dapat

dilakukan dengan melihat kecenderungan gaya pengasuhan yang diterapkan orang

tua. Kecenderungan ini dilihat dari jenis gaya pengasuhan yang dominan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya pengasuhan yang dominan

diterapkan keluarga contoh adalah gaya pengasuhan tidak menyetujui

(disapproving). Orang tua pada keluarga contoh mengabaikan, menolak, tidak

menyetujui, menegur/menghukum anak atas ekspresi emosi negatifnya (marah

dan sedih). Gaya pengasuhan ini diterapkan oleh lebih dari sepertiga keluarga

contoh (34%), artinya lebih dari separuh keluarga contoh tidak menyetujui emosi

negatif anak (Tabel 23).

Hasil penelitian juga menunjukkan adanya keluarga contoh yang

menerapkan gaya pengasuhan bukan pelatih emosi lainnya seperti gaya

pengasuhan pengabai emosi dan laissez faire. Gaya pengasuhan pengabai emosi

diterapkan oleh hampir sepertiga keluarga contoh (28%), sedangkan gaya

pengasuhan laissez faire diterapkan oleh sepersepuluh keluarga contoh yakni

sebesar sepuluh persen. Berdasarkan klasifikasi pelatih emosi dan bukan pelatih

emosi, hampir tiga per empat keluarga contoh (72%) menerapkan gaya

pengasuhan bukan pelatih emosi. Gaya pengasuhan pelatih emosi diterapkan oleh

hampir sepertiga keluarga contoh (28%)

Tabel 23 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kecenderungan gaya pengasuhan

Gaya pengasuhan n % Pengabai emosi (dismissing) 14 28,00 Tidak menyetujui (disapproving) 17 34,00 Laissez faire 5 10,00 Pelatih emosi (emotion coaching) 14 28,00

Jumlah 50 100,00

Page 66: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

53

 

Gaya Pengasuhan dan Kesejahteraan Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya pengasuhan tidak berhubungan

signifikan dengan kesejahteraan keluarga baik diukur berdasarkan indikator garis

kemiskinan BPS, keluarga sejahtera BKKBN, maupun a simple poverty scorecard

for Indonesia. Keluarga miskin berdasarkan indikator BPS (75%) dan BKKBN

(68,2%) cenderung menerapkan gaya pengasuhan bukan pelatih emosi (pengabai

emosi, tidak menyetujui, dan laissez faire). Meskipun keluarga contoh tergolong

miskin berdasarkan indikator BPS dan BKKBN, namun terdapat juga keluarga

contoh yang menerapkan gaya pengasuhan pelatih emosi. Hal ini menunjukkan

bahwa masih terdapat orang tua pada keluarga miskin yang memperhatikan emosi

negatif anak (marah dan sedih).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hanya sebagian keluarga tidak

miskin berdasarkan indikator BPS (31,8%) dan BKKBN (35%) yang menerapkan

gaya pengasuhan pelatih emosi. Sebagian besar lainnya cenderung menerapkan

gaya pengasuhan bukan pelatih emosi (pengabai emosi, tidak menyetujui, dan

laissez faire) (Tabel 24).

Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan jenis gaya pengasuhan dan kesejahteraan keluarga (indikator BPS dan BKKBN)

Gaya pengasuhan

BPS BKKBN Total

Miskin Tidak miskin Miskin Tidak

miskin n % n % n % n % n %

Pengabai emosi 8 28,6 6 27,3 7 23,3 7 35,0 14 28,0Tidak menyetujui 10 35,7 7 31,8 12 40,0 5 25,0 17 34,0Laissez faire 3 10,7 2 9,1 4 13,3 1 5,0 5 10,0Pelatih emosi 7 25,0 7 31,8 7 23,3 7 35,0 14 28,0Total 28 100,0 22 100,0 30 100,0 20 100,0 50 100,0

Pengaruh Karakteristik Keluarga, Karakteristik Anak, dan Kesejahteraan

Keluarga terhadap Gaya Pengasuhan

Berdasarkan indikator BPS, BKKBN, dan a simple poverty scorecard for

Indonesia, lebih dari separuh keluarga contoh tergolong dalam kategori miskin.

Artinya, lebih dari separuh keluarga contoh mengalami masalah kemiskinan.

Masalah kemiskinan akan berdampak pada gaya pengasuhan orang tua. Variabel

Page 67: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

54

 

lain yang diduga berpengaruh terhadap gaya pengasuhan adalah karakteristik anak

dan karakteristik keluarga.

Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan kesejahteraan

keluarga terhadap gaya pengasuhan dianalisis dengan menggunakan regresi

logistik. Model persamaan regresi yang disusun memiliki koefisien determinasi

(nagelkerke R2) sebesar 0,724. Artinya, 72,4 persen varian gaya pengasuhan dapat

dijelaskan oleh perubahan variabel yang ada dalam model. Gaya pengasuhan

merupakan variabel dummy yaitu 0 untuk gaya pengasuhan bukan pelatih emosi

(pengabai emosi, tidak menyetujui, dan laissez faire) dan 1 untuk gaya

pengasuhan pelatih emosi. Variabel yang dimasukkan dalam model adalah besar

keluarga (X1), usia ibu (X2), pendidikan ibu (X3), pendapatan keluarga per bulan

(X4), usia anak (X5), kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator BPS (D1),

pekerjaan ibu (D2), dan jenis kelamin anak (D3).

Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa dari delapan variabel

yang diduga berpengaruh pada gaya pengasuhan orang tua, hanya ada satu

variabel yang berpengaruh signifikan yaitu pendidikan ibu (Tabel 25). Variabel

pendidikan ibu berpengaruh signifikan positif terhadap gaya pengasuhan orang

tua. Keluarga dengan ibu yang berpendidikan tinggi memiliki peluang yang lebih

besar untuk menerapkan gaya pengasuhan pelatih emosi dibandingkan keluarga

dengan ibu yang berpendidikan rendah.

Tabel 25 Koefisien regresi logistik karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan kesejahteraan keluarga terhadap gaya pengasuhan

Variabel independen Jenis Gaya Pengasuhan B Exp (B) Sig

Besar keluarga (orang) 0,445 1,560 0,557 Usia ibu (tahun) -0,161 0,852 0,248 Pendidikan ibu (tahun) 1,228 3,416 0,003** Pendapatan keluarga (Rp/bulan) 0,000 1,000 0,376 Usia anak (tahun) 0,690 1,993 0,385 Kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator a simple poverty scorecard for Indonesia 2,171 8,766 0,214

Pekerjaan ibu (0=tidak bekerja, 1=bekerja) 0,569 1,766 0,849 Jenis kelamin anak (0=laki-laki, 1=perempuan) -0,723 0,485 0,535

Chi-square 34,943 Df 8 Sig 0,000**

Nagelkerke R2 0,724 Keterangan: * = Signifikan pada selang kepercayaan 95%

** = Signifikan pada selang kepercayaan 99%

Page 68: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

55

 

Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Sekolah

Perkembangan sosial emosi dinilai dari indeks perkembangan sosial emosi

anak. Indeks minimum perkembangan sosial emosi anak adalah 43, sedangkan

indeks maksimumnya adalah 92 dengan rata-rata sebesar 71,30 dan standar

deviasi sebesar 10,35. Berdasarkan dimensinya, perkembangan sosial emosi

dibedakan menjadi (1) kompetensi emosional dan konsep diri secara umum, (2)

pengaturan diri, keterampilan memecahkan masalah, dan ketahanan sosial emosi,

(3) strategi kognitif, (4) dukungan, kematangan, dan kemerdekaan sosial, (5)

empati, dan (6) keterampilan interpersonal dan keterampilan dalam bergaul.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan sosial emosi yang

dominan pada anak contoh adalah keterampilan interpersonal dan keterampilan

dalam bergaul (34%) (Tabel 26). Anak contoh mudah berteman dan mudah

memulai percakapan dengan orang lain. Anak contoh juga merasa nyaman/senang

berada dalam kelompok besar. Selain itu, anak contoh dapat bekerja baik dengan

siswa lain dalam mengerjakan tugas sekolah.

Tabel 26 Sebaran keluarga contoh berdasarkan dimensi perkembangan sosial emosi anak

No Dimensi perkembangan sosial emosi n %1 Kompetensi emosional dan konsep diri secara

umum 6 12

2 Pengaturan diri, keterampilan memecahkan masalah, dan ketahanan sosial emosi

1 2

3 Strategi kognitif 9 184 Dukungan, kematangan, dan kemerdekaan sosial 11 225 Empati 6 126 Keterampilan interpersonal dan keterampilan

dalam bergaul 17 34

Jumlah 50 100,00

Perkembangan Sosial Emosi Anak dan Kesejahteraan Keluarga

Menurut Aber et al. (1997), kesejahteraan keluarga berhubungan dengan

perkembangan sosial emosi anak, namun penelitian ini tidak menemukan adanya

hubungan yang signifikan antara perkembangan sosial emosi anak dengan

kesejahteraan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kompetensi

emosional dan konsep diri secara umum, (2) dukungan, kematangan, dan

kemerdekaan sosial, dan (3) keterampilan interpersonal/bergaul dominan dijumpai

pada anak contoh yang miskin (BPS dan BKKBN) dibandingkan dengan anak

Page 69: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

56

 

contoh yang tidak miskin. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dimensi

strategi kognitif dominan dijumpai pada anak contoh yang tidak miskin (BPS) dan

miskin (BKKBN), sedangkan dimensi pengaturan diri, keterampilan memecahkan

masalah, dan ketahanan sosial emosi dominan ditemukan pada keluarga tidak

miskin (BPS dan BKKBN). Dimensi perkembangan sosial emosi lainnya adalah

empati. Dimensi ini dapat dimiliki oleh anak miskin dan tidak miskin (BPS dan

BKKBN).

Tabel 27 Sebaran keluarga contoh berdasarkan dimensi perkembangan sosial emosi dan kesejahteraan keluarga (indikator BPS dan BKKBN)

Perkembangan sosial emosi

BPS BKKBN Total

Miskin Tidak miskin Miskin Tidak

miskin n % n % n % n % n %

- Kompetensi emosional 4 14,3 2 9,1 6 20,0 0 0,0 6 12,0

- Pengaturan diri 0 0,0 1 4,5 0 0,0 1 5,0 1 2,0 - Strategi kognitif 4 14,3 5 22,7 5 16,7 4 20,0 9 18,0 - Dukungan sosial 7 25,0 4 18,2 6 20,0 5 25,0 11 22,0 - Empati 3 10,7 3 13,6 3 10,0 3 15,0 6 12,0 - Keterampilan

bergaul 10 35,7 7 31,8 10 33,3 7 35,0 17 34,0

Total 28 100,0 22 100,0 30 100,0 20 100,0 50 100,0

Perkembangan Sosial Emosi Anak dengan Gaya Pengasuhan

Secara umum, gaya pengasuhan tidak berhubungan dengan perkembangan

sosial emosi anak. Perkembangan sosial emosi berhubungan signifikan dengan

gaya pengasuhan apabila dilihat dari jenisnya. Gaya pengasuhan yang

berhubungan signifikan dengan perkembangan sosial emosi anak adalah gaya

pengasuhan laissez faire (r=-0,914, α=0,01).

Tabel 28 Koefisien korelasi antara jenis gaya pengasuhan dan perkembangan sosial emosi

Jenis gaya pengasuhan Perkembangan sosial emosi anak Pengabai emosi 0,005 Tidak menyetujui -0,184 Laissez faire -0,914* Pelatih emosi 0,138 Keterangan: * = Signifikan pada selang kepercayaan 95%

** = Signifikan pada selang kepercayaan 99%

Page 70: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

57

 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi emosional dan konsep

diri secara umum dimiliki oleh anak contoh yang berasal dari keluarga yang

menerapkan gaya pengasuhan pengabai emosi dan tidak menyetujui. Orang tua

yang menerapkan gaya pengasuhan tidak menyetujui juga menghasilkan anak

dengan (1) pengaturan diri, keterampilan pemecahan masalah, dan ketahanan

sosial emosi, (2) dukungan, kematangan, dan kemerdekaan sosial, dan (3) empati

yang dominan (Tabel 29). Tabel 29 juga menunjukkan bahwa orang tua yang

mengabaikan emosi anak memiliki anak contoh dengan keterampilan

interpersonal/bergaul yang dominan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa

orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan pengabai emosi dan pelatih emosi

menghasilkan anak yang memiliki strategi kognitif.

Tabel 29 Sebaran keluarga contoh berdasarkan dimensi perkembangan sosial emosi dan gaya pengasuhan

Perkembangan sosial emosi

Pengabai emosi

Tidak menyetujui

Laissez faire

Pelatih emosi Total

n % n % n % n % n % - Kompetensi

emosional 2 33,3 2 33,3 1 16,7 1 16,7 6 100

- Pengaturan diri 0 0,0 1 100,0 0 0,0 0 0,0 1 100 - Strategi

kognitif 4 44,4 0 0,0 1 11,2 4 44,4 9 100

- Dukungan sosial

2 18,2 6 54,5 1 9,1 2 18,2 11 100

- Empati 1 16,7 4 66,66 1 16,7 0 0,0 6 100 - Keterampilan

bergaul 5 29,4 4 23,5 1 5,9 7 41,2 17 100

Total 14 28,0 17 34,0 5 10,0 14 28,0 50 100

Pengaruh Karakteristik Keluarga, Karakteristik Anak, Kesejahteraan

Keluarga, dan Gaya Pengasuhan terhadap Perkembangan Sosial Emosi

Anak Usia Sekolah

Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, kesejahteraan

keluarga, dan gaya pengasuhan terhadap perkembangan sosial emosi anak

dianalisis dengan menggunakan regresi linear berganda. Model persamaan regresi

yang disusun memiliki koefisien determinasi (adjusted R Square) sebesar 0,268.

Artinya, 26,8 persen varian perkembangan sosial emosi anak dapat dijelaskan oleh

perubahan dalam variabel-variabel yang ada di dalam model. Variabel yang

dimasukkan dalam model adalah besar keluarga (X1), usia ibu (X2), pendidikan

Page 71: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

58

 

ibu (X3), pendapatan keluarga (X4), usia anak (X5), kesejahteraan keluarga

berdasarkan indikator BPS (D1), pekerjaan ibu (D2), jenis kelamin anak (D3), dan

jenis gaya pengasuhan orang tua (D4).

Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa dari sembilan

variabel yang diduga berpengaruh pada perkembangan anak, hanya ada satu

variabel yang berpengaruh signifikan yaitu usia anak (Tabel 30). Usia anak

berpengaruh signifikan positif terhadap perkembangan sosial emosi anak. Artinya,

perkembangan anak akan semakin baik dengan meningkatnya usia anak.

Tabel 30 Koefisien regresi karakteristik keluarga, karakteristik anak, kesejahtera-an keluarga, dan gaya pengasuhan terhadap perkembangan sosial emosi anak

No Variabel independen Koefisien β

Sig Tidak terstandarisasi

Terstan-darisasi

1 Besar keluarga (orang) 8,462 -0,100 0,602 2 Usia ibu (tahun) -0,743 0,013 0,930 3 Pendidikan ibu (tahun) 0,023 0,097 0,601 4 Pendapatan keluarga (Rp/bulan) -3,539E-6 -0,095 0,628 5 Usia anak (tahun) 6,409 0,522 0,000** 6 Kesejahteraan keluarga berdasarkan

indikator BPS 1,651 0,080 0,677

7 Pekerjaan ibu (0=tidak bekerja, 1=bekerja) -6,860 -0,131 0,346

8 Jenis kelamin anak (0=laki-laki, 1=perempuan) 1,367 0,066 0,619

9 Jenis gaya pengasuhan (0=pengabai emosi, tidak menyetujui, dan laissez faire, 1=pelatih emosi)

0,915 0,040 0,826

F 2,993 Sig 0,008 R 0,634

Adjusted R Square 0,268 Keterangan: * = Signifikan pada selang kepercayaan 95%

** = Signifikan pada selang kepercayaan 99%

Pembahasan

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga petani kayu manis yang

memiliki anak usia sekolah di Desa Tamiai, Kecamatan Batang Merangin,

Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Anak usia sekolah menghabiskan lebih

banyak waktu luang mereka di luar rumah dibandingkan ketika mereka masih

berusia lebih muda. Anak usia sekolah akan berkunjung dan bersosialisasi dengan

teman sebayanya. Anak usia sekolah juga menghabiskan lebih banyak waktu di

Page 72: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

59

 

sekolah dan belajar. Namun, rumah dan orang-orang yang tinggal di dalamnya

tetap merupakan bagian penting bagi kehidupan anak. Mempelajari lingkungan

anak penting dilakukan untuk memahami anak di dalam keluarga.

Perkembangan anak harus dipahami dalam konteks sosialnya.

Bronfenbrenner (1979), diacu dalam Parke dan Gauvain (2009) mengemukakan

sebuah teori ekologi yang mengidentifikasi lima sistem kontekstual yaitu

mikrosistem (rumah dan sekolah), mesosistem (interaksi dua/lebih mikrosistem,

seperti orang tua-guru), eksosistem (tempat kerja orang tua), makrosistem

(budaya), dan kronosistem yang merepresentasikan kadar stabilitas atau

perubahan dalam dunia seseorang. Hal ini dapat mencakup berbagai perubahan

dalam komposisi keluarga, tempat tinggal, atau pekerjaan orang tua (Papalia et al.

2009).

Teori ekologi menjelaskan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh

banyak faktor, salah satunya adalah keluarga. Parke dan Gauvain (2009)

menjelaskan bahwa keluarga berperan penting dalam mengoptimalisasi

perkembangan sosial emosi anak melalui sosialisasi. Perkembangan sosial emosi

merupakan salah satu aspek perkembangan yang penting pada anak. Anak

diharapkan dapat mengatur emosi, memecahkan masalah, dan bergaul.

Pada penelitian ini, perkembangan sosial emosi diduga dipengaruhi oleh

kesejahteraan keluarga dan gaya pengasuhan. Hal ini didasarkan pada hasil

penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa perkembangan sosial emosi anak

dipengaruhi oleh kesejahteraan keluarga (Aber et al. 1997; Eamon 2001) dan gaya

pengasuhan (Nurrohmaningtyas 2008; Holden 2010).

Keluarga contoh merupakan keluarga yang bekerja sebagai petani kayu

manis. Kayu manis merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Sampai

saat ini Indonesia hanya mengekspor produk kayu manis dalam bentuk kulit kayu

(cassiavera). Sebagian besar cassiavera yang diekspor diperoleh dari hasil

perkebunan rakyat di Kabupaten Kerinci. Meskipun Kabupaten Kerinci

merupakan pemasok kulit kayu manis terbesar di Indonesia, namun penelitian ini

menunjukkan bahwa kayu manis hanya menyumbang sebesar 8,86 persen

terhadap pendapatan keluarga petani kayu manis di Desa Tamiai, Kecamatan

Batang Merangin, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

Page 73: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

60

 

Kontribusi kayu manis yang rendah terhadap pendapatan keluarga

disebabkan oleh waktu panen yang lama, luas ladang yang sempit, dan harga jual

kulit kayu manis yang murah. Kayu manis dipanen sebanyak tiga kali dalam satu

musim tanam, yaitu pada saat tanaman berumur enam tahun (panen 1), sepuluh

tahun (panen 2), dan 15 tahun (panen 3). Selain itu, luas ladang yang dimiliki oleh

petani kayu manis juga sempit sehingga jumlah hasil panen sedikit. Rata-rata luas

ladang yang dimiliki oleh keluarga petani kayu manis adalah 1,23 Ha. Masalah

lain yang dihadapi keluarga petani kayu manis adalah harga jual kulit kayu manis

yang murah. Waktu panen yang lama, luas lahan yang sempit, hasil panen yang

sedikit, dan harga jual kuli kayu manis yang murah menyebabkan keluarga petani

kayu manis memiliki pendapatan yang rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian

Wangsa dan Nuryati (2007) yang menyatakan bahwa harga jual kulit kayu manis

di dalam negeri masih belum memuaskan, ditambah lagi kondisi pasar yang tidak

begitu baik karena daya tampung pasar yang sangat kecil membuat kayu manis

terasa semakin pahit bagi petani.

Kontribusi kayu manis yang rendah terhadap pendapatan keluarga

menyebabkan keluarga petani kayu manis mencari alternatif sumber pendapatan

lain untuk menopang hidup keluarga. Alternatif sumber pendapatan keluarga ini

dilakukan pada saat menunggu musim panen kayu manis. Salah satu alternatif

sumber pendapatan yang dipilih adalah buruh tani. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebagian besar pendapatan keluarga petani kayu manis contoh bersumber

dari hasil bekerja sebagai buruh tani. Upah yang diterima dari hasil bekerja

sebagai buruh tani adalah Rp25.000,00/hari. Akan tetapi, pekerjaan sebagai buruh

tani tidak tersedia setiap hari sehingga beresiko tinggi jika pendapatan keluarga

mengandalkan upah buruh tani. Berkurangnya jumlah hari kerja sebagai buruh

tani dapat menurunkan pendapatan keluarga dan berdampak pada rendahnya

kesejahteraan keluarga. Pada penelitian ini, kesejahteraan keluarga diukur secara

objektif dengan menggunakan indikator garis kemiskinan BPS, keluarga sejahtera

BKKBN, dan a simple poverty scorecard for Indonesia.

BPS mengukur kesejahteraan keluarga dengan menggunakan garis

kemiskinan mengacu pada pengeluaran per kapita per bulan. Pengeluaran

keluarga dianggap sebagai cerminan konsumsi keluarga dalam memenuhi

Page 74: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

61

 

kebutuhan keluarga baik pangan maupun bukan pangan. Keluarga dikatakan

miskin jika pengeluaran per kapita per bulan kurang dari atau sama dengan garis

kemiskinan. Garis kemiskinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah garis

kemiskinan perdesaan Provinsi Jambi Tahun 2010 yaitu sebesar Rp193.834,00 per

kapita per bulan. Berdasarkan garis kemiskinan BPS, lebih dari separuh keluarga

contoh (56%) merupakan keluarga miskin.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kesejahteraan keluarga contoh

berdasarkan indikator BPS dipengaruhi oleh besar keluarga (β= -0,955, α=0,01).

Besar keluarga berpengaruh signifikan negatif terhadap kesejahteraan keluarga.

Keluarga kecil cenderung memiliki pengeluaran per kapita per bulan yang lebih

tinggi dibandingkan keluarga besar, dengan kata lain tingkat kesejahteraan pada

keluarga kecil berdasarkan indikator BPS lebih baik dibandingkan tingkat

kesejahteraan pada keluarga besar. Hal ini sejalan dengan Lewin dan Maurin

(2005) yang mengemukakan bahwa besar keluarga merupakan faktor penting

yang menentukan kesejahteraan keluarga dan menjadi alat ukur untuk

memprediksi tingkat kemiskinan keluarga.

Indikator kedua yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

contoh adalah indikator keluarga sejahtera BKKBN. Hasil penelitian menunjuk-

kan bahwa keluarga contoh tergolong Keluarga Prasejahtera (50%), Keluarga

Sejahtera I (10%), Keluarga Sejahtera II (2%), dan Keluarga Sejahtera III (38%).

Berdasarkan indikator BKKBN, keluarga dikatakan miskin jika tergolong dalam

keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I. Dengan demikian, tiga per lima

keluarga contoh (60%) tergolong keluarga miskin berdasarkan indikator BKKBN.

Seperti halnya kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator BPS,

kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator keluarga sejahtera BKKBN juga

dipengaruhi oleh besar keluarga (β=-0,710, α=0,05). Besar keluarga juga

berpengaruh signifikan negatif terhadap kesejahteraan keluarga berdasarkan

indikator keluarga sejahtera BKKBN. Jumlah anggota keluarga berpengaruh pada

luas rumah yang menjadi salah satu indikator BKKBN. Menurut BKKBN, luas

rumah sekurang-kurangnya 8 m2/kapita. Jumlah anggota keluarga yang banyak

menyebabkan luas rumah per kapita semakin kecil sehingga keluarga berpeluang

besar untuk masuk dalam kategori miskin pada indikator BKKBN. Indikator lain

Page 75: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

62

 

yang sulit dipenuhi keluarga contoh adalah terkait keadaan rumah yang ditempati

oleh keluarga contoh. Pendapatan keluarga yang rendah menyebabkan keluarga

contoh lebih memprioritaskan pengeluaran keluarga untuk memenuhi kebutuhan

pangan dibandingkan dengan kebutuhan bukan pangan sehingga keluarga contoh

kurang memperhatikan kondisi rumahnya. Akibatnya, rumah yang ditempati

keluarga contoh sebagian besar tidak memiliki atap, lantai dan dinding yang baik.

Kondisi ini menyebabkan keluarga contoh tidak dapat memenuhi salah satu

indikator BKKBN.

Sebagian besar proporsi pengeluaran keluarga miskin digunakan untuk

memenuhi kebutuhan pangan dibandingkan dengan kebutuhan bukan pangan. Jika

pengeluaran untuk pengan lebih besar maka pengeluaran untuk pemenuhan

kebutuhan bukan pangan akan semakin kecil. Rendahnya proporsi pengeluaran

bukan pangan mengindikasikan bahwa pengeluaran keluarga untuk merawat

rumah, membeli aset, dan kebutuhan bukan pangan lainnya sedikit. Hal ini sejalan

dengan penelitian Alfiasari (2007) yang menyatakan bahwa semakin sejahtera

seseorang maka semakin sedikit alokasi pengeluaran untuk pangan. Sebaliknya,

pengeluaran pangan yang semakin besar menunjukkan bahwa keluarga semakin

tidak sejahtera.

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga

berdasarkan indikator BKKBN adalah usia ayah (β=-0,128, α=0,05) dan

pendapatan keluarga (β= 0,000, α=0,05). Keluarga dengan usia ayah yang masih

muda memiliki peluang sejahtera lebih besar dibandingkan keluarga dengan usia

ayah yang sudah memasuki usia pertengahan (dewasa madya). Demikian juga

halnya dengan pendapatan keluarga. Keluarga dengan pendapatan yang tinggi

memiliki peluang sejahtera yang lebih besar dibandingkan dengan keluarga yang

berpendapatan rendah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Iskandar (2007)

yang menyatakan bahwa usia ayah dan pendapatan keluarga berpengaruh

signifikan terhadap kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator BKKBN.

Indikator ketiga yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

adalah indikator a simple poverty scorecard for Indonesia. Indikator ini mengukur

kesejahteraan keluarga berdasarkan jumlah skor yang diperoleh keluarga. Rata-

rata skor yang diperoleh keluarga contoh adalah 32,90. Hampir seluruh keluarga

Page 76: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

63

 

contoh (94%) memperoleh skor kurang dari 50, hanya ada sebagian kecil keluarga

contoh (6%) yang memperoleh skor lebih dari 50. Hal ini mengindikasikan bahwa

keluarga contoh memperoleh skor yang rendah sehingga kemungkinan besar

keluarga contoh mengalami masalah kemiskinan.

Indikator a simple poverty scorecard for Indonesia tidak dapat

mengklasifikasikan keluarga contoh menjadi miskin atau tidak miskin. Hasil dari

indikator ini hanya berupa perkiraan keluarga contoh dalam mengalami masalah

kemiskinan. Hasil analisis dengan menggunakan indikator a simple poverty

scorecard for Indonesia selanjutnya dihubungkan dengan hasil analisis

kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator BPS dan BKKBN. Hasil uji korelasi

menunjukkan ada hubungan yang signifikan positif antara kesejahteraan keluarga

berdasarkan indikator a simple poverty scorecard for Indonesia dengan

kesejahteraan keluarga berdasarkan indikator BPS (r=0,676, α=0,01) dan BKKBN

(r=0,535, α=0,01). Artinya, jumlah skor yang semakin tinggi dapat meningkatkan

kesejahteraan keluarga. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa

sebagian besar keluarga miskin berdasarkan indikator BPS dan BKKBN memiliki

skor yang rendah pada indikator a simple poverty scorecard for Indonesia. Hal ini

sejalan dengan Chen dan Schreiner (2009) yang menyatakan bahwa keluarga yang

memiliki skor tinggi pada indikator a simple poverty scorecard for Indonesia

cenderung lebih sejahtera dibandingkan keluarga dengan skor yang rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh keluarga contoh

tergolong dalam kategori miskin berdasarkan pengukuran dengan menggunakan

indikator BPS (56%) dan BKKBN (60%). Hal ini juga didukung oleh hasil

analisis dari indikator a simple poverty scorecard for Indonesia yang menyatakan

bahwa hampir seluruh keluarga contoh (94%) kemungkinan besar mengalami

masalah kemiskinan. Artinya, lebih dari separuh keluarga contoh mengalami

masalah kemiskinan. Kemiskinan menjadi akar permasalahan dalam keluarga,

kemiskinan berpengaruh pada gaya pengasuhan. Penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa keluarga miskin cenderung menerapkan gaya pengasuhan

yang negatif dan kurang efektif (Papalia et al. 2009; Berns 1997).

Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis gaya

pengasuhan telah dikemukakan oleh beberapa tokoh seperti Baumrind (2008),

Page 77: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

64

 

Rohner (1986), serta Gottman dan DeClaire (1997). Penelitian ini menggunakan

gaya pengasuhan yang dikemukakan oleh Gottman dan DeClaire (1997). Gottman

dan DeClaire (1997) mengemukakan dua jenis gaya pengasuhan yaitu gaya

pengasuhan pelatih emosi (emotional coaching) dan bukan pelatih emosi

(emotional dismissing). Gaya pengasuhan bukan pelatih emosi terdiri atas gaya

pengasuhan pengabai emosi (dismissing), tidak menyetujui (disapproving), dan

laissez faire.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga contoh

cenderung menerapkan gaya pengasuhan tidak menyetujui. Orang tua

mengabaikan, tidak menyetujui, dan menegur/menghukum anak atas ekspresi

emosinya terutama marah dan sedih. Orang tua yang menerapkan gaya

pengasuhan tidak menyetujui menganggap kemarahan sebagai sebuah perlawanan

dan perilaku yang tidak hormat sehingga orang tua memberi batasan kepada

anak. Selain itu, orang tua juga menganggap kesedihan anak sebagai cara anak

untuk mendapatkan perhatian orang tua. Orang tua khawatir kemarahan dan

kesedihan anak akan membentuk tabiat/perilaku buruk.

Gaya pengasuhan bukan pelatih emosi lain yang juga diterapkan oleh

orang tua adalah gaya pengasuhan pengabai emosi dan laissez faire. Apabila

dijumlahkan, lebih dari dua per tiga keluarga contoh (72%) menerapkan gaya

pengasuhan bukan pelatih emosi (pengabai emosi, tidak menyetujui, dan laissez

faire). Temuan ini tentu saja mengindikasikan masih rendahnya pengetahuan

orang tua dalam menerapkan gaya pengasuhan yang baik, khususnya dalam

pengelolaan emosi negatif anak. Gottman dan DeClaire (1997) menyebutkan

bahwa orang tua yang baik seharusnya menerapkan gaya pengasuhan pelatih

emosi (emotional coaching). Orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan

pelatih emosi akan menerima emosi negatif yang diperlihatkan anak. Orang tua

pelatih emosi akan memanfaatkan emosi negatif anak untuk mengakrabkan diri

dengan anak (Lagacé-séguin & d’Entremont 2006). Sebaliknya, orang tua yang

menerapkan gaya pengasuhan bukan pelatih emosi akan membiarkan anak untuk

mengatasi emosinya sendiri. Akibatnya, anak tidak belajar mengelola emosi

dengan baik dari orang tuanya sehingga orang tua dikatakan gagal dalam

mengajarkan kecerdasan emosi pada anak.

Page 78: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

65

 

Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa gaya pengasuhan orang

tua pada keluarga contoh dipengaruhi oleh pendidikan ibu (β=1,318, α=0,01). Ibu

yang berpendidikan tinggi berpeluang untuk menerapkan gaya pengasuhan yang

lebih baik yaitu gaya pengasuhan pelatih emosi. Pendidikan akan meningkatkan

pengetahuan ibu dalam mengasuh anak-anaknya.

Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa gaya pengasuhan berpengaruh

pada perkembangan sosial emosi anak (Holden 2010). Perkembangan sosial emosi

anak dinilai dari indeks perkembangan sosial emosi. Indeks perkembangan sosial

emosi anak contoh berada pada selang 43-92 dengan rata-rata sebesar 71,30 dan

standar deviasi 10,35. Rata-rata indeks mengindikasikan bahwa perkembangan

sosial emosi anak contoh tidak optimal.

Berdasarkan dimensinya, perkembangan sosial emosi dibedakan menjadi

(1) kompetensi emosional dan konsep diri, (2) pengaturan diri, keterampilan

memecahkan masalah, dan ketahanan sosial emosi, (3) strategi kognitif, (4)

dukungan, kematangan, dan kemerdekaan sosial, (5) empati, dan (6) keterampilan

interpersonal dan keterampilan dalam bergaul. Jika dilihat dari dimensinya,

perkembangan sosial emosi yang dominan pada anak contoh adalah keterampilan

interpersonal dan keterampilan dalam bergaul (34%). Anak contoh mudah

berteman dan mudah memulai percakapan dengan orang lain. Anak contoh juga

merasa nyaman/senang berada dalam kelompok besar. Selain itu, anak contoh

dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam mengerjakan tugas sekolah.

Penelitian ini menduga bahwa perkembangan sosial emosi dipengaruhi

oleh karakteristik keluarga, karakteristik anak, kesejahteraan keluarga, dan gaya

pengasuhan. Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, kesejahteraan

keluarga, dan gaya pengasuhan terhadap perkembangan sosial emosi dianalisis

dengan menggunakan regresi linear berganda. Hasil analisis regresi linear

berganda menunjukkan bahwa perkembangan sosial emosi anak dipengaruhi oleh

usia anak (β=6,409, α=0,01). Anak yang usianya semakin besar akan memiliki

perkembangan sosial emosi yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan Cohn et al.

(2009) yang menyatakan bahwa usia berpengaruh signifikan terhadap

perkembangan sosial emosi anak. Holden (2010) juga mengemukakan bahwa usia

berpengaruh terhadap perkembangan anak. Alasannya, bertambahnya usia

Page 79: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

66

 

menyebabkan terjadinya perubahan pada anak seperti perubahan ukuran fisik

tubuh, kemampuan kognitif dan bahasa, kematangan emosi, dan keterampilan

sosial.

Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa perkembangan sosial

emosi anak berkaitan dengan kemiskinan. Menurut Aber et al. (1997), kemiskinan

berpengaruh pada perkembangan kognitif dan sosial emosi anak. Kemiskinan

dapat menghambat keluarga dalam menyediakan fasilitas untuk menstimulasi

anak. Anak yang hidup dalam kemiskinan memiliki resiko yang lebih tinggi untuk

mengalami masalah perkembangan sosial emosi (Eamon 2001). Berns (1997) juga

mengemukakan bahwa orang tua pada keluarga miskin lebih fokus pada perilaku

anak dibandingkan dengan motivasi, padahal motivasi merupakan salah satu

bagian dalam perkembangan emosi anak. Akan tetapi, hasil analisis regresi tidak

menemukan adanya pengaruh kesejahteraan keluarga terhadap perkembangan

sosial emosi anak.

Meskipun hasil analisis regresi tidak menemukan adanya pengaruh gaya

pengasuhan terhadap perkembangan sosial emosi anak, namun hasil analisis

korelasi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara gaya pengasuhan

laissez faire dengan perkembangan sosial emosi anak (r= -0,914, α=0,05).

Perkembangan sosial emosi anak pada orang tua laissez faire akan cenderung

kurang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan

bahwa gaya pengasuhan yang negatif dapat menghambat perkembangan sosial

dan emosi anak (Alegre dan Benson (tahun terbit tidak diketahui); Rude 2002;

Grusec 2006; Holden 2010). Penerapan gaya pengasuhan yang baik dapat

mengoptimalkan perkembangan anak dan menunjang keberhasilan anak di

sekolah (Kordi & Baharudin 2010). Gottman dan DeClaire (1997) juga

menjelaskan bahwa orang tua yang memperhatikan anak dengan baik khususnya

emosi negatif (marah, sedih, dan lain-lain) dapat menghasilkan anak yang percaya

diri, belajar dengan baik, dan dapat bergaul dengan orang lain.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa kemiskinan dan gaya

pengasuhan tidak berpengaruh pada perkembangan sosial emosi anak. Hal ini

disebabkan oleh anak contoh merupakan anak usia sekolah yang telah memasuki

lingkungan yang lebih luas. Anak tidak hanya berada di lingkungan keluarga saja,

Page 80: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

67

 

akan tetapi anak telah mengenal lingkungan lain seperti sekolah, tetangga, teman

sebaya (peer group), media massa, dan lain-lain. Lingkungan yang ada di sekitar

anak ini dapat mempengaruhi pemikiran, perasaan, dan perilaku anak. Anak akan

melakukan sesuatu yang dapat diterima oleh lingkungannya. Menurut

Bronfenbrenner, lingkungan memiliki peranan yang penting dalam perkembangan

kepribadian seorang anak (Brooks 2001).

Erikson menempatkan anak usia sekolah pada tahapan industry versus

inferiority. Pada tahapan ini, anak mulai berinteraksi dengan lingkungan yang

lebih luas yaitu tetangga dan sekolah (Santrock 2003). Hal ini sesuai dengan hasil

pengamatan, anak contoh tidak hanya mengenal lingkungan keluarga namun juga

mengenal lingkungan sekolah, teman sebaya, dan lain-lain. Anak contoh lebih

banyak menghabiskan waktu di lingkungannya. Pagi dan siang hari anak contoh

menghabiskan waktunya di sekolah, sedangkan di sore hari anak contoh mengaji

di Taman Pendidikan Alqur’an (TPA) dan bermain bersama teman-temannya.

Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa interaksi antara anak contoh dan

orang tua juga sedikit karena anak sibuk dengan aktivitasnya (sekolah, mengaji,

dan bermain dengan teman sebaya), sedangkan orang tua sibuk dengan

pekerjaannya dalam mencari nafkah keluarga. Interaksi yang singkat dan

lingkungan anak yang semakin luas menyebabkan orang tua bukan lagi satu-

satunya teladan (role model) bagi anak. Ketergantungan anak dengan orang tua

semakin menurun. Selain itu, anak juga belajar berbagai hal dari lingkungannya

seperti anak belajar dengan guru di sekolah dan TPA, teman sebaya, media massa,

dan lingkungan lainnya. Hal ini sejalan dengan Rude (2002) yang memaparkan

bahwa selain orang tua, teman sebaya, orang dewasa yang lain, genetik, media,

dan lain-lain juga memiliki peranan yang penting dalam perkembangan anak.

Lingkungan yang ada di sekitar anak akan mempengaruhi pemikiran, perasaan,

dan perilaku anak. Anak akan melakukan sesuatu yang dapat diterima oleh

lingkungannya. Dengan demikian, terdapat banyak faktor yang berpengaruh pada

perkembangan sosial emosi anak sehingga gaya pengasuhan orang tua tidak

berpengaruh signifikan terhadap perkembangan sosial emosi anak.

Kemiskinan merupakan akar permasalahan utama dalam keluarga.

Masalah kemiskinan berdampak pada gaya pengasuhan dan perkembangan sosial

Page 81: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

68

 

emosi anak. Keluarga yang miskin cenderung menerapkan gaya pengasuhan yang

negatif (pengabai emosi, tidak menyetujui, dan laissez faire). Selain itu,

kemiskinan juga menghambat orang tua dalam memberikan stimulus sehingga

perkembangan anak tidak optimal. Penerapan gaya pengasuhan yang negatif

menyebabkan orang tua tidak dapat membimbing anak untuk mengatasi emosi

negatifnya (marah dan sedih). Dengan demikian, kemiskinan membentuk sebuah

lingkaran setan yang sulit terputus. Perkembangan sosial emosi anak yang tidak

optimal pada masa usia sekolah akan menghambat kesuksesan anak pada tahapan

selanjutnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Brisbane dan Riker (1965)

bahwa setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang telah dilalui akan

mempengaruhi tahapan selanjutnya.

Perkembangan sosial emosi anak yang tidak optimal mengindikasikan

bahwa anak belum optimal dalam mengatur emosi dan bergaul dengan orang lain

sehingga anak mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan di tahap

berikutnya. Perkembangan sosial emosi anak yang optimal diharapkan dapat

menghasilkan individu yang memiliki keterampilan bergaul, empati, keterampilan

interpersonal, dukungan sosial, keterampilan dalam memecahkan masalah,

kompetensi emosional, kematangan sosial, konsep diri secara umum, pengelolaan

diri, kemerdekaan sosial, strategi kognitif, dan ketahanan sosial emosi (Cohn et al.

2009). Apabila perkembangan sosial emosi tidak optimal maka individu yang

dihasilkan juga akan memiliki kualitas yang rendah. Individu yang berkualitas

rendah memiliki kemampuan yang terbatas dan pada akhirnya menyebabkan

keluarga tetap miskin. Siklus seperti ini akan terus terbentuk jika masalah

kemiskinan belum teratasi dengan baik.

Keterbatasan Penelitian

  Pada penelitian ini, peneliti menjumpai keterbatasan yang menjadi

kelemahan dalam penelitian ini. Keterbatasan tersebut adalah jumlah sampel yang

terbatas sehingga hasil penelitian tidak dapat merepresentasikan keluarga petani

kayu manis.

Page 82: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

69

 

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Keluarga petani kayu manis contoh memiliki tingkat kesejahteraan yang

rendah. Kesejahteraan keluarga petani kayu manis contoh dipengaruhi oleh besar

keluarga, usia ayah, dan pendapatan keluarga per bulan. Besar keluarga

berpengaruh signifikan negatif terhadap kesejahteraan keluarga. Keluarga kecil

memiliki pengeluaran per kapita yang lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga

besar sehingga keluarga kecil memiliki peluang sejahtera yang lebih besar

dibandingkan dengan keluarga besar. Usia ayah juga berpengaruh signifikan

negatif terhadap kesejahteraan keluarga. Keluarga dengan ayah pada usia dewasa

awal memiliki peluang sejahtera yang lebih besar dibandingkan keluarga dengan

ayah yang sudah memasuki usia pertengahan (dewasa madya). Berbeda dengan

besar keluarga dan usia ayah, pendapatan keluarga per bulan berpengaruh

signifikan positif terhadap kesejahteraan keluarga. Keluarga dengan pendapatan

yang tinggi memiliki peluang sejahtera yang lebih besar dibandingkan keluarga

dengan pendapatan yang rendah.

Keluarga petani kayu manis contoh cenderung menerapkan gaya

pengasuhan tidak menyetujui. Orangtua cenderung menolak, tidak menyetujui,

dan menegur/menghukum anak atas ekspresi emosi negatifnya (marah dan sedih).

Gaya pengasuhan orangtua contoh ini tidak dipengaruhi oleh karakteristik anak

dan kesejahteraan keluarga. Namun, gaya pengasuhan dipengaruhi oleh

pendidikan ibu. Keluarga dengan pendidikan ibu yang tinggi memiliki peluang

yang lebih besar untuk menerapkan gaya pengasuhan pelatih emosi dibandingkan

keluarga dengan pendidikan ibu yang rendah.

Anak contoh memiliki perkembangan sosial emosi yang dominan pada

dimensi keterampilan interpersonal/ keterampilan dalam bergaul. Berdasarkan

indeks, anak contoh memperoleh indeks sebesar 71,30±10,35. Hal ini

mengindikasikan bahwa per-kembangan sosial emosi anak contoh tidak optimal.

Karakteristik keluarga, kesejahteraan keluarga, dan gaya pengasuhan orangtua

tidak berpengaruh signifikan pada perkembangan sosial emosi anak.

Perkembangan sosial emosi anak dipengaruhi oleh usia anak. Anak yang usianya

lebih tua memiliki perkembangan sosial emosi yang lebih baik dibandingkan

Page 83: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

70

 

dengan anak yang usianya lebih muda. Meskipun gaya pengasuhan tidak

berpengaruh signifikan terhadap perkembangan sosial emosi anak, namun gaya

pengasuhan laissez faire berhubungan signifikan negatif dengan perkembangan

sosial emosi anak. Orangtua yang menerapkan gaya pengasuhan laissez faire

memiliki anak dengan perkembangan sosial emosi yang rendah.

Saran

Berdasarkan simpulan yang diambil maka disarankan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Optimalisasi program keluarga berencana dengan cara meningkatkan

pendidikan anak perempuan untuk meningkatkan usia menikah.

2. Meningkatkan keterampilan sebagai alternatif mata pencaharian untuk

meningkatkan pendapatan keluarga.

3. Meningkatkan pengetahuan orangtua tentang gaya pengasuhan melalui

kegiatan penyuluhan dan pelatihan. Orangtua juga perlu menghindari

penerapan gaya pengasuhan laissez faire.

4. Bagi penelitian lebih lanjut agar menghasilkan analisis yang lebih baik, maka:

a. Lokasi dan jumlah contoh yang diambil lebih banyak dan beragam

sehingga dapat merepresentasikan kondisi keluarga petani kayu manis.

b. Penelitian selanjutnya diharapkan juga mengukur mekanisme koping

keluarga, gender, beban kerja ibu, alokasi waktu pengasuhan, dan

pengaruh faktor eksternal (sekolah, teman sebaya, dan budaya) terhadap

perkembangan sosial emosi.

Page 84: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

71

 

DAFTAR PUSTAKA

Aber JL, Bennet NG, Conley DC, Li J. 1997. The effects of poverty on child health and development. Annual Reviews Inc. 18 (4): 63-83.

Alegre A, Benson M. [tahun terbit tidak diketahui]. The effects of parenting practices in development of children’s emotional intelligence. Blaksburg, VA.

Alfiasari. 2007. Analisis ketahanan pangan rumah tangga miskin dan peranan modal sosial: Studi kasus pada rumah tangga miskin di Kecamatan Tanah Sereal dan Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Aniri NB. 2008. Analisis tingkat faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga pembudidaya dan nonpembudidaya ikan di Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Arisandi R, Latifah M. 2008. Analisis persepsi anak terhadap gaya pengasuhan orang tua, kecerdasan emosional, aktivitas, dan prestasi belajar siswa kelas XI di SMAN 3 Sukabumi. JIKK. 1 (2): 46-58.

Baumrind D. 2008. Parenting for moral growth. The counsil for spiritual and ethical education. 1(2): 1-6

Behnke A, MacDermid. 2004. Family Well-Being. United States of America (US): Purdue University

Berns RM. 1997. Child, Family, School, Community: Socialization and Support. United States of America (US): Rinehart and Winston, Inc.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010a. Jumlah dan persentase penduduk miskin menurut provinsi. Jakarta (ID): BPS.

________________________. 2010b. Profil kemiskinan Indonesia Maret 2010. Jakarta (ID): BPS.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci. 2011. Jumlah penduduk Kabupaten Kerinci menurut kecamatan. Kerinci (ID): BPS.

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2009. Profil hasil pendataan keluarga. Jakarta (ID): BKKBN

Brisbane HE, Riker AP. 1965. The Developing Child. United States of America (US): Chas A Bennett Co. Inc.

Brooks JB. 2001. Parenting. United States of America (US): Mayfield Publishing Company.

Burgess EW, Locke HJ. 1960. The Family. Ed ke-2. New York (US): American Book Company.

Chen S, Schreiner M. 2009. A Simple Poverty Scorecard for Indonesia [internet]. [diunduh 2010 Okt 12]. Tersedia pada: http://www.microfinance. com/ #Indonesia

 

Page 85: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

72

 

Chon B, Merrell KW, Grant JF, Tom K, Endrulat NR. 2009. Strength-based assessment of social and emotional functioning: SEARS-C and SEARS-A. Annual Meeting of the National Association of School Psychologists. 2009 Feb 27. Boston (US ).

[Disbun] Dinas Perkebunan Kabupaten Kerinci. 2011. Luas areal dan produksi perkebunan Cassiavera Tahun 2010. Kerinci (ID): Dinas Perkebunan.

Eamon MK. 2001. The effects of poverty on children’s socioemotional development: An ecological systems analysis. Social work. 46(3): 256-266.

Friedman MM, Bowden VR, Jones EG. 2003. Family Nursing: Research, Theory, and Practice. New Jersey (US): Pearson Education, Inc.

Goleman D. 2007. Kecerdasan Emosional: Mengapa EI Lebih Penting dari IQ. Hermaya T, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Gottman J, DeClaire J. 1997. The Heart of Parenting: How to Raise an Emotionally Intelligent Child. New York (US): Simon and Schuster.

Grusec JE. 2006. Parent’s attitudes and beliefs: Their impact on children development. Encyclopedia on early childhood development.

Holden GW. 2010. Parenting: A Dynamic Perspective. United States of America (US): Sage Publications, Inc.

Hoghughi M. 2004. Parenting. Hoghughi M, Long N, editor. Handbook of Parenting. London (GB): Sage Publications, Inc.

Hurlock EB. 1980. Psikologi perkembangan anak: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Istiwidayanti, Soedjarwo, penerjemah; Silabat RM, editor. Ed ke-5. Jakarta (ID): Erlangga

Iskandar A. 2007. Analisis praktek manajemen sumberdaya keluarga dan dampaknya terhadap kesejahteraan keluarga di Kabupaten dan Kota Bogor. [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ibung D. 2008. Stress pada Anak (6-12 tahun): Panduan bagi Orang Tua dalam Memahami dan Membimbing Anak. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo.

Klein DM, White JM. 1996. Family Theories: An Introduction. United States of America (US): Sage Publications, Inc.

Kordi A, Baharudin R. 2010. Parenting attitude and style and its effect on children’s school achievements. International Journal of Psychological studies. 2(2): 217-222.

Lagacé-séguin DG, d’Entremont MRL. 2006. The role of child negative affect in the relations between parenting styles and play. Early child development and care. 176 (5): 461-477.

Lewin AC, Maurin E. 2005. The effect of family size on incentive effects of welfare transfers in two parent families. Sage Publications 6(29): 507-529.

Page 86: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

73

 

Muflikhati I. 2010. Analisis dan pengembangan model peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan kesejahteraan keluarga di wilayah pesisir Provinsi Jawa Barat. [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Megawangi R. 1999. Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender. Bandung (ID): Mizan Pustaka.

Nurrohmaningtyas S. 2008. Pengaruh gaya pengasuhan dan model sekolah terhadap kecerdasan emosional dan motivasi belajar siswa sekolah dasar. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Papalia DE, Olds SW, Feldman RD. 2009. Human Development (Perkembangan Manusia). Marswendy B, penerjemah; Widyaningrum R, editor. Ed ke-10. Jakarta (ID): Salemba Humanika.

Parke RD, Gauvain M. 2009. Child Psychology: A Contemporary Viewpoint. New York (US): Mc Graw Hill Companies, Inc.

Priatini W, Latifah M, Guhardja S. 2008. Pengaruh tipe gaya pengasuhan, lingkungan sekolah, dan peran teman sebaya terhadap kecerdasan emosional remaja. JIKK 1(1): 43-53.

Rambe A, Hartoyo, Karsin ES. 2008. Analisis alokasi pengeluaran dan tingkat kesejahteraan keluarga (Studi di Kecamatan Medan Kota, Sumatera Utara). JIKK. 1(1): 16-27.

Rohner R P. 1986. The Warmth Dimention: Foundations of Parental Acceptance Rejection Theory. United States of America (US): Sage Publications.

Rude SP. 2002. The influence of parents on children’s thoughts, feelings, and behaviors. YMCA. [volume, edisi, dan halaman tidak diketahui].

Safaria T, Saputra N E. 2009. Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara.

Santrock JW. 2007. Perkembangan Anak. Rachmawati M, Kuswanti A, penerjemah; Hardani W, editor. Edisi ke-11. Jakarta (ID): Erlangga.

Saarni C, Mumme DL, Campos JJ. 1998. Emotional Development: Action, communication, and understanding dalam buku Handbook of Child Psychology. Damon W, editor. United States of America (US): John Wiley & Sons, Inc.

Setiawati EH. 2007. Analisis gaya pengasuhan, kecerdasan emosional, aktivitas ekstrakurikuler, dan prestasi belajar siswa di SMA Muhammadiyah Cirebon. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Turner JS, Helms DB. 1991. Life Span Development. United States of America (US): Holt, Rinehart, and Winston, Inc.

Wangsa R, Nuryati S. 2007. Status dan Potensi Pasar Kayu Manis Organik Nasional dan Internasional. [Laporan Penelitian]. Bogor (ID): Aliansi Organis Indonesia.

Zanden JWV. 1986. Sociology: The core. United States of America (US): Alfred A Knope, Inc.

Page 87: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

74

 

Zeitlin MF, Megawangi R, Kramer EM, Colletta ND, Babatunde ED, Garman D. 1995. Strengthening The Family: Implications for International Development. Jepang (JP): United Nations University Press.

Page 88: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

75

 

 

 

LAMPIRAN

Page 89: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

76

 

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

Keterangan:

1. Kecamatan Batang Merangin

1

Page 90: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

77

 

Lampiran 2 Kriteria keluarga sejahtera BKKBN A. Keluarga Prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah

satu indikator tahapan keluarga sejahtera I B. Keluarga Sejahtera I adalah keluarga yang dapat memenuhi indikator-

indikator berikut: 1. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih. 2. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,

bekerja/sekolah, dan bepergian. 3. Rumah yang ditempati keluarga memiliki atap, lantai, dan dinding yang

baik. 4. Bila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke sarana kesehatan. 5. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan

kontrasepsi. 6. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.

C. Keluarga Sejahtera II adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi indikator tahapan keluarga sejahtera I (indikator 1 s/d 6) dan indikator berikut: 7. Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan

agama dan kepercayaannya. 8. Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan

daging/ikan/telur. 9. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian

dalam setahun. 10. Luas lantai rumah paling kurang 8m2 untuk setiap penghuni satu rumah. 11. Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga dapat

menjalankan tugas dan fungsi masing-masing. 12. Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh

penghasilan. 13. Seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun bisa baca tulis latin. 14. Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan alat atau

obet kontrasepsi. D. Keluarga Sejahtera III adalah keluarga yang sudah memenuhi indikator

tahapan keluarga sejahtera II (indikator 1 s/d 14) dan indikator berikut: 15. Keluarga berupaya untuk meningkatkan pengetahuan agama. 16. Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang maupun

barang. 17. Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu sekali

dimanfaatkan untuk berkomunikasi. 18. Keluarga sering ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat

tinggal. 19. Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/radio/ televisi.

E. Keluarga Sejahtera III Plus adalah keluarga yang memenuhi indikator keluarga sejahtera III (indikator 1 s/d 19) dan indikator berikut: 20. Keluarga secara teratur dengan sukarela memberikan sumbangan materil

untuk kegiatan sosial. 21. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan

sosial/yayasan/institusi masyarakat. Sumber: BKKBN 2009

Page 91: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

78

 

Lampiran 3 Kesejahteraan keluarga Indikator a simple poverty scorecard for

Indonesia

1. Jumlah anggota keluarga a. Enam orang atau lebih b. Lima orang c. Empat orang

d. Tiga orang e. Dua orang f. Satu orang

2. Jumlah anggota keluarga yang berusia 5-18 tahun dan masih sekolah

a. Tidak semua, atau tidak ada anak usia 5-18 tahun b. Semua

3. Minggu lalu, jumlah anggota keluarga yang berusia 11 tahun atau lebih yang bekerja a. Tidak ada b. Satu atau dua orang c. Tiga orang d. Empat orang atau lebih

4. Sumber air minum keluarga

a. Sumber air minum umum, sungai, air hujan, dan lainnya. b. Fasilitas umum, pipa, atau sumur bor. c. Perusahaan Air minum.

5. Tipe toilet yang dimiliki keluarga

a. Lainnya b. Toilet duduk

6. Lantai rumah

a. Tanah b. Bukan tanah

7. Langit-langit/loteng rumah

a. Bambu, lainnya, atau tidak ada loteng b. Beton, kayu, gips, atau asbes

8. Kepemilikan kulkas

a. Tidak ada b. Ada

9. Kepemilikan kendaraan bermotor

a. Tidak ada b. Ada

10. Kepemilikan televisi

a. Tidak ada b. Ada

Sumber: Chen dan Schreiner 2009

Page 92: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

79

 

Lampiran 4 Teori ekologi keluarga Bronfenbrenner

Sumber: Santrock 2007

Page 93: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

80

 

Lampiran 5 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dengan kesejahteraan keluarga VAR TIPE BSR UMKK UMIST KRJIST PDDKK PDDIST PDBLN PDKPT PGBLN PGKPT ASET BPS BKKBN SCRD TIPE 1 BSR 0.294* 1

UMKK -0.170 0.130 1 UMIST -0.241 0.202 0.823** 1 KRJIST 0.082 -0.043 -0.170 -0,241 1 PDDKK 0.070 0.129 -0.397** -0.255 -0.217 1 PDDIST 0.011 0.125 -0.200 -0.147 -0.131 0.667** 1 PDBLN 0.068 0.417** -0.081 -0.017 0.035 0.362** 0.256 1 PDKPT -0.250 -0.414** -0.184 -0.164 0.106 0.326* 0.259 0.592** 1 PGBLN 0.066 0.419** -0.081 -0.018 0.028 0.364** 0.259 1.000** 0.591** 1 PGKPT -0.250 -0.411** -0.186 -0.166 0.085 0.329* 0.261 0.594** 1.000** 0.594** 1 ASET 0,137 0,210 0,039 0,046 0,235 0,287* 0,336* 0,514** 0,365** 0,515** 0,366** 1 BPS -0.242 -0.450** -0.275 -0.255 0.181 0.228 0.075 0.369** 0.747** 0.365** 0.744** 0,139 1

BKKBN -0.015 -0.132 -0.359* -0.257 0.078 0.487** 0.128 0.282* 0.449** 0.284* 0.452** 0,080 0.456** 1 SCRD -0.002 -0.458** -0.256 -0.216 0.032 0.357* 0.179 0.236 0.751** 0.235 0.749** 0,127 0.676** 0.535** 1 Keterangan: * = Signifikan pada selang kepercayaan 95%

** = Signifikan pada selang kepercayaan 99% TIPE : Tipe keluarga (0=keluarga inti, 1=keluarga luas) BSR : Besar keluarga (orang) UMKK : Umur ayah (tahun) UMIST : Umur ibu (tahun) KRJIST : Pekerjaan ibu (0=tidak bekerja, 1=bekerja) PDDKK : Pendidikan ayah (tahun) PDDIST : Pendidikan ibu (tahun) PDBLN : Pendapatan keluarga (Rp/bln) PDKPT : Pendapatan keluarga (Rp/kpt/bln) PGBLN : Pengeluaran keluarga (Rp/bln)

PGKPT : Pengeluaran keluarga (Rp/kpt/bln) ASET : Luas ladang kayu manis (Ha) BPS : Indikator BPS (0=miskin, 1=tidak miskin) BKKBN : Indikator BKKBN (1=PraKS, 2=KSI, 3=KSII,

4=KSIII, 5=KSIIIPlus) SCRD : Indikator A simple poverty scorecard for

Indonesia

Page 94: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

81

 

Lampiran 6 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dengan gaya pengasuhan dan perkembangan sosial emosi

VAR TIPE BSR UMKK UMIST KRJIST PDDKK PDDIST PDBLN PDKPT PGBLN PGKPT ASET JNGP SOSEM KSOSEM TIPE 1 BSR 0.294* 1

UMKK -0.170 0.130 1 UMIST -0.241 0.202 0.823** 1 KRJIST 0.082 -0.043 -0.170 -0,241 1 PDDKK 0.070 0.129 -0.397** -0.255 -0.217 1 PDDIST 0.011 0.125 -0.200 -0.147 -0.131 0.667** 1 PDBLN 0.068 0.417** -0.081 -0.017 0.035 0.362** 0.256 1 PDKPT -0.250 -0.414** -0.184 -0.164 0.106 0.326* 0.259 0.592** 1 PGBLN 0.066 0.419** -0.081 -0.018 0.028 0.364** 0.259 1.000** 0.591** 1 PGKPT -0.250 -0.411** -0.186 -0.166 0.085 0.329* 0.261 0.594** 1.000** 0.594** 1 ASET 0,137 0,210 0,039 0,046 0,235 0,287* 0,336* 0,514** 0,365** 0,515** 0,366** 1 JNGP 0.005 0.076 -0.252 -0.245 -0.100 0.492** 0.679** 0.131 0.123 0.123 0.133 0,294* 1

SOSEM -0.310* -0.266 0.104 0.057 -0.198 0.084 0.096 -0.186 0.035 -0.188 0.031 -0,023 0.188 1 KSOSEM -0.255 -0.249 0.157 0.107 -0.167 0.026 0.002 -0.135 0.059 -0.136 0.056 -0,055 0.013 0.848** 1

Keterangan: * = Signifikan pada selang kepercayaan 95% ** = Signifikan pada selang kepercayaan 99%

TIPE : Tipe keluarga (0=keluarga inti, 1=keluarga luas) BSR : Besar keluarga (tahun) UMKK : Umur ayah (tahun) UMIST : Umur ibu (tahun) KRJIST : Pekerjaan ibu (0=tidak bekerja, 1=bekerja) PDDKK : Pendidikan ayah (tahun) PDDIST : Pendidikan ibu PDBLN : Pendapatan keluarga (Rp/bln) PDKPT : Pendapatan keluarga (Rp/kpt/bln) PGBLN : Pengeluaran keluarga (Rp/bln)

PGKPT : Pengeluaran keluarga (Rp/kpt/bln) ASET : Luas ladang kayu manis (Ha) JNGP : Jenis gaya pengasuhan (0=bukan pelatih emosi,

1=pelatih emosi) SOSEM : Indeks perkembangan sosial emosi KSOSEM : Kategori sosial emosi (1=rendah, 2=sedang,

3=tinggi)

Page 95: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

1

 

Lampiran 7 Koefisisen korelasi antara karakteristik anak dengan gaya pengasuhan dan perkembangan sosial emosi

Var Umank Gender Urtlhr Jngp Sosem

Umank 1 Gender 0.122 1 Urtlhr -0.155 0.054 1 Jngp 0.007 -0.194 -0.207 1 Sosem 0.582** 0.106 -0.102 0.188 1 Keterangan: * = Signifikan pada selang kepercayaan 95%

** = Signifikan pada selang kepercayaan 99% Umank : Usia anak (tahun) Gender : Jenis kelamin anak (0=laki-laki, 1=perempuan) Urtlhr : Urutan kelahiran anak (1= anak sulung, 2=anak tengah, 3=anak

bungsu) Jngp : Jenis gaya pengasuhan (0=pengabai emosi, tidak menyetujui, dan

laissez faire, 1=pelatih emosi) Sosem : Indeks perkembangan sosial emosi

Page 96: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

2

 

Lampiran 8 Koefisisen korelasi antara kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan sosial emosi anak

Var BPS BKKBN SCRD Jngp Sosem

BPS 1 BKKBN 0.456** 1 SCRD 0.676** 0.535** 1 Jngp 0.075 0.038 0.121 1 Sosem 0.018 -0.162 0.109 0.188 1

Keterangan: * = Signifikan pada selang kepercayaan 95% ** = Signifikan pada selang kepercayaan 99%

BPS : Indikator BPS (0=miskin, 1=tidak miskin) BKKBN : Indikator BKKBN (1=PraKS, 2=KSI, 3=KSII, 4=KSIII,

5=KSIIIPlus) SCRD : Indikator a simple poverty scorecard for Indonesia Jngp : Jenis gaya pengasuhan (0=pengabai emosi, tidak menyetujui, dan

laissez faire, 1=pelatih emosi) Sosem : Indeks perkembangan sosial emosi

Page 97: Kesejahteraan keluarga, gaya pengasuhan, dan perkembangan ... · KESEJAHTERAAN KELUARGA, GAYA PENGASUHAN, DAN ... Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan keluarga

3

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanah Kampung, Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi

pada tanggal 8 Maret 1990. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara

pasangan Suryani, S.Pd dan Suryalis, S.Pdi. Pada Tahun 2007, penulis menamat-

kan sekolah menengah atas di SMA Negeri 4 Sungai Penuh, Jambi. Pada tahun

yang sama penulis melanjutkan pendidikan strata satu ke Departemen Ilmu

Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Provinsi Jambi.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai organisasi di

kampus seperti Staf pada Departemen Politik, Kebijakan Strategis, dan Advokasi

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

(BEM I) periode 2008/2009, Staf pada Kementerian Kebijakan Daerah Badan

Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BEM KM

IPB) periode 2009/2010, dan Staf pada Divisi Human Resources Himpunan

Mahasiswa Ilmu keluarga dan Konsumen (HIMAIKO) periode 2009/2010. Selain

itu, penulis juga aktif dalam organisasi mahasiswa daerah yakni Ikatan Mahasiswa

Kerinci Bogor (IMKB) dan Himpunan Mahasiswa Jambi (HIMAJA).