keperawatan profesional

Upload: rey-dudutz

Post on 13-Oct-2015

72 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    1/61

    KEPERAWATAN PROFESIONAL

    Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah

    Foundation of Nursing 1

    Disusun Oleh:

    Frita Ferdiana

    Meti Verdian Y 115070200111045

    Reny Rudy A

    HartonoAde Rumondang M

    Suryat Mohsan 115070207111016

    Aga Aulia 115070207111026

    Ayuni Rizka U 115070200131001

    Carina Rega U 115070200131005

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2013

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    2/61

    Tujuan Umum:

    Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan keperawatan

    professional

    Tujuan Khusus:

    Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan perspektif

    sejarah keperawatan

    Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan pengaruh

    budaya terhadap keperawatan

    Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan pengaruh

    sosial lain terhadap keperawatan

    Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan pendidikan

    keperawatan profesional

    Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan praktek

    keperawatan professional

    Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan falsafah dan

    paradigma keperawatan

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    3/61

    PERSPEKTIF SEJARAH KEPERAWATAN

    1. Perspektif sejarah keperawatan

    a. Sejarah Perkembangan di Dunia

    Sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala

    (Primitive Culture) sampai pada munculnya Florence Nightingale

    sebagai pelopor keperawatan yang berasal dari Inggris.

    1) Zaman Purbakala (Primitive Culture)

    Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri sendiri

    (tercermin pada seorang ibu). Harapan pada awal perkembangan

    keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother

    Instinc). Dari masa Mother Instic kemudian bergeser ke zaman

    dimana orang masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan

    mistic yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan

    ini dikenal dengan nama Animisme. Mereka meyakini bahwa sakitnya

    seseorang disebabkan karena kekuatan alam/apengaruh gaib seperti

    batu-batu, pohon-pohon besar dan gunung-gunung tinggi.

    Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewadimana pada masa itu mereka menganggap bahwa penyakit

    disebabkan karena kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil didirikan

    sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta

    kesembuhan di kuil tersebut. Setelah itu perkembangan keperawatan

    terus berubah dengan adanya Diakones dan Philantrop, yaitu suatu

    kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam

    merawat orang sakit, sejak itu mulai berkembanglah ilmukeperawatan.

    Peran tabib dan perawat jelas berbeda, tabib adalah

    medicineman yang mengobati penyakit dengan jalan melantunkan

    nyanyian, memberi semangat dari ketakutan atau membuka otak

    untuk menghilangkan jiwa yang jahat. Perawat biasanya berperan

    sebagai ibu yang merawat familinya sewaktu sakit dengan

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    4/61

    memberikan perawatan fisik dan memberikan obat dari tumbuh-

    tumbuhan. Peran ini diteruskan sampai saat ini.

    2) Zaman Keagamaan

    Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual

    dimana seseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya

    dosa/akutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat

    ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut sebagai

    tabib yang mengobati pasien. Perawat dianggap sebagai budak

    dan hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama.

    3) Zaman Masehi

    Pada permulaan masehi, agama Nasrani mulai berkembang.

    Pada masa ini keperwatan mengalami kemajuan yang berarti

    seiring dengan kepesatan perkembangan agama Nasrani.

    Organisasi pertama yang dibentuk pada saat itu dinamakan

    Deaconesses, mengunjungi orang-orang sakit dan anggota

    keagamaan laki-laki memberikan perawtan serta mengubur orangmati. Pada perang salib perawat laki-laki dan perempuan bertugas

    merawat orang-orang yang luka dalam peperangan tersebut.

    Kemajuan profesi keperawatan pada masa ini juga terlihat

    jelas dengan berdirinya rumah sakit terkenal di Roma yang

    bernama Monastic Hospital. Rumah sakit ini dilengkapi dengan

    fasilitas perawatan berupa bangsal-bangsal perawatan untuk

    merawat orang sakit serta bangsal-bangsal lain sebagai tempatmerawat orang cacat, miskin, dan yatim piatu.

    4) Pertengahan abad VI Masehi

    Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya

    yaitu Timur Tengah, seiring dengan perkembangan agama Islam.

    Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak

    lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    5/61

    agama Islam. Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang pesat

    ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene dan obat-

    obatan. Pada masa ini mulai muncul prinsip-prinsip dasar

    keperawatan kesehatan seperti pentingnya kebersihan diri,

    kebersihan makanan dan lingkungan. Tokoh keperawatan yang

    terkenal dari Arab adalah Rafidah

    5) Permulaan abad XVI

    Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah

    dari agama menjadi kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan

    dan semangat kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah ditutup,

    padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat

    orang sakit. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap

    perkembangan keperawatan. Untuk memenuhi kebutuhan perawat,

    wanita yang pernah melakukan kejahatan dan telah bertobat dapat

    diterima bekerja sebagai perawat. Akibat reputasi yang jelek ini,

    perawat menerima gaji yang rendah dengan jam kerja lama pada

    kondisi yang buruk.Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :

    a) Mulai dikenal konsep P3K

    b) Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga

    timbul peluang kerja bagi perawat dibidang sosial.

    a. Masa sebelum Perang Dunia II

    Dasar pelayanan keperawatan dititikberatkan padapengaduan sebagai ungkapan cinta bersama yang diinspirasikan

    oleh ajaran agama. Sasarannya adalah pelayanan orang yang

    sakit. Kegiatan pelayanan ditujukan untuk menolong orang sakit

    agar sembuh atau lebih sehat. Tenaaga perawat yang memberi

    pelayanan tersebut sedikit sekali atau bahkan tanpa pendidikna

    formal. Yang terpenting adalah magangatau pengalaman praktik

    langsung, karena pada masa itu yang menonjol adalah role

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    6/61

    model atau model peran. Ruang lingkup pelayanan perawatan

    lebih bersifat kuratif dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar

    fisiologis manusia yang sakit.

    b. Masa selama Perang Dunia II

    Selama perang, banyak kejadian yang merupakan tekanan

    bagi setiap bangsa di dunia. Tekanan perang ini mendorong

    manusia mengadakan perubahan-perubahan. Kemajuan teknologi

    dimaksudkan untuk berlomba menaklukan dunia. Penerapan

    teknologi modern dalam bidang pelayanan orang sakit telah mulai

    diperkenalkan waktu itu sebagai jawaban atas kebutuhan

    pelayanan kesehatan akibat penderitaan sakit selama perang.

    Timbulnya penyakit akibat perang, menyebabkan dibutuhkannya

    peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga medis maupun

    perawat. Kemampuan satu bidang profesi tertentu tidak dapat

    memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

    waktu itu. Inipun merupaakan tantangan baru bagi perawat dalam

    memberikan pelayanan kesehatan bersama dengan profesi lain.c. Masa Pascaperang Dunia II

    Akibat perang dunia II yang mengakibatkan banyaknya

    penderitaan bagi penduduk dunia telah menggugah semua pihak

    untuk memperbaiki keadaan dunia. Perkembangan pesat di segala

    ilmu dan bidang kehidupan, sekaligus merupakan perubahan-

    perubahan untuk mewujudkan masyarakat dunia yang sejahtera.

    Perkembangan dalam bidang perawatan secara pesat terjadi diAmerika yang dipengaruhi oleh :

    - Kesadaran masyarakat yang meningkat di bidang kesehatan

    - Pertambahan penduduk yang relatif tinggi menimbullkan masalah

    baru dalam bidang pelayanan kesehatan.

    - Pertumbuhan ekonomi, akan memperngaruhi tingkah laku

    - Perkembangan ilmu pengetahuan terutama yang menyangkut ilmu

    kedokteran, pertemuan-pertemuan penting dalam bidang medik,

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    7/61

    cara-cara baru dalam terapi yang semuanya sangat penting dalam

    proses penyembuhan penyakit.

    - Upaya-upaya menjadi lebih aktif dan kreatif sehingga tidak hanya

    meliputi pelayanan kuratif saja melainkan juga upaya preventif dan

    promotif

    - Adanya perkembangan baru dalam kebijakan pendidikan,

    sehingga sekolah perawat harus mengalami perubahan juga.

    Dasar pemikiran semula, The Nurse must give total patient care

    dalam arti sempit telah berkembang, dalam arti luas perawat lebih

    menyadari atas makna totality of the individual clientdari sebelumnya.

    Oleh karena itu terjadi perubahan dari perawat bekerja sendiri menjadi

    bekerja secara team.

    Dalam dekade ini telah dilancarkan perjuangan untuk pengakuan

    keperawatan sebagai profesi. Lucile Brown (1948) menulis laporan

    tentang pengakuan perawat sebagai profesi merupakan titik tolak yang

    besar untuk kehifdupan perawat dan profesi perawat. Ia memperhatikan

    penghargaan pada perawat dalam kaitannya dengan tanggung jawab

    sebagai penyelenggara pelayanan perawatan yang bermutu. Untuk itu

    disadari perlunya suatu pengelolaan pelayanan keperawatan yang baik

    untuk menjamin mutu dan sekaligus tersedia alat evaluasi keperawtan

    tersebut.

    6) Sejak tahun 1950

    Dalam mengacu proses profesionalisme, perlu

    pengembangan pendidikan keperawata. Sebenarnya pendidikan

    keperawatan di tingkat universitas sudah ada sejak tahun 1909 diUniversitas Minesota Amerika. Namun pengakuan perawat sebagai

    profesi, baru terjadi tahun 1950, inipun baru pengakuan saja, belum

    memenuhi karakteristik profesi.

    Pendidikan perawat pada tingkat Bachelor dimulai tahun

    1919. Pada tahun 1977 telah terdapat 3830 orang lulusan master di

    bidang keperawatan dan pada tahun 1972 terdapat 9 institusi yang

    melaksanakan program Doktor di bidang keperawatan. Di Thailand

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    8/61

    pendidikan keperawatan pada tingkat Bachelor dimulai tahun 1966,

    dan pada tingkat Master dimulai tahun 1986.

    Proses keperawatan yang dimulai pada tahun 1950 dianggap

    sebagai stadium embrio. Pada saat itu proses keperawatan belum

    dipahami dan belum bisa diterima, tetapi sudah dilakukan sehari-hari.

    Pada tahun 1955 Lydia Hall memberikan presentasi tentang

    Perawatan adalah suatu proses, hakikatnya menyangkut empat

    hal pokok yaitu :

    - Nursing at the patient

    - Nursing to the patient

    - Nursing for the patient

    - Nursing with the patient

    Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap

    perkembangan keperawatan :

    a) Hotel Dieu di Lion

    Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas wanita tuna susila yang

    telah bertobat. Selanjutnya pekerjaan perawat digantikan oleh perawat

    terdidik melalui pendidikan keperawatan di Rumah Sakit ini.

    b) Hotel Dieu di Paris

    Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi

    Perancis, orde agama dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh

    orang-orang bebas. Pelopor perawat di rumah sakit ini adalah Genevieve

    Bouquet.

    c) ST. Thomas Hospital (1123 M)Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa

    ini perawat mulai dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean

    War, Florence ditunjuk oleh negara Inggris untuk menata asuhan

    keperawatan di rumah sakit Militer di Turki. Hal tersebut memberi peluang

    bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus meningkatkan status

    perawat. Kemudian Florence dijuluki dengan nama The Lady of the

    Lamp.

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    9/61

    7) Florence Nightingale

    Florence kembali ke Inggris setelah perang Crimean. Pada tahun 1840

    Inggris mengalami perubahan besar dimana sekolah-sekolah perawat

    mulai bermunculan dan Florence membuka sekolah perawat modern.

    Beliau menetapkan struktur dasar sebagai prasyarat dalam pendidikan

    perawat :

    - Mendirikan sekolah perawat

    - Menentukan tujuan pendidikan perawat

    - Menetapkan pengetahuan yang harus dimiliki para calon sebagai

    dasar perawatan.

    Di samping itu, Florence Nightingale telah berpendapat bahwa :

    - Perlu persiapan pendidikan yang berlainan bagi perawat pelaksana

    dan perawat administrator atau supervisor.

    - Perlu diperhatikan bahwa harus ada perubahan tentang jam kerja

    perawat yang waktu itu berlangsung 12 jam/hari dan 7 hari/minggu.

    - Perlu diperhatikan peningkatan pendapatan perawat setiap 6 bulan,

    mengingat beban dan tanggung jawab mereka.

    Konsep pendidikan Florence ini mempengaruhi pendidikan keperawatan

    di dunia. Kontribusi Florence bagi perkembangan keperawatan antara lain:

    a) Nutrisi merupakan bagian terpenting dari asuhan keperawatan.

    b) Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang sakit

    c) Manajemen Rumah Sakit

    d) Mengembangkan pendidikan keperawatan

    e) Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi kedokteranf) Pendidikan berlanjut bagi perawat.

    Masa-masa penting dalam Sejarah Keperawatan Sejak akhir 1800-an

    1860 Nightingale Traning School for Nurses didirikan di Rumah

    Sakit St. Thomas di London, Inggris. Ini merupakan

    program terorganisasi pertama untuk pelatihan perawat.

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    10/61

    1874 Sekolah pelatihan perawat pertama di Kanada didirikan di

    St. Catherines Ontario.

    1882 Amerika Serikat meratifikasi Palang Merah Amerika,

    didirikan oleh Clara Barton

    1883 Mary Agnes Snively menjabat sebagai direktur Rumah

    Sakit Umum Toronto dan membentuk Assosiasi Nasional

    Perawat Terlatih Kanada, yang merupakan benih dari

    Asosiasi Perawat Kanada (CAN)

    1890 Nurses Associated Alumnae of the United States and

    Canada (NAAUSC) didirikan. Kelompok ini kemudian

    menjadi Asosiasi Perawat Amerika (ANA).

    1893 Henry Street Settlement dibuka oleh Lilian Wald dan

    Harriet Brawster.

    1901 Program keperawatan pertama yang berafiliasi dengan

    universitas didirikan, yaitu Army Nurse Corps

    1908 Navy Nurse Corps didirikan; Asosiasi Perawat Terlatih

    Nasional Kanada (kemudian beralih nama menjadi Asosiasi

    Perawat Kanada, 1924) didirikan.

    1911 NAAUSC menjadi Assosiasi Perawat Amerika (ANA)

    1922 Sigma Theta Tau, International Honor Society of Nursing,

    dibentuk oleh enam siswa keperawatan dari Indiana

    University

    1923 Laporan Goldmark, survei yang didanai oleh yayasan

    Rockeller menunjukkan adanya kebutuhan dukungan dana

    untuk program sekolah keperawatan; maka didirikan

    sekolah keperawatan Yale.

    1948 Laporan Brown: Dr. Esther Lucille Brown memutuskan

    bahwa program pendidikan keperawatan harus berafiliasi

    dengan universitas dan memiliki swadana mandiri. Beliau

    menganjurkan pendidikan akademi dalam universitas dan 2

    tahun pendidikan yang berpusat pada keterampilan teknis.

    1952 Dr. Mildred Montag mendirikan program keperawatan

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    11/61

    strata pertama

    1953 Liga Keperawatan Nasional (NLN), bersama dengan

    universitas, membuka program strata keperawatan.

    1960 Sekolah Keperawatan Universitas Yale mendefinisikan

    keperawatan sebagai profesi, interaksi, dan hubungan

    antara dua manusia

    1964 Nurses Training Act (Undang-Undang Pelatihan Perawat)

    telah disahkan dan mengalokasikan dana sebesar $300

    juta untuk pendidikan keperawatan

    1965 Jerome Lysaught, Direktur Komisi Nasional Keperawatan,

    menganjurkan peran keperawatan diklasrifikasi dari profesi

    kesehatan lainnya. Juga dianjurkan tambahan dukungan

    finansial dan kesempatan karier untuk menarik minat para

    perawat

    1975 NLN mewajibkan kurikulum berbasis teori untuk akreditasi

    1985 ANA menerbitkan Code for Nurses With Interpretive

    Statement

    1994 Reformassi pelayanan kesehatan

    1996 Laporan pew : meninjau kebutuhan dan kekurangan

    perawat di masa depan. Institute of Medicine (I0M)

    melaporkan hal yang sama

    Data dari: Donahue, M.P. 1996. Nursing: the Ffinest art----an illustrated

    history. Edisi 2. St. Louis: Mosby

    b. Sejarah dan Perkembangan Keperawatan di Indonesia

    Seperti halnya perkembangan keperawatan di dunia pada umumnya,

    perkembangan keperawatan di Indonesia juga dipengaruhi oleh kondisi

    sosial dan ekonomi. Penjajahan pemerintah kolonial Belanda, Inggris dan

    Jepang serta situasi pemerintah Indonesia setelah merdeka mewarnai

    perkembangan keperawatan di Indonesia. Sejarah dan perkembangan

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    12/61

    keperawatan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda sampai

    pada masa kemerdekaan.

    1) Masa Penjajahan Belanda

    Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari

    penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu Zieken Oppaser

    sebagai penjaga orang sakit. Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen

    Hospital di Jakarta untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda.

    Usaha pemerintah kolonial Belanda pada masa ini adalah membentuk

    Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Daendels

    mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya dan Semarang, tetapi tidak

    diikuti perkembangan profesi keperawatan, karena tujuannya hanya untuk

    kepentingan tentara Belanda.

    2) Masa Penjajahan Inggris (18121816)

    Gubernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat

    memperhatikan kesehatan rakyat. Semboyannya yaitu kesehatan adalah

    milik manusia, ia melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat

    kesehatan penduduk pribumi antara lain :- pencacaran umum

    - cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa

    - kesehatan para tahanan

    Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan

    penduduk mengalami kemajuan. Pada tahun 1819 didirikan rumah sakit,

    salah satu diantaranya adalah Stadverband di Glodok Jakarta. Pada tahun1919 rumah sakit ini dipindahkan ke Salemba yaitu rumah sakit Cipto

    Mangunkusumo (RSCM) yang saat ini menjadi rumah sakit pusat rujukan

    nasional dan pendidikan nasional. Tahun 1816 1942 berdiri beberapa

    rumah sakit milik Misionaris Katolik dan Zending Protestan antara lain

    rumah sakit PGI Cikini Jakarta, rumah sakit. ST Carollus Jakarta, rumah

    sakit ST. Boromeus di Bandung, rumah sakit Elizabeth di Semarang.

    Bersamaan dengan itu berdiri pula sekolah-sekolah perawat.

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    13/61

    RS PGI Cikini tahun 1906 menyelenggarakan pendidikan juru rawat,

    RSCM tahun 1912 ikut menyelenggarakan pendidikan juru rawat. Itulah

    sekolah perawat pertama yang berdiri di Indonesia meskipun baru

    pendidikan okupasional.

    3) Zaman Penjajahan Jepang (19421945)

    Kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara Jepang tahun 1942-

    1945 menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran.

    Karena para pekerja perawat pada masa Belanda dan Inggris sudah

    dikerjakan oleh perawat yang telah dididik, maka pada masa Jepang

    tugas perawat dilakukan oleh mereka yang tidak dididik untuk menjadi

    perawat, pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi

    kekurangan obat sehingga timbul wabah.

    4) Zaman Kemerdekaan

    a) Periode tahun 1945-1962

    Tahun 1945-1950 merupakan periode awal kemerdekaan dan merupakan

    masa transisi Pemerintah Republik Indonesia sehingga boleh dikatakantidak ada perkembangan. Tenaga perawat yang digunakan di unit-unit

    pelayanan keperawatan adalah tenaga yang ada, pendidikan tenaga

    keperawatan masih meneruskan sistem pendidikan yang telah ada

    (lulusan pendidikan Perawat Pemerintah Belanda).

    Perkembangan keperawatan secara konseptual belum ada yang dapat

    diketahui dari tidak adanya kejelasan konsep-konsep keperawatan

    ditambah tidak adanya pola ketenagaan untuk pelayanan keperawatan,demikian pula pola pendidikan tenaga keperawatan. Bentuk-bentuk

    kegiatan pelayanan keperawatan dari tahun 1945 sampai akhir tahun

    1962-an masih berorientasi pada keterampilan melaksanakan prosedur

    dan lebih pada perpanjangan tangan untuk kegiatan-kegiatan pelayanan

    medis, sampai adanya perubahan konsep tentang keperawatan sebagai

    profesi tahun 1983.

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    14/61

    Pembangunan di bidang kesehatan dimulai pada tahun 1949, yaitu

    pembangunan rumah sakit dan balai pengobatan. Sampai dengan tahun

    1950 pendidikan tenaga keperawatan yang ada adalah pendidikan tenaga

    keperawatan dengan dasar pendidikan umum Mulo +3 tahun untuk

    mendapatkan ijazah A (perawat umum) dan ijazah B untuk perawat jiwa.

    Ada juga pendidikan perawat dengan dasar sekolah rakyat +4 tahun

    pendidikan yang lulusannya disebut mantri juru rawat. Baru pada tahun

    1953 dibuka sekolah pengatur rawat dengan tujuan untuk menghasilkan

    tenaga keperawatan yang lebih berkualitas. Pendidikan ini dibuka di tiga

    tempat (yaitu di Jakarta, di Bandung dan di Surabaya), kecuali pendidikan

    perawat di Bandung, keduanya berada dalam institusi rumah sakit.

    Tahun 1955 di buka Sekolah Djuru Kesehatan (SDK) dengan pendidikan

    dasar umum sekolah rakyat ditambah pendidikan 1 tahun dan Sekolah

    Pengamat Kesehatan yaitu sebagai pengembangan SDK ditambah

    pendidikan 1 tahun. Sampai dengan tahun 1955 ini tampak

    pengembangan keperawatan tidak berpola, baik tatanan pendidikannya

    maupun pola ketenagaan yang diharapkan.

    Tahun 1962 dibuka Akademi Keperawatan, pendidikan tenagakeperawatan dengan dasar pendidikan umum SMA di Jakarta, di RSUP

    Cipto Mengunkusumo yang sekarang kita kenal sebagai Poltekkes

    Jurusan keperawatan Jakarta. Konsep-konsep pendidikan tinggi belum

    tampak yang dapat ditinjau dari kelembagaannya yang berada dalam

    organisasi institusi pelayanan kesehatan yaitu rumah sakit. Demikian juga

    penerapan kurikulumnya yang masih berorientasi pada keterampilan

    tindakan dan belum dikenalkannya konsep-konsep keperawatan.b) Periode tahun 1963-1982

    Pada masa tahun 1963-1982 tidak terlalu banyak perkembangan di

    bidang keperawatan, sekalipun sudah banyak perubahan dalam

    pelayanan, tempat tenaga lulusan Akademi Keperawatan banyak diminati

    oleh rumah sakit-rumah sakit, khususnya rumah sakit besar.

    c) Periode tahun 1983-sekarang

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    15/61

    Sejak adanya kesepakatan pada lokakarya nasional (Januari 1983)

    tentang pengakuan dan diterimanya keperawatan sebagai suatu profesi,

    dan pendidikannya berada pada pendidikan tinggi, terjadi perubahan

    mendasar dalam pandangan tentang pendidikan keperawatan. Pendidikan

    keperawatan lebih pada penumbuhan, pembinaan sikap dan keterampilan

    profesional keperawatan disertai dengan landasan ilmu pengetahuan

    khususnya ilmu keperawatan.

    Tahun 1983 merupakan tahun kebangkitan profesi keperawatan di

    Indonesia, sebagai perwujudan lokakarya tersebut. Tahun 1984

    diberlakukan kurikulum nasional untuk Diploma III Keperawatan.

    Tahun 1985 dibuka Program Studi Ilmu Keperawatan di Fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia dan kurikulum pendidikan tenaga

    keperawatan jenjang S1 juga disahkan.

    Tahun 1992 merupakan tahun penting bagi profesi keperawatan, karena

    secara hukum keberadaan tenaga keperawatan sebagai profesi diakui

    dalam undang-undang yaitu yang dikenal dengan Undang-Undang No. 23

    Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun

    1996 tentang Tenaga Kesehatan sebagai penjabarannya.Tahun 1995 dibuka lagi Program Studi Ilmu Keperawatan di Indonesia,

    yaiut di Universitas Padjajaran Bandung dan PSIK Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia berubah menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK).

    Tahun 1998 dibuka kembali program S1 Keperawatan yang ketiga yaitu

    Program Studi Ilmu Keperawatan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

    Kurikulum Ners disahkan, yang merupakan hasil pembaruan kurikulum S1

    Keperawatan tahun 1985.Tahun 1999 program S1 kembali dibuka, yaitu Program Studi Ilmu

    Keperawatan (PSIK) Universitas Airlangga Surabay, PSIK di Universitas

    Brawijaya Malang, PSIK di Universitas Hasanuddin Ujung Pandang, PSIK

    di Universitas Sumatera Utara, PSIK di Universitas Diponegoro Jawa

    Tengah, PSIK di Universitas Andalas, dan dengan SK Mendikbud No.

    129/D/0/1999 dibuka Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK) di St.

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    16/61

    Carolus Jakarta. Kurikulum DIII Keperawatan selesai diperbarui dan mulai

    diberlakukan secara nasional.

    Tahun 2000 diterbitkan SK Menkes No. 647 tentang Registrasi dan Praktik

    Perawat sebagai regulasi praktik keperawatan sekaligus kekuatan hukum

    bagi tenaga perawat dalam menjalankan praktik keperawatan secara

    profesional (Kusnanto, S.Kp, M.Kes. 2004.)

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    17/61

    PENGARUH BUDAYA TERHADAP KEPERAWATAN

    Latar belakang Sosiokultural

    Budaya adalah jumlah total dari mempelajari cara berbuat, berfikir, dan

    merasakan. Budaya merupakan bentuk kondisi yang menunjukkaan

    dirinya melalui tingkah laku. Bahasa, pembawaan, nilai dan gerakan tubuh

    merefleksikan asal budaya. Budaya mempengaruhi cara klien dan

    perawat melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai situasi.

    Perawat belajar untuk mengetahui makna budaya dalam proses

    komunikasi. Pengaruh kebudayaan menetapkan batas kebudayaan

    menetapkan batas bagaimana seseorang bertindak dan berkomunikasi.

    (potter dan Perry, 2005)

    Budaya mempengaruhi metoda komunikasi tentang gejala atau

    perasaan menderita pada orang lain. Perbedaan muncul dalam

    penyingkapan diri atau ketika keinginan untuk menunjukkan emosi dan

    informasi psikologis pada orang lain. Misalnya orang Amerika dan Eropa

    lebih terbuka dan ingin mendiskusikan masalah keluarga yang pribadi,

    sedngkan orang Amerika Latin, Afrika, dan Asia enggan untukmengemukakan informasi pribadi atau keluarga pada orang asing seperti

    perawat atau dokter. Beberapa grup (misalnya Amerika Latin dan Asia

    Amerika) mengambil gerakan tubuh diam dan menarik diri karena gerakan

    tubuh terbuka atau argumentatif dianggap memberikan aspek negatif

    pada kehormatan keluarga. Dalam kelompok lainnya, membicarakan diri

    sendiri dianggap menyombongkan diri ; orang Amerika Asli misalnya,

    menghargai sikap diam dan merasa nyaman dengan hal tersebut. Padabeberapa kelompok etnik atau kelompok rasial, diam, rasa malu hanya

    terjadi jika ada orang asing atau profesional dari budaya yang lebih

    dominan; kadang hal ini terjadi karena rasa ketidakpercayaan historis

    yang berdasarkan padaa diskriminasi. Pada kondisi lain daapat

    dipengaruhi oleh kesetiaan padaa keluarga dan persetujuan tidak akann

    membagi masalah pada orang yang bukan anggota keluarga. (potter dan

    Perry, 2005)

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    18/61

    Perbedaan bahasa juga dapat merintangi komunikasi dan

    hubungan. Ketika perawat melakukan perawatan pada klien yang

    berbicara dalam bahasa yang berbeda, mungkin diperlukan seorang

    penerjemah. Selain unntuk kegiatan sosial atau untuk aktivitas perawatan,

    penerjemah rumah sakit diperuntukkan bagi anggota keluarga.

    Penerjemah rumah sakit umumnya memahami terminologi medis dan

    dapat menyampaikan kebijakan dan prosedur rumah sakit. Jika anggota

    keluarga bertindak sebagai penerjemah, mungkin akan menjadi lebih

    mudah bagi perawat untuk menyiasati cara berkomunikasi dengan klien.

    Perawat dapat mempelajari kata kunci seperti, air, sakit, atau kamat mandi

    untuk meyakinkan bahwa kebutuhan dasar pasien dikaji dan

    dipahami.(potter dan Perry, 2005)

    Pentingnya mengetahui perbedaan Budaya dalam Prektik

    Keperawatan

    Pengetahuan tentang perbedaan budaya menjadi hal yang sangat

    vital dalam praktik keperawatan. Pengetahuan tentang budaya dan

    pengaruhnya terhadap interaksi perawatan kesehatan sangat perlu untuk

    perawat, baik perawat di setting klinik, edukasi, penelitian maupunadministrasi. Perbedaan budaya menunjukkan perbedaan ras dan etnik,

    bagaimanapun, konsep atau ciri-ciri dari pengalaman seseorang tidak

    sama.

    Pengetahuan dan skill yang berhubungan dengan Perbedaan

    budaya dapat memperkuat dan memperluas sistem penyampaian

    perawatan kesehatan. Budaya yang lainnya dapat menyediakan suatu

    contoh tempat alternative dalam pelayanan, penyampaian system, konsepsakit, dan bentuk dari treatment. Konsen dari illness, heaalth, dan

    wellness merupakan salah satu bagian dari kepercayaan dari budaya

    tersebut. Yang perlu diketahui oleh perawat yaitu :

    1) Bagaimana grup budaya menjelaskan pemahaman tentang proses

    kehidupannya

    2) Bagaimana grup budaya mendefinisikan sehat dan sakit

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    19/61

    3) Apakah grup budaya melakukan pemeliharaan kesehatan

    (wellness)

    4) Apakah kepercayaan grup budaya yang bisa menyebabkan sakit

    5) Bagaimana seorang healer mengobati dan merawat masyarakat di

    budaya tsb

    6) Bagaimana latar belakang budaya dari pengaruh perawat yang

    merawat

    Ini sangat penting sebagai pertimbangan factor yang berpengaruh dalam

    masyarakat dan mengenal variasi budaya di dalamnya yang berarti bahwa

    masing-masing klien harus dikaji perbedaan budayanya.

    Budaya diartikan luas yang mencangkup sistem kepercayaan

    sebuah bermacam-macam grup. Perbedaan budaya menunjukkan

    perbedaan antara masyarakat berdasarkan sebuah kepercayaan nilai dan

    ideologiyang disepakati, norma, adat dan berdasarkan fakta dalam hidup.

    Maka dari itu, penentuan sikap dari seorang perawat dalam melakukan

    perawatn pada klien akan menentukan sebesar apa tujuan dari perawatan

    itu akan berhasil.

    Menurut Wafa Sader, RN, BSN, MSN 12 Mei 2009, ada beberapatantangan baru bagi para pekerja di bidang kesehatan dalam menanggapi

    perbedaan budaya yaitu :

    1) Perbedaan Bahasa

    2) Perbedaan konsep dari sehat daan sakit

    3) Kematian

    4) Nyeri

    5) Perbedaan persepsepsi makanan dan nutrisi6) Keluarga

    7) Agama atau kepercayaana

    Jika masalah tetap belum didefinisikan dan belum ada hasil, akan

    mengakibatkan pasien menerima perawatan yang tidak pantas atau

    perawatan dengan kualitas rendah.

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    20/61

    Memperbaiki pemahaman akan merubah sebuah kemampuan

    untuk memberikan kualitas perawatan kesehatan dan utuk membangun

    kepercayaan relasi dengan pasien ( Potter dan Perry. 2005 )

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    21/61

    PENGARUH SOSIAL LAIN TERHADAP KEPERAWATAN

    Pada tahun 4000 SM wanita diizinkan untuk melakukan peran

    perawat hanya di rumah saja. Tindakan criminal dan adanya perang

    saudara memiliki dampak yang signifikan terhadap masa depan

    keperawatan dengan berfokus pada perempuan sebagai penyedia

    perawat sehingga perlunya pelatihan perawat. Selama abad ke-20,

    evolusi dalam pendidikan kesehatan sebagai profesi keperawatan

    menunjukkan kemajuan. Selama Perang dunia II membawa reformasi

    sosial dan menciptakan jaminan kesehatan yang didukung oleh dokter

    dan rumah sakit. Keperawatan secara eksklusif adalah profesi perempuan

    dan memiliki sedikit kekuasaan.

    Pada tahun 1960 adalah satu dekade pertumbuhan dan perubahan

    kemajuan teknologi yang meningkatkan lingkup praktis medis dan

    keperawatan. Tahun1970 teori keperawatan sedang dikembangkan dan

    pendidikan keperawatan sedang diintegrasikan ke dalam pengaturan

    universitas.Pada tahun 1980 keperawatan menjadi lebih dikhususkan dan

    otonom. Pesatnya kemajuan teknologi dalam kedokteran diperlukanspesialisasi lainnya dalam keperawatan. Tahun 1990 perawat secara aktif

    mengambil tanggung jawab lebih untuk memberikan pelayanan

    kesehatan.

    Pada tahun 2010 bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, era

    dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional

    keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu

    masa transisi atau pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana polakehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang

    maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek

    kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa

    masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya

    angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang

    gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola

    nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    22/61

    menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut

    usia serta penyakit degeneratif.

    Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi

    peningkatan kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih

    tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat

    terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu

    berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis

    menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang

    profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan

    khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global internasional

    dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki

    kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka

    terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi

    perkembangan Iptek.

    Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang

    professional di Indonesia masih belum menggembirakan, banyak faktor

    yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional,

    diantaranya :1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan.

    Tahun 1985 pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI,

    sedangkan di negara barat pada tahun 1869.

    2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.

    3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk

    praktik keperawatan, lisensi ).

    Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalamdunia kesehatan akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan

    kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan maka solusi yang harus

    ditempuh adalah :

    1. Pengembangan pendidikan keperawatan

    Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam

    pengembangan perawatan professional, pengembangan teknologi

    keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan keperawatan

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    23/61

    berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan keperawatan

    yang menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang keperawatan.

    Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM pengajar,

    lahan praktik dan sarana serta prasarana penunjang pendidikan.

    2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional

    Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi,

    lisensi dan sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan

    model praktik keperawatan professional dalam memberikan asuhan

    keperawatan harus segera di lakukan untuk menjamin kepuasan

    konsumen/klien.

    3. Penyempurnaan organisasi keperawatan

    Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan

    dinamis serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu

    menjadi kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya menjadi

    serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi

    organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu

    organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya

    melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depanyang lebih baik serta meningkat.

    Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang

    bermutu baik secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan

    tenaga kesehatan lain sangat penting dalam terwujudnya pelayanan

    keperawatan professional. Nilai professional yang melandasi praktik

    keperawatan dapat di kelompokkan dalam :

    a. Nilai intelektualNilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari :

    Body of Knowledge

    Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)

    Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan

    kreatif.

    b. Nilai komitmen moral

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    24/61

    Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan

    memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters

    (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan

    integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.

    Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :

    Beneficience

    Selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan

    melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)

    Fair

    Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya,

    keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai

    individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.

    Fidelity

    Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu),

    selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi,

    komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.

    c. Otonomi, kendali dan tanggung gugat

    Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan

    tindakan secara mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian

    kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki kendali

    terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian

    mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap

    tindakannya sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri

    sendiri. Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahanterhadap sesuatu atau seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada

    kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran, fungsi dan

    tanggung jawab anggota profesi. Tanggung gugat berarti perawat

    bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukannya terhadap

    klien.

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    25/61

    PENDIDIKAN KEPERAWATAN PROFESIONAL

    Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun

    2003

    tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di

    Indonesia mencakup:

    - Pendidikan Vokasional : yaitu jenis pendidikan diploma sesuai

    dengan jenjangnya untuk memiliki keahlian ilmu terapan keperawatan

    yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia.

    - Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan

    pasca sarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu

    pengetahuan tertentu

    - Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana

    yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan

    persyaratan keahlian khusus.

    Jenjang pendidikan keperawatan mencakup program pendidikan diploma,

    sarjana, magister, spesialis

    - Program pendidikan diploma III keperawatan

    Pada jenjang pendidikan Diploma III bersifat pendidikan profesi,

    menghasilkan

    ahli madya keperawatan (A.Md.Kep) sebagai perawat professional

    pemula.

    Pendidikan keperawatan pada jenjang diploma di kembangkan terutama

    untuk menghasilkan lulusn/perawat yang memiliki sikap dan menguasaikemampuan keperawatan umum dan dasar. Pendidikan pada tahap ini

    lebih menekankan penguasaan sikap dan keterampilan dalam bidang

    keprofesian dengan landasan pengetahuan yang memadai. Sebagai

    perawat generalis ia telah memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan

    professional dalam keperawatan sehingga mampu melaksanakan asuhan

    keperwatan umum pada masyarakat dengan berpedoman pada etika

    keperawatan.

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    26/61

    - Program pendidikan sarjana keperawatan

    Pendidikan pada tahap ini bersifat pendidikan akdemik professional

    (pendidikan keprofesian), menekankan pada penguaasaan landasn

    keilmuan, yaitu ilmu keperawatan dan ilmu-ilmu penunjang, penumbuhan

    serta pembinaan sikap dan keterampilan professional dalam keperawatan.

    Pada jenjang pendidikan ini, menghasilkan perawat generalis, terdapat

    dua tahap program, yaitu tahap program akademik yang pada akhir

    pendidikan mendapat gelar akademik sarjana keperawatan (S.Kp.) dan

    tahap program keprofesian yang pada akhir pendidikan mendapat sebutan

    profesi Ners (Ns).

    Pada jenjang pendidikan ini, orientasi pendidikan adalah ilmu

    pengetahuna dan teknologi serta masyarakat yang bermakna bahwa arah

    pengembangan dan pembinaan adalah ilmu pengetahuan dan teknologi

    serta masyarakat. Kurikulum pendidikan dibangun dalam kerangka

    konsep yang kokoh, yaitu :

    (a). penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan,

    (b). memecahkan masalah secara ilmiah

    (c) sikap, kemampuan dan tingkah laku professional

    (d) belajar aktif dan mandiri, serta

    (E) belajar di masyarakat.kelompok ilmu yang terdapat dalam kurikulum

    pendidikan mencakup kelompok-kelompok ilmu dasar dan penunjang.

    Berbagai bentuk pengalaman belajar dilaksanakan dan dikembangkan di

    dalam tatanan yang relevan, khususnya pengalaman belajar praktik

    (PBP), pengalaman belajar klinik (PBK) dan pengalaman belajar lapangan

    (PBL). PBK dan PBL dilaksanankan didalam tatanan pelayanankesehatan, khususnya pelayanan keperawatan nyata yang ada,

    sedangkan PBP dilaksanankan didalam laboratorium keperawatan

    dengan fasilitas peralatan laboratorium yang cukup. Melalui kurukulum

    pendidikan yang demikian, diharapkan dapat menghasilkan perawat yang

    mampu dan mau melaksanakan asuhan keperawtan sesuai yang diruntut

    oleh profesi keperawatan, dan menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat

    dan pembangunan kesehatan.

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    27/61

    - Program pendidikan magister keperawatan

    Dalam menghadapi tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi serta tuntutan kebutuhan dan permintaan masyarakt yang

    diperkirakan akan terus meningkat, pendidikan pascsarjana dalam bidang

    keperawatan juga dikembangkan. Hal ini diperlukan agar pengembangan

    ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang keperawatan melalui

    berbagai bentuk penelitian dapat dilaksanakan, dan selanjutnya di

    manfaatkan dalam upaya meningktakan mutu asuhan keperawatn.

    - Program pendidikan spesialis bidang keperawatan

    Dalam memenuhi atau menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat dan

    pembangunan kesehatan di masa depan, dan bertolak pada pandangan

    bahwa setiap saat dan tahap pembangunan perlu diupayakan untuk

    meningktakan relevansi dan mutu asuhan keperawatan kepada

    masyarakat, maka dikembangkan pendidikan keperawatan pada jenjang

    spesialis. Pendidikan jenjang ini lebih merupakan pendidikann yang

    memperdaam pengetahuna dan keterampilan keprofesian. Sifat

    memperdalam ilmu pengetahuan keperawatan, walaupun lebih

    mengutamakan ilmu keperawatan kinik, namu tidak dapt dipisahkan

    sepenuhnya dengan perkembangan kelompok-kelompok ilmu dasar dan

    penunjang, termasuk ilmu dasar keperawatan.

    Jenis pendidikan pada jenjang pendidikan ini didasarkan pada tuntutan

    kebutuhan pelayanan keperawatan, dan perkembangan ilmu

    keperawatan, khususnya ilmu keperawatan klinis. Dalam pengembangan

    jenjang pendidikan ini dicegah terjadinya fragmentasi yang berlebih yang

    dapat merugikan masyarakat dan perkembanagn profesi keperawatan.Penetapan jenis spesialisasi dilakukan secara bersama-sama oleh pihk

    yang bertanggung jawab terhadap pengembanagn pendidikan tinggi

    keperawatan, pelayanan keperawatan dan kesehatan, serta organisasi

    profesi keperawatan.

    Pendidikan jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:

    1) Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, (Sp.KMB)

    2) Spesialis Keperawatan Maternitas, (Sp.Kep.Mat)

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    28/61

    3) Spesialis Keperawatan Komunitas, (Sp.Kep.Kom)

    4) Spesialis Keperawatan Anak, (Sp.Kep.Anak)

    5) Spesialis Keperawatan Jiwa, (Sp.Kep.Jiwa)

    (Kusnanto.2004)

    1. Register Nurse

    Register Nurse (RN) adalah seseorang yang telah mendapatkan ijin

    praktek keperawatan pada suatu Negara tertentu yang telah

    menyeleaikan kurikulum pada pendidikan keperawatan yang

    terakreditasi dan telah lulus National Council Licensure Examination for

    Registered Nurses (NCLEX-RN).

    2. Licensed Vocational Nurse/Licensed Practical Nurse

    Program Pemndidikan, focus pada skill tertentu biasanya

    diselesaikan dalam waktu 15 bulan. LVN/LPN bekerja dalam

    pengawasan perawat RN.

    3. Entry-Level Education

    a) Diploma Programs

    Pendidikan selama 2-3 tahun meliputi pendidikan ketrampilan di RS.

    b) Associate Degree ProgramsPendidikan selama 2 tahun, focus pad pendidikan dasar, pendidikan

    keperawatan dan keterampilan teknis keperawatan

    c) Baccalaureate Degree Programs

    Minimal masa studi 4 tahun, meliputi pendidikan keperawatan secara

    umum (general). Pendidikan berfokus pada kemampuan berpikir kritis,

    keputusan klinik, kemampuan membuat keputusan dan pengetahuan

    klinik.d) Graduate Degree Entry Programs

    Mempersiapkan sarjana dari disiplin ilmu selain keperawatan untuk

    masuk menjadi perawat generalis. Program ini juga meliputi pendidikan

    spesialistik seperti perawat praktisi, perawat administrator, perawat

    kebidanan, perawtat spesialis klinik dan perawat pendidik.

    4. Advance Practice Education

    a) Masters Degree Programs

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    29/61

    b) Doktoral Degree Programs

    5. Continuiting Education

    Suatu istilah yang dipakai untuk mendiskripsikan suatu program

    atau kursus dalam keperawatan professional untuk mengembagkan dan

    mempertahankan keahlian klinis untuk meningkatkan kualitas

    keperawatan.

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    30/61

    PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESSIONAL

    A. Pendahuluan

    Kemajuan zaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan

    untuk bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan

    dibidang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk

    memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional tersebut adalah

    pengembangan model praktek keperawatan profesional (MPKP) yang

    memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan

    keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan

    tersebut. MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan

    profesi lain dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP,

    perawat dapat memahami tugas dan tanggung jawabnya terhadap pasien

    sejak masuk hingga keluar rumah sakit. Implementasi MPKP harus

    ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang

    memadai.

    Banyak metode praktek keperawatan yang telah dikembangkan selama

    35 tahun terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatantim, keperawatan primer, praktik bersama, dan manajemen kasus. Setiap

    unit keperawatan mempunyai 2 upaya untuk menyeleksi model yang

    paling tepat berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan

    prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Katagori pasien didasarkan atas,

    tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien , Usia, Diagnosa

    atau masalah kesehatan yang dialami pasien dan terapi yang dilakukan

    (Bron, 1987). Pelayanan yang profesional identik dengan pelayanan yangbermutu, untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dalam

    melakukan kegiatan penerapan standart asuhan keperawatan dan

    pendidikan berkelanjutan. Dalam kelompok keperawatan yang tidak kalah

    pentingnya yaitu bagaimana caranya metode penugasan tenaga

    keperawatan agar dapat dilaksanakan secara teratur, efesien tenaga,

    waktu dan ruang, serta meningkatkan ketrampilan dan motivasi kerja.

    Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan keperawatan ada

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    31/61

    enam macam, yaitu: model kasus, model fungsional, model tim, model

    primer, model manajemen perawatan, dan model perawatan berfokus

    pada pasien.

    B. Macam-macam Metode Penugasan

    1. Metode fungsional

    Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian

    tugas dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan

    tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di

    suatu ruangan. Model ini digambarkan sebagai keperawatan yang

    berorientasi pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan

    pada setiap anggota staff. Setiap staff perawat hanya melakukan 1-2 jenis

    intervensi keperawatan pada semua pasien dibangsal. Misalnya seorang

    perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan, seorang yang

    lain untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur pemberian

    intravena, seorang lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan,

    yang lain memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat yang

    bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang pasien.

    Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawatsenior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat

    pelaksana pada tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada

    model ini berdasarkan 3 kriteria efisiensi, tugas didistribusikan

    berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat dan dipilih

    perawat yang paling murah. Kepala ruangan terlebih dahulu

    mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan, selanjutnya ditetapkan

    perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yangdimaksud. Model fungsional ini merupakan metode praktek keperawatan

    yang paling tua yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada

    saat perang dunia kedua.

    Kelebihan :

    Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam

    waktu singkat dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang

    baik

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    32/61

    Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

    Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja

    Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai

    kerja.

    Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang

    berpengalaman untuk tugas sederhana.

    Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta

    didik yang melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.

    Kelemahan :

    Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga

    kesulitan dalam penerapan proses keperawatan.

    Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas

    pekerjaan.

    Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan

    dengan ketrampilan saja.

    Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.

    Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat

    Hubungan perawat dank klien sulit terbentuk

    2. Metode TIM

    Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan

    menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok

    ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta

    memiliki pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas

    dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/ ketua group dan

    ketua group bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota group / tim.

    Selain itu ketua group bertugas memberi pengarahan dan menerima

    laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota

    tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan

    selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan

    pelayanan / asuhan keperawatan terhadap klien. Keperawatan Tim

    berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai pemimpin

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    33/61

    keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan

    perbedaan katagori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk

    menurunkan masalah yang timbul akibat penggunaan model fungsional.

    Pada model tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan keperawatan

    untuk sekelompok pasien di bawah arahan/pimpinan seorang perawat

    profesional (Marquis & Huston, 2000).

    Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan dapat

    bekerja bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional.

    Penugasan terhadap pasien dibuat untuk tim yang terdiri dari ketua tim

    dan anggota tim. Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap

    anggota kelompok mempunyai kontriibusi dalam merencanakan dan

    memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa

    tanggung jawab perawat yang tinggi. Setiap anggota tim akan merasakan

    kepuasan karena diakui kontribusmnya di dalam mencapai tujuan

    bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu.

    Potensi setiap anggota tim saling melengkapi menjadi suatu kekuatan

    yang dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan serta menimbulkan

    rasa kebersamaan dalam setiap upaya dalam pemberian asuhankeperawatan. Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi

    ketua tim apakah berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang

    berperan sebagai ketua tim bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi

    dan kebutuhan semua pasien yang ada di dalam timnya dan

    merencanakan perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi: mengkaji

    anggota tim, memberi arahan perawatan untuk klien, melakukan

    pendidikan kesehatan, mengkoordinasikan aktivitas klien. MenurutTappen (1995), ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan:

    Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat

    penugasan bagi anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.

    Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan

    demokratik atau partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim.

    Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan

    kepada kelompok pasien.

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    34/61

    Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat

    sukses. Komunikasi meliputi: penu!isan perawatan klien, rencana

    perawatan klien, laporan untuk dan dari pemimpin tim, pentemuan tim

    untuk mendiskusikan kasus pasien dan umpan balik informal di antara

    anggota tim.

    Kelebihan :

    Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.

    Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.

    Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk

    belajar.

    Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.

    Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang

    berbeda-beda secara efektif.

    Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim

    dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf

    secara keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia

    mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan

    Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat

    dipertanggungjawabkan

    Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama

    bertugas

    Kelemahan :

    Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan

    supervisi anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik

    sebagai perawat pemimpin maupun perawat klinik

    Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila

    konsepnya tidak diimplementasikan dengan total

    Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat

    tim ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.

    Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu

    tergantung staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.

    Akontabilitas dari tim menjadi kabur.

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    35/61

    Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena

    membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.

    Tanggung jawab Kepala Ruang

    Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan

    standar asuhan keperawatan.

    Mengorganisir pembagian tim dan pasien

    Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan

    kepemimpinan.

    Menjadi nara sumber bagi ketua tim.

    Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang

    metode/model tim dalam pemberian asuhan keperawatan.

    Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di

    ruangannya,

    Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di

    ruangannya,

    Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang

    lainnya

    Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di

    ruangannya, kemudian menindak lanjutinya

    Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset

    keperawatan.

    Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.

    Tanggung jawab ketua tim :

    Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala

    ruangan,

    Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya

    yang didelegasikan oleh kepala ruangan.

    Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi

    asuhan keperawatan bersama-sama anggota timnya,

    Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik.

    Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan

    bimbingan melalui konferens.

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    36/61

    Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang

    diharapkan serta mendokumentasikannya.

    Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang

    pelaksanaan asuhan keperawatan,

    Menyelenggarakan konferensi

    Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam

    pelaksanaan asuhan keperawatan,

    Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi

    tanggungjawab timnya

    Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan,

    Tanggung jawab anggota tim

    Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.

    Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah

    diberikan berdasarkan respon klien.

    Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk

    meningkatkan asuhan keperawatan

    Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.

    Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.

    Memberikan laporan

    3. Metode Primer

    Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menggunakan

    beberapa konsep dan perawatan total pasien. Keperawatan primer

    merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan di mana

    perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam terhadap perencanaan

    pelaksanaan pengevaIuasi satu atau beberapa klien dan sejak klien

    masuk rumah sakit sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja,

    perawat primer memberikan perawatan langsung secara total untuk klien.

    Ketika perawat primer tidak sedang bertugas, perawatan

    diberikan/didelegasikan kepada perawat asosiet yang mengikuti rencana

    keperawatan yang telah disusuni oleh perawat primer. Pada model ini,

    klien, keluarga, stafmedik dan staf keperawatan akan mengetahui bahwa

    pasien tertentu akan merupakan tanggung jawab perawat primer tertentu.

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    37/61

    Setiap perawat primer mempunyai 4-6 pasien. Seorang perawat primer

    mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial,

    kontak dengan lembaga sosial masyarakat membuat jadual perjanjian

    klinik, mengadakan kunjungan rumah, dan lain sebagainya. Dengan

    diberikannya kewenangan tersebut, maka dituntut akontabilitas yang tinggi

    terhadap hasil pelayanan yang diberikan. Tanggung jawab mencakup

    periode 24 jam, dengan perawat kolega yang memberikan perawatan bila

    perawat primer tidak ada. Perawatan yang yang diberikan direncanakan

    dan ditentukan secara total oleh perawat primer.

    Metode keperawatan primer mendorong praktek kemandirian perawat,

    yang ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara

    pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan

    dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Perawat

    primer bertanggung jawab untuk membangun komunikasi yang jelas di

    antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan anggota tim kesehatan lain.

    Walaupun perawat primer membuat rencana keperawatan, umpan balik

    dari orang lain diperlukan untuk pengkoordinasian asuhan keperawatan

    klien.Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati

    karena memerlukan beberapa kriteria, di antaranya dalam menetapkan

    kemampuan asertif, self direction kemampuan mengambil keputusan yang

    tepat, menguasai 10 keperawatan klinik, akuntabel serta mampu

    berkolaborasi dengan baik antar berbagai disiplin ilmu. Di negara maju

    pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai perawat primer adalah

    seorang perawat spesialis klinik yang mempunyai kualifikasi master dalambidang keperawatan. Karakteristik modalitas keperawatan primer adalah :

    Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan

    keperawatan pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai

    pemulangan

    Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan

    keperawatan, kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan lain,

    dan menyusun rencana perawatan.

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    38/61

    Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh

    perawat primer kepada perawat sekunder selama shift lain.

    Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala.

    Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer

    Kelebihan :

    Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil

    dan memungkinkan untuk pengembangan diri.

    Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi

    meningkatkan motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat

    Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan

    perawat primer dalam memberikan atau mengarahkan perawatan

    sepanjang hospitalisasi.

    Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran

    manajer operasional dan administrasi

    Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan

    keperawatan secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat

    primer adalah memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan ilmu

    pengetahuan.

    Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi

    tentang kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi

    dapat diperoleh dari satu perawat yang benar-benar mengetahui keadaan

    kliennya.

    Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas

    mereka.

    Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan

    supervisi dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien.

    Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan

    karena terpenuhi kebutuhannya secara individu.

    Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.

    Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan

    perawat yang mengetahui semua tentang kliennya.

    Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    39/61

    Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.

    Metode ini mendukung pelayanan profesional.

    Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga

    keperawatan tetapi harus berkualitas tinggi

    Kelemahan :

    Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional

    Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri,

    memiliki akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta

    merencanakan asuhan keperawatan untuk klien.

    Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.

    Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan

    dasar yang sama.

    Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.

    Ketenagaan metode primer

    Setiap perawat primer adalah perawat bedside

    Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer

    Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal

    Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non

    professional sebagai perawat asisten

    Tanggung jawab Kepala Ruang dalam metode primer

    Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer

    Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer

    Menyusun jadual dinas dan memberi penugasan pada perawat

    asisten

    Orientasi dan merencanakan karyawan baru

    Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff

    Tanggung jawab perawat primer :

    Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara

    komprehensif

    Membuat tujuan dan rencana keperawatan

    Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    40/61

    Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang

    diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain

    Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai

    Menyiapkan penyuluhan untuk pulang

    Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga

    sosial dimasyarakat

    Membuat jadual perjanjian klinis

    Mengadakan kunjungan rumah

    4. Metode kasus

    Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab

    terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk

    satu pasien dengan pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu.

    Metode penugasan kasus biasa diterapkan untuk perawatan khusus

    seperti isolasi, intensive care, perawat kesehatan komunitas.

    Kelebihan :

    Perawat lebih memahami kasus per kasus

    Adanya Sistem evaluasi

    Kekurangan :

    Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab

    Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan

    dasar yang sama

    5. Metode Modifikasi

    Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan

    dengan modifikasi antara tim dan primer. Menurut Sudarsono (2000),

    MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya

    manusia yang ada, antara lain adalah:

    a. Model Praktek Keperawatan Profesional III

    Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan

    profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan

    kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    41/61

    melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta

    memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan

    b. Model Praktek Keperawatan Profesional II

    Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan

    profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan

    kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu

    tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang

    asuhan keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya.

    Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan 14 hasil riset dalam

    memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis

    direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya.

    Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam

    memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis

    direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer (1:10)

    c. Model Praktek Keperawatan Profesional I.

    Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan

    profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama

    yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatanyang digunakan. Pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan

    primer dan metode tim disebut tim primer.

    d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula

    Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKP) merupakan

    tahap awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan

    asuhan keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat

    3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberianasuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan Menurut

    Ratna S. Sudarsono (2000), bahwa penetapan sistem model MAKP ii

    didasarkan pada beberapa alasan, yaitu :

    a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat

    primer harus mempunyai latar belakang pendidikan SI keperawatan atau

    setara

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    42/61

    b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni , karena tanggung

    jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim

    c. Melalui kombinasi kedua model ini diharapkan komunitas asuhan

    keperawatan dan akountabilitasnya terdapat pada primer.

    Disamping itu karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagaian

    besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat

    primer atau ketua tim tentang asuhan keperawatan. Nilai-nilai profesional

    dari penatalaksanaan kegiatan keperawatan diaplikasikan dalam bentuk

    aktifitas pelayanan profesional yang dipaparkan dalam 4 pilar sebagai

    berikut :

    1. Pendekatan Manajemen (Management Approach )

    2. Penghargaan karir ( compensatory rewards )

    3. Hubungan Profesional ( professional relationship)

    4. Sistem pemberian asuhan pasien ( patient care delivery system )

    merupakan Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan

    dasar MPKP yang dapat dikembangkan jika tenaga keperawatan yang

    bekerja berkualitas.

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    43/61

    FALSAFAH DAN PARADIGMA KEPERAWATAN

    Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman

    untuk mencapai suatu tujuan dan dipakai sebagai pandangan hidup.

    Falsafah menjadi ciri utama pada suatu komonitas, baik komunitas berskal

    besar maupun berskala kecil, salah satunya adalah profesi keperawatan.

    Falsafah keperawatan adalah : keyakinan perawat terhadap nilai-nilai

    keperawatan yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan

    keperawatan , baik kepada individu, keluarga, kelompok maupun

    masyarakat. Keyakinan terhadap nilai keperawatan harus menjadi

    pegangan setiap perawat.

    Falsafah keperawatan itu sudah harus tertanam dalam diri setiap perawat

    dan menjadi pedoman baginya untuk berprilaku, baik di tempat kerja

    maupun di lingkungan pergaulan social lainnya. Falsafah keperawatan

    bukan suatu hal yang harus dihafal melainkan sebuah baju yang melekat

    pada diri perawat. Dengan kata lain falsafah keperawatan merupakan

    roh yang mendiami pribadi setiap perawat. Artinya falsafah keperawatan

    menjadi landasan bagi perawat dalam menjalankan profesinya.Beberapa keyakinan yang harus dimiliki perawat dalam melaksanakan

    asuhan keperawatan adalah sebagai berikut :

    1. Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan bio-psiko-sosio-

    spiritual yang unik.

    2. Keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang bertujuan

    meningkatkan derajat kesehatan yang optimal

    3. Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersamadari semua anggota tim kesehatan dan pasien/ keluarga

    4. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat menggunakan

    proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan klien

    5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat, memiliki

    wewenang dalam melakukan asuhan keperawatan secara utuh

    berdasarkan standar asuhan keperawatan

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    44/61

    6. Pendidikan keperawatan harus dilaksanakan terus menerus untuk

    mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan staff dalam pelayanan

    kesehatan

    1. Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan bio-psiko-

    sosio-spiritual yang unik.

    Keyakinan ini menjadi pedoman bagi perawat dalam memberikan asuhan

    keperawatan : perawat harus memenuhi kebutuhan klien secara holistic.

    Kebutuhan klien yang holistic dan unik menuntut kemampuan perawat

    yang tepat dalam menganalisis kebutuhan klien. Karenanya, untuk

    mewujudkan semua ini , perawat harus memiliki pengetahuan yang

    mendalam tentang aspek manusia yang meliputi aspek biologis,

    psikologis, social, spiritual, dan cultural secara keseluruhan.

    Kelima aspek tersebut harus dipelajari oleh setiap perawat. Dengan

    menguasai kelima aspek tersebut, perawat akan mampu mengatasi

    berbagai hambatan dan kesulitan didalam memberikan asuhan

    keperawatan kepada klien dan dapat membantu mereka mencapai derajat

    kesehatan yang optimal. Klien yang dirawat di rumah sakit tidak hanyamengalami gangguan pada aspek fisik/biologis saja, tetapi juga aspek lain

    seperti psikologis, social dan spiritual.

    2. Keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang

    bertujuan meningkatkan derajat kesehatan yang optimal

    Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professionalyang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan berbasis ilmu dan

    kiat keperawatan, yang berbentuk layanan bio-psiko-sosio-spiritual

    komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dan

    masyarakat baik sehat maupun sakit, yang mencakup keseluruhan proses

    kehidupan manusia. Profesi keperawatan mempunyai andil besar dalam

    meningkatkan derajat kesehatan, baik individu maupun masyarakat.

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    45/61

    Kontribusi keperawatan dalam meningkatkan derajat kesehatan

    masyarakat didasarkan pada beberapa konsep keperawatan.

    Pertama, asuhan yang diberikan perawat bersipat holistic- menyeluruh

    pada semua spek manusia klien. Bukan berfokus pada kebutuhan

    biologis semata .

    Kedua, sasaran asuhan keperawatan adalah klien, mulai dari tingkat

    individu sampai tingkat masyarakat. Dalam konsep ini perawat meyakini

    bahwa jika individu sehat, komunitas atau masyarakat sehat pula. Dengan

    kata lain, derajat kesehatan masyarakat akan optimal jika derajat

    kesehatan setiap individunya optimal.

    Ketiga, lingkup layanan keperawatan bukan terbatas pada klien yang sakit

    saja, tetapi juga klien yang sehat. Tujuan perawatan terhadap klien yang

    sakit antara lain membantu klien mencapai kesembuhan dan menjalankan

    fungsinya sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Selain itu,

    tujuan perawatan terhadap klien yang sehat adalah membantu klien agar

    mempertahankan kesehatannya.

    Keempat, eksistensi keperawatan berlangsung sepanjang kehidupan

    manusia. Selama masih ada kehidupan manusia, selama itu pulakeperawatan tetap ada. Terlebih dengan adanya pergeseran

    perkembangan pola penyakit akibat perubahan pola hidup dan

    peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.

    Kelima, intervensi keperawatan mencakup upaya promotif, preventif,

    kuratif dan rehabilitative. Semua intervensi keperawatan tersebut

    dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan klien, mulai dari

    level individu hingga masyarakat, baik dalam kondisi sehat maupun sakit.

    3. Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha

    bersama dari semua anggota tim kesehatan dan pasien/ keluarga

    Asuhan keperawatan merupakan bentuk layanan keperawatan

    professional kepada klien dengan menggunakan metodelogi proses

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    46/61

    keperawatan. Asuhan keperawatan diberikan untuk memenuhi kebutuhan

    hidup dasar klien pada semua tingkatan usia dan tingkatan focus.

    Sebagai suatu bentuk layanan professional, asuhan keperawatan

    tentunya tidak dilakukan berdasarkan intuisi atau kebiasaan semata,

    melainkan dilandasi oleh pengetahuan ilmiah dan tetap memperhatikan

    aspek manusiawi yang dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.

    Oleh karena itu, dalam menetapkan tujuan dan rencana asuhan

    keperawatan, perawat harus melibatkan klien dan keluarga.

    Upaya melibatkan klien dan keluarga dalam penetapan tujuan asuhan

    keperawatan mempunyai beberapa manfaat. Pertama, klien dan keluarga

    akan merasa memiliki tanggung jawab dalam pencapaian tujuan

    perawtan, kedua,dapat terwujud dan terbina kerja sama yang baik antara

    perawat, klien dan keluarga yang dilandasi oleh rasa saling percaya.

    Perawat adalah tenaga kesehatan yang secara langsung berhubungan

    dengan manusia. Klien yang dirawat menyerahkan kesehatan dan

    keselamatan hidupnya kepada petugas kesehatan, termasuk perawat.

    Oleh karena itu, perawat tidak boleh berbuat semena-mena. Wujud

    ketidaksemena-menaan perawat terhadap klien adalah denganmelibatkan klien dan keluarga secara aktif di dalam memberikan asuhan

    keperawatan.

    4. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat menggunakan

    proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan klien

    Proses keperawatam merupakan metode ilmiah sistematik yangdigunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien guna

    mencapai dan mempertahankan keadaan bio-psiko-sosio-spiritual yang

    optimal. Dikatakan sebagai metode ilmiah Karena proses keperawatan

    terdiri atas beberapa tahap atau langkah yang bertujuan untuk memenuhi

    kebutuhan dasar hidup klien.

    Melalui proses keperawatan, perawat akan terhindar dari berbagai

    tindakan malefisien di dalam memberikan asuhan keperawatan pada

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    47/61

    klien. Selain itu, proses keperawatan juga merupakan wujud tanggung

    jawab dan tanggung gugat perawat, karena semua hal yang dilakukan

    oleh perawat terhadap klien terdokumentasi dengan baik dan benar.

    5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat, memiliki

    wewenang dalam melakukan asuhan keperawatan secara utuh

    berdasarkan standar asuhan keperawatan

    Sebagai tenaga kesehatan yang professional, perawat harus siap

    bertanggung jawab terhadap apapun yang dilakukannya. Tanggung jawab

    perawat bukan hanya ditujukan kepada klien dan keluarga, tetapi juga

    kepada masyarakat, profesi perawat itu sendiri, dan terutama bertanggung

    jawab kepada tuhan.

    Selain itu, perawat juga harus siap bertanggung gugat jika suatu saat klien

    atau pihak lain melakukan gugatan terkait asuhan keperawatan yang

    diberikan. Tanggung jawab dan tanggung gugat ini merupakan bukti

    bahwa keperawatan adalah profesi yang professional. Oleh karena itu,

    asuhan keperawatan yang diberikan perawat harus didasarkan padastandard dank ode etik keperawatan. Standard keperawatan tersebut

    merupakan ketentuan baku yang telah ditetapkan dan disahkan sebagai

    prosedur tetap bagi perawat dalam menjalankan profesinya.

    6. Pendidikan keperawatan harus dilaksanakan terus menerus

    untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan staff

    dalam pelayanan kesehatan

    Keperawatan merupakan profesi sepanjang hayat, dengan demikian,

    perawat adalah pelajar sejati. Artinya, setiap perawat dituntut untuk terus

    meningkatkan kompetensinya baik dari segi kognitif,psikomotor, maupun

    efektif. Salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi diri perawat

    adalah melalui pendidikan formal atau informal. Oleh karena itu, dalam

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    48/61

    setiap diri perawat harus tertanam motivasi yang kuat untuk selalu

    meningkatkan pendidikan.

    Pendidikan berpengaruh pada pola piker seseorang, yang akhirnya

    berpengaruh pula pada perilaku professional. Pendidikan keperawatan

    yang tinggi akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan

    kualitas asuhan keperawatan. Dengan demikian, peningkatan pendidikan

    bagi perawat merupakan suatu keharusan.

    Peningkatan pendidikan keperawatan menjadi tanggung jawab bersama

    bagi semua unsure terkait, seperti organisasi profesi perawat (PPNI),

    instansi tempat perawat bekerja, dan pemerintah ( dalam hal ini

    departemen kesehatan dan departemen pendidikan nasional). Tentunya

    peningkatan pendidikan ini harus dibarengi dengan pengakuan terhadap

    eksistensi profesi keperawatan. Akan tetapi, jangan sampai dengan

    tingkat pendidikan yang tinggi, perawat justru semakin jauh dengan klien.

    Oleh Karena itu penyusunan dan pengembangan kurikulum pendidikan

    keperawatan harus berorientasi pada hakekat keperawatan yaitu care

    (asmadi.2008)

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    49/61

    Paradigma Keperawatan

    Paradigma adalah suatu cara pandang mendasar atau cara kita

    melihat, memikirkan, memaknai, menyikapi, serta memilih tindakan atas

    fenomena yang ada. Paradigma merupakan suatu diagram atau kerangka

    berpikir yang menjelaskan suatu fenomena. Paradigm mengandung

    berbagai konsep yang terkait dengan focus keilmuannya.

    Paradigma keperawatan merupakan suatu pandangan global yang

    dianut oleh mayoritas kelompok ilmiah (keperawatan) atau hubungan

    berbagai teori yang membentuk suatu susunan yang mengatur hubungan

    di antara teori tersebut guna mengembangkan model konseptual dan

    teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja keperawatan. Paradigma

    keperawatan terdiri atas empat unsur, yaitu keperawatan, manusia, sehat-

    sakit, dan lingkungan. Keempat unsur inilah yang membedakan

    paradigma keperawatan dengan teori lain. Teori keperawatan didasarkan

    pada keempat konsep tersebut, yakni konsep manusia, konsep sehat-

    sakit, konsep lingkungan, dan konsep keperawatan sebagai

    intinya.hubungan keempat komponen tersebut dapat dilihat pada Gambar2.1 (Asmadi, 2008).

    Manusia

    Manusia sebagai makhluk bioo-psiko-sosial-spiritual yang utuh dan

    unik. Teori kebutuhan manusia memandang manusia sebagai suatu

    keterpaduan, keseluruhan yang terorganisir yang mendorong untuk

    memenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan manusia dipandang

    sebagai tekanan internal sebagai hasil dari perubahan keadaan system,

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    50/61

    dan tekanan ini dinyatakan dengan perilaku untuk mencapai tujuan

    sehingga terpenuhinya kebutuhan.

    Manusia adalah makhluk hidup yng lebih sempurna dibandingkan dengan

    makhluk hidup yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ad

    yang menyatakan bahwa manusia adalah hewan yang beakal. Ada

    pulayang menyatakan manusia adalah makhluk yang hina dan rendah

    karena diciptakan dari tanah. Ini semua menandakan bahwa manusia

    adalah makhluk misterius (masalah manusia yang multikompleks), dan

    manusia umumnya tidak Mampu mengetahui hakikat manusia secara

    utuh. Konsep seseorang tentang manusia dipengaruhi oleh beberapa hal

    berikut.

    1. Filsafat hidup individu/bangsa. Sebagai contoh, seorang komunis

    tentu mempunyai konsep yang dipengaruhi oleh falsafah

    negaranya-berasaskan komunis dan tidak meyakini adanya Tuhan.

    Hal ini tentunya berbeda dengan konsep bangsa Indonesia yang

    mempunyai asas Pancasila dan percaya terhadap Tuhan.

    2. Pengalaman hidup seseorang. Seseorang yang hidup dan

    berinteraksi dengan orang-orang yang ramah, baik, sopan, akanberpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang baik, ramah,

    dan sopan. Sebaliknya, seseorang yang pernah memiliki

    pengalaman yang tidak menyenangkan selama berinteraksi dengan

    orang lain dapat mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang

    kejam dan tidak punya perasaan.

    3. Pengetahuan manusia tentang dirinya. Pengetahuan manusia

    tentang dirinya sangat terbatas, salah satunya karena manusiacenderung memikirkan hal-hal di luar dirinya (mis., alam semesta,

    harta, dll.).

    Walaupun konsep tentang manusia masih beragam dan belum

    tercapai kesamaan persepsi, profesi keperawatan mempunyai konsep

    tentang manusia yang memandang dan meyakini manusia sebagai

    makhluk yang unik, sebagai system adaptif, dan sebagai makhluk holistic.

    Manusia sebagai makhluk unik

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    51/61

    Manusia sebagai makhluk unik mengandung pengertian bahwa

    manusia mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda satu sama lain.

    Begitu pula dengan responnya terhadap stimulus. Sebagai contoh, ada

    dua orang yang sama-sama lapar karena sejak pagi belum mendapat

    makan. Orang pertama berespons dengan menahan/mengganjal peutnya

    dengan kedua tangannya,sedangkan orang kedua beteriak meminta

    makan. Contoh ini membuktikan bahwa dari stimulus yang sama

    dihasilkan respons yang berbeda. Ini menunjukkan adanya keunikan

    manusia. Dalam konteks keperawatan, keunikan manusia menjadi

    pertimbangan utama bagi perawat dalam memberikan asuhan

    keperawatan.

    Manusia sebagai system adaptif atau terbuka

    Manusia sebagai system adaptif/terbuuka memandang manusia

    sebagai system terbuka yang dinamis yang memerlukan berbagai

    masukan dari subsistem maupun suprasistem. Subsistem terdiri atas

    komponen sel, organ, dan system organ. Suprasistem meliputi keluarga,

    komunitas, masyarakat, dan social budaya di dalam mempertahankan

    suatu keadaan seimbang. Tujuan utama manusia sebagai systemterbukaadalah sebagai berikut.

    1. Tetap bertahan serta berusaha untuk mencapai kebahagiaan

    lahir/batin.

    2. Dapat memelihara /menempatkan dirinya dalam situasi apapun

    agar tetap sehat.

    3. Derajat kesehatan manusia ditentukan oleh kemampuannya

    beradaptasi dengan segala pengaruh, baik yang berasal dari dalammaupun luar diri.

    Manusia sebagai makhluk holistik

    Keperawatan memandang manusia sebagai manusia sebagai

    makhlk holistic yang meiputi bio-psiko-sosio-spiritual-kultural. Ini menjadi

    prinsip keperawatan bahwa asuhan keperawatan yang diberikan harus

    memerhatikan aspek tersebut. Klien yang dirawat di rumah sakit harus

    mendapatkan perhatian bukan hanya pada aspek biologis, tetapi juga

  • 5/22/2018 Keperawatan Profesional

    52/61

    aspek-aspek yang lain. Sebagai makhluk holistic, manusia utuh dilihat dari

    aspek jasmani dan rohani, unik, serta berusaha untuk memenuhi

    kebutuhannya, dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya, terus-

    menerus menghadapi perubahan lingkungan, dan berusaha beradaptasi

    dengan lingkungan.

    Bila dipandang dari aspek keperawatan maka tekanan tersebut

    ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keperawatan dan kesehatan

    individu, kel