kementerian desa pembangunan daerah tertinggal dan ... desa adalah barang milik desa yang berasal...

255
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |i

Upload: buithuan

Post on 07-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |i

PROGRAM INOVASI DESA

ii| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | iii

Modul Pelatihan

Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

PROGRAM INOVASI DESA

iv| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Modul Pelatihan

Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | v

MODUL PELATIHAN

MENANGKAP INOVASI DESA (CAPTURING)

Panduan Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk

Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat dalam

Pelaksanaan Program Inovasi Desa

PENGARAH: Eko Putro Sanjoyo (Menteri Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia)

PENANGGUNG JAWAB: Taufik Madjid (Dirjen, Pembangunan dan Pemberdayaan

Masyarakat Desa)

TIM PENULIS: Lingga kartika Suyud, Ikhwan Maulana, Wahjudin Sumpeno, Octaviera

Herawati, Ludiro Prajoko, Lendy Wibowo, Didik Faryanto, Ismail Zainury, Nurulhadi,

Hasan Rofiky, Rusdin M. Nur, Roni Budi Sulistyo, Idham Arsyad, Joko Wiryanu, Nurul

Hadi, Yossy Suparyo, M. Zaeni, Usman Rauf, Susi Maniez, Riza Surya Kusuma, Adang,

Ratih Dewi, Fuad, Borni Kurniawan, Rospita.

REVIEWER:, Muhammad Fachry, Wahyuddin Kessa, Yoseph Lucky

COVER & LAYOUT: Wahjudin Sumpeno

Cetakan Pertama, April 2018

Diterbitkan oleh:

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,

DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Jl. TMP. Kalibata No. 17 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12740

Telp. (021) 79172244, Fax. (021) 7972242

Web: www.kemendesa.go.id

PROGRAM INOVASI DESA

vi| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | vii

Daftar Istilah dan Singkatan

1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya

disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,

dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan di

bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,

Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.

3. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

4. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu

perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

5. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah

lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan

wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara

demokratis.

6. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai

dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam memberdayakan

masyarakat.

7. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang

seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan

secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna

mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya

kesejahteraan masyarakat Desa.

8. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara

Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang

diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang

bersifat strategis.

9. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan nama

lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa,

dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk

menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa

yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat

Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.

PROGRAM INOVASI DESA

viii| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

10. Kesepakatan Musyawarah Desa adalah suatu hasil keputusan dari Musyawarah

Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam Berita Acara kesepakatan

Musyawarah Desa yang ditandatangani oleh Ketua Badan Permusyawaratan Desa

dan Kepala Desa.

11. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh

Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan

Desa.

12. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan

untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

13. Perencanaan pembangunan Desa adalah proses tahapan kegiatan yang

diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan Badan

Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna

pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya Desa dalam rangka mencapai

tujuan pembangunan Desa.

14. RPJM Desa (Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa) adalah dokumen

perencanaan untuk periode 6 (enam) tahun yang memuat arah pembangunan

Desa, arah kebijakan keuangan Desa, kebijakan umum dan program dan program

Satuan Kerja Perangkat (OPD) atau lintas OPD, dan program prioritas kewilayahan

disertai dengan rencana kerja.

15. RKP Desa (Rencana Kerja Pemerintah Desa) adalah dokumen perencanaan untuk

periode 1 (satu) tahun sebagai penjabaran dari RPJM Desa yang memuat

rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka

pendanaan yang dimutakhirkan, program prioritas pembangunan Desa, rencana

kerja dan pendanaan serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh

Pemerintah Desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi

masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah dan RPJM Desa.

16. Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari

RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah Desa

kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme perencanaan

pembangunan Daerah.

17. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan

uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan

pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.

18. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli

atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan

hak lainnya yang syah.

19. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah

rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.

20. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja

negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran

pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | ix

penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa,

pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaanmasyarakat Desa.

21. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang

diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

PROGRAM INOVASI DESA

x| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xi

Kata Sambutan

Direkturat Jenderal Pembangunan dan

Pemberdayaan Masyarakat Desa

Bismillahirrahmanirrahiim

Atas berkat rahmat Alloh SWT, Kami panjatkan puji dan syukur Alhamdulillah yang telah

memberikan kekuatan lahir dan bathin sehingga Modul Pelatihan Program Inovasi Desa

(PID) TA 2018 dapat digunakan sebagai panduan peningkatan kapasitas pemangku

kepentingan Prgram Inovasi Desa baik di tingkat pusat dan daerah.

Modul Pelatihan PID TA 2018 diinisiasi oleh Direktorat Program Pembangunan dan

Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD), Direktur Jenderal Pembangunan dan

Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi. Program

Inovasi Desa hadir sebagai upaya mendorong peningkatan kualitas pemanfaatan Dana

Desa dengan memberikan rujukan inovasi pembangunan Desa serta merevitalisasi peran

pendamping dan pelaku lainnya dalam mendukung pembangunan Desa. Melalui

Program Inovasi Desa diharapkan mampu memicu munculnya inovasi dan pertukaran

pengetahuan secara partisipatif. Program Inovasi Desa merupakan salah satu bentuk

dukungan kepada Desa agar lebih efektif dalam menyusun penggunaan Dana Desa

sebagai investasi dalam peningkatan produktifitas dan kesejahteraan masyarakat.

Modul pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas pemangku

kepentingan yang terlibat agar memahami secara filosofis, teknis serta memandu

pendamping dan pelaku lainnya untuk memfasilitasi proses pelaksanaan kegiatan PID.

Jika diperlukan penambahan dan pengayaan terkait topik-topik pembahasan dapat

diskusikan bersama agar pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang

diharapkan.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan Modul Pelatihan PID TA 2018 ini. Semoga Alloh SWT

senantiasa memberkati dan membimbing kita semua. Amien.

DIREKTUR JENDERAL

PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT DESA

Taufik Madjid

PROGRAM INOVASI DESA

xii| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xiii

Daftar Isi

Daftar Istilah

Kata Sambutan Direktorat Jenderal Pembangunan dan

Pemberdayaan Masyarakat Desa

Daftar Isi

vii

xi

xiii

Pokok Bahasan 1: Dinamika Kelompok dan Pengorganisasian

Peserta

1.1. Bina Suasana, Perkenalan dan Kontrak Belajar

1.2. Alur Proses Pelatihan

3

13

Pokok Bahasan 2: Inovasi Pembangunan Desa

2.1. Konsep Dasar Inovasi Desa

2.2. Konsep Dasar Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

2.3. Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa dalam Program

Inovasi Desa (PID)

19

23

27

Pokok Bahasan 3: Peran Pelaku dalam Menangkap Inovasi Desa

3.1. Peran TIK dan TPID dalam Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

3.2. Peran TAPM dalam Fasilitasi Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

37

41

Pokok Bahasan 4: Keterampilan Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

4.1. Identifikasi Inovasi Desa

4.2. Verifikasi Inovasi Desa

4.3. Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

4.4. Validasi Inovasi Desa

4.5. Mengemas dan Memformat Inovasi Desa

49

57

65

77

81

Pokok Bahasan 5: Peningkatan Kapasitas Pelaku dalam

Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

5.1. Strategi Peningkatan Kapasitas Pelaku (TIK dan TPID)

5.2. Bimbingan Teknis Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

97

103

Pokok Bahasan 6: Praktek Belajar Lapangan

6.1. Praktek Belajar Lapangan: Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

119

PROGRAM INOVASI DESA

xiv| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Pokok Bahasan 7: Evaluasi dan Rencana Kerja Tindak Lanjut

(RKTL)

7.1. Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan

7.2. Penyusunan RKTL

133

139

Lembar Informasi 147

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xv

Panduan Menggunakan

Modul Pelatihan

A. Latar Belakang

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID), Pemerintah,

Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota. berkewajiban untuk melakukan

Pendampingan Desa dalam rangka pembangunan, pemberdayaan masyarakat desa.

Salah satunya adalah menyangkut kesiapan pemerintah baik dalam menyiapkan tata

kelola dan penyesuaian kerja birokrasi, maupun dalam melakukan pendampingan

masyarakat Desa. Pendampingan yang dilakukan pemerintah sebagaimana dijelaskan

dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi 2015 bertujuan; (a) Meningkatkan kapasitas, efektivitas dan akuntabilitas

Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa; (b) Meningkatkan prakarsa, kesadaran dan

partisipasi masyarakat Desa dalam pembangunan desa yang partisipatif; (c)

Meningkatkan sinergi program pembangunan Desa antarsektor; dan (d)

Mengoptimalkan aset lokal Desa secara emansipatoris.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pasal 128

huruf (2) dijelaskan bahwa secara teknis dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat

daerah kabupaten/kota dan dapat dibantu oleh tenaga pendamping profesional, kader

pemberdayaan masyarakat Desa, dan/atau pihak ketiga. Khusus untuk tenaga

pendamping profesional, diantaranya: Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat yang

bertugas meningkatkan kapasitas tenaga pendamping dalam rangka penyelenggaraan

Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan

Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

Salah satu upaya dalam meningkatkan kompetensi tenaga pendamping di tingkat

Kabupaten/Kota, khususnya Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) dalam

memfasilitasi Program Inovasi Desa (PID) dilakukan dengan memberikan pelatihan

sesuai kerangka acuan tugas dan tanggungjawabnya. Rancangan kebutuhan

pengembangan kompetensi Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) yang

dirumuskan dalam kurikulum sesuai dengan kebutuhan tugas dan kondisi lapangan

serta mendorong pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID) khusunya dibidang

penangkapan inovasi desa (capturing).

Persoalan kualitas pelatih dan penyelenggraan termasuk manajemen pelatihan

seringkali menjadi penting dalam mendukung pencapian tujuan peningkatan kapasitas

Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM). Oleh karena itu, keseluruhan unsur

dalam pengelolaan pelatihan harus diperhatikan secara seksama baik perencanaan,

pelaksanaan dan penilaian kegiatan pelatihan penangkapan inovasi desa (capturing)

oleh penyelenggara pelatihan.

PROGRAM INOVASI DESA

xvi| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Diharapkan melalui pelatihan Program Inovasi Desa (PID) ini, Tenaga Ahli

Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) sebagai pendamping profesional di tingkat

Kabupaten/Kota memiliki wawasan, keterampilan dan sikap yang memadai dalam

mendorong pemerintah daerah khususnya unit kerja sektoral (OPD) mendukung

Pemerintah Desa dalam memfasilitasi kegiatan inovasi Desa dan sekaligus memperkuat

pengelolaan pengetahuan dan inovasi dalam mendukung pembangunan desa, dan

kemandirian secara berkelanjutan.

Modul Pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) merupakan salah satu bahan

pelatihan bagi Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) yang akan bertugas atau

ditempatkan di tingkat Kabupaten/Kota dalam rangka mendampingi pelaksanaan

Priogram Inovasi Desa (PID). Secara khusus, modul pelatihan ini disusun sebagai acuan

bagi pelatih dalam memfasilitasi kegiatan pelatihan menangkap inovasi desa (capturing)

sebagai bagian penting dari proses pengelolaan pengetahuan dan inovasi desa untuk

tahun anggaran 2018. Calon pelatih diharapkan memiliki pengetahuan tentang tujuan,

hasil dan alur pembelajaran termasuk kompetensi praktis dalam memfasilitasi pelatihan

yang akan diselenggarakan di 5 (lima) hari efektif.

B. Mengapa Modul Pelatihan ini Dibutuhkan

Pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan

Masyarakat (TAPM) bebertujuan membantu memahami kebijakan terkait pembangunan

dan pemberdayaan masyarakat sebagai bagian dari mandat Direktorat Jenderal

Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD) Kementerian Desa PDTT

dan mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID).

Secara khusus, modul ini akan melakukan transformasi tentang strategi dasar

dalam mendorong pelaku Program Inovasi Desa (PID) agar memiliki pengalaman dan

keterampilan praktis yang dibutuhkan dalam memfasilitasi pengelolaan pengetahuan

dan inovasi desa. Oleh karena, kebutuhan pengembangan kurikulum dan modul

pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan

Masyarakat (TAPM) disusun dengan maksud menjadi panduan penyelenggara pelatihan,

terutama bagi penyelenggara dan pemangku kepentingan di daerah.

Diharapkan Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) juga memilki

kapasitas personal yang dibutuhkan dalam memfasilitasi pelatihan kepada pelaku di

tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa dengan dibekali keterampilan dalam

melakukan penangkapan inovasi desa (capturing) melalui pembelajaran kreatif (creative

teaching skills). Disamping itu, pelatih dapat mempelajari dengan mudah dan

menerapkan sesuai dengan kebutuhan tugas Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat

(TAPM) dan kondisi lokal yang dihadapi.

C. Maksud dan Tujuan

Maksud pelatihan menangkap inovasi desa (capturing), yaitu mempersiapkan Tenaga

Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) memiliki kemampuan dalam memfasilitasi

kegiatan pelatihan atau bimbingan teknis kepada pelaku program khusunya TIK-PID dan

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xvii

TPID Tahun Anggaran 2018 dalam rangka pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)

sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

Secara umum modul pelatihan ini dimaksud memberikan panduan dalam

penyelengaraan pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) untuk Tenaga Ahli

Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) dalam rangka pengelolaan pengetahuan dan inovasi

desa. Secara khusus modul pelatihan ini bertujuan;

(1) Menyamakan persepsi dan konsep peningkatan kapasitas Tenaga Ahli

Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) dalam memfasilitasi kegiatan pelatihan

bimbingan teknis menangkap inovasi desa (capturing);

(2) Menyelaraskan materi, modul dan metode pelaksanaan pelatihan menangkap

inovasi desa (capturing) sesuai dengan kondisi wilayah kerjanya;

(3) Melakukan pembagian tugas dan pelaksanaan pelatihan menangkap inovasi desa

(capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) di wilayah kerja

masing-masing;

(4) Menyusun Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) pelaksanaan pelatihan atau

bimbingan teknis pelaku program dalam menangkap inovasi desa (capturing).

D. Sasaran Pengguna

Secara khusus, modul pelatihan ini ditujukan bagi Tenaga Ahli Pemberdayaan

Masyarakat (TAPM) di tingkat Kabupaten/Kota dalam rangka memandu

penyelenggaraan pelatihan menangkap inovasi desa (capturing). Namun, dalam

prakteknya, modul pelatihan ini juga dapat dimanfaatkan bagi pemangku kepentingan

lain dalam memfasilitasi kebutuhan pelatihan sejenis bagi tenaga ahli dengan latar

belakang pendidikan dan kapasitas yang beragam mulai dari fasilitator, pemandu,

petugas lapang, kelompok perempuan dan kelompok masyarakat lain.

Harapan lain melalui modul pelatihan ini dapat memberikan kontribusi bagi para

penggerak pembangunan dan pemberdayaan masyarakat agar mampu memfasilitasi

dan menyelenggarakan pelatihan atau bimbingan teknis dalam menangkap inovasi

(capturing) secara sederhana sesuai kondisi yang ada. Beberapa komunitas dan

organisasi lain diharapkan juga mendapatkan manfaat dari modul pelatihan ini terutama

untuk melatih para pendamping desa. Modul pelatihan ini dapat dibaca oleh kalangan

yang lebih luas baik pemerintah, kelompok masyarakat, lembaga pendidikan, pusat

pelatihan, LSM, serta lembaga lain yang memberikan perhatian terhadap pengelolan

pengetahuan dan inovasi desa.

E. Peran Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)

Kurikulum pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) untuk Tenaga Ahli

Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) disusun dengan maksud memberikan kerangka

acuan bagi pengelola atau penyelenggara pelatihan menangkap inovasi desa (capturing)

PROGRAM INOVASI DESA

xviii| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

agar berjalan sesuai dengan standar pembelajaran dan kerangka acuan program yang

telah ditetapkan.

Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) adalah sebuah team ahli yang

ditempatkan di setiap Kabupaten/Kota untuk memfasilitasi proses pendampingan

Program Inovasi Desa (PID). Secara khusus peran TAPM dalam memfasilitasi pengelolaan

pengetahuan dan inovasi desa diuraikan sebegai berikut:

a. Memfasilitasi proses perencanaan dan pelaksanaan Peluncuran Bursa Inovasi di

Kabupaten;

b. Memfasilitasi TIK melakukan identifikasi, memverifikasi, mendokumentasikan

praktek inovasi desa;

c. Membantu TIK dalam mengelola pertukaran pengetahuan (knowledge sharing)

dari inovasi-inovasi terbarukan yang terjadi di wilayah kerjanya atau antar daerah;

d. Memfasilitasi pembentukan TIK dan TPID;

e. Berkoordinasi dan melaporkan perkembangan PID kepada pemerintah daerah

secara berkala;

f. Membantu TIK menganalisa praktek-inovasi desa khususnya pada PID dan

potensial lokasi prioritas program Kementerian Desa, PDTT;

g. Memfasilitasi proses pemberian informasi inovasi desa, prioritas program

Kementerian Desa, PDTT kepada masyarakat melalui musyawarah antar desa atau

media lainnya;

h. Membantu TIK memfasilitasi pengelolaan dan memverifikasi Penyedia Jasa

Layanan Teknis (PJLT) untuk melakukan proses tahapan kegiatan inovasi desa;

i. Mengembangkan jaringan dengan stakeholder (government dan corporate); j.

Memberikan peningkatan kapasitas TPID, dan

j. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan pendamping program lainnya yang

terkait di wilayahnya masing-masing.

F. Ruang Lingkup

Materi Pelatihan dirumuskan berdasarkan hasil kajian terhadap kompetensi dasar yang

harus dimiliki Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) sesuai kerangka acuan

kerja yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan

Masyarakat. Selanjutnya hasil analisis terhadap kompetensi TAPM disusun sesuai tingkat

penguasaan kompetensi yang terdiri (K1) pengetahuan, (K2) Sikap dan (K3)

Keterampilan yang merujuk pada taksonomi Bloom dan Kartwohl (2001) dengan

indikator kedalaman materi sebagai berikut:

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xix

Tabel Cakupan Materi Berdasarkan Tingkat Kompetensi

K1 (Pengetahuan) K2 (Sikap) K3 (Keterampilan)

1. Mengingat

2. Memahami

3. Menerapkan

4. Menganalisis

5. Menilai

6. Mengkreasikan

1. Penerimaan

2. Menanggapi

3. Menghargai (valuing)

4. Mengorganisasikan

5. Karakterisasi

1. Meniru

2. Memanipulasi

3. Pengalamiahan

4. Artikulasi

Secara rinci setiap pokok-pokok materi ditetapkan tingkat keluasan dan kedalam-

nya berupa kisi-kisi materi pelatihan yang akan memandu pelatih dalam memfasilitasi

kegiatan pembelajaran. Kisi-kisi materi pelatihan penangkapan inovasi desa (capturing)

untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) diuraikan sebagai berikut:

Tabel Kisi-Kisi Materi Penangkapan Inovasi Desa (Capturing) untuk

Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)

No POKOK BAHASAN SUBPOKOK BAHASAN KOMPETENSI JP

K1 K2 K3

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Dinamika Kelompok

dan Pengorganisasi-

an Peserta

Bina Suasana, Perkenalan dan

Kontrak Belajar

2 2 90’

Alur Proses Pelatihan 2 4

2. Inovasi Pembangunan

Desa

Konsep Dasar Inovasi Desa 2 2 90’

Konsep Dasar Menangkap

Inovasi Desa (Capturing)

2 2 90’

Pengelolaan Pengetahuan dan

Inovasi Desa dalam Program

Inovasi Desa (PID)

4 4 2 90’

3. Peran Pelaku dalam

Menangkap Inovasi

Desa

Peran TIK dan TPID dalam

Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

4 4 3 90’

Peran TAPM dalam Fasilitasi

Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

4 4 3 90’

4. Keterampilan

Menangkap Inovasi

Desa (Capturing)

Identifikasi Inovasi Desa 6 4 4 180’

Verifikasi Inovasi Desa 6 4 4 180’

Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

6 4 4 225’

Validasi Inovasi Desa 6 4 4 135’

Mengemas dan Memformat

Inovasi Desa

6 4 4 225’

PROGRAM INOVASI DESA

xx| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

No POKOK BAHASAN SUBPOKOK BAHASAN KOMPETENSI JP

K1 K2 K3

(1) (2) (3) (4) (5)

5. Peningkatan Kapasitas

Pelaku dalam

Menangkap Inovasi

Desa (Capturing)

Strategi Peningkatan Kapasitas

Pelaku (TIK dan TPID)

4 4 3 90

Bimbingan Teknis Menangkap

Inovasi Desa (Capturing)

4 4 3 135’

6. Praktek Lapangan;

Menangkap Inovasi

Desa (Capturing)

Praktek Lapangan; Menangkap

Inovasi Desa (Capturing)

6 4 4 450’

7. Evaluasi Pelatihan dan

Rencana Kerja Tindak

Lanjut

Evaluasi Penyelenggaraan

Pelatihan

5 4 2 45’

Rencana Kerja Tindak Lanjut 5 4 2 45’

TOTAL 2250’

G. Sistematika Isi Modul Pelatihan

Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian

Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mencoba melakukan inisiatif

untuk menyusun modul pelatihan ini melalui serangkaian kajian kebutuhan pelatihan

dan lokakarya dengan melibatkan pemangku kepentingan lain baik kalangan praktisi,

aktivis, akademisi dan peneliti. Sebagaimana diketahui, hasil analisis kebutuhan

pelatihan menunjukkan bahwa Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)

merupakan pendamping professional di tingkat Kabupaten/kota yang ditempatkan

dengan latar belakang pengalaman teknis, karakteristik wilayah, dan kondisi sosial yang

berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan sebuah panduan pelatihan standar yang

mampu mempersiapkan kompetensinya sesuai tugas dan tanggung jawabnya dalam

memfasilitasi pelaku di tingkat Kabupaten/Kota melalui strategi bimbingan teknis

dengan tema utama penangkapan inovasi desa (capturing) yang sesuai kebutuhan di

lapangan.

Modul pelatihan ini telah mengalami berbagai perubahan melalui proses

perancangan, konsultasi, lokakarya, uji coba-revisi dan masukan dari berbagai pihak

bahkan langsung dari Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) dalam

memfasilitasi penangkapan inovasi desa di lapangan. Hasil pelatihan awal akan

memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan modul ini. Oleh karena itu

modul pelatihan ini dapat diibaratkan sebagai buku berjalan yang memberikan peluang

bagi pembaca atau pengguna dalam memberikan warna dan penyesuaian sesuai

dengan kaidah pembelajaran dan kebutuhan.

Modul dirancang menggunakan standar format yang dikembangkan oleh ASTD

(Association Sourcebook and Training Developmnet) yang menyertakan pokok-pokok

materi, panduan pelatih, lembar kerja dan media (presentasi atau beberan atau bahan

pemaparan) yang bermanfaat bagi siapa saja yang akan melaksanakan pelatihan atau

lokakarya sejenis. Modul pelatihan dirancang dalam bentuk modul bagi pelatih atau

Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) agar memudahkan dalam penerapan

dan penyesuaian sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah kerja. Modul pelatihan

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxi

ini terdiri dari 7 Pokok Bahasan dan 15 Subpokok Bahasan yang membahas latar

belakang, kerangka isi, metode dan aplikasi praktis tentang bagaimana menangkap

inovasi desa (capturing) dalam mendukung pengelolaan pengetahuan dan inovasi di

desa.

Secara rinci struktur materi modul pelatihan ini digambarkan dalam gambar

sebagai berikut:

Gambar Struktur Materi Pelatih Penangkapan Inovasi Desa (Capturing) untuk

Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)

PROGRAM INOVASI DESA

xxii| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

H. Skema Pelatihan

Modul pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) disajikan sesuai alur mekanisme

pelatihan mulai dari penyiapan GMT, MT, TOT, dan Pelatihan Tenaga Ahli Pemberdayaan

Masyarakat (TAPM). Pelatihan ini tentunya diarahkan untuk mempersiapkan pelaku

Program Inovasi Desa (PID) dalam melaksanakan tugas pendampingan sesuai dengan

kewenangannya sekaligus memberikan pembekalan keterampilan menangkap inovasi

desa (capturing).

I. Cara Menggunakan Modul Pelatihan

Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan dalam memahami dan menggunakan

Modul pelatihan ini. Dalam setiap bagian atau pokok bahasan terdiri dari beberapa

subpokok bahasan atau modul dengan topik yang beragam dan dapat dipelajari secara

mandiri sesuai dengan materi yang diperlukan. Masing-masing subpokok bahasan

dalam modul ini menggambarkan urutan kegiatan pembelajaran dan hal-hal pokok

yang perlu dipahami tentang materi yang dipelajari serta keterkaitannya dengan topik

lainnya.

Dalam setiap subpokok bahasan dilengkapi dengan panduan pelatih yang

membantu dalam mengarahkan proses, media dan sumber belajar, lembar kerja, lembar

evaluasi dan lembar informasi atau bahan bacaan. Masing-masing disusun secara

kronologis yang agar memudahkan bagi pengguna dengan memberikan alternatif

dalam memanfaatkan setiap subpokok bahasan secara luas dan fleksibel.

Setiap pokok bahasan dilengkapi dengan lembar informasi pendukung yang dapat

dibagikan secara terpisah dari panduan pelatihan agar dapat dibaca peserta sebelum

pelatihan di mulai. Pelatih juga diperkenankan untuk menambah atau memperkaya

wawasan untuk setiap subpokok bahasan berupa artikel, buku, juklak/juknis dan kiat-

kiat yang dianggap relevan.

Disamping itu, pembaca di berikan alat bantu telusur berupa catatan diberikan

termasuk ikon-ikon yang akan memandu dalam memahami karakteristik materi dan pola

penyajian yang harus dilalukan dalam pelatihan.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxiii

Tabel Penjelasan Ikon

PROGRAM INOVASI DESA

xxiv| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | xxv

Pokok Bahasan 1

DINAMIKA KELOMPOK DAN

PENGORGANISASIAN PESERTA

PROGRAM INOVASI DESA

xxvi| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |1

POKOK BAHASAN 1

POKOK BAHASAN

DINAMIKA KELOMPOK DAN

PENGORGANISASIAN PESERTA

Tujuan:

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:

1. Melakukan perkenalan antar peserta latih dan pelatih;

2. Memahami alur proses orientasi dan menyepakati tata tertib orientasi.

Sub Pokok Bahasan

SPB 1.1: Bina Suasana, Perkenalan dan Kontrak Belajar;

SPB 1.2: Alur Proses Pelatihan.

Waktu

2 JP (90 menit)

PROGRAM INOVASI DESA

2| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 3

SUB POKOK BAHASAN 1.1

Bina Suasana, Perkenalan dan

Kontrak Belajar

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. Saling mengenal antara pelatih dan peserta serta peserta dengan

peserta;

2. Membentuk kepengurusan kelas;

3. Mengungkapkan harapan dan kontrak belajar.

Waktu

1 JP (45 menit)

Metode

Permainan, refleksi diri, pengisian biodata peserta

Media

Media tayang 1.1.1:

Lembar Permainan 1.1.1: Zip – Zap

Lembar Permainan 1.1.2: Air Mengalir

Lembar Kerja 1.1.1: Kontrak Belajar

Lembar Kerja 1.1.2: Lembar Biodata Peserta Pelatihan

Alat Bantu

Flipt Chart, spidol, laptop, dan infocus

PROGRAM INOVASI DESA

4| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Pembukaan

1. Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari sesi

perkenalan antara pelatih, panitia dan peserta;

2. Lakukan pembukaan acara pelatihan ini secara informal dengan

mengucapkan salam dan selamat datang;

3. Jelaskan tentang latar belakang pelaksanaan pelatihan bagi pelatih

(trainining of trainers) kepada peserta pendamping teknis kabupaten

sebagai salah satu bentuk peningkatan kapasitas Pendamping Desa

dalam rangka implementasi Undang-Undang Desa;

4. Jelaskan secara singkat tentang tujuan, pokok bahasan, agenda dan

target pelatihan. Gunakan media yang telah disediakan;

5. Berikan kesempatan kepada panitia, penanggungjawab atau

penyelenggara untuk memberikan sambutan.

Kegiatan 2: Perkenalan dan Bina Suasana

6. Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari sesi

perkenalan dan bina suasana antara pelatih, panitia dan peserta;

7. Sebelum pelatihan, peserta diminta untuk mengisi formulir biodata

yang telah disediakan oleh panitia;

8. Pada sesi awal, bersama-sama melakukan perkenalan dengan

permainan sebagai panduan data menggunakan Lembar Permainan

1.1.1 atau 1.1.2 dengan memilih salah satu skenario;

9. Setelah pelatih, panitia dan peserta saling mengenal lakukan refleksi

atau menggali makna dari proses tersebut;

10. Buatlah penegasan dengan meminta peserta untuk menjelaskan

tujuan, makna dan manfaat perkenalan;

11. Buatlah kesimpulan dengan merangkum tujuan, makna, dan manfaat

perkenalan.

Kegiatan 3: Kontrak belajar

12. Setelah perkenalan, peserta diajak untuk menyepakati aturan main

dalam kelas dengan menggunakan Lembar Kerja 1.1.1;

13. Mintalah salah seorang peserta untuk memandu membuat

kesepakatan tentang hal-hal penting yang harus dipatuhi dan

dihindari agar pelatihan berjalan dengan baik dan lancer;

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 5

14. Hasil kesepakatan kemudian dituangkan dalam kertas plano dan

minta untuk dibacakan ulang agar mudah dipahami. Jika ada yang

keberatan atau perlu diklarifikasi maka berikan kesempatan untuk

disepakati kembali perubahan tersebut;

15. Pelatih memberikan penegasan tentang makna dan tujuan kontrak

belajar selama pelatihan.

Kegiatan 4: Gambaran Diri dan Pemetaan Harapan

16. Mintalah kepada peserta pelatihan untuk menuliskan nama

panggilan mereka, kemudian ditempelkan di peserta agar mudah

dibaca oleh peserta lain;

17. Peserta diminta untuk merefleksikan dirinya dengan menggambar

sketsa (tanpa kata atau tulisan) yang menjelaskan tentang siapa

dirinya: alasan menjadi pelatih, cita-cita hidup dan hal yang positif

tentang dirinya, motto hidup. Gunakan media yang telah disediakan

18. Mintalah seluruh peserta untuk berdiri dan memperkenalkan secara

singkat, sekaligus memperkenalkan dirinya. Setelah itu, mintalah

peserta untuk menempelkan gambar atau sketsa di dinding;

19. Peserta diberikan dua lembar metaplan dengan warna yang berbeda,

misalnya, merah dan putih;

20. Mintalah peserta untuk menuliskan pada dua lembar metaplan

tentang harapan setelah mengikuti pelatihan ini. Misalnya merah

untuk HARAPAN, dan warna putih untuk KEKHAWATIRAN;

21. Setelah selesai menuliskan harapan dan kekhawatiran, mintalah

seluruh peserta untuk menempelkan pada kertas plano atau flipchart

yang telah disediakan;

22. Mintalah kepada salah seorang peserta untuk membacakan dan

mengelompokkan berdasarkan tema-tema besar yang mungkin;

23. Selanjutnya jelaskan hasilnya kepada seluruh peserta.

Kegiatan 4: Alur Pelatihan

24. Lakukan pemaparan tentang alur atau proses pelatihan yang akan

dilaksanakan;

25. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan komentar

dan tanggapannya;

26. Buatlah catatan dan penegasan terkait alur proses pelatihan;

27. Pada akhir sesi ditutup dengan kesimpulan.

PROGRAM INOVASI DESA

6| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Pada saat sesi perkenalan libatkanlah seluruh peserta

melalui aktivitas permainan yang mendorong keterbukaan

dan mencarikan suasana. Disarankan untuk memperhati-

kan kecenderungan perilaku umum peserta yang cenderung

bersikap pasif, pemalu, berbicara lugas, santai atau

membosankan. Hal ini diperlukan untuk menetapkan strategi lain yang

diperlukan agar suasana mencair dan siap untuk mengikuti pelatihan.

Namun, pembatasan waktu perlu dilakukan agar tidak berlarut-larut.

Hindari pertanyaan yang bersifat menyelidik atau pribadi.

Dalam pembahasan aturan main, pelatih jangan larut dengan suasana

diskusi atau perdebatan panjang. Ingatlah dalam menetapkan aturan

main cukup membahas hal-hal yang diperlukan saja, jangan terlalu

banyak dan terlalu ketat karena akan menimbulkan suasana kaku dan

membosankan. Pada saat menggali kemampuan awal peserta, catatlah

pokok-pokok persoalan yang dilontarkan dan membutuhkan klarifikasi

lebih lanjut. Catatan tersebut, kemudian dipampangkan di dinding untuk

mengingatkan pelatih dan peserta pada saat pembahasan topik

berikutnya.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 7

Lembar Permainan 1.1.1

Permainan “Zip – Zap”

Pokok Bahasan : Perkenalan dan Pengorganisasian Peserta

Subpokok Bahasan : Perkenalan dan Struktur Organisasi Kelas

Tujuan : Pelatih, Panitia dan Peserta dapat saling mengenal nama

dengan cepat;

Waktu : Maksimal 15 menit

Tempat : Di dalam atau di luar ruangan

Peserta : a. Semua umur (anak-anak, dewasa, orang tua)

b. Pria dan wanita

Proses Permainan:

(1) Pelatih meminta seluruh peserta untuk berdiri dan membentuk lingkaran;

(2) Jelaskan kepada peserta tentang tujuan, manfaat, da aturan permainan bahwa: ZIP

berarti yang ditunjuk harus menyebutkan nama dan asal peserta di sebelah kirinya

sedangkan ZAP berarti yang ditunjuk harus menyebutkan nama dan asal peserta

di sebelah kanannya;

(3) Untuk memperjelas aturan main, pelatih dapat memandu contoh permainan

sekali;

(4) Mulailah permainan dengan mengucapkan ZIP ZAP berkali-kali, kemudian

menunjuk salah seorang peserta sambil mengucapkan ZIP ZAP;

(5) Bila yang ditunjuk tidak dapat menyebutkan nama sesuai perintah, persilahkan dia

saling berkenalan ulang;

(6) Ulangi proses 4 dan 5 berkali-kali dengan menunjuk peserta yang berbeda;

(7) Tingkat aturan, yakni:

ZIP berarti 2, 3, 4 dan seterusnya nama di sebelah kiri.

ZAP berarti 2, 3, 4 dan seterusnya nama di sebelah kanan.

(8) Lakukan proses 4 dengan menggunakan aturan tersebut;

(9) Pisahkan peserta yang tidak dapat menyebutkan nama sesuai perintah. Setelah

cukup 2, 3 atau 4 orang, ajaklah peserta memberikan hukuman;

(10) Akhirilah permainan setelah melihat semua peserta sudah saling kenal;

(11) Ajaklah peserta merefleksikan permainan tersebut dengan menngunakan

pertanyaan pemicu untuk memancing peserta memberikan komentar atau

tanggapan;

PROGRAM INOVASI DESA

8| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

(12) Selanjutnya ajaklah peserta untuk menghubungkan makna permainan tersebut

dengan dunia nyata, dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

Bagaimana, kalau Anda sebagai pendamping tidak dikenal dalam masyarakat?

Bagaimana Anda mengetahui persoalan masyarakat, jika kita tidak

mengenalnya?

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 9

Lembar Permainan 1.1.2

Permainan “Air Mengalir”

Pokok Bahasan : Perkenalan dan Pengorganisasian Peserta

Subpokok Bahasan : Perkenalan dan Struktur Organisasi Kelas

Tujuan : Pelatih, Panitia dan Peserta dapat saling mengenal nama

dengan cepat;

Waktu : Maksimal 15 menit

Tempat : Di dalam atau di luar ruangan

Peserta : c. Semua umur (anak-anak, dewasa, orang tua)

d. Pria dan wanita

Proses Permainan:

(1) Setiap komandan (fasilitator) memberikan aba-aba “air mengalir,“ maka semua

peserta akan bertanya secara serempak “mengalir kemana?”;

(2) Fasilitator/komandan akan menjawab jawaban misal, mengalir ke rumah orang

yang berkaca mata. Maka bagi peserta yang memakai kaca mata harus bergeser

pindah ke tempat lain dengan meninggalkan kertas yang dianggap sertifikat di

atas dan fasilitator ikut bergeser mencari tempat pada lingkaran peserta. Dengan

demikian akan ada 1 peserta yang kehilangan tempat dan mereka akan berganti

bertindak sebagai komandan. Sebagai mana komandan yang pertama mereka juga

mengatakan “air mengalir” dan peserta balik bertanya “mengalir kemana?” dan

komandan akan menjawab dengan tipe jawaban yang sama dengan jawaban

sebelumnya dengan mengambil ciri-ciri spesifik yang ada pada peserta misalnya

mengalir ke rumah yang memakai jam tangan, berambut keriting, berbaju kotak-

kotak, dll;

(3) Setelah semua peserta memahami aturan mainnya, mulailah bermain dengan

suasana yang riang paling tidak 7 kali putaran.

Pembahasan dan Analisis

(1) Mintalah peserta memberikan komentar pelajaran apa yang diperoleh dari

permainan ini. Tulislah pokok-pokok komentar peserta pada kertas flip chart.

(2) Katakan kepada peserta “mari kita renungkan” berapa banyak orang kehilangan

hak-haknya sebagai akibat dari sebuah aturan sebagaimana permainan ini. Mereka

selalu dipinggirkan dan tidak pernah diperhatikan. Tanyakan apakah anda pernah

mengalami atau melihat kejadian ini.

PROGRAM INOVASI DESA

10| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

(3) Tanyakan kepada peserta “apa saja yang biasanya dijadikan alasan oleh pembuat

kebijakan bagi mereka yang kehilangan haknya tadi,” pastikan dari jawaban

peserta ada yang mengarah pada pernyataan masyarakat susah diatur, susah

diajak maju.

(4) Tanyakan kepada peserta benarkah masyarakat susah diajak maju dan susah

diatur. Tanyakan pula kalau masyarakat dianggap tidak bisa diajak maju mengapa

hal ini terjadi?

(5) Jelaskan bahwa pada dasarnya masyarakat ingin maju, tidak ada satupun

masyarakat yang tidak ingin maju, persoalannya adalah apakah benar masyarakat

telah diajak berfikir untuk maju melalui pelibatan dalam proses pembangunan.

Dengan kata lain apakah masyarakat selama ini sudah DIBERDAYAKAN?

(6) Sebelum mengkhiri permainan ini jelaskan kepada peserta bahwa TAPM sebagai

bagian dari pendamping/fasilitator pemberdayaan masyarakat memegang amanat

untuk terselenggaranya pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat akan

memahami hak-hak dan kewajibannya dalam pembangunan dan tidak menjadi

korban pembangunan sebagai akibat kebijakan yang proses pembuatannya tidak

melibatkan peran serta masyarakat.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 11

Lembar Kerja 1.1.1

Kontrak Belajar

1. Waktu/Jadwal

2. Penggunaan HP

3. Merokok

4. Izin keluar kelas

5. Izin keluar tempat pelatihan

6. Ngantuk

7. Terlambat

8. Dan lain-lain

:

:

:

:

:

:

:

:

...............................................................................

...............................................................................

...............................................................................

...............................................................................

...............................................................................

...............................................................................

...............................................................................

...............................................................................

PROGRAM INOVASI DESA

12| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Kerja 1.1.2

Contoh Lembar Biodata Peserta Pelatihan

BIODATA PESERTA

1. Nama lengkap :

2. Jenis Kelamin : Pria/ wanita *)

3. Tempat tanggal Lahir :

4. Status : Kawin /Tidak kawin *)

5. Agama :

6. Alamat tempat tugas :

Telp: Fax:

7. Alamat tempat Tinggal:

Telp : Fax:

8. Pendidikan ( Lulusan):

a. SD, Tamat tahun: d. Sarjana Muda /D3, Tamat tahun:

b. SLTP, Tamat tahun: e. Sarjana (S1), Tamat tahun:

c. SLTA, Tamat tahun: f. Pasca Sarjana, Tamat tahun:

9. Pelatihan yang pernah dikuti terkait dengan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa:

a. (tahun ......)

b. (tahun ......)

c. (tahun ......)

d. (tahun ......)

e (tahun ......)

Pembuat Biodata,

…………………………………………….

Tanda tangan dan Nama Terang

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 13

SUB POKOK BAHASAN 1.2

Alur Pelatihan

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan alur prose

pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) untuk Tenaga Ahli

Pemberdayaan Masyarakat (TAPM).

Waktu

1 JP (45 menit)

Metode

Pemaparan, tanya jawab dan pleno

Media

Media tayang 1.2.1: Aur Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM).

Lembar Informasi 1.2.1: Kerangka Acuan Pelatihan Menangkap Inovasi

Desa (Capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat

Alat Bantu

Flipt Chart, spidol, laptop, dan infocus

PROGRAM INOVASI DESA

14| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Proses Penyajian

Kegiatan: Alur Pelatihan

1. Jelasakan tujuan, hasil dan proses pembahasan kegiatan

pembelajaran tentang tentang Alur Pelatihan Menangkap Inovasi

Desa (Capturing) untuk Tenaga Ahli Pemberdayaam Masyarakat

(TAPM) dengan mengkaitkan kegiatan pembelajaran sebelumnya;

2. Lakukan pemaparan tentang alur proses pelatihan yang akan diikuti

peserta selama 5 (lima) hari;

3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan memberikan

tanggapannya;

4. Buatlah catatan dan penegasan terkait alur proses pelatihan

Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk Tenaga Ahli

Pemberdayaam Masyarakat (TAPM);

5. Pada akhir sesi ditutup dengan kesimpulan.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 15

Pokok Bahasan 2

INOVASI PEMBANGUNAN DESA

PROGRAM INOVASI DESA

16| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 17

POKOK BAHASAN 1

POKOK BAHASAN

MENANGKAP INOVASI (CAPTURING)

DALAM PEMBANGUNAN DESA

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. Memahami pengertian, tujuan, hasil dan ruang lingkup menangkap

inovasi desa (capturing);

2. Memahami kerangka kerja Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi

Desa dalam Program Inovasi Desa (PID);

Sub Pokok Bahasan

SPB. 2.1: Konsep Inovasi Desa;

SPB. 2.1: Menangkap Inovasi Desa (Capturing);

SPB. 2.3: Pengelolaan Inovasi Desa dalam Program Inovasi Desa (PID);

Waktu

6 JP (270 menit)

PROGRAM INOVASI DESA

18| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 19

SUB POKOK BAHASAN 2.1

Konsep Inovasi Desa

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. menjelaskan konsep dasar inovasi Desa secara benar.

2. Menyepakati unsur-unsur dalam kegiatan inovasi Desa.

Waktu

2 JP (90 menit)

Metode

Curah pendapat, pemaparan, dan pleno.

Media

Media Tayang 2.1.1: Konsep Inovasi Desa

Lembar Informasi 2.1.1: Konsep Dasar Inovasi Desa

Alat Bantu

Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

PROGRAM INOVASI DESA

20| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Memahami Konsep Dasar Inovasi

1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari

kegiatan belajar tentang Konsep Dasar Inovasi Desa;

2. Mengawali pembahasan dengan melakukan curah pendapat untuk

menggali pemahaman awal tentang konsep inovasi dalam

pembangunan Desa dengan mengajukan beberapa pertanyaan

pemicu sebagai berikut:

a. Apa yang dimaksud inovasi Desa?

b. Mengapa inovasi diperlukan dalam pembangunan Desa?

c. Manfaat apa saja manfaat yang diperoleh dari kegiatan inovasi

Desa?

d. Kendala apa saja yang dihadapi dalam melakukan inovasi Desa?

e. Hal-hal positif apa saja yang dapat mendorong kegiatan inovasi

Desa?

3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab dan

berpendapat. Jika terdapat hal-hal yang perlu penjelasan lebih lanjut,

pelatih dapat memberikan penjelasan dilengkapi pemaparan media

tayang yang telah disediakan;

4. Buatlah catatan dari hasil curah pendapat dan lakukan pembulatan

terkait pemahaman tentang konsep inovasi Desa;

5. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan

mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Kegiatan 2: Unsur-Unsur Inovasi Desa

6. Bagilah kepada peserta 2-3 lembar meta plan dan spidol untuk

menuliskannya (setiap kartu berisi satu pernyataan saja);

7. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menuliskannya dalam kartu

meta plan (minimal 2-3 pernyataan) tentang unsur-unsur inovasi

Desa;

8. Mintalah salah seorang peserta untuk memoderasi proses

pengelompokan berdasarkan aspek atau unsur yang sama dalam

setiap karto yang dikumpulkan dari peserta;

9. Selanjutnya buatlah kesepakatan bersama tentang unsur-unsur

inovasi Desa dengan mengelompokkan dan mengklarifikasi metpaln

yang dikumpulkan dari peserta dalam pleno;

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 21

10. Pelatih melakukan curah pendapat dengan peserta untuk menggali

kembali hal-hal pokok tentang unsur-unsur inovasi Desa yang telah

ditulis dan disepakati;

11. Berikan kesempatan peserta untuk memberikan tanggapan dan

berdiskusi terkait unsur-unsur yang harus ada dalam inovasi. Jika tidak

ada, tunjuk 2-3 peserta untuk berpendapat;

12. Galilah contoh-contoh inovasi dari pengalaman peserta ketika

bertugas di wilayah kerja masing-masing;

13. Beri kesempatan peserta lain untuk menanggapi apakah contoh

inovasi yang disampaikan peserta itu layak disebut inovasi (jika

berpegang pada unsur-unsur yang harus ada pada sebuah inovasi);

14. Ulangi hingga 2-3 orang peserta.

15. Lakukan penegasan dengan memaparkan unsur-unsur inovasi Desa

dengan menggunakan media tayang yang telah disediakan.

16. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan.

Disarankan pelatih atau penyelenggara membagikan bahan

bacaan kepada peserta tentang Konsep Inovasi Desa dilakukan

sebelum pembelajaran dimulai (jika dimungkinkan pada sesi

malam atau istirahat). Hal ini perlu dipertimbangkan agar tidak

mengganggu proses pembelajaran karena kesibukan membaca

lembar informasi yang dibagikan. Dengan demikian peserta memiliki

cukup waktu untuk mempelajari dan memberikan catatan kritis yang akan

disampaikan pada saat pembelajaran berlangsung.

PROGRAM INOVASI DESA

22| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 23

SUB POKOK BAHASAN 2.2

Konsep Dasar Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. menjelaskan konesp dasar berupa latar belakang, tujuan, hasil dan

ruang lingkup kegiatan menangkap inovasi desa (capturing).

2. Menguraikan tahapan kegiatan menangkap inovasi desa (capturing)

dalam Program Inovasi Desa.

Waktu

2 JP (90 menit)

Metode

Curah pendapat, diskusi kelompok, pemaparan, dan pleno.

Media

Media Tayang 2.1.1: Menangkap Inovasi Desa (capturing)

Lembar Informasi 2.1.1: Konsep Dasar Menangkap Inovasi Desa

(capturing)

Alat Bantu

Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

PROGRAM INOVASI DESA

24| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Memahami Konsep Dasar Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari

kegiatan belajar tentang Konsep Dasar Menangkap Inovasi Desa

(Capturing);

2. Mengawali pembahasan dengan melakukan curah pendapat untuk

menggali pemahaman awal tentang konsep menangkap inovasi desa

(capturing) dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID) dengan

mengajukan beberapa pertanyaan pemicu sebagai berikut:

a. Apa yang dimaksud menangkap inovasi desa (capturing)?

b. Mengapa menangkap inovasi desa (capturing) diperlukan dalam

pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)?

c. Manfaat apa saja manfaat yang diperoleh dari kegiatan

menangkap inovasi desa (capturing)?

d. Hal-hal apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam menangkap

inovasi desa (capturing)?

3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab dan

berpendapat. Jika terdapat hal-hal yang perlu penjelasan lebih lanjut,

pelatih dapat memberikan penjelasan dilengkapi pemaparan media

tayang yang telah disediakan;

4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika

diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok

terkait konsep menangkap inovasi (capturing) dengan menuliskannya

di kertas plano atau whiteboard;

5. Lakukan pemaparan sebagai penegasan dengan menggunakan media

yang telah disediakan;

6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan

mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Kegiatan 2: Tahapan Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

7. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari

kegiatan pembelajaran tentang Tahapan Menangkap Inovasi Desa

(Capturing) dengan mengkaitkan topik sebelumnya;

8. Lakukan curah pendapat untuk menggali pemahaman peserta tentang

tahapan kegiatan menangkap inovasi desa (capturing) dalam

pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID) dengan mengajukan

beberapa pertanyaan pemicu sebagai berikut:

a. Bagaimana tahapan dalam menangkap inovasi desa (capturing)?

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 25

b. Komponen atau unsur apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam

menangkap inovasi desa (capturing)?

9. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab dan

berpendapat. Jika terdapat hal-hal yang perlu penjelasan lebih lanjut,

pelatih dapat memberikan penjelasan dilengkapi pemaparan media

tayang yang telah disediakan;

10. Buatlah catatan dari hasil curah pendapat dan lakukan pembulatan

terkait pemahaman tentang tahapan menangkap inovasi desa dalam

pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID) dengan menggunakan media

tayang telah disediakan;

11. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan

mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

PROGRAM INOVASI DESA

26| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 27

SUB POKOK BAHASAN 2.3

Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa

(PPID)

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. menggali gagasan tentang berbagi pengetahuan (knowledge sharing)

dalam Program inovasi Desa (PID);

2. merefleksikan pengalaman TAPM dalam memfasilitasi Pengelolaan

Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) dalam pelaksanaan Program

Inovasi Desa (PID).

Waktu

2 JP (90 menit)

Metode

Refleksi pengalaman, curah pendapat, dan pleno.

Media

Media Tayang 2.3.1: Pengantar Berbagi Pengetahuan dan Inovasi

dalam Program Inovasi Desa (PID);

Lembar Kerja 2.3.1: Matrik Diskusi Hambatan dan Tantangan Fasilitasi

PPID Program Inovasi Desa (PID) Tahun Sebelumnya;

Lembar Informasi 2.3.1: Fasilitasi Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi

Desa (PPID) dalam Program Inovasi Desa.

Alat Bantu

Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

PROGRAM INOVASI DESA

28| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Berbagi Pengetahuan dan Inovasi dalam Program Inovasi

Desa (PID)

1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari

topik bahasan tentang Berbagi Pengetahuan dan Inovasi Desa dalam

Program Inovasi Desa (PID);

2. Lakukan curah pendapat untuk menggali pemahaman awal tentang

beberapa terminologi yang digunakan terkait berbagi pengetahuan

(knowladge sharing) dengan mengajukan beberapa pertanyaan

pemicu sebagai berikut:

a. Apa pengetahuan itu?

b. Apa yang dimaksud tentang berbagi pengetahuan (knowladge

sharing) dalam pembangunan Desa?

c. Mengapa berbagi pengetahuan (knowladge sharing) penting

dalam mendukung pembangunan Desa?

d. Manfaat apa saja manfaat yang diperoleh dari kegiatan berbagi

pengetahuan (knowladge sharing)?

3. Berikan kesempatan diantara peserta untuk menanggapi, meng-

ungkapkan pendapat dan pengalamannya berpendapat.

4. Buatlah catatan dari hasil curah pendapat dan lakukan penegasan

terkait pemahaman tentang konsep bebagi pengetahuan (knowladge

sharing). Gunakan materi tayang untuk menjelaskan tentang proses

berbagi pengetahuan yang efektif;

Jelaskan tentang pengetahuan tacit (taxit knowladge) yang

masih ada dalam kepala seorang individu dan pengetahun

eksplisit merupakan pengetahuan yang telah didokumentasi-

kan. Cara belajar yang paling efektif adalah melalui

pengalaman baik maupun tidak baik, secara individu maupun

organisasi. Dalam proses belajar tersebut tentunya akan melahirkan

pengalaman yang inovatif, yang berbeda dalam proses pelaksanaannya.

Dalam konteks PID, jelaskan bahwa pengalaman inovatif yang telah

dilakukan oleh desa merupakan pengalaman yang dapat ditularkan ke

desa lain, terutama dalam pembangunan dan pemanfaatan Dana Desa

sesuai prioritas Kementerian Desa PDTT.

Sampaikan juga banyaknya pengalaman desa dalam pembangunan yang

telah berhasil dengan baik dan inovatif namun belum sempat

didokumentasikan sehingga pengalaman tersebut hanya dimiliki oleh

individu atau desa tertentu. Pengalaman tersebut dapat menjadi inspirasi

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 29

bagi desa lain bila didokumentasikan dengan baik dan disebarkan untuk

direplikasi.

Berikan ilustrasi di mana peserta berada di kamar hotel ketika alarm

berbunyi dan mereka harus menentukan jalan keluar apa yang akan

mereka pilih. Tunjukkan 3 pilihan jalan keluar: studi kasus kebakaran hotel

dalam bentuk buku, rencana evakuasi darurat hotel yang ditempelkan

pada pintu kamar hotel, atau nomor telepon teman yang adalah anggota

pemadam kebakaran. Tanyakan kepada peserta jalan keluar mana yang

akan mereka tempuh dan mengapa.

5. Akhiri sesi ini dengan kesimpulan dari pembahasan yang telah

dilakukan dengan mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Kegiatan 2: Refleksi TAPM dalam Fasilitasi Pengelolaan Pengetahuan

dan Inovasi Desa

1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari

topik bahasan tentang refleksi TAPM dalam memfasilitasi Pengelolaan

Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID);

2. Lakukan curah pengalaman TAPM dalam memfasilitasi Pengelolaan

Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) tahun 2017 dengan mengajukan

beberapa pertanyaan pemicu sebagai berikut:

a. Bagaimana peran TAPM dalam membantu Pemerintah daerah

dan Pemerintah Desa dalam memfasilitasi Pengelolaan

Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)?

b. Isu-isu krusial apa saja yang perlu mendapat perhatian dari

pendamping dalam memfasilitasi Pengelolaan Pengetahuan Dan

Inovasi Desa (PPID)?

3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,

bertanya, berpendapat dan masukan;

4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan. Jika

diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok

terkait pengalaman TAPM dalam memfasilitasi Pengelolaan

Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) tahun sebelumnya dapat

diruliskan di kertas plano atau whiteboard;

5. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan

mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

PROGRAM INOVASI DESA

30| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Disarankan peserta (TAPM) dapat membawa laporan kegiatan

pendampingan tahun sebelumnya terkait kegiatan fasilitasi

Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) dan referensi

terkait. Hal ini dilakukan sebelum pembelajaran dimulai (jika

dimungkinkan pada sesi malam atau istirahat). Pelatih dapat

meminta peserta untuk mempelajari kembali laporan kegiatan

pendampingan dengan mencatat hal-hal pokok yang perlu disampaikan

dalam kegiatan pembelajaran. Peserta diharapkan memiliki cukup waktu

untuk mempelajari dan memberikan catatan kritis yang akan disampaikan

pada saat pembelajaran berlangsung.

Kegiatan 3: Hambatan dan Tantangan Fasilitasi Pengelolaan Penge-

tahuan dan Inovasi Desa (PPID)

1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari

topik bahasan tentang Hambatan dan Tantangan Fasilitasi Tahapan

Pengelolaan Inovasi dan Pengetahuan (PPID) dalam pelaksanaan

Program Inovasi Desa;

2. Bagilah peserta dalam beberapa kelompok (sesuai wilayah kerjanya)

untuk menggali pengalaman TAPM dalam fasilitasi PPID, sebagai

panduan gunakan Lembar Kerja 2.3.1;

3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mendiskusikannya dalam

kelompok. Hasilnya ditulis dalam kertas plano dan di tempelkan di

dinding agar dapat diamati oleh peserta lain;

4. Mintalah 1 atau 2 kelompok untuk memaparkan hasilnya dalam pleno.

5. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, mengajukan

pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;

6. Buatlah catatan berupa hambatan dan tantangan yang dihadapi TAPM

dalam memfasilitasi PPID tahun sebelumnya sebagai landasan yang

perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pada tahun selanjutnya

dengan menuliskan dalam kartu meta plan sebagai pegangan bagi

pelatih;

7. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan hasil

pembahasan.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 31

Lembar Kerja 2.3.1

Matrik Diskusi Hambatan dan Tantangan Fasilitasi PPID

Program Inovasi Desa (PID) Tahun Sebelumnya

No Tahapan Kegiatan

PPID

Hambatan

Tantangan Saran

Catatan:

(1) Buatlah beberapa kolom yang berisi uraian tentang Tahapan Kegiatan Pengelolaan

Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID). Dalam menuliskan setiap tahapan kegiatan

PPID Kelompok dapat menggunakan rujukan Panduan Teknis Operasional PID

terkait mekanisme PPID;

(2) Lakukan penelaahan terkait pengalaman proses fasilitasi yang telah dilakukan oleh

pendamping untuk masing-masing tahapan tersebut secara rinci;

(3) Lakukan penelaahan terkait kemungkinan hambatan dan tantangan yang dihadapi

pendamping pada tahun sebelumnya dalam setiap tahapan tersebut;

(4) Rumuskan saran berupa beberapa alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan

kendala tersebut;

(5) Hasil diskusi kelompok dicatat dan dibahas dalam pleno untuk mengklarifikasi,

mengelompokkan dan menyepakati hasilnya.

PROGRAM INOVASI DESA

32| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 33

Pokok Bahasan 3

PERAN PELAKU PROGRAM INOVASI

DESA (PID) DALAM MENANGKAP

INOVASI DESA (CAPTURING)

PROGRAM INOVASI DESA

34| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 35

POKOK BAHASAN

PERAN PELAKU PROGRAM INOVASI

DESA (PID) DALAM MENANGKAP

INOVASI DESA (CAPTURING)

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. Memahami peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK-PID) dan Tim Pengelola

Inovasi Desa (TPID) untuk menangkap inovasi desa (capturing) dalam

Program Inovasi Desa (PID);

2. Memahami peran Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM)

dalam memfasilitasi pelaku untuk melaksanakan kegiatan

menangkap inovasi desa (capturing);

Sub Pokok Bahasan

SPB: 3.1: Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK-PID) dan Tim Pengelola

Inovasi Desa (TPID) dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing);

SPB: 3.2: Peran Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) dalam

Fasilitasi Menangkap Inovasi Desa (Capturing).

Waktu

4 JP (180 menit)

PROGRAM INOVASI DESA

36| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 37

SUB POKOK BAHASAN 3.1

Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK) dan Tim

Pengelolan Inovasi Desa (TPID) dalam

Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. Menjelaskan peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK-PID) dalam menangkap

inovasi desa (capturing) di tingkat Kecamatan;

2. Menjelaskan peran Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID) dalam

menangkap inovasi desa (capturing) di tingkat Kecamatan;

Waktu

2 JP (90 menit)

Metode

Pemaparan, curah pendapat, diskusi kelompok, dan pleno.

Media

Media Tayang 3.1.1: Peran Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK) dan Tim

Pengelolan Inovasi Desa (TPID) dalam Menangkap Inovasi Desa

(Capturing) ;

Lembar Informasi 3.1.1: Panduan Teknis Operasional Program Inovasi

Desa (PID) terkait Tugas dan Tanggung Jawab Tim Inovasi Kabupaten

(TIK) dan Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID);

Alat Bantu

Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

PROGRAM INOVASI DESA

38| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Memahami Tugas dan Tanggung Jawab Tim Inovasi

Kabupaten (TIK) dan Tim Pengelolan Inovasi Desa (TPID) dalam

Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari

topik bahasan tentang Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK) dan Tim

Pengelolan Inovasi Desa (TPID) dalam Menangkap Inovasi Desa

(Capturing);

2. Mintalah peserta membentuk dua kelompok untuk mendiskusikan

tentang Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK) dan Tim Pengelolan Inovasi

Desa (TPID);

3. Pembagian topik untuk masing-masing kelompok sebagai berikut:

a. Kelompok 1: Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK) dalam Menangkap

Inovasi Desa (Capturing)

b. Kelompok 2: Peran Tim Pengelola Inovasi Desa (TIPD) dalam

Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

4. Selanjutnya pelatih meminta masing-masing kelompok untuk

mendalami uraian tugas dan tanggung jawab TPID sesuai Panduan

Teknis Operasional (PTO) yang telah ditetapkan.

5. Berikan kesempatan kepada kelompok untuk mendiskusikan dengan

menggunakan Lembar Kerja Kelompok 3.1.1 dan 3.1.2. Hasilnya

kemudian dituliskan dalam kertas plano dan di tempelkan di dinding

agar dapat diamati oleh peserta lain;

6. Mintalah 1 atau 2 kelompok untuk memaparkan hasilnya dalam pleno.

7. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, mengajukan

pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;

8. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan

utama dari hasil pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan

dalam kartu meta plan sebagai pegangan bagi pelatih.

Kegiatan 3: Penegasan dan Kesimpulan

9. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan tentang peran TIK dan

TPID terkait kegiatan menangkap inovasi desa (capturing) sesuai

dengan kewenangannya;

10. Tutuplah sesi ini dengan kesimpulan.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 39

Lembar Kerja Kelompok 3.1.1

Matrik Diskusi Peran Peran Tim Inovasi Kabupaten (TIK-PID) dalam

Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

No Tahapan Menangkap

Inovasi (Capturing)

Uraian Peran

TIK-PID

Hambatan Saran

1. Identifikasi Inovasi Desa

2. Verifikasi Inovasi Desa

3. Menangkap Inovasi

(capturing)

4. Validasi Inovasi Desa

5. Mengemas dan

memformat Inovasi

Desa

PROGRAM INOVASI DESA

40| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Kerja Kelompok 3.1.2

Matrik Diskusi Peran Peran Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID) dalam

Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

No Tahapan Menangkap

Inovasi (Capturing)

Uraian Peran

TPID

Hambatan Saran

1. Identifikasi Inovasi Desa

2. Verifikasi Inovasi Desa

3. Menangkap Inovasi

(capturing)

4. Validasi Inovasi Desa

5. Mengemas dan

Memformat Inovasi

Desa

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 41

SUB POKOK BAHASAN 3.2

Peran TAPM dalam Fasilitasi

Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan peran

TAPM dalam fasilitasi menangkap inovasi desa (capturing) dalam

mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID).

Waktu

2 JP (90 menit)

Metode

Curah pendapat, pemaparan, dan pleno.

Media

Media Tayang 1.3.1: Peran TAPM dalam Fasilitasi Program Inovasi

Desa;

Lembar Informasi 1.3.1: Tugas dan Tanggung Jawab TAPM dalam

Menangkap Inovasi Desa (capturing);

Alat Bantu

Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

PROGRAM INOVASI DESA

42| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Proses Penyajian

Kegiatan: Peran TAPM dalam Fasilitasi Pelaku Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari

topik bahasan tentang “Peran TAPM dalam fasilitasi pelaku Program

Inovasi Desa (PID) terkait kegiatan menangkap inovasi desa

(capturing)” dengan mengkaitan topik sebelumnya;

2. Berdasarkan isu-isu pokok yang dijelaskan dalam kegiatan sebelumnya

mintalah peserta untuk membahas tentang peran TAPM dalam

memfasilitasi pelaku Program Inovasi Desa (PID) terkait kegiatan

menangkap inovasi desa (capturing) sesuai dengan kewenangannya,

dengan mengajukan pertanyaan pemicu, sebagai berikut:

a. Bagaimana peran TAPM terkait kegiatan fasilitasi pelaku dalam

menangkap inovasi desa (capturing)?

b. Hal-hal apa saja yang perlu menjadi perhatian bagi TAPM dalam

mendorong pelaku dalam menangkap inovasi desa (capturing)?

c. Hambatan/kendala apa saja yang mungkin dihadapi TAPM dalam

fasilitasi pelaku menangkap inovasi desa (capturing)?

3. Berikan kesempatan kepada peserta dalam kelompok untuk

mendiskusikan beberapa pertanyaan di atas. Hasilnya kemudian

dituliskan dalam Lembar Kerja Kelompok 3.2.1 untuk dipaparkan

dalam pleno;

4. Mintalah masing-masing wkail kelompok untuk memaparkan hasil

diksuinya dalam pleno;

5. Berikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi,

mengkritisi dan mengklarifikasi hal-hal yang perlu pendalam lebih

lanjut;

6. Buatlah catatan dari proses pembahasan yang telah dilakukan.

Hasilnya ditempelkan di kertas plano atau whiteboard;

7. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan menegas-

kan hal-hal pokok terkait dengan peran TAPM dalam fasilitasi dalam

menangkap inovasi desa (capturing).

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 43

Lembar Kerja Kelompok 3.2.1

Matrik Diskusi Peran Peran Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat

(TAPM) dalam Fasilitasi Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

No Tahapan Menangkap

Inovasi (Capturing)

Uraian Peran

TAPM

Hambatan Saran

1. Identifikasi Inovasi Desa

2. Verifikasi Inovasi Desa

3. Menangkap Inovasi

(capturing)

4. Validasi Inovasi Desa

5. Mengemas dan

memformat Inovasi

Desa

PROGRAM INOVASI DESA

44| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 45

Pokok Bahasan 4

KETERAMPILAN MENANGKAP

INOVASI DESA (CAPTURING)

PROGRAM INOVASI DESA

46| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 47

POKOK BAHASAN

KETERAMPILAN MENANGKAP

INOVASI DESA (CAPTURING)

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. Menerapkan keterampilan mengidentifikasi inovasi desa dalam

Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID);

2. Menerapkan keterampilan memverifikasi inovasi desa berdasarkan

hasil identifikasi inovasi desa yang telah dilakukan;

3. Menerapkan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing)

berdasarkan hasil identifikasi dan verifikasi inovasi desa yang telah

dilakukan;

4. Menerapkan keterampilan memvalidasi inovasi desa berdasarkan

hasil penangkapan inovasi desa (capturing) yang telah dilakukan;

5. Menerapkan keterampilan mengemas dan memformat inovasi desa

berdasarkan hasil validasi dan rekomendasi dari TIK-PID;

Sub Pokok Bahasan

SPB 4.1: Identifikasi Inovasi Desa

SPB 4.2: Verifikasi Inovasi Desa

SPB 4.3: Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

SPB 4.4: Validasi Inovasi Desa

SPB 4.5: Mengemas dan Memformat Inovasi Desa

Waktu

21 JP (945 menit)

PROGRAM INOVASI DESA

48| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 49

SUB POKOK BAHASAN 4.1

Identifikasi Inovasi Desa

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang

lingkup kegiatan identifikasi inovasi desa;

2. Mengidentifikasi inovasi desa berdasarkan kartu komitmen dan kartu

ide dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID).

Waktu

4 JP ( 180 menit)

Metode

Curah pendapat, praktek identifikasi Inovasi desa, kerja kelompok,

pemaparan dan pleno.

Media

Media Tayang 4.1.1: Identifikasi Inovasi Desa;

Lembar Kerja 4.1.1: Formulir Kartu Komitmen

Lembar Kerja 4.1.2: Formulir Kartu Ide

Lembar Kerja 4.1.3: Formulir Rekapitulasi Hasil Identifikasi Kegiatan

Inovasi Desa

Lembar Informasi 4.1.1: Buku Kecil itu Indah: Kumpulan Kisah inspiratif

Lapangan;

Lembar Informasi 4.1.2: Menangkap Inovasi (Capturing) dalam

Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).

Alat Bantu

Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

PROGRAM INOVASI DESA

50| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Proses Penyajian

Kegiatan1: Mengidentifikasi dan Menyortir Inovasi Desa

1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari

topik bahasan tentang Mengidentifikasi dan Menyortir Inovasi Desa

dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID);

2. Ingatkan kembali kepada peserta bahwa pendokumentasian

(penangkapan inovasi (capturing)) pengetahuan dan inovasi desa itu

harus melalui sejumlah tahapan atau prosedur sebelum disebarkan

kepada masyarakat atau khalayak umum;

3. Lakukan curah pendapat dengan peserta terkait pemahaman tentang

ruang lingkup kegiatan identifikasi inovasi desa dengan mengajukan

pertanyaan sebagai berikut:

a. Apa yang dimaksud dengan kegiatan identifikasi inovasi desa?

b. Mengapa identifikasi inovasi desa harus dilakukan?

c. Siapa pelaku yang terlibat dalam proses identifikasi inovasi desa?.

4. Ajak juga peserta untuk merefleksikan (terutama yang sudah

melakukan penangkapan inovasi (capturing)) bagaimana cara

mengidentifikasi inovasi desa yang selama ini dilakukan;

5. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,

kritik dan saran;

6. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika

diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok

terkait kegiatan identifikasi inovasi desa dengan menuliskannya di

kertas plano atau whiteboard;

7. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang proses meng-

identifikasi dan menyortir inovasi desa dengan menggunakan media

yang telah disediakan;

8. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan

mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Pelatih perlu menegaskan bahwa kegiatan identifikasi inovasi

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) melalui Bursa

Inovasi Desa di Kecamatan dan 2) melalui forum MAD I.

(sosialisasi kegiatan inovasi desa). Dalam forum MAD 1, TPID

dapat memfasilitasi pengumpulan kegiatan inovasi melalui

Kartu Ide yang telah dibagikan dan diisi oleh desa. Hasil identifkasi tersebut

akan menjadi bahan pertimbangan TPID dalam melakukan verifikasi

kegiatan inovasi desa yang akan ditangkap (capture).

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 51

Kegiatan 2: Praktek Mengindentifikasi Inovasi Desa

9. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari

praktek mengidentifikasi Inovasi Desa dalam Pengelolaan Inovasi dan

Pengetahuan (PPID);

10. Bagilah peserta dalam beberapa kelompok untuk melakukan praktek

mengindentifikasi inovasi desa;

11. Bagikan kepada masing-masing kelompok “Buku Kecil itu Indah” dan

ajak kelompok untuk mempelajari Booklet Lembar Kerja Program

Inovasi Desa (PID) pada bagian daftar periksa proses identifikasi;

12. Berikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk

mendefinisikan, mengidentifikasi, dan menyortir inovasi dari buku

tersebut dan menggunakan daftar periksa dengan keluaran sebagai

berikut:

a. Jumlah artikel yang masuk kategori inovasi desa (praktek baik);

b. Potensi inovasi desa yang terdapat dalam setiap artikel.

c. Memasukkan dalam Kartu Ide;

d. Membuat daftar rekapitulasi hasil identifikasi kegiatan Inovasi

Desa.

13. Hasilnya identifikasi inovasi tersebut dituliskan dalam Lembar Kerja

4.1.1 – 4.1.3 kemudian dipaparkan oleh masing-masing kelompok

dalam pleno;

14. Berikan kesempatan kepada peserta atau kelompok lain untuk

memberikan tanggapannya;

15. Selanjutnya berikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk

memilih 1 inovasi yang telah masuk kategori inovasi desa. Masing-

masing kelompok memilih 1 inovasi yang berbeda. Pelatih menuliskan

inovasi yang diplih oleh masing-masing kelompok dalam kartu meta

plan atau kertas plano. Pilihan inovasi tersebut tersebut akan menjadi

materi latihan pada sesi-sesi berikutnya;

16. Informasikan kepada peserta bahwa hal penting yang harus dilakukan

dan menjadi bagian dalam mengidentifikasi inovasi adalah

“Melengkapi Informasi Inovasi.”;

17. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika

diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok

terkait proses menangkap inovasi (capturing) dengan menuliskannya

di kertas plano atau whiteboard;

18. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang proses menangkap

inovasi (capturing) dalam pelaksanaan Pengelolaan Pengetahuan dan

Inovasi Desa (PPID) di tingkat Kecamatan dengan menggunakan media

yang telah disediakan;

PROGRAM INOVASI DESA

52| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

19. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan

mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Melalui materi tayang, pelatih menyampaikan keahlian dasar

yang perlu dimiliki oleh TPID dan TIK dalam proses capturing:

(a) komunikasi dan hubungan baik dengan narasumber, (b) pola

pikir investigatif yang bertujuan jelas, (c) mampu bercerita dan

merekam informasi dengan cara yang menarik, (d) memiliki

pengetahuan dasar tentang substansi yang di didokumentasikan, (e)

memiliki empati terhadap subyek yang ditangkap, dan (f) mampu

mengoperasikan perangkat teknologi sederhana seperti telepon seluler.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 53

Lembar Kerja 4.1.1

Formulir Kartu Komitmen Program Inovasi Desa (PID)

PROGRAM INOVASI DESA

54| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Kerja 4.1.2

Formulir Kartu Ide Program Inovasi Desa (PID)

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 55

Lembar Kerja 4.1.3

Formulir Inventarisasi Ide Kegiatan Inovasi Desa

Kecamatan :

Kabupaten :

No Kegiatan Lokasi Tujuan

Kegiatan

Hasil Bursa Inovasi Desa Biaya

Kewira-

usahaan

PSDM Infrastruktur

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Catatan:

(1) Jelas

(2) Tuliskan nama kegiatan inovasi sesuai kartu Ide (yang diusulkan oleh desa)

(3) Tuliskan nama lokasi (nama desa/dusun/RT/RW)

(4) Tuliskan secara jelas harapan dan perubahan yang diharapkan dari kegiatan

inovasi desa tersebut

(5), (6) dan (7) Tuliskan dengan memberikan tanda centang (√) sesuai jenis kegiatan

(8) Tuliskan jumlah besaran biaya yang digunakan untuk kegiatan tersebut

………, …………………………..

Tim Pengelola Inovasi Desa

Kecamatan …………………………

Ketua ,

(______________________________)

PROGRAM INOVASI DESA

56| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Kerja 4.1.4

Formulir Identifikasi Ide Kegiatan Inovasi Desa

Ka

bu

pa

ten

:

Be

rsifat

ke

ba

rua

n

Ke

un

ika

n

(jika

ad

a)

Pe

me

ca

ha

n

ma

sala

h

Da

mp

ak

sign

ifika

n

ba

gi d

esa

da

n

ma

sya

rak

at

Pa

rtisipa

si

ma

sya

rak

at

Ke

be

rlan

juta

n

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

Ke

tera

ng

an

:

(1)       Je

las

(2)       T

ulisk

an

jen

is keg

iata

n in

ovasi y

an

g te

lah

dila

ku

kan

ole

h d

esa

(3)       T

ulisk

an

nam

a d

esa

/du

sun

/RT/R

W

(4), (5

), dan

(6) D

iisi den

gan

kete

ran

gan

sing

kat jik

a m

em

en

uh

i sala

h sa

tu k

riteria

dala

m ta

bel P

en

jela

san

Ind

ikato

r Iden

tifikasi In

ovasi

Ta

ha

p 1

: Ciri-c

iri Ino

va

tifT

ah

ap

2 : A

spe

k P

em

an

faa

tan

No

Usu

lan

Ke

gia

tan

Ino

va

si De

saLo

ka

si

Fo

rmu

lir Ide

ntifik

asi Id

e K

eg

iata

n In

ov

asi D

esa

Ke

ca

ma

tan

:

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 57

No. Indikator Keterangan

Tahap 1 : Ciri-ciri inovatif

1. Bersifat kebaruan Bersifat baru

Pengembangan dari yang sudah ada

2. Unik Menggunakan cara yang berbeda

Memanfaatkan kearifan lokal dalam menyelesaikan

masalah

Tahap 2 : Aspek Pemanfaatan

1. Pemecahan masalah Mengatasi permasalahan di masyarakat dan desa

Memanfaatkan teknologi tepat guna

2. Dampak signifikan Memberikan dampak ekonomi pada sebagian

besar masyarakat

Memberikan dampak pada kualitas sumber daya

manusia di desa

3. Partisipasi masyarakat Melibatkan masyarakat termasuk kelompok miskin

dan terpinggirkan/marjinal

Dapat dilakukan oleh masyarakat

4. Keberlanjutan atau

bersifat jangka panjang

Menggunakan sumber daya lokal

Mendukung kelestarian lingkungan

PROGRAM INOVASI DESA

58| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

SUB POKOK BAHASAN 4.2

Verifikasi Inovasi Desa

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang

lingkup kegiatan verifikasi inovasi desa;

2. Memverifikasi kegiatan inovasi desa berdasarkan hasil identifikasi

inovasi yang telah dilakukan sesuai tahapan Pengelolaan Pengetahuan

dan Inovasi Desa (PPID).

Waktu

4 JP ( 180 menit)

Metode

Curah pendapat, praktek verifikasi inovasi desa, kerja kelompok, pemaparan

dan pleno.

Media

Media Tayang 4.2.1: Verifikasi Inovasi Desa;

Lembar Kerja 4.2.1: Checklist Kegiatan Inovasi Desa;

Lembar Kerja 4.2.2: Daftar Rekapitulasi Hasil Verifikasi Inovasi Desa-Tim

Pengelola Inovasi Desa (TPID);

Lembar Kerja 4.2.3: Rekomendasi Hasil Verifikasi Inovasi Desa-Tim

Inovasi Kabupaten (TIK-PID);

Lembar Informasi 4.2.1: Verifikasi Inovasi Desa dalam Pengelolaan

Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).

Alat Bantu

Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 59

Proses Penyajian

Kegiatan1: Memverifikasi Inovasi Desa

1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari

topik bahasan tentang Memverifikasi Inovasi Desa dalam Pengelolaan

Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) berdasakan hasil kajian yang

setelah dilakukan pada topik sebelumnya;

2. Awali dengan menggali pengalaman peserta untuk merefleksikan

(terutama yang telah melakukan verifikasi inovasi desa) yang pernah

dilakukan. Mintakan kepada peserta untuk menceritakan pengalaman-

nya dalam melakukan verifikasi inovasi di desa;

Pelatih dapat menegaskan bahwa kegiatan verifikasi inovasi

desa dilakukan oleh TPID dengan maksud untuk memastikan

kebenaran, ketepatan dan relevansi informasi terkait komitmen

kegiatan inovasi yang disampaikan oleh desa. Pelatih dapat

menggali pengalaman peserta yang pernah terlibat dalam

kegiatan verifikasi inovasi untuk memahami proses dan kesulitan yang

dihadapi di lapangan.

3. Selanjutnya lakukan curah pendapat dengan peserta terkait

pemahaman tentang ruang lingkup kegiatan verifikasi inovasi desa

dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

a. Apa yang dimaksud dengan kegiatan verifikasi inovasi desa?

b. Mengapa verifikasi inovasi desa harus dilakukan dalam rangkaian

tahapan pengelolaan pengetahuan dan inovasi desa?

c. Siapa pelaku yang terlibat dalam proses verifikasi inovasi desa?.

4. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,

kritik dan saran;

5. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika

diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok

terkait kegiatan verifikasi inovasi desa dengan menuliskannya di kertas

plano atau whiteboard;

6. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang proses memverifikasi

inovasi desa dengan menggunakan media yang telah disediakan;

7. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan

mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

PROGRAM INOVASI DESA

60| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Kegiatan 2: Tahapan Kegiatan Verifikasi Inovasi Desa

8. Setelah menyamakan pemahaman tentang konsep verifikasi inovasi

desa, selanjutnya lakukan pemaparan dengan menjelaskan tentang

tahapan verifikasi inovasi desa dengan menggunakan media tayang

yang telah disedikan;

9. Berikan kesempatan peserta untuk memberikan tanggapan dan

berdiskusi terkait “Bagaimana Melakukan Verifikasi” dan “Checklist

Verifikasi” dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).

Jika tidak ada, tunjuk 2-3 peserta untuk berpendapat, terutama peserta

dari daerah yang telah melakukan kegiatan menangkap inovasi desa

(capturing);

10. Buatlah catatan terkait isu-isu kritis terkait tahapan kegiatan verifikasi

inovasi desa dalam metaplan dan ditempel di dinding agar dapat

diamati oleh peserta.

11. Lakukan penegasan bahwa dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa

(PID) bahwa TPID diharapkan mampu menyajikan pengetahuan dan

inovasi desa yang benar-benar berasal dari inisiatif masyarakat, bukan

meng-claim inovasi pihak lain sebagai inovasi milik desa.

12. Lakukanm penyimulan dan mengkaitkan dengan kegiatan selanjutnya.

Kegiatan 3: Praktek Memverifikasi Inovasi Desa

13. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari

praktek memverifikasi Inovasi desa dalam Pengelolaan Inovasi dan

Pengetahuan (PPID) dengan mengaitkan kegiatan belajar sebelumnya;

14. Bagilah peserta dalam beberapa kelompok untuk melakukan praktek

memverifikasi inovasi desa sebagai tindak lanjut kegiatan sebelumnya

yaitu mendefinisikan dan menidentifikasi inovasi. Mintalah kepada

kelompok untuk mempelajari studi kasus atau dokumen pembelajaran

sebelumnya untuk dipelajari;

15. Selanjutnya, masing-masing kelompok diminta untuk meakukan

kegiatan verifikasi dengan menggunakan Lembar Kerja Kelompok 4.2.1

“Checklist Verifikasi Kegiatan Inovasi Desa” dan Lembar Kerja

Kelompok 4.2.2 “Daftar Rekapitulasi Hasil Verifikasi Kegiatan Inovasi

Desa;”;

16. Berikan kesempatan kepada kelompok untuk mendiskusikannya dan

menuliskan hasilnya untuk dipaparkan dalam pleno;

17. Berikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk

memaparkan hasil diskusinya dalam pleno;

18. Setelah pemaparan mintalah peserta atau kelompok lain untuk

memberikan tanggapan dan saran atas paparan yang telah dilakukan;

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 61

19. Selanjutnya, berikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk

memilih 1 inovasi yang telah masuk kategori inovasi desa. Masing-

masing kelompok memilih 1 inovasi yang berbeda. Pelatih menuliskan

inovasi yang diplih oleh masing-masing kelompok dalam kartu meta

plan atau kertas plano. Pilihan inovasi tersebut tersebut akan menjadi

materi latihan pada sesi-sesi berikutnya;

20. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan

mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

PROGRAM INOVASI DESA

62| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Kerja 4.2.1

Rekomendasi Hasil Verifikasi Kegiatan Inovasi Desa

Tim Inovasi Kabupaten (TIK-PID)

Kecamatan : …………………………..

Kabupaten : …………………………..

No Kegiatan Lokasi

Penilaian Usulan Kegiatan

Penangkapan Inovasi

(Capturing) Jumlah Rank

Rekomen

dasi

Inovasi

Selaras

Kebijakan

Pemerintah

Keber-

lanjutan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Kewira

PSDM

Infra

Catatan:

(1) Jelas

(2) Tuliskan nama kegiatan inovasi sesuai kartu Ide (yang diusulkan oleh desa)

(3) Tuliskan nama lokasi (nama kecamatan/desa/dusun/RT/RW)

(4) Tuliskan sejauhamana kesesuaian usulan kegiatan inovasi desa tersebut dengan

karakteristik atau ciri-ciri inovasi (kebaruan, pemecahan masalah, keunikan) dengan

memberikan angka (1 – rendah, 2 – sedang, 3 – tinggi)

(5) Tuliskan sejauhamana kesesuaian usulan kegiatan inovasi desa tersebut dengan

kebijakan pemerintah (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) dengan memberikan

angka (1 – rendah, 2 – sedang, 3 – tinggi)

(6) Tuliskan sejauhamana tingkat keberlanjutan usulan kegiatan inovasi desa tersebut

ditinjau dari kemampuan untuk direplikasi, ramah lingkungan, ketersediaan sumber

daya dengan memberikan angka (1 – rendah, 2 – sedang, 3 – tinggi)

(7) Tuliskan rekomendasi layak atau tidak di tangkap (capture)

………, …………………………..

Tim Inovasi Kabupaten .……………

Ketua ,

(______________________________)

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 63

PROGRAM INOVASI DESA

64| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

SUB POKOK BAHASAN 4.3

Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang

lingkup kegiatan menangkap inovasi desa (capturing);

2. Menjabarkan beberapa metode menangkap inovasi desa (capturing)

baik yang berisfat individu maupun kelompok;

3. Menerapkan beberapa metode menangkap inovasi desa (capturing)

dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).

Waktu

5 JP ( 225 menit)

Metode

Curah pendapat, praktek menangkap inovasi desa (capturing), kerja

kelompok, pemaparan dan pleno.

Media

Media Tayang 4.3.1: Menangkap Inovasi Desa (Capturing);

Lembar Kerja 4.3.1: Matrik Kajian Metode Menangkap Inovasi Desa

(Capturing) dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID);

Lembar Kerja 4.3.2: Format Struktur Dokumen Inovasi dan Bahan

Pembelajaran Hasil Penangkapan Inovasi Desa (capturing);

Lembar Informasi 4.2.1: Metode Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID).

Alat Bantu

Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 65

Proses Penyajian

Kegiatan1: Keterampilan Dasar dalam Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari

topik bahasan tentang Ruang Lingkup Kegiatan Menangkap Inovasi

Desa dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID) dengan

mempelajari kembali hasil belajar SPB 2,2 tentang konsep dasar

menangkap inovasi desa (capturing);

2. Awali dengan menggali kemampuan peserta untuk merefleksikan

pengalamannya (terutama yang telah melakukan kegiatan menangkap

inovasi desa (capturing) yang telah dilakukan. Ajukan beberapa

pertanyaan pokok sebagai berikut:

a. Berdasarkan pengalaman Anda dalam melakukan penangkapan

inovasi desa (capturing) kesulitan apa saja yang dihadapi?

Terutama dalam aspek apa saja?

b. Keterampilan apa saja yang secara teknis dibutuhkan untuk

mendukung kegiatan (capturing) di lapangan?

c. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengembangkan

keterampilan tersebut?

3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menceritakan pengalaman-

nya dalam melakukan verifikasi inovasi di desa;

4. Catatlah hal-hal penting yang berkembang dalam pembahasan

dengan menuliskannya pada kartu metaplan atau kertas plano;

5. Lakukan penegasan tentang keterampilan dasar yang harus dimiliki

oleh pelaku PID dalam menangkap inovasi desa.

6. Tutuplah kegiatan dalam sesi ini dengan kesimpulan.

Pelatih dapat memberikan penjelasan tambahan dengan

menggunakan tayang, terkait keahlian dasar yang perlu dimiliki

oleh TPID dan TIK-PID dalam proses capturing: (a) komunikasi

dan hubungan baik dengan narasumber, (b) pola pikir

investigatif yang bertujuan jelas, (c) mampu bercerita dan

merekam informasi dengan cara yang menarik, (d) memiliki pengetahuan

dasar tentang substansi yang di-capture, (e) memiliki empati terhadap

subyek yang di-capture, dan (f) mampu mengoperasikan perangkat

teknologi sederhana seperti telepon seluler.

PROGRAM INOVASI DESA

66| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Kegiatan 2: Pengertian dan ruang lingkup metode menangkap inovasi

1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang diharapkan

dalam kegiatan belajar tentang beberapa metode yang digunakan

dalam kegiatan menangkap inovasi desa (capturing);

2. Galilah pemahaman peserta tentang landasan teoriris dan praktis

dalam menggunakan metode menangkap inovasi desa (capturing)

dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

a. Apa pengertian metode menangkap inovasi (capturing)?

b. Mengapa pelaku PID perlu menguasai metode menangkap inovasi

(capturing)?

c. Aspek apa saja yang dibutuhkan dalam menentukan metode

menangkap inovasi (capturing)?

3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengungkapkan gagasan,

pendapat dan pengalamannya dengan menjelaskan hal-hal pokok

dalam penggunaan metode menangkap inovasi (capturing);

Pelatih juga menjelaskan kepada peserta tentang pentingnya

memilih metode menangkap inovasi yang sesuai kebutuhan,

situasi, dan kondisi. Ingatkan bahwa peserta dapat

menggunakan lebih dari satu metode agar benar-benar dapat

menggali inovasi yang mungkin terselubung sehingga tidak

dapat digali dengan satu metode;

Sampaikan kepada peserta bahwa metode yang umumnya dan paling

mudah digunakan adalah wawancara, namun peserta akan diberi

pembekalan terkait metode lainnya serta kesempatan untuk melatih diri

dalam pelatihan ini;

Ingatkan kembali konsep 5W1H kepada peserta, di mana kali ini akan

memberikan fokus pada “apa” (what), yakni metode pendokumentasian,

dan “bagaimana” (how) melakukannya melalui metode lain yang akan

dibahas dalam sesi kegiatan pembeajaran selanjutnya

4. Catatlah hal-hal penting yang berkembang dalam pembahasan

dengan menuliskannya pada kartu metaplan atau kertas plano sebagai

pegangan untuk pelatih;

5. Lakukan penegasan tentang landasan teoritis dan praktis terkait

metode menangkap inovasi (capturing). Gunakan materi tayang 4.3.1

Metode Menangkap Inovasi untuk memperlihatkan adanya pilihan-

pilihan metode tersebut dalam mengumpulkan informasi untuk proses

penangkapan inovasi (capturing);

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 67

6. Selanjutnya, bagilah peserta dalam beberapa kelompok untuk

mendalami beberapa metode menangkap inovasi (capturing). Jumlah

kelompok disesuaikan dengan metode atau teknis menangkap inovasi

(capturing) yang akan dipraktekkan melalui pendekatan pembelajaran

mikro. Sepakati beberapa metode menangkap inovasi (capturing) yang

akan diujikan, diantaranya:

a. wawancara,

b. observasi;

c. focus group discussion/FGD;

d. bercerita/storytelling;

e. Blog, dll.

7. Selanjutnya, mintalah kepada kelompok untuk membaca sumber

rujukan dan mengumpulkan informasi, sumber belajar, catatan dan

hasil diskusi yang telah dilakukan pada sesi sebelumnya. Buatlah

catatan pokok terkait metode dengan menggunakan Lembar Kerja

Kelompok 4.3.1;

8. Mintalah kepada kelompok untuk mempersiapkan topik, materi yang

akan disampaikan dalam pleno baik berupa materi maupun contoh

kasus atau simulasi penerapannya sesuai metode yang dipilih;

9. Berikan waktu yang cukup untuk mempersiapkan dan menyusun

melatih kemampuan menerapkan metode dan teknik fasilitasi sesuai

topik-topik yang tertuang dalam modul pelatihan untuk pelaku

Program Inovasi Desa (PID).

Jika tersedia waktu yang cukup pelatih dapat menambah

kegiatan pendalaman terkait metode menangkap inovasi desa

(capturing) dengan menggunakan bercerita. Metode ini

digunakan dengan pertimbangan sebagai berikut: (1)

Garisbawahi pentingnya menata logika dalam bercerita ketika

melakukan penangkapan inovasi (capturing) dan menempatkan diri

sebagai pendengar yang membutuhkan informasi; (2) Ajak peserta untuk

membahas contoh kasus di mana mereka harus menceritakan kembali

suatu peristiwa secara rinci dengan langkah-langkah kejadiannya

menggunakan alur seperti dokumen pembelajaran; (3) mintalah 2-3

peserta untuk bercerita; (4) berikan waktu 10 menit bagi peserta yang

ditunjuk untuk bercerita; (5) anyakan kepada peserta lainnya apa yang

akan mereka lakukan untuk mengisi kekurangan-kekurangan informasi

dalam cerita tersebut. (6) Sampaikan kepada peserta bahwa upaya yang

mereka lakukan tersebut adalah yang disebut sebagai metode menangkap

informasi melalui bercerita, atau storytelling; (7) Jelaskan bahwa pemilihan

metode bergantung pada kebijakan, rekomendasi TIK dalam pelaksanaan

PROGRAM INOVASI DESA

68| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

PPID, ketersediaan anggaran dan alat pendukung, serta keterampilan

pelaku penangkapan inovasi (capturing).

Kegiatan 3: Metode Menangkap Inovasi (Capturing) Berbasis Individu

10. Melalui materi tayang, sebutkan metode yang digunakan untuk

menangkap inovasi yang dapat dilakukan secara individu;

11. Ajak peserta untuk merujuk pada lembar bacaan dan booklet yang

menjelaskan langkah-langkah tiap metode;

12. Jelaskan satu per satu metode tersebut mengikuti materi tayang,

lembar bacaan, dan booklet;

13. Beri penekanan penjelasan lebih pada wawancara, bercerita, dan

observasi, sebagai metode penangkapan inovasi (capturing) berbasis

individu yang paling dapat diaplikasikan dalam menggali informasi

untuk proses penangkapan inovasi desa;

14. Beri contoh kegiatan dari tiap metode yang dipaparkan;

15. Ajak peserta untuk berbagi tentang pengalamannya dalam

menggunakan metode yang telah dijelaskan;

16. Beri kesempatan bagi peserta untuk bertanya dan menyampaikan

pendapatnya terkait pengalamannya menggunakan metode yang

telah dijelaskan.

Kegiatan 4: Metode Menangkap Inovasi Desa (Capturing) Berbasis

Kelompok

17. Melalui materi tayang, sebutkan metode menangkap inovasi

(capturing) yang dapat dilakukan secara berkelompok;

18. Ajak peserta untuk merujuk pada lembar bacaan dan booklet yang

menjelaskan langkah-langkah tiap metode;

19. Jelaskan satu per satu metode tersebut mengikuti materi tayang,

lembar bacaan, dan booklet;

20. Beri penekanan penjelasan lebih pada FGD sebagai teknik

penangkapan inovasi (capturing) berbasis kelompok yang paling

dapat diaplikasikan dalam menggali informasi untuk proses

penangkapan inovasi (capturing);

21. Beri contoh kegiatan dari tiap metode yang dipaparkan;

22. Ajak peserta untuk berbagi tentang pengalamannya dalam

menggunakan metode yang telah dijelaskan;

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 69

23. Beri kesempatan bagi peserta untuk bertanya dan menyampaikan

pendapatnya terkait pengalamannya menggunakan metode yang

telah dijelaskan.

Kegiatan 5: Praktek Menangkap Inovasi (Capturing) dalam Pengelola-

an Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)

24. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari

topik bahasan tentang Fasilitasi Kegiatan Menangkap Inovasi

(Capturing) dalam Pengelolaan Inovasi dan Pengetahuan (PPID);

25. Jelaskan bahwa ada banyak pilihan metode untuk melakukan

capturing yang perlu ditentukan sejak awal di tahap persiapan;

26. Ajak peserta untuk mempelajari Buku :kecil itu Indah”, Booklet Lembar

Kerja Pelatihan PPID tentang Wawancara, Bahan Bacaan Kiat-Kiat

Metode Capturing Inovasi Desa, dan Bahan Bacaan – Cara Membuat

Video;

27. Bagilah peserta dalam beberapa kelompok (sesuai kecamatan) untuk

melakukan praktek menangkap inovasi (capturing) berdasarkan hasil

identifikasi dan verifikasi inovasi Desa yang telah dilakukan. Skenario

kegiatan kelompok diuraikan sebagai berikut:

a. Setiap kelompok diberi tugas melakukan simulasi penangkapan

inovasi (capturing) atas inovasi yang telah diidentifikasi pada

tahapan identifikasi inovasi, yang diambil dari buku “Kecil itu

Indah.” Beri waktu kepada peserta untuk menelaah kembali

inovasi yang telah dipilihnya dan melengkapi data dalam rangka

capturing awal.

b. Bila sudah dipastikan bahwa inovasi yang telah dipilihnya telah

benar memiliki muatan inovasi, setiap kelompok diberi tugas

untuk melakukan simulasi lengkap dengan menggunakan

metode wawancara untuk melengkapi tempate dokumen

pembelajaran.

c. Beri waktu kepada setiap kelompok untuk berdiskusi tentang

pembagian tugas dan peran tiap anggota kelompok dalam

simulasi penangkapan inovasi desa (capturing). Tiap anggota

kelompok mempelajari inovasi yang akan ditangkap, terutama

bagi pemeran narasumber yang akan menjadi target wawancara.

Pastikan tiap kelompok setidaknya terdiri dari anggota berikut: 1

narasumber, 1 pewawancara, 1 cameraman, 1 koordinator, 1

pencatat.

d. Bila muncul ide inovasi lain yang diusulkan oleh anggota

kelompok karena pertimbangan adanya narasumber yang

memiliki informasi menarik dan lebih lengkap untuk simulasi

PROGRAM INOVASI DESA

70| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

penangkapan inovasi desa (capturing), dan telah menjadi

kesepakatan kelompok, beri kesempatan kepada kelompok untuk

mengubah inovasi selama inovasi tersebut telah memenuhi

checklist kriteria inovasi Program Inovasi Desa (PID).

e. Anggota kelompok lainnya berembuk untuk mengembangkan

daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber

selama wawancara. Ingatkan kepada peserta untuk selalu

mengacu pada prinsip 5W+1H dalam proses pengembangan

daftar pertanyaan tersebut.

a. Tiap kelompok menyepakati daftar pertanyaan dan media untuk

melakukan penangkapan inovasi desa (capturing) terhadap

narasumber, mengembangkan rencana dan kesiapan logistiknya

(kapan, di mana, siapa yang melakukan, dsb).

b. Untuk kepentingan simulasi, narasumber diberi salinan daftar

pertanyaan untuk memastikan seluruh informasi dapat terkumpul

dengan baik dan alur ceritanya akan lengkap.

c. Anggota yang bertugas sebagai pewawancara menguji peralatan

sebelum dipakai untuk memastikan wawancara tidak menemui

gangguan teknis. Anggota pencatat menuliskan setiap informasi

yang diperoleh atas jawaban terhadap daftar pertanyaan.

d. Koordinator dan pencatat memeriksa hasil wawancara dalam

bentuk tulisan maupun video, menentukan bila masih

memerlukan informasi atau data tambahan dari narasumber,

memeriksa pencahayaan dan suara, lalu mulai memformulasikan

dokumen pembelajaran.

28. Hasil penangkapan inovasi desa (capturing) selanjutnya dirumuskan

dalam sebuah dokumen pembelajaran dengan menggunakan Lembar

Kerja Kelompok 4.3.2;

29. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mendiskusikannya dalam

kelompok;

30. Mintalah beberapa kelompok untuk memaparkan hasilnya dalam

pleno;

31. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, mengajukan

pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;

32. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan

utama dari hasil pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan

dalam kartu meta plan sebagai pegangan bagi pelatih;

33. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 71

Lembar Kerja 4.3.1

Matrik Kajian Metode Menangkap Inovasi Desa (Capturing) dalam

Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)

Metode yang dipilih:

1. Wawancara,

2. Observasi;

3. Focus group discussion/fgd;

4. Bercerita/storytelling;

5. Blog,

6. Lain-lain (tuliskan) …………………………….

No Metode/Teknik

Menangkap

Inovasi Desa

(Capturing)

Tahapan/Proses

Penyajian

Kelebihan Kelemahan Catatan

PROGRAM INOVASI DESA

72| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Kerja 4.3.2

Format Struktur Dokumen Inovasi dan

Bahan Pembelajaran Hasil Penangkapan Inovasi (Capturing)

[penulis utama]

[nama desa]

Ringkasan Umum

Tuliskan ulasan singkat tentang kegiatan inovasi yang telah didokumentasikan;

maksimal 2 paragraf singkat atau 10 baris

[Ditambah gambar jika dibutuhkan]

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 73

Latar Belakang Masalah dan Tantangan

Jabarkan konteks umum kejadian, masalah, tantangan yang mendorong dibuatnya inovasi;

misalnya karena kondisi dan letak geografis, sosial, ekonomi yang sulit. Kumpulkan jawaban atas

pertanyaan berikut: Apa latar belakang dari tantangan atau masalah yang terjadi? Di mana

terjadinya? Siapa yang terlibat? Seperti apa situasi yang ada sebelum inovasi terjadi? Di mana

dan kapan terjadinya? Apakah tepatnya yang menjadi tantangan atau masalah? Seperti apakah

situasi atau masalah sebelum dilakukan intervensi? Apa yang menyebabkan tantangan atau

masalah ini? Apakah konsekuensi dari tantangan atau masalah ini? Dan sebagainya. Tambahkan

gambar jika dibutuhkan

[Ditambah gambar jika dibutuhkan]

Solusi/Inovasi yang telah Dilakukan

Tuliskan dalam 1-3 baris solusi-solusi inovatif yang telah dilakukan untuk mengatasi

tantangan/masalah yang disampaikan dalam box Tantangan dan latar belakang masalah

[Ditambah gambar jika dibutuhkan]

PROGRAM INOVASI DESA

74| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Proses – Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah

Tuliskan jawaban atas pertanyaan mengenai solusi dengan rinci langkah demi langkah proses

yang telah dilakukan, mulai dari penggalian inovasi (diskusi), tahapan persiapan, dan aksinya

(pelaksanaan). Sebutkan tokoh-tokoh atau pihak-pihak yang telah berperan dalam memberikan

solusi atau yang telah membantu menyelesaikan permasalahan, serta cara-cara inovatif yang

dijalankan,termasuk bagaimana dijalankan, bagaimana pengelolaan atau pengaturan waktu

dan sumber daya pendanaan maupun sumber daya manusianya. Tambahkan apa yang berjalan

baik dan apa yang tidak berjalan dengan baik? Dan sebagainya. Tambahkan gambar jika

dibutuhkan.

[Ditambah gambar jika dibutuhkan]

Hasil

Tuliskan informasi tentang perubahan yang terjadi atau hasil yang telah dicapai akibat upaya-

upaya yang dijelas dalam proses menjawab tantangan/masalah.

[Ditambah gambar jika dibutuhkan]

Pembelajaran

Tuliskan di sini mengenai apa yang akan dilakukan narasumber jika dia kembali mengalami

situasi yang sama. Mengapa? Bagaimana? Dsb. Tambahkan gambar jika dibutuhkan. Sampaikan

hal-hal penting (pembelajaran) yang dapat diambil atau dijadikan rujukan bagi proses

pembelajaran selanjutnya atau untuk perbaikan inovasi terkait ke depan berdasarkan proses

penyelesaian masalah yang telah dilakukan. Hal ini dapat menyangkut cara/sistem kerja,

manajemen waktu atau manusia, dan lain-lain.

[Ditambah gambar jika dibutuhkan]

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 75

Rekomendasi

Apa yang disarankan oleh narasumber untuk dilakukan bila desa lain mengalami situasi yang

sama? Apa yang tidak disarankan? Bagaimana supaya masalah seperti ini dapat dihindari di

masa depan? Kesulitan apa saja yang mungkin dihadapi saat menjalankan kegiatan inovasi

tersebut. Dsb. Tambahkan gambar jika dibutuhkan.

[Ditambah gambar jika dibutuhkan]

Sumber Informasi dan Referensi

Lampirkan foto untuk menjadi ilustrasi visual; gunakan foto yang menggambarkan dinamika atau

kegiatan inovasi yang berlangsung. Tambahkan peta lokasi, foto tokoh/pihak yang berperan yang

diceritakan dalam proses, foto kondisi awal dan akhir bila ada, dan hindari foto berpose dalam

group atau selfie. Tambahkan juga referensi atau sumber informasi lainnya (ahli, buku, situs web,

video, audio, gambar, dll) yang digunakan sebagai rujukan untuk menambah informasi dalam

dokumen pembelajaran ini. Berikan daftar referensi pada sumber-sumber dan sumberdaya yang

digunakan untuk membuat dokumen ini dan yang dianggap berguna bagi para pembaca jika

mereka ingin mengetahui lebih lanjut. Cantumkan nama dan keterangan narasumber inovasi ini

agar pembaca dokumen dapat menghubunginya langsung bila berminat melakukan replikasi.

[Ditambah gambar jika dibutuhkan]

PROGRAM INOVASI DESA

76| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

SUB POKOK BAHASAN 4.4

Validasi Inovasi Desa

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang

lingkup kegiatan validasi inovasi desa dalam Pengelolaan Pengetahuan

dan Inovasi Desa (PPID);

2. Memvalidasi inovasi desa dalam Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi

Desa (PPID).

Waktu

3 JP ( 135 menit)

Metode

Curah pendapat, praktek validasi inovasi desa, kerja kelompok, pemaparan

dan pleno.

Media

Media Tayang 4.4.1: Validasi Inovasi Desa;

Lembar Kerja 4.4.1: Format Validasi Inovasi Desa;

Lembar Informasi 4.4.1: .

Alat Bantu

Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 77

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Memahami Konsep dan Ruang Lingkup Kegiatan Validasi

Inovasi Desa

1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari

topik bahasan tentang Konsep dan Ruang lingkup Kegiatan Validasi

Inovasi Desa dengan mengkaitkan kegiatan belajar sebelumnya;

2. Lakukan curah pendapat terkait pemahaman awal dan pengalaman

peserta dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

a. Apa yang Anda pahami tentang kegiatan validasi inovasi desa?

b. Mengapa kegiatan validasi inovasi desa penting dilakukan?

c. Bagaimana peran TIK–PID melakukan validasi inovasi hasil

penangkapan inovasi desa (capturing) yang telah dilakukan oleh

TPID?

d. Hal-hal apa saja yang pelu diperhatikan oleh TIK-PID dan TPID

dalam kegiatan validasi inovasi hasil penangkapan inovasi desa

(capturing)?

3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,

bertanya, berpendapat dan masukan;

Pelatih menegaskan kepada peserta bahwa kegiatan validasi

inovasi merupakan rangkaian dari proses penangkapan inovasi

desa yang dilakukan sebelumnya. Kegiatan validasi menjadi

tugas dan tanggung jawab TIK-PID sebagai tindak lanjut hasil

penangkapan inovasi desa (capturing) yang disampaikan oleh

TPID kepada TIK-PID. Hasil validasi berupa rekomendasi mencakup materi

(substansi) dokumen dan cara pengemasan kegiatan yang akan

ditindaklanjuti oleh TPID.

4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika

diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok

terkait kegiatan validasi inovasi desa yang dilakukan oleh TIK-PID

dengan menuliskannya di kertas plano atau whiteboard;

5. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang kegiatan validasi

inovasi dalam pelaksanaan Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi

Desa (PPID) dengan menggunakan media tayang yang telah

disediakan;

6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan

mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

PROGRAM INOVASI DESA

78| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Kegiatan 2: Praktek Memvalidasi Inovasi dalam Pengelolaan

Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)

7. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari

praktek memvalidasi inovasi desa dalam Pengelolaan Inovasi dan

Pengetahuan (PPID);

8. Mintalah kelompok untuk mempelajari Booklet Lembar Kerja Pelatihan

PPID, Lembar Checklist Verifikasi dan Lembar Isian Hasil Verifikasi;

9. Berdasarkan hasil verifikasi, daftar hasil penangkapan inovasi desa

dilengkapi dengan lembar dokumen pembelajaran yang telah

dikerjakan oleh masing kelompok, selanjutnya dilakukan kajian silang.

Dimana setiap kelompk akan memeriksa atau memvalidiasi hasil kerja

kelompok lain;

10. Kegiatan validasi menggunakan Lembar Kerja Kelompok 4.4.1

(checklist dan lembar isian hasil verifikasi). Hasilnya berupa

rekomendasi kelayakan kegiatan inovasi yang akan ditayangkan dan

disebarluaskan kepada publik;

11. Berikan kesempatan kepada kelompok untuk mempraktekkanya dan

menyiapkan bahan paparan hasil kerja kelompok;

12. Mintalah wakil kelompok untuk memaparkan hasil kerjanya dalam

pleno;

13. Berikan kesempatan kepada peserta atau kelompok lain memberikan

tanggapan dan argumentasi;

14. Pelatih menutup kegiatan dengan memberikan penegasan dan

pendalam terkait hal-hal pokok yang berkembang dalam pembahasan

dan merangkum seluruh tanggapan peserta;

Kegiatan 3: Umpan Balik Hasil Validasi Inovasi Desa

15. Berdasarkan hasil rekomendasi yang diberikan oleh setiap kelompok

sesuai tugasnya, Di kembalikan kepada kelompok lain untuk dipelajari

dan dilakukan perbaikan terkait hasil penangkapan inovasi (capturing);

16. Berikan kesempatan kepada masing-maisng kelompok untuk

memperbaiki dan melengkapinya sesuai rekomendasi. Hasilnya

kemudian diserahkan kepada pelatih.

17. Lakukan penegasan terkait hasil perbaikan yang telah dilakukan

dengan memaparkan hal-hal kritis yang perlu mendapat perhatian dari

peserta dibantu media tayang yang telah disediakan;

18. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 79

Lembar Kerja 4.4.1

Format Validasi Inovasi Desa

NO U R A I A N YA TIDAK

1. Apakah pengalaman atau pembelajaran inovatif sebagai suatu

nilai tambah terhadap apa yang sudah dikenal di desa? Apakah

ini suatu kontribusi berharga bagi perencanaan desa?

2. Apakah isinya tepat sebagai fakta, secara hukum dan peraturan

perundangan?

3. Apakah sudah disampaikan dalam bentuk yang tidak akan salah

dipahami?

4. Apakah penyampaian formal dan format dari konten ini sudah

cukup tepat?

5. Apakah bahasanya sudah jelas dan sesuai?

6. Apakah aset pengetahuan ini menjawab sebuah isu atau

tantangan khusus?

7. Apakah terdapat cukup informasi kontekstual untuk

memberikan pemahaman yang lebih baik akan kondisi di mana

pengalaman inovatif ini terjadi?

8. Apakah pelajaran dan rekomendasi konkret sudah diberikan?

9. Apakah ada risiko yang dapat timbul dari dokumen

pembelajaran ini (misalnya hak kekayaan intelektual atau

reputasi orang tertentu)?

Rekomendasi

PROGRAM INOVASI DESA

80| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

SUB POKOK BAHASAN 4.5

Mengemas dan Memformat Inovasi Desa

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang

lingkup kegiatan mengemas inovasi desa dalam Pengelolaan

Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID);

2. Menjelaskan tentang pengertian, tujuan, hasil, proses dan ruang

lingkup kegiatan memformat inovasi desa dalam Pengelolaan

Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID);

3. Mengemas dan memformat inovasi desa berdasarkan rekomendasi

TIK-PID.

Waktu

5 JP ( 225 menit)

Metode

Curah pendapat, praktek mengemas dan memformat inovasi desa, kerja

kelompok, pemaparan dan pleno.

Media

Media Tayang 4.5.1: Mengemas dan Memformat Inovasi Desa;

Lembar Kerja 4.5.1: Kajian Kebutuhan Pengembangan Kemasan Inovasi

Desa;

Lembar Kerja 4.5.2: Daftar Pertanyaan Persiapan Memformat Inovasi

Desa;

Lembar Kerja 4.5.3: Checklist Persiapan Memformat Inovasi Desa;

Lembar Kerja 4.5.4: Formulir untuk Memformat Inovasi Desa;

Lembar Informasi 4.5.1: .

Alat Bantu

Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 81

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Memahami Konsep dan Ruang Lingkup Kegiatan

Mengemas dan Memformat Inovasi Desa

1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari

topik bahasan tentang Konsep dan Ruang lingkup Kegiatan Validasi

Inovasi Desa dengan mengkaitkan kegiatan belajar sebelumnya;

2. Lakukan curah pendapat terkait pemahaman awal dan pengalaman

peserta dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

a. Apa yang Anda pahami tentang kegiatan mengemas dan

memformat inovasi desa?, jelaskan perbedaan mendasar dari

keduanya?

b. Mengapa kegiatan mengemas dan memformat inovasi desa

penting dilakukan?

c. Bagaimana peran pelaku khususnya TPID dalam melakukan

pengemasan dan pemformatan inovasi hasil penangkapan inovasi

desa (capturing) yang telah dilakukan?

d. Kendala apa saja yang mungkin dihadapi dalam membuat

kemasan dan memformat inovasi desa?

e. Faktor-faktor apa saja yang pelu diperhatikan oleh TPID dalam

mengemas dan memformat inovasi hasil penangkapan inovasi

desa (capturing)?

3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,

bertanya, berpendapat dan masukan;

Pelatih menegaskan kepada peserta bahwa hasil dari validasi

yang dilakukan oleh TIK-PID terhadap daftar usulan kegiatan

inovasi yang telah ditangkap (capture), kemudian diberikan

catatan dan rekomendasi kepada TPID dengan melihat

kesesuaian materi dan cara penyajian dokumen pembelajaran

yang akan dibuat. Salah satu rekomendasi tersebut akan memberikan

pertimbangan bentuk sajian (kemasan) informasi inovasi yang akan dibuat.

Hal ini juga akan menentukan pola integrasi ke dalam sistem pertukaran

informasi yang akan di gunakan baik berupa sistem aplikasi web maupun

dokumen cetak lainnya (poster, booklet, brosur, famplet, riflet dan lain-

lain).

4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika

diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang isu-isu pokok

terkait kegiatan mengemas dan memformat inovasi desa yang

PROGRAM INOVASI DESA

82| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

dilakukan oleh TPID dengan menuliskannya di kertas plano atau

whiteboard;

5. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang kegiatan mengemas

dan memformat inovasi dalam pelaksanaan Pengelolaan Pengetahuan

dan Inovasi Desa (PPID) dengan menggunakan media tayang 4.5.1;

6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan

mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Kegiatan 2: Langkah-Langkah Pengembangan Kemasan Inovasi Desa

7. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari

topik bahasan tentang Kegiatan Mengemas Inovasi Desa berdasarkan

hasil validasi dan rekomendasi dari TIK-PID dengan mengkaitkan

kegiatan belajar sebelumnya;

8. Berdasarkan hasil penangkapan inovasi (capturing) yang telah di

validasi oleh TIK-PID, selanjutnya mintalah masing-masing kelompok

untuk mendiskusikan bagaimana TPID mengemas Inovasi yang telah

divalidasi oleh TIK-PID dengan tahapan sebagai berikut;

(1) Mendaftar dan mengidentifikasi tujuan.

(2) Memeriksa atau mensurvei profil pemakai dan kebutuhan

informasinya atau menganalisis kebutuhan informasi pemakai

(3) Memilih sumber informasi yang relevan dengan inovasi yang akan

dikemas.

(4) Mengevaluasi validitas dan reliabilitas sumber informasi.

(5) Mereview, menganalisis, mensintesis dan mengekstrak informasi

kedalam pilihan bentuk atau jenis dokumen pembelajaran yang

lebih efektif dan efisien bagi pemakai.

(6) Menyebarkan dan memanfaatkan dokumen pembelajaran inovasi

desa dengan cara promosi, pendidikan pemakai dan memasarkan

informasi tersebut.

(7) Mengevaluasi timbal balik dari pemakai.

(8) Mengemas kembali informasi dan dokumen sebagai respon

terhadap kemasan yang disajikan kepada pemakai.

9. Langkah-langkah diatas, kemudian dijabarkan oleh kelompok dalam

bentuk kajian kebutuhan pengemasan inovasi desa [langkah (1) –(5) di

atas] berdasarkan hasil rekomendasi kegiatan penangkapan inovasi

desa (capturing) dengan menggunakan Lembar Kerja Kelompok 4.5.1;

10. Berikan waktu yang cukup kepada peserta untuk mendiskusikan dan

menuliskan hasilnya pada kertas plano atau bahan tayang untuk

dipaparkan dalam pleno;

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 83

11. Mintalah wakil kelompok untuk memaparkan hasil kajiannya, selnajut-

nya berikan kesempatan kepada peserta atau kelompok lain untuk

menanggapi dan memberikan saran;

12. Catatlah hal-hal pokok yang berkembang dalam pembahasan.

13. Lakukan penegasan dan kesimpulan dengan mengakaitkan kegiatan

belajar selanjutnya.

Kegiatan 3: Praktek Mengemas Inovasi Desa

14. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari

topik bahasan tentang Praktek Mengemas Inovasi Desa berdasarkan

hasil kajian kebutuhan pengembangan kemasan inovasi yang telah

dilakukan pada kegiatan sebelumnya;

15. Berdasarkan hasil kajian kebutuhan pengembangan kemasan inovasi

desa, mintalah masing-masing kelompok untuk membuat kemasan

dokumen yang akan digunakan oleh pemakai;

16. Pelatih dapat membagi kelompok berdasarkan pilihan topik dan jenis

dokumen yang akan dikemas, misalnya:

Kelompok 1: Jenis Dokumen Artikel/Catatan (tulisan dikemas

dalam bentuk fiture, artikel, laporan dengan extensi DOC atau PDF)

Kelompok 2: Jenis dokumen publikasi (dikemas dalam bentuk

gambar, foto, poster, brosur, pamflet, presentasi lisan, audio

tutorial dll)

Kelompok 3: Jenis dokumen multi media (dikemas dalam bentuk

video, film strip, vlog, animasi dan lain-lain)

Kelompok 4: Jenis dokumen pangkalan data (dikemas dalam

bentuk blog, atau website);

17. Berikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mem-

persiapkan peratan dan bahan produksi, sekaligus membuat kemasan

sesuai dengan topik dan pilihan kemasan yang telah ditetapkan.

Pelatih dapat memberikan bantuan berupa konsutasi dan bimbingan

secara teknis dalam pengembangan kemasan dokumen;

18. Hasil kerja kelompok selanjutnya di pamerkan dan dipaparkan dalam

kegiatan pleno;

19. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengamati sekaligus

memberikan apresiasi terhadap produk kemasan dokumen pem-

belajaran yang ditampilkan;

20. Catatlah penilaian dan apresiasi peserta untuk masing-masing

kelompok.

PROGRAM INOVASI DESA

84| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

21. Lakukan penegasan berupa catatan hasil penilaian pelatih terhadap

kemasan yang dibuat kelompok.

22. Pada akhr kegiatan ditutup dengan kesimpulan dan penjelasan

kegiatan selanjutnya.

Bedah Video Inovasi Desa

Jika tersedia waktu yang cukup, pelatih dapat menambah

kegiatan pembelajaran pada sesi penegasan untuk memberi-

kan contoh video inovasi desa untuk dibahas melalui langkah-

langkah sebegai berikut:

1. Ajak peserta untuk menyaksikan video Inovasi Pilihan (dapat diambil

dari saluran YouTube Program Inovasi Desa yang berlogo PID);

2. Putar 2-3 video dari kategori yang berbeda;

3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan

dan berdiskusi terkait video-video yang dilihatnya: Apa yang kurang,

apa yang dapat ditambahkan. Jika tidak ada, tunjuk 2-3 peserta untuk

berpendapat terkait:

Latar belakang/masalah/tantangan yang digambarkan dalam

video;

Solusi/inovasi yang digambarkan dalam video;

Manfaat dari solusi/inovasi tersebut;

Langkah-langkah mulai dari gagasan lahirnya ide solusi, tahap

persiapan, pelaksanaan hingga hasilnya;

Pembelajaran yang dapat diambil dari solusi/inovasi tersebut;

Rekomendasi untuk daerah mereka jika akan menerapkan

solusi/inovasi tersebut;

4. Pastikan kembali apakah peserta sudah memahami atau masih ada

hal-hal yang perlu penjelasan lebih lanjut. Jika masih ada hal-hal yang

dianggap perlu pendalaman secara khusus, pelatih dapat memberikan

waktu untuk melakukan konsultasi, memberikan sejumlah rujukan

atau membuat rencana pembimbingan.

Kegiatan 4: Memformat Inovasi Desa

23. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari

topik bahasan tentang Memformat Inovasi Desa berdasarkan hasil

kajian kebutuhan pengembangan kemasan inovasi yang telah

dilakukan pada kegiatan sebelumnya;

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 85

24. Lakukan penjelasan bahwa kegiatan memformat inovasi desa

merupakan tindak lanjut hasil pengemasan inovasi yang telah

dilakukan oleh TPID yang kemudian diserahkan kembali kepada TIK-

PID untuk diformat ke dalam bentuk tamplate dan sistem telusur yang

telah ditetapkan di tingkat Kabupaten/Kota dengan menggunakan

terminal data atau website Pemerintah Daerah;

25. Dalam proses memformat inovasi desa, peserta dapat menggunakan

template yang diberikan pada Booklet Lembar Kerja Pelatihan PPID

atau dengan menambahkan informasi lain untuk memudahkan

pencarian dokumen;

26. Dalam menyiapkan dokumen pembelajaran dan melakukan

formatting, pelatih perlu mengingatkan kembali tujuan dan target

pemanfaat dokumen pembelajaran tersebut;

27. Berdasarkan hasil kemasan yang telah dibuat oleh kelompok dalam

kegiatan sebelumnya, mintalah masing-masing kelompok untuk

mereview kembali dokumen pembelajaran tersebut dan memformat

dengan menggunakan Lembar Kerja Kelompok 4.5.2;

28. Beri kesempatan kepada peserta untuk memformat dokumen inovasi

tersebut. Selama proses memformat dokumen pembelajaran pelatih

dapat memberikan kesempatan kepada kelompok untuk bertanya,

berkonsultasi dan melakukan asistensi terhadap hasil kerja kelompok;

29. Hasil kerja kelompok kemudian diserahkan kepada pelati dan

dipaparkan dalam pleno;

30. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk memberikan

tanggapan dan saran;

31. Catatlah penilaian dan apresiasi peserta untuk masing-masing

kelompok.

32. Lakukan penegasan berupa catatan hasil penilaian pelatih terhadap

kemasan yang dibuat kelompok.

33. Pada akhr kegiatan ditutup dengan kesimpulan.

PROGRAM INOVASI DESA

86| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Kerja 4.5.1

Kajian Kebutuhan Pengembangan Kemasan Inovasi Desa

Nama Desa : ……………………………….

Nama Kecamatan : ……………………………….

Nama Kegiatan Inovasi : ………………………………

No Langkah-Langkah

Pengembangan Kemasan

Uraian

(Penjelasan Hasil Kajian)

1. Mendaftar dan mengidentifikasi

tujuan.

1.

2.

3.

2. Menganalisis Kebutuhan Informasi

Pemakai

(memeriksa atau mensurvei profil

atau karakteristik pemakai yang akan

memanfaatkan kegiatan inovasi dan

kebutuhan informasinya).

3. Memilih sumber informasi yang

relevan dengan inovasi yang akan

dikemas.

4. Menilai validitas dan reliabilitas

sumber informasi

(memeriksa kembali informasi

rujukan yang akan digunakan untuk

mendukung kemasan yang akan

dikembangkan).

5. Mereview informasi dan pilihan jenis

dokumen

(menganalisis, mensintesis dan

mengekstrak informasi ke dalam

pilihan bentuk atau jenis dokumen

pembelajaran yang lebih efektif dan

efisien bagi pemakai).

Catatan:

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 87

Lembar Kerja 4.5.2

Daftar Pertanyaan Persiapan Memformat Inovasi Desa

Nama Desa : ……………………………….

Nama Kecamatan : ……………………………….

Nama Kegiatan Inovasi : ………………………………

1. Bagaimana karakteristik khalayak sasaran (tipe, ukuran, kesiapan)?

2. Bagaimana kondisi lingkungan pengguna informasi (akses teknologi, ekspektasi

pada kualitas presentasi)?

3. Seberapa stabil atau dinamis kontennya (pengetahuan dasar atau pengetahuan

yang kerap berubah-ubah)?

4. Apa bentuk atau jenis format yang akan digunakan untuk dokumen pembelajaran

inovasi yang telah ditangkap (capture)?

5. Apa sarana yang digunakan untuk menyajikan konten tersebut?

PROGRAM INOVASI DESA

88| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Kerja 4.5.3

Checklist Persiapan Memformat Inovasi Desa

Nama Desa : ……………………………….

Nama Kecamatan : ……………………………….

Nama Kegiatan Inovasi : ………………………………

No Daftar Pertanyaan Ya Tidak Catatan

1. Apakah standar memformat inovasi desa yang

dapat diterapkan ke semua dokumen

pembelajaran?

2. Apakah proses memformat inovasi desa

mempertimbangkan hambatan khalayak yang

akan menggunakannya dan kemampuan untuk

mengaksesnya?

3. Apakah dokumen pembelajaran yang akan

digunakan sudah menyertakan semua

informasi yang diperlukan oleh pihak lain

untuk mereplikasi pengalaman inovasi?

4. Apakah dokumen pembelajaran sudah ditata

secara jelas dan mudah diakses oleh pemakai?

5. Apakah metatag lazim dan umum telah

ditentukan untuk meningkatkan kemudahan

penelusuran informasi dalam aplikasi

Knowladge Management Sharing (KMS)?

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 89

Lembar Kerja 4.5.4

Formulir untuk Memformat Inovasi Desa

Judul:

Deskripsi singkat:

Penulis (bisa lebih dari 1):

Tanggal publikasi: DD MM YYYY

Tanggal kadaluarsa: jangan

digunakan setelah…

DD MM YYYY

Lokasi (tempat, wilayah, negara …):

Area atau lingkup sasaran:

Jenis aset: (dokumen, video, presentasi, …)

Format aset: (Word doc, pdf, wmv, PowerPoint, …)

Ukuran: (jumlah halaman, durasi, jumlah slide …)

Ukuran: (dalam MBytes)

Domain specific descriptor 1 (wilayah kerja, gunakan taksonomi organisasi)

Domain specific descriptor 2 (wilayah kerja, gunakan taksonomi organisasi)

Domain specific descriptor 3 (wilayah kerja, gunakan taksonomi organisasi)

Sasaran pengguna: (spesialis sektor, manajemen senior, akademisi, umum,

dsb.)

Kata kunci:

Material terkait:

Sumber (referensi):

Narasumber:

Catatan:

Bagian dari: (seri – jika ada)

Berada setelah: (urutan aset pengetahuan dalam seri – jika ada)

Berada sebelum: (urutan aset pengetahuan dalam seri – jika ada)

Status: (draf/selesai, akses terbuka/terbatas)

PROGRAM INOVASI DESA

90| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Validasi oleh:

Tanggal validasi:

Lokasi aset: (URL atau lokasi di shared drive, network etc.)

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 91

PROGRAM INOVASI DESA

92| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Pokok Bahasan 5

PENINGKATAN KAPASITAS PELAKU

DALAM MENANGKAP INOVASI DESA

(CAPTURING)

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 93

PROGRAM INOVASI DESA

94| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

POKOK BAHASAN 7

POKOK BAHASAN

PENINGKATAN KAPASITAS PELAKU

DALAM MENANGKAP INOVASI DESA

(CAPTURING)

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. Mengembangkan strategi peningkatan kapasitas Pelaku Program

Inovasi Desa (PID) khususnya TIK-PID dan TPID dalam menangkap

inovasi desa (capturing);

2. Menerapkan keterampilan dalam melakukan bimbingan teknis kepada

TIK-PID dan TPID dalam menangkap inovasi desa (capturing).

Sub Pokok Bahasan

SPB 5.1: Strategi Peningkatan Kapasitas TIK-PID dan TPID dalam

Menangkap Inovasi Desa (capturing);

SPB 5.2: Bimbingan Teknis dalam Menangkap Inovasi Desa

(capturing).

Waktu

5 JP (225 menit)

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 95

PROGRAM INOVASI DESA

96| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

SUB POKOK BAHASAN 5.1

Strategi Peningkatan Kapasitas TIK-PID dan

TPID dalam Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. Merumuskan strategi peningkatan kapasitas TIK-PID dan TPID dalam

Menangkap Inovasi Desa (Capturing);;

2. Merumuskan rencana kegiatan pengembangan kapasitas TIK-PID dan

TPID dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing);.

Waktu

2 JP (90 menit)

Metode

Pemaparan, Diskusi Kelompok, Simulasi Rencana Pengembangan Kapasitas

TIK-PID dan TPID dalam menangkap inovasi desa (capturing), dan Pleno.

Media

Media Tayang 5.1.1: Peningkatan Kapasitas TIK-PID dan TPID dalam

Menangkap Inovasi Desa (Capturing);

Lembar Kerja 5.1.1: Matrik Diskusi Alternatif Pengembagan Kapasitas

TIK-PID dan TPID Dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing);

Lembar Kerja 5.1.2: Matrik Diskusi Rencana Pengembagan Kapasitas

TIK-PID dan TPID dalam Menangkap Inovasi Desa (Capturing);

Lembar Informasi 5.2.1: Pengembangan Kapasitas Pelaku Program

Inovasi Desa (PID) dalam menangkap inovasi desa (capturing)

Alat Bantu

Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 97

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Memahami Strategi Pengembangan Kapasitas TIK-PID

dan TPID dalam Menangkap Inovasi Desa (capturing)

1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari

subpokok bahasan tentang Strategi Pengembangan Kapasitas TIK-PID

dan TPID dalam menangkap inovasi desa (capturing) yang difasilitasi

oleh Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM);

2. Lakukan pemaparan dalam pleno tentang konsep dan tahapan

penyusunan Rencana Pengembangan Kapasitas TIK-PID dan TPID

dalam menangkap inovasi desa (capturing). Gunakan lembar tayang

yang telah disediakan;

3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya, mengajukan

pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;

4. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan

utama terkait strategi peningkatan kapasitas TIK-PID dan TPID dalam

menangkap inovasi desa (capturing) dengan menuliskan dalam kartu

sebagai pegangan bagi pelatih;

5. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan

tentang materi yang telah dibahas.

Kegiatan 2: Menyusun Rencana Pengembangan Kapasitas TIK-PID dan

TPID dalam Menangkap Inovasi Desa (capturing)

6. Menjelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari kegiatan

penyusunan Rencana Pengembangan Kapasitas TIK-PID dan TPID

dalam menangkap inovasi desa (capturing) serta mengkaitkan dengan

kegiatan sebelumnya;

7. Bagilah peserta dalam beberapa kelompok disarankan sesuai dengan

wilayah kerjanya masing-masing (misalnya kelompok berdasarkan

kabupaten) untuk menyusun Rencana Pengembangan Kapasitas TIK-

PID dan TPID dalam menangkap inovasi desa (capturing), sebagai

panduan gunakan Lembar Kerja 5.1.1 dan 5.1.2;

8. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mendiskusikannya dalam

kelompok. Hasilnya ditulis dalam kertas plano dan di tempelkan di

dinding agar dapat diamati oleh peserta lain.

9. Mintalah 1 atau 2 kelompok untuk memaparkan hasilnya dalam pleno.

10. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya, mengajukan

pendapat, gagasan, dan saran terkait paparan yang telah dilakukan;

11. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan

utama terkait Rencana Pengembangan Kapasitas TIK-PID dan TPID

dalam Menangkap Inovasi Desa (capturing) sebagai hasil pembahasan

PROGRAM INOVASI DESA

98| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

yang tlah dilakukan dengan menuliskan dalam kartu sebagai

pegangan bagi pelatih;

12. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan

tentang materi yang telah dibahas.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 99

Lembar Kerja 5.1.1

Matrik Diskusi Alternatif Kegiatan Pengembangan Kapasitas TIK-PID dan

TPID dalam Menangkap Inovasi Desa (capturing)

Peserta: TIK-PID/TPID*)

No. Kemampuan

Teknis sesuai

Tahapan

Penangkatan

Inovasi

Permasalahan

(kelemahan)

Aternatif Solusi

Pelatihan Non-Pelatihan

1. Identifikasi Inovasi

Desa

2. Verifikasi Inovasi

Desa

3. Keterampilan

Menangkap Inovasi

Desa (capturing)

4. Validasi Inovasi Desa

5. Mengemas dan

Memformat Inovasi

Desa.

6. Dll.

*) coret yang tidak perlu

Catatan:

(1) Permasalahan merupakan kesenjangan antara tujuan yang diharapkan dengan

kemampuan atau keterampilan nyata yang ditunjukkan oleh TIK-PID dan TPID

selama melaksanakan tugas menangkap inovasi desa (capturing). Permasalahan

dapat dirumuskan berdasarkan catatan kelemahan yang dihadapi dalam

melakukan penangkapan inovasi desa (capturing) baik oleh TIK-PID dan TPID.

(2) Alternatif solusi merupakan pilihan tindakan yang diambil oleh TAPM dalam

rangka mendukung peningkatan keterampilan teknis dalam melaksanakan

penangkapan inovasi desa (caturing) baik dalam bentuk pelatihan atau non-

pelatihan seperti: bimbingan teknis, asistensi, konsultasi, turial, OJT/IJT, studi

silang, kunjungan, observasi, laboraturium dan lain-lain.

PROGRAM INOVASI DESA

100| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Kerja 5.1.2

Matrik Diskusi Rencana Pengembangan Kapasitas TIK-PID dan TPID dalam

Menangkap Inovasi Desa (capturing)

No. Kegiatan

Pegembangan

Kapasitas

Penanggung

Jawab/PIC

Sasaran

(TIK-

PID/TPID)

Proses Waktu Ket.

A. Pelatihan

1.

2.

3.

dst

B. Non-Pelatihan

1.

2.

3.

dst

Catatan:

(1) Format di atas hanya sebagai panduan diskusi saja, masing-masing kelompok

dapat memberikan tambahan atau menyesuaikan sesuai kebutuhan;

(2) Hasilnya dicatat dan dipaparkan dalam pleno.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 101

PROGRAM INOVASI DESA

102| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

SUB POKOK BAHASAN 5.2

Bimbingan Teknis dalam

Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. Menjelaskan konsep, ruang lingkup dan teknis bimbingan

penangkapan inovasi desa (capturing);

2. Mempratekkan beberapa teknis dalam melakukan pembimbingan

kepada TIK-ID dan TPID dalam menangkap inovasi desa (capturing);

3. Memberikan umpan balik untuk meningkatkan keterampilan

bimbingan teknis kepada TIK-ID dan TPID dalam menangkap inovasi

desa (capturing)

Waktu

3 JP (135 menit)

Metode

Curah pendapat, pemaparan, Latihan Pembimbingan, dan pleno

Media

Media Tayang 5.2.1: Bimbingan Teknis dalam Menangkap Inovasi

Desa (Capturing)

Lembar Penilaian 5.2.1: Format Penilaian Keterampilan Menjadi

Pembimbing;

Lembar Penilaian 5.2.2: Format Pengamatan Keterampilan Menjadi

Pembimbing;

Lembar Informasi 5.2.1: Bimbingan Teknis dalam Program

Pengembangan SDM.

Alat Bantu

Kertas Plano, plano, spidol, Lakban, LCD, Laptop, dan WhiteBoard

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 103

Proses Pembelajaran

Kegiatan 1: Konsep dan Ruang Lingkup Bimbingan Teknis dalam

Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

1. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang diharapkan

dari topik pembelajaran tentang konsep dan ruang lingkup kegiatan

bimbingan teknis sebagai bagian dari upaya meningkatkan

keterampilan TIK-PID dan TID dalam menangkap inovasi desa

(capturing);

2. Lakukan curah pendapat terkait pemahaman awal dan pengalaman

peserta dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

a. Apa yang Anda pahami tentang bimbingan teknis bagi pelaku PID

khususnya TIK-PID dan TPID dalam menangkap inovasi desa?

b. Mengapa kegiatan bimbingan teknis bagi TIK-PID dan TPID

dalam menangkap inovasi desa penting dilakukan?

c. Siapa saja yang dapat dilibatkan dalam melakukan bimbingan

teknis kepada TIK-PID dan TPID dalam menangkap inovasi desa

(capturing)?

d. Faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan oleh TAPM dalam

melakukan bimibingan teknis kepada TIK-PID dan TPID dalam

menangkap inovasi desa (capturing)?

3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,

bertanya, berpendapat dan masukan;

Pelatih menjelaskan kepada peserta bahwa pembahasan

tentang konsep dan ruang lingkup bimingan teknis ada banyak

terori dan rujukan yang dapat dijadikan acuan. Masing-masing

memiliki landasan teori dan argumentasi tersendiri. Namun

demikian dalam konteks pelatihan ini, bimbingan teknis yang

dimaksud lebih mengarah pada upaya pembelajaran, bimbingan atau

dampingan teknis terkait penguasan keterampilan TIK-PID dan TPID dalam

menangkap inovasi desa (capturing). Perlu juga pelatih menjelaskan

dengan memberikan beberapa rujukan terkait beberapa terminologi

seperti, coaching, mentoring, pelatihan, dan tutorial yang sering digunakan

dalam meningkatkan kompetensi atau keahlian teknis tertentu. Hal ini

perlu agar peserta memeiliki pemahaman yang sama terkait dengan topik

yang akan dipelajarinya.

4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika

diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang konsep dan

PROGRAM INOVASI DESA

104| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

ruang lingkup bimbingan teknis dalam menangkap inovasi desa

(capturing) dengan menuliskannya di kertas plano atau whiteboard;

5. Lakukan pemaparan sebagai penegasan tentang kegiatan bimbingan

teknis dalam menangkap inovasi desa (capturing) dengan

menggunakan media tayang yang telah disediakan;

6. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dengan

mengkaitkan pembahasan selanjutnya.

Kegiatan 2: Praktek Pembimbingan Keterampilan Menangkap Inovasi

Desa (Capturing)

a. Persiapan

7. Menjelaskan kepada peserta tujuan, proses dan hasil yang diharapkan

dari kegiatan persiapan praktek pembimbingan keterampilan

menangkap inovasi desa (capturing);

8. Bagilah peserta dalam beberapa kelompok untuk membentuk tim

pembimbing (tim tutor/mentor). Jumlah kelompok disesuaikan

dengan metode atau teknik bimbingan yang akan dipraktekkan.

Metode dan teknik bimbingan yang dipraktekkan diantaranya: (a)

demonstrasi, (b) simulasi, (c) praktek kerja, dan (d) tutorial;

9. Selanjutnya, mintalah kepada kelompok sesuai dengan metode atau

teknis yang dipilih untuk membaca dan mengumpulkan informasi,

sumber belajar, catatan dan hasil diskusi yang telah dilakukan pada

sesi sebelumnya untuk dipraktekkan dalam kegiatan pembelajaran

mikro;

10. Berikan instruksi kepada kelompok untuk mempersiap-kan topik,

materi termasuk, media dan alat bantu, serta penilaian sesuai metode

yang dipilih;

11. Berikan waktu yang cukup untuk mempersiapkan dan melatih

kemampuan menerapkan metode dan teknik bimbingan dalam

mengembangkan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing).

b. Pelaksanaan

12. Pada tahapan ini masing-masing kelompok melakukan praktik

metode atau tekni bimbingan menangkap inovasi desa (capturing)

yang telah dipersiapkan sesuai rencana bimbingan;

13. Selanjutnya, mintalah setiap kelompok untuk melakukan praktek

sesuai dengan tugasnya. Pada saat yang sama teman sejawatnya

bertindak sebagai peserta sekaligus mengamati proses penerpaan

teknik bimbingan yang digunakan. Adapun rinciannya pembagian

peran sebagai berikut:

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 105

Kelompok lain sebagai peserta

1 tim berperan sebagai pembimbing;

1 tim berperan sebagai pengamat (observer).

14. Ketika praktik pembimbingan berlangsung, hendaknya pelatih

senantiasa mengontrol apakah semuanya sudah berjalan pada jalur

yang semestinya;

15. Tim pengamat dari kelompok lain yang ditunjuk melakukan kegiatan

penilaian terhadap kelompok atau tim yang sedang melakukan

praktek melatih. Tim Pengamat melakukan penilaian menggunakan

Lembar Penilaian 5.2.1 dan 5.2.2;

16. Disamping itu, pelatih, panitia dan peserta bersama-sama dapat

mendokumentasikan praktek pembimbingan dengan memperguna-

kan panduan pengamatan. Seiring dengan itu dilakukan perekaman

(ATR/VTR, kamera HP atau perekam lain) sesuai dengan kebutuhan

dan fasilitas yang tersedia;

17. Pengamat dan pelatih dapat memberikan catatan pengamatan

kepada masing-masing kelompok.

Kegiatan 3: Umpan Balik Praktek Pembimbingan Keterampilan

Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

18. Jelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari kegiatan

umpan balik terhadap hasil praktek bimingan teknis yang telah

dilakukan sebelumnya;

19. Berikan kesempatan kepada Tim Pengamat untuk memberikan

apresiasi dan penjelasan hasil penilaiannya terhadap penerapan

metode dan praktik bimbingan keterampilan menangkap inovasi

desa yang telah dilakukan oleh masing-masing kelompok;

20. Mintalah tanggapan langsung dari Tim Pelatih yang mempraktekan

metode atau teknik tersebut dengan mengungkapkan situasi pada

saat praktik dan kesulitan yang dihadapi;

21. Ajaklah peserta lain untuk memberikan tanggapan dan memberikan

saran positif untuk meningkatkan kualitas penguasaan metodologi

dalam membimbing TIK-PID dan TPID;

22. Setelah selesai ajaklah seluruh peserta untuk melakukan curah

pendapat terkait dengan aspek-aspek kegiatan pembimbingan

(pencapaian tujuan, substansi isi bimbingan, proses pembimbingan,

media yang digunakan dan penilaian) yang dianggap perlu dikaji

bersama;

23. Buatlah catatan penting terkait isu-isu pokok yang berkembang

dalam pembahasan;

PROGRAM INOVASI DESA

106| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

24. Lakukan penegasan dengan memaparkan hal-hal pokok yang perlu

diperhatikan oleh TAPM agar mampu melakukan bimbingan teknis

secara efektif dengan menggunakan media tayang yang telah

disediakan;

25. Akhiri sesi ini dengan kesimpulan.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 107

Lembar Penugasan 5.2.1

Tugas Peserta dalam Sesi Pratek Pembimbingan

Mempersiapkan materi, alat dan bahan yang diperlukan untuk praktek

pembimbingan menangkap inovasi desa (capturing), sehari sebelumnya. Selama

fase persiapan, pelajari kembali metode atau teknik bimbingan keterampilan yang

akan dipraktikkan; dan menerapkannya dalam menetapkan tujuan bimbingan,

metode atau teknik bimbingan, pemanfaatn media, serta keterampilan komunikasi

efektif.

Peserta membuat rencana tertulis tentang tujuan sesi bimbingan, perancangan

teknik bimbingan, media; dan menyerahkannya kepada pelatih.

Setiap keleompok atau tim mempraktekkan salah satu metode bimbigan yang

dipilih sekitar 10 menit.

Mendengarkan dan merespons sesi playback dan umpan-balik “observer dan

evaluator” (5 menit)

Terlibat aktif dalam pembahasan pleno dan rangkuman pelatih.

Tugas Tim Pengamat (Observer)

Membaca dengan teliti setiap sikap dan keterampilan yang seharusnya dikuasai

oleh seorang pembimbing yang baik.

Membaca lembar pengamatan.

Mencermati semua gerak-gerik “tim pembimbing” dan melakukan penilaian

selama teman sejawat, secara satu per satu, memberi dan melaksanakan sesi

bimbingan teknis.

Mengisi lembar pengamatan dan memberi masukkan kepada “tim pembimbing”

berdasarkan hasil pengamatannnya dalam sesi umpan balik.

Mengembalikan lembar pengamatan kepada pelatih atau panitia.

Tugas Fasilitator/Pelatih (selama praktek pembimbingan)

Setiap peserta atau kelompok akan mempresentasikan satu metode dan teknik

pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) yang telah

ditetapkan.

Mempelajari alokasi waktu setiap peserta sebagai pembimbing dalam praktek

membimbing penangkapan inovasi desa (caturing)

Mengatur saat mulai dan berakhirnya sesi praktik pembimbingan.

Mengingatkan (tapi tidak mengganggu “Tim Pembimng” secara mencolok) sisa

waktu tersedia.

PROGRAM INOVASI DESA

108| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Penilaian 5.2.1

Format Penilaian Keterampilan Membimbing Keterampilan Menangkap

Inovasi Desa (Capturing)

Nama Peserta : …………………………………..

: …………………………………..

Metode/Teknik Bimbingan : …………………………………..

Hari/Tanggal : …………………………………..

No. Komponen Aspek yang Dinilai Nilai

1. Keterampilan

mendesain rencana

pembimbingan tentang

topik terpilih dengan

metode/teknik

bimbingan yang telah

ditetapkan

Kemampuan mencermati dan

merumuskan tujuan, standar

kompetensi, materi, metode/teknik,

kegiatan pembimbingan, sumber dan

penilaian

2. Keterampilan membuka

Kegiatan pembimbingan

Menarik perhatian, menggunakan alat

bantu, pola interaksi yang bervariasi,

memberikan motivasi, kehangatan,

mengemukakan ide, memberikan

acuan, mengingatkan kembali

rencana pembimbingan yang akan

dilakukan

3. Keterampilan

menguasai materi

bimbingan teknis

menangkap inovasi desa

(capturing)

Penguasaan materi bimbingan tanpa

dan menyajikan informasi lisan dan

tindakan atau ketermapilan proses

secara sistematis, menjelaskan pesan

bimbingan secara terencana

4. Keterampilan

penggunaan metode

atau teknik

membimbing

Memakai metode dan teknik

bimbingan yang relevan dengan

kebutuhan pengembangan

keterampilan teknis bagi peserta

5. Keterampilan

penggunaan

media dan alat bantu

dalam pembimbingan

Menyiapkan dan menggunakan

media dan alat bantu pendukung

pembimbingan sesuai karakteristik

materi dan metode bimbingan yang

digunakan

6. Keterampilan bertanya

dan menjawab

Pertanyaan permintaan, retoris,

mengarahkan, menggali, teknik

bertanya sempit, pertanyaan luas,

kejelasan dan kaitan pertanyaan, arah

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 109

No. Komponen Aspek yang Dinilai Nilai

pertanyaan menyeluruh, menjawab

dengan teliti dan tepat

7. Keterampilan mencatat

proses bimbingan

Menyiapan dan menggunakan format

catatan bimbingan.

8. Performance

(Penampilan)

Kepantasan berpakaian, tampilan fisik,

tingkat percaya diri dan

kesiapan mental sebagai seorang

pembimbing/mentor/tutor

9. Ketepatan penggunaan

bahasa

Menggunakan bahasa Indonesia yang

baik atau bahasa yang dimengerti,

mudah dipahami peserta yang

dibimbinng

10. Keterampilan

menyimpulkan dan

mengevaluasi hasil

pembingan

Menyimpulkan dan melakukan

penilaian di akhir pembimbingan

11. Keterampilan

mengakhiri/menutup

pelajaran

Meninjau kembali, menegaskan,

membuat ringkasan, dan ungkapan

penutup

Jumlah

Nilai rata-rata

Simbol

Komentar dan Saran

Evaluator/Pelatih

(……………………………..)

PROGRAM INOVASI DESA

110| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Catatan:

Nilai Rata-Rata = (Jumlah/13)

Skala Penilaian = 70 – 100

80 > = A

75 – 79,9 = B +

70 – 74,9 = B

Catatan: Lembar ini digunakan sebagai panduan penilaian yang dilakukan oleh pelatih

(evaluator) untuk memberikan penilaian terhadap penilaian dilengkapi catatan atau

saran kepada kelompok atau tim pembimbing yang sedang melakukan praktek

pembimbingan menangkap inovasi desa (capturing).

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 111

Lembar Penilaian 5.2.2

Format Pengamatan Keterampilan Membimbing Keterampilan

Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

Nama Peserta : …………………………………..

: …………………………………..

Metode/Teknik Bimbingan : …………………………………..

Hari/Tanggal : …………………………………..

No. Aspek yang dinilai Baik Cukup Kurang Komentar

1. Keterampilan mendesain

rencana pembimbingan

menangkap inovasi desa

(capturing)

2. Keterampilan membuka sesi

pembimbingan

3. Keterampilan menguasai

dan menjelaskan materi

bimibingan

4. Keterampilan penggunaan

metode/pendekatan dan

strategi bimbingan

5. Keterampilan penggunaan

media dan alat bantu

pendukung kegiatan

bimbingan

6. Keterampilan

berkomunikasi efektif

7. Keterampilan mencatat

proses bimbingan

8. Performance (Penampilan)

9. Ketepatan penggunaan

bahasa

PROGRAM INOVASI DESA

112| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

No. Aspek yang dinilai Baik Cukup Kurang Komentar

10. Keterampilan

menyimpulkan dan

mengevaluasi hasil

pembimbingan

11. Keterampilan mengakhiri/

menutup kegiatan

bimbingan

Catatan: Lembar ini digunakan sebagai panduan pengamatan peserta untuk

memberikan catatan atau saran kepada kelompok atau tim pembimbing yang sedang

melakukan praktek bimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing).

Pengamat memberi tanda checklist () pada kolom dan memberikan komentar dan

saran terhadap penampilan teman Anda yang sedang praktik.

Pengamat

( …………………………….. )

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 113

PROGRAM INOVASI DESA

114| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Pokok Bahasan 6

PRAKTEK LAPANGAN

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 115

PROGRAM INOVASI DESA

116| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

POKOK BAHASAN 7

POKOK BAHASAN

PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menerapkan

keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) berdasarkan

pentahapannya dalam situasi nyata di masyarakat.

Sub Pokok Bahasan

SPB 6.1. Praktek Belajar Lapangan: Menangkap Inovasi Desa (capturing).

Waktu

10 JP (450 menit)

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 117

PROGRAM INOVASI DESA

118| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

SUB POKOK BAHASAN 6.1

Praktek Belajar Lapang:

Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu:

1. Membuat persiapan kegiatan dalam menangkap inovasi desa

(capturing)

2. Melaksanakan kegiatan penangkapan inovasi desa (capturing);

3. Mengevaluasi hasil penangkapan inovasi desa yang telah

dilaksanakan.

Waktu

10 JP (450 menit)

Metode

Praktek Lapangan.

Media

Lembar Kerja Praktek 6.1.1: Formulir Informasi Kegiatan Penangkapan

Inovasi Desa (Capturing)

Lembar Kerja Praktek 6.1.2: Format Dokumen Pembelajaran Hasil

Menangkap Inovasi Desa Menangkap Inovasi Desa (Capturing).

Lembar Informasi 6.1.1: Panduan Menangkap Inovasi Desa (Capturing).

Alat Bantu

Kamera/HP, VTR atau Video, laptop, Flipt chart, metaplan, dan spidol.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 119

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Persiapan

1. Berilah penjelasan kepada peserta maksud, hasil dan proses dari

kegiatan persiapan praktek lapangan.

2. Ingatkan kembali bahwa materi pembelajaran sebelumnya terkait

dengan metode penangkapan inovasi desa yang menjadi dasar dari

kegiatan praktek lapangan ini.

3. Tampilkan Media Tayang “Bekal Menangkap Inovasi.” Tanyakan

kepada peserta apakah sudah mengingat dan memahaminya. Berikan

waktu kepada peserta untuk menanyakan kembali atau men-

diskusikannya jika perlu;

4. Ingatkan kepada peserta untuk mengerahkan berbagai metode

menangkap inovasi, serta mengusung definisi inovasi, unsur-unsur

yang harus ada dalam inovasi, dan tahapan menangkap inovasi

(capturing) untuk mengurangi hambatan dalam menemukan dan

menggali inovasi di lapangan. Pelatih dapat menayangkan kembali

media tayang “Keahlian Dasar” sebagai bahan refleksi.

5. Selanjutnya bagilah peserta dalam 5 - 6 kelompok kecil untuk

kegiatan praktek lapangan. Mintalah peserta untuk menunjuk 1 orang

anggotanya sebagai koordinator kelompok.

6. Pelatih menjelaskan hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh kelompok

untuk melaksanakan praktek lapangan, antara lain:

a. Menentukan tema kegiatan penangkapan inovasi (capturing)

didasarkan pada bidang/cakupan PID (Kewirausahaan dan

Pengmebangan Ekonomi Lokal, Pengembangan Sumber Daya

Manusia dan Infrastruktur).

b. Menentukan metode yang akan dipilih untuk menangkap

inovasi sesuai dengan karakterisktik tema yang sudah

ditentukan oleh kelompok..

c. Menentukan lokasi yang akan dikunjungi.

d. Menentukan pelaku atau informan yang akan ditemui.

e. Menentukan agenda kegiatan yang akan dilakukan.

f. Menyiapkan instrumen untuk mengumpulkan informasi dan

data terkait dengan inovasi yang akan ditangkap (capture),

misalnya: daftar pertanyaan wawancara, catatan observasi dan

catatan diskusi (FGD).

g. Menyiapkan media dan alat bantu yang akan digunakan untuk

menangkap inovasi, misalnya: kamera, handphone, audio

recording dan buku catatan.

PROGRAM INOVASI DESA

120| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

7. Berilah kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk

mendiskusikan hal-hal yang perlu dipersiapkan dan mencatatnya

dalam Lembar Kerja Praktek 6.1.1.

8. Hasil diskusi dikumpulkan kepada pelatih sebagai bahan informasi.

9. Sebelum sesi ditutup, Pelatih memberikan penegasan kembali

terhadap hal-hal yang penting untuk persiapan kegiatan praktek

lapangan.

Pelatih disarankan untuk menjelaskan kepada peserta terkait

pembagian kelompok, lokasi dan hal-hal teknis lain terkait

persiapan praktek lapangan di luar jam pembelajaran,

menggunakan sesi istirahat atau sesi malam, supaya peserta

memiliki cukup waktu mempersiapkan praktek lapangan. Praktek

lapangan akan dilaksanakan 1 hari penuh (10 JP).

Selama kegiatan praktek lapangan berlangusng, pelatih dapat

memberikan bimbingan, konsultasi dan asistensi kepada kelompok.

Kegiatan 2: Pelaksanaan Praktek Lapangan

10. Pelatih memastikan semua kelompok sudah menentukan tema,

metode penangkapan inovasi, lokasi yang akan dikunjungi,

instrumen dan media pendukung.

11. Pastikan semua kelompok sudah menyerahkan lembar informasi

sebagai catatan bagi pelatih dari setiap kelompok sebelum ke

lapangan.

12. Masing-masing kelompok melakukan kegiatan penangkapan inovasi

sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.

13. Hasil kegiatan penangkapan inovasi dirumuskan dalam bentuk

dokumen pembelajaran inovasi desa seperti yang tercantum dalam

Lembar Kerja Praktek 6.1.2.

Kegiatan 3 : Evaluasi Hasil Penangkapan Inovasi Desa

14. Berilah penjelasan kepada peserta maksud, hasil dan proses dari

kegiatan Evaluasi Hasil Penangkapan Inovasi Desa.

15. Setiap kelompok menyerahkan soft copy Dokumen Pembelajaran

versi word kepada Panitia pada pagi hari, sebelum kelas dimulai;

16. Setiap kelompok memaparkan Dokumen Pembelajaran (versi PPT)

hasil penangkapan inovasi di desa, secara lengkap mulai dari latar-

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 121

belakang, solusi, proses dan tahapan pelaksanaanya, dan lain-lain,

hingga pembelajaran dan rekomendasi;

17. Peserta lain memberikan tanggapan dan argumentasi terkait

Dokumen Pembelajaran tersebut, apakah layak dikategorikan sebagai

inovasi atau hanya best practice disertai alasan dan referensi-nya;

18. Lanjutkan dengan kelompok lain hingga seleasi;

19. Lakukan refleksi terhadap upaya Menangkap Inovasi. Minta peserta

untuk mencurahkan kesulitan-kesulitas dari pengalaman dalam

menangkap inovasi dan membuat Dokumen Pembelajaran versi word

sesuai template;

20. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk memberikan

tanggapan dan berdiskusi terkait trik dalam “Menangkap Inovasi” dan

“Membuat Dokumen Pembelajaran.” Jika tidak ada, tunjuk 2-3

peserta untuk berpendapat.

21. Sebelum sesi ditutup, sampaikan beberapa penegasan hal-hal yang

penting dari hasil praktek lapangan dan presentasi.

PROGRAM INOVASI DESA

122| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Kerja Praktek 6.1.1:

Formulir Informasi Kegiatan Penangkapan Inovasi Desa (capturing)

Nama kelompok : ___________________________

Nama kordinator : ______________________________ (HP: __________________)

Anggota: 1.

2.

3.

4.

Tema :

Metode :

Lokasi :

Instrumen yang digunakan :

Media dan alat yang digunakan :

Catatan :

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 123

Lembar Kerja Praktek 6.1.2.

Format Dokumen Pembelajaran Hasil

Penangkapan Inovasi (Capturing)

[penulis utama]

[nama desa]

Ringkasan Umum

Tuliskan ulasan singkat tentang kegiatan inovasi yang telah didokumentasikan;

maksimal 2 paragraf singkat atau 10 baris

[Ditambah gambar jika dibutuhkan]

PROGRAM INOVASI DESA

124| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Latar Belakang Masalah dan Tantangan

Jabarkan konteks umum kejadian, masalah, tantangan yang mendorong dibuatnya inovasi;

misalnya karena kondisi dan letak geografis, sosial, ekonomi yang sulit. Kumpulkan jawaban atas

pertanyaan berikut: Apa latar belakang dari tantangan atau masalah yang terjadi? Di mana

terjadinya? Siapa yang terlibat? Seperti apa situasi yang ada sebelum inovasi terjadi? Di mana

dan kapan terjadinya? Apakah tepatnya yang menjadi tantangan atau masalah? Seperti apakah

situasi atau masalah sebelum dilakukan intervensi? Apa yang menyebabkan tantangan atau

masalah ini? Apakah konsekuensi dari tantangan atau masalah ini? Dan sebagainya. Tambahkan

gambar jika dibutuhkan

[Ditambah gambar jika dibutuhkan]

Solusi/Inovasi yang telah Dilakukan

Tuliskan dalam 1-3 baris solusi-solusi inovatif yang telah dilakukan untuk mengatasi

tantangan/masalah yang disampaikan dalam box Tantangan dan latar belakang masalah

[Ditambah gambar jika dibutuhkan]

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 125

Proses – Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah

Tuliskan jawaban atas pertanyaan mengenai solusi dengan rinci langkah demi langkah proses

yang telah dilakukan, mulai dari penggalian inovasi (diskusi), tahapan persiapan, dan aksinya

(pelaksanaan). Sebutkan tokoh-tokoh atau pihak-pihak yang telah berperan dalam memberikan

solusi atau yang telah membantu menyelesaikan permasalahan, serta cara-cara inovatif yang

dijalankan,termasuk bagaimana dijalankan, bagaimana pengelolaan atau pengaturan waktu

dan sumber daya pendanaan maupun sumber daya manusianya. Tambahkan apa yang berjalan

baik dan apa yang tidak berjalan dengan baik? Dan sebagainya. Tambahkan gambar jika

dibutuhkan.

[Ditambah gambar jika dibutuhkan]

Hasil

Tuliskan informasi tentang perubahan yang terjadi atau hasil yang telah dicapai akibat upaya-

upaya yang dijelas dalam proses menjawab tantangan/masalah.

[Ditambah gambar jika dibutuhkan]

Pembelajaran

Tuliskan di sini mengenai apa yang akan dilakukan narasumber jika dia kembali mengalami

situasi yang sama. Mengapa? Bagaimana? Dsb. Tambahkan gambar jika dibutuhkan. Sampaikan

hal-hal penting (pembelajaran) yang dapat diambil atau dijadikan rujukan bagi proses

pembelajaran selanjutnya atau untuk perbaikan inovasi terkait ke depan berdasarkan proses

penyelesaian masalah yang telah dilakukan. Hal ini dapat menyangkut cara/sistem kerja,

manajemen waktu atau manusia, dan lain-lain.

[Ditambah gambar jika dibutuhkan]

PROGRAM INOVASI DESA

126| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Rekomendasi

Apa yang disarankan oleh narasumber untuk dilakukan bila desa lain mengalami situasi yang

sama? Apa yang tidak disarankan? Bagaimana supaya masalah seperti ini dapat dihindari di

masa depan? Kesulitan apa saja yang mungkin dihadapi saat menjalankan kegiatan inovasi

tersebut. Dsb. Tambahkan gambar jika dibutuhkan.

[Ditambah gambar jika dibutuhkan]

Sumber Informasi dan Referensi

Lampirkan foto untuk menjadi ilustrasi visual; gunakan foto yang menggambarkan dinamika atau

kegiatan inovasi yang berlangsung. Tambahkan peta lokasi, foto tokoh/pihak yang berperan yang

diceritakan dalam proses, foto kondisi awal dan akhir bila ada, dan hindari foto berpose dalam

group atau selfie. Tambahkan juga referensi atau sumber informasi lainnya (ahli, buku, situs web,

video, audio, gambar, dll) yang digunakan sebagai rujukan untuk menambah informasi dalam

dokumen pembelajaran ini. Berikan daftar referensi pada sumber-sumber dan sumberdaya yang

digunakan untuk membuat dokumen ini dan yang dianggap berguna bagi para pembaca jika

mereka ingin mengetahui lebih lanjut. Cantumkan nama dan keterangan narasumber inovasi ini

agar pembaca dokumen dapat menghubunginya langsung bila berminat melakukan replikasi.

[Ditambah gambar jika dibutuhkan]

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 127

PROGRAM INOVASI DESA

128| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Pokok Bahasan 7

EVALUASI PELATIHAN DAN RKTL

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 129

PROGRAM INOVASI DESA

130| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

POKOK BAHASAN 7

POKOK BAHASAN

EVALUASI PELATIHAN DAN RKTL

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. Memberikan penilaian terhadap penyelenggaraan pelatihan

menangkap inovasi desa (capturing) untuk TAPM;

2. Menyusun Rencana Kerja Tindak Lanjut.

Sub Pokok Bahasan

SPB 7.1: Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan Menangkap Inovasi Desa

(Capturing) untuk TAPM;

SPB 7.2: Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL).

Waktu

2 JP (90 menit)

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 131

PROGRAM INOVASI DESA

132| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

SUB POKOK BAHASAN 7.1

Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. Merangkum kembali pokok-pokok isi materi pelatihan menangkap

inovasi desa (capturing) untuk TAPM mulai SPB 1 hingga SPB 6

dengan benar;

2. Menilai penyelenggaraan kegiatan pelatihan menangkap inovasi

desa (capturing) untuk TAPM.

Waktu

1 JP (45 menit)

Metode

Evaluasi

Media

Lembar Kerja 7.1.1: Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan Menangkap

Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM;

Lembar Kerja 7.1.2: Evaluasi Materi Pelatihan Inovasid Desa

(Capturing) untuk TAPM dalam Pelaksanaan Program Inovasi Desa

(PID)

Alat Bantu

Kertas plano, metaplan, spidol dan Lakban, LCD, Laptop, dan WhiteBoard.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 133

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Resume Hasil Pelatihan

1. Sebelum kegiatan dimulai, pelatih atau penyelenggara

membagikan lembar penilaian penyelenggaraan kegiatan dan

materi pelatihan (Lembar Kerja 7.1.1 dan 7.1.2) kepada peserta

untuk diisi dan dan diserahkan kepada panitia;

2. Setelah mengisi lembar evaluasi pelatihan, selanjutnya pelatihan

menjelaskan kepada peserta tentang tujuan, proses dan hasil dari

penyusunan resume pokok-pokok isi materi pelatihan meangkap

inovasi desa (capturing);

3. Pelatih memberikan rangkuman dan menjelaskan tentang:

a. Rangkuman materi dan kaitan materi yang satu dengan yang

lainnya.

b. Tujuan pelatihan selama proses pelatihan.

c. Bagan proses pelatihan.

d. Penjelasan untuk memenuhi harapan yang belum terpenuhi.

e. Penjelasan hasil evaluasi individu praktek melatih.

4. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan materi

yang belum jelas;

5. Buatlah pembulatan dan kesimpulan akhir dari keseluruhan materi

pelatihan menangkap inovasid desa (capturing).

Kegiatan 2: Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan

6. Mintalah kepada masing-masing peserta untuk curah pendapat

terkait proses penyelenggaraan pelatihan menangkap inovasid

desa (capturing) dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai

berikut;

a. Apa yang Anda rasakan setelah Anda mengikuti pelatihan ini?

b. Kebutuhan dan kemampuan (pengetahuan, sikap dan

keterampilan) apa saja yang dianggap perlu ditingkatkan untuk

mendukung penyelenggaraan pelatihan?

c. Bagaimana upaya Anda sebagai pendamping untuk

memperbaiki dan meningkatkannya dan siapa saja yang

terlibat di dalamnya?

7. Catatlah beberapa hal pokok yang dikemukakan oleh peserta

dalam metaplan agar mendapatkan reaksi dari masing-masing

peserta;

PROGRAM INOVASI DESA

134| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

8. Selanjutnya paparkan hasil evaluasi penyelenggaraan pelatihan

menangkap inovasid desa (capturing) untuk diberikan tanggapan-

nya dari peserta;

9. Diskusikan hasil reaksi masing-masing peserta terkait hasil evaluasi

tersebut dan buatlah kesepakatan bersama terkait hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan kapasitas pelaku di

tingkat Kecamatan;

10. Lakukan penegasan dan kesimpulan akhir atas keseluruhan proses

penyelenggaraan pelatihan menangkap inovasid desa (capturing)

yang telah dilaksanakan.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 135

Lembar Kerja 7.1.1

Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan Menangkap Inovasid Desa (capturing)

Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)

No Aspek Penilaian Keterangan

Kurang Baik Sangat

Baik

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Tim Pelatih

Kemampuan

Fasilitasi

Penguasaan Materi

Kerjasama Tim

2. Dinamika Peserta

Hari 1

Hari 2

Hari 3

Hari 4

Hari 5

3. Sarana dan

Prasarana

4. Bahan Pelatihan

5. Akomodasi

6. Pelayanan Panitia

7. Dan lain-lain

PROGRAM INOVASI DESA

136| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Kerja 7.1.2

Evaluasi Materi Pelatihan Inovasid Desa (Capturing) Bagi TAPM dalam

Pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID)

No POKOK BAHASAN SUBPOKOK BAHASAN KOMPETENSI*)

KET 1 2 3 4

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Inovasi

Pembangunan Desa

Konsep Dasar Inovasi Desa

Konsep Dasar Menangkap

Inovasi Desa (Capturing)

Pengelolaan Pengetahuan

dan Inovasi Desa dalam

Program Inovasi Desa (PID)

2. Peran Pelaku dalam

Menangkap Inovasi

Desa

Peran TIK dan TPID dalam

Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

Peran TAPM dalam Fasilitasi

Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

3. Keterampilan

Menangkap Inovasi

Desa (Capturing)

Identifikasi Inovasi Desa

Verifikasi Inovasi Desa

Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

Validasi Inovasi Desa

Mengemas dan Memformat

Inovasi Desa

4. Peningkatan

Kapasitas Pelaku

dalam Menangkap

Inovasi Desa

(Capturing)

Strategi Peningkatan

Kapasitas Pelaku (TIK dan

TPID)

Bimbingan Teknis

Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

Catatan:

1 = Rendah

2 = Cukup

3 = Baik

4 = Baik Sekali

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 137

PROGRAM INOVASI DESA

138| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

SUB POKOK BAHASAN 7.2

Rencana Kerja Tindak Lanjut

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. Mengidentifikasi tahapan kegiatan menangkap inovasi Desa

(Capturing) dalam Program Inovasi Desa (PID);

2. Menyusun rencana dan jadwal kerja pembimbingan bagi pelaku PID

(TIK dan TPID) dalam menangkap inovasi Desa (capturing) pada

tahun anggaran 2018

Waktu

1 JP (45 menit)

Metode

Rencana Kerja Tindak Lanjut.

Media

Lembar Kerja 7.2.1: Matrik Diskusi Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL);

Lembar Kerja 7.2.1: Format Laporan Pelaksanaan Pelatihan.

Alat Bantu

Kertas plano, metaplan, spidol dan Lakban, LCD, Laptop, dan

WhiteBoard

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 139

Proses Penyajian

Kegiatan: Mengidentifikasi Tagapan Kegiatan Fasilitasi Menangkap

Inovasi Desa (Capturing) dalam Program Inovasi Desa (PID)

1. Informasikan kepada peserta agenda pokok fasilitasi menangkap

inovasi desa (capturing) dalam Program Inovasi Desa (PID) paska

pelatihan;

2. Pandulah peserta mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pokok yang

akan dilakukan TAPM dalam melakukan pembimbingan kegiatan

menangkap inovasi Desa (capturing) bagi pelaku Program Inovasi

Desa (PID);

3. Pandu peserta menentukan hal-hal pokok yang harus diperhatikan

dalam menyusun RKTL.

Kegiatan 2: Menyusun Rencana Kerja Tindak Lanjut

4. Minta peserta membentuk kelompok didasarkan wilayah kerja

masing-masing;

5. Bagikan Lembar Kerja 7.2.1 Lembar RKTL kepada setiap kelompok

untuk didiskusikan;

6. Hasilnya dicatat untuk dipaparkan dalam pleno

7. Minta salah satu kelompok memaparkan RKTL yang telah disusun;

8. Berikan kesempatan kepada peserta kelompok lain untuk

menanggapi.

Kegiatan 4: Menutup Sesi Pembelajaran

9. Berikan penegasan terhadap RKTL-TAPM terkait fasilitasi dan

bimbingan teknis bagi pelaku dalam menangkap inovasi Desa

(capturing);

10. Pada sesi akhir lakukan penutupan dengan sambutan dan do’a.

PROGRAM INOVASI DESA

140| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Kerja 7.2.1

Matrik Diskusi: Rencana Kerja Tindak Lanjut

No Kegiatan Pokok Uraian Kegiatan Output PIC Waktu

Pelaksanaan

Catatan:

(1) Tabel ini sebagai acuan umum saja, peserta diskusi dapat memodifikasi sesuai

kebutuhan dengan menambah penjelasan atau aspek kajian lain tentang rencana

tindak lanjut pasca pelatihan menangkap inovasi desa (capturing) dalam rangka

peningkatan kapasitas TIK-PID dan TPID dalam pelaksanaan Program Inovasi Desa

(PID);

(2) Jelaskan proses atau uraian kegiatan dan hasil yang hendak dicapai di setiap aspek

yang perlu ditindaklanjuti;

(3) Identifikasikan pelaku yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung

dalam penyelenggaraan pelatihan di Kabupaten/Kota;

(4) Tetapkan perkiraan waktu masing-masing tahapan yang telah direncanakan.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 141

Lembar Kerja 7.2.2

Format Laporan Pelaksanaan Pelatihan Menangkap Inovasi

Desa (Capturing) untuk TAPM

BAB 1: Pendahuluan

1. Latar Belakang.

2. Maksud dan Tujuan

3. Hasil yang diharapkan

4. Ruang Lingkup Materi

5. Pelaksana

6. Waktu dan tempat

BAB 2: Pelaksanaan Pelatihan

1. Informasi Umum

(a) Peserta: menjelaskan tentang peserta (jumlah, posisi/jabatan,

komposisi dll).

(b) Pelatih: menjelaskan tentang pelatih atau fasilitator (jumlah,

posisi/jabatan, komposisi, Tim Pelatih, dll).

(c) Materi Pelatihan dan Jam Pelajaran: menjelaskan tentang keluasan

dan kedalam materi pelatihan, jam pelajaran, waktu hari pelatihan

dan bobot materi.

2. Proses Pelatihan

(a) Metode: menjelaskan pendekatan/metode yang digunakan dalam

menyampaikan materi pelatihan;

(b) Media dan Sumber Belajar: menjelaskan tentang pemanfaatan media

dan sumber belajar pendukung pelatihan;

(c) Fasilitasi Proses: menyajikan data/informasi mengenai tata urut

penyajian materi dan proses interkasi pelatih dan peserta;

(d) Dinamika Pembelajaran: menguraikan hasil analisis tentang kondisi

dan perubahan perilaku dalam setiap tahapan pembelajaran.

BAB 3: Hasil Pelatihan

1. Kehadiran Peserta;

2. Partisipasi Peserta;

3. Capaian Belajar (tingkat pemahaman dan kompetensi peserta).

BAB 4: Permasalahan dan Tantangan

1. Permasalahan;

2. Tantangan.

PROGRAM INOVASI DESA

142| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

BAB 5: Rekomendasi dan Kesimpulan

1. Rekomendasi: memaparkan secara singkat tentang pokok-pokok pikiran

penting berupa, tindak lanjut pasca pelatihan, masukan dan saran dalam

rangka perbaikan penyelenggaraan pelatihan sebagai masukan kepada

pemangku kepentingan terkait;

2. Kesimpulan: resume tentang tujuan, proses, hasil dari pelatihan yang

telah dilaksanakan.

BAB 5: Penutup

Lampiran :

Jadwal latihan

Hasil Rekapitulasi Evaluasi Peserta

Hasil Evaluasi Pelaksanaan Latihan

Foto dokumentasi Kegiatan

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 143

PROGRAM INOVASI DESA

144| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Modul Pelatihan

Menangkap Inovasi Desa

Capturing

Lembar Informasi

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 145

PROGRAM INOVASI DESA

146| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Informasi 2.1.1

Konsep Dasar Inovasi Desa

A. Pendahuluan

Secara etimologi inovasi berasal dari bahasa Latin “innovare” atau “innovatio” yang

kemudian diserap ke dalam bahasa inggris “innovation” yang berarti pembaharuan atau

perubahan. Kata kerjanya “innovo” yang artinya memperbaharui dan mengubah. Inovasi

ialah suatu perubahan yang baru menuju ke arah perbaikan, yang lain atau berbeda dari

yang ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana (tidak secara

kebetulan). Menurut kamus Merrian-Webster, innovation (inovasi) berarti melakukan

sesuatu dengan cara yang baru; memiliki ide/gagasan yang baru mengenai bagaimana

sesuatu dilakukan/ dikerjakan. Sedangkan para tokoh pembaharu memiliki konsepsi

yang beragam mengenai makna dari inovasi sebagai berikut. Menurut Everett M. Rogers

dalam Udin Saefudin (2008), inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktek atau

objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang

atau kelompok untuk diadopsi.

Andrew H Van de Ven, inovasi adalah pengembangan dan implementasi gagasan-

gagasan baru oleh orang dimana dalam jangka waktu tertentu melakukan transaksi-

transaksi dengan orang lain dalam suatu tatanan organisasi. Sedangkan menurut

Kuniyoshi Urabe (1988), inovasi bukan merupakan kegiatan satu kali tindakan saja (one

time phenomenon), melainkan suatu proses yang panjang dan kumulatif yang meliputi

banyak proses pengambilan keputusan di dan oleh organisasi dari mulai penemuan

gagasan sampai implementasinya di pasar.

Stephen Robbins (1994) mendefinisikan inovasi sebagai suatu gagasan baru yang

diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa.

Berdasarkan pengertian tersebut, Robbins lebih memfokuskan pada tiga hal utama yaitu:

(1) Gagasan baru yaitu suatu olah pikir dalam mengamati suatu fenomena yang

sedang terjadi, termasuk dalam bidang pendidikan, gagasan baru ini dapat berupa

penemuan dari suatu gagasan pemikiran, Ide, sistem sampai pada kemungkinan

gagasan yang mengkristal;

(2) Produk dan jasa yaitu hasil langkah lanjutan dari adanya gagasan baru yang

ditindak lanjuti dengan berbagai aktivitas, kajian, penelitian dan percobaan

sehingga melahirkan konsep yang lebih konkret dalam bentuk produk dan jasa

yang siap dikembangkan dan dimplementasikan termasuk hasil inovasi dibidang

pendidikan;

(3) Upaya perbaikan yaitu usaha sistematis untuk melakukan penyempurnaan dan

melakukan perbaikan (improvement) yang terus menerus sehingga buah inovasi

itu dapat dirasakan manfaatnya.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 147

Zaltman dan Duncan (1973) menjelaskan bahwa inovasi adalah perubahan sosial

yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dan diamati sebagai suatu yang baru

bagi sekelompok orang. Tetapi perubahan sosial belum tentu Inovasi. “An innovation is

an idea, practice, or material artifact perceived to be new by the relevant unit of adoption.

The innovation is the change object”. Dalam hal ini Schumpeter menyebutkan bahwa

“carrying out innovations is the only function which is fundamental in history”.

Teori pembangunan ekonomi, Schumpeter menjelaskan bahwa pembangunan

sebagai proses historis dan perubahan struktural, secara substansial didorong oleh

inovasi. Dimana inovasi disini dibagi menjadi lima jenis dalam pembagian yang

dilakukan oleh Schumpeter, yaitu: (1) meluncurkan produk baru atau jenis baru dari

produk yang sudah dikenal sebelumnya; (2) aplikasi metode produksi atau penjualan

yang baru; (3) membuka pasar yang baru; (4) mendapatkan sumber baru dari supply

bahan baku atau barang setengah jadi; (5) struktur industri baru semacam penciptaan

atau pemusnahan posisi monopoli yang sudah ada.

B. Pengertian Inovasi dalam Program Inovasi Desa (PID)

Dalam konteks Program Inovasi Desa (PID), istilah inovasi merujuk pada cara atau

pendekatan yang berbeda dari biasanya (apakah itu cara baru atau cara yang

dikembangkan dari yang sudah ada sebelumnya) yang ditempuh oleh (kelompok)

masyarakat atau instansi, dalam menjawab suatu masalah/tantangan yang dihadapi

atau dalam mengerjakan sesuatu, aplikatif dan terbukti berhasil

Program Inovasi Desa (PID) merupakan salah satu upaya Pemerintah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui peningkatan kapasitas desa

dalam mengembangkan rencana dan pelaksanaan pembangunan Desa secara

berkualitas. Program Inovasi Desa (PID) mendukung capaian target RPJM 2015-2019

dengan mendukung pembangunan Desa secara lebih kreatif dan sehingga dapat

mendorong pengembangan ekonomi local dan pengembangan sumber daya manusia.

PID diselenggarakan oleh Kemendesa PDTT dengan dukungan pendanaan dari Bank

Dunia melalui restrukturisasi program yang sebelumnya difokuskan pada

Pendampingan Desa dalam pelaksanaan Undang-Undang Desa.

Program Inovasi Desa (PID) adalah inovasi/kebaruan dalam praktik pembangunan

dan pertukaran pengetahuan. Inovasi ini dipetik dari realitas/hasil kerja Desa-Desa

dalam melaksanakan kegiatan pembangunan yang didayagunakan sebagai

pengetahuan untuk ditularkan secara meluas. Program Inovasi Desa (PID) juga

memberikan perhatian terhadap dukungan teknis dari penyedia jasa teknis secara

professional. Dua unsur itu diyakini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap

investasi Desa, yaitu pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui pembangunan yang

didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), khususnya Dana Desa.

Dengan demikian, Program Inovasi Desa (PID) diharapkan dapat menjawab kebutuhan

Desa-Desa terhadap layanan teknis yang berkualitas, merangsang munculnya inovasi

dalam praktik pembangunan, dan solusi inovatif untuk menggunakan Dana Desa secara

tepat dan seefektif mungkin.

PROGRAM INOVASI DESA

148| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

C. Kebutuhan Inovasi Desa

Ada beberapa hal yang medasari pentingnya inovasi desa. Dalam dasawarsa terakhir ini

terjadi pergeseran dari ekonomi yang berbasis industri menuju ke ekonomi berbasis

pengetahuan. Selain itu, daya saing daerah ditentukan oleh kemampuan memanfaatkan

modal SDM melalui inovasi. Sistem inovasi dibutuhkan bagi Desa dikarenakan dorongan

dari perubahan sosial dan karakteristik pasar yang dinamis, kompetisi global,

kecenderungan membentuk jejaring, posisi tenaga kerja dengan upah tinggi,

keterampilan luas dengan berbagai disiplin, pembelajaran tanpa kenal waktu dan

sepanjang hayat, serat pengelolaan SDM kolaboratif serta rendahnya jiwa

kewirausahaan masyarakat. Kondisi ini mendorong upaya sistematis dalam mengatasi

permasalahan di masyarakat Desa yang semakin kompleks.

Inovasi Desa merupakan sebuah pola pendekatan dalam pembangunan Desa yang

dilakukan secara terpadu dan sistematis dalam rangka pemecahan masalah dan

tantangan yang dihadapi. Komponen baik kebijakan, pelaku, lembaga, jaringan,

kemitraan, proses sosial, dan aksi bersama dalam rangka difusi inovasi diharapkan

mampu mempengarui perkembangan kehidupan masyarakat dan penapaian target

pembangunan Desa.

Pada dasarnya sistem Inovasi Desa merupakan suatu kesatuan dari pemangku

kepentingan, kelembagaan, hubungan, jaringan, interaksi dan proses sosial yang

mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusinya termasuk

teknologi dan praktik baik (good practices), serta proses pembelajaran.

D. Strategi Inovasi Desa

Pengembangan strategi inovasi Desa mencakup cara berpikir strategis dan konsistensi

para pemangku kepentingan yang dituangkan dalam kerangka perencanaan jangka

panjang. Strategi inovasi Desa ditetapkan sebagai agenda prioritas pembangunan dan

menjadi bagian integral dari strategi pembangunan Desa. Strategi inovasi Desa

merupakan kebijakan strategis dalam upaya meningkatkan daya saing yang berfokus

pada potensi dan sumber daya lokal, akses pasar, dan terbuka pada ide-ide kreatif

yang bermanfaat bagi kemajuan masyarakat, pengentasan kemiskinan, peningkatan

pendapatan dengan menetapkan tujuan yang jelas dan capaian secara rasional.

Hal ini menjadi landasan dan kerangka kerja bagi Desa agar secara mandiri

maupun bersama mitra keja untuk memahami pentingnya pendekatan sistem dalam

menangani berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat dengan melibatkan

multipihak agar dihasilkan kesinambungan kebijakan, pengelolaan sumber daya,

pendanaan, dan tindakan strategis lainnya yang mendukung inovasi Desa.

Selain itu, upaya yang dilakukan menghasilkan masukan strategis dalam

penyusunan kebijakan inovasi desa yang bersifat holistik-tematik, integratif dan spasial

terutama untuk diintegrasikan dalam dokumen perencanaan dan penganggaran

pembangunan Desa. Integrasi inovasi ke dalam dokumen perencanaan dan

penganggaran juga penting untuk menjamin keberlanjutan inovasi Desa.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 149

Ada beberapa strategi yang dapat dipraktikkan dalam mengembangkan desa

inovatif, di antaranya:

(1) Membangun kapasitas warga dan organisasi masyarakat sipil di desa yang kritis

dan dinamis. Proses pembentukan bangunan warga dan organisasi masyarakat

sipil biasanya dipengaruhi oleh faktor eksternal yang mengancam hak publik.

Meski demikian, keduanya adalah modal penting bagi desa untuk membangun

kedaulatan dan titik awal terciptanya komunitas warga desa yang nantinya akan

menjadi kekuatan penyeimbang atas munculnya kebijakan publik yang tidak

responsif masyarakat.

(2) Memperkuat kapasitas pemerintahan dan interaksi dinamis antara organisasi

warga dalam penyelenggaraan pemerintahan desa;

(3) Membangun sistem perencanaan dan penganggaran desa yang responsif dan

partisipatif.

E. Manfaat Inovasi Desa

Manfaat inovasi Desa untuk; (a) melindungi individu, kelompok atau kelembagaan yang

melakukan inovasi; (b) Memacu kreativitas Desa untuk meningkatkan daya saing dan

keunggulannya; (c) meningkatkan jaminan pelayanan publik yang disediakan

pemerintah Desa. Disamping itu, inovasi Desa diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam: (a) Peningkatan efisiensi; (b) perbaikan efektivitas (c) perbaikan kualitas

pelayanan kepada masyarakat; (d) mendorong kohesi sosial dan mencegah terjadinya

konflik kepentingan; (e) berorientasi kepada kepentingan umum; (f) dilakukan secara

terbuka; (g) memenuhi nilai-nilai kepatutan; (h) mampu dipertanggungjawabkan

hasilnya; dan (i) mendorong pemanfaatan bagi perbaikan kehidupan masyarakat.

F. Sasaran Inovasi Desa

Inovasi pembangunan Desa merupakan kegiatan pemberdayaan melalui pembangunan

dalam bentuk perbaikan mutu hidup dan perilaku yang mencakup aspek peningkatan

kemampuan masyarakat, peningkatan partisipasi masyarakat, meningkatkan kegiatan

ekonomi masyarakat dan meningkatkan kemampuan SDM aparatur pemerintah desa

berbasis Iptek (Suharyanto dan Arif Sofianto, 2012:1-2).

Desa inovatif adalah desa yang warga masyarakatnya mampu mengenali dan

mengatasi serta memanfaatkan teknologi canggih atau cara-cara baru untuk mengatasi

masalah dan meningkatkan perekonomiannya dengan cara menggunakan teknologi

yang ada di sekitar lingkungannya secara mandiri.

Wilopo (2015) ada tiga faktor yang dapat mempercepat pembangunan di sebuah

desa yaitu inovasi, jiwa wirausaha dan teknologi baru. Inovasi tidak serta merta berbicara

tentang produk baru, tetapi bisa juga dengan melakukan hal lama dengan cara-cara

yang baru. Amerika dan Tiongkok adalah contoh negara yang berhasil mengembangkan

inovasi di desa-desa yaitu dengan menggelar acara Young Entrepreneur in Village.

PROGRAM INOVASI DESA

150| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

G. Model Inovasi Desa

Berdasarkan data BPS Tahun 2015 jumlah penduduk pedesaan mencapai 46,7% yang

relatif menunjukkan cukup besar potensi di desa untuk menekan dan mengambil peran

turut serta mengatasi problematika urbanisasi. Angka ini menunjukkan dominannya

penduduk indonesia hidup di perkotaan menjadikan Desa kurang mendapatkan fokus

pengembangan yang optimal serta masih bertindak secara tradisional dalam

mengelolanya.

Fokus pengembangan Desa seyogyanya menjadi lebih mudah karena desa atau

kampung memiliki faktor kekuatan positif yang berbeda dengan kota, diantaranya

adalah potensi sumber daya alam (SDA) yang melimpah dan relatif belum dikelola secara

optimal, potensi sumberdaya manusia (SDM) yang cenderung mudah digerakkan karena

tingginya jiwa kekeluargaan atau semangat partisipasinya yang besar untuk terlibat,

ketersediaan anggaran yang saat ini desa diberikan celah fiskal yang cukup besar, serta

kewenangan desa untuk melakukan self governing community. Oleh karena itu,

diperlukan sebuah model pengembangan Desa yang mampu mendorong peningkatan

kualitas hidup masyarakat melalui pemanfaatanp potensi sumber daya, aset dan

pendanaan secara terorganisir dan akuntabel.

Membangun dari pinggiran sesuai dengan jargon pemerintah saat ini, juga dapat

diartikan bahwa fokus membangun dari level terendah yaitu desa atau kampung.

Namun demikian, belum tegas apa saja yang dapat dilakukan dan bagaimana cara untuk

meningkatkan desa agar bisa setara dengan kota secara cepat dan berkesinambungan.

Pandangan bahwa kota lebih maju, lebih canggih, atau lebih sejahtera perlu dibalik

dengan langkah-langkah inovatif yang salah satunya adalah menciptakan smart village

atau kampung cerdas.

Pembangunan desa merupakan proses merespon tiga lingkungan desa (alam,

budaya dan sosial ekonomi) dengan cara yang tepat, maka dalam pembangunan harus

diperhatikan unsur lingkungan tersebut. Selain pertumbuhan, pemerataan dan

keberlanjutan merupakan tujuan utama pembangunan. Pemerataan baik secara wilayah,

sektoral maupun penerima atau pemanfaat pembangunan merupakan ukuran penting

keber-hasilan pembangunan. Keberlanjutan pembangunan tidak saja memenuhi

kebutuhan sesaat, tetapi menjaga bagaimana terjadi kesinambungan dana agar

manfaatnya bisa dirasakan lintas generasi.

Desa inovatif membutuhkan dukungan dari berbabagi pihak baik pemerintah

maupun pemangku kepentingan diperlukan guna mengantarkan masyarakat desa pada

perikehidupan layak, makmur, dan sejahtera. Dalam hal ini, diperlukan adanya inovasi

dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Inovasi yang dimaksud

adalah upaya menciptakan cara, proses, dan produk baru yang memberikan nilai tambah

bagi kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

Belajar dari pengalaman dalam pelaksanaan program pembangunan dan

pemberdayaan, Inovasi menjadi kunci pengembangan desa. Beberapa contoh model

desa inovasi yang dapat dilakukan, diantaranya: Inovasi Pendidikan Untuk si Miskin;

Inovasi Pemanfaatan Lahan Kosong; Inovasi Penataan Pasar Tradisional; Inovasi Berbasis

Desa: Desa Wisata-Budaya; Desa Sadar Hukum; Desa Sadar dan Terampil; Desa Sehat;

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 151

Desa Sahabat Anak; Desa Ramah Lingkungan Alam; Desa Wirausaha; Desa Aman

Bencana; Desa KB; dan Desa Gaul.

Contoh Kegiatan Inovasi Desa

No Segmen/Bagian Penjelasan isi Segmen

1. Judul Kegiatan Inovasi

Singkat dan Jelas

Penanganan masalah luar biasa bidang kesehatan melalui

Posyandu

2. Ringkasan Umum Pemerintah Desa Srigonco, Bantur, Kabupaten Malang,

Jawa Timur, menyediakan fasilitas Posyandu jiwa “Damar

Wulan” guna memfasilitasi penanganan masalah luar biasa

orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Hasilnya, kasus

pemasungan ODGJ nihil, keseharian ODGJ menjadi lebih

terkontrol dan keluarga ODGJ pun lebih percaya diri dalam

bersosialisasi.

3. Tantangan dan Latar

Belakang Masalah

1. Pada 2011, jumlah ODGJ yang terdata di desa Srigonco

mencapai 24 orang, 4 diantaranya dipasung

2. Kondisi ODGJ dalam pasungan sangat memprihatinkan

tanpa busana dan makan kotorannya sendiri Kebiasaan

pasung bagi ODGJ dilakukan karena kurangnya

pengetahuan keluarga dalam menangani ODGJ dan

untuk menyembunyikan rasa malu

3. Sebagian ODGJ berasal dari keluarga kurang mampu,

sehingga tidak tertangani dengan baik

4. Banyak ODGJ yang berkeliaran di sekitar desa sehingga

mengganggu kenyamanan warga dan pengunjung desa

4. Solusi/ Inovasi yang

dijalankan

Penyediaan fasilitas Posyandu khusus oleh Pemerintah

Desa untuk penanganan masalah luar biasa di bidang

kesehatan, dalam hal ini pembinaan ODGJ

5. Proses/ langkah demi

langkah penyelesaian

masalah/ tantangan

1. Pada 2011 warga desa Srigonco yang juga Petugas

Kesehatan dari Puskesmas Bantur menemukan kasus

ODGJ dalam pasungan, setidaknya ada 4 kasus pasung

dari 24 ODGJ di desa tersebut

2. Warga kemudian mencari informasi keluarga ODGJ

dan berusaha melakukan pendekatan

3. Warga juga menghubungi RS Jiwa Lawang untuk

mencari informasi tentang penanganan ODGJ

4. Warga melakukan pendekatan kepada Posyandu

reguler dan Puskesmas, guna mendapatkan dukungan

penanganan ODGJ

5. Petugas Kesehatan Puskesmas memberikan

pengarahan terkait rencana penanganan ODGJ kepada

kader Posyandu reguler

6. Petugas Puskesmas memberikan pembekalan terkait

penanganan ODGJ kepada kader Posyandu reguler

yang bersedia membantu

7. Posyandu jiwa menghubungi jejaring yang diperoleh

dari Puskesmas, termasuk menyampaikan usulan

PROGRAM INOVASI DESA

152| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

No Segmen/Bagian Penjelasan isi Segmen

kepada Pemerintah Desa untuk melaksanakan

Posyandu jiwa secara reguler setiap bulan, menjajaki

kemungkinan kerjasama dengan Dinas Kesehatan

Provinsi dan Perguruan Tinggi

8. Pemerintah Desa menyetujui usulan tersebut dan

memberikan dukungan berupa:

- Penyediakan fasilitas berupa tempat, bangku,

meja, sound system untuk pelaksanaan Posyandu

sehat jiwa

- Instruksi bagi aparat untuk membantu

pelaksanaan kegiatan Posyandu jiwa

- Instruksi kepada aparat dan perangkat desa untuk

turut menjemput ODGJ dari rumah masing-masing

pada hari-H Posyandu jiwa

- Pengalokasian dana desa untuk kegiatan

Posyandu jiwa sebagai bagian dari Pelayanan

Sosial Dasar bidang kesehatan bagi warga

9. Posyandu jiwa dilakukan secara reguler setiap bulan

dengan pelayanan/kegiatan:

- Pemeriksaan kesehatan rutin

- Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) berupa

pembiasaan salam, sapa, senyum

- Keterampilan merawat diri, seperti kebiasaan

mandi, buang air, dan berpakaian

- Kunjungan kader ke rumah ODGJ yang tidak hadir

pada hari H Posyandu jiwa untuk turut merawat

dan melakukan pembinaan kepada keluarga

- Pemberian bahan makanan, alat-alat mandi, dll,

sebagai pengganti Pemberian Makanan Tambahan

(PMT) dari sumbagan yang digalang kader

- Pelatihan keterampilan untuk belajar bekerja

secara langsung di rumah penduduk

6. Hasil / Capaian 1. Kasus pemasungan ODGJ di desa Srigonco saat ini

adalah nihil

2. ODGJ dapat bersosialisasi dan terbiasa memberikan

salam, sapa, senyum

3. ODGJ dapat merawat diri sesuai kemampuan masing-

masing

4. ODGJ dapat membuat batik jumput, anyaman bambu

dan kerajinan manik-manik

5. Terbangunnya jaringan diantara Posyandu Jiwa,

Pemerintahan Desa, Puskesmas, Dinas Kesehatan dan

Perguruan Tinggi

6. Kemudahan akses obat untuk ODGJ dari Pemerintah

Provinsi Jawa Timur

7. Pembelajaran 1. Layanan Posyandu dapat disesuaikan dengan

kebutuhan dan masalah kesehatan yang banyak terjadi

di daerah masing-masing

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 153

No Segmen/Bagian Penjelasan isi Segmen

2. Jejaring dari anggota Posyandu atau petugas

Puskesmas dapat dimanfaatkan untuk menangani

berbagai penyakit atau masalah kesehatan lain, tidak

hanya sebagai tempat penanganan kesehatan ibu dan

balita

8. Rekomendasi 1. Posyandu Jiwa perlu mendapatkan perhatian yang

cukup sebagaimana Posyandu reguler, seperti

ketersediaan tempat, obat-obatan dan kegiatan

pelatihan untuk peningkatan kemampuan kader

Posyandu sehat jiwa.

2. Pentingnya membangun jejaring dengan berbagai

pihak untuk mendapatkan dukungan pelaksanaan

aktivitas agar berjalan lebih baik.

9. Kontak Person Soebagijono, Posyandu jiwa “Damar Wulan” desa Srigonco,

Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur

HP. 081 333 757 501

Daftar Pustaka

Kementerian Desa PDTT (2017) SOP Program Inovasi Desa.

http://www.referensimakalah.com/2013/01/pengertian-inovasi.html

https://sidikpuchaqidie.wordpress.com/2010/12/14/hello-world/

http://kaltim.tribunnews.com/2017/02/24/smart-village-inovasi-pembangunan-desa

PROGRAM INOVASI DESA

154| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Informasi 4.1.1

Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa (PPID)

A. Latar Belakang

Banyak kegiatan inovatif di desa yang dapat menjadi inspirasi pembangunan bagi desa

lain yang selama ini belum terdokumentasi dan dikelola secara sistematis dengan baik

sebagai bahan pembelajaran untuk peningkatan kualitas pembangunan di desa. PPID

dimaksudkan untuk mendorong peningkatan kualitas pemanfaatan dana desa dengan

memberikan contoh kegiatan inovasi desa melalui pendokumentasian dan

penyebarluasan kegiatan inovasi pembangunan desa.

Tahapan PPID tahun 2018 didasarkan atas hasil pelaksanaan tahapan yang telah

dilaksanakan pada tahun 2017. Alur tahapan pelaksanaan PPID terdiri atas 2 tingkatan

yaitu: (1). kegiatan di tingkat kabupaten yang dilakukan oleh TIK, dan (2) kegiatan di

tingkat kecamatan dan Desa yang dilakukan oleh TPID.

B. Orientasi dan Persiapan

TAPM, PD dan PLD bersama TIK dan TPID (jika sudah terbentuk) melakukan orientasi

dan evaluasi atas pelaksanaan PID tahun 2017 sebagai langkah persiapan pelaksanaan

tahun 2018. Langkah-langkah fasilitasi yang dilakukan adalah:

1. Melakukan pertemuan dengan TIK atau TPID untuk mempersiapkan rencana

pelaksanaan kegiatan tahun 2018 (jika sudah terbentuk). Jika belum terbentuk

segera difasilitasi pembentukan TIK dan mengadakan MAD-1 untuk pembentukan

TPID.

2. Pada lokasi yang sudah menyelenggarakan Bursa Inovasi Desa (BID) perlu

memastikan sejauhmana tindak lanjut kartu komitmen untuk replikasi telah

dimasukkan dalam APB Desa tahun 2018. Bersama TIK-Pokja PPID menyiapkan dan

mengelompokkan kartu-kartu Ide hasil BID sebagai dokumen yang akan

diverifikasi kelayakan inovatifnya oleh TIK dan akan dikembalikan kepada TPID

untuk dilakukan proses “capturing” atau pendokumentasian.

3. Mengidentifikasi dan menyusun direktori keberadaan PJLT.

C. Musyawarah Antar Desa (MAD)-1

TAPM Kabupaten/Kota bersama PD dan PLD serta TPID (bagi yang sudah terbentuk)

memfasilitasi pelaksanaan MAD-1 melalui koordinasi dengan Camat. MAD-1 merupakan

forum di tingkat kecamatan yang yang dihadiri oleh maksimal 6 orang perwakilan desa,

yaitu Kepala Desa, Unsur BPD, tokoh masyarakat, dan keterwakilan perempuan minimal

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 155

2 orang). MAD 1 juga melibatkan perwakilan UPTD tingkat kecamatan yang relevan

seperti Puskesmas, UPTD Pendidikan, PU kecamatan, dan lain-lain.

Tujuan MAD-1:

1. Sosialisasi konsep PID dan penggunaan Bantuan Pemerintah PPID, termasuk

kebutuhan Desa akan jasa layanan teknis;

2. Diseminasi informasi kegiatan-kegiatan inovasi yang sudah teridentifikasi

sebelumnya, baik yang ada di lokasi dampingan maupun tempat lain;

3. Pembentukan TPID (bagi yang belum atau ada pergantian pengurus). Pengurus

TPID disyahkan oleh Camat;

4. Kesepakatan pokok-pokok kegiatan yang akan dibiayai melalui dana operasional

kegiatan (Kebijakan umum penggunaan dana diatur dalam Petunjuk Teknis

Penggunaan DOK PPID).

2. Rapat TPID

Rapat TPID dilakukan untuk menyusun proposal dan Rencana Anggaran Biaya

(RAB) penggunaan Bantuan Pemerintah PPID. Sebelum merumuskan kegiatan dan

RAB, TPID mendapatkan pelatihan terlebih dahulu dari TAPM Kabupaten/Kota dan

atau PD. TPID mengadakan pertemuan untuk menyusun detail proposal kegiatan

dan RAB berdasarkan hasil keputusan MAD. Selanjutnya Camat menerbitkan Surat

Penetapan Camat (SPC) yang berdasarkan Berita Acara MAD dan hasil rapat

perumusan kegiatan.

D. Pencairan dan Penyaluran Dana

1. Pencairan dan Penyaluran Dana Bantuan Pemerintah PPID Mekanisme pencairan

dan penyaluran Dana Bantuan Pemerintah PPID, secara umum diatur sebagai

berikut:

a. TPID menyusun dan mengajukan proposal yang disertai RAB penggunaan

dana Bantuan Pemerintah PPID kepada TIK untuk diverifikasi sebelum dikirim

kepada Satker Provinsi;

b. TIK melakukan verifikasi atas kelengkapan dokumen-dokumen pencairan

yang diajukan oleh TPID, dan setelah dinyatakan lengkap dilanjutkan kepada

Satker Provinsi untuk proses pencairan dana tahap I;

c. Satker Provinsi melakukan verifikasi, dan setelah kelengkapan administrasi

dinyatakan lengkap, maka dilakukan penerbitan SPM kepada KPPN;

d. KPPN setelah menerima SPM dari satker Provinsi akan melakukan

pengecekan administrasi dan selanjutnya KPPN menerbitkan SP2D untuk

meminta bank operasional membayar kepada rekening TPID;

e. Setelah bank operasional mentransfer dana ke Rekening TPID, maka tidak

lebih dari 7 hari kerja, dana tersebut harus dibelanjakan sesuai proposal dan

PROGRAM INOVASI DESA

156| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

RAB yang telah diajukan;

f. Pengajuan pencairan dana tahap II oleh TPID hanya dapat dilakukan apabila

penggunaan dana dari tahap I (50%) telah mencapai minimal 90%. Pengajuan

pencairan dana tahap II wajib dilampiri dengan Laporan Penggunaan Dana

(LPD) tahap I dan Rencana Penggunaan Dana (RPD) tahap II.

Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme pencairan dan penyaluran dana Bantuan

Pemerintah PPID diatur melalui Petunjuk Teknis Bantuan Pemerinth PPID Tahun

Anggaran 2018.

3. Dana Operasional TIK

Pada TA 2018 TIK mendapatkan dana operasional dan administrasi kegiatan untuk

menunjang proses kegiatan dari PPID. Tata cara pengajuan pencairan dan

penyaluran serta penggunaan Dana Operasional TIK dimaksud, akan diatur lebih

lanjut melalui Petunjuk Teknis Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018.

E. Identifikasi Inovasi

Identifikasi inovasi dilakukan untuk memetakan kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan

di masyarakat dan desa pada bidang infrastruktur, pengembangan sumber daya

manusia, serta kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal berdasarkan kriteria

yang termasuk dalam kategori inovatif. Identifikasi dibedakan pada dua kategori lokasi

berdasarkan pelaksanaan PID tahun 2017, yaitu:

1. Lokasi yang sudah tersedia Kartu Ide melalui Bursa Inovasi Desa pada tahun

sebelumnya

Pada lokasi ini identifikasi inovasi didasarkan atas kartu ide yang sudah tersedia,

yaitu dengan mengumpulkan seluruh kartu ide hasil bursa dan mengelompokkan

ide-ide tersebut ke dalam 3 bidang, yaitu bidang infrastruktur, kewirausahaan dan

pengembangan ekonomi lokal, serta pengembangan sumber daya manusia.

Tahapan ini dilakukan oleh Pokja PPID pada TIK dengan difasilitasi oleh TAPM.

Pengelompokan dilakukan melalui pemilahan ide inovasi mana saja yang

memenuhi kriteria kategori inovatif.

2. Lokasi yang belum tersedia Kartu Ide atau yang belum melakukan Bursa Inovasi

Desa

Pada lokasi ini, TPID terutama yang menangani bidang PPID dengan dibantu

difasilitasi oleh PD, melakukan identifikasi ke desa-desa atas beberapa kegiatan di

bidang infrastruktur, kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal, serta

pengembangan sumber daya manusia, yang sudah dilakukan dan dinilai

berpotensi sebagai kegiatan yang inovatif sesuai kriteria. Kegiatan ini dilakukan

dengan melakukan kunjungan ke desa-desa dan melakukan pengamatan dan

wawancara dengan pelaku-pelaku pembangunan desa dan pemberdayaan

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 157

masyarakat. Kegiatan ini dilakukan setelah TPID mendapatkan pelatihan terlebih

dahulu tentang PID dan memahami apa saja kriteria kegiatan yang dinilai sebagai

kegiatan inovatif.

F. Identifikasi Kebutuhan PJLT

TPID bidang PJLT melakukan proses identifikasi ke desa-desa tentang apa saja kegiatan-

kegiatan yang akan dilakukan melalui APB Desa yang memerlukan jasa layanan teknis di

3 bidang yaitu infrastruktur, kewirausahaan/pengembangan ekonomi lokal, dan

pengembangan sumber daya manusia.

Kegiatan-kegiatan yang membutuhkan PJLT adalah kegiatan yang tidak bisa

dilaksanakan oleh Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) maupun oleh tenaga

Tenaga Pendamping Profesional karena membutuhkan keahlian khusus. Hasil

identifikasi kebutuhan PJLT dikelompokkan sebagai berikut:

Pelaksanaan identifkasi Kebutuhan PJLT secara lebih detail dapat dilihat pada BAB IV

tentang Kegiatan PJLT.

G. Verifikasi Inovasi oleh Pokja PPID - TIK

Pokja PPID-TIK, setelah mendapatkan hasil identifikasi kegiatan dari Kartu Ide atau TPID

selanjutnya melakukan proses verifikasi apakah kegiatan-kegiatan tersebut masuk

dalam kriteria inovatif atau tidak. Hasil verifikasi berupa rekomendasi kelayakan sebagai

kegiatan inovatif yang bisa dilanjutkan proses berikutnya, yaitu capturing atau

pendokumentasian kegiatan inovasi. Verifikasi merujuk pada kriteria kegiatan inovatif

sebagaimana yang sudah disebutkan dalam Bab I Ketentuan Dasar. Rekomendasi

kelayakan ini ditujukan kepada TPID.

H. Verifikasi Kebutuhan PJLT oleh Pokja PJLT- TIK

Verifikasi kebutuhan PJLT dimaksudkan untuk menilai kelayakan terhadap usulan

kegiatan yang diajukan oleh TPID terhadap desa-desa yang membutuhkan layanan PJLT.

Verifikasi dilakukan oleh Pokja PJLT-TIK berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan layanan

PJLT. Hasil verifikasi yang dilakukan disampaikan kepada TPID berupa daftar usulan

kegiatan yang layak untuk mendapat dukungan layanan teknis serta PJLT yang sesuai

dengan kebutuhan Desa.

I. Perumusan dan Prioritas Kegiatan PJLT

Hasil verifikasi kebutuhan PJLT yang telah diterima TPID selanjutnya dirumuskan

berdasarkan jenis kegiatan dan keahlian yang dapat diberikan oleh PJLT. Prioritas

kegiatan yang akan mendapat layanan PJLT ditetapkan dalam rapat TPID sesuai dengan

kriteria yang telah dirumuskan.

PROGRAM INOVASI DESA

158| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

J. Pendokumentasian Inovasi

TPID terutama bidang PPID, dengan didukung oleh PD dan PLD melakukan proses

pendokumentasian kegiatan-kegiatan yang telah diverifikasi oleh TIK dan

direkomendasikan sebagai kegiatan inovatif yang bisa dilakukan capturing.

1. Proses “capturing”

Hasil identifikasi dari masing-masing desa terutama yang masuk kriteria kegiatan

inovatif dan direkomendasikan oleh TIK, selanjutnya didokumentasikan dalam

bentuk media visual/ video, album photo, artikel/tulisan dan media cetak lainnya.

TIK dan TPID akan diberi pelatihan terkait metode capturing terlebih dahulu

sebelum proses capturing dilakukan.

2. Penyusunan Dokumen Pembelajaran

Hasil capturing yang sudah dilakukan, selanjutnya dilakukan proses analisa sesuai

dengan kearifan lokal untuk disusun sebagai dokumen pembelajaran atas praktik

cerdas di wilayah lokasi sasaran. Dokumen pembelajaran tersebut menjelaskan

petunjuk dan proses langkah demi langkah terhadap praktik cerdas atau inovasi

yang telah terjadi.

K. Verifikasi Dokumen Pembelajaran dan Sistem Pengelolaan Pengetahuan

Pokja PPID-TIK selanjutnya melakukan proses verifikasi atas dokumen-dokumen

pembelajaran yang sudah dibuat oleh TPID-TPID. Setelah verifikasi, dokumen-dokumen

pembelajaran tersebut dimasukkan dalam wadah atau platform, kegiatan inovasi (sistem

pengelolaan pengetahuan) berbasis web yang dapat diakses oleh seluruh desa secara

luas. Platform kegiatan inovasi inilah yang selanjutnya disampaikan kepada kecamatan-

kecamatan untuk dipilih sebagai bahan penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa (BID).

L. Peluncuran Bursa Inovasi Desa di Kabupaten/Kota

Kegiatan ini merupakan pertemuan untuk meluncurkan akan adanya Bursa Inovasi Desa

(BID) yang akan diselenggarakan di setiap kecamatan.

M. Bursa Inovasi Desa di Kecamatan

Sebelum penyelenggaraan BID di kecamatan, desa sudah menyiapkan data-data sebagai

berikut:

1. Bidang Sumber Daya Manusia:

a. Ibu Hamil dengan kondisi Kekurangan Energi Kronik (KEK), yaitu ibu hamil yang

memiliki ukuran lingkar lengan atas (LILA) di bawah standar kesehatan ibu

hamil;

b. Bayi atau Balita yang jarang dibawa ke posyandu, yaitu bayi atau balita yang

tidak pernah dibawa ke Posyandu berturut-turut dalam 3 bulan terakhir;

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 159

c. Bayi atau Balita yang berat badanya masih di bawah garis merah (indikasi gizi

buruk atau gizi kurang) pada Kartu Menuju Sehat (KMS);

d. Anak usia SD dan SMP yang tidak bersekolah, yaitu anak yang pada saat

pendataan berusia minimum 8 tahun dan maksimal 14 tahun tidak bersekolah

SD atau SMP, termasuk mereka yang masuk kategori berkebutuhan khusus;

e. Anak usia SD atau SMP (8 s/d 14 tahun) yang putus sekolah, termasuk yang

berkebutuhan khusus.

f. Tingkat pendidikan pelaku pengembangan usaha ekonomi desa

g. Anak usia 3 s/d 6 tahun yang tidak terdaftar di PAUD

h. Jumlah pengangguran di Desa

i. Tingkat urbanisasi masyarakat

2. Bidang Infrastruktur:

a. Akses masyarakat dalam mendapatkan listrik (prosentase masyarakat

menggunakan listrik)

b. Akses masyarakat dalam mendapatkan air bersih (prosentase masyarakat

menggunakan air bersih)

c. Akses masyarakat dalam sanitasi (prosentase penggunaan jamban atau MCK)

d. Akses masyarakat dalam irigasi pertanian dan perikanan

e. Akses masyarakat terhadap ruang public dan sarana olah raga

f. Akses prasarana terhadap perekonomian desa

g. Akses komunikasi dan informasi Desa

h. Keberadaan perumahan yang tidak layak huni (Jumlah rumah tidak layak huni)

3. Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal

a. Data potensi unggulan Desa

b. Data kegiatan BUMDesa

c. Data kelompok usaha ekonomi masyarakat dan kewirausahaan

d. Akses masyarakat ke lembaga keuangan

Alur pelaksanaan Bursa Inovasi Desa adalah sebagai berikut:

a. TPID menggelar rapat untuk persiapan penyelenggaraan bursa inovasi desa;

b. Dalam rapat persiapan ini, akan disiapkan dokumen pembelajaran kegiatan inovasi

yang telah direkomendasikan oleh TIK. Dokumen pembelajaran ini dalam bentuk

video dan atau tulisan atas kegiatan-kegiatan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat yang telah dilakukan, di bidang pengembangan ekonomi lokal,

sumberdaya manusia dan prasarana infrastruktur;

PROGRAM INOVASI DESA

160| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

c. Lokasi yang belum menyelenggarakan BID, dokumen pembelajaran yang

digunakan sebagai rujukan adalah sebanyak 50 inovasi yang telah disiapkan dan

diverifikasi sesuai kriteria inovatif.

Penyelenggaraan BID dilakukan dengan tujuan utama adalah untuk:

a. Memberikan masukan/ide terhadap perencanaan pembangunan desa;

b. Membagi kegiatan inovasi yang telah didokumentasikan dalam bentuk video

maupun tulisan;

c. Membangun komitmen desa untuk melakukan adaptasi inovasi;

d. Membagi informasi direktori PJLT

Hasil dari BID adalah: Kartu Komitmen sebagai wujud keseriusan desa untuk

melakukan replikasi dan Kartu Ide untuk menyampaikan bahwa di desa-desa mereka

juga terdapat kegiatan yang inovatif namun belum terdokumentasikan. TPID akan

mendata daftar usulan dari Kartu Komitmen dan Kartu Ide untuk ditindaklanjuti. Lebih

lanjut tentang BID dapat dilihat dalam Panduan Penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa.

N. Proses Capturing Kartu Ide Hasil Bursa Inovasi Desa

Dari Kartu Ide hasil BID selanjutnya dilakukan proses capturing atau pendokumentasian

kegiatan inovasi mengikuti alur sebagaimana disampaikan di atas. Proses capturing

menggunakan metode dan format yang akan dilatihkan kepada TIK dan TPID

sebagaimana disebutkan di atas. Capturing dilakukan terhadap inovasi yang merupakan

hasil rekapitulasi ide inovasi yang diusulkan Desa dalam Kartu Ide dari BID dan telah

diverifikasi sebagai inovatif oleh TIK.

O. Proses Replikasi Inovasi melalui Forum Desa

Dari Kartu komitmen yang sudah ditandatangani Kepala Desa selanjutnya difasilitasi

kegiatan yang akan direplikasi untuk dimasukkan dalam APB Desa melalui forum Desa.

Forum ini dilakukan melalui proses perencanaan desa secara reguler sebagai media

untuk pengarusutamaan replikasi program-program inovasi dalam APB Desa.

Pengarusutamaan dilakukan melalui proses pengelolaan inovasi dan peningkatan

kapasitas pelaku masyarakat dan Desa dan diharapkan kegiatan replikasi dapat

dilakukan pada tahun berikutnya.

Contoh: Beberapa instrumen dasar untuk memfasilitasi pertukaran inovasi desa yang

dapat dimodifikasi dan digunakan sesuai kebutuhan replikasi:

Kelompok

Belajar

Pertemuan kelompok secara regular dan memiliki kesamaan

minat untuk saling belajar satu dengan lain, misalkan sebulan

sekali atau sesuai kesepakatan

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 161

Konferensi Mengirim perwakilan desa/daerah untuk menghadiri pertemuan

dimana sejumlah besar peserta datang bersama-sama untuk

berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka tentang topik/ tema

khusus, terutama pengetahuan yang dimiliki desa/daerah atau yang

mungkin dibutuhkan desa/ daerah.

Kunjungan

pakar

Mengirim atau mengundang praktisi atau pakar khusus dari sebuah

desa/ kabupaten/ organisasi penyedia pengetahuan ke sebuah

desa/ kabupaten/ organisasi yang membutuhkannya untuk menilai

kondisi riil saat ini dan memberikan bimbingan dalam penyelesaian

masalah atau tantangan yang dihadapi

Dialog

Pengetahuan

Memfasilitasi perbincangan antara pihak yang memiliki

pengetahuan dengan pihak yang membutuhkan (agen perubahan)

guna menggali akar masalah dan membuka wawasan hingga

menghasilkan sebuah tindakan atau hasil nyata

Studi tur Kunjungan atau serangkaian kunjungan, baik oleh individu atau

group, ke satu atau lebih desa/ kecamatan/ kabupaten atau tempat-

tempat di kecamatan/ kabupaten yang sama, dengan tujuan untuk

mempelajari dan mendalami hal/ bidang khusus secara langsung

dari sumbernya, misalkan bagaimana satu hal dapat dilaksanakan

dengan baik dan berhasil

Tandem Menggandeng desa/ lembaga dengan potensi sama, namun lebih

matang dan berpengalaman, untuk bermitra guna menghasilkan

sesuatu yang menguntungkan kedua belah pihak

Workshop Kegiatan terstruktur untuk mendorong peserta memecahkan

sebuah isu atau permasalahan dengan cara bekerjasama. Dapat

dilakukan di tingkat kecamatan, kabupaten, bahkan provinsi

P. Pelaksanaan Kegiatan PJLT

Setelah ada prioritas kegiatan pemberian Jasa layanan teknis, selanjutnya dilakukan

proses pelaksanaan kegiatan PJLT.

Q. Musyawarah Antar Desa (MAD)-2

TIPD menyampaikan laporan pertanggung jawaban dan penggunaan Dana Bantuan

Pemerintah PPID melalui MAD II-2. Laporan pertanggungjawaban selanjutnya

disampaikan kepada TIK yang ditembuskan kepada Satker Provinsi.

PROGRAM INOVASI DESA

162| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Informasi 3.2.1

Fasilitasi Pengelolaan Pengetahuan dan

Inovasi Desa (PPID) di Tingkat Kecamatan

A. Pendahuluan

Pada umumnya pengelolaan pengetahuan diarahkan untuk tujuan organisasional

seperti peningkatan kinerja, memacu inovasi, mempertahankan atau mengembangkan

keuntungan komparatif, serta berbagi informasi dan pengetahuan dalam organisasi.

Intinya adalah bahwa jika pengetahuan orang-orang dalam organisasi, baik secara

perseorangan maupun bersama-sama merupakan modal suatu organisasi, maka

sebaiknya pengetahuan itu dikelola dengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di sejumlah lokasi, banyak pengetahuan

dan kegiatan inovatif yang telah dilakukan atas inisiatif masyarakat, Pemerintah Desa

maupun Kabupaten dalam menjawab sebuah tantangan atau dalam menjalankan

kegiatan pembangunan. Pertukaran pengetahuan dan pembelajaran antar-desa

maupun dengan kabupaten pun telah terjadi. Inisiatif tersebut dilakukan berdasarkan

kebutuhan masyarakat dan mendapat dukungan dari berbagai program.

Meski demikian, seiring berhentinya sebuah program, tidak sedikit inisiatif yang

hilang. Untuk itu, perlu ada sistem pengelolaan inisiatif yang memiliki nilai-nilai inovasi.

Selain untuk menjamin keberlanjutan inisiatif tersebut, pengelolaan yang baik dapat

memungkinkan pihak lain mengakses informasi terkait inisiatif atau inovasi tersebut,

menjadikan inspirasi atau bahkan rujukan bagi penyelesaian masalah mereka atau

pengayaan kegiatan pembangunan yang lebih efektif dan inovatif.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 163

B. Pengertian

Pengelolaan pengetahuan adalah upaya yang sadar dan sengaja untuk mengelola

informasi dan pengetahuan sebagai aset, menjaga keberlanjutan keberadaan

pengetahuan itu dalam kehidupan masyarakat di Desa, termasuk didalamnya upaya

mengembangkan dan menangkap (knowledge generation dan knowledge capture)

pengetahuan, pembelajaran dan pengalihan pengetahuan (knowledge transfer), serta

pemanfaatan pengetahuan itu. Upaya itu mencakup pula identifikasi tacit

knowledge (pengetahuan tersirat), yang kerakali tidak diketahui si pembawa

pengetahuan sendiri, untuk menjadikannya pengetahuan yang tersurat (explicit

knowledge) agar dapat didokumentasikan dan diteruskan kepada pihak lainnya.

Inovasi tidak sama dengan praktik cerdas (best practice). Inovasi disini merujuk

pada cara atau pendekatan yang berbeda dari biasanya (apakah itu cara baru atau cara

yang dikembangkan dari yang sudah ada sebelumnya) yang ditempuh oleh (kelompok)

masyarakat atau instansi, dalam menjawab suatu masalah/tantangan yang dihadapi atau

dalam mengerjakan sesuatu, aplikatif dan terbukti berhasil.

C. Kriteria

Kriteria Inovasi adalah segala bentuk inisiatif atau “gebrakan” dari masyarakat,

kelompok, satuan kerja, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan

keberlanjutan pembangunan sebagai akibat dari intervensi Program Inovasi Desa

maupun aktivitas lainnya. Kriteria yang ditetapkan sebagai berikut:

a. Sangat Dibutuhkan (ada permintaan) di masyarakat

b. Terdefinisi dengan baik

c. Dapat direkam

d. Dapat/layak untuk dibagikan

e. Dapat diulang dan dikembangkan

f. Relevan.

D. Katagori

Kategori inovasi Desa sebagai berikut:

a. Kegiatan pembangunan di bidang pengembangan ekonomi lokal dan

kewirausahaan, pengembangan sumber daya Manusia, dan infrastruktur Desa

yang memberi manfaat secara luas bagi masyarakat dan diketahui oleh

masyarakat;

b. Upaya yang berhasil mendorong terwujudnya kegiatan pembangunan berkualitas,

serta mendorong partisipasi dan kegotongroyongan masyarakat dalam

pembangunan;

PROGRAM INOVASI DESA

164| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

c. Kegiatan pengembangan sistem yang berdampak terhadap peningkatan ekonomi

dan sosial budaya;

d. Kegiatan pembangunan yang memiliki nilai keunikan karena mengadopsi unsur

budaya/potensi lokal dan pemanfaatan yang lebih luas serta memiliki nilai

keberlanjutan;

e. Kegiatan yang mempunyai sifat kebaruan atau penggabungan unsur baru dengan

yang sudah ada dan memberikan perubahan yang signifikan dari cara-cara

sebelumnya dan memiliki nilai keberlanjutan;

f. Kegiatan pembangunan yang dikembangkan dengan menyesuaikan terhadap

kondisi geografis, keberadaan sumberdaya dan fasilitas yang tersedia.

E. Pengelolaan Inovasi di Tingkat Kecamatan

Model pengelolaan inovasi di tingkat Kecamatan merupakan serangkaian kegiatan

pengelolaan inovasi mencakup diseminasi dan sosialisasi yang melibatkan pemangku

kepentingan serta dilaksanakan di tingkat Kecamatan. Tujuan pengelolaan inovasi di

Kecamatan, yaitu:

a. Melanjutkan dan mengembangkan upaya inovatif yang lahir dari masyarakat

dalam mendorong kemandirian Desa melalui penggunaan Dana Desa secara

efektif dan inovatif;

b. Mendokumentasikan praktik cerdas yang memiliki muatan inovasi dari setiap desa

yang akan menjadi aset Kecamatan;

c. Menyediakan media pembelajaran atau forum pertukaran inovasi di tingkat

kecamatan untuk kemajuan bersama.

Dalam mendukung pelaksanaan Program Inovasi Desa PID), akan dilakukan

pembentukan Tim Inovasi Kecamatan yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota

melalui Camat dengan melibatkan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan dibantu

Pendamping Desa. Secara umum, langkah-langkah yang ditempuh dalam mengelola

inovasi di tingkat Kecamatan, sebagai berikut:

(1) Pengidentifikasian dan pemilihan inisiatif yang bermuatan inovasi dari desa-desa;

(2) Pendokumentasian secara sederhana dari inisiatif atau kegiatan-kegiatan inovatif

di desa-desa, dalam berbagai bentuk yang memungkinkan. Bisa dalam bentuk

tulisan, gambar, video, maupun audio;

(3) Pengemasan inovasi sesuai tema menjadi materi sosialisasi dan komunikasi

sederhana;

(4) Penyimpanan dokumen pembelajaran dalam tempat/ruangan tertentu;

(5) Penyebaran dokumen pembelajaran ke desa melalui berbagai saluran komunikasi

(Lihat Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi) dan/atau melalui forum pertemuan

masyarakat antar-desa

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 165

(6) Penentuan minimal satu inovasi per kecamatan untuk diajukan, diverivikasi dan

dikelola oleh Tim Inovasi Kabupaten/Kota.

1. Bursa Inovasi Desa di Kecamatan

Sebelum penyelenggaraan BID di kecamatan, desa sudah menyiapkan data-data sebagai

berikut:

Bidang Sumber Daya Manusia:

(1) Ibu Hamil dengan kondisi Kekurangan Energi Kronik (KEK), yaitu ibu hamil yang

memiliki ukuran lingkar lengan atas (LILA) di bawah standar kesehatan ibu hamil;

(2) Bayi atau Balita yang jarang dibawa ke posyandu, yaitu bayi atau balita yang tidak

pernah dibawa ke Posyandu berturut-turut dalam 3 bulan terakhir;

(3) Bayi atau Balita yang berat badanya masih di bawah garis merah (indikasi gizi

buruk atau gizi kurang) pada Kartu Menuju Sehat (KMS);

(4) Anak usia SD dan SMP yang tidak bersekolah, yaitu anak yang pada saat

pendataan berusia minimum 8 tahun dan maksimal 14 tahun tidak bersekolah SD

atau SMP, termasuk mereka yang masuk kategori berkebutuhan khusus;

(5) Anak usia SD atau SMP (8 s/d 14 tahun) yang putus sekolah, termasuk yang

berkebutuhan khusus.

(6) Tingkat pendidikan pelaku pengembangan usaha ekonomi desa

(7) Anak usia 3 s/d 6 tahun yang tidak terdaftar di PAUD

(8) Jumlah pengangguran di Desa

(9) Tingkat urbanisasi masyarakat

Bidang Infrastruktur

(1) Akses masyarakat dalam mendapatkan listrik (prosentase masyarakat

menggunakan listrik)

(2) Akses masyarakat dalam mendapatkan air bersih (prosentase masyarakat

menggunakan air bersih)

(3) Akses masyarakat dalam sanitasi (prosentase penggunaan jamban atau MCK)

(4) Akses masyarakat dalam irigasi pertanian dan perikanan

(5) Akses masyarakat terhadap ruang public dan sarana olah raga

(6) Akses prasarana terhadap perekonomian desa

(7) Akses komunikasi dan informasi Desa

(8) Keberadaan perumahan yang tidak layak huni (Jumlah rumah tidak layak huni)

PROGRAM INOVASI DESA

166| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal

(1) Data potensi unggulan Desa

(2) Data kegiatan BUMDesa

(3) Data kelompok usaha ekonomi masyarakat dan kewirausahaan

(4) Akses masyarakat ke lembaga keuangan

Alur pelaksanaan Bursa Inovasi Desa adalah sebagai berikut:

(1) TPID menggelar rapat untuk persiapan penyelenggaraan bursa inovasi desa;

(2) Dalam rapat persiapan ini, akan disiapkan dokumen pembelajaran kegiatan inovasi

yang telah direkomendasikan oleh TIK. Dokumen pembelajaran ini dalam bentuk

video dan atau tulisan atas kegiatan-kegiatan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat yang telah dilakukan, di bidang pengembangan ekonomi lokal,

sumberdaya manusia dan prasarana infrastruktur;

(3) Lokasi yang belum menyelenggarakan BID, dokumen pembelajaran yang

digunakan sebagai rujukan adalah sebanyak 50 inovasi yang telah disiapkan dan

diverifikasi sesuai kriteria inovatif.

Penyelenggaraan BID dilakukan dengan tujuan utama adalah untuk:

(1) Memberikan masukan/ide terhadap perencanaan pembangunan desa;

(2) Membagi kegiatan inovasi yang telah didokumentasikan dalam bentuk video

maupun tulisan;

(3) Membangun komitmen desa untuk melakukan adaptasi inovasi;

(4) Membagi informasi direktori PJLT

Hasil dari BID adalah: Kartu Komitmen sebagai wujud keseriusan desa untuk

melakukan replikasi dan Kartu Ide untuk menyampaikan bahwa di desa-desa mereka

juga terdapat kegiatan yang inovatif namun belum terdokumentasikan. TPID akan

mendata daftar usulan dari Kartu Komitmen dan Kartu Ide untuk ditindaklanjuti. Lebih

lanjut tentang BID dapat dilihat dalam Panduan Penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa.

2. Proses Menangkap Inovasi (Capturing) Kartu Ide Hasil Bursa Inovasi Desa

Dari Kartu Ide hasil BID selanjutnya dilakukan proses capturing atau pendokumentasian

kegiatan inovasi mengikuti alur sebagaimana disampaikan di atas. Proses capturing

menggunakan metode dan format yang akan dilatihkan kepada TIK dan TPID

sebagaimana disebutkan di atas. Capturing dilakukan terhadap inovasi yang merupakan

hasil rekapitulasi ide inovasi yang diusulkan Desa dalam Kartu Ide dari BID dan telah

diverifikasi sebagai inovatif oleh TIK.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 167

3. Proses Replikasi Inovasi melalui Forum Desa

Dari Kartu komitmen yang sudah ditandatangani Kepala Desa selanjutnya difasilitasi

kegiatan yang akan direplikasi untuk dimasukkan dalam APBDes melalui forum Desa.

Forum ini dilakukan melalui proses perencanaan desa secara reguler sebagai media

untuk pengarusutamaan replikasi program-program inovasi dalam APBDes.

Pengarusutamaan dilakukan melalui proses pengelolaan inovasi dan peningkatan

kapasitas pelaku masyarakat dan Desa dan diharapkan kegiatan replikasi dapat

dilakukan pada tahun berikutnya.

F. Instrumen Kegiatan Belajar

Berikut ini ditampilkan beberapa instrumen dasar kegiatan peningkatan kapasitas Desa

yang dapat dimodifikasi dan digunakan sesuai kebutuhan dalam memfasilitasi

mereplikasi inovasi.

Kelompok

Belajar

Pertemuan kelompok secara regular dan memiliki kesamaan minat

untuk saling belajar satu dengan lain, misalkan sebulan sekali atau

sesuai kesepakatan

Konferensi Mengirim perwakilan desa/ daerah untuk menghadiri pertemuan

dimana sejumlah besar peserta datang bersama-sama untuk

berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka tentang topik/

tema khusus, terutama pengetahuan yang dimiliki desa/ daerah

atau yang mungkin dibutuhkan desa/ daerah.

Kunjungan

pakar

Mengirim atau mengundang praktisi atau pakar khusus dari

sebuah desa/ kabupaten/ organisasi penyedia pengetahuan ke

sebuah desa/ kabupaten/ organisasi yang membutuhkannya untuk

menilai kondisi riil saat ini dan memberikan bimbingan dalam

penyelesaian masalah atau tantangan yang dihadapi

Bincang

Pengetahuan

Memfasilitasi perbincangan antara pihak yang memiliki

pengetahuan dengan pihak yang membutuhkan (agen perubahan)

guna menggali akar masalah dan membuka wawasan hingga

menghasilkan sebuah tindakan atau hasil nyata

Study tour Kunjungan atau serangkaian kunjungan, baik oleh individu atau

group, ke satu atau lebih desa/ kecamatan/ kabupaten atau

tempat-tempat di kecamatan/ kabupaten yang sama, dengan

tujuan untuk mempelajari dan mendalami hal/ bidang khusus

secara langsung dari sumbernya, misalkan bagaimana satu hal

dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil

Tandem Menggandeng desa/ lembaga dengan potensi sama, namun lebih

matang dan berpengalaman, untuk bermitra guna menghasilkan

sesuatu yang menguntungkan kedua belah pihak

Workshop Kegiatan terstruktur untuk mendorong peserta memecahkan

sebuah isu atau permasalahan dengan cara bekerjasama. Dapat

dilakukan di tingkat kecamatan, kabupaten, bahkan provinsi

PROGRAM INOVASI DESA

168| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

G. Media

Berikut ini diberikan beberapa contoh media yang data digunakan sebagai sarana

sosialisasi, promosi, publikasi dan pelatihan di Desa yang dapat digunakan sesuai

kebutuhan dalam memfasilitasi kegiatan inovasi Desa.

1) Baliho/backwall

2) Backdrop

3) Spanduk

4) Banner

5) Brosur/flier

6) Poster

7) Press release

8) Infokit

9) Buletin

10) Website

11) Cerita bergambar

12) Infografik

13) Videografik/animasi/dokumenter

14) Buku Pembelajaran

15) Dll

Kegiatan sosialisasi, promosi atau publikasi yang dapat dilakukan diantaranya:

(1) Penyebaran informasi dan materi/dokumen inovasi melalui berbagai saluran

komunikasi, sosialisasi/promosi/publikasi antar-desa dan kabupaten, baik yang

dimiliki sendiri maupun dimiliki pihak lain melalui jalinan kerjasama (Lihat

Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi;

(2) Pembuatan dan mengiriman press release kegiatan ke media massa;

(3) Penyelenggaraan jumpa pers terkait kegiatan tertentu;

(4) Pemasangan baliho, spanduk, banner, poster, umbul-umbul kegiatan;

(5) Pendistribusian soft copy dan hardcopy dokumentasi inovasi ke berbagai pihak;

(6) Kontribusi konten atau pengisian acara di media massa lokasl: talkshow, running

text, dll;

(7) Kerjasama peliputan kegiatan dengan media local;

(8) Penayangan dokumen inovasi pada website dan media tayang lain;

(9) Kerjasama sosialisasi, promosi, publikasi dengan berbagai instansi;

(10) Media field visit –mengundang media atau pihak tertentu ke salah satu desa

innovator, dan lain-lain.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 169

PROGRAM INOVASI DESA

170| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Informasi 3.4.1

Beberapa Istilah dan Terminologi yang Digunakan dalam

Menangkap Pengetahuan dan Inovasi

1. Menangkap (Pengetahuan)/Knowledge Capturing menjelaskan sebuah proses

untuk mengubah pengetahuan yang berada di benak individu (tacit) menjadi

penjabaran yang eksplisit, misalnya dalam bentuk dokumen, buku, publikasi,

rekaman video, yang dapat dibuat tersedia untuk suatu lembaga.

2. Tim penangkap pengetahuan/Capturing team adalah tim yang terlatih dalam

metodologi dan pendekatan agar dapat secara sistematis dan seragam men-

dokumentasikan pembelajaran dari pengalaman operasional yang belum secara

eksplisit direkam atau sulit direkam. Tim penangkapan pengetahuan

mendokumen-tasikan kejadian atau aktivitas dalam organisasi, lingkunga, atau di

sektor tertentu secara berkelanjutan untuk mengambil pandangan dan manfaat

penting sehingga potensinya dapat direplikasi di tempat lain. Anggota tim

penangkapan pengetahuan memiliki kapasitas jurnalistik dasar untuk mampu

dengan cepat membangun pemahaman akan tantangan khusus yang dihadapi

pemilik pengalaman dan langkah solusi yang didokumentasikan olehnya. Mereka

dapat menggunakan beragam aktivitas penangkapan di mana wawancara dan

focus group adalah yang paling sering digunakan. Tabel berikut merangkum

berbagai aktivitas penangkapan.

Aktivitas Penangkapan Inovasi

(Capturing) individu

Aktivitas Penangkapan Inovasi

(Capturing) Kolaboratif

Wawancara

Bercerita (Storytelling)

Laporan kantor setelah kembali dari

tugas

Observasi

Blog

Focus group

Evaluasi pasca-tindakan

Panduan tata cara

Wiki

Frequently Asked Questions (FAQs)

Ruang kerja berkolaborasi

(Collaborative workspaces)

Webinar

Forum

Komunitas para Praktisi (Community of

Practice (CoP))

Silakan bertanya (Ask-me-anything)

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 171

3. Deskriptor/Descriptors adalah istilah yang digunakan sebagai kata kunci untuk

mengambil dokumen dalam sistem informasi, misalnya katalog atau search engine.

Descriptor dapat berupa kata, frase atau bentuk alfanumerik. Descriptor kunci

dapat ditemukan pada akhir template dalam dokumen ini.

4. Perpustakaan Pengetahuan Digital/Digital Knowledge Library (lihat

Penyimpanan Pengetahuan/Knowledge repository).

5. Ahli/Expert adalah seseorang yang memiliki pengalaman panjang atau intens

dalam bidang tertentu. Riwayat akademis bukanlah keharusan. Ini sedikit berbeda

dari pandangan umum bahwa hanya seseorang yang memiliki tingkat pelatihan

atau latar belakang akademis tertentu yang bisa memiliki keahlian pada subyekt

tertentu. Idenya adalah bahwa setiap orang adalah ahli untuk suatu bidang,

semata-mata karena fakta bahwa mereka memiliki pengalaman berharga dalam

situasi tertentu yang mungkin relevan bagi orang lain yang menghadapi situasi

tertentu.

6. Pengetahuan berbasis pengalaman atau implisit/Experiential or Tacit

knowledge (kebalikan dari pengetahuan terkodifikasi atau eksplisit) adalah suatu

pengetahuan yang sulit ditransfer pada orang lain dengan ditulis atau diceritakan.

Contohnya, menyebutkan pada seseorang bahwa Jakarta ada di Indonesia adalah

sebuah pengetahuan eksplisit yang bisa dituliskan, dikirimkan, dan dimengerti oleh

penerimanya. Namun, kemampuan melintasi lalu-lintas Jakarta membutuhkan

berbagai pengetahuan yang tidak selalu eksplisit, walaupun bagi praktisi ahli, dan

sulit atau mustahil untuk ditransfer pada orang lain.

7. Pengetahuan eksplisit/Explicit knowledge adalah pengetahuan yang bisa

diartikulasikan, dikodifikasikan, dan disimpan dalam media tertentu. Informasi ini

dapat dengan mudah dikirimkan pada orang lain. Informasi yang ada di dalam

eksiklopedia atau buku teks adalah contoh bagus dari suatu pengetahuan eksplisit.

Bentuk pengetahuan eksplisit yang paling lazim adalah manual, dokumen,

prosedur, studi kasus, dan video how-to. Pengetahuan juga bisa berbentuk audio-

visual.

8. Formatting adalah mengubah sebuah content yang ditangkap menjadi format

standar yang mudah dibagi (sharable), mudah dicari (searchable), dan mudah

disajikan (presentable). Dua tugas fundamental yang merupakan bagian dari proses

formatting: (i) mengorganisasikan bahan dan berbagai komponen yang

merupakan bagian dari aset, dan (ii) menambah informasi kualifikasi agar aset

pengetahuan menjadi mudah dicari. Bagian pertama memastikan aset

pengetahuan tampil konsisten dan ramah-pengguna. Aset pengetahuan

mengikuti sebuah urutan logis atau alur cerita yang kohesif. Aset pengetahuan

juga harus menegaskan pesan kunci yang ingin disampaikan penulis. Bila aset

terdiri atas beberapa bagian, misalnya materi tertulis, rekaman video dan gambar,

semuanya harus dijalin dengan metode yang logis sehingga mudah diakses.

Bagian terakhir ini sangat penting agar aset bisa ditemukan oleh sesama rekan

kerja dan pengguna lainnya.

PROGRAM INOVASI DESA

172| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

9. Identifikasi adalah langkah pertama, dan mungkin paling penting, tapi juga paling

sulit dalam metodologi penangkapan pengetahuan. Dalam langkah ini kita

mengidentifikasi apa yang layak ditangkap, berdasarkan pada daftar kriteria (lihat

“1.1 Identifikasi Pengetahuan: Checklist” dalam dokumen ini). Tantangan terbesar

adalah memformulasikan berbagai pertanyaan yang berbeda yang merangkum

tantangan tertentu yang dihadapi satu kelompok pemangku kepentingan tertentu.

10. Sebuah aset pengetahuan (knowledge asset) adalah sebuah dokumen digital

unik atau koleksi media yang memuat pengetahuan yang terkait dengan

pertanyaan atau tantangan tertentu. Aset pengetahuan umumnya pendek,

memiliki target tertentu dan berorientasi pada pembelajar (learner oriented). Aset

pengetahuan menyajikan pembelajaran tertentu dari pengalaman operasional dan

memberikan dukungan bagi pengambilan-keputusan pada satu tantangan

tertentu. Aset pengetahuan menyajikan alur cerita yang konklusif dan informasi

tentang (i) konteks dan tantangan, (ii) tindakan yang diambil untuk menangani

tantangan, (iii) hasil yang dicapai melalui aksi tersebut, (iv) pembelajaran dari

pengalaman, dan (v) rekomendasi yang bisa dialihkan untuk replikasi

pembelajaran yang ada pada konteks lain. Aset pengetahuan ditangkap

menggunakan template yang terstandarisasi. Aset ini divalidasi dan diformat

sehingga memuat data kualifikasi sehingga bisa dengan mudah dicari dan

ditemukan dalam penyimpanan pengetahuan yang besar.

11. Pertukaran pengetahuan/Knowledge exchange memungkinkan pengetahuan

dibagi atau ditransfer antara berbagai orang dan organisasi. Seperti halnya

manajemen pengetahuan, pertukaran pengetahuan bertujuan untuk

mengorganisasikan, membuat, menangkap, dan mendistribusikan pengetahuan

dan memastikan ketersediaannya bagi pengguna di masa depan. Pertukaran

pengetahuan bisa dilakukan secara satu-arah di mana satu orang atau kelompok

berbagi dengan pihak lain yang ingin belajar. Namun demikian, lazimnya

pertukaran pengetahuan adalah proses saling berbagi dua-arah di mana kedua

belah pihak saling belajar. Pertukaran pengetahuan adalah sesuatu yang lebih dari

sekedar komunikasi seperti memorandum, email, atau rapat. Pertukaran

pengetahuan lebih kompleks lagi, karena pengetahuan dimiliki anggota

organisasi, perangkat, tugas, dan jejaring mereka dan banyak pengetahuan

organisasi berbentuk implisit atau sulit diartikulasikan. Satu bentuk pertukaran

pengetahuan adalah pertukaran pengetahuan Selatan-Selatan yang merupakan

pertukaran pengetahuan antara rekanan dan kolega di berbagai negara

berkembang dan emerging economies.

12. Manajemen pengetahuan/Knowledge management (KM) adalah proses

menangkap, mengembangkan, membagi, dan menggunakan pengetahuan

organisasi secara efektif. Istilah ini merujuk pada pendekatan multi-disiplin untuk

mencapai tujuan organisasi dengan memanfaatkan pengetahuan dengan sebaik-

baiknya. Upaya manajemen pengetahuan biasanya terfokus pada tujuan organisasi

seperti peningkatan kinerja, keuggulan kompetitif, inovasi, berbagi pembelajaran,

integrasi, dan peningkatan berkelanjutan dari organisasi. Upaya KM tumpang

tindih dengan pembelajaran berbasis lembaga (organizational learning) dan bisa

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 173

dibedakan dari fokus utamanya pada manajemen pengetahuan sebagai aset

strategis dan fokus pada mendorong upaya berbagi pengetahuan. KM merupakan

faktor yang memungkinkan bagi terjadinya organizational learning.

13. Penyimpanan pengetahuan/Knowledge repository adalah sistem penyimpanan

data yang dapat terdiri dari berbagai teknologi penyimpanan yang terhubung.

Sistem ini memungkinkan manajemen dan pemberian akses terpusat pada aset

pengetahuan dan mendukung manajemen sumberdaya untuk menambah,

menjaga, meng-update, mendaur ulang, dan menghentikan aset pengetahuan.

Penyimpanan pengetahuan juga sering disebut sebagai manajemen pengetahuan

atau platform sumberdaya pengetahuan.

14. Berbagi pengetahuan/Knowledge sharing (KS) adalah aktivitas di mana

pengetahuan (yaitu informasi, keterampilan, keahlian) dipertukarkan antara

berbagai orang, teman, keluarga, komunitas, atau organisasi.

15. Pengemasan/Packaging adalah mentransformasikan aset pengetahuan menjadi

pengetahuan dan produk pembelajaran seperti publikasi, presentasi, dokumen

riset, kursus pelatihan dsb. Packaging tidak menjadi bagian pelatihan ini, karena

akan menjadi subyek dalam pelatihan tersendiri.

16. Validasi adalah proses di mana pengetahuan dipastikan dapat diterima, benar,

dan/atau efektif. Pengetahuan berbasis pengalaman didasarkan pada ingatan

seseorang atas suatu kejadian yang telah terjadi dan pengalaman pribadi terkait

kejadian tersebut. Persepsi dari pengalaman pribadi, tentunya, adalah subyektif

dan dipengaruhi berbagai asumsi. Seorang pejabat pemerintah yang mengatur

penutupan jalan untuk peningkatan infrastruktur transportasi di Lagos akan

memiliki pandangan yang berbeda akan tantangannya dibandingkan dengan

seorang komuter yang harus menggunakan jalan tiap hari dan terlambat tiba di

kantor akibat penutupan jalan tersebut. Dalam menangkap pengetahuan berbasis

pengalaman, amat penting untuk memastikan bahwa semua sisi terdokumentasi.

Dengan memperoleh masukan dari berbagai peserta dari suatu pengalaman akan

membawa pada aset pengetahuan yang lebih netral dan komprehensif, karena

pandangan yang berbeda, bahkan bertentangan, akan disajikan. Sebelum

penyebaran atau pembagian pengalaman hasil tangkapan ini, ada baiknya

dilakukan validasi terlebih dahulu oleh satu atau lebih ahli untuk memastikan aset

yang ditangkap sudah lengkap, relevan, dan akurat. Validasi adalah juga bentuk

dari quality control yang substantif. Hanya aset pengetahuan yang berkualitas

tinggi yang bisa masuk dalam sistem manajemen pengetahuan sebuah organisasi.

17. Proses validasi: Validasi dapat terjadi dalam berbagai cara, dari proses kajian

formal yang paling ketat dengan satu atau lebih tahap persetujuan hingga

feedback informal dari seorang rekan. Bergantung pada budaya organisasi dan

kebijakan komunikasi dan manajemen pengetahuannya, sebuah proses validasi

yang layak harus dibuat sejak awal.

18. Metodologi validasi: Walaupun ada berbagai cara validasi, empat yang paling

lazing untuk aset pengetahuan adalah (i) menguji pada setting sungguhan, (ii)

mengadakan sebuah ruang untuk peninjauan (review space), (iii) memeriksa

PROGRAM INOVASI DESA

174| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

berdasarkan kriteria validasi, dan (iv) melakukan verifikasi pada ahli atau penulis

awal untuk memastikan bahwa aset pengetahuan sudah dijabarkan dengan tepat.

19. Kriteria validasi: Mungkin pertanyaan yang paling kritis dalam proses validasi

adalah tentang kriteria yang digunakan untuk memvalidasi isi. Organisasi perlu

hati-hati dalam menentukan dan mempertajam kriteria validasi dan bobot

kepentingan masing-masing kriteria. Beberapa kriteria umum yang digunakan

pada evaluasi obyek pengetahuan disajikan dalam daftar di bagian “3. Validasi”

dalam dokumen ini.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 175

PROGRAM INOVASI DESA

176| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Informasi 4.3.1

Metode Menangkap Inovasi (Capturing) dalam

Program Inovasi Desa (PID)

A. Pendahuluan

Pengetahuan eksperiensial dan pembelajaran bisa ditangkap dengan berbagai metode.

Memilih metode akan bergantung pada kebijakan organisasi, ketersediaan anggaran

dan alat pendukung, selera individu, dan keterampilan penangkap pengetahuan. Dua

jenis kegiatan untuk menangkap pengalaman operasional dan pembelajaran: yang

dilakukan oleh individu dan yang dilakukan berkelompok. Kegiatan menangkap inovasi

(capturing) dapat dilakukan secara langsung, namun bisa juga dilakukan secara online.

Beberapa kegiatan menangkap inovasi (capturing), seperti ruang kerja bersama

dan wiki, menggabungkan penangkapan dengan berbagi pengetahuan, sehingga

pengetahuan didokumentasikan dan dibagikan pada waktu yang sama. Disamping itu,

kegiatan tersbeut menuntut kemampuan atau keterampilan khusus serta persiapan yang

cukup matang untuk memperoleh hasil yang baik.

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menagkap inovasi (capturing)

diantaranya: (1) Wawancara; (2) Bercerita; (3) Observasi; (4) Blog; (5) Kajian

pascapelaksanaan; (6) FGD/Kelompok diskusi terfokus; (7) Wiki; (8) Ruang Kerja Bersama;

(8) Webinar; (9) Forum online; dan (10) Komunitas praktisi

B. Wawancara

Cara tercepat untuk mencari tahu pengetahuan seseorang adalah dengan bertanya

langsung kepadanya. Wawancara adalah metode yang paling sering digunakan untuk

menggali pengetahuan. Pewawancara mengajukan pertanyaan untuk menemukan fakta

dan opini yang terkait dengan pengalaman. Wawancara empat-mata yang terstruktur

dan terencana akan membantu memberikan informasi seputar observasi, pengetahuan

tentang latar belakang, sikap, dan kepercayaan seputar pengalaman tertentu. Untuk

mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya, pewawancara perlu melakukan persiapan total,

idealnya menyusun daftar pertanyaan secara cermat berdasarkan urutan tertentu,

terutama jika ada lebih dari satu orang yang akan diwawancarai secara berurutan

tentang kejadian yang sama. Daftar pertanyaan menjamin setiap peserta mendapatkan

pertanyaan yang sama dengan cara yang kurang lebih sama sehingga mengurangi bias.

Wawancara juga bisa dilakukan secara tertulis di kertas, dengan perekam suara,

atau dengan kamera video. Wawancara lazimnya dilakukan tatap muka, meskipun

wawancara melalui telepon atau konferensi video juga bisa dilakukan di era digital ini,

terutama bila narasumber dan pewawancara tidak bisa melakukan pertemuan atau

sebagai tindak lanjut atas wawancara yang telah dilakukan.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 177

1. Tahapan Wawancara

Wawancara terdiri atas empat tahap: pengaturan, persiapan, wawancara, dan

rekonstruksi.

(1) Pengaturan

Proses wawancara yang mulus mensyaratkan pengaturan logistik dan komunikasi yang

cukup canggih.

(1) Buat perjanjian dengan target yang akan diwawancara dan jelaskan tujuannya.

(2) Jika ada beberapa orang yang harus diwawancarai, wawancarai sang pelaku utama

terakhir kali.

(3) Susun jadwal wawancara dan pesan tempat yang tenang dengan gangguan

minimal.

(4) Kirim undangan dengan perincian wawancara (tempat, waktu, topik, durasi, dan

lain-lain).

(5) Telepon responden sehari sebelum wawancara untuk mengingatkan dan

mengkonfirmasi-kan janji.

(2) Persiapan

Cara memandu wawancara dan mengajukan pertanyaan berdampak besar bagi kualitas

informasi yang akan diperoleh. Berikut beberapa kiat yang dapat disiasati:

Awali persiapan sebaik-baiknya sebelum hari wawancara.

Tentukan hal yang Anda ingin dapatkan dari wawancara.

Tentukan target terwawancara Anda dan pertimbangkan matang-matang alasan

memilihnya.

Tentukan jenis wawancaranya (survei, mendalam, terpandu, atau percakapan).

Pelajari peristiwa, fakta, atau pengalaman sebisa mungkin sebelum wawancara.

Susun pengantar yang tepat untuk disampaikan ketika wawancara dimulai.

Susun daftar topik yang merinci topik sekaligus pertanyaan spesifik yang ingin

Anda ajukan sepanjang wawancara. Topik-topik ini bisa berkaitan dengan perilaku,

opini atau nilai, perasaan, pengetahuan, indera (semua yang dilihat, didengar,

diamati, dan lain-lain), latar belakang baku atau pertanyaan demografis.

Dalam menjaga spontanitas, pewawancara jangan membocorkan pertanyaan

kepada terwawancara sebelum wawancara dimulai.

Pastikan semua persoalan yang ingin digali informasinya telah tercakup.

Gunakan pertanyaan 5W-1H (apa, mengapa, siapa, kapan, di mana, dan

bagaimana) sebagai panduan ketika membuat daftar pertanyaan dan sepanjang

jalannya wawancara.

PROGRAM INOVASI DESA

178| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Uji pertanyaan wawancara untuk mengetahui terpenuhi/tidaknya tujuan yang telah

ditetapkan.

Akhiri desain wawancara dengan pertanyaan atau komentar pamungkas, tindak

lanjut, dan lain-lain.

Pilih teknologi penangkapan yang tepat (tulisan, lisan, audio, atau rekaman video).

Jika menggunakan peralatan rekam, setel, dan ujilah terlebih dahulu.

(3) Pelaksanaan Wawancara

Inti dari wawancara yang baik adalah membuat lawan bicara Anda merasa nyaman

terlebih dahulu, barulah kemudian mengajaknya terlibat aktif dan larut dalam

percakapan.

Sambut responden dengan hangat, perkenalkan diri Anda, dan awali percakapan

santai untuk membangun suasana yang enak. Buat responden merasa nyaman.

- Jelaskan langkah-langkah sepanjang proses wawancara:

- Surat sepakat (informed consent)

- Sesi wawancara

- Menjawab pertanyaan mereka

- Insentif atau imbalan atas sesi wawancara

- Penjelasan tentang cara Anda menggunakan hasil-hasil wawancara.

Idealnya, dapatkan surat sepakat secara lisan untuk saat ini dengan perekam yang

sudah dinyalakan, atau secara tertulis

Sampaikan panjang dan tingkat perincian jawaban yang diharapkan. Jika

menggunakan perekam, minta terwawancara untuk menyampaikan inti

jawabannya pada menit-menit awal, diikuti dengan penjabaran lebih lanjut

bilamana perlu.

Awali dengan membahas semua pertanyaan atau topik dan jangan ragu-ragu

untuk mengajukan pertanyaan susulan atau pertanyaan yang muncul atas jawaban

yang diberikan demi mendapat pencerahan lebih dalam seputar topik, kasus, atau

pengalaman.

Ajukan pertanyaan-pertanyaan pendek tetapi relevan. Beri waktu terwawancara

untuk berpikir dan menjawab. Biarkan terwawancara menjelaskan peristiwa yang

terjadi dengan kata-katanya sendiri.

Jadilah pendengar yang baik.

Jaga kontak mata dan amati bahasa tubuh. Amati dan catat perilaku responden

Anda berikut sisi kontekstual wawancara, dan tetap buat notula meskipun Anda

menggunakan peralatan audiovisual. Anda hanya perlu mencatat kata-kata atau

poin kunci dan menjabarkannya setelah wawancara usai.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 179

Campur pertanyaan "berat" dengan pertanyaan "ringan", dan campur juga

pertanyaan berdasarkan fakta dengan pertanyaan berdasarkan skenario.

Usahakan tetap netral.

Pikirkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan.

Gunakan struktur wawancara yang sudah Anda susun (5W-1H) dan ajukan

perincian pertanyaannya: seberapa lama, seberapa banyak, untuk apa, dengan

siapa, dan lain-lain.

Gali pelajaran-pelajaran pribadi yang diambil oleh terwawancara.

Beri kesempatan terwawancara untuk mengajukan pertanyaan.

Ucapkan terima kasih kepada responden Anda.

Catat semua materi tambahan yang perlu Anda himpun, dengan mempertimbang-

kan jawaban responden (gambar, foto, statistika, data, informasi dari pakar lain,

dan lain-lain).

Kembangkan catatan Anda segera setelah masing-masing wawancara (sebaiknya

dalam waktu 24 jam).

(4) Rekonstruksi

Setelah wawancara, tuangkan informasinya ke dalam format tertentu--mungkin berupa

dokumen atau presentasi yang menggambarkan pemahaman dari wawancara--yang

nantinya dapat Anda bagikan dan gunakan dalam proses memformat.

Segera setelah wawancara, baca ulang catatan Anda sepanjang wawancara dan

rangkum pikiran serta pertimbangan Anda, meskipun Anda juga menggunakan

perekam. Jika tidak, ingatan Anda akan hilang, bahkan selang satu hari sekalipun,

dan beberapa catatan penting bisa saja kehilangan maknanya.

Buat transkrip wawancara.

Buat laporan wawancara. Jika Anda melakukan beberapa wawancara (yang

memang dianjurkan), Anda dapat menggunakan laporan wawancara pertama ini

sebagai sarana pembanding dan pembeda hasil-hasil Anda.

Rangkum temuan dalam bentuk poin-poin kunci dan gunakan kutipan untuk

menggambarkan dan mendukung temuan Anda.

2. Kelebihan dan Kelemahan

Kelebihan terbesar wawancara terletak pada dalamnya rincian yang bisa diperoleh.

Terwawancara dapat menghadirkan gambaran peristiwa secara hidup sehingga

memberikan pandangan pertama peristiwanya kepada pewawancara. Pewawancara

dapat menyesuaikan pertanyaan dengan responden agar bisa memancing contoh atau

penjelasan yang lebih banyak lagi. Wawancara dapat membantu menangkap latar

belakang, akar permasalahan, dan aneka faktor yang mempengaruhi, di samping

PROGRAM INOVASI DESA

180| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

menjelaskan hal yang terjadi dalam peristiwa tertentu. Wawancara juga dapat

memberikan pemahaman tentang interpretasi, persepsi, pikiran, dan perasaan

responden, yang bisa saja terungkap lewat isyarat-isyarat sosial semisal intonasi dan

bahasa tubuh.

Kelemahan wawancara diantaranya pada saat merekrut orang dan membuat

perjanjian untuk wawancara bisa jadi terasa berat. Dibutuhkan tempat dan waktu yang

sesuai dan mungkin juga harus mengatur banyak jadwal. Pewawancara bisa saja lupa

mengajukan pertanyaan pokok, atau jawaban mungkin memicu pertanyaan-pertanyaan

baru nantinya. Namun sekali wawancaranya sudah selesai, tentunya sulit untuk

menindaklanjuti topik yang tertinggal. Kadang-kadang segunung informasi berhasil

dikumpulkan, yang ujung-ujungnya membuat pengolahan data sangat menyita waktu.

3. Situasi khusus: Wawancara akhir tugas

Ketika karyawan meninggalkan organisasi, manajer mengadakan wawancara ketika

karyawan keluar agar terbantu dalam menilai hal-hal yang membutuhkan peningkatan

atau perubahan, mengurangi hilangnya pengetahuan akibat kepergian karyawan, dan

membantu para karyawan baru agar mereka tidak harus "membuang-buang waktu

menciptakan sesuatu yang sudah ada."

Pertanyaan-pertanyaan khas dalam wawancara ketika karyawan keluar:

Apakah pelajaran terpenting yang Anda ambil dari pengalaman profesional dengan

klien? Dengan rekan kerja? Dengan pihak manajemen?

Apakah keberhasilan/kegagalan terbesar Anda dalam organisasi dan apa

alasannya?

Apakah satu-satunya rekomendasi terpenting yang akan Anda berikan kepada

pihak manajemen? Kepada rekan kerja? Kepada penerus Anda?

Sudikah Anda membuat anekdot yang memberikan pencerahan penting bagi

karyawan saat ini atau karyawan baru kami?

Jika Anda mampu membuat satu perubahan, seperti apakah bentuknya?

Apakah tindakan prioritas yang perlu segera diambil oleh penerus Anda dan apa

nasihat Anda terhadap tindakan-tindakan tersebut?

Apa saja aset atau pengaturan organisasi saat ini yang perlu dijaga?

Apa saja alat, referensi pengetahuan, dan hubungan terpenting bagi Anda dalam

menunaikan tugas? Apa saja yang masih luput atau belum ada?

C. Storytelling (Bercerita)

Bercerita merupakan salah satu metode penelitian dan cara yang efektif untuk berbagi

informasi dan membangun pemahaman. Dalam mencari solusi, storytelling dapat

menjadi alat untuk menciptakan suatu desain kerja sama sehingga membuka

kesempatan bagi para pelaku mencari solusi atas suatu masalah. Bercerita semakin

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 181

sering digunakan oleh organisasi untuk berbagi dan menginterpretasikan pengalaman

dalam konteks sosial. Dari perspektif pendengar, memahami dan mengingat

pengetahuan itu lebih mudah ketika tersaji dalam bentuk cerita, terutama bila

disampaikan oleh narasumbernya langsung. Selain itu, bercerita dapat melengkapi

pemikiran analitis--seorang narasumber mungkin tidak menyadari nilai pengalaman

dirinya sebelum dia menceritakannya. Mungkin pernah mendengar TED Talks atau

melihat video-videonya di YouTube? TED Talks umumnya menyajikan narasumber-

narasumber yang menceritakan kembali pengalamannya, dari nol hingga sukses, jatuh-

bangunnya. Cara mereka bercerita menggugah pendengar hingga bisa menjadi inspirasi

dan memotivasi. Beberapa proses yang digunakan dalam teknik bercerita sebagai

berikut:

1. Riset Naratif

(1) Domain: identifikasi isu/masalah yang berfokus pada isu personal atau sosial

(2) Demografi: identifikasi individu yang memiliki cerita yang dapat dikumpulkan

melalui wawancara, pendokumentasian, observasi, dll.

(3) Membangun cerita: berikut adalah langkah-langkah dalam membangun sebuah

cerita

Berbagi cerita pribadi seseorang;

Tambahkan cerita dari jurnal atau photo, dsb;

Ceritakan kembali dalam suatu forum dan sempurnakan berdasarkan input

dari pendengar;

Kemas kembali cerita berdasarkan langkah-langkah sebelumnya dan

informasi tambahan yang telah diperolah;

Simulasikan sebuah cerita dalam kelompok sehingga peserta dapat melihat

sendiri cerita yang telah dibuatnya. Hal ini dapat dilakukan dengan

memasangkan peserta yang membuat sebuah cerita dari gabungan

keduanya, lalu digabungkan dengan pasangan lainnya hingga menghasilkan

sebuah cerita kelompok.

(4) Pencatatan: menceritakan kembali kisah-kisah ke dalam urutan kronologis,

termasuk komponen konteks dan penekanan pada tema-tema khusus (contoh:

TED Talks);

(5) Analisis: tematik/analisa konten (menyortir konten ke dalam pola/kategori); analisa

diskors (review terhadap bahasa yang digunakan); analisa struktural (analisa

terhadap struktur cerita untuk menelusuri pengalaman). Dalam proses analisa,

selalu cek kembali kepada narasumber untuk memastikan bahwa interpretasi cerita

tetap akurat.

PROGRAM INOVASI DESA

182| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

2. Desain Storytelling

Ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan dalam mengembangkan cerita sehingga

menghasilkan kisah yang bagus dan bagaimana seorang desainer/periset dapat

membantu prosesnya. Berikut beberapa elemen cerita yang dapat digunakan:

Tokoh-tokoh yang dijelaskan sehingga pembaca/pendengar berempati kepada-

nya;

Seting yang kaya dan sarat konteks;

Memiliki tujuan tentang apa yang ingin dihasilkan dan mengapa;

Ada sebab-akibat; dan

Ada hambatan, masalah yang dihadapi untuk mencapai tujuan.

3. Teknik bercerita

Jika Anda sedang bercerita, ingatlah saran-saran berikut untuk melahirkan pengetahuan

yang bernilai:

Tentukan pesan inti dari cerita Anda.

Bangun suasana yang kondusif untuk bercerita.

Bangun ceritanya berdasarkan pengalaman Anda sendiri: gunakan kata-kata kunci

bilamana perlu untuk memandu cerita dan menjaganya agar tetap terarah.

Awali dengan memberikan konteks yang diperlukan, dan akhiri dengan pelajaran

yang bisa diambil dan saran, jika ada.

Amati pendengar saat bercerita.

4. Kiat mendengar cerita

Tunjukkan minat dan rasa ingin tahu Anda.

Simak dengan cermat--bersikaplah menerima/berempati, penuh pengertian, dan

tanggap.

Biarkan ceritanya menghanyutkan Anda--jangan menyela dan tahan pertanyaan

hingga usai.

D. Observasi

Semua mungkin mengenal nama Sherlock Holmes, pernah membaca bukunya atau

menonton filmnya. Bagi yang pernah membaca seri bukunya, tentu sangat mengagumi

keahlian Sherlock Holmes dalam mengamati jejak-jejak atau petunjuk yang akhirnya

membantu menyelesaikan kasus pembunuhan. Tentunya kita tidak akan mengamati

sebuah kasus pembunuhan, tetapi hal yang akan kita bahas adalah bagaimana kita dapat

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 183

melakukan observasi secara rinci terhadap kegiatan di desa seperti Sherlock Holmes

mengamati petunjuk suatu kasus.

Banyak pengetahuan dapat diperoleh murni dengan mengamati seorang

pakar/narasumber yang sedang mengerjakan tugasnya karena observasi memberikan

penjelasan umum tentang kepakaran atau pengalaman khusus mereka yang dapat kita

lihat langsung. Observasi dapat menumbuhkan pemahaman dasar tentang

pengetahuan yang sedang terjadi sekaligus hambatan atau persoalan lainnya.

Idealnya observasi berlangsung di lingkungan kerja sang pakar/narasumber, atau

di desa tempat sang narasumber tinggal dan bekerja bila dalam konteks PID, sehingga

pengamat dapat melihat kegiatan yang sebenarnya secara langsung. Namun tidak

semua pengalaman yang relevan, seperti kecelakaan atau peristiwa tak terduga, apalagi

yang telah terjadi, dapat diamati. Metodologi observasi bervariasi tergantung pada

subyek observasi, peran yang dilakukan oleh pengamat (partisipatif atau pasif), dan

metode perekaman (tulisan, foto, audio, video). Dalam observasi, biasanya tidak ada

percakapan dengan narasumber yang sedang diamati. Di bawah ini dijelasakan tujuh

fenomena kegiatan yang dapat diobservasi:

Fenomena Contoh

Perilaku atau kegiatan

manusia

- Pola gerakan pekerja di sebuah pabrik

- Pengamat melakukan observasi terhadap kegiatan

role-play atau wawancara dalam FGD dari balik

kaca; pengamat melihat interaksi antara para

pelaku dan mendengarkan percakapan yang terjadi

- Kegiatan fisik (pola kerja, menonton TV)

Perilaku lisan Pernyataan yang dibuat oleh pelancong yang hendak

mengantri masuk pesawat; sikap dalam sebuah

percakapan di salah satu ruang kantor

Perilaku ekspresif Ekspresi wajah, nada bicara, dan bentuk bahasa tubuh

lainnya; sikap bicara yang berekspresi seperti nada

bicara atau raut wajah

Hubungan tata ruang /

spasial

Jarak tempuh kantor manajer ke kantor direktur;

hubungan dan lokasi ruang; jarak fisik antara rekan kerja

atau pola lalu lintas

Pola temporal Berapa lama pekerja melakukan tugasnya; waktu yang

digunakan untuk berbelanja atau menyelesaikan tugas

Obyek-obyek fisik Berapa banyak kerja didaur ulang oleh staf kantor;

inventarisasi barang

Catatan lisan dan gambar Berapa banyak ilustrasi muncul di buku pelatihan; isi

catatan

Kelebihan dan kelemahan observasi sebagai berikut:

PROGRAM INOVASI DESA

184| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Kelebihan observasi: Observasi tanpa menyela atau nonpartisipatoris tidak banyak

mengganggu praktik pakar/narasumber dan dapat memberikan pemahaman

tentang fakta, aturan, dan strategi yang ditempuh oleh pakar/narasumber,

termasuk yang tidak disadari olehnya.

Kelemahan observasi: Sering kali sulit untuk tetap netral dan objektif saat

menganalisis observasi. Selain itu, interpretasi bisa jadi menyita waktu lantaran

jumlah data yang terkumpul. Fenomena kognitif seperti sikap, motivasi, harapan,

niat, dan preferensi, tidak dapat diobservasi. Selain itu, observasi terbatas pada

waktu yang singkat. Observasi yang dilakukan dalam beberapa hari atau minggu

akan memakan biaya yang besar dan sulit dilakukan.

E. Blog

Blog adalah situs web yang dibuat oleh perorangan atau kelompok dan dapat diakses

publik maupun anggota komunitas tertutup. Blog terdiri atas kontribusi teks ("kiriman

blog") oleh orang atau kelompok yang membuat situs tersebut; blog berfungsi layaknya

buku harian, yang memungkinkan pemilik blog menuliskan pengalamannya secara

informal, sekaligus berfungsi sebagai saluran komunikasi langsung (tanpa suntingan)

dengan khalayak.

Kelebihan metode Blog dalam menangkap inovasi (capturing) diantaranya:

(1) Pembuatan dan penggunaan blog cukup mudah, bahkan bagi orang-orang yang

tidak terlalu paham teknologi digital sekalipun.

(2) Blog biasanya tidak menelan biaya sepeser pun.

(3) Publikasi kiriman blog biasanya bersifat kilat karena blog tidak memiliki penerbit

atau pengurus konten (meskipun pembuat blog dapat memantau komentar

pembaca untuk menilai kepantasannya atau sekalian melarangnya).

(4) Blog memuat teks, gambar, video, dan tautan ke halaman web atau blog lain.

(5) Blog mudah diperbarui.

(6) Blog mudah diakses, asalkan ada koneksi internet.

(7) Blog mendorong bercerita sebagai sarana bagi transfer pengetahuan.

(8) Pembaca dapat memberikan masukan, dengan begitu bisa berinteraksi dengan

pemilik blog.

Sedangkan kelemahan metode Blog dalam menangkap inovasi (capturing) diantaranya:

(1) Blog bisa bias atau mengandung ketidakakuratan.

(2) Menulis blog bisa jadi memakan banyak waktu.

(3) Pengunjung bisa saja memberikan komentar yang tidak pantas.

(4) Pemilik blog tidak mempromosikan keberadaan blognya secara luas, sehingga

membuat pembaca blog tidak sebesar atau seberagam yang seharusnya.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 185

F. Kajian Pascapelaksanaan

Kajian pascapelaksanaan (after-action review/AAR) dilakukan oleh moderator dengan

sebuah tim segera setelah ia mengalami pekerjaan atau peristiwa. Target akhirnya

adalah memberi kesempatan anggota tim untuk bercermin dari tindakan yang diambil

agar mereka bisa melakukannya dengan lebih baik kemudian hari.

AAR idealnya dilakukan tidak lama setelah kejadian. Pada momen tersebut,

ingatan masih segar dan autentik (artinya, belum tersaring oleh interpretasi atau

penilaian susulan) dan orang-orang yang ikut terlibat dalam pengalaman tersebut masih

ada. AAR lazimnya dilakukan secara tatap-muka, namun juga dapat dilakukan secara

virtual.

Seorang moderator memimpin tinjauan, dengan mengajukan pertanyaan semisal:

Apa saja yang direncanakan? Apa yang seharusnya terjadi?

Apakah kejadian sebenarnya berbeda dari yang direncanakan? Di sini yang

dikehendaki adalah fakta, bukan penilaian.

Mengapa terjadi perbedaan?

Apakah hal-hal yang berjalan baik dan alasannya?

Apa yang dapat diperbaiki dan bagaimana? Apa yang bisa dilakukan secara

berbeda pada masa datang?

Keunikan AAR berupa kesempatan yang ada untuk memperoleh pengetahuan

kualitatif tepercaya pada saat masih segar-segarnya. Kunci kesuksesan AAR terletak

pada penyelenggaraan diskusi terbuka yang membuat semua orang paham bahwa

target akhir AAR adalah untuk mempelajari dan memecahkan masalah, bukan

menyalahkan. Oleh karena itu, AAR dilakukan tanpa satu pun penonton. Para peserta

harus merasa bebas berinteraksi dan mengekspresikan diri tanpa memandang jenjang

formal.

Orang sering mencatat diskusi AAR ke dalam flip chart sepanjang tinjauan, baru

kemudian mengolah catatan menjadi objek pembelajaran dan pencerahan bagi orang

lain di dalam organisasi atau tempat lain.

G. Focused Group Discussion (FGD)/Kelompok Diskusi Terfokus

FGD bisa menjadi metode efektif untuk merekam dan mengevaluasi pengalaman serta

persepsi dari target-target narasumber/pakar. Dalam FGD, ada seorang moderator yang

berpengalaman yang dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memancing

tanggapan dari peserta. FGD terdiri atas pakar dan pemangku kepentingan lain yang

sudah atau siap terlibat dalam pengalaman tertentu; diskusi kelompok mereka bisa

melahirkan banyak informasi dan pemahaman. Pengaturan kelompok memungkinkan

para peserta untuk menanggapi sekaligus saling membangun saran atau komentar

masing-masing. FGD juga bisa digunakan untuk peristiwa yang sudah lalu dan dirasa

perlu diadakan sesegera mungkin agar dapat memperoleh masukan untuk membantu

para praktisi menyusun prosedur dan rencana baru untuk keberlanjutannya. FGD

PROGRAM INOVASI DESA

186| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

biasanya diadakan secara tatap muka, namun kadang-kadang perlu dilakukan juga

melalui telepon atau konferensi video.

FGD biasanya digunakan ketika suatu permasalahan memerlukan pemahaman

yang lebih dalam dibanding survei biasa. Dalam melakukan capturing terhadap inovasi

desa, FGD dapat digunakan untuk mengkonfirmasi informasi yang telah dikumpulkan.

FGD memberikan nilai tambah terhadap pengetahuan yang telah diperoleh, atau

terhadap pertanyaan “apa” dan “bagaimana” dari suatu pengetahuan. Sebuah survei

dapat memberikan informasi bahwa mayoritas masyarakat menyukai kegiatan A. Tetapi

sebuah FGD dapat memberikan tambahan informasi tentang mengapa masyarakat

tersebut menyukai kegiatan A atau bahkan ternyata menyukai kegiatan lain.

1. Persiapan

Tingkat persiapan Anda akan banyak menentukan nilai dari hasil-hasil FGD. Jika Anda

telah menyusun rencana pelaksanaan FGD tersebut dengan anggota tim yang telah

Anda tentukan, termasuk untuk tindak lanjutnya, Kesuksesan FGD ditentukan oleh

tujuan yang jelas, melibatkan peserta yang dipilih secara cermat, dan mengikuti sederet

pertanyaan dan topik yang sudah disiapkan. FGD idealnya didukung oleh satu atau dua

moderator dan seorang pengamat yang bertugas membuat catatan atau merekam

jalannya diskusi serta hasilnya. Jika dikehendaki dan tersedia, gunakan peralatan audio

atau video untuk merekam diskusi FGD. Untuk memperoleh manfaat maksimal dari FGD,

pertimbangkan masing-masing aspek berikut secara cermat.

(1) Tujuan. Tentukan hal-hal yang ingin dicatat.

(2) Partisipasi.

Tetapkan besarnya kelompok (idealnya 10 peserta) dan undang peserta (1-2

minggu sebelum sesi kelompok terfokus).

Tetapkan komposisi FGD Anda (beragam/seragam).

Jumlah undangan dapat dilebihi untuk mengantisipasi pembatalan kehadiran.

Pertimbangkan keseimbangan kehadiran antara pria dan wanita, peserta

dengan variasi usia yang jauh, maupun hirarki jabatan.

(3) Penetapan waktu dan tempat.

Susun jadwal untuk FGD dan pesan tempat.

Telepon masing-masing peserta sehari sebelum FGD sebagai pengingat dan

konfirmasi.

Durasi FGD idealnya antara 60 – 90 menit untuk mendapatkan hasil diskusi

yang optimal.

(4) Topik

Susun daftar topik yang ingin dibahas sepanjang FGD.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 187

Untuk sesi 1,5 jam, rencanakan untuk mengajukan 5 atau 6 (atau tidak lebih

dari 10) pertanyaan yang jawabannya bisa memberikan pemahaman tentang

tujuan yang hendak Anda raih.

Buat daftar pertanyaan dengan singkat agar mudah dimengerti karena

pertanyaan tidak untuk dibagikan kepada peserta.

Pastikan topik dan pertanyaan harus dijawab dengan penjelasan, tidak hanya

dengan jawaban “Ya” atau “Tidak.” Gunakan kata tanya “Mengapa” dan

“Bagaimana” untuk menjaring jawaban yang lebih lengkap dari peserta.

Contoh pertanyaan:

Seberapa kenal Anda dengan program ini?

Seberapa sering Anda terlibat dalam program ini?

Apa yang Anda sukai dari program ini?

Apa yang paling Anda sukai dan tidak sukai dari kegiatan A? Kegiatan B?

Apa yang memengaruhi Anda untuk hadir atau tidak hadir dalam suatu

kegiatan?

Apakah ada hal lain yang ingin Anda sampaikan tentang program ini?

(5) Fasilitasi. Rekrut dua moderator, salah satunya bertugas membuat notulensi.

Sebagai pilihan, rekrut seorang pengamat atau staf dari tim Anda untuk membuat

notulensi agar kedua moderator lebih terfokus pada interaksi dari FGD. Pastikan

bahwa moderator dapat bersikap netral, mampu menjaring informasi dari peserta

yang sulit berbicara atau malu, sanggup menangani peserta yang dominan, dapat

merangkum pernyataan peserta yang kurang jelas atau panjang, dan bisa bersikap

spontan bila diperlukan.

(6) Teknologi. Jika menggunakan perekam, setel dan ujilah terlebih dahulu sebelum

FGD dimulai serta persiapkan dukungan teknis untuk mengantisipasi kesalahan

fungsi.

(7) Logistik. Atur perabotan di ruangan, termasuk flip chart atau papan tulis; pasang

papan nama; siapkan makanan ringan.

2. Pelaksanaan FGD

FGD Anda harus terjaga penggunaan waktunya agar mengikuti jadwal yang sudah

ditetapkan berikut alokasi waktu untuk memperkenalkan topik, peserta, dan metodologi.

Moderator dan (jika ada) notulen saling bekerja sama untuk memastikan pembahasan

semua pertanyaan, agar diskusi tetap terfokus pada topik, semua peserta bisa turut

serta, dan jadwal diikuti dengan baik. Target akhir FGD adalah untuk mengumpulkan

informasi yang bermanfaat, sehingga penting sekali agar peserta merasa opininya

dihargai. Berikut ini langkah-langkah kunci bagi moderator:

(1) Jika menggunakan perekam, awali perekaman persis pada saat peserta tiba.

PROGRAM INOVASI DESA

188| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

(2) Seperti diuraikan sebelumnya untuk sesi wawancara, sambutlah peserta dengan

baik, perkenalkan diri Anda berikut moderator dan pengamat/notulen jika sudah

hadir. Awali dengan komentar-komentar santai untuk menciptakan suasana yang

kondusif dan buat peserta merasa senyaman mungkin.

(3) Moderator memberikan penjelasan umum tentang topik, pemanfaatan hasil-hasil

dari FGD, dan menggarisbawahi tidak diperkenankan adanya pencantuman nama

dalam laporan akhir meskipun FGD tersebut direkam.

(4) Pastikan semua peserta telah menandatangani formulir surat kesepakatan

(informed consent).

(5) Moderator menjelaskan aturan-aturan dasar sesi, seperti suarakan opini, jangan

saling menyela, matikan ponsel, dan sebagainya.

(6) Moderator meminta semua peserta untuk memperkenalkan diri lalu mulai

mengajukan pertanyaan terkait tujuan FGD.

(7) Berikan waktu secukupnya kepada masing-masing peserta untuk memberi

tanggapan sebelum membuka diskusi kelompok tentang satu pertanyaan atau

topik. Penting sekali bagi moderator untuk menyimak beragam sudut pandang

peserta.

(8) Satu staf yang ditunjuk membuat catatan, mencermati waktu, dan memeriksa

bilamana semua topik sudah terbahas.

(9) Jika sebuah topik atau persoalan memicu diskusi tak terduga, kiranya tidak

masalah membiarkan peserta memberikan tanggapan sepanjang topiknya

berkaitan erat dengan tujuan akhir FGD.

(10) Pada akhir acara, moderator merangkum poin-poin utama yang dilontarkan oleh

peserta, meminta konfirmasi bahwa rangkumannya akurat, dan mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak atas keterlibatan mereka.

(11) Moderator memberikan insentif dan/atau imbalan.

(12) Setelah peserta meninggalkan tempat, moderator dan notulen perlu langsung

meluangkan waktu untuk membahas dan mendalami poin-poin yang telah

dibahas dalam FGD agar masih segar dalam ingatan.

3. Analisis

Sebagaimana kebanyakan metode penangkapan pengetahuan lainnya, kumpulkan dan

tinjau semua materi yang dibuat oleh FGD sesegera mungkin, idealnya pada hari yang

sama. Target akhirnya adalah untuk melahirkan sebuah analisis FGD yang bisa dibagikan

dengan para rekan kerja yang tidak ikut hadir. Pemahaman yang diperoleh dari analisis

ini harus jelas dan didukung oleh rekaman atau catatan yang dibuat sepanjang acara.

Berikut ini beberapa langkah yang perlu diambil:

(1) Jika acaranya direkam secara elektronis, tinjau rekaman dan catatan Anda.

Transkrip utuh rekaman bisa memberikan rujukan bagi tinjauan berikutnya.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 189

(2) Dalam laporan, bandingkan dan bedakan hasilnya berdasarkan kategori FGD

individu jika kategorinya merupakan bagian dari satu rangkaian. Secara khusus

FGD akan sangat membantu jika pelaksanaannya lebih dari satu. Kemampuan

untuk membandingkan dan membedakan hasil bisa berfungsi sebagai konfirmasi

atas pemahaman yang sepintas lalu tampak keliru. Namun demikian, hal ini

bergantung pula pada anggaran dan waktu yang tersedia.

(3) Gunakan kutipan dari rekaman FGD untuk menjelaskan temuan-temuan Anda.

H. Wiki

Wiki adalah halaman web internal atau eksternal yang memungkinkan orang bekerja

bersama-sama pada dokumen atau kumpulan dokumen yang sama melalui peramban

web. Wiki bisa menjadi sarana yang efektif untuk menangkap pengetahuan secara

bersama-sama dengan orang lain. Peserta dapat menyunting teks, menambahkan

gambar dan media, serta membuat tautan antarlaman. Aksesibilitas wiki bisa dibatasi.

Kelebihan metode Wiki dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:

(1) Sebagian besar orang dapat membuat dan menyunting konten wiki dengan

bimbingan ala kadarnya.

(2) Publikasi di wiki lazimnya bersifat kilat karena wiki tidak memiliki penerbit atau

pengurus konten.

(3) Akses ke dokumen rahasia bisa dibatasi meskipun tetap mengizinkan kelompok

terdaftar untuk membuat dan menyuntingnya.

(4) Pengguna dapat mengerjakan dokumen yang sama tanpa memandang lokasinya.

(5) Perangkat lunak wiki memungkinkan kembali ke penulisan ulang artikel

sebelumnya.

(6) Sebagian wiki menyediakan artikel wiki versi cetak.

(7) Banyak aplikasi wiki hadir sebagai perangkat lunak gratis sumber-terbuka (open-

source).

Sedangkan kelemahan metode Wiki dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:

(1) Wiki perlu dikelola agar dapat menjaga kualitas konten sesuai keinginan.

(2) Wiki juga perlu dikelola agar bisa menjaga keteraturan isinya, terutama ketika situs

wiki menjadi sangat besar.

I. Ruang Kerja Bersama

Ruang Kerja Bersama, juga disebut ruang kerja atau perangkat kelompok, merujuk pada

perangkat lunak berbasis-web yang memungkinkan kerja sama kelompok secara lebih

terperinci atau terstruktur daripada wiki. Pengguna dapat mengobrol, menulis pesan,

memberikan catatan, dan mengirim gambar, serta video. Sebagian ruang kerja bersama

berpusat pada dokumen, artinya para pengguna mengunggah dokumen mereka

PROGRAM INOVASI DESA

190| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

masing-masing yang lantas dapat dikomentari, diberi catatan, atau didiskusikan secara

online oleh pengguna lain.

Kelebihan metode Ruang Kerja Bersama dalam menangkap inovasi (capturing),

diantaranya:

(1) Kini sudah banyak hadir ruang kerja bersama yang berbeda, dengan fungsionalitas

yang sangat bervariasi.

(2) Sebagian besar ruang kerja bersama dapat dikonfigurasi sesuai dengan

fungsionalitas yang dikehendaki pengguna, dan fungsi-fungsi baru bisa

ditambahkan bilamana perlu.

(3) Interaksi antarorang dengan jenis dan tingkat pengetahuan yang berbeda-beda

bisa sangat bermanfaat bagi organisasi; ruang kerja bersama dapat menjadi

wahana bagi transfer pengetahuan secara sistematis.

(4) Ruang kerja bersama memungkinkan penyimpanan jangka panjang objek-objek

pengetahuan dalam bentuk dokumen, diskusi, dan catatan yang langsung datang

dari peserta.

Sedangkan kelemahan metode Ruang Kerja Bersama dalam menangkap inovasi

(capturing), diantaranya:

(1) Ruang kerja bersama tidak terlalu ramah pengguna.

(2) Ruang kerja bersama sering kali mensyaratkan pengenalan diri agak dalam dan

tingkat literasi digital dasar.

(3) Peserta dengan kemampuan komunikasi atau kecakapan bahasa asing yang

rendah sering kali merasa tersisih dan bisa memilih keluar.

(4) Ruang kerja bersama mensyaratkan moderasi aktif, yang bisa menghalangi

sebagian peserta.

J. Webinar

Perangkat konferensi berbasis-web memungkinkan banyak peserta untuk berbagi

kombinasi sajian video, audio, dan teks secara bersamaan tanpa memandang lokasi

mereka (sepanjang ada koneksi internet). Webinar luas digunakan untuk pertemuan,

diskusi, presentasi, perkuliahan, dan acara pelatihan.

Kelebihan metode Webinar dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:

(1) Peralatan konferensi sering berdasarkan prinsip "tampil-dan-bicaralah". Peralatan

konferensi tidak banyak menuntut kapasitas atau upaya dari peserta, yang

membuatnya mudah sekali diakses.

(2) Peralatan konferensi cocok dengan gaya belajar yang berbeda-beda (aural, visual,

teksual).

(3) Peralatan konferensi memudahkan kerja sama waktu nyata lintas jarak jauh.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 191

(4) Peralatan konferensi bisa menjadi pengganti bagi pertemuan tatap muka,

sehingga menghemat biaya.

(5) Peralatan konferensi menjadikan pertukaran pikiran berlangsung lebih akrab

daripada konferensi fisik.

Sedangkan kelemahan metode Webinar dalam menangkap inovasi (capturing)

diantaranya:

(1) Sebagian besar layanan konferensi web mahal biayanya. Layanan gratis biasanya

terbatas dari segi fungsionalitas atau kapasitasnya.

(2) Layanan gratis mensyaratkan koneksi internet yang baik dan perangkat keras

khusus.

(3) Kualitasnya sangat bervariasi bergantung pada koneksi internetnya. Gangguan

bisa muncul tanpa diduga.

K. Forum Online

Forum online memungkinkan komunitas terlibat aktif dalam diskusi. Dimana setiap

orang dapat berinteraksi dan berbagi infomasi melalui perangkat internet dan media

online untuk mendiskusikan suatu topik atau isu-isu yang menarik bagi anggota forum.

Kelebihan metode Forum Online dalam menangkap inovasi (capturing), diantaranya:

(1) Forum online membolehkan tingkat fleksibilitas yang tinggi. Forum online dapat

diakses sewaktu-waktu dan dari mana pun sepanjang ada koneksi internet.

(2) Forum online memungkinkan pengguna mengekspresikan diri secara bebas

dalam diskusi tersasar. Forum online mendorong kesetaraan antarpengguna

karena setiap pesan berbobot sama.

(3) Forum online mendorong penyampaian pandangan dan opini yang berbeda-beda

terhadap topik yang sudah ditetapkan lebih dulu.

(4) Forum online bisa menampilkan diskusi berkualitas tinggi karena pengguna

memiliki waktu untuk merenung dan meneliti topik/komentar yang tengah

dibahas.

(5) Forum online bisa mengarah kepada pembentukan komunitas online yang berusia

lama di seputar topik-topik yang menjadi minat peserta.

Sedangkan kelemahan metode Forum Online dalam menangkap inovasi

(capturing), diantaranya:

(1) Forum publik dan tanpa moderasi itu rawan penyalahgunaan.

(2) Forum online sangat bergantung teks sehingga tidak terlalu cocok untuk audio

dan video.

(3) Para penutur bahasa bahasa asing bisa merasa kurang nyaman untuk ikut serta

dalam diskusi.

PROGRAM INOVASI DESA

192| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

(4) Forum online sering sangat bergantung pada moderator atau kontributor tertentu.

Moderator atau narasumber mungkin harus bekerja keras untuk menjaga

keterlibatan aktif peserta dalam diskusi.

L. Komunitas Praktis

Komunitas praktisi (CoP) mengelola praktisi atau pakar di wilayah tertentu. Komunitas

praktisi memberikan kesempatan untuk mendokumentasikan pengetahuan lewat proses

bertukar pengalaman antarorang yang sama-sama memiliki minat serupa. Peserta

terlibat aktif satu sama lain di dalam proses pembelajaran kolektif teman sebaya. Untuk

mendukung pembuatan dan berbagi pengetahuan, komunitas praktisi idealnya disusun

berdasarkan target akhir belajar. Komunitas praktisi sering memfasilitasi beragam

interaksi berbagi pengetahuan, seperti obrolan, forum, diskusi, dan konferensi.

Interaksinya bisa dilakukan online atau tatap muka.

Kelebihan metode Komunitas Praktis (CoP) dalam menangkap inovasi (capturing),

diantaranya:

(1) Komunitas praktisi menyediakan ruang berkumpul berdasarkan kesamaan minat

atau kepakaran.

(2) Komunitas praktisi online memungkinkan anggota untuk membaca, mengajukan,

dan menerima nasihat serta masukan dari komunitas berdasarkan pertanyaan yang

dikirimkan.

(3) Tergantung tingkat partisipasinya, dari yang menerima bulat-bulat hingga sangat

interaktif, para peserta bisa memperoleh pengetahuan dan kecakapan dari

anggota komunitas yang lebih berpengalaman.

(4) Komunitas praktisi bermanfaat bagi pemula, yang antusias untuk belajar dari rekan

kerja berpengalaman, namun belajar dengan rekan sebaya antarspesialis juga bisa

terjadi.

(5) Komunitas praktisi memungkinkan keterlibatan peserta sesuai dengan waktu dan

tempat yang lebih disukai.

(6) Komunitas praktisi menjaga sumber daya, ide, dan diskusi sehingga bisa

melahirkan arsip kepakaran di bidang teknik tertentu.

(7) Pengetahuan kelompok membantu menopang para praktisi profesional secara

perorangan, yang sering melahirkan rasa sekomunitas.

Sedangkan kelemahan metode Komunitas Praktis (CoP) dalam menangkap inovasi

(capturing), diantaranya:

(1) Jika komunitas dibangun secara online, aspek teknologi bisa menjadi kendala bagi

peserta yang kurang melek digital.

(2) Perlu upaya gigih untuk membangun rasa sekomunitas yang efektif bagi

komunitas praktisi online. Kurangnya isyarat visual dan emosional, misalnya

bahasa tubuh, bisa menyulitkan upaya mendorong interaksi yang penuh makna.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 193

(3) Pengguna bisa merasa tersisih atau tersingkir jika tanpa membangun komunitas

atau moderasi yang proaktif.

(4) Peserta bisa merasa kewalahan jika tidak melebur secara hati-hati ke dalam

komunitas, atau tetap pasif akibat kurangnya stimulasi.

(5) Komunitas praktisi bisa saja mensyaratkan moderasi intensif agar bisa saling

menghubungkan antara pencari pengetahuan dengan kontributor.

(6) Komunitas praktisi bisa berkembang terlalu cepat atau berubah haluan sedemikian

rupa sehingga tidak bisa diikuti oleh anggota, yang menimbulkan penurunan

tajam aktivitas.

Daftar Pustaka

1. https://faculty1.coloradocollege.edu/~afenn/web/EC303_8_04/FALL07/READINGS

/Observation.pdf

2. https://blog.socialcops.com/academy/resources/conduct-successful-focus-

group-discussion/

3. https://www.chsalliance.org/files/files/Resources/Tools-and-guidance/Belfrage-

and-Wigley_Guidelines-for-Focus-Group-Discussions.pdf

PROGRAM INOVASI DESA

194| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Informasi 4.3.2

Tips Membuat Video untuk Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

Dalam menangkap pengetahuan dan inovasi desa tidak hanya dengan menuliskan

informasi dari para pakar dan pemangku kepentingan ke atas kertas. Namun,

penambahan materi audiovisual bisa memperkaya catatan tertulis dan membuatnya

lebih mudah diingat. Teknik membuat video pada dasarnya perlu ahli khusus untuk

menjelaskan. Namun bahan bacaan ini bisa digunakan sebagai petunjuk sederhana yang

merangkum pelajaran teknis yang diperoleh di kelas bersama ahli. Meski demikian, hal

ini tidak berarti bahwa kita harus menguasai peralatan audiovisual yang sangat rumit.

Kamera video digital kecil merekam liputan dengan hasil yang menakjubkan (usahakan

untuk menggunakan kamera digital yang menggunakan chip berharga murah demi

lebih banyak kenyamanan dalam penggunaanya). Sebagian besar ponsel cerdas bahkan

sudah memiliki kamera canggih yang bisa merekam video wawancara atau peristiwa

penting. Jika mampu menggunakan kamera ponsel dengan benar, Anda akan takjub

dengan kualitas gambarnya yang bagus. Anda hanya perlu memberi perhatian khusus

pada kualitas suara jika menggunakan kamera video kecil atau ponsel cerdas. Apa pun

peralatan yang Anda gunakan, ikuti saran berikut untuk mendapatkan hasil audiovisual

yang optimal.

A. Suara

Pilih tempat yang tenang untuk merekam

Suara yang bagus biasanya lebih penting ketimbang video yang bagus, apalagi saat

Anda mewawancarai orang, atau merekam diskusi dan presentasi. Pilih tempat untuk

merekam dengan cermat: Pastikan tempatnya benar-benar tenang sehingga Anda tidak

akan terganggu. Sebisa mungkin hindari suara latar belakang: tutup jendela dan pintu,

kalau perlu matikan pengatur suhu ruangan yang bising .

Gunakan mikrofon eksternal

Mikrofon bawaan pada ponsel cerdas dan kamera video yang murah cenderung

menangkap banyak suara bising latar belakang. Untuk mendapat kualitas suara yang

lebih baik, pasang mikrofon eksternal di alat perekam Anda, dan letakkan dekat dengan

terwawancara.

Headset kecil (earbuds) bisa berfungsi sebagai mikrofon eksternal jika Anda merekam

satu orang: colokkan kabelnya ke kamera atau ponsel cerdas Anda, lalu jepitkan earbuds

ke baju terwawancara dengan penjepit kertas. Langkah Anda masih jauh untuk

membingkai gambar secara tepat, dan suara hampir selalu lebih berisik jika

dibandingkan dengan penggunaan mikrofon yang terpasang di dalam kamera itu

sendiri.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 195

Apa pun kendalanya, periksa kualitas suaranya langsung di lokasi dengan mencolokkan

kabel headset atau earbud ke peralatan Anda dan putar ulang rekaman uji coba; Anda

mungkin merasa perlu mengambil tindakan ekstra atauganti lokasi untuk mendapatkan

suara yang cukup bagus.

B. Gambar

Perhatikan posisi kamera

Posisikan obyek wawancara sedemikian rupa sehingga cahaya menerangi wajahnya--

jika cahaya datang dari belakang, obyek wawancara akan tampak gelap; hindari latar

belakang yang bisa mengalihkan perhatian penonton. Cek posisi Anda sendiri supaya

yakin Anda berada di tempat yang aman. Untuk mendapatkan gambar yang stabil,

topang perangkatnya: jika memegang ponsel cerdas, sandarkan lengan Anda ke dinding

atau letakkan di atas meja atau kursi; jika menggunakan kamera, letakkan di atas tripod

atau meja, apabila memungkinkan.

Penuhi bingkai gambar

Ambil posisi cukup dekat agar bisa memenuhi hampir semua bingkai gambar dengan

kepala dan bahu terwawancara tanpa harus melakukan pembesaran gambar. Berdiri

terlalu jauh dan membesarkan gambar (zoom-in) berisiko menghasilkan gambar yang

kabur ketika ditampilkan di layar lebar. Memutar kamera video biasanya juga tidak

membantu.

Rekam kalimat lengkap

Ajukan pertanyaan terbuka yang dapat ditanggapi oleh terwawancara secara baik, dan

minta terwawancara untuk menjawabnya dengan kalimat utuh. Ingatlah, jawaban selalu

lebih penting daripada pertanyaan Anda, yang mungkin saja akan disunting lagi.

Rekam secara terpisah-pisah

Berhentilah merekam sesudah satu jawaban, dan lanjutkan kembali untuk pertanyaan

berikutnya. Langkah ini bisa mengurangi materi yang harus disunting nanti.

Buat catatan sebagai cadangan sepanjang perekaman video.

Setelah sesi perekaman, Anda mungkin baru menyadari kegagalan teknologi. Tanpa

catatan tertulis, Anda mungkin tidak bisa mengingat informasi penting yang Anda

duga sudah tertangkap lewat perekaman. Jadi, ketika membuat rekaman video, minta

seseorang untuk mencatat. Anda juga bisa melakukannya sendiri jika kamera

terpasang di tripod atau ditaruh di atas permukaan yang pas. Jika Anda harus

memegang kamera (yang memang tak dapat dihindari saat menggunakan ponsel

PROGRAM INOVASI DESA

196| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

cerdas), minta kolega untuk membuat catatan. Catatan tentang poin-poin khusus bisa

membantu Anda mengingat inti pengalaman dan memungkinkan Anda membangun

dokumen pembelajaran meski rekamannya gagal.

Daftar periksa perekaman

Daftar periksa berikut memerinci aspek organisasi, teknis, dan konten dari wawancara

video. Bawa selalu daftar periksa ini sebelum, sepanjang, dan setelah sesi perekaman.

Sebelum hari wawancara

Pastikan lokasinya nyaman dan menghadirkan suasana yang kondusif dari sisi

suara, cahaya, dan latar belakang visual.

Konfirmasi ulang tanggal, waktu, dan lokasi dengan terwawancara.

Pastikan Anda tahu jalan dan bisa hadir di lokasi wawancara.

Persiapkan daftar pertanyaan Anda.

Kuasai cara menggunakan peralatan rekam Anda.

Sediakan mikrofon eksternal.

Sediakan headphone untuk memeriksa kualitas rekaman audio.

Sediakan tripod atau lakukan pengaturan lain yang bisa membantu Anda menjaga

kestabilan peralatan rekam.

Isi penuh baterai kamera/ponsel cerdas.

Siapkan baterai cadangan jika ada dan kabel pengecas.

Sediakan pita rekam atau ruang rekam kosong secukupnya di ponsel atau kartu

memori Anda.

Siapkan kartu memori kosong jika ada.

Pada hari wawancara

Tibalah di lokasi wawancara terlebih dahulu untuk menguji peralatan dan memastikan

kelayakan tempat.

Tepat sebelum wawancara

Ingatkan obyek wawancara perihal tujuan wawancara.

Minta obyek wawancara untuk menjawab pertanyaan secara utuh dengan kalimat

lengkap karena pertanyaan Anda cenderung disunting lagi.

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 197

Minta obyek wawancara untuk mula-mula menjawab pertanyaan secara ringkas

("jawaban pendek", namun tetap dengan kalimat utuh) sebelum menjabarkan

lebih lanjut.

Tulis ejaan nama dan gelar obyek wawancara dengan benar. Kiat: sorot kartu

namanya dalam jarak dekat.

Sepanjang wawancara

Pastikan agar catatan poin-poin kunci membuat Anda bisa merekonstruksi

wawancara seandainya perekamannya tidak sempurna atau hilang.

Mulai dan hentikan perekaman untuk tiap-tiap pertanyaan untuk membuat klip-

klip terpisah, yang memudahkan penyuntingan.

Sering-seringlah memeriksa kinerja peralatan Anda (dan ingatlah untuk menekan

tombol "rekam"). Dengan seringnya mengecek, hanya satu dua pertanyaan yang

perlu diulang (mungkin inilah satu-satunya kesempatan Anda untuk mendapat

jawaban!) ketika masalahnya selesai.

Tindak lanjuti pertanyaan yang jawabannya terasa kurang memadai, beri atau

usulkan kesempatan bagi aset pengetahuan yang baru.

Pada akhir wawancara

Ucapkan terima kasih kepada obyek wawancara.

Minta obyek wawancara untuk meminjamkan referensi visual apa saja yang bisa

membantu memperjelas jawaban, semisal gambar, peta, dan artikel berita. Kiat:

obyek wawancara mungkin juga bisa membantu jika Anda memfilmkan lokasi

pengalaman yang sedang dilaporkan atau mewawancarai saksi, jika dirasa tepat.

Setelah wawancara

Simak kembali semua jawaban dan kenali potensi timbulnya kesenjangan

pengetahuan.

Lakukan perbaikan ulang yang diperlukan untuk mengisi kesenjangan

pengetahuan, mungkin dengan menelepon obyek wawancara untuk meminta

klarifikasi atau penjadwalan wawancara yang lain.

Sunting semua segmen lebih dari satu pertanyaan dan jawaban menjadi klip-klip

terpisah.

Buang materi yang tak ada kaitannya dari tiap-tiap klip.

Manfaatkan alat editing apa saja yang ada untuk memperbaiki kendala suara atau

pencahayaan.

PROGRAM INOVASI DESA

198| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Informasi 4.5.1

Mengemas Inovasi Desa (Capturing) dalam

Program Inovasi Desa (PID)

C. Pendahuluan

Program Inovasi Desa (PID) mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas

pembangunan desa melalui strategi pertukaran pengetahuan dan inovasi yang dikenal

dengan Pengelolaan Pengetuan dan Inovasi Desa (PPID). Program ini memberikan

peluang kesempatan kepada masyarakat untuk belajar dari kegiatan inovasi yang

dilakukan oleh berbagai pihak melalui pemanfaatan dokumen pembelajaran sesuai

dengan karakteristik pengguna dan daya jangkau informasi agar mudah dilakukan

replikasi. Dalam pelaksanaan PID, para pelaku di tingkat Kabupaten/Kota dan Kecamatan

akan membantu proses pengelolaan pertukaran pengetahuan dan inovasi desa dalam

bentuk sajian informasi telusur dan pemanfaatan media sebagai bahan pembelajaran

penting bagi masyarakat. Koleksi informasi berupa pengetahuan, pengalaman dan

praktek inovasi akan dikemas dan dikeleksi dengan mempertimbangkan jenis dokumen,

sistem telusur, hingga layanan pemanfaatan dokumen sesuai dengan karakteristik

pengguna. Desa diharapkan dapat mengakses koleksi dokumen pembelajaran yang

telah dikemas sesuai dengan karakteristik pengguna yang lebih spesifik baik dalam

bentuk tulisan, artikel, publikasi buku, laporan teknik, prosiding, audio-visual, e-book,

presentasi, dan sejenisnya.

Pada tahap awal, kemasan dokumen inovasi lebih diarahkan agar dapat

dumanfaatkan secara tertutup (close access system) khususnya diaerah yanh tidak

memiliki akses internet, meskipun ada beberapa layanan informasi di daerah yang

menggunakan sistem layanan terbuka (open access system). Masyarakat desa sebagai

pemanfaat langsung (actual user) dari inovasi yang dikebangkan membutuhkan

informasi seputar kegiatan inovasi yang dilakukan oleh desa atau lembaga lainnya. Oleh

karena itu hasil inovasi sebagai bahan pertukaran iinformasi pembelajaran perlu dikemas

dalam bentuk yang mudal diakses. Koleksi dokumen pembelajaran yang telah dihasilkan

dari serangkaian prosedur validasi yang dilakukan sejatinya diperuntukkan untuk

masyarakat luas khususnya di Desa agar dapat dijadikan bahan replikasi dan adaptasi

inovasi.

Namun kerapkali kemasan informasi yang disajikan justru menyulitkan pengguna

dalam mendapatkan dan memanfaatkannya. Hal ini disebabkan informasi tidak disajikan

dalam bentuk dan jenis kemasan yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan, lebih

bersifat akademis, kurang populis, sulit dipahami, dan sulit dioperasikan. Dalam

mengemas pesan atau bahan pembelajaran perlu dilihat dari aspek tujuan penyajian,

karekteristik materi, dan kemudahan mengakses dokumen. Beraneka ragam informasi

setiap tahun akan bertambah di setiap desa. Berbagai jenis dokumen inovasi terus

menerus bertambah dan perlu segera dikelola, diolah, disebarkan guna kepentingan

masyarakat. Banyaknya dokumen inovasi bukan tidka mungkin akan mengakibatkan

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 199

pengguna kesulitan dalam memilih dan mendapatkan informasi yang relevan,

menyeluruh serta up to date.

Pusat belajar masyarakat di daerah atau di desa akan menjadi penopang dan

penyedia informasi terkait dokumen pembelajaran inovasi yang menuntut kecepatan

layanan dan kelengakapan koleksi bagi pengguna. Berbagai inovasi di layanan

pengelolaan pengetahuan dan inovasi desa banyak digunakan. Pendamping juga

dituntut kreatif dalam memberikan berbagai informasi layanan bagi masyarakat dalam

mengakses dokumen pembelajaran inovasi desa dengan berbagai kemasan yang

menarik, mudah, cepat dan murah.

Salah satu usaha mendayagunakan informasi bagi kepentingan pengguna adalah

melalui kemasan informasi. Lebih lanjut dibawah ini penulis mencoba menjelaskan

pengertian pengemasan informasi, tujuan, bentuk, dan manfaatnya.

D. Pengemasan Inovasi Desa

Pengemasan informasi adalah kegiatan yang dimulai dari menyeleksi berbagai informasi

dari sumber yang berbeda, mendata informasi yang relevan, menganalisis, mensintesa,

dan menyajikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pemakai. Informasi yang

dikemas kembali memberi kemudahan dalam penyebaran informasi dan temu kembali

informasi. Beberapa literature mengungkapkan bahwa pengemasan tidak hanya

terbatas pada informasi namun juga pada dokumentasi.

Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang

menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai.

Kemas ulang informasi dalam bahasa Inggris adalah repackaging information . Istilah

lain kemas ulang infomasi adalah pengemasan informasi. Beberapa literatur

mengungkapkan bahwa pengemasan tidak hanya terbatas pada iformasi namun juga

pada dokumentasinya. Pada prosesnya, kemas ulang informasi mencakup kegiatan

sebelum proses dan pada saat pengemasan. Kualitas pengemasan tidak dilihat pada

peningkatan nilai isi informasinya, melainkan pada sisi pemanfaatannya. Kemas ulang

informasi merupakan kegiatan penataan ulang yang dimulai dari menyeleksi berbagai

informasi dari sumber yang berbeda, mendata informasi yang relevan, menganalisis,

mensintesa, dan menyajikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna

(Mulida Djamarin, 2016).

E. Tujuan Pengemasan Inovasi Desa

Tujuan pengemasan informasi untuk memperoleh/mendapatkan informasi, menemukan

kembali informasi kembali, mengevaluasi, serta memberikan penafsiran. Melalui

pengemasan informasi, pengguna akan berhemat dalam hal waktu, tenaga serta biaya.

Dengan berkembangnya teknologi informasi bidang perpustakaan, dokumentasi dan

informasi, saat ini pengemasan informasi jauh lebih bervariasi.

Agada (1995) dalam Mulida Djamarin (2016) tujuan kemas ulang informasi adalah

untuk menempatkan, menemukan kembali, mengevaluasi, menginterpretasikan dan

PROGRAM INOVASI DESA

200| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

mengemas informasi tentang subjek tertentu dalam rangka efektifitas dan efisiensi

waktu, tenaga, biaya yang semua diperuntukkan bagi pengguna. Merujuk beberapa

literatur terkait tujuan kemas informasi inovasi dapat disimpulkan sebagai berikut:

(1) Memudahkan untuk memperoleh dan mendapatkan informasi atau dokumen

pembelajaran inovasi desa;

(2) Mempercepat penelusuran dan penemuan kembali informasi dan dokumen

pembelajaran inovasi desa;

(3) Mengevaluasi dan memberikan penafsiran seberapa jauh tingkat pemanfaatannya;

(4) Memberikan kepuasan kepada pemakai;

(5) Mengawetkan koleksi, khususnya jika dikemas dari bentuk tercetak ke bentuk

digital;

(6) Memudahkan pengelola pengetahuan dan inovasi desa mengatur koleksi yang

semakin bertambah banyak;

(7) Menghemat ruang dan rak untuk menyimpan koleksi tercetak;

(8) Memudahkan penelusuran informasi setelah dientri dalam pangkalan data;

(9) Mudah dibawa dan ditransfer dalam jejaring sistem informasi dan media lainnya

untuk sharing dan transfer pengetahuan maupun pengalaman;

Berbagai kemasan informasi dibuat sesuai dengan kebutuhan informasi bagi

pemakai khususnya masyarakat desa. Kemasan informasi inovasi dapat dikemas dalam

bentuk seperti: Brosur, Newsletter, Majalah Kesiagaan Informasi, Majalah Abstrak dan

Indeks, Bibliografi, Karangan Baru, Presentasi Lisan, disajikan dalam web, Tinjauan

Perkembangan Inovasi, Tinjauan Literatur, Monografi, Prosiding Konferensi, Laporan

Teknis, Laporan Bisnis atau Laporan Manajemen, Buku Panduan, Direktori, Katalog,

Majalah Primer Media dengar pandang.

F. Tahapan Pengemasan Inovasi Desa

Pada prosesnya, pengemasan informasi mencakup kegiatan sebelum proses/re-

processing dan kemasan (packaging). Sebelum membuat kemasan informasi, perlu

diketahui langkah-langkah dalam proses pengemasan informasi, yaitu:

1. Menyeleksi dan menetapkan topik dari kemasan yang akan dibuat dan informasi

yang akan dicakup. Menurut Kothler, untuk menentukan topik, perlu dikumpulkan

berbagai masukan dan ide-ide yang biasanya berasal dari: konsumen/pemakai

produk dan jasa (prosentasi paling banyak), ilmuwan, pesaing, karyawan, saluran

pemasaran, manajemen puncak atau pengambil kebijakan. Kontribusi subyek atau

topik yang disampaikan peneliti sebagai upaya agar pengemasan informasi

tersebut tepat, sasaran dan tepat guna;

2. Menentukan strategi dalam mencari informasi. Kegiatan ini meliputi: menentukan

jenis informasi yang dibutuhkan, dan jenis sumber informasi yang dapat

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 201

membantu menemukan informasi yang dibutuhkan. Informasi bisa didapat dari

koleksi yang kita miliki, maupun pencarian literature di luar;

3. Menentukan lokasi informasi dan cara mengakses. Kegiatan ini meliputi:

menggunakan katalog perpustakaan, menggunakan indeks majalah, mencari

informasi di internet, CD-ROM. Mengemas informasi;

4. Mengevaluasi produk yang dibuat, dan mengevaluasi proses pembuatannya.

Distribusi kemasan informasi Untuk membuat suatu kemasan informasi yang baik,

harus didukung oleh informasi penting yang cukup atau memadai.

Lebih rinci tahapan pengemasan informasi atau dokumen pembelajaran inovasi

menurut Mulida Djamarin (2016) sebagai berikut:

1. Identifikasi kebutuhan pengguna. Kebutuhan pengguna dapat diketahui melalui

wawancara dengan pengguna maupun pihak terkait, pengamatan langsung di

lapangan, serta mempelajari laporan atau dokumen yang ada. Dengan mengetahui

kebutuhan pengguna maka tujuan pengemasan informasi akan lebih tepat

sasaran;

2. Pengumpulan informasi serta pemilihan sumber informasi. Berdasarkan hasil

identifikasi kebutuhan pengguna, selanjutnya dilakukan pengumpulan informasi

yang relevan. Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain

perpustakaan, diskusi dengan pakar/ahli, dan internet. Namun demikian,

pengemas informasi perlu memperhatikan sumber informasi tersebut. Pemilihan

sumber informasi penting untuk menjamin kebenaran informasi yang

dikumpulkan. Untuk informasi tentang inovasi teknologi pertanian, pengemas

informasi dapat mengakses lembaga-lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan

sumber lain yang relevan. Informasi yang bersumber dari kearifan lokal dapat pula

dimanfaatkan bila relevan;

3. Pengemasan informasi. Kemampuan pengemas informasi sangat menentukan nilai

guna kemasan informasi yang dihasilkan. Oleh karena itu, pengemas informasi

perlu memahami materi yang akan dikemas, bentuk kemasan, serta cara

mengemasnya. Seyogianya, pengemas informasi adalah orang yang ahli di

bidangnya. Mengemas kembali informasi dengan cara mensintesa ke dalam

bentuk/format kemasan informasi sesuai dengan kebutuhan pemakai. Namun,

pengemasan dapat pula dilakukan oleh bukan ahlinya bekerja sama dengan yang

ahli di bidangnya;

4. Menentukan sasaran audience, bentuk kemasan, dan membuat time schedule

serta merancang biaya;

5. Menentukan strategi dalam mencari jenis sumber informasi yang dapat membantu

menemukan informasi yang dibutuhkan. .Menentukan lokasi informasi dan

bagaimana cara mengaksesnya apakah menggunakan katalog perpustakaan,

indeks, internet, maupun CD-ROM;

6. Menetapkan cara dan sistem penyebarluasan kemasan informasi yang sudah jadi;

PROGRAM INOVASI DESA

202| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

7. Mentransfer informasi dalam bentuk tercetak (printed out) maupun basis data baik

ke disket, CD-R/RW, CD-ROM, flash disk/USB untuk keperluan penyebaran kepada

masyarakat luas;

8. Mendistribusikan, menyebarkan, mendiseminasikan, memasarkan kemasan

informasi dengan cara promosi maupun pendidikan pemakai. Menyampaikan

kemasan informasi berupa paket maupun lembar informasi kepada pengguna.Hal

ini bisa dilakukan baik secara langsung (face to face, door to door), telepon, via

surat/pos, email, faksimil maupun media lainnya.;

9. Evaluasi produk dan proses pembuatannya. Evaluasi terhadap kemasan informasi

bertujuan untuk mengetahui manfaat informasi bagi pengguna serta efektivitas

media yang digunakan. Evaluasi terhadap proses pembuatan juga penting,

terutama berkaitan dengan efisiensi waktu, tenaga, dan biaya. Evaluasi kegiatan

kemas ulang informasi. Dilakukan secara terus menerus, dan berkelanjutan dalam

suatu periode tertentu untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan

sudah tercapai dan memenuhi target.

G. Bentuk Pengemasan Inovasi Desa

Berbagai hasil dari pengalaman dapat dikemas dalam beragam bentuk dokumen

pembelajaran yang memungkinkan setiap orang dapat mengaksesnya baik dalam offline

maupun online. Tidak saja pengemasan inovasi dilakukan secara tercetak namun dapat

dilakukan secara digital. Seperti CD Teknologi Pencerdasan bangsa buatan kantor

menristek, mengemas informasi Teknologi Tepat Guna, Kliping Elektronik buatan

Perpustakaan ITB mengemas informasi surat kabar dan majalah Cybermedia, dan yang

sedang tren saat ini Digital Library yang mempublikasikan Local Content. Kemudian

munculah istilah e-book untuk buku elektronik; e-Journal untuk majalah elektronik ; e-

Klip untuk kliping elektronik.

Secara khusus, bentuk pengemasan pengetahuan dan inovasi desa dapat

mengikuti kaidah pendokumentasian informasi diantaranyya berupa bibliografi, sari,

multimedia, brosur/leaflet, news letter:

Bibliografi

Bibliografi (dari bahasa Yunani βιβλιογραφία, bibliographia, secara harfiah "penulisan

buku"), sebagai sebuah praktik, adalah buku studi akademis seperti fisik, benda-benda

budaya, dalam pengertian ini, juga dikenal sebagai bibliology (dari bahasa Yunani-

λογία,-logia) . Secara keseluruhan, bibliografi tidak peduli dengan isi buku-buku sastra,

melainkan lebih kepada "bookness" buku.

Sebuah bibliografi, produk dari praktik bibliografi, adalah daftar sistematis buku

dan karya-karya lain seperti artikel jurnal. Bibliografi berkisar dari "karya dikutip" daftar

di akhir buku dan artikel untuk menyelesaikan, publikasi independen. Sebagai karya-

karya yang terpisah, mereka mungkin dalam volume terikat seperti yang ditunjukkan di

sebelah kanan, atau terkomputerisasi database bibliografis. Sebuah katalog

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 203

perpustakaan, meskipun tidak disebut sebagai bibliografi, adalah bibliografis di alam.

Bibliografi karya hampir selalu dianggap sebagai sumber tersier.

Biasanya bibliografi diterbitkan oleh perpustakaan atau badan penerbit dengan

tujuan untuk disebarkan kepada perpustakaan lain sebagai bahan rujukan bagi pencari

informasi baik secara tercetak atau terekam. Jenis bibliografi ada dua macam yakni

bibliografi umum dan khusus.

Sari Karangan

Sari karangan, biasanya memuat keterangan seperti latar belakang, tujuan, sasaran,

metode, kesimpulan dan saran yang terdapat pada dokumen aslinya. Jenis sari karangan

yang dibuat bisa sari karangan indikatif maupun sari karangan informatif. Bentuk ringkas

dari karangan yang masih memperlihatkan sosok dasar dari aslinya. Inti tidak

meninggalkan urutan dasar yang melandasinya. Dengan kata lain memangkas hal-hal

yang lebih kecil yang meliputi gagasan utama bacaan, kerangka dasar masih tampak

jelas. Ringkasan merupakan bentuk penyajian karangan atau peristiwa yang panjang

dalam bentuk yang singkat dan efektif. Ringkasan adalah sari karangan tanpa hiasan.

Ringkasan itu dapat merupakan ringkasan sebuah buku, bab, ataupun artikel. Fungsi

sebuah ringkasan adalah memahami atau mengetahui sebuah buku atau karangan.

Dengan membuat ringkasan, kita mempelajari cara seseorang menyusun pikirannya

dalam gagasan-gagasan yang diatur dari gagasan yang besar menuju gagasan

penunjang, melalui ringkasan kita dapat menangkap pokok pikiran dan tujuan penulis.

Multi Media

Satu lagi inovasi dalam bidang pendokumentasian informasi yaitu multi media.

Multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan

teks, suara, gambar, animasi, audio dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link)

sehingga pengguna dapat melakukan navigasi, berinteraksi, berkarya dan

berkomunikasi. Multimedia sering digunakan dalam dunia informatika. Selain dari

dunia informatika, multimedia juga diadopsi oleh dunia game, dan juga untuk

membuat website.

Pada awalnya multimedia hanya mencakup media yang menjadi konsumsi indra

penglihatan (gambar diam, teks, gambar gerak video, dan gambar gerak rekaan/

animasi), dan konsumsi indra pendengaran (suara) dan juga berupa ( berwujud). Dalam

perkembangannya multimedia mencakup juga kinetik (gerak) dan bau yang merupakan

konsumsi indra penciuman. Multimedia mulai memasukkan unsur kinetik sejak

diaplikasikan pada pertunjukan film 3D yang digabungkan dengan gerakan pada kursi

tempat duduk penonton. Kinetik, dan film 3 dimensi membangkitkan sense realistis.

Media pandang dengar ini dapat berupa company profile, program pendidikan

pemakai serta media promosi jasa layanan teknis. Sasaran pengguna pada bentuk

pengemasan multi media umumnya adalah kelompok. Misalnya apabila ada pameran

jasa layanan teknis (PJLT), pengunjung disuguhkan beragam informasi mengenai jasa

layanan teknis serta cara mengaksesnya. Demikian juga dalam pengelolaan

PROGRAM INOVASI DESA

204| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

pengetahuan dan inovasi pembanguan desa dapat menggunakan multi media sebagai

sarana program pendidikan dan pelatihan bagi pemakai (user education program).

Multimedia dimanfaatkan juga dalam dunia pendidikan dan bisnis. Di

dunia pendidikan, multimedia digunakan sebagai media pengajaran, baik dalam kelas

maupun secara sendiri-sendiri atau otodidak. Di dunia bisnis, multimedia digunakan

sebagai media profil perusahaan, profil produk, bahkan sebagai media kios

informasi dan pelatihan dalam sistem e-learning.

Brosur/leaflet

Leaflet atau brosur banyak dibuat oleh berbagai lembaga untuk memperkenalkan hasil

produk atu jasa yang dapat diberikan kepada pengguna. Bagi perpustakaan pembuatan

Leaflet atau brosur khususnya dapat dimanfaatkan untuk penyebaran informasi

mengenai beberapa hal seperti pedoman perpustakaan, daftar bacaan tertentu, koleksi

khusus produk setempat, bahan arsip, pengenalan terhadap minat/studi, kegiatan atau

peristiwa di lingkungan sekitar. Suatu unit atau pusat informasi harus selalu menerbitkan

brosur dan leaflet.

Brosur promosi bertujuan mengumumkan keberadaan unit kerja tersebut, tujuan

dan program-programnya, layanannya dan informasi lain yang berkaitan. Brosur bisa

juga membuat kuesiner ringkas mengenai perolehan advis, tanggapan dan minat

masyarakat informasi. Umpan balik akan menandakan respon dari pengguna. Brosur

ditulis secara ringkas dan jelas dengan penyajian yang menarik. Brosur informatif

bermanfaat untuk memperkenalkan dan mempromosikan topik/subyek yang dicakup

suatu unit informasi. Bahasa yang digunakan dalam brosur sebaiknya sederhana, dan

mudah dipahami masyarakat.

Leaflet diterbitkan untuk memberitahukan adanya terbitan baru. Harus dijelaskan

secara ringkas mengenai isinya, ukuran, harga dan cara memperolehnya. Bila terbitan

jumlahnya banyak dapat diterbitkan brosur kumulatif yang memberikan rincian semua

terbitan.

Langkah-langkah pembuatan Leaflet atau brosur yaitu:

1. Pemilihan dan penetapan subyek;

2. Menentukan format yang akan digunakan;

3. Buat desain;

4. Proses cetak;

5. Distribusi dan sebarluaskan.

Newsletters

Newsletter merupakan terbitan yang penting karena lebih fleksibel dalam hal topik yang

dicakupnya dan bentuk isi atau kandungannya. Terbitan ini dimaksudkan untuk

memberikan berbagai jenis informasi yang tidak dimuat dalam terbitan lain dari pusat

informasi. Newsletter biasanya berisi aktivitas pusat informasi itu sendiri, berita proyek

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 205

yang sedang berjalan, laporan pertemuan yang baru selesai diselenggarakan, bisa

ditambah publikasi terbaru peneliti, info buku dan jurnal baru.

Tabel. Jenis Kemasan berdasarkan Status Pemakai

Status Pemakai Jenis kemasan

Jasa Kemasan

Pengetahuan dan Inovasi

Peneliti/Dosen/Akademisi Penyebaran Informasi

Terseleksi

Fokus Informasi

Indonesia sesuai bidang

Info Ristek

Info HaKI

Tinjauan literatur

Kesiagaan Informasi

(Current Awarnness

Services)

Informasi Kilat

Buletin Info Kilat

Kumpulan Abstrak

Database suatu bidang

Pengambil Kebijakan Ringkasan Eksekutif Info Riset dan Teknologi

Ringkasan Eksekutif

Industri kecil dan

Menengah

Brosur atau Pamflet Pohon Industri

Panduan Usaha

Info Teknologi Tepat

Guna (TTG)

Kliping

Majalah Usaha

Industri besar Proposal pabrik Studi kelayakan bisnis

Studi AMDAL

Pendidikan dan Pelatihan Dokumen pembelajaran Studi TNA

Artikel ilmiah

Multimedia

Panduan dan modul

H. Aspek Komersial Pengemasan Inovasi Desa

Bukan hal yang mustahil bahwa pemanfaatan informasi pembangunan desa mulai

menyentuh aspek-aspek komersialisasi layanan. Perubahan paradigma bahwa unit atau

pusat informasi saat ini bukan hanya sebagai tempat penyimpanan koleksi yang pasif,

namun juga bisa menjadi pusat informasi yang aktif dan dinamis serta mampu

menghasilkan produk yang menjual.

Perlu disadari bahwa unit atau pusat informasi layanan masyarakat merupakan unit

kerja yang banyak membutuhkan biaya (cost centre). Namun kucuran dana untuk

perpustakaan nyaris tidak ada. Atas dasar hal tersebut maka perpustakaan harus

mengubah posisinya dari cost centre menjadi profit centre. Perubahan paradigma

PROGRAM INOVASI DESA

206| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

tersebut memacu dan menjadi tantangan perpustakaan untuk lebih kreatif dan inovatif

dalam upaya menjadi profit centre.

Perlu dipikirkan dalam menerapkan komersialisasi informasi pembangunan desa

terkait dengan layanan inovasi hendaknya dipilah layanan mana yang akan

dikomersialisasikan dan yang mana yang tidak. Hal-hal yang menjadi kepentingan

publik secara umum perlu dibebaskan dari aspek komersial termasuk untuk kepentingan

pembelajaran dan peningkatan kapasitas masyarakat desa. Beberapa hal yangdapat

dikomersialkan terutama untuk kepentingan pembiayaan operasional layanan unit atau

pusat layanan informasi diantaranya; inter unit information loan (pinjam antar unit

informasi), penelusuran terpasang (on-line), layanan referensi, bibliografi, salinan bahan

(fotocopi), layan antar bahan koleksi dan jasa kesiagaan informasi.

Sudarmini dan Mansjur (2001) menyatakan tujuh elemen atau unsur yang

menunjang keberhasilan pemasaran di bidang komersial dapat pula dimanfaatkan untuk

kegiatan pertukaran pengetahuan dan inovasi atau pusat informasi. Tujuh unsur

tersebut yaitu: (1) product (termasuk jasa penyediaan informasi juga jasa informasi

terbaru); (2) price (informasi ditentukan harganya); (3) place (informasi yang ditawarkan

harus selalu tersedia di perpustakaan atau dimanapun dan selalu siap dibutuhkan); (4)

promotion (pameran koleksi baru, brosur perpustakaan, penyebaran bibliografi, abstrak,

daftar judul artikel majalah dan informasi terseleksi); (5) process (informasi perlu diolah

agar pengguna dapat memperolehnya dengan mudah bila membutuhkan; (6) people

(sumber daya manusia merupakan unsure kekuatan dalam pemasaran, baik ia pemberi

informasi, pengguna sesuai segmennya maupun orang lain yang terlibat didalamnya);

(7) physical evidence (produk yang dipasarkan harus bersifat kasat mata, dalam hal ini

dituliskan, dicetak, direkam dan diterbitkan sehingga manfaatnya dapat dirasakan).

Hal yang perlu ditekankan dalam menerapkan sistem perpustakaan yang

komersial pihak pengelola perpustakaan perlu memperhatikan aspek-aspek penting,

seperti; bentuk permintaan pemakai yang sering diminta, sistem keamanan informasi

pribadi anggotanya, kecanggihan sistem automasi perpustakaan, hingga studi

kelayakan kepuasan pemakai (lebih pada user studies).

Pengemasan informasi berpotensi mendatangkan fulus bagi perpustakaan.

Berbagai bentuk kemasan tidak saja memudahkan pengguna dalam memperoleh

informasi tetapi juga menjadi nilai tambah bagi perpustakaan. Mengubah image bahwa

perpustakaan hanya menyediakan informasi tanpa mampu mengemasnya menjadi

menarik. Mempercantik kemasan informasi yang akan disajikan, akan menarik pengguna

dalam memanfaatkan informasi di dalamnya. Tidak cukup sampai disitu, jika orang

bilang, jangan melihat sesuatu dari kulit luarnya saja, itu berlaku pula dalam hal layanan

pengemasan informasi. Bahwa informasi yang terkandung didalamnyapun harus betul-

betul berbobot, tepat sasaran dan pengguna tidak akan merasa kecewa karenanya.

Daftar Pustaka

Mulida Djamarin (2016). Pengemasan Informasi. Universitas Negeri Padang. UPT

Perpustakaan, Padang

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 207

Sankarto, Bambang S. (2008). Pedoman/Pengemasan Informasi. Pusat Perpustakaan dan

Penyebaran Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Departemen Pertanian.

Sri Hartinal (2015) Kemas Ulang Informasi (Information Repackaging). Disampaikan pada

Pelatihan Pengenalan Kemas Ulang Informasi pada UPT BIT – Bandung 27-28

Juli 2005.

http://p4tkmatematika.org/file/INFO%20UNIT/Unit%20Perpustakaan/kemas%20Ulang

%20Informasi%202013_41.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Pengemasan

http://yudhim.blogspot.co.id/2008/01/pengemasan‐dan‐pemasaran-informasi.html

(diunduh tgl. 7 April 2016)

https://fpdp.wordpress.com/e‐learning/kiat‐penelusuran/ (diunduh tgl 4 April 2016.

PROGRAM INOVASI DESA

208| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Informasi 5.1.1

Strategi Peningkatan Kapasitas Pelaku dalam Pengembangan

Keterampilan Menangkap Inovasi Desa (Capturing)

A. Latar Belakang

Pengembangan kapasitas bagi pelaku Program Inovasi Desa (PID) tentu tidak hanya

berorientasi pada kemampuan pendamping saja, namun mencakup keseluruhan lingkup

sistem dan kelembagan yang terdiri dari struktur penataan organisasi atau sering dikenal

dengan sistem manajemen, kebijakan, target capaian, strategi pencapaian, dan

peraturan operasional. Hal demikian mengisyaratkan adanya tingkat pengembangan

kapasitas (capacity development) yang berarti mengembangkan kemampuan yang

sudah ada (existing capacity), dan pengembangan kapasitas yang mengedepankan

proses kreatif untuk membangun kapasitas yang belum terlihat atau constructing

capacity.

Pengembangan kapasitas merupakan suatu proses untuk melakukan sesuatu, atau

serangkaian kegiatan untuk melakukan perubahan multilevel pada diri individu,

kelompok, organisasi, dan sistem guna memperkuat kemampuan penyesuaian individu

dan organisasi dalam menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Oleh karena itu

peningkatan kapasitas pendamping dapat dilakukan melalui proses menganalisis

lingkungan, mengidentifikasi masalah, menemukenali kebutuhan pengembangan diri,

isu-isu strategis dalam masyarakat dan peluang yang dapat diperankan pendamping,

membuat formulasi strategi dalam proses mengatasi masalah, serta merancang sebuah

rencana aksi agar dapat dilaksanakan guna pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam The Capacity Building For Local Government Toward Good Governance

bahwa peningkatan kapasitas perlu memperhatikan tiga aspek yaitu. Pertama,

pengembangan SDM melalui pelatihan, sistem rekruitmen yang transparan, pemutusan

pegawai secara profesional, dan updating pola manajerial dan teknis. Kedua,

pengembangan kelembagaan yang mencakup pada aspek menganalisis postur struktur

organisasi berdasarkan peran dan fungsi, proses pengembangan SDM, dan gaya

manajemen organisasi. Ketiga, pengembangan jejaring kerja (networking) yang

dilakukan melalui penguatan koordinasi, memperjelas fungsi jejaring, serta interaksi

formal dan informal antarkelembagaan.

B. Tingkatan Pengembangan Kapasitas

Pengembangan kapasitas demikian menjelaskan adanya tingkatan yang mencakup

keseluruhan aspek berdasarkan analisis kebutuhan organisasi atau dalam lingkup

Peningkatan Kapasitas Pendamping Desa dalam bidang pembangunan dan

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 209

pemberdayaan masyarakat Desa. Secara umum, tingkatan pengembangan kapasitas

diuraikan sebagai berikut:

Pertama, tingkat pengembangan sistem pendampingan. Pada tingkatan ini,

pengembangan kapasitas dilakukan terhadap kerangka kerja yang berhubungan

dengan pengaturan, kebijakan dan kondisi dasar yang mendukung pencapaian tujuan

kebijakan atau program tertentu. Ketika Tim pelaksana inovasi baik ditingkat

Kabupaten/Kota maupun tingkat Kecamatan memiliki target capaian yang menjadi

sasaran yang hendak dicapai secara berkualitas dan berintegritas, maka pada tingkatan

ini perlu dibangun adanya pengaturan sistem pendidikan dan pelatihan yang baik

sebagaimana ditetapkan dalam standar kompetensi Pendamping Desa.

Penerapan manajemen kualitas pelayanan yang dilakukan oleh pra pelaku

program khususnya OPD terkait merupakan langkah untuk terwujudnya pelayanan yang

mengedepankan kepentingan pengguna yaitu masyarakat yang dilayaninya. Fokus pada

pengguna mutlak dilakukan karena pelayanan sangat tergantung pada keberadaan

pengguna yang membutuhkan jasa pelayanan. Dalam hal ini, OPD dan pendamping

teknis memiliki pengguna bukan sekadar kelompok, aparatur Pemerintah Daerah dan

Pemerintah Desa, tetapi juga pemangku kepentingan lain yang mendukung pelaksanan

Program Inovasi Desa (PID). Oleh karena itu, pengembangan kapasitas pelaku tidak

hanya berperan dalam pelatihan saja lebih dari bagaimana mendorong kinerja,

koordinasi dan mensertifikasi seluruh pelaku dalam pemanfaatan inovasi bagi

pembangunan desa.

Kedua, tingkat pengembangan kelembagaan. Pada tingkatan ini, pengembangan

dilakukan untuk mengembangkan prosedur dan mekanisme pekerjaan serta

membangun hubungan atau jejaring kerja dengan pemangku kepentingan lain. Dalam

organisasi, jejaring kerja jelas sangat dibutuhkan untuk setiap tingkatan manajemen

yang biasa dikenal dengan perencanaan, pengorganisasian, pembagian kerja,

pengawasan. Oleh karena itu, dalam setiap tahapan harus didukung adanya penguasaan

tentang cara-cara berinteraksi dengan orang lain untuk dapat menciptakan jejaring kerja

dengan siapa saja, agar mendapatkan respon positif dalam organisasi. Hal ini penting

dan tentu harus dilakukan oleh seluruh pelaku baik pendamping, OPD tau pihak lainnya

agar target capaian organisasi tidak mungkin dapat diselesaikan oleh seorang diri tetapi

harus diselesaikan dengan berkolaborasi untuk mencapai hasil yang sinergis. Jika kondisi

tersebut dapat terwujud, maka akan dapat menciptakan suasana kerja yang kondusif

dan terkuranginya ketegangan atau stres yang memicu menurunnnya tingkat

produktivitas kerja.

Dalam proses pengembangan kapasitas, salah satu cara yang cukup efektif untuk

meningkatkan kemampuan membangun jejaring kerja dengan meniru bagaimana

orang-orang sukses berinteraksi dengan orang lain. Namun perlu diketahui bahwa

proses meniru bukan merupakan perkerjaan yang mudah asal mengikuti, tetapi butuh

adanya kecerdasan dalam mengidentifikasi berbagai aspek terkait dengan proses

interaksi, misalnya bagaimana cara mengendalikan emosi, cara menghargai orang lain,

cara berbicara, cara merespon dan sebagainya. Setidaknya membangun jejaring

kerja merupakan suatu seni sehingga tidak mudah dibuat suatu pola hubungan yang

baku.

PROGRAM INOVASI DESA

210| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Ketiga, tingkat pengembangan individu. Pada tingkatan ini, pengembangan

diarahkan pada diskrepansi kompetensi teknis dan kompetensi manajerial melalui

pengelompokan pekerjaan, misalnya sebagai pendamping, tim pelaksana dan tenaga

termapil lainnya. Harus diahamai bahwa kompetensi merupakan satu kesatuan utuh

yang menggambarkan potensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang dimiliki

seseorang terkait dengan pekerjaannya agar dapat diaktualisasikan dalam bentuk

tindakan nyata.

Secara umum, diskrepansi kompetensi ditelaah melalui proses analisis kebutuhan

peningkatan kapasitas pelaku program dengan mengukur kompetensi yang ada dan

membandingkannya dengan standar kompetensi pekerjaan yang sudah baku. Dengan

demikin pelaksanaan kajian diperlukan suatu standar kompetensi yang berisi acuan ideal

tentang seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang seharusnya dimiliki

seseorang Pendamping Desa untuk melakukan pekerjaan tersebut secara efektif. Inilah

yang kemudian disebut standar kompetensi bidang keahlian sebagai refleksi atas

kompetensi yang diharapkan dimiliki seseorang yang berkerja dalam bidang tersebut.

C. Pola Kerja Pengembangan Kapasitas

Peristilahan capacity building atau peningkatan kapasitas berkembang mulai dari fase

1950-an dan 1960-an yang dimaksudkan untuk menyebut proses pengembangan

masyarakat yang berfokus pada peningkatan kapasitas penguasaan teknologi di daerah

pedesaan. Pada 1970-an, laporan badan organisasi PBB menekankan pentingnya

pembangunan kapasitas untuk keterampilan teknis di daerah pedesaan, dan juga di

sektor administrasi negara berkembang. Pusatnya, pada 1990-an, UNDP menjadikan

gerakan capacity building sebagai konsep pembangunan untuk meningkatkan kapasitas

pemberdayaan dan partisipasi keseluruhan unit organisasi.

Dengan demikian, pola kerja pengembangan kapasitas sangat menekankan

adanya keterlibatan keseluruhan komponen organisasi secara kesederajatan dan adanya

dialog terbuka untuk bersepakat mencapai tujuan sasaran organisasi. Sebuah proses

kapasitas yang efektif harus mendorong partisipasi oleh semua pihak yang terlibat. Jika

stakeholder yang terlibat dan keseluruhan anggota organisasi dalam proses perumusan

target capaian terlibat, tentu kesemuanya akan merasa memiliki organisasi dan akan

lebih bertanggung jawab atas hasil dan keberlanjutan capaian organisasi. Keterlibatan

keseluruhan komponen secara langsung jelas sangat memungkinkan untuk

pengambilan keputusan yang cepat dan efektif, sekaligus lebih transparan.

Kebersamaan mengembangkan kapasitas juga pada akhirnya akan mengevaluasi

target capaian yang pernah ada pada masa sebelumnya, dan memungkinkan adanya

pembangun kapasitas untuk melihat sisi mana yang membutuhkan penguatan, hal mana

yang mesti diprioritaskan, dan tentunya dengan cara apa pencapaian target akan

dilakukan. Oleh karena itu, pengembangan kapasitas yang tidak diawali adanya studi

komprehensif tentang kebutuhan organisasi dan penilaian kondisi yang sudah ada

sebelumnya, pada umumnya hanya akan membatasi pada pelatihan saja, padahal sesuai

tingkatan pengembangan harus mencakup keseluruhan komponen organisasi. Perlu

adanya evaluasi peningkatan kapasitas guna mengontrol akuntabilitas kinerja organisasi

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 211

melalui pengukuran berdasarkan pada perubahan kinerja berbasis pengaturan

kelembagaan, kepemimpinan, pengetahuan, dan akuntabilitas.

D. Kompetensi Pelaku

Pelaku Proram Inovasi Desa (PID) baik OPD, TIK-PID, TPID dan Pendamping Desa yang

berkualitas dan handal dicirikan antara lain oleh kinerja yang tinggi, khususnya

kompetensi teknis bidang khusus misalnya penangkapan inovasi desa (capturing),

kompetensi berinteraksi dengan masyarakat, mengelola pemangku kepentingan dan

kompetensi kewirausahaan (entrepreneurship), serta memiliki daya fisik yang sehat.

Sebelum dan selama berkiprah melakukan kegiatan pembimbingan teknis kepada

pelaku dan masyarakat, maka kompetensi tertentu yang dimiliki oleh seorang

pembimbing di luar kemampuan teknisnya perlu lebih ditajamkan dan ditingkatkan

sedemikian rupa, sehingga memiliki penampilan sederhana, low profile, berjiwa kritis,

arif, terbuka, berkepribadian tinggi, ramah, kooperatif, mampu bekerja dalam tim,

menghargai dan menghormati orang-orang lain, memiliki daya penguasaan dan

pengendalian diri yang kuat.

Merujuk pada gagasan Rotwell, maka tenaga pembimbing, tutor atau fasilitator

dituntut memiliki empat kompetenasi, yaitu:

1. Kompetensi Teknis (Technical Competence), yaitu kompetensi mengenai bidang

yang menjadi tugas pokok dalam mendampingi masyarakat;

2. Kompetensi Manajerial (Managerial Competence) adalah kompetensi yang

berhubungan dengan berbagai kemampuan manajerial yang dibutuhkan dalam

menangani tugas organisasi atau tim kerja;

3. Kompetensi Sosial (Social Competence) yaitu kemampuan melakukan komunikasi

yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam pelaksanaan tugas pokoknya;

4. Kompetensi lntelektual/Strategik (Intelectual/Strategic Competence) yaitu

kemampuan untuk berpikir secara stratejik dengan visi jauh ke depan.

Mengingat masyarakat senantiasa dinamis seiring dengan perkembangan jaman,

ilmu pengetahuan dan teknologi serta persaingan global, maka pengembangan

kompetensi merupakan suatu hal yang harus dilakukan secara terencana dan

berkelanjutan. Artinya setiap pengembangan kompetensi harus didasarkan pada hasil

analisis kebutuhan pekerjaan atau tugas dan analisis jabatan, sehingga pengembangan

kapasitas tepat sasaran dan berdayaguna dalam meningkatkan kinerja.

Dengan demikian, pengembangan kompetensi personil bukan sebagai beban

organisasi, akan tetapi menjadi alat strategis untuk meningkatkan kinerja individu dan

organisasi secara keseluruhan. Pada hakekatnya, pengembangan kompetensi

Pendamping Desa dapat dikelompokkan dalam dua katagori, yaitu:

1. Kompetensi Umum (General Competency), artinya, meskipun pendamping

memiliki posisi atau jabatan dan tugas pokoknya berbeda dalam tingkatan

organisasi, namun jenis kemampuan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

bersifat dasar yang dibutuhkan akan disamakan. Misalnya, Tenaga Ahli

PROGRAM INOVASI DESA

212| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Pemberdayaan Masyarakat, Pendamping Desa, Pendamping Lokal Desa, TIK-PID,

TPID, dan KPMD tentunya memiliki kebutuhan yang sama sebagai pendamping

atau pembimbing dalam hal teknik fasilitasi kelompok.

2. Kompetensi Khusus (Spesific Competency), artinya setiap unit atau satuan kerja

dalam organisasi tidak sama kebutuhan jenis keahliannya, karena latar belakang

teknis substantif (Technical Competence). Misalnya kemampuan mebuat produk

atau keterampilan menangkap inovasi desa (capturing)

E. Berorietasi pada Kualitas

Peningkatan Kapasitas pelaku Program Inovasi Desa (PID) perlu dilakukan melalui

tindakan terkoordinasi, artinya seluruh elemen yang terlibat dalam pembangunan dan

pemberdayaan Desa menjadi bagian dari proses pembelajaran. Hal ini juga terkait

dengan peran kelembagaan atau instansi pemerintah sebagai pemangku kepentingan

utama dalam pengembangan masyarakat terkait dengan pelaksanaan Program Inovasi

Desa (PID) terkait pengelolan pengetahuan dan inovasi desa. Oleh karena itu,

peningkatan kapasitas dilakukan dengan melakukan inventarisasi dan mengkaji hal-hal

sebagai berikut:

1. Keberadaan program pendidikan dan pelatihan pelaku PID;

2. Keberadaan dan program pendmapingan dan bimbingan teknis dari kalangan

aparat atau OPD terkait;

3. Keberadaan dan status dari pelaku beserta tugas dan kewajibannya;

4. Sarana dan dana yang tersedia bagi program pemberdayaan masyarakat.

Mengupayakan penggunaan Dana Desa atau Dana Alokasi Desa dibangun dalam

kerangka perubahan dan keberlanjutan bukan “proyek”. Termasuk dana

peningkatan kapasitas pelaku yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD),

Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK);

5. Keberadaan dukungan dan kebijakan dari Pemerintah Daerah, khususnya terkait

dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota bersangkutan dalam

mendukung kegiatan inovasi desa.

Pada tahap selanjutnya disusun perencanaan umum untuk melakukan kegiatan

pembinaan dan pembimbingan bagi semua pendamping di tingkat Kabupaten/Kota. Di

sini keterlibatan unit teknis/OPD terkait, lembaga penelitian, dan perguruan tinggi

mutlak diperlukan, khususnya untuk mengukur kesenjangan kompetensi pendamping,

antara yang dimiliki sekarang dengan apa yang menjadi harapan masyarakat, serta

merancang materi pembelajaran (subject matters) untuk peningkatan kompetensi pelaku

program. Dari proses ini dihasilkan rumusan tentang kompetensi baru yang perlu

internalisasikan kepada para pelaku di daerah. Pada tahap ini diidentifikasi dan dipilah-

pilah materimateri pembelajaran yang diperlukan, diantaranya mencakup kompetensi

umum dan kompetensi khusus termasuk dalam keterampilan sosial.

Secara lebih rinci rencana peningkatan kapasitas dijabarkan secara rinci dalam

bentuk kurikulum, berupa GBPP (Garis-garis Besar Program Pembelajaran), TIU (Tujuan

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 213

Instruksional Umum dan TIK (Tujuan Instruksional Khusus), serta Kerangka Acuan dari

program yang akan diselenggarakan. Semua kegiatan ini dilandaskan kepada materi

pembelajaran sesuai dengan upaya peningkatan kompetensi khusus.

Efektivitas dan efisiensi proses belajar hendaklah dijadikan pedoman di dalam

upaya meningkatkan kapasitas dan kualitas Pendamping Desa. Oleh karena itu, semua

pihak terkait, yakni OPD, Pemerintah Kabupaten/Kota, pakar perguruan tinggi, LSM dan

sukarelawan terkait serta lembaga penyandang dana (donor), perlu sepakat dan

mendukung gagasan pengembangan kapasitas yang lebih bersifat bottom-up program

planning.

F. Pemberdayaan Pendamping

Pemberdayaan pendamping sebagai bagian dari investasi SDM (Empowerment of

Human Resources), merupakan aspek manajemen yang sangat strategis, karena

pendamping diharapkan dapat menjadi penggerak dan daya terhadap sumber-sumber

lainnya pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Desa. Apabila pendamping

tidak dapat menunjukkan daya dan memberikan daya terhadap sumber lainnya, maka

dapat dipastikan pembangunan dan pemberdayaan tidak berjalan secara efektif dan

efisien.

Dalam pemberdayaan pendamping ada dua istilah yang perlu dipahami yaitu

“pemberdayaan” dan “pendamping”. Dua kata ini memiliki makna yang sangat strategis

terkait upaya memperkuat posisi dan peran dalam masyarakat. Pemberdayaan

mengandung makna bahwa terjadi perubahan dinamis dan berkelanjutan dari

ketidakmampuan menuju kesuksesan atau kemandirian. Sedangkan, kata pendamping

bermakna subjek dan objek yang memiliki peran, kemampuan (competency) dan mandat

dalam mendukung pembangunan dan pemberdayaan Desa.

Upaya peningkatan merupakan serangkaian tindakan sistematis dalam

membangun kepribadian pendamping yang mampu bertindak dan bekerja secara

profesional, adaptif, berjiwa sukarela, kreatif dan siap menghadapi berbagai tantangan

dan perubahan yang terjadi. Pendamping adalah mental dan cara pandang bukan

identitas yang melekat dalam diri seseorang yang bersifat kontraktual, tetapi sebagai

panggilan jiwa untuk bekerja bersama masyarakat dalam mencapai visi dan tujuan

bersama. Cara pemberdayaan pendamping, yaitu:

1. Memberi Peran

Setiap unit lembaga pasti ada yang ditunjuk untuk sebagai peran dalam melaksanakan

pekerjaan yang sesuai dengan tingkat yang ada dalam lembaga tersebut. Seseorang

yang diberi peran dalam pekerjaan akan merasa ada perhatian khusus dari lembaga

yang dapat mempengaruhi psikologi pelakunya dan secara langsung dia mempunyai

tuntutan agar orang lain berperilaku kepadanya yang sesuai dengan kondidi perannya.

Misal seorang guru akan bererilaku sebagai guru yang baik dalam setiap waktu. Kondisi

PROGRAM INOVASI DESA

214| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

yang seperti itu dapat mempengaruhi dari dorongan pemberian peran. Dan jangan

sampai peran yang diberikan bertentangan dengan kompetensi yang dimiliki dan

kemauan jiwa yang dimiliki. Begitu pula peran yang diberikan tidak over load . Agar

semua bisa teratasi dengan baik diperlukan :

(a) Rancangan beban tugas harus jelas dan pas.

(b) Mempunyai tujuan peran yang jelas seperti program promosi

(c) jabatan dan lain-lainnya.

(d) Menerapkan manajemen kinerja yang efektif.

(e) Merancang sesuai dengan kebutuhan tugas pendamping.

(f) Menjelaskan keseluruhan kepada pemangku kepentingan.

(g) Membuat struktur organisasi kerja yang jelas.

2. Membentuk Kelompok Kerja

Memberdayakan pendamping dapat dilakukan dengan membentuk tim atau kelompok

kerja baik dilakukan secara fomal maupun non formal. Secara formal kelompok dibentuk

atas dasar tugas yang diberikan oleh organisasi atau lembaga penyelenggara atau biasa

disebut kelompok kerja. Sedangkan pembentukan kelompok non formal dilakukan

hanya kepada personal yang mempunyai kepentingan bersama. Ada beberapa langkah

dalam mebentuk kelompok:

(a) Storming, yaitu menghimpun pendapat dari beberapa anggota kelompok dan

merumuskan bersama-sama.

(b) Pembentukan diri, yaitu saling mengenali satu sama lain dan mempelajari peran

mereka dalam kelompok.

(c) Norming, yaitu menentukan norma atau aturan-aturan yang ditetapkan.

(d) Performing, yaitu menampilkan kegiatan yang sudah disepakati bersama-sama.

G. Pola Pengembangan Kapasitas Pelaku

Penyelenggaraan program pelatihan dan pengembangan bagi pelaku Program Inovasi

Desa (PID) khusunya dalam aspek keterampilan mengelola pengetahuan dan inovasi

desa bersifat programatik dan situasional. Artinya dirumuskan sesuai perhitungan

kepentingan organisasi dan kebutuhan, penerapan prinsip belajar dapat berbeda dalam

aksentuasi dan intensitas, yang pada gilirannya tercermin pada penggunaan teknik

dalam proses pembelajaran.

Melaksanakan program pelatihan dan pengembangan kompetensi tekni pada

prinsipnya melaksanakan proses pembelajaran, artinya ada pelatih yang mengajarkan

suatu topik atau mata latih. Oleh karena itu, tepat tidaknya suatu teknik fasilitasi

tergantung pada pertimbangan yang ingin ditonjolkan, seperti penghematan dalam

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 215

pembiayaan, materi dan fasilitas yang tersedia, kemampuan peserta, kemampuan

pelatih dan prinsip belajar yang digunakan.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan program

pelatihan dan pengembangan antara lain :

(a) On the job atau pelatihan dalam jabatan, merupakan teknik pelatihan di mana para

peserta dilatih langsung di tempat dia bekerja. Sasarannya adalah meningkatkan

kemampuan peserta latihan mengerjakan tugasnya yang sekarang. Yang bertindak

sebagai pelatih bisa seorang pelatih formal, atasan langsung, atau rekan sekerja

yang lebih senior dan berpengalaman. Pelatihan dalam jabatan ini meliputi empat

tahap yaitu :

peserta pelatihan memperoleh informasi tentang pekerjaan yang menjadi

tanggung jawabnya dan hasil yang diharapkan, kesemuanya dikaitkan dengan

relevansi pelatihan dengan peningkatan kemampuan peserta pelatihan yang

bersangkutan.

pelatih mendemonstrasikan cara yang baik melaksanakan pekerjaan tertentu

untuk dicontoh oleh pegawai yang sedang dilatih.

peserta pelatihan disuruh mempraktekkannya sendiri apa yang telah

didemonstrasikan pelatih.

pendamping menunjukkan kemampuan bekerja menurut cara yang telah

dipelajarinya secara mandiri.

(b) Vestibule merupakan metode pelatihan untuk meningkatkan keterampilan

terutama yang bersifat teknikal, di tempat pekerjaan, akan tetapi tanpa

menggangu kegiatan organisasi sehari-hari. Hal ini berarti organisasi harus

menyediakan lokasi dan fasilitas khusus untuk berlatih, sehingga tidak

mengganggu pekerjaan yang sebenarnya. Vestibule merupakan bentuk

pengembangan kapasitas yang dilakukan dalam situasi tugas atau kerja. Misalnya

di kantor, agar pelatihan tidak mengganggu kegiatan administrasi sehari-hari,

maka disediakan satu ruang khusus yang digunakan berlatih, seperti menata ruang

pelayanan atau pengaduan, menerima pengaduan dari masyarakat langsung,

kegiatan konsutasi, dan lain-lain.

(c) Apprenticeship (magang), biasa dipergunakan untuk pekerjaan yang membutuh-

kan keterampilan (skill) yang relatif tinggi. Program ini biasanya mengkombinasi-

kan on the job training dengan pengalaman sistem magang ini dapat mengambil

empat macam kegiatan yaitu:

seorang pegawai belajar dari pegawai lain yang lebih berpengalaman.

coaching dalam hal mana seorang pemimpin mengajarkan cara-cara kerja

yang benar kepada bawahannya di tempat pekerjaan dan cara-cara yang

diajarkan atasan tersebut ditini oleh pegawai yang sedang mengikuti latihan.

menjadikan pegawai yang dilatih sebagai ”asisten”.

PROGRAM INOVASI DESA

216| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

menugaskan pegawai tertentu untuk duduk dalam berbagai panitia, sehingga

yang bersangkutan mendapat pengalaman lebih banyak.

(d) Classroom methods. Dirancang dalam bentuk pembelajaran keterampilan di dalam

kelas dengan menggunakan metode demontrasi/peragaan, tim kerja, praktek

kerja, simulasi, pemecahan masalah, dan belajar unit kompetensi. Aktivitas

pembelajaran pada umumnya berjalan sepihak yang instruktur aktif memberikan

informasi atau pengetahuan kepada peserta. Banyak faktor yang mempengaruhi

keberhasilan metode ini, diantaranya adalah faktor peserta, bahan belajar, pelatih.

Semakin banyak jumlah peserta dalam suatu ruang belajar biasanya semakin

kurang efektif (satu kelas lebih dari lima puluh orang). Demikian juga dengan

bahan belajar, bila pelatih tidak menyediakan bahan belajar (hand out)

menyebabkan peserta kesulitan mengikuti jalannya pembelajaran. Hal yang tidak

kalah pentingnya adalah instruktur, untuk model kuliah diperlukan pelatih yang

benar-benar mampu menguasai kelas dengan berbagai keahliannya.

Daftar Pustaka

D. Susanto (2010). Strategi Peningkatan Kapasitas Modal Sosial dan Kualitas Sumberdaya

Manusia Pendamping Pengembangan Masyarakat. Jurnal Komunikasi

Pembangunan ISSN 1693-3699 Februari, Vol. 08, No. 1.

Wahjudin Sumpeno., dkk (2016). Modul Pelatihan Pratugas Tenaga Ahli Peberdayaan

Masyarakat: Peningkatan Kapasitas Pendamping dalam Pembangunan dan

Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembangunan dan

Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Desa, Daerah Tertinggadal dan

Transmigrasi.

http://bpsdm.kemenkumham.go.id/artikel-bpsdm/35-capacity-building-dan-strategi-

peningkatan-kualitas-sdm-organisasi

http://drpriyono.blogspot.co.id/2012/03/bab-iii-pengembangan-pemberdayaan-

sdm.html

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 217

PROGRAM INOVASI DESA

218| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

Lembar Informasi 5.2.1

Pembimbingan Keterampilan Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

A. Latar Belakang

Pembimbingan merupakan suatu kegiatan yang diperuntukkan untuk memberikan

bantuan yang pada umumnya berupa nasehat dan tuntunan untuk menyelesaikan

persoalan/masalah yang bersifat teknis atau membutuhkan kompetensi tertentu yang

bersifat keterampilan. Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing)

bertujuan untuk menyelesaikan berbagai kebutuhan dalam mendokumentasikan

pengalaman, praktek baik dan inovasi yang dilakukan oleh Desa sekaligus membantu

memecahkan masalah yang dihadapi oleh pelaku program, sehingga penyelesaiannya

dapat dipertanggungjawabkan sesuai standar atau ketentuan yang berlaku.

Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dilakukan untuk

memberikan kesempatan dan pengalaman kepada Pelaku PID khususnya TIK-PID dan

TPID dalam menyelasaikan tugas dalam mengembangkan dokumen pembelajaran

yangdidasarkan pengalaman Desa dalam penyelenggaraan pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat. Setiap pembimbing tentunya memiliki cara yang berbeda-

beda dalam memahami berbagai situasi dalam tugas termasuk menemukan alternatif

solusinya. Selama ini, pembimbingan oleh para pendamping dilakukan secara

berjenjang dan cenderung mengikuti mekanisme struktural dari atas ke bawah. Namun

terkadang persoalan yang dihadapi oleh pelaku program tidak hanya berkaitan dengan

tanggung jawab pekerjaan atau tugas manajerial saja tetapi juga menyangkut

keterampilan teknis yang komplek harus diselesaikan melalui cara-cara yang lebih kreatif

dan inovatif, termasuk melibatkan pihak-pihak yang dianggap mampu untuk

menyelesaikannya.

Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) sebagai langkah

penyiapan tenaga pelaksana khususnya dalam pelaksanaan PID dalam memberikan

dukungan teknis kepada masyarakat agar mampu memberikan layanan informasi dan

tukar informasi pembangunan di tingkat Desa, Kecamatan dan Kabupaten/Kota serta

mampu dimanfaatkan secara optimal. Bimbingan dilakukan untuk membantu pelaku PID

khususnya TIK-PID da TPID agar mampu menangkap pnegtahuan dan infasi yang

berkembang dan menjadi praktek baik dalam masyarakat. Disisi lain pembimbingan

dilakukan untuk memperkuat kinerja Tim sebagai kelompok kerja atau gugus tugas

tertentu dengan tugas utama membantu UPTD di tingkat Kecamatan, OPD atau Dinas

terkait dalam mendorong pembanguan dan pemberdayaan masyarakat dalam kerangka

pelaksanaan Program Inovasi Desa (PID).

Sejalan dengan upaya tersebut, kemampuan profesional TAPM dan pelaku lainnya

perlu ditingkat secara terus-menerus melalui bimbingan, konsultasi, asistensi dan

pengarahan (coaching) sesuai kebutuhan di lapangan. Permasalahan mendasar yang

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 219

masih dihadapi dalam proses pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa

(capturing) antara lain (1) terbentuknya tim kerja di tingkat Kabupaten/Kota dan

Kecamatan belum menggambarkan profil pengetahuan, keterampilan atau komptensi

teknis secara utuh,; (2) pola pelatihan tugas yang tidak terintegrasi dan terpisah-pisah

baik substani atau materi maupun satu kompetensi dengan kompetensi lainnya; (3)

pelaku program yang belum memiliki pengalaman dalam menerapkan keterampilan

teknis menangkap inovasi desa; (4) terbatasnya sumber daya di daerah yang memiliki

kompetensi teknis; (5) masih banyak pelaku program yang berlatar belakang akademis

dan belum memiliki pengalaman dan terampil melakukan kegiatan penangkapan inovasi

desa (capturing); dan (5) pembina atau para pemangku keputusan yang bertanggung

jawab dalam pengelolaan program belum secara efektif membangun sistem pembinaan

dan pelatihan yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan teknis di lapangan.

Guna menanggulangi permasalahan tersebut, Direktorat Jenderal Pembangunan

dan Pemberdayaan Masyarakat Desa sesuai tugas dan fungsinya perlu (1) menyusun

panduan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) Pendamping Desa; (2)

melaksanakan Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) secara

berjenjang di tingkat Desa, Kabupaten/Kota; (3) menyebarluaskan penerapan metode

Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) berdasarkan nilai-

nilai, karakter dan profesionalitas untuk membentuk kompetensi dan ketermapilan

khusus; (4) mengupayakan metodologi pelatihan yang tidak lagi berupa pelatihan kelas

saja, namun pelatihan menyeluruh yang memperhatikan kemampuan personal, sosial

dan professional terkait bidang khusus; (5) mengarahkan kegiatan bimbingan berbasis

masyarakat agar mampu mengelola berbagai permasalahan dengan sumber daya yang

dimilikinya.

B. Tujuan

Secara umum tujuan pelaksanaan pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa

(capturing) bagi pelaku PID khususnya TIK-PID dan TPID diarahkan dalam

pengembangan kompetensi atau keahlian teknis, yaitu:

1. meningkatkan kemampuan dalam mengorganisir dukungan sumber daya dalam

menghasilkan keluaran terkait inovasi Desa;

2. meningkatkan keterampilan pelaku PID dalam memperkuat keterimpilan teknis

menangkap inovasi desa (capturing) di tingkat Kecamatan dan Kabupaten/Kota;

3. meningkatkan keterampilan pembimbingan dalam memecahkan permasalahan

yang dihadapinnya secara kreatif dan inovatif terkait penyelesaian tugas di

lapangan;

C. Prinsip-Prinsip

Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dilaksanakan dengan

menerapkan prinsip-prinsip seperti: berjenjang, berkelanjutan, komprehensif,

implementatif dan koordinatif.

PROGRAM INOVASI DESA

220| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

1. Berjenjang

Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dilaksanakan secara

berjenjang mulai dari tingkat Pusat, Provinsi atau regional (beberapa provinsi),

Kabupaten/Kota dan Desa. Tim pembina/fasilitator pusat melakukan Pembimbingan

keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) kepada tim pendamping di tingkat

Kabupaten/Kota. Tim Pembina/fasilitator Pusat bersama Provinsi melakukan

Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) kepada tim

pengembang/Tenaga Ahli Kabupaten/Kota dalam hal ini TAPM. Selanjutnya, TAPM

melakukan pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) kepada

kepada TIK-PID dan TPID. Fasilitator pusat/provinsi dalam pelaksanaan Pembimbingan

keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dapat bertindak sebagai pembimbing

atau narasumber di lapangan. Dalam hal tertentu, pemerintah pusat dan provinsi dapat

melaksanakan Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) secara

langsung kepada Tim Pendamping Kabupten/Kota, dan pelaku di daeran (TIK-PID dan

TPID).

2. Berkelanjutan

Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) yang dilaksanakan

oleh Tim Pembina/Tenaga Ahli baik di tingkat Pusat, Provinsi/regional maupun

Kabupaten/Kota kepada TAPM dilakukan secara sistemik, terus-menerus dan terencana.

Hal ini dilakukan agar pelaksanaan program pembimbingan yang akan diberikan kepada

TIK-PID dan TPID dapat meningkat kualitas dan kuantitasnya dari waktu ke waktu.

3. Komprehensif

Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dilaksanakan secara

menyeluruh, terpadu dari semua komponen kompetensi, tugas dan indikator

keterampilan menangkap inovasi desa (capturing). Dalam pelaksanaannya tidak hanya

satu komponen tertentu tetapi meliputi semua komponen dengan maksud agar

permasalahan yang dihadapi pelaku di lapangan dalam pelaksanaan tugasnya dapat

diselesaikan dengan baik, cepat, tepat sasaran dan berbasis hasil (output based).

4. Implementatif

Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dilaksanakan dengan

menekankan praktik pengarahan (coaching/mentoring) sesuai dengan kebutuhan

pelaksanaan kerja pelaksana program di kabupaten/Kota dan Kecamatan. Substasi

Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) lebih diarahkan pada

perbaikan keterampilan menangkap gagasan pengetahuan inovasi desa dan

penyelesaian masalah yang dihadapi dan koordianasi lintas sektoral di wilayah kerjanya

masing-masing. Materi yang bersifat teori diberikan hanya untuk memperkuat

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 221

pelaksanaan tugas lapangan dengan tetap mengacu konteks regulasi daerah dan

dukungan terhadap pelaksanaan Undang-Undang Desa.

5. Koordinatif

Pembimbingan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) dilaksanakan secara

koordinatif antara Tim Pembina/Tenaga Ahli pusat, Tim Pembina/Tenaga Ahli tingkat

provinsi dan Tenaga Ahli kabupaten/kota dalam hal ini TAPM sesuai dengan keahliannya

serta pemangku kepentingan terkait. Hal ini dilakukan untuk memperlancar dan

menyamakan visi, misi, dan tujuan serta gerak langkah bimbingan teknis di tingkat

Kabupaten/Kota yang difasilitasi oleh TIK-PID dan di tingkat Kecamatan yang difasilitasi

TPID dapat menghasilkan dokumen pembelajaran inovasi yang siap dimanfaatkan dan

disebarkan.

D. Mekanisme Pembimbingan Keterampilan Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

Agar memberikan hasil secara optimal pola pembimbingan keterampilan menangkap

inovasi desa (capturing) yang difasilitasi TAPM dirancang melalui pendekatan sistem,

berjenjang dan berkelanjutan menggunakan pola “In-On-In”. Pemilihan pola ini

dimaksudkan untuk memantapkan struktur pengembangan mutu bimbingan teknis

pada tingkat lokal dengan optimalisasi pemberdayaan berbagai forum seperti rapat

kerja, rapat koordinasi, konsultasi, asistensi, kunjungan lapang, supervisi pendamping,

dan Kelompok Kerja Pendamping (KKP). Dengan pemberdayaan berbagai forum dan

kelompok kerja pendamping tersebut, kegiatan Pembimbingan keterampilan

menangkap inovasi desa (capturing) diharapkan dapat berkontribusi terhadap

peningkatan kompetensi bidang penangkapan inovasi desa (capturing) secara

berkelanjutan dalam upaya meningkatkan penyelesaian tugas, pemecahan masalah dan

kualitas program di masyarakat. Di samping itu, kegiatan ini membantu TAPM dalam

mendorong Tim kerjanya di tingkat Kabupaten/Kota dan Kecamatan dalam peningkatan

keterampilan menangkap inovasi desa (capturing).

E. Jenis-Jenis Pembimbingan Keterampilan Menangkap Inovasi Desa

(Capturing)

1. Bimbingan Tugas

Bimbingan tugas, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para pendamping

dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah terkait tugas dalam

mendampingi masyarakat. Adapun yang termasuk masalah-masalah dalam tugas

diantaranya, yaitu pengenalan job description, pemilihan spesifikasi atau keahlian, cara

belajar, penyelesaian tugas-tugas dan latihan, pencarian serta penggunaan sumber

informasi pendukung, perencanaan tugas lanjutan, dan lain-lain. Dalam hal ini tugas

pembimbing diantaranya:

PROGRAM INOVASI DESA

222| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

(a) Memberikan bimbingan, arahan dan nasehat pada pendamping mengenai

berbagai masalah yang dihadapi selama melaksanakan tugas, membantu

pendamping dalam penyusunan rencana kerja.

(b) Menyepakati rencana kerja mencakup tujuan, output, target keterampilan

menangkap inovasi desa (capturing) dan jadwal.

(c) Menyepakati evaluasi keterampilan menangkap inovasi desa (capturing) yang

telah dilakukan oleh TIK-PID dan TPID, bentuk layanan dan laporan hasil serta

rekomendasi tingkat keberhasilan atau pencapaian target keterampilan untuk

keperluan pengembangan karir atau penghargaan atas prestasi yang dicapainya;

(d) Membantu mengatasi masalah-masalah penyelesaian tugas organisasi dengan

memberikan saran, koreksi atau dukungan lainnya.

2. Bimbingan Karir

Bimbingan karir merupakan upaya bantuan terhadap pelaku program secara personal

agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembang-

kan masa depannya yang sesuai dengan bentuk kehidupannya yang diharapkan. Melalui

layanan bimbingan karir, TIK-PID dan TPID mampu menentukan dan mengambil

keputusan secara tepat dan bertanggung jawab keputusan yang diambilnya sehingga

secara efektif menghasilkan berbagai hasil kerja yang dapat duandalkan dan bermanfaat

bagi masyarakat. Bimbingan karir sangat penting untuk mengarahkan para pelaku

program sesuai dengan potensi dan minat yang dimilikinya. Pemilihan karir yang tepat

pada siswa, akan memberikan kepuasan dan akan meraih hasil yang maksimal.

Menurut Winkel (2005:114) bimbingan karir adalah bimbingan dalam

mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja, dalam memilih lapangan kerja atau

jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan

dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapanan pekerjaan yang

dimasuki. Dengan demikian, bimbingan karir juga dapat dipakai sebagai sarana

pemenuhan kebutuhan pendamping yang harus dilihat sebagai bagaian integral dari

program pelatihan yang diintegrasikan dalam setiap pengalaman belajar dalam tugas.

Kekeliruan dalam mengarahkan karir seseorang dalam mengembangkan potensi

dan mintanya, akan berdampak secara luas pada keterampilan dan kehidupan dalam

masyarakat, yang kemungkinan akan menurunkan prestasi bahkan frustasi dan

gangguan psikologis, karena ketidakmampuan beradaptasi, hasil yang diperoleh tidak

maksimal, tertutupinya bakat-bakat bawaan yang sebenarnya lebih dominan dan lain-

lain.

3. Bimbingan Sosial

Bimbingan sosial merupakan upaya bantuan personal dalam memecahkan masalah-

masalah sosial yang dihadapinya secara pribadi. Hal ini menyangkut masalah hubungan

dengan sesama rekan kerja, staf, tim kerja, atasan atau penyelia dan pemnagku

kepentingan yang terlibat dalam tugasnya sebagai pendamping. Bimbingan sosial

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 223

diarahkan untuk meningkatkan pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri

dengan lingkungan kerja dan masyarakat tempat dimana mereka tinggal, dan

penyelesaian konflik.

Bimbingan sosial bertujuan membantu seseorang dalam membangun sikap dan

kepribadian professional dengan pemantapan pemahaman tentang kekuatan dan

kelemahan diri dan usaha untuk menanggulanginya, kretivitas, produktif dan

pengembangan untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, serta kemampuan

mengambil keputusan.

Bimbingan sosial untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan

kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini

merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan

memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami

oleh individu.

Masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang sosial misalnya: pribadi

bertanggung jawab, kurang menyenangi kritikan orang lain, kurang memahami tata

karma (etika) pergaulan; kurang berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakat, baik

di kampus maupun dimasyarakat, kurang termotivasi dengan tugas, tidak mau

menerima tugas atau beban tambahan, kurang sabar, senang berkonflik, rendah diri,

etos kerja lemah, tidak mampu menghadapi situasi kritis, dan lain-lain.

4. Coaching

Coaching adalah pembinaan. Secara teoritis, coaching merupakan proses pengarahan

yang dilakukan atasan atau senior untuk melatih dan memberikan orientasi kepada

bawahannya tentang realitas di tempat kerja serta membantu mengatasi hambatan

dalam mencapai prestasi kerja secara optimal. Kegiatan ini sangat tepat diberikan

kepada pendamping baru atau yang menghadapi pekerjaan baru, pelaku program yang

sedang menghadapi masalah prestasi kerja atau menginginkan pembinaan kerja.

Tujuannya untuk memperkuat dan menambah keterampilan khususnya dalam

menangkap inovasi desa (capturing) yang telah berhasil atau memperbaiki keterampilan

lain yang bermasalah.

Coaching merupakan suatu cara sistematis untuk memperbaiki dan meningkatkan

kemampuan dan kapasitas setiap orang sehingga berhasil mencapai sasaran

kerjanya. Coaching dapat dilakukan kapan saja supervisor merasa perlu, tidak

bergantung pada jadwal yang ketat. Seorang coach adalah fasilitator, bukan guru. Coach

berperan menyediakan tools dan memposisikan sebagai motivator yang mendukung

tujuan pendamping dalam melaksanakan tugasnya. Coach menjadi cermin, membantu

dan memberi saran kepada pendamping untuk melakukan pekerjaan yang dibutuhkan

atau menyelesaikan tugas atau proyek tertentu.

Manfaat coaching untuk meningkatkan thereshold competency (TC) adalah

kompetensi dasar yang dimiliki seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya tetapi

kompetensi ini belum sebagai keunggulan menjadi Differentiating Competencies (DC)

yaitu karakteristik yang dimiliki oleh orang-orang yang berkinerja tinggi (high performer)

PROGRAM INOVASI DESA

224| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

dan yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang berkinerja rendah (low) atau kurang

(poor). Misalnya seorang pendamping yang telah menguasai keahlian khusus yang

dibutuhkan untuk memelihara jaringan. Pendamping seperti ini bisa dikatakan orang

yang berkinerja tinggi sesuai kompetensi yang dimiliki.

Beberapa metode yang digunakan dalam coaching diantaranya:

(a) Transitional Coaching, merupkan model yang dirancang untuk membantu

pendamping dalam meraih karir baru, sekaligus mengatasi tantangan yang

muncul saat pendamping berakhir tugasnya, berganti pekerjaan, beralih profesi,

atau memasuki lingkungan kerja baru.

(b) Developmental Coaching, dirancang untuk membantu pendamping mengambil

keputusan dalam proses pengembangan karir, dan membantu mereka memasuki

pekerjaan dengan tanggung jawab yang lebih besar baik dalam tim maupun

dengan perubahan tugas/pekerjaan.

(c) Remedial Coaching, merupakan metoda yang digunakan untuk membantu

pendamping memperbaiki performa atau kinerja ahgar kembali ke jalur yang

seharusnya, dengan menangani leadership style issues yang sedang dihadapi saat

ini.

5. Counseling

Counseling adalah teknik untuk meningkatkan efektifitas perilaku dan sikap mental agar

sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Konseling dilakukan apabila setelah coaching

dilakukan tidak terjadi perubahan atau peningkatan keterampilan menangkap inovasi

desa (capturing) dari bawahannya. Konseling lebih mengarah pada aspek psikologis dari

individual, sehingga untuk melaksanakan konseling seorang manajer/supervisor perlu

dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk memahami kebutuhan psikologis

tersebut.

Dalam kegiatan pengendlian counseling, mempunyai makna sebagai hubungan

timbal balik antara dua orang individu, dimana yang seorang (konselor) berusaha

membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam

hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang

(Natawijaya, 1987).

Konseling dalam kerja pendampingan, meliputi:

(a) Penempatan Kerja. Pelayanan penempatan memberikan bantuan bagi para

pendamping baru dengan menyediakan berbagai informasi tentang analisis

pekerjaan, serta aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dari posisi tersebut. Dari

pihak lembaga kerja, peranan konselor adalah membantu organisasi memperoleh

tenaga yang terampil dan cocok dengan keperluan jenis, strata, dan struktur

pekerjaan yang ada. Dipandang dari pihak pendamping dan pengguna, konselor

berusaha membangun suasana the right man on the right place, menempatkan

pekerja secara tepat sesuai dengan kondisi pribadinya, bakat, minat, serta bidang

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 225

keahliannya. Layanan penempatan seperti ini juga berlaku bagi para pelaku

program yang menempati posisi baru dalam struktur atau penjajagan yang ada.

(b) Penyesuaian Kerja. Kepada tenaga atau tim baru atau pemula, konselor

memberikan layanan orientasi. Para pendamping baru perlu mendapat persepsi

yang tepat, wawasan yang memadai dan cara-cara yang akurat tentang bidang

kerja yang baru diampunya. Tema utamanya adalah penyesuaian diri secara tepat

dan cepat terhadap tuntutan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing)

di tempat yang baru sebagai pendamping. Penyesuaian yang seperti ini akan

memberikan jaminan awal tentang keberhasilan kerja.

(c) Kepuasan Kerja. Keadaan yang diharapkan seseorang merasa senang bekerja,

merasa kerasan dan puas dengan kondisi yang ada. Kondisi ini akan mengantarkan

yang bersangkutan bertugas lebih lanjut dengan semangat yang cukup tinggi

bahkan semakin tinggi. Keadaan ketidakpuasan yang menimpa seorang pemula,

perlu diberikan bantuan layanan konseling karena kesulitan belajar untuk

mengembalikan semangat kerja dan sikap positif terhadap pekerjaan tersebut.

(d) Kepindahan Kerja. Kepindahan tenaga atau tim kerja diakibatkan keputusan

rotasi atau mutasi tidak hanya di latar belakangi oleh faktor ketidakpuasan dengan

posisi atau lokasi yang lama, ada kemungkinan mereka ingin pindah karena

berharap memperolah pengalaman baru atau alasan lainnya. Apapun alasannya,

proses mutasi atau rotasi sering kali memerlukan bantuan konseling baik untuk

penempatan maupun penyesuaian.

(e) Pengentasan Masalah Lainnya. Masalah-masalah pribadi berkenaan dengan

keluarga, kesehatan, sikap, dan kebiasaan sehari-hari, hobi dan waktu senggang,

hubungan sosial kemasyarakatan, dan lain-lain merupakan obyek kegiatan

konseling yang dapat dilakukan oleh atasannya. Apabila masalah ini dibiarkan

membesar, akan mempengaruhi hubungan kerja dan keterampilan menangkap

inovasi desa (capturing) pendamping dengan tim atau manajemen. Sebaliknya

apabila masalah pribadi tersebut dapat ditangani dengan baik, dampak positifnya

terhadap hubungan kerja dan keterampilan menangkap inovasi desa (capturing)

bagi pelaku program baik pendamping maupun tim pelaskana akan dapat

dipertahankan atau bahkan ditingkatkan.

6. Mentoring

Mentoring merupakan sebuah metode yang bersifat pengalaman individual yang

mencoba membagikan pengetahuan dan ketrampilan serta kompetensinya kepada

seseorang yang mempunyai pengalaman kerja lebih sedikit dengan situasi hubungan

yang penuh kepercayaan dan menguntungkan. Mentors adalah seseorang yang melalui

tindakan dan pekerjaannya membantu karyawan lain untuk memaksimalkan potensi

yang dimilikinya. Mentoring merupakan bentuk ‘Pendampingan/Buddying’ pada orang

yang baru masuk bekerja atau orang yang akan menempati posisi baru atau jabatan

baru. Dalam program mentoring perusahaan memiliki orang ahli atau orang-orang di

dalam organisasi yang berpengalaman yang dapat berbagi, membimbing dan

PROGRAM INOVASI DESA

226| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

memberikan umpan balik yang di sebut Mentor, terhadap Mentee (orang yang di

mentoring). Seorang Mentee dapat belajar dan mempelajarinya dengan cara osmosis

yaitu dengan cara ditunjukkan dan dengan melakukannya.

Mentoring dianggap sebagai salah satu alat yang tepat bagi pengembangan dan

pemberdayaan personal karena merupakan cara yang efektif dalam membantu

pendamping untuk menemukan potensi diri serta mengembangkan karirnya dengan

lebih baik. Karakteristik mentoring yang bersifat career-focused membuat aktivitas ini

lebih efektif dibandingkan coaching karena mentoring memungkinkan para mentee

untuk mengembangkan karirnya di luar area kerja yang selama ini ditekuni. Selain itu,

inti kegiatan mentoring bersifat sharing sehingga pengetahuan dan pengalaman yang

diperoleh jauh lebih beragam.

Menurut Dalton dalam Thompson Career Development Model, terdapat empat

tahapan dalam pendekatan mentoring, yaitu:

(a) Tahap 1: dependence/ketergantungan. Profesional baru masih tergantung pada

mentor dan mengambil peran subordinat dimana memerlukan supervisi yang

dekat;

(b) Tahap 2: independence/mandiri. Profesional dan mentor mengembangkan

hubungan yang lebih seimbang. Profesional mengubah dari “apprentice” ke

“kolega” dan membutuhkan sedikit supervisi. Kebanyakan profesional akan sampai

tahap ini untuk sebagian besar dalam kehidupan profesional mereka;

(c) Tahap 3: supervising others/Supervisi orang lain. Menjadi mentor bagi dirinya

sendiri dan mendemostrasikan kualitas profesional sebagai mentor;

(d) Tahap 4: managing andsupervising others/mengatur dan mensupervisi orang lain.

Daftar Pustaka

Gomes, Faustino Cardoso (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Sujoko (tt). Program Mentoring Dalam Kasus Penempatan Tenaga Kerja Bermasalah Di

Perpustakaan. Yogyakarta: Program Pascasarjana, Ilmu Perpustakaan dan

Informasi, Interdisciplinary Islamic Studies UIN Sunan Kalijaga.

Wahjudin Sumpeno., dkk (2016). Modul Pelatihan Pratugas Tenaga Ahli Peberdayaan

Masyarakat: Peningkatan Kapasitas Pendamping dalam Pembangunan dan

Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembangunan dan

Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Desa, Daerah Tertinggadal dan

Transmigrasi.

http://www.loop-indonesia.com/mentoring-di-tempat-kerja-apa-dan-mengapa-part-

1/

http://www.kompasiana.com/marhaenii/mentoring-dalam-perusahaan-

perlukah_5528bb68f17e61357f8b457b

http://evevacarol.blogspot.co.id/2013/01/konseling-kerja.html

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 227

PROGRAM INOVASI DESA

228| Modul Pelatihan Menangkap Inovasi Desa (Capturing) untuk TAPM

PROGRAM INOVASI DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 229