kelompok v kelas a (problematika prof suradi, ms)

Upload: parbui

Post on 03-Apr-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Kelompok v Kelas a (Problematika Prof Suradi, MS)

    1/21

    PEMANFAATAN PETA KONSEP DALAM

    PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGANMENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

    APTITUDE TREATMENT INTERACTION(ATI)

    Oleh

    Kelompok 5

    Amiruddin 12B07022

    Abdul Majid 12B07023

    Ahmad Budi S 12B07024

    Firdha Razak 12B07025

    Wahyuni 12B07026

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

    PASCASARJANA UNM MAKASSAR

    2012

  • 7/28/2019 Kelompok v Kelas a (Problematika Prof Suradi, MS)

    2/21

    KATA PENGANTAR

    Assalamu Alaikum Wr.Wb.

    Alhamdulillahi RabbilAlamin segala puji bagi Allah dengan pujian

    yang melimpah penuh barakah, selaras dengan penuh keagungan dan

    kebesaran-Nya sehingga makalah dengan judul Pemanfaatan Peta

    Konsep dalam Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model

    PembelajaranAptitude Treatment Interaction (ATI) dapat terselesaikan.

    Makalah ini dibuat dalam rangka tugas mata kuliah Problem Pendidikan

    Matematika pada program studi Pendidikan Matematika, Program

    Pascasarjana Universitas Negeri Makassar (UNM). Selawat dan salam taklupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam,

    penghulu manusia termulia, yang merupakan teladan sepanjang zaman

    bagi seluruh umat manusia.

    Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari

    kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik

    yang bersifat membangun untuk menyempurnaan makalah ini selanjutnya.

    Selanjutnya ucapan terima kasih yang penulis persembahkan

    kepada dosen pengampuh matakuliah Prof. Dr. Suradi Tahmir M.S yang

    telah meluangkan waktu untuk membagi ilmu yang bermanfaat bagi kami,

    selanjutnya kepada rekan-rekan mahasiswa kelas A angkatan 2012 Prodi

    Pendidikan Matematika Pascasarjana UNM.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat

    banyak kekurangan dan keterbatasan. Untuk itu penulis mengharapkan

    kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah

    ini. Akhir kata, dengan segenap kerendahan hati penulis berharap semoga

    makalah ini dapat dinilai sebagai ibadah di sisi Allah Subahanahu

    wa Taala dan dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.

    Makassar, November 2012

    Penulis

  • 7/28/2019 Kelompok v Kelas a (Problematika Prof Suradi, MS)

    3/21

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ........................................................................ ...

    DAFTAR ISI ...................................................................................... ...

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................... ...

    A. Latar Belakang ........................................................................ ...

    B. Rumusan Masalah .................................................................. ...

    C. Tujuan Penulisan .................................................................... ...

    D. Manfaat Penulisan ................................................................. ...

    BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... ...

    A. Pengertian Pembelajaran Matematika .................................... ...

    B. Pengertian Peta Konsep ......................................................... ...

    C. Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) ..... ...

    D. Manfaat Peta Konsep Dalam Pembelajaran Matematika........ ...

    BAB III PENUTUP............................................................................. ...

    A. Kesimpulan ........................................................................... ...B. Saran .................................................................................... ...

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... ...

  • 7/28/2019 Kelompok v Kelas a (Problematika Prof Suradi, MS)

    4/21

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Later Belakang

    Peningkatan sumber daya manusia berkaitan erat dengan

    pendidikan formal. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk

    meningkatkan mutu pendidikan seperti perubahan kurikulum

    pemantapan proses belajar mengajar. penyempurnaan system

    penilaian. Penataran guru-guru. serta usaha-usaha lain yang berkaitan

    dengan peningkatan mutu pendidikan Namun yang terjadi di lapangan

    adalah pendidikan tidak memberikan hasil sesuai dengan harapan.

    Sektor pendidikan mengalami keterpurukan yang ditandai oleh adanyakenyataan bahan pada umumnya mutu pendidikan di negara kita sangat

    rendah. Rendahnya mutu sekolah tampak dan rendahnya mutu lulusan

    di hampir semua jenjang pendidikan formal.

    Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting

    dalam meningkatkan kemampuan intelektual siswa. Dengan belajar

    matematika. maka siswa dapat berpikir kritis. terampil berhitung.

    Memiliki kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dasar

    matematika pada pelajaran lain maupun pada matematika itu sendiridan dalam kehidupannya sehari-hari.

    Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek

    yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa

    mengalami kesulitan dalam matematika. Meskipun demikian.

    matematika dapat disajikan dengan memperhatikan kondisi lingkungan

    belajar siswa dan sesuai lingkungan sosial dan budaya dimana siswa

    tumbuh dan berkembang. Dalam pembelajaran matematika selama ini.

    dunia nyata hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep.

    Akibatnya, siswa kurang menghayati atau memahami konsep-konsep

    matematika, dan siswa mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan

    dalam kehidupan sehari-hari.

  • 7/28/2019 Kelompok v Kelas a (Problematika Prof Suradi, MS)

    5/21

    Matematika mempunyai peranan yang sangat yang penting

    dalam kehidupan, sesuai dengan tuntunan hidup mereka, sehingga

    upaya yang harus kita lakukan adalah bagaimana agar matematika itu

    dapat dipelajari. diketahui, dan dipahami sampai akhirnya dapat

    diterapkan oleh semua orang dalam kehidupan sehari-hari dalam

    bentuk yang paling sederhana.

    Berdasarkan hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa

    sangat sedikit siswa yang mampu mengerjakan soal- soal matematika

    dengan benar, bahkan kelihatanya siswa merasakan suatu ketakutan

    pada saat mengikuti pelajaran matematika. Hal ini dikarenakan karena

    penyampaian materi masih bersifat monoton atau tidak bervariasi dan

    cenderung membosankan sehingga siswa tidak tertarik belajarmalematika. Dalam situasi yang demikian siswa menjadi bosan karena

    tidak ada inovasi dan kreasi, dan siswa belum dilibatkan secara aktif

    sehingga guru sulit untuk mengembangkan atau meningkatkan

    pembelajaran yang benar-benar berkualitas. Akibatnya, hasil belajar

    matematika siswa dengan standar kompetensi dasar memahami

    pelajaran matematika masih jauh dari yang diharapkan yaitu memenuhi

    standar yang telah ditetapkan.

    Keberhasilan dalam proses belajar matematika tidak terlepas dankesiapan peserta didik dan kesiapan pengajar. sehingga peserta didik

    dituntut mempunyai minat terhadap pelajaran matematika. Demikian

    pula seorang guru dituntut menguasai materi yang akan diajarkan serta

    mampu memilih metode pembelajaran yang tepat dan dianggap kreatif

    dan efisien. Salah satu usaha yang dianggap cukup efisien dalam

    mencapai tujuan pembelajaran adalah melalui pemanfaatkan peta

    konsep dengan menggunakan model pembelajaran yang memberikan

    gambaran/alur tentang materi yang akan dipelajari berdasarkan pada

    penyelesaian pembelajaran (Treatment) dengan perbedaan

    kemampuan (aptitude) siswa.

  • 7/28/2019 Kelompok v Kelas a (Problematika Prof Suradi, MS)

    6/21

    Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengangkat judul

    makalah Pemanfaatan Peta Konsep Dalam Pembelajaran

    Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Aptitude

    Treatment Interaction (ATI)

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka rumusan masalah

    dari makalah ini adalah:

    1. Apakah yang dimaksud dengan peta konsep?

    2. Apakah yang dimaksud denganAptitude Treatment Interaction (ATI)?

    3. Apakah manfaat peta konsep dalam pembelajaran matematika

    dengan menggunakan model pembelajaran Aptitude TreatmentInteraction (ATI)?

    C. Tujuan Penulisan Makalah

    Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui pengertian dari peta konsep.

    2. Untuk mengetahui pengertian dari Aptitude Treatment Interaction

    (ATI).

    3. Untuk mengetahui manfaat peta konsep dalam pembelajaranmatematika dengan menggunakan model pembelajaran Aptitude

    Treatment Interaction (ATI)?

    D. Manfaat Penulisan Makalah

    Adapun manfaat yang diharapkan di dapatkan dalam penulisan

    makalah ini adalah sebagai berikut:

    1. Menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang pemanfaatan

    peta konsep dalam pembelajaran matematika.

    2. Sebagai bahan acuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

    sehingga mampu tercapai tujuan yang diharapkan.

  • 7/28/2019 Kelompok v Kelas a (Problematika Prof Suradi, MS)

    7/21

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Pengertian Pembelajaran Matematika.

    Pada hakekatnya matematika itu berkenaan dengan ide-ide, dan

    struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan

    logis. Ide-ide dan struktur dalam matematika itu merupakan suatu

    konsep abstrak yang tersusun secara nelaiki dan penelaahnya deduktif.

    Pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya yang meningkatkan

    siswa dalam belajar. Dalam hubungannya dengan pelajar matematika,

    Nicson dalam Muklis (2004) mengemukakan bahwa :

    Pembelajaran matematika adalah suatu upaya untukmembantu siswa untuk mengkontruksi (membangun) konsep-

    konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri

    melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu

    terbangun kembali.

    Dengan demikian pembelajaran matematika dapat didefinisikan

    sebagai suatu proses membangun pemahaman dan penguasaan siswa

    terhadap materi matematika secara menyeluruh

    B. Pengertian Peta Konsep

    Peta konsep adalah merupakan diagram yang menunjukan

    hubungan antara konsep-konsep yang mewakili pembelajaran. Peta

    konsep juga diartikan tampilan dari sebuah gambar atau bagan tentang

    konsep-konsep materi yang tersusun sesuai dengan tabiat ilmu

    pengetahuan itu sendiri tanpa mengindahkan urutan atau skuensi topik

    bahasan yang diinginkan.

    Novak (1985) mendefinisikan konsep sebagai keteraturan

    (regularity) dalam kejadian-kejadian atau obyek-obyek yang ditandai

    dengan beberapa label, contohnya kursi adalah label yang digunakan

    untuk menggambarkan suatu objek dengan kaki. tempat duduk dan

  • 7/28/2019 Kelompok v Kelas a (Problematika Prof Suradi, MS)

    8/21

    tempat bersandar yang keseluruhannya dipakai sebagai tempat untuk

    duduk. Menurut Slameto (1988) yang dimaksud dengan konsep adalah

    buah pikiran seseorang atau sekumpulan orang yang timbul sebagal

    hasil pengalaman dengan berbagai benda, peristlswa atau kejadian.

    Melalui pengalaman tersebut diperoleh fakta-fakta yang merupakan label

    atau simbol. Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

    konsep merupakan keteraturan dalam kejadian yang ditandai beberapa

    label sebagai hasil dari pengalaman.

    Simangunsong (1992) menyatakan bahwa konsep-konsep dapat

    berbeda dam tujuh dimensi yaitu:

    a. Atribut: setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda, baik berupa

    fisik seperti warna, bentuk maupun berupa fungsi seperti tidur, belajardan lain- lain.

    b. Struktur: merupakan cara terkaitnya atribut-atribut tersebut. Ada tiga

    macam struktur, yaitu:

    1. Konsep konjuktif: konsep yang mempunyai dua atau lebih atribut

    yang saling menunjang sehingga dapat memenuhi syarat sebagai

    contoh konsep, misalnya konsep aktris mempunyai dua atribut

    yang saling menunjang yaitu wanita dan pemain film

    2. Konsep disjunktif: konsep yang satu dari dua atau lebih atributharus ada, misalnya paman mempunyai atribut saudara laki-laki

    dari pihak bapak atau saudara laki-laki dari pihak ibu.

    3. Konsep relasional: menyatakan hubungan tertentu antara atribut

    konsep, misalnya konsep kelas sosial ditentukan oleh hubungan

    antara pendapatan, pendidikan Jabatan dan lain-lain.

    c. Keabstrakan: suatu konsep dapat diperoleh dari suatu yang dapat

    dilihat tetapi dapat pula dari sesuatu yang abstrak, misalnya keinginan

    d. Keinsklusifan: dapat diartikan sebagai keluasan konsep, makin

    banyak pengalaman maka jumlah contoh dari suatu konsep akan

    makin banyak, dengan demikian konsep tersebut dikatakan inklusif.

  • 7/28/2019 Kelompok v Kelas a (Problematika Prof Suradi, MS)

    9/21

    e. Keumuman: berdasarkan keinklusifan tadi, konsep dapat dibedakan

    menjadi superordinat dan subordinat. Secara hierarkis, konsep

    superordinat berkedudukan lebih atas dari subordinat karena

    mengandung pengertian lebih umum. Misalnya konsep sayuran, bila

    dikaitkan dengan konsep sayuran hijau atau sayuran buah, jelas

    merupakan konsep superordinat. Tetapi jika dikaitkan dengan konsep

    tumbuhan maka pengertiannya lebih luas dari sayuran sehingga

    konsep sayuran merupakan konsep subordinat.

    f. Ketetapan: menyangkut apakah sekumpulan aturan untuk

    membedakan contoh dari non contoh.

    g. Kekuatan: kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang

    setuju bahwa konsep itu penting.Semua dimensi di atas menunjukkan karakteristik suatu konsep

    yang bermakna jika konsep-konsep tersebut dapat dihubungkan satu

    sama lain dalam struktur kognitif siswa. Ini berarti konsep sangat penting

    dipelajari oleh siswa, sebagaimana pendapat Novak (1985) yang

    mengatakan bahwa fungsi belajar di sekolah adalah belajar konsep.

    Konsep-konsep dapat disusun dalam suatu bentuk peta konsep

    atas dasar teori Ausubel. Novak mengemukakan gagasan peta konsep

    yang menyatakan hubungan antar konsep-konsep dalam bentukproposisi-proposisi dapat menolong guru mengetahui konsep-konsep

    yang telah dimiliki para siswa agar belajar bermakna dapat berlangsung,

    untuk mengetahui penguasaan konsep-konsep pada siswa dan untuk

    menolong para siswa mempelajari cara belajar.

    Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang

    bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi.

    Proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan

    oleh kata-kata dalam suatu unit semantik. Dalam bentuk yang paling

    sederhana, suatu peta konsep hanya terdiri atas dua konsep yang

    dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk membentuk suatu

    proposisi. Misalnya "Langit itu biru" akan merupakan sebuah peta

  • 7/28/2019 Kelompok v Kelas a (Problematika Prof Suradi, MS)

    10/21

    konsep yang sederhana sekali terdiri atas dua konsep, yaitu langit dan

    biru, dihubungkan oleh kata itu (Novak, 1986).

    Belajar bermakna lebih mudah berlangsung bila konsep baru

    dikaitkan pada konsep yang lebih inklusif (lebih umum), maka peta

    konsep harus disusun secara hierarki. Ini berarti bahwa konsep yang

    lebih inklusif ada di puncak peta konsep. Makin ke bawah konsep-

    konsep diurutkan makin menjadi lebih khusus (Novak. 1985). Dibawah

    ini ditunjukkan sebuah peta konsep yaitu sebagai berikut:

    Gambar Peta konsep tentang materi trigonometri untuk

    memperlihatkan beberapa konsep yang dikaitkan, dan proposisi-

    proposisi.

    Gambar di atas menunjukkan bahwa trigonometri merupakan

    konsep paling inklusif dalam peta konsep. Kemudian menurun lagi kekonsep yang kurang inklusif yaitu perbandingan dan fungsi trigonometri,.

    Proposisi terjadi ketika trigonometri dihubungkan dengan empat konsep

    yang kurang inklusif yaitu rumus dasar,persamaan,fungsi dan aplikasi

  • 7/28/2019 Kelompok v Kelas a (Problematika Prof Suradi, MS)

    11/21

    trigonometri . Lebih lanjut lagi, konsep kurang inklusif diturunkan lagi

    sampai ke konsep yang khusus dan contoh dari konsep yang paling

    khusus. Suatu contoh dari konsep yang khusus sangat penting karena

    dengan contoh ini akan membuat siswa lebih belajar bermakna.

    Jadi berdasarakan uraian defenisi diatas dapat disimpulkan

    bahwa peta konsep adalah gambaran tentang konsep-konsep yang

    didalamnya terdapat diagram atau alur yang saling menghubungkan

    dengan konsep-konsep yang lainnya dalam pembelajaran.

    1) Ciri-ciri Peta Konsep

    Ratna Will is Dahar (1996) mengemukakan ciri- ciri

    peta konsep adalah sebagai berikut:

    a) Peta konsep merupakan suatu cara untukmemperlihatkan setiap konsep atau proposisi suatu

    bidang studi. Dengan membuat sendiri peta konsep

    siswa melihat bidang studi itu jelas dan lebih

    bermakna.

    b) Peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari

    suatu bidang studi atau bagian dari studi. Dengan

    membuat sendiri peta konsep siswamelihat bidan studi

    itu lebih jelas dan bermakna.c) Tidak semua peta konsep mempunyai bobot yang sama,

    berarti ada konsep yang lebih inklusif terdapat pada

    bagian puncak, menurun ke konsep yang lebih khusus.

    Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah

    suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah hierarki

    pada peta konsep itu.

    2) Membuat Peta Konsep

    Secara ringkas, penyusunan peta konsep dalam

    proses pembelajaran fisika dapat dilakukan dengan

    langkah-langkah yang dijelaskan Novak dan Gowin (1985)

  • 7/28/2019 Kelompok v Kelas a (Problematika Prof Suradi, MS)

    12/21

    serta Kreger. Untuk lebih jelas, di bawah ini akan

    diuraikan langkah-langkah menyusun peta konsep:

    a) Memilih suatu bacaan dari buku pelajaran pada bidang

    studi tertentu atau Setelah membaca kemudian konsep-

    konsep yang ditemukan diidentifikasi, artinya

    menggolongkan kira-kira konsep mana saja yang

    relevan satu sama lain.

    b) Konsep-konsep tersebut lalu diurutkan mulai dari yang

    paling inklusif sampai ke yang paling tidak inklusif

    termasuk contoh-contohnya.

    c) Dengan menggunakan konsep-konsep tersebut

    mulailah, membuat proposisi. Setelah itu proposisi yangtelah ada disusun secara hierraki, untuk membuat

    suatu peta konsep dengan memberi garis penghubung

    dan kata-kata penghubung antara konsep-konsep yang

    relevan.

    d) Untuk membuat s iswa menjadi lebih kreatif dapat

    diusahakan agar ia mencari konsep-konsep lain yang

    relevan atau konsep lain yang ada dalam pikiran tetapi

    tidak terdapat dalam konsep-konsep yang telahdisusun.

    e) Konsep-konsep tersebut lalu dihubungkan dengan

    konsep-konsep yang telah ada pada peta konsep.

    Setelah didapatkan hubungan bermakna antara konsep

    yang ditambahkan dengan konsep sebelumnya, siswa

    dapat mengamati dan melihat konsep-konsep tersebut

    menghasilkan hubungan meyilang di dalam peta konsep,

    sehingga semakin lengkaplah kontraksi peta konsep yang dibuat.

    Apabila keenam langkah pembuatan peta konsep diatas

    dapat dilakukan siswa dengan baik dan benar, maka siswa telah

  • 7/28/2019 Kelompok v Kelas a (Problematika Prof Suradi, MS)

    13/21

    melakukan suatu proses belajar bermakna yang membekas dalam

    struktur kognitif siswa.

    C. Model PembelajaranAptitude Treatment Interaction

    a. Pengertian Model PembelajaranAptitude Treatment Interaction

    Secara subtantif dan teoritik Aptitude Treatment Interaction

    (ATI) dapat dijadikan sebagai satu konsep atau pendekatan yang

    memiliki sejumlah strategi pembelajaran yang efektif digunakan

    untuk individu tertentu sesuai dengan kemampuannya masing

    masing. Dipandang dari sudut pembelajaran (teoritik), ATI approach

    merupakan sebuah konsep yang berisikaan sejumlah strategi

    pembelajaran yang sedikit banyaknya efektif yang digunakan untuksiswa tertentu sesuai dengan karakteristik kemampuannya. Didasari

    oleh asumsi bahwa optimilisasi prestasi akademik/hasil belajar dapat

    dicapai melalui penyesuaian antara pembelajaran (treatment)

    dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.

    Sejalan dengan pengertian diatas Krombach yang dikutip

    Syafruddin Nurdin (2005: 37) mengemukakan bahwa ATI approach

    adalah sebuah pendekatan yang berusaha mencari dan menemukan

    perlakuan-perlakuan (treatment) yang cocok dengan perbedaan(aptitude) kemampuan siswa, yaitu perlakuan (treatments) yang

    secara optimal diterapkan untuk siswa yang berbeda tingkat

    kemampuannya.

    Berdasarkan pengertian yang dikemukakan diatas, dapat

    diperoleh makna esensial dari ATI approach, sebagai berikut:

    1. ATI approach merupakan suatu model yang berisikan sejumlah

    strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk

    siswa tertentu sesuai perbedaan kemampuannya.

    2. Sebagai sebuah kerangka teoritik ATI approach berasumsi

    bahwa optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar akan tercipta

    bila mana perlakuan-perlakuan dalam pembelajaran disesuaikan

  • 7/28/2019 Kelompok v Kelas a (Problematika Prof Suradi, MS)

    14/21

    sedemikian rupa dengan perbedaan kemampuan (Aptitude)

    siswa.

    3. Terdapat hubungan timbal balik antara prestasi akademik/hasil

    belajar yang dicapai siswa dengan pengaturan kondisi

    pembelajaran dikelas atau dengan kata lain, prestasi

    akademik/hasil belajar yang diperoleh siswa tergantung kepada

    bagaimana kondisi pembelajaran dikelas.

    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model

    pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) adalah satu

    konsep atau pendekatan yang memiliki sejumlah strategi

    pembelajaran yang efektif digunakan untuk individu tertentu sesuai

    dengan kemampuannya masing masing.

    b. Tujuan Model PembelajaranAptitude Treatment Interaction

    Dari rumusan pengertian dan makna esensial yang telah

    dikemukakan di atas, terlihat bahwa secara hakiki ATI approach

    bertujuan untuk menciptakan dan mengembangkan suatu model

    pembelajaran yang betul-betul peduli dan memperhatikan

    keterkaitan antara kemampuan seseorang dengan pengalaman

    belajar atau secara khas dengan metode pembelajaranUntuk mencapai tujuan seperti digambarkan diatas, ATI

    approach berupaya menemukan dan memilih sejumlah pendekatan,

    metode/cara, strategi, kiat yang akan dijadikan (treatment) yang

    telah diimplementasikan dalam pembelajaran dengan kemampuan

    (aptitude) siswa.

    Kesesuaian tersebut akan termanipestasi pada prestasi

    akademik/hasil belajar yang dicapai siswa. Semakin tinggi

    optimalisasi yang terjadi pada pencapaian prestasi akademik/hasil

    belajar siswa, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan

    pengembangan model pembelajaran ATI. Dengan demikian dapat

    disimpulkan bahwa tujuan utama ATI approach adalah terciptanya

  • 7/28/2019 Kelompok v Kelas a (Problematika Prof Suradi, MS)

    15/21

    optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar melalui penyesuaian

    pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude)

    siswa.

    c. Prinsip Model PembelajaranAptitude Treatment Interaction (ATI).

    Agar tingkat keberhasilan model pembelajaran dapat dicapai

    dengan baik, maka dalam implementasinya perlu diperhatikan

    beberapa prinsip yang dikemukakan oleh Snow (Syarifuddin Nurdin:

    41) yaitu :

    1) Bahwa interaksi antara kemampuan (optitude) dan perlakuan

    (treatment) pembelajaran berlangsung di dalam pola yang

    kompleks dan senantiasa dipengaruhi oleh variabel-variabeltugas/ jabatan dan situasi.

    2) Bahwa lingkungan pembelajaran yang sangat terstruktur cocok

    bagi siswa yang memiliki kemampuan rendah, sedangkan

    lingkungan pembelajaran yang kurang terstruktur (fleksibel) lebih

    pas untuk siswa yang pandai.

    3) Bahwa bagi siswa yang memiliki rasa percaya diri kurang atau

    sulit dalam menyesuaikan diri (pencemas atau rainder),

    cenderung belajarnya akan lebih baik bila berada dalamlingkungan belajar yang sangat struktural. Sebaiknya bagi siswa

    yang memiliki rasa percaya diri tinggi akan lebih baik dalam

    situasi pembelajaran yang agak longgar (fleksibel).

    Dari prinsip-prinsip yang dikemukakan di atas, dapat

    dimengerti bahwa dalam mengimplementasikan model pembelajaran

    ATI, masalah pengelompokan dan pengaturan lingkungan belajar

    bagi masing-masing karakteristik kemampuan (aptitude) siswa,

    merupakan masalah mendasar yang harus mendapat perhatian

    yang serius.

  • 7/28/2019 Kelompok v Kelas a (Problematika Prof Suradi, MS)

    16/21

    d. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Pembelajaran Aptitude

    Treatment Interaction (ATI).

    Berdasarkan prinsip-prinsip model pembelajaran aptitude

    treatment interaction di atas, maka dapat di adaptasi beberapa

    langkah yang dilakukan dalam pembelajaran, yaitu:

    1) Melaksanakan pengukuran kemampuan masing-masing siswa

    melalui tes kemampuan (aptitude testing). Hal ini dilakukan guna

    untuk mendapatkan data yang jelas tentang karakteristik

    kemampuan (aptitude) siswa.

    2) Membagi atau mengelompokkan siswa menjadi tiga kelompok

    sesuai dengan klasifikasi yang didapatkan dari hasil aptitude

    testing. Pengelompokkan siswa tersebut diberi label tinggi,sedang dan rendah.

    3) Memberikan perlakuan (treatment) kepada masing masing

    kelompok (tinggi, sedang, dan rendah) dalam pembelajaran.

    4) Bagi kelompok siswa yang memiliki kemampuan (aptitude) tinggi,

    perlakuan (treatment) yang diberikan yaitu belajar mandiri (self

    learning) dengan menggunakan modul gambar kerja,

    kemampuan di beri hasil yang diperoleh atau buku-buku yang

    relevan. Pemilihan belajar mandiri melalui modul didasarianggapan bahwa siswa akan lebih baik belajar jika dilakukan

    dengan cara sendiri yang berfokus langsung pada penguasaan

    tujuan khusus atau seluruh tujuan. Dengan kata lain dengan

    menggunakan modul siswa dapat mengontrol kecepatan masing-

    masing, serta maju sesuai dengan kemampuannya.

    5) Bagi kelompok siswa yang berkemampuan sedang dan rendah

    diberikan pelajaran regular atau pembelajaran konvensional

    sebagaimana biasanya.

    6) Bagi kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rendah

    diberikan special treatment, yaitu berupa pembelajaran dalam

    bentuk re-teachingdan toturiatal .perlakuan (treatment) diberikan

  • 7/28/2019 Kelompok v Kelas a (Problematika Prof Suradi, MS)

    17/21

    setelah mereka bersama-sama kelompok sedang mengikuti

    pembelajaran secara regular. Hal ini dimaksudkan agar secara

    psikologis siswa berkemampuan rendah tidak merasa

    diperlakukan sebagai siswa nomor dua dikelas. Re-teaching

    tutorial dipilih sebagai perlakuan khusus untuk kelompok rendah,

    didasarkan pada pertimbangan bahwa mereka lambat dan sulit

    dalam memahami serta menguasai bahan pelajaran. Oleh

    karena itu kelompok ini harus mendapatkan apersepsi khusus

    berupa bimbingan. Dan bantuan belajar dalam bentuk

    pengulangan pelajaran kembali melalui jam tambahan pelajaran

    (re-teaching) dan tutorial (tutoring), sehingga dengan cara

    demikian mereka bisa menguasai bahan pelajaran yangdiajarkan. Karena seperti itu diketahui bahwa salah satu tujuan

    pengajaran atau program tutoring adalah untuk memberikan

    bantuan dalam pembelajaran kepada siswa yang sulit, lambat

    dan gagal dalam belajar, agar dapat mencapai prestasi

    akademik/ hasil belajar secara optimal.

    7) Setelah pembelajaran berakhir dengan menggunakan berbagai

    perlakuan (treatment) yang diidentifikasikan sebelumnya

    kemudian dilakukan tes kepada ketiga kelompok siswa (tinggi,sedang, dan rendah).

    D. Manfaat Peta Konsep Dalam Pembelajaran Matematika dengan

    menggunakan model pembelajaran ATI

    Sebuah peta konsep yang baik akan memberikan manfaat dalam

    pembelajaran sehingga tercapai pembelajaran bermakna. Menurut

    Dahar (1999) terdapat empat kegunaan peta konsep yang diterapkan

    dalam pembelajaran yaitu:

    1. Menyelidiki hal yang telah diketahui siswa. Dalam hal ini guru

    mengetahui konsep yang telah dimiliki siswa setelah dilakukan

    pembelajaran.

  • 7/28/2019 Kelompok v Kelas a (Problematika Prof Suradi, MS)

    18/21

    2. Mempelajari cara belajar.

    3. Mengungkapkan konsep salahi Hal ini dapat dilihat dari kaitan antara

    konsep yang mengakibatkan proposisi yang salah, dan

    4. Sebagai alat evaluasi

    Manfaat peta konsep sebagai alat evaluasi didasarkan pada tiga

    gagasan pokok dalam teori Ausubel (1963) yaitu:

    1. Struktur kognitif diatur secara hierarki, dengan konsep dan proposisi

    yang inklusif terhadap konsep dan proposisi yang kurang inklusif

    2. Konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi progresif.

    Prinsip Ausubel ini mengatakan bahwa belajar bermakna merupakan

    proses yang berkesinambungan, yang konsep baru memperoleh

    lebih banyak arti dengan dibentuknya lebih banyak kaitanproporsional.

    3. Penyesuaian integratif, prinsip belajar ini menyatakan bahwa belajar

    bermakna akan meningkat jika siswa menyadari hubungan baru

    antara kumpulan setiap konsep atau proposisi yang berhubungan.

    Dalam peta konsep penyesuaian integratif ini diperlihatkan dengan

    adanya kaitan silang atau cross-linkantara setiap konsep.

    Moh Amien (1990) mengemukakan tinjauan lain mengenai

    manfaat peta konsep, yaitu: di dalam proses belajar mengajar yangmenggunakan teknik pemetaan konsep akan dapat menumbuhkan dan

    mengembangkan diri siswa, berupa: 1). Kekuatan untuk

    mengekpresikan gagasan-gagasannya: 2). Kekuatan untuk untuk

    menanggapi; 3). Kekuatan untuk berinteraksi: 4). Kekuatan untuk

    bertanya atau berinkuiri: 5). Kekuatan untuk mencipta dan 6). Kekuatan

    untuk menemukan konsep diri. sehingga ia kan menjdi lebih disiplin dan

    bertanggung jawab atas belajar dan perilakunya sendiri.

    Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat

    peta konsep dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan

    model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) adalah dapat

    mengembangkan kemampuan kognitif siswa melalui pemahaman

  • 7/28/2019 Kelompok v Kelas a (Problematika Prof Suradi, MS)

    19/21

    hubungan setiap konsep yang dipelajari dan mengembangkan diri siswa

    untuk memunculkan kekuatan-kekuatan bergagasan, mencipta.

    berinkuiri dan menemukan konsep diri dengan menyesuaikan dengan

    kemampuan (Aptitude) siswa.

  • 7/28/2019 Kelompok v Kelas a (Problematika Prof Suradi, MS)

    20/21

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan pembahasan dan tujuan dari makalah ini maka

    dapat ditarik sebuah kesimpulan sebagai berikut:

    1. Peta konsep adalah gambaran tentang konsep-konsep yang

    didalamnya terdapat diagram atau alur yang saling menghubungkan

    dengan konsep-konsep yang lainnya dalam pembelajaran.

    2. Model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) adalah satu

    konsep atau pendekatan yang memiliki sejumlah strategi

    pembelajaran yang efektif digunakan untuk individu tertentu sesuaidengan kemampuannya masing masing.

    3. Manfaat peta konsep dalam pembelajaran matemtika adalah dapat

    mengembangkan kemampuan kognitif siswa melalui pemahaman

    hubungan setiap konsep yang dipelajari dan mengembangkan diri

    siswa untuk memunculkan kekuatan-kekuatan bergagasan,

    mencipta. berinkuiri dan menemukan konsep diri dengan

    menyesuaikan dengan kemanpuan (Aptitude) siswa.

    B. Saran

    Adapun saran dari penulis tentang Pemanfaatan Peta Konsep

    Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model

    PembelajaranAptitude Treatment Interaction (ATI) adalah:

    1. Dalam pembuatan peta konsep harus terstruktur dari inklusif ke

    kurang inklusif agar mempermudah dan siswa lebih terarah dalam

    pemahaman materi.

    2. Diharapkan dalam mengklasifikasikan kedalam tiga kelompok

    dalam pembelajaran ATI perlu kecermatan agar tingkat

    kemampuan siswa sesuai dengan kriterianya.

  • 7/28/2019 Kelompok v Kelas a (Problematika Prof Suradi, MS)

    21/21

    Daftar Pustaka

    Atep sudjana. 2005. Pengaruh kemampuan membuat peta konsepterhadap prestasi belajar siswa. Bandung: Tesis UPI Bandung.

    Masrika. 2005. Penerapan Teori Purposeful Learning dalam PembelajaranMatematika Pokok Bahasan Pecahan Pada Siswa Kelas VII SLTPNegeri 3 Ujung Loe Kab. Bulukumba. Skripsi FKIP UMM

    Hudoyo, Herman.1990.belajar mengajar matematika dan factor-faktor yangmempengaruhinya. Jakarta : Dirjen dikti

    Mukhlis, 2004. Pembelajaran matematika realistik untuk materi pokokperbandingan dikelas 1SMP. Makalah komprehensif program studiS2 pendidikan matematika universitas negeri Surabaya.

    Nur Hikmah. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Aptitude TreatmentInteraction Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika SiswaKelas VIIB Negeri 3 Ujung Loe Kab Bulukumba. Makassar.

    UNISMUH Makassar.

    Nasution, 1997, Berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar.

    Jakarta :Rineka cipta

    Nurdin, Syafruddin. 2005. Model pembelajaran yang memperhatikankeragaman individu siswa dalam kurikulum berbasis kompetensi.Ciputat: Quantum Teaching

    Satriwijaya, Tresno. 1988. Proses belajar mengajar di perguruan tinggi.JakartaDepdikbud dirjen P2LPTK.

    Simanjuntak, 1993. Metode pengajaran matematika. Jakarta : Rineka cipta

    STIT At-Taqwa. Pengertian dan langkah-langkah penyusunan Peta Konsep(Concept Map). http://en.wikipedia.org/wiki/Concept_map. di aksespada tanggal 24 November 2012 Pukul 10.00 (WITA).