kelompok 5 laporan fix

62
LAPORAN PRAKTIKUM PLANKTONOLOGI Disusun oleh : Kelompok 5 Egi Sahril Usi Supinar Nurhalimah Adinda Kinasih UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN JATINANGOR 2015

Upload: nurhalimah

Post on 31-Jan-2016

180 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

plankton

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM PLANKTONOLOGI

Disusun oleh :

Kelompok 5

Egi Sahril

Usi Supinar

Nurhalimah

Adinda Kinasih

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

JATINANGOR

2015

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami

dapat menyelesaikan laporan praktikum planktonologi ini. Tujuan penulisan

laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Praktikum Palnktonologi.

Laporan praktikum ini memuat hasil praktikum planktonologi kami yang

dilaksanakan pada semester dua. Untuk metode dan pengumpulan data, kami

mengambil dari hasil praktikum yang telah kami lakukan dan melakukan studi

pustaka dengan mengumpulkan data-data dari buku da internet.

Pada kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dosen mata kuliah Planktonologi

2. Seluruh asistem laboratorium planktonologi

3. Seluruh anggota kelompok 5

4. Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Demikianlah harapan kami, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami dan

juga pembaca tentunya. Adanya saran yang membangun dari pembaca untuk

perbaikan laporan selanjutya sangat dihargai, kami ucapkan terima kasih.

Jatinangor, 20 Mei 2015

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................... ii

DAFTAR TABEL .............................................................................. v

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... vii

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Tujuan Praktikum ........................................................................... 1

1.3 Manfaat Praktikum ......................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 3

2.1 Plankton ......................................................................................... 3

2.2 Pembagian Plankton ...................................................................... 3

2.3 Budidaya Plankton ......................................................................... 6

2.4 Peran dan Manfaat.......................................................................... 6

BAB III. METODELOGI PRAKTIKUM ....................................... 8

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum .................................. 8

3.2 Alat dan Bahan ............................................................................... 9

3.2.1 Alat yang Digunakan .................................................................. 9

3.2.2 Bahan yang Digunakan .............................................................. 14

3.3 Prosedur Kerja ............................................................................... 15

3.3.1 Daphnia sp. ................................................................................ 15

3.3.2Chlorella sp. ................................................................................ 15

3.4 Analisis Data ................................................................................. 19

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................... 21

4.1 Hasil .............................................................................................. 21

4.1.1Identifikasi Plankton (Lokasi dan Waktu) ................................... 21

4.2 Pembahasan (Bandingkan data kelompok dengan data kelas sesuai perlakuan)

4.2.1 Kepadatan Chlorella sp. (Analisis hubungannya dengan faktor pendukung

iii

pertumbuhan) ...................................................................................... 33

4.2.2 Kepadatan Daphnia sp. (Analisis hubungannya dengan faktor pendukung

pertumbuhan) ...................................................................................... 38

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 44

5.1 Kesimpulan ................................................................................... 44

5.2 Kesan dan Pesan (Masing-masing) ................................................ 45

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ iv

LAMPIRAN ....................................................................................... vii

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Plankton merupakan organisme yang memiliki peran penting dalam

perairan dan proses budidaya perikanan, termasuk sebagai pakan alami ikan.

Melimpah atau tidaknya keberadaan plankton dalam suatu perairan sangat

berpengaruh terhadap kehidupan biota air yang ada disekitarnya. Oleh sebab itu,

perlu dilakukan pengendalian dalam budidaya plankton. Tahap pertama yang harus

dilakukan diantaranya adalah dengan mempelajar kehidupan plankton dalam

praktikum planktonologi.

Praktikum ini berisikan seluruh kegiatan pembelajara mengenai plankton.

Pembelajaran tersebut diantaranya dengan mengidentifikasi plankton dari suatu

perairan yang dibandingkan dengan perairan lainnya. Dari proses identifikasi

tersebut dapat diketahui jenis plankton apa saja yang hidup di perairan yang telah

diidentifikasi, sehingga dapat disimpulkan apakah perairan tersebut masih layak

digunakan sebagai tempat budidaya perikanan atau sebaliknya.

Selain melakaun identifikasi perairan, juga dilakukan budidaya Daphnia

dan Chorella. Hal tersebut dilakukan karena kedua jenis plankton tersebut sangat

baik digunakan untuk pakan alami ikan. Daphnia merupakan salah satu jenis

zooplankton yang sering dibudidayakan untuk pakan alami ikan. Sedangkan

Chorella merupakan salah satu jenis fitoplankton yang juga berperan penting dalam

menunjang kebutuhan gizi ikan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perumusan laporan

hasil praktikum planktonologi tersebut untuk menyimpulkan kegitan praktikum

yang telah dilakukan. Sehingga praktikan dapat mengetahui tingkat kesuksesan

yang telah dicapai dalam kegitan praktikum.

1.2 Tujuan Praktikum

Praktikan dapat:

1. Mengidentifikasi jenis-jenis plankton yang hidup di suatu perairan

2

2

2. Membandingkan data kelompok dengan data kelas sesuai perlakuan

3. Mengetahui kepadatan Chlorella sp

4. Mengetahui kepadatan Daphnia sp.

1.3 Manfaat Praktikum

Diharapkan praktikan secara mandiri dapat:

1. Mengidentifikasi jenis-jenis plankton yang hidup di suatu perairan

2. Membandingkan data kelompok dengan data kelas sesuai perlakuan

3. Menghitung kepadatan Chorella sp dan Daphnia sp

4. Membudidayakan Chorella sp dan mengetahui kepadatan Chlorella sp

5. Membudidayakan Chorella sp dan Daphnia sp secara mandiri.

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plankton

Plankton merupakan makhluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya

mengapung, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya

(kalaupun ada) sangat terbatas sehingga selalu terbawa hanyut oleh arus. Istilah

“plankton” di perkenalkan oleh Victor Hensen tahun 1889, yang berasal dari bahass

Yunani, “planktos” yang berarti menghanyut atau mengembara. (Nontji, Anugrah.

2008)

2.2 Pembagian Plankton

Plankton menurut Anugrah Nontji dapat dibagi menjadi beberapa golongan

sesuai dengan fungsinya, ukurannya, daur hidupnya, atau sifat sebenarnya.

2.2.1 Penggolongan Berdasarkan Fungsi

Secara fungsional, plankton dapat digolongkan menjadi empat golongan

utama, yakni fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton, dan virioplankton.

a. Fitoplankton

Fitoplankton (plankton nabati) merupakan tumbuhan yang hidupnya

mengapung atau melayang dalam perairan. Ukurannya sanagt kecil, tidak dapat

dilihat dengan mata telanjang. Ukuran yang paling umum berkisar antara 2-200

µm (1 µm=0,001mm). Fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal,

tetapi ada juga yang berbentuk rantai. Meskipun ukurannya sangat halus namun

bila mereka tumbuh lebat dan padat bisa mnyebabkan perubahan pada warna

suatu perairan.

Fitoplankton mempunyai fungsi yang sanagat penting di suatu periran,

karena bersifat autotrifik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organik

makanannya. Fitoplankton mempunyai klorofil dan karnanya mempunyai

kemampuan berfitisintesis yakni menyadap energi surya untuk mengubah

4

inorganik menjadi organik. Karena kemampuannya memproduksi bahan

organik dari inorganik ini maka fitoplankton juga disebut sebagai produsen

primer (primary producer). Selain itu, energi yang terkandung dalam

fitoplakton dapat dialirkan ke berbagai komponen ekosistem lainnya lewat

rantai pakan (food chain). Lewat rantai pakan ini seluruh fungsi ekosistem

dapat berlangsung.

b. Zooplankton

Zooplankton (plankton hewani) merupakan organisme yang hidupnya

mengapung, atau melayang dalam perairan. Kemampuan renangnya sangat

terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan kemana arus membawanya.

Zooplaankton bersifat heterotrofik, yakni tidak dapat memproduksi sendiri

bahan organik dari bahan inorganik. Oleh karena itu, kelangsungan hidupnya

sangat ditentukan pada fitoplankton yang menjadi makanannya. Jadi

zooplankton lebih berfungsi sebagia konsumen (consumer) bahan organik.

Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di

perairan dalam. Ada juga yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari

lapisan dalam ke permukaan.

c. Bakterioplankton

Bakterioplankton merupakan bakteri yang hidup sebagai plankton. Bakteri

banyak yang hidup sebagai plankton dan berperan penting dalam daur hara

(nutrien cycle) dalam ekosite laut. Ia memiliki ciri khas dengan ukuran yang

sangat halus (umumnya <1 µm), tidak memiliki inti sel, dan umuna tidak

memiliki klorofil yang dapat berfotositesis. Fungsi utamanya dalam ekosistem

perairan adalah sebagai pengurai (decomposer). Semua biota periran yang mati

akan diuraikan oleh bakteri sehingga akan menghasilkan hara seperti fosfat,

nitrat, silikat, dan sebagainya. Hara yang kemudian akan didaur ulangkan dan

dimanfaatkan lagi oleh fitoplankton dalam proses fotosintesis.

5

2.2.2 Penggolongan Berdasarkan Ukuran

a. Megaplankton (20-200 cm)

Plankton aksasa yang berukuran terbesar di dunia adalah ubur-ubur Cyanea

arctica yang payungnya bisa berdiameter lebih dua meter denga panjang

tentakel 30 m lebih.

b. Makroplankton (2-20 cm)

Contohnya adalah eufausid, sergestid, pteropod, dan berbagai larva.

c. Mesoplankton (0,2-20 mm)

Contohnya adalah kelompok kopepod, ostrakoda, kaetognat. Ada juga

beberapa fitoplankton yang berukuran besar masuk dalam golongan ini seperti

Noctiluca.

d. Mikroplankton (20-200 µm)

Fitoplankton yang paling umum ditemukan dalam golongan ini yaitu diatom

dan dinoflagelat.

e. Nanoplankton (2-20µm)

Kelompok ini terlalu kecil untuk dapat ditangkap dengan jaring palnkton.

Misalnya kokolitoforid dan berbagai mikroflagelat.

f. Pikoplankton (0,2-2µm)

Umumya bakteri yang termask dalam golongan ini. Contohnya Synechococcus.

g. Femtoplankton (lebih kecil dari 0,2µm)

Temasuk dalam golongan ini adalah virus yang disebut juga sebagai

virioplankton.

2.2.3 Penggolongan Berdasarkan Daur Hidup

Berdasarkan daur hidupnya plankton dapat digolongkkan menjadi :

a. Holoplankton

Dalam kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani

sebagai plankton, mulai dari telur, larva hingga dewasa.

b. Meroplankton

6

Dalam kelompok ini termasuk plankton yang menjalani sebagian hidupnya

sebagai plankton hanya pada tahap awal dari daur hidupnya, yakni pada tahap

telur dan larva saja.

2.2.4 Penggolongan Berdasarkan Sebaran Horizontal

a. Epiplankton

Epiplankton adalah plankton yang hidup di lapisan permukaan sampai

kedalaman sekitar 100 m. Lapisan laut teratas ini kira-kira sedalam sinar

matahari dapat menembus. Contohnya Pleuston Janthina janthina.

b. Mesoplankton

Mesoplankton merupakan plankton yang hidup di lapisan tengah, pada

kedalamansekitar 100-400 m. pada lapisan ini intensitas cahaya sudah sangat

redup sampai gelap. Oleh sebab itu, dilapisan ini fitoplankton yang

memerlukan sinar matahari untuk fotosintesis umumnya sudah tidak di jumpai.

Lapisan ini lebih didominasi oleh zooplankton. Contohnya Eucheuta marina.

c. Hipoplankton

Hipoplankton adalah plankton yang hidup pada kedalaman lebih dari 400 m.

termasuk dalam kelompok ini adalah batyplankton yang hidup pada

kedalaman >600 m, dan abyssoplankton yang hidup pada kedalaman yang

paling dalam, sampai 3000-4000 m.

2.3 Budidaya Plankton

Budidaya plankton merupakan kegiatan terencana pemeliharaan plankton

dengan tujuan memperbanyak dan memperoleh keuntungan secara ekonomi.

Kegiatan budidaya plankton baik itu fitoplankton maupun zooplankton terdiri dari

serangkaian kegiatan yang antara lain meliputi persiapan wadah dan air yang

meliputi pencucian dan sanitasi wadah. Kemudian diikuti oleh kegiatan identifikasi

pemupukan dan inokulasi.

2.4 Peran dan Manfaat

7

Plankton dalam ekosistem perairan memiliki peranan yanag sangat penting

terutama dalam rantai makanan di laut, karena plankton merupakan produsen utama

yang memberikan sumbangan terbesar pada produksi primer total suatu perairan.

Peranan penting plankton bagi produktivitas primer perairan, kerena plankton dapat

melakukan proses fotosintesis yang menghasilkan bahan organik yang kaya akan

energi maupun kebutuhan oksigen bagi organisme yang tingkatannya lebih tinggi.

Keberadaan plankton pada suatu perairan memiliki pernan penting terhadap

kondisi biota di perairan karena secara umum plankton dijadikan sebagai sumber

pakan alami bagi biota lain. (Nontji, 2006). Fungsi fitoplankton di perairan adalah

sebagai produsen, penyedia oksigen dalam perairan, indikator pencemaran, dll.

Firoplankton dapat melakukan aktivitas hidupnya sendiri dengan memanfaatkan

cahaya matahari karena adanya kandungan klorofil dalam selnya, adapun

zooplankton adalah sebagai konsumen primer. Peranan plankton lainnya adalah

sebagai inikator kesuburan perairan berdasarkan perhitungan kelimpahan plankton.

(Nontji, Anugrah. 2008)

8

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum

a. Tempat : Laboratorium MSP, FHA, dan Aquakultur Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

b. Waktu Pelaksanaan praktikum :

Tabel 1. Jadwal pelaksanaan praktikum

Tanggal Pertemuan Materi

2 Maret 2015 I Responsi dan Pengenalan mikroskop

9 Maret 2015 II Identifikasi plankton air tawar

16 Maret 2015 III Budidaya:

Daphnia/Artemia/Chlorella/Scenedesmus*

23 Maret 2015 IV Identifikasi plankton air tawar + Identifikasi hasil

budidaya

30 Maret 2015 V Identifikasi plankton air tawar + Identifikasi hasil

budidaya

6 April 2015 VI Identifikasi plankton air tawar + Identifikasi hasil

budidaya

13 April 2015 VII Budidaya:

Daphnia/Artemia/Chlorella/Scenedesmus*

20 April 2015 VIII Identifikasi plankton air laut + Identifikasi hasil

budidaya

27 April 2015 IX Identifikasi plankton air laut + Identifikasi hasil

budidaya

9

4 Mei 2015 X Identifikasi plankton air laut + Identifikasi hasil

budidaya

11 Mei 2015 XI Pembuatan Laporan dan Reward praktikan terbaik

18 Mei 2015 X11 Persentasi Laporan Praktikum

25 Mei 2015 XIII Ujian Akhir Praktikum

* Coret yang tidak perlu

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat yang Digunakan

Tabel 2. Nama dan Gambar Alat yang Digunakan

NO NAMA ALAT GAMBAR

1

Mikroskop

2

Counting Chamber

10

3

Objek Glass

4

Cover Glass

5

Jurnal

6 1 Set Alat Tulis

7

Pipet Tetes

11

8

Gelas Ukur

9

Hand Counter

10

Kuvet

12

11

Piala Gelas

12

PlanktonNet

13

Selang Aerator

13

14

Sentrifugator

15

Tabung Reaksi

16

Neraca

14

17

Toples

18

Akuarium

19

Sendok

3.2.2. Bahan yang Digunakan

1. Sampel Plankton

2. Aquadest

3. Tisu

4. Alkohol

5. Biakan Murni Chlorella

6. Pupuk Organik Cair

15

7. Air bersih/ Air Kolam

3.3. Prosedur Kerja

3.3.1. Daphnia sp

3.3.2. Chlorella sp

a. Persiapan Alat dan Bahan

b. Perhitungan Kepdihitung menggunakan adatan Stok Awal

Kepadatan stok awal menggunakan alat Counting Chamber

(Hemositometer)

Alat dan bahan disiapkan

Wadah disikan dan dibilas hingga bersih

Aerator dipasang di dalam wadah

Pupuk dibungkus kain kassa dan simasukkan ke dalam wadah sebanyak

Daphnia sp dimasukkan ke wadah sebanyak 75 individu / liter

Daphnia sp siap dipanen

Alat dan bahan yang Digunakan

Diperiksa Kelengkapan dan kelayakan

Sterilisasi Alat dengan Alkohol

16

Gambar 1. Pembacaan Hemositometer

Ilustrasi ruang pada hemositometer dapat dilihat pada gambar

berikut :

A1 A2

A5

A4 A3

Tabel 1. Perhitungan Stok Chlorella sp

A1 A2 A3 A4 A5

Z sel Z sel Z sel Z sel Z sel

Jumlah A rata-rata : (Z1+Z2+Z3+Z4+Z5)/5= Z sel

Jumlah Kepadatan : Z sel x 250.000 = Zat sel per ml

c. Perhitungan padat Tebar dan Volume Aquades

Kepadatan yang diharapkan = 100.111 sel per ml

17

Volume quades awal = 500 ml

Volume stok awal yang digunakan :

= (Volume aquades awal x kepadatan diharapkan)/kepadatan stok

= (500 ml x 100.000 sel per ml)/Z per ml

= x ml

d. Perhitungan Pengenceran dan penambahan Aquades Sebagai

Media

Perhitungan padat tebar dan volume aquades dapat menggunakan

rumus :

V1 x N1 = V2 x N2

Keterngan :

V1 = Volume Biota Tebar

N1 = Kepadatan Stok

V2 = Volume Aguades

N2 = Kepadatan yang Diinginkan

Perhitungan Pengenceran :

Vaq = V2-V1

Keterangan :

Vaq = Volume Pengenceran

Vz = Volume Biota Tebar

V2 = Volume Aquades

Va = volume stok awal + volume pupuk

= x ml + 1 ml = y ml

Vb = V aquades – v pengurangan

= 500 ml – y ml = n ml

Keterangan :

Vz = Volume Aquades yang Diamabil

Vb = Volume Aquades yang Digunakan

e. Pemupukan

Pupuk organik digunakan sebagai sumber nutrien bagi pertumbuhan

Chlorella sp.

18

Volume pupuk yang digunakan = 1 ml

f. Penebaran

g. Aerasi

Proses aerasi dialkukan denagn sussnan alat sebagai berikut :

Gambar 1 Susuna Alat Kultur

Suumber : Format laporan praktikum plankton (2012)

1. Susun wadah kultur yang telah siap sepeti gambar di atas

2. Atur cahaya lampu yang digunakan

3. Atur aerator hingga sesuai dengan kebutuhan

Disiapkan sesuai kebutuhan

Bahan yang Digunakan

Diamasukan 500 Ml Aquades kedalam Toples dan

Dikurangi Volumenya Sebanyak 8 ml

DitambDikultur Sebanyak 75 individu/l

Ditambahkan Pupuk Sebanyak 4,5 ml

Dilakukan Proses Aerasi

19

4. Dilakukan pengamatan setelah 1 x 24 jam

5. Perhitungan kepadatan secara barkala menggunakan

Hamositometer

h. Prosedur

3.4. Analisis Data

3.4.1 Perhitungan Kepadatan Chlorella sp

1. Perhitungan kepadatan Chlorella sp

Alat dan bahan disiapkan

Diperiksa kelengkapan dan kelayakannya

Alat disterilisasi dengan alkohol

bahan yang digunakan disiapkan sesuai kebutuhan

Dimasukkan 500 ml aquadest dan dikurangi 8 ml ke dalam toples

Ditambahkan pupuk sebanyak 1 ml

Ditambahkan biakan yang dikukltur

Dilakukan proses aerasi

1 Liter biarkan hasil kultur

Disaring dengan plankton net sebanyak 4 x

Air filtrasi ditampung di kuvet, sisa filtrasi dimasukkan kembali ke toples dan diberi pupuk

Larutan dipisahkan dengan sentrifugasi

Supernatan dibuangmenggunakkan pipet tetes

Natan disimpan dalam alumunioum foil dan ditimbang dengan neraca

dicatat hasil pengamatannya

Jumlah Sel = (A1+A2+A3+A4+A5)/5 X 25 X

10.000

20

Diamana :

A = Jumlah sel dalam chamber

5 = Jumlah pengambilan data

25 = Jumlah chamber besar

10.000 = Volume kepadatan chamber

2. Kepadtan tinggi

Dimana :

A = Jumlah sel dalam chamber

80 = 16 chamber kecil x 5 data

400 = 16 chamber kecil x 25 chamber besar

10.000 = Volume kepadatan chamber

Jumlah Sel = (A1+A2+A3+A4+A5)/ 80 X 400 X 10.000

21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHSAN

4.1 Hasil

4.1.1. Identifikasi Plankton (Lokasi dan Waktu)

IDENTIFIKASI PLANKTON

Tabel 3. Identifikasi Plnkton dan Gambar

NO Identifikasi Planktonologi Tanggal 9 Maret 2015 dengan sampel dari

Ciparanje

1 Trichotria truncata

Klasifikasi

Phylum : Rotifera

Kelas : Eurotatoria

Ordo : Ploima

Genus : Trichotriidae

Spesies : Trichotria truncata

Ciri – Ciri

- Transparan

Habitat

2 Pediastrum sp

Klasifikasi

Phylum : Chlorophyta

Kelas : Chlorophyceae

Ordo : Chlorococales

Genus : Pediastrum

Spesies : Pediastrum sp

Ciri – Ciri

- Berbentuk sel poligonal / piring datar

melingkar

- Sel dan koloni tanpa selubung gelatin

yang mencolok

- Koloni mengapung

Habitat

- Kolam-kolam permanen atau semi

permanen

3 Characium longipes

Klasifikasi

Phylum : Chlorophyta

22

Kelas :Chlorophyceae

Ordo : Chlorococales

Genus : Characium

Spesies : Characium longipes

Ciri – Ciri

- Solitary, silinder, pyriform, bulat telur,

telur atau sel spindel(berbentuk bulat)

- Berbentuk seperti daun

- Berkoloni

- Melekat pada substrat

- Dinding sel halus

- Memiliki kloroplas untuk fotosintesis

Habitat

- Air tawar khususnya di Artik untuk

iklim tropis

4 Oscillatoria sp

Klasifikasi

Phylum :Cyanophyta

Kelas :Cyanophyceae

Ordo :Oscillatoriales

Famili :Oscillatoriaceae

Genus : Oscillatoria

Spesies : Oscillatoria sp

Ciri – Ciri

- Berbentuk filament panjang tak

bercabang yang terdiri aras sel-sel

pipih

- Terdapat trikoma

- Lebar sel dapat mencapai 6,8 μm

(Wehr & Sheat, 2003: 155).

- Filamen ada yang terlihat berwarna

hijau, biru-hijau, ungu, atau merah dan

tidak memiliki heterosista.

- Filamen dapat bergerak dengan cara

meluncur lambat.

Habitat

- Perairan tawar, payau dan laut

Identifikasi Planktonologi Tanggal 16 Maret 2015 dengan sampel dari

Pelabuhan Ratu

5 Paracelus edwardsii

Klasifikasi

Phylum :

Kelas :

Ordo :

Genus :

Spesies : Paracelus edwardsii

23

Ciri – Ciri

Habitat

6 Euchlanis lilatatu

Klasifikasi

Phylum : Rotifera

Ordo : Ploimida

Famili : Euclanidae

Genus : Euchlanis

Spesies : Euchlanis lilatatu

Ciri – Ciri

- Hewan multiseluler dengan tubuh

yang dibatasi oleh mesoderm

Habitat

- Air tawar

7 Macrothrix hirsuti cornis

Klasifikasi

Phylum : Arthropoda

Kelas : Branchiopoda

Ordo : Diplostraca

Genus : Macrothrix

Spesies: Macrothrix hirsuti cornis

Ciri – Ciri

Habitat

8 Cyclops fuscus sedang copulati

Klasifikasi

Phylum :Arthropoda

Kelas :Maxillopoda

Ordo :Cyclopoida

Famili : Cyclopidae

Genus : Cyclops

Spesies : Cyclops fuscus sedang copulati

Ciri – Ciri

24

- Memiliki sebuah titik mata pada

segmen kepala

- Memiliki antena

- Antena Pertama memiliki 17 atau lebih

segmen

- Tubuh tersegmentasi

- Memiliki 5 pasang kaki

- Prosome lebih besar dari urosome

- Membran Hyaline tidak ada

- Edge of antennules halus dan tanpa

membran ekstra memanjang dari

antennule

- Tidak ada tonjolan pada rami, setae

Lateral dimasukkan ¾ sampai akhir

rami.

Habitat

- Tawar dan payau

Identifikasi Planktonologi Tanggal 30 Maret 2015 dengan sampel dari Sungai

Ciater

9 Spirogyra varians

Klasifikasi

Phylum :Chlorophyta

Kelas :Zygnematophyceae

Ordo :Zygnematales

Famili : Zygnemataceae

Genus :Zygnematales

Spesies : Spirogyra varians

Ciri – Ciri

- Bentuk tubuh berfilamen

- Setiap sel memiliki 1 / lebih kloropas

yang memanjang

- Sitoplasma terbungkus dinding sel

- Reproduksi konjugasi dan fragmentasi

Habitat

- Ditemukan di kolam air tawar yang

jernih dalam massa yang sangat

besar, biasanya hidup melayang di

permukaan air.

10 Hyalotheca undulate

Klasifikasi

Phylum :Chlorophyta

Kelas :Chlorophyceae

Ordo :Zygnematales

Genus :Hyalotheca

Spesies : Hyalotheca undulata

25

Ciri – Ciri

- Desmid

- Kolonial berserabut

- Selnyasilindrisdansangathalusterbatas

di midregion.

Habitat

- Sebagian di air asam, air tawar

oligotrofik, termasuk rawa

11 Rotaria sp

Klasifikasi

Phylum :Rotifera

Ordo : Bdelloida

Famili : Philodinidae

Genus : Rotaria

Spesies : Rotaria sp

Ciri – Ciri

- Memiliki corona yaitu organ yang

bersilia pada kepala yang berfungsi

menangkap mangsa

- Memiliki mastax yaitu phrynx pada

rotifera

- Bagian tubuhnya telah memiliki

saluran pencernaan

- Silia berfungsi untuk

mengumpulkan makanan dengan

cara sirkulasi air (biasanya

fitoplanktor =3-12 mikro)

- Memiliki corona untuk menangkap

dan memasukkan makanan dalam

saluran percernaan

- Bereproduksi dengan cara

partenogenesis (menghasilkan telur

tanpa perkawinan).

Habitat

- kebanyakan diair payau/air laut

12 Rotifer citrinus

Klasifikasi

Phylum : Rotifera

Kelas : Rotarida

Famili : Rotaridae

Genus : Rotifer

Spesies : Rotifer citrinus

26

Ciri – Ciri

- Multiseluler

- Ukuran 0,1 – 0,5 mm

- Kecepatan renang rendah

- Dapat diukur pada kepadatan tinggi

- Pertumbuhan cepat berumur pendek

Habitat

- Air

Identifikasi Planktonologi Tanggal 13 April 2015 dengan sampel dari Muara

Ciasem

13 Chaenea teres

Klasifikasi

Phylum : Bryophyta

Kelas : Bryopsida

Ordo :Grimmiales

Famili : Grimmiaceae

Genus : Niphotrichum

Species : Chaenea teres

Ciri – Ciri

- Badan memanjang silinder

- Fleksibel

- Vakuola kontraktil berada di posterior

- Pergerakan lambat dengan gliding, dan

rotasi

Habitat

- Air laut

14 Nauplius cyclops strennus

Klasifikasi

Phylum : Tracheophyta

Kelas : Spermatopsida

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Nauplius

Spesies : Nauplius cyclops strennus

27

Ciri – Ciri

- Ukuran 0,5 – 5 mm

- Bagian depan luas oval terdiri dari

kepala dan toraks segmen

- Memiliki 5 pasang kaki

Habitat Perairan tawar, payau dan laut

15 Triploceras gracile

Klasifikasi

Phylum : Charophyta

Kelas : Zygnematophyceae

Ordo : Zygnematales

Genus : Triploceras

Spesies : Triploceras gracile

Ciri – Ciri

- Bentuk tubuh berfilamen

- Setiap sel memiliki 1 / lebih kloropas

yang memanjang

- Sitoplasma terbungkus dinding sel

- Reproduksi konjugasi dan fragmentasi

Habitat

- Perairan tawar dan payau

16 Nitzschia vermicularis

Klasifikasi

Phylum : Heterokontophyta

Kelas : Bacillariophyceae

Ordo : Bacillariales

Genus : Nitschia

Spesies : Nitzschia vermicularis

Ciri – Ciri

- Memiliki toleransi tinggi terhadap

salinitas

Habitat

- Perairan tawar dan laut

17 Rotaria neptunia

Klasifikasi

Phylum : Rotifera

Kelas : Bdelloida

Famili : Philodinidae

Genus : Rotaria

Spesies : Rotaria neptunia

28

Ciri – Ciri

- Memiliki corona yaitu organ yang

bersilia pada kepala yang berfungsi

menangkap mangsa

- Memiliki mastax yaitu phrynx pada

rotifera

- Bagian tubuhnya telah memiliki

saluran pencernaan

- Silia berfungsi untuk

mengumpulkan makanan dengan

cara sirkulasi air (biasanya

fitoplanktor =3-12 mikro)

- Memiliki corona untuk menangkap

dan memasukkan makanan dalam

saluran percernaan

- Bereproduksi dengan cara

partenogenesis (menghasilkan telur

tanpa perkawinan).

Habitat

- kebanyakan di air payau/air laut

18 Euglypha sp

Klasifikasi

Phylum : Cerozera

Kelas : Imbricatea

Ordo : Euglyphida

Famili : Euglyphidae

Genus : Euglypha

Spesies : Euglypha sp

Ciri – Ciri

- Memiliki satu atau dua flagella

dengan dengan pelicula tebal.

- Mimiliki stigma

- Umumnya mempunyai sifat

holofitis atau saprofitis material

cadangan makanannya adalah

minyak dan paramilum

Habitat

- Perairan tawar

Identifikasi Planktonologi 27 April 2015 dengan sampel dari Waduk Cirata

19 Dinocharis intermedia

Klasifikasi

Phylum : Rotifera

Kelas : Eurototaria

Ordo : Ploima

Genus : Trichotria

Spesies : Dinocharis intermedia

29

Ciri – Ciri

- Ada bintik mata

Habitat

- Habitat kolam air tawar, danau, zona

litoral, daerah eutrofik

20 Brachionus calyciflorus

Klasifikasi

Phylum : Rotifera

Kelas : Eurototaria

Ordo : Ploimida

Genus : Branchionus

Spesies : Brachionus calyciflorus

Ciri – Ciri

- Makananya bakteri dan Chlorella

Pyrenoidosa

- Lorikanya lembut dan transparan

- Memiliki spina

Habitat

21 Asplanchna herricki

Klasifikasi

Phylum : Rotifera

Ordo : Ploimida

Famili : asplanchnidae

Genus : Asplanchna

Spesies : Asplanchna herricki

Ciri – Ciri

- Termasuk omnivora

- Dikenal sebagai predator dalam

Rotifer

Habitat

- Perairan tawar, payau dan laut

Identifikasi Planktonologi 4 Mei

2015 dengan sampel dari Waduk

Cirata

-

22 Dermatophyton radians

Klasifikasi

Phylum : Chlorophyta

Kelas : Chlorophyceae

Ordo : Chaetophorales

Famili : Chaetophoraceae

30

Genus : Dermatophyton

Spesies : Dermatophyton radians

Ciri – Ciri

- Sel tubuh ellipsoid, ellipsoidal ovoid /

brood ellipsoid

- Memiliki stigma(bintik mata) yang

terlihat jelas, chloroplast, papila

Habitat

- Air tawar dan laut

23 Chlamydomonas debaryana

Klasifikasi

Phylum :Chlorophyta

Kelas :Chlorophyceae

Ordo :Volvocales

Famili : Chlamydomonadaceae

Genus :Chlamydomonas

Spesies : Chlamydomonas debaryana

Ciri – Ciri

- Sel tubuh ellipsoid, ellipsoidal ovoid /

brood ellipsoid

- Memiliki stigma(bintik mata) yang

terlihat jelas, chloroplast, papila

- Uniseliler

- Berbentuk bulat telur dengan panjang

10-15 μm dan lebar sel 8-14 μm.

- Sel memiliki 2 flagel sebagai alat

gerak, 1– 2 vakuola kontraktil, 1

nukleus serta kloroplas (Pantecost,

1984: 138).

- Sel dapat bergerak cepat

Habitat

- Air tawar dan laut

24 Eudorina wallichii

Klasifikasi

Phylum : Chlorophyta

Kelas : Chlorophyceae

Ordo : Volvocales

Genus :Eudorina

Spesies : Eudorina wallichii

Ciri – Ciri

- Koloni selalu motil, berbentuk

bulat, speris

- Diselaputi gelatin

- Dinding sel mengandung selulosa

- Terdapat stigma

Habitat

31

25 Polyedriumlobulatum

Klasifikasi

Phylum : Ochrophyta

Kelas : Xantophyceae

Ordo : Xantophyceae in certaesedis

Genus : Polyedrium

Spesies : Polyedrium lobulatum

Ciri – Ciri

- Alga uniseluler yang menyebabkan

air laut tampak bercahaya

(berpendar) di malam hari karena

sel-selnya mengandung fosfor

- Beracun

Habitat

- Perairan laut

-

4.2 Pembahasan (Bandingkan data kelompok dengan data kelas sesuai

perlakuan)

Tabel 4. Data Hasil perhitungan Chlorella sp Kelompok 15

Lokasi dan Waktu Keterangan

Lab FHA, 20 April 2015 3.500.000 sel/ml

Lab FHA, 24 April 2015 2.062.500 sel/ml

Lab FHA, 27 April 2015 600.000 sel/ml

Lab FHA, 3 Mei 2015 250.000 sel/ml

Tabel 5. Data Hasil Perhitungan Daphnia sp Kelompok 15

No Tanggal Hari ke- Daphnia sp

Induk Anak

1 23 1 75 -

2 24 3 26 38

3 25 4 9 6

4 26 5 1 6

Dari data diatas dapat dimpulkan bahwa budidaya Daphnia sp yang

dilakukan oleh kelompok telah mencapai kesuksesan dibandingkan dengan

kelompok kami. Hal tersebut dikarenakan aerasi yang digunakankelompok 15

32

diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan gelembung pada toples tempat

budidaya. Sedangkan aerasi yang digunakan oleh kelompok kami terlalu deras,

sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan Daphnia terutama anakan

Daphnia sp.

Sedangkan jika dibandingkan dengan budidaya kedua yang telah kami

lakukan dengan menggunakan takaran pupuk yang sama, kelompok kami

mendapatkan hasil kepadatan Daphnia sp yang lebih tinggi dibandingkan dengan

kelompok 15. Hal tersebut dikarenakan perhitungan ini lebih teliti daripada

penghitungan pada budidaya yang pertama. Selain itu, meskipun budidaya kedua

ini dapat dikatakan mengalami peningkatan kepadatan Daphnia sp, hasil tersebut

masih termasuk kategori budidaya Daphnia yang gagal karena kepadatan Daphnia

yang di hasilkan tersebut belum mencapai starndar yang ditentukan. Kegagalan ini

terjadi karena pada saat melakukan budidaya mengalami kematian aerasi.

Lokasi dan Waktu Keterangan

Lab Aquakultur, 23 Maret 2015 Awal kegiatan budidaya

Induk : 75

Lab Aquakultur, 25 Maret 2015 Sisa induk : 21

Anak yang dihasilkan : 41

Lab Aquakultur, 26 Maret 2015 Sisa induk : 4

Anak yang dihasilkan : 19

Lab Aquakultur, 27 Maret 2015 Sisa induk : 0

Anak yang dihasilkan : 5

Lab Aquakultur, 28 Maret 2015 Sisa induk : 0

Anak yang dihasilkan : 0

Lab Aquakultur, 29 Maret 2015 Sisa induk : 0

Anak yang dihasilkan : 0

33

Lab Aquakultur, 30 Maret 2015 Sisa induk : 0

Anak yang dihasilkan : 0

Waktu Keterangan

30 Maret 2015 Awal kegiatan budidaya

Induk : 75

1 April 2015 Sisa induk : 50

Anak yang dihasilkan : 179

2 April 2015 Sisa induk : 35

Anak yang dihasilkan : 163

3 April 2015 Sisa induk : 12

Anak yang dihasilkan : 56

4 April 2015 Sisa induk : 5

Anak yang dihasilkan : 35

5 April 2015 Sisa induk : 1

Anak yang dihasilkan : 41

6 April 2015 Sisa induk : 0

Anak yang dihasilkan : 0

4.2.1. Kepadatan Chlorella sp. (Analisis hubungannya dengan faktor

pendukung pertumbuhan)

1. A = 𝐴1+𝐴2+𝐴3+𝐴4+𝐴5

5

= 8+12+27+15+20

5

= 82

5

= 16,4

34

N = A x 250.000

= 16,4 X 250.000

= 4.100.000

2. A = 𝐴1+𝐴2+𝐴3+𝐴4+𝐴5

5

= 17+9+10+10+9

5

= 55

5

= 11

N = A x 250.000

= 11 x 250.000

= 2.750.000

3. A = 𝐴1+𝐴2+𝐴3+𝐴4+𝐴5

5

= 6+22+21+0+19

5

= 68

5

= 13,6

N = A x 250.000

= 13,6 x 250.000

= 2.750.000

Tabel 6. Data Hasil Perhitungan Chrlorella sp

No Tanggal Jumlah kepadatan (N)

1 17 April 2015 pukul 12.30 802.500 sel / mL

2 20 April 2015 pukul 12.30 4.100.000 sel / mL

3 24 April 2015 pukul 12.30 2. 750.000 sel / mL

4 27 Arpril 2015 pukul 12.30 3.400.000 sel / mL

35

Gambar I. Grafik Kepadatan Chlorella sp

Pada tanggal 13 April 2015 kami kelompok 5 melakukan budidaya

Chlorella. Kami melakukan perhitungan terhadap Chlorella. dengan kultur

yang menggunakan media aerator.

Pada fase pertama terjadi adaptasi dimana Chlorella. menyesuikan

diri terhadap kultur. Pada hari kedua mengalami fase eksponensial dimana

Chlorella. sp mengalami pertumbuhan atau penambahan kepadatan sel

dengan cepat atau dapat dikatak laju pertumbuhannya naik. Pada hari ketiga

terjadi penurunan kepadatan Chlorella sp. Pada hari ke empat terjadi fase

stasioner yaitu fase diman faktor pembatas dan kecepatan pertumbuhan

bersifat seimbang karena jumlah sel yang membelah dan yang mati sama.

Dan yang terakhir tejadi fase kematian yaitu dimana fase mikroalga tidak

mampu lagi membelah.

Fase-fase yang terjadi pada mikroalga selama satu minggu itu

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya suhu atau temperatur ruangan,

nutrisi yang didapat dalam kultur dan cahaya matahari.

0

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

3.500.000

4.000.000

4.500.000

17-Apr-15 20-Apr-15 24 Aril 2015 27 April20153.400.000

Kepadatan Chlorella sp

Kepadatan

36

Chlorella. yang merupakan alga bersel tunggal dari golongan alga

hijau (Chlorophyta) yang telah dimanfaatakan secara komersial karena

gizinya yang tinggi (Srihati dam Carolina, (2010).

Menurut Eyster (1978) menyatakan bahwa konsentrasi nutrien yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan untuk pertumbuhan Chlorella sp. Baik itu

mikronutrien maupun makronutrien ditetapkan menjadi tiga konsentrasi

minimum dan optimum. Menurut Eyster (1978) mengemukakan bahwa

nutrien yang dibutuhkan Chlorella sp berpa makronutrien (N, P, K dan Ca)

dan mikronutrien (Fe, Mo, Cu, Mn, Zn, dan Co).

Pada hari pertama sel mikroalga masih sama dan stabil. Kemudian

pada hari kedua mengalami peningkatan laju pertumbuhan. Pada hari ketiga

kultur mengalami penurunan laju pertumbuhan. Selanjutnya pengamatan

pada hari ke empat laju pertumbuhan terlihat stabil. Kemudian paad hari ke

selanjutnya laju pertumbuhan menurun.

Turunnya laju pertumbuhan Chlorella sp dapat disebabkan oleh

beberapa hal seperti ketidaksesuaian aerasi dan adanya toksik yang

dihasilkan oleh mikroalga sebagai hasil metabolisme yang meracuni

mikroalga itu sendiri dan berkurangnya proses fotositesis akibat

bertambahnya jumlah sel sehingga hanya bagian tertentu saja yang

memperoleh cahaya.

Laju pertumbuhan yang meningkat menunukan sel mengalami

adaptasi yang baik terhadap lingkungan kultur, sehingga pertambahan

jumlah kepadatan sel relatif cepat. Sedangkan penurunan jumlah sel diduga

karena adanya ppemanfaatan nutrien yang berlebihan dari ahri-hari

sebelumny, sehingga ketersediaan nutrien berkurang dari kebutuhan

mikroalga untuk hari berikutnya. Menurut (Annisa, 2005)fase deklinasi atau

penurunan pertumbuhan.

Selain itu terdapat faktor- faktor yang dapat mempengaruhi

keberhasilan kegiatan kultur seperti kualitas air yang meliputi suhu,

salinaitas, kekuatan cahay, dan pH. Sedangkan faktor keberhasilan yaitu di

37

tunjang dengan peralatan dan media yang digunakan selama kultur yang

baik, pemupukan serta aerasi yang diberikan secara terus menerus.

Kecepatan pertumbuhan dapat terjadi karena nutrisi pada media

kultur berkurang dan telah terbentuk senyawa NH4+ dalam konsentrasi

tinggi dan adanya produk ekstrakulikuler dari mikroalga yang meracuni

dirinya sendiri sehingga dapat meningkatkan mortalitas Chlorella sp.

(Frogg, 1965 dalam Panggabean, 2000 dan Suantika, 2009)

Hal tersebut menyebaakan CO2 sebagai sumber karbon utama bagi

proses fotosintesis mikroalga akan cukup tersedia sehingga proses

metablisme dapat berlangsung cepat dan kepadatan sel meningkat.

Sel Chlorella sp pada skala massal memiliki jumlah kepadatan sel dan laju

pertumbuhan spesifik yang berbeda tiap perlakuan. Kepadatan Chlorella sp

tertinggi terdapat pada perlakuan yang baik dan pupuk yang sesuai.

Jumlah sel Chlorella sp dengan perlakuan yang baik akan memiliki jumlah

yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan yang kurang baik.

Contohnya dosis pemberian pupuk yang sesuai akan mendukung

pertumbuhan Chlorella.

Menurut Bold dan Wynne (1985), pertumbuhan Chlorella sp dalam

kultur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : medium, nutrien atau

unsur hara, cahaya, temperatur serta salinitas. Medium merupakan tempat

hidup bagi Chlorella yang pemilihannya di tentukan pada jenis Chlorella

yang akan dibudidayakan.

Kebutuhan nutrien untuk tujuan kultur mikoalga harus tetap

terpenuhi melalui penambahan media pupuk guna menunjang pertumbuhan

mikroalgae. unsur N, P dan S penting untuk sistem sintesa protein. Unsur K

berfungsi dalam metabolisme karbohidrat. Unsur Cl dimanfaatkan untuk

aktivitas kloroplas, unsur Fe dan Na berperan dalam pembentukan klorofil,

sementara Si dam Ca diperlukan dalam jumlah banyak untuk membentuk

cangkang beberapa fitoplankton. (Isnantyo dan Kurniastuty,1995; Oh-

humma dan Miyachi, 1988)

38

Beberapa faktor lingkunag yang berpengaruh terhadap pertumbuhan

mikroalgae di kultur terbuka antara lain: cahaya, temperatur, tekanan

osmosis, pH air, salinitas, kandungan O2 dan aerasi (Isnantyo dan

Kurniastuty,1995). Oh-hama dan Miyachi (1988) menyatak bahwa

intensitas cahaya saturasi untuk Chlorella berada pada intensitas 4000 lux.

Hal ini menunjukan bahwa setelah titik intensitas tersebut dicapai, maka

fotosintesis tidak lagi emningkat sehubungan dengan peningkatan pors

intensistas cahaya (Basmi, 1995)

Menurut Taw (1990) untuk kultur Chlorella diperlukan temperatur

anatara 25-35 C. Temperatur mempengaruhi proses fisika, kimia dan

biologi. Peningkatan temperatur hingga batas tertentu akan merangsang

aktifitas molekul, meningkatnya laju difusi dan laju fotosintesis. (Sachlan,

1982)

Nilai pH merupakan faktor pengontrol. Nilai pH yang terlalu tinggi

akan mengurangi aktifitas fotosintesis mikroalgae (De Le Noue dan de

Pauw, 1988). Namun menurut Oh-hama dan Miyachi (1988), pada

umumnya strain chorella mampu bertoleransi terhadap kisaran salinitas da

pH yang cukup lebar. Nielsan (1995) in Prihaini et al. (2005) menyatakan

bahwa pH yang sesuai untuk pertumbuhan Chlorella berkisar antara 4,5-

9,3. Chlorella memiliki teoleransi yang sangat tinggi dan dapat hidup pada

kisaran salinitas 0-35 ppt (dari air tawar sampai laut).

4.2.2. Kepadatan Daphnia sp. (Analisis hubungannya dengan faktor

pendukung

Budidaya Daphnia sp yang pertama

Pupuk yang digunakan sebanyak 4,5 gram

Tabel 7. Hasil Data Perhitungan Daphnia sp Percobaan I

No Tanggal Hari ke- Daphnia sp

Induk Anak

39

1 16 Maret 2015 1 14 4

2 17 Maret 2015 2 4 11

3 18 Maret 2015 3 0 2

Gambar II. Grafik Kepadatan Daphnia sp Percobaan ke -1

Budidaya Daphnia yang kedua

Pupuk yang digunakan sebanyak 4,5 gram

Tabel 8. Hasil Data Perhitungan Daphnia sp Percobaan II

No Tanggal Hari ke- Daphnia sp

Induk Anak

1 27 Maret 2015 1 13 29

2 28 Maret 2015 2 6 19

3 29 Maret 2015 3 4 2

4 30 Maret 2015 4 2 1

5 31 Maret 2015 5 0 0

0

2

4

6

8

10

12

14

16

16-Mar-15 17-Mar-15 18-Mar-15

Induk

Anak

40

Gambar III. Grafik Kepadatan Daphnia sp Percobaan ke -2

Budidaya dimulai pada tanggal 16 Maret 2015. Pada awal budidaya

Daphnia sp kami mengambil stok awal indukan Daphnia sp yaitu sebanyak

75 individu/l dengan pupuk sebanyak 4,5 gram. Untuk menghitung

kepadatan Daphnia pada saat dilakukan pemanenan, perhitungan dilakukan

dengan menggunakanalat kaca pembesar dan senter untuk mempermudah

perhitungan dan membedakan antara induk dan anak Daphnia sp. Daphnia

dalam toples disaring dengan menggunakan plankton net. Jumlah Daphnia

yang tersaring bersama air dimasukkan kedalam mangkuk kecil, lalu di

hitung individunya menggunakan sendok. Setelah di hitung kami

melakukan pemisahan antara induk dan anak Daphnia sp. Pengecekan

pertama pada tanggal 17 Maret 2015. Pada tanggal tersebut kepadatan

Daphnia sp pada toples adalah sebanyak 21 individu/l yaitu 14 indukan dan

4 anak Daphnia sp. Kemudian kami memasuakn kembali induk Daphnia

sp kedalam toples, sedangkan anak Daphnia sp kami buang. Keesokan

harinya dilakaukan pengecekan kembali dan didapat kepadatan pada toples

sebanyak 15 individu/l yang terdiri dari 4 indukan dan 11 anak Daphnia sp.

Seperi biasanya kami memasukan ke-4 induk Daphnia tersebut kedalam

0

5

10

15

20

25

30

35

27-Mar-15 28-Mar-15 29-Mar-15 30-Mar-15 31-Mar-15

Induk

Anak

41

toples untuk dibudidayakan kembali. Pada pengecekan selanjutnya kami

hanya menemukan 2 anak Daphnia sp yang tidak dapat kami budidayakan.

Budidaya Daphnia sp pertama gagal dikarnakan kurangnya

perawatan yang baik. Oleh sebab iti, maka kami melakukan budidaya ulang

pada tanggal 27 Maret 2015. Stok awal adalah 75 individu/l dengan pupuk

sebanyak 4,5 gram. Seperti biasnya untuk menghitung kepadatan Daphnia

pada saat dilakukan pemanenan, perhitungan dilakukan dengan

menggunakanalat kaca pembesar dan senter untuk mempermudah

perhitungan dan menbedakan antara induk dan anak Daphnia sp. Daphnia

dalam toples disaring dengan menggunakan plankton net. Jumlah Daphnia

yang tersaring bersama air,dimasukkan kedalam mangkuk kecil, lalu di

hitung individunya menggunakan sendok. Setelah di hitung kami

melakukan pemisahan antara induk dan anak Daphnia sp.

Tanggal 28 Maret 2015 dilakukan pengecekan kembali dan didapat

pada toples sebanyak 42 individu/l yang terdiri dari 13 induk dan 29 anak.

Kami menyimpan induk Daphnia untuk di budidayakn kembali dalam

toples yang telah di beri pupuk kandang dan aerasi. Keesokan harinya kami

melakukan pengecekan kembali dan didapat kepadatan Daphnia sebanyak

25 individu/l yang terdiri dari 6 induk dan 19 anak Daphnia sp. Hari

selanjutnya kami melakukan pengecekan dan di dapatkan kepadatan

Daphnia sp sebanyak 8 individu/l yang terdiri dari 4 induk dan 2 anak

Daphnia sp.kemudian kami menyimpan indukan tersebut ke dalam toples

untuk dibudidayakan kembali. Pada pengecekan selanjutnya didapatkan

kepadatan Daphnia sp sebanyak 3 individu/l yang terdiri dari 2 induk dan 1

anak. Keesokan harinya kami melakukan pengecekan kembali, hasilnya

kami tidak memukan anakan ataupun induk Daphnia dalam toples kami.

Pada hasil kutur yang telah dilakukan kelompok 5, kepadatan yang

didapat pada awal kultur kepadatan mengalami kegagalan yang cukup

signifikan dari stok awal. Budidaya yang dilakukan hanya bertahan selama

3 hari ( 3x pengecekan). Namun, hasil budidaya Daphnia yang kedua,

42

kepadatan yang didapat cukup banyak yaitu pada awal pengecekan sebayak

42 individu/l dengan 13 induk dan 29 anak dan bertahan selama 4 hari (5x

pengecekan). Tapi, budidaya ini masih dikategorikan gagal dikarnakan

kepadatan yang dihasilkan belum mencapai atau melampaui target

kepadatan yang telah di tentukan.

Kegagalan ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ketidak

sesuaian jumlah pupuk kandang yang diberikan, aerasi yang tidak

berlangsung dengan baik dan perubahan suhu ruangan.

Penurunan kepadatan disebabkan karena aerasi tidak berlangsung

dengan baik. Pada pengecekan sering ditemukan toples yang selalu mati

aerasinya, sehingga penurunan kepadatan terjadi. Aerasi yang mati

menyebabkan penurunan kadar DO (dissolved oxygen) sehingga Daphnia

mengalami kekurangan oksigen dan berakibat kematian.

Selain itu faktor nutrisi mempengaruhi kepada perkembangan

kepadatan. Kotoran ayam dalam praktikum digunakan sebagai makanan

Daphnia, Pupuk yang dimasukkan kedalam media kultur pakan alami

Daphnia ini berfungsi untuk menumbuhkan bakteri, fungi, detritus dan

beragam phytoplankton sebagai makanan utama Daphnia. . Dengan

tumbuhnya pakan daphnia didalam media kultur maka pakan alami yang

akan dipelihara didalam wadah budidaya tersebut akan tumbuh dan

berkembang, karena di dalam kotoran tersebut terdapat plankton yang

ukurannya lebih kecil dari Daphnia. Dan kematian Daphnia yang drastis

kemungkinan diakibatkan dari kotoran ayam yang merupakan pakan

Daphnia habis dan plankton-plankton tersebutpun habis sehingga Daphnia

tidak dapat bertahan hidup.

Kelompok yang paling banyak panen Daphnia adalah kelompok 8

dan 10 dengan pupuk sebanyak 5,25 gram. Di toples budidaya mereka

terdapat 25 anak. Keberhasilan mereka disebabkan karena aerasi mereka

berfungsi dengan baik, sehingga menghasilkan DO yang stabil. Selain itu

43

pupuk mereka lebih banyak dibandingkan pupuk kami sehingga nutrisinya

mencukupi untuk kehidupan Daphnia.

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dalam melakukan identifikasi plankton memerlukan keahlian dalam

menggunakan alat-alat identifikasi khususnya dalam penggunaan

mikroskop. Kegiatan identifikasi merupakan salah satu cara untuk

mengetahui dan menentukan jenis-jenis plankton yang terlihat dalam

mikroskop dengan melihat morfologi bentuk tubuh, struktur tubuh dan

warna pada fitoplankton maupun zooplankton. Selain itu keahlian yang

perlu diterapkan adalah dalam mempraktikkan budidaya Daphnia sp dan

Chorella sp. Hal tersebut perlu dilakukan karena suksesnya budidaya

tersebut dipengaruhi beberapa faktor yang harus dipahami oleh praktikan.

Semakin cakap praktikan dalam memahami apa saja yang harus diterapkan

dalam budidaya, maka akan semakin besar peluang tercapainya budidaya

yang menghasilkan pakan ikan dari kedua jenis plankton tersebut.

Adapun data yang kami dapat dari hasil budidaya Daphnia sp adalah

sebagai berikut :

Budidaya Daphnia sp pertama

No Tanggal Hari ke- Daphnia sp

Induk Anak

1 16 Maret 2015 1 14 4

2 17 Maret 2015 2 4 11

3 18 Maret 2015 3 0 2

Budidaya Daphnia sp kedua

No Tanggal Hari ke- Daphnia sp

Induk Anak

1 27 Maret 2015 1 13 29

2 28 Maret 2015 2 6 19

3 29 Maret 2015 3 4 2

45

4 30 Maret 2015 4 2 1

5 31 Maret 2015 5 0 0

Sedangkan pada budidaya Chorella sp didapatkan data kepadatan

sebagai berikut :

No Tanggal Jumlah kepadatan (N)

1 17 April 2015 pukul 12.30 802.500 sel / mL

2 20 April 2015 pukul 12.30 4.100.000 sel / mL

3 24 April 2015 pukul 12.30 2. 750.000 sel / mL

4 27 Arpril 2015 pukul 12.30 3.400.000 sel / mL

Dengan diadakannya praktikum ini kita sebagai mahasiswa dapat:

1. Mengidentifikasi jenis-jenis plankton yang hidup di suatu perairan

2. Membudidayakan Chorella sp dan Daphnia sp secara mandiri.

3. Menghitung kepadatan Chorella sp dan Daphnia sp

5.2 Saran

Semoga bisa mengatur jadwal praktikum dengan baik dan bijak,

pemberian pengumuman tugas yang tidak telat untuk memudahkan

praktikan dalam mempersiapkan dan mengerjakan tugas dengan maksimal.

Serta diharapkan pengaturan metode praktikum dapat diterapkan secara

efektif dan efisien.

5.3 Kesan dan Pesan

Nama : Usi Supinar

NPM : 230110140074

Kesan :

Menurut saya Praktikum Planktonologi itu....

☺ Mengagumkan. Kagum pada kuasa Allah SWT telah menciptakan

plankton, Subhanallah...

☺ Menarik

☺ Terlalu terburu-buru

☺ Sulit dalam menghapal

46

☺ Kurang ramah antar pengguna laboratorium ketika praktikum

Pesan :

☺ Tugas diberikan tidak mendadak mendekati deadline

☺ Mari tingkatkan budaya 3S dan 3S

Senyum, Salam, Sapa

Serius, Santai, Selesai

☺ Tetap semangat dan ikhlas ya!

Nama : Egi Sahril

NPM : 230110140089

Kesan :

☺ Mengetahui dan menemukan hal-hal baru yang unik, menarik dan asik

☺ Mengetahui makhluk sekecil plankton

Pesan :

☺ Asisten Laboratorium lebih mengerti keadaan praktikan

☺ Jadwal tidak nanggung

Nama : Nurhalimah

NPM : 230110140097

Kesan :

☺ Terbaik

☺ Tugas laporan yang sangat luar biasa

☺ Seru

☺ Keren

Pesan :

☺ Peningkatan pengawasan

☺ Pelaksanaan jadwal harus sesuai dengan yang tercantum pada jurnal

Nama : Adinda Kinasih J

47

NPM : 230110140108

Kesan :

Praktikum planktonologi ini...

☺ Terbaik

☺ Menyenangkan

☺ Memberi wawasan, dan pengalaman baru terutama pada saat melihat

plankton yang bergerak di mikroskop

Pesan :

☺ Mohom untuk ke depannya saat pemberian tugas laporan sejak awal

diberitahukan terlebih dahulu, sehingga tidak terjadi hal-hal yanng tidak

diinginkan seperti kurangnya pendokumentasian saat praktikum

dilaksanakan, banyaknya hasil pengamatan yang hilang, dll.

☺ Lebih ramah dan murah senyum

iv

DAFTAR PUSTAKA

Nontji, Anugrah. 2008. Plankton Laut. Jakarta : LIPI Press, anggota Ikapi

Tim Asisten labiratorium Plamkton. 2012. Format Praktikum Budidaya Chlorella.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran

Jusadi, D. 2003. Budidaya Pakan Alami Modul Budidaya Chlorella. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran

Jusadi, D. 2003. Budidaya Pakan Alami Air Tawar Modul Budidaya Daphnia sp .

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen

Pendidikan Nasional

https://www.academia.edu/6416525/LAPORAN_CHLORELLA_SP (Diakses

pada tanggal 20 Mei 2015)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal pelaksanaan praktikum...........................................................

Tabel 2. Nama dan Gambar Alat yang Digunakan ..........................................

Tabel 3. Identifikasi Plankton dan Gambar......................................................

Tabel 4. Data Hasil perhitungan Chlorella sp Kelompok 15 ...........................

Tabel 5. Data Hasil perhitungan Daphnia sp Kelompok 15 ............................

Tabel 6. Data Hasil Perhitungan Chrlorella sp ................................................

Tabel 7. Hasil Data Perhitungan Daphnia sp Percobaan I ..............................

Tabel 8. Hasil Data Perhitungan Daphnia sp Percobaan II ............................

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar I. Grafik Kepadatan Chlorella sp .......................................................

Gambar II. Grafik Kepadatan Daphnia sp Percobaan ke -1 ............................

Gambar III. Grafik Kepadatan Daphnia sp Percobaan ke -2 ...........................

vii

LAMPIRAN

Gambar Identifikasi plankton dan bagian bagian plankton bersumber dari jurnal

1. Praktikum pada tanggal 9 Maret 2015: Identifikasi plankton air tawar

Sample : Ciparanje

viii

2. Praktikum Pada tanggal 16 Maret 2015: Identifikasi plankton air tawar

Sample : Pelabuhan Ratu

ix

3. Praktikum pada tanggal 13 Maret 2015 : Identifikasi plankton air payau

Sample : Muara Cisem

x

xi

4. Praktikum pada tanggal 30 Maret 2015: Identifikasi plankton air tawar

Sample : Sungai Ciater

xii

5. Praktikum pada tanggal 4 April 2015: Identifikasi plankton

Sample : waduk Cirata

xiii

6. Praktikum pada tanggal 27 April 2015 : Identifikasi hasil budidaya

xiv

Sample : Budidaya Chlorella