kelas 5 - 6

60
PTD  BATIK - SDN 17 Kuningan WALUYO, M.PdB 1 I. PENDAHULUAN Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkahNya sehingga saya bisa membuat rangkuman pelajaran membatik kelas 5   6 untuk Pendidikan Teknologi Dasar  PTD khusus untuk Sekolah Dasar Negeri I7 Kuningan. Berkat bantuan/jasa Media Online atau vebsite. Ramngkuman membatik untuk pelajaran Pendidikan Teknologi Dasar   PTD ini terujut berkat jasa media Online atau vebsite, oleh karena itu saya berterima kasih banyak kepada media Online atau vebsite. Karena sangat membantu tugas kami sebagai sebagai guru karena media Online atau vebsite merupakan sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu lengkap. Semoga rangkuman membatik yang sangat sederhana dan masih banyak kekurangan ini bermafaat bagi para guru dan peserta didik, yang sedang mempelajari dan mendalami seni batik. Dan semoga pula bangsa kita tetap mencintai dan melestarikan seni Batik, yang merupakan salah satu seni budaya warisan leluhur. Selanjutnya saya berharap adanya krotik dan saran ya ng bersifat membangun, demi kesempurnaan rangkuman ini. B TIK BUD Y B NGS RIS N LELUHUR SUNGGUH ELOH DHI LUHUNG

Upload: abhijata-kartika-silananda

Post on 11-Oct-2015

1.142 views

Category:

Documents


36 download

DESCRIPTION

batik

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUANPuji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkahNya sehingga saya bisa membuat rangkuman pelajaran membatik kelas 5 6 untuk Pendidikan Teknologi Dasar PTD khusus untuk Sekolah Dasar Negeri I7 Kuningan. Berkat bantuan/jasa Media Online atau vebsite.Ramngkuman membatik untuk pelajaran Pendidikan Teknologi Dasar PTD ini terujut berkat jasa media Online atau vebsite, oleh karena itu saya berterima kasih banyak kepada media Online atau vebsite. Karena sangat membantu tugas kami sebagai sebagai guru karena media Online atau vebsite merupakan sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu lengkap.Semoga rangkuman membatik yang sangat sederhana dan masih banyak kekurangan ini bermafaat bagi para guru dan peserta didik, yang sedang mempelajari dan mendalami seni batik. Dan semoga pula bangsa kita tetap mencintai dan melestarikan seni Batik, yang merupakan salah satu seni budaya warisan leluhur.Selanjutnya saya berharap adanya krotik dan saran yang bersifat membangun, demi kesempurnaan rangkuman ini.

BATIKBUDAYA BANGSA WARISAN LELUHUR SUNGGUH ELOH ADHI LUHUNG

II. RAGAM HIAS GEOMETRIS

Ragam Hias GeometrisRagam hias di sebut juga motif hias. Motif Hias adalah motif yang berfungsi untuk menghias suatu bidang, bidang yang dimaksud adalah kain. Ragam hias geometris adalah ragam hias (motif hias) yang menggunakan unsur geometris sebagai bentuk dasarnya. Ragam hias geometris mempunyai bentuk dasar bidang-bidang seperti, segi tiga, segi empat, lingkaran, layang-layang, dan bangun lainnya. Pada pelajaran batik kelas 4 telah dibahas tentang motif tradisional, maka pada pelajaran ini akan kita pelajari secara lebih rinci.

A. SwastikaSwastika adalah motif hias berbentuk dasar huruf Z yang saling berlawanan. Di dalam batik, motif swastika biasanya digunakan sebagai hiasan pinggir.

B. Banji

Banji adalah motif swastika berkait atau saling berhubungan. Motif ini digunakan sebagai penghias bidang. Motif banji lengkap dengan motif isen-isen dan motif pengisi lainnya.

C. Pilin

Motif hias pilin adalah motif hias yang mempunyai bentuk dasar huruf S atau spiral. Motif ini berfungsi untuk hiasan pinggir dan pengisi bidang.

D. Meander

Motif hias meander adalah motif yang memiliki bentuk dasar huruf T. Motif ini biasanya digunakan untuk membuat hiasan pinggir.

E. Pinggir Awan

Motif hias pinggir awan merupakan pengembangan motif hias meander. Motif ini digunakan untuk hiasan pinggir.

F. Kawung

Motif hias kawung ialah motif hias berbentuk dasar lingkaran. Kawung berarti aren atau kolang-kaling. Motif kawung menyerupai buah aren (kolang-kaling) yang dipotong melintang sehingga kelihatan empat potongan bijinya. Motif hias kawung digunakan untuk hiasan pinggir. Namun lebih banyak digunakan untuk hiasan bidang.

G. Tumpal

Motif hias tumpal adalah ragam hias yang mempunyai bentuk dasar segitiga. Ragam hias ini digunakan untuk hiasan pinggir.

H. Ceplokan

Motif hias ceplokan adalah ragam hias yang terdiri atas satu motif dan disusun berulang-ulang. Motif hias ini disebut juga motif kertas tempel.Macammacam bathik Ceplok :1. Ceplok Sobrah.2. Ceplok Jamang.3. Ceplok Tunjung Karoban.

4. CeplokMlathi Selangsang.5. Ceplok Onangonang.6. Ceplok Cara Gelar.

7. Ceplok Cundhuk Wilis.8. Ceplok Puspa Tanjung.9. Ceplok Udan Mas.

10. Ceplok Nagasari.11. Ceplok Sridenta.12. Ceplok Madusumirat.

13. Ceplok Erengereng.14. Ceplok Anginangin.15.

KET. GAMBAR CEPLOK 3 Bh.

III. RAGAM HIAS NON GEOMETRIS Rabu, Juni 06, 2012 | Diposkan oleh Rasmujo Kahar | Tahukah kalian cara belajar yang paling menyenangkan dan mudah diingat ? Cara belajar yang paling menyenangkan dan mudah diingat adalah dengan memperoleh pengalaman secara langsung. Artinya untuk memperoleh pengalaman langsung kalian dapat melakukannya ke tempat produksi batik. Tempat-tempat seperti ini dapat kita temukan di wilayah Pekalongan. Di tempat produksi tersebut kalian dapat menanyakan banyak hal tentang batik.

Pada pembahasan yang lalu kita telah menyinggung bahwa motif hias batik tradisional terdiri atas motif geometris dan non geometris.1. Pengertian Ragam Hias Non Geometris Ragam hias non geometris adalah ragam hias yang tidak menggunakan unsur garis dan bidang geometri sebagai bentuk dasarnya. Secara garis besar bentuk motif hias non geometris terdiri atas motif tumbuhan dan motif binatang.

A. Ragam ( Motif Hias ) TumbuhanBanyak unsur tumbuhan dapat dijadikan motif seni batik seperti ; daun, tangkai, kuncup, bunga, sulur, dan sebagainya. perhatikan gambar di bawah ini

B. Ragam ( Motif Hias ) BinatangSeperti halnya pada motif tumbuhan, motif binatang yang dijadikan sebagai sumber inspirasi untuk menciptakan motif batik juga banyak, antara lain kupu-kupu, burung, sayap, kijang, dan lain sebagainya. perhatikan contoh di bawah ini :

C. Pengertian Batik Ada banyak pendapat tentang pengertian batik . Menurut Dr. Kusnin Asa, Batik berasal dari kata Ba dan Tik. Ba diambil dari kata bahan yaitu kain mori dan tik diambil dari kata titik, yaitu motif yang digunakan.. Jadi batik berarti bahan (kain) yang dihiasi motif (titik).

IV. UNSUR-UNSUR POLA BATIK

Unsur - Unsur Pola Batik

Pola Batik adalh susunan motif hias batik secara keseluruhan. Pola batik merupakan susunan dari unsur-unsur tertentu sehingga menjadi satu kesatuan yang baru. Untuk mengetahui tentang pola batik, kita harus mengetahui unsur-unsur tersebut. Pola batik tradisional biasanya terdiri atas tiga unsur pokok, yaitu motif pokok, motif pengisi bidang, dan motif isen (isian)

A. Motif Pokok

Motif Pokok adalah motif yang menjadi motif inti dari keseluruhan pola pada batik. Biasanya motif pokok menjadi nama dari jenis batik, misalnya motif pokok bunga buketan menjadi nama batik buketan.

B. Motif Pengisi Bidang

Motif pengisi bidang adalah motif di luar motif pokok yang mengisi bidang secara keseluruhan. Motif pengisi bidang bentuknya lebih kecil daripada motif pokok.

C. Motif Isen

Motif isen adalah motif yang berfungsi untuk mengisi (melengkapi) motif pokok. Motif isen biasanya berbentuk garis-garis dan titik-titik. Berikut adalah beberapa contoh bentuk Isen-isen.

Motif pokok terdiri atas motif-motif inti hiasan batik. Contoh di bawah ini berbentuk motif buketan. Motif dalam keadaan kosong seperti ini disebut klowongan.

Motif pokok berbentuk klowongan kemudian diisi dengan motif-motif isen. Batik motif pokok yang diberi motif isen disebut batik reng-rengan. Pada gambar di bawah motif isen-isen yang dipakai adalah cecek-cecek (titik-titik), sawut (garis), cecek sawut (titik dan garis), serta manggaran.

Motif pokok yang telah diisi dengan motif isen selanjutnya dilengkapi dengan motif isian bidang di luar motif pokok. Bentuk motif isian bidang ada beberapa macam, antara lain titik, ukel, laseman, dan lain-lain.

V. PROSEDUR PEMBUATAN BATIK Prosedur Pembuatan BatikPada materi yang lalu kita telah mengenal beberapa teknik pokok batik, yaitu batik tulis dan batik cap. Batik tulis adalah batik yang dikerjakan dengan canting tulis. Batik cap adalah batik yang dikerjakan dengan teknik cap. Namun ada juga batik yang dikerjakan dengan gabungan dua teknik tersebut, yaitu gabungan teknik tulis dengan cap. Batik seperti ini disebut dengan batik kombinasi.

Banyaknya proses pengerjakan batik tergantung dari jumlah pewarnaan (celup). Batik monokrom dikerjakan dengan sekali proses (mbabar sepisan). Untuk batik dengan dua warna dikerjakan dengan dua kali proses (mbabar pindo). Sementara batik tiga warna dikerjakan dengan tiga kali proses atau disebut batik tiga negeri sebagai salah satu ciri batik pesisiran. Setiap proses pembatikan pada dasarnya mengalami proses yang sama, sebagai berikut :

A. PemalamanMembatik adalah pekerjaan yang saling berurutan, artinya satu langkah dapat dikerjakan jika langkah sebelumnya telah selesai dikerjakan. Setiap tahap dapat dikerjakan oleh orang yang berbeda. Sepotong mori tidak dapat dikerjakan oleh beberapa orang dalam waktu yang sama untuk beberapa tahapan.Tahapan-tahapan pemalaman dengan canting tulis adalah sebagai berikut ;

1. Membuat KerangkaMembuat kerangk (mola), adalah membuat kerangka pola secara garis besar. Pembuatan pola dengan menggunakan pensil disebut mola. Pembuatan pola dengan pensil hanya untuk batik tulis, sedangkan untuk batik cap tidak dibutuhkan pembuatan pola dengan pensil. Hal itu karena motif hias sudah ada pada permukaan canting cap.Pembuatan pola tanpa melalui pembuatan pola dengan pensil atau membuat pola langsung dengan menggunakan canting disebut dengan istilah ngrujak. Pekerjaan ini hanya dilakukan oleh orang yang sudah mahir (profesional). Dan hasil pekerjaan ini disebut batikan klowongan atau klowongan. Bentuk batik klowongan adalah motif pokok. Canting yang digunakan adalah canting klowongan yang memiliki cucuk ukuran sedang.

2. Ngisen-isenNgisen-isen adalah melengkapi pola yang masih berbetuk kerangka (klowongan) atau motif pokok dengan motif isen-isen, seperti sawut, ukel, dan sebagainya. Ngisen-iseni menggunakan canting khusus seperti canting cecekan, canting prapatan, atau canting piton. Setiap pekerjaan ngisen-iseni memiliki nama sendiri-sendiri. Pemberian nama pada pekerjaan ngisen-iseni tergantung dari jenis canting yang digunakan.Nama jenis canting diubah menjadi kata kerja dan dijadikan nama pekerjaan, sedangkan nama hasil pekerjaan diambil dari nama canting yang digunakan. Misalnya pekerjaan nyeceki adalah pekerjaan yang menggunakan canting cecekan. Hasil pekerjaannya disebut cecekan. Pekerjaan neloni adalah pekerjaan yang menggunakan canting telon. Hasil pekerjaannya disebut neloni. Pekerjaan mrapati dilakukan dengan canting prapatan. Hasil pekerjaannya disebut prapatan. Kain batik yang telah dikerjakan gambar kerangkanya (mola) dan dilengkapi dengan isen-isennya disebut dengan nama reng-rengan.

3. NerusiPekerjaan nerusi merupakan pekerjaan penyelesaian kedua. Nerusi adalah membuat pola dan isen-isen di sebaliknya kain reng-rengan. Caranya adalah batik reng-rengan dibalik, kemudian di bagian belakang tersebut dibatik dengan pola yang sama dengan batikan reng-rengan. Dengan demikian, batikan bagian muka dan belakang kain mori akan sama. Proses ini sangat penting untuk membuat fungsi lilin malam sebagai perintang warna akan menjadi sempurna karena warna antarpola tidak merembes dan bercampur.

4. NembokNembok dilakukan dalam batik dengan proses beberapa kali pewarnaan. Ketika sebuah batikan tidak seluruhnya akan diberi warna karena suatu bagian akan diberi warna lain maka bagian yang tidak akan diberi warna ditutup dengan malam. Pemalaman seperti ini disebut nembok. Cara nembok seperti membatik bagian tertentu dengan canting tembokan. Pekerjaan nembok biasanya menggunakan jenis malam dengan kualitas rendah.

5. MblirikiMbliriki adalah proses nerusi, namun untuk bagian-bagian tembokan. Mbliriki memiliki fungsi yang sama dengan nerusi, yaitu membuat batikan dibagian belakangmori, namun berbeda bagian. Hasil pekerjaan mbliriki disebut blirikan. Seperti nembok blirikan juga menggunakan canting tembokan dan caranya seperti nemboki.

B. Teknik dan Istilah Pewarnaan BatikProses selanjutnya setelah proses pembuatan pola yaitu pemberian warna. Pemberian warna ini pada tempat atau bagian kain yang terbuka sedangkan pada bagian kain yang tertutup lilin malam tidak terkena warna atau tidak berwarna. Oleh karena itu jumlah pemberian lilin malam tergantung dari jumlah warna yang digunakan.Di dalam proses pewarnaan batik dikenal beberapa istilah. Macam-macam istilah pewarnaan tersebut, antara lain medel, celupan warna dasar, menggadung, coletan atau dulitan, dan menyoga.

1. MedelMedel adalah memberi warna biru tua pada kain setelah kain dicap klowongan dan di cap tembok atau selesai di tulis. Untuk kain sogan kerokan, medel merupakan warna pertama yang diberikan pada kain. Medel dilakukan secara celupan. Dahulu bahan yang dipakai untuk medel adalah nila dari daun indigofera (daun tom) karena cat pewarna ini mempunyai daya pewarnaan lambat sehingga celupan dilakukan berulang-ulang. Selanjutnya untuk medel dipakai zat pewarna indogo synthetis. Cara pencelupannya sama dengan indigo alam. Medel dengan zat warna naphtol cara pencelupannya lebih cepat. Hal ini karena pencelupan hanya dilakukan satu kali.

2. Celupan Warna DasarTeknik celupan warna dasar digunakan pada proses membatik yang tidak dilakukan pada kain mori yang masih berwarna putih. Artinya ketika proses pemalaman kain sudah diberi warna dasar. Oleh karena itu batik ini sering disebut batik berwarna.Batik-batik berwarna seperti batik Pekalongan, batik cirebon, dan batik banyumas tidak di wedel, tetapi sebagai gantinya diberi warna yang lain, seperti warna-warna hijau, violet, merah, kuning, orange, dan warna-warna yang lain. Agar warna dasar pada pewarnaan berikutnya tidak berubah atau tidak tertindih warna lain, maka perlu ditutup dengan lilin batik. Oleh karena itu zat warna yang dipakai adalah yang mempunyai ketahanan yang baik, seperti ; indigosol, naphtol, atau indanthreen.

3. MenggadungMenggadung adalah menyiram kain dengan larutan zat pewarna. Kain diletakkan terbuka rata di atas papan atau meja, kemudian di siram dengan larutan pewarna. Cara pewarnaan ini menghemat zat warna, tetapi hasil warnanya kurang rata sehingga larutan cat itu diratakan dengan disapu-sapu. Pewarnaan batik secara menggadung ini dikerjakan oleh para pembuat batik Pekalongan untuk memberi warna pada kain batik sarung atau batik buketan.

4. Coletan atau DulitanPewarnaan dengan cara coletan atau dulitan ialah memberi warna pada kain batik setempat dengan larutan zat warna yang dikuaskan atau dilukiskan di daerah yang diwarnai dengan dibatasai oleh garis-garis lilin sehingga warna tidak menerobos daerah yang lain. Biasanya untuk coletan dipakai cat rapid atau indigosol. Di daerah pantai utara Jawa, seperti Gresik, pewarnaan semacam ini disebut dulitan dan kain batik yang dihasilkan disebut kain dulitan. Hal ini sudah dikerjakan sejak dahulu. Di daerah Pekalongan, coletan ini banyak digunakan pada batik buketan.5. Menyoga Menyoga adalah memberi warna coklat pada kain batik. Untuk kain sogan Yogya dan Solo, menyoga merupakan pewarnaan terakhir. Dahulu warna coklat atau warna soga dibuat dari zat pewarnaan tumbuh-tumbuhan, antara lain kulit pohon soga sehingga sampai sekarang mencelup batik dengan warna ini disebut menyoga dan warna coklat pada kain b atik disebut warna soga. Warna soga dapat diperoleh dengan zat-zat warna dari tumbuhan yang disebut soga Jawa dan zat warna soga synthetis, seperti soga Ergan, soga Chroom, soga Kopel, zat warna Napthol, zat warna indigosol, atau kombinasi (campuran)dari beberapa zat warna tersebut.Tahap pewarnaan ini tidak dapat dipisahkan dengan tahap pemalaman. Setiap tahapan diberi warna, seperti pewarnaan satu, pewarnaan dua, pewarnaan tiga dan seterusnya. Di dalam batik pewarnaan dengan satu warna dilakukan sekali proses yang disebut dengan babar sepisan (babar sekali). Pewarnaan dengan dua warna disebut babar pindo (babar dua kali), dan tiga kali pewarnaan disebut babar tiga negeri.Pewarnaan teknik celup adalah mencelupkan seluruh bagian kain batik ke dalam larutan warna. Untuk penggunaan warna dari napthol dibutuhkan dua kali pencelupan. Celupan pertama disebut celupan napthol. Pada celupan pertama warna yang dikehendaki belum muncul. Baru pada celupan kedua warna akan muncul. Pencelupan kedua disebut penggaraman karena yang digunakan adalah zat kimia garam (RC). Celupan kedua berfungsi untuk memunculkan dan menguatkan warna yang dikehendaki.

C. Penghilangan Lilin (Pelorodan) Menghilangkan lilin (malam) pada batik dapat bersifat menghilangkan sebagian atau menghilangkan keseluruhan lilin. Menghilangkan sebagian atau setempat adalah melepas lilin pada tempat atau bagian-bagian tertentu dengan cara mengerok dengan alat sejenis pisau. Pekerjaan dengan cara mengerok ini disebut ngerok atau ngerik. Pekerjaan ini dilakukan setelah kain di wedel untuk batik sogan dari Solo atau Yogyakarta. Maksud dari pekerjaan ini ialah membuka lilin klowongan, dimana pada bekas lilin yang dikerok ini nantinya akan diberi warna soga.

Penghilangan lilin secara keseluruhan dapat dilakukan pada pertengahan maupun akhir proses pembuatan kain batik Penghilanagn lilin secara keseluruhan disebut pelorodan. Pada batik Pekalongan proses ini sering dilakukan. Pelorodan yang dilakukan ditengah proses pembatikan biasanya dilakukan untuk memberikan warna lain pada jejak lilin yang dilorod. Pada bagian-bagian pola yang diinginkan, dibiarkan putih dicanting (ditutup) ditutup kembali dengan lilin. Sementara bagian lain yang akan diwarna tertentu dibiarkan tanpa ditutup lilin.

Pelorodan pada akhir proses pembuatan batik disebut dengan mbabar atau ngebyok. Pelepasan dilakukan dengan menggunakan air panas. Lilin akan meleleh dalam air panas sehingga terlepas dari kain. Untuk kain dengan pewarnaan dari bahan alam, air panas diberi kanji. Sementara untuk pelorodan kain batik dengan pewarnaan dengan warna sintetis air panasnya diberi soda abu. Lilin dapat dihilangkan dengan menyeterika. Penghilangan lilin malam dengan seterika dilakukan sebagai berikut :1. Siapkan meja kerja dengan alas koran bekas.2. Siapkan pula kertas koran lain dan kertas tisu.3. Letakkan kain batik yang akan dihilangkan lilin malamnya di atas kertas koran bekas. Di atas kain diletakkan kertas tisu beberapa lembar sesuai kebutuhan.4. Letakkan lagi (di atas tisu) selembar kertas koran.5. Setelah seterika panas, letakkan di atas kertas koran paling atas. Gosok-gosokkan seterika beberapa saat.6. Angkat kertas koran paling atas dan kertas tisu. Dengan pemanasab seterika tersebut, lilin malam akan meleleh dan menempel pada kertas tisu.

VI. MEMBUAT POLA BATIK

MEMBUAT POLA BATIKDalam membatik dibutuhkan keluwesan dan kecepatan membentuk suatu motif. Selain itu diperlukan daya cipta dan kreativitas dalam membuat gambar (pola) dengan canting di atas kertas atau kain.Dalam membuat pola batik, dikenal tiga tingkatan latihan, yaitu tingkat pertama, tingkat kedua, dan tingkat ketiga.

Tingkat Pertama yaitu melatih tangan mencapai keluwesan dan kecepatan membuat garis dan bentuk tertentu. Bentuk latihan dengan membuat garis dan bentuk dengan pensil di atas kertas.

Tingkat Kedua yaitu melatih daya cipta atau kreativitas. Latihan yang dilakukan adalah membuat stilasi benda-benda yang ada di sekitar. Kemudian latihan di tingkatkan dengan menggambar benda-benda khayalan. Latihan berikutnya adalah menggabungkan unsur-unsur gambar dalam sebuah komposisi bidang.

Tingkat ketiga dengan membuat gambar (pola) menggunakan canting di atas kain. Dalam membatik dibutuhkan pengalaman dan ketrampilan.

Membuat pola ada tiga langkah yaitu membuat pola pokok, membuat motif isen, dan membuat motif pengisi bidang.

A. Membuat Pola Pokok

Di dalam membuat pola batik, langkah pertama adalah membuat pola pokok. Pada latihan ini kita mengambil contoh pola pokok motif hias kawung. Tebali titik-titik di bawah ini sehingga menjadi garis.Pada pola hias kawung di atas dihiasi dengan motif pengisi. Banyak variasi motif pengisi yang dapat dibuat. Kalian daopat membuat variasi sendiri untuk motif isen, atau mootif pengisi bidang yang ada.

B. Membuat Motif Pengisi Bidang dan Isen

1. Motif Pilin BergandaLengkapilah bidang-bidang kosong pada gambar pola pokok motif pilin berganda di bawah ini dengan ragam hias pengisi bidang sesuai dengan kreasimu sendiri.2. Motif Tumpal Lengkapilah bidang-bidang kosong pada gambar pola pokok motif tumpal dibawah ini dengan ragam hias pengisi bidang sesuai dengan kreasimu !3. Motif BanjiLengkapilah bidang-bidang kosong pada gambar pola pokok banji di bawah ini dengan ragam hias pengisi bidang !

VII. Membuat Batik Cap Sederhana Kita tentu masih ingat tiga langkah pokok teknik membuat batik yaitu, pemalaman (perintangan), pewarnaan, dan pelepasan lilin malam. Dalam materi ini akan diuraikan cara membuat batik cap sederhana.

A. Cap Sederhana

Teknik batik cap sederhana dapat dibuat dengan berbagai macam media. Media yang di maksud di sini adalah alat cap. Alat cap sederhana dapat dibuat dari berbagai bahan, seperti bambu, rotan, kayu, dan tripleks.Yang terpenting dalam pembuatan alat cap sederhana adalah dengan membuat pola benda ke atas kain. Permukaan potongan bambu untuk membuat motif dapat berupa lingkaran, lengkungan, dan sebagainya.Untuk mempermudah memahami alat cap sederhana ini dapat kita bandingkan ketika kita melakukan cetak tinggi dengan bahan ketela, wortel, pelepah pisang, belimbing, dan sebaginya.

B. Membuat Batik Sederhana

Seabelum praktik dilakukan, kalian harus membuat perencanaan. Perencanaan ini berfungsi sebagai pedoman. Dengan demikian, kegiatan yang dilakukan akan terarah. Terarah artinya kegiatan yang tidak menyimpang dari rencana.Perencanaan sederhana contohnya seperti berikut :

1. Nama Kegiatan: membuat batik sederhana2. Motif Yang direncanakan: abstrak (kreasi baru)3. Teknik yang dipilih: cap dan lukis4. Teknik pewarnaan : celup5. Pelepasan lilin malam : lorod rebus

Dari perencanaan sederhana di atas kalian dapat memulai langkah selanjutnya, yaitu menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.Bahan yang digunakan antara lain sebagai berikut ;

1. Kain mori : 50 cm x 50 cm2. Lilin malam : secukupnya3. Zat pewarna : naphtol kering + garam (AS)4. Soda abu : secukupnya5. Air : secukupnya6. Kain tebal : 15 cm x 15 cm

Alat yang digunakan antara lain sebagai berikut ;1. Wajan datar (dari tutup kaleng)2. Kompor kecil3. Kuas ukuran sedang4. Potongan bambu atau gelas kertas5. Kawat kecil6. Kertas koran bekas7. Ember ukuran sedang

Prosedur pembuatannya sebagai berikut :1. Perintangan (Pemalaman)a. Siapkan kompor, wajan kecil, dan lilin malam.b. Nyalakan kompor dengan api sedangc. Letakkan wajan di atas kompor dengan lilin malam di dalamnya. Biarkan sampai lilin malam mencair. Perhatikan bongkahan lilin malam jangan terlalu besar. Sesuaikan dengan kapasitas wajan agar tidak tumpah. Jika sudah mencair, api kompor di kecilkan.d. Siapkan selembar kain mori putih di atas meja kerja yang sudah dilapisi koran bekas. Rapikan kain mori jangan sampai terlipat. Kerapian akan mempengaruhi hasil.e. Letakkan kain tebal di permukaan wajan. Fungsi kain tebal ini adalah sebagai tempat canting cap mengambil cairan lilin malam . Caranya dengan menempelkan permukaan canting cap ke permukaan kain tebal yang sudah terlumuri cairan lilin malam. Dengan demikian cairan lilin malam yang menempel pada canting cap tidak terlalu banyak.f. Ambil alat yang akan digunakan sabagai canting cap. Kalian dapat menggunakan potongan bambu atau gelas kertas (bekas gelas mie). Tempelkan permukaan cap tersebut ke kain tebal yang ada di wajan.g. Permukaan canting yang sudah mengandung cairan lilin malam itu segera ditempelkan pada permukaan mori yang sudah disiapkan.h. Kalian dapat menambah motif dengan kuas atau menggunakan alat lain.i. Jika motif sudah sesuai dengan yang kita inginkan, mori diangkat dan diangin-anginkan. Biarkan sampai lilin pada kain mengering kembali.

2. PewarnaanPada perencanaan telah ditentukan pewarnaan menggunakan naphtol kering. Perlu di ketahui bahwa warna naphtol kering tidak langsung menghasilkan warna yang dikehendaki. Warna baru muncul jika hasil pencelupan dengan naphtol dicelup kembali ke dalam cairan garam. Garam yang dimaksud adalah zat kimia khusus untuk memunculkan warana naphtol. Kamu dapat membelinya di toko-toko obat batik. Setiap jenis warna naphtol memiliki kode kimia tersendiri. Demikian pula garamnya. Oleh karena itu ketika membelinya harus memberitahu jenis warna yang diinginkan. Pada praktik kali ini kita akan mencoba menggunakan naphtol AS dengan garam RD. Warna yang dihasilkan adalah merah cerah. Perbandingan naphtol dan garam dengan air adalah sebagai berikut :a. 7 gram naphtol AS untuk setiap 1 liter air.b. 18 gram garam RD untuk setiap 1 liter air

3. Pencelupana. Larutkan naphtol AS ke dalam air dengan perbandingan 7 gram untuk setiap 1 liter air.b. Larutkan pula garam RD dalam air dengan perbandingan 18 gram untuk 1 liter.c. Celupkan kain yang sudah dibatik ke dalam larutan naphtol AS. Usap-usaplah kain dengan telapak tanganuntuk membantu warna masuk dalam serat kain. Jika sudah rata, kain diangkat. Pada tahap ini warna yangdiinginkan belummuncul.d. Kain yang sudah dicelup larutan naphtol kemudian dicelup dengan larutan garam RD. Pada tahap ini warna yang diinginkan baru muncul. Lakukan pencelupan sampai warnanya merata.e. Cucilah kain dengan air bersih kemudian tiriskan.

4. Pelorodan (Pelepasan) Lapisan lilin malamPelepasan malam dengan teknik kerokan dilakukan dengan alat sejenis pisau tumpul. Alat dikerokkan pada lapisan lilin malam sedikit demi sedikit hingga semua lilin terlepas. Untuk membersihkan sisa-sisa lilin malam pada kain dilakukan dengan lorod rebus. Lorod rebus yaitu kain direbus dalam air panas sambil dibolak-balik.

C. Menyiapkan Celupan WarnaPada pelajaran ini kita sudah menentukan bahan pewarna batik, yaitu bahan sintetis. Bahan warna disebutpula ubar. Bahan warna sintetis adalah bahan warna kimia buatan pabrik tertentu. Kita akan berkenalan dengan bahan pewarna naphtol.Naphtol adalah zat warna tekstil untuk celup batik secara cepat. Naphtol memiliki warna yang kuat. Oleh karena itu, batik modern banyak menggunakan jenis pewarna ini.Pewarna naphtol terdiri atas dua unsur, yaitu naphtol AS sebagai dasar warna dan garam diazonium sebagai pembangkit warna. Garam diazonium biasa disebut garam saja.

VIII. MEMBUAT DESAIN MOTIF TUMBUHAN/ BINATANGBatik ada yang bermotif tumbuhan dan binatang. Bagaimana cara membuat motif batik tersebut? Pada kesempatan ini saya akan coba menunjukkan cara membuat motif hias tumbuhan dan binatang.

Motif hias tumbuhan terdiri atas beberapa unsur, antara lain ; daun, tangkai/cabang, dan bunga. Nah untuk membuat motif-motif hias harus dilakukan stilasi. Stilasi yang dimaksud adalah menyederhanakan atau menggayakan bentuk realistis /benda (obyek) yang ada di sekeliling kita menjadi bentuk dekoratif. Berikut adalah beberapa contoh bentuk-bentuk stilasi yang mengambil obyek tumbuhan dan binatang.

gbr.1 contoh stilasi bunga

gbr.2 stilasi lain dari bunga

gbr.3 beberapa stilasi binatang

gbr.4 beberapa stilasi kupu-kupu

gbr.5 stilasi sayap

gbr.5 stilasi sayap lengkap

IX. JENIS DAN MODEL ORNAMENa. OrnamenMerupakan unsur pokok dalam motif berupa gambar dengan bentuk tertentu yang berukuran cukup besar atau dominan dalam sebuah pola. Ornamen ini disebut juga ornamen pokok. Berikut adalah ornamen-ornamen pokok tradisional klasik yang antara lain terdiri atas: Meru, Pohon Hayat, Tumbuhan, Garuda, Burung, Candi atau Perahu (Bangunan), Lidah api, Naga, Binatang dan Kupu-kupu.1. Meru adalah bentuk seperti gunung, kadang digambarkan dengan rangkaian tiga gunung dengan gunung yang di tengah sebagai gunung puncak. Dalam pengertian indonesia kuno, gunung melambangkan unsur bumi atau tanah yang merupakan salah satu elemen dari empat unsur hidup yaitu Bumi, Geni, Banyu dan Angin. Dalam kebudayaan Jawa-Hindu, meru menggambarkan puncak gunung yang tinggi tempat bersemayamnya para dewa. Kini karena kurangnya pengetahuan para pembatik atas arti dan bentuk ornamen semula, Meru juga mengalami perubahan seperti digabung dengan bagian tumbuhan, dibentuk hingga bentuk asal tidak nyata lagi.

Meru2. Pohon Hayat disebut juga Pohon Surga, merupakan suatu bentuk pohon khayalan yang bersifat perkasa dan sakti, dan merupakan lambang kehidupan. Pohon ini digambarkan terdiri atas batang, dahan, kuncup, daun, berakar tunjang atau sobrah. Pohon ini hampir terdapat di semua daerah di Indonesia dengan berbagai variasi. Di seni anyaman Kalimantan, pohon ini disebut Batang Garing. Dalam seni wayang disebut Gunungan atau Kayon. Pohon ini terdapat di relief Candi Jago dan di percaya telah ada sejak abad ke 13, namun bukti yang paling jelas adalah pohon ini terdapat di relief kompleks makam Ratu Kalimanyat yang bertuliskan tahun 1559. 3. Tumbuhandigambarkan sebagai salah satu bagian seperti bunga, sekelompok daun atau kuncup, atau rangkaian dari bunga dan daun. Tumbuhan kadang digambarkan sebagai lung-lungan, yaitu tanaman menjalar bentuk berlengkung-lengkung. Pada motif batik klasik ornamen berperan sebagai ornamen pokok maupun ornamen pengisi.

Tumbuhan

4. Garuda digambarkan sebagai bentuk stilir dari burung garuda, atau rajawali atau kadang seperti burung merak. Garuda adalah makhluk khayalan yang perkasa dan sakti, kendaraan Dewa Wisnu juga digambarkan sebagai Garuda.

Garuda5. Burung.Ada tiga macam ornamen burung dalam batik yaitu burung merak, burung phoenix, yang terakhir adalah burung aneh atau burung khayalan. Ornamen burung juga digunakan sebagai ornamen pengisi selain ornamen pokok.

Burung6. Bangunan. Adalah ornamen yang menggambarkan bagian bangunan terdiri atas lantai atau dasar dan atap.

Bangunan7. Lidah api. Ornamen lidah api digambarkan dalam 2 macam bentuk yaitu sebagai deretan nyala api sebagai hiasan pinggir atau batas, dan berupa deretan ujung lidah api memanjang. Zaman dulu api melambangkan kekuatan sakti yang dpat mempengaruhi kepribadian manusia, yang kalau dikuasai dapat menjadi pemberani dan pahlawan, namun bila tidak menjadi angkara murka.

Lidah Api8. Naga adalah makhluk khayalan berupa ular besar yang mempunyai kekuatan luar biasa dan sakti. Sebagai ornamen naga digambarkan dengan bentuk seperti kepala raksasa dengan mahkota, kadang bersayap, kadang bersayap dan berkaki.

Naga9. Binatang (berkaki empat). Binatang yang sering digunakan sebagai ornamen adalah lembu, kijang, gajah, singa atau harimau, dan digambarkan secara unik misalnya gajah bersayap atau mempunyai ekor berbunga.

Binatang (Berkaki Empat)10. Kupu-kupu. Ornamen ini biasanya digambarkan dengan sayap terkembang dari atas, dan biasanya terdapat pada golongan motif Semen dan Ceplok .

KUPU-KUPUb. Ornamen pengisiSeperti namanya, ornamen ini digunakan sebagai pengisi bidang untuk memperindah motif secara keseluruhan. Ornamen ini berukuran lebih kecil dan berbentuk lebih sederhana dibanding ornamen pokok. Contoh ornamen pengisi adalah ornamen berbentuk burung, daun, kuncup, sayap dan daun.

Ornamen Pengisic. IsenBerfungsi sebagai pengisi atau pelengkap ornamen. Berbentuk kecil dan sederhana misalnya berupa titik-titik. Isen yang masih berkembang sampai saat ini antara lain adalah cecek-cecek, cecek pitu, sisik melik, cecek sawut, cecek sawut daun, herangan, sisik, gringsing, sawut, galaran, rambutan dan rawan, sirapan, cacah gori. [Olin]ISEN - ISIAN

KELAS VII. MOTIF BATIK KLASIK

Ragam hias disebut dengan motif hias. Motif hias adalah motif yang berfungsi untuk menghias suatu bidang pada kain.

A. Batik Klasik Dr. J. Brandes mengatakan bahwa batik berasal dari zaman yang sama dengan gamelan, wayang, syair, barang-barang logam, pelayaran, ilmu falak, dan pertanian.Menurut para ahli sejarah zaman yang disebutkan Dr. J. Brandes itu terjadi pada abad ke-8, yaitu zaman Sriwijaya. Hal ini dapat dibuktikan melalaui perbandingan dengan kebudayaan lain. Kebudayaan yang digunakan sebagai bahan perbandingan adalah kebudayaan arca (patung) yang terdapat pada candi-candi. Seperti kita ketahui bahwa pada arca-arca tersebut kita temukan gambaran manusia yang memakai pakaian dengan motif-motif tertentu. Arca-arca tersebut merupakan penggambaran budaya yang sudah ada pada zaman tersebut. Arca-arca tersebut digambarkan mengenakan kain batik. Kesimpulannya bahwa pada zaman itu sudah ada kebudayaan batik.

B. Bukti Peninggalan Adanya Kebudayaan BatikBukti-bukti peninggalan adanya kebudayaan batik adalah sebagai berikut :1. Dasar Motif Lereng/ Liris Motif liris atau lereng adalah motif yang memiliki bentuk dasar garis-garis miring sejajar. Motif ini ditemukan pada pakaian patung Syiwa (dari emas) yang terdapat di daerah Gemuruh, Wonosobo, yaitu di candi Dieng. Motif lereng pada patung Syiwa ini dianggap sebagai dasar motif lereng pada zaman berikutnya.Motif lereng yang lebih bervariasi terdapat pada pakaian patung Manjusri dari Ngemplak, Simongan, dekat Semarang. Patung ini berasal dari zaman abad ke- 10.

2. Motif Ceplok Motif ceplok ditemukan pada patung Ganesa dari Candi Banon, dekat Candi Borobudur. Motif ini merupakan peninggalan abad ke-19 yang merupakan dasar dari motif ceplok zaman berikutnya.Motif-motif yang dianggap sebagai motif dasar ceplok dalam batik terdapat pada patung di bawah ini :

a. Patung Syiwa, terdapat pada candi Singasari, Malang (abad ke-13 M) berupa ornamen ceplok lingkaran-lingkaran menyerupai bunga.

b. Patung Durga dari Singasari, Malang (abad ke-13 M) berupa lingkaran-lingkaran yang dilengkapi motif isen.

c. Patung Brahma dari Singasari, Malang (abad ke- 13 M) berupa lingkaran-lingkaran yang berisi isen bundaran dan hiasan segi empat yang disusun berselang-seling. d. Patung Pradnyaparamita dari Malang ( kurang lebih 1350 AD) berupa lingkaran-lingkaran yang tersusun dan diberi isen sehingga menjadi motif ceplok yang indah. e. Dinding Candi Borobudur dan Candi Sewu.

f. Hulu senjata Keris dari Banten yang terbuat dari gading. Peninggalan ini berbentuk orang sedang jongkok mengenakan kain berpola ceplok.

3. Motif isen cecek sawutMotif isen cecek sawut yaitu motif yang terdiri atas titik dan garis pendek. Cecek berarti titik, sedangkan sawut berarti serabut atau garis-garis berjajar. Motif ini terdapat pada genderang perunggu (nekara) dari Sangeang, Bima, Nusa Tenggara Barat. Motif cecek sawut ini tidak terdapat pada kebudayaan India kuno. Motif ini hanya ada di Indonesia sehingga dianggap sebagai motif khusus Indonesia.

4. Motif Tritik (Titik-titik) Motif titik-titik (Tritik) ditemukan pada patung padmapani dari Jawa Tengah abad ke 8 sampai abad ke 10. Motif ini berbentuk titik-titik yang berukuran besar. Motif ini berkembang sampai sekarang.

5. Motif Kawung Banyak motif kawung ditemukan pada peninggalan patung, baik kawung dalam bentuk sederhana maupun yang berhias isen. Peninggalan motif kawungditemukan pada peninggalan patung-patung di bawah ini : a. Patung Hari-Hara dari Blitar berbentuk kawung berukuran besar lengkap dengan motif isen.

b. Patung Parwati berbentuk kawung kecil sederhana.c. Patung Syiwa dari Singasari, Malang Jawa Timur dengan motif isen menyerupai motif ceplok.d. Patung Budha Maha Dewa dari Tumpang dan patung Bhrkuti dari candi Jago. Kawung di candi ini berbentuk kurus dengan motif isen sehingga menyerupai motif ceplok.e. Patung Kertarajasa dari candi ngrimbi di Jombang, Jawa Timur (abad 13 M). Kawung pada berbentuk kurus dengan motif isen sehingga menyerupai motif ceplok. 6. Motif Sidomukti Motif sidomukti adalah motif yang berbentuk dasar segi empat dan diberi isen garuda, sayap/ lar, atau motif lain. Motif sidomukti berupa peninggalan terdapat pada Patung Ganesa dari Singasari (abad ke-13) yang berupa sidomukti dengan hiasan isen sederhana dan tengkorak.

7. Motif Semen (Gunung) Motif semen adalah motif yang berbentuk dasar gunung. Motif ini hiasannya dilengkapi denganmotif meru, garuda, pohon, dan candi. Motif-motif ini adalah motif batik khusus Indonesia.Peninggalan motif ini ditemukan di beberapa tempat sebagai berikut : a. Dinding makam Sendang Duwur di Bojonegoro dari zaman permulaan Islam pada tahun 1585b. Dinding masjid kompleks makam Ratu Kalinyamat di Mantingan, Jepara, peninggalan sekitar tahun 1559.

II. SEJARAH BATIK NUSANTARA

Bagi masyarakat Pekalongan batik bukan hal yang baru. Batik sudah ada sejak zaman dahulu. Batik merupakan bagian sejarah masyarakat Kota Pekalongan. Oleh karena itu pengetahuan tentang batik sudah diajarkan sejak dini kepada siswa sekolah dasar.

A. Pengertian BatikBatik merupakan seni rupa terapan (kriya) yang ada hampir di sebagian daerah di wilayah nusantara dengan berbagai corak hias, motif, teknik, dan bahan. Hal tersebut disebabkan batik sebagai seni kriya dengan bahan tekstil menjadi bagian kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan sandang. Sehingga kita tidak asing lagi dengan istilah atau kata batik. Apa sebenarnya pengertian batik itu ?

Di tinjau dari proses pengerjaan dan pengertian kata benda, batik dimaknai sebagai kain bercorak. Tim penulis dari Yayasan Harapan Kita menjelaskan bahwa batik berasal dari akar kata bahasa jawa tik yang mempunyai pengertian berhubungan dengan suatu pekerjaan halus, lembut, dan kecil yang mengandung unsur keindahan. Pengertian ini bertolak dari proses pembuatan batik dengan menitikkan lilin malam dengan canting sehingga membentuk corak yang terdiri atas susunan titik-titik dan garis-garis.

Batik sebagai kata benda merupakan hasil penggambaran corak ragam hias di atas kain dengan menggunakan canting sebagai alat gambar dan malam sebagai zat perintang. Di dalam pengertian tradisi yang ketat, membatik adalah keseluruhan proses dari pembuatan pola, penentuan tujuan, pemilihan ornamen, pemalaman dengan canting tulis, penggunaan zat pewarna alam, sampai pelorodan. Jadi secara umum teknis batik identik dengan celup rintang dengan menyertakan zat pewarna , malam, dan kain sebagai objeknya. Melalui proses teknis inilah ragam hias ditampilkan pada kain.

Menurut Dr. Kusnan Asa, arkeolog, peneliti, dan guru besar pasca sarjana UGM dalam bukunya Batik Pekalongan dalam lintas sejarah menjelaskan pengertian batik terdiri atas dua kata yang bergabung menjadi satu, yaitu kata ba dan tik yang keduanya hampir tidak memiliki arti apapun. Ba berasal dari kata bahan dan tik dari titik. Kalau dua kata digabungkan menjadi satu memiliki arti bahan dan titik yang disingkat batik.

Pendapat lain mengatakan batik berasal dari bahasa jawa ambatik yang berasal dari kata amba dan titik. Amba (jawa) untuk menggambarkan kain yang luas (lebar), berarti menggambar kain dengan titik-titik kecil. Ada pula yang berpendapat batik berasal dari kata tritik yang berarti membuat pola kain dengan titik kecil. Ada pula yang memberi pengertian batik sebagai kependekan kata banyak titik. Berbagai pendapat tentang batik di atas pada intinya mengandung pengertian yang sama. Batik adalah kain yang diberi motif hias yang dimulai dari unsur titik.Dalam pelajaran seni rupa diketahui bahwa terjadinya bentuk diawali dengan titik. Bahkan titik merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam seni rupa.

B. Batik Nusantara Dalam mempelajari batik Pekalongan, kita tidak bisa terlepas dari sejarah batik daerah lain. Sebagai sebuah kebudayaan, batik Pekalongan tidak berdiri sendiri tetapi selalu berhubungan dengan batik daerah lain. Menurut S.K. Sewan Susanto.S. teks dalam bukunya yang berjudul Seni Kerajinan Batik IndonesiaMengungkapkan hasil penelitian tentang asal-usul batik Indonesia sebagai berikut :1. Dari buku Bunga Rampai Sejarah Budaya Indonesia karangan Prof.Dr.R.M. Sutjipto Wirjosuparto mengatakan bahwa ; Bangsa indonesia sebelum bertemu dengan kebudayaan India telah mengenal aturan-aturan untuk menysun syair, mengenal teknik untuk membuat kain batik, mengenal industri logam, pada salah satu halaman bukunya terdapat penegasan sebagai berikut : Yang mengembangkan kesenian India di Indonesia adalah bangsa Indonesia sendiri. Jadi yang memperkaya kesenian Indonesia ialah orang-orang Indonesia yang telah hidup dan belajar di India untuk beberapa waktu. Ini dibuktikan oleh bangunan-bangunan Borobudur, prambanan dan sebagainya.

2. Dari buku Dr. Alfred Steinmann (Prof. ehnologi Universitas Zurich) ; Batik A Survey of Batik Design terbitan F. Lewis Publisher Limited 1959 mengatakan : a. Pada zaman T'sang dinasti di Cina (620-907 AD), raja cina itu sangat tertarik pada batik sehingga menyuruh ahli seninya berkeliling mempelajari batik di Balkhan, Karakorum, dan Turkestan Timur. b. Menurut pendapat Rouffaer (sarjana Belanda) batik Indonesia berasal dari India Selatan. PendapatRouffaer ini mungkin hanya berdasarkan lukisan lilin atau wax resist, tidak memperhatikan perbandingan desain dan waktu berkembangnya peristiwa pada masing-masing tempat. c. Pada tahun 1516 di Palikat dan Gujarat dari pantai utara Malabar (India) dibuat sejenis kain batiksecara lukisan lilin. Kemudian kain berkembang dan banyak dipasarkan di Malaya dengan sebutankain palekat d. Pada abad 17 dan 19 batik dari India selatan mencapai puncak perkembangannya.Kain batik dari Daka ini dibuat secara wax resist dikombinasikan dengan lukisan warna.e. Dibandingkan dengan batik dari beberapa negara, yang pada umumnya bermotif geometris, batikIndonesia bermotif lebih tinggi. Kecuali pada motif geometris terdapat motif-motif lainnya dan banyakvariasinya.f. Batik-batik dari dari negara lain di contohkan sebagai berikut :

1) Batik Yapan berkembang pada zaman dinasti Nara sampai sampai abad pertengahan, kemudian menghilang. Prosesnya dengan teknik wax resist, secara painting, dan wooden stencil (setak cukil kayu). Batik ini disebut rokechi. Cara lain dibuat secara pecahan wonogiren yang disebut Katanori. 2) Batik cina yang dibuat pada zaman dinasti T'ang dan dibuat secara wax resist (rintang lilin) yangdisebut Miao.3) Batik bangkok dengan teknik wax resist disebut Phanung.4) Batik Rusia (Turkestan Timur) disebut Bokhara.g. Berdasarkan perbandingan desain dan memperhatikan waktu mulainya perkembangan setempat, batiktulis baru berkembang pada akhir abad 17. Contoh batik tersebut adalah batik Koromandeldidapatkan di Minahasa dan bermotif tumpal. Di India dalam seni ragam hias tidak terdapat tumpal.Jika diperhatikan, motif batik koromandel yang sampai di Aceh dan pinang tidak bermotif tumpal. yang motif serta ornamen isennya sangat berbeda dengan batik Indonesia.

3. G.P. Rouffaer dalam bukunya De Batik-Kunst berpendapat sebagai berikut :a. Menurut asalnya Batik Jawa berasal dari luar. Awal pertamanya oleh orang Kalingga dan Koromandel Hindu. Permulaannya orang-orang tersebut sebagai pedagang, kenudian sebagai imigran kolonisatorsejak kurang lebih 400 AD mulai mempengaruhi Jawa. b. Perkembangan proses lilin di Kalingga - Koromandel berjalan sampai pada periode pengaruh hindu terakhir , yaitu pada zaman Daha di Kediri. (1100 - 1222 AD).c. Pada kurang lebih1400 AD mulai terjadi perubahan dan pada kurang lebih tahun 1518 sudah meluaspengaruh Islam di Jawa, akibatnya perkembangan batik di Jawa menjadi bebas berdiri sendiri.Peralihan Jawa menjadi seni kerajinan dengan kata lain sebagai langkah permulaan bahwa batik Jawa menjadi seperti keadaan sekarang terutama di Jawa Tengah.d. Pada perkembangan lebih lanjut di Jawa pengaruh seni batik lebih ditekuni motif dan tekniknya. Batik mengalami kemajuan terutama di Jawa Tengah.e. Ciri umum motif batik Jawa dan tipe ornamen-ornamen Jawa mempunyai kesamaan sebagai berikut; Bahwa dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa batik yang berkembang di Indonesia dipengaruhi oleh kebudayaan India dan Cina. Kebudayaan tersebut kemudian dikembangkan sendiri oleh orang-orang indonesia.

C. Batik Daerah

Menurut penelitian di Indonesia mempunyai kebudayaan batik. Kebudayaan batik itu antara lain sebagai berikut :

1. Batik Tasikmalaya

Menurut Sewan Susanto, batik Tasikmalaya berasal dari pengikut Pangeran Diponegoro yang datang ke daerah tersebut. Kedatangan pengikut Pangeran Diponegoro dari Jawa Tengah membawa kebudayaan batik. Namun menurut buku Indonesia Indah batik di Tasikmalaya merupakan hasil pengaruh batik keraton. Pada awalnya batik Tasikmalaya berwarna krem, coklat, dan kehitam-hitaman. Warna hitam ini dihasilkan dari daun tarum (indigofera) yang dibusukkan. Bahan ini biasa digunakan dalam batik klasik dari Jawa Tengah. Namun pada perkembangannya kemudian batik Tasikmalaya banyak menggunakan warna cerah seperti batik pesisiran.

Motif batik Tasikmalaya yang terkenal adalah motif Balabag, yaitu motif yang menggambarkan keadaan alam, seperti rawa dan tumbuhan sejenis bunga kamboja. Motif isen yang banyak digunakan adalah sawut dan cecek (garis dan titik ).

2. Batuk Cirebon

Pada awalnya batik cirebon juga banyak mendapat pengaruh dari Jawa Tengah. Namun kemudian batik cirebon menemukan gayanya sendiri yang banyak terpengaruh oleh motif-motif dari cina, seperti motif burung phoenik, awan (megamendung), dan liong (singa). Motif-motif khas cirebon yang tidak ada di daerah lain ialah motif megamendung dan wadasan (bukit batu).

3. Batik Lasem

Batik Lasem yang kita pelajari memiliki ciri yang menonjol. Batik Lasem dikerjakan dengan teknik batik tulis. Pada batik Lasem tidak dikenal teknik cap. ang dianggap batik kuno dari Lasem antara lain berupa kain panjang atau kain sarung dengan kepala sarung (pasung) bermotif campuran gaya Cina dan Jawa Tengah.4. Batik TubanDaerah batik di Tuban antara lain terdapat di Kerek, Merak, Urak, dan Kota Tuban. Yang terkenal dari batik Tuban adalah bahan yang dipakai dari bahan kain tenun tangan yang disebut mori gedog.

Motif batik Tuban terdiri atas motf geometris dan flora fauna. Namun yang khas dari motif geometris batik Tuban dengan meniru struktur tenunan kembang. Nama-nama motif geometris batik Tuban antara lain, krompol, kijing, miring, nitik, kembang pala, rengganis, dan lain-lain. Terkadang motif batik dikerjakan dengan canting cecek pitu.Warna-warna batik geometris dari Tuban, antara lain merah, biru, dan putih. Warna antara merah dan biru dipadu sehingga mendekati warna hitam.IV. BATIK PEKALONGANPekaoongan sebagai daerah penghasil batik mempunyai posisi tersendiri dibanding daerah lain. Hal ini disebabkan perkembangan batik Pekalongan sangat menonjol baik dari segi corak maupun tekniknya. Hal tersebut disebabkan perajin-perajin batik Pekalongan selalu mencari inovasi (pembaruan).

A. Sejarah Batik Pekalongan Sesuai dengan letak geografisnya, Pekalongan berada di pesisir utara Jawa sebelah barat. Dengan letak tersebut menyebabkan pertumbuhan batik Pekalongan abad ke-15 M tidak jauh berbeda dengan sejarah pertumbuhan batik di kota-kota pesisir Jawa di kawasan Timur. Daerah pesisir merupakan daerah lalu lintas ekonomi.Perkembangan seni batik pesisiran juga dipengaruhi oleh budaya keraton sebagai pusat pemerintahan pada waktu itu. Keraton Cirebon pada masa itu telah menjadi kiblat budaya dan agama bagi penduduk kota-kota pesisir Jawa sebelah barat. Dalam sejarah batik pesisiran seperti Pekalongan, Tegal, Indramayu, Karawang, Ciamis, Tasikmalaya, dan Garut, pola batiknya mengambil pola hias pada keraton Cirebon. Awal pengembangan batik Pekalongan dan batik Cirebon mempunyai hubungan yang erat.

Pola hias batik cirebon mendapat pengaruh dari bentuk ragam hias taman Sunyaragi dan Keraton Pakungwati. Bentuk taman Sunyaragi digambarkan tanah wadas meniru keadaan di negara Cina. Demikian pula pula bentuk mega mendung dan kontur ombak-ombak laut.

Batik Cirebon kuno beragam hias Sigobarong dan banyak nama-nama batik Cirebon lainnya yang mendapat pengaruh kuat dari peninggalan ragam hias bermotif seni Cina. Dalam pilihan warna, batik Cirebon telah mendapat pengaruh warna dari keramik biru dan putih. Meskipun ada warna-warna yang mencolok di luar biru dan putih, tetapi sejarah warna batik Cirebon dimulai dengan dua warna biru dan putih.

Batik Cirebon mengambil tema ragam hias pada bangunan Taman Sunyaragi dan Keraton. Batik Pekalongan lebih banyak dipengaruhi oleh pola ragam hias dari keramik Cina yang menghiasi bangunan keraton Kasepuhan dan Makam Raja-Raja Cirebon di gunung jati. Obyek lukisan keramik Cina pada dinasti Ming yang menjadi lambang kemegahan dan kekayaan keraton Cirebon rupanya menjadi perhatian perajin batik Pekalongan.

Perajin batik Pekalongan telah menempatkan hiasan keramik Cina ini sebagai ikatan kebudayaan leluhur. Pilihan pola ragam hias, seperti bunga persik, bunga rose, sulur daun, sulur pandan, dan teratai adalah ragam hias jenis flora yang sebagian besar menjadi obyek utama. Ragam hias semacam itu banyak di dapat pada lukisan keramik. Pola jenis fauna melengkapi ragam hias flora, seperti bentuk burung pipit, burung merak, ular naga ataupun kupu-kupu.

Itulah sejumlah jenis ragam hias yang sejak masa awal sudah menjadi pilihan perkembangan corak batik Pekalongan. warna-warna yang mencolok sangat kontras jika dibanding dengan batik pedalaman, seperti Yogyakarta dan Solo. Pilihan warna yang mencolok dari batik Pekalongan tampaknya tidak sekedar sebagai pelengkap pola hias. Adanya pengaruh warna keramik pada masa dinasti Ming yang hanya diproduksi pada abad ke-17 sampai 18. Selain biru putih juga diproduksi berbagai warna. Menurut filsafat Cina Kuno, warna-warna tersebut menyimbolkan makna keaktifan, kejantanan, dan keperkasaan,

Melalui simbol warna, hal itu diekspresikan dengan serba terang dan bergerak serta penuh variasi (dinamika). Melalui seni batik mereka memiliki tujuan ganda sebagai seni dan akulturasi terhadap keindahan tanah leluhur.Namun sebelum ragam hias keramik Ming abad 17 mewarnai corak batik Pekalongan, bayik Pekalongan pernah mendapat penghargaan di tengah-tengah keluarga Cina ningrat, yaitu dari Ratu Roro Sumanding. Ratu Roro Sumanding adalah istri Sunan Cirebon Syarif Hidayatullah yang nama aslinya Ong-Tien.Penghargaan ini diberikan karena karya-karya batik Pekalongan yang diadaptasi dari keramik telah membawa kebesaran nama dinasti Ming sebagai penguasa kerajaan Cina. Ming yang berarti cemerlang atau berkilauan.

Penghargaan terhadap batik Pekalongan oleh Keraton Cirebon selain ragam hias dari keramik Ming juga karena teknik pembuatannya yang berbeda dengan daerah-daerah lain pada zaman itu. Pada masa itu perajin batik Pekalongan menggunakan teknik pewarnaan melukis (colet). Sementara di daerah lain dalam membuat warna masih menggunakan teknik celup.Teknik colet mempermudah untuk mencapai pewarnaan yang dikehendaki sehingga setiap detail motif hias dapat dilukis dengan sempurna sesuai dengan yanh dikehendaki.Teknik melukis warna melalui sapuan kuas (colet) bukan suatu hal baru. Teknik semacam ini berkaitan erat dengan kerajinan tangan (terutama kerajinan sutra dan porselin) di Cina pada kekaisaran Ming.

Dalam mata rantai perdagangan, bahan warna yang berupa indigosol, India merupakan negara pemasok utama bagi Cina. Bahan pewarna kain ini pada masa dinasti Ming didatangkan dari India. Menurut Ruffear, jalur perdagangan bahan pewarna tekstil mengikuti jalur lama, yaitu dari India ke Indonesia dan dari Indonesia ke Cina. Begitu pula sebaliknya. Jalur perjalanan Cheng-Ho ke Sumatera Barat yang di tulis Zheng He Xia Yang dimulai dari Nanjing (ibu kota). Kapal-kapal berlabuh di Qui-Nho melalui Cina Selatan langsung ke Jawa, kemudian ke Palembang, Samudra Pasai, dan Lamiri. Dari Lamiri baru ke Kalkuta (India) atau teluk Benggala (Bengali) dan perjalanan dilanjutkan ke Arab atau Afrika dan Eropa.

Dari hubungan perdagangan antar pulau dan antar negara yang melewati jalur laut itu, pedagang Pekalongan tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan pengetahuan baik teknis, bahan kain, maupun bahan pewarna. Hal itu karena Pekalongan termasuk kota pelabuhan, seperti Surabaya, Gresik, Tuban, Demak, dam Cirebon.Pada tahun 1620, batik telah menjadi sumber mata pencaharian masyarakat Pekalongan. Hampir setengah abad batik dirintis oleh pedagang Cina di kampung Sampangan. Pada ahun tahun itu para buruh pribumi mulai membuka usaha sendiri. Dr. Kusnin Asa mengatakan masa itu sebagai masa harapan dan kecemasan. Kondisi tersebut dipengaruhi kondisi politik oleh beralihnya status Pekalongan menjadi tanah perdikan di bawah kekuasaan kerajaan Mataram yang dari sebelumnya di bawah kekuasaan Kesultanan Cirebon. Perpindahan status tersebut mengakibatkan masyarakat Pekalongan merasa diperlakukan sebagai daerah jajahan.

Pada periode ini juga mulai diberlakukan aturan pemakaian batik di mana masyarakat biasa dilarang memakai maupun memproduksi batik bermotif larangan (Awisaning Ratu/ Larangan Dalem). Batik dengan motif ini hanya boleh dikenakan oleh keluarga keraton. Meskipun Pekalongan pada masa Mataram dilarang memproduksi batik pola larangan, namun perajin di desa-desa masih membuat batik tradisi lama berpola kawung gringsing atau tumpal. Namun pembuatan batik ini tidak mempengaruhi pengembangan batik asli, seperti jlamprang atau batik campuran gaya Cina. Diskriminasipemakaian busana ini melahirkan kebencian kaum pedagang muslim dan Tionghoa kepada kaum priyayi penguasa. Sikap perlawanan masyarakat Pekalongan terhadap kekuasaan Mataram ini mempengaruhi munculnya corak-corak batik Pekalongan. Sikap perlawanan masyarakat Pekalongan tersebut menjadikan daerah tetangga sekitarnya menyebutnya dengan semboyan Merak Ngigel. Dalam bentuk visualnya motif merak ngigel digambarkan dengan simbol burung merak yang sedang menari sehingga memberikan makna sifat-sifat masyarakat Pekalongan yang tidak mau ditindas dan mandiri.

B. Motif Batik Pekalongan

Motif batik Pekalongan dicirikan dengan hal-hal berikut :1. Pada beberapa motif batik Pekalongan yang klasik (tua) tergolong motif semen. Motif ini hampir sama dengan motif-motif klasik semen dari daerah Jawa Tengah yang lain, seperti Solo dan Yogyakarta yang terdapat ornamen bentuk tumbuhan dan garuda atau sawat. Perbedaannya pada kain klasik ini hampir tidak ada cecek. Semua pengisian motif berupa garis-garis.2. Warna soga kain dengan motif dari tumbuhan. Pada kain batik klasik Pekalongan ini motifnya terdapat persamaan dengan kain batik klasik daerah Solo dan Yogyakarta.3. Motif asli Pekalongan adalah motif jlamprang, yaitu suatu motif semacam nitik yanh tergolong geometris. Mungkin motif ini adalah suatu corak yang dikembangkan oleh pembatik keturunan arab karena pada umumnya orang arab yang beragama Islam tidak mau menggunakan ornamen bentuk benda hidup, misalnya binatang atau burung. Mereka lebih suka ragam hias yang berbentuk geometris. Namun Dr. Kusnin Asa berpendapat bahwa motif jlamprang merupakan pengaruh kebudayaan Hindu Syiwa.4. Beberapa corak kain yang diproduksi di Pekalongan mempunyai corak atau gaya Cina seperti adanya ornamen Liong berupa naga besar berkaki dan burung Phoenix, yaitu sejenis burung yang pada bulu kepala, sayap, dan ekor berjumbai serta bergelombang.5. Kain batik yang dikembangkan atau diproduksi oleh pengusaha batik keturunan Cina , gambar-gambarnya pada motif berupa bentuk-bentuk riil (nyata) dan banyak menggunakan cecek-cecek (titik-titik) serta cecek sawut (titik dan garis). Isen-isen pada ornamen penuh dengan cecek.6. Sifat umum dari penduduk daerah pantai menyukai warna-warna yang cerah, seperti warna merah, kuning, hijau, biru, violet, dan oranye.

Dengan adanya faktor-faktor seperti tersebut maka motif batik di daerah Pekalongan selalu berubah dan saling meniru. Motif-motif baru diciptakan oleh para pembuat canting cap batik atau orang-orang yang khusus membuat motif untuk dijual pengusaha batik. Orang eropa yang pernah turut terjun dalam pembatikan dan berpengaruh adalah Van Zuylen. Van Zuylen terkenal dengan batiknya yang halus dengan motif bentuk tumbuhan yang realistis.

Tokoh lain yang merupakan orang keturunan Cina ialah Oei Tjoe Soen dari Kedungwuni yang terkenal dengan permainan cecek-cecek yang halus. Perkembangan batik Pekalongan sedemikian rupa dan cepat. Sampai saat ini batik Pekalongan mempunyai corak khusus, yaitu bermotif bentuk tumbuhan realistis dan jlamprang dengan warna-warna yang cerah. Dilihat dari segi pewarnaan Pekalongan mempunyai keunggulan dari daerah lain.

Contoh beberapa ornamen dari daerah Pekalongan antara lain sebagai berikut ;

1. Ornamen Garuda atau SawatRagam hias bentuk garuda atau sawat pada susunan dasarnya masih ada persamaan dengan ornamen dari daerah Solo dan Yogyakarta yang terdiri atas dua sayap dan ekor, atau dua sayap, atau satu sayap saja. Namun bagian-bagian yang menyusun sawat itu sudah berubah bentuknya.

Pada pangkal dari sawat itu sudah mempunyai bagian dari tumbuhan. Pada sawat dengan dua sayap dan ekor berbentuk seperti dasar bunga. Demikian pula sawat dengan dua sayap. Pada sawat dengan satu sayap (lar) bentuknya menyerupai daun atau bunga. Bentuk yang menggambarkan ekor tidak lagi seperti bulu ekor merak, tetapi menyerupai daun yang tersusun. Bulu-bulu pada sayap dan pangkal sayap berbentuk seperti daun dan daun bunga. Isen pada ornamen garuda ini sedikit berupa cecek sawut dan sebagian besar diisi dengan cecek-cecek berupa lengkung dan cecek pitu.

Jadi garuda atau sawat bentuk Pekalongan ini tidak lagi sebagai stilasi dari burung garuda atau burung merak, melainkan lebih condong kepada bentuk dari bagian tumbuhan atau rangkaian dari daun-daun, daun bunga, dan bunganya. Terkadang pada bagian ekor dari sawat itu berbentuk bagian tumbuhan dan pada pangkalnya berbentuk semacam bunga tapak dara.

2. Ornamen TumbuhanOrnamen yang berbentuk tumbuhan sangat umum dan memegang peranan pada motif-motif batik dari Pekalongan dan sekitarnya. Ragam hias tumbuhan ini menurut bentuknya dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu bentuk yang tersusun semacam bunga, berbentuk bagian atau cabang dari tumbuhan dan berupa pohon.

a. Bentuk yang tersusun semacam bunga terdiri atas pusat berupa semacam bunga yang dikelilingi dengan daun bunga dan daun. Rangkaian susunan ini ada yang serupa sawat dan menyerupai rangkaian bunga yang riil.b. Rangkaian yang berbentuk bagian atau cabang dari tumbuhan. Rangkaian ini terdiri atas batang, daun dan bunga.c. Rangkaian yang berupa pohon lengkap dengan tinggi selebar kain dan terdiri atas susunan batang, dahan, daun dan bunga. Rangkaian ini terdapat pada kain batik corak Van Zuylen.

3. Ornamen BinatangOrnamen binatang berupa kijang atau menjangan masih terdapat pada beberapa motif batik dari Pekalongan. Namun bentuknya sudah berubah yang kaki-kakinya berbentuk seperti daun kecil. Ornamen binatang ini juga terdapat jenis binatang yang berkaki banyak dan berekor panjang.

4. Ornamen BurungOrnamen burung juga terdapat pada beberapa motif yang berupa motif burung phoenix dan burung dewata dengan ukuran kecil-kecil. Ornamen ini dikembangkan oleh Pengusaha batik keturunan Cina.

5. Ornamen NagaNaga atau ular terdapat pada motif yang tergolong cuwiri Pekalongan.

6. Ornamen MeruOrnamen Meru atau gunung Mahameru terdapat pada beberapa jenis motif terutama pada motif cuwiri. Meru Pekalongan ini bentuknya gemuk dan dirangkaikan dengan bagian tumbuhan, yaitu daunp-daun atau bagian dahan tumbuhan.

Oleh karena itu selalu dirangkaikan dengan daun-daun yang sepintas tidak tampak kalau bentuk tersebut adalah ornamen Meru. Rupanya jenis motif cuwiri Pekalongan yang mempunyai ornamen sawat, naga, meru, kijang, dan rangkaian tumbuhan adalah motif Solo dan Yogyakarta. Dalam penerapannya terjadi perubahan bentuk ornamen yang disesuaikan dengan selera dan gaya setempat, yaitu dengan stilasi tumbuhan.

C. Motif Isen Batik Pekalongan Motif batik Pekalongan pada umunya diisi dengan titik-titik atau cecek. Cecek ini berupa cecek garis atau cecek pitu. Jarang sekali adanya cecek-sawut atau sawut, atau isen yang lain seperti cecek, cacah gori. Permainan dengan cecek ini kadang-kadang sangat menonjol, sehingga semua garis yang membentuk ornamen-ornamen dalam motif berupa cecek pula. Batik halus Oei Tjoe Soen adalah salah satu contoh batik halus Pekalongan yang diolah dengan penuh cecek yang halus sekali.

D. Motif JlamprangKita akan membicarakan motif jlamprang secara khusus karena dari beberapa pengamat batik motif ini diyakini dan diakui sebagai motif asli Pekalongan, bukan motif yang dipengaruhi daerah lain.S.K. Sewan Susanto,S. menjelaskan teks dalam bukunya "Seni Kerajinan Batik Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Penelitian Batik dan Kerajinan, Lembaga dan Pendidikan Industri, Departemen Perindustrian RI (1973) bahwa motif jlamprang di Pekalongan dipengaruhi oleh Islam. Artinya motif ini lahir dari perajin batik keturunan Arab yang beragama Islam. Adanya larangan dalam Islam menggambar binatang maupun manusia mendorong perjin batik Pekalongan menciptakan motif hias geometris. otif jlamprang menurut peneliti ini termasuk motif nitik dan tergolong dalam ragam hias geometris.Dr. Kusnan Asa berpendapat bahwa jlamprang merupakan bentuk motif kosmologis dengan mengetengahkan pola ragam hias ceplokan bentuk lung-lungan dan bunga padma, ditengahnya disilang dengan gambar anak panah. Secara simbolis pola batik semacam itu menunjukkan makna tentang peran dunia kosmis yang hadir sejak agama Hindu dan Budha berkembang di Jawa. Pola ceplokan yang distilirasi dalam bentuk dekoratif menunjukkan corak peningalan masa prasejarah yang kemudian menjadi waris agama Hindu-Budha.

Dalam aliran Hindu Tantrayana Syaiwapaksa yang lambangnya adalah Cakra merupakan simbol meditasi Dewa Syiwa. Sementara itu, Syaiwapaksa berarti senjata panah Dewa Syiwa. Bunga Padma merupakan lambang kehidupan dalam kepercayaan Hindu-Budha. Namun Lung dan padmasana biasanya merupakan lambang dari konsep mandala agama Hindu Syiwa yang beraliran Tantra.

V. JENIS DAN UKURAN BATIKKegunaan batik secara tradisional dikaitkan dengan upacara adat. Selain itu waktu juga berkaitan dengan kedudukan si pemakai batik. Beberapa kegunaan atau fungsi batik antara lain adalah :

A. Kain Panjang (Tapih, Jarik)Kain panjang (tapih, jarik) adalah kain yang berbentuk empat persegi panjang yang dililitkan mengelilingi pinggang. Panjangnya hingga pergelangan kaki dengan ukuran lebar antara 100 cm hingga 110 cm, sedangkan panjangnya sekitar 250 cm. Pemakaian kain panjang ini dianggap lebih resmi dari pada sarung. Pemakaian pada wanita dililitkan dari arah kiri ke kanan dengan lipatan kecil di depan. Sementara itu pemakaian pada pria dililitkan dari kanan ke kiri dengan lipatan agak besar di depan.

Susunan ragam hias sebuah kain panjang meliputi sebagai berikut :1. Badan tapi yang berisi motif utama.2. Papan yang berisi motif pelengkap.3. Tumpal yang berisi motif segi tiga.4. Hiasan pinggir berisi motif hiasan pinggir.5. Kepala tapih terdiri atas tumpal, papan, dan hiasan pinggir pada ujung tapih

B. Kain Sarung

Kain sarung adalah kain sejenis kain panjang yang dijahit kedua ujung pendeknya. Sarung juga telah menjadi pakaian khas melayu. Ukuran kain sarung dengan lebar 100 cm sampai 110 cm dan panjang 180 cm hingga 220 cm. Sarung batik Pekalongan tersusun atas dua bagian, yaitu badan sarung dan kepala sarung. Badan sarung memiliki luas bidang 3/4 bagian dari panjang sarung keseluruhan. Sementara bagian kepala sarung berbentuk alur bidang yang memotong pola hias utama.

C. Kain Dodot

Dodot adalah kain yang terdiri atas dua kain panjang yang sejenis dan disambung menjadi satu. Dengan demikian panjang kain dodot sama dengan dua kali kain panjang. Jenis kain ini sebagai lambang hak istimewa yang diberikan kepada pemakainya, seperti sultan, kerabat keraton, penari keraton, dan pengantin ( pria maupun wanita). Pemakaian dodot pada pria dilengkapi celana panjang dengan motif tertentu. Dodot dikenal pula dengan nama kampuh.

Ukuran dodot (kampuh) menurut pemakainya adalah sebagai berikut :1. Wanita = panjang 400 cm x lebar 200 cm.2. Pria = panjang 500 cm x lebar 200 cm.3. Raja = panjang 750 cm x lebar 250 cm.

D. Kain Selendang

Selendang adalah pelengkap pakaian wanita Jawa yang disampirkan di bahu. Selendang juga dibuat berpasangan dengan kain panjang. Motifnya serupa dengan kain panjang pasangannya. Selendang biasanya mempunyai ukuran lebar 45 cm dan panjang 150 cm. Namun selendang tidak dihiasi dengan motif hiasan pinggir.

E. Kain KembenKemben adalah kain batik yang berfungsi sebagai penutup bagian dada pada pakaian wanita Jawa. Kain kemben juga digunakan sebagai pengikat jarik (kain panjang) agar tidak melorot (berfungsi seperti stagen), atau berfungsi seperti ikat pinggang. Ukuran kemben adalah lebar 50 cm panjang 250 cm. Berdasarkan corak hiasannya, kemben mempunyai 3 sebutan atau nama, yaitu sindangan, blumbangan, dan byur.1. Sindangan adalah kemben dengan corak motif hias berpola wajik di tengahnya.2. Blumbangan adalah kemben dengan bentuk hiasan tengahan empat persegi.3. Byur adalah kemben dengan corak hiasan menyeluruh di badan kain.F. Ikat Kepala

Ikat kepala adalah kain yang hanya dikenakan oleh kaum pria. Kain batik ikat kepala berbentuk bujursangkar. Ragam hias yang digunakan adalah ragam hias tengahan. Ragam hais tengahan yaitu ragam hias yang menyebar ke seluruh kain, namun pada bagian tengah dibiarkan kosong dalam bingkai berbentuk wajik (layang-layang) dengan motif hias cemukiran (lidah api). Ikat kepala juga mempunyai jenis blumbungan dan byur. Beberapa daerah memiliki nama sendiri untuk ikat kepala ini. Misalnya Udeng (Jawa), Odeng (Madura), Destar ( Melayu), dan Deta (Sumatera Barat)

VI. BAHAN WARNA ALAM UNTUK BATIKPada zaman dahulu pemberian warna untuk kain batik banyak menggunakan bahan dari alam. Bahan warna alam dapat diambil dari tumbuhan, tulang, dan batu-batuan. Selain memberikan warna pada batik, beberapa bahan alam juga berfungsi untuk menguatkan warna.

Sebelum ditemukan pewarna buatan (sintetis/ kimia), nenek moyang kita menggunakan bahan pewarna dari alam. Bahan pewarna alam dapat dibuat dari tumbuhan, tulang, kulit kayu, dan batu-batuan. Namun kebanyakan bahan pewarna yang digunakan berasal dari tumbuhan. Bagian tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan warna batik anatara lain daun, kulit kayu (babakan), batang, akar, buah, dan umbi. Proses pembuatannyapun sangat sederhana. Jenis tumbuhan yang bisa menghasilkan warna antara lain jambu, mangga, mengkudu, jambe, laban, suji, kunyit, temulawak, dan jati.Daun suji akan menghasilkan warna hijau, kunyit akan menghasilkan warna kuning, dan lain-lain.Pada dasarnya pewarna alam terdiri atas dua fungsi, yaitu sebagai pemberi warna dan penguat warna. 1. Contoh pewarna alam sebagai pemberi warna, antara lain daun, kulit kayu, umbi, getah dan akar.2. Contoh pewarna alam sebagai penguat warna , antara lain kapur, tetes tebu, lumpur, dan tape.

Bahan pemberi warna adalah bahan yang hanya menghasilkan warna, sedangkan penguat warna berfungsi agar warna tahan lama.

VII. BATIK MONOKROMATIKBatik modern adalah batik yang diproses dengan teknik baru. Batik modern dapat pula disebut sebagai batik kreasi baru. Dalam teknik batik modern menggunakan cara-cara modern yang tidak dikenal sebelumnya. Warn-warna yang digunakan tidak seperti batik tradisional yang hanya menggunakan warna merah, sogan, biru dan hitam. Akan tetapi batik modern lebih banyak menggunakan warna-warna eksperimen (hasil percobaan). Ragam hias yang digunakan tidak mengandung simbol-simbol tertentu.

A. Pengertian Batik MonokromatikMonokromatik berasal dari kata mono dan chrom. Mono artinya satu atau tunggal, chrom artinya warna. Jadi monokromatik berarti memiliki warna tunggal atau satu warna. Oleh karena itu batik monokromatik hanya mempunyai satu jenis warna. Yang termasuk batik monokromatik adalah batik kelengan dan batik putihan.Batik monokromatik menggunakan dua atau lebih warna yang sejenis. Misalnya biru dan biru tua, hijau muda dan hijau tua, merah muda dan merah tua.Ada 2 jenis batik monokromatik yaitu :1. Batik dengan warna putih pada bagian motif dan warna pada bagian luar motif.2. Batik tua dan muda yang sejenis, yaitu batik dengan warna muda pada bagian motif dan warna tua pada bagian luar motif.

B. Teknik Membuat Batik MonokromatikPada bagian awal telah disinggung bahwa ada dua jenis batik monokromatik, yaitu batik dengan bagian motif tetap berwarna putih dan batik pada bagian pola berwarna muda. Perbedaan dari keduanya adalah pada langkah awalnya. Batik dengan bagian motif tetap berwarna putih dikerjakan hanya dengan sekali pewarnaan, sedangkan batik monokromatik dengan warna tua dan muda dikerjakan dengan dua kali perwarnaan. Pewarnaan yang pertama dilakukan sebelum kain di batik (dicap) sebagai warna dasar dan sekali lagi setelah kain di batik.

C. Batik Simbut dan KelenganApa yang dimaksud batik kelengan dan batik simbut itu ? Batik kelengan yaitu cara pembuatan batik dengan satu kali celupan warna sehingga motif yang dihasilkan tetap putih berupa warna mori. Batik simbut adalah batik kuno yang ditemukan di daerah Banten. Menurut sejarah pembuatan batik simbut ini tidak menggunakan lilin malam. Sebagai perintangnya digunakan bubur ketan. Kemungkinan saat batik simbut ditemukan belum dikenal lilin malam. Teknik ini mempunyai kelemahan karena perintang tidak bisa menembus kain mori. Selain itu warna masih bisa merembes ke kain yang dilapisi perintang. Pada percobaan perintangan sederhana dengan menggunakan bahan bubur kanji kental atau pasta semen.

VIII. BATIK JUMPUTAN

Batik modern adalah batik yang diproses dengan teknik baru. Pembaruan pada batik modern tidak hanya pada urutan pengerjaan, tetapi juga pemakaian warna dan ragam hiasnya. Salah satu batik modern ialah batik jumputan.

Batik jumputan sepintas seperti batik yang proses pembuatannya menggunakan lilin malam sebagai bahan perintang atau bahan resist (penolak) warna. Sebenarnya teknik jumputan tidak menggunakan lilin malam sebagai bahan perintang. Teknik ini menggunakan tali-tali sebagai penolak warna. Bagian-bagian kain dijumput dan diikat dengan kuat menggunakan karet gelang atau tali rafia. Setelah itu kain diwarnai dengan cara dikuaskan. Jadi teknik ini tidak menggunakan celupan. Hal ini dilakukan untuk menghindari zat warna terlalu banyak dan merembes ke bagian ikatan.

Setelah dikuas warna, tali-tali dibuka dan kain dijemur. Motif yang dihasilkan adalah pada bagian kain yang dijumput tidak terkena warna sehingga menyisakan warna kain. Batas antara warna dengan bagian kain yang dijumput berbentuk gelombang abstrak.

Kain jumputan lebih cocok dibuat dengan bahan kain yang tipis, seperti sutera, atau sutra buatan, Kain jumputan sering disebut pula dengan kain pelangi.

Teknik jumputan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :1. Siapkan kain tipis dengan bahan dari katun2. Buatlah ikatan-ikatan dibeberapa bagian kain dengan karet gelang atau tali rafia dengan ikatan yang kuat.3. Setelah seluruh ikatan (jumputan) selesai kain diberi warna dengan kuas, untuk pekerjaan ini tidak dicelup agar hasilnya lebih baik. Agar terlihat bervariasi bagian ujung ikatan dapat diolesi dengan warna yang berbeda.4. Setelah pewarnaan selesai kain ditiriskan sambil ikatan-ikatannya dilepaskan.5. Kain dijemur di tempat yang panas.

PTD BATIK - SDN 17 Kuningan WALUYO, M.PdB 1

Kain jumlutan

Kain jumputan

IX. Batik FormikaBatik formika adalah salah satu contoh batik modern lainnya yang pembuatannya dengan cara menempelkan warna pada kain. Motif yang dihasilkan adalah motif abstrak.

A, Teknik Batik FormikaSebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa batik formika dibuat dengan cara menempelkan warna di atas permukaan kain. Teknik ini digunakan dalam tekstil di daerah Pekalongan pada tahun 1973. Efek motif yang ditimbulkan pada batik formika adalah motif abstrak.

Alat dan bahan yang diperlukan antara lain sebagai berikut :1. Bak yang memiliki permukaan luas2. Cat minyak (cat kayu) dengan berbagai warna3. Terpentin (minyak pengencer cat)4. Air bersih5. Kain moriB. Cara Pembuatan Kain Formika1. Siapkan selembar kain mori putih sesuai ukuran yang dibutuhkan2. Isi bak dengan air sampai penuh (2 cm dibawah mulut bak)3. Encerkan cat minyak dengan terpentin. Pilih cat yang memiliki warna cerah dengan kualitas yang baik.4. Ciprat-cipratkan cat secara acak ke permukaan air dalam bak.5. Untuk membantu penyebaran warna digunakan kipas angin.6. Bentangkan dan tempelkan permukaan kain yang akan diberi warna ke atas permukaan cat dalam bak.

X. Batik Lukis BATIK LUKISBatik Lukis termasuk batik kreasi baru. Batik lukis tidak menggunakan motif tradisional, tetapi motif kreasi sendiri. motif yang digunakan biasanya motif sederhana.

A. Teknik Batik LukisBerikut adalah cara atau langkah pembuatan Batik Lukis :

1. Siapkan selembar kain mori.2. Buatlah gambar pola pada kain tersebut sesuai kreasimu sendiri,3. Tebali pola dengan cairan lilin malam yang telah dipanaskan. Gunakan ukuran canting yang sesuai pola. Kalian bisa menggunakan canting biasa (tradisional) boleh pula menggunakan kuas untuk mendapatkan karakter yang pas.4. Berilah warna dengan menggunakan teknik celup atau coletan setelah lilin pada kain mori mengering.5. Setelah pewarnaan selesai keringkan dengan cara diangin-anginkan.6. Keroklah lilin pada kain mori dengan pisau tumpul agar mori tidak rusak. pada proses ini tentu hasilnya belum benar-benar bersih lilinnya, maka lakukan dengan cara di seterika agar benar-benar bersih.B. Menghilangkan Lilin dengan Seterika

Penghilangan atau pelepasan lilin dapat dilakukan dengan teknik seterika. Teknik ini dilakukan untuk proyek batik berukuran kecil dan bukan massal.Cara yang digunakan untuk menghilangkan lilin dengan seterika adalah sebagai berikut : 1. Kain batik yang sudah dicelup warna dan siap dilepaskan sebaiknya lilinnya dibiarkan dalam keadaan kering.2. Siapkan alat sejenis pisau tumpul, kemudian keroklah bagian lilin yang tebal yang menempel pada kain batik dengan alat ini sehingga sebagaian besar lilin terlepas dari kain.3. Siapkan beberapa kertas koran bekas, kertas tisu dan seterika listrik.4. Letakkan kain batik di atas kertas koran sebagai landasan, kemudian letakkan lembaran kertas tisu pada bagian lilin yang akan dibersihkan . Tutup bagian atas kertas tisu dengan kertas koran kemudian seterikalah seperti ketika menyeterika pakaian.5. Dengan diseterika maka lilin akan meleleh karena panas. Lilin yang sudah meleleh tersebut akan menempel pada kertas tisu. Ulangilah pekerjaan ini sampai lilin bersih.CARA PEMBUATAN BATIK

Proses Pembuatan Batik

Dari dulu hingga sekarang, proses pembuatan batik tidak banyak mengalami perubahan. Kegiatan membatik merupakan salah satu kegiatan tradisional yang terus dipertahankan agar tetap konsisten seperti bagaimana asalnya. Walaupun motif dan corak batik di masa kini sudah beraneka ragam, proses pembuatan batik pada dasarnya masih sama. Berikut ini adalah uraian lebih detailnya:

A. Perlengkapan Membatik

Perlengkapan membatik tidak banyak mengalami perubahan. Dilihat dari peralatan dan cara mengerjakannya, membatik dapat digolongkan sebagai suatu kerja yang bersifat tradisional.

1) Gawangan

Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori sewaktu dibatik. Gawangan terbuat dari kayu atau bambu. Gawangan harus dibuat sedemikian rupa hingga kuat, ringan, dan mudah dipindah-pindah.

2) Bandul

Bandul dibuat dari timah, kayu, atau batu yang dimasukkan ke dalam kantong. Fungsi pokok bandul adalah untuk menahan agar mori yang baru dibatik tidak mudah tergeser saat tertiup angin atau tertarik oleh si pembatik secara tidak sengaja.

3) Wajan

Wajan adalah perkakas utuk mencairkan malam. Wajan dibuat dari logam baja atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa menggunakan alat lain.

4) Kompor

Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor yang biasa digunakan adalah kompor berbahan bakar minyak. Namun terkadang kompor ini bisa diganti dengan kompor gas kecil, anglo yang menggunakan arang, dan lain-lain. Kompor ini berfungsi sebagai perapian dan pemanas bahan-bahan yang digunakan untuk membatik.

5) Taplak

Taplak adalah kain untuk menutup paha si pembatik agar tidak terkena tetesan malam panas sewaktu canting ditiup atau waktu membatik.

6) Saringan Malam

Saringan adalah alat untuk menyaring malam panas yang memiliki banyak kotoran. Jika malam tidak disaring, kotoran dapat mengganggu aliran malam pada ujung canting. Sedangkan bila malam disaring, kotoran dapat dibuang sehingga tidak mengganggu jalannya malam pada ujung canting sewaktu digunakan untuk membatik.

Ada bermacam-macam bentuk saringan, semakin halus semakin baik karena kotoran akan semakin banyak tertinggal. Dengan demikian, malam panas akan semakin bersih dari kotoran saat digunakan untuk membatik.

7) Canting

Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan, terbuat dari tembaga dan bambu sebagai pegangannya. Canting ini dipakai untuk menuliskan pola batik dengan cairan malam. Saat ini, canting perlahan menggunakan bahan teflon.

8) Mori

Mori adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun. Kualitas mori bermacam-macam dan jenisnya sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan. Mori yang dibutuhkan disesuaikan dengan panjang pendeknya kain yang diinginkan.

Tidak ada ukuran pasti dari panjang kain mori karena biasanya kain tersebut diukur secara tradisional. Ukuran tradisional tersebut dinamakan kacu. Kacu adalah sapu tangan, biasanya berbentuk bujur sangkar.

Jadi, yang disebut sekacu adalah ukuran persegi mori, diambil dari ukuran lebar mori tersebut. Oleh karena itu, panjang sekacu dari suatu jenis mori akan berbeda dengan panjang sekacu dari mori jenis lain.

Namun di masa kini, ukuran tersebut jarang digunakan. Orang lebih mudah menggunakan ukuran meter persegi untuk menentukan panjang dan lebar kain mori. Ukuran ini sudah berlaku secara nasional dan akhirnya memudahkan konsumen saat membeli kain batik. Cara ini dapat mengurangi kesalahpahaman dan digunakan untuk menyamakan persepsi di dalam sistem perdagangan.

9) Malam (Lilin)

Malam (lilin) adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Sebenarnya malam tidak habis (hilang) karena pada akhirnya malam akan diambil kembali pada proses mbabar, proses pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi kain. Malam yang dipergunakan untuk membatik berbeda dengan malam (lilin) biasa. Malam untuk membatik bersifat cepat diserap kain, tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses pelorodan.

10) Dhingklik (Tempat Duduk)

Dhingklik (tempat duduk) adalah tempat untuk duduk pembatik. Biasanya terbuat dari bambu, kayu, plastik, atau besi. Saat ini, tempat duduk dapat dengan mudah dibeli di toko-toko.

11) Pewarna Alami

Pewarna alami adalah pewarna yang digunakan untuk membatik. Pada beberapa tempat pembatikan, pewarna alami ini masih dipertahankan, terutama kalau mereka ingin mendapatkan warna-warna yang khas, yang tidak dapat diperoleh dari warna-warna buatan. Segala sesuatu yang alami memang istimewa, dan teknologi yang canggih pun tidak bisa menyamai sesuatu yang alami.

Itulah jenis perlengkapan membatik yang harus ada. Proses membatik memerlukan waktu yang cukup lama, terlebih kalau kain yang dibatik sangat luas dan coraknya cukup rumit.

B. Proses Membatik

Di masa kini, pengusaha batik juga menyediakan pendidikan batik kilat pada anak-anak sekolah dan masyarakat umum. Yang diajarkan adalah tata cara membatik dengan benar, dan biasanya menggunakan kain selebar saputangan sebagai percobaan. Dengan demikian, proses membatik itu dapat dikerjakan hanya dalam beberapa jam dan biaya yang diperlukan pun sangat kecil. Tradisi ini sangat bagus untuk memperkenalkan proses membatik kepada masyarakat, terutama generasi muda.

Berikut ini adalah proses membatik yang berurutan dari awal hingga akhir. Penamaan atau penyebutan cara kerja di tiap daerah pembatikan bisa berbeda-beda, tetapi inti yang dikerjakannya adalah sama.

1) Ngemplong

Ngemplong merupakan tahap paling awal atau pendahuluan, diawali dengan mencuci kain mori. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kanji. Kemudian dilanjutkan dengan pengeloyoran, yaitu memasukkan kain mori ke minyak jarak atau minyak kacang yang sudah ada di dalam abu merang. Kain mori dimasukkan ke dalam minyak jarak agar kain menjadi lemas, sehingga daya serap terhadap zat warna lebih tinggi.

Setelah melalui proses di atas, kain diberi kanji dan dijemur. Selanjutnya, dilakukan proses pengemplongan, yaitu kain mori dipalu untuk menghaluskan lapisan kain agar mudah dibatik.

2) Nyorek atau Memola

Nyorek atau memola adalah proses menjiplak atau membuat pola di atas kain mori dengan cara meniru pola motif yang sudah ada, atau biasa disebut dengan ngeblat. Pola biasanya dibuat di atas kertas roti terlebih dahulu, baru dijiplak sesuai pola di atas kain mori. Tahapan ini dapat dilakukan secara langsung di atas kain atau menjiplaknya dengan menggunakan pensil atau canting. Namun agar proses pewarnaan bisa berhasil dengan baik, tidak pecah, dan sempurna, maka proses batikannya perlu diulang pada sisi kain di baliknya. Proses ini disebut ganggang.

3) Mbathik

Mbathik merupakan tahap berikutnya, dengan cara menorehkan malam batik ke kain mori, dimulai dari nglowong (menggambar garis-garis di luar pola) dan isen-isen (mengisi pola dengan berbagai macam bentuk). Di dalam proses isen-isen terdapat istilah nyecek, yaitu membuat isian dalam pola yang sudah dibuat dengan cara memberi titik-titik (nitik). Ada pula istilah nruntum, yang hampir sama dengan isen-isen, tetapi lebih rumit.

4) Nembok

Nembok adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh terkena warna dasar, dalam hal ini warna biru, dengan menggunakan malam. Bagian tersebut ditutup dengan lapisan malam yang tebal seolah-olah merupakan tembok penahan.

5) Medel

Medel adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara berulang-ulang sehingga mendapatkan warna yang diinginkan.

6) Ngerok dan Mbirah

Pada proses ini, malam pada kain dikerok secara hati-hati dengan menggunakan lempengan logam, kemudian kain dibilas dengan air bersih. Setelah itu, kain diangin-anginkan.

7) Mbironi

Mbironi adalah menutupi warna biru dan isen-isen pola yang berupa cecek atau titik dengan menggunakan malam. Selain itu, ada juga proses ngrining, yaitu proses mengisi bagian yang belum diwarnai dengan motif tertentu. Biasanya, ngrining dilakukan setelah proses pewarnaan dilakukan.

8) Menyoga

Menyoga berasal dari kata soga, yaitu sejenis kayu yang digunakan untuk mendapatkan warna cokelat. Adapun caranya adalah dengan mencelupkan kain ke dalam campuran warna cokelat tersebut.

9) Nglorod

Nglorod merupakan tahapan akhir dalam proses pembuatan sehelai kain batik tulis maupun batik cap yang menggunakan perintang warna (malam). Dalam tahap ini, pembatik melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara memasukkan kain yang sudah cukup tua warnanya ke dalam air mendidih. Setelah diangkat, kain dibilas dengan air bersih dan kemudian diangin-arginkan hingga kering. Proses membuat batik memang cukup lama. Proses awal hingga proses akhir bisa melibatkan beberapa orang, dan penyelesaian suatu tahapan proses juga memakan waktu. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika kain batik tulis berharga cukup tinggi.10) Penyimpana / PelipatanKeindahan batik dipengaruhi oleh cara menyimpannya. Setelah dicuci bersih, dan disetrika rapi; pastikan Anda melakukan langkah-langkah penyimpanan ini, agar batik Anda tetap prima : Jangan dilipat. Cara tepat menyimpat kain atau gaun batik adalah digantung. Jika dilipat, cenderung membentuk garis pada serat kain dan mempercepat serat kain patah dan batik cepat lapuk. Gunakan gantungan berbantalan untuk menggantung gaun. Bantalan yang membungkus gantungan dimaksudkan untuk menjaga agar serat kain tidak terkait dan rusak. Sedangkan untuk menggantung kain dan selendang, digunakan gantungan yang dilengkapi penjepit. Tapi sebelum dijepit, lapisi lebih dulu bagian kain yang akan dijepit dengan lipatan tissue, agar jepitan tidak merusak serat kain. Pastikan kondisi lemari bersih. Alasi dengan kertas roti, agar menyerap lembap. Agar terhindar dari gangguan ngengat, bersihkan beberapa butir lada putih bulat. Masukkan ke dalam kain halus, bungkus. Buat beberapa bungkusan seperti itu, untuk disebarkan di seluruh penjuru lemari. Bersihkan lemari penyimpanan dua atau tiga bulan sekali. Keluarkan seluruh koleksi batik, buka lipatannya, dan angin-anginkan selama 1 jam, sebelum kembali menyimpannya.