kel 12 ; hernia nucleus pulposus.docx

23
ASKEP HNP (Hernia Nukleolus Pulposus) Disusun Oleh : DESI KRISNAWATI (P 27220013077) SITI ARIYANI (P 27220013082) ULINNUHA TUBAGUS RIFA’I (P 27220013086) PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Upload: ulin-nuha-bagoes

Post on 29-Jan-2016

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kel 12 ; Hernia Nucleus Pulposus.docx

ASKEP

HNP (Hernia Nukleolus Pulposus)

Disusun Oleh :

DESI KRISNAWATI (P 27220013077)

SITI ARIYANI (P 27220013082)

ULINNUHA TUBAGUS RIFA’I (P 27220013086)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLITEKKES KEMENKES SURAKARTA

2015

Page 2: Kel 12 ; Hernia Nucleus Pulposus.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah

HNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau

perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1,

atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang atau

kambuh ( Doenges, 1999).

HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5-S1 kemudian pada C5-C6 dan paling

jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tapi

kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun. Insiden terbanyak adalah pada kasus

Hernia Lumbo Sakral lebih dari 90 %, dan diikuti oleh kasus Hernia Servikal 5-10

% .Pasien HNP lumbal seringkali mengeluh rasa nyeri menjadi bertambah

pada saat melakukan aktifitas seperti duduk lama, membungkuk,

mengangkat benda yang berat, juga pada saat batuk, bersin dan

mengejan. Rose dan Engstorm menyebutkan bahwa nyeri yang

bertambah pada saat batuk, bersin dan mengejan di sebabkan oleh

peningkatan tekanan intratekal yang transien sepanjang durameter.

Wiener mendapatkan sekitar 48-84 % pasien HNP lumbal mengalami rasa

nyeri yang bertambah saat batuk, bersin dan mengejan.

Menjelang usia meningkat setelah 20 tahun, mulailah terjadi perubahan-perubahan pada

anulus fibrosus dan nukleus pulposus. Pada beberapa tempat serat-serat fibroelastik terputus

dan sebagian rusak diganti oleh jaringan kolagen. Proses ini berlangsung terus-menerus

sehingga dalam anulus fibrosus terbentuk rongga-rongga. Nukleus pulposus akan melakukan

infiltrasi ke dalam rongga-rongga tersebut dan juga mengalami perubahan berupa penyusutan

kadar air. Jadi terciptalah suatu keadaan dimana disatu pihak volumemateri nukleus

pulposus berkurang dan dipihak lain volume rongga antar vertebrae

bertambah sehingga terjadilah penurunan tekanan intradiskal yang

mengakibatkan nukleus pulposus menonjol.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pembuatan makalah ini

ditujukan untuk mengetahui perjalanan dan proses penyakitnya serta

asuhan keperawatan HNP.

Page 3: Kel 12 ; Hernia Nucleus Pulposus.docx

B. Rumusan Masalah

1.         Untuk menegtahui Pengertian dari HNP?

2.         Untuk mengetahui Etiologi dari HNP?

3.         Untuk mengetahui Patofisiologi dari HNP?

4.         Untuk mengetahui Pathway dari HNP?

5.         Untuk mengetahui Manifestasi klinis dari HNP?

6.         Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari HNP?

7.     Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dari HNP?

C. Tujuan

Agar kita mampu mengetahui Pengertian, Etiologi, Patofisiologi,

Pathway, Manifestasi klinis, Penatalaksanaan, dan menegakkan Asuhan

Keperawatan pada penderita Hernia Nukleus Pulposus.

Page 4: Kel 12 ; Hernia Nucleus Pulposus.docx

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Hernia Nukleolus Pulposus adalah hernia yang terjadi pada sumsum tulang

belakang. Hernia ini terjadai karena nukleus pulposus yang berada diantara dua tulang

belakang menonjol keluar ( Oswari, 2000 )

Hernia Nukleolus Pulposus adalah herniasi yang banyak terjadi pada L4 – L5 atau

tulang antara L5 – S1 yang menimbulkan nyeri punggungbawah disertai derajat gangguan

sensorik dan motorik ( Brunner &  Suddarth, 2001 )

Dari beberapa definisi di atas  dapat disimpulkan bahwa Hernia Nukleolus

Pulposus adalah suatu keadaan dimana terganggunya saraf-saraf tulang belakang

khususnya daerah lumbal sehingga menyebabkan perasaan nyeri daerah punggung yang

dapat menjalar ke daerah ekstremitas.

B. Patofisiologi

Herniasi Discus Intervertebralis ke segala arah dapat terjadi akibat trauma atau

stres fisik. Herniasi ke arah superior atau inferior melalui lempeng kartilago masuk ke

dalam korpus vertebra dinamakan sebagai Nodul Schmorl ( biasanya dijumpai secara

insidentil pada gambaran radiologi atau otopsi ). Kebanyakan herniasi terjadi pada arah

posterolateral  sehubungan dengan faktor-faktor : nukleus pulposus yang cenderung

terletak lebih jauh di posterior dan adanya ligamentum longitudinalis posterior yang

cenderung memperkuat anulus fibrosus di posterior tengah. Peristiwa ini dikenal juga

dengan berbagai sebutan lain seperti ; ruptur anulus fibrosus, hernia nulleus pulposus,

ruptur discus,  hernia discuc dan saraf terjepit.

Mula-mula nukleus pulposus mengalami herniasi melalui cincin konsentrik

anulus fibrosus yang robek, dan menyebabkan cincin lain di bagian luar yang masih intak

Page 5: Kel 12 ; Hernia Nucleus Pulposus.docx

menonjol  setempat ( Fokal ). Keadaan seperti ini dinamakan sebagai Protusio Discus. Bila

proses tersebut berlanjut, sebagai materi nukleus kemudian akan menyusup keluar dari

discus ( discus Ekresi ) ke anterior ligamen longitudinalis posterior ( herniasi discus

fragmen bebas ).

Biasanya protusio ekstraksi discus posterolateral akan menekan akar saraf

ipsilateral pada tempat keluarnya saraf dari kantong deva ( masalnya herniasi discus L4 –

L5 kiri akan menjepit akar saraf  L5 kiri ). Jepitan saraf akan menampilkan gejala dan

tanda redikuler sesuai dengan distribusi persarafannya. Herniasi discus sentral  yang

signifikan dapat melibatkan beberapa elemen Kauda Equina pada kedua sisi, sehimgga

menampilkan rRadiokulopatia bilateral atau bahkan juga gangguan sfingter seperti

retensio urine.

Klasifikasi Hernia Discus tergantung pada lokasi yang terkena adalah L5, nyeri

yang terjadi di atas sendi sakroiliaka, panggul, lateral paha dan betis, medial kaki ( nyeri

yang menjalar turun dari panggul dan tungkai disebut Ishalgia )

Kelemahannya dapat mengakibatkan Foot drop dan kerusakan melakukan

dorsofleksi kaki dan atau ibu jari  kaki kesukaran berjalan pada tumit, parastenia terjadi di

lateral tungkai bagian distal kaki dan antara ibu jari tengah kaki. Atropi tidak jelas, refleks

biasanya tidak nyata, refleks lutut atau pergelangan kaki dapat hilang.

Page 6: Kel 12 ; Hernia Nucleus Pulposus.docx

C. Pathway

Proses degeneratif

Kehilangan protein polisakarida

Kandungan air terdorong

HNPTrauma Stress okupasi

Nukleus pulposus terdorong

Ujung syaraf spinal tertekan

Nyeri

Penurunan

kerja spinal

Kurang pengetahuan

Perubahan

sensasi

cemas

Page 7: Kel 12 ; Hernia Nucleus Pulposus.docx

D.  Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada Hernia Nukleolus Pulposus terdiri dari penatalasanaan

medis ( penatalaksanaan pembedahan ) dan penatalaksanaan keperawatan pre dan post

oporasi.

a. Penatalaksanaan Medis ( pembedahan ) pada region lumbal meliputi eksisi discus

lumbal melalui Laminectomy posterolateral dan tehnik Mikrodisektomy baru dan

Disektomy perkutaneus. Mikrodisektomy menggabungkan operasi dengan Mikroskop

untuk melihat potongan yang terganggu dan menekan akar saraf. Ini dilakukan dengan

sayatan kecil ( 2,5 cm) dan kehilangan darah sedikit dan dilakukan sekitar 30 menit.

Umumnya menbutuhkan waktu perawatan di rumah sakit dalam waktu yang pendek

dan pasien lebih cepat pulih.

Disektomy perkutaneus  merupakan pengobatan alternatif pada herniasi

potongan Intervertebral pada spinal lumbal tingkat L4 – L5. Salah satu pendekatan

dalam pelaksanaannya  denagn menyayat 2,5 cm daerah di atas kepala Iliaka.

Sebuah selang, trokar atau kanul dimasukkan dengan bantuan sinar X melalui ruang

Retroperitoneal untuk masuk ke dalam ruang diskus. Panjang instrumen harus

digunakan untuk mengangkat diskus. Operasi menggunakan waktu sekitar 15 menit.

Kehilangan darah dan nyeri minimal dan pasien umumnya keluar dalam dua hari

setelah pembedahan. Kerugian prosedur  ini meliputi kemungkinan kerusakan pada

lokasi struktur  yang dilalui dalam pembedahan.

b.  Penatalaksanaan keperawatan

1.  Pre operasi 

Kebanyakan pasien takut dilakukan pembedahan pada bagian spinal. Dan

dengan demikian membutuhkan keyakinan ( bahwa pembedahan tidak

melemahkan bagian belakang tubuh ) dan menjelaskan seluruh proses. Bila data

dikumpulkan berupa riwayat kesehatan beberapa keluhan nyeri, parastersia, dan

spasme otot perlu dicatat untuk memberikan dasar sebagai perbandingan setelah

Gangguan mobilitas fisik

Page 8: Kel 12 ; Hernia Nucleus Pulposus.docx

pembedahan. Pengkajian pra operasi harus juga meliputi evaluasi pada gerakan

eksstremitas. Demikian pula fungsi kandung kemih dan usus besar. Untuk

memfasilitasi prosedur membalik pra operasi pasien diajarkan berbalik dengan cara

serempak satu kesatuan ( digelinding ) sebagai bagian persiapan pra operasi.

Bentuk-bentuk lain cara yang dilakukan pasca operasi yang harus dilatih sebelum

pembedahan adalah nafas dalam, batuk, dan latihan otot-otot yang akan membantu

mempertahankan tonus otot.

2.      Pasca operasi

Setelah eksisi lumbal discus, maka perlu dilakukan pengecekan dengan

sering terhadap tanda-tanda vital dan luka terhadap adanya perdarahan karena

cidera vaskular adalah komplikasi pembedahan diskus perlu juga dievaluasi sensasi

dan kekuatan motorik pada ekstremitas bawah secara teratur dan spesifik

deemikian pula dengan warna dan temperatur kaki dan sensasi jari-jari kaki. Selain

itu penting juga untuk mengkaji kemungkinan retensi urine. Tanda-tanda yang

mungkin , terjadi kerusakan neurologik. Dapat diajarkan kepada klien tentang

bagaimana membalikkan tubuh di atas tempat tidur dan dijelaskan agar melkukan

latihan secara rutin. Hindarkan duduk kecuali untuk defekasi. Posisi lutut yang

fleksi sedikit dapat memberikan relaksasi otot bagian belakang tubuh. Klien

dibantu untuk bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain yang bertujuan untuk

mengurangi tekanan. Tetapi lebih dahuklu diyakinkan bahwa tidak ada cidera yang

diakibatkan oleh perpindahan posisi. Membalikkan klien dilakukan dengan tubuh

sebagai kesatuan unit ( digelindingkan ) tanpa adanya lekukan pada bagian

punggung.

D.  Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan Hernia Nukleolus Pulposus menurut Doenges,

1999 adalah :

1.  Aktivitas/ istirahat

Klien mempunyai riwayat pekerjan yang perlu mengangkat benda berat,

dudukmengemudi dalam waktu lama. Membutuhkan papan atau metras keras saat

tidur, penurunan rentang gerak dari ektremitas pada salah satu bagian tubuh. Tidak

mampu mekukan aktivitas yang biasanya dilakukan. Atrofi otot pada bagian tubuh

yang terkena dan gangguan dalam berjalan.

Page 9: Kel 12 ; Hernia Nucleus Pulposus.docx

2.  Eleminasi

Konstipasi, mengalami kasakitan dalam defekasi, adanya inkontinensia/ retensi

urine.

3.  Neurosensori

Kesemutan, kekakuan, kelemahan tangan dan kaki, penurunan refleks tendon

dalam, kelemahan otot, hipotonia, nyeri tekan, spasme otot paravertebralis dan

penurunan persepsi nyeri.

4.  Nyeri/ ketidaknyamanan

Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk,

bersin, membungkukkan badan, mengangkat, defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi

pada leher. Nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat

secara intermitten, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong ( lumbal ) atau bahu/ lengan,

kaku pada leher (servical ).

Terdengar adanya suara “krek” saat nyeri bahu timbul/ saat trauma atau merasa

“punggung patah”, keterbatasan untuk mobilisasi/ membungkuk ke depan. Sikap :

dengan cara bersandar pada bagian tubuh yang terkena. Perubahan cara berjalan,

berjalan dengan terpincang-pincang. Pinggang terangkat pada bagian tubuh yang

terkena.

5.  Keamanan

Adanya riwayat masalah “punggung” yang baru saja terjadi.

6.  Pembelajaran

Gaya hidup monoton atau hiperaktif.

Rencana pemulangan : mungkin memerlukan bantuan dalam transportasi, perawatan

diri dan menyelesaikan tugas-tugas rumah.

E.  Pemeriksaan penunjang

1.  Foto Ronsen spinal : memperlihatkan adanya perubahan degeneratif pada tulang

 belakang/ ruang intervertebralis atau mengesampingkan kecurigaan petologis lain seperti

tumor, osteomielitis.

2.      Elektromielografi : dapat melokalisasi lesi pada yingkat akar saraf spinal utama yang

terkena

Page 10: Kel 12 ; Hernia Nucleus Pulposus.docx

3.      Venogram epidural : dapat dilakukan pada kasus dimana keakuratan dari Miografi

terbatas.

4.      Fungsi lumbal : mengesampingkan kondisi yang berhubungan, infeksi, adanya darah.

5.      Tanda Le Seque (tes dengan mengangkat klaki lurus ke depan ) mendukung diagnosa

awal dari herniasi Diskus Intervertebralis ketika muncul nyeri pada kaki posterior.

6.      CT Scan : dapat menunjukkan kanal spinal yamg mengecil, adanya potensi Discus

Intervertebralis.

7.      MRI : pemeriksaan non inpasif yang dapat menunjukkan adanya perubahan tulang dan

jaringan dan dapat memperkuat bukti adanya Herniasi Discus.

8.      Mielogram : mungkin normal atau memperlihatkan “penyempitan”  dari ruang discus

menentukan lokasi dan ukuran Herniasi secara spesifik.

F.  Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Hernia Nukleolus Pulposus adalah :

1.      Nyeri akut/ kronis yang dapat dihubungkan dengan agen pencedera fisik, kompresi

saraf, cedera otot.

2.      Gangguan mobilitas fisik yang dapat dihubungkan dengan nyeri dan

ketidaknyamanan, spasme otot, terapi restriktif misalnya : tirah baring, traksi,

kerusakan neurovaskuler.

3.      Anxietas/ koping, individual, takefektif yang dapat dihubungkan dengan situasi

krisis, stastus sosioekonomik, peran, fungsi gangguan berulang dengan nyeri terus

menerus , ketidak adekuatan relaksasi, latihan sedikit atau tidak sama sekali,

ketidak adekuatan metode koping.

4.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan tindakan yang dapat

dihubungkan dengan keselahan informasi, keselahan interpretasi, informasi

kurang mengingat, tidak mengenal sumber-sumber informasi.

G.  Perencanaan

Setelah diagnosa keperawatan ditemukan dilanjutkan dengan penyusunan rencana

untuk masing-masing diagnosa yang meliputi prioritas dagnosa keperawatan, penetapan

tujuan dan kriteria evaluasi sebagai berikut :

1.      Nyeri akut/ kronis yang dapat dihubungkan dengan agen pencedera fisik, kompresi

saraf, spasme otot

Page 11: Kel 12 ; Hernia Nucleus Pulposus.docx

Tujuan  :  Nyeri akut/ kronis hilang/ berkurang

Kriteria hasil   :

a).  Klien tampak rileks dan melaporkan nyeri hilang/ berkurang

b).  Mengungkapkan metode yang memberikan penghilangan.

c).  Mendemonstrasikan penggunaan intervensi terapeutik ( mis : keterampilan

relaksasi modifikasi prilaku ) untuk menghilankan nyeri.

Intervensi keperawatan  :

a).  Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lama serangan, faktor pencetus/ yang

memperberat. Minta pasien untuk menetapkan pada skala 0 – 10

b).  Mempertahan tirah baring selama fase akut. Letakkan pasien pada posisi semi fowler

dengan tulang spinal, pinggan dan lutut dalam keadaan fleksi; posisi terlentang dengan

atau tanpa meninggikan kepala 10º - 30º atau pada posisi lateral.

c).  Gunakan logroll ( papan ) selama melakukan perubahan posisi.

d).  Bantu pemasangan brace/ Korset.

e).  Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan.

f).  Letakkan semua kebutuhan, termasuk bel panggil dalam batas yang mudah dijangkau

oleh pasien.

g).  Instruksikan pasien untuk melakukan tehnik relaksasi/ visualisasi

h).  Instruksikan untuk melkukan mekanika tubuh/ gerakan yang tepat.

i).   Berikan kesempatan untuk berbicara/ mendengarkan masalah pasien.

Intervensi kolaborasi  :

a).  Berikan tempat tidur ortopedik/ letakkan papan di bawah kasur/ matras.

b).  Berikan obat sesuai dengan kebutuhan.

c).  Pasang penyokong fisik seperti Brace lumbal, Kolar servikal.

d).  Pertahankan traksi jika diperlukan.

e).  Konsultasikan dengan ahli terapi fisik.

f).  Berikan instruksi tertentu pada pasca prosedur Mielografi jika perlu seperti : jaga

jangan sampai aliran terlalu cepat, posisi tidur datar atau ditinggikan 30º sesuai indikasi

selama beberapa jam.

g).  Bantu untuk persiapan pemasangan TENS.

Page 12: Kel 12 ; Hernia Nucleus Pulposus.docx

2. Gangguan mobilitas fisik yang dapat dihubungkan dengan nyeri dan ketidaknyamanan,

spasme otot terapi restriktif misalnya : tirah baring, trajsi, kerusakan neurovaskuler.

Tujuan  :  Tidak  terjadi kerusakan mobilitas fisik.

Kriteria evaluasi  : 

a).  Klien mengungkapkan pemahaman tentang situasi/ faktor risiko dan aturan

pengobatan individual.

b).  Mendemonstrasikan tehnik prilaku yang mungkin

c).  Mempetahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit dan

atau kompensasi.

Intervensi mandiri  :

a).  Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik.

b).  Catat respon emosi/ prilaku pada imobilisasi. Berikan aktivitas yang sesuai dengan

pasien.

c).  Ikuti aktivitas/ prosedur dengan metode istirahat. Anjurkan pasien untuk tetap

ikutberperan serta dalam aktivitas sehari-hari dalam keterbatasan individu.

d).  Bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif atau pasif.

e).  Anjurkan pasien untuk melatih kaki bagian bawah/ lutut. Nilai adanya edema,

erytema pada ekstremitas bawah.

f).  Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif.

g).  Demonstrasikan penggunaan alat penolong seperti  alat bantu jalan, tongkat.

h).  Berikan perawatan kulit dengan baik, masase titik yang tertekan setelahsetiap

perubahan posisi. Periksa keadaan kulit di bawah Brace, dengan periode waktu

tertentu.

Intervensi Kolaborasi  :

a).  Berikan obat menghilangkan nyeri kira-kira 30 menit sebelum memindahkan/

melukukan ambulasi pasien.

b).  Pakaikan stokoing anti emboli

3.  Anxietas/ koping, individual, takefektif yang dapat dihubungkan dengan krisis situasi,

status sosioekonomi, peran fungsi. Gangguan berulang dengan situasi nyeri terus

menerus, ketidak adekuatan relaksasi, latihan sedikit atau tidak sama sekali, ketidak

adekuatan metode koping.

Page 13: Kel 12 ; Hernia Nucleus Pulposus.docx

Tujuan  :  Cemas/ anxietas hilang/  berkurang.

Kriteria evaluasi  :

a).  Klien tampak rileks dan melaporkan anxietas berkurang pada tingkat dapat diatasi.

b).  Mengidentifikasi ketidak efektifan prilaku koping dan konsekuensinya.

c).  Mengkaji situasi terbaru dengan akurat.

d).  Mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalah.

e).  Mengembangkan remcana untuk perubahan gaya hidup yang perlu.

Intevensi mandiri  :

a).  Kaji tingkat anxietas pasien.

b).  Berikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur.

c).  Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya

seperti kemungkinan paralisis, pengaruh terhadap fungsi seksual, perubahan dalam

pekerjaan/ finansial, perubahan peran dan tanggung jawab.

d).  Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk sembuh

dan mungkin menghalangi proses penyembuhannya.

e).  Catat prilaku dari orang terdekat/ keluarga yang meningkatkan “peran sakit” pasien.

Intervensi Kolaborasi  :

Rujuk pada kelompok penyokong yang ada, pelayanan sosial, konselor pinansial/

konselor kerja, psikoterapi dan sebagainya.

4.  Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan tindakan yang dapat dihubungkan

dengan kesalahan informasi, kesalahan interpretasi, informasi kurang mengingat, tidak

mengenal sumber-sumber informasi.

Tujuan  :  Klien mengetahui, mengerti, tentang kondisi, prognosis dan tindakan yang

akan dilakukan.

Kriteria evaluasi  : 

a).  Klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan tindakan.

b).  Melakukan kembali perubahan gaya hidup.

c).  Berpartisipasi dalam aturan tindakan.

Intervensi mandiri  :

Page 14: Kel 12 ; Hernia Nucleus Pulposus.docx

a).  Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis serta pembatasan kegiatan seperti

hindari mengemudikan kendaraan dalam periode waktu yang lama.

b). Berikan informasi tentang berbagai hal serta instruksikan pasien untuk melakukan

perubahan “dinamika tubuih”  tanpa bantuan dan juga melakukan latihan termasuk

informasi mengenai mekanika tubuh sendiri untuk berdiri, mengangkat dan

menggunakan sepatu penyokong.

c).  Diskusikan mengenai pengobatan dan beberapa efek sampingnya.

d).  Anjurkan untuk menggunakan papan/ matras yang keras. Bantal kecil yang agak

datar di bawah leher, tidur miring dengan lutut difleksikan hindari posisi terlungkup.

e).  Diskusikan mengenai kebutuhan diet.

f).  Hindari pemakaian pemanas dalm waktu yang lama.

g).  Lihat kembali pemakaian kolar leher yang lunak.

h).  Anjurkan untuk melakukan evaluasi medis secara teratur.

i).   Berikan informasi mengenai tanda-tanda yang perlu untuk dilaporkan pada evaluasi

berikutnya seperti nyeri tusuk, kehilangan sensasi/ kemampuan untuk berjalan.

j). Kaji kemungkina untuk melakukan penanganan alternatif seperti  Kemonukleolisis,

intevensi pembedahan.

H.  Impelentasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan mandiri dasar berdasarkan ilmiah., masuk akal

dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang bermanfat bagi klien, berhubungan

dengan dignosa keperawatan dan tujuan yang telah ditetapkan.. Pelaksanaan merupakan

pengelolaan dan perwujudan dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun pada

tahap perencanaan. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dfapat berupa

tindakan mandiri maupun kolaborasi.

Dalam pelaksanaan tindakan, langkah-langkah yang dilakukan adalah mengkaji

kembali keadaan  klien, validasi rencana keperawatan,  menentukan kebutuhan dan

bantuan yang diberikan serta menetapkan strategi tindakan yang akan dilakukan. Selain

itu juga dalam pelaksanaan yang dilakukan  pada pasien dan persepsi pasien harus

didokumentasikan dalam catatan keperawatan. Dalam pendokumentasian catatan

keperawatan hal yang perlu didokumentasikan adalah waktu tindakan dilakukan,

tindakan dan respon klien serta diberi tanda tangan sebagai aspek legal dari dokumentasi

yang dilakukan.

Page 15: Kel 12 ; Hernia Nucleus Pulposus.docx

I.  Evaluasi

Evaluasi merupan tahap akhir dari proses keperawatan yang berguna untuk

mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai berdasarkan

standar/kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan aspek penting dalam proses

keperawatan karena menghasilkan kesimpulan apakah intervensi keperawatan diakhiri

atau ditinjau kembali dan dimodifikasi.Evaluasi harus memahami objektifitas, reliabilitas

dan validitas dapat dipertahankan agar keputusan yang diambil tepat.

Page 16: Kel 12 ; Hernia Nucleus Pulposus.docx

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. ( 2001). Text Book of medical – Surgical Nursing. Raven : Philadelphia

Doengoes, M.E. ( 1999 ). Nursing Care Planns. F.A Davis Company : Philadelphia

Oswari,E. ( 2000 ). Bedah dan Perawatannya. Balai Penerbit FKUI : Jakarta