kekuatan hukum hasil pemeriksaan pusat...

71
KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT LABORATORIUM FORENSIK POLRI TERHADAP BARANG BUKTI TINDAK PIDANA PSIKOTROPIKA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Ujian Sarjana Hukum Oleh YEPRI HERLAMBANG 50 2010 054 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM 2014

Upload: others

Post on 02-Sep-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

K E K U A T A N H U K U M H A S I L P E M E R I K S A A N PUSAT

L A B O R A T O R I U M F O R E N S I K P O L R I T E R H A D A P B A R A N G

B U K T I T I N D A K PIDANA P S I K O T R O P I K A

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Menempuh Ujian Sarjana Hukum

Oleh

Y E P R I H E R L A M B A N G

50 2010 054

U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H P A L E M B A N G

F A K U L T A S H U K U M

2014

Page 2: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Jadul Skripsi KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT LABORATORIUM FORENSIK POLRI TERHADAP BARANG BUKTI TINDAK PIDANA PSIKOTROPIKA

Nama

NIM

Progrui Stadi

: YEPRI HERLAMBANG

: 50 2010 054

: D m Hakam

Program KekhassMB : Haloim Pidaoa

PembinlNag

LhU MakBMa.SH.MH

PalcmbaDg, April 2014

DISETUJUI OLEH TIM PENGUJI:

Kctua : Nar Hasai Emiboa, SB,, SpM^ MB

Anggota : 1. H. Samsulhadi, S a , MH

2. Rusaiati, SE^ SH^MH

DISAHKAN OLEH DEKAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITi^^^lUHAlHMADI9AaBALEMBANG

(DR. SRI SUATMUTl7Sa/M.Hnm> NBM/NIDN: 791548/00060460009

ii

Page 3: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

" Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-

orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling

menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati dalam

kesabaran "

(Q.S. Al -Ashr :2 -3)

Ku persembahkan kepada :

• Ayahanda dan Ibunda tercinta

• Saudara-Saudaraku

• Seseorang yang kelak akan

mendampingiku.

• Sahabat-sahabal terbaiku

• Almamatcr ku

ill

Page 4: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

JUDUL SKRIPSI : K E K U A T A N H U K U M HASIL PEMERIKSAAN PUSAT LABORATORIUM FORENSIK POLRI TERHADAP BARANG B U K T I T I N D A K PIDANA PSIKOTROPIKA

Penulis, Pembimbing

Yepri Herlambang Lui l Maknun, SH. M H

ABSTRAK

Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah : 1. Bagaimanakah prosedur pemeriksaan yang dilakukan di pusat

laboratorium Forensik POLRI terhadap barang bukti tindak pidana psikotropika ?

2. Bagaimanakah kekuatan hukum hasil pemeriksaan pusat laboratorium Forensik POLRI terhadap barang bukti tindak pidana psikotropika ?

Selaras dengan tujuan yang bermaksud untuk mengetahui kekuatan hukum hasil pemeriksaan Pusat Laboratorium Forensik POLRI terhadap barang bukti tindak pidana psikotropika dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan di Pusat Laboratorium Forensik POLRI terhadap barang bukti tindak pidana psikotropika, maka jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif (menggambarkan), oleh karenanya tidak bermaksud untuk menguji hipotesa.

Teknik penggumpulan data dititikberatkan kepada penelitian kepustakaan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder yang telah diperoleh seianjutnya diolah secara kualilatif yang hasilnya disajikan secara deskriptif, pada tahap akhir akan dilakukan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kekuatan hukum hasil pemeriksaan terhadap barang bukti yang

berhubungan dengan tindak pidana psikotropika sesuai dengan pasal 39 ayat I KUHAP dapat pula menjadi alat bukti. Berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 28 KUHAP dan pasal 29 KUHAP dapat disimpulkan bahwa Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik Barang Bukti terhadap barang bukti tindak pidana psikotropika yang dikeluarkan oleh Pusat laboratorium Forensik POLRI dapat pula dikategorikan sebagai keterangan ahli dan dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah sebagaimana ketentuan pasal 186 KUHAP.

iv

Page 5: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

2. Unluk melakukan pemeriksaan barang bukti yang diduga sebagai psikotropika harus melalui prosedur sebagai berikut : Adanya surat permintaan dari penyidik kepada Kepala Pusat Laboratorium Forensik Polri dengan melampiri laporan polisi, setelah adanya permintaan tersebut maka Kepala Pusat Laboratorium Forensik Polri menunjuk pemeriksa yang akan meiaksanakan pemeriksaan terhadap barang bukti. setelah melakukan test tersebut maka hasil pemeriksaan dapat disimpulkan apakah barang bukti tersebut positif atau negatif mengandung psikotropika.

V

1

Page 6: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

K A T A PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kchad;rat Allah SWT, serta

shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.

beserta kcluarganya dan para sahabat, sehingga penulis dapat

menyelesaikan sekripsi ini yang berjudul : " K E K U A T A N H U K U M HASIL

PEMERIKSAAN PUSAT L A B O R A T O R I U M FORENSIK POLRI

TERHADAP BARANG BUKTI T I N D A K PIDANA PSIKOTROPIKA".

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan.

kekeliruan dan kekhilatan semua ini karena penulis adalah sebagai

manusiabiasa yang tak lupul dari kesalahan dan b>nyak kakurangan. akan

tetapi berkat adanya bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai

pihak, akhirnya kesukaran dan kcsulitan tersebu: dapal dilampaui, oleh

karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih

kepada :

1. Bapak Dr. H .M. Idris, SE. M.Si selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Palembang.

2. Ibu Dr. Sri Suatmiati. SH. M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang.

3. Bapak /Ibu Wakil Dekan I , I I , I I I . IV i-aku;:as Hukum Universitas

Muhammadiyah Palembang.

4. Ibu Luil Maknun, SH. M H . selaku Ketua Bag: an Hukum Pidana pada

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang, sekaligus

V I

Page 7: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

selaku Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan pctunjuk-

petunjuk dan arahan-arahan dalam penulisan dan pcnyusunan skripsi ini .

5. Ibu Khalisah Hayatuddin, SH. M.Hum, selaku Pembimbing Akademik.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan dan karyawati Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang.

7. Ayahanda dan Ibunda serta seluruh keluarga yang telah banyak

memotivasi penulis untuk meraih gelar kesarjanaan ini.

8. Saudara-saudaraku yang memberikan semangat serta motifasi dalam

pcnyelesaian penulisan skripsi ini.

9. Teman-temanku yang telah banyak membantu dalam pcnyelesaian

skripsi ini .

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaai bagi semua pihak

yang membacanya, untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang sifatnya

mcmbangun demi kesempurnaan di dalam penulisan skripsi ini sehingga

nantinya skripsi ini dapat bcrguna bagi semua pihak.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Palembang. 2014

Penulis

YEPRI HF:RLAMBANG

vii

Page 8: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

DAFTAR ISI

H A L A M A N JUDUL i

H A L A M A N PERSETUJUAN D A N PENGESAHAN ii

H A L A M A N MOTTO D A N PERSEMBAHAN i i i

ABSTRAK iv

K A T A PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ! vi i i

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Tatar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 9

C. Ruang Lingkup dan Tujuan 9

D. Metodologi Penelitian 10

E. Sistematika Penulisan 12 ;i 1

BAB I I T I N J A U A N PUSTAKA 13

A. Fungsi Pusat Laboratorium Forensik Polri 13

B. Pengertiarl Tindak Pidana 19

C. Unsur-unsur Tindak Pidana 21

D. Hubungan Antara Puslabfor Polri Dengan Proses Penyidikan Tindak

Pidana 23

BAB I I I PEMBAHASAN 40

A. Kekuatan Hukum Hasil Pemeriksaan Pusat Laboratorium Forensik

Polri Terhadap Barang Bukti Findak Pidana Psikotropika 40

B. Prosedur Pemeriksaan Yang Dilakukan di Pusat Laboratorium

Terhadap Barang Bukti Tindak Pidana Psikotropika 51

viii

Page 9: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

B A B I V PENUTUP 54

A. Kesimpulan 54

B. Saran 55

DAFTAR PUSTAKA

L A M P I R A N

ix

Page 10: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

BAB I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang

Di Indonesia sejak 10 tahun terakhir ini baik di Media cetak

maupun elektronik semakin sering muncul berila mengenai

penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi

semakin luas dengan sering pula terjadi penyalahgunaan terhadap zat

atau obat-obatan alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang

berkhasiat psikoaklif melalui pengaruh selektifpada susunan saraf pusat

yang menyebabkan perubahan khas pada aktifilas mental dan perilaku

yang dikenal sebagai psikotropika.

Dari berita-berita tersebut zat atau obat-obatan psikotropika yang

sering beredar secara gelap dan disaiahgunakan kebanyakan oleh

kalangan muda, sehingga mempengaruhi masa depan bangsa Indonesia.

Peredaran gelap zat atau obat-obatan psikotropika sekarang tidak hanya

beredar di kota-kota Indonesia namun juga telah masuk ke wilayah

pedesaan.

Di samping itu penyalahgunaan psikotropika ada pengaruhnya

terhadap perekonomian seperti contoh sering terjadi overdosis yang

memerlukan upaya pengobatan untuk menyembuhkan. Tidak saja itu

I

Page 11: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

keamanan nasional dapal pula terganggu karena penyalahgunaan

psikotropika merupakan salah satu penyakit masyarakat yang dapat

memicu timbulnya masalah kriminalitas.

Pengaruh obat psikotropika alau psikoaklif terhadap otak dan

susunan saraf pusat sangat bermacam-macam. dari eforia. halusinasi.

stimulasi. sedative, hipnotik. konvulsi. depresi. koma, dan dapal fatal.

Fungsi obat ini dipergunakan untuk mengubah lingkah laku, lingkungan

mental dan pcnghayatan manusia. di samping banyak dipergunakan

untuk menghindarkan diri dari keresahan batin. seperti tidak bahagia.

kesepian. perasaan asing bagi dirinya. kctidakmampuan menyelesaikan

sengketa pribadinya. alau dengan lingkungannya.'

Oleh karena obat-obat atau zat tersebut sangat berbahaya apabila

digunakan secara sembarangan tanpa pengawasan tcnaga ahli yang

diberi wevvenang, maka sejak tahun 1971 badan dunia Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengeluarkan "Convention on

Psychotropic Substances" yang menempatkan zal-zal ini di bawah

kontrol intemasional. setelah temyata Single Connveniion on Narcotic

Drug 1961, temyata tidak memadai untuk menghadapi bermacam-

macam obat-obat baru yang bermunculan."

Konvesi tenlang psikotoropika yang dikeluarkan Perserikatan

' Ors. H. Sumarmo Ma'sum ; Pcnanf^gulangan Bahaya Narkotika Keterganlun^an Obai. C V . Masagung, Jakarta, 1987. halaman 53

' Soedjono 1), SU; Falhologi Sosial. Alumni, Bandung. 1981, halaman 78

Page 12: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan perangkat hukum intemasional yang

mengatur kerja sama intemasional dalam pengendalian dan pengawasan

produksi, peredaran dan penggunaan psikotropika, serta pencegahan,

pemberantasan penyalahgunaannya dengan inembatasi penggunaan

hanya bagi kepenlingan pengobatan dan/atau ilmu pengetahuan.

Negara Indonesia sebagai salah satu anggola PBB telah

mengesahkan convention on Psychotropic Substances 1971 sebagai

Undang-undang Republik Indoensia sejak langgal 7 November 1996

yaitu Undang-Undang Republik Indoensia No. 8 Tahun 1996 Tentang

Pengesahan convention on Psychotropic substances 1971 (Konvensi

Psikotropika).

Memang zat alau obatan-obatan jenis psikotropika sangat

bermanfaat dan diperlukan untuk kepenlingan pelayanan kcsehatan dan

ilmu pengetahuan, namun penyalahangunaan psikotropika dapat

merugikan kehidupan manusia dan kehidupan bangsa, sehingga pada

gilirannya dapat mengancam ketahanan nasional.

Pada saat ini sedang berkembang jenis obat lerlarang yang

dikenal dengan sebutan "Designer drug" yaitu jenis obat-obatan yang

diracik dengan cara memodifikasi struklur kimiawi dari obat-obatan

yang ada, sehingga menghasilkan jenis obat baru yang memilik efek

farmakologi yang hampir sama, salah satu bentuk designer drugs yang

dibuat secara besar-besaran oleh sindikat pembuat dan penjual narkoba

Page 13: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

adalah 3,4 mctihyendioxy methamphetamine ( M D M A ) yang dikenal

dengan sebulan Extasy, selain extasy adalah fantas, fantasia. M-25, 2-

CB, Bromo S I P, E-4Euh (Intelex).^

Fakta lain terungkap menyatakan extasy salah satu jenis

psikotropika sudah diproduksi di Laboratorium gelap dengan tingkat

kemampuan produksi meningkat pula. Mendeteksi Laboratorium gelap

tidak mudah. karena Laboralorium gelap tidak perlu adanya bangunan

yang besar dan peralatan canggih, sebagai contoh terungkapnya oleh

Polda MetroJaya adanya pabrik extasy di Jakarta yang dapat

memproduksi ribuan extasy hanya dilakukan di sebuah rumah.

Melihat perkembangan zat atau obat-obatan psikotropika

semakin hari semakin pesat dengan aneka jenisnya, maka sejak tanggal

1 Maret 1997 oleh pemerinlah telah disahkan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika, yang ruang

lingkupnya adalah pengaturan segala kegiatan yang berhubungan

dengan psikotropika yang mempunyai potensi mengakibalkan sindroma

ketergantungan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997

Tentang Psikotropika tujuannya sebagaimana diatur dalam Pasal 3

adalah :

^ Drs. Edy Karsono, Mengenal Kecanduan Narkoba Minuman Keras, Yrama Widya. Jakarta. 2004. halaman 13-14

Page 14: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

a. menjamin ketcrsedian psikotropika guna kepenlingan pelayanan

kcsehatan dan ilmu Pengetahuan.

b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika,

c. Mcmberanlas peredaran gclap psikotropika.

Dari tuiuan yang telah digariskan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 Tenlang Psikotropika. terlihat adanya

upaya dari Negara unluk melakukan pembinaan. pengawasan sediaan

psikotropika hingga upaya pencegahan dan penindakan terhadap

penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika. Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 5 l ahun 1997 Tenlang Psikotropika telah

menyatakan bahwa pen>alahgunaan dan peredaran gelap adalah

merupakan Tindak Pidana. maka upaya penegakan hukum dan

penindakan terhadap Tindak pidana Psikotropika. maka berdasarkan

Pasal 56 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun

1997 Tentang Psikotropika proses penyidikan terhadap tindak pidana

psikotropika selain dilakukan penyidik Kepolisian Republik Indonesia

(POLRI), juga dilakukan oleh penyidik PNS (PPNS) tertentu yaitu

Pegawai Negeri Deparlemen Kcsehatan, Pegawai Negeri Departemen

Keuangan. dalam hal ini Direktorat Bea dan Cukai. dan Pegawai Negeri

Sipil Departemen terkait lainnya.

POLRI sebagai salah satu institusi pemerinlah melalui penyidik

polisi Negera Republik Indonesia bcrtugas melakukan pcnyelidikan dan

Page 15: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

Penyidikan terhadap tindak pidana berdasarkan Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana. Undang-Undang Kepolisian. serta Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 5 lahun 1997 1 entang

Psikotropika.

Kepolisian Republik Indonesia dalam melakukan tugas di bidang

proses Pidana berdasarkan Pasal 16 Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia

berwenang untuk :

a. Melakukan penangkapan. penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;

b. Melarang setiap orang mcninggalkan atau memasuki tempat kcjadian

perkara untuk kepentingan penyidikan;

c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka

penyidikan;

d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta

memeriksa landa pengenal diri ;

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan sural;

f. Memanggil orang unluk didengar dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi;

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksaan perkara;

h. Mengadakan penghenlian penyidikan;

i . Menyerahkan berkas perkara kepada pcnuntut umum;

Page 16: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

j . Mengajukan pennintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi

yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan

mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang

yang disangka melakukan tindak pidana:

k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai

negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai

negeri sipil unluk discrahkan kepada pcnuntut umum; dan

1. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang berlanggung jawab.

Pasal 55 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun

1997 Tentang Psikotropika menyatakan pcn\'idik polisi Republik

Indonesia dapat:

a. melakukan teknik penyidikan penyerahan yang diawasi dan teknik

pembelian lerselubung ;

b. membuka alau memeriksa setiap barang kiriman melalui pos atau

alat-alat perhubungan lainnya yang diduga mempunyai hubungan

dengan perkara yang menyangkul psikotropika yang sedang dalam

penyidikan ;

c. menyadap pembicaraan mclalui telepon dan/atau alat tclekomunikasi

elektronika lainnya yang dilakukan oleh orang yang dicurigai alau

diduga keras membicarakan masalah yang berhubungan dengan

tindak pidana psikotropika. Jangka waklu penyadapan berlangsung

untuk paling lama 30 (tiga puluh) hari.

Page 17: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

Berdasarkan kcwenangan yang lelah diberikan oleh Undang-

Undang tersebut maka POLRI berhak melakukan penyidikan terhadap

tindak pidana psikotropika. Dalam mengungkap dan membuktikan telah

terjadinya tindak pidana psikotropika adalah adanya barang bukti berupa

zat atau obat-obatan psikotropika dan atau airseni yang di dapat dari

Pelaku tindak pidana Psikolroprka.

Kita ketahui zat atau obat-obatan psikotropika adalah merupakan

bahan-bahan kimia dan terdiri dari 4 (empat golongan) yaitu :

Psikotropika golongan 1, Psikotropika golongan 11. Psikotropika

golongan 111. Psikotropika golongan IV. yang terdiri dari 108 macam zai

alau obat-obatan psikotropika, maka diperlukan pemeriksaan secara

laboratoris, POLRI telah mengadakan Laboratorium forensik. Peranan

Laboratorium forensic POLRI sangatlah besar dalam menentukan suatu

zat atau obat-obatan yang didapat dari Pelaku yang diduga melakukan

Tindak Pidana Psikotropika merupakan psikotropika atau bukan, j ika

merupakan psikotropika. masuk dalam golongan apa psikotropika

tersebut dan apa nama zai tersebut. Pemeriksaan zat alau obat-obatan

yang diduga sebagai psikotropika oleh Laboratorium forensic sangatlah

diperlukan dalam suatu penyidikan tindak pidana psikotropika.

Terhadap beberapa permasalahan yang dikemukakan di atas,

maka penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih jauh dan mendalam

sehingga permasalahan ini dapat terjawab dengan jelas dan terperinci

Page 18: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

9

dengan menuangkannya dalam suatu skripsi yang berjudul :

" K E K U A T A N H U K U M H A S I L P E M E R I K S A A N P U S A T

L A B O R A T O R I U M F O R E N S I K P O L R I T E R H A D A P B A R A N G

B U K T I T I N D A K PIDANA P S I K O T R O P I K A "

B. R U M U S A N M A S A L A H

Berdasarkan latar belakang di atas, di dalam pengkajian

penulisan skripsi ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kekuatan hukum hasil pemeriksaan Pusat

Laboratorium Forensik POLRI terhadap barang bukti tindak pidana

psikotropika ?

2. Bagaimanakah prosedur pemeriksaan yang dilakukan di Pusat

Laboratorium Forensik POLRI terhadap barang bukti tindak pidana

psikotropika ?

C . R U A N G L I N G K U P DAN T U J U A N

Adapun ruang lingkup penelitian dititik beratkan pada

pembahasan mengenai kekuatan hukum hasil pemeriksaan Pusat

Laboratorium Forensik POLRI terhadap barang bukti tindak pidana

Psikotropika dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan di Pusat

Laboratorium Forensik POLRI terhadap barang bukti tindak pidana

psikotropika tanpa menutup kemungkinan menyinggung pula hal-hal

Page 19: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

lain yang ada kaitannya dengan pokok pembahasan skripsi ini.

Tujuan penclilian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan penerapan sanksi pidana

dibidang perpajakan.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan wewenang penyidik dalam

melakukan penyidikan terhadap tindak pidana dibidang perpajakan.

Hasil penclilian diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan

infomiasi bagi ilmu pengetahuan. khususnya dibidang ilmu hukum

tentang kebijakan pidana. sekaligus merupakan sumbangan pikiran

yang dipersembahkan sebagai pcngabdian pada Almamatcr

D. M E T O D E P E N E L I T I A N

Selaras dengan tujuan yang bemiaksud untuk mengetahui

kekuatan hukum hasil pemeriksaan Pusat Laboratorium Forensik POLRI

terhadap barang bukti tindak pidana Psikotropika dan prosedur

pemeriksaan yang dilakukan di Pusat Laboratorium Forensik POLRI

terhadap barang bukti tindak pidana psikotropika. maka jenis penelitian

ini adalah penelitian hukum nonnatif yang bersifat deskriptif

(menggambarkan). oleh karenanya tidak bermaksud untuk menguji

hipotesa.

• Teknik pengumpulan data

Page 20: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

Teknik pengumpulan data skunder dititikberatkan kepada

penelitian kepustakaan {library research) dengan cara mengkaji :

a) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang bersifat

mengikat seperti Undang-undang. Peraturan Pemerinlah. dan

semua ketentuan peraturan yang berlaku.

b) Bahan skunder yailu bahan hukum seperti terori. hiotesa.

pendapat para ahli maupun penclilian lerdahulu yang scjalan

dengan permasalahan dalam skripsi ini .

e) Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum yang menjelaskan

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperli kamus

bahasa. ensiklopedi dan lain sebagainya.

Teknik pengolahan data

Setelah data lerkumpul, maka data tersebut diolah guna

mendapatkan data yang terbaik. Dalam pengolahan data tersebut.

penulis melakukan kegiatan editing yaitu data yang diperoleh

diperiksa dan diteliti lagi mengenai kelengkapan, kejeiasan dan

kebenarannya. sehingga terhindar dari kekurangan dan kesalahan.

Analisa data

Analisa data dilakukan secara kualilatif yang dipergunakan

untuk mengkaji aspek-aspek normatif atau yuridis melalui metode

yang bersifat deskriptif analitis yaitu menguraikan gambaran dari

Page 21: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

data yang diperoleh dan mcnghubungkannya satu dengan yang lain

unluk mendapatkan suatu kesimpulan yang bersifat umum.

E. S I S T E M A T I K A PENULISAN

Rencana penulisan skripsi ini akan disusun secara keseluruhan

dalam 4 (empat) Bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : Merupakan bab pcndahuluan \ang menguraikan latar

belakang. rumusan masalah. ruang lingkup dan tujuan dan

metode penelitian. serta sistematika penulisan.

BAB II : Merupakan tujuan pustaka yang berisi paparan tentang

Kerangka teori > ang erat kaitannya dengan perniasalahan

yang akan dibahas.

BAB HI : Merupakan pembahasan yang menggambarkan tentang

hasil penelitian. sehubungan dengan permasalahan hukum

yang diangkal.

BAB IV : Merupakan bagian penutup dari pembahasan yang di

format dalam kesimpulan dan saran.

Page 22: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

B A B I I

T I N J A U A N P U S T A K A

A. Fungsi Pusat Laboratorium Forensik Polri

Dalam proses persidangan yang utama adalah mencari dar.

mendapatkan kebenaran materil {kebenaran yang selengkap-

lengkapnya), oleh karena itu untuk dapat menentukan apakah seseorang

yang diduga melakukan tindak pidana itu bersalah atau tidak diperlukaz

alat-alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 184 KUHAP ialah :

a. Keterangan saksi;

b. Keterangan ahli,

c. Surat;

d. Petunjuk;

e. Keterangan terdakwa:

Berdasarkan ketentuan KUHAP tersebut, maka dibutuhkan ilmu-

ilmu pengetahuan lain guna mendapatkan alat bukti yang sah guna,

mendapatkan kebenaran materiil suatu lindak pidana. Salah satu ilmu

yang terkait adalah kriminalistik.

Kriminalistik yaitu suatu pengetahuan yang berusaha unluu

menyelidiki kejahatan dalam arti seluas-luasnya, berdasarkan buktj-

bukti dan keterangan dengan mempergunakan hasil yang ditemukai:

13

Page 23: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

oleh ilmu pengetahuan lainnya. Dalam bekerjanya ia didukung oleh

ilmu pengetahuan yang dikenal dengan ilmu forensic.''

Menurut S.S Krihan. Ph.D, dalam bukunya An Introduction to

Modern Criminal Investigation : Criminalistics or forensic science is

the scientific analysis of evidence material for law enforcement and

administration of Justice. Kriminalistik atau ilmu forensic adalah

analisis secara ilmiah dari bukti fisik untuk pelaksanaan penegakan

hukum dan administrasi peradilan."

M.J. Walls dalam bukunya I'orensic Science, menyatakan

forensic science means nothing more than sice which is issdued in the

law courts: that is. it is the science behind expert evidence an in

everything the forensic scientist does he must bear in mind that he may

have testify as an expert witness (forensic science berarti tidak lebih

dari ilmu yang dipergunakan dalam pengadilan. yang merupakan ilmu

pengetahuan di balik kesaksian ahli dan setiap kali ahli forensic bekerja

dia harus menaruh ke dalam pikirannya bahwa dia mungkin akan

memberikan kesaksian sebagai saksi ahli.''

Sedangkan menurut Ansorie Sabuan, SH dkk, ilmu forensic

adalah ilmu pengetahuan yang dapat memberikan keterangan atau

Ansorie Sabuan, SH dkk, Hukum Acara Pidana, PT. Angkasa, Jakarta, 1990, Hal. 69. ^ Heru Kusriyadi Wibawa, Pmfikasi Dokumen dan Tanda Tangan ; Pencegahan dan

Penindakan Kejahatan Perbankan dan Keuangan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2002. Hal. 3.

^ Ibid. Hal. 4.

Page 24: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

kesaksian bagi peradilan secara meyakinkan menurut kebenaran-

kebenaran ilmiah. yang dapat mendukung pengadilan dalam

menetapkan keputusannya.^

Berdasarkan pengertian di alas, maka dapat dilarik kesimpulan

bahwa forensic adalah salah satu kegiatan yang dilakukan oleh ahli

terhadap bukti suatu tindak pidana sehingga menjadi alat bukti sah

dalam mengungkapkan kebenaran materiil sualu perkara tindak pidana.

Ilmu forensic yang merupakan salah satu ilmu yang termasuk dalam

kriminalistik adalah penerapan berbagai ilmu pengetahuan yang

mempelajari bukti-bukti mali {physical evidence) dengan maksud agar

bukti-bukli mati tersebut dapat di analisis dan ditransfer menjadi alat

bukti yang mempunyai kekuatan pembuktian dalam rangka pcnyelesaian

perkara pidana di pengadilan.

Berdasarkan hal tersebut temyata ilmu forensic adalah ilmu

terapan {appled science) antara lain :

a. Ilmu kedokleran forensic (Ilmu Kedokleran Kehakiman)

Ilmu Kedokleran Kehakiman ini mempelajari masalah manusia

dalam hubungannya dengan masalah lindak pidana. Meskipun berobjek

pada manusia, tetapi tujuannya adalah bukan menyembuhkan penyakit

yang diderita, Ilmu Kedokleran Kehakiman bertujuan untuk mencari

^ Ansorie Sabuan, SH, Op. Cil . Hal. 69. * 1 Nyoman Nurjaya, SH, Segenggam Masalah Aktual Tenlang Hukum Acara Tiiiana dan

Kriminoiogi. Blna Clpta, Jakarta, 1985, Hal. 73.

Page 25: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

sebab-sebab yang menimbulkan luka alau kematian korban tindak

pidana antara lain : sebab-sebab kematian. idenlifikasi keadaan mayat

post mortem, luka yang diderita. abortus, perzinaan/perkosaan.

pemeriksaan noda darah.

b. Toksikologi forensic

Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang racun yang ada

hubungan dengan sualu tindak pidana dengan cara melakukan

pemeriksaan kimiawi terhadap berbagai benda mati. seperti isi lambung

yang diduga ada racunnya, jenis racun, dan kadar racun yang menjadi

sebab kematian korban tindak pidana.

c. Ilmu Kimia forensic

Ilmu yang memakai dasar ilmu kimia analilika sebagai sarana

utamanya untuk penyidikan yang menyangkut masalah narkotika.

pemalsuan barang yang berhubungan dengan zat kimia, noda-noda yang

tertinggal dalam berbagai tindak pidana.

d. Ilmu Alam forensic

Ilmu yang fungsinya memakai dasar-dasar ilmu pengetahuan

alam yang limbul dalam suatu tindak pidana, Ilmu yang termasuk dalam

Ilmu Alam Forensik adalah Balistik Kehakiman yang mempelajari

tentang senjala api yaitu untuk mengetahui jenis senjala api yang

dipergunakan, caliber senjala api, jenis peluru, jarak tembak dan

sebagainya. Dactyloscopic, yang mempelajari tentang sidik jari . apabila

Page 26: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

dalam suatu tindak pidana terdapat sidik jar i . maka ilmu pengetahuan ini

dapat diusut sidik jari siapa yang tertinggal itu dan bagaimana

hubungannya dengan lindak pidana ilu sendiri. Orafologi yaitu ilmu

mengenai tulisan yang dipalsukan. uang palsu dan lain sebagainya.

POLRI berdasarkan pasal 13 Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 2 Tentang Kepolisian Republik Indonesia mempunyai

tugas pokok sebagai berikut:

a. memclihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

b. menegakkan hukum, dan

e. memberikan pcrlindungan. pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat.

Seianjutnya pasal 14 (1) Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 2 Tentang Kepolisian Republik Indonesia, maka Kepolisian

Negara Republik Indonesia bcrtugas :

a. meiaksanakan pengaturan, penjagaan. pengavvalan dan palroli

terhadap kegiatan masyarakat dan pemerinlah sesuai kcbutuhan;

b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,

ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan;

c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat

kesadaran hukum masyarakat serta kelaatan warga masyarakat

terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional:

Page 27: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.

f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap

kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk

pengamanan swakarsa:

g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak

pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-

undangan lainnya,

h. menyelenggarakan identillkasi kepolisian. kedokleran kepolisian.

Laboratorium forensic dan psikologi kepolisian untuk kepentingan

kepolisian:

i . melindungi keselamatan jiwa raga. harta benda. masyarakat dan

lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana

lermasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjutig

tinggi hak asasi manusia.

j . mclayani kepentingan warga masyarakat unluk sementara sebelum

ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang:

k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan

kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta

1. meiaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan

Dari pasal tersebut di atas menunjukkan perlunya Laboratorium

forensik bagi POLRI untuk meiaksanakan tugas pokoknya yang telah

Page 28: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

digariskan undang-undang. Di samping itu dari pengertian forensic yang

telah dikemukakan di atas maka semakin jelas terlihat kepentingan

kepolisian yang sangat dominan untuk menyelenggarakan Laboratorium

forensic adalah sebagai salah satu badan yang turut meiaksanakan tugas

penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai

dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya,

khususnya terhadap bukti-bukti suatu tindak pidana yang sedang disidik

oleh penyidik POLRI, di mana pemeriksaan bukti-bukti tidak dapat

dilakukan sendiri oleh penyidik POLRI tersebut karena membutuhkan

pemeriksaan secara laboratories.

Untuk itu Laboratorium Forensik sangat diperlukan oleh POLRI

untuk memeriksa bukti-bukti suatu tindak pidana secara laboratories dan

ditangani oleh ahli sesuai dengan bidang ilmunya dengan maksud agar

bukti-bukti mati tersebut dapat dianalisis dan ditransfer menjadi alat-alat

bukti yang mempunyai kekuatan pembuktian, dalam rangka

pcnyelesaian perkara pidana di pengadilan.

B. Pengertian Tindak Pidana

Selain istilah tindak pidana, di dalam hukum Pidana Indoensia

berbcrapa ahli hukum menyebutnya sebagai perbuatan pidana, peristiwa

pidana dan perbuatan yang dapat / boleh dihukum yang berasal dari

Page 29: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

terjcmahan "Het Strafhare feit". Beberapa ahli hukum tersebut antara

lain :

a. Perumusan SIMONS merumuskan bahwa Een strafbaar feit adalah

suatu handeling (tindakar/perbuatan) yang diancam dengan pidana

oleh undang-undang. bertenlangan dengan hukum (onrechtmaiig)

dilakukan dengan kesalahan (sculd) oleh seseorang yang mampu

bertanggung jawab.

b. Perumusan V A N H A M E L merumuskan strafbaar feit itu sama

dengan dirumuskan oleh SIMONS, hanya ditambahkannya dengan

kalimat "tindakan mana bersifat dapat dipidana"

c. Perumusan VOS merumuskan strafbaar feit adalah suatu kelakuan

(gedraging) manusia yang dilarang dan oleh undang-undang

diancam dengan pidana.

d. Perumusan Pompe merumuskan strafbaar feit adalah sualu

pelanggaran kaidah (penggangguan ketertiban hukum) terhadap

mana pelaku mempunyai kesalahan untuk mana pemidanaan adalah

wajar untuk menyelenggarakan ketertiban hukum dan menjamin

kesejahteran umum.

e. Perumusan Prof. MOELJATNO merumuskan strafbaar feit sebagai

perbuatan pidana yaitu perbuatan yang dilarang dan diancam pidana

barang siapa melanggar larangan tersebut dan perbuatan itu harus

pula betul-betul dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang

Page 30: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

tak boleh atau menghambat akan tercapainya lata pergaulan

masyarakat yang dicita-citakan oleh masyarakat itu.

f. Mr. R. TRESNA merumuskan Strafbaar feit sebagai Peristiwa I

pidana yaitu sesuatu perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia,

yang bertcntangan dengan undang-undang atau pcraturan-pcraturan

lainnya, terhadap perbuatan mana diadakan tindakan penghukuman. i'

Sesuatu perbuatan itu baru dapat dipandang sebagai peristiwa

pidana, apabila memenuhi segala syarat yang diperlukan.

g. Dr. WIRJONO PROJODIKORO merumuskan Strafbaar feit sebagai

Tindak Pidana yaitu suatu perbuatan yang pelakunya dapat

dikenakan hukuman pidana. Dan pelaku itu dapat dikatan merupakan

subject tindak pidana.^

Dari perumusan-perumusan tersebut temyata dalam hukum

Indonesia dikenal banyak kata selain kata tindak pidana, terlihat pula

temyata perumusan oleh ahli hukum tersebut saling melengkapi.

C . Unsur-unsur Tindak Pidana

E.Y. Kanter, SH dan S.R Sianturi dalam bukunya Asas-asas

Hukum Pidana di Indonasia dan Penerapannya menyatakan bahwa

unsur-unsur dari tindak Pidana, yaitu :

^ E . Y . Kanter, SH dan S.R.Sianturi, SH, Asas-asas Hukum Pidana di Indonasia dan Penerapannya, Storia Grafika, Jakarta, 2007, Hai 204-209.

Page 31: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

1. Subjek

2. Kesalahan

3. Bersifat melawan hukum (dari tindakan)

4. Suatu tindakan yang dilarang atau diharuskan oleh undang-

undang/perundangan dan terhadap pelanggarnya diancam dengan

pidana

5. Waktu. tempat dan keadaan.'"

Dari unsur-unsur tindak pidana tersebut. maka unsur pokoknya

dapat kita golongkan menjadi 2 (dua) yaitu .

a. Unsur Subyeklif yaitu adanya Pelaku yang melakukan tindak

pidana

b. Unsur Obyektif yaitu adanya aturan yang mengatur bahwa tindak

pidana itu adalah sah dan bersifat melawan hokum.

Seianjutnya merumuskan pengertian dari tindak pidana sebagai :

Suatu tindakan pada tempat, waktu dan keadaan tertentu, yang dilarang

(atau diharuskan) dan diancam dengan pidana oleh undang-undang.

bersifat melawan hukum, serta dengan kesalahan dilakukan oleh

seseorang (yang mampu bertanggung jawab)."

Ibid, Hal. 21! " Ibid, Hal. 211

Page 32: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

23

D. Hubungan Antara Puslabfor Polri Dengan Proses Penyidikan

Tindak Pidana

Menurut pasal 4 KUHAP setiap Pejabat Polisi Negara Republik

Indonesia adalah Penyelidik perkara pidana. Di dalam tugas

penyelidikan anggota POLRI mempunyai wewenang seperti diatur

dalam Pasal 5 KUHAP sebagaimana berikut:

1. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya

tindak pidana;

2. mencari keterangan dan barang bukli;

3. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memcriksa tanda

pengenal diri tersangka;

4. Mengadakan tindakan Iain menurut hukum yang bertanggung jawab I;

Kemudian atas perintah penyidik. penyelidik dapat melakukan :

1. penangkapan, larangan mcninggalkan tempat, penggeledahan dan

penyitaan;

2. pemeriksaan dan penyitaan surat;

3. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

4. membawa dan menghadapkan seseorang pada penyidik;

5. membuat dan menyampaikan laporan hasil penyelidikan pada

penyidik,

Berdasarkan pasal 7 ayat (1) KUHAP dan Pasal 16 Undang-

undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2002 Tenlang Kepolisian

Page 33: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

Negara Republik Indonesia. Penyidik Polri mempunyai wewenang

sebagai berikut.

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya

tindak Pidana.

b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian.

c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal

diri tersangka.

d. Melakukan penangkapan, penahanan. penggclsdahan dan pen"tilaan.

e. Melakrrkan pemeriksaan dan penyitaan surat,

r. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.

g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi,

h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalanr hubungannya

dengan pemeriksaan Perkara.

i . Mengadakan pcnghcntian penyidikan,

J. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Dalam meiaksanakan wewenangnya seorang penyidik senantiasa

bertindak berdasarkan norma hukum dan mengindahkan norma agama.

kesopan. kesusilaan, serta menjunjung tinggi hak asasi, hal mana diatur

dalam Pasal 19 ayat (1) 16 Undang-Undang Republik Indonesia No.2

Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Page 34: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

POLRI dalam meiaksanakan fungsi dan kewenangan penyidikan.

harus berpatokan dan berpegang pada ketentuan khusus {special rule)

yang diatur dalam hukum acara pidana {criminal procedure) dalam hal

ini KUHAP (Undang-Undang No.8 Tahun 1981).'"

Penyelidikan atau penyidikan merupakan tindakan pcrtama-tama

yang dapat dan harus segera dilakukan oleh penyelidik atau pen> idik

untuk mengetahui jika terjadi atau limbul persangkaan telah terjadi suatu

tindak pidana. Apabila ada persangkaan telah dilakukan sualu kejahatan

atau pelanggaran maka harus segera diusahakan apakah hal tersebut

sesuai dengan kenyataan. Maka dilakukan proses pcnydidikan dan

penyidikan untuk membuktikan tindak pidana tersebut dan siapa

tersangka pelaku tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana.

Saat telah terjadinya suatu tindak pidana dapat digolongkan 2

(dua) macam :

a. kedapatan tertangkap tangan {ontdekking op heterdaad) :

- tertangkapnya seorang pada waklu sedang melakukan lindak

pidana, atau

- dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan,

atau

M. Yahya Harahap, S H . Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (Penyidikan dan Penuntutan), Sinar Grafika, Jakarta, 2000, Hal. 95.

Page 35: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

- sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang

yang melakukannya, atau

- apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga

keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang

menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan

atau membantu tindak pidana itu.

Dalam hal tertangkap tangan. maka aparat POLRI dapat

menggunakan wewenangnya untuk menangkap pelaku tindak pidana

dan segera melakukan pemeriksaan dan tindakan lain dalam rangka

penyidikan tindak pidana terhadap pelakunya.

b. diluar tertangkap tangan (huitan ontdekking op heterdaad) :

Adanya tindak pidana diketahui oleh penyelidik atau penyidik

berdasarkan :

Laporan {aangifte) yaitu pemberitahuan yang disampaikan oleh

seorang karena hak atau kewajibannya berdasarkan undang-

undang kepada pejabat yang benwenang tentang telah atau

sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana.

- pengaduan {Klacht) yaitu pemberitahuan disertai permintaan oleh

pihak yang berkepentingan kepada pejabat yang berwenang

untuk menindak menurut hukum seorang yang telah melakukan

tindak pidana aduan yang merugikannya.

Page 36: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

- Pengetahuan sendiri oleh penyelidik atau penyidik dapat

dipersamakan dengan tertangkap tangan sehingga karena dan

demi hukum penyidik berwenang melakukan tindakan hukum.

Dalam taraf penyidikan. penyidik POLRi melakukan

pemeriksaan apakah telah terjadi tindak pidana dan j ika demikian. siapa

pelakunya serta dalam keadaan bagaimana tindak pidana itu dilakukan

dengan mengumpulkan alat-alat bukli yang dapat dipakai sebagai bahan

pembuktian.

Memang titik pangkal pemeriksaan di hadapan penyidik ialah

tersangka. Dari dialah diperoleh keterangan tentang peristiwa pidana

yang sedang diperiksa. Akan tetapi. sekalipun tersangka yang menjadi

titik tolak pemeriksaan, terhadapnya harus diberlakukan asas akusatur.

Tersangka harus ditempatkan pada kedudukan manusia yang memiliki

harkat martabat. Dia harus dinilai sebagai subjek. bukan sebagai objek.

Yang diperiksa bukan manusia tersangka. Perbuatan lindak pidana yang

dilakukannyalah yang menjadi objek pemeriksaan. Ke arah tindak

pidana yang dilakukan pemeriksaan ditujukan. Tersangka harus

dianggap tak bersalah, sesuai dengan prinsip hukum praduga tak

bersalah {presumption of innocent) sampai diperoleh pulusan pengadilan

yang lelah berkekualan hukum tetap. Di samping itu pada pemeriksaan

lindak pidana, tidak selamanya hanya tersangka saja yang harus

Page 37: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

diperiksa. Adakalanya pemeriksaan saksi atau ahli. demi hukum untuk

terang dan jelasnya peristiwa pidana yang disangkakan.

Dari pemeriksaan terhadap tersangka, saksi maupun ahli

diharapkan didapat alat bukti sah yang dapat dipergunakan dalam proses

pemeriksaan di siding pengadilan atas sualu tindak pidana.

Adapun alat bukti yang sah menurut undang-undang sesuai

dengan apa yang disebut dalam Pasal 184 ayat (1) adalah :

- keterangan saksi adalah salah satu bukti dalam perkara pidana

berupa keterangan dari saksi mengenai suatu perkara yang berupa

keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia

dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.

- keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang

yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk

membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan

pemeriksaan.

- Surat. menurut Pasal 187 KUHAP adalah suatu alat bukti tulisan

yang dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah

yang antara lain :

a. berita acara dan sural lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh

pejabat umum yang berwenang alau yang dibuat dihadapannya,

yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang

Page 38: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

didengar, dilihal atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan

alasan yang jelas dan tegas tentang kcterangannya itu;

b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang

termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya

dan yang diperuntukkan bagi pembuktian suatu hal atau sesuatu

keadaan.

c. Sural keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat

berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu

keadaan yang diminta secara resmi dari padanya.

d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya

dengan isi dari alat pembuktian yang lain.

- petunjuk menurut Pasal 188 ayat (1) adalah perbuatan, kejadian atau

keadaan karena persesuaiannya baik antara yang satu dengan yang

lain maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa

telah terjadi tindak pidana dan siapa pelakunya.

- keterangan terdakwa menurut pasal 189 KUHAP adalah apa yang

terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau

yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri.

Alat-alat bukti tersebut dibutuhkan untuk membuktikan

kesalahan pelaku tindak pidana selaku terdakwa dalam sidang

pcrkaranya. Namun untuk membuktikan kesalahan pelaku tindak, maka

Page 39: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

Pasal 183 KUHAP menyatakan bahwa hakim tidak boleh menjatuhkan

pidana kepada seorang kecuali dengan sekurang-kurangnya dua alat

bukti yang sah. ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana

benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang melakukannya.

Untuk mendapatkan alat bukti yang sah dan cukup sesuai yang

disyaratkan oleh hukum acara. Berdasarkan Pasal 120 ayat (1) dan (2)

KUHAP penyidik POLRI dapat meminta pendapat orang ahli atau orang

yang memiliki keahlian khusus yang mengangkat sumpah atau

mengucapkan janji di muka penyidik bahwa ia akan memberi

keterangan menurut pcngelahuannya yang sebaik-baiknya kecuali bila

disebabkan karena harkat serta martabat. pekerjaan atau jabatannya yang

mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan

keterangan yang diminta.

Salah satu ahli yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang

diperlukan unluk membuat terang suatu perkara pidana guna

kepentingan pemeriksaan adalah ahli forensik seperti Dokter Ahli

Forensik, Ahli kimai forensik, Ahl i Balistik dan Iain-lain yang

berhubungan dengan dunia forensik.

Biasanya ahli forensic dibutuhkan untuk memeriksa barang bukti

yang berhubungan dengan tindak pidana yang diperoleh dari hasil

penyilaan yang dilakukan oleh Penyidik dalam proses penyidikan suatu

Page 40: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

tindak pidana. Adapun tenlang barang-barang apa yang dapat dikenakan

penyitaan. Pasal 39 ayat (1) KUHAP menetapkan :

a. Benda alau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruhnya atau

sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil

dari tindak pidana.

b. Benda yang lelah dipergunakan secara langsung unluk melakukan

tindak pidana atau unluk mempersiapkannya.

c. Benda yang dipergunakan unluk menghalang-halangi penyidikan

lindak pidana.

d. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak

pidana.

e. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan lindak

pidana yang dilakukan.

Pemeriksaan terhadap benda yang merupakan barang bukti suatu

tindak pidana tidak hanya bersifat pemeriksaan fisik saja, akan tetapi

tidak jarang harus dilakukan dengan pemeriksaan oleh tcnaga ahlinya

seperti pemeriksaan mayat, pemeriksaan tanda tangan dalam perkara

pemalsuan, pemeriksaan proyektil peluru (balistik), pemeriksaan bahan

dasar, bubuk atau tepung , krislal, maupun berbcntuk pil (obat) yang

termasuk psikotropika. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan

oleh ahli tersebut dituangkan dalam bentuk laporan yang berisikan

Page 41: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

keterangan dari ahli tersebut yang dapat diiadikan sebagai alat bukti

keterangan ahli.

Di dalam bab X I V Undang-Undang No. 5 l ahun 1997 tentang

Psil:otropika mengatur tindak pidana yang berhubungan dengan

Psikotropika yaitu :

Pasal 59 :

(1) Barang siapa :

a. menggunakan psikotropika golongan I selain dimaksud dalam

Pasal 4 ayat (2) atau

b. memproduksi dan atau menggunakan dalam proses produksi

psikotropika golongan I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.

atau

c. mengedarkan psikotropika golongan 1 tidak memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3), atau

d. mengimpor psikotropika golongan 1 selain untuk kepentingan

ilmu pengetahuan. atau

e. secara tanpa hak memiliki. menyimpan dan/atau membawa

psikotropika golongan I .

Dipidana dengan pidana penjara paling singkal 4 (empat) tahun.

paling lama 15 (lima belas) tahun dan dipidana denda paling sedikil

Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah), dan paling

banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

Page 42: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

secara terorganisasi dipidana dengan pidana mati atau pidan penjara

seumur hidup atau pidana penjara selama 20 (dua puluh) tahun dan

pidana denda sebesar Rp. 750.000.000.00 (tujuh ratus lima puluh

juta rupiah)

(3) Jika tindak pidana dalam pasal ini dilakukan oleh korporasi, maka di

samping dipidananya pelaku lindak pidana, kepada korporasi

dikenakan pidana denda sebesar Rp. 5.000. 000. 000.00 (lima milyar

rupiah).

Pasal 60 :

(1) Barang siapa :

a. memproduksi psikotropika selain yang ditetapkan dalam

ketentuan Pasal 5. atau

b. memproduksi atau mengedarkan psikotropika dalam bentuk obat

yang lidak memenuhi standar dan/atau persyaratan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 7, atau

c. memproduksi atau mengedarkan psikotropika yang berupa obat

yang tidak terdaftar pada departemen yang bertanggung jawab di

bidang kcsehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat ( 1 ),

dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun

dan pidana dcnda paling banyak Rp. 200.000.000,-(dua ratus juta

rupiah)

Page 43: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

34

(2) Barang siapa menyalurkan psikotropika selain yang ditetapkan

dalam pasal 12 ayat (2) dipidana dengan penjara paling lama 5

(lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00

(seratus juta rupiah).

(3) Barang siapa menerima penyaluran psikotropika selain yang

ditelapkan dalam pasal 12 (2) dipidana dengan pidana penjara

paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda pidana denda paling

banyak Rp. 60.000.000.00 (enam puluh juta rupiah).

(4) Barang siapa menyerahkan psikotropika selain yang ditetapkan

dalam Pasal 14 ayat (1). pasal 14 ayat (2), Pasal 14 ayat (3)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan

pidana denda paling banyak Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta

rupiah).

(5) Barang siapa menerima penyerahan psikotropika selain yang

ditetapkan dalam Pasal 14 ayat (1), Pasal 14 ayat (2), Pasal 14 ayat

(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan

pidana denda pidana denda paling banyak Rp. 60.000.000.00 (enam

puluh juta rupiah). Apabila yang menerima penyerahan itu

pengguna, maka dipidana dengan pidana penjara paling lama 3

(tiga) bulan.

Pasal 61 :

(1) Barang siapa :

Page 44: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

a. mengekspor alau mengimpor psikotropika selain yang

ditentukan dalam Pasal 16. atau

b. mengekspor alau mengimpor psikotropika tanpa surat

persetujuan ekspor atau surat persetujuan impor sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 17, atau

c. meiaksanakan pengangkutan ekspor atau irnpor psikotropika

tanpa dilengkapi surat persetujuan ekspor atau surat persetujuan

impor sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat (3) alau pasal

22 ayat (4)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) lahun dan

pidana denda paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta

rupiah)

(2) Barangsiapa tidak menyerahkan surat persetujuan ekspor kepada

orang yang bertanggung jawab atau pengangkutan ekspor

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) atau Pasal 22 ayat

(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan

pidana denda paling banyak Rp.60.000.000,00 (enam puluh juta

rupiah)

Pasal 62 :

Barangsiapa Secara tanpa hak, memiliki. menyimpan dan/atau

membawa psikotropika dipidana dengan pidana penjara paling lama 5

Page 45: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

36

(lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00

(seratus juta rupiah)

Pasal 63 :

(1) Barang siapa:

a. melakukan pengangkutan psikotropika tanpa dilengkapi dokumen

pengangkutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, atau

b. melakukan perubahan Negara tujuan ekspor yang lidak memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24; atau

c. melakukan pengemasan kembali psikotropika tidak memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25;

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana

denda paling banyak Rp.60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah)

(2) Barang siapa :

a. tidak mencantum label sebagaimana dimaksud dalam pasal 29; atau

b. mencantum tulisan berupa keterangan dalan label yang tidak

memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat

(1); atau

c. mengiklankan psikotropika selain yang ditentukan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 31 ayat (1); atau

d. melakukan pemusnahan psikotropika tidak sesuai dengan ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 53 ayat (2) atau pasal 53 ayat

(3);

Page 46: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana

denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

Pasal 64 :

Barang siapa :

a. menghalang-halangi penderita sindroma ketergantungan untuk

menjalani pengobatan dan/atau perawalan pada fasilitas rehabilitasi

sebagaimana dimaksud dalam pasal 37. atau

b. menyelenggarakan fasilitas rehabilitasi yang tidak memiliki izin

sebagaimana dimaksud pasal 39 ayat (3)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan pidana

denda paling banyak Rp. 20.000.000.00 (dua puluh juta rupiah).

Pasal 65 :

Barangsiapa tidak melaporkan adanya penyalahgunaan dan/atau

pemilikan psikotropika secara tidak sah sebagaimana dimaksud pasal 54

ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan

pidana denda paling banyak Rp.20.000 000,00 (dua puluh juta rupiah).

Pasal 66 :

Saksi dan orang lain yang bersangkutan dengan perkara psikotropika

yang sedang dalam pemeriksaan di sidang pengadilan yang

menyebutkan nama, alamat atau hal-hal yang dapat terungkapnya

idcntitas pelapor scbagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1),

dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satur) tahun.

Page 47: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

Berdasarkan Pasal 68 semua tindak pidana tersebut Undang-

Undang No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika adalah kejahatan. Di

dalam Pasal 2 ayat (2) dan (3) Undang-undang Psikotropika, maka

Psikotropika dibagi menjadi 4 (empat) golongan yaitu :

a. Psikotropika golongan I . menurut lampiran Undang-Undang No.5

Tahun 1997 tentang Psikotropika terdiri dari 26 jenis.

b. Psikotropika golongan I I . menurut lampiran Undang-Undang No.5

Tahun 1997 tentang Psikotropika terdiri dari 14 jenis

c. Psikotropika golongan 111, menurut lampiran Undang-Undang No.5

Tahun 1997 tentang Psikotropika terdiri dari 9 jenis

d. Psikotropika golongan I V . menurut lampiran Undang-Undang No.5

Tahun 1997 tentang Psikotropika terdiri dari 59 jenis

Oleh karena psikotropika berbeda dengan Narkotika dan adan\ a

penggolongan terhadap psikotropika, serta jenis psikotropika, maka

dalam sualu proses penyidikan terhadap lindak pidana yang diduga

berhubungan dengan psikotropika penyidik POLRI berdasarkan Pasal

56 ayat (2) huruf d, dapat meminta bantuan ahli dalam rangka

pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang psikotropika.

Bantuan ahli tersebut adalah untuk menentukan barang bukti yang

diduga psikotropika adalah benar merupakan psikotropika alau tidak.

Menurut Gatot Supramono, SH dalam bukunya Hukum Narkoba

Indonesia menyatakan dalam praktek kctika perkara masih dalam proses

Page 48: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

penyidikan, penyidik tidak memanggil ahli untuk diminlai

kcterangannya untuk menentukan barang bukti termasuk psikotropika

atau tidak, akan tetapi penyidik mengirim barang bukti ke Pusat

Laboratorium Forensik POLRI. "

Dari hal tersebut di atas, maka Laboratorium Forensik POLRI

berperan dalam proses penyidikan tindak pidana Psikotropika yaitu

sebagai ahli yang diminlai bantuannya untuk menentukan barang bukli

perkara psikotropika adalah benar psikotropika atau tidak.

Gatot Supramono, SH, Hukum Narkoba Indonesia. Djambatan, Jakarta, 2004, Hal. 104

Page 49: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

B A B i n

P E M B A H A S A N

A. Kekuatan Hukum Hasil Pemeriksaan Pusat Laboratorium

Forensik Polri Terhadap Barang Bukti Tindak Pidana

Psikotropika

Berdasarkan pasal 7 ayat (1) KUHAP dan Pasal 16 Undang-

Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia, maka POLRI diberikan kewenangan

untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak

pidana. i

Perbuatan penyalahgunaan psikotropika di bidang

psikotropika atau perbuatan lain yang berhubungan dengan

psikotropika yang bertcntangan dengan Undang-Undang No. 5

Tahun 1997 tentang Psikotropika juga merupakan tindak pidana,

oleh karena itu POLRI berwenang pula untuk melakukan

penyelidikan dan penyidikan terhadap penyalahgunaan psikotropika.

Dalam melakukan penyelidikan terhadap lindak pidana

psikotropika, maka selain ketentuan yang ada dalam KUHAP,

40

Page 50: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

menurut ketentuan Pasal 55 Undang-Undang No. 5 Tahun 1997

tentang Psikotropika penyidik POLRI dapat :

a. melakukan teknik penyidikan penyerahan yang diawasi dan

teknik Pembelian lerselubung ;

b. membuka atau memeriksa setiap barang kiriman mclalui pos

atau alat-alat perhubungan lainnya yang diduga mempunyai

hubungan dengan perkara yang menyangkut psikotropika yang

sedang dalam penyidikan;

c. menyadap pembicaraan melalui telepon dan/atau alat

tclekomunikasi elektronika lainnya yang dilakukan oleh orang

yang dicurigai atau diduga keras membicarakan masalah yang

berhubungan dengan tindak pidana psikotropika. Jangka waktu

penyadapan berlangsung untuk paling lama 30 (tiga puluh)

hariY

Kemudian dalam penjelasan Pasal 55 menyebutkan bahwa

pelaksanaan teknik pembelian terselebung serta penyadapan

pembicaraan melalui telepon dan/atau alat-alat tclekomunikasi

lainnya hanya dapat dilakukan atas perintah Kepala Kepolisian

Negara Republik Indonesia atau pejabat yang dilunjuknya.

Kesekretarlatan Negara RI , Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Sinar Grafika, Jakarta. 1998, Hal. 33.

Page 51: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

Selaku Penyidik menurut Pasal 56 ayat (2) Undang-Undang

No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Penyidik POLRI

berwenang :

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan

tenlang lindak pidana di bidang psikotropika,

b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan

tindak pidana di bidang Psikotropika;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan

hokum sehubungan dengan tindak pidana psikotropika;

d. melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan alau barang bukti

dalam perkara tindak pidana di bidang psikotropika;

e. melakukan penyimpanan dan pengamanan terhadap barang bukti

yang disita dalam perkara tindak pidana di bidang psikotropika;

f. melakukan pemeriksaan atas surat dan atau dokumen lain tentang

tindak pidana di bidang Psikotropika;

g. membuka atau memeriksa setiap barang kiriman melalui pos atau

alat-alat perhubungan lainnya yang diduga mempunyai hubungan

dengan perkara yang menyangkut psikotropika yang sedang

dalam penyidikan;

h. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas

penyidikan tindak pidana di bidang Psikotropika;

Page 52: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

43

i . menetapkan saat dimulainya dan dihentikannya penyidikan

Berdasarkan Pasal 56 ayat (2) Undang-Undang No.5 Tahun

1997 tentang psikotropika di atas, maka wewenang Penyidik POLRI

berwenang untuk melakukan pemeriksaan terhadap orang dan barang

bukti yang berhubungan dengan tindak pidana psikotropika.

Pemeriksaan terhadap barang bukli yang berhubungan dengan

tindak pidana psikotropika sesuai Pasal 39 ayat (1) KUHAP dapat

pula menjadi alat bukti untuk mengungkap tindak pidana

psikotropika tersebut. Barang bukti yang utama dalam perkara

psikotropika biasanya adalah barang-barang yang berhubungan

dengan pemeriksaan bahan dasar, bubuk atau tepung, kristal, maupun

berbcntuk pil (obat) yang termasuk Psikotropika.

Untuk membuktikan bahwa barang bukli tersebut adalah

benar merupakan psikotropika penyidik dapat meminta bantuan ahli

dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang

psikotropika sebagaimana diatur dalam penjelasan Pasal 186

KUHAP dan Pasal 56 ayat (2) huruf i Undang-undang No. 5 Tahun

1997 tentang Psikotropika. Dalam praktek biasa penyidik

memeriksakan bahan dasar, bubuk atau tepung, krislal, maupun

" Ibid, Hal. 34.

Page 53: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

berbcntuk pil (obat) yang diduga psikotropika ke Pusat Laboratorium

Forensik POLRI.

Terhadap barang bukli yang diduga psikotropika yang

merupakan sitaan baik dalam proses pcnyelidikan maupun

penyidikan, untuk membuktikan barang bukti tersebut merupakan

psikotropika maka dilakukan proses pemeriksaan secara kimiawi.

Untuk itu Penyidik berdasarkan Pasal 7 ayat (1) K U I lAP huruf h dan

Pasal 16 ayat (1) g, Undang-undang Republik Indonesia No.2 Tahun

2002 Tentang Kepolisian. dapat mendatang orang ahli yang

diperlukan dalam hubungan dengan perkara. Sehubungan dengan

ahli yang didatangkan oleh Penyidik untuk membuat terang suatu

lindak pidana, maka Pasal 179 KUHAP menentukan setiap orang

yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokleran kehakiman atau

dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi

keadilan'^ dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah

atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan

yang sebenamya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

Terhadap tindak pidana psikotropika, maka diperlukannya

keterangan ahli biasanya berhubungan dengan pemeriksaan terhadap

barang bukti yang diduga psikotropika. Hal ini dikarenakan untuk

DR. Andi Hamzah, SH. KUHP dan KUHAP, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, Ha. 303.

Page 54: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

menentukan barang bukti tersebut adalah psikotropika diperlukan

pemeriksaan oleh ahli yang khusus mengingat psikotropika adalah

zat atau bahan kimia tertentu yang tidak semua orang dapat

mcngetahuinya apabila lidak mempunyai keahlian khusus pula.

Suatu permohonan pemeriksaan terhadap barang bukti yang

diduga psikotropika dilakukan atas permintaan tertulis dari penyidik

dengan serta mengirim barang bukti tersebut dalam sebuah amplop

berlak segel Ike Pusat Laboratorium Forensik POLRI yang ada.

Seianjutnya atas permintaan dari penyidik tersebut maka Pusat

Laboralorium Forensik akan melakukan pemeriksaan terhadap

barang bukti yang diduga psikotropika dan bila selesai pemeriksaan

Pusat Laboratorium Forensik POLRI akan mengeluarkan berita acara

pemeriksaan laboratories kriminalistik atas barang bukti tersebut.

Menumt Pasal 1 angka 28 KUHAP Pengertian keterangan ahli

adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki

keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang

suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. Seianjutnya

Pasal 186 KUHAP menyatakan bahwa keterangan ahli ialah apa

yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan, kemudian

penjelasan Pasal 186 KUHAP menyebutkan bahwa :

Page 55: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

1. keterangan ahli ini dapat diberikan pada waktu pemeriksaan

oleh penyidik atau pcnuntut umum yang dituangkan dalam

sualu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di

waktu ia menerima jabatan atau pekerjaan.

2. Jika hal itu tidak diberikan pada waklu pemeriksaan oleh

penyidik atau pcnuntut umum, maka pemeriksaan di sidang,

diminta unluk memberikan keterangan dan dicatat dalam

berita acara pemeriksaan."

Dari penjelasan Pasal 186 KUHAP terlihat bahwa keterangan

ahli yang diminta oleh penyidik untuk membuat terang suatu tindak

pidana dapat diminta pada waktu pemeriksaan oleh penyidik alau

pcnuntut umum, namun dapat pula diminta di luar pemeriksaan

penyidikan.

Dalam perkara tindak pidana psikotropika, maka dalam

penentuan apakah barang bukti yang terkait dalam tindak pidana

tersebut adalah psikotropika alau bukan serta menentukan jenisnya

dalam kaitan dengan golongannya. Maka sangat diperlukan

keterangan ahli untuk memeriksa dan menentukan bahwa barang

bukti dalam perkara tindak pidana psikotropika adalah bcnar

merupakan psikotropika, sehingga dugaan adanya tindak pidana

'Hbid, Hal. 307-308.

Page 56: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

47

psikotropika menjadi jelas dan dapat dilerima secara hukum. Barang

bukti dalam perkara tindak pidana psikotropika dapat berupa cairan

tubuh (Bocty fluict) berupa darah/serum, cairan atau bahan baku

(raw material) berupa tumbuhan/bahan kimia (padat, cair, zat kental)

yang diduga psikotropika dan peralatan seperti bong untuk

menghisap sabu-sabu.

Terhadap pemeriksaan barang bukti yang diduga psikotropika

tersebut, maka Penyidik POLRI mengajukan surat permohonan

pemeriksaan barang bukti tersebut ke Pusat Laboratorium forensik

dengan dilampiri :

1. Laporan Polisi.

2. Berita Acara Sita/Penerimaan Barang bukti.

3. Berita Acara Pembungkusan dan Penyegelan Barang Bukti.

4. Berita Acara sisih apabila Barang Bukti tidak dikirim semua.

5. Laporan Kemajuan/Resume.

Pusat Laboratorium forensik melalui satuan narkotika forensik

seianjutnya melakukan pemeriksan terhadap barang bukti tersebut

dan setelah melakukan pemeriksaan barang bukti yang diduga

psikotropika akan mengeluarkan Berita Acara yang disebut Berila

Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik Barang Bukti (dengan

Gatot Supramono, SH, Hukum Narkoba Indonesia, Djambatan Jakarta, 2004, Hal. 123.

Page 57: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

48

menyebutkan wujud barang bukti berupa misalnya tablet, kristal dan

sebagainya) dan di bawah judul tersebut ditulis nomor sesuai dengan

urutan pemeriksaan, bulan dan tahun.

Adapun isi dari berita acara tersebut pada pokoknya memuat

hal-hal sebagai berikut:

1. Pelugas Laboratorium yang melakukan pemeriksaan.

Yaitu pencantuman idenlilas pelugas Laboratorium yang

melakukan pemeriksaan memang penting, karena untuk

mengetahui siapa yang bertanggung jawab dalam pemeriksaan

tersebut dan bertanggung jawab atas berita acara yang dibuatnya.

Disitu juga dapat dilihat apakah pelugas yang melakukan

pemeriksaan berwenang untuk itu, tampak pada pangkat dan

jabatannya.

2. Barang bukti yang dilerima.

Mengenai barang bukti yang dilerima biasanya berupa bungkusan

atau amplop yang isinya terdiri dari satu atau beberapa bungkus

obat, disitu disebutkan bungkusannya terbuat dari apa. kertas atau

plastik dan isinya disebutkan berapa jumlahnya dan juga wama

barangnya. Setiap bungkus diberi nomor dan harus ditulis satu

persatu dalam berita acara. yang jumlahnya harus sama dengan

foto barang bukti yang terlampir pada halaman belakang.

Page 58: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

3. Maksud pemeriksaan.

maksud pemeriksaan adalah sesuai dengan permintaan pengirim

barang bukti (penyidik) bahwa barang bukti itu mengandung

senyawa apa.

4. Pemeriksaan.

Yaitu cara pemeriksaan yang dilakukan secara kimia dan

bagaimana hasil pemeriksaannya apakah positif atau negatif.

5. Kesimpulan.

Yailu bagian yang menentukan hasil pemeriksaan barang bukti.

dengan menyebutkan barang bukti berupa psikotropika jenis apa

atau bukan psikotropika dan hasil pemeriksaan positif merupakan

psikotropika atau negatif.

6. Pembungkusan barang bukti.

Yaitu pembungkusan kembali barang bukti setelah pemeriksaan

selesai dilakukan terhadap sisa barang bukti yang dikirim.

Dengan menyebutkan berapa jumlah barang bukti yang dipakai,

sisa barang bukti yang ada. Pembungkusan barang bukti disertai

dengan segel supaya aman dan diikat dengan label yang

menyangkut identitas barang bukti. Pada bagian akhir ditutup

dengan tanda tangan para pemeriksa dan diketahui oleh Kepala

Laboratorium Forensik di mana dilakukan pemeriksaan.

Page 59: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

7. Foto barang bukti.

Yaitu foto barang bukti sebelum dibuka dan foto barang bukti

setelah dibuka. Kedua foto tersebut dibubuhi cap atau stempel

Kepala Laboratorium merupakan foto resmi dibuat oleh

pemeriksa. Fungsi foto yang memperlihatkan barang bukti yang

dikirim masih utuh dan setelah dibuka isinya maupun jumlahnya

tidak berkurang seperti yang terpampang dalam foto.

Apabila berdasarkan pemeriksaan terhadap barang bukti oleh

Pusat Laboratorium Forensik yang diminta oleh penyidik POLRI

dan seianjutnya dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan

Laboratoris Kriminalistik Barang Bukti menyatakan barang bukti

tersebut positif merupakan psikotropika. maka perkara lindak

pidana psikotropika yang disidik oleh penyidik POLRI menjadi

lebih terang sehingga dapat dilanjutkan ke proses persidangan di

Pengadilan.

Oleh karena maksud dan tujuan pemeriksaan terhadap

barang bukti psikotropika oleh Pusat Laboratorium Forensik yang

diminta oleh penyidik POLRI untuk membuat terang suatu tindak

pidana psikotropika yang sedang disidik oleh penyidik POLRI.

Maka Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik Barang

Bukti yang menerangkan suatu pemeriksaan terhadap barang bukti

Page 60: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

yang diduga berhubungan dengan tindak pidana psikotropika dan

seianjutnya menyatakan barang bukti itu positif adalah psikotropika

dapat dikategorikan sebagai keterangan ahli sebagaimana

ditentukan oleh Pasal I angka 28 KUHAP dan Pasal 179 KUHAP.

Berdasarkan ketentuan Pasal I angka 28 KUHAP dan Pasal

179 KUHP dapat disimpulkan bahwa Berita Acara Pemeriksaan

Laboratoris Kriminalistik Barang Bukti terhadap barang bukti

tindak pidana psikotropika yang dikeluarkan oleh Pusat

Laboratorium Forensik POLRI dapat pula dikategorikan sebagai

keterangan ahli.

Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik Barang

bukti tersebut sebagai keterangan ahli oleh karena ilu dapal

digunakan sebagai alat bukti yang sah sebagaimana ketentuan Pasal

186 KUHAP. '

Prosedur Pemeriksaan Yang Dilakukan di Pusat Laboratorium

Terhadap Barang Bukti Tindak Pidana Psikotropika

Dalam melakukan pemeriksaan barang bukti yang diduga

merupakan psikotropika, harus melalui prosedur sebagai berikut :

I . Adanya surat permintaan dari penyidik yang melakukan

penyidikan terhadap suatu tindak pidana psikotropika yang

Page 61: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

ditujukan kepada Kepala Pusat Laboratorium Forensik POLRI

dengan melampirkan Laporan Polisi, Berita Acara Sita/

penerimaan barang bukti, Berita acara pembungkusan dan

penyegelan barang bukti, Berita Acara sisih apabila barang bukti

tidak dikirim semua, dan laporan Kemajuan/Resume proses

penyidikan berikut barang bukti yang diminta pemeriksa.

2. Setelah adanya permintaan dari Penyidik tersebut maka Kepala

Pusat Laboratorium Forensik POLRI menunjuk pemeriksa yang

akan meiaksanakan pemeriksaan terhadap barang bukti tersebut.

3. Berdasarkan surat perintah Kepala Pusat Laboralorium Forensik

POLRI, maka pemeriksa seianjutnya melakukan pemeriksaan

terhadap barang bukti tersebut, pemeriksaan tersebut berupa :

- Marguis Test

- Simon Test

- Galat Test

- H2S04 Tes

- KLT Scanner

4. Setelah melakukan tes tersebut maka, hasil pemeriksaan dapat

disimpulkan apakah barang bukti tersebut positif atau negatif

psikotropika.

Page 62: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

Setelah selesai seluruh proses pemeriksaan terhadap barang bukli

yang dimintakan pemeriksaan oleh penyidik maka dibuatlah

Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik dan

seianjutnya baik sisa barang bukti dan Berita Acara Pemeriksaan

Laboratorium Kriminalistik di kir im kembali kepada penyidik

yang bersangkutan.

Page 63: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

B A B I V

P E N U T U P

A. Kesimpulan

Dari uraian-uraian pada bab-bab terdahuiu, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa:

1. Kekuatan hukum hasil pemeriksaan terhadap barang bukti yang

berhubungan dengan tindak pidana psikotropika sesuai dengan pasal

39 ayat 1 KUHAP dapat pula menjadi alat bukti. Berdasarkan

ketentuan pasal 1 angka 28 KUHAP dan pasal 29 KUHAP dapat

disimpulkan bahwa Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris

Kriminalistik Barang Bukti terhadap barang bukti tindak pidana

psikotropika yang dikeluarkan oleh Pusat laboratorium Forensik

POLRI dapat pula dikategorikan sebagai keterangan ahli dan dapat

digunakan sebagai alat bukti yang sah sebagaimana ketentuan pasal

186 KUHAP.

2. Untuk melakukan pemeriksaan barang bukti yang diduga sebagai

psikotropika harus melalui prosedur sebagai berikut:

a. Adanya surat permintaan dari penyidik kepada Kepala Pusat

Laboratorium Forensik Polri dengan melampiri laporan polisi.

Page 64: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

55

b. Setelah adanya permintaan tersebut maka Kepala Pusat

Laboratorium Forensik Polri menunjuk pemeriksa yang akan

meiaksanakan pemeriksaan terhadap barang bukti.

c. Setelah melakukan test tersebut maka hasil pemeriksaan dapat

disimpulkan apakah barang bukti tersebut positif atau negatif

mengandung psikotropika

Saran

1. Dalam pemeriksaan barang bukti yang diduga psikotropika >ang

dilakukan oleh Pusat Laboratorium Forensik atas permintaan

penyidik POLRI sebaiknya juga dihadiri oleh Tersangka alau

Penasihat Hukumnya agar ada keterbukaan, sehingga Berita Acara

Pemeriksaan Labolatoris Kriminalistik tidak terbanlahkan dalam

proses persidangan nanti.

2. Perlunya peningkatan kualitas dan kuantitas pemeriksa \ang

berwenang memeriksa barang bukti psikotropika di Pusat

Laboratorium Forensik karena adanya kecenderungan makin

meningkatnya tindak pidana psikotropika di Indonesia.

Page 65: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

56

D A F T A R P U S T A K A

Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, Rineka Cipta, Jakarta, 2003.

Ansorie Sabuan, dkk, Hukum Acara Pidana, PT. Angkasa, Jakarta, 1990.

Edy Karsono, Mengenai Kecanduan Narkoba & Minuman Keras, Yrama Widya, Jakarta, 2004.

Gatot Supramono, Hukum Narkoba Indonesia, Djambatan, Jakarta, 2004.

Heru Kusriyadi Wibawa, Verifikasi dokumen dan Tanda Tangan Pencegahan dan Penindakan Kejahatan Perbankan dan Keuangan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2002.

1 Nyoman Nurjaya, S.H, Segenggam masalah aktual tentang Hukum Acara Pidana dan Kriminoiogi, Bina Cipta, Jakarta. 1985.

Kanter, E.Y. dan S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia Dan penerapannya, Storia Grafika, Jakarta. 2002.

Kesekretariatan Negara RI , Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Sinar, Grafika, Jakarta, 1998.

Soedjono D, Pathologi Sosial, Alumni, hmdung 1981.

Sumarmo Ma'sum, Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan Obat, CV. Masagung. Jakarta, 1987.

Yahya Harahap, M , Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (Penyidikan dan Penuntutan), Sinar Grafika, Jakarta, 2000.

Page 66: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

KARTU AKTIVITAS BIMBINGAN SKRIPSI

NAMAMAHASISWA

NOMOR POKOK

JURUSAN

PROG. KEKHUSUSAN

Y E P R I HERLAMBANG PEMBIMBING SKRIPSI

50 2010 054 L U I L MAKNUN, SH. MH

ILMU HUKUM

HUKUM PIDANA

JUDUL SKRIPSI : KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT LABORATORIUM FORENSIK POLRI TERHADAP BARANG BUKTI TINDAK PIDANA PSIKOTROPIKA.

KONSULTASI K E - MATERI YANG DIBIMBING PARAF

PEMBIMBING K E T

I.

\P1dIh^h^ AD Utt^L

Page 67: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

KONSULTASI K E - MATERI YANG DIBIMBING

PARAF PEMBIMBING

K E T

3-

if-

//•

/4.

(Ac i?7lu3 TV

A^ uiij.

C A T A T A N : MOHON DIBERI WAKTU MENYELESAIKAN S K R I P S I . . . BLN SEJAK T G L D I K E L U A R K A N / DITETAPKAN

D I K E L U A R K A N DI PADATANGGAL K E T U A BAGIAN HUKUM PIDANA

: PALEMBANG : IPS' OS - o20Iy

12-L U I L MAKNUN, SH. Mff

Page 68: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

Lampiran : Outline Skripsi Perihal : Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi Kepada :Yth.

Pembimbing Akademik Fakultas Hukum UMP Di Palembang

Assalammu'alaikum Wr.Wb. Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama Y E P R I H E R L A M B A N G N I M :50.20I0.054 Program Studi : I L M U H U K U M Program Kekhususan : H U K U M PIDANA

Pada semester V I I (ganjil) tahun 2013 2014 sudah menyelesaikan program studi yang meliputi ; M P K . M K K , M K B . M P B , M B B ( 137 SKS).

Dengan ini mengajukan pennohonan untuk Penulisan Skripsi denganjudul: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSA VN PUSAT LABORATORIUM FORENSIK POLRI lERHADAP BARANG BUKTI TINDAK PIDANA PSIKO I ROPIKA

Demikianlah disampaikan untuk dipertimbangkanuuas perkenan ibu diucapkan terimakasih.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb

Palembang, September 2013 Pemohon,

YEPRI H E R L A M B A N G Rekomendasi P.A. Ybs :

(fu^r^ z ^

Pembimbing Akademik

Page 69: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama : YEPRI HERLMBNG N I M ; 50.2010.054 Program Studi : Ilmu Hukum Program kekhususan : Hukum Pidana Judul : KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT

LABORATORIUM FORENSIK POLRI TERHADAP BARANG BUKTI TINDAK PIDANA PSIKOTROPIKA

[.Rekomendasi Ketua Bagian: Hukum Pidana^ ,^ A . n a. Rekomendasi : . . . . ' W ^ . . . . ' ^ ^ b. Usui pembimbing ; I . .y.]^vJ^..<\MJLy^^ "

2.

Palembang.^^eptember 2013 Ketua Bagian Hukum Pidana

LULL MAKNUN,SH.,MH

Il.Penetapan Pembimbing Skripsi oleh Wakil Dekan I

2. fer; :'':~:^:.^:s:::4^// -.y

Palembang, September 2013 Wakil Dekan I ,

Page 70: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama YEPRI HERLAMBANG

Nim 50 2010 054

Program Studi Ilmu Hukum

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Benar skripsi yang saya buat dengan judul. Kekuatan Hukum Hasil

Pemeriksaan Pusat Laboratorium Forensik Polri Terhadap Barang Bukli

Tindak Pidana Psikotropika, merupakan hasil karya orisinil saya sendiri

dan bukan hasil tulisan lain dan belum pemah dipublikasikan baik

dalam lingkungan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Palembang maupun pada perguruan tinggi atau lembaga lain.

2. Benar skripsi yang saya buat sesuai dengan arahan alau bimbingan yang

diberikan oleh pembimbing saya.

3. Apabila terbukti dikemudian hari pemyataan pada angka 1 dan 2 tidak

benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa

pencabutan gelar yang telah diperoleh karena skripsi ini , serta sanksi

lainnya yang berlaku di Perguruan Tinggi Universitas Muhammadiyah

Palembang.

Palembang, 2014

Yang menyatakan, M E T E R A I T E M P E E %W

YEPRI HI -RLAMBANG

Page 71: KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/948/1/SKRIPSI761...penyalahgunaan obalan-obatan tidak hanya narkotika akan tetapi semakin luas dengan

OUTLINE SKRIPSI

JUDUL : KEKUATAN HUKUM HASIL PEMERIKSAAN PUSAT LABORATORIUM FORENSIK POLRI TERHADAP BARANG BUKTI TINDAK PIDANA PSIKOTROPIKA.

Permasalahan :

1. Bagaimanakah Kekuatan Hukum Hasil Pemeriksaan Pusat Laboratorium Forensik POLRI Terhadap Barang Bukti Tindak Pidana Psikotropika ?

2. Bagaimana Prosedur Pemeriksaan yang dilakukan diPusat Laboratorium Forensik POLRI Terhadap Barang Bukti Tindak Pidana Psikotropika ?

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang. B. Permasalahan C. Ruang Lingkup dan Tujuan D. Metode Penclilian E. Sistematika Penelitian

B A B I I TINJAUAN PUSTAKA

A. Fungsi Pusat Laboratorium Forensik POLRI B. Pengertian Tindak Pidana C. Unsur-unsur Tindak Pidana D. Hubungan Antara PUSLABFOR POLRI dengan Proses Penyidikan

Tindak Pidana.

B A B I I I PEMBAHASAN

A. Kekuatan Hukum Hasil Pemeriksaan Pusat Laboratorium Forensik POLRI Terhadap Barang Bukti Tindak Pidana Psikotropika.

B. Prosedur Pemeriksaan yang dilakukan diPusat Laboratorium Forensik POLRI Terhadap Barang Bukti Tindak Pidana Psikotropika..

B A B I V PENUTUP

A. Kesimpulan. B. Saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN