katarak traumatik

43
BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Pendahuluan Fungsi utama lensa adalah memfokuskan cahaya ke retina. Untuk memfokuskan cahaya yang dating dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, meregangkan serat zonula dan memperkecil diameter antero-posterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahay parallel akan terfokus ke retina. Gangguan lensa dapat berupa kekeruhan, distrosi, dislokasi, dan anomaly geometric. Pasien yang mengalami gangguan-gangguan tersebut mengalami kekaburan penglihatan tanpa nyeri. Kekeruhan lensa disebut juga dengan katarak. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies yang berarti air terjun. Pandangan pasien dengan katarak tampak seperti terhalang air terjun. Kesan tersebut terjadi akibat keruhnya lensa akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa atau keduanya. Penuaan merupakan penyebab utama katarak, namun dapat pula disebabkan faktor lain seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok, dan faktor keturunan. Katarak yang berkaitan dengan usia adalah penyebab utama gangguan penglihatan Katarak merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan di Indonesia juga di negara lainnya. Di Amerika Serikat, terdapat

Upload: leo-fernando

Post on 26-Jun-2015

2.393 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATARAK TRAUMATIK

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Pendahuluan

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan cahaya ke retina. Untuk memfokuskan cahaya

yang dating dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, meregangkan serat zonula dan memperkecil

diameter antero-posterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, dalam posisi ini, daya

refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahay parallel akan terfokus ke retina.

Gangguan lensa dapat berupa kekeruhan, distrosi, dislokasi, dan anomaly geometric.

Pasien yang mengalami gangguan-gangguan tersebut mengalami kekaburan penglihatan

tanpa nyeri. Kekeruhan lensa disebut juga dengan katarak.

Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies yang berarti air terjun. Pandangan

pasien dengan katarak tampak seperti terhalang air terjun. Kesan tersebut terjadi akibat

keruhnya lensa akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa atau keduanya. Penuaan

merupakan penyebab utama katarak, namun dapat pula disebabkan faktor lain seperti trauma,

toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok, dan faktor keturunan. Katarak yang

berkaitan dengan usia adalah penyebab utama gangguan penglihatan

Katarak merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan di Indonesia juga di

negara lainnya. Di Amerika Serikat, terdapat lebih dari 2,5 juta kasus pertahun. Sedangkan di

Indonesia terdapat 70 ribu kasus pertahun.

Diketahui bahwa prevalensi kebutaan di Indonesia berkisar 1,2% dari jumlah penduduk

di Indonesia. Dari angka tersebut, persentase kebutaan utamanya adalah yang disebabkan

katarak yaitu sekitar 0,7%  Sesungguhnya 60 % dari kebutaan di atas usia 60 tahun adalah

diakibatkan katarak.

Secara umum dianggap bahwa katarak hanya mengenai orang tua. Lensa keruh atau

katarak dapat juga terjadi akibat kelainan bawaan, kecelakaan, keracunan obat, atau umumya

pada proses ketuaan normal. Katarak mengenai semua umur dan pada orang tua katarak

seperti rambut beruban yang merupakan bagian umum pada usia lanjut. Makin lanjut usia

seseorang makin besar kemungkinan mendapatkan katarak.

Pada saat ini katarak banyak ditemukan pada masyarakat. Hal ini akibat bertambahnya

manula sebagai dampak dari menuingkatnya kesejahteraan.

Page 2: KATARAK TRAUMATIK

II. Definisi Katarak

Katarak adalah suatu keadaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan bening

menjadi keruh. Katarak berasal dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Asal

kata ini mungkin sekali karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup

oleh air terjun di depan matanya. Seorang dengan katarak akan melihat benda seperti ditutupi

kabut.

Penuaan merupakan penyebab utama katarak, namun dapat pula disebabkan faktor lain

seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok, dan faktor keturunan.

Katarak yang berkaitan dengan usia adalah penyebab utama gangguan penglihatan.

Katarak traumatik adalah katarak yang terjadi akibat trauma, baik trauma tembus maupun

trauma tumpul pada bola mata yang terlihat sesudah beberapa hari atau beberapa tahun.

Katarak traumatik ini dapat muncul akut, subakut, ataupun gejala sisa dari trauma mata.

Energi inframerah, aliran listrik, dan radiasi ion jarang menjadi penyebab katarak traumatik.

Katarak yang disebabkan trauma tumpul umumnya membentuk opasitas posterior yang

berbentuk seperti bintang atau seperti bunga mawar pada aksial posterior yang mungkin

stabil atau progresif, sedangakn trauma tumpul dengan lepasnya kapsul lensa membentuk

perubahan kortikal yang tetap fokal jika kecil atau progresif cepat menjadi opasifikasi

kortikal total.

III.Embriologi Lensa

Mata berkembang dari tiga lapis embrional primitif yaitu ektoderm permukaan, termasuk

derivatnya krista neuralis, ektoderm neural, dan mesoderm. Ektoderm permukaan selain

membentuk lensa juga membentuk glandula lakrimalis, epitel kornea, konjungtiva, glandula

adneksa, dan epidermis palpebra.2-7

Page 3: KATARAK TRAUMATIK

Perkembangan mata mulai tampak pada mudigah 22 hari sebagai sepasang lekukan

dangkal pada sisi kanan dan kiri otak depan. Dengan menutupnya tabung saraf ,lekukan-lekukan

ini membentuk kantong-kantong keluar pada otak depan, yaitu gelembung mata. Gelembung ini

selanjutnya menempel pada ektoderm permukaan dan menginduksi perubahan ektoderm.

Gelembung mata melakukan invaginasi dan membentuk piala mata yang berdinding rangkap.

Lapisan dalam dan luar mata ini mula-mula dipisahkan oleh suatu rongga, ruangan intraretina,

yang segera akan menghilang dan kemudian kedua lapisan tersebut saling berlekatan. Invaginasi

juga meliputi sebagian permukan inferior piala yang membentuk fissura koroidea. Pembentukan

fissura ini memungkinkan arteri hyaloidea mencapai ruangan dalam mata. Pada minggu ke-7,

bibir-bibir fissura koroidea bersatu dan mulut piala mata menjadi lubang bulat yang menjadi

pupil.2-7

Sel-sel ektoderm permukaan yang semula menempel pada gelembung mata mulai

memanjang dan membentuk plakoda (lempeng) lensa. Plakoda ini melakukan invaginasi dan

berkembang menjadi vesikel (gelembung) lensa. Vesikel ini terdiri dari satu lapis sel-sel kuboid

yang menjadi membran dasar (kapsul lensa), dan mempunyai diameter kira-kira 0,2 mm.

Pembentukan vesikel ini terjadi pada hari 33 kehamilan.2-7

Setelah pembentukan gelembung lensa, sel-sel dinding posterior memanjang ke arah

depan dan membentuk serabut-serabut panjang yang berangsur-angsur mengisi lumen

gelembung lensa tersebut. Pada hari ke 40 kehamilan lumen gelembung lensa secara lengkap

menghilang. Sel-sel yang memanjang disebut primary lens fiber (serabut lensa primer).

Nuklei serabut lensa primer bergerak mendekati lamina basalis posterior ke dalam serabut

lensa dan selanjutnya menjadi piknotik sebagai organel intraseluler. Walaupun sel-sel lapisan

Page 4: KATARAK TRAUMATIK

posterior gelembung lensa berdifferensiasi menjadi serabut lensa primer, sel-sel anterior

gelembung lensa tidak berubah. Satu lapisan kuboid ini menjadi epitel lensa.1,2

Pada kehamilan 7 minggu, sel-sel epitel lensa pada daerah ekuator mulai bermultiplikasi

secara cepat dan memanjang untuk membentuk serabut lensa sekunder. Sisi anterior

berkembang ke arah polus anterior lensa yang menyusupkan dirinya di sebelah bawah epitel

lensa. Sisi posteriornya berkembang ke arah polus posterior lensa di dalam kapsul lensa.

Serabut lensa posterior terbentuk pada usia kehamilan 2-8 bulan yang membentuk nukleus

fetal.1,2

Serabut-serabut lensa tumbuh pada bagian anterior dan posterior, ketika serabut-serabut

bertemu dan bersatu di bagian anterior dan posterior lensa, serabut-serabut membentuk pola

”suture”. ”Suture” bentuk Y tegak muncul di anterior dan bentuk Y terbalik pada posterior.

Pembentukan lensa selesai pada usia 7 bulan penghidupan foetal. Pertumbuhan dan

Page 5: KATARAK TRAUMATIK

proliferasi dari serat-serat sekunder berlangsung terus sepanjang hidup tetapi lebih lambat,

karenanya lensa menjadi bertambah besar lambat-lambat. Berat lensa saat lahir sekitar 90

mg, dan makin meningkat massanya rata-rata 2 mg pertahun sebagai bentuk serabut yang

baru. Setelah 20 tahun pada daerah tengah serabut lensa kurang lunak dan nukleus lensa

menjadi kaku. Setelah umur 40 tahun kekakuan nukleus lensa secara klinis menurunkan daya

akomodasi, dan umur 60 tahun nukleus menjadi sklerosis dan berubah warna yang sering

membuat ”suture” lensa sulit dibedakan.2,3

Saat lensa berkembang, suatu struktur pendukung nutrisi, tunika vaskulosa lentis

terbentuk mengelilinginya. Pada usia kehamilan 1 bulan, arteri hialoid memberikan kapiler-

kapiler kecil yang membentuk jaringan anastomosis yang menutupi daerah posterior lensa

yang sedang berkembang. Cabang-cabang kapsul vaskuler posterior masuk ke dalam kapiler-

kapiler kecil yang kemudian tumbuh ke arah equator lensa, di mana mereka beranastomosis

dengan vena-vena khoroid dan membentuk bagian kapsulopupilari dari tunika vaskulosa

lentis. Cabang-cabang arteri lentis yang panjang beranastomosis dengan cabang-cabang

bagian kapsulopupilari , yang menutupi permukaan anterior lensa.2

Page 6: KATARAK TRAUMATIK

IV. Anatomi

Lensa mata merupakan struktur globuler yang transparan, terletak di belakang iris, di

depan badan kaca. Lensa berbentuk lengkung cakram, tidak mengandung pembuluh darah,

dengan tebal 4 mm dan diameter 9 mm. Komponennya terdiri dari 65% air dan 35% protein.

Lensa diliputi oleh kapsula lentis yang bekerja sebagai membran semi permeabel yang

melarutkan air dan elektrolit untuk makanannya. Substansi lensa terdiri dari nukleus dan

korteks yang terdiri dari lamel-lamel yang panjang dan konsentris. Secara fisiologik lensa

mempunyai sifat tertentu, yaitu kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting

dalam akomodasi untuk menjadi cembung, dan jernih (transparan) karena diperlukan sebagai

media penglihatan yang berfungsi memfokuskan berkas cahaya ke retina.1,2

Permukaan lensa pada bagian posterior lebih cembung dari pada permukaan anterior.

Pada saat baru lahir jarak ekuator lensa sekitar 6,4 mm dan jarak anterioposterior 3,5 mm dan

beratnya sekitar 90 mg. Pada lensa dewasa jarak ekuator sekitar 9 mm dan jarak

anteroposterior 5 mm dan beratnya sekitar 255 mg. 2

Lensa tidak mempunyai persarafan dan pembuluh darah. Selama embriogenesis

mendapatkan perdarahan dari pembuluh darah hyaloids dan setelah itu secara total suplainya

tergantung pada humor akuous dan vitreus. Lensa terdiri dari tiga bagian yaitu kapsul elastis

dan epitelium lensa yang terletak pada permukaan anterior lensa, korteks dan nucleus.1,2,3

Page 7: KATARAK TRAUMATIK

V. Etiologi

Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat

kelainan sejak lahir (kongenital), ataupun akibat dari beberapa penyakit mata yang diderita

sebelumny. Bermacam-macam penyakit mata dapat mengkibatkan katarak seperti glaukoma,

ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat pula terjadi akibat adanya riwayat

trauma (benturan) pada daerah mata.

Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi

lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya

memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada usia 40 tahun di mana

mulai timbul kesukaran melihat dekat (presbiopia). Dengan bertambahnya usia, lensa mulai

berkurang kebeningannya, keadaan ini akan berkembang dengan bertambah beratnya

katarak. Pada usia 60 tahun hampir 2/3 mulai mengalami katarak atau lensa keruh. Katarak

biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi progresivitasnya berbeda. Kadang-kadang

penglihatan pada satu mata nyata berbeda dengan mata yang sebelahnya.

Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan penyerapan oksigen dan

mula-mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi. Kandungan natrium dan

kalsium meningkat; kandungan kalium, asam askorbat, dan protein berkurang. Pada lensa

yang mengalami katarak tidak ditemukan glutation. Usaha-usaha untuk mempercepat atau

menahan perubahan-perubahan kimiawi ini dengan terapi medis sampai saat ini belum

berhasil.

Perkembangan katarak menjadi berat memakan waktu dalam bulan  hingga tahun.

Kadang-kadang katarak berhenti berkembang pada stadium dini dan penglihatan terlihat

tidak mengalami kemunduran. Dapat saja katarak berjalan agak cepat sehingga mengganggu

penglihatan.

Biasanya katarak juvenil ini merupakan katarak yang didapat dan banyak dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Katarak juvenile yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi

karena:9, 10

Lanjutan katarak kongenital yang makin nyata

Penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi akibat penyakit lokal

pada satu mata, seperti akibat uveitis anterior, glaukoma, ablasio retina, miopia tinggi,

ftisis bulbi yang mengenai satu mata

Page 8: KATARAK TRAUMATIK

Penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid, dan miotonia distrofi, yang

mengenai kedua mata akibat trauma tumpul ataupun tajam

VI. Epidemiologi

Di Amerika Serikat diperkirakan terjadi 2,5 juta trauma mata setiap tahunnya. Kurang

lebih 4-5% dari pasien-pasien mata yang membutuhkan perawatan komprehensif merupakan

keadaan sekunder akibat trauma mata. Trauma merupakan penyebab tertinggi untuk buta

monokuler pada orang kelompok usia dibawah 45 tahun. Setiap tahunnya diperkirakan

50.000 orang tidak dapat membaca koran sebagai akibat trauma mata. Dilihat dari jenis

kelamin, perbandingan terjadinya katarak traumatik laki-laki dan perempuan adalah 4:1.

National Eye Trauma System Study melaporkan rata-rata usia penderita katarak traumatik

adalah 28 tahun dari 648 kasus yang berhubungan dengan trauma mata.

Prevalensi kebutaan di Indonesia tahun 1998 sebesar 1,62% dengan kebutaan karena

katarak sebesar 1,88%.1 Katarak terjadi karena lensa mata berubah menjadi keruh dengan

berbagai penyebab terutama proses ketuaan atau katarak senilis. Dengan bertambahnya

angka harapan hidup maka diperkirakan pada tahun 2010 prevalensinya akan meningkat

menjadi dua kali.1 Selain proses penuaan katarak senilis juga dipengaruhi berbagai faktor

antara lain: gangguan metabolisme, penyakit sistemik, paparan sinar ultra violet-B,

kurangnya intake vitamin dan mineral, indeks masa badan, riwayat pemakaian obat jangka

panjang, dan asap rokok

VII. Faktor Resiko

Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya katarak antara lain adalah usia lanjut,

diabetes mellitus, riwayat katarak pada keluarga, riwayat peradangan atau trauma mata,

riwayat pembedahan mata, penggunaan kortikosteroid yang lama, pajanan sinar matahari,

pajanan radiasi, merokok, konsumsi alkohol, dan kelahiran prematur.

VIII. Klasifikasi Katarak

Katarak dapat diklasifikasikan berdasarkan perkembangan, etiologi, lokasi di

lensa, bentuk serta derajat opfikasinya.2,3,5

Page 9: KATARAK TRAUMATIK

Berdasarkan waktu perkembangannya katarak diklasifikasikan menjadi katarak

kongenital, katarak juvenil dan katarak senilis.2,3,5

1. Katarak kongenital dapat berkembang dari genetik, trauma atau infeksi prenatal dimana

kelanan utama terjadi di nukleus lensa. Kekeruhan sebagian pada lensa yang sudah

didapatkan pada waktu lahir dan umumnya tidak meluas dan jarang sekali

mengakibatkan keruhnya seluruh lensa.

2. Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir.

Kekeruhan lensa terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa.

Biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai “soft cataract”.

Katarak juvenil biasanya merupakan bagian dari satu sediaan penyakit keturunan lain.

3. Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Telah diketahui bahwa

katarak senilis berhubungan dengan bertambahnya usia dan berkaitan dengan proses

penuaan lensa.

Berdasarkan lokasinya di lensa ada tiga mayor katarak yaitu mengenai korteks, nuklear

dan subkapsular posterior. Pada tipe inti bagian sentral menjadi lebih keras dan secara optik

menjadi lebih padat sehingga berwarna kuning sampai coklat. Katarak ini akan berkembang

lambat dan selalu diasosiasikan dengan menurunnya penglihatan dekat yang disebabkan

oleh perubahan lensa.2,8,9

1. Katarak kortikal merusak lapisan lensa terluar. Kekeruhan yang tampak seperti

gelombang rreguler dan perifer ke sentral lensa. Kekeruhan terus berkembang hingga

mengganggu penglihatan jauh dan dekat.

2. katarak subkapsular poterior dikarakteristikan oleh gumpalan sel-sel epitel yang

abnormal pada kutub posterior lensa tepat didalam kapsul. Sel-sel tersebut secara cepat

membentuk plak yang keruh di pusat aksis visual. Ketajaman penglihatan seringkali

memburuk pada cahaya yang terang ketika pupil mengecil.

3. Katarak traumatik dapat terjadi akibat trauma mekanik, agen-agen fisik (radiasi, arus

listrik, panas dan dingin) serta pengaruh osmotik. Sebagian besar katarak traumatik

dapat dicegah. Di dunia industri tindakan pengamanan terbaik adalah sepasang

kacamata pelindunga dengan mutu baik

4. Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus terjadi pada tahun 1930-an sebagai akibat

penelanan dinitrifenol (suatu obat yang dipakai untuk menekan nafsu makan).

Page 10: KATARAK TRAUMATIK

Kortikosteroid yang diberikan dalam waktu lama baik sistemik maupun dalam bentuk

tetes dapat menyebabkan kekeruhan lensa.

Berdasarkan stadiumnya, katarak dibagi menjadi stadium insipien, stadium imatur,

stadium matur, dan stadium hipermatur.

1. Stadium insipien

Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus. Kekeruhan

terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda),

terutama mengenai korteks anterior, sedangkan aksis relatif masih jernih. Gambaran ini

disebut spokes of a wheel yang nyata bila pupil dilebarkan.

2. Stadium imatur

Kekeruhan belum mengenai eluruh lapisan lensa. Kekeruhan terutama terdapat di bagian

posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka

sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan di

bagian posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini akan

dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat di pupil ada daerah yang terang

sebagai refleks pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,

akibat bayangan iris pada lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).

3. Stadium matur

Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga semua sinar yang

melalui pupil dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa. Tak ada bayangan iris.

Shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara. Shadow test membedakan

stadium matur dari imatur, dengan syarat harus diperiksa lebih lanjut dengan midriatika,

oleh karena pada katarak polaris anterior juga terdapat shadow test (-), karena kekeruhan

terletak di daerah pupil. Dengan melebarkan pupil, akan tampak bahwa kekeruhan hanya

terdapat pada daerah pupil saja. Kadang-kadang, walaupun masih stadium imatur, dengan

koreksi, visus tetap buruk, hanya dapat menghitung jari, bahkan dapat lebih buruk lagi

1/300 atau satu per tak hingga, hanya ada persepsi cahaya, walaupun lensanya belum

keruh seluruhnya. Keadaan ini disebut vera matur.

4. Stadium hipermatur

Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair, sehingga nukleus lensa

turun oleh karena daya beratnya ke bawah. Melalui pupil, pada daerah yang keruh,

Page 11: KATARAK TRAUMATIK

nukleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran di bagian bawah, dengan warna yang

lain daripada bagian yang diatasnya, yaitu kecoklatan. Pada stadium ini juga terjadi

kerusakan kapsul lensa, yang menjadi lebih permeabel, sehingga isi korteks yang cair

dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang di bawahnya terdapat nukleus lensa.

Keadaan ini disebut katarak Morgagni.

Pada perjalanan dari stadium I ke stadium IV, dapat timbul suatu keadaan yang

disebut intumesensi yaitu penyerapan cairan bilik mata depan oleh lensa sehingga lensa

menjadi cembung dan iris terdorong ke depan, bilik mata depan menjadi dangkal. Hal ini

tidak selalu terjadi. Pada umumnya terjadi pada stadium II.

IX. Patofisiologi

Trauma tumpul bertanggung jawab dalam mekanisme coup dan contrecop. Mekanisme

coup adalah mekanisme dengan dampak langsung. Ini akan mengakibatkan cincin Vossius

( pigmen iris tercetak ) dan kadang-kadang ditemukan pada kapsul lensa anterior setelah

trauma tumpul. Mekanisme contrecoup menunjuk kepada cedera yang jauh dari tempat

trauma yang disebabkan oleh gelombang energy yang berjalan sepanjang garis sampai

kebelakang. Ketika permukaan anterior mata terkena trauma tumpul, ada pemendekan cepat

pada anterior-posterior yang diikuti pemanjangan garis ekuatorial. Peregangan ekuatorial

dapat meregangkan kapsul lensa, zonula atau keduanya. Kombinasi coup, contrecoup dan

pemanjangan ekuatorial bertanggung jawab dalam terjadinya katarak traumatik yang

disebabkan trauma tumpul bola mata. Trauma tembus yang secara langsung menekan kapsul

lensa menyebabkan opasitas kortikal pada tempat trauma. Jika trauma cukup besar,

keseluruhan lensa akan mengalami opasifikasi secara cepat, namun jika kecil, katarak

kortikal yang akan terjadi.

a. Luka memar/tumpul

Jika terjadi trauma akibat benda keras yang cukup kuat mengenai mata dapat

menyebabkan lensa menjadi opak. Trauma yang disebabkan oleh benturan dengan bola

keras adalah salah satu contohnya. Kadang munculnya katarak dapat tertunda samapi

kurun waktu beberapa tahun. Bila ditemukan katarak unilateral, maka harus dicurigai

kemungkinan adanya riwayat trauma sebelumnya, namun hubungan sebab dan akibatnya

Page 12: KATARAK TRAUMATIK

kadang-kadang cukup sulit dibuktikan dikarenakan tidak adanya tanda-tanda lain yang

dapat ditemukan mengenai adanya trauma sebelumnya tersebut.

Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior maupun posterior.

Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk

katarak tercetak ( imprinting ) yang disebut cincin Vossius.

Gambar Cincin Vossius (http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2010/03/doctors-

filez_cincin_vossuis.jpg?w=237&h=226 )

Gambar Katarak Stellata (http://smtp1.jobsoned.com/emailimages/op/031703/002.jpg )

b. Luka tusuk/perforasi

Luka perforasi pada mata mempunyai tendensi yang cukup tinggi untuk terbentuknya

katarak. Jika objek yang dapat menyebabkan perforasi ( contohnya gelas yang pecah )

tembus melalui kornea tanpa mengenai lensa biasanya tidak memberikan dampak pada

lensa, dan bila trauma tidak menimbulkan suatu luka memar yang signifikan maka

katarak tidak akan terbentuk. Hal ini tentunya juga bergantung kepada penatalaksanaan

Page 13: KATARAK TRAUMATIK

luka kornea yang hati-hati dan pencegahan terhadap infeksi, akan tetapi trauma-trauma

seperti diatas dapat juga melibatkan kapsul lensa, yang mengakibatkan keluarnya lensa

mata ke bilik anterior. Urutan dari dampak setelah trauma juga bergantung pada usia

pasien. Saat kapsul lensa pada anak ruptur, maka akan diikuti oleh reaksi inflamasi di

bilik anterior dan masa lensa biasnya secara berangsur-angsur akan diserap jika tidak

ditangani dalan waktu kurang lebih 1 bulan. Namun demikian, pasien tidak dapat melihat

dengan jelas karena sebagian besar dari kemampuan refraktif mata tersebut hilang.

Keadaan ini merupakan konsekuensi yang serius dan kadang membutuhkan penggunaan

lensa buatan intraokuler. Bila ruptur lensa terjadi pada dewasa, juga diikuti dengan reaksi

inflamasi seperti halnya pada anak, namun tendensi untuk fibrosis jauh lebih tinggi dan

jaringan fibrosis opak yang terbentuk tersebut dapat bertahan dan menghalangi pupil.

Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan

menutup dengan cepat akibat priloferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil.

Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat

disertai dengan terdapatnya mada lensa didalam bilik mata. Pada keadaan ini akan terlihat

secara histopatologik masa lensa yang akan difagosit makrofag dengan cepatnya yang

dapat memberikan bentuk endoftalmitis fakolitik. Lensa dengan kapsul anterior saja yang

pecah akan menjerat korteks lensa sehingga akan mengakibatkan terbentuknya cincin

Soemering atau bila epitel lensa berproliferasi aktif akan terlihat mutiara Elschnig.

Gambar cincin Soemering (http://dro.hs.columbia.edu/lc2/soemmeringb.jpg )

Page 14: KATARAK TRAUMATIK

Gambar mutiara Elschnig (http://img.medscape.com/pi/emed/ckb/ophthalmology/1189694-1220263-

271.jpg )

c. Radiasi

Sinar yang terlihat cenderung tidak menyebabkan timbulnya katarak. Ultraviolet

juga mungkin tidak menyebabkan katarak karena sinar dengan gelombang pendek tidak

dapat melewati atmosfir. Sinar gelombang pendej ( tidak telihat ) ini dapat menyebabkan

luka bakar kornea superficial yang dramatis, yang biasanya sembuh dalam 48 jam.

Cedera ini ditandai dengan “snow blindness” dan “welder flash”. Sinar infra merah yang

berkepanjangan ( prolong ) juga dapat menjadi penyebab katarak, ini dapat ditemui pada

pekerja bahan-bahan kaca dan pekerja baja, namun penggunaan kacamata pelindung

dapat setidaknya mengeliminasi sinar X ini dan sinar gamma yang juga dapat

mengakibatkan katarak. Katarak traumatik disebabkan oleh radiasi ini dapat ditemukan

pada pasien-pasien yang mendapat radioterapi ( seluruh tubuh ) leukemia, namun resiko

terjadinya hanya apabila terapi menggunakan sinar X.

Seringnya, manifestasi awal dari katarak traumatik ini adalah kekeruhan

berbentuk roset ( rossete cataract ), biasanya pada daerah aksial yang melibatkan kapsul

posterior lensa. Pada beberapa kasus, trauma tumpul dapat berakibat dislokasi dan

pembentukan katarak pada lensa. Katarak traumatik ringan dapat membaik dengan

sendirinya ( namun jarang ditemukan ).

d. Kimia

Trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak, selain

menyebabkan kerusakan kornea, konjungtiva, dan iris. Komponen basa yang masuk

mengenai mata menyebbakan peningkatan pH cairan akuous dan menurunkan kadar

Page 15: KATARAK TRAUMATIK

glukosda dan askorbat. Hal ini dapat terjadi secara akut ataupun pelahan-lahan. Trauma

kimia dapat juga disebabkan oleh zat asam, namun karena trauma asam sukar masuk ke

bagian dalam mata dibandingkan basa makan jarang menyebabkan katarak.

X. Gejala Klinik

Gambaran klinis yang dapat ditemui antara lain adalah:

1. Penurunan ketajaman visus

Katarak secara klinis relevan jika menyebabkan penurunan signifikan pada

ketajaman visual, baik itu dekat maupun jauh. Biasanya akan ditemui penurunan tajam

penglihatan dekat signifikan dibanding penglihatan jauh, mungkin disebabkan oleh

miosis akomodatif. Jenis katarak yang berbeda memiliki tajam penglihatan yang

berbeda pula. Pada katarak subkapsuler posterior dapat sangat mengurangi ketajaman

penglihatan dekat menurun daripada penglihatan jauh. Sebaliknya katarak nuklear

dikaitkan dengan tajam penglihatan dekat yang tetap baik dan tajam penglihatan jauh

yang buruk. Penderita dengan katarak kortikal cenderung memperoleh tajam

penglihatan yang baik.4,10

2. Silau

Seringkali penderita mengeluhkan silau ketika dihadapkan dengan sinar langsung.

Biasanya keluhan ini ditemukan pada katarak subkapsuler posterior dan juga katarak

kortikal. Jarang pada katarak nuklearis.4,10

3. Sensitivitas kontras

Sensitivitas kontras dapat memberikan petunjuk mengenai kehilangan signifikan

dari fungsi penglihatan lebih baik dibanding menggunakan pemeriksaan Snellen. Pada

pasien katarak akan sulit membedakan ketajaman gambar, kecerahan, dan jarak ruang

sehingga menunjukkan adanya gangguan penglihatan. 4,10

4. Pergeseran miopia

Pasien katarak yang sebelumnya menggunakan kacamata jarak dekat akan

mengatakan bahwa ia sudah tidak mengalami gangguan refraksi lagi dan tidak

membutuhkan kacamatanya. Sebaliknya pada pasien yang tidak menggunakan

kacamata, ia akan mengeluhkan bahwa penglihatan jauhnya kabur sehingga ia akan

meminta dibuatkan kacamata. Fenomena ini disebut pergeseran miopia atau

Page 16: KATARAK TRAUMATIK

penglihatan sekunder, namun keadaan ini bersifat sementara dan terkait dengan

stadium katarak yang sedang dialaminya.4,10

5. Diplopia monokuler

Pada pasien akan dikeluhkan adanya perbedaan gambar objek yang ia lihat, ini

dikarenakan perubahan pada nukleus lensa yang memiliki indeks refraksi berbeda

akibat perubahan pada stadium katarak. Selain itu, dengan menggunakan retinoskopi

atau oftalmoskopi langsung, akan ditemui perbedaan area refleks merah yang jelas

terlihat dan tidak terlalu jelas.10

Clear image

Nuclear Sclerotic Cataract

Diffusely blurred vision, filters

out the color blue.

Cortical Cataract

Part of vision is blurry, not severe.

Posterior Subcapsular cataract

Central blurred vision with glare.

Posterior subcapsular cataract

Severe glare visual loss. Person would probably

have to close this eye to drive.

Gejala objektif didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik oftalmologikus.

Page 17: KATARAK TRAUMATIK

a. Visus dan pupil – adanya RAPD menunjukkan adanya neurpoati optic post trauma

b. Gerakan bola mata – fraktur orbital atau kelumpuhan saraf akibat trauma

c. Tekanan bola mata – glaucoma sekunder dan perdarahan retrobulbar

d. Bilik mata depan – hifema, iritis, sudut sempit, iridodonesis, sudut tertutup

e. Lensa – subluksasi, dislokasi, robek kapsul ( anterior dan posterior ), katarak ( bentuk

dan jenis ), edema, fakodenesis

f. Vitreous – ada tidaknya perdarahan, lepasnya vitreous posterior

g. Fundus – lepasnya retina, rupture koroid, komosio retina, perdarahan preretinal,

perdarahan intraretinal, perdarahan subretinal,

Tampak kekeruhan lensa dalam bermacam bentuk dan tingkat. Kekeruhan ini juga

ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus.

XI. Penatalaksanaan1

1. Medikasi (temporer)

a. Penggunaan kacamata bantu dengan koreksi akurat

b. Meningkatkan cahaya pada saat membaca

c. Dilatasi pupil dengan pengobatan midriasis

d. Pengobatan katarak dengan penyebab DM dengan aldolase reduktase inhibitor

2. Alat Bantu Lihat Kekuatan Rendah

Alat bantu lihat monokuler genggam dengan kekuatan 2,5x, 2,8x, dan 4x dapat

memperjelas objek jarak jauh. Sedangkan untuk objek jarak dekat seperti membaca

menggunakan kaca pembesar dan lup teleskop. Katarak mengurangi ketajaman

cahaya dan menyebabkan silau, oleh karena itu dianjurkan juga menggunakan

kacamata yang berwarna dengan harapan menyerap sinar dengan spektrum warna

tertentu yang menyebabkan silau tersebut.10

3. Operasi

Indikasi operasi katarak :

1. Mengganggu pekerjaan

2. Rehabilitasi visus (terapetik)

3. Diagnostik segmen posterior

Page 18: KATARAK TRAUMATIK

4. Mencegah komputasi (glaucoma ambiliopia)

5. Kosmetik

Operasi dilakukan apabila pasien meminta agar diperbaiki ketajaman

penglihatannya, terapi bedah untuk penyakit mata (glaukoma karena lensa,

dislokasi lensa ke bilik mata depan, atau uveitis), membantu untuk mengobati

penyakit mata segmen posterior (diabetes retinopati).10

Pasien dengan katarak stadium lebih lanjut lebih diutamakan untuk dioperasi

bila ia memiliki katarak monookuler atau binokuler. Waktu jeda untuk operasi

katarak mata sebelahnya harus berbeda dan tidak boleh bersamaan untuk

menjamin keamanan dan keberhasilan operasi pertama sebelum operasi kedua

direncanakan. Pada pasien dengan katarak monokuler, keputusan untuk

dilakukan bedah lebih kompleks. Apabila ditemui mata yang sehat tidak

menunjukkan gangguan penglihatan yang berat, maka operasi dapat

ditangguhkan. 10

Sebelum operasi harus dilakukan beberapa pemeriksaan:

1. Fungsi retina harus baik, yang diperiksa dengan tes proyeksi sinar, dimana retina

disinari dari semua arah, dan arahnya itu harus dapat ditentukan oleh penderita

dengan baik.

2. Tidak boleh ada infeksi pada mata dan jaringan sekitarnya. Jangan lupa melakukan

tes Anel. Bila tes Anel (-) tidak boleh dilakukan operasi karena kuman dapat masuk

kedalam mata.

3. Tidak boleh ada glaukoma. Pada keadaaan glaukoma, pembuluh darah retina telah

menyesuaikan dengan tekanan intraokuler yang tinggi. bila dilakukan operasi, saat

kornea dipotong, sekonyong-konyong tekanan intraokuler turun, pembuluh darah

pecah dan timbul perdarahan hebat, dapat juga terjadi prolaps isi bulbus okuli.

4. Visus, setelah dikoreksi batasnya pada orang buta huruf 5/50 dan pada orang

terpelajar 5/20.

5. Keadaan umum harus baik. tidak boleh ada hipertensi, diabetes melitus, batuk

menahun dan sakit jantung.

Page 19: KATARAK TRAUMATIK

Jenis-jenis bedah katarak

1. Insisi Linier

dilakukan pada katarak cair

insisis pada limbus 2 – 6 mm

kapsul anterior di insisi, masa lensa di aspirasi

penyulit: uveitis fakoanafilaktik, glaukoma sekunder, katarak sekunder.

2. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler

dilakukan pada katarak lunak

insisi pada limbus 10 – 12 mm

kapsulotomi anterior

ekspresi nukleus dan sisa masa lensa diaspirasi

keuntungan: dapat dilakukan insersi lensa tanam, mencegah prolaps badan kaca,

ablasi retina, distropi kornea dan mengurangi infeksi ke intraokular.

3. Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler

biasanya dilakukan pada katarak yang keras

insisi pada limbus 14 – 15 mm

lensa dijepit dengan cryoprobe atau cryopencil pada kapsul lensa kemudian

diluksasi kekanan kekiri sehingga zonulla Zinii terlepas dan lensa dapat ditarik

keluar

resiko terjadi prolaps badan kaca dan infeksi intraokular

4. Fakoemulsifikasi

merupakan cara pembedahan paling mutakhir yang dilakukan dengan

menggunakan getaran ultrasonik

insisi limbus 3–5 mm

fakofragmentasi dengan vibrasi ultrasonik

irigasi dan aspirasi kepingan-kepingan lensa

Ekstraksi katarak intrakapsuler (EKIK)

Operasi katarak jenis ekstraksi katarak intrakapsuler (EKIK) merupakan teknik yang

dahulu sering digunakan sebelum diperkenalkannya ekstraksi katarak ekstrakapsuler

Page 20: KATARAK TRAUMATIK

(EKEK). Sejak diperkenalkannya mikroskop, sistem aspirasi bedah yang terbaru, dan lensa

intraokuler maka operasi EKEK menjadi terpopuler digunakan hampir di seluruh dunia.10

Keuntungan EKIK:

1. Tidak membutuhkan bedah tambahan karena hanya mencabut lensa

2. Lebih sedikit dibutuhkan instrumen yang lebih canggih

3. Perbaikan visus dapat segera dicapai setelah operasi dengan penggunaan lensa

ekstraokuler sebesar 10 Dioptri

Kerugian EKIK berkaitan dengan insisi 160-180˚ pada limbus:

1. Luka yang lama sembuh

2. Perbaikan visus yang lebih lama

3. Astigmatisme dapat terjadi

4. Inkarserasi iris

5. Inkarserasi vitreous

6. Luka kurang sempurna tertutup

7. Edema kornea, terjadi karena endotel kornea yang terlipat selama pengangkatan

lensa

8. Edema makuler kistoid

9. Terlepasnya retina (retinal detachment)

10. Glaukoma sudut terbuka

Indikasi:

Apabila ditemui kondisi seperti:

1. Kamar operasi dengan fasilitas bedah menggunakan mikroskop sangat minimal

2. Katarak dengan stadium intumesen, hipermatur, dan katarak luksasi

3. Apabila pada operasi EKEK ditemukan zonula Zini tidak utuh

Kontraindikasi:

Operasi katarak intra kapsuler merupakan kontraindikasi absolut apabila ditemukan

keadaan berikut:

1. Anak-anak dan remaja

Page 21: KATARAK TRAUMATIK

2. Ruptur kapsul traumatik

Sedangkan kontraindikasi relatif, seperti:

1. Miopia tinggi

2. Sindrom Marfan

3. Katarak Morgagni

4. Vitreous berada pada ruang anterior

Ekstraksi katarak ekstrakapsuler (EKEK)

Indikasi

Operasi ekstraksi katarak ekstrakapsuler dilakukan dengan pengeluaran nukleus lensa

merupakan langkah besara kemajuan dalam bedah katarak modern. Pemilihan teknik ini

tergantung dari ketersediaan alat, keterampilan yang dimiliki ahli bedah mata tersebut, dan

ketebalan nukleus lensa tersebut.10

Operasi EKEK melibatkan pengangkatan nukleus lensa dan korteks melalui pembukaan

kapsul anterior, meninggalkan kapsul posterior di tempatnya. Teknik ini memiliki beberapa

keuntungan yang lebih banyak daripada operasi EKIK karena dilakukan melalui insisi

yang kecil. Oleh karena itu, keuntungannya berupa:

1. Kurang traumatik pada endotel kornea

2. Lebih sedikit kejadian astigmatisme

3. Luka yang lebih stabil dan aman

4. Berkurangnya resiko kehilangan vitreous dari tempatnya intraoperatif

5. Mengizinkan fikasi lensa intra okuler lebih baik secara anatomis

6. Mengurangi insidensi edema makuler kistoid, terlepasnya retina, dan edema korna

7. Mengurangi mobilitas iris dan vitreous yang terjadi pada gerakan sakadik

8. Menyediakan penghalang yang mencegah terjadinya pertukaran cairan pada vitreous

dengan cairan akuos

9. Mengurangi jalur bakteri melalui rongga vitreous

10. Mengurangi komplikasi jangka pendek dan jangka panjang akibat perlekatan vitreous

kepada iris, kornea, dan insisi

Page 22: KATARAK TRAUMATIK

Akhirnya, akan lebih mudah dan aman dilakukannya operasi mata di kemudian hari

untuk pemasangan lensa intraokuler sekunder, transplantasi kornea, perbaikan luka pada

mata karena kapsul posterior yang masih dipertahankan.

Kontraindikasi

Operasi ekstraksi katarak ekstrakapsuler membutuhkan keutuhan zonula untuk

pengangkatan nukleus dan materi korteks. Oleh karena itu, bila zonula tidak utuh maka

perlu direncanakan operasi ekstraksi katarak intrakapsuler atau lensektomi pars plana.

Prosedur Preoperasi

Dilatasi pupil merupakan penentu kesuksesan operasi EKEK. Obat-obatan sikloplegik

atau midriasis, harus diberikan preoperasi sehingga memberikan dilatasi pupil yang efektif,

sedangkan obat antiinflamasi nonsteroid dapat membantu mempertahankan dilatasi pupil

selama pembedahan

Prosedur Paska Operasi

Pengawasan paska operasi EKIK, afakia pada lensa dapat dikoreksi potensi visusnya

dengan lensa +10D hingga +12D.

Sama seperti pada operasi EKIK, perlu diawasi paska operasi EKEK untuk

mengevaluasi keadaan mata pasien apakah terjadi komplikasi atau mata pasien dalam

keadaan tenang sesuai yang diharapkan. Hal-hal yang perlu diawasi berupa:

1. Ketajaman visus pada hari pertama harus konsisten dengan keadaan refraksi awal

mata pasien

2. Kejernihan kornea dan media refraksi mata lainnya

3. Potensi visus retina dan saraf optik

Selain pengaruh visus, setelah operasi akan ditemui tanda-tanda peradangan yang

merupakan keadaan yang pasti ditemui tapi dalam derajat yang minimal dan perubahan

fisiologis mata. Pada hari pertama, hal-hal tersebut harus diperhatikan secara menyeluruh

seperti:

Page 23: KATARAK TRAUMATIK

1. Adanya edema dan eritema pada kelopak mata

2. Flap pada konjungtiva akan mengalami injeksi dan sedikit bengkak

3. Kornea jernih dan bebas dari striae dan edema

4. Bilik mata depan tidak dangkal dan dalam, tidak masalah ditemui reaksi seluler

ringan

5. Kapsul posterior harus jernih dan utuh, selain itu lensa tanam harus terposisi baik

dan tidak berubah posisinya

6. Refleks merah harus kuat dan jernih

7. Peningkatan tekanan intraokuler bisa disebabkan vitreoelastisitas yang tertahan

8. Antibiotik topikal dan kortikosteroid dianjurkan diresepkan paska operasi

Dalam 2 minggu, kenyamanan, perbaikan visus dan kenyamanan dari hari pertama

seperti reaksi radang yang menurun. Pada paska operasi 6-8 minggu, refraksi menjadi

stabil, selain itu kacamata dapat diresepkan bila ada perubahan. Apabila ditemukan

astigmatisme sepanjang sumbu insisi, maka jahitan dapat diangkat secara selektif setelah

minggu keenam dengan dibantu melalui keratometri atau topografi kornea.

Anestesi untuk operasi katarak

1. Sejarah

Pada awal dilakukannya bedah katarak, tidak dilakukan anestesi sama sekali. Karl

Koller kemudian mempelopori anestesi kokain topikal yang diberikan pada daerah limbus

di akhir tahun 1800. Anestesi retrobulber pertama kali diperkenalkan oleh Herman Knapp

pada 1884 dengan cara menginjenksikan kokain 4% untuk anestesi okuler sebelum

dilakukan bedah enukleasi. Teknik modern dari anestesi retrobulber diperkenalkan oleh

Walter Atkinson pada 1945, yang sekarang digunakan untuk bedah intraokuler dengan

anestesi lokal.10

2. Anestesi umum

Anestesi umum dilakukan apabila ditemui:

a. Pasien anak-anak atau remaja

b. Pasien dengan demensia

Page 24: KATARAK TRAUMATIK

c. Retardasi mental

d. Batuk yang tidak bisa dikontrol

e. Tremor kepala

Oleh karena itu, sebelum teknik anestesi dipilih maka ahli bedah mata tersebut harus

menilai intelektualitas dan status psikologis.

3. Anestesi lokal

Anestesi retrobulber digunakan bersama atau tanpa dilakukan anestesi regional pada

saraf kranial VII (nervus fasialis). Anestesi ini akan memberikan akinesia okuler dan

anestesi daerah tersebut.

Anestesi retrobulber memberikan komplikasi walaupun jarang ditemukan seperti:

a. Perdarahan retrobulber

b. Penetrasi bola mata

c. Trauma saraf optik

d. Injeksi intravena sehingga menyebabkan aritmia jantung

e. Injeksi intravena sehingga menyebabkan kejang

f. Henti nafas

g. Anestesi batang otak

Selain anestesi retrobulber, juga dikenal anestesi peribulber. Anestesi ini dilakukan

melalui injeksi multipel atau tunggal. Teknik ini diketahui secara teoritis mengurangi angka

kejadian cedera saraf optik dan efek samping pada SSP dari injeksi tidak sengaja pada

intradural. Meskipun begitu, teknik ini tidak mengurangi kemungkinan terjadinya penetrasi

bola mata dan teknik ini juga kurang efektif dibanding retrobulber untuk memberikan efek

anestesi dan akinesia. Selain itu, mula kerja teknik anestesi ini juga lebih lambat.

4. Anestesi Topikal

Anestesi topikal berkembang bersamaan dengan teknik insisi kornea dan implantasi

lensa intraokuler untuk bedah katarak. Anestesi topikal diberikan bersamaan dengan atau

tanpa sedasi intravena. Anestesi topikal juga sering dilakukan dengan lidokain bebas

pengawet intrakamera. Beberapa jenis teknik termasuk penggunaan infiltrasi minimal

dengan anestesi lokal. Keuntungan teknik anestesi ini adalah berkurangnya resiko perforasi

Page 25: KATARAK TRAUMATIK

okuler dan sedikitnya penggunaan sedasi intravena pada beberapa pasien. Diplopia dapat

tidak ditemui karena tidak ada akinesia otot okuler. Pasien dapat meninggalkan ruangan

operasi tanpa harus dipandu karena tidak ada blokade kelopak mata.

Karena anestesi topikal menyediakan anestesi tanpa akinesia, kerjasama pasien untuk

tidak banyak bergerak sangat diperlukan. Kemudian, anestesi topikal tidak tepat digunakan

pada pasien dengan situasi:

a. Gangguan pendengaran

b. Kesulitan menerjemahkan bahasa

c. Penderita sulit mengontrol emosi selama operasi

d. Blefarospasme

e. Tremor kepala

f. Nistagmus

g. Apabila ditemui operasi akan lebih lama dari jadwal

Secara umum, hanya sedasi minimal dibutukan untuk penggunaan anestesi topikal. Ahli

anestesi juga harus mengenal derajat sedasi yang dibutuhkan untuk bedah katarak dan

menghindari terjadinya overdosis sedasi.

Gambar. Perkiraan tempat insisi pada operasi katarak

Page 26: KATARAK TRAUMATIK

Gambar 6. Operasi faekoemulsi pada katarak

IOL adalah sebuah lensa jernih berupa plastik fleksibel yang difiksasi ke dalam mata atau

dekat dengan posisi lensa alami yang mengiringi ECCE. Sebuah IOL, dapat menghasilkan

pembesaran dan distorsi minimal dengan sedikit kehilangan persepsi dalam atau tajam

penglihatan perifer.

Gambar 7. IOL

IOL bersifat permanen, tidak membutuhkan perawatan dan penanganan khusus dan tidak

dirasakan pasien atau diperhatikan orang lain. Dengan sebuah IOL kacamata baca dan kacamata

untuk melihat dekat biasanya tetap dibutuhkan dan umumnya dibutuhkan kacamata tipis untuk

penglihatan jauh.12

Kontraindikasi implantasi IOL antara lain adalah uveitis berulang, retinopati diabetik

progresif, rubeosis iridis dan glaukoma neovaskuler.

Page 27: KATARAK TRAUMATIK

Gambar 8. Teknik pemasangan IOL pada mata

Berikut ini dapat dilihat beberapa keuntungan dan kerugian dari beberapa tehnik

bedah katarak tersebut:12

Keuntungan ECCE:

- incisi kecil

- tidak ada komplikasi vitreus

- kejadian endophtalmodonesis lebih sedikit

- edema sistoid makula lebih jarang

- trauma terhadap endotelium kornea lebih sedikit

- retinal detachment lebih sedikit

- lebih mudah dilakukan

Kerugian ECCE:

- kekeruhan pada kapsul posterior

- dapat terjadi perlengketan iris dengan kapsul

Keuntungan ICCE:

Page 28: KATARAK TRAUMATIK

- semua komponen lensa diangkat

Kerugian ICCE:

- incisi lebih besar

- edema cistoid pada makula

- komplikasi pada vitreus

- sulit pada usia <40 tahun

- endopthalmitis

Keuntungan fakoemulsifikasi:

- incisi paling kecil

- astigmatisma jarang terjadi

- pendarahan lebih sedikit

- teknik paling cepat

Kerugian fakoemulsifikasi:

- memerlukan dilatasi pupil yang baik

- pelebaran luka jika ada IOL

XII. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain :

a. Dislokasi lensa dan subluksasi sering ditemukan bersamaan dengan katarak

traumatic

b. Komplikasi lain yang dapat berhubungan, seperti fakolitik, fakomorfik, blok pupil,

glaukoma sudut tertutup, uveitis, retinal detachment, rupture koroid, hifema,

perdarahan retrobulbar, neuropati optik traumatic

XIII. Prognosis

Prognosis sangat bergantung kepada luasnya traumna yang terjadi pada saat terjadinya

trauma dan kerusakan yang terjadi akibat trauma

Page 29: KATARAK TRAUMATIK

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Opthalmology. Lens and Cataract. Section 11. San Fransisco: MD

Association, 2005-2006

2. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya

Medika, 2000.

3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2003

4. Ilyas, S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 2005.

5. Ilyas S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2002.

6. J.P Shock. Lensa dalam Oftalmologi Umum. Edisi 14. 1996: 175-183

7. Johns J.K Lens and Kataract. Basic and Clinical Science Section 11. American Academy

of Ophthalmology. 2002.

8. Wayne F. Age Related Cataract. Last updated 15-08-2004. www.medem.com download at

04-12-2010

9. Leedez J. Guide to Eye Cataract and Cataract Surgery. Last updated 27-09-2005.

www.allaboutvision.com download at 04-12-2010

10. Anonymous. Cataract. Last updated 27-12-2005. www.eyemedlink.com download at 04-

12-2010

11. Wijaya N. Ilmu Penyalit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI;1983.

12. Allison M. Juvenile Cataract. Last updated 04-07-2005. www.springereye.com download

at 04-12-2010