katarak senilis

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa, ataupun keduanya. Katarak dapat terjadi akibat pengaruh kelainan kongenital atau penyulit mata lokal menahun, dan bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak, seperti glukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh belas juta populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan menjelang tahun 2020 angka ini akan meningkat menjadi empat puluh juta. Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering ditemukan dimana 90 % dari seluruh kasus katarak adalah katarak senilis. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Pengobatan pada katarak adalah tidakan pembedahan. Setelah pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraocular. Dengan peningkatan pengetahuan mengenai katarak, penatalaksanaan sebelum, 1

Upload: uchiha-itachi

Post on 22-Oct-2015

319 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

katarak senilis

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat

hidrasi lensa, denaturasi protein lensa, ataupun keduanya. Katarak dapat

terjadi akibat pengaruh kelainan kongenital atau penyulit mata lokal

menahun, dan bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan

katarak, seperti glukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa.

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak

tujuh belas juta populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh

katarak dan menjelang tahun 2020 angka ini akan meningkat menjadi

empat puluh juta. Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling

sering ditemukan dimana 90 % dari seluruh kasus katarak adalah katarak

senilis. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif

ataupun tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Pengobatan

pada katarak adalah tidakan pembedahan. Setelah pembedahan, lensa

diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam

intraocular. Dengan peningkatan pengetahuan mengenai katarak,

penatalaksanaan sebelum, selama, dan post operasi, diharapkan

penganganan katarak dapat lebih diperluas sehingga prevalensi kebutaan

di Indonesia dapat diturunkan.

I.2. Tujuan

Laporan kasus ini merupakan laporan yang dibuat berdasarkan

hasil pemeriksaan dan penatalaksanaan pasien katarak senilis imatur

dengan tujuan sebagai aplikasi ilmu kedokteran mata yang telah dipelajari

dibagian mata RST Wijaya Kusuma

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa

2.1.1 Anatomi Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan

transparan. Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan pada lensplate.

Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa terletak dibelakang iris

dan disangga oleh zonula (zonula Zinii) yang berasal dari korpus siliare.

Disebelah anterior lensa terdapat humour aquos dan disebelah posterior

terdapat vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel

yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis

epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai

dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi,

sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik.

Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan

sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya.

Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan

lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi

maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf

di lensa.

2.1.2 Fisiologi Lensa

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.

Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris

relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter

anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa

diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk

memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga

tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian

mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya

biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan

2

lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai

akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa

perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang

mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik

kuning, kekuatan refraksi lensa sebesar +18.0 Dioptri.

2.1.3 Metabolisme Lensa Normal

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan

kation (sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous

dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di

bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar.

Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari

luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk

menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase,

sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase.

Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%).

Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak

dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase.

Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol,

dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogen

2.2 Katarak Senilis

Katarak Senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada

usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Pada katarak senilis terjadi

penurunan penglihatan secara bertahap dan lensa mengalami penebalan

secara progresif. Katarak senilis menjadi salah satu penybeab kebutaan di

dunia saat ini.

2.2.1 Etiologi

3

Penyebab sebenarnya dari katarak senilis belum diketahuidan pada

kasus-kasus yang ditemukan biasanya bersifat familial, jadi sangat

penting untuk mengetahui riwayat keluarga pasien secara detil.

2.2.2 Epidemiolgi

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak

tujuh belas juta populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh

katarak dan dijangka menjelang tahun 2020, angka ini akan meningkat

menjadi empat puluh juta. Katarak senilis merupakan bentuk katarak yang

paling sering ditemukan. 90% dari seluruh kasus katarak adalah katarak

senilis. Sekitar 5 % dari golongan usia 70 tahun dan 10% dari golongan

usia 80 tahun harus menjalani operasi katarak.

2.2.3 Patofisiologi

Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum

sepenuhnya diketahui. Diduga adanya interaksi antara berbagai proses

fisiologis berperan dalam terjadinya katarak senilis dan belum

sepenuhnya diketahui. Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan

protein. Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan

kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi padat di

bagian tengahnya, sehingga kemampuan fokus untuk melihat benda dekat

berkurang. Pada usia tua akan terjadi pembentukan lapisan kortikal yang

baru pada lensa yang mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan mengeras

(sklerosis nuklear). Pada saat ini terjadi perubahan protein lensa yaitu

terbentukanya protein dengan berat molekul yang tinggi dan

mengakibatkan perubahan indeks refraksi lensa sehingga memantulkan

sinar masuk dan mengurangi transparansi lensa. Perubahan kimia ini juga

diikut dengan pembentukan pigmen pada nuklear lensa.

Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan

pertambahan usia lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi

4

kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat menyebabkan gangguan

penglihatan (pandangan kabur/buram) pada seseorang. Kekeruhan lensa

mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil berwarna putih dan

abu-abu./ Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di

lensa seperti korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi semakin sulit

dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa bahkan reaksi

fundus bisa hilang sama sekali. Miopia tinggi, merokok, konsumsi

alkohol dan paparan sinar UV yang tinggi menjadi faktor risiko

perembangan katarak sinilis.

2.2.4 Klasifikasi katarak senilis

Berdasarkan morfologinya katarak senilis dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Katarak Nuklear

2. Katarak Kortikal

3. Katarak Subkapsular Posterior

Katarak Nuklear

Pada katarak Nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan

menjadikan nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak yang

lokasinya terletak pada bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus

cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih menjadi

kuning sampai coklat. Progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan

bentuk yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhi

daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat

menjadi lebih baik.

Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks

lensa serta komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa. Katarak

menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai

timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat, tetapi lebih

cepat dibandingkan katarak nuklear. Terdapat wedge-shape

opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji. Keluhan yang biasa

5

terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa

silau.

Katarak Subkapsular Posterior atau Kupuliformis

Pada katarak subkapsular posterior terjadi peningkatan opasitas

pada bagian lensa belakang secara perlahan. Biasanya mulai timbul

sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lebih cepat. Bentuk ini lebih

sering menyerang orang dengan diabetes, obesitas atau pemakaian steroid

jangka panjang. Katarak ini menyebabkan kesulitan membaca, silau,

pandangan kabur pada kondisi cahaya terang.

2.2.5 Stadium katarak senilis

Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu

insipien, imatur, matur, dan hipermatur.

Perbedaan stadium katarak senile.

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan Lensa Normal Bertambah (air

masuk)

Normal Berkurang (air+masa

lensa keluar)

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik Mata Depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut Bilik Mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopos

Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaukoma

1. Katarak Insipien

Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti

bercak-bercak yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah

jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan

6

posterior. Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika pupil

dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang disebabkan

oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini

kadang menetap untuk waktu yang lama.

2. Katarak Imatur

Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi

belum mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-

bagian yang jernih pada lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat

meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada

keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan

pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal

sehingga terjadi glaukoma sekunder.

Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahdow test, maka akan terlihat

bayangn iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).

3. Stadium Intumesen

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang

degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam lensa menyebabkan

lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik

mata menjadi dangkal dibandingkan dalam keadaan normal. Katarak

intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan

menyebabkan myopia lentikular

4. Katarak Matur

Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa.

Proses degenerasi yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air

bersama hasil disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke

ukuran normal. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal

kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji

bayangan iris negatif.

7

5. Katarak Hipermatur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa

yang mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul

lensa. Lensa menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak

berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang

berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan

memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks

lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Uji bayangan iris

memberikan gambaran pseudopositif. Cairan / protein lensa yang keluar

dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena

di anggap sebagai benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis

dan glaukoma karena aliran melalui COA kembali terhambat akibat

terdapatnya sel-sel radang dan cairan / protein lensa itu sendiri yang

menghalangi aliran cairan bola mata.

2.2.6 Tanda dan gejala

Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang yang lengkap.

Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:

1. Pandangan kabur

Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang

progresif atau berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami

kemajuan tajam penglihatan dengan pin-hole.

2. Penglihatan silau

Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau,

dimana tigkat kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras

yang menurun dengan latar belakang yang terang hingga merasa silau di

siang hari atau merasa silau terhadap lampu mobil yang berlawanan arah

atau sumber cahaya lain yang mirip pada malam hari. Keluhan ini sering

kali muncul pada penderita katarak kortikal.

3. Sensitifitas terhadap kontras

8

Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam

mengetahui perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda

warna, penerangan dan tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi

mata sebagai optik dan uji ini diketahui lebih bagus daripada

menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui kepastuian fungsi

penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator spesifik hilangnya

penglihatan yang disebabkan oleh adanya katarak.

4. Miopisasi

Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan

dioptri lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga

sedang. Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan

berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan kedua. Namun setelah

sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa,rasa

nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak

sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua

mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi,

dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.

5. Variasi Diurnal Penglihatan

Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan

penglihatan menurun pada siang hari atau keadaan terang dan membaik

pada senja hari, sebaliknya paenderita katarak kortikal perifer kadang-

kadang mengeluhkan pengelihatan lebih baik pada sinar terang dibanding

pada sinar redup.

6. Distorsi

Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi

tampak tumpul atau bergelombang.

7. Halo

9

Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang

terlihat disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan

halo pada penderita glaucoma.

8. Diplopia monokuler

Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler

dari lensa yang keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan

dengan diplopia binocular dengan cover test dan pin hole.

9. Perubahan persepsi warna

Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan

perubahan persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih

kekuningan atau kecoklatan dibanding warna sebenarnya.

10. Bintik hitam

Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-

gerak pada lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina

atau badan vitreous yang sering bergerak-gerak.

2.2.7 Pemeriksaan Fisik

10

- Penurunan ketajaman penglihatan

Katarak sering kali berkaitan dengan terjadinya penurunan

ketajaman penglihatan, baik untuk melihat jauh maupun dekat. Ketajaman

penglihatan dekat lebih sering menurun jika dibandingkan dengan

ketajaman pengihatan jauh, hal ini mungkin disebabkan adanya daya

konstriksi pupil yang kuat. Penglihatan menurun tergantung pada derajat

katarak. Katarak imatur dari sekitar 1/60; pada katarak matur hanya 1/300

sampai 1/~.

- Miopisasi

Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan

kekuatan dioptri lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan

hingga sedang. Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya

akan berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan kedua. Namun

setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa,rasa

nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak

sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua

mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi,

dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.

2.2.8 Manajemen Katarak

Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:

1. Indikasi Optik

Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika

penurunan tajam penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu

kegiatan sehari-hari, maka operasi katarak bisa dilakukan.

2. Indikasi Medis

Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi

segera, bahkan jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik:

- Katarak hipermatur

- Glaukoma sekunder

11

- Uveitis sekunder

- Dislokasi/Subluksasio lensa

- Benda asing intra-lentikuler

- Retinopati diabetika

- Ablasio retina

3. Indikasi Kosmetik

Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau

nervus optikus, namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat

diterima, misalnya pada pasien muda, maka operasi katarak dapat

dilakukan hanya untuk membuat pupil tampak hitam meskipun

pengelihatan tidak akan kembali.

Teknik-teknik pembedahan katarak

Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa

melalui tindakan bedah. Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra

Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Intra Kapsular (ICCE) dan

Extra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Ekstra Kapsular

(ECCE). Di bawah ini adalah metode yang umum digunakan pada operasi

katarak, yaitu ICCE, ECCE dan phacoemulsifikasi.

Operasi katarak intrakapsular/ Ekstraksi katarak intrakapsular

Metode yang mengangkat seluruh lensa bersama kapsulnya

melalui insisi limbus superior 140-160 derajat. Metode ini sekarang sudah

jarang digunakan. Masih dapat dilakukan pada zonula Zinn yang telah

rapuh atau berdegenerasi atau mudah putus. Keuntungannya adalah tidak

akan terjadi katarak sekunder.

Meskipun demikian, terdapat beberapa kerugian dan komplikasi

post operasi yang mengancam dengan teknik ICCE. Insisi limbus superior

yang lebih besar 160-180º dihubungkan dengan penyembuhan yang lebih

lambat, rehabilitasi tajam penglihatan yang lebih lambat, angka kejadian

astigmatisma yang lebih tinggi, inkarserata iris, dan lepasnya luka operasi.

12

Edema kornea juga dapat terjadi sebagai komplikasi intraoperatif dan

komplikasi dini.

Operasi katarak ekstrakapsular

Metode ini mengangkat isi lensa dengan memecah atau merobek

kapsul lensa anterior, sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar

melalui robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak

muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti,

implantasi lensa okuler posterior. Keuntungan dari metode ini adalah

karena kapsul posterior untuh maka dapat dimasukan lensa intraokuler ke

dalam kamera posterior serta insiden komplikasi paska operasi (ablasi

retina dan edema makula sistoid) lebih kecil jika dibandingkan metode

intrakapsular. Penyulit yang dapat terjadi yaitu dapat timbul katarak

sekunder.

Fakoemulsifikasi

Merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular karena sama-

sama menyisakan kapsul bagian posterior. Insisi yang diperlukan sangat

kecil yaitu 5 mm yang berguna untuk mempercepat kesembuhan paska

operasi. Kemudian kapsul anterior lensa dibuka. Dari lubang insisi yang

kecil tersebut dimasukan alat yang mampu mengeluarkan getaran

ultrasonik yang mampu memecah lensa menjadi kepingan-kepingan kecil,

kemudian dilakukan aspirasi. Teknik ini bermanfaat pada katarak

kongenital, traumatik dan kebanyakan katarak senilis. Namun kurang

efektif untuk katarak senilis yang padat.

13

Keuntungan dari metode ini antara lain:

(Insisi yang dilakukan kecil, dan tidak diperlukan benang untuk menjadhit

karena akan menutup sendiri. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya

astigmatisma, dan rasa adanya benda asing yang menempel setelah

operasi. Hal ini juga akan mencegah peningkatan tekanan intraokuli

selama pembedahan, yang juga mengurangi resiko perdarahan.

Cepat menyembuh.

Struktur mata tetap intak, karena insisi yang kecil tidak mempengaruhi

struktur mata.

2.2.9 Intraokular Lens (IOL)

Setelah pembedahan, pasien akan mengalami hipermetropi karena

kahilangan kemampuan akomodasi. Maka dari itu dilakukan penggantian

dengan lensa buatan (berupa lensa yang ditanam dalam mata, lensa kontak

maupun kacamata). IOL dapat terbuat dari bahan plastik, silikon maupun

akrilik. Untuk metode fakoemulsifikasi digunakan bahan yang elastis

sehingga dapat dilipat ketika akan dimasukan melalui lubang insisi yang

14

kecil. Untuk menentukan kekuatan lensa intraokular yang akan diberikan

kepada pasien, dapat digunakan rumus SRK yaitu P = A – 0.9 K – 2.5 L

Keterangan :

- A (konstanta lensa intraokular, tergantung jenis / merk lensa yang

digunakan)

- K (daya refraksi kornea sentral, diukur dengan keratometer, normalnya

sekitar 43-44 Dioptri)

- L (panjang sumbu bola mata, diukur dengan USG A-Scan mata,

normalnya lebih kurang 24 mm)

2.3.0 Komplikasi Katarak

Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena

proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik.

Fakolitik

- Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa

akan keluar yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior

terutama bagian kapsul lensa.

- Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli

anterior akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag

yang berfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut.

- Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga

timbul glaukoma.

Fakotopik

- Berdasarkan posisi lensa

- Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut

kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor

aqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus,

akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul

glaukoma

Fakotoksik

15

- Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi

mata sendiri (auto toksik)

- Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang

kemudian akan menjadi glaukoma.

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien

Nama : Ny. Sc

Jenis Kelamin : Wanita

Umur : 54 tahun

Alamat : Karang Pucung 01 / 07 Purwokerto Selatan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

No. RM : 248619

Status Daftar : Asuransi Umum

Tanggal Pemeriksaan : 17 Agustus 2013

3.2. Anamnesa

Pasien datang ke RST Wijaya Kusuma pada tanggal 17 Agustus 2013

dengan keluhan mata kanan dan kiri berkabut (mata kanan lebih parah). Keluhan

dirasakan sejak 4 tahun lalu, terus-menerus dan perlahan memburuk. Keluhan

lainnya mata terasa silau bila melihat cahaya terang. Nyeri tekan, belekan dan

gatal disangkal. Tidak ada yang dapat dilakukan pasien untuk mengurangi gejala

keluhan utama.

Kronologi : pada awalnya keluhan mata atau pandangan kabut masih dapat

ditoleransi pasien (belum cukup mengganggu) namun keluhan terus memburuk

dalam 4 tahun belakangan, membuat pasien sulit untuk melihat dan sering merasa

silau.

16

Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat penyakit mata sebelumnya yang

membutuhkan penanganan dokter mata disangkal. Tidak terdapat riwayat alergi,

diabetes dan hipertensi. Riwayat trauma mata disangkal.

Riwayat Minum Obat : Tidak ada obat yang harus diminum oleh pasien secara

rutin, pernah ke dokter mata namun tidak diberi obat untuk mengatasi gejala

katarak

Riwayat Penyakit Keluarga : Ayah pasien menjalani operasi katarak sekitar 12

tahun yang lalu.

Riwayat Sosial Ekonomi : Ny Sc adalah ibu rumah tangga yang sehari-hari

mengurusi pekerjaan rumah. Sosial ekonomi menengah.

3.3. Status Pasien

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Vital Sign :

TD 130/80 mmHg N 73x

Rr 18x S 36,4oC

3.4. Status Oftalmologik

OCULUS DEXTER OCULUS SINISTER

1/60 VISUS 6/60

Tidak dilakukan VISUS DENGAN KACAMATA

SENDIRI

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan VISUS KOREKSI Tidak dilakukan

Deviasi (-), Bergerak ke segala

arah

BOLA MATA Deviasi (-), Bergerak ke segala

arah

Warna hitam, trikiasis (-) SILIA Warna hitam, Trikiasis (-)

Hiperemis (-) ptosis (-) edema (-)

eksotropion (-) entropion (-)

PALPEBRA SUPERIOR Hiperemis (-) ptosis (-) edema (-)

eksotropion (-) entropion (-)

Hiperemis (-) ptosis (-) edema (-)

eksotropion (-) entropion (-)

PALPEBRA INFERIOR Hiperemis (-) ptosis (-) edema (-)

eksotropion (-) entropion (-)

17

Hiperemis (-) papil (-) folikel (-)

sekret (-)

KONJUNGTIVA PALPEBRA Hiperemis (-) papil (-) folikel (-)

sekret (-)

Injeksi konjungtiva (-) injeksi

siliar (-)

KONJUNGTIVA BULBI Injeksi konjungtiva (-) injeksi

siliar (-)

Putih-kekuningan, ikterik(-) SKLERA Putih-kekuningan, ikterik(-)

Jernih, edem (-)

hiperemis (-)

KORNEA Jernih, edem (-)

hiperemis (-)

Dangkal BILIK MATA DEPAN Dangkal

Coklat kehitaman, bulat, sinekia

anterior

IRIS Coklat kehitaman, bulat, sinekia

anterior

Bulat, sentral, diameter 3 mm,

reflex direct dan indirect (+)

PUPIL Bulat, sentral, diameter 3 mm,

reflex direct dan indirect (+)

Kekeruhan (+) anterior,

kekeruhan tidak merata, iris

shadow (+)

LENSA Kekeruhan (+) anterior, kekeruhan

tidak merata, iris shadow (+)

Positif (bulat, keruh) REFLEKS FUNDUS Positif (bulat, keruh)

Tidak dilakukan KORPUS VITREUS Tidak dilakukan

Normal, palpasi TEKANAN INTRAOKULAR Normal, palpasi

Hipersekresi (-)

Hiposekresi (-)

SISTEM KANALIS

LAKRIMALIS

Hipersekresi (-)

Hiposekresi (-)

3.5. Ringkasan

Keluhan utama : Kedua mata berkabut (kanan lebih tidak jelas)

Keluhan tambahan : Merasa silau

Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat penyakit mata sebelumnya yang

membutuhkan penanganan dokter mata disangkal. Tidak terdapat riwayat alergi,

diabetes dan hipertensi. Riwayat trauma mata disangkal.

Riwayat Minum Obat : Tidak ada obat yang harus diminum oleh pasien secara

rutin, pernah ke dokter mata namun tidak diberi obat untuk mengatasi gejala

katarak

Riwayat Penyakit Keluarga : Ayah pasien menjalani operasi katarak sekitar 12

tahun yang lalu.

18

Riwayat Sosial Ekonomi : Ny Sc adalah ibu rumah tangga yang sehari-hari

mengurusi pekerjaan rumah. Sosial ekonomi menengah.

Hasil pemeriksaan oftalmologi : visus OD 1 / 60 OS 6 / 60, kekeruhan lensa (+)

di anterior, kekeruhan tidak merata, iris shadow test (+). Tidak tampak tanda

peradangan konjungtiva, sklera dan kornea.

3.6. Diagnosis Banding

Katarak Senilis Matur

3.7. Diagnosis Kerja

Katarak Senilis Imatur Oculi Dextra - Sinistra

3.8. Penatalaksanaan

Medikamentosa –

Non medikamentosa :

- Edukasi mengenai katarak (merupakan penyakit terkait usia

dimana obat-obatan tidak dapat memperbaiki gangguan

penglihatan, penatalaksanaannya adalah pembedahan)

- Mengatur pencahayaan di rumah pasien agar tidak terlalu terang

atau penggunaan kacamata yang dapat mengurangi pencahayaan.

- Mengurangi aktivitas yang membebani mata (menonton dalam

waktu yang lama).

- Menjaga kesehatan dengan olahraga aerobik dan mengurangi

makanan berlemak, garam (memperlambat timbulnya penyakit

sistemik yang dapat memperberat penyakit mata pasien; seperti

hipertensi dan diabetes)

3.9. Prognosis

OD OS

19

bonam Quo ad Visam bonam

Dubia ad bonam Quo ad Sanam Dubia ad bonam

Quo ad Vitam : bonam

Quo ad Cosmeticum : bonam

3.10. Usulan dan Rencana

Rujuk ke dokter spesialis mata untuk dilakukan pembedahan katarak.

Pembedahan ECCE diperlukan karena memenuhi indikasi optik (keluhan utama

pasien adalah gangguan penglihatan). Sebagai persiapan operasi, perlu

pemeriksaan lensa mata lebih lanjut dengan menggunakan slitlamp atau

oftalmoskop untuk menyingkirkan diagnosis banding, tekanan bola mata

diperiksa terlebih dahulu sebelum diberikan midriatika. Pemeriksaan USG A-

Scan mata untuk menentukan panjang sumbu bola mata dan keratometri

diperlukan untuk mengetahui ukuran daya refraksi lensa intraokular yang akan

diberikan kepada pasien. Cek darah lengkap untuk menyingkirkan kemungkinan

penyulit selama tindakan pembedahan (diabetes, gangguan fungsi ginjal, fungsi

hati, dan lain-lain).

Pasca pembedahan, mata pasien diberikan salep antibiotik dan dibalut

untuk mencegah infeksi pasca pembedahan. Kemudian pasien diinstruksikan

untuk menghindari peningkatan tekanan intraokular selama lebih kurang 1 bulan

dengan tidak memaksakan batuk, mengangkat beban berat dan tidur miring kesisi

berlawanan dengan mata yang dibedah.

BAB IV

ANALISIS KASUS

20

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan,

penyakit yang diderita pasien ini adalah katarak senilis imatur. Diagnosis katarak

senilis berdasarkan pada faktor usia pasien (54 tahun) dan keluhan utama pasien

yaitu penglihatan yang terganggu (berkabut) tanpa disertai gejala peradangan

pada kedua mata, dimana gangguan penglihatan dirasakan terus-menerus semakin

memburuk dalam waktu lama (sekitar 4 tahun).

Riwayat penyakit sistemik yang diderita oleh pasien seperti diabetes dan

hipertensi perlu diketahui sebab akan berguna dalam edukasi dan penanganan

agar gejala tidak semakin memberat, dengan mengendalikan penyakit yang

mendasari keluhan utama, pada pasien ini tidak ditemukan adanya riwayat

penyakit tersebut. Trauma mata sebelumnya tidak ada, menandakan penyakit

pada pasien ini bukan akibat kelainan traumatik atau komplikasinya. Pada

pemeriksaan tajam penglihatan, penggunaan pinhole tidak memperbaiki tajam

penglihatan (OD 1 / 60 dan OS 6 / 60) yang mengindikasikan bahwa gangguan

penglihatan bukan disebabkan oleh kelainan refraksi (visus menurun dapat

diakibatkan oleh kekeruhan media refrakta dan defek saraf optikus).

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik, pada inspeksi terlihat kekeruhan

tidak merata pada lensa mata kanan dan kiri pasien tanpa disertai peradangan

pada kedua bola mata. Kekeruhan mengikuti arah lirikan pasien yang

menandakan kekeruhan terletak di anterior. Keadaan kamera okuli anterior yang

cenderung dangkal disertai tes bayangan iris yang positif menandakan bahwa

jenis katarak merupakan katarak imatur. Rasa silau (glare) diakibatkan oleh

berkurangnya transparansi lensa sehingga cahaya dihamburkan, tidak terfokus

pada fovea.

Penanganan pada kasus katarak senilis imatur dalam laporan ini adalah

melalui tindakan pembedahan, berdasarkan indikasi optik (keluhan utama pasien

berupa gangguan penglihatan). Munculnya kekambuhan pasca operasi katarak

adalah kecil – katarak ikutan setelah operasi (dubia ad bonam) sedangkan

prognosis tajam penglihatan dan tampilan mata adalah baik (bonam) .

DAFTAR PUSTAKA

21

1. Setiohadji, B., Community Opthalmology., Cicendo Eye Hospital/Dept of

Ophthalmology Medical Faculty of,Padjadjaran University. 2006.

2. Ilyas, Prof. Sidarta, dr., Sp.M. 2005. Ilmu Penyakit Mata.Jakarta: FKUI

3. Victor V. Cataract Senile. Tersedia di : http://www.emedicine.com

4. Vaughan DG, Asbury T, riordan-Eva P. Oftalmology Umum Edisi 14.

Penerbit Widya medika. Jakarta: 2000.

5. Bradford C. Basic Ophtalmology. 8th Edition. San Fransisco-American

Academy of opthalmology. 2004.

6. AAO. Cataract surgery in special situation. In Basic and clinical science

course : lens and cataract. United State of America. Lifelong Education

for The Ophthalmology (LEO). 2003. p-72-80,187-213.

22