karya tulis ilmiah asuhan keperawatan pada ...repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1063/1/kti...

213
KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT OLEH : INTAN WIDYASARI PARAMITHA NIM. P07220117054 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN SAMARINDA 2020

Upload: others

Post on 29-Jan-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • KARYA TULIS ILMIAH

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN

    BRONKOPNEUMONIA YANG DIRAWAT

    DI RUMAH SAKIT

    OLEH :

    INTAN WIDYASARI PARAMITHA

    NIM. P07220117054

    POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

    JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN

    SAMARINDA

    2020

  • i

    KARYA TULIS ILMIAH

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN

    BRONKOPNEUMONIA YANG DIRAWAT

    DI RUMAH SAKIT

    Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Pada

    Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

    OLEH :

    INTAN WIDYASARI PARAMITHA

    NIM. P07220117054

    POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

    JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN

    SAMARINDA

    2020

  • ii

    SURAT PERNYATAAN

    Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah hasil karya sendiri

    dan bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari KTI orang lain untuk memperoleh

    gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun, baik sebagian

    maupun keseluruhan. Jika terbukti bersalah, saya bersedia menerima sanksi sesuai

    ketentuan yang berlaku.

    Balikpapan, Mei 2020

    Yang menyatakan

    Intan Widyasari Paramitha

    NIM. P07220117054

  • iii

    LEMBAR PERSETUJUAN

    KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI

    UNTUK DIUJIKAN

    TANGGAL 11 Mei 2020

    Oleh

    Pembimbing

    Ns. Siti Nuryanti, S.Kep.,M.Pd

    NIDN : 4023126901

    Pembimbing Pendamping

    Rus Andraini, A.Kp,MPH

    NIDN : 4006027101

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi D-III Keperawatan Samarinda

    Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

    Ns. Andi Lis Arming Gandini, S.Kep., M.Kep.

    NIP. 196803291994022001

  • iv

    LEMBAR PENGESAHAN

    Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Dengan

    Bronkopneumonia Yang Dirawat di Rumah Sakit

    Telah diuji

    Pada tanggal 11 Mei 2020

    PANITIA PENGUJI

    Ketua Penguji :

    Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd (………………………………)

    NIDN. 4020027901

    Penguji Anggota :

    1. Ns. Siti Nuryanti, S.Kep., M.Pd (………………………..………) NIDN. 4023126901

    2. Rus Andraini, A.Kp., MPH (………………………..………) NIDN. 4006027101

    Mengetahui,

    Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Program Studi D-III Keperawatan

    Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur,

    Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes Ns. Andi Lis Arming Gandini, M.Kep

    NIP. 196508251985503200 NIP. 196803291994022001

  • v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    A. Data Diri

    1. Nama : Intan Widyasari Paramitha

    2. Jenis Kelamin : Perempuan

    3. Tempat, Tanggal Lahir : Cilacap, 01 Juni 1999

    4. Agama : Islam

    5. Pekerjaan : Mahasiswa

    6. Alamat : Jl. Al-Falah no.55 rt.37, Balikpapan Barat

    B. Riwayat Pendidikan

    1. TK Srigunting Cilacap Tahun 2005 - 2006

    2. SD Patra Mandiri Cilacap Tahun 2006 - 2011

    3. SMPN 5 Cilacap Tahun 2011 - 2014

    4. SM AN 2 Balikpapan Tahun 2014 - 2017

    5. Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim Tahun 2017 hingga sekarang.

  • vi

    LEMBAR PERSEMBAHAN

    Alhamdulilah puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa

    Ta’ala yang telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta

    memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang engkau berikan

    akhirnya karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dan tidak lupa juga shalawat dan

    salam saya limpahkan kepada nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wassalam.

    Persembahan tugas akhir ini dan rasa terima kasih aku ucapkan untuk :

    Kedua Orang Tuaku Tercinta Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima

    kasih yang tiada terhingga karya tulis ini kupersembahkan teruntuk kedua orang tua

    ku tercinta Ibu Prastiwi, Bapak Subarmono Rahimahullah dan Keluarga ku yang telah

    memberikan ku dukungan, doa serta motivasi baik secara moril maupun materi.

    Teruntuk kakaku Iqbal, sahabat ku Ummi Arnis, Candra, Ai, Zanuba, Dhea,

    Lida yang selalu mendoakan, memberiku semangat dan inspirasi dalam

    menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga doa dan semua hal yang terbaik menjadikan

    ku orang yang baik pula amin.

    Teruntuk dosen pembimbing tugas akhir saya Ns. Siti Nuryanti,S.Kep.,M.Pd

    dan ibu Rus Andraini, A.Kp.,MPH, Terima kasih saya ucapkan kerena telah

    meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu membimbing saya dan

    memberikan bimbingan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

    Teruntuk semua dosen Poltekkes, terima kasih ibu dan bapak telah

    membimbing saya dengan sabar dalam 3 tahun ini memberikan ilmu dan pengalaman

    yang sangat berharga dan berguna dikemudian hari.

    Teruntuk Squad Anak Cantik (Ami, Ani, Bella, Febriana, Nokar, Tiara,

    Najah, Lely dan Riska Alhamdulilah akhirnya kita semua sudah mencapai apa yang

    kita usahakan selama ini terima kasih ya fren sudah selalu ada dan selalu semangatin

    satu sama lain dalam menyelesaikan tugas akhir ini sukses buat kita semua ya guys.

    Dan Teruntuk Angkatan 6 Keperawatan Kelas Balikpapan, terima kasih

    semua atas semangat dan kebersamaan selama tiga tahun menuntut ilmu di poltekkes

    ini semoga allah senantiasa memberikan kemudahan dan kesuksesan kepada kita

    semua. Aamiin.

    إِنَّ َمَع اْلعُْسِر يُْسًرا

    “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. al-Insyirah: 6)

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur saya panjatkan Kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, shalawat

    dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wassalam,

    atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

    Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada klien anak dengan

    Bronkopneumonia Yang Dirawat di Rumah Sakit”. Tujuan dari penulisan KTI ini

    adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan dari

    jurusan keperawatan, Prodi DIII-Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim. Pada

    pembuatan KTI ini penulis tentu mengalami kesulitan. Namun berkat bimbingan,

    dukungan dan semangat dari orang terdekat sehingga penulis mampu

    menyelesaikannya dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

    mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya untuk :

    1. H. Supriadi B, S.Kp., M.Kep, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian

    Kesehatan Kalimantan Timur.

    2. Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

    Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

    3. Ns. Andi Lis Arming G, S.Kep., M.Kep, selaku Ketua Program Studi D-III

    Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

    4. Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep., Sp.Kep.Mat, selaku Penanggung Jawab Prodi

    D-III Keperawatan Kelas Balikpapan Politeknik Kesehatan Kementerian

    Kesehatan Kalimantan Timur.

  • viii

    5. Ns. Siti Nuryanti, S.Kep., M.pd, selaku pembimbing I dalam menyelesaikan KTI

    ini.

    6. Rus Andraini, A.Kp.,MPH, selaku Pembimbing II dalam menyelesaikan KTI ini.

    7. Para Dosen dan seluruh staf Keperawatan Politeknik Kementerian Kesehatan

    Kalimantan Timur yang telah membimbing dan mendidik penulis dalam masa

    pendidikan.

    8. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan KTI ini baik secara langsung

    maupun tidak langsung yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

    Penulis menyadari dalam penulisan KTI ini masih terdapat banyak kesalahan

    dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kiranya kritik dan saran yang

    membangun dari semua pihak dan nantinya akan digunakan untuk perbaikan dimasa

    mendatang.

    Balikpapan, Mei 2020

    Penulis

  • ix

    ABSTRAK

    “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN

    BRONKOPNEUMONIA YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT”

    Infeksi saluran napas akut (ISPA) merupakan penyebab terpenting morbiditas

    dan mortalitas pada anak terutama usia dibawah 5 tahun. ISPA dapat berlanjut menjadi

    pneumonia. Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya

    proses infeksi akut pada bronkus yang disebut dengan bronkopneumonia.

    Bronkopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan

    jaringan paru di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan memahami

    secara mendalam mengenai asuhan keperawatan pada klien anak dengan

    Bronkopneumonia.

    Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan Asuhan

    Keperawatan dengan mengambil dua kasus sebagai unit analisis. Unit analisis adalah

    klien anak dengan bronkopneumonia. Metode pengambilan data melalui identifikasi, menginterpretasi dan menganalisi dari 2 sumber pustaka. Teknik pengumpulan data

    menggunakan studi literatur.

    Berdasarkan analisa data didapatkan kesamaan dan kesenjangan antara 2

    sumber kasus, diagnosa keperawatan yang berbeda dengan diagnosa yang ditemukan

    pada klien 1 adalah diagnosa resiko infeksi dan ansietas sedangkan pada klien 2

    ditemukan perbedaan diagnosa resiko infeksi, resiko jatuh, dan resiko defisit nutrisi,

    perencanaan dan pelaksanaan ditunjang dengan fasilitas dan sarana yang mendukung,

    evaluasi pada klien 1 belum teratasi, sedangkan pada klien 2 semua masalah teratasi.

    Penyakit Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan

    kematian tertinggi. Pada anak dengan Bronkopneumonia harus diperhatikan kondisi

    lingkungan, pemenuhan nutrisi dan oksigen yang diberikan. Diharapkan untuk lebih

    diperhatikan lagi bagi tenaga kesehatan dalam melakukan asuhan keperawatan yang

    tepat dan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat untuk

    meningkatkan dan memperhatikan perilaku kesehatan atau kebiasaan sehari-hari.

    Kata Kunci : Bronkopneumonia, Asuhan Keperawatan, Literature Review

  • x

    ABSTRACT

    "NURSING CARE FOR CLIENTS OF CHILDREN WITH

    BRONCHOPNEUMONIA WHO ARE HOSPITALIZED"

    Acute airway infection (ARI) is the most important cause of morbidity and

    mortality in children, especially under 5 years of age. ARI can progress to

    pneumonia. The occurrence of pneumonia in children often coincides with the

    process of acute infection of the bronchi called bronchopneumonia.

    Bronchopneumonia is inflammation that occurs in the bronchial wall and

    surrounding lung tissue. This research aims to study and understand deeply about

    nursing care in clients of children with bronchopneumonia.

    This research uses a case study method with Nursing Care approach by

    taking two cases as the unit of analysis. The unit of analysis is a child client with

    bronchopneumonia. The method of collecting data through identification,

    interpreting and analyzing from 2 sources of literature. Data collection techniques

    using the study of literature.

    Based on data analysis, there are similarities and gaps between the two

    sources of cases, different nursing diagnoses with diagnoses found in client 1 are

    diagnoses of infection risk and anxiety while in client 2 found differences in

    diagnosis of infection risk, fall risk, and risk of nutritional deficits, planning and

    implementation supported by supporting facilities and facilities, evaluation on

    client 1 has not been resolved, whereas on client 2 all problems have been resolved.

    Bronchopneumonia disease is one of the diseases that causes the highest

    death. In children with bronchopneumonia, environmental conditions, nutritional

    and oxygen fulfillment must be considered. It is hoped that more health workers

    will be given more attention in conducting appropriate nursing care and can provide

    health education to the community to improve and pay attention to health behaviors

    or daily habits.

    Keywords: Bronchopneumonia, Nursing Care, Literature Review

  • xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Halaman Sampul Depan

    Halaman Sampul Dalam dan Persyaratan ......................................................... i

    Halaman Pernyataan ....................................................................................... ii

    Halaman Persetujuan ..................................................................................... iii

    Halaman Pengesahan ......................................................................................iv

    Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... v

    Lembar Persembahan ......................................................................................vi

    Kata Pengantar .............................................................................................. vii

    Abstrak ...........................................................................................................ix

    Daftar Isi .........................................................................................................xi

    Daftar Gambar ............................................................................................... xv

    Daftar Bagan ................................................................................................. xvi

    Daftar Tabel .................................................................................................xvii

    Daftar Lampiran......................................................................................... xviii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah............................................................................ 6

    C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7

    1. Tujuan Umum ............................................................................ 7

  • xii

    2. Tujuan Khusus ........................................................................... 7

    D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7

    1. Bagi Peneliti .............................................................................. 7

    2. Bagi Tempat Penelitian .............................................................. 8

    3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan ...................................... 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep Dasar Bronkopneumonia ..................................................... 9

    1. Pengertian ................................................................................... 9

    2. Anatomi Fisiologi ....................................................................... 9

    3. Etiologi ...................................................................................... 12

    4. Patofisiologi ................................................................................ 14

    5. Klasifikasi ................................................................................... 16

    6. Manifestasi Klinis ....................................................................... 17

    7. Komplikasi .................................................................................. 18

    8. Pemeriksaan Penunjang………………………………………… . 20

    9. Penatalaksanaan .......................................................................... 21

    B. Konsep Masalah Keperawatan ......................................................... 22

    1. Pengertian Masalah Keperawatan ............................................... 22

    2. Komponen Masalah Keperawatan .............................................. 22

    3. Faktor yang Berhubungan……………………………………… .. 23

    4. Pathway Penyakit Bronkopneumonia .......................................... 24

    5. Masalah Keperawatan pada Bronkopneumonia ........................... 25

  • xiii

    C. Konsep Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia ............................. 32

    1. Pengkajian ................................................................................. 32

    2. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 36

    3. Perencanaan Keperawatan ........................................................... 38

    4. Pelaksanaan Keperawatan ........................................................... 50

    5. Evaluasi Keperawatan ................................................................ 50

    D. Konsep Keperawatan Anak………………………………………… 51

    1. Pertumbuhan dan Perkembangan ................................................. 51

    2. Batasan Usia Anak ...................................................................... 54

    3. Paradigma Keperawatan Anak..................................................... 54

    4. Prinsip Keperawatan Anak…………………………………….. .. 56

    5. Peran Perawat Anak .................................................................... 58

    6. Konsep Hospitalisasi ................................................................... 60

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan (Desain Penelitian) ........................................................ 64

    B. Subyek Penelitian ............................................................................ 64

    C. Batasan Istilah (Definisi Operasional) .............................................. 64

    D. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 65

    E. Prosedur Penelitian ......................................................................... 65

    F. Teknik dan Instrumen Pengmpulan Data .......................................... 66

    G. Uji Keabsahan Data ........................................................................ 67

    H. Analisis Data ................................................................................... 67

  • xiv

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian ............................................................................ 68

    1. Gambaran Lokasi Penelitian ................................................. 68

    2. Data Asuhan Keperawatan .................................................... 69

    B. Pembahasan ............................................................................... 104

    1. Pengkajian .......................................................................... 105

    2. Diagnosa Keperawatan ....................................................... 108

    3. Intervensi Keperawatan ....................................................... 122

    4. Implementasi Keperawatan ................................................. 132

    5. Evaluasi Keperawatan ......................................................... 135

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ............................................................................... 138

    B. Saran ......................................................................................... 140

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN – LAMPIRAN

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernapasan ........................................................ 10

    Gambar 2.2 Anatomi Fisiologi Pernapasan Atas.............................................. 10

  • xvi

    DAFTAR BAGAN

    Halaman

    Bagan 2.1 Pathway Penyakit Bronkopneumonia ............................................. 24

  • xvii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Hasil Anamnesis .................................................................................. 69

    Tabel 4.2 Pemeriksaan Fisik ............................................................................... 72

    Tabel 4.3 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 75

    Tabel 4.4 Skala Resiko Jatuh Humpty Dumpty .................................................. 76

    Tabel 4.5 Penatalaksanaan Terapi ....................................................................... 77

    Tabel 4.6 Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 78

    Tabel 4.7 Perencanaan Pada Klien Anak 1 ......................................................... 82

    Tabel 4.8 Perencanaan Pada Klien Anak 2 ......................................................... 83

    Tabel 4.9 Implementasi Pada Klien Anak 1 ......................................................... 87

    Tabel 4.10 Implementasi Pada Klien Anak 2 ........................................................ 88

    Tabel 4.11 Evaluasi Pada Klien Anak 1 ............................................................... 94

    Tabel 4.12 Evaluasi Pada Klien Anak 2 ............................................................... 95

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Asuhan Keperawatan pada klien 1 dengan judul Penerapan

    Teknik Nafas Dalam Pada Anak Balita Dengan Bronkopneumonia

    Di RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul

    Lampiran 2 Asuhan Keperawatan pada klien 2 dengan judul Karya Tulis

    Ilmiah Asuhan Keperawatan Anak Dengan Bronkopneumonia di

    Rumah Sakit Umum Samarinda Medika Citra

    Lampiran 3 Lembar Konsultasi

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial

    serta tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan yang memiliki ciri

    diantaranya memiliki kemampuan merefleksikan perhatian individu sebagai

    manusia, memiliki pandangan terhadap sehat dalam konteks lingkungan baik

    secara internal maupun eksternal dan memiliki hidup yang kreatif dan produktif

    (Yuliastati & Arnis, 2016).

    Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan dan

    perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain atau toddler (1-

    3 tahun), pra sekolah (3-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun), hingga remaja (11-

    18 tahun). Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang lain mengingat

    latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat tentang perubahan

    pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses

    berkembang anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan

    perilaku sosial (Yuniarti, 2015).

    Menurut Jayani (2018) penyakit penyebab kematian terbanyak yang terjadi

    pada anak usia di bawah lima tahun (balita) adalah kombinasi gangguan

    neonatal (bayi baru lahir kurang dari 28 hari), asfiksia dan trauma neonatal,

    cacat lahir bawaan, diare, malaria, meningtis, kekurangan gizi, hingga infeksi

    pernapasan.

    1

  • 2

    Infeksi saluran napas akut (ISPA) merupakan penyebab terpenting

    morbiditas dan mortalitas pada anak terutama usia dibawah 5 tahun. Beberapa

    faktor dianggap berhubungan dengan ISPA antara lain, jenis kelamin, usia

    balita, status gizi, imunisasi, berat lahir balita, suplementasi vitamin A, durasi

    pemberian ASI, pendidikan ibu, pendapatan keluarga, pajanan rokok, serta

    pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu terhadap ISPA. ISPA dapat berlanjut

    menjadi pneumonia. Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai

    jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak sering kali

    bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronkus yang disebut

    dengan bronkopneumonia (Kholisah et al, 2015).

    Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk menyatakan

    peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan paru di

    sekitarnya. Brokopeumonia dapat disebut sebagai pneumonia lobularis karena

    peradangan yang terjadi pada parenkim paru bersifat terlokalisir pada

    bronkiolus berserta alveolus di sekitarnya (Muhlisin, 2017). Insiden penyakit

    bronkopneumonia pada negara berkembang termasuk Indonesia hampir 30%

    terjadi pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang

    tinggi (Kemenkes RI, 2015).

    Menurut laporan World Health Organization (WHO), sekitar 800.000

    hingga 2 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat bronkopneumonia.

    Bahkan United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan WHO menyebutkan

    bronkopneumonia sebagai kematian tertinggi anak balita, melebihi penyakit-

    penyakit lain seperti campak, malaria serta Acquired Immunodeficiency

  • 3

    Syndrome (AIDS). Pada tahun 2017 bronkopneumonia setidaknya membunuh

    808.694 anak di bawah usia 5 tahun (WHO, 2019).

    Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018, lima provinsi yang

    mempunyai insiden bronkopneumonia balita tertinggi adalah DKI Jakarta

    (95,53%), Sulawesi Tengah (71,82%), Kalimantan Utara (70,91%), Banten

    (67,60%) dan Nusa Tenggara Barat (63,64%) Sedangkan prevalensi di

    Kalimantan Timur (29,02%) (Kemenkes RI, 2018).

    Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2018 jumlah

    kasus bronkopneumonia balita tertinggi yang ditemukan dan di tangani terdapat

    pada Kota Bontang (138,9%), Kota Balikpapan sebesar (92,15%), dan Penajam

    Paser Utara (63,64%) (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, 2018)

    Penemuan kasus bronkopneumonia pada balita tertinggi di Balikpapan

    tahun 2017 terdapat pada wilayah Kecamatan Balikpapan Utara, pada

    Puskesmas Batu Ampar dengan 544 kasus. Pada tahun ini, temuan kasus

    Bronkopneumonia (140,90%) mengalami penurunan dibanding tahun

    sebelumnya. Namun walaupun mengalami penurunan, cakupan penemuan

    Bronkopneumonia balita di Kota Balikpapan masih cukup tinggi melebihi target

    nasional (70%). Hal ini dikarenakan semakin baiknya pelayanan kesehatan di

    Puskesmas khususnya dalam hal diagnosis dan tatalaksana Bronkopneumonia

    balita di wilayah kerjanya mengikuti pedoman yang telah digariskan oleh

    Kementerian Kesehatan RI (Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, 2017).

    Masalah keperawatan yang lazim muncul pada anak yang mengalami

    Bronkopneumonia yaitu gangguan pertukaran gas, bersihan jalan napas tidak

  • 4

    efektif, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi

    aktivitas, dan resiko ketidakseimbangan elektrolit. Apabila tidak segera

    ditangani maka akan mengakibatkan komplikasi seperti empiema, otitis media

    akut, atelektasis, emfisema, dan meningitis (Nurarif & Kusuma, 2015).

    Proses peradangan dari proses penyakit bronkopneumonia menimbulkan

    manifestasi klinis yang ada sehingga muncul beberapa masalah dan salah

    satunya adalah bersihan jalan napas tidak efektif. Bersihan jalan napas tidak

    efektif adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas

    untuk mempertahankan jalan napas tetap paten. Masalah bersihan jalan nafas

    ini jika tidak ditangani secara cepat maka bisa menimbulkan masalah yang lebih

    berat seperti pasien akan mengalami sesak yang hebat bahkan bisa

    menimbulkan kematian (PPNI, 2017).

    Menurut Ridha (2014) menyatakan bahwa upaya yang perlu dilakukan

    dalam penanganan bronkopneumonia dengan bersihan jalan napas tidak efektif

    meliputi terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi farmakologis antara

    lain pemberian obat antibiotik, pemberian terapi nebulisasi yang bertujuan

    untuk mengurangi sesak akibat penyempitan jalan nafas atau bronkospasme

    akibat hipersekresi mucus, sedangkan terapi non farmakologis yaitu fisioterapi

    dada seperti clapping dan batuk efektif. Anak yang sudah mendapatkan terapi

    inhalasi akan mendapatkan tindakan fisioterapi dada. Fisioterapi dada dilakukan

    dengan teknik Tapping dan Clapping. Teknik ini adalah suatu bentuk terapi

    dengan menggunakan tangan, dalam posisi telungkup serta dengan gerakan

    fleksi dan ekstensi wrist secara ritmis. Teknik ini sering digunakan dengan dua

  • 5

    tangan. Pada anak-anak tapping dan clapping dapat dilakukan dengan dua atau

    tiga jari. Teknik dengan satu tangan dapat digunakan sebagai pilihan pada

    tapping dan clapping yang dapat dilakukan sendiri (Soemarno et al, 2015).

    Intervensi lain yang dilakukan untuk mempercepat perbaikan jalan napas

    klien adalah mengatur posisi kepala klien lebih tinggi dari badan. Posisi elevasi

    kepala dapat meningkatkan ventilasi klien. Diafragma yang lebih rendah akan

    membantu dalam meningkatkan ekspansi dada, pengisian udara, mobilisasi, dan

    ekspektorasi dan sekresi. Intervensi lainnya adalah anjuran minum air hangat

    yang dapat juga dilakukan modifikasi dengan tetap pemberian ASI dikarenakan

    pemberian ASI pada memiliki keefektifan yang sama dengan minum air hangat

    (Soemarno, 2015).

    Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan

    bronkopneumonia meliputi usaha promotif yaitu dengan selalu menjaga

    kebersihan baik fisik maupun lingkungan seperti tempat sampah, ventilasi, dan

    kebersihan lain-lain. Preventif dilakukan dengan cara menjaga pola hidup

    bersih dan sehat, upaya kuratif dilakukan dengan cara memberikan obat yang

    sesuai indikasi yang dianjurkan oleh dokter dan perawat memiliki peran dalam

    memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia secara

    optimal, professional dan komprehensif, sedangkan pada aspek rehabilitatif,

    perawat berperan dalam memulihkan kondisi klien dan menganjurkan pada

    orang tua klien untuk kontrol ke rumah sakit.

    Banyaknya permasalahan anak dengan bronkopneumonia membuat

    perawatan lanjutan di rumah harus dilakukan. Salah satu cara yang dapat

  • 6

    dilakukan untuk menanganinya adalah dengan memberdayakan keluarga

    terutama ibu dalam merawat anak ketika kembali ke rumah. Perawatan anak

    tidak terlepas dari keterlibatan keluarga terutama orang tua. Oleh karena itu,

    perawatan berfokus keluarga menjadi konsep utama perawatan anak selama

    hospitalisasi. Keluarga, khususnya ibu, merupakan orang yang paling dekat

    dengan anak dan diharapkan mampu merawat anak selama di rumah, memenuhi

    kebutuhan, menyelesaikan masalah dan menggunakan sumber-sumber yang

    tepat dalam memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga (Yuliani et al, 2016).

    Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUD dr.

    Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan di ruang Flamboyan C, berdasar laporan

    logbook pasien diperoleh data 5 bulan terakhir dari bulan Agustus 2019 hingga

    bulan Desember 2019. Pada 5 bulan terakhir didapatkan total penderita anak

    dengan penyakit bronkopneumonia sekitar 8 kasus dan rentang umur anak yang

    dirawat di RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan di ruang Flamboyan

    C adalah dari usia 1 hingga 14 tahun.

    Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

    dengan judul “Literature Review Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak

    Dengan Bronkopneumonia”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian

    ini adalah “Bagaimanakah Literature Review Asuhan Keperawatan Pada Klien

    Anak Dengan Bronkopneumonia”?

  • 7

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah :

    1. Tujuan Umum

    Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

    Asuhan Keperawatan pada klien anak dengan bronkopneumonia.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengkaji klien anak dengan bronkopneumonia.

    b. Menegakkan diagnosis keperawatan klien anak dengan

    bronkopneumonia.

    c. Menyusun perencanaan keperawatan klien anak dengan

    bronkopneumonia.

    d. Melaksanakan intervensi keperawatan klien anak dengan

    bronkopneumonia.

    e. Mengevaluasi klien anak dengan bronkopneumonia.

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian karya tulis Ilmiah ini adalah :

    1. Bagi Peneliti

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi

    peneliti dalam mengaplikasikan hasil asuhan keperawatan pada anak

    dengan bronkopneumonia.

  • 8

    2. Bagi Tempat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

    rumah sakit selaku pemberi pelayanan kesehatan mengenai penyakit

    bronkopneumonia pada anak.

    3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

    perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya disiplin ilmu keperawatan

    mengenai asuhan keperawatan pada klien anak dengan bronkopneumonia.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep Medis Bronkopneumonia

    1. Pengertian Bronkopneumonia

    Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk

    menyatakan peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan

    paru di sekitarnya. Bronkopeumonia dapat disebut sebagai pneumonia

    lobularis karena peradangan yang terjadi pada parenkim paru bersifat

    terlokalisir pada bronkiolus berserta alveolus di sekitarnya (Muhlisin,

    2017).

    Bronkopneumonia adalah peradangan umum dari paru-paru, juga

    disebut sebagai pneumonia bronkial, atau pneumonia lobular. Peradangan

    dimulai dalam tabung bronkial kecil bronkiolus, dan tidak teratur menyebar

    ke alveoli peribronchiolar dan saluran alveolar (PDPI Lampung &

    Bengkulu, 2017).

    2. Anatomi Fisiologi

    Menurut Syaifuddin (2016) secara umum sistem respirasi dibagi

    menjadi saluran nafas bagian atas, saluran nafas bagian bawah, dan paru-

    paru.

    a. Saluran pernapasan bagian atas

    Saluran pernapasan bagian atas berfungsi menyaring,

    menghangatkan, dan melembapkan udara yang terhirup.

    9

  • 10

    Saluran pernapasan ini terdiri atas sebagai berikut :

    Gambar 2.1

    Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

    Sumber : (Syaifuddin, 2016)

    Gambar 2.2

    Anatomi Fisiologi Pernapasan Atas

    Sumber : (Syaifuddin, 2016)

    1) Hidung

    Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat

    pernapasan (respirasi) dan indra penciuman (pembau). Bentuk dan

    struktur hidung menyerupai piramid atau kerucut dengan alasnya

    pada prosesus palatinus osis maksilaris dan pars horizontal osis

    palatum.

  • 11

    2) Faring

    Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya

    tegak lurus antara basis kranii dan vertebrae servikalis VI.

    3) Laring (Tenggorokan)

    Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri

    atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan

    membran, terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis tengah.

    4) Epiglotis

    Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu

    menutup laring pada saat proses menelan.

    b. Saluran pernapasan bagian bawah

    Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara

    dan memproduksi surfaktan, saluran ini terdiri atas sebagai berikut:

    1) Trakea

    Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang

    kurang lebih sembilan sentimeter yang dimulai dari laring sampai

    kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima. Trakea tersusun atas

    enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap berupa

    cincin, dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia

    yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.

    2) Bronkus

    Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari

    trakea yang terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian

  • 12

    kanan lebih pendek dan lebar yang daripada bagian kiri yang

    memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus

    kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas

    dan bawah.

    3) Bronkiolus

    Bronkiolus merupakan percabangan setelah bronkus.

    c. Paru-paru

    Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru

    terletak dalam rongga toraks setinggi tulang selangka sampai dengan

    diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura

    parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura yang

    berisi cairan surfaktan. Paru kanan terdiri dari tiga lobus dan paru kiri

    dua lobus.

    Paru sebagai alat pernapasan terdiri atas dua bagian, yaitu

    paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ

    jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk yang bagian puncak

    disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat elastis berpori,

    serta berfungsi sebagi tempat pertukaran gas oksigen dan karbon

    dioksida yang dinamakan alveolus.

    3. Etiologi

    Menurut Nurarif & Kusuma (2015) secara umum bronkopneumonia

    diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi

    organisme patogen. Orang normal dan sehat memiliki mekanisme

  • 13

    pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas reflek glotis

    dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman

    keluar dari organ dan sekresi humoral setempat.

    Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan

    jamur, antara lain :

    a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella

    b. Virus : Legionella Pneumoniae

    c. Jamur : Aspergillus Spesies, Candida Albicans

    d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam paru

    e. Terjadi karena kongesti paru yang lama

    Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya

    disebabkan oleh virus penyebab Bronkopneumonia yang masuk ke saluran

    pernafasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus. Inflamasi

    bronkus ini ditandai dengan adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi

    demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman

    sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps

    alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.

    Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak

    napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru

    dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk

    melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus

    dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis

    mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis

  • 14

    respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan

    mengakibatkan terjadinya gagal napas (PDPI Lampung & Bengkulu, 2017)

    4. Patofisiologi

    Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah

    mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk

    melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat masuk kesaluran

    pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh. reaksi ini

    menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh

    menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita.

    Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama

    sekret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi

    semakin sempit dan pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul

    dibronkus lama-kelamaan sekret dapat sampai ke alveolus paru dan

    mengganggu sistem pertukaran gas di paru.

    Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat

    menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat

    membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen sehingga timbul

    masalah pencernaan.

    Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan

    mikroorganisme, keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan

    paru. Terdapatnya bakteri didalam paru menunjukkan adanya gangguan

    daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan

    mengakibatkan timbulnya infeksi penyakit. Masuknya mikroorganisme ke

  • 15

    dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain

    inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan-bahan yang ada di

    nasofaring dan orofaring serta perluasan langsung dari tempat-tempat lain,

    penyebaran secara hematogen (Nurarif & Kusuma, 2015).

    Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat

    melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada

    dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba

    di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat

    stadium, yaitu (Bradley, 2011):

    a. Stadium I/Hiperemia (4-12 jam pertama atau stadium kongesti).

    Pada stadium I, disebut hiperemia karena mengacu pada respon

    peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang

    terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan

    permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat

    pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah

    pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator

    tersebut mencakup histamin dan prostaglandin.

    b. Stadium II/Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)

    Pada stadium II, disebut hepatitis merah karena terjadi sewaktu

    alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang

    dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi

    peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya

    penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan sehingga warna paru

  • 16

    menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini

    udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga orang dewasa

    akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu

    selama 48 jam.

    c. Stadium III/ Hepatisasi Kelabu (3-8 hari berikutnya)

    Pada stadium III/hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel- sel

    darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini

    endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan

    terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli

    mulai di reabsorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan

    leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak

    lagi mengalami kongesti.

    d. Stadium IV/Resolusi (7-11 hari berikutnya)

    Pada stadium IV/resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan

    peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan

    diabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya

    semula.

    5. Klasifikasi

    Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang

    memuaskan, dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan

    etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia

    berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan terapi yang

  • 17

    lebih relevan (Bradley, 2011). Berikut ini klasifikasi pneumonia sebagai

    berikut :

    a. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu pneumonia lobaris, pneumonia

    interstitialis, bronkopneumonia

    b. Berdasarkan asal infeksi yaitu pneumonia yang didapat dari

    masyarakat (community acquired pneumonia = CAP). Pneumonia yang

    didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia).

    c. Berdasarkan mikroorganisme penyebab yaitu pneumonia bakteri,

    pneumonia virus, pneumonia mikoplasma, dan pneumonia jamur

    d. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu pneumonia tipikal dan

    pneumonia atipikal

    e. Berdasarkan lama penyakit yaitu Pneumonia akut dan Pneumonia

    persisten

    6. Manifestasi Klinis

    Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran napas

    bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik secara mendadak

    sampai 37,6-40°C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.

    Selain itu, anak bisa menjadi sangat gelisah, pernapasan cepat dan dangkal

    disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut.

    Sedangkan, batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit, seorang

    anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya

    berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

  • 18

    a. Inspeksi: Pernafasan cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung dan

    mulut, retraksi sela iga.

    b. Palpasi: Stem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit.

    c. Perkusi: Sonor memendek sampai beda.

    d. Auskultasi: Suara pernapasan mengeras (vesikuler mengeras) disertai

    ronki basah gelembung halus sampai sedang..

    Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada

    luasnya daerah yang terkena. Pada perkusi thoraks sering tidak dijumpai

    adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah

    gelembung halus sampai sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi

    satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan

    suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium

    resolusi ronki dapat terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya proses

    penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu (PDPI Lampung &

    Bengkulu, 2017)

    7. Komplikasi

    Komplikasi bronkopneumonia umumnya lebih sering terjadi pada

    anak-anak, orang dewasa yang lebih tua (usia 65 tahun atau lebih), dan

    orang-orang dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes (Akbar

    Asfihan, 2019). Beberapa komplikasi bronkopneumonia yang mungkin

    terjadi, termasuk :

  • 19

    a. Infeksi Darah

    Kondisi ini terjadi karena bakteri memasuki aliran darah dan

    menginfeksi organ lain. Infeksi darah atau sepsis dapat menyebabkan

    kegagalan organ.

    b. Abses Paru-paru

    Abses paru-paru dapat terjadi ketika nanah terbentuk di rongga paru-

    paru. Kondisi ini biasanya dapat diobati dengan antibiotik. Tetapi

    kadang-kadang diperlukan pembedahan untuk menyingkirkannya.

    c. Efusi Pleura

    Efusi pleura adalah suatu kondisi di mana cairan mengisi ruang di

    sekitar paru-paru dan rongga dada. Cairan yang terinfeksi biasanya

    dikeringkan dengan jarum atau tabung tipis. Dalam beberapa kasus,

    efusi pleura yang parah memerlukan intervensi bedah untuk membantu

    mengeluarkan cairan.

    d. Gagal Napas

    Kondisi yang disebabkan oleh kerusakan parah pada paru-paru,

    sehingga tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen karena

    gangguan fungsi pernapasan. Jika tidak segera diobati, gagal napas

    dapat menyebabkan organ tubuh berhenti berfungsi dan berhenti

    bernapas sama sekali. Dalam hal ini, orang yang terkena harus

    menerima bantuan pernapasan melalui mesin (respirator).

  • 20

    8. Pemeriksaan Penunjang

    Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) untuk dapat menegakkan

    diagnosa keperawatan dapat digunakan cara :

    a. Pemeriksaan laboratorium

    1) Pemeriksaan darah

    Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi

    leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil)

    2) Pemeriksaan sputum

    Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang

    spontan dan dalam digunakan untuk kultur serta tes sensitifitas

    untuk mendeteksi agen infeksius.

    3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan

    status asam basa.

    4) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia.

    5) Sampel darah, sputum dan urine untuk tes imunologi untuk

    mendeteksi antigen mikroba

    b. Pemeriksaan radiologi

    1) Ronthenogram thoraks

    Menunujukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada

    infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali

    dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus

    2) Laringoskopi/bronskopi

    Untuk menentukan apakah jalan nafas tesumbat oleh benda padat

  • 21

    9. Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan

    bronkopneumonia yaitu:

    a. Pemberian obat antibiotik penisilin ditambah dengan kloramfenikol 50-

    70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotic yang memiliki spectrum

    luas seperti ampisilin, pengobatan ini diberikan sampai bebas demam

    4-5 hari. Antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik spectrum

    luas seperti kombinasi beta laktam/klavulanat dengan aminoglikosid

    atau sefalosporin generasi ketiga (Ridha, 2014)

    b. Pemberian terapi yang diberikan pada pasien adalah terapi O2, terapi

    cairan dan, antipiretik. Agen antipiretik yang diberikan kepada pasien

    adalah paracetamol. Paracetamol dapat diberikan dengan cara di tetesi

    (3x0,5 cc sehari) atau dengan peroral/ sirup. Indikasi pemberian

    paracetamol adalah adanya peningkatan suhu mencapai 38ºC serta

    untuk menjaga kenyamanan pasien dan mengontrol batuk.

    c. Terapi nebulisasi menggunakan salbutamol diberikan pada pasien ini

    dengan dosis 1 respul/8 jam. Hal ini sudah sesuai dosis yang dianjurkan

    yaitu 0,5 mg/kgBB. Terapi nebulisasi bertujuan untuk mengurangi

    sesak akibat penyempitan jalan nafas atau bronkospasme akibat

    hipersekresi mukus. Salbutamol merupakan suatu obat agonis beta- 2

    adrenegik yang selektif terutama pada otot bronkus. Salbutamol

    menghambat pelepas mediator dari pulmonary mast cell 9,11 Namun

    terapi nebulisasi bukan menjadi gold standar pengobatan dari

  • 22

    bronkopneumonia. Gold standar pengobatan bronkopneumonia adalah

    penggunaan 2 antibiotik (Alexander & Anggraeni, 2017)

    B. Konsep Masalah Keperawatan

    1. Pengertian Masalah Keperawatan

    Masalah keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

    respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

    dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis

    keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons individu, keluarga,

    dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI,

    2017).

    2. Komponen Masalah Keperawatan

    Dalam konsep masalah keperawatan terdapat dua komponen utama

    yaitu masalah (problem) atau label diagnosis dan indikator diagnostik.

    Masing-masing komponen diagnosis diuraikan sebagai berikut :

    a. Masalah (Problem)

    Masalah merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan

    inti dari respons klien terhadap kondisi kesehatan atau proses

    kehidupannya. Label diagnosis terdiri atas Deskriptor atau penjelas dan

    fokus diagnostik.

    b. Indikator Diagnostik

    c. Indikator diagnostik terdiri atas penyebab, tanda/gejala, dan faktor

    risiko dengan uraian sebagai berikut :

  • 23

    1) Penyebab (Etiology) merupakan faktor-faktor yang

    mempengaruhi perubahan status perubahan status kesehatan.

    Etiologi dapat mencakup empat kategori yaitu : 1) fisiologis,

    biologis atau psikologis; 2) efek samping terapi/tindakan; 3)

    situasional (lingkungan antar personal) dan 4) maturasional.

    2) Tanda (sign) dan Gejala (Symptom). Tanda merupakan data

    objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan

    laboratorium dan prosedur diagnostic, sedangkan gejala

    merupakan data subjektif yang diperoleh dari hasil anamnesis.

    Tanda/ gejala dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu :

    a) Mayor : tanda/gejala ditemukan sekitar 80% - 100% untuk

    validasi diagnosis.

    b) Minor : tanda/gejala tidak harus ditemukan, namun jika

    ditemukan dapat mendukung penegakkan diagnosis (PPNI,

    2017)

    3. Faktor yang berhubungan

    Faktor yang berhubungan atau kondisi klinis yang terkait atau

    penyebab pada masalah keperawatan merupakan faktor-faktor yang

    mempengaruhi perubahan status kesehatan yang mencakup empat kategori

    yaitu : a. fisiologis, biologis, psikologis; b. efek terapi atau tindakan; c.

    situasional (lingkungan atau personal); d. maturasional (PPNI, 2017).

  • 24

    4. Pathway penyakit bronkopneumonia Bagan 2.1

    Pathway penyakit Bronkopneumonia

    Sumber : Doenges (2000); Nurarif & Kusuma (2015); PPNI (2017)

    -Penderita yang dirawat di RS

    -Penderita yang mengalami supresi

    system pertahanan tubuh

    -Kontaminasi peralatan RS

    Saluran pernapasan atas

    Kuman terbawa disaluran cerna Kuman belebih dibronkus Proses peradangan

    Jamur, virus, bakteri, protozoa

    Akumulasi secret dibronkus Bersihan jalan nafas

    tidak efektif (D.0001) Infeksi saluran pencernaan

    Mucus bronkus meningkat Peningkatan peristaltic usus malabsorbsi

    Peningkatan flora normal dalam usus

    Bau mulut tidak sedap Resiko ketidakseimbangan elektrolit (D.0037)

    Anoreksia

    Intake kurang Defisit nutrisi

    (D.0019)

    Eksplorasi meningkat

    Peningkatan metabolisme

    Dilatasi pembuluh darah Peningkatan suhu Septikimia

    Eksudat plasma masuk alveoli Gangguan difusi

    dalam plasma Bersihan jalan nafas

    tidak efektif (D.0001)

    Edema antara kapiler dan alveoli Iritan PMN eritrosit pecah Edema paru

    Pergeseran dinding paru

    Penurunan capliance paru

    Hiperventilasi Dispneu

    Metabolic anaerob meningkat Akumulasi asam laktat

    Retraksi dada/nafas cuping hidung

    Intoleransi aktivitas

    (D.0056)

    Gangguan pertukaran

    gas (D.0003)

    Diare

    Hipoksia

    fatique

    Orang tua bertanya tentang penyakit anaknya

    Defisit pengetahuan (D.0111)

    Pola nafas tidak

    efektif (D.0005)

    Suplai oksigen menurun

    Infeksi saluran pernapasan bawah

    Koping keluarga tidak efektif Proses sakit pada anak

    Ansietas (D.0080)

    Hipertermia

    (D.0130)

    Gangguan Tumbuh

    Kembang (D.0106)

  • 25

    5. Masalah keperawatan pada Bronkopneumonia

    Konsep masalah keperawatan meliputi definisi, kriteria masalah,

    dan faktor yang berhubungan, berikut ini merupakan penjelasan dari

    masalah - masalah keperawatan pada penyakit bronkopneumonia :

    a. Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001)

    1) Definisi :

    Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas

    untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.

    2) Penyebab :

    Fisiologis :

    a) Spasme jalan napas

    b) Hipersekresi jalan napas

    c) Benda asing dalam jalan nafas

    d) Sekresi yang tertahan

    e) Proses infeksi

    Situasional :

    a) Merokok aktif

    b) Merokok pasif

    c) Terpajan polutan

    3) Gejala dan Tanda Mayor

    a) Subjektif : -

  • 26

    b) Objektif : batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk, sputum

    berlebih/obstruksi dijalan napas/mekonium dijalan napas

    (pada neonatus), mengi,wheezing dan /atau ronkhi kering.

    4) Gejala dan Tanda Minor

    a) Subjektif : Dyspnea, Sulit bicara

    b) Objektif : Gelisah, Sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi

    napas berubah, pola napas berubah

    b. Pola nafas tidak efektif (D.0005)

    1) Definisi

    Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi

    adekuat.

    2) Penyebab

    a) Depresi pusat pernafasan

    b) Hambatan upaya nafas

    c) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

    d) Kecemasan

    3) Gejala dan Tanda Mayor

    a) Subjektif : Dispnea

    b) Objektif : Penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspansi

    memanjang, pola nafas abnormal

    4) Gejala dan Tanda Minor

    a) Subjektif : Ortopnea

  • 27

    b) Objektif : Pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung,

    diameter thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi

    semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi

    menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah

    c. Gangguan pertukaran gas (D.0003)

    1) Definisi

    Kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eliminasi

    karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler.

    2) Penyebab

    a) Perubahan membran alveolus-kapiler

    3) Gejala dan Tanda Mayor

    a) Subjektif : dispneu

    b) Objektif : Po2 menurun, Takikardia, Bunyi napas tambahan

    4) Gejala dan Tanda Minor

    a) Subjektif : pusing,penglihatan kabur

    b) Objektif : Sianosis, gelisah, napas cuping hidung, pola napas

    abnormal

    d. Hipertermia (D.0130)

    1) Definisi

    Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.

    2) Penyebab

    Proses penyakit (mis. infeksi)

    3) Gejala dan Tanda Mayor

  • 28

    a) Subyektif : -

    b) Obyektif : Suhu tubuh diatas nilai normal

    4) Gejala dan Tanda Minor

    a) Subyektif : -

    b) Obyektif : Kulit merah, Kejang, Takikardi, Takipnea, Kulit

    terasa hangat

    e. Defisit nutrisi (D.0019)

    1) Definisi

    Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

    metabolisme

    2) Penyebab

    a) Kurangnya asupan makanan

    b) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

    3) Gejala dan Tanda Mayor

    a) Subjektif : -

    b) Objektif : Berat badan menurun minimal 10% dibawah

    rentang ideal

    4) Gejala dan Tanda Minor

    a) Subjektif : Cepat kenyang setelah makan, Kram /nyeri

    abdomen, Nafsu makan menurun

    b) Objektif : Bising usus hiperaktif, Otak pengunyah lemah, Otot

    menelan lemah, Membran mukosa pucat, Sariawan, Serum

    albumin turun, Rambut rontok berlebihan, Diare

  • 29

    f. Intoleransi aktifitas (D.0056)

    1) Definisi

    Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari

    2) Penyebab

    a) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

    b) Kelemahan

    3) Gejala dan Tanda Mayor

    a) Subjektif : Mengubah lelah

    b) Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi

    istirahat

    4) Gejala dan Tanda Minor

    a) Subjektif : Dyspnea saat/setelah aktivitas, Merasa tidak

    nyaman setelah beraktivitas, Merasa lemah

    b) Objektif : Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat,

    Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas,

    Gambaran EKG menunjukkan iskemia, Sianosis

    g. Ansietas (D.0080)

    1) Definisi

    Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek

    yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang

    memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi

    ancaman

  • 30

    2) Penyebab

    a) Krisis situasional

    b) Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan

    3) Gejala dan Tanda Mayor

    a) Subyektif : Merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat

    dan kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi

    b) Obyektif : Tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur

    4) Gejala dan Tanda Minor

    a) Subyektif : Mengeluh pusing, merasa tidak berdaya

    b) Obyektif : Frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi

    meningkat, tekanan darah meningkat, diaforesis, muka tampak

    pucat

    h. Defisit pengetahuan (D.0111)

    1) Definisi

    Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan

    dengan topic tertentu

    2) Penyebab

    a) Keterbatasan kognitif

    b) Kekeliruan mengikuti anjuran

    c) Kurang terpapar informasi

    d) Kurang minat dalam belajar

    e) Kurang mampu mengingat

    f) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi

  • 31

    3) Gejala dan Tanda Mayor

    a) Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi

    b) Objektif : Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran,

    menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah

    4) Gejala dan Tanda Minor

    a) Subjektif : -

    b) Objektif : Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat,

    menunjukkan perilaku berlebihan

    i. Resiko ketidakseimbangan elektrolit (D.0037)

    1) Definisi

    Berisiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit

    2) Faktor resiko

    a) Ketidakseimbangan cairan

    b) Kelebihan volume cairan

    c) Diare

    d) Muntah

    j. Resiko Gangguan Tumbuh Kembang (D.0106)

    1) Definisi : Kondisi individu mengalami gangguan kemampuan

    bertumbuh danberkembang sesuai dengan kelompok usia.

    2) Gejala dan tanda Mayor

    a) Subjektif : (tidak tersedia)

  • 32

    b) Objektif : Tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku

    khas sesuai usia (fisik, bahasa, motorik, psikososial),

    Pertumbuhan fisik terganggu

    3) Gejala dan tanda Minor

    a) Subjektif : (tidak tersedia)

    b) Objektif : Tidak mampu melakukan perawatan diri sesuai usia,

    Afek datar, Respon sosial lambat, Kontak mata terbatas, Nafsu

    makan menurun, Lesu, Mudah marah, Regresi, Pola tidur

    terganggu (pada bayi) (PPNI, 2017)

    C. Konsep Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia

    Konsep asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan,

    implementasi, dan evaluasi.

    1. Pengkajian

    Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang

    dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data

    dasar tentang klien, dan membuat catatan tentang respons kesehatan klien.

    Dengan demikian hasil pengkajian dapat mendukung untuk

    mengidentifikasi masalah kesehatan klien dengan baik dan tepat. Tujuan

    dari dokumentasi pada intinya untuk mendapatkan data yang cukup untuk

    menentukan strategi perawatan. Dikenal dua jenis data pada pengkajian

    yaitu data objektif dan subjektif. Perawat perlu memahami metode

    memperoleh data. Dalam memperoleh data tidak jarang terdapat masalah

  • 33

    yang perlu diantisipasi oleh perawat. Data hasil pengkajiian perlu

    didokumentasikan dengan baik (Yustiana & Ghofur, 2016)

    a. Usia :

    Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak

    terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun.

    b. Keluhan utama :

    Saat dikaji biasanya penderita bronkopneumonia mengeluh sesak

    nafas.

    c. Riwayat penyakit sekarang :

    Pada penderita bronkopneumonia biasanya merasakan sulit untuk

    bernafas, dan disertai dengan batuk berdahak, terlihat otot bantu

    pernafasan, adanya suara nafas tambahan, penderita biasanya juga

    lemah dan tidak nafsu makan, kadang disertai diare.

    d. Riwayat penyakit dahulu :

    Anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas,

    memiliki riwayat penyakit campak atau pertussis serta memiliki faktor

    pemicu bronkopneumonia misalnya riwayat terpapar asap rokok, debu

    atau polusi dalam jangka panjang.

    e. Pemeriksaan fisik :

    1) Inspeksi

    Perlu diperhatikannya adanya sianosis, dispneu, pernafasan

    cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif

    menjadi produktif, serta nyeri dada pada saat menarik nafas.

  • 34

    Batasan takipnea pada anak 2 bulan-12 bulan adalah 50 kali/menit

    atau lebih, sementara untuk anak berusia 12 bulan-5 tahun adalah

    40 kali/menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding

    dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan

    dinding dada ke dalam akan tampak jelas.

    2) Palpasi

    Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang terdapat

    cairan atau secret, getaran hanya teraba pada sisi yang tidak

    terdapat secret.

    3) Perkusi

    Normalnya perkusi pada paru adalah sonor, namun untuk kasus

    bronkopneumonia biasanya saat diperkusi terdengar bunyi redup.

    4) Auskultasi

    Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan

    telinga ke hidung atau mulut bayi. Pada anak pneumonia akan

    terdengar stridor, ronkhi atau wheezing. Sementara dengan

    stetoskop, akan terdengar suara nafas akan berkurang, ronkhi

    halus pada posisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa

    resolusi. Pernafasan bronkial, egotomi, bronkoponi, kadang-

    kadang terdengar bising gesek pleura.

    f. Penegakan diagnosis

    Pemeriksaan laboratorium : Leukosit meningkat dan LED

    meningkat, X-foto dada : Terdapat bercak-bercak infiltrate yang

  • 35

    tersebar (bronkopneumonia) atau yang meliputi satu atau sebagian

    besar lobus.

    g. Riwayat kehamilan dan persalinan:

    1) Riwayat kehamilan: penyakit injeksi yang pernah diderita ibu

    selama hamil, perawatan ANC, imunisasi TT.

    2) Riwayat persalinan: apakah usia kehamilan cukup, lahir prematur,

    bayi kembar, penyakit persalinan, apgar score.

    h. Riwayat sosial

    Siapa pengasuh klien, interaksi social, kawan bermain, peran ibu,

    keyakinan agama/budaya.

    i. Kebutuhan dasar

    1) Makan dan minum

    Penurunan intake, nutrisi dan cairan, diare, penurunan BB,

    mual dan muntah

    2) Aktifitas dan istirahat

    Kelemahan, lesu, penurunan aktifitas, banyak berbaring

    3) BAK

    Tidak begitu terganggu

    4) Kenyamanan

    Malgia, sakit kepala

    5) Higiene

    Penampilan kusut, kurang tenaga

    j. Pemeriksaan tingkat perkembangan

  • 36

    1) Motorik kasar: setiap anak berbeda, bersifat familiar, dan dapat

    dilihat dari kemampuan anak menggerakkan anggota tubuh.

    2) Motorik halus: gerakkan tangan dan jari untuk mengambil benda,

    menggengggam, mengambil dengan jari, menggambar, menulis

    dihubungkan dengan usia.

    k. Data psikologis

    1) Anak

    Krisis hospitalisasi, mekanisme koping yang terbatas

    dipengaruhi oleh: usia, pengalaman sakit, perpisahan, adanya

    support, keseriusan penyakit.

    2) Orang tua

    Reaksi orang tua terhadap penyakit anaknya dipengaruhi oleh :

    a) Keseriusan ancaman terhadap anaknya

    b) Pengalaman sebelumnya

    c) Prosedur medis yang akan dilakukan pada anaknya

    d) Adanya suportif dukungan

    e) Agama, kepercayaan dan adat

    f) Pola komunikasi dalam keluarga

    2. Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

    respons manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu

    atau kelompok, dimana perawat secara akuntabilitas dapat

    mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga

  • 37

    status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah.

    Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,

    keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau

    proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan

    merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan

    keperawatan, sangat perlu untuk didokumentasikan dengan baik (Yustiana

    & Ghofur, 2016)

    a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan

    nafas

    b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas

    c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane

    alveolus-kapiler

    d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

    e. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

    metabolism

    f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

    suplai dan kebutuhan oksigen

    g. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

    h. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

    i. Resiko ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan diare

    j. Resiko gangguan tumbuh kembang dibuktikan dengan

    ketidakmampuan fisik (PPNI, 2017)

  • 38

    3. Perencanaan Keperawatan

    Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala

    treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan

    dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan

    (PPNI, 2019). Adapun intervensi yang sesuai dengan penyakit

    bronkopneumonia adalah sebagai berikut :

    a. Diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

    spasme jalan napas

    1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan bersihan

    jalan napas (L.01001) meningkat. Dengan kriteria hasil :

    a) Batuk efektif

    b) Produksi sputum menurun

    c) Mengi menurun

    d) Wheezing menurun

    e) Dispnea menurun

    f) Ortopnea menurun

    g) Gelisah menurun

    h) Frekuensi napas membaik

    i) Pola napas membaik

    2) Intervensi Keperawatan :

    Observasi

    a) Identifikasi kemampuan batuk

    b) Monitor adanya retensi sputum

  • 39

    c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas

    d) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

    e) Auskultasi bunyi napas

    Terapeutik

    a) Atur posisi semi fowler atau fowler

    b) Berikan minum hangat

    c) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

    d) Berikan oksigen, jika perlu

    Edukasi

    a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

    b) Ajarkan teknik batuk efektif

    c) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam

    yang ke-3

    Kolaborasi

    a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik atau

    ekspektoran, jika perlu

    b. Diagnosa : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan

    upaya napas

    1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan pola napas

    (L.01004) membaik. Dengan kriteria hasil :

    a) Tekanan ekspirasi meningkat

    b) Tekanan inspirasi meningkat

    c) Dispnea menurun

  • 40

    d) Penggunaan otot bantu napas menurun

    e) Frekuensi napas membaik

    f) Kedalaman napas membaik

    2) Intervensi Keperawatan :

    Observasi

    a) Monitor bunyi napas

    b) Monitor sputum

    c) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas

    d) Monitor kemampuan batuk efektif

    e) Monitor adanya sumbatan jalan napas

    f) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

    g) Monitor saturasi oksigen

    Edukasi

    a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi

    b) Ajarkan teknik batuk efektif

    c. Diagnosa : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

    membrane alveolus-kapiler

    1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan pertukaran

    gas (L.01003) meningkat. Dengan kriteria hasil :

    a) Dispnea menurun

    b) Bunyi napas tambahan menurun

    c) Napas cuping hidung menurun

    d) PCO2 membaik

  • 41

    e) PO2 membaik

    f) Takikardi membaik

    g) Ph arteri membaik

    2) Intervensi Keperawatan :

    Observasi

    a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas

    b) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,

    hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)

    c) Monitor adanya sumbatan jalan napas

    d) Auskultasi bunyi napas

    e) Monitor saturasi oksigen

    f) Monitor nilai AGD

    g) Monitor hasil x-ray thoraks

    h) Monitor kecepatan aliran oksigen

    i) Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen

    Terapeutik

    a) Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi

    Kolaborasi

    a) Kolaborasi penentuan dosis oksigen

    b) Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur

    d. Diagnosa : Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

    1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka

    termoregulasi (L.14134) membaik dengan kriteria hasil :

  • 42

    a) Menggigil menurun

    b) Kulit merah menurun

    c) Kejang menurun

    d) Pucat menurun

    e) Takikardi menurun

    f) Takipnea menurun

    g) Bradikardi menurun

    h) Hipoksia menurun

    i) Suhu tubuh membaik

    j) Suhu kulit membaik

    k) Tekanan darah membaik

    2) Intervensi keperawatan :

    Observasi :

    a) Identifikasi penyebab hipertermia

    b) Monitor tanda-tanda vital

    c) Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu

    d) Monitor intake dan output cairan

    e) Monitor warna dan suhu kulit

    f) Monitor komplikasi akibat hipertermia

    Terapeutik :

    a) Sediakan lingkungan yang dingin

    b) Longgarkan atau lepaskan pakaian

    c) Basahi dan kipasi permukaan tubuh

  • 43

    d) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat

    e) Berikan cairan oral

    f) Ganti linen setiap hari jika mengalami keringat berlebih

    g) Lakukan pendinginan eksternal (mis. kompres dingin pada

    dahi, leher, dada, abdomen, aksila

    Edukasi :

    a) Anjurkan tirah baring

    b) Anjurkan memperbanyak minum

    Kolaborasi :

    a) Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu

    b) Kolaborasi pemberisn antibiotik, jika perlu

    e. Diagnosa : Defisit nutrisi berhubungan peningkatan kebutuhan

    metabolism

    1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan status

    nutrisi (L.03030)membaik. Dengan kriteria hasil:

    a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat

    b) Diare menurun

    c) Berat badan membaik

    d) Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik

    e) Nafsu makan membaik

    2) Intervensi Keperawatan :

    Observasi

    a) Identifikasi status nutrisi

  • 44

    b) Monitor asupan makanan

    c) Monitor berat badan

    Terapeutik

    a) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

    b) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

    c) Berikan suplemen makanan, jika perlu

    d) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika

    asupan oral dapat ditoleransi

    e) Berikan makanan sesuai keinginan, jika memungkinkan

    Edukasi

    a) Anjurkan orang tua atau keluarga membantu memberi makan

    kepada pasien

    Kolaborasi

    a) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori

    dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

    b) Kolaborasi pemberian antiemetil sebelum makan, jika perlu

    f. Diagnosa : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan

    ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

    1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan toleransi

    aktivitas (L.05047) meningkat. Dengan kriteria hasil :

    a) Frekuensi nadi meningkat

    b) Keluhan lelah menurun

    c) Dispnea saat aktivitas menurun

  • 45

    d) Dispnea setelah aktivitas menurun

    e) Perasaan lemah menurun

    2) Intervensi Keperawatan :

    Observasi

    a) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan

    aktivitas

    b) Monitor saturasi oksigen

    c) Monitor tekanan darah, nadi dan pernapasan setelah

    melakukan aktivitas

    Terapeutik

    a) Libatkan keluarga dalam aktivitas

    b) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus

    c) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah

    atau berjalan

    Edukasi

    a) Anjurkan tirah baring

    b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

    c) Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika

    sesuai

    g. Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

    1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan tingkat

    ansietas (L.09093) menurun. Dengan kriteria hasil :

    a) Perilaku gelisah menurun

  • 46

    b) Perilaku tegang menurun

    c) Diaforesis menurun

    d) Konsentrasi membaik

    e) Pola tidur membaik

    f) Frekuensi pernapasan dan nadi membaik

    g) Tekanan darah membaik

    2) Intervensi Keperawatan :

    Observasi

    a) Monitor tanda-tanda ansietas

    b) Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan

    berkonsentrasi

    c) Monitor respons terhadap terapi relaksasi

    Teraupetik

    a) Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan

    kepercayaan

    b) Pahami situasi yang membuat ansietas

    c) Dengarkan dengan penuh perhatian

    d) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

    e) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan

    f) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama

    Edukasi

    a) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien

    b) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan

  • 47

    h. Diagnosa : Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

    informasi

    1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan tingkat

    pengetahuan (L.12111) meningkat. Dengan kriteria hasil :

    a) Perilaku sesuai anjuran meningkat

    b) Verbalisasi minat dalam belajar meningkat

    c) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik

    meningkat

    d) Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang

    sesuai dengan topik meningkat

    e) Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat

    f) Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun

    g) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun

    2) Intervensi Keperawatan :

    Observasi

    a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

    b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan

    menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat

    Teraupetik

    a) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

    b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

    c) Berikan kesempatan untuk bertanya

  • 48

    Edukasi

    a) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

    i. Diagnosa : Resiko ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan

    diare

    1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan

    keseimbangan elektrolit (L.03021) meningkat. Dengan kriteria

    hasil :

    a) Serum natrium membaik

    b) Serum kalium membaik

    c) Serum klorida membaik

    2) Intervensi Keperawatan :

    Observasi

    a) Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi gastrointestinal)

    b) Monitor mual, muntah, dan diare

    c) Monitor status hidrasi

    Terapeutik

    a) Catat intake-output dan hitung balance cairan 24 jam

    b) Berikan asupan cairan oral (mis. larutan garam gula, oralit)

    c) Berikan cairan intravena, jika perlu

    Edukasi

    a) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap

  • 49

    Kolaborasi

    a) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis. loperamide,

    difenoksilat)

    j. Diagnosa : Resiko gangguan tumbuh kembang dibuktikan dengan

    ketidakmampuan fisik (L.10101)

    1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status

    perkembangan membaik

    Kriteria hasil :

    a) Keterampilan/ prilaku sesuai dengan usia

    b) Respon social meningkat

    c) Kontak mata meningkat

    d) Afek Membaik

    2) Intervensi :

    Observasi

    a) Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak

    Terapeutik

    a) Minimalkan kebisingan ruangan

    b) Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan

    optimal

    c) Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain

    d) Dukung anak mengekspresikan diri melalui penghargaan

    positif atau umpan balik atas usahanya

    e) Mempertahankan kenyamanan anak

  • 50

    f) Bernyanyi bersama anak lagu-lagu yang disukai

    Edukasi

    a) Jelaskan orang tua/pengasuh tentang milestone perkembangan

    anak dan perilaku anak

    b) Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anak

    (PPNI, 2018, PPNI, 2019)

    4. Pelaksanaan Keperawatan

    Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

    dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

    kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang

    menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran implementasi

    keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan,

    pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-

    keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul

    dikemudian hari (Yustiana & Ghofur, 2016).

    5. Evaluasi Keperawatan

    Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses

    keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang

    telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan

    mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan

    keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian

    adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu

    berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif,

  • 51

    psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik (Yustiana &

    Ghofur, 2016)

    D. Konsep Keperawatan Anak

    1. Pertumbuhan dan Perkembangan

    a. Pengertian

    Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam

    besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu

    yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) ukuran

    panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik

    (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Dalam pengertian lain dikatakan

    bahwa pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran fisik (anatomi)

    dan struktur tubuh baik sebagian maupun seluruhnya karena adanya

    multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena

    bertambah besarnya sel.

    Sedangkan perkembangan (development) adalah

    bertambahnya kemampuan serta struktur dan fungsi tubuh yang lebih

    kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan

    sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ

    dan sistem organ yang terorganisasi dan berkembang sedemikian rupa

    sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Dalam hal ini

    perkembangan juga termasuk perkembangan emosi, intelektual dan

    perilaku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

    Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

  • 52

    pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik (kuantitas),

    sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi

    organ/individu yang merupakan hasil interaksi kematangan susunan

    saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya

    perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan

    sosialisasi (kualitas). Kesemua fungsi tersebut berperan penting

    dalam kehidupan manusia secara utuh (Yuliastati & Arnis, 2016)

    b. Ciri-ciri pertumbuhan

    1) Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi

    dan dewasa.

    2) Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan

    ini ditandai dengan tanggalnya gigi susu dan timbulnya gigi

    permanen, hilangnya refleks primitif pada masa bayi, timbulnya

    tanda seks sekunder dan perubahan lainnya.

    3) Kecepatan pertumbuhan tidak teratur. Hal ini ditandai dengan

    adanya masa-masa tertentu dimana pertumbuhan berlangsung

    cepat yang terjadi pada masa prenatal, bayi dan remaja

    (adolesen). Pertumbuhan berlangsung lambat pada masa pra

    sekolah dan masa sekolah.

    c. Ciri-ciri perkembangan

    Menurut Yuliastati & Arnis (2016) proses pertumbuhan dan

    perkembangan anak bersifat individual. Namun demikian pola

    perkembangan setiap anak mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu :

  • 53

    1) Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi

    bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai

    dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia

    pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan

    serabut saraf.

    2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan

    perkembangan selanjutnya. Seorang anak tidak bisa melewati

    satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan

    sebelumnya.

    3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang

    berbeda. Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan juga

    mempunyai kecepatan yang berbeda- beda baik dalam

    pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ.

    Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak juga

    berbeda-beda.

    4) Pertumbuhan berkorelasi dengan perkembangan. Pada saat

    pertumbuhan berlangsung, maka perkembanganpun mengikuti.

    Terjadi peningkatan kemampuan mental, memori, daya nalar,

    asosiasi dan lain-lain pada anak, sehingga pada anak sehat

    seiring bertambahnya umur maka bertambah pula tinggi dan

    berat badannya begitupun kepandaiannya.

    5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap.

    Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut hukum yang

  • 54

    tetap, yaitu:

    a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala,

    kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh.

    b) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal

    (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti

    jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola

    proksimodistal).

    6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.

    Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur

    dan berurutan. Tahap- tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik,

    misalnya anak mampu berjalan dahulu sebelum bisa berdiri

    2. Batasan Usia Anak

    Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

    2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang

    yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih

    dalam kandungan. Sedangkan menurut definisi WHO, batasan usia anak

    adalah sejak anak di dalam kandungan sampai usia 19 tahun (Soediono,

    2014).

    3. Paradigma Keperawatan Anak

    Paradigma keperawatan anak merupakan suatu landasan berpikir

    dalam penerapan ilmu keperawatan anak. Landasan berpikir tersebut

    terdiri dari empat komponen, di antaranya manusia dalam hal ini anak,

    keperawatan, sehat-sakit dan lingkungan yang dapat digambarkan berikut

  • 55

    ini:

    a. Manusia (Anak)

    Dalam keperawatan anak yang menjadi individu (klien)

    adalah anak yang diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang

    dari 18 (delapan belas) tahun dalam masa tumbuh kembang, dengan

    kebutuhan khusus yaitu kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan

    spiritual.

    Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang

    perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja.

    Dalam proses berkembang