karakterisasi produk turunan kelapa sawit jenis split ... produk turunan kelapa sawit.pdftinggi di...
Post on 20-Aug-2019
213 views
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
Jurnal Laboratorium Bea dan Cukai Indonesia ISSN 2528-2085 Vol. 3 No. 1, November 2018
1
Karakterisasi Produk Turunan Kelapa Sawit Jenis Split Refined
Bleaching Deodorizing Palm Kernel Fatty Acid (SRBDPKFA)
dan Split Palm Kernel Fatty Acid (SPKFA)
Arief Hadi Permana1*, Ardi Ferdiansyah1*
1Balai Laboratorium Bea dan Cukai (BLBC) Kelas II Medan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
Belawan, Medan 20411
Email : bpib.medan@customs.go.id
Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang karakterisasi produk turunan kelapa sawit jenis Split
Refined Bleaching Deodorizing Palm Kernel Fatty Acid (SRBDPKFA) dan Split Palm
Kernel Fatty Acid (SPKFA). Data spektrum FTIR, kromatogram GC dan data hasil
titrasi menunjukkan bahwa kedua produk turunan kelapa sawit yaitu SRBDPKFA dan
SPKFA memiliki karakteristik yang tidak berbeda, dan hanya uji warna menggunakan
lovibond yang dapat menjelaskan perbedaan kedua produk tersebut. Hasilnya
menunjukkan bahwa produk kelapa sawit SPKFA memenuhi spesifikasi sebagai produk
split palm kernel fatty acid karena sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan RI no.
54/M-DAG/PER/7/2015 yaitu memiliki nilai red ≥ 3, sedangkan SRBDPKFA
memiliki red 2.
Kata kunci : karakterisasi, kelapa sawit, FTIR, GC, lovibond, titrasi
Abstract
The research on the characterization of oil palm products of Refined Bleaching
Deodorizing Palm Kernel Fatty Acid (SRBDPKFA) and Split Palm Kernel Fatty Acid
(SPKFA) has been done. The results of FTIR spectrum, GC chromatogram and titration
data indicate that both the oil palm derivative products SRBDPKFA and SPKFA have no distinct characteristics and the color test using lovibond can explain the differences
between the two products. The results show that the SPKFA of palm oil product meets
the specifications as a split palm kernel fatty acid product as in accordance with
Regulation of the Minister of Trade no. 54 / M-DAG / PER / 7/2015 which has a red
value of ≥ 3, while SRBDPKFA has red value of 2.
Keywords: characterization, oil palm, FTIR, GC, lovibond, titration
Jurnal Laboratorium Bea dan Cukai Indonesia ISSN 2528-2085 Vol. 3 No. 1, November 2018
2
I. PENDAHULUAN
Kelapa sawit merupakan komoditi potensial yang sangat menjanjikan dalam
dunia perdagangan dan Indonesia yang beriklim tropis, laju pertumbuhan kelapa sawit
menjadi hal yang tak terbendung. Hal tersebut menyebabkan ketersediaan jumlah kelapa
sawit menjadi berlimpah dan ini merupakan kesempatan bagi para pelaku bisnis
terutama dalam bidang ekspor untuk mensuplai minyak kelapa sawit baik dalam bentuk
mentah maupun turunannya.
Kelapa sawit (Elaeis guineensis) adalah tanaman budidaya yang dapat
menghasilkan dua jenis minyak yaitu minyak kelapa sawit mentah (CPO) yang
diekstraksi dari mesokrap buah kelapa sawit dan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil,
PKO) diekstraksi dari biji atau inti kelapa sawit. Kedua bagian ini memiliki
karakteristik masing-masing yang berbeda sehingga perusahaan kelapa sawit memiliki
konsentrasi tersendiri dalam mengolah kedua bagian ini. Inti sawit atau kernel
cenderung digunakan untuk industri oleochemical sementara daging atau mesocarp
merupakan bahan utama pembuatan minyak goreng. Dilihat dari berbagai aspek dalam
hal manfaat dan efektivitas pengolahannya, minyak sawit mempunyai harga yang cukup
tinggi di pasaran dunia. Hal ini membuat para pelaku usaha berlomba-lomba
memanfaatkan eksistensi kelapa sawit yang cukup menjanjikan di Indonesia.
Indonesia sudah banyak membuat kemajuan dalam beberapa tahun terakhir
dalam hal aktivitas ekspor minyak kelapa sawit, baik dalam bentuk mentah maupun
turunannya. Pengendalian untuk ketersediaan pasokan minyak sawit di Indonesia serta
menjaga stabilitas harga minyak sawit di pasar dunia, pemerintah mengenakan bea
keluar ekspor minyak kelapa sawit sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri
Perdagangan RI no.54/M-DAG/PER/7/2015 tentang verifikasi atau penelusuran teknis
terhadap ekspor kelapa sawit, crude palm oil (CPO) dan produk turunannya. Untuk
memeriksaan dan membuktikan komoditi ekspor sesuai dengan pemberitahuan
eksportir, perlu dicari metode–metode yang cukup teruji untuk dapat menganalisis
minyak kelapa sawit dengan hasil yang cepat, akurat, efisien dan dapat memberikan
informasi tambahan seperti sifat fisika dan sifat kimia suatu sampel. Selama ini
identifikasi minyak kelapa sawit di lapangan hanya sebatas pemeriksaan visual. Hal ini
menjadi kendala dalam hal pengawasan karena pemeriksaan minyak kelapa sawit
Jurnal Laboratorium Bea dan Cukai Indonesia ISSN 2528-2085 Vol. 3 No. 1, November 2018
3
berdasarkan bentuk fisik kurang bisa dipertanggungjawabkan apalagi hasil atau
kesimpulannya berdampak kepada proses hukum. Disamping itu produk SRBDPKFA
dihasilkan dari bahan baku SPKFA melalui proses Refined Bleaching Deodorizing
(RBD) yang secara visual terlihat sama. Pemeriksaan visual tersebut dianggap bersifat
subjektif karena didasarkan pada pengamatan individu, disamping itu bentuk dan warna
minyak sawit dapat berubah tergantung dengan kondisi lingkungan. Untuk itu perlu
adanya karakterisasi lanjutan untuk memastikan jenis minyak kelapa sawit, dalam hal
ini terfokus pada dua komoditi yang dianggap serupa tapi tak sama. Berdasarkan hal
tersebut diatas maka jurnal ini akan membahas tentang karakterisasi produk turunan
minyak kelapa sawit jenis Split Refined Bleaching Deodorizing Palm Kernel Fatty Acid
(SRBDPKFA) dan Split Palm Kernel Fatty Acid (SPKFA).
Spektroskopi Fourier Transform Infrared (FTIR) merupakan salah satu tahap
screening awal dalam proses identifikasi gugus fungsi suatu senyawa. Informasi
struktur molekul dapat diperoleh berdasarkan gugus fungsi tersebut. Keuntungan yang
lain dari metode ini adalah dapat digunakan untuk mengidentifikasi sampel dalam
berbagai fase (Harmita, 2006).
Metode Kromatografi Gas (GC) telah lama digunakan untuk mengidentifikasi
kandungan trigliserida dan asam lemak dalam minyak kelapa sawit. Metode GC
digunakan untuk mendapatkan informasi jumlah kandungan (persentase) fatty acid yang
jumlahnya cukup banyak, kandungan lemak trans dalam minyak sawit serta komposisi
fatty acid yang dominan. Data kromatogram yang diperoleh memberikan ciri khas dari
masing-masing komoditi.
Metode titrasi merupakan salah satu teknik pengujian untuk mendapatkan
informasi tentang bilangan asam dalam minyak kelapa sawit. Hal ini menjadi sangat
penting karena akan menentukan kualitas minyak kelapa sawit dan mengubah struktur
kimia yang terkandung dalam minyak.
Metode Lovibond merupakan salah satu pengujian fisika berdasarkan
perhitungan intensitas warna. Dalam hal ini, warna visual minyak sawit menjadi suatu
hal yang krusial dan dapat membuat perbedaan dalam identifikasi karakteristik minyak.
Untuk itu, dalam penelitian ini dilakukan identifikasi minyak kelapa sawit dari
dua jenis turunannya menggunakan metode tersebut diatas dan diharapkan metode
Jurnal Laboratorium Bea dan Cukai Indonesia ISSN 2528-2085 Vol. 3 No. 1, November 2018
4
tersebut bisa dijadikan sebagai metode alternatif untuk pengujian minyak kelapa sawit
dengan hasil yang lebih akurat.
II. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Dumai pada bulan April 2017.
A. Bahan
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua jenis sampel
turunan minyak kelapa sawit yang merupakan hasil sampling dari salah satu kantor Bea
dan Cukai di Indonesia, ethanol, phenolptalein, NaOH metanolik, BF3, Iso-octane dan
NaCl jenuh.
B. Alat
Alat-alat yang digunakan adalah Gas Chromatography (GC) merk Agilent dari
Berca Niaga Medika, menggunakan detektor FID. Fourier Transform Infra Red (FTIR)
merk Perkin Elmer Spectrum Two UATR Two (Perkin Elmer Life dan Analitical
Science, MA, USA), alat ini menggunakan ATR sehingga pengujian dilakukan tanpa
menggunakan Kbr serbuk atau pellet. Sedangkan alat Lovibond yang digunakan dalam
penelitian ini adalah PFXi series spectrocolorimeter.
C. Cara Kerja
1. Analisis Sampel Menggunakan FTIR
Spektrum FTIR untuk berbagai jenis minyak kelapa sawit dapat diperoleh
menggunakan spektrofotometer FTIR pada panjamg gelombang 400 - 4000 cm-1.
Cairan sampel diambil menggunakan pipet tetes kemudian di teteskan ke holder
FTIR. Kemudian ditekan dengan knop diatas holder hingga force gauge pada angka
60. Setelah itu sampel siap untuk dianalisis.
Jurnal Laboratorium Bea dan Cukai Indonesia ISSN 2528-2085 Vol. 3 No. 1, November 2018
5
2. Analisis Sampel Menggunakan GC
Sampel yang akan dianalisis dimetilasi terlebih dahulu dengan penambah