kajian tentang surat kuasa pengikatan jaminan fidusia

Upload: red-borneo

Post on 01-Jul-2018

254 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    1/26

    SURAT KUASA PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA

    DI LINGKUNGAN PERBANKAN

     

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    2/26

    DAFTAR ISI

     

     Halaman

    Lembar Juduli

    Lembar Pengesahanii

    Kata Pengantariii

    Daftar Isiiv

     

     

    BAB I: PENDAHULUAN

    1.            Latar Belakang Masalah dan Rumusannya 1

    2.            Tujuan Penelitian 4

    3.              Manfaat Penelitian 4

    4.              Kajian Pustaka 4

    5.              Metode Penelitian 8

    a. Pendekatan Masalah 8

    b. Bahan Hukum 8

    c. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Bahan

    Hukum

    9

    6.              Pertanggungjawaban Sistematika   10

     

     

     

     

     

    BAB II DASAR PEMIKIRAN PEMBUATAN PERJANJIAN

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    3/26

    KUASA PEMASANGAN FIDUSIA

    1.                Perjanjian Kuasa Sebagai Perjanjian Obligatoir 12

    2.  Alasan Subyektif dari Pihak Kreditor 20

    3.  Alasan Obyektif dari Pemberi Fidusia 23

    4.  Manfaat Perjanjian Kuasa Pemasangan    Fidusia 24

     

    BAB III KARAKTERISTIK PERJANJIAN KUASA

    PENGIKATAN  FIDUSIA

     

    1.        Pembakuan Surat Kuasa Pengikatan Jaminan

    Fidusia

    39

    2.                Klausula  Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia 41

    1.  Kuasa Pendaftaran   59

    2.  Kuasa Substitusi 61

     

    BAB IV:PENUTUP 

     

    1.  Kesimpulan

    2.  Saran

    64

    65

     

     

    PENDAHULUAN

     

    1. Latar Belakang Masalah dan Rumusannya 

    Dengan berlakunya Undang Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia pada

    tanggal 30 September 2000 (untuk selanjutnya disebut UUJF)       diharapkan dapat memberikan

    kepastian hukum kepada pihak yang berkepentingan dalam rangka penjaminan dan kebutuhan

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    4/26

    praktek.   Akan tetapi, ada kebutuhan dalam praktek untuk menjaminkan barang bergerak , tetapi

    tanpa penyerahan barang secara fisik. Untuk maksud tersebut tidak dapat digunakan lembaga gadai

    (yang mensyaratkan penyerahan benda) dan juga tidak dapat digunakan hipotik (yang hanya

    diperuntukkan terhadap barang tidak bergerak saja). Karena itu, dicarikanlah jalan untuk dapat

    menjaminkan barang bergerak tanpa penyerahan fisik barang tersebut.1

    Diharapkan pula dengan

    undang-undang ini akan memberikan kedudukan yang memberikan pelunasan yang didahulukan

    mendahului dari kreditur lain [kedudukan preferen] apabila akta fidusia tersebut dibuat secara notariil

    dan kemudian didaftarkan. Untuk dapat melaksanakan ketentuan dalam Pasal 5 ayat [2] dan Pasal 13

    ayat [4] UUJFmaka perlu diatur tata cara pendaftaran jaminan fidusia dan biaya pembuatan aktanya.

    Proses pendaftaran jaminan fidusia dimulai dengan pembuatan akta yang dibuat secara

    notariil kemudian ditindaklanjuti dengan pendaftaran pada kantor pendaftaran jaminan fidusia yang

    saat ini telah terdapat di berbagai tingkat propinsi di Indonesia. Atas pendaftaran jaminan fidusia

    tersebut, maka Kantor Pendaftaran Fidusia selanjutnya akan menerbitkan sertifikat jaminan fidusia.

    Biaya pembuatan akta Jaminan Fidusia adalah

    mengacu pada Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 86 tahun 2000 tentang

    Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia sedangkan

    mengenai ketentuan mengenai besarnya biaya pendafaran Jaminan Fidusia adalah mengacu pada

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 tahun 2000 tentang Perubahan Atas Peraturan

    Pemerintah Nomor 26 tahun 1999 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang

    Berlaku Pada Departemen Kehakiman. Dalam penerapannya masih terdapat pembuatan akta jaminan

    fidusia yang masih kurang sesuai dengan ketentuan dalam UUJF. Beberapa Lembaga Pembiayaan

    khususnya Lembaga Perbankan   dalam beberapa kondisi tertentu masih menggunakan Format Akta

    Fidusia yang dibuat secara di bawah tangan  disertai pula dengan Surat Kuasa Pengikatan Jaminan

    Fidusia. Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia disertakan pula melengkapi akta fidusia di bawah

     1 Munir Fuady, Jaminan Fidusia,  Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000,  h. 5

    1

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    5/26

    tangan dengan pertimbangan bahwa Bank dapat sewaktu-waktu memasang Akta Jaminan Fidusia

    bilamana Debitor terlihat menunjukkan gejala wanprestasi. Hal ini diilhami pula oleh penerapan

    Surat Kuasa Memasang Hipotik sebelum diberlakukannya   Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996

    tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah (untuk 

    selanjutnya cukup disebut UUHT)

    UUJF maupun   peraturan pelaksanaanya sama sekali tidak menyebut kemungkinan adanya

    Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia. Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia diterapkan dalam

    praktek selain mengantisipasi gejala memburuknya prestasi Debitor juga mengingat kebutuhan bisnis

    terutama dalam dunia perbankan yang sangat competitive dan dalam rangka menekan biaya serendah

    mungkin  sebagai upaya menarik minat nasabah untuk menjadi  Debitor Bank sehingga diharapkan

    dapat meningkatkan   profit bagi Bank, tanpa meninggalkan sisi prinsip kehati-hatian dalam

    menyalurkan kredit.

    Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia terbentuknya selain diilhami oleh Surat Kuasa

    Memasang Hipotik sebagaimana diuraikan di atas juga diilhami pula oleh Surat Kuasa Membebankan

    Hak Tanggungan. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (selanjutnya cukup disebut SKMHT)

    sebagaimana diatur dalam Pasal 15  UUHT.

    Pengikatan Fidusia dalam praktek sering menggunakan Surat Kuasa Pengikatan Jaminan

    Fidusia yang     dibuat bersamaan dengan penandatanganan akta fidusia di bawah tangan.

    Permasalahan ini menarik untuk kami angkat ke dalam tulisan mengingat UUJF tidak mengatur sama

    sekali mengenai Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia.

    Bertitik tolak dari latar belakang sebagaimana diuraikan di atas, maka dapat ditarik 

    permasalahan sebagai berikut:

    a.  Apa dasar pemikiran yang melatarbelakangi   pembuatan Surat Kuasa Pengikatan Jaminan

    Fidusia tersebut ?

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    6/26

    b.  Bagaimanakah karakteristik Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia   yang dibuat oleh para

    pihak dalam rangka penyaluran dana pinjaman Bank?

     

    2. Tujuan Penelitian 

    a.  Untuk mengetahui dan memahami sejauh manakah efektifitas penerapan Surat Kuasa Pengikatan

    Jaminan Fidusia tersebut untuk kemudian ditingkatkan  menjadi akta fidusia?

    b. Untuk mengetahui bagaimanakah, syarat, bentuk, dan substansi Surat Kuasa Pengikatan Jaminan

    Fidusia tersebut?

     

    3. Manfaat Penelitian

    Hasil dari penelitian  ini  nantinya diharapkan sebagai:

    a.  Sumbangan pemikiran   terhadap permasalahan penerapan Surat Kuasa Pengikatan Jaminan

    Fidusia, khususnya terhadap Notaris dalam membuat Akta Fidusia berdasarkan Surat Kuasa

    Pengikatan Jaminan Fidusia

    b. Dalam rangka ikut berpartisipasi pembaharuan hukum nasional.

     

    4. Kajian Pustaka 

    Pada dasarnya dalam memberikan jaminan Fidusia, Pemberi Fidusia wajib hadir di  hadapan

    notaris. Namun apabila yang bersangkutan tidak dapat hadir sendiri, ia wajib memberikan kuasa

    kepada pihak lain dengan Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia. Berkaitan dengan pemberian

    kuasa tersebut maka perlu juga memperhatikan ketentuan pemberian kuasa sebagaimana diatur dalam

    Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek yang untuk selanjutnya cukup disebut

    BW) yang memberikan dasar –dasar pemberian Kuasa.  Pasal 1792 BW memberikan batasan tentang

    Pemberian Kuasa sebagai berikut: Pemberian Kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seseorang

    memberikan kekuasaan atau wewenang kepada orang lain yang menerimanya, untuk atas namanya

    menyelenggarakan suatu urusan.

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    7/26

    Berdasarkan batasan tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian kuasa

    adalah merupakan suatu perbuatan menyelenggarakan suatu urusan yang mempunyai akibat hukum

    untuk dan atas nama orang yang diwakili.

    Lebih lanjut dari bunyi pasal 1792 tersebut dapat diuraikan secara rinci bahwa pemberian

    kuasa tidak lain adalah suatu persetujuan atau perjanjian.  Apabila melihat dari sifat perjanjian,

    maka pemberian kuasa ini adalah merupakan perjanjian khusus. Oleh karena pemberian kuasa

    merupakan suatu perjanjian, maka di dalamnya menimbulkan hak dan kewajiban di antara para

    pihak. Namun penerima kuasa berhak untuk menolak atau melepaskan kuasa itu, begitu pun

    sebaliknya pemberi kuasa berhak untuk mencabut kuasa tersebut. Penerima kuasa dalam hal ini

    bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa untuk menyelenggarakan suatu urusan. Tidak semua

    tindakan atau perbuatan dapat dikuasakan kepada orang/pihak lain, apabila orang/pihak  yang

    berkepentingan tersebut berhalangan.2 

    Berkaitan dengan hal tersebut di atas, pemberian kuasa tidak hanya menyangkut hubungan

    intern antara Pemberi Kuasa dan Penerima Kuasa akan tetapi Penerima Kuasa berhak untuk 

    melakukan hubungan dengan pihak ketiga sebagaimana  dikatakan Habib Adjie. sebagai berikut:

    "Dalam hal seseorang kuasa menerima kuasa dari Pemberi Kuasa hanya dalam hubunganintern antara Pemberi Kuasa dan Penerima Kuasa, dimana Penerima Kuasa tidak berhak 

    mewakili Pemberi Kuasa untuk melakukan hubungan dengan pihak ketiga, maka perjanjian

    kuasa ini tidak melahirkan suatu perwakilan”.3 

     

    Pasal 1793 BW menyebutkan cara dan bentuk pemberian kuasa antara lain bahwa pemberian

    kuasa dapat diberikan dan diterima dalam bentuk akta resmi, seperti akta notaris, akta yang

    dilegalisasi di kepaniteraan pengadilan, akta yang dibuat oleh pejabat, dan sebagainya, juga dapat

    diberikan dengan surat di bawah tangan, surat biasa, dan dapat juga diberikan secara lisan. Pemberian

    kuasa dapat juga terjadi secara diam-diam, artinya suatu kuasa terjadi dengan sendirinya tanpa ada

     2 Hasanuddin Rahman, Aspek – Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia,   Citra

    Aditya Bakti, Bandung 1995, h. 244-2453 Habib Adjie, Pemahaman Terhadap Bentuk Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan,  Mandar

    Maju, Bandung 1999,  h. 9

     

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    8/26

    persetujuan terlebih dahulu. Selanjutnya isi suatu pemberian kuasa     dapat dibedakan menjadi

    beberapa macam antara lain:

    a.  Pemberian Kuasa Khusus

    Pemberian Kuasa untuk melakukan suatu atau beberapa hal tertentu saja. (pasal 1775 BW)

    b. Pemberian Kuasa Umum

    Pemberian Kuasa untuk melakukan tindakan-tindakan pengurusan barang-barang harta kekayaan

    pemberi kuasa meliputi segala kepentingan pemberi kuasa.

    c.  Kuasa Istimewa adalah suatu kuasa yang sangat khusus yang secara tegas menyebut satu persatu

    tindakan apa yang harus dilakukan oleh Penerima Kuasa (Pasal 1776 BW)

    d. Kuasa Perantara adalah pemberian Kuasa dimana kuasa hanya menjadi penghubung antara

    Pemberi Kuasa dengan pihak ketiga, sedangkan hubungan selanjutnya menjadi urusan pihak 

    Pemberi Kuasa dengan Pihak Ketiga.

    Lebih lanjut dari bunyi pasal 1792  yang menyebutkan antara lain bahwa : “Pemberian

    Kuasa tidak lain adalah suatu persetujuan atau perjanjian” , maka dengan demikian Surat Kuasa

    Pengikatan Jaminan Fidusia ruang lingkupnya tidak dapat terlepas dari salah satu asas dalam

    perjanjian pada umumnya yaitu Asas Kebebasan Berkontrak yang mensyaratkan bahwa para pihak 

    diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk memperjanjikan apa saja asalkan tidak bertentangandengan peraturan perundang-undangan yang ada, kepatutan, dan ketertiban umum. Asas Kebebasan

    Berkontrak tersebut dapat dilihat pada Pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua

    perjanjian yang dibuat secara sah  berlaku sebagai undang-undang  bagi mereka yang membuatnya.

    Asas Kebebasan berkontrak menurut hukum   perjanjian Indonesia meliputi ruang lingkup

    sebagai berikut:

    1) Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian.2) Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian.3) Kebebasan untuk  menentukan atau memilih causa dari perjanjian yang akan dibuatnya.4) Kebebasan untuk menentukan obyek perjanjian5) Kebebasan untuk menentukan bentuk perjanjian.

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    9/26

    6) Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang bersifat opsional (aanvullend, optional).

     Tentang Kewajiban Pemberi Kuasa dan Penerima Kuasa maka BW telah mengaturnya yaitu

    sebagaimana dinyatakan dalam Buku Ketiga, Bab XIV, bagian kedua dan ketiga. Demikian pula

    mengenai berakhirnya pemberian kuasa di dalam Pasal 1813 sampai dengan 1819 BW telah pula

    diatur hal tersebut.   Substansi Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia diharapkan merupakan

    pemberian kuasa  yang sesuai dengan  konsep yang tertuang dalam BW, yaitu yang utama adalah

    untuk melakukan atau menyelenggarakan satu urusan tertentu, dalam hal ini adalah mengikat secara

    Fidusia.

     

    5. Metode Penelitian

    a. Pendekatan Masalah

    Penelitian ini tergolong penelitian hukum, dalam hal ini permasalahan yang dikaji didekati

    secara statute approach artinya penelitian hukum yang bertolak dari  peraturan perundang-undangan

    yang ada dan masih berlaku . Peraturan yang berkaitan dengan Pembuatan Surat Kuasa serta

    Peraturan yang berkaitan dengan pembebanan fidusia.  Kajian ini selanjutnya dipergunakan untuk 

    menelaah  bagaimana efektifitas Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia untuk dapat ditingkatkan

    menjadi Akta Jaminan Fidusia serta syarat, bentuk, dan substansi Surat Kuasa Pengikatan Jaminan

    Fidusia.

    b. Bahan Hukum

    Bahan hukum dalam penelitian ini diperoleh dari bahan hukum primer dan bahan hukum

    sekunder. Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

    pembuatan surat kuasa dalam hal ini adalah Burgerlijk Wetboek serta peraturan perundang-undangan

     4 Hasanuddin Rahman, Op Cit hal.148

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    10/26

    yang mengatur tentang Jaminan Fidusia dalam hal ini adalah Undang-Undang Nomor 14 tahun 1999

    berikut dengan segenap peraturan pelaksanaannya, maupun Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia.

    Bahan hukum sekunder adalah berupa pendapat   Notaris   tentang segala hal yang berkaitan

    dengan permasalahan yang diajukan.

     

    c. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Hukum

    Bahan hukum primer maupun sekunder yang diperoleh akan diinventariskan dan

    diidentifikasikan untuk selanjutnya dipergunakan dalam menganalisis permasalahan yang

    berhubungan dengan kajian penelitian ini. Bahan hukum primer inventarisasi serta identifikasi bahan

    hukum yang dipergunakan adalah studi kepustakaan yang mengacu para peraturan perundang-

    undangan, Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia, buku-buku atau literatur, sedangkan untuk bahan

    hukum sekunder adalah dengan melalui wawancara langsung dengan beberapa notaris maupun

    pengacara, serta pejabat Kantor Pendaftaran Fidusia. Kesemuanya dilakukan secara logis dan

    sistematis sesuai obyek penelitian dengan harapan akan mempermudah alur penyelesaian penelitian

    ini. Setelah melalui tahap-tahap inventarisasi dan indentifikasi terhadap bahan-bahan hukum yang

    relevan, langkah selanjutnya adalah sistematisasi keseluruhan bahan hukum yang ada baik berupa

    peraturan perundang-undangan, kajian pustaka serta wawancara. Proses sistematisasi ini juga

    diberlakukan terhadap teori-teori,konsep-konsep serta bahan rujukan lainnya.

    Rangkaian tahapan tersebut dimaksudkan untuk mempergunakan pengkajian dari

    permasalahan penelitian agar konsistensi logisnya tetap ada, sehingga sesuai dengan teori-teori

    hukum yang ada, asas-asas tertentu untuk membuat kesimpulan deskriptif yang bersifat kritis analitis.

     

    6. Pertanggungjawaban Sistematika  

    Pertama-tama tesis ini diawali dengan Bab I  Pendahuluan, di dalamnya diuraikan mengenai

    gambaran umum permasalahan yang dibahas, yang akan dijabarkan lebih lanjut pada bab berikutnya.

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    11/26

    Sub bab pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, berisikan tentang dasar teori yang dikaitkan

    dengan kenyataan yang terjadi sehingga menimbulkan suatu permasalahan yang dituangkan pada sub

    bab rumusan masalah.   Setiap penulisan karya ilmiah selalu menghendaki tujuan apa yang akan

    diperoleh yaitu yang dituangkan dalam sub bab tujuan penulisan. Selain itu tersusunnya karya ilmiah

    ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi diri penulis maupun institusi yang tertuang dalam

    manfaat penulisan. Agar penulisan ini sesuai dengan prosedur tata cara penulisan, maka pemecahan

    masalah dilakukan melalui suatu metode yang dijabarkan dalam sub bab metodologi. Sedangkan

    untuk membantu pemecahan permasalahan maka pada sub bab kajian pustaka diuraikan mengenai

    beberapa pendapat dan peraturan perundang-undangan  yang berkaitan dengan penulisan ini. Terakhir

    ialah sub bab sistematika penulisan yang bertujuan untuk mempermudah mengetahui isi dari

    penulisan ini secara sistematis.

    Lalu disusul Bab II yang membahas mengenai teori Surat Kuasa dan Perjanjian pada

    umumnya, yang disajikan  dalam bentuk uraian secara teoritis, yang nantinya dipergunakan sebagai

    dasar pembahasan masalah pada bab berikutnya.

    Kemudian Bab III  membahas mengenai manfaat dan implikasi yuridis atau akibat hukum

    Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia dalam praktek, yang didasarkan pada pendapat Notaris

    setempat. Didalamnya akan dibahas pula mengenai bentuk dan substansi Surat Kuasa Pengikatan

    Jaminan Fidusia yang dipergunakan oleh  salah satu Bank Swasta Nasional Devisa terkemuka.

    Akhirnya Bab IV merupakan penutup dari seluruh rangkaian dan pembahasan yang terdiri

    dari sub bab kesimpulan dan saran. Pada sub bab kesimpulan di dalamnya berisikan jawaban atau

    solusi atas permasalahan dengan didasarkan atas landasan teori dan praktek, sedangkan sub bab saran

    berisikan sumbangan pemikiran atas   permasalahan yang dibahas sebagai pemecahan dari

    permasalahan tersebut.

     

     

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    12/26

     

     

     

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    13/26

    BAB IV

    PENUTUP

     

    3. Kesimpulana. Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari

    masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit kepada masyarakat.    Bank dalam

    menjalankan usahanya tidak diperkenankan untuk meninggalkan salah satu prinsip utama dalam

    perbankan yaitu prinsip kehati-hatian (prudential banking). Fiducia sebagai salah satu bentuk 

    jaminan yang   lahir dengan Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

    diharapkan benar-benar mampu memberikan kedudukan yang diutamakan bagi Kreditor.   Seiring

    dengan perkembangan bisnis perbankan yang sangat kompetitif, dalam prakteknya untuk kredit-

    kredit tertentu   maka salah satu Bank Swasta Nasional Devisa terkemuka memberikan kredit

    dengan hanya berdasarkan Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia dan Perjanjian Pengikatan

    Fidusia yang dibuat di bawah tangan.   Hal tersebut berlaku untuk jumlah pinjaman sampai

    dengan Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah), pengikatan dilakukan di bawah tangan

    dan disertai pula dengan pemberian kuasa untuk mengikat secara fidusia.   Berdasarkan

    pertimbangan  persaingan bisnis dan jumlah kredit yang relatif tidak terlalu besar maka  Bank 

    menempuh alternatif tersebut  di atas dalam rangka menyalurkan kreditnya.

     

    b. Surat Kuasa  Pengikatan Jaminan Fidusia  pada intinya berisikan antara lain menyatakan bahwa

    Bank   sewaktu-waktu dapat mengikat secara notariil atas obyek jaminan fidusia.  Keberadaan

    Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia adalah didahului dengan perjanjian pokoknya yaitu

    dalam hal ini adalah Perjanjian Kredit.   Substansi Surat Kuasa  sama halnya dengan Surat Kuasa

    Memasang Hipotik (Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan) maka di dalamnya pun berisi

    janji-janji. Janji-janji tersebut lebih untuk mendorong terlaksananya pengikatan fidusia menurut

     

    64 

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    14/26

    ketentuan yang disyaratkan undang-undang. Selain itu pula bahwa kuasa  pengikatan jaminan

    fidusia juga tidak akan batal atau dapat dibatalkan oleh ketentuan dalam Pasal 1813 BW,

    tidak  akan berakhir dengan meninggalnya Pemberi Kuasa dan bersifat menurun pada ahli

    warisnya.

     

    4. Saran:a.  Penerapan Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia ternyata  terdapat beberapa kendala  dalam

    pelaksanaanya. Hal ini disebabkan karena  beberapa Notaris  berpendapat bahwa Surat Kuasa

    Pengikatan Jaminan Fidusia tidak diatur keberadaannya dalam undang-undang, sehingga

    beberapa Notaris tersebut  merasa keberatan untuk membuatkan Akta Fidusia. Oleh karena itu

    demi menciptakan unifikasi hukum, maka seyogyanya dalam hal ini pemerintah segera

    menerbitkan suatu peraturan perundang-undangan yang mengatur secara tegas keberadaan Surat

    Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia tersebut.

     

    b.  Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia bukanlah merupakan suatu bentuk pengikatan jaminan,

    melainkan semata-mata merupakan bentuk Kuasa Memasang/mengikat secara Fidusia secara

    notariil yang   menurut undang-undang adalah hal yang berbeda dengan bentuk Jaminan pada

    umumnya. Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia tidak diatur keberadaannya dalam undang-

    undang walaupun sesuai asas kebebasan berkontrak dalam Pasal 1338 BW hal itu dimungkinkan

    keberadaannya, namun penekanannya dalam hal ini adalah mengenai perbuatan menjaminkan

    yang sangat beresiko bilamana dibuat secara di bawah tangan. Pemasangan Akta Fidusia atas

    dasar Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia yang dibuat di bawah tangan adalah merupakan

    hal yang mengandung resiko disebabkan perbuatan menjaminkan adalah merupakan tindakan

    yang termasuk kategori tindakan kepemilikan, sehingga untuk meminimalisasi resiko disangkal

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    15/26

    keabsahan tanda tangan, kehadiran para pihak, dan isinya maka sebaiknya Surat Kuasa tersebut

    dibuat dalam bentuk notariil.

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    16/26

    SURAT KUASA PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA

    NOMOR :

     

     

    Surat Kuasa ini ditandatangani pada hari ini ____________________________,

    tanggal_______________________________________ oleh dan antara:

    1. ______________________________________________, beralamat di jalan

    ________________ yang untuk melakukan tindakan dalam perjanjian ini telah mendapat

    persetujuan dari _____________________ bernama ____________________________

    yang turut menandatangani Perjanjian atau sebagaimana terbukti dari Surat Persetujuan

    yang dilampirkan bersama Perjanjian.

    Atau bilamana Pihak Pertama atau Pemberi Kuasa adalah suatu badan usaha atau

    badan hukum:

    1. ______________________________________, berkedudukan di

    __________________________________, Jalan

    _________________________________ nomor   __________________________,

    dalam hal ini diwakili oleh  

    _____________________________________________dalam kedudukannya selaku  

    _______________________________________ perseroan, demikian berwenang dan

    sah bertindak untuk dan atas nama perseroan selanjutnya disebut Pihak Pertama atau

    Pemberi Kuasa. 

     

    2. Perseroan Terbatas “ PT.BANK   _____________________ berkedudukan di

    ________________________, melalui cabangnya di ______________________,

    Jalan_________________________, dalam hal ini diwakili

    oleh_______________________________dalam kedudukannya selaku karyawan

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    17/26

    pimpinan demikian berdasarkan kuasa Direksi berwenang dan sah bertindak untuk dan

    atas nama perseroan,

    selanjutnya disebut Pihak Kedua atau Penerima Kuasa atau Bank atau Kreditur.

     

    •  Bahwa diantara   ________________________________________ selaku pihak yang menerima

    fasilitas kredit (untuk selanjutnya cukup disebut  “Debitur” dan penerima Fiducia selaku pihak 

    yang memberi fasilitas kredit (untuk selanjutnya cukup disebut “Kreditur”) telah dibuat dan

    ditandatangani surat “Perjanjian Kredit” tertanggal ______________ Nomor :

    ___________________ (untuk selanjutnya perjanjian kredit tersebut, berikut segenap

    pengubahan, penambahan, perpanjangan dan pembaharuannya baik yang telah maupun yang akan

    disebut “Perjanjian Kredit”)

     

    Bahwa   guna menjamin kepastian dan ketertiban pembayaran kembali pinjaman uang dan / atau

    fasilitas-fasilitas lainnya tersebut oleh Debitur kepada Bank baik yang merupakan hutang pokok,

    bunga, maupun denda-denda dan ongkos-ongkos lainnya termasuk ongkos dan biaya penagihan dari

    perantara untuk menagih hutang tersebut tanpa pengecualian,       apabila ternyata Debitur telah

    melalaikan kewajiban untuk membayar kembali dan melunasi hutangnya selambat-lambatnya dalam

    waktu dan menurut cara cara yang telah ditetapkan oleh Bank sebagaimana tersebut di dalam

    Perjanjian Kredit   tersebut diatas, termasuk perubahan, tambahannya, perpanjangan serta

    pembaharuannya yang mungkin akan dibuat dikemudian hari antara  Debitur dengan Bank dengan

    jumlah hutang pokok sebesar Rp. __________________

    (_______________________________________________________________) atau sejumlah uang

    yang ditentukan dikemudian hari berdasarkan perjanjian kredit, dengan nilai penjaminan sebesar

    Rp.__________________________________________________

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    18/26

    (__________________________________________________)maka Pihak Pertama dengan ini

    memberi kuasa kepada Pihak Kedua untuk membebankan atau memberikan jaminan Fidusia berupa;

      ____________________________________________

      sejumlah ______________________________________unit,

      merek ______________

      nomor rangka________________________

      nomor kode mesin ________________

      warna___________________________

      nomor Polisi______________________

      nomor BPKB_____________________

      yang senilai Rp.______________________________

    (___________________________________Rupiah) yang diperoleh Pemberi Fiducia dari

    ________________sebagaimana ternyata dalam

    ______________________________________, tanggal______________

    yang dikeluarkan oleh _____________________tertanggal ______________nomor

    ______________

     

    Untuk selanjutnya disebut Barang.

     

    Kuasa untuk membebankan Fidusia ini meliputi kuasa untuk menghadap dimana perlu memberikan

    keterangan-keterangan serta memperlihatkan dan menyerahkan surat-surat yang diminta, membuat / 

    minta dibuatkan serta menandatangani Akte Pembebanan / Pemberian Fidusia dihadapan Notaris

    yang ditunjuk oleh Pihak Kedua serta surat-surat lain yang diperlukan, memilih domisili, memberi

    pernyataan bahwa obyek fidusia betul milik pihak Pertama,  tidak tersangkut dalam sengketa, bebas

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    19/26

    dari sitaan dan dari beban-beban apapun, mendaftarkan Akte Fidusia ke Kantor Pendaftaran Fidusia

    tersebut.

     

    Memberikan dan menyetujui syarat-syarat atau aturan-aturan serta perjanjan-perjanjian  yang telah

    dibuat sesuai Perjanjian Fidusia yang dibuat dibawah tangan pada tanggal ___________________

    Nomor _________________________________________antara Pemberi kuasa dan penerima kuasa,

    yang antara lain berbunyi, sebagai berikut :

    1. Pembebanan jaminan fiducia atas Obyek Jaminan Fiducia telah dilakukan ditempat dimana

    Obyek Jaminan Fiducia tersebut berada dan telah menjadi miliknya Penerima Fiducia, sedangkan

    Obyek Jaminan Fiducia tersebut tetap berada pada dan dalam kekuasaan Pemberi Fiducia selaku

    Debitur pakai.

     

    2. Obyek Jaminan Fiducia hanya dapat dipergunakan oleh Pemberi Fiducia menurut sifat dan

    peruntukannya, dengan tidak ada kewajiban bagi Pemberi Fiducia untuk membayar biaya/ganti

    rugi berupa apapun untuk pinjam pakai tersebut kepada Penerima Fiducia. Namun Pemberi

    Fiducia berkewajiban untuk memelihara Obyek Jaminan Fiducia tersebut dengan sebaik-baiknya

    dan melakukan semua tindakan yang diperlukan untuk pemeliharaan dan perbaikan atas Obyek 

    Jaminan Fiducia atas biaya dan tanggungan Pemberi Fiducia sendiri, serta membayar pajak dan

    beban lainnya yang bersangkutan dengan itu.

     

    3. Apabila untuk penggunaan atas Obyek Jaminan Fiducia tersebut diperlukan kuasa khusus, maka

    Penerima Fiducia dengan ini memberi kuasa kepada Pemberi Fiducia untuk melakukan tindkan-

    tindakan yang diperlukan dalam rangka pinjam pakai Obyek Jaminan Fiducia tersebut.

     

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    20/26

    4. Pihak Pemberi Fiducia atau wakilnya yang sah setiap waktu berhak dan dengan ini telah diberi

    kuasa dengan hak substitusi oleh pemberi Fiducia untuk memeriksa tentang adanya dan tentang

    keadaan Obyek jaminan Fiducia tersebut. Penerima Fiducia atas biaya Pemberi Fiducia Berhak 

    namun tidak diwajibkan untuk melakukan atau suruh melakukan segal sesuatu yang seharusnya

    dilakukan oleh Pemberi Fiducia atas Obyek Jaminam Fiducia dlam hal Pemberi   Fiducia

    melalaikan kewajibannya untuk itu termasuk tetapi tidak terbatas untuk memasuki gedung.

    Gudang, bangunan, ruang dimana Obyek Jaminan Fiducia disimpan atau berada. Pemberi Fiducia

    dan penerima Fiducia menyatakan bahwa tindakan tersebut tidak merupakan tindakan memasuki

    tempat dan atau bangunan tanpa izin (“huisvredebruek”)

     

    5. Apabila bagian dari Obyek Jaminan Fiducia atau diantara Obyek Jaminan Fiducia tersebut ada

    yang tidak dapat dipergunakan lagi, maka Pemberi Fiducia dengan ini berjanji dan karenanya

    mengikatkan diri untuk mengganti bagian dari atau Obyek Jaminan Fiducia yang tidak dapat

    dipergunakan itu dengan Obyek Jaminan Fiducia lainnya yang sejenis yang nilainya setara

    dengan yang digantikan serta dapat disetujui Penerima Fiducia, sedangkan pengganti Obyek 

    Jaminan Fiducia tersebut termasuk dalam jaminan fiducia yang dinyatakan dalam perjanjian ini.

     

    6. Pemberi Fiducia tidak berhak untuk melakukan fiducia ulang atas Obyek jaminan Fiducia.

    Pemberi Fiducia juga tidak diperkenankan untuk membebankan dengan cara aapapun,

    meggadaikan atau menjual atau mengalihkan dengan cara apapun Obyek Jaminan Fiducia kepada

    pihak lain tanpa persetujuan tertulis terlebih dahuli dari Penerima Fiducia.

    7. Bilamana Pemberi Fiducia tidak memenuhi dengan seksama kewajibannya menurut yang telah

    ditentukan dalam perjanjian ini. Atau debitur tidak memenuhi kewajiban berdasarkan Perjanjian

    Kredit, maka lewat waktu yang ditentukan untuk memnuhi kewajiban tersebut saja cukup

    membuktikan tentang adanya pelanggaran atau kelalaian Pemberi Fiducia atau Debitur dalam

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    21/26

    memenuhi kewajiban tersebut, dalam hal mana hak Pemberi Kuasa untuk meminjam pakai

    Obyek Jaminan Fiducia tersebut menjadi berakhir dan Obyek Jaminan Fiducia harus diserahkan

    dengan segera oleh Pemberi Fiducia kepada Penerima Fiducia setelah diberitahukan secara

    tertulis oleh Penerima Fiducia.

     

    8. Pemberi Fiducia berjanji dan karenya mengikatkan diri untuk mengasuransikan Obyek Jaminan

    Fiducia tersebut pada perusahaan asuransi yang ditunjuk atau disetujui oleh Penerima Fiducia

    terhadap bahaya kebakaran serta bahaya lainnya dan untuk suatu jumlah pertanggungan serta

    dengan persyaratan yang dipandang tepat oleh Penerima Fiducia. Diatas polis asuransi tersebut

    harus dicantumkan klasula bahwa dalam hal terjadi kerugian maka uang pengganti kerugiannya

    harus dibayarkan kepada Kreditur yang selanjutnya akan memperhitungkankannya dengan

    jumlah yang masih harus dibayarkan oleh debitur kepada kreditur berdasarkan Perjanjian Kredit,

    sedangkan sisanya jika masih ada harus dikembalikan oleh Kreditur kepada Pemberi Fiducia

    dengan tidak ada kewajiban bagi Kreditur untuk membayar bunga atau ganti kerugian dari

    perusahaan asuransi tersebut tidak mencukupi, maka debitur berkewajiban untuk membayar lunas

    sisa yang yang masih harus dibayarkan oleh Debitur kepada penerima Fiducia.

     

    9. Semua uang premi asuransi harus ditanggung dan dibayar oleh Pemberi Fiducia atau Debitur.

    Apabila Pemberi Fiducia atau Debitur lalai dan/atau tidak mengasuransikan Obyek Jaminan

    Fiducia tersebut, maka Penerima Fiducia berhak (namun tidak berkewajiban) dan seberapa perlu

    dengan ini kepadanya oleh Pemberi Fiducia diberi kuasa untuk mengasuransikan sendiri Obyek 

    Jaminan Fiducia tersebut dengan ketentuan bahwa premi asuransinya tetap harus dibayar oleh

    Pemberi Fiducia atau Debitur. Asli polis asuransi dan perpanjangannya dikemudian hari serta

    kwitansi pembayaran premi asuransi tersebut harus diserahkan unti disimpan oleh penerima

    Fiducia segera setelah diperoleh Pemberi Fiducia dari perusahaan asuransi tersebut.

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    22/26

     

    10. Dalam hal Pemberi Fiducia dan/atau Debitur tidak menjalankan atau memenuhi salah satu

    ketentuan dalam perjanjian Fidusia dan/atau salah satu ketentuan dalam Perjanjian Kredit,

    terutama dalam hal Pemberi Fiducia dan/atau Debitur lalai, sedangkan kelalaian tersebut semata-

    mata terbukti lewatnya waktu yang ditentukan, tanpa untuk itu diperlukan lagi sesuatu surat

    teguran juru sita atau surat lain yang serupa dengan itu, maka atas kekuasaannya sendiri Penerima

    Fiducia berhak :

     

    a.  Untuk menjual Obyek Jaminan Fiducia tersebut atas dasar titel eksekutorial, atau melalui

    pelelangan dimuka umum, atau melalui penjualan dibawah tagan yang dilakukan berdasarkan

    kesepakatan Pemberi Fiducia dan penerima Fiducia jika dengan cara demikian diperoleh

    harga tertinggi yang menguntungkan para pihak.

     

    b. Untuk keperluan penjualan tersebut, Penerima Fiducia berhak menghadap dimana perlu,

    membuat atau suruh membuat serta menandatangani semua surat serta dokumen lain yang

    diperlukan, menerima uang harga penjualan dan memberikan tanda penerimaan untuk itu,

    menyerahkan apa yang dijual itu kepada pembelinya, memperhitungkan atau mengkompensir

    uang harga penjualan yang diterimanya itu dengan semua apa yang wajib dibayar oleh

    Debitur kepada Kreditur, akan tetapi dengan ewajiban bagi Penerima Fiducia untuk 

    menyerahkan sisa uang penjualannya jika masih ada kepada Pemberi Fiducia, dengan tidak 

    ada kewajiban bagi Penerima Fiducia untuk membayar bunga atau ganti kerugian berupa

    apapun juga kepaa Pemberi Fiducia atau debitur mengenai sisa uang harga penjualan itu dan

    selanjutnya Penerima Fiducia juga berhak untuk melakukan segala sesuatu yang dipandang

    perlu dan berguna dalam rangka penjualan  itu dan selanjutnya Penerima Fiducia juga berhak 

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    23/26

    untuk melakukan segala sesuatu yang dipandang perlu dan berguna dalam rangka penjualan

    Obyek Jaminan Fiducia tersebut dengan tidak ada satupun yang dikecualikan.

     

    c.  Apabila hasil penjualan dari Obyek Jaminan Fiducia tersebut tidak mencukupi untuk 

    melunasi semua apa yang wajib dibayar oleh debitur kepada Kreditur, maka Debitur tetap

    terikat membayar lunas sisa uang yang masih harus dibayar oleh Debitur kepada Kreditur.

     

    11. Dalam hal Penerima Fiducia mempergunakan hak-hak yang diberikan kepadanya seperti

    diuraikan dalam perjanjian ini, Pemberi Fiducia wajib dan mengikatkan diri sekarang ini untuk 

    dipergunakan dikemudian hari pada waktunya, menyerahkan dalam keadaan terpelihara baik 

    kepada Penerima Fiducia Obyek Jaminan Fiducia tersebut atas pemberitahuan atau teguran

    pertama dari penerima Fiducia dan dalam hal pemberi Fiducia tidak memenuhi ketentuan itu

    dalam waktu yang ditentukan dalam surat pemberitahuan atau teguran yang bersangkutan, maka

    Pemberi Fiducia adalah lalai semata-mata karena lewatnya waktu yang ditentukan tanpa untuk itu

    diperlukan lagi sesuatu surat teguran juru sita atau surat lain yang seruap dengan itu, maka

    Penerima Fiducia atau kuasanya yang sah berhak, dengan memperhatikan peraturan perundang-

    undangan yang brlaku, untuk mengambil Obyek Jaminan Fiducia dari tempat dimanapun Obyek 

    Jaminan Fiducia tersebut berada, baik dari tangan Pemberi Fiducia maupun dari tangan pihak 

    ketiga yang menguasainya, dengan ketentuan bahwa semua biaya yang bertalian dengan itu

    menjadi tanggungan dan harus dibayar oleh Pemberi Fiducia.

     

    12. Pembebanan jaminan fiducia ini dilakukan oleh Pemberi Fiducia kepada Penerima Fiducia

    dengan syarat-syarat yang memutuskan (Onder de ont bindende voorwaarden) yakni sampai

    dengan debitur telah memnuhi/membayar lunas semua apa yang wajib dibayar oleh Debitur

    kepada Kreditur sebagaimana dinyatakan dalam Perjanjian Kredit.

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    24/26

     

    13. Pemberi Fiducia dengan ini memberikan kuasa kepada Penerima Fiducia yang menyatakan

    menerima kuasa dari Pemberi Fiducia untuk melaksanakan Pendaftaran Jaminan Fiducia tersebut,

    untuk keperluan tersebut menghadap dihadapan pejabat atau instansi yang berwenang (termasuk 

    Kantor Pendaftaran Fiducia), memberikan keterangan, menandatangani surat/formulir,

    mendaftarkan Jaminan Fiducia atas Obyek Jaminan Fiducia tersebut dengan melampirkan

    Pernyataan Pendafataran Jaminan Fiducia serta untuk mengajukan permohonan pendaftaran atas

    perubahan dalam hal terjadi perubahan atas data yang tercantum dalam Sertifikat Jaminan

    Fiducia, selanjutnya menerima Sertifikat jaminan Fiducia dan/atau Pernyataan Perubahan, serta

    dokumen-dokumen lain yang bertalian untuk keperluan itu, membayar semua biaya dan

    menerima kwitansi segala uang pembayaran serta selanjutnya melakukan segala tindkan yang

    perlu dan berguna untuk melaksanakan ketentuan dari perjanjian ini.

     

    14. Perjanjian Fidusia merupakan bagian yang terpenting dan tidak dapat dipisahkan dari Perjanjian

    Kredit demikian pula kuasa yang diberikan dalam perjanjian Fidusia merupakan bagian yang

    terpenting serta tidak terpisahkan dari perjanjian kredit dan kuasa ini tanpa adanya perjanjian dan

    kuasa ini,   niscaya Perjanjian Kredit demikian pula perjanjian Fidusia tidak akan diterima dan

    dilangsungkan diantara para pihak yang bersangkutan, oleh karenanya kuasa ini tidak dapat

    ditarik kembali atau dibatlkan selama berlakunya Perjanjian Kredit tersebut dan kuasa tersebut

    tidak akan batal atau berakhir karena sebab yang dapat mengakhiri pemberian seuatu kuasa,

    termasuk sebab yang disebutkan dalam pasal 1813, 1814 dan 1816 Kitan Undang-Undang

    Hukum Perdata.

     

    15. Penerima Fiducia berhak dan dengan ini diberi kuasa dengan hak substitusi oleh Pemberi Fiducia

    untuk melakukan perubahan atau penyesuaian atas ketentuan dalam perjanjian ini, didalam hal

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    25/26

    perubahan atau penyesuaian tersebut diperlukan dalam rangka memenuhi ketentuan dalam

    Peraturan Pemerintah tentang Pendaftaran Fiducia maupun ketentuan dalam Undang-undang

    tentang Jaminan Fiducia Nomor 42 Tahun 1999 tersebut.

     

    Kuasa-kuasa yang tersebut didalam surat kuasa ini merupakan bagian terpenting yang tidak 

    terpisahkan dari  PERJANJIAN KREDIT NO. _________________________________

    Tanggal _______________________________, serta surat-surat perjanjian kredit dan/atau surat-surat

    perjanjian lainnya yang telah dan/atau akan dibuat dan ditandatangani oleh Debitur/ Debitur dengan

    Bank atau Penerima Kuasa tersebut, yang jika tanpa kuasa-kuasa mana surat kuasa   ini dan surat

    perjanjian kredit tersebut niscaya tidak dibuat, karenanya kuasa-kuasa tersebut tidak akan batal atau

    dapat dibatalkan disebabkan oleh hal-hal yang dimaksud dalam Pasal 1813 Kitab Undang-Undang

    Hukum Perdata.

     

    Surat Kuasa ini tidak berakhir oleh karena meninggal dunia, tetapi bersifat menurun dengan segala

    hak serta kewajiban dari pihak yang meninggal dunia itu menjadi hak serta kewajiban ahli warisnya.

     

    Mengenai surat kuasa  ini dengan segala akibatnya,  para pihak memilih domisili yang umum dan

    tetap di Kantor Panitera Pengadilan Negeri     _______________________atau Pengadilan Negeri

    yang ditunjuk oleh Pemberi kuasa.

     

    Demikian surat kuasa ini dibuat tanpa paksaan dari pihak manapun dan ditandatangani di

    __________________ pada tanggal________________________

     

     

    Pemberi Kuasa,                                 Penerima Kuasa,

  • 8/15/2019 Kajian Tentang Surat Kuasa Pengikatan Jaminan Fidusia

    26/26