kajian potensi ekosistem mangrove untuk …

12
KAJIAN POTENSI EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGOVE DI DESA KUALA SEMPANG KECAMATAN SERI KUALA LOBAM KABUPATEN BINTAN STUDY POTENTIAL ECOSYSTEM MANGROVE FOR MANGROVE ECOTOURISM DEVELOPMENT at KUALA SEMPANG VILLAGE KECAMATAN SERI KUALA LOBAM KABUPATEN BINTAN Desriana 1 , Dr. Febrianti Lesrari M.Si 2 , Fitria Ulfah, SP, MM 2 Mahasiswa 1 , Dosen Pembimbing 2 Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji e-mail : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekosistem mangrove, dan potensi sosial masyarakat serta mengetahui tingkat kesesuain untuk pengembangan ekowisata mangrove di Desa Kuala Sempang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2015. Metode yang digunakan adalah metode survey yaitu pengamatan langsung terhadap kondisi ekologis mangrove dan biota asosiasi serta pengambilan data wawancara dengan kuisioner kepada responden. Berdasarkan hasil penelitaian dijumpai 16 jenis mangrove dari ketiga stasiun, Adanya objek biota yang mendukung seperti fauna aquatik dan fauna darat, selain itu kedalaman, lebar dan panjang sungai serta karakteristik kawasan dan aksebilitas jalan menuju Desa Kuala Sempang yang sudah bagus. Tingkat kesesuaian lahan untuk ekowisata mangrove yang ada di Desa Kuala Sempang pada Stasiun 1 yang terletak di Pulau Empat termasuk dalam kategori S1 yaitu sangat sesuai dengan presentase 91%, stasiun II yang terletak di Sungai Tekah dengan presenase 81% termasuk dalam kategori S1 yaitu sangat sesuai dan stasiun III yang terletak di Kp. Sungai Lepan dengan presentase 85% termasuk dalam kategori S1 yaitu sangat sesuai. Potensi sosial masyarakat dari hasil wawancara yang telah dilakukan, bahwa dari persepsi, sikap dan kesiapan keterlibatan masyarakat mendukung pengembangan ekowisata mangrove yang ada di Desa Kuala Sempang. Selain itu Kata kunci : Potensi Ekosistem Mangrove, Potensi Sosial Masryrakat, Pengembangan Ekowisata Mangrove, Desa Kuala Sempang

Upload: others

Post on 11-Apr-2022

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN POTENSI EKOSISTEM MANGROVE UNTUK …

KAJIAN POTENSI EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGEMBANGAN

EKOWISATA MANGOVE DI DESA KUALA SEMPANG KECAMATAN SERI

KUALA LOBAM KABUPATEN BINTAN

STUDY POTENTIAL ECOSYSTEM MANGROVE FOR MANGROVE ECOTOURISM

DEVELOPMENT at KUALA SEMPANG VILLAGE KECAMATAN SERI KUALA

LOBAM KABUPATEN BINTAN

Desriana1, Dr. Febrianti Lesrari M.Si

2, Fitria Ulfah, SP, MM

2

Mahasiswa1, Dosen Pembimbing

2

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

e-mail : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekosistem mangrove, dan potensi

sosial masyarakat serta mengetahui tingkat kesesuain untuk pengembangan ekowisata

mangrove di Desa Kuala Sempang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April –Juni

2015. Metode yang digunakan adalah metode survey yaitu pengamatan langsung terhadap

kondisi ekologis mangrove dan biota asosiasi serta pengambilan data wawancara dengan

kuisioner kepada responden. Berdasarkan hasil penelitaian dijumpai 16 jenis mangrove dari

ketiga stasiun, Adanya objek biota yang mendukung seperti fauna aquatik dan fauna darat,

selain itu kedalaman, lebar dan panjang sungai serta karakteristik kawasan dan aksebilitas

jalan menuju Desa Kuala Sempang yang sudah bagus. Tingkat kesesuaian lahan untuk

ekowisata mangrove yang ada di Desa Kuala Sempang pada Stasiun 1 yang terletak di

Pulau Empat termasuk dalam kategori S1 yaitu sangat sesuai dengan presentase 91%,

stasiun II yang terletak di Sungai Tekah dengan presenase 81% termasuk dalam kategori S1

yaitu sangat sesuai dan stasiun III yang terletak di Kp. Sungai Lepan dengan presentase

85% termasuk dalam kategori S1 yaitu sangat sesuai. Potensi sosial masyarakat dari hasil

wawancara yang telah dilakukan, bahwa dari persepsi, sikap dan kesiapan keterlibatan

masyarakat mendukung pengembangan ekowisata mangrove yang ada di Desa Kuala

Sempang. Selain itu

Kata kunci : Potensi Ekosistem Mangrove, Potensi Sosial Masryrakat, Pengembangan

Ekowisata Mangrove, Desa Kuala Sempang

Page 2: KAJIAN POTENSI EKOSISTEM MANGROVE UNTUK …

ABSTRACT

The purpose of the research is to know faction of mangrove, how to know

perception society involvement and haw to know fine from areas level for make a

ecotourism mangrove any in Kuala Sempang village. The study was conducted in April

after June 2015. Method needed is surveying method is supervision from condition

ecologic mangrove and biota association witch mangrove along with take interview witch

questioner respondent .observation of research it be found 16 spesies mangrove from third

station. There is biota object is contributed aquatic fauna and laud fauna, it deepness wide

and long river, character areas , and road accessibility to Kuala Sempang village good. For

level to ecotourism area mangrove be present in Kuala Sempang village from station I in

Pulau Empat location included category (S1) is very fine with presentation 91%, Station II

in Sungai Tekah location with presentation 81% from the included category S1 is very

appropriate and the station III in location Kp. Sungai Lepan with presentation 85%

included is very fine. Charitable potential society from interview to needed already from

the perception that attitude and readiness society to development ecotourism mangrove at

Kuala Sempang Village.

Keywords : Potential of Mangrove Ecosystem , Potential Society , ecotourism

Mangrove Development , Kuala Sempang Village

Page 3: KAJIAN POTENSI EKOSISTEM MANGROVE UNTUK …

PENDAHULUAN

Menurut Wiharyanto (2007) dalam

Rozalina (2014) sebagai suatu ekosistem khas

perairan pesisir, hutan mangrove memiliki

nilai ekologis dan ekonomis. Nilai ekonomis

hutan mangrove adalah sebagai penyedia

bahan dasar untuk keperluan rumah tangga

dan industri, seperti kayu bakar, arang, kertas

dan rayon, yang dalam konteks ekonomi

mengandung nilai komersial tinggi. Hutan

mangrove juga memiliki fungsi-fungsi

ekologis yang penting, antara lain sebagai

penyedia nutrien, tempat pemijahan

(spawning grounds), tempat pengasuhan

(nursery grounds) dan tempat mencari makan

(feeding grounds) bagi biota laut tertentu.

Ekosistem ini, pada kawasan tertentu bersifat

open acces, sehingga meningkatnya

eksploitasi oleh manusia akan menurunkan

kualitas dan kuantitasnya.

Ekosistem mangrove merupakan

ekosistem yang kompleks terdiri dari flora

dan fauna dearah pantai selain menyediakan

keanekaragaman hayati (biodiversity),

ekosistem mangrove juga sebagai plasma

nutfah (genetic pool) dan menunjang

keselurahan sistem kehidupan disekitarnya

(Muhaerin, 2008). Salah satu cara untuk

melibatkan masyarakat dalam melestarikan

lingkungan khususnya mangrove adalah

kegiatan ekowisata.

Keberadaan hutan mangrove yang

ada di Desa Kuala Sempang kecamtan Seri

Kuala Lobam yang cukup luas dapat

dimanfaatkan sebagai desa tujuan wisata

yang dapat menarik wisatawan lokal

maupun wisatawan asing, sehingga

keberadaan mangrove tersebut dapat menjadi

salah satu penghasilan tambahan masyarakat

setempat, misalnya wisatawan dapat

mengelilingi hutan mangrove dengan nuansa

alam yang masih alami untuk melihat biota-

biota yang unik, sehingga wisatawan yang

datang merasa terkesan.

Ekowisata adalah kegiatan perjalanan

wisata yang bertanggung jawab di daerah

yang masih alami atau di daerah-daerah yang

dikelola dengan kaedah alam, tujuannya

selain itu untuk menikmati keinadahan alam

juga melibatkan unsur-unsur pendidikan,

pemahaman dan dukungan terhadap usaha-

usaha konservasi alam dan peningkatan

pendapatan masyarakat setempat. Penerapan

konsep ekowisata di kawasan ekosistem

hutan mangrove secara umum diharapkan

dapat mengurangi tingkat kerusakan kawasan

tersebut oleh masyarakat dan berpengaruh

pada peningkatan ekonomi (Wiharyanto,

2007).

Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk Mengetahui potensi ekosistem

mangrove untuk pengembangan ekowisata

mangrove yang ada di Desa Kuala Sempang,

Mengetahai persepsi, sikap dan kesiapan

keterlibatan masyarakat terhadap ekowisata

mangrove yang ada di Desa Kuala Sempang,

Meng etahui tingkat kesesuaian kawasan

untuk potensi ekowisata mangrove yang ada

di Desa Kuala Sempang.

Mamfaat dari penelitian ini adalah

memberikan informasi kepada masyarakat

setempat pemerintah daerah, instansi terkait

mengenai kajian potensi ekosistem mangrove

untuk pengembangan ekowisata mangrove

dalam uapaya mempromisikan

pengembangan daerah.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Waktu penelitian akan dilakukan pada

bulan April hingga Juni 2015, berlokasi di

Desa Kuala Sempang kecamatan Seri Kuala

Lobam Kbupaten Bintan.

Peta Lokasi Penelitian

Sumber: peta map Bintan LAB SIK

GAMBAR 1 : Peta Loksai Penelitian

Page 4: KAJIAN POTENSI EKOSISTEM MANGROVE UNTUK …

Stasiun penelitian ditentukan dengan

metode purposive sampling, yaitu penentuan

lokasi pengamatan secara sengaja

berdasarkan atas adanya tujuan tertentu dan

sesuai dengan pertimbangan peneliti sendiri

sehingga dapat mewakili populasi (Arikunto

2006 dalam Rozalina, 2014) Stasiun

penelitian ditentukan berdasarkan observasi

awal sebelum penelitian dilakukan, dengan

titik koordinat sebagai berikut:

1. Stasiun I: terletak di Pulau Empat,

dengan titik koordinat N 01o01’58,5”

dan E 104o19’48,1”.

2. Stasiun II: terletak di Sungai Tekah,

dengan titik N 01o02’08,2” dan E

104o19’24,6”.

3. Stasiun III terletak di Kp. Sungai

Lepan , yaitu di muara sungai dengan

titik N 01o02’05,1” dan E

104o1842,1”.

Alat dan Bahan

Tabel 1. Bahan Penelitian

No. Bahan Kegunaan

1. Mangrove Sebagai sampel

penelitian

2. Biota asosiasi Sebagai sampel

penelitian

Tabel 2. Alat Penelitian

Alat Kegunaan

1

GPS (Global

Positioning

System)

Mengetahui posisi

stasiun penelitian

atau transek

2 Pompong/boat

Alat transportasi

menuju lokasi

penelitian

3 Roll meter Mengukur jarak

antar transek

4 Kamera Dokumentasi

5 Tali rapia Membuat garis

transek dan plot

6 Tonggak kayu

berskala

Mengukur pasang

surut

7 Parang Memotong kayu

untuk transek

8

9

Alat tulis

Kantong plastik

dan kertas label

Mencatat hasil

pengamatan

Sebagai wadah

sampel

10

Buku

identifikasi

mangrove

Panduan untuk

mengidentifikasi

jenis mangrove

11 Kuisioner Bahan wawancara

masyarakat

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

survey yaitu dimana pengukuran secara

langsung yang dilakukan untuk mengetahui

kondisi biofisik mangrove serta bioata

asosiasi. Disamping itu di lakukan survey

sosial dengan pendekatan wawancara dan

quisioner untuk mendapatkan data persepsi

masyarakat, sebanyak 30 orang dan untuk

pemerintah sebanyak 4 instansi yaitu

Bappeda kabupaten Bintan, Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Kabupaten Bintan, Dinas

Kehutanan dan Pertanian Kabupaten Bintan

serta Kantor Desa Kuala Sempang dan pelaku

usaha. Kesesuaian ekowisata mangrove

mempertimbangkan 7 parameter penilaian

meliputi: ketebalan, kerapatan dan jenis

mangrove, objek biota, pasang surut,

karakteristik kawasan, serta aksesibilitas.

Pemberian bobot berdasarkan tingkat

kepentingan suatu parameter, sedangkan

pemberian skor berdasarkan kualitas setiap

parameter kesesuaian.

ANALISIS DATA

Kerapatan jenis

Pengolahan data yang dilakukan

yaitu perhitungan kerapatan mangrove.

Keterangan :

D = kerapatan jenis i

Di = ni/A

Page 5: KAJIAN POTENSI EKOSISTEM MANGROVE UNTUK …

ni = jumlah total individu dari jenis

A = luas area total pengambilan contoh

Dalam hal ini unit luasan yang digunakan

adalah meter persegi (m2)

Jenis – jenis mangrove

Untuk pengamatan jenis-jenis

mangrove yang telah diketahui jenisnya

dapat langsung dicatat pada saat

penelitian di lapangan dan sedangkan

untuk jenis mangrove yang tidak

diketahuai jenisnya dapat diambil

samplenya kemudian dilakukan

identifikasi mengguakan panduan buku

identifikasi (Rusila et al .2006).

Biota Mangrove

Biota yang berasosiasi di ekosistem

mangrove diamati secara langsung di

lapangan. Hasil pengamatan jenis-jenis biota

yang berasosiasi dengan mangrove tersebut

dapat dilakukan dengan cara pengambilan

gambar/foto, kemudian diambil sampelnya

kemudian diidentifikasi dengan panduan

berdasarkan jurnal-jurnal yang berhubungan

dengan penelitian. Misalnya untuk

diidentifikasi jenis biota kelompok crustacea

jenis molusca, panduan identifikasinya

mengacu pada penelitian tentang komunitas

makrozoobenthos. Selain itu identifikasi juga

menggunakan panduan buku (Ambo Tuwo,

2011).

Potensi Sosial Masyarakat

Analisis komponen sosial masyarakat

mengenai persepsi, digambarkan dalam

bentuk presentase yang disampling. Dengan

melihat presentase persepsi masyrakat

masyarakat, maka dapat dilihat tingkat

persepsi masyarakat terhadapa

pengembangan ekowisata mangrove, nilai

presentase responden dapat dilihat dengan

menggunakan rumus Tuwo (2011):

Ket: TPM =Tingkat persepsi %

n =Jumlah responden persepsi ke-i

N =Jumlah seluruh responden.

Analisis Kesesuaian Ekowisata Mangrove

Kesesuaian ekowisata ekosistem

mangrove untuk pengembangan dalam

kegiatan ekowisata memerlukan analisis

suatu kelayakan, untuk itu peneliti akan

mepertimbangkan 8 parameter dengan 4

kategori penilain yaitu Kategori S1

(sangat sesuai), kategori S2 (sesuai),

kategori S3 cukup sesuai dan kategori SN

(tidak sesuai) dapat dilihat pada Tabel 3.

Adapun parameter yang

dipertimbangakan peneliti dalam

penelitian ini antara lain, kerapatan

mangrove, jenis mangrove, objek biota

yang berasosiasi, kedalaman, panjang

sungai, lebar sungai, karasteristik

kawasan, dan aksesbilitas.

Tabel 3. Matriks kesesuaian potensi untuk ekowisata mangrove. N

o Parameter

Bobo

t

Kategori

S1

Sko

r

Kategori

S2

Sko

r

Kategori

S3

Sko

r

Kategori

N Skor

1. Kerapatan

mangrove (100 m2

) 4 > 15 -25 4

>10 – 15

3 5-10 2 < 5 1

2. Jenis mangrove 4 > 5 4 3 – 5 3 1 – 2 2 0 1

3. Obyek biota 3

Ikan,udang,

Kepiting, Moluska,reptil,

Burung,Mamalia.

4

Ikan,udan,

Kepiting,

Moluska

3 Ikan,

moluska 2

Salah satu biota air

1

4. Kedalaman sungai

(m) 3 >3-5 4 >2-3 3 1-2 2 <1 1

TPM = n/N x 100%

Page 6: KAJIAN POTENSI EKOSISTEM MANGROVE UNTUK …

5. Panjang sungai

(km) 1 >3 4 3 3 2 2 1 1

6. Lebar sungai (m) 1 >500 4 201-500 3 4-200 2 >4 1

7. Aksesibilitas 3 4 ketentuan 4 3

ketentuan 3 2 ketentuan 2 1ketentuan 1

8. Karasteristik

kawasan 4 4 ketentuan 4

3

ketentuan 3 2 ketentuan 2 1 ketentuan 1

Sumber: Yulianda (2007) dalam Rozalina (2014),Helmi (2008) modifikasi (2015)

Keterangan: Nilai maksimum = 92

S1 = Sangat sesuai, dengan nilai

80 - 100 %

S2 = Sesuai, dengan nilai 60 - <

80 %

S3 = Sesuai bersyarat, dengan

nilai 35 - < 60 %

N = Tidak sesuai, dengan nilai

< 35 %

potensi sumberdaya dan peruntukannya.

Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan

sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan

objek wisata yang akan dikembangkan. Rumus

yang digunakan untuk kesesuaian wisata pantai

dan wisata bahari adalah (Yulianda, 2007):

IKW = ∑ (Ni/Nmaks) x 100 %

IKW = Indeks kesesuaian ekosistem untuk

wisata mangrove

Sangat Sesuai: 80 100%,

Sesuai: 60 – 80%,

Sesuai Bersyarat: 35 - < 60%,

Tidak Sesuai: <35).

Ni = Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor).

Nmaks = Nilai maksimum dari kategori wisata

mangrove (92).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kerapatan Jenis Mangrove Kerapatan jenis mangrove yang ada di

Desa Kuala Sempang yang tertinggi ditemukan di

Stasiun I, dengan kerapatan sebesar 1900

Pohon/ha, yang terletak di Pulau Empat, kerapatan

tertinggi selanjutnya ditemukan pada Stasiun III

yaitu sebesar 1800 Pohon/ha di Kp. Sungai Lepan

sedangkan kerapatan terendah terdapat pada

Stasiun II yaitu hanya sebesar 1300 pohon /ha.

Hasil perhitungan rata-rata dari ketiga stasiun

tersebut adalah sebesar 1600 pohon/ha.

Jenis-Jenis Mangrove

Adapun hasil pengamatan yang telah

dilakukan ekosistem mangrove Desa Kuala

Sempang dari tiga titik stasiun pengamatan

ditemukan 16 jenis dari 9 Genus diataranya jenis Avicennia lanata, Aegiceras corniculatum, Aegiceras florium, Bruguierra gymnorhiza, Bruguierra cylindrical, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Rhizophora macronata, Xylocarpus moluccensis, Xylocarpus granatum, Lumnitzera littorea, Lumnitzera racemosa,

Sonneratia caseolaris, Sonneratia ovata,

Pandanus tectorius, Nyipa fruticans.

Hutan mangrove adalah tipe hutan yang

khas terdapat disepanjang pantai atau muara

sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut

(Nontji 2007), sebagaimana diketahui bahwa

Negara Indonesia mempunyai keragaman jenis

mangrove yang tinggi, sehingga dapat menjadi

salah satu kebanggaan tersendiri. Selain itu juga

dapat berpeluang menjadi salah satu daya tarik

objek wisata yang dapat dipromosikan ke berbagai

daerah hingga mancanegara, sehingga keberadaan

mangrove tersebut dapat benar-benar

dimanfaatkan oleh masyarakat.

Objek Biota

Observasi objek biota hutan mangrove

yang ditemui pada saat melakukan pengamatan di

lapangan maupun wawancara kepada masyarakat

yang tinggal disekitar ekosistem mangrove di

Desa Kuala Kempang terdiri atas biota aquatik

dan biota darat adapun biota aquatik yang ditemui

di ekosistem mangrove adalah jenis ikan yaitu

Page 7: KAJIAN POTENSI EKOSISTEM MANGROVE UNTUK …

ikan gelodok (Periopthalamus sp), ikan belanak

(Mugil dosumieri), ikan sembilang (Plonotus

canius) untuk jenis crustacea seperti kepiting

bakau (Scylla serrata), kepiting rajungan

(Portunus pelajicus), dan jenis udang, yaitu udang

putih (Panaeus merguesis), sedangkan jenis

molusca yang ditemui adalah kerang bakau

(Polymesoda bengalensis), siput isap sedangakan

untuk biota darat yang ditemui yang berasosiasi

pada ekosistem mangrove adalah jenis reptil yaitu

ular bakau (Chrysopelea sp), dan biawak

(Varanus salvator), sedangkan jenis burung yang

ditemui adalah burung bangau putih (bubulcus

ibis kuntul), burung elang laut (Haliaeetus

leucogaster), burung madu bakau (Leptocoma

calcostetha), sedangkan jenis mamalia yang temui

adalah monyet ekor panjang (Macaca

fascicularis), tupai (Tupaia javania) dan berang-

berang (Aonyx cinerea)

Kedalam, Lebar dan Panjang sungai

Adapun Untuk Kedalaman rata-rata dari

ketiga satsiun tersebut adalah 4,03. Sedangkan

rata-rata lebar sungai yaitu 1,6 Km dan lebar

sungai 627 Meter.

Karakteristik Kawasan

Desa Kuala Sempang secara keseluruhan

memiliki panorama dan bentang alam yang

mempesona, seperti sungai. Selain itu Desa Kuala

Semapang juga memiliki panorama yang indah.

Kawasan hutan mangrove yang indah menjadi

daya tarik tersendiri.

Aksesibilitas

Aksesibilitas jalan menuju Desa Kuala

Sempang sudah cukup bagus seperti aspalisasi

yang baik dan jembatan yang menghubungkan

satu daerah dengan daerah lain. Untuk menuju

Desa Kuala Sempang dapat melalaui jalur darat

yaitu dari arah kota TanjungPinang dan jalan

Raya TanjungUban. Jarak tempuh dari kota

Tanjungpinang bisa dilalui dengan dua jalur, yaitu

jalan Raya Lama dan Jalan Lintas Barat, namun

untuk lebih dekat dan menghemat waktu

perjalanan sebaiknya melalai jalur Lintas Barat

dengan jarak tempah > 55 KM. Untuk menuju

Desa Kuala Sempang dapat menggunakan

kendaraan pribadi baik mobil maupun sepeda

motor. Selain itu Desa Kuala Sempang juga

terdapat Dermaga.

Tingkat Persepsi Masyarakat

Salah satu aspek yang diperlukan dalam

rangka pengembangan ekowisata adalah

masyarakat, dimana peran masyarakat sangat

penting karena tanpa adanya dukungan dan

partisipasi masyarakat setempat maka akan sulit

untuk dikembangkan berbagai kegiatan

ekowisata. Persepsi masyarakat dapat dilihat dari

aspek pengetahuan, sikap serta partisipasi

masyarakat, hal ini bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana pengetahuan masyarakat, serta

bagaimana sikap masyarakat dan partisipasi

masyarakat terhadap kegiatan pengembangan

ekowisata mangrove. Dari hasil wawancara kepada masyarakat

≥ 50% mendukung pengembangan ekowisata

mangrove yang ada di Desa Kuala Sempang.

Masyarakat juga perlu diberi informasi dan

pengetahuan serta pelatihan.

Selain itu pemerintah yang bersangkutan

juga mendukung pengembangan ekowisata

mangrove yang ada di Desa Kuala Sempang dan

perlu adanya kerjasama yang baik antara semua

pihak.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Gambar berikut:

1. Persepsi Masyarakat

93%

7% 0%

Tentang Mangrove

Tahu

Ragu-ragu

Tidak tahu

73% 17%

10%

Tentang Ekowisata

Tahu

Ragu-ragu

Tidak tahu

Page 8: KAJIAN POTENSI EKOSISTEM MANGROVE UNTUK …

2. Sikap Responden

3. Keterlibatan Responden

17%

83%

0% Kondisi Mangrove

sangat baik

baik

rusak

90%

3% 7%

Pemanfaatan Mangrove

baik

tidak baik

tidak tahu

83%

3% 14%

Biota Asosiasi

ada

tidak ada

tidak tahu

90%

10% 0%

Bila dijadikan Kawasan Ekowisata

senang

biasa saja

tidak senang

77%

3% 20%

Bermanfaat bila

dijadikan Kawasan

Ekowisata

bermanfaat

ragu-ragu

tidak tahu

90%

0%

10% Bila diadakan Pelatihan

setuju

tidak setuju

tidak tahu

93%

0% 7%

Adanya Keterlibatan

Pemerintah

setuju

tidak setuju

ragu-ragu

87%

0%

13%

Terlibat dalam Kegiatan

Ekowisata

siap

tidak siap

ragu-ragu

Page 9: KAJIAN POTENSI EKOSISTEM MANGROVE UNTUK …

Analisis Kesesuaian Lahan Ekowisata Mangrove

Analisis Kesesuaian Lahan Stasiun I.

Dari hasil presentase kesesuaian lahan

untuk ekowisata mangrove yang terdapat di

stasiun1 yang terletak di Pulau Emapt dapat

dilihat pada Tabel 4. Termasuk dalam kategori S1

yaitu sangat sesuai dengan presentase 91%.

Tabel 4. Presentase Kesesuaian Lahan Untuk Ekowisata Mangrove

No Parameter Bobot Hasil Skor Bobot X Skor

1 Kerapatan Mangrove

(Pohon/ha)

4 1900 pohon/ha

4 16

2 Jenis Mangrove 4 13 jenis 4 16

3 Objek Biota 3 Ikan,udang,

Kepiting,

Moluska,reptil,

Burung,Mamalia

4 12

4 Kedalaman (m) 3 4 m 4 12

5 Panjang sungai (km) 1 2 km 2 1

6 Lebar Sungai (m) 1 863 m 4 4

7 Aksesibilitas 3 2 ketentuan 2 6

8 Karakteristik Kawasan 4 4 ketentuan 4 16

Jumlah 84

IKW = ∑ (Ni/Nmaks) x 100 %

Sangat Sesuai

92 %

91%

Analisis Kesesuaian Lahan Stasiun II.

Analisis kesesuaian lahan pada stasiun II yang

terletak di Sungai tekah dapat dilihat pada Tabel 5

termasuk dalam kategori SI dengan presentase

81%.

Tabel 5. Presentase Kesesuaian Lahan Untuk Ekowisata Mangrove

No Parameter Bobot Hasil Skor Bobot X Skor

1 Kerapatan Mangrove

(pohon/ha)

4 1300 pohon/ha

3 12

2 Jenis Mangrove 4 13 jenis 4 16

3 Objek Biota 3 Ikan,udang,

Kepiting,

Moluska,reptil,

Burung,Mamalia

4 12

4 Kedalaman (m) 3 4,3 m 4 12

5 Panjang sungai (km) 1 1km 1 1

6 Lebar Sungai (m) 1 695 m 4 4

7 Aksesibilitas 3 2 ketentuan 2 6

Page 10: KAJIAN POTENSI EKOSISTEM MANGROVE UNTUK …

8 Karakteristik Kawasan 4 3 ketentuan 3 12

Jumlah 75

IKW = ∑ (Ni/Nmaks) x 100 %

Sangat Sesuai

81%

Analisis Kesesuaian Lahan Stasiun II. Analisis Kesesuaian Lahan pada stasiun

III yang terletak di Kp. Sungai Lepan dapat dilihat

pada Tabel 13 dengan presentase 85%. Stasiun I

merupakan presentase yang tertinggi dari ketiga

stasiun yaitu 91%, dan presentase teringgi

selanjutnya yaitu terdapat pada staiun III 85%,

sedangkan Stasiuin II 81% merupakan presentase

yang terendah. Namun secara keseluruhan dari

tiga stasiun yang ada Desa Kuala Sempang

termasuk dalam kategori S1 yaitu sangat sesuai.

Bukan hanya potensi biofisik saja, hal ini

didukung dengan masyarakat Desa Kuala

Sempang yang berpotensi mendukung

pengembangan ekowisata mangrove dibuktikan

dengan hasil wawancara kepada responden yang

setuju bila dijadikan kawasan ekowisata

mangrove.

Tabel 6. Presentase Kesesuaian Lahan Untuk Ekowisata Mangrove

No Parameter Bobot Hasil Skor Bobot X Skor

1 Kerapatan Mangrove

(pohon/ha)

4 1800 pohon/ha

3 16

2 Jenis Mangrove 4 10 jenis 4 16

3 Objek Biota 3 Ikan,udang,

Kepiting,

Moluska,reptil,

Burung,Mamalia

4 12

4 Kedalaman (m) 3 3,8 m 4 12

5 Panjang sungai (km) 1 2,8 km 2 2

6 Lebar Sungai (m) 1 325 m 3 3

7 Aksesibilitas 3 2 ketentuan 2 6

8 Karakteristik Kawasan 4 3 ketentuan 3 12

Jumlah 79

IKW = ∑ (Ni/Nmaks) x 100 %

Sangat Sesuai

85%

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Potensi biofisik Desa Kuala Semapang

yang mendukung, seperti rata-rata

kerapatan jenis mangrove 1700 pohon/ha

dari ketiga stasiun, jenis mangrove yang

ditemukan terdapat 16 jenis yaitu

Avicennia lanata, Aegiceras

corniculatum, Aegiceras florium, Bruguierra gymnorhiza, Bruguierra

cylindrical, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Rhizophora

macronata, Xylocarpus moluccensis,

Xylocarpus granatum, Lumnitzera

littorea, Lumnitzera racemosa,

Sonneratia caseolaris, Sonneratia ovata,

Pandanus tectorius, Nyipa fruticans.

Adanya objek biota yang mendukun

seperti fauna aquatik dan fauna darat,

selain itu kedalaman, lebar dan panjang

Page 11: KAJIAN POTENSI EKOSISTEM MANGROVE UNTUK …

sungai serta karakteristik kawasan yang

mendukung seperti objek alam yang

menarik, bentang alam yang indah,

seperti sungai, satwa endemik seperti

monyet kekah, dan adanya panorama

yang indah. Bukan hanya itu aksebilitas

jalan menuju Desa Kuala Semang yang

saudah bagus.

2. Potensi sosial masyarakat dari hasil

wawancara yang telah dilakukan, bahwa

dari persepsi, sikap dan kesiapan

keterlibatn masyarakat mendukung

pengembangan ekowisata mangrove

yang ada di Desa Kuala Sempang.

3. Tingkat keseuian lahan untuk ekowisata

mangrove yang ada di Desa Kuala

Sempang pada stasiun 1 yang terletak di

Pulau Empat termasuk dalam kategori S1

yaitu sangat sesui dengan presentase

91%, stasiun II yang terletak di Sunagi

Tekah dengan presenase 81% termasuk

dalam kategori S1 yaitu sangat sesuai

dan stasiun III yang terletak di Kp.

Sungai Lepan dengan presentase 85%

termasuk dalam kategori S1 yaitu sangat

sesuai.

B. Saran

Diperlukan promosi daerah wisata dan

penelitian lebih lanjut untuk mendukung

pengembangan ekowisata mangrove yang ada di

Desa Kuala Sempang mengenai analisis daya

dukung kawasan serta analisis SWOT. Selain itu

perlu adanya infrasrtuktur secara terencana untuk

mendukung kegiatan ekowisata mangrove dari

pihak pemerintah/instansi terkait.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik, RinekaCipta,

Jakarta.

Bahar, Ahmad, 2004, Kajian Kesesuaian dan

Daya Dukung Ekosistem Mangrove

untuk Pengembangan Ekowisata di

Gugus Pulau Tanakeke Kabupaten

Takalar Sulawesi Selatan, Tesis, Sekolah

Pasca Sarjana Program Studi

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan

Lautan, Institut Pertanian Bogor.

Muhaerin. M. 2008. Kajian Sumberdaya

Ekosistem Mangrove Untuk Pengelolaan

Ekowisata Di Estuari Perancak,

Jembrana, Bali.Skripsi, Departemen

Manajemen Sumberdaya Perairan

FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan.

Istitut Pertanian Bogor.

Murni.H.C 2000 Perencanaan Pengelolaan

Kawasan Konservasi Estuaria Dengan

Pendekatan Zonasi. Program Studi

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

Lingkungan Pascasarjana Bogor.

Nonjti, A. 2007. Laut Nusantara. Djamban.

Jakarta.

Rozalina. N. 2014. Kesesuaian Kawasan Untuk

Pengembangan Ekowisata Mangrove

Berdasarkan Biofisik Di Desa Tembeling

Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten

Bintan. Skripsi. Unuversitas Maritim Raja

Ali Haji.

Tuwo, Ambo, 2011, Pengelolaan Ekowisata

Pesisir dan Laut, Pendekatan Sosial

Ekologi, Sosial-Ekonomi, Kelembagaan,

dan sarana Wilayah, Brillian Internasional

Surabaya.

Wahyudi, Helmi, 2008, Potensi Sumberdaya

Lamun dan Mangrove Sebagai

Penunjang Ekowisata Di Pulau Panggang

Kabupaten Seribu, Skripsi, Departemen

Manajemen Sumberdaya Perairan Institut

Pertanian Bogor.

Wiharyanto, Dhimas, 2007, Kajian

Pengembangan Ekowisata Mangrove di

Kawasan Konservasi Pelabuhan

Tengkayu II Kota Tarakan Kalimantan

Timur, Tesis, Sekolah Pasca Sarjana

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya

Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian

Bogor.

Yulianda. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai

Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya

Pesisir Berbasisi konservasi. Makalah

Seminar Sainis 21 Februari 2007.

Page 12: KAJIAN POTENSI EKOSISTEM MANGROVE UNTUK …

Departemen Manajemen Sumberdaya

Perairan. FIKP. IPB. Bogor.2007.