kajian potensi ekosistem mangrove untuk …
TRANSCRIPT
KAJIAN POTENSI EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGEMBANGAN
EKOWISATA MANGOVE DI DESA KUALA SEMPANG KECAMATAN SERI
KUALA LOBAM KABUPATEN BINTAN
STUDY POTENTIAL ECOSYSTEM MANGROVE FOR MANGROVE ECOTOURISM
DEVELOPMENT at KUALA SEMPANG VILLAGE KECAMATAN SERI KUALA
LOBAM KABUPATEN BINTAN
Desriana1, Dr. Febrianti Lesrari M.Si
2, Fitria Ulfah, SP, MM
2
Mahasiswa1, Dosen Pembimbing
2
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji
e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekosistem mangrove, dan potensi
sosial masyarakat serta mengetahui tingkat kesesuain untuk pengembangan ekowisata
mangrove di Desa Kuala Sempang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April –Juni
2015. Metode yang digunakan adalah metode survey yaitu pengamatan langsung terhadap
kondisi ekologis mangrove dan biota asosiasi serta pengambilan data wawancara dengan
kuisioner kepada responden. Berdasarkan hasil penelitaian dijumpai 16 jenis mangrove dari
ketiga stasiun, Adanya objek biota yang mendukung seperti fauna aquatik dan fauna darat,
selain itu kedalaman, lebar dan panjang sungai serta karakteristik kawasan dan aksebilitas
jalan menuju Desa Kuala Sempang yang sudah bagus. Tingkat kesesuaian lahan untuk
ekowisata mangrove yang ada di Desa Kuala Sempang pada Stasiun 1 yang terletak di
Pulau Empat termasuk dalam kategori S1 yaitu sangat sesuai dengan presentase 91%,
stasiun II yang terletak di Sungai Tekah dengan presenase 81% termasuk dalam kategori S1
yaitu sangat sesuai dan stasiun III yang terletak di Kp. Sungai Lepan dengan presentase
85% termasuk dalam kategori S1 yaitu sangat sesuai. Potensi sosial masyarakat dari hasil
wawancara yang telah dilakukan, bahwa dari persepsi, sikap dan kesiapan keterlibatan
masyarakat mendukung pengembangan ekowisata mangrove yang ada di Desa Kuala
Sempang. Selain itu
Kata kunci : Potensi Ekosistem Mangrove, Potensi Sosial Masryrakat, Pengembangan
Ekowisata Mangrove, Desa Kuala Sempang
ABSTRACT
The purpose of the research is to know faction of mangrove, how to know
perception society involvement and haw to know fine from areas level for make a
ecotourism mangrove any in Kuala Sempang village. The study was conducted in April
after June 2015. Method needed is surveying method is supervision from condition
ecologic mangrove and biota association witch mangrove along with take interview witch
questioner respondent .observation of research it be found 16 spesies mangrove from third
station. There is biota object is contributed aquatic fauna and laud fauna, it deepness wide
and long river, character areas , and road accessibility to Kuala Sempang village good. For
level to ecotourism area mangrove be present in Kuala Sempang village from station I in
Pulau Empat location included category (S1) is very fine with presentation 91%, Station II
in Sungai Tekah location with presentation 81% from the included category S1 is very
appropriate and the station III in location Kp. Sungai Lepan with presentation 85%
included is very fine. Charitable potential society from interview to needed already from
the perception that attitude and readiness society to development ecotourism mangrove at
Kuala Sempang Village.
Keywords : Potential of Mangrove Ecosystem , Potential Society , ecotourism
Mangrove Development , Kuala Sempang Village
PENDAHULUAN
Menurut Wiharyanto (2007) dalam
Rozalina (2014) sebagai suatu ekosistem khas
perairan pesisir, hutan mangrove memiliki
nilai ekologis dan ekonomis. Nilai ekonomis
hutan mangrove adalah sebagai penyedia
bahan dasar untuk keperluan rumah tangga
dan industri, seperti kayu bakar, arang, kertas
dan rayon, yang dalam konteks ekonomi
mengandung nilai komersial tinggi. Hutan
mangrove juga memiliki fungsi-fungsi
ekologis yang penting, antara lain sebagai
penyedia nutrien, tempat pemijahan
(spawning grounds), tempat pengasuhan
(nursery grounds) dan tempat mencari makan
(feeding grounds) bagi biota laut tertentu.
Ekosistem ini, pada kawasan tertentu bersifat
open acces, sehingga meningkatnya
eksploitasi oleh manusia akan menurunkan
kualitas dan kuantitasnya.
Ekosistem mangrove merupakan
ekosistem yang kompleks terdiri dari flora
dan fauna dearah pantai selain menyediakan
keanekaragaman hayati (biodiversity),
ekosistem mangrove juga sebagai plasma
nutfah (genetic pool) dan menunjang
keselurahan sistem kehidupan disekitarnya
(Muhaerin, 2008). Salah satu cara untuk
melibatkan masyarakat dalam melestarikan
lingkungan khususnya mangrove adalah
kegiatan ekowisata.
Keberadaan hutan mangrove yang
ada di Desa Kuala Sempang kecamtan Seri
Kuala Lobam yang cukup luas dapat
dimanfaatkan sebagai desa tujuan wisata
yang dapat menarik wisatawan lokal
maupun wisatawan asing, sehingga
keberadaan mangrove tersebut dapat menjadi
salah satu penghasilan tambahan masyarakat
setempat, misalnya wisatawan dapat
mengelilingi hutan mangrove dengan nuansa
alam yang masih alami untuk melihat biota-
biota yang unik, sehingga wisatawan yang
datang merasa terkesan.
Ekowisata adalah kegiatan perjalanan
wisata yang bertanggung jawab di daerah
yang masih alami atau di daerah-daerah yang
dikelola dengan kaedah alam, tujuannya
selain itu untuk menikmati keinadahan alam
juga melibatkan unsur-unsur pendidikan,
pemahaman dan dukungan terhadap usaha-
usaha konservasi alam dan peningkatan
pendapatan masyarakat setempat. Penerapan
konsep ekowisata di kawasan ekosistem
hutan mangrove secara umum diharapkan
dapat mengurangi tingkat kerusakan kawasan
tersebut oleh masyarakat dan berpengaruh
pada peningkatan ekonomi (Wiharyanto,
2007).
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk Mengetahui potensi ekosistem
mangrove untuk pengembangan ekowisata
mangrove yang ada di Desa Kuala Sempang,
Mengetahai persepsi, sikap dan kesiapan
keterlibatan masyarakat terhadap ekowisata
mangrove yang ada di Desa Kuala Sempang,
Meng etahui tingkat kesesuaian kawasan
untuk potensi ekowisata mangrove yang ada
di Desa Kuala Sempang.
Mamfaat dari penelitian ini adalah
memberikan informasi kepada masyarakat
setempat pemerintah daerah, instansi terkait
mengenai kajian potensi ekosistem mangrove
untuk pengembangan ekowisata mangrove
dalam uapaya mempromisikan
pengembangan daerah.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Waktu penelitian akan dilakukan pada
bulan April hingga Juni 2015, berlokasi di
Desa Kuala Sempang kecamatan Seri Kuala
Lobam Kbupaten Bintan.
Peta Lokasi Penelitian
Sumber: peta map Bintan LAB SIK
GAMBAR 1 : Peta Loksai Penelitian
Stasiun penelitian ditentukan dengan
metode purposive sampling, yaitu penentuan
lokasi pengamatan secara sengaja
berdasarkan atas adanya tujuan tertentu dan
sesuai dengan pertimbangan peneliti sendiri
sehingga dapat mewakili populasi (Arikunto
2006 dalam Rozalina, 2014) Stasiun
penelitian ditentukan berdasarkan observasi
awal sebelum penelitian dilakukan, dengan
titik koordinat sebagai berikut:
1. Stasiun I: terletak di Pulau Empat,
dengan titik koordinat N 01o01’58,5”
dan E 104o19’48,1”.
2. Stasiun II: terletak di Sungai Tekah,
dengan titik N 01o02’08,2” dan E
104o19’24,6”.
3. Stasiun III terletak di Kp. Sungai
Lepan , yaitu di muara sungai dengan
titik N 01o02’05,1” dan E
104o1842,1”.
Alat dan Bahan
Tabel 1. Bahan Penelitian
No. Bahan Kegunaan
1. Mangrove Sebagai sampel
penelitian
2. Biota asosiasi Sebagai sampel
penelitian
Tabel 2. Alat Penelitian
Alat Kegunaan
1
GPS (Global
Positioning
System)
Mengetahui posisi
stasiun penelitian
atau transek
2 Pompong/boat
Alat transportasi
menuju lokasi
penelitian
3 Roll meter Mengukur jarak
antar transek
4 Kamera Dokumentasi
5 Tali rapia Membuat garis
transek dan plot
6 Tonggak kayu
berskala
Mengukur pasang
surut
7 Parang Memotong kayu
untuk transek
8
9
Alat tulis
Kantong plastik
dan kertas label
Mencatat hasil
pengamatan
Sebagai wadah
sampel
10
Buku
identifikasi
mangrove
Panduan untuk
mengidentifikasi
jenis mangrove
11 Kuisioner Bahan wawancara
masyarakat
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey yaitu dimana pengukuran secara
langsung yang dilakukan untuk mengetahui
kondisi biofisik mangrove serta bioata
asosiasi. Disamping itu di lakukan survey
sosial dengan pendekatan wawancara dan
quisioner untuk mendapatkan data persepsi
masyarakat, sebanyak 30 orang dan untuk
pemerintah sebanyak 4 instansi yaitu
Bappeda kabupaten Bintan, Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kabupaten Bintan, Dinas
Kehutanan dan Pertanian Kabupaten Bintan
serta Kantor Desa Kuala Sempang dan pelaku
usaha. Kesesuaian ekowisata mangrove
mempertimbangkan 7 parameter penilaian
meliputi: ketebalan, kerapatan dan jenis
mangrove, objek biota, pasang surut,
karakteristik kawasan, serta aksesibilitas.
Pemberian bobot berdasarkan tingkat
kepentingan suatu parameter, sedangkan
pemberian skor berdasarkan kualitas setiap
parameter kesesuaian.
ANALISIS DATA
Kerapatan jenis
Pengolahan data yang dilakukan
yaitu perhitungan kerapatan mangrove.
Keterangan :
D = kerapatan jenis i
Di = ni/A
ni = jumlah total individu dari jenis
A = luas area total pengambilan contoh
Dalam hal ini unit luasan yang digunakan
adalah meter persegi (m2)
Jenis – jenis mangrove
Untuk pengamatan jenis-jenis
mangrove yang telah diketahui jenisnya
dapat langsung dicatat pada saat
penelitian di lapangan dan sedangkan
untuk jenis mangrove yang tidak
diketahuai jenisnya dapat diambil
samplenya kemudian dilakukan
identifikasi mengguakan panduan buku
identifikasi (Rusila et al .2006).
Biota Mangrove
Biota yang berasosiasi di ekosistem
mangrove diamati secara langsung di
lapangan. Hasil pengamatan jenis-jenis biota
yang berasosiasi dengan mangrove tersebut
dapat dilakukan dengan cara pengambilan
gambar/foto, kemudian diambil sampelnya
kemudian diidentifikasi dengan panduan
berdasarkan jurnal-jurnal yang berhubungan
dengan penelitian. Misalnya untuk
diidentifikasi jenis biota kelompok crustacea
jenis molusca, panduan identifikasinya
mengacu pada penelitian tentang komunitas
makrozoobenthos. Selain itu identifikasi juga
menggunakan panduan buku (Ambo Tuwo,
2011).
Potensi Sosial Masyarakat
Analisis komponen sosial masyarakat
mengenai persepsi, digambarkan dalam
bentuk presentase yang disampling. Dengan
melihat presentase persepsi masyrakat
masyarakat, maka dapat dilihat tingkat
persepsi masyarakat terhadapa
pengembangan ekowisata mangrove, nilai
presentase responden dapat dilihat dengan
menggunakan rumus Tuwo (2011):
Ket: TPM =Tingkat persepsi %
n =Jumlah responden persepsi ke-i
N =Jumlah seluruh responden.
Analisis Kesesuaian Ekowisata Mangrove
Kesesuaian ekowisata ekosistem
mangrove untuk pengembangan dalam
kegiatan ekowisata memerlukan analisis
suatu kelayakan, untuk itu peneliti akan
mepertimbangkan 8 parameter dengan 4
kategori penilain yaitu Kategori S1
(sangat sesuai), kategori S2 (sesuai),
kategori S3 cukup sesuai dan kategori SN
(tidak sesuai) dapat dilihat pada Tabel 3.
Adapun parameter yang
dipertimbangakan peneliti dalam
penelitian ini antara lain, kerapatan
mangrove, jenis mangrove, objek biota
yang berasosiasi, kedalaman, panjang
sungai, lebar sungai, karasteristik
kawasan, dan aksesbilitas.
Tabel 3. Matriks kesesuaian potensi untuk ekowisata mangrove. N
o Parameter
Bobo
t
Kategori
S1
Sko
r
Kategori
S2
Sko
r
Kategori
S3
Sko
r
Kategori
N Skor
1. Kerapatan
mangrove (100 m2
) 4 > 15 -25 4
>10 – 15
3 5-10 2 < 5 1
2. Jenis mangrove 4 > 5 4 3 – 5 3 1 – 2 2 0 1
3. Obyek biota 3
Ikan,udang,
Kepiting, Moluska,reptil,
Burung,Mamalia.
4
Ikan,udan,
Kepiting,
Moluska
3 Ikan,
moluska 2
Salah satu biota air
1
4. Kedalaman sungai
(m) 3 >3-5 4 >2-3 3 1-2 2 <1 1
TPM = n/N x 100%
5. Panjang sungai
(km) 1 >3 4 3 3 2 2 1 1
6. Lebar sungai (m) 1 >500 4 201-500 3 4-200 2 >4 1
7. Aksesibilitas 3 4 ketentuan 4 3
ketentuan 3 2 ketentuan 2 1ketentuan 1
8. Karasteristik
kawasan 4 4 ketentuan 4
3
ketentuan 3 2 ketentuan 2 1 ketentuan 1
Sumber: Yulianda (2007) dalam Rozalina (2014),Helmi (2008) modifikasi (2015)
Keterangan: Nilai maksimum = 92
S1 = Sangat sesuai, dengan nilai
80 - 100 %
S2 = Sesuai, dengan nilai 60 - <
80 %
S3 = Sesuai bersyarat, dengan
nilai 35 - < 60 %
N = Tidak sesuai, dengan nilai
< 35 %
potensi sumberdaya dan peruntukannya.
Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan
sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan
objek wisata yang akan dikembangkan. Rumus
yang digunakan untuk kesesuaian wisata pantai
dan wisata bahari adalah (Yulianda, 2007):
IKW = ∑ (Ni/Nmaks) x 100 %
IKW = Indeks kesesuaian ekosistem untuk
wisata mangrove
Sangat Sesuai: 80 100%,
Sesuai: 60 – 80%,
Sesuai Bersyarat: 35 - < 60%,
Tidak Sesuai: <35).
Ni = Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor).
Nmaks = Nilai maksimum dari kategori wisata
mangrove (92).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kerapatan Jenis Mangrove Kerapatan jenis mangrove yang ada di
Desa Kuala Sempang yang tertinggi ditemukan di
Stasiun I, dengan kerapatan sebesar 1900
Pohon/ha, yang terletak di Pulau Empat, kerapatan
tertinggi selanjutnya ditemukan pada Stasiun III
yaitu sebesar 1800 Pohon/ha di Kp. Sungai Lepan
sedangkan kerapatan terendah terdapat pada
Stasiun II yaitu hanya sebesar 1300 pohon /ha.
Hasil perhitungan rata-rata dari ketiga stasiun
tersebut adalah sebesar 1600 pohon/ha.
Jenis-Jenis Mangrove
Adapun hasil pengamatan yang telah
dilakukan ekosistem mangrove Desa Kuala
Sempang dari tiga titik stasiun pengamatan
ditemukan 16 jenis dari 9 Genus diataranya jenis Avicennia lanata, Aegiceras corniculatum, Aegiceras florium, Bruguierra gymnorhiza, Bruguierra cylindrical, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Rhizophora macronata, Xylocarpus moluccensis, Xylocarpus granatum, Lumnitzera littorea, Lumnitzera racemosa,
Sonneratia caseolaris, Sonneratia ovata,
Pandanus tectorius, Nyipa fruticans.
Hutan mangrove adalah tipe hutan yang
khas terdapat disepanjang pantai atau muara
sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut
(Nontji 2007), sebagaimana diketahui bahwa
Negara Indonesia mempunyai keragaman jenis
mangrove yang tinggi, sehingga dapat menjadi
salah satu kebanggaan tersendiri. Selain itu juga
dapat berpeluang menjadi salah satu daya tarik
objek wisata yang dapat dipromosikan ke berbagai
daerah hingga mancanegara, sehingga keberadaan
mangrove tersebut dapat benar-benar
dimanfaatkan oleh masyarakat.
Objek Biota
Observasi objek biota hutan mangrove
yang ditemui pada saat melakukan pengamatan di
lapangan maupun wawancara kepada masyarakat
yang tinggal disekitar ekosistem mangrove di
Desa Kuala Kempang terdiri atas biota aquatik
dan biota darat adapun biota aquatik yang ditemui
di ekosistem mangrove adalah jenis ikan yaitu
ikan gelodok (Periopthalamus sp), ikan belanak
(Mugil dosumieri), ikan sembilang (Plonotus
canius) untuk jenis crustacea seperti kepiting
bakau (Scylla serrata), kepiting rajungan
(Portunus pelajicus), dan jenis udang, yaitu udang
putih (Panaeus merguesis), sedangkan jenis
molusca yang ditemui adalah kerang bakau
(Polymesoda bengalensis), siput isap sedangakan
untuk biota darat yang ditemui yang berasosiasi
pada ekosistem mangrove adalah jenis reptil yaitu
ular bakau (Chrysopelea sp), dan biawak
(Varanus salvator), sedangkan jenis burung yang
ditemui adalah burung bangau putih (bubulcus
ibis kuntul), burung elang laut (Haliaeetus
leucogaster), burung madu bakau (Leptocoma
calcostetha), sedangkan jenis mamalia yang temui
adalah monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis), tupai (Tupaia javania) dan berang-
berang (Aonyx cinerea)
Kedalam, Lebar dan Panjang sungai
Adapun Untuk Kedalaman rata-rata dari
ketiga satsiun tersebut adalah 4,03. Sedangkan
rata-rata lebar sungai yaitu 1,6 Km dan lebar
sungai 627 Meter.
Karakteristik Kawasan
Desa Kuala Sempang secara keseluruhan
memiliki panorama dan bentang alam yang
mempesona, seperti sungai. Selain itu Desa Kuala
Semapang juga memiliki panorama yang indah.
Kawasan hutan mangrove yang indah menjadi
daya tarik tersendiri.
Aksesibilitas
Aksesibilitas jalan menuju Desa Kuala
Sempang sudah cukup bagus seperti aspalisasi
yang baik dan jembatan yang menghubungkan
satu daerah dengan daerah lain. Untuk menuju
Desa Kuala Sempang dapat melalaui jalur darat
yaitu dari arah kota TanjungPinang dan jalan
Raya TanjungUban. Jarak tempuh dari kota
Tanjungpinang bisa dilalui dengan dua jalur, yaitu
jalan Raya Lama dan Jalan Lintas Barat, namun
untuk lebih dekat dan menghemat waktu
perjalanan sebaiknya melalai jalur Lintas Barat
dengan jarak tempah > 55 KM. Untuk menuju
Desa Kuala Sempang dapat menggunakan
kendaraan pribadi baik mobil maupun sepeda
motor. Selain itu Desa Kuala Sempang juga
terdapat Dermaga.
Tingkat Persepsi Masyarakat
Salah satu aspek yang diperlukan dalam
rangka pengembangan ekowisata adalah
masyarakat, dimana peran masyarakat sangat
penting karena tanpa adanya dukungan dan
partisipasi masyarakat setempat maka akan sulit
untuk dikembangkan berbagai kegiatan
ekowisata. Persepsi masyarakat dapat dilihat dari
aspek pengetahuan, sikap serta partisipasi
masyarakat, hal ini bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana pengetahuan masyarakat, serta
bagaimana sikap masyarakat dan partisipasi
masyarakat terhadap kegiatan pengembangan
ekowisata mangrove. Dari hasil wawancara kepada masyarakat
≥ 50% mendukung pengembangan ekowisata
mangrove yang ada di Desa Kuala Sempang.
Masyarakat juga perlu diberi informasi dan
pengetahuan serta pelatihan.
Selain itu pemerintah yang bersangkutan
juga mendukung pengembangan ekowisata
mangrove yang ada di Desa Kuala Sempang dan
perlu adanya kerjasama yang baik antara semua
pihak.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar berikut:
1. Persepsi Masyarakat
93%
7% 0%
Tentang Mangrove
Tahu
Ragu-ragu
Tidak tahu
73% 17%
10%
Tentang Ekowisata
Tahu
Ragu-ragu
Tidak tahu
2. Sikap Responden
3. Keterlibatan Responden
17%
83%
0% Kondisi Mangrove
sangat baik
baik
rusak
90%
3% 7%
Pemanfaatan Mangrove
baik
tidak baik
tidak tahu
83%
3% 14%
Biota Asosiasi
ada
tidak ada
tidak tahu
90%
10% 0%
Bila dijadikan Kawasan Ekowisata
senang
biasa saja
tidak senang
77%
3% 20%
Bermanfaat bila
dijadikan Kawasan
Ekowisata
bermanfaat
ragu-ragu
tidak tahu
90%
0%
10% Bila diadakan Pelatihan
setuju
tidak setuju
tidak tahu
93%
0% 7%
Adanya Keterlibatan
Pemerintah
setuju
tidak setuju
ragu-ragu
87%
0%
13%
Terlibat dalam Kegiatan
Ekowisata
siap
tidak siap
ragu-ragu
Analisis Kesesuaian Lahan Ekowisata Mangrove
Analisis Kesesuaian Lahan Stasiun I.
Dari hasil presentase kesesuaian lahan
untuk ekowisata mangrove yang terdapat di
stasiun1 yang terletak di Pulau Emapt dapat
dilihat pada Tabel 4. Termasuk dalam kategori S1
yaitu sangat sesuai dengan presentase 91%.
Tabel 4. Presentase Kesesuaian Lahan Untuk Ekowisata Mangrove
No Parameter Bobot Hasil Skor Bobot X Skor
1 Kerapatan Mangrove
(Pohon/ha)
4 1900 pohon/ha
4 16
2 Jenis Mangrove 4 13 jenis 4 16
3 Objek Biota 3 Ikan,udang,
Kepiting,
Moluska,reptil,
Burung,Mamalia
4 12
4 Kedalaman (m) 3 4 m 4 12
5 Panjang sungai (km) 1 2 km 2 1
6 Lebar Sungai (m) 1 863 m 4 4
7 Aksesibilitas 3 2 ketentuan 2 6
8 Karakteristik Kawasan 4 4 ketentuan 4 16
Jumlah 84
IKW = ∑ (Ni/Nmaks) x 100 %
Sangat Sesuai
92 %
91%
Analisis Kesesuaian Lahan Stasiun II.
Analisis kesesuaian lahan pada stasiun II yang
terletak di Sungai tekah dapat dilihat pada Tabel 5
termasuk dalam kategori SI dengan presentase
81%.
Tabel 5. Presentase Kesesuaian Lahan Untuk Ekowisata Mangrove
No Parameter Bobot Hasil Skor Bobot X Skor
1 Kerapatan Mangrove
(pohon/ha)
4 1300 pohon/ha
3 12
2 Jenis Mangrove 4 13 jenis 4 16
3 Objek Biota 3 Ikan,udang,
Kepiting,
Moluska,reptil,
Burung,Mamalia
4 12
4 Kedalaman (m) 3 4,3 m 4 12
5 Panjang sungai (km) 1 1km 1 1
6 Lebar Sungai (m) 1 695 m 4 4
7 Aksesibilitas 3 2 ketentuan 2 6
8 Karakteristik Kawasan 4 3 ketentuan 3 12
Jumlah 75
IKW = ∑ (Ni/Nmaks) x 100 %
Sangat Sesuai
81%
Analisis Kesesuaian Lahan Stasiun II. Analisis Kesesuaian Lahan pada stasiun
III yang terletak di Kp. Sungai Lepan dapat dilihat
pada Tabel 13 dengan presentase 85%. Stasiun I
merupakan presentase yang tertinggi dari ketiga
stasiun yaitu 91%, dan presentase teringgi
selanjutnya yaitu terdapat pada staiun III 85%,
sedangkan Stasiuin II 81% merupakan presentase
yang terendah. Namun secara keseluruhan dari
tiga stasiun yang ada Desa Kuala Sempang
termasuk dalam kategori S1 yaitu sangat sesuai.
Bukan hanya potensi biofisik saja, hal ini
didukung dengan masyarakat Desa Kuala
Sempang yang berpotensi mendukung
pengembangan ekowisata mangrove dibuktikan
dengan hasil wawancara kepada responden yang
setuju bila dijadikan kawasan ekowisata
mangrove.
Tabel 6. Presentase Kesesuaian Lahan Untuk Ekowisata Mangrove
No Parameter Bobot Hasil Skor Bobot X Skor
1 Kerapatan Mangrove
(pohon/ha)
4 1800 pohon/ha
3 16
2 Jenis Mangrove 4 10 jenis 4 16
3 Objek Biota 3 Ikan,udang,
Kepiting,
Moluska,reptil,
Burung,Mamalia
4 12
4 Kedalaman (m) 3 3,8 m 4 12
5 Panjang sungai (km) 1 2,8 km 2 2
6 Lebar Sungai (m) 1 325 m 3 3
7 Aksesibilitas 3 2 ketentuan 2 6
8 Karakteristik Kawasan 4 3 ketentuan 3 12
Jumlah 79
IKW = ∑ (Ni/Nmaks) x 100 %
Sangat Sesuai
85%
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Potensi biofisik Desa Kuala Semapang
yang mendukung, seperti rata-rata
kerapatan jenis mangrove 1700 pohon/ha
dari ketiga stasiun, jenis mangrove yang
ditemukan terdapat 16 jenis yaitu
Avicennia lanata, Aegiceras
corniculatum, Aegiceras florium, Bruguierra gymnorhiza, Bruguierra
cylindrical, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Rhizophora
macronata, Xylocarpus moluccensis,
Xylocarpus granatum, Lumnitzera
littorea, Lumnitzera racemosa,
Sonneratia caseolaris, Sonneratia ovata,
Pandanus tectorius, Nyipa fruticans.
Adanya objek biota yang mendukun
seperti fauna aquatik dan fauna darat,
selain itu kedalaman, lebar dan panjang
sungai serta karakteristik kawasan yang
mendukung seperti objek alam yang
menarik, bentang alam yang indah,
seperti sungai, satwa endemik seperti
monyet kekah, dan adanya panorama
yang indah. Bukan hanya itu aksebilitas
jalan menuju Desa Kuala Semang yang
saudah bagus.
2. Potensi sosial masyarakat dari hasil
wawancara yang telah dilakukan, bahwa
dari persepsi, sikap dan kesiapan
keterlibatn masyarakat mendukung
pengembangan ekowisata mangrove
yang ada di Desa Kuala Sempang.
3. Tingkat keseuian lahan untuk ekowisata
mangrove yang ada di Desa Kuala
Sempang pada stasiun 1 yang terletak di
Pulau Empat termasuk dalam kategori S1
yaitu sangat sesui dengan presentase
91%, stasiun II yang terletak di Sunagi
Tekah dengan presenase 81% termasuk
dalam kategori S1 yaitu sangat sesuai
dan stasiun III yang terletak di Kp.
Sungai Lepan dengan presentase 85%
termasuk dalam kategori S1 yaitu sangat
sesuai.
B. Saran
Diperlukan promosi daerah wisata dan
penelitian lebih lanjut untuk mendukung
pengembangan ekowisata mangrove yang ada di
Desa Kuala Sempang mengenai analisis daya
dukung kawasan serta analisis SWOT. Selain itu
perlu adanya infrasrtuktur secara terencana untuk
mendukung kegiatan ekowisata mangrove dari
pihak pemerintah/instansi terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik, RinekaCipta,
Jakarta.
Bahar, Ahmad, 2004, Kajian Kesesuaian dan
Daya Dukung Ekosistem Mangrove
untuk Pengembangan Ekowisata di
Gugus Pulau Tanakeke Kabupaten
Takalar Sulawesi Selatan, Tesis, Sekolah
Pasca Sarjana Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Lautan, Institut Pertanian Bogor.
Muhaerin. M. 2008. Kajian Sumberdaya
Ekosistem Mangrove Untuk Pengelolaan
Ekowisata Di Estuari Perancak,
Jembrana, Bali.Skripsi, Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan
FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan.
Istitut Pertanian Bogor.
Murni.H.C 2000 Perencanaan Pengelolaan
Kawasan Konservasi Estuaria Dengan
Pendekatan Zonasi. Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan Pascasarjana Bogor.
Nonjti, A. 2007. Laut Nusantara. Djamban.
Jakarta.
Rozalina. N. 2014. Kesesuaian Kawasan Untuk
Pengembangan Ekowisata Mangrove
Berdasarkan Biofisik Di Desa Tembeling
Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten
Bintan. Skripsi. Unuversitas Maritim Raja
Ali Haji.
Tuwo, Ambo, 2011, Pengelolaan Ekowisata
Pesisir dan Laut, Pendekatan Sosial
Ekologi, Sosial-Ekonomi, Kelembagaan,
dan sarana Wilayah, Brillian Internasional
Surabaya.
Wahyudi, Helmi, 2008, Potensi Sumberdaya
Lamun dan Mangrove Sebagai
Penunjang Ekowisata Di Pulau Panggang
Kabupaten Seribu, Skripsi, Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan Institut
Pertanian Bogor.
Wiharyanto, Dhimas, 2007, Kajian
Pengembangan Ekowisata Mangrove di
Kawasan Konservasi Pelabuhan
Tengkayu II Kota Tarakan Kalimantan
Timur, Tesis, Sekolah Pasca Sarjana
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian
Bogor.
Yulianda. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai
Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya
Pesisir Berbasisi konservasi. Makalah
Seminar Sainis 21 Februari 2007.
Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan. FIKP. IPB. Bogor.2007.