jurusan pendidikan agama islam fakultas tarbiyah...
TRANSCRIPT
1
NILAI-NILAI EDUKATIF PADA KISAH NABI NUH AS
DALAM SURAH NUH
SKRIPSI
Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Oleh:
Khoiruz Zad
NIM: 111 10 109
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2016
2
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara pelajar no.2 telp. (0298) 323 706, 323 433 Fax 323 433 Salatiga 50721
Website: www.iainsalatiga.ac.id Email: [email protected]
M. Gufron, M.Ag.
Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth,
Dekan Fakultas Tarbiyah Dan
Ilmu Keguruan
Assalamu‟alaikum Wr.Wb
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : Khoiruz Zad
NIM : 111 10 109
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : NILAI-NILAI EDUKATIF PADA KISAH
NABI NUH as DALAM SURAH NUH
Dengan ini kami mohon, skripsi tersebut supaya segera dimunaqosahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu‟alaikum Wr.Wb
Salatiga, 15 Februari 2016
Pembimbing,
M. Gufron, M.Ag.
NIP. 19720814 200312 1 001
3
4
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Khoiruz Zad
NIM : 111 10 109
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat
atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga,15 Februari 2016
Yang menyatakan
Khoiruz Zad
111 10 109
5
MOTTO
ع امشآ حع خ١شو
"Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar al-Qur'an dan
mengajarkannya kepada orang lain"
(HR. Bukhari)
6
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Keluargaku tercinta Bapak H. Ja‟far as dan Ibu Hj. Umroti alm,
Syamsul, Ina, Azka yang tidak pernah lelah selalu mendo‟akan dan
memberi motivasi setiap hari sampai terselesainya skripsiku ini.
2. Kiai Ku RomoYai Mahfud Ridwan Lc, beserta Keluarga besar
Pondok Pesantren Edi Mancoro, tempatku menuntut ilmu-ilmu
Agama.
3. Teman – temanku Mahasiswa angkatan 2010 yang dulu pernah
berjuang bersama di STAIN Salatiga.
4. Sahabat Sahabati PMII Kota Salatiga.
5. Sahabatku Cuyu, Tholabi, Baqi, Latif, Rohman, Syamsul, Fadholi
yang selalu setia menemani dalam pembuatan skripsiku ini.
7
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan limpahan
rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam tercurah kepada Khatamul
Anbiya Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya.
Skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Educatif Pada Kisah Nabi
Nuh as Pada surah Nuh” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) pada Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam
Negeri ( IAIN ) Salatiga.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan juga arahan serta saran dari berbagai pihak, sehingga
penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan terima kasih sedalam dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan
3. Ibu Siti Rohayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI
4. Bapak M. Gufron M.Ag. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
dengan tulus, ikhlas membimbing penulis dalam menyelesaikan
tulisan ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Institut Agama Islam Negeri ( IAIN )
Salatiga yang tak pernah berhenti mendo‟akan danmemberikan
8
motivasi kepada penulis sehingga tugas ini dapat terselesaikan
dengan lancar.
6. Segenap karyawan IAIN salatiga
Semoga kebaikan dan keikhlasan yang telah diberikan akan
mendapat balasan yang setimpal dari Allah swt.
Akhirnya, hanya kepada Allah swt penulis berserah diri dan
semoga apayang tertulis dalam skripsi ini memberikan manfaat, khususnya
bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya. Amin.
Salatiga, 15 Februari 2016
Penulis,
Khoiruz Zad
NIM.111 10 109
9
ABSTRAK
Khoiruzzad, 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Pada Kisah Nabi Nuh as, Dalam Q.S
Nuh. Skripsi fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan
Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: M.
Gufron, M.Ag.
Kata Kunci: Kisah Nabi Nuh, Nilai-Nilai Pendidikan
Pendidikan merupakan kegiatan yang hanya dilakukan oleh
manusia dengan lapangan yang sangat luas, yang mencakup semua
pengalaman serta pemikiran manusia tentang pendidikan. Pendidikan
sebagai suatu praktik dalam kehidupan, seperti halnya dengan kegiatan-
kegiatan lain. Kisah Nabi Nuh as, dijelaskan secara khusus dengan
namanya yaitu surah Nuh, isi surah Nuh ini di antaranya adalah ajakan
Nabi Nuh as, kepada para umatnya untuk senantiasa mengikuti ajaran-
ajarannya serta bertaubat kepada Allah swt.
Penelitian ini membahas nilai-nilai pendidikan pada kisah Nabi
Nuh Dalam Qur‟an surat Nuh. Pertanyaan yang akan dijawab oleh peneliti
adalah; 1. Bagaimanakah kisah Nabi Nuh as, dalam surah Nuh. 2.
Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan dalam surah Nuh. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut maka peneliti mengunakan metode library research (
kajian pustaka ), sumber data penelitian ini penulis bedakan menjadi dua
kelompok yang pertama sumber primer yang berasal dari Al-qur‟an, buku
pendidikan islam dan sejarahNabi, yang kedua sumber skunder berasal
dari data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang masih berkaitan
dengan masalah penelitian seperti : tafsir An-Nuur, Al Misbah, Ibnu Katsir
dan tafsir Al-qur‟an Depag RI.
Kajian ini menunjukkan bahwa 1.bagaimana kisah Nabi Nuh
dalam surah Nuh yaitu pertama : masa hidup Nabi Nuh as. Kedua :dakwah
Nabi Nuh as. Ketiga :Nabi Nuh membuat kapal. 2. nilai-nilai pendidikan
yang terkandung dalam surat Nuh yaitu, pertama: sifat-sifat seorang
pendidik yakni sabar, ikhlas, bijaksana dan tawakal. kedua: materi-materi
seorang pendidik yakni tauhid, intelektual dan pengembangan teknologi melalui pembuatan kapal. ketiga: metode-metode seorang pendidik yakni
metode dakwah dan metode visualisasi.
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i
NOTA PEMBIMBING .................................................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................................................... iii
MOTTO.......................................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. viii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 4
D. Penjelasan Istilah ................................................................................................ 4
E. Manfaat Hasil Penelitian .................................................................................... 6
F. Metodologi Penelitian ........................................................................................ 6
G. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................................................ 9
BAB II : KONSEP KENABIAN
A. Sejarah Kenabian ................................................................................................ 10
1. Pengertian Nabi dan Rasul .......................................................................... 12
2. Perbedaan Nabi dan Rasul........................................................................... 16
3. Fungsi Kenabian .......................................................................................... 19
11
B. Kata Nuh Dalam Al Qur‟an................................................................................ 23
C. Unsur-unsur Pendidikan ............................................................................... 25
BAB III. KISAH NABI NUH AS DENGAN KAUMNYA
A. Pengertian Kisah ................................................................................................ 30
B. Kenapa Dinamakan Nuh .................................................................................... 31
C. Masa Hidup Nabi Nuh ....................................................................................... 32
D. Dakwah Nabi Nuh Kepada kaumnya ................................................................. 35
1. Isi Dakwah Nabi Nuh as.............................................................................. 38
2. Metode Dakwah Nabi Nuh as ..................................................................... 42
3. Pengalaman Nabi Nuh as Saat Berdakwah ................................................. 46
E. Nabi Nuh as Membuat Kapal ............................................................................. 48
BAB IV. PENDIDIKAN DALAM KISAH NABI NUH AS
A. Peran Nabi Nuh as Sebagai Pendidik ................................................................. 51
B. Nilai-nilai pendidikan dalam surah Nuh ............................................................ 52
C. Tanggung jawab keluarga dan masyarakat terhadap pendidikan anak .............. 62
BAB V. KESIMPULAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 64
B. Penutup ............................................................................................................... 65
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan suci atau fitrah
manusia diciptakan oleh Allah swt. Dengan mempunyai naluri beragama,
yaitu agama tauhid. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran
pengaruh lingkungan. Lingkunganlah yang nantinya akan mempengaruhi
kehidupan selanjutnya.
Firman Allah swt, (Q.S. Ar-Rum : 30).
ك الل خ اخ ـطش ابس ع١ب ل حبذ٠ د١فب ـطشة الل ٠ جه ذ ـأل
أوز ى م١ ا ٠ ره اذ ش ابس ل ٠ع
Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama
yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui . (Depag RI,
2002 : 408 )
Pendidikan Islam adalah konsep berpikir tentang kependidikan
yang bersumberkan atau berlandaskan pada ajaran-ajaran agama islam
tentang hakekat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan
dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia (Muslim) yang seluruh
pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam. Secara sistematikanya menyangkut
subyek-subyek pendidikan, kurikulum, metode, lingkungan, guru dan
13
sebagainya. Mengenai dasar-dasar filsafat yang meliputi pemikiran radikal
dan universal. (Arifin, H. Muzayyin, 2003:17)
Ahmad D Marimba ( 1980:12) mengatakan bahwa filsafat
pendidikan Islam bukanlah filsafat pendidikan tanpa batas. Adapun
komentar mengenai radikal dan universal bukan berarti tanpa batas, tidak
ada di dunia ini yang disebut tanpa batas, dan bukankah dengan
menyatakan sesuatu itu tanpa batas, kita telah membatasi sesuatu itu.
Dalam artian, apabila seorang muslim yang telah meyakini isi
keimanannya, akan mengetahui di mana batas-batas pikiran (akal) dapat
dipergunakan. Dari uraian di atas kiranya dapat kita ketahui bahwa filsafat
pendidikan Islam merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai
berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang
didasarkan pada Al-qur‟an dan Hadis sebagai sumber primer, serta
pendapat para ahli ( khususnya para filosof Muslim) sebagai sumber
skunder.
Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi dilahirkan dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi
lahir seperti yang banyak dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan
musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia
akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.
Pendidikan merupakan kegiatan yang hanya dilakukan oleh
manusia dengan lapangan yang sangat luas, yang mencakup semua
14
pengalaman serta pemikiran manusia tentang pendidikan. Pendidikan
sebagai suatu praktik dalam kehidupan, seperti halnya dengan kegiatan-
kegiatan lain.
Dalam Al-qur‟an terdapat kisah seorang putra Nabi yang hidup
dalam keadaan tidak beriman kepada Allah swt.Yaitu putra Nabi Nuh as,
yang bernama Kan‟an. Kan‟an adalah seorang anak yang kafir dan tidak
mau mentaati perintah ayahnya. Meskipun ayahnya seorang Nabi, bahkan
Kan‟an juga bergabung dengan kaum Nabi Nuh yang menentang ajaran-
ajaran Nabi Nuh as. Nabi Nuh sudah berusaha menyadarkan anaknya agar
mau mengikuti perintah ayahnya untuk senantiasa menyembah Allah swt.
Dan minta perlindungan kepadanya, tetapi dia tidak menghiraukan nasihat
ayahnya.
Nabi Nuh as, merupakan salah satu utusan Allah swt. Yang diberi
gelar “ULUL AZMI” disebut ULUL AZMI karena berhati teguh dan
berkemauan keras menghadapi cobaan-cobaan dan pendustaan para
kaumnya, dan Nabi Nuh as, juga mempunyai hati yang sangat sabar untuk
menghadapi karakter kaumnya. (Ali ash-Shabani 2001:26 )
Selain sebagai Rasul Ulul Azmi, Nabi Nuh as, juga merupakan
manusia pilihan Allah swt. Yang diutus untuk memberi peringatan kepada
kaumnya. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-qur‟an surah Ali Imron
ayat 33.
لى العالمين ن الله اصطفى ءادم ونوحا وءال إبراهيم وءال عمران ع إ
15
Artinya:”Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga
Ibrahim dan keluarga „Imran melebihi segala umat (di masa mereka
masing-masing)‟‟(Depag RI, 2002; 55 )
Kisah Nabi Nuh as, dijelaskan secara khusus dengan namanya
yaitu surah Nuh, isi surah Nuh ini di antaranya adalah ajakan Nabi Nuh as,
kepada para umatnya untuk senantiasa mengikuti ajaran-ajarannya serta
bertaubat kepada Allah swt. Dari satu sisi Nabi Nuh as, adalah manusia
terpilih untuk membimbing kaumnya. Terpilihnya Nabi Nuh as karena
Allah swt. Maha mengetahui kredibilitas dia untuk mendidik umatnya.
Namun, di sisi lain ternyata Nabi Nuh as, tidak berhasil mendidik
umatnyatermasuk anaknya sendiri.
B. Rumusan Masalah
Sebagai pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kisah Nabi Nuh as dalam surah Nuh ?
2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan dalam surah Nuh ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana kisah Nabi Nuh as, dalam surah Nuh.
2. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan dalam surah Nuh .
16
D. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kemungkinan penafsiran yang berbeda dengan
maksud utama penulisan dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini,
maka perlu penjelasan beberapa istilah sebagai berikut :
1. Nilai Edukatif
Nilai adalah sifat-sifat yang penting ataupun berguna bagi manusia.
Atau sesuatu yang bersifat mendidik. Maksud dari Nilai-nilai edukatif
merupakan nilai-nilai pendidikan yang di dalamnya mencakup sikap
individu dalam kehidupan pribadi, kehidupan sosial, dan
kehidupan yang berhubungan dengan Tuhan. Berbagai penanaman
nilai edukatif melalui pendekatan moral dilakukan dengan berbagai
cara, baik formal maupun nonformal (Kamus lengkap bahasa
indonesia hal 87)
2. Kisah Nabi Nuh as dalam surah Nuh.
Dalam kamus besar bahasa indonesia, kisah adalah riwayat, cerita,
suatu peristiwa/ kejadian . Kisah berasal dari bahasa arab Qishah, yang
berarti kisah, cerita, berita atau kejadian. Qashash, bentuk jamak dari
Qishah yang secara istilah berarti kisah-kisah ( dalam Al-qur‟an )
tentang para Nabi dan Rasul, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada masa lampau, masa kini dan masa sekarang.
17
Kisah adalah upaya mengikuti jejak peristiwa-peristiwa yang
benar-benar terjadi atau imajinatif, sesuai dengan urutan kejadiannya
dan jalan menceritakannya satu episode, atau episode demi episode.
(Quraish Shihab, 1994).
Nabi Nuh adalah Rasul pertama yang diutus Allah yang maha
pengasih dengan sebuah kitab suci kepada umat manusia. Surah Nuh
adalah surah yang ke 71 diantara surah-surah dalam Al-qur‟an. Surah
ini terdiri dari 28 ayat dan termasuk dalam golongan surah-surah
makkiyah. Surat ini dinamai surat Nuh karena mengandung
penjelasan-penjelasan mengenai seruan Nabi Nuh dan doa-doanya.
(Abdul Majid, 2002:226).
Surat ini ditutup dengan doa Nabi Nuh as, yang memohon kepada
Allah swt. Supaya dia dan ibu bapaknya diampuni, demikian pula para
mukmin yang beriman kepada dirinya. Sebaliknya, membinasakan
semua orang yang durhaka dan menyangkal kebenaran. Jadi, secara
keseluruhan maksud dari judul “ Nilai-nilai Edukatif Pada Kisah
Nabi Nuh as Dalam Surah Nuh “adalah pemahaman tentang nilai-
nilai pendidikan yang dapat diambil dari kisah hidup Nabi Nuh as yang
terdapat pada surah Nuh.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik dari segi ilmiah
maupun dari segi sosial.
18
1. Dari segi ilmiah diharapkan hasil penelitian ini dapat mengembangkan
pemikiran tentang pendidikan melalui kisah dalam Al-qur‟an pada
khalayak umum, khususnya bagi pendidik.
2. Dari segi sosial diharapkan dapat membuka cakrawala baru tentang
nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya, sehingga kita dapat
memahami bagaimana kisah yang terjadi pada zaman dahulu,
khususnya bagi penulis dan pembaca lainnya.
3. Sedangkan dari segi agama kita dapat mengetahui bagaimana kisah-
kisah yang ada dalam kandungan ayat suci Al-qur‟an dan salah satunya
terjadi pada masa Nabi Nuh as pada surah Nuh.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong dalam penelitian literer ( kepustakaan)
karena berdasarkan pada studi kepustakaan dari buku-buku yang berkaitan
langsung dengan pokok permasalahan. Dimulai dengan mengumpulkan
kepustakaan, pertama-tama dicari segala buku yang ada mengenai tokoh
dan topik yang bersangkutan. (Anton,1990:63).
2. Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh melalui 2 sumber data yaitu :
a. Sumber data Primer adalah sumber data yang langsung berkaitan
dengan objek riset yaitu Al-qur‟an, buku pendidikan islam dan
buku sejarah nabi.
19
b. Sumber data Skunder adalah sumber data yang digunakan untuk
melengkapi dan penunjang sebagai alat bantu dalam menganalisa
objek permasalahan yang muncul, yaitu melalui literatur-literatur
tafsir dan sumber lain yag mendukung, seperti buku-buku tentang
pendidikan, filsafat dan sejarah Nabi. Literatur tafsir yang penulis
gunakan adalah tafsir An Nuur, Al Misbah,, Ibnu katsir, Tafsir
terjemah Al-qur‟an Depag RI.
3. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penulisan ini digunanakan sebagai dasar untuk
menarik kesimpulan penelitian. Analisis dalam penelitian ini penulis
menggunakan deduktif & induktif ( umum ke khusus, khusus ke
umum ).
Induktif yaitu cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal
atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum.
(Waskito, hal 444).
Cara kerja induktif merupakan penarikan kesimpulan yang
bertitik tolak dari data-data konkret menuju pada kesimpulan umum.
Cara kerja induktif ini diterapkan apabila belum ada knowledge (
pengetahuan ) yang definitif ( sudah pasti ) untuk memecahkan suatu
persoalan. Cara kerja induktif ini bertujuan untuk menarik rumus
umum (general) dari kejadian-kejadian yang bersifat khusus dan
spesifik atau dari pengamatan-pengamatan empiris ( pengalaman ).
20
Cara kerja induktif ini untuk mencari data tentang poin-poin
pokok yang sudah dicontohkan Nabi Nuh seperti kriteria, materi dan
metode untuk menjadi seorang peserta didik, kemudian dikembangkan
oleh peserta didik ke dunia pendidikan sekarang.
Induktif merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan
yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-
pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas
dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang
bersifat umum. (Jujun.S.Suriasumantri, 2005 :48 ).
Deduktif berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti
penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan
yang khusus dari yang umum, lawannya induktif ( Waskito, hal 273 ).
Cara kerja deduktif merupakan cara kerja yang berlawanan
dengan cara kerja induktif. Cara kerja deduktif ini berusaha menarik
kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum menjadi pernyataan
khusus yang lebih spesifik. Akal (rasio), ide dan logika sangat
berpengaruh pada penarikan kesimpulan secara deduktif. Pengalaman
tidak terlalu berpengaruh dalam penarikan kesimpulan secara deduktif
(apriori). Pada cara kerja deduktif ini, proses pemecahan permasalahan
dibagi menjadi 3 pernyataan, yaitu:
21
a. Pernyataan universal, yaitu pernyataan umum yang telah
diterima.
b. Pernyataan partikular, yaitu pernyataan khusus turunan dari
pernyataan umum.
c. Kesimpulan, yaitu pernyataan hasil penalaran deduksi.
Deduktif yaitu cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat
umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan
secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang
dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan
dan sebuah kesimpulan. (Jujun.S.Suriasumantri, 2005 :48 ).
Cara kerja deduktif ini untuk mencari data tentang apa saja
nilai-nilai pendidikan yang diterapkan peserta didik agar nantinya bisa
mencontoh nilai-nilai pendidikan yang sudah dilakukan oleh Nabi Nuh
dalam Surah Nuh.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini akan peneliti susun dengan sistematika sebagai berikut :
1. Bagian Awal
Bagian awal meliputi: Halaman sampul, pernyataan keaslian tulisan,
nota pembimbing, halaman pengesahan, motto, halaman persembahan,
abstrak, kata pengantar, daftar isi.
2. Bagian Inti
Bagian ini terdiri dari beberapa bab yaitu:
22
BAB I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penjelasan isi, manfaat
hasil penelitian, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
BAB II merupakan kajian pustaka yang menyajikan tinjauan teoritik
mengenai: Sejarah kenabian, kata Nuh dalam Al-qur‟an.
BAB III merupakan hasil gambaran umum tentang kisah Nabi Nuh
yang meliputi: pengertian kisah, masa hidup Nabi Nuh, dakwah Nabi
Nuh, Nabi Nuh memb uat kapal.
BAB IV merupakan analisis data yang memuat tentang: Peran Nabi
Nuh sebagai pendidik, unsur-unsur pendidikan, nilai-nilai pendidikan
dalam surat Nuh, dan tanggung jawab orang tua dan masarakat
terhadap pendidikan anak.
BAB V penutup yang berisikan kesimpulan dan penutup.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir termuat lampiran, daftar pustaka dan daftar riwayat
hidup.
23
BAB II
KONSEP KENABIAN
A. Sejarah Kenabian
Secara etimologis ( ilmu tentang asal usul suatu kata ), kata Nubuwah
berasal dari kata “naba-a” yang berarti kabar warta (news), berita
(tidings), dan cerita (story). (M. Dawam Rahardjo, 1997:302).
Kata “Nubuwah” sendiri merupakan mashdar dari “naba-a”. Dan kata
”nubuwah” disebutkan dalam Al-qur‟an sebanyak 5 kali di beberapa surat.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Nabi adalah orang yg
menjadi pilihan Allah untuk menerima wahyu-Nya dan kenabian adalah
sifat (hal) Nabi, yang berkenaan dengan Nabi. Ditinjau dari segi
sosiologis, kenabian (nubuwah) merupakan jembatan transisi dari masa
primitif menuju masa rasioner. Para Nabi dan Rasul diutus ke dunia ini
untuk membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang
terang. Zaman kegelapan di sini maksudnya adalah zaman yang penuh
dengan keburukan-keburukan moral, penyimpangan akhlak dan
keyakinan, sehingga dapat dikatakan bahwa zaman sebelum diutusnya
para Nabi dan Rasul sama dengan zaman primitif. Dikatakan primitif
karena manusia masih dipengaruhi oleh kepercayaan-kepercayaan kepada
yang magis. Pada saat itu, manusia masih menganut kepercayaan
animisme dan dinamisme sebelum pada akhirnya sebagian dari mereka
beralih kepada kepercayaan monotheisme, dengan menyembah kepada
24
Tuhan Yang Maha Esa setelah para Nabi dan Rasul datang membawa
risalah atau ajarannya.
Jika kita melihat kepada sejarah masa lalu, maka akan dapat terbukti
bahwa pada masa sebelum kedatangan para Nabi dan Rasul, manusia
masih berada pada pola keyakinan yang terpengaruh oleh kekuatan-
kekuatan yang ada di alam ini. Sebagai contoh yaitu kepercayaan yang
dianut oleh masyarakat pada masa Ibrahim as, yakni kepercayaan kepada
berhala. Selain kepercayaan terhadap berhala, kepercayaan lama yang ada
pada masa Ibrahim as, di wilayah timur tengah kuno, adalah kepercayaan
terhadap benda-benda luar angkasa, seperti bintang-bintang, bulan, dan
matahari. Kepercayaan yang berkembang pada masa Ibrahim ini,
penyembahan berhala, bintang-bintang, bulan, dan matahari. Selain itu,
pada masa jahiliyah jazirah Arab (sebagaimana peradaban lainnya) masih
dipenuhi dengan paham-paham penyembahan berhala, pohon, hewan,
fenomena alam, dan benda-benda angkasa seperti bintang, matahari, dan
bulan seperti yang terjadi pada masa Nabi Ibrahim. Namun demikian ada
diantara mereka yang masih memegang tradisi Ibrahim. Mereka inilah
yang disebut kaum Ahnaf, (literal orang-orang yang lurus). Paham yang
mereka anut adalah monotheisme karena rata-rata mereka mengikuti
ajaran Ya‟kubi (di Ghassan dan Syam), walaupun sebagian mengikuti
paham Nestorian yang menuhankan Yesus (di wilayah Hirah). (Irene
Handono, 2003 ; 38).
25
Secara umum, di Jazirah Arab, paham monoteisme bukanlah hal
sangat baru. Maka disini kita melihat bahwa faktor keluarga masih
berperan dominan dalam penjagaan ajaran tauhid. Nabi Muhammad
dilahirkan dari keluarga Ahnaf yang memegang tradisi Ibrahim. Satu hal
yang sangat penting dari tradisi Ibrahim yang dipegang teguh oleh para
Ahnaf adalah penyembahan kepada Allah swt saja.
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa kenabian merupakan
jembatan dari masa transisional, dari masa primitif kepada masa rasioner
maka akhir dari masa transisional tersebut adalah pada masa Nabi
Muhammad saw, sehingga setelah masa tersebut, lambat laun manusia
sudah meninggalkan kepercayaan yang primitif berganti dengan masa
rasioner, dimana manusia sepenuhnya menggunakan rasio atau akal
mereka dalam segala aspek kehidupan. Dan setelah berakhirnya masa
transisional, maka berakhirlah pula masa kenabian. Oleh karena itu, saat
ini kehadiran Nabi sebagai penuntun ataupun penunjuk tidak dibutuhkan
lagi karena manusia sudah berada pada masa rasioner, manusia sudah
dapat menggunakan akal mereka sepenuhnya dalam segala hal sehingga
mereka dapat mengetahui mana yang seharusnya disembah dan mana yang
tidak, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang harus dijalankan
ataupun ditinggalkan.
26
1. Pengertian Nabi dan Rasul
Menurut bahasa, Nabi berasal dari kata ( بأ أبأ ) yang berarti
mengabarkan, Atau juga berasal dari kata (بب )yang berarti tinggi dan
naik. Dinamakan Nabi karena mereka adalah orang yang menceritakan
suatu berita dan mereka adalah orang yang diberitahu beritanya (lewat
wahyu). Sedangkan kata Rasul secara bahasa berasal dari kata Irsal
yang bermakna membimbing atau memberi arahan.
( Amin Syukur, 2006:70 ).
Nabi dalam pengertian ini sama dengan pengertian Rasul. Namun
ada yang membedakannya bahwa Rasul ialah manusia pilihan Allah
yang mendapatkan wahyu untuk disampaikan kepada umatnya.
Sedangkan Nabi menerima wahyu akan tetapi tidak diwajibkan
menyampaikan kepada umatnya. Dan ada yang menyatakan lain
bahwa Rasul ini membawa syari‟at (aturan baru), sedangkan Nabi
tidak. ( Amin Syukur, 2006 :70 ).
Menurut pendapat dari Abdul Akhir Hammad Al-Ghunaimi
diambil dari buku Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, bahwasanya Nabi itu
adalah, manusia yang menyampaikan apa yang diwahyukan Allah
kepadanya, namun ia tidak diutus Allah kepada kaum kafir tertentu,
untuk mengeluarkan mereka dari kekufuran dan kemunafikan. Adapun
Rasul, yaitu orang laki-laki merdeka yang diberikan wahyu oleh Allah
27
dan diutus kepada satu kaum kafir tertentu untuk mengajak mereka
kepada tauhid.
Setiap muslim wajib mengimani adanya para Nabi secara
keseluruhan, baik yang namanya disebutkan dalam Al-qur‟an maupun
yang tidak disebutkan. Adapun para Nabi yang namanya tidak
disebutkan dalam Al-qur‟an, setiap muslim wajib percaya dan beriman
bahwasannya ada Nabi-Nabi selain mereka yang 25 itu.
Di antara hikmah Allah swt, terhadap generasi sebelum kita, Dia
mengutus seorang rasul sebagai pemberi peringatan. Karena bagian
dari keadilan Allah, Dia tidak akan menyiksa seorang pun diantara
makhluk-Nya, kecuali setelah disampaikan dakwah kepada mereka.
Karena itulah hujjah (alasan pembenar) bagi Allah untuk memberikan
balasan, baik pahala maupun hukuman bagi para hamba-Nya. (http://
jumlah nabi dan rasul.com 10/02/2016). Allah berfirman:
(QS. Al-Isra: 15).
دخ بعذ سصل ب١ عز ب وب
“Aku tidak akan memberi siksaan, sampai Aku mengutus seorang
rasul.” ( Depag RI, 2002 : 284 ).
Karena itulah, dalam sejarah manusia, jumlah Nabi dan Rasul yang
telah Allah utus sangat banyak.
Abu Umamah, bahwa Abu Dzar bertanya kepada Nabi Muhammad
saw: “Berapa jumlah persis para Nabi.” Beliau menjawab:
28
ضت عشش خ بئت ره رلد ص فب اش أ عشش أسبعت ؿ بئت أ
ب ؼف١شا ج
“Jumlah para Nabi 124.000 orang, 315 diantara mereka adalah Rasul.
Banyak sekali.” HR. Baihaqi dalam kitab Syu‟abul Iman no. 129 dan
dishahihkan al-Albani dalam al–Misykah 5737).
Dari keterangan diatas bisa kita simpulkan jumlah Nabi 124.000 orang
dan diatara mereka berjumlah 315 orang adalah Rasul. (Umar
Sulaiman al-Asyqar, 2000:16 ).
Para Nabi dan Rasul yang suci ini, mempunyai derajat atau
tingkatan yang berbeda. Ada 4 orang Rasul yang diberi kitab suci,
yaitu Nabi Musa as, Nabi Daud as, Nabi Isa as, dan Nabi Muhammad
saw. Masing-masing dengan kitabnya Taurat, Zabur, Injil dan Al-
qur‟an.
Di antara ke-25 Nabi yang wajib diamini setiap muslim terdapat
lima nama dengan status Ulul „Azmi atau yang diunggulkan karena
dianggap telah menghadapi tantangan besar dalam perjuangan sebagai
Nabi, Yaitu Nuh as, Ibrahim as, Musa as, Isa as dan Muhammad saw. (
Ash Shabuni, 2001 : 158 )
Secara etimologis Ulul Azmi berasal dari kata dua suku kata Ulu
dan Azmi. Ulu mempunyai arti yang empunya (untuk bentuk jamak)
serta Azmi berasal dari kata Azama yang mempunyai arti keteguhan
hati. Ulul „Azmi artinya adalah orang-orang yang mempunyai
keteguhan hati. Maksudnya telah mempunyai keteguhan hati dalam
29
menyampaikan wahyu Allah kepada umat mereka masing-masing,
sekalipun mendapatkan perlawanan dan berbagai reaksi hebat dari
musuh-musuhnya. (Humaidi Tatapangarsa,1990 : 134).
Ulu al-Azmi adalah gelar yang diberikan kepada para Rasul yang
memiliki kedudukan tinggi/ istimewa karena ketabahan dan kesabaran
yang luar biasa, dalam menyebarkan agama. Hanya lima Rasul yang
mendapatkan julukan ini, dari beberapa Rasul yang telah diutus oleh
Allah. Gelar ini adalah gelar tertinggi/istimewa ditingkat para Nabi dan
Rasul.
Ada beberapa kriteria yang menjadi acuan untuk mendapatkan
gelar ini, diantara lain adalah: http// pendidikan-agama-tentang-ulul-
azmi.html.
a. Memiliki kesabaran yang tinggi ketika berdakwah.
b. Senantiasa memohon kepada Allah swt, agar tidak menurunkan
azab kepada kaumnya.
c. Senantiasa berdoa agar Allah swt memberi hidayah kepada
kaum mereka.
Tentang gelar ini telah dijelaskan pada Al-qur‟an Surah Al-ahqaf ayat
35.
30
٠ش ٠ وأ ل حضخعج ص اش عز ب صبش أ ا ـبصبش و
فبصم ا ه إل ام ٠ بس بلغ ـ بزا إل صبعت ٠ ب ٠عذ
Artinya ; Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang
mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan
janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari
mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa)
seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari.
(Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan
melainkan kaum yang fasik. (Depag RI, 2002; 507).
Nabi Nuh as, merupakan salah satu dari kelima Nabi yang
mendapatkan gelar Ulul Azmi, Nabi Nuh terkenal sebagai Nabi yang
penyabar, juga memiliki misi yang kuat untuk menyampaikan agama
yang benar menurut Allah swt. Usianya yang hampir 1000 tahun ia
gunakan untuk berdakwah dan pengikutnya hanya 200 saja, bahkan
Istrinya sendiri dan Kan‟an (Anaknya) menentang ajarannya tersebut.
Di masyarakatnya Nuh dianggap Gila, suatu hari Nuh mengingatkan
masyarakat jika akan ada Banjir besar dan mereka tidak
mempercayainya. Sebagai Azab masyarakat yang sombong dan atas
izin Allah swt, datang banjir besar dan ditenggelamkanlah semua
dengan gelombang air bah dan hancurlah semuanya kecuali Nabi Nuh
dan Pengikutnya yang beriman.
2. Perbedaan Nabi dan Rasul
Pada prinsipnya tujuan diutusnya Rasul ialah menyampaikan
risalah Allah dan memberi bimbingan kepada ummat-Nya untuk
menuju jalan yang lurus.( Amin Syukur, 2006 : 71).
31
Karena tugasnya menyampaikan risalah maka fungsi malaikat
hanya menyampaikan berita dari Allah kepada mereka. Sedang
penyampaian ajaran kepada manusia dan untuk melakukan
pembangunan nilai-nilai di tengah-tengah kehidupan manusia mesti
dari manusia juga, dan bahkan dari bangsanya sendiri, dengan
menggunakan bahasa kaumnya sebagai media komunikasi agar mudah
dipahami dan dipatuhi seperti di dalam firman Allah: ( QS. Ibrahim
ayat 4)
سصي إل بض ب ب أسص ٠شبء الل ـ١ض ١ب١ ل ب
ذى١ اعز٠ز ا ٠شبء ذ ٠
Artinya : Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan
dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan
terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia
kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.
Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana” ( Depag
RI, 2002 : 256 )
Ajaran yang disampaikan oleh para Rasul sejak Nabi Adam as,
sampai dengan Nabi Muhammad saw. pada prinsipnya sama yakni
ajaran tauhid, mengesakan Allah swt secara mutlak, oleh karena itulah
Al-qur‟an menyatakan bahwa Nabi atau Rasul terdahulu itu juga
muslim, “(Nuh berkata):
(QS. Yunus : 72).
32
١خ ح ـئ أو شث أ أ إل ع الل أجش أجش إ خى ب صأ ـ
١ ض ا
Artinya „ Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak
meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah
dari Allah belaka dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan
orang-orang yang berserah diri (Islam) kepada-Nya”.( Depag RI,
2002 : 218 )
Adapun perbedaan antara keduanya adalah : ( Saifudin, 2006 :7 )
a. Kenabian adalah syarat kerasulan maka tidak bisa menjadi
Rasul orang yang bukan Nabi. Kenabian lebih umum dari
kerasulan. Setiap Rasul pasti Nabi, tetapi tidak setiap Nabi
adalah Rasul.
b. Rasul membawa risalah kepada orang yang tidak mengerti
tentang agama dan Syari‟at Allah, atau kepada kaum yang telah
mengubah Syari‟at dan agama, untuk mengajari mereka atau
mengembalikan mereka ke dalam Syari‟at Allah. Dia adalah
hakim bagi mereka. Sedangkan Nabi diutus dengan dakwah
kepada Syari‟at Nabi/Rasul sebelumnya.
Adapun perbedaan Nabi dan Rasul secara umum antara lain : (
Saifudin, 2006 : 8 )
Nabi
a) Seorang Nabi menerima wahyu dari Allah swt untuk
dirinya sendiri.
33
b) Bertugas melanjutkan atau menguatkan syariat dari Rasul
sebelum Nabi tersebut.
c) Nabi diutus kepada kaum yang sudah beriman.
d) Nabi yang pertama adalah Nabi Adamas.
e) Jumlah Nabi sangat banyak bahkan sampai Ratusan Ribu.
f) Setiap Rasul adalah Nabi namun tidak setiap Nabi adalah
Rasul.
g) Nabi hanya mendapatkan wahyu melalui mimpi.
h) Ada Nabi yang dibunuh oleh kaumnya.
Rasul
a) Rasul menerima wahyu dari Allah guna disampaikan
kepada segenap umatnya.
b) Diutus dengan membawa Syariat yang baru.
c) Rasul diutus kepada kaum yang belum beriman (kafir).
d) Rasul yang pertama kali adalah Nuh as..
e) Jumlah Rasul lebih sedikit dibanding dengan Nabi.
f) Setiap Rasul adalah Nabi.
g) Rasul dapat menerima wahyu melalui mimpi maupun
melalui malaikat dan ia dapat melihat serta berkomunikasi
secara langsung dengan malaikat.
h) Seluruh Rasul yang diutus Allah swt selamatkan dari
percobaan pembunuhan yang dilancarkan oleh kaumnya.
34
Sedangkan menurut Ibnu Abil „Izz al Hanafi, Perbedaan antara
Nabi dan Rasul adalah bahwa orang yang diberikan perintah
(wahyu) dari Allah swt. Jika dia diperintahkan untuk
menyampaikannya kepada orang lain maka dia disebut sebagai
seorang Nabi dan Rasul sedangkan jika dia tidak diperintahkan
untuk menyampaikan kepada orang lain maka dia adalah seorang
Nabi dan Bukan seorang Rasul. Karena setiap Rasul merupakan
Nabi namun tidak setiap Nabi merupakan seorang Rasul. (Syarh
ath Thahawiyah fii „Aqidah as Salaf hal 296)
Sedangkan menurut Syeikh „Athiyah Saqar, Nabi merupakan
seorang manusia yang diberikan wahyu oleh Allah swt. Kepadanya
untuk diamalkan akan tetapi dia tidak diperintahkan untuk
menyampaikannya. Sedangkan Rasul merupakan seorang manusia
yang diberikan wahyu oleh Allah swt, untuk diamalkandan dia juga
diperintahkan untuk menyampaikannya kepada segenap umatnya.
Seorang Rasul merupakan Nabi namun tidak semua Nabi
merupakan seorang Rasul. Berikut ayat yang menggambarkan sifat
kenabian dan kerasulan (dalam diri Muhammad saw):
(QS. Al Ahzab : 40).
اب١١ خبح صي الل ى س جبى س ذ أبب أدذ ذ ب وب
ب ء ع١ ش بى الل وب
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki
di antara kamu., tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-
35
nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Depag
RI, 2002; 424)
(QS. Al Ahzab : 45).
ز٠شا شا بش ذا بن شب إب أسص ٠ب أ٠ب اب
“Hai Nabi, Sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan
pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan.” (Depag RI,
2002; 425).
3. Fungsi Kenabian ( Nubuwah )
Nubuwah adalah anugrah Ilahi dan pilihan khusus oleh Allah Yang
Maha Tinggi, Maha Kuasa bagi makhluk yang
dikehendakinya.Nubuwah tidak dapat diperoleh dengan kerja keras
atau dengan usaha dan jerih payah, atau dengan ketaatan dan banyak
melakukan ibadah kepada Allah swt. Tidak ada yang dapat
memperoleh nubuwah kecuali orang-orang yang memang layak untuk
mengebamnya, sebab nubuwah merupakan beban yang berat.
Nubuwah tidak juga diwariskan atau melalui cara merampas dan
menguasai.
Para Nabi dan Rasul merupakan manusia pilihan dari hamba-
hamba Allah. Allah swt, telah memuliakan para Nabi dan Rasul
dengan nubuwah. Allah swt, memilih mereka untuk menjadi perantara
antara Tuhan dengan hamba-hambanya, menyampaikan perintah
Allah, memperingatkan agar manusia terhindar dari murka dan
36
siksanya serta memberi petunjuk kepada hal-hal yang akan
membahagiakan manusia di dunia dan ahirat.
Nabi diutus Allah untuk mencegah kejahatan dan menyampaikan
kabar gembira kepada orang-orang yang shaleh. (Fazlur Rahman,1996
:119).
Manusia membutuhkan Rasul sebagaimana manusia membutuhkan
agama atau wahyu, sebab agama atau wahyu itulah yang dibawa oleh
seorang Rasul. Dibutuhkannya Rasul oleh manusia terutama
disebabkan karena kelemahan akal manusia dalam memecahkan
problema-problema tertentu yang dihadapi dalam hidupnya.
Wahyu bukan sekedar kata-kata atau magis, melainkan berisi
hukum dan undang-undang yang mengatur semua tatanan hidup
manusia, mulai dari masalah yang paling kecil hingga yang paling
besar. Agama datang dari Tuhan sedangkan Tuhan tidak
menampakkan dirinya secara langsung, maka dibutuhkan seorang
Nabi.
Fungsi Nabi adalah menyampaikan semua kemauan, perintah dan
aturan syariah, undang-undang dari Tuhan kepada umat manusia.
Seorang Nabi tidak diberi wewenang untuk menciptakan ajaran
sendiri. Seorang Nabi mendapat wahyu dari Tuhan serta mendapatkan
penjagaan dan pemeliharaan agar tidak melakukan kesalahan. Fungsi
Nabi dijadikan suri tauladan, contoh hidup yang nyata, dan model
untuk bisa ditiru oleh manusia.
37
(http : era muslim.com 10/2017/09.00).
Wahyu atau agama tidak dapat diterima langsung oleh sembarang
manusia, sebab untuk itu diperlukan kualitas spiritual yang tidak
dimiliki oleh kebanyakan manusia. Maka diperlukanlah manusia
istimewa yang berfungsi sebagai perantara atau penghubung antara
alam manusia dengan kehendak-kehendak Tuhan. Selanjutnya lewat
da‟i inilah wahyu atau agama Allah itu disampaikan kepada umat
manusia. Manusia istimewa yang berfungsi sebagai perantara atau
penghubung itulah yang disebut Rasul.
Fungsi kenabian ini yang suatu keharusan karena pada dasarnya
manusia adalah umat yang satu. Manusia semula berada dalam
kebenaran dan agama yang suci, namun kemudian mereka berselisih,
merusak bumi ini, mereka menyimpang dari jalan yang lurus, maka
Allah swt, mengutus kepada para Nabi.
Allah swt, telah menjadikan para Nabi sebagai penyelamat bagi
kaumnya dari gelapnya kebodohan dan kesesatan. Allah swt,
menerangkan diutusnya para Rasul dalam firmannya sebagai berikut :
( Qs. An Nisa‟ : 165 ).
ئل زس٠ ش٠ بش سصل ص ت بعذ اش دج بس ع الل ٠ى
ب عز٠زا دى١ الل وب
Artinya “Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita
gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan
bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.
38
Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. ( Depag
RI, 2002 : 104 )
Para Nabi telah mengeluarkan umat manusia dari kesesatan kepada
petunjuk yang benar atau hidayah. Misi para Nabi adalah
menyelamatkan umat-umat dari cengkeraman syirik ( menyekutukan
Allah dengan sesuatu yang lain ) dan keberhalaan, mensucikan
masyarakat dari kotornya kerusakan moral dan disintegrasi, anarki dan
kekacauan.
39
B. KATA NUH DALAM Al QUR’AN
Dalam Al-qur‟an, kata NUH terdapat dalam beberapa surat sebagai
berikut : ( Ali Audah,1991: 481- 482 ).
1. Kata NUH (ح), dengan huruf ha ( ح ) berharakat fathah - دب
(nuhan).
Terdapat dalam surat dan ayat sebagai berikut :
NO SURAT AYAT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3 ( Ali-Imron )
6 ( Al-An‟am)
7 ( Al-A‟raf )
11 ( Huud )
21 ( Al-Anbiya)
23 ( Al-Mukminuun)
29 ( Al-Ankabut )
42 ( As-Syuura )
57 ( Al-Hadid )
71 ( Nuh )
33
84
59
25
76
23
14
13
25
1
40
2. Kata NUH ( ح), dengan huruf ha (ح ) berharakat kasrah- ح (
nuhin )
Terdapat dalam surat dan ayat berikut :
NO SURAT AYAT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
4 ( An-Nisa‟ )
7 ( Al-A‟raf )
9 ( At-Taubah )
10 ( Yunus )
11 ( Huud )
14 ( Ibrahim )
17 ( Al-Isra‟ )
19 ( Maryam )
22 ( Al-Hajj )
25 ( Al-Furqon )
26 ( Asy-Syu‟ara )
33 ( Al-Ahzab )
37 ( Ash-Shaffaat)
38 ( Shaad )
40 ( Al-Mukmin )
50 ( Qaaf )
51 ( Adz-Dzariyat )
53 ( An-Najm )
163
69
70
71
36 & 89
9
3 & 17
58
42
37
105
7
79
12
5 & 31
12
46
52
41
19.
20.
54 ( Al-Qomar )
66 ( At-Tamrin )
9
10
3. Kata NUH (ح), dengan huruf ha (ح ) berharakat dhomah - ح (
nuhun )
Terdapat dalam surat dan ayat berikut :
NO SURAT AYAT
1.
2.
3.
4.
11 ( Huud )
26 ( Asy-Syu‟ara )
37 ( Ash-Shaffaat )
71 ( Nuh )
32, 42, 45,
46 & 48
106 & 116
75
21 & 26
42
C. Unsur-Unsur Pendidikan
Diantara unsur-usur pendidikan adalah: ( Tamalene, 2011:17).
1. Tujuan
Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
2. Materi
Materi pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Materi
pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari
keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar
pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran
tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik.
Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran
hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya
standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya
indikator.
43
3. Pendidik
Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta
didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga
lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masayarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program
pembelajaran, latihan, dan masyarakat.
Pendidik memiliki peran yang sangat vital dan fundamental
dalam membimbing, mengarahkan dan mendidik kepada
peserta didik dalam proses pembelajaran.
Pendidik memiliki peran yang amat penting, terutama
sebagai agen of change melalui proses pembelajaran. Oleh
kareana itu , dengan adanya sertifikasi diharapkan pendidik
agar dapat lebih berperan aktif, efektif dan professional.
4. Peserta didik
Anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan
baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada
jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.
5. Metode
Menurut Poerwadarminta (1999:767). Metode adalah cara
yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu
44
maksud. Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa metode merupakan jalan atau cara yang
ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
6. Media
Media pendidikan adalah suatu bagian integral dari proses
pendidikan di sekolah karena itu menjadi suatu bidang yang
harus dikuasai oleh setiap guru profesional, bidang ini telah
berkembang sedemikian rupa berkat kemajuan ilmu, teknologi
dan perubahan sikap masyarakat, maka telah ditafsirkan secara
lebih luas dan mempunyai fungsi yang lebih luas pula serta
memiliki nilai yang sangat penting dalam dunia pendidikan di
sekolah.
7. Institusi
Pendidikan informal merupakan pendidikan dimana
hubungan peserta didik dengan pendidik adalah anak dan orang
tua. Atupun pada pendidikan dari kakak terhadap adiknya.
Pendidikan ini merupakan dasar atau basis dari peserta didik
untuk mengembangkan karakternya pada pendidikan yang
selanjutnya.
8. Lingkungan
Setiap manusia pasti memiliki sejumlah kemampuan yang
dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu
terjadi karena adanya interaksi manusia dengan lingkungannya.
45
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di luar
diri anak yang memberikan pengaruh terhadap
perkembangannya. Dengan kata lain lingkungan pendidikan
merupakan latar tempat berlangsungnya pendidikan
(Indrakusuma, 1978;12 ).
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan menurut
Tirtarahardja (2000;45) adalah untuk membantu peserta didik
dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya
(fisik/sosial/budaya) dan mengajarkan tingkah laku umum serta
menyeleksi atau mempersiapkan individu untuk peranan-
peranan tertentu.
9. Proses
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi
segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada
pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana proses pendidikan
itu dilaksanakan sangat menetukan kualitas hasil pencapaian
tujuan pendidikan.
Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu
kualitas komponen dan kualitas penglolaannya. Kedua segi
tersebut satu sama lainnya saling bergantung. Walaupun
komponen-komponennya cukup baik, seperti tersedianya
sarana-prasarana serta biaya yang cukup, jika tidak ditunjang
dengan pengelolaan yang handal maka pencapaian tujuan tidak
46
akan tercapai secara optimal. Tujuan utama pengelolaan proses
pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman
belajar yang optimal. Sebab berkembangnya tingkah laku
peserta didik sebagai tujuan belajar hanya dimungkinkan oleh
adanya pengalaman belajar yang optimal itu. Di sini jelas
bahwa pendayagunaan teknologi pendidikan memegang
peranan penting. Pengelolaan proses pendidikan harus
memperhitungkan perkembangan IPTEK.
10. Evalusi
Menurut Ramayulis (2008:332) mengatakan “Evaluasi
merupakan suatu proses mengumpulkan, menganalisis, dan
menginterpretasikan informasi guna menetapkan keluasan
pencapaian tujuan oleh individu”. Dan menurut Abdul Mujid
dan Jusuf Mudzakir (2010:211) mengatakan “Evaluasi adalah
suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan
perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan.
Sedangkan Evaluasi Pendidikan Islam adalah suatu taraf untuk
menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan
Islam.
47
BAB III
KISAH NABI NUH AS DENGAN KAUMNYA
A. Pengertian Kisah
Menurut bahasa kisah berasal dari kata Qashash jamak dari
Qishah, artinya kisah, cerita, atau keadaan dan juga berasal dari kata Al
qashshu yang berarti mencari atau mengikuti jejak. Sedangkan
menurut istilah Qashashul Qur‟an ialah kisah-kisah dalam Al-qur‟an
tentang para Nabi dan Rasul mereka, serta peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.
Dikatakan, Qashashtu Atsarahu artinya, “saya mengikuti atau
mencari jejaknya” kata Al-qashash berarti bentuk masdar, seperti
firman Allah swt: (Qs. Al-Kahfi: 64).
ب لصصب آربس ا ع ب وب بػ ـبسحذ ه لبي ر
Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya
kembali, mengikuti jejak mereka semula.(Depag RI, 2002; 302 )
Pengertian Kisah Qashash berarti bekasan atau mengikuti bekasan
(jejak). Lafadz qashash adalah mashdar yang berarti mencari bekasan
atau jejak. Qashash bermakna urusan, berita, khabar dan keadaan.
Qashash juga berarti berita-berita yang berurutan. Qashash Al-qur‟an
ialah kabar-kabar dari Al-qur‟an tentang keadaan-keadaan umat yang
telah lalu dan kenabian masa dahulu, peristiwa-peristiwa yang telah
terjadi, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri serta
48
menerangkan bekasan-bekasan dari kaum-kaum purba itu. (T.M. Hasbi
Ash-Shiddieqy, 1993: 187).
Al-qur‟an telah menyebutkan kata qashash dalam beberapa
konteks, pemakaian, dan tashrif (konjungsinya), dalam bentuk fi‟il
mâdhi (kata kerja lampau), fi‟il mudhâri‟ (kata kerja sedang atau akan
datang), fi‟il amar (kata kerja perintah), dan dalam bentuk mashdar
(kata kerja yang dibendakan). Imam ar-Raghib al-Ashfahani
mengatakan dalam kitab Mufradat-nya (al-Muradât fi Ghârib al-
Qur‟an) tentang kata ini (qishash), “al-Qashash berarti mengikuti
jejak”. Dikatakan, qashashtu atsaruhu “saya mengikuti jejaknya”.
B. Kenapa Dinamakan Nuh.
Dinamakan dengan surat “Nuh” karena surat ini seluruhnya
menjelaskan dakwah dan do‟a Nabi Nuh as. Surat ini terdiri atas 28
ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah
surat An-Nahl.
Pokok-pokok isinya: Ajakan Nabi Nuh as, kepada kaumnya untuk
beriman kepada Allah swt, serta bertobat kepadanya. Perintah
memperhatikan kejadian alam semesta, dan kejadian manusia yang
merupakan manifestasi kebesaran Allah, siksaan Allah di dunia dan
akhirat bagi kaum Nuh yang tetap kafir dan ditutup dengan do‟a Nabi
Nuh as. (Abdul Madjid, 2002:226).
49
Nabi Nuh as, sebagai manusia pilihan Allah diutus kepada
penduduk bumi untuk memberi peringatan dan memberi ancaman
kepada kaumnya dari siksa Allah swt. Ia memperingatkan manusia
untuk senantiasa menyembah Allah swt, dan bukan menyembah selain
dia (Allah). Allah juga senantiasa memerintahkan kepada Nabi Nuh
untuk mengancam kaumnya yang ingkar bahwa azab Allah akan
datang yaitu banjir bandang yang akan menenggelamkan seluruh
manusia yang ingkar dan kafir.
Kehidupan Nabi Nuh as, merupakan kehidupan yang penuh dengan
penderitaan. Dia adalah Rasul yang paling panjang usianya dan paling
gigih perjuangannya. Dia hidup dalam masa yang sangat panjang dan
hidup beratus-ratus tahun lamanya. Hidup di tengah kaumnya 950
tahun, memberi peringatan dan nasihat kepada kaumnya, serta
menyeru mereka ke jalan Allah swt.
C. Masa Hidup Nabi Nuh as.
Nabi Nuh adalah generasi ke sepuluh dari Nabi Adam as. (
Rafi‟udin, 2001:17) Nuh adalah bin (anak) Lamak bin Metusylah bin
Akhnukh, yaitu Idris. Silsilah ( nasap) ini berkelanjutan sampai Syith
bin Adam as Bapak dari semua manusia. ( M. Ali ash Shabani,
2001:168).
Nuh as, mempunyai empat orang putra, mereka adalah Sam, Harn,
Yafith dan Kan‟an. Kan‟an adalah putra Nabi Nuh yang tenggelam
50
dalam taufan ( badai ) karena dia tidak mau mengikuti seruan ayahnya.
Dia adalah anak yang ingkar dan kafir sehingga dia tidak berhasil
menyelamatkan diri dari banjir yang menenggelamkan seluruh umat
Nabi Nuh as yang kafir. Adapun ketiga putranya yang lain, mereka
telah selamat. Sam adalah Bapak bangsa Arab (Smith). Ham adalah
Bapak orang Ethiopia. Yafith adalah Bapak bangsa romawi.
Nabi Nuh as, menerima wahyu Kenabian dari Allah dalam masa
“fatrah” masa kekosongan diantara dua Rasul dimana biasanya
manusia secara berangsur-angsur melupakan ajaran agama yang
dibawa oleh Nabi yang meninggalkan mereka dan kembali bersyirik
meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan
kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis.
Demikianlah maka kaum Nabi Nuhtidak luput dari proses tersebut,
sehingga ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah mereka, mereka
sedang menyembah berhala ialah patung-patung yang dibuat oleh
tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai Tuhan-Tuhan yang
dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala
kesengsaraan dan kemalangan. Berhala-berhala yang dipertuhankan
dan menurut kepercayaan mereka mempunyai kekuatan dan kekuasaan
ghaib ke atas manusia itu diberinya nama-nama yang silih berganti
menurut kehendak dan selera mereka. Kadang-kadang mereka
namakan berhala mereka “Wadd, Suwa, Yaguts, Ya‟uq dan Nasr.
(Munawwaroh, 2005 ; 24)
51
Mereka adalah nama orang-orang saleh dari kaum Nabi Nuh as,
dan setelah mereka meninggal dunia, setan membisikan kepada
kaumnya untuk mendirikan ditempat tinggal mereka berupa patung-
patung itu dengan nama-nama mereka. Orang-orang melakukannya
dan mereka tidak menyembah patung-patung itu, namun setelah orang-
orang ini meninggal dunia dan melupakan ilmu lalu disembahlah
patung-patung itu. ( Sayyid Muhammad Husain Thabathaba‟i, 1991 :
38 juz 20 ).
Sekian lama kaum Nuh menyembah berhala. Mereka menjadikan
berhala-berhala tersebut sebagai sesembahan yang diharapkan darinya
kebaikan dan memohon perlindungan kepadanya dari segala kejahatan,
menyerahkan segala urusan dalam kehidupan ini kepadanya.
Oleh karena itu Allah mengutus Nabi Nuh as, untuk menyeru dan
memberi peringatan kepada mereka. Allah swt, telah berfirman sebagai
berikut ;
(Qs Nuh Ayat 1).
عزاة ٠أح١ أ لب ه زس ل أ أ ل ب دب إ إب أسص
أ١
Artinya ; “ Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada
kaumnya (dengan memerintahkan): "Berilah kaummu peringatan
sebelum datang kepadanya azab yang pedih", ( Depag RI, 2002 ;
571)
52
Allah mengutus Nabi Nuh as, seorang yang jelas ucapannya,
cerdas dan lembut. Allah telah memberikan kekuatan kepadanya untuk
berdebat dan kemampuan mengemukakan argumentasi untuk
mematahkan semua alasan yang disampaikan oleh kaumnya. Nabi Nuh
as, menyeru kaumnya agar beriman kepada Allah saja, namun mereka
berpaling. Ia juga memberikan peringatan dengan siksa yang pedih,
serta memberikan kabar gembira dengan ganjaran yang besar, namun
mereka tetap buta dan tetap tidak mau mendengar serta
menyombongkan diri. ( Rafi‟udin, 2001:17 )
Betapa berat penderitaan Nabi Nuh as, dalam perjuangan ini serta
musibah besar yang dialami Nabi Nuh as, ini dalam masa yang
panjang. Kehidupan yang merupakan rentetan penderitaan, siksa dan
bencana yang tidak dapat ditanggung kecuali oleh Nabi-Nabi yang
sabar dan teguh hati. Oleh karena itu Nabi Nuh termasuk salah satu
Rasul Ulul „Azmi. ( Humaidi, 1990:134).
Nabi Nuh as, sebagai Rasul Allah disamping meluruskan kembali
penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan tugas kekhalifahan
manusia ia pun merupakan tonggak pemacu perkembangan sosial
budaya umat manusia. Dia telah mencoba mengadakan revolusi
pemikiran terhadap kaumnya untuk tidak lagi menyembah berhala dan
beralih menyembah Allah swt.
Masalah umur Nabi Nuh as, banyak mengandung hikmah dan
pelajaran, Umur beliau mencakup beberapa abad yang panjang
53
berdakwah kepada kaumnya kepada Allah swt, untuk menjaga mereka
dari azab Allah dan mengharapkan bagi mereka akan rahmatnya,
beliau tidak putus asa dan menyerah, bahkan mengharapkan agar
mereka mendapatkan hidayah Allah swt, meskipun membutuhkan
waktu yang lama, umur beliau yang panjang hendaknya menjadi
pelajaran penting bagi para da‟i, guru dan murabbi dalam hal
kesabaran, kekuatan tekad dan keimanan.
Sebagaimana juga menjadi pelajaran bagi semua manusia, agar
menyadari bahwa kematian itu akan menghampirinya meskipun
memiliki umur yang panjang, dan umur manusia itu hakikatnya adalah
kumpulan hari-hari yang setiap harinya akan berlalu dengan
terbenamnya matahari, untuk menyingkap tabir akan kesempatan
ruhnya untuk mendapatkan kebahagiaan yang abadi di surga, maka
alangkah beruntungnya jika usahanya dalam rangka untuk
mendapatkan kebahagiaan, dan alangkah meruginya jika amalnya
sedikit atau berlebihan.
Seorang muslim yang bijaksana dia akan memperhatikan hal-hal
yang bersifat maknawiyah ( umum ) dan pandai mengambil pelajaran
dalam hidupnya, yang demikian itu akan mendorongnya untuk
memiliki tekad yang kuat dalam beramal. Dan tidak selayaknya
menyibukkan diri dengan rincian sejarah yang tidak ada penjelasannya
dari wahyu, dan tidak ada sandaran dalil yang kuat dalam Syari‟at.
54
D. Dakwah Nabi Nuh as, Kepada Kaumnya
Secara etimologis, kata “dakwah” berasal dari bahasa Arab yang
mempunyai arti: panggilan, ajakan, dan seruan. Sedangkan dalam ilmu
tata bahasa Arab, kata dakwah adalah bentuk dari isim masdar yang
berasal dari kata kerja ( دعب, ٠ذع, دعة artinya : menyeru,
memanggil, mengajak. Dalam pengertian yang integralistik dakwah
merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh
para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar
bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju kehidupan
yang Islami. (Al Hasmy, 1997:18).
Nabi Nuh as, keluar menuju kaumnya dan memulai dakwahnya.
Nabi Nuh as, berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat
oleh iblis itu, mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan
berhala dan kembali kepada tauhid menyembah Allah, Tuhan sekalian
alam melakukan ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya
serta meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan yang diajarkan
oleh Setan dan Iblis. ( Ahmad Syadali, 1997:27).
(QS. al-A‟raf: 59).
ؼ١ش إ ب ى اعبذا الل ـمبي ٠ب ل ل ب دب إ مذ أسص
عظ١ عزاة ٠ إ أخبؾ ع١ى
55
“Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan
bagi kamu selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah
Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar‟‟(Depag RI,
2002; 159).
Dengan kalimat yang singkat tersebut, Nabi Nuh meletakkan
hakikat ketuhanan kepada kaumnya dan hakikat hari kebangkitan.
Disana hanya ada satu Pencipta yang berhak disembah. Disana
terdapat kematian, kemudian kebangkitan hari kiamat. Hari yang besar
yang di dalamnya terdapat siksaan yang besar.
Nabi Nuh as, menarik perhatian kaumnya agar melihat alam
semesta yang diciptakan oleh Allah swt, berupa langit dengan
matahari, bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan
kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan
dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup kepada
manusia, pergantian malam menjadi siang dan sebaliknya yang
kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Tuhan
yang harus disembah dan bukan berhala-berhala yang mereka buat
dengan tangan mereka sendiri. Di samping itu Nabi Nuh as, juga
memberitakan kepada mereka bahwa akan ada ganjaran yang akan
diterima oleh manusia atas segala amalannya di dunia yaitu surga bagi
amalan kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap
perintah agama yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan. Nabi Nuh
as, yang dikaruniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh
seorang Nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar
56
dalam tindak-tanduknya melaksanakan tugas risalahnya kepada
kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara
yang lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadangkala
dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi
pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan
menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka
yang tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya. ( Ali
Abdul Halim, 1991: 2).
Nuh as, mematahkan semua argumentasi orang-orang kafir dengan
logika para Nabi yang mulia. Yaitu, logika pemikiran yang sunyi dari
kesombongan pribadi dan kepentingan-kepentingan khusus. Nabi Nuh
berkata kepada mereka bahawa Allah swt, telah memberinya agama,
kenabian, dan rahmat. Sedangkan mereka tidak melihat apa yang
diberikan Allah kepadanya. Selanjutnya, ia tidak memaksa mereka
untuk mempercayai apa yang disampaikannya saat mereka membenci.
Kalimat tauhid (tiada Tuhan selain Allah) tidak dapat dipaksakan atas
seseorang. Ia memberitahu kepada mereka bahawa ia tidak meminta
imbalan dari mereka atas dakwahnya. Ia tidak meminta harta dari
mereka sehingga memberatkan mereka. Sesungguhnya ia hanya
mengharapkan pahala (ganjaran) dari Allah swt. Allahlah yang
memberi pahala kepadanya. Nabi Nuh as, menerangkan kepada
mereka bahwa ia tidak dapat mengusir orang-orang yang beriman
kepada Allah swt. Meskipun sebagai Nabi, ia mempunyai hak dan
57
keterbatasan itu adalah tidak diberikannya hak baginya untuk mengusir
orang-orang yang beriman kerana dua alasan. bahwa mereka akan
bertemu dengan Allah swt, dalam keadaan beriman kepada-Nya, maka
bagaimana ia akan mengusir orang yang beriman kepada Allah swt,
kemudian seandainya ia mengusir mereka, maka mereka akan
menentangnya di hadapan Allah swt. Ini mengakibatkan pemberian
pahala dari Allah swt, atas keimanan mereka dan balasan-Nya atas
siapa pun yang mengusir mereka. Maka siapakah yang dapat menolong
Nabi Nuh dari siksa Allah swt, seandainya ia mengusir mereka? (
Amin Syukur, 2006 :15 ).
1. Isi Dakwah Nabi Nuh as.
Dahulu ada beberapa orang saleh bernama Wad, Suwa‟,
Yaghuts, Ya‟uq, dan Nasr yang dicintai oleh masyarakat. Ketika
mereka wafat, maka masyarakat merasa sedih karena kehilangan
mereka, saat itulah setan memanfaatkan kesedihan itu dengan
membisikkan mereka agar membuatkan patung-patung dengan
nama-nama mereka untuk mengenang mereka. Akhirnya,
masyarakat pun melakukannya. Waktu pun berlalu, namun patung-
patung itu belum disembah sampai mereka yang membuat patung-
patung itu meninggal dan datanglah anak cucu mereka yang
kemudian disesatkan oleh setan. Setan menjadikan mereka
menganggap bahwa patung-patung itu adalah sesembahan mereka.
58
Mereka pun menyembah patung-patung itu dan mulai saat itu
tersebarlah kesyirikkan di tengah-tengah mereka, maka Allah swt,
mengangkat seorang laki-laki di kalangan mereka sebagai Nabi dan
Rasul nya, yaitu Nuh as. Allah memilihnya di antara sekian
makhluk nya, Dia mewahyukan kepadanya agar mengajak
kaumnya menyembah kepada Allah swt, saja dan meninggalkan
sesembahan-sesembahan selain nya. ( Humaidi, 1990:150).
Mulailah Nabi Nuh as, berdakwah, ia berkata kepada mereka:
(QS. Al A‟raaf: 59).
ب ى اعبذا الل ـمبي ٠ب ل ل ب دب إ ؼ١ش مذ أسص إ
عظ١ عزاة ٠ إ أخبؾ ع١ى
“Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan
yang berhak disembah bagimu selain Dia. Sesungguhnya (kalau
kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab
hari yang besar (kiamat).”(Depag RI, 2002; 159).
Maka diantara kaumnya ada yang mengikuti ajakannya, mereka
terdiri dari kaum fakir dan dhu‟afa (lemah). Adapun orang-orang
kaya dan kuat, maka mereka menolak dakwahnya, sebagaimana
istrinya dan salah satu anaknya juga menolak dakwahnya. Mereka
yang menolak dakwahnya menentangnya dan berkata kepadanya,
(QS. Huud: 27).
59
ب شان زب ب شان إل بششا ل وفشا ل از٠ ـمبي ا
أسارب احبعه إل از٠ ـض ع١ب ى ب ش أ اش ببد
وبرب١ ظى ب
“Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia
(biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang
mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara
Kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu
memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin
bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta.”(Depag RI, 2002;
225).
Nabi Nuh as, tidak berputusa asa terhadap sikap kaumnya yang
menolak dakwahnya, ia terus mengajak mereka saat malam dan
siang hari, menasihati mereka secara rahasia dan terang-terangan,
menjelaskan kepada mereka dengan lembut hakikat dakwah yang
dibawanya, tetapi mereka tetap saja kafir kepadanya, tetap saja
sombong dan melampaui batas, dan terus membantah Nabi Nuh as,
dan keadaan itu berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
Mereka juga menyakitinya, menghinanya, dan memerangi
dakwahnya. ( Amin Syukur, 2006:25 ).
Pernah suatu ketika, sebagian orang-orang kaya mendatangi
Nabi Nuh as, dan meminta kepadanya untuk mengusir orang-orang
fakir yang beriman kepadanya agar orang-orang kaya ridha dan
mau duduk bersamanya sehingga bisa beriman kepadanya, namun
Nabi Nuh as, menjawab, dalam firman Allah :
60
QS. Huud: 29-30.
ب أب بطبسد إل ع الل أجش بل إ ع١ ل أصأى ٠ب ل
ب حج ل ى أساو لل سب ا إ آ * از٠ ٠ب ل
ط إ الل صش ٠ أـل حزوش شدح
“Wahai kaumku!Aku tidak meminta harta benda kepada kamu
(sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan
aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah
beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya,
akan tetapi aku memandangmu sebagai suatu kaum yang tidak
mengetahui–Dan (Nuh berkata), “Wahai kaumku! Siapakah yang
akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka.
Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran?”(Depag RI, 2002;
226).
Maka kaumnya pun marah dan menuduhnya telah sesat, dan
mereka berkata,
(QS. Al A‟raaf: 60).
ب١ إب شان ـ ضلي ل ل لبي ا
“Sesungguhnya kami melihatmu berada dalam kesesatan yang
nyata.”(Depag RI, 2002; 159).
Nuh balik menjawab, (QS. Al A‟raaf: 61-62).
١ سة اعب ى سصي ١ش ب ضلت * لبي ٠ب ل أبؽى
ب ل حع الل أع صخ ى أ سصبلث سب
“Wahai kaumku! Tidak ada padaku kesesatan sedikit pun tetapi
aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam”– “Aku sampaikan
kepadamu amanat-amanat Tuhanku, aku memberi nasehat
61
kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu
ketahui.”(Depag RI, 2002; 159).
Nabi Nuh as, tetap bersabar mendakwahi kaumnya, hari demi
hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun dilaluinya, tetapi yang
mau mengikuti seruannya hanya beberapa orang saja. Bahkan
ketika Nuh mendatangi sebagian mereka, mengajak mereka agar
menyembah Allah dan beriman kepada-Nya, mereka taruh anak
jarinya ke telinga mereka agar tidak mendengar kata-kata Beliau,
dan ketika Beliau pergi kepada yang lain sambil menyebutkan
kepada mereka nikmat-nikmat Allah swt, yang diberikan kepada
mereka serta menceritakan tentang penghisapan pada hari Kiamat,
mereka taruh baju mereka di wajah mereka agar tidak melihat
Beliau, dan hal ini berlangsung terus hingga akhirnya orang-orang
kafir berkata kepada Nabi Nuh as. ( Hasby ash-Shiddiqy,
2003:4359).
(QS. Hud: 32).
لبا ٠ب ح لذ جبد ج و ب حعذب إ خب ـأوزشث جذاب ـأحب ب
بدل١ اص
“Wahai Nuh! Sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami,
dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap Kami,
maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan
kepada Kami, jika kamu termasuk orang-orang yang
benar.”(Depag RI, 2002; 226).
Nuh menjawab,
62
(QS. Hud : 33-34).
عجز٠ ب ب أخ شبء إ الل ب ب ٠أح١ى صذ لبي إ ل ٠فعى
صخ ى أ أسدث أ إ إ١ سبى ٠ى ٠ؽ ٠ش٠ذ أ الل وب إ
حشجع
“Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika
Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan
diri.–Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasihatku jika aku
hendak memberi nasihat kepada kamu, sekiranya Allah hendak
menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah
kamu dikembalikan.”(Depag RI, 2002; 226).
Maka Nabi Nuh pun bersedih karena kaumnya tidak mau
memenuhi ajakannya, bahkan sampai meminta agar disegerakan
azab untuk mereka. Meskipun begitu, Nabi Nuh tidak berputus asa,
dia tetap berharap kiranya ada di antara mereka yang mau beriman.
Hari demi hari, bulan demi bulan berganti dan tahun pun berganti
dengan tahun berikutnya, tetapi ajakan Beliau tidak membawa
hasil. Beliau berdakwah kepada kaumnya dalam waktu yang cukup
lama, yaitu selama 950 tahun. ( Hasby ash-Shiddiqy, 2003:4350 ).
2. Metode Dakwah Nabi Nuh as.
Diantara metode dakwah yang diterapkan oleh Nabi Nuh as,
adalah : ( Ali Abdul Halim Mahmud, 1991 : juz II )
a. Mengajak kepada umatnya untuk bertauhid.
63
Dakwah yang pertama kali yang dilakukan Nabi Nuh as,
kepada kaumnya yakni mengajak untuk menyembah Allah
semata. Tidak diragukan lagi, bahwa dakwah kepada tauhid
adalah asas dari setiap risalah, dan mencurahkan sebagian
besar waktu untuk mendakwahkan tauhid yang dapat
membahayakan jiwanya. Nabi Nuh as, berdakwah kepada
tauhid dengan dakwah yang ikhlas karena khawatir
kaumnya akan tertimpa azab dari Allah swt, pada hari
kiamat.
b. Standar keutamaan seseorang adalah ketakwaan dan amal
soleh.
Dalam melakukan dakwahnya Nabi Nuh as, tidak bertujuan
untuk memperoleh kemulian dihadapan manusia
sebagaimana yang diungkapkan oleh para penguasa yang
menuduh Nabi Nuh as, berdakwah hanya ingin memperoleh
kemulian dihadapan manusia. Nabi Nuh as, membantah
tuduhan para penguasa sebagimana dikisahkan pada surat
Hud bahwa setiap manusia berasal dari Adam as, dan Adam
berasal dari tanah, tidak ada keutamaan Adam dari manusia
yang lain kecuali ketakwaannya. Keutamaan manusia
diperoleh dengan melaksanakan yang wajib, bersabar atas
kecaman, dan ilmu dan amal yang ia lakukan.
64
c. Kebenaran yang sudah jelas tidak membutuhkan dalil tapi
membutuhkan Itiba` (mengikuti jejak ).
Nabi Nuh as, menjelaskan kebenaran kepada kaumnya
bahwa dia adalah pengemban risalah (Rasul) tetapi
kaumnya tidak mau mengikuti kebenaran yang disampaikan
dan malah meminta didatangkan azab untuk membuktikan
kebenaran risalah yang disampaikan oleh Nabi Nuh as,
sebagai mana dijelaskan dalam firman Allah swt:
(Qs. Hud:32).
ج و ب حعذب إ خب ـأوزشث جذاب ـأحب ب لبا ٠ب ح لذ جبد
بدل١ اص
“Mereka Berkata "Hai Nuh, Sesungguhnya kamu Telah
berbantah dengan kami, dan kamu Telah memperpanjang
bantahanmu terhadap kami, Maka datangkanlah kepada
kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu
termasuk orang-orang yang benar".(Depag RI, 2002; 227).
d. Dakwah harus terus dan tanpa berhenti.
Nabi Nuh as, melarang kaumnya yang menyembah patung
baik pada waktu siang dan malam bahkan mencapai waktu
yang panjang yakni seratus tahun beliau infaqkan untuk
mendakwahkan kepada tauhid. Genersi selanjutnya
berwasiat kepada sebagian yang lain agar tidak menyembah
kepada patung-patung dan jangan meninggalkan patung
Wadd, dan jangan pula Suwwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr.
65
Para muhadisdan ulama atsar ( salaf ) meriwayatkan bahwa
mereka (patung Wadd, dan jangan pula Suwwa', Yaghuts,
Ya'uq dan Nasr) adalah nama laki-laki sholeh dari kaum
Nabi Nuh as. Sebagaimana firman Allah Swt:
(Qs.Nuh:23).
٠عق ل ٠ؽد اعب ل ص ا د ل حزس آخى لبا ل حزس
ضشا
“ Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu
meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan
jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan)
wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan
nasr".(Depag RI, 2002; 572).
e. Kezhaliman itu pasti ada.
Pada akhir perjalanan dakwah Nabi Nuh as, Allah
memerintahkan kepada bumi untuk mengeluarkan air dan
kepada langit untuk menurunkan hujan tidak alasan bagi
keduanya kecuali ketaatan dan keridhoan, maka terjadilah
banjir dan berlayarlah kapal Nabi Nuh as, bersama orang-
orang yang ada didalamnya (yang beriman) dari atas
gunung yang bernama Judiy dan tenggelamlah orang-orang
yang tidak mau mengikuti apa yang didakwahkan oleh Nabi
Nuh as, termasuk juga anak dan istrinya karena tidak mau
mengikuti dakwah Nabi Nuh as.
66
f. Keluarga dalam islam adalah orang yang seakidah dengan
kita.
Pada saat diatas gunung yang bernama Judiy disanalah
Nabi Nuh as, berdoa kepada Robnya sesungguhnya anakku
dari keluargaku dan tenggelam bersama orang-orang yang
menentang padahal engkau telah berjanji akan
menyalamatkan keluargaku. kemudian Allah swt
membantahnya dengan firmanya dalam Al-qur`an:
(Qs.Hud:46) .
ب ؼ١ش صبخ ـل حضأ ع ه إ أ ١ش لبي ٠ب ح إ
١ش ه ب حى إ أعظه أ ع
١ جب ا
“Allah berfirman: "Hai Nuh, Sesungguhnya dia bukanlah
termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan),
Sesungguhnya (perbuatan)nya. perbuatan yang tidak baik.
sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu
yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya
Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan
termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.
"(Depag RI, 2002; 230).
3. Pengalaman Nabi Nuh as Saat Dakwah
Nabi Nuh as, yang berdakwah kepada Penguasa saat itu agar
mereka mau menerima konsep hidup Kal Jasadil-Wahid ( orang
islam satu dan lainya seperti satu tubuh ) jika mereka ingin selamat
dari murka Allah swt, ternyata ditanggapi dengan melecehkan Nabi
Nuh as, dan pengikutnya. Keangkuhan manusia pada saat itu yang
67
lebih percaya kemampuan sendiri dibanding konsepsi dari Allah
swt, menurut Sunah Nuh, mereka melecehkan Nuh dengan
memperolok-olokkannya sebagai suatu permainan. Dakwah
diberikan secara terang-terangan kepada Penguasa saat itu, tapi
hasilnya mereka buang muka dengan sombongnya. Dalam
dakwahnya Nabi Nuh as, menyampaikan ancaman Allah swt,
bahwa jika mereka tetap hidup dengan ajaran nenek moyang
mereka maka Azab yang Maha besar akan menimpa mereka,
sebaliknya jika mereka mau mengikuti Ajaran Allah swt, menurut
Sunah Nabi Nuh as, maka mereka akan diselamatkan di Dunia ini
maupun di akhirat nanti. Ancaman yang disampaikan Nabi Nuh as,
ternyata datang juga setelah umat manusia pada saat itu dengan
bangganya bertahan dengan prinsip hidup mereka, azab datang
berupa air bah yang menenggelamkan semua kota di masa itu.
Nabi Nuh as, akhirnya berhasil memenangkan perjuangan hidup
Nur menurut Sunah Rasul Nuh dengan bantuan langsung dari
Allah swt.
a. Masyarakat yang dihadapi Nabi Nuh as.
Bertahun-tahun lamanya kaum Nabi Nuh as, menyembah
berhala mereka menjadikan berhala-berhala itu sebagai Tuhan
tempat meminta kebaikan dan tempat menolak bala. Berhala
menjadi tempat bergantung segala sesuatu dalam kehidupan
mereka. Mereka meminta dan memanggil berhala-berhala itu
68
dengan beragam nama. Kadang dengan nama Wadda, Suwaa‟,
dan Yaghuts. Kadang dengan nama Ya‟uq, atau Nasr nama-
nama berhala ini diwarisi masyarakat Arab di masa jahiliyah.
Mereka berbuat yang demikian itu dikarenakan kejahilan dan
menuruti hawa nafsu.
Asal muasal nama-nama berhala itu diambil dari nama-nama
ulama mereka yang pernah hidup bersama mereka sebelumnya.
Dengan dalih untuk mengenang jasa-jasa mereka dan untuk
mengingatkan semangat peribadatan umat ketika itu, maka
dibuatlah patung, gambar, simbol-simbol visualisasi fisik
mereka. Namun lambat laun dengan bergantinya generasi,
patung-patung itu justru disembah dan dijadikan Tuhan.
Kondisi masyarakat seperti itulah Nabi Nuh as, diutus. Nuh
adalah orang yang sangat fasih dalam bertutur, cerdas akalnya,
pemikirannya jauh ke depan, santun perilakunya, sangat sabar
tatkala harus berdebat, memiliki kemampuan berargumentasi
yang kuat, dan punya kekuatan meyakinkan lawan bicara.
Dengan bekal itu Nabi Nuh as mengajak kaumnya untuk
kembali kepada Allah swt. Sayang, kaumnya menolak
seruannya. Namun Nuh as, tetap memberi peringatan tentang
dahsyatnya siksa pembalasan di hari kiamat. Dan kaumnya
tetap membisu dan tuli. Nuh as, terus memotivasi mereka
69
dengan imbalan pahala yang sangat besar jika mau beriman,
namun mereka semakin menutup telinga dan mata.
b. Iri dan Sombong Penyebab Penolakan Dakwah.
Adapun orang-orang yang telah Allah swt. tutup hatinya,
mereka tidak akan beriman. Karena potensi pendengaran,
penglihatan, dan akal pikiran mereka tidak difungsikan untuk
meraih hidayah, mereka tidak mendapatkan cahaya tauhid.
Mereka itu adalah para pemuka kaum, para elit yang memiliki
kekuasaan dan jabatan..
Para elit itu berkomentar, ”Kamu kan manusia biasa seperti
kami, kamu salah seorang di antara kami. Kalau Allah swt.
menginginkan Rasul, pasti Dia akan mengutus malaikat. Dan
karena itu kami pasti akan serta merta mendengarkan
perkataannya. Kami akan segera memenuhi seruannya.”
( Ali Abdul Halim Mahmud, 1991 juz II )
E. Nabi Nuh Membuat Kapal.
Nabi Nuh as, di tengah-tengah kaumnya dalam kurun waktu yang
sangat panjang. Menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka
meninggalkan penyembahan berhala dan mengajak menyembah
kepada Allah swt. Akan tetapi, dalam waktu yang cukup lama itu Nabi
Nuh as, tidak berhasil menyadarkan dan menarik kaumnya untuk
70
mengikuti ajaran yang dibawanya. Bahkan kaum Nabi Nuh as, tidak
akan ada lagi yang beriman kecuali kaum yang terdahulu. Maka Allah
swt, memerintahkan kepada Nabi Nuh as, untuk membuat kapal dan
mengajarkan kepadanya bagaimana membuatnya dengan baik.
Mulailah Nabi Nuh as,membuat kapal dengan dibantu orang-orang
yang beriman kepadanya. Setiap kali, orang-orang kafir melewati Nuh
dan pengikutnya, mereka menghina dan mengejeknya karena melihat
Beliau membuat kapal besar di gurun sahara yang tidak ada sungai dan
laut. Penghinaan mereka bertambah, ketika mereka tahu bahwa
maksud Nabi Nuh as, membuatnya adalah untuk menyelamatkan
dirinya dan pengikutnya dari azab yang akan Allah timpakan kepada
mereka. Akhirnya, pembuatan kapalpun selesai. Nabi Nuh as,
mengetahui bahwa banjir besar akan tiba, maka ia meminta kepada
setiap mukmin dan mukminah untuk menaiki kapal tersebut, ia juga
mengangkut setiap hewan, burung, dan hewan lainnya sepasang.
Hingga ketika Nabi Nuh as, bersama pengikutnya telah berada di atas
kapal, datanglah banjir besar. Langit mengucurkan hujannya dengan
deras, mata air di bumi pun mulai memancarkan airnya dengan kuat.
Sewaktu Nabi Nuh as, tengah berdiri dihaluan kapal, tiba-tiba mata
Nabi Nuh as, tertuju pada sosok orang yang tenggelam, tidak lain
adalah anaknya sendiri yang bernama Kan‟an. Seorang anak yang
kafir, ingkar, tidak mau mentaati perintah ayahnya, Melihat keadaan
seperti itu, Nabi Nuh as, berusaha menyadarkan dan menghimbau
71
anaknya supaya ikut naik ke atas kapal seraya berkata “ Wahai Kan‟an
anakku, marilah bersama-sama dengan kami dan janganlah kamu
mengikuti orang yang kafir itu. ( http://cerita islami.com
01/2016/20.00 ).
Meskipun ia putra Nabi, tetapi tetap mengalami nasib yang
menyedihkan karena termasuk orang –orang kafir. Pada saat itu
muncul rasa iba kasih seorang ayah terhadap putra kandungnya yang
berada dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang.
Kan‟an yang tesesat dan telah terkena rayuan setan serta hasutan kaum
yang sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan
ayahnya. Akhirnya seluruh manusia ditenggelamkan termasuk putra
Nabi Nuh as, yang bernama Kan‟an yang berfikir bisa selamat setelah
berlindung di gunung terdekat, ternyata dia tidak berhasil
menyelamatkan diri dari ganasnya gelombang karna azab Allah swt.
Banjir bandang yang dasyat serta gelombangnya yang tergulung-
gulung tersebut telah memporak-porandakan serta menelan seluruh
kaum Nabi Nuh as, yang kafir serta zhalim. Kaum Nabi Nuh as, yang
kafir saat melihat air membanjiri rumah mereka dan mengalir dengan
derasnya, maka mereka merasa akan binasa, mereka pun segera
mencari tempat-tempat tinggi untuk menyelamatkan diri, tetapi sayang
sekali, ternyata banjir itu telah mencapai puncak gunung. Allah swt,
membinasakan orang-orang kafir dan menyelamatkan Nabi Nuh as,
72
dan para pengikutnya pun bersyukur kepada Allah swt, atas
keselamatan yang diberikan-Nya. ( Amin Syukur, 2006 : 16).
Semua pintu langit telah tertutup kembali, curahan air hujan telah
berhenti. Sedangkan bumi telah menghisap air yang ada
dipermukaannya. Adapun Nabi Nuh as, berlabuh diatas bukit kecil
yang bernama „Judiy” yang hingga kini bekas-bekasnya tengah dicari
oleh orang-orang ahli sejarah. Untuk selanjutnya Nabi Nuh as, beserta
pengikutnya kembali ke kampung halaman untuk menghirup udara dan
suasana baru yang penuh dengan pertologan serta berkah dari Allah
swt. Ketika berlabuh di bukit Judiy, Allah swt, memerintahkan Nabi
Nuh as dan orang-orang yang menaiki kapal bersamanya untuk turun
dengan aman selamat dan keberkahan dari Allah swt. Mereka
mendarat dari kapal pada hari Asyura ( sepuluh Muharram ) setelah
berada diatas kapal selama 150 hari. Maka pada hari itu Nabi Nuh as,
melakukan puasa untuk menyatakan rasa syukur kepada Allah swt,
serta memerintahkan kepada umatnya untuk berpuasa pula. ( M.Ali ash
Shabuni, 2001:183).
Ash Shabuni mengutip pendapat Ibnu Katsir dalam kitabnya “Al
Bidayah wa annihayah” sebagai berikut :
“ orang-orang yang bersama Nabi Nuh as, di kapal adalah 80
orang bersama keluarganya. Mereka tinggal di kapal selama 150 hari
dan bahwasanya Allah swt, mengarahkan kapal itu ke arah
Makah.Kapal itu kemudian mengelilingi Ka‟bah selama 40 hari. Lalu
diarahkan kebukit judiy dan berlabuh diatasnya.( M. Ali ash.Shabuni.
2001:184).
73
Setelah Nabi Nuh as, dan para pengikutnya turun dan melepaskan
hewan-hewan yang diangkutnya, maka mulailah Beliau dan para
pengikutnya menjalani hidup yang baru, Beliau berdakwah kepada
kaum mukmin dan mengajarkan kepada mereka hukum-hukum agama,
Beliau banyak melakukan dzikrullah, shalat dan berpuasa hingga
Beliau wafat dan menghadap Allah swt.
Nuh wafat setelah tinggal di tengah kaumnya selama 950 tahun
sebelum taufan datang, sedangkan sesudahnya hanya Allah swt, yang
mengetahui. Menurut Ibnu Abbas masa hidup Nabi Nuh as, adalah
1780 tahun dan itu merupakan masa hidup manusia terpanjang. Setelah
wafat Nabi Nuh as dimakamkan didekat Masjidil Haram Makah. (M.
Ali ash Shabuni, 2001:185).
74
BAB IV
PENDIDIKAN DALAM KISAH NABI NUH
A. Peran Nabi Nuh Sebagai Pendidik
Banyak ayat Al-qur‟an yang mengisyaratkan tentang
pendidikan. Surat Al Alaq ayat 1-5, wahyu yang pertama kali
diturunkan kepada Rasulullah saw. Adalah adalah salah satu ayat yang
mengisaratkan pendidikan. Pendidikan dalam ayat ini dijelaskan
dengan menggunakan perintah membaca dengan menyebut nama
Allah semata, dan perintah untuk mempelajari kejadian manusia dan
kejadian alam semesta.
Pendidikan dalam arti luas bermakna merubah dan
memindahkan nilai kebudayaan kepada setiap individu dalam
masyarakat. ( Hasan Langgulung, 1985;3). Nabi Nuh as, adalah Rasul
yang diutus oleh Allah swt, ke bumi untuk menyampaikan peringatan
Allah swt. Dia diutus Allah dalam masa “ Fatrah” yaitu masa
kekosongan diantara dua Rasul. Manusia secara berangsur angsur
meninggalkan ajaran agama yang dibawa oleh Nabi yang
meninggalkan mereka. Dengan demikian, mereka telah menjauh dari
Tuhan. Meninggalkan amal kebaikan dan mulai menyembah berhala.
Kaum Nabi Nuh as, tidak luput dari proses tersebut. Ketika Nabi
Nuh as, datang ke tengah tengah mereka, mereka sedang menyembah
berhala. Penyembahan berhala yang dilakukan oleh kaum Nuh
75
merupakan kebudayaan yang sudah ada dan sangat bertentangan
dengan ajaran yang dibawa Nabi Nuh as.
B. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Surat Nuh
Ada beberapa kriteria pendidik Nabi Nuh, diantaranya adalah: :
(http/unsur-unsur pendidikan.com 05/01/2016/ 21.00).
1. Tujuan pendidik
Tujuan pendidikan adalah untuk mendekatkan diri kepada
Allah swt, bukan untuk mencari kedudukan, kemegahan dan
kegagahan atau mendapatkan kedudukan yang menghasilkan
uang, karena tujuan pendidikan diarahkan bukan pada
pendekatan kepada Allah swt, akan dapat menimbulkan
kedengkian, kebencian dan permusuhan. (Abudin
Nata,1997;162)
Dari situ dapat diambil pelajaran bagi pendidik maupun
bagi para da‟i bahwa perjuangan yang bertujuan hanya kepada
Allah swt, tidak, akan membuat jenuh dalam menjalankanya.
Sebaliknya, jika perjuangan mereka bermaksud untuk mencari
status dan juga mencari kemuliaan, maka perjuangan mereka
tidak akan bertahan lama.
2. Metode pendidik Nabi Nuh
Nabi Nuh as, telah menunjukkan keteladanan kepada
peserta didiknya, dia telah mempraktekan pendidikan dalam
76
kehidupan sehari-hari pada keluarganya. Di dalam dirinya
terhimpun sifat sifat baik yang sepatutnya dimiliki oleh
manusia sebagai pendidik. Yaitu:
a. Sabar
Secara bahasa: Berasal dari kata “ ٠صبش - صبش ”
yang artinya menahan. Secara istilah: Menahan diri dari
kesusahan dan menjaga lisan dari celaan, serta menahan
anggota badan dari berbuat dosa. ( Fauzul Iman,
2005:95).
Definisi sabar menurut sufi ternama Ar-Raghib Al-
Ashfihani, (2010:105). Mengatakan bahwa sabar
memiliki makna yang berbeda sesuai dengan konteks
kejadiannya. Menahan diri saat ditimpa musibah
dinamakan shabr (sabar), sedangkan lawan katanya
jaza‟ (gelisah, cemas, risau), menahan diri dalam
peperangan dinamakan syaja‟ah (keberanian) dan lawan
katanya jubn (pengecut, lari dari peperangan), menahan
diri dari kata-kata kasar disebut kitman (diam) dan
lawan katanya ihdzar (mengecam, marah). Namun
secara umum, semua yang berkaitan dengan menahan
biasanya dikategorikan sabar. Sabar ini tidak hanya
identik dengan cobaan saja. Karena menahan diri untuk
tidak bersikap berlebihan atau menahan diri dari
77
pemborosan harta bagi yang mampu juga merupakan
bagian dari sabar. Bukan hanya ketika kita dalam
kesulitan, tapi ketika dalam kemudahaan dan
kesenangan. ( Ibnu al-qayyim, 2010:60 ).
b. Ikhlas
Ikhlas secara bahasa berbentuk masdar, dan fiilnya
adalah akhlasha. Itu bentuk majid, dan bentuk
mujarodnya adalah khalasha maknanya adalah bening
(shafa), segala noda hilang dari padanya, suci, bersih
dan tauhid. Adapun ikhlas dalam syariat islam adalah
sucinya niat, bersihnya hati dari sirik dan riya serta
hanya menginginkan ridha Allah swt, semata dengan
segala kepercayaannya, perkataannya, dan
perbuatannya. Singkatnya ikhlas adalah koreksi diri
terus-menerus kepada Allah dan melupakan semua
peluang nafsu bahkan memberontak hawa nafsu
tersebut. (Ruhan Sanusi, 2010:28).
c. Bijaksana
Menurut Warsito, (KBBI:36). Arti dari kata bijaksana
adalah bertindak sesuai dengan pikiran, akal sehat
sehingga menghasilkan perilaku yang tepat, sesuai dan
pas. Biasanya, sebelum bertindak disertai dengan
pemikiran yang cukup matang sehingga tindakan yang
78
dihasilkan tidak menyimpang dari pemikiran. Si bijak
tahu hal mana yang boleh dilakukan dan mana yang
tidak.
d. Tawakal
Tawakal bahasa Arab ( حو ) atau tawakkul dari
kata wakala dikatakan, artinya, „meyerah kepadaNya.
(Abdullah bin Umar Ad- 2006:1).
Tawakkal adalah suatu sikap mental seorang yang
merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat kepada
Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar meyakini
bahwa hanya Allah yang menciptakan segala-galanya,
pengetahuanNya Maha Luas, Dia yang menguasai dan
mengatur alam semesta ini. Keyakinan inilah yang
mendorongnya untuk menyerahkan segala persoalannya
kepada Allah. Hatinya tenang dan tenteram serta tidak
ada rasa curiga, karena Allah Maha Tahu dan Maha
Bijaksana. ( Labib Mz, 1998:55).
Sifat-sifat itu harus dimiliki oleh pendidik demi
tercapainya tujuan yang diharapkan dalam pendidikan.
3. Media pendidik Nabi Nuh
a. Dakwah
Nuh as, mendakwahi dan mendebat kaumnya dengan
ulet dan sabar. Nuh mencurahkan kepedulian kepada
79
mereka dengan tutur kata yang lembut. Nuh tidak putus asa
mengajak mereka untuk beriman. Bahkan, Nuh
menggunakan beragam metode dakwah. Nuh mendakwahi
mereka siang dan malam. Sembunyi-sembunyi dan terang-
terangan, jika melihat peluang dakwah di malam hari,
beliau lakukan dakwah di malam hari. Bila ada peluang
dakwah secara terang-terangan, beliau menyampaikan
dakwah secara terang-terangan.( Ulis Tofa, 2007 :22).
Nuh menggiring nalar pemikiran mereka untuk
mencerna rahasia alam raya, memikirkan keindahan
semesta alam. Nuh menerangkan fenomena malam yang
berangsur gulita, langit yang menghampar penuh bintang,
bulan yang bersinar,matahari yang memberikan cahaya,
bumi yang mengalir disela-selanya sungai-sungai dan
menumbuhkan beragam tanaman. Semua itu ia terangkan
dengan sangat fasih. Ia berbicara dengan dalil yang kuat ia
menerangkan hakekat Tuhan satuyang kekuasaan-Nya tidak
terbatas dan sangat mengagumkan.
b. Visualisasi
Untuk mempermudah kaumnya dalam memahami
ajaran Nabi Nuh as. Beliau menerapkan metode Visualisasi
(gambar). Dia mengajak kaumnya untuk memperhatikan
penciptaan manusia dan fenomena-fenomena alam yang
80
merupakan manifestasi kebesaran Allah swt. Dia berkata
kepada kaumnya sebagai mana yang tercantum dalam
terjemah Surah Nuh ayat 13-16 sebagai berikut ;
“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah ?
Padahal sesungguhnya dia telah menciptakan kamu dalam
beberapa tingkatan kejadian. Tindakan kamu diperhatikan
sebagai mana Allah telah menciptakan tujuh langit
bertingkat-tingkat ? dan Allah menciptakan padanya bulan
sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita ?”
(Depag RI 2002:572)
4. Materi Pendidik Nabi Nuh
a. Tauhid
Tauhid berasal dari Bahasa Arab, masdar dari kata
Wahhada-Yuwahhidu. Secara Etimologis, tauhid berarti
Keesaan. Maksudnya, ittikad atau keyakinan bahwa Allah
swt, adalah Esa, tunggal, satu. Pengertian ini sejalan dengan
pengertian tauhid yang digunakan dalam Bahasa Indonesia,
yakni “Keesaan Allah“. Mentauhidkan berarti mengakui
keesaan Allah . (Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan.
2010 : 1)
Mengajarkan tauhid adalah sebagai materi pertama
yang Nabi Nuh as, ajarkan kepada kaumnya. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Abdul Aziz yang mengatakan
bahwa akidah tauhid merupakan ajaran pokok yang di bawa
oleh para Nabi. Tujuan pendidikan islam yang kedua adalah
agar mendapatkan kebahagiaan hidup didunia dan ahirat.
81
Allah swt, menyelamatkan Nuh dan orang-orang yang
beriman dari banjir yang melanda kaum Nabi Nuh adalah
sebagai bukti bahwa Allah swt, telah melaksanakan
janjinya kepada Nabi Nuh as, untuk membinasakan orang-
orang kafir dan menyelamatkan orang-orang yang beriman.
Janji Allah adalah pasti, bahwa orang-orang yang
mengikuti kebenaran akan mendapatkan kebahagiaan,
sedangkan mereka yang tidak beriman mendapatkan siksa
dari Allah swt. ( Abdul Aziz,2003;10).
5. Proses Pendidik Nabi Nuh
Proses penciptaan manusia dan fenomena-fenomena alam
yang terjadi didunia ini merupakan manifestasi kebesaran Allah
swt, hal itu dapat diajarkan kepada peserta didik untuk
memudahkannya dalam mengenal Allah sebagai sang pencipta.
Hubungan antara manusia yang terjalin karena ikatan
persamaan kepercayaan atau persamaan aqidah, adalah lebih
erat dan lebih berkesan dari pada hubungan yang terjalin karna
ikatan darah atau kelahiran. Kan‟an, walaupun ia adalah putra
Nabi Nuh oleh Allah swt, dikeluarkan dari bilangan keluarga
ayahnya, karena ia menganut kepercayaan dan agama yang
berlainan dengan yang dianut dan diajarkan oleh ayahnya,
bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.
82
6. Institusi
Nabi Nuh as, mengajak keluarganya dan para kaumnya
untuk mengikuti ajaranya akan tetapi, diantara para
pengikutnya yang mau mengikuti ajakan nabi nuh as, hanya
sedikit orang bahkan anaknya yang bernama kan‟an menolak
ajaran ayahnya sehingga sampai ia mati masih dalam keadaan
kafir.
7. Lingkungan
a. Faktor lingkungan keluarga
Manusia selalu menginginkan yang nyata
sedangkan Tuhan yang diperkenalkan oleh Nabi Nuh as,
bersifat ghoib sehingga mereka lebih percaya kepada
berhala-berhala yang dapat dilihatnya, kepercayaan yang
ada pada diri mereka telah menjadi budaya mendarah
daging sehingga iman mereka tidak dapat diubah siapapun
kecuali mereka sendiri yang mengubahnya. ( Muhaimin,
1993;30).
b. Faktor lingkungan masyarakat
Faktor lain yang tidak kalah penting adalah
lingkungan tempat anak menjalankan proses belajar dan
mengajar. Lingkungan yang dimaksud juga ialah pergaulan
si anak. Orang tua berperan penting disini untuk
memberikan pandangan mencari teman yang baik dan bisa
83
membawa anak berkembang ke arah yang lebih baik. Orang
tua hendaklah tidak menjaga anak terlalu protektif dan tidak
juga terlalu bebas yang terpenting adalah anak nyaman
bersosialisasi dan juga tetap tidak menyimpang.
8. Pendidik
Nabi Nuh as, mempunyai sifat yang patut dimiliki oleh
seorang Nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana
dan sabar dalam tingkah lakunya untuk melaksanakan tugas
risalah kepada kaumnya, dengan penuh kesabaran dan
kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut agar bisa
mengetuk hati nurani mereka (kaumnya).
Misi kenabian Nabi Nuh as, sebagai pendidik adalah untuk
menyampaikan risalah Tuhan, bukan berusaha meraih
keunggulan atas kaumnya dan bukan mencari keuntungan
pribadi seperti status, kekayaan dan kekuasaan. Dia hanya
melaksanakan perintah Allah swt, dan hanya mengharap ridho
Nya.
9. Peserta didik
Banyak umat Nabi Nuh yang mati karena azab Allah swt,
dikarenakan semasa hidupnya tidak mau mengikuti semua
ajaran yang sudah diajarkan Nabi Nuh as, namun sebagian
umat yang mau mengikuti ajaran Nabi Nuh bisa selamat dari
azab Allah swt.
84
10. Evaluasi
Manusia termasuk kaum Nabi Nuh as, selalu mengiginkan
sesuatu yang nyata dan benar. Sementara Tuhan yang
diperkenalkan oleh Nabi Nuh as, kepada kaumnya bersifat
ghaib sehingga tidak dapat dilihat oleh mata mereka.Sehingga
mereka menolak dan tidak mau mengikuti ajaran yang di bawa
Nabi Nuh as. Mereka lebih percaya kepada berhala-berhala
yang nampak di hadapan mereka. Manusia kadang-kadang
tidak dapat merasakan manisnya kebenaran disebabkan nafsu (
keinginan ) yang meluap-luap. Meskipun ia mengetahui hal
yang benar tetapi dia tidak mau mengikutinya.
Jelaslah bahwa kegagalan Nabi Nuh as, dalam mendidik
putranya disebabkan karena pengaruh lingkungan masyarakat
dan kebudayaan kaumnya yang sudah mendarah daging.
Mereka telah menjauh dari kebenaran dan menyembah kepada
selain Allah swt, yang pengaruh buruknya telah mengotori akal
mereka. Nabi tidak mempunyai pengaruh yang besar dalam
merubah nasib suatu kaum karena dia hanya menyampaikan
risalah. Keimanan seseorang tidak akan dapat berubah kecuali
mereka sendiri yang akan merubahnya.
Allah swt, memberi tahu kepada Nabi Nuh tentang ilmu
ghaib yang khusus dimiliki-Nya. Allah swt, ingin berkata
kepada Nabinya dan memberi tahu keadaan sebenarnya bahwa
85
anaknya bukan termasuk keluarganya karena ia tidak beriman
kepada Allah swt. Di sana terdapat pelajaran bahwa hubungan
darah bukanlah hubungan hakiki diantara manusia. Anak
seorang Nabi adalah anak yang menyakini akidah, dan bukan
anak yang menentangnya.
Nabi Nuh as, adalah seorang yang mengembalikan segala
sesuatu kepada Allah swt. Dia bertawakal kepada Allah swt,
setelah upaya maksimal dilakukanya. Manusia hanya berusaha
sekuat kemampuan sedangkan keberhasilan atau kegagalan
kembali kepada Allah swt.
Setelah mengetahui hal tersebut maka Nabi Nuh as, berdoa
kepada Allah swt. Do‟a Nabi Nuh as, tertulis dalam Al-qur‟an
surah Nuh ayat 28 sebagai berikut: ( Qs. Nuh ayat 28 )
بث ؤ ا ١ ؤ ب ؤ ب١خ دخ اذ سة اؼفش
إل حببسا ١ ل حزد اظب
Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang
masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang
beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau
tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain
kebinasaan".( Depag RI, 2002:572).
Do‟a adalah permohonan pribadi seorang hamba kepada
Tuhannya. Bentuk permohonan ini memberi sang hamba
kesempatan mencurahkan isi hatinya, mengungkapkan kerinduan,
86
ketakutan dan kebutuhan kepada hambanya. (Amatullah Amstrong,
1996:60)
Nabi Nuh as, dalam do‟anya menegaskan bahwa anak-anak
orang kafir itu akan menjadi kafir dan durhaka pula. Dari Do‟anya
yang diucapkan oleh Nabi Nuh as, dapat diketahui bahwa pengaruh
orang tua dalam mendidik anak-anaknya sangat besar. Sehingga,
jika orang tua yang kafir dibiarkan hidup dan mendidik anak-
anaknya, tentulah sang anak tidak jauh berbeda dari orang tua yang
mendidiknya.
Dengan demikian, ucapan Nabi Nuh as, dalam Do‟anya
merupakan salah satu isyarat tentang besarnya pengaruh orang tua
dalam mendidik dan membentuk kepribadian anak. Hal ini sejalan
pula dengan hadis yang menyatakan bahwa “Setiap anak yang
dilahirkan, ia dilahirkan dalam keadaan fitrah ( Kesucian ), maka
orang tuanyalah yang akan menjadikan ia sebagai seorang Yahudi,
Nasrani atau Majusi”
Syari‟ati menjelaskan bahwa Nabi merupakan tokoh terbesar
dalam islam. Misinya hanyalah menyampaikan risalah Tuhan. Dia
adalah pembawa kabar gembira dan menunjukkan jalan yang benar
kepada kaumnya. Ia tidak bertanggung jawab atas kemajuan
kaumnya.Nabi dalam Al-qur‟an, tidak dipandang sebagai faktor
87
utama dalam transformasi dan perubahan sejarah. ( Ali
Syari‟ati,1996:96)
Jadi, walaupun dia seorang Nabi, dia tetap tidak dapat
mengubah nasib kaum dan putranya untuk menjadi baik, jika
mereka tidak mau mengubahnya sendiri. Besarnya gelombang air
laut tidak dapat mengalahkan ketetapan hati mereka. Hati mereka
telah tertutup untuk menerima petunjuk, meskipun telah jelas
bahwa azab Allah swt, telah berada dihadapan mereka dan telah
jelas pula bahwa jika mereka naik ke kapal pastilah akan selamat.
C. Tanggung Jawab Keluarga dan Masyarakat Terhadap Pendidikan
Anak
Muhaimin mengutip pendapat yang dikemukakan oleh Syari‟ati
bahwa ada lima faktor yang membangun personalitas anak didik, yaitu
: (Muhaimin & Abdul Mujib 1993:30).
1. Faktor Ibu yang memberi struktur dan dimensi kerohanian yang
penuh dengan kasih sayang.
2. Faktor Bapak yang memberikan dimensi kekuatan dan harga
diri.
3. Faktor sekolah yang membantu terbentuknya sifat lahiriyah.
4. Faktor masyarakat lingkungan.
5. Faktor kebudayaan umum masyarakat yang memberi corak
kehidupan manusia.
88
Manusia termasuk kaum Nabi Nuh as, selalu mengiginkan sesuatu
yang nyata dan benar. Sementara Tuhan yang diperkenalkan oleh Nabi
Nuh as, kepada kaumnya bersifat ghaib sehingga tidak dapat dilihat
oleh mata mereka.Sehingga mereka menolak dan tidak mau mengikuti
ajaran yang di bawa Nabi Nuh as. Mereka lebih percaya kepada
berhala-berhala yang nampak di hadapan mereka.
Manusia kadang-kadang tidak dapat merasakan manisnya
kebenaran disebabkan nafsu ( keinginan ) yang meluap-luap.
Meskipun ia mengetahui hal yang benar tetapi dia tidak mau
mengikutinya. Hal tersebut telah di jelaskan dalam firman Allah swt.
Surat Yusuf Ayat 53 sebagai berikut :
افش ا فض إ ب أبش سب سب إ ب سد ء إل بسة ببض ل
ؼفس سد١
Artinya : Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan),
karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,
kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (Surat yusuf Ayat
53) Depag RI, 2002:243.
Jelaslah bahwa kegagalan Nabi Nuh as, dalam mendidik putranya
disebabkan karena pengaruh lingkungan masyarakat dan kebudayaan
kaumnya yang sudah mendarah daging.Mereka telah menjauh dari
kebenaran dan menyembah kepada selain Allah swt, yang pengaruh
buruknya telah mengotori akal mereka.Nabi tidak mempunyai
pengaruh yang besar dalam merubah nasib suatu kaum karena dia
89
hanya menyampaikan risalah. Keimanan seseorang tidak akan dapat
berubah kecuali mereka sendiri yang akan merubahnya. Begitu juga
dengan nasib mereka. Allah swt, berfirman dalam surah Ar-Ra‟d ayat
11 berikut ini :
الل إ ش الل أ ٠ذفظ ف خ ٠ذ٠ ب١ عمببث
إرا أس فض ب بأ ٠ؽ١شا دخ ب بم صءا ـل ل ٠ؽ١ش بم اد الل
اي د ب شد
Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. ( Ar Ra‟d ayat
11) Depag RI, 2002:251)
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis tentang kisah Nabi Nuh as, maka
kesimpulan yang bisa di ambil dari pembahasan diatas adalah sebagai
berikut:
1. Unsur-unsur pendidikan
a. Tujuan
b. Peserta
c. Pendidik
d. Metode
e. Materi
f. Media
g. Lingkungan
h. Proses
i. Institusi
j. Evaluasi
2. Peran Nabi Nuh sebagai pendidik
a. Sifat-sifat seorang pendidik
Sabar, Ikhlas, Bijaksana, Tawakal
b. Materi-materi seorang pendidik
Tauhid, Intelektual, Pengembangan teknologi ( pembuatan
kapal)
91
c. Metode-metode seorang pendidik
Metode Dakwah, metode visualisasi.
B. Penutup
Ucapan syukur kepada Allah swt, atas terselesaikannya
penyusunan skripsi ini. Pepatah mengatakan “Tak Ada Gading Yang Tak
Retak “.Sebagai manusia biasa yang jauh dari kesempurnaan, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini tentunya
terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk ini penulis berharap kepada
para pembaca atas kritik dan saran yang membangun apabila menjumpai
kekurangan dalam penulisan ini.
Selanjutnya, penulis juga menyadari bahwa penulis tidak dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini tampa adanya bimbingan dan
pengarahan dari Bapak/ Ibu dosen dan berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karna itu, penulis ucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan
manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca lainya.
92
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim Mahmud , Ali, Fikih Dakwah Ilallah, Mesir: Darul
Wafa`,1991, Juz ll.
Al-Abrasy, M. Athiyah, “Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam”, Jakarta:
Bulan Bintang, 1984.
Al-Syaibani, Oemar Muhammad Al-Toumy, “Falsafah At-Tarbiyah Al-
Islamiyah”, Ter. Hasan Lunggalung, Jakarta: Bulan Bintang, cet.
Ke-I, 1979, 399.
Lunggalung, Hasan, “Azas-azas Pendidikan Islam”, Jakarta:
Pustaka A;-Husna, cet ke-II, 1992, 117.
Amrullah, Ahmad. Dakwah dan Perubahan sosial (Yogyakarta: Prima
Duta, 1983), hal 2.
An-Nahlawi, Abdurrahman, “Ushulut Tarbiyah Islamiyah wa Asalihiha fi
Baiti wal Madrasatul wal Mujtama”, Jakarta: Gema Insani Press,
cet ke-3, 2002, 117.
Arifin, H. Muzayyin. 2003. Pendidikan Islam. Jakarta Bumi Aksara.
Ash Shabuni, M. Ali, kenabian dan riwayat para nabi, lentera,jakarta,
november 2001 hal 26.
Aziz, Saefudin dkk. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta :Sekawan.
Bukhari, Imam, “Shahih Bukhari”, Jakarta: Wijaya, 1984.
Departemen Agama RI, “Al-Qur‟an dan Terjemahannya” , Jakarta: CV.
Pustaka Agung Harapan, 2006, 142.
Djalal , Abdul, Ulumul Qur‟an, Surabaya: Dunia Ilmu, 1998.
Fauzul, Iman, Lensa Hati, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), hlm.95-
97.
Hammad Al-Ghunaimi, Abdul Akhir, Tahdzib Syarah Ath-Thahawiyah
Dasar-Dasar „Aqidah Menurut „Ulama Salaf 1, hlm: 255.
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-
Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
http://heninoviani.blogalami.com/5-nabi-yang-mendapat-gelar-ulul-azmi/ (
Senin 01 Januari 2016 jam 20.00 ).
93
https://nurwahidabdulloh.wordpress.com/pengetahuan/filsafat/filsafat-
pendidikan-islam/ Minggu, 20 Desember 20015 jam 09.00.
http://www.dakwatuna.com/2007/04/01/ 13.00 Kamis 5 feb 2016.
Marimba, Ahmad D . 1980. Pendidikan Islam. Bandung : N. V. Alma'arif.
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake sarasin,
yogyakarta, 1996, hal 49.
Nata, Abuddin, “Filsafat Pendidikan Islam”, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
cet. Ke-I, 1997, 53 – 54.
Nata, Abuddin, “Kapita Selekta Pendidikan Islam“, Bandung: Angkasa
Bandung, 2003.
Rafi‟udin, Kisah Keteladanan Para Rasul Allah, Intermasa, Semarang,
2001.
Rahman, Fazlur, Tema Pokok Al Qur‟an, Pustaka, Bandung, cet-2, 1996.
Syamsuri, Pendidikan Agama Islam. Jakarta :Erlangga. 2006.
Shihab, Quraish, Tafsir Al- Misbah, Pesan, Kesandan Keserasian Al
Qur‟an, vol. 14, Lentera Hati,2002.
Syukur, Amin. Pengantar Studi Islam. Semarang :Lemkota
Semarang.2006 .
Tatapangarsa, Humaidi, Kuliah Aqidah Lengkap, Bina Ilmu, Surabaya,
cet.ke-7, 1990.
Toha, H.M. Chalib, “Kapita Selekta Pendidikan Islam”,Yogyakarta:
Pustaka, cet ke-I, 1996.
Udin Syaefudin dan Abin Syamsudin Makmun. 2005. Perencanaan
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pelaksanaan, Jakarta: Sinar Grafika, cet ke-3, 1992, 12.
Waskito, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. 2002.
Zhafran, Atha. 2009. Pintar Agama Islam. Solo : CV. Bringin 55.
94
95
96
97
98
99
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Khoiruz Zad
Tempat/Tanggal lahir : Demak, 24 Maret 1990
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Bandung, Rt 02 Rw 03 Desa Kunir Kec Dempet kab
Demak
Riwayat Pendidikan :
MI Riyadlotul Ulum : Lulus Tahun 2003
MTs Riyadlotul Ulum : Lulus Tahun 2006
SMA N 1 Dempet : Lulus Tahun 2008
IAIN Salatiga : Lulus Tahun 2016
Demikian, riwayat ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 24 Maret 2016
Penulis
Khoiruz Zad
NIM. 111 10 109