jurnal bagus

27
1 FORMULASI SEDIAAN MASKER GEL ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK ETANOL BIJI MELINJO (Gnetun gnemon Linn.) Shanti Septiani, Nasrul Wathoni, Soraya R. Mita Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor 45363 *Email: [email protected] ABSTRAK Senyawa antioksidan dapat mengurangi efek buruk radikal bebas terhadap kulit. Biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.) mengandung senyawa antioksidan yang tinggi, seperti senyawa golongan fenol, vitamin C, dan vitamin E. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi sediaan mesker gel dari ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.) yang tepat sehingga dihasilkan produk masker gel peel off yang efektif, stabil, dan aman dalam penggunaannya. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode Diphenylhydrazylpicryl (DPPH). Formulasi masker gel dibuat dengan basis Polyvinyl Alcohol (PVA) dengan konsentrasi 10%. Evaluasi sediaan masker gel meliputi pengamatan perubahan konsistensi, warna, bau, pH, dan viskositas selama 28 hari pada suhu penyimpanan yang berbeda, yaitu pada suhu 8 o C, 25 o C, dan 40 o C. Nilai IC 50 dari ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.) adalah sebesar 459,318 μg/mL. Hasil uji sifat fisik sediaan menunjukkan bahwa semua sediaan masker gel stabil dalam aspek konsistensi, warna, dan bau. pH masker gel mengalami penurunan, tetapi masih berada pada rentang persyaratan pH untuk sediaan topikal. Viskositas masker gel mengalami penurunan, pada suhu 40 o C penurunan viskositas cukup besar. Hasil uji antioksidan dan uji efektivitas sediaan menunjukkan bahwa sediaan masker gel formula 3 paling efektif dalam meningkatkan kelembaban dan kehalusan kulit, serta hasil uji iritasi menunjukkan sediaan masker gel tidak mengiritasi. Kata kunci: antioksidan, Gnetum gnemon Linn., masker gel FORMULATION OF ANTIOXIDANT GEL MASK FROM ETHANOL EXTRACT OF Gnetum gnemon SEEDS ABSTRACT Antioxidant compounds can reduce the adverse effects of free radical on the skin. Gnetum gnemon seeds contain high antioxidant compounds, such as phenol type compounds,vitamin C, and vitamin E. The aim of this study was to determine the formulation of gel mask from ethanol extract of Gnetum gnemon seeds produced gel mask peel-off isan effective, stable, and safe in use. Antioxidant activity assays performed with the Diphenylhydrazylpicryl (DPPH). Gel mask formulations prepared with 10% Polyvinyl Alcohol (PVA). Evaluation of gel mask preparations include effectiveness test, irritant test, and physical properties test of gel mask preparations covering changes in consistency, color, odor, pH, and viscosity during 28 days was determined at different storage temperature of 8 o C, 25 o C, and 40 o C. The IC 50 values of Gntum gnemon seeds ethanol extract was 459,318 μg/ml. The results showed that all gel mask preparations is stable in terms consistency, color, and odor. pH of gel mask was descreased but remained in the range of Ph requirements for topical preparations. Viscosity

Upload: asti-fiandari

Post on 19-Oct-2015

345 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

b

TRANSCRIPT

  • 1

    FORMULASI SEDIAAN MASKER GEL ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK ETANOL

    BIJI MELINJO (Gnetun gnemon Linn.)

    Shanti Septiani, Nasrul Wathoni, Soraya R. Mita

    Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor 45363

    *Email: [email protected]

    ABSTRAK

    Senyawa antioksidan dapat mengurangi efek buruk radikal bebas terhadap kulit. Biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.) mengandung senyawa antioksidan yang tinggi, seperti senyawa golongan fenol, vitamin C, dan vitamin E. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formulasi sediaan mesker gel dari ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.) yang tepat sehingga dihasilkan produk masker gel peel off yang efektif, stabil, dan aman dalam penggunaannya. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode Diphenylhydrazylpicryl (DPPH). Formulasi masker gel dibuat dengan basis Polyvinyl Alcohol (PVA) dengan konsentrasi 10%. Evaluasi sediaan masker gel meliputi pengamatan perubahan konsistensi, warna, bau, pH, dan viskositas selama 28 hari pada suhu penyimpanan yang berbeda, yaitu pada suhu 8oC, 25oC, dan 40oC. Nilai IC50dari ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon Linn.) adalah sebesar 459,318 g/mL. Hasil uji sifat fisik sediaan menunjukkan bahwa semua sediaan masker gel stabil dalam aspek konsistensi, warna, dan bau. pH masker gel mengalami penurunan, tetapi masih berada pada rentang persyaratan pH untuk sediaan topikal. Viskositas masker gel mengalami penurunan, pada suhu 40oC penurunan viskositas cukup besar. Hasil uji antioksidan dan uji efektivitas sediaan menunjukkan bahwa sediaan masker gel formula 3 paling efektif dalam meningkatkan kelembaban dan kehalusan kulit, serta hasil uji iritasi menunjukkan sediaan masker gel tidak mengiritasi. Kata kunci: antioksidan, Gnetum gnemon Linn., masker gel

    FORMULATION OF ANTIOXIDANT GEL MASK FROM ETHANOL EXTRACT OF

    Gnetum gnemon SEEDS

    ABSTRACT Antioxidant compounds can reduce the adverse effects of free radical on the skin. Gnetum gnemon seeds contain high antioxidant compounds, such as phenol type compounds,vitamin C, and vitamin E. The aim of this study was to determine the formulation of gel mask from ethanol extract of Gnetum gnemon seeds produced gel mask peel-off isan effective, stable, and safe in use. Antioxidant activity assays performed with the Diphenylhydrazylpicryl (DPPH). Gel mask formulations prepared with 10% Polyvinyl Alcohol (PVA). Evaluation of gel mask preparations include effectiveness test, irritant test, and physical properties test of gel mask preparations covering changes in consistency, color, odor, pH, and viscosity during 28 days was determined at different storage temperature of 8oC, 25oC, and 40oC. The IC50 values of Gntum gnemon seeds ethanol extract was 459,318 g/ml. The results showed that all gel mask preparations is stable in terms consistency, color, and odor. pH of gel mask was descreased but remained in the range of Ph requirements for topical preparations. Viscosity

  • 2

    of gel mask more stable in the storage temperature of 8oC and 25oC for all formula,in the storage temperature of 40oC occured largest decrease. Antioxidant activity test and effectiveness test of the preparation showed that formula 3 of the gel mask is the most effective in increasing skin moisture and smoothness, as well as irritation test results showed that the mask preparation gel is not irritating. Key word: antioxidant, Gnetum gnemon Linn, gel mask

    PENDAHULUAN

    Kulit merupakan organ yang

    menutupi seluruh tubuh manusia,dan

    mempunyai daya proteksi terhadap

    pengaruh luar.Kulit sangat mendukung

    penampilan seseorang sehingga perlu

    dirawat, dipelihara, dan dijaga

    kesehatannya. Dengan perawatan dan

    pemeliharaan, maka penampilan kulit akan

    terlihat sehat, terawat, serta senantiasa

    memancarkan kesegaran (Wirajayakusuma,

    1998).

    Proses perusakan kulit yang ditandai

    oleh munculnya keriput, sisik, kering, dan

    pecah-pecah lebih banyak disebabkan oleh

    radikal bebas. Selain tampak kusam dan

    berkerut, kulit menjadi lebih cepat tua dan

    muncul flek-flek hitam (Maysuhara, 2009).

    Salah satu penangkap efek buruk

    dari radikal bebas adalah senyawa

    antioksidan. Melinjo adalah tumbuhan

    berumah dua dan merupakan marga

    tunggal (monogenera) dalam suku

    Gnetaceae, yang termasuk kelompok

    Gymnospermae (Hanan dan Sutrisno,

    2000), diketahui memiliki kandungan

    antioksidan yang tinggi. Kadar

    antioksidan yang tinggi pada biji melinjo

    dapat menghambat radikal bebas dan juga

    sebagai anti aging. Berdasarkan penelitian

    yang telah dilakukan sebelumnya, pada biji

    melinjo terkandung senyawa polifenol

    (fenol sederhana, flavonoid, dan tanin),

    senyawa gnemonoside yang merupakan

    salah satu golongan stilbenoid yang

    berperan sebagai senyawa antioksidan

    yang dapat menangkal radikal bebas.

    Selain itu, terkandung pula senyawa

    vitamin C dan tokoferol (Santoso, et al.,

    2010).

    Kandungan protein yang tinggi dalam

    biji melinjo, memberikan juga aktivitas

    antioksidan. Protein utama dengan berat

    molekul 30 kDa sangat efektif untuk

  • 3

    menghilangkan radikal bebas yang menjadi

    penyebab berbagai macam penyakit

    (Siswoyo, et al., 2011).

    Saat ini telah dikembangkan

    pemanfaatan bahan-bahan alam sebagai

    sumber antioksidan dalam sediaan

    kosmetika (Mario,2001). Kosmetika adalah

    bahan atau sediaan yang dimaksudkan

    untuk digunakan pada bagian luar tubuh

    manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir,

    dan organ genital bagian luar), atau gigi,

    dan membran mukosa mulut, terutama

    untuk membersihkan, mewangikan,

    mengubah penampilan, dan/atau

    memperbaiki bau badan atau melindungi

    atau memelihara tubuh pada kondisi baik

    (BPOM RI, 2011).

    Kosmetika wajah tersedia dalam

    berbagai bentuk sediaan, salah satunya

    dalam bentuk masker. Bentuk sediaan

    masker yang banyak terdapat di pasaran

    adalah bentuk pasta atau serbuk, sedangkan

    sediaan masker bentuk gel masih jarang

    dijumpai, padahal masker bentuk gel

    mempunyai beberapa keuntungan

    diantaranya penggunaan yang mudah, serta

    mudah untuk dibilas dan dibersihkan.

    Selain itu, dapat juga diangkat atau

    dilepaskan seperti membran elastik

    (Harry,1973).

    Berdasarkan latar belakang di atas,

    maka dilakukan penelitian mengenai

    pengujian antioksidan ekstrak etanol biji

    melinjo dan formulasi sediaan masker gel

    berbahan dasar ekstrak etanol biji melinjo

    (Gnetum gnemon Linn.) yang baik, efektif,

    stabil, dan aman dalam penggunaannya.

    BAHAN DAN METODE

    Bahan Tumbuhan: Simplisia biji melinjo

    (Gnetum gnemon Linn.) diperoleh dari

    Perkebunan Manoko, Lembang, dan

    dideterminasi di Jurusan Biologi FMIPA-

    Universitas Padjadjaran.

    Bahan kimia: DPPH, etanol 95%, etanol

    70%, amonia 10%, kloroform, HCl 2N,

    pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorff,

    pereaksi Lieberman-Burchard, pereaksi

    Nessler, aquadestilata, FeCl3 1%, larutan

    gelatin 1%, serbuk Mg, eter, larutan vanilin

    10%, H2SO4 pekat, KOH 5%, larutan -

    naftol 5%, larutan Ninhidrin 1%, vitamin

    C, Mueller Hinton Agar (MHA),

  • 4

    Sabouraud Dextrose Agar (SDA), Polivinil

    Alkohol (PVA),

    Hydroxypropylmethylcellulose (HPMC),

    trietanolamin, gliserin, nipagin, dan

    nipasol.

    Alat: Magnetic stirrer(ikaeurostar),

    mechanical stirrer (Yellow MAG HS 7),

    timbangan digital (Mettler Toledo), pH

    spear(Oakton), viscotester Brookfield

    (Brookfield, DV II+ Pro), otoklaf

    Hirayama, inkubator (Sakura, IF-4), oven

    (Memmert), Spektrofotometer UV-Visible

    (Specord 200 Analytik Jena), skin analyzer

    HL 611, dan Dino Lite(AM-21.10X-200X).

    Metode

    Ekstraksi

    Simplisia biji melinjo (Gnetum gnemon

    Linn.)dirajang lalu diekstraksi dengan cara

    maserasi selama 3x24 jam menggunakan

    pelarut etanol 70%, kemudian diuapkan

    dengan menggunakan rotary evaporator

    sehingga diperoleh ekstrak kental.

    Identifikasi Kualitatif Ekstrak

    Skrining Fitokimia

    Skrining fitokimia dilakukan untuk

    mengetahui kandungan senyawa metabolit

    sekunder yang berasal dari bahan alam.

    Proses skrining dilakukan terhadap ekstrak.

    Kromatografi Lapis Tipis(KLT)

    Fase diam berupa pelat silika gel GF

    254 dan fase gerak berupa kombinasi

    pelarut etil asetat : metanol : air (40:5.4:5)

    (Masoko and Ellof, 2007). Pelat silika

    dimasukkan ke dalam bejana kromatografi

    yang sebelumnya telah dijenuhkan dengan

    fase gerak. Pola kromatogram diamati

    setelah disemprotdengan penampak bercak

    larutan DPPH 40 ppm.

    Freeze drying Ekstrak

    Ekstrak kental biji melinjo

    diserbukkan dengan menggunakan metode

    freeze drying. Proses freeze drying ekstrak

    kental dilakukan di Laboratorium Biologi

    Farmasi, Institut Teknologi Bandung.

    Rendemen serbuk ekstrak yang diperoleh

    kemudian dihitung.

    Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak

  • 5

    Pembuatan Larutan Sampel

    Dibuat larutan uji dalam berbagai

    konsentrasi yaitu 1200 ppm, 1000 ppm, 800

    ppm, 600 ppm, dan 400 ppm. Dibuat pula

    larutan uji vitamin C dengan berbagai

    konsentrasi, yaitu 20 ppm, 9 ppm, 8 ppm, 6

    ppm, 4 ppm, dan 2 ppm. Larutan uji

    vitamin C digunakan sebagai pembanding.

    Pembuatan Larutan DPPH

    Serbuk DPPH ditimbang sebanyak

    0,002 g, dilarutkan dalam etanol 95 %

    sampai 50 mL sehingga didapat larutan 40

    ppm. Larutan dijaga pada suhu rendah,

    terlindung dari cahaya untuk segera

    digunakan.

    Penetapan Maksimum DPPH

    Larutan DPPH ditambahkan etanol

    (3:2), dihomogenkan, dan diamati

    absorbansinya pada panjang gelombang

    400-600 nm. Panjang gelombang

    maksimum ditandai dengan serapan yang

    paling besar. Untuk blanko digunakan

    etanol.

    Penetapan Operating Time DPPH dalam Etanol

    Larutan DPPH ditambahkan etanol

    (3:2), dihomogenkan, lalu diamti

    absorbansinya pada panjang gelombang

    maksimum DPPH, dengan interval waktu 5

    menit sampai didapat absorbansi yang stabil

    yaitu tidak terlihat adanya penurunan

    absorbansi sampai waktu 120 menit (2

    jam). Blanko yang digunakan etanol.

    Penetapan Waktu Inkubasi Sampel

    Larutan DPPH ditambahkan ke

    dalam larutan ekstrak uji atau larutan

    vitamin C (3:2), dihomogenkan, lalu

    diamati absorbansinya pada panjang

    gelombang maksimum DPPH, dengan

    interval waktu 5 menit sampai didapat

    absorbansi yang stabil yaitu tidak terlihat

    adanya penurunan absorbansi sampai waktu

    120 menit (2 jam). Blanko yang digunakan

    yaitu larutan ekstrak uji atau larutan

    vitamin C ditambahkan etanol (2:3).

    Pengukuran Absorbansi % Inhibisi Sampel

    Larutan DPPH ditambahkan ke

    dalam larutan uji ekstrak biji melinjo dan

    vitamin C (3:2) dalam berbagai konsentrasi

    pada menit ke-45 setelah pembuatan larutan

  • 6

    DPPH, dihomogenkan, kemudian untuk

    larutan ekstrak uji diinkubasi selama 35

    menit, dan untuk larutan vitamin C

    diinkubasi selama 30 menit, kemudian

    dibaca absorbansinya pada panjang

    gelombang maksimumnya. Sebagai blanko

    digunakan larutan uji ekstrak biji melinjo

    atau larutan vitamin C dalam berbagai

    konsentrasi dan etanol (2:3). % Inhibisi

    ekstrak dan vitamin C dihitung dengan

    rumus:

    % inhibisi = [ 1 (Auji/Akontrol)] x 100 %

    Dimana:

    Auji = Serapan rata-rata larutan DPPH

    dalam sampel

    Akontrol = Serapan larutan DPPH dalam

    etanol

    % inhibisi = Persentase kapasitas

    penghambatan radikal

    bebas

    Pengukuran IC50

    Harga IC50 dihitung dari kurva

    regresi linier antara % inhibisi serapan

    dengan berbagai konsentrasi ekstrak dan

    vitamin C (larutan uji).

    Pembuatan dan pemilihan basis masker gel

    Pemilihan basis masker gel yang

    akan digunakan dalam formulasi didasarkan

    pada sifat fisik basis masker gel (pH dan

    viskositas) selama waktu penyimpanan dan

    waktu yang diperlukan oleh masker untuk

    mengering.

    Formulasi sediaan masker gel antioksidan dari ekstrak etanol biji melinjo

    3.1 Tabel Formula Masker Gel Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo

    Komposisi bahan (% b/b)

    Formula masker gel F0 (%) F1 (%) F2

    (%) F3 (%)

    PVA 10 10 10 10

    HPMC 1 1 1 1

    Gliserin 12 12 12 12 TEA 2 2 2 2

    Nipagin 0,2 0,2 0,2 0,2

    Nipasol 0,05 0,05 0,05 0,05 Ekstrak - 0,195 0,584 0,973

    Aquadestilata add 100 100 100 100

    Keterangan: F0: tidak mengandung ekstrak, F1: mengandung ekstrak 1 x IC100, F2: mengandung ekstrak 3 x IC100, F3: mengandung ekstrak 5 x IC100

    Prosedur pembuatan: dikembangkan

    PVA dalam aquadestilata panas suhu 80o

    hingga mengembang sempurna, kemudian

    diaduk. Dikembangkan pula HPMC dalam

    aquadest dingin hingga mengembang

    sempurna. Kemudian, ditambahkan

    gliserin, nipagin dan nipasol yang telah

  • 7

    dilarutkan dalam aquadestilata panas,

    HPMC, serta TEA secara berturut-turut ke

    dalam massa PVA, diaduk hingga

    homogen. Setelah itu ditambahkan ekstrak

    yag telah sebelumnya dilarutkan dalam

    aquadestilata sedikit demi sedikit, lalu

    diaduk hingga homogen.

    Pengujian aktivitas antioksidan sediaan masker gel dengan metode DPPH

    Pengujian aktivitas antiradikal bebas

    masker gel ekstrak biji melinjo dilakukan

    dengan mengukur inhibisi terhadap DPPH

    dengan menggunakan spektrofotometer UV

    pada panjang gelombang maksimal larutan

    DPPH.

    Sediaan masker gel dilarutkan

    dalam aquadestilata terlebih dahulu,

    selanjutnya untuk pengkondisian sediaan

    dilarutkan dalam etanol, kemudian larutan

    dibuat dalam berbagai konsentrasi. Masing-

    masing larutan sampel dimasukkan ke

    dalam vial, ditambahkan larutan DPPH 40

    ppm dengan perbandingan 2:3, didiamkan

    selama 35 menit. Absorbansi DPPH diukur

    pada panjang gelombang maksimumnya.

    Kemudian ditentukan % inhibisi dari

    masing-masing formula sediaan, dan

    dihitung nilai IC50.

    Pengujian sifat fisik sediaan masker gel

    Pengujian sifat fisik masker gel

    yang telah dibuat meliputi pengamatan

    perubahan organoleptis, pengukuran

    viskositas, dan pengukuran pH selama 28

    hari pada kondisi suhu penyimpanan yang

    berbeda, yaitu pada suhu 8oC, 25oC, dan

    40oC (Akhtar, et al., 2011).

    Pengamatan Organoleptis

    Dilakukan dengan mengamati

    perubahan-perubahan bentuk, warna, dan

    bau dari sediaan masker gel.

    Pengujian Viskositas

    Sebanyak 2 g sediaan masker gel

    ditempatkan pada Viskotester Brookfield,

    kemudian diatur spindle dan kecepatan

    yang akan digunakan, dan Viskotester

    Brookfield dijalankan, kemudian viskositas

    dari masker gel akan terbaca.

    Pengujian pH

    Dilakukan dengan cara

    mencelupkan elektroda pH meter ke dalam

    setiap sediaan masker gel yang sebelumnya

    telah dilarutkan dengan aquadestilata.

  • 8

    Setelah elektroda tercelup, nyalakan pH

    meter kemudian didiamkan hingga layar

    pada pH meter menunjukkan angka yang

    stabil.

    Pengujian waktu untuk sediaan mengering

    Pengujian waktu kering dilakukan

    dengan cara mengoleskan masker gel

    antioksidan ekstrak etanol biji melinjo

    berbagai konsentrasi ke punggung tangan

    dan diamati waktu yang diperlukan sediaan

    untuk mengering, yaitu waktu dari saat

    mulai dioleskannya masker gel hingga

    benar-benar terbentuk lapisan yang kering.

    Kemudian waktu tersebut dibandingkan

    dengan waktu kering masker produk

    inovator yang beredar di pasaran yaitu

    sekitar 10 20 menit. Pengujian dilakukan

    secara triplo dan dilakukan selama waktu

    penyimpanan (Vieira, et al., 2009).

    Pengujian secara mikrobiologi

    Pengujian mikrobiologi yang

    dilakukan adalah berupa uji cemaran

    mikroba dan uji efektivitas pengawet.

    Kedua pengujian ini dilakukan dengan

    langkah berikut:

    1. Media untuk pertumbuhan bakteri yaitu

    MHA (Mueller Hinton Agar) dan media

    untuk jamur yaitu SDA (Sabouraud

    Dextrose Agar).

    2. Sediaan masing-masing diencerkan

    dengan pengenceran 10%, 1% dan 0,1%.

    3. Pada masing-masing sediaan diambil

    0,25 ml dengan berbagai pengenceran ke

    dalam cawan petri yang berbeda. Hal ini

    dilakukan terhadap semua formula.

    Kemudian ditambahkan 4,75 ml MHA

    atau SDA dan diratakan secara

    homogen. Diinkubasikan selama 1 x 24

    jam untuk bakteri dan 3 x 24 jam untuk

    jamur. Amati pertumbuhan bakteri dan

    jamur.

    Pengujian efektivitas sediaan masker gel

    Pengujian efektivitas sediaan

    dilakukan untuk mengetahui adanya

    peningkatan kelembaban, kehalusan dan

    struktur kulit wajah. Pengujian efektivitas

    ini dilakukan terhadap sediaan masker gel

    yang memiliki efek penangkal radikal bebas

    DPPH yang paling baik, yaitu masker gel

    formula 3. Pengujian dilakukan terhadap 11

    orang sukarelawan wanita dengan rentang

  • 9

    umur 30 40 tahun. Masker gel dioleskan

    pada kulit wajah setiap satu minggu 1 2

    kali. Efektivitas masker gel dilihat dengan

    alat skin analyzer setiap minggu selama

    empat minggu pemakaian dengan indikator

    pengukuran berupa kandungan air, tingkat

    kandungan minyak, dan tingkat kekasaran

    kulit. Selain itu, digunakan pula alat Dino

    Lite untuk melihat struktur kulit wajah,

    sebelum pemakaian dan setelah satu bulan

    pemakaian (Akhtar and Yazan, 2008).

    Pengujian iritasi sediaan masker gel

    Uji iritasi dilakukan terhadap 10

    orang relawan dengan teknik patch test

    yaitu tempel terbuka yang dilakukan

    dengan mengoleskan sediaan (F1, F2, dan

    F3) seluas 2,5 cm2 pada punggung tangan

    kanan sukarelawan dan punggung tangan

    kiri basis (F0) sebagai pembanding. Uji

    keamanan dilakukan selama tiga kali dalam

    sehari selama tiga hari berturut turut setelah

    pembuatan dan pada hari terakhir

    penyimpanan untuk masing-masing

    sediaan. Gejala yang timbul diamati,

    umumnya iritasi akan segera ditunjukkan

    dengan adanya reaksi kulit sesaat setelah

    pelekatan atau penyentuhan pada kulit,

    iritasi demikian disebut iritasi primer.

    Tetapi jika reaksi ini timbul beberapa jam

    setelah penyentuhan atau pelekatan pada

    kulit, maka iritasi ini disebut iritasi

    sekunder (Depkes, 1985).

    Analisis data

    Analisis data dilakukan secara

    statistik ANAVA dengan desain faktorial,

    karena terdapat beberapa faktor (formula

    dan suhu), sebagai unit eksperimen adalah

    hasil uji sifat fisik (pH dan viskositas).

    Sedangkan hasil pengujian waktu untuk

    sediaan mengering, dan hasil pengujian

    efektivitas sediaan masker gel yang dilihat

    dari nilai kandungan air kulit wajah

    dianalisis dengan desain blok acak lengkap

    (DBAL).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Ekstraksi

    Ekstrak yang diperoleh dari proses

    ekstraksi 691,67 g simplisia biji melinjo

    adalah sebanyak 33,23 g. Nilai rendemen

    ekstrak yang diperoleh melalui perhitungan

    adalah sebesar 4,8%. Adapun karakteristik

    dari ekstrak yang diperoleh yaitu berbentuk

  • 10

    kental, berwarna coklat, tidak berasa,dan

    berbau khas.

    Identifikasi kualitatif ekstrak

    Skrining fitokimia

    Penapisan fitokimia dilakukan untuk

    mengetahui golongan senyawa metabolit

    sekunder yang terdapat pada ekstrak.

    Metabolit sekunder yang terdapat pada

    ekstrak etanol biji melinjo diantaranya

    adalah flavonoid, polifenol, monoterpenoid,

    seskuiterpenoid, dan kuinon.Polifenol dan

    flavonoid merupakan golongan senyawa

    metabolit sekunder yang memiliki aktivitas

    antioksidan, sehingga dalam ekstrak biji

    melinjo diduga bahwa senyawa inilah yang

    berperan menangkal radikal bebas.

    Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

    Hasil uji kualitatif ekstrak dengan

    menggunakan KLT adalah berupa bercak

    berwarna kuning berlatar ungu, setelah

    pelat yang dikembangkan dengan

    menggunakan fase gerak etilasetat :

    metanol : air (40:5.4:5) disemprot dengan

    penampak bercak larutan DPPH. Hasil KLT

    tersebut menunjukkan bahwa dalam ekstrak

    terdapat senyawa yang memiliki aktivitas

    antioksidan. Hal ini dikarenakan menurut

    literatur adanya senyawa antioksidan dalam

    uji kualitatif dengan menggunakan KLT

    ditandai dengan terbentuknya bercak

    berwarna kuning berlatar ungu pada pelat

    KLT yang disemprot dengan penampak

    bercak larutan DPPH (Masoko and Eloff,

    2007).

    Freezee drying ekstrak

    Serbuk ekstrak biji melinjo yang

    diperoleh dari proses freeze drying 25,555 g

    ekstrak kental biji melinjo adalah sebanyak

    22,232 g. Nilai rendemen ekstrak yang

    diperoleh melalui perhitungan adalah

    sebesar 87,01 %.Adapun karakteristikdari

    ekstrak biji melinjo yang telah di freeze

    drying yaitu berupa serbuk berwarna

    kuning, tidak berasa, dan berbau khas.

    Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak dengan metode DPPH

    Penetapan DPPH

    Larutan DPPH menunjukkan

    absorbansi maksimum pada

    panjanggelombang 512 520 nm

    (Molyneux, 2004). Panjang gelombang

  • 11

    maksimum yang diperoleh dari penelitian

    ini adalah 517 nm.

    Penetapan Operating Time DPPH dalam Etanol

    Penetapan operating time DPPH

    dalam etanol bertujuan untuk mengetahui

    waktu kerja paling baik atau paling stabil

    senyawa DPPH dalam etanol.Berdasarkan

    hasil yang diperoleh operating time dari

    larutan DPPH berada pada menit ke-45

    hingga menit ke-120 setelah penambahan

    etanol.

    Penetapan waktu inkubasi sampel

    Pengujian ini bertujuan untuk

    melihat rentang waktu dimana larutan

    DPPH memberikan absorbansi yang stabil

    dan telah bereaksi secara sempurna dengan

    sampel membentuk senyawa DPPH-H

    (Diphenylpicrylhydrazine). Berdasarkan

    hasil pengujian, waktu inkubasi untuk

    larutan ekstrak berada pada rentang waktu

    30 45 menit, sedangkan waktu inkubasi

    untuk larutan vitamin C berada pada

    rentang waktu 30 40 menit.

    Pengukuran Absorbansi % Inhibisi Sampel

    Penetapan % inhibisi larutan ekstrak

    dilakukan secara duplo. Data absorbansi

    dan % inhibisi dari beberapa konsentrasi

    ekstrak biji melinjo dapat dilihat pada Tabel

    4.2. Sedangkan kurva regresi linier antara

    konsentrasi ekstrak dan %inhibisi ekstrak

    dapat dilihat pada Gambar 4.1.

    Tabel 4.2 Data Absorbansi dan % Inhibisi dari Beberapa Konsentrasi Ekstrak

    Konsentrasi (g/ml)

    Absorbansi (A)

    Rata-rata

    % Inhibisi

    1200 0,128 0,103 0,116 74,783 1000 0,136 0,164 0,150 67,391 800 0,153 0,188 0,171 62,826 600 0,206 0,205 0,206 55,217 400 0,270 0,215 0,243 47,174

    DPPH 0,460

    Gambar 4.1 Kurva Regresi Linier antaraKonsentrasi Ekstrak dan % Inhibisi

    Dari data yang diperoleh pada Tabel

    4.1 menunjukkan bahwa semakin besar

    konsentrasi ekstrak maka semakin kecil

    absorbansi DPPH sehingga peningkatan

    y = 0,0336x + 34,602R = 0,9914

    01020304050607080

    0 300 600 900 1200 1500

    %in

    hibi

    si ek

    stra

    k (%

    )

    Konsentrasi ekstrak (g/ml)

  • 12

    konsentrasi hambat radikal bebas DPPH

    semakin besar.

    Sedangkan data absorbansi dan %

    inhibisi dari beberapa konsentrasi vitamin C

    dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan kurva

    regresi linier antara konsentrasi vitamin C

    dan % inhibisi vitamin C dapat dilihat

    Gambar 4.2.

    Tabel 4.3 Data Absorbansi dan % Inhibisi dari Beberapa Konsentrasi Vitamin C

    Konsentrasi (g/ml)

    Absorbansi (A)

    Rata-rata

    % Inhibisi

    9 0,263 0,188 0,226 56,202 8 0,334 0,212 0,273 47,093 6 0,345 0,332 0,338 35,076 4 0,429 0,362 0,396 23,256

    DPPH 0,516

    Berdasarkan data pada Tabel 4.2 sama

    halnya dengan ekstrak, bahwa semakin

    besar konsentrasi vitamin C maka semakin

    kecil absorbansi DPPH sehingga

    peningkatan konsentrasi hambat radikal

    bebas DPPH semakin besar.

    Gambar 4.2 Kurva Regresi Linier antara Konsentrasi Vitamin C dan % Inhibisi

    Pengukuran IC50 sampel

    Setelah dilakukan perhitungan dengan

    memasukkan konsentrasi sebagai x dan %

    inhibisi sebagai y maka diperoleh

    persamaan regresinyay = 0,0337x +

    34,521dan nilai dari IC50 ekstrak etanol biji

    melinjo didapat sebesar 459,318 g/mL.

    Sedangkan untuk vitamin C dengan

    memasukkan konsentrasi sebagai x dan %

    inhibisi sebagai y maka diperoleh

    persamaan regresinyay = 6,4447x -

    3,0952dan nilai dari IC50 vitamin C didapat

    sebesar 8,239 g/mL.

    Dengan membandingkan IC50 ekstrak

    etanol biji melinjo terhadap vitamin C

    diperoleh aktivitas antioksidan ekstrak

    etanol biji melinjo 1,794% dari vitamin C.

    Aktivitas antioksidan ekstrak lebih rendah

    dari vitamin C dapat disebabkan vitamin C

    yang lebih murni dibanding ekstrak etanol

    biji melinjo yang mengandung berbagai

    macam metabolit sekunder.

    Pembuatan dan pemilihan basis masker gel

    y = 6,583x - 4,256R = 0,992

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    0 2 4 6 8 10

    % In

    hibi

    si

    Konsentrasi vitamin C (g/ml)

  • 13

    Basis masker gel yang telah dibuat

    sebanyak empat macam formula dengan

    menggunakan basis PVA dengan

    konsentrasi 10%, dan eksipien lain berupa

    HPMC, gliserin, dan TEA dengan variasi

    konsentrasi. PVA digunakan sebagai

    gelling agent memiliki sifat adhesive atau

    dapat membentuk lapisan film yang dapat

    dikelupas setelah mengering. Penambahan

    HPMC dalam formula berfungsi sebagai

    peningkat viskositas dari basis masker gel.

    Kemudian gliserin berfungsi sebagai

    humektan yang memiliki kemampuan untuk

    mengikat air (hidrasi), sehingga sediaan

    menjadi tetap lembab dan tidak kering.

    TEA digunakan untuk mengatur pH dari

    sediaan, sedangkan nipagin dan nipasol

    berfungsi sebagai pengawet.

    Empat macam formula basis masker

    gel kemudian diuji sifat fisik (pH dan

    viskositas) dan waktu yang diperlukan

    sediaan untuk mengering selama 2 minggu

    penyimpanan, hasil pengujian sifat fisik

    basis masker gel dapat dilihat pada Tabel

    4.4 berikut.

    Tabel 4.4 Tabel Hasil Pengujian Sifat Fisik Basis Masker Gel

    For

    mula

    Pengam

    atan

    Perubahan setelah hari ke-

    1 3 7 14

    1 Bentuk K+ K+ K+ K+

    Warna AK AK AK AK

    Bau - - - -

    pH 7,59 7,27 6,82 6,8

    Viskosita

    s

    354,1 336,9

    3

    308,9

    3

    306,47

    Waktu

    Kering

    10

    menit

    15

    menit

    14

    menit

    13

    menit

    2 Bentuk K+++ K+++ K+++ K+++

    Warna AK AK AK AK

    Bau - - - -

    pH 7,49 7,19 7,14 7,12

    Viskosita

    s

    2548 1980 1884,

    67

    1883

    Waktu

    Kering

    9

    menit

    16

    menit

    16

    menit

    15

    menit

    3 Bentuk K++ K++ K++ K++

    Warna AK AK AK AK

    Bau - - - -

    pH 7,80 7,23 6,85 6,68

    Viskosita

    s

    1263,

    33

    1154,

    33

    1025,

    33

    1021,3

    3

    Waktu

    Kering

    10

    menit

    17

    menit

    10

    menit

    12

    menit

    4 Bentuk K++ K++ K++ K++

    Warna AK AK AK AK

    Bau - - - -

    pH 7,72 7,33 7,02 7,00

    Viskosita

    s

    1422,

    33

    1307 1236 1221,6

    7

    Waktu

    Kering

    10

    menit

    17

    menit

    17

    menit

    17

    menit

  • 14

    Keterangan: F1: Formula basis dengan gliserin 6 % dan TEA 1 %, F2: Formula basis dengan gliserin 12 % dan TEA 2 %, F3: Formula basis dengan HPMC 1 %, gliserin 12 %, dan TEA 2 %, F4: Formula basis dengan HPMC 2 %, gliserin 12 %, dan TEA 2 %, K+: Kental rendah, K++: Kental sedang, K+++: Kental tinggi, AK: Agak keruh, -: Tidak berbau Kental tinggi, AK: Agak keruh, -: Tidak berbau

    Berdasarkan hasil pengamatan hasil

    pengamatan sifat fisik dan waktu sediaan

    untuk mengering selama 2 minggu

    penyimpanan, dari keempat formula yang

    telah dibuat, maka formula 3 yang akan

    digunakan sebagai basis dalam formulasi

    sediaan masker gel antioksidan.

    Formulasi sediaan masker gel antioksidan dari ekstrak etanol biji melinjo

    Formula masker gel dibuat dalam

    berbagai konsentrasi ekstrak etanol biji

    melinjo berdasarkan pada nilai IC100 yang

    diperoleh dari pengujian aktivitas

    antioksidan dengan menggunakan DPPH.

    Konsentrasi ekstrak yang digunakan dalam

    formulasi berdasar pada nilai IC100 karena

    diharapkan ekstrak etanol biji melinjo yang

    ditambahkan dalam formulasi dapat

    menghambat 100% radikal bebas. Hasil

    formulasi sediaan masker antioksidan dari

    ekstrak etanol biji melinjo dapat dilihat

    pada Gambar 4.3, dan hasil pengamatan

    organoleptis sediaan dapat dilihat pada

    Tabel 4.4.

    Gambar 4.3 Gambar Hasil Formulasi Masker Gel Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo Tabel 4.4 Tabel Hasil Pengamatan Organoleptis Masker Gel Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo

    Formula Bentuk Warna Bau

    F0 K+++ AK -

    F1 K+++ K Khas

    F2 K++ KC+ Khas

    F3 K+ KC++ Khas

    Keterangan: K+++ = Kental tinggi, K++ = Kental sedang, K+ = Kental rendah, - = Tidak berbau, AK = Agak keruh, KC+ = Kuning kecoklatan lebih muda, KC++= Kuning kecoklatan lebih tua

    Pengujian aktivitas antioksidan sediaan

    Sediaan masker gel antioksidan dari

    ekstrak etanol biji melinjo diuji aktivitas

    antioksidannya pada hari pertama

    pembuatan dan pada hari terakhir

    penyimpanan. Hal ini bertujuan untuk

    mengetahui ada tidaknya aktivitas

  • 15

    antioksidan pada sediaan, baik pada saat

    Hari pertama pembuatan maupun setelah

    waktu penyimpanan selama 28 hari. Berikut

    diagram nilai IC50 untuk sediaan dapat

    dilihat pada Gambar 4.4.

    Gambar 4.4 Diagram Nilai IC50 Ekstrak dan Sediaan Masker Gel

    Keterangan:F0: tidak mengandung ekstrak, F1: mengandung ekstrak 1 x IC100, F2: mengandung ekstrak 3 x IC100, F3: mengandung ekstrak 5 x IC100

    Dapat terlihat dari Gambar 4.4

    bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak

    yang ditambahkan, maka semakin baik

    aktivitas antioksidan sediaannya. Hal ini

    didasarkan pada nilai IC50 yang lebih

    rendah. Selain itu, dari diagram di atas

    dapat diketahui bahwa waktu penyimpanan

    berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan

    sediaan. Aktivitas antioksidan sediaan

    menurun selama penyimpanan, terlihat dari

    nilai IC50 yang lebih besar dari sebelum

    penyimpanan.Menurunnya aktivitas

    antioksidan setelah penyimpanan dapat

    dipengaruhi oleh faktor lingkungan

    misalnya cahaya yang dapat menyebabkan

    proses oksidasiyang dapat menurunkan

    aktivitas antioksidan sediaan. Kemudian

    cara pengemasan dapat pula berpengaruh

    terhadap penurunan aktivitas antioksidan.

    Cara pengemasan yang kurang baik

    membuat sediaan lebih banyak kontak

    dengan lingkungan, sehingga dapat

    menurunkan aktivitas antioksidan sediaan.

    Pengujian sifat fisik masker gel

    Pengamatan Organoleptis

    Seluruh formula sediaan masker gel

    antioksidan ekstrak etanol biji melinjo

    selama 28 hari penyimpanan tidak

    mengalami perubahan konsistensi, warna,

    dan bau.

    Pengukuran Viskositas

    Hasil pengukuran viskositas pada

    suhu 8oC, 25oC, dan 40oC selama masa

    penyimpanan tertera pada grafik di bawah

    ini.

    0500

    100015002000250030003500

    IC50

    Sediaan

    hari ke-1

    hari ke-28

  • 16

    Gambar 4.5 Grafik Hasil Pengukuran Viskositas pada Suhu 8oC selama Masa Penyimpanan

    Gambar 4.6 Grafik Hasil Pengukuran Viskositas pada Suhu 25oC selama Masa Penyimpanan

    Gambar 4.7 Grafik Hasil Pengukuran Viskositas pada Suhu 40oC selama Masa Penyimpanan

    Berdasarkan grafik pada Gambar

    4.5, Gambar 4.6, dan Gambar 4.7 dapat

    dilihat bahwa viskositas mengalami

    penurunan pada tiap suhu pengujian dan

    selama waktu penyimpanan. Hal ini

    menunjukkan bahwa suhu dan waktu

    penyimpanan berpengaruh terhadap

    viskositas. Pada semua formula penurunan

    viskositas paling besar tiap waktu

    penyimpanannya terjadi pada suhu

    pengujian 40oC, sedangkan pada suhu 8oC

    dan 25oCpenurunan viskositas tidak terlalu

    besar.Hal tersebut menunjukkan bahwa

    suhu berpengaruh terhadap viskositas,hal

    ini sesuai dengan persamaan kinetika

    Arrhenius = AeEvRT,dari persamaan

    tersebut diketahui bahwa viskositas

    berbanding terbalik dengan suhu, semakin

    tinggi suhu maka semakin kecil viskositas.

    Selain itu waktu penyimpanan pun

    berpengaruh terhadap viskositas, semakin

    lama waktu penyimpanan, maka semakin

    menurun pula viskositas sediaan.

    Penurunan ini terjadi karena semakin lama

    waktu penyimpanan, maka semakin lama

    juga sediaan terpengaruh oleh lingkungan,

    misalnya udara. Kemasan yang kurang

    kedap dapat menyebabkan sediaan

    menyerap uap air dari luar, sehingga

    menambah volume air dalam sediaan.

    0500

    100015002000250030003500

    1 3 7 14 21 28

    Visk

    osit

    as

    (cP)

    Hari ke-

    Formula 0Formula 1Formula 2Formula 3

    0500

    100015002000250030003500

    1 3 7 14 21 28

    Visk

    osit

    as

    (cP)

    Hari ke-

    Formula 0Formula 1Formula 2Formula 3

    0500

    100015002000250030003500

    1 3 7 14 21 28

    Visk

    osit

    as

    (cP)

    Hari ke-

    Formula 0Formula 1Formula2Formula3

  • 17

    Hasil pengukuran viskositas selama

    penyimpanan kemudian diolah secara

    statistik. Hasil analisis statistik

    menunjukkan bahwa nilai viskositas yang

    diperoleh berbeda signifikan antar formula,

    suhu, dan waktu. Hal ini karena nilai

    signifikan untuk masing-masing pengaruh

    formula dan waktu penyimpananadalah

    0,00, sedangkan 0,01 untuk pengaruh suhu,

    berarti Hipotesis 0 (H0) ditolak karena nilai

    signifikan lebih kecil dari taraf signifikan

    = 5%. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut

    dengan menggunakan uji lanjut LSD dan

    Tukey. Hasil uji lanjut untuk pengaruh

    formula menunjukkan bahwa F3 berbeda

    signifikan dengan F2, F1, dan F0.Adanya

    perbedaan yang signifikan antara F3 dengan

    F0 dapat disebabkan karena adanya

    penambahan ekstrak pada F3, sedangkan

    pada F0 tidak ada penambahan ekstrak.

    Ekstrak yang ditambahkan menyebabkan

    viskositas lebih rendah. Sedangkan F3

    berbeda signifikan dengan F1 dan F2 dapat

    disebabkan oleh perbedaan konsentrasi

    ekstrak yang ditambahkan, sehingga

    memberikan hasil yang berbeda secara

    signifikan.Hasil uji lanjut untuk suhu

    menunjukkan bahwa hasil pengukuran

    viskositas pada suhu 40oC berbeda dengan

    suhu 8oC dan 25oC.Selain itu, waktu

    penyimpanan pun berpengaruh terhadap

    hasil pengukuran viskositas, yaitu

    memberikan hasil viskositas yang berbeda

    signifikan dalam tiap waktu

    penyimpanan.Hasil uji lanjut dari pengaruh

    waktu penyimpanan terhadap viskositas

    menunjukkan bahwa hasil pengukuran pada

    hari ke-28 dan 21 berbeda signifikan

    dengan hasil pengukuran pada hari ke-1, 3,

    7, dan 14.Hari ke-14 berbeda dengan hari

    ke-1 dan ke-3, serta hari ke-7 berbeda

    dengan hari ke-1. Semakin lama waktu

    penyimpanan, semakin lama pula sediaan

    terpengaruh oleh lingkungan, sehingga

    berpengaruh pada viskositas.

    Pengukuran pH

    Hasil pengukuran pH pada suhu 8oC,

    25oC, dan 40oC selama masa penyimpanan

    dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

  • 18

    Gambar 4.8 Grafik Pengukuran pH pada Suhu 8oCselama Masa Penyimpanan

    Gambar 4.9 Grafik Pengukuran pH pada Suhu 25oC selama Masa Penyimpanan

    Gambar 4.10 Grafik Pengukuran pH pada Suhu 40oC selama Masa Penyimpanan

    Berdasarkan grafik pada gambar

    4.8, gambar 4.9, dan gambar 4.10 di atas

    dapat dilihat bahwa nilai pH mengalami

    penurunan selama waktu penyimpanan.

    Namun terlihat bahwa pH sediaan masih

    memenuhi persyaratan pH untuk sediaan

    topikal yaitu antara 4 sampai 8 (Aulton,

    1988). Pada semua formula memiliki nilai

    lebih dari 7 karena disebabkan oleh

    komponen-komponen pada sediaan

    didominasi oleh bahan yang bersifat basa.

    Selain itu terjadi penurunan nilai pH selama

    penyimpanan dapat terjadi karena pengaruh

    CO2, karena CO2 bereaksi denganfasa air

    sehingga menjadi asam. Selanjutnya data-

    data hasil pengukuran pH selama waktu

    penyimpanan dianalisis secara

    statistik.Hasil analisis statistik data pH

    tersebut menunjukkan bahwa pH antar

    formula tidak berbeda secara signifikan,

    karena nilai signifikan yang diperoleh

    sebesar 0,186 lebih besar dari taraf

    signifikan =5%, artinya tidak ada perbedaan

    pH yang signifikan antar formula. Untuk

    pengaruh suhu nilai signifikan yang

    diperoleh sebesar 0,00 lebih kecil dari taraf

    signifikan = 5%, sehingga Hipotesis 0

    (H0) ditolak, artinya ada perbedaan yang

    signifikan antar suhu yang diberikan

    terhadap pH. Maka dilakukan uji lanjut

    0123456789

    1 3 7 14 21 28pH

    Hari ke-

    Formula 0

    Formula 1

    Formula 2

    Formula 3

    0123456789

    1 3 7 14 21 28

    pH

    Hari ke-

    Formula 0

    Formula 1

    Formula 2

    Formula 3

    0123456789

    1 3 7 14 21 28

    pH

    Hari ke-

    Formula 0

    Formula 1

    Formula 2

    Formula 3

  • 19

    untuk mengetahui perbedaannya, uji lanjut

    yang digunakan adalah LSD dan Tukey.

    Hasil kedua uji lanjut tersebut menunjukkan

    bahwa ketiga suhu (8oC, 25oC, dan 40oC)

    memberikan hasil pH yang berbeda

    signifikan satu sama lain. Dan waktu

    penyimpanan pun berpengaruh terhadap

    hasil pengukuran pH, yaitu memberikan

    hasil pH yang berbeda signifikan dalam tiap

    waktu penyimpanan, dapat dilihat pula dari

    nilai signifikan yang diperoleh yaitu sebesar

    0,00 yang lebih kecil dari taraf signifikan

    = 5%. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut.

    Uji lanjut yang digunakan adalah uji lanjut

    LSD dan Tukey. Hasil yang diperoleh

    menunjukkan bahwa pH pada hari ke-14

    berbeda dengan pH pada hari ke-1, 3, 21,

    dan 28, serta hari ke-7 berbeda dengan hari

    ke-1. Adanya perbedaan pH pada hari-hari

    tersebut menunjukkan bahwa waktu

    penyimpanan berpengaruh terhadap pH.

    Seperti halnya dengan viskositas, pada pH

    pun semakin lama waktu penyimpanan,

    maka semakin lama pula sediaan

    terpengaruh oleh lingkungan yang dapat

    mempengaruhi pH sediaan.

    Pengujian waktu untuk sediaan mengering

    Sediaan masker gel antioksidan dari

    ekstrak etanol biji melinjo memiliki waktu

    untuk mengering antara 8 16 menit. Hasil

    pengujian tersebut menunjukkan bahwa

    waktu kering dari semua formula dan pada

    setiap waktu penyimpanan masih berada

    pada rentang waktu kering dari produk

    masker yang ada di pasaran, yaitu antara 10

    20 menit.

    Selanjutnya data-data hasil

    pengujian waktu kering masing-masing

    formula dianalisis secara

    statistik.Berdasarkan hasil analisis data

    statistik untuk pengaruh formula

    menunjukkan bahwa H0 ditolak, karena

    nilai signifikan yang diperoleh sebesar

    0,001 lebih kecil dari taraf signifikan=

    5%, artinya terdapat perbedaan waktu

    kering yang signifikan antar formula

    masker gel. Oleh karena antar formula

    memberikan hasil yang berbeda secara

    signifikan, maka dilakukan uji lanjut berupa

    uji lanjut LSD dan Tukey, dan hasil uji

    lanjut tersebut menunjukkan bahwa waktu

  • 20

    kering F1 berbeda signifikan dengan F0 dan

    F2, dan waktu kering F3 berbeda signifikan

    dengan F2.Adanya perbedaan waktu kering

    antar formula dapat disebabkan oleh adanya

    pengaruh penambahan ekstrak, ekstrak

    yang ditambahkan menyebabkan semakin

    lamanya proses evaporasi masker gel. Hal

    ini dikarenakan ekstrak biji melinjo yang

    ditambahkan memiliki kadar air yang cukup

    banyak, sehingga kandungan air dalam

    masker gel bertambah dan waktu kering

    sediaan pun menjadi lebih lama. Hasil

    analisis statistik untuk pengaruh waktu

    penyimpanan terhadap pH adalah H0

    diterima, karena nilai signifikan yang

    didapat sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf

    signifikan = 5%. Hasil tersebut

    menunjukkan adanya perbedaan waktu

    kering yang signifikan pada masing-masing

    waktu penyimpanan.Hasil uji lanjut untuk

    waktu penyimpanan menunjukkan bahwa

    waktu kering pada hari ke-1 berbeda

    dengan hari ke-3, hari ke-7, hari ke-14, hari

    ke-21, dan hari ke-28.Serta hari ke-3

    berbeda dengan hari ke-7, 14, 21, dan 28.

    Pengujian secara mikrobiologi

    Pengujian secara mikrobologi yang

    dilakukan berupa cemaran mikroba dan

    pengujian efektivitas pengawet. Kedua

    pengujian ini dilakukan terhadap bakteri

    dan jamur. Berdasarkan hasil uji cemaran

    mikroba dan efektivitas pengawet

    menunjukkan tidak terjadinya pertumbuhan

    bakteri maupun jamur. Hasil tersebut

    menunjukkan bahwa proses pembuatan dan

    penyimpanan sediaan sudah cukup baik,

    tidak terjadi kontaminasi dengan

    lingkungan, sehingga sediaan yang dibuat

    tidak tercemar oleh bakteri dan jamur, baik

    pada saat pertama pembuatan maupun

    setelah waktu penyimpanan.

    Pengujian efektivitas sediaan

    Sediaan masker gel yang diuji

    efektivitasnya adalah sediaan masker gel

    formula 3, karena berdasarkan hasil

    pengujian aktivitas antioksidan sediaan

    diketahui bahwa sediaan formula 3

    memiliki nilai IC50 terendah yang artinya

    memiliki aktivitas antioksidan yang paling

    baik di antara formula lainnya. Selain

    sediaan formula 3, pada pengujian

  • 21

    efektivitas ini digunakan pula formula 0

    sebagai blanko dan produk inovator sebagai

    pembanding. Pengujian efektivitas sediaan

    ini dilihat dari kemampuan sediaan uji

    dalam meningkatkan kelembaban dan

    kehalusan kulit wajah. Dalam pengujian ini

    digunakan alat skin analyzer untuk

    mengukur kandungan air, tingkat

    kandungan minyak, dan tingkat kekasaran

    kulit wajah. Selain itu digunakan pula alat

    Dino Lite untuk melihat struktur kulit wajah

    sebelum dan sesudah pemakaian sediaan uji

    selama empat minggu. Diagram hasil

    pengukuran kandungan air kulit wajah pada

    tiga sediaan uji selama empat minggu

    pemakaian dapat dilihat Gambar 4.11 di

    bawah ini.

    Gambar 4.11 Diagram Hasil Pengukuran Kandungan Air (%) Kulit Wajah pada Tiga Sediaan Uji selama Empat Minggu Pemakaian

    Berdasarkan Gambar 4.11 dapat

    dilihat bahwa peningkatan kelembaban dan

    kehalusan kulit wajah cukup signifikan tiap

    minggunya setelah pemakaian sediaan F3

    dan produk inovator, karena kandungan air

    pada kulit wajah mampu mencapai 37% -

    41% pada minggu terakhir pemakaian, hasil

    ini menunjukkan bahwa nilai kandungan air

    tersebut termasuk pada rentang kandungan

    air wajah yang normal, yaitu sebesar 38% -

    42%. Sediaan F3 mampu membuat kulit

    yang awalnya cenderung kering dan kasar,

    menjadi lebih lembab dan halus. Hal ini

    disebabkan oleh adanya kandungan ekstrak

    biji melinjo dalam F3, yang berdasarkan

    pengujian aktivitas antioksidan sediaan F3

    memiliki aktivitas yang paling baik. Begitu

    pula dengan produk inovator, hasil yang

    diperoleh menunjukkan bahwa produk

    inovator memberikan peningkatan

    kelembaban dan kehalusan kulit. Hal ini

    dikarenakan pada produk inovator ini

    mengandung ekstrak buah stroberi yang

    diketahui memiliki aktivitas antioksidan.

    Sedangkan untuk sediaan F0 atau blanko,

    peningkatan kelembaban dan

    05

    1015202530354045

    0 1 2 3 4

    Ka

    ndu

    nga

    n a

    ir (%

    )

    Minggu ke-

    Blanko

    Formula 3

    Produk Inovator

  • 22

    kehalusannyasangat kecil selama

    pemakaian empat minggu. Hal ini

    dikarenakan pada sediaan tidak terdapat

    ekstrak apapun, tetapi hanya basis masker

    gel saja.

    Dari hasil pengujian efektivitas

    sediaan dengan melihat parameter-

    parameter yang diukur dengan alat skin

    analyzer telah diketahui bahwa sediaan

    masker gel antioksidan dari ekstrak etanol

    biji melinjo F3 mampu untuk meningkatkan

    kelembaban dan kehalusan kulit. Namun,

    bila dilihat dari stabilitas fisik atau sifat

    fisik yang berupa pengamatan organoleptis,

    pengukuran viskositas, dan pengukuran pH

    selama 28 hari penyimpanan, menurut hasil

    pengamatan organoleptis yang diperoleh

    bahwa sediaan masker gel F3 tidak

    mengalami perubahan selama 28 hari

    penyimpanan. Namun, apabila melihat hasil

    pengujian sifat fisik sediaan, viskositas dan

    pH sediaan masker gelF3 cenderung

    mengalami penurunan selama 28 hari

    penyimpanan tetapi masih memenuhi

    rentang viskositas dan pH yang

    dipersyaratkan. Hal ini disebabkan oleh

    adanya pengaruh perlakuan suhu yang

    diberikan, adanya pengaruh lingkungan,

    dan lamanya waktu penyimpanan.

    Selanjutnya hasil pengukuran

    kandungan air kulit selama empat minggu

    diolah secara statistik. Berdasarkan hasil

    analisis statistik yang diperoleh dapat

    diketahui bahwa Hipotesis Nol (H0) ditolak,

    karena nilai signifikan untuk sediaan uji

    sebagai perlakuan adalah sebesar 0,00 atau

    lebih kecil dari taraf signifikan = 5%.

    Hasil tersebut menunjukkan bahwa ketiga

    sediaan uji memberikan hasil yang berbeda

    secara signifikan dalam meningkatkan

    kandungan air kulit wajah. Oleh karena

    berbeda signifikan, maka dilakukan uji

    lanjut dengan menggunakan uji lanjut LSD

    dan Tukey. Hasil yang diperoleh dari kedua

    uji lanjut tersebut adalah bahwa F0 berbeda

    secara signifikan dengan F3 dan produk

    inovator, sedangkan F3 dan produk

    inovator tidak berbeda secara signifikan.

    Dari hasil uji lanjut tersebut dapat pula

    diketahui bahwa F3 dan produk inovator

    memliliki kemampuan yang hampir sama

    dalam meningkatkan kandungan air kulit.

  • 23

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan

    F3 efektif dalam meningkatkan kelembaban

    dan kehalusan kulit.

    Selain sediaan uji, ingin diketahui

    pula pengaruh waktu pemakaian terhadap

    respon yang diamati, dan berdasarkan hasil

    yang diperoleh bahwa Hipotesis Nol (H0)

    ditolak, karena nilai signifikan yang

    diperoleh sebesar 0,00 atau lebih kecil dari

    taraf signifikan = 5%. Hasil tersebut

    menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

    yang signifikan antar waktu pemakaian

    dengan hasil peningkatan kandungan air

    kulit wajah. Oleh karena adanya perbedaan

    yang signifikan, maka dilakukan pula uji

    lanjut dengan menggunakan uji lanjut LSD

    dan Tukey. Berdasarkan hasil kedua uji

    lanjut tersebut dapat diketahui bahwa pada

    minggu ke-0 hasil yang diberikan berbeda

    secara signifikan dengan hasil pada minggu

    ke-1, 2, 3, dan 4. Pada minggu ke-1

    memberikan hasil yang berbeda secara

    signifikan dengan hasil pada minggu ke-3

    dan ke-4. Serta hasil pada minggu ke-2

    berbeda signifikan dengan minggu ke-4.

    Pada minggu ke-0 memberikan hasil yang

    berbeda dengan hasil pengukuran pada

    minggu ke-1, 2, 3, dan 4 karena pada

    minggu ke-0 belum digunakannya sediaan

    uji, sedangkan hasil pengukuran pada

    minggu ke-4 berbeda dengan pada minggu

    ke-1, 2, 3, dan 4 karena minggu ke-4

    merupakan waktu pemakaian terakhir atau

    pemakaian terlama sediaan uji sehingga

    hasil yang diperoleh akan berbeda dengan

    hasil pada minggu ke-0, 1, 2, dan 3.

    Pengujian iritasi

    Uji iritasi sediaan masker gel antioksidan

    dari ekstrak etanol biji melinjo yang

    dilakukan terhadap 10 orang relawan

    memberikan hasil bahwa sediaan masker

    gel yang dibuat tidak menimbulkan reaksi

    apapun baik panas, gatal, eritema, ataupun

    perih. Sehingga sediaan masker gel

    antioksidan dari ekstrak biji melinjo aman

    untuk digunakan sebagai sediaan topikal.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Simpulan

    1. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol biji

    melinjo (Gnetum gnemon Linn.)1,794%

    dari aktivitas antioksidan vitamin

    C.Ekstrak etanol biji melinjo memiliki

  • 24

    nilai IC50 sebesar 459,318 g/ml,

    sedangkan vitamin C memiliki nilai IC50

    sebesar 8,239 g/ml.

    2. Penelitian ini menghasilkan formula

    sediaan masker gel antioksidan

    berbentuk peel-off dengan berbagai

    konsentrasi ekstrak etanol biji melinjo

    (F1 = 0,194%, F2= 0,582%, dan F3 =

    0,970%).

    3. Sediaan masker gel secara umum stabil

    dalam aspek konsistensi, warna dan bau.

    pH masker gel mengalami penurunan,

    tetapi masih berada pada rentang

    persyaratan pH untuk sediaan topikal.

    Viskositas masker gel pun mengalami

    penurunan, penurunan terbesar terjadi

    pada suhu penyimpanan 40oC. Serta

    semua sediaan masker gel tidak

    mengiritasi kulit.

    4. Formula 3 merupakan sediaan yang

    memiliki aktivitas antioksidan dan

    efektivitas yang paling baik, suhu

    penyimpanan yang disaranakan untuk

    formula 3 adalah pada suhu 25oC pada

    wadah tertutup dan terhindar dari sinar

    matahari.

    Saran

    Penelitian dapat dikembangkan

    dalam bentuk sediaan dan formula yang

    lain. Serta dapat dilakukan pula penelitian

    mengenai aktivitas lain dari biji melinjo

    (Gnetum gnemon Linn.).

    DAFTAR PUSTAKA

    Akhtar, Naveed., Arshad Mehmood.,

    Barkat Ali Khan., Tariq Mahmood.,

    Haji Muhammad Shoaib Khan and

    Tariq Saeed. 2011. Exploring

    cucumber extract for skin

    rejuvenation. African Journal of

    Biotechnology Vol. 10 (7), pp.

    1206-1216.

    Akhtar, Naveed and Yasemin Yazan. 2008.

    Formulation and in-vivo evaluation

    of a cosmetic multiple emulsion

    containing vitamin C and wheat

    protein. Pak. J. Pharm. Sci. Vo.21

    No. pp.45-50.

    Aulton, M. 1988. Pharmaceutics: The

    Science of Dosage Form Design.

    Curcill Livingstone. Edirberd.

    London.p.244.

  • 25

    Hanan, Abdul dan Sutrisno. 2000. Gnemon:

    Tumbuhan Lahan Kering Multi

    Guna dan Konservasinya di Kebun

    Raya Bogor.Seminar Nasional

    Konservasi dan Pendayagunaan

    Keanekaragaman Tumbuhan Lahan

    Kering. Bogor: Kebun Raya Bogor-

    LIPI. Tersedia di

    http://eprints.uns.ac.id/204/1/170492

    2411201011351.pdf [Diakses pada

    tanggal 17 Januari 2012].

    Harry, Ralph G. 1973. Harrys

    Cosmeticology. Edisi Keenam. New

    York. Chemical Publishing Co., Inc.

    Hal: 103 109.

    Molyneux, Philip. 2004. The use of the

    stable free radical

    diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for

    estimating antioxidant activity.

    Songklanakarin J. Sci. Technol.,

    26(2) : 211-219.

    Mario, M. 2001. Inovasi Masker. Tersedia

    di http://www. Kosmetika-

    online.net. [diakses pada tanggal 19

    September 2011].

    Masoko, P and J.N. Eloff. 2007. Screening

    of twenty-four South African

    Combretum and six Terminalia

    species (Combretaceae) for

    antioxidant activities. Research

    Paper. Afr. J. Trad. CAM (2007) 4

    (2): 231 239.

    Maysuhara, S. 2009. Rahasia Cantik, Sehat

    dan Awet Muda. Edisi I.

    Yogyakarta: Pustaka Panasea.

    Santoso, Martha., Yuko Nata, Clement

    Angkawidjaja, Tomoko Yamaguchi,

    Teruyoshi Matoba, and Hithosi

    Takamura. 2010. Antioxidant and

    DNA Damage Prevention Activities

    of the Edible Parts of Gnetum

    gnemon and Their Changes upon

    Heat Treatment. Food Sci. Technol.

    Res., 16(6), 549-556.

    Wirajayakusuma, Hembing. 1998. Hidup

    Sehat Cara Hembing. Cetakan ke-1.

    Edisi ke-15. Jakarta: PT. Elex Media

    Komputindo. Gramedia.

  • 26

  • 27