juli 2 2 2016 - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/decky/publication/pengaruh... ·...

10
juli 2016 2 2

Upload: hathuan

Post on 03-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: juli 2 2 2016 - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/decky/publication/pengaruh... · mengeksplorasi peluang keberadaan ahli teknik klinis dengan mengambil sampel pada

juli20162 2

Page 2: juli 2 2 2016 - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/decky/publication/pengaruh... · mengeksplorasi peluang keberadaan ahli teknik klinis dengan mengambil sampel pada

DEWAN REDAKSI

PENASEHAT : E. Kristi Poerwandari, Dr.

PENANGGUNG JAWAB : Cholid Badri, dr., SpRad.Onk.(K), Dr., Prof.

PEMIMPIN REDAKSI /

KETUA EDITOR

: V. Sutarmo Setiadji, dr., Ph.D.

SEKRETARIS REDAKSI /

WAKIL EDITOR

: Muhammad Rezal, dr., M.T.

REDAKTUR PELAKSANA /

EDITOR

: Muhammad Rezal, dr., M.T.

Irzan Nurman, dr., M.Si.

V. Sutarmo Setiadji, dr., Ph.D.

Anwar S. Ibrahim, Drs., M.Eng.

REDAKTUR /

PENGULAS

: Tresna P. Soemardi, Ir., S.E., M.S., Dr., Prof.

Boy S. Sabarguna, dr., M.A.R.S., Dr.

Sastra Kusuma Wijaya, Ph.D.

Nurhadi Ibrahim, dr., Ph.D.

M. Ivan Fanany, S.Si, M.Kom, Ph.D.

Prawito, Dr.

Supardjo, Ir., M.Kes.

Ahyahudin Sodri, S.T., M.Sc.

Atik Heru Maryanti, S.T., S.E., Akt., M.B.A.

DESAIN SAMPUL : Irzan Nurman, dr., M.Si.

ADMINISTRASI : Karwoto

Page 3: juli 2 2 2016 - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/decky/publication/pengaruh... · mengeksplorasi peluang keberadaan ahli teknik klinis dengan mengambil sampel pada

i

editorial

Sungguh suatu karunia dari Allah SWT bahwa jurnal ini dapat terbit untuk yang keempat kalinya sejak

penerbitan perdana pada Juni 2015. Telah banyak karya yang dihasilkan oleh para insan ilmiah Prodi Magister

TBM UI untuk dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pembaca sekalian. Semua dikemas dengan proses

pendidikan yang paripurna, pengawasan riset yang komprehensif dan seleksi yang ketat untuk layak dimuat

dalam jurnal ini.

Kehadiran jurnal kami yang keempat (vol.2 no.2) dijadwalkan rilis pada bulan Juni, namun akhirnya tertunda

sebulan akibat sebagian penulis belum rampung atas penulisan makalahnya. Untuk edisi kali ini, kuota lima

makalah hanya dipenuhi oleh hasil riset, tanpa adanya kajian pustaka. Varian keahlian pun lebih beragam, yakni

dua makalah dari peminatan instrumentasi biomedis, dua makalah dari peminatan teknik klinis, dan satu

makalah dari peminatan informatika medis.

Sebagai makalah pembuka yang juga dijadikan khasanah desain sampul jurnal adalah sekuel dari riset

unggulan Pusat Riset TBM UI, yakni optimalisasi elektroensefalograf sebagai alat bantu deteksi stroke iskemik

yang telah berjalan tahun kedua. Sebuah prototipe EEG 8 kanal telah dihasilkan sebagai buah karya asli anak

bangsa. Alat inilah yang dijemput oleh penulis sebagai ide risetnya. Sebagai salah satu alat elektromedik tentu

tak luput dari kebutuhan keamanan dan kelayakan, termasuk dari aspek kompatibilitas elektromagnetik. Penulis

pada akhirnya mampu menyuguhkan kontribusi penyempurnaan alat berupa saran bahwa emisi radiasi

elektromagnetik yang terjadi dapat direduksi dengan penggunaan ferrite bead dan shield. Kombinasi keduanya

diyakini dapat menurunkan tingkat emisi radiasi elektromagnetik sebanyak -20,13 dB pada frekuensi 60 MHz.

Makalah kedua dalam ranah instrumentasi biomedis kali ini disuguhkan oleh periset dalam bidang

biomaterial. Obyek yang diteliti adalah pembalut luka yang dibuat dengan perpaduan kitosan dan kolagen.

Dibutuhkan sejumlah kriteria untuk membuat suatu pembalut luka yang ideal, yakni di antaranya adalah

sterilitas dan permeabilitas membran. Fungsi pertukaran gas antara luka dengan lingkungan luar harus terjaga

dengan optimal agar proses penyembuhan berlangsung normal. Iradasi sinar Gamma diujikan sebagai metode

terbaik dalam mencapai kondisi tersebut. Diperoleh hasil bahwa terdapat peningkatan permeabilitas membran

dan ukuran pori sebanding dengan dosis radiasi yang diberikan.

Periset dalam bidang teknik klinis kembali mengajukan makalah tentang Teleradiologi. Isu ini memang tak

surut untuk terus dikaji dan dikembangkan, termasuk aspek ini selalu hadir dalam setiap penerbitan jurnal. Kali

ini sistem teleradiologi ditinjau dari aspek analisis terhadap faktor teknologi dan sumber daya manusia. Sistem

tersebut dilakukan simulasi penerapannya pada lima rumah sakit di provinsi Banten. Dengan menggunakan

metode analisis Rasch Model, diperoleh bukti yang inspiratif bahwa kelima institusi tersebut telah mampu dan

siap untuk menerapkan sistem teleradiologi. Selain itu, di Jakarta, periset teknik klinis lainnya mampu

mengeksplorasi peluang keberadaan ahli teknik klinis dengan mengambil sampel pada dua rumah sakit utama.

Hal yang unik dan spesial pada penerbitan jurnal kali ini adalah riset yang digagas oleh periset informatika

medis. Pendidikan ilmu Teknik Biomedis acapkali kurang dihiraukan, padahal hal ini merupakan fundamen

lahirnya kader-kader insan Teknik Biomedis yang amat dibutuhkan di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Persimpangan antara wujud ilmu interdisiplin yang baru dengan kebutuhan tenaga kerja yang sesuai menjadi

masalah yang masih selalu terjadi. Oleh karena itu, periset ini berusaha mengatasi hal tersebut dengan membuat

inovasi pengembangan sistem bantu keputusan dengan metode lain yang komplementer.

Akhirul kalam, keberlangsungan jurnal ini merupakan anugerah dari Allah SWT dan bukti kontribusi para

insan ilmiah Teknik Biomedis bagi bangsa dan negara. Untuk itu, Redaksi mengajak anda semua yang memiliki

konsep, ide dan hasil riset orisinal agar dapat memberikan manafaat terbaik bagi sesama melalui media jurnal

yang sederhana ini. Jikalau ada kekurangan dan kekeliruan dari Redaksi pada keempat penerbitan selama ini,

maka masih dalam suasana bulan Syawal yang mulia, kami segenap Redaksi menghaturkan mohon maaf lahir

dan batin. Semoga langkah kita bersama ke depan jauh lebih baik dan produktif. Amin.

Sekretaris Redaksi / Wakil Editor,

- ttd

Muhammad Rezal, dr., M.T.

Page 4: juli 2 2 2016 - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/decky/publication/pengaruh... · mengeksplorasi peluang keberadaan ahli teknik klinis dengan mengambil sampel pada

ii

Daftar isi

Editorial ..............................................................................................................

I

Daftar Isi .............................................................................................................

II

Instruksi untuk Penulis ........................................................................................

III

Reduksi Emisi Radiasi Elektromagnetik pada Elektroensefalograf berbasis

Arduino Uno dengan Ferrite Bead dan Shield ................................................... Muhammad I. Sudrajat, Sastra K. Wijaya, Harry A., Abdan S.

1

Sistem Bantu Keputusan Pengembangan Karir Berdasarkan Pemilihan

Peminatan Pendidikan Teknik Biomedis Berbasis Web ..................................... Ricky, Boy S. Sabarguna, M.Rezal

8

Analisis Pengaruh Peran Kepemimpinan, Motivasi, Komitmen terhadap

Keberadaan Ahli Teknik Klinis:

Studi Kasus pada Dua Rumah Sakit di Jakarta ................................................... Syntia R., Cholid B., Supardjo

17

Analisis Faktor Teknologi dan Sumber Daya Manusia Dalam Rangka

Membangun Sistem Teleradiologi di Provinsi Banten ....................................... Shinta G., Cholid B., Ahyahudin S.

25

Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma terhadap Permeabilitas Membran Pembalut

Luka Kitosan/Kolagen ........................................................................................ Fajar L., Decky J. Indrani, Darmawan

32

Page 5: juli 2 2 2016 - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/decky/publication/pengaruh... · mengeksplorasi peluang keberadaan ahli teknik klinis dengan mengambil sampel pada

Hasil RISET

J. Tek Biomed Ind vol.2 no.2 32

Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma terhadap Permeabilitas

Membran Pembalut Luka Kitosan/Kolagen

Fajar L.1, Decky J. Indrani

2, Darmawan

3

1,2 Program Studi Teknologi Biomedis Program Pascasarjana Universitas Indonesia

Gedung IASTH Lt. 4 Jl. Salemba Raya No. 4 Jakarta Pusat, 10430 Tel. +62-21-3155535

3Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional

Gedung 41, Kawasan Nuklir Pasar Jum‟at, Jl. Lebakbulus Raya no. 49, Jakarta Selatan 14049 Tel. +62-21-7690709

[email protected],

[email protected],

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini menganalisis pengaruh iradiasi sinar

gamma terhadap permeabilitas membran kitosan/kolagen.

Membran kitosan/kolagen dibuat dengan penguapan

pelarut dan membran diiradiasi sinar gamma (0, 15 atau

25 kGy). Pengujian untuk mengamati permeabilitas

membran mengikuti metode ASTM E96. Data diuji

statistik.Terdapat kenaikan permeabilitas membran dan

ukuran pori seiring dengan kenaikan dosis iradiasi

gamma yang diberikan.

Kata kunci - iradiasi sinar gamma, kitosan, kolagen,

permeabilitas.

1. Pendahuluan

Saat ini perkembangan fungsi dari pembalut luka yang

tidak hanya sebagai penutup luka tetapi juga pelindung

jaringan, pencegah kontaminasi dari luar serta pemercepat

penyembuhan. Bahan-bahan yang berasal dari alam mulai

banyak digunakan sebagai bahan pembalut luka karena

sifatnya yang mudah terdegradasi oleh tubuh sehingga

tidak menimbulkan sakit saat pembalut luka dipasang

maupun dilepas. Bahan-bahan alami yang telah

dipergunakan sebagai pembalut luka diantaranya adalah

membran amnion, alginat, kitosan, kolagen maupun

paduan keduanya. Paduan antara kedua bahan

dipergunakan karena sifatnya yang lebih menguntungkan

[1].

Kitosan merupakan bahan alami hasil deasetilasi dari

kitin yang ketersediaannya melimpah di alam. Kitosan

memiliki biokompatibilitas dan biodegradabilitas yang

tinggi, sifat fisiko-kimia yang unggul, kemampuan

antimikroba, kemampuan hemostatic, serta kemapuan

dalam menginduksi fibroblast [2,3,4,5]. Kitosan telah

banyak digunakan dalam aplukasi bidang biomedis

sebagai pembalut luka dan pada sistem penghantaran obat.

Sedangkan kolagen merupakan protein serabut (fibril)

yang keberadaannya meliputi 30% dari seluruh protein

yang terdapat di tubuh sebagai pembangun tulang, gigi,

sendi, otot dan kulit [6].

Kolagen secara luas telah diaplikasikan dalam bidang

medis karena memiliki biokompatibilitas dan

biodegradabilitas yang tinggi, sifatnya yang lentur serta

kemampuannya untuk menambah tegangan permukaan

luka sehingga luka dapat cepat menutup [7].

Produk kesehatan terutama yang berasal dari bahan

alami harus steril. Salah satu cara sterilisasi adalah dengan

iradiasi sinar gamma. Sterilisasi ini tidak meninggalkan

residu pada bahan, tidak merubah struktur jaringan karena

merupakan sterilisasi dingin serta efektif membunuh

mikroorganisme sampai batas tertentu. Namun iradiasi

sinar gamma dapat mempengaruhi sifat fisiko-kimia dan

biologi dari bahan karena mengakibatkan terjadinya ikatan

silang ataupun pemutusan ikatan [8]. Dosis iradiasi gamma

yang digunakan sebagai dosis sterilisasi adalah sebesar 15

atau 25 kGy [9].

Dengan paduan kitosan dan kolagen (kitosan/kolagen)

diharapkan mampu dihasilkan pembalut luka yang steril

dan mampu memenuhi salah satu fungsi sebagai pembalut

luka yang ideal yaitu fungsi pertukaran gas antara luka

dengan lingkungan luar sehingga dapat mempercepat

penyembuhan luka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menganalisis pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap

permeabilitas membran pembalut luka kitosan/kolagen.

2. Tinjauan pustaka

2.1. Pembalut luka

Luka adalah hasil cedera fisik yang membuat terbuka

atau rusaknya jaringan kulit [10]. Salah satu cara untuk

mempercepat penyembuhan luka adalah dengan

pembalutan luka. Tujuan dari pembalutan luka ini adalah

mengabsorpsi eksudat dan melindungi luka dari

kontaminasi luar [11].

Page 6: juli 2 2 2016 - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/decky/publication/pengaruh... · mengeksplorasi peluang keberadaan ahli teknik klinis dengan mengambil sampel pada

Hasil RISET

J. Tek Biomed Ind vol.2 no.2 33

Karakteristik yang harus dimiliki oleh pembalut luka

yang ideal antara lain : mampu menjaga kelembaban dan

kebersihan luka, memungkinkan terjadinya pertukaran gas,

mampu menyerap eksudat pada permukaan luka,

mengikuti bentuk permukaan tubuh dan persendiat, tidak

dapat ditembus mikroba, mudah digunakan, murah, tidak

bersifat toksis atau menimbulkan iritasi, serta tidak

menimbulkan rasa sakit saat pemakaian dan saat dilepas

[12].

Pemilihan pembalut luka untuk digunakan tergantung

dari jumlah dan tipe eksudat yang terdapat pada luka.

Untuk luka dengan eksudat sedikit, pembalut luka dari

hidrogel dan film baik digunakan. Berdasarkan bahan

pembuatnya pembalut luka dibedakan menjadi dua yaitu

yang berasal dari bahan sintetis dan dari bahan alami.

Pembalut sintetis mudah untuk disterilkan tetapi memiliki

kekurangan yaitu biodegradabilitas dan

biokompatibilitasnya cenderung kurang. Sedangkan

pembalut alami meskipun biodegradabilitas dan

biokompatibilitasnya terhadap tubuh relatif tinggi namun

masih terlalu sedikit bahan yang dapat digunakan sebagai

pembalut luka alami ini [13].

Bahan-bahan alami seperti membran amnion, alginat,

kitosan dan kolagen merupakan bahan yang umum

digunakan sebagai bahan pembalut luka. Masing-masing

dari bahan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan

yang dapat saling melengkapi jika saling dikombinasikan.

2.2. Kitosan

Kitosan merupakan deasetilasi dari kitin yang

ketersediaannya melimpah di alam. Kitosan termasuk

golongan polisakarida yang tersusun dari glucosamine

dan N-acetyl-D-glucosamine yang terhubung oleh ikatan

glikosidik. Kitosan dapat berasal dari cangkang hewan

golongan Crustacea maupun Insecta [14,15,16].

Kitosan memiliki potensi untuk untuk digunakan

dalam bidang kesehatan karena kemampuan

biodegradabilitas, biokompatibilitas, kemampuan

antimikroba, sifatna yang non-toksik, serta kemampuan

fisiko-kimianya yang unggul [17,18,19]. Kitosan telah

banyak digunakan dalam aplikasi bidang biomedis

seperti pembalut luka dan pada sistem penghantaran

obat. Pengaruh kitosan dalam penyembuhan luka adalah

granulasi jaringan dengan angiogenesis. Kitosan

menginduksi fibroblast untuk melepaskan interleukin

yang berperan pada proliferasi fibroblast. Kitosan juga

diketahui memiliki kemampuan hemostatic [20]. Kitosan

juga memiliki sifat bakteriostatik dan fungistatik yang

mana sangat diperlukan dalam penyembuhan luka [21].

Membran pembalut luka kitosan memiliki kekuatan

tarik dan perpanjangan putus yang tinggi yakni sebesar

10,26 MPa dan 28,54%. Luka memerlukan membran

pembalut luka dengan permeabilitas sebesar 279-5138

g/m2/hari [7].

2.3. Kolagen

Kolagen merupakan protein serabut (fibril) yang

keberadaannya meliputi 30% dari seluruh protein yang

terdapat di tubuh sebagai pembangun tulang, gigi, sendi,

otot dan kulit. Sifat kolagen antara lain sukar larut, amorf

dan tidak membentuk kristal [21]. Kolagen secara luas

telah diaplikasikan dalam bidang medis karena memiliki

biokompatibilitas dan biodegradabilitas yang tinggi.

Kolagen merupakan substansi protein yang menambah

tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang

meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga

kecil kemungkinan luka terbuka[22].

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Oktavianti

[13], salahsatu cara ekstraksi kolagen tipe I yang berasal

dari tendon sapi adalah dengan pelarutan dalam asam.

Asam yang memberikan hasil optimal adalah asam asetat

0,7 M [23]. Ekstraksi kolagen dapat dilakukan dengan

metode pengendapan garam, asam dan enzim. Metode

ekstraksi kolagen dari jaringan paling baik adalah isolasi

dengan enzim. Ekstraksi kolagen menggunakan metode

isolasi enzim memerlukan biaya yang mahal dan prosedur

kerja yang rumit, oleh karena itu banyak penelitian

cenderung menggunakan metode isolasi asam dengan

alasan metodenya mudah dan murah serta diharapkan

mendapat hasil yang terbaik [21,23].

2.4. Iradiasi sinar gamma

Proses radiasi dapat digunakan untuk memodifikasi

sifat dari polimer. Radiasi menimbulkan dua hasil yaitu

terjadinya ikatan silang (crosslinking) atau pemutusan

rantai. Putusnya rantai biasanya merupakan hasil yang

kurang diinginkan. Ikatan silang ataupun putusnya rantai

tergantung pada struktur molekul dari polimer, sifat fisik

dan kondisi saat dilakukannya iradiasi [24,25].

Sumber utama radiasi adalah sinar gamma yang

dihasilkan dari bahan radioaktif, berkas elektron dari

mesin akselerator elektron, dan sinar X dari berkas

elektron.sumber tersebut disebut sebagai radiasi pengion

karena memindahkan energi (100 eV-10 MeV) yang

mana lebih tinggi daripada energi pada orbital elektron (<

15 eV) sehingga elektron keluar dari atom dan atom

terionisasi. Sinar gamma digunakan untuk meradiasi

material yang tebal karena memiliki daya tembus yang

tinggi [26].

Meskipun peluruhan dari isotop seperti cesium-137

(137

Cs) juga menghasilkan sinar gamma, namun 60

Co

merupakan sumber iradiasi gamma yang umum

digunakan. 60

Co berupa pelet dibuat dari serbuk 59

Co

yang merupakan isotop stabil melalui proses penggelasan

dan reaksi nuklir selama 18-24 bulan dengan cara

penyerapan neutron di reaktor nuklir. Iradiasi gamma

menggunakan 60

Co memiliki laju dosis yang rendah atau

dosis yang diterima oleh bahan per satuan waktu (10-3

kGy/detik). Dosis sinar gamma lebih rendah jika

Page 7: juli 2 2 2016 - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/decky/publication/pengaruh... · mengeksplorasi peluang keberadaan ahli teknik klinis dengan mengambil sampel pada

Hasil RISET

J. Tek Biomed Ind vol.2 no.2 34

dibanding dengan berkas elektron. Hal ini merupakan

kekurangan jika menggunakan iradiasi sinar gamma [27].

Dibandingkan dengan berkas elektron, iradiasi gamma

memiliki daya tembus yang tinggi sehingga

menguntungkan saat digunakan untuk mengiradiasi

bahan-bahan dalam ukuran dan jumlah yang besar.

Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh

atau menginaktivasi semua mikroorganisme yang dapat

menimbulkan kontaminasi pada produk. Produk dikatakan

steril jika tidak ada mikroorganisme yang hidup pada

produk tersebut. Terdapat tiga macam metode sterilisasi

yang ada yaitu sterilisasi panas (panas basah dan kering),

sterilisasi dingin (filtrasi dan radiasi) serta sterilisasi

dengan bahan kimia seperti etanol dan etilen oksida [35].

Masing-masing metode tersebut memiliki keterbatasan,

karena mungkin saja suatu metode dapat membunuh

semua jenis mikroorganisme tetapi tidak dapat diterapkan

karena merusak sifat material yang akan disterilisasi.

Misalnya sterilisasi menggunakan panas. Sterilisasi

menggunakan bahan kimia seperti etilen oksida tidak dapat

diterapkan untuk alat kesehatan dan implant karena gas

etilen oksida diketahui memiliki toksisitas dan potensi

bahaya bagi pekerja, penanganan gas mudah terbakar yang

cukup sulit serta adanya sisa residu gas yang menepel pada

produk akhir [14,15].

Oleh karena itu dikembangkan metode sterilisasi radiasi

untuk membunuh mikroorganisme pada bahan

implant. Sterilisasi radiasi dapat dilakukan

menggunakan sinar gamma yang bersumber dari 60 Co.

Kelebihan sterilisasi radiasi diantaranya proses dilakukan

pada temperature kamar (proses dingin) sehingga tidak

merubah struktur jaringan, tidak meninggalkan residu,

efektif membunuh mikroorganisme sampai batas tertentu

dan memiliki daya tembus tinggi. Tehnologi ini sudah

diaplikasikan untuk mensterilkan alat kesehatan [27].

Dosis radiasi yang biasa digunakan untuk mensterilkan

produk adalah 25 kGy. Dosis sterilisasi dapat dipilih dan

ditentukan berdasarkan beban biologis yaitu jumlah

mikroba pada produk jaringan sebelum sterilisasi dan jenis

mikrobanya. Dosis dapat dipilih sesuai dengan literature

yang berlaku. Menurut ISO 11137 dosis sterilisasi adalah

15 atau 25 kGy.

3. Metode

3.1. Sintesis larutan kitosan dan kolagen

Kitosan diperoleh dari PT. Biotech Surindo dengan

berat molekul 170 kDa dan derajat deasetilasi sebesar

90%. Kolagen diperoleh dari ekstraksi tendon Bos

sundaicus mengikuti metode Oktavianti (2015) [13].

Larutan kitosan 2% dalam asam asetat 0,7 M dan larutan

kolagen 3% dalam asam asetat 0,7 M.

3.2. Pembuatan membran membran

kitosan/kolagen

Kitosan/kolagen dibuat dengan metode penguapan

pelarut mengikuti metode Montoya (2011) [12]. Membran

kitosan/kolagen dibuat deari paduan larutan kitosan dan

larutan kolagen yang telah dibuat sebelumnya dengan

perbandingan berat 50:50.

3.3. Iradiasi sinar gamma

Membran kitosan/kolagen diiradiasi dengan sinar

gamma pada dosis 0, 15 dan 25 kGy dengan laju dosis 7,9

kGy//jam menggunakan 60

Co sebagai sumber iradiasi.

3.4. Pengukuran permeabilitas membran

Membran yang sudah terbentuk dan diiradiasi diukur

permeabilitas membrannya mengikuti standar ASTM E96

(7). Kecepatan permeabilitas uap air (g.m-2

.hari-1

) terhadap

membran dihitung sebagai berikut:

KTUA = (W2 - W1) (1)

Axt

dimana A = luas lubang cawan (m2), W1 = bobot cawan sebelum dimasukan ke dalam oven (g) dan W2 = bobot cawan setelah perlakuan 24 jam (g), t = waktu (hari).

3.5. Pengamatan pori

Pengamatan pori menggunakan mikroskop elektron

Zeiss EVO MA10, EHT = 10.00 kV dengan pelapisan

emas dan perbesaran antara 2000-4000 kali.

3.6. Analisis statistik

Analisa statistik dengan ANOVA menggunakan SPSS

16.0 dengan posthoc Tukey dengan tingkat signifikansi

p<0,05.

4. Hasil dan pembahasan

4.1. Pengukuran permeabilitas membran

Membran kitosan/kolagen merupakan salah satu bahan

yang dapat digunakan sebagai pembalut luka karena

memiliki perpaduan dari keunggulan sifat-sifat

penyusunannya yaitu biodegradabilitas dan

biokompatibilitas yang tinggi terhadap tubuh, kemampuan

antibakteri, serta kemampuan untuk mempercepat

penutupan luka. Selain keunggulan tersebut, paduan

membran pembalut luka kitosan/kolagen juga harus

Page 8: juli 2 2 2016 - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/decky/publication/pengaruh... · mengeksplorasi peluang keberadaan ahli teknik klinis dengan mengambil sampel pada

Hasil RISET

J. Tek Biomed Ind vol.2 no.2 35

mampu memenuhi fungsi pembalut luka untuk

mempercepat penyembuhan.

Permeabilitas membran diperlukan sebagai salah satu

cara evaluasi membran penutup luka. Hal ini dikarenakan

suatu membran penutup luka harus mampu memfasilitasi

penguapan dari kulit sehingga kulit yang ditutupi masih

bisa mengalami pertukaran oksigen.

Dari penelitian didapat bahwa membran

kitosan/kolagen radiasi memiliki permeabilitas membran

yang paling kecil diikuti membran yang diiradiasi 15 serta

25 kGy secara berturut-turut. Permeabilitas membran

kitosan/kolagen tanpa dan dengan iradiasi sinar gamma

(dosis 15 atau 25 kGy) berturut-turut adalah sebesar 630,

730 dan 750 g.m-2

.hari-1

.

Semakin meningkatnya permeabilitas ini dikarenakan

iradiasi sinar gamma yang diberikan menyebabkan efek

berupa degradasi terhadap polimer baik kitosan maupun

kolagen. Pada membran kitosan/kolagen tanpa iradiasi,

terjadi ikatan hidrogen antara kitosan dan kolagen

sehingga menjadikan suatu membran yang rapat dan kuat.

Dengan diberikannya iradiasi maka menyebabkan

putusnya ikatan glikosidik dari kitosan dan ikatan peptida

dari kolagen. Putusnya ikatan ini akan menimbulkan celah

pada membran kitosan/kolagen. Dengan ditingkatkannya

dosis iradiasi gamma yang diberikan yaitu 25 kGy,

mengakibatkan ikatan glikosidik dan ikatan peptida dari

membran kitosan/kolagen semakin banyak yang putus. Hal

ini dapat terlihat dari hasil pengamatan SEM (Gambar 1).

Gambar 1. Permeabilitas membran

kitosan/kolagen tanpa dan dengan

iradiasi sinar gamma

Permeabilitas membran yang sesuai sebagai pembalut

luka adalah sebesar 279-5138 g/m2/hari [7]. Dengan

demikian, membran kitosan/kolagen baik tanpa maupun

dengan iradiasi gamma memenuhi salah satu syarat untuk

dijadikan membran pembalut luka yang ideal. Besarnya

permeabilitas terhadap air dari membran yang dibuat

ditunjukkan pada Gambar 1.

(a)

(b)

(c)

Gambar 2. Mikrograf SEM membran kitosan/kolagen

dosis a) 0 kGy; b) 15 kGy; dan c)

25 kGy

Dari Gambar 2 terlihat bahwa ukuran pori dari

membran kitosan/kolagen semakin besar dengan semakin

meningkatnya dosis iradiasi yang diberikan. Ukuran pori

yang semakin besar ini mungkin disebabkan oleh putusnya

ikatan glikosidik maupun ikatan peptida dari kitosan dan

kolagen.

Page 9: juli 2 2 2016 - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/decky/publication/pengaruh... · mengeksplorasi peluang keberadaan ahli teknik klinis dengan mengambil sampel pada

Hasil RISET

J. Tek Biomed Ind vol.2 no.2 36

Hasil analisis statistik menunjukkan tidak adanya

perbedaan yang signifikan pada besarnya permeabilitas

membran kitosan/kolagen berbagai dosis iradiasi.

5. Kesimpulan

Semakin tinggi dosis iradiasi sinar gamma yang

diberikan semakin meningkatkan permeabilitas dan ukuran

membran kitosan/kolagen.

6. Saran

Saran bagi peneliti berikutnya, agar dilakukan

penambahan variasi konsentrasi kitosan/kolagen dan

variasi dosis iradiasi gamma.

Referensi

[1] S. Baranoski. (2008). “Choosing a wound dressing, part I”. Lippincott Nursing Center: Wound and Skin Care, p:38.

[2] B. Balakrishnan, M. Mohanty, P.R. Umashankar, and A. Jayakrishnan. (2005). “Evaluation of an in situ forming hydrogel wound dressing based on oxidized alginate and gelatin”. Journal Biomaterial. Vol 25, Issue 32, pp : 6335-6342.

[3] D. Darwis. (2013). “Pengembangan bahan biomaterial untuk pemakaian di bidang kesehatan dengan teknik radiasi pengion”. Jurnal Iptek Nuklir : Bunga Rampai Presentasi Ilmiah Jabatan Peneliti. Badan Tenaga Nuklir Nasional. Hal: 251-275.

[4] T. Mutia, R. Eriningsih, dan R. Safitri. (2011). “Membran alginat sebagai pembalut luka primer dan media penyampaian obat topical untuk luka yang terinfeksi”. Jurnal Riset Industri, vol V, No.2, hal : 161-174.

[5] Gruss.J, and D.W.Jirsch. (1978). “Human amniotic membrane: a versatile wound dressing”. CMA Journal, vol 118, pp :1238-1246.

[6] Huq.T, A. Khan, D. Dussault, and Salmier.S. (2012). “Effecy of gamma radiation on the physico-chemical propperties of alginate-based films and beads”. Journal Radiation Physics and Chemistry, no.81, pp:945-948.

[7] Lin. W, C. Lien, H.Yeh, and C.Ming-Yu. (2013). ”Bacterial celluloseand bacterial cellulose-chitosan membranes for wound dressing applications”. Journal of Carbohydrate Polymers, no.94, pp: 603611.

[8] Tahtat. D, M. Mahlous and S. Benamer. (2007). “Influence of some factors affecting antibacterial activity of PVA/Chitosan based hydrogel syntheized by gamma irradiation”. Journal Advance Chitin Science, Vol: 10, pp: 49-54.

[9] Khan.T.W, K.Peh and H.Ch‟ng. (2000). “Mechanical, Bioadhesive Strength and Biological Evaluations of Chitosan films for Wound Dressing”. Journal of pharmacy and pharmaceutical sciences, vol: 3, pp: 303-311.

[10] Wang.J, X.Huang, J.Xiao, and N.Li. (2010). “Sprayspinning: a novel method for making

alginate/chitosan fibrous scaffold”. J Mater Science, vol: 21, pp :497-506.

[11] Ramasamy, P and A. Shanmugam. (2015).

“Characterization and wound healing property of collagen-chitosan film from Sepia kobiensis (Hoyle, 1885)”. International Journal of Biological Macromolecules, vol 74, pp: 93-102.

[12] Montoya. M, J, Moscoso, M. Jatomea, H. Ortega, O. Sandez, J. Lopez, E. Rios and J,Brauer. (2010). “Jumbo squid (Dosidicus gigas) mantle collagen: Extraction, characterization, and potential application in preparation of chitosan-collagen biofilms”. Journal Bioresource Technology, vol : 101, pp: 4212-4219.

[13] Oktavianti, A. (2015). “Pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap sifat fisiko-kimia kolagen hasil isolasi tendon sapi bali (Bos sundaicus). Skripsi. Universitas Pancasila.

[14] Kennedy, J.F, G. O. Phillips and P. A. Williams. (2005). “Sterilisation of tissues using ionising radiation”. Woodhead Publising. Pp: 214-215.

[15] Yusof, N. (2001). “Effect of radiation on microorganisms: mechanism of radiation sterilisation”. Advance in Tissue Banking, vol: 5, pp: 346-350. World Scientific Publishing, Ltd.

[16] Kang. B, Y. Dai, H. Zhang and D. Chen. (2007).

“Synergetic degradation of chitosan with gamma radiation

and hydrogen peroxide”. Polymer Degradation and Stability, vol: 97, pp: 359-362.

[17] Galiano RD., and Mustoe, TA. (2007). “Wound Care”. Grabb and Smithh‟s Plastic Surgery. Vol : 6. Lippincott Williams and Wilkins. Pp : 23-32.

[18] Sood. A, M. S. Garnick and N. L Tomaselli. (2014). “Wound dressings and comparative effectiveness data”. Journal Advance Wound Care. Vol 3 (8), pp : 511-529.

[19] Dutta, P and K. Dutta. (2011). “Chitosan : a promising biomaterial for tissue engineering scaffolds. Chitosan for biomaterials II. Advances in polymer science. Springer, pp : 45-79.

[20] Krasavtev. V, G. Maslova and L. Spodobina. (2003). “Chitosan-based coatings”. Journal Advance Chitin Science. Vol 7, pp : 269-272.

[21] Jeong. Y. J, C. Roh, and S. H. Kang. (2010). “Systematic fabrication of chitosan nanoparticle by gamma irradiation”. Journal Radiation physics and chemistry, vol 79, Issue : 10, pp : 1095-1102.

[22] Tangsadthakun C, S. Kanokpanont, N. Sanchavanakit, T.

Banaprasert, and S. Damrongsakkul. (2006). “Properties of Collagen / Chitosan Scaffolds for Skin Tissue Engineering Fabrication of Collagen / Chitosan Scaffolds,”. Journal of Metals, Materials and Minerals. vol. 16, no. 1, pp. 37– 44.

[23] Paul.W and C.P. Sharma. (2004). “Chitosan and alginate wound dressing : a short review”. Journal Trends Biomater. Artif. Organs, vol 18 (1), pp 1823.

[24] K. Makuuchi, and S. Sheng. (2012). “Radiation processing of polymer materials and its industrial application. John Wiley & Sons, Inc. Pp : 2-20.

[25] Mendes, GC., Brandao, TR., and Silva, CL. (2007). “Ethylene oxide sterilization of medical devices : a review”. Journal Infect Control. Vol : 35. Pp : 574-581.

Page 10: juli 2 2 2016 - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/decky/publication/pengaruh... · mengeksplorasi peluang keberadaan ahli teknik klinis dengan mengambil sampel pada

juli20162 2