j:isid gontorjurnalekonomi i · konvensional. makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang...

28
Mud} a> rabah Prespektif Kaidah Fikhiyah (Analisa Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia tentang Mud} a> rabah) Mohamad Deny Irawan .................................................................. 1 Asa> libu Muassasah Az-Zaka> h fi> Rofahiyah Al-Mujtama’ wa A< tsariha fi> Hayatihim Al-Iqtishodiyyah: Dira> satu Halah fi> Muassasah az-Zaka> h al-Hukumiyyah far’u Madi> nati Simarang, Ja> wa al-Wustha, Indu> ni> siya Muhammad Taufiq Zam-Zami ..................................................... 23 Konsep Kesejahteraan Dalam Ekonomi Islam (Perspektif Maqasid Asy-Syari’ah) Martini Dwi Pusparini ................................................................ 45 Pembangunan Ekonomi Islam pada Perbankan Syari’ah: Telaah Beberapa Problem Dalam Transaksi Mud} a> rabah Kontemporer Rahmad Hakim ............................................................................. 61 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah terhadap Pendapatan Anggota/Nasabah (Studi Kasus di Baitu-t Tamwil At-Tamziz cabang Magelang tahun 2012-2013) Royyan Ramdhani Djayusman, Achmad Nasution ..................... 85 DAFTAR ISI Volume 1, Nomor 1, Juni 2015 ISSN: 2460-1896

Upload: others

Post on 12-Nov-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Mud }a >rabah Prespektif Kaidah Fikhiyah(Analisa Fatwa Dewan Syariah NasionalMajelis Ulama Indonesia tentang Mud }a >rabah)Mohamad Deny Irawan.................................................................. 1

Asa >libu Muassasah Az-Zaka >h fi> RofahiyahAl-Mujtama’ wa A <tsariha fi> HayatihimAl-Iqtishodiyyah: Dira >satu Halah fi> Muassasahaz-Zaka >h al-Hukumiyyah far’u Madi >nati Simarang,Ja >wa al-Wustha, Indu>ni>siyaMuhammad Taufiq Zam-Zami ..................................................... 23

Konsep Kesejahteraan Dalam Ekonomi Islam(Perspektif Maqasid Asy-Syari’ah)Martini Dwi Pusparini ................................................................ 45

Pembangunan Ekonomi Islam pada PerbankanSyari’ah: Telaah Beberapa Problem DalamTransaksi Mud }a >rabah KontemporerRahmad Hakim ............................................................................. 61

Pengaruh Pembiayaan Mudharabah terhadapPendapatan Anggota/Nasabah (Studi Kasus di Baitu-tTamwil At-Tamziz cabang Magelang tahun 2012-2013)Royyan Ramdhani Djayusman, Achmad Nasution ..................... 85

DAFTAR ISI

Volume 1, Nomor 1, Juni 2015 ISSN: 2460-1896

Page 2: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Perilaku Permintaan Uang Islam: Antara Otentisitasdan InovasiKhoirul Umam............................................................................ 107

Determinan Total Aset Bank Pembiayaan RakyatSyariah (BPRS) di Pulau Jawa Tahun 2014Anton Sudrajat ........................................................................... 133

Page 3: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Volume 1, Nomor 1, Juni 2015 | 107

Perilaku Permintaan Uang Islam:Antara Otentisitas dan Inovasi1

Khoirul UmamUniversitas Darussalam Gontor (UNIDA Gontor)

Email: [email protected]

Abstract

In nowadays financial and monetary system, the crisis frequentlyoccurs and becomes a part of its internal system. It indicates the fragilityof financial and monetary conventional system and becomes the stimulantof a better system, namely Islamic financial and monetary system. Thedevelopment of Islamic financial and monetary system demands a rapidinnovation, but it should not go beyond the authenticity of Islamic system.Without innovation, the Islamic financial and monetary system willalways be left behind, but without based on authenticity it will bringIslamic label on conventional system. This paper tries to discuss aboutthe behavior of Islamic money demand, especially the state of velocity ofmoney. The state of velocity of money is highly depended on to the ongoingmoney and financial concept. This paper shows that the preservation ofauthenticity in developing innovations in Islamic money and financialsystem will usher to the constant velocity of money. Otherwise, it can beconcluded that the innovation of Islamic financial and money systemwithout keeping authenticity of Islamic system can produce a differentvelocity state of money. Some empirical researches confirmed both resultsnamely constant velocity so that monetary policy by targeting moneysupply can become effective, and there are some empiric researchers founda different result. Based on this, the development of innovations in Islamicfinancial and money system must be followed by the preservation ofIslamic authenticity system. It demands the development of Islamic

* Kampus Pusat UNIDA Gontor, Jl. Raya Siman Km. 06, Siman, Ponorogo JawaTimur, Telp. +62 352 483762 Fax. +62 352 488182.

1 Makalah ini dipresentasikan pada Seminar Serantau Institusi Pengajian TinggiIslam 2013, pada 4-5 Desember 2013 di Universiti Islam Sultan Sharif Ali Brunei Darussalam.

Teller
Typewriter
Available at : https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JEI http://dx.doi.org/10.21111/iej.v1i1.347
Teller
Typewriter
Page 4: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Islamic Economics Journal108 |

Perilaku Permintaan Uang Islam: Antara Otentisitas dan Inovasi

financial and money system theories which are free form any businessmotive intervention. Therefore, Islamic University is the most appropriateplace to take the intellectual role by conducting researches and teachingthe Islamic financial and monetary system.

Keywords: Islamic Money Demand, Authenticity, Innovation, Velocity of Money,Monetary Policy.

Abstrak

Dalam sistem keuangan dan moneter saat ini, krisis kerap terjadidan mejadi bagian internal sistem. Hal ini menjadi pertanda akanrapuhnya sistem keuangan dan moneter konvensional dan menjadipendorong kuat terciptanya sistem yang lebih baik yaitu sistem keuangandan moneter Islam. Pengembangan sistem keuangan dan moneter Islammenuntut inovasi yang cepat namun hendaknya tidak melanggarotentisitas sistem Islam. Tanpa inovasi, sistem keuangan dan moneterIslam hanya akan selalu berada di belakang namun tanpa berpegang teguhkepada otentisitas hanya akan membawa label Islam dengan sistemkonvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uangIslam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangatbergantung kepada konsep uang dan keuangan yang dijalankan. Dari sini,makalah ini memperlihatkan bahwa terjaganya otentisitas dalampengembangan inovasi-inovasi dalam sistem uang dan keuangan Islamakan mengantarkan kepada velositas uang yang konstan. Sebaliknya, dapatdisimpulkan, inovasi sistem uang dan keuangan Islam dengan tidakmenjaga ontentisitas sistem Islam dapat menghasilkan keadaan velositasuang yang berbeda. beberapa penelitian empiris mengkonfirmasi keduahal tersebut yaitu velositas yang konstan sehingga kebijakan moneterdengan menargentkan uang supply uang menjadi efektif. Namun demikian,ada juga beberapa penelitian empiris yang menemukan hasil berbeda.Dari sini, pengembangan inovasi-inovasi dalam sistem uang dan keuanganIslam harus dibarengi dengan penjagaan otentisitas sistem Islam. Hal inimenuntut pengembangan teoritis sistem uang dan keuangan Islam yangterbebas dari dorongan-dorongan bisnis. Untuk itu, universitas Islammerupakan insititusi yang paling tepat untuk mengambil perananintellektual dengan mengadakan penelitian-penelitian dan pengajarandalam bidang uang dan keuangan Islam.

Keywords: permintaan uang, teori uang, teori keuangan, otentisitas, inovasi

Page 5: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Volume 1, Nomor 1, Juni 2015 | 109

Khoirul Umam

Latar Belakang

K risis demi krisis mewarnai sistem moneter dankeuangan dunia saat ini. Mulai krisis keuangan Mexico1994-1995, Asia Timur 1997-1998, Argentina 2001-20022

(Mishkin: 2004, 194), sampai pada krisis global 2008.Hal ini menunjukkan adanya kelemahan internal dari sistem

moneter dan keuangan mainstream.3 Dari sini, akhirnya paraekonom tergerak untuk melihat kembali sistem yang ada. Krisiskeuangan 1997 misalnya, telah menggugah para ekonom untukmenyelenggarakan konferensi internasional di Kuala Lumpur padatahun 2002, tentang sistem moneter yang stabil dan adil, dalamhal ini mereka fokus melihat sistem uang dinar sebagai alternatifpengganti4. Konferensi ini kemudian dilanjutkan lagi pada tahun2007 di tempat yang sama dengan tema “International Conferenceon Gold Dinar Economy”. Bahkan, krisis global 2008 telahmembuat para pemimpin dunia5 mengajak untuk mereformasisistem moneter yang ada.

Para ekonom Muslim, dalam menawarkan reformasi sistemmoneter yang ada dapat dikelompokkan menjadi dua poros utama,walaupun ada kelompok ketiga sebagai pelengkap. Kelompokpertama menawarkan reformasi sistem moneter yang ada agarsesuai dengan Islam, kelompok kedua, menginginkan penggantian

2 Mishkin, Frederic S. (2004). The economics of money, banking, and financialmarkets (7th edn.). Boston: Pearson Addision Wesley, Hal: 194

3 Meera, Ahamed Kamel Mydin & Larbani, Moussa (2006). Part I: seigniorageof fiat money and Maqashid al-Shari’ah: the unattainableness of the Maqasid. Humanomicsvol. 22, No. 1, 2006 pp. 17-33

4 Hal ini diutarakan Mohd. Azmi Omar Conference Chairman pada pengantarProceedings of the 2002 international conference on stable and just monetary system. KualaLumpur: Research Center IIUM.

5 Presiden Perancis Nicolas Sarkozy yang juga sebagai Presiden Eropa bersatu,pada 26 September 2008 melontarkan ide perubahan sistem moneter keuangan. Diamengajak untuk memikirkan kembali sistem moneter seperti Bretton Woods. Hal senadakemudian juga dilontarkan oleh Perdana Menteri Inggris Gordon Brown yang mengajakpara pemimpin dunia untuk berkumpul bersama membahas masalah tersebut. Ajakanperubahan sistem moneter ini membuat para pemimpin eropa bersatu mengajak diadakannyaperkumpulan Bretton Woods II untuk mendesain ulang arsitektur keuangan dunia.Menanggapi hal ini, Presiden Amerika Serikat Bush setuju dan tercetuslah 2008 G-20Washington Summit. Namun demikian, sampai saat ini belum ada kesepakatan perubahanmendasar dalam sistem moneter dan keuangan dunia (Lihat Calls for a “New BrettonWoods” http://en.wikipedia.org/wimki/Bretton_Woods_II. lihat juga IMF: Pertemuan G20Tidak Akan Menghasilkan Bretton Woods II, http://www.tempointeraktif.com. Lihat jugaBretton Woods gold/dollar peg unlikely at G20, http://www.reuters.com/article)

Page 6: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Islamic Economics Journal110 |

Perilaku Permintaan Uang Islam: Antara Otentisitas dan Inovasi

sistem moneter mainstream dengan sistem moneter yang lain,terutama dalam hal ini adalah sistem mata uang dinar. Adapunkelompok ketiga menawarkan pendampingan sistem moneter yangada dengan mata uang lain sebagai mata uang suplemen.

Menariknya, tawaran kelompok kedua yang menginginkanperubahan sistem secara total tidak dilengkapi dengan kecukupanteori dan tidak memungkinkan secara politik.6 Lebih dari itu, alasanakan haramnya sistem uang fiat dan harus uang emas tidakmemiliki dalil shariah yang kuat.7 Di sini, ada perbedaan mendasarapakah uang merupakan masalah Syariah sehingga perkaranyaharus diserahkan kepada Syari’ yaitu Allah. Atau uang bukanmasalah syariah namun lebih kepada masalah tradisi (‘urf) yangdipakai oleh suatu masyarakat sehingga tidak dibatasi oleh materiapapun. Di sini, tarik menarik antara menjaga otentisitas Islam danmengikuti sistem keuangan modern yang sedemikian maju.

Teori moneter dan keuangan yang berbeda akan meng-hasilkan perilaku permintaan uang yang berbeda. Hal ini karenateori permintaan terhadap uang tidak dimaksudkan hanya kepadaberapa banyak uang yang ingin dipegang, namun lebih kepadakeinginan untuk memegang aset-aset finansial dalam bentuk uangyang mana tidak menghasilkan bunga versus aset-aset finansialyang menghasilkan bunga seperti obligasi. Sehingga, perhatian teoriini adalah bagaimana aset-finansial ini dibagi menjadi uang danaset finansial yang menghasilkan bunga.8 Di sini, ada dua macamaset finansial yang dibedakan, pertama adalah uang yang manadapat digunakan untuk transaksi dan tidak memberikan bunga;kedua adalah aset finansial lain seperti obligasi yang memberikanbunga namun tidak dapat digunakan untuk transaksi.9 Dari sini,dapat dilihat bahwa permintaan terhadap uang sangat dipengaruhioleh perkembangan teori uang itu sendiri, dan perkembangan teorisistem keuangan. Uang dengan kontroversi teorinya, dan sistemkeuangan dengan evolusi sistem, aturan, dan teknologinya.

6 Umam, Khoirul. (2008). Fiat and Commodity Money: a debate among scholars.Proceedings International Workshop Exploring Islamic Economic Theory, Universitas IslamIndonesia dan Universiti Kebangsaan Malaysia.

7 Chapra, M. Umer. (1996). Monetary Management in an Islamic Economy.dalam jurnal Islamic Economic Studies. Vol. 4, No. 1, December 1996.

8 Case, Karl E. Fair, Ray C. Oster, Sharon M. (2012). Principles of Macroeconomics(10th ed.). USA: Prentice Hall. Hal : 214-215

9 Blanchard, Olivier. (2003). Macroeconomics (3rd ed.) USA: Prentice Hall, Hal:66.

Page 7: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Volume 1, Nomor 1, Juni 2015 | 111

Khoirul Umam

Dalam konteks teori permintaan uang, pusat perdebatanterletak pada velositas uang, apakah konstan atau tidak. Ketikavelositas uang konstan maka permintaan uang stabil dan akanmenghasilkan kebijakan moneter dengan menargetkan uang beredardapat efektif. Namun sebaliknya, velositas yang tidak konstanmenghadirkan permintaan uang yang volatile dan akanmenyebabkan ketidak efektifan kebijakan moneter dengan targetsupply uang dan biasanya targetnya menjadi tingkat suku bunga.

Dari sini, makalah ini berusaha membahas perilakupermintaan uang Islam apakah stabil atau tidak. Dalam hal ini, secaraspesifik pembahasan akan mengacu kepada keadaan velositas uangIslam. Untuk mengetahui keadaan velositas uang Islam, pembahasandimulai dari menemukan ciri utama (otentisitas) dari uang dankeuangan Islam. dengan ciri utama uang dan keuangan Islam inidapatlah didiskusikan apakah velositas uang dalam permintaan uangIslam adalah konstan atau sebaliknya.

Kajian Seputar Permintaan Uang

Dalam ekonomi mainstream, terdapat dua kubu yang salingbertentangan dalam teori permintaan uang. Kubu pertama adalahklasik dan kubu kedua adalah Keynes. Kubu klasik, dimulai denganteori kuantitas uang yang dikembangkan Irving Fisher (1911)dengan persamaannya ; M merupakan totalkuantitas uang (supply uang), V adalah tingkat perputaran uang,P menunjukkan keseluruhan harga, dan Y merupakan outputsecara keseluruahan (income). Dari teori ini model permintaan uang

dapat di tulis sebagai berikut: ; dalam

keseimbangannya, kuantitas uang M yang masyarakat pegang samadengan uang yang mereka minta . Sehingga dengan mengganti

dengan k, model permintaan uang dari teori kuantitas adalah

. Dengan model ini, permintaan uang adalah murnifungsi dari income, dan bunga tidak mempunyai efek terhadappermintaan uang.10

10 Mishkin, Frederic S. (2004). The economics of money, banking, and financialmarkets (7th edn.). Boston: Pearson Addision Wesley, Hal: 517-519.

Page 8: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Islamic Economics Journal112 |

Perilaku Permintaan Uang Islam: Antara Otentisitas dan Inovasi

Berbeda dengan klasik, Jhon Maynard Keynes (1936)melihat bahwa bunga mempunyai efek signifikan terhadappermintaan uang. Berangkat dari pertanyaan jika obligasimenghasilkan bunga dan uang tidak, kenapa seseorang memeganguang?. Model permintaan uang Keynes, yang dikembangkankemudian oleh James Tobin dan William Boumol, adalah

di mana i berhubungan negatif dan Y berhubungan

positif (Branson: 1989, 319-320). Ada tiga motif yang Keynespostulasikan dibalik teori permintaan uang: motif transaksi, motifpencegahan, dan motif spekulasi.11

Pada tahun 1956, Milton Friedman mengembangkan teoripermintaan uang, yang mana merujuk kepada teori klasik, namundemikian dalam analisanya sebenarnya Friedman lebih dekatkepada Keynes. Model permintaan uang Friedman dapat ditulissebagai berikut:

= permintaan terhadap uang riil; = income permanen;

= hasil yang diharapkan dari obligasi, = hasil yang diharapkan

dari uang, = hasil yang diharapkan dari saham; = tingkatinflasi yang dikira. Tanda plus dan min dibawah masig-masingvaribel menunjukkan hubungan, positif atau negatif. Persamaandiatas juga menunjukkan bahwa merupakan tingkatkeuntungan obligasi yang diharapkan relatif terhadap terhadapuang, begitu juga menunjukkan tingkat keuntungan

saham relatif terhadap uang. Adapuun menyatakan tingkatkeuntungan dari barang relatif terhadap uang.12

Dari sini, terlihat bahwa ada sekumpulan tingkat sukukeuntungaan relatif yang berhubungan negatif dengan permintaanterhadap uang. Namun demikian, yang membedakan teori

11 Mishkin, Frederic S. (2004). The economics of money, banking, and financialmarkets (7th edn.). Boston: Pearson Addision Wesley, Hal: 521.

12 Ibid, Hal: 529-530.

Page 9: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Volume 1, Nomor 1, Juni 2015 | 113

Khoirul Umam

Friedman dengan Keynes adalah anggapan bahwa bungamempunyai efek yang kecil terhadap permintaan uang. Hal inikarena ketika terjadi kenaikan bunga, maka seyogyanya pihakperbankan akan tertarik untuk menarik tabungan dari masyarakatdan akhirnya akan menaikkan bunga deposit atau memperbanyaklagi layanan yang menarik bagi masyarakat, sehingga tingkatkeuntungan yang diharapkan dari uang menjadi naik. Dari sinimaka sebenarnya model permintaan uang Friedman dapat ditulis

menjadi , atau permintaan terhadap uang hanya fungsi

dari income permanen. Hal ini tentunya seide dengan teorikuantitas klasik.13

Berbeda dengan Mishkin, Branson (1989) melihat bahwamodel Friedman dapat dituliskan sebagai:

; di mana r1, …, rJ adalah tingkat

suku keuntungan dari semua asset sebagai alternatif dari uang.Dan jika ratio antara permintaan terhadap uang dan income adalahrelatif tidak bertrend dalam suatu kurun waktu, dan bergantungpada tingkat suku keuntungan dari semua asset, maka teori

kuantitas Friedman menjadi . Dari

sini, ketika tingkat suku keuntungan dari obligasi sebagai salahsatu asset selain uang naik, maka permintaan terhadap uang turun,sehingga persamaan dapat disederhanakan menjadi

Menarik untuk menjadi catatan di sini, Mishkin meng-antarkan model permintaan uang Friedman kepada teori kuantitasuang Klasik, Branson sebaliknya, mengantarkan Friedman menjadipendukung Keynes.

Dalam literature ekonomi Islam, Umer Chapra mengembang-kan model permintaan uang yang dapat ditulis sebagai berikut:

Md = f(Ys, S, π), di mana:Ys = barang dan jasa yang berhubungan dengan pemenuhan

kebutuhan, investasi produktif, dan tentunya tidakbertentangan dengan nilai Islam.

S = seluruh moral, nilai-nilai sosial dan institusi (termasuk zakat)yang mempengaruhi alokasi dan distribusi sumber dan dapat

13 Ibid, Hal: 531.

Page 10: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Islamic Economics Journal114 |

Perilaku Permintaan Uang Islam: Antara Otentisitas dan Inovasi

membantu meminimasi Md bukan hanya untuk konsumsiyang mencolo dan investasi yang tidak produktif, namun jugatujuan-tujuan pencegahan dan spekulasi.

π = tingkat suku keuntungan atau kerugian dalam suatu sistemyang mana tidak membolehkan penggunaan tingkat sukubunga sebagai intermediasi keuangan.14

Di sini, Umer Chapra terlihat menambahkan satukomponen yakni S dan menjadikan r sebagai π, sebagai bentukpelarangan riba. Namun demikian, sebenarnya, Y pun dibatasidengan tidak bertentangan dengan nilai Islam.

Adapun penelitian empiris dalam praktek sistem moneterdan keuangan Islam saat ini telah dilakukan khususnya untukmelihat apakah sistem keuangan Islam mempunyai sistem moneteryang lebih stabil dibandingkan sistem keuangan konvensional.Darrat (1988) yang menjadikan Tunisia sebagai tempat penelitian,menemukan bahwa permintaan uang dalam sistem tanpa bungalebih stabil, otoritas moneter dapat mengkontrol aset-aset monetersecara efektif, dan keterkaitan dengan tujuan utama makro jugaterjadi. Dengan metodologi yang sama dengan Darrat, Yousafi, M.,Abizadeh & Mccormick (1997) mengambil data Iran danmenemukan bukti yang beraneka ragam, sebagian menkonfirmasihasil Darrat dan sebagian bertentangan dengan Darrat. Denganitu, Yousafi dkk menyatakan bahwa superioritas dari perbankanIslam tidak terjadi di Iran.15 Secara spesifik, perbedaannya terletakpada ketiadaan hubungan reliabilitas harga dengan variabel-variabel agregat moneter. Data yang dipakai oleh Yousafi dkk. (1997)dilakukan uji ulang oleh Darrat (2000) dan menemukan hasil yangmenguatkan penelitian dia sebelumnya. Darrat menemukanadanya misspecification error dalam penelitian Yousafi dkk.

Dalam kasus perbankan Islam Malaysia, Ahmad Kaleem(2000) juga menggunakan metodologi Darrat. Dalam penelitianini, Kaleem tidak memasukkan variabel suku bunga dan returnSyariah pada model permintaan uang konvensional dan Islam.Hasilnya mendukung hasil penelitian Darrat dan menunjukkanbahwa permintaan uang konvesional dan Islam sama-sama tidak

14 Chapra, M. Umer. (1996). Monetary Management in an Islamic Economy.dalam jurnal Islamic Economic Studies. Vol. 4, No. 1, December 1996.

15 Darrat, Ali F (2000). Monetary Stability and Interest-free Banking Revisited,dalam Applied Economics Letters, 2000, 7, United Kingdom: Taylor and Francis Ltd. Hal:874-875.

Page 11: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Volume 1, Nomor 1, Juni 2015 | 115

Khoirul Umam

tahan terhadap guncangan. M1 dan M2 dalam permintaan uangkonvensional dan Islam berhubungan dengan tingkat harga. Begitujuga penelitian Hassan & Al-Dayel (1998/9), dan Hassan &Mazumder. (2000) dengan data kumpulan dari berbagai Negaramendukung hasil peneltian Darrat, begitu juga penelitian oleh Kiadan Darrat (2003).

Adapun untuk sistem keuangan Indonesia, beberapapenelitan terkait juga dilakukan. Izhar & Asutay (2007) melakukanuji perilaku agregat moneter dalam sistem perbankan ganda danperilaku velocity uang. Dengan data time series bulanan dari 2001-2004 hasil penelitian menemukan bahwa sistem perbankan Islamdi Indonesi kurang efektif dalam mengontrol tujuan otoritasmoneter (stabilitas harga) dibandingkan sistem perbankan Islamkonvensional. Hasil ini tentu bertolak belakan dari mayoritaspenelitian di Negara-negara lain. Hal ini ditengarai masih kecilnyaaset keuangan perbankan Islam dari keseluruhan aset perbankanIndonesia. Hal ini membawa Izhar & Asutay mengusulkanpenelitian selanjutnya yang meneliti efisiensi moneter pada levelmikro individual bank. Namun demikian, Hasanah (2007) men-dapatkan hasil yang berbeda dan mendukung kestambilanpermintaan uang dalam sistem keuangan Islam.

Berbeda dengan penelitian-penelitian di atas, Gustiani (2008)menggunakan model yang dikembangkan oleh Chapra (1996)dalam penelitiannya. Dalam model yang ditawarkan, Chapramenambahkan faktor nilai-nilai sosial dalam model penelitiannya,bahkan sebenarnya setiap faktor secara teoritis berbeda dari yangdipahami secara mainstream. Penelitian ini menunjukkan hasilyang variatif yang mana menunjukkan ketidak tersediaannyavariabel-variabel makro yang digambarkan oleh Chapra.

Uang dalam Islam: Otentisitas dalam Sistem Uang Modern

Evolusi Makna UangUang dalam definisi sekarang merupakan segala sesuatu

yang secara umum diterima sebagai pembayaran barang dan jasa,dan pembayaran ulang hutang.16 Dikatakan segala sesuatu, karenadalam perkembangannya uang dapat berbentuk segala hal, yang

16 Mishkin, Frederic S. (2004). The economics of money, banking, and financialmarkets (7th edn.). Boston: Pearson Addision Wesley, Hal: 8

Page 12: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Islamic Economics Journal116 |

Perilaku Permintaan Uang Islam: Antara Otentisitas dan Inovasi

penting dapat memenuhi fungsi uang. Sejarah mencatat uangdalam bentuk batu, hewan, emas, perak, kertas, bahkan saat inihanya dalam catatan akuntansi. Dari sini, muncul istilah “cashlesssociety” masyarakat tanpa uang tunai dan cukup denganmenggunakan pembayaran elektronik. Namun tentunya istilah iniberbeda makna dari moneyless (Smithin: 1), karena seyognya catatanelektronik tersebut sebenarnya adalah salah bentuk uang.

Dengan ini, segala sesuatu dapat disebut sebagai uangmanakala dia memenuhi fungsi sebagai uang. Fungsi-fungsi uangtersebut adalah pertama, uang sebagai media pertukaran (mediumof exchange); kedua, uang sebagai satuan perhitungan (unit ofaccount); ketiga, uang sebagai penyimpanan nilai (store of value);17

dan keempat, uang sebagai sebuah standar untuk pembayaran yangditangguhkan (standard of deffered payment).18

Dengan fungsi-fungsi tersebut, maka segala sesuatu akanmenjadi uang bila dipercaya oleh masyarakat dapat berfungsisebagai uang. Mulai dari emas, kertas, sampai catatan akuntasi dapatdijadikan uang. Maka dari itu, sejarah mencatat beberapa macamuang yaitu uang komoditas, uang perwakilan, uang fiat. Uangkomoditas merupakan uang dari suatu komoditas tertentu yangsecara barang dipercayai mempunyai nilai di dalamnya. Sejarahmencatat masyarakat menjadikan hewan, biji-bijian, batu sebagaiuang walaupun akhirnya emas dan perak menjadi mata uangkomoditas dominan di dunia.19 Adapun uang perwakilan merupa-kan uang biasanya dari kertas yang mana mewakili nilai darikomoditabs tertentu. Dalam sejarah, sistem dipakai secara luaspada perang dunia pertama yang dikenal dengan Bretton WoodSystem. Sedangkan uang fiat adalah pengembangan terakhir dariuang di mana uang perwakilan tidak lagi dikaitkan dengankomoditas tertentu. Sehingga uang fiat murni uang kepercayaanyang mana nilainya tidak pada uang tersebut seperti pada uangkomoditas dan tidak juga mewakili nilai dari komoditas tertentu.Sistem ini secara luas dimulai pada tahun 15 Agustus 1971 ketika

17 Mishkin: 2004, hal 45-47; Mankiew, hal. 80-81 melihat bahwa uang mempunyaitiga fungsi, sebagai media pertukaran, satuan perhitungan, dan penyimpanan nilai.

18 Ada berapa ekonom yang menambahkan fungsi keempat yakni standardpembayaran yang ditangguhkan (Milness: 1919, hal. 55). Hal ini tentunya, bagi paraekonom, sudah masuk ke dalam fungsi satuan perhitungan.

19 Wheatherford, Jack Mclver (1997). The History of Money. New York: CrownPublishers, Hal: 20-21.

Page 13: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Volume 1, Nomor 1, Juni 2015 | 117

Khoirul Umam

Pemerintah Amerika mensuspensi konvertabilitas dollar Amerikakepada Emas.20

Lebih dari itu, saat ini sistem keuangan berkembang sangatpesat dan muncullah aset-aset keuangan yang masyarakat pakaiuntuk media pertukaran sebagai ganti uang kertas maupun koinyang dicetak oleh bank sentral. Dari sini, dalam konteks kebijakanmoenter, berapa uang yang harus ditawarkan dalam masyarakat,otoritas moneter berkepentingan untuk mendefinisikan secaraterukur apa yang masuk kategori uang dari aset-aset tersebut.Dibuatlah kategori-kategori uang mulai dari yang paling likuid,dalam arti paling cepat dapat dijadikan media pertukaran, sampaiyang kurang likuid. M0 merupakan uang yang dicetak oleh banksentral, M1 biasanya M0 ditambah demand deposit, cek; M2 lebihluas lagi dst.21 Definisi ini tentunya sangat mungkin berubahbergantung perkembangan sistem keuangan.

Kilasan Sejarah Uang IslamMasyarakat Arab pada masa kedatangan Islam tidak mem-

punyai mata uang sendiri, mereka mengenal mata uang lewat per-dagangan yang mereka lakukan. Uang yang beredar saat itu adalahDinar Emas Bizantium, Dirham Perak Sasania dan Fulus TembagaByzantin22 beserta komoditas tertentu yang diperlakukan sebagaiuang (nuqud sil’iyyah) seperti gandum, kacang sya’ir, dan kurma.23

Pada zaman khulafaurrasyidin, pada masa Umar binKhattab, penguasaan terhadap Irak atau Persia memberikan sejarahbaru kepada uang dalam Islam. Dirham merupakan mata uangyang dicetak oleh kekaisaran Persia Sassania. Dengan dikuasainyaibukota Ktesiphon yang terletak di Mada’in, umat Islambersinggungan dengan tempat pencetak dirham. Dari sini,beberapa kata Arab dimasukkan pada uang Dirham seperti“bismillah”, “Barakah”, “Jayyid”, “Muhammad Rasulullah” dll dan

20 Cesarano, Filippo (2006). Monetary Theory and Bretton Woods: the Constructionof an International Monetary Order. UK: Cambridge University Press. Hal: 1

21 Mishkin, Frederic S. (2004). The economics of money, banking, and financialmarkets (7th edn.). Boston: Pearson Addision Wesley, Hal: 51-55

22 Al-Qisi, Nahidh “abdur Rozzzaq Diftir, “An-Nuquud Fii ‘Ahdi Ar-Rasulullah waAl-Khulafaur Rasyidin, Majallah Al-Qodisiyyah lil ‘Ulum Al-Insaniyah. Jilid 10. Vol: 3-42007. Hal: 1.

23 Ascarya, Uang dalam Islam, Centre for Central Banking Education and Studies,Bank Indonesia, Hal: 4.

Page 14: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Islamic Economics Journal118 |

Perilaku Permintaan Uang Islam: Antara Otentisitas dan Inovasi

dikenal dengan uang Arab dengan model Sasania. Penambahankata-kata Arab terus berkembang pada uang dirham Arab tersebut.Hal serupa tidak terjadi pada Dinar Bizantium. Hal inimenunjukkan bahwa penguasaan Muslim terhadap kekaisaranPersia Sassania telah utuh, berbeda dengan kekaisaran Bizantium.24

Lebih dari itu, sejarah mencatat rencana Umar bin Khattab untukmenjadikan kulit unta sebagai mata uang.25

Perkembangan mendasar selanjutnya adalah pada masakhalifah Abdul Malik bin Marwan yang dianggap sebagai yangpertama kali membuat dinar emas. Bahkan pada tahun 76 H, diamelakukan upaya penyatuan mata uang dan mengeluarkankebijkan untuk tidak menggunakan mata uang non Islam.26

Dinar dan Dirham menjadi mata uang dalam sejarahkekhilafahan Islam beserta fulus tembaga. Adapun uang fiatmenjadi mata uang pada era terakhir kekhilafahan Utsmaniyyah.27

Kontroversi Nilai dari UangNilai daripada uang, secara sederhana, merupakan

purchasing power dari uang. Kekuatan uang untuk dijadikan alattukar terhadap barang lain merupakan nilai daripadanya. Denganini, jika terjadi tingkat kenaikan harga pada barang, maka nilaidari uang akan turun.28 Saat ini walaupun uang terbuat dari kertasyang tidak mempunyai nilai sebagaimana uang dalam bentuk emasdan perak, dia tetap mempunyai nilai sehingga dapat dijadikanalat tukar terhadap barang-barang lain yang mempunyai nilai. Apayang memberi nilai terhadap kertas yang tidak mempunyai nilaitersebut? Atau lebih spesifik, apa yang menentukan nilai dari padauang baik uang kertas maupun uang komoditas?29

24Al-Qisi, Nahidh “abdur Rozzzaq Diftir, “An-Nuquud Fii ‘Ahdi Ar-Rasulullah waAl-Khulafaur Rasyidin, Majallah Al-Qodisiyyah lil ‘Ulum Al-Insaniyah. Jilid 10. Vol: 3-42007 Hal: 163.

25 Chapra, M. Umer. (1996). Monetary Management in an Islamic Economy.dalam jurnal Islamic Economic Studies. Vol. 4, No. 1, December 1996, Hal: 5.

26 Ascarya, Uang dalam Islam, Centre for Central Banking Education and Studies,Bank Indonesia, Hal: 5

27 Meera, Ahamed Kamel Mydin & Larbani, Moussa (2006). Part I: seigniorageof fiat money and Maqashid al-Shari’ah: the unattainableness of the Maqasid. Humanomicsvol. 22, No. 1, 2006, Hal: 2-3

28 Hasan, Zubair & Lehar, Habibah (2009). Macroeconomics. New York: OxfordUniversity Press

29 Patnaik, Prabhat (2009). The Value of Money. New York: Columbia UniversityPress, Hal: ix.

Page 15: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Volume 1, Nomor 1, Juni 2015 | 119

Khoirul Umam

Patnaik melakukan kritik terhadap aliran moneterisme danmembawa ide “propertiyst” dari Karl Marx dan John MaynardKeynes. Di sini, ada dua kelompok yang dihadapkan yaknikelompok moneteris seperti Ricardo sampai Milton Friedman dankelompok “propertiyst” yakni Karl Marx, John Maynard Keynes,Rosa Luxemburg dan lainnya. Kelompok pertama menghubung-kan nilai uang dengan penawaran dan permintaannya, sedangkankelompok kedua menyatakan nilai uang independen daripenawaran dan permintaannya. Lebih dari itu, Patnaik mencobamenjawab kekurangan yang dalam tradisi “propertyst”.

Dalam konsep equilibrium ekonomi mainstream, yangmenjadi dasar ide kelompok pertama, pasar uang harus “clear”pada suatu harga uang dalam terma barang bukan uang. Hal iniakan terjadi jika kurva permintaan uang adalah miring ke bawah(downward sloping) sesuai kepada harga uang. Dengan kata lain,permintaan uang berhubungan negatif dengan harga uang. Hargauang menjadi timbal balik tingkat harga barang-barang komoditasdalam nilai uang. Hal ini berimplikasi kepada permintaan terhadapuang harus berubah-rubah secara langsung sesuai dengan tingkatharga komoditas. Konsep ini terjadi karena ekonomi mainstreammelihat uang hanya sebagai media sirkulasi, sehingga semakintinggi nilai dari barang yang disirkulasikan, maka semakin besarjuga permintaan terhadap uang. Maka dari itu, selama output padatingkat tenaga kerja penuh, nilai barang bergantung pada tingkatharganya, maka permintan uang berhubungan positif dengantingkat harga.30 Dengan kata lain, nilai uang adalah bergantungkepada nilai atau harga dari barang-barang komoditas yangdisirkulasikan. Untuk itu, dalam teori kuantitas uang fishermisalkan dapat dilihat bahwa uang pada supply uang tertentu dansirkulasi tertentu, sangat bergantung nilainya kepada hargadaripada barang. Semakin tinggi tingkat harga, maka semakintinggi juga nilai daripada uang.

Konsep ini memungkinkan dengan menganggap satu-satunya fungsi uang adalah sebagai media pertukaran. Namundemikian, fungsi uang tidak dapat hanya sebagai media pertukrannamun juga berfungsi sebagai penyimpan nilai. Alasannya adalahtidaklah mungkin uang menjadi media pertukaran tanpa diamempunyai nilai dan tentunya menjadi barang yang berharga dan

30 Ibid, Hal: xi.

Page 16: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Islamic Economics Journal120 |

Perilaku Permintaan Uang Islam: Antara Otentisitas dan Inovasi

dapat tentunya menjadi media penyimpan uang. Untuk itu, ketikauang berfungsi sebagai penyimpan nilai, maka permintaan uangjuga akan bergantung kepada hasil yang diharapkan darimemegang aset lain selain uang. Di sinilah, pengertian pmerintaanuang di atas, pilihan seseorang untuk memegang uang atau asetlain yang memberikan keuntungan tatkala dia memegangnyaseperti obligasi.

Dengan begitu, permintaan terhadap uang akan bergantungkepada ekspektasi-ekspektasi terhadap keutungan yang akandatang, maka tidak ada alasan yang kuat kalau kurva permitaanuang bergaris miring ke bawah sesuai dengan tingkat harga,sebagaimana disyaratkan oleh ekonomi mainstream, karenaperubahan pada tingkat harga tidak dapat menjadi ekspektasi-ekspektasi tetap tidak berubah.31

Memecahkan hal ini, ekonomi mainstream mempunyai duajalur. Pertama adalah menolak fungsi uang sebagai penyimpan nilaidan menjadikannya hanya sebagai media sirkulasi. Kedua adalahdengan tetap mengakui fungsi uang sebagai penyimpan nilainamun menganggap bahwa ekspektasi-ekspektasi merupakansesuatu yang tidak bermasalah dalam teori dengan argumenkeberadaan equilibrium dan kestabilannya. Jalur pertama adalahkonstan k Cambridge atau konstan velositas income dari sirkulasiuang. Adapun jalur kedua adalah efek “real balance” yang manamana salah satu kevalidannya bergantung pada asumsi harga tidakelastis.

Kelompok kedua, kelompok “propertyst”, melihat bahwauang juga berfungsi sebagai penyimpan nilai. Dengan fungsi ini,dimungkinkan terjadinya ex-ante overproduction dari komoditasbukan uang. Ex-ante overproduction ini menjadikan terjadinyakontraksi output actual, bukan hanya pada komoditas bukan uangnamun juga komoditas uang. Maka dari itu, penerimaan bahwauang berfungsi sebagai penyimpan nilai, menjadikan nilai uangtidak dapat ditentukan dalam realitas penawaran dan permintaan,dan memungkinkan terjadinya generelised overproduction. Hal inisama dengan logika involuntary unemployment dari Keynesian, danini ditolak dengan tradisi monetaris Walrasian.

Lebih dari itu, Patnaik (2009) menambahkan ideimperialisme dalam sistem moneter, utamanya sistem moneter

31 Ibid, Hal: xii.

Page 17: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Volume 1, Nomor 1, Juni 2015 | 121

Khoirul Umam

internasional. Hal ini untuk menjelaskan kenapa terjadi kestabilanuang pada jangka panjang. Menurut dia sistem kapitalisme tidakberjalan dengan sendirinya, masih ada di dalamnya sistem pra-kapitalisme yang mana menyisakan kekuatan-kekuatan pihaktertentu kepada pihak lainnya.

Uang dalam Al-Quran: haruskah uang komoditasDalam Al-Quran, Dinar dan Dirham dipakai sebagai mata

uang. QS Ali Imran (3:75) menyebutkan Dinar dan QS Yusuf(12:20) menyebutkan penggunaan Dirham. Adapun kata emasdisebutkan 8 kali dalam Al-Qur’an, antara lain: QS. Al-Taubah(9:34), QS. Ali ‘Imran (3:91), sedangkan perak tersebut sebanyak6 kali, antara lain: QS. Ali ‘Imran (3:14), QS. al-Kahf (18:19).32

QS Al-Taubah (9:34) memuat larangan penimbunan33 emasdan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Allah. Dalam konteksekonomi, Ayat ini menyiratkan bahwa emas dan perak ketikaditimbun sebagai harta kekayaan dan tidak digunakan sebagai matauang akan menyebabkan berkurangnya uang yang beredar danakhirnya membuat problem ekonomi.34

Adapun QS Ali ‘Imran (3:14) menjelaskan bahwa manusiasecara alamiah menyukai emas dan perak. Hal ini, dalam konteksuang, emas dan perak mempunyai nilai abadi di dalamnya dandapat diterima oleh semua masyarakat di berbagai belahan dunia.Dengan ini, emas dan perak sangat tepat menjadi mata uang.

Namun demikian, apakah ayat-ayat di atas mengharuskanuang harus dinar dan dirham? Di sini, masalah qath’iyyat al-dilalahdan dzanniyyat al-dilalah menjadi perdebatan. Bagi sebagian ulamaayat-ayat di atas cukup untuk menunjukkan bahwa uang harusmempunyai nilai dalam hal ini adalah emas dan perak. Namundemikian, sebagian dapat berpendapatan bahwa penggunaan katadinar dan dirham dalam al-Quran hanya karena uang pada zamanturunnya al-Quran adalah dinar dan dirham. Begitupun jugadengan penyebutan emas dan perak tidak secara qath’i menunjuk-kan keterkaitannya dengan mata uang.

32 Ascarya, Uang dalam Islam, Centre for Central Banking Education and Studies,Bank Indonesia, Hal: 6-10

33 Dalam ayat ini, digunakan kata yakniz yang mempunyai asal kata kanz yangartinya harta karun. Dari sini, kata menimbun lebih tepat digunakan daripada menyimpan.

34 Imam Ghazali melarang penimbunan emas dan perak karena dapat merusakperekonomian.

Page 18: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Islamic Economics Journal122 |

Perilaku Permintaan Uang Islam: Antara Otentisitas dan Inovasi

Lebih dari itu, sejarah penggunaan mata uang dalam khilafahIslamiyah juga tidak menunjukkan kepastian dinar dan dirham.Lihat misalnya Umar yang merencanakan penggunaan kulit untauntuk mata uang, pencetakan fulus tembaga sebagai mata uangutama pada zaman Mamluk, dan uang fiat pada zaman khilafahusmaniyah.

Karakteristik Uang IslamWalapun uang dalam Islam tidak dapat dipastikan harus

terbuat dari benda apapun, karakteristiknya dapat disimpulkan.Karakteristik utama uang Islam adalah mengalir untuk menopangjalannya perekonomian. Seperti pelarangan menimbun emas danperak di atas, uang dalam Islam seperti darah untuk tubuh, jikakurang lancar aliran darah maka akan membuat tubuh lemasbegitupun sebaliknya jika terlalu cepat maka dapat merusakpembuluh darah. Dalam hal ini ibnu Taymiyah menjelaskan bahwauang merupakan pengukur nilai dari harta dan bukan untukdijadikan harta. Ibnu Qayyim secara lebih jelas menegaskan bahwauang bukan untuk dirinya namun merupakan media atau alatuntuk mendapat barang-barang. Maka dari itu, jual beli uangdilarang dan jika terjadi tukar menukar antar uang, makadisyaratkan langsung tanpa ada penundaan.35 Dari sini, fungsiutama dari uang Islam adalah sebagai media transaksi dan satuanpenghitung nilai.

Ciri lain uang Islam yang mana mendukung ciri utama diatas adalah terbuatnya uang Islam dari komoditas yang mempunyainilai yang dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat. Dalamhal ini, emas, perak disebut sebagai barang yang disukai secaraalamiah oleh semua orang, walapun tentunya hal ini dapatdiperdebatkan. Hal ini menyiratkan bahwa emas dan perak sangattepat menjadi mata karena dapat diterima oleh semua masyarakatdengan sendirinya bukan oleh kekuasaan tertentu. Dengan inikeadilan sistem uang dapat terjadi karena peredaran uang diatursecara independen oleh sistem uang itu sendiri. Dalam konteksuang sekarang, sebagaimana disinyalir oleh Patnaik (2009) adaimperialisme di dalamnya. Hal ini akan menyebabkan nilai uangtidak ditentukan oleh internal sistem pasar namun ada kekuatan

35 Islahi, Abdul Azim (1988). Economic Concepts of Ibn Taimiya. UK: The IslamicFoundation, Hal:139-140.

Page 19: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Volume 1, Nomor 1, Juni 2015 | 123

Khoirul Umam

diluar itu. Dengan ini maka fungsi uang sebagai penghitung nilaiyang adil dan alat tukar yang seharunya menjadi tercederai.

Fungsi utama ini akan sangat berpengaruh kepada polapermintaan uang terutama dalam konteks velositas uang. Secaralebih terperinci diskusi tentang permintaan uang Islam akandibahas selanjutnya.

Sistem Keuangan Islam: antara otentisitas dan inovasi

Sistem keuangan merupakan sistem yang mengaturbagaiman aset-aset keuangan dapat mengalir kepada sektor-sektorperekonomian yang memerlukan. Pada saat ini, sistem keuangansangat kompleks sehingga untuk memahaminya perlu mengertikomponen-komponen utama dalam sistem keuangan, yaitu asetkeuangan, institusi keuangan, dan regulator keuangan.

Aset keuangan, merupakan hak atau tuntutan keuanganyang mana seseorang yang memiliki aset keuangan berarti diamempunyai hak atau tuntutan terhadap orang lain untukmembayarkan uang kepadanya. Kebalikan dari aset keuanganadalah tanggung jawab keuangan (financial liability), ketikaseseorang mempunyai hak dari orang lain terkait pembayaransejumlah uang, maka pihak satunya bertanggung jawab untukmembayarnya. Sebagai contoh adalah rekening cek suatu bank adalahaset keuangan, karena siapapun yang memilikinya berarti diamempunyai hak atau tutuntan kepada pihak bank tersebut untukmembayarkan sejumlah uang yang tercatat pada rekening tersebut.Di sini, pihak bank mempunyai tanggung jawab keuangan.

Hubbard dan O’Brien (2012) memberikan lima kategori asetkeuangan: uang, saham, obligasi, foreign exchange, hutangsekuritas (securitized loans).36 Terkait sekuritas, para ekonommembagi aset keuangan menjadi sekuritas dan bukan sekuritas.Sekuritas adalah aset keungan yang dapat diperjual belikan di pasarkeuangan, adapun yang bukan sekuritas adalah sebaliknya(Hubbard dan O’Brien: 2012, hal. 2). Dalam konteks permintaanuang, kelima kategori tersebut dapat dibagi menjadi dua: uang

36 Hutang sekuritas (securitized loans) merupakan hutang yang disekuritisasisehingga dari yang tadinya tidak dapat diperjual belikan menjadi dapat diperjual belikan dipasar keuangan. Sekuritisasi (securitization) adalah proses mengkoversi atau merubahhutang atau aset-aset keuangan lainnya dari yang tidak dapat diperdagangkan menjadisekuritas (aset keuangan yang dapat diperdagangkan).

Page 20: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Islamic Economics Journal124 |

Perilaku Permintaan Uang Islam: Antara Otentisitas dan Inovasi

yang tidak menjanjikan keuntungan seperti dividen (saham), laba(foreign exchange) atau bunga (obligasi, hutang sekurtias) dan asetkeuangan selain uang yang menjanjikan keuntungan baik dalambentuk dividen, laba, maupun bunga.

Komponen kedua sistem keuangan adalah institusi-institusikeuangan. Sistem keuangan mengatur bagaimana masyarakatdengan kelebihan dana dan masyarakat yang memerlukan dapatsaling memenuhi kepentingannya baik secara langsung maupuntidak langsung. Dikatakan langsung adalah ketika pihak pertamamendapatkan dana langsung dari pihak kedua dan sebaliknya. Halini seperti yang terjadi di pasar modal yakni ketika seseorangmembeli saham perusahaan ABC, maka uang orang tersebutmengalir kepada perusahaan bersangkutan, begitupun jugakeutungan yang dihasilkan oleh perusahaan akan juga secaralangsung didistribusikan kepada pemegang saham. Walaupuntentunya pengertian langsung akan terlihat berbeda antara pasarprimer dan sekunder dalam sistem pasar modal. Institusi-intitusikeuangan Islam saat juga mengikuti pola yang sama.37

Dalam pasar modal, saham, obligasi dan sekuritas lainnyadiperjual belikan. Secara tradisional pasar modal merupakan tepatyang secara fisik mempertemukan antara para dealer yang bertemulangsung (face to face). Saat ini, sebagian besar sekuritasdiperdagangkan secara elektronik yang dihubungkan dengankomputer-komputer, istilahnya adalah “over-the-counter”.

Sebaliknya, pasar keuangan tidak langsung adalah ketikamelewati institusi-institusi keuangan intermediari yang manautamanya adalan bank-bank komersil. Bank ketika meminjam-kan kepada seseorang bukan meminjamkan uangnya sendirinamun merupakan uang orang lain. Di sini, dana masyarakat yangkelebihan dana dan masyarakat yang memerlukan dana tidaklangsung saling mengalir namun melalui lembaga perantara. Bankmerupakan institusi keuangan intermediari utama, dan ada jugainstitusi lain selain bank yang menjalankan fungsi intermediarikeuangan. Lembaga-lembaga non bank tersebut seperti:perusahaan asuransi, dana pensiun, danareksa, dana hedge (hedgefunds), dan bank investasi.

37 Rosly, Saiful Azhar (2005). Critical Issues on Islamic Banking and FinancialMarkets: Islamic Economics, Banking & Finance, Investments, Takaful and Financial Planning.Kuala Lumpur: Dinamas. Hal: 21-22.

Page 21: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Volume 1, Nomor 1, Juni 2015 | 125

Khoirul Umam

Komponen ketiga adalah regulator sistem keuangan.Berbeda dengan dengan pasar barang dan jasa, pasar keuangansering mengalami ketidakstabilan dan menyebabkan resesi.Dengan ini, pasar keuangan perlu regulator yang mengatur danmengawasi sistem keuangan. Ada badan pengawas pasar modal,ada lembaga penjamin tabungan, ada bank sentral, ada lembagapengawas sistem keuangan dsb.

Ketiga komponen sistem keuangan tersebut terus ber-enovasi, berubah dan berbeda Negara berbeda juga karakteristik-nya. Dengan pengaturan yang tidak tepat akan menimbulkanproblem berupa krisis keuangan. Richard Morgan (2009), PeterKoslowski (2011) berpendapat bahwa krisis keuangan adalahproblem moral dan etika manusia dalam sistem keuangan.Keserakahan dan kegagalan moral yang dibarengi dengankegagalan aturan pemerintah menjadi bukti utama terjadinya krisisglobal saat ini.

Otentisitas dan Inovasi dalam Sistem Keuangan IslamRiset keuangan Islam utamanya didorong oleh kebutuhan

dan keperluan bisnis dan kurang memperhatikan pengembangankerangka analisa yang komprehensif berdasarkan prinsip-prinsipekonomi Islam. Dengan ini, progres teknikal dalam keuangan Islamjauh lebih cepat daripada perkembangan intelektual ekonomiIslam.38

Dari sini, banyak instrumen-instrumen khas keuanganIslam yang tidak dapat dijalankan secara optimal karenakekuarangan teori-teori pendukungnya. Seperti misalnya sistemmudharabah yang merupakan esensi daripada prinsip profit andloss sharing, tidak banyak digunakan dalam pembiayaan ataudigunakan dengan melakukan rekayasa-rekayasa yang dapatmengantarkan kepada praktek ribawi. Hal ini karena belumdikembangkan secara matang manajemen resiko khas untukmudharabah.

Selain itu, tuntutan bisnis juga menghendaki sistem ke-uangan Islam berinovasi dengan cepat sehingga dapat bersaingdengan keuangan konvesional. Hal ini akhirnya menyebabkan

38 Askari, Hossein. Iqbal, Zamir & Mirakhor, Abbas (2009). New Issues in IslamicFinance & Economics: Progress and Challenges. Singapura: John Wiley & Sons (Asia), Hal:48 & 211.

Page 22: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Islamic Economics Journal126 |

Perilaku Permintaan Uang Islam: Antara Otentisitas dan Inovasi

pemaksaan kesyariahan suatu instrument. Sebagai contohsederhana adalah sukuk dengan akad ijarah. Sukuk sebagaipengganti obligasi ribawi dituntut untuk menjanjikan ujrah denganjumlah tertentu pada saat investor membeli sukuk tersebut.Padahal, dalam kasus ijarah, ujrah bisa diminta pada saat adaimbalan manfaat yang diberikan, seperit kalau menyewa rumah,maka rumah sudah harus jadi sehingga manfaat menempati rumahmengharuskan si penyewa membayar uang sewa. Hal ini tentusulit terjadi pada kasus sukuk ijarah yang intinya adalah skemauntuk membiayai suatu proyek.

Berdasarkan ini, penjagaan otentisitas dan pengambilaninovasi dalam sistem keuangan harus berjalan seiring denganpenekanan prinsip-prinsip qath’i dalam sistem ekonomi Islamseperti pelarangan riba, gharar, maysir, dan konsumsi dan produksibarang haram. Dengan kata lain, sejauh mana penerapan prinsip-prinsip keuangan tersebut dapat diterapkan kepada ketigakomponen sistem keuangan yakni aset keuangan, institusikeuangan, dan regulator keuangan.

Karakteristik Komponen Sistem Keuangan IslamPrinsip utama dalam sitem keuangan Islam adalah konsep

tidak bolehnya mengambil harta secara bathil yang kemudian di-perinci menjadi tidak boleh riba, maysir, gharar dsb. Prinsip ini se-cara sederhana menyaratkan bahwa salah satu pihak tidak boleh men-dapat nilai lebih dari pihak yang lain. Dengan kata lain, pengambilankeuntungan, ujrah atau penambahan suatu nilai harus dibarengidengan penambahan nilai yang sama dari pihak yang lain.

Riba menjadikan salah satu pihak mensyaratkan penambah-an nilai untuk dirinya padahal belum tentu pihak yang satunyamendapatkan penambahan nilai. Gharar dan maysir jugademikian, salah satu pihak memenangkan nilai tertentu di atashilangnya nilai dari yang lain. Berbeda dengan jual beli di manapenjual dan pembeli mendapatkan nilai yang sama. Seseorang maumengeluarkan uang 3 juta untuk sebuah hand phone, karena diamenilai bahwa hand phone tersebut sangat dia perlukan dan lebihberharga daripada 3 juta. Si penjual juga sama, merelakan melepashand phone, karena bagi dia 3 juta lebih berharga daripada handphone tsb. Dengan ini keduanya mendapatkan nilai dan tidak adapihak yang dirugikan. Jual beli ini akan jika ada manipulasi sehinggasebenarnya salah satu pihak mendapatkan keuntungan. Dalam

Page 23: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Volume 1, Nomor 1, Juni 2015 | 127

Khoirul Umam

sewa menyewa juga demikian, seseorang rela membayar 1 jutaperbulan karena bagi dia menempati rumah lebih berhargadaripada 1 juta. Begitu juga pihak yang menyewakan merasa bahwamenempati rumah tersebut nilainya lebih kecil daripada uang 1juta.

Dari sini, aset-aset keuangan harus mengikuti prinsip ini.Pencetakan uang tentu tidak dapat berbasis hutang karena di sinisalah satu pihak menyaratkan penambahan nilai yang belum tentuterjadi pada pihak yang lain. Lebih dari itu, hak untuk mencetakuang yang mana akan mempunyai nilai dan dapat digunakanmengambil nilai dari pihak lain mengandung problem filosofisyang serius. Saat ini, sebagian besar bank sentral dipisahkan daripemerintah, hal ini dapat menjamin bahwa bank sentral tidakmempunyai kepentingan apapaun dalam pencetakan uang.Namun demikian, pengedaran uang melalui sistem keuangan dapatmenyebabkan beberapa sektor mendapatkan kekuatan modal yanglebih dari sektor lain. Lebih dari itu, dengan sistem cadangan wajibsebagian pada sistem perbankan modern, bank-bank komersilsecara tidak langsung juga mencetak uang dalam bentuk cek, digitakuntasi dsb. Berdasarkan ini, uang komoditas menjadi lebih baikkarena secara bendawi merupakan sesuatu yang sudah mempunyainilai dan pengedarannya tidak dikuasai oleh lembaga apapun.Dengan kata lain, sistem uang komoditas dapat menjamin tidakterjadinya pengambilan harta secara bathil, adapun uang fiat, karenadicetak oleh suatu lembaga dan diedarkan melalui institusi-institusikeuangan maka pengambilan harta secara bathil sangat mungkinterjadi. Hal ini mungkin alasan Choudry mengusulkan uang emasdengan sistem keuangan cadangan wajib 100%.39

Adapun aset-aset keuangan selain uang harus menyesuai-kan prinsip ini. Dari sini, saham secara akad tidak bermasalah,adapun obligasi dirubah menjadi sukuk. Namun demikian, fasilitasjual beli saham dan sukuk yang sangat mudah dapat menimbulkanterjadinya capital gain. Di sini dapat terjadi model jual beli uangyang dilarang dalam Islam. Dari sini, Institusi keuangan danregulator harus dilengkapi kecukupan kajian teoritis tentang sistemkeuangan yang berpegang teguh kepada otentisitasnya tanpameninggalkan inovasi.

39 Choudury, Masudul Alam (2004). The Islamic World-System: a Study in Polity-Market Interaction. London&New York: Routledge Curzon, Hal: 158.

Page 24: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Islamic Economics Journal128 |

Perilaku Permintaan Uang Islam: Antara Otentisitas dan Inovasi

Secara garis besar sistem keuangan Islam merupakan tempatuang mengalir. Maka tempat ini harus bersih dari sekat-sekat yangakan mengganggu terjadinya keadilan sistem. Sistem ini harusmendukung terjadinya fungsi uang sebagai media transaksi dansatuan penghitung nilai untuk barang-barang. Dengan kata lain,sistem keuangan hanyalah sistem pendukung bagaimana uangbergerak untuk menopang keperluan transaksi dalam perekonomi-an. Untuk itu, sistem keuangan Islam tidak akan menjadi tempatjual beli uang atau aset keuangan yang tidak ada hubungan denganperekonomian riil. Hal inilah yang saat ini membuat peredaranuang dalam sistem keuangan jauh lebih besar daripada keperluantransaksi perekonomian. Secara sederhana, sistem keuangan Islamharus menjamin uang berinteraksi langsung dengan perekonomianriil dan tidak berputar-putar dalam sistem keuangan itu sendiri.Inilah kenapa Nabi menyaratkan perdagangan atau pertukaranuang secara lansung, tanpa jeda, tanpa perbedaan tempat.

Kestabilan Velositas Uang dalam Permintaan Uang Islam

Teori permintaan terhadap uang tidak dimaksudkan hanyakepada berapa banyak uang yang ingin dipegang, namun lebihkepada keinginan untuk memegang aset-aset finansial dalambentuk uang yang mana tidak menghasilkan bunga versus aset-aset finansial yang menghasilkan bunga seperti obligasi. Sehingga,perhatian teori ini adalah bagaimana aset-finansial ini dibagimenjadi uang dan aset finansial yang menghasilkan bunga.40 Disini, ada dua macam aset finansial yang dibedakan, pertama adalahuang yang mana dapat digunakan untuk transaksi dan tidakmemberikan bunga; kedua adalah aset finansial lain seperti obligasiyang memberikan bunga namun tidak dapat digunakan untuktransaksi.41 Dari sini, dapat dilihat bahwa permintaan terhadapuang sangat dipengaruhi oleh perkembangan teori uang itu sendiri,dan perkembangan teori sistem keuangan.

Karena uang dan aset keuangan selain dalam sistemkeaungan Islam harus secara langsung berhubungan dengan duniariil, maka uang dalam Islam adalah M=Y, di mana M adalah uang

40 Case, Karl E. Fair, Ray C. Oster, Sharon M. (2012). Principles of Macroeconomics(10th ed.). USA: Prentice Hall, Hal: 214-215

41 Blanchard, Olivier. (2003). Macroeconomics (3rd ed.) USA: Prentice Hall Hal:66.

Page 25: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Volume 1, Nomor 1, Juni 2015 | 129

Khoirul Umam

beredar dan Y=adalah output sebagai tanda dari perekonomian.Meminjam persamaan teori kuantitas uang Fisher: M . V = P . T, Tkemudian diganti dengan Y. Uang dengan kecepatan perputarannya(velocity) adalah sama dengan harga dikalikan transaksiperekonomian. Maka M yang terlalu banyak dibanding T hanyaakan membuat P tinggi begitu sebaliknya. Hal ini dalam Islam tidakmenjadi masalah ketika kejadian M lebih banyak atau lebih kurangdihasilkan oleh sistem yang adil. Maka dalam suatu riwayat,Rasulullah menolak mengintervensi harga yang pada saat ini terjadikenaikan.42 Namun demikian, apabila hal tersebut terjadidikarenakan oleh ketidak-adilan sistem maka tentunya Islam tidakmenginginkannya.

Dari sini, velositas uang Islam diprediksi akan konstan. Halini dapat terjadi karena apapun inovasi yang terjadi dalam sistemkeuangan Islam tidak dapat menyalahi dan melanggar otentisitasyang telah digariskan oleh Islam dalam bentuk prinsip-prinsipkeuangan Islam seperti pelarangan Riba, Gharar, Maysir dsb.Prinsip-prinsip membuat uang dalam Islam tidak bisa lepas denganperekonomian riil. Namun demikian, sangat memungkinkanterjadi hal sebaliknya, ketika inovasi mengesampingkan otentisitasdan akhirnya tercipta inovasi sistem keuangan Islam yangmenjauhkan uang dari perekonomian riil dan uang berputar sendiridalam sistem keuangan. Penelitian empiris menemukanmenguatkan hal ini, beberapa penelitian menyatakan permintaanuang Islam lebih stabil, namun penelitian yang lain menemukanpermintaan tidak lebih stabil dibandingkan permintaan uang dalamsistem keuangan konvensional. Berdasarkan ini, para ekonomMuslim harus lebih hati-hati dalam mengembangkan inovasi-inovasi agar tidak menjauhi otentisitas.

Penutup

Dari pemaparan di atas, secara teoritis, permintaan uangIslam mempunyai velositas uang yang konstan. Dalam kontekskebijakan moneter hal ini mengisyaratkan bahwa uang Islam stabil

42

Page 26: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Islamic Economics Journal130 |

Perilaku Permintaan Uang Islam: Antara Otentisitas dan Inovasi

yang mana menandakan bahwa kebijakan moneter dengan targetsupply dapat efektif dilakukan. Sampai saat ini, dengan sistemkeuangan dan moneter yang belum sepenuhnya sesuai Syariah,penelitian-penelitian empiris menunjukkan bahwa uang dalamsistem keuangan Syariah lebih stabil dibandingkan dengan uangdalam sistem keuangan konvensiona, lihat misalnya Darrat(1988&2000), Ahmad Kaleem (2000), Hassan & Al-Dayel (1998/9)Hassan & Mazumder (2000), Hasanah (2007). Walupun beberapapenelitian menemukan sedikit perbedaan hasil seperti Yousafi, M.,Abizadeh & Mccormick (1997), Izhar & Asutay (2007). Perbedaanhasil ini menunjukkan kurang terjaganya otentisitas dalamsemaraknya semangat inovasi.

Dari sini, inovasi-inovasi keuangan-keuangan Islam harusdilakukan dalam koridor yang tidak merusak otentisitas yang telahdigariskan oleh Islam. Untuk itu, kepentingan-kepentingan bisnisharus juga dibarengi oleh kesadaran intelektual yang kuat. Hal inimengisyaratkan pentingnya peranan universitas Islam untukmengembangkan sumber daya insani khususnya dalam bidangekonomi Islam begitu juga penelitian-penelitian terkait penguatanaspek intelektualitas yang menopang perkembangan sistemkeuangan dan moneter Islam.

Referensi

Ascarya, Uang dalam Islam, Centre for Central Banking Educationand Studies, Bank Indonesia

Askari, Hossein. Iqbal, Zamir & Mirakhor, Abbas (2009). New Issuesin Islamic Finance & Economics: Progress and Challenges.Singapura: John Wiley & Sons (Asia)

Blanchard, Olivier. (2003). Macroeconomics (3rd ed.) USA: PrenticeHall

Branson, William H (1989). Macroeconomic: Theory and Policy (3rded.). New York: Harper & Rower.

Case, Karl E. Fair, Ray C. Oster, Sharon M. (2012). Principles ofMacroeconomics (10th ed.). USA: Prentice Hall

Cesarano, Filippo (2006). Monetary Theory and Bretton Woods: theConstruction of an International Monetary Order . UK:Cambridge University Press

Chapra, M. Umer. (1996). Monetary Management in an IslamicEconomy. dalam jurnal Islamic Economic Studies. Vol. 4,No. 1, December 1996

Page 27: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Volume 1, Nomor 1, Juni 2015 | 131

Khoirul Umam

Choudury, Masudul Alam (2004). The Islamic World-System: a Studyin Polity-Market Interaction. London&New York: RoutledgeCurzon

Darrat, Ali F (2000). Monetary Stability and Interest-free BankingRevisited, dalam Applied Economics Letters, 2000, 7, 803-806. United Kingdom: Taylor and Francis Ltd.

Gustiani, Ebrinda Daisy (2008). Analisis Pengaruh Social Valuesterhadap Permintaan Uang Islam di Indonesi (Skripsi).Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut PertanianBogor.

Haneef, Mohamed Aslam, & Baraka, Emad Rafiq (2002). Gold andsilver as money: a preliminary survey of fiqhi opinionsand their implications. Proceedings of the 2002 internationalconference on stable and just monetary system . KualaLumpur: Research Center IIUM.

Hasan, Zubair & Lehar, Habibah (2009). Macroeconomics. New York:Oxford University Press

Hasanah, H. (2007). Stabilitas Moneter pada Sistem Perbankan Gandadi Indonesia [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen,Institut Pertanian Bogor.

Hassan, M. Kabir and A. Q. Al-Dayel (1998/9). Stability of MoneyDemand Under Interest-Free Versus Interest-Based BankingSystem. Humanomics 14 (No. 4) and 15 (No. 1), 166-185.

Hassan, M. Kabir and M. I. Mazumder (2000) Islamic Finance andEconomic Stability: An Economic Analysis, Proceedings ofFourth Harvard University Forum on Islamic Finance ,Harvard University, Boston, MA.

Islahi, Abdul Azim (1988). Economic Concepts of Ibn Taimiya. UK:The Islamic Foundation

Izhar, Hylmun & Asutay, Mehmet. (2007). The Controllability andReliability of Monetary Policy in Dual Banking System:Evidence from Indonesia. Durham University, UnitedKingdom

Kaleem, Ahmad (2000). Modeling Monetary Stability Under DualBanking System: the Case of Malaysia. Dalam InternationalJournal of Islamic Financial Services Vol. 2 No.1

Kia, Amir & Darrat, Ali F. (2003). Modeling Money Demand underthe Profit-Sharing Banking Scheme: Evidence on PolicyInvariance and Long-Run Stability. presented at ERF’s 10thAnnual Conference held in Marrakech, Morocco, December16-18 2003.

Page 28: J:ISID GONTORJURNALEKONOMI I · konvensional. Makalah ini mencoba membahas perilaku permintaan uang Islam terutama keadaan velositas uang. Keadaan velositas uang ini sangat bergantung

Islamic Economics Journal132 |

Perilaku Permintaan Uang Islam: Antara Otentisitas dan Inovasi

Koslowski, Peter (2011). The Ethics of Banking: Conclusions from theFinancial Crisis. Translated by Deborah Shannon. London:Springer

Meera, Ahamed Kamel Mydin & Larbani, Moussa (2006). Part I:seigniorage of fiat money and Maqashid al-Shari’ah: theunattainableness of the Maqasid. Humanomics vol. 22, No.1, 2006, pp. 17-33

Meera, Ahamed Kamel Mydin & Larbani, Moussa (2006). Part I:seigniorage of fiat money and Maqashid al-Shari’ah: theunattainableness of the Maqasid. Humanomics vol. 22, No.1, 2006, pp. 17-33

Mishkin, Frederic S. (2004). The economics of money, banking, andfinancial markets (7th edn.). Boston: Pearson AddisionWesley.

Morgan, Richard (2009). Lessons from the Global Financial Crisis:the Relevance of Adam Smith on Morality and Free Markets.Maryland: Taylor Trade Publishing

Patnaik, Prabhat (2009). The Value of Money. New York: ColumbiaUniversity Press

Rosly, Saiful Azhar (2005). Critical Issues on Islamic Banking andFinancial Markets: Islamic Economics, Banking & Finance,Investments, Takaful and Financial Planning . KualaLumpur: Dinamas

Umam, Khoirul. (2008). Fiat and Commodity Money: a debateamong scholars. Proceedings International WorkshopExploring Islamic Economic Theory, Universitas IslamIndonesia dan Universiti Kebangsaan Malaysia.

Wheatherford, Jack Mclver (1997). The History of Money. New York:Crown Publishers

Youseafi, M., Abizadeh and McCormick, K. (1997). Monetarystability and interest-free banking: the case of Iran, AppliedEconomics, 29, 869-876.