jembatan dan perahu
DESCRIPTION
Jembatan dan Perahu Perumpamaan Aktive Income dan Passive Income http://vituspolikarpus.com/wp/ http://vituspolikarpus.com/joinTRANSCRIPT
Jembatan dan
Perahu
Tersebutlah dua sahabat: Tono dan Bondan.
Mereka adalah teman semasa sekolah,
dan sudah lama sekali mereka tidak bertemu.
Hingga pada suatu waktu, keduanya bertemu di suatu
pusat perbelanjaan.
Keduanya saling terkejut, sekaligus gembira, karena bertemu sahabat lamanya,
mereka kemudian saling bertukar cerita,
mengenai perjalanan hidup mereka selama ini.
Adapun Tono menceritakan hidupnya yang menyenangkan, dengan waktu yang ia habiskan
bersama keluarganya, karena ia tidak ada masalah
dengan keuangannya, dan bisa menjalankan hobbinya,
serta banyak melakukan aktivitas sosial.
Sedangkan Bondan, sibuk bekerja setiap hari, dan tidak banyak waktu
dengan keluarga. Gaji tiap bulan habis
membayar kebutuhan hidup,membayar berbagai cicilan,
dan biaya hidup yang kian hari kian berat.
Mendengar penuturan Bondan , Tono memberikan banyak
masukan kepada sahabatnya,kemudian ia pun menceritakan
sebuah kisah, mengenai seorang tukang perahu,
yang menjadi sukses, karena ia membarterkan
waktunya dengan uang.
Alkisah dahulu kala: ada seorang kepala desa, yang mempunyai seorangputri yang sangat cantik.Kecantikannya membuat
seluruh pemuda di desa tersebut,
menaruh hati kepadanya.
Susana, begitulah nama yang diberikan orangtuanya kepada putrinya itu. Dari sekian banyak pemuda yang
menaruh hati kepadanya, Susanna hanya terkesan
kepada dua pemuda: yang satu bernama Badu,
dan yang lainnya bernama Budi. Semangat dan ambisi kedua pemuda
Inilah, yang membuat Susana terkesan.
Waktu berjalan dan musim pun berganti. Sampai pada suatu ketika,
bencana alam dahsyat melanda desa mereka.
Gempa bumi yang dahsyat telah mebuat desa merekaterbelah dua oleh sungai
yang lebar dan dalam .
Kepala desa dan keluarganya
berada di sisi barat sungai,sedangkan kedua pemuda,berada di sisi timur sungai.
Kedua pemuda itu pun akhirnya membuat rakitnya masing-masing,
demi untuk menemui Susana. Tanpa disadari, rakit yang mereka buatternyata, telah menghasilkan sesuatu.Mereka mendapatkan banyak imbalan,dengan mengantarkan penduduk desa
yang ingin pergi mengunjungi sanak saudara mereka, di sisi desa yang lainnya
Waktu pun berjalan, pada tahun yang akan datang, usiaSusanna akan mencapai 18 tahun. Dan sesuai dengan tradisi desa itu, gadis yang sudah berusia 18 tahun,
harus memilih calon pendamping hidup.Hal ini membebani hati Susanna,
karena sampai saat ini, di belum bisamemilih yang terbaik;
antara Badu ataupun Budi
Melihat kegundahan hari putrinya, sang kepala desa pun akhirnya
mengumumkan sebuat sayembara,demikian isi sayembara tersebut.
Barang siapa berhasil mengumpulkan 1.000 coin emas
dalam waktu satu tahun, maka ia berhak
menikah dengan putrinya.
1.000 koin emas bukan hal yang sedikit pada masa itu.
Badu dan Budi pun pusing tuju keliling,mendengar persyaratan yang berat itu.
Terbayang di mata mereka, harus ribuan kali jasa mereka,
menyeberangkan penduduk desa, baru mereka bisa mendapatkan
1.000 koin emas itu.
Mereka pun bekerja dengan lebih rajin,mereka berlomba-lomba menyeberangkan
lebih banyak penduduk desa, demimendapatkan 1.000 koin emas itu.
Hari berganti hari, merekapun bertambah cerdik.
Mereka sekarang bukan lagi membuat rakit, tetapi mereka membuat
Perahu, yang dapat lebih banyak lagi,menyeberangkan penduduk desa,
sehingga pendapatan mereka bertambah.
Budi berpikir bahwa, dia tidak bisa bekerja keras,
mengandalkan diri seperti ini terus.Setelah menghitung-hitung, ia merasa tidak akan mampu
mengumpulkan 1.000 koin emas. Karena itu, ia harus bekerja pintar
dan membuat sistim kerja yang baru.
Akhirnya setelah berpikir keras, Budi mendapatkan ide.
Ia akan membangun jembatan, yang akan menyeberangkan
penduduk desa yang terpisah itu, dan Ia akan menghasilkan banyak uang.
Budi percaya bahwa dengan idenyamembangun jembatan itu, nantinya
bukan hanya mengumpulkan 1.000 koin emas, tetapi ia juga tidak perlu lagi
mendayung perahu untuk selamanya.
Setelah berketetapan hati, akhirnya Budi pun membangun jembatan itu di tempat yang sudah digambarnya. Walaupun banyak mendapat ejekan,
dan tertawaan, dari orang di sekitarnya, yang beranggapan bahwa membangun jembatan, adalah suatu ide gila, dan tidak masuk akal, yang
hanya akan membuang-buang waktu, dan juga tidak bisa menghasilkan uang.
Sementara membangun jembatan, ia juga masih mendayung perahu,
karena dia tahu bahwa, jembatan yang dibangunnya itu belum selesai,
dan belum menghasilkan pendapatan satu sen pun.
Jika siang hari, ia menyeberangkan penduduk dengan perahu, dan padawaktu luang dan malam hari, ia pun
membangun jembatan impinnya itu.
Sementara itu, Badu menjadi bertambah penghasilannya, dengan menyeberangkan penduduk desa.
Dengan tenaganya yang besar dia mampu lebih sering,
menyeberangi sungai melampaui Budi. Penampilannya mulai berubah,
dan tiap hari ia berfoya-foya menghabiskan uangnya.
Menjelang musim hujan tiba, Budi berhasil merampungkan
pekerjaannya membangun jembatan. Hari pembukaan jembatan pun tiba,
penduduk desa mulai antusias, dengan adanya jembatan baru itu. Harga yang
ditentukan untuk menyeberangi jembatan, jauh lebih murah daripada menyeberang dengan perahu. Lagi pula, menyeberang dengan jembatan lebih aman, ketimbang
naik perahu, yang beresiko tenggelam.
Jembatan yang dibangun Budi berfungsi dengan baik , setiap hari penduduk desa
harus membayar, untuk dapat menyeberangi jembatan yang dibangunnya.
Penghasilan Budi pun semakin mengalir. Budi cukup membangun mesin pengumpul
uang di gerbang jembatan, dan uang itu pun akan diterima langsung. Dan akhirnya, Budi pun lebih dulu mengumpulkan penghasilan 1.000 koin emas, yang diminta kepala desa.
Sementara Badu, penghasilannya dari mendayung perahu
mulai berkurang.Lebih-lebih karena musim hujan,
ia tidak bisa menyeberangkan perahu, karena arus air sungai sangat deras.Penduduk lebih memilih jembatan
yang dibangun oleh Budi, karena tidak beresiko tenggelam
dan terseret oleh arus sungai.
Badan Badu sendiri pun, mulai tidak segar,
karena terlalu memaksakan diri bekerja,
sungguh kasihan Badu. Ia menukar seluruh waktunya
dengan uang, dan badannya punsemakin lelah, dan rawut
wajahnya pun, terlihat layu.
Sekarang musim kemarau yang dinanti-nanti pun tiba,
akhirnya impian Budi terwujud. Dengan percaya diri yang tinggi,
Budi pun pergi ke rumah kepala desa, untuk meminang calon istrinya Susanna.
Akhirnya budi pun menikah dan hidup bahagia dengan kondisi: bebas keuangan, dan bebas waktu,
mereka hidup bahagia, berkelimpahan untuk selamanya.
Badu pun akhirnya sadar, bahwa ia belum mengambil
keputusan yang tepat. Karena ia hanya,
mengandalkan tenaganya Saja, untuk mencari uang.
Setelah mendengar cerita tadi, Bondan pun menyadari bahwa,
apa yang dilakukannya selama ini, sama seperti yang dilakukan
oleh Badu. Ia menyadari bahwa, selama ini yang dilakuannya, adalah
menukarkan waktunya dengan uang.
Setibanya di rumah, Bondan pun masih memikirkan
kisah si Tono tadi. Ketika hendak tidur,
akhirnya ia pun memutuskan untuk mengikuti saran sahabatnya,
seperti langkah pintar, yang dilakukan oleh Budi
Bagaimana dengan Anda ? Cara mana yang akan
anda pilih ? Jika Anda belum
menemukan jawabannya,coba perhatikan
pertanyaan berikut ini:
Apakah Anda mempunyai penghasilan
yang datang 24 jam dengan atau tanpa
bekerja ?
Apakah Anda mengandalkan
tenaga Anda sendiri, ataukah Anda sudahmempunyai sistim yang tepat, untuk
menghasilkan uang ?
Apakah income Anda mengalir terus menerus
walaupun Anda sudah tidak ada ?
Apakah Anda bisa berhenti bekerja,
kapan saja anda inginkan, tetapi
penghasilan Anda, tidak berhenti ?
Bila Anda sekarang berhenti bekerja, apakah Anda bisa
bertahan hidup, minimalselama satu tahun, tanpa penghasilan ?
Jika jawaban Anda adalah tidak,
saya punya jawaban untuk membantu menyelesaikan
permasalahan Anda.
Vitus Polikarpus081317937777
FB: Vitus [email protected]
http://vituspolikarpus.com/wp/http://vituspolikarpus.com/join