jangan biarkan amalan berlalu sia

Upload: yuni-putriyani-supardin

Post on 19-Jul-2015

163 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Jangan Biarkan Amalan Berlalu Sia-SiaSalah satu tujuan utama dalam beramal adalah mendapat pahala dari Allah taalla, lantas bagaimana jika amalan yang sangat diharapkan sebagai tabungan diakherat ternyata kopong alias sia-sia dan tak tertulis sabagai amalan? Bagaimana mungkin amalan akan diterima tatkala kita tidak mengetahui cara agar amalan bisa diterima dan mendapat ridho dari Allah? Apalagi jika barometer kesuksesan dalam beramal tatkala mendapat pujian belaka. Tak dapat diragukan lagi walaupun lisan ini mengatakan Aku ikhlas namun ikhlas tak semudah hanya ucapan saja dan malahan perlu dicek lagi arti keikhlasannya. Baiklah marilah kita berusaha mengetahui kaidah-kaidah dalam beramal agar amalan kita tidak sia-sia. Dan ingatlah tak ada satu detik waktupun menjadi siasia dan berakhir penyesalan jika segera diikuti dengan taubat dan membenahi cara beramal dengan benar. Amalan tidak lepas dari 2 hal yaitu ikhlas dan ittiba. 1. Ikhlas adalah niat dalam beramal, dan ikhlas merupakan ruh bagi amalan. Dalilnya, Sesungguhnya amal-amal itu tergantung dengan niat dan sesungguhnya setiap orang itu mendapatkan balasan sesuai dengan yang diniatkannya. (Muttafaqunalaihi) 2. Yang kedua adalah ittiba. Iittiba adalah amalan hendaknya dilakukan sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dan ittiba ini laksana jiwa bagi amalan. Allah taala berfirman, Kataknlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Ali Imran:31) Kedua syarat tersebut jangan sampai tercecer, karena jika salah satu syarat hilang maka ia tidak benar (bukan amal shalih) dan tidak akan diterima di sisi Allah, diantara dalil yang memperkuat pernyataan tersebut, Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Rabb-nya. (Qs. AL Kahfi: 110) Tidak Ikhlas Namun Ittiba Misalnya, melakukan shalat sesuai dengan rukun-rukun shalat yang telah dicontohkan Rasulullah, namun ditengah perjalanan shalat tersebut, ada orang yang melihat dan hati timbul rasa ingin memperbagus gerakan, memperlama waktu shalat, dll. Nah inilah perlu dipertanyakan keikhlasan shalatnya. Apakah shalat hanya mengharap wajah Allah ataukah disertai pula mengharap pujian orang lain?

Page | 1

Ikhlas Namun Tidak Ittiba Misalnya, mencari berkah dikuburan, mengkhususkan membaca surat yasin selama 7 hari setelah kematian. Mungkin mereka ikhlas melakukannya, namun sayangnya tidak ada contoh dari Rasulullah dan perbuatan tersebut bisa dikatakan bidah. Pada artikel ini penulis akan lebih memperinci mengenai syarat yang pertama yaitu berkaitan dengan keikhlasan. Hendaknya dalam beramal selain mengetahui syarat-syarat beramal juga mengetahui bagaimana caranya agar dapat mewujudkan syarat-syarat tersebut dengan mudah. Untuk mewujudkan keikhlasan dalam beramal ada beberapa cara : 1. Doa. Berdoalah agar setiap amalan ikhlas karena Allah. Sebagai manusia tak lepas dari riya, pamer dan suka dipuji. Khalifah besar seperti Umar Ibnul Khattab radhiyallahuanhum yang merupakan shahabat Rasul dan sudah dijanjikan surga kepadanya pun masih saja berdoa agar ikhlas dalam beramal. Ya Allah jadikanlah amalku shalih semuanya dan jadikanlah ia ikhlas karena-Mu dan janganlah Engkau jadikan untuk seseorang dari amal itu sedikitpun. 2. Menyembunyikan amal. Sembunyikan amal seperti menyembunyikan keburukan, seperti perkataan Bisyr Ibnul Harits berkata, Jangan kau beramal supaya dikenang. Sembunyikanlah kebaikanmu seperti kamu menyembunyikan kejelekanmu. 3. Memperhatikan amalan mereka yang lebih baik. Bacalah biografi-biografi dari para shahabat, tabiin serta orang-orang terdahulu, sebagai suri teladan dalam beramal. Karena hidup di jaman sekarang ini terkadang dari penampakan terlihat bagus dan banyak yang meneladani, namun ternyata amalan-amalan bidah yang dilakukannya. Naudzubillahi min dzalik 4. Memandang remeh apa yang telah diamalkan. Terkadang manusia terjebak dengan godaan setan, yaitu melakukan sedikit amal dan merasa kagum dengan sedikit amal tersebut. Dan akibatnya bisa fatal, karena bisa jadi satu amal kebaikan bisa memasukkan manusia ke neraka. Seperti perkataan Sad bin Jubair, Ada seseorang yang masuk surga karena sebuah kemaksiatan yang dilakukannya dan ada yang masuk neraka karena sebuah kebaikan yang dilakukannya. Seseorang yang melakukan maksiat setelah itu ia takut dan cemas terhadap siksa Allah karena dosanya, kemudian menghadap Allah dan Allah mengampuninya karena rasa takutnya kepada-Nya dan seseorang berbuat suatu kebaikan lalu ia senantiasa mengaguminya kemudian ia pun menghadap Allah dengan sikapnya itu maka Allah pun mencampakkannya ke dalam neraka. 5. Khawatir kalau-kalau amalnya tidak diterima. Poin ini berkaitan dengan poin sebelumnya, bahwa lebih baik menganggap remeh amal yang telah diperbuat agar dapat menjaga hati ini dari rasa kagum terhadap amal yang telah diperbuat. 6. Tidak terpengaruh dengan ucapan orang. Orang yang mendapat taufik adalah orang yang tidak terpengaruh dengan pujian orang. Ibnul Jauzy (Shaidul Khaathir) berkata, Bersikap acuh terhadap orang lain serta menghapus pengaruh dari hati mereka dengan tetap beramal shaleh disertai niat yang ikhlas dengan berusaha untuk menutup-nutupinya adalah sebab utama yang mengangkat kedudukan orang-orang yang mulia. 7. Senantiasa ingat bahwa surga dan neraka bukan milik manusia. Manusia tidak dapat memberikan manfaat maupun menimpakan bencana kepada manusia, begitu pula manusia bukanlah pemilik surga maupun neraka. Manusia tidak bisa memasukkan manusia lain ke surga dan mengeluarkan manusia lain keluar dari

Page | 2

neraka,lantas untuk apalagi beramal demi manusia, agar dipuji atasan, agar disanjung mertua, atau agar datang simpati dari manusia lain? 8. Ingatlah bahwa Anda akan berada dalam kubur sendirian. Jiwa akan menjadi lebih baik tatkala ingat tempat ia kembali. Bahwa ia akan beralaskan tanah dikuburnya sendiri, tak ada yang menemani, ingat bahwa manusia tidak dapat meringankan siksa kuburnya, seluruh urusannya berada ditangan Allah. Ketika itulah ia yakin bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkannya kecuali dengan mengikhlaskan seluruh amalnya hanya kepada Allah Yang Maha Pencipta semata. Semoga kita senantiasa diberikan kemudahan oleh Allah untuk mengamalkan ilmu dengan disertai keikhlasan dalam mengamalkannya tersebut. Ingatlah bahwa hanya Allah yang dapat membolak-balikkan hati hamba-Nya. Disusun ulang oleh: Ummu Hamzah Galuh Pramita Sari Murojaah: Ust. Aris Munandar Rujukan: Ikhlas Syarat Diterimanya Ibadah, penerbit Pustaka Ibnu Katsir Langkah Pasti Menuju Bahagia, penerbit Daar An Naba Sucikan Iman Anda dari Noda Syirik dan Penyimpangan, penerbit Putaka Muslim

Jangan Menyerah Saudariku!Penulis: Ummu Ziyad Murojaah: Ustadz Subhan Khadafi, Lc. Pusing! itulah yang ada di kepala Ida (bukan nama sebenarnya). Sepertinya tuntutan hidup mengharuskan dia bekerja, yang itu berarti dia harus bercampur baur dengan para pria. Ya Allah, kuatkanlah imannya dan berikan sifat istiqomah dalam menjalankan ketaatan kepadaMu. Aamiin. Sebuah tuntutan dari orang yang telah membiayai pendidikan (kuliah), baik itu orang tua, kakak, paman, bibi, atau yang lainnya adalah sebuah kewajaran ketika mereka merasa bahwa tugas mereka menyekolahkan seorang anak telah selesai. Lalu, apakah setiap tuntutan itu harus dipenuhi? Lalu kemudian teringat sebuah hadits dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang maknanya adalah sebuah kebaikan dibalas dengan kebaikan yang serupa, dan bila tidak mampu maka dengan mendoakannya (HR. Baihaqi). Berbagai pikiran mungkin berkecamuk di benak, Entah telah berapa puluh juta yang mereka telah keluarkan untuk membiayai kuliahku, tapi entah berapa yang bisa kubalas, atau entah apakah sebanding yang kudapat sekarang dengan yang mereka korbankan. Di samping tuntutan dari orangorang di belakang layar selama proses menempuh perkuliahan, masih pula dikejar-kejar oleh kebutuhan hidup yang perlu dipenuhi. Dan biaya-biaya tak terduga yang pada intinya akan mengurangi bekal yang masih tersisa. Seakan-akan semua keadaan itu berteriak bersamasama, Kerja! kerja! kerja!, Cari yang bergaji wah!, Pendekkan saja jilbabmu, tidak apa-apa, biar cepat mendapatkan kerja!, Lepas cadarmu, tidak ada yang mau menerima wanita seperti dirimu, Jangan cuma kerja yang begitu! Dan bisikan-bisikan hawa nafsuPage | 3

yang setiap orang pasti memilikinya, dan tidaklah hawa nafsu itu melainkan mengajak pada keburukan. Saudariku, kuatkan imanmu! Dimana pelajaran tauhid yang selama ini telah engkau pelajari? Dan kemanakah perginya konsekuensi dari pengenalan nama dan sifat Allah Taala yang telah engkau ketahui? Engkau mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa dan Maha Kaya. Engkau telah mengetahui bahwa Allah Taala telah mengatur seluruhnya dan tertulis dalam kitab Lauh Mahfuz. Jauh, jauh sebelum engkau diciptakan. Segala ketentuannya tak dapat dirubah. Namun, engkau adalah manusia yang menjalankan dengan berbagai pilihan. Dan engkau akan dimudahkan pada setiap takdir yang telah ditentukan. Dari pengenalanmu tentang Allah Subhanahu wa Taala, engkau mengetahui, bahwa rezeki, kehidupan yang baik dan buruk, seluruhnya telah ditentukan. Maka, berdoalah! Dan bersabarlah! Serta bersyukurlah dengan keadaanmu sekarang. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (Al Imraan [3]: 145) Engkau tidak dapat mengejar tujuan hidup berupa kekayaan. Dan engkau -seharusnya- tidak menanggalkan pakaian ketakwaan. Kekayaan telah ditentukan. Nikmat Islam telah diberikan. Keadaan yang diberikan kepadamu sekarang, insya Allah adalah lebih baik dari yang lain atau yang sebelumnya. Jika engkau masih memikirkan, antara keinginan yang kuat untuk tetap bertahan dalam ketaatan menjalankan syariat, maka bersyukurlah! Karena itu adalah keadaan yang lebih baik untuk dirimu. Bandingkanlah dengan keadaan mereka yang tidak perlu bersusah payah mempertimbangkan itu semua. Dan dengan mudahnya mereka jatuh dalam gelimang dosa. Dan salah satu cara untuk mewujudkan rasa syukurmu adalah dengan lebih menjalankan ketaatan kepada-Nya. Perhatikanlah firman Allah taala kepada orangorang yang telah diberikan nikmat. Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (Al Araaf [7]: 69) Nikmat yang engkau rasakan dalam menjalankan ketaatan dalam agama Islam adalah jauh lebih baik dari dunia dan segala isinya. Tidak semua orang Islam dapat merasakan ini. Karena terdapat dua nikmat dalam Islam. Nikmat karena telah beragama Islam (nimat lil islam) dan nikmat dalam Islam itu sendiri (nimat fil islam). Tidak semua orang Islam mendapatkan nikmat untuk menjalankan ketundukan pada syariat yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Taala dan telah dijelaskan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Ya! Baiklah! Masih berkutat di pikiranmu. Bagaimana dengan kebutuhan hidupku?! Bagaimana dengan balas jasaku? Allahumma semoga Allah memudahkan jalanmu saudariku. Tidakkah engkau ingat bahwa masing-masing telah ditentukan rezekinya. Bahkan sampai binatang yang cacat sekalipun, yang ia tidak dapat mencari makanan sendiri atau mangsa sendiri. Allah Subhanahu wa Taala berjanji pada hamba-hamba-Nya lewat firmanNya (dan sungguh janji Allah Taala adalah benar adanya)

Page | 4

Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. At Thalaq [65]: 2) Dan ayat ini sejalan dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika memberikan jalan bagi seorang muslim dalam menghadapi kehidupan di dunia dimana seorang makhluk memiliki berbagai kebutuhan, Sekiranya kalian bertawwakal kepada Allah secara benar maka Dia akan memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Allah memberi rezeki pada burung. Mereka berangkat pada waktu pagi dalam keadaan sangat lapar dan pulang dalam keadaan sangat kenyang. (Hadits riwayat Ahmad, Tirmidzi, Nasai, Ibn Majah, Ibn Hibban, dan Hakim. Tirmidzi berkata, hadist ini hasan shohih) Saudariku burung tersebut tentu tidak memastikan bahwa setiap bulannya harus mendapatkan makanan sekian dan sekian. Namun ia berusaha untuk mendapatkan apa yang dia butuhkan dan mendapatkan rezeki dari Allah Subhanahu wa Taala. Maka bersyukur adalah yang lebih layak engkau lakukan dan dengan demikian maka akan terwujud sikap qonaah dalam hatimu. Syaitan menjanjikan kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan, sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengatahui. (Al-Baqoroh [2]: 268) Lalu, bagaimana dengan balas jasaku? Maka dengan menjalankan ketaatan kepada Allah, engkau memberikan balasan yang insya Allah jauh lebih besar manfaatnya untuk mereka di akherat nanti. Mengapa? Perhatikan hadits dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berikut ini (yang secara makna artinya) Tidak ada ketaatan pada makhluk dalam hal kemaksiatan pada Allah. Dan dari Abu Hurairah rodhiallahuanhu Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia menanggung dosanya dan juga menanggung dosa orang-orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka. (HR. Muslim) Maka jika engkau mengikuti mereka dalam sebuah hal yang dapat menjerumuskanmu dalam kemaksiatan, maka ketahuilah saudariku, engkau juga telah memberikan dosa-dosa yang semisal kepada mereka. Waliyyadzubillah. Dan berpuluh-puluh juta yang telah mereka korbankan untukmu agar engkau pada akhirnya menjalankan sebuah kemaksiatan tidak akan memberi manfaat sedikitpun di akherat nanti dan justru yang terjadi adalah sebaliknya, mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas segala amal perbuatannya. Maka, janganlah ukur segala sesuatu dengan materi keduniaan. Karena ada kehidupan yang jauh lebih patut untuk dipikirkan dan dipersiapkan. Pesan terakhir yang paling baik adalah kalimat dari manusia terbaik yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dari Abu Said Al-Khudry rodhiallahuanhu, dia berkata. AkuPage | 5

memasuki tempat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dan beliau sedang demam. Lalu kuletakkan tanganku di badan beliau. Maka aku merasakan panas di tanganku di atas selimut. Lalu aku berkata. Wahai Rasulullah, alangkah kerasnya sakit ini pada dirimu. Beliau berkata: Begitulah kami (para nabi). Cobaan dilipatkan kepada kami dan pahala juga ditingkatkan bagi kami. Aku bertanya. Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya ? Beliau menjawab: Para nabi. Aku bertanya. Wahai Rasulullah, kemudian siapa lagi? Beliau menjawab: Kemudian orang-orang shalih. Sungguh salah seorang di antara mereka diuji dengan kemiskinan, sampai-sampai salah seorang diantara mereka tidak mendapatkan kecuali (tambalan) mantel yang dia himpun. Dan, sungguh salah seorang diantara mereka merasa senang karena cobaan, sebagaimana salah seorang diantara kamu yang senang karena kemewahan. (HR. Ibnu Majah, Al-Hakim, di shahihkan Adz-Dzahaby) Jangan menyerah saudariku! Rezeki yang kau butuhkan, tidak hanya bertumpuk pada hiruk pikuk perkantoran. Tidak hanya terkumpul pada tempat yang memudahkanmu menjalankan kemaksiatan. Balas jasamu tidak sekedar materi keduniaan. Sebuah doa dan amal sholeh lebih dapat menghindarkan mereka dari kehinaan. Insya Allah. Semoga Allah memudahkanmu dalam ketaatan. Dan memberikan yang lebih baik, yaitu manisnya iman. Sebuah nasihat bagi diriku dan ukhtifillah *** Artikel www.muslimah.or.id

Page | 6

Kaidah Dalam Amar Maruf Dan Nahi MungkarMaksud dari amar maruf adalah seluruh ketaatan; dan yang paling utama adalah ibadah kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, mengikhlaskan ibadah bagi-Nya semata, serta meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Kemudian, (tingkatan) di bawahnya adalah segenap ketaatan, berupa perkara-perkara yang wajib dan mustahab. (Al-Amru bil Maruf wan Nahyu anil Munkar, hlm. 6, karya Syekh Al-Allamah Shalih Al-Fauzan) Sementara itu, mungkar adalah setiap perkara yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Dengan begitu, seluruh kemaksiatan dan kebidahaan adalah perkara mungkar, dan kemungkaran yang paling besar adalah menyekutukan Allah subhanahu wa taala. (Al-Amru bil Maruf wan Nahyu anil Munkar, hlm. 67, karya Syekh Al-Allamah Shalih Al-Fauzan) Mengajak kepada perkara yang maruf dan mencegah dari perkara yang mungkar, hukumnya adalah fardu kifayah atas umat ini, bukan wajib ain. Jika amar maruf nahi mungkar telah ditegakkan oleh sebagian orang yang mencukupi, gugurlah dosa (jika tidak ada yang menunaikannya, red.) atas yang lainnya. Akan tetapi, jika tidak ada satu pun yang melaksanakannya maka seluruhnya (kaum muslimin, red.) berdosa. (Al-Amru bil Maruf wan Nahyu anil Munkar, hlm. 14 dan setelahnya, karya Syekh Al-Allamah Shalih Al-Fauzan) Allah subhanahu wa taala berfirman (yang artinya), Dan hendaklah ada, di antara kamu, segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada perbuatan yang maruf, dan mencegah dari kemungkaran. Merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran:104) Syekhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, Barang siapa yang memerintahkan hal yang maruf dan mencegah dari kemungkaran maka hendaknya dia memiliki ilmu tentang hal yang dia perintahkan dan hal yang dia larang, serta bersikap lembut dan santun ketika memerintah dan melarang. Hendaknya, ilmu didahulukan sebelum memerintah, sedangkan sikap lembut dan santun harus selalu menyertai perintah. Jika tidak berilmu maka dia tidak boleh mengerjakan segala sesuatu yang ilmu tentangnya tidaklah dia miliki. Apabila ia berilmu tetapi tidak memiliki kelembutan maka dia ibarat dokter yang tidak memilki kelembutan, kasar terhadap pasiennya, maka niscaya ia tidak akan diterima, serta ibarat pendidik yang kasar dan tidak disukai oleh anak didiknya. Sungguh, Allah telah berkata kepada Musa dan Harun alaihimassalam (yang artinya), Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. Mudahmudahan ia ingat atau takut. (QS. Thaha:4) Kemudian, orang yang memerintahkan perkara yang maruf dan mencegah kemungkaran, biasanya, disakiti. Oleh karena itulah, wajib baginya untuk bersabar dan santun. Allah subhanahu wa taala berfirman (yang artinya), Dan suruhlah (manusia) mengerjakan perbuatan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan kemungkaran, serta bersabarlah terhadap segala sesuatu yang menimpamu. Sesungguhnya, yang demikian itu termasuk halhal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman:17)Page | 7

Beliau (Ibnu Taimiyah) menambahkan, Wajib bagi orang, yang memerintahkan perkara yang maruf dan mencegah dari kemungkaran, untuk melakukannya dengan ikhlas karena Allah, dengan maksud taat kepada Allah. Hendaknya pula, tujuannya adalah untuk memperbaiki orang yang diperintah, menegakkan hujjah (alasan, red.) kepadanya, dan jangan bertujuan untuk mencari kedudukan, baik untuk dirinya maupun untuk kelompoknya, atau untuk melecehkan orang lain. Pondasi agama adalah mencintai karena Allah, benci karena Allah, bersikap loyal karena Allah, bermusuhan karena Alllah, beribadah hanya karena Allah, meminta pertolongan hanya kepada Allah, takut hanya kepada Allah, berharap hanya dari Allah, memberi hanya karena Allah, dan mencegah pun hanya karena Allah. Itu semua diperoleh, tidak lain, hanya dengan cara mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, yang perintahnya adalah perintah Allah dan larangannya adalah larangan Allah, memusuhinya berarti memusuhi Allah, taat kepadanya adalah bentuk ketaatan kepada Allah, dan bermaksiat kepadanya berarti bermaksiat kepada Allah. (Diringkas dari perkataan Ibnu Taimiyah rahimahullah) Disalin ulang dari buku Jadilah Salafi Sejati (terjemahan dari kitab Kun Salafiyyahn alal Jaddah, karya Syekh Dr. Abdussalam bin Salim As-Suhaimi), hlm. 108111, terbitan Pustaka At-Tazkia. Dengan penyuntingan bahasa oleh redaksi www.muslimah.or.id.

Kehormatanmu, Wahai Saudaraku (1)Telah banyak tulisan atau pun buku yang membahas mengenai kewajiban seorang wanita untuk menjaga diri dan kehormatannya. Telah banyak juga artikel yang berisikan kewajiban seorang wanita menjadi manusia yang mulia dengan terus menjaga harga dirinya. Nasihatnasihat yang ditujukan kepada wanita untuk menjaga iffah (kehormatan diri) sering terdengar dan terucap dari para lelaki. Namun, tulisan ini tidak akan membahas cara agar seorang wanita menjaga diri, melainkan membahas arti kehormatan dan bentuk penjagaan diri seorang laki-laki. Allah Subhanahu wa Taala berfirman, ) ( )) ) )) )) ) ) ) ) )

Sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang orang yang khusyu dalam shalatnya, orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa yang mencari hal lain di balik itu, mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (Qs. Al-Muminun, 17) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mengingatkan kita dalam sabdanya,

Page | 8

Tidaklah kutinggalkan suatu ujian yang lebih berat bagi laki-laki, melebihi (ujian terkait) wanita. (Hr. Bukhari, no. 4808; Muslim, no. 2740; dari Usamah bin Zaid)

Sesungguhnya, dunia ini manis dan hijau. Allah menjadikan kalian sebagai pengatur di dalamnya secara turun temurun, lalu Dia melihat sikap kalian perbuat. Karena itu, berhatihatilah kalian terhadap dunia, dan berhati-hatilah kalian terhadap wanita karena awal bencana yang menimpa Bani Israil adalah pada wanitanya. (Hadits sahih; Hr. Muslim, no. 2742) Telah jelaslah bagi kita, baik muslim maupun muslimah, bahwa seorang wanita itu dapat melemahkan iman seorang laki-laki. Wallahu alam. Meski begitu, pernahkah kita berpikir dan merenungi bahwasan seorang laki-laki pun dapat menjadi fitnah (ujian, ed.) untuk seorang wanita? Memang, tidak ada hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang menyatakan bahwa seorang laki-laki dapat menjadikan fitnah bagi wanita, tetapi hendaknya seorang laki-laki menyadari bahwa di dalam kehidupan ini terdapat dua jenis insan: wanita dan laki-laki. Setiap sebab dan akibat tentulah memiliki koherensi atau kesinambungan satu sama lain. Apakah mungkin ada akibat tanpa ada sebab? Atau, sebaliknya? Wallahu alam. Bagaimana bisa? Penulis berikan contoh yang menggambarkan bahwa seorang lelaki muslim pun dapat menjadi fitnah bagi seorang muslimah. Jika ada seorang laki-laki dengan kemampuan ilmu yang tinggi, baik ilmu agama atau pun ilmu dunia (misalnya, kemampuan dalam bidang teknologi, dengan di dukung penampilan fisik yang menyejukkan mata, kefasihan dalam berbahasa, atau tingkat keuangan yang mencukupi), maka apakah semua ini akan berlalu begitu saja bagi seorang wanita? Tentu tidak, wahai lelaki muslim! Seorang wanita itu juga memiliki hawa nafsu, layaknya seorang lelaki, walaupun tingkat hawa nafsunya tidak sebanding dengan laki-laki. Allahu alam. Asy-Syaukani berkata, Sebabnya adalah lelaki senang kepada wanita karena demikianlah ia telah diciptakan memiliki kecondongan kepada wanita. Demikian juga, karena sifat yang telah dimilikinya, berupa syahwat untuk menikah. Demikian juga, wanita senang kepada lelaki karena sifat-sifat alami dan naluri yang telah tertancap dalam dirinya. Oleh karena itu, setan menemukan sarana untuk mengobarkan syahwat yang satu kepada yang lainnya, sehingga terjadilah kemaksiatan. (Nailul Authar, 9:231) Iffah berlaku untuk lelaki maupun wanita Iffah, sebuah kata yang pernah atau biasa kita dengar. Si Fulan adalah seorang yang afif atau Si Fulanah adalah seorang yang afifah merupakan sebutan bagi lelaki dan wanita yang memiliki iffah. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan iffah itu?

Page | 9

Secara bahasa, iffah adalah menahan. Adapun secara istilah, artinya menahan diri sepenuhnya dari perkara-perkara yang Allah haramkan. Dengan demikian, seorang yang afif adalah orang yang bersabar dari perkara-perkara yang diharamkan, walaupun jiwanya cenderung mengarah kepada perkara tersebut dan menginginkannya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

Dan orang-orang yang belum mampu untuk menikah hendaklah menjaga kesucian dirinya sampai Allah menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya. (Qs. An-Nur:33) Termasuk dalam makna iffah adalah menahan diri dari meminta-minta kepada manusia. Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

Orang yang tidak tahu tersebut menyangka bahwa mereka (orang-orang fakir) itu adalah orang-orang yang berkecukupan karena mereka taaffuf (menahan diri dari meminta-minta kepada manusia). (Qs. Al-Baqarah:273) Abu Said Al-Khudri radhiallahu anhu mengabarkan bahwa orang-orang dari kalangan Anshar pernah meminta-minta kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Tidak ada seorang pun dari mereka yang meminta kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melainkan beliau berikan, hingga habislah harta yang ada pada beliau. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun bersabda kepada mereka ketika itu,

Tidak ada harta di sisiku yang tidak kuberikan kepada kalian. Sesungguhnya, barang siapa yang menahan diri dari meminta-minta maka Allah akan memelihara dan menjaganya, barang siapa yang menyabarkan dirinya dari meminta-minta maka Allah akan menjadikannya sabar, dan barang siapa yang merasa cukup dengan Allah sehingga dia tidak meminta kepada selain-Nya maka Allah akan memberikan kecukupan kepadanya. Tidaklah kalian diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas selain daripada kesabaran. (Hr. Al-Bukhari, no. 6470; Muslim, no. 1053) Al-Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan, Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk taaffuf (menahan diri dari meminta-minta), qanaah (merasa cukup), dan bersabar atas kesempitan hidup dan hal lainnya dari beragam kesulitan (perkara yang tidak disukai) di dunia. (Syarah Shahih Muslim, 7:145) Memang, usaha yang dilakukan untuk menjaga sebuah iffah bukanlah usaha yang ringan. Perlu perjuangan jiwa yang sungguh-sungguh dengan meminta tolong kepada Allah Subhanahu wa Taala. Allah Subhanahu wa Taala telah menyatakan,

Page | 10

Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benarbenar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Qs. Al-Ankabut:69) Bagi seorang wanita muslimah, menjaga diri dan kehormatan itu sangatlah penting, namun bukan berarti perkara ini tidaklah penting bagi para lelaki muslim. Bisa jadi, berawal dari tidak pandainya seseorang menjaga diri dan kehormatan akan muncul berbagai bahaya dalam diri orang tersebut, sehingga akhirnya seorang anak Adam terpelosok ke dalam kubangan maksiat. Hal ini bisa disebabkan beberapa faktor, misalnya: penyimpangan dalam penggunaan sarana telekomunikasi, seperti: telepon, internet, dan sejenisnya. Juga, maraknya peredaran majalah dan VCD porno, serta yang semisalnya. Allah Subhanahu wa Taala befirman,

Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang siapa yang mengikuti langkahlangkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh untuk mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. (Qs. An-Nur:21) Allah Subhanahu wa Taala berfirman, ) ) ) )

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu mereka memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka; dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka mengetahui. Bagi mereka ada balasan berupa ampunan dari Rabb mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai dan mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal. (Qs. Ali Imran:135136) Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, Seandainya orang yang berakal disuruh untuk memilih antara memenuhi keinginan nafsunya sesaat atau menghabiskan sisa umurnya dalam kerugian akibat mengikuti keinginan nafsu tersebut, pastilah orang itu memilih untuk tak akan pernah mendekati nafsunya tadi kendati ia diberi dunia dengan seluruh isinya. Hanya saja, karena mabuk untuk mengikuti hawa nafsu itu telah menghalangi untuk membedakan antara akal pikiran dan hawa nafsu. (At-Taubah Wazhifatul Umr, hlm. 213) Bersambung, insya Allah . Penulis: Ummu Khaulah Ayu. Murajaah: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.A. Artikel www.muslimah.or.id

Page | 11

Kehormatanmu, Wahai Saudaraku 2 (Menjaga Kemuliaan Diri)Menjaga kemuliaan diri Sesungguhnya, salah satu metode yang paling sukses dan berhasil meluruskan kesalahan dan penyimpangan dalam masyarakat adalah dengan cara membahas kesalahan-kesalahan tersebut, penyebabnya, serta cara pengobatannya, kendati hal tersebut sangat peka. Sementara, mendiamkan kesalahan-kesalahan tersebut dan berpura-pura tidak mengetahuinya meski sekecil atau seremeh apa pun merupakan jalur menuju puncak marabahaya dan jalan menuju kebinasaan. Perbuatan keji itu bisa saja datang karena lemahnya iman seorang hamba, serta berkuasanya setan terhadap umat manusia. Juga, disebabkan oleh pergaulan dengan teman-teman yang buruk, ditambah lagi dengan minimnya perasaan selalu diawasi Allah Subhanahu wa Taala, Dzat yang Maha Esa. Kukenal keburukan Bukan untuk terjerumus ke dalamnya Namun untuk berjaga-jaga darinya. Barang siapa yang tidak mengenal keburukan dari kebaikan Ia akan terjerumus ke dalamnya. Allah Subhanahu wa Taala telah memperingatkan kita dari keburukan, bahkan memperingatkan kita agar jangan sampai mendekati keburukan tersebut dan penyebabnya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman dalam Alquran yang jelas dan tegas isinya,

Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan jalan yang buruk. (Q.s. Al-Isra: 32) Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mengingatkan kita dari segala keburukan tersebut, dengan sabdanya, Tidaklah seorang pezina dikatakan beriman pada saat dia berzina, dan tidaklah seseorang dikatakan beriman pada saat dia minum khamr. (H.r. Bukhari, no. 2995; Muslim, no. 86) Beliau shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, Apabila seorang hamba berzina maka keimanannya keluar dari dirinya; iman tersebut laksana sebuah bayangan yang melindungi di atas kepalanya. Jika ia meninggalkan zina maka iman akan kembali kepadanya. (Lihat Shahih Al-Jami, no. 586; dan As-Silsilah Ash-Shahihah, no. 509) Wahai para lelaki muslim, perlu diketahui, yang dinamakan zina bukan hanya pada kemaluan, melainkan mencakup mata, telinga, lisan, tangan, kaki, dan hati. Kemaluan yang akan membenarkan atau mendustakannya. Dari Abu Hurairah radhialahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam; beliau bersabda, Telah dituliskan bagi anak Adam bagiannya dari zina. Karenanya, itu pasti akanPage | 12

menimpanya, bukan sesuatu yang mustahil. Kedua mata berzina; zinanya dengan melihat (perkara yang diharamkan Allah Subhanahu wa Taala). Kedua telinga berzina; zinanya dengan mendengar (perkara yang diharamkan). Lisan juga berbuat zina; zinanya dengan berkata-kata (melontarkan ucapan yang diharamkan). Tangan juga berzina; zina tangan dengan memegang (perkara yang diharamkan). Kaki juga berzina; zina kaki dengan melangkah ketempat yang diharamkan. (Zinanya) hati dengan menginginkan dan mengkhayal (berangan-angan). Kemudian semua itu dibuktikan oleh kemaluan atau didustakan olehnya. (Lihat Shahih At-Targhib wat Tarhib, no. 1904) Khususnya yang menimpa kita pada zaman ini. Zaman yang penuh dengan segala bentuk fitnah, ketika segala pintu penyimpangan telah dibuka semua pihak dari segala arah, ketika segala bencana dan cobaan telah merata, saat asingnya agama Islam dan kaum muslimin yang istiqamah mengamalkan agamanya. Kenyataanlah yang menjadi saksi atas semuanya! Waspadalah! Jangan sampai terjerumus ke dalam berbagai perbuatan dosa dan maksiat. Jangan sampai terjerumus ke dalam perkara-perkara yang menyebabkan kemurkaan Allah Taala. Kita semua yakin bahwa tidaklah manusia berbeda-beda dalam tingkatan kemuliaan dan kehormatan, tidak pula manusia akan tertimpa segala macam kesedihan, kecuali karena perkara yang menjadi kesenangan hawa nafsunya. Dengan demikian, seseorang yang memiliki kemauan kuat akan mewujudkan kemuliaan dirinya yang tampak jelas dalam kepribadian yang terpuji. Sebaliknya, kelemahan dan kehinaan bisa menjatuhkan seseorang dari derajat manusia yang sangat mulia menuju derajat binatang yang sangat hina. Oleh karena itu, harga diri manusia akan muncul kala dia menolak kehinaan dan teguh dalam pendirian, dengan segala pertimbangan yang dimilikinya, kebersihan hati dan pendengarannya dari semua kejelekan, juga kehormatan diri dalam kesuciannya, keharuman nama dan kehormatannya, serta memilih perkara terbaik di akhir kehidupannya. Sungguh, orang-orang yang mulia di setiap umat dan generasi kendati dimasa jahiliah yang penuh dengan kegelapan sekalipunberbangga dengan kemuliaan dan keharuman nama mereka serta penjagaan terhadap kehormatan dan harga diri mereka. Mereka tegak berdiri dengan dasar itu semua, laksana harimau dan singa nan buas. Mereka cuci kehinaan diri mereka dengan menggunakan ujung panah dan pedang mereka. Mereka tidak pernah tidur dalam kehinaan. Mereka tak pernah bisa bersabar atas kehinaan, juga tak pernah mau menerima kehinaan tersebut. Hindun binti Utbah radhiallahu anhuma pernah berkata ketika beliau berbaiat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Wahai Rasulullah, apakah wanita yang merdeka itu mungkin akan berbuat zina? (Lihat Qabasat min Khuthabi Al-Haramain, karya Ibnu Humaid) Pertanyaan ini diajukan kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam karena penjagaan akan kehormatan diri serta kemuliaannya. Wallahu alam. Wahai lelaki muslim, lihatlah seorang wanita di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menanyakan hal itu kepada beliau shallallahu alaihi wa sallam! Lantas bagaimana dengan para lelaki muslim di zaman sekarang ini?Page | 13

Faktor pendorong segala perbuatan keji Tidak lain, aktor di belakang semua perbuatan keji itu adalah setan yang terkutuk bersama semua pengikutnya. Mereka yang berada di balik segala perbuatan keji, yang kecil maupun yang besar. Dialah musuh kita yang sebenarnya. Allah Subhanahu wa Taala telah menjelaskan kepada kita semua di dalam Kitab-Nya, tentang permusuhan dan peperangan tersebut. Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaithan-syaithan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni Naar yang menyala-nyala. (Q.s. Fathir: 6) Tatkala seorang manusia merasakan keberadaan medan pertempuran yang kekal abadi antara ia dengan musuhnya yakni setan maka ia akan selalu siap sedia dengan segala kekuatan dan kesiagaannya serta diiringi oleh jiwa pembelaannya terhadap diri sendiri. Ia akan siap sedia membela dirinya untuk menolak segala penyesatan dan penyimpangan. Ia juga akan terjaga dari segala pintu-pintu gangguan setan yang masuk ke dalam dirinya. Dia akan selalu berusaha mencari tahu hakikat segala kekhawatiran dan kecemasan, lalu ia akan selalu berusaha memalingkannya secepatnya kepada timbangan Allah Subhanahu wa Taala yang ditegakkannya agar semakin jelas bagi dirinya. Bisa jadi, segenap kekhawatiran dan kecemasan itu merupakan tipuan yang tersembunyi dari musuh bebuyutannya yang sudah lama, yaitu setan. Sesungguhnya musuh bebuyutan bagi semua keturunan Adam ini terus-menerus membuat makar dan segala tipu daya. Ia pun sudah mengikrarkan bahwa ia akan terus masuk ke dalam pertempuran sepanjang masa, dengan berbagai tingkatan yang sangat rapi dan teratur. Ia akan terus-menerus menyusun siasat untuk mengganggu manusia selangkah demi selangkah . (Lihat Maqamiusy Syaithan, karya Al-Hilali) Wahai para lelaki muslim, ketahuilah bahwa ketika seorang mukmin telah menyadari bahwa langkah di hadapannya adalah langkah-langkah setan maka wajib baginya untuk mengangkat kakinya lalu segera berbalik arah menuju jalan cahaya. Terkadang iblisakan memberikan gambaran palsu dalam pikiran orang-orang yang beriman serta membuat kerancuan bahwa jalan-jalan yang terbentang di hadapannya adalah jalan kebaikan. Meski demikian, hendaknya seorang mukmin bersikap cerdas dan berbekal ilmu agar dia bisa membedakan langkah-langkah setan dan jalan Allah Subhanahu wa Taala yang Maha Pemurah. Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang siapa yang mengikuti langkahlangkah setan maka sesungguhnya setan itu menyuruh untuk mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. (Q.s. An-Nur: 21)

Page | 14

Sesunggunya setan benar-benar akan membukakan 99 pintu kebaikan bagi seorang hamba, untuk tujuan membuka satu pintu keburukan. (Hilyatul Auliya wa Thabaqatul Ashfiya, jilid V, hlm. 331) Wahai lelaki muslim, kalian harus mengetahui kenyataan bahwa setan mampu dan sanggup untuk merasuk hingga ke dalam pemikiran dan hati manusia, tanpa ia sadari dan ia ketahui. Ia akan dibantu oleh tabiat asli penciptaan setan itu sendiri. Inilah yang sering kita sebut waswas/bisikan jahat setan. Allahu alam. Allah Subhanahu wa Taala telah mengabarkan kepada kita tentang hal itu dengan firmanNya,

Dari kejahatan (bisikan) setan yang bisa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, (Qs. An-Naas : 4-5) Sesungguhnya, jika seorang muslim memegang teguh agama dan Islamnya, baik dalam perkataan maupun perbuatan, maka setan tidak akan memperoleh jalan untuk menyesatkannya. Namun, jika ia meremehkan dan bermalas-malasan dalam sebagian perkara yaitu kebaikan maka setan akan mendapat kesempatan dan pintu masuk untuk menyesatkannya. (Lihat Alamus Syaithan, karya Dr. Al-Asyqar) Dengan demikian, hendaklah seorang muslim selalu waspada dan berhati-hati dari segala gangguan dan bisikan jahat setan! Wahai para lelaki muslim, coba kita renungkan hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam berikut ini. Shafiyyah radhiallahu anha berkata, Dahulu Nabi (shalallahu alaihi wa sallam) itikaf [pada sepuluh (hari) terakhir bulan Ramadhan]. Aku datang mengunjunginya pada malam hari, [ketika itu di sisinya ada beberapa isteri beliau sedang bergembira ria] maka aku pun berbincang sejenak, kemudian aku bangun untuk kembali, [maka beliau pun berkata, 'Jangan tergesa-gesa sampai aku bisa mengantarmu]. Kemudian beliau berdiri bersamaku untuk mengantarkanku pulang; tempat tinggal Shafiyyah itu pada kemudian hari berubah menjadi rumah Usamah bin Zaid. [Sesampainya di samping pintu masjid yang terletak di samping pintu Ummu Salamah], lewatlah dua orang laki-laki dari kalangan Anshar. Ketika keduanya melihat Nabi shalallahu alaihi wa sallam maka keduanya pun bergegas, kemudian Nabi pun bersabda, Tenanglah [Janganlah kalian terburu-buru, ini bukanlah sesuatu yang kami benci], ini adalah Shafiyyah bintu Huyay (istri Rasulullah sendiri, red.). Kemudian keduanya berkata, Subhanallah (Mahasuci Allah), wahai Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Beliau pun bersabda, Sesungguhnya setan itu menjalari anak Adam pada aliran darahnya; sesungguhnya aku khawatir kejelekan akan bersarang di hati kalian atau beliau berkata, sesuatu ). (Dikeluarkan oleh Bukhari, 4:240, Muslim, no. 2157; tambahan yang terakhir terdapat pada riwayat Abu Dawud, 7:142143 dalam Aunul Mabud) Seorang hamba Allah Taala yang paling mulia dan paling suci saja berupaya menjelaskan secara terus-terang, sebagaimana sabda beliau, Tenanglah, sesungguhnya wanita yang bersamaku adalah Shafiyyah binti Huyay. Ucapan ini ditujukan agar harga diri, kehormatan,

Page | 15

dan agama ini tetap terjaga dari segala noktah hitam yang mengotori dan merusaknya. Allahu alam. Bagaimana denganmu, wahai para lelaki muslim? Apakah engkau telah berusaha menjaga agama dan kehormatanmu? Apakah dirimu juga telah mengantisipasi segala penyebab yang bisa merusak agama dan kehormatanmu? Jawablah dengan hatimu, wahai para lelaki muslim! Duhai semua perbuatan zina adalah perjanjian yang sangat zalim. Zina adalah akhlak yang sangat hina dan rendah. Telah hilang seluruh kenikmatan karenanya dan tinggalah kerugian dan keluh kesah yang berkepanjangan. Imam Ahmad rahimahullah sering kali melantunkan syairnya, Hilanglah kelezatan Dari orang yang melakukan perbuatan haram Tinggalah dosa dan kehinaan Tinggalah akibat-akibat yang jelek Tidak ada kebaikan dalam kenikmatan Dengan sesuatu yang berakibat neraka Bersambung, insya Allah . Penulis: Ummu Khaulah Ayu. Murajaah: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.A. Artikel www.muslimah.or.id

Kehormatanmu, Wahai Saudaraku (3)Penyebab Timbulnya Zina Setelah kita mengetahui serentetan kejelekan dan keburukan perbuatan zina maka alangkah pentingnya bagi kita mengetahui beberapa penyebab yang dapat menjerumuskan seseorang ke dalam perbuatan zina ini. Berbaris-baris kalimat yang termuat dalam majalah-majalah dan koran-koran telah mengoyak kehormatan dan harga diri umat manusia. Berbagai media lahir dalam rangka membinasakan manusia dan mempersembahkan sebuah konspirasi yang sangat nyata dalam memerangi dan menihilkan harga diri serta kehormatan jiwa manusia, sembari menyebarkan kehinanaan dan kerendahan akhlak. Media elektronik maupun media cetak ikut berperan menyebarkan semua hal itu. Hendaklah semua pemilik sarana-sarana di atas memahami makna yang benar dari firman Allah Taala,

Page | 16

Sesungguhnya Rabbmu benar-benar mengawasi. (Q.s. Al-Fajr: 14) Hendaklah mereka juga menyadari bahwa mereka itu adalah orang-orang yang merugi dalam peperangan yang mereka gelar ini, kendati mereka akan bersorak senang walaupun hanya sesaat. Ingatlah, hasil sebuah pekerjaan itu dinilai berdasarkan keadaan akhirnya. Allah Taala berfirman,

Sesungguhnya orang-orang yang menginginkan tersebarnya perbuatan yang amat keji itu berasal dari kalangan orang-orang yang beriman. Bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui. (Q.s. An-Nur: 19) Wahai para lelaki muslim, hendaknya kita semua mengetahui bahwa ketika setan mendatangi seorang manusia, dia tidak akan bersikap jujur dengan mengatakan, Lakukan perbuatan dosa ini! Kerjakan perbuatan keji ini! Kerjakan perbuatan yang akan merajammu sehingga engkau mati! Kerjakan kesalahan yang menjadikan dirimu dihukum cambuk dan terhina di hadapan manusia! Sebaliknya, setan akan membisikkan perkataan-perkataan yang buruk dan menipu. Perbuatan zina tidak akan pernah terjadi dalam satu kesempatan dengan begitu saja. Namun, ada langkah-langkah, sarana-sarana, beragam penyebab, dan jerat-jerat setan yang sering disebut dengan istilah langkah-langkah setan. Semua kebusukan inilah yang akan menipu orang yang telah tersesat dari jalan hidayah (petunjuk) dan yang mulai tergoda untuk mengikuti jalan setan. Allah Taala berfirman,

. Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Dia pun berkatalah, Wahai Rabbku, mengapa Engkau menghimpunku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seseorang yang melihat? Allah berfirman, Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan. Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Rabbnya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal. (Q.s. Thah : 124127) Wahai lelaki muslim, ada banyak penyebab yang menjerumuskan manusia ke dalam jurang zina; bukan hanya satu sebab. Berikut ini adalah penyebab-penyebab keterjerumusan tersebut. Pertama: Lemahnya tauhid dan keimanan kepada Allah Taala Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,Page | 17

Ketauhidan adalah sesuatu yang paling lembut, paling suci dari segala kekejian dan murni. Jika sesuatu yang sangat kecil saja mengotorinya, ia akan terpengaruh. Ia laksana sesuatu yang putih bersih, yang mudah tercemari oleh sesuatu, kendati sangat kecil. Laksana sebuah cermin yang sangat jernih, yang akan berbekas karena tergores oleh sesuatu. Jika kadar tauhid seseoran itu kurang, bisa saja dia tidak akan malu untuk melakukan maksiat. Sebagai contoh, munculnya golongan pemuda-pemudi yang mengagungkan hawa nafsu dan kurang memahami batas-batas pergaulan antara pria dan wanita. Seluruh aktivitasnya seputar pemenuhan kebutuhan syahwatnya: makan, minum, dan kebutuhan biologis. Coba perhatikan firman Allah Taala ini, tentang gambaran manusia yang terpasung oleh hawa nafsunya,

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya. Maka apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu terdengar atau memahami? Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu. (Q.s. Al-Furqan: 4344) Sekumpulan qalbu yang kosong ini telah terjerat oleh hawa nafsu. Ketika harus berhadapan dengan syahwat yang memikat, ia tak kuasa bertahan. Terlebih lagi bagi mereka yang waktu luangnya banyak. Syekh Utsaimin rahimahullah menyebut waktu luang sebagai sebagai virus berbahaya bagi pikiran, akal, dan fisik seseorang. Alasannya, setiap orang harus bergerak dan beraktivitas. Apabila waktunya kosong dari segala aktivitas, pikirannya menjadi tumpul, akalnya menjadi dingin, dan gerakannya pun lemah. Akibatnya, was-was dan pikiran-pikiran buruk akan mendominasi hatinya. Tidak menutup kemungkinan, muncul niat-niat buruk dalam rangka menghabiskan waktu kosong ini. (Min Musykilatis Syabab, hlm. 16) Seorang penyair berkata, Jerat nafsu menghampiriku Sebelum kumengenalnya Menempati hati kosong, Hingga kini berhasil menetap. (Syekh Abdul Aziz bin Baz, Fatawa wa Maqalat Mutanawwiah, 5:254) Sungguh akan sangat baik kiranya jika kita memahami perkataan Ibnul Qayyim berikut ini, Dan terus-menerus tenggelam dalam lingkaran nafsu syahwat itu disebabkan oleh kelemahan tauhid kepada Allah Taala. Sesungguhnya kala tauhid di hati ini melemah maka semakin sedikit pula rasa ikhlasnya kepada Allah Taala. Akibatnya, ia akan semakin banyak berbuat keji dan menuruti nafsu syahwat. (Lihat Ubudiyyatus Syahawat dalam kitab AlFawaid, karya Ibnul Qayyim)

Page | 18

Kedua: Tidak peduli terhadap akibat sebuah perbuatan Faktor penyebab terjadinya maksiat sebagaimana dituturkan oleh Syekhul Islam rahimahullah ada dua: kelalaian dan jeratan syahwat. Itulah sumber kejelekan! Hal ini merujuk firman Allah Taala,

Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, dia menuruti hawa nafsunya, dan keadaannya itu melewati batas. (Q.s. Al-Kahfi: 28) Hawa nafsu tidak bisa sendirian memunculkan kejelekan-kejelekan. Pasti dia disertai dengan kebodohan. Kalau tidak demikian adanya, jika seseorang terjerat hawa nafsu, lalu ia mengetahui bahwa perbuatan maksiatnya akan benar-benar membahayakan, niscaya ia akan menghindarinya; itu akan terjadi secara otomatis. Syekh Abdul Aziz As-Sadhan hafizhahullah berkata, Sesungguhnya perbuatan maksiat adalah ibarat rahim seorang ibu yang melahirkan, sebagaimana ketaatan juga ibarat rahim yang banyak melahirkan. Oleh karena itu, terkait maksiat itu sendiri, jika pelakunya tidak menghentikannya dengan taubat dan penyesalan, batangnya akan semakin bertambah kuat dan durinya akan bertambah banyak. Duri maksiat itu akan selalu ada bersama pelaku dalam setiap kondisi dan keadaan. Duri maksiat tersebut juga akan masuk ke dalam kehidupannya sehingga menjadikan dadanya sempit dan menambah parah lukanya. Alangkah indahnya perkataan Imam Ibnul Qayyim rahimahullah ketika menggambarkan kondisi sebuah hati, Setiap kali hati lengah dan jauh dari Allah Taala, segala penyakit akan semakin cepat mendatanginya. Setiap kali ia bertambah dekat kepada Allah Taala maka segala penyakit akan bertambah jauh dan menjauhinya. Menjauh dari Allah Taala itu ada beberapa tingkatannya, yang sebagian lebih parah dari beberapa tingkatannya, yang sebagian lebih parah dari sebagian yang lain. Kelalaian akan menjauhkan seorang hamba dari Allah Taala. Menjauhkan diri dari perbuatan maksiat itu lebih utama daripada menjauhi kelalaian. Menjauhkan diri dari perbuatan bidah itu lebih diutamakan daripada menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Adapun menjauhkan diri dari kenifakan dan kesyirikan maka itu lebih diistimewakan dari semua itu. (Lihat Al-Jawabul Kafi, hlm. 75) Ketiga: Siaran-siaran televisi Wahai lelaki muslim, bagaimana mungkin seseorang mampu menahan hawa nafsunya jika duduk dan menikmati acara-acara TV walau hanya 1 jam? Melihat suguhan acara-acara TV yang membuat hati miris dan merasa malu jika menontonnya. Adakah yang bisa menjamin bahwa hawa nafsu tidak akan bangkit? Sesungguhnya bahaya dari siaran-siaran televisi tidak terbatas banyaknya, meskipun banyak pihak yang selalu menutupinya. Bahaya sudah sangat nyata dan sangat berpengaruh sekali, yang mana hal ini tidak diragukan lagi bahwa bahayanya lebih besar daripada manfaatnya. Tidak ada yang mengingkari dan membantah hal ini kecuali orang yang sombong dan hatinya telah tertutup oleh perbuatan dosa. Allahu alam. Siaran-siaran televisi masa kini mayoritas telah menyuguhkan berbagai tayangan yang sangat rendah, hina, dan murahan, dengan tujuan semakin menjerumuskan manusia, menghancurkanPage | 19

dan membinasakan manusia di dalam kubangan dosa dan maksiat. Di antara tayangan yang diekspos tersebut adalah tentang perbuatan zina, minimal adalah zina mata (dengan memandang hal-hal yang menampakkan aurat). Tidakkah engkau mendengar firman Allah Taala,

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya. (Q.s. Al-Isra: 36) Tidakkah pula engkau melihat atau membacanya dari firman Allah Taala,

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman bahwa hendaklah mereka menahan pandangannnya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala gerak-gerik yang mereka perbuat. (Q.s. AnNur: 30) Tidakkah kita dengarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Telah dituliskan bagi anak Adam bagiannya dari zina. Ia adalah sesuatu yang pasti akan menimpa, bukan sesuatu yang mustahil. Kedua mata berzina; zinanya dengan melihat (perkara yang diharamkan Allah Subhanahu wa Taala) . (Lihat Shahih At-Targhib wat Tarhib, no. 1904) Hasil apa yang akan diperoleh akibat tayangan yang berulang-ulang dan terus-menerus keberadaannya dalam setiap jam dan detik? Hasilnya adalah tersebarnya perbuatan keji (zina) dengan berbagai macam versi dan bentuknya, disertai kerusakan moral masyarakat. Sesungguhnya, penayangan acara-acara semacam itu pasti akan memberi pengaruh negatif terhadap para pemuda dan pemudi, khususnya bagi mereka yang belum menikah. Namun, sungguh aneh! Masih saja ada yang beranggapan bahwa tayangan gambar-gambar bebas dan obrolan-obrolan yang bebas, bercampurnya laki-laki dengan wanita, kisah-kisah romantik percintaan antara laki-laki dan wanita, pameran bagian-bagian tubuh yang menimbulkan godaan birahi merupakan hiburan dan kesenangan semata, untuk melepaskan ketegangan syaraf dan meringankan tekanan jiwa yang menghimpit. Kenyataannya, opini semacam ini adalah sebuah kekeliruan yang sangat telak! Apakah setiap orang sudah mengetahui bahaya dari tayangan-tayangan yang menghancurkan yang selalu muncul setiap pagi dan sore? Karenanya, waspadalah! Berhati-hatilah! Sekali terjerumus, penyesalan hanya tinggal penyesalan. Bersambung, insya Allah .Penulis: Ummu Khaulah Ayu. Murajaah: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.A. Artikel www.muslimah.or.id

Page | 20

Kehormatanmu, Wahai Saudaraku (4)Keempat: Ikhtilath (bercampurnya laki-laki dan wanita yang bukan mahram) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Janganlah salah seorang di antara kalian berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita karena sesungguhnya setan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua. (H.r. Ahmad, 1:18; Ibnu Hibban (lihat Shahih Ibnu Hibban, 1:463); At-Thabrani dalam Al-Mujam Al-Aushath, 2:184; Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Baihaqi, 7:91; dinilai shahih oleh Syekh Al-Albani dalam Ash-Shahihah, 1:792, no. 430) Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita tanpa ada mahram wanita tersebut karena setan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua. (H.r. Ahmad dari hadits Jabir, 3:339; dinilai shahih oleh Syekh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil, jilid 6, no. 1813) Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Janganlah seorang laki-laki berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita, kecuali jika bersama dengan mahram wanita tersebut. Lalu seseorang pun berdiri dan berkata, Wahai Rasulullah, istriku keluar untuk berhaji; aku telah mendaftarkan diriku untuk berjihad pada perang ini atau itu. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata, Kembalilah dan berhajilah bersama istrimu! (H.r. Al-Bukhari, no. 5233; Muslim, 2:975) Al-Munawi berkata, (Maksudnya) yaitu setan menjadi penengah (orang ketiga) di antara keduanya, dengan cara membisiki mereka (untuk melakukan kemaksiatan), menjadikan syahwat mereka berdua bergejolak, menghilangkan rasa malu dan sungkan dari keduanya, serta menghiasi kemaksiatan hingga tampak indah di hadapan mereka berdua. Sampai akhirnya, setan pun menyatukan mereka berdua dalam kenistaan (yaitu berzina) atau minimal menjatuhkan mereka pada perkara-perkara yang lebih ringan dari zina yaitu perbuatan yang menjadi jalan pembuka zina yang hampir saja menjatuhkan mereka dalam perzinaan. (Faidhul Qadir, 3:78) Permasalahan ini kadang dianggap remeh oleh sebagian orang. Ada yang berpendapat, Yang penting kan tidak melakukan hubungan layaknya suami-istri yang penting kan tidak bersentuhan . Bagaimana bisa mereka mengatakan seperti itu sedangkan zina itu tidak hanya pada kemaluan, melainkan hampir semua tubuh manusia dapat berzina! Wallahu alam. Ikhtilath dengan berbagai macam bentuk dan modelnya adalah sebuah kemungkaran yang tidak dapat diperbolehkan, baik ikhtilath yang terjadi di antara kaum kerabat maupun di antara keluarga. Kita perhatikan orang-orang keluar rumah menuju tempat-tempat rekreasi, seperti: pantai, tempat-tempat rekreasi, dan taman-taman bermain, sembari para wanita dalam rombongan itu memperlihatkan auratnya kepada orang-orang yang bukan mahramnya. Dari sinilahPage | 21

kemungkinan bahaya yang sangat bersembunyi. Demikian samar itu semua, sehingga api syahwat akan terpercik dan membesar, lalu nafsu yang sakit akan semakin menyala-nyala. Oleh sebab itu, hendaklah setiap muslim waspada dan berhati-hati, serta selalu memiliki rasa cemburu terhadap orang-orang yang menjadi mahramnya. Jangan sampai mereka mengadakan piknik-piknik dan rekreasi yang terlarang. Selain itu, hendaklah berpegang teguh kepada aturan syariat yang mulia ini, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Orang yang benar-benar memperhatikan dan mengawasi akan memahami bahwa ikhtilath adalah salah satu penyebab terjerembabnya manusia ke dalam perangkap setan. Betapa banyak mata memandang hal-hal yang haram, kemudian setan menghiasinya! Ini terjadi gara-gara ikhtilath. Betapa banyak percintaan yang keji nan nista terjadi di antara para remaja karena ikhtilath! Betapa banyak nomor telepon diberikan tanpa keperluan syari kepada lawan jenis yang bukan mahram, tidak lain karena ikhtilath! Betapa banyak tulisan-tulisan murahan di tulis di tempat-tempat tersebut, tidak lain karena ikhtilath! Lantas, masihkah seorang hamba Allah dianggap memiliki akal sehat jika tempat-tempat tersebut menjadi tujuan yang selalu dikunjungi? Jika engkau masih menjaga diri dan jiwamu, lantas apakah dosa yang akan didapatkan oleh orang yang bergabung bersamamu dalam rekreasi tersebut, dari kalangan remaja pria dan wanita? Tanyakanlah pertanyaan ini kepada diri kita sendiri dengan penuh keterbukaan . Ikhtilath adalah sebuah keburukan, bencana dan fitnah. Karenanya, hendaklah kita tutup semua pintu ikhtilath dan menjauhkan diri dari tempat-tempat ikhtilath dan syubhat tersebut. Dari shahabat Numan bin Basyir radhiallahu anhuma, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu allaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya, perkara yang halal sudah jelas kehalalannya dan perkara yang haram juga sudah jelas keharamannya. Di antara keduanya ada perkara syubhat (rancu, tidak jelas hukumnya); hal ini tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Dengan demikian, barang siapa yang menjaga dirinya dari perkara syubhat itu, sungguh ia telah menjaga kehormatan dirinya. Barang siapa yang terjerumus ke dalam perkara syubhat maka sungguh ia telah terjerumus ke dalam perkara yang haram. Bagaikan seorang penggembala yang menggembalakan binatangnya di sekitar kawasan terlarang, sehingga dikhawatirkan ia akan masuk ke tempat larangan itu. Ketahuilah, sesungguhnya setiap raja memiliki larangan, dan ketahuilah bahwa larangan Allah Taala adalah perkara yang diharamkan-Nya. Ketahuilah, bahwa di dalam setiap tubuh ada segumpal daging. Jika daging ini jelek maka seluruh tubuh akan ikut jelek. Ketahuilah, segumpal daging yang dimaksud tersebut adalah hati. (H.r. Al-Bukhari, no. 52 dan 2051; Muslim, no. 1599 [107]) Wahai lelaki muslim, hendaknya kita menjaga diri dan keluarga kita karena kita semua akan dimintai pertanggungjawaban tentang mereka, kelak pada hari kiamat.

Page | 22

Allah Taala berfirman,

Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang berbahan bakar manusia dan batu; penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai perintah Allah kepada mereka, dan selalu mengerjakan setiap hal yang diperintahkan. (Q.s. At-Tahrim: 6) Kelima: Lemahnya sikap cemburu Ibnul Qayyim mengatakan, Pokok agama ini adalah ghirah (kecemburuan), maka siapa yang tidak memiliki ghirah berarti ia tidak memiliki agama. Ghirah ini akan melindungi hati sehingga terlindungi pula anggota badan lainnya, tertolaklah dengannya segala perbuatan jelek dan keji. Sementara, ketiadaan ghirah menyebabkan hati mati hingga anggota badan lainnya pun ikut mati. Akibatnya, tidak ada penolakan terhadap perbuatan jelek dan keji. (Ad-Da` wad Dawa, hlm. 109110) Tenggelam dalam lumpur dosa termasuk salah satu sebab padamnya api ghirah di dalam hati. Hal ini merupakan hukuman atas dosa yang diperbuat. (Ibnul Qayyim AlJauziyyah, Ad-Da` wad Dawa, hlm. 106) Sesungguhnya salah satu penyebab utama yang bisa menjerumuskan ke dalam perbuatan zina ini adalah lemahnya sikap cemburu dalam diri sebagian lelaki terhadap orang-orang yang menjadi mahramnya. Karena itulah, kita akan melihat salah seorang dari mereka menunggu di dalam mobilnya, sementara istrinya atau pun saudari-saudari yang merupakan mahramnya turun dan pergi menuju pasar atau ke toko-toko seorang diri.; sendirian tanpa ditemani oleh mahramnya, dan berlama-lama di tempat tersebut. Di sisi lain, suaminya, ayahnya, atau kakak laki-lakinya yang merupakan mahramnya tidak mengetahui keberadaan mereka dan tindak-tanduk yang sedang mereka lakukan. Wallahu alam. Bukan berarti kita tidak memercayai mereka atau ingin ikut campur dengan urusan mereka. Akan tetapi, nasihat ini disampaikan dalam rangka melaksanakan perintah Allah Taala dan Rasululah shallallahu alaihi wa sallam, yaitu menjaga kehormatan para wanita dan menutup segala pintu setan. Dalam agama yang mulia ini, seorang suami dituntut memiliki ghirah atau rasa cemburu kepada istrinya, sehingga ia tidak menjerumuskan istrinya kepada perkara yang mengikis rasa malu dan mengeluarkannya dari kemuliaan. Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau. Allah menjadikan kalian sebagai pengatur di dalamnya secara turun temurun, lalu Dia melihat cara kalian bersikap. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dari dunia dan berhati-hatilah dari wanita karena awal bencana yang menimpa Bani Israil adalah karena wanitanya. (Hadits shahih; diriwayatkan oleh Muslim, no. 2742) Saad bin Ubadah radhiallahu anhu berkata, Sekiranya aku melihat seorang pria bersama istriku, niscaya aku akan menebasnya dengan pedang, tanpa peduli lagi!

Page | 23

Hal ini kemudian sampai kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda, Apakah kalian heran dengan kecemburuan Saad? Demi Allah, aku lebih cemburu daripadanya dan Allah lebih cemburu daripadaku. Disebabkan oleh kecemburuan Allah, Dia mengharamkan perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. (H.r. Al-Bukhari, no. 6454; Muslim, no. 2760) Wahai para lelaki muslim, ada sebuah kisah di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang membuat saya berpikir, apakah di zaman sekarang ini ada seorang suami yang benar-benar merasa cemburu kepada istrinya? Asma bintu Abi Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu anha bertutur tentang dirinya dan kecemburuan suaminya, Az-Zubair menikahiku dalam keadaan ia tidak memiliki harta dan tidak memiliki budak. Ia tidak memiliki apa pun kecuali hanya seekor unta dan seekor kuda. Akulah yang memberi makan dan minum kudanya. Aku yang menimbakan air untuknya dan mengadon tepung untuk membuat kue. Aku tidak pandai membuat kue sehingga tetanggatetanggaku dari kalangan Anshar-lah yang membuatkannya; mereka adalah wanita-wanita yang jujur. Aku yang memikul biji-bijian di atas kepalaku dari tanah milik Az-Zubair yang diserahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebagai bagiannya; jarak tempat tinggalku dengan tanah tersebut adalah 2/3 farsakh. Suatu hari, aku datang dari tanah AzZubair dengan memikul biji-bijian di atas kepalaku, kemudian aku bertemu dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam beserta sekelompok orang dari kalangan Anshar. Beliau memanggilku, kemudian menderumkan untanya untuk memboncengkan aku di belakangnya. Namun, aku malu untuk berjalan bersama para lelaki dan aku teringat dengan Az-Zubair dan kecemburuannya, sementara dia adalah orang yang sangat pencemburu. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengetahui bahwa aku malu maka beliau pun berlalu. Aku kembali berjalan hingga menemui Az-Zubair. Lalu kuceritakan padanya, Tadi aku berjumpa dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam keadaan aku sedang memikul biji-bijian di atas kepalaku. Ketika itu, beliau disertai beberapa orang shahabatnya. Beliau menderumkan untanya agar aku dapat menaikinya, namun aku malu dan aku tahu kecemburuanmu. (Hadits shahih; diriwayatkan oleh Al-Bukhari, no. 5224; Muslim, no. 2182) Lihatlah wahai para lelaki muslim, bagaimana balutan kecemburuan Az-Zubair terhadap Rasulullah shallallahu alahi wa sallam ketika istrinya akan berjalan bersama para lelaki untuk memboncengkannya dikarenakan istri Az-Zubair memikul biji-bijian di atas kepalanya! Bandingkan dengan zaman sekarang ini; para lelaki hanya bersikap biasa saja kala wanita yang menjadi mahram mereka tengah asyik berbicara atau bertemu dengan lelaki yang bukan mahram mereka. Juga terdapat sebuah syair yang membuat saya merasa kagum dengan kecemburuan seorang shahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam kepada kayu siwak. Semoga kenikmatan selalu dilimpahkan kepada Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu; beliau pernah melihat Fathimah radhiallahu anha (istrinya) bersiwak, maka ia cemburu kepadanya jika siwak itu menyentuh mulut Fathimah. Lalu ia bersenandung dengan syair, Wahai kayu siwak, Engkau sungguh beruntung Bisa menyentuh mulutnya Dan engkau tidak merasa takut Tatkala aku melihatmuPage | 24

Andai aku orang yang ahli berperang Pastilah engkau telah kubunuh Namun aku tak miliki siwak Selain hanya engkau yang kumiliki. (Lihat Shalahul Ummah fii Uluwwil Himmah, jilid 5; secara ringkas) Semoga Allah meridhai mereka semua . Keenam: Mendengar musik dan nyanyian Syekhul Islam rahimahullah berkata, Nyanyian dan musik adalah mantra pembangkit zina karena dialah faktor paling utama yang menyebabkan manusia terjatuh ke dalam perbuatan keji. Sungguh, laki-laki, anak-anak, dan wanita atau seseorang itu sangat menjaga diri, tetapi setelah mendengar musik, ia tidak mampu mengendalikan diri dan mudah berbuat kekejian serta condong kepadanya, baik sebagai subjek atau objek, sebagaimana yang terjadi di kalangan para pecandu khamr. (Ibnu Taimiyyah, Majmu Fatawa, 10:417418) Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, Di antara bentuk tipu daya musuh Allah Taala dan perangkapnya yang menipu orang-orang yang memiliki sedikit ilmu, akal, atau agama, serta bisa menjerat hati orang-orang yang bodoh dan selalu berbuat kesalahan, yaitu mendengarkan siulan, tepuk tangan, dan nyanyian yang diiringi dengan alat-alat yang diharamkan, yang akan menyebabkan seseorang selalu berada di atas kefasikan dan perbuatan maksiat. Itulah al-quran (bacaan, ed.) milik setan, sekaligus menjadi hijab (tabir) yang tebal dari ArRahman (Allah Taala yang Maha Pengasih). Al-quran milik setan itu sangat erat hubungannya dengan perbuatan liwath (homoseks) dan zina. Dengan menggunakan itu, setan dapat menipu dan memperdaya jiwa-jiwa yang berdosa serta menganggap baik perbuatan ini, menjadikannya sebagai tipuan syaithan. Setan juga membisikkan syubhat-syubhat (hal-hal yang menjurus kepada perkara haram) yang batil, sehingga bisikan-bisikan itu diterima, serta menyebabkan Alquran (yang merupakan wahyu dari Allah, red.) ditinggalkannya. (Lihat Ighatsatul Lahafan, 1:232) Abu Malik Al-Asyari berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sungguh akan ada sekelompok manusia dari umatku yang meminum khamr, mereka memberi nama dengan bukan namanya, mereka berdendang diiringi musik dan para biduanita, Allah Taala menenggelamkan mereka ke dalam bumi, dan Allah Taala mengubah (beberapa orang) di antara mereka menjadi monyet dan babi. (Hadits shahih; diriwayatkan Imam Ahmad, 1:290; Abu Daud, no. 3988; Ibnu Majah, no. 4020) Ibnu Qayyim rahimahullah berkata bahwa menurut sebagian ulama, jika hati sudah terbiasa dengan kebiasaan menipu, makar, dan kefasikan, serta terwarnai dengan sifat keburukan secara lengkap maka pelakunya akan bertingkah laku seperti hewan kera dan babi. (Ibnul Qayyim, Ighatsatul Lahafan, hlm. 269) Karenanya, wahai para pemuda-pemudi, berhati-hati terhadap salah satu penyakit akhlak yang berbahaya, yaitu menyenangi nyanyian atau tarian, dengan berbagai cara dan sarana yang mengakibatkan banyak pemuda-pemudi tergila-gila. Jika seseorang yang tidak sedang dilanda asmara mendengarkan nyanyian, hatinya akan bergejolak. Lirik-lirik lagu akan membuat pikirannya membayangkan hal-hal yang tidakPage | 25

seharusnya dia bayangkan dalam benaknya. Lalu bagaimana dengan seorang yang sedang terfitnah atau dilanda mabuk asmara? Bukankah lirik-lirik lagu akan semakin membuatnya gila dengan asmara? Maka waspadalah dan berhati-hatilah terhadap suara-suara setan tersebut. Sebagaimana Allah Taala berfirman,

Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan, dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (Q.s. Luqman: 6) Bersambung, insya Allah . Penulis: Ummu Khaulah Ayu. Murajaah: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.A. Artikel www.muslimah.or.id

Kehormatanmu, Wahai Saudaraku 5 (Internet, HP, dan Pandangan Mata)etujuh: Majalah porno dan kisah-kisah murahan Berbagai bentuk majalah yang mengumbar nafsu, kisah-kisah yang penuh senda gurau, filmfilm murahan, serta cerita-cerita yang merusak akhlak sangat berperan dalam membangkitkan dan menyebarkan perbuatan zina dan keji. Apa bedanya memandang seorang wanita di majalah-majalah dengan di dunia nyata? Mungkin ada yang mengatakan, Sudah tentu berbeda karena di dunia nyata objeknya nyata, sedangkan jika melihat di majalah, objeknya tidak nyata. Mungkin memang benar perkataan itu, namun tidakkah kita tahu bahwasannya hanya dengan melihat gambar-gambar yang tidak senonoh, nafsu para lelaki dapat dibangkitkan dengan mudah? Untuk apa kita melihat gambar-gambar yang ada di majalah membuat pikiran tidak karuan? Allahu alam. Majalah-majalah yang berisi aneka bentuk dan tampilan bertujuan mengajak kepada perbuatan fasik dan dosa yang membangkitkan hawa nafsu serta melanggar larangan Allah Taala dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Di antara tampilan murahan tersebut adalah:

Page | 26

Gambar-gambar penuh godaan yang dimuat di sampul-sampul majalah. Begitu juga isinya. Foto para wanita yang mengenakan dengan berbagai perhiasan yang memenuhi tubuhnya, padahal foto-foto itu hanya memuat penipuan belaka. Perkataan-perkataan jorok serta ungkapan dan kalimat yang tersusun memikat, namun jauh dari sifat malu dan kemuliaan. Wallahu alam. Kisah-kisah percintaan serta berita-berita seputar selebriti (para artis), penyanyi, dan penari dari kalangan orang-orang fasik, baik dari kaum Adam maupun Hawa.

Isi majalah-majalah tersebut jelas-jelas mengajak kepada perbuatan tabarruj (bersolek) di hadapan lelaki yang bukan mahram, ikhtilath (campur baur) antara lelaki dan wanita yang bukan mahram, serta tindakan mencabik-cabik hijab muslimah. Tak lupa pula, pameran busana yang mewah namun telanjang ditujukan kepada para wanita mukminah untuk menjerumuskan mereka dalam budaya telanjang dan tasyabbuh (meniru) para wanita nakal. Naudzubillah min dzalik. Diekspos pula tentang gaya pelukan, ciuman, antara lelaki dengan wanita. Termasuk juga dimuatnya berbagai macam cerita dan perkataan-perkataan menggebu-gebu yang membangkitkan nafsu para pemuda dan pemudi, sehingga cerita tersebut akan mendorong mereka untuk mengikuti jalan hidup yang menyesatkan dan menyimpang. Akhirnya, mereka akan terjerumus dalam perbuatan zina (keji), dosa, dan percintaan yang diharamkan. Kedelapan: Penyimpangan penggunaan alat telekomunikasi (telepon atau HP) Tidaklah menjadi rahasia lagi bagi setiap muslim bahwa segala kenikmatan yang dilimpahkan Allah Taala kepada kita tidak terhitung jumlahnya. Di antara nikmat-nikmat tersebut adalah ketersediaan alat komunikasi. Allah Taala yang memudahkannya untuk kita, dengan segala kemurahan dan kemuliaan-Nya. Seorang muslim yang cerdas tidak akan salah menyikapi nikmat-nikmat yang telah Allah berikan. Allah Maha Mengetahui, siapa saja hamba yang bersyukur di antara sekian banyak hamba yang kufur (ingkar). Hendaknya kita tergolong orang yang pandai bersyukur atas nikmat-nikmat tersebut. Allah Taala berfirman,

Dan syukurilah nikmat Allah, jika hanya kepada-Nya kamu menyembah. (Q.s. An-Nahl: 114)

Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (Q.s. Ibrahim: 7)

Page | 27

Dan apa saja nikmat yang ada padamu, maka dari Allah-lah (datangnya). Dan bila kamu ditimpa oleh kemudaratan maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. (Qs. An-Nahl : 53) Akan tetapi, jika kita tidak menggunakan nikmat tersebut secara benar atau bahkan memberikan koneksi kepada orang asing tanpa ada pengawasan, berubahlah nikmat alat-alat komunikasi tersebut menjadi hal-hal yang membinasakan dan menghancurkan harga diri dan kemuliaan seseorang. Padahal Allah Taala berfirman,

Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megahmegahkan di dunia). (Q.s. At-Takatsur: 8) Mungkin pada mulanya, sekadar perbuatan iseng yang tidak berguna. Namun ternyata, berakhir dengan kerugian dan kedustaan. Bisa juga berawal dari salah sambung. Mulanya dari sebuah panggilan salah sambung atau SMS salah kirim, akhirnya berlanjut ke pembicaraan yang mengarah kepada perkenalan, atau bahkan menuju kemaksiatan! Saya akan berikan contoh nyata dalam kehidupan kita sekarang ini, yaitu masih adanya fenomena lelaki muslim dan wanita muslimah yang bukan mahram melakukan SMS-an, dengan dalih untuk berdakwah atau menyambung silaturahim. Wahai jiwa-jiwa yang lalai, pahamilah arti dari masing-masing dalih itu. Jika suatu cara dilakukan dengan tujuan baik, namun cara itu harus melanggar syariat Allah Taala, apakah cara itu masih bisa dikatakan baik? Apakah para lelaki muslim yang tidak pandai menjaga dirinya itu tidak berpikir bahwa SMS yang dia kirimkan walau hanya sekadar ucapan salam atau kiriman hadits-hadits yang berisikan hikmah yang baik tidak dapat menimbulkan fitnah (godaan) terhadap para wanita yang bukan mahram mereka? Bisakah mereka menjamin tidak akan muncul fitnah (godaan)? Telah saya jelaskan di awal tulisan ini bahwa wanita itu dapat terfitnah juga dengan sesuatu yang ada dalam diri seorang lelaki muslim (baca: ikhwan), baik itu berupa perhatian, kebaikan, kelembutan, dan ungkapan-ungkapan manis terhadapnya. Ini perlu menjadi perhatian para ikhwan agar mereka semua berusaha tidak melakukan pelanggaran dalam penggunaan alat telekomunikasi, khususnya HP (handphone). Bagaimana bisa seseorang yang mengaku paham ilmu agama tidak mengetahui faktor-faktor fitnah (godaan)? Kita berusaha berpikir positif bahwa mungkin saja dia terlupa akan ilmu yang selama ini dipelajari, mungkin ia sedang khilaf, atau bisa juga karena tidak ada teman yang menasihati dan mengingatkannya. Bukan ingin menyalahkan seorang laki-laki dalam penggunaan alat telekomunikasi ini, melainkan hendaknya ikhwan dan akhwat berusaha membuat batas-batas dalam komunikasi yang terjadi antara mereka. Saya berikan sedikit penjelasan agar para ikhwan dapat memahaminya dengan baik, insya Allah. Misalnya, jika ada seorang akhwat yang mengirimkan SMS ke nomor HP si ikhwan, hendaknya dia benar-benar selektif dalam membalasnya. Mengapa demikian? Karena bisa

Page | 28

saja wanita ini hanya ingin mengetes ikhwan tersebut, hanya ingin mencari perhatian, atau hanya mengisi waktu luang dengan mengirim SMS kepada lelaki yang bukan mahramnya. Jika memang harus berkomunikasi dengan wanita yang bukan mahram kita, gunakanlah katakata yang nadanya datar, maksudnya tidak bertele-tele atau mendayu-dayu layaknya sedang merayu istri, atau dengan basa-basi yang tidak ditahui ujungnya membicarakan apa. Selesai keperluan, tidak perlu harus bertanya hal-hal yang bukan haknya untuk diketahui. Contohnya: Ikhwan: Assalamu alaykum, Ukhtiy. Maaf, kitab berjudul A karya siapa? Akhwat: Waalaykumus salaam wa rahmatullahi wa barakatuh. Karya B. Selesai urusannya. Tidak perlu harus bertanya yang tidak ada manfaatnya. Contohnya : Ikhwan : Jazaakillahu khoyran ya, Ukhtiy. Waktu itu belinya di mana? Dengan siapa? Oiya, anti sudah baca? Kalau sudah, bagus tidak? Kapan-kapan, saya boleh pinjam ya, Ukhtiy? Apa anti sekarang lagi membacanya ya? Semangat ya, Ukhtiy! Mungkin juga dapat berupa pertanyaan yang jauh lebih aneh dan memalukan. Contohnya: Ikhwan: Assalamu alaykum, Ukhtiy. Apa info kajian hari ini telah dikirim? Akhwat: Waalaykumus salaam wa rahmatullahi wa barakatuh. Sudah. Ikhwan: Jazaakillahu khoyran ya, Ukhtiy. Nanti berangkat atau tidak? Sama siapa berangkatnya? Jangan lupa membawa buku catatan ya, Ukhtiy! Subhanallah . Wahai para lelaki muslim, sungguh semua ini pertanda seorang laki-laki tidak pandai menjaga dirinya. Mengapa? Bisa saja, bermula dari percakapan yang ringan dan sederhana, hingga percakapan yang semakin lama semakin tidak ada faedahnya. Haruskah pertanyaanpertanyaan yang seharusnya tidak ditujukan pada orang yang bukan mahram kita keluar dari lisan kita? Ataukah rasa takut akan munculnya fitnah (godaan) telah hilang dari jiwa ini? Sekali saja seorang laki-laki membuka kesempatan kepada seorang wanita untuk melakukan percapakan yang tidak penting, maka wanita tersebut akan berusaha membuka percakapanpercakapan selanjutnya yang jauh lebih tidak penting lagi. Ini telah terjadi di zaman sekarang. Mungkin bisa saja kita menghapus pesan-pesan yang ada di dalam HP kita, atau dengan mengganti nama lelaki menjadi nama wanita di dalam phonebook HP kita, atau sebaliknya. Wahai para lelaki, bersikap jujurlah dan jangan hancurkan diri dengan kedustaan. Sesungguhnya kejujuran adalah sebuah kebajikan, sedangkan kebajikan akan menuntun seseorang menuju surga. Sesungguhnya seorang hamba bermaksud untuk jujur sampai ia tercatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Sesungguhnya kedustaan merupakan sebuah kekejian, sedangkan kekejian akan menuntun seseorang menuju neraka. Sesungguhnya seorang hamba bermaksud untuk berdusta hingga ia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta. (H.r. Muslim, no. 4720) Dalam memberikan nomor HP pun sebaiknya harus selektif agar kita tidak terganggu oleh orang-orang yang kurang kadar tauhidnya kepada Allah.

Page | 29

Mungkin ada orang yang akan menjawab Kalo gitu, kita enggak usah beli pulsa, biar enggak bisa SMS-an. Kalo gitu, kembali aja ke zaman dulu, biar enggak perlu pakai HP. Mungkin juga ada yang berucap, Salah siapa SMS ke nomor HP saya! Mungkin juga ada jawaban seperti ini, Baiklah, kalo gitu, saya enggak perlu beli HP, biar enggak bisa komunikasi dengan lawan jenis! Demi Allah, bukan itu semua yang dimaksud. Pesan yang ingin disampaikan melalui nasihat ini hanyalah agar hendaknya setiap muslim dan muslimah membuat batas-batas dan aturanaturan dalam menggunakan HP serta mengamalkan ilmu agama yang telah dipelajari dan dipahami. Sungguh bijak petuah Ibnu Masud radhiallahu anhu, Inti ilmu adalah rasa takut kepada Allah Taala. Kesembilan: Internet dan penggunaannya yang buruk dan menyimpang Internet bisa bermanfaat, sekaligus bisa mendatangkan musibah dan bahaya. Faedahnya sangat banyak dan tak terhitung jumlahnya. Bahayanya juga sangat banyak dan tidak terhitung lagi. Ini adalah perkara yang nyata dan tidak diragukan lagi! Sedang kenyataan yang ada menjadi bukti atas kebaikan dan keburukan internet. Kemudahan dalam mengoperasikan, menggunakannya, dan menikmati segala fungsinya membuat internet menjadi pisau bermata dua. Pada penyebab kesepuluh ini, saya tidak akan banyak menjelaskan hingga detail karena jika kita memahami perkataan Ibnu Masud bahwa inti ilmu adalah rasa takut kepada Allah, maka insya Allah kita dapat mengamalkan perintah-perintah Allah Taala dalam penggunaan internet. Pada zaman sekarang ini, teknologi sudah semakin canggih sehingga jika kita mau bermaksiat, itu bukanlah hal yang sulit. Kendati demikian, hendaknya kita membaca dan memahami firman Allah Taala,

Dia mengetahui perkara rahasia dan perkara yang lebih tersembunyi lagi. (Q.s. Thaha: 7)

Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. (Q.s. Al-Mujadalah: 6)

Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan segala hal yang disembunyikan oleh hati. (Q.s. Ghafir: 19)

Page | 30

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban. (Q.s. Al-Isra: 36) Apalagi dengan adanya situs jejaring facebook (FB). Tentu sudah tidak asing lagi namanya bagi kita. Telah ada artikel yang menasehatkan tentang bahayanya jika kita melakukan add atau confirm terhadap lawan jenis atau artikel tentang cara ber-FB agar kita tidak terjerumus dalam kemaksiatan. Akan tetapi, hanya sebagian orang yang mengambil hikmahnya. Renungkanlah . Bukan berarti jika kita tidak melakukan add atau confirm terhadap lawan jenis lantas kita telah aman dari fitnah (godaan). Kembali ingatlah perkataan Ibnu Masud, bahwa inti ilmu adalah rasa takut kepada Allah Taala. Sebaiknya kita pun cerdas dalam menilai suatu pesan itu penting atau tidak jika kita kirimkan untuk lawan jenis. Bisa saja tidak terlalu penting, namun dibuat agar terkesan penting. Bisa jadi pula, pertanyaan yang diajukan tidak terlalu bermanfaat, namun dibuat-buat agar terlihat bermanfaat. Semua fenomena ini bisa saja terjadi pada ikhwan maupun akhwat. Masalah ini hendaknya jangan diremehkan. Jangan sampai kita tenggelam dalam dosa hanya gara-gara penggunaan FB yang melampaui batas. Cermatilah sebuah syair dari Ibnu Mutaz berikut ini. Tinggalkan dosa-dosa, baik yang kecil maupun yang besar Itulah takwa Bersikaplah seperti orang yang berjalan di atas tanah berduri Ia akan berhati-hati kepada perkara yang dilihatnya Janganlah kau remehkan sesuatu yang kecil Karena gunung itu berasal dari kerikil-kerikil kecil. (Lihat Jamiul Ulum wal Hikam, I:402) Mungkin kita pernah mendengar sebagian orang menjawab seperti ini jika menjumpai pembahasan add atau confirm terhadap orang yang bukan mahramnya, Cuma seperti itu saja diributkan. Yang penting kan niatnya baik. Tujuannya kan baik, yaitu untuk berdakwah. Jadi, kalau ada FB ikhwan atau akhwat di FB kita, ya tidak apa-apa lah! Jangan dibuat ribet! Mari kita tanyakan kepada hati kita yang paling dalam, apakah kita bisa menjamin keadaan hati kita dari adanya fitnah (godaan)? Apakah kita sudah mampu mendirikan benteng kokoh agar tidak ada fitnah yang datang menggerogoti kehidupan kita? Ataukah kita telah memiliki kemampuan untuk menerka waktu akan datangnya fitnah (godaan) ke dalam hari-hari kita? Sementara, hati kita ini diciptakan dalam keadaan lemah . Allah Taala berfirman,

Manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah. (Q.s. An-Nisa: 28) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Segeralah beramal sebelum datangnya fitnah. Fitnah yang bagaikan potongan gelapnya malam; seseorang yang beriman di pagi hari kemudian menjadi kafir di sore hari, atau seorang yang beriman di sore hari kemudianPage | 31

menjadi kafir di pagi harinya. Dia menukar agamanya dengan sebagian perhiasan dunia. (HR. Muslim, no. 328) Ingatlah, hati kita ini terletak di antara dua jari-jemari Allah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berdoa, Ya Allah, Dzat yang Maha membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu. Kemudian ada yang bertanya tentang doa tersebut. Lalu beliau bersabda, Sesungguhnya, tidaklah anak Adam melainkan hatinya berada di antara dua jari dari jemari-jemari Allah. Siapa saja yang dikehendaki maka Allah akan luruskan dia, dan siapa yang dikehendaki maka Allah akan simpangkan dia. (H.r. Tirmidzi, no. 3517; Syekh Al-Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih) Mungkin juga, kita meremehkan dosa-dosa kecil dengan melakukan add atau confirm, hingga akhirnya kita bermudah-mudahan dalam berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahram kita, lalu penghujungnya adalah datangnya badai musibah dalam kehidupan kita.

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Q.s. Asy-Syura`: 30) Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu mengatakan, Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat. (Al-Jawabul Kafi, hlm. 87) Perkataan Ali radhiallahu anhu tersebut selaras dengan firman Allah Taala,

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Q.s. Asy-Syura`: 30) Para ulama salaf pun mengatakan yang serupa dengan perkataan di atas. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah mengatakan, Di antara akibat dari perbuatan dosa adalah hilangnya nikmat, dan akibat dosa adalah datangnya bencana (musibah). Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula, datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa. (Al-Jawabul Kafi, hlm. 87) Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan, Tidaklah suatu kejelekan (kerusakan) disandarkan pada sebuah hal melainkan pada disandarkan pada dosa karena semua musibah disebabkan oleh dosa. (Lathaif Al-Maarif, hlm. 75) Wahai para lelaki muslim, pahami dan renungilah perkataan-perkataan berikut ini! Umar bin Abdul Aziz mewanti-wanti penasihatnya, Maimun bin Mahran, agar tidak berduaduaan dengan wanita meskipun dengan alasan mengajarkan Alquran, Aku memberi wasiat kepadamu dengan wasiat yang harus kau jaga. Janganlah engkau berdua-duaan dengan

Page | 32

wanita yang bukan mahrammu, walau batinmu berkata bahwa kau akan mengajarinya Alquran. (Lihat kitab Hilyatul Auliya wa Thabaqatul Ashfiya, V:272) Hendaknya, kita pun memegang erat-erat wasiat Umar bin Abdul Aziz tersebut. Jangan merasa diri kita aman dari fitnah (godaan). Oleh karena itu, semoga Allah merahmatimu . Berhati-hatilah dalam menghadapi faktorfaktor bencana. Orang yang mendekati fitnah akan sulit selamat darinya. Sebagaimana kehati-hatian diiringi oleh keselamatan, tindakan mendekati fitnah itu akan diiringi oleh kebinasaan. Jarang ada orang yang selamat dari fitnah setelah dia mencoba mendekatinya. Yaitu, ia tidak terbebas dari memikirkan, membayangkan, dan menginginkannya. Semua ini menggelincirkan. (Dzammul Hawa, hlm.153) Melanjutkan perkataan di atas, Ibnul Jauzi menguraikan nasihat, Seandainya berduaan dengan wanita ajnabiyyah (bukan mahram) diperbolehkan, kamu tetap tidak dapat selamat dari penyakit-penyakit ini. Terlebih lagi, ternyata itu diharamkan. (Dzammul Hawa, hlm.153) Terdapat sebuah nasehat dari seorang sahabat wanita muslimah di seberang sana, ketika saya bertanya padanya apakah dia melakukan add atau confirm pada lelaki yang bukan mahram. Jawabannya sederhana dan membuat saya kagum. Ketika itu saya bertanya, Maaf, Ukhti. Apakah anti melakukan add atau confirm kepada yang bukan mahram? Beliau menjawab, Tidak, Ukhti. Di facebook saya hanya ada mahram saya, sehingga hanya ada 35 orang yang memang jelas mahram saya. Kemudian beliau pun berkata kepada saya Wahai saudariku, kapan kita akan menaati perintah Allah Taala dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan bertakwa kepada Allah Taala dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam jika bukan sekarang!! Padahal tidak pernah sedikit pun kita mengetahui arah kedatangan maut. Memiliki facebook bukan untuk bermaksiat, namun seharusnya setiap kaum muslimin semakin hati-hati dalam menggunakan kenikmatan tersebut agar tidak terjerumus ke dalam lubang hitam kemaksiatan. Begitulah jawabannya. Padahal beliau telah menikah dan memiliki tiga orang anak. Lantas, bagaimana kita yang belum menikah? Apakah kita telah merasa aman dari fitnah? Tentu saja, ini berlaku bagi para lelaki muslim maupun wanita muslimah. Allah berfirman,

Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.s. Al-Baqarah: 231)

Dan peliharalah dirimu (dari azab yang terjadi) pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian setiap orang diberi balasan sempurna sesuai dengan

Page | 33

perbuatan yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan). (Q.s. AlBaqarah: 281) Kesepuluh: Racun yang mematikan yaitu pandangan yang diharamkan Tahukah engkau apa itu mata yang berkhianat? Allah Subhanahu wa Taala berfirman dalam surat Al-Mumin, ayat 19.

Dia mengetahui (pandangan) mata yang berkhianat . Apa yang dimaksud dengan mata yang berkhianat itu? Sebaik-baik penafsiran adalah tafsir para shahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Oleh karena itu, mari kita merujuk kepada penafsiran seorang Turjumanul Quran (Penerjemah Alquran), Ibnu Abbas radhiallahu anhu; beliau berkata, Seseorang berada di tengah banyak orang lalu seorang wanita melintasi mereka. Maka, ia memperlihatkan kepada kawankawannya bahwa ia menahan pandangannya dari wanita tersebut. Jika ia melihat mereka lengah, ia pandangi wanita tersebut. Jika ia khawatir kawan-kawannya memergokinya, ia menahan pandangannya. Padahal, Allah Azza wa Jalla mengetahui isi hatinya bahwa ia ingin melihat aurat wanita tersebut . Ketahuilah Sedikitnya rasa malumu terhadap siapa yang berada di sebelah kanan dan sebelah kirimu saat kamu melakukan dosa itu lebih besar daripada dosa itu sendiri! Dan tertawamu saat kamu tidak tahu apa yang akan Allah perbuat terhadapmu, itu lebih besar dari pada dosa itu sendiri! Dan kegembiraanmu dengan dosa ketika kamu melakukannya, itu lebih besar daripada dosa itu sendiri! Perhatikanlah wasiat salaf berikut ini, Penglihatanmu tidak lain adalah nikmat dari Allah. Janganlah mendurhakai-Nya dengan menggunakan nikmat-Nya. Perlakukanlah penglihatan tersebut dengan menahannya dari perkara yang haram, niscaya kamu akan beruntung. Jangan sampai engkau mendapat hukuman berupa hilangnya kenikmatan itu. Waktu berjihad untuk menahan pandangan itu sejenak. Jika kau melakukannya, kau kan dapatkan kebaikan yang banyak dan selamat dari keburukan yang panjang. Perhatikan pula untaian kata mutiara yang dikutip Ibnul Jauzi, Seorang pemberani bukanlah orang yang melindungi tunggangannya pada saat berada di medan laga dan ketika api peperangan tengah berkecamuk. Akan tetapi, pemuda yang menahan padangannya dari yang haram, itulah Sang Ksatria! (Dzammul Hawa, hlm. 143181) Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Pandangan merupakan anak panah beracun dari anak-anak panah Iblis. Maka, barang siapa yang menahan pandangannya karena Allah dari kecantikan seorang wanita, niscaya Allah akan mewariskan rasa manis dalam hatinyaPage | 34

sampai hari pertemuan dengan-Nya. Demikianlah makna hadits tersebut. (Lafal hadits yang disebutkan tercantum dalam kitab Ad-Da wa Dawa karya Ibnul Qayyim tersebut diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (IV:313), Al-Qudhai dalam Musnad AsySyihah (no. 292), dan Ibnul Jauzi dalam Dzammul Hawa (hlm. 139) dari jalur Hudzaifah) Beliau shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, Tundukkanlah pandangan kalian dan peliharalah kemaluan kalian. (H.r. Ahmad, V:323; Al-Hakim, IV:358; Ibnu Hibban, no. 2547, Ibnu Abi Dun-ya dalam Ash-Shamt, no. 446; Al-Kharaithi dalam Makarimul Akhlaq, hlm. 31; Al-Baihaqi, VI:288; diriwayatkan dari Ubadah. Al-Haitsami dalam Al-Majma, IV:145; dan Al-Mundziri dalam At-Targhib, III:64, menyatakan bahwa hadits tersebut mempunyai cacat, berupa keterputusan sanad antara Al-Muththalib bin Abdullah dan Ubadah. Namun, hadits