its master 10265 paper

Upload: hyugamarufin

Post on 10-Apr-2018

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/8/2019 ITS Master 10265 Paper

    1/16

    Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

    M ODEL I NTEGRASI PERM UKI M AN PENGUNGSIKEDALAM SI STEM PERM UKIM AN KOTA

    Studi kasus di Lingkungan Lamanaga Kelurahan Bukit Wolio Indah

    Kota Bau-Bau

    Muh. Irsyad Cahyadi1)

    , Johan Silas2)

    , Heru Purwadio3)

    1. Mahasiswa Jurusan Arsitektur ,email : [email protected]

    2. Jurusan Arsitektur FTSP ITS Surabaya Indonesia 60111

    3. Jurusan peren can aan wilayah kota FT SP IT S Surabaya Indonesia 60111

    ABSTRAK

    Pertumbuhan penduduk kota Bau-Bau sela in dip engaru hi o leh tingkat kelahi ran dankematian ju ga d ipengaruhi oleh masuknya p engungsi akiba t konfl ik sosial yang terja di diAmbon pada tahun 1999. Untuk m enunjang kehidupannya pa ra pengungsi ditempatkandibeberapa lokasi penampungan sekitar permukiman kota. Dari komitmen Deklarasi Istanbuldikatakan bahwa seluruh m anusia yang hidup dibumi berha k mendapatkan tempat tinggaldan li ngkungan yang layak. D alam Perkem bangannya p ermukiman pengungsi berintegrasi

    dengan permukiman kota melalui model integrasi fisik. Permukiman pengungsi merupakanbagian dari sistem permukiman kota dimana sarana prasarana lingkungan yang terbangunsal in g berhubungan.

    Ma kalah ini m eneli ti bagaimana jalinan hubungan antara permukiman pengungsiterha dap permukiman kota sebagai pusat kota dengan menggunakan met ode penelit iandeskriptif kualitat if dan analisa tipologi m orfologi yaitu mengidentifikasi struktur keterkaitandan atau hubungan antara bagian-bagian dari kota.

    Hasil yang diperoleh pada penelitian ini yaitu model integrasi permukimanpengungsi kedalam sistem permukiman kota dapat dilihat dari pola jaringan jalan, jaringandrainase, jaringan listrik, sarana air bersih, sarana drainase, dan sarana prasarana sosial.

    Kata kunci : Permukiman,integrasi,model,sistem,kota,pengungsi

    ABST RACT

    Urban population growth Bau-Bau in addition affected by the birth and death ratesare also influenced by t he entry of refugees due to social conflict in Ambon in 1999. T o

    suppo rt t he life of the refugee camps located in several locations around t he settlement s of th e

    city. Istanbul Declaration of commitment to say that all people who live on earth deserve aplace to live and a decent environment. In the refugee settlement s and development , int egrated

    with the settlement the city through the physical integration model. Refugee settlements arepart of the settlement system of t he city where infrastructure built environment ar e related.

    This paper examines how relationships between the settlements of refugees to

    settlements as the center of the city by using analysis of morphological typology of linkagesand identify the structure or the relationship between the parts of the city.

    Results obtained in this study is a model of integration into the refugee settlement settlement

    system the city can be seen from the pattern of road network, drainage network,electricity,clean water facilities, drainage facilities, and social infrastructure.

    Keywords: Set tlement, integration, models, systems, cities, refugee

    Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

  • 8/8/2019 ITS Master 10265 Paper

    2/16

    Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

    I . PENDAHULUAN

    Kota Bau-Bau merupakan suatu kota yang t erletak di bagian Selatan PropinsiSulawesi T enggara berupa wilayah kepulauan, berada di P ulau Buton. Jumlah pen duduk Kot a

    Bau-Bau sebanyak 124.609 jiwa, dengan luas wilayah sekitar 221 Km. Perkembangan Kota

    ant ara lain disebabkan oleh terbangunnya permukiman-permukiman baru disekitar kotadiantaranya permukiman pengungsi di Lingkungan Lamanaga Kelurahan Bukit Wolio Indah.

    Permukiman ini t erbentuk pada tahun 2000. Kerusuhan yang melanda Ambon pada tahun

    1999 mengakibatkan t erjadinya pengungsian besar-besaran dan Kot a Bau-Bau merupakansalah satu daerah tempat mengungsi. Kota ini dijadikan sebagai tempat mengungsi disebabkan

    karena asal usul mereka berasal dari Bau-Bau (suku Buton). Penempatan pengungsi di Kota

    Bau-Bau terdiri beberapa lokasi dan diantaranya berlokasi di Lingkungan Lamanaga, terletakdi Kota Bau-Bau bagian atas yait u daerah p erbukit an yang berjarak 3 Km dari pusat Kota.

    Pembangunan perumahan pengungsi di daerah ini dibiayai dari bantuan pemerintah namun

    untuk status tanah merupakan hak milik pengungsi yang telah dibeli dari penduduk setempat.Penempatan pengungsi dilokasi ini belum ditunjang oleh sarana prasarana

    lingkungan yang memadai seperti halnya yang ada dipermukiman kota. Oleh karena itu

    permasalahan utama yang t erjadi yait u t idak t ersedianya sarana dan prasarana lingkunganyang t ersistem dengan prasarana kota pada permukiman pengungsi lingkungan Lamanaga

    sehingga menyebabkan ketidak sesuaian terhadap permukiman kota, Oleh karena itu

    digunakan sebagai dasar kajian dalam proses penelit ian selanjutnya yaitu pertumbuhanka wasan permukiman pengungsi belum terintegrasi k edalam sistem permukiman kota Bau-Bau, seiring dengan perkembangan kota dalam kontek s fisik lin gkungan permukimannya.

    Penelitian ini bertujuan unt uk merumuskan model permukiman pengungsi yang

    terintegrasi kedalam sistem permukiman Kota Bau-Bau dengan tiga sasaran yaitu

    mengidentifikasi permukiman kota, mengidentifikasi permukiman pengungsi danmengintegrasikan permukiman pengungsi kedalam sistem permukiman kota dengan batasan

    penelit ian pada Lingkungan Lamanaga Kelurahan Bukit Wolio Indah pada tinjauan fisik

    permukiman.

    Gambar 1. P eta wilayah penelit ian

    I I . KAJIAN TEORI

    Empat puluh persen dari wilayah kota adalah milik umum, jalan, taman, sekolah dan

    berbagai unsure yang digunakan oleh umum. Dalam hal ini pemerintah daerah boleh

    Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

  • 8/8/2019 ITS Master 10265 Paper

    3/16

    Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

    membentuk jalan-jalan, jalur lalu lintas utama dan ruang terbuka sesuai dengan rancanganyang t elah dibuat oleh pejabat perencana. Namun sebagian besar pembangunan kota, 60 %

    dari seluruh wilayah kota persil demi persil dikembangkan oleh industri, kegiatan usaha, dan

    pencari rumah yang mencari kesempatan menanam modal. Perkembangan kota mempunyaiimplikasi adanya suatu tanggung jawab yang terus menerus, dengan semua kekuatan bersatu

    dalam proses bert indak bersama-sama dan saling berkaitan. T ingkat kesat uan kekuat an-

    kekuatan ini mencerminkan aspirasi, ambisi, dan it ikad dari suatu masyarakat dan inisiat if

    serta tanggung jawab warga kot a secara keseluruhan dan masing-masing unt uk p orsinyasendiri. Oleh karena itu untuk menunjang perkembangan kota diperlukan perencanaan yang

    baik.Secara umum model dapat berupa model fisik, m isalnya suatu replika dari suatu

    bangunan atau lingkungan dalam bentuk maket atau model tiruannya. Yang lainnya berupamodel abstrak yaitu suatu bentuk yang menyatakan suatu realita yang kompleks kedalam

    simbol-simbol untuk menyederhanak an kompleksitas tersebut.

    Menurut (Djoko Sujarto,1998) esensi dan tujuannya model-model perencanaan kota

    dapat dibedakan dalam 3 model

    1. Model diskriptif (decriptive model) yaitu model yang dapat dipergunakan untukmengkaji tingkah laku suatu realit a atau gejala sebagaimana adanya.

    2. Model penaksiran (predictive model) yaitu model yang dapat dipergunakan unt ukmenafsirkan sesuatu atau melihat kecenderungan dan kemungkinan dimasa datang.

    3. Model perencanaan (planning model) yaitu model yang dapat dipakai untuk membentuksuatu pola atau bentuk untuk masa m endatan g berdasarkan anggapan-anggapan dan

    kendala tertentu.

    Dari ketiga model diatas maka dalam penelitian ini menggunakan model diskriptif

    unt uk menganalisa realita yang t erjadi.

    Integrasi permukiman

    Di dalam sistem implementasi pembangunan kota dan permukiman, proses-proses

    yang bersifat lokal dan yang bersifat luas seyogyanya terakomodasi keberadaan danket erkaitannya. Akan tetapi,keberadaan dan pelaksanaan k edua proses ini harus atas kejelasan

    kedudukan dan fungsinya di dalam proses pem bangunan permukiman secara keseluruhan.Bagaimana kedua proses ini diakomodasi didalam sistem implementasi

    pembangunan kota dan permukiman, dan menjadikannya proses pernbangunan. Pembangunan

    kota menjadi pemersatu dari tujuan-tujuan yang bersifat lokal maupun luas dari prosespembangunan kota, dan mengintegrasikan setiap unsur atau aspek pembangunan kota

    sehingga permukiman disekitarnya merupakan bagian integral dari keseluruhan tujuan

    pembangunan kot a. Dengan demikian, pembangunan yang bersifat lokal at au memp erhatikansuatu kepentingan lokal, tetapi juga memperhatikan dan mengakomodasi kepentingan publik

    yang lebih luas. Selain itu,integrasi ini dapat terjadi karena pernbangunan yang bersifat atau

    berlingkup lokal bukan merupakan suatu proses dan hasil yang berdiri sendiri.

    Pendekatan Faktor Kawasan Kota yang Terintegrasi

    T ujuan pendekatan ini adalah memahami faktor-faktor yang m enentukan dalampengintegrasian kawasan kot a berdasarkan pengertian sistem. Kawasan kota adalah sist emyang mengandung pert alian antar unsur pelaku, fungsi dan penghubung. Berdasarkan

    Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

  • 8/8/2019 ITS Master 10265 Paper

    4/16

    Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

    pengertian sistem k awasan kota di atas maka faktor-faktor int egrasi akan men cakup faktornorma yang berkaitan dengan unsur pelaku, faktor fungsi yang berkaitan dengan unsur fungsi

    kegiatan dan faktor fisik yang berkaitan dengan unsure penghubung.

    v Faktor norma memperhatikan kepentingan masyarakat sebagai pelaku. Masyarakatmembentuk kawasan kota sebagai transformasi pemaknaan t erhadap alam dan realitas

    lingkungan (Wiryomartono, 1995: 14 dalam Markus Zahnd) dengan perilaku dan

    budayanya. Kawasan kota yang dibentuk sesuai norma masyarakat akan lebih imageableatau dapat diterima. Faktor norma berkaitan dengan pola atau standard perilaku

    masyarakat memiliki komponen-komponen nilai budaya, peraturan dan kelembagaan.v Faktor fungsi memperhat ikan kepentingan fungsi k egiatan. Kawasan kota berfungsi

    mewadahi kegiatan masyarakat . Kegiatan yang dilakukan masyarakat banyak bertaliansatu dan lainnya. Berdasarkan aspek ini, kegiat an sosial dan ekonomi sert a p olitik

    menjadi esensi dalam pembentukan kota. Perubahan dalam kegiatan akan mempengaruhi

    fungsi kawasan. Faktor fungsi berkaitan dengan fungsi kawasan kota dalam mewadahikegiat an-kegiatan inhabitasi memiliki komponen-komponen esensi kegiat an, keterkaitan

    kegiatan dan tingkat kegunaan.

    v Faktor fisik memperhatikan bentuk-bentuk fisik. Pengaturan fisik ruang kota dilakukanuntuk menyesuaikan kepada kegiatan yang ditampung dan norma masyarakat.

    Pen gat uran fisik m enghasilkan st ruktur kota serta bent ukan fisik lain seperti kualitas

    visual dan termasuk detail. Fakt or fisik berkaitan dengan wuju fisik kawasan kotamemiliki komponen-komponen spasial, visual dan det ail.

    Persyaratan pengintegrasian perlu diketahui untuk melakukan identifikasi terhadap

    kon disi pengintegrasian suatu kawasan kota. Pendekatan teori berdasarkan integrasi fisikpermukiman menggunakan The Figure Ground Theory. Teori ini mempersyaratkan adanyakejelasan st ruktur dan sekuen dalam ruang kota. Dengan demikian pola komposisi ruang

    terbuka dan massa bangunan dapat dimanipulasi untuk memperjelas st ruktur ruang kota.Hirarki misal diciptakan dengan dasar perbandingan ukuran dan bentuk geometri ruangnya

    (T rancik, 1986: 97). Di sini komponen pewadahan dalam sistem kota harus diperhat ikan

    termasuk aspek spasial, visual dan detail.Kawasan kota yang terintegrasi dengan demikian adalah kawasan yang unsur-

    unsurnya secara fisik membentuk str ukt ur ruang yang teratur dan menyatu. Komponen-komponen pengintegrasiannya pada faktor fisik (spasial, visual dan detail) dipersyaratkan :

    1) Ruang ka wasan yang terstruktur dan hirarkis. Semua fragmen dihubungkan dalam

    kerangka yang berkarakter; menyatu dan seimbang di dalam struktur kawasan (Trancik,1986: 106; Lang, 1994: 418).

    2) Bentuk visual yang fungsional,analogis dan estetis. Unsur-unsur masif harus berfungsi

    dalam membentuk pola kawasan, menghadirkan ekspresi lokal yang signifikan denganbentuk visual dan letaknya. (Trancik, 1986: 101) .

    3) Memperkuat fungsi dan karakter dengan mengolah bent uk dan aksentuasi kawasan

    misalnya diperjelas struktur dan ordernya (Trancik 1986: 103).

    Perumahan dan Permukiman

    Persoalan perumahan dan permukiman diIndonesia tidak terlepas dari dinamika

    yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maupun k ebijakan pemerintah dalam mengelolahperumahan dan permukiman. P erkembangan permasalahan yang semakin kompleks yang

    Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

  • 8/8/2019 ITS Master 10265 Paper

    5/16

    Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

    terkait dengan hal diatas melatarbelakangi disusunnya suatu kebijakan dan strategi yangcakupannya dapat meliputi bidang perumahan dan permukiman sebagai suatu kesatuan yang

    tidak t erpisahkan. Pedoman penataan ruang permukiman di Indonesia dijelaskan pada UU No.

    26/2007. Undang-undang ini mengamanatkan perlunya dilakukan penataan ruang yang dapatmengharmoniskan lingkungan alam dan lingkungan buatan. T ujuan penataan ruang adalah

    untuk mencapai keterpaduan penggunaan sumberdaya alam dan buatan serta dapat memberi

    perlindungan terhadap fungsi ruang pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan hidup

    akibat penataan ruang. Berlandaskan UU No.4/1992 mengenai perumahan dan permukiman,telah dikeluarkan Kebijakan dan St rategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP)

    pada tahun 1999 sebagai suatu pedoman penyusunan kebijakan teknis, perencanaan,pemograman, dan kegiatan yang terkait dengan perumahan dan permukiman.

    Se bagai perpanjangan dari Deklarasi Istanbul tahun 1996, KSNPP ini memilikivisi,misi dan sasaran yang bertujuan mewujudkan komitmen Habitat Agenda, dimana visi dari

    KSNPP yaitu berusaha mewujudkan perumahan yang layak dan terjangkau pada lingkungan

    yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan dalam upaya t erbentuknya masyarakat yangberjatidiri, mandiri dan produktif.

    Perumahan dan permukiman selain merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia,

    juga mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam perannya sebagai pusat pendidikankeluarga, persemaian budaya, dan peningkat an kualitas generasi yang akan datang, sert a

    merupakan pengejawantahan jat i diri. T erwujudnya kesejahteraan rakyat dapat ditandai

    dengan meningkatnya kualit as k ehidupan yang layak dan bermartabat, antara lain melaluipemenuhan kebutuhan papannya. Dengan demikian upaya menempatkan bidang perumahan

    dan permukiman sebagai salah satu sektor prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia

    yang seutuhnya adalah sangat st rategis.

    Beberapa konseptoeritis t entang permukiman diutarakan pula oleh Kuswart ojo bahwa

    permukiman y ang dicipt akan dan dikembangkan dapat menjadi sarana bagi kehidupan yang

    penuh ketakwaan dan keimanan, menimbulkan rasa aman dan nyaman, menjamin kesehatan jasmani dan rohani, meningkatkan keakraban serta menciptakan hubungan sosial dan

    pergaulan yang bermutu (Kuswart ojo, 2005: 8).

    Namun unt uk kepentingan undang-undang perumahan permukiman di Indonesia,berdasarkan beberapa definisi yang didapatk an dan keinginan pengaturan permukiman di

    Indonesia, maka permukiman didefinisikan sebagai :kawasan yang terdiri dari sat u atau lebih perumahan, mempunyai infrastrukt ur dasar

    terencana ataupun tidak terencana dan mempunyai fasilitas yang mendukung perikehidupan

    dan penghidupan, dan dapat berbentuk perdesaan maupun perkotaan.

    Sistim Permukiman Kota

    Permukiman yang menempati areal paling luas dalam pemanfaatan ruang kota

    mengalami p erkembangan yang selaras dengan perkembangan penduduk dan mempunyaipola-pola tertent u yang m enciptakan bent uk dan st ruktur suatu kota yang berbeda dengan k ot a

    lainnya. Perkembngan permukiman pada bagian-bagian kota tidaklah sama, tergantung pada

    karakteristik kehidupan masyarakat, potensi sumber daya (kesempatan kerja) yang tersedia,kondisi fisik alami sert a fasilitas kota yang t erutama berkaitan dengan t ransportasi dan

    komunikasi (Bintaro, 1977).

    Inten sitas penggunaan tanah didaerah pusat kota yang t inggi dan mengakibat kannaiknya nilai harga t anah, sementara jumlah penduduk k ota bertambah terus dan m emerlukan

    tempat hunian yang pada gilirannya memaksa penduduk kota memilih alternatif mendirikan

    Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

  • 8/8/2019 ITS Master 10265 Paper

    6/16

    Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

    perumahannya kearah pinggiran kota. Kecenderungan alami perkembangan permukimanberlangsung secara bertahap kearah luar (mengalami pemekaran) dan polanya mengikuti

    prasarana transportasi (jaringan jalan) yang ada.

    Perkembangan permukiman yang demikian itu mengakibatkan penurunan kerapatanbangunan perumahan secara linear dari daerah pusat kota kearah pinggiran kota, namun pada

    sisi lain potensi degradasi lingkungan cenderung semakin berkurang kearah luar kota. Hal

    inilah yang mendorong kelompok ekonomi kuat lebih menyukai t inggal didaerah pinggiran

    kota, sementara k elompok ekonomi lemah m emilih bert empat t inggal didaerah pusat kotayang dekat tempat kerja meskipun dengan kondisi lingkungan yang marginal (Bahr, 1990).

    Ciri-ciri kota antara lain adalah produk dari berbagai faktor, seperti t opografi, sejarah,motif ekonomi, budaya manusia serta aneka kesempatannya. Ciri-ciri tersebut tidak pernah

    statis melainkan berubah mengikuti tawaran ruang dan waktu. Meski k ota nampak kacaubalau susunann ya, jika diamati seksama akan menunjukan bentuknya yang khas misalnya ada

    kota yang berbentuk persegi, persegi panjang, bulat, bulat telur ataupun seperti bintang yang

    terulur disepanjang rute jalan utama. Hal sama dapat dikatakan pula untuk susunan bangunandalam kota; disitu ada pengelompokan berdasarkan tata guna tanah kota, misalnya dari suatu

    kota dapat dilihat adanya pembagian zona.

    Amos Rapoport mengutip Hardoy yang menggunakan 10 kriteria secara lebih spesifikuntuk merumuskan kota sebagai berikut :

    1. Ukuran dan jumlah pendudukya y ang besar terhadap massa dan tempat ;

    2. Bersifat permanen;3. Kepadatan minimum terhadap massa dan tempat ;

    4. Strukt ur dan tata ruang p erkotaan sepert i yang ditunjukan o leh jalur jalan dan ruang-

    ruang perkotaan yang nyat a;5. T empat dimana masyarakat t inggal dan bekerja;

    6. Fungsi perkotaan minimum yang diperinci, sebuah pusat militer, sebuah pusat

    keagamaan, at au sebuah pusat aktifitas intelektual bersama dengan kelembagaan yangsama;

    7. Heteroginitas dan pembedaan yang bersifat hierarkis pada masyarakat;

    8. Pusat ekonomi perkotaan yang menghubungkan sebuah daerah pert anian di tepi kota dan

    memproses bahan mentah untuk pemasaran yang lebih luas;9. Pusat pelayanan (services) bagi daerah-daerah lingkungan setempat10. Pusat penyebaran, mem iliki suatu falsafah hidup perkot aan pada m assa dan tempat itu.

    Arsitekt ur kota bersifat tiga dimensi yang t erbentuk oleh susunan yang sifat nyaspasial. Secara t eoritis dikenal t iga cara perkembangan dasar didalam k ot a dengan tiga istilah

    teknis, yaitu perkembagan horizont al, perkem bangan vertikal dan perkembangan interst isial.

    1. Perkembangan horizontal mengarah keluar, artinya daerah bertambah, sedangkanketinggian dan kuantitas lahan terbangun tetap sama. In i terjadi dipinggiran kota dimana

    lahan masih lebih murah dan dekat jalan raya yang mengarah ke kota (dimana banyak

    keramaian).2. Perkembangan interstisial mengara h kedalam, artinya daerah dan ketinggian bangunan-

    bangunan rata t etap sama, sedangkan kuantitas lahan t erbangun bert ambah. Ini seringterjadi dipusat kota dan antara pusat dan p inggir kota yang kawasannya sudah dibat asidan hanya dapat dipadatkan.

    3. Perkembangan vertikal mengarah keatas, artinya daerah pembangunan dan kuantitaslahan t erbangun tet ap sama sedangkan ketinggian bangunan-bangunan bert ambah. Ini

    Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

  • 8/8/2019 ITS Master 10265 Paper

    7/16

    Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

    biasa t erjadi dipusat kota (dimana h arga lahan mahal) dan dipusat-pusat perdaganganyang m emiliki potensi ekonomi.

    Prasarana dan Sarana Umum

    Prasarana dan sarana umum berperan sebagai fasilitas yang dibutuhkan masyarakatluas yang penyediaannya dilakukan secara serentak atau massal . T ingkat pemenuhan

    kebutuhan fasilitas tersebut menjadi ukuran tingkat kesejahteraan m asyarakat . P enyediaanprasarana dan sarana umum t ersebut antara lain mencakup jaringan jalan, listrik, air minum,saluran drainase, dan jaringan telepon. Fasilitas jalan, baik yang menghubungkan kota itu

    dengan kota lain atau daerah sekitarnya maupun jaringan jalan yang menghubungkan antar

    bagian kota, memegang peranan yang sangat penting bagi kelancaran aktifitas penduduk danperkembangan kota itu sendiri serta sekaligus sebagai kerangka dasar yang membentuk

    strukt ur kota (Bintarto, 1977).Jaringan utilitas sebagai bagian utama dari prasarana dan sarana untuk kehidupan

    pokok sehari-hari seperti listrik, air minum, telepon dan drainase dibangun diat as dan dibawah

    tanah. Jaringan t ersebut biasanya mengikuti atau menumpang pada bentuk jaringan jalan.Sekali utilitas dibangun maka keberadaannya akan berlangsung lama dan akan menarik

    penduduk unt uk men empati dan membangun tanah yan g memperoleh akses utilitas t ersebut.

    Jalan merupakan ruang linier yang dibatasi oleh bangunan-bangunan (Rapoport;Moudon, 1987). Untuk merancang jalan tersebut perlu dikenali fungsi utama dari jalan yang

    dirancang. Jalan sebagai ruang umum utama kota mrupakan elemen yang sangat menentukan

    wajah kota. Jalan merupakan linier urban space, jika tertutup pada kedua sisinya ataumempunyai beberapa elemen dengan karakter yang mempersatukan, seperti pohon-pohon atau

    bangunan-bangunan yang serupa.

    Air bersih merupakan kebutuhan vital setiap manusia sehingga ketersediaan air bersihmenent ukan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup masyarakat. Kebutuhan air bersih

    diperkotaan perlu ditangani secara massal dalam bentuk penyediaan fasilitas jaringan p ipa air

    minum. Pengelola fasilitas ini umumnya dalam bent uk perusahaan daerah yang disebutPDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) .

    Wajah kota dapat dilihat dari pula dengan keberadaan saluran. Bagi kebanyakan orang

    saluran merupakan elemen kota yang dominan, walaupun dengan bermacam-macamkepentingan menurut t ingkat keakrabannya dengan suat u kota. Saluran yang ist imewa bias

    menjadi ciri-ciri yang penting pada sejumlah jalan. Konsentrasi dari suatu penggunaan danakt ifitas y ang spesial disepanjang jalan-jalan dapat memberinya k eunggulan dalam benak

    seorang pengamat.

    Salah satu energi yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam bentuk layanan umum adalahfasilit as listrik. Digunakan unt uk penerangan, energi rumah tan gga, dan sekt or industri.

    Pelayanan prasarana energi secara massal mencakup penyediaan sumber energi atau

    pembangkit energi dan kegiatan distribusi pelayanan ke pelanggan mengikuti pola jaringan jalan. Perencanaan penyediaan prasarana energi tersebut terkait dengan perhitungan sisi

    kebutuhan. Jumlah k ebut uhan dalam dimen si waktu menunjukan fluktuasi harian, m ingguan,

    bulanan atau musiman dengan t ujuan agar dapat terlayani seluruh kebut uhan masyarakatsecara merata.

    Permukiman Pengungsi

    Kegiatan penanganan pengungsi meliputi upaya operasional yang bersifatkoordinatif dilaksanakan dalam bent uk k egiatan. Sampai dengan saat ini, secara garis besar

    Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

  • 8/8/2019 ITS Master 10265 Paper

    8/16

    Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

    penanganan pengungsi di Dep. Kimpraswil dilakukan dengan pendekatan penanganan sebagaiberikut :

    1. Kegiatan pembangunan perumahan dan permukiman dalam rangka penanganan

    pengungsi, yang dapat dilaksanankan dalam pola sisipan (infill) dan pola terkonsentrasi(massive), pada prinsipnya dapat dilaksanakan baik di daerah perkotaan maupun daerah

    perdesaan, serta berprinsip equal treatment termasuk bagi masyarakat setempat.2. Fasilitasi penanganan berupa pembangunan rumah yang dilengkapi dengan prasarana dan

    sarana permukiman yang diperlukan meliput i: penyediaan rumah, sarana air bersih,sarana lingkungan permukiman, prasarana jalan dan prasarana tata pengairan (saluran).

    Bantuan fasilitasi pembangunan sarana dan prasarana bidang Kimpraswil tersebut padadasarnya merupakan program bantuan stimulan, khususnya yang berupa bantuan bahan

    bangunan untuk perumahan.3. Pendekatan penanganan dilaksanakan dengan menerapkan konsep holist ik, sehingga

    diperlukan dukungan koordinasi dan keterpaduan dalam penanganan oleh berbagai

    instansi yang terkait dengan kegiat an relokasi pengungsi, t ermasuk khsususnya kesiapanPemerintah Daerah dalam menetapkan lokasi relokasi yang memenuhi persyaratan

    kelayakan hunian (sosial, ekonomi, lingkungan) bagi relokasi pengungsi tersebut.

    4. Dalam penanganannya didasarkan k epada prinsip pembangunan yang bertumpu kepadamasyarakat (community based devlopment); pendekatan T ridaya yang mengacu kepada

    pemberdayaan masyarakat, pengembangan usaha ekonomi produktif dan pendayagunaan

    prasarana dan sarana lingkungan hunian (permukiman) dalam mendukung kemandirian,produktivit as dan kemandirian serta pengembangan jat i diri masyarakat sebagai sat u

    kesatuan konsep penanganan yang t idak terpisahkan.

    Struktur KotaPenggunaan tanah pada suatu kota umumnya berbentuk tertentu dan pola

    perkembangannya dapat diestimasikan. Keputusan-keputusan pembangunan kota biasanyaberkembang bebas tetapi diupayak an sesuai dengan perencanaan penggunaan tanah. Motif

    penggunaan ekonomi adalah motif yang utama dalam pembentukan struktur penggunaan

    tanah suatu kot a dengan timbulnya pusat-pusat bisnis yang strategis. Selain motif bisnis

    terdapat pula motif politik, bentuk fisik kota, seperti t opografi, dan drainase.Meski struktur kota t ampak tidak beraturan, namun kalau dilihat secara seksamamemiliki ket eraturan po la t ertentu. Bangunan-bangunan fisik membent uk zona-zona int ern

    kota. Teori-teori struktur k ota yang ada digunakan mengkaji bentuk-bentuk penggunaan lahan

    yang biasanya terdiri dari penggunaan tanah untuk p erumahan, bisnis, industry, p ert anian danjasa. T eori struktur kota antara lain yaitu, teori konsentris, teori sektoral dan t eori inti ganda.

    Teori Konsentris

    Penyusunnya adalah Burges pada tahun 1923 yang intinya adalah pembangunankota yang berkembang keluar dari daerah pusat kota yang polanya akan berbentuk lingkaran.

    Zona pertama adalah Kawasan Pusat Bisnis (KPB) yang dikelilingi daerah transisi.

    Dalam teori konsentris, terdapat asumsi bahwa mobilitas fungsi-fungsi danpenduduk memp unyai inten sitas yang sama dalam konfigurasi relief kota yang seragam. Oleh

    karena pada kenyataannya t erdapat faktor utama yang mempengaruhi mobilitas ini, maka

    dalam beberapa hal mesti akan terjadi distorsi model yang dipengaruhi mobilitas yaitu porostransportasi yang menghubungkan kawasan pusat bisnis dengan bagian luarnya.

    Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

  • 8/8/2019 ITS Master 10265 Paper

    9/16

    Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

    1

    Gambar 2. Model Zona Konsentris (Sumber;Sabari Yunus ,Struktur T ata Ruang Kota)

    Bentuk Morfologi Kota

    Suatu kota selalu mengalami perkembangan dari wakt u ke wakt u. Perkembangandalam hal ini menyangkut berbagai aspek polit ik, sosial,budaya, teknologi, ekonomi dan fisik.

    Khusus mengenai aspek yang berkaitan langsung dengan penggunaan lahan kekotaan maupun

    penggunaan lahan kedesaan adalah perkembangan fisik, khususnya perubahan arealnya.Beberapa sumber mengemukakan bahwa tinjauan terhadap morfologi kota ditekankan pada

    bentuk-bentuk fisikal yang antara lain tercermin pada sistim jalan-jalan yang ada, blok-blok

    bangunan baik daerah hunian ataupun bukan (perdagangan/indust ry) dan juga bangunan-bangunan individual (Herbert, 1973). Sementara itu Smailes (1955) sebelumnya telah

    memperkenalkan 3 unsur morfologi kota yaitu :

    1. Unsur-unsur penggunaan lahan

    2. Po la-pola jalan3. T ipe-tipe bangunan

    Pola Kota SatelitBerdasarkan pada kenampakan morfologi kotanya serta jenis perembet an areal

    kekotaan yang ada, Hudson (1970) (dalam Hadi Sa bari Yunus) mengemukakan beberapa

    alternatif m odel bentuk-bent uk kota y ang didasarkan atas sifat-sifat Urban Sprawl sertakemungkinan trend (kecenderungan ) perkembangan yang akan datang.

    Salah sat u bentuk yan g dikemukakan y ait u bentuk sat elit dan pusat-pusat baru,dalam hal ini kota ut ama yang ada dengan kota-kot a kecil disekitarnya (kota satelit) akandijalin hubungannya sedemikian rupa sehingga pertalian fungsional lebih efektif dan efisien.

    Kota satelit adalah kota kecil yang berada disekitar kota besar dimana k ehidupan kotanya

    sangat ditentukan oleh keberadaan kota besar yang bersangkutan dalam arti ekonomi.Pen ingkat an sarana prasarana transportasi dan komunikasi antara k ota besar dan kota-kota

    satelit maupun antar kota satelit harus ditingkatkan sedemikian rupa. Pengembangan kota-kota

    satelit ini dapat berfungsi sebagai penyerap mengalirnya arus urbanit yang sangat besar kekota ut ama dengan jalan m eningkatkan fungsi-fungsi yang ada dikot a-kota satelit sehingga

    memperluas peluang lapangan kerja.

    Gambar 3. Pola Kota Satelit

    5

    4

    3

    2

    ZONE 1 : Kawasan Pusat Bisnis.ZON E 2 : Zona Tr a nsi si ZON E 3 : Zona Per u ma ha n.

    ZON E 4 : Zona Perumahan M enengah KeatasZONE 5 : Zona Pinggiran Kota

    Kota satelit

    Kota bsar (pusat Kota)

    Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

  • 8/8/2019 ITS Master 10265 Paper

    10/16

    Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

    III. METODE

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan model permukiman pengungsi

    yang terintegrasi kedalam sistem permukiman Kota Bau-Bau dalam segi fisik perkembangan

    kota, data dan informasi yang diprlukan menggunakan penelitian deskriptif kualitatifPenelitian deskriptif bertujuan untuk membuat pencandraan secara sistematis, fakt ual

    dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat -sifat populasi atau daerah tertentu, singkatnya

    penelitian ini hanya ditujukan untuk mencari informasi aktual yang secara detail mencandragejala y ang ada.

    T eknik analisa yang digunakan adalah analisa t ipologi-morfologi (Loeckx dan

    Ocharoen ,1984). Kegiat an utama yang dilakukan dalam proses analisa ini adalah1. Unt uk menemukan adanya kest abilan dan atau perubahan dari hal-hal yang membent uk

    satu tipe arsitektur.2. Membuat diskripsi mengenai t ipologi yang ditujukan oleh bagian artefak kota yait u jalan,

    drainase, dan ruang kota.

    3. Mengident ifikasi strukt ur keterkait an dan atau hubungan antara bagian-bagian dari kota.4. Studi mengenai pembentukan dan dinamika dari t ipe dan st ruktur obyek penelitian.

    Selain itu digunakan pula analisa komparatif yaitu membandingkan antara

    permukiman pengungsi dengan permukiman kota dalam aspek fisik permukiman berdasar ataspengamatan t erhadap akibat yang ada dan mencari k embali faktor yang mungkin menjadi

    penyebab melalui data t ertentu.

    IV . ANALISA DAN PEMBAHASAN

    Identifikasi permukiman Kota Bau-Bau

    Kondisi fisik wilayah Kot a Bau-Bau secara umum memiliki karakteristik wilayah

    pesisir. Kota tumbuh pada dataran rendah di sepanjang pinggir pantai dengan limitasiperkembangan berupa kondisi topografi wilayah y ang berbukit k e arah dalam. Sedangkan

    pusat pelayanan saat ini m asih memusat di k awasan pusat kegiatan dari berbagai tingkatan

    skala pelayanan. Pertumbuhan ini cenderung membentuk satu pusat kota dan tiga sub pusatkota.

    Po la struktur dan morfologi Kota Bau-Bau dapat diident ifikasi merupakan pola

    kon sentris sesuai dengan teori Burgess. P ada permukiman Kot a Bau-Bau terdapat beberapazonasi kawasan dengan pola pemanfaatan, aksesbilitas, sistem pelayanan, dan batasan yang

    cukup jelas. Zona pertama adalah dominasi fungsi pusat perdagangan dan jasa meliputi

    kawasan pusat perdagangan di sekitar Pelabuhan Murhum. Zona kedua meliputi kawasanpendukung perdagangan di Beto ambari bagian t imur. Zonasi ketiga merupakan wilayah

    transisi m eluas dari kawasan Betoambari bagian barat sampai p inggiran Kecamat an Wolio.

    Zonasi keempat dengan ciri dominasi k egiat an perdesaan berupa k egiat an pertanian dalam artiluas.

    Beberap a p erbedaan pokok struktur konsentris yang dibangun Burgess dengan k ondisi

    nyata Kota Bau-Bau adalah perbedaan homogenitas kota. Burgess membangun asumsiberdasarkan luasan lahan yang relatif homogen sedangkan kondisi Kota Bau-Bau sangat

    het erogen ditinjau dari kelerengannya. Demikian pula sistem t ransportasi yang t erbent uk.Kota Bau-Bau dibent uk dari sistem transportasi yang justru pada awal perkembangannya

    adalah sistem transportasi laut . Pada perkembangan selanjutnya barulah sistem t ransportasi

    darat menyusun struktur dan morfologi kota.

    Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

  • 8/8/2019 ITS Master 10265 Paper

    11/16

    Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

    Berdasarkan pola pem bentukannya, jejak-jejak strukt ur dan morfologi kota masihterlihat bahwa pola konsent ris terlihat jelas sebagai bent uk dasar kota dengan t iga ciri

    perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah:

    o Pola konsentris hanya berbent uk seten gah lingkaran. Hal ini sebenarnya merupakan

    pengaruh sistem transportasi laut yang titik hentinya berupa tit ik. Berbeda dengan sistem

    transportasi darat yan g pengaruhnya berupa linear.o Batasan-batasan alam berupa kelerengan sangat mempengaruhi struktur dan morfologi

    kota.

    o Arah perkembangan kota mengikuti pola jalan dengan t arikan-tarikan batas sesuaidengan konsep wakt u dan biaya (timeand cost)

    Gambar 4. P ola strukt ur Kota Bau-Bau

    St rukt ur utama kota Bau-Bau dibent uk oleh t iga ruas jalan art eri dengan sumbu

    Pelabuhan Murhum. Ketiga ruas tersebut menghubungkan guna lahan yang berbeda sehinggamemiliki daya mekar kota yang berbeda pula. Kecenderungan pert umbuhan kota saat inimembentuk kota satelit dengan mendorong pertumbuhan pusat-pusat baru melalui

    perencanaan bagian wilayah kota. P erkembangan kota cenderung mengarah ke kawasan yang

    masih tersedia lahan yang murah dan mempunyai sarana jalan dan transportasi yangmendukung.

    Gambar 5. Strukt ur jalan Kota Bau-Bau

    Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

  • 8/8/2019 ITS Master 10265 Paper

    12/16

    Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

    Identifikasi Permuki man Pengungsi

    Pola permukiman yang dibangun oleh pemerintah dilingkungan Lamanaga

    menggunakan pola jalan sistem grid, dimana bagian-bagian perumahan dibagi dalam blok-

    blok persegi panjang dengan jalan-jalan yang paralel longitudinal dan transversal mem bentuksudut siku-siku.

    Dari gambaran diatas terlihat bahwa pola permukiman di Lingkungan Lamanagaberdasarkan pola jalan yang terbangun menggunakan sistem grid yaitu jalan lingkungan dan jalan set apak yang menghubungkan daerah permukiman dengan daerah yang lain namun

    kon disi jalan kurang besar tidak sesuai dengan penggunaann ya. Jalan lingkungan berfungsi

    unt uk menghubungkan permukiman pengungsi dengan jalan poros provinsi yang berpolalinier dimana jalan tersebut menghubungkan kota Bau-Bau dengan Kota-kota satelit di

    Kecamatan Sorawolio, sedangkan jalan setapak adalah jalan yang menghubungkan perumahanpengungsi dengan jalan lingkungan.

    Gambar 6. P ola permukiman pengungsi

    Gambar 7. Kondisi Permukiman pengungsi (sumber survei lapangan September 2009)

    Hubungan ket erkaitan antara permukiman pengungsi dengan permukiman kotadihubungkan oleh jaringan jalan arteri Bau-Bau menuju Pasarwajo (Kabupaten Buton). Sarana

    prasarana y ang terbangun dilingkungan Lamanaga di manfaatkan pula oleh masyarakat kota

    misalnya fasilitas pendidikan rumah ibadah.

    Integrasi permukiman Pengungsi kedalam sistem Permukiman Kota

    Perkembangan kota mengarah kedaerah-daerah pinggiran yang telah dikembangkansebagai pusat pertumbuhan baru. Pola permukiman pengungsi berbent uk grid berada padakota bagian atas. Permukiman pengungsi merupakan bagian dari permukiman kota Bau-Bau

    dan terintegrasi melalui hubungan jaringan jalan yang berbent uk linear

    Sist em p usat p elayanan Kota Bau-Bau terdiri dari satu pusat dan t iga sub pusatdengan pola pemanfaatan, ak sesbilitas sistem pelayanan . P usat pelayanan kota berada pada

    BTN MED IBRATA

    S LT P NE G .12

    S DN

    EG.2 P

    ALAT

    IGA

    UT ARA

    Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

  • 8/8/2019 ITS Master 10265 Paper

    13/16

    Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

    daerah dataran rendah. Permukiman pengungsi sebagai sub pusat ant ara permukiman k ot adengan daerah pertumbuhan baru kecamatan Sorawolio. Pusat pelayanan permukiman

    pengungsi merupakan bagian dari pelayanan yang berada pada pusat kota dan t erintegrasi

    melalui hubungan pelayanan sub pusat atas pusat kotaPola jaringan jalan kota Bau-Bau merupakan sistem yang menghubungkan sistem

    jalan kota dan pinggiran kota. Jaringan jalan yang t erbent uk pada permukiman pengungsi

    berpo la grid dan berada pada dataran t inggi y aitu kota bagian at as. Jaringan jalan permukiman

    pengungsi merupakan bagian dari jaringan jalan kot a dan t erint egrasi dengan permukimankota melalui pola jalan linier.

    Pola jaringan air bersih Kota Bau-Bau dibentuk oleh sistem air bersih dari sungaiBau-Bau dan dari beberapa sumber mata air. Sumber air bersih permukiman pengungsi

    diperoleh dari dari sungai Bau-Bau melalui sumber mata air wakonti, sehingga Jaringan airbersih permukiman pengungsi terintegrasi dengan jaringan kota melalui sungai Bau-Bau.

    Sistem drainase Kot a Bau-Bau bermuara ke sungai Bau-Bau dan laut . Sist em

    jaringan drainase permukiman pengungsi merupakan bagian dari sistem drainase kotamengikuti saluran sungai Bau-Bau dan Permukiman pengungsi terintegrasi dengan

    permukiman kota melalui hubungan jaringan drainase dan sungai Bau-Bau

    Fasilit as sosial kota terbent uk oleh sistem pusat sosial dan sub p usat di daerahpinggiran sedangkan fasilitas sosial Permukiman pengungsi merupakan bagian dari

    permukiman kota melalui interaksi k egiat an dan program sehingga permukiman p engungsi

    terintegrasi kedalam sistem permukiman kota melalui jalur koordinasi kegiatan dan program.Sistem jaringan listrik kota dibentuk oleh jaringan sutem dan sutet yang melayani

    seluruh bagian kota dan permukiman pengungsi merupakan bagian sistem jaringan kota yang

    dihubungkan oleh jaringan saluran udara tegangan menengah (sutem). Jadi Integrasipermukiman pengungsi kedalam permukiman kota dihubungkan oleh Jaringan listrik

    mengikuti pola jaringan sutem dan menjadi satu kesatuan.

    V. KESIMPULAN

    Po la str uktur dan morfologi Kota Bau-Bau dapat diident ifikasi m erupakan pola

    kon sentris setengah lingkaran dan pola permukiman pusat Kota Bau-Bau berbentuk grid padadaerah datar dan berada dikota bagian bawah dan linear pada arah luar kota serta cenderung

    membentuk k ot a satelit sedangkan pola permukiman pengungsi berbent uk grid dimanahubungan keduanya antara lain dihubungkan oleh jaringan jalan yang berbentuk linear.

    Pusat pelayanan berada pada pusat kota Bau-Bau mengarah pada satu pusat kota dan

    dalam pusat kota terdiri dari t iga sub p usat kota. Pusat pelayanan permukiman pengungsimerupakan bagian dari p elayanan yang berada pada pusat kota dan terintegrasi melalui

    hubungan pelayanan sub pusat atas pusat kota.Permukiman pengungsi sebagai sub pusat kota

    antara daerah pertumbuhan baru di Kecam at a Sorawolio dengan pusat Kota Bau-Bau.Sumber air bersih permukiman pengungsi diperoleh dari dari sungai Bau-Bau melalui

    sumber mata air wakonti dan merupakan Jaringan air kota sehingga permukiman pengungsi

    terintegrasi dengan jaringan kota melalui sungai Bau-Bau. Sistem drainase Kota Bau-Bau

    bermuara ke sungai Bau-Bau dan laut . Sistem jaringan drainase permukiman pengungsimerupakan bagian dari sistem drainase kota mengikuti saluran sungai Bau-Bau dan

    Permukiman pengungsi terintegrasi dengan permukiman kota melalui hubungan jaringandrainase dan sungai Bau-Bau.

    Fasilit as sosial kota terbent uk oleh sistem pusat sosial dan sub p usat di daerah

    pinggiran sedangkan fasilitas sosial Permukiman pengungsi merupakan bagian dari

    Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

  • 8/8/2019 ITS Master 10265 Paper

    14/16

    Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

    permukiman kota melalui interaksi k egiat an dan program sehingga permukiman p engungsiterintegrasi kedalam sistem permukiman kota melalui jalur koordinasi kegiatan dan program.

    Sistem jaringan listrik permukiman pengungsi merupakan bagian sistem jaringan kota yang

    dihubungkan oleh jaringan saluran udara tegangan menengah (sutem). Integrasi permukimanpengungsi kedalam sistem permukiman kot a dihubungkan oleh Jaringan listrik dengan

    mengikuti pola jaringan sutem sehingga menjadi sat u kesatuan.

    Model integrasi permukiman pengungsi k edalam sist em permukiman kota dalam

    penelitian ini adalah integrasi fisik dimana Faktor fisik berkaitan dengan wujud fisik kawasankota dan memiliki komponen-komponen spasial, visual dan detail. Kawasan kota yang

    terint egrasi dengan demikian adalah kawasan yang unsur-unsurnya secara fungsi terjalinsinergis.

    VI . DAFTAR PUSTAKA

    Badan Pusat Statistik Kota Bau-Bau, (2007); Bau-Bau Dalam Angka, BPS Kota Bau-Bau

    Bintarto. 1983. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Jakarta : Ghalia Indonesia.Budihardjo,Eko ,1997, T ata Ruang Perkotaan; Bandung, Pen erbit Alumni

    --------------------, 1999 , Kota Berkelanjutan; Bandung, Penerbit Alumni

    Branch, Melville,(Dalam Wibisono, Bambang H, 1995); Perencanaan Kota Komprehensif;Bandung, Penerbit Gajah Mada University Press

    Daldjoeni,N , 2003 , Geografi Kota dan Desa, Bandung ; Penerbit Alumni

    Darjosanjoto, Endang T .S, 2006 , Penelitian Arsitektur diBidang Perumahan danPermukiman; Surabaya, IT S press

    Dinas Pekerjaan Umum Kota Bau-Bau (2003-2012); Rencana Pro gram Investasi JangkaMenengah, Dinas PU Kota Bau-Bau

    Dinas Tata Kota Bau-Bau (2003-2012); Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bau-Bau, Dinas

    T ata Kota Bau-BauDirektorat Jenderal Perumahan dan Permukiman (2002). Departemen Permukiman dan

    Prasarana Wilayah, Jakarta

    Kanto r Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1997 , Agenda 21 Indonesia

    Kantor Menteri Negara Perumahan Rakyat, 1997 , Perumahan Rakyat Untuk Kesejaht eraandan Pemerataan; Jakarta, Penerbit Properti

    Keputusan Sekretaris Badan Koordinasi Nasional Pen anggulangan Bencana Dan PenangananPegungsi Nomor 2 tahun 2001, Tentang P edoman Umum P enanggulangan Bencana

    dan Penanganan Pengungsi

    Koestoer, Raldi H, dkk, 2001, Dimensi Keruangan Kota; Jakarta, Penerbit UniversitasIndonesia Press.

    Lynch, Kevin. Good City form. MIT Press-Cambridge 1981, 514 hlm

    Rapoport,Amos, 1977, Human Aspect In Urban Design; T oronto, Pergamon University.Sa bari Yunus,hadi, 2000, Strukt ur T ata Ruang Kota, Yogyakart a, Penerbit Pustaka Pelajar

    Sant oso,Happy Ratna dkk , 2006, Pedoman Penyusunan T esis; Instit ut T eknologi Sepuluh

    Nopember Surabaya Program Pascasarjana

    Sastra M, Suparno, 2006, Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, Yo gyakarta; PenerbitAndi

    Sa dyohutomo, Mulyono, 2008, Manajemen Kota dan Wilayah; Jakarta, Penerbit Bumi

    Aksara

    Sujarto, Djoko, 1998, Pengantar Planologi, Bandung; Penerbit ITB

    Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

  • 8/8/2019 ITS Master 10265 Paper

    15/16

    Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

    Trancik, Roger. Finding Lost Space. Theories of urban design. Van NostrandReinho ldCompany. New York. 1986 246 hlm

    T urner, John FC, 1976 , Housing By People: Pantheos New York, USA

    Wibowo, Rudi, 2004, Konsep, Teori dan Landasan Analisis Wilayah, Malang; PenerbitBayumedia Publishing

    Yudohusodo, Siswono (1991), Rumah Untuk Seluruh Rakyat ; INKOPOL, Unit Bharakerta,

    Jakarta

    Yuliastuti, Nany, Perumahan dan P ermukiman, Artikel; Jurusan PWK Fakultas TeknikUniversitas Diponegoro Semarang

    Zahnd,Markus , 1999 , Perancangan Kota secara Terpadu, Semarang; PenerbitKanisius,Soegijapranat a University Press

    Easy PDF Creator is professional software to create PDF. If you wish to remove this line, buy it now.

  • 8/8/2019 ITS Master 10265 Paper

    16/16

    Model integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota

    Paper Seminar Nasional

    M ODEL I NTEGRASI PERM UKI M AN PENGUNGSIKEDALAM SI STEM PERM UKIM AN KOTA

    Mahasiswa :

    Muh.Irsyad CahyadiNrp. 32 08 201 822

    JURUSAN ARSI TEK TUR

    FAKULT AS TEKNI K SI PI L DAN PERENCANAAN

    I NST I TUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    SURABAYA

    2010