islam pada masa nabi muhammad saw

44
ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW PENDAHULUAN Islam merupakan agama yang besar, dan dibesarkan oleh orang nomor satu dunia yaitu Nabi Besar Muhammad SAW. Beliau telah mendedikasikan seluruh hidupnya demi kejayaan dan penyebaran agama Islam. Beliau adalah sosok mulia yang menghabiskan hari- harinya dengan berdakwah menyampaikan risalah Tuhan. Beliau tidak pernah lelah dan menyerah menghadapi hinaan, caci maki serta perlawanan dari musuh-musuh Islam. Beliau adalah pribadi sempurna yang telah memberikan cahaya kepada seluruh umat manusia. Beliau adalah panutan sepanjang zaman, dan ajaran serta pengabdian beliau selalu menjadi prioritas utama bagi umat Islam yang benar- benar talah mengislamkan dirinya, hatinya dan jiwanya. Sosok agung beliau yang telah meninggalkan kita sekian abad yang lalu, menambah cinta dan rindu kita kepadanya. Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepadanya, pada keluarga dan sahabat- sahabat beliau yang selalu setia dalam perjuangan menegakkan Agama Islam, dan untuk seluruh pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman. Rasulullah telah mengajarkan kepada seluruh umat Islam tentang betapa beratnya menegakkan kalimah tauhid, dan Rasulullah selalu optimis terhadap janji Allah bahwa agama yang benar adalah Islam,

Upload: alfiyyaturr

Post on 03-Jul-2015

1.158 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW

ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW

PENDAHULUAN

Islam merupakan agama yang besar, dan dibesarkan oleh orang nomor satu dunia yaitu Nabi

Besar Muhammad SAW. Beliau telah mendedikasikan seluruh hidupnya demi kejayaan dan

penyebaran agama Islam. Beliau adalah sosok mulia yang menghabiskan hari-harinya dengan

berdakwah menyampaikan risalah Tuhan. Beliau tidak pernah lelah dan menyerah menghadapi

hinaan, caci maki serta perlawanan dari musuh-musuh Islam. Beliau adalah pribadi sempurna

yang telah memberikan cahaya kepada seluruh umat manusia. Beliau adalah panutan sepanjang

zaman, dan ajaran serta pengabdian beliau selalu menjadi prioritas utama bagi umat Islam yang

benar-benar talah mengislamkan dirinya, hatinya dan jiwanya. Sosok agung beliau yang telah

meninggalkan kita sekian abad yang lalu, menambah cinta dan rindu kita kepadanya. Shalawat

dan Salam semoga selalu tercurah kepadanya, pada keluarga dan sahabat-sahabat beliau yang

selalu setia dalam perjuangan menegakkan Agama Islam, dan untuk seluruh pengikut-

pengikutnya hingga akhir zaman.

Rasulullah telah mengajarkan kepada seluruh umat Islam tentang betapa beratnya menegakkan

kalimah tauhid, dan Rasulullah selalu optimis terhadap janji Allah bahwa agama yang benar

adalah Islam, dan kebenaran itu yang membuat Rasulullah memiki kekuatan yang luar biasa.

Keyakinan akan Kebenaran Hakiki yang membuat beliau mampu merobohkan tembok-tembok

kemusyrikan, dan keyakinan itulah yang membawa Islam kepada kejayaan.

DAKWAH ISLAMIYAH

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa zaman kejayaan Islam adalah disaat Rasulullah masih

bersama umat Islam, beliau tidak hanya sebagai pemimipin spiritual tetapi juga sebagai panglima

perang tertinggi umat Islam pada saat itu. Nabi menjadi tauladan dan contoh yang paripurna bagi

insan Islam, dan beliau juga selalu berada pada barisan pertama jika terjadi perang antara Islam

dan para penentang kehadiran Islam serta umat yang menolak seruan kepada Islam.

Page 2: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

Islam periode Mekkah di kenal dengan Islam Tauhid dan disebarkan dengan sembunyi-sembunyi

dan hanya diajarkan kepada kalangan kerabat dan sahabat Rasulullah saja. Penekanan terhadap

tauhid berlangsung selama kurang lebih 13 tahun sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Dan

disanalah Islam berkembang dengan pesat, baik pengikut dan wilayah yang diislamkan semakin

meningkat.

Dan islam didakwahkan secara luas setelah Rasulullah menerima Ayat Allah surah Al

Muddatstsir ayat 1-7 yang berbunyi :

Artinya : 1. Hai orang yang berkemul (berselimut), 2. Bangunlah, lalu berilah peringatan! 3. Dan

Tuhanmu agungkanlah! 4. Dan pakaianmu bersihkanlah, 5. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, 6.

Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. 7.

Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

Setelah mendengar Ayat tersebut, Rasulullah mulai berani menyebarkan Ajaran Agama Allah ini

kepada khalayak ramai, dengan mengadakan pertemuan yang lebih besar dan terbuka di Bukit

Shafa dekat Ka’bah. Di atas bukit itu Nabi Muhammad SAW berdiri dan berteriak memanggil

orang banyak. Mendengar teriakan Muhammad SAW, orang-orang berkumpul dan ingin tahu

apa yang disampaikan oleh Muhammad hingga ia rela berdiri di bukit itu dan berteriak-teriak.

Karena Nabi Muhammad SAW terkenal dengan kejujuran dan seluruh penduduk Mekkah tahu

akan hal itu dan beliau diberi gelar al-amin karena kejujuran yang disandangnya selama ini,

tidaklah sulit buat manusia jujur seperti Muhammad untuk mengumpulkan massa agar

mendengarkan apa yang akan disampaikannya. Untuk menarik perhatian mereka, Nabi

Muhammad berkata :”Saudara-saudaraku, jika aku berkata di belakang bukit ini ada musuh yang

akan menyerang kota Mekkah, apakah kalian percaya?” dengan suara yang serentak mereka

menjawab :”tentu saja kami percaya padamu Muhammad, karena engkau tidak pernah

berbohong dan engkau diberi gelar al-amin bukti bahwa engkau tidak pernah berbohong”.

Rasulullah melanjutkan “Kalau demikian, dengarkan apa yang akan aku sampaikan kepada

kalian semua, aku adalah seorang pemberi peringatan ( Nazir ). Allah telah memerintahkan

kepadaku agar aku memberi peringatan kepada saudara-saudara semua, hendaknya kalian hanya

menyembah Allah saja, Karena tidak ada Tuhan selain Allah dan apabila saudara ingkar maka

Allah akan menurunkan azabnya dan saudara semua akan menyesal”. Khotbah Nabi tersebut

Page 3: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

spontan membuat orang marah. Sebagian ada yang berteriak-teriak sambil memaki Nabi dan

mengejeknya sebagai orang gila. Namun ada pula yang diam saja.

Pada kesempatan itu Abu Lahab berteriak :” Celakalah engkau hai Muhammad, untuk inikah

engkau mengumpulkan kami?” sebagai balasan terhadap apa yang dikatakan oleh Abu Lahab,

maka turunlah ayat yang membalas Abu Lahab, dan dinamakan surah al-Lahab 1-5 :

Artinya : “1. Binasalah kedua tangan abu Lahab dan Sesungguhnya dia akan binasa. 2. Tidaklah

berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. 3. Kelak dia akan masuk ke

dalam api yang bergejolak. 4. Dan ...(begitu pula) istrinya, pembawa kayu baker. 5. Yang di

lehernya ada tali dari sabut.”

Pembawa kayu bakar dalam bahasa Arab adalah kiasan bagi penyebar fitnah. isteri abu Lahab

disebut pembawa kayu bakar Karena dia selalu menyebar-nyebarkan fitnah untuk memburuk-

burukkan Nabi Muhammad SAW dan kaum muslim.

Reaksi keras juga bermunculan menentang dakwah Nabi Muhammad SAW, tapi usaha-usaha

dalam meyebarkan dakwah Islam ini terus berlangsung dan tidak pernah mengenal kata lelah

sehingga hasil yang diraih mulai nyata. Jumlah pengikut Nabi yang pada awalnya hanya belasan

orang dan hanya dari kalangan kerabat dan sahabat semakin hari makin bertambah. Hampir

setiap hari ada yang menyatakan diri sebagai seorang Islam dan mengislamkan diri serta

keluarga mereka. Mereka kebanyakan adalah wanita, kaum budak, pekerja, kaum, miskin dan

lemah. Meskipun kebanyakan dari pemeluk agama Islam adalah dari kaum lemah namun

semangat Islam mereka sangat keras dan kuat, dan mereka berperan dalam perjuangan Islam dan

mensosialisasikan Islam kepada kerabat dan keluarga mereka masing-masing, sehingga

perkembangan Islam semakin tampak dan besar.

Tantangan terbesar dalam perjuangan dakwah Nabi Muhammad SAW adalah dari kaum

penguasa dan pengusaha Mekkah, kaum feodal dan kaum pemilik budak. Karena ajaran yang

disampaikan Nabi Muhammad SAW bertentangan dengan tradisi lama mereka dan mereka

khawatir nilai tradisi yang telah mereka anggap sebagai Tuhan akan dinodai oleh ajaran yang

Page 4: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

disampaikan oleh Rasulullah SAW. Disamping itu, mereka juga khawatir akan sistem dan

struktur masyarakat akan berubah dan kepentingan dagang mereka akan terancam dengan

kehadiran ajaran Nabi Muhammad SAW yang menitik beratkan terhadap keadilan sosial dan

persamaan derajat.

Usaha demi usaha terus dilakukan untuk menghentikan dakwah Nabi Muhammad tersebut, tapi

Rasulullah terus menyampaikan amanah ajaran agama Islam yang mulia ini. Rasulullah

menyampaikan agama dengan jalan hikmah (kebijaksanaan) dan membantah serta memberikan

pengajaran dengan cara yang baik kepada seluruh umat manusia, sesuai dengan Firman Allah

pada surah An Nahl ayat 125 yang berbunyi :

Artinya : ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik

dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih

mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-

orang yang mendapat petunjuk”.

Dan pada surah Al Mu’minun ayat 96 Allah juga memerintahkan kepada Nabi untuk sabar

terhadap apa yang dilakukan kaum kafir terhadap dirinya dan memperlakukan mereka dengan

hasanah (baik) : Artinya : “Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. kami lebih

mengetahui apa yang mereka sifatkan”.

Maksudnya perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan kaum musyrikin yang tidak baik itu

hendaklah dihadapi oleh Nabi dengan yang baik seperti dengan memaafkannya, Asal tidak

membawa kepada Kelemahan dan kemunduran terhadap dakwah Islam.

Setelah gagal dalam usaha menghentikan dakwah Nabi Muhammad lewat media diplomatik,

kaum kafir quraisy mulai menempuh jalan kekerasan. Mereka mempergunakan kekerasan fisik

setelah mengetahui rumah tangga mereka sendiripun secara diam-diam telah mengikuti ajran

Nabi Muhammad SAW. Budak-budak yang mereka anggap sebagai harta kekayaan telah

mengikuti ajaran barunya Muhammad, pelampiasan terhadap kemarahannya kepada Muhammad

ditujukan kepada budak-budak tersebut. Mereka disiksa dengan cara yang tidak

berperikemanusiaan oleh tuan-tuan mereka yang notabene adalah penentang utama ajaran

Muhammad SAW. Dan bagi yang telah merdeka, mereka disiksa dengan cara kecaman dan

Page 5: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

hinaan serta kekejaman dari keluarga mereka sendiri, sampai mereka mau kembali lagi kepada

agama nenek moyang mereka.

Penyiksaan demi penyiksaan ini yang mengakibatkan Nabi Muhammad SAW mengambil sebuah

keputusan untuk mengungsikan sahabat-sahabat beliau ke luar dari Mekkah untuk sementara

waktu ke daerah Abessinia (nama kuno dari Ethiopia) sebuah negara di Afrika Timur, Dan Nabi

Muhammad SAW memberikan instruksi kepada umat Islam untuk menyebar keseluruh negeri

untuk menyelamatkan diri sementara waktu, dan beliau memberi isyarat untuk pergi ke

Abessinia yang pada saat itu dipimpin oleh seorang raja yang bernama Raja Najsyi, dan

masyarakat disana kebanyakan menganut agama monotheis (Nasrani) yang pada dasarnya sama

dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW dan dalam Al-Qur’anul Karim pun nama Isa

disebut sebagai salah satu nabi dari umat Islam.

Maka berangkatlah beberapa orang ke daerah tersebut, diantaranya yang berangkat adalah

Usman bin Affan beserta isterinya Ruqayyah, Abu Salamah beserta isterinya, Abu Sabrah bin

Abi Rahm beserta isterinya, Ummu Kalsum dan lainnya, yang berjumlah 15 orang. Muhajirin

tersebut berangkat menuju Abessinia melewati Laut Merah.

Setelah berada disana untuk waktu kurang lebih tiga bulan para Muhajirin tersebut akhirnya

kembali lagi ke Mekkah. Sesampainya disana mereka masih saja mendapat perlakuan yang keras

dari kaum Quraisy dengan perlakuan dan ancaman akan dibunuh tetap mereka terima. Nabi

Muhammad SAW memerintahkan mereka untuk kembali ke daerah Abessinia untuk sementara

waktu, hingga keadaan di Mekkah stabil dan mereka aman untuk menetap kembali. Mereka

mendapat perlindungan dan penghormatan dari Raja Abessinia, karena dianggap ajaran

Muhammad sama dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa, dan Isa a.s. Beberapa orang ada

yang menetap dan kebanyakan kembali ke Madinah, setelah mendengar hijrahnya Nabi

Muhammad ke daerah Madinah untuk menghindari panganiyayaan dari kaum Quraisy.

HIJRAHNYA NABI KE YASTRIB (MADINAH)

Page 6: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

Artinya : “Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang Telah diikat-Nya

dengan kamu, ketika kamu mengatakan: "Kami dengar dan kami taati". dan bertakwalah kepada

Allah, Sesungguhnya Allah mengetahui isi hati(mu)”. (QS. Al Maidaah : 7)

Nabi SAW menggunakan delegasi dan jama’ah yang datang dari kota Yastrib (Madinah) untuk

menyebarkan Agama Islam, setelah banyak dari suku-suku Yastrib yang masuk dan menyatakan

kebenaran Agama Islam, maka Rasulullah memerintahkan beberapa sahabatnya untuk hijrah ke

Yastrib secara diam-diam. Dan dalam waktu dua bulan kurang lebih 150 jama’ah Muslim yang

dikenal dengan istilah al-Anshar berada di kota Yastrib. Yang masih menetap di kota Mekkah

untuk menjaga serta membela Nabi Muhammad SAW, adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan

Sayyidina Abu Bakar, menunggu Rasulullah mendapat perintah untuk hijrah ke Yastrib.

Artinya :“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi Ini

tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. barangsiapa keluar dari rumahnya dengan

maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian kematian menimpanya (sebelum

sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh Telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An Nisaa’ : 100)

Dengan banyaknya kaum muslimin yang hijrah ke Yastrib, maka kaum kafir Quraisy

merencanakan tindakan pembunuhan terhadap Rasulullah. Dan dikumpulkanlah dari setiap suku,

pemuda yang terkuat dari mereka dalam usaha merealisasikan rencana pembunuhan terhadap

Rasulullah SAW. Berita ini terdengar oleh Rasulullah SAW, sehingga ia merencanakan hijrah ke

Yastrib setelah mendapat izin dari Allah SWT dalam ayatNya al-Qur’an :

Artinya : “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, Sesungguhnya bumi-Ku luas, Maka sembahlah

Aku saja”. Maka Rasulullah SAW menugaskan kepada Abu Bakar untuk mempersiapkan segala

urusan untuk keberangkatan menuju Yastrib, dan Sayyidina Ali ditugaskan untuk menggantikan

posisi Rasulullah SAW di tempat tidurnya agar kaum musyrikin mengira Nabi Muhammad SAW

masih ada di kota Mekkah. Setelah malam gulita Rasulullah bersama Abu Bakar menyelinap

keluar dari rumah menuju Yastrib dan menghindari pengepungan dari kaum kafir yang berniat

untuk membunuh Rasulullah SAW. Rasulullah keluar dari Mekkah menuju sebuah gua yang

Page 7: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

berjarak sekitar 3 mil dari kota Mekkah dan beliau bersembunyi di gua tsur selama tiga hari tiga

malam sampai keadaan aman. Dan pertolongan Allah selalu bersama Nabi Muhammad SAW

seperti yang dilansir dalam Ayat Allah : Artinya : “Jikalau kamu tidak menolongnya

(Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah Telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir

(musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang

ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia Berkata kepada temannya: "Janganlah kamu

berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya

kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-

Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang Tinggi.

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. At Taubah : 40)

Usaha kafir quraisy untuk membunuh Rasulullah SAW tidak membuahkan hasil dan mereka

mengira Rasulullah telah sampai di kota Yastrib, pada malam keempat Rasulullah SAW keluar

dan berangkat menuju Yastrib menyusuri pantai Laut Merah, sebuah jalan yang tidak pernah

ditempuh oleh siapapun sebelumnya. Setelah tujuh hari dalam perjalanan, Rasulullah tiba di

sebuah kota yang bernama Quba. Di desa ini Rasulullah SAW beristirahat dan menginap untuk

beberapa hari, dan beliau menginap di rumah Kalsum Bin Hindun, dan di halaman rumah

tersebut, Rasulullah SAW mendirikan sebuah Masjid pertama yang diberi nama Masjid Quba.

Tak lama kemudia sayyidina Ali datang dan bergabung dengan rombongan Rasulullah SAW.

Sementara itu, penduduk kota Yastrib sudah menunggu kehadiran Rasulullah SAW, karena

menurut perhitungan mereka seharusnya Rasulullah sudah tiba di kota tersebut. Dan akhirnya

Rasulullah tiba di kota Yastrib, beliau mendapat sambutan yang luar biasa dari ...

...masyarakat kota Yastrib. Penduduk kota tersebut berdiri di jalan untuk menyambut kedatangan

Rasulullah dan menyanyikan lagu-lagu pujian untuk menyambut kedatangan Kekasih Allah tersebut.

Masyarakat kota tersebut berharap agar Nabi sudi menginap di rumah mereka, untuk menghormati

penduduk Nabi Muhammad berkata : “dimana unta ini berhenti, maka disanalah aku akan menginap”.

Dan unta itu ternyata berhenti di rumah anak yatim Sahal dan Suhail di depan rumah Abu Ayyub al-

Anshari. Dan Rasulullah memutuskan untuk menginap di rumah Abu Ayyub untuk sementara waktu.

Selama tujuh bulan Rasulullah tinggal di rumah tersebut, dan kaum Muslimin bergotong royong untuk

membangun sebuah rumah untuk kediaman Rasulullah SAW. Sejak saat itu kota Yastrib diubah menjadi

Page 8: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

Madinah an-Nabi ( Kota Nabi ), dan kota tersebut juga sering disebut Madinah al-Munawwarah (Kota

yang Bercahaya), karena darisanalah cahaya Islam bersinar ke seluruh dunia, dalam sebutan sehari-hari

kota ini disebut Madinah.

ISLAM PERIODE MADINAH

Pada Periode Madinah, Rasulullah adalah pemimipin spiritual dan kepemerintahan kota tersebut, dan

Rasullullah meletakkan nilai-nilai dasar keagamaan pada penduduk Madinah. Pada masa periode

Madinah inilah Islam mengalami kejayaan dan memperluas territorial wilayah kekuasaannya.

Untuk lebih mengikat persaudaraan antara kaum Muhajirin (Muslim yang berhijrah dari Mekkah ke

Madinah) dan Anshar (Penduduk Asli Madinah), Rasulullah melakukan beberapa hal, yang diantaranya ;

(1) Persaudaraan Dalam Islam (Ukhuwah Islamiyah); (2) Sarana pertemuan (Masjid), maka dibangunlah

Masjid Nabawi untuk proses pengembangan Islam dan tempat Ibadah; (3) Menjalin persahabatan

dengan penduduk non-Muslim di Madinah.

Dengan berdirinya Negara Madinah, Islam bertambah kuat dan besar. Perkembangan Islam yang begitu

pesat di Madinah tentu saja membuat penduduk kota Mekkah menjadi risau dan takut, kalau-kalau saja

penduduk Madinah memperlakukan mereka seperti yang mereka lakukan terhadap kaum muslimin saat

masih berada di Mekkah, dan mereka juga khawatir khafilah dagang mereka yang menuju Suriah akan

diganggu oleh penduduk Madinah.

Penguasaan kembali kota Mekkah merupakan strategi berikutnya yang akan dilakukan Rasulullah,

karena Rasulullah sadar dan para Muhajirin sendiri pun selalu rindu akan tanah kelahirannya.

Periode berikutnya dari kepemimpinan Rasulullah adalah mendakwahkan Islam dengan memerangi

kaum kafir quraisy Mekkah, akibat dari pertikaian yang berkepanjangan dan tidak ditemukannya kata

damai di kedua belah pihak.

PERIODE PEPERANGAN

Artinya : “(yaitu) ketika Allah menampakkan mereka kepadamu di dalam mimpimu (berjumlah) sedikit.

dan sekiranya Allah memperlihatkan mereka kepada kamu (berjumlah) banyak tentu saja kamu menjadi

gentar dan tentu saja kamu akan berbantah-bantahan dalam urusan itu, akan tetapi Allah Telah

menyelamatkan kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala isi hati”. (QS. Al-Anfaal : 43)

Page 9: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

Rasulullah mendapatkan Wahyu dari Ilahi lewat mimpinya, yang menggambarkan kejadian yang akan

terjadi pada perang Badr. Dimana kalkulasi jumlah antara Mujahid Islam dan pasukan musuh sangatlah

jauh, tetapi jumlah pasukan dan senjata bukanlah suatu ukuran sebuah kemenangan, semua perihal dan

ketentuan tentang takdir kehidupan ada di tangan Allah SWT.

Perang Badr adalah puncak dari pertikaian yang telah lama terjadi antara Muslimin Madinah dan Kafir

Mekkah, perang ini akhirnya meletus sekitar tahun ke-2 Hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah.

Perang ini berkobar setelah berbagai upaya damai yang dilakukan oleh Baginda Rasulullah gagal dan

menemukan jalan buntu.

Mujahid Islam pada perang badr berjumlah 313 orang, dengan berbekalkan senjata yang sederhana, dan

langsung di komandoi oleh Panglima Perang Pertama Islam Nabi Besar Muhammad SAW. Salah satu

keistimewaan Rasulullah, selalu berada di garis depan medan pertempuran. Menyemangati para

Mujahid dengan pekikan kemenangan Islam dan kejayaan Islam, untuk mencari Ridha Allah semata. Hal

itu terbukti, para Mujahid Madinah dapat memenangkan pertempuran tersebut atas pertolongan dari

Allah, seperti yang disebutkan dalam Ayat Suci Al-Qur’an surah al-Anfaal ayat 12 yang berbunyi :

Artinya : “(ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama

kamu, Maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang Telah beriman". kelak akan Aku jatuhkan rasa

ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap

ujung jari mereka”.(QS. Al Anfaal : 12)

Dan Allah juga menurunkan beribu malaikat untuk membantu peperangan tersebut seperti yang

Firmankan Allah dalam surah Ali Imran ayat 124-125 yang berbunyi sebagai berikut :

Artinya : “(ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: "Apakah tidak cukup bagi kamu

Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari ...

...langit)?"; Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu

dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda”.

Kemenangan Rasulullah dan Mujahid Madinah merupakan pertolongan dari Allah semata, karena

kekuatan Allah meliputi segala sesuatu dan tidak ada yang tidak mungkin jika Allah menghendaki

Page 10: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

sesuatu.

Setelah kemenagan kaum Muslimin terhadap kaum kafir quraisy Mekkah, orang Yahudi Madinah merasa

tidak senang dengan kemenangan tersebut. Mereka sebenarnya memang tidak dengan sepenuh hati

menerima perjanjian yang telah disepakati dengan Rasulullah SAW, setelah beberapa lama diketahui

bahwa Yahudi Madinah berkomplot dengan kafir quraisy dan Rasulullah menyerang Bani Qainuqa (Suku

Yahudi Madinah) dan mengusirnya dari Madinah.

Setelah peperangan Badr, kaum Muslimin dihadapkan dengan beberapa perang yang mengantar Islam

pada kejayaannya. Sebut saja perang Uhud, perang Khandaq, perang hunain, dan perjanjian Hudaibiah

dan berakhir dengan penaklukan kota Mekkah, Rasulullah dengan kekuatan yang besar berhasil merebut

kembali kota Mekkah dan menghancurkan semua berhala yang berada di kota tersebut.

Dan Islam berhasil memperluas kekuasaanya sampai ke Persia dan Romawi, ini membuktikan bahwa

Islam merupakan agama yang Haq dan selalu mendapatkan bantuan dan pertolongan dari Al-Haq.

Kemajuan Islam periode Penaklukan Mekkah menjadi tolak ukur keberhasilan Rasulullah SAW. Karena

dari awal Hijrah, tujuan utama dari Muhajirin dan Mujahid adalah menguasai kembali kota Mekkah dan

menghancurkan segala bentuk kemusyrikan yang berada di kota tersebut, serta menyelamatkan

keluarga dan sahabat-sahabat mereka yang belum hijrah pada Agama Islam.

Dibawah kepemimpinan Rasulullah SAW, Islam mendapatkan tempat di hati penduduk Arab, dan

akhirnya Nabi Muhammad dapat mengislamkan sebagian besar dari penduduk Arab di semenanjung

Arab. Kebijaksanaan dan ketauladanan yang diberikan Rasulullahlah yang telah memikat hati para

penduduk Arab. Dengan Cinta dan Kasih Sayang lewat ajaran Haq, Rasulullah menyampaikan Risalah

Suci Islam kepada seluruh penjuru Negeri.

PENUTUP

Alhamdulillah, kita juga mendapatkan anugerah dan berkah Islam yang disampaikan Rasulullah tersebut,

semoga kita semua dapat istiqamah dalam Islam dan Iman hingga datang waktu yang telah ditentukan

bagi setiap Insan. Islam adalah agama hati, dan untuk menyampaikan agama ini haruslah dengan

segenap hati dan cinta, dan menyampaikannya harus dengan kaidah-kaidah cinta, seperti yang telah

dicontokan oleh Baginda Rasulullah SAW kepada kita semua.

Buah Islam yang kita dapatkan sesuai dengan apa yang kita lakukan dan kita kerjakan, jika kita

mengerjakan hukum Islam dengan sempurna maka Allah akan memberikan ganjaran berupa kenikmatan

Page 11: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

dan sebaliknya jika kita melanggar dan mengabaikan perintah Allah dan mengerjakan apa yang

dilarangnya maka siksa Allah yang akan kita jumpai, baik saat di dunia dan kelak di akhirat. Allah hanya

membebani hambaNya sesuai dengan kemampuannya dalam menjalankan agama, tidak ada perintah

yang diturunkan kepada umat manusia yang berat bagi manusia itu, tetapi manusia itulah yang

memberat-beratkan perintah Alah karena malas dan ragu akan keagungan Allah SWT. Kepada Allah kita

meminta pertolongan dan rahmah untuk menjalani kehidpan dunia yang sementara ini. Hal ini sesuai

dengan Firman Allah pada Surah Al Baqarah Ayat 286 yang berbunyi :

Artinya : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat

pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.

(mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya

Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan

kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak

sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah

penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."

Diposting oleh Ismail Ahmad di 18:50

Label: ensiklopedi islam

http://peperonity.com/go/sites/mview/sejarahend/18186283(p5)

Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah

Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat

kepada Allah SWT sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad

SAW ini terjadi pada 12 Rabi`ul Awwal tahun pertama Hijrah, yang bertepatan dengan 28 Juni 621 Masehi.

Hijrah adalah sebuah peristiwa pindahnya Nabi Muhammad Saw dari Mekkah ke Madinah atas perintah Allah,

untuk memperluas wilayah penyebaran Islam dan demi kemajuan Islam itu sendiri.

SEJARAH

Rencana hijrah Rasulullah diawali karena adanya perjanjian antara Nabi Muhammad SAW dengan orang-

orang Yatsrib yaitu suku Aus dan Khazraj saat di Mekkah yang terdengar sampai ke kaum Quraisy hingga

Kaum Quraisy pun merencanakan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW. Pembunuhan itu direncanakan

melibatkan semua suku. Setiap suku diwakili oleh seorang pemudanya yang terkuat. Rencana pembunuhan itu

terdengar oleh Nabi SAW, sehingga ia merencanakan hijrah bersama sahabatnya, Abu Bakar. Abu Bakar

Page 12: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

diminta mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam perjalanan, termasuk 2 ekor unta. Sementara Ali bin

Abi Thalib diminta untuk menggantikan Nabi SAW menempati tempat tidurnya agar kaum Quraisy mengira

bahwa Nabi SAW masih tidur.

Pada malam hari yang direncanakan, di tengah malam buta Nabi SAW keluar dari rumahnya tanpa diketahui

oleh para pengepung dari kalangan kaum Quraisy. Nabi SAW menemui Abu Bakar yang telah siap menunggu.

Mereka berdua keluar dari Mekah menuju sebuah Gua Tsur, kira-kira 3 mil sebelah selatan Kota Mekah.

Mereka bersembunyi di gua itu selama 3 hari 3 malam menunggu keadaan aman.

Pada malam ke-4, setelah usaha orang Quraisy mulai menurun karena mengira Nabi SAW sudah sampai di

Yatsrib, keluarlah Nabi SAW dan Abu Bakar dari persembunyiannya. Pada waktu itu Abdullah bin Uraiqit yang

diperintahkan oleh Abu Bakar pun tiba dengan membawa 2 ekor unta yang memang telah dipersiapkan

sebelumnya. Berangkatlah Nabi SAW bersama Abu Bakar menuju Yatsrib menyusuri pantai Laut Merah, suatu

jalan yang tidak pernah ditempuh orang.

Setelah 7 hari perjalanan, Nabi SAW dan Abu Bakar tiba di Quba, sebuah desa yang jaraknya 5 km dari

Yatsrib. Di desa ini mereka beristirahat selama beberapa hari. Mereka menginap di rumah Kalsum bin Hindun.

Di halaman rumah ini Nabi SAW membangun sebuah masjid yang kemudian terkenal sebagai Masjid Quba.

Inilah masjid pertama yang dibangun Nabi SAW sebagai pusat peribadatan.

Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi SAW. Sementara itu penduduk Yatsrib menunggu-

nunggu kedatangannya. Menurut perhitungan mereka, berdasarkan perhitungan yang lazim ditempuh orang,

seharusnya Nabi SAW sudah tiba di Yatsrib. Oleh sebab itu mereka pergi ke tempat-tempat yang tinggi,

memandang ke arah Quba, menantikan dan menyongsong kedatangan Nabi SAW dan rombongan.

Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dengan perasaan bahagia, mereka mengelu-elukan

kedatangan Nabi SAW. Mereka berbaris di sepanjang jalan dan menyanyikan lagu Thala' al-Badru, yang

isinya:

Telah tiba bulan purnama, dari Saniyyah al-Wadâ'i (celah-celah bukit). Kami wajib bersyukur, selama ada

orang yang menyeru kepada Ilahi, Wahai orang yang diutus kepada kami, engkau telah membawa sesuatu

yang harus kami taati. Setiap orang ingin agar Nabi SAW singgah dan menginap di rumahnya.

Tetapi Nabi SAW hanya berkata,

"Aku akan menginap dimana untaku berhenti. Biarkanlah dia berjalan sekehendak hatinya."

Ternyata unta itu berhenti di tanah milik dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail, di depan rumah milik Abu

Ayyub al-Anshari. Dengan demikian Nabi SAW memilih rumah Abu Ayyub sebagai tempat menginap

Page 13: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi SAW tinggal di rumah Abu Ayyub, sementara kaum Muslimin

bergotong-royong membangun rumah untuknya.

Sejak itu nama kota Yatsrib diubah menjadi Madînah an-Nabî (kota nabi). Orang sering pula menyebutnya

Madînah al-Munawwarah (kota yang bercahaya), karena dari sanalah sinar Islam memancar ke seluruh dunia.

Terbentuknya Negara Madinah

Setelah Nabi SAW tiba di Madinah dan diterima penduduk Madinah, Nabi SAW menjadi pemimpin penduduk

kota itu. Ia segera meletakkan dasar-dasar kehidupan yang kokoh bagi pembentukan suatu masyarakat baru.

Dasar pertama yang ditegakkannya adalah Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan di dalam Islam), yaitu antara

kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari Mekah ke Madinah) dan Anshar (penduduk Madinah yang masuk

Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin).

Nabi SAW mempersaudarakan individu-individu dari golongan Muhajirin dengan individu-individu dari golongan

Anshar.

Misalnya, Nabi SAW mempersaudarakan Abu Bakar dengan Kharijah bin Zaid, Ja'far bin Abi Thalib dengan

Mu'az bin Jabal. Dengan demikian diharapkan masing-masing orang akan terikat dalam suatu persaudaraan

dan kekeluargaan. Dengan persaudaraan yang semacam ini pula, Rasulullah telah menciptakan suatu

persaudaraan baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan

keturunan.

Dasar kedua adalah sarana terpenting untuk mewujudkan rasa persaudaraan tsb, yaitu tempat pertemuan.

Sarana yang dimaksud adalah masjid, tempat untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT secara berjamaah,

yang juga dapat digunakan sebagai pusat kegiatan untuk berbagai hal, seperti belajar-mengajar, mengadili

perkara-perkara yang muncul dalam masyarakat, musyawarah, dan transaksi dagang.

Nabi SAW merencanakan pembangunan masjid itu dan langsung ikut membangun bersama-sama kaum

muslimin. Masjid yang dibangun ini kemudian dikenal sebagai Masjid Nabawi. Ukurannya cukup besar,

dibangun di atas sebidang tanah dekat rumah Abu Ayyub al-Anshari. Dindingnya terbuat dari tanah liat,

sedangkan atapnya dari daun-daun dan pelepah kurma. Di dekat masjid itu dibangun pula tempat tinggal Nabi

SAW dan keluarganya.

Dasar ketiga adalah hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Di

Madinah, disamping orang-orang Arab Islam juga masih terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-

orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas masyarakat dapat

diwujudkan, Nabi Muhammad SAW mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka.

Page 14: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

Perjanjian tersebut diwujudkan melalui sebuah piagam yang disebut dengan Mîsâq Madînah atau Piagam

Madinah. Isi piagam itu antara lain mengenai kebebasan beragama, hak dan kewajiban masyarakat dalam

menjaga keamanan dan ketertiban negerinya, kehidupan sosial, persamaan derajat, dan disebutkan bahwa

Rasulullah SAW menjadi kepala pemerintahan di Madinah.

Masyarakat yang dibentuk oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah setelah hijrah itu sudah dapat dikatakan

sebagai sebuah negara, dengan Nabi Muhammad SAW sebagai kepala negaranya. Dengan terbentuknya

Negara Madinah, Islam makin bertambah kuat. Perkembangan Islam yang pesat itu membuat orang-orang

Mekah menjadi resah. Mereka takut kalau-kalau umat Islam memukul mereka dan membalas kekejaman yang

pernah mereka lakukan. Mereka juga khawatir kafilah dagang mereka ke Suriah akan diganggu atau dikuasai

oleh kaum muslimin.

Untuk memperkokoh dan mempertahankan keberadaan negara yang baru didirikan itu, Nabi SAW

mengadakan beberapa ekspedisi ke luar kota, baik langsung di bawah pimpinannya maupun tidak. Hamzah

bin Abdul Muttalib membawa 30 orang berpatroli ke pesisir L. Merah. Ubaidah bin Haris membawa 60 orang

menuju Wadi Rabiah. Sa'ad bin Abi Waqqas ke Hedzjaz dengan 8 orang Muhajirin. Nabi SAW sendiri

membawa pasukan ke Abwa dan disana berhasil mengikat perjanjian dengan Bani Damra, kemudian ke Buwat

dengan membawa 200 orang Muhajirin dan Anshar, dan ke Usyairiah. Di sini Nabi SAW mengadakan

perjanjian dengan Bani Mudij.

EkspedEsi-ekspedisi tersebut sengaja digerakkan Nabi SAW sebagai aksi-aksi siaga dan melatih kemampuan

calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan negara yang baru

dibentuk. Perjanjian perdamaian dengan kabilah dimaksudkan sebagai usaha memperkuat kedudukan

Madinah.

Perang Badar

Perang Badar yang merupakan perang antara kaum muslimin Madinah dan kaun musyrikin Quraisy Mekah

terjadi pada tahun 2 H. Perang ini merupakan puncak dari serangkaian pertikaian yang terjadi antara pihak

kaum muslimin Madinah dan kaum musyrikin Quraisy. Perang ini berkobar setelah berbagai upaya perdamaian

yang dilaksanakan Nabi Muhammad SAW gagal.

Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313 orang dengan perlengkapan senjata sederhana yang terdiri dari

pedang, tombak, dan panah. Berkat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan semangat pasukan yang

membaja, kaum muslimin keluar sebagai pemenang. Abu Jahal, panglima perang pihak pasukan Quraisy dan

musuh utama Nabi Muhammad SAW sejak awal, tewas dalam perang itu. Sebanyak 70 tewas dari pihak

Quraisy, dan 70 orang lainnya menjadi tawanan. Di pihak kaum muslimin, hanya 14 yang gugur sebagai

syuhada. Kemenangan itu sungguh merupakan pertolongan Allah SWT (QS. 3: 123).

Page 15: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

Orang-orang Yahudi Madinah tidak senang dengan kemenangan kaum muslimin. Mereka memang tidak

pernah sepenuh hati menerima perjanjian yang dibuat antara mereka dan Nabi Muhammad SAW dalam

Piagam Madinah.

Sementara itu, dalam menangani persoalan tawanan perang, Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk

membebaskan para tawanan dengan tebusan sesuai kemampuan masing-masing. Tawanan yang pandai

membaca dan menulis dibebaskan bila bersedia mengajari orang-orang Islam yang masih buta aksara. Namun

tawanan yang tidak memiliki kekayaan dan kepandaian apa-apa pun tetap dibebaskan juga.

Tidak lama setelah perang Badar, Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian dengan suku Badui yang

kuat. Mereka ingin menjalin hubungan dengan Nabi SAW karenan melihat kekuatan Nabi SAW. Tetapi ternyata

suku-suku itu hanya memuja kekuatan semata.

Sesudah perang Badr, Nabi SAW juga menyerang Bani Qainuqa, suku Yahudi Madinah yang berkomplot

dengan orang-orang Mekah. Nabi SAW lalu mengusir kaum Yahudi itu ke Suriah.

Perang Uhud

Perang yang terjadi di Bukit Uhud ini berlangsung pada tahun 3 H. Perang ini disebabkan karena keinginan

balas dendam orang-orang Quraisy Mekah yang kalah dalam perang Badr. Pasukan Quraisy, dengan dibantu

oleh kabilah Tihama dan Kinanah, membawa 3.000 ekor unta dan 200 pasukan berkuda di bawah pimpinan

Khalid bin Walid. Tujuh ratus orang di antara mereka memakai baju besi.

Adapun jumlah pasukan Nabi Muhammad SAW hanya berjumlah 700 orang. Perang pun berkobar. Prajurit-

prajurit Islam dapat memukul mundur pasukan musuh yang jauh lebih besar itu. Tentara Quraisy mulai mundur

dan kocar-kacir meninggalkan harta mereka.

Melihat kemenangan yang sudah di ambang pintu, pasukan pemanah yang ditempatkan oleh Rasulullah di

puncak bukit meninggalkan pos mereka dan turun untuk mengambil harta peninggalan musuh. Mereka lupa

akan pesan Rasulullah untuk tidak meninggalkan pos mereka dalam keadaan bagaimana pun sebelum

diperintahkan. Mereka tidak lagi menghiraukan gerakan musuh. Situasi ini dimanfaatkan musuh untuk segera

melancarkan serangan balik. Tanpa konsentrasi penuh, pasukan Islam tak mampu menangkis serangan.

Mereka terjepit, dan satu per satu pahlawan Islam berguguran. Nabi SAW sendiri terkena serangan musuh.

Sisa-sisa pasukan Islam diselamatkan oleh berita tidak benar yang diterima musuh bahwa Nabi SAW sudah

meninggal. Berita ini membuat mereka mengendurkan serangan untuk kemudian mengakhiri pertempuran itu.

Perang Uhuh ini menyebabkan 70 orang pejuang Islam gugur sebagai syuhada.

Perang Khandaq

Page 16: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

Perang yang terjadi pada tahun 5 H ini merupakan perang antara kaum muslimin Madinah melawan

masyarakat Yahudi Madinah yang mengungsi ke Khaibar yang bersekutu dengan masyarakat Mekah. Karena

itu perang ini juga disebut sebagai Perang Ahzab (sekutu beberapa suku).

Pasukan gabungan ini terdiri dari 10.000 orang tentara. Salman al-Farisi, sahabat Rasulullah SAW,

mengusulkan agar kaum muslimin membuat parit pertahanan di bagian-bagian kota yang terbuka. Karena

itulah perang ini disebut sebagai Perang Khandaq yang berarti parit.

Tentara sekutu yang tertahan oleh parit tsb mengepung Madinah dengan mendirikan perkemahan di luar parit

hampir sebulan lamanya. Pengepungan ini cukup membuat masyarakat Madinah menderita karena hubungan

mereka dengan dunia luar menjadi terputus. Suasana kritis itu diperparah pula oleh pengkhianatan orang-

orang Yahudi Madinah, yaitu Bani Quraizah, dibawah pimpinan Ka'ab bin Asad.

Namun akhirnya pertolongan Allah SWT menyelamatkan kaum muslimin. Setelah sebulan mengadakan

pengepungan, persediaan makanan pihak sekutu berkurang. Sementara itu pada malam hari angin dan badai

turun dengan amat kencang, menghantam dan menerbangkan kemah-kemah dan seluruh perlengkapan

tentara sekutu. Sehingga mereka terpaksa menghentikan pengepungan dan kembali ke negeri masing-masing

tanpa suatu hasil.

Para pengkhianat Yahudi dari Bani Quraizah dijatuhi hukuman mati.

Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzâb: 25-26.

Perjanjian Hudaibiyah

Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, hasrat kaum muslimin untuk mengunjungi Mekah

sangat bergelora. Nabi SAW memimpin langsung sekitar 1.400 orang kaum muslimin berangkat umrah pada

bulan suci Ramadhan, bulan yang dilarang adanya perang. Untuk itu mereka mengenakan pakaian ihram dan

membawa senjata ala kadarnya untuk menjaga diri, bukan untuk berperang.

Sebelum tiba di Mekah, mereka berkemah di Hudaibiyah yang terletak beberapa kilometer dari Mekah. Orang-

orang kafir Quraisy melarang kaum muslimin masuk ke Mekah dengan menempatkan sejumlah besar tentara

untuk berjaga-jaga.

Akhirnya diadakanlah Perjanjian Hudaibiyah antara Madinah dan Mekah,

yang isinya antara lain:

1. Kedua belah pihak setuju untuk melakukan gencatan senjata selama 10 tahun.

Page 17: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

2. Bila ada pihak Quraisy yang menyeberang ke pihak Muhammad, ia harus dikembalikan. Tetapi bila

ada pengikut Muhammad SAW yang menyeberang ke pihak Quraisy, pihak Quraisy tidak harus

mengembalikannya ke pihak Muhammad SAW.

3. Tiap kabilah bebas melakukan perjanjian baik dengan pihak Muhammad SAW maupun dengan pihak

Quraisy.

4. Kaum muslimin belum boleh mengunjungi Ka'bah pada tahun tsb, tetapi ditangguhkan sampai tahun

berikutnya.

5. Jika tahun depan kaum muslimin memasuki kota Mekah, orang Quraisy harus keluar lebih dulu.

6. Kaum muslimin memasuki kota Mekah dengan tidak diizinkan membawa senjata, kecuali pedang di

dalam sarungnya, dan tidak boleh tinggal di Mekah lebih dari 3 hari 3 malam.

Tujuan Nabi SAW membuat perjanjian tsb sebenarnya adalah berusaha merebut dan menguasai Mekah, untuk

kemudian dari sana menyiarkan Islam ke daerah-daerah lain.

Ada 2 faktor utama yang mendorong kebijaksanaan ini :

Mekah adalah pusat keagamaan bangsa Arab, sehingga dengan melalui konsolidasi bangsa Arab

dalam Islam, diharapkan Islam dapat tersebar ke luar.

Apabila suku Quraisy dapat diislamkan, maka Islam akan memperoleh dukungan yang besar, karena

orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar di kalangan bangsa Arab.

Setahun kemudian ibadah haji ditunaikan sesuai perjanjian. Banyak orang Quraisy yang masuk Islam setelah

menyaksikan ibadah haji yang dilakukan kaum muslimin, disamping juga melihat kemajuan yang dicapai oleh

masyarakat Islam Madinah.

Di Sisi Lain

Keberhasilan dakwah di madinah tak terlepas dari sosok sahabat nabi, yang bernama MUSH'AB BIN 'UMAIR.

Beliau adalah salah satu sahabat nabi. Sebelum masuk hidayah tertanam didadanya, beliau adalah seorang

pemuda tampan, anak seorang bangsawan dan hartawan. pemuda yang menjadi buah bibir warga mekah,

khususnya para wanita. Ia lahir dan dibesarkan dalam kesenangan, dan tumbuh dalam lingkungannya. Sampai

akhirnya hidayah Allah datang kepada beliau, dan beliau masuk islam dalam usia yang masih muda, sekira 24

tahun berbagai kesenangan dunia serta kekayaannya ia tinggalkan demi memilih islam sebagai agamanya.

Page 18: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

Seorang Mush'ab yang memilih hidup miskin dan sengsara demi Islam sebagai tuntunan hidupnya Pemuda ganteng itu, kini telah menjadi

seorang melarat dengan pakaiannya yang kasar dan usang, sehari makan dan beberapa hari menderita lapar. Sampai akhirnya Nabi

Muhammad mengutus beliau sebagai sebagai duta dakwah pertama ke madinah. Sejarah mengisahkan betapa Al-Amin mempercayakan

kepadanya. Mush'ab dipilih menjadi seorang utusan. Seorang duta pertama dalam Islam. Ada amanah indah yang harus segera ia tunaikan.

Tugasnya mengajarkan tentang Islam kepada kaum Anshar yang telah beriman dan berbaiat kepada Rasulullah di Aqabah. Sebuah misi

yang tentu saja tidak mudah. Saat itu telah 12 orang kaum Anshar yang beriman.

Tak lama berselang, Allah yang maha besar, memperlihatkan hasil usaha sungguh sungguh dari seorang

Mushaib. Berduyun-duyun manusia berikrar mengesakan Allah dan mengakui Rasulullah sebagai utusan Allah.

Jika saat ia pergi ada 12 orang golongan kaum Anshar yang beriman, maka pada musim haji selanjutnya umat

muslim Madinah mengirim perwakilan sebanyak 70 orang laki-laki dan 2 orang perempuan ke Makkah untuk

menjumpai Nabi yang Ummi. Madinah semarak dengan cahaya.

Usaha gigih yang diperbuat Mushab membuat Benih benih islam tersemai dengan subur di madinah

kesungguhan Mus‘ab bin Umair dalam berdakwah. Setiap hari dalam hidupnya senantiasa memberikan

konstribusi baru bagi Islam di dalam dakwah dan jihad yang dilakukannya. Beliau adalah dai pertama dalam

Islam di kota Madinah. Di tangannyalah sebagian besar penduduk Madinah berhasil diislamkan. Dia adalah

peletak pertama fondasi Negara Islam Madinah. Dia adalah kontributor sesungguhnya bagi Islam dan jamaah

kaum Muslim.

STRATEGI DAKWAH DI MADINAH

Beberapa strategi dirangka khusus setibanya Rasulullah s.a.w di Madinah. Semua strategi berpandukan

kepada arahan dan tindakan Rasulullah s.a.w serta pengiktirafan baginda terhadap ide-ide daripada para

sahabat baginda.

A. PEMBINAAN MASJID

Masjid merupakan institusi dakwah pertama yang dibina oleh Rasulullah s.a.w setibanya baginda di Madinah.

Ia menjadi nadi pergerakan Islam yang menghubungkan manusia dengan Penciptanya serta manusia sesama

manusia. Masjid menjadi lambang akidah umat Islam atas keyakinan tauhid mereka kepada Allah s.w.t.

Pembinaan masjid dimulakan dengan membersihkan persekitaran kawasan yang dikenali sebagai ‘mirbad’ dan

meratakannya sebelum menggali lubang untuk diletakkan batu-batu sebagai asas binaan. Malah, Rasulullah

s.a.w sendiri yang meletakkan batu-batu tersebut. Batu-batu itu kemudiannya disimen dengan tanah liat

sehingga menjadi binaan konkrit.

Masjid pertama ini dibina dalam keadaan kekurangan tetapi penuh dengan jiwa ketaqwaan kaum muslimin di

kalangan muhajirin dan ansar. Di dalamnya, dibina sebuah mimbar untuk Rasulullah s.a.w menyampaikan

khutbah dan wahyu daripada Allah. Terdapat ruang muamalah yang dipanggil ‘sirda’untuk pergerakan kaum

Page 19: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

muslimin melakukan aktiviti kemasyarakatan.[2] Pembinaan masjid ini mengukuhkan lagi dakwah baginda bagi

menyebarkan risalah wahyu kepada kaum muslimin serta menjadi pusat perbincangan di kalangan Rasulullah

s.a.w dan para sahabat tentang masalah ummah.

B. MENGUKUHKAN PERSAUDARAAN

Rasulullah SAW mengeratkan hubungan di antara Muhajirin dan Ansar sebagai platform mempersatukan

persaudaraan di dalam Islam. Jalinan ini diasaskan kepada kesatuan cinta kepada Allah serta pegangan

akidah tauhid yang sama. Persaudaraan ini membuktikan kekuatan kaum muslimin melalui pengorbanan yang

besar sesama mereka tanpa mengira pangkat, bangsa dan harta. Selain itu, ia turut memadamkan api

persengketaan di kalangan suku kaum Aus dan Khajraz.[3]

C. PEMBENTUKAN PIAGAM MADINAH

Madinah sebagai sebuah Negara yang menghimpunkan masyarakat Islam dan Yahudi daripada pelbagai

bangsa memerlukan kepada satu perlembagaan khusus yang menjaga kepentingan semua pihak. Justeru,

Rasulullah s.a.w telah menyediakan sebuah piagam yang dikenali sebagai Piagam Madinah bagi membentuk

sebuah masyarakat di bawah naungan Islam.

Piagam ini mengandungi 32 fasal yang menyentuh segenap aspek kehidupan termasuk akidah, akhlak,

kebajikan, undang-undang, kemasyarakatan, ekonomi dan lain-lain. Di dalamnya juga terkandung aspek

khusus yang mesti dipatuhi oleh kaum Muslimin seperti tidak mensyirikkan Allah, tolong-menolong sesama

mukmin, bertaqwa dan lain-lain. Selain itu, bagi kaum bukan Islam, mereka mestilah berkelakuan baik bagi

melayakkan mereka dilindungi oleh kerajaan Islam Madinah serta membayar cukai.

Piagam ini mestilah dipatuhi oleh semua penduduk Madinah sama ada Islam atau bukan Islam. Strategi ini

telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang adil, membangun serta digeruni oleh musuh-

musuh Islam.

D. STRATEGI KETENTERAAN

Peperangan merupakan strategi dakwah Rasulullah di Madinah untuk melebarkan perjuangan Islam ke seluruh

pelusuk dunia. Strategi ketenteraan Rasulullah s.a.w digeruni oleh pihak lawan khususnya puak musyrikin di

Mekah dan Negara-negara lain. Antara tindakan strategik baginda menghadapi peperangan ialah persiapan

sebelum berlakunya peperangan seperti pengitipan dan maklumat musuh. Ini berlaku dalam peperangan

Badar, Rasulullah s.a.w telah mengutuskan pasukan berani mati seperti Ali bin Abi Talib, Saad Ibnu Waqqash

dan Zubair Ibn Awwam bagi mendapatkan maklumat sulit musuh.[4] Maklumat penting musuh memudahkan

pasukan tentera Islam bersiap-sedia menghadapi mereka di medan perang.

Page 20: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

RasUlullah s.a.w turut membacakan ayat-ayat al-Quran bagi menggerunkan hati-hati musuh serta menguatkan

jiwa kaum Muslimin. Antara firman Allah Taala bermaksud:

“Dan ingatlah ketika Allah menjajikan kepadamu bahawa salah satu dari dua golongan yang kamu hadapi

adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahawa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang

untukmy, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayatNya dan memusnahkan

orang-orang kafir.” (Surah al-Anfal: 7)

Rasulullah s.a.w turut mengambil pandangan daripada para sahabat baginda dalam merangka strategi

peperangan. Sebagai contoh, dalam peperangan Badar, baginda bersetuju dengan cadangan Hubab

mengenai tempat pertempuran. Hubab mencadangkan agar baginda menduduki tempat di tepi air yang paling

dekat dengan musuh agar air boleh diperolehi dengan mudah untuk tentera Islam dan haiwan tunggangan

mereka. Dalam perang Khandak, Rasulullah s.a.w bersetuju dengan pandangan Salman al-Farisi yang

berketurunan Parsi berkenaan pembinaan benteng. Strategi ini membantu pasukan tentera Islam berjaya

dalam semua peperangan dengan pihak musuh.

E. PEMBERIAN COP MOHOR

Rasulullah s.a.w mengutuskan surat dan watikah kepada kerajaan – kerajaan luar seperti kerajaan Rom dan

Parsi bagi mengembangkan risalah dakwah. Semua surat dan watikah diletakkan cop yang tertulis kalimah la

ila ha illahlah wa ana Rasullah[5] Tujuannya adalah untuk menjelaskan kedudukan Rasulullah s.a.w sebagai

utusan Allah dan Nabi di akhir zaman. Dalam watikahnya, baginda turut menyeru agar mereka menyembah

Allah dan bersama-sama berjuang untuk Islam sebagai agama yang diiktiraf oleh Allah. Kebanyakan watikah

baginda diterima baik oleh kerajaan-kerajaan luar.

Contoh surat Nabi kepada Raja Parsi :

Nabi mengutuskan Abdullah bin Huzaifah bin Saham yang membawa surat kepada Kaisar Humuz, Raja Parsi

yang bunyinya sebagai berikut :

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dari Nabi Muhammad Rasulullah kepada

Kaisar penguasa Parsi. Semoga sejahtera kepada sesiapa sahaja yang mengikut pimpinan Allah dan beriman

kepadaNya dan rasulNya dan bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah yang Esa tidak ada sekutu bagiNya dan

sesungguhnya Nabi Muhammad adalah hamba dan rasulNya.

“Saya mengajak anda dengan ajakan Allah kepada umat manusia dan untuk memperingatkan manusia yang

masih hidup, bahawa siksaan akan ditimpakan atas orang-orang kafir. Masuklah Islam dan hendaklah

menerimanya. Jika anda menolaknya, maka berdosalah bagi penyembah api.”[6]

F. HUBUNGAN LUAR

Page 21: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

Hubungan luar merupakan orientasi penting bagi melabarkan sayap dakwah. Ini terbukti melalui tindakan

Rasulullah s.a.w menghantar para dutanya ke negara-negara luar bagi menjalinkan hubungan baik

berteraskan dakwah tauhid kepada Allah. Negara-negara itu termasuklah Mesir, Iraq, Parsi dan Cina. Sejarah

turut merakamkan bahawa Saad Ibn Waqqas pernah berdakwah ke negeri Cina sekitar tahun 600 hijrah. Sejak

itu, Islam bertebaran di negeri Cina sehingga kini. Antara para sahabat yang menjadi duta Rasulullah ialah

Dukyah Kalibi kepada kaisar Rom, Abdullah bin Huzaifah kepada kaisar Hurmuz, Raja Parsi, Jaafar bin Abu

Talib kepada Raja Habsyah.[7]

Strategi hubungan luar ini diteruskan pada pemerintahan khalifah Islam selepas kewafatan Rasulullah s.a.w. Sebagai

contoh, pasukan Salehuddin al-Ayubi di bawah pemerintahan Bani Uthmaniah telah berjaya menawan kota suci umat

Islam di Baitul Maqdis. Penjajahan dan penerokaan ke Negara-negara luar merupakan strategi dakwah paling berkesan di

seluruh dunia.

KESIMPULAN

Strategi dakwah Rasulullah s.a.w di Madinah lebih agresif dan besar. Madinah, sebagai Negara Islam pertama

menjadi nadi pergerak dakwah Islam ke seluruh dunia. Tapak yang disediakan oleh Rasulullah s.a.w begitu

kukuh sehingga menjadi tauladan kepada pemerintahan Islam sehingga kini. Strategi yang bersumberkan

kepada dua perundangan utama iaitu al-Quran dan Hadis menjadi intipati kekuatan perancangan Islam dalam

menegakkan kalimah Tauhid.

Sukses hijrah Nabi Muhammad SAW ditandai, antara lain, keberhasilannya mencerdaskan masyarakat Muslim

yang bodoh menjadi umat yang cerdas, menyejahterakan sosial ekonomi umat dan masyarakat dengan asas

keadilan dan pemerataan, serta penegakan nilai etik-moral dan norma hukum yang tegas. Pendeknya, Nabi

Muhammad SAW berhasil membangun kesalehan ritual yang paralel dengan kesejahteraan material, ketaatan

individual yang seiring dengan kepatuhan sosial, dan terwujudnya kesejahteraan duniawiah-temporal yang

seimbang dengan keberkahan ukhrawiah yang kekal.

Sebuah fakta sejarah kemudian membuktikan bahwa proses penyebaran Islam dengan dakwah jauh lebih cepat dan

berkembang pada periode Madinah ini dibandingkan periode Mekkah. Selain itu juga di Madinah, Rasulullah dan Umat

Islam berhasil membangun tata peradaban baru, tata pemerintahan, tata ekonomi dan sosial yang demikian pesat

perkembangannya.

Nilai-nilai yang terkandung dalam proses Hijrah :

A. Pengorbanan

o Nilai ini ditunjukan oleh Ali bin Abi Thalib, yaitu ketika beliau tanpa ragu menyanggupi untuk menggantikan

Nabi untuk tetap berada didalam rumah, bahkan beliau kemudian tidur dan mengenakan sorban Nabi.

Sungguh sebuah pengorbanan yang sangat heroik dimana Ali yang ketika itu masih seorang pemuda, rela

untuk menjadi tameng bagi kelangsungan hidup Rasulnya, yang berarti pula kelangsungan dakwah Islam

Page 22: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

o Nilai ini juga ditunjukan oleh Abu Bakar as Shidiq, yakni ketika beliau berkata

“ Biar saya yang masuk kedalam gua (Tsur) dulu, kalau ada binatang buas atau binatang

berbisa didalam sana, saya rela mati, biar anda meneruskan perjuangan dan dakwah anda”.

Lagi sebuah epik kepahlawanan dan pengorbanan yang luar biasa. Kemudian dalamsebuah

cerita kemudian benar Abu Bakar digigit ular berbisa, namun ataskehendak Allah, beliau selamat

dalam peristiwa itu.

B. Keyakinan dan Tawakal

ketika berada dalam gua tsur yang gelap dan dalam keadaan yang sedemikian rupa, kemudian terucap kata-

kata yang hanya akan keluar dari lisan orang yang memiliki keyakinan dan sikap tawakal yang demikian

sempurna “ La Tahzan, innallah ma ana – jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita”

C. Kebersamaan

Peristiwa Hijrah ini melibatkan Nabi Muhammad yang mewakili Pemimpin, Ali bin Abi Thalib yang mewakili

generasi muda, Abu Bakr, yang mewakili golongan tua, bahkan konon ada seorang perempuan yang bertugas

menyupalai makanan kepada Nabi dan Abu Bakar selama mereka berada dalam gua – yang menurut seorang

ulama, ini menggambarkan sebuah kesatuan, antara pemimpin, pemuda, orang tua dan perempuan, sebagai

salah satu syarat “keberhasilan”, seperti kemudian digambarkan bagaimana proses Hijrah ini adalah menjadi

tonggak sejarah dan momentum perkembangan Islam.

D. Kondisi yang Kondusif

Sebagaimana diketahui, ketika sampai ditempat yang baru, Nabi mengganti nama Yatsrib – Mengecam,

menjadi Madinah – Kota Peradaban. Ini mencerminkan bahwa sebuah proses keberhasilan tidak akan dicapai

ketika orang-orang yang berada didalamnya saling mengecam satu sama lain, kritik yang tidak konstruktif, asal

ganti dan lebih mementingkan kepentingan golongan dan pribadinya semata. Penggantian nama menjadi

Madinah menyimbolkan bahwa keberhasilan hanya akan dicapai dalam tata kehidupan yang beradab, ada

sopan santun dan etika ketika hendak menyampaikan pendapat, kritik dan masukan, ada tata aturan yang

mesti dipenuhi oleh orang-orang beradab, yang kemudian dibuktikan dalam Sejarah masa kini, bahwa

dimanapun, tidak akan pernah bisa mencapai keberhasilan, ketika individu-individu yang terlibat dalam proses

itu saling mengecam bahkan tak jarang menyebarkan fitnah-fitnah keji. Sebaliknya, sebuah kondisi yang

“beradab”, yang berdasarkan tata aturan dan norma kesusilaan-lah yang mengantar sebuah bangsa, sebuah

kelompok atau apapun untuk mencapai keberhasilannya.

Page 23: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

http://belchunk.blogspot.com/2008/06/dakwah-rasulullah-saw-periode-madinah.html

BERCERMIN PADA LANGKAH POLITIK NABI MUHAMMAD SAW.

oleh : Z.A. Rahawarin.

Pendahuluan

Bagi umat Islam, Nabi Muhammad saw. adalah suri teladan dalam segala bidang kehidupan. Tidak hanya

dalam masalah-masalah agama yang terkait dengan hubungan dengan Tuhan, Sang Khalik, tetapi juga

dalam persoalan-persoalan yang terkait dengan hubungan dengan sesama Makhluk. Muhammad adalah

pribadi yang komplit. Ia adalah seorang Nabi, juru dakwah yang berhasil mengubah bangsa Arab yang

polyteis menjadi penganut agama Islam yang mentauhidkan Allah. Ia juga adalah seorang panglima

perang yang rela terjung langsung ke medan perang memimpin pasukan Muslim menghadapi musuh. Di

sisi lain, ia juga adalah seorang politikus yang mampu mempersatukan bangsa Arab dari berbagai suku

dan klan dalam satu komunitas baru, kaum muslimin. Sebuah prestasi yang belum pernah dicapai oleh

pemimpin Arab sebelumnya.

Keberhasilan Muhammad itu tidak diraih dengan mudah, tetapi melalui perjuangan yang sangat keras

dan dilakukan secara bertahap dan sistematis. Dari catatan sejarah yang dapat ditelusuri, perjuangan

Muhammad ditempuh dalam dua periode, Mekah dan Madinah. Jika pada periode Mekah, peran

Muhammad lebih ditekankan pada bagaimana mengajak orang-orang musyrik Mekah untuk mengenal

Allah dan mentauhidkannya, serta membentuk fondasi bagi terbentuknya komunitas baru, maka pada

periode Medinah, peran Nabi lebih pada bagaimana menata masyarakat yang baru, yaitu masyarakat

Madinah yang heterogen dan plural, baik dari segi suku, asal-usul, maupun agama.

Seruan dakwah Muhammad saat di Mekah tidak langsung membuahkan hasil positif. Sebaliknya respons

yang muncul dari masyarakat justru sangat menyakitkan. Kebanyakan warga dari masyarakat Quraisy

saat itu membalas ajakan Rasulullah dengan intimadasi, sabotase, isolasi, dan kekerasan untuk

menghalang-halangi meluasnya ajaran Islam. Namun Nabi tidak frustrasi, justru terpicu untuk berpikir

keras untuk mencari alternatif lain dalam mendakwahkan Islam. Hingga sampai pada keputusan untuk

memindahkan objek dakwah Islam kepada masyarakat di luar Makkah.

Page 24: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

Oleh karena itulah Nabi bersama para sahabatnya melakukan Hijrah dari Mekah ke Madinah. Hijrah

merupakan babak awal kebangkitan Islam. Hijrah menandai lahirnya sebuah negara baru, nagara

Madinah di mana Muhammad menjadi pemimpinnya. Dari sini kemudian Islam berhasil dipancarkan ke

seantero jagad. Karena itu, model negara Madinah menjadi inspirasi dan ilham untuk mencari bentuk

pengelolaan kehidupan modern sekarang ini, tidak saja bagi umat Islam, tetapi juga umat-umat lainnya.

Maluku yang hingga kini masih dalam tahap menata kembali masyarakatnya menuju “Maluku Baru”

setelah dilanda kerusuhan sosial selama kurang lebih empat tahun terakhir, tidak salah jika mencoba

melihat, mempelajari dan mengambil hikmah dari sejarah hidup Nabi Muhammad saw. dan langkah-

langkah politik yang apa saja yang dilakukaknnya dalam menata masyarakatnya baik di Mekah maupun

di Medinah. Tentu saja tidak seluruh kebijakan Nabi di Madinah saat itu harus ditiru sepenuhnya pada

masa sekarang. Sebab bagaimanapun, contoh Nabi di Madinah sangat dikondisikan oleh konteks sosial

dan sejarah yang spesifik pada saat itu.

Langkah-langkah Politik Muhammad.

Hijrah merupakan momen yang paling menetukan dalam perjalanan karier Nabi Muhammad di masa-

masa selanjutnya. Bagi umat Islam, hijrah mengandung arti kelahiran kembali agama bebas dan baru,

Islam yang tak lama sesudah itu memulai derap kemajuannya yang tak tertahankan melintasi jazirah

Arab dan sebagian besar dunia. Seperti yang kita saksikan perubahan-perubahan besar yang dialami

Nabi dan sahabat-sahaabatnya justru terjadi setelah hijrah. Di Madinahlah Islam mulai menandai era

kebangkitan pertamanya.

Dari segi konsep, hijrah memiliki beberapa makna di antaranya. Pertama, meninggalkan segala apa yang

dilarang oleh Allah SWT. “Dan berbuat dosa tinggalkanlah.” Sebuah hadis Nabi menyebutkan, orang

yang hijrah itu ialah orang yang meninggalkan larangan Allah . Kedua, menjauhi hal-hal yang tidak baik

dan merusak termasuk pergaulan yang jelak. Tidak mempedulikan ocehan dan hinaan dari mereka yang

membenci Islam, harus berusaha menghindari benturan-benturan sosial tanpa melahirkan diri dan

mengucilkan diri dari komunitas soial, namun tetap melakukan dakwah dengan aktif dan persuasif.

Ketiga, berpindah tempat.

Tidak mungkin untuk menjelaskan keseluruhan nilai penting yang ada dalam peristiwa hijrahnya Nabi

saw. Namun begitu, patut dicamkan bahwa Islam mengemukakan persoalan hijrah dengan kesadaran

ilmiah yang mendalam tentang pengaruhnya yang sangat mengagumkan dalam membentuk tokoh-

tokoh dan peradaban-peradaban besar. Nabi Ibrahim, Musa, Budha dan sebagainya adalah sekian dari

Page 25: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

tokoh-tokoh besar dalam sejarah umat manusia yang pernah melakukan hijrah. Hijrah juga tidak harus

selalu diartikan sebagai perpindahan seorang tokoh dari suatu tempat ke tempat lain, sebab pada

dasarnya apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. adalah sebuah strategi memindahkan pusat

perjuangan (ibukota)nya dari Mekah ke Medinah. Mekah saat itu adalah pusat perdagangan yang sangat

ramai dikunjungi oleh para saudagar dari luar Arabia, sedangkan Medinah (saat itu bernama Yatsrib)

adalah kota terpencil yang kurang begitu dikenal. Muhammad menganggap bahwa Mekah tidak lagi

kondusif bagi usaha dakwah yang dilaksanakannya, karena itu, setelah melalui pertimbangan yang

matang dan setelah melakukan percobaan pada beberapa daerah lainnya, seperti Thaif, akhirnya ia

memilih Medinah sebagai tempat hijrahnya.

Di masa modern, hijrah semacam itu sesungguhnya juga dilakukan oleh tokoh-tokoh seperti Soekarno

yang pernah mempunyai istana kepresidenan di Bogor, juga negara Australia yang memindahkan

ibukota dari Sidney ke Camberra dan Jerman yang memindahkan ibukota dari Bonn ke Berlin.

Dengan demikian, perpindandahan sebuah ibukota negara atau provinsi adalah hal yang lumrah jika

didasari pada pehitungan yang matang, dan itu seharusnya juga dipahami sebagai sebuah bentuk hijrah.

Kepadatan penduduk dengan pemukiman yang sempit dan tidak ada lagi lahan bagi pengembangan ke

depan, penataan kota yang sembrawut dan tidak terencana dengan baik, sehingga pusat-pusat ekonomi

dan perdagangan atau pusat dan kantor-kantor pemerintahan hanya terpusat di suatu daerah tertentu,

adalah berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan dalam rangka pemindahan ibukota tersebut. Sebab,

faktor-faktor tersebut sangat rawan menimbulkan kecemburuan sosial yang akan berakibat pada

munculnya komflik horizontal di antara sesama penduduk.

Di Medinah, ada beberapa langkah politis yang ditempuh oleh Nabi pasca hijrah ke Medinah. Ada dua

langkah politis yang patut dicatat sebagai usaha spektakuler Nabi dalam rangka meletakkan dasar-dasar

syari’at Islam, yaitu :

1. Menjalin ikatan persaudaraan antara orang-orang yang berhijrah dari Mekah (disebut al-

Muhajirin) dengan orang-orang yang menolong dari Madinah (Anshar). Di satu sisi persaudaraan

ini dimaksudkan untuk memecahkan masalah para pengungsi dan orang-orang terlantar

(Muhajirin), sedangkan di sisi lain untuk mempererat persaudaraan di antara mereka. Nabi

menganjurkan agar orang-orang Ansar sudi membagikan harta miliknya untuk mengurangi

beban saudaranya Muhajirin dan masing-masing kaum Muhajirin dianjurkan agar mengangkat

dan mengambil saudara dari kaum Ansar, dan sebaliknya.

Langkah Nabi ini merupakan strategi yang sangat jitu yang patut diteladani. Nabi menyadari

Page 26: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

bahwa persoalan pengungsi dan penanganan orang-orang terlantar serta mempersaudarakan di

antara penduduk asli dengan “para pendatang” itu adalah masalah yang sangat krusial, karena

itu harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum persoalan lainnya.

2. Dibalik anjuran Nabi saw tentang persaudaraan Muhajirin dan Ansar tersimpan sebuah strategi

yang jitu. Beliau mengantisipasi propaganda “provokator”, dalam hal ini kaum Yahudi Medinah

yang berniat memporak porandakan persatuan umat Islam di Madinah khususnya antara kaum

Muhajirin dan Ansar, yang memang secara sosial dan suku memilki banyak perbedaan.

Adapun penamaan Muhajirin bagi orang-orang yang berhijrah bersama Nabi, dan Anshar (orang-

orang yang menolong dari Madinah) sama sekali bukan berarti dikotomi atau disklasifikasi

penduduk berdasarkan asal-usul mereka. Sebab dalam perkembangannya, ketika persaudaraan

di antara mereka telah terwujud, penamaan itu telah hilang dengan sendirinya. Terlebih tidak

ada satu aturan pun yang dibuat oleh Nabi saw. yang hanya dikhususkan kepada salah satu di

antara kedua kelompok tersebut, sehingga di dalam Islam tidak dikenal istilah “warga kelas dua”

ataupun “warga kelas satu”.

3. Piagam Madinah

Salah satu kebijakan politik yang sering dianggap sebagai ‘kejeniusan Muhammad’ (‘Abqariyyat

Muhammad), adalah ketika dia memprakarsai suatu ‘kontrak politik’ antara umat Islam dan

kelompok-kelompok sosial lain di Madinah saat itu. Dokumen kontrak ini, dalam sejarah Islam,

dikenal sebagai ‘Mitsaq al-Madinah’ atau Perjanjian Madinah, atau Piagam Madinah.

Piagam Madinah merupakan bukti legitimasi warga Madinah atas kepemimpinan Muhammad,

terutama dari orang-orang Yahudi di Medinah, setelah sebelumnya legitimasi serupa diperoleh

dari suku Aus dan Khazraj, penduduk asli Medinah yang telah masuk Islam melalui baiat al-

Aqabah.

Piagam itu sendiri merupakan dokumen politik yang menjamin kebebasan iman, kebebasan

pendapat, perlindungan atas negara, hak hidup, hak milik, dan pelarangan kejahatan. Prinsip-

prinsip yang tercantum dalam piagam itu sesungguhnya dapat dikatakan sangat modern untuk

ukuran zaman itu bahkan masih relevan untuk dewasa ini lantaran nilai-nilainya yang bersifat

universal.

Menurut Suyuthi Pulungan piagam Madinah mengandung beberapa prinsip yang meliputi

prinsip kesatuan umat manusia baik bagi muslim maupun nonmuslim, persatuan dan

persaudaraan, persamaan, kebebasan, tolong menolong dan membela yang teraniaya, hidup

bertetangga, keadilan, musyawarah, pelaksanaan hukum dan sanksi hukum, kebebasan

Page 27: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

beragama dan hubungan antara pemeluk agama (hubungan antar bangsa/internasional),

pertahanan dan perdamaian, amar ma’ruf nahi mungkar, kepemimpinan, tanggung jawab

pribadi dan kelompok dan prinsip ketakwaan dan ketaatan (disiplin).

Sementara itu, Zubaedi mengatakan konstitusi itu termasuk salah satu bukti yang menunjukkan

kapabilitas Muhammad dilihat dari perspektif legislasi, di samping pengetahuannya yang

memadai tentang berbagai aspek kehidupan sosial. Penulisan konstitusi dalam waktu yang tidak

begitu lama setelah hijrah menunjukkan negara Islam sesungguhnya telah dirancang sebelum

hijrah. Lebih jauh ia menjelaskan Dalam konstitusi itu ditemukan kaidah-kaidah umum yang

mampu mengakomodasi berbagai hak dan kewajiban para warga.

Piagam itu memuat hak-hak golongan minoritas, di antaranya mengakui kebebasan beragama,

yakni sebuah kebebasan yang menghormati keanekaragaman agama dan menjamin para

pemeluknya untuk menjalankan agamanya. Konstitusi itu juga memandang segala bentuk

gangguan dan ancaman terhadap sekelompok orang Islam sebagai ancaman terhadap semua

orang Islam dan melarang orang-orang Islam untuk melindungi pembuat kekacauan yang akan

menciptakan instabilitas kehidupan sosial. Konstitusi Madinah itu juga mengatur kebebasan

berpendapat, perlindungan terhadap hak-hak sipil dan hak hidup, serta memperkenalkan ide

nasionalisme dan negara dalam arti luas, toleran, dan humanis. Prinsip itu menjamin persamaan

hak dan kewajiban setiap individu, tanpa membedakan ras, bahasa, ataupun kepercayaan.

Tidak mengherankan jika masyarakat Madinah yang dibangun Nabi itu mengundang decak

kagum Robert N Bellah, seorang ahli sosiologi agama terkemuka. Ia menyebut masyarakat

Madinah sebagai masyarakat yang sangat modern saat itu, bahkan terlalu modern sehingga

setelah Nabi wafat, sistem itu tak bertahan lama.

Legitimasi masyarakat terhadap seorang pemimpin merupakan suatu keniscayaan. Jika tidak,

maka dalam menjalankan kepemimpinannya, seorang pemimpin akan terus menerus mendapat

rongrongan dari masyarakatnya. Saat ini, masalah legitimasi seorang pemimpin boleh jadi tidak

lagi merupakan isu penting, terutama setelah diterapkannya undang-undang otonomi daerah. Di

mana para pemimpin seperti Gubernur, Bupati dan/atau Walikota telah dipilih secara langsung

oleh rakyat. Hanya saja, isu-isu money politic, pengerahan massa, penggunaan ijazah palsu dan

isu-isu negatif lainnya, masih saja mengiringi pemilihan langsung tersebut. Hal ini merupakan

kontraproduktif terhadap legitimasi yang diharapkan, sebab masyarakat bukannya akan

Page 28: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

mendukung, melainkan akan terus merongrong kepemimpinan yang diraihnya.

Kelanggengan legitimasi rakyat terhadap seorang pemimpin juga sangat tergantung pada

legislasi yang dibuat pada masa pemerintahannya. Peraturan-peraturan yang dihasilkan harus

benar-benar mencerminkan aspirasi masyarakat secara keseluruhan, tidak hanya memihak

golongan, etnis atau agama tertentu saja.

Selama sepuluh tahun kehidupan Nabi Muhammad saw. sebagai kepala negara di Madinah,

Salah satu kebijakan utama yang diterapkan adalah pemantapan fondasi sosial ekonomi politik

warga Madinah. Saat itu, kaum Yahudilah yang menguasai roda perekonomiaan. Orang-orang

Yahudi tersebar di berbagai kantong daerah ekonomi di Madinah dan berprofesi sebagai pelaku

ekonomi. Bani Qainuqa, misalnya, adalah kelompok Yahudi yang paling terlibat aktif dalam

perdagangan di Madinah. Adapun Banu Nadhir dan Quraizha menguasai pertanian kurma yang

subur di selatan kota Madinah.

Setting sosial seperti ini tidak mendukung stabilitas politik negara Madinah pada saat itu. Karena

itu turunnya perintah mengeluarkan zakat dan sedekah sebagai bagian dari syariat Islam

merupakan solusi yang tepat bagi proses pemerataan ekonomi umat Islam. Di samping itu pada

periode Madinah ini al-Qur’an melarang secara tegas praktek riba. Larangan riba ini membawa

implikasi baik secara ekonomi maupun politik bagi praktek riba kaum Yahudi

Atas dasar itu pula dapat dipahami mengapa kaum Yahudi Madinah lebih memihak kafir Quraisy

Mekah dan menghianati piagam Madinah. Pertama, karena Yahudi Madinah memandang bahwa

klehadiran Islam di Madinah dengan serangkaian ajaran moralnya mengancam posisi mereka

sebagai elit ekonomi Madinah. Kedua Yahudi Madinah melihat bahwa kehancuran ekonomi

Mekah akan menimbulkan ekses bagi perdagangan mereka di Hijaz, khususnya di Thaif, di mana

mereka memiliki pusat perdagangan Yahudi yang aktif di sana. Meski Nabi saw sendiri melihat

bahwa menghancurkan potensi perdagangan Mekah berarti malah memperkuat jaringan

ekonomi Yahudi.

Alasan terakhir ini tampak agak paradoks memang, akan tetapi kekhawatiran Muhammad saw

ternyata lebih beralasan. Setelah kekuatan kaum Quraisy beserta sekutunya telah

dipropagandakan pada perang Khandaq (tahun 5 H), mereka bukanlah lagi musuh yang tangguh

bagi kaum muslimin. Nabi saw amat menyadari bahwa penaklukan Mekah adalah soal waktu

Page 29: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

saja. Akan tetapi beliau sendiri sadar betul akan potensi perdagangan Mekah berikut skill

warganya dalam berniaga. Sehingga tatkala Muhammad saw. beserta kaum Muslimin memasuki

Mekah (Fath Makkah) pada tahun ke 8 H, beliau tak ingin menaklukkannya dengan kekerasan

agar dapat memulihkan kembali kota perdagangan yang telah berantakan itu dan

memanfaatkan kemampuan warganya.

Penutup.

Sebagai catatan akhir, penulis perlu menyampaikan beberapa kesimpulan dari uraian di atas.

Pertama, Nabi Muhammad saw menjadi kepala negara di Madinah dengan memperoleh

legitimasi kekuasaan politik dari akumulasi beberapa peristiwa politik seperti bai’at Aqabah dan

kedudukan beliau sebagai abritrator dalam piagam Madinah. Di samping itu, fakta historis

menunjukan bahwa beliau selama sepuluh tahun di kota Madinah berada di posisi puncak

kepemimpinan politik negara Madinah, sebagai konsekuensi logis dari kemenangan diplomatis

maupun militer. Kedua starategi dan kebijakan pemerintahan yang beliau jalankan di Madinah

lebih beriorentasi pada poembangunan sosial ekonomi politik. Pembangunan di sektor tersebut

berhasil mempersiapkan Madinah sebagai pusat kekuasaan yang meluaskan ekspansi dakwah

Islam ke seluruh Jazirah Arab. Bahkan lebih dari itu menjadi embrio bagi lahirnya imperium dan

peradaban Islam pada beberapa abad mendatang.

http://jurnaltahkim.wordpress.com/2009/05/03/bercermin-pada-langkah-politik-nabi-muhammad-saw/

Secara ringkas kita melihat praktik Nabi saw. dalam membangun kekuatan Islam yaitu sebagai berikut.

Nabi saw. ketika berada di Mekah membuat kader yg difokuskan di rumah-rumah dan terutama di rumah Arqam bin Abi Arqam. Di antara kader yg matang ditugasi menyampaikan dakwah seperti Mushab bin ‘Umair yg dikirim ke madinah.

Nabi saw. mencari tempat yg kondusif utk mengembangkan dakwah dan kekuatan Islam. Beliau pergi ke Thaif tetapi tidak cocok. Kemudian beliau lbh memilih ke Madinah krn mendapat sambutan di sana. Kemudian beliau membangunn masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam dan penempaan para kader.

Page 30: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

Langkah berikutnya beliau mempererat hubungan sesama muslim dgn mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar .

Beliau membuat Piagam Madinah utk membentengi umat Islam dan memberikan hak-hak non-muslim.

Nabi saw. mempersiapkan kekuatan utk menghadang segala upaya ofensif kaum kuffar sampai 27 kali belaiu berperang antara perang defensif dan ofensif {seperti Perang Tabuk}.

Di sini menjadi jelas bahwa kesatuan visi yaitu membangun akidah yg benar sampai kesatuan langkah. Yaitu menuju tegaknya kekuatan jihad merupakan suatu kesatuan yg menyeluruh. {Lihat DR. Robi’ bin Hadi al-Madkhal Minhajul Anbiya hlm. 87}.

Karena itu Ibnu Qayyim al-Jauziyah menggunakan istilah perjuangan menegakkan Islam dgn cara Islam yaitu dgn ungkapan Jihad. Beliau membagi jihad ini menjadi 4 bagian.

1. Jihad menundukkan hawa nafsu .

Berjihad dgn mempelajari ajaran agama Islam demi kebahagiaan dunia dan akhirat.

Berjihad dgn melaksanakan ilmu yg telah diperolehnya krn ilmu tanpa amal adl tidak berarti dan bahkan membahayakan.

Berjihad dgn menjalankan dakwah berdasarkan ilmu yg benar dan praktik nyata.

Berjihad dgn menekan diri agar sabar terhdap cobaan dakwah berupa gangguan manusia.

Empat hal inilah makna yg terkandung dalam surah Al-Ashr yg kata Imam Syafii seandainya Allah tidak menurunkan ayat kecuali Al-’Ashr niscaya cukup bagi manusia.

2. Jihad melawan setan .

Berjihad melawan pemikiran setan berupa syubhat dan keragu-raguan yg dapat merusak keimanan. Perlawanannya adl dgn keyakinan.

Berjihad melawan setan yg membisikan agar terjerumus kepada syahwat hawa nafsu. Caranya dgn sabar dan menahan diri dgn berpuasa. {Lihat As-Sajdah 2}.

3. Jihad melawan kaum kufar dan munafikin .

Berjihad dgn qalbu.

Berjihad dgn lisan.

Berjihad dgn harta.

Page 31: Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw

Berjihad dgn tangan.

4. Jihad melawan kaum kuffar lbh utama dgn tangan sementara terhadap kaum munafikin dgn lisan.

Jihad melawan kezaliman kemungkaran dan bidah .

Berjihad dgn tangan kalau mampu.

Kalau tidak dgn lisan.

Kalau masih tidak mampu maka terakhir dgn hati. .

Demikian 13 tingkatan jihad yg telah dilaksanakan secara sempurna oleh Rasulullah saw. .

Sebagai penutup kami kutipkan ucapan Umar bin Khattab r.a. yg artinya Kami adl kaum yg dimuliakan Allah dgn Islam seandainya kami mencari selainnya niscaya kami akan dihinakan oleh Allah. Juga ucapan Imam Malik rhm. yg artinya Tidaklah urusan umat ini akan menjadi baik kecuali dgn mengikuti hal-hal yg telah menjadikan umat terdahulu menjadi baik.

Wallahu a’lam. .