isbat nikah terhadap nikah siri pasca tahun 1974...

128
ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 (Studi Analisis Terhadap Penetapan Pengadilan Agama Salatiga Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh: Muhammad Imron 21112001 JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017 i

Upload: doanthu

Post on 09-Apr-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974

(Studi Analisis Terhadap Penetapan Pengadilan Agama Salatiga Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL)

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh: Muhammad Imron

21112001

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017

i

Page 2: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

ii

Page 3: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974

(Studi Analisis Terhadap Penetapan Pengadilan Agama Salatiga Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL)

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Muhammad Imron 21112001

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017

iii

Page 4: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Heni Satar Nurhaida, SH., M.Si Dosen IAIN Salatiga PENGESAHAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

KepadaYth. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka

naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Muhammad Imron

NIM : 211-12-001

Judul : ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA

TAHUN 1974 (Studi Analisis Terhadap Penetapan

Pengadilan Agama Salatiga Nomor

0076/Pdt.P/2014/PA.SAL)

Dapat diajukan kepada Fakultas Syariah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam

sidang munaqosyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan

sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 14 Februari 2017

Pembimbing,

Heni Satar Nurhaida SH., M.Si NIP.197011271999032001

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARI’AH

Jl. Lingkar Selatan Km. 2 Pulutan Salatiga Telp. (0298) 6031364 Website:www.iainsalatiga.ac.idEmail:[email protected]

iv

Page 5: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 (Studi Analisis Terhadap Penetapan Pengadilan Agama Salatiga Nomor

0076/Pdt.P/2014/PA.SAL)

Oleh: MUHAMMAD IMRON

NIM 211-12-001

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 27 Februari 20176dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH).

Dewan Sidang Munaqosyah:

Ketua Penguji : Mahfud

Sekretaris Penguji : Heni Satar Nurhaida, SH., M.Si

Penguji I : Sukron Ma’mun

Penguji II : Lutfiana Zah

Salatiga, 14 Februari 2017 Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga, Dra. Siti Zumrotun, M.Ag NIP. 19670115 199803 2 002

KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYRI’AH Jl. Lingkar Selatan Km. 2 Pulutan Salatiga Telp. (0298) 6031364

Website:www.iainsalatiga.ac.id Email:[email protected]

i

Page 6: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muhammad Imron

NIM : 211-12-001

Jurusan : Hukum Keluarga Islam

Fakultas : Syariah

Judul : ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974

(Studi Analisis Terhadap Penetapan Pengadilan Agama Salatiga Nomor

0076/Pdt.P/2014/PA.SAL)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapatdalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga,14 Februari 2017

Yang menyatakan,

Muhammad Imron

NIM: 211-12-001

ii

Page 7: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Tidak perlu menjadi yang terbaik,

cukup dengan melakukan yang terbaik…

PERSEMBAHAN

Untuk orang tua tercintaku

iii

Page 8: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Aalamiin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, Robbi yang Maha Rahman dan Maha Rahim yang telah menciptakan

manusia dengan sebaik-baiknya bentuk. Dengan petunjuk dan tuntunan-Nya, penulis

mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Agung Nabi

Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari jaman kebodohan menuju zaman

yang terang benderang yang penuh dengan ilmu pengetahuan, sehingga dapat

menjadikan kita bekal hidup kita baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan, penulis menyadari bahwa

tugas penulisan ini bukanlah tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat.

Akhirnya dengan berbekal kekuatan, kemauan dan bantuan semua pihak, maka

penyusunan skripsi dengan judul: “ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI

PASCA TAHUN 1974 (Studi Analisis Terhadap Penetapan Pengadilan Agama

Salatiga Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL)” ini bisa terselesaikan.

Dengan terbentuknya skripsi ini, penulis haturkan banyak terima kasih yang tiada

taranya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Siti ZumrotunM.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah.

3. Bapak Sukron Ma’mun, S.H.I.,M.Si.,selaku Kajur Hukum Keluarga Islam.

4. Ibu Heni Satar Nurhaida SH., M.Si.,selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

5. Ketua Pengadilan Agama Salatiga

iv

Page 9: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

6. Bapak Ibu Dosen Syariah IAIN Salatiga.

7. Orang tua tercinta dan semua saudara-saudaraku.

8. Bapak/IbuPengurus maupun Pengasuh Panti Asuhan Daar Al Yatama

Tengaran

9. KAMMI Komisariat Salatiga.

10. Dan kepada semua teman-temanku yang sangat membantuku dalam

penyelesaian skripsi ini, khususnya Muhammad Husain.

Atas segala hal tersebut, penulis tidak mampu membalas apapun selain hanya

memanjatkan doa, semoga Allah SWT mencatat sebagai amal sholeh yang akan

mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Aamiin yaa robbal ‘aalamiin.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak kekurangannya, untuk

itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna

kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini nantinya dapat bermanfaat,

khususnya bagi Almamater dan semua pihak yang membutuhkannya.

Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.

Salatiga, 14 Februari 2017

Penulis

v

Page 10: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

ABSTRAK

Imron, Muhammad. 2016. Isbat Nikah Terhadap Nikah Siri Pasca Tahun 1974 (Studi Analisis Terhadap Penetapan Pengadilan Agama Salatiga Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL). Skripsi. Jurusan Hukum Keluarga Islam. Fakultas Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Heni Satar Nurhaida SH,.M.Si., Kata Kunci: Penetapan Isbat Nikah terhadap nikah siri pasca tahun 1974 oleh Pengadilan Agama Salatiga Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui dasar hukum dan pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Agama Salatiga dalam mengabulkan isbat nikah terhadap nikah siri pasca tahun 1974. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) Mengapa permohonan isbat nikah terhadap nikah siri pasca tahun 1974 pada permohonan Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL dikabulkan?; (2) Bagaimanakah pertimbangan hukum majelis hakim dalam mengabulkan isbat nikah pada permohonan Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan Yuridis Normatif, yaitu suatu pendekatan untuk menemukan apakah suatu perbuatan hukum itu sesuai dengan perundangan-undangan yang berlaku atau tidak. Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Temuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa isbat nikah terhadap nikah siri pasca tahun 1974 dikabulkan dan bagaimanakah dasar pertimbangan hukumnya. Berdasarkan penelitian, alasan utama dikabulkannya isbat nikah terhadap nikah siri pasca tahun 1974 adalah karena para Pemohon sudah dikaruniai seorang anak, dan perkawinan yang para pemohon lakukan sudah sesuai dengan agama Islam. Dasar hukum pertimbangan Majelis Hakim adalah dengan berijtihad, melakukan diskresi hukum.

vi

Page 11: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

DAFTAR ISI

JUDUL ...................................................................................................................... i

LEMBAR BERLOGO ............................................................................................ ii

JUDUL ...................................................................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................................. vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii

ABSTRAK ................................................................................................................ x

DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6

D. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 7

E. Penegasan Istilah ............................................................................ 7

F. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 8

G. Metode Penelitian ........................................................................... 12

H. Sistematika Penulisan ..................................................................... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pernikahan ...................................................................................... 19

a. Pengertian Pernikahan .............................................................. 19

b. Hukum Pernikahan ................................................................... 20

c. Rukun dan Syarat Sahnya Pernikahan ...................................... 22

B. Pernikahan Siri ............................................................................... 26

a. Pengertian Nikah Siri ............................................................... 26

b. Hukum Pernikahan Siri ............................................................ 27

vii

Page 12: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

c. Pendapat Para Ahli tentang Nikah Siri ..................................... 33

d. Hal-hal yang Melatarbelakangi Terjadinya PernikahanSiri ..... 35

e. Dampak Praktik Pernikahan Siri .............................................. 36

f. Pengesahan Pernikahan Siri ..................................................... 37

C. Isbat Nikah ..................................................................................... 40

a. Pengertian dan Dasar Hukum Isbat Nikah ............................... 40

b. Hal-hal yang Boleh Diajukannya Permohonan Isbat Nikah .... 44

c. Pihak-pihak yang Bisa Mengajukan Isbat Nikah ..................... 45

d. Prosedur Isbat Nikah ................................................................ 45

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Profil Pengadilan Agama Salatiga .................................................. 50

a. Sejarah Pengadilan Agama Salatiga ......................................... 50

b. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Salatiga ........ 56

c. Visi dan Misi Pengadilan Agama Salatiga ............................... 57

d. Struktur Pengadilan Agama Salatiga ........................................ 58

e. Kewenangan Pengadilan Agama Salatiga ................................ 58

B. Penetapan Isbat Nikah Siri Pengadilan Agama Salatiga Nomor

0076/Pdt.P/2014/PA.SAL .............................................................. 60

a. Duduk Perkara Pada Permohonan Penetapan Isbat Nikah Siri

Pengadilan Agama Salatiga Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL 60

b. Penyelesaian Permohonan Penetapan Isbat Nikah Siri

Pengadilan Agama Salatiga Nomor

0076/Pdt.P/2014/PA.SAL ........................................................ 62

c. Dasar Pertimbangan Hukum Penetapan Isbat Nikah Siri

Pengadilan Agama Salatiga Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL 67

viii

Page 13: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

BAB IV ANALISIS PENETAPAN ISBAT NIKAH SIRI PENGADILAN

AGAMA SALATIGA NOMOR 0076/Pd.P/2014/PA.SAL

A. Dikabulkannya Permohonan Isbat Nikah Siri Oleh Majelis Hakim

Pengadilan Agama Salatiga pada Permohonan Nomor

0076/Pdt.P/2014/PA.SAL .............................................................. 72

a. Pertimbangan Majelis Hakim dalam Menetapkan Permohonan

Isbat Nikah ............................................................................... 72

b. Analisis Dikabulkannnya Permohonan Isbat Nikah Siri Oleh

Majelis Hakim Pengadilan Agama Salatiga pada Permohonan

Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL ............................................ 73

B. Analisis Dasar Pertimbangan Hukum Majelis Hakim terhadap

Penetapan Isbat Nikah SiriPengadilan Agama Salatiga Nomor

0076/Pdt.P/2014/PA.SAL .............................................................. 78

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 85

B. Saran ............................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA

ix

Page 14: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkawinan adalah salah satu sunatullah yang umum berlaku pada

semua makhluk Allah, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan,

sebagaimana firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat ayat 49 yang artinya:

“Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu

mengingat kebesaran Allah” (Sabiq, 1980:7).

Perkawinan mempunyai tujuan seperti dalam Undang-undang No. 1

Tahun 1974 pada pasal 1 yang disebutkan bahwa: “Perkawinan adalah ikatan

lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri

dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Tujuan perkawinan dalam Islam

adalah untuk memenuhi tuntutan naluri hidup manusia, berhubungan antara

laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan keluarga

sesuai ajaran Allah dan Rasul-Nya (Basyir, 2007:13).

Setiap calon pasangan yang hendak melangsungkan perkawinan

hendaknya memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan perkawinan itu

sendiri.Seperti rukun dan syarat sahnya perkawinan. Di Indonesia, suatu

perkawinan wajib hukumnya untuk dicatatkan sebagaimana bunyi pasal 2 ayat

(2) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974: “Tiap-tiap perkawinan dicatat

menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

1

Page 15: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Dalam hal pencatatan perkawinan ini juga diatur dalam pasal 5

Kompilasi Hukum Islam. Adapun bunyi pasal tersebut adalah:

(1) Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap

perkawinan harus dicatat.

(2) Pencatatan perkawinan tersebut pada ayat (1) dilakukan oleh Pegawai

Pencatat Nikah sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang No. 22

Tahun 1946 jo Undang-Undang No. 32 Tahun 1954.

Selanjutnya, di pasal 6 Kompilasi Hukum Islam dijelaskan lebih lanjut

yaitu:

(1) Untuk memenuhi ketentuan pasal 5, setiap perkawinan harus

dilangsungkan di hadapan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat

Nikah.

(2) Perkawinan yang dilangsungkan di luar pengawasan Pegawai Pencatat

Nikah tidak mempunyai kekuatan hukum.

Meskipun telah dipaparkan secara jelas dalam undang-undang, namun

pada praktiknya pernikahan yang tidak dicatatkan masih banyak terjadi.

Pernikahan yang tidak dicatatkan ini disebut dengan nikah siri.Ada banyak

faktor yang menyebabkan nikah siri tumbuh subur di kalangan masyarakat

Indonesia.Akan tetapi, nikah siri tetap dianggap illegal dan tidak berkekuatan

hukum, karena tidak ada bukti otentik berupa akta nikah, sehingga tidak

mendapat perlindungan hukum dari negara.

2

Page 16: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Untuk memberikan legitimasi nikah siri atau perkawinan yang tidak

dicatatkan kadang ditempuh dengan permohonan isbat nikah ke Pengadilan

Agama.Isbat nikah yang sering disebut dengan pengesahan nikah adalah

kewenangan Pengadilan Agama yang merupakan perkara voluntair.Perkara

voluntair adalah perkara permohonan yang hanya terdiri dari pemohon

saja.Oleh karena itu, perkara voluntair tidak disebut sebagai perkara karena

tidak ada pihak lawan atau tidak ada objek hukum yang disengketakan.

Dalam pasal 49 ayat (2) Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang

Pengadilan Agama yang telah dirubahdengan Undang-Undang No. 3 Tahun

2006 dan terakhir dengan Undang-Undang No. 50 Tahun 2009, kompetensi

absolutePengadilan Agama diantaranya adalah isbat nikah, yaitu pernyataan

tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang-Undang No. 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan dan dijalankan menurut peraturan yang lain.

Landasan yuridis isbat nikah terdapat dalam pasal 49 ayat (2) Undang-

Undang No. 3 Tahun 2006.Dari ketentuan tersebut, dapat dirumuskan bahwa

kompetensi absolute Pengadilan Agama tentang isbat nikah adalah

perkawinan yang terjadi sebelum Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, bukan

perkawinan yang sesudahnya.

Dalam praktik, permohonan isbat nikah yang diajukan ke Pengadilan

Agama sekarang ini pada umumnya sekitar 95% adalah perkawinan yang

dilangsungkan pasca berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan. Yang menjadi pertanyaan, dapatkah Pengadilan Agama

3

Page 17: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

mengisbatkan perkawinan yang dilangsungkan setelah berlakunya Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan?

Dalam Pasal 49 huruf (a) angka 22 Undang-Undang No. 3 Tahun 2006

dapat dipahami bahwa perkawinan (termasuk nikah yang tidak

dicatatkan/nikah siri) yang diajukan ke Pengadilan Agama untuk diisbatkan

hanyalah perkawinan yang dilakukan sebelum diundangkannya Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974. Oleh karena ketentuan tersebut, tidak memberi

sinyal kebolehan Pengadilan Agama untuk mengisbatkan perkawinan yang

dilakukan setelah berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, meskipun

perkawinan itu telah dilakukan menurut ketentuan hukum Islam(terpenuhi

rukun dan syaratnya) tapi tidak dicatatkan pada Pegawai Pencatat Nikah,

maka perkawinan itu tidak boleh diisbatkan oleh Pengadilan Agama.

Pengabulan permohonan isbat nikah oleh Pengadilan Agama terhadap

perkawinan yang dilangsungkan setelah berlakunya Undang-Undang No. 1

Tahun 1974 didasarkan pada Kompilasi Hukum Islam (KHI). DalamPasal 7

ayat (2) dan ayat (3) Kompilasi Hukum Islam disebutkan:

(1) Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akta Nikah, dapat

diajukan isbat nikahnya ke Pengadilan Agama.

(2) Isbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai

hal-hal yang berkenaan dengan:

a. Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian;

b. Hilangnya Akta Nikah;

4

Page 18: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

c. Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat

perkawinan;

d. Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-Undang

N0. 1 Tahun 1974; dan

e. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai

halangan perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974.

Dari pasal 7 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam di atas, telah jelas

disebutkan batasan-batasan dibolehkannya melakukan isbat nikah. Akan

tetapi, di Pengadilan Agama Salatiga pada tahun 2014 lalu telah mengabulkan

isbat nikah terhadap nikah siri dari sepasang suami isteri yang telah

melangsungkan perkawinannya pasca tahun 1974. Hal ini berarti bahwa

Pengadilan Agama Salatiga melegitimasi dan mengakui perkawinan yang

melanggar hukum. Di samping itu, secara sosiologis pengkabulan isbat nikah

terhadap perkawinan yang yang dilakukan setelah berlakunya Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974 akan menumbuhsuburkan praktik nikah siri di

masyarakat, karena pada akhirnya perkawinan yang tidak dicatatkan (nikah

siri) itu dapat diisbatkan oleh Pengadilan Agama.

Hal inilah yang menurut penulis menarik untuk diteliti, karena

penetapan Majelis Hakim Pengadilan Agama Salatiga pada perkara No.

0076/Pdt.P/2014/PA.SAL tentang pengkabulan isbat nikah tersebut tidak

sesuai dengan apa yang telah diatur dan ditentukan dalam pasal 7 ayat (3)

Kompilasi Hukum Islam.

5

Page 19: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis akan mencoba meneliti

lebih dalam melalui penulisan skripsi yang berjudul ISBAT NIKAH

TERHADAPNIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974(Studi Analisis

Terhadap Penetapan Pengadilan Agama Salatiga Nomor

0076/Pdt.P/2014/PA.SAL)

B. Rumusan Masalah

1. Mengapa permohonan isbat nikahterhadap nikah siri pasca tahun 1974

pada permohonan Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL dikabulkan?

2. Bagaimanakah pertimbangan hukum majelis hakim dalam mengabulkan

isbat nikah pada permohonan Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui alasan-alasan dikabulkannya isbat nikah terhadap nikah

siri pasca tahun 1974 pada permohonan Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL.

2. Untuk mengetahui pertimbangan hukum majelis hakim dalam

mengabulkan isbat nikah permohonan Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL.

6

Page 20: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Dapat menambah pengetahuan dalam mempelajari dan mendalami

ilmu hukum, khususnya tentang permohonan isbat nikah di Pengadilan

Agama.

b. Untuk pengembangan ilmu hukum dan penelitian hukum, serta

berguna sebagai masukan bagi praktik penyelenggara di bidang hukum

perkawinan, terutama terkait dengan masalah isbat nikah masa kini

dan masa yang akan datang.

2. Secara praktis:

Penelitian ini bermafaat untuk mendapatkan gelar sarjana bagi penulis.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam penelitian ini,

maka perlu penulis kemukakan pengertian istilah-istilah yang ada dalam judul

skripsi ini, yakni sebagai berikut:

1. Isbat Nikah adalah cara yang dapat ditempuh oleh pasangan suami isteri

yang telah menikah secara sah menurut hukum agama untuk mendapatkan

pengakuan dari Negara atas pernikahan yang telah dilangsungkan oleh

keduanya beserta anak-anak yang lahir selama pernikahan, sehingga

pernikahannya tersebut berkekuatan hukum.

7

Page 21: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

2. Nikah Siri adalahpernikahan yang terpenuhi semua rukun dan syarat yang

ditetapkan dalam fiqh (hukum Islam) namun tanpa pencatatan resmi di

instansi berwenang sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-

undangan.

3. Pasca tahun 1974 adalah sesudah tahun 1974.

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang isbat nikah ini berpotensi mempunyai kesamaan

dengan penelitian-penelitian yang pernah ada sebelumnya. Maka dari itu,

penulis akan memaparkan gambaran umum tentang penelitian-penelitian isbat

nikah yang sebelumnya. Adapun tujuan dari pemaparan tersebut adalah untuk

menghindari penelitian ulang yang sama persis, sehingga penelitian kali ini

benar-benar beda dari penelitian yang pernah dilakukan orang lain.

Adapun penelitian-penelitian yang pernah ada sebelumnya tentang

isbat nikah adalah sebagai berikut:

1. Skripsi karya Asa Maulida Sulhah, Jurusan Syariah Program Studi Ahwal

Al-Syakhshiyyah STAIN Salatiga 2012 yang berjudul “Pelaksanaan Isbat

Nikah Pasca Berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan (Studi Kasus di Pengadilan Agama Salatiga)”.

Dalam penelitian tersebut terdapat tiga rumusan masalah, yaitu:

1) Faktor apa yang mendorong masyarakat Salatiga untuk melaksanakan

isbat nikah?

8

Page 22: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

2) Bagaimana pelaksanaan isbat nikah di Pengadilan Agama Salatiga?

3) Apakah pertimbangan hakim dalam memutuskan isbat nikah tersebut?

Adapun hasil penelitian dari rumusan masalah di atas adalah sebagai

berikut:

1) Faktor pendorong masyarakat Salatiga untuk mengajukan isbat nikah

adalah karena akta nikah hilang.

2) Untuk mengajukan permohonan isbat nikah, pemohon harus mendaftar

ke PA setempat dengan membawa surat permohonan isbat nikah.

Setelah itu membayar panjar biaya perkara, dan menunggu panggilan

sidang. Tata cara persidangannya pun sama dengan persidangan

lainnya, yaitu pembacaan permohonan, keterangan pemohon,

pembuktian, kesimpulandan penetapan.

3) Dasar pertimbangan Hakim dalam menetapkan isbat nikah adalah UU

Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan BAB II KHI tentang

Dasar-dasar Perkawinan. Selain itu, Majelis Hakim juga melihat fakta-

fakta hukum yang timbul dari keterangan pemohon, surat bukti dan

keterangan saksi.

2. Skripsi yang berjudul “Isbat Nikah dalam Rangka Poligami (Studi Putusan

Pengadilan Agama Ambarawa Nomor: 0030/Pdt.G/2012/PA.Amb)”.

Dalam skripsi karya Achmad Kurniawan, Jurusan Syariah Program Studi

Ahwal Al-Syakhshiyyah STAIN Salatiga 2014 tersebut terdapat dua

rumusan masalah, yaitu:

9

Page 23: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

1) Bagaimana pertimbangan hakim dalam menetapkan isbat nikah dalam

rangka poligami?

2) Apakah dasar hukum hakim dalam menetapkan isbat nikah dalam

rangka poligami?

Adapun hasil penelitian dari rumusan masalah di atas adalah sebagai

berikut:

1) Dasar pertimbangan hakim dalam menetapkan isbat nikah dikarenakan

seluruh syarat dan rukun nikah pemohon tidak ada yang dilanggar dan

tidak ada indikasi penyimpangan serta penyalahgunaan terhadap

perkawinan tersebut. Isbat nikah pemohon hanya untuk kepentingan

pencatatan dan masa depan anak, dan hakim melihat pada aspek

“Dar’ul mafaasidi muqoddamun ‘ala jalbil mashalihi”.

2) Dasar hukum Majelis Hakim dalam menetapkan isbat nikah dalam

rangka poligami adalah Pasal 2 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1974,

bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum

masing-masing agama dan kepercayaannya. Meskipun perkawinan

tersebut tidak dilakukan dihadapan PPN, namun perkawinan tersebut

tetap dianggap sah dan kemudian bisa diisbatkan.

3. Skripsi yang berjudul “Kewenangan Pengadilan Agama dalam Mengadili

Isbat Nikah pada Perkawinan yang Dilaksanakan Pasca Berlakunya UU

Perkawinan (Studi Analisis Terhadap Penetapan Pengadilan Agama

Mungkid Nomor: 0146/Pdt.P/2014/PA.Mkd)” karya Widodo, Jurusan

10

Page 24: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Syariah IAIN Salatiga 2015, yang mana

dalam penelitian tersebut terdapat dua rumusan masalah, yaitu:

1) Apa dasar hukum dan pertimbangan hakim Pengadilan Agama

Mungkid mengabulkan permohonan isbat nikah perkara Nomor:

0146/Pdt.P/2014/PA.Mkd?

2) Bagaimana kewenangan Pengadilan Agama dalam mengadili isbat

nikah menurut Undang-Undang No. 3 tahun 2006 dan Kompilasi

Hukum Islam?

Adapun hasil penelitian dari rumusan masalah di atas adalah sebagai

berikut:

1) Dasar hukum yang dijadikan landasan Majelis Hakim adalah Pasal 7

ayat 3 huruf (e) KHI, diperkuat dengan pengakuan para pihak. Alasan

lain yang dijadikan pertimbangan oleh hakim dalam mengabulkan

permohonan para pemohon adalah pertimbangan maslahah bagi

masyarakat.

2) Kewenangan Pengadilan Agama dalam mengadili permohonan isbat

nikah diatur dalam Penjelasan Pasal 49 huruf (a) angka 22 UU No. 3

Tahun 2006. Tidak ada pertentangan antara ketentuan menurut Pasal

49 huruf (a) angka 22 UU No. 3 Tahun 2006 dengan Pasal 7 ayat (3)

KHI. Penggunaan KHI sebagai dasar hukum oleh Hakim adalah

sebagai pengisi kekosongan hukum yang mengatur isbat nikah pada

perkawinan pasca UU Perkawinan. Dikarenakan UU No. 3 Tahun

11

Page 25: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

2006 hanya mengatur tentang isbat nikah pada perkawinan sebelum

berlakunya UU Perkawinan, serta tidak ada pasal dalam UU tersebut

yang melarang Pengadilan Agama mengesahkan perkawinan yang

dilakukan setelah UU Perkawinan.

Dari beberapa skripsi yang telah penulis paparkan di atas, terdapat

perbedaan dengan skripsi yang akan penulis kerjakan. Adapun perbedaan

tersebut terletak pada rumusan masalah, yaitu:

1) Mengapa permohonan terhadap nikah siri pasca tahun 1974 pada

permohonan Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL dikabulkan?

2) Bagaimanakah pertimbangan hukum majelis hakim dalam

mengabulkan isbat nikah pada permohonan Nomor

0076/Pdt.P/2014/PA.SAL?

G. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan banyak data guna

mendukung penulisan skripsi ini. Adapun metode yang dipakai meliputi:

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu

penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan

prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya (Moleong,

2008:6).

12

Page 26: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Penelitian yang dilakukan meliputi penelitian kepustakaan dan

penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan

data dengan bahan atau materi salinan penetapan isbat nikah Pengadilan

Agama Salatiga. Selanjutnya dilakukan penelitian lapangan untuk

menggali lebih dalam alasan-alasan hakim mengabulkan permohonan isbat

nikah terhadap nikah siri yang dilaksanakan pasca tahun 1974 serta

bagaimana pertimbangan hukum majelis hakim dalam mengabulkan isbat

nikah tersebut.

Sedangkan pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan

yuridis normatif, dimana penelitian ini sering disebut dengan penelitian

doktriner, dimana data yang digunakan adalah sumber data

sekunder.Prosesnya bertolak dari premis-premis yang berupa norma-

norma hukum positif yang diketahui dan berakhir pada penemuan asas-

asas hukum yang menjadi pangkal tolak pencarian asas adalah norma-

norma hukum positif (Ali, 2010:25).Atau singkatnya,metode pendekatan

yuridis normatif adalah pendekatan yang meneliti data sekunder di

bidanghukumyang ada sebagai data kepustakaan.

2. Kehadiran Peneliti

Dalampenelitian ini, penulis bertindak sebagai instrumen sekaligus

menjadi pengumpul data. Instrumen lain yang penulis gunakan adalah alat

perekam, alat tulis, serta alat dokumentasi. Akan tetapi instrumen ini

hanya sebagai pendukung.Oleh karena itu, kehadiran penulis di lapangan

13

Page 27: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

mutlak diperlukan. Kehadiran penulis di lokasi adalah untuk mencari

dokumen salinan penetapan isbat nikah yang akan dijadikan bahan analisis

serta untuk melakukan wawancara dengan hakim guna menggali

keterangan yang diperlukan. Kehadiran penulis diketahui statusnya

sebagai peneliti.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di lakukan di Pengadilan Agama Salatiga yang

beralamat di Jalan Lingkar Selatan, Dukuh Jagalan RT 14 RW 05

Cebongan, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga. Lokasi tersebut

dijadikan lokasi penelitian karena di lokasi tersebut terdapat objek

penelitian yang akan dikaji dan disesuaikan dengan judul yang penulis

pilih.

4. Sumber Data

a. Informan

Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moloeng, 2000:90).Dalam

penelitian ini yang menjadi informan adalah Majelis Hakim

Pengadilan Agama Salatiga yang menetapkan permohonan Nomor

0076/Pdt.P/2014/PA.SAL.

b. Dokumen

Dokumen adalah data yang mencakup surat-surat resmi, buku-

buku, hasil penelitian yang berbentuk laporan dan sejenisnya

14

Page 28: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

(Moloeng, 2000:113). Dokumen dalam penelitian ini meliputi salinan

penetapan isbat nikah Pengadilan Agama Salatiga Nomor

0076/Pdt.P/2014/PA.SAL, buku-buku yang berkaitan dengan

penelitian ini, artikel ilmiah dan arsip-arsip yang mendukung.

5. Metode Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan

oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara

(Arikunto, 1998:145). Dalam hal ini penulis melakukan wawancara

kepada narasumber yang sangat berkaitan dalam penulisan skripsi

ini.Narasumber tersebut yaitu Hakim Pengadilan Agama Salatiga yang

menetapkan permohonan Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL.

b. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998: 236).

Dalam hal ini penulis mengambil dokumentasi berupa data tentang

dikabulkannya isbat nikah oleh Majelis Hakim di Pengadilan Agama

Salatiga, yang ada pada penetapan Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu penelitian yang mencari data dari bahan-

bahan tertulis (Amirin, 1990:135) berupa catatan, buku, surat kabar,

15

Page 29: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

makalah, undang-undang dan sebagainya. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan buku-buku tentang hukum perkawinan di Indonesia

maupun fiqh munakahat sebagai rujukan.Penulis juga menggunakan

hasil penelitian terdahulu yang berkaitan sebagai rujukan tambahan

dan pembanding.

6. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif analisis

dengan mengggunakan pola pikir deduktif. Artinya, menggambarkan hasil

penelitian dengan diawali teori atau dalil yang bersifat umum tentang

perkawinan, pernikahan siri, isbat nikah, kemudian mengemukakan

kenyataan yang bersifat khusus dari hasil penelitian terhadap penetapan

Pengadilan Agama Salatiga Nomor 0076/Pdt.p/2014/PA.SAL.Hasil

penelitian kemudian dianalisa dengan menggunakan metode tersebut.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam suatu penelitian, data mempunyai pengaruh yang sangat besar

dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian sehingga untuk

mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik pemeriksaan

keabsahan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil

wawancara terhadap objek penelitian (Lexy j. Moleong, 2009: 330). Untuk

melakukan triangulasi yaitu keterangan informan dicek dengan informan

16

Page 30: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

lainnya, kemudian keterangan informan dicek dengan observasi dan

dokumentasi.

8. Tahap-tahap Penelitian

Penulis melakukan penelitian pendahuluan ke Pengadilan Agama

Salatiga untuk mencari data awal mengenai kasus isbat nikah terhadap

nikah siri. Kemudian penulis melakukan pengembangan desain dari data

awal tadi dan selanjutnya melakukan penelitian yang sebenarnya, hingga

sampailah pada penulisan laporan hasil penelitian tersebut.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan untuk mempermudah

pemahaman skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri atas Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Tinjauan Pustaka,

Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam hal ini penulis akan memaparkan kajian pustaka yang

menjelaskan tentang konsep pernikahan, pernikahan siri, dan isbat

nikah.

17

Page 31: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

BAB III HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan gambaran umum Pengadilan

Agama Salatiga, salinan penetapan isbat nikahNomor

0076/Pdt.P/2014/PA.SAL dan faktor-faktor yang melatarbelakangi

dikabulkannya permohonan isbat nikah tersebut.

BAB VI PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikananalisis hukum terhadap

penetapan Majelis Hakim pada permohonan Nomor

0076/Pdt.P/2014.PA.SAL.

BAB V PENUTUP

Bab ini terdiri dari Kesimpulan dan saran.

18

Page 32: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pernikahan

1. Pengertian Pernikahan

Kata nikah atau pernikahan sudah menjadi kosa kata dalam bahasa

Indonesia, sebagai padanan kata perkawinan (az-zawaj). Nikah artinya

suatu akad yang menghalakan pergaulan antara seorang laki-laki dan

perempuan yang bukan muhrim dan menimbulkan hak dan kewajiban

antara keduanya.

Menurut Kompilasi Hukum Islam, perkawinan atau pernikahan

yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizan untuk menaati

perintah Allah dan melaksanakannya adalah ibadah.

Adapun menurut syara`, nikah adalah akad serah terima antara laki-

laki dan perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu sama

lainnya dan untuk membentuk rumah tangga yang sakinah serta

masyarakat yang sejahtera (Tihami, 2009:8). Sebagaimana disebutkan di

dalam UU No. 1 Tahun 1974 bab 1 pasal (1) bahwa perkawinan ialah

ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai

suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dengan melihat kepada hakikat perkawinan itu merupakan akad

yang membolehkan laki-laki dan perempuan melakukan sesuatu yang

19

Page 33: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

sebelumnya tidak dibolehkan, maka dapat dikatakan bahwa hukum asal

dari pernikahan adalah boleh atau mubah.

Namun dengan melihat kepada sifatnya sebagai sunnah Allah dan

sunnah Rosul, tentu tidak mungkin dikatakan bahwa hokum asal

pernikahan itu hanya semata mubah. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa melangsungkan akad pernikahan diperintah oleh agama dan

dengan telah berlangsungnya akad pernikahan itu maka pergaulan laki-laki

dengan perempuan menjadi mubah (Syarifudin, 2007:43).

2. Hukum Pernikahan

Menurut Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Prof. Dr.

Abdul Wahhab Sayyed Hawwas (Guru Besar Universitas Al-Azhar Mesir),

hukum pernikahan dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut:

a. Fardhu

Hukum nikah fardhu, pada kondisi seseorang yang mampu biaya

wajib nikah, yakni biaya nafkah dan mahar dan adanya percaya diri

bahwa ia mampu menegakkan keadilan dalam pergaulan dengan

istri yakni pergaulan dengan baik. Demikian juga, ia yakin bahwa

jika tidak menikah pasti akan terjadi perbuatan zina, sedangkan

puasa yang dianjurkan Nabi tidak akan mampu menghindarkan

dari perbuatan tersebut.

20

Page 34: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

b. Wajib

Hukum nikah menjadi wajib bagi seseorang yang memiliki

kemampuan biaya nikah, mampu menegakkan keadilan dalam

pergaulan yang baik dengan istri yang dinikahinya, dan ia

mempunyai dugaan kuat akan melakukan perzinaan apabila tidak

menikah. Keadaan seseorang seperti di atas wajib untuk menikah,

tetapi tidak sama dengan kewajiban pada fardu nikah di atas.

Karena dalam fardhu dalilnya pasti atau yakin (qath`i) sebab-

sebabnya pun juga pasti.Sedangkan dalam wajib nikah, dalil dan

sebab-sebabnya adalah atas dugaan kuat (zhanni), maka produk

hukumnya pun tidak qath`i tapi zhanni. Dalam wajib nikah hanya

ada unggulan dugaan kuat dan dalilnya wajib bersifat syubhat atau

samar. Jadi, kewajiban nikah pada bagian ini adalah khawatir

melakukan zina jika tidak menikah, tetapi tidak sampai ke tingkat

yakin.

c. Haram

Hukum nikah adalah haram bagi mereka yang tidak memiliki

kemampuan nafkah nikah dan yakin akan terjadi penganiayaan jika

menikah.

d. Makruh

Nikah makruh bagi seseorang yang dalam kondisi campuran.

Seseorang mempunyai kemampuan harta biaya nikah dan tidak

21

Page 35: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

dikhawatirkan terjadi maksiat zina, tetapi dikhawatirkan terjadi

penganiayaan istri yang tidak sampai ke tingkat yakin.

e. Fardu, Mandub, dan Mubah

Seseorang dalam kondisi normal, artinya memiliki harta, tidak

khawatir dirinya melakukan maksiat zina sekalipun membujang

lama dan tidak dikhawatirkan berbuat jahat terhadap istri. Para

ulama dalam hal ini berbeda pendapat tentang hukumnya.

Menurut kaum Zhahiriyah hukum nikahnya dalah fardhu.

Sedangkan menurut Ulama Asy-Syafi`iyah hukumnya adalah

mubah. Sementara itu, jumhur ulama menganggap bahwa hukum

nikahnya adalah sunnah muakkadah.

3. Rukun dan Syarat Sahnya Pernikahan

a. Menurut Islam

Menurut syariat agama Islam, setiap perbuatan hukum harus

memenuhi dua unsur, yaitu rukun dan syarat. Rukun ialah unsur pokok

dalam setiap perbuatan hukum, sedangkan syarat ialah unsur

pelengkap dalam setiap perbuatan hukum.

Adapun rukun dan syarat nikah dalam Islam adalah sebagai

berikut:

1) Calon suami, syaratnya:

a) Beragama Islam;

b) Jelas bahwa ia adalah laki-laki;

22

Page 36: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

c) Atas keinginan dan pilihan sendiri (tidak terkena paksaan);

d) Tidak beristri empat;

e) Tidak mempunyai hubungan mahram dengan calon istri;

f) Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon

istrinya;

g) Mengetahui bahwa calon istri itu tidak haram baginya;

h) Tidak sedang berihram haji atau umrah.

2) Calon istri, syaratnya:

a) Beragama Islam;

b) Jelas bahwa ia seorang perempuan;

c) Telah mendapat izin dari walinya;

d) Tidak bersuami;

e) Tidak sedang dalam masa iddah;

f) Tidak mempunyai hubungan mahram dengan calon suami;

g) Jika ia seorang janda, maka harus atas kemauan sendiri, bukan

karena dipaksa siapa pun;

h) Jelas ada orangnya;

i) Tidak sedang ihram haji maupun umrah.

3) Wali, syaratnya:

a) Laki-laki;

b) Beragama Islam;

c) Sudah baligh (dewasa);

23

Page 37: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

d) Berakal;

e) Merdeka (bukan budak);

f) Adil;

g) Tidak sedang melaksanakan ihram haji atau umrah.

4) Dua orang saksi, syaratnya:

a) Dua orang laki-laki;

b) Beragama Islam;

c) Baligh/dewasa;

d) Berakal;

e) Merdeka;

f) Adil;

g) Melihat dan mendengar;

h) Memahami bahasa yang digunakan dalam akad;

i) Tidak sedang mengerjakan ihram haji atau umrah;

j) Hadir dalam ijab Kabul.

5) Ijab dan Kabul, syaratnya:

a) Menggunakan kata yang bermakna menikah atau mengawinkan

baik bahasa Arab ataupun padanan kata itu dalam bahasa

Indonesia atau bahasa daerah sang pengantin;

b) Lafal ijab kabul diucapkan pelaku akad nikah;

c) Antara ijab dan kabul harus bersambung, tidak boleh diselingi

perkataan atau perbuatan lain;

24

Page 38: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

d) Pelaksanaan ijab dan kabul harus berada pada satu tempat,

tidak dikaitkan dengan suatu persyaratan apapun dan tidak

dibatasi dengan waktu tertentu.

b. Menurut Kompilasi Hukum Islam

Rukun dan syarat sahnya pernikahan menurut Kompilasi

Hukum Islam secara keseluruhan sama dengan yang terdapat dalam

agama Islam, karena berasal dari rujukan yang sama pula, yaitu Al-

Qur`an dan Hadits. Adapun rukun dan syarat pernikahan dalam

Kompilasi Hukum Islam dituangkan dalam Bab IV pasal 14 sampai

dengan pasal 38.

Selain itu, dalam pasal 4 Kompilasi Hukum Islam juga

disebutkan tentang syarat sahnya pernikahan, yang berbunyi:

“Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam

sesuai dengan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

tentang perkawinan”.

c. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tidak mengatur secara

tegastentang rukun dan syarat sahnya pernikahan. Akan tetapi dalam

pasal 2 telah dijelaskan bahwa:

(1) Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-

masing agamanya.

25

Page 39: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

(2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

B. Pernikahan Siri

1. Pengertian Nikah Siri

Kata “siri” dari segi etimologi berasal dari bahasa Arab “sirrun”,

yang berarti secara diam-diam atau tertutup, secara batin, secara rahasia,

secara sembunyi-senbunyi atau misterius. Jadi, nikah siri berarti nikah

secara rahasia (secret marriag), pernikahan yang dirahasiakan dari orang

banyak.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendefinisikan nikah siri atau

nikah bawah tangan adalah pernikahan yang terpenuhi semua rukun dan

syarat yang ditetapkan dalam fiqh (hukum Islam) namun tanpa pencatatan

resmi di instansi berwenang sebagaimana diatur dalam peraturan

perundang-undangan.

Menurut DR. H. A. Gani Abdullah, SH., Hakim Agung dalam

Mimbar Hukum Nomor 23 Tahun 1995 mengatakan, untuk mengetahui

apakah pada suatu perkawinan itu terdapat unsur siri atau tidak, dapat

dilihat dari tiga indikator yang harus selalu menyertai perkawinan legal.

Apabila salah satu faktor saja tidak terpenuhi, perkawinan itu dapat

diidentifikasikan sebagai pernikahan siri. Tiga indikator itu adalah:

Pertama, subjek hukum akad nikah, terdiri dari calon suami, calon isteri,

26

Page 40: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

dan wali nikah yaitu orang yang berhak menjadi wali, dan dua orang

saksi; Kedua, kepastian hukum dari perkawinan tersebut, yaitu ikut

hadirnya Pegawai Pencatat Nikah pada saat n ikah dilangsungkan; Ketiga,

walimatul ursy, yaitu kondisi yang sengaja diciptakan untuik menunjukkan

kepada masyarakat luas bahwa diantara kedua calon suami isteri tadi telah

resmi menjadi suami isteri.

Dari ketiga indikator tersebut, suatu perkawinan dapat

diklasifikasi sebagai kawin atau nikah siri jika unsur kedua dan ketiga

tidak terpenuhi, yaitu pernikahan tidak dipublikasikan kepada masyarakat

dan tidak dicatatkan pada Pegawai pencatat Nikah.

2. Hukum Pernikahan Siri

a. Menurut Hukum Positif

Undang-Undang (UU RI) tentang Perkawinan No. 1 tahun

1974 diundang-undangkan pada tanggal 2 Januari 1974 dan

diberlakukan bersamaan dengan dikeluarkannya peraturan pelaksanaan

yaitu Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU

No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Menurut UU Perkawinan,

perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa (Pasal 1 UU Perkawinan).

27

Page 41: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Mengenai sahnya perkawinan dan pencatatan perkawinan

terdapat pada pasal 2 UU Perkawinan, yang berbunyi: “(1) Perkawinan

adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu; (2) Tiap-tiap perkawinan dicatat

menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Dari Pasal 2 Ayat (1) ini, kita tahu bahwa sebuah perkawinan

adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu. Ini berarti bahwa jika suatu

perkawinan telah memenuhi syarat dan rukun nikah atau ijab kabul

telah dilaksanakan (bagi umat Islam) atau pendeta/pastur telah

melaksanakan pemberkatan atau ritual lainnya, maka perkawinan

tersebut adalah sah terutama di mata agama dan kepercayaan

masyarakat. Tetapi sahnya perkawinan ini di mata agama dan

kepercayaan masyarakat perlu disahkan lagi oleh negara, yang dalam

hal ini ketentuannya terdapat pada Pasal 2 Ayat (2) UU Perkawinan,

tentang pencatatan perkawinan .Bagi mereka yang melakukan

perkawinan menurut agama Islam pencatatan dilakukan di KUA untuk

memperoleh Akta Nikah sebagai bukti dari adanya perkawinan

tersebut. (pasal 7 ayat 1 KHI “Perkawinan hanya dapat dibuktikan

dengan Akta Nikah yang dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah”).

Sedangkan bagi mereka yang beragama non muslim pencatatan

28

Page 42: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

dilakukan di kantor Catatan Sipil, untuk memperoleh Akta

Perkawinan.

b. Menurut Hukum Islam

Pada dasarnya, Nabi saw telah mendorong umatnya untuk

menyebarluaskan pernikahan dengan menyelenggarakan walimatul

‘ursy. Anjuran untuk melakukan walimah, walaupun tidak sampai

berhukum wajib akan tetapi nabi sangat menganjurkan (sunnah

muakkadah). Nabi saw bersabda :

ثـنا أومل ولو بشاة حد

Adakanlah walimah walaupun dengan seekor kambing. (HR. Imam Bukhari dan Muslim)

Nikah Siri dalam pandangan masyarakat mempunyai tiga

pengertian:

Pengertian Pertama: Nikah Siri adalah pernikahan yang

dilakukan secara sembunyi - sembunyi tanpa wali dan saksi. Inilah

pengertian yang pernah diungkap oleh Imam Syafi’I di dalam kitab Al

Umm 5/ 23:

أخربنا مالك عن أيب الزبـري قال أتى عمر بنكاح مل يشهد عليه إال رجل وامرأة فقال هذا نكاح

السر وال أجيزه ولو كنت تـقدمت فيه لرمجت

29

Page 43: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Dari Malik dari Abi Zubair berkata bahwa suatu hari Umar dilapori tentang pernikahan yang tidak disaksikan kecuali seorang laki-laki dan seorang perempuan, maka beliau berkata: “ Ini adalah nikah sirri, dan saya tidak membolehkannya, kalau saya mengetahuinya, niscaya akan saya rajam ( pelakunya ).

Atsar di atas dikuatkan dengan hadist Abu Hurairah ra :

أن النيب صلى اهللا عليه وسلم �ى عن نكاح السر

Bahwa nabi Muhammad saw melarang nikah siri. (HR at Tabrani di dalam al Ausath dari Muhammad bin Abdus Shomad bin Abu al Jirah yang belum pernah disinggung oleh para ulama. Adapaun rawi-rawi lainnya semuanya tsiqat (terpercaya). Pernikahan Siri dalam bentuk yang pertama ini hukumnya

tidak sah.

Pengertian Kedua: Nikah Siri adalah pernikahan yang dihadiri

oleh wali dan dua orang saksi, tetapi saksi-saksi tersebut tidak boleh

mengumumkannya kepada khayalak ramai.

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum nikah seperti ini:

Pendapat Pertama menyatakan bahwa nikah seperti ini

hukumnya sah tapi makruh. Ini pendapat mayoritas ulama, diantaranya

adalah Umar bin Khattab, Urwah, Sya’bi, Nafi’, Imam Abu Hanifah,

Imam Syafi’I, Imam Ahmad. Dalilnya adalah hadist Aisyah ra,

bahwa Rasulullah saw bersabda:

ال نكاح إال بويل وشاهدي عدل

30

Page 44: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Tidak sah suatu pernikahan kecuali dengan wali dan dua saksi yang adil. (HR Daruqutni dan al Baihaqi).

Hadits ini dishohihkan oleh Ibnu Hazm di dalam (al-Muhalla: 9/465)

Hadits di atas menunjukkan bahwa suatu pernikahan jika telah

dihadiri wali dan dua orang saksi dianggap sah, tanpa perlu lagi

diumumkan kepada khayalak ramai.Selain itu, mereka juga

mengatakan bahwa pernikahan adalah sebuah akad mu’awadhah (akad

timbal balik yang saling menguntungkan), maka tidak ada syarat untuk

diumumkan, sebagaimana akad jual beli.

Begitu juga pengumuman pernikahan yang disertai dengan

tabuhan rebana biasanya dilakukan setelah selesai akad, sehingga

tidak mungkin dimasukkan dalam syarat-syarat pernikahan.Adapun

perintah untuk mengumumkan yang terdapat di dalam beberapa hadist

menunjukkan anjuran dan bukan suatu kewajiban.

Pendapat Kedua menyatakan bahwa nikah seperti ini

hukumnya tidak sah.Pendapat ini dipegang oleh Malikiyah dan

sebagian dari ulama madzhab Hanabilah. Bahkan ulama Malikiyah

mengharuskan suaminya untuk segera menceraikan istrinya, atau

membatalkan pernikahan tersebut, bahkan mereka menyatakan wajib

ditegakkan had kepada kedua mempelai jika mereka terbukti sudah

melakukan hubungan seksual. Begitu juga kedua saksi wajib diberikan

sanksi jika memang sengaja untuk merahasiakan pernikahan kedua

31

Page 45: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

mempelai tersebut. Mereka berdalil dengan apa yang diriwayatkan

oleh Muhammad bin Hatib al Jumahi, bahwasanya Rasulullah saw

bersabda :

فصل بین الحالل والحرام الدف والصوت

Pembeda antara yang halal (pernikahan) dan yang haram (perzinaan) adalah gendang rebana dan suara.(HR an Nasai dan al Hakim dan beliau menshohihkannya serta dihasankan yang lain) Diriwayatkan dari Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah saw

bersabda :

ف أعلنوا النكاح، واجعلوه في المساجد، واضربوا علیھ بالد

Umumkanlah nikah, adakanlah di masjid, dan pukullah rebana untuk mengumumkannya.( HR Tirmidzi, Ibnu Majah )

Pengertian Ketiga: Nikah Siri adalah pernikahan yang dilakukan

dengan adanya wali dan dua orang saksi yang adil serta adanya ijab

qabul, hanya saja pernikahan ini tidak dicatatkan dalam lembaga

pencatatan Negara, dalam hal ini adalah KUA ..

Bagaimana Hukum Nikah Siri dalam bentuk ketiga

ini?Menurut kaca mata Syariat, Nikah Siri dalam katagori ini,

hukumnya sah dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam, karena

syarat-syarat dan rukun pernikahan sudah terpenuhi.Sedangkan

menurut kaca mata hukum positif di Indonesia dengan merujuk pada

32

Page 46: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

RUU Pernikahan di atas, maka nikah siri semacam ini dikenakan

sanksi hukum.

c. Menurut Majelis Ulama Indonesia

Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga mengeluarkan fatwa

tentang nikah di bawah tangan atau nikah siri dengan dua ketentuan

hukum (Amin, 2011:534), yakni:

(1) Pernikahan di Bawah Tangan hukumnya sah karena telah terpenuhi

syarat dan rukun nikah, tetapi haram jika terdapat dampak negatif

(madharrah);

(2) Pernikahan harus dicatatkan secara resmi pada instansi berwenang,

sebagai langkah preventif untuk menolak hal-hal yang

bersifat madharrah.

3. Pendapat Para Ahli tentang Nikah Siri:

a. Menurut Husein Muhamad, seorang komisioner komnas perempuan

menyatakan pernikahan pria dewasa dengan wanita secara siri

merupakan pernikahan terlarang karena pernikahn tersebut dapat

merugikan si perempauan, sedangkan islam jusru melindungi

perempuan bukan malah merugikannya.

b. Dr. Yusuf Qardawi, salah seorang pakar muslim kontemporer

terkemuka di Islam berpendapat bahwa nikah siri itu sah selama

ada ijab kabul dan saksi.

c. Dadang Hawari berpendapat bahwa nikah siri adalah haram.

33

Page 47: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

d. KH. Tochri Tohir menilai nikah siri sah dan halal, karena islam tidak

pernah mewajibkan sebuah nikah harus dicatatkan secara negara.

Menurut Tohir, nikah siri harus dilihat dari sisi positifnya, yaitu upaya

untuk menghindari Zina. Namun ia juga setuju dengan pernyataan

Dadang Hawari bahwa saat ini memang ada upaya penyalahgunaan

nikah siri hanya demi memuaskan hawa nafsu. Menurutnya, nikah siri

semacam itu, tetap sah secara agama, namun perkawinannya menjadi

tidak berkah.

e. Menurut Prof. Wasit Aulawi seorang pakar hukum Islam Indonesia,

mantan Direktur Pembinaan Badan Peradilan Agama yang juga

mantan Dekan Fakultas Syariah UIN Jakarta, menyatakan bahwa

ajaran Islam, nikah tidak hanya merupakan hubungan perdata, tetapi

lebih dari itu nikah harus dilihat dari berbagai aspek. Paling tidak

menurutnya ada tiga aspek yang mendasari perkawinan, yaitu: agama,

hukum dan sosial, nikah yang disyariatkan Islam mengandung ketiga

aspek tersebut, sebab jika melihat dari satu aspek saja maka pincang.

f. Quraish Shihab mengemukakan bahwa betapa pentingnya pencatatan

nikah yang ditetapkan melalui undang-undang di sisi lain nikah yang

tidak tercatat-selama ada dua orang saksi-tetap dinilai sah oleh hukum

agama, walaupun nikah tersebut dinilai sah, namun nikah dibawah

tangan dapat mengakibatkan dosa bagi pelakunya, karena melanggar

ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah. Al-Qur’an memerintahkan

34

Page 48: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

setiap muslim untuk taat pada ulul amri selama tidak bertentangan

dengan hukum Allah (Shihab, 1998:204).

4. Hal-hal yang Melatarbelakangi Terjadinya Pernikahan Siri

a. Kurangnya Kesadaran Hukum Masyarakat

Masih banyak diantara masyarakat kita yang belum memahami

sepenuhnya betapa pentingnya pencatatan perkawinan. Kalaupun

dalam kenyataannya perkawinan itu dicatatkan di KUA sebagian dari

mereka boleh jadi hanya sekedar ikut-ikutan belaka; menganggapnya

sebagai tradisi yang lazim dilakukan oleh masyarakat setempat; atau

pencatatan perkawinan itu hanya dipandang sekedar soal administrasi;

belum dibarengi dengan kesadaran sepenuhnya akan segi-segi manfaat

dari pencatatan perkawinan tersebut.

b. Sikap Apatis Sebagian Masyarakat Terhadap Hukum

Sebagian masyarakat ada yang bersikap masa bodoh terhadap

ketentuan peraturan yang menyangkut perkawinan.

c. Ketentuan Pencatatan Perkawinan Yang Tidak Tegas

Sebagaimana kita ketahui, ketentuan pasal 2 UU No.1 / 1974

merupakan azas pokok dari sahnya perkawinan.Ketentuan ayat (1) dan

(2) dalam pasal tersebut harus dipahami sebagai syarat kumulatif,

bukan syarat alternative sahnya suatu perkawinan. Dari fakta hukum

dan/atau norma hukum tersebut sebenarnya sudah cukup menjadi dasar

bagi umat Islam terhadap wajibnya mencatatkan perkawinan mereka.

35

Page 49: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Akan tetapi ketentuan tersebut mengandung kelemahan karena pasal

tersebut multi tafsir dan juga tidak disertai sanksi bagi mereka yang

melanggarnya. Dengan kata lain ketentuan pencatatan perkawinan

dalam undang-undang tersebut bersifat tidak tegas.

d. Ketatnya izin poligami

Ketatnya izin untuk melakukan poligami dapat memicu

seorang laki-laki untuk melangsungkan pernikahan siri, terutama bagi

pegawai negeri dan anggota militer.Hal ini karena pernikahan siri lebih

sederhana dan mudah dilakukan.

5. Dampak Praktik Pernikahan Siri

a. Bagi Wanita/Isteri:

Dalam hal ini, wanita paling banyak mendapatkan kerugian,

yaitu tidak diakuinya sebagai isteri yang sah, tidak berhak atas nafkah

dari suami, tidak berhak mendapatkan harta warisan jika suami

meninggal, tidak berhak atas harta gono-gini bila terjadi perceraian,

karena secara hukum positif pernikahan tersebut dianggap tidak

pernah terjadi.

b. Bagi Anak:

Tidak sahnya pernikahan siri menurut hukum negara memiliki

dampak negatif bagi status anak yang dilahirkan di mata hukum, yaitu

status anak yang dilahirkan dianggap sebagai anak tidak

sah.Konsekuensinya, anak hanya mempunyai hubungan perdata

36

Page 50: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

dengan ibu dan keluarga ibu.Artinya, si anak tidak mempunyai

hubungan hukum terhadap ayahnya (pasal 42 dan pasal 43 UU

Perkawinan, pasal 100 KHI). Di dalam akte kelahirannyapun statusnya

dianggap sebagai anak luar nikah, sehingga hanya dicantumkan nama

ibu yang melahirkannya. Keterangan berupa status sebagai anak luar

nikah dan tidak tercantumnya nama si ayah akan berdampak sangat

mendalam secara sosial dan psikologis bagi si anak dan ibunya.

Ketidakjelasan status si anak di muka hukum, mengakibatkan

hubungan antara ayah dan anak tidak kuat, sehingga bisa saja, suatu

waktu ayahnya menyangkal bahwa anak tersebut adalah anak

kandungnya. Yang jelas merugikan adalah, anak tidak berhak

atas biaya kehidupan dan pendidikan, nafkah dan warisan dari

ayahnya.

c. Bagi Suami:

Hampir tidak ada dampak mengkhawatirkan atau merugikan

bagi diri laki-laki atau suami yang menikah siri dengan seorang

perempuan.Yang terjadi justru menguntungkan pihak suami, karena

suami bebas untuk menikah lagi, karena perkawinan sebelumnya yang

di siri dianggap tidak sah dimata hukum.Selain itu suami bisa berkelit

dan menghindar dari kewajibannya memberikan nafkah, baik kepada

istri maupun kepada anak-anaknya.Suami juga tidak dipusingkan

dengan pembagian harta gono-gini, warisan dan lain-lain.

37

Page 51: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

6. Pengesahan Pernikahan Siri:

a. Mencatatkan perkawinan dengan isbat nikah

Esensinya adalah pernikahan yang semula tidak dicatatkan menjadi

tercatat dan disahkan oleh negara serta memiliki kekuatan hukum.

Dasar dari istbat nikah adalah Kompilasi Hukum Islam pasal 7 yaitu :

1) Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat

oleh Pegawai Pencatat Nikah.

2) Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta nikah,

dapat diajukan itsbat nikahnya ke Pengadilan Agama.

3) Itsbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas

mengenai hal-hal yang berkenaan dengan:

(a) Dalam rangka penyelesaian perceraian;

(b) Hilangnya akta nikah;

(c) Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu

syarat perkawinan;

(d) Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya

Undang- Undang No. 1 Tahun 1974; dan

(e) Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak

mempunyai halangan perkawinan menurut Undang-Undang

No. 1 Tahun 1974.

38

Page 52: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

4) Yang berhak mengajukan permohonan istbat nikah ialah suami

atau istri, anak-anak mereka, wali nikah, dan pihak yang

berkepentingan dengan perkawinan itu.

b. Melakukan pernikahan ulang

Pernikahan yang dilakukan layaknya pernikahan secara agama,

yang tujuannya untuk melengkapi pernikahan pertama (siri).Namun

pernikahan ini harus disertai dengan pencatatan pernikahan oleh

pejabat yang berwenang (KUA).

Pencatatan perkawinan ini penting agar ada kejelasan status

bagi perkawinan. Namun, status anak-anak yang lahir dalam

perkawinan siri akan tetap dianggap sebagai anak di luar kawin, karena

perkawinan ulang tidak berlaku surut terhadap status anak yang

dilahirkan sebelum perkawinan ulang dilangsungkan. Oleh karenanya,

dalam akta kelahiran, anak yang lahir sebelum perkawinan ulang tetap

sebagai anak luar kawin, sebaliknya anak yang lahir setelah

perkawinan ulang statusnya sebagai anak sah yang lahir dalam

perkawinan.

Adapun cara yang dapat ditempuh jika dalam perkawinan siri

tersebut telah lahir anak-anak, maka dapat diikuti dengan pengakuan

anak, yakni pengakuan yang dilakukan oleh bapak atas anak yang lahir

di luar perkawinan yang sah menurut hukum. Pada dasarnya,

39

Page 53: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

pengakuan anak dapat dilakukan baik oleh ibu maupun bapak. Namun,

berdasarkan Pasal 43 Undang undang No. 1 Tahun 1974 yang pada

intinya menyatakan, bahwa anak yang lahir di luar perkawinan tidak

mempunyai hubungan perdata dengan ayahnya, maka untuk

mendapatkan hubungan perdata yang baru, seorang ayah dapat

melakukan pengakuan Anak. Namun bagaimanapun, pengakuan anak

hanya dapat dilakukan dengan persetujuan ibu, sebagaimana diatur

dalam Pasal 284 KUH Perdata.

C. Isbat Nikah

1. Pengertian dan Dasar Hukum Isbat Nikah

Menurut bahasa, isbat nikah terdiri dari dua kata yaitu kata “isbat”

yang merupakan masdar atau asal kata dari “atsbata” yang memiliki arti

“menetapkan”, dan kata “ nikah” yang berasal dari kata “nakaha” yang

memiliki arti “saling menikah”, dengan demikian kata “isbat nikah”

memiliki arti yaitu “penetapan pernikahan”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, isbat nikah adalah

penetapan tentang kebenaran (keabsahan) nikah. Isbat nikah adalah

pengesahan atas perkawinan yang telah dilangsungkan menurut syariat

agama Islam, akan tetapi tidak dicatat oleh KUA atau PPN yang

berwenang (Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor

KMA/032/SK/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas dan

Administrasi Pengadilan).

40

Page 54: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Status perkawinan dalam hal ini diartikan dengan keadaan dan

kedudukan perkawinan yang telah dilangsungkan.Dalam aspek ini

sebenarnya undang-undang telah memberikan rumusan tentang

perkawinan yang sah. Pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 Tentang Perkawinan menyebutkan bahwa perkawinan adalah sah,

apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan

kepercayaannya itu. Dalam penjelasan Pasal 2 disebutkan bahwa dengan

perumusan pada Pasal 2 ayat (1) ini, tidak ada Perkawinan diluar hukum

masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu, sesuai dengan Undang-

Undang Dasar 1945. Yang dimaksud dengan hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu termasuk ketentuan perundang-

undangan yang berlaku bagi golongan agamanya dan kepercayaannya itu

sepanjang tidak bertentangan atau tidak ditentukan lain dalam Undang-

undang ini. Berdasarakan ketentuan Pasal 2 Ayat (1) UUPerkawinan dan

penjelasannya ini, dapat diketahui bahwa patokan untuk mengetahui suatu

perkawinan sah adalah hukum masing-masing agama dan kepercayaan

para pihak serta ketentuan perundang-undangan yang berlaku sepanjang

tidak bertentangan atau tidak ditentukan lain dalam UUPerkawinan.

Pasal 2 ayat (2) menyebutkan bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat

menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pencatatan

perkawinan akan menimbulkan kemaslahatan umum karena dengan

pencatatan ini akan memberikan kepastian hukum terkait dengan hak-hak

41

Page 55: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

suami/isteri, kemaslahatan anak maupun efek lain dari perkawinan itu

sendiri. Perkawinan yang dilakukan di bawah pengawasan atau di

hadapan Pegawai Pencatat Nikah/Kantor Urusan Agama akan

mendapatkan Akta Nikah sebagai bukti telah dilangsungkannya sebuah

perkawinan.

Akta Nikah merupakan akta autentik karena Akta Nikah tersebut

dibuat oleh dan di hadapan Pegawai Pencatat Nikah sebagai pejabat yang

berwenang untuk melakukan pencatatan perkawinan, dibuat sesuai dengan

bentuk yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975

dan dibuat di tempat Pegawai Pencatat Nikah/Kantor Urusan Agama

tersebut melaksanakan tugasnya. Meskipun, Peraturan Perundang-

Undangan sudah mengharuskan adanya Akta Nikah sebagai bukti

perkawinan, namun tidak jarang terjadi suami istri yang telah menikah

tidak mempunyai Kutipan Akta Nikah.

Berdasarkan ketentuan Pasal 7 Ayat (1) Kompilasi Hukum Islam

(KHI) dan Pasal 100 KUH Perdata tersebut, adanya suatu perkawinan

hanya bisa dibuktikan dengan akta perkawinan atau akta nikah yang

dicatat dalam register.Bahkan ditegaskan, akta perkawinan atau akta nikah

merupakan satu-satunya alat bukti perkawinan. Dengan perkataan lain,

perkawinan yang dicatatkan pada Pegawai Pencatat Nikah (PPN) Kantor

Urusan Agama Kecamatan akan diterbitkan Akta Nikah atau Buku Nikah

merupakan unsur konstitutif (yang melahirkan) perkawinan. Tanpa akta

42

Page 56: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

perkawinan yang dicatat, secara hukum tidak ada atau belum ada

perkawinan. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan, Akta Nikah dan pencatatan perkawinan bukan satu-

satunya alat bukti keberadaan atau keabsahan perkawinan, karena itu

walaupun sebagai alat bukti tetapi bukan sebagai alat bukti yang

menentukan sahnya perkawinan, karena hukum perkawinan agamalah

yang menentukan keberadaan dan keabsahan perkawinan.

Kompilasi Hukum Islam juga memberikan rumusan tentang

perkawinan yang sah dan ketentuan untuk tertibnya perkawinan. Pasal 4

Kompilasi Hukum Islam memberikan penegasan bahwa “perkawinan

adalah sah apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan pasal 2

ayat (1) UU No. 1 Tahun1974 tentang perkawinan. Pasal 5 KHI

merumuskan: (1) agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat

Islam setiap perkawinan harus dicatat; (2) pencatatan perkawinan tersebut

pada ayat (1), dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana yang

diatur dalam Undang-undang No.22 Tahun 1946 jo Undang-undang No.

32 Tahun 1954.

Selanjutnya Pasal 6 KHI merumuskan: (1) untuk memenuhi

ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus dilangsungkan

dihadapan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah; (2)

perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah

tidak mempunyai kekuatan Hukum.

43

Page 57: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Pasal 7 menyebutkan bahwa: (1) perkawinan hanya dapat

dibuktikan dengan Akta Nikah yang dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah;

(2) Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan Akat Nikah,

dapat diajukan itsbat nikahnya ke Pengadilan Agama; (3) itsbat nikah yang

dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai hal-hal yang

berkenaan dengan : (a) Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian

perceraian; (b) Hilangnya Akta Nikah; (c) Adanya keraguan tentang sah

atau tidaknya salah satu syarat perkawinan; (d) Adanya perkawinan yang

terjadi sebelum berlakunya Undang-undang No. 1 Tahun 1974 dan; (e)

Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan

perkawinan menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974; (4) yang berhak

mengajukan permohonan itsbat nikah ialah suami atau isteri, anak-anak

mereka, wali nikah dan pihak yang berkepentingan dengan perkawinan itu.

Sedangan dari hukum syar’i sendiri secara eksplisit memang tidak

satupun nash baik al-Quran maupun hadis yang menyatakan keharusan

adanya pencatatan perkawinan. Akan tetapi dalam kondisi seperti sekarang

ini, pencatatan perkawinan menjadi sebuah keharusan bagi seseorang, hal

ini disebabkan karena banyak sekali mudharat yang akan ditimbulkan jika

tidak dilakukan pencatatan. Islam menggariskan bahwa setiap

kemudharatan itu sedapat mungkin harus dihindari, sebagaimana

ungkapan sebuah kaedah fikih yang berbunyi: “Kemudharatan harus

dihilangkan”.

44

Page 58: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

2. Hal-hal yang Boleh Diajukannya Permohonan Isbat Nikah

Hal-hal yang bisa diajukannya isbat telah diatur dalam pasal 7 ayat

(3) Kompilasi Hukun Islam, yang berbunyi:

“Isbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas

mengenai hal-hal yang berkenaan dengan:

a. Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian;

b. Hilangnya Akta Nikah;

c. Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat

perkawinan;

d. Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-

Undang N0. 1 Tahun 1974; dan

e. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai

halangan perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974”.

3. Pihak-pihak yang Bisa Mengajukan Isbat Nikah

Seseorang yang berhak mengajukan isbat nikah, telah dijelaskan

dalam pasal 7 ayat (4) Kompilasi Hukum Islam, yang berbunyi: “Yang

berhak mengajukan permohonan isbat nikah ialah suami atau isteri, anak-

anak mereka, wali nikah dan pihak yang berkepentingan dengan

perkawinan itu”.

4. Prosedur Isbat Nikah

Prosedur dalam permohonan pengesahan nikah/Itsbat nikah

samahalnya dengan prosedur-prosedur pengajuan perkara perdata yang

45

Page 59: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

lain,yaitu sebagaimana di jelaskan didalam buku Peradilan Agama di

Indonesia. Adapunpemaparannya secara jelas tentang tata cara berperkara

di Pengadilan Agama yaitu:

a. Datang dan mendaftar ke Kantor Pengadilan Agama

(1) Mendatangi Kantor Pengadilan Agama di wilayah tempat tinggal

penggugat/pemohon. Untuk menyatakan bahwa dirinya ingin

mengajukan gugatan atau permohonan. Gugatan atau permohonan

dapat diajukan dalam bentuk surat atau secara lisan, atau juga dapat

dengan menggunakan kuasa yang telah ditunjuk kepada ketua

Pengadilan Agama dengan membawa surat bukti identitas

diri(KTP);

(2) Membuat surat permohonan itsbat nikah. Surat permohonan dapat

dibuat sendiri (seperti terlampir) atau dapat meminta bantuan

kepada Pos Bakum (Pos Bantuan Hukum) yang ada pada

pengadilan setempat secara cuma-Cuma;

(3) Memfotokopi formulir permohonan Itsbat Nikah sebanyak 5

rangkap, kemudian mengisinya dan menandatangani formulir yang

telah lengkap. Empat rangkap formulir permohonan diserahkan

kepada petugas Pengadilan, satu fotokopi untuk dokumen pribadi

penggugat/pemohon;

(4) Melampirkan surat-surat yang diperlukan, antara lain surat

keterangan dari KUA bahwa pernikahannya tidak tercatat;

46

Page 60: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

(5) Penggugat wajib membayar uang muka atau biaya ongkos

berperkara (pasal 121 ayat (4) HIR);

(6) Panitera pendaftaran perkara menyampaikan gugatan/permohonan

kepada bagian berperkara sehingga gugatan secara resmi dapat

diterima dan didaftarkan dalam buku register;

(7) Setelah didaftarkan, gugatan/permohonan diteruskan kepada Ketua

Pengadilan Agama dan diberi catatan mengenai nomor, tanggal

perkara dan ditentukan hari sidangnya;

(8) Ketua Pengadilan Agama menentukan majelis Hakim yang akan

mengadili dan menentukan hari sidang.

b. Menghadiri Persidangan

(1) Datang ke Pengadilan sesuai dengan tanggal dan waktu yang

tertera dalam surat panggilan;

(2) Hakim ketua atau anggota majelis Hakim (yang akan memeriksa

perkara)memeriksa kelengkapan surat gugatan;

(3) Panitera memanggil penggugat/pemohon dan tergugat dengan

membawa surat panggilan sidang secarat patut;

(4) Semua proses pemeriksaan perkara dicatat dalam Berita Acara

Persidangan(BAP);

(5) Untuk sidang pertama, bawa serta dokumen seperti Surat Panggilan

Persidangan, fotokopi formulir permohonan yang telah diisi.

Dalam sidang pertama ini hakim akan menanyakan identitas para

47

Page 61: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Pihak, misalnya KTP atau kartu identitas lainnya yang asli. Dalam

kondisi tertentu hakim kemungkinan akan melakukan pemeriksaan

isi permohonan;

(6) Untuk sidang selanjutnya, hakim akan memberitahukan kepada

Pemohon/Termohon yang hadir dalam sidang kapan tanggal dan

waktu sidang berikutnya. Bagi Pemohon/Termohon yang tidak

hadir dalam sidang,untuk persidangan berikutnya akan dilakukan

pemanggilan ulang kepada yang bersangkutan melalui surat;

(7) Untuk sidang kedua dan seterusnya, ada kemungkinan para pihak

harus mempersiapkan dokumen dan bukti sesuai dengan

permintaan hakim. Dalam kondisi tertentu, hakim akan meminta

pemohon/penggugat untuk menghadirkan saksi-saksi yaitu orang

yang mengetahui pernikahan tersebut, diantaranya wali nikah dan

saksi nikah, atau orang-orang terdekat yang mengetahui pernikahan

para pihak tersebut.

c. Putusan/Penetapan Pengadilan

(1) Jika permohonan dikabulkan, Pengadilan akan mengeluarkan

putusan/ penetapan itsbat nikah;

(2) Salinan putusan/penetapan itsbat nikah akan siap diambil dalam

jangkawaktu setelah 14 hari dari sidang terakhir;

48

Page 62: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

(3) Salinan putusan/penetapan itsbat nikah dapat diambil sendiri ke

kantorPengadilan atau mewakilkan kepada orang lain dengan Surat

Kuasa;

(4) Setelah mendapatkan salinan putusan/penetapan tersebut, bisa

meminta KUA setempat untuk mencatatkan pernikahan dengan

menunjukkan bukti salinan putusan/penetapan pengadilan tersebut.

49

Page 63: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Profil Pengadilan Agama Salatiga

1. Sejarah Pengadilan Agama Salatiga

a. Masa Sebelum Penjajah

Pengadilan Agama Salatiga dalam bentuk yang kita kenal

sekarang ini embrionya sudah ada sejak Agama Islam masuk ke

Indonesia.Pengadilan Agama Salatiga timbul bersama dengan

perkembangan kelompok masyarakat yang beragama Islam di Salatiga

dan Kabupaten Semarang.

Masyarakat Islam di Salatiga dan di daerah Kabupaten

Semarang pada saat itu apabila terjadi suatu sengketa, mereka

menyelesaikan perkaranya melalui Qodli (Hakim) yang diangkat oleh

Sultan atau Raja, yang kekuasaannya merupakan tauliyah dari Waliyul

Amri yakni Penguasa tertinggi. Qodli (Hakim) yang diangkat oleh

Sultan adalah alim ulama' yang ahli di bidang Agama Islam.

b. Masa Penjajahan Belanda Sampai dengan Jepang

Ketika penjajah Belanda masuk Pulau Jawa khususnya di

Salatiga, dijumpainya masyarakat Salatiga telah berkehidupan dan

menjalankan syari'at Islam, demikian pula dalam bidang Peradilan

umat Islam Salatiga dalam menyelesaikan perkaranya menyerahkan

50

Page 64: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

keputusannya kepada para hakim sehingga sulit bagi Belanda

menghilangkan atau menghapuskan kenyataan ini.

Oleh karena kesulitan pemerintah Kolonial Belanda

menghapus pegangan hidup masyarakat Islam yang sudah mendarah

daging di Indonesia pada umumnya dan khususnya di Salatiga, maka

kemudian pemerintah Kolonial belanda menerbitan pasal 134 ayat 2 IS

( Indische Staatsregaling ) sebagai landasan formil untuk mengawasi

kehidupan masyarakat Islam di bidang Peradian yaitu berdirinya Raad

Agama, disampingi itu pemerintah kolonial Belanda menginstruksikan

kepada para Bupati yang termuat dalam Staatblad tahun1820 No. 22

yang menyatakan bahwa perselisihan mengenai pembagian warisan di

kalangan rakyat hendaknya diserahkan kepada Alim Ulama.

Sejarah Pengadilan Agama Salatiga terus berjalan sampai tahun

1940, kantor yang ditempatinya masih menggunakan serambi Masjid

Kauman salatiga dengan Ketua dan Hakim Anggotanya diambil dari

Alumnus Pondok Pesantren. Pegawai yang ada pada waktu itu 4 orang

yaitu K. Salim sebagai Ketua, K. Abdul Mukti sebagai Hakim Anggota

dan Sidiq sebagai Sekretaris merangkap Bendahara serta seorang

pesuruh.

Wilayah Hukum Pengadilan Agama Salatiga meliputi Kota

Salatiga dan Kabupaten Semarang terdiri dari 14 Kecamatan.Adapun

Perkara yang ditangani dan diselesaikan yaitu perkara waris, perkara

51

Page 65: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

gono-gini, gugat nafkah dan cerai gugat. Pada waktu penjajahan

Jepang keadaan Pengadilan Agama Salatiga atau Raad Agama Salatiga

masih belum ada perubahan yang berarti yaitu pada tahun 1942 sampai

dengan 1945 karena pemerintahan Jepang hanya sebentar dan Jepang

dihadapkan dengan berbagai pertempuran dan Ketua beserta stafnya

juga masih sama.

c. Masa Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945,

Pengadilan Agama Salatiga berjalan sebagaimana biasa.Kemudian

pada tahun 1949 Ketua dijabat olehK. Irsyamyang dibantu 7 pegawai.

Kantor yang ditempati masih menggunakan serambi Masjid Al-Atiq

Kauman Salatiga dan bersebelahan dengan Kantor Urusan Agama

Kecamatan Salatiga yang sama-sama mengunakan serambi Masjid

sebagai kantor. Kemudian kantor Pengadilan Agama Salatiga pindah

dari serambi Masjid Al-Atiq ke kantor baru di Jl. Diponegoro No. 72

Salatiga sampai tanggal 30 April 2009 dan setelah sekian lama kantor

Pengadilan Agama Salatiga pindah ke gedung baru pada tanggal 1 Mei

2009 di Jl. Lingkar Selatan, Jagalan, Cebongan, Argomulyo, Salatiga.

Kemudian kantor lama digunakan sebagai arsip-arsip dan rumah dinas.

Kemudian pada tahun 1953 Ketua dijabat oleh K. Moh Muslih, pada

tahun 1963 Ketua dijabat oleh KH.Musyafa'.Pada tahun 1967 Ketua

dijabat oleh K. Sa'dullah, semua adalah alumnus Pondok Pesantren.

52

Page 66: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

d. Masa Berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Sejak kehadiran dan berlakunya Undang-undang Nomor 14

Tahun 1970 pada tanggal 17 Desmber 1970 kedudukan dan posisi

Peradilan Agama semakin jelas dan mandiri termasuk Pengadilan

Agama Salatiga, namun umat Islam Indonesia masih harus berjuang

karena belum mempunyai Undang-undang yang mengatur tentang

keluarga muslim. Melalu proses kehadirannya pada akhir tahun 1973

membawa suhu politik naik. Para ulama dan umat Islam di Salatiga

juga berjuang ikut berpartisipasi, akan terwujudnya Undang-undang

perkawinan, maka akhirnya terbitlah Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 yang diundangkan pada tanggal 2 Januari 1974.

Setelah secara efektif Undang-undang Perkawinan berlaku

yaitu dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun

1975.Pengadilan Agama Salatiga dilihat dari fisiknya masih tetap

seperti dalam keadaan sebelumnya, namun fungsi dan peranannya

semakin mantap karena banyak perkara yang harus ditangani oleh

Pengadilan Agama.

Di Pengadilan Agama Salatiga banyak perkara masuk yang

menjadi kewenangannya. Volume perkara yang naik yaitu perkara

Cerai Talak disamping Cerai Gugat dan juga banyak masuk perkara

Isbat Nikah ( Pengesahan Nikah ), karena di Pengadilan Agama

53

Page 67: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Salatiga yang wilayahnya sangat luas yaitu meliputi Daerah Kota

Salatiga dan Kabupaten Semarang.

Maka melalui SK Menteri Agama Nomor 95 tahun 1982

tanggal 2 Oktober 1982 Jo.KMA Nomor 76 Tahun 1983 tanggal 10

Nopember 1982 berdirilah Pengadilan Agama Ambarawa di Ungaran.

Adapun penyerahan wilayah yaitu dilaksanakan pada tanggal 27 April

1984 dari Ketua Pengadilan Agama Salatiga Drs. A.M.

SamsudinAnwar kepada Ketua Pengadilan Agama Ambarawa yaitu

sebagian wilayah Kabupaten Semarang dan wilayah hukum

Pengadilan Agama Salatiga yang ada sekarang tinggal 13 Kecamatan

yaitu :

Yang masuk wilayah Kota Salatiga ada 4 Kecamatan:

1. Kecamatan Sidorejo

2. Kecamatan Sidomukti

3. Kecamatan Argomulyo

4. Kecamatan Tingkir

Yang masuk wilayah Kabupaten Semarang ada 9 Kecamatan:

1. Kecamatan Bringin

2. Kecamatan Bancak

3. Kecamatan Tuntang

4. Kecamatan Getasan

5. Kecamatan tengaran

54

Page 68: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

6. Kecamatan Susukan

7. Kecamatan Suruh

8. Kecamatan Pabelan

9. Kecamatan kaliwungu

e. Masa Berlakunya Undang-Undang No. 7 Tahun 1989

Sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989

posisi Pengadilan Agama Salatiga semakin kuat, Pengadilan Agama

berwenang menjalankan keputusannya sendiri tidak perlu lagi melalui

Pengadilan Negeri, selain itu hukum acara yang berlaku di Pengadilan

Agama sama dengan hukum acara yang berlaku di Pengadilan

Negeri.Untuk melaksanakan tugas pemanggilan dan pemberitahuan,

sudah ada petugas Jurusita.

Untuk menyesuaikan dengan Undang-undang Pengadilan

Agama ini, Pengadilan Agama Salatiga mendapatkan bimbingan dan

pembinaan dari Departemen Agama RI dan secara teknis Yustisial

mendapatkan pembinaan dari Mahkamah Agung RI dan Pengadilan

Tinggi Agama.

Struktur organisasi Pengadilan Agama juga disesuaikan dengan

Peradilan Umum dan Peradilan lainnya, sehingga status kedudukannya

menjadi sederajat dengan Peradilan lain yang ada di Indonesia, dari

segi fisik dan jumlah personil Pengadilan Agama Salatiga masih

ketinggalan dari Peradilan Umum, hal ini disebabkan karena dana

55

Page 69: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

yang tersedia untuk sarana fisik kurang memadai, namun kwalitas

sumber daya manusia Pegawai Pengadilan Agama Salatiga sama dan

sejajar dengan Peradilan Umum bahkan melebihi, karena tenaga yang

direkrut harus malalui seleksi yang ketat dan memenuhi syarat-syarat

yang ditentukan.

Sejak Pengadilan Agama mendapatkan pembinaan dari

Mahkamah Agung RI mulai diadakan pemisahan jabatan antara

Kepaniteraan dan Kesekretariatan begitu juga rangkap jabatan antara

Jurusita dan Panitera Pengganti, bagi para Hakim juga diberi tugas

Pengawasan bidang-bidang.Upaya pembenahan di Pengadilan Agama

Salatiga selalu ditingkatkan.

Pengadilan Agama Salatiga sampai tahun 2004 belum

memenuhi standar gedung Pengadilan, yang ada sekarang adalah

bangunan rumah kuno peninggalan zaman Belanda, selain itu balai

sidang dan ruang-ruang lainnya sangat sempit.

Demikianlah keadaan sejarah Pengadilan Agama Salatiga

sampai saat ini sehingga untuk menyesuaikan dengan Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1989 sebagai Court of Law perlu pembenahan lebih

lanjut.

2. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Salatiga

a. Staatsblaad tahun 1882 Nomor 152 tentang pembentukan Pengadilan

Agama di Jawa dan Madura.

56

Page 70: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

b. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI KMA Nomor 76 tahun

1983 Tanggal 10 Nopember 1983 tentang penetapan perubahan

wilayah Hukum Pengadilan Agama / Mahkamah Syariah Propinsi dan

Pengadilan Agama serta Pengadilan Agama / Mahkamah Syariah.

3. Visi dan Misi Pengadilan Agama Salatiga

a. Visi

Mewujudkan Pengadilan Agama Salatiga sebagai salah satu

pelakukekuasaan kehakiman yang mandiri, bersih, bermartabat, dan

berwibawa.

b. Misi

(1) Mewujudkan rasa keadilan masayarakat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan jujur sesuai dengan hati

nurani;

(2) Mewujudkan Peradilan yang mandiri dan Independen, bebas dari

campur tangan pihak lain;

(3) Meningkatkan pelayanan di bidang peradian kepada masyarakat

sehingga tercapai peradilan yang sederhana,cepat dan biaya ringan;

(4) Meningkatkan kwalitas sumber daya manusia aparat peradilan

sehingga dapat melakukan tugas dan kewajiban secara profesional

dan proposional;

(5) Mewujudkan institusi peradilan yang efektif, efisien dan

bermartabat dalam melaksanakan tugas.

57

Page 71: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

4. Struktur Pengadilan Agama Salatiga

5. Kewenangan Pengadilan Agama salatiga

a. Kompetensi Relatif

Kompetensi Relatif adalah kekuasaan atau dasar wilayah

hukum dan dapat diartikan sebagai kekuasaan Pengadilan yang satu

jenis dan satu tingkatan, dalam perbedaanya dengan kekuasaan

Pengadilan yang mana dan jenis sama tingkatannya. Kekusaan relatif

58

Page 72: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

ini diatur dalam pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1989. Sehingga, Pengadilan Agama mempunyai wilayah hukum

tertentu atau mempunyai “yuridiksi relatif” tertentu dalam hal ini

meliputi Kotamadya, atau satu Kabupaten, atau dalam keadaan tertentu

sebagai pengecualian.

Adapun kewenangan relatif Pengadilan Agama Salatiga adalah

meliputi Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang yang terdiri dari

tiga belas Kecamatan yang terdiri dari dua ratus tujuh puluh sembilan

Desa serta meliputi wilayah Kota Salatiga dengan empat Kecamatan.

Adapun empat kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah

Kota Salatiga adalah Kecamatan Sidorejo, Kecamatan Sidomukti,

Kecamatan Argomulyo, dan Kecamatan Tingkir. Sedangkan sembilan

kecamatan wilayah Kabupaten Semarang yang masuk dalam

kewenangan relatif Pengadilan Agama Salatiga adalah Kecamatan

Bringin, Kecamatan Bancak, Kecamatan Tuntang, Kecamatan

Getasan,Kecamatan Tengaran, Kecamatan Susukan, KecamatanSuruh,

Kecamatan Pabelan, dan Kecamatan Kaliwungu.

b. Kompetensi Absolut

Kompetensi (kewenangan) absolut adalah weewenang suatu

peradilan yang sifatnya mutlak dan dapat diartikan kekuasan

Pengadilan yang sehubungan dengan jenis perkara atau jenis

59

Page 73: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Pengadilan atau tingkat Pengadilan dalam perbedaannya dengan jenis

perkara atau jenis Pengadilan atau tingkat Pengadilan lainnya.

Tugas pokok dari Pengdilan Agama sesuai dengan ketentuan

Pasal 2 jo. Pasal 49 dan 50 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989

Tentang Peradilan Agama adalah memeriksa, memutus, dan

menyelesaikan perkara tertentu antara orang-orang yang beragama

Islam dalam bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat,

infaq, shadaqah, dan ekonomi syari’ah.

B. Penetapan Isbat Nikah Siri Pengadilan Agama Salatiga Nomor

0076/Pdt.P/2014/PA.SAL

1. Duduk Perkara Pada Permohonan Penetapan Isbat Nikah Siri

Pengadilan Agama Salatiga Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL

Perkara yang diteliti oleh penulis adalah mengenai permohonan isbat

nikah siri dimana pernikahan yang bersangkutan dilakukan setelah

berlakunya UU Perkawnian. Permohonan isbat nikah siri tersebut diajukan

oleh Badrudin bin Munaji (selanjutnya disebut Pemohon I) dan Wagiyem

binti Jumadi (selanjutnya disebut Pemohon II). Permohonan didaftarkan

ke Kepaniteraan Pengadilan Agama Salatiga pada tanggal 27 Oktober

2014, dengan nomor permohonan 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL.

Pemohon I dan Pemohon II telah melangsungkan pernikahan pada

tanggal 26 Oktober 2009 di Tetep RT 04 RW 03 Kelurahan Randuacir

Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. Adapun yang bertindak sebagai

60

Page 74: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

wali nikah adalah ayah kandung Pemohon II yang bernama Jumadi,

dengan mahar berupa uang Rp.50.000,- dibayar tunai. Sedangkan yang

menjadi penghulu adalah Bp. Kyai dengan dua orang saksi yang bernama

Kamto bin Mitro Sutari dan Wasimin bin Kusrin.

Pada waktu menikah Pemohon I berstatus duda (cerai) dalam usia

54 tahun sementara Pemohon II berstatus janda (cerai mati) dalam usia 36

tahun. Pernikahan Pemohon I dan Pemohon II tidak tercatat di KUA

Kecamatan Argomulyo.Setelah akad nikah hingga permohonan ini

diajukan, Pemohon I dan Pemohon II tidak/belum pernah mendapatkan

atau mengurus akta nikah tersenut.

Dari pernikahan antara Pemohon I dan pemohon II telah dikaruniai

seorang anak yang bernama Ana Fitriani umur 4 tahun (lahir pada tanggal

13 September 2010).Para Pemohon mengajukan permohonan isbat nikah

dikarenakan sangat membutuhkan bukti pernikahan (kepastian hukum)

dan untuk mengurus akta kelahiran anak para Pemohon.

Antara Pemohon I dan Pemohon II tidak ada hubungan mahram

maupun susuan dan sejak melangsungkan pernikahan sampai permohonan

diajukan tidak pernah bercerai maupun pindah agama.

Untuk kepastian hukum dan tertib administrasi kependudukan

sebagaimana dimaksud pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang No.

3 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan maka para Pemohon

akan melaporkan penetapan Pengadilan atas perkara tersebut kepada KUA

61

Page 75: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Kecamatan Argomulyo untuk dicatat dalam daftar yang disediakan untuk

itu dan para Pemohon sanggup untuk membayar biaya perkara tersebut.

2. Penyelesaian Permohonan Penetapan Isbat Nikah Siri Pengadilan

Agama Salatiga Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL

Berdasarkan duduk perkara tersebut di atas, Pemohon I dan

Pemohon II agar ketua Pengadilan Agama Salatiga berkenan memeriksa

dan mengadili perkara tersebut dan menjatuhkan penetapan yang amarnya

berbunyi sebagai berikut:

Primair:

a. Mengabulkan permohonan para Pemohon;

b. Menyatakan sah perkawinan antara Pemohon I

(Badrudin bin Munaji) dan Pemohon II (Wagiyem binti

Jumadi) yang dilangsungkan pada tanggal 26 Oktober

2009 di Tetep RT 04 RW 03 Kel. Randuacir Kec.

Argomulyo Kota Salatiga;

c. Memerintahkan kepada para Pemohon untuk

melaporkan penetapan ini kepada KUA Kecamatan

Argomulyo untuk dicatat dalam daftar yang disediakan

untuk itu;

d. Membebankan biaya perkara sesuai hukum.

62

Page 76: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Subsidair:

Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon

penetapan lain yang seadil-adilnya.

Pada hari sidang yang telah ditetapkan, Pemohon I dan Pemohon II

hadir di persidangan.Hakim telah menjelaskan hal-hal yang berkaitan

dengan permohonan Pemohon I dan Pemohon II namun Pemohon tetap

pada pendiriannya.Dan telah dilaksanakan pengumuman untuk isbat nikah

tanggal 25 Nopember 2014.Kemudian dibacakan permohonan Pemohon I

dan Pemohon II yang isinya tetap dipertahankan dan Pemohon I dan

Pemohon II tetap pada pemohonannya.

Untuk membuktikan dalil-dalil permohonannya, Pemohon I dan

Pemohon II menyerahkan bukti tertulis berupa:

a. Fotocopi Akta Cerai Pemohon I Nomor: 467/AC/2012/PA.Sal

tertanggal 12 Juni 2012 yang diterbitkan oleh Pengadilan Agama

Salatiga, yang bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan

dengan aslinya (bukti P1);

b. Fotocopi surat kematian suami Pemohon II (Joko Susilo) Nomor:

472.12/106/303.06 tanggal 24 Nopember 2014 yang bermaterai

cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya (bukti P2);

c. Asli surat keterangan suami isteri atas nama Pemohon I dan

Pemohon II Nomor: 472.21/209/303.06 tanggal 28 Oktober 2014

dari Lurah Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga, yang

63

Page 77: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya

(bukti P3);

d. Fotocopi Kartu Tanda Penduduk atas nama Pemohon I Nomor:

3322051207600001 tanggal 30 Desember 2008 yang bermaterai

cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya (bukti P4);

e. Fotocopi Kartu Tanda Penduduk atas nama Pemohon II Nomor:

3373036402780001 tanggal 31 Maret 2012, yang bermaterai cukup

dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya (bukti P5);

f. Fotocopi Kartu Keluarga atas nama Kepala Keluarga Badrudin

Nomor: 3322050504495 yang dikeluarkan oleh Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga tanggal 20 Juni

2006, yang bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan

aslinya (bukti P6);

g. Fotocopi Kartu Keluarga atas nama Kepala Keluarga Wagiyem

Nomor: 3373033101084668 yang dikeluarkan oleh Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga tanggal 20 Mei

2012, yang bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan

aslinya (bukti P7).

Selain bukti tertulis, para Pemohon juga menghadirkan saksi-saksi

ke persidangan. Adapun saksi-saksi tersebut adalah:

(1) Wasimin bin Kusrin, yang menerangkan di bawah sumpah sebagai

berikut:

64

Page 78: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

- Bahwa saksi adalah tetangga Pemohon II;

- Bahwa Pemohon I dan pemohon II adalah suami isteri yang

menikah pada tanggal 26 Oktober 2009 di Kelurahan

Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga;

- Bahwa yang menjadi saksi nikah adalah Kamto bin Sutari dan

Wasimin bin Kasrun;

- Bahwa Pemohon I dan Pemohon II belum mempunyai akta

nikah karena tidak dicatatkan di register Kantor Urusan Agama

Argomulyo Kota Salatiga;

- Bahwa Pemohon I dan Pemohon II sudah ke KUA tetapi oleh

Kepala KUA diperintahkan untuk mendaftarkan pengesahan

nikah karena tidak tercatat dalam buku register;

- Bahwa setahu saksi, Pemohon I dan Pemohon II menikah pada

tanggal 26 Oktober 2009 di Kelurahan Randuacir Kecamatan

Argomulyo Kota Salatiga dengan wali nikah ayah kandung

Pemohon II bernama Jumadi yang diwakili Bapak Kyai dengan

mas kawin berupa uang Rp. 50.000;- (lima puluh ribu rupiah);

- Bahwa saat pernikahan tersebut saksi juga menghadirinya dan

juga banyak yang datang;

- Bahwa selama menikah antara Pemohon I dan Pemohon II

belum pernah bercerai;

- Bahwa Pemohon I dan Pemohon II tidak ada hubungan muhrim.

65

Page 79: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

(2) Kamto bin Sutari, yang menerangkan di bawah sumpah sebagai

berikut:

- Bahwa saksi adalah tetangga Pemohon II;

- Bahwa Pemohon I dan pemohon II adalah suami isteri yang

menikah pada tanggal 26 Oktober 2009 di Kelurahan

Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga;

- Bahwa yang menjadi saksi nikah adalah Kamto bin Sutari dan

Wasimin bin Kasrun;

- Bahwa Pemohon I dan Pemohon II belum mempunyai akta

nikah karena tidak dicatatkan di register Kantor Urusan

Agama Argomulyo Kota Salatiga;

- Bahwa Pemohon I dan Pemohon II sudah ke KUA tetapi oleh

Kepala KUA diperintahkan untuk mendaftarkan pengesahan

nikah karena tidak tercatat dalam buku register;

- Bahwa setahu saksi, Pemohon I dan Pemohon II menikah pada

tanggal 26 Oktober 2009 di Kelurahan Randuacir Kecamatan

Argomulyo Kota Salatiga dengan wali nikah ayah kandung

Pemohon II bernama Jumadi yang diwakili Bapak Kyai

dengan mas kawin berupa uang Rp. 50.000;- (lima puluh ribu

rupiah);

- Bahwa saat pernikahan tersebut saksi juga menghadirinya dan

juga banyak yang datang;

66

Page 80: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

- Bahwa selama menikah antara Pemohon I dan Pemohon II

belum pernah bercerai;

- Bahwa Pemohon I dan Pemohon II tidak ada hubungan

muhrim.

Kemudian setelah diperdengarkan keterangan para saksi,

Pemohon I dan Pemohon II membenarkan keterangan saksi

tersebut dan tidak mengajukan sesuatu apapun lagi dan tetap pada

permohonannya.

3. Dasar Pertimbangan Hukum Penetapan Isbat Nikah Siri Pengadilan

Agama Salatiga Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL

Dalam mengadili permohonan Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL,

bahwa Ketua Majelis Hakim Pengadilan Agama Salatiga yang

menyidangkan permohonan tersebut telah menggunakan beberapa

ketentuan atau peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia yang

berfungsi untuk memperkuat alasan-alasan tersebut.

Setelah melihat bukti-bukti yang diajukan dan mendengarkan

keterangan-keterangan dari para saksi yang dihadirkan, Majelis Hakim

menemukan beberapa fakta, yaitu:

a. Pemohon I dan Pemohon II telah melangsungkan pernikahan pada

tanggal 26 Oktober 2009 di Tetep RT 04 RW 03 Kelurahan Randuacir

Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga, dengan wali nikah ayah kandung

Pemohon II bernama Jumadi dengan mahar berupa uang Rp.50.000,-

67

Page 81: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

dibayar tunai, dan yang menjadi munakin (yang menikahka/penghulu)

adalah Bp. Kyai dengan saksi bernama Kamto bin Mitro Sutari dan

Wasimin bin Kasrun;

b. Pernikahan Pemohon I dan Pemohon II tidak tercatat pada Kantor

Urusan Agama Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga;

c. Sewaktu akan menikah Pemohon I berstatus duda (cerai) dan Pemohon

II berstatus janda (mati);

d. Setelah akad nikah hingga permohonan tersebut diajukan, Pemohon I

dan Pemohon II tidak/belum pernah mendapatkan atau mengurus akta

nikah;

e. Dari perkawinan Pemohon I dan Pemohon II telah dikaruniai seorang

anak perempuan;

f. Antara Pemohon I dan Pemohon II tidak ada hubungan mahram

maupun susuan dan sejak melangsungkan perkawinan sampai saat

permohonan diajukan tidak pernah bercerai maupun pindah agama

(Pemohon I dan Pemohon II beragama Islam).

Dalil yang dijadikan oleh Majelis Hakim adalah pendapat ahli yang

termuat dalam kitab lanatuth Tholibin II halaman 253-254 yang berbunyi:

وىف الدعوى با لنكاح على امرءة ذكر صحته وشروطه من حنو وىل وشاهدين عدول

Dalam permohonan tentang isbat nikah terhadap seorang wanita maka harus dapat disebutkan rukun dan syarat nikah yaitu adanya wali (yang melakukan aqad) dan dua saksi yang adil.

68

Page 82: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Menurut Bapak Rusdi (Hakim Pengadilan Agama Salatiga) yang

penulis wawancarai, alasan utama yang dijadikan pertimbangan Majelis

Hakim dalam mengabulkan permohonan isbat nikah terhadap nikah siri

pasca berlakunya Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tersebut adalah

perkawinan yang Pemohon I dan Pemohon II lakukan adalah sah menurut

agama dan kepercayaannya. Artinya, rukun dan syaratnya sudah terpenuhi,

hanya saja belum/tidak dicatatkan oleh Pegawai Pencatat Nikah. Alasan

yang tidak kalah penting adalah para Pemohon sudah dikaruniai seorang

anak. Apabila permohonan isbat nikah tersebut ditolak, maka nasab si anak

akan terputus dengan sang ayah.

Majelis Hakim memandang bahwa dengan mengabulkan isbat nikah

tersebut akan membawa manfaat bagi si anak, karena dengan disahkannya

perkawinan tersebut berarti hak-hak dari anak yang dilahirkan dari

perkawinan para Pemohon akan terlindungi dan terjamin. Selain itu,

pengkabulan isbat nikah tersebut juga bertujuan untuk menyelamatkan

psikologis anak.

Lebih lanjut Bapak Rusdi menjelaskan bahwa Majelis Hakim

menerapkan asas kontra legem, yaitu melakukan diskresi hukum

(menyimpangi aturan yang ada/menemukan hukum yang baru) dengan

menitikberatkan asas manfaat dan keadilan.Hal ini dilakukan karena tugas

dan fungsi Hakim adalah sebagai corong undang-undang yang mempunyai

fungsi untuk membuat undang-undang baru jika tidak ada undang-

69

Page 83: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

undangnya, atau meskipun undang-undang itu sebenarnya ada tetapi tidak

cocok dengan kasus yang dihadapi.

Bapak Rusdi yang juga merupakan Hakim Anggota pada permohonan

isbat nikah yang penulis teliti menjelaskan bahwa Majelis Hakim juga

menggunakan metode ijtihad. Sebagaimana ada suatu hadits dari Muad bin

Jabal yang ditanya oleh Rosulullah SAW tentang apabila tidak menemukan

suatu hukum di dalam al-Qur`an dan al-Hadits akan mengambil hukum

darimana. Dan ternyata Muad bin Jabal melakukan ijtihad.Hal inilah yang

melatarbelakangi Majelis Hakim berijtihad dengan mengabulkan

permohonan isbat nikah terhadap nikah siri pasca berlakunya Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974 tersebut.

Bapak Rusdi menambahkan, bahwa tidak ada pertentangan antara

undang-undang maupun Kompilasi Hukum Islam dengan ijtihad yang

Majelis Hakim lakukan.Hal ini karena Majelis Hakim menafsirkan bahwa

pasal 7 ayat (3) poin e dalam KHI adalah sebagai payung hukum untuk

melindungi perkawinan yang terjadi setelah berlakunya Undang-Undang

No. 1 Tahun 1974.Sehingga, Majelis Hakim berpendapat bahwa

permohonan Pemohon I dan Pemohon II untuk mengajukan isbat nikah

adalah beralasan dan berdasarkan hukum, oleh karena itu, permohonannya

patutlah dikabulkan.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah dikemukakan,

Majelis Hakim menyimpulkan fakta di persidangan bahwa Pemohon I dan

70

Page 84: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Pemohon II dapat membuktikan dalil permohonannya, sehingga patut

untuk dikabulkan. Setelah melakukan musyawarah, Majelis Hakim

metetapkan:

a. Mengabulkan permohonan para Pemohon;

b. Menyatakan sah antara Pemohon I (Badrudin bin Munaji) dengan

Pemohon II (Wagiyem binti Jumadi) yang dilangsungkan pada

tanggal 26 Oktober 2009 di Tetep RT 04 RW 03 Kelurahan

Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga;

c. Membebankan para Pemohon untuk membayar biaya perkara

sejumlah Rp. 301.000,- (tiga ratus satu ribu rupiah).

Penetapan dijatuhkan oleh Majelis Pengadilan Agama Salatiga pada

hari Selasa tanggal 09 Desember 2014 M, bertepatan dengan tanggal 16

Syafar 1436 H, dalam rapat permusyawaratan majelis oleh Drs. Muhdi

Kholil, SH. MA, MM, yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Agama

Salatiga sebagai Ketua Majelis, Drs. Moch. Rusdi dan Drs. M. Muslih

masing-masing sebagai Hakim Anggota, serta diucapkan oleh Ketua

Majelis dalam sidang terbuka untuk umum yang dihadiri oleh para Hakim

Anggota dan dibantu oleh Drs. Imron Mastuti, SH, sebagai Panitera

Pengganti dengan dihadiri oleh Pemohon I dan Pemohon II.

71

Page 85: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

BAB IV

ANALISIS PENETAPAN ISBAT NIKAH SIRI PENGADILAN AGAMA

SALATIGA NOMOR 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL

A. Dikabulkannya Permohonan Isbat Nikah Siri Oleh Majelis Hakim

Pengadilan Agama Salatiga pada Permohonan Nomor

0076/Pdt.P/2014/PA.SAL

1. Pertimbangan Majelis Hakim dalam Menetapkan Permohonan Isbat

Nikah

a. Permohonan Dikabulkan

Suatu permohonan dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim

dengan pertimbangan sebagai berikut:

(1) Berdasarkan fakta-fakta persidangan, Majelis Hakim akan melihat

apakah tata cara pernikahan tersebut sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan;

(2) Permohonan telah sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo Pasal 4 dan 7 ayat (3)

Kompilasi Hukum Islam;

(3) Berdasarkan fakta hukum yang ditemukan dari keterangan

pemohon, surat bukti, dan keterangan saksi-saksi yang berkaitan.

72

Page 86: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

b. Permohonan Tidak Diterima

(1) Surat bukti tidak terbukti;

(2) Alasan permohonan isbat nikah seperti dalam Pasal 7 ayat (3)

Kompilasi Hukum Islam tidak terpenuhi.

c. Permohonan Dicabut Oleh Pemohon

(1) Pemohon memohon kepada Majelis Hakim untuk dapat mencabut

permohonannya;

(2) Permohonan pencabutan tersebut dilakukan oleh pemohon

sebelum pemeriksaan pokok perkara.

2. Analisis Dikabulkannya Permohonan Isbat Nikah Siri Oleh Majelis

Hakim Pengadilan Agama Salatiga pada Permohonan Nomor

0076/Pdt.P/2014/PA.SAL

a. Berdasarkan fakta-fakta persidangan, Majelis Hakim akan melihat

apakah tata cara pernikahan tersebut sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.

Berdasarkan fakta persidangan, Majelis Hakim menemukan

bahwa tata cara pernikahan yang dilakukan antara Pemohon I dan

Pemohon II sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974. Yaitu pernikahan yang disaksikan oleh dua orang saksi yang

bernama Kamto bin Mitro Sutari dan Wasimin bin Kusrin. Sedangkan

yang menjadi wali nikah adalah ayah kandung Pemohon II yang

73

Page 87: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

bernama Jumadi dengan mahar uang tunai Rp.50.000,- dibayar tunai

dan yang menjadi munakin adalah Bp. Kyai.Pernikahan tersebut

dilangsungkan pada tanggal 26 Oktober 2009 di Tetep RT 04 Rw 03

Kelurahan Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga.

b. Permohonan telah sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo Pasal 4 dan 7 ayat (3) Kompilasi

Hukum Islam.

Dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

telah dijelaskan bahwa Perkawinan adalah sah apabila dilakukan

menurut hukum masing-masing agamanya.Menurut penulis,

pernikahan yang dilakukan oleh para Pemohon sudah sah, karena

dilakukan menurut hukum agamanya masing-masing, yaitu Islam.

Pasal 7 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam menjelaskan bahwa

Itsbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas

mengenai hal-hal yang berkenaan dengan:

1) Dalam rangka penyelesaian perceraian;

2) Hilangnya akta nikah;

3) Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat

perkawinan;

4) Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-

Undang No. 1 Tahun 1974; dan

74

Page 88: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

5) Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai

halangan perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Isbat Nikah yang diajukan oleh Para Pemohon adalah bertujuan

untuk mendapatkan akta nikah untuk mengurus pembuatan akta

kelahiran anak.Dalam Pasal 7 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam di atas

tidak menyebutkan alasan yang dilakukan oleh Para Pemohon untuk

mengajukan permohonan Isbat Nikah.Bahkan, kalau kita lihat Pasal 7

ayat (3) angka 4 di atas sudah sangat jelas bahwa permohonan isbat

nikah dibolehkan bagi mereka yang menikah sebelum tahun 1974,

sedangkan Para Pemohon menikah pada tahun 2009.

Akan tetapi, Majelis Hakim yang penulis wawancarai

menjelaskan bahwa Pasal 7 ayat (3) KHI angka 5 di atas adalah

sebagai payung hukum untuk melindungi bagi mereka yang menikah

pasca tahun 1974. Sehingga Majelis Hakim beranggapan bahwa

permohonan isbat nikah siri yang diajukan Pemohon I dan Pemohon II

sudah sesuai dengan Pasal 7 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam,

sehingga permohonan isbat nikah siri yang Para Pemohon ajukan patut

untuk dikabulkan.

c. Berdasarkan fakta hukum yang ditemukan dari keterangan pemohon,

surat bukti, dan keterangan saksi-saksi yang berkaitan.

75

Page 89: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Di dalam persidangan, Majelis Hakim menemukan fakta-fakta

berupa keterangan para pemohon, surat bukti, dan keterangan para

saksi yang saling berkaitan.

Adapun surat bukti tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Fotocopi Akta Cerai Pemohon I Nomor: 467/AC/2012/PA.Sal

tertanggal 12 Juni 2012 yang diterbitkan oleh Pengadilan Agama

Salatiga, yang bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan

dengan aslinya (bukti P1);

(2) Fotocopi surat kematian suami Pemohon II (Joko Susilo) Nomor:

472.12/106/303.06 tanggal 24 Nopember 2014 yang bermaterai

cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya (bukti P2);

(3) Asli surat keterangan suami isteri atas nama Pemohon I dan

Pemohon II Nomor: 472.21/209/303.06 tanggal 28 Oktober 2014

dari Lurah Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga, yang

bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya

(bukti P3);

(4) Fotocopi Kartu Tanda Penduduk atas nama Pemohon I Nomor:

3322051207600001 tanggal 30 Desember 2008 yang bermaterai

cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya (bukti P4);

(5) Fotocopi Kartu Tanda Penduduk atas nama Pemohon II Nomor:

3373036402780001 tanggal 31 Maret 2012, yang bermaterai cukup

dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya (bukti P5);

76

Page 90: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

(6) Fotocopi Kartu Keluarga atas nama Kepala Keluarga Badrudin

Nomor: 3322050504495 yang dikeluarkan oleh Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga tanggal 20 Juni

2006, yang bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan

aslinya (bukti P6);

(7) Fotocopi Kartu Keluarga atas nama Kepala Keluarga Wagiyem

Nomor: 3373033101084668 yang dikeluarkan oleh Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga tanggal 20 Mei

2012, yang bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan

aslinya (bukti P7).

Sedangkan keterangan saksi-saksi yang berkaitan dengan

keterangan Para Pemohon adalah sebagai berikut:

(1) Bahwa saksi adalah tetangga Pemohon II;

(2) Bahwa Pemohon I dan pemohon II adalah suami isteri yang

menikah pada tanggal 26 Oktober 2009 di Kelurahan Randuacir

Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga;

(3) Bahwa yang menjadi saksi nikah adalah Kamto bin Sutari dan

Wasimin bin Kasrun;

(4) Bahwa Pemohon I dan Pemohon II belum mempunyai akta nikah

karena tidak dicatatkan di register Kantor Urusan Agama

Argomulyo Kota Salatiga;

77

Page 91: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

(5) Bahwa Pemohon I dan Pemohon II sudah ke KUA tetapi oleh

Kepala KUA diperintahkan untuk mendaftarkan pengesahan nikah

karena tidak tercatat dalam buku register;

(6) Bahwa setahu saksi, Pemohon I dan Pemohon II menikah pada

tanggal 26 Oktober 2009 di Kelurahan Randuacir Kecamatan

Argomulyo Kota Salatiga dengan wali nikah ayah kandung

Pemohon II bernama Jumadi yang diwakili Bapak Kyai dengan

mas kawin berupa uang Rp. 50.000;- (lima puluh ribu rupiah);

(7) Bahwa saat pernikahan tersebut saksi juga menghadirinya dan

juga banyak yang datang;

(8) Bahwa selama menikah antara Pemohon I dan Pemohon II belum

pernah bercerai;

(9) Bahwa Pemohon I dan Pemohon II tidak ada hubungan muhrim.

Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka Majelis Hakim

berpendapat bahwa permohonan isbat nikah siri yang diajukan oleh

Pemohon I dan Pemohon II patut untuk dikabulkan.

B. Analisis Dasar Pertimbangan Hukum Majelis Hakim terhadap

Penetapan Isbat Nikah Siri Pengadilan Agama Salatiga Nomor

0076/Pdt.P/2014/PA.SAL

Dalam menetapkan permohonan isbat nikah terhadap nikah siri pasca

berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 seperti halnya pada penetapan

Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL yang penulis teliti, Majelis Hakim wajib

78

Page 92: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

mempertimbangkan keterangan para Pemohon berikut dalil-dalilnya, serta

semua alat bukti dan keterangan para saksi yang diajukan. Dari sini, Majelis

Hakim dapat menarik kesimpulan tentang terbukti atau tidaknya permohonan

isbat nikah yang diajukan di persidangan.

Setelah membaca dan mempelajari berkas perkara, Majelis Hakim

mendengarkan keterangan para pemohon dan para saksi, serta mempelajari

alat-alat bukti lainnya yang diajukan di muka persidangan. Berikutnya

Majelis Hakim berkesimpulan:

a. Pemohon I dan Pemohon II telah melangsungkan pernikahan pada

tanggal 26 Oktober 2009 di Tetep RT 04 RW 03 Kelurahan Randuacir

Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga, dengan wali nikah ayah

kandung Pemohon II bernama Jumadi dengan mahar berupa uang

Rp.50.000,- dibayar tunai, dan yang menjadi munakin (yang

menikahka/penghulu) adalah Bp. Kyai dengan saksi bernama Kamto

bin Mitro Sutari dan Wasimin bin Kasrun;

b. Pernikahan Pemohon I dan Pemohon II tidak tercatat pada Kantor

Urusan Agama Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga;

c. Sewaktu akan menikah Pemohon I berstatus duda (cerai) dan Pemohon

II berstatus janda (mati);

d. Setelah akad nikah hingga permohonan tersebut diajukan, Pemohon I

dan Pemohon II tidak/belum pernah mendapatkan atau mengurus akta

nikah;

79

Page 93: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

e. Dari perkawinan Pemohon I dan Pemohon II telah dikaruniai seorang

anak perempuan;

f. Antara Pemohon I dan Pemohon II tidak ada hubungan mahram

maupun susuan dan sejak melangsungkan perkawinan sampai saat

permohonan diajukan tidak pernah bercerai maupun pindah agama

(Pemohon I dan Pemohon II beragama Islam).

Berdasarkan kesimpulan di atas, Majelis Hakim menyimpulkan bahwa

fakta di persidangan Pemohon I dan Pemohon II dapat membuktikan dalil

permohonannya, untuk selanjutnya patut untuk dikabulkan.

Dalam pertimbangan hukumnya, Majelis Hakim mengetengahkan

pendapat ahli yang diambil sebagai pendapat sendiri yang termuat dalam

kitab lanatuth Tholibin II halaman 253-254 yang berbunyi:

وىف الدعوى با لنكاح على امرءة ذكر صحته وشروطه من حنو وىل وشاهدين عدول

Dalam permohonan tentang isbat nikah terhadap seorang wanita maka harus dapat disebutkan rukun dan syarat nikah yaitu adanya wali (yang melakukan aqad) dan dua saksi yang adil.

Menurut penulis, Majelis Hakim dalam menetapkan permohonan isbat

nikah terhadap nikah siri pasca berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

tidak lah tanpa dasar yang jelas. Pada permohonan isbat nikah yang penulis

teliti, Majelis Hakim mengambil metode ijtihad.Dan itu dapat dibenarkan

karena Undang-Undang yang ada tidak sesuai atau tidak ada Undang-Undang

80

Page 94: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

yang secara tegas dan jelas melarang untuk mengisbatkan nikah pasca

berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974.

Dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 dan Kompilasi Hukum

Islam Pasal 7 ayat (3) huruf d menjelaskan bahwa isbat nikah hanya

diperuntukkan bagi orang-orang yang melangsungkan perkawinan sebelum

tahun 1974. Namun, Majelis Hakim menafsirkan Pasal 7 ayat (3) huruf e

Kompilasi Hukum Islam sebagai payung hukum untuk melindungi

perkawinan yang dilakukan setelah tahun 1974.

Majelis Hakim dalam mengabulkan isbat nikah terhadap nikah siri

pada kasus yang penulis teliti menerapkan asas kontra legem yaitu dengan

melakukan diskresi hukum (menyimpangi aturan yang ada/menemukan

hukum baru) yang menitikberatkan pada asas manfaat dan keadilan. Hal ini

karena Majelis Hakim wajib mengadili, memeriksa, dan memutuskan suatu

perkara yang dihadapkan kepadanya, sehingga tidak ada alasan bagi Hakim

untuk tidak menerima atau menolak suatu perkara dengan alasan tidak jelas

hukumnya atau belum ada hukumnya.

Setiap undang-undang bersifat statis dan dapat mengikuti

perkembangan masyarakat, sehingga menimbulkan ruang kosong, yang perlu

diisi.Tugas mengisi kekosongan itulah yang dibebankan kepada hakim dengan

melakukan penemuan hukum (Abidin, 1989:33).

Pada penetapan isbat nikah terhadap nikah siri Nomor

0076/Pdt.p/2014/PA.SAL, alasan utama yang menjadi dasar Majelis Hakim

81

Page 95: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

mengabulkannya adalah perkawinan yang para Pemohon lakukan sudah sah

menurut agama Islam.Akan tetapi, tidak sampai di situ saja.Alasan kedua,

yaitu dikarenakan para Pemohon telah dikaruniai seorang anak perempuan

yang lahir dari pernikahan siri tersebut.

Penulis menganggap bahwa penetapan isbat nikah tersebut sangat tepat.

Seandainya permohonan isbat nikah tersebut ditolak atau para Pemohon

disuruh untuk melakukan pernikahan ulang, akan berdampak pada status anak.

Anak akan terputus nasabnya dengan ayah. Konsekuensi hukumnya, ayahnya

tidak dapat menjadi wali nikah apabila anak tersebut akan menikah karena si

anak hanya dinisbahkan kepada ibunya dan/atau keluarga ibunya, sehingga

secara yuridis si anak hanya akan menjadi ahli waris dan mewarisi harta

peninggalan ibunya apabila ibunya telah meninggal dunia, sedangkan kepada

ayahnya sulit untuk menjadi ahli waris dan mewarisi harta ayahnya karena

secara yuridis tidak ada bukti otentik bahwa ia anak ayahnya.

Undang-Undang Perkawinan (UU No. 1 Tahun 1974) menyebutkan

aturan hukum perlindungan anak dalam Pasal 41, 42, 45, 47, 48, dan 49,

antara lain berupa status hubungan hukum, pendidikan dan perawatan,

pemeliharaan dan tindakan hukum, dan pemeliharaan hak dan harta bendanya.

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) perlindungan anak disebutkan dalam

Pasal-pasal 98, 99, 104, 105, dan 106.Dan upaya mempertegas dalam

memberikan perlindungan anak, negara telah melakukannya secara hukum

melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

82

Page 96: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Sehubungan dengan keharusan memberikan perlindungan kepada

anak, Pasal 20 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak menyebutkan, “Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang

tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan

perlindungan anak”. Di antara organ dan/atau komponen yang berkewajiban

dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak

sebagaimana tersebut di atas, adalah negara dan pemerintah. Kewajiban

negara dan pemerintah dalam penyelenggaraan perlindungan anak, Pasal 21

Undang-Undang Nomor 123 Tahun 2002 dinyatakan, “Negara dan pemerintah

berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak asasi

setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin,

etnik, budaya dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran, dan kondisi

fisik dan/atau mental”.

Itsbat nikah oleh Pengadilan Agama oleh para pemohon digunakan

sebagai alas hukum untuk mencatatkan perkawinannya pada Pegawai Pencatat

Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan, dan Kantor Urusan Agama

Kecamatan akan mengeluarkan Buku Kutipan Akta Nikah sebagai bukti

otentik bahwa suatu perkawinan telah tercatat, untuk selanjutnya Buku

Kutipan Akta Nikah itu akan digunakan oleh yang bersangkutan untuk

mengurus Akta Kelahiran Anak pada Kantor Catatan Sipil yang

mewilayahinya dengan dilampiri penetapan itsbat nikah oleh Pengadilan

Agama.

83

Page 97: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Pengadilan Agama dengan itsbat nikah mempunyai andil dan

kontribusi yang sangat besar dan penting dalam upaya memberikan rasa

keadilan dan kepastian serta perlindungan hukum bagi masyarakat. Mereka

yang selama ini tidak memiliki Kartu Keluarga karena tidak mempunyai Buku

Nikah, setelah adanya penetapan itsbat nikah oleh Pengadilan Agama mereka

akan mudah mengurus Kartu Keluarga dan Akta Kelahiran anak-anak mereka

sehingga sudah tidak kesulitan untuk masuk sekolah. Bahkan, calon jamaah

haji yang tidak mempunyai Buku Nikah sangat terbantu dengan itsbat nikah

oleh Pengadilan Agama untuk mengurus paspor.

84

Page 98: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Alasan Dikabulkannya Permohonan Isbat Nikah Siri Pasca Tahun 1974

Pada Permohonan Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL

Permohonan isbat nikah siri pada permohonan Nomor

0076/Pdt.P/2014/PA.SAL dikabulkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Agama

Salatiga dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Berdasarkan fakta-fakta persidangan, Majelis Hakim Pengadilan Agama

Salatiga melihat bahwa tata cara pernikahan yang dilakukan oleh para

pemohon sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, dalam hal ini Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan;

b. Majelis Hakim menganggap bahwa permohonan telah sesuai dengan

ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo Pasal

4 dan 7 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam;

c. Majelis Hakim menemukan fakta hukum dari keterangan pemohon, surat

bukti, dan keterangan saksi-saksi yang berkaitan.

85

Page 99: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

2. Dasar Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Dalam Mengabulkan

Permohonan Isbat Nikah Siri Pasca Tahun 1974 Pada Permohonan

Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL

Dalam pertimbangan hukumnya, Majelis Hakim mengetengahkan

pendapat ahli yang diambil sebagai pendapat sendiri yang termuat dalam

kitab Ianatuth Tholibin II halaman 253-254 yang berbunyi:

وىف الدعوى با لنكاح على امرءة ذكر صحته وشروطه من حنو وىل وشاهدين عدول

Dalam permohonan tentang isbat nikah terhadap seorang wanita maka harus dapat disebutkan rukun dan syarat nikah yaitu adanya wali (yang melakukan aqad) dan dua saksi yang adil.

Majelis Hakim berijtihad dengan menerapkan asas kontra legem, yaitu

melakukan diskresi hukum (menyimpangi aturan yang ada/menemukan

hukum yang baru) dengan menitikberatkan asas manfaat dan keadilan. Hal

ini dilakukan karena tugas dan fungsi Hakim adalah sebagai corong

undang-undang yang mempunyai fungsi untuk membuat undang-undang

baru jika tidak ada undang-undangnya, atau meskipun undang-undang itu

sebenarnya ada tetapi tidak cocok dengan kasus yang dihadapi..

Majelis Hakim menganggap bahwa tidak ada pertentangan antara

undang-undang maupun Kompilasi Hukum Islam dengan ijtihad yang

Majelis Hakim lakukan. Hal ini karena Majelis Hakim menafsirkan bahwa

pasal 7 ayat (3) poin e dalam KHI adalah sebagai payung hukum untuk

86

Page 100: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

melindungi perkawinan yang terjadi setelah berlakunya Undang-Undang

No. 1 Tahun 1974. Sehingga, Majelis Hakim berpendapat bahwa

permohonan Pemohon I dan Pemohon II untuk mengajukan isbat nikah

adalah beralasan dan berdasarkan hukum, oleh karena itu, permohonannya

patutlah dikabulkan.

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan untuk Pengadilan Agama

Salatiga adalah sebagai berikut:

1. Agar lebih meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya

pencatatan nikah.

2. Agar lebih meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat tentang prosedur

pengajuan isbat nikah.

3. Agar lebih berhati-hati dalam memeriksa maupun menetapkan isbat nikah,

untuk mencegah tindakan masyarakat yang berupaya melakukan tindakan

penyelewengan hukum.

87

Page 101: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin. 2010. Metodologi penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Amin, Ma’ruf. dkk. 2011. Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975. Jakarta: Erlangga.

Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rajawali.

Basyir, Azhar, Ahmad. 2007. Hukum Perkawinan Islam. Jogjakarta: UII Press.

Departemen Agama. 1998: Kompilasi Hukum Islam. Jakarta.

Depdiknas.2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

Kurniawan, Achmad. 2014. Isbat Nikah dalam Rangka Poligami (Studi Putusan Pengadilan Agama Ambarawa Nomor: 0030?Pdt.G/2012/PA.Amb). Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Syariah STAIN Salatiga.

M. Amirin, Tatang. 2006. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

MGMP Fiqih Provinsi Jateng dan DIY. 2010. Al Falaah. Surakarta: Pratama.

Moloeng, Lexy, J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosda Karya.

Munawir, Ahmad Warson. 1996. Al-Munawir (Kamus Arab-Indonesia). Jakarta.

Sabiq, Sayyid. 1981. Fiqih Sunnah Jilid 7. Bandung: Al-Ma’arif.

Shihab, Quraish. 1998. Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas Perbagai Persoalan Umat .Jakarta: Mizan.

Sulhah, Asa Maulida. 2010. Pelaksanaan Isbat Nikah Pasca Berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Studi Kasus di Pengadilan Agama Salatiga tahun 2009-2011. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Syariah STAIN Salatiga.

88

Page 102: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,

Syarifudin, Amir. 2007. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta: Kencana.

Tihami, Sohari Sahrani. 2009. Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap. Jakarta:

Rajawali Pers. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974Tentang Perkawinan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

Widodo. 2015. Kewenangan Pengadilan Agama dalam Mengadili Isbat Nikah pada Perkawinan yang Dilaksanakan Pasca Berlakunya UU Perkawinan (Studi Analisis Terhadap Penetapan Pengadilan Agama Mungkid Nomor: 0146/Pdt.P/2014/PA.Mkd). Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Fakultas Syariah IAIN Salatiga.

http://gotzlan-ade.blogspot.co.id/2014/02/isbat-nikah.html

https://fandyisrawan.wordpress.com/2014/02/26/makalah-nikah-siri/

http://kemenagmaros.info/index.php?page=detail_artikel&id_artikel=3

http://www.pa-salatiga.go.id/index.php/more-about-joomla/biaya-saldo/63-

profil.html#alamat

http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/227/hukum-nikah-siri-dalam-islam/

89

Page 103: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 104: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 105: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 106: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 107: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 108: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 109: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 110: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 111: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 112: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 113: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 114: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 115: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 116: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 117: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 118: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 119: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 120: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 121: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 122: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 123: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 124: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 125: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 126: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 127: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,
Page 128: ISBAT NIKAH TERHADAP NIKAH SIRI PASCA TAHUN 1974 …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2786/1/Muhammad Imron.pdf · Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan,