inlay
TRANSCRIPT
3.1. Inlay/Onlay Porcelain
Inlay atau onlay porselen yang modern mempunyai permukaan dalam (pit surface) yang
dietsa atau sekurang-kurangnya dikasarkan. Inlay ini disemenkan dengan semen komposit
terhadap email yang sudah dietsa atau ke basis semen ionomer kaca yang dietsa. Jadi, desain
retentif dari kavitas kurang penting dibandingkan untuk inlay logam tuang konvensional. Disini
karies dan restorasi yang lama harus dibuang, tetapi basis ionomer kaca umumnya dibuat cukup
tebal, kadang-kadang di atas subpelapik hidroksida kalsium, dan berfungsi sebagai pembonding
dan penguat dentin yang masih ada pada tonjol gigi. Inlay atau onlay porselen disini terutama
berfungsi untuk memberikan lapisan permukaan oklusal yang tahan keausan (Sturdevant, 2006;
Baum, 1985).
Prinsip desain kavitasnya adalah harus masih ada cukup email atau permukaan ionomer
kaca untuk dietsa dan tepinya tidak dibevel. Teknik pencetakannya sama untuk logam tuang
indirek. Untuk penyemenan digunakan resin komposit khusus. Inlay dikembalikan dari
laboratorium dengan permukaan dalam yang telah dietsa menggunakan asam hidrofluorik atau
hanya dibiarkan kasar setelah dilepas dari die refraktori dengan cara sandblasting. Gigi diisolasi
dengan isolator karet, inlay sementara dilepas, dan email serta setiap semen ionomer kaca yang
membentuk bagian preparasi dietsa, dicuci dan dikeringkan.
Resin kemudian diaplikasikan menurut petunjuk pabrik. Pada pemakaian beberapa semen
perekat reaksi pengerasan bisa dipercepat dengan penyinaran dan reaksi pengerasan akan
berlanjut secara kimia. Kelebihan semen akan lebih mudah dibersihkan pada saat semen belum
mengeras sempurna. Jika semen sudah mengeras, isolator karet dilepas dan oklusi dicek dengan
kertas artikulasi serta diasah dengan bur intan kecil. Permukaan yang diasah bisa dipoles dengan
disk pemoles komposit atau dengan roret dan poin yang khusus dibuat untuk memoles porselen
(Kidd, 2000).
Kunjungan Pertama
a) Akses Ke Karies
Tahap pertama preparsi adalah memperoleh akses ke dentin karies dengan
menggunkan bur fisur tungsten carbide pendek-kuncup dengan kecepatan tinggi. Penggunaan
bur kuncup dan bukan bur fisur sejajar adalah untuk mencegah terbentuknya undercut.
b) Menentukan Luas Karies
Jika akses telah diperoleh, kavitas bisa dilebarkan kearah bukopalatal sampai dicapai
pertautan email-dentin yang sehat. Hal ini menentukan lebar boks arah bukopalatal.
c) Desain Preparasi Kavitas
Desain preparasi kavitas harus memastikan retensi seperti dinding vertikal kavitas
utama yang hampir sejajar dan sedut divergensi dinding bukal dan lingual pada bagian
proksimal masing-masing adalah 50-100. Jika sudut kurang 50, struktur gigi yang masih ada
berada pada keadaan yang terlalu banyak tekanan selama prosedur sementasi dan jika sudut
lebih dari 100, retensinya bermasalah.
d) Keyway
Keyway dibuat dengan kemiringan minimal sekitar 100 memakai bus fisur kuncup dan
dijaga agar sumbu bur sejajar dengan sumbu gigi. Lebar keyway diantara tonjol merupakan
daerah yang paling sempit dan melebar kearah yang berlawanan dengan letak karies
aproksimalnya dan dengan mengikuti kontur fisurnya. Setelah membuat keyway, kavitas
dikeringkan untuk memeriksa ada tidaknya sisa karies dibagian ini dan bahwa kavitasnya
sedikit membuka dengan sumbu yang benar. Jika kemiringan dinding tidak tepat, maka
ketidaktepatan itu harus diperbaiki.
e) Boks Aproksimal
Kini perhatian dapat dialihkan kembali ke lesi aproksimalnya. Dibagian ini kavitas
harus di dalamkan memakai bur bulat kecepatan rendah dan dengan cara yang sama dengan
jalan membuang dentin karies pada daerah pertautan email-dentin. Ketika dentin karies pada
pertautan email-dentin telah dibuang, dinding email dapat dipecahkan dengan pahat pemotong
tepi gingiva. Preparasi dibuat miring sebesar 10 derajat dengan bur fisur runcing. Gigi
tetangga dilindungi dengan lempeng matriks untuk melindunginya dari kemungkinan terkena
bur. Menjaga agar sumbu bur sejajar dengan waktu pembuatan keyway merupakan hal yang
sangat penting sehingga bagian boks dan keywaynya mempunyai kemiringan yang sama.
Pelebaran ke arah gingiva hanya dilakukan seperlunya saja sekedar membebaskan pertautan
email-dentin dari karies, demikian juga halnya dalam arah bukolingual. Setiap email yang tak
terdukung dentin sehat, hendaknya dibuang dengan bur fisur kecepatan tinggi.
f) Pembuangan Karies Dalam
Karies mungkin masih tertinggal di dinding aksial. Jika dinding karies telah terbuang,
periksalah kemungkinan masih adanya daerah undercut. Undercut padadaerah pertautan
email-dentin seharusnya telah dibersihkan. Jika masih terdapat undercut pada dinding aksial,
maka undercut tersebut biasanya terletak seluruhnya pada dentin dan ditutup dengan semen
pelapik pada tahap preparasi berikutnya sehingga preparasi mempunyai kemiringan yang
dikehendaki.
g) Bevel
Garis sudut aksiopulpa hendaknya dibevel, dengan menggunkan bur fisur. Hal ini
untuk memungkinka diperolehnya ketebalan yang cukup bagi pola malam yang kelak akan
dibuat di daerah yang dinilai kritis. Bevel hendaknya diletakkan di tepi email agar tepi tipis
hasil tuangan dapat dipaskan seandainya kerapatan hasil tuangan dengan gigi tidak baik.
Hendaknya bevel tidak diluaskan lebih ke dalam lagi karena retensi restorasi akan berkurang.
Tepi luar bevel harus halus dan kontinyu untuk memudahkan penyelesaian restorasi dan
supaya tepi tumpatannya beradapatsi baik dengan gigi. Bevel biasanya tidak dibuat didinding
aproksimal karena akan menciptakan undercut, mengingat sebagian besar tepi kavitas terletak
di bawah bagian gigi yang paling cembung. Akan tetapi dinding gingiva dapat dan harus
dibevel. Bevel gingiva sangat penting karena akan menigkatkan kecekatan tuangan yang
biasanya merupakan hal yang paling kritis.
4. Pola Malam
Pola malam dibuat secara:
- Direct : pembuatan restorasi rigid secara langsung dalam satu kali kunjungan.
- Indirect : pembuatan restorasi rigid yang dilakukan di laboratorium dan berkali-kali
kunjungan
5. Gigi direstorasi rigid sementara dengan menggunakan semen perekat sementara, seperti zinc
oksid eugenol.
Kunjungan Kedua
1. Tumpatan rigid sementara dibongkar
2. Setelah preparasi selesai, aplikasikan lapisan tipis lubricant larut air atau separating medium
(cairan agar atau gliserin) pada gigi. Kemudian tempatkan matriks band, wedge atau cincin
penahan untuk menghasilkan kontak proksimal yang baik.
3. Lalu tumpat dengan porselen. Sesuaikan anatomi oklusal dengan menggunkan bur untuk
menghasilkan pit dan fisur, inklinasi tonjol dan batas margin yang baik dan sistemis.
4. Trial Inlay/ Onlay porselen pada pasien
5. Jika kedudukannya baik, restorasi rigid yang sudah ditrial disemenkan pada gigi tersebut.
6. Kelebihan semen dari tepi-tepi yang dapat dijangkau dibersihkan dengan eskavator
sementara benang gigi digunakan untuk membuang kelebihan di aproksimal. Tepi-tepi
restorasi harus dilapisi dua lapisan pernis copalite untuk mengurangi pelarutan semen selama
jam-jam pertama pengerasan. Setelah itu, Permukaan oklusal harus dipoles dengan pasta
pumis yang diletakkan pada bur sikat, diikutu oleh whiting yang diletakkan pada berbagai
sikat.
Kidd, E.A.M. 2000. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard. Edisi 6. Jakarta: Widya
Medika.
Baum L. dkk. (1985). Textbook of Operative Dentistry, Philadelphia: W. B. Saunders