implementasi undang-undang keterbukaan informasi untuk
TRANSCRIPT
BU
KU
PEGA
NG
AN
IMPLEM
ENTA
SI UN
DA
NG
-UN
DA
NG
KETER
BU
KA
AN
INFO
RM
ASI PU
BLIK
BA
GI PEM
ERIN
TAH
DA
ERA
HUSAID-KINERJAGedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832Email: [email protected]
BUKU PEGANGANImplementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi
untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Mei 2014
IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS
Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA
Penyusun Henri Subagiyo
Penyusun:Henri Subagiyo
Editor:Firmansyah S. Hamdani
Ilustrator:Bakhtiar Fitanto
Disain & Tata Letak:Bakhtiar Fitanto & Iriawan Cahyadi
Penyelia Akhir:Firmansyah S. Hamdani
BUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
www.kinerja.or.id
2 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
KATA PENGANTAR
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pelayanan Publik mengamanatkan peningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola
pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Dengan dukungan USAID, Program KINERJA
telah berupaya memperkenalkan program bantuan teknis peningkatan pelayanan publik di 20 kabupaten/
kota mitra di empat provinsi di Indonesia (Aceh, Jawa Timur, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan) yang
bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan publik. Program ini difokuskan pada penguatan pihak penyedia
layanan (supply side) dan pihak pengguna layanan (demand side) di sektor pendidikan dasar, kesehatan
dasar dan peningkatan iklim usaha atau perizinan. Pada tahun ketiga, Program KINERJA menambah 4
(empat) kabupaten/ kota lagi di Provinsi Papua yang bekerja khusus di sektor kesehatan. Peningkatan
pelayanan tersebut dimaksudkan agar unit pelayanan dapat menyelenggarakan kegiatannya untuk pencapaian
standar pelayanan minimal (SPM) dan standar nasional serta mencapai tujuan-tujuan MDG (Millennium
Development Goals).
Undang Undang nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan publik juga telah mengatur partisipasi masyarakat
dalam peningkatan Pelayanan publik. Pengikutsertaan masyarakat dalam Pelayanan publik mencakup seluruh
proses penyelenggaraan Pelayanan, yang meliputi:
1. Penyusunan kebijakan Pelayanan publik,
2. Penyusunan standar Pelayanan,
3. Pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan Pelayanan publik, dan
4. Pemberian penghargaan.
Sebagai wahana meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peningkatan Pelayanan publik, KINERJA
mengembangkan dan mendorong adanya keterbukaan informasi dari seluruh penyedia pelayanan publik,
baik di tingkat dinas maupun unit layanan (seperti: puskesmas dan sekolah). Keterbukaan informasi tersebut
merupakan prasyarat terjadinya partisipasi masyarakat. Undang Undang Keterbukaan Informasi Publik (KIP)
Nomor 14 tahun 2008, bertujuan untuk memberikan jaminan “hak untuk tahu” tentang kebijakan, program,
pengambilan keputusan dan alasan yang menyangkut kepentingan publik; mendorong partisipasi publik dalam
proses pengambilan keputusan; meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan dan
pengelolaan badan publik secara baik; mewujudkan penyelenggaraan pelayanan publik yang baik; mengetahui
alasan pengambilan kebijakan yang berpengaruh terhadap hajat hidup orang banyak dan meningkatkan
pengelolaan dan pelayanan informasi untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.
3www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Khusus mengenai hal pengelolaan dan pelayanan informasi dari badan penyedia pelayanan publik,
KINERJA juga mendorong mereka untuk menyediakan informasi publik secara proaktif maupun pasif; dan
mengembangkan serta membangun sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik
secara efektif dan efisien dengan memiliki Pejabat yang secara khusus bertanggung-jawab atas sistem
dokumentasi informasi publik (PPID, Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) dan petugas layanan
informasi (Meja Informasi); serta memiliki sistem dokumentasi informasi publik yang mutakhir dan ter-update
secara baik; memelihara indeks informasi yang dimiliki (Daftar Informasi Publik).
Selain kepada para penyedia pelayanan publik, sebagaimana pendekatan lainnya dalam program KINERJA,
maka untuk hal keterbukaan informasi publik ini, KINERJA juga melibatkan masyarakat sebagai pengguna
pelayanan publik. Salah satu hal penting mengapa Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik ini didorong
kelahirannya oleh masyarakat sipil adalah karena menyangkut hak warga untuk mengetahui dan mendapatkan
informasi. Undang-Undang ini menjamin terpenuhinya hak masyarakat untuk mendapatkan informasi publik
yang mereka butuhkan, apapun jenisnya, termasuk yang berkaitan dengan pelayanan publik yang mereka terima.
Mengingat praktik-praktik pengembangan penyelenggaraan keterbukaan informasi publik yang dilaksanakan
KINERJA bersama pemerintah daerah mitra merupakan pendekatan yang relatif baru dengan intervensi sisi
penyedia layanan dan pengguna layanan secara bersamaan, maka untuk lebih memudahkan pemerintah
daerah dan para pemangku kepentingan dalam menerapkannya maka diperlukan sebuah modul yang dapat
dijadikan sebagai acuan dalam pelatihan, pendampingan dan pelaksanaannya karena modul ini dapat
memberikan gambaran secara utuh konsep dan tahapan pengembangan penyelenggaraan keterbukaan
informasi publik, khususnya PPID di daerah.
Diharapkan modul ini dapat membantu penyelenggara pelayanan, pemerintah daerah dan pihak-pihak lain
yang ingin menerapkan tatakelola yang baik, khususnya dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas dan berstandar untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Jakarta, Oktober 2014
ELKE RAPPChief of Party, USAID-KINERJA
4 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2DAFTAR ISI 4
I. PENDAHULUAN 61. Bagaimana Membaca Dokumen Ini 62. Review Hasil Pelatihan 6
II. STRATEGI DAN SKENARIO FASILITASI 81. Apa Tujuan Fasilitasi? 82. Siapa yang Memfasilitasi? 83. Siapa yang Difasilitasi? 94. Apa yang Perlu Dilakukan Fasilitator? 10
III. PRASYARAT DASAR 131. Fasilitator: Peran, Fungsi dan Teknik Komunikasi 132. Pemahaman Akan Modul dan Materi Mengenai PPID 16
IV. FASILITASI PENYUSUNAN SK PPID 191. Mengapa PPID Perlu Ditetapkan Melalui SKP atau Keputusan Kepala Daerah? 192. Apa Saja Isi SK atau Peraturan Kepala Daerah Tersebut? 193. Tahapan di dalam Fasilitasi 20
V. FASILITASI PENYUSUNAN SOP LAYANAN INFORMASI PUBLIK 231. Mengapa PPID Perlu Memiliki SOP Pelayanan Informasi Publik yang Dituangkan di
dalam Peraturan Kepala Daerah?23
2. Apa Saja Isi Peraturan Kepala Daerah Mengenai SOP Pelayanan Informasi Publik? 233. Tahapan di dalam Fasilitasi Penyusunan 26
VI. FASILITASI PENYUSUNAN DAFTAR INFORMASI PUBLIK 301. Mengapa DIP Diperlukan? 302. Apa Saja Isi di dalam DIP? 303. Tahapan Penyusunan DIP 31
5www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
VII FASILITASI PENGADAAN MEJA INFORMASI DAN PERANGKAT PENDUKUNG LAINNYA
33
1. Mengapa Meja Informasi dan Perangkat Pendukung Lainnya Diperlukan? 332. Perangkat Pendukung yang Diperlukan 333. Bagaimana Memastikan Perangkat Pendukung Tersedia? 344. Tahapan Fasilitasi Ketersediaan Meja Informasi dan Sarana Pendukung Lainnya 35
VIII FASILITASI WARGA MENGAKSES INFORMASI 361. Mengapa Warga Perlu Mengakses Informasi Publik? 372. Siapa Saja yang Perlu Difasilitasi? 373. Hal Apa Saja yang Diperlukan? 384. Langkah yang Perlu Dilakukan? 39
6 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
1. BAGAIMANA MEMBACA DOKUMEN INI
Dokumen ini merupakan kelanjutan dari dokumen yang disusun sebelumnya yakni Modul Pelatihan
Implementasi Keterbukaan Informasi Publik bagi Pemerintah Daerah dan Panduan Pelatihan bagi PPID
Pemerintah daerah. Layaknya setelah selesai pelatihan, agar PPID dapat mulai menjalankan perannya, perlu
mendapatkan bantuan teknis berupa fasilitasi untuk memenuhi prasyarat dasar bagi implementasi keterbukaan
informasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
Dengan demikian, sudah sewajarnya jika membaca dokumen ini setidak-tidaknya fasilitator sudah pula
membaca dua dokumen yang telah disebutkan di atas terlebih dahulu.
2. REVIEW HASIL PELATIHAN
Layaknya sebelum proses fasilitasi kepada calon pejabat PPID ataupun pejabat PPID dilakukan, mereka
telah terlebih dahulu memahami Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik serta berbagai turunan peraturannya seperti PP nomor 61 tahun 2012, Kepmendagri Nomor 35 tahun
2010 dan PERKI (Peraturan Komisi Informasi No 1 dan No 2 Tahun 2010). Memahami secara substansi tidak
terlalu mudah, karena artinya harus membaca semua dokumen. Memahami dengan cara lain adalah mengikuti
berbagai kegiatansosialisasi.
Khusus untuk wilayah kerja Kinerja USAID, proses membangun pemahaman akan paradigma dan substansi
Keterbukaan Informasi Publik telah dilakukan melalui berbagai kegiatan. Pertama, sosialisasi Undang-Undang
itu sendiri dengan penekanan pada peran PPID telah dilakukan, terutama ditujukan kepada pihak-pihak terkait
di Kab/Kota masing-masing, dimana didalamnya terdapat calon PPID Utama yakni Humas atau Dinas Infokom,
Calon PPID Pembantu terkait, sekretaris SKPD dan pihak-pihak terkait lainnya. Kedua, pelatihan mengenai
implementasi UU KIP dengan materi yang lebih teknis yakni mengenai pemahaman peran, struktur organisasi
PPID, menyusun SOP, memilah informasi, menangani sengketa informasi dan sebagainya.
Dari semua pelatihan yang sudah dilakukan, tidak semua peserta pelatihan memahami 100 persen materi,
selain karena materi yang jumlahnya banyak dengan waktu yang sedikit, terkadang peserta bukan merupakan
I. PENDAHULUAN
7www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
orang yang ditetapkan sebagai calon PPID, dan masih banyak sederet lain persoalan yang menyebabkan gap
pemahaman paska pelatihan terhadap implementasi masih jauh dari sempurna.
Dengan demikian menjadi penting bahwa paska pelatihan, calon/PPID Utama maupun PPID Pembantu masih
harus difasilitasi di dalam melengkapi berbagai prasyarat agar dapat menjalankan peran dan fungsinya secara
baik. Dari hasil melakukan proses review terhadap kegiatan sosialisasi maupun pelatihan yang diberikan ada
dua kutub besar isu yang harus dibangun di dalam pemahaman masing-masing calon PPID yakni:
a. Kutub pertama: Paradigma. Apakah peserta yang mendapat pelatihan memahami paradigma tentang
keterbukaan informasi publik. Hal ini perlu dicek ulang oleh fasilitator melalui berbagai diskusi sederhana.
b. Kutub kedua: pemahaman teknis. Yang dimaksud dengan pemahaman teknis terkait dengan apa yang
harus dikerjakan oleh peserta yang mendapat pelatihan ketika mereka menjalankan peran sebagai tim di
dalam PPID, baik di dalam fungsinya sebagai PPID Utama maupun sebagai PPID Pembantu, atau bahkan
sebagai bagian dari struktur PPID Utama maupun Pembantu.
8 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
1. APA TUJUAN FASILITASI?
Fasilitasi yang hendak dilakukan oleh fasilitator bertujuan paling tidak pada dua hal. Pertama, untuk
memastikan adanya keluaran yang terkait dengan prasyarat-prasyarat pelaksanaan Keterbukaan Informasi
Publik di SKPD/Pemda masing-masing. Keluaran dimaksud tidak dirumuskan dan dihasilkan oleh fasilitator,
melainkan dihasilkan sendiri oleh tim yang dibentuk Pemerintah Daerah atau kelompok yang ditugaskan untuk
merumuskan produk/prasyarat tersebut. Kedua, karena semenjak awal pihak-pihak sudah dilibatkan di dalam
proses, diharapkan substansi lebih dipahami dan yang paling penting adalah rasa kepemilikan yang tinggi.
Fasilitator berperan memberi dorongan, memasok materi pendukung, menyampaikan alternative jalan keluar,
membuka jalan, membantu menggali persoalan, membantu mencari titik temu dan berbagai kegiatan lain yang
intinya adalah dukungan agar tim dapat bekerja untuk menghasilkan keluaran yang hendak dicapai.
2. SIAPA YANG MEMFASILITASI?
Adalah orang yang memiliki kapasitas tertentu dan terpenuhinya prasyarat dasar seperti yang dijelaskan dalam
bagian di bawah ini:
a) Memiliki motivasi untuk mendorong keterbukaan informasi;
b) Memiliki pemahaman dan keterampilan yang memadahi dalam melakukan fasilitasi;
c) Memiliki pemahaman dan keterampilan tentang keterbukaan informasi;
d) Proaktif dan memiliki kemauan yang kuat dalam mengatasi peroblem yang berkembang;
e) Memiliki kemampuan untuk membaca dan memanfaatkan momentum yang ada;
f) Bersedia mempelajari berbagai hal baru yang belum dipahami.
II. STRATEGI DAN SKENARIO FASILITASI
9www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
3. SIAPA YANG DIFASILITASI?
Fasilitator perlu memetakan siapa saja di dalam Pemerintah Daerah yang perlu difasilitasi. Dari sisi program
Kinerja, fasilitator perlu menetapkan sasaran yakni:
a. Calon PPID Utama. Mereka umumnya adalah Kabag Humas Pemerintah Daerah atau Dinas
HubtelInfokom atau dengan nama yang berbeda. Hingga saat ini belum ada struktur baku terkait dengan
siapa yang menjabat sebagai PPID Utama. Namun demikian hal ini tidak selalu negatif melainkan
memberikan kesempatan bagi Pemerintah Daerah untuk mengambil pilihan sesuai dengan kondisi
daerahnya. Untuk itu fasilitator perlu mencari tahu dan mendiskusikannya dengan pejabat daerah
bagaimana struktur organisasi PPID di Pemda akan dibangun.
b. Calon PPID Pembantu yang berada di dalam sektor dampingan Program Kinerja. Umumnya mereka
adalah Sekretaris Dinas dalam SKPD Pendidikan, Kesehatan atau PTSP (ini nama generik yang bisa
jadi ada perbedaan di masing-masing Kab/Kota). Dari target sosialisasi maupun pelatihan mereka –
seharusnya – terlibat sebagai peserta sehingga seharusnya mereka memahami substansi.
c. Bagian Organisasi/Bappeda yang menjadi lead agency Program Kinerja di Pemerintah Daerah setempat.
Pihak ini merupakan motor kegiatan Kinerja dari sisi Pemerintah Daerah, sehingga untuk kepentingan
koordinasi dan komunikasi pihak ini merupakan stakeholder kunci yang perlu didekati.
d. Bagian Hukum. Fasilitator perlu memastikan ada pihak dari Bagian Hukum yang akan terlibat dalam
proses-proses pembahasan hal-hal yang terkait regulasi seperti SK, Perbup/Wako dan sebagainya.
e. Peserta pelatihan yang terkait dengan pejabat-pejabat yang disebutkan di atas (biasanya adalah staf yang
ditugaskan mengikuti pelatihan PPID oleh calon PPID).
f. Petugas Meja Informasi. Petugas Meja Informasi adalah petugas harian yang melaksanakan pelayanan
informasi baik secara proaktif maupun pasif (berdasarkan permintaan). Petugas ini perlu mendapatkan
dampingan bagaimana melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Fasilitator perlu mengkaji siapa dari kesemua ini yang relatif lebih siap dan aktif di dalam mengusung isu
PPID. Jikalau orang yang aktif tersebut posisi dan jabatannya tidak cukup tinggi untuk mempengaruhi pihak
lain, maka harus dicari pijakan lain. Namun jika orang yang aktif tersebut posisi dan jabatannya cukup tinggi,
misalnya setingkat Kepala Dinas atau Assisten Sekretaris Daerah atau malah Sekretaris Daerahnya sendiri,
akan lebih mudah.
Fasilitator perlu mendekati yang bersangkutan dan menjelaskan A sd Z apa itu KIP, PPID hingga apa yang
harus dilakukan Pemda dan peran apa yang bisa diambil yang bersangkutan. Namun jika yang cukup aktif
adalah Kabid/Kasubbag ataupun staf biasa, maka langkah yang perlu dilakukan adalah fasilitator perlu
10 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
mendorong yang bersangkutan untuk mengagendakan bertemu dengan pimpinannya untuk kemudian
dilakukan cara yang sama seperti terhadap Sekda di atas.
Intinya, fasilitator perlu mencari pioneer atau championship pada tataran Pemerintah Daerah yang dapat
menggerakkan Pemerintah Daerah untuk mendorong lahirnya PPID. Pioneer atau championship didapat
berdasarkan pengamatan fasilitator terhadap pejabat atau staf yang memiliki keinginan tinggi untuk sesegera
mungkin menetapkan PPID dan sering mendiskusikannya kepada pihak-pihak tertentu.
4. APA YANG PERLU DILAKUKAN FASILITATOR?
Fasilitator harus memahami lapangan seperti apa yang akan dihadapi, siapa yang akan dihadapi, siapa yang
dapat membantu kerja-kerja lapangannya, target atau capaian apa yang harus dituju. Untuk memastikan hal
tersebut, fasilitator harus memiliki alat untuk mencapainya dan mengetahui kemampuan yang ada yang dapat
digunakan
a. ALAT KERJA
Untuk dapat menjalankan perannya maka dari sisi pengelolaan kegiatan paling tidak fasilitator perlu
memiliki dua buah tools yakni:
a.1. Rancangan Kerja
Untuk memiliki sebuah rancangan kerja, banyak metode dan alat yang dapat digunakan. Di dalam
panduan ini disebutkan salah satunya saja yakni mind map. Seorang fasilitator perlu menyusun mind
map sederhana atau alur fasilitasi dengan target-target yang ingin dicapai pada setiap tahapan. Mind
map ini menjadi penting agar fasilitator dapat melakukan self monitoring sudah sampai dimana saat
ini proses yang difasilitasinya. Metode sederhana perumusan mind map dapat dilihat di http://www.
muhammadnoer.com/2012/03/membuat-mind-map-anak/ atau yang sedikit lebih kompleks pada http://
strategimanajemen.net/2012/01/23/mind-map-tool-ampuh-untuk-melejitkan-produktivitas-anda/. Alur
fasilitasi yang ada di dalam mind map ini juga dapat menjadi masukan di dalam penyusunan workplan
bulanan yang wajib disusun oleh fasilitator. Paling tidak beberapa hal yang harus diperhatikan di
dalam mind map adalah:
i. Apa yang mau dikerjakan
ii. Apa yang perlu disiapkan
11www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
iii. Siapa yang akan terlibat
iv. Apa tujuan-tujuan yang ingin dicapai
Dari mind map yang sudah disusun, apa yang mau dikerjakan oleh fasilitator, apa yang perlu disiapkan,
siapa yang akan terlibat harus mengarah pada tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Fasilitator harus
memastikan tujuan yang ingin dicapai didukung oleh ketiga hal yang disebutkan di awal.
a.2. Buku Catatan atau Log Book
Di dalam proses baik itu memberikan asistensi, input, nasehat, suplai dokumen atau dialog dengan
berbagai jenis dialog/pertemuan, fasilitator selalu membawa catatan untuk memastikan tidak ada proses
yang terlewati. Fasilitator perlu sesering mungkin melihat kembali mind map dan mencocokkan dengan
catatan yang dimiliki. Secara sederhana catatan tersebut atau bisa disebut juga log book berisi apa yang
dilakukan dan dihasilkan oleh fasilitator pada hari tersebut dan kesepakatan-kesepakatan atau ide
kegiatan berikutnya.
Contoh format catatan sederhana hasil pertemuan
Hari/tanggalJam 10:00 – 12:00Diskusi dengan: • Abraham, Sekda• Julianis, Kasubag Humas• Indardi, Kabid Sosial Budaya BappedaPembahasan:• Materi SK PPID• Pihak-pihak yang dilibatkan dalam rapat-rapat ke depanKeputusan:• Segera disusun draft SK PPID• Bappeda, Bag Hukum, Bag Organisasi, Asda 1, Dininfokomhubtel, HumasTindak lanjut:• Fasilitator menyediakan data mengenai substansi yang harus ada di SK PPID berikut contoh• Fasilitator akan datang dalam pertemuan-pertemuan untuk memfasilitasi proses pembahasan.• Kabid Bappeda mengidentifikasi person-person, membuat jadwal pertemuan dan
mengundang mereka.
12 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
b. BENTUK DUKUNGAN YANG DIBERIKAN FASILITATOR
Mind map ataupun gambaran mengenai rancangan kerja yang telah disusun akan memperjelas banyak hal
diantaranya adalah bentuk yang akan diberikan oleh fasilitator kepada tim PPID. Untuk memastikan bahwa
dukungan dari fasilitator cukup bagi tim/kelompok individu yang hendak difasilitasi maka perlu diperhatikan
oleh fasilitator paling tidak ada dua jenis dukungan yang dapat diberikan kepada mereka yakni:
i. Asistensi melalui dialog/pertemuan dimana di dalamnya fasilitator dapat menjalankan peran fasilitasi,
menyampaikan nasehat dan juga masukan sebagai bahan perbandingan (opini kedua), dan sebagainya.
ii. Asistensi dengan memberikan suplai materi dan dokumen
Ada beberapa jenis dialog dengan (calon) PPID/peserta yang pernah mendapat pelatihan yang dapat
difasilitasi yakni:
i. Dialog dengan individu staf
ii. Dialog dengan melibatkan lebih dari satu orang di dalam sebuah pertemuan informal
iii. Rapat formal membahas materi atau persoalan tertentu dan bertujuan mencari jalan keluar.
iv. Lokakarya yang bertujuan menghasilkan satu output tertentu, misalnya draf SOP Pelayanan Informasi
13www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Untuk memastikan fasilitator dapat menjalankan peran dan memberi dukungan yang sesuai seperti diuraikan
di atas terdapat prasyarat dasar yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Prasyarat ini menghendaki perbaikan
kapasitas fasilitator secara terus menerus agar dapat memberi layanan kepada pihak-pihak menjadi semakin
baik dan juga pengetahuan fasilitator mengenai substansi dan materi yang diberikan kepada pihak-pihak
yang difasilitasi.
1. FASILITATOR: PERAN, FUNGSI DAN TEKNIK KOMUNIKASI
Fasilitator adalah orang yang memberikan bantuan dalam memperlancar proses komunikasi sekelompok
orang, sehingga mereka dapat memahami atau memecahkan masalah bersama-sama. Fasilitator bukanlah
seseorang yang bertugas hanya memberikan pelatihan, bimbingan nasihat atau pendapat. Fasilitator harus
menjadi nara sumber yang baik untuk berbagai permasalahan. Fasilitator juga seseorang yang membantu
sekelompok orang memahami tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna
mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi.
Seorang fasilitator yang baik harus memiliki ketrampilan dalam hal memimpin sebuah pertemuan termasuk
juga ketepatan waktu, mengikuti agenda yang sudah disepakati, merangkum pembicaraan, menengahi
pertentangan. Selain itu fasilitator juga harus memiliki ketrampilan untuk mendengarkan termasuk kemampuan
untuk menghentikan pembicaraan yang sudah menyimpang, serta memastikan semua orang berpartisipasi.
Di dalam pertemuan, diskusi, ataupun dalam bentuk lain di dalam pandangan seorang fasilitator adalah sebuah
proses belajar.
Tugas dan Wewenang
a. Menata acara belajar, menyiapkan materi, dan penyajian materi sesuai dengan bidangnya.
b. Menata situasi proses belajar.
c. Mengintensifkan kerjasama dan komunikasi antar anggota kelompok.
d. Mengarahkan acara belajar dan menilai bahan belajar sesuai dengan modul.
III. PRASYARAT DASAR
14 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
e. Mengadakan bimbingan pada diskusi kelompok, memberikan umpan balik/feedback kepada anggota
kelompok.
f. Apabila dalam diskusi terdapat pembicaraan yang keluar jalur, Fasilitator juga bertugas sebagai mediator/
penengah untuk mengembalikan topikpembicaraan ke jalur yang benar.
g. Merumuskan kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil kegiatan peserta.
h. Mengadakan evaluasi terhadap peserta dan proses pelatihan.
Tanggung Jawab
Fasilitator bertanggung jawab agar persiapan dan kegiatan proses pembelajaran berhasil sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai. Dengan demikian menjadi penting bahwa di awal sebelum proses belajar (dalam bentuk
pertemuan, diskusi, rapat dan sebagainya) fasilitator perlu menyampaikan apa yang menjadi tujuan. Jika
fasilitator belum merumuskannya, maka fasilitator wajib mendiskusikan dengan peserta dan menyatakannya.
Kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang fasilitator, paling tidak adalah:
a. Mampu berkomunikasi dengan baik. Fasilitator harus mendengarkan pendapat setiap anggota kelompok,
menyimpulkan pendapat mereka, menggali keterangan lebih lanjut dan membuat suasana akrab dengan
peserta diskusi.
b. Menghormati sesama anggota kelompok. Fasilitator harus menghargai sikap, pendapat dan perasaan dari
setiap anggota kelompok.
c. Memiliki pengetahuan yang cukup. Fasilitator harus mempunyai pengetahuan yang cukup terhadap setiap
persoalan yang akan dibahas. Ia harus memiliki minat yang besar terhadap berbagai persoalan yang ada.
Oleh karenanya MUTLAK bagi fasilitator mempelajari seluruh materi mengenai isu Keterbukaan Informasi
Publik (KIP) dan Isu mengenai Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID).
d. Memiliki Sifat Terbuka. Fasilitator harus dapat menerima pendapat atau sikap yang mungkin kurang sesuai
yang disampaikan oleh anggota kelompok. Fasilitator harus menanggapi hal tersebut di atas dengan sikap
terbuka, sambil tertawa atau bergurau
Teknik Fasilitasi
Dalam melaksanakan tugas sebagai Fasilitator baik dalam menyampaikan materi pelatihan, memberikan
bimbingan atau diskusi, terdapat teknik-teknik sebagai berikut:
a. Pencairan Suasana. Maksud pencairan suasana adalah agar suasana diskusi kelompok menjadi tenang,
nyaman, santai dan tidak beku/tegang. Maka Fasilitator harus memperlihatkan raut wajah yang ramah,
15www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
banyak senyum serta dalam memberikan contoh atau celetukan yang lucu tetap dalam suasana terkendali.
Waktu untuk pencairan suasana cukup maksimal 10 menit, dan hal ini dilakukan pada saat pertemuan
pertama.
b. Ceramah. Ceramah adalah menyampaikan materi kepada anggota kelompok agar pesan dan kesan yang
benar dapat dipahami oleh peserta. Untuk memudahkan digunakan alat bantu seperti buku, flipchart, white
board, LCD projector, dan lain-lain. Waktu yang diperlukan untuk ceramah disesuaikan dengan banyaknya
materi yang akan dibahas.
c. Diskusi. Diskusi adalah pendalaman materi yang dilakukan secara komunikasi 2 arah, sehingga akan
memberikan arti lebih mendalam bagi anggota kelompok. Fasilitator bertindak sebagai penengahdan
memberikan kesempatan berbicara pada semua anggota kelompok, agar anggota juga merasa lebih
dihargai pengetahuan atau pendapatnya.
d. Permainan. Permainan diperlukan untuk mencairkan suasana dari kejenuhan. Sering disebut dengan Ice
Breaking. Namun permainan tidak diperlukan jika diskusi atau pertemuan hanya berlangsung singkat.
Permainan umumnya digunakan jika dilakukan workshop, sarasehan yang mengambil waktu hingga
setengah hari ataupun satu hari penuh.
Jenis permainan sangat bermacam-macam, mulai yang bersifat sederhana sampai kompleks. Mulai dari
yang sekedar untuk menggerakkan anggota badan agar bisa lebih segar sampai yang mengandung makna
dan unsur-unsur tertentu terkait dengan materi yang tengah didiskusikan.
• Kuis Permainan kuis adalah cara mudah bagi kelompok untuk mengulang atau mengingat kembali materi
yang telah disampaikan agar kita yakin bahwa isi dari materi telah dapat dimengerti sepenuhnya oleh
peserta kelompok.
Contoh dari kuis adalah penggunaan kartu-kartu yang berisi pernyataan dengan jawaban mudah yaitu
Ya atau Tidak, atau Benar atau Salah. Beberapa pernyataan sengaja dibuat salah, sehingga jawaban
yang benar harus diterangkan oleh peserta kelompok. Sedangkan bagi beberapa pernyataan yang
benar, fasilitator hanya bertugas untuk menegaskan kebenaran pernyataan tersebut.
• Bermain Peran Permainan peran adalah cara yang sangat efektif untuk belajar bersikap secara benar bagi peserta
dan sangat membantu peserta kelompok apabila mereka menemukan masalah yang nyata di
kemudian hari. Untuk permainan ini dapat dibuat kartu2 cerita, kasus atau dialog yang dibuat untuk
permainan individual maupun kelompok.
16 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Membangun Komunikasi: Jangan memakai bahasa yang terlalu resmi. Untuk mencairkan suasana,
sesekali boleh menggunakan berbagai istilah yang berkembang di kalangan anak muda, seperti bahasa
“gaul” atau jargon-jargon yang popular di televisi atau di daerah Anda.
Jangan menggurui. Ajaklah mereka berdiskusi mengenai keadaan dan masalah yang sedang dihadapi
dengan menghormati sudut pandang mereka.
Beberapa hal yang dapat dijadikan tips untuk menjadi fasilitator adalah:
a. Fasilitator lebih banyak mendengar ketimbang berbicara
b. Fasilitator lebih banyak memancing diskusi melalui pertanyaan ketimbang menjawab pertanyaan
c. Fasilitator tidak perlu menunjukkan kemampuannya, baik dalam bidang memfasilitasi ataupun materi
yang tengah didiskusikan.
d. Fasilitator harus selalu mengambil simpati peserta diskusi agar tetap disegani peserta.
e. Fasilitator harus selalu membangun komunikasi yang cair dengan peserta diskusi.
f. Di atas semua ini Fasilitator harus memahami substansi yang tengah didiskusikan, oleh karenanya
MUTLAK bagi fasilitator mempelajari modul PPID serta seluruh bahan-bahan pendukung lainnya yang
sudah tersedia.
2. PEMAHAMAN AKAN MODUL DAN MATERI MENGENAI PPID
Untuk memastikan bahwa fasilitator dapat menjalankan peran di dalam memfasilitasi proses terkait
berbagai tujuan yang ingin dicapai paska pelatihan, maka selain kapasitas fasilitator seperti yang
dijelaskan dalam uraian di atas, fasilitator harus memahami berbagai substansi terkait bagaimana
mengimplementasikan keterbukaan informasi publik bagi seorang pejabat di daerah.
Beberapa materi yang perlu diperdalam oleh fasilitator paling tidak adalah sebagai berikut:
a. Pemahaman Dasari. Arti penting Keterbukaan Informasi Publik
ii. Prinsip-prinsip umum Keterbukaan Informasi
iii. Jaminan hukum keterbukaan informasi
17www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
iv. Siapa pemohon dan pengguna informasi
v. Mengapa badan publik harus menjalankan keterbukaan informasi
b. Bagaimana menjalankan Keterbukaan Informasii. Prasyarat untuk melaksanaan keterbukaan informasi publik di daerah
ii. Berbagai regulasi yang dibutuhkan
iii. Struktur Organisasi dan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
iv. Bagaimana mengimplementasikan KIP melalui SOP layanan informasi publik
v. Apa saja kebutuhan sarana dan prasarana yang harus disediakan oleh PPID
c. Pengkategorisasian Informasi Publik berdasarkan Undang-Undang i. Arti pentingnya pengkategorian informasi publik
ii. Informasi publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala
iii. Informasi publik yang wajib diumumkan secara serta merta
iv. Informasi publik yang wajib tersedia setiap saat
v. Informasi publik yang dikecualikan/rahasia
d. Standar dan Mekanisme Pelayanan Informasi i. Layanan informasi sebagai bagian dari pengelolaan informasi publik
ii. Layanan informasi melalui pengumuman
iii. Layanan informasi melalui permohonan informasi
e. Penyelesaian Sengketa Informasi Publik i. Makna penyelesaian sengketa informai dan alasan terjadinya sengketa informasi
ii. Tahapan penyelesaian sengketa informasi dan institusi yang terlibat
iii. Optimalisasi fungsi PPID dalam pengelolaan pengaduan atau keluhan atas pelayanan publik
Materi di atas dapat dipelajari di dalam dokumen modul implementasi keterbukaan informasi publik bagi
Pemerintah Daerah. Meskipun demikian fasilitator selain membaca harus dapat menangkap beberapa hal
penting dan mendasar setelah selesai membaca semua materi.
Di dalam proses pendampingan di lapangan, banyak pertanyaan yang sering dilontarkan oleh Pemerintah
Daerah antara lain:
18 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
a. Mengapa kami harus membentuk PPID? Apa sanksi jika kami tidak membentuk PPID?
b. Untuk membentuk PPID kami harus memulai darimana?
c. Apakah dengan adanya organisasi dan struktur PPID masing-masing SKPD harus merekrut staf baru?
d. Siapa yang harus menjabat sebagai PPID di Dinas kami?
e. Bagaimana kami tahu bahwa masyarakat datang meminta informasi untuk tujuan yang baik dan
benar?
f. Apakah tidak bisa menunjukan saja seorang staf untuk menjadi penyedia informasi jika ada
masyarakat yang datang meminta?
g. Mengapa kami tidak bisa mengatakan bahwa dokumen ABPD sebagai dokumen rahasia, toh selama
ini hal itu sudah dipahami oleh semua staf Pemda seperti itu?
h. Kalau ada LSM datang meminta informasi LPJ Bupati menurut kami tidak perlu diberi, karena kami
tahu LSM itu hendak macam-macam, apakah benar pernyataan ini?
Daftar pertanyaan ini bisa menjadi puluhan bahkan ratusan yang muncul dari Pemerintah Daerah. Oleh
karena itu, wajib bagi fasilitator memahami paradigma dan substansi keterbukaan informasi publik hingga
yang bisa diimplementasikan di lapangan, agar dapat merespon tidak hanya pertanyaan-pertanyaan yang
muncul dari staf Pemerintah Daerah, tetapi juga memberi panduan bagaimana langkah sebaiknya yang
perlu dilakukan.
Di dalam sesi panduan berikutnya, terdapat lima hal penting sebagai prasyarat agar PPID di Pemerintah
Daerah dapat menjalankan tugasnya yakni:
a. Penyusunan Surat Keputusan Pimpinan Daerah mengenai PPID
b. Penyusunan SOP Layanan Informasi Publik
c. Penyusunan dan pemutakhiran daftar informasi publik
d. Mendorong pengadaan meja informasi dan sarana lain untuk pelaksanaan keterbukaan informasi.
e. Mendorong warga masyarakat meminta layanan informasi kepada PPID.
19www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
1. MENGAPA PPID PERLU DITETAPKAN MELALUI SKP ATAU KEPUTUSAN KEPALA DAERAH?
a. Untuk memastikan tugas dan kerja PPID sah menurut aturan yang berlaku, berada di bawah koordinasi
Pimpinan Daerah atau pihak yang ditunjuk serta bersifat legal.
b. Untuk mensahkan siapa saja berperan sebagai apa memiliki wewenang apa dan bertugas apa saja dan
kesemuanya bersifat mengikat secara hukum ketatanegaraan
2. APA SAJA ISI SK ATAU PERATURAN KEPALA DAERAH TERSEBUT?
Tidak ada penjelasan di dalam regulasi yang menyatakan bahwa Pemerintah Daerah harus membuat SK PPID
atau Peraturan Kepala daerah untuk mensahkan keberadaan PPID. Namun hampir semua Kabupaten/Kota
yang telah memiliki PPID melandaskan keberadaan PPID pada SK atau Peraturan Kepala Daerah. Materi
yang diatur didalam SK Kepala Daerah mengenai PPID terdapat dalam Permendagri No 35 tahun 2012 dan
Peraturan Komisi Informasi (PERKI) No 1 Tahun 2010.
Selain berbagai peraturan yang menaunginya mulai dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Kementerian, Peraturan Daerah dan sebagainya, maka batang tubuh keputusan ini antara lain berisikan:
a. Siapa yang menjadi PPID Utama
b. Apa saja peran fungsi dan wewenangnya
c. Siapa yang menjadi atasan PPID Utama
d. Apa peran, fungsi dan wewenang atasan PPID Utama
e. Siapa saja yang membantu PPID Utama di dalam menjalankan tugasnya
f. Apa saja peran fungsi dan wewenang pihak yang membantu PPID Utama
g. Siapa saja yang menjadi PPID pelaksana atau sering disebut PPID pembantu pada masing-masing satuan
kerja pemerintah daerah (SKPD). Namun daftar PPID pelaksana/pembantu untuk semua SKPD dapat
disampaikan juga di lampiran SK.
h. Apa saja peran fungsi dan wewenangnya
IV. FASILITASI PENYUSUNAN SK PPID
20 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
i. Siapa yang menjadi atasan PPID pelaksana/pembantu
j. Apa peran, fungsi serta wewenang atasan PPID pelaksana/pembantu
Versi lain dari SK PPID berisikan substansi yang lebih ringkas adalah hanya menyebutkan siapa saja yang ada
di dalam struktur PPID di Kabupaten/Kota:
a. Siapa yang menjadi PPID Utama
b. Siapa yang menjadi atasan PPID Utama
c. Siapa saja yang membantu PPID Utama di dalam menjalankan tugasnya
d. Siapa saja yang menjadi PPID pelaksana atau sering disebut PPID pembantu pada masing-masing satuan
kerja pemerintah daerah (SKPD). Namun daftar PPID pelaksana/pembantu untuk semua SKPD dapat
disampaikan juga di lampiran SK.
e. Siapa yang menjadi atasan PPID pelaksana/pembantu
Sedangkan peran, fungsi dan wewenangnya dimasukkan di dalam SOP Pelayanan Informasi Publik sebagai
bagian dari penjelasan SOP tersebut.
3. TAHAPAN DI DALAM FASILITASI
a. Membentuk tim penetapan PPID. Di dalam pembentukan tim penetapan PPID dapat dilengkapi dengan
SK Bupati ataupun berdasarkan undangan dan penetapan oleh Sekda semata. Yang dimaksud dengan
tim penetapan PPID adalah tim yang terdiri dari komponen-komponen terkait di dalam Pemerintah Daerah
yang terdiri dari Bagian Organisasi, Bagian Hukum, Bappeda, Humas, Dinas Infokom dan pejabat lain
yang dianggap oleh masing-masing daerah akan memiliki posisi yang cukup relevan untuk ikut didalam
pembahasan penetapan PPID.
b. Penetapan sekretariat. Di dalam tim penetapan sebaiknya ditetapkan juga sekretariat. Sekretariat akan
berfungsi mengundang pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh tim, mendokumentasikan hasil-hasil
pembahasan, materi-materi yang dibutuhkan dan lain sebagainya. Biasanya tim penetapan dipimpin oleh
calon PPID Utama yakni Kabag Humas atau Kepala Dishubkomintel (atau dengan nama lain), dengan
demikian sekretariat dapat berada di Bagian Humas atau Kantor Dishubkomintel. Namun ada kalanya
tim penetapan diketuai oleh Sekda atau Asisten Daerah (Asda) yang terkait, sehingga sekretariat yang
ditunjuk akan mengikuti dimana pimpinan tim penetapan berada. Di samping itu, fasilitator juga perlu
mempertimbangkan keberadaan secretariat terkait dengan Tim Teknis yang dibentuk untuk program
Kinerja, sehingga kegiatan pengadministrasian juga dapat terpusat di satu tempat.
c. Menjalankan serangkaian pertemuan pembahasan.Kegiatan selanjutnya adalah melangsungkan berbagai
pertemuan secara kontinyu. Berbagai pertemuan diatur untuk membahas substansi sebagai berikut:
21www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
i. Membangun pemahaman bersama. Pertemuan tim penetapan membahas substansi yang dijelaskan
dalam point (2) di atas. Jika peserta pertemuan yang menjadi tim penetapan belum memahami
secara keseluruhan ada baiknya, fasilitator menyampaikan substansi inti dari UU No 14 Tahun 2008,
PP No 61 Tahun 2010, Permendagri No 35 tahun 2010 dan Perki No 1 Tahun 2010. Materi yang
disampaikan antara lain: (i) Mengapa UU KIP diperlukan; (ii) Paradigma yang dibangun di dalam UU
KIP; (iii) Prasyarat menjalankan KIP; (iv) Struktur Organisasi PPID, Peran dan Wewenangnya; (iv)
Kategori Informasi Publik, termasuk di dalamnya Uji Konsekuensi; (v) Standar Layanan Informasi;
(vi) Penyelesaian sengketa informasi dan peran Komisi Informasi. Jika pertemuan juga termasuk
menyampaikan materi di atas, maka jumlah pertemuan menjadi lebih banyak dari seharusnya.
Fasilitator perlu mempertimbangkan materi yang disampaikan termasuk menyampaikan bahan-bahan
pendukung lainnya. Targetnya adalah membangun pemahaman tim penetapan mengapa PPID perlu
ada di Pemerintah Daerah serta apa peran, fungsi dan wewenang PPID. Yang juga perlu dibahas
adalah memutuskan pembagian peran antara PPID Utama dan PPID Pembantu/Pelaksana.
ii. Identifikasi calon PPID. Pertemuan berikutnya adalah mengidentifikasi dan menyusun daftar siapa
saja yang akan menjadi PPID di wilayah Kabupaten/Kota tersebut. Panduan siapa yang menjadi
PPID ada di dalam Permendagri No 35 Tahun 2010. Daftar calon PPID untuk setiap Kabupaten/Kota
meliputi seluruh SKPD, Kantor, Badan, Kecamatan, termasuk Rumah Sakit dan UPTD lainnya yang
berada di bawah naungan Pemerintah Daerah. Dalam mengidentifikasi struktur PPID ini sebaiknya
mengidentifikasi pula tim teknis atau petugas yang akan bekerja mendukung kerja-kerja teknis PPID,
misalnya Petugas Informasi di setiap SKPD, Petugas Meja Informasi, dan sebagainya sesuai dengan
kebutuhan.
iii. Mengidentifikasi Meja Informasi. Meja Informasi merupakan tempat layanan informasi baik secara
proaktif maupun pasif berdasarkan permintaan. Setiap permohonan informasi diharapkan dapat
dilayani dan dikoordinasikan melalui Meja Informasi ini. Terkait dengan hal ini perlu diidentifikasi: 1)
Bagaimana model layanan yang akan dikembangkan melalui Meja Informasi apakah terpusat (satu
Pemda satu Meja Informasi) dibawah PPID Utama ataukah akan dibentuk Meja Informasi Pendukung
disetiap PPID Pembantu. Penetapan model Meja Informasi ini perlu mempertimbangkan kemudahan
akses bagi masyarakat dan efisiensi kerja petugas, misalnya beberapa Pemda telah mengatur
kantornya dalam satu kawasan sehingga akan lebih mudah jika Meja Informasi dibuat terpusat atau
sebaliknya; 2) Siapa petugas harian yang akan bertanggungjawab mengelola Meja Informasi.
iv. Penyusunan Rancangan SK PPID. Bagian Hukum menyusun draft SK dengan memasukkan substansi
yang telah dibahas. Sebelumnya, Bagian Hukum perlu menyusun berbagai konsideran Pertimbangan
22 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
dan sebagainya sebelum keputusan mengenai: (i) Penetapan PPID; (ii) peran dan fungsi; (iii)
wewenang; (iv) tata cara kerja dan sebagainya. Rancangan SK PPID dibahas di dalam pertemuan
tim penetapan PPID. Untuk kemudian diajukan oleh Bagian Hukum/Humas kepada Sekda. Sekda
kemudian menyampaikan kepada Bupati/Walikota untuk disetujui. Proses penyampaikan dari tim
penetapan kepada Bag Hukum/Humas/Diskominfo kepada Sekda perlu mempertimbangkan untuk
memberi penjelasan awal kepada Sekda mengenai apa itu PPID dan seterusnya. Fasilitator perlu
memastikan bahwa Bag Hukum atau salah satu tim yang menghadap Sekda dapat menjelaskan
substansi tersebut. Jika diperlukan, fasilitator dapat mendampingi tim untuk memberi penjelasan
kepada Sekda. Demikian juga penyampaian dari Sekda kepada Bupati/Walikota. Setelah itu, tim
penetapan menunggu tanda tangan pimpinan daerah sebagai tanda disahkannya keputusan tersebut.
v. Penjelasan kepada seluruh calon PPID. Adalah penting untuk menyampaikan kepada seluruh calon
PPID yang telah ditetapkan di dalam rancangan SK PPID. Meskipun hal ini bukan tugas fasilitator
untuk mendampingi tim penetapan, namun ada baiknya tim penetapan diberi masukan bagaimana
menyelenggarakan pertemuan yang melibatkan seluruh calon PPID. Pertemuan yang direncanakan
bertujuan untuk membangun pemahaman dasar mengenai KIP serta memberi pemahaman mengani
peran, fungsi dan wewenang PPID. Sebelum pertemuan dilaksanakan ada baiknya disusun TOR
bersama. TOR berintikan apa tujuan pertemuan, apa target pertemuan, berapa orang yang dilibatkan,
siapa yang akan memandu/memimpin, siapa yang akan menjadi pemateri, materi disusun oleh siapa
dan kapan sudah harus siap dan dapat didistribusikan serta dokumen pendukung apa yang perlu
dipersiapkan.
Perlu diperhatikan bahwa undangan yang disampaikan harus secara tegas menyebutkan posisi
yang diundang, agenda spesifik pertemuan, sampai capaian yang ingin dihasilkan dalam pertemuan.
Undangan dibuat oleh Sekretariat dengan menyampaikan pula materi yang hendak dijelaskan di
dalam pertemuan, yakni rancangan keputusan PPID, penjelasan mengenai UU KIP dan peran PPID.
Fasilitator dapat membantu memilihkan materi inti mengenai penjelasan KIP dan peran PPID yang
akan didistribusikan di dalam undangan juga.
Alur pertemuan harus mendukung tujuan, sehingga perlu ada pihak yang ditetapkan untuk
menyampaikan kedua materi tersebut. Untuk memudahkan peserta materi yang hendak disampaikan
disusun di dalam materi presentasi. Untuk memastikan pemahaman peserta meningkat setelah
penjelasan mengenai materi KIP/PPID dan diikuti oleh penjelasan rancangan SK PPID, maka di dalam
diskusi tanya jawab ada baiknya juga dilakukan inisiatif untuk menanyakan kepada peserta satu atau
dua isu yang dijelaskan dalam presentasi.
23www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
1. MENGAPA PPID PERLU MEMILIKI SOP PELAYANAN INFORMASI PUBLIK YANG DITUANGKAN DI DALAM PERATURAN KEPALA DAERAH?
a. Untuk memastikan PPID yang telah ditetapkan mengetahui tugas dan fungsi, serta wewenangnya pada hal
apa saja, dan adanya kejelasan mengenai tata cara di dalam menjalankan tugas dan fungsinya tersebut.
b. Untuk mensahkan siapa saja berperan sebagai apa memiliki wewenang apa dan bertugas apa saja dan
kesemuanya bersifat mengikat secara hukum ketatanegaraan
c. Kewajiban penyusunan SOP Layanan Informasi Publik sudah diatur di dalam PERKI No 1 Tahun 2010
pasal 38.
2. APA SAJA ISI PERATURAN KEPALA DAERAH MENGENAI SOP PELAYANAN INFORMASI PUBLIK?
Tidak ada penjelasan di dalam regulasi yang menyatakan bahwa Pemerintah Daerah harus membuat SK PPID
atau Peraturan Kepala daerah untuk mensahkan keberadaan PPID. Namun hampir semua Kabupaten/Kota
yang telah memiliki PPID melandaskan keberadaan PPID pada SK atau Peraturan Kepala Daerah. Materi
yang diatur didalam SK Kepala Daerah mengenai PPID terdapat dalam Permendagri No 35 tahun 2010 dan
Peraturan Komisi Informasi (PERKI) No 1 Tahun 2010, terutama pasal 38.
Selain berbagai peraturan yang menaunginya mulai dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Kementerian, Peraturan Daerah dan sebagainya, maka batang tubuh peraturan ini antara lain berisikan:
a. Pendahuluan. Di dalam bagian ini paling tidak dijelaskan hal-hal sebagai berikut:
• Maksud dan tujuan. Di dalam penjelasan ini perlu dirumuskan apa yang menjadi maksud dan tujuan
disusunnya SOP Pelayanan Informasi ini.
V. FASILITASI PENYUSUNAN SOP LAYANAN INFORMASI PUBLIK
24 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
• Ruang lingkup. Di dalam penjelasan ini dirumuskan apa saja yang menjadi ruang lingkup SOP
Pelayanan Informasi ini.
• Dasar hukum. Kebijakan dan regulasi apa saja yang menjadi dasar hukum dan konsideran di dalam
menyusun SOP
• Pengertian-pengertian. Istilah nama atau kegiatan apa yang perlu dijelaskan, dimasukkan di dalam
bagian ini.
b. Prinsip-prinsip pelayanan informasi publik. Regulasi ini hendak mengedepankan pelayanan yang baik
kepada publik, oleh karenanya perlu dicantumkan prinsip-prinsip pelayanan yang mengarah pada tata
kelola pelayanan publik yang baik.
c. Struktur organisasi pelayanan informasi publik. Umumnya yang dijelaskan pada bagian ini adalah (i)
Bagaimana tim pertimbangan pelayanan informasi publik. Khusus untuk tim pertimbangan ini tidak semua
struktur Pemda memilikinya. Ada Pemda yang memasukkan unsur Tim Pertimbangan, ada yang tidak.
Dalam hal ini diberikan keleluasaan kepada masing-masing Pemda untuk menunjuk atau tidak; (ii) PPID
(Utama) dan (iii) PPID Pelaksana/Pembantu. Penjelasannya paling tidak pada hal-hal di bawah ini:
• Siapa-siapa saja yang ditetapkan di dalam struktur organisasi yang memberi pelayanan informasi
publik. Penjelasan ini lebih diperuntukkan kepada PPID (Utama) dan PPID pelaksana/pembantu
serta petugas teknis maupun Petugas Meja Informasi yang akan mendukung kerjanya, karena tim
pertimbangan pelayanan informasi publik tidak membutuhkan struktur organisasi.
• Penjelasan spesifik mengenai pihak yang ada di dalam struktur organisasi; antara lain: kriteria,
kedudukan dan penunjukan, susunan organisasinya. Penjelasan ini lebih diperuntukkan kepada PPID
(Utama) dan PPID pelaksana/pembantu.
• Penjelasan mengenai tugas dan fungsi serta kewenangan masing-masing tersebut.
• Alur kerja PPID dan petugas teknis. Pada dasarnya alur kerja ini adalah alur permintaan informasi
mulai dari publik yang mengajukan permintaan sampai menerima informasi dari PPID. Di dalam alur
tersebut ada beberapa cabang alur yang disusun jika permintaan diterima dilanjutkan kepada alur
berikutnya, namun jika ditolak maka prosesnya akan berlanjut pada tahapan yang berbeda dan
seterusnya. Di dalam alur ini juga perlu diberi penjelasan mengenai apa yang dilakukan oleh petugas
pada setiap tahapnya dan berapa lama proses berlangsung dimasing-masing tahapannya.
• Bagaimana relasi dan wewenang antara PPID (Utama) dan PPID pelaksana/pembantu. Apa
perbedaan wewenang antara PPID (utama) dan PPID pelaksana/pembantu dan relasi antara
keduanya perlu digambarkan di dalam penjelasan di sini (jika tidak ada penjelasan di masing-masing
tugas dan fungsi yang membedakan keduanya).
25www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
d. Mekanismepengumpulan,pengklasifikasian,pendokumentasiandanpelayananinformasi. Penjelasan pada berbagai kegiatan yang disampaikan didalam kelompok ini jika dilihat secara umum
merupakan bagian dari pengelolaan informasi (manajemen informasi) dimana ada kegiatan pengumpulan
informasi, lalu semua informasi yang terkumpul diklasifikasi menurut kategori masing-masing, lalu
didokumentasikan berdasarkan kategorinya dan sebagian sudah dapat disampaikan kepada publik melalui
berbagai media yang ada. Khusus untuk kategori informasi yang tersedia diberikan kepada publik jika ada
permintaan atas informasi dimaksud.
• Apa yang dimaksud dengan proses pengumpulan informasi, informasi apa saja yang dikumpulkan,
siapa saja yang mengumpulkan, siapa saja atau divisi/bagian mana saja yang merupakan sumber-
sumber informasi proses-proses, siapa yang terlibat, alur pengumpulan informasi dimulai dari mana
dan sampai dimana serta hal-hal apa yang penting untuk diperhatikan di dalam proses pengumpulan
informasi.
• Apa yang dimaksud dengan proses pengklasifikasian informasi, apa saja kategori di dalam
pengklasifikasian informasi, bagaimana tata cara mengklasifikasi informasi serta bagaimana masing-
masing kategori informasi tersebut dapat diakses oleh publik. Secara spesifik ada kategori informasi
yang termasuk informasi dikecualikan, bagaimana proses pengecualian informasi dilakukan dan
metode apa yang digunakan, hal ini perlu dipaparkan di dalam dokumen ini, sehingga membuat publik
jelas mengapa satu jenis informasi termasuk informasi yang dikecualikan.
• Apa yang dimaksud dengan pendokumentasian informasi publik, bagaimana tahapan
pendokumentasian dilakukan, siapa saja yang terlibat dan pada setiap tahapan hal-hal apa yang harus
diperhatikan.
• Apa yang dimaksud dengan pelayanan informasi , apa saja tahapan di dalam pelayanan informasi,
apa penjelasan yang perlu disampaikan di dalam setiap tahapan untuk memastikan proses pelayanan
informasi berjalan dengan efektif, cepat, terbuka serta terukur dari sisi waktu.
e. Mekanisme Pelayanan Informasi. Apa yang dimaksud dengan pelayanan informasi baik proaktif (tanpa
diminta) maupun pasif (berdasarkan permintaan), apa saja tahapan di dalam pelayanan informasi,
apa penjelasan yang perlu disampaikan di dalam setiap tahapan untuk memastikan proses pelayanan
informasi berjalan dengan efektif, cepat, terbuka serta terukur dari sisi waktu. Dalam membuat mekanisme
pelayanan ini perlu memperhatikan: 1) Standar layanan minimum nasional yang telah dimuat dalam PERKI
No. 1 Tahun 2010. Selain itu perlu pula diperhatikan; 2) Tahapan kerja perlu mencakup atau menjangkau
hingga pejabat atau petugas yang secara riil menguasai informasi untuk mempermudah petugas layanan.
e. Penyelesaian sengketa informasi. Saat informasi yang diminta oleh publik tidak diberikan oleh PPID
dengan berbagai pertimbangan dan alasan, maka akan terjadi sengketa informasi. Pemerintah Daerah
26 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
perlu menyiapkan prosedur yang baku mengenai penanganan sengketa informasi ini, termasuk siapa saja
yang terlibat di dalam pengorganisasian penanganan sengketa informasi, apa saja yang harus dilakukan
dan oleh siapa, termasuk tahapan dan jenjang penanganan mulai dari SKPD masing-masing (atasan PPID
Pembantu), Pemerintah Daerah (Tim Asistensi dan Atasan PPID Utama), Komisi Informasi, PTUN hingga
sampai ke Mahkamah Agung. Petunjuk mengenai hal ini ada di dalam Peraturan Komisi Informasi (PERKI)
nomor 2 Tahun 2010.
f. Pelaporan. Pemerintah Daerah melalui PPID memiliki kewajiban menyusun laporan pelaksanaan
pelayanan informasi kepada publik. Dengan demikian dalam bagian ini perlu diatur apa saja yang
harus dilaporkan, bagaimana laporan dibuat, siapa dan kepada siapa laporan disampaikan serta cara
penyampaiannya seperti apa.
3. TAHAPAN DI DALAM FASILITASI PENYUSUNAN
Ada dua opsi yang dapat digunakan oleh Pemerintah Daerah di dalam proses penetapan SOP Pelayanan
informasi. SOP disusun bersamaan dengan Keputusan Kepala Daerah untuk menetapkan PPID, namun ada
juga yang disusun secara tersendiri. Tidak ada alasan tertentu dibalik kedua opsi tersebut, namun umumnya
Pemerintah Daerah mengikuti apa yang sudah disusun oleh Daerah lain yang kebetulan diketahui. Di dalam
regulasi terkait KIP maupun PPID hal inipun tidak diatur.
Pendekatan fasilitasi. Semua proses penyusunan dilakukan melalui pertemuan-pertemuan dan kerja
penulisan berdasarkan kesepakatan dalam pertemuan. Pertemuan dimaksud dapat berbentuk rapat
pembahasan dan lokakarya. Kerja penulisan merupakan kerja bagian tertentu (umumnya bagian hukum),
namun dari sisi substansi merupakan hasil kesepakatan. Fasilitator dapat memfasilitasi proses pertemuan
dengan berperan menjadi fasilitator atau moderator pertemuan.
a. Membentuk tim penyusunan SOP Pelayanan Informasi. Di dalam pembentukan tim SOP pelayanan
informasi pada prinsipnya dapat berbarengan (atau disatukan) di dalam tim penetapan PPID. Tim ini dapat
dilengkapi dengan SK Bupati ataupun berdasarkan undangan dan penetapan oleh Sekda semata. Yang
dimaksud dengan tim ini adalah tim yang terdiri dari komponen-komponen terkait di dalam Pemerintah
Daerah yang terdiri dari Bagian Organisasi, Bagian Hukum, Bappeda, Humas, Dinas Infokom dan pejabat
lain yang dianggap oleh masing-masing daerah akan memiliki posisi yang cukup relevan untuk ikut
didalam pembahasan penyusunan SOP Pelayanan Informasi Publik.
27www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
b. Penetapan sekretariat. Di dalam tim penetapan sebaiknya ditetapkan juga sekretariat. Sekretariat akan
berfungsi mengundang pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh tim, mendokumentasikan hasil-hasil
pembahasan, materi-materi yang dibutuhkan dan lain sebagainya. Biasanya tim penetapan dipimpin oleh
calon PPID Utama yakni Kabag Humas atau Kepala Dishubkomintel (atau dengan nama lain), dengan
demikian sekretariat dapat berada di Bagian Humas atau Kantor Dishubkomintel. Namun ada kalanya
tim penetapan diketuai oleh Sekda atau Asisten Daerah (Asda) yang terkait, sehingga sekretariat yang
ditunjuk akan mengikuti dimana pimpinan tim penetapan berada. Di samping itu, fasilitator juga perlu
mempertimbangkan keberadaan sekretariat terkait dengan Tim Teknis yang dibentuk untuk program
Kinerja, sehingga kegiatan pengadministrasian juga dapat terpusat di satu tempat.
c. Melaksanakan serangkaian pertemuan. Kegiatan selanjutnya adalah melangsungkan berbagai pertemuan
secara kontinyu. Berbagai pertemuan diatur untuk membahas substansi sebagai berikut:
i. Membangun pemahaman bersama. Pertemuan tim penetapan membahas substansi yang dijelaskan
dalam point (2) di atas. Jika peserta pertemuan yang menjadi tim penetapan belum memahami
secara keseluruhan ada baiknya, fasilitator menyampaikan substansi inti dari UU No 14 Tahun 2008,
PP No 61 Tahun 2010, Permendagri No 35 tahun 2010 dan Perki No 1 Tahun 2010. Materi yang
disampaikan antara lain: (i) Mengapa UU KIP diperlukan; (ii) Paradigma yang dibangun di dalam UU
KIP; (iii) Prasyarat menjalankan KIP; (iv) Struktur Organisasi PPID, Peran dan Wewenangnya; (iv)
Kategori Informasi Publik, termasuk di dalamnya Uji Konsekuensi; (v) Standar Layanan Informasi;
(vi) Penyelesaian sengketa informasi dan peran Komisi Informasi. Jika pertemuan juga termasuk
menyampaikan materi di atas, maka jumlah pertemuan menjadi lebih banyak dari seharusnya.
Fasilitator perlu mempertimbangkan materi yang disampaikan termasuk menyampaikan bahan-
bahan pendukung lainnya. Targetnya adalah membangun pemahaman tim mengapa SOP pelayanan
informasi perlu ada di Pemerintah Daerah.
ii. Merumuskan kerangka isi SOP. Fasilitator mendorong peserta diskusi untuk tidak mengutamakan
pembahasan pada bagian yang menjadi konsideran rancangan regulasi ini, namun difokuskan pada
substansi yang ada pada SOP itu sendiri. Substansi SOP itu sendiri sebenarnya sudah diatur di
dalam UU KIP, PP No 10 Tahun 2010, PERKI No 1 Tahun 2010 dan Perki No 2 Tahun 2010. Panduan
substansinya sudah disampaikan pada bagian di atas. Dengan demikian, fasilitator perlu menjelaskan
kerangka substansi di atas pada peserta dan rumusan isi berdasarkan substansi yang ada dalam
regulasi. Sebelum pertemuan dilakukan, fasilitator perlu mengidentifikasi bagian mana saja di dalam
regulasi yang masuk ke dalam kerangka substansi di maksud. Hal ini akan memudahkan ketika diskusi
berlangsung.
28 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
iii. Penyusunan Rancangan Regulasi mengenai SOP. Untuk memudahkan hasil diskusi dapat diserahkan
kepada Bagian Hukum untuk menyusun dan melengkapirancangan peraturan dengan memasukkan
substansi yang telah dibahas. Sebelumnya, Bagian Hukum perlu menyusun berbagai konsideran
terlebih dahulu. Bersama tim yang ditentukan rancangan ini kemudian diajukan oleh Bagian Hukum/
Humas kepada Sekda. Sekda kemudian menyampaikan kepada Bupati/Walikota untuk disetujui.
Proses penyampaikan dari tim penetapan kepada Bag Hukum/Humas/Diskominfo kepada Sekda
perlu mempertimbangkan untuk memberi penjelasan awal kepada Sekda mengenai apa itu PPID dan
seterusnya. Fasilitator perlu memastikan bahwa Bag Hukum atau salah satu tim yang menghadap
Sekda dapat menjelaskan substansi tersebut. Minimal hal yang perlu secara garis besar disampaikan
adalah:
• Mengapa perlu ada penetapan standar pelayanan informasi publik
• Struktur organisasi pelayanan informasi publik
• Penjelasan mengenai pembagian tugas, tanggungjawab dan wewenang
• Penjelasan mengenai standar layanan informasi serta tata cara pengelolaannya, termasuk
pengelolaan sengketa informasi
Jika diperlukan, fasilitator dapat mendampingi tim untuk memberi penjelasan kepada Sekda. Demikian
juga penyampaian dari Sekda kepada Bupati/Walikota. Setelah itu, tim penetapan menunggu tanda
tangan pimpinan daerah sebagai tanda disahkannya peraturan tersebut.
iv. Audiensi kepada DPRD. Untuk memperkuat penetapan regulasi ini fasilitator dapat mengusulkan
kepada PPID Utama atau pimpinan tim menyampaikan rancangan ini kepada DPRD. Untuk itu,
fasilitator dengan pihak terkait perlu melakukan pendekatan awal kepada DPRD melalui komisi yang
relevan. Di dalam pendekatan tersebut beberapa hal yang perlu disampaikan dan disepakati adalah:
• Maksud dan tujuan untuk menyampaikan rancangan ini kepada Komisi yang relevan sifatnya
sebagai sosialisasi
• Meminta waktu untuk audiensi kepada Komisi yang relevan dan mengusulkan agenda pertemuan
tersebut.
Saat disepakati dan dilakukan pertemuan dengan Komisi yang relevan, maka pimpinan rombongan
diharapkan dapat memimpin sekaligus menjelaskan maksud dan tujuan. Tim Pemerintah Daerah
sudah menyiapkan materi yang hendak disampaikan dan juga staf yang akan menyampaikannya.
Materi yang akan disampaikan hendaknya sudah dibagikan terlebih dahulu (rancangan keputusan
kepala daerah soal SOP pelayanan Informasi) dan saat staf menyampaikan ada baiknya
29www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
menggunakan materi yang sudah siap presentasi (versi power point, misalnya). Untuk itu sudah harus
dipastikan perangkat pendukungnya seperti file, laptop dan LCD projector.
v. Penjelasan kepada seluruh calon PPID. Adalah penting untuk menyampaikan kepada seluruh calon
PPID standar pelayanan informasi seperti apa yang telah dirumuskan. Meskipun hal ini bukan tugas
fasilitator untuk mendampingi tim penetapan, namun ada baiknya tim penetapan diberi masukan
bagaimana menyelenggarakan pertemuan yang melibatkan seluruh calon PPID. Pertemuan yang
direncanakan bertujuan untuk membangun pemahaman dasar substansi SOP sehingga peserta
pertemuan memahami apa peran dan fungsi mereka serta konsekuensi logis yang dihadapi di dalam
setiap tahapan pelaksanaan penyampaian informasi kepada publik. Termasuk di dalamnya adalah jika
terjadi sengketa informasi dimana staf PPID harus pula berhubungan dengan pihak di luar Pemerintah
Daerah seperti Komisi Informasi dan juga PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara). Sebelum
pertemuan dilaksanakan ada baiknya disusun TOR bersama. TOR berintikan apa tujuan pertemuan,
apa target pertemuan, berapa orang yang dilibatkan, siapa yang akan memandu/memimpin, siapa
yang akan menjadi pemateri, materi disusun oleh siapa dan kapan sudah harus siap dan dapat
didistribusikan serta dokumen pendukung apa yang perlu dipersiapkan.
Perlu diperhatikan bahwa undangan yang disampaikan harus secara tegas menyebutkan posisi
yang diundang, agenda spesifik pertemuan, sampai capaian yang ingin dihasilkan dalam pertemuan.
Undangan dibuat oleh Sekretariat dengan menyampaikan pula materi yang hendak dijelaskan di
dalam pertemuan, yakni rancangan peraturan kepala daerah mengenai SOP ini, penjelasan mengenai
substansi pokok di dalam rancangan ini antara lain organisasi yang terkait dengan implementasi SOP,
apa saja lingkup kerja implementasi SOP ini, Tahapan seperti apa yang harus dilalui dan peran seperti
apa yang dikehendaki di setiap tahapan, serta pengelolaan sengketa informasi. Fasilitator dapat
membantu memilihkan materi inti yang akan didistribusikan di dalam undangan juga.
Alur pertemuan harus mendukung tujuan, sehingga perlu ada pihak yang ditetapkan untuk
menyampaikan materi tersebut. Untuk memudahkan peserta materi yang hendak disampaikan disusun
di dalam materi presentasi. Untuk memastikan pemahaman peserta meningkat setelah penjelasan
mengenai, maka di dalam diskusi tanya jawab ada baiknya juga dilakukan inisiatif untuk menanyakan
kepada peserta satu atau dua isu yang dijelaskan dalam presentasi.
30 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
1. MENGAPA DIP DIPERLUKAN?
a. Untuk memudahkan publik mengidentifikasi informasi yang dicari di satu badan publik.
b. Kewajiban setiap Badan Publik yang diamanatkan di dalam Undang-Undang dan Peraturan yang
membawahinya.
2. APA SAJA ISI DI DALAM DIP?
a. Daftar Informasi Publik adalah daftar informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau
diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara
dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan Badan Publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik serta informasi lain yang berkaitan dengan
kepentingan publik.
b. Setiap informasi publik di dalam daftar informasi publik setidaknya mengandung hal-hal sebagai berikut:
i. nomor
ii. ringkasan isi informasi
iii. pejabat atau unit/satuan kerja yang menguasai informasi
iv. penanggungjawab pembuatan atau penerbitan informasi
v. waktu dan tempat pembuatan informasi
vi. bentuk informasi yang tersedia.
vii. jangka waktu penyimpanan atau retensi arsip;
c. Informasi publik yang dimasukkan di dalam daftar informasi publik adalah semua informasi yang termasuk
di dalam kategori yang telah disebutkan di atas yang meliputi BAB III yang terdiri dari Bagian Kesatu,
Kedua dan Ketiga mulai dari Pasal 11, 12 sampai Pasal 13.
d. Di dalam bagian daftar informasi publik juga disebutkan kategori informasi yang dikecualikan. Daftar
Informasi yang dikecualikan ini adalah informasi-informasi yang telah dilakukan uji konsekuensi dan
VI. FASILITASI PENYUSUNAN DAFTAR INFORMASI PUBLIK
31www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
memenuhi prasyarat sesuai dengan ayat-ayat yang dijelaskan di dalam pasal 17 Undang-Undang nomor
14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
3. TAHAPAN PENYUSUNAN DIP
Untuk mengumpulkan dan menyusun daftar informasi yang ada di suatu Badan Publik diperlukan kerja tim dan
tidak hanya PPID semata, karena semua divisi, bagian, ataupun departemen umumnya menguasai informasi
yang beredar dan berkembang di wilayahnya masing-masing, sementara PPID hanya terdiri dari pejabatnya
(pimpinan), petugas informasi, petugas dokumentasi saja. Dengan demikian untuk menyusun daftar informasi
publik di suatu Badan Publik (SKPD, Unit Layanan) maka langkah fasilitasi yang diperlukan adalah sebagai
berikut:
a. Fasilitator bersama dengan PPID mengembangkan tabel sesuai dengan penjelasan yang ada di dalam
Bagian 2 (a), (b) dan (c).
b. Fasilitator bersama dengan PPID di dalam Badan Publik dimaksud mengidentifikasi dan mengundang Sub
Bidang, Bagian, Unit yang ada di dalam Badan Publik dimaksud ke dalam suatu pertemuan.
c. Untuk membangun legitimasi yang kuat, pertemuan sebaiknya mengundang pimpinan badan publik
(Kepala Dinas) termasuk membuka dan menjelaskan secara umum tujuan dan kepentingan penyusunan
daftar informasi publik.
d. Pertemuan dimaksud untuk memberi penjelasan penyusunan daftar informasi publik. PPID di dorong
untuk meminta petugas yang diundang didalam pertemuan untuk mengidentifikasi informasi apa saja yang
dapat disusun oleh masing-masing bagian/divisi/bidang. PPID menugaskan petugas di masing-masing
bidang untuk melakukan identifikasi, penyusunan dan sekaligus pendokumentasian informasi dimaksud.
Yang dimaksud dengan pendokumentasian adalah mengelompokkan informasi yang sudah terdata untuk
kemudian dikategorisasikan ke dalam kategorisasi sesuai dengan yang ada di dalam Undang-Undang.
Dokumentasi tersebut ditempatkan disatu tempat (rak atau lemari khusus) yang mudah diakses oleh
petugas.
e. Fasilitator dapat memandu masing-masing Bagian/Bidang ataupun Unit di dalam menyusun daftar
informasi publik dimaksud jika diperlukan. Semua informasi yang telah diidentifikasi dan disusun ke dalam
DIP diserahkan kepada PPID dan Atasan PPID.
f. PPID dan Atasan PPID mengidentifikasi seluruh daftar yang sudah disusun oleh masing-masing
Bagian/Bidang ataupun Unit untuk mengidentifikasi kemungkinan terdapat informasi yang dikecualikan.
Manakala terdapat potensi informasi yang dikecualikan, maka PPID dan Atasan PPID harus melakukan
32 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
uji konsekuensi. Hasil uji konsekuensi ini kemudian melahirkan daftar informasi yang dikecualikan. Yang
dimaksud dengan informasi yang dikecualikan ini tidak semuanya dimaksudkan sebagai dokumen yang
dikecualikan, namun hanya informasi tertentu saja. Setelah dilakukan uji konsekuensi, maka Atasan PPID
perlu menyusun berita acara yang menjelaskan alasan mengapa informasi dimaksud termasuk ke dalam
kategori informasi yang dikecualikan.
g. PPID menyampaikan daftar informasi publik tersebut kepada PPID Utama dan juga ke meja informasi.
PPID Utama selanjutnya mengumpulkan seluruh daftar informasi publik yang terdiri dari informasi publik
yang berasal dari Badan Publik yang ada di dalam lingkup Pemerintah Daerah dimaksud.
h. PPID melalui petugas informasi selanjutnya mempublikasikan informasi publik yang dikategorikan
sebagai informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala. Sesuai dengan setandar bahwa
informasi yang wajib diumumkan secara berkala sekurang-kurangnya tercantum dalam website dan
papan pengumuman. Sedangkan informasi yang wajib diumumkan secara serta merta diumumkan melalui
media yang paling memungkinkan target masyarakat untuk mengetahui informasi tersebut sesuai dengan
kondisinya karena sifat informasi ini adalah darurat.
i. PPID perlu menyiapkan mekanisme dan alat yang sederhana dimana petugas pada bagian/bidang
atau unit yang ada di dalam Badan Publik dapat melakukan pemutakhiran informasi publiknya. Untuk
menghindari kadaluarsa dan alasan belum menguasai informasi dimaksud yang dapat menimbulkan
terjadinya sengketa informasi, pemutakhiran dilakukan minimal setiap tiga bulan sekali.
33www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
1. MENGAPA MEJA INFORMASI DAN PERANGKAT PENDUKUNG LAINNYA DIPERLUKAN?
a. Untuk memudahkan kerja dan proses pelayanan informasi oleh PPID
b. Untuk mendukung kepastian layanan informasi lebih mudah dan cepat diakses oleh publik
2. PERANGKAT PENDUKUNG YANG DIPERLUKAN
Perangkat minimal yang diperlukan antara lain:
• Meja dan rak informasi. Meja dimaksud adalah meja dan perangkat pendukung lainnya antara lain kursi
untuk memudahkan layanan bagi peminta informasi yang datang. Meja dapat dilengkapi dengan rak
infrormasi berisi dokumen-dokumen yang berisi daftar informasi publik yang dimiliki oleh Badan Publik
terkait, formulir-formulir yang dibutuhkan dan buku-buku catatan lain yang diperlukan. Tata letak meja dan
rak informasi dapat didesain sedemikian rupa untuk memberikan kenyamanan bagi orang yang hendak
meminta informasi. Misalnya layaknya front office sebuah kantor layanan jasa yang mengutamakan
kenyamanan pelanggan.
• Komputer. Komputer yang diperlukan minimal adalah (1) komputeryang berisikan basis data yang
memudahkan petugas melacak keberadaan data dan informasi dimaksud berada dimana. Komputer
ini dapat terdiri dari dua jenis, satu yang berada di internal kantor PPID yang dapat diakses untuk
memasukkan, memperbaiki dan memutakhirkan data serta informasi dan komputer sejenis yang hanya
dapat menjadi tampilan bagi publik untuk mencari data dan informasi dimaksud. Kedua jenis komputer tadi
harus terhubung minimal dengan LAN (jaringan untuk area local); (2) komputer yang berisikan formulir dan
segala bentuk dokumen pencatatan yang dilakukan oleh petugas di kantor depan (front office).
• Buku pencatatan. Dalam hal SKPD maupun Pemerintah Daerah mengalami kesulitan pendanaan bagi
pengadaan komputer baru sementara komputer yang ada sudah mengalami overloaded (kelebihan
VII. FASILITASI PENGADAAN MEJA INFORMASI DAN
PERANGKAT PENDUKUNG LAINNYA
34 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
kapasitas di dalam penyimpanan data dan penggunaannya), maka sementara proses pencatatan dan
pendokumentasian dapat dilakukan menggunakan buku pencatatan. Fungsi buku-buku tersebut sementara
dapat menggantikan fungsi komputer.
• Papan informasi alur dan mekanisme pengajuan permintaan informasi. Informasi yang terdapat di
papan ini berisikan alur dan tahapan saat publik mengakses informasi dan proses internal yang terjadi,
lama setiap tahapan, termasuk persyaratan yang harus dipenuhi pada setiap tahapan tersebut. Intinya
adalah papan tersebut memberikan penjelasan yang memudahkan publik yang datang mencari informasi.
• Papan petunjuk (sign board) dimana kantor PPID berada. Publik yang mencari informasi belum tentu
mengenal kompleks perkantoran Pemda dan dimana letak kantor SKPD masing-masing. Oleh karenanya
penting untuk memberi petunjuk kepada publik dimana kantor PPID sector A, B, C dan seterusnya.
• Situs web (web site). Saat ini hampir semua Pemerintah Daerah, bahkan setiap SKPD di Pemda tersebut
memiliki website tersendiri. Website bisa beragam jenisnya, mulai dari website berbayar atau gratis
(dikenal dengan free blog), dinamic atau static (dapat dimutakhirkan atau tidak), interactive atau tidak
(dapat dilakukan diskusi dengan pengunjung/visitor) dan sebagainya. Umumnya website yang dimiliki
oleh Pemda adalah bersifat dynamic, namun jarang sekali dilakukan pemutakhiran.Untuk mengantisipasi
implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi, Pemerintah Daerah harus menyiapkan website
yang minimal bersifat dynamic dan selalu diperhatikan untuk melakukan pemutakhiran pada periode-
periode tertentu. Hal ini terkait dengan adanya kewajiban pemutakhiran data dan informasi yang
diamanahkan di dalam Undang-Undang maupun Peraturan di bawahnya.
• Papan informasi yang disebarkan di tempat publik. Tidak ada petunjuk maupun keharusan untuk
menyediakan papan informasi di tempat publik. Namun bagi daerah yang masyarakatnya masih belum
banyak memanfaatkan internet didalam kesehariannya, papan informasi menjadi penting keberadaannya.
Papan informasi ini berfungsi menyediakan informasi layaknya informasi yang disebarkan melalui
website. Jumlahnya sangat tergantung pada distribusi dan keluasan wilayahnya. Papan informasi dapat
ditempatkan di kantor kecamatan, kantor kelurahan ataupun tempat publik lainnya. Yang tidak kalah
penting adalah SKPD atau PPID harus menetapkan informasi apa yang ingin ditempatkan di dalam papan
informasi dan bagaimana proses pemutakhiran dilakukan.
3. BAGAIMANA MEMASTIKAN PERANGKAT PENDUKUNG TERSEDIA?
Salah satu keraguan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah saat memulai menginisiasi keberadaan PPID
adalah keraguan mendapatkan sumber pendanaan bagi perangkat pendukung yang dibutuhkan seperti
35www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
yang diuraikan di atas. Namun dari penjelasan di atas, dapat dihitung bahwa jumlah kebutuhan dana
bagi pengadaan perangkat pendukung bersifat relative sekali. Untuk mendapatkan perangkat pendukung
yang memadahi, fasilitator perlu mendorong Pemerintah Daerah untuk memperhitungkan hal ini dalam
penganggaran daerah. Masalah pendanaan ini seringkali terlambat, pada saat PPID disahkan ternyata kerja-
kerja PPID maupun kebutuhan perangkat pendukung belum diperhitungkan dalam penganggaran daerah. Oleh
karena itu pada saat pembahasan rencana awal SK PPID maupun SOP perlu juga segera memperhitungkan
penyusunan penganggaran untuk pelaksanaannya.
SKPD atau Pemerintah Daerah harus menyusun semacam rencana pengadaan infrastruktur informasi dan
basis data (semacam rencana induk/master plan untuk infrastruktur informasi dan basis data ) terlebih dahulu.
Penyusunan tersebut dapat dibuat untuk setahun, dua tahun atau bahkan lebih lama lagi. Penyusunan tersebut
harus cukup realistis terkait dengan pengembangan system yang dikembangkan untuk mengantisipasi peran
PPID yang semakin kompleks ke depannya. Rencana pengadaan ini dapat dilakukan secara tersentralisasi di
PPID Utama (Humas) atau di masing-masing SKPD. Namun karena umumnya Pemda belum mengantisipasi
penetapan dan operasionalisasi PPID dalam perencanaan tahun sebelumnya, pengadaan baru dapat
dilakukan secara terbatas pada perubahan anggaran tahun berjalan. Meskipun demikian, di dalam rencana
tersebut harus dipastikan pengadaan berikutnya untuk melengkapi sarana dan prasarana guna memastikan
keberadaan sarana dan prasarana pendukung tersedia.
4. TAHAPAN FASILITASI KETERSEDIAAN MEJA INFORMASI DAN SARANA PENDUKUNG LAINNYA
a. Fasilitator mendorong SKPD untuk menyusun rencana pengadaan sarana dan prasarana. Bilamana
perlu fasilitator terlibat aktif membahas kebutuhan tersebut berdasarkan daftar kebutuhan yang telah
dijelaskan di atas.
b. Mendorong SKPD terkait atau HUMAS membahas kebutuhan pengadaan sarana dan prasarana informasi
dan basis data pada tahun berjalan dapat terpenuhi.
c. Mendorong SKPD terkait membahas kebutuhan sarana dan prasarana informasi dan basis data tahun
berikutnya dibahas di dalam pembahasan anggaran.
d. Memfasilitasi pengembangan kapasitas Petugas Meja Informasi dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya.
36 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
1. MENGAPA WARGA PERLU MENGAKSES INFORMASI PUBLIK?
Salah satu hal penting mengapa Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik ini didorong kelahirannya
oleh masyarakat sipil adalah karena menyangkut hak warga masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan
informasi publik. Undang-Undang ini menjamin terpenuhinya hak masyarakat untuk mendapatkan informasi
publik yang mereka butuhkan, apapun jenis informasinya.
Di dalam Undang-Undang tersebut banyak diatur mengenai apa yang harus dilakukan oleh Pemerintah
(Badan Publik) untuk memastikan penyediaan informasi publik oleh mereka berjalan dengan baik dan dapat
sepenuhnya memberi layanan bagaimana informasi itu dapat diakses dan diterima oleh warga masyarakat.
Sebagai penyedia informasi, Undang-Undang beserta turunan regulasinya mengatur benar apa dan
bagaimana penyedia informasi harus menyiapkan diri dengan berbagai prasyarat dan mekanisme, sehingga
memudahkan warga masyarakat mendapatkan informasi sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhannya.
Saat ini tidak banyak warga masyarakat yang mengetahui bahwa hak masyarakat untuk tahu sudah diatur dan
diwujudkan di dalam Undang-Undang dan regulasi turunannya. Dan juga, kewajiban Badan Publik – termasuk
Pemerintah Daerah – untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan warga masyarakat. Akibat ketidaktahuan
masyarakat soal hak ini juga menjadi salah satu keengganan Pemerintah atau Badan Publik untuk menyiapkan
diri menetapkan struktur organisasi di internal badan publik, menetapkan mekanisme serta menyiapkan orang-
orang dan a basis data informasi publik di lembaganya, selain berbagai alasan lain yang sering mengemuka.
Oleh karenanya, warga perlu juga didorong tidak sekedar mengetahui adanya undang-undang tersebut,
tetapi juga bagaimana mengakses informasi dari badan publik sesuai dengan kepentingan dan kebutuhannya
masing-masing.
VIII. FASILITASI WARGA MENGAKSES INFORMASI
37www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
2. SIAPA SAJA YANG PERLU DIFASILITASI?
Dalam bagian ini, yang menjadi sasaran adalah warga masyarakat atau stakeholder yang menjadi mitra kerja
Kinerja. Yang dimaksud warga masyarakat di dalam konteks Kinerja adalah mereka-mereka yang tengah
terlibat di dalam proses advokasi pada bidang-bidang tertentu, misalnya kesehatan, pendidikan ataupun
peningkatan iklim usaha.
Dengan demikian jika diidentifikasi siapa saja yang perlu difasilitasi untuk mengakses informasi ke badan
publik terkait adalah mereka yang tengah difasilitasi oleh mitra Kinerja di bidang-bidang yang telah disebutkan
di atas (kesehatan, pendidikan dan juga peningkatan iklim usaha).
Untuk Pendidikan antara lain:
a. Pihak-pihak yang ada di dalam forum multipihak pada tingkat Kabupaten yang dikembangkan atau
diintegrasikan untuk membahas isu-isu terkait pendidikan seperti advokasi regulasi daerah, pemantauan
regulasi atau pemantauan tindak lanjut hasil survey keluhan dan sebagainya.
b. Pihak-pihak yang terlibat di dalam diskusi regular para jurnalis dan jurnalis warga yang dekat dengan isu
yang diangkat di sektor pendidikan di dalam program Kinerja.
c. Pihak-pihak yang ada di dalam forum multipihak yang ada pada tingkat sekolah (SD dan SMP), termasuk
di dalamnya adalah orang tua murid, komite sekolah, guru dan tokoh-tokoh di sekitar sekolah yang terlibat.
Untuk kesehatan antara lain:
a. Pihak-pihak yang ada di dalam forum multipihak pada tingkat Kabupaten yang dikembangkan atau
diintegrasikan untuk membahas isu-isu terkait kesehatan ibu dan anak seperti untuk kepentingan advokasi
regulasi daerah, pemantauan regulasi atau pemantauan tindak lanjut hasil survey keluhan, kebutuhan
informasi bagi promosi kebijakan dan sebagainya.
b. Pihak-pihak yang terlibat di dalam diskusi regular para jurnalis dan jurnalis warga yang dekat dengan isu
yang diangkat di sektor kesehatan di dalam program Kinerja.
c. Pihak-pihak yang ada di dalam forum multipihak yang ada pada skala kecamatan dimana puskesmas
yang didukung Kinerja berada, termasuk di dalamnya adalah ibu, suami siaga, ibu hamil, pasien, kader
posyandu, dukun, LSM Peduli, Tokoh masyarakat, dan pihak-pihak lain yang berada di sekitar Puskesmas
yang terlibat.
38 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Untuk perijinan/peningkatan iklim usaha antara lain:
a. Pihak-pihak yang ada di dalam forum multipihak/PPD (public private dialogue) pada tingkat Kabupaten
yang dikembangkan atau diintegrasikan untuk membahas isu-isu terkait perijinan seperti untuk kepentingan
advokasi regulasi daerah, pemantauan regulasi atau pemantauan tindak lanjut SOP pelayanan perijinan,
kebutuhan pendanaan bagi promosi keberadaan PTSP (pelayanan terpadu satu pintu) dan sebagainya.
b. Pihak-pihak yang terlibat di dalam diskusi regular para jurnalis dan jurnalis warga yang dekat dengan isu
yang diangkat di sector perijinan di dalam program Kinerja.
3. HAL APA SAJA YANG DIPERLUKAN?
Untuk memastikan warga masyarakat dapat mengakses informasi dari Badan Publik diperlukan paling tidak
tiga hal yakni:
a. Warga/Masyarakat mengetahui kebutuhan informasi yang berasal dari Badan Publik.
b. Warga/Masyarakat mengetahui kemana dan bagaimana cara mengakses informasi publik.
c. Badan Publik telah siap melayani permintaan informasi yang berasal dari warga masyarakat.
Khusus untuk point (C) sudah dijelaskan di dalam panduan di atas bagaimana Badan Publik siap melayani
masyarakat untuk mengakses informasi. Sehingga fokus pembahasan bagian ini ada pada dua point di
atasnya yakni (a) dan (b).
Bagaimana warga/masyarakat dapat mengetahui informasi apa yang dibutuhkan?
Umumnya pengakses informasi publik selama ini adalah lembaga atau individu yang tengah melakukan riset,
lembaga atau individu yang memiliki keterkaitan dengan program pemerintah, misalnya perusahaan kontraktor
atau konsultan mencari informasi terkait pengadaaan, proses pengadaan dan sebagainya,ataupun LSM yang
mencari informasi untuk kepentingan advokasi bagi kasus/isu tertentu, atau ingin melakukan uji akses terhadap
informasi yang ada di SKPD terkait. Untuk kelompok ini umumnya mereka telah memahami informasi dan jenis
informasi yang dibutuhkan.
Namun bagi warga lainnya, terkadang masih tidak jelas informasi apa yang ingin dicari. Bukannya mereka
tidak mengetahui apa yang dibutuhkan, namun ada beberapa hal yang menjadi latar belakang persoalan
tersebut. Antara lain karena perbedaan istilah dan terminology atas informasi tersebut, ketidaktahuan harus
39www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
mencari dimana, “ketidakberanian” datang ke kantor pemerintah/badan publik, dan banyak hal lain yang
menyebabkan mereka tidak dapat mengakses informasi. Memberi pemahaman kepada mereka tentang
informasi yang dibutuhkan serta memberi petunjuk kemana informasi harus dicari merupakan bentuk fasilitasi
yang dapat dilakukan.
Bagaimana warga/masyarakat mengetahui bagaimana mengakses informasi?
Di dalam advokasi yang tengah dilakukan sering ada kebutuhan data dan informasi dari kelompok-kelompok
yang tengah difasilitasi oleh Kinerja. Namun kebutuhan itu terkadang mudah terpenuhi karena di dalam forum
multipihak terdapat perwakilan SKPD yang mudah memberikan informasi dimaksud. Namun jika tidak ada –
atau perwakilan SKPD tidak terlibat –maka diperlukan upaya tertentu untuk mendapatkan informasi dari SKPD
atau unit pelayanan dimaksud. Pengalaman sebelum UU Keterbukaan Informasi Publik diberlakukan, hal ini
tidak terlalu mudah diakses. Namun setelah diberlakukan UU bahkan setelah ditetapkannya PPID di masing-
masing Pemerintah Daerah seharusnya informasi tidak lagi sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, fasilitator
perlu menjelaskan kepada warga/masyarakat yang tergabung di dalam forum multipihak bagaimana informasi
publik diakses.
4. LANGKAH YANG PERLU DILAKUKAN?
Untuk memastikan kedua hal tersebut di atas terfasilitasi, maka fasilitator dapat melakukan intervensi
sebagai berikut:
a. Fasilitator perlu menjelaskan sebelumnya kepada mitra pelaksana sektor tentang maksud dan tujuan
keterlibatan fasilitator di dalam pertemuan-pertemuan multipihak. Adapun tujuan keterlibatan di dalam
pertemuan untuk membantu warga/forum tersebut dapat mengakses informasi sesuai dengan kebutuhan
di dalam rangka melakukan advokasi.
b. Fasilitator menyiapkan materi yang hendak disampaikan di dalam forum tersebut. Materi dapat berupa
materi dengan template presentasi di dalam laptop, ataupun materi sederhana yang disusun di dalam
kertas plano dengan menuliskan melalui spidol. Materi terdiri paling tidak adalah:
i. Paradigma keterbukaan informasi publik dan hak publik untuk tahu
ii. Badan publik dan siapa serta apa peran PPID
iii. Kategori informasi yang disediakan badan publik, termasuk informasi yang dikecualikan dan
penyediaannya melalui mekanisme apa saja.
40 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
iv. Alur mendapatkan informasi dari Badan Publik
v. Bagaimana jika permintaan ditolak dan menyatakan keberatan
c. Fasilitator perlu melibatkan diri di dalam pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh Mitra pelaksana
sektor (Pendidikan, Kesehatan ataupun perijinan). Fasilitator perlu memastikan kepada mitra pelaksana
sektor bahwa salah satu agenda di dalam pertemuan adalah kesempatan fasilitator menjelaskan mengenai
isu keterbukaan informasi publik dan bagaimana mengakses informasi kepada badan publik.
d. Di dalam penjelasannya, fasilitator selain menyampaikan materi yang sudah disiapkan, mendorong forum
(yang diwakili oleh pihak-pihak tertentu) untuk meminta informasi ke badan publik terkait sesuai dengan
kebutuhan forum didalam pembahasannya. Fasilitator perlu memberi contoh kebutuhan melalui simulasi
atau menanyakan kepada forum apakah didalam proses advokasi membutuhkan informasi yang berasal
dari badan publik tertentu. Pandu forum dengan pertanyaan-pertanyaan yang memberi pemahaman
mengenai kebutuhan informasi tersebut.
e. Pada tahap selanjutnya, fasilitator juga perlu memberikan gambaran bagaimana alur yang akan dilalui oleh
pemohon informasi, apa kewajiban yang harus dipenuhi dan apa hak yang akan didapatnya. Fasilitator
juga perlu mengajarkan apa saja yang perlu disiapkan atau dilakukan oleh pemohon untuk melengkapi
persyaratan permohonan sesuai dengan standar, misalnya bagaimana mengisi formulir permohonan,
memastikan untuk mendapatkan tanda terima permohonan, dan bagaimana memonitor permohonan
sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.
f. Tahap akhir di dalam sesi tersebut sebaiknya ada rencana konkrit untuk melakukan permintaan informasi
oleh forum (yang diwakili oleh kelompok tertentu didalam pertemuan tersebut) kepada badan publik
terkait dirumuskan. Rencana konkrit tersebut disusun secara sederhana saja, yakni siapa yang akan
melakukannya, kemana permintaan informasi akan ditujukan (badan publik), apa jenis informasi yang akan
ditanyakan, dan kapan kegiatan tersebut akan dilakukankan. Fasilitator perlu menjelaskan dan menyiapkan
hal-hal teknis terkait dimana kantor badan publik/SKPD tersebut berada, kepada siapa mereka akan
bertemu, apa yang harus dilakukan saat bertemu dengan petugas dan lain sebagainya.
g. Fasilitator pada sesi berikutnya, juga dapat menjelaskan kepada forum Multistakeholder bagaimana
seandainya permintaan informasi ditolak oleh PPID dan langkah-langkah apa yang harus dijalankan oleh
pemohon informasi (penjelasan alur dan langkah pelaksanaan sengeketa informasi dapat merujuk kepada
PERKI No 2 Tahun 2010).
41www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
CARA MENGGUNAKAN LAMPIRAN
Lampiran ini dirancang agar mudah diakses untuk berbagai kebutuhan. Bagi pembaca yang mau lihat
komentar pihak lain tentang upaya KINERJA dalam mengembangkan MBS silahkan membaca Lampiran
A tentang testimoni, laporan media dan bahan promosi. Bagi pembaca yang mau mempelajari lebih dalam
tentang substansi MBS, silahkan membaca Lampiran B. Bagi pembaca yang mau mempelajari cara KINERJA
melatih dan memfasilitasi, silahkan membaca Lampiran C dan lampiran berikut. Bahan lengkap dapat dibaca di
CD terlampir.
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENGENALAN KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK 46I.1. Arti Penting Keterbukaan Informasi 46I.2. Sejarah Keterbukaan Informasi di Indonesia 47I.3. Prinsip-Prinsip Umum Keterbukaan Informasi 48I.4. Jaminan Hukum Keterbukaan 51I.5. Pemohon & Pengguna Informasi 60I.6. Badan Publik 63
BAB II MELAKSANAKAN KETERBUKAAN INFORMASI 78II.1. Prasyarat Umum Pelaksanaan Keterbukaan Informasi Publik 78II.2. Regulasi 83II.3. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) 84II.4. Standar Operasional Prosedur (SOP) 94II.5. Sarana dan Prasarana 99II.6. Tahapan Pembentukan PPID 101
BAB III KATEGORISASI INFORMASI PUBLIK 120III.1. Pentingnya Kategorisasi Informasi Publik 120III.2. Informasi Publik yang Wajib Disediakan dan Diumumkan Secara Berkala 121
42 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
III.3. Informasi Publik yang Wajib Diumumkan Secara Serta Merta 123III.4. Informasi Publik yang Wajib Tersedia Setiap Saat 125III.5. Informasi Publik yang Dikecualikan/Rahasia 126
BAB IV STANDAR DAN MEKANISME PELAYANAN INFORMASI 142IV.1. Layanan Informasi Sebagai Bagian Dari Pengelolaan Informasi Publik 142IV.2. Layanan Informasi Melalui Pengumuman Informasi 146IV.3. Layanan Informasi Melalui Permohonan Informasi 147
BAB V PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK 164V.1. Makna Penyelesaian Sengketa Informasi 164V.2. Alasan Terjadinya Sengketa Informasi 165V.3. Tahapan dan Lembaga Penyelesaian Sengketa Informasi 163V.4. Optimalisasi Fungsi Ppid Dalam Pengelolaan Pengaduan atau Keluhan Atas
Pelayanan Publik 178
DAFTAR PUSTAKA 200
43www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Lampiran ATestimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi
44 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Lampiran B Uraian Substansi
45www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
11Pengenalan Keterbukaan Informasi Publik
46 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Pengenalan Keterbukaan Informasi Publik
BAB I I.1. ARTI PENTING KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
Keterbukaan informasi publik berangkat dari prinsip
bahwa “informasi yang dikelola oleh Badan Publik
merupakan sumber daya milik publik dan akses
terhadap sumber daya berupa informasi tersebut
akan mendorong transparansi dan akuntabilitas
Badan Publik yang mengelola informasi”
(Transparency International). Menjamin keterbukaan
informasi publik dalam sebuah Undang-undang
berarti memastikan bahwa pemerintah semakin
terbuka dan akuntabel (demokratis).
Pemerintah dikatakan demokratis apabila setiap
mengambil keputusan yang menyangkut hajat
hidup orang banyak (publik) selalu dilakukan secara
terbuka dan melibatkan masyarakat yang akan
terkena dampak dari keputusan tersebut. Oleh
karena itu, pemerintah yang demokratis menjamin
ketersediaan informasi publik dan akses terhadap
informasi publik tersebut karena menyadari hanya
dengan bekal informasi yang cukuplah masyarakat
dapat terlibat dalam proses pengambilan keputusan.
Pada umumnya, ketika pemerintahan dilakukan
secara terbuka dan pelibatan masyarakat dalam
pengambilan keputusan diakui, maka kualitas
hidup masyarakat pun menjadi lebih baik. Hal
ini dikarenakan masyarakat pada dasarnya tahu
prioritas hidupnya, yaitu terpenuhinya kebutuhan
dasar seperti kesehatan, kecukupan air bersih dan
pangan, serta pendidikan.Dengan adanya akses
........akses terhadap
sumber daya berupa informasi tersebut
akan mendorong transparansi dan
akuntabilitas Badan Publik
.......
47www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
informasi yang cukup tentang hal-hal tersebut
maka otomatis masyarakat dapat mengakses
fasilitas kesehatan, air bersih dan pangan, serta
pendidikan yang disediakan oleh pemerintah. Di
sisi lain, pemerintah dapat meminta masukan dari
masyarakat yang menggunakan fasilitas tersebut
untuk memperbaiki mutu pelayanannya. Di banyak
negara, akses informasi publik memang digunakan
sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan
hak-hak dasar dan kebutuhan masyarakat.
Keterbukaan informasi publik juga merupakan
sarana yang penting untuk membangun
kepercayaan antara pemerintah dengan
masyarakat. Ketersediaan informasi publik dan
akses terhadap informasi publik akan meningkatkan
komunikasi antara pemerintah dan masyarakat.
Kepercayaan yang tinggi dari masyarakat tentunya
akan menciptakan suasana aman dan damai yang
menjadi modal penting bagi pemerintah melakukan
tugas-tugasnya dengan efektif dan efisien. Situasi di
atas merupakan modal penting dalam melaksanakan
pembangunan.
Lebih jauh lagi, keterbukaan informasi publik
merupakan prasyarat utama dalam upaya
pemberantasan korupsi. Korupsi dapat tumbuh
menjamur dalam pemerintahan yang tertutup.
Keterbukaan informasi ibarat disinfektan yang
dapat membunuh jamur yang sedang tumbuh
tersebut. Dengan keterbukaan informasi
publik, masyarakat dapat mengawasi jalannya
pemerintahan sejak tahap perencanaan hingga
pelaksanaannya; mengetahui berapa besar alokasi
dana yang direncanakan dan yang dibelanjakan,
membandingkan apakah pelaksanaan telah
sesuai dengan perencanaan, apakah dana yang
dibelanjakan sesuai dengan yang direncanakan, dan
seterusnya.
I.2. SEJARAH KETERBUKAAN INFORMASI DI INDONESIA
Wacana tentang keterbukaan informasi telah
muncul sejak lama di Indonesia sebagai bagian dari
perjuangan menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM).
Adalah sekelompok masyarakat sipil yang memiliki
kepedulian dalam isu penegakan HAM, perlindungan
lingkungan, penegakan hukum, dan pemberantasan
korupsi yang memulai memunculkan wacana
tersebut. Banyaknya kasus-kasus pelanggaran
HAM, pencemaran lingkungan, pelanggaran
hukum dan korupsilah yang membuat mereka pada
akhirnya sadar bahwa hanya dengan keterbukaan
informasilah berbagai pelanggaran tersebut dapat
ditelusuri, dimintai pertanggungjawaban, dihentikan
ataupun dicegah.
Pada akhir tahun 90-an, sekelompok masyarakat
sipil tersebut mulai membangun koalisi untuk
mendorong isu keterbukaan informasi menjadi
agenda bersama antara masyarakat sipil dan
pemerintah.Koalisi yang kemudian dinamakan
Koalisi Kebebasan Informasi (KKI) mengawali
upayanya dengan menyusun Rancangan Undang-
undang tentang Kebebasan Memperoleh Informasi
BAB I - Pengenalan Keterbukaan Informasi
48 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
– RUU KMI (nama ini diterjemahkan dari Freedom
of Information Act – FOIA, nama yang biasa
digunakan oleh negara lain yang sudah memiliki
Undang-undang tentang keterbukaan informasi.
Dalam perjalanannya, nama RUU berubah
menjadi Kebebasan Memperoleh Informasi Publik
– RUU KMIP). Koalisi kemudian menyampaikan
Rancangan Undang-undang tersebut kepada DPR
RI pada tahun 2001, dengan harapan DPR RI
dapat mengadopsinya sebagai RUU Usul Inisiatif
DPR.Beberapa anggota DPR RI pada waktu itu
menyambut baik usulan Koalisi dan bersama-sama
dengan Koalisi menggalang dukungan di dalam
DPR.
Setelah melalui upaya advokasi yang cukup intensif,
DPR RI akhirnya mengadopsi Rancangan Undang-
undang dari Koalisi menjadi RUU Usul Inisiatif
DPR pada tahun 2003.Sejak saat itu, RUU KMI
dibahas oleh DPR RI. Pembahasan RUU cukup alot
mengingat substansi yang diatur akan mengubah
secara radikal paradigma tata kelola pemerintahan,
dari tertutup menjadi terbuka. Hingga akhir masa
jabatan DPR RI periode 1999-2004 pembahasan
tentang RUU ini belum selesai.Pembahasan
kemudian dilanjutkan oleh DPR RI periode
selanjutnya.Hingga pada akhirnya, pada bulan
April 2008 DPR mengesahkan RUU yang awalnya
disusun oleh masyarakat sipil menjadi Undang-
undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP).
Sejarah membuktikan bahwa sikap progresif dan
reformis tidak hanya berasal dari masyarakat.
Pemerintah Daerah pun juga memiliki semangat
yang sama. Jauh sebelum UU KIP diundangkan,
beberapa Pemerintah Daerah telah memiliki
Peraturan Daerah (Perda) tentang Transparansi
yang memiliki semangat dan mengatur susbtansi
yang sama dengan UU KIP. Sebagai contoh, Tahun
2002 Kota Gorontalo mengeluarkan Perda tentang
Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan Kota
Gorontalo. Inisiatif ini diikuti oleh beberapa Pemda
lain seperti Kabupaten Kebumen, Kabupaten Lebak,
dll. Dengan berlakunya UU KIP dan beberapa
peraturan pelaksananya, inisiatif Pemda ini tentunya
harus diselaraskan dengan peraturan di tingkat
nasional.Sedangkan Pemda yang belum memiliki
Peraturan Daerah dapat mengikuti Peraturan
yang berlaku di tingkat nasional. Namun apabila
membutuhkan peraturan teknis dalam lingkup
Pemda, maka Pemda dapat menyusun peraturan
tersebut.
I.3. PRINSIP-PRINSIP UMUM KETERBUKAAN INFORMASI
Keterbukaan informasi merupakan isu global
yang terus-menerus didorong untuk mewujudkan
pemerintahan yang demokratis. Secara umum
ada beberapa prinsip agar tujuan tersebut dapat
tercapai, meskipun implementasinya sangat
bergantung pada konteks masing-masing negara.
Article 19, sebuah organisasi non-pemerintah yang
aktif bergerak di bidang kebebasan informasi dan
berbasis di London, Inggris, mencatat beberapa
prinsip dasar keterbukaan informasi publik sebagai
berikut:
49www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
1. Informasi harus dibuka seluas-luasnya
Informasi yang dikelola oleh badan publik
harus dibuka seluas-luasnya dan hanya dapat
dikecualikan dalam situas-situasi tertentu dan
bersifat terbatas. Sebagai konsekuensi, setiap
orang berhak untuk mendapatkan informasi-
informasi tersebut. Setiap permintaan informasi
seharusnya tidak perlu disertai dengan alasan
permintaan. Sebaliknya, badan publik yang
menyelenggarakan pengelolaan informasi
harus dapat menunjukan bahwa mereka telah
menggunakan kriteria obyektif ketika menolak
permintaan informasi.
2. Informasi wajib disebarluaskan
Keterbukaan informasi tidak hanya berarti
bahwa badan publik wajib memenuhi
permintaan informasi. Namun, ia juga wajib
menyebarluaskan informasi secara proaktif,
meskipun tidak didahului dengan permintaan
sekalipun. Untuk itu badan publik wajib untuk
mengidentifikasi dan mengklasifikasi informasi
apa saja yang masuk kategori informasi proaktif.
3. Menegakkan pemerintahan terbuka
Menegakkan pemerintahan terbuka tidak
cukup dengan membuat Undang-undang
tentang Keterbukaan Informasi Publik dan
peraturan-peraturan tertulis lainnya.Pemerintah
harus memastikan bahwa aturan tersebut
dijalankan. Konsekuensinya, pemerintah harus
menyediakan dana yang cukup, membangun
sistemsistem pengelolaan dan pelayanan
informasi serta mengembangkan kapasitasnya
untukmelayani permintaan informasi. Di sisi
lain, pemerintah juga harus meningkatkan
kesadaran masyarakat akan hak mereka untuk
mendapatkan informasi. Caranya, antara lain
dengan mendayagunakan berbagai media
komunikasi yang ada, seperti surat kabar, radio,
televisi, dll.
4. Lingkup pengecualian yang terbatas
Setiap informasi adalah bersifat terbuka
dan dapat diakses, kecuali informasi yang
dikategorikan sebagai informasi rahasia. Oleh
karena itu, badan publik pengelola informasi
yang akan menolak permintaan informasi harus
melakukan uji tiga tahap:
i. Pengecualian informasi dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan; rincian
tentang informasi yang dapat dibuka atau
ditutup harus tercantum dalam peraturan
perundang-undangan. Pengecualian
sebaiknya didasarkan pada isinya (substansi
informasi), bukan jenis dokumennya.
Pengecualian juga harus dibatasi dengan
waktu yang memadai (tidak permanen).
Misalnya, informasi yang apabila dibuka
pada satu ketika membahayakan
pertahanan nasional, tidak akan berbahaya
apabila dibuka 20 tahun kemudian.
ii. Penolakan informasi telah melalui uji konsekuensi bahaya, yaitu apabila dibuka
justru membahayakan kepentingan publik
(consequenstial harm test)
BAB I - Pengenalan Keterbukaan Informasi
50 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
iii. Penolakan didasarkan pada uji kepentingan, yaitu bahaya yang timbul
akibat dibukanya informasi tersebut
lebih besar daripada kepentingan untuk
mendapatkan informasi (balancing publik
interest test)
5. Akses yang mudah
Badan publik wajib untuk membangun sistem
pengelolaan dan pelayanan informasi yang
mudah diakses oleh masyarakat. Selain itu,
badan publik juga harus membangun sistem
penyelesaian sengketa informasi yang juga
mudah diakses dan prosedur yang digunakan
cukup sederhana.
6. Biaya yang terjangkau
Biaya untuk mendapatkan informasi harus
ditetapkan sesuai dengan kemampuan
masyarakat. Jangan sampai biaya yang
dibebankan terlalu mahal sehingga membuat
masyarakat enggan untuk meminta informasi.
Dalam jangka panjang, keuntungan yang
diperoleh dengan memberikan informasi lebih
banyak daripada menutup informasi. Dengan
terbukanya akses informasi, masyarakat
dapat turut serta melakukan pengawasan
sehingga kebocoran anggaran di badan-
badan publik dapat dihindari. Pemerintah
perlu mempertimbangkan penerapan sistem
tarif berjenjang, misalnya tarif informasi untuk
kepentingan pribadi atau komersial lebih mahal
dibandingkan dengan informasi yang akan
digunakan untuk publik.
7. Pertemuan terbuka
Keterbukaan informasi tidak hanya
berkaitan dengan hak untuk mengakses
dokumen-dokumen, namun juga menghadiri
pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan
pemerintah dalam mengambil keputusan
yang bersifat publik, misalnya pertemuan
yang diselenggarakan oleh DPR yang akan
membahas anggaran. Untuk itu, badan publik
juga harus mendefinisikan pertemuan terbuka
dan tertutup dan membuat “aturan main” kapan
suatu pertemuan terbuka dan kapan dapat
tertutup, dengan kriteria obyektif yang jelas dan
dituangkan dalam bentuk peraturan resmi.
8. Mengedepankan keterbukaan
Undang- undang yang mengatur tentang
keterbukaan informasi sebaiknya dijadikan
acuan untuk mengatur segala hal terkait
informasi dan akses informasi.Oleh karena itu,
peraturan perundang-undangan lain seharusnya
diselaraskan dengan prinsip-prinsip keterbukaan
informasi. Selain itu, pejabat yang memiliki
itikad baik untuk membuka informasi dilindungi
dari sanksi, apabila informasi yang dibuka tidak
tergolong sebagai informasi yang dikecualikan.
Hal ini perlu dipertimbangkan untuk diberlakukan
51www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
agar dapat mendobrak “budaya” ketertutupan
yang masih mengakar pada birokrasi.
9. Perlindungan bagi “peniup peluit” (whistle blower)
Setiap orang yang beritikad baik
mengungkapkan terjadinya pelanggaran
hukum harus dilindungi dari sanksi hukum
maupun administratif, meskipun informasi yang
diungkapkan tersebut masuk di dalam kategori
informasi yang dirahasiakan. Oleh karena itu,
peraturan tentang keterbukaan informasi harus
dilaksanakan sejalan dengan peraturan tentang
perlindungan bagi si “peniup peluit”.
I.4. JAMINAN HUKUM KETERBUKAAN INFORMASI
1. JAMINAN HUKUM UMUM
Jaminan hukum keterbukaan informasi di
Indonesia sangat kuat. UUD 1945 sebagai dasar
hukum tertinggi menjamin hak setiap orang
untuk mendapatkan informasi. Hal ini berarti
negara wajib memenuhi hak tersebut. Jaminan
tersebut kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam
peraturan perundang-undangan di bawahnya,
mulai dari Undang-undang, Peraturan Komisi
Informasi, Peraturan Menteri, hingga Peraturan
Daerah dan regulasi lain pada tingkat daerah.
1. A. UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1945
Akses informasi merupakan bagian dari
hak asasi manusia (HAM) yang dijamin
dan dilindungi oleh konstitusi (UUD 1945).
Perubahan Kedua UU 1945 Pasal 28F
menyatakan bahwa: “Setiap orang berhak
untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi
dan lingkungan sosialnya, serta berhak
untuk mencari, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia.”
Jaminan konstitusional ini harus dijabarkan
lebih lanjut dalam peraturan perundang-
undangan yang sifatnya operasional agar
tidak sekedar menjadi moral rights, tetapi
juga menjadi positive rights dan exercise of
rights (Muhamad Yasin, 2007). Oleh karena
itu, pemerintah menjabarkan jaminan hak
tersebut dalam UU HAM (UU No. 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 14)
dan UU KIP (UU No. 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik).
1.B. UNDANG – UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK (UU KIP)
UU KIP tidak hanya menjamin hak atas
informasi (hak atas substansi/substantive
rights) tetapi juga menjamin hak akses
BAB I - Pengenalan Keterbukaan Informasi
52 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
informasi (hak atas prosedur/procedural
rights). Beberapa pokok pikiran yang
terkandung dalam UU KIP adalah:
• Setiap badan publik wajib menjamin keterbukaan informasi publik. UU KIP
mengatur tentang pihak-pihak yang dikenai
kewajiban (duty bearers) untuk memenuhi
hak masyarakat atas informasi dan atas
akses informasi, yaitu badan publik. UU KIP
mendefinisikan badan publik berdasarkan
sumber pendanaannya, yaitu badan yang
mendapatkan sumber pendanaan dari publik
(masyarakat).
• Setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh publik.
Pengelolaan negara diselenggarakan oleh
pemerintah, untuk kepentingan publik dan
dengan menggunakan danapublik. Oleh
karena itu, maka setiap informasi yang
terkait dengan penyelenggaraan negara
pada dasarnya adalah terbuka dan harus
dapat diakses oleh publik.
• Informasi publik yang dikecualikan bersifat ketat, terbatas, tidak mutlak/tidak permanen. Meskipun pada dasarnya
setiap informasi publik bersifat terbuka
dan dapat diakses, namun dalam praktek
tidak semua informasi dapat dibuka. Ada
informasi-informasi tertentu yang apabila
dibuka justru dapat menimbulkan kerugian
atau membahayakan kepentingan publik.
Oleh karena itu, UU KIP juga menjamin
adanya informasi-informasi yang dapat
dirahasiakan oleh pengelola informasi.
Namun, pengecualian informasi tersebut
harus dilakukan secara obyektif, teliti
dan cermat, yaitu melalui uji konsekuensi
bahaya (consequential harm test) dan uji
kepentingan publik (consequential harm
test).
Uji konsekuensi bahaya adalah pengujian
oleh Badan Publik (dalam hal ini Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi -
PPID) atas kemungkinan bahaya yang
muncul sebagai konsekuensi dari dibukanya
suatu informasi publik. Sedangkan uji
kepentingan publik adalah pengujian
yang dilakukan oleh Badan Publik
untuk menimbang apakah kepentingan
masyarakat menghendaki suatu informasi
untuk dibuka atau ditutup. Apabila
kepentingan masyarakat yang lebih luas
menghendaki suatu informasi dibuka,
walaupun sebenarnya informasi tersebut
termasuk kategori rahasia, maka Badan
Publik wajib membuka informasi tersebut,
dan sebaliknya.
• Informasi harus dapat diakses secara cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana. Jaminan bahwa hak
atas informasi adalah hak setiap orang
telah banyak diatur dalam UU lain, namun
jaminan akan “hak akses informasi” tidak
diatur dalam berbagai UU tersebut. UU
KIP meletakan dasar bagi jaminan hak
akses informasi, yaitu setiap orang harus
dapat mengakses informasi dengan cepat,
53www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
tepat waktu, biaya ringan dan caranya
sederhana. Sebagai konsekuensinya,
pengelola informasi (badan publik) harus
dapat memenuhi hak akses tersebut dengan
menyediakan membangun sistemsistem
yang dapat mendukung pelayanan informasi
yang cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan
cara sederhana.
• Informasi publik harus bersifat utuh, akurat, dan dapat dipercaya. Indikator
bahwa hak masyarakat atas informasi
terpenuhi adalah apabila ia mendapatkan
informasi yang dibutuhkan secara utuh,
akurat, dan dapat dipercaya (tidak
mengandung unsur kesalahan yang
disengaja atau dimanipulasi). Agar hak
masyarakat tersebut dapat terpenuhi, UU
KIP menterjemahkannya dalam ketentuan
tentang: (a) kewajiban badan publik untuk
membangun sistem pengelolaan informasi
dan dokumentasi, (b) kewajiban badan
publik untuk menyusun sistem pelayanan
informasi, (c) kewajiban badan publik untuk
membangun sistem penyelesaian sengketa,
dan (d) ancaman hukuman bagi pihak-pihak
yang menghalangi akses informasi.
• Penyelesaian sengketa secara cepat, murah, kompeten, dan independen.
Dalam sebuah hubungan kontraktual
penyelenggaraan negara, dalam hal ini
antara peminta dan pemberi informasi
publik, melekat potensi terjadinya sengketa
apabila salah satu pihak menciderai
hubungan tersebut ataupun memiliki
perbedaan tafsir atas keberadaan informasi
dimaksud. UU KIP mengantisipasi kondisi
ini dengan menyediakan jaminan hukum
tentang penyelesaian sengketa informasi
yang harus dilakukan secara cepat dan
murah dan dilakukan oleh pihak yang
kompeten dan independen, yaitu internal
badan publik sebagai penyelesai sengketa
tahap pertama dan Komisi Informasi serta
pengadilan sebagai forum penyelesaian
sengketa tingkat banding.
• Ancaman pidana bagi penghambat akses informasi. Ancaman pidana merupakan
perangkat yang ditujukan untuk memberikan
efek jera bagi penghambat akses informasi.
UU KIP mendefinisikan penghambat
informasi sebagai: (a) orang yang sengaja
menghancurkan informasi, (b) orang
yang dengan sengaja membuat informasi
tidak benar, (c) pejabat publik yang tidak
menjalankan kewajibannya dalam rangka
keterbukaan informasi, (d) orang yang
menyalahgunakan informasi, dan (e) orang
yang membocorkan informasi rahasia.
1.C. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
Peraturan Pemerintah (PP) ini merupakan
penjabaran lebih lanjut Pasal 20 UU KIP tentang
jangka waktu pengecualian informasi (masa
BAB I - Pengenalan Keterbukaan Informasi
54 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
retensi) dan Pasal 58 UU KIP tentang tata
cara pembayaran ganti rugi oleh Badan Publik
Negara dan pembebanan pidana denda.
Pasal 20 di dalam UU KIP menyatakan bahwa
pengecualian informasi yang diatur dalam
Pasal 17 UU KIP tidak bersifat permanen.
Artinya, setelah jangka waktu tertentu suatu
informasi rahasia harus dapat dibuka kepada
publik. PP No. 61/2010 ini memberikan
pedoman jangka waktu yang diperbolehkan
untuk memperlakukan suatu informasi sebagai
informasi rahasia (Lihat Bab IX untuk penjelasan
lebih lanjut).
PP No. 61/2010 juga memberikan pedoman
tentang tata cara pembayaran ganti rugi bagi
Badan Publik Negara yang perbuatannya
telah menimbulkan kerugian secara materiil
kepada Pemohon Informasi (catatan: Pemohon
Informasi yang tidak puas dengan keputusan
Badan Publik Negara dapat menggungat
ke pengadilan setelah melalui prosedur
penyelesaian sengketa internal dan Komisi
Informasi. Lihat Bab V untuk penjelasan lebih
lanjut). Jumlah ganti rugi maksimal yang dapat
diberikan adalah Rp. 5.000.000,00 (lima juta
rupiah) dan dibebankan kepada keuangan
Badan Publik Negara yang bersangkutan. Ganti
rugi tersebut harus ditetapkan berdasarkan
Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
dan dibayarkan dengan tata cara yang biasa
digunakan dalam pembayaran ganti rugi pada
PTUN.
Selain pedoman tentang ganti rugi, PP No.
61/2010 juga memberikan pedoman tentang
pembebanan pidana denda (Lihat Pasal 51-55
UU KIP). Menurut PP ini, apabila Badan Publik
melanggar ketentuan dalam Pasal 51-55 UU
KIP, maka Badan Publik yang bersangkutan
dapat dikenai sanksi pidana berbentuk
pembayaran denda. Beban pembayaran
denda tersebut ada pada Badan Publik atau
Pejabat Publik apabila dapat dibuktikan bahwa
Pejabat Publik yang bersangkutan terbukti telah
melakukan tindakan di luar tugas pokok dan
fungsinya serta melampau kewenangan yang
diberikan kepadanya.
1.D. PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR LAYANAN INFORMASI PUBLIK (PERKI SLIP)
UU KIP telah mengatur tentang hal-hal prinsip
berkaitan dengan hak dan kewajiban serta tata
cara untuk mendapatkan hak dan memenuhi
kewajiban atas informasi publik. Hal-hal prinsip
tersebut masih memerlukan penjabaran lebih
lanjut agar pelaksanaan UU KIP optimal.
Oleh karena itu, Komisi Informasi Pusat
sebagai lembaga yang diberi mandat untuk
melaksanakan UU KIP menyusun Peraturan
Komisi Informasi No. 1 tentang Standar
Layanan Informasi Publik (PERKI SLIP) yang
disahkan pada tahun 2010.
55www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
PERKISLIP secara rinci menjabarkan lebih lanjut
tentang:
• daftar informasi yang wajib disediakan dan
diumumkan, informasi yang wajib diumumkan
secara serta-merta, dan informasi yang wajib
tersedia setiap saat;
• tata cara pengecualian informasi publik;
• standar pelayanan informasi publik, yang
meliputi: (i) standar informasi publik melalui
pengumuman, (ii) standar informasi publik
melalui permohonan, (iii) kewajiban untun
membuat maklumat pelayanan informasi bagi
badan publik, dan (iv) kewajiban penyusunan
standar prosedur operasional layanan informasi
publik;
• tata cara pengelolaan keberatan;
• laporan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan
informasi publik.
1.E. PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK (PERKI PPSIP)
PERKI PPSIP mengatur lebih lanjut tata cara
penyelesaian sengketa informasi yang telah
diatur dalam UU KIP, khususnya penyelesaian
sengketa informasi di Komisi Informasi (Pusat,
Provinsi ataupun Kabupaten/Kota). Beberapa
hal yang diatur dalam PERKI ini antara lain:
• Kewenangan Komisi Informasi dalam
penyelesaian sengketa informasi publik melalui
mediasi dan ajudikasi
• Tata cara permohonan penyelesaian sengketa
informasi publik
• Tata cara penyelesaian sengketa informasi
publik melalui mediasi dan ajudikasi
Adapun tata cara penyelesaian sengketa internal
Badan Publik menjadi kewenangan masing-masing
Badan Publik untuk menyusun prosedurnya.
Sementara tata cara penyelesaian sengketa
informasi di pengadilan diatur dalam peraturan
perundang-undangan lain berupa Peraturan
Mahkamah Agung (Lihat Bagan Alur Penyelesaian
Sengketa di Pengadilan pada Bab V).
1.F. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH
Permendagri No. 35/2010 menekankan dan
menjabarkan lebih lanjut tentang pengelolaan
dan pelayanan informasi di Kementerian
Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah yang
didefinisikan sebagai Pemerintah Daerah
(Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah) beserta Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Ulasan
singkat ini hanya akan fokus pada pengelolaan
dan pelayanan informasi di Pemerintah Daerah.
BAB I - Pengenalan Keterbukaan Informasi
56 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Menurut Permendagri No. 35/2010,
Pemerintah Daerah merupakan Badan
Publik yang wajib menyediakan, memberikan
dan/atau menerbitkan Informasi Publik
yang berada di bawah kewenangannya
kepada Pemohon Informasi Publik, selain
informasi yang dikecualikan sesuai peraturan
perundang-undangan (Pasal 6 Ayat (1)).
Untuk melaksanakan kewajiban tersebut,
Pemerintahan Daerah wajib membangun
dan mengembangkan sistem informasi dan
dokumentasi pengelolaan Informasi Publik yang
dapat diakses dengan mudah (Pasal 6 Ayat (2)).
Pedoman lain yang disampaikan di dalam
Permendagri ini mengenai keberadaan Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID).
PPID melekat pada pejabat struktural yang
membidangi tugas dan fungsi pelayanan
informasi. Pada lingkup Pemerintah Provinsi,
PPID ditetapkan oleh Gubernur,sedangkan pada
lingkup Pemerintah Kabupaten/Kota ditetapkan
oleh Bupati/Walikota. Para PPID ini bertanggung
jawab kepada Gubernur atau Bupati/Walikota
melalui Sekretaris Daerah pada lingkup tugas
masing-masing. Untuk membantu tugas PPID,
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat
menetapkan PPID Pembantu/Pelaksana yang
berasal dari Satuan Kerja Perangkat Daerah
dan/atau Pejabat Fungsional di masing-masing
lingkup tugasnya (Lihat Bagian Struktur Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
pada Bab II).
Disamping itu, Permendagri ini juga
memandatkan agar segala biaya yang
diperlukan untuk pengelolaan pelayanan
informasi dan dokumentasi di lingkungan
Pemerintahan Provinsi dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi sedangkan di lingkungan Pemerintahan
Kabupaten/Kota dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/
Kota.
2. PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN TERKAIT (SEKTORAL)
Selain UU KIP dan peraturan pelaksanaannya,
ada juga peraturan perundang-undangan lain yang
mengatur tentang keterbukaan informasi.Namun,
pada umumnya peraturan perundang-undangan
tersebut hanya mengatur hal-hal yang sifatnya
umum, misalnya jaminan hak setiap orang untuk
memperoleh informasi atau kewajiban Pemerintah
untuk memberikan informasi.Adapun tata cara
untuk memperoleh hak atau menjalankan kewajiban
tersebut, maupun tata cara penyelesaian sengketa
apabila hak dilanggar atau kewajiban tidak dipenuhi
tidak diatur sehingga harus merujuk pada UU KIP
dan peraturan pelaksanaannya.
Beberapa peraturan terkait dengan UU KIP di bidang
kesehatan, pendidikan, dan pelayanan perizinan
antara lain adalah UU Kesehatan, UU Pendidikan,
dan UU Pelayanan Publik serta beberapa peraturan
57www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
pelaksanaannya.Berikut adalah ulasan ringkas
tentang jaminan keterbukaan informasi di dalam
berbagai peraturan perundang-undangan tersebut.
2.A. UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN ( UU KEARSIPAN)
UU Kearsipan memiliki keterkaitan yang erat
dengan UU KIP. UU Kearsipan bisa dibaratkan
sebagai “dapur” layanan informasi publik, karena
UU ini memandatkan agar setiap lembaga
Negara, pemerintahan daerah, lembaga
pendidikan, perusahaan, organisasi politik,
organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan
agar menyimpan dan mendokumentasikan setiap
kegiatan atau peristiwa yang berkaitan dengan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara (Pasal 1). Oleh karena itu, pelaksanaan
UU ini akan mempengaruhi bagaimana layanan
informasi dapat diberikan. Hal ini juga ditegaskan
dalam Pasal 8 UU KIP yang menyatakan bahwa
“Kewajiban Badan Publik yang berkaitan dengan
kearsipan dan pendokumentasian Informasi
Publik dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.” Pasal 6 Ayat 3 Huruf e UU
KIP juga menyatakan bahwa salah satu alasan
yang diperbolehkan bagi badan public untuk tidak
memenuhi permintaan informasi apabila informasi
yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan
meskipun harus diberitahukan kapan informasi
tersebut selesai didokumentasikan. Kemudian pada
Pasal 53 UU KIP mengatur ancaman pidana bagi
siapa saja yang menghancurkan, merusak, atau
menghilangkan dokumen atau informasi secara
melawan hukum. Pemusnahan atau penghilangan
suatu dokumen atau informasi harus dilakukan
sesuai dengan prosedur dan masa retensi
sebagaimana diatur dalam UU Kearsipan.
UU Kearsipan mengatur tentang bagaimana arsip
disimpan, dikelola, dan dilindungi untuk mendukung
penyelenggaraan Negara.UU ini mengatur
tentang kapan dan bagaimana badan publik harus
mendokumentasikan atau mengarsipkan suatu arsip
baik arsip dinamis yang menjadi tanggungjawab
pencipta arsip maupun statis yang menjadi
tanggungjawab lembaga kearsipan (Pasal 9). UU
ini juga memberikan ancaman bagi siapapun yang
melakukan pemusnahan dokumen atau arsip diluar
prosedur pemusnahan sesuai dengan ketentuan
(Pasal 86) maupun tidak melakukan pengarsipan
melalui pemberkasan dan pelaporan bagi arsip
dinamis (Pasal 43 dan Pasal 85).
2.B. UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN (UU KESEHATAN).
Hak atas informasi di bidang kesehatan merupakan
hal yang sangat penting sehingga dijaminsecara
rinci di dalam UU Kesehatan.UU ini secara tegas
menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk
mendapatkan informasi dan edukasi tentang
kesehatan yang seimbang dan bertanggung-jawab
(Pasal 7).Informasi tentang kesehatan ini meliputi,
antara lain: informasi tentang data kesehatan
dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang
BAB I - Pengenalan Keterbukaan Informasi
58 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
telah maupun yang akan diterimanya dari petugas
kesehatan (Pasal 8), informasi, edukasi, dan
konseling mengenai kesehatan reproduksi yang
benar dan dapat dipertanggungjawabkan (Pasal
72 huruf d) serta informasi dan edukasi yang benar
mengenai kesehatan jiwa (Pasal 146 Ayat (1)). Di
sisi lain, UU Kesehatan juga menjamin hak atas
rahasia kesehatan pribadi setiap orang (Pasal 57
Ayat (1)).Namun, sifat kerahasiaan tersebut tidaklah
mutlak.Sepanjang diperintahkan oleh Undang-
undang, pengadilan, atau atas izin pribadi yang
bersangkutan untuk dibuka, maka informasi tersebut
dapat dibuka baik untuk kepentingan pribadi orang
tersebut atau masyarakat.
Selain mengatur tentang hak atas informasi,
UU Kesehatan juga mengatur kewajiban untuk
memberikan informasi. Secara khusus UU ini
memandatkan Pemerintah untuk bertanggung
jawab atas ketersediaan terhadap akses informasi,
edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya (Pasal 17) dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh
akses informasi kesehatan dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Pasal
169). Untuk itu, Pemerintah dikenai kewajiban untuk
membangun sistem informasi kesehatan lintas
sektor (Pasal 168).
Beberapa informasi yang secara khusus disebut
dalam UU Kesehatan yang wajib disediakan oleh
Pemerintah ataupun Pemerintah Daerah adalah:
• Informasi tentang kesehatan reproduksi
• Informasi tentang gizi
• Informasi tentang kesehatan jiwa
• Informasi tentang persebaran penyakit yang
berpotensi menular atau menyebar dalam waktu
singkat
• Informasi tentang daerah yang dapat menjadi
sumber penularan
• Informasi tentang faktor resiko penyakit tidak
menular
Berdasarkan mandat UU Kesehatan dan UU KIP,
maka Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang
berwenang di bidang kesehatan selaku badan publik
wajib menyediakan informasi tentang kesehatan
kepada masyarakat.
2.C. UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL (UU SISDIKNAS)
UU Sisdiknas tidak secara khusus mengatur tentang
hak atas informasi, namun UU ini menyatakan
bahwa pengelolaan dana pendidikan harus
dilakukan secara transparan dan akuntabel (Pasal
48). Dengan adanya mandat untuk mengelola
dana pendidikan secara transparan, maka dana
pendidikan yang bersumber dari sumbangan peserta
didik atau orang tua/walinya apabila mencapai
jumlah tertentu harus diaudit oleh akuntan publik
dan diumumkan (Pasal 55 Ayat (2)).
Walaupun UU Sisdiknas hanya mengatur secara
umum tentang transparansi di bidang pendidikan,
namun mengingat setiap lembaga pendidikan (baca:
sekolah) dapat dipastikan mengelola dana publik
59www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
– baik yang bersumber dari APBN maupun dana
masyarakat/orang tua murid – maka sesuai dengan
mandat UU KIP, sekolah merupakan badan publik
yang wajib memberikan informasi kepada publik.
Di sisi lain, Pemerintah dan Pemerintah Daerah
yang berwenang di bidang pendidikan selaku
badan publik juga berkewajiban untuk menyediakan
informasi tentang pendidikan kepada masyarakat.
2.D. UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK (UU PELAYANAN PUBLIK)
UU Pelayanan Publik merupakan salah satu
Undang-undang yang erat kaitanya dengan UU KIP.
Kaitan tersebut terletak pada mandat yang diberikan
baik oleh UU Pelayanan Publik maupun UU KIP
dalam hal pengelolaan dan pelayanan informasi.
Institusi yang dikenai kewajiban oleh kedua UU
tersebut saling beririsan; UU Pelayanan Publik
memandatkan setiap organisasi penyelenggara
pelayanan publik untuk melakukan pengelolaan dan
pelayanan informasi sedangkan UU KIP mewajibkan
setiap Badan Publik yang menggunakan dana
publik untuk melakukan hal serupa. Di dalam UU
Pelayanan Publik, yang institusi yang dikenai
kwajiban adalah institusi penyelenggara negara,
korporasi serta lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan Undang-undang untuk kegiatan
pelayanan publik dan badan hukum lain yang
dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan
publik. Institusi-institusi tersebut besar kemungkinan
juga merupakan Badan Publik sebagaimana diatur
oleh UU KIP.
Dalam kaitan dengan kedua hal tersebut di
atas (pengelolaan dan pelayanan informasi
oleh institusi penyelenggara pelayanan publik
atau Badan Publik), UU Pelayanan Publik telah
memberikan pedoman tentang penyelenggaraan
pelayanan publik, termasuk dalam hal ini pelayanan
permohonan informasi. Penyelenggara diwajibkan
untuk, antara lain: (i) menyusun dan menetapkan
standar pelayanan; (ii) menyusun, menetapkan,
dan mempublikasikan maklumat pelayanan;
(iii) menempatkan pelaksana yang kompeten;
(iv) menyediakan sarana, prasarana, dan/ atau
fasilitaspelayanan publik yang mendukung
terciptanya iklim pelayanan yang memadai;
(v) memberikan pelayanan yang berkualitas
sesuaidengan asas penyelenggaraan pelayanan
publik; (vi) melaksanakan pelayanan sesuai
dengan standar pelayanan; serta (vii) memberikan
pertanggungjawaban terhadap pelayanan yang
diselenggarakan.
2.E. BEBERAPA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PPTSP)
Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi
melalui peningkatan investasi, Pemerintah telah
mengeluarkan paket peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan penyederhanaan proses
perizinan melalui Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PPTSP). Paket tersebut terdiri
dari, antara lain: Permendagri No. 24 Tahun 2006
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
BAB I - Pengenalan Keterbukaan Informasi
60 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Terpadu Satu Pintu, Permendagri No. 20 Tahun
2008 tentang Pedoman Organisasi Dan Tatakerja
Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah,
Perpres No. 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanaman
Modal, dan Peraturan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal No. 14 Tahun 2009 tentang
Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi
Secara Elektronik.
Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan PPTSP
ditujukan untuk meningkatkan kualitas layanan
publik, mendorong efisiensi pemberian ijin (usaha)
serta memperluas akses masyarakat terhadap
layanan publik tersebut. Untuk itu pelayanan publik,
khususnya yang berkaitan dengan proses perizinan,
harus diberikan secara cepat, murah, mudah,
transparan, pasti dan terjangkau (Permendagri
24/2006).
Dalam konteks PPTSP di tingkat Kabupatan/
Kota, peraturan-peraturan tersebut
mewajibkan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk
menyederhanakan pelayanan atas prosedur
perizinan serta memberikan hak kepada masyarakat
untuk memperoleh informasi yang terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan. Sebagai konsekuensi
Pemerintah Kabupaten/Kota, khususnya instansi
yang bertanggung jawab di bidang PPTSP,wajib
membangun sistem informasi dan memberikan
informasi kepada masyarakat tentang jenis
pelayanan dan persyaratan teknis, mekanisme,
penelusuran posisi dokumen pada setiap proses,
biaya dan waktu perizinan dan non perizinan, serta
tata cara pengaduan melalui berbagai media yang
mudah diakses dan diketahui oleh masyarakat
(Permendagri 24/2006). Selain itu, dalam kaitannya
dengan penanaman modal, peraturan tersebut juga
memandatkan agar Perangkat Daerah Kabupaten/
Kota Bidang Penanaman Modal (PDKPM) untuk
membangun Sistem Pelayanan Informasi dan
Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE).
Sistem ini merupakan sistem elektronik pelayanan
perizinan dan non-perizinan yang terintegrasi antara
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
dengan lembaga yang memiliki kewenangan di
bidang perizinan, baik di tingkat pusat (Kementerian
atau Lembaga Pemerintah Non Departemen)
maupun daerah (Perangkat Daerah Provinsi/
Kabupaten/Kota Bidang Penanaman Modal).
Artinya, perangkat daerah yang bertanggung jawab
di bidang pelayanan satu pintu dan penanaman
modal memiliki kewajiban untuk membangun
sistem informasi yang terintegrasi dan memberikan
informasi kepada masyarakat tentang informasi
terkait perizinan.
I.5. PEMOHON & PENGGUNA INFORMASI
UU KIP membedakan antara Pemohon Informasi
dan Pengguna Informasi. Pembedaan tersebut
mempertegas pihak yang dapat meminta informasi
kepada badan publik dan yang tidak. Pihak yang
dapat mengajukan permohonan informasi adalah:
61www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
• Warga Negara Indonesia
• Badan Hukum yang sah menurut hukum di
Indonesia
Sedangkan yang menggunakan informasi
(Pengguna Informasi) bisa setiap orang, baik itu
individu, sekelompok orang, badan hukum atau
badan publik Indonesia maupun asing (di luar
Indonesia).
DEFINISI PEMOHON DAN PENGGUNA INFORMASI
Pasal 1 Angka 12 UU KIPPemohon informasi adalah warga negara
dan/atau badan hukum Indonesia yang
meng ajukan permintaan informasi publik
sebagaimana diatur dalam Undang-undang
ini.
Pasal 1 Angka 11 UU KIPPengguna informasi adalah orang yang
menggunakan informasi publik sebagaimana
diatu dalam Undang-undang ini.
MEMAKNAI PEMOHON INFORMASI SECARA LEBIH LUAS
UU KIP maupun peraturan pelaksanaannya tidak mengatur tentang bagaimana cara membuktikan
bahwa pemohon adalah WNI ataupun suatu badan hukum yang sah menurut hukum di Indonesia.
Pemohon informasi hanya perlu mengisi formulir permohonan informasi yang menyebutkan nama,
alamat, pekerjaan, dll (lihat lampiran formulir permohonan)
Pemohon dapat dimaknai lebih luas, mencakup orang asing (orang-perorangan atau badan hukum)
yang akan melakukan penelitian (PP 41/2006).
Orang yang asing yang akan melakukan penelitian dapat memohon informasi apabila:
- Mendapat izin dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penelitian,
pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Memiliki lembaga penjamin dan mitra kerja di Indonesia.
- Menyampaikan laporan berkala kepada Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
BAB I - Pengenalan Keterbukaan Informasi
62 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Orang asing juga dapat memohon informasi tentang administrasi kependudukan apabila yang
bersangkutan tinggal di wilayah Indonesia .
UU No. 23/2006 tentang Administrasi Kependudukan menyatakan bahwa setiap penduduk (WNI
atau WNA yang bertempat tinggal di Indonesia memiliki hak untuk memperoleh informasi mengenai
data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil atas dirinya dan/atau keluarganya.
Jadi, meskipun orang asing yang tinggal di wilayah Indonesia tidak mempunyai jaminan hukum
untuk memperoleh informasi dalam UU KIP, namun untuk konteks administrasi kependudukan
mereka mempunyai jaminan hukum berdasar UU Adminduk, khusus atau terbatas tentang informasi
diri dan keluarganya yang dikuasai oleh instansi yang bertanggungjawab di bidang administrasi
kependudukan. Hal ini lazim dikenal dalam konteks perlindungan data pribadi seseorang yang
dikuasai oleh instansi pemerintah sehingga mereka juga dimungkinkan untuk mengkoreksi data diri
dan keluarganya apabila terdapat kesalahan.
Hak – hak Pemohon Informasi:
1. Memperoleh informasi publik
2. Melihat dan mengetahui informasi publik
3. Menghadiri pertemuan publik yang terbuka
untuk umum untuk memperoleh informasi publik
4. Mendapatkan salinan informasi publik melalui
permohonan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
5. Menyebarluaskan informasi publik sesuai
dengan peraturan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
6. Mengajukan permintaan informasi disertai
dengan alasan permintaan
7. Mengajukan keberatan secara tertulis apabila:
• Permohonan informasinya ditolak dengan
alasan informasi yang diminta merupakan
informasi yang dikecualikan
• Informasi berkala yang diminta tidak
disediakan
• Permintaan informasinya tidak ditanggapi
• Permintaan informasinya ditanggapi tetapi
tidak sebagaimana diminta
• Dikenakan biaya tidak wajar
• Penyampaian informasi yang diminta
melebihi tenggang waktu yang diatur dalam
UU KIP
8. Mengajukan gugatan ke pengadilan apabila
mendapat hambatan dalam memperoleh
informasi publik, termasuk apabila keberatan
yang diajukan dalam poin 7 tidak ditanggapi
atau diselesaikan.
63www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
I.6. BADAN PUBLIK
UU KIP mendefinisikan badan publik berdasarkan
sumber pendanaan; sepanjang mendapatkan
dana dari APBN dan/atau APBD atau sumbangan
masyarakat maka lembaga tersebut dapat disebut
sebagai badan publik dan wajib menyediakan
informasi publik. Selain lembaga-lembaga tersebut,
UU KIP juga memandatkan Partai Politik, BUMN/
BUMD untuk menyediakan informasi-informasi
tertentu sehingga keduanya dapat dikategorikan
sebagai badan publik.
Jadi, badan publik terdiri dari:
• Lembaga eksekutif
• Lembaga legislatif
• Lembaga yudikatif
• Badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya
berkaitan dengan penyelenggaraan negara yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari
APBN dan/atau APBD
• Organisasi non pemerintah sepanjang sebagian
atau seluruh dananya bersumber dari APBN
dan/atau APBD atau sumbangan masyarakat
dan/atau luar negeri
• Partai Politik
• Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
• Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Contoh-contoh badan publik di tingkat Kabupaten/
Kota:
• Pemerintah Kabupaten/Kota
• DPRD Kabupaten/Kota
• Lembaga-lembaga organ pendukung atau
penunjang pemerintahan (auxilariy bodies)
seperti Komisi Informasi Kabupaten/Kota,
Komisi Ombudsman Kabupaten/Kota
• Dewan Pimpinan Cabang Parpol
• Badan Usaha Milik Daerah
DEFINISI BADAN PUBLIK
Pasal 1 Angka 3 UU KIP
Badan Publik adalah lembaga eksekutif,
legislatif, yudikatif, dan badan lain yang
fungsi dan tugas pokoknya berkaitan
dengan penyelenggaraan negara, yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan/atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, atau organisasi non
pemerintah sepanjang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
sumbangan masyarakat, dan/atau luar
negeri.
BAB I - Pengenalan Keterbukaan Informasi
64 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
KEWAJIBAN BADAN PUBLIK
Pasal 7 UU KIP
(1) Badan Publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan Informasi Publik yang
berada di bawah kewenangannya kepada Pemohon Informasi Publik, selain informasi yang
dikecualikan sesuai dengan ketentuan.
(2) Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan.
(3) Untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan Publik harus
membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola
Informasi Publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah.
(4) Badan Publik wajib membuat pertimbangan secara tertulis setiap kebijakan yang diambil
untuk memenuhi hak setiap Orang atas Informasi Publik.
(5) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) antara lain memuat pertimbangan politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau pertahanan dan keamanan negara.
(6) Dalam rangka memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan
ayat (4) Badan Publik dapat memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik dan non-
elektronik.
Pasal 9 Ayat (1) UU KIP
Setiap badan publik wajib mengumumkan informasi publik secara berkala.
Pasal 10 Ayat (1) UU KIP
Badan publik wajib mengumumkan secara serta-merta suatu informasi yang dapat mengancam
hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum.
Pasal 11 Ayat (1) UU KIP
Badan Publik wajib menyediakan informasi setiap saat.
(catatan: yang tergolong informasi jenis ini lihat di bagian jenis-jenis informasi)
65www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Kewajiban Badan Publik dalam pelayanan informasi
(PERKI 1/2010):
• Menetapkan peraturan standar prosedur
operasional layanan informasi publik sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
• Membangun dan mengembangkan sistem
informasi dan dokumentasi yang baik dan efisien
• Menunjuk dan mengangkat Pejabat Pengelola
Informasi dan Dokumentasi (PPID) beserta
struktur di dalamnya.
• Menyediakan anggaran yang memadai untuk
pelayanan informasi publik.
• Menyediakan sarana dan prasarana
layanan informasi publik (antara lain: papan
pengumuman, meja informasi, situs web dan
sebagainya).
• Menetapkan standar biaya perolehan salinan
informasi.
• Menetapkan dan memutakhirkan Daftar
Informasi Publik yang dikelolanya secara
berkala.
• Menyediakan dan memberikan informasi publik
• Memberikan tanggapan atas keberatan yang
diajukan oleh Pemohon Informasi.
• Membuat laporan layanan informasi yang telah
diselenggarakannya dan mengumumkannya.
• Mengevaluasi dan mengawasi pelaksanaan
pelayanan informasi di instansinya.
HAK BADAN PUBLIK
Pasal 6 UU KIP
(1) Badan publik berhak menolak
memberikan informasi yang
dikecualikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Badan publik berhak menolak
memberikan informasi publik apabila
tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Badan Publik dapat menolak permintaan informasi
jika:
• Informasi yang diminta termasuk dalam kategori
informasi yang dirahasiakan sesuai dengan
Pasal 17 UU KIP
• Setelah melakukan uji konsekuensi bahaya;
yaitu apabila informasi tersebut dibuka dapat
membahayakan kepentingan-kepentingan
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 17 UU
KIP
• Apabila setelah melakukan uji konsekuensi
bahaya Badan Publik belum yakin dan melihat
ada indikasi kepentingan publik yang lebih besar
menghendaki agar informasi dibuka, maka
Badan Publik dapat menolak setelah melakukan
uji kepentingan publik
BAB I - Pengenalan Keterbukaan Informasi
66 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Badan publik tidak boleh menolak permintaan
informasi dengan alasan:
• Belum mendokumentasikan informasi yang
diminta
• Tidak mengelola informasi yang diminta padahal
informasi tersebut seharusnya berada di bawah
pengelolaannya
• Pemohon tidak memenuhi prosedur yang
berlaku
67www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAHAN PRESENTASI
Henri Subagiyo
SESI I PENGENALAN KETERBUKAAN
INFORMASI PUBLIK
ALUR PELATIHAN
TOPIK : • TUJUANKETERBUKAANINFORMASI• PERKEMBANGANDANPARADIGMAKETERBUKAANINFORMASI• JAMINANHUKUMKETERBUKAANINFORMASI• BADANPUBLIK• KEWAJIBANBADANPUBLIK
BAB I - Pengenalan Keterbukaan Informasi
68 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
• InformasiPublikadalahinformasiyangdihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/ atau diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/ atau penyelenggara dan penyelenggaraan Badan Publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.
INFORMASI PUBLIK
Tuliskan pada metaplan atau kertas plano: 1. Tujuan pelaksanaan keterbukaan informasi2. Prinsip-prinsip keterbukaan informasi 3. Siapakah Badan Publik 4. Kewajiban Badan Publik dalam pelaksanaan
keterbukaan informasi
DISKUSI
69www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
1. Memberikan jaminan “hak untuk tahu” tentang kebijakan, program, pengambilan keputusan dan alasan yang menyangkut kepentingan publik;
2. Mendorong partisipasi publik dalam proses pengambilan keputusan 3. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan dan
pengelolaan badan publik secara baik 4. Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik 5. Mengetahui alasan pengambilan kebijakan yang berpengaruh terhadap hajat
hidup orang banyak 6. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa7. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi untuk menghasilkan layanan
informasi yang berkualitas
TUJUAN SESUAI DENGAN UU KIP
TUJUAN SESUAI DENGAN UU KIP Rezim KeterbukaanRezim Ketertutupan
1. Maximum Access, Limited Exemption
2. Akses yg murah, cepat, utuh, dan akurat
3. Proaktif 4. Penyelesaian
sengketa yg cepat kompeten, independen
5. Sanksi bagi penghambat
Pengecualian bersifat ketat, terbatas, dan tidak mutlak
BAB I - Pengenalan Keterbukaan Informasi
70 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Jaminan Hukum Keterbukaan Informasi
Perkembangan Jaminan Hukum Keterbukaan Informasi (2009)
PS. 28 F UUD NRI 1945
UU 14/2008 (UUKIP)
PP 61/2010 –PELAKSANAAN UU KIP
PERKI 1/2010 - SLIP
REGULASI INTERNAL & STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERMENDAGRI NO. 35 TAHUN 2010
Hier
arki
Tahun
UU S
EKTO
RAL L
AIN
PERKI 2/2010 -PPSIP
71www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
• Memperoleh informasi • Melihat dan mengetahui informasi • Menghadiri pertemuan terbuka badan publik • Mendapat salinan informasi • Menyebarluaskan informasi
HAK PUBLIK
BADAN PUBLIK• Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan
badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/ atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, atau organisasi non pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.
BAB I - Pengenalan Keterbukaan Informasi
72 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
KEWAJIBAN DAN
KEWENANGAN BADAN PUBLIK
BADAN PUBLIK (lanjutan)
Pasal 3 Ayat 1 Peraturan Komisi Informasi Pusat No. 1/2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik
Ruang lingkup Badan Publik sesuai dengan peraturan ini mencakup: a. Lembaga eksekulif; b. Lembaga legislatif;c. Lembaga yudikatif;d. Badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan
negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja;
e. Organisasi non pemerintah sepanjang sebagian atau selumh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan'atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri;
f. Partai politik; dang. Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah.
73www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
1. Menyediakan informasi publik secara proaktif maupun pasif;2. Mengembangkan dan membangun sistem informasi dan
dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara efektif dan efisien;
3. Membuat pertimbangan tertulis dari setiap kebijakan yang diambil;4. Melaporkan pelaksaan UU ini setiap tahunnya (Pasal 11 (1) h dan
Pasal 12).
KEWAJIBAN BADAN PUBLIK (Pasal 7 UU KIP)
1. Kewajiban Badan Publik dalam Menyediakan Informasi
A. Proaktif• Informasiygwajibdisediakandandiumumkansecara
berkala;• Informasiygwajibdiumumkansecarasertamerta;
B. Pasif • Informasiygwajibdisediakansetiapsaat;• Informasiygdisediakanberdasarkanpermintaan.
BAB I - Pengenalan Keterbukaan Informasi
74 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
3. Memiliki Sistem Pelayanan Informasi Publik yang baik (Pasal 13)
Pasal 3 Ayat 1 Peraturan Komisi Informasi Pusat No. 1/2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik
• Memiliki Pejabat yg secara khusus bertanggungjawab atas sistem dokumentasi informasi publik (PPID) dan petugas layanan informasi (Meja Informasi)
• Memiliki sistem dokumentasi informasi publik yg mutakhir dan ter-update secara baik;
• Memelihara index informasi yg dimiliki (Daftar Informasi Publik);
• Memiliki sistem yang mendokumentasikan pelaksanaan UU KIP di lingkungannya.
2. Membangun Sistem Dokumentasi dan Pengelolaan Informasi Publik
• Memiliki pejabat yg bertanggungjawab melayani permintaan informasi (PPID), Meja Informasi, dan Petugas layanan (meja informasi);
• Memiliki dan memelihara sistem untuk melayani akses informasi secara proaktif dan pasif;
• Memiliki sistem penerimaan keberatan internal (Pasal 36);• Memiliki sistem evaluasi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan akses informasi.
75www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
• Memiliki sistem perencanaan pembuatan kebijakan yang partisipatif;
• Membuat pertimbangan tertulis dari setiap kebijakan yang setidaknya memuat pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau pertahanan/keamanan (Pasal 7:5).
4. Membuat Pertimbangan Tertulis
5. Membuat Laporan Tahunan
• Memilikisistemdokumentasipelaksanaanpelayananaksesinformasi publik termasuk dokumentasi tentang jumlah permintaan informasi yang masuk, berapa yang ditolak berikut alasannya dan berapa yang diterima, jangka waktu yang dibutuhkan untuk memberikan akses publik, biaya yang dibutuhkan untuk melayani akses informasi publik, biaya yang diterima dari masyarakat.
• MemilikisistemterintegrasidenganKomisiInformasiuntuk kepentingan evaluasi perbaikan layanan dan laporan pelaksanaan UU KIP kepada DPR setiap tahunnya.
BAB I - Pengenalan Keterbukaan Informasi
76 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
T E R I M A K A S I H
Pasal 3 Ayat 1 Peraturan Komisi Informasi Pusat No. 1/2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik
• Menolak memberikan informasi yang dikecualikan (Pasal 6);
• Mengecualikan informasi publik untuk diakses secara ketat dan terbatas berdasarkan prinsip consequential harm test, balancing public interest test dan non-permanence (Pasal 2, 17 19 dan 20).
III. Hak (kewenangan) Badan Publik
Henri Subagiyo081585741001021-7262740
77www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
22Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik
78 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik
II.1. PRASYARAT PELAKSANAAN KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
Dari sisi kebijakan pada skala nasional keterbukaan
informasi publik seharusnya sudah dapat dijalankan
oleh semua Badan Publik, termasuk Badan Publik
yang ada di dalam Pemerintah Daerah. Namun
belum semua Badan Publik di daerah memiliki
perangkat yang diwajibkan dan menjalankan
keterbukaan informasi publik. Beberapa kendala
termasuk pemahaman akan UU KIP, ketidaktahuan
memulainya darimana sampai pada pemahaman
teknis pelaksanaan yang belum dipahami.
Untuk itu agar keterbukaan informasi publik dapat
dilaksanakan di daerah dengan baik diperlukan
paling tidak prasyarat dasar dan faktor pendukung.
Prasyarat dasar agar keterbukaan informasi publik
dapat berjalan di daerah adalah:
1. Regulasi
Setelah pada tingkat nasional keberadaan
regulasi terpenuhi, maka pada tingkat
daerah hal tersebut juga harus dipenuhi agar
keterbukaan informasi publik dapat dijalankan.
Jika pada tingkat nasional Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Dalam
Negeri serta Peraturan Komisi Informasi, maka
di daerah (Kabupaten/Kota) paling tidak perlu
ditetapkan beberapa regulasi. Regulasi ini
memastikan siapa yang wajib melayani publik
BAB II
.......
keterbukaan informasi publik
seharusnya sudah dapat dijalankan
oleh semua Badan Publik, .......
79www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
proses administrasi dan pembiayaan yang relatif
lebih besar dan proses yang panjang ketimbang
menetapkan berdasarkan sumberdaya manusia
yang sudah ada. Meskipun demikian, Badan
Publik perlu menyediakan paket peningkatan
kapasitas bagi sumberdaya manusia yang
ditempatkan sebagai petugas-petugas yang
memberikan layanan informasi.
b. Sarana dan Prasarana. Badan Publik yang
berada di lingkungan Pemerintah Daerah
memiliki kegiatan yang sangat beragam dengan
bidang-bidang yang relative banyak di dalam
satu badan (SKPD). Oleh karenanya informasi
maupun jenisnya sangat beragam. Untuk
memberi layanan yang optimal diperlukan
sarana dan prasarana yang memadai. Prasyarat
minimal sarana dan prasarana yang dibutuhkan
adalah yang dapat menunjang peran-peran
penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan
dan/atau penampilan (display) kepada publik,
serta pelayanan informasi. Sarana dan
prasarana minimal yang dibutuhkan yakni:
i. Lemari atau wadah tempat menyimpan
semua dokumen dan informasi yang dimiliki.
Lemari atau wadah penyimpanan dokumen
dapat ditetapkan terpusat di dalam satu
SKPD atau terbagi-bagi berdasarkan bidang
atau bagian masing-masing.
ii. Buku atau berkas (file) dapat berbentuk
softcopy atau hardcopy yang berisi hasil
pendokumentasian informasi publik, baik
pada masing-masing bidang/bagian atau
dipusatkan pada Badan Publik terkait.
iii. Media yang memuat berbagai daftar
informasi publik yang dapat diakses oleh
di dalam penyediaan informasi dan bagaimana
layanan itu diberikan. Regulasi yang diperlukan
yakni:
a. Surat Keputusan Kepala Daerah tentang
Pembentukan PPID. Surat keputusan ini
untuk mengukuhkan keberadaan PPID
dan tugas pokok serta fungsinya sebagai
pelaksana dari unsur Pemerintah Daerah
sebagai badan publik untuk mengelola
(di dalamnya termasuk menyediakan
dan melayani publik di dalam permintaan
informasi) informasi publik.
b. Peraturan Kepala Daerah mengenai
bagaimana layanan informasi publik
diberikan. Peraturan ini mengatur
bagaimana layanan informasi diberikan
kepada publik, melalui tata cara dan
mekanisme seperti apa, dilayani dengan
cara seperti apa, menggunakan media apa,
serta juga mengatur jika terjadi sengketa
informasi antara Pemerintah Daerah (dalam
hal ini PPID) sebagai penyedia informasi
dengan publik sebagai peminta informasi.
2. Teknis
a. Ketersediaan sumberdaya manusia.
Memberikan layanan dan penyediaan informasi
kepada publik membutuhkan penunjukan
petugas pada posisi yang jelas agar layanan
tersebut dapat dijalankan yang memenuhi
unsur-unsur tepat waktu serta kepuasan
publik atas layanan yang diberikan. Didalam
penyediaannya, regulasi pada tingkat nasional
tidak menganjurkan badan publik merekrut staf
baru, karena dapat menimbulkan konsekuensi
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik
80 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
publik. Media tersebut dapat dikembangkan
berdasarkan kategori informasi yang ada
dan dikembangkan melalui wadah yang
sederhana sampai yang menggunakan
perangkat teknologi informasi. Umumnya
yang digunakan adalah website, papan
informasi, penampilan di computer yang
memperlihatkan daftar informasi publik dan
sebagainya.
iv. Meja informasi/front desk tempat melayani
permintaan informasi. Meja ini diperlukan
untuk tempat interaksi langsung antara
petugas di Badan Publik dengan masyarakat
yang meminta informasi.
Tidak semua sarana dan prasarana disediakan
secara parsial seperti yang dijelaskan di
atas. Dengan memanfaatkan sistem jaringan
area lokal (Local Area Network/LAN) yang
menggunakan sarana computer serta kabel
penghubung (atau nirkabel) semua sarana di
atas dapat dihubungkan satu dengan lainnya,
sehingga dapat mempercepat layanan informasi
yang diberikan oleh Badan Publik.
3. Administrasi Prasyarat dasar ini merupakan prasyarat
yang dapat memastikan prasyarat-prasyarat
sebelumnya dapat berjalan. Untuk memastikan
regulasi diimplementasikan dibutuhkan
ketersediaan sumberdaya manusia yang sesuai
dan sarana serta prasarana. Untuk memastikan
sumberdaya manusia dapat menggunakan
sarana serta menjalankan fungsi-fungsi yang
telah ditetapkan dibutuhkan prosedur operasi
standar dan petunjuk pelaksanaan.
a. SOP atau prosedur operasi standar.
Prosedur ini disusun untuk memastikan
bahwa setiap langkah yang melibatkan
pihak-pihak dengan perannya masing-
masing dapat terukur kinerjanya dari
sisi penyampaian kualitas layanan serta
ketepatan waktu. SOP ini memiliki berbagai
jenis tergantung pada layanan atau kerja-
kerja yang melibatkan berbagai pihak mana
saja yang hendak diatur, Idealnya semua
kerja-kerja yang dijalankan memiliki SOP
nya masing-masing.
b. Petunjuk Teknis Pelaksanaan.
Sedangkan faktor pendukung antara lain:
1. Kemauan politik (political will) pimpinan. Untuk melaksanakan keterbukaan informasi publik
diperlukan adanya perubahan paradigma dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah dengan
mengedepankan prinsip good governance, salah
satunya adalah transparansi. Oleh karena itu,
perubahan paradigma tersebut harus ditopang oleh
political will pimpinan yang kuat untuk melahirkan
berbagai instrumen lainnya seperti kebijakan,
regulasi, sarana prasarana, dan sebagainya.
Political will yang kuat merupakan modal awal agar
misi pelaksanaan keterbukaan informasi publik
dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Regulasi yang jelas. Kurang memadainya
regulasi di daerah di dalam melaksanakan
keterbukaan informasi publik yang jelas merupakan
salah satu tantangan yang harus dipecahkan.
Keberadaan regulasi yang memadai, jelas, dan
tegas akan membantu pelembagaan keterbukaan
81www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
informasi dalam suatu pemerintah daerah,
terlebih lagi keterbukaan informasi mencakup
semua bagian atau unit dalam suatu pemerintah
daerah. Keberadaan regulasi juga dapat menjamin
keberlanjutan pelaksanaan keterbukaan informasi
publik agar tidak selalu tergantung dengan mood
atasan atau pimpinan. Regulasi ini setidaknya
mengatur tentang: a) Struktur pelaksana
keterbukaan informasi beserta tugas, fungsi, dan
tanggungjawabnya; b) Mekanisme kerja antar
unit atau bagian dalam pelaksanaan keterbukaan
informasi; c) sistem pengelolaan dan pelayanan
informasi; d) penyelesaian sengketa; dan e)
pembiayaan.
3. Struktur kelembagaan yang memiliki kejelasan kewenangannya. Struktur kelembagaan diperlukan
untuk menjalankan regulasi yang telah dibuat.
Struktur kelembagaan ini mencerminkan tugas dan
tanggungjawab setiap unsur dalam suatu badan
publik. Struktur kelembagaan terdiri dari Atasan
PPID, PPID, petugas yang mendukung kerja
PPID dalam pengelolaan dan pelayanan informasi
(petugas layanan, teknologi informasi, kearsipan,
dan pejabat fungsional lainnya) serta bagaimana
hubungan antara unsur-unsur dimaksud dalam
pelaksanaan keterbukaan informasi.
4. Sumber Daya Manusia yang kompeten.Ketersediaan sumber daya manusia yang memadai
baik dari segi kuantitas maupun kualitas merupakan
salah satu prasyarat penting agar pengelolaan dan
pelayanan informasi dapat dilakukan dengan baik.
Beberapa sumber daya yang diperlukan dalam
hal ini antara lain: PPID dan PPID Pembantu,
Petugas Informasi di masing-masing unit atau
SKPD, Petugas Meja Informasi yang akan melayani
permohonan informasi maupun penyelesaian
sengketa informasi, dan juga pejabat fungsional
seperti arsiparis, petugas website dan IT, dan
sebagainya.
5. Anggaran yang memadai. Agar dapat
menjalankan perannya ketersediaan anggaran
merupakan faktor pendukung yang harus
dipertimbangkan keberadaannya. Tersedianya
regulasi yang memadai, sumberdaya manusia yang
kompeten tidak cukup menjamin bahwa keterbukaan
informasi publik dapat berjalan. Faktor pembiayaan
merupakan hal penting yang menjadi faktor
pendukung agar pelaksanaan keterbukaan informasi
dapat berjalan. Anggaran yang perlu disediakan
oleh Badan Publik paling tidak untuk melakukan
sosialisasi kepada publik tentang keberadaan PPID
serta operasionalisasi PPID (termasuk didalamnya
sarana dan prasarana serta operasionalisasi
harian). Anggaran merupakan salah satu aspek
penting agar pelaksanaan keterbukaan informasi
dapat ditopang dengan baik. Oleh karena itu, dalam
mempersiapkan sistem keterbukaan informasi perlu
dipikirkan penganggaran yang memadai sesuai
dengan kebutuhan. Penganggaran merupakan salah
satu bentuk konsekuensi dari kewajiban badan
publik dalam menjalankan keterbukaan informasi.
Seringkali badan publik memiliki kendala atas
keterbatasan pembiayaan. Oleh karena itu suatu
perencanaan yang tepat sangat diperlukan dalam
mempersiapkan dan melaksanakan keterbukaan
informasi. Strategi lainnya yang dapat dilakukan
selain melakukan penganggaran pada setiap
SKPD adalah dengan mengembangkan pola-
pola kemitraan dengan lembaga-lembaga di luar
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik
82 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
badan publik yang memiliki kepedulian terhadap
keterbukaan informasi untuk membantu pembiayaan
kegiatan atau sarana prasarana melalui dana
hibah. Beberapa persoalan yang mengemuka
yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah, karena
merasa dana yang dimiliki terbatas, maka konsep
pengembangan desain untuk implementasi
keterbukaan informasi publik dibuat sangat
minimalis. Misalnya pertimbangan menentukan
letak meja informasi sebagai tempat layanan
informasi hanya pada PPID utama saja, karena jika
harus membuka meja informasi di semua SKPD
dikuatirkan dana membengkak. Padahal penentuan
meja informasi harusnya mempertimbangkan variasi
dan keragaman informasi di Pemerintah sendiri,
jarak antar kantor/SKPD, percepatan layanan
pemberian informasi dan bukan disebabkan oleh
dana yang terbatas.
6. Sistem reward and punishment. Pelaksanaan
keterbukaan informasi perlu diperkuat dengan
sistem reward and punishment yang memadai.
Seringkali posisi-posisi layanan publik dianggap
sebagai posisi yang tidak menarik bagi pegawai atau
petugas badan publik. Oleh karena itu pegawai atau
petugas layanan publik termasuk layanan informasi
perlu mendapatkan reward dan punishment
yang seimbang terkait dengan tugas-tugas yang
diembannya. Pada sistem penilaian kinerja perlu
dikembangkan khusus mekanisme ini. Sistem ini
tidak selalu harus berbentuk misalnya keuntungan
finansial melainkan juga bisa berbentuk lain seperti
pengembangan kapasitas melalui pendidikan atau
pelatihan-pelatihan maupun kredit kerja.
7. Dukungan publik. Keterbukaan informasi perlu
mendapatkan dukungan publik yang kuat. Oleh
karena itu upaya penyadaran publik terhadap
pentingnya informasi perlu terus dikembangkan
agar masyarakat dapat memanfaatkan keterbukaan
informasi dengan baik. Tidak jarang badan publik
yang telah membentuk sistem dengan baik namun
permintaan informasi dari masyarakat masih rendah.
Hal ini mengakibatkan sistem yang telah dibentuk
dengan susah payah tidak dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat padahal tujuan pengembangan layanan
ini adalah untuk pemenuhan hak masyarakat atas
informasi. Oleh karena itu kegiatan-kegiatan yang
bertujuan bagi penyadaran masyarakat perlu terus
dilakukan seiring dengan pengembangan sistem
layanan informasi.
Oleh karena prasyarat pelaksanaan keterbukaan
informasi sebagaimana di atas cukup luas, badan
publik perlu memprioritaskan beberapa hal, antara
lain: a) Regulasi di Daerah; b) Struktur PPID; c)
Standar opersional prosedur; dan d) Sarana dan
Prasarana.
83www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
II.2. REGULASI
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, fungsi
regulasi dalam keterbukaan informasi adalah
untuk menerjemahkan hal-hal apa saja yang
perlu dilakukan sekaligus memperkuat kedudukan
pelaksanaan keterbukaan informasi. Sebelum
membicarakan bentuk-bentuk regulasi sebaiknya
pemerintah daerah menentukan terlebih dahulu
apa yang dibutuhkan dan menjadi tantangan dalam
melaksanakan keterbukaan informasi. Beberapa hal
yang umumnya diperlukan dalam tahap awal, antara
lain: (1) Pelaksana keterbukaan informasi yang
setidaknya terdiri dari: Atasan PPID, PPID, PPID
Pembantu, Petugas Meja Informasi. Hal ini biasanya
tercermin dalam struktur kelembagaan PPID; (2)
Kategorisasi informasi; (3) Pedoman pelaksanaan
pengelolaan dan pelayanan informasi; (4) aturan
tentang pembiayaan; (5) Sarana prasarana.
Beberapa opsi regulasi yang dapat ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan keterbukaan
informasi adalah:
Opsi Pertama: Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati /Walikota
Pada banyak daerah, Peraturan Daerah (Perda)
merasa tidak perlu ditetapkan, karena aturan di
atasnya sudah cukup jelas. Namun di daerah yang
lain tetap merasa Perda perlu ditetapkan untuk
memperkuat posisi PPID dan payung hukum. Bagi
daerah yang merasa memerlukan Perda, maka
materi muatannya adalah sebagai berikut:
a. Tujuan dan Asas
b. Struktur PPID dan pendukungnya, misalnya:
PPID Pembantu, Petugas Informasi di setiap
SKPD, Petugas Meja Informasi, Pejabat
Fungsional, dan sebagainya
c. Kategorisasi Informasi
i. Informasi berkala
ii. Informasi serta merta
iii. Informasi tersedia setiap saat
iv. Informasi rahasia dan teknik pengecualian/
perahasiaan informasi
d. Tata cara pelayanan informasi dan biaya
perolehan informasi
e. Tata cara pengelolaan keberatan
f. Penyusunan laporan
Sedangkan Peraturan Bupati/Walikota mengatur
tentang Standar Operasional Prosedur (SOP)
mencakup:
a) SOP Penyusunan Daftar Informasi Publik
sebagai penjabaran dari kategori informasi :
i. Informasi berkala
ii. Informasi serta merta
iii. Informasi tersedia setiap saat
iv. Informasi rahasia dan teknik pengecualian/
perahasiaan
b) SOP penyimpanan dan pendokumentasian
c) SOP pelayanan informasi dan biaya perolehan
informasi
d) SOP Pengelolaan keberatan
e) SOP Penyusunan Laporan
Opsi Kedua :Surat Keputusan tentang PPID dan
Peraturan Bupati /Walikota
Banyak pemerintah daerah yang sudah menetapkan
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik
84 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Surat Keputusan tentang PPID namun kurang
lengkap misalnya hanya menunjuk PPID atau PPID
Pembantu tanpa petugas informasi dan tupoksinya.
Oleh karena itu diperlukan Peraturan Bupati/
Walikota dapat mengatur tentang:
a) Struktur PPID dan pendukungnya, misalnya:
PPID pembantu, Petugas Informasi di
setiap SKPD, Petugas Meja Informasi , dan
sebagainya)
b) SOP penyusunan Daftar Informasi
Publiksebagai penjeabaran dari kategori
informasi
c) SOP Penyimpanan dan pendokumentasian
d) SOP Standar layanan informasi dan biaya
perolehan informasi
e) SOP Tata cara pengelolaan keberatan
f) SOP Penyusunan laporan
II.3. PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID)
1. PERAN DAN FUNGSI PPID
Pemahaman mengenai PPID serta apa tugas pokok
dan fungsinya (Tupoksi) merupakan hal penting agar
dapat mendesain struktur PPID secara tepat. UU
KIP tidak mengatur secara rinci tentang kedudukan
maupun Tupoksi PPID. Beberapa regulasi yang
mengatur tentang PPID adalah : 1) PERKI 1/2010
tentang Standar Layanan Informasi Publik (SLIP);
2) PP No. 61/2010 tentang Pelaksanaan UU No. 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik;
3) Permendagri No. 35/2010 tentang Pedoman
Pengelolaan Pelayanan Informasi dan Dokumentasi
di Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan
Daerah.
PERKI 1/2010 memperjelas PPID adalah pejabat
yang bertanggungjawab dalam pengelolaan
informasi dan dokumentasi (penyimpanan,
pendokumentasian, penyediaan, dan/atau
pelayanan informasi) dengan fungsi utama
koordinasi. Penekanan pada “koordinasi” tersebut
menunjukkan bahwa PPID tidak dapat bekerja
sendiri, namun memerlukan dukungan dari unit
lain atau SKPD dalam suatu badan publik dalam
hal ini adalah Pemerintah Daerah. Peraturan ini
juga mengatur tentang tugas-tugas apa saja yang
dikoordinasikan oleh PPID.
85www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Tugas PPID
1. mengkoordinasikan pengumpulan seluruh Informasi Publik secara fisik dari setiap unit/satuan kerja
yang meliputi:
a. informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala;
b. informasi yang wajib tersedia setiap saat;
c. informasi terbuka lainnya yang diminta Pemohon Informasi Publik.
2. mengkoordinasikan pendataan Informasi Publik yang dikuasai oleh setiap unit/satuan kerja
di Badan Publik dalam rangka pembuatan dan pemutakhiran Daftar Informasi Publik setelah
dimutakhirkan oleh pimpinan masing-masing unit/satuan kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
dalam sebulan.
3. mengkoordinasikan penyediaan dan pelayanan Informasi Publik melalui pengumuman dan/atau
permohonan
4. Dalam hal pengumuman, mengkoordinasikan:
a. pengumuman Informasi Publik melalui media yang secara efektif dapat menjangkau seluruh
pemangku kepentingan; dan
b. penyampaian Informasi Publik dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, mudah dipahami
serta mempertimbangkan penggunaan bahasa yang digunakan oleh penduduk setempat.
5. Dalam hal pelayanan permohonan:
a. mengkoordinasikan pemberian Informasi Publik yang dapat diakses oleh publik dengan
petugas informasi di berbagai unit pelayanan informasi untuk memenuhi permohonan
Informasi Publik;
b. melakukan pengujian tentang konsekuensi yang timbul sebagaimana diatur dalam Pasal 17
Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik sebelum menyatakan Informasi Publik tertentu
dikecualikan;
c. menyertakan alasan tertulis pengecualian Informasi Publik secara jelas dan tegas, dalam hal
permohonan Informasi Publik ditolak;
d. menghitamkan atau mengaburkan Informasi Publik yang dikecualikan beserta alasannya; dan
e. mengembangkan kapasitas pejabat fungsional dan/atau petugas informasi dalam rangka
peningkatan kualitas layanan Informasi Publik.
6. mengkoordinasikan dan memastikan agar pengajuan keberatan diproses berdasarkan prosedur
penyelesaian keberatan apabila permohonan Informasi Publik ditolak.
Pasal 6 – 8 PERKI 1/2010
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik
86 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Berikut bagan yang menggambarkan tugas PPID dalam PERKI 1/2010:
TUGAS PPID KOORDINASI PENYEDIAAN DAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK
PENGUMUMAN LAYANAN PERMOHONAN
Melalui media yang efektif menjangkau publik
Dalam bahasa yang mudah dipahami masyarakat (Bahasa Indonesia atau bahasa setempat)
Mengkoordinasi petugas informasi di unit/satuan kerja
Melakukan uji konsekuensi bahaya sebelum mengecualikan informasi
Menyertakan alasan tertulis yang jelas apabila menolak permintaan informasi
Menghitamkan atau mengaburkan informasi publik yang dikecualikan dan memberi alasan penghitaman/pengaburan Mengkoordinasikan proses penyelesaian keberatan akibat penolakan informasi
PP 61/2010 juga mengatur tentang PPID mulai dari kompetensi hingga tugas dan tanggungjawabnya (Pasal
12 – 15). PPID yang ditunjuk oleh pimpinan haruslah orang yang memiliki kompetensi di bidang pengelolaan
informasi dan dokumentasi dalam hal ini adalah pejabat di bidang informasi publik. Jika dilihat dari ketentuan
ini sepertinya PP ini mengarah atau mendorong adanya jabatan khusus di bidang pengelolaan informasi dan
dokumentasi meskipun tidak dinyatakan secara tegas.
Tugas dan Tanggungjawab PPID
1. Penyediaan, penyimpanan, pendokumentasian, dan pengamanan informasi;
2. Pelayanan informasi sesuai dengan aturan yang berlaku;
87www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Permendagri 35/2010 mengatur tentang tugas-
tugas PPID, oleh siapa PPID diangkat dan
kepada siapa mempertanggungjabkan kinerjanya,
serta kompetensi PPID. Peraturan ini mengatur
adanya PPID dan PPID Pembantu yang berfungsi
membantu PPID dalam menjalankan tugas-
tugasnya. PPID maupun PPID Pembantu diangkat
dan bertanggungjawab kepada Menteri untuk PPID
Kementerian Dalam Negeri, Gubernur untuk PPID
Provinsi, dan Bupati/Walikota untuk Kabupaten/Kota.
Tugas dan Wewenang PPID
Tugas PPID: 1. mengkoordinasikan dan mengkonsolidasikan pengumpulan bahan informasi dan dokumentasi
dari PPID Pembantu;
2. menyimpan, mendokumentasikan, menyediakan dan memberi pelayanan informasi kepada
publik;
3. melakukan verifikasi bahan informasi publik;
4. melakukan uji konsekuensi atas informasi yang dikecualikan;
5. melakukan pemutakhiran informasi dan dokumentasi; dan
6. menyediakan informasi dan dokumentasi untuk diakses oleh masyarakat.
Wewenang PPID : 1. menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2. meminta dan memperoleh informasi dari unit kerja/komponen/ satuan kerja yang menjadi
cakupan kerjanya;
3. Pelayanan Informasi Publik yang cepat, tepat, dan sederhana;
4. Penetapan prosedur operasional penyebarluasan Informasi Publik;
5. Pengujian Konsekuensi;
6. Pengklasifikasian Informasi dan/atau pengubahannya;
7. Penetapan Informasi yang Dikecualikan yang telah habis Jangka Waktu Pengecualiannya
sebagai Informasi Publik yang dapat diakses; dan
8. Penetapan pertimbangan tertulis atas setiap kebijakan yang diambil untuk memenuhi hak setiap
orang atas Informasi Publik.
Pasal 14 PP 61/2010
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik
88 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
3. mengkoordinasikan pemberian pelayanan informasi dengan PPID Pembantu dan/atau Pejabat
Fungsional yang menjadi cakupan kerjanya;
4. menentukan atau menetapkan suatu informasi dapat/tidaknya diakses oleh publik; dan
5. menugaskan PPID Pembantu dan/atau Pejabat Fungsional untuk membuat, mengumpulkan,
serta memelihara informasi dan dokumentasi untuk kebutuhan organisasi.
Pasal 9 – 10 Permendagri 35/2010
Membentuk PPID harus mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Di samping itu,
membentuk PPID juga perlu mempertimbangkan
kondisi faktual serta kebutuhan di lapangan.
Pedoman yang telah diberikan oleh PERKI No.
1/2010 tentang pembentukan PPID adalah:
1. Penunjukkan dan penetapan PPID diserahkan
kepada masing-masing Badan Publik.
2. Fungsi PPID dapat dilakukan oleh pejabat
yang telah ada. Dengan kata lain, fungsi PPID
dapat dilekatkan pada tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) pejabat yang telah ada.
3. Penunjukkan dan penetapan PPID dilakukan
berdasarkan analisis tugas, tanggungjawab, dan
kewenangan PPID sebagaimana diatur dalam
UU KIP dan PERKI No. 1/2010. Berdasarkan
beban tugas, tanggungjawab, dan kewenangan
tersebut, Badan Publik dapat menentukan
kualifikasi pejabat mana yang dapat ditunjuk dan
ditetapkan sebagai PPID.
4. Penunjukkan dan penetapan PPID harus
dilakukan dengan mempertimbangan rentang
kendali/kewenangan yang dimiliki pejabat
tersebut untuk melakukan koordinasi antar
bidang/unit/ divisi pada Badan Publik dalam
rangka pelaksanaan pelayanan Informasi Publik.
5. Pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan sebagai
PPID harus memiliki kompetensi tidak hanya
terbatas pada bidang informasi dan dokumentasi
tetapi juga memahami substansi informasi
yang dikelola Badan Publik sehingga dapat
menimbang dengan baik dalam mengecualikan
suatu Informasi Publik.
Apakah Badan Publik dapat menunjuk lebih dari satu PPID?
Ya, tetapi Badan Publik harus:
1. Menetapkan PPID utama dan PPID pembantu;
2. Menetapkan tugas, tanggungjawab, dan wewenang masing-masing PPID utama dan PPID
pembantu;
3. Menetapkan garis rentang koordinasi antara PPID utama dan PPID pembantu.
89www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
2. STRUKTUR ORGANISASI PPID
Setelah tugas, fungsi dan wewenang PPID diketahui, maka dapat diperhatikan struktur organisasi PPID.
Struktur organisasi yang ada memiliki beberapa opsi. Opsi-opsi itu didasarkan pada filosofi dasar pembagian
kewenangan (terutama antara PPID Utama dan PPID Pelaksana/Pembantu, serta atasan PPID masing-masing).
Informasi yang dikecualikan
Informasi yang dapat diakses
Bupati
Atasan PPID Utama
P e t u g a s I n f o r m a s i
Dinas Kesehatan
PPID Pembantu
Dinas Pendidikan
PPID Pembantu
P e t u g a s I n f o r m a s i P e t u g a s I n f o r m a s i
UPT. Perizinan
PPID Pembantu
P e t u g a s I n f o r m a s i
Sekda
PPID Utama
1. PPID Utama bertugas melaksanakan pengelolaan dan pelayanan informasi.
2. PPID Utama mendelegasikan sebagian kewenangan pengelolaan dan pelayanan informasi kepada PPID Pembantu, selain kewenangan pengujian konsekuensi.
3. Membuat kebijakan pengelolaan dan pelayanan informasi publik yang berlaku di badan publik.
1. PPID Pembantu bertugas melaksanakan pengelolaan dan pelayanan informasi.
2. Melaksanakan kewenangan PPID Utama yang didelegasikan kepadanya, selain kewenangan pengujian konsekuensi.
Opsi 1
PPID Utama mendelegasikan sebagian kewenangan kepada PPID Pembantu kecuali kewenangan mengecualikan informasi dengan Bupati/Walikota sebagai Atasan PPID
Keterangan:
1. Tanggungjawab PPID utama:a. Mengoordinasikan penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan pelayanan Informasi Publik yang
dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh Badan Publik;b. Mengoordinasikan PPID pembantu dalam melaksanakan pelayanan informasi publik;c. Mendelegasikan sebagian kewenangan pengelolaan dan pelayanan Informasi Publik kepada PPID pembantu,
kecuali kewenangan pengujian tentang konsekuensi; dand. Mengkoordinasikan pelayanan Informasi Publik
2. Tanggungjawab PPID pembantu:a. PPID pembantu bertugas melaksanakan penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan pelayanan
Informasi Publik yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh Badan Publik sesuai dengan kewenangannya;
b. Melaksanakan kewenangan PPID utama yang didelegasikan kepadanya, kecuali kewenangan pengujian tentang konsekuensi sesuai dengan kewenangannya; dan
c. Melaksanakan pelayanan Informasi Publik.
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik
90 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Opsi 2
PPID Utama mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada PPID Pembantu termasuk kewenangan untuk mengecualikan informasi dengan Bupati/Walikota sebagai Atasan PPID.
Informasi yang dikecualikan
Informasi yang dapat diakses
Bupati
Atasan PPID UtamaSekda
PPID Utama
1. PPID Utama bertugas melaksanakan pengelolaan dan pelayanan informasi.
2. PPID Utama mendelegasikan sebagian kewenangan pengelolaan dan pelayanan informasi kepada PPID Pembantu, termasuk kewenangan pengujian konsekuensi.
3. Membuat kebijakan pengelolaan dan pelayanan informasi publik yang berlaku di badan publik.
Dinas Kesehatan
PPID Pembantu
Dinas Pendidikan
PPID Pembantu
P e t u g a s I n f o r m a s i P e t u g a s I n f o r m a s i
UPT. Perizinan
PPID Pembantu
P e t u g a s I n f o r m a s i
1. PPID Pembantu bertugas melaksanakan pengelolaan dan pelayanan informasi.
2. Melaksanakan kewenangan PPID Utama yang didelegasikan kepadanya, termasuk kewenangan pengujian konsekuensi.
Informasi yang dikecualikan
Informasi yang dapat diakses
Petugas Informasi
Keterangan:
1. Tanggungjawab PPID Utama:a. Mengoordinasikan penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan pelayanan Informasi Publik yang
dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh Badan Publik;b. Mengoordinasikan PPID Pembantu dalam melaksanakan pelayanan informasi publik;c. Mendelegasikan sebagian atau seluruh kewenangan pengelolaan dan pelayanan Informasi Publik kepada PPID
pembantu, termasuk kewenangan untuk melakukan uji konsekuensi untuk menilai apakah Informasi Publik termasuk sebagai Informasi Publik yang dikecualikan atau tidak; dan
d. Mengoordinasikan pelayanan Informasi Publik.
2. Tanggungjawab PPID Pembantu:a. PPID Pembantu bertugas melaksanakan penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan pelayanan Informasi
Publik yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh Badan Publik;b. Melaksanakan sebagian atau seluruh kewenangan PPID utama yang didelegasikan kepadanya termasuk
kewenangan untuk melakukan uji konsekuensi untuk menilai apakah Informasi Publik termasuk sebagai Informasi Publik yang dikecualikan atau tidak; dan
c. Melaksanakan pelayanan Informasi Publik.
91www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Opsi 3
PPID Utama mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada PPID Pembantu termasuk kewenangan untuk mengecualikan informasi dengan Sekda sebagai Atasan PPID.
Tugas Atasan PPID selain melakukan fungsi monitoring dan evaluasi serta pengambilan kebijakan penting
terkait dengan keterbukaan informasi juga untuk merespon keberatan terhadap layanan informasi termasuk
penolakan permohonan informasi dengan alasan pengecualian. Namun demikian karena alasan pengajukan
keberatan sangat beragam mulai dari keberatan yang sifatnya teknis, misalnya layanan melebihi jangka
waktu, biaya yang tidak wajar, layanan tidak sesuai dengan yang diminta, dan seterusnya hingga alasan
keberatan yang bersifat substansi karena informasi yang dimohon adalah rahasia atau dikecualikan, maka
perlu dipertimbangkan apakah cukup efektif jika Bupati/Walikota dimandatkan sebagai Atasan PPID yang
mengemban fungsi tersebut dengan pertimbangan kesibukan dan sebagainya. Sebagai alternatif dapat dipilih
Atasan PPID adalah Sekretaris Daerah yang merupakan pejabat birokrasi tertinggi di suatu pemerintahan
daerah.
Berikut contoh Bagan PPID Utama dijabat oleh Kepala Hubungan Masyarakat atau Kepala Dishubkominfo dengan PPID Pembantu disetiap SKPD.
Bupati/Walikota
Sekda Atasan PPID
1. PPID Pembantu bertugas melaksanakan pengelolaan dan pelayanan informasi.
2. Melaksanakan kewenangan PPID Utama yang didelegasikan kepadanya, termasuk kewenangan pengujian konsekuensi.
1. PPID Utama bertugas melaksanakan pengelolaan dan pelayanan informasi.
2. PPID Utama mendelegasikan sebagian kewenangan pengelolaan dan pelayanan informasi kepada PPID Pembantu, termasuk kewenangan pengujian konsekuensi.
3. Membuat kebijakan pengelolaan dan pelayanan informasi publik yang berlaku di badan publik.
Petugas Informasi dan
Meja Informasi
Kepala Humas/ Kepala
Dishubkominfo
PPID Utama
Kepala UPT. Perizinan
PPID Pembantu
Kepala Dinas Pendidikan
PPID Pembantu
Petugas Informasi Petugas
Informasi yang dikecualikan
Informasi yang dapat diakses
Informasi yang dikecualikan
Informasi yang dapat diakses
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik
92 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Di luar 3 opsi yang disampaikan di atas, ada juga Badan Publik yang memiliki opsi penetapan PPID seperti
di bawah ini. Penetapan model semacam di bawah ini disebabkan badan publik tersebut memiliki struktur
organisasi yang sangat ramping dan biasanya hanya memiliki satu kantor saja, misalnya pada organisasi non-
pemerintah.
Badan Publik dengan sedikit atau satu unit/satuan kerja
Pemimpin Badan Publik
Humas / PPID
1. Melaksanakan tugasnya sebagai PPID.
2. Melakukan pengujian konsekuensi dan mewakili badan publik dalam sengketa informasi.
3. Merangkap sebagai petugas informasi.
Keterangan:
PPID dalam skema ini sekaligus merangkap sebagai Petugas Informasi yang bertugas melaksanakan penyimpanan,
pendokumentasian, penyediaan, dan pelayanan Informasi Publik yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/
atau diterima oleh Badan Publik. Selain itu, PPID dalam skema ini bertugas melakukan pengujian konsekuensi untuk
memutuskan suatu informasi dikecualikan atau terbuka untuk diakses publik.
93www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BEBERAPA CATATAN UMUM TERKAIT DENGAN STRUKTUR PPID BEBERAPA PEMERINTAH DAERAH (SUATU PEMBELAJARAN)
Pada saat ini telah banyak pemerintah daeran
yang mempersiapkan pelaksanaan keterbukaan
informasi dengan membentuk struktur PPID. Berikut
ini catatan atas refleksi Struktur PPID yang telah
dibentuk oleh beberapa pemerintah daerah selama
penyelenggaraan pelatihan PPID oleh KINERJA :
a. Terdapat beberapa pemerintah daerah yang
belum mencantumkan siapa Atasan PPID dan
apa tupoksinya;
b. Terdapat beberapa pemerintah daerah yang
membentuk struktur tidak hanya Atasan PPID,
PPID, dan PPID Pembantu, misalnya Dewan
Pertimbangan namun belum mencantumkan
tupoksinya;
c. Terdapat variasi beberapa pemerintahan
daerah dalam mencantumkan SKPD-nya.
Ada pemerintah daerah yang mencantumkan
Unit Pelaksanan Teknis sebagai bagian dari
pemerintahan daerah bahkan mencakup juga
kecamatan dan desa/kelurahan, namun ada
juga pemerintah daerah tidak memasukan
kecamatan dan desa/kelurahan dalam struktur
PPID. Oleh karena itu perlu dipikirkan apakah
kecamatan dan desa/kelurahan merupakan
bagian dari pemerintah daerah? Jika Ya, maka
kedua instansi tersebut perlu dimasukkan
dalam struktur PPID. Dengan memasukkan
kecamatan dan desa/kelurahan akan sangat
membantu kedua instansi tersebut untuk
menyelenggarakan keterbukaan informasi
hingga ke level masyarakat.
d. Terdapat beberapa pemerintah daerah yang
belum mengatur Meja Informasi dan SKPD
mana yang menyelengarakan Meja Informasi
tersebut sebagai pintu layanan informasi
bagi masyarakat. Dalam penentuan Meja
Informasi terdapat variasi antar pemerintah
daerah mengingat kondisi yang berbeda-beda
pula, misalnya untuk pemerintah daerah yang
kantor SKPD-nya sudah terdapat dalam satu
kawasan, maka Meja Informasi dibuat terpusat
atau satu pintu dibawah tanggungjawab PPID
Utama. Namun ada pula beberapa pemerintah
daerah yang membuat Meja Informasi di
setiap kantor SKPD dibawah tanggungjawab
PPID Pembantu mengingat letak setiap kantor
yang jaraknya berjauhan satu sama lainnya
sehingga diharapkan mempermudah layanan
bagi masyarakat. Meja Informasi dibawah
setiap PPID Pembantu akan memberikan
layanan informasi yang tercakup di SKPD nya
namun pada Meja Informasi tersebut dibekali
Daftar Informasi Publik yang memungkinkan
masyarakat dapat melihat SKPD mana yang
menguasai informasi yang dibutuhkannya.
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik
94 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
II.4. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Badan Publik memiliki kewajiban untuk membangun
dan mengembangkan sistem informasi dan
dokumentasi agar dapat mengelola informasi publik
dengan baik dan efisien sehingga dapat diakses
dengan mudah oleh masyarakat (Pasal 7 Ayat
(3) UU KIP). Termasuk dalam kewajiban tersebut,
Badan Publik harus membuat peraturan mengenai
SOP layanan informasi sebagai bagian dari sistem
informasi dan dokumentasinya (Pasal 38 PERKI
SLIP).
Baik UU KIP maupun peraturan pelaksananya tidak
mengatur secara khusus tentang SOP pengelolaan
informasi publik. Hal ini dikarenakan SOP sangat
tergantung pada bentuk dan besarnya Badan Publik
serta bidang kegiatan dan mekanisme kerja yang
(sudah) ada di Badan Publik yang bersangkutan.
Oleh sebab itu, kewenangan untuk mengaturnya
diserahkan kepada masing-masing Badan Publik.
SOP layanan informasi publik berkaitan dengan
cara/prosedur Badan Publik dalam melayani
permohonan informasi secara efektif dan efisien
(out-flow). Oleh karena itu, titik berat dalam
mengembangkan SOP layanan informasi publik
adalah pola hubungan yang efektif dan efisien
antara penyedia informasi dengan pemohon informasi. Sedangkan SOP pengelolaan informasi
publik berkaitan dengan cara/prosedur Badan Publik
dalam mengelola informasi di dalam Badan publik itu
sendiri, untuk mendukung pelayanan informasi. Oleh
karena itu, titik berat dalam mengembangkan SOP
pengelolaan informasi publik adalah efektifitas arus
informasi di dalam Badan Publik (pola hubungan
yang efektif antara unit penyedia informasi di dalam
Badan Publik) serta kualitas informasi dihasilkan
atau disediakan.
Ada banyak manfaat dari keberadaan SOP, antara
lain:
1) Sebagai standarisasi cara yang dilakukan
pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang
menjadi tugasnya.
2) Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian
yang mungkin dilakukan oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugas.
3) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan tugas dan tanggungjawab
individual pegawai dan organisasi secara
keseluruhan.
4) Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan
tidak tergantung pada intervensi manajemen,
sehlngga akan mengurangl keterlibatan
pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari.
5) Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas.
6) Menciptakan ukuran standar kinerja yang
akan memberikan pegawai cara konkrit
untuk memperbaiki kinerja serta membantu
mengevaluasi usaha yang telah dilakukan.
7) Memastikan pelaksanaan tugas
penyelenggaraan pemerintahan dapat
berlangsung dalam berbagai situasi.
95www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
8) Menjamin konsistensi pelayanan kepada
masyarakat, baik dari sisi mutu, waktu dan
prosedur.
9) Memberikan informasi mengenai kualifikasi
kompetensi yang harus dikuasai oleh pegawai
dalam melaksanakan tugasnya.
10) Memberikan informasi bagi upaya peningkatan
kompetensi pegawai.
11) Memberikan informasi mengenai beban tugas
yang dipikul oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya.
12) Sebagai instrumen yang dapat melindungi
pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum
karena tuduhan melakukan penyimpangan.
13) Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas.
14) Membantu penelusuran terhadap kesalahan-
kesalahan prosedural dalam memberikan
pelayanan.
15) Membantu memberikan informasi yang
diperlukan dalam penyusunan standar
pelayanan, sehingga sekaligus dapat
memberikan informasi bagi kinerja pelayanan.
Dalam menyusun SOP perlu diperhatikan beberapa
hal, yaitu:
1) Kemudahan dan kejelasan. Prosedur-prosedur
yang distandarkan harus dapat dengan mudah
dimengerti dan diterapkan oleh semua pegawai
bahkan seseorang sama sekali baru dalam
tugas pelaksanaan tugasnya.
2) Efisiensidanefektivitas. Prosedur-prosedur
yang distandarkan harus merupakan prosedur
yang paling efisien dan efektif dalam proses
pelaksanaan tugas.
3) Keselarasan. Prosedur-prosedur yang
distandarkan harus selaras dengan prosedur-
prosedur standar lain yang terkait.
4) Keterukuran. Output dari prosedur-prosedur
yang distandarkan mengandung standar
kualitas (mutu) tertentu yang dapat diukur
pencapaian keberhasilannya.
5) Dinamis. Prosedur-prosedur yang distandarkan
harus dengan cepat dapat disesuaikan dengan
kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan
yang berkembang dalam penyelenggaraan
administrasi pemerintahan.
6) Berorientasi pada pengguna (mereka yang dilayani). Prosedur-prosedur yang distandarkan
harus mempertimbangkan kebutuhan pengguna
(customer's needs) sehingga dapat memberikan
kepuasan kepada pengguna.
7) Kepatuhan hukum. Prosedur-prosedur yang
distandarkan harus memenuhi ketentuan dan
peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku.
8) Kepastian hukum. Prosedur-prosedur yang
distandarkan harus ditetapkan oleh pimpinan
sebagai sebuah produk hukum yang ditaati,
dilaksanakan dan menjadi instrumen untuk
melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan
hukum.
Dilihat dari jenisnya terdapat 2 jenis SOP, yaitu:
SOP Teknis dan SOP Administratif.
1. SOP Teknis. SOP teknis adalah standar
prosedur yang sangat rinci dan bersifat teknis.
Setiap prosedur diuraikan dengan sangat teliti
sehingga tidak ada kemungkinan-kemungkinan
variasi lain.
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik
96 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
SOP teknis banyak digunakan pada bidang-
bidang antara lain: teknik, seperti: perakitan
kendaraan bermotor, pemeliharaan kendaraan,
pengoperasian alat-alat, dan lainnya; kesehatan,
pengoperasian alat-alat medis, penanganan
pasien pada unit gawat darurat, medical check
up, dan lain-lain. Dalam penyelenggaraan
administrasi pemerintahan, SOP teknis
dapat diterapkan pada bidang-bidang antara
lain: pemeliharaan sarana dan prasarana,
pemeriksaan keuangan (auditing), kearsipan,
korespondensi, dokumentasi, pelayanan-
pelayanan kepada masyarakat, kepegawaian
dan lainnya.
2. SOP Administratif. SOP administratif adalah
standar prosedur yang diperuntukkan bagi jenis-
jenis pekerjaan yang bersifat administratif.
Dalam penyelenggaraan administrasi
pemerintahan lingkup makro, SOP administratif
dapat digunakan untuk proses-proses
perencanaan, pengganggaran, dan lainnya, atau
secara garis besar proses-proses dalam siklus
penyelenggaraan administrasi pemerintahan.
Dalam lingkup mikro, SOP administratif disusun
untuk proses-proses administratif dalam
operasional seluruh instansi pemerintah, dari
mulai level unit organisasi yang paling kecil
sampai pada level organisasi secara utuh,
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
Jika dilihat dari segi format, terdapat 4 format
SOP, yaitu: (1) Langkah sederhana (Simple
Steps); (2) Tahapan berurutan (Hierarchical
Steps); (3) Grafik (Graphic); (4) Diagram
Alir (Flowcharts). Terdapat 2 faktor yang
dapat dijadikan dasar dalam penentuan
format penyusunan SOP, yaitu : (1) berapa
banyak keputusan yang akan dibuat dalam
suatu prosedur; (2) berapa banyak langkah
dan sublangkah yang diperlukan dalam
suatu prosedur. Format terbaik SOP adalah
yang dapat memberikan wadah serta dapat
menstransmisikan informasi yang dibutuhkan
secara tepat dan memfasilitasi implementasi
SOP secara konsisten.
Berikut penjelasan dari format SOP:
1. Langkah sederhana (Simple Steps). Format
ini dapat digunakan jika prosedur yang akan
disusun hanya memuat sedikit kegiatan dan
memerlukan sedikit keputusan. Format SOP ini
dapat digunakan dalam situasi dimana hanya
ada beberapa orang yang akan melaksanakan
prosedur yang telah disusun dan biasanya
merupakan prosedur rutin. Dalam simple steps
ini kegiatan yang akan dilaksanakan cenderung
sederhana dengan proses yang pendek.
2. Tahapan berurutan (Hierarchical Steps). Format ini merupakan pengembangan dari
simple steps. Digunakan jika prosedur yang
disusun panjang, lebih dari 10 langkah dan
97www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
membutuhkan informasi lebih detail, akan
tetapi hanya memerlukan sedikit pengambilan
keputusan. Dalam hierarchical langkah-langkah
yang telah diidentifikasi dijabarkan kedalam
sub-sub langkah secara terperinci.
3. Grafik(Graphic). Jika prosedur yang disusun
menghendaki kegiatan yang panjang dan
spesifik, maka format ini dapat dipakai. Dalam
format ini proses yang panjang tersebut
dijabarkan ke dalam sub-sub proses yang lebih
pendek yang hanya berisi beberapa langkah.
Hal ini memudahkan bagi pegawai dalam
melaksanakan prosedur. Format ini juga bisa
digunakan jika dalam menggambarkan prosedur
diperlukan adanya suatu foto atau diagram.
4. Diagram Alir (Flowcharts). Flowcharts
merupakan format yang biasa digunakan jika
dalam SOP tersebut diperlukan pengambilan
keputusan yang banyak (kompleks) dan
membutuhkan jawaban "ya" atau "tidak" yang
akan mempengaruhi sub langkah berikutnya.
Format ini juga menyediakan mekanisme yang
mudah untuk diikuti dan dilaksanakan oleh para
pegawai melalui serangkaian langkah-langkah
sebagaihasil dari keputusan yang telah diambil.
LANGKAH-LANGKAH UMUM DALAM MENYUSUN SOP
1. Persiapan. Pada tahap ini dilakukan
pembentukan tim dan sosialisasi tentang
rencana pembentukan SOP. Selain itu pada
tahap ini perlu pula diidentifikasi kapasitas tim
yang akan menyusun SOP. Jika diperlukan
dapat dilakukan peningkatan kapasitas atau
pelatihan terlebih dahulu tentang bagaimana
menyusun SOP dengan baik.
2. IndentifikasikebutuhanSOP. Pada tahap
ini tim penyusun perlu melakukan identifikasi
tentang SOP apa saja yang dibutuhkan.
Identifikasi ini dapat dilakukan dengan melihat
bussines process dari keterbukaan informasi
maupun juga dengan menggali masukan
dari stakeholders di internal badan publik.
Pelaksanaan keterbukaan informasi umumnya
membutuhkan SOP seperti di bawah ini:
a. Penyusunan daftar informasi publik.
b. Pendokumentasian dan penyimpanan
informasi publik.
c. Pengumuman dan pelayanan permohonan
informasi publik.
d. Pengelolaan keberatan layanan informasi
publik.
e. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
keterbukaan informasi publik.
3. Penyusunan SOP. Pada tahap ini bisa
dilakukan dengan beberapa kegiatan mulai
dari pengumpulan informasi yang dibutuhkan,
penulisan (drafting), dan pengesahan.
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik
98 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
SARKERNomor SOPTanggal PembuatanTanggal RevisiTanggal Efektif
Disahkan oleh
Nama SOP:
Dasar Hukum: Kualifikasi Pelaksana:1. 2. ....Keterkaitan: Peralatan/Perlengkapan:1. 2. ....
1. 2. ....
Peringatan: Pencatatan dan Pendataan:1. 2. ....
No. AktivitasPelaksana Baku Tembak
KeteranganPelaksanaan 1
Pelaksanaan 2
Pelaksanaan 3
Persyaratan/Kelengkapan Waktu Output
1.2.....
Berikut contoh format SOP secara umum:
Keterangan:
• Dasar hukum diisi dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur materi yang akan dibuat SOP nya.
• Keterkaitan diisi dengan keterkaitan kegiatan atau prosedur ini dengan prosedur lainnya.
• Peringatan diisi dengan kemungkinan masalah yang terjadi ketika prosedur ini dilaksanakan (jika ada) ataupun tidak
dilaksanakan. Sebaiknya juga diisi dengan bagaimana mengatasi masalah yang muncul tersebut.
• Kualifikasi pelaksana diisi dengan kualifikasi pegawai atau petugas yang melaksanakan prosedur
• Pencatatan dan pendataan memuat berbagai hal yang perlu didata dan dicatat oleh setiap pegawai yang berperan
dalam pelaksanaan prosedur yang telah distandarkan, Dalam kaitan ini, perlu dibuat formulir-formulir tertentu yang
akan diisi oleh setiap pegawai yang terlibat dalam proses, (Misalnya formulir yang menunjukkan perjalanan sebuah
proses pengolahan dokumen pelayanan perijinan.
99www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
II.5. SARANA DAN PRASARANA
Sarana dan prasarana merupakan salah satu aspek
penting dalam pelaksanaan keterbukaan informasi.
Pelayanan informasi dapat diselenggarakan dengan
baik apabila ditunjang dengan sarana dan prasarana
yang memadai, khususnya pada tahap awal adalah
sarana dan prasarana pada Meja Informasi.
Meja informasi adalah tempat pelayanan informasi
publik serta berbagai sarana atau fasilitas
penyelenggaraan pelayanan informasi lainnya yang
bertujuan memudahkan perolehan informasi publik.
Beberapa fasilitas yang umumnya diperlukan dalam
meja informasi adalah:
1. Meja dan kursi layanan
2. Formulir layanan informasi
3. Maklumat Pelayanan Informasi Publik
4. Komputer, Printer, dan Scanner
5. Telepon dan Faximile
6. Papan pengumuman dan Website
7. Database
Ad.1. Meja dan Kursi layanan
• Meja dan kursi layanan ini diperuntukkan baik
bagi petugas maupun bagi pemohon informasi
selama layanan informasi diberikan. Bagi
pemohon informasi, meja dan kursi dapat
mengoptimalkan sarana ruang tunggu di kantor
PPID.
• Pada perangkat meja yang dijadikan Meja
Informasi diberikan keterangan/tulisan :
M E J A I N F O R M A S I• Untuk mempermudah pemohon menemukan
letak Meja Informasi di lokasi kantor PPID perlu
diberikan petunjuk arah yang memberitahukan
dimana letak Meja Informasi.
Ad.2. Formulir Layanan Informasi
Formulir layanan adalah formulir-formulir yang
merupakan perangkat layanan berdasarkan
Peraturan Komisi Informasi No. 1 Tahun 2010
tentang Standar Layanan Informasi Publik (PERKI
SLIP). Formulir-formulir tersebut adalah:
1. Register Permohonan Informasi. Format
Register tersedia pada Lampiran 4 didalam
PERKI No 1/2010 tentang SLIP
2. Formulir Permohonan Informasi. Format formulir
ini tersedia pada Lampiran 3 di dalam PERKI No
1/2010 tentang SLIP
3. Tanda Terima Permohonan Informasi. Tanda
terima ini dapat menggunakan copy dari formulir
permohonan informasi atau dapat dibuat sendiri
secara sederhana dengan mencantumkan
tanggal permohonan diterima/dinyatakan
lengkap dan waktu bagi pemohon untuk
mengkonfonfirmasi hasil permohonan.
4. Surat Pemberitahuan Tertulis. Format ini telah
tersedia pada Lampiran 5 di dalam PERKI No
1/2010 tentang SLIP.
5. Surat Perpanjangan Layanan. Format ini dapat
dibuat dengan menggunakan format tersendiri.
6. Surat Keputusan PPID tentang Penolakan
Permohonan Informasi. Format ini tersedia pada
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik
100 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Lampiran 6 di dalam PERKI No 1/2010 tentang
SLIP.
7. Register Permohonan Keberatan. Format ini
tersedia pada Lampiran 8 di dalam PERKI No
1/2010 tentang SLIP.
8. Formulir Keberatan. Format ini tersedia pada
Lampiran 7 di dalam PERKI No 1/2010 tentang
SLIP.
9. Tanda Terima Pengajuan Keberatan. Tanda
terima ini dapat menggunakan copy dari formulir
keberatan atau dapat dibuat sendiri secara
sederhana dengan mencantumkan tanggal
permohonan diterima/dinyatakan lengkap dan
waktu bagi pemohon untuk mengkonfirmasi hasil
permohonan.
Ad. 3. Maklumat Pelayanan Informasi Publik
Maklumat Pelayanan Informasi Publik adalah
penjelasan tertulis kepada publik seputar pelayanan
informasi yang terdiri dari:
1. Dasar Hukum;
2. Pemohon Informasi Publik;
3. Cakupan pemerintah daerah;
4. Tata Cara Permohonan Informasi Publik;
5. Tata Cara Pelayanan Informasi Publik;
6. Tata Cara Mengajukan Keberatan;
7. Tata Cara Pengelolaan keberatan; dan
8. Saran dan Masukan;
Ad.4. Komputer, Printer, dan Scanner
Perangkat komputer, printer, alat copy, dan scanner
diperlukan untuk mempermudah dan mempercepat
layanan terlebih lagi dengan penerapan aplikasi
layanan. Aplikasi layanan akan mencetak secara
otomatis berbagai form-form yang diperlukan oleh
petugas. Selain itu, keberadaan komputer juga
dapat dihubungkan dengan database terkait dengan
informasi/dokumen yang telah dicantumkan dalam
Daftar Informasi Publik. Untuk kebutuhan print, copy,
dan scan bisa diupayakan dengan printer yang
memiliki kelengkapan untuk ketiga fungsi tersebut.
Ad. 5. Telepon dan Faximile
Telepon dan faximile diperlukan sebagai media
komunikasi dalam proses layanan. Oleh karena itu
diharapkan setiap pemerintah daerah menyediakan
saluran ini untuk kebutuhan pelayanan informasi.
Nomor telepon dan faximile perlu dicantumkan
dalam Maklumat Pelayanan Informasi Publik dan
disebarluaskan kepada publik agar mengetahui
kemana mereka melakukan permohonan informasi.
Ad.6. Papan pengumuman dan Website
Papan pengumuman dan website merupakan
media wajib yang digunakan dalam pengumuman
informasi yang wajib diumumkan secara berkala.
Oleh karena itu, setiap kantor pemerintah daerah
harus menyediakan papan pengumuman untuk
mengumumkan informasi-informasi tertentu yang
disajikan dengan menyesuaikan kapasitas papan
pengumuman. Pemerintah daerah yang telah
memiliki website perlu segera mengunggah jenis
informasi yang wajib diumumkan dan disediakan
secara berkala ke dalam website-nya.
101www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Ad.7. Database
Database merupakan salah satu perangkat
penting dalam pelayanan informasi. Melalui
keberadaan database yang optimal diharapkan
dapat mempermudah dan mempercepat pelayanan
informasi publik sesuai dengan standar operasional
prosedur. Oleh karena itu kedepan perlu dipikirkkan
agar setiap pemerintah daerah memiliki database
untuk menyimpan informasi/dokumen yang telah
dicantumkan dalam Daftar Informasi Publik.
Database ini harus dikelola oleh PPID dan PPID
Pembantu dengan dibantu oleh petugas teknologi
informatika.
II.6. TAHAPAN PEMBENTUKAN PPID
Setelah segala prasyarat dasar maupun
faktor pendukung diuraikan di atas, termasuk
bagaimana PPID serta beberapa opsi struktur
organisasi, maka untuk dapat mengoperasionalkan
diperlukan langkah-langkah untuk membentuk
PPID berdasarkan berbagai prasyarat dan faktor
pendukung tersebut di atas. Langkah-langkah
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sosialisasi Undang-Undang KIP beserta regulasi
yang mendukungnya kepada Badan Publik
(Satker/SKPD). Sosialisasi ini merupakan
landasan kegiatan operasional awal, karena
disinilah dikenalkan berbagai hal tentang
keterbukaan informasi publik. Pemerintah
Daerah perlu melakukan kegiatan sosialisasi
dengan tujuan dapat memberi gambaran kepada
Badan Publik/Satker/SKPD mengenai:
i. Paradigma serta prinsip keterbukaan
informasi publik
ii. Lembaga atau institusi yang terlibat di dalam
kegiatan keterbukaan informasi publik, serta
peran masing-masing.
iii. Peran Pemerintah (Daerah) dalam
keterbukaan informasi publik, dimana secara
spesifik menjelaskan peran dan fungsi PPID
iv. Kategori Informasi publik dan prosedur
pengecualian informasi
v. Mekanisme umum pelayanan informasi
publik
vi. Penyelesaian sengketa informasi
vii. Sanksi terhadap tidak terpenuhinya hak
publik atas informasi.
Materi sosialisasi dapat diambilkan dari Undang-
Undang KIP atau berbagai bahan yang dapat
diunduh dari website Komisi Informasi Pusat
ataupun Kementrian Informasi dan Komunikasi.
Di dalam pelaksanaan sosialisasi perlu
dipastikan bahwa SKPD/Satker yang hadir
adalah pejabat tertinggi atau wakilnya, dan
bukan staf biasa.
b. Pembentukan Tim Persiapan. Pemerintah
Daerah selanjutnya dapat membentuk tim
persiapan. Tim ini dibentuk untuk membahas
struktur organisasi, SOP dan menyusun kriteria
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik
102 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
informasi. Tim ini paling tidak terdiri dari Bagian
Hukum, Humas/Kominfo dan semua Bagian di
bawah SEKDA). Output yang diharapkan dapat
dihasilkan oleh tim ini adalah:
i. Rancangan SK Pembentukan PPID.
Adapun materi mengenai regulasi ini telah
dijelaskan di dalam bagian terdahulu yang
menjelaskan mengenai prasyarat dasar
maupun factor pendukung mengenai
regulasi.
ii. Rancangan kategori dan kriteria informasi.
Adapun materi mengenai rancangan ini
dapat dapat diamati berdasarkan bagian di
dalam Undang-Undang KIP dan Perki No
1/2010
iii. Rancangan SOP Pelayanan Informasi
Publik. Adapun materi mengenai rancangan
ini dapat diambil dari Undang-Undang KIP
dan Perki No 1/2010.
c. Pembahasan kriteria informasi. Tim persiapan
merumuskan rancangan kriteria informasi.
Selanjutnya, tim persiapan mengundang seluruh
Staker/SKPD untuk membahas rancangan
kriteria informasi publik untuk disepakati dengan
seluruh satker. Keluaran dari pertemuan
pembahasan ini adalah disepakatinya kriteria
informasi publik menjadi alat untuk menentukan
kriteria informasi yang dikecualikan dan yang
tidak. Kriteria ini selanjutnya digunakan sebagai
panduan untuk menyusun daftar informasi publik
di masing-masing SKPD/Satker.
d. Tim persiapan melalui Bagian Hukum
menyampaikan Rancangan SK Pembentukan
PPID diajukan kepada Pimpinan Daerah untuk
mendapatkan persetujuan untuk ditetapkan.
e. Tim persiapan melalui Bagian Hukum
menyampaikan Rancangan Peraturan Kepala
Daerah mengenai SOP Pelayanan Informasi
Publik oleh PPID kepada Pimpinan Daerah
untuk ditetapkan.
f. Setelah rancangan SK Pembentukan PPID
ditetapkan melalui Pimpinan Daerah, maka
tim persiapan melakukan sosialisasi SK
Pembentukan PPID kepada seluruh Satker/
SKPD. Sosialisasi dapat dilakukan melalui
berbagai opsi, yakni: (i) mengundang seluruh
SKPD/Satker untuk diberi penjelasan; (ii)
mempublikasikan melalui media internal; (iii)
mendistribusikan salinan SK kepada seluruh
Satker/SKPD dengan meminta semua pimpinan
Satker mensosialisasikan SK kepada stafnya;
(iv) mengunggah SK ke seluruh situs yang
dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Opsi yang
disampaikan di sini dapat dilakukan secara
bersamaan antar satu opsi dengan opsi yang
lain.
g. Setelah rancangan Peraturan Kepala Daerah
mengenai SOP Pelayanan Informasi Publik
ditetapkan oleh Kepala Daerah, maka tim
persiapan melakukan sosialisasi kepada
seluruh Satker. Metode sosialisasi sama dengan
saat melakukan sosialisasi SK Pembentukan
PPID kepada Satker, hanya saja untuk SOP ini
diperlukan sesi khusus untuk memastikan SOP
dipahami dan dapat dijalankan oleh masing-
103www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
masing Satker. PPID Utama atau tim persiapan
dapat menyiapkan paket peningkatan kapasitas
bagi petugas-petugas yang nanti ditetapkan di
masing-masing Satker/SKPD untuk menjalankan
peran-peran tersebut.
h. Pembentukan struktur organisasi PPID
pada masing-masing SKPD. Kepala SKPD
membentuk tim pelaksana pelayanan informasi
publik. Tim ini dikoordinasikan oleh PPID
pelaksana atau PPID pembantu yang ada di
SKPD terkait. Jumlah tim dan struktur internal
dibentuk tergantung pada rentang dan struktur
yang ada di dalam SKPD masing-masing.
Pembentukan ini harus memastikan masing-
masing staf yang ditetapkan memahami peran
dan fungsi mereka di dalam pengelolaan
informasi di dalam SKPD masing-masing.
Kepala SKPD perlu mempertimbangkan
peningkatan kapasitas dari tim pelaksana agar
dapat menjalankan peran dan fungsinya secara
optimal.
i. Pengadaan sarana dan prasarana. Hal yang
perlu dilakukan adalah merumuskan kebutuhan
sarana dan prasarana seperti apa yang hendak
digunakan. Ada baiknya SKPD/Satker menyusun
kebutuhan berdasarkan rencana jangka
panjang yang berbentuk semacam rencana
induk pengelolaan informasi publik, sehingga
tergambar jelas di dalam rencana berapa
kebutuhan komputer (serta ditempatkan dimana
masing-masing serta apakah diperlukan server),
lemari penyimpanan (storage cabinets), meja
informasi (front desk), bagaimana sistem apa
yang hendak digunakan untuk mempermudah
proses pengelolaan informasi (penyimpanan,
pendokumentasian, penyediaan) dan berbagai
formulir yang dibutuhkan yang sebagian besar
dapat dilihat di dalam lampiran Perki no 1 tahun
20120.
Rencana tersebut dapat diajukan kedalam
usulan SKPD untuk Tahun Anggaran berjalan
melalui Perubahan APBD ataupun usulan
rancangan APBD tahun berikutnya.SKPD
masing-masing perlu memberikan alasan
mengapa saat ini dibutuhkan peralatan
tersebut. Usulan disampaikan melalui proses
pembahasan perubahan APBD tahun berjalan
ataupun rancangan APBD tahun berikutnya.
j. Sosialisasi kepada publik. Publik perlu
mengetahui keberadaan PPID dan perannya,
terutama apa yang menjadi hak publik di dalam
mengakses informasi. Hal ini merupakan
langkah penting setelah semua proses di atas
dilakukan. Di dalam melakukan sosialisasi
kepada publik adalah penting menyampaikan
pokok-pokok materi yang hendak disosialisasi.
Hendaknya dihindari penyampaian SK,
Peraturan ataupun Undang-Undang semata,
namun perlu diberi penjelasan spesifik,
terutama yang terkait dengan apa yang perlu
diketahui oleh publik. Selain materi yang
hendak disosialisasi, juga penting media yang
digunakan untuk melakukan sosialisasi.
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik
104 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAHAN PRESENTASI
Henri Subagiyo
SESI II MELAKSANAKAN KETERBUKAAN
INFORMASI
Sub Pokok Bahasan
• PRASYARATUMUMPELAKSANAANKETERBUKAANINFORMASI
• STRUKTURDANPEJABATPENGELOLAINFORMASIDANDOKUMENTASI (PPID) - PENGEMBANGAN STRUKTUR - KEWENANGAN DAN TANGGUNGJAWAB
• PENGEMBANGANSTANDAROPERSIONALPROSEDUR
105www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
• Tuliskan kebutuhan apa saja yang menjadi prasyarat dalam melaksanakan pelayanan informasi dan apa hambatan/tantangannya serta bagaimana solusinya menurut anda
• Berikan jawaban kepada fasilitator anda untuk ditempelkan sesuai dengan kerangka
• Lihat slide selanjutnya dan identifikasi jawaban dengan slide• Diskusikan
DISKUSI KELOMPOK
PRASYARAT UMUM DALAM IMPLEMENTASI UU KIP
Kebutuhan Hambatan/tantangan Solusi
1. Political will
pimpinan
2. PeraturanPelaksana
• Sistempenilaiankinerja
• Sistem Monev& pelaporan
• Penganggaranyg memadahi
• Strategipendanaanlainnya
• Kemitraan • Saranasoftware & hardware
• Maintenance
• Kualitas & kuantitasSDM
• Kulturbirokrasi(awareness)
• Regenerasi
• PPID • Penanggung-
jawabKeberatan(Atasan PPID)
• Koordinasiantar unit
• Koordinasiantar BadanPublik
• Peraturan KomisiInformasi
• PeraturanPemerintah
• SOP internal (PERDA/PERGUB/KEPGUB
• Daftar InformasiPublik
Partisipatif8. Dukungan
Publik
KesadaranPublik Permintaan
InformasiPemanfaata
n Informasi
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik
106 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) SERTA LINGKUP TANGGUNGJAWAB PPID (Ps. 6-8 PERKI)
Membentuk Kelembagaan PPID
• PPID adalah pejabat yang bertanggung jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan informasi di Badan Publik dan bertanggungjawab langsung kepada atasan PPID (PERKI 1/2010)
• Mengkoordinasikan: - penyimpanan dan pendokumentasian seluruh Informasi Publik;- penyediaan dan pelayanan seluruh Informasi Publik di bawah
penguasaan Badan Publik yang dapat diakses oleh publik.
107www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
RENTANG FUNGSI KELEMBAGAAN
LINGKUP TUGAS PPID (Ps. 6-8 PERKI)1. Mengkoordinasikan pengumpulan seluruh Informasi Publik secara fisik dari setiap
unit/satuan kerja yang meliputi:• informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala;• informasi yang wajib tersedia setiap saat;• informasi terbuka lainnya yang diminta Pemohon Informasi Publik.
2. Mengkoordinasikan pendataan Informasi Publik yang dikuasai oleh setiap unit/satuan kerja di Badan Publik dalam rangka pembuatan dan pemutakhiran Daftar Informasi Publik setelah dimutakhirkan oleh pimpinan masing-masing unit/satuan kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan.
3. Penyimpanan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada poin (1) dan (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang kearsipan.
INFLOW OUTFLOW
Penyediaan & Pelayanan: Pelayanan melalui
Pengumuman Pelayanan melalui
permohonan informasi
Pengumpulan, penyimpanan,
pendokumentasian darisetiap unit
ATASAN PPID
Penanggungjawab: supervisimerespon keberatan
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik
108 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
• Mengkoordinasikan penyediaan dan pelayanan Informasi Publik melalui pengumuman dan/atau permohonan.
• Dalam hal pengumuman, mengkoordinasikan:- pengumuman Informasi Publik melalui media yang
secara efektif dapat menjangkau seluruh pemangku kepentingan; dan
- penyampaian Informasi Publik dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, mudah dipahami serta mempertimbangkan penggunaan bahasa yang digunakan oleh penduduk setempat.
• Dalam hal pelayanan permohonan:- mengkoordinasikan pemberian Informasi Publik yang dapat diakses oleh publik dengan
petugas informasi di berbagai unit pelayanan informasi untuk memenuhi permohonan Informasi Publik;
- melakukan pengujian tentang konsekuensi yang timbul sebagaimana diatur dalam Pasal 17 Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik sebelum menyatakan Informasi Publik tertentu dikecualikan;
- menyertakan alasan tertulis pengecualian Informasi Publik secara jelas dan tegas, dalam hal permohonan Informasi Publik ditolak;
- menghitamkan atau mengaburkan Informasi Publik yang dikecualikan beserta alasannya; dan
- mengembangkan kapasitas pejabat fungsional dan/atau petugas informasi dalam rangka peningkatan kualitas layanan Informasi Publik.
• mengkoordinasikan dan memastikan agar pengajuan keberatan diproses berdasarkan prosedur penyelesaian keberatan apabila permohonan Informasi Publik ditolak.
109www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Kewenangan PPID (Permendagri 35/2010)
KOMPETENSI PPID• Membidangi informasi publik Ps. 12 PP 61/2010• Memiliki kemampuan dalam pengelolaan informasi dan dokumentasi
(penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan informasi ) Ps. 13 PP 61/2010
• Melekat pada pejabat struktural yang membidangi tugas dan fungsi pelayanan informasi Ps. 7 Permendagri 35/2010
• Dapat didukung oleh pejabat fungsional Ps. 8 Permendagri 35/2010; Ps. 15 PP 61/2010; dan Ps. 13 UU KIP
• Mampu mengambil keputusan (selonitas yang memadahi)
1. menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. meminta dan memperoleh informasi dari unit kerja/komponen/satuan kerja yang menjadi cakupan kerjanya;
3. mengkoordinasikan pemberian pelayanan informasi dengan PPID Pembantu dan/atau Pejabat Fungsional yang menjadi cakupan kerjanya;
4. menentukan atau menetapkan suatu informasi dapat/tidaknya diakses oleh publik; dan
5. menugaskan PPID Pembantu dan/atau Pejabat Fungsional untuk membuat, mengumpulkan, serta memelihara informasi dan dokumentasi untuk kebutuhan organisasi.
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik
110 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
• Mempersiapkan tim perumus,• Mengidentifikasi tupoksi yang sesuai dengan tugas dan tanggungjawab
PPID dan eselonitas,• Mengidentifikasi hubungan kerja dengan satker lainnya, misalnya untuk
menentukan PPID Pembantu,• Membuat mekanisme kerja antara PPID, PPID pembantu, dan atasan
PPID,• Merumuskan Meja Informasi dan menentukan petugas meja informasi,• Mengidentifikasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
• Setelah mengetahui presentasi di atas, buatlah: - Usulan tahapan aktifitas dalam membentuk struktur
PPID - Bagan/struktur PPID, PPID Pembantu, dan Meja
Informasi bagi Pemerintah Daerah • Presentasikan dan diskusikan bersama
Tahapan Pembentukan PPID
Diskusi Kelompok
111www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Simulasi (Bahan Diskusi) Alternatif I
KOMPETENSI PPID
Bupati/WalikotaWakil Bupati/Walikota
SETDA
BADAN
KEPALA
KEPALA
DINAS
KANTOR
KEPALARUMAH SAKIT
DIREKTUR
KEPALA
BAPPEDA
SET-DPR
DPRD
SEKDA
MEJA INFORMASI
(utama)
MEJA INFORMASI
SEKWAN
MEJA INFORMASIJika lokasi kantor terpisah sebaiknya ada Meja Informasi
PPID (Pembantu/Pelaksana)
PPID (Pembantu/Pelaksana)
PPID (Pembantu/Pelaksana)
PPID (Pembantu/Pelaksana)
PPID (Pembantu/Pelaksana)
Atasan PPID
PPID (Utama)
PPID (Utama)
Bupati/WalikotaWakil Bupati/Walikota
SETDA
BADAN
KEPALA
KEPALA
DINAS
KANTOR
KEPALA
RUMAH SAKIT
DIREKTUR
KEPALA
BAPPEDA
SET-DPR
DPRD
SEKDA
MEJA INFORMASI
MEJA INFORMASI
SEKWAN
MEJA INFORMASI
Atasan PPID
PPID (Utama)
AsistenPPID
MEJA INFORMASI
Kepala Bagian
Atasan PPID
PPID Kepala Bagian
MEJA INFORMASI
Atasan PPID
PPID
Kepala Bagian PPID
Atasan PPIDKepala Bagian PPID
Atasan PPID
Kepala Bagian PPID MEJA
INFORMASIMEJA
INFORMASI
Atasan PPID
Kapala BagianPPID
FungsiKoordinasi/sinkronisasi
Simulasi (Bahan Diskusi)Alternatif II
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik
112 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Simulasi (Bahan Diskusi) Alternatif III
Informasi yang dikecualikan
Informasi yang dapat diakses
Bupati
Atasan PPID Utama
P e t u g a s I n f o r m a s i
Dinas Kesehatan
PPID Pembantu
Dinas Pendidikan
PPID Pembantu
P e t u g a s I n f o r m a s i P e t u g a s I n f o r m a s i
UPT. Perizinan
PPID Pembantu
P e t u g a s I n f o r m a s i
Sekda
PPID Utama
1. PPID Utama bertugas melaksanakan pengelolaan dan pelayanan informasi.
2. PPID Utama mendelegasikan sebagian kewenangan pengelolaan dan pelayanan informasi kepada PPID Pembantu, selain kewenangan pengujian konsekuensi.
3. Membuat kebijakan pengelolaan dan pelayanan informasi publik yang berlaku di badan publik.
1. PPID Pembantu bertugas melaksanakan pengelolaan dan pelayanan informasi.
2. Melaksanakan kewenangan PPID Utama yang didelegasikan kepadanya, selain kewenangan pengujian konsekuensi.
Simulasi (Bahan Diskusi) Alternatif IV
Informasi yang dikecualikan
Informasi yang dapat diakses
Bupati
Atasan PPID UtamaSekda
PPID Utama
1. PPID Utama bertugas melaksanakan pengelolaan dan pelayanan informasi.
2. PPID Utama mendelegasikan sebagian kewenangan pengelolaan dan pelayanan informasi kepada PPID Pembantu, selain kewenangan pengujian konsekuensi.
3. Membuat kebijakan pengelolaan dan pelayanan informasi publik yang berlaku di badan publik.
Dinas Kesehatan
PPID Pembantu
Dinas Pendidikan
PPID Pembantu
P e t u g a s I n f o r m a s i P e t u g a s I n f o r m a s i
UPT. Perizinan
PPID Pembantu
P e t u g a s I n f o r m a s i
1. PPID Pembantu bertugas melaksanakan pengelolaan dan pelayanan informasi.
2. Melaksanakan kewenangan PPID Utama yang didelegasikan kepadanya, selain kewenangan pengujian konsekuensi.
Informasi yang dikecualikan
Informasi yang dapat diakses
Petugas Informasi
113www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
MEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MANDAT
• Badan Publik wajib membuat Standar Operasional Prosedur Pengelolaan dan Pelayanan Informasi sebagai bagian dari sistem informasi dan dokumentasi sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik
• Materi minimum dalam SOP (Ps. 38 PERKI 1/2010)
TUJUAN
• Kepastian prosedur, jangka waktu, dan administrasi bagi petugas/pegawai
• Indikator mengukur kinerja • Pembagian tugas dan
tanggungjawab • Pertanggungjawaban
BAB II - Melaksanakan Keterbukaan Informasi Publik
114 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
a. Kejelasan tentang pejabat yang ditunjuk sebagai PPID;b. Kejelasan tentang orang yang ditunjuk sebagai pejabat tungsional dan/atau
petugas Informasi apabila diperlukan; c. Kejelasan pembagian tugas, tanggung jawab, dan kewenangan PPID dalam hal
terdapat lebih dari satu PPID; d. Kejelasan tentang pejabat yang menduduki posisi sebagai atasan PPID yang
bertanggungjawab mengeluarkan tanggapan atas keberatan yang diajukan oleh Pemohon Informasi Publik;
e. Standar layanan Informasi Publik serta tata cara pengelolaan keberatan di lingkungan internal Badan Publik; dan
f. Tata cara pembuatan laporan tahunan tentang layanan Informasi Publik.
Materi Minimum dalam SOP
TAHAPAN PENYUSUNAN SOP
Persiapan Penilaian Kebutuhan Pengembangan Integrasi dalam
ManajemenMonitoring dan
Evaluasi
• Membentuk Tim dan kelengkapannya
• Melakukan pelatihan-pelatihan bagi anggota tim
• Memberitahukan kepada seluruh unit tentang kegiatan penyusunan SOP
• Menyusun rencana tindak penilaian kebutuhan
• Melakukan penilaian kebutuhan
• Membuat sebuah daftar mengenai SOP yang akan dikembangkan
• Membuat dokumen penilaian kebutuhan SOP
• Pengumpulan Informasi dan
Identifikasi Alternatif
• Analisis dan Pemilihan Alternatif
• Penulisan SOP• Pengujian dan
Reviu SOP• Pengesahan SOP
• Perencanaan penerapan
• Pemberitahuan • Distribusi dan
aksibilitas• Pelatihan
pemahaman
• Monitoring• Evaluasi
Gambar 2 Tahapan Penyusunan SOP
115www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Kaidah Umum Pembuatan SOP
JENIS DAN FORMAT SOP
1. Judul: jelas dan menggambarkan aspek kegiatan2. Tujuan : detail dan jelas sehingga pelaksana SOP mengetahui arah kegiatan.3. Lingkup SOP : proses kegiatan apa saja, diterangkan dengan jelas dan lengkap.4. Tanggungjawab dan wewenang (pelaksana dan fungsi organisasi)5. Keterangan tentang kegiatan, tergantung pada kebutuhan organisasi, yang menerangkan
proses dengan bagan atau yang sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan berikutnya harus dapat menjelaskan dan menentukan apa yang akan dilaksanakan, oleh siapa, bagian atau unit mana, mengapa, kapan dimana dan bagaimana. Pada keterangan juga harus menginformasikan kendali proses dan kendali aktifitas yang telah ditentukan. Selain itu juga menentukan dokumen yang diperlukan yang berhubungan dengan kegiatan terkait dan menentukan skema.
6. Rekaman/catatan yang berkaitan dengan aktifitas harus ditentukan dengan pasti. Metode untuk menyimpan arsip dan semua pelaporan harus dinyatakan dengan jelas.
JENIS
• SOP TEKNIS
• SOP ADMINISTRATIF
FORMAT
• Langkah sederhana (simple steps)
• Tahapan berurutan (hierarchical steps)
• Grafik (Graphic) • Diagram alir (flowchart )
116 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Contoh
Diskusi kelompok
SARKERNomor SOPTanggal PembuatanTanggal RevisiTanggal Efektif
Disahkan oleh
Nama SOP:
Dasar Hukum: Kualifikasi Pelaksana:1. 2. ....Keterkaitan: Peralatan/Perlengkapan:1. 2. ....
1. 2. ....
Peringatan: Pencatatan dan Pendataan:1. 2. ....
No. AktivitasPelaksana Baku Tembak
KeteranganPelaksanaan 1 Pelaksanaan 2 Pelaksanaan 3
Persyaratan/Kelengkapan Waktu Output
1.2.....
• Fasilitator menunjukkan contoh SOP. • Aktifitas Peserta:
- Mengidentifikasi business process yang memerlukan SOP.
- Membuat contoh SOP, misalnya: SOP Pelayanan Informasi.
• Presentasikan dan diskusikan.
117www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
T E R I M A K A S I H
Henri Subagiyo081585741001021-7262740
119www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
33Kategorisasi Informasi Publik
120 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Kategorisasi Informasi Publik
UU KIP maupun peraturan pelaksananya mengatur
tentang kategorisasi informasi. Jika dikaji lebih
dalam peraturan tersebut, ada dua alasan penting
mengapa perlu kategorisasi informasi. Pertama,
alasan manajemen bahwa dengan kategorisasi akan
mempermudah bagi badan publik untuk melakukan
pengelolaan dan pelayanan informasi. Kedua,
alasan pemenuhan akses bagi publik bahwa dengan
kategorisasi akan lebih menjamin akses publik
terhadap informasi, misalnya informasi tertentu
yang termasuk wajib diumumkan berkala atau serta
merta, maka masyarakat harus dipastikan dapat
memperoleh informasi tanpa harus melakukan
permohonan informasi terlebih dahulu.
Dikenal ada 5 kategorisasi informasi, yaitu:
1. Informasi Publik yang wajib disediakan dan
diumumkan secara berkala;
2. Informasi Publik yang wajib diumumkan secara
serta merta;
3. Informasi Publik yang wajib tersedia setiap saat;
4. Informasi Publik lain yang disediakan atas dasar
permintaan dan
5. Informasi Publik yang dikecualikan
Kelima kategori informasi diatas diatur dalam UU
KIP dan dirinci dalam Peraturan Komisi Informasi
Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan
BAB III
........masyarakat
harus dipastikan dapat memperoleh informasi tanpa harus melakukan
permohonan informasi terlebih
dahulu.
III.1. PENTINGNYA KATEGORISASI INFORMASI PUBLIK
121www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Informasi Publik dan Peraturan Pemerintah Nomor
61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan UU KIP.
III.2. INFORMASI PUBLIK YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN SECARA BERKALA
Informasi Publik yang wajib diumumkan secara
berkala berdasarkan rincian dari Peraturan Komisi
Informasi No. 1 tahun 2010 sekurang-kurangnya
terdiri atas:
a. informasi tentang profil Badan Publik yang
meliputi:
1. informasi tentang kedudukan atau domisili
beserta alamat lengkap, ruang lingkup
kegiatan, maksud dan tujuan, tugas dan
fungsi Badan Publik beserta kantor unit-unit
di bawahnya; dan
2. struktur organisasi, gambaran umum setiap
satuan kerja, profil singkat pejabat struktural;
b. ringkasan informasi tentang program dan/atau
kegiatan yang sedang dijalankan dalam lingkup
Badan Publik yang sekurang-kurangnya terdiri
atas:
1. nama program dan kegiatan;
2. penanggungjawab, pelaksana program
dan kegiatan serta nomor telepon dan/atau
alamat yang dapat dihubungi;
3. target dan/atau capaian program dan
kegiatan;
4. jadwal pelaksanaan program dan kegiatan;
5. anggaran program dan kegiatan yang
meliputi sumber dan jumlah;
6. agenda penting terkait pelaksanaan tugas
Badan Publik;
7. informasi khusus lainnya yang berkaitan
langsung dengan hak-hak masyarakat;
8. informasi tentang penerimaan calon
pegawai dan/atau pejabat Badan Publik
Negara; dan
9. informasi tentang penerimaan calon
peserta didik pada Badan Publik yang
menyelenggarakan kegiatan pendidikan
untuk umum;
c. ringkasan informasi tentang kinerja dalam
lingkup Badan Publik berupa narasi tentang
realisasi kegiatan yang telah maupun sedang
dijalankan beserta capaiannya;
d. ringkasan laporan keuangan yang sekurang-
kurangnya terdiri atas:
1. rencana dan laporan realisasi anggaran;
2. neraca;
3. laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku; dan
4. daftar aset dan investasi;
e. ringkasan laporan akses Informasi Publik yang
sekurang-kurangnya terdiri atas:
1. jumlah permohonan Informasi Publik yang
diterima;
BAB III - Kategorisasi Informasi Publik
122 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
2. waktu yang diperlukandalam memenuhi
setiap permohonan Informasi Publik;
3. jumlah permohonan Informasi Publik yang
dikabulkan baik sebagian atau seluruhnya
dan permohonan Informasi Publik yang
ditolak; dan
4. alasan penolakan permohonan Informasi
Publik;
f. informasi tentang peraturan, keputusan,
dan/atau kebijakan yang mengikat dan/atau
berdampak bagi publik yang dikeluarkan oleh
Badan Publik yang sekurang-kurangnya terdiri
atas:
1. daftar rancangan dan tahap pembentukan
Peraturan Perundang-undangan,
Keputusan, dan/atau Kebijakan yang
sedang dalam proses pembuatan;
2. daftar Peraturan Perundang-undangan,
Keputusan, dan/atau Kebijakan yang telah
disahkan atau ditetapkan;
g. informasi tentang hak dan tata cara memperoleh
Informasi Publik, serta tata cara pengajuan
keberatan serta proses penyelesaian sengketa
Informasi Publik berikut pihak-pihak yang
bertanggungjawab yang dapat dihubungi;
h. informasi tentang tata cara pengaduan
penyalahgunaan wewenang atau pelanggaran
yang dilakukan baik oleh pejabat Badan
Publik maupun pihak yang mendapatkan izin
atau perjanjian kerja dari Badan Publik yang
bersangkutan;
i. informasi tentang pengumuman pengadaan
barang dan jasa sesuai dengan peraturan
perundang-undangan terkait; dan
j. informasi tentang prosedur peringatan dini dan
prosedur evakuasi keadaan darurat di setiap
kantor Badan Publik.
Berapa jangka waktu penyediaan dan pengumuman Informasi Publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala?• sekurang-kurangnya setiap 1 (satu) tahun sekali
Bagaimana cara menyediakan dan mengumumkan Informasi Publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala?• melalui situs resmi, papan pengumuman atau cara lain yang mudah diakses;
• menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar atau bahasa lain yang mudah dipahami
penduduk setempat; dan
• memudahkan masyarakat yang memiliki kemampuan berbeda untuk memperoleh informasi
(disable).
123www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
III.3. INFORMASI PUBLIK YANG WAJIB DIUMUMKAN SECARA SERTA MERTA
Informasi Publik yang wajib diumumkan secara
serta merta adalah suatu informasi yang dapat
mengancam hajat hidup orang banyak dan
ketertiban umum antara lain:
a. informasi tentang bencana alam seperti
kekeringan, kebakaran hutan karena faktor
alam, hama penyakit tanaman, epidemik,
wabah, kejadian luar biasa, kejadian antariksa
atau benda-benda angkasa;
b. informasi tentang keadaan bencana non-alam
seperti kegagalan industri atau teknologi,
dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran
lingkungan dan kegiatan keantariksaan;
c. bencana sosial seperti kerusuhan sosial, konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas
masyarakat dan teror;
d. informasi tentang jenis, persebaran dan daerah
yang menjadi sumber penyakit yang berpotensi
menular;
e. informasi tentang racun pada bahan makanan
yang dikonsumsi oleh masyarakat; atau
f. informasi tentang rencana gangguan terhadap
utilitas publik.
Mengapa perlu ada informasi publik yang harus serta-merta diumumkan?• Informasi yang harus serta-merta diumumkan adalah informasi yang berkaitan dengan keadaan
bahaya yang dapat mengancam hidup. Informasi ini harus diumumkan tanpa penundaan agar
masyarakat dapat mengantisipasi keadaan darurat sehingga dapat meminimalisir akibat/dampak
buruk yang ditimbulkan.
Apa yang harus dipersiapkan badan publik agar dapat memberikan informasi serta-merta?1. Sistem tanggap darurat informasi
2. Standar pengumuman informasi, yang setidaknya mencakup:
a. potensi bahaya dan/atau besaran dampak yang dapat ditimbulkan;
b. pihak-pihak yang berpotensi terkena dampak baik masyarakat umum maupun pegawai Badan
Publik yang menerima izin atau perjanjian kerja dari Badan Publik tersebut;
c. prosedur dan tempat evakuasi apabila keadaan darurat terjadi;
d. tata cara pengumuman informasi apabila keadaan darurat terjadi;
e. cara menghindari bahaya dan/atau dampak yang ditimbulkan;
f. cara mendapatkan bantuan dari pihak yang berwenang;
BAB III - Kategorisasi Informasi Publik
124 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
g. upaya-upaya yang dilakukan oleh Badan Publik dan/atau pihak-pihak yang berwenang
dalam menanggulangi bahaya dan/atau dampak yang ditimbulkan.
III.4. INFORMASI PUBLIK YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT
Informasi Publik yang wajib tersedia setiap saat
yang sekurang-kurangnya terdiri atas:
a. Daftar Informasi Publik yang sekurang-
kurangnya memuat:
1. nomor;
2. ringkasan isi informasi;
3. pejabat atau unit/satuan kerja yang
menguasai informasi;
4. penanggungjawab pembuatan atau
penerbitan informasi;
5. waktu dan tempat pembuatan informasi;
6. bentuk informasi yang tersedia; dan
7. jangka waktu penyimpanan atau retensi
arsip.
b. informasi tentang peraturan, keputusan dan/atau
atau kebijakan Badan Publik yang sekurang-
kurangnya terdiri atas:
1. dokumen pendukung seperti naskah
akademis, kajian atau pertimbangan yang
mendasari terbitnya peraturan, keputusan
atau kebijakan tersebut;
2. masukan-masukan dari berbagai pihak
atas peraturan, keputusan atau kebijakan
tersebut;
3. risalah rapat dari proses pembentukan
peraturan, keputusan atau kebijakan
tersebut;
4. rancangan peraturan, keputusan atau
kebijakan tersebut;
5. tahap perumusan peraturan, keputusan atau
kebijakan tersebut; dan
6. peraturan, keputusan dan/atau kebijakan
yang telah diterbitkan.
c. seluruh informasi lengkap yang wajib disediakan
dan diumumkan secara berkala sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 PERKI No. 1/2010;
d. informasi tentang organisasi, administrasi,
kepegawaian, dan keuangan, antara lain:
1. pedoman pengelolaan organisasi,
administrasi, personil dan keuangan;
2. profil lengkap pimpinan dan pegawai yang
meliputi nama, sejarah karir atau posisi,
sejarah pendidikan, penghargaan dan
sanksi berat yang pernah diterima;
3. anggaran Badan Publik secara umum
maupun anggaran secara khusus
125www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
unit pelaksana teknis serta laporan
keuangannya; dan
4. data statistik yang dibuat dan dikelola oleh
Badan Publik.
e. surat-surat perjanjian dengan pihak ketiga
berikut dokumen pendukungnya;
f. surat menyurat pimpinan atau pejabat Badan
Publik dalam rangka pelaksanaan tugas pokok
dan fungsinya;
g. syarat-syarat perizinan, izin yang diterbitkan
dan/atau dikeluarkan berikut dokumen
pendukungnya, dan laporan penaatan izin yang
diberikan;
h. data perbendaharaan atau inventaris;
i. rencana strategis dan rencana kerja Badan
Publik;
j. agenda kerja pimpinan satuan kerja;
k. informasi mengenai kegiatan pelayanan
Informasi Publik yang dilaksanakan, sarana dan
prasarana layanan Informasi Publik yang dimiliki
beserta kondisinya, sumber daya manusia yang
menangani layanan Informasi Publik beserta
kualifikasinya, anggaran layanan Informasi
Publik serta laporan penggunaannya;
l. jumlah, jenis, dan gambaran umum pelanggaran
yang ditemukan dalam pengawasan internal
serta laporan penindakannya;
m. jumlah, jenis, dan gambaran umum pelanggaran
yang dilaporkan oleh masyarakat serta laporan
penindakannya;
n. daftar serta hasil-hasil penelitian yang dilakukan;
o. Informasi Publik lain yang telah dinyatakan
terbuka bagi masyarakat berdasarkan
mekanisme keberatan dan/atau penyelesaian
sengketa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 UU KIP;
p. informasi tentang standar pengumuman
informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 PERKI No. 1 bagi penerima izin dan/atau
penerima perjanjian kerja;
q. informasi dan kebijakan yang disampaikan
pejabat publik dalam pertemuan yang terbuka
untuk umum.
Apakah yang dimaksud dengan informasi harus “tersedia setiap saat”?1. Informasi harus dapat diberikan oleh Badan Publik ketika ada permohonan informasi, dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan (10 hari kerja dan
dapat diperpanjang 7 hari kerja)
BAB III - Kategorisasi Informasi Publik
126 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
2. Informasi diberikan atas dasar permohonan.
3. Badan publik dapat proaktif mengumumkan apabila mampu.
Apakah Daftar Informasi Publik?1. Daftar Informasi Publik adalah catatan yang berisi keterangan secara sistematis tentang
seluruh Informasi Publik yang berada di bawah penguasaan Badan Publik tidak termasuk
informasi yang dikecualikan.
2. Badan Publik juga dapat membuat daftar informasi publik yang dikecualikan.
Mengapa Daftar Informasi Publik penting?1. Memudahkan petugas informasi ketika mencari dan melayani permohonan Informasi Publik.
2. Memudahkan masyarakat saat mencari dan meminta informasi.
III.5. INFORMASI PUBLIK YANG DIKECUALIKAN/RAHASIA
Informasi yang dikecualikan terdiri dari:
a. Informasi Publik yang apabila dibuka dan
diberikan kepada Pemohon Informasi Publik
dapat menghambat proses penegakan hukum,
yaitu informasi yang dapat:
1. menghambat proses penyelidikan dan
penyidikan suatu tindak pidana;
2. mengungkapkan identitas informan, pelapor,
saksi, dan/atau korban yang mengetahui
adanya tindak pidana;
3. mengungkapkan data intelijen kriminal dan
rencana-rencana yang berhubungan dengan
pencegahan dan penanganan segala bentuk
kejahatan transnasional;
4. membahayakan keselamatan dan kehidupan
penegak hukum dan/atau keluarganya; dan/
atau
5. membahayakan keamanan peralatan,
sarana, dan/atau prasarana penegak
hukum.
b. Informasi Publik yang apabila dibuka dan
diberikan kepada Pemohon Informasi
Publikdapat mengganggu kepentingan
perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan
perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat;
c. Informasi Publik yang apabila dibuka dan
diberikan kepada Pemohon Informasi Publik
127www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
dapat membahayakan pertahanan dan
keamanan negara, yaitu:
1. informasi tentang strategi, intelijen, operasi,
taktik dan teknik yang berkaitan dengan
penyelenggaraan sistem pertahanan
dan keamanan negara, meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran
atau evaluasi dalam kaitan dengan ancaman
dari dalam dan luar negeri;
2. dokumen yang memuat tentang strategi,
intelijen, operasi, teknik dan taktik yang
berkaitan dengan penyelenggaraan sistem
pertahanan dan keamanan negara yang
meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan
dan pengakhiran atau evaluasi;
3. jumlah, komposisi, disposisi, atau
dislokasi kekuatan dan kemampuan dalam
penyelenggaraan sistem pertahanan
dan keamanan negara serta rencana
pengembangannya;
4. gambar dan data tentang situasi dan
keadaan pangkalan dan/atau instalasi
militer;
5. data perkiraan kemampuan militer dan
pertahanan negara lain terbatas pada
segala tindakan dan/atau indikasi negara
tersebut yang dapat membahayakan
kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan/atau data terkait kerjasama
militer dengan negara lain yang disepakati
dalam perjanjian tersebut sebagai rahasia
atau sangat rahasia;
6. sistem persandian negara; dan/atau
7. sistem intelijen negara.
d. Informasi Publik yang apabila dibuka dan
diberikan kepada Pemohon Informasi Publik
dapat mengungkapkan kekayaan alam
Indonesia;
e. Informasi Publik yang apabila dibuka dan
diberikan kepada Pemohon Informasi
Publik,dapat merugikan ketahanan ekonomi
nasional:
1. rencana awal pembelian dan penjualan
mata uang nasional atau asing, saham dan
aset vital milik negara;
2. rencana awal perubahan nilai tukar,
suku bunga, dan model operasi institusi
keuangan;
3. rencana awal perubahan suku bunga bank,
pinjaman pemerintah, perubahan pajak,tarif,
atau pendapatan negara/daerah lainnya;
4. rencana awal penjualan atau pembelian
tanah atau properti;
5. rencana awal investasi asing;
6. proses dan hasil pengawasan perbankan,
asuransi, atau lembaga keuangan lainnya;
dan/atau
7. hal-hal yang berkaitan dengan proses
pencetakan uang.
f. Informasi Publik yang apabila dibuka dan
diberikan kepada Pemohon Informasi Publik,
dapat merugikan kepentingan hubungan luar
negeri :
1. posisi, daya tawar dan strategi yang
akan dan telah diambil oleh negara
dalam hubungannya dengan negosiasi
internasional;
BAB III - Kategorisasi Informasi Publik
128 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
2. korespondensi diplomatik antarnegara;
3. sistem komunikasi dan persandian yang
dipergunakan dalam menjalankan hubungan
internasional; dan/atau
4. perlindungan dan pengamanan infrastruktur
strategis Indonesia di luar negeri.
g. Informasi Publik yang apabila dibuka dapat
mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat
pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat
seseorang;
h. Informasi Publik yang apabila dibuka dan
diberikan kepada Pemohon Informasi Publik
dapat mengungkap rahasia pribadi, yaitu:
1. riwayat dan kondisi anggota keluarga;
2. riwayat, kondisi dan perawatan, pengobatan
kesehatan fisik, dan psikis seseorang;
3. kondisi keuangan, aset, pendapatan, dan
rekening bank seseorang;
4. hasil evaluasi sehubungan dengan
kapabilitas, intelektualitas, dan rekomendasi
kemampuan seseorang; dan/atau
5. catatan yang menyangkut pribadi seseorang
yang berkaitan dengan kegiatan satuan
pendidikan formal dan satuan pendidikan
nonformal.
i. memorandum atau surat-surat antar Badan
Publik atau intra Badan Publik, yang menurut
sifatnya dirahasiakan kecuali atas putusan
Komisi Informasi atau pengadilan;
j. informasi yang tidak boleh diungkapkan
berdasarkan Undang-Undang.
TIPS MENETAPKAN INFORMASI YANG DIKECUALIKAN
1. Carilah argumentasi/alasan bahaya atau kerugian apa yang timbul jika informasi yang terkait
dibuka kepada publik, sesuaikan dengan Pasal 17-18 UU KIP.
2. Jika yang digunakan adalah UU Sektoral:
– Carilah ayat dan pasal yang secara tegas merahasiakan informasi atau dokumen tersebut;
– pastikan bahwa dengan menutup informasi yang terkait maka tujuan dari UU tersebut
dapat tercapai atau sebaliknya.
3. Pikirkan apakah ada kepentingan lain yang lebih besar yang dapat diselamatkan dengan
membuka/menutup informasi.
4. Buatlah analisa/penjelasan tertulis tentang argumen anda sebagaimana poin sebelumnya.
5. Berapa lama informasi tersebut akan dirahasiakan (masa retensi) Lihat Pasal 3 – 11 PP
61/2010.
129www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
TEKNIK PENGECUALIAN INFORMASI
Bagaimana cara mengecualikan informasi?1. Pengecualian Informasi Publik dilakukan dengan melakukan dua uji/pertimbangan, yaitu:
a. Uji tentang konsekuensi (bahaya) yang timbul apabila suatu informasi diberikan;b. Uji kepentingan publik; setelah mempertimbangkan dengan seksama bahwa
menutup Informasi Publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada membukanya.
2. Dalam melakukan pengujian tentang konsekuensi (bahaya) perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:a. Uji konsekuensi bahaya harus berdasarkan Pasal 17 UU KIP.b. Apabila mengacu pada peraturan lain, maka harus menyebutkan ketentuan yang diacu
secara jelas dan tegas. c. Alasan pengecualian Informasi Publik harus dinyatakan secara tertulis dan disertakan
dalam surat keputusan PPID atas penolakan permohonan Informasi Publik.3. Uji kepentingan publik dilakukan setelah PPID melakukan uji konsekuensi (bahaya) namun
PPID tidak yakin apakah harus membuka atau menutup informasi tersebut.
Apakah yang dikecualikan dokumennya atau materi Informasi Publiknya? Yang dikecualikan adalah materi informasinya, bukan dokumennya. Namun, jika suatu
dokumen berisi informasi yang seluruhnya dikecualikan, maka dokumen tersebut dapat dikecualikan untuk diakses oleh publik.
Bagaimana jika suatu dokumen berisi sebagian informasi yang dikecualikan?1. Jika suatu dokumen mengandung sebagian materi informasi yang dikecualikan, maka
materi informasi yang dikecualikan tersebut dapat dihitamkan atau dikaburkan (misal nama orang diganti dengan huruf A, B, C sehingga melindungi rahasia pribadi, dll).
2. Informasi lain yang ada di dokumen yang tidak termasuk pengecualian dapat tetap diberikan.3. PPID harus mencantumkan alasan penghitaman atau pengaburan secara jelas dan tegas.
Contoh penghitaman nama: Berdasarkan hasil pemeriksaan laboraturium, xxxx dinyatakan telah mengidap penyakit HIV/
AIDS.
Contoh pengaburan nama: Berdasarkan hasil pemeriksaan laboraturium, PASIEN (tanpa nama) dinyatakan telah
mengidap penyakit HIV/AIDS.
BAB III - Kategorisasi Informasi Publik
130 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Pengecualian informasi tidak permanen. Suatu
informasi yang termasuk dalam kategori informasi
yang dikecualikan (rahasia) pada satu waktu
tertentu, di waktu lain harus dapat dibuka. Hal ini
merupakan konsekuensi asas yang dianut oleh
UU KIP, bahwa pengecualian informasi harus
didasarkan pada uji konsekuensi (bahaya) dan uji
kepentingan publik. Artinya, apabila unsur bahaya
akibat dibukanya suatu informasi sudah tidak ada,
informasi tersebut harus dapat dibuka. Oleh karena
itulah, UU KIP mengatur secara tegas bahwa
informasi yang dikecualikan tidak bersifat permanen.
Mandat UU KIP ini ditindaklanjuti oleh PP No. 61
Tahun 2010 yang mengatur tentang masa retensi
atas informasi yang dikecualikan, sebagaimana
terlibat pada tabel berikut:
Informasi yang dikecualikan Masa retensi
Informasi yang apabila dibuka dapat menghambat proses penegakan hukum.
Maksimal 30 tahun atau telah dibuka dalam sidang pengadilan yang terbuka untuk umum untuk
Informasi yang apabila dibuka mengganggu perlindungan HAKI dan persaingan usaha tidak sehat.
Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Informasi yang apabila dibuka membahayakan pertahanan dan keamanan negara.
Selama jangka waktu yang dibutuhkan.
Informasi yang apabila dibuka dapat mengungkapkan kekayaan alam milik negara.
Selama jangka waktu yang dibutuhkan.
Informasi yang apabila dibuka dapat merugikan ketahanan ekonomi nasional.
Selama jangka waktu yang dibutuhkan.
Informasi yang apabila dapat merugikan kepentingan hubungan luar negeri.
Selama jangka waktu yang dibutuhkan.
Informasi yang apabila dibuka dapat mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi dan wasiat seseorang.
Sesuai ketentuan peraturan perundang-undanganatau dapat dibuka apabila pihak yang rahasianya diungkap memberikan persetujuan tertulis atau pengungkapan berkaitan dengan posisi seseorang dalam jabatan publik.
Informasi yang apabila dibuka dapat mengungkap rahasia pribadi seseorang.
Selama jangka waktu yang dibutuhkanatau dapat dibuka apabila pihak yang rahasianya diungkap memberikan persetujuan tertulis atau pengungkapan berkaitan dengan posisi seseorang dalam jabatan publik.
Memorandum atau surat antar atau intra Badan Publik yang berkaitan dengan informasi yang dikecualikan.
Sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
131www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Henri Subagiyo
SESI III KATEGORISASI INFORMASI
Sub Pokok Bahasan
• INFORMASIYANGWAJIBDIUMUMKANDANDISEDIAKANSECARA BERKALA
• INFORMASIYANGWAJIBDIUMUMKANSECARASERTAMERTA
• INFORMASIYANGWAJIBDISEDIAKANSETIAPSAAT• INFORMASIYANGDIKECUALIKANDANTEKNIS
PENGECUALIAN INFORMASI
BAHAN PRESENTASI
132 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
KATEGORISASI INFORMASI PUBLIK
Informasi yang Wajib Disediakan dan Diumumkan Secara Berkala (Ps. 9 UU KIP)
• Disediakan/diumumkan secara rutin, teratur, dan dlm jangka waktu tertentu (setidak-tidaknya setiap 6 bulan sekali)
• Penyebarluasan informasi disampaikan dengan cara yg mudah dijangkau & bahasa yang mudah dipahami. Memperhatikan kelompok difable.
• Mencakup: - informasi berkaitan dengan Badan Publik;- informasi kegiatan dan kinerja Badan Publik;- informasi ttg laporan keuangan; - informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
• Diatur lebih lanjut dalam Ps. 11 PERKI 1/2010
Berkala Serta merta Tersedia setiap saat
Rahasia Berdasar Permohonan
• Diumumkan dan disediakan sekurang-kurangnya 1 tahun sekali;
• Dapat diminta untuk diperoleh/ diminta untuk diumumkan sesuai dengan Per-UU-an;
• Disampaikan melalui media website dan papan pengumuman;
• Rincian ada pada Pasal 11 PERKI 1/2010
• Diumumkan tanpa penundaan (menyangkut hajat hidup dan keselamatan);
• Sanksi pidana Pasal 52 UU KIP atau kemungkinan gugatan perdata secara langsung;
• Disampaikan melalui media yang memungkinkan;
• Rincian ada pada Pasal 12 PERKI 1/2010
• Diberikan berdasarkan permintaan;
• Informasi bersifat lengkap;
• Disampaikan melalui media yang memungkinkan;
• Dapat disengketakan apabila tidak diberikan;
• Rincian ada pada Pasal 13 PERKI 1/2010
• Bersifat ketat, terbatas, dan tidak permanen;
• Berdasar uji konsekuensi dan kepentingan publik
• Penghitaman/ pengaburan
• Dapat disengketakan
• Rincian pada Pasal 14-18 PERKI 1/2010 dan Pasal 17 – 20 UU KIP
• Informasi yang belum dikategorikan dalam kategori berkala, serta merta, tersedia setiap saat, dan rahasia;
• Dapat diminta • Dapat
disengketakan • Yang tidak
dinyatakan secara tegas dalam kategori sebelumnya
133www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Informasi yang Harus Diumumkan Secara Serta Merta (Ps. 10 UU KIP)
Informasi yang Wajib Tersedia Setiap Saat (Ps. 11-16 UU KIP)
1. Wajib diumumkan tanpa penundaan 2. Menyangkut ancaman terhadap hajat hidup orang banyak
dan ketertiban umum3. Informasi aktif 4. Misal: Informasi tentang keadaan darurat, bencana,
keselamatan kerja, dst.5. Diatur lebih lanjut dalam Ps. 12 PERKI 1/2010
• Informasipasif(denganpermintaan)• Rutindisediakanbadanpublik• Mecakup:
- Daftar informasi dalam penguasaan badan publik;- Keputusan badan publik dan pertimbangannya;- Kebijakan badan publik dan dokumen pendukungnya;- Rencana proyek dan anggaran tahunannya;- Perjanjian badan publik dengan pihak lain - Informasi dalam pertemuan yg bersifat terbuka;- Prosedur kerja yang berkaitan dg layanan publik;- Laporan layanan akses informasi- Informasi lain yang dinyatakan terbuka berdasar Putusan Sengketa
Informasi• DiaturlebihlanjutdalamPs.13PERKI1/2010
134 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Informasi yg dikecualikan (Ps. 17-20 UU KIP)
• Bersifatketat,terbatasdantidakmutlak:(Ps.2Ayat2UUKIP)• metodevalid,obyektifberdasarkepentinganpublik• Adabatasanyangdikecualikan(obyekinformasi&jangkawaktu)• Dapatdibukauntukkepentinganyanglebihbesar• Metodeuji:(Ps.2Ayat4UUKIP)• Ujikonsekuensibahaya(Consequential harm test )• Ujikepentinganpublik(Balancing public interest test)
• Mencakupinformasiyangapabiladibukadapatmerugikan:(Ps.17UUKIP)• Penegakanhukum• HAKI&persainganusahasehat• Pertahanan&keamanan• Kekayaanalam• Ketahananekonominasional• Kepentinganhubunganluarnegeri• Informasipribadi,wasiat• Memoatausuratintradanantarbadanpublikygmenurutsifatdikecualikan• TidakbolehdiungkapberdasarUU
• DiaturlebihlanjutdalamPs.14-18PERKI1/2010(ujikoneskuensidankepentinganpublik;tatacarapenghitaman/pengaburan; tata cara pengecualian)
• DiaturlebihlanjutdalamPs.3-11PP61/2010(pengklasifikasianinformasirahasia,masaretensi)
DAFTAR INFORMASI PUBLIKPENGERTIAN
Catatan yang berisi keterangan secara sistematis tentang seluruh informasi publik yang berada dibawah penguasaan Badan Publik, tidak termasuk informasi yang dikecualikan. (Ps. 1 Angka 7)
TUJUAN
• Mempermudah mendeteksi informasi yang dikuasai
• Mempermudah menemukan keberadaan informasi
• Memberikan informasi bagi publik tentang informasi apa saja yang dimiliki oleh badan publik dan keberadaannya
135www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Informasi yang Harus Diumumkan Secara Serta Merta (Ps. 10 UU KIP)
NO RINGKASAN ISI INFORMASI PEJABAT/UNIT/SATKER YANG MENGUSASI INFORMASI
PENANGGUNG JAWAB
PEMBUATAN ATAU
PENERBITAN INFORMASI
WAKTU & TEMPAT
PEMBUATAN INFORMASI
BENTUK INFORMASI
(SOFT & HARD COPY)
MASA RETENSI ARSIP
INFORMASI PUBLIK YANG DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN SECARA BERKALA
1
2
3
4
5
INFORMASI PUBLIK YANG DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN SERTA MERTA
1
2
NO RINGKASAN ISI INFORMASI
PEJABAT/UNIT/
SATKER YANG
MENGUSASI INFORMASI
PENANGGUNG JAWAB
PEMBUATAN ATAU
PENERBITAN INFORMASI
WAKTU & TEMPAT
PEMBUATAN INFORMASI
BENTUK INFORMASI
(SOFT & HARD COPY)
MASA RETENSI
ARSIP
INFORMASI PUBLIK YANG TERSEDIA SETIAP SAAT
1
2
3
4
5
136 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
DISKUSI KELOMPOK
PENGECUALIAN INFORMASI PUBLIK
Presentasikan di depan kelas dan mari diskusikan bersama.
Lihat format Daftar Informasi Publik.
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok ( 1 Kelompok 5 Orang).
Buatlah Daftar Informasi Publik masing-masing kategori 5 informasi publik. Tuliskan dalam kertas plano.
137www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Informasi yang dikecualikan
Bagaimana menentukan informasi yang dikecualikan?
1. Carilah argumentasi/alasan bahaya atau kerugian apa yang timbul jika informasi yang terkait dibuka kepada publik, sesuaikan dengan Pasal 17-18 UU KIP.
2. Jika yang digunakan adalah UU Sektoral: • Carilah ayat dan pasal yang secara tegas merahasiakan informasi atau dokumen
tersebut; • Pastikan bahwa dengan menutup informasi yang terkait maka tujuan dari UU
tersebut dapat tercapai atau sebaliknya.3. Pikirkan apakah ada kepentingan lain yang lebih besar yang dapat diselamatkan
dengan membuka/menutup informasi.4. Buatlah analisa/penjelasan tertulis tentang argumen anda sebaimana poin sebelumnya.5. Berapa lama informasi tersebut akan dirahasiakan (masa retensi) Lihat Ps. 3 – 11 PP
61/2010.
PRINSIP METODE TEKNIK
• Ketat, • terbatas • tidak mutlak
• Consequential harm test
• Balancing public interest test
Penghitaman/ pengaburan
138 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
TATA CARA PENGHITAMAN/ PENGABURAN INFORMASI
Pada dasarnya metode pengaburan informasi dilakukan melalui 2 cara sesuai dengan media penyampaian :
• ApabilaMediaPenyampaianadalahmediacetak- MENGHITAMKAN INFORMASI (DENGAN SPIDOL/PENGHAPUS
TINTA) - untuk informasi yang sumbernya berupa dokumen tercetak/hard copy.
• ApabilaMediaPenyampaianadalahelektronik(viainternet)- MENGGANTI/MEMPERPENDEK INFORMASI – untuk informasi
yang sumbernya adalah softcopy (dokumen ditampilkan pada situs/website)
Simulasi
• Sebutkan 3 informasi/dokumen yang menurut anda adalah rahasia dan jelaskan alasannya.
• Diskusikan dengan melihat peraturan yang ada.
139www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
T E R I M A K A S I H
Henri Subagiyo081585741001021-7262740
141www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
44Standar dan Mekanisme Pelayanan Informasi
142 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Standar dan Mekanisme Pelayanan Informasi
Salah satu aspek penting dalam keterbukaan
informasi adalah layanan informasi. Melalui layanan
informasi memungkinkan setiap orang terpenuhi
hak-nya atas informasi sebagaimana dijamin dalam
UU KIP. Oleh karena itu, UU KIP mengatur secara
khusus bagaimana mekanisme pelayanan informasi
yang diatur lebih lanjut dalam PERKI 1/2010 tentang
Standar Layanan Informasi Publik.
Layanan informasi merupakan “hilir’ dari proses
pengelolaan informasi. Baik UU KIP maupun
peraturan pelaksananya tidak mengatur secara
khusus tentang SOP pengelolaan informasi publik.
Hal ini dikarenakan SOP sangat tergantung pada
bentuk dan besarnya Badan Publik serta bidang
kegiatan dan mekanisme kerja yang (sudah) ada di
Badan Publik yang bersangkutan. Oleh sebab itu,
kewenangan untuk mengaturnya diserahkan kepada
masing-masing Badan Publik.
SOP layanan informasi publik berkaitan dengan
cara/prosedur Badan Publik dalam melayani
permohonan informasi secara efektif dan efisien
(out-flow). Oleh karena itu, titik berat dalam
mengembangkan SOP layanan informasi publik
adalah pola hubungan yang efektif dan efisien
antara penyedia informasi dengan pemohon
BAB IV
Salah satu aspek penting
dalam keterbukaan informasi
adalah layanan informasi.
IV.1. LAYANAN INFORMASI SEBAGAI BAGIAN DARI PENGELOLAAN INFORMASI PUBLIK
143www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
informasi. Sedangkan SOP pengelolaan informasi
publik berkaitan dengan cara/prosedur Badan Publik
dalam mengelola informasi di dalam Badan publik itu
sendiri, untuk mendukung pelayanan informasi. Oleh
karena itu, titik berat dalam mengembangkan SOP
pengelolaan informasi publik adalah efektifitas arus
informasi di dalam Badan Publik (pola hubungan
yang efektif antara unit penyedia informasi di dalam
Badan Publik) serta kualitas informasi dihasilkan
atau disediakan.
Alur pengelolaan informasi
PPID Utama
Petugas Meja Informasi
Dinas Kesehatan
Pusat Data Dinas
Petugas Meja Informasi
UPT. Perizinan
Pusat Data UPT
Petugas Meja Informasi
Dinas Pendidikan
Pusat Data Dinas
Petugas Meja Informasi
Pusat Data
Pemohon
Pemohon
Keterangan:
• Masing-masing unit kerja melakukan pengelolaan informasi yang terpusat pada Pusat Data Unit Kerja (Dinas/UPT)• Pusat Data Unit Kerja menyampaikan secara proaktif kepada Pusat Data yang berada di bawah pengelolaan
PPID Utama. • Petugas Pusat Data di bawah PPID utama juga dapat secara proaktif mengumpulkan informasi dari Pusat Data di
masing-masing unit kerja.• Pengelola Pusat Data dapat merangkap sebagai petugas informasi.
BAB IV - Standar dan Mekanisme Pelayanan Informasi
144 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Bagan di atas menunjukkan tahapan pengelolaan
informasi yang meliputi kegiatan: (1) Pengumpulan
informasi; (2) Pengkategorian informasi; (3)
Pendokumentasian informasi; (4) Pelayanan
informasi. Berikut ini penjelasan dari masing-masing
tahapan tersebut.
1. Pengumpulan informasi. Pengumpulan informasi
dilakukan oleh masing-masing unit kerja.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengumpulan informasi, antara lain:
a. Informasi yang dikumpulkan adalah
informasi yang telah, sedang dan akan
dikerjakan oleh masing-masing unit kerja,
yang relevan dengan tugas pokok dan
fungsinya
b. Informasi yang dikumpulkan dapat
bersumber dari pejabat di unit yang
bersangkutan, arsip, maupun sumber lain
yang terpercaya (reliable)
2. Pengkategorian informasi. Pengkategorian
informasi adalah memilah dan mengelompokan
informasi yang dapat dibuka dan informasi tidak
dapat dibuka karena sifatnya yang rahasia
(informasi yang dikecualikan). Informasi yang
dapat dibuka dikategorikan ke dalam kelompok
informasi yang wajib diumumkan secara berkala,
informasi yang wajib tersedia sedtiap saat,
dan informasi yang wajib diumumkan secara
serta-merta. Sedangkan untuk informasi yang
dikecualikan, pengaktegorian dilakukan setelah
melalui uji konsekuensi bahaya.
Kewenangan untuk mengkategorikan informasi
tergantung pada pola pembagian kewenangan
yang dipilih oleh Badan Publik (dalam hal ini
Pemda) yang bersangkutan (Lihat Bagian
Struktur Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi pada Bab II). Apabila PPID Utama
tidak mendelegasikan pada unit kerja, maka
kewenangan pengkategorian berada pada PPID
Utama (Pola 1). Namun, apabila PPID Utama
mendelegasikan kewenangan tersebut kepada
masing-masing unit kerja (PPID Pembantu/
Pelaksana), maka kewenangan pengkategorian
ada pada PPID Pembantu yang berada di
masing-masing unit kerja (Pola 2).
3. Pendokumentasian informasi.
Pendokumentasian informasi meliputi kegiatan:
a. Penyusunan daftar informasi publik. Daftar
informasi publik berisi antara lain:
i. Nomor
ii. Perihal/ringkasan isi informasi
iii. Pejabat/Unit kerja yang menguasai
iv. Penanggung jawab pembuatan
informasi
v. Waktu dan tempat pembuatan informasi
vi. Format informasi yang tersedia
vii. Kategori informasi (diumumkan berkala,
tersedia setiap saat, serta-merta)
viii. Masa retensi, klasifikasi kerahasiaan
(jika ada), dan pejabat yang memiliki
kewenangan akses terhadap informasi
yang dikecualikan
b. Verifikasi informasi. Informasi yang telah
dikumpulkan dan diringkas, diverifikasi
keberadaannya dan diklasifikasi sesuai
dengan jenis kegiatannya
c. Otentifikasi informasi.Untuk menjamin
keaslian informasi (dokumen), otentifikasi
145www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
dilakukan dengan membuat surat
pernyataan kebenaran informasi yang
ditandatangani oleh pejabat kepala unit
kerja.
d. Pemberian kode informasi. Tiap unit kerja
membuat sistem pengkodean informasi
(code of information system) untuk
memudahkan pencarian informasi yang
dibutuhkan. PPID utama dapat membuat
sistem pengkodean yang seragam bagi
tiap-tiap unit kerja untuk memudahkan
pengelolaan data di Pusat Data Kabupaten/
Kota.
e. Penataan dan penyimpanan informasi.
Penataan dan penyimpanan hendaknya
dilakukan secara sistematis terhadap
dokumen soft copy maupun hard copy.
Apabila memungkinkan, setiap unit kerja
memiliki satu komputer yang difungsikan
sebagai pusat penyimpanan informasi.
f. Pemutakhiran (up-date) informasi. Petugas
PPID (Utama dan Pembantu) melalui
petugas yang ditetapkan diharapkan selalu
melakukan pemutakhiran informasi secara
regular.
Agar tahapan kegiatan pengelolaan informasi di atas
dapat dilaksanakan dengan baik, maka dibutuhkan
beberapa komponen pendukung, antara lain:
1. Sistem pengelolaan informasi dan dokumen
terintegrasi antar unit.
2. Sarana pra-sarana, antara lain:
• Daftar informasi publik yang dikelola
• Panduan pengklasifikasian informasi
• Seperangkat komputer yang dilengkapi
dengan sistem-sistem jaringan yang
terhubung dengan LAN. Apabila
memungkinkan, setiap unit pengelola
informasi direkomendasikan untuk memiliki
perangkat komputer. Apabila tidak, maka
komputer dapat ditempatkan di unit
pengelola informasi terpusat di institusi yang
bersangkutan
• Lemari/ruang penyimpanan dokumen
yang tidak berbentuk soft copy. Dokumen-
dokumen tersebut hendaknya diberi kode
penomoran dan disusun sedemikian rupa
agar mudah ditemukan oleh petugas
informasi
3. Sumber Daya Manusia (SDM)
SDM yang memiliki kemampuan pengelolaan
informasi merupakan komponen kunci dalam
pelayanan informasi. Untuk itu, ada beberapa
kompetensi dasar yang sebaiknya dimiliki oleh
SDM pengelola informasi (PPID), antara lain:
• Pengetahuan dan pemahaman yang
baik tentang nilai-nilai dasar UU KIP dan
peraturan perundang-undangan yang terkait
• Kompetensi manajerial, utamanya untuk
mengkoordinasikan pengelolaan dan
pelayanan informasi
• Kompetensi fungsional, utamanya untuk
pengelolaan dan informasi secara teknis
seperti mengklasifikasikan informasi,
mengelola database, pemahaman IT, dll.
Layanan informasi terkait erat juga dengan
kategorisasi informasi. Dari sudut pandang layanan
informasi, pada dasarnya kategori informasi dapat
dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: 1) Informasi Proaktif;
dan 2) Informasi Pasif. Informasi proaktif adalah
informasi yang secara proaktif – tanpa harus diminta
BAB IV - Standar dan Mekanisme Pelayanan Informasi
146 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
– yaitu: a) informasi yang wajib disediakan dan
diumumkan secara berkala; dan 2) Informasi yang
wajib diumumkan secara sera merta. Informasi
pasif adalah informasi yang untuk mendapatkannya
mensyaratkan adanya permohonan informasi, yaitu:
1) Informasi yang wajib disediakan setiap saat; dan
2) Informasi lainnya berdasarkan permohonan.
Untuk informasi lainnya berdasarkan permohonan
adalah informasi yang tidak tercantum dalam
kategori informasi namun tetap dapat diminta karena
berdasarkan UU KIP layaan informasi tidak dibatasi
hanya pada kategori yang secara tegas diatur dalam
kategori yang ada.
Berdasarkan kategorisasi di atas, maka layanan
informasi bagi informasi yang dalam kategori
proaktif harus diberikan melalui pengumuman
yang memungkinkan masyarakat dapat dengan
mudah mengakses dan mendapatkan informasi
tanpa harus meminta terlebih dahulu. Sedangkan
untuk informasi yang dalam kategori pasif diberikan
setelah ada permohonan melalui saluran media
tertentu (internet, kotak surat, pos dsbnya) atau
meja informasi yang digunakan sebagai saluran
permohonan informasi oleh badan publik.
Layanan informasi melalui pengumuman tidak
banyak diatur secara teknis dalam UU KIP. UU KIP
mengatur bahwa penyebarluasan informasi harus
dilakukan dengan cara yang mudah dijangkau dan
bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat (Ps.
9 Ayat (4) dan Ps. 10 Ayat (2)). Bagaimana cara-
cara yang mudah dijangkau masyarakat tersebut
diserahkan kepada PPID (Ps. 9 Ayat (5)). Ketentuan
lebih lanjut tentang ha ini diatur oleh Komisi
Informasi.
Berdasarkan PERKI 1/2010 tentang Standar
Layanan Informasi Publik, badan publik Negara
wajib mengumumkan informasi yang wajib
disediakan dan diumumkan secara berkala setidak-
tidaknya melalui media website atau situs resmi dan
papan pengumuman. Namun demikian penggunaan
media tidak terbatas hanya kepada jenis media
tersebut, PPID harus juga memastikan agar
informasi tersebut dapat dijangkau secara mudah
oleh masyarakat. PPID harus mempertimbangkan
kemudahan akses publik kepada jenis media yang
ada, artinya PPID harus juga mempertimbangkan
jenis media-media lainnya yang mungkin dapat
digunakan sesuai dengan karakteristik masyarakat
dalam penggunaan media, misalnya radio lokal,
radio komunitas, TV lokal, dan sebagainya. Dalam
IV.2. LAYANAN INFORMASI MELALUI PENGUMUMAN INFORMASI
147www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
PERKI 1/2010 juga mengatur bahwa badan publik
dimungkinkan untuk menggunakan bahasa lokal
setempat dalam penyebarluasan informasi untuk
memudahkan masyarakat dalam memahami
informasi yang disebarluaskan.
PERKI 1/2010 tidak mengatur secara teknis untuk
penyebarluasan informasi yang wajib diumumkan
serta merta. PERKI hanya mengatur bahwa
informasi yang wajib diumukan secara serta
merta tidak boleh ditunda dan harus diumumkan
dengan menggunakan media yang tepat dan
mudah dipahami. Hal ini dapat dimengerti karena
informasi yang wajib diumumkan secara serta merta
umumnya menyangkut dengan early warning atau
kondisi darurat sehingga sangat tergantung dengan
perkembangan teknologi informasi maupun kondisi
masyarakat setempat, misalnya untuk daerah
tertentu penggunaan kentongan atau sirine ataupun
pengeras suara di masjid misalnya dianggap lebih
efektif dalam menyebarluaskan informasi darurat.
Dengan demikian PPID memiliki keleluasaan untuk
memilih media yang efektif dalam penyebarluasan
informasi yang wajib diumumkan secara serta merta.
Layanan informasi berdasarkan permohonan
informasi dilakukan oleh petugas meja informasi.
Beberapa perangkat yang minimal harus disediakan
dalam pelayanan informasi ini antara lain:
1. Meja informasi. Meja informasi sebaiknya
ditempatkan di dalam ruangan yang mudah
diakses oleh publik, terbuka dan memberi kesan
nyaman bagi orang untuk datang meminta
informasi.
2. Daftar informasi. Daftar informasi harus mudah
dipahami oleh publik, termasuk istilah-istilah di
dalamnya.
3. Formulir-formulir layanan:
a. Formulir permohonan & tanda terima. Lihat
Lampiran III PERKI 1/2010
b. Register permohonan. Lihat Lampiran IV
PERKI 1/2010
c. Surat pemberitahuan. Lihat Lampiran V
PERKI 1/2010
d. Surat penolakan (informasi rahasia). Lihat
Lampiran VI PERKI 1/2010
e. Surat perpanjangan layanan (jika
diperpanjang). Format dapat dibuat sendiri
yang menjelaskan tentang berapa lama
perpanjangan pelayanan dan alasannya.
4. Maklumat Pelayanan Informasi. Maklumat
pelayanan berisi tentang seluruh informasi
IV.3. LAYANAN INFORMASI MELALUI PERMOHONAN INFORMASI
BAB IV - Standar dan Mekanisme Pelayanan Informasi
148 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
mengenai pelayanan yang memuat dasar
hukum, standar pelayanan, tata cara
mengajukan keberatan, dan nama pejabat atau
petugas yang bertanggungjawab serta nomor
kontak yang dapat dihubungi oleh pemohon.
5. Petugas informasi. Hendaknya pada saat sudah
diumumkan waktu layanan informasi, maka
selalu tersedia petugas yang berada di meja
informasi yang siap melayani publik yang datang
meminta informasi. Ketiadaan petugas pada
waktu layanan yang sudah ditetapkan akan
membuat publik kecewa dan memiliki dampak
kurang baik pada citra pelayanan.
A. ALUR PELAYANAN INFORMASI PUBLIK
Agar layanan informasi dapat dilaksanakan dengan
baik, badan publik perlu memahami alur pelayanan
informasi sesuai dengan standar layanan yang
berlaku berdasarkan peraturan.Berikut inistandard
an mekanisme pelayanan informasi tersebut:
Maks. 10 hari kerja+
Perpanjangan 7 hari kerja
PPIDPermohonan
Mencatat:• Nama • Alamat • Subyek • Format • Cara penyampaian yang diminta
Saat menerima permintaan (langsung/elektronik)Saat pengiriman informasi (surat)
• Info ada dibawah penguasaan. • Memberitahu keberadaan info yang diminta jika di BP lain dan tidak
dibawah penguasaannya.• Menerima/menolak permintaan.• Jika diterima (sebagian/seluruhnya) dicantumkan info yang diminta. • Penghitaman dokumen yang mengandung info dikecualikan.• Alat penyampaian dan format info.• Biaya dan cara pembayaran.• Pemberitahuan perpanjangan waktu dan alasannya jika tidak dapat
dilakukan dalam 20 hari.
Pemberitahuan tertulis&
Pemberitahuan informasi
Memberi:• Tanda bukti
penerimaan permintaan
• Nomor pendaftaran
Keterangan :
Setelah Petugas PPID menerima permohonan informasi dari pemohon, maka:
1. Petugas PPID wajib mencatat dalam register permohonan informasi, sekurang-kurangnya:a. Nama dan alamat Pemohon b. Subyek atau materi informasi yang diminta Pemohon c. Format dan cara penyampaian informasi yang diminta Pemohon
2. Petugas PPID wajib mencatat permohonan dalam formulir permohonan dan register jika Pemohon tidak mengajukan permohonan secara tertulis.
149www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
3. Petugas PPID wajib memberikan tanda bukti termasuk nomor pendaftaran (tanda bukti dapat berupa copy dari formulir permohonan informasi) a. Jika permohonan langsung atau melalui surat elektronik, maka tanda bukti diberikan pada saat menerima
permohonan informasib. Jika permohonan disampaikan melalui surat, maka tanda bukti dapat diberikan bersamaan dengan pengiriman
informasi4. Paling lambat 10 hari kerja, Petugas PPID menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Pemohon, berisi:
a. Informasi yang diminta berada di bawah penguasaannya atau tidakb. Badan Publik yang menguasai informasi tersebut jika informasi tidak di bawah penguasaannya sedangkan PPID
tahu di mana informasi tersebut beradac. Alasan peneriman atau penolakan berdasarkan pasal 17 UU KIPd. Format dan alat penyampai informasi yang akan diberikane. Biaya serta cara pembayaran untuk memperoleh informasif. Penjelasan atas penghitaman atau pengaburan informasi apabila adag. Penjelasan apabila informasi tidak dapat diberikan karena belum dikuasai atau belum didokumentasikan
5. Jika dalam 10 PPID belum dapat memenuhi permohonan informasi, PPID dapat memperpanjang hingga 7 hari kerja, dengan catatan PPID harus menyampaikan perpanjangan waktu kepada pemohon.
6. PPID wajib memberitahukan alasan perpanjangan secara tertulis kepada Pemohon. PPID dapat saja memberitahukan perpanjangan waktu secara lisan terlebih dahulu yang kemudian surat perpanjangan waktu tersebut disampaikan bersamaan dengan pemberian informasi atau surat penolakan jika akhirnya permohonan tersebut ditolak dengan alasan termasuk informasi yang dikecualikan.
BIAYA DAN TATA CARA PEMBAYARAN
1. Biaya yang dapat dikenakan untuk mendapatkan informasi hanyalah:
a. Biaya penyalinan informasi
b. Biaya pengiriman informasi
c. Biaya pengurusan izin untuk memberikan informasi publik yang mengandung informasi
tentang pihak ketiga.
2. Badan publik harus menetapkan standar biaya perolehan informasi berdasarkan pertimbangan
standar biaya yang berlaku umum di wilayah setempat.
3. Badan publik harus mengumumkan besaran biaya dan tata cara pembayaran perolehan
informasi.
• Pembayaran dapat dilakukan dengan:
a. Pembayaran langsung
b. Pembayaran melalui rekening resmi Badan Publik
BAB IV - Standar dan Mekanisme Pelayanan Informasi
150 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
B. TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN INFORMASI
Pemerintah Daerah harus memastikan layanan
informasi yang diberikan oleh PPID berjalan dengan
baik. Oleh karenanya PPID perlu memahami
bagaimana tata cara permohonan informasi
diajukan. Hal ini juga diperlukan agar PPID dapat
membantu masyarakat yang belum memahami
tentang tata cara pengajuan permohonan informasi.
Berikut ini tata cara pengajuan permohonan
informasi tersebut:
1. Permohonan dapat disampaikan langsung
(datang ke Badan Publik) atau tidak langsung
(melalui email, telepon, media lain)
2. Permohonan Informasi Publik dapat dilakukan
secara tertulis maupun tidak tertulis.
3. Jika permohonan diajukan secara tertulis,
pemohon:
a) mengisi formulir permohonan; dan
b) membayar biaya salinan dan/atau
pengiriman informasi apabila dibutuhkan.
4. Jika permohonan diajukan secara tidak tertulis,
PPID memastikan permohonan Informasi Publik
tercatat dalam formulir permohonan.
5. Formulir dimaksud paling tidak berisi:
a) nomor pendaftaran yang diisi berdasarkan
nomor setelah permohonan Informasi Publik
di registrasi;
b) nama;
c) alamat;
d) pekerjaan;
e) nomor telepon/e-mail;
f) rincian informasi yang dibutuhkan;
g) tujuan penggunaan informasi;
h) cara memperoleh informasi; dan
i) cara mendapatkan salinan informasi.
151www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Contoh Formulir Permohonan Informasi
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SITUBONDOJl. ……, SITUBONDO
Telp. ……. / Faks. ………..
FORMULIR PERMOHONAN INFORMASINomor Pendaftaran: …
NamaAlamatPekerjaanNomor Telepon/Email
::::
Andi SuncokoJl. Pahlawan No. 1, SitubondoMahasiswa081…… / [email protected]
Rincian Informasi yang Dibutuhkan:1. Data tentang jumlah dana bantuan operasional sekolah dari Pemerintah Pusat;2. Data tentang alokasi anggaran belanja dana pendidikan yang berasal dari APBD3. Data jumlah siswa sekolah di Kabupaten Situbondo;4. Data tentang jumlah anak usia sekolah yang tidak bersekolah;
Tujuan Penggunaan Informasi:Sebagai bahan penelitian.
Cara Memperoleh Informasi: Melihat/membaca/mendengarkan/mencatat Mendapatkan salinan informasi (hardcopy/softcopy)
Cara Mendapatkan Salinan Informasi: Mengambil Langsung Kurir Pos Faksimili E-mail
Situbondo, 15 November 2011
Pejabat PengelolaInformasi danDokumentasi
(Lamidi)
Pemohon Informasi
(Andi Suncoko)
BAB IV - Standar dan Mekanisme Pelayanan Informasi
152 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
C. TATA CARA PELAYANAN ATAS PERMOHONAN INFORMASI
Berikut ini beberapa kegiatan yang perlu dilakukan
oleh PPID dalam memberikan layanan atas
permohonan informasi:
1. memastikan pemohon Informasi Publik mengisi
formulir permohonan;
2. melakukan registrasi permohonan Informasi
Publik dalam buku register permohonan;
3. memberikan tanda bukti terima berupa nomor
pendaftaran kepada pemohon:
• jika permohonan diajukan langsung atau
melalui email, PPID memberikan nomor
pendaftaran sebagai tanda bukti kepada
pemohon pada saat permohonan diterima,
• jika diajukan melalui surat atau faksimili
atau cara lain yang tidak memungkinkan
bagi Badan Publik untuk memberikan nomor
pendaftaran secara langsung, PPID wajib
memastikan nomor pendaftaran dikirimkan
kepada Pemohon Informasi Publik
bersamaan dengan pengiriman Informasi
Publik;
4. menyimpan salinan formulir permohonan yang
telah terdaftar sebagai tanda bukti permohonan
Informasi Publik;
5. memberikan pemberitahuan tertulis selambat-
lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak
diterimanya permohonan kepada Pemohon.
• Jika Informasi Publik yang dimohon
diberikan baik sebagian atau seluruhnya
pada saat permohonan dilakukan, PPID
wajib memberikan pemberitahuan tertulis
pada saat yang bersamaan dengan
pemberian Informasi Publik;
• Jika Informasi Publik yang dimohon adalah
Informasi Publik yang dikecualikan, PPID
dapat menolak permohonan dan wajib
menginformasikan bahwa Pemohon dapat
mengajukan keberatan dan tata cara
keberatan atas penolakan permohonan
tersebut, serta tata cara mengajukan
keberatan.
153www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Contoh formulir penolakan permohonan informasi
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SITUBONDOJl. ……, SITUBONDO
Telp. ……. / Faks. ………..
KEPUTUSAN PPID TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN INFORMASINo. Pendaftaran:…………………….……….*
NamaAlamat
PekerjaanNomor Telp/Email
Rincian Informasi yang dibutuhkan
::
::
:
………………………………………………………………………..........................………………………………………………………………………..........................………………………………………………………………………..........................………………………………………………………………………..........................………………………………………………………………………..........................………………………………………………………………………..........................………………………………………………………………………..........................………………………………………………………………………..........................………………………………………………………………………..........................………………………………………………………………………..........................………………………………………………………………………..........................………………………………………………………………………..........................………………………………………………………………………..........................……………………………….............................… (tambahkan kertas bila perlu)
PPID memutuskan bahwa Informasi Publik yang dimohon adalah:
INFORMASI YANG DIKECUALIKAN
Pengecualian Informasi didasarkan pada alasan
: ]]
Pasal 17 huruf ……… Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP).**
Pasal …………… Undang-Undang ………….………...…….***
Bahwa berdasarkan Pasal-Pasal di atas, membuka Informasi tersebut dapat menimbulkan konsekuensi sebagai berikut:…………………………………………………………………………………………………………………........................…………………………………………………………………………………………………………………........................…………………………………………………………………………………………………………………........................
Dengan demikian menyatakan bahwa:
PERMOHONAN INFORMASI DITOLAK
Jika Pemohon Informasi keberatan atas penolakan ini, maka Pemohon Informasi dapat mengajukan keberatan kepada atasan PPID selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak menerima Surat Keputusan ini.
……………………, …………………………… ****
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
(……………………………………………..)
Keterangan:* Diisi oleh Petugas Meja Informasi berdasarkan nomor registrasi permohonan Informasi.** Diisi oleh PPID sesuai dengan pengecualian pada Pasal 17 huruf a – i UU KIP.*** Sesuai dengan Pasal 17 huruf j UU KIP, diisi oleh PPID sesuai dengan pasal pengecualian dalam undang-undang lain yang mengecualikan informasi yang dimohon tersebut (sebutkan pasal dan undang-undangnya).**** Diisi oleh Petugas Meja Informasi dengan memperhatikan batas jangka waktu pemberitahuan tertulis sebagaimana diatur dalam UU KIP dan Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik.
BAB IV - Standar dan Mekanisme Pelayanan Informasi
154 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Selain kegiatan pelayanan diatas, PPID juga perlu
memperhatikan hal-hal berikut ini:
• Informasi yang wajib diumumkan. Pastikan
bahwa informasi tersebut masuk dalam
kategori “informasi yang wajib disediakan dan
diumumkan secara berkala” dan “informasi yang
wajib diumumkan serta-merta” sesuai dengan
PERKI No. 1 Tahun 2010 (lihat lampiran)
• Media yang digunakan. Pada prinsipnya media
jenis apapun dapat digunakan oleh PPID.
Namun PPID perlu memilih berbagai jenis
media yang dapat menjangkau masyarakat
secara efektif. Media yang digunakan sekurang-
kurangnya adalah papan pengumuman. Apabila
mampu, sebaiknya menggunakan situs web
resmi, media cetak, radio komunitas, koran
lokal, dll.
• Bahasa. Bahasa yang digunakan dalam
pengumuman adalah Bahasa Indonesia
yang baik dan benar, mudah dipahami oleh
masyarakat umum. Bagi daerah-daerah yang
penggunaan bahasa setempatnya dominan,
perlu dipertimbangkan juga untuk menggunakan
bahasa setempat tersebut.
• Sarana dan prasarana. Badan publik perlu
menyediakan meja pelayanan dan sistem
dokumentasi yang efektif.
• Pengakses dengan keterbatasan. PPID perlu
mengusahakan agar informasi sedapat mungkin
dapat diakses oleh orang-orang yang memiliki
keterbatasan (difable).
MEKANISME MEMPEROLEH INFORMASI PUBLIK
Pasal 21 UU KIPMekanisme untuk memperoleh Informasi Publik didasarkan pada prinsip cepat, tepat waktu, dan
biaya ringan.
UU KIP menjamin bahwa setiap orang dapat memperoleh informasi publik dengan cara:
1. Melihat dan mengetahui informasi publik
2. Menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum
3. Mendapatkan salinan informasi publik
JENIS INFORMASI
Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala
Informasi yang wajib diumumkan secara serta-merta
Informasi yang wajib tersedia setiap saat
Informasi lain yang tidak termasuk informasi yang dikecualikan
CARA PEROLEHAN
• Tanpapermohonan• Badanpublikproaktifmemberikan
Mengajukan permohonan informasi
155www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
TIPS MENGAJUKAN PERMOHONAN INFORMASI
Pastikan Anda mengisi dengan benar formulir permohonan informasi yang disediakan oleh
badan publik;
Apabila permohonan tidak menggunakan formulir permohonan informasi, tetapi dengan
surat, pastikan surat memuat hal-hal yang harus ada dalam formulir permohonan informasi
sebagaimana diatur dalam PERKI No. 1/2010 (tersebut di atas);
Pastikan menulis dengan benar, jelas, dan rinci informasi yang Anda minta, sehingga
memudahkan PPID untuk mencari dan menyediakannya;
Pastikan surat Anda ditujukan kepada PPID;
Pastikan Anda menerima tanda bukti penerimaan dari PPID;
Jika surat permohonan dikirimkan melalui pos, pastikan memiliki surat tanda bukti tercatat yang
menerangkan bahwa surat Anda telah diterima oleh PPID (Badan Publik);
Pastikan Anda mencatat tanggal diterimanya surat permohonan oleh PPID (Badan Publik)
untuk memudahkan menghitung jangka waktu 10 hari kerja bagi badan publik dalam
menanggapi permohonan kita;
Jika PPID memberikan tanggapan atas permohonan informasi Anda, maka ada dua
kemungkinan bentuk tanggapan:
1. Surat pemberitahuan yang berisi menerima permohonan anda (baik seluruhnya atau
sebagian);
2. Surat Keputusan PPID tentang penolakan permohonan apabila informasi yang anda
mohon dianggap sebagai informasi yang dikecualikan;
Jika PPID (Badan Publik) memberikan pemberitahuan tertulis untuk memperpanjang waktu
penyediaan dan pemberian informasi, maka 7 hari kerja terhitung sejak diberikannya surat
pemberitahuan tersebut, PPID harus menyediakan dan memberikan informasi yang Anda
minta;
Jika informasi tidak juga diberikan dalam masa tersebut, Anda dapat mengajukan keberatan
kepada atasan PPID.
BAB IV - Standar dan Mekanisme Pelayanan Informasi
156 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAHAN PRESENTASI
Henri Subagiyo
SESI IV STANDAR DAN MEKANISME
PELAYANAN INFORMASI
Sub Pokok Bahasan
STANDAR DAN MEKANISME PELAYANAN INFORMASI PUBLIK
1. PELAYANAN MELALUI PENGUMUMAN 2. PELAYANAN MELALUI PERMOHONAN INFORMASI
157www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
MEKANISME LAYANAN INFORMASI
SIFAT LAYANAN INFORMASI
Layanan Informasi
Proaktif (Diumumkan)
Informasi yang Diumumkan dan
Disediakan Berkala
Informasi Yang Diumumkan Serta
Merta
Pasif (Berdasar
Permintaan)
Informasi Yang Tersedia Setiap
Saat
Informasi Lainnya Berdasar
Permohonan
PenolakanInformasi Rahasia/
Dikecualikan
BAB IV - Standar dan Mekanisme Pelayanan Informasi
158 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
LAYANAN MELALUI PENGUMUMAN (PROAKTIF)
DISKUSI KELOMPOK
1. Bukalah situs instansi anda.2. Temukan 5 informasi yang wajib diumumkan dalam
situs pemerintah daerah anda.3. Temukan 5 informasi yang wajib diumumkan yang
TIDAK terdapat di situs pemerintah daerah anda.4. Diskusikan jawaban anda.
• Muatan informasi: Pasal 11 PERKI 1/2010• Media: Papan pengumuman, situs resmi, dan
media lainnya;• Bahasa: Bahasa Indonesia & bahasa lokal
(dimungkinkan) • Mempertimbangkan kelompok difable
159www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
LAYANAN BERDASARKAN PERMINTAAN (PASIF)
• SemuaInformasidapatdiminta/dimohon,kecuali Informasi rahasia;
• Informasiyangbelumdidokumentasikantetap harus direspon dengan
• memberitahukankapaninformasitersebutsiap diberikan atau diminta kembali;
• Prinsiplayanan:cepatdantepatwaktu,biaya ringan, dan sederhana sesuai dengan standar.
TATA CARA PELAYANAN PERMOHONAN INFORMASI
Permohonan PPID
Mencatat:• Nama• Alamat• Subyek• Format • Cara
penyampaianyang diminta
Memberi: • Tanda bukti
penerimaanpermintaan
• No pendaftaran
Saat menerima permintaan (langsung/elektronik)Saat pengiriman informasi (surat)
Pemberitahuan tertulis&
Pemberian informasi
• Info ada dibawah penguasaan• Memberitahu keberadaan info yang diminta
jika di BP lain dan tidak dibawah penguasaannya• Menerima/menolak permintaan• Jika diterima (sebagian/seluruhnya) dicantumkan
info yang diminta• Penghitaman dokumen yg mengandung info dikecualikan• Alat penyampaian dan format info• Biaya dan cara pembayaran• Pemberitahuan perpanjangan waktu dan alasannya jika
tidak dapat dilakukan dalam 10 hari
Maks. 10 hari kerja+
perpanjangan 7 hari kerja
BAB IV - Standar dan Mekanisme Pelayanan Informasi
160 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BIAYA PEROLEHAN INFORMASI
STANDAR MINIMAL SARANA PRASARANA PELAYANAN
• PELAYANANBERBASISPENGUMUMAN:- Informasi yang diumumkan (berkala dan informasi tertentu yang menurut PPID
perlu diumumkan) - Mediapengumuaman:website,papanpengumuman,medialainnya(leaflet,dst)• PELAYANANBERBASISPERMOHONAN: - Daftar Informasi Publik - Formulir permohonan & tanda terima - Buku register - Surat pemberitahuan - Surat penolakan (informasi rahasia) - Surat perpanjangan layanan (jika diperpanjang) • MAKLUMAT PELAYANAN INFORMASI • MEJAINFORMASIDANPETUGAS
PEMBIAYAAN YANG DAPAT DIKENAKAN:• Biaya penyalinan • Biaya pengiriman
Sesuai dengan standar biaya yang berlaku umum
Biaya riil (actual cost)
Format ada pada Lampiran PERKI 1/2010
161www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
MEJA INFORMASI
• TempatpelayananInformasiPublikdan keberatan
• AdaPetugasMejaInformasi
• Tersediasaranaataufasilitaspelayanan
• UntukmempermudahperolehanInformasi Publik di Badan Publik
SIMULASI KELOMPOK • Bagikan undian peran kepada peserta • Setiap peran dapat dilakukan lebih dari 1 orang dengan peran sebagai berikut: - Pemohon Informasi - Petugas Meja Informasi - PPID - Unit/Satker (identifikasi bersama dengan peserta berdasar skenario), misalnya: • Dinas Pendidikan • Dinas Kesehatan • Setelah terpilih pemeran, bagikan skenario permainan yang terdiri dari: - Narasi permasalahan (studi kasus) - Peran setiap pemeran (Peran masing-masing pemeran tidak boleh diketahui oleh
peserta lainnya) • Mintalah peserta lainnya (yang tidak melakukan permainan) untuk mengamati dan
mencatat apakah petugas telah melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar• Mulailah permainan sesuai dengan sekenario permainan dalam waktu sebagaimana dalam
skenario
BAB IV - Standar dan Mekanisme Pelayanan Informasi
162 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
REFLEKSI
• Mintalahkomentarpemohonapakahpetugastelahmemberikan layanan sesuai dengan standar.
• Setelahituberikesempatankepadapesertalainnyauntuk mengomentari apakah pemohon maupun petugas telah sesuai dengan sekenario dan standar layanan.
T E R I M A K A S I H
Henri Subagiyo081585741001021-7262740
163www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
55Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
164 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
BAB V
Penyelesaian sengketa memiliki peran yang sangat penting baik untuk
melindungi hak masyarakat atas
informasi........
Salah satu prinsip penting dalam keterbukaan
informasi adalah adanya penyelesaian sengketa
informasi yang murah, sederhana, dan independen.
Penyelesaian sengketa memiliki peran yang sangat
penting baik untuk melindungi hak masyarakat atas
informasi maupun untuk meningkatkan kualitas
layanan informasi.
Melalui penyelesaian sengketa, masyarakat dapat
menjaga pelanggaran atas hak-haknya terkait
dengan layanan informasi yang mungkin terjadi
karena lemahnya kinerja layanan informasi. Bagi
badan publik, penyelesaian sengketa informasi juga
dapat berperan untuk mendapatkan feed back atas
layanan informasi yang sudah diberikannya untuk
kemudian dapat diperbaiki.
Penyelesaian sengketa juga merupakan bentuk
pelaksanaan akuntabilitas dalam layanan informasi.
Oleh karena itu, badan publik harus memiliki
cara pandang yang positif terhadap penyelesaian
sengketa dengan melihat penyelesaian sengketa
bukanlah “perlawanan” yang dilakukan oleh
masyarakat melainkan perwujudan dari upaya
masyarakat untuk memperoleh haknya yang harus
dikelola badan publik karena adanya kendala-
kendala dari kinerja layanan. Agar badan publik
V.1. MAKNA PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI
165www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
diakibatkan oleh tidak diumumkannya informasi
berkala, masyarakat tidak perlu mengajukan
permohonan informasi terlebih dahulu, sehingga
mereka dapat langsung mengajukan penyelesaian
sengketa.Sedangkan untuk informasi yang wajib
diumumkan secara serta merta, tidak diatur dalam
alasan di atas, sehingga memungkinkan masyarakat
langsung menempuh jalur keperdataan maupun
pidana jika memang ditemukan perbuatan melawan
hukum dan kerugian yang diakibatkan oleh tidak
disampaikannya informasi serta merta tersebut.
Oleh karena itu, meskipun informasi serta merta ini
kuantitasnya sedikit, namun dalam sistem layanan
informasi perlu mendapatkan perhatian yang serius.
V.3. TAHAPAN DAN LEMBAGA PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI
Ada 3 tahapan dan lembaga yang ditunjuk oleh UU
KIP untuk menyelesaikan sengketa informasi, yaitu:
1) Penyelesaian sengketa internal (di dalam badan
publik, dengan mengajukan keberatan kepada
atasan PPID)
2) Apabila tidak puas dengan putusan PPID,
dapat mengajukan banding ke Komisi Informasi
(selama di Kabupaten/Kota atau Provinsi belum
terbentuk Komisi Informasi Kabupaten/Kota atau
memiliki cara pandang yang positif tersebut,
maka perlu adanya kesadaran yang memadai
yang terwujud dalam penyediaan sistem layanan
informasi yang memungkinkan sengketa tersebut
dikelola dengan baik.
V.2. ALASAN TERJADINYA SENGKETA INFORMASI
Sengketa informasi dapat terjadi karena beberapa
alasan, yaitu:
a) penolakan atas permohonan Informasi Publik;
b) tidak disediakannya informasi berkala;
c) tidak ditanggapinya permohonan Informasi
Publik;
d) permohonan Informasi Publik ditanggapi tidak
sebagaimana yang diminta;
e) tidak dipenuhinya permohonan Informasi Publik;
f) pengenaan biaya yang tidak wajar; atau
g) penyampaian Informasi Publik yang melebihi
waktu.
Jika dikaitkan dengan layanan informasi, alasan
terjadinya sengketa diatas mencakup tata cara
layanan informasi baik yang bersifat proaktif dimana
badan publik harus mengumumkan informasi
yang berkala maupun layanan yang bersifat pasif
dimana harus ada permohonan terlebih dahulu
dari masyarakat. Terhadap alasan sengketa yang
BAB V - Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
166 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Provinsi, maka sengketa diajukan ke Komisi
Informasi Pusat)
3) Apabila tidak puas dengan Putusan Komisi
Informasi, maka para pihak dapat mengajukan
gugatan banding ke Pengadilan.
a. TAHAP PENYELESAIAN SENGKETA INTERNAL BADAN PUBLIK
Badan publik dimana masyarakat seharusnya
memperoleh informasi merupakan pintu terdepan
dalam penyelesaian sengketa informasi yang
dikenal dengan upaya keberatan. Sebelum
masyarakat menempuh penyelesaian sengketa
di Komisi Informasi maupun pengadilan, terlebih
dahulu masyarakat harus mengajukan keberatan
kepada badan publik apabila ditemukan alasan-
alasan sengketa.
Setiap pemohon informasi dapat mengajukan
keberatan secara tertulis kepada atasan PPID
apabila:
1. Permintaan informasinya ditolak dengan alasan
informasi masuk dalam kategori pengecualian
Pasal 17 UU KIP.
2. Badan Publik tidak menyediakan informasi
berkala.
3. Badan Publik tidak menanggapi permintaan
informasi.
4. Badan publik menanggapi tetapi informasi yang
diberikan tidak sebagaimana yang diminta.
5. Badan publik member informasi tetapi hanya
sebagian dari yang diminta.
6. Badan publik mengenakan biaya yang tidak
wajar.
7. Badan publik menyampaikan informasi melebihi
waktu yang ditentukan Undang-undang.
BAB V - Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
168 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAGAN ALUR PENGELOLAAN KEBERATAN LAYANAN INFORMASI
Pemohon Keberatan
Pengisian Formulir Permohonan Keberatan atau pengiriman surat
keberatan
Permohonan lengkap (formulir/surat
dinyatakan lengkap)
Permohonan tidak lengkap (surat/
formulir)
Dilengkapi
Mengajukan permintaan
penyelesaian sengketa kepada Komisi
Informasi selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya keputusan
atasan PPID.
Selesai
Mak
s. 5
har
i ker
ja s
ejak
dik
elua
rkan
nya
kepu
tusa
n at
asan
PPI
D
Unit Pelayanan Informasi
Pemohon Puas
Pemohon Tidak Puas
169www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Maksimal 25 hari kerja
PPID:
1. Meregister permohonan keberatan;
2. Memberikan tanda terima permohonan keberatan;
3. Memberitahukan nomor registrasi permohonan keberatan dalam hal diajukan melalui surat.
PPID:
Menyampaikan permohonan keberatan keatasan.
PPID:
• Mengirimkansurattanggapanataskeberatandan/atausesegeramungkinmemberitahukanterlebihdahulukepadapemohonkeberatanatastanggapanatasanterhadapkeberatanyangdiajukan.
• Dalamhalpermohonankeberatandiajukanmelaluisurat,tandaterimadikirimbersamadengansurattanggapan.
PPID:
• DalamhalkeberatandikabulkanseluruhatausebagianolehAtasanPPID,PPIDsegeramenjalankanperintahAtasansebagaimanadalamsurattanggapansesuaidenganketentuanpetunjukpelaksanadanpetunjukteknis.
• Mengirimkansurattanggapandan/atausesegeramungkinmemberitahukanterlebihdahuluhasiltanggapanAtasanPPID
• Dalamhalpermohonankeberatandiajukanmelaluisurat,tandaterimadikirimkanbersamadengansurattanggapan.
Atasan PPID:
Mengeluarkan surat tanggapan sesuai dengan Peraturan Komisi Informasi tentang Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik.
BAB V - Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
170 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
1. Pengajuan keberatan dilakukan dengan cara mengisi formulir keberatan yang disediakan oleh Badan
Publik;
2. Dalam hal pengajuan keberatan disampaikan secara tidak tertulis, PPID wajib membantu Pemohon
Informasi Publik yang mengajukan keberatan atau pihak yang menerima kuasa untuk mengisikan formulir
keberatan dan kemudian memberikan nomor registrasi pengajuan keberatan; dan
3. Keberatan diajukan kepada atasan PPID melalui PPID.
TUGAS PPID DALAM PENGELOLAAN KEBERATAN
• Menyediakan formulir keberatan
• Membantu pemohon yang mengajukan keberatan mengisi formulir keberatan
• Mencatat keberatan dalam buku register
• Memastikan surat keberatan sampai ke tangan atasan
• Melaksanakan putusan yang dibuat oleh Atasan PPID
171www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Contoh formulir keberatan
TIPS MENGAJUKAN PERMOHONAN INFORMASI
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SITUBONDOJl. …………., SITUBONDO
Telp. ……………../ Faks. …………………..
PERNYATAAN KEBERATAN ATAS PERMOHONAN INFORMASI
INFORMASI PENGAJU KEBERATANNo.Registrasi Keberatan : (diisi petugas)No.Pendaftaran Permohonan Informasi : Tujuan Penggunaan Informasi : Sebagai bahan untuk menyusun skripsi.Identitas Pemohon Nama : Andi SuncokoAlamat : Jl. Pahlawan No. 1, SurabayaPekerjaan : WiraswastaNomor Telepon/Email : 0811……… / [email protected]
ALASAN PENGAJUAN KEBERATAN: permohonan informasi ditolak; informasi berkala tidak disediakan; permohonan informasi tidak ditanggapi; permohonan informasi ditanggapi tidak sebagaimana yang dimohon; permohonan informasi tidak dipenuhi; biaya yang dikenakan tidak wajar; informasi disampaikan melebihi jangka waktu yang ditentukan.
KASUS POSISI:Pada tanggal 15 November 2011 saya mengajukan permohonan informasi kepada Komisi Informasi Provinsi Jawa TImur (KIP) dengan mengisi formulir permohonan. Namun demikian, 10 hari kerja sejak permohonan saya sampaikan, yaitu tepatnya 25 November 2011, KIP Jatim belum menanggapi permohonan tersebut.
Situbondo, 30 November 2011
Petugas Informasi
ttd
(Lamidi)
Pengaju Keberatan
ttd
(Andi Suncoko)
BAB V - Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
172 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
b. TAHAP PENYELESAIAN SENGKETA DI KOMISI INFORMASI
Komisi Informasi Pusat telah mengeluarkan Peraturan Komisi Informasi No. 2 tahun 2010 tentang Prosedur
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik sebagai pedoman untuk menyelesaikan sengketa informasi publik
di Komisi Informasi Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Penyelesaian sengketa informasi publik melalui
Komisi Informasi dapat ditempuh apabila:
1. Pemohon Informasi tidak puas dengan tanggapan Atasan PPID (dalam proses penyelesaian sengketa
internal Badan Publik)
2. Pemohon Informasi tidak mendapat tanggapan atas keberatan yang diajukan kepada Atasan PPID dalam
waktu 30 hari sejak keberatan diterima oleh atasan PPID
Dengan demikian, proses penyelesaian sengketa di Komisi Informasi merupakan proses banding terhadap
putusan PPID Badan Publik.
Proses penyelesaian Sengketa Informasi Publik dilakukan berdasarkan asas cepat, biaya ringan,
dan sederhana (Pasal 2 PerKI No. 2 Tahun 2010)
Penyelesaian sengketa informasi publik melalui Komisi Informasi dapat dilakukan melalui dua prosedur,
mediasi dan ajudikasi.
MEDIASI DAN AJUDIKASI DI KOMISI INFORMASI
Apakah yang dimaksud dengan mediasi?Mediasi adalah penyelesaian sengketa informasi publik antara para pihak dengan bantuan
mediator Komisi Informasi. Dalam proses mediasi, mediator tidak memiliki wewenang untuk
memberi keputusan atas sengketa. Mediator hanya berperan sebagai penengah yang memfasilitasi
penyelesaian sengketa oleh para pihak; para pihaklah yang pada dasarnya menyelesaikan
sengketa dengan membuat kesepakatan secara sukarela.
173www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Kapan prosedur mediasi ditempuh?Penyelesaian sengketa melalui mediasi di Komisi Informasi dapat ditempuh apabila memenuhi
salah satu atau beberapa alasan berikut:
1. Badan Publik tidak mengumumkan informasi berkala;
2. Badan Publik tidak menanggapi permohonan informasi;
3. Badan Publik menanggapi permohonan informasi tetapi tidak sebagaimana yang dimohon;
4. Badan Publik tidak memenuhi permohonan informasi;
5. Badan Publik mengenakan biaya tidak wajar; dan/atau
6. Badan Publik menyampaikan informasi melebihi jangka waktu yang diharuskan.
Apakah yang dimaksud dengan ajudikasi?Ajudikasi adalah penyelesaian sengketa informasi publik antara para pihak yang diputus oleh
Komisi Informasi.
Kapan prosedur ajudikasi ditempuh?Penyelesaian sengketa melalui ajudikasi di Komisi Informasi dapat ditempuh apabila memenuhi
salah satu berikut:
1. Permohonan informasi ditolak karena alasan kerahasiaan (Pasal 17 UU KIP).
2. Pemohon informasi telah menempuh prosedur mediasi namun gagal, baik karena tidak
mencapai kesepakatan atau salah satu pihak menarik diri dari proses mediasi.
BAB V - Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
174 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Bag
an
Alu
r Pe
nyel
esai
an S
engk
eta
Info
rmas
i Pub
lik D
i Kom
isi I
nfor
mas
i
Reg
istr
asi o
leh
Pani
tera
Pem
ohon
m
enya
mpa
ikan
pe
rmoh
onan
Pem
berit
ahua
n un
tuk
mel
engk
api
Penc
atat
an
Pem
ohon
an
dala
m R
egis
ter
7 ha
ri
Bukt
i re
gist
rasi
7 ha
riK
etua
KI
Maj
elis
Pe
mer
iksa
an
Pend
ahul
uan
REG
ISTR
ASI
PEM
ERIK
SAAN
PEN
DAHU
LUAN
PEM
ERIK
SAAN
PER
KARA
Jang
ka w
aktu
14
hari
seja
k m
edia
si I
Putu
san
med
iasi
K
I
Jang
ka w
aktu
40
hari
seja
k si
dang
I
Aju
dika
si
Putu
san
Maj
elis
K
omis
ione
r
Med
iasi
LENG
KAP
BELU
M
LENG
KAP
Kew
enan
gan
KI
SEPA
KAT
TIDA
K SE
PAKA
T
• K
ewen
anga
n K
I w
ilaya
h/ ti
ngka
t tid
ak te
pat
• B
ukan
ke
wen
anga
n K
I•
Pem
ohon
an ti
dak
mem
iliki
hak
175www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK DI KOMISI INFORMASI
KOMISI INFORMASI KEWENANGAN
Komisi Informasi Pusat • Menyelesaikan sengketa informasi publik yang menyangkut
Badan Publik Pusat
• Menyelesaikan sengketa informasi publik yang menyangkut
Badan Publik tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota apabila
belum ada Komisi Informasi tingkat Provinsi dan Kabupaten/
Kota di wilayah yang bersangkutan
• Menyelesaikan sengketa informasi Publik yang tidak dapat
diselesaikan oleh Komisi Informasi Provinsi
Komisi Informasi Provinsi • Menyelesaikan sengketa informasi publik yang menyangkut
Badan Publik tingkat Provinsi
• Menyelesaikan sengketa informasi publik yang menyangkut
Badan Publik tingkat Kabupaten/Kota apabila belum ada
Komisi Informasi tingkat Kabupaten/Kota di wilayah yang
bersangkutan
• Menyelesaikan sengketa informasi Publik yang tidak dapat
diselesaikan oleh Komisi Informasi Kabupaten/Kota
Komisi Informasi Kabupaten/Kota • Menyelesaikan sengketa informasi publik yang menyangkut
Badan Publik tingkat Kabupaten/Kota
TENTANG KOMISI INFORMASI
Komisi Informasi terdiri dari:1. Komisi Informasi Pusat; berkedudukan di Ibu Kota Negara
2. Komisi Informasi Provinsi; berkedudukan di Ibu Kota Provinsi
3. Komisi Informasi Kabupaten/Kota; berkedudukan di Ibu Kota Kabupaten/Kota. Komisi Informasi
Kabupaten/Kota dibentuk apabila dibutuhkan.
Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang memiliki dua fungsi utama:1. Menetapkan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis (dalam menjalankan UU KIP), yaitu:
BAB V - Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
176 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
a. Dalam hal pelayanan informasi
b. Dalam hal penyelesaian sengketa informasi
2. Menyelesaikan sengketa Informasi
Komisi Informasi Pusat menjalankan fungsi 1 (a dan b) dan 2
Komisi Informasi Provinsi dan Kabupaten/Kota menjalankan fungsi 1 a dan 2. Dalam menjalankan
fungsi 1a Komisi Informasi Provinsi dan Kabupaten/Kota tidak boleh membuat Petunjuk Pelaksana
atau Petunjuk Teknis yang bertentangan dengan yang dibuat oleh Komisi Informasi Pusat.
c. TAHAP PENYELESAIAN SENGKETA DI PENGADILAN
Penyelesaian sengketa informasi publik di pengadilan merupakan kelanjutan proses dari penyelesaian
sengketa di Komisi Informasi. Apabila salah satu pihak tidak menerima putusan Komisi Informasi, maka ia
dapat mengajukan banding ke pengadilan. Syaratnya, pihak tersebut harus menyatakan secara tertulis bahwa
ia tidak menerima putusan Komisi Informasi paling lambat 14 hari kerja setelah diterimanya putusan. Prosedur penyelesaian sengketa informasi publik di pengadilan ini telah diatur dalam Mahkamah Agung RI
telah mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung RI No. 02 Tahun 2011 tentang Tata-cara Penyelesaian
Sengketa Informasi Publik di Pengadilan.
Sesuai dengan Pasal 47 dan Pasal 48 Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik:
a. Pengadilan Negeri berwenang untuk mengadili sengketa yang diajukan oleh Badan Publik selain
Badan Publik Negara dan/atau Pemohon Informasi yang meminta informasi kepada Badan Publik
selain Badan Publik Negara.
b. Pengadilan Tata Usaha Negara berwenang mengadili sengketa yang diajukan oleh Badan Publik
Negara dan/atau Pemohon Informasi yang meminta informasi kepada Badan Publik Negara.
Sengketa Informasi Publik & Kewenangan Pengadilan(Pasal 3 PerMA No. 02 Tahun 2011)
177www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Bag
an
Alu
r Pe
nyel
esai
an S
engk
eta
Info
rmas
i Pub
lik D
i Pen
gadi
lan
SELE
SAI
Para
pih
ak
Mah
kam
ah
Agu
ng
KASA
SI
PUTU
SAN
Maj
elis
Hak
im
Putu
san
Dala
m S
idan
g Te
rbuk
a Ke
cual
i In
form
asi
Raha
sia
Ket
ua
Peng
adila
n
PENU
NJUK
AN
MAJ
ELIS
Peng
adila
n di
w
ilaya
h H
ukum
B
adan
Pub
lik
REG
ISTR
ASI
KIR
IM B
ERK
AS
Peng
adila
n di
w
ilaya
h Pe
moh
on
Info
rmas
i
Piha
k ya
ng ti
dak
men
erim
a pu
tusa
n
KEBE
RATA
N
KI y
ang
mem
utus
kan
seng
keta
Term
ohon
Minta salinan putusan 14 hari kerja
Kirim salinan putusan 14 hari kerja
Kirim salinan putusan 14 hari kerja
Pemberitahuan
BELU
M
LENG
KAP
TIDA
K TE
RIM
A
BAB V - Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
178 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Keterbukaan informasi publik dan pelayanan
publik adalah dua aspek yang memiliki keterkaitan
erat.Pelayanan publik yang baik mensyaratkan
adanya keterbukaan informasi yang memadai agar
masyarakat mendapatkan layanan yang optimal.
Oleh karena itu, salah satu informasi publik yang
harus dibuka oleh badan publik adalah informasi
tentang penyelenggaraan layanan publik. Di sisi lain,
pelayanan informasi mensyaratkan pelaksanaan
prinsip-prinsip layanan publik yang baik pula. Oleh
karena itu, memperkuat fungsi layanan informasi
juga seharusnya dapat memperkuat fungsi layanan
publik, misalnya di bidang kesehatan, pendidikan,
perizinan, dan sebagainya.
A. Peluang Optimalisasi Fungsi PPID
Penyelesaian sengketa informasi dapat dioptimalkan
untuk memperkuat pengelolaan pengaduan atau
keluhan terhadap layanan publik melalu optimalisasi
fungsi PPID. Beberapa alasan teknis yang
memungkinkan hal ini dilakukan adalah:
V.4. OPTIMALISASI FUNGSI PPID DALAM PENGELOLAAN PENGADUAN ATAU KELUHAN ATAS PELAYANAN PUBLIK
1. PPID memiliki saluran atau media yang lebih beragam yang dapat menghubungkan dengan masyarakat secara luas. Dalam
berbagai regulasi yang ada, PPID seharusnya
memiliki akses yang memadai terhadap media
yang memungkinkan untuk menghubungkannya
dengan masyarakat. Hal ini merupakan salah
satu potensi penting yang memungkinkan
masyarakat dapat dengan mudah mengetahui
kemana pengaduan atau keluhan tersebut
disampaikan. Semakin banyak masyarakat
yang mengetahui saluran pengaduan atau
keluhan dengan media yang beragam, maka
semakin baik bagi pengelolaan pengaduan
layanan publik. Selain itu, optimalisasi fungsi
PPID untuk pengelolaan pengaduan akan
meningkatkan pula efisiensi penggunaan media
oleh pemerintah daerah.
2. Rentang koordinasi PPID di dalam SKPD/Unit Kerja. Rentang koordinasi yang dimiliki
oleh PPID cukup luas yakni mencakup seluruh
unit dalam suatu badan publik sehingga
memudahkan dalam mengkoordinasikan
pengelolaan pengaduan atau keluhan yang
muncul. PPID memiliki rentang koordinasi
yang mencakup seluruh unit atau SKPD
dalam suatu pemerintah daerah dalam rangka
mendukung layanan informasi, termasuk
unit atau SKPD yang melaksanakan layanan
publik. Hal ini akan memudahkan PPID dalam
meneruskan pengaduan atau keluhan yang
diterimanya kepada unit atau SKPD yang
terkait. Dari sisi kapasitas, masyarakat yang
melakukan pengaduan akan lebih terbantu
karena pengaduan yang ada dapat diorganisir
179www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
oleh PPID untuk kemudian disampaikan
atau diteruskan kepada satuan kerja yang
melaksanakan layanan publik untuk segera
mendapatkan penanganan.
3. Fungsi Atasan PPID dalam keterbukaan informasi selaras dengan Atasan Penyelenggara Pelayanan Publik dan dapat membawahi seluruh unit dalam suatu badan publik untuk memastikan pelaksanaan tindak lanjut. Melihat fungsi dan tanggungjawab PPID,
Atasan PPID haruslah orang yang memiliki
rentang koordinasi atau kendali terhadap
seluruh unit atau SKPD dalam suatu pemerintah
daerah, misalnya Sekda. Hal ini tentu memiliki
manfaat yang baik untuk memastikan agar
pengelolaan pengaduan atau keluhan dapat
ditangani dengan baik oleh unit atau SKPD
yang menyelenggarakan layanan publik karena
sekaligus sebagai bawahan dari Atasan PPID
tersebut.
B. Pengelolaan Pengaduan atau Keluhan Atas Pelayanan Publik dengan Mengoptimalkan Fungsi PPID
Pada dasarnya fungsi PPID adalah untuk
pengelolaan informasi, termasuk di dalamnya adalah
pelayanan informasi dan pengelolaan keberatan
atas pelayanan informasi yang diteruskan kepada
unit atau SKPD yang bersangkutan dan Atasan
PPID untuk mendapat respon atau tindak lanjut.
Namun seiring dengan optimalisasi peran kontrol
terhadap kualitas pelayanan publik, Pemerintah
Daerah maupun SKPD dapat saja menjalankan
fungsi kontrol melalui pengelolaan keluhan
masyarakat atas layanan publik baik di Pemerintah
Daerah atau SKPD yang dimaksud. Apabila
pemerintah daerah bermaksud mengoptimalkan
fungsi PPID sekaligus menjadi Unit Penanganan
Pengaduan Masyarakat, berikut ini pembagian tugas
dan tanggungjawab yang dapat dilakukan:
1. PPID dan Petugas Meja Informasi
bertangggungjawab atas pengelolaan
pengaduan yang masuk mulai dari registrasi,
klarifikasi dan investigasi, meneruskan
pengaduan kepada unit atau SKPD dan Atasan
PPID, hingga mendiseminasikan hasilnya
kepada pengadu;
2. Unit atau SKPD Pelaksana Layanan Publik
melakukan analisa dan rencana penanganan
yang hasilnya dilaporkan kepada PPID dan
Atasan PPID;
3. Atasan PPID melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan tindaklanjut serta menjalankan
fungsi pemberian penghargaan dan sanksi jika
diperlukan (reward and punishment).
C. Alur Proses Pencatatan dan Tindak Lanjut Penanganan Keluhan
1. Alur Informasi/Laporan
Setiap informasi/laporan yang masuk melalui
Meja Informasi PPID akan dicatat dan
didokumentasikan sesuai bagan alur berikut:
BAB V - Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
180 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Bagan Alur Informasi Pengaduan Masyarakat
Penjelasan Bagan :
1. Pada prinsipnya informasi/laporan dapat masuk pada jenjang manapun melalui media yang telah disediakan dan atau diatur dalam SOP ini.
2. Informasi/laporan yang masuk pada level kabupaten/kota atau dibawahnya (SKPD/UPTD/Unit Layanan lainnya) akan dikonsolidasikan oleh PPID. a. Informasi/laporan yang diperoleh oleh Pihak penerima keluhan (meja informasi akan dilanjutkan kepada PPID
(yang juga difungsikan sebagai Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat).b. Informasi/laporan yang masuk melalui PPID Utama (level Kabupaten/Kota) akan didisposisikan kepada Kepala
SKPD terkait dan untuk selanjutnya diteruskan kepada PPID pelaksana/pembantu yang difungsikan sebagai Unit Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat pada SKPD.
c. Informasi/laporan yang masuk dalam berita surat kabar akan langsung dikonsolidasikan oleh PPID Pembantu selaku Unit Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat pada SKPD.
3. Temuan hasil supervisi, monitoring maupun audit akan didapat PPID selaku Unit Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat melalui tim monitoring dan evaluasi (ME) PPID
4. PPID Utama selaku Unit Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat kabupaten/kota yang telah menerima pengaduan selanjutnya akan memfasilitasi proses tindak lanjut dan secara paralel melakukan pelaporan pada jenjang diatasnya sesuai dengan mekanisme pelaporan.
Gerai Informasi Media
Informasi: dapat berasal dari siapa saja dan bersumber dari apa/mana saja
Meja Informasi Kab/Kota
Meja Informasi SKPD
Meja Informasi Badan Publik lainnya
Informasi
Tindak lanjut
Info progresPelaporanAkses publik
181www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
2. Proses Pencatatan Informasi
Yang dimaksud proses pencatatan meliputi beberapa tahap berikut:
Bagan Proses Pencatatan Informasi
Sekolah, Manajemen, Publik, Monev, Audit
Pengaduan
Pencatatan
Klasifikasi
Update
Publikasi
Tidak dicatat
Data LengkapData Tidak Lengkap
a. Registrasi/Pencatatan; Seluruh informasi/
laporan yang memiliki kecukupan data bagi
upaya tindak-lanjut akan dimasukkan kedalam
data base yang khusus disediakan oleh PPID
karena perannya sebagai unit Pelayanan
dan Penanganan Pengaduan Masyarakat.
Sementara informasi/laporan yang tidak memiliki
kecukupan data tidak akan dimasukkan dalam
database.
b. Untuk informasi berupa pertanyaan, memiliki
kecukupan data apabila memuat inti pertanyaan
dan menginformasikan identitas dan alamat
penanya. Informasi berupa usulan, memiliki
kecukupan data apabila memuat inti usulan
secara jelas. Sementara laporan pengaduan/masalah baik terkait dengan ketidak-taatan
peraturan maupun penyimpangan dana
dianggap memiliki kecukupan data apabila
memuat: 1. materi pengaduan/masalah secara jelas,
2. lokasi dimana masalah muncul dan
3. pelaku yang diduga melakukan
penyimpangan.
c. Klasifikasi; informasi/laporan selanjutnya
diklasifikasi sesuai dengan aturan main
BAB V - Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
182 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
(SOP) guna mempermudahkan proses
pendokumentasian dan tindaklanjut.
Adapun informasi/laporan yang masuk akan
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Pertanyaan; merupakan kebutuhan akan
informasi berkenaan dengan pelaksanaan
program pendidikan.
2. Saran, Usulan atau Masukkan adalah
bentuk apresiasi publik yang ditujukan bagi
perbaikan kinerja atau desain program
dimasa yang akan datang.
3. Ketidaktaatan Peraturan; yaitu kegiatan
terkait dengan pelaksanaan layanan namun
tidak sesuai dengan aturan main yang telah
ditetapkan. Ketidaktaatan peraturan dalam
klasifikasi ini tidak sampai pada tahap
merugikan keuangan program.
4. Penyalahgunaan Dana Proyek/Program; adalah penggunaan dana di luar ketentuan
program.
d. Pemutakhiran data dan progres status; adalah proses pencatatan progress terkini yang
dilakukan manakala terdapat perkembangan
atas proses dan hasil tindaklanjut laporan/
informasi.
e. Pengaturan arsip dan dokumen; Kegiatan
ini meliputi penyusunan berbagai bukti dan
informasi yang diperoleh terkait dengan suatu
kasus dalam suatu dokumen yang mudah
disimpan dan mudah dicari. Oleh sebab
itu pengarsipan dokumen informasi perlu
memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Setiap informasi Pelayanan dan
Penanganan Pengaduan Masyarakat
dikelompokkan berdasarkan klasifikasinya:
Pertanyaan, Usulan, Ketidaktaatan
Peraturan dan Penyimpangan Dana
Program.
2. Setiap jenis klasifikasi selanjutnya disusun
berdasarkan kode informasi/laporan sesuai
kode yang ada dalam database.
3. Dokumen pendukung atas setiap laporan/
informasi selanjutnya disusun berdasarkan
kronologi, atau disusun berdasarkan tanggal
penerimaan informasi/dokumen.
3. Alur Tindak Lanjut
Setelah informasi/laporan dicatat dan diregistrasi,
maka tahap berikutnya adalah proses tindaklanjut.
Tahap ini merupakan tahap terpenting dalam
sistem Pelayanan dan Penanganan Pengaduan
Masyarakat, karena pada tahap inilah pengelola
program akan merespon apresiasi publik yang telah
disampaikan baik dalam bentuk pertanyaan, usulan
maupun pengaduan. Mekanisme tindaklanjut akan
melalui berbagai tahap sebagaimana tertuang pada
bagan dan penjelasan berikut:
183www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Bagan Proses Tindaklanjut / Penanganan Pengaduan
Keterangan Bagan :
1. Pelayanan publik masih dilaksanakan oleh masing-masing unit atau SKPD sesuai dengan fungsinya; 2. Menambahkan tugas dan tanggungjawab PPID untuk mengelola pengaduan masyarakat terkait dengan pelayanan
publik dengan alur atau tahapan kerja sesuai dengan pengelolaan keberatan layanan informasi sebagai berikut: a. Informasi masuk kepada PPID berupa: pertanyaan, usulan/masukan, dan pengaduan melalui berbagai media
yang telah disediakan misalnya: situs pemerintah daerah, SMS, telepon, faximili, email, dan sebagainya: i. terkait dengan pertanyaan, maka PPID dapat menjalankan tahapan kerja sesuai dengan alur pelayanan informasiii. terkait dengan usulan/masukan dan pengaduan PPID dapat menjalankan tahapan kerja sesuai dengan alur
penyelesaian sengketa internal atau pengelolaan keberatan atas layanan informasi b. PPID perlu mengklarifikasi atau memverifikasi seluruh informasi yang masuk untuk kemudian dicatat dalam register;c. PPID memberikan tanda terima kepada pemberi informasi d. PPID meneruskan informasi yang diperoleh kepada unit atau SKPD yang terkait dengan layanan publik dan
memberikan tembusan kepada Atasan PPID;e. Unit atau SKPD pelaksana layanan publik kemudian merumuskan rencana penanganan pengaduan yang hasilnya
dilaporkan kepada Atasan PPID untuk diputuskan dengan pemberitahuan kepada PPID;f. Atasan PPID mengambil keputusan yang disampaikan kepada unit atau SKPD pelaksana layanan publik untuk
dilaksanakan dan diberitahukan kepada PPID; g. Unit atau SKPD pelaksana layanan publik menjalankan keputusan Atasan PPID dan melaporkan hasilnya serta
memberitahukan kepada PPID; h. PPID memberitahukan kepada masyarakat yang mengadu tentang pelaksanaan keputusan dari Atasan PPID oleh
unit atau SKPD yang diadukan; i. PPID menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tindak lanjut pengaduan kepada Atasan PPID.
BAB V - Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
184 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Untuk memudahkan proses tindak lanjut diperlukan
pengklasifikasian keluhan yang masuk. PPID dapat
mengkategori informasi yang masuk menjadi 3 hal
yakni:
1. Apakah informasi yang disampaikan publik
berupa PERTANYAAN. Jika benar, maka
langkah tindak lanjut bagi informasi yang berupa
pertanyaan adalah sebagai berikut:
a. Untuk informasi yang berupa pertanyaan,
PPID dan atau PPID Pembantu dapat
segera memberikan jawaban dan status
informasi/laporan dinyatakan selesai.
b. Apabila pertanyaan tidak dapat dijawab
pada level bersangkutan, maka pertanyaan
tersebut akan dibawa ke jenjang yang
lebih tinggi untuk mendapatkan jawaban.
Demikian seterusnya hingga pengaduan
dinyatakan selesai.
c. PPID dan atau PPID Pembantu selanjutnya
mengupdate status informasi dan
melaporkannya sesuai dengan mekanisme
pelaporan.
2. Apakah informasi yang masuk dapat
dikategorikan sebagai USULAN. Jika benar,
maka Langkah tindak lanjut untuk setiap usulan
dan saran yang masuk adalah:
a. Informasi yang diterima PPID dan atau PPID
Pembantu terkait dengan usulan, masukan
dan saran untuk selanjutnya akan di
teruskan kepada pihak terkait untuk menjadi
input bagi perbaikan pelaksanaan program,
baik yang bersifat teknis maupun kebijakan.
b. PPID dan atau PPID Pembantu akan
membuat feed back atau umpan balik
kepada masyarakat pelapor bahwa
usulannya telah diteruskan kepada pihak
yang berwenang.
c. Update status informasi selanjutnya
dilaporkan sesuai dengan mekanisme
pelaporan.
3. Apakah informasi yang masuk dapat
dikategorikan sebagai bentuk keluhan
karena KETIDAKTAATAN PERATURAN dan PENYALAHGUNAAN DANA PROYEK/PROGRAM. Jika benar, maka langkah tindak
lanjut informasi dengan klasifikasi ini memiliki
langkah penanganan yang sama sebagai
berikut:
a. KlarifikasidanInvestigasi KLARIFIKASI adalah proses pencarian
informasi terkait dengan materi pengaduan
atau temuan masalah yang bertujuan untuk
memastikan dan atau membuktikan apakah
pengaduan atau temuan masalah tersebut
benar. Apabila hasil klarifikasi menunjukkan
bahwa pengaduan/temuan masalah tersebut
tidak benar, maka masalah dapat dinyatakan
selesai, dengan menginformasikan status
pengaduan melalui saluran informasi yang
ada. Apabila hasil klarifikasi menunjukkan
bahwa pengaduan/temuan masalah
tersebut benar maka langkah berikut adalah
melakukan investigasi jika data yang ada
belum mencukupi.
185www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Tahap klarifikasi akan mengandalkan data
awal yang telah diperoleh dari pengaduan/
temuan masalah. Adapun informasi minimal
yang harus ada agar pengaduan dapat di
follow up apabila mencantumkan lokasi/
nama sekolah dan materi pengaduan.
INVESTIGASI adalah upaya sistematis
untuk mendapatkan informasi, yang lebih
dalam tentang suatu kejadian hingga
mendapatkan gambaran yang jelas tentang
substansi pengaduan/masalah. Sesuai
dengan target pelaksanaan investigasi
untuk mendapatkan data lengkap tentang
gambaran masalah, maka investigasi
dilakukan baik dengan melakukan kajian
lapangan maupun kajian dokumen. Adapun
data/informasi yang harus diperoleh dalam
proses investigasi adalah untuk menjawab
pertanyaan 5 W 1 H (What, Who, When,
Where, Why and How) sebagai berikut:
i. What; apa pokok persoalan yang terjadi
ii. Who; siapa pelaku masalah dan siapa
yang menjadi ‘korban’
iii. Why; mengapa hal tersebut terjadi, apa
latar belakang kejadian
iv. Where; dimana kasus terjadi
v. When; kapan kejadiannya
vi. How; Bagaimana kejadiannya
Untuk memperkuat hasil investigasi, maka
jawaban pertanyaan tersebut perlu didukung
dengan bukti-bukti. Adapun yang bisa
dijadikan alat bukti dalam hal ini antara lain:
i. Pengakuan
ii. Pernyataan
iii. Keterangan ahli/pihak yang
berkompeten
iv. Risalah pertemuan/berita acara
v. Kwitansi
vi. Buku rekening
Hasil dari perolehan 5 informasi diatas
selanjutnya akan dirunut menjadi skema/
kronologis masalah.
b. Analisis Masalah Analisis masalah dalam hal ini adalah
proses untuk merumuskan akar masalah,
kerugian yang diakibatkan dan dampak
yang ditimbulkan/mungkin timbul. Akar
masalah dimaksud adalah sebab musabab
terjadinya masalah yang akan digunakan
sebagai dasar bagi penyusunan langkah
penyelesaian. Dengan diketahui akar
masalah diharapkan upaya penyelesaian
yang dilakukan akan dapat menyelesaikan
masalah secara tuntas, dan bukan
penyelesaian yang berisifat sporadis.
Mengetahui tentang kerugian dan dampak
yang ditimbulkan oleh masalah akan
menjadi acuan target penyelesaan dan
basis bagi penyusunan langkah-langkah
penanganan.
Analisis stakeholder merupakan bagian
dari tahap analisis masalah yang lebih
difokuskan pada para pihak yang ada
BAB V - Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
186 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
disekitar permasalah. Hasil analisis
stakeholder berupa peta para pihak yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumberdaya
yang akan membantu proses penyelesaian
masalah dan atau para pihak yang akan
menjadi faktor penghambat proses
penyelesaian masalah.
c. Rencana dan Tindak Penanganan Setelah diperoleh data yang cukup terkait
dengan pengaduan yang diterima, dan
analisis telah dilakukan, maka langkah
berikut adalah menyusun rencana tindakan.
Adapun rencana tindakan harus memuat
dan memperhatikan hal-hal berikut:
• Langkah-langkah yang akan dilakukan;
dalam menentukan langkah yang akan
diambil, Unit penanganan pengaduan
harus berpegang pada acuan
penyelesaian masalah yang terdapat
pada lampiran 1.
• Memuat para pihak yang akan
melaksanakan dan atau mendukung
langkah penanganan tersebut. Perlu
diingat bahwa Unit penanganan
pengaduan tidak akan bekerja sendiri.
Fungsi kerja Unit penaganan pengaduan
akan lebih banyak pada fungsi fasilitasi.
• Mencatumkan waktu dimana langkah –
langkah tersebut akan dilakukan.
Rencana tindakan ini akan ditambah atau
diperbaiki manakala dalam prosesnya tidak
dapat berjalan sesuai harapan, atau tidak
dapat mencapai target output. Oleh sebab
itu akan lebih baik jika rencana tindakan
harus dibuat dalam beberapa skenario (Plan
A dan Plan B).
Setelah rencana tindakan disusun maka
langkah berikutnya adalah melaksanakan
tahapan atau langkah penanganan dan
memastikan bahwa target waktu dan output
dapat tercapai. Apabila semua rencana
telah dilaksanakan, namun masalah/
pengaduan belum juga dapat diselesaikan,
maka Unit penanganan pengaduan dapat
meminta dukungan penanganan pada level
yang lebih tinggi. Kapan PPID selaku Unit
penanganan pengaduan dapat meminta
dukungan pada jenjang diatasnya akan
ditentukan berdasarkan hasil monitoring dan
evaluasi proses penanganan masalah.
d. Monitoring dan Evaluasi Pemantauan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan rencana tindakan dilakukan
untuk memastikan tercapainya target
output dan target waktu. Pemantauan
yang dimaksud dalam hal ini adalah
pemantauan oleh PPID selaku Unit
penanganan pengaduan terhadap para
pihak yang disepakati akan menyelesaikan
permasalahan tertentu.
Untuk mempermudah kerja pemantauan,
maka setiap minggu PPID selaku Unit
Pelayanan dan Penanganan Pengaduan
Masyarakat akan melihat daftar pengaduan/
masalah yang ada di kabupaten/kota
bersangkutan.
187www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Berdasarkan hasil pemantauan atas
pelaksanaan tindakan inilah, PPID selaku
Unit penanganan pengaduan akan
melakukan evaluasi terhadap progres
penanganan pengaduan/masalah. Apabila
berdasarkan evaluasi tersebut diketahui
berbagai tindakan telah dilaksanakan
namun juga tidak berhasil menyelesaikan
masalah, maka PPID selaku Unit Pelayanan
dan Penanganan Pengaduan Masyarakat
dapat meminta dukungan penanganan pada
level yang lebih tinggi, termasuk bila akan
meminta dukungan pihak eksternal.
Sementara itu, pemantauan yang bersifat
terbuka oleh masyarakat atas penanganan
pengaduan/masalah dapat dilakukan
dengan melihat update status yang
disampaikan melalui website. Jika terdapat
ketidakjelasan atau kebutuhan informasi
tambahan dapat langsung menghubungi
PPID selaku Unit Pelayanan dan
Penanganan Pengaduan Masyarakat pada
lokasi dimana pengaduan/masalah tersebut
berada.
e. Pengawasan Pengawasan adalah mekanisme kontrol
yang dibangun dalam sistem Pelayanan
dan Penanganan Pengaduan Masyarakat
berupa tindakan memantau, bertanya dan
meminta laporan atas progres tindak lanjut
informasi/laporan yang difasilitasi oleh PPID
selaku Unit Pelayanan dan Penanganan
Pengaduan Masyarakat. Kewenangan
pengawasan dalam hal ini ada pada Atasan
PPID.
Atasan PPID harus mendapatkan laporan
tentang kemajuan proses penanganan
pengaduan dari PPID selaku Unit Pelayanan
dan Penanganan Pengaduan Masyarakat
setiap bulan, untuk selanjutnya akan
menjadi bahan laporan dan materi dalam
rapat koordinasi dinas.
f. Pemutakhiran Data, Status Penanganan & Pelaporan
PPID selaku Unit Pelayanan dan
Penanganan Pengaduan Masyarakat secara
kontinyu akan melakukan pemutakhiran
status tindak lanjut informasi/laporan.
Hasil pemutakhiran status tersebut, akan
menjadi bahan bagi penyusunan laporan.
Laporan PPID selaku Unit Pelayanan dan
Penanganan Pengaduan Masyarakat terdiri
dari:
• Laporan Bulanan; adalah laporan
tertulis tentang status tindak lanjut
informasi/laporan yang disampaikan
setiap bulan kepada Atasan PPID.
• Laporan Triwulanan; adalah
pemutakhiran status penanganan
seluruh informasi/laporan yang terjadi
di kabupaten/kota untuk disampaikan
ke pusat secara berjenjang dan akan
dikonsolidasikan oleh PPID selaku Unit
Pelayanan dan Penanganan Pengaduan
Masyarakat pusat. Data inilah yang akan
digunakan sebagai bahan dasar update
status di website.
BAB V - Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
188 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
g. Respon/Umpan Balik & Diseminasi Publik Umpan balik harus disampaikan kepada
pelapor terkait dengan progres tindak lanjut
laporan yang telah mereka kirimkan. Umpan
balik dalam hal ini dapat dilakukan secara
langsung perorangan maupun secara
umum.
Umpan balik perorangan dapat dilakukan
apabila alamat pelapor jelas, atau informasi
berasal dari disposisi pejabat berwenang
dan atau memperhatikan tingkat masalah
dan kemendesakan, sementara media yang
digunakan disesuaikan dengan media pada
saat pelaporan. Misal: pengaduan lewat
surat akan dibalas surat, atau email akan
direspon melalui email.
Sementara secara umum, umpan balik
kepada masyarakat luas akan dilakukan
melalui website program secara periodik.
Data yang akan ditampilkan di website
berupa rekapitulasi status informasi/laporan
dan grafik berdasarkan media time series.
D. Etika Penanganan Pengaduan Masyarakat
Pelaksanaan pengelolaan keberatan informasi
maupun penanganan pengaduan masyarakat tidak
cukup hanya mendasarkan kepada peraturan yang
ada melainkan juga harus memperhatikan etika yang
secara umum dikenal. Beberapa etika pengelolaan
pengaduan masyarakat adalah:
1. Mudah Dihubungi. PPID dan atau Petugas
Meja Informasi harus mudah dihubungi,
untuk menjamin aksesibilitas pelapor, dan
memperlancar arus informasi dan diharapkan
akan membantu mempercepat tindak-lanjut.
2. Pendengar Yang Baik. PPID dan atau Petugas
Meja Informasi harus dapat menempatkan diri
sebagai pendengar yang baik, sikap seperti
empati, simpatik diperlukan ketika menerima
informasi. PPID atau Petugas Meja Informasi
tidak diperkenankan memotong laporan
sehingga menggangu kebebasan penyampaian
informasi, tapi wajib menanyakan/mengklarifikasi
informasi.
3. Mendengarkan Keterangan Semua Pihak Secara Adil (audi et alteram partem) dan
Netral. Dalam menggali informasi/data,
harus mendengar keterangan dari dua belah
pihak. Untuk menghindarkan kecenderungan
telah memiliki stigma atas informasi yang
bersangkutan, sehingga cenderung hanya
mendengarkan pihak yang menguatkan. Untuk
menjaga obyektivitasnya, PPID dan atau
Petugas Meja Informasi tidak boleh memihak,
harus bersikap netral terhadap kedua belah
pihak dan mengedepankan prinsip praduga tak
bersalah.
4. Bersikap Obyektif. PPID dan atau Petugas
Meja Informasi harus mendudukkan informasi
pada proposinya. Tidak boleh terlibat dalam
konflik kepentingan.
5. Menjaga Kerahasiaan. Sering kali terjadi
pelapor/informan/saksi mendapatkan intimidasi
dari terlapor dan para pendukungnya. Intimidasi
ini tidak saja berdampak pada pencabutan
189www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
pernyataan atau kesaksian namun tidak jarang
mengancam keselamatan/jiwa pelapor. Oleh
sebab itu menjadi penting identitas pelapor
ataupun informan DIRAHASIAKAN. Hal ini
sesuai dengan Pasal 17 UU KIP.
6. Responsif. Atasan PPID, PPID, Unit atau
SKPD Penyelenggara Layanan, dan Petugas
Meja Informasi harus menindaklanjuti seluruh
informasi/laporan yang memiliki kecukupan
data untuk ditindaklanjuti. Tidak diperkenankan
menunda-nunda, terlebih-lebih jika hal tersebut
memiliki dampak yang luas.
7. Tidak Menimbulkan Masalah Baru. Atasan
PPID, PPID, Unit atau SKPD Penyelenggara
Layanan, dan Petugas Meja Informasi dalam
memfasilitasi proses tindak-lanjut sejauh
mungkin menghindarkan munculnya masalah
baru.
8. Tidak Boleh Menerima Imbalan. Atasan
PPID, PPID, Unit atau SKPD Penyelenggara
Layanan, dan Petugas Meja Informasi tidak
diperbolehkan menerima imbalan dalam bentuk
apapun yang patut diduga akan menggangu
obyektifitas pelaksanaan tugasnya.
E. Sarana dan Prasarana
Untuk mengoptimalkan fungsi PPID dalam
pengelolaan pengaduan masyarakat, pemerintah
daerah tidak memerlukan penambahan sarana
prasarana yang signifikan daripada sarana
prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan
layanan informasi. Pemerintah daerah atau SKPD
terkait hanya memerlukan penambahan berapa
sarana yang sederhana terkait dengan pengelolaan
pengaduan, diantaranya:
1. Melengkapi fitur dari saluran media yang
digunakan untuk penyebarluasan informasi,
misalnya menambahkan fitur dari situs internet
yang khusus menerima pengaduan;
2. Formulir pengaduan apabila masyarakat
langsung mengadukan dengan mendatangi
Meja Informasi
3. Register pengaduan untuk mencatat atau
mengarsipkan pengaduan yang diterima PPID/
petugas meja informasi sekaligus mencatat
tidaklanjut yang telah dilaksanakan
BAB V - Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
190 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Berikut contoh format formulir pengaduan
FORM PENGADUAN MASYARAKATDinas .................................................
Identitas Pemberi informasi/laporanNama : .........................................................................................................................................(L/P)Alamat :
Desa ..........................................................................................................................................Kecamatan ................................................................................................................................Kabupaten/kota ........................................................................................................................No Telp ......................................................................................................................................
Substansi Pertanyaan/Usulan/Pengaduan:................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Pihak yang dilaporkan .......................................................................................................................
Dugaan kerugian (jika ada) ..................................................................................................................
Lokasi Kejadian :Nama Sekolah ..........................................................................................................................Desa .........................................................................................................................................Kecamatan ...............................................................................................................................Kabupaten ................................................................................................................................
......................., ............... (tempat, tanggal)
191www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
FORM RENCANA TINDAK PELAYANAN DAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT
Kode Informasi/Laporan :
Lokasi Nama Sekolah:Desa/Kelurahan
Kecamatan:Kabupaten/kota
Tanggal Kejadian Permasalahan
Target Penyelesaian* (Lihat acuan permasalahan dinyatakan selesai; lampiran 1 SOP)
Target Waktu PIC Rencana Tindak Output/progres
(Rencana A)
(Rencana B)
Keterangan:
……………………………………………………………………………………………………………………………….…
…………………………………………………………………………………………………………………………….……
………………………………………………………………………………………………………………………….………
……………………………………………………………………………………………………………………………........
……………………………………………………………………………………………………………………………….…
…………………………………………………………………………………………………………………………….……
………………………………………………………………………………………………………………………….………
……………………………………………………………………………………………………………………………........
(dapat diisi berupa keterangan terkait dengan pelaksanaan rencana, termasuk kendala yang ditemui manakala
Plan A dan Plan B tidak menghasilkan target output)
BAB V - Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
192 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
BAHAN PRESENTASI
Henri Subagiyo
SESI V PENYELESAIAN SENGKETA
INFORMASI PUBLIK
ALASAN SENGKETA INFORMASI 1. Penolakan permohonan informasi
dengan alasan kerahasiaan 2. Tidak disediakan informasi berkala 3. Tidak ditanggapi permohonan informasi 4. Permohonan ditanggapi tidak
sebagaimana mestinya 5. Tidak dipenuhinya permohonan
informasi 6. Pengenaan biaya yang tidak wajar 7. Pelayanan informasi melebihi waktu
yang diaturPs. 35 UU KIP
193www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
TAHAPAN PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI
1. TAHAP KEBERATAN INTERNAL BADAN PUBLIK
F-1 F-2 F-3
14 hari
30 hariPengajuanKeberatan PPID
AtasanPPID
Menerima
Tidak menerima
Tanggapan/Keputusan
Pengajuanpermohonanpenyelesaian
sengketa keKomisiInformasi
Pelaksanaan Keputusan oleh
PPID30 hariSejak
ditemukanalasan
keberatan
•Formulir•Tanda terima•Register
MejaInfo
BAB V - Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
194 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
SARANA MINIMUM PENGELOLAAN KEBERATAN
SIMULASI• Bagikan undian peran kepada peserta • Setiap peran dapat dilakukan lebih dari 1 orang dengan peran sebagai berikut: - Pemohon keberatan - Petugas Meja Informasi - PPID - Unit/Satker, misalnya: • Dinas Pendidikan • Dinas Kesehatan • Setelah terpilih pemeran, bagikan skenario permainan yang terdiri dari: - Narasi permasalahan (studi kasus) - Peran setiap pemeran (Peran masing-masing pemeran tidak boleh
diketahui oleh peserta lainnya) • Mintalah peserta lainnya (yang tidak melakukan permainan) untuk mengamati dan
mencatat apakah petugas telah melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar• Mulailah permainan sesuai dengan sekenario permainan dalam waktu sebagaimana dalam
skenario
1. KELENGKAPAN TEKNIS :• Formulir keberatan dan tanda terima• Buku register keberatan • Tanggapan atas keberatan (surat keputusan penanggungjawab)
2. MEJA INFORMASI DAN PETUGAS
Format ada
pada Lampiran
PERKI 1/2010
195www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
REFLEKSI
• Mintalahkomentarpemohonapakahpetugastelahmemberikan layanan sesuai dengan standar.
• Setelahituberikesempatankepadapesertalainnyauntuk mengomentari apakah pemohon maupun petugas telah sesuai dengan standar layanan.
PENYELESAIAN SENGKETA DI KOMISI INFORMASI
BAB V - Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
196 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA KOMISI INFORMASI
ALASAN PENYELESAIAN SENGKETA DI KOMISI INFORMASI
• Tidakpuasatashasiltanggapankeberatanyangdiberikan oleh Penanggungjawab
• Masa:30harisejakditerimakeputusanpenanggungjawab
KEDUDUKAN KOMISI INFORMASI
• Komisi Informasi Pusat di Ibukota Negara
• Komisi Informasi Provinsi di Ibukota Provinsi
• Komisi Informasi Kab/Kota di Ibukota Kab/Kota (jika diperlukan)
KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA
• Sengketa menyangkut Badan Publik Tingkat Pusat
• Sengketa menyangkut Badan Publik Tingkat Provinsi
• Sengketa menyangkut Badan tingkat Kab/kota
197www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DI KOMISI INFORMASI
PENYELESAIAN SENGKETA DI PENGADILAN
14 hari
100 hari
14 hari
14 hari Pengajuan
permohonan PSI ke Komisi Informasi
Komisi Informasi Mediasi Adjudikasi
Tidak terjadi kesepakatan
Sepakat
Putusan
Menerima
Tidak menerima
Gugatan ke Pengadilan
Putusan Komisi Informasi
(final & mengikat)Pelaksanaan
Putusan
Kedudukan Komisi Informasi:1. Komisi Informasi Pusat di Ibukota Negara2. Komisi Informasi Provinsi di Ibukota Provinsi3. Komisi Informasi Kab/Kota di Ibukota Kab/Kota (jika diperlukan)
BAB V - Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
198 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
PENYELESAIAN SENGKETA DI PENGADILAN
Gugatan ke Pengadilan
Pengadilan Tata Usaha
Negara Putu
san Menerima Pelaksanaan
Putusan
Tidak menerima Kasasi
Pengadilan Negeri
Putu
san
Tidak menerima Kasasi
Menerima Pelaksanaan Putusan
Putusan Final &
Mengikat14 hari 14 hari
Badan PublikNegara
Badan PublikNon-Negara
T E R I M A K A S I H
Henri Subagiyo081585741001021-7262740
199www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
MATERI KEPUTUSAN ATASAN PPID ATAS PENGAJUAN KEBERATAN
• Tanggalpembuatansurattanggapanataskeberatan;• Nomorsurattanggapanataskeberatan;• Tanggapan/jawabantertulisatasanPPIDatas
keberatan yang diajukan;• PerintahatasanPPIDyangbersangkutanapabila
keberatan dikabulkan baik sebagian atau seluruhnya;• Jangkawaktupelaksanaanperintah
PENGELOLAAN KEBERATAN OLEH PPID
• Mengumumkantatacarakeberatan,alamat,dannomorkontakPPID.• Menggunakansaranakomunikasiyangdianggapefektifdalammenerima
keberatan sesuai dengan kemampuan sumber daya yang dimilikinya.• PPIDwajibmembantumengisikanformulirkeberatandanditandatangani
oleh pemohon informasi atau penerima kuasa yang mengajukan keberatan dalam hal permohonan diajukan secara lisan.
• PPIDwajibmemberikansalinanformulirkeberatansebagaitandaterimapengajuan keberatan.
• PPIDwajibmencatatpengajuankeberatandalambukuregister keberatan.
DAFTAR PUSTAKA
200 www.kinerja.or.idBUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Anotasi UU Keterbukaan Informasi Publik, Komisi Informasi Pusat RI, Jakarta, 2010
Panduan Pelayanan Informasi Publik, Komisi Informasi Pusat RI, 2010
Standar Operasional dan Prosedur Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat, World Bank, Jakarta,
2012
Undang – Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
Tentang Keterbukaan Informasi Publik
Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanaman
Modal
Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Layanan Informasi Publik
Peraturan Komisi Informasi Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan Informasi
Dan Dokumentasi Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri Dan Pemerintah Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Pedoman Organisasi Dan Tatakerja Unit
Pelayanan Perijinan Terpadu Di Daerah
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : Per/21/M.Pan/11/2008 Tentang Pedoman
Penyusunan Standar Operational Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 14 Tahun 2009 Tentang Sistem Pelayanan
Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik
DAFTAR PUSTAKA