implementasi akta bantuan guaman 1971 tentang …repository.uinjambi.ac.id/2432/1/muhammad...
TRANSCRIPT
-
IMPLEMENTASI AKTA BANTUAN GUAMAN 1971
TENTANG BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA
DI JABATAN KEHAKIMAN SYARIAH NEGERI JOHOR
SKRIPSI
MUHAMMAD AIZUDDIN BIN YAHYA (SHK 101180001)
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
J A M B I
1440 H / 2020 M
-
i
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
MOTTO
َدُوا ْن تُؤََُّّمرُُكْم أ
َّْ يَّأ ْمُتْم بَّيْنَّ إَِنَّ اّلَلَّ كَّ ا ِإَوذَّا حَّ ْهلِهَّ
َّانَّاِت إِلَّى أ مَّ
َّالْأ
ِميًعا انَّ سَّ َّ كَّ ا يَِّعُظُكْم بِهِ إَِنَّ اّلَلَّ َّ نِعَِمَّ ْدِل إَِنَّ اّلَلَّ ْن تَّْحُكُموا بِالْعََّّالَنَّاِس أ
بَِّصيًرا
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan
hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan
adil. Sesungguhnya Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran
kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (Q.S An-Nisa: 58)
-
vi
ABSTRAK
Skripsi ini tentang implementasi dan problematika implementasi Akta Bantuan
Guaman 1971 di Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor. Peneliti menggunakan
jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai implementasi Akta Bantuan
Guaman 1971 tentang bantuan hukum secara cuma-cuma di Jabatan Kehakiman
Syariah Negeri Johor serta metode pendekatan yuridis empiris. Dalam rangka
mengumpulkan mengelola dan menyajikan bahan-bahan yang diperlukan, maka
dilakukan pengumpulan data melalui studi pustaka dan wawancara pihak terkait,
setelah itu dilakukan dengan cara membandingkan hasil studi pustaka dengan
penelitian lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi bantuan
hukum secara cuma-cuma menurut Akta Bantuan Guaman 1971 di Jabatan
Kehakiman Syariah Negeri Johor telah berjalan dengan baik, meskipun terdapat
problematika implementasi yaitu implementasi bantuan hukum secara cuma-cuma
berdasarkan Akta Bantuan Guaman 1971 tidak dikelola secara langsung oleh
Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor, tiada kantor ataupun ruangan Jabatan Bantuan Guaman Negeri Johor di Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor secara
fisik, Jabatan Bantuan Guaman Negeri Johor tidak mendapat anggaran secara
langsung dari Bahagian Hal Ehwal Undang-Undang, Jabatan Perdana Menteri,
dan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang keberadaan jasa bantuan hukum secara cuma-cuma yang dikelola oleh Jabatan Bantuan Guaman Negeri
Johor di Jabatan Kehakiman Negeri Johor.
.
Kata Kunci: Implementasi, Akta Bantuan Guaman 1971, Bantuan Hukum Secara
Cuma-Cuma, Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor.
-
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang kucintai:
Ayahanda Yahya Bin Suleiman dan Ibunda Solihah Binti Mohajir yang telah
mendidik dan mengasuh anakanda dari kecil hingga dewasa dengan penuh kasih
sayang, agar kelak anakanda menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua
dan bermanafaat bagi Agama, Nusa dan Bangsa, seterusnya dapat meraih cita-cita
murni.
Adik beradikku yang dikasihi, Hakim, Syuhadah dan Iman, semoga kita sama-
sama mencapai cita-cita dan membahagiakan Abah dan Mama.
Terima kasih kepada Puan Masrita atas bantuan dan kesabaran dalam membantu
saya sepanjang penelitian saya di Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor.
Terima kasih juga kepada Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Dr. Umar dan Ibu
Dian Mustika atas bantuan dan bimbingan dalam rangka menyelesaikan skripsi
ini.
Sahabat-sahabatku, Sufi, Fikri, Asyraf, Ilham, Muaz, Azzim, Syafiq, Solehin, Nur,
teman-teman Batch 20 yang selalu dalam ingatanku, teman-teman yang tergabung
dalam Persatuan Kebangsaan Pelajar-Pelajar Malaysia di Indonesia Cabang
Jambi, serta teman-teman dari Indonesia maupun teman-teman yang berada di
Malaysia, Syukri, Jalaluddin dan lain-lain yang setia telah memberikan semangat
dan dorongan di kala suka maupun duka, semoga persahabatan kita tetap terjalin
dengan baik selamanya.
Terima kasih atas segalanya.
-
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salaam turut
dilimpahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang sangat dicintai.
Alhamdulillah dalam usaha menyelesaikan skripsi ini penulis senantiasa diberi
nikmat kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
yang diberi judul Implementasi Akta Bantuan Guaman 1971 Tentang
Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma Di Jabatan Kehakiman Syariah Negeri
Johor.
Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap pengembangan
ilmu syariah dalam bagian hukum. Juga memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Program Sarjana Strata Satu (S1) dalam Jurusan Hukum
Keluarga pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi, Indonesia.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis akui tidak terlepas dari menerima
hambatan dan halangan baik dalam masa pengumpulan data maupun
penyusunannya. Situasi yang mencabar dari awal hingga ke akhir menambahkan
lagi daya usaha untuk menyelesaikan skipsi ini agar selari dengan penjadualan.
Dan berkat kesabaran dan sokongan dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat
juga diselesaikan dengan baik seperti yang diharapkan
Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah jutaan terima
kasih kepada semua pihak yang turut membantu sama ada secara langsung
maupun secara tidak langsung menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
-
ix
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA., Ph.D selaku Rektor UIN STS
Jambi, Indonesia, Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE., M.EI selaku Wakil
Rektor I, Bapak Dr. As’ad Isma, M.Pd selaku Wakil Rektor II, dan Bapak
Dr. Bahrul Ulum, S.Ag., MA selaku Wakil Rektor III.
2. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag., M.H selaku Dekan Fakultas Syariah UIN
STS Jambi, Indonesia.
3. Bapak Agus Salim, M.A., M.I.R., Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH, MH selaku Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan dan Bapak Dr.
H. Ishaq, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama di Fakultas Syariah UIN STS Jambi, Indonesia.
4. Ibu Mustiah, S.Ag., M.Sy, selaku Ketua Prodi Hukum Keluarga dan
Bapak Irsadunas Noveri, SH, MH selaku Sekretaris Prodi Hukum
Keluarga Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. H. M. Umar Yusuf, MHI, selaku Pembimbing I dan Ibu Dian
Mustika, S.HI., MA selaku pembimbing II yang telah banyak memberi
masukan, tunjuk ajar dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen, asisten dosen dan seluruh karyawan dan karyawati
Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi yang bersangkutan.
Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih ada kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan baik dari segi teknis penulisan, analisis data, penyusunan
maklumat maupun dalam mengungkapkan argumentasi pada bahan skripsi ini.
-
x
Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak dapat memberikan kontribusi
pemikiran, tanggapan dan masukan berupa saran, nasihat dan kritik demi kebaikan
skripsi ini. Semoga apa yang diberikan dicatatkan sebagai amal jariah di sisi Allah
SWT dan mendapatkan ganjaran yang selayaknya kelak.
Jambi, 18 Februari 2020,
Penulis,
MUHAMMAD AIZUDDIN BIN YAHYA
NIM: SHK 101180001
-
xi
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBIMBING ....................................................................ii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................................iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .........................................................................iv
MOTTO ....................................................................................................................v
ABSTRAK ...............................................................................................................vi
PERSEMBAHAN ..................................................................................................vii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................viii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................xi
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................xiv
TRANSLITERASI..................................................................................................xv
DAFTAR TABEL .................................................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xvi
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .........................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................7
C. Batasan Masalah .....................................................................................7
D. Tujuan Penelitian.....................................................................................7
E. Kegunaan Penelitian................................................................................7
F. Kerangka Teoritis dan Konseptual...........................................................8
G. Tinjauan Pustaka…...............................................................................12
-
xii
BAB II: METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian……………...............................................................15
B. Jenis Penelitian......................................................................................15
C. Pendekatan Penelitian…………............................................................16
D. Data dan Sumber Data...........................................................................17
E. Instrumen Pengumpulan Data................................................................17
F. Teknis Analisis Data..............................................................................18
G. Sistematika Penulisan............................................................................19
BAB III: GAMBARAN UMUM JABATAN KEHAKIMAN SYARIAH
NEGERI JOHOR
A. Sejarah & Perkembangan Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor...21
B. Lambang Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor ............................28
C. Misi, Visi, Piagam Pelanggan Dan Fungsi Jabatan Kehakiman Syariah
Negeri Johor……………………………………………………………...28
D. Carta Organisasi Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor………….30
E. Lokasi Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor…………………….31
BAB IV: PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Implementasi Akta Bantuan Guaman 1971 di Jabatan Kehakiman
Syariah Negeri Johor……………………………………………………32
B. Problematika Implementasi Akta Bantuan Guaman 1971 di Jabatan
Kehakiman Syariah Negeri Johor………………….……………………54
-
xiii
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................61
B. Saran-Saran ...........................................................................................62
C. Kata Penutup …………………..………………………………...……63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
-
xiv
DAFTAR SINGKATAN
UIN STS: Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin.
SWT: Subhanahuwata’ala.
No.: Nomor.
Q.S: Quran Dan Surah.
hlm: Halaman.
BHEUU: Bahagian Hal Ehwal Undang-Undang.
JBG: Jabatan Bantuan Guaman.
PERMA: Peraturan Mahkamah Agung.
POSBAKUM: Pos Bantuan Hukum.
Vol.: Volume.
RM: Ringgit Malaysia.
-
xv
-
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Carta Organisasi Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor…...30
Tabel 2: Tanggungan..................................................................................43
Tabel 3: Kategori Pemohon Mengikut Penghasilan Tahunan……….…...44
Tabel 4: Penerima Jasa Jabatan Bantuan Guaman Negeri Johor Di Jabatan
Kehakiman Syariah Negeri Johor………………………………..47
Tabel 5: Anggaran Pelaksanaan Jabatan Bantuan Guaman……………...49
Tabel 6: Senarai Petugas/Advokat Jabatan Bantuan Guaman Negeri
Johor……………………………………………………………...51
DAFTAR GAMBAR
Lambang Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor................................28
Lokasi Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor………………………..31
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bantuan hukum (legal aid) adalah jasa memberi nasehat hukum kepada
orang yang tidak mampu, miskin (penghasilan rendah) dan buta hukum (buta
huruf atau berpendidikan rendah, tidak berani memperjuangkan hak-haknya akibat
tekanan dari yang lebih kuat) untuk mendapatkan perwakilan hukum dan akses di
pengadilan baik nonlitigasi maupun litigasi secara adil tanpa adanya diskriminasi1
Penyelenggaraan pemberian bantuan hukum yang diberikan kepada
penerima bantuan hukum merupakan upaya untuk mewujudkan hak-hak konstitusi
dan sekaligus sebagai implementasi negara hukum yang mengakui dan
melindungi serta menjamin hak warga negara akan kebutuhan akses terhadap
keadilan dan kesamaan di hadapan hukum.2
Berbicara mengenai prinsip equality before the law, hak asasi manusia,
dan access to law and justice merupakan suatu hal yang mudah dan
menyenangkan, akan tetapi ketika dalam tataran praktik realitas masyarakat, hal
itu semua akan menjadi tamparan telak. Realitas dalam masyarakat mengenai
equality before the law, hak asasi manusia dan access to law and justice sama
sekali tidak seperti apa yang dibicarakan.
1 Iwan Wahyu Pujiarto, Syafruddin Kalo, Eka Putra, Edy Ikhsan, Pelaksanaan Pemberi
Bantuan Hukum Dikaitkan Dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum,
Arena Hukum, Universitas Sumatera Utara, Vol. 8, No. 3, Desember 2015, hlm 319.
2 Ibid., hlm 226.
-
2
Hal itu semua hampir tidak terlaksana, diabaikan dan dilanggar secara terang-
terangan baik dari pemerintah, penegak hukum atau bahkan sampai kepada para
pencari keadilan.3
Konsep bantuan hukum berkaitan dengan hak-hak seseorang guna
menjalankan hak-hak tersebut, oleh karenanya bantuan hukum dijalankan oleh
para ahli hukum dan orang-orang yang berpengalaman dalam rangka untuk
menjalankan profesinya. Bantuan hukum dijalankan oleh pemberi bantuan hukum
yang berorientasi pada nilai-nilai kemuliaan, yaitu aspek kemanusiaan untuk
memperjuangkan hak-hak manusia untuk hidup sejahtera dan berkeadilan.
Pemberian bantuan hukum tersebut dapat diberikan kepada semua orang tanpa
membedakan status sosial seseorang4
Pelaksanaan hukum bertujuan untuk mencapai keadilan, keharmonian dan
ketenteraman dalam kehidupan masyarakat. Walau apa juga hukum yang
diamalkan di sesebuah negara, matlamatnya ialah untuk mewujudkan keadilan.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يَأُْمُرُكْم أَْن تَُؤدُّوا اْْلََمانَاِت إِلَى أَْهِلَها َوإِذَا َحَكْمتُْم بَْيَن النَّاِس أَْن
ا َيِعُظُكْم بِِه إِنَّ اللَّهَ َكاَن َسِميعًا بَِصيًرا تَْحُكُموا بِاْلعَْدِل إِنَّ اللَّهَ نِِعمَّ
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum
di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya
Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S An-Nisa: 58)
3 Suyogi Imam Fauzi, Inge Puspita Ningtyas, Optimalisasi Pemberian Bantuan Hukum
Demi Terwujudnya Access To Law And Justice Bagi Rakyat Miskin, Jurnal Konstitusi, Fakultas
Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Vol. 15, No. 1, Maret 2018, hlm 53. 4 Herning Setyowati, Nurul Muchiningtias, Peran Advokat Dalam Memberikan Bantuan Hukum Kepada Masyarakat Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia, Lex Scientia Law Review,
Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang, Vol. 2, No. 2, November 2018, hlm 156.
-
3
Negara Malaysia menurut Perlembagaan Persekutuan Pasal 5 (1): Tiada
seorang pun boleh diambil nyawanya atau dilucutkan kebebasan dirinya kecuali
mengikut undang-undang5 Seterusnya dalam Pasal 8 Ayat (1): Semua orang
adalah sama rata di sisi undang-undang dan berhak mendapat perlindungan yang
sama rata di sisi undang-undang.6 Pasal tersebut tidaklah membeda-bedakan
antara warga yang satu dengan warga yang lainnya semuanya sama
dihadapan hukum sekaligus menerangkan bahwa keadilan dan hak asasi manusia
diakui oleh negara tanpa prejudis.
Tanpa kecuali hak untuk mendapatkan peguam sebagaimana yang telah
dijamin oleh Perlembagaan Persekutuan.7 Perlembagaan Persekutuan dan prinsip-
prinsip persamaan di hadapan hukum dan perlakuan yang adil bagi seluruh
masyarakat, yang merupakan petunjuk bahwa negara wajib memperhatikan
masalah bantuan hukum bagi warga negaranya. Demikian pula hak untuk
didamping pengacara dijamin sistem hukum Malaysia.
Bantuan hukum yang diyakini dapat memberikan kesamaan dan jaminan
terhadap seluruh masyarakat dalam menikmati perlindungan dihadapan hukum
dan dari sesuatu perbuatan yang tidak adil. Bantuan hukum merupakan
penyempurnaan dari jaminanan sosial, dan menjadi sistem yang melengkapi
perlindungan terhadap hak asasi manusia.8
5 Pasal 5 Perlembagaan Persekutuan 1957.
6 Pasal 8 Perlembagaan Persekutuan 1957.
7 Zulazhar bin Tahir, Hak Untuk Mendapatkan Peguam Semasa Perbicaraan Jenayah
Bagi Golongan Yang Tidak Berkemampuan Di Malaysia, Universiti Utara Malaysia Journal of
Legal Studies, College of Law Government and International Studies, Universiti Utara Malaysia,
Vol. 2, No. 5, 2011, hlm 80.
8 Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Bantuan Hukum Akses Masyarakat Marjinal
Terhadap Keadilan, (Jakarta: Sentralisme Production, 2007), hlm xi.
-
4
Gagasan atau konsep bantuan hukum dimana-mana umumnya sama,
memberikan pelayanan hukum kepada orang yang tidak mampu membayar
pengacara tanpa memandang agama, asal, suku maupun keyakinan politik masing-
masing.9
Hak untuk mendapatkan bantuan hukum, sebenarnya merupakan salah
satu dari akses terhadap keadilan. Akses terhadap keadilan berarti diperlakukan
secara adil berdasarkan hukum, akses terhadap keadilan harus dilakukan secara
menyeluruh kepada setiap elemen masyarakat dengan tujuan mencapai keadilan
sosial dan tidak hanya membatasi diri pada akses terhadap pengadilan saja.
Pada dasarnya, bantuan hukum di Malaysia yang diberikan oleh
pemerintah melalui lembaga bantuan hukum milik negara diatur menurut Akta
Bantuan Guaman 1971. Ini dimulai dengan pendirian Biro Bantuan Guaman pada
tahun 1971 selepas seorang pesakit “orthopedic almoner” dari Hospital Kuala
Lumpur menulis surat kepada pemerintah memohon agar bantuan hukum secara
cuma-cuma diberi kepada pesakit-pesakit yang mengalami ketidakupayaan
residuari yang teruk dengan pampasan dapat diberikan sekiranya mereka diberi
perwakilan hukum.
Melalui pendirian lembaga bantuan hukum ini, negara memulai memberi
bantuan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat tidak mampu yang
memerlukan jasa dalam kasus-kasus kekeluargaan seperti tuntutan nafkah,
penguatkuasaan perintah nafkah, masalah kekeluargaan dan perkahwinan,
perceraian dan penjagaan anak. Setelah itu, barulah kewenangan lembaga bantuan
hukum ini diperluas untuk memberikan jasa bantuan hukum secara cuma-cuma
9 Ibid., hlm 6.
-
5
dalam semua perkara perdata dan pidana baik di pengadilan sipil maupun
pengadilan agama.
Dengan banyak permasalahan yang ada di masyarakat, seperti perceraian,
waris, hadhonah, dan sebagainya yang menjadi kewenangan absolut peradilan
agama, baik masyarakat mampu atau tidak mampu belum tentu mengetahui
bagaimana proses beracara di pengadilan dan memperoleh haknya tersebut, di sini
bagaimana Akta Bantuan Guaman 1971 diimplementasikan dalam memberikan
bantuan hukum bagi menyelesaikan perkara atau permasalahannya dan hal-hal
yang dibutuhkan untuk mendukung penyelesaian perkara tersebut.
Hal ini amatlah menarik untuk dibahas karena keberadaan Jabatan Bantuan
Guaman yang telah direncanakan oleh pemerintah berada di setiap provinsi di
Malaysia, akan tetapi menarik bagi untuk peneliti membahas dan mengetahui
lebih mendalam apakah Akta Bantuan Guaman 1971 terimplementasi dengan baik
di pengadilan agama di Malaysia dan adakah wujudnya problematika
implementasi peraturan perundang-undangan ini khususnya di Jabatan Kehakiman
Syariah Negeri Johor. Apakah dengan adanya bantuan hukum ini, mudah bagi
masyarakat untuk mendapatkan jasa bantuan hukum baik litigasi maupun non-
litigasi, apalagi bagi masyarakat yang kurang mampu. Berbeda jika mereka pergi
ke kantor-kantor pengacara yang tentunya memerlukan biaya yang mahal.
Karena pentingnya masalah ini dan untuk wawasan, kemudian dari latar
belakang di atas, penulis tertarik untuk membahas masalah lebih jauh dan
mendalam maka penulis merumuskannya dalam bentuk skripsi dengan judul
“Implementasi Akta Bantuan Guaman 1971 Tentang Bantuan Hukum Secara
Cuma-Cuma Di Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor.”
-
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis dapat merumuskan
masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi Akta Bantuan Guaman 1971 di Jabatan
Kehakiman Syariah Negeri Johor?
2. Apakah problematika implementasi Akta Bantuan Guaman 1971 di
Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor?
C. Batasan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan serta tidak menyalahi sistematika
penulisan karya ilmiah sehingga membawa hasil yang diharapkan, maka penulis
membatasi masalah yang yang akan dibahas dalam skripsi ini sehingga tidak
terkeluar topik yaitu implementasi Akta Bantuan Guaman 1971 tentang bantuan
hukum secara cuma-cuma di Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor.
Khususnya dalam skripsi ini adalah di Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor
periode tahun 2017 sampai tahun 2018.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Bertitik tolak dari latar belakang masalah dan pokok permasalahan yang
menjadi pokok pembahasan, maka tujuan dan penelitian karya ilmiah ini adalah:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui implementasi bantuan hukum secara cuma-cuma di
Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor.
b. Untuk mengetahui problematika terhadap implementasi di Jabatan
Kehakiman Syariah Negeri Johor terhadap bantuan hukum secara cuma-
cuma.
-
7
2. Kegunaan Penelitian
a. Dari sisi akademis, hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan
pemikiran bagi perkembangan ilmiah terhadap implementasi Akta Bantuan
Guaman 1971 tentang bantuan hukum secara cuma-cuma di Jabatan
Kehakiman Syariah Negeri Johor.
b. Sebagai bahan bacaan dan rujukan bagi mahasiswa, penelitian dan
masyarakat seluruhnya melalui pembuatan dan penyusunan karya ilmiah
secara baik.
c. Sebagai syarat untuk menyelesaikan program studi strata satu (S1) pada
jurusan Hukum Keluarga, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
E. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1. Kerangka Teori
a) Teori Implementasi Kebijakan
Kata implementasi (implementation) berasal dari kata dasar verb
implement, menurut kamus Oxford-Advanced Learner’s Dictionary (1995:595)
bahwa to implement (mengimplementasikan) berarti to put something into effect
(menggerakkan sesuatu untuk menimbulkan dampak/akibat); to carry out
(melaksanakan sesuatu). Dengan demikian implementasi menurut arti kata harfiah
adalah pelaksanaan sesuatu, sehingga implementasi kebijakan dapat diartikan
sebagai pelaksanaan suatu kebijakan.10
Setelah suatu kebijakan negara memperoleh legitimasi, agar diperoleh
intende impact, kiranya perlu diimplementasikan. Van Meter dan Van Horn
10 Abdul Aziz, Humaizi, Implementasi Kebijakan Publik Studi Tentang Kegiatan Pusat
Informasi Pada Dinas Komunikasi Dan Informatika Provinsi Sumatera Utara, Jurnal Administrasi
Publik, Dinas Kominfo Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Universitas Sumatera Utara, Vol.
3, No. 1, 2013, hlm 4.
-
8
(1978), merumuskan mengenai proses implementasi sebagai “those actions by
public or private individuals (or groups) that are directed at the achievement of
objectives set forth in prior policy decisions”. Makna perumusan di atas ialah
bahwa implementasi mengandung pengertian tindakan yang dilakukan individu
atau pejabat maupun swasta yang mengarah pada tujuan yang ditetapkan.
Tindakan-tindakan tersebut adalah berupa upaya-upaya untuk
mengadministrasikan dan menimbulkan dampak nyata pada masyarakat. Fokus
perhatian implementasi kebijakan adalah memahami apa yang senyatanya terjadi
sesudah suatu program, dinyatakan berlaku.11
Model implementasi kebijakan dan bermacam-macam salah satunya,
Merrile S. Grindle model ini diperkenalkan oleh Merrile S. Grindle pada tahun
1980, Grindle mengatakan bahwa Implementasi kebijakan; merupakan proses
umum tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu.12
Milwan, model ini proses pengambilan keputusan dilakukan oleh beragam
aktor, dimana keluaran akhirnya ditentukan oleh baik materi program yang telah
dicapai maupun melalui interaksi para pembuat keputusan dalam konteks politik
administratif. Sementara proses politik dapat terlihat melalui proses pengambilan
keputusan yang melibatkan berbagai aktor kebijakan, sedangkan proses
administrasi terlihat melalui proses umum terkait aksi administratif yangonten
atau isi kebijakan yang dimaksud meliputi:13
i. Kepentingan yang terpenuhi oleh kebijakan (interest affected). 11 Zulkarnain Umar, Analisis Implementasi Kebijakan Standar Pelayanan Mininal Untuk
Peningkatan Kualitas Layanan Publik Di Daerah, Jurnal Analisis Dan Kebijakan Publik, Program
Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Islam
Makassar, Makassar, Vol. 3, Number 1, 2017, hlm 2.
12 Dedeng Yusuf Maolani, Deding Ishak, Implementasi Kebijakan Pemerintah Dalam
Pengelolaan Sampah di Kabupaten Dili Negara Timor Leste, Jurnal KELOLA: Jurnal Ilmu Sosial,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Vol. 1, No. 2, hlm 122. 13 Ibid.
-
9
ii. Jenis manfaat yang dihasilkan (tipe of benefit).
iii. Derajat perubahan yang diinginkan (extent of change envisioned).
iv. Kedudukan pembuat kebijakan/letak pengambilan keputusan (site of
decision making).
v. Para pelaksana program (program implementators).
vi. Sumber daya yang dikerahkan (Resources commited).
Kemudian konteks implementasi yang dimaksud adalah:14
i. Kekuasaan (power) dan kepentingan strategi aktor yang terlibat (interest
strategies of actors involved)
ii. Karakteristik lembaga dan penguasa (institution and regime
characteristics).
iii. Kepatuhan dan daya tanggap pelaksana (compliance and responsiveness).
2. Kerangka Konseptual
a) Implementasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi berarti
pelaksanaan ataupun penerapan.15 Manakala menurut Kamus Dewan,
implementasi berarti proses melaksanakan (mengusahakan) sesuatu, pelaksanaan;
mengimplementasikan melaksanakan, menjalankan, dan menunaikan.16 Dengan
arti kata implementasi suatu tindakan atau pelaksana rencana yang telah disusun
secara cermat dan rinci (matang).17
Menurut Solichin Abdul Wahab, implementasi adalah beberapa aksi yang
dikerjakan baik oleh individu-individu, beberapa petinggi, atau golongan-
14 Ibid. 15 https://kbbi.web.id/implementasi, diakses pada tanggal 30 Januari 2020. 16 http://prpm.dbp.gov.my/Cari1?keyword=implementasi, diakses pada tanggal 30 Januari
2020.
17 https://alihamdan.id/implementasi/, diakses pada tanggal 30 Januari 2020.
https://kbbi.web.id/implementasihttp://prpm.dbp.gov.my/Cari1?keyword=implementasihttps://alihamdan.id/implementasi/
-
10
golongan pemerintah atau swasta yang diarahkan untuk tercapainya tujuan-tujuan
yang sudah digariskan dalam keputusan kebijakan.18
b) Akta Bantuan Guaman 1971
Suatu Akta bagi membuat peruntukan bagi pemberian bantuan guaman
kepada orang tertentu dan bagi perkara yang berkaitan dengannya. Yaitu undang-
undang yang menyusun tentang pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma
kepada masyarakat yang tidak mampu.19
c) Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma
Bantuan hukum secara cuma-cuma bermaksud bantuan hukum yang
diberikan kepada pencari keadilan dalam perkara hukum dalam bentuk konsultasi
hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela dan melakukan
tindakan hukum lain untuk kepentingan penerima bantuan hukum. Pelaksanaan
bantuan hukum tersebut melingkupi upaya hukum melalui jalur pengadilan
(litigasi) dan di luar jalur pengadilan (non-litigasi).
Terdapat dua istilah terkait dengan bantuan hukum yaitu legal aid dan
legal assistance. Istilah legal aid biasanya dipergunakan untuk menunjukkan
pengertian bantuan hukum dalam arti sempit, yaitu pemberian jasa-jasa di bidang
hukum kepada seseorang yang terlibat dalam suatu perkara secara cuma-cuma
khususnya bagi mereka yang tidak mampu. Sedangkan pengertian legal assistance
dipergunakan untuk menunjukkan pengertian bantuan hukum dalam arti luas,
karena di samping bantuan hukum terhadap mereka yang tidak mampu, juga
pemberian bantuan hukum yang dilakukan oleh para pengacara yang
18 https://www.ngelmu.co/pengertian-implementasi-penjelasan-dan-contoh-
implementasi/, diakses pada tanggal 30 Januari 2020. 19 Pembukaan Akta Bantuan Guaman 1971.
https://www.ngelmu.co/pengertian-implementasi-penjelasan-dan-contoh-implementasi/https://www.ngelmu.co/pengertian-implementasi-penjelasan-dan-contoh-implementasi/
-
11
mempergunakan honorarium atau mendapatkan pembayaran sejumlah uang dari
klien.20
d) Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor
Merupakan agensi kerajaan Persekutuan di Malaysia yang
bertanggungjawab menyeragamkan hal ehwal pentadbiran Mahkamah Syariah dan
Kehakiman Syariah di Malaysia.21 Yaitu badan pengadilan agama dan badan yang
mengurus pengadilan agama di provnisi Johor.
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah uraian hasil-hasil penelitian terdahulu (penelitian-
penelitian lain) yang terkait dengan penelitian ini pada aspek fokus/tema yang
diteliti.
Dalam kajian pustaka ini, peneliti akan memaparkan beberapa penelitian
mengenai bantuan hukum secara cuma-cuma di pengadilan Indonesia.
Diantaranya ialah sebagai berikut:
Pertama, Mohammad Ilham Fuadi, menulis skripsi yang berjudul:
Implementasi Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu (Justice For The
Poor) Oleh Posbakum Di Pengadilan Agama Jakarta Barat. Skripsi tersebut
membahas tentang implementasi PERMA No 1 tahun 2014 di Pengadilan Agama
Jakarta Barat. Hasil penelitian menunujukkan bahwa implementasi bantuan
hukum bagi masyarakat tidak mampu oleh posbakum di Pengadilan Agama
Jakarta Barat yang mengacu mengenai PERMA No 1 tahun 2014 mengenai
layanan hukum bagi masyarakat tidak mampu di pengadilan, masih banyak warga
20 Angga, Ridwan Arifin, Penerapan Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Kurang Mampu
Di Indonesia, Diversi Jurnal Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang, Vol. 4, No.
2, Desember 2018, hlm 226.
21 https://ms.wikipedia.org/wiki/Jabatan_Kehakiman_Syariah_Malaysia, diakses pada tanggal 1 Desember 2019.
https://ms.wikipedia.org/wiki/Jabatan_Kehakiman_Syariah_Malaysia
-
12
Negara Indonesia yang tidak mampu sangat memerlukan bantuan hukum di
Pengadilan dalam hak persamaan didepan hukum, dengan alasan bantuan hukum
yang dilakukan oleh pemeriantah melalui MA belum mengatur secara jelas dalam
bantuan hukum yaitu mengenai anggaran yang dibatasi, serta pelayanan belum
terlihat jelas implmentasinya yang dilakukan oleh posbakum di Pengadilan
Agama terhadap Masyarakat pencari keadilan.22
Kedua, Ashmi Amran, menulis skripsi yang berjudul: Eksistensi Pos
Bantuan Hukum (POSBAKUM) di Pengadilan Agama Sungguminasa. Skripsi
tersebut membahas tentang pelaksanaan program Posbakum di Pengadilan Agama
Sungguminasa, serta untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi
pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan Posbakum. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa program layanan Posbakum di Pengadilan Agama
Sungguminasa telah terlaksana dengan baik, hal tersebut diperoleh berdasarkan
kesuksesan pelaksanaan Posbakum di tahun 2015 dan pada tahun ini mulai
kembali dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2016. Dan faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan Posbakum adalah terutama tesedianya sarana dan fasilitas, dukungan
kelembagaan, dan tingkat pemahaman masyarakat terhadap eksistensi Posbakum
di Pengadilan Agama Sungguminasa.23
Ketiga, Fauzan, menulis jurnal yang berjudul: Penerapan Pemberian
Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Miskin Melalui Posbakum Di Pengadilan
Agama Kota Bengkulu. Jurnal tersebut membahas tentang penyelenggaraan
pemberian bantuan hukum oleh Pos Bantuan Hukum (Posbakum) di Pengadilan
22 Mohammad Ilham Fuadi, Implementasi Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Tidak
Mampu (Justice For The Poor) Oleh Posbakum Di Pengadilan Agama Jakarta Barat, (Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2016), hlm v.
23 Ashmi Amran, Eksistensi Pos Bantuan Hukum (POSBAKUM) di Pengadilan Agama
Sungguminasa, (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2016), hlm xii.
-
13
Agama Kota Bengkulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan layanan
hukum melalui Posbakum di Pengadilan Agama Kota Bengkulu telah berjalan
dengan baik. Meskipun dalam penyelenggaraan layanan hukum masih terkendala
oleh faktor Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Posbakum, namun jika
dihat dari sisi proses administrasi dan dampak layanan bantuan hukum, maka
secara keseluruahan pelaksanaan layanan hukum melalui Posbakum di Pengadilan
Agama telah berjalan dengan baik sesuai capaian berdasarkan peraturan
perundangan.24
Kesimpulannya kesemua tinjauan pustaka yang digunakan penulis
semuanya membicarakan mengenai bantuan hukum secara cuma-cuma, yang
membedakan judul peneliti dengan penelitian yang ditinjau terletak pada judul,
tempat penelitian, rentang waktu penelitian, dan fokus penelitian yaitu secara
khusus membahas tentang implementasi Akta Bantuan Guaman 1971 tentang
bantuan hukum secara cuma-cuma di Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor,
berbeda dengan penelitian yang ditinjau yaitu membahas tentang bantuan hukum
secara cuma-cuma di pengadilan Agama di Indonesia yang dikelola oleh
Posbakum menurut PERMA 2014. Namun bahan-bahan yang digunakan adalah
sebagai rujukan bagi mengumpul semua data supaya analisis penulis terhadap
skripsi ini dapat dicapai. Adapun skripsi yang tidak dinyatakan di atas adalah
sebagai tambahan fakta judul skripsi.
.
24 Fauzan, Penerapan Pemberian Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Miskin Melalui
Posbakum Di Pengadilan Agama Kota Bengkulu, Mizani: Wacana Hukum, Ekonomi Dan
Keagamaan, Fakultas Syariah, IAIN Bengkulu, Vol. 4, No. 2, 2017, hlm 125.
-
15
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor.
Objek pelaksanaan adalah implementasi Akta Bantuan Guaman 1971 tentang
bantuan hukum secara cuma-cuma.
B. Jenis Penelitian
Adapun dalam penelitian skripsi ini peneliti menggunakan jenis penelitian
kualitatif, Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
secara rinci, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah,
dengan menggambarkan dan memberikan analisa dari suatu keadaan,25 Jenis
penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan
untuk memperoleh informasi mengenai implementasi Akta Bantuan Guaman 1971
tentang bantuan hukum secara cuma-cuma di Jabatan Kehakiman Syariah Negeri
Johor.
Metode deskriptif yaitu metode yang di arahkan untuk memecahkan
masalah faktual dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa adanya hasil
penelitian26
25 Laxy J, Moleong , Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosakarya,
2004), hlm 4.
26 Suharsimi Arikunto, Perosedur Penilaian Suatu Pendekatan Peraktik, (Jakarta, PT.
Rineka Bukti, 1996), hlm 144.
-
16
C. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian ini, metode pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis empiris,
yaitu suatu pendekatan yang meneliti data sekunder terlebih dahulu dan kemudian
dilanjutkan dengan mengadakan penelitian data primer di lapangan.27 Yaitu
pendekatan yang digunakan untuk melihat gejala-gejala sosial yang berkaitan
dengan hukum dalam praktek legislasi di Malaysia.
Data sekunder yang dimaksud di sini adalah landasan teoritis berupa
pendapat atau tulisan-tulisan para ahli atau pihak lain yang berwenang dan
informasi-informasi lain yang berupa ketentuan-ketentuan formal seperti
peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, dan lain-lain, sedangkan data
primer dalam penelitian ini adalah hasil dari penelitian lapangan seperti
wawancara.28
Pendekatan yuridis empiris mengkaji bagaimana ketentuan nomatif
diwujudkan senyatanya di masyarakat.29 Pendekatan tersebut mengutamakan
pelaksanaan Jabatan Bantuan Guaman yang mengacu kepada peraturan perundang
undangan yaitu Akta Bantuan Guaman 1971 di Jabatan Kehakiman Syariah
Negeri Johor dengan memusatkan atau konsentrasi pada prinsip-prinsip khusus
yang mendasari pada peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
berkaitan.
27 Noor Muhammad Aziz, Urgensi Penelitian dan Pengkajian Hukum Dalam
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Jurnal Rechtsvinding, Badan Pembinaan Hukum
Nasional, Kementerian Hukum dan HAM RI, Vol. 1, No. 1, 2012, hlm 19.
28 Septiawan Syaifin Nuha, Henny Juliani, Nabitatus Saadah, Implementasi Peraturan
Daerah Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Dan Aset Desa Dalam
Mewujudkan Pembangunan Desa Pada Desa Punjulharjo Kecamatan Rembang Kabupaten
Rembang, Diponegoro Law Journal, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, Vol. 6, No. 1,
2017, hlm 6. 29 Ronny Hanitijo Sumitro, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1994), hlm 3.
-
17
D. Data dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer yang peneliti gunakan meliputi wawancara dengan informan
kunci yaitu pegawai di Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor,
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh daripada analisa dari peraturan perundang-undangan
yang berlaku seperti Akta Bantuan Guaman 1971, Perintah Bantuan
Guaman (Pindaan Jadual Ketiga) 2011, Peraturan-peraturan Bantuan
Guaman 2017, Peraturan-peraturan Bantuan Guaman (Kriteria dan Ujian
Kemampuan) 2017, Peraturan-peraturan Bantuan Guaman (Fi dan
Sumbangan) 2017 dan Peraturan-Peraturan Bantuan Guaman
(Pengantaraan) 2006, dan rujukan ilmiah seperti buku, skripsi, laporan dan
jurnal yang berhubung dengan kajian ini.
E. Instrumen Pengumpulan Data
1. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan atau observasi merupakan metode dengan mengumpulkan
fakta dan data dari kenyataan yang menjadi perhatian. Penulis mengamati
secara langsung ke Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor untuk
mendapatkan maklumat yang berkaitan penelitian unuk memperoleh data
terkait implementasi Akta Bantuan Guaman 1971 tentang bantuan hukum
secara cuma-cuma.
2. Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data yang diambil secara lisan bagi
memperoleh sesuatu maklumat untuk mencapai sesuatu tujuan. Informasi
-
18
yang diberikan bisa berkembang dengan sendirinya. Teknis yang
digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan mewawancarakan
pihak yang terkait seperti, pegawai-pegawai yang bertugas di Jabatan
Kehakiman Syariah Negeri Johor untuk mendapatkan komentar dan
pandangan mengenai implementasi Akta Bantuan Guaman 1971 tentang
bantuan hukum secara cuma-cuma.
3. Dokumentasi
Dokumnetasi adalah pelengkap daripada teknis pengumpulan data
wawancara dan observasi. Dokumentasi yang diartikan adalah dengan
mengambil sumber data dari pegawai-pegawai yang bersangkutan, buku-
buku ilmiah, jurnal dan apa sahaja sumber informasi yang sahih yang
berkaitan. Dokumentasi juga berbentuk tulisan, statistik, gambar atau
karya seseorang.
F. Teknis Analisis Data
Setelah semua data yang diperoleh terkumpul sesuai mengikut
permasalahan kajian yang dibahas dan dipelajari, penulis akan menganalisis teknis
seperti berikut:
1. Reduksi Data
Teknis ini dilakukan dengan merangkum hal-hal yang pokok memfokuskan
pada hal-hal yang perlu dicari tema dan polanya. Dengan demikian data
yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas untuk
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan selanjutnya dan
mencari bila diperlukan.
-
19
2. Display Data
Teknis ini bisa disajikan dalam uraian hubungan antar kategori dan
sejenisnya. Yang paling digunakan untuk penyajian data kualitatif adalah
teks yang bersifat naratif. Display adalah format yang menyajikan
informasi secara tematik kepada pembaca. Pada teknis ini, peneliti
berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang
dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Pada tahapan ini teknis yang ketiga ini, kesimpulan awal adalah bersifat
sementara dan boleh berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
mendukung pada tahap pengumpulan data. Tetapi apabila kesimpulan pada
tahap awal didukung bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.
G. Sistematika Penulisan
Penyusunan skripsi ini terbagi kepada lima bab yang mana setiap bab
terdiri dari sub-sub bab. Penulis membuat susunan dan sistematika penulisan
sebagai berikut:
Bab pertama, pendahuluan, pada bab ini berisi tentang beberapa sub bab
seperti latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, kerangka teori, dan tinjauan pustaka.
Bab kedua, bab ini berisi tentang metode peneltian, menghuraikan tentang
metod yang digunakan. Adapun metode penelitian dijelaskan secara tegas untuk
memberikan kepastian mekanisme penelitian ini dilakukan bermula dengan lokasi
-
20
penelitian, jenis penelitian, pendekatan penelitian, data dan sumber data,
instrumen pengumpulan data, teknis analisis data, dan sistematika penulisan.
Bab ketiga, membahas tentang gambaran umum Jabatan Kehakiman Syariah
Negeri Johor yang memuatkan sejarah dan perkembangan, carta organisasi
Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor, misi, visi, piagam pelanggan dan fungsi
Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor.
Bab keempat, bab ini berisi pembahasan dan hasil peneltian tentang
implementasi Akta Bantuan Guaman 1971 dan problematika terhadap
implementasi Akta Bantuan Guaman 1971 di Jabatan Kehakiman Syariah Negeri
Johor.
Bab kelima, huraian penutup yang berkaitan tentang kesimpulan dan juga
rekomendasi kajian yang dijalankan. Kesimpulan ditarik dari pembuktian dan dari
huraian yang telah dituliskan yang berkait rapat dengan pokok permasalahan serta
dari data-data yang diperolehi agar dapat memberi gambaran keseluruhan kepada
pembaca berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
-
21
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah dan Perkembangan Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor
Mahkamah Syariah sememangnya mempunyai peranan yang penting
dalam menyelesaikan kes-kes dan masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat Islam, menjalankan dan seterusnya melaksanakan keadilan menurut
undang- undang syarak. Sejauh yang diketahui Mahkamah Syariah Negeri Johor
diasaskan sejak tahun 1873 sebelum undang-undang Kerajaan Negeri Johor
diperkanunkan pada tahun 1895, yang diperkenal oleh Maharaja Abu Bakar Johor.
Cuma ianya mempunyai enakmen khas. Sebelum tahun 1895 lagi, telah wujud
jawatan mufti dan kadi. Mengikut rekod separa rasmi yang terawal ditemui
menunjukkan jawatan mufti disandang oleh Y.B Dato’ Syed Halim Al-Attas dan
jawatan kadi disandang oleh Dato’ Hj. Abdul Rahman dalam tahun 1873.
Sehingga tahun 1895 agak sukar diterangkan tugas mufti dan kadi kerana tiadanya
jabatan agama ketika itu. Tetapi yang jelas, mufti adalah juga sebagai pengapit
hakim dalam perbicaraan di mahkamah-mahkamah sehingga tahun 1909.30
Berdasarkan Penguatkuasaan Undang-Undang Tubuh Kerajaan Johor-
Fasal 28, jemaah menteri telah diinstitusikan secara bertulis dan kekal berlaku
rombakan besar-besaran dalam struktur organisasinya. Antara jabatan baru yang
dicipta ialah Jabatan Agama dan Pelajaran dengan memperkenalkan jawatan Yang
Dipertuanya iaitu Yang Mulia Engku Mohd. Khalid. Pada 20 Ogos 1932 suatu
muktamar tahunan kadi-kadi Johor telah diadakan untuk membincangkan
mengenai mahkamah kadi, daftar nikah cerai dan rujuk, pungutan zakat,
30 http://www.kehakiman.gov.my/johor/ms/node/234, diakses pada tanggal 20 Desember 2019.
http://www.kehakiman.gov.my/johor/ms/node/234
-
22
pembahagian harta-harta zakat dan Baitulmal. Semua kadi dilantik oleh
Duli Yang Maha Mulia Sultan selaku Wali Al-Amar dalam negeri sebagaimana
diwajibkan perlantikannya menurut hukum syarak. Semua keputusan mahkamah
kadi adalah berdasarkan syariah muhammadiah dalam mazhab syafie.
Penubuhan mahkamah di Negeri Johor ini adalah mengikut enakmen
pentadbiran negeri Johor iaitu Enakmen bil 14 pada tahun 1978. Enakmen
diwujudkan bagi menyatukan dan meminda undang-undang yang berkaitan
dengan penubuhan, pentadbiran dan penyusunan semua perkara yang melibatkan
dengan Agama Islam dan mahkamah-mahkamah di negeri Johor. Mahkamah
Syariah di Johor telah ditubuhkan pada 1 Januari 1978 oleh Jabatan Agama Johor
dan lebih dikenali pada masa kini sebagai Mahkamah Kadi. Mahkamahnya
dibahagikan kepada dua jenis iaitu mahkamah kadi dan mahkamah rayuan. Pada
masa kini, hakim-hakim mahkamah syariah ini adalah terdiri daripada kadi-kadi
daripada daerah itu sendiri.31
Enakmen Pentadbiran Negeri Johor menyatakan bahawa bidang kuasa
bagi kes jenayah seperti kes-kes khalwat, minum arak, tidak berpuasa dalam bulan
ramadhan dan lain-lain dan bagi kes mal/sivil iaitu seperti kes cerai, tuntutan
anak, nafkah dan sebagainya adalah dengan menghukum bagi setiap kesalahan
denda sebanyak tidak kurang dari RM1000 atau hukuman penjara tidak melebihi 6
bulan atau kedua-duanya sekali. Mahkamah Syariah di Negeri Johor telah wujud
sejak tahun 1873 iaitu sebelum Undang-Undang Tubuh Kerajaan Negeri Johor
diperkanunkan secara bertulis pada tahun 1895 yang diperk enalkan oleh
Maharaja Abu Bakar Johor, tetapi tidak mempunyai Enakmen Khas ketika itu.
31 Ibid.
-
23
Sebelum tahun 1895 dikatakan bahawa telah wujud jawatan Mufti dan
Kadi. Rekod separa rasmi yang terawal ditemui menunjukkan jawatan Mufti
disandang oleh Dato’ Syed Salim Al-Attas dan jawatan Kadi yang disandang oleh
Dato’ Haji Abdul Rahman dalam tahun 1873. Kedua-dua orang penyandang
jawatan ini juga telah dilantik oleh Maharaja Johor sebagai Ahli Dewan Negeri
dan dengan perlaksanaan tradisi menganugerahkan Pingat Kebesaran Negeri,
kepada Penyandang jawatan Mufti dan Kadi Darjah Mahkota Kelas Pertama iaitu
Sri Paduka Mahkota Johor (SPMJ) yang membawa gelaran Dato’. Sehingga tahun
1895 agak sukar diterangkan tugas Mufti dan Kadi kerana tidak ada Jabatan
Agama ketika itu, yang jelas Mufti adalah juga sebagai Pengapit Hakim dalam
perbicaraan di Mahkamah-Mahkamah Negeri Johor iaitu suatu amalan hingga ke
tahun 1909 masihi.32
Mahkamah Kadi bermula di kampung-kampung iaitu selain di bandar-
bandar sebagaimana dinyatakan mengikut fasal 27 Peraturan Mahkamah Kadi
Syariah 1934 antara lain dijelaskan:
“Adalah kampung-kampung dalam bahagian daerah tersebut di bawah ini
dipersetujukan bagi kadi-kadi di tiap-tiap daerah mengadakan Mahkamah
Kadi masing-masing bagi menjalankan perbicaraan yang berkenaan
dengan Mahkamah Kadi. Kadi tiap-tiap daerah bolehlah berbuat ketentuan
pada mengadakan bicara di kampung-kampung yang tersebut di mana
tempat yang telah ditentukan maka lebih dahulu daripada ia menjalankan
bicara di dalam Mahkmah kampung itu hendaklah ia memberi tahu kepada
Kepala Polis yang di dalam daerahnya lebih dahulu tiga hari dengan
32 Ibid.
-
24
menyatakan haribulan dan jam serta beberapa kes yang hendak
dibicarakan disitu. Adapun tentang mengadakan bicara Mahkamah Kadi
yang ada di dalam bandar-bandar itu berjalanlah bagaimana biasa hanyalah
bila mengadakan Mahkamah di kampung-kampung sahaja dikehendaki
berbuat seperti di atas.”
Berdasarkan penguatkuasaan Undang-Undang Tubuh Kerajaan Johor
1895, fasal 28, Jemaah Menteri telah diinstitusikan secara bertulis dan telah
berlaku rombakan besar-besaran dalam struktur perjawatan Kerajaan Johor dan
diantara Jabatan baru yang dicipta ialah Jabatan Agama dan Pelajaran dengan
memperkenalkan penjawat Yang diPertuanya iaitu Yang Mulia Ungku
Mohammad Khalid. Pada 20 Ogos 1932 satu Muktamar Tahunan Kadi-Kadi Johor
telah diadakan untuk membincangkan mengenai Mahkamah Kadi, Daftar Nikah
Cerai, Pungutan Zakat, Pembahagian Harta-Harta Zakat dan Baitul Mal.33
Yang Dipertua Jabatan Agama Johor semasa menutup muktamar ini
menyifatkan ‘Inilah satu kumpulan orang yang dipertanggungjawabkan oleh Duli
Yang Maha Mulia Tuanku Sultan yang memelihara Agama Islam bagi orang
Johor”. Pada 1 Januari 1978 Jabatan Agama Johor telah menubuhkan Mahkamah
Syariah yang dikenali dengan nama Mahkamah Kadi mengikut peruntukan
seksyen 58 ceraian (1) dan (2) Enakmen Pentadbiran Agama Islam 1978 dengan
had bidangkuasa jenayah membicara mana-mana kesalahan yang dilakukan oleh
orang Islam dan yang berhubung dengan Enakmen ini yang boleh dihukum
dengan denda tidak melebihi satu ribu ringgit atau penjara selama tidak lebih
daripada enam bulan atau kedua-duanya sekali. Dalam bidangkuasa Malnya,
33 Ibid.
-
25
mendengar dan memutuskan semua pembicaraan dalam mana pihak beragama
Islam. Dalam perlantikan Kadi, semua kadi-kadi terdiri daripada mereka yang
dilantik oleh Duli Yang Maha Mulia Sultan selaku Wali Al-Amr dalam Negeri
sebagaimana yang diwajibkan perlantikannya itu dibuat menurut Hukum Syarak.
Undang-undang Islam adalah undang-undang yang terbaik dan sesuai
untuk kita semua kerana undang-undang itu diwahyukan oleh Allah S.W.T yang
disampaikan melalui Rasul pesuruhNya supaya dijadikan pedoman dan ajaran
kepada kita semua dan kita hendaklah mematuhinya.
Mahkamah Syariah mempunyai peranan yang penting dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh masyarakat Islam dari masa ke
semasa. Memandangkan keperluan itu maka suatu Jawtankuasa petugas khas
peringkat persekutuan telah dibentuk oleh kabinet dengan dipengerusikan oleh
Allahyarham Tan Sri Syed Nasir Ismail dan antara jawatankuasanya ialah
Profesor Tan Sri Ahmad Ibrahim (SH. Kuliah Undang-undang, Universiti Islam
Antarabangsa sekarang) dan beberapa anggota lain dimana jawatankuasa ini telah
membuat laporan dan cadangan-cadangan suaya mengasingkan pentadbiran
Mahkamah Syariah dari Jabatan Agama Islam negeri-negeri dan menyusun
semula sistem kehakimannya dengan member kuasa dan peningkatan taraf
Mahkamah dan hakim-hakimnya.34
Untuk mengembalikan Undang-Undang Syarak kepada kedudukan asalnya
sebagai undang-undang negeri dan sebagai langkah awal ke arah menaikkan taraf
Mahkamah Syariah dan mempertahankan kedudukan hakim-hakimnya sebagai
pelindung Undang-undang Syariah maka suatu pindaan kepada Perlembagaan
34 Ibid
-
26
Persekutuan (Pindaan) 1988 (Akta A 704) Perkara 121 (1A) telah diluluskan oleh
Parlimen dan seterusnya berkuatkuasa memperuntukan:
1. Enakmen Mahkamah Syariah 1993
EMS93 adalah suatu Enakmen bagi menyatu dan meminda undang-undang
berkaitan dengan Penubuhan, Penyusunan dan Pentadbiran Mahkamah
Syariah telah diluluskan oleh Majlis Mesyuarat Kerajaan Negeri Johor pada
22 Disember 1993 dan telah diperkenankan oleh Duli Yang Maha Mulia
Baginda Sultan Johor pada 27 Disember 1993. Sebagai langkah awal kearah
melaksanakan tujuan pengasingan itu suatu pindaan Perlembagaan
Persekutuan pada perkara 121 (1A) telah diluluskan dalam tahun 1984 dan
seterusnya berkuatkuasa yang memperuntukkan:35
“Bahawa Mahkamah Tinggi Sivil dan Mahkamah-Mahkamah dibawahnya
tidaklah ada bidangkuasa di dalam mana-mana perkara yang termasuk di
dalam bidangkuasa Mahkamah Syariah.”
2. Perlaksanaan Pengasingan Mahkamah Syariah Dari Jabatan Agama
Seksyen 5 Enakmen Mahkamah Syariah 1993 memperuntukan Penubuhan
Mahkamah Syariah oleh Duli Yang Maha Mulia Sultan atas nasihat Menteri Besar
selepas berunding dengan Majlis dan seksyen 31 Enakmen yang sama
memperuntukan, Mahkamah-Mahkamah Kadi hendaklah dikenali sebagai
Mahkamah Rendah Syariah dan hendaklah disifatkan sebagai Mahkamah Rendah
Syariah yang ditubuhkan di bawah seksyen 5 Enakmen ini. Dengan itu Mahkamah
Syariah telah diasingkan dari Jabatan Agama Islam dengan rasminya pada 1
Januari 1996.36
35 Ibid. 36 Ibid.
-
27
Dengan berlakunya pindaan ini membolehkan pengasingan
pentadbirannya dari Jabatan Agama dilakukan di peringkat Negeri. Mahkamah-
mahkamah yang dipersetujui ialah:
a) 1 buah Mahkamah Rayuan Syariah Johor.
b) 2 buah Mahkamah Tinggi Syariah Johor.
i. Mahkamah Tinggi Syariah Johor Bahru.
ii. Mahkamah Tinggi Syariah Muar.
c) 6 buah Mahkamah Rendah Syariah.
i. Mahkamah Rendah Syariah Johor Bahru.
ii. Mahkamah Rendah Syariah Muar.
iii. Mahkamah Rendah Syariah Segamat/Kluang.
iv. Mahkamah Rendah Syariah Batu Pahat.
v. Mahkamah Rendah Syariah Pontian.
vi. Mahkamah Rendah Syariah Mersing/Kota Tinggi.
Adapun jawatan-jawatan yang dipersetujukan maka tarikh
berkuatkuasanya ialah mulai 15 Julai 1994 iaitu sepertimana tarikh berkuatkuasa
Enakmen Mahkamah Syariah 1993.37
37 Ibid.
-
28
B. Lambang Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor
(Lambang Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor)38
C. Misi, Visi, Piagam Pelanggan Dan Fungsi Jabatan Kehakiman Syariah
Negeri Johor
1. Misi
Melaksanakan perbicaran, pengurusan mahkamah dan perkhidmatan sokongan
secara profesional, berkesan.dan sistematik berasaskan undang-undang dan
Hukum Syarak.
2. Visi
Menjadi institusi kehakiman syariah yang berwibawa
3. Piagam Pelanggan
38 Ibid.
-
29
a. Menetapkan tarikh sebutan/bicara kepada pelanggan pada hari pendaftaran
kes apabila segala dokumen didapati lengkap.
b. Menyebut/membicarakan sesuatu kes mal dan jenayah dalam masa 21 hari
selepas di daftarkan.
c. Menyebut/membicarakan dalam setahun sekurang-kurangnya 70%
daripada kes mal dan jenayah yang telah didaftarkan.Menyiasat ke atas setiap
aduan pelanggan yang diterima dalam tempoh 14 hari dari tarikh aduan itu
diterima
d. Mendengar rayuan kali pertama dalam masa 30 hari selepas rekod rayuan
diterima daripada mahkamah yang keputusannya di rayu.39
4. Fungsi Jabatan
a. Menguatkuasa dan melaksanakan undang-undang islam.
b. Mengendali dan menguruskan sistem kehakiman islam secara adil,
tersusun, cekap dan berkesan.
c. Membangun dan menyelaras keseragaman pentadbiran disemua
peringkat;
d. Memperkenal dan memperluaskan pengetahuan kakitangan dan orang
ramai dalam memahami undang-undang dan prosedur.
e. Menguruskan perbicaraan kes-kes syariah.
f. Menguatkuasakan perintah-perintah mahkamah.40
39 Ibid . 40 Ibid.
-
30
D. Carta Organisasi Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor
TABEL 1
CARTA ORGANISASI JABATAN KEHAKIMAN SYARIAH NEGERI
JOHOR41
41 http://www.kehakiman.gov.my/johor/ms/node/234, diakses pada tanggal 20 Desember
2019.
Ketua Jabatan/Hakim Syarie
H. Muhammad Khaldun Bin Mohamad Sharif
Bahagian Pentadbiran
Sumber Manusia
Pengurusan Data
Kewangan
Bahagian Teknologi Maklumat & Pusat
Sumber
Seksyen Rekod
Bahagian Sokongan Keluarga
Bahagian Kehakiman
Mahkamah Tinggi Syariah
Mahkamah Rendah Syariah Daerah-Daerah
Panel Hakim Mahkamah Rayuan
SyariahKetua
Pendaftar
Pegawai Penyelidik
http://www.kehakiman.gov.my/johor/ms/node/234
-
31
E. Lokasi Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor
Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor terletak di provinsi Johor,
tepatnya di Kota Johor Bahru yang beralamat di Jabatan Kehakiman Syariah
Negeri Johor, Lot 259, Jalan Abu Bakar, 80000 Johor Bahru, Johor. Bangunan
Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor ini terletak di samping Hospital
Sultanah Aminah dan Pusat Islam Iskandar Johor. Juga berdekatan dengan Masjid
Negeri Abu Bakar, Pejabat Kadi Daerah Johor Bahru, Sekolah Menengah Tinggi
Arab Johor,Kolej Pengajian Islam Johor dan Zoo Johor.
(Lokasi Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor)42
42 https://www.google.com/maps/place/Johor+Syariah+Judicial+Department/, diakses
pada tanggal 10 Februari 2020.
https://www.google.com/maps/place/Johor+Syariah+Judicial+Department/
-
32
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Implementasi Akta Bantuan Guaman 1971 di Jabatan Kehakiman
Syariah Negeri Johor
Bantuan hukum telah dilaksanakan oleh masyarakat Barat sejak zaman
Romawi dimana pada waktu itu bantuan hukum didasarkan pada nilai-nilai moral
dan lebih dianggap sebagai suatu pekerjaan yang mulia, khususnya untuk
menolong orang-orang tanpa mengharapkan dan/atau menerima imbalan atau
honorarium. Setelah meletusnya Revolusi Perancis, bantuan hukum kemudian
mulai menjadi bagian dari kegiatan hukum atau kegiatan yuridis dengan mulai
lebih menekankan pada hak yang sama bagi warga masyarakat untuk
mempertahankan kepentingan-kepentingannya di muka pengadilan dan hingga
awal abad ke-20, bantuan hukum ini lebih banyak dianggap sebagai pekerjaan
memberi jasa di bidang hukum tanpa suatu imbalan.43
Di Malaysia, bantuan hukum sebagai suatu legal institution (lembaga
hukum) semula tidak dikenal dalam sistem hukum tradisional. Bantuan hukum
baru dikenal di Malaysia sejak tertubuhnya Biro Bantuan Guaman pada tahun
1970. Jabatan Bantuan Guaman (dahulu dikenali sebagai Biro Bantuan Guaman)
ialah suatu lembaga negara di bawah Bahagian Hal Ehwal Undang-undang,
Jabatan Perdana Menteri. Jabatan Bantuan Guaman ini berwenang memberikan
khidmat bantuan guaman kepada mereka yang layak berpandukan Akta Bantuan
Guaman 1971. Melalui perkhidmatan ini, rakyat yang kurang berkemampuan
berpeluang mendapat perkhidmatan guaman pada kadar yang lebih rendah
43 Bambang Sunggono, Aries Harianto, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia,
(Bandung: CV. Mandar Maju, 2009), hlm 11.
-
33
daripada pemerintah sebagai alternatif kepada perkhidmatan yang ditawarkan oleh
pengacara swasta.
Penubuhan Biro Bantuan Guaman telah difikirkan sejak tahun 1954, tetapi
langkah positif yang pertama telah diambil pada tahun 1960 apabila sepucuk surat
ditulis oleh seorang “orthopedic almoner” dari Hospital Kuala Lumpur. Beliau
telah memohon agar bantuan guaman percuma diberi kepada pesakit-pesakit yang
mengalami ketidakupayaan residuari yang teruk dengan pampasan dapat diberikan
sekiranya mereka diberi perwakilan undang-undang. Pada bulan Oktober 1969,
perkara ini telah dirujuk kepada Peguam Negara dan beliau menyokong saranan
ini. Perkara ini kemudiannya telah dirujuk kepada Kementerian Keadilan yang
seterusnya meminta nasihat daripada Majlis Peguam. Majlis Peguam juga turut
menyatakan persetujuan mereka terhadap penubuhan skim ini.44
Suatu jawatankuasa telah dilantik bagi mengkaji perkara ini. Pada
September 1970, suatu projek percubaan bagi perkhidmatan bantuan guaman dan
khidmat nasihat telah diperkenalkan. Peruntukan sebanyak RM 100,000.00 telah
diluluskan bagi tujuan tersebut. Pada awal penubuhannya, perkhidmatan Biro
Bantuan Guaman adalah terhad kepada prosiding-prosiding tertentu sahaja bagi
memastikan dana yang telah diperuntukkan dapat digunakan sewajarnya.
Keutamaan diberikan kepada kes-kes kekeluargaan yang lebih memerlukan
bantuan segera seperti tuntutan nafkah, penguatkuasaan perintah nafkah, masalah
kekeluargaan dan perkahwinan, perceraian dan penjagaan anak.45
44 Nuraisyah Chua Abdullah, Questions & Answers on Malaysian Courts, Statues, Cases
& Contract, Tort and Criminal Law, Edisi Revisi Ketiga, (Kuala Lumpur: International Law Book
Services, 2018), hlm 337.
45 Ibid.
-
34
Ketika Biro Bantuan Guaman ditubuhkan pada tahun 1970, ia telah
diletakkan di bawah Jabatan Peguam Negara. Pada tahun 1985, Biro Bantuan
Guaman kemudiannya diletakkan pula di bawah Kementerian Undang-Undang
dengan tertubuhnya Kementerian pada tahun tersebut. Bermula pada tahun 1995
sehingga kini, Biro Bantuan Guaman telah diletakkan di bawah Bahagian Hal
Ehwal Undang-Undang, Jabatan Perdana Menteri setelah ia diwujudkan bagi
menggantikan Kementerian Undang-Undang.46
Kini, dengan 22 cawangan di seluruh negara dan diterajui oleh seorang
Ketua Pengarah Gred Jusa B, 2 orang Timbalan Ketua Pengarah Gred Jusa C dan
54, 39 orang Pegawai Undang-Undang, 28 orang Pegawai Syariah dan 382 orang
kakitangan sokongan dan selaras dengan langkah-langkah pembaharuan yang
dijangka akan dilaksanakan dalam tempoh terdekat, maka cadangan penukaran
nama Biro Bantuan Guaman kepada Jabatan Bantuan Guaman telah diluluskan
oleh YBhg. Tan Sri Ketua Setiausaha Negara dalam Mesyuarat Jawatankuasa
Khas Bagi Mengkaji Jawatan-Jawatan Tertinggi (JKTT) yang telah diadakan pada
21 Januari 2010. Penukaran nama tersebut telah mula berkuat kuasa pada 16
Januari 2010.47
Jabatan Bantuan Guaman Negeri Johor ditubuhkan pada tahun 1974
dengan nama Biro Bantuan Guaman Cawangan Johor yang beralamat di No.
74/75, Jalan Skudai, Johor Bahru, Johor.48 Pada ketika ini, kantor Jabatan Bantuan
Guaman Negeri Johor beralamat di Jabatan Bantuan Guaman Negeri Johor, Lot
L4-01, Tingkat 4, Menara Landmark, No.12, Jalan Ngee Heng, 80000 Johor
46 Jabatan Bantuan Guaman, Buku 40 Tahun JBG, (Kuala Lumpur: Percetakan Nasional
Malaysia Berhad, 2011), hlm 25. 47 Ibid., hlm 25.
48 Ibid., hlm 50.
-
35
Bahru, Johor. Jabatan Bantuan Guaman Negeri Johor secara umumnya
memberikan jasa layanan sama seperti Jabatan Bantuan Guaman yang berada di
mana-mana provinsi di Malaysia. Jabatan Guaman Negeri Johor memberikan jasa
layanan di semua pengadilan yaitu pengadilan sipil dan pengadilan agama.
Sebagai dasar hukum pedoman dalam penyelenggaraan bantuan hukum
yang diselenggarakan oleh Jabatan Bantuan Guaman Negeri Johor di Jabatan
Kehakiman Syariah Negeri Johor adalah sebagai berikut:
i. Akta Bantuan Guaman 1971
ii. Perintah Bantuan Guaman (Pindaan Jadual Ketiga) 2011
iii. Peraturan-Peraturan Bantuan Guaman 2017
iv. Peraturan-Peraturan Bantuan Guaman (Kriteria Dan Ujian Kemampuan)
2017
v. Peraturan-Peraturan Bantuan Guaman (Fi Dan Sumbangan) 2017
vi. Peraturan-Peraturan Bantuan Guaman (Pengantaraan) 2006
Bantuan hukum bagi masyarakat tidak mampu sudah jelas dinyatakan ada
untuk membantu masyarakat pencari keadilan, sama ada di pengadilan umum
ataupun pengadilan agama sebagaimana yang tertera dalam Akta Bantuan
Guaman 1971 Pasal 12 Ayat (1) yang menjelaskan tentang “Syarat am mengenai
bantuan guaman dalam tindakan sivil,”: Prosiding sivil yang boleh diberi bantuan
guaman ialah apa-apa perihal prosiding yang dinyatakan dalam Jadual Ketiga.49
Manakala Jadual Ketiga dalam Pasal 12 (1) itu menjelaskan pada Nomor 4
bahwa; Prosiding berhubung dengan nafkah, jagaan, perceraian dan
49 Pasal 12 Akta Bantuan Guaman 1971.
-
36
hartasepencarian dalam mahkamah yang mentadbirkan hukum Syarak di mana
mana-mana orang atau peguam bela dan peguam cara dibenarkan hadir.50
Seterusnya, suatu peraturan telah dikeluarkan pada tahun 2011 oleh
Menteri di Jabatan Perdana Menteri (Undang-Undang), Mohamed Nazri Bin
Abdul Aziz melalui Perintah Bantuan Guaman (Pindaan Jadual Ketiga) 2011 yang
menjelaskan kewenangan Jabatan Bantuan Guaman sebagai lembaga bantuan
hukum milik negara yang menjalankan kewajibannya dalam memberikan bantuan
hukum untuk masyarakat pencari keadilan. Bagi menjalankan amanat negara ini
dalam peradilan agama, dinyatakan menurut Pasal Prosiding Dalam Mahkamah
Syariah Ayat (1) dan (2):51
1. Prosiding yang berhubungan dengan pertunangan (ganti rugi), nafkah,
jagaan, perceraian, hutang perkahwinan, mutaah dan harta sepencarian.
2. Prosiding yang berhubungan dengan alang semasa hidup (hibah) dan
wasiat.
Bantuan hukum ada di setiap pengadilan untuk membantu masyarakat para
pencari keadilan. Bekerjasama dengan sebuah lembaga bantuan hukum milik
negara yang dikenal sebagai Jabatan Bantuan Guaman (JBG). Bantuan hukum di
Pengadilan Agama diperuntukan untuk masyarakat tidak mampu, yang dimaksud
bantuan hukum bagi masyarakat tidak mampu di Jabatan Kehakiman Syariah
Negeri Johor dikategorikan yaitu tidak mampu secara ekonomi dan tidak mampu
membayar jasa advokat swasta yang terlalu mahal biayanya.
Adapun kriteria orang yang tidak mampu bisa dilihat dari kemampuan
perekonomiannya boleh dibagikan kepada dua kategori secara umumnya sesuai
50 Jadual Ketiga Akta Bantuan Guaman 1971. 51 Pasal Prosiding Dalam Mahkamah Syariah Perintah Bantuan Guaman (Pindaan Jadual Ketiga) 2011.
-
37
dalam Peraturan-Peraturan Bantuan Guaman (Kriteria Dan Ujian Kemampuan)
2017:52
i. Kategori I
Sumber kewangan tahunan yang berjumlah RM30,000 dan ke bawah;
ii. Kategori II
Sumber kewangan tahunan melebihi RM30,000 tetapi tidak melebihi
RM50,000
Menurut Masrita Binti Masbah, masyarakat yang mendapatkan bantuan
hukum secara cuma-cuma tanpa harus membayar adalah mereka yang tergolong
dalam kategori I yang mana penghasilan tahunannya tidak melebihi RM30,000
yaitu penghasilan bulanannya tidak melebihi RM2,500. Secara umumnya di
Malaysia, mereka yang penghasilannya di bawah RM2,500 per bulan
dikategorikan sebagai tidak mampu. Ini karena biaya perkara di pengadilan agama
yang dikenakan oleh advokat swasta terlalu mahal. Misalnya untuk kasus fasakh
saja, pihak terkait harus membayar RM3,000-4,000 minimal sekiranya
menggunakan jasa advokat swasta53
Menurut Masrita Binti Masbah lagi, layanan jasa yang tersedia oleh
Jabatan Bantuan Guaman Negeri Johor untuk para pencari keadilan di Jabatan
Kehakiman Syariah Negeri Johor di antaranya menyediakan litigasi, mediasi, dan
advis hukum yang benar-benar gratis dan cuma-cuma tanpa dipungut biaya
apapun bagi siapa saja yang membutuhkan jika memenuhi keperluan yang
52 Pasal 4 Ayat 4 Peraturan-Peraturan Bantuan Guaman (Kriteria Dan Ujian Kemampuan) 2017.
53 Wawancara dengan Masrita Binti Masbah, Penolong Pendaftar, Mahkamah Rendah
Syariah Johor Bahru, Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor pada tanggal 21 November 2019.
-
38
diperlukan menurut peraturan perundang-undangan. Berikut merupakan
permasalahan yang diperbolehkan untuk memohon bantuan hukum yaitu:54
i. Perceraian
ii. Hadhanah
iii. Nafkah
iv. Harta bersama
v. Mutaah
vi. Hibah
vii. Wasiat
viii. Hutang perkawinan
ix. Gantirugi pertunangan
Berikutnya Masrita Binti Masbah mengatakan, bagi orang yang
menginginkan bantuan litigasi maka tentunya harus mengikuti tata cara yang telah
ditentukan oleh Jabatan Bantuan Guaman Negeri Johor. Tata cara yang harus
diikuti oleh para pencari keadilan untuk memperoleh jasa Jabatan Bantuan
Guaman bagi penerima layanan menurut Peraturan-Peraturan Bantuan Guaman
2017 seperti berikut:55
i. Pemohon haruslah mendaftar di kantor Jabatan Bantuan Guaman Negeri
Johor yang beralamat di Jabatan Bantuan Guaman Negeri Johor, Lot L4-
01, Tingkat 4, Menara Landmark, No.12, Jalan Ngee Heng, 80000 Johor
Bahru, Johor.
ii. Pemohon diarahkan untuk mengisi formulir Borang Ujian Kemampuan
dan Borang Akaun Berkanun seperti yang terkandung dalam Peraturan-
54Ibid.
55 Ibid.
-
39
Peraturan Bantuan Guaman 2017.
iii. Pemohon akan menjalani Ujian Kemampuan yang akan diuji oleh pegawai
Jabatan Bantuan Guaman Negeri Johor.
iv. Temuduga akan dijalankan untuk mengenal pasti, isu, remedi, dan
keperluan pemohon
v. Sekiranya permohonan yang diajukan oleh pemohon diluluskan oleh pihak
Jabatan Bantuan Guaman Negeri Johor, terma bantuan hukum akan
ditawarkan kepada pemohon.
vi. Sekiranya pemohon bersetuju untuk meneriman terma bantuan hukum
tersebut, dia haruslah membayar uang pendaftaran sebesar RM 10 dan
sumbangan bagi yang penghasilan melebihi RM 30,0000.
vii. Bantuan hukum diberikan kepada pemohon
viii. Berkas perkara dibuka dan didaftarkan untuk di bawa ke Jabatan
Kehakiman Syariah Negeri Johor
ix. Berkas perkara dibawa ke Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Johor untuk
diproses
Masrita Binti Masbah mengatakan lagi, Jabatan Bantuan Guaman Negeri
Johor, tidak sedikit telah melayani pengguna jasa. Dalam Jabatan Bantuan
Guaman melayani jasa, para penerima jasa bantuan hukum harus mengadakan
terlebih dahulu berkas-berkas yang diperlukan sebagaimana persyaratan yang
harus dibawa oleh penerima layanan hukum sesuai Peraturan-Peraturan Bantuan
Guaman 2017, adalah sebagai berikut:56
i. Kartu Tanda Penduduk
56 Ibid.
-
40
ii. Akta nikah/cerai asli
iii. Surat perintah perceraian
iv. Akta kelahiran anak
v. Maklumat pekerjaan
vi. Nama majikan
vii. Keterangan daripada majikan
viii. Penyata gaji
ix. Laporan kesehatan
x. Laporan polisi
xi. Keterangan saksi
xii. Keterangan tempat tinggal
xiii. Apa-apa dokumen yang berkaitan
Adapun untuk mendapatkan bantuan litigasi ini, pemohon haruslah
mengikuti Ujian Kemampuan yang akan dilakukan oleh pihak Jabatan Bantuan
Guaman Negeri Johor bagi menentukan pemohon itu berada di dalam kategori
yang mendapat bantuan hukum secara cuma-cuma ataupun dengan biaya
berdasarkan Peraturan-Peraturan Bantuan Guaman (Kriteria Dan Ujian
Kemampuan) 2017 Pasal 4 Ayat (1) sampai (6) yaitu:57
(1) Sebelum penentuan bagi kelayakan seseorang itu untuk mendapatkan
khidmat bantuan guaman dalam tindakan sivil dibuat, suatu ujian
kemampuan hendaklah dijalankan ke atas orang itu yang orang itu dikehendaki
untuk—
57 Pasal 4 Peraturan-Peraturan Bantuan Guaman (Kriteria Dan Ujian Kemampuan) 2017.
-
41
(a) menyatakan maklumat yang lengkap berkenaan dengan sumber
kewangan dan tanggungan orang itu dalam borang ujian kemampuan yang
ditentukan oleh Ketua Pengarah Bantuan Guaman; dan
(b) menyediakan dokumen sokongan bagi sumber kewangan dan
tanggungan sebagaimana yang dinyatakan dalam borang ujian
kemampuan.
(2) Setelah melengkapkan borang ujian kemampuan, borang itu
hendaklah dikemukakan kepada Ketua Pengarah Bantuan Guaman
bersama dengan semua dokumen yang berkaitan yang berhubungan
dengan sumber kewangan dan tanggungan orang itu.
(3) Setelah menerima borang ujian kemampuan itu, Ketua Pengarah
Bantuan Guaman hendaklah menentukan kemampuan orang itu dengan
mengambil kira tanggungan orang itu sebagaimana yang dinyatakan dalam
Jadual dengan merujuk kepada dokumen sokongan yang dikemukakan
oleh orang itu.
(4) Penilaian ujian kemampuan bagi orang itu ditentukan mengikut
kategori yang berikut:
(a) sumber kewangan tahunan yang berjumlah RM30,000 dan ke bawah;
(b) sumber kewangan tahunan yang berjumlah RM30,001 hingga
RM35,000;
(c) sumber kewangan tahunan yang berjumlah RM35,001 hingga
RM40,000;
(d) sumber kewangan tahunan yang berjumlah RM40,001 hingga
RM45,000;
-
42
(e) sumber kewangan tahunan yang berjumlah RM45,001 hingga
RM50,000; dan
(f) sumber kewangan tahunan yang berjumlah RM50,001 dan ke atas.
(5) Kecuali bagi orang itu di bawah kategori yang dinyatakan dalam
perenggan 4(a), setiap orang di bawah kategori yang dinyatakan dalam
subperaturan (4) akan dikenakan suatu amaun sumbangan sebagaimana
yang ditetapkan dalam Jadual Kedua kepada Peraturan-Peraturan
Bantuan Guaman (Fi dan Sumbangan) 2017 [P.U. (A) 371/2017].
(6) Walau apa pun peraturan ini, dalam menjalankan ujian
kemampuan, Ketua Pengarah Bantuan Guaman boleh, jika difikirkannya
patut, mengarahkan orang itu untuk mengemukakan apa-apa maklumat
dan dokumen tambahan bagi menyokong ujian kemampuan itu.
Berdasarkan Pasal 4 Ayat (3): Setelah menerima borang ujian kemampuan
itu, Ketua Pengarah Bantuan Guaman hendaklah menentukan kemampuan orang
itu dengan mengambil kira tanggungan orang itu sebagaimana yang dinyatakan
dalam Jadual dengan merujuk kepada dokumen sokongan yang dikemukakan oleh
orang itu.58
Ini berarti Jabatan Bantuan Guaman Negeri Johor haruslah menentukan
tingkat kemampuan orang yang membuat permohonan dengan melakukan Ujian
Kemampuan serta mengambil kira tanggungan orang itu berdasarkan tabel
berikut:
58 Pasal 4 Ayat 3 Peraturan-Peraturan Bantuan Guaman (Kriteria Dan Ujian Kemampuan) 2017.
-
43
TABEL 259
TANGGUNGAN
No. Tanggungan
1 Sumbangan untuk Kumpulan Wang Simpanan Pekerja (KWSP)
2 Sumbangan Pertubuhan Keselamatan Sosial (PERKESO)
3 Cukai pendapatan
4 Pinjaman perumahan pertama
5 Tanggungan isi rumah
Berdasarkan tabel di atas, ini menujukkan bahwa Ujian Kemampuan tidak
hanya mengambil kira berdasarkan penghasilan tahunan sahaja. Ini karena pihak
Jabatan Bantuan Guaman akan mengambil kira tanggunggan yang harus dibayar
oleh pemohon tiap bulan yaitu sumbangan untuk Kumpulan Wang Simpanan
Pekerja (KWSP), sumbangan Pertubuhan Keselamatan Sosial (PERKESO), cukai
pendapatan, pinjaman perumahan pertama, dan tanggungan isi rumah. Merujuk
kepada kalkulator Ujian Kemampuan, Ujian Kemampuan akan mengambil kira
gaji pokok, tunjangan, dan penghasilan lain tanpa mengambil kira tanggungan
pemohon.60
Setelah menjalani Ujian Kemampuan dengan mengambil kira kemampuan
dan tanggungan pemohon, Jabatan Bantuan Guaman Negeri Johor akan
menentukan sama ada pemohon itu mendapatkan bantuan tersebut secara cuma-
cuma ataupun dengan biaya yang lebih murah dari advokat swasta. Berikut
59 Peraturan-Peraturan Bantuan Guaman (Kriteria Dan Ujian Kemampuan) 2017. 60 http://apps2.jbg.gov.my/apps/means_test/, diakses pada tanggal 2 Januari 2020.
http://apps2.jbg.gov.my/apps/means_test/
-
44
merupakan tabel kategori pemohon mengikut penghasilan tahunan berdasarkan
Jadual Kedua Peraturan-Peraturan Bantuan Guaman (Fi Dan Sumbangan) 2017;
TABEL 361
KATEGORI PEMOHON MENGIKUT PENGHASILAN TAHUNAN
(1)
No
(2)
Sumber kewangan
(setahun)
(RM)
(3)
Sumbangan di
bawah
subseksyen 16(2)
Akta
(RM)
(4)
Sumbangan di
bawah
subseksyen
16A(2) Akta
(RM)
(5)
Sumbangan di
bawah
subseksyen
29H(3) Akta
(RM)
1 0 – 30,000 - - -
2 30,001 -35,000 500 – 2,000 500 – 2,000 500 – 2,000
3 35,001 – 40,000 2,001 – 3,000 2,001 – 3,000 2,001 – 3,000
4 40,001 – 50,000 3,001 – 5,000 3,001 – 5,000 3,001 – 5,000
5 50,001 dan ke atas - 5,001 – 50,000 5,001 – 50,000
Berdasarkan tabel di atas, ini menunjukkan bahwa masyarakat boleh saja
mendapatkan jasa Jabatan Bantuan Guaman Negeri Johor walaupun
penghasilannya melebihi RM 30,000 setahun, tetapi haruslah membayar biaya
yang ditetapkan oleh Jabatan Bantuan Guaman Pusat mengikut kategori masing-
masing. Ini berarti pemohon haruslah penghasilan tahunannya tidak melebihi
RM30,000 untuk mendapatkan jasa bantuan hukum secara Cuma-Cuma dan tanpa
61 Jadual Kedua Peraturan-Peraturan Bantuan Guaman (Fi Dan Sumbangan) 2017.
-
45
apa-apa bayaran sekalipun. Berbeda pula dengan pemohon yang penghasilan
tahunannya yang melebihi RM30,001 sehingga RM50,000 yang perlu membayar
pada kadar yang lebih murah berbanding advokat swasta yaitu RM2,000 sehingga
RM5,000.
Jabatan Bantuan Guaman Negeri Johor bukan sahaja melayani jasa
bantuan hukum di dalam pengadilan, bahkan juga di luar pengadilan. Jabatan
Bantuan Guaman Negeri Johor juga memberikan jasa advis hukum kepada
masyarakat pencari keadilan berdasarkan kepada Akta Bantuan Guaman 1971
Pasal 29 Ayat (1) yang menjelaskan tentang “Hak untuk mendapat nasihat dan
jenis guaman,” yaitu; Tertakluk kepada Bahagian ini, nasihat guaman mengenai
apa-apa perkara yang dinyatakan dalam Jadual Kedua, Ketiga dan Keempat
hendaklah diadakan bagi orang yang bermastautin dan berada di Malaysia.62
Manakala Jadual Keempat dalam Pasal 29 itu menjelaskan bahwa “Perihal
perkara yang boleh diberi nasihat guaman,” yaitu; “Nasihat guaman atas segala
perkara.63 Ini berarti advis hukum boleh diberikan di dalam semua hal yang terkait
dengan soal hukum termasuklah masalah yang terkait di peradilan agama. Advis
hukum yang diberikan oleh Jabatan Bantuan Guaman Negeri Johor merupakan
advis yang diberikan secara lisan di dalam semua soal yang terkait hukum di
peradilan agama.
Masyarakat pencari keadilan boleh mendapatkan jasa advis hukum ini
secara langsung di kantor Jabatan Bantuan Guaman Negeri Johor dengan
membayar fi pendaftaran sebesar RM 10 yang akan dikenakan untuk jasa ini.64
62 Pasal 29 Ayat (1) Akta Bantuan Guaman 1971. 63 Jadual Keempat Akta Bantuan Guaman 1971.
64 Jadual Pertama Peraturan-Peraturan Bantuan Guaman (Fi Dan Sumbangan) 2017.
-
46
Manakala Jabatan Bantuan Guaman Negeri Johor juga turut memberikan
jasa mediasi buat masyarakat pencari keadilan berdasarkan Akta Bantuan Guaman
1971 Pasal 29.A Ayat (1) yang menjelaskan tentang “Penyediaan khidmat
pengantaraan,” yaitu: Menteri boleh memberi kuasa kepada Ketua Pengarah
Bantuan Guaman untuk menyediakan pengantaraan kepada orang yang dibantu.65
Seterusnya bagi menjelaskan kewenangan Jabatan Bantuan Guaman
Negeri Johor dalam memberikan jasa mediasi di peradilan agama berdasarkan
Akta Bantuan Guaman 1971 Pasal 29.B Ayat (1) yang menjelaskan tentang
“Pertikaian,”: Mana-mana orang yang menjadi pihak kepada sesuatu pertikaian
yang merupakan perkara atau boleh menjadi perkara atau yang berkaitan dengan
mana-mana prosiding yang perihalnya dinyatakan dalam Jadual Ketiga boleh
merujukkan pertikaian itu kepada pengantara.66
Manakala Jadual Ketiga dalam Pasal 29.B Ayat (1) itu menjelaskan pada
Nomor 4 bahwa: Prosiding berhubung dengan nafkah, jagaan, perceraian dan
hartasepencarian dalam mahkamah yang mentadbirkan hukum Syarak di mana
mana-mana orang atau peguam bela dan peguam cara dibenarkan hadir.67
Ini berarti mediasi boleh diberikan di dalam semua masalah yang terkait di
peradilan agama. Masyarakat pencari keadilan oleh memohon jasa mediasi ini di
kantor Jabatan Bantuan Guaman Negeri Johor dengan mengisi Borang Permintaan
Untuk Pengantaraan seperti yang terkandung dalam.68
Jasa Jabatan Bantuan Guaman Negeri Johor di Jabatan Kehakiman Syariah
Negeri Johor banyak dalam membantu baik bagi masyarakat maupun petugas