ilmu pendidikan islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · pada buku ini...

179
Muhammad Muntahibun Nafis, M. Ag ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Upload: others

Post on 27-Nov-2020

45 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Muhammad Muntahibun Nafis, M. Ag

I L M U PENDIDIKAN

ISLAM

Page 2: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

© 2011, Muhammad Muntahibun Nafis Ilmu Pendidikan Islam/

Muhammad Muntahibun Nafis; Editor, Abd. Aziz. — Cet.I. Bibliografi,

hlm viii + 174

ISBN: 978-406-978-311-3

ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Penulis: Muhammad Muntahibun Nafis

Editor: Abd. Aziz

Tata Letak & Desain Sampul: Kukuh PMLG Cetakan I, 2011

All right reserved

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian

atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit

Diterbitkan oleh:

Penerbit Teras

Perum POLRI Gowok Blok D 3 No. 200 Depok Sleman Yogyakarta e-

Mail: [email protected] Telp.081802715955

Percetakan: SUKSES Offset Telp. 0274-486598 YOGYAKARTA

Page 3: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah

SWT atas segala rahmat, taufiq, ma'unah dan hidayah-Nya, dan

mengucapkan sholawat atas rasul-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan buku ini dengan baik.

Penyusun membagi buku Ilmu Pendidikan Islam ihi menjadi

dua jilid, dengan harapan materi dan isinya bisa lebih memberikan

pengetahuan dan keilmuan yang mendalam kepada para pembaca,

terkait dengan Ilmu Pendidikan Islam (IPI) yang merupakan salah

satu mata kuliah dasar yang diajarkan pada Fakultas/jurusan

Tarbiyah Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI). Matakuliah Ilmu

Pendidikan Islam (IPI) merupakan bagian terpadu dari pendidikan

nasional dan dalam pandangan "Tim Yogyakarta" ketika membahas

pembidangan ilmu agama Islam, mata kuliah ini termasuk dalam

Ilmu Sosial Islam yang tidak mungkin ditinggalkan untuk diajarkan.

Buku Ilmu Pendidikan Islam (IPI) ini akan membahas tema-

tema sentral dalam koridor Pendidikan Islam, yang dapat di-

i i i

KATA PENGANTAR

Page 4: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

jadikan koreksi, refleksi, atau menengok kembali tema-tema tersebut

sehingga dapat dijadikan pegangan, pedoman, dan acuan baik oleh

mahasiswa maupun oleh dosen dalam menghadapi realitas

pendidikan terutama pendidikan Islam dalam dinamika masyarakat.

Pada akhirnya dosen, mahasiswa bahkan pemerhati pendidikan

akan dapat merespon tantangan perubahan dan globalisasi, baik

dalam dataran filsafat, ideologi, konsep ilmu, metodologi, institusi,

organisasi, dan manajemen. Tujuannya untuk membangun Ilmu

pendidikan Islam yang betul-betul dapat menjawab tantangan

zaman, sehingga layak diterima oleh masyarakat dengan berbagai

pengembangan- pengembangan.

Pada buku IPI jilid I ini berisi bab-bab yang telah tersusun

secara sistematis, dan disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku

serta kebutuhan materi yang akan dipelajari oleh mahasiswa sebagai

kompetensi yang harus dipenuhi dalam matakuliah ini. Dan setelah

terselesaikannya Buku IPI I ini nantinya akan disusul oleh Buku IPI

II, yang menjadi kelanjutan dari pembahasan materi-materi dalam

buku I.

Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari

referensi atau bibliografi yang penyusun kutip darinya, dengan

tujuan utamanya agar para pembaca dapat melacak lebih jauh

tentang isi dalam pembahasan-pembahasan buku ini dari sumber

aslinya. Selain itu, menurut penyusun, catatan kaki merupakan suatu

kewajiban moral dan intelektual atau merupakan kejujuran

intelektual seorang penulis karya ilmiah, sehingga dapat dijadikan

tolok ukur dan faliditas dari orisinalitas karya. Selain juga sebagai

pengakuan keilmuan, bahwa yang ditulis tersebut bukan mumi dari

pemikiran penyusun, namun dari hasil pemikiran orang lain.

Namun demikian, tidak menu-

iv

Page 5: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Kata Pengantar

tup kemungkinan bagi penulis untuk menuangkan pemikir- an-

pemikirannya sendiri di berbagai lembaran dalam buku ini.

Walaupun sudah dengan segenap kemampuan, usaha, dan

pemikiran penyusun semaksimal mungkin demi kesempurnaan

karya ini, penulis menyadari bahwa di sana-sini masih banyak

terdapat kekurangan dan kesalahan. Sehingga penulis sangat

mengharapkan masukan, kritik yang konstruktif dari para pembaca

yang budiman, demi perbaikan dan penyempurnaan pada

penyusunan selanjutnya.

Namun demikian, terselesaikannya buku ini atas bantuan,

saran, kritik dan arahan berbagai fihak baik dari atasan maupun

teman kolega bahkan dari mahasiswa ketika penulis meng- ajarkan

matakuliah ini, baik langsung maupun tidak langsung, maka

penulis hanya mampu mengucapkan terimakasih yang tak

terhingga, semoga amal ibadah mereka diterima dan dibalas

dengan yang lebih baik lagi.

Akhirnya, penyusun mengharap keridhaan All&h-SWT,

semoga buku ini dapat memberikan sumbangsih pengetahuan dan

keilmuan yang bermanfaat bagi keilmuan Islam khususnya, dan

keilmuan secara umum terlebih lagi khususnya dunia akademisi di

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung. Amien.

Wallahu a'lam bi al-showab

Muhammad Muntahibun Nafis, M.Ag

V

Page 6: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................... iv

BAB I PENGERTIAN, RUANG LINGKUP,

DAN KEGUNAAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM ............ 1

A. Pengertian Ilmu Pendidikan Islam ......................................... 1

B. Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam …………. 26

C. Kegunaan Ilmu Pendidikan Islam ........................................ 30

BAB II DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM . 35

A. Dasar-dasar Pendidikan Islam ............................................. 36

B.Dasar Pelaksanaan Pendidikan Islam

di Indonesia ............................................................................ 48

C. Landasan Pemikiran Pendidikan Islam ................................ 51

BAB III TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM .......................................... 57

A. Rumusan Tujuan Pendidikan Islam..................................... 57

B. Tahap-tahap Tujuan Pendidikan Islam ................................ 68

C. Aspek-aspek Tujuan Pendidikan Islam ............................... 71

vii

Page 7: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

BAB IV PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM... 83 A. Devinisi Pendidik dalam Pendidikan Islam 84

B. Kedudukan Pendidik dalam Pendidikan Islam .. 88

C.Tugas Pendidik dalam Pendidikan Islam 89

D.Syarat Dan Kode Etik Pendidik dalam Pendidikan

Islam .............................................................................. 96

E. Keutamaan Mengajar .................................................... 108

BAB V PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM ............................................................................. 113

A. Paradigma Peserta Didik dalam Pendidikan Islam . 113

B. Sifat-sifat dan Kode Etik Peserta Didik

dalam Pendidikan Islam .............................................. 130

C. Dimensi-dimensi Peserta Didik .................................... 138

D. Keutamaan Belajar ...................................................... 165

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 169 CURICULUM VITAE .................................................................... 173

viii

Page 8: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Devinisi Ilmu Pendidikan Islam

Untuk mengetahui arti ilmu pendidikan Islam, maka

terlebih dahulu perlu diartikan apa pendidikan itu. Istilah

pendidikan dalam bahasa Indonesia, berasal dari kata "didik"

dengan memberinya awalan "pe" dan akhiran "kan", 'yang

mengandung arti "perbuatan" (hal, cara, dan sebagainya).1

Istilah pendidikan pada mulanya berasal dari bahasa Yunani

yaitu "paedagogie" yang berarti bimbingan yang diberikan

kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam

bahasa Inggris dengan "education" yang berarti pengembangan

atau bimbingan.

Dalam wacana ke-Islaman, pendidikan lebih popular

dengan istilah tarbiyyah, ta'lim, ta'dib, riyadloh, irsyad, dan tadris.

Dari masing-masing istilah tersebut memiliki keunikan

1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Keempat (Jakarta: Kalam Mulia,

2004), hlm. 1.

1

Page 9: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

makna tersendiri ketika sebagian atau semuanya disebut secara

bersamaan. Namun, kesemuanya akan memiliki makna yang sama

jika disebut salah satunya, sebab salah satu istilah itu sebenarnya

mewakili istilah yang lain. Implikasinya, dari berbagai literatur

Ilmu Pendidikan Islam, semua istilah itu terkadang digunakan

secara bergantian dalam mewakili peristilahan pendidikan Islam.2

Sejak dekade 1970-an, sering terjadi diskusi berkepanjangan

berkenaan dengan wacana apakah Islam memiliki konsep tentang

pendidikan ataukah tidak. Sementara para ahli berasumsi, bahwa

Islam tidak memiliki konsep, sehingga realisasi dan implementasi

sebuah pendidikan selama ini hanyalah mengadopsi konsep dan

sistem pendidikan Barat. Asumsi ini tentunya tidak boleh dengan

serta merta disalahkan, kendatipun tidak bias secara mutlak

diterima. Salah satu argumen yang biasa diajukan mereka adalah,

karena sampai sekarang peristilahan yang secara baku dan

konsisten disepakati semua fihak belumlah ada, kecuali dalam

wujud polemik yang tidak berkesudahan.3

Pada tanggal 31 Maret sampai dengan 8 April 1977, di-

selenggarakan sebuah Konferensi Dunia yang pertama tentang

Pendidikan Islam di Makkah. Dalam konferensi (yang diprakarsai

dan dilaksanakan oleh King Abdul Aziz University) ter

2 Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 10,

3 Abd. Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam (Jakarta:

Kalam Mulia, 2002), hlm. 1.

2

Page 10: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendahuluan

sebut, dibicarakan mengenai penggunaan ketiga istilah (tarbiyyah, ta'lim,

dan ta'dib) untuk pengertian pendidikan Islam.4 Salah satu hasil

keputusannya, telah dirumuskan pengertian Pendidikan Islam, sebagai

berikut:

The meaning of education in its totality in the context of Islam is inhernt

in the connotation of the term terbiyyah, ta‟lim, and ta'dib taken together.

What each oh these tearms conveys concerning man and his society and

environment in relation to God is related to the others, and together they

represent the scope of education in Islam, both formal and nonformal.

1. Perdebatan Devinisi di Tingkat Etimologi

a. Ta'dib

Istilah ta'dib berasal dari akar kata addaba yuaddibu ta'diiban yang

mempunyai arti antara lain: membuatkan makanan, melatih akhlak yang

baik, sopan santun, dan tata cara pelaksanaan sesuatu yang baik. Kata addaba

yang merupakan asal kata dari ta'dib, juga merupakan persamaan kata

(muradif) allama yuallimu ta'liman. Muaddib yaitu yaitu seseorang yang

melaksanakan kerja ta'dib disebut juga muallim, yang merupakan sebutan

orang yang mendidik dan mengajar anak yang sedang tumbuh dan

berkembang.5

Ta'dib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan santun, tata

karma, adab, budi pekerti, akhlak, moral, dan etika. Ta'dib yang seakar

dengan adab memiliki arti pendidikan peradaban atau kebudayaan,

sebaliknya peradaban

4 Munardji, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), hlm. 1,

bandingkan juga dalam Abdul Halim Soebahar, Wawasan Baru., him. 2.

5 Munardji, Ilmu Pendidikan Islam., hlm. 4-5.

3

Page 11: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

yang berkualitas dan maju dapat diperoleh melalui pendidik- an.

Menurut Naquib al-Atas, ta'dib berarti pengenalan dan pengakuan

yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang

tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan

penciptaan, sehingga membimbing kearah pengenalan dan

pengakuan kekuatan dan pengagungan Tuhan.6 Pengertian ini

didasarkan pada hadits Nabi SAW:

ادبــــني ربــــــى فـــاحســـن تــأديبى

"Tuhanku telah mendidikku, sehingga menjadikan baik pendidikanku".

Hadits ini memberikan asumsi bahwa kompetensi Mu-

hammad sebagai seorang rosul dan misi utamanya adalah

pembinaan akhlak. Sehingga, implikasinya terhadap seluruh

aktivitas pendidikan Islam seharusnya memiliki relevansi dengan

peningkatan kualitas budi pekerti sebagaimana yang diajarkan

rosulullah.

Menurut Naquib bahwa kata yang diterjemahkan sebagai

mendidik adalah addaba masdarnya ta'diib, dan berarti pendidikan.

Hal ini mempunyai arti yang sama dan ditemu- kan rekanan

konseptualnya da dalam istilah ta'lim, meskipun diakui bahwa

cakupan istilah ta'dib lebih luas dari yang dicakup ta'lim. Dalam

artinya yang mendasar, addaba adalah The inviting to a banquet,

undangan kepada suatu perjamuan. Gagasan tentang suatu

perjamuan menyiratkan bahwa si tuan rumah adalah orang yang

mulia, sementara hadirin adalah yang di- perkirakan pantas

mendapatkan penghormatan untuk diun-

6Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 20.

4

Page 12: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendahuluan

dang. Oleh karena itu mereka adalah orang-orang yang bermutu

pendidikan dan bisa menyesuaikan diri, baik tingkah laku

maupun keadaannya, sehingga konsep ta'dib (jika diaplikasikan

secara sederhana menurut persepsi Bloom) bukan sekedar

mencakup aspek afeksi, melainkan mencakup pula aspek kognisi

dan psikomotorik, kandatipun aspek yang pertama lebih

dominant.7

Konsekuensi akibat tidak dikembangkannya istilah ta‟dib

dalam konsep dan aktivitas pendidikan Islam menurut Naquib

berpengaruh pada tiga hal penting.8 Yaitu: Pertama, kebiasaan dan

kesalahan dalam ilmu pengetahuan, yang pada gilirannya akan

menciptakan kondisi yang Kedua, yakni gilirannya adab dalam

umat. Kondisi yang timbul akibat yang pertama dan kedua adalah

konsekuensi yang Ketiga, serupa bangkitnya pemimpin yang tidak

memenuhi syarat kepemimpinan yang abash di kalangan umat,

karena tidak memenuhi standar moral, intelektual, dan spiritual

yang tinggi, yang dibutuhkan bagi suatu kepemimpinan

pengendalian yang berkelanjutan atas urusan-urusan umat oleh

pemimpin-pemimpin seperti mereka yang menguasai seluruh

bidang kehidupan.

Ta‟dib, sebagai upaya dalam pembentukan adab (tata krama),

terbagi atas empat macam9 (1) ta'dib adab al-haqq, pendidikan tata

krama spiritual dalam kebenaran, yang memerlukan pengetahuan

tentang wujud kebenaran, yang di dalamnya segala yang ada

memiliki kebenaran tersendiri dan yang dengan-

7Abd. Halim Soebahar., Wawasan Baru Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002),

hlm. 4. 8 Ibid. 9 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam., hlm. 20-21.

5

Page 13: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

nya segala sesuatu diciptakan, (2) ta'dib adab al-khidmah, pendidikan

tata krama spiritual dalam pengabdian. Sebagai seorang hamba,

manusia harus mengabdi kepada sang Raja (malik) dengan

menempuh tata karama yang pantas, (3) ta'dib adab al-syari'ah,

pendidikan tata krama spiritual dalam syari'ah, yang tata caranya

telah digariskan oleh Tuhan melalui wahyu. Segala pemenuhan

sya'riah Tuhan akan berimplikasi pada tata krama yang mulia, (4)

ta'dib adab al- shuhbah, pendidikan tata krama spiritual dalam

persahabatan, berupa saling menghormati dan prilaku mulia di

antara manusia.

Menurut Naquib, ta'dib mengacu pada pada pengertian

Cilm), pengajaran (ta'lim), dan pengasuhan yang baik (tarbiyah).

Sehingga menurutnya ta‟dib lebih tepat untuk menunjukkan

pendidikan dalam Islam.10 Nampaknya ia melihat ta'dib sebagai

sebuah sistem pendidikan Islam yang di dalamnya ada tiga sub

system, yaitu pengetahuan, pengajaran dan pengasuhan (tarbiyah).

Jadi tarbiyah dalam konsep Naquib hanya satu sub sistem dari

ta'dib.

Kalau kembali melihat ayat 18 surat al-syu'ara' dan al-isra'

ayat 24, maka dapat dinyatakan bahwa tarbiyah dalam ayat itu

lebih bersifat fisik-material daripada rohani-spiritual, karena

pendidikan di masa kanak-kanak lebih menonjol dalam bentuk

asuhan daripada pembinaan mental dan rohani. Dalam ayat 18

tersebut lebih nampak bahwa kurang dapat diterima apabila Musa

telah memperoleh didikan mental rohani di tengah keluarga

Fir'aun yang durhaka itu, kecuali hanya sekedar mengasuhnya

sampai besar.

10 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), hlm. 2.

6

Page 14: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendahuluan

Apabila menggunakan analisa sejarah, maka sebenarnya

dapat dilihat kronologis historis bagaimana penggunaan

berbagai kata-kata tersebut. Dalam sejarah peradaban Islam,

semenjak masa Nabi sampai masa keemasannya di tangan Bani

Abbas, kata tarbiyah tidak pernah muncul dalam literatur-

literatur pendidikan. Barulah pada abad modern kata ini men-

cuat ke permukaan sebagai terjemahan dari kata education dalam

bahasa Inggris. Pada masa klasik, orang hanya mengenal kata

ta'dib untuk menunjukkan pendidikan, seperti dalam hadis,

yang artinya: "Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan

pendidikanku".

Pengertian semacam ini terus dipakai sepanjang masa

kejayaan Islam, hingga semua ilmu pengetahuan yang dihasil-

kan oleh akal manusia pada waktu itu disebut adab baik yang

langsung berhubungan dengan Islam seperti fiqh, tafsir, tauhid,

ilmu-ilmu bahasa Arab dan yang lain, maupun yang tidak ber-

hubungan langsung seperti fisika, filsafat, astronoomi, kedok-

teran, farmasi dan lainnya. Semua buku-buku yang memuat

ilmu-ilmu tersebut dinamai kutub al-adab, maka terkenallah al-

adab al-kabir dan al-adab al-shaghir yang ditulis oleh Ibn al-

Muqaffa' (w. 760 M), seorang ahli pendidikan di masa itu

disebut muaddib.n

Kemudian ketika para ulama mennjurus kepada bidang

spesialisasi dalam ilmu pengetahuan, maka peengertian adab

menyempit, hanya dipakai untuk menunjuk kesusasteraan dan

etika (akhlak); kosekwensinya ta‟dib sebagai konsep pendidikan

Islam hilang dari peredaran dan tidak dikenal lagi. Pada

akhirnya ahli pendidik Islam bertemu dengan istilah

11 Ibid., him. 3.

7

Page 15: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

12 Ibid., bandingkan dengan Abd. Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan

Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 2.

13 Munardji, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), hlm. 3.

8

education pada abad modem, mereka langsung menerjemah-

kannya dengan tarbiyah tanpa penyelidikan yang mendalam.

Padahal makna pendidikan Islam tidak sama dengan education

yang dikembangkan di Barat. Dengan demikian populerlah

istilah tarbiyah di seluruh dunia untuk menunjuk pendidikan.12

b. Ta'lim

Istilah ta'lim berasal dari kata dasar "aslama" yang berarti

mengajar dan menjadikan yakin dan mengetahui. Pengguna-

annya dalam pengajaran, si pengajar berusaha untuk memin-

dahkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada orang yang

menerima atau belajar dengan jalan membentangkan,

memaparkan, dan menjelaskan isi pengetahuan atau ilmu yang

diajarkan itu yang dinamakan dengan "pengertian".13

Menurut Az-zajjaj, kata ta'lim atau allama, mempunyai arti

"sebagai cara Tuhan mengajar Nabi-nabi-Nya". Dalam Al-qur'an

surat al-Baqarah ayat 31 dinyatakan:

“Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya".

Dalam ayat lain surat al-alaq ayat 1-5 disebutkan:

"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah yang

Page 16: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendahuluan

paling pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (tulis

baca), Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya".

Dalam surat an-Naml juga disebutkan, yang artinya;

"Berkata (Sulaiman): wahai manusia, telah diajarkan kepada kami

pengertian bunyi burung".

Dari beberpa ayat tersebut, ada beberapa makna yang dapat

diambil, di antaranya bahwa kata 'allama mengandung

pengertian sekedar memberi tahu atau memberi pengetahuan,

tidak sampai pada pembianaan kepribadian. Karena sedikit

sekali membina kepribadian Nabi Sulaiman melalui burung,

atau membina kepribadian Adam melalui nama-nama benda.14

Selain itu ta'lim juga berhubungan dengan proses pendidikan,

karena dengan ta'lim (pengajaran) menjadikan seseorang

berilmu pengetahuan. Seseorang bisa menjadi berilmu (menge-

tahui hakikat sesuatu) melalui proses pengajaran dan pendi-

dikan.15

Ta'lim merupakan kata benda buatan (masdar) yang berasal

dari akar kata allama. Sebagian para pakar menerjemahkan istilah

tarbiyah dengan pendidikan, sedangkan ta'lim diterjemahkan

dengan pengajaran. Kalimat allamahu 'ilm memiliki arti

mengajarkan ilmu kepadanya. Pendidika (tarbiyah) tidak saja

bertumpu pada domain kognitif, tetapi juga afektif dan

psikomotorik, sementara pengajaran (ta'lim) lebih mengarah

pada aspek kognitif seperti pengajaran mata pelajaran

Matematika. Pemadanan kata ini agaknya kurang relevan, sebab

14 Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, cet. keenam (Jakarta: Bumi

Aksara, 2006), him. 26-27. 15 Munardji, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), hlm. 4

9

Page 17: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

menurut pendapat yang lain dalam proses ta'lim menggunakan

domain afektif.16

Dr. Abdul Fattah Jalai (pengarang Min al-Ushul at-Tarba-

wiyyah fii al-Islam) berpendapat bahwa istilah ta'lim lebih luas

dibandingkan dengan tarbiyah hanya berlaku pada pendidikan

anak kecil. Yang dimaksudkan sebagai proses persiapan dan

pengusahaan pada fase pertama pertumbuhan manusia (yang

oleh Langeveld disebut dengan pendidikan "pendahuluan"),

atau menurut istilah yang populer disebut fase bayi dan kanak-

kanak.17 Pandangan ini didasarkan pada ayat al- Isra' ayat 24 dan

surat asy-syu'ara' ayat 18 yang berbunyi:

16 Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 18-19.

17 Abd. Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam (Jakarta:

Kalam Mulia, 2002), hlm. 4-5.

10

"Dan ucapkanlah: Ya Rabbi, kasihanilah mereka berdua sebagaimana

(kasihnya) mereka berdua mendidik aku waktu kecil"

“Fir’aun menjawab: bukankah kami telah mendidikmu di dalam

(keluarga) kami waktu kamu masih kanak-kanak, dan kamu tinggal

bersama kami beberapa tahun dari umurmu".

Muhammad Rasyid Ridha mengartikan ta'ilm dengan proses

transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa

adanya batasan dan ketentuan tertentu. Ia mendasarkan ini dari

surat al-baqarah ayat 31 tentang 'allama Tuhan kepada Adam.

Proses transmisi itu dilakukan secara bertahap

Page 18: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendahuluan

sebagaimana Adam menyaksikan dan menganalisis asma' (nama-

nama) yang diajarkan Tuhan kepadanya.18

Dalam Q.S Al-baqarah ayat 151 disebutkan: "Dan meng-

ajarkan (yu'allimu) kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah (al- sunnah)

serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui". Ayat

ini menunjukkan perintah kepada rosul-Nya untuk mengajarkan

al-Kitab dan al-sunnah kepada umatnya. Menurut Muhaimin,

pengajaran dalam ayat ini mengandung teoritis dan praktis,

sehingga peserta didik memperoleh kebijakan dan kemahiran

melaksanakan hal-hal yang mendatangkan manfaat dan

menghilangkan kemadharatan. Pengajaran ini juga mencakup ilmu

pengetahuan dan al-hikmah (bijaksana).19 Suatu contoh guru

Matematika, akan berusaha mengajarkan al-hikmah Matematika,

yaitu pengajaran nilai kepastian dan ketetapan dalam mengambil

sikap dan tindakan dalam kehidupannya, yang dilandasi

pertimbangan yang rasional dan perhitungan yang matang. Inilah

suatu usaha untuk menguak sunnatullah dalam alam semesta

melalui pelajaran Matematika.

Kata ta'lim menurut Abdul Fattah Jalai merupakan proses

yang terus menerus diusahakan manusia sejak lahir. Sehingga satu

segi telah mencakup aspek kognisi, dan pada segi lain tidak

mengabaikan aspek afektif dan psikomotorik. Hal ini ia jadikan

dasar ketika menafsiri ayat 151 di atas,dengan argumentasi bahwa

rosul adalah Mu'allim (pendidik). Dalam riwayat Muslim

digambarkan sosok cemerlang kepribadian rosul sebagai seorang

mu'allim: 20

18 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam., hlm. 19. 19 Ibid. 20 Abd. Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia,

2002), hlm. 6.

11

Page 19: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

“tidak pernah kulihat sebelum dan sesudah-Nya (rosul) yang lebih baik

cara mendidiknya dari pada beliau".

Pada akhirnya Fattah memandang proses ta'lim lebih

universal dari tarbiyah. Sebab ketika mengajarkan "tilawah al-

Qur'an" kepada kaum muslimin, rosul tidak hanya sekedar

terbatas pada mengajar mereka membaca, melainkan membaca

disertai perenungan tentang pengertian, pamahaman, tanggung

jawab dan pananaman amanah. Dari membaca semacam itu rosul

kemudian membawa mereka kepada tazkiyah yakni pensucian dan

pembersihan diri manusia dari segala kotoran dan menjadikan

diri itu berada dalam suasana yang memungkinkannya dapat

menerima hikmah, mempelajari segala yang tidak diketahui dan

yang bermanfaat. Al-Hikmah tidak bisa dipelajari secara parsial

dan sederhana, tetapi harus mencakup keseluruhan ilmu secara

integral. Kata al-hikmah berasal dari kata al-ikhkam, yang berarti

keunggulan dalam ilmu, amal, perbuatan, atau di dalamnya

semua itu.21

c. Tarbiyah

Dalam leksikologi Al-Qur'an dan As-Sunnah tidak ditemu-

kan istilah al-tarbiyah, namun terdapat beberapa istilah kunci yang

seakar dengannya, yaitu al-rabb, rabbayani, nurabbi, yurbi, dan

rabbani. Dalam Mu‟jam bahasa Arab, kata al-tarbiyah memiliki tiga

akar kebahasaan,22 yaitu:

21 Ibid.

22 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam., him. 10

12

Page 20: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendahuluan

• Rabba, yarbu, tarbiyah: yang memiliki makna "tambah" (;zad)

dan "berkembang" (nama). Pengertian ini juga didasarkan

QS. ar-Rum ayat 39: "dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu

berikanagar dia bertambah pada harta manusia, maka riba

itu tidak menambah pada sisi Allah." Artinya, pendidikan

(tarbiyah) merupakan proses menumbuhkan dan

mengembangkan apa yang ada pada diri pesertadidik, baik

secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual.

• Rabba, yurbi, tarbiyah: yang bermakna "tumbuh" (nasya'a) dan

menjadi besar atau dewasa (tara‟ra‟a). Artinya, pendidikan

(tarbiyah) merupakan usaha untk menumbuhkan dan

mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial,

maupun spiritual.

• Rabba, yarubbu, tarbiyah: yang memiliki makna memperbaiki

(ashlaha), menguasai urusan, memelihara dan merawat,

memperindah, memberi makan, mengasuh, tuan, memiliki,

mengatur, dan menjaga kelestarian maupun eksistensinya.

Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untk

memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki, dan

mengatur kehidupan, peserta didik, agar ia dapat survive

lebih baik dalam kehidupannya.

Kata kerja rabba (mendidik) sudah digunakan pada zaman

Nabi Muhammad SAW,23 seperti terlihat dalam Al- Qur'an dan

Hadist Nabi. Dalam Al-Qur'an kata ini digunakan dalam

susunan sebagai berikut:

23 Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, cet. keenam (Jakarta:

Bumi Aksara, 2006), hlm. 25-26.

13

Page 21: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

"Berkata (Fir'aun kepada Nabi Musa), Bukankah kami telah mengasuhmu

(mendidikmu) dalam keluarga kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan

tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu."

Dari ayat tersebut, dapatlah dimengerti pandangan yang

diungkapkan Naquib al-Atas,"tarbiyah" secara semantik tidak

khusus ditujukan untuk mendidik manusia, tetapi dapat

dipakai kepada spesies yang lain, seperti mineral, tanaman, dan

hewan. Selain itu tarbiyah berkonotasi material; ia mengandung

arti mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembang-

kan, memelihara, membuat, menjadikan bertambah pertum-

buhan, membesarkan, memproduksi hasil-hasil yang sudah

matang, dan menjinakkan.24

Dalam pandangan Ahmad Warson ia mengemukakan

bahwa tarbiyah berarti namaa (tumbuh) dan zaadu (bertambah).25

24 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), hlm, 2,

25 Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir (Yogyakarta: tnp

1984), hlm. 1565.

"Ya Tuhan, sayangilah keduanya (ibu bapakku) sebagaimana mereka telah

mangasuhku (mendidikku) sejak kecil." (QS. 17 Al-Isra' 24)

Dalam bentuk kata benda, kata "rabba” ini digunakan juga

untuk "Tuhan", mungkin karena Tuhan juga bersifat mendidik,

mengasuh, memelihara, dan bahkan mencipta.

Dalam ayat yang lain kata ini digunakan dalam susunan

sebagai berikut:

14

Page 22: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendahuluan

Menurut Ibnu Mansur bentuk tarbiyah dengan bentuk lain dari akar

kata raba dan rabba maknanya sama dengan akar kata ghadza dan

ghadzwa yang menurut al-Alma'i dan al-Jauhari berarti memberi

makan, memelihara, dan mengasuh.26 Menurut Ibnu Mansur kata-

kata ini dapat mengacu kepada segala sesuatu yang tumbuh, seperti

anak-anak dan tanaman, dan sebagainya.

Menurut Fahr al-Razi, istilah rabbayani tidak hanya mencakup

ranah kognitif, tetapi juga afektif. Sementara Sayyid Qutb

menafsirkan ayat tersebut sebagai pemeliharaan jasmani anak dan

menumbuhkan mentalnya. Dua pendapat ini memberikan

gambaran bahwa istilah tarbiyah mencakup tiga domain pendidikan,

yaitu kognitif (cipta), afektif (rasa), dan psikomo- torik (karsa) dan

dua aspek pendidikan jasmani dan rohani.27

Prof. Muhammad Alhiyah al-Abrasyi dan Prof. Mahmud

Yunus berpandangan bahwa istilah tarbiyah dan ta'lim dari segi

makna istilah maupun aplikasinya memiliki perbedaan

mendasar, mengingat dari segi makna istilah tarbiyah berarti

mendidik, sementara ta'lim berarti mengajar, dua istilah yang secara

substansial tidak bisa disamakan.28 Menurut kedua pakar tersebut,

perbedaan mendidik dan mengajar sangatlah mendasar. Mendidik

berarti mempersiapkan pesertadidik dengan segala macam cara,

supaya dapat mempergunakan tenaga dan bakatnya dengan baik,

sehingga mencapai kehidupan yang sem

26 Munardji, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), hlm. hlm.

3.

27 Abdul Mu jib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 12.

28 Abd. Halim Soebahar., Wawasan Baru Pendidikan Islam (Jakarta:

Kaiam Mulia, 2002), hlm. 7.

15

Page 23: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

purna dalam masyarakat. Oleh sebab itu tarbiyah mencakup

pendidikan jasmani, pendidikan akal, akhlak, perasaan, keindah-

an, dan kemasyarakatan. Sementara ta'lim merupakan salah satu

(bagian) dari pendidikan yang bermacam-macam itu. Dalam

ta'lim, guru mentransfer ilmu, pandangan atau pikiran kepada

peserta didik menurut metode yang sesuai, sedangkan dalam

tarbiyah peserta didik turut terlihat membahas, menyelidiki,

mengupas, serta memikirkan soal-soal yang sulit dan mencari

jalan untuk mengatasi kesulitan itu dengan tenaga dan pikirannya

sendiri. Oleh sebab itu ta'lim merupakan tarbiyah al-'aql, bagian

dari tarbiyah, dengan tujuan supaya peserta didik mendapatkan

ilmu pengetahuan atau kepandaian. Sedangkan tarbiyah

mengarahkan peserta didik supaya hidup berilmu, beramal,

bekerja, bertubuh sehat, berakal cerdas, berakhlak mulia, dan

pandai di tengah-tengah masyarakat.29

Tarbiyah juga diartikan dengan "proses transformasi ilmu

pengetahuan dari pendidik (rabbani) kepada peserta didik, agar ia

memiliki sikap dan semangat yang tinggi dalam memahami dan

menyadari kehidupannya, sehingga terbentuk ke- taqwaan, budi

pekerti, dan kepribadian yang luhur". Sebagai proses, tarbiyah

menuntut adanya perjenjangan dalam transformasi ilmu

pengetahuan, mulai dari pengetahuan yang mendasar menuju

pengetahuan yang lebih tinggi dan sulit.30 Paradigma ini diambil

dari Q.S Ali Imran 79, yang artinya: "Hendaklah kamu menjadi

orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al-Kitab dan

disebabkan kamu tetap mempelajarinya".

29 Ibid.

30 Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 12-13.

16

Page 24: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

"Proses menyampaikan (transformasi) sesuatu sampai pada batas

kesempurnaan yang dilakukan tahap demi tahap sebatas pada kesanggup-

annya".

Dari pemikiran ini, ada lima key word (kata kunci) yang

dapat dianalisis, yaitu:

1. Menyampaikan (al-tabligh). Pendidikan dianggap sebagai

usaha penyampaian, pemindahan, dan transformasi dari

orang yang tahu (pendidik) kepada orang yang tidak tahu

(peserta didik) dan dari orang dewasa kapada orang yang

belum dewasa.

2. Sesuatu (al-syai). Maksud dari "sesuatu" di sini adalah

kebudayaan, baik material maupun nonmaterial (ilmu

pengetahuan, seni, estetika, etika, dan lain-lain) yang harus

diketahui dan diinternalisasikan oleh peserta didik.

3. Sampai pada batas kesempurnaan (ila kamalihi). Maksud-

nya adalah bahwa proses pendidikan itu berlangsung terus-

31 Ibid., him. 13-14.

17

Pendahuluan

Hadis Nabi memperkuat hal ini dengan pernyataan:

"Jadilah rabbani yang penyantun, memiliki pemahaman, dan berpenge-

tahuan. Disebut rabbani karena mendidik manusia dari pengetahuan

tingkat rendah menuju pada tingkat tinggi". (HR.Bukhari dari Ibnu Abbas)

Ada dua pemikiran yang menguatkan pandangan bahwa

tarbiyah lebih luas cakupannya,31 yaitu:

Page 25: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

menerus tanpa henti, sehingga peserta didik memperoleh

kesempurnaan, baik dalam pembentukan karakter dengan

nilai-nilai tertentu maupun memiliki kompetensi tertentu

dengan ilmu pengetahuan.

4. Tahap demi tahap {syay fa syay). Maknanya adanya trans-

formasi ilmu pengetahuan dan nilai dilakukan dengan

berjenjang menurut tingkat kedewasaan peserta didik, baik

secara biologis, psikologis, social, maupun spiritual.

5. Sebatas pada kesanggupannya (bi hasbi isti'dadihi). Makna

yang terkandung yaitu dalam proses transformasi penge-

tahuan dan nilai itu harus mengetahui tingkat peserta didik,

baik dari sisi usia, kondisi fisik, psikis, sosisl, ekonomi dan

sebagainya, agar dalam tarbiyah ia tidak mengalami kesulitan

dan hambatan.

Ada kekurangan dari pemikiran ini, yaitu proses pendi-

dikan didominasi oleh pendidik dengan kurang memberi ruang

dan waktu untuk mengaktualisasikan dirinya. Dalam aliran

pendidikan, pemikiran ini masuk dalam kategori empirisme. Hal

ini terjadi karena pendidik kurang memperhatikan kemampuan,

potensi, dan kecenderungan yang ada pada diri peserta didik.

Seakan-akan peserta didik adalah manusia yang tidak dibekali

apa-apa, tidak ada potensi apapun, sehingga pendidik adalah

segalanya bagi peserta didik. Implikasi logisnya bahwa adalah

peserta didik bagai sebuah robot yang deprogram oleh pendidik,

secara determenistik yang hidup atau matinya robot berada pada

tangan pendidik. Hal ini akan mengakibatkan adanya

penghambatan kreativitas dan inovasi peserta didik yang

seharusnya dapat tumbuh berkembang secara normal, karena

18

Page 26: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendahuluan

"Proses mengembangkan (aktualisasi) sesuatu yang dilakukan tahap

demi tahap sampai pada batas kesempurnaan".

Dari pemikiran ini ada lima Key Word (kata kunci) yang

dapat dianalisa, yaitu: ,

1. Mengembangkan (insya'). Pendidikan dipandang sebagai

usaha menumbuhkan, mengembangkan, dan mengaktuali-

sasikan potensi peserta didik, yang dilakukan oleh pendidik.

2. Sesuatu (al-syay). Makna yang terkandung adalah beberapa

potensi dasar manusia, seperti al-fitrah (citra asli), al- hayah

(vitality), al-thab‟u (tabiat), al-jibillah (konstitusi), al-sajiyah

(bakat), al-sifat (sifat-sifat), sehingga berbuah pada al-amal

(prilaku).

3. Tahap demi tahap (halan fa halan). Maknanya adalah, segala

upaya yang dilakukan untuk mengaktualisasikan potensi

19

32 Ibid., hlm. 15-16.

pendidik memang bertujuan untuk memberikan sesuatu yang

relevan dengan masa depan peserta didik nantinya. Namun

demikian, segi positif yang dapat ditangkap dari pemikiran ini,

yaitu adanya pelestarian nilai-nilai, budaya, dan ilmu pengetahuan

dari generasi ke generasi dengan semakin bertambahnya kualitas

dan kuantitasnya pada dinamika zaman sekarang ini. Karena akan

terjadi kemandegan bahkan kemunduran ke- budayan dan

peradaban peserta didik yang disebabkan belum

ditransformasikannya berbagai bentuk kebudayaan dan peradaban

yang hakiki.

Pemikiran yang kedua adalah:32

Page 27: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

itu harus bertahap, agar secara psikologis peserta didik tidak

merasa ditekan atau didominasi oleh pendidiknya. Sehingga

hal ini memerlukan pendekatan yang bersifat persuasif dalam

pelaksanaan proses pendidikan.

4. Sampai pada batas kesempurnaan (ila hadd al-tamam).

Maksudnya adalah dalam proses aktualisasi potensi peserta

didik diperlukan waktu yang lama, sehingga seluruh poten-

sinya benar-benar teraktual secara maksimal.

5. Sebatas pada kesanggupannya (bi hasbi isti'dadihi). Maksudnya

adalah dalam proses aktualisasi peserta didik itu harus

mengetahui tingkat peserta didik, baik dari sisi usia, kondisi

fisik, psikis, social, ekonomi dan sebagainya, agar dalam

tarbiyah itu ia tidak merasa 'terjajah'. Jangan sampai ia 'dewasa'

sebelum waktunya, sehingga ia tidak dapat menikmati masa

kecilnya. Ia tidak bermain sebagaimana kebanyakan anak

kecil, sekalipun ia mengetahui pengetahuan seperti orang

dewasa.

Asumsi yang terbangun dalam pemikiran kedua ini, adalah

manusia lahir memiliki potensi unik yang berbeda satu dengan

yang lain, sehingga diketahui masing-masing perbedaan individu

(al-furuq al-fardiyyah). Semua potensi itumasih bersifat potensial

yang harus diaktualisasikan melalui usaha pendidikan.

Berdasarkan pemahaman itu, tugas pendidikan cukup

menumbuhkan, mengembangkan, dan mengaktualisasikan

berbagai potensi peserta didiknya. Pendidik tidak perlu mencetak

peserta didiknya menjadi ini dan itu, apalagi usahanya itu tak

seiring dengan potensi dasarnya. Ia cukup menum-

buhkembangkan daya cita, rasa dan karsanya dengan tidak

20

Page 28: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendahuluan

mengubah potensi dasarnya. Apabila potensi yang mengaktual

pada peserta didik itu merupakan potensi yang buruk dan jahat,

maka tugas pendidik adalah mencarikan sublimasi yang bisa

mengalihkan perkembangan potensi itu, sehingga yang

mengaktual potensi baiknya.33

Dari pemikiran seperti ini, dapat dilihat adanya sisi keku-

rangan yaitu peserta didik tidak memiliki standar kebudayaan,

nilai dan ilmu pengetahuan yang merata. Sebab kegiatan

pendidikan difokuskan pada pengembangan potensi internal

peserta didik. Hasil kebudayaan dan peradaban masa lalu di-

abaikan begitu saja, tanpa diturunkan kepada generasi berikut-

nya. Namun sisi kelebihan yang didapat adalah terdapat rele-

vansi antara apa yang diberikan oleh pendidik dengan kebutuh-

an dan keinginan peserta didik. Fungsi pendidik hanya meru-

pakan fasilitator terhadap penumbuhan dan pengembangan

potensi peserta didik untuk meraih harapan dan kebutuhan yang

diinginkan.34

2. Pengertian secara terminologi

Pengertian pendidikan Islam cukup beraneka ragam dan

bermacam-macam yang sudah dinyatakan para pakar pendidik-

an Islam, sebagaimana berbagai pendapat dalam dataran

etimologi. Syed Muhammad al-Nuquib al-Attas memberikan

konsep yaitu: "sekiranya kita ditanya, apakah pendidikan itu?,

maka dapat dikemukakan sebuah jawaban sederhana: pendi-

dikan adalah suatu proses penanaman sesuatu ke dalam diri

manusia".35 Ada tiga hal unsur pokok pembentuk pendidikan

33 Ibid. 34 Ibid., him. 17. 35 Munardji, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), him.

5.

21

Page 29: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

yang dapat diambil dari jawaban tersebut, yaitu: proses,

kandungan, dan penerima. Maknanya adalah: "proses" adalah

penanaman sebuah pendidikan yang mengandung sebuah metode

dan adanya sistem yang komperhensif dengan cara bertahap dan

berkelanjutan. Dan "sesuatu" di sini dimaksudkan pada

kandungan, nilai yang ditanamkan yaitu berupa ilmu yang haqiqi

dan diyakini kebenarannya yang sesuai dengan konsep yang ada

dalam agama Islam yang tercermin dalam al-Qur'an. Hal ini

didasarkan dari asumsi bahwa semua ilmu bersumber dan datang

dari Allah SWT. Sedangkan "diri manusia" adalah penerima proses

dan kandungan tersebut yang tak lain adalah perserta didik.

Menurut Muhammad SA. Ibrahim (kebangsaan Bangladesh

pendidikan Islam adalah: Islamic education in true sense of the lern, is

the system of education whice enable a man to lead his life according to

the Islamic ideology, so that he may easily mould his life in accordance

whit tenets of Islam (pendidikan Islam dalam pandangan yang

sebenarnya adalah suatu system pendidikan yang memungkinkan

seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan

ideology Islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk

hidupnya sesuai dengan ajran Islam).36 Dalam paradigma ini dapat

dimaknai bahwa pendidikan Islam merupakan suatu system, yang

di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling terkait.

Misalnya system akidah, syariah dan akhlak, yang meliputi domain

afektif, kognitif, dan psikomotorik, yang keberartian satu unsur ter-

pengaruh dari keberartian unsure yang lain. Pendidikan Islam

36Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam

(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 25.

22

Page 30: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendahuluan

juga dilandaskan atas ideologi Islam, dengan harapan bahwa

proses pendidikan yang dilakukan tidak bertentangan dengan

nilai dasar ajaran Islam.

Sedangkan dalam pandangan Muhammad Athiyah al-

Abrasyi, pendidikan Islam adalah sebuah proses untuk mem-

persiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan ber-

bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi

pekertinya (akhlaknya), teratur fikirannya, mahir dalam

pekerjaannya, manis tutur katanya baik lisan atau tulisan.37

Menurut Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan jas-

mani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam

menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut

ukuran-ukuran Islam.38 Dari pengertian ini, pendidikan di-

topang dengan adanya tiga unsur pokok; Pertama, harus ada

usaha yang berupa bimbingan bagi pengembangan potensi

jasmani dan rohani secara berimbang, Kedua, adanya usaha yang

dilakukan itu harus berdasarkan atas ajaran Islam. Ketiga, usaha

itu bertujuan agar peserta didik memiliki kepribadian utama

menurut ukuran Islam (kepribadian muslim).

Omar Muhammad al-Toumi al-Syaibani mendevinisi- kan

pendidikan Islam dengan proses mengubah tingkah laku

individu pada kehidupan pribandi, masyarakat dan alam se-

kitarnya, dengan cara pengajaran sebagaai suatu aktivitas asasi

dan sebagai profesi di antara profesi-profesi masyarakat. Al-

Syaibani lebih menekankan pada perubahan tingkah laku, dari

yang buruk menuju yang baik, dari yang minimal menuju

37 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1998),

him. 4.

38 Ibid.

23

Page 31: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

yang maksimal, dari yang potensial menuju yang aktual, dan dari

yang pasif menuju yang aktif. Di sini akhirnya pengajaran

dijadikan sebagai sarana dalam proses perubahan tingkah laku

tersebut, yang mencakup dua level perubahan yaitu, pada tingkat

individu (etika personal), yang menghasilkan kesalehan

individual, dan lebih dari itu mencoba supaya dapat mencakup

tingkatan yang lebih luas yaitu kesalehan sosial, hasil dari etika

masyarakat (sosial).39

Ada yang berpendapat bahwa pendidikan Islam merupakan

usaha menumbuhkan dan membentuk manusia muslim yang

sempurna dari segala aspek yang bermacam-macam aspek seperti

kesehatan, akal, keyakinan, kejiwaan, akhlak, kemau- an, daya

cipta dalam semua tingkat pertumbuhan yang disinari oleh

cahaya Islam dengan berbagai metode yang terkandung di

dalamnya. Pendapat ini diungkapkan oleh seorang guru besar

Islam Ilmu Sosial Universitas Muhammad bin Su'ud di Riyadh

Saudi Arabia, yaitu Miqdad Yeljin.40

Lebih luas lagi yaitu pendapat dari guru besar pendidikan

Islam di Tnisia, Muhammad Fadhil al-Jamali yang mengajukan

pengertian pendidikan Islam dengan upaya mengembangkan,

mendorong, serta mengajak manusia untuk lebih maju dengan

berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia,

sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik pada level

akal, perasaan maupun perbuatan.41 Dari pengertian

39 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2006), him. 25-26, bandingkan dengan Munardji, Ilmu

pendidikan Islam (Jakarta: Bina Ilmu 2004), hlm. 8.

40 Munardji, Ilmu pendidikan Islam., hlm. 7. 45 Abdul Mujib, Ilmu pendidikan Islam., hlm. 26.

24

Page 32: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendahuluan

ini dapat diambil sebuah makana bahwa sebuah pendidikan

bertumpu pada tiga unsur pembentuknya, yaitu Pertama, adanya

proses dalam aktivitas pendidikan denga mengembangkan,

mendorong, dan mengajak peserta didik untuk lebih maju dari

kehidupan sebelumnya. Peserta didik yang tidak memiliki

pengetahuan dan pengalaman apa-apa dibekali dan dipersiapkan

dengan seperangkat pengetahuan agar ia mampu meres- pon

dengan baik. Kedua, Seluruh usaha dalam proses pendidikan

berlandaskan pada nilai-nilai luhur dan mulia. Peningkatan

pengetahuan dan pengalaman harus dibarengi dengan

peningkatan kualitas akhlak. Ketiga, upaya pendidikan menjurus

pada semua kecenderungan-kecenderungan, kemampuan, yang

dibawa peserta didik, dari seluruh domain pendidikan, kognitif

(akal), afektif (perasaan), dan psikomotorik (perbuatan).

Dalam buku al-Tarbiyah wa al-Ta'lim al-Qur'an al-Karim

diartikan bahwa pendidikan Islam merupakan proses pen-

dekatan manusia kepada tigkat kesempurnaan dan mengem-

bangkan kemampuannya.42 Devinisi ini sebagaimana dijelaskan

Jalaludin Rahmat, mempunyai tiga makna pendidikan, Pertama,

pendidikan merupakan sebuah proses untuk membantu

pencapaian tingkat kesempurnaan, yaitu manusia yang mencapai

tingkat keimanan dan berilmu (QS. al-Mujadalah: 11), yang

disertai kualitas amal saleh (QS. al-Mulk: 2), Kedura, pendidikan

merupakan sebuah model, maka rosulullah sebagai uswah hasanah

yang sudah dijamin Allah (QS. al-Ahzab: 21, al- Qalam: 4), dan

Ketiga, perlu disadari bahwa pendidikan Islam harus

mempertimbangkan pembawaan manusia yang mempunyai

potensi baik sekaligus buruk, (QS. al-Syams: 7-8) sifat

42 Ibid., hlm. 26-27.

25

Page 33: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

lemah (QS. al-Nisa': 28), terburu-buru (QS. al-Anbiya': 37), keluh

kesah (QS. al-Ma'aarij: 19), ruh yang ditiupka Allah pada saat

penyempurnaan penciptaannya (QS. Shad: 72). Pendidikan Islam

harus berusaha menumbuhkan, membangkitkan, meningkatkan

potensi-potensi yang baik tersebut, dan semaksimal mungkin

meminimalisir berkembangnya potensi- potensi yang buruk.

Pada tahun 1960 diadakan seminar pendidikan Islam se-

Indonesia, yang ahirnya merumuskan bahwa pendidikan Islam

merupakan bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan

jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan,

mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya

semua ajaran Islam.43

Beberapa hal yang dapat diambil sebagai benang merah

dari seluruh pendapat, pandangan tentang pengertian pendidikan

Islam di atas, bahwa pendidikan Islam merupakan proses trans-

internalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik

melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan,

pengawasan, pengarahan, dan pengembangan potensi-

potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup

di dunia dan akhirat, jasmani dan rohani. Bimbingan tersebut

dilakukan secara sadar dan terus-menerus dengan disesuaikan

fitrah dan kemampuan, baik secara individu, kelompok, sehingga

ia mampu menghayati, memahami dan mengamalkan ajaran

Islam secara utuh-menyeluruh dan komperhensif.

B. Ruang Lingkup Pendidikan Islam

Menurut pandangan H.M. Ari f in, pendidikan Islam mem-

punyai ruang lingkup mencakup kegiatan-kegiatan kepen-

43 Ibid., hlm. 27.

26

Page 34: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendahuluan

didikan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambung-

an dalam bidang atau lapangan hidup manusia yang meliputi:44

1. Lapangan hidup keagamaan, agar perkembangan

pribadi manusia sesuai dengan norma-norma ajaran agama

Islam.

2. Lapangan hidup berkeluarga, agar berkembang menjadi

keluarga yang sejahtera.

3. Lapangan hidup ekonomi, agar dapat berkembang menjadi

sistem kehidupan yang bebas dari penghisapan manusia

oleh manusia.

4. Lapangan hidup kemasyarakatan, agar terbina masyarakat

yang adil dan makmur di bawah ridlo dan ampunan-Nya.

5. Lapangan hidup politik, agar tercipta sistem demokrasi

yang sehat dan dinamis sesuai dengan ajaran Islam.

6. Lapangan hidup seni dan budaya, agar menjadikan hidup

manusia penuh keindahan dan kegairahan yang tidak

gersang dari nilai-nilai moral agama.

7. Lapangan hidup ilmu pengetahuan, agar perkembangan

menjadi alat untuk mencapai kesejahteraan hidup umat

manusia yang dikendalikan oleh iman.

Apabila menggunakan paradigma dan asumsi dari ung-

kapan rasul yang menganjurkan untuk menuntut ilmu dari

ayunan sampai liang lahat dan menuntut ilmu itu adalah ke-

wajiban pria dan wanita, maka ruang lingkup pendidikan Islam

tidak mengenal bats umur dan perbedaan jenis kelamin bahkan

tempat dan masa.

44 Munardji, Ilmu pendidikan Islam (Jakarta: Bina Ilmu 2004), hlm. 15

27

Page 35: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

Pendidikan sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang

sangat luas. Karena di dalamnya banyak segi-segi atau pihak-

pihak yang ikut terlibat baik langsung maupun tidak langsung.

Adapun segi-segi dan fihak-fihak yang terlibat dalam pendidikan

Islam sekaligus menjadi ruang lingkup pendidikan Islam

adalah:45

1. Perbuatan mendidik itu sendiri.

Yang dimaksud dengan perbuatan mendidik di sini adalah

seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dan sikap yang

dilakukan oleh pendidikan sewaktu mengahdapi atau

mengasuh peserta didik. Dengan istilah yang lain yaitu sikap

atau tindakan menuntun, membimbing, memberikan per-

tolongan dari seorang pendidik kepada peserta didik menuju

kepada tujuan pendidikan Islam. Dalam perbuatan mendidik

ini sering disebut dengan istilah tahzib.

2. Dasar dan tujuan pendidikan Islam

Yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari

segala kegiatan pendidikan Islam. Semua hal yang masuk

dalam proses pendidikan harus bersumber dan berlandaskan

dasar tersebut. Dengan dasar dan sumber ini, peserta didik

akan dibawa sesuai dengan dasar dan sumbernya.

3. Peserta didik

Yaitu fihak yang merupakan obyek terpenting dalam pen-

didikan. Hal ini disebabkan karena segala tindakan pen-

didikan diarahkan pada tujuan dan cita-cita pendidikan

Islam.

45 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam I (Bandung: Pustaka Setia,

1998), hlm. 13-16.

28

Page 36: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendahuluan

4. Pendidik

Secara singkat dapat dikatakan sebagai subyek pelaksana

proses pendidikan. Pendidik akan dapat membawa suatu

pendidikan pada baik dan buruknya, sehingga peranan

pendidik dalam keberhasilan pendidikan sangat menentukan.

5. Materi dan kurikulum pendidikan Islam

Yaitu bahan-bahan atau pengalaman-pengalaman pendidikan,

yang sudah tersusun secara sistematis dan terstruk- tur untuk

disampaikan dalam proses pendidikan kepada peserta didik.

6. Metode pendidikan Islam

Yaitu cara dan pendekatan yang dirasa paling tepat dan sesuai

dalam pendidikan untuk menyampaikan bahan dan materi

pendidikan kepada pesrta didik. Metode digunakan untuk

mengolah, menyusun, dan menyajikan materi pendidikan,

supaya materi dapat dengan mudah diterima dan ditangkap

oleh peserta didik sesuai dengan karakteristik dan tahapan

peserta didik.

7. Evaluasi pendidikan Islam

Yaitu cara-cara yang digunakan untuk menilai hasil pendi-

dikan yang sudah dilakukan. Pada pendidikan Islam, umum-

nya tujuan tidak semuanya dapat dicapai seketika dan

sekaligus, melainkan melalui proses dan pentahpan tertentu.

Dengan evaluasi, pendidikan dapat dilanjutkan pada jenjang

yang lebih tinggi namun harus melihat apakah sebuah tujuan

yang sudah ditargetkan pada suatu tahap atau fase sudah

tercapai dan terlaksana.

29

Page 37: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

8. Alat-alat pendidikan Islam

Yaitu alat-alat yang digunakan selama proses pendidikan

dilaksanakan, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara

tepat.

9. Lingkungan pendidikan Islam Keadaan-keadaan dan tempat-

tempat yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta

keberhasilan suatu pendidikan.

C. Kegunaan Ilmu Pendidikan Islam

Ilmu pendidikan Islam memiliki arti dan peranan penting

dalam kehidupan manusia, dikarenakan fungsi yang dimiliki

Ilmu Pendidikan Islam. Adapun beberapa fungsi tersebut adalah:

1. Al-Dilalah, yaitu bahwa ilmu pendidikan Islam melakukan

pembuktian toeri-teori kependidikan Islam, yang merangkum

aspirasi atau cita-cita Islam yang harus diikhtiarkan agar

menjadi kenyataan.

2. Al-Ikhbar, yaitu bahwa Ilmu Pendidikan Islam memberikan

bahan-bahan informasi tentang pelaksanaan pendidikan

dalam segala aspeknya bagi pengembangan ilmu

pengetahuan pendidikan Islam tersebut. Ia memberikan

bahan masukan (input) kepada ilmu ini. Mekanisme proses

kepandidikan Islam dari segi operasional dapat dipersamakan

dengan proses mekanisme yang berasal dari penerimaan

(input), lalu diproses dalam kegiatan pendidikan (dalam

bentuk kelembagaan atau non-kelembagaan yang disebut

truput), kemudian berakhir pada output (hasil yang di

30

Page 38: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendahuluan

harapkan). Dari hasil yang diharapkan itu timbul umpan

balik (feed back) yang mengoreksi bahan masukan (input).

Mekanisme proses semacam ini berlangsung terus menerus

selama proses kependidikan terjadi. Semakin banyak diper-

oleh bahan masukan (input) dari pengalaman operasional itu,

maka semakin berkembang pula Ilmu Pendidikan Islam.

3. Al-Khisabah, yaitu bahwa Ilmu pendidikan Islam berfungsi

sebagai pengoreksi (korektor) terhadap teori-teori yang

terdapat dalam Ilmu pendidikan Islam itu sendiri, sehingga

pertemuan antara teori dan praktek akan semakin nyata, dan

hubungan keduanya akan semakin bersifat interaktif (saling

mempengaruhi).

Untuk dapat lebih jelas dalam memahami ketiga fungsi

tersebut, lihat skema berikut:

Skema pendidikan tersebut memberikan gambaran bahwa

input (bahan masukan) menjadi titik tolak pertama dalam proses

berjalannya sebuah pendidikan. Dalam sebuah lembaga

pendidikan, semakin banyak input seperti informasi, maka

semakin baik pengaruhnya bagi kemajuan lembaga pendidikan

tersebut. Sehingga, kekurangan-kekurangan yang selama ini

terjadi, dengan adanya berbagai input yang diperoleh

31

Page 39: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

terkait keberlangsungan pendidikan dan pembelajarannya akan

terselesaikan dengan baik. Ketika proses mata rantai skema

tersebut masih bisa berjalan, maka dinamika dan perkembangan

sebuah lembaga pendidikan masih terwujud, sebaliknya ketika

skema tersebut tidak berjalan, maka stagnasi atau kemandegan

akan terjadi.

Memperhatikan hal tersebut, maka Ilmu Pendidikan Islam

perlu dipelajari setiap muslim, yang berkeinginan agar pendidikan

yang diselenggerakan dapat berlangsung lancar dan mencapai

sasarannya. Mengenai perlunya mempelajari Ilmu Pendidikan

Islam ini, H.M. Arifin menyatakan sebagai berikut:46

» Pendidikan sebagai usaha membentuk pribadi manusia harus

melalui proses yang panjang, dengan resultan (hasil) yang tidak

dapat diketahui dengan segera, berbeda dengan membentuk

benda mati yang dapat dilakukan sesuai dengan keinginan

pembuatnya.

Dalam proses pembentukan tersebut diperlakukan suatu

perhitungan yang matang dan hati-hati berdasarkan pan-

dangan dan fikiran atau teori yang tepat, sehingga kegagalan

atau kesalahan-kesalahan langkah pembentuknya terhadap

peserta didik dapat dihindarkan. Oleh karena itu lapangan

tugas dan sasaran pendidikan adalah makhluk yang sedang

tumbuh dan berkembang yang mengandung berbagai ke-

mungkinan. Bila terjadi salah bentuk, maka akan sulit mem-

perbaikinya.

• Pendidikan Islam pada hususnya yang bersumberkan nilai- nilai

agama Islam di samping menanamkan atu membentuk

46 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam I (Bandung: Pustaka Setia, 1998),

him. 17.

32

Page 40: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendahuluan

sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai tersebut, juga mengem-

bangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan

nilai-nilai Islam yang melandasinya adalah merupakan

proses ikhtiariyah secara pedagogis mampu mengembangkan

hidup peserta didik ke arah kedewasaan atau kematangan

yang bermanfaat baginya. Oleh karena itu usaha ini tidak

dapat hanya berdasarkan atas trial and error (coba-coba) atau

atas dasar keinginan dan kemauan pendidik tanpa

dilandasi dengan teori-teori kependidikan yang dapat di-

pertanggung jawabkan secara ilmiah pedagogis.

• Islam sebagai agama wahyu yang diturunkan oleh Allah

dengan tujuan untuk mensejahterakan dan membahagiakan

hidup dan kehidupan umat manusia di dunia dan akhirat,

baru akan mempunyai arti fungsional dan aktual dalam diri

manusia bilaman dikembangkan melalui proses kependi-

dikan yang sistematis. Oleh karena itu teori-teori pendi-

dikan Islam yang disusun secara sistematis merupakan

kompas bagi proses tersebut.

• Ruang lingkup kependidikan Islam adalah mencakup

segala bidang kehidupan manusia di dunia di mana manu-

sia mampu memanfaatkan sebagai tempat menanam benih-

benih yang buahnya akan dipetik di akhirat nanti, maka

pembentukan sikap dan nilai-nilai amaliah dalam pribadi

manusia baru dapat efektif bilaman dilakukan melalui

proses kependidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah

ilmu pengetahuan kependidikan.

• Teori-teori, hipotesa dan asumsi-asumsi kependidikan

yang bersumberkan ajaran Islam sampai kini masih belum

tersusun secara ilmiah meskipun bahan-bahan bakunya

33

Page 41: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

telah tersedia, baik dalam kitab suci Al-Qur'an, Al-Hadits

maupun qaul ulama. Untuk itu diperlukan penyusunan

secara sistematis yang didukung dengan hasil penilaian

yang luas. []

34

Page 42: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

BAB II

DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN

ISLAM

Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk

mencapai suatu tujuan harus mempunya tempat lan- dasan

berpijak yang baik dan kuat. Sehingga pendidikan Islam sebagai

suatu upaya membentuk manusia, harus mempunyai landasan ke

mana semua kegiatan dan perumusan tujuan pendidikan Islam

diarahkan. Dari sini dasar adalah merupakan landasan untuk

berpijaknya sesuatu, yang akan memberikan arah yang jelas

kepada tujuan yang hendak diraih. Setiap negara, mempunyai

dasar pendidikannya sendiri sebagai cerminan falsafah hidup yang

dianutnya, sehingga dari sini suatu pendidikan disusun. Dan

karenanya sistem pendidikan suatu negara menjadi berbeda

dikarenakan perbedaan falsafah hidup yang dianutnya.

Beberapa contoh di antaranya, Negara Malaysia yang men-

dasarkan pendidikannya kepada prinsip-prinsip Rukun-negara

yang merupakan refleksi falsafah hidup bangsa Malaysia. Prinsip-

prinsip Rukun-negara yaitu1:

1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), him. 12.

35

Page 43: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

Kepercayaan kepada Tuhan Kesetiaan

kepada Raja dan Negara Keluhuran

Perkembangan Kedaulatan Undang-

undang Kesopanan dan Kesusilaan

Contoh lain yaitu Negara Islam Pakistan yang mendasarkan

pendidikannya pada Islam, sehingga diputuskan oleh Menteri

Pendidikan Islam Pakistan pada bulan November 1947, yang

memutuskan: (1), Education should be based on the Islamic conception of

universal brotherhood of man, social democracy and social justice, (2), It should be

compulsery for student to learn the fundamental principles to their religion, (3), There

should be proper integration of spiritual, social, ang vocational elements in

education.2

Penentuan dasar ini memiliki urgensi untuk3:

1. Mengarahkan tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai.

2. Membingkai seluruh kurikulum yang dilakukan dalam proses

belajar-mengajar, yang di dalamnya termasuk materi, metode,

media, sarana, dan evaluasi.

3. Menjadi standard an tolok ukur dalam evaluasi, apakah ke-

giatan pendidikan telah mencapai dan sesuai dengan apa yang

diharapkan atau belum.

A. Dasar Ke-Islaman

Dasar pendidikan Islam identik dengan dasar ajaran Islam

itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama

2 Ibid., hlm. 12-13.

3 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 31.

36

Page 44: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Dasar-dasar Ilmu Pendidikan

yaitu Al-Qur'an dan hadits. Kemudian dasar tadi dikembangkan

dalam pemahaman para ulama' dan lain sebagainya.4 Dengan versi

lain pendidikan Islam secara umum memiliki enam dasar (di sini

ada berbagai versi dan pendapat) dalam pandangan Sa'id Ismail

Ali sebagaiman dikutip Hasan Lang- gulung.5 Yaitu: Al-Qur'an, Al-

Sunnah, Kata-kata sahabat (madzhab sahabi), kemaslahatan

umat/sosial (mashlahah al-mursalah), tradisi atau adapt ('urf), dan

hasil pemikiran para ahli dalam Islam (ijtihad). Keenam dasar

pendidikan Islam tersebut didudukkan secara hierarkhis, dengan

arti bahwaa sumber utama dan pertama adalah al-Qur'an kemudian

dasar-dasar yang selanjutnya.

1. Al-Qur'an

Al-Qur'an dijadikan sumber pertama dan utama dalam

pendidikan Islam, karena nilai absolut yang terkandung di

dalamnya yang datang dari Tuhan. Umat Islam sebagai umat yang

dianugerahkan Tuhan suatu kitab Al-Qur'an yang lengkap dengan

segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan

bersifat universal. Apabila diamati secara mendalam, prosentase

akan ajaran-ajaran yang berkenaan dengan keimanan (aqidah)

tidak banyak porsinya dibandingkan dengan prosentase akan

ajaran tentang amal perbuatan. Hal ini menunjukkan bahwa amal

itulah yang banyak dilaksanakan, sebab semua amal perbuatan

manusia hubungannya dengan Tuhan, dirinya sendiri, sesama

manusia (masyarakat), alam sekitarnya dengan

4 Jalaluddin, dan Said Usman, Filsafat Pendidikan Islam; Konsep

dan Perkembangan Pemikirannya (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 37.

5 Ibid.

37

Page 45: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

makhluk lainnya kesemuanya masuk dalam ruang lingkup amal

saleh (syariah), namun bukan berarti menafikan urgensi keimanan

dalam Islam. Dengan kata lain bahwa al-Quran mencakup dua

aspek besar dalam kehidupan manusia, yakni aqidah dan syari'ah.

Nilai esensi dalam al-Qur'an selamanya abadi dan selalu

relevan pada setiap waktu dan zaman, yang terjaga dari perubahan

apapun. Perubahan dimungkinkan hanya menyangkut masalah

interpretasi mengenai nilai-nilai instrumental dan menyangkut

masalah tehnik operasional. Sehingga pendidikan Islam yang ideal

sepenuhnya mengacu pada nilai-nilai dasar al-Qur'an tanpa

sedikitpun menyimpang darinya. Hal ini diperlukan karena ada

dua isi penting yang diperlukan dalam sebuah pendidikan, yaitu

mencakup sejarah pendidikan Islam dan nilai- nilai normatif

pendidikan Islam.6

Muhammad Fadhil al-Jamali menyatakan bahwa pada

dasarnya merupakan perbendaharaan besar untuk kebudayaan

manusia, khususnya dalam segi spiritualitas. Ia juga merupakan

Kitab Pendidikan kemasyarakatan, moral, dan spiritual. Hal ini

dipertegas oleh al-Nadwi yang berpandangan bahwa pendidikan

dan pengajaran umat Islam haruslah bersumberkan dari Aqidah

Islamiyah yang berdasar dari al-Qur'an dan hadits.7

Dalam al-Qur'an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-

prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan.

Misalnya saja kisah Luqman dalam mengajari anaknya

6 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam

(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 33-38.

7 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1998),

hlm. 14.

38

Page 46: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Dasar-dasar Ilmu Pendidikan

(QS.Lukman: 12-19). Cerita ini menggariskan prinsip dalam materi

pendidikan yang terdiri dari masalah iman, akhlak, ibadah, social,

dan ilmu pengetahuan. Ayat lain menceritakan tujuan hidup dan

tentang nilai sesuatu kegiatan dan amal saleh. Hal ini

mengindikasikan bahwa tujuan hidup harus match dengan tujuan

hidup itu sendiri.8

2. As-Sunnah

Dasar kedua dalam pendidikan Islam adalah as-Sunnah.

Menurut bahasa sunnah adalah tradisi yang biasa dilakukan atau

jalan yang dilaui (al-Thoriqoh al-Maslukah) baik yang terpuji maupun

yang tercela. Al-Sunnah adalah sesuatu yang dinukilkan kepada

Nabi SAW, berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau ketetapannya

dan yang lain itu. Amalan yang dikerjakan rosul dalam proses

perubahan sikap sehari-hari menjadi sumber pendidikan Islam,

karena Allah telah manjadikan- nya teladan bagi umatnya. Sunnah

juga berisi aqidah dan syariah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman)

untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk

membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang

bertaqwa. Sehingga rosul manjadi guru dan pendidik utama.

Orang yang mengkaji kepribadian rosul, akan menemukan

bahwa beliau benar-benar pendidik yang agung, dengan metode

pendidikan yang luar bisa, bahkan para pakar pendidikan Islam

menyebutkan dan memberikan predikat "The Prophet

8 Zakiyah darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. keenam (Jakarta: Bumi

Aksara, 2006), him. 20, dan bandingkan dengan Munardji, Ilmu pendidikan Islam

(Jakarta: Bina Ilmu, 2004), hlm. 50.

39

Page 47: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

Muhammad was the first citizen of this nations, its teacher and its

guide".9

Robert L. Gullick dalam bukunya Muhammad the Educator

menyatakan: "Muhammad betul-betul seorang pendidik yang

membimbing manusia menuju kemerdekaan dan kebahagiaan

yang lebih besar, serta melahirkan ketertiban dan stabilitas yang

mendorong perkembangan budaya Islam, serta revolusi sesuatu

yang mempunyai tempo yang tak tertandingi dan gairah yang

menantang. Dari sudut pragmatis, seseorang yang mengangkat

prilaku manusia adalah seorang pangeran di antara para

pendidik.10

Dalam usahanya, Nabi sebagai guru dan pendidik yang

utama dapat diketahui melalui:

a. Menggunakan rumah al-Arqam Ibn Arqam

b. Memanfaatkan tawana perang untuk mengajar baca tulis.

c. Dengan mengirim para sahabat ke daerah-daerah yang

baru masuk Islam. Yang kesemuanya ini adalah dalam

rangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat

Islam.

Corak Pendidikan Islam yang diturunkan dari sunnah Nabi

Muhammadnadalah:

1. Disampaikan sebagia rahmat lil „alamin (rahmat bagi

semua alam), yang ruang lingkupnya tidak sebatas spesies

9 Munardji, Ilmu pendidikan Islam., hlm. 51.

10Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 39.

11 Ibid., hlm. 39-40.

40

Page 48: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Dasar-dasar Ilmu Pendidikan

manusia, tetapi juga makhluk biotik dan abiotik lainnya.

(QS.al-Anbiya': 107-108)

2. Disampaikan secara utuh dan lengkap, yang memuat berita

gembira dan peringatan pada umatnya. (QS. Saba': 28)

3. Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak (QS.

al-Baqarah: 119), dan terpelihara outentitasnya. (QS. al- Hijr:

9)

4. Kehadirannya sebagai evaluator yang mampu mengawasi

dan senantiasa bertanggung jawab atas aktivitas pendidikan

(QS. asy-Syura: 48, al-Ahzab: 45, al-Fath: 8)

5. Perilaku Nabi tercermin sebagai uswah hasanah yang dapat

dijadikan figuratau suri tauladan (QS. al-Ahzab: 21), karena

perilakunya dijaga Allah (QS. an-Najm: 3-4), sehingga beliau

tidak pernah maksiat.

6. Dalam masalah tehnik operasional dalam pelaksanaan

pendidikan Islam diserahkan penuh pada umatnya. Strategi,

pendekatan, metode, dan tehnik pembelajaran diserahkan

penuh pada ijtihad umatnya, selama tidak menyalahi aturan

pokok dalam Islam. Imam Muslim meriwayatkan dari Anas

dan Aisyah: "antum a‟lamu bi umur al-dunyakum” (engkau lebih

tau terhadap urusan duniamu).

3. Kata-kata Sahabat (Madzhab Sahabi)

Sahabat adalah orang yang pernah berjumpa dengan Nabi

SAW. Dalam keadaan beriman dan mati dalam keadaan beriman

juga. Para sahabat memiliki karakteristik yang unik di-

bandingkan dengan kebanyakan orang. Fazlur Rahman ber-

pendapat bahwa karakteristik sahabat antara alin: (1) tradisi yang

dilakukan para sahabat secara konsepsional tidak terpisah

41

Page 49: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

dengan sunnah Nabi, (2) Kandungan yang khusus dan aktual

tradisi sahabat sebagian besar produk sendiri, (3) Unsur kreatif

dari kandungan merupakan ijtihad personal yang telah

mengalami kristalisasi dalam ijma', yang disebut dengan madzhab

sahabi (pendapat sahabat). Ijtihad ini tidak terpisah dari petunjuk

Nabi terhadap sesuatu yang bersifat spesifik, dan (4) Praktek

amaliah sahabat identik dengan ijma' (konsensus umum).12

Upaya sahabat dalam pendidikan Islam sangat menentukan

bagi perkembangan pemikiran dewasa ini. Upaya yang dilakukan

oleh Abu Bakar misalnya, mengumpulkan mushaf dalam satu

mushhaf yang dijadikan sebagai sumber utama pendidikan Islam;

meluruskan keimanan masyarakat dari pemurtadan dan

memerangi pembangkang dari pembayaran zakat. Sedangkan

yang dilakukan Umar bin Khattab sehingga ia disebut sebagai

bapak revolusioner terhadap ajaran Islam. Tindakannya dalam

memperluas wilayah Islam, dan memerangi kezaliman menjadi

salah satu model dalam membangun strategi dan perluasan

pendidikan Islam dewasa ini. Sedang Ustman bin Affan berusaha

untuk menyatukan sistematika berfikir ilmiah dalam menyatukan

susunan Al-Qur'an dalam satu mushhaf, yang berbeda antara satu

mushhaf dengan mwsWia/lainnya. Sementara Ali bin Abi Thalib

banyak merumuskan konsep-konsep kependidikan seperti

bagaiman seyogianya etika peserta didik terhadap pendidiknya,

bagaimana ghirah pemuda dalam belajar, dan demikian

sebaliknya.13

12 Ibid., hlm. 40. 13 Ibid.

42

Page 50: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Dasar-dasar Ilmu Pendidikan

4. Kemaslahatan Umat/Sosial (Mashlahah al-Mursalah)

Mashlahah al-Mursalah adalah menetapkan undang- undang,

peraturan dan hokum tentang pendidikan dalam hal-hal yang

sama sekali tidak disebutkan dalam nash dengan pertimbangan

kemashlahatan hidp bersama, dengan bersendikan asas menarik

kemashlahatan dan menolak kemudha- ratan. Mashlahah al-

Mursalah dapat diterapkan jika ia benar- benar dapat menarik

mashlahah dan menolak mudharat melalui penyelidikan terlebih

dahulu. Ketetapannya bersifat umum, bukan untuk kepentingan

perseorangan serta tidak bertentangan dengan nash.u

Para ahli pendidikan berhak menentukan undang- undang

atau peraturan pendidikan Islam sesuai dengan kondisi

lingkungan di mana ia berada. Ketentuan yang dicetuskan

berdasarkan mashlahah al-mursalah dengan memiliki tiga kriteria:

(1) apa yang dicetuskan benar-benar membawa kemashlahatan

dan menolak kerusakan setelah melalui tahapan observasi dan

analisis, misalnya pembuatan tanda tamat (ijasah) dengan foto

pemiliknya; (2) kemaslahatan yang diambil merupakan

kemaslahatan yang bersifat universal, yang mencakup seluruh

lapisan masyarakat, tanpa adanya diskriminasi, misalnya

perumusan undang-undang Sistem Pendidikan Nasional di

Negara Islam atau di nagara yang penduduknya mayoritas

muslim; (3) keputusan yang diambil tida bertentangan dengan

nilai dasar Al-Qur'an dan as-Sunnah. Misalnya perumusan tujuan

pendidikan tidak menyalahi fungsi kehambaan dan kekhalifahan

manusia di muka bumi.15

14 Ibid., hlm. 41. 15 Ibid.

43

Page 51: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

5. Tradisi atau Adat Kebiasaan Masyarakat ('Urf)

Tradisi ('urf/adat) adalah kebiasaan masyarakat, baik berupa

perkataan maupun perbuatan yang dilakukan secara kontinu dan

seakan-akan merupakan hukum tersendiri, sehingga jiwa merasa

tenang dalam melakukannya karena sejalan dengan akal dan

diterima oleh tabiat yang sejahtera. Nilai tradisi setiap masyarakat

merupakan realitas yang multikompleks dan dialektis. Nilai-nilai

itu mencerminkan kekhasan masyarakat sekaligus sebagai

pengejawantahan nilai-nilai universal manusia. Nilai-nilai tradisi

dapat dipertahankan sejauh di dalam diri mereka terdapat nilai-

nilai kemanusiaan. Nilai-nilai tradisi yang tidak lagi

mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan, maka manusia akan

kehilangan martabatnya.16

Dalam konteks tradisi ini, masing-masing tradisi masyarakat

muslim memiliki corak tradisi unik, yang berbeda antara

masyarakat satu dengan masyarakat lain. Sekalipun mereka

memiliki kesamaan agama, tetapi dalam hidup berbangsa dan

bernegara akan membentuk ciri unik. Dengan asumsi seperti ini,

maka ada penyebutan Islam universal dan Islam lokal.17 Ke-

sepakatan bersama dalam tradisi dapat dijadikan acu and alam

pelaksanaan pendidikan Islam. Penerimaan tradisi ini memiliki

beberapa syarat, yaitu: (1) tidak bertentangan dengan ketentuan

nash pokok, baik al-Qur'an dan sunnah; (2) tradisi yang

16 Ibid., him. 42. 17 Islam universal adalah Islam yang diajarkan Allah dan rasul- Nya

sebagaimana adanya, yang memiliki nilai esensial dan diberlakukan untuk semua

lapisan, misalnya menutup aurat bagi muslim dan muslimah. Sedangkan Islam

lokal adalah Islam adaptif terhadap tradisi dan budaya masyarakat setempat,

sebagai hasil interpretasi terhadap Islam universal, seperti bagaimana bentuk

menutup aurat itu, apa memakai celana, kebaya, jubah atau yang lain. Ibid

44

Page 52: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Dasar-dasar Ilmu Pendidikan

berlaku tidak bertentangan dengan akal sehat dan tabiat yang

sejahtera, serta tidak mengakibatkan kedurhakaan, kerusakan,

dan kemunduran.18

6. Hasil Pemikiran Para Ahli dalam Islam (Ijtihad)

Setelah jatuhnya kekhalifahan Ali bin Abi Thalib berakhir,

berakhirlah masa pemerintahan Khulafaur Rasyidun dan

digantikan oleh Dinasti Umayyah. Pada masa ini Islam telah

meluas sampai ke Afrika Utara bahkan ke Spanyol. Perluasan

daerah kekuasaan ini diiukuti oleh ulama' dan guru atau

pendidik. Akibatnya terjadi pula perluasan pusat-pusat

pendidikan yang tersebar di kota-kota besar seperti: (1) Makkah

dan Madinah (hijaz); (2) Bashrah dan Kuffah (Iran); (3) Damsyik

dan Palestina; (4) Fustat (Mesir). Implikasi dari berdirinya pusat-

pusat pendidikan tersebut, adalah terjadinya perkembangan baru

dalam realitas pendidikan, sebagai akibat interaksi, asimilasi, dan

akulturasi nilai-nilai budaya daerah yang ditaklukkan dengan

nilai-nilai Islam. Hal ini berrati perlu adanya pemikiran ulang

secara komperhensif tentang cara mengatasi problem-problem

baru yang timbul, dan di sinilah perlunya sebuah "Ijtihad".19

Ijtihad adalah istilah para ahli fiqh (fuqaha') yang berakar

dari kata jahada yang berarti al-masyaqqah (yang sulit) dan badzl al-

wus'i wa thaqati (pengerahan kesanggupan dan kekuatan). Sa'id al-

Taftani memberikan arti ijtihad dengan tahmil al-juhdi (kearah

yang membutuhkan kesungguhan),

18 Ibid. 19 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia,

1998), hlm. 17.

45

Page 53: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

yaitu pengerahan segala kesanggupan dan kesungguhan serta

kekuatan untuk memperoleh apa yang dituju sampai pada batas

puncaknya.20 Istilah lain menyebutkan bahwa ijtihad adalah

berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki ahli

syari'at Islam untuk menetapkan/menentukan suatu hukum syari'at

Islam dan hal- hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh

al-Qur'an dan sunnah.21

Beberapa Imam fiqh yang tergolong mujtahid seperti al-

Auza'i, Abu Hanifah dan Imam Malik, pada waktu itu merasa perlu

untuk memecahkan permasalahan yang timbul sebagai akibat

terjadinya interaksi nilai-nilai budaya adat istiadat yang berbeda

dengan menggunakan ijtihad. Dengan demikian ijtihad dapat

digunakan sebagi sumber pendidikan karena sesuai dengan

hikmah Islam. Hal ini disebabkan karena al-Qur'an dan sunnah

masih banyak mengandung arti yang umum, sehingga para ahli

hukum menggunakan ijtihad untuk menetapkan hukum tersebut.22

Ijtihad dalam aplikasinya dapat meliputi seluruh aspek

ajaran Islam, termasuk di dalamnya aspek pendidikan. Karena

20 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 43.

21 Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam,. Cet. keenam (Jakarta:

Bumi Aksara, 2006), him. 21. Bandingkan dengan Munardji, Ilmu Pendidikan Islam

(Jakarta: Bina Ilmu, 2004), him. 51. Ijtihad ini dirasa penting karena Al-Qur'an dan

Hadits banyak mengandung arti yang masih umum, maka para ahli hukum Islam

menggunakan Ijtihad untuk menentukan sebuah hukum. Ijtihad ini sangat terasa

sekali kebutuhannya setelah wafatnya Nabi dan beranjaknya Islam mulai keluar

dari Arab. Sehingga memang situasi dan kondisi yang sudah berbeda dengan tanah

Arab. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam., hlm. 17. 22 Ramayulis,, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), hlm. 17.

46

Page 54: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Dasar-dasar Ilmu Pendidikan

pada prinsipnya ijtihad diaplikasikan dalam hal-hal yang terus

berkembang yang perlu penalaran atau pemikiran ulang yang lebih

komperhensif dalam dinamika kehidupan masyarakat. Dan

pendidikan merupakan satu aspek kehidupan yang sangat urgen

dalam masyarakat, yang akan senantiasa berkembang sejalan

dengan perkembangan zaman yang semakin bergerak maju dengan

cepat. Akibatnya dengan sangat mendesak perlu adanya suatu jalan

penghubung yang dapat menghantarkan aspek-aspek pendidikan

seperti isi atau materi, metode, system dan yang lainnya ini pada

dunianya yang semakin maju agar dapat membawa masyarakat

kepada sebuah peradaban yang lebih manusiawi dan Islami.

Sebagai realisasi ajaran Islam dari al-Qur'an dan sunnah yang

masih global, demi tercapainya tujuan pendidikan Islam.

Dari pengertian di atas, maka ijtihad menjadi sangat penting

dan diperlukan dalam dunia pendidikan, dan ketika terlihat gejala

adanya pendidikan yang masih mempertahankan status-quo, jumud

(kemandegan), stagnan, dan statis. Urgensi dari perlunya aplikasi

ijtihad adalah untuk dinamisasi, inovasi, dan modernisasi

pendidikan agar diperoleh masa depan pendidikan yang lebih

berkualitas. Ijtihad tidak berarti dekonstruksi nilai-nilai, budaya da

tatanan lama yang sudah ada, malainkan merekonstruksi atau

memelihara "yang lama" yang baik (al-qadim ash-shalih) dan

mengambil tatanan "yang baru" yang lebih baik (al-jadid al-ashlah).

Sehingga Rasulullah memberi sebuah apresisi yang relevan kepada

pelaku ijtihad, bila mereka benar malakukannya baik dataran isi

dan prosedurnya, maka mereka mendapatkan dua pahala, tetapi

apabila mengalami kesalahan maka ia mendapatkan satu pahala,

yaitu

47

Page 55: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

karena kesungguhan yang sudah dilakukkannya (HR. Bukhari

Muslim dan Amr ibn ash).23

B. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Islam di Indonesia

Dasar pendidikan di suatu negara disesuaikan dengan

dasar falsafah negaranya. Oleh karenanya pendidikan Islam di

Indonesia selain berdasarkan pada dasar-dasar tersebut, agar

lebih dapat diaplikasikan dalam masyarakatnya harus berdasar-

kan pada falsafah hidup bangsa Indonesia, dan perundang-

undangan yang berlaku yang secara langsung maupun tidak

langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pen-

didikan di berbagai lembaga pendidikan (formal, non-formal

maupun in-formal) yang masih memungkinkan.24

Adapun dasar-dasar tersebut adalah:

1. Dasar Ideal

Dasar ideal adalah dasar dari falsafah negara, yaitu Pancasila,

dengan sila pertamanya Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini

mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia

harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau dengan

kata lain haruslah beragama dan berTuhan. Dasar ideal ini

merupakan sumber kebenaran dan kekuatan (kebenaran

universal) yang akan disepakati oleh semua fihak, dan dapat

mengantarkan kepada apa yang menjadi tuju a bersama

tersebut. Dasar ini telah menjadi standar nilai bersama yang

nantinya akan mamapu menjadi evaluator

23 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam

(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm, 43.

24 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1998),

hlm. 18-19.

48

Page 56: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Dasar-dasar Ilmu Pendidikan

seluruh kegiatan dan proses pendidikan. Sehingga nilai ini

nantinya akan berlaku secara umum (general pattern), yang

menjadi nilai-nilai inti atau ideal (ideal core values).

2. Dasar Struktural

Dasar struktural pendidikan di Indonesia adalah UUD 1945,

"mencerdaskan kehidupan bangsa...". Perwujudan tujuan

tersebut tertuang dalam amandemen pasal 31 UUD 1945 yang

berupa Pasal 31 ayat (1) sampai ayat (5) yang berbunyi:25

a. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

b. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar

dan pemerintah wajib membiayainya.

c. Pemerintah menyelenggarakan dan mengusahakan satu

sistem pendidikan nasionl yang meningkatkan keimanan

dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan

undang-undang.

d. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-

kurangnya 20 % dari anggaran pendapatan dan belanja

negara serta anggaran dan belanja daerah untuk

memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan

nasional.

e. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi

dengan menjunjung tinggi nilai agama dan persatuan

bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan

umat.

25 Zaini, Landasan Kependidikan (Yogyakarta: Mitsaq Pustaka,

2011), hlm. 90.

49

Page 57: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

3. Dasar Operasional

Untuk dasar ini, pada saat sekarang terletak pada UU No 20

Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003, yang terkenal dengan

UU SISDIKNAS tahun 2003 yang menjadi penjabaran pasal 31

tersebut di atas. Dalam undang-undang tersebut telah dengan

jelas mengamanatkan program wajib belajar minimal sampai

jenjang pendidikan dasar. Setiap warga negara wajib

mendapatkan pendidikan yang bermutu. Pemerintah baik

Pusat maupun Daerah wajib menjamin terselenggaranya

pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara sesuai

dengan bakat, minat, tingkat kecerdasan, dan kemampuannya

tanpa diskriminasi, minimal setara dengan Standar Nasional

Pendidikan. Selain undang-undang SISDIKNAS tersebut,

terdapat pula beberapa undang-undang yang selama ini

menjadi dasar pendidikan di Indonesia. Di antara dasar

tersebut adalah Undang-Undang RI No 4 tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen. Undang-undang ini telah menjadi dasar yang

sangat tinggi nilainya bagi peningkatan kualitas pendidik

berikut dengan kesejahteraannya. Sebagai seorang pendidik

disyaratkan harus memenuhi berbagai kualifikasi akademik,

sertifikasi, dan kompetensi sebagai upaya peninggakatan mutu

pendidikan yang dijalankan. Selain undang-undang Guru dan

Dosen, ada juga contoh lain perundang-undangan yang

menaungi pendidikan Islam di Indonesia misalnya Peraturan

Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan, Peraturan Menteri No.ll tahun 2005 tentang Buku

Teks Pelajaran. Jadi, dasar operasional ini merupakan

penjabaran-pen-

50

Page 58: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Dasar-dasar Ilmu Pendidikan

jabaran dari dasar idela dan struktural, yang akan mengatur

pelaksanaan pendidikan di Indonesia secara lebih mendetail.

Dan pada akhirnya, akan muncul produk- produk undang-

undang yang lain yang menjadi penafsiran dasar idela dan

struktural tentang pendidikan. Sehingga dengan adanya aspek

hukum yang baku dalam pendidikan akan mewujudkan

konstruks manajemen pendidikan yang terukur, tersistem,

transparan dan terpola dengan baik.

C. Landasan Pemikiran Pendidikan Islam

Landasan pemikiran pendidikan Islam merupakan landasan

operasional yang terbentuk sebagai aktualisasi dan realisasi dari

dasar-dasar pendidikan Islam di atas. Hasan Langgulung

memberikan pemikiran dengan mengajukan enam macam

landasan, yang kemudian ada beberapa ahli pendidikan yang

menambahkan satu landasan algi sebagai sebuah penyempurnaan.

Satu landasan ini ditambahkan dengan tujuan agar segala proses

pendidikan yang dilakukan dapat bernafaskan dan bernuansa

Islami, sehingga dapat bernilai ubudiyah.26

1. Landasan Historis

Dasar historis adalah dasar yang berorientasi pada peng-

alaman pendidikan masa lalu, baik dalam bentuk undang- undang

maupn peraturan-peraturan, agar kebijakan yang di

26 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Keempat (Jakarta: Kalam Mulia,

2004), hlm. 62-63. Bandingkan dengan Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu

Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 44.

51

Page 59: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

tempuh masa sekarang akan lebih bermakna dan mencerahkan.

Dasar ini juga dapat dijadikan acuan untuk memprediksi masa

depan, karena dasar ini memberi data input tentang kelebihan

dan kekurangan kebijakan serta maju mundurnya prestasi

pendidikan yang telah ditempuh. Sebagai contoh kalau pada

masa dulu masyarakat bangsa Arab sangat gemar bersastra, maka

pendidikan sastra di Arab menjadi penting dalam kurikulum

masa kini, sebab sastra selain menjadi identitas dan potensi

akademik bagi bangsa Arab juga sebagai sumber perekat

bangsa.27 Dasar ini memberikan persiapan kepada pendidik

dengan hasil-hasil pengalaman masa lalu.

1. Landasan Sosiologis

Dasar sosiologis adalah dasar yang memberikan kerangka

sosial budaya, yang dengannya itu pendidikan dilaksanakan.

Dasar ini dapat dapat berfungsi sebagai tolok ukur dalam prestasi

belajar. Artinya, tinggi rendahnya suatu pendidikan dapat diukur

dari tingkat relevansi output pendidikan dengan kebutuhan dan

keinginan masyarakat. Pendidikan yang baik adalah pendidikan

yang tidak kehilangan konteks atau tercerabut dari akar

masyarakatnya.28 Prestasi pendidikan hampir tidak berguna jika

prestasi itu merusak tatanan masyarakat. Dasar ini berupa

kerangka budaya, di mana pendidikannya bertolak dan bergerak

seperti memindahkan budaya, memilih dan

mengembangkannya.29

27 Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam,, hlm. 44

28 Ibid., hlm. 46.

29 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Keempat (Jakarta: Kalam Mulia,

2004), hlm. 62.

52

Page 60: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Dasar-dasar Ilmu Pendidikan

3. Landasan Ekonomi

Dasar ini akan memberi perspektif tentang potensi- potensi

manusia, keuangan, materi, persiapan yang mengatur sumber

keuangan dan bertanggung jawab terhadap anggaran

pembelanjaan.30 Dalam masa sekarang ini dapatlah dikatakan

bahwa pendanaan merupakan salah satu faktor yang menetu- kan

akan maju mundurnya suatu pendidikan yang dilaksanakan.

4. Landasan Politik dan Administrstif

Dasar yang memberi bingkai ideologis, yang digunakan

sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-

citakan dan direncanakan bersama.31 Dasar politik menjadi

penting untuk pemerataan pendidikan, baik secara kualitatif

maupun kuantitatif. Dasar ini juga berguna menentukan ke-

bijakan umum dalam rangka mencapai kemaslahatan bersama,

bukan hanya untuk golongan atau kelompok tertentu. Sementara

dasar administrasi berguna untuk memudahkan pelayanan

pendidikan, agar pendidikan dapat berjalan dengan lancer tanpa

ada gangguan teknis dalam pelaksanaannya.32

5. Landasan Psikologi

Dasar yang memberi informasi tentang watak peserta didik,

pendidik, motivasi dan inovasi peserta didik, karakter, metode

terbaik dalam praktek, pengukuran dan penilaian

30 Ibid., bandingkan dengan Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu

Pendidikan Islam,, hlm. 44.

31 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam., hlm. 62.

32 Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam,, hlm. 44

53

Page 61: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

bimbingan dan penyuluhan, tenaga administrasi dan sumber-

daya manusia yang lain. Dasar ini juga dapat berfungsi untuk

mengetahui tingkat kesejahteraan dan kepuasan batiniah pelaku

pendidikan, agar mereka mampu maningkatkan prestasi dan

kompetensi dengan cara yang baik dan sehat. Dasar ini pula yang

memberikan suasana batin yang tenang, damai dan indah di

lingkungan pendidikan, meskipun dalam kedamaian dan

ketenangan itu senantiasa terjadi dinamika dan gerak cepat untuk

lebih maju bagi pengembangan lembaga pendidikan.33

6 . Landasan Filosofis

Dasar yang memberikan kemampuan memilih yang terbaik,

memberi arah suatu sistem yang mengontrol dan memberi arah

kepada semua dasar-dasar operasional lainnya.34 Bagi masyarakat

yang sekuler, dasar ini menjadi acuan terpenting dalam

pendidikan, sebab filsafat bagi mereka merupakan induk dari

segala dasar pendidikan. Sementara bagi masyarakat religius,

dasar ini hanya sekedar menjadi bagian dari cara berfikir di

bidang pendidikan secara sistemik, radikal, dan universal yang

asasnya diturunkan dari nilai ilahiyah.35

7 . Landasan Religius

Dasar religius adalah dasar yang diturunkan dari ajaran

agama. Urgensi dasar ini terletak pada tujuannya agar seluruh

33 Ibid., bandingkan dengan Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam., hlm. 62.

34 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Keempat (Jakarta: Kalam

Mulia, 2004), hlm. 62. 35 Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam,, hlm. 46

54

Page 62: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Dasar-dasar Ilmu Pendidikan

proses bahkan hasil dari pendidikan Islam dapat bermakna.

Konstruksi agama membutuhkan aktualisasi dalam berbagai

dasar pendidikan yang lain yang sudah disebutkan si atas. Agama

menjadi frame bagi semua dasar pendidikan. Aplikasi dasar-dasar

yang lain merupakan realisasi diri yang bersumberkan agama dan

bukan sebaliknya. Dengan tujuan yang hendak dicapai adalah

adanya tindakan kependidikan dapat dinilai ibadah, sebab

ibadah merupakan aktualisasi diri (self actualization) yang paling

ideal dalam pendidikan Islam.36

55

36 Ibid., hlm. 47.

Page 63: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

BAB III

TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Rumusan Tujuan Pendidikan Islam

Dalam adagium ushuliyah dinyatakan bahwa al-umur bi

maqashidiha, bahwa setiap tindakan dan aktivitas harus

berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah ditetapkan.

Adagium ini menunjukkan bahwa pendidikan seharusnya

berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai, bukan semata- mata

berorientasi pada sederetan materi. Sehingga tujuan pendidikan

Islam terlebih dahulu harus dirumuskan, sebelum komponen-

komponen yang lain.1

Pandangn objective oriented (berorientasi pada tujuan)

mengajarkan bahwa tugas seorang pendidik pada dasarnya bukan

hanya mengajarkan ilmu atau kecakapan tertentu pada peserta

didiknya saja, namun juga merealisir atau mencapai tujuan suatu

pendidikan. Menurut Zakiah Darajat tujuan itu sendiri adalah

sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan

selesai. Sedangkan HM Arifin, tujuan itu

1 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam

(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 71.

57

Page 64: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

bisa jadi menunjukkan futuritas (masa depan) yang terletak suatu

jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha

melalui proses tertentu.2

Tujuan merupakan sasaran, arah, yang hendak dituju,

dicapai dan sekaligus menjadi pedoman yang memberi arah bagi

segala aktivitas dan kegiatan pendidikan yang sudah dilakukan.

Dengan kata lain, tujuan merupakan standar usaha yang dapat

ditentukan, serta mangarahkan usaha yang akan dilalui dan

merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan- tujuan yang

lain. Tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha, agar kegiatan

dapat berfokus pada apa yang dicita-citakan, dan yang

terpenting lagi dapat memberi penilaian atau evaluasi pada

kegiatan-kegiatan dari usaha pendidikan.3 Tujuan pendidikan

bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, namun ia

merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang,

mencakup seluruh aspek kehidupan.4 Sehingga al- Abrasy

berpendapat melalui syairnya: "setiap sesuatu mempunyai tujuan

yang diusahakan untuk dicapai, seseorang bebas menjadikan

pencapaian tujuan pada taraf yang paling tinggi".5

T.S.Eliot menyatakan bahwa pendidikan yang^amat

penting itu, tujuannya haruslah diambil dari pandangan hidup,

sehingga jika pendidikan Islam, maka rumusan tujuan pendi-

2 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet Keempat (Jakarta: Kalam Mulia,

2004), him. 65., dan perjelas dalam Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:

Kalam Mulia, 1998), hlm. 23.

3 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 71.

4 Zakiyah Darajat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, cet. keenam (Jakarta:

Bumi Aksara, 2006), hlm. 29.

5 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam

(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 78.

58

Page 65: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

TUjuan Pendidikan Islam

dikaitnya haruslah diambil dari Islam pula.6 Beberapa perbedaan

tujuan yang ada di berbagai Negara dan filosof dapat dinyatakan

sebagai berikut:7

• Sparta, negara ini mempunyai tujuan pendidikan memper-

siapkan laki-laki yang kuat jasmaninya dalam peperangan

dan fasih pembicaraannya di majelis.

• Athena, tujuan pendidikannya adalah mempersiapkan

individu-individu supaya menjadi individu yang utuh (the

exelence man as man). Maksudnya yaitu supaya seseorang itu

mampu berdiri sendiri dan harmonis dalam tingkah lakunya

serta seimbang pula antara kekuatan jasmani dan rohaninya,

serta baik akhlaknya baik perkataan maupun perbuatannya.

• Jepang Modern, pendidikan di negara ini bertujuan untuk

menghasilkan pegawai-pegawai yang ikhlas dan setia kepada

kerajaan, dan mempergunakan ilmu pengetahuan yang

diperoleh untuk kepentingan Kerajaan.

• Amerika Serikat, yang menjadi pelopor sistem demokrasi

liberal di dunia, mengetengahkan tujuan pendidikan pada

tebentuknya manusia warga negara yang demokratis dan

warga negara yang baik serta memiliki efisiensi social dan

kehidupan ekonomi yang bermutu. Dari sini nampak bahwa

rumusan manusia ideal yang hendak dibentuk melalui proses

kependidikan adalah manusia yang berjiwa demokratis, taat

kepada peraturan perundang-undangan Negara

6 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, cet. keenam

(Bandung: PT. Rosda Karya, 2005), hlm. 46.

7 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1998),

hlm. 24.

59

Page 66: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

selaku warga Negara serta memiliki kompetensi dalam

mengelola kehidupan ekonomi yang bernilai cukup tinggi.8

Adapun beberapa filosof memberikan formulasi tujuan

sebuah pendidikan, di antaranya:

• Aristoteles, bahwa tujuan pendidikan ialah mempersiapkan

akal untuk memperoleh ilmu pengetahuan, sebagaimana bumi

disiapkan untuk tumbuh-tumbuhan dan tanaman.

• Immanuel Kant, pendidikan bertujuan untuk mengangkat

manusia kepada kesempurnaan yang mungkin dicapai.

• Herbert Spenser, tujuan yang hendak dicapai dari sebuah

pendidikan ialah mempersiapkan manusia supaya dapat hidup

dengan kehidupan yang sempurna.

Pada dasarnya tujuan pendidikan Islam sejalan dengan

tujuan misi Islam itu sendiri, yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak

hingga mencapai tingkat akhlak al-karimah. Selain itu, ada dua

sasaran pokok yang akan dicapai oleh pendidikan Islam tadi,

kebahagiaan dunia dan kesejahteraan akhirat, memuat dua sisi

penting. Dan ini dipandang sebagai nilai lebih pendidikan Islam

dibandingkan pendidikan lain secara umum.9

Istilah tujuan atau sasaran atau maksud dalam bahsa Arab

dinyatakan dengan ghayat, ahdaf dan maqashid. Sedang-

8 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara,

2005), hlm. 119.

9 Lebih jelas lihat dalam Jalaluddin, dan Usman Said, Filsafat

Pendidikan Islam; Konsep dan Perkembangan Pemikirannya (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 1999), hlm. 38-39.

60

Page 67: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Uijuan Pendidikan Islam

kan dalam bahsa Inggris dinyatakan dengan goal, purpose atau

objective atau aim. Secara umum istilah-istilah tersebut mengandung

pengertian yang sama, yaitu perbuatan yang diarahkan kepada suatu

tjuan tertentu, atau arah, maksud yang hendak dicapai melalui upaya

atau aktifitas.10

Dalam realitas para pemikir dan ahli pendidikan Islam, para

ahli pendidikan Islam belum ada kesepakatan dalam merumuskan

tujuan pendidikan secara bulat. Di antaranya rumusan tujuan oleh

Imam Ghazali yaitu11: (1) insan peripurna yang bertujuan

mendekatkan diri kepada Allah SWT; (2) insan paripurna yang

bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat,

karena itu berusaha mengajar manusia agar mampu mencapai tujuan

yang dimaksudkan tersebut.

Al-Attas menghendaki tujuan pendidikan Islam adalah

manusia yang baik. Sedangkan Marimba berpendapat bahwa tujuan

pendidikan Islam adalah terbentuknya orang yang berkepribadian

muslim.12 Mahmud Yunus dalam bukunya merumuskan tujuan

pendidikan: "mendidik anak-anak, pemuda/ pemudi dan orang

dewasa, supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh,

beramal shalih dan berakhlak mulia, sehingga salah seorang anggota

masyarakat yang sanggup hidup di atas kaki sendiri, mengabdi

kapada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan

semua umat manusia.13

10 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, cet. Keempat, 2004),

hlm. 65. 11 Munardji, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), hlm. 53.

12 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, cet. keenam (Bandung:

PT. Rosda Karya, 2005), hlm. 46.

13 Munardji, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), hlm. 53-54.

61

Page 68: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

Ibnu Khaldun memberikan pendapatnya bahwa tujuan

pendidikan ada dua: (1) Tujuan keagamaan, ialah beramal untuk

akhirat, sehingga ia menemui Tuhannya dan telah menunaikan hak-

hak Allah yang diwajibkan ke atasnya; (2) Tujuan ilmiah yang

bersifat keduniaan, yaitu apa yang diungkapkan oleh pendidikan

modern dengan tujuan kemanfaatan atau persiapan untuk hidup.14

Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Najid berpendapat

bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mendapatkan

keridlaan Allah dan mengusahakan penghidupan. Menurut

Musthafa Amin, tujuan pendidikan Islam adalah memeprsiapkan

seseorang bagi amalan dunia dan akhirat. Abdullah Fayad

merumuskan dua tujuan pendidikan Islam, yaitu: (1) persiapan

untuk hidup akhirat; (2) membentuk perorangan dengan ilmu

pengetahuan dan ketrampilan untuk menunjang kesuksesan hisup

di dunia. Al-Abrasy memberikan rumusan tujuan secara umum,

yaitu: (1) pembentukan akhlak mulia; (2) persiapan untuk kehidupan

dunia dan akhirat; (3) persiapan untuk mencari rizki dan

pemeliharaan segi-segi pemanfaatannya. Keterpaduan antara agama

dan ilmu akan dapat membawa manusia kepada kesempurnaan; (4)

menumbuhkan roh ilmiah para pelajar dan memenuhi keinginan

untuk mengetahui serta memiliki kesanggupan untuk mengkaji ilmu

sekedar sebagai ilmu; (5) mempersiap

14 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), him. 26.,

lihat juga dalam Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Keempat (Jakarta: Kalam

Mulia, 2004), hlm. 71, dan juga Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, M.Si., Ilmu

Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 81.

62

Page 69: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

TUjuan Pendidikan Islam

kan para pelajar untuk suatu profesi tertentu sehingga ia mudah

mencari rezeki.15

Munir Mursi memandang bahwa tujuan yang hendak dicapai

dari pendidikan adalah manusia sempurna. Menurt Abdul Fatah

Jalai tujuannya adalah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah.

Namun menurut Quthb, tujuan umum pendidikan adalah manusia

yang taqwa.16

Sementara itu menurut Konggres pendidikan Islam sedunia

tahun 1980 di Islamabad, menyebutkan:

"Education aims at the balanced growth of total personality of man through of

man's spirit, intellect, the rational self, feeling and bodile sense. Education should,

therefore, cater for the growth of man in all its aspect, spiritual, intellectual,

imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and attainment of

perfection. The ultimate aim of education lies in the realization of complete

submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at

large".

Artinya:

bahwa pendidikan Islam haruslah bertujuan mencapai pertumbuhan kepribadian

manusia yang menyeluruh, secara seimbang, melalui latihan jiwa, intelek, diri

manusia yang rasional, perasaan dan indera. Karena itu, pendidikan harus

mencapai pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya, seperti spiritual,

intelektual, imajinatif, fisik, ilmiah, dan bahasa secara individu maupun kolektif.

Mendorong semua aspek kearah kebaikan dan mencapai kemakmuran. Tujuan

akhirnya adalah dengan perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah,

baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia.17

15 Ramayulis, 1998, Ibid, him. 26, lihat juga dalam Ramayulis, 2004, Ibid., hlm. 72.

16 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, cet. keenam

(Bandung: PT. Rosda Karya, 2005), hlm. 47-48. 17 Munardji, Ilmu Pendidikan Islam., hlm. 54, lihat juga dalam

Abdul Mujib, Ilmu., hlm. 82-83.

63

Page 70: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

Ada juga yang memberikan uraian bahwa tujuan pendidikan

Islam terbagi menjadi lima bagian, pendapat ini menurut Fadlil al-

Jamaly,18 yaitu:

• Mengenalkan manusia akan perannya di antara sesama

makhluk dan tanggung jawab pribadinya di dalam hidup ini.

• Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung

jawabnya dalam tata hidup bermasyarakat.

9 Mengenalkan manusia akan ala mini dan mengajar mereka untuk

mengetahui hikmah diciptakannya serta memberikan

kemungkinan kepada mereka untuk mengambil manfaat dari

alam tersebut.

• Mengenalkan manusia akan pencipta alam ini (Allah) dan

memerintahkan untuk beribadah kapada-Nya.

Sedangkan Muhtar yahya merumuskan tujuan pendidikan

dengan memberikan pemahaman ajaran-ajaran Islam pada peserta

didik dan membentuk keluhuran budi pekerti sebagaimana misi

Rosulullah sebagai pengemban perintah menyempurnakan akhlak

manusia, untuk memenuhi kebutuhan kerja (QS. an-Nahl: 97, al-

An'am: 132) dalam rangka menempuh hidup bahagia dunia dan

akhirat (QS. al-Qashash: 77).19

Menurut al-Ghazali, seperti yang dikutip Fathiyah Hasan

Sulaiman, menerangkan bahwa tujuan umum pendidikan

18 Abd. Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam

Mulia, 2002), hlm. 19-20, bandingkan dalam Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir,

Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 83.

19 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 83.

64

Page 71: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Tujuan Pendidikan Islam

Islam tercermin dalam dua segi, yaitu: (1) insan purna yang

bertujuan mendekatkan diri kepada Allah; (2) insan purna yang

bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Kebahagian di sini menurut al-Ghazali adalah menempatkan

kebahagiaan dalam proporsi yang semestinya. Kebahagiaan yang

lebih memiliki nilai universal, abadi, dan lebih hakiki itulah yang

diprioritaskan.20

Abd al-Rasyid ibn Abd al-Aziz dalam bukunya al-Tarbiyah al-

Islamiyah wa Thuruq Tadrisiha, menukil pendapat para ahli seperti al-

Farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali, dan Ihwan Shafa, ia memformulasikan

tujuan pendidikan Islam dengan: (1) adanya kedekatan (taqarrub)

kepada Allah melalui pendidikan akhlak; (2) menciptakan individu

untuk memiliki pola pikir yang ilmiah dan pribadi yang dapat

mengintegrasikan antara agama dengan ilmu serta amal shaleh,

guna memperoleh ketinggian derajat dalam berbagai dimensi

kehidupan.21

Ali ashraf menawarkan tujuan pendidikan Islam dengan22:

"terwujudnya penyerahan mutlak kepada Allah, pada tingkat

individu, masyarakat, dan kemanusiaan pada umumnya". Tujuan

umum itu merupakan kristalisasi dari tujuan khusus pendidikan

Islam, yaitu:

• Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam,

serta mengembangkan pemahaman rasional mengenai Islam

dalam konteks kehidupan modern.

• Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan

kebijakan, baik pengetahuan praktis, kekuasaan, kesejah-

20 Ibid., hlm. 80.

21 Ibid., hlm. 81.

22 Ibid., hlm. 82.

65

Page 72: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

teraan, lingkungan social, dan pembangunan nasional.

• Mengembangkan kemampuan pada diri peserta didik untuk

menghargai dan membenarkan superioritas kom- peratif

kebudayaan dan peradaban Islami di atas semua kebudayaan

lain.

• Memperbaiki dorongan emosi melalui pengalaman iamjinatif,

sehingga kemampuan kreatif dapat berkembang dan berfungsi

mengetahui norma-norma Islam yang benar dan yang salah.

• Membantu peserta didik yang sedang tumbuh untuk belajar

berfikir secara logis dan membimbing proses pemikirannya

dengan berpijak pada hipotesis dan konsep-konsep tentang

pengetahuan yang dituntut.

• Mengembangkan wawasan relasional dan lingkungan

sebagaimana yang dicita-citakan dalam Islam, dengan melatih

kebiasaan yang baik.

• Mengembangkan, menghaluskan, dan memperdalam

kemampuan berkomunikasi dalam bahasa tulis dan bahasa lisan.

Dari seluruh formulasi tujuan pendidikan Islam di atas,

dapatlah diambil sebuah benang merah tiujuan pendidikan Islam

adalah bahwa terbentuknya insan kamil yang di dalamnya memiliki

wawasan kaffah agar mampu menjelaskan tugas- tugas kehambaan,

kekhalifahan, dan pewaris Nabi.23 Dalam versi yang lain,

Muhammad Iqbal yang dikutip Dawam Raharjo, memberikan

kriteria insan kamil dengan insane yang beriman yang di dalam

dirinya terdapat kekuatan, wawasan, perbuat-

23 Ibid., him. 83-84.

66

Page 73: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

TUjuan Pendidikan Islam

an, dan kebijaksanaan dan mempunyai sifat-sifat yang tercermin

dalam pribadi Nabi berupa karimah. Tahapan untuk mencapai insan

kamil itu diperoleh melalui ketaatan terhadap hukum-hukum Allah,

penguasaan ini sebagai bentuk tertinggi kesadaran diri tentang

pribadi dan kekhalifahan Ilahi.24

Dalam versi Thalhah Hasan, terminology insan kamil disebut

dengan insan kaffah dengan prasayarat adanya tiga dimensi,25 yaitu:

• Dimensi religius, yaitu manusia merupakan makhluk yang

mengandung berbagai misteri dan tidak dapat direduksi- kan

kepada faktor materi semata-mata. Dengan demikian manusia

bisa dicegah untuk diajadikan anggota, atomat, dan robot yang

diprogramkan secara determinitis, tetapi tetap mempertahankan

kepribadian, kebebasan akan martabatnya. Cara mengangkatnya

adalah dengan menjadikan ia bernilai secara spiritual dan

agama, yang karenanya manusia berbeda satu dengan yang lain.

• Dimensi budaya, manusia merupakan makhluk etis yang

mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap kelestarian

dunia seisinya. Dalam dimensi ini, manusia mendapatkan dasar

untuk mempertahankan keutuhan kepribadiannya dan mampu

mencegah arus zaman yang membawa pada disintegrasi dan

fragmentasi yang selalu mengancam kehidupan manusia.

• Dimensi ilmiah, yang mendorong manusia untuk selalu bersikap

obyektif dan realistis dalam menghadapi tantang-

24 Ibid., hlm. 8

25 Ibid., hlm. 8

67

Page 74: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

an zaman, serta berbagai kehidupan manusia terbina untuk

tingkah laku secara kritis dan rasional, serta berusaha

mengembangkan keterampilan dan kreativitas berpikir.

B. Tahap-tahap Tujuan Pendidikan Islam

Dalam dinamika kehidupan manusia, akan terjadi keter-

batasan yang terikat oleh ruang dan waktu, sehingga rumusan

tujuan pendidikan tidak dapat melampaui batas-batas kehidupan

itu. Artinya, kondisi psikis serta lingkungan ia berada, selalu

menjadi perhatian dan penekanan dalam perumusan tujuan

pendidikan. Konsekuensinya, perumusan tujuan pendidikan akan

menjadi terbuka dan berjenjang atau bertahap. Terbuka artinya,

bahwa rumusan tujuan pendidikan bisa terus diperluas dan

disempurnakan. Sedangkan berjenjang berarti dapat disesuaikan

dengan tuntutan yang bersifat insidental, instrumental, maupun

mental.26 Berawal dari sini maka beberapa ahli memberikan

pandangan mengenai tahap-tahap dalam tujuan pendidikan.

Abu Ahmadi berpandangan bahwa tahap-tahap dalam tujuan

pendidikan Islam meliputi27: (1) Tujuan tertinggi atau tujuan

terakhir; (2) Tujuan Umum; (3) Tujuan khusus; (4) Tujuan sementara.

Demikian juga Zakiyah Darajat juga membagi tahap tujuan

pendidikan Islam menjadi empat28, dengan

26 Abd. Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia,

2002), hlm. 20.

27 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Keempat (Jakarta: Kalam Mulia, 2004),

hlm. 66-71.

28 Zakiyah Darajat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, cet. keenam (Jakarta: Bumi

Aksara, 2006), hlm. 30-33, bandingkan dengan Abdul Halim Soebahar, Wawasan.,

hlm. 20-21.

68

Page 75: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

TUjuan Pendidikan Islam

perincian: (1) Tujuan umum; (2) tujuan akhir; (3) Tujuan sementara;

(4) Tujuan operasional.

Dari beberapa pembagian tersebut, pada dasarnya tahap

tujuan pendidikan Islam mencakup empat tahapan, yaitu:

1. Tujuan umum, ialah tujuan yang hendak dicapai dari seluruh

kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran dan yang lainnya.

Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi

sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan.

Tujuan umum ini berbeda dalam setiap tingkat umur,

kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama.

Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar

pada pribadi seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam

ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkat-

tingkat tersebut.

2. Tujuan akhir, ialah tujuan yang disandarkan pada akhir hidup

manusia, karena pendidikan Islam berlangsung selama manusia

masih hidup. Tujuan umum yang berupa insan kamil dengan

pola takwa misalnya, dapat mengalami perubahan naik turun,

bertambah berkurang, dalam perjalanan hidup seseorang.

Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat

mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam berlaku

selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk,

mengembangkan, memelihara, dan mempertahankan tujuan

pendidikan yang telah dicapai. Orang yang bertaqwa dalam

bentuk insan kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan

dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan, sekurang-

kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang,

meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam

pendidikan formal.

69

Page 76: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

3. Tujuan sementara, ialah tujuan yang akan dicapai setelah

peserta didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang

direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.

Tujuan operasional dalam bentuk semisal tujuan instruksional

yang dikembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan

khusus (TIU dan TIK), dapat dianggap tujuan sementara dengan

sifat yang agak berbeda. Pada tujuan sementara bentuk insan

kamil dengan pola taqwa sudah kelihatan meskipun dalam

ukuran sederhana, sekurang- kurangnya beberapa ciri pokok

sudah kelihatan pada pribadi peserta didik. Tujuan pendidikan

Islam seolah-olah merupakan sebuah lingkaran, yang pada

tingkat paling rendah mungkin merupakan suatu lingkaran

kecil. Semakin tinggi tingkatan pendidikannya, lingkaran

tersebut semakin besar. Tetapi sejak dari tujuan pendidikan

tingkat permulaan, bentuk lingkarannya sudah harus kelihatan.

Bentuk inilah yang menggambarkan insane kamil itu. Dan di

sinilah barangkali perbedaan tujuan pendidikan Islam

dibandingkan dengan pendidikan yang lain. Contoh aplikasinya

dalam pendidikan misalnya, sejak tingkat taman kanak- kanak

dan Sekolah Dasar, gambaran insane kamil itu hendaknya sudah

terpolakan. Bentuk insan kamil dengan pola taqwa harus

kelihatan dalam semua tingkat pendidikan Islam. Oleh karena

itu semua lembaga pendidikan Islam harus mampu

merumuskan tujuan pendidikan Islam sesuai dengan tingkat

jenis pendidikannya.

4. Tujuan Operasional, yaitu tujuan praktis yang akan dicapai

dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit

kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah

70

Page 77: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Tujuan Pendidikan Islam

dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu

disebutlah tujuan operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan

operasional ini disebut tujuan instruksional yang selanjutnya

dikembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan khusus

(TIU dan TIK). Tujuan instruksional ini merupakan tujuan

pengajaran yang direncanakan dalam unit-unit peangajaran.

Dalam tujuan operasional ini lebih ditekankan kemampuan dan

keterampilan peserta didik dari pada sifat penghayatan dan

kepribadian, misalnya dapat berbuat, terampil melakukan,

lancer mengucapkan dan sebagainya.

C. Aspek-aspek Tujuan Pendidikan Islam

Menurut Ibnu Taimiyah, sebagaimana dikutip oleh Majid

'Irsan al-Kaylani, tujuan pendidikan Islam bertumpu pada empat

aspek,29 yaitu: (1) tercapainya pendidikan tauhid dengan cara

mempelajari ayat Allah dalam wahyu-Nya dan ayat-ayat fisik (afaq)

dan psikis (anfus); (2) mengetahui ilmu Allah melalui pemahaman

terhadap kebenaran makhluk-Nya; (3) mengetahui kekuatan

(qudrah) Allah melalui pemahaman jenis-jenis, kuantitas, dan

kreativitas makhluk-Nya; (4) mengetahui apa yang diperbuat Allah

(sunnatullah) tentang realitas (alam) dan jenis- jenis perilakunya.

Aspek tujuan pendidikan Islam menurut Abd al-Rahman

Shaleh Abd Allah dalam bukunya Educational Theory, a Qur'anic

Outlook meliputi empat hal,30 yaitu:

29Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 78.

30 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Keempat (Jakarta: Kalam

Mulia, 2004), hlm. 75, perjelas dalam Abdul Mujib, Ilmu., hlm. 78-79.

71

Page 78: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

• Tujuan jasmaniyah (al-ahdaf al-jismiyyah)

Tujuan pendidikan Islam perlu dikaitkan dengan tugas manusia

selaku khalifah di muka bumi yang harus memiliki kemampuan

jasmani yang sehat, keterampilan - keterampil- an fisik,

disamping rohani yang teguh. Dan juga untuk membentuk

manusia muslim yang sehat dan kuat jasmaninya serta memiliki

keterampilan yang tinggi. Hal ini didasarkan pada pendapat

Imam Nawawi yang menafsirkan "al-qawy" sebagai kekuatan

iman yang ditopang oleh kekuatan fisik (QS. al-Baqarah: 247, al-

Anfal: 60)

• Tujuan rohaniyah (al-ahdaf al-ruhiyyah)

Perhatian dari tujuan ini terkait dengan kemampuan manusia

menerima agama Islam yang inti ajarannya adalah keimanan

dan ketaatan kepada Allah, dengan tunduk dan patuh kepada

nilai-nilai moralitas yang diajarkan-Nya (cita- cita ideal dalam al-

Qur'an, QS. Ali Imran: 19) dan mengikuti teladan rosulullah.

Muhammad Qutb berasumsi bahwa tujuan pendidikan ruhiyyah

mengandung pengertian "ruh" yang merupakan mata rantai

pokok yang menghubungkan antara manusia dengan Allah, dan

pandidikan Islam harus bertujuan untuk membimbing manusia

sedemikian rupa sehingga ia selalu tetap berada di dalam

hubungan dengan-Nya. Beberapa indikasi pendidikan rohani

adalah tidak bermuka dua (QS. al-Baqarah: 10), berupaya

memurnikan dan mensucikan diri manusia secara individual

dari sikap negatif (QS. al-Baqarah: 126), dan dari sinilah penye-

butan tazkiyah (purification) dan hikmah (wisdom).

72

Page 79: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

TUjuan Pendidikan Islam

• Tujuan akal (al-ahdaf al-qliyyah)

Tujuan ini bertumpu pada pengambangan intelegensia

(kecerdasan) yang ada dalam otak manusia. Agar dapat

memahami dan menganalisis fenomena-fenomena ciptaan Allah

di jagad raya ini. Alam dan isinya merupakan sebuah buku besar

yang harus dijadikan obyek pembacaan dan pengamatan serta

renungan akal pikiran manusia sehingga akan diperoleh ilmu

pengetahuan dan teknologi yang makin berkembang dan maju.

Firman Allah yang mendorong pendidikan akal terdapat kurang

lebih sekitar 300 kali. Dengan melalui observasi dengan

pancaindera, manusia dapat dididik untuk menggunakan akal

kecerdasannya untuk meneliti, menganalisis keajaiban ciptaan

Allah di dalam alam semesta yang berisi khazanah ilmu

pengetahuan yang menjadi bahan pokok pemikiran yang

analisis-kritis untuk dikembangkan manuju bentuk-bentuk

teknologi dan hasil lain yang lebih maju. Dalam pendidikan aqal

ini ada beberapa tahapan penting, yaitu: (a) pencapaian

kebenaran ilmiah (ilm al-yacjin) (QS. al-Takatsur: 5); (b)

pencapaian kebenaran empiris ('ain al-yaqin) (QS. al-Takatsur: 7);

dan (c) pencapaian kebenaran metaempiris atau filosofis (haqq al-

yaqin) (QS.̂ al- Waqi'ah: 95)

• Tujuan sosial (al-ahdaf al- ijtima'iyyah)

Tujuan sosial ini merupakan pembentukan kepribadian yang

utuh dari rih, tubuh dan akal. Adanya identitas dan eksistensi

individu tercermin sebagai manusia yang hidup pada

masyarakat yang plural (majemuk). Tujuan ini sangat penting

eksistensinya karena manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi,

harus memiliki kepribadian yang utama

73

Page 80: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

dan seimbang. Sehingga manusia tidak akan mungkin

menjauhkan diri dari kehidupan bermasyarakat. Individu

merupakan bagian integral dari anggota kelompok di dalam

keluarga dan masyarakat, atau sebagai anggota keluarga dan

pada waktu yang sama sebagai anggota masyarakat.

Kesesuaiannya dengan data-data sosial diperoleh dari individu-

individu. Maka persaudaraan dianggap sebagai salah satu kunci

konsep sosial dalam Islam yang menghendaki setiap individu

memperlakukan individu yang lain dengan cara- cara tertentu.

Dan di sinilah konsep etika, akhlak, dan moral Islam berperan

penting.

Keserasian antara individu dengan masyarakat tidak

mempunyai sifat yang kontradiktif antar tujuan sosial dan

tujuan individual. "Aku" dan "kami" merupakan pernyataan

yang tidak boleh berarti kehilangan "aku"-nya. Pendidikan

menitikberatkan perkembangan karakter- karakter yang unik,

agar manusia mampu beradaptasi dengan standar masyarakat

bersama-sama dengan cita- cita yang ada padanya.

Keharmonisan yang seperti inilah yang merupakan karakteristik

pertama yang akan dicari dalam tujuan pendidikan Islam.

Dari keseluruhan aspek maupun tahapan dalam pendidikan

Islam tersebut, akan menjadi lebih baik, apabila keseluruhan dapat

terinternalisasikannya tiga ranah atau domain yang digagas oleh

Benyamin S. Bloom,31 yaitu:

31 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1998),

hlm. 34.

74

Page 81: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Tujuan Pendidikan Islam

• Kognitif, meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan

pengetahuan dan perkembangan keterampilan atau

kemampuan.

• Afektif meliputi perubahan-perubahan dari segi sikap mental,

perasaan dan kesadaran.

• Psikomotorik, meliputi perubahan-perubahan dari segi bentuk-

bentuk tindakan motorik.

Dalam sebuah proses pendidikan, tujuan yang ingin dicapai

dari seluruh kegiatan pendidikan merupakan kristalisasi dan

internalisasi nilai-nilai yang ingin direalisasikan dalam pribadi setiap

peserta didik. Tujuan ini haruslah komperhensif mancakup semua

aspek, serta terintegrasi dalam pola kepribadian ideal yang bulat dan

utuh. Adapun aspek tersebut di antaranya:32

1. Tujuan normatif, yaitu tujuan yang ingin dicapai berdasarkan

norma-norma yang mampu mengkristalisasikan nilai-nilai yang

hendak diinternalisasi. Misalnya:

a. Tujuan formatif yang bersifat memberikan kemampuan

untuk memberikan persiapan dasar yang korektif.

b. Tujuan selektif yang bersifat memberikan kemampuan

untuk membedakan hal-hal yang benar dan yang salah.

c. Tujuan determinatif yang bersifat memberi kemampuan

untuk mengarahkan diri pada sasaran-sasaran yang sejajar

dengan proses kependidikan.

32 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2006), him. 75. Bandingkan dalam Muzayyin Arifin,

Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 115.

75

Page 82: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

d. Tujuan integrative yang bersifat memberi kemampuan untuk

memadukan fungsi psikis (pikiran, perasaan, ke- mauan,

ingatan, dan nafsu) ke arah tujuan umum.

e. Tujuan aplikatif yang bersifat memberikan kemampuan

penerapan segala pengetahuan yang telah diperoleh dalam

pengalaman pendidikan.

2. Tujuan fungsional, tujuan yang sasarannya diarahkan pada

kemampuan peserta didik untuk memfungsikan daya kognisi,

afeksi, dan psikomotorik dari hasil pendidikan yang diperoleh,

sesuai dengan yang ditetapkan. Tujuan in meliputi:

a. Tujuan individual, yang sarannya pemberian kemampuan

individual untuk mengamalkan nilai-nilai yang telah

diinternalisasikan ke dalam pribadi berupa moral, intelektual,

dan skill.

b. Tujuan sosial, yang sasarannya pada pemberian kemampuan

pengalaman nilai-nilai ke dalam kehidupan sosial,

interpersonal, dan interaksional dengan orang lain dalam

masyarakat.

c. Tujuan moral, yang sasarannya pada pemberian kemampuan

untuk berprilaku sesuai dengan tuntutan moral atas

dorongan motivasi yang bersumber pada agama (teogenetis),

dorongan sosial (sosiogenetis), dorongan psikologis

(psikogenetis), dan dorongan biologis (biogenetis).

d. Tujuan professional, yang sasarannya pada pemberian

kemampuan untuk mengamalkan keahliannya, sesuai dengan

kompetensi yang dimiliki.

76

Page 83: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Tujuan Pendidikan Islam

3. Tujuan operasional, tujuan yang mempunyai sasaran teknis

manajerial, Menurut Langeveld, tujuan ini dibagi menjadi

enam macam, yaitu:

a. Tujuan umum (tujuan total). Menurut Kohnstam dan

Guning, tujuan ini mengupayakan bentuk manusia kamil,

yaitu manusia yang dapat menunjukkan keselarasan dan

keharmonisan antara jasmani dan rohani, baik dalam segi

kejiwaan, kehidupan individu, maupun untuk

kehidupan bersama yang menjadikan integritas ketiga

inti hakikat manusia.

b. Tujuan khusus, yang merupakan indikasi tercapainya

tujuan umum. Yaitu tujuan pendidikan yang disesuaikan

dengan keadaan tertentu, baik berkaitan dengan cita-cita

pembangunan suatu bangsa, tugas dari suatu badan atau

lembaga pendidikan, bakat kemampuan peserta didik,

seperti memberikan pengetahuan dan keterampilan

kepada peserta didik untuk bekal hidupnya setelah ia

tamat, dan sekaligus merupakan dasar persiapan untuk

ke jenjang pendidikan berikutnya.

c. Tujuan tak lengkap, ini berkaitan dengan kepribadian

manusia dari satu aspek saja, yang berhubungan dengan

nilai-nilai hidup tertentu, misalnya kesusialaan, ke-

agamaan, keindahan, kemasyarakatan, pengetahuan, dan

sebagainya. Setiap aspek ini mendapatkan giliran

penanganan (prioritas) dalam usaha pendidikan atau

maju bersama-sama secara terpisah.

d. Tujuan insidental (tujuan seketika), tujuan yang timbul

karena kebetulan, bersifat sesaat, misalnya mengadakan

sholat jenazah ketika ada orang yang meninggal.

77

Page 84: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

e. Tujuan sementara, tujuan yang ingin dicapai pada fase- fase

tertentu dari tujuan umum, seperti fase anak yang tujuan

belajarnya adalah membaca dan menulis, fase manula yang

tujuan belajarnya adalah membekali diri untuk menghadap

ilahi, dan sebagainya.

f. Tujuan intermedier, berkaitan dengan penguasaan suatu

pengetahuan dan ketrampilan demi tercapainya tujuan

sementara, misalnya anak belajar membaca, manulis,

berhitung, dan sebagainya.

Komponen-komoponen tujuan di atas tidak hanya berfokus

pada tujuan yang bersifat teoritis, tetapi juga tujuan praktis yang

sasarannya pada pemberian kemampuan praktis peserta didik.

Sehingga setelah ia mendapatkan sebuah proses pendidikan tertentu,

ia akhirnya dapat mengaplikasikannya dengan penuh tanggung

jawab, sesuai kompetensi yang dimilikinya.

Dalam Islam, orientasi sebuah pendidikan akan mengacu pada

minimal empat aspek,33 yaitu:

• Berorientasi pada tujuan dan tugas pokok manusia. Manusia

hidup di alam semesta ini tentunya tidak karena kebetulan atau

sia-sia saja. Ia diciptakan dengan membawa tujuan dan tugas

tertentu, yaitu sebagai 'abd dan kholifah.fi ardh. Untuk itu

pendidikan Islam harus mampu mengantarkan

memformulasikan sistem pendidikannya ke arah pencapaian

tugas dan fungsi manusia diciptakan di dunia.

• Berorientasi pada sifat dasar dan alami (nature) manusia.

Manusia diciptakan Tuhan dengan dibekali berbagai fitrah

33 Munardji, Ilmu Pendidikan Islam., hlm. 57-58.

78

Page 85: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Tujuan Pendidikan Islam

yang memiliki kecenderungan pada hanif lewat tuntunan agama-

Nya. Sehingga pola pendidikan harus mampu mengembangkan

fitrah insaniyah tersebut sesuai dengan kapasitas yang

dimilikinya.

• Berorientasi pada tuntutan masyarakat dan zaman, yang berupa

pelestarian nilai-nilai budaya yang telah melembaga dalam

kehidupan bermasyarakat, maupun pemenuhan terhadap

tuntutan kebutuhan hidupnya dalam menghadapi dinamika

perkembangan modern yang penuh dengan akselerasi.

• Orientasi kehidupan ideal Islami, yang mengandung nilai

bahwa sistem pendidikan Islam harus mampu menyeim-

bangkan dan memadukan antara kepentingan hidup dunia dan

akhirat. Keseimbangan dan keserasian antara kedua kepentingan

hidup tersebut menjadi daya tangkal terhadap pengaruh-

pengaruh neagatif dan berbagai gejolak kehidupan yang

menghambat ketentraman dan ketenangan hidup manusia, baik

yang bersifat spiritual, sosial, kultural, ekonomis maupun

ideologi dalam kehidupan pribadi manusia.

Untuk dapat memformulasikan sebuah tujuan dalam

pendidikan yang adaptip dan kompetitif, maka harus mengacu pada

beberapa prinsip di bawah ini,34 yaitu:

• Prinsip universal (syumuliyyah). Yaitu prinsip yang memandang

bahwa pendidikan merupakan sebuah realisasasi dan

34 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam., hlm. 73-74,

perjelas juga dalam Munardji, Ilmu Pendidikan Islam., hlm. 58-59.

79

Page 86: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

implementasi dari seluruh aspek yang dihadapi manusia. Di

antaranya aspek agama (ibadah, akhlak, dan muamalah), aspek

manusia sendiri (jasmani, rohani, dan nafsu), masyarakat dengan

tatanan kehidupannya, dan adanya realitas dunia dan hidup itu

sendiri. Implikasinya terhadap formulasi tujuan pendidikan yaitu

akan membuka, mengembangkan, dan mendidik seluruh dimensi

pribadi manusia dan segala modalitasnya, dan meningkatkan

kondisi kebudayaan, social, ekonomi, politik sebagai problem

solving dalam dinamika kehidupan dan cita-cita yang luhur.

• Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan (tawazun wa

iqtishadiyah). Yaitu keseimbangan seluruh aspek kehidupan

manusia, berbagai kebutuhan individual dan komunitas, serta

tuntutan pelestarian nilai-nilai budaya masa lalu dengan

perkembangan nilia-nilai budaya masa kini, serta berusaha

memadukannya guna menjembatani problematika kehidupan

manusia.

• Prinsip kejelasan (tabayun). Sebuah prinsip yang di dalamnya

terdapat ajaran dan hukum yang berfungsi memberikan kejelasan

terhadap kejiwaan manusia (qalb, akal, dan hawa nafsu) dan

hokum dari problem yang dihadapi, sehingga terwujud tujuan,

kurikulum, dan metode pendidikan secara jelas dan sistematis.

• Prinsip tak bertentangan, yaitu prinsip yang di dalamnya tidak

ada pertentangan antara berbagai unsur dan cara pelaksanaan

sistem pendidikan yang direncanakan, namun dapat berjalan

secara harmonis dan simultan dan saling mendukung.

80

Page 87: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

TUjuan Pendidikan Islam

• Prinsip realisme dan dapat dilaksanakan, yaitu tidak adanya

sifat khayalan dalam kandungan materi dan program

pendidikan, tidak berlebih-lebihan, serta adanya kaidah yang

pragtis realistis dan sesuai dengan fitrah, situasi dan kondisi

seperti sosioekonomi, sosiopolitik, dan sosiokultural, serta

kemampuan peserta didik.

• Prinsip pembahan yang diingini, yaitu adanya perubahan

struktur manusia yang meliputi jasmaniyah, ruhaniyah,

nafsuniyah, serta perubahan kondisi psikologis, sosiologis,

epistimologis, paragigma, intelegensi, nilai-nilai, sikap

peserta didik untuk mencapai dinamisasi kesempurnaan

pendidikan.

• Prinsip menjaga perbedaan-perbedaan individu, yaitu

dengan tetap mempertimbangkan dan memperhatikan

pluralitas peserta didik, baik berupa ciri-ciri, kebutuhan,

intelegensia, kebolehan, minat, sikap, tahap pematangan

jasmani, akal, emosi, sosial, dan semua aspek yang ada

secara serasi dan seimbang. Asumsi yang dibangun adalah

bahwa semua individu "tidak sama" dengan yang lainnya.

• Prinsip dinamis dalam menerima perubahan dan perkem-

bangan yang terjadi pada pelaku pendidikan serta ling-

kungan di manapun pendidikan itu dilaksanakan. Hal ini

dilakukan dalam rangka memperkaya seluruh metode yang

digariskan oleh ajaran agama.

Selain prinsip di atas, Hilda Taba memberi pandangan

sendiri mengenai formulasi tujuan pendidikan Islam, yaitu

prinsip-prinsip pokok dalam rumusan tujuan pendidikan.35

35 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam., hlm. 74.

81

Page 88: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

Rumusan tersebut adalah: (1) rumusan tujuan hendaknya meliputi

aspek bentuk tingkah laku yang diharapkan (proses mental) dan

bahan yang berkaitan dengannya (produk); (2) tujuan-tujuan yang

kompleks harus ditata secara mapan, analitis, dan spesifik, sehingga

tampak jelas bentuk-bentuk tingkah laku yang diharapkan; (3)

formulasi harus jelas untuk pembentukan tingkah laku yang

diinginkan dengan kegiatan belajar tertentu; (4) tujuan tersebut

pada dasarnya bersifat developmental yang mencerminkan arah yang

hendak dicapai; (5) formulasi harus realistis, dan hendaknya

memasukkan terjemahan ke dalam kurikulum dan pengalaman

belajar; (6) tujuan harus mencakup segala aspek perkembangan

peserta didik yang menjadi tanggung jawab sekolah. []

82

Page 89: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

BAB IV

PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Dalam perspektif Islam, tujuan pendidikan Islam yaitu

mengabdi kepada Allah. Pengabdian tersebut sebagai realisasi dari

keimanan yang diwujudkan dalam amal perbuatan sehari-hari, guna

mencapai derajat taqwa di sisi-Nya. Sehingga iman dan taqwa

merupakan dua dimensi yang tidak dapat dipisahkan yang dicita-

citakan pendidikan Islam. Para ahli memberikan pandangan dengan

ungkapan lain yang seringkali digunakan yaitu konsep insan kamil,

dan menurut Muhaimin merupakan insan yang memiliki dimensi

religius, budaya, dan ilmiah.1

Seorang pendidik tidak hanya mentransfer keilmuan

(knowledge), tetapi juga mentrasformasikan nilai-nilai (value) pada

peserta didik. Untuk itu, guna merealisasikan tujuan pendidikan,

manusia sebagai khalifah yang punya tanggung jawab

mengantarkan manusia ke arah tujuan tersebut, cara yang

1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Keempat (Jakarta: Kalam Mulia,

2004), him. 83.

83

Page 90: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

ditempuh yaitu menjadikan sifat-sifat Allah sebagi bagian dari

kepribadiannya. Beberapa bentuk nilai-nilai itu adalah nilai etika,

pragmatis, nilai effect sensorik dan nilai religius.

Dalam realitas pendidikan, proses internalisasi dan trans-

formasi pengetahuan dan nilai pada peserta didik secara integral

merupakan tugas yang cukup berat bagi pendidik, di tengah

dinamika kehidupan masyarakat yang kompleks. Hal ini di-

latarbelakangi akan banyaknya kasus-kasus dalam realitas

masyarakat yang merendahkan bahkan melecehkan eksistensi dan

peran seorang pendidik baik ketika di lingkungan sekolah, di luar

sekolah, maupun dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Dalam konteks pendidikan Islam, terminologi "pendidik"

sering disebut dengan murabbi, mu'allim, mu'addib, ataupun mursyid,

dan terkadang dengan gelar seperti ustadz dan syekh. Dan masih

banyak lagi pemakaian kata-kata yang lain dalam pendidikan secara

umum, yang pada hakikat maknanya sama dengan "pendidik".

Walupun demikian, dalam konteks Islam, istilah-istilah tersebut

mempunyai tempat yang berbeda antara satu dengan yang lain,

dalam khazanah keilmuan Islam.2

A. Devinisi Pendidik dalam Pendidikan Islam

Pendidik dalam konteks Islam, sering disebut dengan murabbi,

mu'allim, dan mu'addib, yang pada dasarnya mempunyai makna

yang berbeda sesuai dengan konteks kalimat, walaupun dalam

situasi tertentu mempunyai kesamaan makna. Kata murabbi berasal

dari kata rabba, yurabbi, kata mu'allim berasal

2 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 87.

84

Page 91: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendidikan dalam Pendidikan Islam

dari kata 'allama, yu'allimu, sedangkan kata muaddib berasal dari

addaba, yuaddibu sebagaimana sebuah ungkapan: "Allah mendidikku,

maka Ia memberikan kepadaku sebaik-baik pendidikan".

Pendidik dalam pendidikan Islam pada hakikatnya adalah

orang-orang yang bertangggung jawab terhadap perkembangan

peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi dan

kecenderungan yang ada pada peserta didik, baik yang mencakup

ranah afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Dalam ungkapan

Moh. Fadhil al-Jamali, pendidik adalah orang yang mengarahkan

manusia kepada kehidupan yang baik, sehingga terangkat derajat

kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki

manusia. Sedangkan dalam bahasa Marimba, pendidik adalah

orang yang memikul pertanggungjawaban sebagai pendidik, yaitu

manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung

jawab tentang pendidikan peserta didik.3 Menurut al-Aziz,

pendidik adalah orang yang bertanggung jawab dalam

menginternalisasikan nilai-nilai agama dan berupaya menciptakan

individu yang memiliki pola pikir ilmiah dan pribadi yang

sempurna.

Pendidik berarti pula orang dewasa yang bertanggung jawab

memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan

jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan,

mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya,

mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan

khalifah Allah, dan mampu melakukan tugas

3 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam., hlm. 85.

85

Page 92: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api

neraka".

Dari ayat tersebut juga dapat diambil sebuah makna,

bahwa pendidik pertama dan utama adalah orang tua dan ke-

luarga, yang bertanggung jawab penuh atas kemajuan perkem-

bangan anak-anaknya, karena sukses tidaknya anak akan sangat

bergantung pengasuhan, perhatian, dan pendidikan orang tua-

nya. Sehingga suksesnya anak juga merupakan suksesnya orang

tua dan keluarga.

Pendidik dalam pendidikan Islam adalah setiap orang

dewasa yang karena kewajiban agamanya bertanggung jawab

atas pendidikan dirinya dan orang lain. Sedangkan yang me-

nyerahkan tanggung jawab dan amanat pendidikan adalah

4 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam., hlm. 87

86

sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang

mandiri.4

Pendidikan Islam menggunakan tujuan sebagai dasar untuk

menentukan pengertian pendidik, disebabkan karena pendidikan

merupakan kewajiban agama, dan kewajiban hanya dipikulkan

kepada orang yang telah dewasa. Kewajiban itu pertama-tama

bersifat personal, dalam arti bahwa setiap orang bertanggung

jawab atas pendidikan dirinya sendiri. Kemudian meningkat pada

dataran sosial yang berarti bahwa setiap orang bertangggung

jawab atas pendidikan orang lain. Hal ini sesuai dengan firman

Allah QS. al-Tahrim 6:

Page 93: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendidikan dalam Pendidikan Islam

agama, dan wewenang pendidik dilegitimasi oleh agama,

sementara yang menerima tanggung jawab dan amanat adalah

setiap orang dewasa. Ini berarti bahwa pendidik merupakan sifat

yang lekat pada setiap orang karena tanggung jawabnya atas

pendidikan.5

Namun demikian, ketika orang tua merupakan pendidik

pertama dan utama terhadap anak-anaknya sebagaimana pen-

jelasan di atas, dalam realitanya banyak sekali dijumpai orang tua

yang tidak selamanya memiliki waktu yang leluasa guna mendidik

anak-anaknya. Selain karena tingkat kesibukan kerja, tingkat

efektivitas dan efisiensi pendidikan tidak akan baik jika pendidikan

hanya dikelola secara alamiah. Dalam konteks ini anak lazimnya

dimasukkan ke dalam lembaga sekolah, yang karenanya definisi

pendidik di sini adalah mereka yang memberikan pelajaran peserta

didik, yang memegang suatu mata pelajaran tertentu di sekolah.

Penyerahan peserta didik ke sebuah lembaga sekolah tertentu,

bukan berarti tanggung jawab orang tua bergeser dan berpindah

kepada sekolah, namun orang tua tetap mempunyai andil yang

besar dalam proses pembinaan dan pendidikan anaknya.6

Pendidik dalam lingkungan keluarga adalah orang tua. Hal

ini di sebabkan karena secara alami anak-anak pada masa- masa

awal kehidupannya berada di tengah-tengah ayah dan ibunya. Dari

merekalah anak mulai mengenal pendidikannya. Dasar pandangan

hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup banyak tertanam sejak

anak berada di tengah orang tuanya. Se-

5 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Keempat (Jakarta: Kalam Mulia, 2004),

hlm. 86.

6 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam., hlm. 88.

87

Page 94: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

"Jadilah engkau sebagai guru, atau pelajar, atau pendengar, atau pecinta, dan

janganlah kamu menjadi orang yang kelima, sehingga engkau menjadi rusak".

Ada juga teks lain yang menyatakan: "Tinta seorang ilmuwan

(yang menjadi guru) lebih berharga dari pada darah para syuhada". Bahkan

Islam menempatkan seorang pendidik setingkat dan sederajat

dengan rosul. Al-syauki bersyair:

dangkan pendidikan di lembaga pendidikan persekolahan di-

sebut dengan guru, yang meliputi guru madrasah, atau sekolah

sejak dari taman kanak-kanak, sekolah menengah, dan sampai

dosen-dosen di perguruan tinggi, kyai di pondok pesantren, dan

lain sebagainya. Namun guru bukan hanya menerima amanat

dari orang tua yang memerlukan bantuan untuk mendidiknya.7

B. Kedudukan Pendidik dalam Pendidikan Islam

Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta

didik, yang memberikan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan

memperbaiki akhlak yang kurang baik. Kedudukan tinggi pen-

didik dalam Islam banyak di nyatakan dari beberapa teks, di

antaranya disebutkan:

"Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu

hampir saja merupakan seorang rasul".8

7 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 86.

8 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir Ilmu Pendidikan Islam., hlm.

88-89.

88

Page 95: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendidikan dalam Pendidikan Islam

Hal ini ditambahkan oleh al-Ghazali yang menukil beber-

apa teks hadits yang berkenaan dengan keutamaan seorang

pendidik. Paradigma yang nampak dari al-Ghazali yaitu bahwa

pendidik merupakan orang-orang besar (great individuals) yang

aktivitasnya lebih baik dari pada ibadah setahun (analisa secara

mendalam makna QS. al-Taubah: 122). Dari beberapa pandangan

ulama', al-ghazali berasusmsi bahwa pendidik merupakan pelita

(siraj) segala zaman, orang yang hidup semasa dengannya akan

memperoleh pancaran cahaya (nur) keilmuan dan

keilmiahannya. Apabila dunia tanpa ada pendidik, niscaya

manusia seperti binatang, sebab: "pendidikan adalah upaya

mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan (baik binatang

buas maupun binatang jinak) kepada sifat insaniyah dan

ilahiyah".9

C. Tugas Pendidik dalam Pendidikan Islam

Keutamaan seorang pendidik disebabkan oleh tugas mulia

yang diembannya, karena tugas mulia dan berat yang dipikul

hamper sama dan sejajar dengan tugas seorang rosul. Dari

pandangan ini, dapat difahami bahwa tugas pendidik sebagai

warosat al-anbiya'r yang pada hakekatnya mengemban misi rahmat

lil 'alamin, yaitu suatu misi yang mengajak manusia untuk

tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah, guna memperoleh

keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Kemudian

misi itu dikembangkan pada suatu upaya pembentukan karakter

kepribadian yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal sholeh dan

bermoral tinggi. Dan kunci untuk melaksanakan tugas tersebut,

seorang pendidik dapat berpegangan pada

9 Ibid.

89

Page 96: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

amar ma'ruf nahi munkar, menjadikan prinsip tauhid sebagai pusat

kegiatan penyebaran misi Iman, Islam, dan Ihsan, kekuatan yang

dikembangkan oleh pendidik adalah individualitas, social dan

moral (nilai-nilai agama dan moral).10

Dalam pandangan al-Ghazali, seorang pendidik mempunyai

tugas yang utama yaitu menyempurnakan, membersihkan,

mensucikan, serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan

diri (taqarrub) kepada Allah SWT.11 Hal ini karena pada dasarnya

tujuan utama pendidikan Islam adalah untuk mendekatkan diri

kepada Allah SWT, kemudian realisasinya pada kesalehan sosial

dalam masyarakat sekelilingnya. Dari sini dapat dinyatakan bahwa

kesuksesan seorang pendidik akan dapat dilihat dari keberhasilan

aktualisasi perpaduan antara iman, ilmu dan amal saleh dari

peserta didiknya setelah mengalami sebuah proses pendidikan.

Abdurrahman an-Nahlawy menyebutkan tugas pendidik

yaitu: Pertama, berfungsi penyucian, dalam arti bahwa pendidik

berfungsi sebagai pembersih, pemelihara, dan pengembangan

fitrah peserta didik. Kedua, berfungsi pengajaran yakni pendidik

bertugas menginternalisasikan dan mentransformasikan

pengetahuan (knowledge), dan nilai-nilai (value) agama kepada

peserta didik.12

10 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Keempat (Jakarta: Kalam Mulia,

2004), hlm. 88.

11 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu, him. 90, bandingkan

dengan Munardji, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), hlm. 63.

12 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Keempat (Jakarta: Kalam

Mulia, 2004), hlm. 88.

90

Page 97: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendidikan dalam Pendidikan Islam

Dari pandangan di atas, tanggung jawab seorang pendidik

adalah mendidik individu (peserta didik) supaya beriman kepada

Allah dan melaksanakan syari'at-Nya, mendidik diri supaya

beramal shaleh, dan mendidik masyarakat untuk saling me-

nasehati dalam melaksanakan kebenaran, saling menasehati agar

tabah dalam mengahadapi kesusahan, beribadah kepada Allah

serta menegakkan kebenaran. Tanggung jawab itu bukan hanya

sebatas tanggung jawab moral pendidik terhadap peserta didik,

namun lebih dari itu pendidik akan mempertanggung jawabkan

atas segala tugas yang dilaksanakannya kepada Allah SWT.13

Sebagaimana teks hadits menyatakan:

"Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rosulullah bersabda: masing-masing kamu adalah

penggembala dan masing-masing bertanggung jawab atas gembalanya; pemimpin

adalah penggembala, suami adalah penggembala terhadap anggota keluarganya,

dan istri adalah penggembala di tengah- tengah rumah tangga suaminya dan

terhadap anaknya. Setiap orang di antara kalian adalah penggembala, dan masing-

masing bertanggung jawab atas apa yang digembalanya”. (HR. Bukhari dan

Muslim)

Dalam paradigma Jawa, pendidik diidentikan dengan guru

(gu dan ru) yang berarti "digugu dan ditiru". Dikatakan "digugu"

(dipercaya) karena guru memiliki seperangkat ilmu yang memadai,

yang karenanya ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas

dalam melihat kehidupan ini. Dikatan "ditiru" (diikuti) karena guru

memiliki kepribadian yang utuh, yang karenanya segala tindak

tanduknya patut dijadikan panutan dan suri tauladan oleh peserta

didiknya. Pengertian ini diasumsikan bahwa tugas guru tidak

sekedar transformasi ilmu (knowledge) tetapi juga bagaimana ia

mampu menginter-

13 Ibid., him. 89.

91

Page 98: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

nalisasikan ilmunya pada peserta didiknya. Pada tataran ini terjadi

sinkronisasi antara apa yang diucapkan oleh guru (didengar oleh

peserta didik) dan yang dilakukannya (dilihat oleh peserta

didik).14 Dengan kata lain tugas guru tidak hanya mengajar, tetapi

juga sebagai motif ator dan fasilitator proses belajar, yaitu relasi

dan aktualisasi sifat-sifat ilahi manusia dengan cara aktualisasi

potensi peserta didik untuk mengimbangi kelemahan dan

kekurangan yang dimiliki.15 Keaktifan peserta didik sangat

ditekankan dalam proses belajar, sekalipun keaktifan itu dari

stimulus yang dilakukan oleh kreativitas dan inovatifitas pendidik.

Seorang pendidik dituntut mampu memainkan peranan dan

fungsinya dalam menjalankan tugas keguruannya. Hal ini

menghindari adanya benturan fungsi dan peranannya, sehingga

pendidik bisa menempatkan kepentingan sebagai individu,

anggota masyarakat, warga negara, dan pendidik sendiri. Antar

tugas keguruan atau kependidikannya dan tugas lainnya harus

ditempatkan menurut proporsi dan dan prioritasnya.

Kadang kala seseorang terjebak dengan sebutan pendidik,

misalnya ada sebagian orang yang mampu memberikan dan

memindahkan ilmu pengetahuan (transfer ofknowledge) kepada

orang lain sudah dikategorikan sebagai seorang pendidik. Pada

dasarnya tugas pendidik tidak hanya berkutat pada hal itu saja,

namun lebih luas lagi juga bertanggung jawab mengelola (sebagai

manager of learning), mengarahkan (director of learning),

memfasilitasi, dan merencanakan (the planner of future society)

14 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir Ilmu Pendidikan Islam., hlm. 90

15 Munardji, Ilmu Pendidikan Islam., hkm. 63.

92

Page 99: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendidikan dalam Pendidikan Islam

dan mendesain program (desainner) yang akan dijalankan

dengan baik. Dari sini tugas dan fungsi pendidik dapat disim-

pulkan dengan:

1. Sebagai pengajar (instruksional), yang bertugas meren-

canakan program pengajaran dan melaksanakan program

yang telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan

penilaian setelah program dilaksanakan.

2. Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peserta

didik pada tingkat kedewasaan dan berkepribadian kamil

seiring dengan tujuan Allah menciptakannya.

3. Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, meng-

endalikan kepada diri sendiri, peserta didik dan masyarakat

yang terkait, terhadap berbagai masalah yang menyangkut

upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, peng-

ontrolan, dan partisipasi atas program pendidikan yang

dilakukan. - .

Rustiyah menjabarkan peranan pendidik dalam interaksi

pendidikan, yaitu:16

1. Fasilitator, yakni menyediakan situasi dan kondisi yang

dibutuhkan peserta didik.

2. Pembimbing, yaitu memberikan bimbingan terhadap

peserta didik dalam interaksi belajar mengajar, agar siswa

tersebut mampu belajar dengan lancer dan berhasil secara

efektif dan efisien.

16 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1998),

hlm. 46.

93

Page 100: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

3. Motivator, yakni memberikan dorongan dan semangat agar

siswa mau giat belajar.

4. Organisator, yakni mengorganisasikan kegiatan belajar

peserta didik maupun pendidik.

5. Manusia sumber, yaitu ketika pendidik dapat memberikan

informasi yang dibutuhkan peserta didik, baik berupa

pengetahuan (kognitif), ketrampilan (afektif) maupun sikap

(psikomotorik).

Dalam realisasi tugas tersebut, maka para pendidik dituntut

untuk memiliki seperangkat prinsip keguruan atau

kependidikan,17 yaitu:

• Kegairahan dan kesediaan untuk mengajar seperti mem-

perhatikan akan adanya kesedihan, kemampuan, pertum-

buhan dan perbedaan anak didik atau backround mereka.

• Membangkitkan, memotifasi peserta didiknya agar gairah dan

semangat.

• Menumbukan bakat dan sikap anak didik yang baik.

® Mengatur proses proses belajar mengajar yang kondusif.

• Memperhatikan perubahan-perubahan kecenderungan yang

mempengaruhi proses mengajar.

« Adanya keterkaitan humanistik dalam proses belajar mangajar.

Tugas-tugas pendidik dalam pendidikan Islam ini, di-

rumuskan oleh Muhaimin dengan penggunaan beberapa

17 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu, him. 91, bandingkan dengan Munardji,

Ilmu, him. 46 dan Ramayulis, Ilmu, 1998, Ibid, hlm. 45

94

Page 101: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendidikan dalam Pendidikan Islam

istilah seperti ustadz, mu'allim, murabbi, mursyid, mudarris, dan

muaddib, dalam tabel berikut ini18

Tabel Karakteristik Tugas Pendidik dalam Pendidikam Islam

NO PENDIDIK KARAKTERISTIK DAN TUGAS

1. Ustadz Orang yang berkomitmen dengan profesionalitas, yang melekat pada

dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja,

serta continuous improvement 2. Mu'allim

Orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya serta

menjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis

dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan,

internalisasi, serta implementasi (amaliah)

3. Murabbi Orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu

berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk

tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya masyarakat dan alam

sekitarnya 4. Mursyid

Orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri atau

menjadi pusat panutan, teladan, dan konsultan bagi peserta didiknya

5. Mudarris Orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta

memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, serta

berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan

mereka, serta melatih ketrampilan sesuai dengan bakat, minat, dan

kemampuannya

6. Muaddib Orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab

dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa depan

Berdasarkan tabel di atas, tugas-tugas pendidik terlihat

amat berat, karena tidak saja hanya melibatkan kemampuan

ranah kognitif belaka, namun juga integrasi dengan ranah afektif

dan psikomotorik. Profesionalisme pendidik sangat ditentukan

18 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam

(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 92

95

Page 102: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

oleh seberapa banyak tugas yang telah dilaksanakan, sekalipun

terkadang profesionalismenya itu tidak berimplikasi secara

signifikan terhadap penghargaan yang diperolehnya.

D. Syarat dan Kode Etik Pendidik dalam Pendidikan Islam

Kode etik pendidik adalah norma-norma yang mengatur

hubungan kemanusiaan (relationship) antara pendidik dan peserta

didik, orang tua peserta didik, koleganya, serta dengan atasannya.

Suatu jabatan yang melayani orang lain selalu memerlukan kode

etik. Demikian pula jabatan pendidik mempunyai kode etik

tertentu yang harus dikenal dan dilaksanakan oleh setiap

pendidik. Bentuk kode etik suatu lembaga pendidikan tidak harus

sama, namun secara intrinsic mempunyai kesamaan konten yang

berlaku secara umum. Pelanggaran terhadap kode etik akan

mengurangi nilai dan kewibawaan identitas pendidik.19

Al-Ghazali merumuskan kode etik pendidik dengan 17

bagian,20 yaitu:

1. Menerima segala problem peserta didik dengan hati dan hati

dan sikap yang terbuka dan tabah.

2. Bersikap penyantun dan penyayang (QS. Ali Imron: 159).

3. Menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam bertindak.

4. Menghindari dan menghilangkan sifat angkuh terhadap

sesama (QS. al Najm: 32).

19 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam., him.

97-98, perjelas dalam Munardji, Ilmu., hlm. 69.

20 Munardji, Ilmu Pendidikan Islam., him. 69, dan lihat dalam

Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam., hlm. 99-100.

96

Page 103: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendidikan dalam Pendidikan Islam

5. Bersifat merendah ketika menyatu dengan sekelompok

masyarakat (QS. al-Hijr: 88).

6. Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia.

7. Bersifat lemah lembut dalam menghadapi peserta didik yang

tingkat IQnya rendah, serta membinanya sampai pada taraf

maksimal.

8. Menghilangkan sifat marah.

9. Memperbaiki sikap anak didiknya, dan bersikap lemah lem-

but terhadap peserta didik yang kurang lancer bicaranya.

10. Meninggalkan sifat yang menakutkan pada peserta didik

yang belum mengerti mengetahui atau memahami.

11. Berusaha memperhatikan pernyataan-pernyataan peserta

didik walaupun pernyataan itu tidak bermutu.

12. Menerima kebenaran dari peserta didik yang memban-

tahnya.

13. Menjadikan kebenaran sebagai acuan proses pendidikan

walaupun kebenaran itu datangnya dari peserta didik.

14. Mencegah dan mengontrol peserta didik mempelajari ilmu

yang membahayakan (QS. al-Baqarah: 195).

15. Menanamkan sifat ikhlas pada peserta didik, serta terus

menerus mencari informasi untuk disampaikan kepada

peserta didiknya yang akhirnya mencapai tingkat taqarrub

kepada Allah (QS. al-Bayyinah: 5).

16. Mencegah peserta didik mempelajari ilmu fardlu kifayah

(kewajiban kolektif seperti ilmu kedokteran, psikologi,

ekonomi dan sebagainya) sebelum mempelajari ilmu fardlu

'ain (kewajiban individual seperti aqidah, syari'ah dan

akhlak).

17. Mengaktualisasikan informasi yang akan diajarkan kepada

peserta didik (QS. al-Baqarah: 44, as-Shaf: 2-3).

97

Page 104: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

Al-Kanani (w. 733 H) mengemukakan prasyarat seorang

pendidik atas tiga macam, yaitu: (1) yang berkenaan dengan

dirinya sendiri; (2) yang berkenaan dengan pelajaran atau materi;

(3) yang berkenaan dengan murid atau peserta didiknya.

Pertama: syarat-syarat pendidik yang berhubungan dengan

dirinya sendiri, yaitu:

• Hendaknya pendidik senantiasa insaf akan pengawasan

Allah terhadapnya, dalam segala perkataan dan perbuatan

bahwa ia memegang amanat ilmiah yang diberikan Allah

kepadanya.

Karenanya ia tidak menghianati amanat itu, malah ia tunduk

dan merendahkan diri kepada Allah SWT.

• Hendaknya pendidik memelihara kemuliaan ilmu. Salah

satu bentuk pemeliharaannya adalah tidak mengajarkannya

kepada orang yang tidak berhak menerimanya, yaitu orang-

orang yang menuntut ilmu untuk kepentingan dunia semata.

• Hendaknya pendidik bersifat zuhud, artinya ia mengambil

dari rezeki dunia hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan

pokok diri dan keluarganya secara sederhana. Ia hendaknya

tidak tamak terhadap kesenangan dunia, sebab sebagai orang

yang berilmu, ia lebih mengerti daripada orang awam

kesenangan itu tidak abadi.

• Hendaknya pendidik tidak berorientasi duniawi semata,

dengan menjadikan ilmunya sebagai alat untuk mencapai

kedudukan, harta, prestise, atau kebanggaan atas orang lain.

• Hendaknya pendidik menjauhi mata pencaharian yang hina

dalam pandangan syar'i, dan menjauhi situasi yang

98

Page 105: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendidikan dalam Pendidikan Islam

bisa mendatangkan fitnah dan tidak melakukan sesuatu yang

dapat menjatuhkan harga dirinya di mata orang banyak.

Sebagaimana firman Allah QS.al-Baqarah: 172: Yang artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang

baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada

Allah, jika benar-benar kepada- Nya kamu menyembah".

• Hendaknya pendidik memelihara syiar-syiar Islam, seperti

melaksanakan sholat berjamaah di masjid, mengucapkan

salam, serta menjalankan amar ma'ruf dan nahi munkar.

Dalam melakukan semua itu hendaknya ia bersabar dan tegar

dalam menghadapi celaan dan cobaan. Sebagaiman firman

Allah QS. al-Baqarah: 153: Yang artinya: "Hai orang- orang

yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu.

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar".

• Pendidik hendaknya rajin melakukan hal-hal yang di-

sunahkan oleh agama, baik dengan lisan maupun perbuatan,

seperti membaca al-qur'an, berdzikir, dan sholat tengah

malam. Hal ini sesuai dengan firman Allah QS. Hud: 114.

• Pendidik hendaknya memelihara akhlak yang mulia dalam

pergaulannya dengan orang banyak dan menghindarkan diri

dari akhlak yang buruk. Sebagai pewaris Nabi sudah

sepantasnya seorang pendidik untuk memperlihatkan akhlak

yang terpuji, sebagaimana peran yang dimainkan oleh rosul

dalam menghadapi umatnya (sebagai teladan dan panutan).

• Pendidik hendaknya selalu mengisi waktu-waktu luangnya

dengan hal-hal yang bermanfaat, seperti beribadah, mem-

99

Page 106: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

baca dan menulis. Ini berarti bahwa seorang pendidik harus

selalu pandai memanfaatkan segala kondisi sehingga hari-

harinya tidak ada yang terbuang.

• Pendidik hendaknya selalu belajar dan tidak merasa malu

untuk menerima ilmu dari orang yang lebih rendah dari-

padanya, baik kedudukan atau usianya. Artinya seorang

pendidik hendaknya selalu bersikap terbuka terhadap

masukan apapun yang bersifat positif, konstruktif, dan dari

manapun datangnya.

• Pendidik hendaknya rajin meneliti, menyusun, dan meng-

arang dengan memperhatikan keterampilan dan keahlian yang

dibutuhkan untuk itu.

Kedua: syarat-syarat yang berhubungan dengan pelajaran

(syarat-syarat paedagogies-didaktis), yaitu:

• Sebelum keluar dari rumah untuk mengajar, hendaknya guru

bersuci dari hadas dan kotoran serta mengenakan pakaian

yang baik dengan maksud mengagungkan ilmu dan syari'at.

• Ketika keluar dari rumah, hendaknya guru selalu berdo'a agar

tidak sesat dan menyesatkan, dan terus berdzikir kepada Allah

sampai ke tempat pendidikan.ini menegaskan bahwa sebelum

mengajarkan ilmunya, seorang pendidik sepantasnya untuk

mensucikan hati dan niatnya.

• Hendaknya pendidik mengambil tempat pada posisi yang

membuatnya dapat terlihat oleh semua murid. Artinya, ia

harus berusaha agar apa yang akan disampaikannya

hendaklah diperkirakan dapat dinikmati oleh seluruh

siswanya dengan baik.

100

Page 107: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendidikan dalam Pendidikan Islam

• Sebelum mulai mengajar, pendidik hendaknya membaca

sebagian dari ayat al-Qur'an agar memperoleh berkah dalam

mengajar, kemudian membaca basmallah.

• Pendidik hendaknya mengajarkan bidang studi sesuai

dengan hirarki nilai kemuliaan dan kepentingannya yaitu

tafsir al-Qur'an, kemudian hadits, ushul al-din, ushul fiqh,

dan seterusnya. Barangkali untuk seorang pendidik peme-

gang materi umum, hendaklah selalu mendasarkan materi

pelajarannya dengan al-Qur'an dan hadits, dan jika perlu

mencoba meninjaunya dari kacamata Islam.

• Hendaknya pendidik selalu mengatur volume suaranya agar

tidak terlalu keras, hingga membisingkan ruangan, tidak

pula terlalu rendah hingga tidak terdengar oleh peserta

didik.

• Hendaknya pendidik menjaga ketertiban proses pendidikan

dengan mengarahkan pembahasan pada obyek tertentu.

Artinya dalam memberikan materi, seorang pendidik

memperhatikan tata cara penyampaian yang baik

(sistematis), sehingga apa yang disampaikan akan mudah

dicerna oleh peserta didik.

• Pendidik hendaknya menegur peserta didik yang tidak

menjaga kesopanan dalam kelas, seperti menghina teman,

tertawa keras, tidur, berbicara dengan teman atau tidak

menerima kebenaran. Ini berarti bahwa seorang pendidik

dituntut untuk selalu menanamkan dasar-dasar akhlak

terpuji dan sopan santun baik di dalam ruangan ataupun di

luar ruangan belajar.

• Pendidik hendaknya bersikap bijak dalam melakukan

pembahsan, menyampaikan pelajaran, dan menjawab

101

Page 108: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

pertanyaan. Apabila ia ditanya tentang sesuatu yang ia tidak

tahu, hendaklah ia mengatakan bahwa ia tidak tahu. Hal ini

menegaskan bahwa seorang pendidik tidak boleh bersikap

pura-pura tahu. Sedangkan diri rosul saja t i d a k pernah

menjawab pertanyaan yang beliau tidak tahu dengan jawaban

yang diterka-terka, tetapi beliau hanya menjawab dengan "la

adriy" (saya tidak tahu). Sebab jika seseorang mencoba

menjawab dalam ketidaktahuannya ia akan dikategorikan

sebagai orang yang sesat lagi menyesatkan.

• Terhadap peserta didik yang baru, hendaknya pendidik

bersikap wajar dan menciptakan suasana yang membuatnya

merasa telah menjadi bagian dari kesatuan teman- temannya.

Dengan arti lain, pendidik harus berusaha mempersatukan

hati peserta didiknya antara satu dengan lainnya.

• Di setiap akhir proses pendidikan handaknya pendidik

mengakhiri denga kata-kata wallohu a'lam (Allah yang Maha

tahu) yang menunjukkan keihlasan kepada Allah. Hal ini

bermaksud agar setelah proses belajar mengajar berlangsung,

seorang pendidik hendaklah menyerahkan kembali segala

urusannya kepada Allah.

• Pendidik hendaknya tidak mengasuh bidang studi yang tidak

disukainya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pelecehan

ilmiah dan sebaliknya akan terjadi hal yang sifatnya untuk

memuliakan ilmu dalam proses belajar mengajar.

102

Page 109: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendidikan dalam Pendidikan Islam

Ketiga: kode etik di tengah-tengah para peserta didiknya,

antara lain:

• Pendidik hendaknya mengajar dengan niat mengharapkan

ridha Allah, menyebarkan ilmu, menghidupkan syara'

menegakkan kebenaran, dan menghilangkan kebathilan serta

memelihara kemashlahatan umat.

• Pendidik hendaknya tidak menolak untuk mengajar peserta

didik yang tidak mempunyai niat tulus dalam belajar. Sebagian

ulama' memang pernah berkata "kami memang pernah

menuntut ilmu dengan tujuan bukan karena Allah, sehingga

guru menolak kecuali jika niat kami menuntut ilmu karena

Allah". Kata-kata itu hendaknya diartikan bahwa pada

akhirnya niat menuntut ilmu itu harus karena Allah. Sebab

kalau niat tulus ini disyaratkan pada awal penerimaan peserta

didik, maka peserta didik akan mengalami kesulitan. . .

• Pendidik hendaknya mencintai para peserta didiknya seperti

ia mencintai dirinya sendiri. Artinya seorang pendidik

hendaknya menganggap bahwa peserta didiknya itu adalah

merupakan bagian dari dirinya sendiri (bukan orang lain).

• Pendidik hendaknya memotivasi peserta didiknya untuk

menuntut ilmu seluas mungkin. Sebagaimana sebuah

pernyataan yang mulia: "tuntutlah ilmu itu sekalipun sampai ke

negeri cina”. Dari pernyataan ini mengandung makna bahwa

menuntut ilmu itu tidak ada batasnya, kapan, dan di manapun

tempatnya.

• Pendidik hendaknya menyampaikan materi dengan

bahasa yang mudah dan berusaha agar peserta didiknya dapat

103

Page 110: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

dengan mudah memahami materi. Artinya seseorang pen-

didik harus memahami kondisi peserta didiknya dan

mengetahui tingkat kemampuannya dalam berbahasa.

• Pendidik hendaknya melakukan evaluasi terhadap kegiatan

belajar mengajar yang dilakukannya. Hal ini dimaksudkan

agar guru selalu memperhatikan tingkat pemahaman

peserta didiknya, dan perkembangan keilmuan yang di-

perolehnya.

• Pendidik hendaknya bersikap adil terhadap semua peserta

didiknya.

• Pendidik hendaknya berusaha membantu memenuhi

kemashlahatan peserta didiknya, baik dengan kedudukan

maupun dengan hartanya. Apabila peserta didiknya sakit,

hendaknya ia menjenguknya, dan apabila kehabisan bekal,

hendaknya ia membantunya. Hal ini menggambarkan

bahwa seorang pendidik dianjurkan memperlakukan anak-

nya sendiri, dengan penuh kasih sayang.

• Pendidik hendaknya selalu memantau perkembangan

peserta didik, baik intelektual, maupun akhlaknya. Murid

yang shaleh akan menjadi "tabungan" bagi pendidik, di

dunia dan akhirat.

Dari konsep syarat kode etik pendidik yang telah dikem-

bangkan al-Kanani tersebut, dapat diambil sebuah makna

terdalamnya yaitu bahwa seorang pendidik harus menekankan

perhatian, kasih sayangnya, dan lemah lembut terhadap peserta

didik, seolah-olah mereka adalah anaknya sendiri. Hal ini

kelihatannya didasarkan pada ungkapan: "Sesungguhnya saya dan

kamu laksana bapak dengan anaknya". Implikasi rasa kasih sayang

ini adalah adanya usaha yang maksimal dari pen-

104

Page 111: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendidikan dalam Pendidikan Islam

didik dalam proses pembelajaran, untuk benar-benar dapat

meningkatkan dan mengembangkan potensi dan kemampuan

peserta didik demi masa depan dan kehidupan peserta didik

yang disayanginya.

Konsep etika tersebut hampir sama dengan yang dikem-

bangkan oleh Ibnu Jama'ah, yang dikutip oleh Abd al-Amir

Syams al-Din, dengan membagi etika pendidik menjadi tiga

macam,21 yaitu:

• Etika yang terkait dengan dirinya sendiri. Seorang pendidik

dalam etika ini aling tidak memiliki dua etika, yaitu: (1)

memiliki sifat-sifat keagamaan (dininyah) yang baik, meliputi

patuh dan tunduk terhadap syari'at Allah dalam bentuk

ucapan dan tindakan, baik yang wajib maupun yang sunnah;

senantiasa membaca al-Qur'an, berdzikir baik dengan hati

maupun lisan, memelihara wibawa Nabi Muhammad; me-

melihara prilaku lahir dan batin; (2) memiliki sifat-sifat.dan

akhlak yang mulia (akhlacjiyah), seperti menghias diri (tahalli)

dengan memelihara diri, khusyu', rendah hati, menerima apa

adanya, zuhud, dan memiliki daya dan hasrat yang kuat.

• Etika terhadap peserta didiknya. Dalam bagian ini pendidik

minimal memiliki dua sifat, yaitu: (1) sifat sopan santun

(iadabiyah), yang terkait dengan akhlak yang mulia seperti di

atas; (2) sifat-sifat memudahkan, menyenangkan, dan

menyelamatkan (muhniyah).

• Etika dalam proses belajar mengajar. Dalam bagian etika ini

pendidik minimal juga harus memiliki dua etika, yaitu:

21 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam., hlm. 98

105

Page 112: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

(1) sifat-sifat'memeudahkan, menyenangkan, dan menye-

lamatkan (muhniyyah); (2) sifat-sifat seni, yaitu seni mengajar

yang menyenangkan, sehingga peserta didik tidak cepat

merasa bosan.

Dalam bahasa yang berbeda, Muhammad Athiyah al-

Abrasyi menentukan kode etik pendidik dalam pendidikan Islam

sebagai berikut:22

• Mempunyai watak kebapakan sebelum menjadi seorang

pendidik, sehingga ia menyayangi peserta didiknya seperti

menyayangi anaknya sendiri.

• Adanya komunikasi yang aktif antara pendidik dan peserta

didik. Pola komunikasi dalam interaksi dapat diterapkan

ketika terjadi proses belajar mengajar.

Pola komunikasi dalam pendidikan dapat dilakukan dengan

tiga macam, yaitu komunikasi sebagai aksi (interaksi searah),

komunikasi sebagai interaksi (interaksi dua arah) dan komunikasi

sebagai transaksi (interaksi multiarah). Tentunya untuk

mewujudkan tujuan pendidikan Islam yang maksimal harus

digunakan komunikasi yang transaksi, sehingga suasana belajar

menjadi lebih aktif antara pendidik dan peserta didik, antara

peserta didik dan pendidik, dan antara peserta didik dengan

peserta didik.

22 Ibid., him. 100-101, bandingkan dengan Munardji, Ilmu Pendidikan

Islam., hlm. 70-72.

106

Page 113: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendidikan dalam Pendidikan Islam

"Kami para Nabi diperintahkan untuk menempatkan pada posisinya, berbicara

dengan seseorang sesuai dengan kemampuan akalnya". (HR. Abu Bakar ibn al-

Syakhir)

Mengetahui kepentingan bersama, tidak terfokus pada

sebagian peserta didik, misalnya hanya memprioritaskan

anak yang memiliki IQ tinggi.

Mempunyai sifat-sifat keadilan, kesucian, dan kesempurnaan.

Ikhlas dalam menjalankan aktivitasnya, tidak banyak

menuntut hal yang di luar kewajibannya.

Dalam mengajar supaya mengaitkan materi satu dengan yang

lainnya (menggunakan pola integrated curriculum). Memberi

bekal peserta didik dengan ilmu yang mengacu pada masa

depan, karena ia tercipta berbeda dengan zaman yang dialami

oleh pendidiknya.

Ali bin Abi Thalib berkata:

• Memperhatikan kemampuan dan kondisi peserta didiknya.

Pemberian materi pelajaran harus diukur dengan kadar

kemampuannya. Sabda Nabi:

"Didiklah anak kalian dengan pendidikan, karena mereka diciptakan untuk

zaman yang berbeda dengan zaman kalian”.

• Sehat jasmani dan rohani serta mempunyai kepribadian yang

kuat, tanggung jawab, dan mampu mengatasi

107

Page 114: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

problem peserta didik, serta mempunyai rencana yang

matang untuk menatap masa depan yang dilakukan dengan

sungguh-sungguh.

Dalam literatur yang lain seperti dalam Ilmu pendidikan

Islam Prof. Ramayulis, disebutkan beberapa syarat pendidik,23

yaitu: (1) beriman; (2) bertaqwa; (3) ikhlas; (4) berakhlak; (5)

berkepribadian yang integral (terpadu); (6) bertanggung jawab;

(7) cakap; (8) keteladanan; (9) memiliki kompetensi

kependidikan yang mencakup: kompetensi kepribadian, kom-

petensi penguasaan atas bahan pengajaran, dan kompetensi

dalam metode dan pendekatan dalam pendidikan.

E. Keutamaan Mengajar

Pendidik merupakan faktor penting dalam proses pen-

didikan, sehingga peranannya dapat mempengaruhi keber-

hasilan sebuah pendidikan. Dalam Islam, seorang pendidik

sangatlah dihargai dan dihormati kedudukannya. Firman Allah

dalam QS. al-Mursalat: 11:

23 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1998),

hlm. 37-45.

"Allah meningkatkan derajat orang beriman dan berilmu pengetahuan

beberapa derajat".

Sabda Rasul SAW:

“Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-qur’an dan mengajar-

kannya". (HR. Bukhari).

108

Page 115: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendidikan dalam Pendidikan Islam

Sabda Rasulullah SAW: yang artinya; " Tinta para ulama lebih

tinggi nilainya dari pada darah para syuhada". (HR. Abu Daud dan

Turmudzi)

Gambaran lain tentang keutamaan seorang pendidik adalah

sebagaimana pandangan Imam al-Ghazali yang men- sinyalir

sebuah teks yang berbunyi:24

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa mempelajari satu bab dari ilmu untuk diajarkan

kepada manusia, maka ia diberikan pahala tujuh puluh orang siddiq (orang yang selalu

benar, membenarkan Nabi, seumpama Abu Bakar)". Nabi Isa AS. Bersabda:

"Barang siapa berilmu dan beramal serta mengajar, maka orang itu disebut “orang

besar" di segala penjuru langit". Nabi bersabda: "Sebaik-baiknya pemberian dan

hadiah ialah kata-kata hikmat. Engkau dengar lalu engkau simpan baik-baik.

Kemudian engkau bawakan kepada saudaramu muslim, engkau ajari dia. Perbuatan

demikian mempunyai ibadah setahun". Nabi bersabda pula: "Bahwasannya Allah,

Malaikat- malaikatnya, isi langit dan bumi sampai kepada semut yang di dalam

lubang dan ikan di dalam laut, semuanya berdoa kebajikan kepada orang yang

mengajarkan manusia”. Nabi bersabda pula: "Tiadalah orang muslim memberi

faedah kepada saudaranya, yang lebih utama dari kabar yang-baik yang

disampaikannya, kemudian disampaikan pula kepada orang lain". Nabi bersabda:

"Sepatah kata kebajikan yang didengar oleh seorang muslim lalu diajarkannya dan

diamalkannya, adalah lebih baik baginya daripada ibadah setahun".

Pada suatu hari rosul ke luar berjalan-jalan, lalu melihat dua

majlis. Yang satu mereka berdoa kepada Allah dengan sepenuh

hati, yang satu lagi mengajar manusia. Maka Nabi bersabda:

"Adapun mereka itu memohon kepada Allah, jika dikehendaki-

Nya maka dikabulkan-Nya. Jika tidak maka ditolak-Nya. Sedang

mereka yang satu majlis lagi, mengajarkan manusia dan aku ini

diutus untuk mengajar". Kemudian

24 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam I (Bandung: Pustaka Setia,

1998), hlm. 67.

109

Page 116: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

Nabi menoleh ke majlis orang yang mengajar, lalu duduk

bersama mereka, Nabi bersabda: "Rahmat Allah kepada khalifah-

khalifahku". Para sahabat bertanya: "siapakah khalifah-khalifah itu

wahai rasulullah? "rasul menjawab: "mereka yang menghidupkan

sunnahku dan mengajarkan kepada hamba Allah". Umar ra. berkata:

"Barangsiapa mengajarkan suatu hadits, lalu diamalkan orang,

maka baginya pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang

yang mengamalkannya". Ibnu Abbas ra. juga berkata: "Orang

yang mengajar kebajikan kepada orang banyak, diminta

ampunkan dosanya oleh segala sesuatu sehingga ikan di dalam

laut". Imam al-Ghazali mengemukakan tentang mulianya

pekerjaan mengajar, beliau berkata: "Maka seseorang yang alim

mau mengamalkan apa yang telah diketahuinya, maka ialah yang

dinamakan dengan seorang yang besar di semua kerajaan langit.

Dia adalah seperti matahari yang menerangi alam-alam yang lain,

dia mempunyai cahaya dalam dirinya, dan dia adalah seperti

minyak wangi yang mewangikan orang lain, karena ia memang

wangi. Siapa-siapa yang memiliki pekerjaan mengajar,ia telah

memilih pekerjaan yang besar dan penting, maka dari itu

hendaklah ia mengajar tingkah lakunya dan kewajiban-

kewajibannya.25

Dari berbagai keterangan tersebut di atas, dapatlah

difahami bahwa betapa besar dan mulia pekerjaan seorang

pendidik atau orang yang mempunyai ilmu pengetahuan. Karena

memang dengan ilmu pengetahuan dapat mengantarkan manu-

sia agar selalu berfikir dan mengamati, dan menganalisa feno-

mena yang ada pada alam (ayat kauniyah), sehingga akan mem-

bawa manusia pada jarak yang semakin dekat dengan pen-

25 Ibid., hlm. 67-68.

110

Page 117: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Pendidikan dalam Pendidikan Islam

ciptanya yaitu Allah. Selain itu dengan jalan berfikir dan bekal akal,

manusia dapat menghasilkan berbagai teori dan ilmu yang dapat

berguna bagi kehidupan manusia sendiri.

Pendidikan Islam sangat sarat dengan konsepsi dan nilai

ketuhanan yang memiliki berbagai keutamaan. Abd. Al-Rahman al-

Nahlawi menggambarkan orang yang berilmu diberi kekuasaan

menundukkan alam semesta demi kemaslahatan manusia. Sehingga

orang yang berilmu (pendidik) dalam kehidupan masyarakat

dipandang sebagai orang yang bermartabat tinggi.26

Namun demikian, bagi orang yang berilmu atau pendidik,

sudah semestinya dan menjadi suatu kewajiban untuk mengajarkan

dan mengamalkan apa yang sudah diketahui dan dipelajari.

Sehingga nabi memberikan rambu-rambu bagi orang yang tidak

mengajarkan ilmunya dengan suatu peringatan, yaitu:

"Barang siapa yang menyembunyikan ilmunya maka Tuhan akan mengekangnya dengan kekangan api neraka". (HR. Ibnu Majah)

Sehingga seberapa pun pengetahuan atau ilmu yang di-

ketahuinya tetap memiliki konsekuensi untuk mengajarkan-

nya. Dorongan ini terbukti dari ungkapan sebuah teks yang

berbunyi:

"Sampaikanlah dariku walaupun cuma satu ayat".

26 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Keempat (Jakarta: Kalam

Mulia, 2004), hlm. 87.

111

Page 118: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

Dari uraian di atas, maka dapat diambil beberapa pe-

mahaman yaitu27

• Perbuatan mendidik atau mengajar adalah perintah yang

wajib dilaksanakan, dan barang siapa mengelak dari kewajiban

ini akan mendapatkan konsekuensi tersendiri.

• Perbuatan mendidik atau mengajar adalah perbuatan yang

terpuji dan mendapatkan pahala yang berlimpah dari Allah.

• Perbuatan mendidik atau mengajar adalah merupakan amal

kebajikan jariyah yang akan mengalir pahala selama ilmu yang

diajarkan tersebut masih diamalkan orang yang belajar

tersebut.

® Perbuatan mendidik atau mengajar adalah amal kebajikan yang

dapat mendatangkan maghfirah dari Allah.

• Perbuatan mendidik atau mengajar adalah perbuatan yang

sangat mulia, karena mengolah organ manusia yang mulia. []

27 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam I (Bandung: Pustaka Setia,

1998), hlm. 70.

112

Page 119: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

BAB V

PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN

ISLAM

A. Paradigma Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

Dalam pandangan Islam, sebenarnya manusia telah di-

tempatkan sebagai makhluk yang termulia dari semua makhluk

yang ada di jagat raya ini. Firman Allah SWT:

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat, sesungguhnya Aku hendak

menjadikan seorang khalifah di muka bumi". (Q.S. 2:30).

Firman Allah SWT. yang artinya; "Sesungguhnya Kami telah

menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya". (Q.S. 25:4).

Ayat ini menunjukkan bahwa dari segi kejadian (bentuk) dan dari

segi kedudukan manusia lebih mulia dari makhluk lain.

Selanjutnya dalam surat AI-A'laq dijelaskan pula tentang

penciptaan manusia ini sebagaimana firman Allah SWT:

113

Page 120: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

"Bacalah dengan menyebut Tuhanmu yang mencintakan. Dia telah mencintakan

manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang paling Pemurah.

Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada

manusia apa-apa yang tidak mereka ketahui, sudahlah! sesungguhnya manusia

benar-benar melampaui batas. Karena dia melihat dirinya serba cukup.

Sesungguhnya hanya kepada Tuhan tempat kembalimu". (Q.S. 86:1-8).

Ayat di atas, menerangkan bahwa ada tiga macam ciri

manusia yaitu:1

1. Manusia itu dijadikan dari a'laq (segumpal darah),

2. Manusia mempunyai daya untuk berilmu,

3. Manusia dapat menjadi diktator apabila ia bersifat

congkak dan tidak memerlukan lagi Sang Penciptanya (Allah

SWT).

Murthada Mutahhari melukiskan gambaran AI-Qur'an

tentang manusia sebagai berikut:2 Al-Qur'an mengambarkan

manusia sebagai suatu makhluk pilihan Tuhan, sebagai khalifah-

Nya di bumi, serta sebagai makhluk yang semi samawi dan semi

duniawi, yang di dalam dirinya ditanamkan sifat mengakui

Tuhan, bebas, terpercaya, rasa tanggungjawab terhadap dirinya

maupun alam semesta, serta karunia keunggulan terhadap alam

semesta, langit dan bumi. Manusia dipusa-

1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1998),

hlm. 49-50.

2 Ibid.

114

Page 121: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

kai ke arah kecenderungan kepada kebaikan dan kejahatan.

Kemajuan mereka dimulai dengan kelemahan dan ketidak-

mampuan yang kemudian bergerak ke arah kekuatan, tetapi itu

tidak akan menghapuskan kegelisahan mereka, kecuali jika mereka

dekat dengan Tuhan dan mengingat-Nya. Kapasitas mereka tidak

terbatas, baik dalam kemampuan belajar maupun dalam

menerapkan ilmu. Mereka memiliki keluhuran dan martabat

naluriah. Motivasi dan pendorong mereka dalam banyak hal, tidak

bersifat kebendaan. Akhirnya mereka dapat secara leluasa

memanfaatkan nikmat dan karunia yang dilimpahkan kepada

mereka, namun pada saat yang sama, mereka menunaikan

kewajiban mereka kepada Tuhan.

Sayyid Qutb menafsirkan "khalqan akhar" pada QS. 23:12-14

sebagai berikut: "Manusia dijadikan sebagai makhluk yang unik

(khalqan akhar) ketika proses pertumbuhan biologinya sudah

sempurna dalam rahim ibunya. Ketika itu janin tidak lagi

mengalami perkembangan unsur-unsur biologis, dalam arti

pertumbuhan kerangka tubuh. Manusia pada saat itu sudah siap

memasuki tahap kejadiannya yang baru, yang membedakannya

dari hewan. Yang membawa manusia ke tahap kejadi- anya yang

unik dan baru itu adalah ditiupkannya roh ke dalam dirinya.3

Masalah ini semakin dapat difahami dengan adanya firman Allah

SWT dalam surat lain.

"Kemudian Dia menyempurnakan dan menitipkan ke dalam (tubuh)-nya roh

(ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan

dan hati (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur". (Q.S. 34:9).

Ayat di atas menjelaskan bahwa dengan adanya roh itu

manusia dapat memiliki pendengaran (al-Samu') penglihatan

3 Ibid., hlm. 52.

115

Page 122: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

(,al-Abshar) dan perasaan dalam hati (al-Afidah) yang menjadi

ciri-ciri khas makhluk manusia.

Hadits Nabi berikut menjelaskan lebih lanjut waktu

penghembusan roh tersebut dalam ayat di atas.

"Sesungguhnya kamu diciptakan dalam kandungan ibu empat puluh hari mani,

kemudian selama itu pula segumpalan darah, kemudian selama itu pula gumpalan

daging, kemudian dikirimkan oleh Tuhan Malaekat dan ia menghembuskan ke

dalam jasad itu roh." (H.R. Bukhari)

Harun Nasution memberikan komentar sebagai berikut:

"Yang menarik perhatian dari perkembangan penciptaan

manusia seperti dijelaskan oleh ayat dan hadits adalah

maksudnya jiwa kedalam. janin, setelah yang tersebut akhir ini

mengalami perkembangan seratus dua puluh hari dalam

kandungan ibu. Selama empat bulan setelah sperma dan ovum

bersatu, janin dengan demikian belum mempunyai jiwa. Janin

baru merupakan tubuh yang hidup dan belum menjadi

manusia dalam arti sebenarnya. Janin sebelum masuknya jiwa

itu dengan kata lain baru merupakan calon manusia.4

Selanjutnya Harun Nasution mengatakan sebagai berikut:

"Manusia dalam konsep Islam jadinya tersusun dari tiga unsur:

tubuh, hayat dan jiwa. Kalaulah hayat telah tak ada, tubuh pun

mati dan jiwa meninggalkan tubuh yang mati itu. Di sini jiwa

berpisah dari tubuh dan pergi kembali ke alam im-materi me-

nunggu hari penghitungan di hadapan Tuhan. Alam rohani

tempat jiwa menunggu itu biasa disebut alam barzah.

Unsur tubuh dan hayat menyebabkan manusia sama

dengan binatang, dan unsur roh (jiwa) menyebabkan manusia

berbeda dengan binatang. Unsur roh inilah yang menyebab

4 Ibid.

116

Page 123: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

kan manusia mempunyai akal, penglihatan, pendegaran, perasaan

dan hati nurani.

Berkenaan dengan masalah ini Al-Atas menyebutkan manusia

sebagai "binatang rasional". Rasional berarti mengacu pada nalar

yang merumuskan makna-makna melibatkan pemikiran

perbendaan dan penjelasan. Di dalam Islam di samping "aql" ada

"qalb” keduanya substansi rohaniah yang dapat memahami dan

membedakan kebenaran dan kepalsuan.5

Dengan keutamaan yang diberikan Tuhan kepada manusia

dari makhluk lain, manusia dibebani dengan tugas yang cukup

berat tetapi mulia yaitu menjadi khalifah Allah di muka bumi.

Fungsi khalifah tidak lain adalah merupakan amanah yang

mengakibatkan adanya tanggung jawab. Firman Allah SWT. yang

artinya: "Sesungguhnya Tuhan menjadikan manusia di bumi ini sebagai

khalifah." (Q.S.2:30).

Semua ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh manusia tersebut di

atas harus diperhatikan oleh seorang pendidik dalam menghadapi

peserta didiknya, karena pengetahuan tentang itu mendasari

pandangan guru agama tentang muridnya, sehingga dalam proses

pendidikan ia tidak menekankan pada unsur jasad dan hayat saja

tetapi lengkap dengan unsur roh lainnya.

Dengan berpijak pada paradigma "belajar sepanjang masa",

maka istilah yang tepat untuk menyebut individu yang menuntut

ilmu adalah peserta didik dan bukan anak didik. Peserta didik

cakupannya lebih luas, yang tidak hanya melibatkan anak-anak,

tetapi juga pada orang-orang dewasa. Sementara istilah anak didik

hanya dikhususkan bagi individu yang

5 Ibid., hlm. 53.

117

Page 124: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

berusia kanak-kanak. Penyebutan peserta didik ini juga

mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya di

sekolah (pendidikan formal), tapi juga lembaga pendidikan di

masyarakat, seperti Majelis Taklim, Paguyuban, dan sebagainya.6

Pada dasarnya peserta didik merupakan "raw material"

(bahan mentah) di dalam proses transformasi yang disebut

pendidikan. Berbeda dengan komponen-komponen lain dengan

sistem pendidikan karena kita menerima "material" ini sudah

setengah jadi, karena memang peserta didik dalam Islam

memiliki sebuah fitrah yang dianugerahkan oleh Allah.

Sedangkan komponen-komponen pendidikan lain dapat

dirumuskan dan disusun sesuai dengan keadaan fasilitas dan

kebutuhan yang ada.

Namun demikian membicarakan peserta didik, sesung-

guhnya. kita membicarakan hakikat manusia yang memerlukan

bimbingan. Para ahli psikologi mempunyai pandangan yang

berbeda terhadap manusia. Aliran psikonalisis beranggapan bahwa

tingkah laku manusia pada dasarnya digerakkan oleh dorongan-

dorongan dari dalam yang mengontrol kekuatan psikologis yang

sejak semula ada dalam diri individu. Manusia tidak lagi bebas

untuk menentukan nasibnya, sebab tingkah laku manusia semata-

mata digerakkan untuk memuaskan kebutuhan dan instink

biologisnya. Aliran humanistik beranggapan bahwa manusia

senantiasa dalam, proses untuk wujud (becoming) namun tidak

pernah selesai dan tidak pernah sernpurna. Tingkah laku

manusia tidak semata-mata

6 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 103.

118

Page 125: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

digerakkan oleh dorongan untuk memuaskan dirinya sendiri

namun oleh rasa tanggung jawab sosial dan kebutuhan untuk

mencapai sesuatu. Aliran behaviorisme beranggapan bahwa t;ngkah

laku manusia merupakan reaksi dari rangsangan yang datang

dari luar dirinya. Manusia ditentukan oleh lingkungan karena

proses interaksi terus menerus antar individu dengan

lingkungannya. Hubungan interaksi itu diatur oleh hukum-

hukum belajar, pembiasaan (conditioning) dan peniruan.7

Sama halnya dengan teori Barat, peserta didik dalam

pendidikan Islam adalah individu sedang tumbuh dan ber-

kembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam

mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Definisi

tersebut memberi arti bahwa peserta didik merupakan individu

yang belum dewasa, yang karenanya memerlukan orang lain

untuk menjadikan dirinya dewasa. Anak kandung adalah peserta

didik dalam keluarga, murid adalah peserta didik di sekolah,

anak-anak penduduk adalah peserta didik masyarakat sekitarnya,

dan umat beragama mSnjadi peserta didik ruhaniawan dalam

suatu agama.8

Dalam istilah tasawuf, peserta didik sering kali disebut

dengan "murid" atau thalib. Secara etimologi, murid berarti "orang

yang menghendaki". Sedangkan menurut arti ter

7 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), him. 48-49.

Nampaknya pandangan ahli psikologi di atas menurut Lang- gulung dipengaruhi

oleh pemikiran filsafat atau setidak-tidaknya memiliki kecenderungan-

kecenderungan yang dipengaruhi berbagai

faktor yang tidak senantiasa dapat dibuktikan secara empirik walaupun

metodologi yang digunakan tidak keluar dari metodologi ilmiah. 8 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam

(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), him. 103.

119

Page 126: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

minologi, murid adalah "pencari hakikat di bawah bimbingan dan

arahan seorang pem bimbing spiritual (murrsyid)". Sedangkan

thalib secara bahasa berarti "orang yang mencari", sedang menurut

istilah tasawuf adalah penempuh jalan spiritual, di mana ia

berusaha keras menempa dirinya untuk mencapai derajat sufi.

Penyebutan murid ini juga dipakai untuk menyebut peserta didik

pada sekolah tingkat dasar dan menengah sementara untuk

perguruan tinggi lazimnya disebut dengan mahasiswa (thalib).9

Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik harus

sedapat mungkin memahami hakikat peserta didiknya sebagai

subjek dan objek pendidikan. Kesalahan dalam memahami

hakikat peserta didik menjadikan kegagalan dalam proses

pendidikan, Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai

karakteristik peserta didik adalah:10

Pertama, peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia

mempunyai dunia sendiri, sehingga metode belajar mengajar

tidak boleh disamakan dengan orang dewasa. Orang dewasa tidak

patut mengeksploitasi dunia peserta didik,

9 Ibid, him. 104. Istilah murid atau thalib ini sesungguhnya memiliki

kedalaman makna daripada penyebutan siswa. Artinya, dalam proses pendidikan

itu terdapat individu yang secara sungguh-sungguh menghendaki dan mencari

ilmu pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa istilah murid dan thalib

menghendaki adanya keaktifan pada peserta didik dalam proses belaiar mengajar,

bukan pada pendidik. Namun, dalam pepatah dinyatakan: "tiada tepuk sebelah

tangan". Pepatah ini mengisyaratkan adanya active learning bagi peserta didik dan

active teaching bagi pendidik, sehingga kedua belah pihak menjadi

"gayung bersambung" dalam proses pendidikan agar tercapai hasil secara

maksimal.

10 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 104-106

120

Page 127: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

dengan mematuhi segala aturan dan keinginannya, sehingga

peserta didik kehilangan dunianya. Peserta didik yang kehilangan

dunianya, maka menjadikan kehampaan hidup di kemudian hari.

Kedua, peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut

untuk pemenuhan kebutuhan itu semaksimal mungkin.

Kebutuhan individu, menurut Abraham Maslow, terdapat lima

hierarki kebutuhan yang dikelompokkan dalam dua kategori,

yaitu: (1) kebutuhan-kebutuhan taraf dasar (basic needs) yang

meliputi kebutuhan fisik, rasa aman dan terjamin, cinta dan ikut

memiliki (sosial), dan harga diri; dan (2) metakebutuhan-

metakebutuhan (meta needs), meliputi apa saja yang terkandung

dalam aktualisasi diri, seperti keadilan, kebaikan, keindahan,

keteraturan, kesatuan, dan lain sebagainya. Pemenuhan kebutuhan

manusia memiliki tingkat kesulitan yang hierarkis. Kebutuhan

yang berada pada hierarki paling bawah akan mudah dicapai oleh

semua manusia, namun kebutuhan yang berada pada hierarki

paling atas tidak semua dicapai oleh manusia. Pemenuhan

kebutuhan yang dapat mengakibatkan kepuasan hidup adalah

pemenuhan metakebutuhan, sebab pemenuhan kebutuhan ini

untuk pertumbuhan yang timbulnya dari luar diri (eksternal).

Sedangkan, pemenuhan kebutuhan dasar hanya diakibatkan

kekurangan yang berasal dari dalam diri (internal). Sekalipun

demikian, masih ada kebutuhan lain yang tidak terjangkau kelima

hierarki kebutuhan itu, yaitu kebutuhan akan transendensi kepada

Tuhan. Individu yang melakukan ibadah sesungguhnya tidak

dapat dijelaskan dengan kelima hierarki kebutuhan tersebut, sebab

akhir dari aktivitasnya hanyalah keikhlasan dan ridha dari Allah

SWT.

121

Page 128: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

Ketiga, peserta didik memiliki perbedaan antara individu

dengan individu yang lain, baik perbedaan yang disebabkan dari

faktor endogen (fitrah) maupun eksogen (lingkungan) yang

meliputi, jasmani, inteligensi, sosial, bakat, minat, dan

lingkungan yang mengaruhinya. Dalarn teori psikologi, terdapat

tiga bagian tentang individu: (1) seperti semua orang lain, yang

karenanya perlu perlakuan pendidikan yang sama satu dengan

yang lain (2) Seperti sejumlah orang lain, yang karenanya perlu

perlakuan pendidikan yang berbeda antara anak yang umum

(kecerdasannya rata-rata) dengan yang khusus (sangat

cerdas/bodoh); (3) seperti tidak seorang lain pun, yang karenanya

perlu perlakuan pendidikan yang berbeda antara individu satu

dengan yang lain.

Keempat, peserta didik dipandang sebagai kesatuan system

manusia. Sesuai dengan hakikat manusia, peserta didik sebagai

makhluk monopluralis, maka pribadi peserta didik walaupun

terdiri dari banyak segi, merupakan satu kesatuan jiwa raga

(cipta, rasa dan karsa).

Kelima, peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus

dalam pendidikan yang dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta

produktif. Setiap peserta didik memiliki aktivitas sendiri

(swadaya) dan kreativitas sendiri (daya cipta), sehingga dalam

pendidikan tidak memandang anak sebagai objek pasif yang

bisanya hanya menerima, mendengarkan saja.

Keenam, peserta didik mengikuti periode-periode perkem-

bangan tertentu dan mempunyai pola perkembangan serta tempo

dan iramanya. Implikasi dalam pendidikan adalah bagaimana

proses pendidikan itu dapat disesuaikan dengan pola dan tempo,

serta irama perkembangan peserta didik. Kadar

122

Page 129: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam pendidikan Islam

kemampuan peserta didik sangat ditentukan oleh usia atau

periode perkembangannya, karena usia itu bisa menentukan

tingkat pengetahuan, intelektual, emosi, bakat, minat peserta

didik, baik dilihat dari dimensi biologis, psikologis, maupun

dedaktis.

Dalam psikologi perkembangan disebutkan bahwa

periodesasi manusia pada dasarnya dapat dibagi menjadi lima

tahapan, yaitu:11

1. Tahap asuhan (usia 0-2 tahun), yang lazim disebut fase neonatus,

dimulai kelahiran sampai kira-kira usia dua tahun. Pada

tahap ini, individu belum memiliki kesadaran dan daya

intelektual, ia hanya mampu menerima rangsangan yang

bersifat biologis dan psikologis melalui air susu ibunya. Pada

fase ini belum dapat diterapikan interaksi edukasi secara

langsung, karena itu proses edukasi dapat dilakukan dengan

cara:

• Memberi azan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri

ketika baru lahir (HR- Abu Ya'la dari Husain bin Ali);

Azan dan iqamah ibarat password untuk membuka sistem

syaraf rohani agar anak teringat dengan apa yang dulu di

alam arwah diberi perjanjian oleh Allah SWT (QS. al-

Araf. 172); memberi nama yang baik sebaik nama-nama

Allah yang tertuang dalam asma al-husna (HR. Baihaqie);

• Memotong aqiqah, dua kambing untuk bayi laki-laki dan

seekor kambing untuk bayi perempuan. Pemotongan ini,

selain menunjukkan rasa syukur kepada Allah,

11 Ibid., him. 107-113.

123

Page 130: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

juga sebagai lambang atau simbol pengorbanan dan

kepedulian sang orang tua terhadap kelahiran bayinya,

agar anaknya nanti menjadi anak saleh dan menuruti

keinginan baik orang tuanya;

• Memberi nama yang baik, yaitu nama yang secara

psikologis mengingatkan atau berkorelasi dengan

perilaku yang baik, misalnya nama asma‟al-husna, nama-

nama nabi, nama-nama sahabat, nama-nama orang yang

saleh, dan sebagainya

• Membiasakan hidup yang bersih, suci dan sehat;

• Memberi ASI sampai usia dua tahun. ASI selain me-

miliki komposisi gizi yang sesuai dengan kebutuhan

bayi, juga menambah keakraban, kehangatan, dan kasih

sayang sang ibu dengan bayinya atau sebaliknya. Keku-

rangan akan ASI dapat mengakibatkan perilaku negatif,

seperti tidak menuruti perintah orang tua, karena secara

psikologi, hubungan mereka tidak akrab. Perhatikan

Firman Allah SWT: "Para ibu hendaklah menyusukan

anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang

ingin menyempurnakan penyusuan." (QS. al-Baqarah:

233);

• Memberikan makanan dan minuman yang halal dan

bergizi (thayyib), (QS. al-Baqarah: 168), dan membiasakan

hidup bersih dan suci. Kekurangan ASI dan hidup suci

dan bersih, akan mengakibatkan buruk bagi per-

kembangan paedagogis dari psikologis bagi anak.

2. Tahap pendidikan jasmani dan pelatihan pancaindra (usia

2-12 tahun), yang lazim disebut fase kanak-kanak (al-thifl/

shabi), yaitu mulai masa neonatus sampai pada masa polusi

124

Page 131: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

(mimpi basah). Pada tahap ini, anak mulai memiliki

potensi- potensi biologis, paedagogis, dan psikologis.

Karena itu, pada tahap ini mula, diperlukan adanya

pembinaan, pelatihan bimbingan, pengajaran, dan

pendidikan yang disesuaikan dengan bakat (QS.ar-Rum:

30), minat (QS. al-Kahfi: 29), dan kemampuannya (QS.Hud:

93). Proses pembinaan dan pelatihan lebih efektif lagi bila

anak telah menginjak usia sekolah dasar. Hal tersebut

karena pada fase ini, anak mulai aktif dan memfungsikan

potensi-potensi indranya walaupun masih pada taraf

pemula. Proses edukasi dapat diterapkan dengan penuh

kasih sayang. Perintah dan larangan disajikan dalam bentuk

cerita-cerita yang menarik dan memberikan kesimpulan

untuknya, serta melatih anak untuk melakukan aktivitas

positif yang dapat membiasakan dirinya dengan baik bila

kelak menginjak fase berikutnya, pepatah Arab

menerangkan:

"Barangsiapa yang membiasakan sesuatu (di hari mudanya), maka ia akan terbiasa olehnya (di hari tuanya) ".

Tugas pendidikan pada fase ini adalah menumbuhkan

potensi-potensi indra dan psikologis, seperti pendengaran,

penglihatan, dan hati nurani. Tugas orang tua adalah bagai-

mana mampu merangsang pertumbuhan berbagai potensi

tersebut, agar anaknya mampu berkembang secara

maksimal. Firman Allah SWT: "Dan Allah mengeluarkan

kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui apa-

apa, dan la memberikan pendengaran, penglihatan, dan hati

sanubari agar kamu mau bersyukur." (Q.S. an-Nahl: 78).

125

Page 132: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

Mempersiapkan diri dengan cara membiasakan dan melatih

hidup yang baik, seperti dalam berbicara, makan, bergaul,

penyesuaian diri dengan lingkungan, dan berperilaku.

Pembiasaan ini terutama pada aspek-aspek afektif (ial-infi'a-

li), sebab jika aspek ini tidak dibiasakan sedini mungkin

maka ketika masa dewasanya akan sulit dilakukan; dan

pengenalan aspek-aspek doktrinal agama, terutama yang

berkaitan dengan keimanan, melalui metode cerita dan

uswah hasanah.

3. Tahap pembentukan watak dan pendidikan agama (usia 12-

20 tahun).

Fase ini lazimnya disebut fase tamyiz, yaitu fase di mana

anak mulai mampu membedakan yang baik dan yang

buruk, yang benar dan yang salah. Atau, fase baligh (disebut

juga mukallaf) di mana ia telah sampai berkewajiban me-

mikul beban taklif dari Allah SWT.

Usia ini anak telah memiliki kesadaran penuh akan diri-

nya, sehingga ia diberi beban tanggung jawab (taklif), terutama

tanggung jawab agama dan sosial. Menurut al-Taftazani, fase

ini dianggap sebagai fase yang mana individu mampu ber-

tindak menjalankan hukum, baik yang terkait dengan perintah

maupun larangan. Seluruh perilaku mukallaf harus dipertang-

gungjawabkan, karena hal itu akan berimbas pada pahala dan

dosa.

Fase ini juga ditandai dengan adanya dua hal, yaitu:

Pertama, pemahaman, dicapai dengan adanya pendayagunaan

akal, karena dengan akal seseorang memiliki kesadaran

126

Page 133: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

penuh dalam bertindak. Individu yang tidak memiliki pe-

mahaman yang cukup maka ia tidak terkena beban taklif, seperti

anak kecil, orang gila, orang lupa, orang terpaksa, orang tidur

dan pingsan dan orang yang tersalah; Kedua, kecakapan (al-

ahliyyah), yaitu dipandang cakap melaksanakan perintah,

sehingga perbuatan apa saja yang dilakukan dapat dipertang-

gung jawabkan dan memiliki implikasi hukum. Kecakapan

terbagi atas dua macam, yaitu: (1) Kecakapan melaksanakan

(ahliyyah ada'), yaitu kecakapan bertindak hukum yang telah

dianggap sempurna untuk mempertanggungjawabkan seluruh

perbuatannya, baik yang positif maupun negatif. Kecakapan ini

disyaratkan 'aqil (berakal), baligh (sampai umur), dan cerdas

dalam memahami titah Tuhan; dan (2) Kecakapan kewajiban

(iahliyyah wujub), yaitu kecakapan untuk menerima kewajiban-

kewajiban hukum dan hak-haknya." Pada tahap ini, anak meng-

alami perubahan biologis yang drastis, postur tubuh hampir

menyamai orang dewasa walaupun taraf kematangan jiwanya

belum mengimbanginya. Pada tahap ini, anak mengalami masa

transisi, masa yang menuntut anak untuk hidup dalam kebim-

bangan, antara norma masyarakat yang telah melembaga agak-

nya tak cocok dengan pergaulan hidupnya sehari-hari, sehingga

ia ingin melepaskan diri dari belenggu norma dan susila masya-

rakat untuk mencari jati dirinya, ia ingin hidup sebagai orang

dewasa, diakui dan dihargai, tetapi aktivitas yang dilakukan

masih penuh kekanak-kanakan, sehingga acap kali orang tua

masih mengikat dan membatasi, kehidupannya agar nantinya

dapat mewarisi dan mengembangkan hasil yang diperoleh orang

tuanya. Proses edukasi fase ini adalah memberikan suatu model,

mode dan modus yang Islami pada anak tersebut, sehingga

127

Page 134: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

limu Pendidikan Islam

ia mampu hidup "remaja" di tengah-tengah masyarakat tanpa

meninggalkan kode etis Islaminya. Tugas pendidikan adalah

mengubah persepsi konkret peserta didik menuju pada per-

sepsi yang abstrak, misalnya persepsi mengenai ide-ide

ketuhanan, alam akhirat, dan sebagainya. Pengembangan

ajaran-ajaran normatif agama melalui institusi sekolah, baik

yang berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, maupun

psikomotorik. Dalam hal ini, Nabi SAW bersabda: Perintahlah

anak-anak kalian melakukan shalat ketika ia berusia tujuh

tahun, dan pukullah ia jika meninggalkannya apabila berusia

sepuluh tahun, dan pisahkan ranjangnya" (HR. Ahmad, Abu

Dawud dan al- Hakim dari Abd Allah ibn Amar). Hadis di atas

mengisyaratkan bahwa usia tujuh tahun merupakan usia mulai

berkembangnya kesadaran akan perbuatan baik dan buruk,

benar dan salah, sehingga Nabi SAW. memerintahkan kepada

orang tua untuk mendidik shalat kepada anak-anaknya. Ketika

usia sepuluh tahun, tingkat kesadaran anak akan perbuatan

baik dan buruk, benar dan salah mendekati sempurna, sehingga

Nabi SAW. memerintahkan orang tua untuk memukul anaknya

yang meninggalkan shalat. Makna memukul di sini tidak

berarti bersifat biologis, seperti memukul kepala atau anggota

tubuh lainnya, melainkan bersifat psikologis, seperti

menggugah kesadaran atau menjatuhkan mentalnya.

1. Tahap kematangan (usia 20-30 tahun).

Pada tahap ini, anak telah beranjak menjadi dewasa, yaitu

dewasa dalam arti sebenarnya, mencakup kedewasaan biologis,

sosial, psikologis, dan kedewasaan religius. Pada fase ini,

mereka sudah mempunyai kematangan dalam bertindak,

128

Page 135: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

bersikap, dan mengambil keputusan untuk menentukan masa

depannya sendiri. Oleh karena itu, proses edukasi dapat

dilakukan dengan memberi pertimbangan dalam menentukan

teman hidupnya yang memiliki ciri mukafaah (ideal) dalam

aspek agama, ekonomi, sosial, dan sebagainya (HR. Bukhari-

Muslim dari Abu Hurairah). Pemilihan pasangan hidup yang

ideal akan mencetak calon pendidik di rumah tangga kelak

yang bertanggung jawab atas pendidikan anak kandung di

rumah.

2. Tahap kebijaksanaan (usia 30 - meninggal).

Menjelang meninggal, fase ini lazimnya disebut fase azm

al-'umr (lanjut usia) atau syuyukh (tua). Pada tahap ini, manusia

telah menemukan jati dirinya yang hakiki, sehingga tindakan-

nya penuh dengan kebijaksanaan yang mampu mernberi

naungan dan perlindungan bagi orang lain. Proses edukasi bisa

dilakukan dengan cara mengingatkan agar mereka berkenan

sedekah atau zakat bila ia lupa (QS. ali Imran: 92) serta meng-

ingatkan harta dan anak yang dimiliki agar selalu diclarma-

baktikan kepada agama, negara, dan masyarakat sebelum

menjelang hayatnya.

Peserta didik merupakan individu yang akan dipenuhi

kebutuhan ilmu pengetahuan, sikap, dan tingkah lakunya,

sedangkan pendidik adalah individu yang akan memenuhi

kebutuhan tersebut. Akan tetapi, dalarn proses kehidupan dan

pendidikan secara umum, batas antara keduanya sulit ditentu-

kan, karena adanya saling mengisi dan saling membantu, saling

meniru dan ditiru, saling memberi dan menerima informasi

yang dihasilkan, akibat dari komunikasi yang dimulai dari

kepekaan indra, pikiran, daya aspersepsi, dan keteram

129

Page 136: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

pilan untuk melakukan sesuatu yang mendorong internalisasi

dan individualisasi pada diri individu sendiri. Bahkan Battle

dan Robert L. Shannon menyatakan bahwa keberhasilan

pendidik dalam proses pendidikan adalah apabila ia telah

mencapai hasil yang paling tinggi, yaitu peserta didiknya telah

menjadi guru mereka sendiri yang terbaik, yang dengan sadar

membuat kondisi untuk mengubah tingkah laku mereka ke arah

tujuan mereka sendiri. Pendidik yang baik senantiasa berusaha

untuk mengeluarkan dirinya dari peranan mengajar yang

membuat peserta didik mengasumsikan peran itu untuk diri

mereka sendiri.

B. Sifat-sifat dan Kode Etik Peserta Didik dalam

Pendidikan Islam

Sifat-sifat dan kode etik peserta didik merupakan ke-

wajiban yang harus dilaksanakannya dalam proses belajar

mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Al-

Ghazali, yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman," meru-

muskan sebelas pokok kode etik peserta didik, yaitu:12

1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada

Allah SWT, sehingga dalam kehidupan sehari-hari peserta

didik dituntut untuk menyucikan jiwanya dari akhlak yang

rendah dan watak yang tercela (takhalli) dan mengisi dengan

akhlak yang terpuji (tahalli) (perhatikan QS. al- An'am: 162,

al-Dzariyat: 56).

2. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan

masalah ukhrawi (QS. adh-Dhuha: 4). Artinya, belajar tak

12 Ibid., hlm. 113-114.

130

Page 137: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

semata-mata untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi juga

belajar ingin berjihad melawan kebodohan demi mencapai

derajat kemanusiaan yang tinggi, baik di hadapan Allah dan

manusia.

3. Bersikap tawadlu' (rendah hati) dengan cara menanggalkan

kepentingan pribadi untuk kepentingan pendidiknya.

Sekalipun ia cerdas, tetapi ia bijak dalam menggunakan

kecerdasan itu pada pendidiknya, termasuk juga bijak

kepada teman-temannya yang IQ-nya lebih rendah.

4. Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari

berbagai aliran, sehingga ia terfokus dan dapat memperoleh

satu kompetensi yang utuh dan mendalam dalam belajar.

5. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji (mahmudah), baik

untuk ukhrawi maupun untuk duniawi, serta meninggalkan

ilmu-ilmu yang tercela (madzmumah). Ilmu terpuji dapat

mendekatkan diri kepada Allah, sementara ilmu 'V

tercela akan menjauhkan dari-Nya dan mendatangkan

permusuhan antarsesamanya.

6. Belaj ar dengan bertahap atau berjenjang dengan memulai

pelajaran yang mudah (konkret) menuju pelajaran yang

sukar (abstrak) atau dari ilmu yang fardlu 'ain menuju ilmu

yang fardlu kifayah (QS. al-Insyiqaq: 19).

7. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada

ilmu yang lainnya, sehingga peserta didik memiliki spe-

sifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam. Dalam konteks

ini, spesialisasi jurusan diperlukan agar peserta didik

memiliki keahlian dan kompetensi khusus (QS. al- Insyirah:

7).

131

Page 138: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

8. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang

dipelajari, sehingga mendatangkan objektivitas dalam

memandang suatu masalah.

9. Memprioritaskan ilmu diniyah yang terkait dengan kewajiban

sebagai makhluk Allah SWT, sebelum memasuki ilmu

duniawi.

10. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan,

yaitu ilmu yang bermanfaat dapat membahagiakan,

menyejahterahkan, serta memberi keselamatan hidup dunia

akhirat.

11. Peserta didik harus tunduk pada nasihat pendidik sebagai-

mana tunduknya orang sakit terhadap dokternva, mengikuti

segala prosedur dan metode madzab yang diajarkan oleh

pendidik-pendidik pada umumnya, serta diperkenankan bagi

peserta didik untuk mengikuti kesenian yang baik.

Menurut Ibnu Jamaah, yang dikutip oleh Abd al-Amr Syams

al-Din, etika peserta didik terbagi atas tiga macam,13 yaitu: (1)

terkait dengan diri sendiri, meliputi membersihkan hati,

memperbaiki niat atau motivasi, memiliki cita-cita dan usaha yang

kuat untuk sukses, zuhud (tidak materialistis), dan penuh

kesederhanaan; (2) terkait dengan pendidik, meliputi patuh dan

tunduk secara utuh, memuliakan, dan menghormatinya,

senantiasa melayani kebutuhan pendidik dan menerima segala

hinaan atau hukuman darinya; (3) terkait dengan pelajaran,

meliputi berpegang teguh secara utuh pada pendapat pendidik,

senantiasa mempelajarinya tanpa henti, mem-

13 Ibid, hlm. 115.

132

Page 139: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

"Ingatlah! Engkau tidak akan bisa memperoleh ilmu kecuali karena enam

syarat; aku akan menjelaskan keenam syarat itu padamu, yaitu: kecerdasan,

hasrat atau motivasi yang keras, sabar, modal (sarana), petunjuk guru, dan

masa yang panjang (kontinu)".

Dari syair tersebut dapat dipahami bahwa syarat-syarat

pencari ilmu adalah mencakup enam hal, yaitu:15

Pertama, memiliki kecerdasan (dzaka'); yaitu penalaran,

imajinasi, wawasan (insight), pertimbangan, dan daya-»penye-

suaian, sebagai proses mental yang dilakukan secara cepat dan

tepat. Kecerdasan kemudian berkembang dalam tiga definisi,

yaitu: (1) kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri

terhadap situasi baru secara cepat dan efektif; (2) kemampuan

menggunakan konsep abstrak secara efektif, yang meliputi

empat unsur, seperti memahami, berpendapat, mengontrol, dan

mengkritik; dan (3) kemampuan memahami pertalian-pertalian

dan belajar dengan cepat sekali.

14 Ibid. 15 Ibid., hlm. 116-119. Lihat dalam Burhan al-Islam al-Zamuzi, Ta'lim al-

Muta’allim ft Thariq al-Ta'allum (Surabaya: Salim Nabhan, tt), hlm. 15.

133

praktikkan apa yang dipelajari dan bertahap dalam menempuh

suatu ilmu.

Ali bin Abi Thalib memberikan syarat bagi peserta didik

dengan enam macam, yang merupakan kompetensi mutlak dan

dibutuhkan tercapainya tujuan pendidikan.14 Syarat yang

dimaksud sebagaimana dalam syairnya:

Page 140: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

Jenis-jenis kecerdasan meliputi: (1) kecerdasan intelektual

yang menggunakan otak kiri dalam berpikir linear; (2)

kecerdasan emosional, yang menggunakan otak kanan/intuisi

dalam berpikir asosiatif, (3) kecerdasan moral, yang meng-

gunakan tolok ukur baik buruk dalam bertindak; (4) kecerdasan

spiritual, yang mampu memaknai terhadap apa yang dialami

dengan menggunakan otak unitif; (5) kecerdasan qalbiyah atau

ruhaniyah yang puncaknya pada ketakwaan diri kepada Allah

SWT. Kelima kecerdasan ini harus dimiliki oleh peserta didik

sebagai persyaratan pertama dan utama dalam mencapai

keberhasilan pendidikannya.

Kedua, memiliki hasrat (hirsh), yaitu kemauan, gairah, moril

dan motivasi yang tinggi dalam mencari ilmu, serta tidak merasa

puas terhadap ilmu yang diperolelmya. Hasrat ini menjadi

penting sebagai persyaratan dalam pendidikan, sebab persoalan

manusia tidak sekadar mampu (qudrah) tetapi juga mau (iradah).

Simbiotis antara mampu (yang diwakili kecerdasan) dan mau

(yang diwakili hasrat) akan menghasilkan kompetensi dan

kualifikasi pendidikan yang maksimal.

Maksud motivasi (motivation) pendidikan di sini adalah

keseluruhan dorongan, keinginan, kebutuhan, dan daya yang

sejenis yang mengarahkan prilaku dalam pendidikan. Motivasi

pendidikan juga diartikan satu variabel penyelang yang

digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam

organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan,

dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran pendidikan.

Dalam pendidikan, motivasi berfungsi sebagai pendorong

kemampuan, usaha, keinginan, menentukan arah, dan

menyeleksi tingkah laku pendidikan. Kemampuan adalah

134

Page 141: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

tenaga, kapasitas, atau kesanggupan untuk melakukan suatu

perbuatan, yang dihasilkan dari bawaan sejak lahir atau

merupakan hasil dari pengalaman. Usaha ialah penyelesaian

suatu tugas untuk mencapai keinginan. Sedangkan keinginan

adalah satu harapan, kemauan, atau dorongan untuk

mencapai sesuatu atau untuk membebaskan diri dari suatu

perangsang yang tidak menyenangkan.

Motivasi belajar dalam Islam tidak semata-mata untuk

memperoleh: (1) berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi

tantangan, untuk maju, dan berkembang; (2) berafiliasi, yaitu

dorongan untuk berhubungan dengan orang lain secara

efektif,

(3) berkompetensi, yaitu dorongan untuk mencapai hasil kerja

dengan kualitas tinggi; dan (4) berkekuasaan, yaitu dorongan

untuk memengaruhi orang lain dan situasi, tetapi lebih dari

itu, belajar memiliki motivasi beribadah, yang mana dengan

belajar seseorang dapat mengenal (ma'rifah) pada Allah SWT,

karena Dia hanya mengangkat derajat bagi mereka yang ber-

iman dan berilmu (QS. al-Mujadilah: 11, az-Zumar: 9)'. -

Ketiga, bersabar dan tabah (ishtibar) serta tidak mudah

putus asa dalam belajar, walaupun banyak rintangan dan

hambatan, baik hambatan ekonomi, psikologis, sosiologis,

politik, bahkan administratif. Sabar merupakan inti dari

kecerdasan emosional. Banyak orang yang memiliki

kecerdasan intelektual yang baik, tetapi tidak dibarengi oleh

kecerdasan emosional (seperti sabar ini) maka ia tidak

memperoleh apa-apa.

Sabar adalah menahan (al-habs) diri, atau lebih tepatnya

mengendalikan diri, yaitu menghindarkan seseorang dari

perasaan resah, cemas, marah, dan kekacauan terutama dalam

proses belajar. Sabar juga meliputi menghindari maksiat, 135

Page 142: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

melaksanakan perintah, dan menerima cobaan dalam proses

pendidikan (QS. ali Imran: 200). Menurut al-Ghazali, sabar

terkait dengan dua aspek, yaitu: Pertama, fisik (badani), yaitu

menahan diri dari kesulitan dan kelelahan badan dalam belajar.

Dalam kesabaran ini sering kali mendatangkan rasa sakit, luka

dan memikul beban yang berat; Kedua, psikis (nafsi), yaitu

menahan diri dari natur dan tuntutan hawa nafsu yang

mengarahkan seseorang meninggalkan pertimbangan rasional

dalam mencari ilmu.

Salah satu kelebihan Nabi Khidhir dibandingkan dengan

Nabi Musa adalah bahwa Nabi Khidhir mengetahui suatu

peristiwa yang belum terjadi. Sebagaimana yang dilukiskan QS.

al-Kahfi ayat 65-72 bahwa kunci pengetahuan Nabi Khidhir yang

tidak dimiliki Nabi Musa adalah sabar, sehingga berkali-kali

Nabi Khidhir mengatakan: "Sesungguhnya kamu sekali-kali

tidak akan sanggup sabar bersamaku." Dalam kisah ini, sabar

menjadi kunci bagi kecerdasan individu dalam memperoleh

pengetahuan, yang oleh temuan dewasa ini disebut dengan

kecerdasan emosional. Nabi Khidhi memperoleh ilmu ladunni,

dengan mengetahui hal-hal yang gaib atau belum terjadi,

disebabkan oleh kesabarannya. Kesabaran (sebagai inti

kecerdasan emosional) mengantar kesuksesan individu,

sekalipun tidak melupakan jenis kecerdasan yang lain.

Keempat, mempunyai seperangkat modal dan sarana

(ibulghah) yang memadai dalam belajar. Dalam hal ini, biaya dan

dana pendidikan menjadi penting, yang digunakan untuk

kepentingan honor pendidik, membeli buku dan peralatan

sekolah, dan biaya pengembangan pendidikan secara luas.

136

Page 143: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

Perolehan ilmu bukan didapat secara gratis, karena profesi-

onalisme pendidikan melibatkan sejumlah kegiatan dan

sarana yang membutuhkan biaya. Bahkan akhir-akhir ini,

sekolah yang mahal adalah sekolah yang diminati oleh

masyarakat. Memang benar, dari sudut material, investasi

yang dikucurkan untuk dana pendidikan tidak akan

memperoleh laba yang besar, bahkan boleh jadi merugi.

Namun secara spiritual, justru inilah investasi yang hakiki

dan abadi yang dapat dinikmati untuk jangka panjang dan

masa depan di akhirat (perhatikan QS, an-Nisa': 95, al-Anfal:

72, at-Taubah: 20, 41, 44, 81, 88, 111).

Kelima, adanya petunjuk pendidik (irsyad ustadz),

sehingga tidak terjadi salah pengertian (misunderstanding)

terhadap apa yang dipelajari, Dalam belajar, seseorang dapat

melakukan metode autodidak, yaitu belajar secara mandiri

tanpa bantuan siapa pun. Sekalipun demikian, pendidikan

masih tetap berperan pada peserta didik dalam menunjukkan

bagaimana metode belajar yang efektif berdasarkan

pengalaman sebagai seorang dewasa, serta yang terpenting,

pendidik sebagai sosok yang perilakunya sebagai suri teladan

bagi peserta didik. Dalam banyak hal, interaksi pendidikan

tidak dapat digantikan dengan membaca, melihat dan

mendengar jarak jauh, tetapi dibutuhkan face to face antara

kedua belah pihak yang didasarkan atas suasana psikologis

penuh empati, simpati, atensi, kehangatan, dan kewibawaan.

Keenam, masa yang panjang (thuivl al-zaman), yaitu

belajar tiada henti dalam mencari ilmu (no limits to study) sam-

pai pada akhir hayat, min mahdi ila lahdi (dari buaian sampai

liang lahat). Syarat ini berimplikasikan bahwa belajar tidak

137

Page 144: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

hanya di bangku kelas atau kuliah, tetapi semua tempat yang

menyediakan informasi tentang pengembangan kepribadian,

pengetalman, dan keterampilan adalah termasuk juga lembaga

pendidikan.

C. Dimensi-dimensi Peserta Didik

Suatu hal yang sangat perlu juga diperhatikan oleh

seorang pendidik dalam, membimbing peserta didiknya adalah

"kebutuhan peserta didik". Al-Qussy membagi pula kebutuhan

manusia dalam, dua kebutuhan pokok yaitu: (1) Kebutuhan

primer, yaitu kebutuhan jasmani seperti: makan, minum, seks

dan sebagainya; (2) Kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan

rohaniah.16

Selanjutnya ia membagi kebutuhan rohaniah kepada 6

(enam) macam yaitu: (1) Kebutuhan kasih sayang (2) Ke-

butuhan akan rasa aman (3) Kebutuhan akan rasa harga diri

(4) Kebutuhan akan rasa bebas (5) Kebutuhan akan sukses (6)

Kebutuhan akan suatu kekuatan pembimbing atau

pengendalian diri manusia, seperti pengetahuan-pengetahuan

lain yang ada pada setiap manusia yang berakal.

Law head membagi kebutuhan manusia sebagai berikut:17

1. Kebutuhan jasmani, seperti makan, minum, bernafas,

perlindungan, seksual, kesehatan dan lain-lain.

2. Kebutuhan rohani, seperti kasih sayang, rasa aman,

penghargaan, belajar, menghubungkan diri dengan dunia

16 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1998),

hlm. 54.

17 Ibid., hlm. 54-55.

138

Page 145: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

yang lebih luas (mengembangkan diri), mengaktualisasikan

dirinya sendiri dan lain-lain.

3. Kebutuhan yang menyangkut jasmani rohani, seperti

istirahat, rekreasi, butuh supaya setiap potensi-potensi fisik

dapat dikembangkan semaksimal mungkin, butuh agar

setiap, usaha/ pekerjaan sukses dan lain-lain.

4. Kebutuhan sosial seperti supaya dapat diterima oleh

teman-temannya secara wajar, supaya dapat diterima oleh

orang yang lebih tinggi dari dia seperti orang tuanya, guru-

gurunya dan pemimpin-pemimpinnya, seperti kebutuhan

untuk memperoleh prestasi dan posisi.

5. Kebutuhan yang lebih tinggi sifatnya (biasanya dirasakan

lebih akhir) merupakan tuntutan rohani yang mendalam

yaitu, kebutuhan untuk meningkatkan diri yaitu kebutuhan

terhadap agama.

Kedua kutipan di atas menunjukkan bahwa kebutuhan

yang paling essensial adalah kebutuhan terhadap agama.

Agama dibutuhkan karena manusia memerlukan orientasi dan

obyek pengabdian dalam hidupnya. Oleh karena itu tidak ada

seorang pun yang tidak membutuhkan agama.

Para ahli tafsir seperti: Mohamma Hijazi, Sayyid Muham-

mad Husin al-Thaba Thabai, dan Mushafa al Maraghi, mempu-

nyai pendapat yang sama bahwa fitrah beragama pada

hakekatnya adalah kebutuhan manusia. Oleh karena itu para

ahli menyebut bahwa manusia itu adalah makhluk yang

beragama (homo religius)”.™

18 Ibid., para ahli psikologi membahas pula secara ilmiah hubungan

manusia dengan agama. Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa

139

Page 146: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

Kebutuhan-kebutuhan peserta didik di atas harus diper-

hatikan oleh setiap si pendidik, sehingga peserta didik tumbuh

dan berkembang serta mencapai kematangan psikis dan pisik.

Pendidik agama di samping ia memperhatikan kebutuhan-

kebutuhan biologis dan psikologis ataupun kebutuh-

pada masa kanak-kanak pertama (dua sampai enam tahun) mungkin si anak

menanyakan tentang Tuhan (rupa-Nya, tempat-Nya dan ke- kuasaan-Nya).

Mulai umum lebih kurang 7 tahun pertanyaan anak- anak terhadap Tuhan

telah berganti dengan cinta dan hormat dan hubungannya dipengaruhi oleh

rasa percaya dan iman. Dan pada masa akhir kanak-kanak (10-12 tahun) fungsi

Tuhan bagi si anak telah meningkat. Tuhan sebagai penolong baginya dalam

menghadapi dorongan jahat dan tidak baik dalam hatinya, serta Tuhan akan

menolongnya melindungi yang lemah, terutama jika ia merasa lemah dan

kekurangan. Gambaran Allah yang seperti itu akan menolong si anak dalam

kesukaran dan penderitaan. Dan pada umur remaja, kepercayaan kepada

Tuhan kadang-kadang sangat kuat, tetapi kadang-kadang akan menjadi

berkurang, yang terlihat pada ibadahnya yang kadang-kadang rajin dan

kadang-kadang malas. Perasaannya kepada Tuhan tergantung pada perubahan

emosi yang sedang dialaminya. Kadang-kadang ia sangat membutuhkan

Tuhan terutama ketika mereka akan menghadapi bahaya, takut akan gagal

atau merasa berdosa. Tapi kadang-kadang ia kurang membutuhkan Tuhan,

ketika merasa senang riang dan gembira. Yamani mengemukakan bahwa

tatkala Allah membekali insan itu dengan nikmat ber- fikir dan daya

penelitian, diberinya pula rasa bingung dan bimbang untuk memahami dan

belajar mengenali alam sekitarnya di samping rasa ketakutan terhadap rasa

kegarangan dan kebengisan alam itu. Hal inilah yang mendorong insan tadi

untuk mencari-cari suatu kekuatan yang dapat melindungi dan

pembimbingannya di saat-saat yang gawat. Insan primitif telah menemukan

apa yang dicarinya pada gejala alam itu sendiri, berangsur-angsur dan silih

berganti menuj gejala-gejala alam tadi sesuai dengan penemuannya dan

menetapkannya ke dalam jalan kehidupannya. Dengan demikian timbullah

penyembahan terhadap api, matahari, bulan, atau benda-benda lainnya dari

gejala-gejala alam tersebut.

140

Page 147: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

an primer dan sekunder seperti dijelaskan di atas, maka pene-

kanannya adalah memenuhi kebutuhan anak didik terhadap

agama karena ajaran agama yang sudah, dihayati, diyakini dan

diamalkan oleh anak didik, akan dapat mewarnai seluruh aspek

kehidupannya. Setiap pendidik yang mengabaikan kebutuhan

terhadap agama ini hanya akan mampu meraih sebagian kecil

dari kepribadiannya, atau bahkan usahanya akan sia- sia sama

sekali sebab pendidikan yang tidak memperhatikan kebutuhan

tersebut tidak akan dapat menjamah psikologi manusiawi yang

terdalam.

Selain kebutuhan-kebutuhan di atas, ada aspek penting

lain pada peserta didik yang harus diperhatikan dalam sebuah

proses pendidikan. Aspek tersebut adalah potensi peserta didik.

Potensi itu menurut Munawar Khalil sebagaimana yang dikutip

oleh Ramayulis, disebutkan bahwa potensi sebagai hidayah yang

bersifat umum dan khusus yaitu:19

• Hidayah Wujdaniyah yaitu potensi manusia, yang

berujud insting atau naluri yang melekat dan langsung

berfungsi pada saat manusia dilahirkan di muka bumi

ini.

• Hidayah Hissyah yaitu potensi Allah yang diberikan

kepada manusia dalam bentuk kemampuan indrawi

sebagai penyempurna hidayah pertama.

• Hidayah Aqliah yaitu potensi akal sebagai penyempurna

dari kedua hidayah di atas. Dengan potensi akal ini

manusia mampu berpikir dan berkreasi menemu

19 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Keempat (Jakarta: Kalam

Mulia, 2004), hlm. 102.

141

Page 148: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

I lmu Pendidikan Islam

kan ilmu pengetahuan sebagai bagian dari fasilitas yang

diberikan kepadanya untuk fungsi kekhalifahannya.

• Hidayah Diniyah yaitu petunjuk agama yang diberikan

kepada manusia yang berupa keterangan tentang hal- hal

yang menyangkut keyakinan dan aturan perbuatan yang

tertulis dalam al-Qur'an dan Sunnah.

• Hidayah Taufiqiyah yaitu hidayah sifatnya khusus. Sekali-

pun agama telah di turunkan untuk keselamatan manu-

sia, tetapi banyak manusia yang tidak menggunakan akal

dalam kendali agama. Untuk itu, agama menuntut agar

manusia selalu diberi petunjuk yang lurus berupa

hidayah dan taufiq agar manusia selalu berada dalam

keridhaan Allah.

Quraish Shihab berpendapat bahwa untuk menyukseskan

tugas-tugasnya selaku khalifah Tuhan dimuka bumi, Allah

memperlengkapi makhluk ini dengan potensi-potensi tertentu

antara lain:20

• Kemampuan untuk mengetahui sifat-sifat, fungsi dan

kegunaan segala macam benda. Hal ini tergainbar dalam

firman Allah SWT: Dia telah mengajarkan kepada Adam

nama-nama benda seluruhnya". (Q.S. Al- Baqarah: 231)

• Ditundukkan bumi, langit, dan segala isinya: binatang-

binatang, planet dan sebagainya oleh Allah kepada

manusia (Q.S. Al-Khasiah: 12-13).

• Potensi akal pikiran serta panca indra (Q.S. Al Mulk: 23).

20 Ibid., hlm. 102-103.

142

Page 149: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

• Kekuatan positif untuk merubah corak kehidupan

manusia ini (Q.S.13:11)

Disamping potensi yang bersifat di atas, manusia dileng-

kapi dengan potensi yang bersifat negatif yang merupakan

kelemahan manusia. Kelemahan pertama adalah potensi untuk

terjerumus dalam godaan hawa nafsu dan syetan, seperti yang

digambarkan dengan godaan syetan kepada adam dan hawa,

sehingga keduanya melupakan peringatan Tuhan untuk tidak

mendekati pohon terlarang (Q.S. Thaha: 15-27). Kelemahan

kedua, banyak masalah yang tak dapat dijangkau oleh pikiran

manusia, khususnya menyangkut diri, masa depan, serta banyak

hal yang menyangkut manusia.

Dalam Hasan Langgulung bahwa pada prinsipnya potensi

manusia menurut pandangan Islam tersimpul pada sifat-sifat

Allah (asma'ul husna) yang berjumlah 99 buah. Sebagai contoh

sifat al-ilm yang dimiliki Allah, maka manusiapun memiliki

sifat tersebut, dengan sifat itu manusia senantia berupaya untuk

mengetahui sesuatu. Untuk mengaktifkan potensi ini, maka

Allah menjadikan alam dan isinya termasuk diri manusia

sebagai ayat Allah yang harus dibaca dan dianalisa.21

21 Ibid., him. 103. Namun demikian, bukan berarti kemampuan manusia

sama tingkatannya dengan kemampuan Allah. Hal ini disebabkan karena

perbedaan hakikat keduanya. Manusia memiliki keterbatasan. Dari keterbatasan

ini menjadikan manusia sebagai mahluk yang memerlukan bantuan untuk

memenuhi keinginannya. Keadaan ini menyadarkan manusia akan

keterbatasannya dan ke Maha kuasaan Allah. Dengan potensi yang terbatas ini,

dimanapun. manusia, kapan- pun dan dalam keadaan bagimanapun diharapkan

tetap ada jalinan rohani, zikir kepada Allah dan tidak boleh putus, mengingat

manusia adalah ciptaan Allah yang dependen pada Yang Maha Pencipta.

143

Page 150: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

Karena adanya potensi yang positif dan negatif serta keter-

batasan manusia, sebagai penyempurnaan nikmat Tuhan kepada

makhluk-Nya, dianugrahkanlah kepadanya oleh Tuhan yang

mengetahui hakikat manusia petunjuk-petunjuk yang

disesuaikan dengan hakikat itu, serta disesuaikan pula dengan

fungsinya selaku khalifah di muka bumi, yaitu potensi untuk

senantiasa condong pada fitrah yang hanif. Sebagaimana firman

Allah SWT:

Pengertian fitrah yang ditunjukkan ayat di atas memberi

pengertian bahwa manusia didptakan Allah dengan naluri ber-

agama tauhid yaitu Islam. Namun dalam pengembangan selan-

jutnya, Hasan langulung, memberi pengertian fitrah yang lebih

luas yaitu pada pengertian dasar yang dimiliki oleh setiap

manusia. Potensi tersebut merupakan embrio semua kemampuan

manusia yang memerlukan penempaan lebih lanjut dari ling-

kungan insani maupun non insani untuk bisa berkembang. Untuk

mengaktulisasikan potensi yang dimilikinya tersebut manusia

memerlukan bantuan orang lain yaitu pendidikan.22

22 Ibid., him. 104, bandingkan dalam Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan

Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), him. 170-173.

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah tetaplah atas fitrah

Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada

fitrah Allah, (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui." (Q.S. Al-Rum: 30)

144

Page 151: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik daiam Pendidikan Islam

Menurut Widodo Supriyono, manusia merupakan makhluk

multidimensional yang berbeda dengan makhluk-makhluk

lainnya. Secara garis besar ia membagi manusia pada dua dimensi

yaitu dimensi fisik dan rohani. Secara rohani, manusia

mempunyai potensi kerohanian yang tak terhingga banyaknya.

Potensi-potensi tersebut nampak dalam bentuk memahami

sesuatu (ulil albab), dapat berpikir/merenung, mempergunakan

akal, dapat beriman, bertaqwa, mengingat atau mengambil

pelajaran, mendengar kebenaran firman Tuhan, dapat berilmu,

berkesenian, dapat menguasai teknologi tepat guna dan terakhir

manusia lahir ke dunia telah membawa fitrah.23

Zakiah Daradjat, membagi manusia kepada tujuh dimensi

pokok yang masing-masingnya dapat dibagi kepada dimensi-

dimensi kecil. Ketujuh dimensi tersebut adalah: dimensi fisik,

akal, agama, akhlak, kejiwaan, rasa keindahan dan sosial ke-

masyarakatan. Semua dimensi tersebut harus ditumbuh kem-

bangkan melalui pendidikan Islam.24

1. Dimensi Fisik (jasmani)

Fisik atau jasmani terdiri atas organisme fisik, organisme

fisik manusia lebih sempurna dibandingkan organisme-orga-

nisme makhluk-makhluk lainnya. Pada dimensi ini, proses pen-

ciptaan manusia memiliki kesamaan dengan hewan ataupun

tumbuhan, sebab semuanya termasuk bagian dari alam. Setiap

alam biotik, memiliki unsur material yang sama, yakni terbuat

dari unsur tanah, api, udara dan air. Hasil penelitian telah mem-

buktikan bahwa jasad manusia, tersusun dari sel-sel yang ber-

23 Ibid., hlm, 107.

24 Ibid., hlm. 107-122.

145

Page 152: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

bentuk dari bagian-bagian yang disebut organel yang tersusun

dari molekul-molekul senyawa unsur-unsur kimiawi yang

terdapat di bumi. Namun manusia merupakan makhluk biotik

yang unsur-unsur pembentukan materialnya bersifat profesional

antara keempat unsur tersebut sehingga manusia disebut

sebagai makhluk yang sempurna dan terbaik pen- cipannya.

Firman Allah: "Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia

dalam bentuk yang sebaik-baiknya" (Q.S. At-Tiin: 4)

Keempat unsur di atas merupakan materi yang abiotik

(tidak bidup). Ia akan hidup jika diberi energi kehidupan yang

bersifat fisik (thaqat al-jismiyah). Energi kehidupan ini lazimnya

disebut nyawa. Karena nyawa manusia hidup, ibnu Maskawaih

menyebut energi tersebut dengan al-hayat (daya hidup).

Sedangkan at-Ghazali menyebutnya dengan ruh jasmaniyah (ruh

material), daya hidup ini merupakan vitalitas ini tergantung

sekali kepada konstruksi fisik seperti susunan sel, fungsi

kelenjar, alat pencernaan, susunan saraf sentral, urat, darah,

daging, tulang sumsum, kulit, rambut dan sebagainya.

Dengan ini manusia dapat bernafas, merasa sakit, haus

lapar, panas, dingin, keinginan seks dan sebagainya. Jadi aspek

jasmani ini memiliki dua natur yaitu natur kongkrit berupa

tubuh kasar yang tampak dan natur abstrak berupa nyawa yang

menjadi sumber kehidupan tubuh. Aspek abstrak jasmani inilah

yang mampu berinteraksi dengan aspek rohani manusia.

Dalam pelaksanaan pendidikan jasmani di dalam al-

Qur'an dan hadits ditentukan prinsip-prinsip tentang pendi-

dikan jasmani di antaranya: Firman Allah SWT: "Bersihkanlah

pakaianmu, jauhkanlah kejahatan" (Q.S. al-Mudatsir: 4-5),

146

Page 153: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

Firman Allah SWT: "Siapkan bagi mereka sesanggupmu suatu

kekuatan" (al-Anfal: 60) Juga firman Allah SWT: "Makan dan

minumlah dan jangan kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah

tidak suka orang-orang yang berlebih-lebihan". (al-a'raf: 31) juga

firman Allah SWT: "Ibu-ibu baruslah menyusukan anak-anaknya

dua tahun penuh". (al-Baqarah: 233) Sabda Rasulullah SAW:

"Cukuplah dosa manusia bahwa ia menyia- nyiakan orang yang barus

diberinya makan”. (Abu Daud, al- Nasa'i dan al-Mukmin). Juga

Sabda Nabi SAW: "Jika anjing menjilat bejana kamu bendaklah ia

menyiramnya kemudian dibasuhinya tujuh kali". Sabda Rasulullah

SAW: "Jika seseorang kamu minum janganlah ia bernafas dalam

bejana". Juga sabda Rasuluflah SAW: "Jika kamu mendengar berita

ta'un di suatu negeri maka janganlah kamu memasukinya dan jika

kamu berada di suatu negeri (sedang taun datang ke situ) janganlah

kamu keluar dari negeri itu”. Juga sabda Rasulullah SAW: "Kami

adalah suatu kaum yang tidak makan kecuali kalau sudah lapar dan

kalau kami makan kami tidak kenyang". Juga' sabda Rasulullah

SAW: "Anak Adam tidak mengisi suatu bejana yang lebik buruk dari

pada perutnya”. Juga sabda Rasuluflah SAW: "Berobatlah, sebab

yang menciptakan penyakit juga menciptakan obat”. (H.R. Ahmad).

Juga sabda Rasulullah SAW: "Orang mukmin yang kuat lebih baik

dan lebik disukai oleh Allah, daripada orang mukmin yang lemah".

Juga sabda Rasuluflah SAW: "Ajarkanlah kepada anak-anak kalian

renang, melempar lembing (tombak) dan menunggang kuda". Juga

Sabda Rasulullah SAW: "Kebersihan itu adalah sebagian dari

iman”.

Mendidik jasmani dalam Islam, memiliki dua tujuan sekaligus

yaitu: pertama, membina tubuh sehingga mencapai

147

Page 154: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

pertumbuhan secara sempurna. Kedua, mengembangkan energi

potensial yang dimiliki manusia berlandaskan fisik, sesuai

dengan perkembangan fisik manusia.

2. Dimensi Akal

AI-Ishfahani, membagi akal manusia kepada dua macam

yaitu:

• Aql al-Matbbu‟, yaitu akal yang merupakan pancaran dari

Allah sebagai fitrah illahi. Akal ini menduduki posisi yang

sangat tinggi, namun demikian, akal ini tidak akan bisa ber-

kembang dengan baik secara optimal, bila tidak dibarengi

dengan kekuatan akal lainnya, yaitu aql al-masmu‟.

• Aql al-masmu', yaitu akal yang merupakan kemampuan

menerima yang dapat dikembangkan oleh manusia. Akal ini

bersifat aktif dan berkembang sebatas kemampuan yang

dimilikinya lewat bantuan proses perinderaan, secara bebas.

Untuk mengarahkan agar akal ini tetap berada dijalan

Tuhannya, maka keberadaan akan masmu' tidak dapat

dilepaskan.

Sedangkan fungsi akal manusia terbagi kepada enam

yaitu:

• Akal adalah penahan nafsu. Dengan akal manusia dapat

mengerti apa yang tidak dikehendaki oleh amanat yang

dibebankan kepadanya sebagai kewajiban.

• Akal adalah pengertian dan pemikiran yang berubah-ubah

dalam menghadapi sesuatu baik yang tampak jelas maupun

yang tidak jelas.

148

Page 155: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

• Akal adalah petunjuk yang dapat membedakan hidayah dan

kesesatan.

• Akal adalah kesadaran batin dan pengaturan.

• Akal adalah pandangan batin yang berdaya tembus melebihi

penglihatan mata.

• Akal adalah daya ingat mengambil dari yang telah lampau

untuk masa yang akan dihadapi, la menghimpun semua pela-

jaran diri apa yang pernah terjadi untuk menghadapi apa

yang akan terjadi, la menyimpan, mewadahi, memulai dan

mengulangi semua pengertian itu. Akal dapat memahami

setiap perintah kebajikan dan memahami setiap larangan

mengenai kejahatan.

Meskipun demikian kemampuan akal cukup terbatas. Pada

dimensi ini, akal memerlukan bantuan al-qalb. Sebab dengan al-

qalb tersebut, manusia dapat merasakan eksistensi arti immaterial

dan kemudian menganalisanya lebih lanjut.

Dalam dunia pendidikan, fungsi intelektual atau

kemampuan akal manusia atau peserta didik dikenal dengan

istilah kognitif. Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang

padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalarn arti yang luas

kognisi ialah peroleh, penataan dan penggunaan pengetahuan.

Kognitif sebagai salah satu peranan psikologis yang berpusat di

otak meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan

pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan

masalah, kesenjangan dan keyakinan.

Mendidik akal, tidak lain adalah mengaktualkan potensi

dasamva. Potensi dasar itu sudah ada sejak manusia lahir, tetapi

masih berada dalam alternatif: berkembang menjadi akal yang

149

Page 156: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

baik, atau sebaliknya tidak berkembang sebagaimana mestinya.

Dengan pendidikan yang baik, akal yang masih berupa potensi

akhirnya menjadi akal yang siap dipergunakan. Se- baliknya,

membiarkan potensi akal tanpa pengarahan yang positif,

akibatnya bisa fatal. Karenanya pendidikan akal memiliki arti

yang penting dibatasi pandangan akal itu. Dengan demikian

tenaga akal itu akan terhindar dari cengkraman hal- hal yang

gaib yang tidak bisa dijangkaunya. Islam memberi kemungkinan

kepada manusia untuk mengetahui hal-hal yang gaib, tapi itu

merupakan kemampuan roh, sedangkan akal hanya mampu

menangkap dan menghayati hal-hal yang kon- krit yang dapat

ditangkap oleh indra. Maka dalam Islam sumber pengetahuan

dan kebenaran itu bukan dari akal, karena banyak hal lain yang,

tidak dapat dijangkau oleh akal.

Adapun tujuan pendidikan akal, berdasarkan semangat

Islam secara utuh, adalah akal yang sempurna menurut ukuran

ilmu dan takwa. Dengan kata lain, setelah mengalami pendidik-

an dalam arti yang luas, akal seseorang diharapkan mencapai

tingkat perkembangan yang optimal, sehingga mampu berperan

sebagaimana yang diharapkan, yaitu untuk berpikir dan berzikir.

Dalam. AI-Qur'an tidak kurang dari 300 kali Allah mem-

peringatkan manusia untuk menggunakan akalnya dalam

memperhatikan alam semesta. Di antaranya adalah seperti

firman Allah SWT:

150

Page 157: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

"Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan

bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) terdapat dengan perintah-

Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda-

tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mempergunakan akal". (Q.S.

An-Nahl: 12)

Melalui ayat di atas, Allah mengajak manusia untak

mengembangkan dan mempergunakan akalnya semaksimal

mungkin untuk mengenal dan memanfaatkan alam semesta

untuk kepentingan hidupnya. Dengan dasar ini, jelaslah bahwa

materi dalam pendidikan akal adalah seluruh alam ciptaan

Allah meneliti sekalian makhluk-Nya dengan penuh kesem-

purnaan, memberi indikasi bahwa tujuan akal yang sebenarnya

adalah untuk meyakini, mengakui dan mempercayai eksistensi

Allah. Inilah yang merupakan ciri khas pendidikan Islam, yaitu

internalisasi (penanaman) dan transformasi (pembentukan)

nilai-nilai ilahi ke dalam diri peserta didik.

3. Dimensi Keberagamaan ,

Manusia adalah makhluk yang berketuhanan atau disebut

homodivinous (makhluk yang percaya adanya Tuhan) atau

disebut juga homoreligious artinya makhluk yang beragama.

Berdasarkan hasil riset dan observasi, hampir seluruh ahli ilmu

jiwa sependapat bahwa pada diri manusia terdapat semacam

keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal, Kebutuhan

ini melebihi kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan mengatasi

kebutuhan akan kekuasaan. Keinginan akan kebutuhan tersebut

merupakan kebutuhan kodrati, berupa keinginan untuk

mencintai dan dicintai Tuhan.

Dalam pandangan Islam, sejak lahir manusia telah

mempunyai jiwa agama, jiwa yang mengakui adanya zat yang

151

Page 158: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

"Dan (ingatlah), ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam

dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka

(seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?. "Mereka menjawab: "Betul

(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi", (kami lakukan yang demikian

itu) agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani

Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Allah)". (Q.S.

al-A'raf: 172)

Muhammad Hasan Hamshi, menafsirkan fitrah pada ayat

di atas dengan ciptaan Allah, yaitu bahwa manusia dicipta- kan

Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid.

Pandangan tersebut diperkuat oleh Syeh Muhammad Abduh

dalam tafsirnya yang berpendapat bahwa agama Islam adalah

agama fitrah. Demikian juga Abu Ala al-Muadudi menyatakan

bahwa agama Islam identik dengan watak tabi'i (human nature).

Islam memandang ada suatu kesamaan di antara sekian

perbedaan manusia. Kesamaan itu tidak pernah akan berubah

karena pengaruh ruang dan waktu. Yaitu potensi dasar beriman

(aqidah tauhid) kepada Allah. Aqidah tauhid merupakan fitrah

(sifat dasar) manusia sejak misaq dengan Allah. Sehingga

manusia pada prinsipnya selalu ingin kembali kepada sifat

dasarnya meskipun dalam keadaan yang berbeda-beda.

152

Maha Pencipta dan Maha Mutlak yaitu Allah SWT. Sejak di

dalam roh, manusia telah mempunyai komitmen bahwa Allah

adalah tuhannya. Pandangan ini bersumber pada firman Allah

SWT:

Page 159: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

Pandangan Islam terhadap fitrah inilah yang membedakan

kerangka nilai dasar pendidikan Islam dengan yang lain. Dalam,

konteks makro, pandangan Islam terhadap kemanusiaan ada tiga

implikasi dasar yaitu: Pertama, implikasi yang berkaitan dengan

pendidikan di masa depan, di mana pendidikan diarahkan untuk

mengembangkan fitrah seoptimal mungkin dengan tidak

mendikotomikan materi. Kedua, tujuan (ultimate goal) pendidikan,

yaitu muttaqin yang akan tercapai bila manusia menjalankan

fungsinya sebagai abdullah dan khalifah sekaligus. Ketiga,

muatan materi dan metodologi pendidikan, diadakan spesialisasi

dengan metode integralistik dan disesuaikan dengan fitrah

manusia.

Manusia adalah hasil dari proses pendidikan yang mempu-

nyai tujuan tertentu. Tujuan pendidikan akan mudah tercapai

kalau ia mempunyai kesamaan dengan sifat-sifat dasar dan

kecenderungan manusia pada obyek-obyek tertentu. Menurut

Abdurrahman Shaleh Abdullah, praktek kependidikan yang

tidak dibangun di atas dasar konsep yang jelas tentang sifat

dasar manusia pasti akan gagal.

Berkaitan dengan sifat dasar inilah pendidikan Islam

dirumuskan untuk membentuk insan muttaqin yang memiliki

keseimbangan dalam segala hal berdasarkan iman yang mantap

untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

4. Dimensi Akhlak

Salah satu dimensi manusia yang sangat diutamakan dalam

pendidikan Islam adalah Ahlak. Pendidikan agama berkaitan

erat dengan pendidikan akhlak. Tidak berlebih-lebihan kalau

kita katakan bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian

153

Page 160: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pen-

didikan agama. Sebab yang baik adalah yang dianggap baik

oleh agama dan yang buruk adalah apa yang dianggap buruk

oleh agama. Sehingga nilai-nilai, akhlak-akhlak, keutamaan

akhlak dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan

keutamaan yang diajarkan oleh agama. Sehingga seorang

muslim tidak sempurna agamanya bila akhlaknya tidak baik.

Hampir- hampir filosof-filosof pendidikan Islam sepakat,

bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.

Sebab bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan

Islam. Sebab salah satu tujuan tertinggi pendidikan Islam

adalah pembinaan ahlak al-karimah.

Menurut Iman al-Ghazali, bahwa akhlak yang disebut-

nya dengan tabiat manusia dapat dilihat dalam dua bentuk,

yaitu: (1) tabiat-tabiat fitrah, kekuatan tabiat pada asal kesatu-

an tubuh dan berkelanjutan selama hidup. Sebagian tabiat

tersebut lebih kuat dan lebih lama dibandingkan dengan

tabiat lainnya. Seperti tabiat syahwat yang ada pada manusia

sejak ia dilahirkan, lebih kuat dan lebih sulit diluruskan dan

diarahkan dibanding tabiat marah. (2) Akhlak yang muncul

dari suatu perangai yang banyak diamalkan dan ditaati,

sehingga menjadi bagian dari adat kebiasaan yang berurat

berakar pada dirinya.

Akhlak menurut pengertian Islam adalah salah satu

hasil dari iman dan ibadat, karena iman dan ibadat manusia

tidak sempurna kecuali kalau dari situ muncul akhlak yang

mulia. Maka akhlak dalam Islam bersumber pada iman dan

taqwa dan mempunyai tujuan langsung, yang dekat yaitu

harga diri dan tujuan jauh, yaitu ridha Allah SWT.

154

Page 161: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

Adapun ciri akhlak Islam antara lain: (1) bersifat menye-

luruh (universal). Akhlak Islam adalah suatu metode (minhaj)

yang sempurna, meliputi seluruh gejala aktifitas biologis

perseorangan dan masyarakat. Meliputi segala hubungan

manusia dalam segala segi kehidupannya, baik hubungan

dengan Tuhan, dengan manusia, mabluk lainnya dan dengan

alam. (2) Ciri-ciri keseimbangan Islam dengan ajaran-ajaran

dan akhlaknya menghargai tabiat manusia yang terdiri dari

berbagai dimensi memperhatikan seluruh tuntutannya dan

kemaslahatan dunia dan akhirat. (3) Bersifat sederhana. Akhlak

dalam Islam berciri kesederhanaan dan tidak berlebihan pada

salah satu aspek. Ciri ini memastikan manusia berada pada

posisi pertengahan, tidak berlebih lebihan dalam suatu urusan

dan tidak pula bakhil. (4) Realistis. Akhlak Islam sesuai dengan

kemampuan manusia dan sejalan dengan naluri yang sehat.

Islam tidak membebankan manusia kecuali sesuai dengan

kemampuannya dan dalam batas-batas yang masuk akal. (5)

Kemudahan. Manusia tidak dibebani kecuali dalam‘batas-

batas kesanggupan dan kekuatannya, ia tidak dianggap ber-

tanggung jawab dari akhlak (moral) dan syara' kecuali jika

berada dalam keamanan, kebebasan dan kesadaran akal yang

sempurna. (6) Mengikat kepercayaan dengan amal, perkataan

dan perbuatan dan teori dan praktek. (7) Tetap dalam dasar-

dasar dan prinsip-prinsip akhlak umum. Akhlak Islam kekal

sesuai dengan zaman dan cocok untuk segala waktu, ia tidak

tunduk pada perubahan dan pertukaran sesuai dengan hawa

nafsu.

Pembentukan akhlak yang mulia merupakan tujuan

utama pendidikan Islam. Hal ini dapat ditarik relevansinya

155

Page 162: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

I lmu Pendidikan Islam

dengan tujuan Rasulullah diutus oleh Allah:"Bahwasanya saya

diutus untuk menyempurnakan budi pekerti". (HR. Bukhari).

Tujuan dari pendidikan ahlak dalam Islam adalah untuk

membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan

dalam bicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai,

bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur

dan suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk

melahirkan manusia yang memiliki keutamaan (iai-fadhilah).

Berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan, pelajaran,

akifitas, merupakan sarana pendidikan akhlak. Dan setiap

pendidik harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak

di atas segala-galanya.

Pendidikan akhlak dalam. Islam telah dimulai sejak anak

dilahirkan, bahkan sejak dalam kandungan. Perlu disadari

bahwa pendidikan akhlak itu terjadi melalui semua segi peng-

alaman hidup, baik melalui penglihatan, pendengaran dan

pengalaman atau perlakuan yang diterima atau melalui pendi-

dikan dalam arti yang luas. Pembentukan akhlak dilakukan

setahap demi setahap sesuai dengan irama pertumbuhan dan

perkembangan, dengan mengikuti proses yang alami.

5. Dimensi Rohani (Kejiwaan)

Dimensi kejiwaan merupakan suatu dimensi yang sangat

penting, dan memiliki pengaruh dalam mengendalikan keadaan

manusia agar dapat hidup sehat, tentram dan bahagia. Pen-

ciptaan manusia mengalami kesempurnaan setelah Allah me-

niupkan sebagian ruh ciptaan-Nya.

156

Page 163: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

Sehubungan dengan ayat di atas al-Ghazali menjelaskan:

Insan adalah makhluk yang diciptakan dari tubuh yang dapat

dilihat oleh pandangan dan jiwa yang bisa ditanggapi oleh akal

dan bashirah. Tetapi tidak dengan panca indera. Tubuhnya di-

kaitkan dengan tanah dan ruhnya pada nafs atau diri/jiwanya.

Allah maksudkan ruh itu ialah apa yang kita ketahui sebagai

jiwa atau an-nafs".

AI-Ghazali membagi roh kepada dua bentuk: (1) al-ruh,

yaitu daya manusia untuk mengenal dirinya sendiri, mengenal

tuhannya dan mencapai ilmu pengetahuan, sehingga- dapat

menentukan manusia berkepribadian, berakhlak mulia serta

menjadi motivator sekaligus penggerak bagi manusia dalam

melaksanakan perintah Allah SWT; (2) al-nafs yang berarti panas

alami yang mengalir pada pembuluh-pembuluh nadi, otot-otot

dan syaraf manusia, la, sebagai tanda adanya kehidupan pada

diri manusia. Al-nafs dalam konteks ini diistilahkan dengan

nyawa (al-hayat), yang membedakan manusia dengan benda mati,

tapi tidak membedakannya dengan makhluk lain seperti hewan

dan tumbuhan, karena sama-sama memiliki al-nafs. Akan tetapi

berbeda pada tingkat esensial antara al- nafs, manusia sebagai

makhluk mulia, dengan makhluk lainnya yang sama-sama

memiliki al-nafs.

"Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniup-

kan kedalamnya ruh-Ku, maka tunduk sujudlah kamu kepadanya". (Q.S. al-

Hajr: 29)

Firman Allah SWT:

157

Page 164: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

Sedangkan Al-Shari'ati menyebut roh yang ditiupkan

kepada manusia adalah the spirit of God (rub Ilahi). Roh ini bersifat

metafisis (gaib), dinamis, menghidupkan dan "luhur" di atas.

Dengan sifatnya yang dinamis, memungkinkan manusia untuk

meraih derajat yang setinggi-tingginya. Atau menjerumuskan diri

pada derajat yang serendah-rendahnya. Manusia memiliki

kehendak bebas (the freedom of will) untuk mendekatkan diri ke

kutub "Roh Ilahi" atau, ke arah kutub "tanah".

"Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah meng-

ilhamkan pada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya

beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah

orang yang mengotorinya" (Q.S. Al-Syamsu: 7-10)

Berdasarkan ayat di atas dapat dilihat bahwa roh manusia

itu bisa berkembang ke taraf yang lebih tinggi apabila manusia

berusaha ke arah itu. Menurut al-Ghazali jalan ke arah itu adalah

dengan peningkatan iman, amal dan mempererat hubungan yang

terus menerus dengan Allah SWT, melalui ibadah terus menerus,

zikir, tilawah al-Qur'an dan doa atau dengan kata, lain melalui

peningkatan keberagamaan. Dengan memperbanyak ibadah

maka rohani manusia akan mencapai kebahagiaan dan

ketentraman yang tiada taranya.

Setiap manusia dalam hidupnya menginginkan kebahagia-

an dan pada hakikatnya setiap usaha, yang dilakukan oleh ma-

nusia, adalah dalam rangka mewujudkan kebahagiaan tersebut.

Firman Allah SWT:

158

Page 165: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

Berbagai usaha telah dilakukan manusia untuk mencari ke-

bahagiaan. Dengan akal, ilmu pengetahuan, teknologi dan ber-

bagai fasilitas telah berhasil, diciptakan manusia, untuk menun-

jang kehidupannya, namun kebahagiaan tetap tidak diperoleh.

Malahan berbagai fasilitas tersebut dapat menimbulkan berbagai

problema dan kesulitan. Secara fisik materiil kebututan manusia

terpenuhi, namun secara mental spiritual mengalami

pendangkalan. Padahal dimensi mental spiritual inilah yang

mampu menjamin kebahagiaan manusia. Islam dengan enam

pokok keimaman (arkanul iman), dan lima pokok ajarannya

(iarkamul Islam) memupuk dan mengembangkan fungsi-fungsi

kejiwaan dan memelihara keseimbangannya serta menjamin

ketentraman batin.

Oleh karena itu maka dalam rangka terlaksana usaha untuk

mewujudkan kebahagiaan tersebut adalah dengan pendidikan

agama. Yang dimaksud dengan pendidikan agama tidak hanya

upaya untuk membekali peserta didik dengan penge-

tahuan agama, tapi sekaligus upaya untuk menanamkan nilai

keagamaan dan membentuk sikap keagamaan sehingga menjadi

bagian dari kepribadian mereka.

6. Dimensi seni (keindahan)

Seni adalah ekspresi roh dan daya manusia yang mengan-

dung dan mengungkapkan keindahan. Seni adalah bagian dari

hidup manusia. Allah telah menganugerahkan kepada manusia

berbagai potensi rohani maupun indrawi (mata, telinga dan lain

sebagainya). Seni sebagai salah satu potensi rohani, maka nilai

seni dapat diungkapkan oleh perorangan sesuai dengan

kecenderungannya, atau oleh sekelompok masyarakat sesuai

159

Page 166: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

"Maha Suci Allah dari segala kekurangan dan Maha Tinggi dari apa yang

mereka persekutukan". (Q.S. AI-Nahl: 1)

Sebagai manifestasi dan refieksi dari kehidupan manusia,

maka seni merupakan sarana bagi manusia untuk mencapai

tujuan hidupnya, yaitu untuk beribadah kepada Allah dan

melaksanakan fungsi kekhalifahannya di atas dunia ini. Jadi

tujuan seni bukanlah untuk seni, tapi memiliki tujuan jangka

panjang yaitu kebahagiaan spiritual dan material manusia di

dunia dan di akhirat serta menjadi rahmat bagi segenap alam di

bawah naungan keridhaan Allah SWT.

Dimensi seni (keindahan) pada diri manusia tidak boleh

diabaikan. Sebaliknya perlu ditumbuhkan, karena keindahan itu

akan menggerakkan batinnya, memenuhi relung-relung hatinya,

meringankan beban kehidupan yang kadang menjemukan, dan

menjadikan merasakan keberadaan nilai-nilai, serta lebih

mampu menikmati keindahan hidup.

Keberadaan seni dalam Islam telah diperlihatkan langsung

oleh Allah SWT lewat tuntunan-Nya yaitu al-Qur'an, nilai

keindahan al-Qur'an yang maha mulia menunjukkan kehadiran

Ilahi dalam objek pengetahuan manusia. Karena al-Qur'an

adalah ekspresi kebijaksanaan dan pengetahuan Allah, tuntunan

dan petunjuk-Nya, kehendak dan perintah-Nya. Keindahan al-

Qur'an dapat dilihat dari segi kekuatan teksnya untuk

160

dengan budayanya, tanpa adanya batasan yang ketat kecuali

yang digariskan Allah.

Firman Allah SWT:

Page 167: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

"Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu, padanya ada

(bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat, dan sebagiannya kamu

makan". (AI-Nahl: 5)

Ayat tersebut menjelaskan hikmah dan manfaat bina-

tang. Kemudian pada ayat berikutnya Allah SWT berfirman:

"Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu

membawanya kembali ke kandang dan ketika kami melepaskannya ke tempat

pengembalaan”. (Q.S. AI-Nahl: 6)

Ayat ini mengingatkan sisi keindahan yang mengingatkan

keindahan Rabbani yang digambarkan langsung oleh Sang

Pencipta, yaitu Allah SWT.

Islam tidak hanya mengajak manusia untuk merasakan

keindahan, mencintai dan menikmatinya, tapi juga menekan-

kan agar manusia mengungkapkan perasaan dan kecintaan itu

yang juga merupakan suatu keindahan.

menundukkan dan mengatasi setiap perbandingan maupun

dari segala sastranya, merupakan bukti ke-ilahian. Hal inilah

yang merupakan kemukjizatan al-Qur'an. Sebuah mukjizat

yang bersifat universal. Ia ditunjukkan kepada seluruh

manusia di setiap masa dan setiap orang mampu untuk

menangkap dan mengapresiasikannya jika ia mempunyai

pembawaan yang kuat untuk merasakan keindahan.

Firman Allah SWT:

161

Page 168: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

Nilai keindahan sangat erat kaitannya dengan keimanan.

Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, ia semakin mampu

untuk menyaksikan dan merasakan keindahan yang dicipta- kan

Allah di alam. Seorang mukmin juga mendntai keindahan,

karena Rabbnya mencintai yang indah. Allah itu indah dan

mencintai yang indah. Seni bagi seorang mukmin adalah sarana

untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan

keimanan, bukan menjadi sesuatu yang dapat menimbulkan

kelalaian dan kesombongan yang dibenci oleh Allah dan

manusia. Oleh karena, itu seorang pendidik hendaklah mampu

mengarahkan peserta didiknya untuk dapat mengembangkan

dimensi seni, baik dalam bentuk bimbingan untuk merasakan

dan menghayati nilai-nilai seni yang ada pada alam ciptaan Allah

(qur'any dan kauniy), maupun memotivasi mereka agar mampu

mengungkapkan nilai-nilai seni tersebut sesuai dengan bakat

dan kemampuan mereka masing-masing.

7. Dimensi Sosial

Seorang manusia adalah makhluk individual dan secara

bersamaan adalah mahluk sosial. Keserasian antar individu dan

masyarakat tidak mempunyai kontradiksi antara tujuan sosial

dan tujuan individu. Dalam Islam tanggung jawab tidak terbatas

pada perorangan, tapi juga social sekaligus. Tanggung jawab

perorangan pada pribadi merupakan asas, tapi ia tidak

mengabaikan tanggung jawab sosial yang merupakan dasar

pembentuk masyarakat.

Setiap individu adalah bagian dari kelompoknya. Kelom-

pok terkecil dalam masyarakat adalah keluarga. Individu

merupakan bagian integral dari anggota kelompok di dalam

162

Page 169: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

163

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

masyarakat atau keluarga, atau sebagai anggota keluarga dan

pada waktu yang sama, sebagai anggota masyarakat. Kelompok

yang paling penting dan besar pengaruhnya adalah keluarga.

Karena Perkembangan dimensi sosial telah dimulai semenjak lahir.

Dalam perkembangan sosial, setiap individu menempatkan

dirinya di antara banyak individu lainnya. Maka agen sosialisasi

bagi seorang anak adalah ibu dan bapaknya. Setiap orang tua

harus menyadari bahwa setiap interaksinya dengan anak

merupakan kesempatan-kesempatan baik untuk menanamkan

benih-benih penyesuaian sosial dan pembentukan watak yang

dapat menghasilkan buah, sesuatu yang sangat berharga dalam

interaksi kemanusiaan. Sebelum anak menyadari dirinya sendiri

dan dunia sekitarnya, stimulan sosial yang diberikan sangat

berpengaruh terhadap pembentukan jiwa sosial selanjutnya.

Bahkan kecepatan perkembangan sosial anak tergantung pada

pemeliharaan sebelum lahir, yaitu bagaimana reaksi orang-orang

di sekitarnya terutama orang tua baik yang disadari atau tidak

disadari terhadap keberadaannya, .dan kemudian dilanjutkan

pendidikan setelah lahir.

Pendidikan sosial ini melibatkan bimbingan terhadap

tingkah laku sosial, ekonomi dan politik dalam rangka aqidah

Islam yang betul dan ajaran-ajaran dan hukum-hukum agama

yang dapat meningkatkan iman, taqwa, takut kepada Allah dan

mengerjakan ajaran-ajaran agamanya yang mendorong kepada

produksi, menghargai waktu, jujur, ikhlas dalam perbuatan, adil,

kasih sayang, ihsan, mementingkan orang lain, tolong menolong,

setia kawan, menjaga kemaslahatan umum, cinta tanah air dan

lain-lain lagi bentuk akhlak yang mempunyai nilai sosial.

Page 170: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

Didalam al-Qur'an dan hadits ditemukan prinsip-prinsip

tentang pendidikan sosial. Sabda Rasulullah SAW:

"Perumpamaan orang-orang beriman yang saling cinta, tolong menolong,

dan kasih sayang di antara mereka adalah bagaikan suatu tubuh. Bila salah

satu bagian dan tubuh kita itu merasakan kesakitan, maka seluruh tubuh

akan merasakannya pula dengan menderita demam, dan tidak dapat tidur".

Ikatan kemasyarakatan yang kuat mendorong setiap orang

untuk berbuat menolong, sesamanya, bila ditimpa musibah dan

kemalangan. Perbuatan demikian merupakan pencerminan

keimanan seseorang, seperti tercermin dalam ungkapan Nabi

melalui sabdanya:

"Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman. Maka ditanyakan

oleh para sahabat: "Siapakah ia, ya Rasulullah ? " Beliau menjawab:

"Orang yang tidur kekenyangan, sedangkan tetangganya kelaparan,

padahal ia mengetahuinya".

Masyarakat yang baik menurut pengertian Islam, adalah

masyarakat yang ikut merasakan kesulitan-kesulitan orang lain.

Tumbuhlah kemudian rasa cinta dan solider terhadap

sesamanya. Yang kaya harus menolong yang miskin, sedangkan

orang yang kuat harus menolong kepada yang lemah.

Disebutkan oleh Rasulullah SAW, tentang dasar-dasar soli-

daritas sosial:

"Barang siapa yang membebaskan seorang mukmin dari suatu kesukaran

(musibah), maka Allah akan membebaskan dirinya dari kesukaran-

kesukaran hari kiamat". "Barang siapa yang meringankan bebannya di

dunia dan akhirat". "Barang siapa yang menutupi cacat (kejelekan) orang

Islam, maka Allah akan menutupi cacatnya di dunia dan di akhirat".

"Sesungguhnya Allah akan menolong hamba-Nya selama bamba-Nya itu

suka menolong saudaranya".

164

Page 171: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

Solidaritas sosial mengandung pengertian yang dalam,

baik yang menyangkut rasa mencintai dan merasakan kepada

penderitaan orang lain, berusaha meringankan beban yang

dipikul mereka, sampai menyangkut sikap menutupi kelemah-

an dan cacat dalam tubuh mereka. Sikap ini tidak mungkin

timbul bila keimanan tidak tumbuh dalam diri seorang

muslim. Karena itulah Rasulullah SAW bersabda: yang arti-

nya: ''Tidak beriman salah seorang dari kalian, hingga ia mencintai

saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri".

Demikianlah sistem pendidikan Islam, diharapkan dapat

membentuk peserta didik yang beriman, yang memiliki

pribadi utama dan seimbang dalam keseluruhan dimensi

kehidupan peserta didik. Selaras dan seimbang karena

segenap dimensi dan potensi yang ada padanya bekerja dan

berfungsi sesuai dengan batas kemampuan masing-masing.

D. Keutamaan Belajar

Belajar merupakan sebuah proses penting dal'am ke-

hidupan manusia, karena memang adanya manfaat yang nyata

dan besar dalam mengembangkan potensi yang terkandung

dalam setiap diri manusia. Sehingga tidak heran jika Islam

sangat menaruh perhatian akan urgensi belajar bagi setiap

manusia, bahkan Islam telah mewajibkan untuk belajar.

Imam al-Ghazali memandang bahwa belajar merupakan

sebuah kegiatan yang mulia dan terpuji. Ia menyandarkan

pendapatnya ini pada sebuah teks QS. at-Taubah: 122 yang

berbunyi:25

25 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam I (Bandung: Pustaka Setia,

1998), him. 104.

165

Page 172: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

"Mengapa tidak pergi tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk

memperdalam pengetahuan mereka tentang agama".

Ada beberapa teks yang menyatakan:26

• Artinya: "Barangsiapa menjalani suatu jalan untuk

menuntut ilmu, maka dianugerahi Allah kepadanya jalan ke

surga".

• Artinya: "Sesungguhnya malaikat itu membentangkan

sayapnya kepada penuntut ilmu, tanda rela dengan usahanya

itu".

• Artinya: "Bahwa sesungguhnya engkau berjalan pergi

mempelajari suatu bab dari ilmu adalah lebih baik baginya dari

dunia dan isinya".

• Artinya: "Menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap muslim

laki-laki dan perempuan".

• Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dzar ra.

Nabi bersabda: "Menghadiri majlis orang berilmu, lebih

utama daripada mendirikan shalat seribu rakaat, mengunjungi

seribu orang sakit dan bertakziah seribu jenazah". Lalu orang

bertanya: "Wahai rasulullah, dari membaca Al-Qur'an?"

Maka Nabi menjawab: "Adakah berguna al-Qur'an itu

selain dengan ilmu?"

Artinya: "Barang siapa meninggal dunia sedang menuntut ilmu

untuk menghidupkan Islam, maka antara dia dengan nabi-nabi

dalam surga sejauh satu tingkat".

26 Ibid.,. hlm. 105-106.

166

Page 173: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

• Berkata Ibnu Mubarak ra.: "Aku heran orang yang

menutut ilmu, bagaimana ia mau membawa dirinya kepada

kemuliaan".

• Abu Darda' berkata: "Lebih suka saya mempelajari satu

masalah daripada beribadah satu malam".

• Ia menambahkan: "Orang yang berilmu dan orang yang

menuntut ilmu berserikat pada kebajikan. Dan manusia lain

adalah bodoh, tak ada kebajikan padanya".

• Ia berkata juga: "Barang siapa berpendapat bahwa pergi

menuntut ilmu bukan jihad, maka adalah dia orang yang

kurang pikiran dan akal".

• Atha' berkata: "Majelis ilmu pengetahuan itu menutupkan

tujuh puluh majelis yang sia-sia".

• Imam Asy-Syafi'i berkata: "Menuntut ilmu itu lebih

utama daripada berbuat ibadah sunnah".

Dari beberapa teks tersebut, dapatlah diambil pemaham-

an bahwa belajar mempunyai peranan yang penting'-dalam

kehidupan manusia, karena dengan belajar orang bisa pandai,

ia dapat mengetahui sesuatu yang sebelumnya ia belum

mengetahui dan memahaminya. Dan selain belajar meru-

pakan perbuatan yang mulia, ia juga dinilai suatu ibadah di-

hadapan Allah. Selain itu masih banyak lagi keutamaan orang

yang berilmu dan menuntut ilmu.

Sehingga tidak heran apabila ada teks yang menyatakan

bahwa ilmu yang merupakan hal terpenting dalam tujuan

sebuah pendidikan, teks itu adalah:

167

Page 174: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

"Barangsiapa menghendaki dunia, maka hendaklah dengan ilmu,

barangsiapa menghendaki akhirat hendaklah dengan ilmu pula, dan

barangsiapa yang mengendaki keduanya, maka haruslah dengan ilmu".

168

Page 175: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ahwani, ٨١٦٨٦̂ ^ Fuad. Al-Tarbiyah fi al-Islam. Kairo: ه٩٢، al-

Ma'arif, tt.

Al-Ghazali. Ihya 'Ulumuddin, Jus II. tnp., tnt., tt

Al~Ghazaii. Ihya 'Ulumuddin, Jus III. tnp., tnt., tt

Al-Zarnuzi. Burhan al-Islam, Ta'lirn al-Muta'allim fi Thariq al-

Ta'allum. Surabaya: Salim Nabhan, tt. ‘

Arifin, Prof., HM., M.Ed. Ilmu Pendidikan Islam; Tinjauan Teoritis

dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner.

Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003.

Arifin, Muzayyin, Prof. H., M. Ed. Filsafat Pendidikan Islam.

Jakarta: Bumi Aksara, 2005.

Busro, Muhtarom, Drs. Shorof Praktis; Metode Krapyak.

Yogyakarta: Menara Kudus, 2003.

Dar^at, Zakiyah, Dr. dkk. Ilmu Pendidikan Islam, cet. keenam.

Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Daryanto, Drs. H.M. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rieneka

Cipta, 2005.

169

Page 176: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur'an dan

Terjemahannya. Bandung: Gema Risalah Press,

1989.

Jalaluddin, Dr., dan Said, Usman, Drs. Filsafat Pendidikan

Islam; Konsep dan Perkembangan Pemikirannya.

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999.

Langgulung, Hasan, Prof., Dr. Asas-asas Pendidikan Islam.

Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988.

Mujib, Abdul, Dr., M.Ag., dan Mudzakkir, Jusuf, Dr.,M.Si.

Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada

Media, 2006.

Munardji, H. Drs., M.Ag. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bina

Ilmu, 2004.

Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir. tnp.,

Yogyakarta, 1984.

Ramayulis, Prof, Dr. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam

Mulia, 1998.

Ramayulis, Prof, Dr. Ilmu Pendidikan Islam, cet. Keempat.

Jakarta: Kalam Mulia, 2004.

Soebahar, Abd. Halim, Drs. H., MA. Wawasan Baru Pendidikan

Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2002.

Suryabrata, Sumadi, Drs. B.A., M.A., Ed.S., Ph.D. Psikologi

Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press, 2004.

Tafsir, Ahmad, Dr. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, cet.

keenam. Bandung: PT. Rosda Karya, 2005.

170

Page 177: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Daftar Pustaka

Uhbiyati, Nur, Hj., Dra. Ilmu Pendidikan Islam I. Bandung:

Pustaka Setia, 1998.

Uhbiyati, Nur, Hj., Dra. Ilmu Pendidikan Islam II. Bandung:

Pustaka Setia, 1999.

Zuhairini, Dra, dkk,. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:Bumi

Aksara, 2004.

Zaini. Landasan Kependidikan. Yogyakarta: Mitsaq Pustaka, 2011.

171

Page 178: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

CURICULUM VITAE

Muhammad Muntahibun Naf is, lahir di Trenggalek,

18 Maret 1978, ia adalah pengajar di STAIN Tulunggagung

beralamatkan di Jl. Mayor Sujadi Timur, 46 Tulungagung

Jawa Timur, telp/fax: Telp. (0355) 321513, Fax. (0355) 321656.

Alamat Rumah; Kedunglurah RT 10 RW 03 Kec. Pogalan Kab.

Trenggalek Jawa Timur 66371, telp. 08 15 56 56 22 09. E-

mail: [email protected]/ [email protected].

Ia tercatat sebagai Staf Perpustakaan STAIN Tulungagung

(2005-2007), Staf Unit Pengembangan Bahasa (UPB) -(2007-

2009), Staf Jurusan Ushuluddin (2009-2010) dan Kepala Lab.

Jurusan Ushuluddin STAIN Tulungagung (2010-sekaran).

Menyelesaikan pendidikan SI di IAIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta ia masuk pada Jurusan Bahasa dan Sastra Arab

(BSA) fakultas Adab (lulus 2001). Program S2nya di Jurusan

Pendidikan Islam yang ia selesaikan tahun 2004. Selepas S2,

ia melanjutkan program S3 dengan konsentrasi Studi Islam

di perguruan tinggi yang sama.

Adapun penelitian ilmiah antara lain;

173

2002, Dilema "Dua Dunia" Pendidikan (Telaah

Perbandingan Konsep Thoul al-Zaman dan Program Akselerasi

Pendidikan), 2002, Agama dan Radikalisme Religius (Studi

Page 179: Ilmu Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.id pendidikan islam (2... · Pada buku ini penyusun juga mencantumkan catatan kaki dari referensi atau bibliografi yang penyusun

Ilmu Pendidikan Islam

Pendidikan Islam dan Kekerasan Keagamaan di Surakarta),

2003, Persepsi Masyarakat Terhadap Habaib; Studi Eksistensi

Habaib di Desa Kranggan Kec.Pekuncen Kab.Banyumas tahun

2007, Pluralisme Agama Kaum Priyayi Muslim (Telaah atas

Pandangan Pegawai Depag Trenggalek tentang Non- Muslim),

2009, Pluralisme Agama Kaum Priyayi Muslim (Telaah atas

Pandangan Pegawai Kemenag Tulungagung tentang Non-

Muslim), 2010, Pendidikan Sumber Kekerasan; Mengurai Akar

Kekerasan dalam Realitas Pendidikan, 2010. Dan Kontributor

buku Nuansa Studi Islam; Sebuah Pergulatan Pemikiran, Teras

Yogyakarta Bekerjasama dengan STAIN Tulungagung.

Pemberian Penghargaan, Nominator "The Best Ten" Lomba

Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional, 2009. Juara Harapan II

Lomba karya Tulis Ilmiah Pengembangan Pesantren Tingkat

Nasioanal. 20 Besar Peserta Shoutcourse Kader Muda Pesantren

Ke Luar Negeri Tingkat Nasional. 20 Besar Peserta Shoutcourse

Dosen Bahasa arab Ke Universitas Ummul Quro Saudi Arabia.

174