iii metode pelaksanaan rispam pss brt salah

55
PAKET SU-03 KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT III. METODE PELAKSANAAN 3.1. PENDEKATAN DAN METODOLOGI Pendekatan dan metodologi pelaksanaan dalam suatu pekerjaan sangat diperlukan, khususnya dalam menangani pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Air Minum (RISPAM) ini. Pendekatan secara teknis, non teknis maupun metode pelaksanaan pekerjaan merupakan suatu kesatuan yang mengacu pada Kerangka Acuan Kerja (KAK). A. Pendekatan Teknis dan Non Teknis Pendekatan teknis dan non teknis yang merupakan satu kesatuan, dalam melaksanakan pekerjaan studi ini, adalah sebagai berikut : Pendekatan teknis berkaitan dengan pekerjaan teknis yang dimulai dari pemahaman sistem penyediaan air minum yang terdiri dari Unit Produksi, Unit Distribusi dan Unit Pelayanan Sambungan. Dimana pada masing-masing unit terdiri prasarana dan sarana air minum, yaitu : v Unit Produksi terdiri dari : sumber air baku, bangunan intake (penangkap), perpipaan transmisi, pemompaan (bila ada), bangunan pengolahan air berikut bangunan penunjangnya. CV. YARA PASHMA Hal 39 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Upload: januari-pane

Post on 18-Feb-2017

425 views

Category:

Documents


47 download

TRANSCRIPT

Page 1: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

III. METODE PELAKSANAAN

3.1. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Pendekatan dan metodologi pelaksanaan dalam suatu pekerjaan sangat

diperlukan, khususnya dalam menangani pekerjaan Penyusunan Rencana Induk

Pengembangan Air Minum (RISPAM) ini. Pendekatan secara teknis, non teknis

maupun metode pelaksanaan pekerjaan merupakan suatu kesatuan yang

mengacu pada Kerangka Acuan Kerja (KAK).

A. Pendekatan Teknis dan Non Teknis

Pendekatan teknis dan non teknis yang merupakan satu kesatuan, dalam

melaksanakan pekerjaan studi ini, adalah sebagai berikut :

Pendekatan teknis berkaitan dengan pekerjaan teknis yang dimulai dari

pemahaman sistem penyediaan air minum yang terdiri dari Unit Produksi,

Unit Distribusi dan Unit Pelayanan Sambungan. Dimana pada masing-

masing unit terdiri prasarana dan sarana air minum, yaitu :

v Unit Produksi terdiri dari : sumber air baku, bangunan intake

(penangkap), perpipaan transmisi, pemompaan (bila ada), bangunan

pengolahan air berikut bangunan penunjangnya.

v Unit Distribusi terdiri dari : bangunan reservoar, jaringan perpipaan

distribusi dan bangunan pelengkapnya.

v Unit Pelayanan Sambungan terdiri dari : pipa dinas, jenis sambungan

yang ada (SR, HU/KU, terminal air).

Dari pemahaman sistem penyediaan air minum ini, maka dilakukan

kegiatan seperti : pengumpulan data, survei dan investigasi, analisa dan

perhitungan sistem penyediaan air minum dengan mengacu pada kriteria

perencanaan dan norma, standar, pedoman serta manual yang dikeluarkan

Dep. PU.

CV. YARA PASHMA Hal 39 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 2: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Sedangkan Pendekatan non teknis berkaitan juga dengan pekerjaan teknis

seperti kegiatan survei sosek yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan

dan kemauan masyarakat berlangganan air minum dari PDAM, juga aspirasi

mereka dalam menanggapi kondisi layanan PDAM yang ada saat ini. Selain

itu juga kegiatan sosialisai dengan masyarakat sebagai upaya melibatkan

mereka dalam perencanaan pengembangan sistem penyediaan air minum.

Pelaksanaan diskusi serta asistensi dengan pihak PDAM, Dinas terkait, dan

SatKer merupakan bagian dari pendekatan non teknis untuk menerima

masukan agar mendapat suatu kesepakatan dan arahan pelaksanaan pekerjaan.

B. METODE PELAKSANAAN

Metode pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Air

Minum (RISPAM) ini merupakan penjabaran secara rinci mengenai tahapan

kegiatan dimana didalamnya juga terdapat kedua pendekatan seperti

diuraikan di atas. Secara diagramatis tahapan kegiatan studi ini dapat dilihat

pada bagan alir dibawah ini.

CV. YARA PASHMA Hal 40 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 3: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

GAMBAR DIAGRAM ALIR KEGIATAN

CV. YARA PASHMA Hal 41 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 4: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

CV. YARA PASHMA Hal 42 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 5: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

CV. YARA PASHMA Hal 43 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 6: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Penjelasan dari Diagram Alir tahapan kegiatan Studi ini, adalah sebagai

berikut :

B.1. TAHAP PERSIAPAN

a. Mobilisasi dan Pengarahan Tim :

Pada awal kegiatan tahap persiapan, dilakukan kegiatan sebagai berikut :

Ø Mobilisasi personil, peralatan juga termasuk bahan agar pelaksanaan

pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal.

Ø Memberikan pengarahan kepada tim mengenai lingkup pekerjaan studi ini,

termasuk juga struktur organisasi proyek serta tugas dan tanggung jawab

masing-masing personil tenaga ahli.

b. Pengumpulan Data :

Pengumpulan data sekunder serta laporan studi pekerjaan sejenis yang sudah

pernah dilaksanakan sebelumnya. Adapun data-data sekunder yang dibutuhkan,

adalah sebagai berikut :

No. Jenis Data / Peta / Laporan Sumber

1 . Laporan RTRW Kab. Pesisir Barat Bappeda Kab. Pesisir Barat

2 . Laporan RDTRK Kab. Pesisir Barat Bappeda Kab. Pesisir Barat

3 . Laporan Studi SPAM atau sejenisnya Dinas Permukiman,Pengairan Provinsi Lampung

4 . Data Statistik Kab. Pesisir Barat BPS Prop/Kab/Kota

5 . Data Teknis Pelayanan PDAM PDAM

Data Administrasi Keuangan PDAM

7 . Peta Jaringan Perpipaan Eksisting PDAM

CV. YARA PASHMA Hal 44 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 7: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

No. Jenis Data / Peta / Laporan Sumber

8 .Peta Kab. Pesisir Barat ; Geologi umum, Rupa Bumi, Administrasi Wilayah, Tata guna Lahan dsb.

Bakorsurtanal/BPN/Bappeda Prop/Kab/Kota

9 . Data hidrologi sumber air permukaan yang ada, Klimatologi.

Dinas Pengairan/BMG

c. Survei Awal

Kegiatan survei awal dimaksudkan untuk melakukan orientasi lapangan terhadap

kondisi sistem penyediaan air minum yang ada guna identifikasi permasalahan

sistem yang ada. Selain itu juga melakukan sosialisasi dengan pihak PDAM dan

masyarakat sebagai konsumen PDAM.

d. Pembuatan Laporan Pendahuluan

Dari data-data sekunder yang sudah terkumpul serta hasil survey awal yang

dilakukan, maka dibuat Laporan Pendahuluan yang berisi antara lain :

Latar belakang permasalahan, maksud dan tujuan pekerjaan, ruang lingkup

pekerjaan

Gambaran umum wilayah studi

Metode pelaksanaan pekerjaan

Rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan

Rencana dan jadwal keterlibatan personil

Konsep Laporan Pendahuluan akan dibahas bersama dengan Kasatker, PDAM dan

Dinas terkait, agar mendapat masukan guna penajaman serta kesepakatan akan

sasaran dari pekerjaan ini.

CV. YARA PASHMA Hal 45 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 8: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

B.2. TAHAP IDENTIFIKASI

a. Analisa Sistem Eksisting :

Dari data teknis yang diperoleh dari PDAM serta hasil survei awal, dilakukan

kegiatan sebagai berikut :

Ø Melakukan analisa sistem yang ada pada masing-masing unit/cabang yang

ada, untuk mengidentifikasi permasalahan sistem yang ada agar dalam

melakukan survei dan penyelidikan lapangan lebih terarah, baik yang

menyangkut sumber air baku maupun masalah jaringan perpipaan.

Ø Melihat keseimbangan antara kapasitas produksi yang ada dengan kapasitas

distribusi yang dipasok ke daerah pelayanan. Dengan hasil analisa

keseimbangan ini, maka dapat ditentukan bahwa kondisi permasalahan dari

sistem yang ada.

b. Analisa Kawasan Perkotaan / Perdesaan :

Analisa ini dilakukan berdasarkan data dari Laporan RTRW Kabupaten Pesisir Barat,

dengan melihat kondisi dan potensi kawasan yang perlu dikembangkan. Hasil

analisa ini dibuatkan peta orientasi kawasan dan dibandingkan dengan peta daerah

pelayanan air minum PDAM, serta lokasi-lokasi sumber air baku yang ada. Hal ini

akan memberikan gambaran alternatif skenario yang tentatif serta menjadi acuan

dalam melakukan survei dan penyelidikan di lapangan.

B.3. TAHAP SURVEI DAN ANALISA

a. Survei Topografi :

Survei dan analisa topografi diperlukan dalam hal kejelasan peta dimana pada

lokasi tersebut diusulkan rencana prasarana dan sarana dasar air minum yang tidak

mungkin direncanakan diatas peta skala 1 : 50.000. Untuk ini lokasi-lokasi tersebut

akan diukur sesuai dengan kebutuhan pada skala 1 : 5.000 atau 1 : 1000, dimana

CV. YARA PASHMA Hal 46 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 9: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

masing-masing lokasi terkait pada referensi peta dasar yang dipakai, yaitu peta 1 :

50.000 dari Bakosurtanal (proyeksi UTM). Referensi akan mengacu pada Benchmark

yang sesuai dengan peta dasar tersebut, yang apabila tidak didapatkan di dekat

lokasi, maka dapat digunakan orientasi grafis seperti muara sungai, sudut jalan,

bangunan dan sebagainya.

b. Survei Hidrometri

Data hidrometri didapat dari pelaksanaan survei hidrometri yang dilaksanakan pada

sumber air baku yaitu air permukaan, mata air maupun air tanah dalam yang ada.

Survei ini meliputi pengukuran debit dan kualitas air.

b.1. Pengukuran debit dengan ambang

Khususnya pada air permukaan, pengukuran debit dilakukan dengan menggunakan

bangunan atau alat ukur debit seperti ambang tajam yang berbentuk segi tiga, data

yang diperoleh dari pengukuran ini adalah data tinggi air di atas alat ukur debit.

Gambar melintang alat ukur ambang tajam yang digunakan dalam pengukuran

debit di lapangan dapat dilihat pada berikut ini.

GAMBAR ALAT UKUR DEBIT THOMPSON

CV. YARA PASHMA Hal 47 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 10: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Pengukuran debit sesaat dengan alat ukur debit Thompson dihitung dengan

menggunakan persamaan:

8/15 x Cd x (2g)1/2 x Tg 1/2 á x H5/2 = 1.465 x H5/2

b.2. Pengukuran kecepatan Aliran

Pengukuran ini disebut pula cara pengukuran debit secara tidak

langsung karena didasarkan pada rumus :

Q = V x A

dimana :

Q = debit air (m3/det atau lt/det)

V = kecepatan aliran air rata-rata (m/det)

A = luas penampang basah sungai (m2)

Untuk perhitungan debit (Q) diperlukan variabel V dan A yang hanya dapat

diperoleh melalui pengukuran langsung di lapangan. Kecepatan aliran air di sungai

tidak pernah seragam karena adanya berbagai gaya yang mempengaruhinya

misalnya gesekan antara air dengan dasar sungai, air dengan tebing dan antara air

dengan udara atmosfir. Kecepatan aliran terbesar terdapat pada bagian permukaan

di bagian tengah penampang.Sedangkan kecepatan rata-rata terdapat pada 0,6 d

(kedalaman air), pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan sistem

pelampung dan current meter (alat ukur arus).

1. Mengukur kecepatan aliran dengan pelampung

Cara ini sangat sederhana sehingga memberikan hasil pengukuran yang kurang

teliti. Metode ini terdiri dari pencatatan waktu (t) yang diperlukan oleh pelampung

untuk menempuh jarak tertentu (D), kemudian kecepatan aliran (V) dapat dihitung

berdasarkan rumus :

V = D/t

CV. YARA PASHMA Hal 48 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 11: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Langkah-langkah kerja pengukuran (V) dengan pelampung adalah sebagai berikut :

menentukan lokasi atau tempat pengukuran yang memenuhi syarat,

a) aliran air yang seragam atau tempat pengukuran yang memiliki tebing

dikedua sisi yang lurus sepanjang 50-100 m, minimal panjangnya 10 kali

lebar rata-rata dari sungai tersebut.

b) sebaiknya daerah pengukuran terlindungi dari angin.

memasang tanda-tanda (benchmark) dan garis-garis batas di lokasi tempat

pengukuran sebagai tanda awal dan berakhirnya waktu pengukuran pelampung.

Jika lebar sungai kecil (sempit) pengukuran kecepatan (V) cukup dilakukan satu kali,

tetapi bila lebar sungai cukup besar maka pengukuran dilakukan secara bertahap

yaitu dengan membagi penampang melintang atas beberapa kolom (jalur).

GAMBAR SKEMA PENGUKURAN KECEPATAN ALIRAN DENGAN

PELAMPUNG

CV. YARA PASHMA Hal 49 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 12: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Melepaskan pelampung :

Ø Ada beberapa jenis pelampung yang dapat digunakan antara lain : pelampung

permukaan, pelampung di bawah permukaan (double float) dan pelampung

tongkat.

GAMBAR JENIS-JENIS PELAMPUNG

Ø Pelampung dilepaskan pada FA’–A’ sehingga pada tali A-A diperoleh kecepatan

aliran air yang dipakai sebagai garis penglihatan pertama.

Ø Dengan menggunakan stopwatch, waktu yang diperlukan oleh pelampung

untuk menempuh jarak A-B dapat ditentukan, dan dengan demikian kecepatan

rata-rata (V) dapat dihitung dengan menggunakan rumus diatas.

Bila terdapat beberapa kolom (jalur) pengukuran, dengan cara yang sama akan

diperoleh kecepatan rata aliran pada setiap kolom (misal V1, V2, V3, dan

seterusnya).

Ø Jika diperlukan tingkat ketelitian yang tinggi dapat menggunakan faktor

reduksi 0,8-0,9.

2. Mengukur Kecepatan Aliran (V) Dengan Current Meter

Pengukuran (V) secara teliti dapat dilakukan dengan mempergunakan alat ukur arus

(current meter).Alat ini bekerja berdasarkan prinsip hubungan linier antara

perputaran baling-baling (propeller) dengan kecepatan aliran air (V) pada

penumpang. Hubungan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk rumus :

CV. YARA PASHMA Hal 50 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 13: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

V = an + b

dimana :

V = kecepatan aliran (m/det)

N = jumlah putaran dalam waktu tertentu (antara 40-70 detik)

a + b = koefisien/tetapan.

Menurut bentuk baling-baling (propeller), current meter dapat dibedakan atas dua

jenis yaitu tipe mangkok (price current meter) dan tipe propeller (propeller current

meter) seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.5. PRICE CURRENT METER

Gambar 3.6. PROPELLER CURRENT METER

CV. YARA PASHMA Hal 51 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 14: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Metode pengukuran kecepatan (v) dengan current meter secara umum dapat

dilakukan pada satu titik atau pada 0.60 D yang merupakan titik kecepatan rata-rata

aliran air pada penampang. Tetapi untuk memperoleh kecepatan rata-rata aliran

pada setiap kedalaman dari penampang, pengukuran (V) dapat dilakukan pada titik

0.20 D dan 0.80 D. Rata-rata dari hasil kedua pengukuran ini memberikan angka

kecepatan rata-rata aliran pada penampang. Pada bagian yang dangkal (pinggir

sungai), kecepatan rata-rata diperoleh pada 0.60 d.

GAMBAR PENGUKURAN KECEPATAN ALIRAN DENGAN CURRENT METER

b.3. Pengukuran Luas Penampang Basah (A)

Bentuk penampang sungai dapat berbentuk persegi panjang dan segitiga.

Tergantung pada kondisi tanah di daerah sumber dan daerah aliran sungai (DAS)

terdapat beberapa bentuk penampang, yaitu :

Ø berbentuk V; umumnya terdapat pada bagian hulu sungai atau di daerah

sumber/pegunungan.

Ø berbentuk U atau parabol; umumnya terdapat pada DAS.

Ø berbentuk trapesium sama kaki; umumnya terdapat pada sungai di daerah

dataran.

CV. YARA PASHMA Hal 52 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 15: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Metode pengukuran adalah sebagai berikut ;

Ø Pengukuran didasarkan pada rumus :

A = c x B x h max

dimana :

A = Luas penampang basah (m2)

B = Lebar sungai (m)

H = Dalamnya sungai (m)

c = Angka koefisien penampang yang harganya tergantung pada bentuk

penampang, dalam praktek biasanya dipergunakan harga c = 0.60.

Ø Pengukuran dilakukan terhadap lebar sungai (b) dan terhadap dalam sungai (h).

Ø Pengukuran lebar (b) dapat dipergunakan alat pengukur jarak biasa, tetapi bila

penampang sungai cukup lebar, pengukuran dapat menggunakan teodholit, dan

lain sebagainya.

Ø Pengukuran dalamnya sungai (h); untuk maksud tersebut dapat dipergunakan

berbagai tipe alat tergantung kedalaman sungai, beberapa contoh di

antaranya adalah : tongkat ukur (sounding rod), tambang + pemberat (lead

line), papan duga (peil schaal) dan echo sounder (menggunakan gelombang

suara).

Ø Pada sungai yang penampang lebarnya, pengukuran (h) dapat dilakukan pada

beberapa tempat atau pada tiap kolom (jalur) sehingga diperoleh hasil

pengukuran : h1, h2, h3, …hn seperti terlihat pada skema dibawah ini.

Ø Dengan menggunakan rumus diatas, luas penampang pada masing-masing

kolom (jalur) dapat dihitung, yakni sebagai berikut :

A1 = d1 x h1

A2 = d2 x h2

A3 = dn x hn

CV. YARA PASHMA Hal 53 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 16: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

GAMBAR PENGUKURAN LUAS PENAMPANG BASAH

Dengan pengukuran-pengukuran terdapat kecepatan aliran (V) dan luas

penampang basah (A) maka debit sungai dapat dihitung berdasarkan rumus (7)

diatas, yaitu :

q1 = V1 x A1, q2 = V2 x A2, dan qn = Vn x An

atau

q = V1A1 + V2A2 + V3A3 + ……. + VnAn = VnAn

Cara-cara pengukuran debit seperti diuraikan diatas dapat pula dipergunakan untuk

mengukur debit di saluran irigasi.

Adapun metode penyidikan debit sungai yang digunakan dalam survey ini adalah

menggunakan propeller current meter. Dengan prosedur pengukuran sebagai

berikut :

a. Pilih penggalan sungai yang alirannya laminar

b. Ukur bentang sungai sebagai lebar penampang basah sungai

c. Tentukan jumlah segmen (d) yang harus diukur kecepatan alirannya

d. Tentukan kedalaman aliran (h)

e. Gunakan current meter dengan letak baling-baling sesuai dengan masing-

masing kedalaman segmen penampang basah

CV. YARA PASHMA Hal 54 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 17: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

f. Tentukan waktu pengukuran apakah 10, 50, atau 100 detik

g. Baca kecepatan baling-baling yang terukur pada counter dalam satuan

rotasi per menit (rpm)

h. Konversikan kecepatan putar baling-baling ke kecepatan aliran dengan

berdasar pada type baling-baling yang digunakan sehingga diperoleh satuan

kecepatan aliran dalam m/detiki. Hitung luas penampang masing-masing segmen dalam satuan m2

j. Hitung debit masing-masing segmen dengan mengalihkan (h) x (i) dalam

satuan m3/det

k. Jumlahkan debit masing-masing segmen, sehingga diperoleh debit aliran

total disungai tersebut dalam satuan m3/detik.

b.4. Pemeriksa Kualitas Air

Pemeriksaan kualitas air merupakan bagian yang terpenting dalam merencanakan

pembangunan prasarana dan sarana air, baik untuk digunakan mensuplai areal

persawahan sebagai air irigasi maupun untuk mensuplai daerah pelayanan

(Demand Cluster) sebagai kebutuhan air bersih atau air minum.

Dengan mengetahui kualitas air baku yang ada pada sumber air yang akan

digunakan, maka dapat dilakukan cara-cara pengolahan guna memenuhi kebutuhan

air sebagaimana dijelaskan di atas.

Didalam melakukan pengelolaan dan pengendalian pencemaran air, Pemerintah

mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 Tahun 2001, Tentang Pengelolaan

Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, dimana sumber air dapat

diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelas sesuai peruntukannya, yaitu sebagai

berikut :

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,

dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

kegunaan tersebut;

2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana

rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi CV. YARA PASHMA Hal 55 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 18: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut;

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan

air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan

lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi

pertanaman dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu yang

sama dengan kegunaan tersebut.

Untuk menghindari efek sampingan atau pengaruh buruk air baku terhadap

konsumen sebagai pengguna maupun tanaman dan tanah yang mendapat

pengairan, maka perlu dilakukan penyelidikan kualitas terhadap sumber air.

Penyelidikan biasanya bersifat analisa terhadap sample (contoh air) yang diambil di

lapangan, dan dilakukan pada Laboratorium. Sedangkan penyelidikan kualitas air di

lapangan yang meliputi Derajat Keasaman (pH), Suhu Air, Kekeruhan, Oksigen

Terlarut dan Konduktivitas.

Kriteria penilaian kualitas air termasuk zat-zat yang membahayakan terhadap

masyarakat sebagai konsumen, tanaman dan tanah sesuai dengan PP

82/2001.

CV. YARA PASHMA Hal 56 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 19: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001Tanggal 14 Desember 2001

Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

PARAMETER SATUAN KELAS KETERANGANI II III IV

FISIKATemperatur oC Devisi 3 Devisi 3 Devisi 3 Devisi 3 Devisi temperature dari

keadaan alamiahResidu Terlarut

mg/l 1000 1000 1000 1000

Residu Tersuspensi

mg/l 50 50 400 400 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu tersuspensi < 5000 mg/l

KIMIA ORGANIKpH 6-9 6-9 6-9 5-9 Apabila secara alamiah

diluar rentang tersebut. Maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah

BOD mg/l 2 3 6 12COD mg/l 10 25 50 100DO mg/l 6 4 3 0 Angka batasTotal fosfat mg/l 0,2 0,2 1 5NO3 sebagai mg/l 10 10 20 20NH3-N mg/l 0,5 (-) (-) (-) Bagi perikanan, kandungan

ammonia bebas untuk ikan yang peka < 0,02 mg/l sebagai NH3

Arsen mg/l 0,05 1 1 1Kobalt mg/l 0,2 0,2 0,2 0,2Barium mg/l 1 (-) (-) (-)Boron mg/l 1 1 1 1Selenium mg/l 0,01 0,05 0,05 0,05Cadmium mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01Khrom (VI) mg/l 0,05 0,05 0,05 1Tembaga mg/l 0,02 0,02 0,02 0,02 Bagi pengolahan air minum

secara konvensional, Cu < 1 mg/l

Besi mg/l Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Fe < 5 mg/l

Timbal mg/l Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Pb < 0,1 mg/l

Mangan Mg/l 0,1 (-) (-) (-)Air Raksa Mg/l 0,001 0,002 0,002 0,005Seng Mg/l 0,05 0,05 0,05 2 Bagi pengolahan air minum

secara konvensional, Zn < 5

CV. YARA PASHMA Hal 57 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 20: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

mg/lKhlorida Mg/l 600 (-) (-) (-)Sianida Mg/l 0,02 0,02 0,02 (-)

PARAMETER SATUAN KELAS KETERANGANI II III IV

Flourida Mg/l 0,5 1,5 1,5 (-)Nitrit sebagai N

Mg/l 0,06 0,06 0,06 (-) Bagi pengolahan air minum secara konvensional. NO2, N < 1 mg/l

Sulfat Mg/l 400 (-) (-) (-)Khlorin bebas Mg/l 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi ABAM tidak

dipersyaratkanBelerang sebagai H2S

Mg/l 0,002 0,002 0,002 (-) Bagi pengolahan air minum secara konvensional H2S < 0,1 mg/l

MIKROBIOLOGI- Fecal coliform

Jml/ 100 ml

100 1000 2000 2000 Bagi pengolahan air minum secara konvensional. Fecal coliform < 2000 jml/100 ml dan total coliform < 10000 jml/100 ml

- Total coliform

Jml/ 100 ml

1000 5000 10000 10000

RADIOAKTIVAS- Gross A Bg/L 0,1 0,1 0,1 0,1- Gross B Bg/L 1 1 1 1KIMIA ORGANIKMinyak dan lemak

Ug/L 1000 1000 1000 (-)

Detergen sebagai MBAS

Ug/L 200 200 200 (-)

Senyawa fenol sebagai fenol

Ug/L 1 1 1 (-)

BHC Ug/L 210 210 210 (-)Aldrin/Dieldrin Ug/L 17 (-) (-) (-)Chlordane Ug/L 3 (-) (-) (-)DDT Ug/L 2 2 2 2Heptachlor dan heptachlor epoxide

Ug/L 18 (-) (-) (-)

Lindane Ug/L 56 (-) (-) (-)Methoxychlor Ug/L 35 (-) (-) (-)Endin Ug/L 1 4 4 (-)Toxaphan Ug/L 5 (-) (-) (-)

Keterangan :

Mg = MilligramUg = MikrogramL = LiterBq = BequerelMBAS = Methylene Blue Active Subtance CV. YARA PASHMA Hal 58 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 21: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

ABAM = Air Baku Untuk Minum

Logam berat merupakan logam terlarut.

Nilai diatas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO Bagi pH

merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang

tercantum.

Nilai DO merupakan batas minimum.

Arti (-) dinyatakan untuk kelas termaksud. Parameter tersebut tidak dipersyaratkan.

Tanda ≤ adalah lebih kurang atau sama dengan

Tanda < adalah kecil

b.4.1 Pengambilan Contoh Air

Untuk keperluan analisa di laboratorium diperlukan sample (contoh air) yang

berasal dari daerah sumber. Teknik pengambilannya adalah sebagai berikut :

1. Contoh air dapat diambil dari sungai, saluran irigasi, sumur penduduk, sumur

ladang, mata air, sumur artesis dan sebagainya. Dalam pengambilan

sampel/contoh air diharapkan dapat mewakili keseluruhan air yang ada di

lokasi tersebut.

2. Untuk analisa lengkap cukup diperlukan 1 liter contoh air, tetapi biasanya

diambil 2 liter dari satu tempat, hal ini diperlukan untuk cadangan bila terjadi

kegagalan analisa dan lain sebagainya.

3. Contoh air hendaknya dapat mewakili sumber air yang sedang diselidiki,

untuk maksud tersebut diperlukan ketelitian yang seksama, yakni sebagai

berikut:

v Contoh air dari suatu tempat diperoleh dari campuran beberapa contoh

yang dikumpulkan dalam waktu berbedabeda, pencampuran dan detail-

detail pengambilannya disesuaikan dengan keadaan setempat dan musim.

v Contoh air dari sungai sebaiknya diambil dari tempat yang airnya mengalir.

v Bila contoh air dari sumur pompa, diusahakan setelah pompa berjalan

untuk beberapa waktu, jangka waktu pengambilan dan analisa diusahakan

CV. YARA PASHMA Hal 59 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 22: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

setelah pompa berjalan untuk beberapa waktu.

v Jangka waktu pengambilan dan analisa diusahakan sesingkat mungkin,

untuk mencegah aktivitas kimia dan biologi pada sample tersebut.

4. Tiap contoh air dimasukkan ke dalam botol plastik isi 2 liter dan diberi label

yang berisikan keterangan : lokasi, waktu, dan tanggal pengambilan.

b.5. Survei Sosial dan Ekonomi

1. Penetapan Wilayah Survei

Dari hasil analisis wilayah, dilakukan penetapan wilayah survei sosial ekonomi

(sosek) berdasarkan tingkat keperluan dan keterpengaruhan. Kondisi-kondisi dalam

penentuan wilayah survei, yaitu sebagai berikut :

v Daerah yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi, baik karena tingkat

kesejahteraan; penghuninya atau intensitas aktivitas yang dilakukan.

v Daerah dengan tingkat kesejahteraan yang buruk.

v Daerah yang rawan air minum.

v Daerah yang memiliki tingkat huni yang tinggi.

Wilayah survei sendiri tidak terkait dengan batas-batas administratif, melainkan

ditujukan untuk memenuhi seberapa aktifitas manusia.

2. Penetapan Klasifikasi Wilayah

Kategori suatu wilayah dalam hal ini ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk,

seperti tercantum sebagai berikut :

Tabel Penetapan Klasifikasi Wilayah

No. KategoriWilayah

Jumlah Populasi(jiwa)

Jumlah Rumah(unit)

1 . Kota Metro > 1.000.000 > 200.0002 . Kota Besar 500.000 - 1.000.000 100.000 - 200.0003 . Kota Sedang 100.000 - 500.000 20.000 - 100.000

CV. YARA PASHMA Hal 60 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 23: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

4 . Kota Kecil 10.000 - 100.000 2.000 - 20.0005 . IKK 3.000 - 10.000 600 - 2.000

3. Penetapan Jumlah Sampel

Berdasarkan kategori wilayah, maka selanjutnya dapat ditentukan jumlah sampel

yang akan diambil berikut tingkat kepercayaan yang dimiliki :

Tabel Penetapan Jumlah Sampel

No.KategoriWilayah

JumlahSampel

TingkatKepercayaan

TingkatKesalahan

% Sampelvs

populasi1. Kota Metro 2.000 95 % 2 % 12. Kota Besar 1.000 95 % 3 % 1

3. Kota Sedang

400 95 % 5 % 2

4. Kota Kecil 200 95 % 6 % 5 - 105. IKK 100 95 % 9 % 5 – 20

3.1. Kriteria Penentuan Jumlah Sampel

Kriteria dasar :

Data yang diperlukan : Jumlah seluruh populasi (N)

Kriteria penelitian :

Ø Tingkat kepercayaan (level of confidence)

Ø Tingkat ketelitian setiap sampel (bound of eror)

Ø Rasio dari unsure dalam sampel yang mempunyai sifat-sifat yang diinginkan

(p)

Rumus yang digunakan :

CV. YARA PASHMA Hal 61 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 24: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

N = Np(1−p)

( N−1 ) D+p (1−p)

Dimana :n = Jumlah SampelN = Jumlah Populasip = Rasio dari unsur dalam sampel memiliki sifat yang diinginkan

D = B2

t 2

Dimana :

B = Bound of eror (Tingkat ketelitian tiap sampel)

t = Tingkat kepercayaan yang di korelasikan dengan derajat kebebasan

Contoh kasus :

Kota “A” dengan jumlah populasi = 2500 rumah ( N)

Kriteria penelitian : Tingkat kepercayaan = 95 %, dari tabel t = 1.96 ≅ 2

- Tingkat ketelitian setiap sampel : 0.06 (6%) B = 0.06

- Rasio dari unsur sampel memiliki sifat-sifat yang diinginkan p = 0.5

(probabilitas mata uang logam)

- Pemakaian rumus :

B2 ( 0.06 )2

D = ---------- = ------------ = 0.0009

t2 22

2.500 x 0.5 x ( 1 – 0.5 )

N = -----------------------------------

(2.500 – 1) x 0.000625 + 0.5 x ( 1 – 0.5 )

= 6252.4991 = 250.09 ≅ 250

Jumlah sampel yang diambil 200 buah dengan tingkat kepercayaan 95 %

( prosentase terhadap jumlah populasi : 2002.500 x 100 % = 8 % )

CV. YARA PASHMA Hal 62 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 25: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

b.6. Survei Mekanika Tanah

Survei mekanika tanah dilakukan untuk mengetahui kondisi tanah di lokasi

tersebut.Kondisi tanah yang diperlukan adalah sifat-sifat fisis tanah, karena tanah

adalah tempat tegak atau berdirinya suatu bangunan. Sifat-sifat fisis tanah antara

lain adalah: kadar air, berat volume, berat jenis, dan ukuran butiran/gradasi. Untuk

itu perlu diadakan uji Laboratorium dari sampel tanah yang telah diambil dari lokasi

yang akan direncanakan maupun pengujian langsung di lapangan.

Adapun jenis pengujian yang dilakukan di Laboratorium adalah sebagai berikut :

a. Kadar Air (Moisture Content)

Tujuan pengujian kadar air adalah untuk menentukan kadar air tanah yaitu

perbandingan antara berat air yang tekandung dalam tanah dengan berat butiran

tanah kering, dinyatakan dalam persen (%).

b. Berat Volume (Moist Unit Weight)

Tujuan pengujian berat volume adalah untuk menentukan berat volume tanah

basah dalam keadaan asli (undisturbed sample), yaitu perbandingan antara berat

tanah dengan volume tanah.

c. Berat Jenis (Specific Gravity)

Tujuan pengujian berat jenis adalah untuk menentukan kepadatan massa butiran

tanah secara rata-rata yaitu perbandingan antara berat butiran tanah dan berat air

suling dengan volume yang sama pada suhu tertentu.

d. Kuat Geser Langsung (Direct Shear Test)

Tujuan pengujian kuat geser langsung adalah untuk menentukan sudut geser dalam

( Φ )dari nilai kohesi (C) suatu jenis tanah. CV. YARA PASHMA Hal 63 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 26: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

e. Analisa saringan (Sieva Analysis)

Tujuan dari pengujian analisa saringanadalah untuk mengetahui prosentase ukuran

butiran tanah dan susunan butiran tanah (gradasi) dari suatu jenis tanah yang

tertahan di atas saringan No. 200 (0.075 mm)

b.7. Analisa Potensi Sumber Daya Air

Dari hasil survei hidrometri, dilakukan analisa potensi sumber daya air yang ditinjau

dari base flow dari aliran sungai atau mata air menunjukkan potensi baik secara

kuantitas, kualitas maupun “potential head” (elevasi ketinggian) memenuhi syarat

untuk dimanfaatkan sebagai sumber air baku yang dapat didistribusikan baik secara

gravitasi maupun pemompaan.

Khusus air permukaan atau air sungai dilakukan analisa hidrologi dengan

menggunakan data curah hujan (minimal 10 tahun terakhir) dan klimatologi dari

stasiun yang ada didalam daerah aliran sungai (DAS). Dengan menghitung besarnya

debit maksimal dan minimal sungai tersebut.Serta nilai peluang terjadinya debit

maksimal (banjir) dan debit minimal digunakan metode Hazen.

b.8. Analisa Kebutuhan Air

1. Standar Pemakaian Air Minum

Kebutuhan besarnya air baku sangat dipengaruhi oleh besarnya kebutuhan akan air

minum (water demand). Sedangkan kebutuhan air minum tergantung dengan

karakteristik suatu wilayah, yang menyangkut kondisi permukiman, perumahan,

mata pencaharian masyarakat yang ada, pemakaian air sehari-hari, iklim dan juga

sistem penyediaan air minum yang sudah ada.

Sedangkan standar pemakaian air yang ditetapkan oleh Dep. PU berdasarkan skala

kota, yaitu sebagai berikut :

CV. YARA PASHMA Hal 64 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 27: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Tabel Standar Pemakaian Air Bersih berdasarkan Kategori Wilayah

No. Kategori WilayahJumlah Populasi

(jiwa)

KonsumsiPemakaian

Air

1 . Kota Metropolitan > 1.000.000 190 lt/or/hr

2 . Kota Besar 500.000 – 1.000.000 170 lt/or/hr

3 . Kota Sedang 100.000 – 500.000 150 lt/or/hr

4 . Kota Kecil 10.000 – 100.000 130 lt/or/hr

5 . Kota-Desa 3.000 – 10.000 100 lt/or/hr

Untuk sambungan tidak langsung khususnya untuk daerah-daerah padat

penduduknya dan tingkat ekonomi pendapatannya rendah, maka disediakan

prasarana Hidran Umum (HU) atau juga Kran Umum (KU) yang berkapasitas 3000

ltr.Standar pemakaian yang digunakan yaitu untuk 1 unit HU/KU melayani 100

orang dengan pemakaian airnya 30 lt/or/hr.

Sedangkan untuk kebutuhan lainnya selain kebutuhan air bagi penduduk, juga

berkaitan dengan aktifitas masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung,

yaitu seperti :

a. Sosial

b. Komersil

c. Perkantoran

d. Rekreasi/ pariwisata

e. Industri

Perkiraan kebutuhan air untuk prasarana di atas disebut sebagai kebutuhan Non

Domestik (diluar industri), dimana dapat dilakukan berdasarkan jumlah orang atau

jumlah unit yang dikalikan dengan standar air tertentu. Secara lengkap klasifikasi

pemakaian air bersih disajikan pada Tabel 3.4.di bawah ini .

CV. YARA PASHMA Hal 65 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 28: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

2. Proyeksi Jumlah Penduduk

Sedangkan kebutuhan air minum untuk masyarakat harus diperhitungkan juga

untuk kebutuhan masa mendatang sesuai dengan periode perencanaan studi ini.

Oleh sebab itu besaran kebutuhan ini sangat tergantung kepada proyeksi jumlah

penduduk yang ada saat ini dan kecendrungan pertumbuhannya. Pertambahan

jumlah penduduk rata-rata per tahunnya dihitung dengan menggunakan

persamaan.

Pn = P0 ( 1 + r )n

r =( PAWALDATA

PAKHIR)

1(TAHUN AKHIT −TAHUN AKHIR )

Dimana :

P0 = Jumlah penduduk pada awal proyeksi

Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke n

r = Laju pertumbuhan penduduk

n = Jumlah tahun proyeksi dan awal analisis

CV. YARA PASHMA Hal 66 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 29: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

No.

Parameter Kota metropolitan

Kota besar

Kota sedang

Kota kecil

Kota- desa

1.2.

Tingkat pelayanan (target)Tingkat Pemakaian Air (ltr/org/hr)a. Sambungan rumah (SR)b. Kran Umum (KU)

100 %

190.030.0

100%

170.030.0

100%

150.030.0

80%

130.030.0

60%

100.0030.0

3.

4.

Kebutuhan non domestika. Komersil

a.1. Pasar (ltr/det/ha)a.2. Hotel (ltr/det/hr) - Lokal - Internasionala.3. Toko (tanpa rumah) (ltr/det/ha)a.4. Toko dgn rumah (ltr/det/ha)

b. Sosial dan Institusib.1. Universitas (ltr/siswa/hr)b.2. Sekolah (ltr/siswa/hr)b.3. Mesjid (m3/hr/unit)b.4. Rumah sakit (ltr/bed/hr)b.5. Puskesmas (m3/hr)b.6. Kantor (ltr/dt/hr)b.7. Militer (m3/ha/hr)

Industri (ltr/det/ha)a. Beratb. Sedangc. Ringin

0.20

3007000.100.85

2015

1.00 – 2.00400

1.00 - 2.000.0810

0.50 - 1.000.25 - 0.500.15 - 0.25

15% - 30% dari kebutuhan domestik

3. Tingkat pelayanan

Tingkat pelayanan ditetapkan sebagai acuan target pelayanan penyediaan air

minum bagi masyarakat yang berada di perkotaan maupun perdesaan.Data yang

ada mengenai tingkat pelayanan PDAM yang ada sangat diperlukan untuk

menetapkan peningkatan layanan. Sedangkan dari target pemerintah untuk tahun

2015 ditargetkan untuk memenuhi air minum perkotaan sebesar 80 % dan untuk

perdesaan sebesar 40 % penduduk yang terlayani. Oleh sebab itu dalam penetapan

tingkat pelayanan didasarkan juga pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat

yang ada.

4. Kebutuhan Hari Maksimum dan Jam Puncak

Kebutuhan air sedikitnya selalu bervariasi diakibatkan perubahan atas kegiatan

sehari-hari yang ada di masyarakat, seperti hari-hari raya/hari besar, yang

CV. YARA PASHMA Hal 67 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 30: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

membutuhkan air yang cukup besar. Oleh sebab itu penentuan besarnya kebutuhan

hari maksimum didasarkan pada pencatatan pemakaian air terdahulu, karakteristik

kota dan kebiasaan hidup penduduk sehari-hari. Oleh karena itu faktor kebutuhan

hari maksimum dapat ditetapkan antara 1.15 – 1.25 dari kebutuhan rata-rata,

sedangkan kebutuhan jam puncak berkisar 1.5 – 2.0 dari kebutuhan rata-rata.

Kebutuhan hari maksimum biasanya digunakan untuk merencanakan sistem unit

produksi sedangkan kebutuhan jam puncak digunakan untuk menghitung jaringan

pipa distribusi.

5. Kehilangan Air

Kehilangan air adalah selisih antara produksi air dengan air yang tercatat pada

meter air sambungan rumah atau pelanggan. Komponen utama penyebab

kehilangan/kebocoran air adalah :

v Limpahan reservoir

v Kebocoran pipa induk

v Sambungan illegal

v Kerusakan atau kurang akuratnya pembacaan meter air

Besaran kehilangan air biasanya berkisar antara :

v Sistem baru ≤ 25 % dari kebutuhan rata-rata

v Sistem lama 30 % - 40 % dari kebutuhan rata-rata

Direncanakan sampai akhir periode perencanaan tingkat kehilangan air dapat

ditekan menjadi 20 %.

b.9. Kriteria Disain PSD Air Minum

Penentuan kebutuhan prasarana dan sarana air bersih berdasarkan target besaran

kebutuhan air bersih dari periode perencanaan. Dalam perhitungan penentuan

besaran dan kebutuhan prasarana dan sarana air bersih akan meliputi antara lain :

CV. YARA PASHMA Hal 68 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 31: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Perhitungan dan kriteria disain untuk perhitungan hidrolis jaringan perpipaan,

bangunan pengolahan air bersih yang terdiri dari unit pengolahan koagulasi,

flokulasi, sedimentasi dan filtrasi, bangunan reservoar serta peralatan pompa

dan catu daya, yang diuraikan sebagai berikut :

v Un i t Ko agulas i :

Unit ini dimaksudkan untuk pengadukan cepat agar bahan kimia Alum

(Alumunium Sulfat) sebagai koagulan, yang dibubuhkan dapat tercampur

merata. Sistem pengadukan cepat dilakukan secara gravitasi, dan kriteria

disain yang berpengaruh adalah gradien kecepatan (G) dan waktu tinggal

(td). Kriteria disain untuk unit ini adalah : (1) nilai G > 750 1/det; (2) waktu

tinggal (td) berkisar 5 – 7 det.

v Un i t F lo ku las i :

Berbeda dengan unit koagulasi, unit flokulasi adalah unit pengaduk lambat

yang bertujuan untuk membentuk flokflok dari partikel-partikel suspended.

Kriteria disain yang berpengaruh adalah gradien kecepatan (G) dan waktu

tinggal (td). Sistem pengadukan juga dengan cara gravitasi, dan bangunan

yang digunakan biasanya dengan sistem sekat (baffle), dan helicoidal flow

G = √ Pμ xV

Dimana :

G = Gradien kecepatan (det -1 )P = Daya pengadukan (W)μ = Viskositas (N.det/m2)V = Volume bak (m3)

P - pxgxQx∆H

Dimana :

p = densitas air (kg/m3)g = gravitasi (m/det)Q = Debit (m3/det)∆H = head loss saat pengadukan (m)

CV. YARA PASHMA Hal 69 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 32: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

G = √ Pμ xV

v Unit Sedimentasi

Unit ini untuk mengendapkan flok-flok yang semakin membesar, dan aliran

didalam unit ini harus terjadi aliran laminar agar flok-flok yang terbentuk

tidak pecah lagi.

Re = Vs .dV

Dimana :

Re = Bilangan ReynoldVs = Kecepatan pengendapan, (m/det)d = diameter partikel (m)n = kinematik viskositas (m2/det)

bila Re < 1 = aliran bersifat laminar dan Cd = 24ℜCd = drag coefisien

Vs = 118 x gv x ps−pw

pw x d2

Dimana :

G = gravitasi (m/det2)

rs = densitas partikel (kg/m3)

rw = densitas air (kg/m3)

v = 497.10−6

(T +42.5)1.5

Dimana :

T = temperatur

Dimensi bak digunakan persamaan berikut :

CV. YARA PASHMA Hal 70 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 33: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Vo = Q

B x H

VSO = Q

B x L

R = B x H

B+2xH

Re = V o x R

v

v Unit Filtrasi

Unit filtrasi adalah proses pengaliran melalui media filter yang poros

sementara partikel suspended solid tertahan pada permukaan media

filter. Jenis penyaringan (filtrasi) yang dipergunakan adalah penyaringan

cepat (rapid sand filtration). Hal yang mempengaruhi proses

penyaringan adalah :

1. Ukuran diameter butiran pasir sebagai media filter

2. Kecepatan penyaringan

3. Tinggi atau ketebalan media filter

4. Ketinggian air diatas permukaan media filter

Rumus – rumua yang dipergunakan dalam mendisain unit filtrasi adalah sebagai berikut :

HoL = 180 x

vg x

1−PoPo3 x

Vd λ2

Dimana :

Ho = Head loss pada filtrasi (m)

L = Ketebalan media filter (m)

n = Kinematik viskositas (m2/detik)

g = Gravitasi (m/detik2)

Po = Porositas saat awal

V = Kecepatan penyaringan (m/detik)

CV. YARA PASHMA Hal 71 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 34: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

dλ = Diameter media (m)

n = Q1/12 ; penentuan jumlah bak filter yang akan digunakan

V = Q/A ; dimana A = luas permukaan bak

Untuk kecepatan penyaringan pada Rapid Sand Filter berkisar antara 1 –

20 m/jam.

Pada saat backwash :

H¿ = 130 x V

0.8

g x

(1−Pe )1.8

Pe3 x V

1.2

d1.8

Hmax = (1-P) x L x [ ρ f−ρw

ρw ]Dimana :

Hmax = Head loss maximum saat pencucian (m)P = Porositas media saat awalPe = Porositas media saat terekspansiLe = tebal media terekspansi (m)n = kinematik viskositas (m2/detik)V = kecepatan backwash (m/detk)ρ f = berat jenis pasir (kg/m3)ρw = berat jenis air (kg/m3)

Sistem air bersih yang diusulkan akan direncanakan untuk memberikan

pelayanan secara terus menerus (kontinue) dan memuaskan konsumen.

Kualitas air yang disuplai harus memenuhi Baku Mutu Air Minum dari

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kebutuhan air minum pada saat

jam puncak dipenuhi melalui reservoar. Reservoar dapat didefinisikan sebagai

tempat penampungan air yang akan menyimpan kelebihan air pada saat

CV. YARA PASHMA Hal 72 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 35: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

pemakaian minimum dan mensuplai kebutuhan air pada saat pemakaian jam

puncak dimana kapasitas produksi adalah konstan.

Reservoar

Penggunaan reservoar memberikan biaya investasi yang rendah karena disain

dari fasilitas produksi lainnya dan pipa transmisi lebih kecil daripada aliran pada

jam puncak. Kapasitas reservoar diperkirakan sebesar 20 % dari aliran

maksimum dan sisa tekan minimum pada jaringan distribusi adalah 10 m. Sisa

tekan akan memberikan tekanan positif didalam suatu sistem sehingga

kontaminasi air bersih melalui infiltrasi air tanah tidak terjadi.

Jaringan Pipa

Perencanaan jaringan pipa transmisi sampai ke reservoar, dengan

kriteria perencanaan yang dipakai dalam menghitung jaringan pipa tersebut

adalah sebagai berikut :

v Faktor jam puncak sebesar 1.50 – 2.00

v Koefisien Kekasaran ( C ) diambil 110 atau 130

v Kecepatan aliran ( V ) diambil 1.00 – 1.50 m/det

v Jenis pipa yang digunakan adalah PVC (Poly Vinil Chloride).

Didalam menentukan koefisien kekasaran tergantung kepada kondisi pipa yang

dipakai, jika pipa yang digunakan dalam kondisi baik (belum digunakan) maka

koefisien kekasarannya sebesar 130, sedangkan jika pipa yang ada telah

berfungsi sebagaimana mestinya (telah digunakan) maka koefisien

kekasarannya akan bernilai 120 atau 110. Untuk perhitungan hidrolis digunakan

rumus Hazen Wiliams, yaitu sebagai berikut :

Hl = 10.666 x Q1.85

C1.85 x D4.85 x L

CV. YARA PASHMA Hal 73 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 36: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Dimana :

Hl = Head Loss yang terjadi pada pengaliran dalam pipa (m)

C = Koefisien kekasaran Hazen Williams

Q = Kapasitas yang dialirkan, (m3/detik)

D = Diameter pipa, (m)

L = Panjang pipa, (m)

Setelah dimensi diperoleh dari hasil perhitungan hidrolis, maka dapat dihitung

kekuatan struktur bangunan dengan menggunakan standar teknis dan data

penyelidikan tanah yang ada. Untuk menganalisa kinerja suatu sistem distribusi air

baku di dalam pipa, digunakan perangkat lunak EPANET. Program EPANET adalah

sebuah program komputer yang menyajikan simulasi hidrolik dan perilaku air

pada jaringan pipa. Jaringan tersebut terdiri dari pipa, node (titik sambungan

pipa), pompa, valve dan tangki penampungan atau reservoir. EPANET menyajikan

debit air di setiap pipa, tekanan di setiap node, tinggi air dalam tangki dan

konsentrasi zat kimia yang melalui jaringan selama periode waktu simulasi.

1. Metode Perhitungan

Metode yang digunakan dalam EPANET untuk menyelesaikan persamaan

kontinuitas dan kehilangan tinggi tekan yang menyajikan kondisi hidrolik dalam

jaringan pipa pada titik yang diberikan tiap saat adalah pendekatan hybrid node-

loop.Todini dan Pilati (1987) dan kemudian Salgado (1988) menyebutnya dengan

Metode Gradient.Diasumsikan jaringan pipa dengan N junction nodes dan NF

node terikat (tank dan reservoir). Maka hubungan debit dan headloss dalam pipa

antara node i dan j adalah sbb:

Hi – Hj = hij = rQ nij + mQ

2ij

hij = - ω2 (h0 – r (Qij / ω)n)

CV. YARA PASHMA Hal 74 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 37: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Persamaan tersebut harus memenuhi persamaan kontinuitas di seluruh node

seperti pada persamaan berikut :

∑j

Qij−Di=0 , untuk i=1 ,………N

Dimana :H = nodal headh = headlossr = koefisien resistensiQ = debit alirann = exponent debitm = koefisien minor lossho = head pada pompa saat tertutupω = kecepatan relatipr & n = koefisien lengkung pompaDi = keperluan debit pada node i

2. Rumus Kehilangan Tekanan

Kehilangan tinggi tekan akibat aliran air dalam pipa akibat gesekan dalam dinding

pipa dapat dihitung dengan menggunakan salah satu dari tiga rumus berikut ini.

v Rumus Hazen – Williams

hL = 4.727 C-1.852 d-4.871 L

v Rumus Darcy Weisbach

hL = 0.0252 f (e,d,q) d-5 L

v Rumus Chezy – Manning

hL = 4.66 n2 d-5.33 L

Dimana :

C = koefisien kekasaran Hazen – Williamse = koefisien kekasaran Darc – Weisbachf = factor gesekan (tergantung pada e, d dan q)n = koefisien kekasaran manningd = diameter pipaL = panjang pipaq = debit air

CV. YARA PASHMA Hal 75 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 38: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

v Minor Losses

Selain itu terjadi juga Minor losses atau kehilangan lokal yang disebabkan oleh

terjadinya turbulensi pada belokan dan fitting.Minor losses dapat dihitung dengan

memasukan koefisien minor loss pada pipa.Minor losses merupakan perkalian

dari koefisien tersebut dengan tinggi kecepatan pada pipa.

hL = K ( V 2

2g )Dimana :

K = koefisien minor loss

v = kecepatan aliran

g = percepatan gravitasi

b.10 Analisa Kelayakan

Terkait dimensi dari alternatif disain diperoleh, maka dibuat perhitungan biaya

investasi berdasarkan harga satuan upah dan material, baik berdasarkan harga

setempat maupun harga pasaran atau pabrikan.Selain itu juga dihitung biaya

operasional dan pemeliharaan untuk masing-masing alternatif, dan selanjutnya

dilakukan analisa kelayakan ekonomi dan finansial dari setiap alternatif.

Sedangkan biaya proyek pembangunan sistem prasarana dan sarana air minum

merupakan biaya yang diperlukan untuk seluruh pekerjaan secara keseluruhan

dilaksanakan dengan sistem kontraktual, biaya proyek dihitung dengan

menggunakan harga yang berlaku (current price) sesuai dengan program

pelaksanaan pekerjaan dan dalam mata uang rupiah (local currency). Biaya tersebut

juga disebut biaya finansial (financial cost). Susunan biaya proyek terdiri dari

komponen-komponen biaya sebagai berikut :

Biaya dasar kontruksi.

Biaya pemeliharaan dan pengoperasian fasilitas dan peralatan.

Biaya dasar penggantian.

Biaya jasa layanan rekayasa. CV. YARA PASHMA Hal 76 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 39: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

Biaya administrasi.

Biaya tak terduga.

Kenaikan biaya yang disebabkan oleh faktor inflasi harus diperhitungkan

berdasarkan jadwal penggunaaan dana sesuai dengan jadwal pelaksanaan

pekerjaan. Sedangkan biaya ekonomi proyek digunakan untuk keperluan evaluasi

proyek berdasarkan pada harga internasional. Yang dalam hal ini dihitung dengan

penggalian faktor konversi dan biaya finansial.

Analisa kelayakan ekonomi dimaksud untuk memperbaiki pemilihan investasi.

Perhitungan percobaan sebelum melaksanakan proyek untuk menentukan hasil

dari berbagai alternatif dengan jalan menghitung biaya dan manfaat yang dapat

diharapkan masing-masing alternatif tersebut. Hal ini didasarkan pada

pertimbangan bahwa sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan adalah

terbatas.

Salah satu aspek dari analisis ini adalah layak atau tidaknya pembangunan

dilaksanakan menurut perhitungan ekonomis. Kelayakan ekonomi proyek

dimaksudkan untuk menilai apakah suatu proyek layak terhadap investasi yang

ditanam untuk konstruksi, eksploitasi dan pemeliharaan proyek.

Perhitungan dari analisis proyek adalah besarnya tambahan (manfaat) yang

dihasilkan dari pelaksanaan suatu proyek. Tambahan biaya (Cost) dan manfaat

(benefit) disini berbeda antara kondisi apabila proyek tersebut dilaksanakan kondisi

apabila proyek tidak jadi dilaksanakan. Perbedaan kondisi inilah yang disebut

kondisi ”tanpa proyek” dengan kondisi ”adanya proyek ”. Parameter-parameter

kelayakan ekonomi yang digunakan dalam analisis ekonomi adalah sebagai berikut :

1. Net Present Value (NPV).

Net Present Value merupakan selisih antara present value dari manfaat (benefit)

dan present value dari biaya (cost) secara umum persamaan umum yang digunakan

untuk menghitung present value adalah

CV. YARA PASHMA Hal 77 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 40: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

NPV = F/(1 + i)n

Dimana :

NPV = Net Present Value

F = Nilai pada tahun ke-n

i = Tingkat suku bunga

Bila nilai NPV > 0 dan positif berarti proyek dapat dilaksanakan, akan memberikan

manfaat. NPV = 0, berarti proyek tersebut mengembalikan keuntungan sebesar

biaya (Cost) yang dilakukan sedangkan apabila nilai NPV < 0, maka proyek tidak

akan memberi manfaat sehingga tidak layak untuk dilaksanakan.

2. Interest Rate Of Return (IRR)

Nilai IRR adalah nilai discount rate (i) sehingga NPV Proyek sama dengan Nol, IRR

dapat dinyatakan dengan persamaaan.

IRR = i1 + NPV1 x (i1-i2)/NPV1-NPV2

Dimana :

i1 = suku bunga pada saat NPV positif

i2 = suku bunga pada saat NPV negatif

NPV1 = NPV yang bernilai positif

NPV2 = NPV yang bernilai negative

Bila nilai IRR > Social discount rate, maka proyek layak untuk dilaksanakan, dan bila

IRR< Social discount rate, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

3. Benefit Cost Ratio (B/C)

Benefit Cost Ratio, adalah perbandingan antara nilai sekarang dari manfaat dengan

nilai sekarang dari biaya. Sebagai ukuran dari penilaian suatu kelayakan proyek

dengan metode BCR ini adalah jika BCR > 1, maka proyek dikatakan layak

CV. YARA PASHMA Hal 78 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT

Page 41: III METODE PELAKSANAAN rispam pss brt salah

PAKET SU-03KEGIATAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)LOKASI : KABUPATEN PESISIR BARAT

dikerjakan dan sebaliknya jika BCR < 1, maka proyek tidak layak untuk

dilaksanakan.

Untuk membantu dalam proses analisis ekonomi perlu disusun asumsi-asumsi yang

berhubungan dengan kegiatan. Asumsi yang disusun dalam analisis ini adalah :

1. Umur ekonomis bangunan ditetapkan selama 25 tahun

2. Tingkat suku bunga yang berlaku diasumsikan sebesar 18 % setahun

3. Perhitungan biaya investasi meliputi biaya Konstruksi, pajak dan sebagainya

dengan perhitungan volume dan anggaran biaya konstruksi.

4. Tiap-tiap kegiatan proyek tersebut diatas dilakukan secara bertahap dengan

alokasi dana pembangunan mengikuti program investasi / jadwal investasi

dari tahun 2005 hingga tahun 2009 seperti ditunjukan pada jadwal rencana

pembangunan.

5. Biaya Operasional dan Pemeliharaan diasumsikan setiap tahun meningkat

sebesar 0.5 %.

CV. YARA PASHMA Hal 79 LAPORAN PENDAHULUAN RI-SPAL KABUPATEN PESISIR BARAT