iii - almuchlish.comalmuchlish.com/dokumen/buku_profil_wakaf_nazir_dan_pengelolaa… · dan tentu...
TRANSCRIPT
i
iii
v
Profil Wakaf Nadzir dan Pengelolaan Wakaf Tanah Pesantren
Penulis dan Penyunting: Dr. Ahmad Sudirman Abbas, M.A.
Pendisain sampul: Wening Untoro
Tata Letak : M. Edwin
Diterbitkan Oleh:
Penerbit Anugrahberkah Sentosa
Perum. Griya Alam Sentosa, Blok O-3 No. 10
Bogor, Jawa Barat Telp & Faks. (021) 82494145
Email : [email protected]
Cetakan pertama, Juni 2017
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
vii
Wakaf adalah bahagian dari perbuatan kebajikan yang
berupa kemanfaatan suatu benda (materi atau jasa, dan
diperuntukkan bagi umat untuk membantu mereka). Wakaf
juga termasuk kedalam kategori shadaqah, infak dan yang
semakna dengan keduanya, serta dianggap sebagai “amal
jariyah”, yaitu perbuatan berpahala yang terus menerus
berlangsung.
Kata wakaf tidak dikenal pada zaman Nabi SAW, tetapi
secara praktik telah dilakukan oleh Nabi SAW dan juga para
sahabat. Praktik wakaf kala itu menjadi “tren” dikalangan para
sahabat, dimana antara satu dengan lainnya berusaha
memperoleh derajat “amal jariyah”.
Pada perkembangannya, wakaf yang telah dimaklumi
oleh masyarakat luas terpelihara wujud bendanya, diupayakan
menghasilkan manfaat berlebih bahkan mampu mewujudkan
benda lain serupa benda pertama. Jadi, wakaf yang umumnya
dipertahankan kelanggengan bendanya dapat pula
menghasilkan benda dan begitu seterusnya.
Di negara-negara Islam lainnya seperti Mesir, Saudi
Arabia, Yordania, Pakistan, dan bahkan kalangan minoritas
Amerika. Manajemen wakaf yang saat ini dirasakan belum
bergairah diupayakan ditata kembali melalui undang-undang
yang khusus mengatur wakaf, selain peraturan perundangan-
undangan sebagai landasan yuridis juga perlu ditampilkan
sosok keberhasilan lembaga dan atau yayasan yang telah
membuktikan nilai produktif demgan management
profesional.
Didalam buku ini, pemerintah memulai langkah
progresif membuat panduan penulis wakaf yang terdiri dari
profil nadzir, jenis wakaf dan pengelolaan wakaf produktif
pada beberapa lembaga pendidikan.
Percontohan dengan beberapa sampel tidak berarti
menafikan lembaga lain, tetapi program ini akan ditindak
lanjuti sebagai wujud kongrit “program umat peduli”.
Maksudnya, kelak menyusul profil-profil lain dan kesemuanya
ditujukan sebagai pedoman untuk diikuti, sehingga kegiatan
ekonomi umat-terutama masyarakat bawah bergerak
semangat. Dan tentu saja, sebagai buku pemula akan didapati
banyak kekurangan yang kelak akan disempurnakan oleh
program berikutnya.
Semoga karya ini menjadi „ilmun yuntafa’u bih‟, bagi
penyusun, serta amal jariyah bagi pembaca yang
mengamalkan. Amin. “Wallahu A’lam Bi al-Shawab”
ix
Kata pengantar, vii
Daftar Isi, ix
BAB I
NADZIR, 1
Pendahuluan, 2 Visi Dan Misi Nadzir, 9
Tugas Kewajiban Dan Hak Nadzir, 11
Susunan Kepengurusan Nadzir, 18
Surat Keputusan Pengukuhan & Pemberhentian Nadzir, 23 Pendidikan Nadzir, 26
BAB II
BENDA WAKAF YANG DIKELOLA NADZIR, 29
Benda Wakaf yang Dikelola Nadzir, 30
Wakaf Tidak Bergerak, 30
Tanah, 31
Bangunan, 48 Tanaman, 49
Rumah Susun, 51
Wakaf Bergerak, 51 Uang, 52
Logam Mulia, 75
Surat Berharga, 75 Kendaraan, 75
Hak Atas Kekayaan Intelektual, 76
Hak Sewa, 77
xi
BAB III
TABUNG WAKAF INDONESIA, 79
Latar Belakang Tabungan Wakaf Indonesia, 80
Bentuk Dan Badan Hukum Tabung Wakaf Indonesia, 81
Visi Dan Misi, 83 Visi, 83
Misi, 83
Tujuan, 84 Sasaran, 84
Target, 84
Pemetik Manfaat, 86
Kegiatan Operasional, 87 Pengelolaan Dan Pengembangan Harta Benda, 90
Operasional Lain, 93
Prospektif Mikro, 93 Potensi Pasar, 93
Aspek Organisasi Dan Manajemen, 96
Aspek Operasional Tabung Wakaf Indonesia, 97
Aspek Sosial Keagamaan Dan Pemberdayaan, 100 Profil Wakaf : Pesantren Raudhatul Hasanah, 102
Sejarah Singkat Berdirinya, 102
Badan Wakaf, 104 Visi Dan Misi Badan Wakaf Raudhatul Hasanah, 106
Program-Program, 107
Visi Dan Misi Pesantren, 111 Panca Jangka / Program Pesantren, 112
Karakteristik Pesantren Raudhatul Hasanah, 114
Organisasi Pesantren Raudhatul Hasanah, 115
BAB IV
BENTUK PENGELOLAAH WAKAF (AMAL
JARIYAH), 121
Pendahuluan, 122
Tanah Wakaf Dibangun Toko, 124
Tanah Wakaf Dibagun Pergedungan, 140 Tanah Wakaf Berupa Lahan Kosong, 151
Benda Wakaf Berupa Uang, 173
BAB V
PENGELOLAAN WAKAF UANG, 177
Pengelolaan Wakaf Uang, 178
Produk Panyaluran Dana, 178
Produk Penghimpunan Dana, 183
Produk Jasa, 185 Pengelolaan Dan Penyaluran Wakaf Tunai Versi BMT, 187
Kenapa Bank Syariah Dan BMT, 202
Daftar Pustaka, 207
1
2
PENDAHULUAN
Berbicara tentang harta wakaf tentu tidak akan
lepas dari pembicaaraan tentang nazdir, sebab keduanya
bagaikan dua sisi mata uang yang antara satu dengan sisi
lainnya saling terkait. Dengan kata lain, antara nazdir dan
wakaf adalah saling meniscayakan adanya, keberadaan
wakaf meniscayakan adanya nazdir, begitu juga
sebaliknya adanya nazdir meniscayakan adanya wakaf.
Oleh karena itu, sebelum berbicara lebih jauh tentang
nazdir penulis akan menguraikan sepintas tentang wakaf,
terutama berkaitan dengan kebijakan peraturan
perundang-undangan di Indonesia.
Indonesia adalah mayoritas penduduknya beragam
Islam, karena itu wajar kelau Indonesia memiliki tanah
wakaf yang luas. Namun tidak jarang kasus-kasus yang
berhubungan seperti itu, pemerintah Hindia Belanda
3
berusaha menertibkan tanah wakaf di Indonesia, yaitu
dengan didirikannya Pengadilan Agama dengan Staatblad
No. 152 Tahun 1882 dengan wakaf menjadi salah satu
wewenangnya.
Kebijakan yang sama juga dilakukan pemerintah
Indonesia, pasca kemerdekaan, yaitu dengan
dikeluarkannya Undang-Undang No. 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, BAB II,
Bagian XI, pasal 49. Dalam pasal itu disebutkan bahwa
untuk melindungi berlangsungnya perwakafan tanah di
Indonesia, pemerintah akan memberikan pengaturan
melalui Peraturan Pemerintah (PP). PP tersebut baru
dikeluarkan setelah 17 tahhun berlakunya UU Pokok
Agraria itu, yakni PP No. 28 Tahun 1977 tentang
Perwakafan Tanah Milik.
4
Disamping itu, juga ada beberpa peraturan lain
yang mengatur masalah perwakafan di Indonesia, antara
lain Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 1977
tentang Tata Pendaftaran Tanah Mengenai Perwakafan
Tanah Milik, Peraturan Menteri Agama No. 1 Tahun
1978 tentang Peraturan Palaksanaan PP. No. 28 Tahun
1977 tentang Perwakafan Tanah Milik. Peraturan
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam No.
Kep/D/75/1978 tentang formulir dan Pedoman
Pelaksanaan Peraturan-peraturan tentang Perwakafan
Tanah Milik, Keputusan Menteri Agama No. 73 Tahun
1978 tentang Pendelegasian Wewenang kepada Kepala
Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi / setingkat
diseluruh Indonesia untuk mengangkat/memberhentikan
setiap Kepala KUA Kecamatan sebagai Pejabat Pembuat
Akta Ikrar Wakaf, dan lain-lain.
5
Kepedulian pemerintah terhadap perwakafan
semakin tampak dengan ditetapkannya UU No. 7 Tahun
1989 tentang Peradilan Agama, terutama berkaitan
dengan kekuasaan pengadilan, pasal 49 ayat(1)
menyebutkan bahwa Pengadilan Agama bertugas dan
berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
perkara-perkara ditingkat pertama antara orang-orang
yang beragama Islam dibidang : (a) Perkawinan, (b)
Kewarisan, Wasiat, dan Hibah, yang dilakukan
berdasarkan Hukum Islam, (c) Wakaf dan Shadaqah.
Sebagai langkah untuk semakin mengefektifkan
peraturan-peraturan yang telah ada, pada tanggal 30
November 1990 dikeluarkan Instruksi Bersama Menteri
Agama RI dan Kepala Badan Pertahanan Nasional
Nomor A Tahun 1990 tentang Sertifikat Tanah Wakaf.
Disamping itu, juga dikeluarkannya Instruksi Presiden RI
6
No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam yang
salah satu babnya membahas persoalan wakaf dengan
ketentuan-ketentuan yang lebih jelas.
Namun demikian, tetap saja meningkatnya
sertifikat wakaf, tidak diiringi dengan dampak terhadap
kesejahteraan umat. Sebab sejauh ini perwakafan yang
ada hanya mengatur tanah milik dan wakaf tidak
bergerak. Sebagai solusi untuk mengefektifkan wakaf,
tata akhirnya pada tanggal 27 Oktober 2004, Pemerintah
Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 41 Tahun
2004 tentang Wakaf. Hanya saja untuk dapat
melaksanakan undang-undang tersebut masih
dibutuhkan peraturan pemerintah tentang wakaf. Dengan
peraturan pemerintah tersebut, nantinya wakaf akan
benar-benar menjadi lembaga yang diharapkan bisa
menyejahterakan umat. Untuk mencapai itu semua, tentu
7
harus didukung dengan nadzir yang kompeten dan
profesional.
Secara bahasa nadzir merupakan isim fa‟il dari kata
nadzara yang berarti penjaga, pemelihara, pengelola dan
pengawas. Secara istilah nadzir adalah orang atau
sekelompok orang dan badan hukum yang diserahi tugas
oleh wakif (orang yang berwakaf) mengelola wakaf.
Dalam berbagai kitab fiqih nadzir disebut juga mutawalli,
orang yang mendapat kuasa mengurus dan mengelola
wakaf. Selain itu, nadzir didefinisikan juga sebagai orang
atau pihak yang berhak untuk bertindak terhadap harta
wakaf, baik untuk memelihara, mengerjakan berbagai hal
yang memungkinkan harta itu tumbuh dengan baik,
maupun mendistribusikan hasilnya kepada orang yanng
berhak menerimanya.
8
UU wakaf No. 41 tahun 2004 mendefinisikan
nadair sebagai pihak yang menerima harta benda wakaf
dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai
dengan perruntukannya. Dengan demikian, nadzir
mempunyai tugas yang relatif berat dalam mengurus
harta wakaf, sebab tidak hanya menerima, tetapi juga
mengelola supaya harta wakaf tersebut berkembang
dengan baik, bahkan juga harus mendistribusikan kepada
pihak-pihak yang berhak menerimanya.
Dalam bahasa manajemen, nadzir bisa disamakan
sebagai manajer harta wakaf. Sebagai manajer nadzir
dituntut untuk mempunyai berbagai ketrampilan
manajerial supaya ia dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik. Bahkan, perlu juga mempunyai visi misi
yang jelas, pengetahuan tentang hak dan kewajiban,
susunan kepengurusan, dan surat pengukuhan.
9
VISI DAN MISI NADZIR
Sebagai pihak yang menangani dan mengurus harta
wakaf dengan tugas yang relatif berat, maka harus harus
dirumuskan visi dan misi nadzir secara labih jelas,
supaya tugas-tugas pengelolaan harta wakaf berjalan
dengan jelas dan teratur dengan senantiasa berorientasi
pada pencapaian visi dan misi tersebut.
Visi nadzir adalah : Menjadikan nadzir seebagai
pengelola harta wakaf yang tidak hanya bernilai guna
secara vertikal dalam hubugan dengan Allah, tetapi juga
bermanfaat secara hirinsontal dalam hubungan dengan
manusia.
Sedangkan misi yang diemban nadzir adalah
sebagai berikut :
10
1. Mengelola harta wakaf dengan sebaik-baiknya
sehingga harta wakaf yang ada tidak hanya
bernilai konsumtif tetapi juga produktif.
2. Memberikan kontribusi kepada kesejahteraan
umat, baik melalui bantuan konsumtif atau
untuk modal usaha produktif.
3. Memberikan kepercayaan kepada wakif
melalui pengelolaan wakaf secara amanah dan
bertanggung jawab.
4. Mendorong pertumbuhan ekonomi umat serta
optimalisasi peran wakaf dalam sektor sosial
dan ekonomi produktif.
5. Menyadarkan masyarakt terhadap gerakan
wakaf sebagai salah satu amal jariyah yang
dapat membawa kebahagiaan tidak hanya di
dunia tetapi juga di akhirat.
11
TUGAS, KEWAJIBAN DAN HAK NADZIR
Sebagai pihak yang dipercaya mengelola harta
wakaf, tentunya nadzir mempunyai kewajiban-kewajiban
yang berkaitan dengan pengelolaan harta wakaf. Dalam
Undang-undang Wakaf No. 41 tahun 2004, disebutkan
bahwa tugas-tugas atau kewajiban nadzir adalah sebagai
berikut :
1. Melakukan pengadministrasian harta benda
wakaf;
Harta wakaf yang diserahkan oleh orang yang
berwakaf (wakif) harus diadministrasikan
dengan baik oleh nadzir yang telah ditunjuk.
Pengadministrasian disini dilakukan dengan
mengurus akta ikrar wakaf. Pengurusan ikrar
wakaf tersebut dimahsudkan selain untuk
memperoleh kejelasan status harta benda
12
wakaf, juga untuk menghindari hal-hal yang
tidak diingikan jika terjadi dikemudian hari.
2. Mengelola dan mengembanngkan harta benda
wakaf sesuai denga tujuan, fungsi dan
peruntukannya;
Harta benda wakaf yang sudah jelas statusnya,
harus dikelola dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya yang
telah ditetapkan oleh wakif pada saat
pelakssanaan ikrar wakaf, atau ditetapkan oleh
nadzir sesuai dengan tujuan dan fungsi wakaf.
Tujuan dan fungsi harta benda wakaf hanya
diperuntukan bagi : a) Sarana dan kegiatan
ibadah, b) Sarana dan kegiatan pendidikan
serta kesehatan, 3) Bantuan kepada fakir
miskin, anak terlantar, yatim piatu. Beasiswa,
13
d) Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat
dan atau 5) Kemajuan kesejahteraan umum
lainnya yang tidak bertentangan dengan
syariah dan peraturan perundang-undangan.
3. Mengawasi dan melindungi harta benda
wakaf;
Harta benda wakaf yang telah diserahkan
wakif, selain dikelola dengan baik, juga harus
diawasi dan dilindungi. Bahkan nadzir tidak
boleh melakukan peruntukan harta benda
wakaf, kecuali atas dasar izin tertulis dari
badan wakaf Indonesia, jika harta benda wakaf
sudah tidak sesuai lagi dengan peruntukan
yang dinyamakan dalam ikrar wakaf.
Disamping itu, dalam rangka menjaga harta
wakaf, nadzir berkewajiban antara lain : a)
14
Menyimpan lembar salinan AIW (Akta Ikrar
Wakaf), b) Memelihara harta wakaf, c)
Memenfaatkan dan meningkatkan hasil wakaf.
4. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan
Wakaf Indonesia
Dalam pelaksanaan tugas pengelolaan harta
benda wakaf nadzir harus melaporkan
pelaksanaan tugas tersebut kepada badan
wakaf Indonesia, sebagai badan yang
mengurusi wakaf dalam skala nasional. Secara
lebih jelas tugas pelaporan ini meliputi : a)
Pelaporan hasil pencatatan wakaf tanah milik
dalam buku tanah, b) Pelaporan perubahan
status tanah milik yang telah diwakafkan dan
perubahan penggunaanya.
15
Masih dalam konteks kewajiban nadzir Dr.Idris
Khalifah, ketua forum ilmiah di Tethwan Magribi, dalam
hasil penelitiannya yang berjudul Istismar Mawarid Al-
Wakaf menyebutkan sembilan tugas dan kewajiban
nadzir wakaf :
1. Memelihara harta wakaf
2. Mengembangkan wakaf, dan tidak
membiarkan terlantar sehingga tidak
mendatangkan mafaat.
3. Melaksanakan syarat dari wakif yang tidak
menyalahi hukum syara‟.
4. Membagi hasilnya kepada pihak-pihak yang
berhak menerimanya tepat waktu dan tepat
sasaran.
16
5. Membayarkan kewajiban yang timbul dari
pengelolaan wakaf dari hasil wakaf itu
sendiri.
6. Memperbaiki aset wakaf yang rusak sehingga
kembali bermanfaat.
7. Mempersewakan harta-harta wakaf tidak
bergerak, seperti bangunan dan tanah.
8. Menginvestasikan harta wakaf untuk
tanbahan penghasilannya
9. Bertanggung jawab atas kerusakan harta
wakaf yang disebabkan kelalaiannya dan
dengan itu diberhentikan dari jabatannya.
Sedangkan mengenai haknya, para fuqaha sepakat,
nadzir berhak dan diperbolehkan mendapatkan bagian
dari hasil harta wakaf yangbterkelola baik, hanya saja
tidak ada ketentuan secara jelas dalam hadis maupun
17
dalam praktek para sahabat. Ijtihad diberbagai negara
menyangkut ini, satu sam lain tidak sama, karena situasi
dan kondisinya berbeda. Di Bangladesh, misalnya,
lembaga pengelole wakaf disana telah berijtihad bahwa
nadzir wakaf bisa menggunakan hasil dari pengelolaan
wakaf sampai 5 %. Sedangkan dalam Undang-Undang
Wakaf No. 41 Tahun 2004 hak-hak nadzir meliputi :
1. Setelah menjalankan tugas-tugasnya tersebut
nadzir berhak menerima imbalan dari hasil
bersih atas pengelolaan dan pengembangan
harta benda wakaf yang besarnya tidak
melebihi 10 % (sepuluh persen). Secara
umum, nadzir wakaf dibolehkan atau berhak
mendapat bagian dari hasil atau manfaat
sesuai dengan batas-batas kewajaran dengan
memperhatikan berbagai variabel yang
18
melingkupinya. Tentang besar kecilnya
imbalan atau gaji untuk nadzir wakaf, bisa
didasarkan atas keputusan wakif (orang yang
berwakaf) atau hakim atau disesuaikan
dengan situasi dan kondisi kala itu.
2. Supaya tugas-tugas tersebut berjalan dengan
baik, nadzir berhak memperoleh pembinaan
dari menteri dan Badan Wakaf Indonesia.
SUSUNAN KEPENGURUSAN NADZIR
Sebelum membahas tentang susunan kepengurusan,
perlu diketahui terlebih dahulu mengenai macam-macam
nadzir, yaitu Perorangan, Organisasi, atau Badan
Hukum. Jika nadzir perseorangan, tentu saja tidak
memerlukan susunan organisasi, sebab seluruh tugas
pengelolaan, pengawasan dilakukan secara perorangan,
19
hanya saja ada ketentuan persyratan yang harus dipenuhi
adalah sebagai berikut :
1. Warga Negara Indonesia
2. Beragama Islam
3. Dewasa
4. Amanah
5. Sehat secara jasmani dan rohani
6. Tidak terlarang melakukan perbuatan hukum
Sedangkan untuk persyaratan organisasi adalah
sebagai berikut :
a. Pengurus organisasi tersebut harus memenuhi
persyaratan nadzir perorangan.
b. Bergerak dibidang sosial pendidikan,
kemasyarakatan dan atau keagamaan Islam.
c. Sedangkan persyaratan nadzir Badan Hukum,
sebagai berikut :
20
d. Badan hukum Indonesia yang berkedudukan
di Indonesia
e. Mempunyai perwakilan di kecamatan yang
mewilayahi tanah milik yang diwakafkan.
f. Jumlah nadzir ditentukan sebanyak badan
hukum yang ada di kecamatan yang
mewilayahi tanah milik tersebut.
g. Badan hukum tersebut dibentuk sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku.
h. Badan hukum tersebut bergerak dalam bidang
sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau
keagamaan.
Secara lebih detail Eri Sudewao sebagai CEO
Dompet Dhuafa Republik menyebutkan beberapa
persyaratan nadzir yang meliputi aspek-aspek moral,
manajemen dan bisnis, yaitu:
21
1. Syarat moral yang meliputi :
a. Paham tentang hukum wakaf, baik dari
tinjauan Syariah maupun Perundang-
Undangan Negara Republik Indonesia.
b. Jujur, amanah, adil,dan ihsan sehingga
dapat dipercaya dalam proses
pengelolaan pen-tasharruf-an kepada
sasaran wakaf.
c. Tahan godaan, terutama menyangkut
perkembangan usaha
d. Pilihan, sungguh-sungguh dan suka
tantangan
e. Punya kecerdasan, baik emisional
maupun spiritual.
22
2. Syarat manajemen yang meliputi :
a. Mempunyai kapasitas yangbaik dalam
leadership
b. Visioner
c. Mempunyai kecredasan yang baik
secara intelektual, sosial dan
pemberdayaan
d. Profesional dalam bidang pengelolaan
harta
3. Syarat bisnis yang meliputi :
a. Mempunyai keinginan
b. Mempunyai pengalaman dan atau siap
untuk dimagangkan
c. Punya ketajaman melihat usaha
sebagaimana layaknya enterpreneur.
23
Adapun susunan kepengurusan, pada dasarnya,
tidak ada standar baku mengenai susunan kepengurusan
nadzir dalam bentuk organisasi atau badan hukum, sebab
akan disesuaikan dengan besar kecilnya harta wakaf yang
dikelola. Namun demikian bisa jiga dibuat formula
susunan organissasi yang umum dalam organisasi atau
badan hukum,seperti adanya ketua, sekretaris, dan
bendahara. Sedangkan untuk seksi-seksi tentu saja harus
disesuaikan dengan kebutuhan.
SURAT KEPUTUSAN PENGUKUHAN DAN
PEMBERHENTIAN NADZIR
Pada mulanya SK pengukuhan nadzir dilakukan
oleh KUA, tetapi dengan lahirnya Undang-Undang
Wakaf, pengangkatan dan SK pengukuhan nadzir harus
dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI).
Pengukuhan nadzir dibutuhkan demi tertibnya
24
administrasi perwakafan. Disamping itu, supaya BWI
mudah untuk membeikan pembinaan terhadap para
nadzir yang berada di Indonesia.
BWI sendiri sebagai nadzir independen pemerintah
juga berfungsi sebagai lembaga pembina dan pengawas.
Sebagai nadzir BWI dengan kepengurusannya dari pusat
hingga daerah bertugas melakukan pengelolaan, dan
pengembangan harta benda wakaf, baik dalam skala
nasional maupun internasional. Dalam melaksanakan
tugasnya BWI dapat bekerja sama dengan instansi
pemerintah baik pusat maupun daerah, organisasi
mayarakat, para ahli, Badan Internasional dan pihak lain
yang dipandang perlu, dan untuk BWI pusat perlu
memperhatikan saran dari menteri dan Majelis Ulama
Indonesia. Ini dilakukan sebab kepangurusan BWI pusat
untuk pertama kalinya diangkat dan diberhentikan oleh
25
Presiden atas usulan Menteri yang selanjutnya lewat
pemilihan anggotanya. Sedangkan untuk daerah diangkat
dan diberhentikan oleh BWI.
Nadzir bukanlah jabatan seumur hidup, karena itu,
nadzir juga bisa berhenti atau diberhentikan dari
jabatannya sebagai nadzir, apabila mengalami hal-hal
sebagai berikut :
1. Meninggal dunia
2. Mengundurkan diri
3. Dibatalkan kedudukannya karena :
a. Tidak memenuhi syarat sebagaimana
syarat nadzir
b. Melakukan tindak pidana kejahatan yang
berhibungan dengan jabatannya sebagai
nadzir.
26
c. Tidak dapat melaksanakan kewajiban
sebagai nadzir.
PENDIDIKAN NADZIR
Tugas yang dilakukan nadzir relatif berat, karena
itu dibutuhkan pengetahuan selain pada aspek
pengetahuan keagamaan juga aspek keterampilan
pengelolaan dan pengembangan harta wakaf, serta
pengetahuan tentang pengawasan.
Mengenai persyaratan pendidikan nadzir, secara
khusus tidak diatur dalam undang-undang, hanya saja
tetap dibutuhkan orang-orang yang seperti disebutkan
dalam persyaratan nadzir. Di Indonesia, ada kesulitan
tersendiri untuk menetapkan parsyaratan pendidikan,
sebab banyaknya ragam pendidikan yang ada di
Indonesia. Kalau persyaratannya pada pendidikan formal,
27
tentu saja akan terjadi problematika, sebab selain tidak
semua orang mengenyam pendidikan formal, juga kalau
ada yang berpendidikan formal belum tentu mengalahkan
kemampuan yang tidak berpendidikan formal, sepertu
alumni pesantren dan lain sebagainya. Namun demikian,
perlu ditegaskan bahwa nadzir harus mempunyai
pengetahuan agama yang mumpuni, terutama yang
berkaitan dengan hukum wakaf.
Jika nadzir tidak mempunyai pengetahuan yang
memadai mengenai wakaf dan pengelolaannya, dia tidak
akan mampu membuat wakaf menjadi produktif. Banyak
contoh yang ada sampai ini harta wakaf yang semestinya
bisa digunakan untuk kemaslahatan umat secara
maksimal, ternyata karena nadzirnya tidak mempunyai
pengetahuan yang memadai, fungsinya kurang maksimal.
28
29
30
BENDA WAKAF YANG DIKELOLA
NADZIR
Sebagai pengelola harta wakaf, nadzir juga harus
mengetahui mecam-macam harta benda wakaf sesuai
dengan pengakuan perundang-undangan yang berlaku.
Pada mulanya wakaf hanya berupa tanah atau
benda-benda tidak bergerak, tetapi belakangan ini seiring
dengan perkembangan zaman dan peradaban manusia,
ada juga wakaf dalam bentuk benda tidak bergerak,
seperti berupa uang, obligasi, dan lain sebagainya.
Dibawah ini, akan dibahas tentang harta benda yang
dikelola nadzir secara lebih jelas.
WAKAF TIDAK BERGERAK
Yang dimahsud dengan benda wakaf tidak bergerak
adalah harta benda wakaf yang tidak bisa dipindahkan
kemana-mana, tetapi berupa benda diam. Dalam Undang-
31
Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf, yang
dimahsud dengan wakaf tidak bergerak meluputi : Tanah,
Bangunan, Tanaman, Rumah Susun, dan benda tidak
bergerak lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
Adapun mengenai kejelasan tentang harta wakaf
tidak bergerak tesebut, akan diuraikan dibawah ini :
1. Tanah
Dari dulu ketika membicarakan wakaf, pasti yang
paling dulu terlintas adalah wakaf tanah, sebab memang
mayoritas wakaf adalah berupa tanah. Indonesia adalah
mayoritas penduduknya beragama Islam, karena itu ,
wajar kalau Indonesia memiliki tanah wakaf yang luas.
Namun tidak jarang kasus-kasus yang berhubungan
dengan tanah wakaf menimbulkan masalah, untuk
32
meminimalisir ksusu-kasus seperti itu, pemerintah Hindia
Belanda berusaha untuk menertibkan tanah wakaf di
Indonesia, yaitu dengan didirikannya Pengadilan Agama
dengan Staatblad No. 152 Tahun 1882 dengan wakaf
menjadi salah satu wewenangnya.
Setelah Indonesia mencapai kemerdekaan,
pemerintah Indonesia sampai sekarang benyak
mengeluarkan perangkat peraturan yang masalah
perwakafan tanah milik. Seperti dimuat dalam Buku
Himpunan Perundang-Undangan Perwakafan Tanah
diterbitkan oleh Departemen Agama RI, maka dapat
dilakukan inventarisasi sebagai berikut :
a. UU No.5 Tahun 1960 tanggal 24 September
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria. Pasal 49 ayat (1) memberi isyarat
33
bahwa “Perwakafan Tanah Milik dilindungi
dan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
b. Peraturan pemerintah No. 10 Tahun 1961
tanggal 23 Maret 1961 tentang pendaftaran
tanah. Karena peraturan berlaku umum, maka
terkena juga didalamnya mengenai pendaftaran
tanah wakaf.
c. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1963
tanggal 19 Juni 1963 tentang Penunjukan
Badan-Badan Hukum yang dapat mempunyai
satu realisasi dari apa yang dimahsud oleh
pasal 21 ayat (2) UUPA yang berbunyi : “Oleh
pemerintah ditetapkan Badan-Badan Hukum
yang dapat mempunyai hak milik dan syarat-
syaratnya”. Pasal 1 PP No. 38 Tahun 1963
selain menyebutkan Bank-Bank Negara (huruf
34
a) dan Perkumpulan-Perkumpulan Koperasi
Pertanian (huruf b) sebagai badan-badan yang
dapat mempunyai hak milik atas tanah,
selanjutnya disebut pula : c. Badan-badan
Keagamaan, yang ditunjuk oleh Menteri
Pertanian/Agraris, setelah mendengar Menteri
Agama : d. Badan-Badan Sosial yang ditunjuk
oleh Menteri Pertanian/Agraria, setelah
mendengar Menteri Kesejahteraan Sosial.
d. Peraturan pemerintah No. 28 Tahun 1977
tanggal 17 Mei 1977 tentang perwakafan tanah
millik. Sepertinya dinyamakan dalam
konsidernya pada bagian menimbang huruf c,
maka peraturan pemerintah dikeluarkan untuk
memenuhi apa yang yang telah ditentukan oleh
35
pasal 14 ayat (1) huruf b dan pasal 49 ayat (3)
UUNo. Tahun 1960.
e. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun
1977 tentang tata pendaftaran tanah mengenai
perwakafan perlu dicatat dan didaftarkan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah
No. 10 Tahun 1961.
f. Peraturan Menteri Agama Dalam Negeri No.1
Tahun 1978 tentang peraturan pelaksaan
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977
tanggal 10 Januari 1979 tentang Perwakafan
Tanah Milik.
g. Peraturan menteri dalam negeri No. 12 Thun
1978 ini menetukan “untuk badan-badan
hukum tertentu pada peraturan menteri dalam
negeri No. 2 Tahun 1978. Pasal 4a ayat (2)
36
Permendagri No. 12 Tahun 1978 ini
menetukan : “untuk badan-badan hukum sosial
dan keagamaan yang ditunjuk oelh menteri
dalam negeri atas pertimbangan dari menteri
yang bersangkutan, berlaku ketentuan biaya
pendaftaran hak dan pembuatan sertifikat
sebagai yang ditetapkan didalam bab II,
sepanjann tanah yang bersngkutan
dipergunakan untuk keperluan yang lansung
berhubungan dengan kegiatan sosial atau
keagamaan”.
h. Yang dimahsud dengan tanah untuk keperluan
kegiatan sosial atau keagamaan tersebut, tentu
termasuklah tanah wakaf. Dan seperti
ditegaskan oleh ayat (1) pasal 4a ini, maka
bagi badan hukum selain badan hukum sosial
37
dan keagamaan dikenakan biaya pendaftaran
dan pembuatan sertifkat sebesar 10 kali tarif
yang ditetapkan dam bab II.
i. Instruksi Bersama Menteri Agama dan Menteri
Dalam Negeri No. 1 Tahun 1978 tanggal 23
Januari 1978 tentang pelaksanaan Peraturan
Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang
Perwakafan Tanah Milik. Instruksi ini
ditujukan kepada Gubernur Kepala Daerah
Tingkat 1 dan Kepala Kantor Wilayah
Departemen Agama di seluruh Indonesia.
j. Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam No. Kep/D/75/78 tanggal 16
April 1978 tentang Formulir dan Pedoman
Pelaksanaan Peraturan-Peraturan Tentang
Perwakafan Tanah Milik.
38
k. Keputusan Menteri Agama No. 73 tahun 1978
tanggal 6 Agustus 1978 tentang Pendelegasian
Wewenang Kapala Kantor Wilayah
Departemen Agama Provinsi/Setingkat
diseluruh Indonesia untuk
mengangkat/memberhentikan setiap Kapala
Kantor Urusan Agama Kecamatan sebagai
Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW).
l. Instruksi Menteri Agama No. 3 Tahun 1979
tanggal 19 Juni 1979 tentang petunjuk
pelaksanaan Keputusan Menteri Agama No. 73
Tahun 1978.
m. Surat Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji no.
D II/5/Ed/14/1980 tanggal 25 Juni 1980
tentang pemakaian bea materai dengan
lampiran surat Dirjen Pajak no. S-629/PJ.
39
331/1980 tanggal 29 Mei 1980 yang
menentukan jenis formulir wakaf yang bebas
materai dan jenis formulir mana yang
dikenakan bea meterai, dan beberapa besar bea
materai.
n. Surat Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No.
D II/5Ed/07/1981 tanggal 17 Februari 1981
kepada Gubernur Daerah Tingkat I di seluruh
indonesia, tentang pendaftaran tanah milik dan
permohonan keinginan atau pembebasan dari
semua pembebanan biaya.
o. Surat Dirjen Bimas Islam Dan Urusan Haji No.
D II/Ed/11/1981 tanggal 16 April 1981 tentang
petunjuk pemberian nomor pada formulir
perwakafan tanah milik. Selain berbagai
peraturan, instruksi dan edaran seperti
40
disebutkan terdahulu, secara khusus masih ada
instruksi dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat
I Sumatera Barat, Sumatera Utara, Nusa
Tenggara Barat, Daerah Istimewa Aceh dan
DKI Jakarta mengenai pendaftaran di daerah
masing-masing.
Selain peraturan-peraturan yang telah disebut
diatas, juga ada dikeluarkan Instruksi Bersama Menteri
Agama RI dan Kepala Badan Pertahanan Nasional No. 4
Tahun 1990 tentang sertifikat tanah wakaf. Disamping
itu, juga dikeluarkannya Intruksi Presiden RI No. 1
Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam yang salah
satu babnya mambahas persoalan wakaf dengan
ketentuan-ketentuan yang lebih jelas. Terakhir yaitu
denngan ditetapkannya Undang-Undang No. 41 Tahun
tentang wakaf.
41
Walaupun begitu banyak peraturan yang
menyangkut wakaf, tetapi sampai saat ini, masih banyak
tanah wakaf di Indonesia yang belum tersertifikat. Ini
membuat tanah wakaf sangat rawan terhadap
penyerobotan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab. Sebut saja di Jawa Barat, menurut informasi Kasi
Zakat dan Wakaf Kanwil Depag Jabar, Drs. H.
Jarnaluddin mengamakan, jumlah seluruh tanah wakaf di
Jawa Barat mencapai 65.000 buah. Sebanyak 95 % sudah
diamankan melalui sertifkat. Tinggal 5 % atau sebanyak
5.700 lokasi tanah wakaf di Jawa Barat belum. Untuk itu
Provinsi Jawa Barat mengalokasikan anggaran sebesar
Rp 1,5 milyar untuk sertifikat 1.200 bidang tanah wakaf.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
untuk sertifikat tanah wakaf yang belum terdaftar, yaitu:
1. Surat permohonan
42
2. Identitas diri pemohon dan atau kuasanya (
foto copy KTP dan KK yang masih berlaku).
3. Surat kuasa, jika permohonanya dikuasakan
4. Bukti tertulis yang membuktikan adanya hak
yang bersangkutan, yaitu:
a. Surat tanda bukti hak milik yang
diterbitkan berdasarkan peraturan
Swapraja yang bersangkutan,atau
b. Sertifikat hak milik berdasarkan
PMANo. 9/1959,atau
c. Surat keputusan pemberian hak milik
dari pejabat yang berwenang, baik
sebelum ataupun sejak berlakunya
UUPA, yang tidak desertai kewajiban
untuk mendaftarkan hak yang
diberikan, tetapi telah dipenuhi semua
43
kewajiban yang disebut didalamnya,
atau
d. Petuk pajak bumi/landrente, Girik,
Pipil, Kikitir dan Verponding Indonesia
sebelum berlakunya PP No. 10/1961,
atau
e. Akta pemindahan hak yang dibuat
dibawah tangan yang dibubuhi tanda
kesaksian oleh Kepala Adat/Kepala
Desa/Kelurahan Vans dibuat sebelum
berlakunya Peraturan Pemerintah ini
disertai alas hak yang dialihkan, atau
f. Akta pemindahan atas tanah yang
dibuat oleh PPAT yang tanahnya belum
dibukukan dengan disertai alas hak
yang dialihkan, atau
44
g. Akta ikrar wakaf/akta ikrar pengganti
ikrar wakaf/surat ikrar wakaf yang
dibuat sebelum atau sejak mulai
dilaksankan PP No. 28/1977 dengan
disertai alas hak yang diwakafkan,atau
h. Risalah lelang yang dibuat oleh pejabat
lelang yang berwenang, yang tanahnya
belum dibukukan dengan disertai alas
hak yang dialihkan,atau
i. Surat penunjukan atau pembelian
kaveling tanah pengganti tanah yang
diambil oleh Pemerintah Daerah, atau
j. Surat keterangan riwayat tanah yang
pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan
Pajak Bumi dan Bangunan dengan
disertai alas hak yang dialihkan, atau
45
k. Lin-lain bentuk alat pembuktian tertulis
dengan nama apapun juga sebagaimana
dimahsud dalam pasal II, VI dan VII
ketentuan-ketentuan konversi UUPA,
atau
l. Surat-surat bukti kepemilikan lainnya
yang terbit dan berlaku sebelum
berlakunya UUPA.
5. Foto copy SPPT PBB tahun berjalan.
Pada dasarnya perubahan peruntukan atau
penggunaan wakaf tanah milik selain diikrarkan dalam
ikrar wakaf tidak dapat diubah. N amun demikian,
perubahan itupun dapat dilakukan setelah melalui
permohonan sampai ke tingkat menteri agama. Menteri
agama dapat memberikan izin secara tertulis bagi
perubahan atas alasan-alasan :
46
a. Tanah tersebut tidak lagi sesuai dengan
tujuan wakaf seperti diikrarkan wakif.
b. Karena kepentingan umum
Perubahan status dan penggunaan tanah wakaf
tersebut harus segera dilaporkan oleh nadzir kepada
kepala bupati/walikota sebagaimana dimahsud pasal 11
PP No. 28/1977.
Pertama, nadzir mengajukan permohonan
perubahan status dan pengguna tanah wakaf kepada
Kantor Wilayah Departemen Agama cq. Ksbid. Urais
melalui KUA dan Kepala Kantor Kandepag secara
hiarkis. Permohonan tersebut dilampiri atau disertai
dengan alasan-alasan perubahan status dimahsud.
Kedua, kepala KUA dan Kepala Kendepag
meneruskan permohonan tersbut secara hiarkis kepada
Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama. Dan
47
suratnya, Kepala Kandepag menyermakan pertimbangan-
pertimbangannya.
Ketiga, Kepala Kantor Wilayah Departemen
Agama cq. Kabit. Urais menggunakan wewenagn untuk
menyetujui atau penolakan permohonan perubahan status
dan penggunaan wakaf dari Kepala Kantor Wilayah
Departemen Agama cq. Kabit. Urais itu dibuat secara
tertulis.
Kempat, Kepala Kantor Wilayah Departemen
Agama meneruskan permohonan perubahan status tanah
wakaf diatas kepada Menteri Agama cq. Dirjen Bimas
Islam. Permohonan tersebut dilampiri dengan
pertimbangan Kepala Kantor Wilayah Departemen
Agama.
48
Kellima, Dirjen Bimas Islam menyetujui atau
menolak permohonan perubahan status tanah wakaf
tersebut secara tertulis.
Keenam, persetujuan perubahan status tanah itu
hanya dapat diizinkan apabila diberikan penggantian
yang sekurang-kurangnya senilai dan simbang dengan
kegunaannya sesuai dengan Ikrar Wakaf.
2. Bangunan
Bangunan yang dbediri siatas tanah juga bisa
diwakafkan. Bangunan tersebut bisa berupa sarana dan
prasarana belajar, sarana ibadah dan bengunan-bangunan
lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan
masyarakat.
Selain itu dalam sebuah kasus misalnya Domper
Dhuafa (DD) bandung telah mewakafkan gedung,
49
peralatan, dan perlengkapan Rumah Bersalin Cuma-
Cuma (RBC). RBC-DD Bandung Insya Allah bermanfaat
sepanjang masa, kata sepanjang itu pula pahala kebajikan
bagi muwaqqif mengalir tiada putus-putusnya.
3. Tanaman
Yang dimahsud dengan wakaf tamanan adalah
wakaf tanaman yang bisa diambil manfaatnya. Wakaf
seperti ini di Indonesia misalnya telah dilakukan oleh
Pesantren Al-Zaytun dengan menerapkan wakaf pohon
jati senilai Rp 25.000 misalnya. Disamping itu,
berdasarkan informasi yang dimuat dalam salah satu
Koran Harian bahwa di Bandung Jawa Barat juga pernah
ada seruan untuk mewakafkan tanaman dalam rangka
memperbaiki lahan kritis di Jawa Barat yang sekarang
luasnya sudah mencapai 600.000 hektar, Konsorsium
50
Gerakan Wakaf Pohon mengajak masyarakat untuk
berpartisipasi dalam gerakan wakaf pohon. Gerakan
wakaf ini sudah berlangsung sejak 10 Januari 2005.
“Kami mengumpulkan dana dari masyarakat untuk
penghijauan”, kata Budi Sutrisno, Ketua Badan
Pengelola Wakaf Pohon di Lembaga Wakaf dan Zakat
Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB), senin
(11/4). Setiap orang bisa ikut dalam gerakan ini dengan
mewakafkan uang Rp 60.000 untuk membeli bibit dan
membiayai pemeliharaan satu pohon dalam setahun.
Ponoh-pohon tersebut sudah didistribusikan di
Kecamatan Cimenyan Desa Sugihmukti, di Kecamatan
Pasir Jambu, dan Desa Gunung Masigit di Kecamatan
Cipatat. Pada setiap daerah ditanami masing-masing
1.000 pohon.
51
4. Rumah Susun
Rumah susun yang telah menjadi hak milik
seseorang bisa diwakafkan untuk kepentingan umum
untuk diambil manfaatnya bagi kemaslahatan umat.
Wakaf rumah susun ini tentu juga harus sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku, terutama yang
berkaitan dengan kepemiikan.
WAKAF BERGERAK
Adapun yang dimahsudkan dengan wakaf bergerak
adalah harta benda wakaf yang bukan merupakan
sesuatuyang menetap, tetapi sangat mudah untuk bisa
dipindahkan dari tempat satu ke tempat lainnya. Diantara
harta benda wakaf bergerak adalah sebagai berikut :
52
1. Uang
Sebelum membahas tentang uang sebagai alat tukar
dan alat investasi, penulis ada baiknya menguraikan
tentang seputar uang dalam persepektif sejarah, supaya
lebih mudah untuk memahami uang itu sendiri. Sejak
pertama kali manusia menemukan uang sampai sekarang,
telah dikenal bemacam-macam jenis uang dalam
masyarakat, tergantung dari sudut macam peninjauannya.
Jika ditinjau dari sejarah penggunaannya, jenis uang
dapat dibagi menjadi tiga :
Uang barang, yaitu uang yang terbuat dari barang-
barang yang diterima umum sebagai alat tukar. Dalam
study sejarah mengenai uang, dikemukakan bahwa
banyak macam barang yang telah digunakan sebagai
uang. Seperti hewan ternak, sayur mayur, mineral dan
lainnya. Pengguaan uang barang ini dimahsudkan sebagai
53
standar nilai dalam pertukaran. Misalnya, satu karung
beras bernilai 2 okor kambing, satu tandan pisang
bernilai seekor kambing atau 20 ekor kambing sama
dengan selembar kulit harimau.
1. Uang logam, yaitu uang yang terbuat dari
logam, yang dicipmakan sebagai pengganti
uang barang. Kelemahan uang barang, telah
mengilhami lahirnya uang logam sebagai alat
tukar. Hanya saja menurut Ala‟uddin, sebelum
uang logam emas dan perak digunakan oleh
masyarakat sebagai alat tukar, bahan yang
digunakan untuk membuat uang logam masih
beraneka ragam antara satu kelompok
mayarakat lainya, yaitu sebagian terbuat dari
tembaga, dan sebagian lainnya terbuat dari
timah, seng dan bahan lainya. Menurut Teuku
54
Ibrahim Alfian, sejarahwan senior UGM asal
aceh, uang logam emas juga pernah beredar di
Nusantara, yaitu uang logam emas yang
benama Dirham yang dikeluarkan oleh
Kerajaan Samudera Pasai, yang sekarang
terletak di Kabupaten Aceh Utara.
2. Uang kertas, yaitu uang yang terbuat dari
kertas,dicipmakan sebagai jawaban terhadap
perkembangan kegiatan ekonomi manusia
yang membutuhkan uang yang berfungsi tidak
hanya sekedar sebagai alat tukar, tapi juga
lebih praktis dan mudah dibawah kemana-
mana.
Taqqiyuddin Nabhani membaginuang kertas
menjadi tiga jenis :
55
a. Uang kertas substitusi, yaitu uang kertas yang
mencerminkan kadar jumlah emas dan perak
dalam bentuk uang atau batangan, yang
disimpan ditempat tertentu, yang memiliki
nilai logam sama dengan nilai nominal yang
dimiliki oleh uang kertas tersebut, dan bisa
ditukarkan sesuai dengan permintaan.
b. Uang kertas yang dijamin (Representative
Money), yaitu uang kertas yang disepakati oleh
penandatangannya untuk membayar mata uang
logam tetentu kepada pembawanya. Sementara
nilai tukar (Exchange Value) nya sangat
tergantung kapada terjaganya kredibilitas dan
kemampuan penandatangan untuk memenuhi
janjinya.
56
c. Uang kertas yang tidak dapat ditukar dengan
logam murni (Unconvertible Paper Money),
yang juga disebut dengan Flat Money. Uang
tersebut juga disebut dengan uang kertas
(Paper Money).
Jika ditinjau dari pembuatannya, maka jenis uang
dibagi menjadi dua :
a. Uang logam (Metallic Money), yaitu uang
yang terbuat dari logam.
b. Uang kertas (Paper Money), yaitu uang yang
terbuat dari kertas.
Sulit memang untuk melihat awal mula
digunakannya uang dan kapan terjadinya perubahan dari
satu macam uang kepada bentuk uang lainnya. Kesulitan
yang dihadapi oleh manusia, seirng dengan laju
perkembangan ekonomi, telah membawa manusia kepada
57
konsep uang, yang dimulai dengan mengenal uang
barang (Commodity Maoney) yang kemudian membuka
jalan timbulnaya uang logam (Metallic Money), dan
selanjutnya membuka jalan kepada uang kertas (Paper
Money).
Menurut sejarah lahirnya, uang bertujuan untuk
mengatasi kesulitan pertukaran dengan sistem barter
(barang dengan barang). Oleh sebab itu fungsi uang
dalam kegiatan perekonomian dibedakan menjadi dua
fungsi yaitu:
a. Uang sebagai alat tukar menukar (Medium Of
Change). Dengan adanya uang, maka peoses
tukar menukar (perdagangan) lebih mudah,
cepat dan lancar. Disamping itu uang juga
memberikan kemudahan kepada kita untuk
58
menukarkannya dengan barang apapun yang
kita kehendaki sesuai dengan kebutuhan kita.
b. Uang sebagai stuan hitung/nilai (Unit Of
Account). Sebagai satuan hitung artiya, uang
berfungsi sebagai standar satuan ukuran yang
menentukan besarnya nilai (harga) berbagai
jenis barang.
Bila dicermati, fungsi uang dalam sistem ekonomi
islam, seperti dipaparkan diatas, sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan fungsi uang dalam sistem ekonomi
konvensional, uang selain berfungsi sebagi alat tukar dan
stuan hitung/nilai, juga berfungsi sebagi penimbun
kekayaan/penyimpan nilai (Store Of Valeu). Menurut
Adiwarman A. Karim, seorang pengamat dan tokoh
ekonomi islam, teori ekonomi konvensional yang
memasukkan satu fungsi dari uang sebagai Store Of
59
Value dimana termasuk juga adanya motif “Money
Demand For Specilation” yaitu uang yang dispekulasi,
diharamkan oleh islam, kare Islam memandang uang
hanyalah sebagai alat transaksi semata dan menjaga
kebutuhan manusia. Hal serupa juga ditegaskan oleh
Syaf‟i Antonio, ekonomi Muslim Indonesia terkemuka,
yang menyamakan bahwa uang pada hakekatnya adalah
milik Allah SWT yang diamanahkan kepada kita untuk
dipergunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan kita
dan masyarakat. Oleh karenanya praktek menimbun
uang, terlebih untuk spekulasi tidak diperkanankan
karena mengurangi uang yang beredar.
Dalam pandangan Islam, uang adalah Flow
Concept, atau dengan kata lain jika uang diinvestasikan
dalam produksi, maka baru kita akan mendapatkan lebih
banyak uang, karenanya uang harus selalu berputar
60
dalam perekonomian, maka akan semakin tinggi
pendapatan masyarakat dan akan semakin baik
perekonomian.
Sebagai sebuah sistem nilai yang humanis, Islam
dengan tegas melarang menimbun uang, terlebih untuk
spekulasi tanpa ada solusi, karena hal itu hanya akan
menyengsarakan banyak orang, terutama orang-orang
kecil yang tidak punya modal, yang lemah secara
ekonomis.
Bagi mereka yang tidak memiliki keahlian untuk
memutar dan membuat produktif hartanya, Islam
menganjurkan untuk melakukan musyarakah atau
mudharabah, yaitu berbisnis dengan cara bagi hasil. Bagi
yang tidak ingin mengambil risiko yang diakibatkan oleh
praktek musyarakah atau mudharabah, Islam
menganjurkan untuk melakukan qardh, yakni
61
meminjamkan uang tanpa meminta laba atau
kelebihannya, karena hal itu adalah riba yang
diharamkan. Bagi yang memiliki uang yang berlebihan,
Islam menganjurkan untuk menyedekahkan atau
mewakafkan, tanpa mengharapkan kelebihannya uang
tersebut, dan semata-mata sekedar mengarap balasan dari
Allah SWT.
Bebagai macam pendapat mengenai wakaf uang
diantaranya adalah, bahwa jumhur ulama (Malikiyah,
Syafiiyah dan Hanabilah) selain Hanafiyah membolehkan
wakaf uang dan menjawab alasan Hanafiyah yang
menyamakan bahwa dalam wakaf uang telah hilang
makna waqaf yaitu ( Menahan Asalnya” yang“ ( الحبس
memiliki makna berkesinambuangan sebagaimana hadits
Umar dan Abi Tholha. Dijawab oleh jumhur ulama
bahwa wakaf uang tidak menghilangkan makan الحبس
62
menahan dengan ungkapan mereka bahwa dalam setiap
obyek yang ditahan tentu ada batasannya, jika obyek
yang ditanah itu memiliki kelestarian yang
berkesinambungan kata itulah batasannya, seperti tanah
misalnya, tapi jika yang diatahan itu obyek yang dalam
kurun waktu akan punah, kata saat kepunahan itulah
batasannya, Dan ulama Malikiyyah manyamakan
bolehnya wakaf uang sebagaimana yang diungkap oleh
Ibn Rusd Al Jadd dalam Muqaddimah-Nya.
Apa yang diuraikan oleh Imam Bukhori didalam
Shahihnya meriwayatkan sebuah riwayat dari Az-Zuhri
mengenai orang yang memberikan sribu dinar untuk fi
sabilillah yang ia berikan kepada anak laki-lakinya yang
menjadi pedagang yang berdagang dengan modal uang
tersebut serta menjadikan keuntungannya sebagai
sedekah untuk orang-orang miskin dan kaum kerabat
63
(Ibnu Hajar Al-„Asqallani, Fath Al-Bari‟ala Shalih Al-
Bukhari).
Dengan alasan diatas, maka kebanyakan ulama
membolehkan wakaf uang dan Madzhab inilah yang
dijadikan landasan oleh ulama kontemporer dan dalam
hal itu pula yang dijadikan landasan oleh Komisi Fatwa
Majelis Ulama Indonesia dalam keputusan fatwanya
yang membolehkan wakaf uang.
Pada umumnya ulama-ulama berpendapat, uang
dapat diwakafkan asalkan uang itu diinvestasikan dalam
usaha bagi hasil mudharabah. Keuntungannya disalurkan
sesuai dengan tujuan wakaf. Dengan demikian uang yang
diwakafkan tetap, sedangkan yang disampaikan kepada
pemerima wakaf (Mauquf Alaih) adalah hasil
pengembangan wakaf uang itu.
64
Wakaf uang sudah dipraktekkan dibeberapa negara,
seperti Turki, Kuwait Banglades, dan lain-lain. Di
Banglades wakaf uang ini dikelola oleh Bank, yaitu
Social Investment Bank Ltd (SIBL). Ulama dan ilmuwan
berpengaruh Prof. Dr. MA Mannan bahkan telah
meluncurkan sertifikat wakaf tunai (Cah-Waqf
Sertificate) beberapa tahun yang lalu.
Dana wakaf tunai dapat diinvestasikan dalam
berbagai jenis investasi, misalnya:
a. Investasi jangka pendek yaitu dalam bentuk
mikro kredit. Bank-bank telah mempunyai
pengalaman dalam bentuk kerja sama dengan
pemerintah untuk menyalurkan kredit mikro,
seperti skim KPKM (Kredit Pengusaha Kecil
dan Mikro) dari Bank Indonesia(BI).
65
b. Investasi jangka menengah, yaitu
industri/usaha kecil. Dalam hal ini Bank di
Indonesia telah terbiasa dengan adanya
beberapa skim kredit program KKPA, KKOP
dan KUK (sesuai ketentuan BI).
c. Investasi jangka panjang, yaitu untuk industri
manufaktur, dan industri lainnya. Bank
mempunyai pengalaman dalam melakukan
investasi jangka panjang seperti investasi
pabrik dan perkebunan.Bank pun mempunyai
kemampuan untuk melakukan sindikasi dengan
bank lain untuk melakukan investasi besar.
Dalam menginvestasikan dana wakaf, hendaknya
dipertimbangkan keamanan investasi dan provitabilitas
usaha. Karena tanpa mempertimbangkan keamanan
investasi dan provitabilitas usaha, dikhawatirkan dana
66
wakaf tidak produktif atau bahkan mengalami
penyusutan. Krena itu, sebelum melakukan investasi
dana wakaf, hendaknya dilakukan beberapa hal sebagai
berikut :
a. Analisa sektor investasi yang belum jenuh,
melakukan “Spreding Risk” dan “Risk
Management” terhadap investasi yang akan
dilakukan.
b. Market Survey untuk memastikan jaminan
pasar output/produk investasi.
c. Analisa kelayakan investasi
d. Analisa terhadap pihak yang akan diajak untuk
mengelola investasi
e. Monitoring terhadap proses realisasi investasi
f. Monitoring terhadap tingkat provitabilitas
investasi
67
Sertifikat Wakaf Tunai, merupakan sebuah inovasi
instrumen finansial (Financial Instrument), keuangan
sosial dan Perbankan Sosial (Social Finance And
Voluantary Sector Banking) yang pertama kalinya dalam
sejarah. Pada umumnya wakaf selama ini dikenal terkait
dengan sumbangan berupa aset tetap (Property Of
Permanent) oleh seorang muslim denngan tujuan murni
ketaqwaan. Namum belakangan wakaf tunai mendapat
perhatian serius, karena ternyata juga memiliki akar yang
panjang dalam sejarah Islam. Sedang wakaf tunai sebagai
instrumen keuangan sungguh merupakan suatu produk
baru dalam sejarah perbankan Islam. Pemanfaatan wakaf
tunai dapat dibedakan menjadi dua, yakni pengasaan
barang privat (private good) dan barang sosial (social
good), karena itu, wakaf tunai membuka peluang yang
unik bagi penciptaan investasi dibanding keagamaan,
68
pendidikan, pelayanan sosial. Tabuungan dari warga
yang berpenghasilan tinggi dapat dimanfaatkan melalui
penukaran sertifikat wakaf tunai. Sedangkan pendapatan
yang diperoleh dari pengelola wakaf tunai dapat
dibelanjakan untuk berbagai tujuan, misalnya untuk
pemeliharaan harta-harta wakaf.
Operasionalisasi sertifikat wakaf tunai dapat
dijabarkan kedalam beberapa hal sebagai berukut :
a. Wakaf tunai harus diterima sebagai sumbangan
yang sesuai dengan tuntunan syariah. Sedang
bank yang bertindak sebagai nadzir harus
mengelola wakaf tersebut atas nama wakif.
b. Wakif memiliki kebebasan memilih, untuk
tujuan apa dana hibah yang ia berikan.
69
c. Wakaf tunai dilakuakan dengan tanpa batas
waktu dan rekeningnya harus terbuka dengan
nama yang ditentukan oleh wakif.
d. Wakaf tunai selalu menerima pendapatan
dengan tingkat (Rate) tertinggi yang
ditawarkan bank dari waktu ke waktu.
e. Kualitas wakaf tetap utuh dan hanya
keuntungannya saja yang dibelanjakan untuk
tujuan-tujuan yang telah ditentukan oleh wakif.
Bagian keuntungan yang tidak dibelanjakan
akan sangat otomatis ditambahakan pada
wakaf dan profit yang diperoleh akan
bertambah terus.
f. Wakif dapat meminta bank untuk
mempergunakan keseluruhan profit untuk
tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
70
g. Wakif dapat memberikan wakaf tunai untuk
sekali saja, atau ia dapat juga menyamakan
akan memberikan sejumlah wakaf dengan cara
melakukan deposit pertama kalinya sebesar
(ditentukan kemudian). Deposit-deposit
berikutnya juga dapat dilakukan dengan
pecahan masing-masing atau kelipatannya.
h. Wakif juga dapat meminta kepada bank untuk
merealisasikan wakaf tunai pada jumlah
tertentu untuk dipindahkan dari rekening wakif
pada pengelola harta wakaf.
i. Setiap setoran tunai harus diberikan tanda
terima dan setelah jumlah wakaf tersebut
mencapai jumlah yang ditentukan, barulah
diterbitkan Sertifkat Wakaf Tunai.
71
j. Prinsip dan dasar-dasar peraturan syariah
tentang wakaf tunai dapat ditinjau kembali dan
dapat berubah.
Kegiatan investasi sosial yang berupa wakaf tunai
ini akan dapat mencipmakan landasan bagi
terselenggaranya pemupukan modal sosial secara
permanen dan dapat dimanfaatkan untuk membantu
terlaksannya kredit program yang akan memperkokoh
bagi terciptanya landasan moral dan sosila bagi
tericptanya kesejahteraan masyarakat. Seseorangn dapat
membeli sertifkat wakaf tuani untuk diri sendiri, orang
tua, ahli waris, suami/istri, tetangga, saudara kandung,
peningkatan standar hidup masyarakat yang berdomisili
di dserah kumuh, membantu pendidikan anak
yatim/piatu, beasiswa, pengembangan pendidikan
modern, pengembangan sekolah, madrasah, kursus,
72
akademi dan universitas, mendanai riset, membantu
padidikan peperawatan, riset penyakit tertentu dan
membangun pusat riset, mendirikan rumah sakit dan
bank daerah, membantu progaran riset, pengembangan,
dan pendidikan untuk menghormati jasa para pendahulu,
menyelesaikan masalah-masalah sosial non muslim,
membantu proyek-proyek untuk mencipmakan lapangan
kerja dalam rangka menghapus kemiskinan dan hal-hal
yang diperbolehkan syariah.
Potensi wakaf uang yang tidak memerlukan banyak
itu juga bisa dilihat dari pendapat mantan menteri agama,
Said Agil Al-Munawwar, menurutnya berdasarkan data
BPS tahun 2001 bahwa jumlah KK (kepala keluarga) di
Indonesia yang sejahtera yang pendapatannya bernilai 10
juta sampai satu milyar tersebut misalnya melakukan
wakaf uang sebesar 2,5 % atau lebih dari pendapatan itu,
73
kata petensi wakaf uang di Indonesia bisa mencapai Rp
7,5 trilyun pertahun.
Selain itu, penelitian Zaim Saidi memperlihatkan
bahwa kebiasaan memberi masyarakat Indonesia lebih
tinggi dibanding Thailand, Filipina, Amerika Serikat,
Jerman dan Prancis tetapi nilai nominalny dibawah
Thailand dan Filipina. Kendati begitu, menurutnya juga,
diperkirakan total ZIS yang bisa dibayarkan masyarakat
Indonesia pertahunnya sekitar 4-5 trilyun dan mampu
dimobilisasi baru sekitar 1 trilyun.
Asumsi potensi yang sama dikemukakan oleh
Mustafa E. Nasution, menurutnya jumlah muslim kelas
menengah diperkirakan sebesar 10 juta jiwa dengan rata-
rata penghasilan perbulan Rp 500.000 hingga 10 juta.
Jika mereka melakukan wakaf tunai anatara 5000-
100.000 perbulanya, kata diperkirakan potensi wakaf
74
tunai bisa mencapai 3 trilyun pertahunnya. Lebih dari itu,
potensi wakaf pun akan bertambah jika didayagunakan
sumber wakafnnyang berasal dari pemerintah atau negara
dan hal itu dimungkinkan berdasarkan pasal 49 UU
Agraria No. 5 Tahun 1960 yang menyebut bahwa salah
sumber wakaf adalah tanah negara.
Khusus mengenai potensi wakaf, terutama wakaf
tunai, dari perusahaan, bisa dilihat laporan penelitian
PIRAC terhadap 226 perusahaan bahwa secara umum
rata-rata jumlah sumbangan perusahaan, nasional
maupun multi nasional adalah 60 juta rupiah. Bahkan
untuk perusahaan multi nasioanal, rata-rata
sunbangannya mencapai 236 juta pertahun. Kecuali itu
berdasarkan analisis tersebut liputan media, sebagian
besar kegiatan kedermawanan perusahaan itu berada di
Jakarta. Meskipun demikian, tidak secara otomatis
75
membuat alokasi dana sumbangan di Jakarta paling
besar. Alokasi dana sumbangan perusahaan yang terbesar
justru berada di luar jawa, yaitu 38,8 milyar dan
alokasins umbangan di Jakarta hanya 23,1 milyar.
2. Logam Mulia
Emas atau perak dan juga diwakafkan untuk
kepentingan umat. Semua barang berharga tersebut bisa
saja digunakan.
3. Surat Berharga
Wakaf tunai juga bisa dilakukan dengan sirat-surat
berharga seperti surat obligasi dan lain sebagainya.
4. Kendaraan
Kendaraan yang merupakan alat transportasi juga
bisa dijadikan harta wakaf. Kendaaraan tersebut selain
bisa langsung digunakan sebagai alat transportasi untuk
76
kepentingan umum, atau nanti desewakan lalu hasil dari
penyewaan tersebut bisa digunakan untuk kepentingan
umat.
5. Hak atas Kekayaan Intelektual
Setiap hasil penemuan dapat didaftarkan untuk
menjadi milik seseorang sebagai haknya sendiri. Jadi
setiap orang yang ingin menggunakan hasil karya
tersebut harus membayar atau mendapat izin dari pemilik
hak atas kekayaan intelektual. Sebagai milik pribadi hak
atas kekayaan intelektual tersebut diwakafkan untuk
kepentinngan umat.
Sebut saja sebagai ilustrasi seseorang yang telah
menghasilkan karya dalam bidang penemuan alat
tertentu. Kalau penemuan tersebut sudah didaftarkan ke
departemen kehakiman dan diurus hak patennya, kata
77
alat tersebut menjadi haknya sendiri, setiap orang yang
mau menggunakan penemuan tersebut harus mendapat
izin darinya dengan pembayaran-pembayaran sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku.
Kalau orang itu ingin mewakafkan haknya kepada
kepentingan umat, hal tersbut bisa dilakukan. Dan
nantinya hak tersebut akan pindah ke tangan nadzir
wakaf untuk memberikan izin dan mengambil sewa dari
hak ats kekayaan intelektual itu.
6. Hak Sewa
Hak sewa juga bisa dijadikan harta benda wakaf.
Hak sewa tersebut tentu akan diambil hasilnya dan
dimanfaatkan sepenuhnya untuk kesejahteraan
masyarakat.
78
Dari berbagai uraian mengenai harta benda wakaaf
yang telah diuraikan diatas, nampak bahwa harta wakaf
semakin berkembang sesuai dengan perkembangan dan
tuntunan perubahan. Kalau dulu harta benda wakaf lebih
banyak berupa tanah, tetapi sekarang sudah termasuk
harta benda tunai.
Sesuai dengan perkembangan harta benda wakaf
tersebut, tentu saja diperlukan nadzir yang profesional
sehingga harta benda wakaf yang semakin berkembang
juga dapat digunakan tidak hanya untuk kepentingan-
kepentingan ibadah saja, tetapi sekaligus juga benar-
benar dirasakan menfaatnya oleh masyrakat luas,
terutama mereka-mereka yang tidak mampu dan berhak
mendapat perhatian.
79
80
LATAR BELAKANG TABUNG WAKAF
INDONESIA
Pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi
yang dilakukan secara terus-menerus, menuntut kita
untuk mencari alternatif solusi yang dapat mendorongnya
lebih cepat. Dan alternatif solusi itu adalah mobilisasi
dan optimalisasi peran wakaf secara efektif dan
profesional.
Tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga
amil zakat, terlebih setelah lahirnya undang-undang
tentang zakat, dan undang-undang tentang wakaf,
membuktikan bahwa peran dan potensi umat dalam
pembangunan sangatlah potensial. Demikian pula dengan
keberadaan lembaga wakaf.
Oleh karenanya secara pasti dibutuhkan peran
nadzir wakaf (pengelola wakaf) yang amanah dan
81
profesional sehingga penghimpunan, pengelolaan dan
pengalokasian dana wakaf menjadi optimal. Meski saat
ini, kebutuhan akan adanya nadzir wakaf masih belum
mendapatkan perhatian utama dari umat.
Berdasarkan kondisi diatas, kata Dompet Dhuafa
tergerak untuk mengambil inisiatif membentuk Institusi
Tabung Wakaf Indonesia yang berfungsi selaku
pangelola wakaf (nadzir wakaf) khususnya wakaf uang
tunai, sekaligus mengalokasikannya secara tepat dengan
profesionalitas dan amanah, tentu dengan tuntunan Al-
Qur‟an dan Hadits Rasulullah SAW, serta pertimbangan
kebutuhan umat pada umumnya.
BENTUK DAN BADAN HUKUM TABUNG
WAKAF INDONESIA
Sesuai dengan undang-undang nomor 41/2004,
tabung wakaf Indonesia (adalah nadzir wakaf) berbentuk
82
badan hukum, dan karenanya, persyaratanya yang Insya
Allah akan dipenuhi adalah :
1. Pengurus Badan Hukum Tabung Wakaf
Indonesia ini memenuhi persyaratan sebagai
Nadzir perseorangan sebagaimana dimahsud
pada pasal 9, ayat (1) Undang-Undang Wakaf
No. 41/2004, dan
2. Badan Hukum ini adalah Badan Hukum
Indonesia yang dibentuk sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku,
dan
3. Badan hukum ini bergerak dibidang sosial,
pendidikan, kemasyarakatan, dan atau
keagamaan Islam.
4. Tabung Wakaf Indonesia merupakan badan
unit atau badan otonom dari dan dengan
83
landasan Badan Hukum Dompet Dhuafa
Republika, sebagai sebuah badan hukum
yayasan yang telah kredibel dan memenuhi
persyaratan sebagai Nadzir Wakaf
sebagaimana dimahsud Undang-Undang
Wakaf tersebut.
VISI DAN MISI
1. Visi
Membangkitkan peran wakaf sebagai penegak dan
pembangkit ekonomi ummat.
2. Misi
Mendorong pertunbuhan ekonomi serta
optimalisasi peran wakaf dalam setor sosial dan ekonomi
produktif.
84
3. Tujuan
Mewujudkan sebuah lembaga Nadzir Wakaf
dengan model suatu lembaga keuangan yang dapat
melakukan kegiatan mobilisasi penghimpunan harta
benda dan dana wakaf guna memenuhi tutunan
kebutuhan masyarakat sekaligus ikut mendorong
pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi.
4. Sasaran
Seluruh lapisan masyarakat yang memiliki
kemampuan berwakaf dan masyrakat yang menjadi
sasaran program pemberdayaan Tabung Wakaf
Indonesia.
5. Target
a. Tersedianya sumber daya manusia calon
pengelola Tabung Wakaf Indonesia diberbagai
85
fungsi dan tingkatan manajemen serta staf,
dengan kulifikasi profesional, amanah dan
kafa‟ah.
b. Tabung Wakaf Indonesia menjadi pilot proyek
awal bank wakaf di Indonesia.
c. Terpenuhinya kebutuhan masyarakat,
khususnya pengguna jasa lembaga keuangan
syariah dan masyarakat calon wakif lainnya
yang ingin berwakaf secara mudah, dan tepat
sasaran dengan niat wakifnya.
d. Pemberdayan dana wakaf untuk fasilitas dosial
masyarakat dan investasi pada sektor ekonomi
produktif yangbberasaskan syariat.
e. Menyalurkan benefit investasi untuk
kemaslahatan ummat.
86
6. Pemetik Manfaat
a. Pemetik manfaat lansung
i) Wakif (orang berwakaf), yaitu kemudahan
untuk melaksanakan Shodaqoh Jariyah
Wakaf.
ii) Ma‟uquf alaih (masyarakat pemerima
wakaf), yaitu pemanfaatan dana wakaf
untuk meningkatkan daya dan kualitas
hidup, khususnya bagi masyarakat kecil
(dhuafa).
b. Pemetik manfaat tidak langsung
Adalah mitra usaha Nadzir Wakaf yang
melakukan kerja sama dengan Nadzir Wakaf
melalui Tabung Wakaf Indonesia.
87
7. Kegiatan Operasional
Kegiatan utama Tabung Wakaf Indonesia adalah
menghimpun harta benda wakaf baik berupa benda tidak
bergerak maupun benda bergerak dan melakukan
pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang
telah dihimpunnya untuk kepentingan ummat.
a. Penghimpunan harta benda wakaf,
Kegiatan ini dilakukan oleh tabung wakaf
indonesia dari para wakif yang
mempercayakan harta bendanya untuk
diwakafkan dengan menunjuk tabung wakaf
indonesia selaku nadzirnya. Harta benda yang
dimahsud adalah sebagai berikut :
i) Harta benda wakaf berupa barang tidak
bergerak, meliputi :
88
1) Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku baik yang sudah maupun
yangbbelum terdaftar.
2) Bangunan atau bagian bangunan yang
berdiri diatas sebagaimana dimahsud
pada angka 1.
3) Tanaman dan benda lain yang berkaitan
dengan tanah
4) Haka tas satuan rumah susun sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
5) Benda tidak bergerak lain sesuai dengan
ketentuan syariah dan peraturan
perundang-undanagn yang berlaku.
89
b. Harta benda wakaf berupa benda bergerak,
meliputi :
i) Uang
ii) Logam mulia
iii) Surat berharga
iv) Kendaraan
v) Hak atas kekayaan intelektual
vi) Hak sewa, dan
vii) Benda bergerak lain sesuai dengan
ketentuan syariah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Khusus untuk wakaf uang tunai, Tabung Wakaf
Indonesia akan melakukan kegiatan penghimpunan yang
dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga keuangan
syariah lainnya baik langsung maupun tidak kedalam
kegiatan operasional lembaga keuangan/perbankan
90
syariah dengan mengeluarkan produk bersama antara
Tabung Wakaf Indinesia dan lembaga
keuangan/perbankan syariah tertentu dalam bentuk
simpanan dana wakaf masyarakat pada
lembaga/perbankan syariah tersebut. Misalnya, produk
wakaf investasi Reksa Dana Syariah Dompet Dhuafa
BTS Syariah, Baitul Mal Wa Tanwil, dan lain-lain.
8. Pengelolaan dan Pengembangan Harta
Benda Wakaf
Dalam melaksanakan kewajibannya selaku nadzir,
Tabung Wakaf Indonesia harus melakukan pengelolaan
dan pengembangan atas harta benda wakaf yang
dihimpunya sesuai dengan tujuan,fungsi, dan
peruntukannya dengan prinsip-prinsip syariah Islam,
dimana pengelolaannya dilakukan berdasarkan dua
pendekatan, yaitu:
91
a. Pendekatan produktif,
Yaitu Tabung Wakaf Indonesia akan
mengelola harta wakaf untun hal-hal yang
sifatnya produktif dan menghasilkan
keuntungan. Lalu keuntungan ini akan
dimanfaatkan untuk kemaslahatan masyrakat
banyak dengan tetap mempertahankan nilai
pokok dari harta wakaf yang bersangkutan.
Contoh : Tabung Wakaf Indonesia
mengalokasikan dana wakafnya untuk
investasi pendirian rumah sakit yang
komersial. Dari hasil rumah sakit tersebut,
keuntungannya dapat digunakan untuk
membiayai rumah sakit yang gratis.
b. Pendekatan non produktif,
92
Yaitu Tabung Wakaf Indonesia akan
mengelola harta wakaf untuk hal-hal yang
sifatnya tidak menghasilkan keuntungan (non
produktif). Manfaaat yang ditimbulkan dari
harta benda wakaf yang bersangkutan adalah
karena nilai manfaat yang dapat dirasakan oleh
masyarakat sebagai pemetik manfaat wakaf.
Contoh: Tabung Wakaf Indonesia
mengalokasikan dana wakafnya untuk
investasi pendirian sebuah rumah sakit Cuma-
Cuma alias gratis, ini berarti tidak ada
pemasukan sama sekali dan demikian biaya
operasionalnya rumah sakit Cuma-Cuma
tersebut harus dicairkan dari sumber lainnya.
93
9. Operasional Lain
Tabung Wakaf Indonesia dapat melakukan kerja
sama sinergi dengan pihak lain atau investor dengan atau
tanpa kompensasi bagi hasil atas suatu keuntungan wakaf
uang yang diinvestasikan pada suatu proyek tetentu
dengan tetap memperhatikan dan berpegang pada nilai-
nilai dan prinsip-prinsip syariahnya.
PROSPEKTIF MIKRO
1. Potensi pasar
Wakaf khususnya wakaf uang tunai, merupakan
sesuatu yang belum memasyarakat, sehungga diperlukan
upaya dan langka-langka sosialisasi, promosi, dan
mengkomunikasikan setiap program wakaf, baik
penghimpunan maupun alokasi program wakafnya secara
terus-menerus.
94
Dengan mendasarkan pada aspek moral dan
emosional dalam menganalisis kekuatan dan potensi
pasarnya, kata ditetapkan beberapa unsur atau komponen
sebagai dasar pertimbangan sebagai berikut :
a. Moral dan Emosional Masyarakat,
Memprediksi potensi pasar dengan pendekatan
moral atau emosional bukanlah pekerjaan
mudah, Karena akan mengesampingkan hal-
hal yang sifatnya rasional. Meskipun demikian,
melalui pendekatan yang berbeda dengan
lembaga keuangan syariah, dimana Tabung
Wakaf Indonesia yang lebih berbasis pada
akad muamalat, masih memiliki “potential
market” tersendiri yang dapat diharapkan,
walaupum “social empowerment
95
approach”nya lebih dominan sebagaimana
zakat dan infaq.
Didukung lokasi kantor yang strategis di
Jakarta, sekaligus sebagai salah satu kota
sasaran utama dengan segudang segudang
potensi yang dimilikinya, Kata sesungguhnya
tabung wakaf Indonesia memiliki prospek dan
potensi yang besar.
b. Kredibilitas Dompet Dhuafa,
Dompet Dhuafa sebagai lembaga sosial
keagamaaan pertama di Indonesia dengan
berbagai program pemberdayaan yang telah,
sedang dan akan di lakukannya, telah memiliki
database donatur (muzakki dan, atau wakif)
yang siap untuk melakukan jalinan kerja
sinergis memberdayakan potensi ummat.
96
c. Kekuatan Prorgam Wakaf
Berdasarkan pengalaman Dompet Dhuafa
dalam kegiatan-kegiatan program
pemberdayaan. Maka Tabung Wakaf Indonesia
dalam merealisasikan programnya akan
menggunkan pendekatan yang bersifat “by
project” yang dilakukan di daerah-daerah
secara insidentil yang dapat dirasakan oleh
masyarakat dimana proyek bersangkutan
dilaksanakan.
2. Aspek Organisasi Dan Manajemen
Aspek organisasi didesain dengan memperhatiakn
dan sesuai dengan visi dan misi Tabung Wakaf Indonesia
yang berorientasi pada kepentingan dan kemaslahatan
masyarakat umum (lihat susunan Organisasi Tabung
97
Wakaf Indonesia). Kekuatan Tabung Wakaf Indonesia
dari segi organisasi dan manajemen, diharapkan muncul
dari kualitas personil dan sistem serta manajemen yang
amanah dan profesional dengan kriteria dan dimensi yang
dibutuhkan sesuai dengan kompetensinya.
3. Aspek Operasional Tabung Wakaf
Indonesia
Kegiatan Tabung Wakaf Indonesia senantiasa
memperhatikan dan menggunakan kaidah-kaidah fiqih
sesuai syariah Islam, dan haruslah sudah memperoleh
rekomendasi fatwa dari Dewan Syariah. Prinsip dasar
oprasional dimahsud adalah:
a. Seluruh harta benda wakaf, termasuk wakaf
uang tunainya harus diterima sebagai
sungangan dari wakif dengan status wakaf
98
sesuai dengan syariah, dengan Tabung Wakaf
Indonesia pengelolaannya atas nama wakif.
b. Wakaf dilakukan dengan tanpa batas waktu,
dan rekeningnya harus terbuka dengan nama
yang ditentukan oleh wakif.
c. Wakif mempunyai kebebasan memilih tujuan-
tujuan sebagainama tercantum dalam program
yang ditawarkan Tabung Wakaf Indonesia
yang diperkennkan oleh Syariah.
d. Wakaf tunai selalu menerima pendapatan
dengan tingkat keuntungan tertinggi yang
ditawarkan.
e. Jumlah harta wakaf tetap utuh dan hanya
keuntungannya saja yang akan dibelanjakan
untuk tujuan-tujuan yang telah ditatapkan oleh
wakif. Bagian keuntungan yang tidak
99
dibelanjakan akan secara otomatis
ditambahkan pada wakaf dan profit yang
diperoleh akan bertambah terus.
f. Wakif dapat meminta Tabung Wakaf
Indonesia mempergunakan keseluruhan
kauntungannya untuk tujuan-tujuan yang telah
ditentukan.
g. Wakif dapat memberikan wakaf uang untuk
sekali saja, atau ia dapat juga menyamaka akan
memberikan sejumlah wakaf dengan cara
melakukan deposit atau setoran baik untuk
pertama kalinya, dan/atau selanjutnya dalam
jumlah yang disepakati oleh wakif.
h. Wakif dapat juga meminta kepada Tabung
Wakaf Indonesia untuk mereliasasikan wakaf
tunai pada jumlah tertentu untuk dipindahkan
100
dari rekening wakif di bank lain pada Tabung
Wakaf Indonesia.
i. Atas setiap setoran wakaf tunai harus diberikan
tanda terima dan setelah jumlah wakaf tersebut
mencapai jumlah yan ditentukan, barulah
diterbitkan sertifikat.
4. Aspek Sosial Keagamaan Dan
Pemberdayaan
Berdasarkan uraian diatas, khususnya dari aspek
kegiatan opersionalnya, kata kehadiran Tabung Wakaf
Indonesia dapat lebih mendorong program-program
sosial keagamaan dan pemberdayaan masyarakat dalam
berbagai bidang.
Secara kuantitatif, sesuai dengan adanya proyek-
proyek dilaksanakan menunjukkan peran Tabung Wakaf
Indonesia, sehingga memberikan dampak sosial dan
101
pemberdayaan yang cukup strategis sebagai salah satu
pilar pembangunan sosial dan ekonomi bangsa.
Kondisi ini akan dapat terus meningkat dan
berkembang seiring dengan peningkatan dan
pengembangan serta peran Tabung Wakaf Indonesia
sebagai Nadzir Wakaf Nasional yang mampu memikul
beban dan amanah serta tanggung jawab sebagaimana
diamanatkan oleh para wakifnya.
Bagi wakif, dengan mempercayakan Tabung
Wakaf Indonesia sebagi nadzirnya, sekaligus ia
mendapatkan 4 (empat) investasi berupa :
a. Kemanfaatan bagi kesejahteraan pribadi
b. Kemanfaatan bagi kesejahteraan keluarga
(dunia dan akhirat)
c. Pembangunan sosial
102
d. Membangun masyarakat sejahtera, jaminan
sosial bagi si miskin dan jaminan kamanan
sosila bagi si kaya.
PROFIL WAKAF: PESANTREN
RUDHATUL HASANAH BANDUNG
Sejarah Singkat Berdirinya
Pada tanggal 18 Oktober 1982 bertepatan dengan 1
Muharram 1403 diadakan pengajian pertama di rumah
Ust. Usman Husni di dalam Komplek Pesantren yang
dihadiri oleh anggota pengajian dari bapak-bapak dan
ibu-ibu anggota tafsir beserta seluruh anak-anak yang
menjadi santri Pesantren. Disaat itu diikrarkanlah
berdirinya Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah, dengan
jumlah santri sebanyak 16 orang (Assabiqul Awwalun).
Adapun para pendiri pesantren Ar-Raudhatul
Hasanah : H. Hasan Tarigan (Alm), H.M. Arsyad Tarigan
103
(Alm). Drs. Usman Husni, Dr.H.M. Mochtar Tarigan
(Alm), H. Abdul Muthalib Sembiring, S.H.,Drs.
H.M.Ardyan Tarigan. Drs. H.M. Ilyas Tarigan, H.
Goman Rusydi Pinem, Ir. H. Musa Sembiring (Alm), Dr.
H. Hilaluddin Sembiring, H. Panji Bahrun Tarigan
(Alm), Prof. Dr. Mundiyah Mochtar, Dr. H. Ja‟far
Tarigan, Ir. H. Sehat Keloko, H. Raja Syaf Tarigan, Dr.
H. M. Nurdin Ginting, Dr. H.Benyamin Tarigan dan Drs.
H. Syaad Sfifuddin Sembiring, M.Ec.
Meskipun dalam jumlah santri/wati yang masih
terbatas dan belum ada yang menetap di pesantren namun
kegiatan belajar mengajar terus meningkat. Karena
sarana belum cukup kata santri/wati menetap (mukim) di
rumah keluarga Paya Bandung.
104
Badan Wakaf
Setelah diikrarkan berdirinya pesantren pada tahun
1982, kegiatan dakwa ke tanah karo setiap minggu dan
pendirian sujumlah masjid tetap dijalankan dengan baik.
Dengan bantuan finansial dari Atase Agama Saudi
Arabia, Lembaga Wakaf Pesantren Ar-Raudhatul
Hasanah telah membangaun sejumlah Masjid di Desa
Junar, Mbetong, Gunung Lau Kapor, Kidupen, Kuta
Bangun, Kuta Mbelin, Mbal-Mbal Petarum, Lau
Penghulu dan Kampung Merdeka, sehingga Pesantren
Ar-Raudhatul Hasanah semakin cepat dikenal orang.
Dengan demikian banyak orang tua yang
memasukkan putra-putrinya ke Pesantren. Tenaga
pengajar terus bertambah seiring dengan meningkatnya
jumlah santri. Peran Ust. Usman Husni cukup besar
dalam upaya mendapatkan bentuan tenaga guru dari
105
Alumni Pondok Pesantren Gontor, sehingga masalah
guru tudak pernah menjadi kendala yang berarti.
Berhubung banyaknya permasalahan yang terus
berkembang di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah dan
untuk mengantisipasi perkembangan zaman, kata H.A.
Muthalib Sembiring,S.H Diberi tugas untuk membuat
suatu konsep badan hukum pesantren. Pada akhirnya,
disepakati nama dan bentuk badan hukum pesantren ini
dengan nama Badan Wakaf Pesantren Ar-Raudhatul
Hasanah yang disktekan pada tahun 1986 dengan Notaris
Djaidir,S.H. No. 29.
Badan Wakaf Pesantren Raudhatul Hasanah tentu
mempunyai visi, misi dan program kerja. Program kerja
yang telah terlaksana adalah bidang pendidikan yaitu
dengan mendirikan Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah.
Dalam bidang dakwa terus dikembangkan dengan
106
melakukan kegiata dakwa ke tanah Karo, Deli Serdang,
Dairi dan Langkat di Sumatera Utara.
Visa dan Misi Badan Wakaf Raudhatul
Hasanah
Visi Badan Wakaf
Meningkatkan aqidah dan mengharapkan Roddha
Allah SWT segala aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara serta berkemampuan
memelihara dan menyuburkan khasanah wakaf
berlandaskan Al-Qur‟an dan Sunnah dalam Jama‟ah Ahli
Sunnah Wal Jama‟ah.
Misi Badan Wakaf
Membina sumber daya insani muslim yang
beristiqamah guna mencapai derajat muttaqin dengan
belajar yang berstruktur dan yang tidak berstruktur.
107
Meningkatkan gerakan infaq, zakat dan sedekah sebagai
modal meningkamakan khasanah wakaf serta sumber
daya insani muslim tersebut.
Program-Program
Guna mencapai cita-cita yang digambarkan
didalam visi dan misi diatas, perlu direncanakan program
yang akan dilaksanakan secara berkesinambungan yakni
program jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang.
1. Program Jangka Pendek
a. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas
keberadaa dan mekanisme kerja badan
wakaf.
b. Meningkatkan kegiatan gerakan amal
saleh dalam berinfaq,zakat dan sedekah.
108
c. Menyiapkan dan mengumpulkan dana
dan pemikiran guna mendirikan
lembega-lembaga lain dinataranya :
Perguruan Tinggi Islam, Lembaga
Dakwa, Lembaga Pelatihan, Lembaga
Majelis Taklim dan Lembaga Ekonomi.
d. Membebani dan meningkatkan
efisiensi/efektifitas manajemen
Organisasi Pesentren Ar-Rudhatul
Hasanah.
e. Meningkatkan pembangunan sarana dan
prasarana Pesantren Ar-Rudhaatul
Hasanah.
f. Meningkatkan kesejahteraan para
pendidik dan santri/wati
109
g. Menertibkan personil serta administrasi
badan wakaf dan benda wakaf.
h. Meningkatkan dan menjalin hubungan
dalam dan luar negeri.
2. Program Jangka Menengah
a. Membentuk lembaga-lembaga yang
dibutuhkan
b. Meningkatkan kegiatan gerakan amal
seleh dalam berinfak, zakat dan sedekah.
c. Mengusahakan berdirinya pesanatren
unggulan
d. Membentuk dan mendirikan Perguruan
Tinggi yang dapat menghasilkan
sarjana/cendikiawan muslim yang
muttaqin.
110
e. Mengusahakan penampungan tempat
pengabdian alumni pesantren Ar-
Raudhatul Hasanah dan Perguruan
Tinggi lainnya.
3. Program Jangka Panjang
a. Mengusahakan pemekaran pembentukan
lembaga-lembaga
b. Meningkatkan kegiatan amal saleh dalam
berinfak, zakat dan sedekah.
c. Meningkatkan sistem administrasi dan
cara kerja berdasarkan kebutuhan.
d. Mengembangkan dan memekarkan
Perguruan Tinggi Ar-Raudhatul
Hasanah.
111
Visi dan Misi Pesantren
a. Visi Pesantren
i) Semata-mata untuk Ibadah kepada Allah
SWT dan mengharap Ridhonya (tercermin
dalam sikap tawadhu, tunduk dan patuh
kepada Allah SWT, tanpa reserve).
ii) Mengimplementasikan fungsi khalifah
Allah di muka bumi (tercermin dalam
sikap proaktif, inovatif dan kratif).
b. Misi Pesantren
i) Misi umum
Mempersiapkan individu-individu yang
unggul dan berkualitas menuju
terbentuknya Khairul Ummah (ummat
terbaik) yang dikeluarkan untuk menusia.
ii) Misi khusus
112
Mempersiapkan keder-kader ulama dan
pemimpin ummat (Mundrizul Qoum) yang
muttafaqih fid dien bain sebagai
ilmuan/akademis maupun sebagai praktisi,
yang mau dan mampu untuk
melaksanakan : Dakwa Hal Khair, „Amar
Ma‟ruf Nahi Munkar Dan Indzarul Qoum.
Panca Jangka / Program Pesantren
Kerangaka program pesantren Ar-Raudhatul
Hasanah secara garis besarnya terangkum dalam panca
jangka program.
a. Pendidikan dan Pengajaran,
Yang dimaksud adalah uasaha pesantren secara
simultan dan berkesinambuanngan denga
penuh perhatian dan memusatkan sagala
113
kekuatan menuju kearah kesempurnaan
program pendidikan dan pengajaran.
b. Pembentukan Kader,
Demi kelangsungan Pesantren Ar-Raudhatul
Hasanah diupayakan regenerasi dan
pembentukan kader praktis pragmatis maupun
kader strategis idealis yang akan melanjutkan
estafet perjuangan didalamnya serta
memperjuangkan visi dan misinya, saat ini
pembentukan kader pesantren terbagi dalam
tiga kategori; kader mula, kader madya dan
kader pasca.
c. Pengembangan sumber daya manusia (SDM).
d. Pengembangan gedung dan sarana pendidikan.
e. Pembentukan Khizanatullah (Peluasan Wakaf
dan Penggalian Sumber Dana).
114
Karakteristik Pesantren Raudhatul Hasanah
Masing-masing institusi/lembaga pendidikan
apapun bentuk dan statusnya pasti mempunyai ciri khas,
karakteriatik dan keunggulan, sehingga menjadikannya
berbeda daari lembaga sejeninsnya. Adapun ciri khas dan
keunggulan Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah yang
palling menonjol adalah kepemimpinan kolektif yang
dilandasi oleh panca jiwa pesantren: keikhlasan,
kedermawanan, berdikari, Ukhuwwa Islamiyah dan
kebebasan.
Panca jiwa tersebut menjadi spirit segala aktifitas,
perjuangan, dan pengeorbanan di pesantren yang
dilakuakan oleh seluruh komponen personelnya yang
terlibat langsung didalam pesantren, mulai dari Badan
Wakaf, Pimpinan, Mejelis Guru, Dewan Guru, seluruh
pengurus dan seluruh santri/wati.
115
Disamping itu, status pesantren bukan terbentuk
yayasan yang dimiliki oleh perorangan atau kelompok
orang, namun sebagai wkaf yang berbadan hukkum.
Sehingga milik seluruh ummat Islam. Tanggung jawab
kesempurnaan dan kebaikan pesantren dan hanya ada
pada pengurus dan pengelolannya, namun seluruh ummat
iket memikul tanggung jawab dalam membesarkan,
melestarikan dan memejukannya.
Organisasi Pesantren Raudhatul Haasanah
Pengurus Pesantren Tarbiyah Islamiyah
Ar-Raudhatul Hasanah, Medan, Sumatera Utara
berlandaskan Surat Keputusan Badan Wakaf Pesantren
Ar-Raudhatul Hasanah No. 02 Tahun 1999. Surat
Keputusan Pimpinan Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah
116
No. 06 Tahun 1988 dan Anggaran Rumah Tangga
Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah.
1. Pengurus Pesantren,
Pimpinan Drs.H.M. Ardiyan Tarigan
Wakil Pimpinan
Bidang Pendidikan Drs.H.M. Ilyas Tarigan
Bidang Keuangan Drs.M. Amin Tarigan. Ak
Direktur Drs. Kaghfur Abdul Halim
Wakil Direktur
Drs. Syahid Marqum
Drs. Basrom Sudarmanto
Drs. Maghfur Abdul Halim
Drs. Rasyidin Bina
Majelis guru
Drs. Junaidi
Sultoni Trikusuma, S. Ag
Drs Sujiat Zubaidi Saleh
117
Drs. Rifat Husnul Ma‟afi
Sekretaris
Carles Ginting, B.Hsc
Widya Hayati Husnah
Koordinator Drs. Rifat Husnul Ma‟afi
Bidang Pendidikan Drs. Basron Sudarmanto
Bidang Pengasuhan Drs. Junaidi
Bidang Kesejahteraan
Drs. Rasyidin Bina
Sultoni Trikusuma, S.Ag
Bidang Litbang Drs. Sujiat Zubaidi Saleh
2. Struktur Organisasi Pesantren
Struktur Organisasi
Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah
Badan Wakaf
118
3. Saran dan fasilitas
Untuk kegiatan pendidikan, Pesantren
Ar-Raudhatul Hasanah menggunakan beberapa fasilitas
pendidikan:
a. Masjid dua tingkat
b. Asrama
c. Aula/Ruang Serba Guna
d. Poliklinik dilengkapi dengan Poli Gigi
e. Ruang Belajar
f. Laboratorium Fisika, Kimia, Biologi
g. Laboratorium Komputer
h. Perpustakaan
i. Kantor Pimpinan
j. Kantor Pusat Administrasi
k. Kantor Tata Usaha
l. Kantor Badan Wakaf
119
m. Guest House
n. Dapur dan Ruang Makan
o. Kantin Santri dan Cafe Tamu
p. Kamar Mandi
q. Toko Pelajar
r. Lapangan Bola Kaki
s. Lapangan Basket
t. Lapangan Badminton
u. Lapangan Tenis meja
v. Lapangan Takraw
w. Lapangan Voli
x. Taman Hasanah
y. Internet Centre (Raudhah Net)
z. Telepon Umum Cepat dan Praktis
120
121
122
BENTUK PENGELOLAAN WAKAF
(AMAL JARIYAH)
Benda wakaf yang diharapkan dapat memberikan
manfaat guna menopang kebajikan bersifat materi, juga
diharapkan kekal secara zat dan tidak berkurang fisiknya,
bahkan dimungkinkan bertambah. Prinsip wakaf yang
berupaya mengekaklkan bentuk fisik suatu benda, dapat
dipahami dengan pemahaman mendalam bahwa
perawatannya membutuhkan tangan amanah yang
profesional.
Amanah dan profesional adalah kelayakan
komilatif yang tidak bisa dipisahkan untuk mengemban
wakaf sebagai benda yang dapat menjamin ekonomi
ummat. Wakaf merupakan bahagian sedekah yang
diperintahkan Allah dan terkadang diistilahkan dengan
kata ifaq atau yang semakna.
123
Untuk mengelola benda wakaf yang diharapkan
mendatangkan kemanfaatan materi (finansial), ada
beberapa alternatif penawara konsep tentang bentuk dan
tehnisnya. Dan seperti dimaklumi bersama, wakaf harus
terus dijaga keutuhan fisik bendanya dan atau nilai benda
tersebut bila dirupakan uang. Yang jelas apapun benda
wakaf itu berwujud, maka wujud itu tuntut untuk tetap
dipertahankan eksistensi lainnya.
Menurut Ulama Hanabilah pergantian fungsi wakaf
bukanlah masalah, yang penting adalah bagaimana upaya
mensiasati pengembangan nilai manfaat berlebih.
Pandangan ini, secara gambkang menekankan aspek
produktif benda-benda wakaf.
Pandangan kelompok hanabilah lebih berpihak
pada tehnik pengembangan progresif dan tidak
mempersoalkan jenis benda wakaf, bahkan bisa saja
124
benda wakaf ditukar kepada bentuk lain yang memiliki
nilai manfaat lebih banyak. Untuk itu, ada baiknya secara
tehnis diuraikan bentuk pengelolaan wakaf yang bernilai
produktif agar dapat dijadikan kerangka acuan (frame
work) sebagaimana yang akan dijelaskan berikut ini.
TANAH WAKAF DIBANGUN TOKO
Tanah-tanah yang berstatus wakaf khususnya
Indonesia, menurut data yang ada di departemen agama
sampai Mei 2004 berjumlah 403.845 lokasi dengan luas:
1.556.672.406 m². Adapun jumlah tanah wakaf ini
dihubungkan dengan negara yang saat ini sedang
mengalami berbagai krisis ekonomi, sebenarnya wakaf
merupakan salah satu lembaga Islam yang sangat
potensial untuk lebih dikembangkan guna membantu
masyarakat kurang mampu.
125
Kenyataan di negera kita dari jumlah tanah wakaf
yang besar itu ternyata belum bisa memberikan
kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan umat. Hal ini
disebabkan karena pengelolaan tanah wakaf di negara
kita yang belum maksimal. Selain pengelolaannya belum
maksimal, peruntukan tanah wakaf di Indonesia juga
masih sangat tradisional. Sebagian besar tanah wakaf
dimanfaatkan untuk sarana ibadah dan sarana sosial.
Saat ini pemerintah Indonesia melalui Departemen
Agama sedang berusaha terus menerus menggali potensi
tanah wakaf secara maksimal, dengan menjalankan
program-program untuk mengakselerasi pemanfaatan
tanah wakaf secara maksimal, dengan menjalankan
pemanfaatan tanah wakaf secara produktif.
Program-program yang dijalankan oleh pemerintah
tersebut dikamakan masih dalam tahap awal (merintis).
126
Artinya tidak seperti di negara-negara lain yang telah
memberikan perhatiannya terhadap wakaf sejak puluhan
tahun yang lalu. Di Indonesia derektorat pengembangan
Zakat dan wakaf baru terbentuk tahun 2001.
Pada tahap awal ini pemerintah harus
mencanangkan suatu program yang bisa dijadikan dasar
acuan atau contoh nyata (model) peneglolaan wakaf yang
produktif, profesional dan amanah yang diharapkan
dimasa mendatang.
Dalam melaksanakan program tersebut, pemerintah
tentunya menfokuskan pada tanah wakaf yang belum
dimanfaatkan dan bukan merubah pemenfaatan tanah
wakaf yang telah ada. Pemanfaatan tanah wakaf yang
masih kosong ini sekaligus bisa memaksimalkan potensi
tanah wakaf.
127
Tanah wakaf yang belum dimanfaatkan dijadikan
perioritas, karena tanah wakaf ini masih diprogramkan
menjadi beberapa alternatif bentuk usaha produktif yang
sesuai dengan kondisi lingkungan dimana tanah wakaf
berada, sehingga pemanfaatan tanah wakaf bisa lebih
merata diseluruh Indinesia dan mengurangi jumlah tanah
wakaf yang tidak dikelola.berikut ini beberapa bentuk
kongrit usaha produktif :
1. Bangunan Pertokoan Khusus
Yang dimahsud bangunan pertokoan khusus adalah
sebuah bangunan atau beberapa bengunan toko yang
didirikan di areal tanah wakaf dengan ukuran fleksibel
sesuai kebutuhan, dan dipersiapkan untuk melayani
kebutuhan komunitas tertentu dan barang-barang
tertentu.
128
Pertokoan khusus tersebut bisa terletak di wilayah
khusus seperti toko khusus elektronik tertentu misalnya
televisi, tape,radio, sound system dan semacamnya, atau
khusus peralatan olah raga, pakaian
(dewasa,remaja,anak-anak) dan lain-lain.
Untuk pengurusan pertokoan secara profesional
diperlukan keahlian dan wawasan progresif naluri bisnis
memadai. Di sini,seorang nadzir dituntut memiliki
kemampuan mumpuni, sehingga perjalanan usaha
produktif berjalan lancar. Agar memudahkan bagi para
nadzir mengambil langkah-langkah strategis, perlu
dibedakan beberapa hal menyangkut tanah wakaf, yaitu :
a. Tanah Wakaf Pesantren;
b. Tanah Wakaf Non Pesantren;
i) Tanah Wakaf Pemakaman
ii) Tanah Wakaf Sarana Pendidikan
129
iii) Tanah Wakaf Sarana Ibadah;
Masjid
Mushalla
Majelis Ta‟lim
iv) Tanah Wakaf Warana Umum;
Lapangan Olah Raga
WC Umum, dan lain-lain.
Tanah Wakaf Pesantren
Pesantren yang berjumlah ± 12.783 buah dan
tercatat di Departemen Agama dengan jumlah santri lebih
kurang 1.974.626 dikelompokkan menjadi model yang
memiliki karakteristik yang berbeda-beda seperti
kategorisasi berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI
No. 3 Tahun 1979, yaitu:
130
1. Pondok pesantren tipe A, yakni model
pesantren, dimana para santri belajar dan
bertempat tinggal bersama dengan guru (kyai).
Kurikulumnya diserahkan pada kyai
sepenuhnya. Cara memeberi pelajaran bersifat
individual, dengan tanpa menyelenggarakan
madrasah atau belajar.
2. Pondok pesantren tipe B, yaitu pondok
pesantren yang memiliki madrasah dan
mempunyai kurikulum. Pengajaran dari kyai
dilakukan dengan metode “stadium general”
dan bertempat di madrasah. Kyai memberikan
palajaran secara umum kepada para sntri sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Para
santri tinggal dilingkungan itu untuk mengikuti
pelajaran-pelajaran dari kyai disamping
131
mendapat ilmu pengetahuan umum
dimadrasah.
3. Pondok pesantren tipe C, yaitu yang fungsi
utamanya hanya sebagai tempat tinggal atau
asrama. Santri-santrinya belajar di madrasah
dan sekolah-sekolah umum. Fungsi kyai hanya
sebagai pengawas, pembina dan pengajar
agama.
4. Pondok pesantren tipe D, adalah pondok
pesantren yang menyelenggarakan sistem
pondok sekaligus sistem sekolah atau
madrasah.
Dari keempat tipe pesantren diatas, masing-masing
diharapkan eksis dan terus tetap berlangsung sehingga
menjadi model yang mungkin satu dengan lainnya
dimodifikasi dan dikembangkan. Pengembangan setiap
132
tipe memerlukan dukungan kuat agar dapat berlangsung,
terutama dari sisi ekonomi. Kekuatan ekonomi tentu
terkait dengan sumber-sumber yang menghasilkan, antara
lain bentuk-bentuk usaha yang memiliki dan atau bentuk
kerja sama.
Sumber pokok sebagai model sebuah pesantren
adalah tanah yang berstatus wakaf. Dikamakan sumber
pokok, karrena tanah yang berstatus wakaf berarti
bersifat kekal secara fisik dan otomatis dapat menjamin
keberlangsungan eksistensi pesantren.tanah wakaf
pesantren dapat disesain dengan cara profesional melalui
sebuah usaha produktif yaitu pendirian pertokoan.
Bangunan pertokoan disesuaikan dengan kebutuhan
pesantren secara khusus, dan masyarakat sekitar pada
umumnya.
133
Sebuah pesantren yang terletak di daerah-daerah
pedesaan berbeda dari daerah perkotaan, dan itupun
masih diperlukan pemilahan lagi dengan
mengelompokkan jenis pedesaan dan juga jenis
perkotaan. Pengelompokan ini semata-mata upaya
kondusif bagi bentuk usaha pertokoan yang hendak
didirikan sebagai salah satu sumber penggalian dana dan
bernilai produktif. Untuk itu, jenis pedesaan dapat dibagi
kepada :
a. Pedasaan pertanian bersungai
b. Pedesaan pertanian berbukit
c. Pedasaan pertanian bepantai
d. Pedasaan nelayan :
e. Tambak
f. Empang
g. Danau
134
Selanjutnya jenis perkotaan pun juga dapat dibagi
kepada :
a. Perkotaan perdagangan
b. Perkotaan perkantoran
c. Perkotaan perdagangan dan perkantoran
Pedesaan Pertanian Bersungai
Pesantren yang terletak di wilayah pedesaan
bersungai memungkinkan membuka usaha dengan
mendirikan toko khusus, yaitu pelayanan dan penyidaan
barang-barang kebutuhan masyrakat setempat. Misalnya
mesin penyedot air, tambang dan sejenisnya yang
diperkirakan sangat urgen bagi masyarakat setempat.
Demikian juga halnya pesantren-pesantren yang
terletak didaerah pedesaa berbukit,bergunung dan
berpantai. Selanjutnya bagi pesantren yang terletak di
135
wilayah pantai dan matoritas penduduknya berprofesi
nelayan, seyogyanya membuka usaha dengan mendirikan
bangunan toko khusus menyediakan kebutuhan
masyarakat setempat yang benar-benar urgen bagi
mereka. Misalnya jaring, kail,tambang dan sejenisnya.
2. Bangunan Pertokoan Umum
Sebagaimana definisi pertokoan khusus, pertokoan
umum adalah bangunan pertokoan atau beberapa
bangunan toko yang didirikan diatas tanah wakaf dengan
ukuran fleksibel sesuai kebutuhan, dan dipersiapkan
melayani kebutuhan komunitas umum dengan barang-
barang beragam.
Untuk mendirika pertokoan umum yang dibangun
diatas tanah wakaf selain toko khusus mutlak diadakan.
Sebab, kebutuhan mendasak bagi para santri dalam
136
sebuah pesantren apapun tipenya, harus dipersiapkan dan
diupayakan sebagai sebuah usaha (pada umumnya) dan
toko adalah sebagai salah satu sumber penggalian dana
yang akurat. Hukum bisnis menyepakati bahwa
perniagaan melalui pertokoan yang diurus profesional
dipastikan beruntung. Misalnya, koperasi pelajar Pondok
Medern Gontor Ponorogo (toko umum), setiap tahun
berlaba tidak kurang dari Rp 100 juta. Dan usaha yang
termasuk dalam kategori toko di Pondok Modern Gontor
tidak hanya berasal dari koperasi pelajar yang berada
didalam kampus, tetapi jenis serupa yang juga berada
dilokasi yang sam pun demikian. Di Pesantren Gontor
juga ada kantin pelajar, warung lauk pauk, dapur umum
dan sebagainya. Semua jenis usaha tersebut
berpenghasilan hampir setara, sehingga penghasilan yang
diperolehnya mencapai ratusan juta rupiah bahkan lebih.
137
Walhasil Pondok Pesantren Gontor tetap eksis
secara ekonomi dan menjamian santri tidak terbebani
keuangan seta dapat dijadikan bahan percontohan bagi
pesantren lain dalam hal pengembangan.
Kata “Profesional” dalam konteks “Kegontoran”
adalah amanah hakiki dan bukan hanya slogan yang
berarti pesan kosong. Hal yang mengagumkan dari
“Amanah Hakiki” adalah pengelola jenis-jenis usaha dari
Pondok Modern Gontor terdiri dari santri-santri yang
berusia belasan tahun (kelas V dan kelas VI KMI).
Para santri yang diamanahkan atas mereka
pengelolaan koperasi pelajar, kantin, warung lauk pauk,
laundry, dapur umum dan semacamnya masih tetap terus
berjalan kewajiban belajar tanpa dispensasi apapun dan
tidak dibedakan dari lainnya. Mereka melakukan
pembelajaran sendiri melalui sistem kaderisasi dari
138
pendahulunya secara periodik. Pengembalain barangpun
tidak terbatas pada tertentu, tetapi dilakuakn langsung
ketempat grosir yang berada Ponorogo, Madiun, Solo
Bahkan Surabaya.
Para santri ini juga tidak dibayar dan semua urusan
mereka lakukan sendiri, karena amanah yang
dimandatkan padanya merupakan bahagian dari
pendidikan pesantren. Dalam hal ini kyai tidak ikut
campur, sebab pengawasan dilakukan siantara mereka
dengan bimbingan para ustadz bagian pengasuh yang
diteruskan kapada jajaran pimpinan.
Melalui pengambilan barang-barang yang
dilakuakn lengsung dari pusat-pusat perbelanjaan dalam
jumlah seimbang, kata koperasi pelajar dan semua usah
pesantren dapat sebagai agen masyarakat. Jadi pondok
mdern gontor selian menyediakan kebutuhan anak-anak
139
santri, pun juga menjadi rujukan masyarakat dalam hal
pengadaan barang, untuk memenuhi hajat tersebut,
pondok modern gontor mendirikan usaha keluarga (UK),
yang dimahsud adalah usaha yang menfaatnya disalurkan
kepada keluarga pesantren yaitu para guru dan lainya.
Usaha pertokoan yang didirikan diatas tanah wakaf
dalam bertuk terbatas dan atau skala besar seperti contih
pada pondok pesantren modern gontor merupakan
keniscayaan wajar. Dan usaha tersebut sangat mungkin
untuk dilakuakan dimana saja dan oleh pesantren
manapun juga. Bahkan sebuah lahan wakaf dengan
keelokan lokasinya didaerah strategis akan menarik
investor luar untuk melakukan kerja sama
menguntungkan. Misalnya, didirikan Alfamart, Minimart
atau mungkin super market dan semacamnya.
140
TANAH WAKAF DIBANGUN
PERGEDUNGAN
Seperti pada uraian sebelumnya, bahwa upaya
melakukan pengembangan wakaf, yang dalam hal ini
berupa tanah dapat menempuh dberbagai cara progresif
antara lain mendirikan pertokoan baik khusus maupun
umum. Dan sebagaimana dimaklumi juga dimana lokasi
tanah wakaf berada, memungkinkan kita untuk
melakukan atasnya suatu tindakan positif.
Tanah wakaf yang terletak didaerah perkotaan dan
merupakan lahan pergedungan , kata dimungkinkan
membangun alternatif usaha diareal wakaf antara lain :
a. Gedung pembelajaran setara minimart dan atau
supermarket dan semacamnya
b. Gedung perkantoran
c. Gedung perhitelan dan lain-lain
141
Untuk poin (a), yaitu gedung pembelajaran,
sesungguhnya tidak jauh beda dari usah yang dilakukan
pesantren-pesantren umumnya dan dikemas dalam
bentuk koperasi-pelajar/santri. Hanya saja, barang-barang
yang diadakan bejumlah banyak. Apabila tanah yang ada
tidak memungkinkan didirkan gedung, maka yang mesti
dilakukan hanya mendirikan bangunan usaha seukuran
lahan tersebut.
Dan ada kemungkinan bahwa tanah wakaf pada
suatu areal diperunyukan selain pesantren, bisa berupa
bangunan masjid, mushalla dan atau sejenisnya Majelis
Ta‟lim. Pada perkembangan berikutnya daerah dan atau
wilayah dimana lahan wakaf itu berada menjadi ramai,
maka lokasi tersebut tidak dapat dilakukan apapun selain
hanya untuk shalat. Jika lahan memungkinkan, maka
pihak nadzir atau ahli waris bisa saja melakukan
142
penataan melalui konsultasi kepada pihak-pihak terkait
agar fungsi lainnya dapat diaktifkan. Misalnya
mengadakan perombakan bangunan sebagai sarana
ibadah digunakan juga untuk acara-acara yang
mendatangkan nilai. Masjid Pondok Indah Jakarta
Selatan dan Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran Baru
serta beberapa masjid lainnya, yang rutin digunakan
acara akad nikah sekaligus resepsi pernikahan. Untuk
acara yang sakral ini, kaum muslimin pada umumnya
lebih menggandrungi masjid sebagai alternatif utama
pelaksanaan acara sakral mereka. Dengan difungsikannya
masjid yang didesain apik bermulti fungsi, tanpa
mendapat bantuan dana dari manapun, akan mampu
dengan sendirinya memperoleh dana, masjid agung
al-Azhar umpamanya, di bangun bertingkat seperti
halnya masjid Pondok Indah, dimana lantai atas
143
digunakan sebagai aktifitas shalat berjamaah, sedang di
lantai bawah digunakan sebagai kantor-kantor kegiatan
termasuk aula.
Kenyataan ini mengingatkan kita semua tentang
Universitas Al-Azhar Mesir yang pada permulaan
perkembangannya dimulai dari halaqah kecil tempat
menimba ilmu agama di masjid berstatus wakaf.
Perjalanan waktu yang terus bergulir dmenjadikan laha
wakaf yang didirikan diatasnya Masjid Al-Azhar tersebut
ramai dikunjungi orang dan perpaduan pemikiranpun tak
terelakkan.
Semakin pesatnya kegiatan keagamaan yang
digelar di masjid tersebut rupanya menarik simpati
banyak pihak dar kalangan muhsinin (orang-orang
dermawan) menyalurkna wakaf dengan berbagai bentuk,
dan sebagai wujud kongritnya, perkembangan Al-Azhar
144
Mesir telah melalui perjalanan panjang ratusan tahun
menmpakkan eksistensi mapan dan bahkan merupakan
aset negara barnilai 35 % dari keseluruhan.
Selain eksis Al-Azhar yang bermula dari halaqah
masjid berkembang membidangi banyak aspek
perekonomian yang hasilnya diperuntukkan berbagai
keperluan. Dan paling membanggakan adalah Al-Azhar
sebagai Universitas Internasional yang mampu memberi
beasiswa penuh kepada para mahasiswa dari penjuru
dunia.
Searah dengan perkembangan Al-Azhar Mesir,
Al-Azhar Kebayoran Baru juga sedang menuju haluan
serupa sebagaimana Pondok Modern Gontor yang telah
terbentuk pula beristiqamah mengikuti langkah al-Azhar
Mesir sebagai salah satu pedoman, selain aligarh dan
Santiniketan India.
145
Pada piont (b) yaitu bangunan perkantoran. Untuk
tanah wakaf yang kebetulan berlokasi strategis, dapat
melakukan upaya produktif dengan cara sendirian dan
atau bersam-sama, melalui kerja sama mendirikan
gedung perkontoran yang disewakan atau sejenisnya.
Dengan melakukan langkah progeresif dan menempatkan
pada porsi tepat, diharapkan aliran penghasilan dari tanah
yang didirikan bangunan perkontoran oleh pihak
berkompeten dibidangnya dapat tercapai.
Pada dasarnya, setiap pengusaha pasti mencari
keuntungan dan begitu juga pihak yang kita jadikan
relasi. Relasi yang berprofesi pengusaha dan bekerja
sama untuk mendirikan bangunan perkantoran tentu akan
berfikir bagaimana modal dikembalikan segera, oleh
karena itu, kontrak yang selalu muncul adalah tanah oleh
pihak pertama dan bangunan oleh pihak kedua, dengan
146
ketentuan pihak pertama akan memperoleh bangunan
selama 5 tahun atau 10 tahun. Bahkan ada yang
mengikuti bahwa bangunan bisa dimiliki setelah 25
tahun.
Terhadap tanah wakaf, tidak mungkin dilakukan
kontrak semacam itu, tetapi pihak nadzir/ahli waris harus
menekankan aspek benefit langsung. Apapun ketentuan
yang umum tidak harus mutlak diikuti, karena prediksi-
prediksi dengan limit waktu itu telah dikuasai oleh
pengusaha sebagai pihak kedua. Dan sangat sedikit sekali
diantara nadzir atau ahli waris menguasai jenis usaha
tersebut.
Hal yang patut dimaklumi ialah bahwa usaha
digantungkan kapada keahlian pengelola usaha dan tidak
semua jenis dikuasai dengan baik oleh pihak nadzir/ahli
waris. Sungguhpun ulama Hanabillah membolehkan
147
mengapasajakan banda wakaf sepanjang mampu
diproduktifkan, tetapi kebolehan itu sendiri digantungkan
pada profesionalitas nadzir/ahli waris.
Menyikapi soal kerjasama, biasanya pihak yang
menguasai usaha akan mampu memberi wacana akurat
dan menjanjikan. Dan lengkah prefentif yang dilakukan
adalah meminta benefit lansung tanpa harus menunggu-
nunggu bahkan tidak perlu mengharap gedung dapat
dimiliki. Sebab sebuah gedung bertingkat memiliki
konsekuensi logis perawatan yang membutuhkan biaya
besar. Dan sisi lain dari kemungkinan yang ada bahwa
tidak selamanya keuntungan materi berlimpah ruah,
tetapi perbedaan masa oleh berbagai faktor internal dan
eksternal pasti mewarnai kegiatan bisnis tersebut.
Kejadian pada ilustrasi diatas, banyak terbukti
dimana sebuah supermarket didaerah Cileungsi oleh rute
148
perjalanan utama membuahkan hasil membanggakan.
Akan tetapi, semenjak dihidupkannya jalan lain yang
menghubungkan beberapa rute antar daerah, jalan yang
semula ramai menjadi sepi. Dan tentu secara otomatis
dan perlahan pasti kegiatan supermarket berhenti mundur
teratur, seiring perkembangan yang dihidupkan oleh
akses jalan perempatan yang baru.
Pembangunan hotel pondok modern gontor dilatar
balakangi oleh kenyataan di lapangan bahwa ada
beberapa bahkan pada moment tertentu banyak
pengunjung yang menghajatkan penginapan, sehingga
harus keluar kampus sejauh 10-15 km. Bertambahnya
jumlah santri bearti bertambah pula porsi tamu yang
berkunjung walau pesantren telah menyediakan Wisma
Tamu. Dan tantu saja, orang seorang yang berkunjung
memiliki tujuan masing-masing, mulai dari menjenguk
149
anak, Studi Banding, Silaturrahmi bahkan mengadakan
penelitian.
Karena perbedaan tujuan inilah, hotel merupakan
kebutuhan urgen bagi para pengunjung maupun
kelompok. Dan dennan harga layak bersaing, pondok
melakukan bisnis menguntungkan dan bernilai pahala
lillah. Sebab para pengguna fasilitas hotel selain
memperoleh manfaat, juga memberikan sumbangan yang
diaggap ibadah Fi Sabilillah.
Berdirnya bangunan hotel di wilayah pesantren
merupakan tuntutan. Karena pada umumnya lokasi
pesantre ditempatkan didaerah yang jauh dari suasana
hiruk pikuk keramaian. Ini berarti selain sussana hening
sepi yang mendukung sarana belajar mengajar, juga
mendukung aktifitas istirahat. Maka sangatlah tepat bila
150
bangunan hotel dipersiapkan untuk sarana memeperoleh
keuntungan dan lain-lain.
Konsekuensi logis berupa materi memang nyata
didapat, dan keuntungan bagi masyrakat sekitar benar-
benar dirasakan sangat membantu. Ekonomi masyarakat
sekitar, seperti yang terjadi di pondok modern gontor
cukup memberi arti yang sungguh menggembirakan. Dan
jauh sebelum berdirinya hotel pesantren, kehidupan
masyrakat desa gontor, memiliki alternatif kekuatan
ekonomi, misalnya : cuci pakaian, penjilidan buku,
pengiriman kue-kueringan dan beberapa kebutuhan santri
lainnya. Untuk itu, pondok modern gontor memiliki
majelis ta‟lim khusus masyarakat yang terlibat kerjasama
dan juga yang diluar itu. Bukti pemberdayaan masyarakat
gontor terlihat dari banyaknya kader-kader alumni yang
berkiprah lansung didalam dan diluar pondok.
151
Dan dengan berdirinya hotel pondok, sudah barang
tentu pemberdayaan tenaga-tenaga masyarakat lebih
mendapat perhatian. Sebab, tidak mungkin santri terlibat
lansung menjadi juru masak, pelayan full time dan
berbagai pekerjaan tehnis lainnya. Akan tetapi,
penanggung jawab dan urusan pokok perhotelan yang
bersifat administratif tetap dipegang oleh pihak pondok.
TANAH WAKAF BERUPA LAHAN
KOSONG
Tanah wakaf yang berupa lahan kosong, dapat
didesain dengan berbagai usaha produktif. Sebuah
pesantren wakaf yang tetap bertahan dengan semboyan
biaya murah berkualitas, adalah kenyataan yang tidak
bisa dipungkiri. Pesantren tersebut berdiri diatas tanah
wakaf seluas ± 3 hektar dengan kemungkinan perluasan 2
hektar. Pengelola pesantren merupakan salah satu alumni
152
gontor tahun 1989 dan sempat menyantri takhassus
tahfidz di Sulawesi Selatan sekitar tahun 1991-an. Pada
tahun 1992 sepulang dari pondok pesantren khusus tahfiz
di Sulawesi Selatan, pria kelahiran Jakarta bernama
Edi Junaidi ini kembali ke daerah asalnya yaitu Lebak
Bulus Jakarta Selatan dan membawa misi pesantren.
Tahfidz yang gratis dan menghasilkan alumni
berkualitas dai bidang tahfidz. Edi Junaidi yang
dimotifasi keunggulan pesantren tahfidz itupun ibarat
gayung bersambut oleh keadaan keluarga terutama
ayahnya bernama H. Rojam yang telah lama
mendambakan misi dakwa melalui pesantren. Sang ayah
yang kala itu berprofesi Developer Senayan telah
mempersiapkan sarana prasarana untuk mendirikan
pesantren.
153
H. Rojam telah menyisihkan sebahagian harta
dengan membeli beberapa hektra tanah secara bertahap
dan diperuntukkan bagi pesantren. Pada tahun 1992
berdirilah sebuah pesantren ulumul qur‟an yang dipimpin
Edi Junaidi dan didampingi beberapa rekannya serta
alumni Gontor.
Semboyan biaya murah berkualitas tenyata benar-
benar diterapkan dan itupun mendapat dukungan kuat
dari H. Rojam sebagai wakifnya. Santri dikenakan biaya
Rp 20.000/bulan termasuk uang makan, sekolah dan
semua-muanya. Untuk menopang terlaksananya
pencapaian target yang diinginkan dan demi menunjang
proses belajar mengajar, pihak yayasan (H. Rojam/wakif)
memberikan alternatif sumber dana kontrakan yang
semua hasilnya diperbantukan bagi santri secara Cuma-
Cuma.
154
Satu hal yang perlu dicermati, bahwa H. Rojam
sebelum wafat pernah mengamakan prediksi masa
hadapan yang menjanjikan. Dalam sebuah dialog
H.Rojam berpesan kepada H. Edi Junaidi putranya : “gua
kasih lu tanah, dan dengan modal tanah ini lu pakai dan
jadikan sumber dana, bila lu kagak bisa dengan modal
tanah ini, lu goblok”.
Dari pesan itu, H. Edi Junaidi terus berfikir tentang
bagaimana mengembangkannya, dan meneruskan ide
pohon menghasilkan yaitu pisang. Alasan H.Edi Junaidi
memilih pohon pisang adalah cara sederhana
menghasilkan uang dengan ilustrasi sebagai berikut :
”pohon pisang yang ditanam dengan ukuran 1m x 1m,
dan dipilihkan dari jenis unggul dapat menghasilkan uang
minimal Rp 20.000/pohon. Ukuran itu disesuaikan luas
155
tanah wakaf yang ada, sehingga pajak setiap tahun tidak
mengganggu jalanya proses belajar mengajar”.
Gagasan H. Edi Junaidi yang berfikir bahwa setiap
meter tanah yang dimiliki oleh yayasan harus
menghasilkan uang Rp 20.000/tahun itupun terwujud,
bahkan lebih. Kelebihan dari ukuran yang ditargetkan itu
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain jenis pisang
dan daun yang dihasilkan. Jadi, bukan hanya perhitungan
buah saja, tetapi daun pisang yang lebar memberikan
nilai.
Untuk itu, dapat diproduktifkan lahan kosong
berstatus wakaf dapat dilakukan tindakan antara lain :
1. Penanaman Pohon Pisang berkualitas
2. Penanaman Vanili
3. Penanaman Pohon Jati Unggul
4. Akses Empang dan lain-lain
156
1. Penanaman Pohon Pisang
Lahan-lahan tidur, dapat diproduktifkan salam
tidak digunakan keperluan lain dengan mananam pohon
pisang, sebagaimana yang dilakukan oleh H. Edi Junaidi
di Pondok Pesantren Ulumul Qur‟an (PPUQ) Duren
Mekar Sawangan, Depok.
Penghidupan lahan tidur berstatus wakaf, tidak
harus terpaku pada pohon pisang seperti diatas, tetapi
bisa juga dilakukan tindakan serupa dengan pohon
produktif yang lain sesuai keadaan tanah dan
kecenderungan pengelola mengikkuti pangsa pasar.
Pohon pisang yang ditanam H. Edi Junaidi di
pondok pesantren Ulumul Qur‟an sesungguhnya respon
spontan untuk surviva karena tuntutan pajak. Karena
tuntutan itu ia berfikir bagaimana membuat setiap meter
tanah wakaf menghasilkan nilai sisiran tandan pisang
157
berjumlah banyak dan daunnya lebar-lebar. Rahasia
jumlah sisiran lebih banyak dan daun lebar, ternyata dari
pupuk kandang potoran sapi yang dipelihara di area lain
untuk penggemukan.
Tanah wakaf seluas 3 hektar dan kini telah
berkembang 5 hektar difungsikan secara beragam, antara
lain lahan pohon pisang dan kandang sapi serta
peruntukan pohon Vanili yang bekerja sama dengan
rekan sesama alumni bernama Ubaidillah.
2. Penanaman Vanili
Seorang pengusaha bidang Vanili kualitas eksport
mengaktifkan jaringan kepesantrenan dan mengakses
pondok pesantren Ulumu Qur‟an sebagai mitranya.
Sebagai mitra, Ubaidillah yang sudah berpengalaman itu
menyampaikan penglaman bahwa penanaman Vanili
menempati posisi yang menggembirakan dalam bidang
158
ekonomi umat. Vanili ditanam dengan bentangan waktu
3 hingga 5 tahun dan ditanam secara khudud dengan cara
dirambatkan pada pohon hujan-hujanan dan atau lamtoro.
Ukuran dan jarak antar pohon yang dijadikan bahan
rambatan 1m x1m. Untuk saat ini Ubaidillah telah
menanam sebanyak 3000 buah yang berarti lahan yang
dipergunakan ± 3000 m².
Ubaidillah yang berprofesi pengusaha Vanili
memiliki empat lokasi dan tiga diantaranya dengan
sistem kerjasama bagi hasil, termasuk pondok pesantren
Ulumul Qur‟an saat ini. Prospek menggembirakan versi
Ubaidillah bahwa harga bagus untuk setiap kg Vanili bisa
mencapai Rp 3.500.000,- (tiga juta lima ratus ribu
rupiah). Disamping itu, tentu ada kabar buruk tentang
anjloknya harga yang mencapai Rp 100.000,-/kg saja.
159
Menurut salah seorang pegawai lapangan
Ubaidillah, bahwa setiap pohon memiliki buah seberat
5 kg, tetapi ada juga yang berbobot hanya 1 kg.
Pengambilan bibit Vanili dipeoleh dari IPB (Institu
Pertanian Bogor) yang setiap bijinya seharga Rp 10.000,-
(sepuluh ribu rupiah). Adapun musim keberuntungan
(panen) biasanya setelah 3 tahun dan akan benar-benar
menghasilkan bila Vanili telah mencapai usia 4 tahun
hingga 5 tahun.
Sekarang ini, sejak ditulisnya karya ilmiah ini, usia
Vanili telah mencapai tahun kedua dan satu tahun
kedepan apa yang diobsesikan Ubaidillah tentang
ekonomi pesantren akan nyata memberi jawaban.
Setidaknya Ubaidillah yang sudah berpengalaman itu
telah berkiprah sebagai salah seorang Da‟i melalui
bahasa profesi. Sebab, sesungguhnya banyak lahan lain
160
yang menawarkan diri, tetapi ia lebih suka pesantren
sebagai mitranya dengan keyakinan bahwa ia ingin
beramal. Dan jalan yang ditempuh pun diselaraskan
dengan profesi dan kahlian yang dimiliki.
3. Penanaman Pohon Jati Unggul
Terobsesi oleh momen pemerintah dan beberapa
konsep bermutu Ka‟ban (Menteri Kehutanan), pondok
pesantren Ulumul Qur‟an menanam jati jenis emas yang
diperleh dari salah satu seorang warga desa Bojongsari
Lama Sawangan Depok sebanyak seratus lima puluh
buah yang ditanam diareal tanah seluas ± 2000 m². Tanah
tersebut terletak tidak jauh dari lokasi pesantren dan
merupakan pembelian H. Razi (mertua H. Edi Junaidi)
yang diproyeksikan untuk memberi hak kepada Hj. Ida
Rasyida (putri H. Razi dan merupakan istri H. Edi
Junaidi).
161
Jenis jati emas yang dirawat profesional, akan
menghasilkan nilai jual tinggi mencapai puluhan juta
rupiah. Konsep serupa dapat kita jumpai di Pondok
Pesantren Al-Zaytun Indramayu yang memiliki areal
tanah seluas ± 2000 hektar. Melihat konsep yang
dicanangkan, Al-Zaytun merupakan aset kebanggaan
umat masa hadapan. Hal yang menarik dari usaha jati
emas ini adalah keuntungan mutlak, yaitu permanen
secara periodik yang mumpuni. Pimpinan pondok
pesantren Al-Zaytun memilih usaha jati sebagai
penopang utama, karena dari sejak metode penanaman
jati memberikan nilai penting antara lain :
a. Berfungsi sebagai hutan lindung
b. Untuk lima tahun pertama telah dilakukan
pemotongan sebagai langkah penjarangan, dan
tentu saja secara materi sudah dapat dinikmati.
162
Menurut kajian ilmiah, usaha jati sebagai salah satu
aset dan harapan ekonomi bagi negara adalah tindakan
bijaksana. Apabila konsep itu dikemas dalam bahasa
ekonomi, terlebih hanya diperuntukan sekop terbatas
seukuran pesantren yang mengharapkan eksis dan tidak
sampai konsumtif sehingga harus dijual. Wacana
Pimpinan Al-Zaytun tentang aset jati emas untuk lima
belas tahun kedepan, bukan hanya sekedar khayalan
dialam mimpi, tetapi perhitungan metematis merupakan
kenyataan dan keniscayaan.
Ka‟ban menyamakan bahwa prospek penanaman
jati unggul merupakan langkah positif menuju Indonesia
jaya dimasa hadapan. Jika langkah itu ditempuh,
khususnya oleh insan pesantren, maka dapat diyakini
jaminan ekonomi pesantren bermasa depan carah dan
menjanjikan. Hal senada juga disampaikan pimpinan
163
pondok pesantren al-Zaytun A.S. Panji Gumilang
menjelang pembukaan tahun pembelajaran santri
Al-Zaytun dipraktekkan awal peresmiannya oleh
Presiden B.J. Habibie bahkan A.S. Panji Gumilang selalu
berkampanye jati yang secara perioritas akademik
diungkap panjang lebar oleh Ka‟ban.
Kampanye jati dan pemaparan Panji Gumilang
bukan hanya pada momen tertentu, tetapi pada setiap
kesempatan ia selalu menyerukan masyarakat Indonesia
untuk melirik jati sebagai komponen urgen penopang
ekonomi global tingkat dunia. Dan hal yang patut dicatat
serta layak diteladani adalah kampanye Panji Gumilang
demi kekelan serta kelanggengan Al-Zaytun secara nyata
dengan menanam jati unggul jenis emas dan perak
sepanjang lahan pembejaran dan asrama.
164
Dan menurut prediksi ilmiah matematis, produk
Pesantren Al-Zaytun akan menampakkan eksistensi
dirinya 15 tahun kedepan sejak berdirinya di tahun 1999
M. Itu artinya bahwa hasil jati akan menunujukkan grafik
tinggi dibidang ekonomi pada tahun 2014-an mendatang.
Dengan perhitungan matematis riil itu, kelak para santri
Al-Zaytun tidak lagi dibebani biaya hidup, sebab semua
sudah dipenuhi oleh usaha mandiri pesantren. Selain itu
pondok pesantren Al-Zaytun yang telah mumpuni
ekonomi selanjutnya memfokuskan perhatian kepada
SDM santri dengan jalan menjamin keberlangsungan
pendidikan mulai dari tingkat S1, S2 dan S3 secara gratis
bahkan sampai pada tahapan beasiswa.
Apabila teori dan praktek yang sedang berjalan ini
mampu diwujudkan, kata sangat tepat model itu
dijadikan pedoman bagi pesantren-pesantren lain untuk
165
mengikuti jejaknya. Bukan hanya itu saja, bahkan ada
kemungkinan pihak pemerintah merujuk kepada pondok
pesantren tersebut sebagai mitranya atau juga melibatkan
pihak Al-Zaytun berkiprah dijajaran pemerintah untuk
merealisasikan konsep matang pada skala nasional dan
internasional.
Kemungkinan menjadikan keberhasilan sebuah
lembaga pendidikan sebagai contoh yang patut ditiru,
dibutuhkan bukti nyata dalam bahasa keadaan. Bahasa
keadaan tidak mungkin direkayaasa, sehingga
keberhasilan melaluiklaim pihak mana saja diikuti pula
keadaan nyat yamh menggambarkan realita
sesungguhnya. Misalnya, lima belas tahun kedepan
Pondok Pesantren Al-Zaytun dengan program jatinya
memberikan subsidi beasiswa melalui pendidikan gratis,
pelatihan gratis dan semuanya gratis karena sumber
166
keuangan yang dipancangkan sejak lima belas tahun
silam melalui program jati telah diperolehnya. Dan
banyak lagi aspek lain yang ditangani sebagai wujud
kongrit keberhasilan program jati.
Apabila program tersebut tidak mampu
diwujudkan, itu tidak berarti program salah dan merugi,
tetapi mungkin ada penyimpangan peruntukan. Yang
jelas, jati yang kini berusia ± 8 tahun tinggal menunggu
waktu tiba dan genap berusia 15 tahun.
4. Tanah Wakaf Berupa Empang
Tanah wakaf berupa empang yang ditekuni
pemeliharaannya melalui usaha-usaha produktif akan
menghasilkan nilai materi menakjubkan. Menyimak
penuturan usawan empang yang sekses H. Asmat warga
duren seribu sawangan depok, empang adalah lahan
menawan dan menjanjikan, H. Asmat yang menjadikan
167
empang sebagai kantor sekaligus wahana kesenangan dan
otomatis mendatangkan uang, malakukan beberapa
langkah produktif dengan bekerja sama kepada usahawan
berprofesi dokter. Usaha smapingan lain H.Asmat dan
bahagian dari hobi adalah peternakan lele yang kala
maaraknya louhan, anak lele merupakan kebutuhan urgen
dan paling dicari. Karena dimotifasi H. Asmat leluasa
mengelasajakan lahan miliknya, bahkan pengembangan
dengan memperluas areal empang terbukti sangat
menakjubkan. Belakangan empang-empang terlihat
penuh oleh berdirinya kandang ayam dalam jumlan besar
sekitar 16 buah.
Kapsitas ayam potong yang dieplihara telah
mencapai puluhan ribu bahkan sampai sratus ribu ekor
setiap panen. Dan sudah tentu empang tetap diisi ikan
jenis lele dan gurame atau lainnya. Dwi fungsi empang
168
yang dibagian atas didirikan kandang ayam dan bagian
bawah ikan, merupaka upaya kongrit usaha produktif.
Dengan kotoran ayam dan smacamnya, ikan-ikan yang
berada dibawahnya tubuh gemuk dan sehat. Dari hasil
kerja sama bidang ayam dan panen ikan itu, H. Asmat
mempu melakukan pembebasan areal lain dalam jumlah
besar.
Usaha empang yang dwifungsi oleh H. Asmat
bukanlah satu-satunya, bahkan pondok pesanten ulumul
qur‟an pimpinan H. Edi Junaidi juga melakukan usaha
produktif serupa. Kerjasama dilakukan Irsyad yang maih
berusia 30 tahunan. Irsyad adalah pengusaha handal yang
mampu mentok kebutuhan ayam sekitar 300.000 ekor
perpanen bahkan lebih. Bentuk kerjasama adalah sistem
kontrak kandang dengan ketentuan, kandang dibuat oleh
pihak penyewa sebanyak empat buah dengan kapasitas
169
daya tampung 9000 ekor/kandang dan pihak penyewa
menggunakan selama sutahun. Pada tahun berikutnya,
setiap kandang dihargai Rp 4 juta/kandang.
Kandang-kandang yang didirikan diatas empang,
tidak termsuk bahagian empang sehingga empang masih
dimungkinkan untik disewakan pada pihak lain. Dan
berangkat dari dua model usaha perempangan tradisional,
kita juga bisa melihat pengurusan empang bermulti
fungsi seperti empang seluas satu hektar yang didesain
profesional di Pondok Pesantren Al-Zaytun.
Empang berukuran satu hektar dengan kedalaman
6 m berfungsi antara lain :
a. Pengendali sumber air, agar tidak mengalami
kekeringan
b. Pemeliharaan ikan Patin berkualitas eksport
170
c. Pemeliharaan ikan-ikan lain dari berbagai
jenis.
Fungsi empang sebagai pengendali sumber air,
karena keberadaa gedung-gedung tinggi diareal atau
lahan yang rawan air. Fungsi empang untuk
mengendalikan sirkulasi air merupakan fungsi terpenting
dan kebutuhan pokok bagi kenyamanan para penghuni
pesanten khususnya dan masyarakat sekitar umumnya.
Selain berfungsi sebagai pengendali air, empang
berukurang satu hektar yang berada di Pondok Pesantren
Al-Zaytun berfungsi juga sebagai lahan pemeliharaan
ikan patin dengan tehnik jaring pelampung yang
memudahkan pengambilannya kapan saja. Dan
pemeliharaan jenis-jenis lain yang bertebaran dimana
dijadikan obyek hiburan para pengunjung yang dengan
sengaja dipersiapkan untuk itu. Dikamakan dipersiapkan
171
untuk itu, mahsudnya obyek hiburan bagi para
pengunjung yang ingin melihat jenis-jenis ikan dalam
jarak dekat dapat melakukan melalui penebaran pelet
yang sudah dipersiapkan.
Pelet yang ad sengaja dipersiapkan oleh pihak
pesantren dan dikemas dalam bentuk plastik yang dijual
Rp 1.000,-/bungkus. Para pengunjung dengan senang hati
membelinya dan bisa melakukan kegiatan hiburan murah
meriah. Secara ekonomi metematis mempunyai dua
keuntungan yaitu : pertama, keuntungan penjualan
empang ikan (pelet ikan) Rp 1.000,-/bungkus, kedua,
keunttungan pemeliharaan ikan secara gratis dan lain-
lain.
Semua kegiatan produktif sebagaimana beberap
contoh yang telah disebutkan diatas, dilakukan di areal
lahan berstatus wakaf. Dan kegiatan-kegiatan tersebut
172
merupakan upaya kongrit yang memiliki daya progres
untuk mewujudkan cita-cita wakif sesuai peruntukan.
Uraian-uraian sebelumnya dan dengan sampel
kongrit yang menunjuk kepada lembaga tertentu
berstatus wakaf bukan sekedar wacana, tetapi benar-
benar telah dilaksakan dan sedang berlangsung sekarang.
Untik itu, tidak menutup kemungkinan bahwa banyak
sudah pondok pesanten, yayasan dan apapun namanya
telah pula melakukan aktifitas serupa, baik atas nama
wakaf ataupun non wakaf. Dan yang petut digarisbawahi
adalah bahwa semua komponen khususunya nadzir/ahli
waris dan pengelola benda wakaf mempunyai
kesempatan dan berhak melakukan pengembangan
dengan mengikuti usaha serupa. Dengan melakukan
usaha produktif seperti telah terurai pada pembahasan
173
sebelunya diharapkan pengekalan fisik benda wakaf tetap
terjaga serta bernilai pahala lillah.
BENDA WAKAF BERUPA UANG
Terlepas pro kontra tentang wakaf uang tunai, yang
pasti wakaf adalah bahagian dari perbuatan kebajikan
yaitu shadaqah. Shadaqah ke Q.S Al-Taubah ayat 60.
Ayat tersebut secara implisit menghimbau bersedekah
utuk menyalurakan kapada para pihak yang
menghajatkan. Dan ayat itu tidak menyebut eksplisit
jenis sedekah, tetapi yang diinginkan adalah kemanfaatan
yang berlangsung langgeng terus menerus tanpa
mengurangi benda dan atau nilainya.
Memalui ilustrasi diatas, bentuk wakaf yang berupa
non benda dapat juga dipeliharanilainya agar tetap utuh.
Toh, sebuah benda wakaf secara fisik bisa ditaksir
174
berdasar nilai semisal uang. Wacana yang pernah
dihembuskan oleh H. Muhidin, mantan pegawai BI
dengan masa kerja ± 32,5 tahun, bahwa wakaf yang
dibebankan pada masyarakat Rp 5.000/tahun akan
mencipmakan ekonomi handal bagi umat. Wacana
tersebut hendak mengamakan bahwa sumber penggalian
dana dapat ditempuh melalui berbagai-bagai cara antara
lain wakaf uang dengan nominal seminim mungkin.
Menurutnya, setiap komunitas muslim dengan kesadaran
beragama dan merujuk kepada Q.S. Al-Isra‟, 17: 29 akan
mampu menghadapi ancaman badai ekonomi yang
mencekik kehidupan bahkan membunuh manusia, Allah
SWT., berfirman :
175
ٺ ٺ ٺ ٺ ٿ ٿ ٿ ٿ ٹ
ٹ ٹ ٹ ڤ ڤ
Artinya :“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu
terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu
mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan
menyesal”.
176
177
178
PENGELOLAAN WAKAF UANG
Pengelolaan wakaf uang tunai dilakukan secara
administratif profesional sebagaimana produk bank
syariah, produk perbankan syariah seperti diuraikan pada
buku produk perbankan syariah yang dikeluarkan oleh
PKES (pusat komunikasi ekonomi syariah) secara umum
dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Produk Penyaluran Dana
2. Peroduk Penghimpuanan Dana
3. Produk Jasa
1. Produk Penyaluran Dana
a. Akad Bagi Hasil
i) Musyarakah
Transaksi dilandasi oleh adanya keinginan
para pihak yang bekerja sama untuk
179
meningkatkan nilai aset mereka miliki
bersama-sama. Semua modal disatukan
untuk dijadika modal proyel musyarakah
dan dikelola bersam-sama. Setiap pemilik
modal berhak turut serta dalam
menentukan kebijakan usaha yang
dijalankan oleh pelaksana proyek.
ii) Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerjasama
antara dua pihak atau lebih dimana
pemilik modal (shahibul maal)
mempercayakan sejumlah modal kepada
pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk
ini menegaskan kerjasama dengan
kontribusi 100 % modal shahibul maal dan
180
keahlian mudharib. Dalam mudharabah
modal hanya dari salah satu pihak,
sedangkan musyarakah modal berasal dari
dua pihak atau lebih. Jika obyek yang
didanai ditentukan oleh pemililk modal,
kata kontrak tersebut dinamakan
mudharabah muqayyadah.
b. Akad Jual Beli
i) Murabahah
Yaitu kontrak jual beli dimana bank
bertindak sebagai penjual, sementara
nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah
harga beli bank ditambah keuntungan.
Dalam transaksi ini barang diserahkan
secara cicilan maupun sekaligus (bitsaman
ajil).
181
ii) Bai‟ as-Salam
Yaitu kontrak jual beli dimana nasabah
bertindak sebagai penjual, sementara bank
sebagai pembeli barang diserahkan oleh
nasabah secara tangguh, sedangkan
pembayaran scara tunai oleh bank. Dalam
transaksi ini kuantitas harga dan waktu
penyerahan barang harus ditentukan pasti.
Transaksi ini biasanya digunakan untuk
priduk pertanian dalam jangka waktu
singkat.
iii) Bai‟ al-Astishna‟
Produk istishna‟ menyerupai produk salam,
namun dalam istishna‟ pembayarannya
dapat dilakukan oleh bank beberap kali
(termin) pembayaran. Selain istishna‟ dalam
182
bank syaraiah umumnya diapllikasikan pada
pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
iv) Ijarah dan Ijarah Wa Iqtina
Yaitu kontrak jual beli dimana bank
bertindak sebagai penjual jasa, sementara
nasabah sebagai pembeli. Di akhir masa
kontrak bank dapat menawarkan nasabah
untuk membeli barang yang disewakan. Jika
sewa, cicilannya sudah termasuk harga
pokok barang disebut ijarah wa iqtina.
c. Qard al-Hasan
Yaitu pinjaman bank kepada pihak yang layak
untuk mendapatkannya, bank sama sekali
dilarang untuk menerima manfaat apapun.
183
2. Produk Penghimpunan Dana
a. Giro Wadiah
Wadiah amanah, prinsipnya harta titipan tidak
boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. Wadiah
dhamnah, pihak yang dititipi (bank)
bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan,
sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan
tersebut.
b. Rekening Tabungan
Bank menerima simpanan dari nasabah dengan
jasa penitipan dana. Bank mendapatkan izin
dari nasabah untuk menggunakan dana tersebut
salama mengendap di bank. Keuntungan dari
penggunaan dana akan dibagi dengan nasabah
melalui pembagian yang disepakati diawal,
184
bank juga menjamin pembayaran kembali
semua simpanan nasabah.
c. Rekening Investasi Umum
Produk ini menggunakan prinsip mudharabah
mutlaqah, dimana bank bertindak sebagai
mudharib dan nasabah sebagai baitul maal.
Variasi waktu simpanan bisa 1,3,6,12,24 bulan
dan seterusnya. Dalam hal ini kerugian
ditanggung nasabah dan bank akan kehilangan
keuntungan.
d. Rekening Investasi Khusus
Produk ini menggunakan prinsip mudharabah
muqayyadah, dimana bank menerima pinjaman
dari pemerintah atau nasabah korporasi.
Bentuk investasi dan pembagian keuntungan
dan dinegosiasi kasus perkasus.
185
3. Produk jasa
a. Rahan
Merupakan akad menggadaikan barang dari
satu pihak kepihak lain, dengan uanng sebagai
gantinya. Akad ini berubah menjadi produk jka
digunakan untuk pelayanan kebutuhan
konsumtif dan jasa seperti pendidikan,
kesehatan, dan lain-lain.
b. Wakalah
Merupakan akad perwakilan antara dua pihak.
Umumnya digunakan untuk penerbitan L/C
(letter of Credit), akan tetapi dapat juga
digunakan untuk mentransfer dana nasabah
kepihak lain.
c. Kafalah
186
Merupakan akad untuk penjaminan. Akad ini
digunakan untuk penerbitan garansi ataupun
sebagai jaminan pembayaran lebih dahulu.
d. Hawalah
Merupakan akad pemindahan utang piutang.
Kebanyakan ulama menyamakan bahwa bank
tidak boleh mengambil keuntungan dari
produk ini.
e. Ju‟alah
Prinsip ini digunakan oleh bank dalam
menawarkan jasa dengan fee sebagai
imbalannya.
f. Sharf
Merupakan transaksi pertukaran emas, perak
serta mata uang asing. Beberapa syarat produk
ini antara lain :
187
Harus tunai
Serah terima harus dilaksanakan dalam
majelis konta
Pertukaran mata uang yang sama harus
dalam jumlah / kuantitas yang sama.
PENGELOLAAN DAN PENYALURAN
WAKAF TUNAI VERSI BMT
Pengertian
Baitul Maal Wat Tanwil (BMT) atau balai usaha
mandiri terpadu, adalah lembaga keuangan mikro yang
dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh
kembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka
mengangkat derajat dan mertabat serta membela
kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas
prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat
setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang
188
salam : keselamatan (berintikan keadilan), keamaian,dan
kesejahteraan.
Asas Prinsip Dasar
BMT didirikan dengan berasaskan pada masyarakat
yang salam, yaitu penuh keselamatan, kedamaian dan
kesejahteraan. Prinsip dasar BMT adalah :
a. Ahsan (mutu hasil kerja terbaik), thayyiban
(terindah), ahsanu „amala (memuaskan semua
pihak), dan sesuai dengan nilai-nilai salam :
keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan.
b. Barokah, artinya berdayaguna, berhasil guna,
adanya penguatan jaringan, transparan
(keterbukaan), dan bertanggung jawab
sepenuhnya kepada masyarakat.
189
c. Spiritual Communication (penguatan nilai
ruhiyah)
d. Demokratis, Partisipatif, dan Inklusif.
e. Keadilan sosial dan kesetaraan jender, non-
diskriminatif.
f. Ramah lingkungan.
g. Peka dan bijak terhadap pengetahuan dan
budaya lokal, serta keanekaragaman budaya.
h. Berkelanjutan, memberdayakan masyarakat
denngan meningkatkan kemampuan diri dan
lembaga masyarakat lokal.
Sifat, Peran dan Fungsi
BMT bersifat terbuka, independen, tidak partisan,
berorientasi pada pengembangan tabungan dan
pembiayaan untuk mendukung bisnis ekonomi yang
190
produtif bagi anggota dan kesejahteraan sosial
masyarakat sekitar, terutama hasil mikro dan fakir
miskin. Peran BMT dimasyarakat, adalah sebagai;
a. Motor penggerak ekonomi dan sosial
masyarakat banyak.
b. Ujung tombak pelaksanaan ekonomi syariah.
c. Penghubung antara kaum aghnia (kaya) dan
kaum dhu‟afa (miskin).
d. Sarana pendidikan formal untuk mewujudkan
prinsip hidup yang barakah, ahsanu „amala,
dan salam melalui Spiritual Communication
dengan Dzikir Qolbiyah Ilahiyah.
Fungsi BMT dimasyarakat adalah untuk :
a. Meningkatkan kualitas SDM anggota,
pengurus dan pengelola menjadi profesional,
salam (selamat, damai dan sejahtera), dan
191
amanah sehingga semakin utuh dan tangguh
dalam berjuang dan berusaha (beribadah)
menghadapi tantangan global.
b. Mengorganisir dan memobilisasi dana
sehingga yang dimiliki oleh masyarakat dapat
termanfaatkan secara optimal didalam dan
diluar organisasi untuk kepentingan rakyat
banyak.
c. Mengembangkan kesempatan kerja.
d. Mengukuhkan dan meningkatkan lualitas
usaha dan pasar produk-produk anggota.
e. Memperkuat dan meningkatkan kualitas
lembaga-lembaga ekonomi dan sosial
masyarakat banyak.
192
Pendiri BMT
BMT dapat didirikan oleh :
a. Sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang.
b. Satu pendiri dengan lainnya sebaiknya tidak
memiliki hubungan keluarga vertikal dan
horizontal satu kali.
c. Senurang-kurangnya 70 % anggota pendiri
bertempat tinggal disekitar daerah kerja
BMT.
d. Pendiri dapat bemtambah dalam tahun-tahun
kemudian jika disepakati oleh rapat anggota
para pendiri.
193
Permodalan BMT
1. Modal BMT terdiri dari :
2. Simpanan pokok (SP) yang ditentukan
besarnya sama besar untuk semua anggota.
Simpanan pokok khusus (SPK), yaitu
simpanan pokok yang khusus diperuntukkan
untuk mendapatkan sejumlah modal awal
sehingga memungkinkan BMT melakukan
persiapan-persiapan pendirian dan memulai
operasinya. Jumlah dapat berbeda antara
anggota pendiri. Pada pendirian BMT, para
pendiri bersepakat agar dalam waktu 4 (empat)
bulan sejak disepakati dapat terkumpul uang
sejumlah :
a. Minimal Rp 75 juta untuk wilayah
JABOTABEK.
194
b. Minimal Rp 50 juta untuk wilayah
ibukota propinsi.
c. Minimal Rp 30 juta untuk wilayah
ibukota kabupaten/kota.
d. Minimal Rp 20 juta untuk wilayah
ibukota kecamatan.
e. Minimal Rp 15 juta untuk wilayah
daerah pedasaan.
Status MBT
Status BMT diteuntukan oleh sejumlah aset yang
dimiliki sebagai berikut :
a. Pada awal pendiriannya hingga mencapai aset
lebih kecil dari 100 juta, BMT adalah
kelompok swadaya masyarakat yang berhak
195
meminta/mendapatkan sertifikat kemitraan dari
PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil).
b. Jika BMT telah memiliki aset Rp 100 juta atau
lebih, maka BMT harus melakkukan proses
penngajuan badan hukum kepada notaris
setempat, antara lain berbentuk :
i) Koperasi Syariah (KOPSYAH)
ii) Unit Usaha Otonom Pinjam Syariah dari
KSP (Koperasi Simpan Pinjam), KSU
(Koperasi Serba Usaha), KUD (Koperasi
Unit Desa), Kopontren (Koperasi
Pesantren), atau koperasi lainnya yang
beroperasi otonom termasuk pelaporan
pertanggungjawabannya.
196
Anggota BMT
Anggota BMT terdiri dari :
a. Anggota Pendiri BMT, yaitu anggota yang
membayar simpanan pokok, simpanan wajib,
dan simpanan-simpanan pokok khusus
minimal 4 % dari jumlah modal awal BMT
yang direncanakan.
b. Anggota Biasa, yaitu anggota yang membayar
simpanan pokok dan simpanan wajib.
c. Calon Anggota, yaitu mereka yang
memanfaatkan jasa BMT tetapi belum
melunasi simpanan pokok dan aimoanan wajib.
d. Anggota Kehormatan, yaitu anggota yang
mempunyai kepedulian untuk ikut serta
memajukan BMT baik moral maupun materiil
197
tetapi tidak bisa ikut serta secara penuh sebagai
anggota BMT.
Cara Kerja BMT
Cara kerja BMT adalah sebagai berikut :
a. Pendamping atau beberapa pemrakarsa
mengetahui tentang BMT, menyampaikan dan
menjelaskan ide atau gagasan ini kepada
rekan-rekannya sebagai upaya untuk menarik
beberapa orang sebagai pemrakarsa awal
hingga mencapai lebih dari 20 (dua puluh)
orang.
b. Dua puluh orang atua lebih tersebut kemudian
menyepakati pendirian BMT di desa,
kecamatan, pasar, atau masjid dan bersepakat
mengumpulkan modal awal pendirian BMT.
198
c. Modal awal kemudian ditentukan sesuai
dengan kesepakatan bersama tidak harus sama
jumlahnya antara pemrakarsa, hingga
mencapai jumlah yang telah ditentukan untuk
pendirian sebuah BMT.
d. Pemrakarsa membuat rapat untuk memilih
pengurus BMT.
e. Pengurus BMT kemudian merapatkan dan
merekrut pengelola/manajemen BMT dari
lingkungan tesrebut yang memiliki sifat siddiq,
tabligh, amanah, fathonah dan benar-benar
menguasai visi,misi, tujuan, dan usaha-usaha
BMT, serta memiliki keinginan keras dan
dengan sepenuh hati untuk mengembangkan
BMT.
199
f. Pengurus BMT menghubungi PINBUK
setempat untuk memberikan pelatihan kepada
calon pengelola/manajemen BMT tersebut
(umumnya 2 minggu pelatihan dan magang).
g. Pengelola yang telah diberikan pelatihan
kemudian membuka kantor dan menjalankan
BMT dengan giat menggalakkan simpanan
masyarakat dan memberikan pembiayaan pada
usaha mikro dan kecil disekitar.
h. Pembiayaan pada usaha mikro dilakukan
dengan menerapkan sistem bagi hasil yang
disampaikan sesuai dengan akad yang telah
disepakati.
i. Hasil bagi hasil ini kemudian digunakan oleh
para pengelola untuk membayar homor para
200
pengelola dan membayar kegiatan operasional
BMT.
j. Hasil bagi hasil juga digunakan untuk
membayar bagi hasil kepada penyiapan dana,
diupayakan agar nilai bagi hasil yang diperoleh
para penyimpan dana bisa lebih besar dari
bunga konvensional.
Pendamping BMT
Pendampingan adalah pendekatan pemberdayaan
ekonomi masyarakat miskin dan usaha mikro khususnya
para fakir miskin yang dilaksankan melalui kelompok
usaha muamalat (pokusma) yang merupakan
implementasi dari progran Grameen Bank Bangladesh
dan amanah ikhtiar malaysia. Dilakasanakan dengan
sistem bagi hasil.
201
Kegiatan pendampinngan pokusma, antara lain :
a. Pengembangan sumber daya insani.
b. Pelatihan dengan penekanan peningkatan etos
kerja dan disiplin.
c. Pelatihan dan bimbingan usaha.
d. Pembiayaan usaha.
e. Pengembangan jaringan usaha.
f. Penguatan ruhiyah melalui zikir qalbiyah
ilahiyah (ZQI) pendampingan pokusma dapat
dilakukan oleh :
g. Koperasi
h. BMT
i. LSM (lembaga swadaya masyrakat)
j. KSM (kelompok swadaya masyarakat)
k. Perhimpunan masyarakat lainnya.
202
Kesehatan BMT
Tingkat kesahatan BMT adalah ukuran kinerja dan
kualitas BMT dilihat dari faktor-faktor yeng
mempengaruhi kelancaran, keberhasilan, dan
keberlangsungan usaha BMT, baik dalam jangka pendek
maupun untuk jangka panjang.
Sebuah BMT perlu duketahui tingkat kesehatannya,
karen BMT merupakan sebuah lembaga keuangan
pendukung kegiatan ekonomi rakyat. BMT yang sehat
akan : aman, dipercaya, dan bermanfaat.
KENAPA BANK SYARIAH DAN BMT ?
Sebuah usaha yang diharapkan langgeng dan
bernilai produktif dibidang keuangan membutuhkan
penanganan rapi dan yang terpenting adalah dapat
dipertanggung jawabkan berdasarkan peraturan
203
perekonomian yang berlaku. Sungguhpun begitu,
peraturan perekonomian yang diakui haruslah mengikuti
aturan main Al-Qur‟an dan As-Sunnah. “wakaf tunai”
yang terdiri dari sejumlah uang yang diharapkan kekal
secara nilai, teta[i mampu pula dikembangkan untuk
dimanfaatkan sangat bergantung kepada sistem
pemgelolaan profesional dan bertanggung jawab. Dan
seperti talah dimaklumi bersama, bahkan
pemaklumannya pun berskala internasional, bahwa
sistem profesional dalam pengelolaah keuangan adalah
bank. Bicara soal keuangan apapun bentuknya berarti
berbicara tentang bank dengan berbagai ragamnya. Itu
artinya dunia perbankan diyakini oleh masyarakat
internasional sebagai lembaga dan atau badan usaha
formal yang profesional walau terdapat sisi kelemahan
dalam salah satu komposisinya.
204
Apa sesungguhnya yanng dimahsud mengandung
kelemahan tersebut, sebernarnya terletak pada penilaian
ajaran islam yang menyoroti “kelebihan pembayaran”
pihak peminjam tanpa melihat konteksnya. Dan
kelebihan itulah yang menjadi ajang perdebatan
dikalangan ulama mazhab tentang apakah ia “riba”
ataukah keuntungan usaha kerja sama.
Untik penghimpunan dana yang diproyeksikan
sebagai wakaf tunai harus diletakkan pada strata usah
produktif yang bermulti fungsi, yaitu :
1. Terjamin kebutuhan nominalnya;
2. Memilliki daya pengembanngan dan
menghasilkan nilai;
3. Hasil yang diperoleh dapat dibenarkan secara
syariah;
205
4. Penyaluran kelebihan nilai (materi) kepada
mereka yang menghajatkan;
5. Memberi solusi kepada pengusaha bawah/kecil
mengembangkan usahanya.
Lima target multifungsi wakaf tunai seperti tersebut
diatas, memerlukan pengayoman syariah dalam
melegitimasi prosedur usaha dan berkembang secara
benar berdasarkan petunjuk Al-Qur‟an dan As-Sunnah.
Untuk itu kehadiran bank syariah dan BMT menjadi
solusi positif dari wakaf tunai mengembangkan sayap
usaha tanpawas-was terjebak dalam lingkaran “riba”.
Faktor urgen dan yang paling menjadi perhatian adalah
bahwa riba didominasi tiga unsur atama, yakni :
a. Gharar (spekulasi)
b. Al-Zulm (unsur menzalimi), dan
c. „Adam „Antaradin (tidak adanya kerelaan)
206
Tiga unsur negatif yang mengakibatkan rusaknya
suatu usaha dan itu terdapat pada dunia perbankan telah
ditanggulangi oleh sistem Islam. Dan dengan konsep
berdasar al-Qur‟an serta al-Sunnah, maka didirikanlah
bank syariah dan juga BMT. Dengan demikian pemilihan
bank syariah/BMT sebagai mitra usaha para nadzir wakaf
tunai merupakan solusi konstruktif demi membina
ekonomi umat masa hadapan.
207
DAFTAR BACAAN
Abdul Halim, Hukum Perwakafan Di Indonesia, (Jakarta :
Ciputat Press, 2005).
Adjani Al-Albij, Perwakafan Tanah Di Indonesia, (Jakarta :
Rajawali Press, 1992).
Depag RI, Nadzir Profesional Dan Amanah, (Jakarta : Depag.
2005).
Depag RI, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai (Jakarta :
Depag, 2004)
Depag RI, Wakaf Tunai Dalam Perspektif Hukum Islam,
(Jakarta : Depag, 2005)
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Pengembangan
Zakat dan Wakaf Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan
Haji Tahun 2005.
Departemen Agama RI, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, (Jakarta : Depag RI,
2004)
Harian Kompas, Selasa 12 April 2005.
Juhaya S. Praja, Perwakafan di Indonesia, (Bandung :
Yayasan Plara, 1995).
208
209
210
.