i(ompaspustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/09/... · 2010. 9. 20. · an sipadan-ligitan...

1
I(OMPAS Senin o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 2 @ 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 18 19 OPeb o Mar OApr OMe; OJun OJul OAgs .Sep OOkt ONov ODes BatasPerairan RJ-Malaysia Diselesaikan di Den Haag? M engenai.soal ba- tas perairan RI-Malaysia, De- puti Menteri Luar Negeri Malaysia Richard Riot memberi sinyal di Kuala Lumpur beberapa waktu lalu. Menurut beliau, ma- salah batas perairan ke- dua negara bisa berakhir di Mahkamah Internasio- nal (International Court of Justice atau ICJ) Den Haag, Belanda. (AFP/Ber- nama dikutip Pikiran Rakyat, 3/9). Pernyataan Riot lahir menyi- kapi berlarutnya negosiasi batas perairan dengan RI. Negosiasi sudah berjalan enam belas kali. Pihak kita pun melihat negosiasi batas perairan ini akan berlang- sung lama. Menteri Luar Negeri Marty Natalagewa mengungkap- kan, negosiasi garis batas bisa memakan waktu 5-32 tahun (Kompas, 4/9). Penyelesaian di ICJ adalah pe- nyelesaian secara hukum. Penye- lesaian ini adalah salah satu al- ternatif yang kedua pihak dapat tempuh. Penyelesaiannya berada di tangan 15 hakim ICJ. Penyelesaian ke ICJ harus berdasarkan kesepakatan para pihak. Kesepakatan harus tertu- lis. Para pihak pun harus anggota PBB. RI dan Malaysia memenuhi syarat ini. Kedua pihak sebelurn- nya pernah menyerahkan seng- keta status kepemilikan kepulau- an Sipadan-Ligitan kepada ICJ. Malaysia pernah pula meng- gunakan jasa ICJ untuk menen- .tukan status kepernilikan pulau Batu Puteh dengan Singapura Dalam sengketa ini, ICJ merne- nang Singapura, Masalahnya adalah berdasar- kan pengalaman dengan Malay- sia dalam sengketa Sipadan-Li- gitan, apakah kita siap menye- lesaikan soal batas perairan de- ngan Malaysia di Den Haag? Me- nurut Marty, agenda perbatasan dengan Malaysia mencakup seg- men Selat Malaka, segmen Selat Oleh HUALA ADOLF Singapura, Laut China Selatan, dan Laut Sulawesi. Soal perairan tempat terjadinya penangkapan tiga petugas Kementerian Ke- lautan dan Perikanan, para pihak sepakat akan membahasnya se- cara khusus. Jangan terpancing ICJ sebagai badan peradilan di bawah PBB yang termuat dalam Piagam PBB sebagai badan per- adilan internasional khusus PBB. Sejak berdiri tahun 1946 hingga sekarang, reputasi ICJ tidak di- ragukan lagi. Hakim-hakimnya adalah ahli hukum internasional yang ternama di dunia Piagam PBB memberi alter- natif penyelesaian sengketa lain di samping ICJ. Pasal 33 Piagam PBB menyebutkan, para pih yang bersengketa harus ter- lebih dahulu rnenyelesai- kan sengketanya mela- lui negosiasi, penye- lidikan, mediasi, konsiliasi, arbitra- se, pe- nyelesai- an melalui badan re- gional, pe- nyelesaian melalui hukum (misalnya ICJ), atau cara-cara penyelesaian damai lain- nya yang para pihak sepakati. Pasal 33 Piagam PBB menyebut penye- lesaian secara hukum merupakan langkah yang berada pada urutan ke-7. Piagam PBB menempatkan negosiasi pada urutan pertama! Artinya, kalau negosiasi secara langsung para pihak gagal, masih ada cara penyelesaian selanjut- nya, yaitu penyelidikan, mediasi, konsiliasi, arbitrase, penyelesaian melalui organisasi regional (mi- salnya ASEAN), atau cara-cara damai lainnya yang para pihak setujui. Karena itu, menanggapi sinyal Deputi Menteri Luar Negeri di atas, seyogianya kita tidak ter- pancing, Masih ada cara-cara lain yang para pihak dapat pilih bila negosiasi gagal. Pasal 33 Piagam PBB tidak menyebut langkah-langkah pe- nyelesaian sengketa. Piagam ti- dak juga memberi arahan ba- gaimana atau kapan langkah pe- nyelesaian mediasi, penyelidikan, konsiliasi, dan seterusnya ditern- puh. Instrumen hukum internasi- onal yang memberi solusi me- ngenai langkah penyelesaian sengketa yang pa- ra pihak dapat tempuh ada da- lam instrumen hukum penye- lesaian sengke- ta WTO, yaitu Dispute Settle- ment Under. standing (DSU). Pasal 3 DSU mern- beri penga- turan cu- kup jelas kepada pi- hak yang berseng- ketaDSU meng- ingatkan, pertama, bahwa sebelum meng- ambil langkah atau tin- dakan hukum tertentu, pihak yang bersengketa harus memastikan terlebih da- hulu apakah langkah yang akan diambil akan berhasil. Kedua, DSU mengungkapkan bahwa untuk menyelesaikan sua- tu sengketa, yang terpenting ada- lah menghasilkan suatu penye- lesaian yang positif (positive so- lution). Maksudnya, penyelesaian sengketa harus membawa dam- pak baik, positif bagi para pihak. Artinya, pihak yang menang mendapatkan putusan yang efek- tif. Ketiga, DSU mengingatkan bahwa penyelesaian sengketa yang langsung dis lesaikan oleh para pihak adalah penyelesaian sengketa yang disukai. SDM dan dana Dari tiga tolok ukur di atas, penyelesaian yang berhasil, po- sitif, dan penyelesaian langsung para pihak mengisyaratkan per- tanyaan penting: apakah sumber daya manusia (SDM) kita sudah menguasai permasalahan hukum dengan baik, baik substansinya maupun hukum acaranya (for- mil). Belum banyak sarjana hukum kita di perguruan tinggi yang mendalami kedua bidang ini. Pendidikan hukum kita masih dididik secara kontinental. Pen- didikan hukum model common law atau anglo saxon, pendidikan hukum yang mendasarkan pada case law, studi kasus, masih be- lum menjadi kurikulum utama di TanahAir. Selain itu, masalah klasik di negara berkembang umumnya, termasuk kita, adalah lemahnya dokumentasi atau kearsipan. Ki- ta masih harus belajar untuk menghargai arti penting kear- sipan ini. Dalam sengketa Si- padan-Ligitan, kita sempat ke- walahan dalam mencari arsip, pe- ta lama, untuk mendukung posisi kita di ICJ. Lagi pula, sengketa di hadapan badan peradilan luar negeri, ter- masuk ICJ di Den Haag, tidaklah murah. Mau tidak mau, siap tidak siap, kita masih perlu menyewa pengacara asing. Biaya untuk ini, transportasi, akomodasi, peneli- tian, dan sebagainya tidak mu- rah. Karena itu, cara yang tarn- paknya laik dan cocok untuk di- lakukan adalah terus menempuh cara negosiasi. Harapan kita pada Kementerian Luar Neg'eri beser- ta instansi terkait, termasuk ka- lau perlu perguruan tinggi, sangat diharapkan. HUAlAADOLF Guru Besar Hukum Interna- sional pada FakuZtas Hukum Universitas Padjadjaran, _ Bandung Kliping Humas Unpad 2010

Upload: others

Post on 30-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I(OMPASpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/09/... · 2010. 9. 20. · an Sipadan-Ligitan kepada ICJ. Malaysia pernah pula meng-gunakan jasa ICJ untuk menen-.tukan status kepernilikan

I(OMPAS• Senin o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 152

@ 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 3118 19OPeb oMar OApr OMe; OJun OJul OAgs .Sep OOkt ONov ODes

BatasPerairan RJ-MalaysiaDiselesaikan di Den Haag?

M engenai.soal ba-tas perairanRI-Malaysia, De-

puti Menteri Luar NegeriMalaysia Richard Riotmemberi sinyal di KualaLumpur beberapa waktulalu. Menurut beliau, ma-salah batas perairan ke-dua negara bisa berakhirdi Mahkamah Internasio-nal (International Courtof Justice atau ICJ) DenHaag, Belanda. (AFP/Ber-nama dikutip PikiranRakyat, 3/9).

Pernyataan Riot lahir menyi-kapi berlarutnya negosiasi batasperairan dengan RI. Negosiasisudah berjalan enam belas kali.Pihak kita pun melihat negosiasibatas perairan ini akan berlang-sung lama. Menteri Luar NegeriMarty Natalagewa mengungkap-kan, negosiasi garis batas bisamemakan waktu 5-32 tahun(Kompas, 4/9).

Penyelesaian di ICJ adalah pe-nyelesaian secara hukum. Penye-lesaian ini adalah salah satu al-ternatif yang kedua pihak dapattempuh. Penyelesaiannya beradadi tangan 15 hakim ICJ.

Penyelesaian ke ICJ harusberdasarkan kesepakatan parapihak. Kesepakatan harus tertu-lis. Para pihak pun harus anggotaPBB. RI dan Malaysia memenuhisyarat ini. Kedua pihak sebelurn-nya pernah menyerahkan seng-keta status kepemilikan kepulau-an Sipadan-Ligitan kepada ICJ.

Malaysia pernah pula meng-gunakan jasa ICJ untuk menen-

.tukan status kepernilikan pulauBatu Puteh dengan SingapuraDalam sengketa ini, ICJ merne-nang Singapura,

Masalahnya adalah berdasar-kan pengalaman dengan Malay-sia dalam sengketa Sipadan-Li-gitan, apakah kita siap menye-lesaikan soal batas perairan de-ngan Malaysia di Den Haag? Me-nurut Marty, agenda perbatasandengan Malaysia mencakup seg-men Selat Malaka, segmen Selat

Oleh HUALA ADOLF

Singapura, Laut China Selatan,dan Laut Sulawesi. Soal perairantempat terjadinya penangkapantiga petugas Kementerian Ke-lautan dan Perikanan, para pihaksepakat akan membahasnya se-cara khusus.

Jangan terpancingICJ sebagai badan peradilan di

bawah PBB yang termuat dalamPiagam PBB sebagai badan per-adilan internasional khusus PBB.Sejak berdiri tahun 1946 hinggasekarang, reputasi ICJ tidak di-ragukan lagi. Hakim-hakimnyaadalah ahli hukum internasionalyang ternama di dunia

Piagam PBB memberi alter-natif penyelesaian sengketa laindi samping ICJ. Pasal 33 PiagamPBB menyebutkan, para pihyang bersengketa harus ter-lebih dahulu rnenyelesai-kan sengketanya mela-lui negosiasi, penye-lidikan, mediasi,konsiliasi,arbitra-se, pe-nyelesai-an melaluibadan re-gional, pe-nyelesaianmelaluihukum(misalnyaICJ), ataucara-carapenyelesaiandamai lain-nya yang parapihak sepakati.

Pasal 33 PiagamPBB menyebut penye-lesaian secara hukum merupakanlangkah yang berada pada urutanke-7. Piagam PBB menempatkannegosiasi pada urutan pertama!

Artinya, kalau negosiasi secaralangsung para pihak gagal, masihada cara penyelesaian selanjut-nya, yaitu penyelidikan, mediasi,konsiliasi, arbitrase, penyelesaianmelalui organisasi regional (mi-salnya ASEAN), atau cara-caradamai lainnya yang para pihaksetujui.

Karena itu, menanggapi sinyalDeputi Menteri Luar Negeri di

atas, seyogianya kita tidak ter-pancing, Masih ada cara-cara lainyang para pihak dapat pilih bilanegosiasi gagal.

Pasal 33 Piagam PBB tidakmenyebut langkah-langkah pe-nyelesaian sengketa. Piagam ti-dak juga memberi arahan ba-gaimana atau kapan langkah pe-nyelesaian mediasi, penyelidikan,konsiliasi, dan seterusnya ditern-puh.

Instrumen hukum internasi-onal yang memberi solusi me-ngenai langkah penyelesaian

sengketa yang pa-ra pihak dapattempuh ada da-lam instrumenhukum penye-lesaian sengke-ta WTO, yaituDispute Settle-ment Under.standing(DSU).

Pasal 3DSU mern-beri penga-turan cu-kup jelaskepada pi-hak yangberseng-ketaDSUmeng-ingatkan,pertama,bahwasebelummeng-ambillangkahatau tin-dakanhukum

tertentu, pihak yang bersengketaharus memastikan terlebih da-hulu apakah langkah yang akandiambil akan berhasil.

Kedua, DSU mengungkapkanbahwa untuk menyelesaikan sua-tu sengketa, yang terpenting ada-lah menghasilkan suatu penye-lesaian yang positif (positive so-lution). Maksudnya, penyelesaiansengketa harus membawa dam-pak baik, positif bagi para pihak.Artinya, pihak yang menangmendapatkan putusan yang efek-tif.

Ketiga, DSU mengingatkanbahwa penyelesaian sengketayang langsung dis lesaikan olehpara pihak adalah penyelesaiansengketa yang disukai.

SDM dan danaDari tiga tolok ukur di atas,

penyelesaian yang berhasil, po-sitif, dan penyelesaian langsungpara pihak mengisyaratkan per-tanyaan penting: apakah sumberdaya manusia (SDM) kita sudahmenguasai permasalahan hukumdengan baik, baik substansinyamaupun hukum acaranya (for-mil).

Belum banyak sarjana hukumkita di perguruan tinggi yangmendalami kedua bidang ini.Pendidikan hukum kita masihdididik secara kontinental. Pen-didikan hukum model commonlaw atau anglo saxon, pendidikanhukum yang mendasarkan padacase law, studi kasus, masih be-lum menjadi kurikulum utama diTanahAir.

Selain itu, masalah klasik dinegara berkembang umumnya,termasuk kita, adalah lemahnyadokumentasi atau kearsipan. Ki-ta masih harus belajar untukmenghargai arti penting kear-sipan ini. Dalam sengketa Si-padan-Ligitan, kita sempat ke-walahan dalam mencari arsip, pe-ta lama, untuk mendukung posisikita di ICJ.

Lagi pula, sengketa di hadapanbadan peradilan luar negeri, ter-masuk ICJ di Den Haag, tidaklahmurah. Mau tidak mau, siap tidaksiap, kita masih perlu menyewapengacara asing. Biaya untuk ini,transportasi, akomodasi, peneli-tian, dan sebagainya tidak mu-rah.

Karena itu, cara yang tarn-paknya laik dan cocok untuk di-lakukan adalah terus menempuhcara negosiasi. Harapan kita padaKementerian Luar Neg'eri beser-ta instansi terkait, termasuk ka-lau perlu perguruan tinggi, sangatdiharapkan.

HUAlAADOLFGuru Besar Hukum Interna-sional pada FakuZtas Hukum

Universitas Padjadjaran, _Bandung

Kliping Humas Unpad 2010