hubungan penggunaan air conditioner (ac) di …digilib.unila.ac.id/55370/3/skripsi tanpa bab...

64
HUBUNGAN DI RUA SINDRO SEKOLAH MEN N PENGGUNAAN AIR CONDITION ANG KELAS TERHADAP KEJADI OMA MATA KERING PADA PELA NENGAH ATAS NEGERI BANDAR (Skripsi) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019 NER (AC) IAN AJAR R LAMPUNG Oleh AMALIA WIDYA LARASATI Oleh AMALIA WIDYA LARASATI

Upload: others

Post on 03-Jan-2020

56 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC)DI RUANG KELAS TERHADAP KEJADIAN

SINDROMA MATA KERING PADA PELAJARSEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

AMALIA WIDYA LARASATI

1518011174

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC)DI RUANG KELAS TERHADAP KEJADIAN

SINDROMA MATA KERING PADA PELAJARSEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC)DI RUANG KELAS TERHADAP KEJADIAN

SINDROMA MATA KERING PADA PELAJARSEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

Oleh

AMALIA WIDYA LARASATI

Oleh

AMALIA WIDYA LARASATI

Page 2: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC)DI RUANG KELAS TERHADAP KEJADIAN

SINDROMA MATA KERING PADA PELAJARSEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI BANDAR LAMPUNG

OlehAMALIA WIDYA LARASATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh GelarSarjana Kedokteran

Pada

Fakultas KedokteranUniversitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMPUNG

2019

HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC)DI RUANG KELAS TERHADAP KEJADIAN

SINDROMA MATA KERING PADA PELAJARSEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI BANDAR LAMPUNG

OlehAMALIA WIDYA LARASATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh GelarSarjana Kedokteran

Pada

Fakultas KedokteranUniversitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMPUNG

2019

HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC)DI RUANG KELAS TERHADAP KEJADIAN

SINDROMA MATA KERING PADA PELAJARSEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI BANDAR LAMPUNG

OlehAMALIA WIDYA LARASATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh GelarSarjana Kedokteran

Pada

Fakultas KedokteranUniversitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMPUNG

2019

Page 3: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami
Page 4: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami
Page 5: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami
Page 6: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

6

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gisting, Tanggamus pada 30 Oktober 1997, merupakan anak

terakhir dari lima bersaudara, dari Ayahanda Supardi dan Ibunda Romlah.

Pendidikan taman kanak-kanak diselesaikan di TK Fransiskus Gisting pada tahun

2003, sekolah dasar (SD) diselesaikan di SD Fransiskus Gisting pada tahun 2009,

sekolah menengah pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 1 Gisting pada

tahun 2012, dan sekolah menengah atas (SMA) diselesaikan di SMAN 9 Bandar

Lampung pada tahun 2015.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif pada organisasi FSI IBNU SINA

sebagai sekretaris biro Dana dan Usaha 2016-2017.

Page 7: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

Dedicated to

My dearest parents who always give unending love,

laughter, and support for me on this day and all days.

Page 8: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

SANWACANA

Segala puji bagi Allah SWT, Allah yang Maha Pengasih, Allah yang Maha

Penyayang, yang tiada habis memberikan kita kasih dan sayang-Nya, nikmat, dan

karunia-Nya sehingga penelitian ini dapat saya selesaikan. Shalawat dan salam

senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebaik-baik manusia di

bumi dengan keteladanan yang abadi hingga kini. Alhamdulillah atas kehendak,

izin, dan pertolongan Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Hubungan Penggunaan Air Conditioner (AC) di Ruang Kelas

Terhadap Kejadian Sindroma Mata Kering Pada Pelajar Sekolah Menengah Atas

Bandar Lampung” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Kedokteran di Universitas Lampung.

Penulis meyakini penelitian skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan

bantuan dari banyak kalangan. Maka dengan ini, penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas

Lampung;

2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung;

Page 9: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

3. dr. Rani Himayani, S. Ked., Sp.M., selaku Pembimbing Utama atas waktu

dan kesediannya untuk memberikan ilmu, bimbingan, saran, dan kritik

yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Dr. Dyah Wulan Sumekar Rengganis Wardani, SKM., M. Kes., selaku

Pembimbing Kedua dan Pembimbing Akademik atas waktu dan

kesediannya memberi ilmu, bimbingan, saran, dan kritik yang membangun

dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. dr. Rasmi Zakiah Oktarlina, S. Ked., M. Farm., selaku Pembahas yang

telah meluangkan waktunya dalam memberikan ilmu, masukan, dan saran

dalam skripsi ini;

6. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung atas ilmu, waktu, dan bimbingan yang telah diberikan dalam

proses perkuliahan;

7. Mama, wanita yang penulis tidak akan lahir di dunia ini tanpanya,

terimakasih untuk semua doa yang tidak ada putusnya, dukungan yang

selalu diberikan, dan kasih sayang yang penulis tidak akan pernah mampu

membalasnya. Your presence gives me wings to fly when my own wings

are broken;

8. Papa, lelaki nomor satu di hidupku, terimakasih untuk semua doa,

dukungan, kasih sayang, cinta yang selalu diberikan dengan ikhlas. You

are my guardian, carer, listener, bank, part-time fun gay, tough on the

outside but soft on the inside. You are best dad a kid could ask for;

9. Keempat kakakku, Arischa Meir Dianingrum, Andika Diantoro, Angga

Aryudha Maulana, dan Andreano Muhammad Rifky, terimakasih sudah

Page 10: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

menjadi kakak terbaik. The greatest gift Mama and Papa ever gave me was

my sibling;

10. Responden penelitian, Pak Kris, Pak Priyo, dan berbagai pihak di SMAN 9

dan 14 Bandar Lampung yang telah bersedia membantu penulis dalam

menyelesaikan penelitian;

11. Sahabat sekaligus saudara penulis di perantauan Betari Ariefia S.K., Dhea

Novita, Ulfiah Fairuz, Arinda Stefani, Luthfi Aulia O., Balqis Ikfi H.,

Alfia Nikmah, Divian Ozaza S., Sonia Anggraini, dan Karimah Khitami

A. Terimakasih sudah menemani hari-hari penulis selama di FK Unila

maupun di Pondok Arbenta karena kehadiran kalianlah hari menjadi lebih

mudah. Terimakasih sudah mau menjadi temanku yang suka marah tiba-

tiba. My sisters from another mother;

12. Teman penelitian penulis, Fidya C. Sabila, Annisa Putri P., Arini

Meronica, yang telah membantu penelitian penulis walaupun harus

merelakan jadwal kuliah dan rela menemani penulis untuk menyelesaikan

hasil dan pembahasan skripsi;

13. Teman sejawat 2015, ENDOM15IUM yang tidak bisa disebutkan satu

persatu. Terimakasih atas segala suka duka, motivasi, dan kebersamaan

selama 3,5 tahun ini;

14. Sahabatku yang sedang mengejar mimpi di berbagai belahan dunia, Dela,

Eti, Dhara, Muthia, Elfrida, dan Nuria. Terimakasih untuk segala doa,

semangat, dan motivasinya. Semoga selalu semangat dalam mengejar cita.

Salam rindu dari penulis untuk kalian semua;

Page 11: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

15. Dan semua pihak yang turut berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas segala

kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan, namun penulis bberharap skripsi ini dapat memberikan manfaat

dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya. Semoga segala

perhatian, kebaikan, dan keikhlasan yang diberikan selama ini mendapat balasan

dari Allah SWT. Terimakasih.

Bandar Lampung, 19 Desember 2018

Penulis

Amalia Widya Larasati

Page 12: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN USING AIR CONDITIONERIN CLASSROOM AND THE INCIDENT OF

DRY EYE SYNDROME IN SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT ATBANDAR LAMPUNG

By

AMALIA WIDYA LARASATI

Background: Using Air Conditioner (AC) in daily life have become a habit. ACis used to give a cozy condition but in the other side, AC causes low humidity andcausing the eye disruptions named dry eye syndrome. The purpose of this researchis to know the correlation between using AC in classroom and dry eye syndrome.Methods: The design of this study is analytic observational by using cross-sectional design. Subject of the research is XII grade students of Senior HighSchool (SHS) 9 and 14 Bandar Lampung. Samples are selected by consecutivesampling and evaluated using Schirmer test.Results: The percentage of students who use AC in classroom and suffering dryeye are 67,10%. Meanwhile, students who don’t use AC in classroom andsuffering dry eye are 20%. Result of data analysis is value of p = 0,001.Conclusion: There is significant correlation between using AC in classroom andthe incident of dry eye syndrome in Senior High School student at BandarLampung.

Keywords: Air Conditioner, Dry Eye Syndrome, Low Humidity

Page 13: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

ABSTRAK

HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC)DI RUANG KELAS TERHADAP KEJADIAN

SINDROMA MATA KERING PADA PELAJARSEKOLAH MENENGAH ATAS BANDAR LAMPUNG

Oleh

AMALIA WIDYA LARASATI

Latar Belakang: Penggunaan Air Conditioner (AC) di kehidupan sehari-harisudah menjadi kebiasaan. AC berfungsi untuk menyamankan kondisi, namun ACdapat menyebabkan rendahnya kelembaban udara dan menyebabkan terjadinyasindroma mata kering. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubunganpenggunaan AC di ruang kelas terhadap kejadian sindroma mata kering.Metode: Desain penelitian ini adalah observasi analisis dengan pendekatan cross-sectional. Subjek dari penelitian adalah pelajar kelas XII SMAN 9 dan 14 BandarLampung. Subjek dipilih dengan cara consecutive sampling dan diperiksa dengantes Schirmer.Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami mata kering adalah67,10%. Sedangkan, pelajar yang tidak berada di ruangan ber-AC dan menderitamata kering adalah 20%. Nilai p dari analisis adalah 0,001.Kesimpulan: Terdapat hubungan antara penggunaan AC di ruang kelas terhadapkejadian sindroma mata kering.

Kata kunci: Air Conditioner, Kelembaban Rendah, Sindroma Mata Kering

Page 14: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI........................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ................................................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian................................................................................... 5

1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................. 5

1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................. 5

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ....................................................................... 6

1.5 Keaslian Penelitian ................................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 9

2.1 Anatomi Apparatus Lakrimalis ............................................................. 9

2.1.1 Sistem Produksi Lakrimal ........................................................... 9

2.1.2 Sistem Ekskresi Lakrimal.......................................................... 10

2.2 Mekanisme Pengeluaran Air Mata ...................................................... 11

2.3 Air Mata .............................................................................................. 12

2.3.1 Fungsi Air Mata ........................................................................ 12

2.3.2 Lapisan-Lapisan Film Air Mata ................................................ 13

2.3.3 Komposisi Air Mata .................................................................. 14

2.4 Sindroma Mata Kering ........................................................................ 14

2.4.1 Definisi ...................................................................................... 14

2.4.2 Etiologi ...................................................................................... 15

2.4.3 Faktor Resiko ............................................................................ 17

Page 15: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

ii

2.4.4 Mekanisme Sindroma Mata Kering .......................................... 18

2.4.5 Klasifikasi Sindrom Mata Kering ............................................. 19

2.4.6 Manifestasi Klinis ..................................................................... 20

2.4.7 Diagnosis................................................................................... 21

2.4.8 Penatalaksanaan ........................................................................ 25

2.4.9 Komplikasi ................................................................................ 26

2.5 Air Conditioning (AC) ........................................................................ 27

2.6 Kerangka Teori.................................................................................... 29

2.7 Kerangka Konsep ................................................................................ 30

2.8 Hipotesis.............................................................................................. 30

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 31

3.1 Jenis Penelitian.................................................................................... 31

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................... 31

3.2.1 Lokasi Penelitian ....................................................................... 31

3.2.2 Waktu Penelitian ....................................................................... 32

3.3 Subjek Penelitian................................................................................. 32

3.3.1 Populasi penelitian .................................................................... 32

3.3.2. Besar Sampel............................................................................ 33

3.3.3. Cara Pengambilan Sampel ....................................................... 34

3.4 Instrumen Penelitian............................................................................ 34

3.5 Skema Pengumpulan Data .................................................................. 34

3.6 Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................... 34

3.7 Definisi Operasional Parameter Penelitian.......................................... 36

3.8 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................... 36

3.9 Cara Kerja ........................................................................................... 37

3.10 Pengolahan dan Analisis Data........................................................... 38

3.10.1 Pengolahan Data...................................................................... 38

3.10.2 Analisis Data ........................................................................... 39

3.11 Rancangan Penelitian ........................................................................ 40

3.12 Etika Penelitian ................................................................................. 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 41

4.1 Hasil Penelitian .................................................................................. 41

4.1.1 Karakteristik Sampel Penelitian ................................................ 43

4.1.2 Karakteristik Lokasi Penelitian ................................................. 43

4.1.3 Analisis Univariat...................................................................... 44

Page 16: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

iii

4.1.4 Analisis Bivariat ........................................................................ 46

4.2 Pembahasan ........................................................................................ 47

4.2.1 Analisis Univariat...................................................................... 47

4.2.2 Analisis Bivariat ........................................................................ 48

4.3 Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 52

5.1 Kesimpulan......................................................................................... 52

5.2 Saran................................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 54

LAMPIRAN

Page 17: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Anatomi Sistem Lakrimalis ............................................................... 10

Gambar 2. Mekanisme Pengeluaran Air Mata .................................................... 12

Gambar 3. Lapisan Air Mata ............................................................................... 13

Gambar 4. Klasifikasi Mata Kering..................................................................... 19

Gambar 5. Kerangka Teori Sindroma Mata Kering. ........................................... 29

Gambar 6. Kerangka Konsep............................................................................... 30

Gambar 7. Skema Pengumpulan Data................................................................. 34

Gambar 8. Kerangka Penelitian........................................................................... 40

Page 18: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Penelitian Tentang Pajanan AC Terhadap Sindroma Mata Kering.......... 7

Tabel 2. Definisi Operasional Penelitian.............................................................. 36

Tabel 3. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ................ 43

Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Sindroma Mata Kering ............. 43

Tabel 5. Nilai Rata-Rata Tingkat Suhu dan Kelembaban Ruangan ..................... 44

Tabel 6. Keluhan dari Kuesioner OSDI di Seluruh Populasi ............................... 45

Tabel 7. Keluhan dari Kuesioner OSDI Pada Sindroma Mata Kering................. 45

Tabel 8. Hasil Analisis Uji Chi-Square Hubungan Penggunaan AC di RuangKelas Terhadap Kejadian Sindroma Mata Kering .................................. 46

Page 19: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Persetujuan Etik .............................................................................. 58

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Lampung .. 59

Lampiran 3. Penjelasan Penelitian dan Informed Consent.................................. 60

Lampiran 4. Hasil Analisis Statistik.................................................................... 63

Lampiran 5. Kuesioner OSDI.............................................................................. 65

Lampiran 6. Dokumentasi ................................................................................... 66

Page 20: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata kering merupakan suatu penyakit dari film air mata yang terjadi karena

kekurangan produksi air mata atau penguapan air mata secara berlebihan; hal

ini menyebabkan kerusakan pada permukaan interpalpebral mata dan

berhubungan dengan beberapa gejala berupa ketidaknyamanan pada

penglihatan. Sindroma mata kering yang juga sering disebut sebagai

keratokonjungtivitis sicca (KCS), sering menjadi suatu penyebab bagi

seseorang untuk mencari pengobatan akibat gejala yang dirasakan (Javadi and

Feizi, 2011). Orang dengan penyakit mata kering sering mengeluhkan

terganggunya kegiatan sehari-hari, misalnya membaca, bekerja,

menggunakan komputer, dan saat mengendarai kendaraan di siang atau

malam hari (Stapleton et al., 2014).

Penyakit mata kering merupakan penyakit yang sangat sering ditemukan di

kehidupan sehari-hari dan prevalensinya terus meningkat tiap tahunnya.

Sekitar satu dari tujuh orang yang berumur 65 sampai 84 tahun dilaporkan

mempunyai keluhan dari penyakit mata kering. Moss et al., dalam

penelitiannya pada tahun 2004 melaporkan bahwa 14,4% dari 3722 subyek

Page 21: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

2

berumur 48 sampai 91 tahun menderita sindroma mata kering.Namun, Schein

et al., dalam penelitiannya tahun 1997 tidak menemukan adanya hubungan

antara umur dan jenis kelamin dengan insiden terjadinya sindroma mata

kering, padahal peneliti lainnya melaporkan bahwa umur dan jenis kelamin

berpengaruh terhadap insiden terjadinya sindroma mata kering. Dari suatu

percobaan dengan 926 subyek berumur 40 tahun ke atas, ditemukan insiden

sindroma mata kering banyak dijumpai pada perempuan (Javadi and Feizi,

2011). Prevalensi sindroma mata kering di Indonesia dilaporkan sebanyak

27,5% dari 1251 partisipan umur 40-49 tahun serta lebih didominasi oleh pria

(Lee et al., 2002).

Sindroma mata kering terjadi karena dua hal, yaitu kurangnya produksi air

mata dan peningkatan penguapan air mata. Peningkatan penguapan air mata

bisa disebabkan oleh faktor instrinsik maupun ekstrinsik. Faktor ekstrinsik

yang memengaruhi peningkatan jumlah penguapan air mata misalnya

kecepatan udara yang tinggi dan rendahnya kelembaban, hal tersebut sering

ditemukan pada ruangan yang dilengkapi dengan air conditioner (Lemp et

al., 2007).

Air Conditioner (AC)merupakan suatu alat penyejuk ruangan yang dapat

mengontrol suhu udara dalam ruangan dan memberikan efek nyaman

terhadap tubuh, tetapi kualitas udara dalam suatu ruangan yang menggunakan

AC merupakan faktor yang signifikan yang dapat memengaruhi derajat

kesehatan, misalnya flu, batuk, iritasi kulit dan mata (Adekayanti, 2015).

Pada tahun 2010 permintaan AC mencapai 1,3 juta produk dan terus

Page 22: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

3

meningkat menjadi 1,6 juta produk pada tahun 2011. Angka penjualan AC

juga tumbuh positif dengan angka 1,9 juta unit hingga akhir tahun 2012.

Permintaan AC juga diperkirakan akan terus meningkat seiring munculnya

perumahan, apartemen, sekolah, dan gedung perkantoran baru di Indonesia.

Udara yang dikeluarkan melalui AC hanya mengandung sedikit air sehingga

udara dalam ruangan yang ber-AC cenderung memiliki kelembaban yang

lebih rendah dibandingkan normalnya, yaitu 40-60%(Menteri

Ketenagakerjaan Republik Indonesia, 2016).

Penggunaan AC di kehidupan sehari-hari sudah menjadi hal yang biasa bagi

masyarakat Indonesia mengingat negara Indonesia adalah negara tropis yang

suhunya relatif tinggi. Mulai dari lingkungan rumah, sekolah, kantor, tempat

umum, dan gedung perbelanjaan di setiap sudutnya difasilitasi oleh AC.

Penggunaan AC di sekolah dimaksudkan untuk memberikan kondisi yang

kondusif dan nyaman bagi pelajar pada saat proses belajar mengajar. Saat ini,

banyak sekolah yang berlomba-lomba untuk memberikan fasilitas AC kepada

siswanya (Hardinasari, 2015). Pelajar yang hampir setiap hari terpajan AC

dalam waktu yang lama dapat mengalami sindroma mata kering.

Penelitian tentang hubungan penggunaan AC terhadap kejadian sindroma

mata kering sudah banyak dilakukan, misalnya di Spanyol oleh Lopezet al.,

di tahun 2015 dan didapatkan hasil bahwa terjadi eksaserbasi akut pada

kelompok kontrol dan kelompok pasien sindroma mata kering setelah

terpajan udara dengan kelembaban 5%. Di Taiwan, Suet al., pada tahun 2009

pernah melakukan penelitian dengan 3154 jumlah responden dan didapatkan

Page 23: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

4

hasil bahwa lingkungan kerja dengan kelembaban rendah dapat menyebabkan

terjadinya sindroma mata kering. Di Indonesia, pernah dilakukan penelitian

dengan judul hubungan pemakaian Air Conditioner (AC) di ruang kelas

terhadap kejadian sindroma mata keringpada siswa SMA di Surakarta oleh

Rusmita Hardinasari. Pada penelitian tersebut, didapatkan hasil bahwa tidak

ada hubungan yang signifikan antara pemakaian AC terhadap kejadian

sindroma mata kering pada Siswa SMA Surakarta.

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini penting untuk dilakukan

karena di era sekarang banyak orang yang terpajan AC dalam kehidupan

sehari-hari baik di lingkungan perkantoran, rumah, tempat-tempat umum, dan

sekolah. Namun, selain memberikan kenyamanan bagi penggunanya,

penggunaan AC ternyata memberikan dampak negatif misalnya terjadi

keluhan pada mata. Pada pelajar terutama di jenjang SMA, gangguan pada

mata seperti sindroma mata kering akan mengganggu aktifitas dalam

belajardan akhirnya akan memengaruhi prestasi pelajar.Di Bandar Lampung

belum pernah ada penelitian mengenai hubungan pajanan AC terhadap

sindroma mata kering.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dibuatlah penelitian yang berjudul

“Hubungan Penggunaan Air Conditioner (AC) di Ruang Kelas Terhadap

Kejadian Sindroma Mata Kering Pada Pelajar SMA Negeri Bandar

Lampung”. Di Bandar Lampung terdapat SMAN yang sudah dilengkapi AC

maupun yang belum dilengkapi dengan AC dan penelitian dilaksanakan di

SMA Negeri 9 Bandar Lampung sebagai responden yang berada di ruang

Page 24: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

5

kelas ber-AC dan di SMA Negeri 14 Bandar Lampung sebagai responden

yang tidak berada di ruang kelas ber-AC.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan penggunaanAir Conditoner (AC) di ruang kelas

terhadap kejadian sindroma mata keringpada pelajar SMA Negeri Bandar

Lampung?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

penggunaanAir Conditoner (AC) di ruang kelas terhadap kejadian

sindroma mata kering pada pelajar SMA Negeri Bandar Lampung.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui gambaran suhu dan kelembaban ruangan AC dan non-

AC di SMAN Bandar Lampung.

2. Mengetahui proporsi jumlah kejadian sindroma mata kering pada

pelajar dalam ruangan AC dan non-AC di SMAN Bandar

Lampung.

3. Mengetahui keluhan terbanyak yang dirasakan oleh seluruh

populasi dan populasi sindroma mata kering.

4. Mengetahui hubungan antara penggunaan AC di ruang kelas

terhadap kejadian sindroma mata kering pada pelajar SMA Negeri

Bandar Lampung.

Page 25: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

6

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Untuk pengembangan dan memperkaya ilmu di bidang mata tentang

hubungan penggunaan Air Conditoner (AC) di ruang kelas terhadap

kejadian sindroma mata kering pada pelajar SMA Negeri Bandar

Lampung.

2. Manfaat bagi penulis

Untuk menambah wawasan tentang hubungan penggunaan Air

Conditoner (AC) di ruang kelas terhadap kejadian sindroma mata kering

pada pelajar SMA Negeri Bandar Lampung.

3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Bisa dijadikan referensi bagi peneliti lain terkait dengan topik yang sama,

dapat menjadi bahan evaluasi, dan bahan masukan untuk penelitian

selanjutnya.

4. Manfaat bagi institusi pendidikan

Dalam lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, penelitian

ini dapat digunakan sebagai bahan kepustakaan dalam menambah

informasi tentang hubungan penggunaan Air Conditoner (AC) di ruang

kelas terhadap kejadian sindroma mata kering pada pelajar SMA Negeri

Bandar Lampung.

5. Manfaat bagi masyarakat

Menambah pengetahuan masyakarat, khususnya pelajar SMA, tentang

hubungan penggunaan Air Conditoner (AC) di ruang kelas terhadap

Page 26: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

7

kejadian sindroma mata kering pada pelajar SMA Negeri Bandar

Lampung.

1.5 Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian digunakan untuk membedakan penelitian yang dilakukan

sekarang dengan penelitian sebelumnya. Keaslian penelitian ini dijelaskan

pada tabel berikut:

Tabel 1.Penelitian Tentang Pajanan AC Terhadap Sindroma Mata Kering.

No. Judul/ Peneliti/ LokasiPenelitian

Tahun Desain Variabel Hasil

1. Dry Eye Exacerbation inPatientsExposed toDesiccating StressUnder ControlledEnviromentalConditions/ Lopez MAet al,./ Spanyol

2014 ProspectiveCross-

sectional

Variabelbebas:kelembabanudaraVariabelterikat:sindromamata kering

Hasil: Terjadigejalaeksaserbasiakut akibatrendahnyakelembabanudara

2. Higher Prevalence ofDry Eye Symptomps inSkin, Eyes, Nose, andThroat Among Workersin Clean Rooms WithModerate Humidity/ SuSB, Wang BJ, Tai C,Chang HF, Guo HR/Taiwan

2009 Cross-sectional

Variabelbebas:kelembabanudaraVariabelterikat:sindromamata kering

Hasil:Kelembabanruangan yangrendah dapatmenyebabkansindromamata kering

3. Hubungan PemakaianAir Conditioner diRuang Kelas terhadapKejadian Sindroma MataKering pada Siswa SMASurakarta / RusmitaHardinasari / Surakarta

2015 Cross-sectional

Variabelbebas:pajanan ACVariabelterikat:sindromamata kering

Tidak adahubunganantara pajananAC dengankejadiansindrom matakering

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya di Surakarta oleh

Rusmita Hardinasariadalah lokasi penelitian, responden, dan instrumen

penelitian.Lokasi penelitian sebelumnya dilaksanakan di Surakarta sedangkan

Page 27: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

8

penelitian ini dilaksanakan di Bandar Lampung. Responden penelitian

sebelumnya adalah siswa kelas XI SMA Surakarta sedangkan responden

penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Bandar Lampung. Instrumen

penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner Ocular

Surface Disease Index (OSDI) dan tes Schirmer, sedangkan pada penelitian

sebelumnya hanya menggunakan kuesioner OSDI.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya di Spanyol oleh

Lopezet al., dan di Taiwan oleh Su et al., adalah pada kedua penelitian

tersebut responden diberikan perlakuan berupa perbedaan pajanan

kelembaban udara.

Page 28: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

9

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Apparatus Lakrimalis

Sistem lakrimalis mencakup semua struktur yang terlibat dalam produksi dan

drainase air mata. Komponen produksi pada kelenjar air mata terdiri atas

kelenjar yang menghasilkan berbagai unsur pembentuk cairan mata yang

disebarkan secara merata di atas permukaan mata oleh kedipan mata

(Vaughan and Asbury, 2009). Kompleks lakrimalis terdiri atas dua bagian

yaitu sistem produksi (kelenjar lakrimal dan kelenjar lakrimal aksesorius) dan

sistem eskresi (kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis) (Ilyas

and Yulianti, 2013). Komponen ekskresi sistem ini yang menghasilkan sekret

ke dalam hidung (Vaughan and Asbury, 2009).

2.1.1 Sistem Produksi Lakrimal

Sistem produksi lakrimal bola mata terletak di temporal bola mata,

tepatnya di supero lateral rongga orbita berada dalam fossa lakrimalis

os frontalis. Sistem produksi terdiri dari kelenjar utama dan kelenjar

aksesorius (kelenjar Krause dan kelenjar Wolfring). Kelenjar lakrimal

utama bagian inferior akan berkontak dengan dunia luar, sedangkan di

bagian anterior akan dipisahkan oleh kornu lateral aponeurosis

Page 29: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

10

levatormenjadi dua, yaitu lobus orbital yang memiliki ukuran lebih

besar dan lobus palpebra. Kelenjar utama lakrimal adalah penghasil

terbesar volume air mata.

Kelenjar lakrimal aksesorius meskipun hanya sepersepuluh dari massa

kelenjar utama namun mempunyai peranan penting. Struktur kelenjar

Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar utama, tetapi tidak

memiliki duktus. Kelenjar-kelenjar ini terletak di dalam konjungtiva,

terutama di forniks superior. Sel-sel goblet berbentuk uniseluler

menyekresi glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar

Meibom dan Zeisdi tepian palpebra memberi lipid pada air mata.

Kelenjar Moll adalah modifikasi dari kelenjar keringat yang juga

membentuk film air mata (Vaughan and Asbury, 2009).

2.1.2 Sistem Ekskresi Lakrimal

Sistem ekskresi lakrimal terdiri dari punctum, kanalikuli, duktus

lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis(Hardinasari, 2015).

Gambar 1. Anatomi Sistem Lakrimalis (Wagner et al., 2016).

Page 30: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

11

2.2 Mekanisme Pengeluaran Air Mata

Sekresi dari kelenjar lakrimal dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan

menyebabkan banyaknya air mata yang mengalir melewati tepian palpebra.

Kelenjar lakrimal aksesorius dikenal sebagai “penyekresi dasar”. Sekret yang

dihasilkan normalnya cukup untuk memelihara kesehatan kornea. Hilangnya

sel goblet akan menyebabkan mengeringnya kornea walaupun jumlah air

mata di konjungtiva banyak.

Setiap kali berkedip palpebra akan menutup seperti resleting, mulai dari

lateral, menyebarkan air mata secara merata di atas kornea. Pada kondisi

normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan yang kira-kira sesuai dengan

kecepatan penguapannya sehingga hanya sedikit yang sampai ke sistem

ekskresi.Sedotan kapiler akan membuat sebagian air mata memasuki puncta

apabila sakus konjungtivalis sudah penuh. Gerakan menutup mata akan

mencegah air mata keluar, bersamaan dengan itukelopak mata ditarik ke arah

crista lacrimalis posterior dan ditempatkan pada fasia sekitar kantung

lakrimal menyebabkankanalikuli memendek dan menimbulkan tekanan

negatif di dalam kantung lakrimal. Kerja pompa dinamik ini menarik air mata

ke dalam kantung lakrimal, yang kemudian berjalan melalui duktus

nasolakrimalis karena pengaruh gaya berat dan elastisitas jaringan ke dalam

meatus inferior(Vaughan and Asbury, 2009).

Page 31: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

12

Gambar 2. Mekanisme Pengeluaran Air Mata (Wagneret al., 2016).

2.3 Air Mata

Air mata diproduksi oleh kelenjar utama lakrimal, kelenjar aksesorius

lakrimal, sel goblet konjungtiva, dan modifikasi dari kelenjar Meibom dan

Zeis.Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 µm yang menutupi epitel

kornea dan konjungtiva.

2.3.1 Fungsi Air Mata

Fungsi lapisan air mata adalah:

1. Membuat kornea menjadi permukaan optik yang licin dengan

meniadakan ketidakteraturan di permukaan epitel.

2. Membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan

konjungtiva yang lembut dan sensitif.

3. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan pembilasan

mekanik dan efek antimikroba.

4. Menyediakan berbagai substansi nutrien yang dibutuhkan kornea

(Vaughan and Asbury, 2009).

Page 32: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

13

2.3.2 Lapisan-Lapisan Film Air Mata

Film air mata terdiri atas tiga lapisan, yaitu:

1. Lapisan superfisial adalah film lipid monomolekuler yang berasal

dari kelenjar Meibom. Lapisan ini akan menghambat penguapan

dan membentuk sawar kedap air saat palpebra ditutup.

2. Lapisan tengah adalah akuos yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal

mayor dan minor; mengandung substansi larut air (garam dan

protein).

3. Lapisan bagian dalam, yaitu musinosa terdiri atas glikoprotein yang

melapisi sel-sel epitel kornea dan konjungtiva. Membran sel epitel

terdiri atas lipoprotein dan bersifat hidrofobik sehingga tidak dapat

dibasahi dengan larutan berair saja. Musin diabsorbsi sebagian

pada membran sel epitel kornea dan menyebabkan lapisan akuos

dapat menyebar secara merata ke semua bagian (Vaughan and

Asbury, 2009).

Gambar 3. Lapisan Air Mata (Boyd K & Turbert D., 2018).

Page 33: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

14

2.3.3 Komposisi Air Mata

Volume air mata normal diperkirakan 7 ± 2µL di setiap mata. Albumin

merupakan komponen terbanyak dari protein total air mata, yaitu

60%sisanya globulin dan lisozim yang memiliki jumlah sama banyak.

Terdapat immunoglobulin IgA, IgG, dan IgE. IgA adalah

immunoglobulin terbanyak. Lisozim pada air mata menyusun 21-25%

protein total dan bekerja secara sinergis dengan gamma-globulin serta

faktor antibakteri non-lisozim lain untukmembentuk mekanisme

pertahanan penting terhadap infeksi.

K+, Na+, dan Cl-, terdapat dalam kadar yang lebih tinggi di air mata

daripada di plasma. Air mata juga mengandung sedikit glukosa (5

mg/dL) dan urea (0,04 mg/dL). Perubahan kadar dalam darah sebanding

dengan perubahan kadar glukosa dan urea dalam air mata. pH rata-rata

air mata adalah 7,35, meskipun ada variasi normal yang besar (5,20-

8,35). Dalam keadaan normal, air mata bersifat isotonik. Osmolalitas

film air mata bervariasi dari 295-309 mosm/L (Vaughan and Asbury,

2009).

2.4 Sindroma Mata Kering

2.4.1 Definisi

Sindroma mata kering atau Dry Eye Syndrome (DES) merupakan suatu

penyakit yang mengenai film air mata dan menyebabkan kerusakan

pada permukaan okular dan rasa tidak nyaman di bagian permukaan

Page 34: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

15

mata (Phadatare et al., 2015). Sedangkan menurut Lemp pada tahun

2007 di International Dry Eye Work Shop, sindroma mata kering

merupakan penyakit multifaktorial dari air mata dan permukaan okular

yang menyebabkan ketidaknyamanan, gangguan penglihatan,

ketidakstabilan film air mata, dan bisa meningkatkan potensi kerusakan

permukaan mata. Penyakit ini sering juga disertai dengan peningkatan

osmolaritas air mata dan inflamasi permukaan okular. Secara garis

besar, sindroma mata kering terjadi karena kurangnya produksi air mata

dan atau peningkatan penguapan air mata (Lemp et al., 2007).

2.4.2 Etiologi

Banyak faktor yang dapat menyebabkan sindroma mata kering dan

faktor ini tidak hanya memengaruhi satu komponen film air mata

namun juga bisa menyebabkan perubahan permukaan mata yang secara

tidak langsung menyebabkan film air mata menjadi tidak

stabil.Beberapa penyebab yang dapat menyebabkan sindroma mata

kering yaitu:

2.4.2.1 Kondisi Ditandai dengan Hipofungsi Kelenjar Lakrimal

1. Kongenital: disautonomia familial, aplasia kelenjar lakrimal,

dan displasia ektodermal.

2. Didapat:

a) Penyakit sistemik: sindrom Sjogren, sklerosis sistemik

progresif, sarkoidosis, leukimia, limfoma, amiloidosis, dan

hemokromatosis.

Page 35: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

16

b) Infeksi: parotitis.

c) Cedera: pengangkatan secara bedah atau kerusakan

kelenjar lakrimal, radiasi, dan luka bakar kimiawi.

d) Medikasi: antihistamin, antimuskarinik (atropin dan

skopalamin) dan penyekat beta-adrenergik(timolol).

e) Neurogenik (misal paralisis nervus fasialis).

2.4.2.2 Kondisi Ditandai dengan Defisiensi Musin

Defisiensi musin terjadi karena avitaminosis A, sindrom

Stevens-Johnson, pemfigoid okular, konjungtivitis kronik misal

trakoma, luka bakar kimiawi, medikasi misalnya penggunaan

antihistamin, agen antimuskarinik, agen penyekat beta-

adrenergik, bahan pengawet tetes mata, dan obat tradisional.

2.4.2.3 Kondisi Ditandai dengan Defisiensi Lipid

Defisiensi lipid dapat terjadi karena adanya jaringan parut pada

tepian palpebra dan penyakit blefaritis.

2.4.2.4 Penyebaran Film Air Mata yang Tidak Sempurna

1. Kelainan palpebra: defek, ektropion atau entropion,

keratinisasi tepian palpebra, kurang atau tidak adanya

berkedip, dan lagoftalmus.

2. Kelainan konjungtiva: pterigium, simblefaron, dan

proptosis(Vaughan and Asbury, 2009).

Page 36: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

17

2.4.3 Faktor Resiko

Faktor resiko yang dapat memicu terjadinya sindroma mata kering pada

wanita maupun pria adalah (Lemp et al., 2007; Javadi and Feizi, 2011;

Paulsen et al., 2015; A'la, 2016):

1. Perbedaan kadar hormonal antara perempuan dan laki-laki.

Kadar androgen yang rendah dan kadar estrogen yang tinggi

merupakan pemicu sindroma mata kering sehingga biasanya

lebih sering diderita oleh perempuan.

2. Keadaan lingkungan sekitar. Misalnya angin kencang, udara

panas dan kering, asap, ruangan dengan kelembaban yang

kurang, dan ruangan yang dilengkapi dengan AC akan

meningkatkan penguapan air mata.

3. Penyakit lain. Beberapa penyakit yang merupakan faktor

resiko dari sindroma mata kering diantaranya arthritis,

osteoporosis, alergi, penyakit tiroid, sakit kepala dan migrain

yang berat, dan riwayat trauma pada kepala.

4. Usia lanjut. Sindroma mata kering banyak diderita oleh usia

65-84 tahun.

5. Penggunaan obat-obatan. Konsumsi obat-obatan seperti

antihistamin dan steroid dapat menyebabkan sindroma mata

kering.

6. Pemakaian lensa kontak mata lunak yang mengandung kadar

air tinggi akan menyerap air mata dan menyebabkan mata

Page 37: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

18

perih, iritasi, nyeri, dan ketidanyamanan saat penggunaan lensa

kontak.

7. Penggunaan komputer, gadget, dan laptop. Orang yang sedang

berkonsentrasi dan menatap layar monitor maka akan

berkurang jumlah berkedipnya dalam semenit, hal ini akan

menyebabkan permukaan mata yang kering.

2.4.4 Mekanisme Sindroma Mata Kering

Mekanisme utama terjadinya sindroma mata kering disebabkan karena

adanya hiperosmolaritas air mata dan ketidakstabilan film air mata.

Penyebab utama terjadinya hiperosmolaritas air mata karena kurangnya

produksi air mata dan atau peningkatan evaporasi air mata.Peningkatan

evaporasi air mata dipengaruhi oleh keadaan lingkungan seperti

rendahnya kelembaban dan cepatnya laju angin. Pengurangan produksi

air mata biasanya disebabkan oleh usia tua dan konsumsi beberapa obat

misalnya antihistamin dan antimuskarinik. Namun yang paling sering

menyebabkan kurangnya produksi air mata adalah inflamasi yang

terjadi di kelenjar lakrimal, seperti yang terdapat pada penyakit Sjogren

dan non-Sjogren sindrom pada penyakit mata kering.

Sedikitnya jumlah produksi air mata, akibat kerusakan kelenjar lakrimal

dan atau peningkatan penguapan air mata adalah dua penyebab

terjadinya hiperosmolaritas film air mata. Hiperosmolaritas pada film

air mata dapat menyebabkan kerusakan pada epitel permukaan dengan

cara mengaktivasi kaskade inflamasi pada permukaan mata dan

Page 38: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

19

menghasilkan mediator inflamasi yang dikeluarkan bersamaan dengan

air mata, yaitu IL-1, TNF-a, dan MMPs. Mediator inflamasi ini akan

menyebabkan kerusakan epitel dan kematian sel dengan cara apoptosis

yang nantinya akan menyebabkan ketidakstabilan pada film air mata.

Ketidakstabilan ini akan memperburuk hiperosmolaritas permukaan air

mata.

Kerusakan pada epitelial akibat mata kering akan menstimulasi nervus

kornea, yang akhirnya menyebabkan gejala seperti ketidaknyamanan,

peningkatan frekuensi mengedip, dan bisa menimbulkan mekanisme

kompensasi dengan memproduksi air mata namun hal ini jarang terjadi

(Lemp et al., 2007).

2.4.5 Klasifikasi Sindrom Mata Kering

Gambar 4.Klasifikasi Mata Kering (Lemp et al., 2007).

KekuranganAir Mata

Sjogrensyndrome

- Primer

- Sekunder

19

menghasilkan mediator inflamasi yang dikeluarkan bersamaan dengan

air mata, yaitu IL-1, TNF-a, dan MMPs. Mediator inflamasi ini akan

menyebabkan kerusakan epitel dan kematian sel dengan cara apoptosis

yang nantinya akan menyebabkan ketidakstabilan pada film air mata.

Ketidakstabilan ini akan memperburuk hiperosmolaritas permukaan air

mata.

Kerusakan pada epitelial akibat mata kering akan menstimulasi nervus

kornea, yang akhirnya menyebabkan gejala seperti ketidaknyamanan,

peningkatan frekuensi mengedip, dan bisa menimbulkan mekanisme

kompensasi dengan memproduksi air mata namun hal ini jarang terjadi

(Lemp et al., 2007).

2.4.5 Klasifikasi Sindrom Mata Kering

Gambar 4.Klasifikasi Mata Kering (Lemp et al., 2007).

SindromaMata Kering

KekuranganAir Mata

- Primer

- Sekunder

Non-sjogrensyndrome

- Def. lakrimal

- Obstruksikelenjarlakrimal

- Refleks blok

- Obat

PeningkatanEvaporasi

Intrinsik

- Def. kelenjarMeibom

- Kelainanmenutup mata

- Kurangnyaberkedip

- Obat

Ekstrinsik

19

menghasilkan mediator inflamasi yang dikeluarkan bersamaan dengan

air mata, yaitu IL-1, TNF-a, dan MMPs. Mediator inflamasi ini akan

menyebabkan kerusakan epitel dan kematian sel dengan cara apoptosis

yang nantinya akan menyebabkan ketidakstabilan pada film air mata.

Ketidakstabilan ini akan memperburuk hiperosmolaritas permukaan air

mata.

Kerusakan pada epitelial akibat mata kering akan menstimulasi nervus

kornea, yang akhirnya menyebabkan gejala seperti ketidaknyamanan,

peningkatan frekuensi mengedip, dan bisa menimbulkan mekanisme

kompensasi dengan memproduksi air mata namun hal ini jarang terjadi

(Lemp et al., 2007).

2.4.5 Klasifikasi Sindrom Mata Kering

Gambar 4.Klasifikasi Mata Kering (Lemp et al., 2007).

PeningkatanEvaporasi

Ekstrinsik

- Def. vitamin A

- Obat topikal

- Kontak lensa

- Alergi

- Lingkungan

Page 39: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

20

Sindroma mata kering secara garis besar diklasifikasikan menurut

mekanismenya menjadi dua, yaitu kekurangan air mata dan peningkatan

evaporasi.Kekurangan jumlah air mata dibagi menjadi dua, yaitu sjogren

syndromedan non-sjogren syndrome.

Peningkatan evaporasi bisa terjadi karena faktor instrinsik, misalnya

meibomian lipid deficiency, penurunan jumlah mengedip, dan konsumsi

obat-obatan. Sedangkan faktor ekstrinsik yang meningkatkan evaporasi

misalnya kekurangan vitamin A, penggunaan obat topikal, penggunaan

lensa mata lunak, lingkungan, penyakit permukaan okular misalnya alergi

(Lemp et al., 2007).

2.4.6 Manifestasi Klinis

Pasien dengan sindroma mata kering paling sering mengeluhkan sensasi

tergores atau berpasir pada mata. Gejala umum lainnya berupamata

gatal, sekresi mukus berlebih, ketidakmampuan menghasilkan air mata,

sensasi terbakar, fotosensitivitas, kemerahan, sakit, dan sulit

menggerakkan palpebra. Pada kebanyakan pasien, ciri paling jelas pada

pemeriksaan mata adalah tampilan mata yang secara kasar tampak

normal. Pada pemeriksaanslitlamp,penemuan yang paling khas adalah

meniskus air mata di tepian palpebra inferior terputus atau justru hilang.

Benang-benang mukus kental kekuningan kadang-kadang terlihat

dalam fornix conjunctivae inferior. Pada konjungtiva bulbaris tidak

tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal, edema, dan

hiperemis.

Page 40: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

21

2.4.7 Diagnosis

Diagnosis sangat penting untuk membedakan sindroma mata kering

dengan infeksi dan alergi karena kedua penyakit ini memiliki gejala

klinis yang mirip dengan sindroma mata kering. Beberapa faktor

resiko, seperti kerja atau tinggal di ruangan ber-AC, penggunaan

softlens, konsumsi obat-obatan, dan penyakit sistemik (Diabetes

Mellitus, penyakit Graves, hepatitis C) diperlukan untuk penegakkan

diagnosis.

Pemeriksaan film air mata sangat penting untuk penegakkan diagnosis.

Pemeriksaan film air mata dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan

kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan kuantitatif dilakukan dengan

imaging, biasanya dilakukan untuk menilai meibomian gland

dsyfunction (MGD) yang dapat menyebabkan mata kering, tes

Schirmer, dan tear break-up time (TBUT). Sedangkan pemeriksaan

kualitatif dilakukan dengan pemeriksaan ferning danin vivo confocal

microscopy (IVCM) dengan 4 item skoring (Yureeda Q, 2014).

2.4.7.1 Pemeriksaan Kelopak Mata

1. Frekuensi Mengedip

Mengedip dapat mendistribusikan air mata ke seluruh permukaan

mata dan membantu sekresi dari kelenjar Meibom. Frekuensi

mengedip normal adalah 15,5 ±13,7 kali/menit. Selama berada

didepan layar komputer dan membaca, frekuensi mengedip

Page 41: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

22

berkurang menjadi 5,3 ± 4,5 kali/menit yang akhirnya

menyebabkan peningkatan evaporasi air mata. Pengurangan jarak

antar kedipan 6 – 2,6 detik dan mengedip secara tidak sempurna

merupakan tanda dari sindroma mata kering.

2. Penutupan Kelopak Mata

Penutupan kelopak mata yang terjadi tidak secara sempurna

misalnya pada ektropion dan entropion dapat menyebabkan

gangguan pada penyebaran air mata.

3. Tepi Kelopak Mata

Pemeriksaan ini menggunakan slitlampdan akan didapatkan

gambaran inflamasi atau disfungsi kelenjar Meibom yang dapat

menyebabkan peningkatan evaporasi air mata.

2.4.7.2 Pemeriksaan Konjungtiva

Temporal lid-parallel conjunctival folds (LIPCOFs)pada saat

memandang lurus merupakan hasil peningkatan gesekan antara

kelopak mata dan konjungtiva dan hal ini merupakan indikator

penting untuk menegakkan diagnosis sindroma mata kering dengan

sensitifitas 84,9% dan spesifisitas mencapai lebih dari 90%.

Pemeriksaan ini menggunakan sllitlamp.

2.4.7.3 Pemeriksaan Permukaan Mata

Pemeriksaan ini menggunakan slitlamp atau pewarnaan. Pewarnaan di

bagian palpebra dengan pewarna fluoresens dan lissamine green

merupakan pilihan untuk penegakkan diagnosis sindroma mata kering.

Page 42: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

23

2.4.7.4 Pemeriksaan Film Air Mata

1. Meniskus film air mata

Ketinggian meniskus film air mata yang dilihat dengan slitlamp

bisa memberikan informasi tentang adanya hiposekresi kelenjar

air mata. Normalnya, tinggi meniskus film air mata adalah 0,5 ±

0,02 mm, sedangkan pada penderita sindroma mata kering

tingginya hanya 0,2 ± 0,09 mm.

2. Tear Film Break-Up Time (TFBUT)

Pemeriksaan ini akan memberikan gambaran mengenai kestabilan

film air mata. TFBUT dapat diukur dengan meletakkan secarik

kertas berfluoresensi pada konjungtiva bulbi dan minta pasien

mengedip. Film air mata lalu diperiksa dengan saringan cobalt

dan slitlamp, sementara pasien diminta untuk tidak berkedip.

Waktu sampai munculnya titik-titik kering yang pertama dalam

lapis fluoresesin kornea adalah apa yang kita sebut tear film

break-up time. Nilai normalnya adalah 20-30 detik apabila hasil

<10 detik, maka dianggap patologi.

3. Tes Sekresi Air Mata (Tes Schirmer)

Mengukur jumlah sekresi dari kelenjar lakrimal. Pada tes

Schirmer I, strip kertas filter yang sudah dikalibrasi (35 x 5 mm)

diletakkan di sakus konjungtiva di bagian bawah dan mata pasien

tertutup, lalu diukur setelah 5 menit. Hasil kurang dari 10

milimeter dianggap patologi (Messmer, 2015).

Page 43: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

24

4. Tear Function Index (TFU)

Tes ini untuk mengukur jumlah produksi dan drainase air mata.

Semakin besar nilai TFU maka makin baik keadaan permukaan

mata. Hasil pemeriksaan <96 merupakan tanda sindroma mata

kering.

5. Osmolaritas Air Mata

Osmolaritas mata normal adalah 309 – 312 mOsm/L dan apabila

hasil pemeriksaan melebihi nilai normal maka dapat didiagnosis

mata kering (Phadatare et al., 2015).

2.4.7.5 Pemeriksaan Kualitas

1. Uji Ferning

Hasil uji ferning tergantung dari komposisi dan konsentrasi air

mata. Perubahan komposisi dan konsentrasi air mata seperti pada

keadaan hiperosmolaritas akan menghasilkan perubahan pola

ferning, sehingga uji ferning digunakan untuk mendeteksi

hiperosomolaritas air mata. Pola ferning terbentuk dari rasio garam

seperti natrium dan kalium terhadap makromolekul seperti protein

dan musin. Peningkatan osmolaritas dan penurunan konsentrasi

makromolekul pada mata kering mengakibatkan rasio garam

terhadap makromolekul berubah sehingga menurunkan kualitas

pola ferning (Isya, 2016).

Page 44: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

25

2. In Vivo Confocal Microscopy (IVCM)

Pemeriksaan IVCM digunakan untuk menilai lapisan kornea secara

detail untuk mengidentifikasi keadaan patologis tingkat sel

(Yureeda, 2014).

2.4.8 Penatalaksanaan

Edukasi sangatlah penting pada penatalaksanaan sindroma mata kering.

Pasien harus menghindari faktor-faktor pemicu penyakit ini, misalnya

asap rokok, penghangat dan pengering udara, dan air

conditioning.Beberapa jenis pengobatan yang sering digunakan, yaitu:

2.4.8.1 Obat Tetes Mata

Obat tetes mata merupakan pilihan pertama pada pengobatan

sindroma mata kering. Obat tetes mata terbukti dapat meningkatkan

stabilitas film air mata, mengurangi stress pada permukaan mata, dan

meningkatkan kualitas hidup.

2.4.8.2 Anti Inflamasi

Sindroma mata kering biasanya diikuti dengan inflamasi pada

permukaan mata dan kelenjar air mata. Obat anti inflamasi diberikan

kepada pasien dengan sindroma mata kering untuk mencegah

kerusakan yang lebih parah.

Page 45: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

26

2.4.8.3 Kortikosteroid Topikal

Pemberian kortikosteroid topikal bertujuan untuk mengurangi gejala

yang muncul akibat sindroma mata kering. Setelah dua minggu

pengobatan, sebanyak 43% pasien mengalami penurunan gejala.

Namun, pemakaian kortikosteroid tidak dianjurkan untuk jangka

waktu yang lama.

2.4.8.4 Siklosporin A Topikal

Obat tetes mata siklosporin A bertujuan untuk meningkatkan produksi

air mata, selain itu obat ini juga dapat mencegah terjadinya iritasi

bakteri karena berkurangnya kadar air mata.Penggunaan dengan dosis

0,05% selama 2 kali perhari terbukti meningkatkan produksi air mata,

meningkatkan hasil tes Schirmer, pengurangan pemakaian obat tetes

mata, dan mengurangi gejala seperti gangguan penglihatan.

2.4.8.5 Tacrolimus

Diberikan pada pasien yang tidak bisa menerima pengobatan

siklosporin dengan dosis 0,03% sehari dua kali. Efeknya sama seperti

siklosporin A topikal (Messmer, 2015).

2.4.9 Komplikasi

Pada episode awal sindroma mata kering, penderita akan mengeluh

ketidaknyamanan pada mata seperti adanya gangguan penglihatan.

Page 46: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

27

Pada kasus lanjut, bisa menimbulkan ulkus kornea, penipisan kornea,

dan perforasi karena infeksi sekunder.

2.5Air Conditioning (AC)

Pengondisian udara (air conditioning)adalah suatu usaha untuk menciptakan

kondisi yang nyaman bagi manusia dengan mengatur temperatur dan

kelembaban udara. Mode-mode pengondisian udara meliputi pemanasan

(heating), pendinginan (cooling), pengaturan kelembaban (humidifying dan

dehumidifying), dan pertukaran udara (ventilating).

Mesin pengondisian udara yang bekerja sebagai pendingin biasanya disebut

sebagai Air Conditioner (AC). Air Conditioner adalah suatu mesin yang

digunakan untuk mendinginkan suhu ruangan dengan cara mensirkulasikan

gas refrigerant (bahan pendingin). Gas bahan pendingin yang ditekan oleh

kompressor akan menyebabkan pipa kondensor menjadi panas dan pada

bagian Automatic Expantion Valve pipa tempat sirkulasi gas bahan pendingin

diperkecil, sehingga tekanannya semakin meningkat dan pada pipa evaporator

menjadi dingin.

Bahan pendingin adalah suatu zat yang mudah menguap dan berfungsi

sebagai penghantar panas dalam sirkulasi pada saluran instalasi mesin

pendingin dan mudah berubah wujud dari gas menjadi cair ataupun

sebaliknya serta dapat mengambil panas dari evaporator dan membuangnya di

kondensor. Bahan pendingin pada AC merupakan media yang sudah cukup

Page 47: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

28

lama digunakan, berfungsi untuk memindahkan panas dari satu tempat ke

tempat lain (Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia, 2016).

Evaporator (indoor) adalah suatu alat dimana bahan pendingin menguap dari

cair menjadi gas. Panas dalam ruangan akan diambil lalu dibawa ke

kompresor dan dikeluarkan lagi oleh kondensor (outdoor). Udara yang akan

dialirkan melalui evaporator memiliki kandungan uap air. Namun, apabila

terus didinginkan udara akan menuju titik embun. Titik embun adalah kondisi

dimana udara tidak dapat menampung uap air, sehingga uap air mengembun

menjadi tetesan air. Pada evaporator ini udara mengalami pengembunan

sehingga udara tidak dapat menampung uap air, lalu air yang tidak bisa

ditampung ini akan dibuang melalui kondensor. Setelah melewati evaporator,

udara dingin ini dialirkan ke dalam keruangan. Ini artinya terjadi pengurangan

jumlah uap air yang ada diudara pada saat melewati evaporator, akibatnya

udara pada ruangan yang dilengkapi AC akan menjadi lebih kering.AC hanya

mengatur suhu ruangan tanpa mengatur kelembaban ruangan. Hal ini yang

mengakibatkan kualitas udara dalam ruang ber-AC buruk untuk kesehatan

terutama mata karena dapat menyebabkan sindroma mata kering (Hardinasari,

2015).

Page 48: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

29

2.6 Kerangka Teori

Variabel yang diteliti

Variabel luar yang ikut berpengaruh

Gambar 5.Kerangka Teori Sindroma Mata Kering (Lemp et al., 2007).

Sindroma Mata Kering

Kekurangan produksiair mata

Peningkatan evaporasipermukaan mata

Sjogren Syndrome

Defisiensi produksikelenjar lakrimal

Obstruksi duktuskelenjar lakrimal

Refleks blok

Konsumsi obatsistemik

Instrinsik Ekstrinsik

Defisiensi produksikelenjar meibomian

Penyakit kelopak mata

Penurunan frekuensimengedip

Kekurangan vitamin A

Penyakit permukaan mata

Konsumsi obat-obatan

Polusi, asap

Penggunaankontak lensa

Penggunaanobat topikal

jangkapanjang

TerpaparAC

Ruanganber-AC

Kelembabanrendah

Page 49: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

30

2.7 Kerangka Konsep

Gambar 6.Kerangka Konsep.

2.8 Hipotesis

H0: Tidak terdapat hubungan penggunaanAir Conditoner (AC) di ruang

kelas terhadap kejadian sindroma mata keringpada pelajar SMA

Negeri Bandar Lampung.

Ha: Terdapat hubungan penggunaanAir Conditoner (AC) di ruang

kelas terhadap kejadian sindroma mata keringpada pelajar SMA

Negeri Bandar Lampung.

Penggunaan AC pada ruangan kelasSMAN Bandar Lampung Sindroma Mata Kering

Page 50: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

31

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasi dengan pendekatan cross-

sectional. Penelitian bersifat observasi karena peneliti tidak memberikan

intervensi atau perlakuan khusus terhadap subjek penelitian. Pengambilan

data dilakukan secara cross-sectional karena pada penelitian ini akan diteliti

mengenai hubungan penggunaan AC di ruang kelas terhadap kejadian

sindroma mata kering dan pengambilan data sampel pada satu waktu tertentu.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMAN 9 Bandar Lampung mewakili populasi

ruangan ber-AC dan SMAN 14 Bandar Lampung mewakili populasi

ruangan non-AC. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan setelah

dilaksanakan pra-survei. SMAN 9 dan SMAN 14 dipilih menjadi lokasi

penelitian karena memiliki lokasi yang berdekatan sehingga dapat

menghilangkan bias perbedaan lingkungan yang ekstrim, seperti suhu,

kelembaban ruangan, dan angin.

Page 51: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

32

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2018.

3.3 Subjek Penelitian

3.3.1 Populasi penelitian

a. Populasi sumber pada penelitian adalah pelajar SMAN Bandar

Lampung.

b. Kriteria inklusi:

1. Siswa SMA Kelas XIIdengan visus normal tanpa koreksi.

2. Tidak ada riwayat penyakit mata organik, seperti katarak,

ptosis, dan glaukoma.

3. Bersedia menjadi responden.

c. Kriteria eksklusi:

1. Memiliki penyakit arthritis, osteoporosis, alergi, penyakit tiroid,

sakit kepala dan migrain yang berat, riwayat trauma pada

kepala, diabetes, Sjogren syndrome, dan Steven-Johnson

syndrome.

2. Konsumsi obat-obatan seperti antihistamin, steroid, diuretik.

3. Memakai obat topikal mata dalam jangka waktu lama.

4. Pemakaian lensa kontak mata.

5. Merokok.

Page 52: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

33

3.3.2 Besar Sampel

Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan data kategorik dan

populasi yang tidak berpasangan. Rumus besar sampel untuk penelitian

analisis kategorik tidak berpasangan:

1 = 2 = Zα 2PQ + Zβ P1Q1 + P2Q2P1 − P21 = 2 = 1,96 √2x0,2x0,8 + 0,842 √0,3x0,7 + √0,1x0,90,2

1 = 2 = 60Keterangan:

1 = 2 = besar sampel

= derivat baku alfa dengan tingkat kemaknaan 95%, = 1,96

= derivat baku beta = 0,842

= ( 1 + 2)= 1 −

1 =proporsi variabel yang mendukung terjadinya SMK dari pustaka

0,3 (Asyari, 2007)

1 = 1 − 12= proporsi variabel yang tidak mendukung terjadinya SMK

2 = 1 − 2

Page 53: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

34

Jadi, penelitian ini mengambil sampel masing-masing 60 orang yang berada

di ruangan kelas ber-AC dan non-AC.

3.3.3.Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling

yaitu setiap anggota populasi yang sesuai dan memenuhi kriteria akan

diambil sebagai sampel.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner OSDI (Ocular Surface

Disease Index) yang telah diubah ke dalam bahasa Indonesia dan tes

Schirmer.

3.5 Skema Pengumpulan Data

3.6 Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Pemakaian AC di ruang kelas

2. Variabel terikat : Sindroma Mata Kering pada Pelajar SMA Bandar

Lampung.

Pejalar SMAN yang berada diruangan ber-AC dan non-AC

Kuesioner dan tes schirmer’s

Gambar 7.Skema Pengumpulan Data.

Page 54: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

35

3. Variabel luar:

1. Terkendali: umur, memakai lensa kontak, menderita penyakit arthritis,

osteoporosis, alergi, penyakit tiroid, sakit kepala dan migrain yang

berat, riwayat trauma pada kepala, diabetes, Sjogren syndrome, Steven-

Johnson syndrome, dan penyakit okular, mengonsumsi obat-obatan

seperti steroid, diuretik, antihistamin, dan merokok.

2. Tidak terkendali: tingkat berkedip (aktivitas yang memengaruhi jumlah

kedipan mata seperti membaca dan mengoperasionalkan komputer),

terpajan AC dari tempat selain ruang kelas, dan terkena angin saat

berkendara.

Page 55: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

36

3.7 Definisi Operasional Parameter Penelitian

Tabel 2. Definisi Operasional Penelitian.

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Skala

Variabel Bebas

1. PajananAC

Ruangan kelas yangdilengkapi denganfasilitas AC dalamproses belajarmengajar

Hygrothermometerdigital: merupakanalat untukmengukur tingkatsuhu dankelembaban suaturuangan secaraotomatis.

<40 %:kelembabanrendah

>40 %:kelembabannormal

(KementerianKetenagakerjaanRI, 2016)

Ordinal

Variabel Terikat

1. SindromaMataKering

Keluhan mata keringberupa mata gatal,sekresi mukusberlebih,ketidakmampuanmenghasilkan airmata, sensasiterbakar,fotosensitivitas,kemerahan, sakit,dan sulitmenggerakkanpalpebra

Tes Schirmer:merupakanpemeriksaankuantitatif film airmata denganmenggunakan kertasyang sudahdilengkapi denganskala untukmenegakkandiagnosis.

≤ 10mm/ 5menit: SMK

≥10mm/ 5menit: tidakSMK

(Messmer,2015)

Nominal

3.8 Alat dan Bahan Penelitian

1. Formulir biodata dan lembar persetujuan

Berisi tentang data diri responden penelitian yang dibutuhkan oleh

peneliti dan lembar persetujuan. Formulir ini untuk mengetahui identitas

responden dan untuk mengetahui apakah responden masuk ke dalam

kriteria inklusi.

Page 56: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

37

2. Snellen Chart

Snellen Chart digunakan untuk menilai visus mata yang merupakan salah

satu kriteria inklusi dalam penelitiian ini.

3. Kuesioner OSDI(Ocular Surface Disease Index)

Kuesioner OSDI memiliki 12 pertanyaan dan memiliki rentang nilai 0-4

di setiap pertanyannya. Kuesioner ini digunakan untuk mendiagnosis

sindroma mata kering secara subyektif berdasarkan gejala yang dirasakan

oleh responeden penelitian.

4. Kertas Schirmer

Kertas Schirmer digunakan saat dilakukan tes Schirmer. Kegunaan kertas

ini adalah untuk mengetahui jumlah air mata. Kertas ini digunakan untuk

mendiagnosis sindroma mata kering secara obyektif.

5. Hygrothermometer

Alat ini digunakan untuk mengukur suhu dan tingkat kelembaban suatu

ruanga.

3.9 Cara Kerja

1. Peneliti melakukan pemeriksaan suhu dan tingkat kelembaban ruangan

dengan alat hygrothermometer.

2. Peneliti memeriksa visus calon responden dengan menggunakan snellen

chart. Responden dengan visus normal, akan dibagikan formulir biodata

dan lembar persetujuan.

3. Dari formulir biodata akan didapatkan responden yang masuk ke dalam

kriteria inklusi.

Page 57: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

38

4. Responden yang masuk ke dalam kriteria inklusi diberikan kuesioner

OSDI dan diberikan penjelasan mengenai cara mengisinya.

5. Responden mengisi kuesioner yang dibagikan. Setelah selesai mengisi,

kuesioner dikembalikan kepada peneliti.

6. Peneliti melakukan tes Schirmer kepada responden yang sudah mengisi

kuesioner OSDI dan hasilnya dituliskan dibagian belakang kuesioner

OSDI.

7. Melakukan hasil uji statistik dari responden yang termasuk kriteria inklusi

untuk mengetahui adakah hubungan penggunaan Air Conditoner (AC) di

ruang kelas terhadap kejadian sindroma mata kering pada pelajar SMA

Negeri 9 dan 14 Bandar Lampung.

3.10 Pengolahan dan Analisis Data

Data hasil pengukuran sampel akan di uji analisis menggunakan uji Chi

Square karena mencari hubungan variabel kategorik dengan kategorik (2x2)

dan tidak berpasangan. Apabila syarat uji Chi Square tidak terpenuhi, maka

analisis data akan menggunakan uji Fisher. Analisis data ini menggunakan

aplikasi SPSS.

3.10.1 Pengolahan Data

Proses pengolahan data menggunakan komputer dengan melakukan

beberapa langkah, yaitu:

1. Pengeditan yaitu mengoreksi data untuk memastikan

kelengkapan dan kesempurnaan data.

Page 58: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

39

2. Pengodean yaitu memberi kode pada data sehingga lebih

mudah dalam pengolahan data.

3. Pemasukan data yaitu memasukkan data dalam program

komputer.

4. Tabulasi yaitu menyajikan data dalam bentuk tabel.

3.10.2 Analisis Data

Perolehan hasil didapat dari analisa statistik sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis data yang digunakan untuk

menentukan karakteristik sampel penelitian berdasarkan jenis

kelamin,karakteristik lokasi berdasarkan rerata tingkat suhu

dan kelembaban ruangan, distribusi sampel berdasarkan status

sindroma mata kering, keluhan subyektif seluruh sampel, dan

keluhan subyektif penderita sindroma mata kering.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis data yang digunakan untuk

menentukan hubungan penggunaan AC di ruang kelas

terhadap kejadian sindroma mata kering. Analisis ini

menggunakan analisis Chi Square dengan bentuk tabel 2x2.

Dalam penggunaan analisis Chi Square tidak diperhatikan

tentang expected count karena jumlah sampel yang diambil

lebih dari 40.

Page 59: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

40

3.11 Rancangan Penelitian

Gambar 8.Kerangka Penelitian.

3.12 Etika Penelitian

Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penilaian Kesehatan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung

denganNo:3536/UN26.18/PP.05.02.00/2018.

Pelajar SMAN Bandar Lampung

Pengambilan sampel

Teknik Consecutive Sampling

Formulir biodata danlembar persetujuan

Kriteria eksklusi Kriteria inklusi

Ruangan non-ACRuangan ber-AC

Uji statistik

Tes Schirmer

Page 60: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

52

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rata-rata suhu dan kelembaban relatif ruangan pada ruangan ber-AC

berturut-turut adalah 24,1oC dan 38,5%, rata-rata suhu dan kelembaban

relatif ruangan tidak ber-AC berturut-turut adalah 32,3oC dan 60%.

2. Setelah dilakukan pemeriksaan Schirmer, angka kejadian sindroma mata

kering pada pelajar di ruangan ber-AC adalah 67,1% dan pada pelajar di

ruangan tidak ber-AC adalah 20%.

3. Keluhan terbanyak yang dirasakan populasi sindroma mata kering dan

seluruh populasi adalah mata yang sensitif terhadap cahaya.

4. Terdapat hubungan antara penggunaan Air Conditioner di ruangan kelas

terhadap kejadian sindroma mata kering pada pelajar Sekolah Menengah

Negeri Atas Bandar Lampung.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan penggunaan

Air Conditioner di ruangan kelas terhadap kejadian sindroma mata kering

dengan menggunakan instrumen penelitian selain tes Schirmer.

Page 61: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

53

2. Perlu dilakukan penelitian di satu sekolah yang sama namun dapat

mewakili populasi AC dan tidak ber-AC serta dilakukan pada hari yang

sama agar tidak ada perbedaan cuaca yang dapat menyebabkan hasil yang

rancu pada penelitian.

3. Perlu diberikan edukasi kepada pelajar yang berada di ruangan ber-AC

tentang sindroma mata kering, pencegahannya, dan hal yang dapat

dilakukan untuk mengurangi keluhan akibat mata kering agar tidak

mengganggu proses belajar sewaktu di kelas.

Page 62: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

54

DAFTAR PUSTAKA

A’la RH. 2016. Studi penggunaan artificial tears pada pasien dry eye syndrome[skripsi]. Surabaya: Universitas Airlangga.

Abusharha AA, Pearce E. 2013. The effect of low humidity on human tear film.Cornea. 32(4):429-34.

Adekayanti R. 2015. Pengaruh penggunaan AC terhadap gangguan kesehatanyang berdampak terhadap kebugaran pelajar [skripsi]. Surakarta:Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Asiedu K, Kyei S, Boampong F, Ocansey S. 2017. Symptomatic dry eye and itsassociated factors: a study of university undergraduate students in Ghana.Eye Contact Lens. 43(4):262-266.

Backman H, Haghighat F. 2000. Air quality and ocular discomfort aboardcommercial aircraft. Optometry. 71(10):653-6.

Bakkar MM, Shihadeh WA, Haddad MF, Khader YS. 2016. Epidemiology ofsymptoms of dry eye disease (DED) in Jordan: A cross-sectional non-clinical population-based study. Cont Lens Anterior Eye. 39(3):197-202.

Boyd K, Turbert D. 2018. Parts of the eye. American Academy of Ophtalmology.

Hardinasari R. 2015. Hubungan pemakaian air conditioner di ruang kelas terhadapkejadian sindroma mata kering (dry eye syndrome) pada siswa SMASurakarta [skripsi]. Solo: Universitas Sebelas Maret.

Hashemi H, Khabazkhoob M, Kheirkhah A, Emamian MH, Mehravaran S,Shariati M, Fotouhi A. 2014. Prevalence of dry eye syndrome in adultpopulation. Clin Exp Ophthalmol. 42(3):242-8.

Page 63: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

55

Ilyas S, Yulianti RS. 2013.Ilmu penyakit mata. edisi 4. Jakarta: Badan PenerbitFK UI.

Isya H. 2016. Hubungan hasil uji schirmer i dengan uji ferning pada pasien dryeye yang disebabkan meibomian gland dysfunction di klinik mata rsuddokter soedarso [skripsi]. Kalimantan Barat: Universitas Tanjungpura.

Javadi M, Feizi S. 2011. Dry eye syndrome. J Ophtalmic Vic Res. 6(3):192–198.

Lee AJ et al,. 2002. Prevalence and risk factors associated with dry eyesymptoms:a population based study in Indonesia. BR JOphtalmol.86(12):1347–1351.

Lemp MA et al,. 2007. The definition and classification of dry eye disease : reportof the definition and classification subcommittee of the internationalDEWS.The Ocular Surface. 5(2):75–92.

Li N, Deng XG, He MF. 2012. Comparison of the Schirmer 1 test with and ithouttopical anesthesia for diagnosing dry eye. Int J Ophthalmol. 5(4):478-81.

Lopez MA et al,. 2014. Dry eye exacerbation in patients exposed to desiccatingstress under controlled environmental conditions. Am J Ophtalmol.157(4):788-798.

Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia. 2016. Penetapan standarkompetensi kerja nasional Indonesia kategori industri pengolahan golonganpokok industri mesin dan perlengkapan yang tidak dapat diklasifikasikan ditempat lain (YTDL) bidang industri air conditioner (AC). Jakarta:MenteriKetenagakerjaan RI.

Messmer EM. 2015. The pathophysiology, diagnosis, and treatment of dry eyedisease.Deutsches Ärzteblatt International. 112(5):71–81.

Moss SE et al,. 2004. Incidence of dry eye in older population. Arch Ophthalmol.122(3):369-73.

Paulsen AJ et al,.2015. Dry eye in the beaver dam offspring study: prevalence,risk factors, and health-related quality of life.American Journal ofOphtalmology. 157(4):799–806.

Page 64: HUBUNGAN PENGGUNAAN AIR CONDITIONER (AC) DI …digilib.unila.ac.id/55370/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdftes Schirmer. Hasil: Persentase pelajar di ruangan ber-AC yang mengalami

56

Phadatare SPet al,. 2015. A comprehensive review on dry eye disease: diagnosis,medical management, recent developments, and future challenges.Advances in Pharmaceutics. 2015(2):1–12.

Schein OD et al,. 1997. Prevelence of dry eye among the elderly. AM JOphthalmol. 124(6):723-8.

Stapleton Fet al,. 2014. Sex hormones and the dry eye. Clin Exp Optom.97(4):324 36.

Su SB et al,. 2009. Higher prevalence of dry eye symptomps in skin, eyes, nose,and throat among workers in clean rooms with moderate humidity. J OccupHealth. 51(4):364-9.

Teson M et al,. 2013. Influence of controlled environment simulating an in-flightairplane cabin on dry eye disease. Invest Ophthalmol Vis Sci. 54(3):2093-9.

Trbolova A, Ghaffari MS. 2017. Results of the Schirmer tear test performed withopen and closed eyes in clinically normal horses. Acta Vet Scand. 59(1):35.

Uchiyama E, Aronowicz JD, Butovich IA, McCulley JP. 2007. Increasedevaporative rates in laboratory testing conditions simulating airplane cabinrelative humidity: an important factor for dry eye syndrome. Eye ContactLens. 33(4):174-6.

Vaughan D, Asbury. 2009.Oftalmologi umum edisi 17. Jakarta: EGC.

Wagner P, Lang GK. 2016. A pocket textbook atlas. New York: Thieme Stuttgart

Yureeda Q, Shruti A, Pedram H. 2014. Image-guided evaluation and monitoringof treatment response in patients with dry eye disease. Graefes Arch ClinExp Ophthalmol. 252(6):857-872