hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

51
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU MENYUSUI DENGAN KECUKUPAN ASI DI BPM ENY HANDAYANI KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KUDUS PROPOSAL RISET Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan (D3) Disusun oleh : NIKEN WAHYU HIDAYATI NIM : VIII.11.2074 Pembimbing : 1. Nasriyah, S.SiT, M.Keb 2. Indah Puspitasari, S.SiT

Upload: nikenwahyu

Post on 12-Jan-2017

1.019 views

Category:

Healthcare


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU MENYUSUI DENGAN KECUKUPAN ASI DI BPM ENY HANDAYANI

KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KUDUS

PROPOSAL RISET Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan (D3)

Disusun oleh :

NIKEN WAHYU HIDAYATINIM : VIII.11.2074

Pembimbing :1. Nasriyah, S.SiT, M.Keb 2. Indah Puspitasari, S.SiT

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2014

Page 2: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktik pemberian ASI atau bayi yang disusui di Indonesia cenderung

menurun. Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007 menunjukkan bahwa bayi dan anak usia bawah lima tahun (balita)

yang pernah disusui adalah 95,2%, sedangkan data Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2010 bayi dan anak bawah dua tahun (baduta) yang

pernah disusui hanya 90,3% (Depkes RI, 2010).

Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu

maupun bayinya. Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan

dekat antara ibu dan anak. Tentunya kaum ibu ingin dapat melaksanakan

aktivitas menyusui dengan nyaman dan lancar.Namun demikian, terkadang

ada hal-hal yang mengganggu kenyamanan dalam menyusui.Sering kali, ibu

mengeluh bahwa Air Susu Ibu (ASI)-nya tidak keluar atau tidak mencukupi

kebutuhan bayi (Prasetyono, 2009).

Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2010 ditemukan

berbagai alasan ibu menghentikan pemberian ASI kepada bayi diantaranya

produksi ASI kurang (32%), ibu bekerja (16%), ingin dianggap modern (4%),

masalah putting susu (28%), pengaruh iklan susu(16%) dan pengaruh orang

lain (4%).

Jumlah produksi ASI memang sedikit pada hari-hari pertama pasca

kelahiran.Hal inilah yang semakin menguatkan anggapan bahwa ASI tidak

mencukupi kebutuhan bayi sehingga bayi sering menangis. Sebenarnya,

Page 3: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

setelah diisap bayi ASI yang tadinya keluar sedikit akan menjadi banyak.

Pada prinsipnya, semakin sering ASI diisap, semakin banyak pula ASI yang

diproduksi tubuh ibu (Riksani, 2012).Secara lebih cepat juga dapat diketahui

kecukupan ASI dengan melakukan penimbangan berat badan bayi sebelum

dan setelah menyusui, selain itu juga memperhatikan berapa kali bayi

kencing. Bila bayi hanya mendapat ASI saja, ia dapat mengeluarkan air

kencing paling kurang 6 kali sehari (Andriyani, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecukupan ASI ibu adalah frekuensi

penyusuan, berat badan bayi, umur kehamilan saat melahirkan, umur ibu,

keadaan psikologis ibu, ibu yang merokok, ibu yang alkoholik, penggunaan

pil kontrasepsi (Kodrat, 2010).Dengan keluhan mengenai kecukupan ASI,

dalam penelitian Sa’roni (2004), dikemukakan bahwa proses pemberian ASI

eksklusif dapat terhambat jika keluhan kurangnya kecukupan ASI oleh ibu

karena ibu akan mudah memberikan makanan tambahan seperti susu

formula.Mardiyaningsih (2011) dalampenelitiannya yang dilakukan di Rumah

Sakit Wilayah Jawa Tengah menjelaskan bahwa 29% ibu postpartum

berhenti menyusui karena produksiASI berkurang. Hal tersebut dikarenakan

bayi tidak menyusu dan bayi jarang menyusu. Bila bayi jarang menyusu

karena bayi tidak mau menyusu maka berakibat kurang baik, karena isapan

bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI.

Fenomena banyaknya ibu yang bekerja di luar rumah sekarang ini,

semakin parahnya kekhawatiran ibu bahwa ASI-nya tidak akan mencukupi

kebutuhan bayi saat ditinggal bekerja (Prasetyono, 2009). Terlebih lagi jika

melihat kondisi fisik ibu seperti usianya yang semakin bertambah sehingga

mudah mengalami kelelahan yang berujung pada keengganan menyusui,

Page 4: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

seringnya melahirkan, rendahnya pendidikan ibu yang berakibat pada

kurangnya informasi yang diperoleh ibu tentang menyusui bagi ibu bekerja.

Bidan Praktik Mandiri (BPM) Eny Handayani Kaliwungu Kudus

merupakan salah satu tempat pelayanan kebidanan yang melaksanakan

inisiasi menyusu dini (IMD) dan memberikan pendidikan kesehatan tentang

menyusui (manajemen laktasi) kepada ibu hamil dan ibu pasca

bersalin.Namun menurut keterangan Bidan Eny Handayani, masih ada

keluhan-keluhan dari kliennya berkaitan dengan masalah-masalah menyusui

terutama syndrome ASI kurang atau ketidakcukupan ASI ibu sehingga

menyebabkan pelaksanaan ASI eksklusif tidak berjalan dengan baik. Bahkan

klien atau ibu menyusui yang bekerja sering melakukan konsultasi berkaitan

dengan susu formula yang baik bagi bayi jika ditinggal bekerja.

Hasil survey pendahuluan yang dilakukan terhadap 10 orang ibu

menyusui dengan metode wawancara terstruktur pada 10 Maret

2014.Diperoleh jawaban bahwa 6 ibu sudah berumur > 35 tahun dengan

pendidikan terakhir SMP dan telah memiliki 2-3 anak. Dari ke-6 ibu tersebut,

1 diantaranya mengatakan kondisi pengeluaran ASI-nya sedikit.Kemudian, 2

ibu berumur 20-35 tahun dengan pendidikan terakhir SMP-SMA dan sudah

memiliki 2 orang anak. Dari ke-2 ibu tersebut, 1 diantaranya mengatakan

kondisi pengeluaran ASI-nya sedikit.Sedangkan 2 orang ibu lagi berumur

<20 tahun dengan pendidikan terakhir SMA dan baru memiliki 1 orang anak.

Dari ke-2 ibu tersebut, 1 diantaranya mengatakan kondisi pengeluaran ASI-

nya sedikit. Diperoleh data pula bahwa 7 ibu bekerja di luar rumah sebagai

buruh di perusahaan swasta, 2 diantaranya mengatakan kondisi

pengeluaran ASI-nya sedikit.dan 3 orang merupakan ibu rumah tangga, 1

Page 5: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

diantaranya mengatakan kondisi pengeluaran ASI-nya sedikit. Ditanyakan

tentang seputar masalah kecukupan ASI, semua ibu menjawab bahwa ASI-

nya tidak cukup dengan alas an ibu bekerja, bayinya sering rewel, minumnya

banyak yang menandakan pemberian ASI saja tidak cukup untuk kebutuhan

bayinya.Selain itu, mereka mengatakan tidak puas dengan kondisi berat

badan bayinya ketika diberikan ASI saja. Oleh karena itu, banyak ibu yang

memberikan makanan tambahan seperti susu formula, bubur serta pisang,

ketika bayinya berumur kurang dari 6 bulan, sehingga diharapkan bayi

mereka gemuk dan tumbuh sehat.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengambil judul

”Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui dengan Kecukupan ASI di BPM Eny

Handayani Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus tahun 2014”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Uraian-uraian yang telah disampaikan dalam latar belakang dapat

dirumuskan sebuah masalah “Apakah ada hubungan karakteristik ibu

menyusui dengan kecukupan ASI di BPM Eny Handayani Kecamatan

Kaliwungu Kabupaten Kudus tahun 2014?”

C. PertanyaanPenelitian

1. Bagaimanakah distribusi responden terhadap karakterisik ibu menyusui

(umur ibu, pendidikan terakhir, pekerjaan dan paritas ibu) di BPM Eny

Handayani Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus?

2. Bagaimanakah kecukupan ASI di BPM Eny Handayani Kecamatan

Kaliwungu Kabupaten Kudus?

3. Apakah ada hubungan karakteristik ibu menyusui dengan kecukupan ASI

di BPM Eny Handayani Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus?

Page 6: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

D. TujuanPenelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan karakteristik (umur,pendidikan

terakhir, pekerjaan dan paritas ibu) dengan kecukupan ASI di BPM Eny

Handayani Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui distribusi responden terhadap karakteristik ibu

menyusui meliputi umur, pendidikan terakhir, pekerjaan dan paritas

ibu di BPM Eny Handayani Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus

b. Untuk mengetahui kecukupan ASI di BPM Eny Handayani

Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus.

c. Untuk menganalis hubungan karakteristik ibu menyusui dengan

kecukupan ASI di BPM Eny Handayani Kecamatan Kaliwungu

Kabupaten Kudus.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Bagi peneliti diharapkan dapat memberikan pengalaman secara

langsung, yaitu dengan mengaplikasikan berbagai teori dan konsep

yang didapatkan dari bangku kuliah ke dalam bentuk penelitian.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan dapat menjadi motivasi tenaga kesehatan untuk selalu

memberikan pendidikan kesehatan tentang manajemen laktasi.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi para mahasiswa

selanjutnya yang sedang melaksanakan proses penyusunan riset.

Page 7: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

4. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat

dalam upaya peningkatan produksi ASI serta dapat menginformasikan

kepada masyarakat tentang kecukupan ASI.

F. RuangLingkup Penelitian

1. Lingkup tempat

Tempat yang akan digunakan untuk proses pengumpulan data

adalah di BPM Eny Handayani Kecamatan Kaliwungu Kabupaten

Kudus.

2. Lingkup waktu

Waktu penelitian ini akan dilakukan pada bulan April 2014 di BPM

Eny Handayani Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus.

3. Lingkup sasaran

Sasaran yang akan digunakan dalam penyusunan penelitian ini

adalah para ibu menyusuidi BPM Eny Handayani Kecamatan Kaliwungu

Kabupaten Kudus.

G. KeaslianPenelitian

Penelitian yang berjudul Hubungan Karakteristik Ibu dengan Kecukupan

ASI di BPM Eny Handayani Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus ini

belum pernah diteliti sebelumnya, namun ada penelitian sejenis yaitu :

Judul/Nama Peneliti

Metode Hasil Perbedaan

Hubungan umur ibu dan paritas dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi berusia 0-6 bulan di Puskesmas Pembina

Metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional dengan responden semua ibu yang memiliki bayi

1. Responden yang pernah memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (37%)

2. Responden yang pernah memberikan ASI

Variabel Independent dan lokasi penelitian serta waktu

Page 8: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

Palembang tahun 2013 oleh Mursyida A. Wadud

yang berusia 7-12 bulan. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara menggunakan panduan kuesioner

eksklusif pada bayinya dengan berumur tua (54,2%)

3. Responden yang pernah memberikan ASI eksklusif pada bayinya paritas tinggi (61,9%)

4. Ada hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,026)

5. Ada hubungan antara paritas dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,004)

Hubungan pendidikan dan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Mekar Propinsi Sulawesi Tenggara tahun 2011 oleh Husnaria

Penelitian analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah ibu yang memiliki bayi usia 7-24 bulan dipilih dengan simple random sampling. Alat pengumpul data adalah kuesioner dengan metode angket.

1. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi (x2

hitung=0,425)2. Tidak ada

hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi (x2hitung=2,199)

Variabel Independent dan lokasi penelitian serta waktu

Hubungan karakteristik ibu menyusui dengan kecukupan ASI di BPM Eny Handayani Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus tahun 2014 oleh Niken Wahyu Hidayati

Variabel Independent dan lokasi penelitian serta waktu

Page 9: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu (ASI)

1. Definisi ASI

ASI adalah air susu yang keluar dari seorang ibu pasca

melahirkan bukan sekedar sebagai makanan, tetapi juga sebagai suatu

cairan yang terdiri dari sel-sel yang hidup seperti sel darah putih,

antibodi, hormon, faktor-faktor pertumbuhan, enzim, serta zat yang

dapat membunuh bakteri dan virus. ASI eksklusif adalah pemberian

hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman lain, baik berupa susu

formula, jeruk, madu, air teh, air putih, maupun makanan padat seperti

pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Roesli, 2005).

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam

larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi

oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi

bayinya. ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada

bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan

pertama (Baskoro, 2008).

ASI merupakan makanan terbaik dan paling sempurna untuk bayi.

Kandungan gizi yang tinggi dan adanya zat kebal didalamnya membuat

ASI tidak tergantikan oleh susu formula yang paling hebat dan mahal

sekalipun (Nurheti, 2010).

ASI bukan minuman, namun ASI merupakan satu-satunya

makanan tunggal paling sempurna bagi bayi hingga usia 6 bulan. ASI

cukup mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan bayi. Selain itu,

Page 10: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

secara alamiah ASI dibekali enzim pencerna susu sehingga organ

pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap gizi ASI. Sistem

pencernaan bayi usia dini belum diberikan pada bayi ASI saja hingga

usia 6 bulan, tanpa tambahan minuman atau makanan apapun (Arief,

2009).

2. Pengelompokan ASI

Berdasarkan stadium laktasi komposisi ASI dibagi menjadi 3

bagian yaitu :

a. ASI Stadium I

ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan

cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1

sampai hari ke-4. Setelah persalinan komposisi kolostrum ASI

mengalami perubahan. Kolostrum berwarna kuning keemasan

disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup.

Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang

membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir

segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi

yang mendapat ASI pada minggu ke-1 sering defekasi dan feses

berwarna hitam.

b. ASI Stadium II

ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi pada

hari ke-4 sampai hari ke-10. Komposisi protein makin rendah,

sedangkan lemak dan hidrat arang makin tinggi dan jumlah volume

ASI semakin meingkat. Hal ini merupakan pemenuhan terhadap

aktivitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap

lingkungan. Pada masa ini, pengeluaran ASI mulai stabil begitu juga

Page 11: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

kondisi fisik ibu. Keluhan nyeri pada payudara sudah berkurang. Oleh

karena itu, yang perlu ditingkatkan adalah kandungan protein dan

kalsium dalam makanan ibu.

c. ASI Stadium III

ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari

hari ke-10 sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang

terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai

berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan

makanan lain selain ASI. Dimulai dengan makanan yang lunak,

kemudian padat dan makanan biasa sesuai dengan umur bayi. Telur

akan lebih aman sesuai diberi setelah satu tahun karena sistem

pencernaan bayi telah siap mengatasi alergi yang dapat ditimbulkan

oleh jenis proteinnya.

(Hubertin, 2004)

3. Komposisi ASI

Menurut Roesli (2008), pada ibu yang sehat dengan produksi ASI

yang cukup, ASI merupakan satu-satunya makanan yang paling baik

dan cukup untuk bayi sampai 6 bulan, berikut beberapa hal yang ada

dalam komposisi ASI :

a. Kabohidrat

Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya

berubah-rubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi.

Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4 sehingg ASI

terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI.

Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting

untuk pertumbuhan sel syarat otak dan pemberi energi untuk kerja

Page 12: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

sel-sel syaraf. Selain itu karbohidrat memudahkan penyerapan

kalsium mempertahankan faktor bifidus di dalam usus (faktor yang

menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan

tempat yang baik bagi bakteri yang menguntungkan dan

mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibodi bayi.

b. Protein

Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI.

Namun demikian protein ASI sangat cocok karena unsur protein di

dalamnya hampir selueuhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi

yaitu protein unsur whey. Perbandingan protein unsur whey dan

casein dalam ASI adalah 65:35, sedangkan dalam PASI 20:80.

Artinya protein dalam PASI hanya sepertiganya protein ASI yang

dapat diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus membuang dua

kali lebih banyak protein yang sukar diabsorbsi.

c. Lemak

Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian

meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali

diisap oleh bayi dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak

pada lima menit pertama isapan akan berbeda dengan 10 menit

kemudian, kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari

kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan bayi dan

kebutuhan energi yang diperlukan.

Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai

panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah

dicerna karena mengandung enzim lipase. Lemak dalam bentuk

Page 13: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

Omega 3, Omega 6 dan DHA yang sangat diperlukan untuk

pertumbuhan sel-sel jaringan otak.

d. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya

relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur

6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang

sangat stabil dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi

oleh diet ibu. Dalam PASI kandungan mineral jumlahnya tinggi,

tetapi sebagian besar tidak dapat diserap, hal ini akan memperberat

kerja usus bayi serta mengganggu keseimbangan dalam usus dan

meningkatkan kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung,

gelisah karena obstipasi atau gangguan metabolisme.

e. Vitamin

ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat

mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena

bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K.

(Baskoro, 2008).

4. Volume Produksi ASI

Pada bulan terakhir kehamilan kelenjar-kelenjar pembuat air susu

mulai menghasilkan ASI. Dalam kondisi normal, pada hari pertama dan

kedua sejak lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100 ml sehari.

Jumlahnyapun meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua.Dan

produksi ASI semakin efektif dan terus menerus meningkat pada hari

10-14 hari setelah melahirkan.Bayi yang sehat mengkonsumsi 700 -800

Page 14: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

ml ASI setiap hari.Setelah memasuki masa 6 bulan volume pengeluaran

ASI mulai menurun (Prasetyono, 2009).

5. Struktur Payudara

Payudara wanita dirancang untuk memproduksi ASI.Pada setiap

payudara terdapat 20 lobus dan setiap lobus memiliki sistem saluran

(duct sistem). Saluran utama bercabang menjadi saluran-saluran kecil

yang berakhir pada sekelompok sel-sel yang memproduksi susu, yang

dinamakan alveoli. Saluran melebar menjadi tempat penyimpanan susu,

yang bermuara pada puting payudara. Adapun sel-sel otot mengelilingi

alveoli (Prasetyono, 2009).

6. Produksi ASI

Setelah melahirkan, laktasi dikontrol oleh dua macam reflek.

Pertama, reflek produksi air susu (milk production refleks). Bila bayi

menghisap puting payudara, maka akan diproduksi suatu hormon yang

disebut prolaktin (prolactin), yang mengatur sel-sel dalam alveoli agar

memproduksi air susu. Air susu tersebut dikumpulkan dalam saluran-

saluran air susu. Kedua, refleks mengeluarkan (let down reflex). Isapan

bayi juga merangsang produksi hormon lain yang dinamakan oksitosin

(oxytocin), yang membuat sel-sel otot di sekitar alveoli berkontraksi,

sehingga air susu didorong menuju puting payudara. Jadi, semakin bayi

menghisap semakin banyak air susu yang dihasilkan (Prasetyono,

2009).

Reflex let down adalah rangsangan dari isapan bayi dilanjutkan ke

neurohipofise (hipofisis posterior) yang mengeluarkan oksitosin. Hormon

oksitosin diangkut ke uterus melalui aliran darah yang menimbulkan

Page 15: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ

tersebut.Oksitosin sampai ke alveoli mempengaruhi sel miopitelium.

Kontraksi dari sel akan memeras susu keluar dari alveoli masuk ke

ductus yang akan mengalir melalui ductus lactiferus masuk ke mulut

bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan reflex let down adalah melihat

bayi, mendengarkan suara bayi, mencium dan memikirkan bayi,

sedangkan yang menghambat adalah keadaan bingung atau pikiran

kacau, takut, merasa sakit, atau malu ketika menyusui dan cemas

(Kristiyanasari, 2009).

Bayi mempunyai suatu refleks pengisapan (suckling reflex).

Dengan adanya refleks ini, air susu akan diperas dari ampula menuju

mulut bayi. Pengisapan puting menunjukan gerakan yang berbeda, jika

dibandingkan dengan pengisapan dot (Prasetyono, 2009).

Produksi ASI memang bisa meningkat dan juga bisa menurun.Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI meliputi faktor ibu

dan faktor bayi. Faktor ibu yang mempengaruhi produktivitas ASI

menurut Laksono (2010), adalah sebagai berikut :

a. Makanan

Kualitas dan produksi ASI dipengaruhi oleh makanan yang

dikonsumsi ibu sehari-hari. Pada masa menyusui, ibu tentu harus

mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan beraneka

ragam. Adanya beragam mitos yang berkembang di masyarakat

mengenai jenis-jenis makanan tertentu, justru membuat ibu

kehilangan zat gizi sebenarnya yang dibutuhkan tubuh selama

masa menyusui. Kelancaran produksi ASI akan terjamin apabila

Page 16: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

makanan yang dikonsumsi oleh ibu setiap hari cukup akan zat gizi

dibarengi pola makan teratur.

b. Umur kehamilan saat melahirkan

Umur kehamilan ketika melahirkan dapat mempengaruhi

produktivitas ASI pada sang ibu. Jika bayi lahir sebelum atau jauh

setelah waktu melahirkan yang seharusnya maka kelahiran yang

seperti ini biasanya akan menimbulkan permasalahan tersendiri

pada produktivitas ASI ibu.

Biasanya bayi yang lahir premature (umur kehamilan kurang

dari 34 minggu) sangat lemah sehingga bayi tidak mampu

mengisap secara efektif. Dengan begitu maka produksi ASI ibu

yang melahirkan anak premature akan lebih rendah daripada bayi

yang lahir tidak premature. Biasanya lemahnya kemampuan

mengisap pada bayi premature dapat disebabkan berat badan yang

rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.

c. Umur ibu

Dalam hal ini umur memang berpengaruh dengan produksi

ASI.Seperti yang dijelaskan oleh beberapa peneliti. Pada ibu

menyusui usia remaja dengan gizi baik, intik ASI mencukupi

berdasarkan pengukuran pertumbuhan 22 bayi dari 25 bayi.

Makin muda tua usia ibu makin banyak pengalamannya

dalam merawat bayinya khususnya dalam pemberian ASI eksklusif.

Akan tetapi ada pendapat lain bahwa mempunyai anak diusia muda

seorang perempuan akan berusaha belajar dalam merawat

anaknya dengan lebih baik, pemenuhan kebutuhan bagi si bayi

Page 17: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

selalu diupayakan agar anaknya lebih baik, nyaman dan sehat serta

dapat lebih dekat dengan orang tuanya.

d. Kondisi psikis

Kondisi ibu yang mudah cemas dan stress dapat

mengganggu laktasi sehingga dapat berpengaruh pada produksi

ASI. Hal ini dikarenakan stress dapat menghambat pengeluaran

ASI. ASI akan keluar dengan baik pada ibu yang merasa rileks dan

nyaman. Penelitian mengkaji beberapa dampak dari berbagai tipe

stress ibu. Hasilnya penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut

yang mengganggu proses laktasi dapat mempengaruhi produksi

ASI (Prasetyono, 2009).

e. Ibu perokok aktif

Ibu yang merokok ternyata dapat mengurangi volume

produksi ASInya.sebab rokok dapat mengganggu hormone prolaktin

dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok juga dapat menstimulasi

pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat

pelepasan oksitosin. Terdapat hubungan antara merokok dan

penyapihan dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung.

Meskipun demikian pada studi ini dilaporkan bahwa

prevalensi ibu perokok yang masih menyusui 6-12 minggu setelah

melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak merokok dari

kelompok sosial ekonomi sama, dan bayi dari ibu perokok

mempunyai insiden sakit perut yang lebih tinggi. Ibu yang merokok

lebih dari 10 batang rokok/hari mempunyai prolaktin 35%-50% lebih

Page 18: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

rendah pada hari pertama dan hari ke-21 setelah melahirkan

dibanding dengan yang tidak merokok (Prasetyono, 2009).

f. Ibu konsumsi alkohol

Tentu saja ibu yang mengkonsumsi alkohol dapat

menurunkan produktivitas ASI. Walaupun minuman alkohol dosis

rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rilek sehingga

membantu proses pengeluaran ASI namun di sisi lain etanol dapat

menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan

merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8

gr/kg berat badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62%

dari normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi rahim

32% dari normal (Laksono, 2010).

g. Penggunaan pil kontrasepsi

Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan

progestin berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI,

sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka tidak ada

dampak terhadap volume ASI.WHO merekomendasikan pil

progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi.

Sedangkan faktor bayi yang mempengaruhi produksi ASI antara

lain:

a. Frekuensi penyusuan pengaruhi produktivitas ASI

Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan

bahwa produksiASI akan optimal dengan pemompaan ASI

lebih dari 5 kali per hari selamabulan pertama setelah

melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayiprematur

Page 19: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

belum dapat menyusu. Studi lainyang dilakukan pada ibu

dengan bayi cukup bulanmenunjukkan bahwa frekuensi

penyusuan 10 3 kali perhari selama 2minggu pertama

setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI

yangcukup (de Carvalho, et al, 1982 dalam Laksono, 2010).

Berdasarkan hal inidirekomendasikan penyusuan paling

sedikit 8 kali perhari pada periode awalsetelah

melahirkan.Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan

kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.

b. Berat badan bayi mempengaruhi produktivitas ASI

Berat badan bayi memang bisa mempengaruhi produktivitas

ASI.Terdapat hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan

lama menyusui selama 14 hari pertama setelah lahir.Bayi dengan

berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI

yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500

gram). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi

frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi

berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormone

prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.

7. Mengukur produksi ASI

Indikator terbaik kecukupan air susu adalah peningkatan berat

badan dan pengosongan payudara. Diharapkan bahwa bayi baru lahir

akan :

a. minimum 3-4 kali buang air besar, fesesnya harus sekitar 1 sendok

makan atau lebih dan setelah hari ketiga fesesnya berwarna kuning;

Page 20: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

b. buang air kecil minimal 1-2 kali pada hari pertama dan 6 kali atau

lebih setiap hari setelah hari ketiga;

c. mengalami peningkatan berat badan lebih dari 15-30 gram perhari

setelah air susu matur keluar;

d. memiliki berat badan yang sama dengan atau di atas berat badan

lahir pada usia 10 hari (Varney, 2007).

8. Penilaian kecukupan ASI pada bayi

Bayi usia 0 - 4 bulan atau 6 bulan dapat dinilai cukup pemberian

ASInya bila tercapai keadaan sebagai berikut :

a. Bayi buang air kecil dalam satu hari lebih dari 6 kali.

b. Warna saat buang air kecil tidak berwarna kuning pucat.

c. Bayi terlihat puas setelah diberikan ASI.

d. Bayi sewaktu-waktu merasa lapar bangun dan setelah diberikan ASI

tertidur pulas.

e. Bayi dalam satu hari menyusu kepada ibu minimal 10 kali.

f. Jika bayi menyusu ibu merasa geli karena aliran ASI yang keluar.

g. Ibu mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menyusu.

h. Bayi mengalami penambahan berat badan dan tinggi badan sesuai

dengan kurve pertumbuhan normal (Tri, 2009)

9. Manfaat ASI

Besarnya manfaat ASI telah dikampanyekan oleh United Nations

Children’s Fund (UNICEF) melalui pekan menyusui sedunia atau World

Breastfeeding Week yang diselenggarakan setiap tanggal 17 Agustus.

Kampanye itu antara lain mengajak masyarakat diseluruh dunia,

terutama kaum ibu untuk memberikan manfaat ASI kepada bayi serta

mengenal manfaat pemberian ASI bagi dirinya sendiri (Novianti, 2009).

Page 21: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

a. Manfaat ASI untuk ibu yang menyusui adalah sebagai berikut :

1) Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan

meningkatkan kontraksi rahim, yang berarti mengurangi resiko

perdarahan.

2) Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim ke

ukuran sebelum hamil.

3) Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga mempercepat

penurunan berat badan.

4) Menyusui mengurangi resiko terkena kanker rahim dan kanker

payudara.

5) ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan keluar rumah tanpa

harus membawa perlengkapan seperti botol, kaleng susu

formula dan air panas.

6) ASI tidak basi karena selalu diproduksi oleh payudara.

b. Manfaat ASI untuk bayi adalah sebagai berikut :

1) ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi

dengan komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan

bayi.

2) ASI mudah dicerna oleh bayi.

3) ASI kaya akan antibodi yang membantu melawan infeksi dan

penyakit lainnya.

4) ASI menurunkan resiko diare, infeksi saluran kemih dan

menurunkan resiko kematian bayi mendadak.

c. Manfaat ASI untuk keluarga adalah sebagai berikut :

Page 22: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

1) Menghemat pengeluaran karena tidak harus membeli susu

formula

2) Bayi sehat, sehingga keluarga bisa berhemat untuk biaya

perawatan kesehatan.

3) Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi alamiah dari

menyusui. (Novianti, 2009)

Menurut Roesli (2008), manfaat ASI sebagai berikut :

a. Bagi bayi

1) Air Susu Ibu (ASI) sebagai nutrisi

Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber gizi yang sangat ideal

dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan

kebutuhan dan pertumbuhan bayi

2) Air Susu Ibu (ASI) meningkatkan daya tahan tubuh

Imunoglobulin 4 di Air Susu Ibu (ASI) setelah dihisap bayi akan

menempel dalam lumen usus bayi yang mencegah

mengangkatnya kuman.

3) Air Susu Ibu (ASI) meningkatkan kecerdasan bayi

Komposisi Air Susu Ibu (ASI) dan berbagai faktor pertumbuhan

yang ada dalam Air Susu Ibu (ASI) sangat menentukan proses

pertumbuhan dan perkembangan jaringan otak bayi.

4) Air Susu Ibu (ASI) meningkatkan jalinan kasih sayang

Ibu-anak (bonding)

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui

akan merasakan kasih sayang ibunya.

5) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi kebutuhan

pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.

Page 23: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

6) Melindungi anak dari serangan alergi.

7) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan

otak sehingga bayi Air Susu Ibu (ASI) potensial lebih pandai.

8) Meningkatkan daya pengelihatan dan kepandaian bicara.

9) Membantu pembentukan rahan yang bagus.

10) Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada

anak dan diduga mengurangi kemungkinan menderita penyakit

jantung.

11) Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif

akan lebih cepat bisa berjalan.

12) Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional,

katangan spiritual dan hubungan sosial yang baik.

c. Bagi ibu

1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan

Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan

terjadinya perdarahan setelah melahirkan (post partum) akan

berkurang.

2) Mengurangi terjadinya anemia

Mengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau

anemia karena kekurangan zat besi.

3) Menjarangkan kehamilan

Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan

cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum

haid, 98 % tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah

Page 24: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

melahirkan dan 96 % tidak akan hamil sampai bayi berusia 12

bulan.

4) Mengecilkan rahim

Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat

membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses

pengecilan ini akan lebih cepat dibandingkan ibu yang tidak

menyusui.

5) Lebih cepat langsing kembali

Oleh karena menyusui memerlukan energi maka tubuh akan

mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan

demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali

ke berat badan sebelum hamil.

6) Mengurangi kemungkinan menderita kanker

Pada umumnya bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui

sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, di duga angka kejadian

kanker payudara akan berkurang sampai sekitar 25 %.

7) Lebih ekonomis / murah

Dengan memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu

formula, perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan

minum susu formula. Selain itu pemberian ASI juga menghemat

pengeluaran untuk berobat bayi, misalnya biaya jasa dokter,

biaya pembelian obat-obatan, bahkan mungkin biaya perawatan

di rumah sakit.

8) Tidak merepotkan dan hemat waktu

Page 25: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan

atau memasak air, juga tanpa harus mencuci botol dan tanpa

menunggu agar susu tidak terlalu panas.

9) Portabel dan praktis

Mudah dibawa kemana-mana(portable) sehingga saat bepergian

tidak perlu membawa berbagai alat untuk minum susu. Selain itu

bisa diberikan dimana saja dan kapan saja.

10) Memberi kepuasan bagi ibu

Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan

kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam.

d. Bagi Keluarga

1) Mudah pemberiannya

Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan dimana

saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air

masak botol dan dot yang selalu harus dibersihkan.

2) Menghemat biaya

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang digunakan untuk

membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.

3) Mencapai keluarga kecil bahagia dan sejahtera

Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran jarang,

sehingga suasan kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan

hubungan bayi dan keluarga.

e. Bagi Negara

1) Pemberian ASI menurunkan kebutuhan uang devisa negara untuk

susu formula.

Page 26: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

2) Pemberian ASI menurunkan beban anggaran program kesehatan

masyarakat karena dampak positif ASI terhadap kesehatan bayi

dan ibu.

3) Menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas,

penerus bangsa yang tangguh. (Roesli, 2008)

10. Langkah- Langkah Menyusui Yang Benar

Menurut Tri (2009), langkah-langkah menyusui yang baik dan

benar meliputi hal-hal berikut :

a. Persiapan mental dan fisik ibu menyusui

Ibu yang akan menyusui harus dalam keadaan tenang. Bila

perlu minum segelas air sebelum menyusui. Hindari menyusui dalam

keadaan lapar dan haus. Sediakan tempat dengan peralatan yang

diperlukan, seperti kursi dengan sandaran punggung dan sandaran

tangan, bantal untuk menopang tangan yang menggendong bayi.

b. Hygiene personal ibu menyusui

Sebelum menggendong bayi untuk menyusui, tangan harus

dicuci bersih. Sebelum menyusui, tekan daerah areola di antara

telunjuk dan ibu jari sehingga keluar 2-3 tetes ASI, kemudian

dioleskan ke seluruh puting dan areola. Cara menyusui yang terbaik

adalah bila ibu melepaskan BH dari kedua payudara.

c. Menyusui bayi sesuai dengan permintaan bayi

Susukan bayi sesuai dengan kebutuhannya (”on demand“),

jangan dijadwalkan. Biasanya kebutuhan terpenuhi dengan

menyusui tiap 2-3 jam sekali. Setiap kali menyusui, lakukanlah pada

kedua payudara kiri dan kanan secara bergantian, masing-masing

Page 27: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

sekitar 10 menit. Mulailah dengan payudara sisi terakhir yang disusui

sebelumnya. Periksa ASI sampai payudara terasa kosong.

d. Setelah selesai menyusui, oleskan ASI lagi seperti awal menyusui

tadi. Biarkan kering oleh udara sebelum kembali memakai BH.

Langkah ini berguna untuk mencegah lecet.

e. Membuat bayi bersendawa setelah menyusui harus selalu

dilakukan, untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi

tidak kembung dan muntah.

Bila terjadi keadaan lecet pada puting dan atau sekitarnya,

sebaiknya ibu tetep menyusui dengan mendahului pada puting yang

tidak lecet. Sebelum diisap, puting yang lecet dapat diolesi es untuk

mengurangi rasa sakit. Yang lebih penting dari kejadian ini adalah

mencari penyebab lecet tersebut yang tentunya harus dihindari.

Keadaan engorgement (payudara bengkak) yang sering terjadi

pada payudara yang elastisitasnya kurang. Untuk mengatasinya,

kompres payudara dengan handuk hangat kira-kira 4-5 menit, kemudian

dilakukan masase dari tepi ke arah puting hingga ASI keluar. Setelah itu

baru bayi disusukan. Jangan berhenti menyusui dalam keadaan ini.

11. Faktor Penyebab Berkurangnya ASI

Faktor penyebab berkurangnya ASI menurut Ikatan Dokter Anak

Indonesia (2008), adalah sebagai berikut:

a. Faktor Menyusui

Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak

melakukan inisiasi, menjadwal pemberian ASI, bayi diberi minum

Page 28: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

dari botol atau dot sebelum ASI keluar, kesalahan pada posisi dan

perlekatan bayi pada saat menyusui.

b. Faktor Psikologi Ibu

Setelah proses kelahiran tanggung jawab keluarga bertambah

dengan hadirnya bayi yang baru lahir, dorongan serta perhatian

anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif bagi ibu.

Persiapan psikologi ibu sangat menentukan keberhasilan

menyusui. Ibu yang tidak mempunyai keyakinan mampu

memproduksi ASI umumnya produksi ASI akan berkurang. Stress,

khawatir, ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui sangat

berperan dalam mensukseskan pemberian ASI.Peran keluarga

dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar (IDAI, 2008).

B. Karakteristik Ibu Menyusui

a. Umur

Usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau

diadakan)(Hoetomo, 2005). Untuk mengetahui umur seseorang maka

dapat dilihat dari akta kelahiran, kartu kelahiran, ijazah atau dokumen

lain yang berhubungan dengan identitas seseorang.

 Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman

untuk kehamilan, persalinan dan menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh

sebab itu, yang sesuai dengan masa reproduksi sangat baik dan sangat

mendukung dalam proses pembentukkan dan produksi ASI, sedangkan

umur yang kurang dari 20 tahun dianggapmasih belum matang secara

fisik, mental dan psikologi dalam menghadapi kehamilan, persalinan

Page 29: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

serta pemberian ASI. Umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya,

sebab baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan

menurun, selain itu bias terjadi resiko bawaan pada bayinya dan juga

dapat mengakibatkan kesulitan pada kehamilan, persalian dan nifas.

Umur ibu sangat menetukan kesehatan maternal karena

berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas serta cara

mengasuh juga menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20

tahun masih belum matang dan belum siap secara jasmani dan sosial

dalam menghadapi kehamilan, persalinan serta dalam membina bayi

yang dilahirkan (Depkes RI, 2004).

Pada primipara dengan usia 35 tahun ke atas dimana reproduksi

hormon relative berkurang, mengakibatkan proses laktasi menurun,

sedangkan pada usia (12-19 tahun) harus dikaji pula secara teliti karena

perkembangan fisik, psikologis, maupun sosialnya belum siap sehingga

dapat mengganggu keseimbangan psikologi dan dapat mempengaruhi

dalam produksi ASI. (Mursyida, 2013)

b. Paritas

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau

sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun mati. Bila

berat badan tak diketahuimaka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu

(Siswosudarmo, 2008).

Penggolongan paritas bagi ibu yang masih hamil atau pernah

hamil berdasarkanjumlahnya menurut Perdiknakes-WHO-JPHIEGO

(2007), yaitu :

a. Primigravida adalah wanita hamil untuk pertama kali

Page 30: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

b. Multigravida dalah wanita yang pernah hamil beberapa kali, dimana

kehamilan tersebut tidak lebih dari 5 kali

c. Grandemultigravida adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5

kali

Menurut sumber lain (Siswosudarmo, 2008) jenis paritas bagi ibu

yang sudah partus antara lain yaitu :

a. Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang

mampu hidup

b. Primipara adalahwanita yang pernah satu kali melahirkan bayi yang

telah mencapai tahap mampu hidup

c. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua janin viabel atau

lebih

d. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan lima anak

atau lebih

Seorang ibu dengan anak pertamanya mungkin akan mengalami

masalah ketika menyusui sebetulnya hanya karena tidak tahu cara-cara

yang sebenarnya dan apabila ibu mendengar ada pengalaman

menyusui yang kurang baik yang dialami orang lain, hal ini memungkin

ibu ragu untuk memberikan ASI pada bayinya . (Eni, 2010)

Menurut Arini.H (2012), paritas dalam menyusui adalah

pengalaman pemberian ASI Eksklusif, menyusui pada anak

sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga, serta pengetahuan

tentang manfaat ASI berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk

menyusui atau tidak. Dukungan dokter, bidan atau petugas kesehatan

Page 31: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

lainnya, juga kerabat dekat sangat dibutuhkan terutama untuk ibu yang

pertama kali hamil.

c. Pendidikan

Menurut UU No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, 

kepribadian,  kecerdasan,  akhlak mulia,  serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara

Tingkat pendidikan merupakan salah satu aspek sosial yang

dapat mempenggaruhi tingkah laku manusia. Pendidikan akan

mempengaruhi seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu

yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi

akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka

mereka yang tidak berpendidikaan, karena mereka yang berpendidikan

tinggi mampu menghadapi tantangan dengan rasional.

Tingkat pendidikan adalah proses dimana orang dihadapkan

pada pengaruh lingkungan terpilih dan terkontrol, khususnya yang

datang dari sekolah sehingga mereka dapat memperoleh atau

mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu

yang optimal (Notoatmodjo, 2007). Manfaat menyusui hendaknya selalu

ditekankan dari segi pendidikan keluarga terutama pada masa remaja

karena pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang.Dengan

pendidikan seseorang mengetahui sesuatu hal, seseorang yang

Page 32: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

mempunyai pendidikan tinggi lebih cendrung mengetahui manfaat ASI di

bandingkan dengan yang berpendidikan lemah, sebab dengan

pendidikan seseorang dapat lebih mengetahui sesuatu hal.   

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (2005)

yaitu tuntunan di dalam tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya,

pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada

anak-anak itu,  agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota

masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang

setinggi-tingginya.

Tingkat pendidikan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :

1) Tingkat pendidikan rendah

Terdiri dari SD

2) Tingkat pendidikan menengah

Terdiri dari SMP/sederajatnya, dan SMA/sederajatnya.

3) Tingkat pendidikan atas

Terdiri dari Diploma/sederajat, dan Sarjana/sederajatnya

(Koentjaraningrat,1997 dalam Nursalam, 2005).

d. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupan dan kehidupan keluarganya.Pekerjaan ibu juga

diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu

dalam memberikan ASI Eksklusif. Pengetahuan responden yang bekerja

lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahiuan responden yang tidak

bekerja. Semua ini disebabkan karena ibu yang bekerja di luar rumah

Page 33: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

( sektor formal) memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai

informasi, terutama mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif.

Seorang ibu yang bekerja akan mempunyai tambahan

pendapatan sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Apabila

ia tidak bekerja maka tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok

keluarganya, bekerja untuk perempuan sering kalibukan pilihan tetapi

karena pendapatan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

rumah tangganya.

Menurust Utami Roesli (2005) bekerja bukan alasan untuk

menghentikan pemberian ASI Eksklusif selama paling sedikit 4 bulan

dan bila mungkin 6 bulan, meskipun cuti hamil hanya 3 bulan. Dengan

pengetahuan yang benar tentang menyusui, ada perlengkapan

memerah ASI dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja

dapat tetap memberikan ASI secara Eksklusif.

Menurut hasil penelitian Andryani (2005) diperoleh bahwa

sebanyak 52,5 % ibu yang bekerja mempunyai pengetahui menyusui

dengan baik dan 47,5 % ibu tidak bekerja memiliki pengetahuan kurang

baik tentang ASI Eksklusif.

Page 34: hubungan karakteristik ibu dengan kecukupan asi

Faktor Ibu yang mempengaruhi produksi dan kecukupan ASIMakanan Umur kehamilan saat melahirkanUmur ibuKondisi psikisIbu perokok aktifIbu yang alkoholikPenggunaan pil kontrasepsiFaktor Bayi yang mempengaruhi produksi dan kecukupan ASIFrekuensi menyusuiBerat badan bayi

C. Kerangka Teori

Keterangan :

= diteliti

= tidak diteliti

Gambar 2.1Kerangka Teori

(Sumber : Modifikasi Laksono, 2010; Andryani, 2005, Depkes RI, 2004; Hasbullah, 2005; Siswosudarmo, 2008)

Karakteristik Ibu Menyusui :1. Usia2. Pendidikan3. Paritas4. Pekerjaan

Kecukupan ASI1. Kenaikan berat badan

dan tinggi badan sesuai dengan kurve pertumbuhan normal.

2. Frekuensi menyusui.