hubungan iklim organisasi dengan kompetensi profesional

19
PENDAHULUAN Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak dan terpenting untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Tujuan dari pembangunan nasional yaitu upaya pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang menyeluruh, terarah, terpadu, bertahap, dan berkelanjutan. Selain itu, memacu peningkatan kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih maju, dengan cara meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas (Ali, 2007). Salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan, yang bisa diwujudkan melalui pendidikan formal di sekolah. Sementara itu, Sardiman (2005) mengemukakan bahwa pendidikan dan pengajaran adalah satu usaha yang bersifat sadar tujuan, yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik. Demi tercapainya kedewasaan anak didik, maka dibutuhkan proses pendidikan yang bermutu. Hal ini didukung dan diatur dalam Peraturan Perundang-undangan tentang guru dan dosen (2009), bahwa guru yang profesional akan menghasilkan proses dan hasil pendidikan yang bermutu dalam rangka mewujudkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Terkait dengan hal tersebut Undang-undang No.20 tahun 2003 (SISDIKNAS, Pasal 3), menyatakan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dengan demikian, melalui sistem pendidikan yang baik diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional serta mampu menjawab kebutuhan era globalisasi. 1

Upload: others

Post on 26-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Iklim Organisasi Dengan Kompetensi Profesional

PENDAHULUAN

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak dan

terpenting untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Tujuan dari pembangunan nasional

yaitu upaya pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan

masyarakat, bangsa dan negara yang menyeluruh, terarah, terpadu, bertahap, dan

berkelanjutan. Selain itu, memacu peningkatan kemampuan nasional dalam rangka

mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih maju,

dengan cara meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas (Ali, 2007). Salah satu

usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan,

yang bisa diwujudkan melalui pendidikan formal di sekolah.

Sementara itu, Sardiman (2005) mengemukakan bahwa pendidikan dan pengajaran

adalah satu usaha yang bersifat sadar tujuan, yang dengan sistematis terarah pada perubahan

tingkah laku menuju kedewasaan anak didik. Demi tercapainya kedewasaan anak didik, maka

dibutuhkan proses pendidikan yang bermutu. Hal ini didukung dan diatur dalam Peraturan

Perundang-undangan tentang guru dan dosen (2009), bahwa guru yang profesional akan

menghasilkan proses dan hasil pendidikan yang bermutu dalam rangka mewujudkan insan

Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Terkait dengan hal tersebut Undang-undang No.20

tahun 2003 (SISDIKNAS, Pasal 3), menyatakan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dengan demikian, melalui sistem

pendidikan yang baik diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas

dan profesional serta mampu menjawab kebutuhan era globalisasi.

1

Page 2: Hubungan Iklim Organisasi Dengan Kompetensi Profesional

Pada realita yang terjadi dewasa ini, kualitas pendidikan di Indonesia mengalami

kemunduran. Sesuai dengan data yang diterima dari Education For All (EFA) Global

Monitoring Report 2012 The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan

Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa

(UNESCO) menyatakan bahwa negara Indonesia termasuk dalam kualitas pendidikan

terendah yang berada pada tingkatan 69 dari 127 negara

(http://azharmind.blogspot.com/2012/02/kualitas-pendidikan-indonesia-ranking.html).

Sementara itu, data Human Development Index (HDI) tahun 2103 Indonesia naik tiga

peringkat berada peringkat dari 124 menjadi 121 dari 185 negara. Ada beberapa hal yang

menjadi penyebab rendahnya pendidikan di Indonesiayaitu kurangnya perhatian pemerintah

mengenai dunia pendidikan, rendahnya kualitas sarana fisik, rendahnya kualitas guru, dan

rendahnya prestasi siswa yang menjadi pendukung dari keberhasilan pendidikan.

(http://edukasi.kompasiana.com/2013/05/03/kualitas-pendidikan-indonesia-refleksi-2-mei-

552591.html)

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

dinyatakan bahwa guru adalah setiap guru diwajibkan memiliki kompetensi profesional.

Untuk itu guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana atau Diploma

IV (S1/ D-IV) yang relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran.

Pemenuhan persyaratan kualifikasi akademik dibuktikan dengan ijazah dan pemenuhan

persyaratan relevansi mengacu pada jenjang pendidikan yang dimiliki dan mata pelajaran

yang dibina. Pemenuhan persyaratan penguasaan kompetensi sebagai agen pembelajaran

meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang dibuktikan dengan

sertifikat pendidik yang diperoleh melalui sertifikasi. Sertifikasi guru yang diadakan oleh

pemerintah merupakan suatu upaya peningkatan mutu guru yang diikuti dengan peningkatan

kesejahteraan guru. Melalui peningkatan kesejahteraan, guru diharapkan lebih optimal

menjalankan tugas dan fungsinya.

2

Page 3: Hubungan Iklim Organisasi Dengan Kompetensi Profesional

Adapun realitas yang terjadi pada sekolah-sekolah yang ada di Indonesia sekarang ini,

lewat koran maupun media elektonik lainnya menurut pengamatan penulis masalah sertifikasi

guru selalu menjadi bahan perdebatan sampai saat ini, hal ini dapat dilihat dari tata cara atau

aturan yang sering berubah bagi seorang guru untuk memiliki sertifikasi. Menurut Nurcholis

(2011) sertifikasi guru mempunyai tujuan meningkatkan kompetensi sekaligus kesejahteraan

guru, namun ternyata kurang sesuai dengan yang diharapkan. Guru yang telah lolos sertifikasi

ternyata kurang menunjukkan peningkatan kompetensi yang signifikan dan pada umumnya

guru mengikuti sertifikasi terkait aspek finansial semata, yaitu untuk mendapat tunjangan

profesi. Hal senada juga diungkapkan Lisnurrochatun (2011) kompetensi profesional guru

tidak sekedar diukur dengan menguasai bidang ilmu, bahan ajar, dan metode. Tetapi guru

juga harus memiliki keterampilan tinggi dan wawasan luas terhadap dunia pendidikan serta

mampu memahami, memotivasi, dan mengoptimlakan potensi anak-anak selaku subjek didik

di sekolah.

SMK Negeri 3 Ambon merupakan salah satu sekolah kejuruan di kota Ambon yang

mempelajari teknik dan industry. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan seorang

guru, ditemukan bahwa SMK Negeri 3 Ambon sekarang adalah satu lembaga Pendidikan

Kejuruan Tingkat Menegah di kota Ambon yang dipercayakan pemerintah pusat sebagai

salah satu dari 97 SMK model di Indonesia, yang terus membenahi dan meningkatkan

kompetensi profesional tenaga pendidiknya. Namun disisi lain permasalahan sering dihadapi

oleh guru-guru yang memiliki kompetensi baik dan sudah bersertifikasi di SMK Negeri 3

Ambon yaitu ada tiga orang guru dari 126 guru yang ada di sekolah yang dalam menjalankan

tugas sebagai pendidik tidak sungguh-sungguh (tidak mematuhi peraturan sekolah) yaitu suka

masuk sekolah terlambat, pulang lebih awal. Sebagai contoh di lapangan, ada guru yang

masuk sekolah jam sembilan pagi dan pulang sekolah jam sebelas siang, yang pada

kenyataanya guru mempunyai jam mengajar jam delapan pagi sampai jam sepuluh pagi.

Dengan demikian proses pemberian materi pelajaran di dalam kelas juga akan akan

3

Page 4: Hubungan Iklim Organisasi Dengan Kompetensi Profesional

berlangsung tidak semaksimal mungkin. Adapun fakta lain yaitu, ada guru yang memberikan

nilai tidak sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh siswa.

Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ayu, Susilawati dan Siti

(2011) yang menyatakan bahwa kompetensi profesional guru di Kota Semarang termasuk

dalam katagori cukup, hal ini berarti kompetensi profesional guru di kota semarang masih

memerlukan peningkatan kualitasnya. Selain itu, menurut Haywood (2006) dan Utomo

(2005) yang mengemukakan bahwa untuk peningkatan profesional guru perlu adanya

kolabrorasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru serta adanya implementasi yang berkaitan

dengan inovasi-inovasi baru. Itu berarti guru harus selalu meningkatkan pengetahuan dan

keterampilanya, karena ilmu pengetahuan dan keterampilan itu berkembang seiring

perjalanan waktu (Musfah, 2011).

Oleh karena itu, kompetensi profesional guru menjadi penting untuk diteliti karena

apabila seorang guru yang kurang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam

menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, maka bukan hanya dirinya saja yang terkena

dampak yang ditimbulkan, melainkan lingkungan sekitarnya pun akan ikut terkena

dampaknya, seperti para siswa dan sekolah tempat ia bekerja. Dalam hal ini guru dapat

digambarkan sebagai manejer dalam pembelajaran seperti yang dinyatakan Satori (1989)

bahwa berdasarkan sejumlah kegiatan yang harus dilakukan guru, telah menempatkan peran

guru sebagai “manager of learning” yang berarti guru sangat menentukan dalam hal

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian produktivitas proses belajar mengaja. Musfah

(2011) juga menyatakan bahwa guru harus selalu meningkatkan pengetahuan dan

keterampilanya, karena ilmu pengetahuan dan ketrampilan itu berkembang seiring perjalanan

waktu.

Dalam menjalankan tugas sebagai guru yang memiliki kompetensi profesional

terkadang akan mucul dampak positif yang secara langsung akan berpengaruh terhadap

prestasi pelajaran siswa di dalam kelas (Ridaul, Trisno, dan Henry 2013). Adapun Dampak

4

Page 5: Hubungan Iklim Organisasi Dengan Kompetensi Profesional

negatif dari kompetensi profesional guru dalam dunia pendidikan yaitu masalah sertifikasi

guru. Menurut Fatchurrohman (2010) Ada sebagian guru yang menanggapi program

sertifikasi dengan kesungguhan hati dan dipahaminya bahwa program sertifikasi guru benar-

benar untuk meningkatkan kualitas pendidikan, namun ada sebagian guru yang menanggapi

kebijakan sertifikasi tidak lebih baik dari kebijakan biasa-biasa saja, seperti kebijakan-

kebijakan lainya. Atau dengan kata lain program sertifikasi dipandang sebagai ritual formal

dari kompetensi profesional guru.

Menurut Supraningrum (2013) ada beberapa faktor yang memengaruhi kompetensi

profesional guru yaitu, tingkat pendidikan (kualifikasi akademik), motivasi, pendidikan dan

pelatihan (diklat), kepemimpinan kepala sekolah, supervisi pengawas sekolah, dan iklim

organisasi sekolah. Dalam hal ini sekolah merupakan bagian dari organisasi. Iklim organisasi

sangat diperlukan oleh guru dan para siswa untuk menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari

keberhasilan sekolah.

Iklim organisasi sangat penting untuk diteliti merupakan keadaan mengenai

karakteristik yang terjadi dilingkungan kerja yang dianggap mempengaruhi perilaku orang-

orang yang berada dalam lingkungan organisasi tersebut. Hal inilah yang menjadi pelengkap

keberhasilan dari sebuah instansi. Hal ini sejalan dengan penelitian Falahy (dalam Liana,

2012) yang menyatakan bahwa iklim organisasi merupakan sarana bagi guru untuk

melakukan pendekatan dengan lingkungan kerjanya dengan pandangan yang positif. Iklim

organisasi mempunyai kaitan dengan prestasi, motivasi, persepsi, dan kepuasan guru. Jika

iklim organisasi kondusif, suasana lingkungan manusia yang familiar maka akan membuat

guru menjadi termotivasi karena puasnya guru terhadap organisasi. Dan sebaliknya jika iklim

tidak kondusif maka mengakibatkan guru kurang bergairah dalam bekerja.

Dari penjelasan di atas penulis mengindikasikan bahwa iklim organisasi mempunyai

hubungan dengan kompetensi profesional guru. Iklim organisasi yang baik sangat dibutuhkan

dalam rangka memfasilitasi guru untuk meningkatkan sikap

5

Page 6: Hubungan Iklim Organisasi Dengan Kompetensi Profesional

profesionalnya. Hal ini dilihat dari sikap guru dalam menjalankan aktivitas kerjanya.

Bilamana seorang guru memiliki sikap positif terhadap pekerjaanya, maka guru akan

menjalankan fungsi dan kedudukanya sebagai tenaga pengajar dan pendidik di sekolah

dengan penuh rasa tanggung jawab. Demikian sebaliknya, jika seorang guru yang memiliki

sikap negatif terhadap pekerjaanya hanya akan menjalankan fungsi dan kedudukanya sebatas

rutinitas belaka.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahono (2006) ditemukan bahwa iklim

organisasi mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kompetensi pengelolaan kelas

guru SD Kristen YSKI Semarang dengan Koefisien partial 8,58%. Hal ini juga didukung oleh

Suhendro (2009) penelitian mengenai hubungan iklim organisasi dengan profesional guru

terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara iklim organisasi sekolah kejuruan

dengan profesional guru produktif SMK Negeri kelompok Teknologi dan industry se-

Kabupaten Indramayu. Temuan ini juga sejalan dengan Fatima (2011) yang menyatakan

bahwa lingkungan organisasi memiliki hubugan yang positif dengan retensi karyawan serta

pengembangan kompetensi.

Bertolak belakang dari hasil-hasil penelitian sebelumnya maka Narzoles (2013) pada

Universitas di Bahrain yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang postif signifikan

antara Iklim kelas dengan kompetensi linguistick komunkatif pada siswa EFL. Sedangkan,

Baedhowi (dalam Salopos, 2009) yang menyatakan hasil survey yang dilakukan oleh

Baedhowi di 5 kota di Indonesia menunjukan bahwa guru pascsa sertifikasi tidak menunjukan

grafik peningkatan dalam segi kompotensi profesional, 64,36% guru responden masih

stagnan/tidak meningkat kompotensinya.

Masih adanya perbedaan dari hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya, yakni

kontradiksi antara ada atau tidak adanya hubungan yang positf dan signifikan antara iklim

organisasi dengan kompetensi profesional, ditambah dengan subjek penelitian yang berbeda

dengan peneliti sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap

6

Page 7: Hubungan Iklim Organisasi Dengan Kompetensi Profesional

hubungan iklim organisasi dengan kompetensi profesional di SMK Negeri 3 Ambon. Hal lain

yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini adalah SMK Negeri 3 Ambon

dikarenakan sekolah ini merupakan satu dari 97 SMK di Indonesia yang dipercayakan

pemeritah untuk terus membenahi dan meningkatkan kompetensi profesional guru.

Kompetensi Profesional Guru

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada pasal 28:3 yang dimaksud

dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara

luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar

kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Dalam Peraturan Mentri

pendidikan Nasional Tahun 2007, telah ditetapkan lima aspek kompetensi profesional guru

yang menjelaskan tentang kompetensi inti guru yang profesional yaitu:

a. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung

mata pelajaran yang diampu.

b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.

c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan

reflektif.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.

Iklim Organisasi

Menurut Stringer (dalam Wirawan 2007) iklim organisasi sebagaipola lingkungan

yang menentukan muculnya motivasi. Stringer mengemukakan terdapat enam aspek iklim

organisasi antara lain:

a. Struktur (Structure), berarti pegawai memahami dengan jelas tugas dan tanggung

jawab secara baik dalam lingkungan organisasi.

7

Page 8: Hubungan Iklim Organisasi Dengan Kompetensi Profesional

b. Standar-standar (Standards), suatu organisasi yang mengukur perasaan tekanan

untuk meningkatkan derajat kebangaan yang dimiliki oleh anggota organisasi

dalam melakukan pekerjaan yang baik.

c. Tanggung jawab (Responbility), mereflesikan perasaan individu bahwa mereka

bisa menjadi diri sendiri dan tidak memerlukan keputusan dari anggota organisasi

lainya.

d. Penghargaan (Recognition), mengindikasikan bahwa anggota organisasi merasa

dihargai jika mereka dapat menyelesaikan tugas secara baik.

e. Dukungan (Support), merefelesikan perasaan percaya dan saling mendukung yang

terus berlangsung diantara kelompok kerja.

f. Komitmen (commitment), merefelesikan perasaan bangga anggota terhadap

organisasinya dan mempunyai komitmen terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Kompetensi profesional guru mempunyai tujuan mengedepankan mutu dan kualitas

layanan pendidikan. Guru yang memiliki kompetensi profesional harus memenuhi standar

kebutuhan pendidikan dan masyarakat untuk memajukan peserta didik berdasarkan potensi

dan kecakapan yang dimiliki masing-masing individu (Yasmin & Maisah, 2010). Ada banyak

faktor yang dapat memengaruhi kompetensi profesional guru. Salah satunya adalah iklim

organisasi. Hal tersebut didukung oleh penelitian Kraft dan Papay (2013) yang menyatakan

bahwa lingkungan (iklim organisasi) mempunyai nilai yang positif dalam mendukung

profesional guru agar lebih baik dari waktu ke waktu.

Iklim organisasi sendiri merupakan keadaan psikologis organisasi yang terjadi pada

lingkungan internal organisasi yang akan mempengaruhi perilaku mereka yang ada di dalam

lingkungan organisasi (Stringer dalam, Wirawan 2007). Dengan demikian Iklim organisasi

memiliki hubungan yang positif dengan kompetensi profesional guru, yang mana guru-guru

yang memiliki iklim organisasi yang baik akan memiliki kompetensi profesional yang baik

8

Page 9: Hubungan Iklim Organisasi Dengan Kompetensi Profesional

pula. Hal tersebut terjadi karena adanya iklim organisasi yang baik yang ada di dalam

lingkungan organisasi tempat guru bekerja secara rutin. Hal ini dapat membuat para guru

untuk terus meningkatkan prestasi kerjanya di sekolah sebagai guru yang memiliki komptensi

profesional (Syafari, 2000).

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif signifikan

iklim organisasi dengan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikasi di SMK

Negeri 3 Ambon

9

Page 10: Hubungan Iklim Organisasi Dengan Kompetensi Profesional

METODE PENELITIAN

Partispan

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang sudah bersertifikasi dan bekerja

di SMK Negeri 3 Ambon, Maluku. Bilamana jumlah populasi relatif kecil, maka semua

anggota populasi dapat digunakan sebagai sampel. Hal ini disebut sebagai sampel jenuh. Oleh

karena itu, sampel dalam penelitian menggunakan sampel jenuh sebanyak 53 orang guru.

Alat Ukur Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu skala Iklim Organisasi dan Kompetensi

Profesional Guru. Skala iklim organisasi terdiri atas 6 aspek yaitu, struktur, standar-standar,

tanggung jawab, penghargaan, dukungan, dan komitmen dengan nilai reliabilitas sebesar

0,883.Sedangkan skala kompetensi profesional guru terdiri dari 5 aspek dengan nilai

reliabilitas sebesar 0,830.

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan pengumpulan data dimulai pada hari

Selasa 11 Maret s/d 14 Maret 2014 dengan cara penulis langsung ke sekolah untuk meminta

izin untuk melakukan penelitian. Kemudian penulis dibantu oleh seorang guru untuk mencari

guru-guru yang bersertifikasi di SMK Negeri 3 Ambon, sebanyak 53guru yangbersertifikasi.

Sesuai dengan rancangan penelitian dalam menentukan subjek menggunakan sampling jenuh

yaitu dimana semua anggota populasi digunakan sebagai subjek (Sugiyono, 2010).

Teknik Analisis Data

Penelitian dilakukan untuk melihat hubungan iklim organisasi dengan kompetensi

profesional guru yang sudah bersertifikasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan

program bantu komputer SPSS 17.0 for windows dengan teknik analisi data korelasi product

Moment dari Pearson.

10

Page 11: Hubungan Iklim Organisasi Dengan Kompetensi Profesional

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan Kolmogrov-Smirnov yang terdapat pada program SPSS

17.0. Data yang dikatakan normal bila memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5

% (p > 0,05).Berdasarkan hasil uji one sampel Kolmogorov-sminorv (KSZ) dapat diketahui

bahwa nilai KSZ adalah sebesar 0,729 dan (p>0.05). Dengan demikian dapat dikatakan nilai

residual normal atau berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat dalam tabel

berikut :

Tabel 4.9

Hasil Uji Normalitas

One Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz

Ed Residual

N

Normal Parameters Mean

Std. Deviation

Most Extreme Differences Absolute

Positive

Negative

Kolmogrov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

53

.0000000

7.62340919

1.00.

1.00

-.068

.729

.663

Uji linearitas

Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Dari hasil uji linearitas

linearitas diperoleh nilai Fbedasebesar 0,846 dengan sig. = 0,650 (p > 0,05) yang menunjukkan

hubungan antara iklim oganisasi dengan kompetensi profesional guru yang sudah

bersertifikasi.

11

Page 12: Hubungan Iklim Organisasi Dengan Kompetensi Profesional

Tabel 4.10

Anova Table

Sum of

Squares

df Mean

Square

F sig

KP*IO Between Groups (Combined)

Linearty

Deviation from

Linearity

Within Groups

Total

2192.624

1068.628

1123.996

1898.056

4090.679

22

1

21

30

52

99.665

1068.628

53.524

63.269

1.575

16.890

.846

.122

.000

.650

Uji Korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan

uji linieritas. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 17.0. Berdasarkan

hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara iklim organisasi dengan

kompetensi profesional guru yang bersertifikasi sebesar 0,511 dengan sig. = 0,000 (p < 0.05)

yang berarti ada hubungan yang positif antara iklim organisasi dengan kompetensi

profesional guru yang bersertifikasi.

Tabel 4.11

Correlation

Pembahasan

Dari perhitungan uji korelasi antara variabel iklim organisasi dengan kompetensi

profesional guru, didapatkan hubungan positif yang signifikan antara kedua variabel tersebut

dengan besar korelasi 0,511dengan nilai signifikan 0,000 (p < 0,05). Artinya, semakin tinggi

iklim organisasi yang tercipta di sekolah semakin tinggi kompetensi professional yang

IO KP

IO Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

1

53

.511"

.000

53

KP Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

N

.511"

.000

53

1

53

12

Page 13: Hubungan Iklim Organisasi Dengan Kompetensi Profesional

dimiliki guru, begitu pula sebaliknya. Dengan begitu iklim organisasi mempunyai peran

terhadap munculnya kompetensi profesional guru.

Secara umum hasil pengukuran ini mengungkapkan bahwa variabel X (iklim organisasi)

dan Y (kompetensi profesional guru) memiliki hubungan postif dan signifikan. Hasil

penelitian ini mungkin disebabkan pertama, guru yang bersertifikasi menggangap bahwa

iklim organisasi yang tercipta di SMK Negeri 3 dirasakan sebagai iklim yang kondusif dan

nyaman. Sehingga, kompetensi profesional guru dapat terus meningkat. Kedua, guru yang

bersertifikasi merasakan bahwa iklim organisasi yang ada di sekolah dapat memberikan

perubahan tingkah laku pada guru yang pada giliranya akan memengaruhi peningkatan

kompetensi profesional guru. Temuan ini sejalan dengan penelitian Wahono (2009) yang

menyatakan bahwa iklim organisasi sekolah kejuruan menjadi sangat penting dalam

mewujudkan kompetensi profesional guru SMK, baik pada tataran konsep pengajaran

maupun dalam pelaksanaan tugas-tugas keguruanya.

Berdasarkan kategorisasi data empirik variabel iklim organisasi, dengan mean sebesar

98,00 dan standar deviasi sebesar 7,123 diketahui bahwa terdapat 28 guru (53%) memiliki

iklim organisasiyang berada pada kategori sangat tinggi, 25 guru (47%) memiliki iklim

organisasi yang berada pada kategori tinggi. Sedangkan berdasarkan kategorisasi data

empirik variabel kompetensi profesional guru dengan mean 113,40 dan standar deviasi

sebesar 8,869 diketahui bahwa terdapat 30 guru (56,6 %) memiliki kompetensi profesional

pada kategori sangat tinggi, dan 23guru (43,4%) memiliki kompetensi profesional yang

berada pada kategori tinggi.

Hasil penelitian lain yang medukung penulis yaitu Suhendro (2009) mengenai hubungan

iklim organisasi dengan profesional guru mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang

positif dan signifikan antara iklim organisasi sekolah kejuruan dengan profesional guru

produktif SMK Negeri kelompok Teknologi dan industry se-Kabupaten Indramayu. Maryadi

13

Page 14: Hubungan Iklim Organisasi Dengan Kompetensi Profesional

(2012); Pratiwi (2012); Rodrigues & Gowda (2011) dam Krishnappa (2012)tersebut

menunjukkan bahwa antara iklim organisasi dengan kompetensi profesional guru yang

bersertifikasi memiliki hubungan yang positif signifikan. Hasil penelitian ini juga mendukung

teori yang mengungkapkan “lingkungan (sekolah) dapat menyebabkan perubahan tingka laku

anak dan juga guru yang pada giliranya akan mempengaruhi perstasi mereka”(Hadiyanto

2004).

Sebalinya justru hasil penelitian ini menolak hasil penelitian dari Narzoles (2013); Snoek

dan Volman (2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan

antara iklim organisasi dengan kompetensi profesional guru

Kompetensi profesional guru SMK sangat bergantung pada terwujudnya iklim organisasi

yang terjadi di sekolah. Semakin kondusif iklim organisasi sekolah kejuruan maka semakin

tinggi nilai kompetensi profesional guru SMK. Sebaliknya semakin tidak kondusif iklim

organisasi sekloah kejuruan maka semakin rendah kompetensi profesional guru SMK dalam

menjalankan tugasnya sebagai pendidik kejuruan.

Hasil penelitian dan pendapat diatas memperkuat dugaan bahwa lingkungan sekolah atau

iklim organisasi sekolah kejuruan secara langsung merupakan penyebab terjadinya perubahan

tingkah laku pada diri guru, dan pada giliranya akan mempengaruhi prestasi kerja. Iklim

organisasi sekolah kejuruan menjadi sangat penting dalam mewujudkan kompetensi

profesional guru SMK, baik pada tataran konsep pengajaran maupun dalam pelaksanaan

tugas-tugas keguruan lainya (Suhendro, 2009). Oleh karena itu, peran kepala sekolah, guru-

guru dan warga sekolah kejuruan lainya mutlak menjadi sangat berarti dalam mewujudkan

iklim yang kondusif.

Dengan adanya hubungan yang signifikan antara iklim organisasi dengan kompetensi

profesional guru SMK, membawa implikasi terhadap bagaimana semua kompenen sekolah

mulai dari kepala sekolah, guru-guru, tenaga kependidikan dan peserta didik untuk ikut aktif

14

Page 15: Hubungan Iklim Organisasi Dengan Kompetensi Profesional

menciptakan iklim organisasi yang kondusif. Sekalipun lingkungan di luar sekolah

kejuruan tidak dapat dimanupulasi, tetapi setidaknya semua komponen di SMK dapat

berperan sesuai dengan kedudukanya, yaitu membangun hubungan yang harmonis dan

kerjasama sebagai satu tim kerja. Sehingga terwujudnya iklim organisai yang kondusif dan

menyenangkan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kompetensi profesional guru.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara variabel iklim organisasi

dengan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikasi pada SMK Negeri 3 Ambon.

Semakin tinggi iklim maka semakin baik kompetensi profesional yang dimiliki oleh guru.

Saran

Setelah penulis melakukan penelitian dan pengamatan langsung dilapangan serta melihat

hasil penelitian yang ada, maka berikut ini beberapa saran yang penulis ajukan :

1. Sebagai pimpinan dalam sekolah ini, kepala sebagai motor pengerak untuk

memimpin sekolah yang dia pimpin. Dengan demikian diharapkan kepala sekolah

dapat memberikan kesempatan kepada setiap guru untuk dapat mengusulkan ide-

ide yang dapat dilakukan untuk menciptakan iklim organisasi yang menyenangkan

bagi peningkatan komptetensi profesional guru. Misalnya mengadakan kegiatan

bersama atau kegiatan yang dapat memperat keakraban dan kekerabatan diantara

semua guru sehingga menciptakan hubungan yang harmonis.

2. Untuk meningkatakan iklim organisasi dengan baik kepala sekolah perlu

mengadakan pertemuan rutin 2-3 kali dalam sebulan dengan para guru di sekolah,

15

Page 16: Hubungan Iklim Organisasi Dengan Kompetensi Profesional

3. sebagai upaya memberikan dukungan bagi semua guru sehingga para guru

lebihtermotivasi dalam mengerjakan tugas mereka.

4. Para guru harus secara mendalam memahami tugas yang didelegasikan kepadanya

sehingga secara bertanggung jawab dalam menjalankan serta bisa

menyelesaikannya tugas tersebut serta guru aktif dalam kegiatan diskusi yang

terjadi di sekolah.

5. Penelitian ini diharpakan dapat dikembangkan, sehingga tidak hanya variabel iklim

organisasi yang mempengaruhi kompetensi profesional guru. Akan tetapi,

hendaknya dapat dikembangkan ke variabel-variabel lainya. Dengan demikian

dapat ditemukan dan dibuktikan variabel lain yang mempengaruhi kompetensi

profesional guru

6. Diharapkan pada penelitian selanjutnya populasi dapat diperluas. Selanjutnya,

dapat juga melakukan subjek penelitian yang lain atau sekolah yang berbeda tetapi

variabel yang sama. Dengan demikian, dapat diketahui kompetensi profesional

guru yang di miliki oleh sekolah lain.

16

Page 17: Hubungan Iklim Organisasi Dengan Kompetensi Profesional

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2007). Ilmu dan aplikasi pendidikan. Cetakan kedua. Bandung: PT IMTIMA.

Azharmid. (2012). Data kualitas pendidikan di Indonesia tahun

2013.http://azharmind.blogspot.com/kualitas-pendidikan-indonesia-ranking.html

(Diakses pada tanggal 17 juli 2013)

Ayu, N. NM., Susilawati, & Siti, P. (2011). Kajian kompetensi profesional guru IPA di SMP

kota Semarang. Jurnal JP2F, 2(2).

Baedhowi. (2009). Tantangan profesionalisme guru pada era sertifikasi. naskah pidato

pengungkuhan guru besar UNS, tanggal 12 November 2009

Data Human Development Index (HDI) tahun 2103 kualitas Pendidikan Indonesia

http://edukasi.kompasiana.com/2013/05/03/kualitas-pendidikan-indonesia-refleksi-2-

mei-552591.html

Depdiknas. (2007). Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16

Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta:

Depdiknas

Fatchurrohman. (2010). Pengaruh sertifikasi bagi peningkatan kinerja guru SMP Negeri 1

Salatiga. (Skripsi tidak diterbitkan). Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

Fatima, H. (2011). Does employee retention affect organizational competence?. Journal

Industrial Engineering Letters, 1, 2225-0581.

Hadiyanto.(2004). Mencari sosok dosen tralisasi menejemen pendidikan modern. Jakarta:

Rineka Cipta

Haywood, Benyamin. (2006). Implementation fidelity anfacilitator concerns in the process of

disseminating a deliberate psychological and professional education innovation, North

Carolina State University (Diunduh dari:http://www. ohiolink.edu/etd/viem.cgi)

Http://edukasi.kompas.com/Sistem.PendidikanIndonesia.Terendah.di.Dunia (diunduh pada

tanggal 17 juli 2013 pada pukul 02.40)

Kraft, Matthew A., & Papay, John P. (2013).“Can Professional Environments in Schools

Promote Teacher Development?”.(diunduh dari http://www.gse.harvard.edu/cepr-

resources/files/news-events/ncte-kraft-papay)

Krishnappa, N. (2012). A study of organisational climate in relation withattitude towards

teaching profession of secondary school teachers.Journal International Indexed &

Referred Research, 39, 0975-3486

Liana, Y. (2012). Iklim organisasi dan motivasi berprestasi terhadap kepuasaan kerja dan

kinerja guru.Jurnal Menejemen dan Akutansi, 1,(2).

17

Page 18: Hubungan Iklim Organisasi Dengan Kompetensi Profesional

Lisnurrochatum, A. (2011). Persepsi guru belum bersertifikasi terhadap kompetensi guru

bersertifikasi di SMK Negeri Kabupaten Temanggung (Skripsi tidak

diterbitkan).Universitas Kristen SatyaWacana, Salatiga

Maryadi. (2012). Hubungan motivasi, diklat, ilkim organisasi, komptensi profesional

terhadap kinerja dosen perguruan tinggi swasta kopertis wilayah VI Jawa

Tengah.Jurnal menejemen pendidikan, 1(1). 2252-3057

Musfah, Jejen. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru. Jakarta: Kencana

Narzoles, D. T. G. (2012). Classroom climate and communicative linguistic competence of

EFL Learns. International Journal Theory and Practive In Language Studies, 1, 404-

410.

Nurcholis, O. (2011). Analisis pengaruh program sertifikasi guru terhadap kesejatraan dan

kinerja guru di lingkungan kementrian agama kota jakarta pusat.(Tesis tidak

diterbitkan).Universitas Bandar Lampung.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan

Pratiwi, H. (2012). Relationship between teacher profesionalism and school climate (Tesis

tidak diterbitkan).Universitas Indonesia. Jakarta

Ridaul, I., Trisno, M., & Hery, S. (2013). Pengaruh kompetensi profesional guru, motivasi

belajar siswa dan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi pada

siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Lasem Jawa Tengah Tahun Pelajaran

2011/2012.Jurnal Pendidikan Insan Mandiri, 1(1). 1-12

Rodrigues, George. & Gowda, Purushothama. (2011). A study of organizational climate in

professional collage libraries and information centre in Magalore City. Annals of

Library and Information Studies, 58, 24-33

Sadirman, A. M. (2005). Interaksi dan motivasi belajar. Jakarta: Rajawali Press.

Satori (1989). Pengembangan model supervisi sekolah dasar. Disertasi Doktor PPS IKIP

Bandung

Suprihatiningrum. (2013). Guru profesional: pedoman kinerja,kualifikasi, & kompetensi

guru. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Snoek, Marco.,& Volman, Monique. (2014). The impact of the organizational transfer

climate on the use of teacher leadership competences developed in a post-initial

Master's program, 37, 91-100 (diunduh dari

http://www.sciencedirectjurnal.com/science/article/pii)

Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

18

Page 19: Hubungan Iklim Organisasi Dengan Kompetensi Profesional

Suhendro, H. (2009). Hubungan iklim organisasi sekolah, kecerdasan emosional guru, dan

pengetahuan teknologi informasi dengan profesional guru SMK Prodiktif.Jurnal

Teknologi dan Kejuruan, 32, 37-50.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional

Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 tentang Guru dan Dosen

Utomo, E. (2005). Challenges of Curriculum Reform in the Context of Decentralization:The

Response of Teachers to a Compet-ence-Based Curriculum (CBC)and Its

Implementation in Schools, University of Pittsburgh

Wahono. (2006). Pengaruh motivasi kerja dan iklim organisasi terhadap kompotensi

pengelolaan kelas di sekolah dasar kristen YSKI Semarang. Jurnal Psikologi, 1,40-53.

Wirawan.(2007). Budaya dan iklim organisasi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Yamin, M. & Maisah.(2010). Standarisasi kinerja guru. Jakarta: Gaung Persada Press.

19