hibah miti-2014
Post on 05-Oct-2015
38 views
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Hibah Miti-unila-Ulat Hongkong 2014TRANSCRIPT
i
PROGRAM HIBAH MITI
PENGABDIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (P2M)
SI HONGKONG DARI KAMPUNG BARU
Diusulkan oleh:
Lugito
Maulana Malik
M. Agung Hardiyanto
1114121122
1114121128
1314121089
Angkatan 2011
Angkatan 2011
Angkatan 2013
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
MITI-2014
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUSULAN
PROGRAM HIBAH MITI PENGABDIAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT (P2M) 2014
1. Judul Kegiatan : Si Hongkong dari Kampung Baru 2. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Lugito
b. NPM : 1114121122
c. Jurusan : Agroteknologi
d. Universitas : Universitas Lampung
e. E-mail : [email protected]
f. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Bandarjaya Barat / 08996690987
3. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang
4. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Ir. Solikhin, M.P
b. Fakultas/Jurusan : Pertanian / Agroteknologi
c. NIDN : 19620907198903 1 002
d. Alamat Rumah dan HP : Sidomulyo, RT 22 / RW 12, Punggur,
Lampung Tengah / 08127986813
5. Biaya Kegiatan Total : Rp5.143.000,-
6. Jangka Waktu Pelaksanaan : 5 Bulan
Bandar Lampung, 11 Januari 2014
iii
ABSTRAK
Ulat hongkong (Tenebrio molitor) dikenal juga sebagai ulat tepung. Kandungan
nutrisi yang tinggi pada ulat tersebut yaitu sekitar 48% protein dan 40% energi.
Ulat hongkong dipakai sebagai makanan hewan baik dalam bentuk exstra fooding
utuh maupun dalam bentuk pelet. Adapun tujuan dari program ini adalah
melakukan teknik membudidayakan ulat hongkong (mealworm) yang
menguntungkan. Memenuhi kebutuhan masyarakat (strategi pemasaran) akan ulat
hongkong (mealworm) sebagai bahan pakan alami dan burung yang efektif dan
efisien. Adapun luaran dari usaha ini adalah berdirinya suatu usaha ulat hongkong
(mealworm) dengan skala yang besar. Produk ini di jual dengan harga Rp.50.000,-/Kg.
Sasaran penjualan adalah kalangan pelajar, mahasiswa serta masyarakat umum dan
para pecinta hewan peliharaan. Adapaun kegiatan publikasi yang dilakukan adalah
melalui media elektronik dan media masa. Inisiasi tempat penjualan berada di pusat
keramaian mahasiswa serta masyarakat. Adapun keunggulan dari produk olahan ini
adalah Produk ini memiliki kandungan nutrisi yang tinggi yang sangat baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan hewan peliharaan (burung dan ikan), di jual
dengan kemasan yang proporsional, produk yang ditawarkan di jual dengan
berbagai tipe, sehingga konsumen dapat menentukan selera terhadap hewan
peliharaannya. Analisis kelayakan yang diterapkan pada usaha produk olahan ini berupa analisis BEP, R/C Ratio dan payback period dengan perolehan keuntungan
dalam sebulan yaitu sebesar Rp1,974,076/bulan Sehingga usaha ulat hongkong ini sangat layak untuk di realisasikan.
Kata Kunci : Ulat Hongkong, Pakan, Burung dan ikan
1
BAB.1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Di kalangan para peternak, ulat hongkong (Tenebrio molitor) dikenal juga
sebagai ulat tepung. Secara ekonomis ulat ini memiliki nilai positif khususnya
ketika dalam fase larva (dalam bentuk ulat). Ulat tepung dapat diternakkan dan
dijadikan komoditi yang dapat diperjualbelikan. Kandungan nutrisi yang tinggi
pada ulat tersebut yaitu sekitar 48% protein dan 40% energi. Selain itu,
permintaan akan pakan alami ini cenderung nge-trend ditambah dengan jumlah
pembudidaya yang masihsedikit menjadi peluang yang sangat menjajikan untuk
menambah nilai ekonomis.1)
Mengembangbiakkan ulat ini sangat mudah, awal pemeliharaan, ulat
dalam bentuk larva bisa dibeli di pasar burung. Larva ulat yang dijual berukuran
1-2 cm dan membutuhkan waktu satu bulan untuk menjadi kumbang. Kumbang
ulat hongkong ditempatkan pada wadah plastik.Kandungan nutrisi yang tinggi,
ulat hongkong sangat baik sebagai sumber protein untuk burung kicauan dan ikan
hias karena akan membantu meningkatkan kualitas ikan dan burung. Adapun cara
penyajiannya, ada yang diberikan ketika ulat masih berwarna putih atau diberikan
dalam bentuk ulat hongkong kering tergantung dari kebiasaan pemilik binatang
peliharaan memberikannya.2)
Seiring meningkatknya bisnis ikan hias dan bisnis burung, baik burung
hias maupun burung berkicau akhir-akhir ini, kebutuhan terhadap ulat hongkong
juga akan meningkat. Jenis burung yang menyenangi ulat hongkong cukup
banyak diantaranya adalah kacer, jalak putih, kenari, dan jenis burung pemakan
serangga lainnya. Oleh karena itu, usaha peternakan ulat hongkong perlu
ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitasnya. Dari segi kuantitas, berarti
peternakan ulat hongkong perlu disebarluaskan pada masyarakat umum dan dari
segi kualitas, berarti teknik peternakan baik papan maupun pemeliharaan.
http://omkicau.com/2013/03/18/cara-membuat-ulat-hongkong-dalam-kaleng/
2
Oleh karena itu, kami mencoba membuat inovasi produk pakan burung
peliharaan yang mengandung nutrisi yang baik untuk melalui budidaya ulat
hongkong.
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana cara membudidayakan ulat hongkong (mealworm) yang
menguntungkan?
2. Bagaimana memenuhi kebutuhan masyarakat akan ulat hongkong
(mealworm) sebagai bahan pakan alami dan burung yang sustainable?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari program ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan teknik membudidayakan ulat hongkong (mealworm) yang
menguntungkan.
2. Memenuhan kebutuhan masyarakat (strategi pemasaran) akan ulat hongkong
(mealworm) sebagai bahan pakan alami dan burung yang sustainable.
1.4 Manfaat
Manfaat dari program kewirausahaan ini adalah sebagai berikut:
1. Memanfaatkan peluang usaha yang menguntungkan melalui sistem budidaya
2. Melatih jiwa wirausaha masyarakat secara langsung
3. Menyediakan produk pakan yang sehat dan bernutrisi
4. Mendapatkan keuntungan untuk mengembangkan usaha menjadi lebih besar
5. Membantu para pecinta hewan peliharaan dalam memperoleh pakan
3
BAB II. GAMBARAN UMUM DAN ANALISIS KONDISI MASYARAKAT
A. Gambaran Umum Masyarakat
Adapun gambaran umum masyarakat yang akan menjadi target atau sasaran
dalam kegiatan pemberdayaan budidaya ulat hongkong ini adalah pada daerah
kampung baru. Kampung baru adalah salah kampung atau desa yang ada di Kota
Bandar Lampung. Kampong ini terletak berbatasan langsung dengan tempat-
tempat keramaian, seperti : Universitas Lampung, Terminal Induk Rajabasa, Pasar
Modern (Mal Lampung) Pasar Tempel (pasar tradisional) serta tempat-tempat
ramai lainnya. Kampung ini merupakan kampung majemuk atau kampung
campuran, yaitu terdiri dari beberapa komposisi elemen sosial yaitu: masyarakat
umum, mahasiswa dan kelompok pendatang. Di kampung ini banyak sekali
masyarakat yang membudidayakan burung hias atau burung kicau seperti burung
perkutut, burung kacer, burung dara, burung tilang dan masih banyak lagi burung
pemakan serangga lainnya.
Akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah keterbatasan pakan serta harga
pakan burung yang semakin mahal dan kadang tidak selalu tersedia di pasar
burung atau pasar tradisional (pasar tempel). Oleh sebab itu, hal ini dapat menjadi
gambaran bahwa kampong ini berpotensi untuk menjadi sasaran pemberdayaan
budidaya ulat hongkong yang secara alamaiah disukai oleh semua jenis burung
peliharaan masyarakat dan memiliki nutrisi (protein) yang tinggi sehingga dapat
mendatangkan keuntungan baik dari segi pembudidayaan dan penjualan.
Selain dari segi pemberdayaan, yang menjadi faktor bahwa daerah ini menjadi
sasaran pembudidayaan adalah banyak nya waktu luang yang dialami oleh kaum
ibu, karena ketika pagi hingga siang hari kaum ibu ini banyak menghabiskan
waktu atau mengisi waktu luang dengan mengobrol (menggosip) sehingga
kegiatan ini dinilai kurang efektif atau kurang bermanfaat. Sehingga hal ini dapat
dimanfaatkan untuk dialihkan menjadi kegiatan lain yang lebih bermanfaat dan
bahkan menguntungkan. Kegiatan sosialisasi pemberdayaan budidaya ulat
hongkong dinilai sangat cocok dan pantas untuk direalisasikan.
4
B. Analisis Kondisi Masyarakat
Adapun analisis kondidi masyarakat yang dapat disajikan dalam program
pemberdayaan ini adalah sebagai berikut :
1. Strength (Kekuatan)
Adapun kekuatan dalam kegiatan pemberdayaan ini adalah:
a. Umur kaum ibu-ibu yang masih semangat atau produktif
b. Ketersediaan alat dan bahan yang memadai
c. SDM yang masih memungkinkan dalam menerima pemberdayaan
d. Harga komoditas ulat hongkong yang menjanjikan
2. Oppurtunity (peluang)
Adapun peluang dalam kegiatan pemberdayaan ini adalah:
a. Waktu yang dimiliki oleh masyarakat terutama kaum ibu cukup panjang
b. Belum ada yang membudidayakan ulat hongkong
c. Permintaan akan ulat hongkong sebagai pakan yang cukup tinggi
d. Lokasi pemberdayaan yang strategis dan akses yang mudah
3. Weakness (kelemahan)
Adapun kelemahan dalam kegiatan pemberdayaan ini adalah:
a. Sifat malas/kurang termotivasi akibat pengaruh lingkungan yang cukup tinggi.
b. Keuletan pembudidaya yang masih rendah