hamzah fansuri penyair sufi aceh.docx

116
hamzah fansuri penyair sufi aceh BIBLIOTHEEK KITLV 0053 7751 ogs \eo nolo HAMZAH FANSURI PENYAIR SUPI ACEH iL . l - A/

Upload: ridhwan

Post on 21-Jan-2016

206 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

buku hamzah fansuri

TRANSCRIPT

Page 1: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

hamzah fansuri

penyair sufi aceh BIBLIOTHEEK KITLV

0053 7751

ogs \eo nolo HAMZAH FANSURI

PENYAIR SUPI ACEH iL .

l

- A/

Page 2: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

HAMZAH FANSURI

PENYAIR SUFÎ ACEH

Penyunting

ABDUL HADI W.M.

L.K . ARA

KATA PENGANTAR

PROF. A.HASMY

Penerbit

LOTKALA

Page 3: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

HAMZAH FANSURI

SASTRAWAN SUFI ABAD XVII

Oleh A. Hasmy

I

Fansuri dua bersaudara itu, Ali dan Hamzah, berasal dari Parsia. Pada zaman Kerajaan Islam Samudra/Pasai diperintah Sulthan Alaiddin Malikussalih (659 - 688 H. = 1261 - 1289 M.) banyak Ulama Besar dari Negeri Parsi yang datang ke sana, baik untuk mengajar pada pusat-pusat Pendidikan Islam yang bernama "'Dayah", maupun untuk menyumbangkan tenaganya pada lembaga- lembaga pemerintahan. Salah seorang di antara Ulama Besar, yaitu "nenekmoyangnya" Ali dan Hamzah, dipercayakan oleh Kerajaan untuk memimpin Pusat Pendidikan yang bernama DAYAH BLANG PRIA. Ulama Besar tersebut terkenal dengan nama Syekh Al Fansuri, hatta keturunannya yang menjadi Ulama memakai "Fansuri" di ujung namanya.

Pada masa Sulthan Alaiddin Riayat Syah Saidil Mukammil memerintah Kerajaan Aceh Darussalam (997 — 1011 H. = 1589 — 1604 M.), dua orang Ulama turunan Syekh Al Fansuri mendirikan dua buah Pusat Pendidikan Islam di pantai barat Tanah Aceh, yaitu di Daerah Singkel. Ali yang telah menjadi Syekh Ali Fansuri mendirikan Dayah Lipat Kajang di Simpang Kanan, sementara adiknya, Hamzah, yang telah menjadi Syekh Hamzah Fansuri mendirikan Dayah Oboh di Simpang Kiri Rundeng. /= - Dalam tahun 1001 H. = 1592 M., Syekh Ali Fansuri dikurniai seorang putera dan diberi nama Abdurrauf, yang kemudian Cf menjadi seorang Ulama Besar yang bergelar Syekh Abdurrauf Fansuri dan lebih terkenal dengan lakab Teungku Syiahkuala.

Abdurrauf Syiahkuala kemudian menjadi lawan terbesar dari "Filsafat Ketuhanan" Wahdatul Wujud yang dianut pamannya, Syekh Hamzah Fansuri, dan Khalifahnya yang terkenal Syekh 5 Syamsuddin Sumatrani. Syek Abdurrauf Fansuri dan Nuruddin Ar Raniri adalah dua tokoh Ulama Besar penganut dan penegak Filsafat Ketuhanan Isnainiyatul Wujud. Apabila dan dimana tempat lahir Hamzah Fansuri, belum diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan di samura/Pasai dan ada pula yang mengatakan di Singkel. Dalam serangkum sajaknya, Hamzah menjelaskan tentang asal-usulnya :

Hamzah ini asalnya Fansuri,

Mendapat wujud di tanah Syahr Nawi,

Beroleh khilafat ilmu yang 'ali,

Daripada Abdulqadir Saiyid Jailani.

Page 4: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Dalam sajak tersebut, kecuali menerangkan bahwa nenek-moyangnya ialah Syekh Al Fansuri, juga Hamzah menjelaskan bahwa beliau adalah pengikut Tharikat Abdulqadir Jailani, seorang Ulama Tasauwuf terkenal. Dalam sajak yang lain, dijelaskan bahwa beliau hidup pada masa kerajaan Aceh Darussalam di bawah pemerintahan Sulthan Alaiddin Riayat Syah IV Saiyidil Mukammil (997 — 1011 H =1589-160 4 M.) :

Hamba mengikat syair ini,

Dibawah hadlarat raja wali.

Syah Alam raja yang adil,

Raja kutub sempurna kamil,

Wali Allah sempurna wasil,

Raja arif lagi Mukammil.

Dalam sajak yang lain, yang diciptakannya waktu Hamzah sedang berada di Kota Quddus (Baital Maqdis/Darussalam) Palestina, dijelaskan bahwa tanah airnya adalah Tanah Aceh :

Hamzah gharib Uanggas Quddusi,

Akan rumahnya Baitul Makmuri,

Kursinya sekalian kapuri,

Di Negeri Fansuri minal asyjari.

Melayu dan Penyair Sufi di Rantau Asia Tenggara, adalah suatu kebenaran yang dibuktikan fakta-fakta sejarah. Waktu sedang di rantau (Kota Quddus, Palestina), Hamzah menerangkan bahwa rumahnya (tempat lahirnya) di Baitul Makmur, nama lain dari Aceh Darussalam, tegasnya di Kampung Oboh Simpang Kiri (Singkel) yang telah berubah namanya menjadi "Negeri Fansuri", semenjak Hamzah mendirikan Dayah (Pusat Pendidikan Islam) di kampung tersebut. Pengarang buku "The Mysticcism of Hamzah Fansuri", Prof. Dr. Naguib Alatas, dalam sebuah ceramahnya di depan para sarjana di Darussalam Banda Aceh pada awal tahun tujuhpuluhan, menerangkan bahwa Hamzah Fansuri adalah Pujangga Melayu terbesar dalam abad XVII, Penyair Sufi yang tidak ada taranya pada zaman itu. Hamzah Fansuri adalah Jalaluddin Rumi"-nya Kepulauan Nusantara, demikian Naguib Alatas menegaskan, yang selanjutnya mengatakan bahwa Hamzah Fansuri adalah pencipta bentuk pantun pertama dalam bahasa Melayu. Tentang Syekh Hamzah Fansuri sebagai seorang Pujangga Pengetahuannya yang luas, yang ditimbangnya di Dayah Biang Pria Samudra/Pasai, India, Parsia dan Arabia telah mengangkat beliau ke tempat kedudukan yang tinggi. Penguasaannya akan baha, bahasa Urdu dan bahasa Parsia telah membantu beliau untuk memahami dan menghayati sa Arab tasauwuf/thariqat dan filsafat Ibnu Arabi, Al Hallaj, Al Bistami, Maghribi, Syah

Page 5: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Nikmatullah, Dalmi, Abdullah Jilli, Jalaluddin Rumi, Abdulqadir Jailani dan lain-lainnya.

Dalam Filsafat Ketuhanan, Hamzah Fansuri menganut aliran "Wahdatul Wujud", dan sebagai seorang Penyair Sufi beliau menjadi pengikut dan pemuka Thariqat Qadiriyah. Pengembaraannya yang jauh ke negeri-negeri Semenanjung Tanah Melayu, Pulau Jawa, India, Parsia, Arabia dan sebagainya, telah membuat Hamzah Fansuri mempunyai cakrawala yang

sejauh ufuk langit, sehingga beliau menjadi seorang pengarang sastrawan, yang karya tulisnya berisi padat dan penuh dengan butir-butir filsafat, tetapi halus dan enak dibaca. Sebagaimana lazimnya "Penyair Sufi", maka sajak-sajak Hamzah Fansuri penuh dengan rindu-dendam; rindu kepada Mahbubnya, Kekasihnya, Khaliqnya, Allah Yang Maha Esa. Sedemikian rindunya, hatta dia merasa seperti telah bersatu menjadi satu dengan Kekasihnya itu, sehingga Hamzah seakan-akan berbicara dengan Lidah Khaliqnya, mendengar dengan Telinga Khaliqnya, melihat dengan Mata Khaliqnya, mencium dengan Hidung Khaliqnya, karena jasadnya telah luluh ke dalam Khaliqnya; Mahbub yang dirindukannya itu.

Karena itulah, maka "Karya Tulis" Hamzah Fansuri sukar dimengerti dan dipahami oleh orang yang tidak banyak membaca dan mendalami buah pikiran dan filsafat Ulama Tasauwuf/Penyair

Sufi. Sepanjang yang saya ketahui, ada lima buah Karya Tulis dari Syekh Hamzah Fansuri, dan yang tidak saya ketahui kemungkinan besar lebih dari sepuluh.

Kelima Karya Tulisnya yang saya ketahui, yaitu : Asraarul Arifiin Fi Bayani Ilmis Suluk wat-tauhid, yang membahas masalah-masalah ilmu tauhid dan ilmu thariqat.

Dalam kitab ini tersimpan ajaran-ajaran beliau.

2. Syaraabul Asyiqin, yang membicarakan masalah-masalah

thariqat, syariat, haqiqat dan makrifat.

3. Al Muntahi, yang membicarakan masalah-masalah tasauwuf.

4. RubaH Hamzah Fansuri, syair sufi yang penuh butir-butir

filsafat.

5. Syair Burung Unggas, juga sajak sufi yang dalam maksudnya.

Menurut Hamzah Fansuri, bahwa manusia yang telah menjadi

"Insan Kamil" tidak ada lagi pembatas antara dia dan Mahbubnya,

karena Insan Kamil telah menfanakan dirinya ke dalam diri

Kekasih yang dirindukannya v

Page 6: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Mahbubmu itu tiada berhasil,

Pada ainama tawallu jangan mau ghafil,

Fa samma Wajhullah sempurna wasil,

Inilah jalan orang kamil.

8 Kekasihmu dlahir terlalu terang,

Pada kedua alam nyata terbentang,

Ahlul Makrifah terlalu menang,

Wasilnya daim tiada berselang.

Hempaskan akal dan rasamu,

Lenyapkan badan dan nyawamu,

Pejamkan hendak kedua matamu,

Di sana lihat peri rupamu.

Tujuan utama Prof. Dr. Saiyid Naguib Alatas ke Aceh pada awal tahun tujuhpuluhan, yaitu untuk mencari naskah "Ruba'i Hamzah Fansuri" yang lengkap. Telah dicarinya ke Negeri Belanda, Inggeris, Prancis dan lain-lain negeri Eropah, tetapi tidak dijumpainya; yang didapatinya hanya sejumlah rangkum-rangkumnya yang terpisah-pisah. Yang dicari itu, juga di Aceh tidak jumpainya, sekalipun beliau telah mengunjungi beberapa perpustakaan tua, seperti Perpustakaan Day ah Tanoh Abey yang masih menyimpan lebih 1000 buah naskah tua tulisan Arab Melayu.

Waktu saya mencari bahan-bahan untuk penyusunan sebuah buku (sedang dalam penyiapan), saya berhasil mendapati dua naskah tua Karya Tulis Syekh Hamzah Fansuri, yaitu Syarah Ruba'i Hamzah Fansuri dan Syair Burung Unggas.

Syarah Ruba'i Hamzah Fansuri, yaitu Ruba'i yang telah disyarahkan oleh Syekh Saymsuddin Sumatrani, Khalifahnya yang utama, saya dapati dalam kumpulan beberapa Karya Tulis karang-

an Syekh Abdurrauf Syiahkuala, yang saya pinjam dari Almarhum Teungku Muhammad Yunus Jamil. Syarah Ruba'i Hamzah Fansuri

setelah saya fotokopikan, kemudian menganalisanya menjadi sebuah buku dengan judul : Ruba'i Hamzah Fansuri Karya Sastra Sufi Abad XVII, dan dalam tahun 1976 telah diterbitkan di Kuala Lumpur oleh Dewan Bahasa Dan Pustaka.

Naskah tua Syair Burung Unggas, saya dapati dalam tumpukan puing-puing naskah tua, sisa Perpustakaan Teungku Chik Kuta karang, tidak berapa jauh dari Banda Aceh. Menurut setahu

Page 7: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

saya, Naskah Syair Burung Unggas belum pernah diterbitkan. Mungkin sekali saya orang pertama yang menemunya di Indonesia. Sungguhpun tidak begitu panjang, namun mempunyai arti yang penting. Beberapa rangkum dari Syair Burung Unggas, saya turunkan di bawah ini :

Unggas itu yang amat burhana,

Daimnya nantiasa di dalam astana,

Tempatnya bermain di Bukit Tursinà,

Majnun dan Laila adalah di sana.

Unggas itu bukannya nuri,

Berbunyi ia syadda kala hari,

Bermain tamasya pada segala negeri,

Demikianlah murad insan sirri.

Unggas itu bukannya balam,

Nantiasa berbunyi siang dan malam,

Tempatnya bermain pada segala alam,

Di sanalah tamasya melihat ragam.

Unggas itu terlalu indah,

Olehnya banyak ragam dan ulah,

Tempatnya bermain di dalam Ka'bah,

Pada Bukit Arafah kesudahan musyahadah.

Unggas itu terlalu pingai,

Warnanya terlalu bisai,

Rumahnya tiada berbidai,

Duduknya daim di balik tirai.

Putihnya terlalu suci,

Daulahnya itu bernama ruhi,

Milatnya terlalu sufi,

Page 8: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Mushafnya bersurat Kufi.

Arasy Allah akan pangkalnya,

Jambullah akan tolannya,

10 Baitullah akan sangkarnya,

Menghadap Tuhan dengan sopannya.

Sufinya bukannya kain,

Fi Mekkah daim bermain,

Ilmunya lahir dan batin,

Menyembah Allah terlalu rajin.

Zikrullah kiri kanannya,

Fikrullah rupa bunyinya,

Syurbah tauhid akan minumnya,

Daim bertemu dengan Tuhannya.

Pada akhir pemerintahan Sulthan Iskandar Muda Meukuta Alam (wafat 29 Rajab 1046 H. = 27 Desember 1636 M.), Syekh Hamzah Fansuri meninggal dunia di Wilayah Singkel, dekat kota kecil Rundeng. Beliau dimakamkan di Kampung Oboh Simpang Kiri Rundeng di Hulu Sungai Singkel. Saya telah dua kali ziarah ke sana. Makamnya sangat dimuliakan

Jakarta, 2 Agustus 1984

11 1 2 HAMZAH FANSURI

BAPAK SASTRA DAN BAHASA MELAYU

Oleh: Abdul Hadi W.M.

Waktu dan tempat Hamzah Fansuri lahir sampai sekarang masih

merupakan teka-teki. Demikian juga tahun kapan ia meninggal tak

diketahui secara pasti. Namun bahwa ia merupakan seorang sufi

besar yang luas pengaruhnya diwilayah Nusantara pada abad ke-17

dan sesudahnya, tidak ada yang bisa menyangkal. Justru karena

Page 9: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

luasnya pengaruh ajaran-ajarannya itulah yang membuat kita ber-

tanya-tanya mengapa tidak ada catatan yang resmi kapan ia lahir

dan meninggal. Hikayat Aceh sendiri misalnya tidak menyebut

adanya seorang tokoh sastra dan ahli tasawuf bernama Hamzah Fansuri, suatu kekeliruan yang amat besar, karena dengan demikian seakan-akan tokoh Hamzah Fansuri tidak pernah muncul dalam sejarah Aceh. Namun hal itu bisa dimaklumi. Peniadaan nama Hamzah Fansuri dan jejaknya dalam sejarah memanglah disengaja dan merupa-

kan kelanjutan dari perintah pemusnahan terhadap karya-karyanya

yang dipandang penuh dengan ajaran-ajaran yang berbahaya dan

menyesatkan. Ketika pengaruh Hamzah Fansuri sudah berakar

dalam masyarakat Aceh pada awal abad ke-17, khususnya pada

masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636), datanglah

untuk kedua kalinya seorang ulama dari Ranir India bernama

Nuruddin, yang kelak akan kita kenal dengan nama Nuruddin

A raniri. Ia adalah seorang ulama ortodoks dan tidak menyukai

ajaran tasawuf Hamzah Fansuri. Dalam waktu yang singkat Nurud-

din Arraniri dapat mempengaruhi sultan. Setelah itu ia berhasil

mendorong sultan melakukan pemusnahan terhadap ajaran-ajaran

Hamzah Fansuri, sehingga seorang tokoh pribumi dengan mudah

dapat disingkirkan oleh seorang pendatang. Dengan demikian pe-

nyingkiran terhadap Hamzah Fansuri, yang diikuti dengan penge-

jaran terhadap dirinya dan pengikut-pengikutnya serta pembakar-

an karya-karyanya, lebih merupakan peristiwa politik.

13 Namun sejarah tidak bisa dibohongi. Begitu Hamzah Fansuri

meninggal dunia namanya tiba-tiba melejit lagi dan menjadi buah

bibir orang. Pengikut-pengikutnya yang setia ternyata tidak sedikit,

Page 10: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

dan merekalah yang berhasil menyelamatkan salinan karya-karya

Hamzah Fansuri sehingga sampai kepada kita sekarang ini Pertanya-

an yang muncul kepada kita setelah lebih tiga abad kematiannya

adalah: "Benarkah ajaran tasawuf Hamzah Fansuri sesat? Tidak-

ka h apa yang ia alami serupa saja dengan apa yang dialami Al-Hallaj,

v yang hukuman matinya lebih merupakan peristiwa politik?"

Kita tidak perlu menjawab pertanyaan itu sebelum memper-

hatikan sungguh-sungguh apa yang ia ajarkan dalam karya-karya-

nya. Sebab karya-karya Hamzah sendirilah kelak yang akan men-

jadi saksi atau hakim apakah ia seorang sufi yang sesat ataukah

tidak.

Meskipun hari dan tahun kelahirannya tidak diketahui dengan

pasti, ia diperkirakan hidup antara pertengahan abad ke-I 6 dan

awal ke-17 pada masa pemerintahan raja Iskandar Muda. Karena

tambahan nama di belakangnya "Fansur" itulah kita sekarang me-

ngenalnya sebagai tokoh yang berasal dari Barus, Aceh, sebab kata-

kata Melayu "Barus" bila diterjemahkan ke dalam bahasa Arab

akan menjadi "Fansur". Tapi di dalam sajak-sajaknya ia pun me-

nyebut bahwa dirinya berasal dari Shahr Nawi, sebuah kota di

Siam tempat bermukimnya pedagang dan ulama Islam dari Persia

dan Arab. Jadi meskipun tidak bisa dipastikan di mana ia lahir se-

benarnya, jelaslah kedua tempat ini memiliki arti yang penting

dalam hidupnya.

Sajak-sajaknya juga menyatakan bahwa ia telah mengembara

ke berbagai tempat dan negeri seperti Jawa, Siam, Semenanjung

Page 11: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Melayu, Pesisir Sumatra, Persia dan tanah Arab. Selain menguasai

bahasa Melayu, ia mahir pula dalam bahasa-bahasa Persia dan Arab.

Penguasaan bahasanya inilah agaknya yang membuat ia sangat

mudah menguasai berbagai buku tasawuf dari sufi-sufi terkemuka

Persia. Di dalam uraian-uraian tasawufnya misalnya tak sedikit

sajak-sajak para sufi Persia itu ia kutip dalam bahasa aslinya, kemu-

dian dibubuhi terjemahannya dalam bahasa Melayu.

Malahan ia tak segan-segan menyatakan bahwa ia belajar lang-

sung tasawuf dari sufi-sufi terkemuka di Persia. Ia juga diberitahu-

kan telah mengunjungi Mekkah dan Medinah, dan menunaikan

ibadah haji.

14 Dalam sebuah sajaknya ia menulis :

Hamzah Fansuri di Negeri Melayu

Tempatnya kapur di dalam kayu

"Kapur" dalam sajak ini sama dengan "barus", menunjukkan

tempat asal Hamzah. Agaknya ia sengaja memakai kata-kata "ka-

pur" itu setelah baris yang menyebutkan namanya sendiri (Hamzah

Fansuri), lalu ia membuat ungkapan yang menunjuk pada makrifat

(uniomystika), : tempatnya kapur di dalam kayu.

Di dalam sajaknya yang lain ia menulis:

Hamzah Shahr-Nawi terlalu hapus

Seperti kayu sekalian hangus

Asalnya Laut tiada berharus

Menjadi kapur di dalam Barus

Sajak ini mewartakan bahwa ia seakan-akan berasal dari Shahr-

Page 12: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Nawi, Siam, namun dibesarkan dan mempelajari tasawuf sampai

makrifat di tanah barus. Kata-kata "kayu sekalian hangus" menun-

jukkan bahwa ia mencapai makrifat. Seseorang yang mencapai mak-

rikat. atau fana hapus) dengan Tuhannya, sering dilambangkan

sebagai sesuatu yang kembali ke asalnya "Laut tak berarus", suatu

ungkapan yang sering digunakan juga oleh Ibn Arabi dan Jalaluddin

Rumi. Laut di sini adalah lambang dzat yang maha luas. Sedang

baris "menjadi kapur di dalam Barus" mewartakan bahwa ia men-

capai tingkat kesufian di tanah Barus.

Sebagai penyair, di sini ia berhasil memadukan tahapan penga-

laman kerohanian yang ia capai dengan tempat di mana ia men-

capainya. Artinya ia mampu menyatukan dunia luar dan dunia

dalam yang sangat inti dalam penulisan puisi, menjadi suatu ung-

kapan yang utuh. berdimensi ganda, menyaran ke banyak segi.

Ketika tingkat kesufian telah ia capai, maka ia tak peduli lagi

pada tempat kelahirannya di dunia ini, sebab lahir di mana saja

sebenarnya sama. Yang penting adalah ia telah paham bahwa ia

berasal dari Dzat di luar dunia ini. Katanya :

Hamzah gharib Unggas Quddusi

Akan rumahnya Baytul Makmuri

Kursinya sekalian ia kapuri

Di negeri Fansuri minal ashjari

15 Jika sajak ini dialihkan ke dalam bahasa Indonesia masa kini,

saya kira akan menjadi sebagai berikut:

Hamzah asing si burung suci

Page 13: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Rumah diamnya di Baitul Makmur

Tahtanya putih ia kapuri

Dari kayu di tanah Fansuri

Dalam sajak ini Hamzah Fansuri menyebut dirinya orang asing

atau pengembara asing di dunia ini (lihat juga Rumi). Secara ha-

kiki ia adalah roh suci (burung suci). Dan rumah yang sebenar-

nya adalah di dalam hatinya. Ia memakai ungkapan "baytul mak-

mur" untuk menyebut hati, suatu ungkapan yang biasa kita temui

dalam kepustakaan sufi, yang kemudian juga dipakai di dalam

tasawuf Jawa, misalnya oleh Ronggowarsito (lihat: Hidayat Jati).

Berdasar sajak-sajak ini S. Naguib Al-Attas dalam bukunya

"The Mysticisun of Hamzah Fansuri" (Kualalumpur: 1970) meng-

ajukan kemungkinan tentang tempat kelahirannya. Kemungkinan,

kata Al-Attas, Hamzah dilahirkan di Shar Nawi, namun ayahnya

berasal dari Barus, dan menjelang ayahnya wafat ia pun kembali ke

Barus. Tetapi dibagian lain ia menulis bahwa ia berasal dari Barus, dan

mencapai tingkat kesufian di tanah Shahr Nawi:

Hamzah nin asalnya Fansuri

Mendapat wujud di tanah Shahr Nawi

Namun begitu apakah ia dilahirkan di Barus atau Shahr Nawi

agaknya tidak menjadi penting lagi. Yang jelas bukan orang asing

seperti Nuruddin Arraniri yang berasal dari Ranir di India itu.

Seperti ia tulis dalam sajaknya:

Hamzah Fansuri orang uryani

Seperti Ismail menjadi qurbani

Page 14: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Bukannya Ajami lagi Arabi

Sementara wasil dengan Yang Baqi

Di sini ia mewartakan bahwa ia orang fakir (uryani=telanjang),

16 telah menjalani pengorbanan sebagaimana nabi Ismail. Ia bukan

orang Persia (Ajami) atau pun Arab, dan selalu manunggal (menya-

tu diri) dengan Tuhannya.

Di bagian lain, sementara ia mengaku berasal dari Barus, dan

mendapat pelajaran sufi di Shahr Nawi ia mengatakan bahwa ia ^

mendapat khilaf at atau ilmu tasawuf di Bagdad. Dan ajaran tasa-

wuf yang ia peroleh adalah ajaran Syekh Abdulkadir Jailani.

Namun karya-karya Hamzah Fansuri sendiri menunjukkan bahwa

bukan pengaruh Jailani yang besar kepadanya, melainkan ajaran

Ibn Arabi. Di samping itu Hamzah menunjukkan bahwa dirinya

sangat dekat dengan tokoh-tokoh sufi yang lain serta karya-karya

puisinya, seperti: Bistami, Baghdadi, Al-Hallaj, Imam Ghazali,

Mas'udi, Farid Attar, Jalaluddin Rumi, Shabistari, Maghribi,

Iraqi, Sa'di, Nikmatullah, Jami dan Karim Al-Jili.

Sebuah sajaknya yang terkenal yang mengabarkan keluasan

daerah yang ia kunjungi dan pengakuannya bahwa rumahnya yang

sejati adalah hatinya sendiri, yang dalam sajaknya terdahulu di

sebut "baytul makmur" adalah ini:

Hamzah Fansuri di dalam Mekkah

Mencari Tuhan di Baitul Ka'bah

Dari Barus ke Kudus terlalu payah

Akhirnya dijumpa di dalam rumah

Page 15: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Seperti sajak-sajaknya yang lain tempat-tempat yang mempu-

nyai arti penting bagi hidupnya, muncul dalam sajak ini dan menjadi

sangat berarti atau bermakna baik sebagai pelambang atau pembentuk

nilai sajak. Kita diberi tahu di sini betapa jauhnya Hamzah Fansuri men- \s

cari Tuhannya, betapa payah badan dan rohaninya, sehingga akhirnya

Tuhan ia jumpai dalam dirinya.

Barang siapa mengenal dirinya sendiri, ia akan mengenal Tu- v

hannya, kata hadits. Jadi sebenarnya Tuhan itu tidak jauh dari

diri kita. Hanya untuk mendapatkan Tuhan itu yang tidak mudah.

Manusia harus berupaya lahir dan batin, beramal dan mengerja-

kan ibadah, mentaati syariah ajaran agama, serta mendalami

17 agama benar-benar. Hamzah Fansuri dalam sajak ini menunjuk-

—v kan bahwa Tuhan memang tidak jauh dari diri kita, namun untuk

mencapainya manusia harus melakukan perjalanan jauh, karena

begitu lahir ke dunia manusia seakan-akan asing atau jauh dari

hakekat kejadiannya. Di sini jelas bahwa Hamzah Fansuri tidak

^ menolak pentingnya ibadah keagamaan, asal ia dianggap sebagai

benar-benar suatu latihan kerohanian yang penting dan dijalankan

dengan penuh keyakinan dan disiplin. Namun semua itu akhirnya

tergantung pada manusia, apakah ia mampu bercermin pada diri-

nya atau tidak untuk menangkap cahaya ilahi yang tersembunyi

dalam dirinya. Cahaya ilahi yang akan tersingkap bila seseorang

mampu melakukan disiplin kerohanian yang keras, mau belajar

sungguh-sungguh, sebab perjalanan ke dalam diri itu memang

tidak mudah dan payah.

Page 16: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Tuduhan Nuruddin Arraniri bahwa Hamzah Fansuri telah

menempuh jalan yang sesat, ternyata keliru. Dalam sajak-sajak-

nya sendiri Hamzah Fansuri malah mengecam para sufi palsu £

atau pengikut-pengikutnya yang telah menyelewengkan ajaran

tasawuf yang sebenarnya. Kata Hamzah :

Segala muda dan sopan

Segala tuan berhuban

Uzlatnya berbulan-bulan

Mencari Tuhan ke dalam hutan

Segala menjadi "sufi"

Segala menjadi "shawqi" (=pencinta kepayang)

Segala menjadi Ruhi (roh)

Gusar dan masam di atas bumi (menolak dunia)

w\ Tasawuf yang diajarkan Hamzah Fansuri tidak menolak

dunia atau aktivitas keduniaan. Dalam sajak ini jelas ia tidak setuju

dengan para sufi palsu yang suka bertapa atau menyingkirkan diri

ke hutan, menyiksa badan, tidak mau bergaul dengan masyarakat-

nya. Tuhan bisa dicari dalam diri kita sendiri dengan pemahaman

dan perenungan yang dalam, dan percuma ia dicari di hutan yang

18 sepi tanpa pemahaman diri yang mendalam. Kata Hamzah dalam

sajaknya yang lain:

Subhani itulah terlalu ajaib

Dari habbil-warid Ia qarib

Indah sekali Qadi dan Khatib

Demikian hampir tiada beroleh nasib

Page 17: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Baris kedua sajak ini "habbil-warid Ia qarib" adalah kutipan

dari ayat suci bahwa "Dia lebih dekat dari pembuluh darah kita".

Dia begitu indah sebagai Penghulu (Qadi) dan khatib kita. Di

dalam tasawufnya manusia tetap dipandang sebagai hamba dan

sebagai hamba ia wajib menjalankan perintah Tuhan seperti shalat, <£=

hanya dalam beragama sebaiknya manusia itu tidak bertaklid,

melainkan lebih mulia berijtihad:

Aho segala kita bernama Abid

Sembahyang dan shahadat jangan kau taqlid

Dalam sajak ini, sebagaimana dalam sajak-sajaknya yang lain,

tampak kemahiran Hamzah memainkan kata dan merobahnya

untuk kepentingan bunyi dan sajak, tanpa merobah maknanya.

Misalnya kata-kata abdi menjadi abid, dan lain sebagainya

Sebagai seorang sufi, yang tak terlalu memandang tinggi dunia

dan selalu berusaha menjauhkan diri dari penjajahan benda-benda,

ia ternyata seorang yang populis. Ia menganjurkan murid-murid-

nya, untuk lebih dekat dengan orang kecil, dan selalu menjauhi,

atau melawan, penguasa yang lalim. Katanya:

Jikalau bersahabat dengan orang kaya

Akhirnya engkau jadi binasa

Anjurannya untuk menjauhi penguasa yang lalim ia tulis

dalam sajak ini:

Aho segala kamu anak alim

19 Jangan bersahabat dengan yang zalim

Karena Rasulullah sempurna hakim

Page 18: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Melarangkan kita sekalian khadim

Aho segala kamu yang menjadi faqir

Jangan bersahabat dengan raja dan amir

Karena Rasulullah badïhir dan nasir

Melarangkan kita saghir dan kabir

Bila kita kembali kepada sajak-sajaknya mengenai mencari

Tuhan, maka kita lihat di situ bagaimana seorang sufi lebih mele-

takkan kepercayaan kepada dirinya sendiri. Seorang sufi ingin

merealisir kedudukan manusia yang telah ditentukan Tuhan dalam

kitab sucinya, yaitu sebagai khalifah. Ia berdaulat pada dirinya

sendiri, bebas melakukan pilihan-pilihan dengan segala risikonya.

Seni, sebagaimana hidup, adalah realisasi diri sepenuhnya. Begitu-

pun jalan untuk berjumpa dengan Tuhan tidaklah bisa dicapai <fe =

tanpa upaya pembentukan diri, pencarian diri dan realisasi diri.

Di dalam upaya itu iradah atau kehendak memainkan peranan

penting untuk ditingkatkan sehingga menyatu dengan kehendak

Tuhan.

Mengapa sufi mempunyai keyakinan diri yang demikian besar?

Sebab hadits nabi menyatakan bahwa jika seseorang ingin menge-F

nal Tuhannya, ia harus mengenal dirinya terlebih dahulu, dirinya

terdalam. Di dalam diri terdalam inilah terdapat jendela untuk

melihat Tuhan, terdapat cermin untuk menangkap cahaya Tuhan,

terdapat alat perekam terhadap suara-suara Tuhan.

Tuhan itu kreatif, karena itu manusia harus kreatif. Agaknya

ia menyalin surah Annur ketika menulis sajak ini, yang menyata-

Page 19: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

kan pandangannya bahwa Tuhan itu kreatif:

Cahaya atharNya tiadakan padam

Memberikan wujud pada sekalian

Menjadikan mahluq siang dan malam

IIa abadi'l-abad tiadakan karam

20 Dari sajaknya ini kita tahu bahwa Hamzah memandang Tuhan

sebagai pencipta dan ada perbedaan antara manusia sebagai hamba

dengan Tuhannya itu. Tapi pada hakekatnya manusia itu juga me-

rupakan faset-faset dari wujud ilahi, karena manusia memang

diciptakan menurut gambaran Tuhan.

Dalam sebuah ungkapan simboliknya ia mengatakan bahwa

"Wujud Tuhannya dengan wujud dirinya esa juga." Ungkapan ini

harus diartikan sebagai tahap terakhir dari perjalanan seorang sufi,

yaitu makrifat, di mana kehendak manusia dengan Tuhan telah

menyatu, sebab kata-kata "Wujud" di sini tidak bisa diartikan

sebagai ada secara fisik, melainkan sebagai "keberadaan" atau

"eksistensi". Dengan kata lain seorang yang telah mencapai

makrifat dengan sendirinya mampu memancarkan keberadaan

Tuhan di dunia, mampu menunjukkan kebesaran Tuhan, mampu

mengemban sifat-sifat ilahi yang diberikan kepadanya. Sebab

kehendaknya telah menyatu dengan kehendak Tuhan, tidak ber-

pisah dengan Tuhan.

Bahwa ia menolak faham hului, faham keleburan selebur-

leburnya dengan Tuhan sehingga pribadinya lenyap di lautan

ketuhanan, tampak dalam sajaknya ini:

Page 20: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Aho segala kita umat Rasuli

Tuntut ilmu hakikat al-wusul

Karena ilmu itu pada Allah qabul

I'tiqadmu jangan ittihad dan hului

Seorang theolog Kristen, Dr Harun Hadiwijono dalam bukunya

"Kebatinan Islam Abad XVI" (Jakarta =1975) memberi komentar

tentang karya Hamzah Fansuri yang masyhur "Asrar al-Arifin"

bahwa Hamzah memulai ajarannya dengan mengemukakan hal

Allah yang sama dengan Allah yang diajarkan oleh para ulama Is-

lam. Ia bertitik tolak dari pandangan bahwa Allah adalah Mahasuci

dan Mahatinggi, yang menciptakan manusia. Jadi Tuhan tetap

berkedudukan sebagai pencipta.

Namun sayang meskipun Harun Hadiwijono menyadari bahwa,

21 anjuran Hamzah Fansuri pada permulaan bukunya itu mengan-

jurkan agar sekalian anak Adam yang Islam wajib mencari Tuhan

yang menjadikannya sebagai tidak bertentangan dengan Islam,

ia 'toh berkesimpulan juga:'Tetapi jika ajaran Hamzah ini kita seli-

diki lebih mendalam dan dihubungkan dengan seluruh ajarannya,

maka akan tampaklah, bahwa Hamzah menyimpang dari ajaran

ulama ortodoks Tuhan Allah lebih dipandang dari segi

falsafah dari pada segi relegius." ig=

Dengan memakai kritik para ulama ortodoks seperti Nurud-

din Arraniri ia seakan-akan ingin menyatakan bahwa tasawuf

itu asing dari Islam, seperti dikatakannya. "Dari segala kutipan ini

jelaslah kiranya bahwa gambaran Hamzah tentang Allah tidak sa-

Page 21: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

ma dengan gambaran Al-Qur'an." Sebab oleh Hamzah Fansuri

Dzat yang Mutlak itu diibaratkan sebagai laut, baik sebagai laut

batiniah (bahr al-butun) laut yang dalam (bahr al-'amiq) dan laut

yang mulia (bahr al-ulyan).

Memang tidak sedikit kalangan non-Islam kurang memahami

hubungan yang mendalam antara tasawuf dan Islam berpendapat

serupa itu, seakan-akan tasawuf itu tidak bersumber dari Islam dan

asing dari ajaran Islam yang hakiki. Bahwa Tuhan juga sering di-

ibaratkan dalam AI-Qur'an bisa dilihat misalnya dalam surah An-

nur ayat 35, di mana Tuhan diibaratkan sebagai cahaya di atas

cahaya. Para penyair sufi kemudian tentu saja tidak terlarang

menciptakan ibarat-ibarat lain sesuai dengan penemuannya sen-

diri.

Dalam bukunya "Janji-janji Islam" (terj. HM Rasjidi, Jakarta :

1982) Roger Garaudy, melalui sebuah penelitian yang mendalam,

malah membantah bahwa tasawuf asing dari ajaran Islam. Ia me-

ngatakan bahwa tasawuf adalah suatu bentuk spiritualitas yang

khas dalam Islam dan merupakan keseimbangan antara jihad besar-

(yaitu perjuangan melawan tiap keinginan yang membelokkan

manusia dari sentrumnya, yaitu Tuhan), dan jihad kecil (yaitu

usaha untuk kesatuan dan keharmonisan masyarakat Islam mela-

wan segala bentuk kemusyrikan kekuasaan, kekayaan dan penge-

tahuan yang salah yang akan menjauhkan manusia dari jalan Tu-

han).

22 Meskipun Roger Garaudy mengakui adanya pengaruh mistik

Page 22: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

dari agama lain terhadap tasawuf, ia tetap menyatakan bahwa

tasawuf yang sejati bersumber dari Al-Qur'an. Ia memberikan

contoh dua hal yang sangat pokok dari ajaran para sufi, yaitu:

(1). Menanamkan rasi cinta kepada Tuhan, yang sesuai dengan

ayat 31 surah Al-Imran "Katakan (hai Muhammad), jika kamu

mencintai Tuhan ikutilah aku, Tuhan akan mencintaimu dan

mengampuni dosa-dosamu.::; (2). Tidak seperti mistik Kristen,

tasawuf Islam tidak puas dengan sekedar pemikiran tentang

Tuhan yang berakhir dengan rasa bersatu dengan Tuhan. Dari

pengalaman bersatu dengan Tuhan, ia hanya mengambil tenaga ^

untuk mencurahkan tindakannya kepada "amar ma'ruf" kepada

realisasi masyarakat manusia, sebab Al-Qur'an sendiri dalam surah

Al-Imran ayat 30 menyatakan bahwa manusia itu adalah khalifah-

khalifah Allah di muka bumi, yang bertanggungjawab terhadap

keseimbangan dan keserasian antara alam dan manusia.

Kesalahan memandang bahwa faham wujudlah yang dibawa-

kan Hamzah Fansuri itu menyimpang dari ajaran Islam agaknya

bersumber dari kenyataan bahwa faham itu melahirkan kaum

zindiq yang memang menyimpang dari ajaran agama. Tapi Hamzah

Fansuri melalui sajak-sajaknya telah menunjukkan bahwa ia tidak

sefaham dengan kaum zindiq itu, yaitu golongan wujudlah yang

berhaluan mulhidah (menyimpang dari kebenaran). Hamzah tetap

berpegang pada wujudlah yang murni, yang klasik, yang belum

menyimpang yang disebut muwahhidah (kesatuan dengan Tuhan).

Agaknya untuk membetulkan kesalahfahaman ini perlu di-

Page 23: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

terangkan mengapa mereka disebut sebagai kaum wujudlah. Di-

sebut demikian karena dalam percakapan dan keyakinannya mere-

ka selalu bertolak pada faham bahwa Tuhan itu immanen, di

samping transenden, atau bertolak dari masalah wujud Tuhan.

Keyakinan semacam itu berangkat dari kepercayaan bahwa Tiada

Tuhan selain Allah (la ilahailallah). Bagi kaum sufi kalimat ini

berarti: Tak ada wujud dalam diriku yang menyelamatkan wujud

Tuhan yang adalah wujudku. Eesensi Tuhan, juga sifat-sifatNya,

tampak dalam hasil pekerjaanNya yang kelihatan di dunia ini,

dalam ruang dan waktu.

23 Hamzah Fansuri menulis dalam bahasanya sendiri sebagai ber-

ikut.

WujudNya itu umpama da'irah yang buntar

Nentiasa tetap, tiada berkisar

Kelakuannya jua yang bertukar-tukar

Mengenal Dia terlalu sukar

Dalam "Syair Perahu" nya lebih jelas lagi titik tolak Hamzah

Fansuri, katanya:

La ilaha illallaah itu firman

Tuhan itulah pergantungan alam sekalian

iman tersurat pada hati insan

siang dan malam jangan dilalaikan

La ilaha illallaah itu tempat mengintai

Tauhid ma'rifat semata-mata

memandang yang gaib semuanya rata

Page 24: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

lenyapkan sekalian kita

La ilaha illallaah itu jangan kaupermudah

sekalian mahluk ke sana berpindah

da'im dan ka'im jangan berubah

khalak di sana dengan La ilaha illallaah

La ilaha illallaah itu jangan kaulalaikan

siang dan malam jangan kausunyikan

selama hidup juga engkau pakaikan

Allah dan Rasul juga yang menyampaikan

Atau bait ini:

La ilaha illallah itu tempat mengintai

medan yang kadim tempat berdamai

wujud Allah terlalu bitai

siang dan malam jangan bercerai

24 Berdasar sajak-sajaknya ini, dalam pengantar terjemahan sajak-

sajak Iqbal "Asrar-i-khudi" (Jakarta: 1976) Bahrum Rangkuti

menyetujui pandangan Dr. Van Nieuwenhuyze dalam bukunya,;:

mengenai Syamsudin Al-Samatrani, sufi Aceh yang hidup sejaman ?

dan sehaluan dengan Hamzah Fansuri. Menurut Nieuwenhuyze

keadaan yang dialami mistik Islam memang mentakjubkan. Ia ber-

sifatkan ikhtisar pergandaan (tweekedigheid). Di satu pihak

ada wujud yang fenomenal, yang kelihatan yang disebut wahmi,

di pihak lain ada wujud kesegalaan, yaitu wujud tunggal yang hadir

dalam segala hal. Pada hakekatnya mistik yang demikian itu ialah

"ma'rifa jami'a bainahuma" (ilmu yang melingkupi dan menjem-

Page 25: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

batani keduanya).

Dengan demikian cita tauhid Islam tetap terpelihara, hubungan

lahir dengan Islam tidak terputus, pakaian Islam tidak hilang,

sebab keadaan antara khalik dan mahluk masih tetap terpelihara,

bahkan perbedaan keduanya dinyatakan sebagai positif dan nega-

tif. Bahrum Rangkuti selanjutnya berpendapat bahwa Hamzah

Fansuri dan Syamsudin Al-Syamatrani sebenarnya hendak mewu-

judkan bahwa segala ini berpusat pada Allah. Di sini Bahrum Rang-

kuti berpegang pada apa yang dinyatakan Hamzah Fansuri dalam

sajak-sajaknya. Allah meliputi alam semesta, dengan tegas dinyata-

kan oleh Hamzah Fansuri. Tapi menusia bisa memperoleh kepriba-

dian dan bisa sampai kepada Tuhan hanya dengan "taraqqi",^

yaitu berusaha menumbuhkan sifat-sifat Tuhan dalam dirinya

dengan sungguh-sungguh. Hamzah Fansuri misalnya menyatakan:

La ilaha illallah itu kesudahan kata

tauhid ma'rifat semata-mata

hapuskan hendak sekalian perkara

hamba dan Tuhan tiada berbeda

Menurut Bahrum Rangkuti yang dimaksud dengan bait ini

ialah diselaraskannya kemauan, pikiran, amal dan cita insanul

kamil dengan kemauan Tuhan, sehingga seolah-olah segala gerak

cita insan itu ialah gerak cita Tuhan juga. Hanya salah pengertian

saja terhadap perumpamaan-perumpamaan yang dilukiskan Ham-

25 zah dalam sajak-sajaknya, yang membuat Nuruddin Arraniri

menentang habis-habisan ajaran Hamzah Fansuri dan Syamsudin

Page 26: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Al-Syamatrani.

S S. Naguib Al-Attas dalam bukunya yang telah dikutif di bagian

awal tulisan ini, lebih jauh menyatakan bahwa tasawuf yang diba-

wa Hamzah Fansuri pada akhir abad ke-16 itu adalah tasawuf

klasik yang belum tercemar oleh ajaran yang sesat. Ini terbukti da-

ri kutipan langsung sajak-sajak sufi Persia yang awal dalam buku-

\j buku Hamzah Fansuri. Namun sayang, kata Al-Attas, ketika Ham-

zah Fansuri berasa kembali di Indonesia, yakni sepulangnya dari

Persia, pengertian tasawuf telah dikorupsi dan mengalami degene-

rasi. Gejala pemalsuan tasawuf ini mula-mula muncul di India

pada jaman dinasti Moghul, dan kemudian oleh orang-orang

India tasawuf palsu ini disebarkan pula ke Indonesia. Ketika

Nuruddin Arraniri tiba di Sumatera, yaitu menjelang wafatnya

Sultan Iskandar Muda, ia membawa pengertian tasawuf yang salah

pula yang didapatkannya di India, khususnya faham wUjudiah.

Di India ia terbiasa melihat tasawuf yang diselewengkan dengan

berbagai praktek-klenik dan pedukunannya yang bertujuan me-

numpuk kekayaan. Hamzah Fansuri juga melihat kenyataan ini

sepulang dari Persia, namun buru-buru dia sendiri memperoleh

pemahaman yang salah dari Nuruddin Arraniri. Agaknya, Nurud-

din belum sempat mendalami karya-karya Hamzah Fansuri secara

menyeluruh sebelum melahirkan pertentangannya, atau ada hal-

hal lain yang berlatar-belakang politik maka ia menyerang Hamzah

dan Syamsuddin habis-habisan. Labih-lebih mengingat kedudukan

Syamsudin sebagai kadi agung di istana Sultan Iskandar Muda,

Page 27: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

yang membuat ajarannya leluasa tersebar.

Bait-bait yang dipetik dari "Syair Perahu" ini akan menun-

jukkan betapa Hamzah Fansuri tidak meninggalkan tauhid dan

rukun iman.

1

Inilah gerangan suatu madah

mengarangkan syair terlalu indah

26 membetuli jalan tempat berpindah

di sanalah i'tikad diperbetuli sudah

2

Wahai muda kenali dirimu

ialah, perahu tamsil tubuhmu

tiadalah berapa lama hidupmu

ke akhirat jua kekal diammu

3

Hai muda arif budiman

hasilkan kemudi dengan pedoman

alat perahumu jua kerjakan

itulah jalan membetuli insan

19

Ingati sungguh siang dan malam

lautnya deras bertambah dalam

anginpun keras ombaknya rencam

ingati perahu jangan tenggelam

21

Page 28: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Sampailah Ahad dengan masanya

datanglah angin dengan paksanya

berlayar perahu sidang budimannya

berlayar itu dengan kelengkapannya

22

Wujud Allah nama perahunya

ilmu Allah akan kurungnya

iman Allah nama kemudinya

yakin akan Allah nama pawangnya

30

Tuntuti ilmu jangan kepalang di dalam kubur terbaring seorang

Munkar wa Nakir ke sana datang

menanyakan jikalau ada engkau sembahyang

33

Kenal dirimu hai anak Adam

tatkala di dunia terangnya alam

sekarang di kubur tempatmu kelam

tiadalah berbeda siang dan malam

Sajak-sajak ini betul-betul indah. Pemilihan imaji-imaji sim-

boliknya tepat dan menggugah. Pemakaiannya pun konsisten dan

perulangan-perulangan yang terdapat di dalamnya membawa kita

pada suasana ekstase sebagaimana dalam zikir, sehingga kita mem-

bayangkan bahwa ada keserasian antara bentuk dan isi.

Penamaan syair kepada sajak itu sebenarnya menimbulkan

persoalan, karena bentuknya yang empat baris itu. Syair berasal

Page 29: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

dari kata-kata Arab "shi'ir" yang berarti puisi, bukan sajak empat

baris. Karena itu diragukan bahwa Hamzah Fansuri menggunakan

nama syair untuk sajak-sajaknya itu. Sajak empat baris semacam

itu agaknya lebih kena, sebab sudah barang tentu Hamzah tidak

asing dengan bentuk persajakan Persia itu.

Naguib Al-Attas juga mempersoalkan hal itu. Namun masalah

yang tak kalah penting yang diajukan Naguib Al-Attas ialah apa-

kah sudah ada buku-buku uraian tasawuf dalam bahasa Melayu

sebelum Hamzah Fansuri? Persoalan itu dijawab sendiri oleh Al-

Attas.

Menurut Al-Attas memang belum diketemukan tulisan yang

menguraikan tasawuf secara jelas dan terperinci dalam bahasa

Melayu sebelum munculnya karya-karya Hamzah Fansuri seperti

"Asrarul Arifien", "Sharabul Ashiqin" dan "Muntahi". Juga

tidak diketemukan tanda-tanda semaraknya sastra Melayu sejak

kedatangan Islam di Sumatera sebelum Hamzah Fansuri menulis

rubayatnya seperti "Syair Perahu", "Syair Dagang", "Syair

Burung Pingai" dan sebagainya.

28 Dengan Hamzah Fansuri, kata Al-Attas lebih lanjut, perkem-

bangan bahasa Melayu menjadi pesat. Pengaruhnya luar biasa di

kalangan cendikiawan Melayu. Ia banyak menambah perbendaha-

raan kata-kata Melayu sedemikian banyaknya karena pengeta-

huannya yang luas dalam bahasa Arab dan Persia. Dengan sen-

dirinya, ia pun membawa pula pembaharuan di bidang logika atau

mantiq, karena masalah bahasa bersangkut paut dengan masalah

Page 30: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

logika dan pemikiran.

Pada jamannya pula tidak ada yang mampu menandingi Ham-

zah Fansuri dalam kesusastraan. Karya-karyanya berpengaruh

besar dalam gaya maupun thema terhadap sastra Melayu berikut-

nya. Pada masanya, buku-buku uraian tasawuf dan keagamaan

kebanyakan ditulis dalam bahasa Arab. Misalnya buku-buku yang

disebut-sebut dalam "Sejarah Melayu" seperti "Durrul Manzum"

(Benang Mutiara) dan "Al-Sayful Qati" (Pedang Tajam) Dalam

bukunya "Sharabul Ashiqin", di mana ia membicarakan pen-

tingnya syariah untuk dilaksanakan, Hamzah sendiri menyatakan

bahwa ia mengerjakan karyanya dalam bahasa Melayu untuk

pembaca yang tidak mengerti bahasa Arab dan Persia.

Dengan demikian, apabila belum juga diketemukan karya-

karya berbahasa Melayu yang sama berisi dan segar bahasanya

seperti karya Hamzah, maka Hamzah Fansuri sudah sepantasnya

mendapatkan gelar sebagai Bapak Bahasa dan Sastra Melayu

Sebutan ini layak diberikan kepadanya sebagai penghargaan

terhadap jerih payah dan mutu karya-karyanya.

Jakarta 12 November 1983 Daftar Bacaan

1. Syed Muhammad Naguib Al-Attas "The Mysticism of Hamzah

Fansuri" (University of Malay Press, Kuala Lumpur; 1970)

2. Syed Muhammad Naguib Al-Attas "Raniri and The Wujudiy-

yah of 17th Century Acheh" (MBRAS, Singapore; 1966)

3. V.Y. Braginsky "Some Remarks on The Structure of The

Syair Perahu By Hamzah Fansuri" (Bijdragen deel 1973)

Page 31: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

4. J. Doerenbos "De Geschrieften van Hamzah Pansoeri" (Lei-

den 1933)

5. Annemarie Schimmel "Mystical Dimensions of Islam"Univer-

sity of North Carolina Press, Chapel Hill: 1975)

6. R.A. Nicholson "Studies in Islamic Mysticism" (Cambridge

University Press 1980 - reprinted)

7. Dr. Harun Hadiwijono "Kebatinan Islam Abad XVI" (BPK

Gunung Mulia, Jakarta: 1975)

8. Bahrum Rangkuti "Asrar-i-Khudi Mohamad Iqbal" (Bulan

Bintang Jakarta: 1966)

9. Roger Garaudy "Janji-janji Islam" (Terj. HM Rasjidi, Bulan

Bintang, Jakarta 1982)

30 SYAIR PERAHU

Inilah gerangan suatu madah,

mengarangkan syair terlalu indah,

membetuli jalan tempat berpindah,

disanalah i'tikat ' diperbetuli sudah

Wahai muda, kenali dirimu,

ialah perahu tamsil tubuhmu,

tiadalah berapa lama hidupmu,

ke akhirat jua kekal diammu

Hai muda arif-budiman,

hasilkan kemudi dengan pedoman,

alat perahumu jua kerjakan,

itulah jalan membetuli insan.

Page 32: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Perteguh jua alat perahumu,

hasilkan bekal air dan kayu,

dayung pengayuh taruh disitu.

supaya laju perahumu itu.

1 imam. HAaaq m

Sudahlah hasil kayu dan ayar

2

angkatlah pula sauh dan layar,

pada beras bekal jantanlah taksir,

niscaya sempurna jalan yang kabir

3

.

Perteguh jua alat perahumu,

muaranya sempit tempatmu lalu,

banyaklah disana ikan dan hiu,

menanti perahumu lalu dari situ.

Muaranya dalam, ikanpun banyak,

disanalah perahu karam dan rusak,

karangnya tajam seperti tombak,

keatas pasir kamu tersesak.

Ketahui olehmu hai anak dagang

riaknya rencam * ombaknya karang,

ikanpun banyak datang menyarang,

hendak membawa ketengah sawang.

2 air; 3 besar.

Page 33: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

4 kacau

memi 1 Muaranya itu terlalu sempit,

dimanakan lalu sampan dan rakit,

jikalau ada pedoman dikapit,

sempurnalah jalan terlalu ba'id 2

.

Baiklah perahu engkau perteguh,

hasilkan 3 pendapat

4

dengan tali sauh,

anginnya keras ombaknya cabuh 5

.

pulaunya jauh tempat berlabuh.

Lengkapkan pendarat dan tali sauh,

derasmu banyak bertemu musuh,

selebu 6

rencam 7

ombaknya cabuh,

LIIA 8

akan tali yang teguh.

Barang siapa bergantung disitu,

teduhlah selebu yang rencam itu,

pedoman betuli perahumu laju,

selamat engkau ke pulau itu.

; 2 jauh; 3 ikatkan; 4 tali penambat ke darat; 5 kacau dan riuh;

Page 34: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

6 samudera; 7 kacau dan memusingkan; 8 baca: La Uaha illa'llahu.

33 LIIA jua yang engkau ikut,

di laut keras topan dan ribut,

hiu dan paus dibelakang menurut,

pertetaplah kemudi jangan terkejut.

Laut Silan terlalu dalam,

disanalah perahu rusak dan karam,

sungguhpun banyak disana menyelam,

larang mendapat permata nilam ' .

Laut Silan wahid al kahhar

2

,

riaknya rencam ombaknya besar,

anginnya songsongan (mem)belok sengkar

3

,

perbaik kemudi jangan berkisar.

Itulah laut yang mahaindah,

kesanalah kita semuanya berpindah,

hasilkan bekal kayu dan juadah,

selamatlah engkau sempurna musyahadah 4

1 sejenis batu yang indah; 2 yang berkuasa; disini laut Silan dibandingkan

dengan wujud Tuhan; 3 balok atau papan melintang di kapal; 4 mengetahui

dan menghadapi Tuhan dalam batin menurut ilmu suluk;

34 Silan itu ombaknya kisah 5

Page 35: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

,

banyaklah akan kesana berpindah,

topan dan ribut terlalu 'azamah 6

,

perbetuli pedoman jangan berubah.

Laut Kulzum terlalu dalam,

ombaknya muhit

7

pada sekalian alam,

banyaklah disana rusak dan karam

perbaiki na'am 8

, siang dan malam.

Ingati sungguh siang dan malam,

lautnya deras bertambah dalam,

anginpun keras, ombaknya rencam,

ingati perahu jangan tenggelam,

Jikalau engkau ingati sungguh,

angin yang keras menjadi teduh,

tambahan selalu tetap yang cabuh,

selamat engkau ke pulau itu berlabuh.

5 cerita; 6 hebat:

7 sangat luas, meliputi segala sesuatu;

8 na'am: ya, disini agaknya pengakuan. Sampailah ahad dengan masanya,

datanglah angin dengan paksanya,

belajar perahu sidang budiman (nya),

Page 36: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

berlayar itu dengan kelengkapannya.

Wujud Allah nama perahunya,

ilmu Allah akan ' ,

iman Allah nama kemudinya,

"yakin akan Allah" nama pawangnya.

"Taharat

2

dan istinja"

3

nama lantainya,

"kufur

4

dan masiat"

s

air ruangnya,

tawakkul akan Allah jurubatunya,

tauhid itu akan sauhnya.

LIIA akan talinya,

kamal

6

Allah akan tiangnya,

as salam alaikum akan tali lenggangnya,

taat dan ibadat anak dayungnya.

1 dalam naskahnya tidak terbaca; 2 suci; 3 bersuci; 4 tidak percaya;

5 durhaka; 6 kesempurnaan.

Page 37: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

36 Salat akan nabi tali bubutannya,

istigfar ' Allah akan layarnya,

"Allahu akbar" nama anginnya,

subhan Allah akan lajunya.

"Wallahu a'alam" nama rantaunya,

"iradat

2

Allah" nama bandarnya,

"kudrat Allah" nama labuhannya,

"surga jannat an na'im"

3

nama negerinya.

Karangan ini suatu madah,

mengarangkan syair tempat berpindah,

didalam dunia janganlah tarri'ah4

,

didalam kubur berkhalwat sudah.

Kenal dirimu didalam kubur,

badan seorang hanya tersungkur

dengan siapa lawan bertutur,

dibalik papan badan terhancur.

1 permintaan ampun; 2 kemauan; 3 surga yang nikmat; 4 loba;

37 Didalam dunia banyaklah mamang 5

,

ke akhirat jua tempatmu pulang,

Page 38: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

janganlah disusahi emas dan uang,

itulah membawa badan terbuang.

Tuntuti ilmu jangan kepalang,

didalam kubur terbaring seorang,

Munkar wa Nakir

6

kesana datang,

menanyakan jikalau ada engkau sembahyang

Tongkatnya lekat tiada terhisab,

badanmu remuk siksa dan azab,

akalmu itu hilang dan lenyap,

6 kedua malaikat yang menurut kepercayaan menanyai orang yang

mati didalam kuburannya; 7 hilang sebaris.

38 Munkar wa Nakir bukan kepalang,

suaranya merdu bertambah garang

tongkatnya besar terlalu panjang,

cabuknya banyak tiada terbilang.

Kenal dirimu, hai anak Adam!

tatkala di dunia terangnya alam,

sekarang di kubur tempatmu kelam,

tiada berbeda siang dan malam.

Kenal dirimu, hai anak dagang!

dibalik papan tidur terlentang,

kelam dan dingin bukan kepalang,

dengan siapa lawan berbincang?

Page 39: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

LIIA itu firman,

Tuhan itulah pergantungan alam sekalian,

iman tersurat pada hati insap,

siang dan malam jangan dilalaikan. LIIA itu terlalu nyata,

tauhid ma'rifat ' semata-mata,

memandang yang gaib semuanya rata,

lenyapkan kesana sekalian kita.

LIIA itu jangan kaupermudah-mudah.

sekalian makhluk kesana berpindah,

da'im 2

dan ka'im 3

jangan berubah,

khalak 4

disana dengan LIIA.

LIIA itu jangan kaulalaikan,

siang dan malam jangan kausunyikan,

selama hidup juga engkau pakaikan,

Allah dan rasul juga yang menyampaikan

LIIA itu kata yang teguh,

memadamkan cahaya sekalian rusuh,

jin dan syaitan sekalian musuh,

hendak membawa dia bersungguh-sungguh.

1 pengetahuan tentang zat Allah yang dalam; 2 kekal; 3 teguh; 4 yang

dijadikan; makhluk. LIIA itu kesudahan kata,

tauhid ma'rif at semata-mata.

Page 40: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

hapuskan hendak sekalian perkara,

hamba dan Tuhan tiada berbeda.

LIIA itu tempat mengintai

medan yang kadim ' tempat berdamai,

wujud Allah terlau bitai

2

,

siang dan malam jangan bercerai.

LIIA itu tempat musyahadah,

menyatakan tauhid jangan berubah,

sempurnalah jalan iman yang mudah,

pertemuan Tuhan terlalu susah.

Dari : DE GESCHRIFTEN VAN HAMZAH PANSOERl

(dissertatie J. Doorenbos).

1 kekal ; 2 (?)

Catatan

Syair ini karangan Hamzah Fansuri yaitu seorang ahlu suluk yang terma-

syhur, yang hidup pada penghabisan abad keenam belas dan permulaan abad

ketujuh belas. Tempat kediamannya ialah Barus, ia sangat banyak mengun-

jungi negeri asing: Pahang, Bantan, Kudus, Syarh Nawi (tempat kedudukan

raja Siam), Mekah dan Medinah. Ilmu batinnya tentang sifat Tuhan, dunia

dan manusia tiada diterima ulama-ulama agama Islam zaman itu. Terutama

Syech Nuru'ddin al Raniri seorang ulama Islam yang termasyhur di Aceh,

selalu membantah dan memerangi ilniu Hamzah Fansuri serta Sjamsu'ddin al

Sumatrani , seorang ahli suluk yang sefaham dengan Hamzah Fansuri. Demi-

Page 41: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

kianlah Sultan Aceh menyuruh bakar kitab-kitab karangan kedua ahli suluk

itu. Tetapi meskipun demikian Hamzah Fansuri termasyhur sampai kemana-

mana dan pengaruhnya sampai ke pulau Jawa.

41 BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIMI

Subhanallah terlalu kamil. '

Menjadikan insan alam dan jahil,

Dengan hambaNya daim 2

la wasil

3

Itulah Mahbub 4

bernama Adil.

Mahbub itu tiada berlawan,

Lagi alim lagi bangsawan,

Kasihnya banyak lagi gunawan,

Aulad 5

itu bisa tertawan.

Bersunting bunga lagi bumalai

6

,

Kainnya warna berbagai-bagai,

Tau berbunyi di dalam sagai,

7

Olehnya itu orang teralah.

Ingat-ingat kau lalu-lalang,

Berlekas-lekaslah jangan amang,

Page 42: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

8

Suluh Muhammad yugia kau pasang,

Supaya salim 9

jalanmu datang.

kamil (bhs Arb) — sempurha.

daim (bhs Arb) — senantiasa.

wasil (bhs Arb) — sampai.

4

mahbub (bhs Arb) — kekasih.

s

Aulab (bhs Arb) — para ahak.

Bumalai (bhs Mly. lama) — elok.

sagai — hamba.

8

amang — angan-angan,

salim (bhs Arb) — sejahtera.

42 Rumahnya 'ali

1

berpatam birai.

2

Lakunya bijak sempurna bisai.

3

Tudungnya halus terlalu pipai.

4

Daim berbuni di luar tirai.

Page 43: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Jika sungguh engkau asyik mabuk.

Memakai candi

5

pergi menjaluk.

6

Ke dalam pagar supaya kau masuk.

Barang ghairallah7

sekeliannya amuk.

Berjalan engkau rajin-rajin.

Mencari guru yang tahu akan batin

Yugia kau tuntut jalan yang amin.

Supaya dapat lekas kau kahwin

8

Berahimu daim akan orang kaya.

Manakan dapat tiada berbahaya.

Ajib segala akan hati sahaya.

Hendak berdapat dengan maya raya.

1

ali (bhs Arab) — yang tihggi.

birai — hiasan,

bisai — pandai.

4

pipai — licin.

5

candi — telekung.

Page 44: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

6

menjaluk — minta.

7

ghairallah (bhs Arb) — selain dari Allah.

8

amin (bhs Arb) — yang aman. Tiada kau tahu akan agamamu.

Terlalu ghurur

9

dengan hartamu.

Nafsu dan syahwat daim sertamu.

Asyik dan mabuk bukan kerjamu.

Rantaikan kehendak sekelian musuh.

Anjing tunggal yugia kau bunuh.

Dengan Mahbubmu seperti suluh.

Supaya dapat berdakap tubuh.

Dunia nan kau sandang-sandang.

Manakan dapat ke bukit rentang.

Angan-anganmu terlalu panjang.

Manakan dapat segera memandang.

Dunia jangan kau taruh.

Supaya hampir Mahbub yang jauh.

Indah segala akan kalah-kaluh.

Ke dalam api pergi berlabuh.

.iggfuM »nav — (dßtA tdó)

.naaeiri — 'uni

Page 45: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

.isbnaq — iaaid E

.ni-jif — ieqiq *

.jjnurfsfsi — ibntw *

.nlnim — jiulßinam d

lialiA hub niaba — (dïA arid) rißliBiiBdig r

9

ghurur (bhs) — tertipu.

44 Hamzah miskin hina dan karam.

Bermain mata dengan Rabul Alam.

Selamanya sangat terlalu dalam.

Seperti mayat sudah tertanam.

Allah Maujud' terlalu baqi.

2

Dari enam jihad kenahinya cali.

Wa Huwal Auwalu3

sempurna 'ali.

4

Wa Huwal Akhiru' daim nurani.

Nurani itu hakikat khatam.

Pertama terang di laut dalam.

Menjadi makhluk sekelian alam.

Itulah bangsa Hawa dan Adam.

Tertentu awal suatu cahaya.

Itulah cermin yang mulia raya.

Kelihatan di sana miskin dan kaya.

Page 46: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Menjadi dua Tuhan dan sahaya.

1

maujud (bhs Arb) — yang ada.

2

baqi (bhs Arb) — yang kewal.

Wa huwal auwalu (bhs Arb) — ia yang awal.

ali (bhs Arb) — yang tinggi.

45 Nurani itu terlalu zahir

Bernama Ahmad' dari cahaya satir.

2

Peniuru alam keduanya hadir.

Itulah makna awal dan akhir.

Awal dan akhir asmanya

3

jarak.

Zahir dan batin warnanya banyak.

Sungguhpun dua ibu dan anak.

Keduanya cahaya di sana banyak.

Yugia kau pandang kapas dan kam,

Keduanya wahid4

asmanya lain,

Wahidkan hendak zahir dan batin,

Itulah ilmu kesudahannya main.

Anggamu5

itu asalnya tahir.

Page 47: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

6

Batinnya arak zahirnya takir,

Lagi kau saqi

7

lagi kau sakir

Itulah Mansyur menjadi nazir.

1

Ahmad - nama lain dari Nabi Muhammad.

2

satir (bhs Arb) - yang byrsembunyi.

3

asma (bhs Arb) - nama.

4

wahid (bhs Arb) — satu.

* Angga-anggota .

6

tahir (bhs Arb) — suci.

7

saqi (bhs Arb) — yang meminum.

8

nazir (bhs Arb) — peniliw.

46 Hunuskan mata tunukan sarung.

Isbatkan1

Allah nafikan2

patung.

Page 48: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Laut tauhid yugia kau harung.

Itulah ilmu tempat bernaung.

Rupamu zahir kau sangka tanah.

Itulah cermin sudah terasah.

Jangan kau pandang jauh berpayah.

Mahbubmu hampir serta ramah.

Kerjamu mudah periksamu kurang.

Kau sangka tasbih3

membilang tulang.

Ilmumu baharu berorang-orang.

Lupakan fardu yang sedia hutang.

Jauharmu lengkap dengan tubuh.

Warnanya nyala seperti suluh.

Lupakan nafsu yang sedia musuh.

Manakan dapat adamu luruh.

1

isbatkan (bhs Arb) - memastikan adanya Allah.

2

nafi (bhs Arb) - meniadawan.

3

tasbih - buah tasbih alat penghitung zikir.

47 Jauhar yang mulia sungguhpun sangat.

Akan orang muda kasih akan alat.

Akan ilmu Allah hendak kau perdapat.

Mangkanya sampai pulangmu rahat.

Page 49: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

4

Hamzah Nuwi zahirnya Jawi.

5

Batinnya cahaya Ahmad yang saf i.

6

Sungguhpun ia hina jati.

Asyiknya daim akan Zatul Bari.

7

Sidang fakir empunya kata.

Tuhanmu zahir terlalu nyata.

Jika sungguh engkau bermata.

Lihatlah dirimu rata-rata.

Kenal dirimu hai anak jamu.

Jangan lupa akan diri kamu.

Ilmu hakikat yugia kau ramu.

8

Supaya terkenal'ali adamu.

4

rahat (bhs Arb) — senang.

5

Jawi — maksudnya orang Mylayu.

6

safi (bhs Arb) — bersih.

7

Zatul Bari (bhs Arb) — Zat Allah.

Page 50: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

8 ramu — mengumpulkan bahan-bahan.

48 Jikalau terkenal dirimu baqi.

Elokmu itu tiada berbagi.

Hamba dan Tuhan daim berdami.

Memandang diri jangan kau lali.

Kenal dirimu hai anak dagang.

Menafikan diri jangan kau sayang.

Suluh isbat yugia kau pasang.

Supaya dapat mudah kau datang.

Dengarkan sini hai anak ratu.

Ombak dan airnya asalnya satu.

Seperti manikam muhith9

- dengan batu.

Inilah tamsil engkau dan ratu.

Jika terdengar olehmu firman.

Pada Taurat Injil dan Furqan.

3

Wa Huwa ma'akum pada ayat Quran.

Bikulli syaiin muhith terlalu 'iyan.

4

1 berdami - tidak bercerai, bersatu.

2 muhith (bhs Arb) meliputi.

3 Furqan -nam a lain dari Qurajv ^ ^ A n ^ m

^^S^^^^^^i. "

Da n ,angi t bumi m y a

Page 51: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Allah-dan Allah itu meliputi segala sesuatu

Wa Huwa Ma'akum - Allah itu bersamamu, iyan - nyata. past,.

49 Syari'at Muhammad ambilkan suluh.

Ilmu hakikat yugia kau pertubuh.

Nafsumu itu yugia kau bunuh.

Makanya dapat sekelian luruh.

3

Mencari dunia berkawan-kawan.

Oleh nafsu khabis

4

engkau tertawan.

Nafsumu itu yugia kau lawan.

Mangkanya sampai engkau bangsawan.

Mahbubmu itu tiada berhasil.

5

Fa ainama tuwallu6

jangan kau ghafil.

7

Fa samma Wajhullah8

sempurna wasil.

9

Inilah jalan orang kamil.

1

°

Kekasihmu zahir terlalu terang.

Page 52: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Pada kedua alam nyata terbentang.

Ahlul Makrifah' terlalu menang.

Wasilnya daim tiada berselang.

3

luruh — lenyap, fana.

4

khabis (Arb) — busuk, jahat ,

hail (Arb) — tirai, pembatas.

fa ainama tuwallu - kutipan ayat Quran dari surah Al Ba^arah ayat 115

yang terjemahan selengkap ayat berbunyi : "Kepunyaan Allah timur dan

barat: kerana .tu, ke mana saja engkau menghadap, di sana terdapat Wajah

7 Allah: sesungguhnya Allah mempunyai ilmu yang luas"

Ghafil (Arb) — lupa.

J fa samma Wajhullah bahagian ayat 115 surah Al Baqarah. seperti pada nota 6

^ wasil (Arb) — sampai.

kamil (Arb) -sempurna , maksud di sini Insan Kamil.

50 Hempaskan akal dan rasamu.

Lenyapkan badan dan nyawamu.

Pejamkan hendak dua matamu.

Di sana lihat peri rupamu.

Adamu itu yugia kau serang.

Supaya dapat negeri yang henang.

3

Seperti Ali tatkala perang.

Melepaskan duldul tiada berkekang.

Page 53: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Hamzah miskin orang'uryani.

4

Seperti Ismail jadi qurbani.

5

Bukannya Ajam dan A'rabi.

Nantiasa wasil dengan yang baqi.

—Habis—

3

henang — tetap.

4

uryani (Arb) — telanjang.

5

qurbani (Arb) — korban. Maksudnya: seperti Nabi Ismail yang rela mengor-

bankan dirinya demi memenuhi mimpi ayahnya Nabi Ibrahim.

51 SYAIR NAMA-NAMA TUHAN

Aho segala kita yang menyembah nama

Yogya diketahui apa Yang Pertama

Karena Tuhan kita yang Sedia Lama

Dengan ketujuh sifat bersama-sama

Kunjung-kunjung di bukit yang mahatinggi

Kolam sebuah di bawahnya

Wajib insan mengenal diri

Sifat Allah pada tubuhnya

Nurani haqiqat khatam

Supaya terang laut yang maha dalam

Page 54: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Berhenti angin ombak pun padam

Menjadi Sultan kedua alam

Tuhan kita Empunya Dhat

Awwainya Hayy pertama bilang Sifat

Keduanya Ilmu dan Rupa Ma'lumat

Ketiga Murid 'kan sekalian Iradat

52 Keempat Qadir dengan Qudratnya tamam

Kelimanya sifat bernama Kalam

Keenamnya Sami' dengan AdaNya dawam

Ketujuhnya Basir akan halal dan haram

Ketujuhnya itu adanya qadim

Akan istidat allamin sempurna Alim

Karena sifat ini dengan Kamal al-hakim

Bernama Bismillahi 'l—Rahmani 'l—Rahim.

Ilmu ini Haqiqat Muhammad al-Nabi

Menurutkan Ma'lum dengan lengkapnya qawi

Daripada Haqiqatnya itu jahil dan wali

Beroleh i'tibarnya dengan sekalian peri

Tuhan kita itu empunya Kamal

Di dalam IlmuNya tiada panah zawal

Rahman dalamnya perhimpunan Jalai

Beserta dengan Rahim sekalian Jamal

5 3 Tuhan kita itu yang bernama Aliyy

Dengan sekalian sifatNya senantiasa baqi

Alajamiil alamin AtharnNya jadi

Page 55: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Daripada sittu jihat sebab itulah khali

Cahaya AtharNya tiada padam

memberikan wujud pada sekalian alam

menjadikan mahluq siang dan malam

IIa abadi 'l—abad tiada kan karam

Tuhan kita itu seperti Bahr—al 'Amiq

Ombaknya penuh pada sekalian tariq

Laut dan ombak keduanya rafiq

Akhir ke dalamnya jua ombaknya ghariq

Lautnya 'Alim halunnya Ma'lum

Keadaannya Qasim ombaknya Maqsum

Tuhannya Hakim shu'unnya Mahkum

Pada sekalian 'alamin inilah rusum

54 Jikalau sini kamu tahu akan wujud

Itulah tempat kamu shuhud

Buangkan rupamu daripada sekalian quyud

Supaya dapat ke dalam diri qu'ud

Pada wujud Allah itulah yogya kau qa'im

Buangkan rupa dan namamu da'im

Nafikan rasamu daripada makhdum dan khadim

Supaya sampai kepada Amal yang Khatim

Jika engkau belum tetap seperti batu

Hukum dua lagi khadim dan ratu

Setelah lupa engkau dari emas dan mati

Mangkanya dapat menjadi satu

Page 56: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Jika belum fana daripada ribu dan ratus

Tiadakan dapat adamu kau hapus

Nafikan rasamu daripada kasar dan halus

Supaya dapat barang katamu harus Hamzah Fansuri sungguh pun da'if

Haqiqatnya hampir pada Dhat al—Sharif

Sungguh pun habab rupanya khatif

Wasilnya da'im dengan Bahr al -Latif

Hamzah miskin orang uryani

Seperti Ismail menjadi qurbani

Bukannya Ajami lagi Arabi

Senantiasa wasil dengan Yang Baqi

Hamzah Fansuri terlalu karam

Di dalam laut yang mahadalam

Berhenti angin ombak pun padam

Menjadi sultan kedua alam

56 SYAIR A'YAN THABITAH

Aho segala kamu yang bernama taulan!

Tuntut ma'rifat pada mengenal a'yan

Kerana disana sekalian 'arifan

Barang katanya setengah dengan firman.

A'yan thabitah bukankah shu'un dhatiyyah?

Mengapa pulang dikata wujud 'ilmiyyah!

Tatakala awwal baharu muqabalah

Olehnya janggal sebab lagi mentah.

A'yan thabitah bukankah suwari?

Page 57: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Mengapa pulang dikata sifat wahyi!

Tatakala awwal baharu tafsil 'ilmi

Olehnya janggal tiada mengetahui.

A'yan thabitah bukankah mahiyyat al—mumkinat?

Mengapa pulang dikata mustahilat!

Tatakala awwal telah bernama ma'lumat

Olehnya janggal tiada mendapat.

57 A'yan thabitah bukankah makhluq?

Mengapa pulang dikata ma'shuq!

Tatakala awwal baharu masbuq

Olehnya janggal lalu tafaruq.

A'yan thabitah bukankah mir'at?

Mengapa pulang dikata 'adamiyyat!

Tatakala awwal bernama furuf 'aliyat

Olehnya janggal menjadi dalalat.

A'yan thabitah bukankah 'alam?

Mengapa pulang dikata 'adam!

Tatakala awwal telah sudah mutalazam

Olehnya janggal penglihatnya kelam.

A'yan thabitah bukankah 'ashiq?

Mengapa pulang dikata Khaliq!

Tatakala awwal baharu mutalahiq

Olehnya janggal lalu mufariq.

58 A'yan thabitah bukankah ma'lum?

Mengapa pulang dikata ma'dum!

Page 58: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Tatakala awwal telah sudah tennaqsum

Olehnya janggal tiada mafhum.

A'yan thabitah bukankah faqir?

Mengapa pulang dikata amir!

Tatakala awwal baharu hadir

Olehnya janggal menjadi khasir.

A'yan thabitah bukankah ja'izul '1-wujud?

Mengapa pulang dikata mumtani'u'l—wujud!

Tatakala awwal telah sudah mawjud

Olehnya janggal menjadi juhud.

A'yan thabitah bukankah sh'un thubuti?

Mengapa pulang dikata 'adam mahdi!

Tatakala awwal sudah mujmali

Olehnya janggal menjadi Mu'tazili. A'yan thabitah bukankah 'adam mumkin?

Mengapa pulang dikata 'adam sakin!

Tatakala awwal telah menjadi chermin

Olehnya janggal lalu ngerin.

'Adam mimkin awwalnya ma'dum

Disana faqir sekalian antum

Didalam 'ilmu sekaliannya ma'lum

Itulah murad wa huwa ma'akum aynama kuntum.

Dari Hamzah's Sha'irs (Coo. Or. 2 or 6, Cod. Or. 3374, Cod. Or.

3372, Library, University of Leiden)

60 SYAIR RUH ID AFI

Ta'ayyun awwal wujud yang jami'i

Page 59: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Pertama disana nyata Ruh Idafi

Semesta 'alam sana lagi ijmali

Itulah bernama Haqiqat Muhammad al—Nabi.

Ta'ayyun thani wujud yang tamyizi

Disana terperi sekalian ruhi

Semesta 'alam sana tafsil yang mujmali

Itulah bernama haqiqat insani.

Ta'ayyun thalith wujud yang mufassali

Ia itulah anugerah daripada karunia Ilahi

Semesta 'alam sana tafsil fi'li

Itulah bernama a'yan khariji.

Rahasia ini yogya diketahui

Pada kita sekalian yang menuntuti

Demikianlah kelakuannya tanazzul dan taraqqi

Dari sanalah kita sekalian menjadi. Pada kunhinya itu belum berketahuan

Demikianlah martabat asal permulaan

Bernama wahdat tatakala zaman

Itulah 'Ashiq sifat menyatakan.

Wahdat itulah bernama Kamal Dhati

Menyatakan sana Ruh Muhammad al—Nabi

Tatakala itu bernama Ruh Idafi

Itulah mahkota Qurayshi dan 'Arabi.

Wahdat itulah sifat yang Keesaan

Memberikan wujud pada sekalian insan

MuhitNya lengkap pada sekalian zaman

Page 60: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Olehnya itulah tiada Ia bermakan.

Wahdat itulah yang pertama nyata

DidalamNya mawjud sekalian rata

MuhitNya lengkap pada sekalian anggota

Demikianlah umpama chahaya dan permata.

62 Wahdat itulah bernama Kunhi Sifat

Tiada bercherai dengan itlaq Ahadiyyat

Tanzih dan tashbih disana ma'iyyat

Demikianlah sekarang zahir [28] pada ta'ayyunat.

Wahdat itulah bernama bayang-bayang

Disana nyata Wayang dan Dalang

MuhitNya lengkap pada sekalian padang

Mushahadat disana jangan kepalang.

Wahdat itulah yang pertama awwal

Ijmal dan tafsil sana mujmal

MuhitNya lengkap pada sekalian afal

Itulah martabat usul dan asal.

Wahdat itulah yang pertama tanazzul

Ijmal dan tafsil sana maqbul

MuhitNya lengkap pada sekalian maf'ul

Itulah Haqiqat Junjungan Rasul.

63 Wahdat itulah yang pertama tajalh

Tiada bercherai dengan Wujud Mutlaqi

Ijmal dan tafsil didalam 'ilmi

Itulah martabat kejadian Ruh Idafi.

Page 61: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Wahdat itulah yang pertama taqayyid

Disana idafat lam yulad dan lam yalid

Pada sekalian ta'ayyun jangan kau taqlid

Mangkanya sampai bernama tajrid.

Wahdat itulah sifat yang talahuq

Tanzih dan tashbih sana cluk

MuhitNya nyata tatakala masuk

Itulah pertemuan Khaliq dan Makhluq.

Wahdat itulah sifat yang talazum

Tanzih dan tashbih sana malzum

MuhitNya lengap pada sekalian ma'lum

Itulah pertemuan Qasim dan Maqsiim. Wahdat itulah sifat yang taqarun

Tanzih dan tashbih sana maqrun

MuhitNya lengkap pada sekalian mudabbirun.

Itulah murad: Wa fi anfusikum—a fa la tubsirun.

65

J SYAIR IBA HATI

Tuhan kita yang bernama Qadim

Pada sekalian makhluq terlalu karim

TandaNya qadir lagi dan hakim

Menjadikan 'alam daripada al—Rahman al—Rahim.

Rahman itulah yang bernama sifat

Tiada bercherai dengan kunhi Dhat

Dhat disana perhimpunan sekalian 'ibarat

Itulah haqiqat yang bernama ma'lumat.

Page 62: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Rahman itulah yang bernama wujud

Keadaan Tuhan yang sedia ma'bud

Kenyataan Islam Nasrani dan Yahud

Dari Rahman itulah sekalian mawjud.

Ma'bud itulah terlalu bayan

Pada kedua 'alam kulla yawmin huwa fi shan

Ayat ini daripada Surat al—Rahman

Sekalian 'alam disana hayran.

66 Ma'bud itulah yang bernama haqiq

Sekalian 'alam didalamnya ghariq

Olehnya itulah sekalian fariq

Pada kunhinya itu tiada beroleh tariq

Haqiqat itulah terlalu 'ayan

Pada rupa kita sekalian insan-

Aynama tuwallu suatu burhan

Fa thamma wajhu ' Llah pada sekalian makan.

Insan itu terlalu 'ali

Haqiqatnya Rahman yang Maha Baqi

Ahsanu taqwimin itu rabbani

Akan kenyataan Tuhan yang bernama Subhani.

Subhani itulah terlalu 'ajib

Daripada habli'l—warid puh ia qarib

Indah sekali qadi dan khatib

Demikian hampir tiada beroleh nasib.

67 Aho segala kita yang 'ashiqi

Page 63: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Ingatkan ma'na insani

Jika sungguh engkau bangsa ruhani

Jadikan dirimu akan rupa Sultani.

Kenal dirimu hai anak 'alim!

Supaya engkau nentiasa salim

Dengan dirimu itu yogya kau qa'im

Itulah haqiqat salat dan sa'im.

.Dirimu itu bernama khalil

Tiada bercherai dengan Rabb[al-] Jalil

Jika ma'na dirimu dapat akan dalil

Tiada berguna madhhab dan sabil.

Kullu man 'alayha fan/ayat min Rabbihi

Menyatakan ma'na irjiH Ha aslihi

Akan insan yang deroleh tawfiqi

Supaya karam didalam sirru sirrihi. Situlah wujud sekalian funun

Tinggallah engkau daripada mal wa'1-banun

Engkaulah 'ashiq terlalu junun

Inna IVLlahi wa inna ilayhi raji'un.

69 SYAIR RUH

(a)

Unggas itu yang amat burhana

Diamnya nentiasa didalam astana

[39] Tempatnya bermain dibukit Tur Sina

Majnun dan Si Layla adalah disana.

Unggas itu bukannya nuri

Page 64: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Berbunyi ia sedekala hari

Bermain tamasha pada sekalian negeri

Demikianlah murad al-insanu sirri.

Unggas itu bukannya balam

Nentiasa berbunyi siang dan malam

Tempatnya bermain pada sekalian 'alam

Disanalah tamasha melihat ragam.

Unggas itu tahu berkata-kata

Sarangnya dipadang rata

Tempatnya bermain pada sekelian anggauta

Ada yang bersalahan, ada yang sekata. Unggas itu terlalu indah

Olehnya banyak ragam dan ulah

Tempatnya bermain [didalam] Ka'bah

Pada bukit 'Arafat kesudahan mushahadah.

Unggas itu bukannya merak

Nentiasa bermain didalam shurga

Kenyataan mu'jizat tidur dan jaga

Itulah wujud meliputi rongga.

Unggas itu terlalu pingai

Nentiasa main dalam maligai

Rupanya elok sempurna bisai

Menyamarkan diri pada sekalian sakai.

Unggas itu bukannya gagak

Bunyinya terlalu sangat galak

Tempatnya tamasha pada sekalian awak

Page 65: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Itulah wujud menyatakan kehendak.

71 Unggas itu bukannya bayan

Nentiasa berbunyi pada sekalian a'y an

Tempatnya tamasha pada sekalian kawan

Itulah wujud menyatakan kelakuan.

Unggas itu bukannya burung

Nentiasa berbunyi didalam tanglung

Tempatnya tamasha pada sekalian lurung

Itulah wujud menyatakan tulung.

Unggas itu bukannya Baghdadi

Nentiasa berbunyi didalam jasadi

Tempatnya tamasha [40] pada sekalian fu'adi

Itulah wujud menyatakan 'ahdi.

Unggas itu yang weruh angasmu

Nentiasa 'ashiq tiada kala jemu

Menjadi dagang lagi ia jamu

Itulah wujud menyatakan 'ilmu.

72 (h l

Tayru'l-'uryani unggas sultani

Bangsanya Nur'l-Rahmani

Tasbihnya Allah Subhani

Gila dan mabok akan Rabbani.

Unggas itu terlalu pingai

Warnanya terlalu bisai

Rumahnya tiada [69] berbidai

Page 66: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Dukuknya da'im dibalik tirai.

Putihnya terlalu suchi

Olehnya itu bernama ruh)

Muatnya terlalu sufi

Mashafnya bersurat Kufi

"Arsh Allah akan pangkalnya

Habib Allah akan taulannya

Bayt Allah akan sangkarannya

Mengadap Tuhan dengan sopannya

73 Sufitnya bukannya kain

Fi'1-Makkah da'im bermain

'ilmunya zahir dan batin

Menyembah Allah terlalu rajin.

Kitab Allah dipersandangnya

Ghayb Allah akan dipandangnya

'Alam Lahut akan kandangnya

Pada da'irah Huwa tempat pandangnya.

Dhikr Allah kiri kanannya

Fikir Allah rupa badannya

Shurbat tawhid akan minumnya

Da'im bertemu dengan Tuhannya

Suluhnya terlalu terang

Harinya tiada berpetang

Jalannya terlalu hening

Barang mendapat dia terlalu menang. Chahayanya tiada berha'il

Page 67: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Bayna'Llah dan bayna'1-amil

Shari'atnya terlalu kamil

Barang yang mungkir menjadi jahil.

Jika kau dapat asal 'ilmunya

Engkaulah yang tertahunya

'Alam nin engkau yang punya

Disana-sini engkau sukunya.

'Ilmunya tiada berbagai-bagai

Fardunya yogya kau pakai

Tinggalkan ibu dan bapai

Menyembah Tuhan jangan kau lalai.

'Ilamunya 'ilmu yang pertama

Madhhabnya madhhab bernama

Chahayanya chahaya yang lama

Kedalam shurga bersama-sama. (c)

Tayru'l-uryani unggas ruhani

Didalam kandang hadrat rahmani

Warnanya pingai rupanya safi

Tempatnya Kursi yang maha 'ali

Sungguh pun 'uryan bukannya gila

Mengaji Qur'an dengan tartila

Tempatnya mandi sungai Salsabila

Didalam firdaus ra'su Zanjabila.

(d)

Unggas nuri asalnya chahaya

Page 68: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Diamnya da'im di Kursi Raja

Daripada nurinya faqir dan kaya

Menjadi insan, Tuhan dan saya.

Kuntu kanzan asal sarangnya

'Alam Lahut nama padangnya

Terlalu Luas dengari lapangnya

Itulah kanzam dengan lawangnya.

76 'Aqlu'l-KuUi nama bulunya

Qalam al-A 'la nama kukunya

Allah Ta'ala akan gurunya

Oleh itulah tiada jodonya

Jalai dan jamal nama kakinya

Nuru'l-Awwal nama jarinya

Lawh al-Mahfuz nama hatinya

Menjadi jawhar dengan safinya.

Itulah Ahmad awwal Nabinya

Nur Allah dengan suchinya

Sekalian 'alam panchar daripada nurinya

Menjadi langit serta buminya.

)

Unggas Pingai terlalu 'ashiq

Da'im bermain di Kursi Khaliq

Bangsanya Rahman yang fa'iq

Menjadi sultan terlalu la'iq.

77 Unggas itu tahu berkata

Page 69: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Sarangnya dipadang rata

Akan wujudnya sekalian mata

Mengenal diri terlalu nyata.

Mazhar Allah akan rupanya

Asma' Allah akan namanya

Mala'ikat akan tenteranya

Akulah wasil akan katanya.

Sayapnya bernama Furqan

Tubuhnya bersurat Qur'an

Kakinya Hannan dan Mannan

Da'im [73] bertengger ditangan Rahman.

Ruh Allah akan nyawanya

Sirr Allah akan angganya

Nur Allah nama matanya

Nur Muhammad da'im sertanya.

78 Liqa Allah nama 'ishqinya

Sawt Allah akan bunyinya

Rahman-Rahim nama hatinya

Menyembah Tuhan dengan safinya.

Bumi-langit akan sangkarannya

Makkah-Madinah akan pangkalannya

Bayt Allah nama badannya

Disana bertemu dengan Tuhannya.

Chahayanya seperti suluh

Bunyinya seperti guruh

Page 70: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Matanya lengkap dengan tubuh

Bulunya da'im sekalian luruh.

Rupanya akan mahbubnya

Lakunya akan marghubnya

Bangsanya akan matlubnya

Buraq al-Mi'raj akan markubnya.

79 'ilmu'l-yaqin nama 'ilmunya

'Aynu'l-yaqin hasil tahunya

Haqqu'l-yaqin akan lakunya

Muhammad nabi asal gurunya.

Shari'at akan ripinya

Tariqat akan budinya

Haqiqat akan tirainya

Ma'rif at yang wasil akan isinya.

'Alam nasut nama hambanya

Perisai malakut akan katanya

Duldul jabarut nama kudanya

Menyerang lahut akan kerjanya.

Dengarkan hai anak jamu,

Unggas itu sekalian kamu! (f)

Ikan Tunggal bernama fadil

Dengan air da'im ia wasil

Tshqinya terlalu kamil

Didalam Laut tiada bersahil.

Ikan itu terlalu 'ali

Page 71: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

[87] Bangsanya Nur al-Rahmani

Anggapnya rupa insani

Da'im bermain di laut baqi.

Bismi'Llah akan namanya

Ruh Allah akan nyawanya

Wajh Allah akan mukanya

Zahir dan batin sertanya.

Nur Allah nama bapainya

Khalaqat Allah akan sakainya

Raja Sulayman akan pawainya

Da'im berbunyi dalam balainya. Empat bangsa akan ibunya

Summun bukmun akan tipunya

Kerja Allah yang ditirunya

Mengenal Allah dengan bisunya.

Fana' fi'Llah akan suchinya

Inni ana'Llah akan bunyinya

Memakai dunya akan ruginya

Radikan mati da'im pujinya.

Tarku'l-dunya akan labanya

Menuntut dunya akan maranya

'Abdu'l-Wahid asal namanya

Da'im 'Ana'1-Haqq!' akan katanya

Kerjanya mabok dan 'ashiq

'Ilmunya sempurna fa'iq

Menchari air terlalu sadiq

Page 72: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Didalam Laut bernama Khaliq. Ikan itu terlalu zahir

Olehnya da'im didalam air

Sungguh pun ia terlalu hanyir

Wasilnya da'im di Laut halir.

83 SYAIR MA'RIFAT

Aho segala kita ummat Nabi!

Akan ma'rifat Allah yogya diketahui

Kerana ma'rifat itu pada sekalian wali

Mulianya sangat terlalu qawi.

Ma'rifat itu yang terlalu qabul

Dengan Mahbubmu da'im beroleh wusul

Pakaian Mahbub yang bernama Rasul

Terlalu jauh daripada zuluman jahul.

Maraja'l-bahrayni yaltaqiyan

Bayna huma barzakhun la yabghiyan.

Bahrayn itu terlalu 'ajib

Barzakh diantaranya bi Nuri'l-Habib

Olehnya zahir terlalu qarib

Kelihatan jauh pada sekalian [66] gharib. Bahrayn itulah ma'nanya dalam

Menyatakan pertemuan Tuhan dan 'alam

Inilah rahasia Nabi yang Khatam

Menyalakan 'Ashiq tiada ia padam.

Bahrayn itu tiada bertating

Airnya suchi terlalu hening

Bukan dimata hidung dan kening

Page 73: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Jangan dipandang disana pening!

Erti qaba qawsayny aw adna

Pertemuan hamba dan Tuhan yang A'la

Pada ma kadhaba'l-fu adu ma ra'a

Tiada lagi lain 'ala ma yura

Qaba qawsayni itu suatu tamthil

Ma'nanya 'ali timbangnya thaqil

Babrayn didalamnya sempurna jamil

Orang mengetahui dia terlalu qalil

85 Orang qaba qawsayni itu seperti kandang

Tali diantaranya bukannya benang

Bazrakh namanya disana terbentang

Ketiganya wahid yogya kau pandang.

Tuhan kita itu tiada bermakan

ZahirNya nyata dengan rupa insan

Man 'arafa nafsahu suatu burhan

Fa qad 'arafa rabbahu terlalu bayan. tv

AL-MUNTAHI

karangan Hamzah Fansuri

[Naskah Leiden no. 7291 (III)]

[rro] Bismi' Llahi' l—rahmani' l-^rahim

Al—hamdu li'Llahi rabbi'l—'alamin

< wa'l—'aqibatu li'l—muttaqin

wa'lsolatu 'ala rasuli [hi] Muhammadm

wa alihi ajma'in.

Page 74: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

(1) Ketahui olehmu, hai Talib, bahwa sabda Rasulu'Llah (salla'

Llahu'alayhi wa sallam!).:

Man nazara ila shay 'in wa lam yara ' Llaha

fihi fa huwa batilun.

ya'm

Barang siapa menilik kepada suatu, jika tiada

dilihatnya Allah dalamnya, maka ia itu sia-sia.

[111]

Kata 'Ali (radiya'Llahu 'anhu!) :

Ma [ra] ' ay tu shay'an ilia wa ra'aytu'Llaha [fihi].

ya'ni :

Tiada kulihat suatu melainkan kulihat Allah dalam-

nya.

Sabda Nabi (salla'Llahu 'alayhi wa sallam!):

Man 'arafa nafsahu fa qad'arafa rabbahu.

ya'ni :

Barang siapa mengenal dirinya maka sanya menge-

nal Tuhannya.

S7 (2)Ert i mengenal Tuhannya, dan mengenal dirinya yam: Din

kuntu kanzan makhfiyyan [itu] dirinya, dan seme[s] ta sekalian

dalam 'Ihnu AUah. Seperti sebiji dan puhun; puhunnya dalam se-

biji itu, sungguh'pun tiada kelihatan, tetapi hukumnya ada dalam

biji itu.' Kata Shaykh Jun[ay] d (radiya'Llahu 'anhu!):

Kana'Llahu wa lam yakun ma'ahushay un [Huwa J

I—ana kama kana.

Page 75: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

ya'ni Ada Allah dan tiada ada sertaNya suatu pun.

[Ia] sekarang ini seperti AdaNya dahulu itu jua.

Kerena ini maka sabda 'Ali (radiya 'Llahu 'anhu!):

Ma ra'aytu shay'an illa wa ra'aytu'Llaha fini.

(3) Tetapi jangan melihat seperti kain basah karena kain lain, air-

nya lain Allah Subhanahu wa Ta'ala mahasuchi daripada demikian

itu tamthilnya! Tetapi jika ditamthilkan seperti laut dan ombak,

harus seperti kata sha'ir:

Fa'l--bahru bahrun 'ala ma kana fi qidamin

Inna'l—hawaditha amwajun wa anharu

La yahjibannaka as [h] kalun tushakiluha

'An man tashakkala fiha fahiya astaru.

yani

Yang laut itu laut jua pada sedia pertamanya,

Maka yang baharu itu ombaknya dan sungainya;

Jangan mend[ind]ing[i] dikau [112] segala

rupa yang menyerupai dirinya, Karena dengan

segala rupa itu dinding daripadanya.

Tetapi [ombak] beserta dengan laut qadim. Seperti [kata] misra'j

[Darya kuhan chu bar zand mawji nu Mawjish khwanand u

dar haqiqat daryast].

[ya'ni:] Laut itu qadim; apabila berpalu, baharu ombak

namanya dikata.

Tetapi pada haqiqatnya laut jua—

Kerana laut dan ombak esa tiada dua.

Page 76: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Seperti firman Allah Ta'ala :

88 Wa'Llahu bi kulli shay'in muhit.

ya'ni :

Bahwa Allah Ta'ala dengan [segala se]suatu

meliput.

Sabda Rasulu'Llah (salla'Llahu 'alayhi wa sallam!):

Ana mina'Llahi wa'l—'alamu minni.

ya'ni

Aku daripada Allah; sekalian 'alam daripadaku.

Seperti matahari dengan chahayanya dengan panasnya; namanya

tiga haqiqatnya suatu jua. Seperti isharat Rasulu'Llah (salla

Llahu 'alayhi wa sallam!):

Man 'arafa nafsahu fa qad'arafa rabbahu.

ya'ni :

Barangsiapa mengenal din' nya maka sanya mengenal

Tuhannya.

(4) Adapun dirinya itu, sungguh[pun] beroleh nama dan rupa jua,

haqiqatnya rupanya dan namanya tiada. Seperti bayang-bayang

dalam chermin; rupanya d[an] namanya ada [haqiqatnya tiada].

Seperti sabda Nabi (salla'Llahu 'alayhi wa sallam!):

Al-mu'minu mir'atu'l—mu'min.

ya'ni ; .

Yang Mu'min itu chermin samanya mu min.

Ertinya ya'ni Nama Allah Mu'min. Maka hambaNya yang khas

pun namanya mu'min. Jika demikian, sama-sama dengan Tuhan-

Page 77: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

nya, kerana hamba tiada bercherai dengan Tuhannya, dan Tuhan

pun tiada bercherai dengan hambaNya.

(5) Seperti firman Allah Ta'ala:

Wa huwa ma'akum aynama kuntum.

ya'ni :

Ia itu serta kamu barang dimana ada kamu.

Dan [113] lagi firman Allah Ta'ala .

89 Thalathatin ilia huwa rabi^uhum wa la khamsatin

illa huwa sadisuhum wa la adna min dhalika wa

la akthara illa huwa ma'ahum.

ya'ni :

Jika orang tiga, melainkan Ia jua keempatnya

dengan mereka itu; dan jika ada lima, melainkan

Ia keenam[nya] dengan mereka itu; dan tiada

lebih dan tiada kurang daripada demikian itu

melainkan Ia jua serta mereka itu.

Seperti firman Allah :

Wa nahnu aqrabu ilayhi min habWl—warid.

ya'ni :

Kami [terlebih] hampir kepadanya daripada urat

lehernya yang kedua.

(6) Dengarkan, hai Talib!—wa huwa ma'akum tiada diluar dan

tiada [di] dalam, dan tiada diatas dan tiada dibawah, dan tiada

dikiri dan tiada dikanan-[Ia khali] daripada enam pihak. Seperti

firman Allah Ta'ala:

Page 78: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Wa huwa'l-awwalu wal-akhiru wa'l-zahiru wa'l—

batinu.

ya'ni :

Ia itu jua yang Dahulu dan Ia jua yang Kemudian

dan Ia jua yang Nyata dan Ia jua yang Terbuni.

[Lagi] pun tamthil seperti puhun kayu sepuhun. Namanya limau

atau lain daripada limau. Daunnya lain, dahannya lain, bunganya

lain, buahnya lain, akarnya lain. Pada haqiqatnya sekalian itu

limau jua. Sungguh pun namanya dan rupanya dan warnanya

berbagai, haqiqat[nya] esa jua. Jikalau demikian, hendaklah segala

'Arif mengenal Allah Ta'ala seperti [ isharat] Rasulu'Llah (salla'

Llahu 'alayhi wa sallam!):

Man arafa nafsahu fa qad 'arafa rabbahu.—

seperti yang tersebut dahulu itu.

90 (7) Sebermula. Sabda Rasulu'Llah itu [114] dengan diisharatkan

jua. Sungguh pun pada Shari'at rupanya berbagai-bagai pada Haqi-

qat esa jua. Seperti kata sha'ir Lam 'at:

[Yari daram ki jism u jan surat ust Chi jism u chi

jan jumlah jihan surat ust Har surat khub u ma'na

pakizah Kandar nazr man ayad an surat ust]

ya'ni :

Bahwa ada kekasihku, tubuh dan nyawa rupanya

jua, Apa tubuh, apa nyawa? sekalian 'alam pun

rupanya jua;

Segala rupa yang baik dan erti yang suchi itu pun

Page 79: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

rupanya jua,

Segala barang yang datang kepada penglihatku

itu pun rupanya jua.

Seperti firman (Allah) Ta'ala:

Fa aynama tuwallu fa thamma wajhu'Llah.

ya'ni :

Barang kemana mukamu kau hadapkan, maka

disana ada Dhat Allah.

Tamthil seperti susu dan minyak sapi; namanya dua, haqiqatnya

suatu jua. Kesudahannya susu lenyap [apabila di] putar—minyak

jua kekal sendirinya.

(8) Sekali-kali tiada bertukar, seperti sabda Rasulu'Llah (salla'

Llahu'alayhi wa sallam!):

Man'arafa nafsahu bi'l-fana'i.

fa qad'arafa rabbahu bVl-baqa\

ya'ni : Barang siapa mengenal diri nya [dengan]

fana'nya, bahwa sanya mengenal Tuhan yang

baqa'lah dan serta Tuhannya.

Seperti mengetahui ruh dengan badan; muhit pada badan pun ti-

ada dalam badan pun tiada, luar badan pun tiada. Demikian lagi

Tuhan; pada sekalian 'alam pun tiada, dalam 'alam pun tiada,

diluar 'alam pun tiada. Seperti permata chinchin dengan chaha-

yannya, dalam permata pun tiada chahayanya, diluar permata

pun tiada chahayanya.

91 (9) Kerana ini maka kata 'Ali (radiya'Llahu'anhu):

Page 80: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Ma ra'aytu shay'an illa ra'aytu'Llaha fihi.

Tiada kulihat suatu melainkan [115] kulihat

Allah dalamnya.

Maka Mansur Hallaj pun berkata daripada sangat berahi ini

mengatakan:

Ana'1-Haqq!

ya'ni:

Akulah yang Sebenarnya!

Maka kata (ba) Yazid pun mengatakan demikian:

Subhani ma a ' zama sha 'ni!

ya'ni:

Maha suchi aku, dan siapa besar sebagianku!

Maka Shaykh jun [ay] d Baghdadi pun mengatakan :

Laysa fi jubbatisiwa'Llah!

ya'ni

Tiada dialam jubbahku ini melainkan Allah!

Dan Sayyid Nasimi pun mengatakan:

Inni ana ' Llah !

ya'ni :

Bahwa akulah Allah!

Dan Mas' udi pun mengatakan dengan bahasa Farsi:

Anchih ham'an dhat bud

bäz haman dhat shud.

ya'ni:

Dhât Allah yang Qadim

Page 81: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

itulah dhätku sekarang.

92 Dan kata Mawlâna Rum

'Alam nin belum, adaku adalah

Adam pun belum, adaku adalah

Suatu pun belum, adaku beranikan qadimku jua.

Dan kata Sultânu'l-'Àshiqin Shaykh 'Ali Abü'1-Wafa':

Kullu'l-wujùdi wujûduhu là tushrikanna bibi'l-miläh

Fa idhâ nazarta lahu bihi fa'sjudhunâka fa làjunâh

ya'ni :

Segala [wujud ini] wujùdNya jangan kau

sekutukan dengan yang baik,

Apabila kau lihatNya bagiNya dengan dia, maka

sujudlah engkau sana tiada berdosha.

Maka kata kita [b] Gulshan:

Hai segala islam! jika kau ketahui bahwa berhala

apa,

Kau ketahui olehmu bahwa yang jalan itu

pada menyembah berhala dikata.

Jika segala kafir daripada berhalanya itu dalalnya,

Ngapa maka [116] pada agamanya itu jadi sesat.

(10) Sebab demikianlah maka Shaykh 'Aynu'1-Qudat menyembah

anjing mengatakan. 'Hadha rabbi'—ya'ni: Tnilah Tuhanku!'—kare-

na anjing tiada dilihatnya, hanya dilihatnya Tuhannya jua yang

dilihatnya. Seperti orang melihat kepada chermin; muka jua yang

dilihatnya, chermin gha'ib daripada penglihatannya karena 'alam

Page 82: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

ini pada penglihatannya seperti bayang jua—rupanya ada haqi-

qatnya tiada. Nisbat kepada Haqq Ta'ala tiada nisbat kepada kita

adalah karena kita memandang dengan hijab. Seperti sabda Rasulu'

Ilah (salla'Llahu'alayhi wa sallam!):

Man 'arafa nafsahu fa qad'arafa rabbahu.

dengan isharatkan jua. Pada haqiqatnya dikenal pun Ia, mengenal

pun Ia.

93 (11) Seperti sabda Rasulu'Llah (salla'Llahu 'alayhi wa sallam!):

Man 'arafa ' Llaha tala lisanuhu.

Barangsiapa mengenal Allah lanjuti lidahnya.

Pada tatakala mulanya mengetahui man 'arafa nafsahu, setelah

sampai kepada fa qad'arafa rabbahu maka SendiriNya. Maka sabda

pula Nabi Allah:

Man 'arafa'Llaha kalla lisanu [hu].

Barangsiapa mengenal Allah hululah lidanya.-

ertinya: tempat berkata tiada lagi lulus.

(12) Seperti kata Shaykh Muhyi'1-Din 'Arabi (qaddasa' Llahu

sirrahu!) itu pun isharat kepada 'Man 'arafa nafsahu fa qad arafa

rabbahu 'jua. Syair :

Ala-haqqu 'aynu'l-khalqi in kunta dha'ayni

Wa'l-khalqu 'aynu'l-haqqi in kunta dha'aqli

Fa in kunta dha'aynin wa 'aqlin fama tara

Fa huwa 'aynu shay'in wahidin fihi illa bi'l-shak-

li.

[117] ya'ni kata Muhyi'1-Din sebenarnya itu keadaan hamba

Page 83: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Nya:

Jika ada engkau orang bermata, bermula:

hamba itu kenyataan Tuhan,

Jika ada engkau orang berbudi maka barang

segala kau lihat ini keadaanNya;

[Dan jika ada engkau orang bermata dan berbudi,

maka apalah yang kau lihat? ] —hanya

Segala suatu itu dalam Nya [melainkan] dengan

segala rupa.

94 Seperti firman Allah Ta'ala:

Wa huwa ma'akum aynama kuntum.

ya'ni:

Ia itu serta kamu barang dimana ada kamu.

Lagi perka[taa]annya Shaykh Muhyi'1-Din ibn'Arabi (shi'r.)

Kunna huruf fan] 'aliyatin lam nuqal

Muta'alliqatin fi dhura a'la'l-qulal

Anafanta] fihi wa nahnu anta [wa anta] hu

Fa'l-kullu f i hu hu fasal'an man wasal.

ya'ni*

Kamilah huruf yang mahatinggi yang tia[da]

berpindah,

Dan yang tergantung dengan istananya diatas

punchak gunung.

Aku engkau dalamnya dan [kami engkau dan]

engkau Ia,

Page 84: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Maka sekalian dalam Itu Ia, maka bertanyalah

engkau kepada barangsiapa yang wasal.

(13) Hai Talib!—mengetahui 'Man 'arafa nafsahu ' bukan mengenal

jantung dan paru-paru, dan bukan mengenal kaki dan tangan.

Ma'na 'Man 'arafa nafsahu': adanya dengan Ada Tuhannya esa

jua. Seperti kata Shaykh [Junayd] Baghda [di] (rahmatu Llahi

'alayhi!):

Lawnu'l-ma'i lawnu ina'ihi.

ya 'ni:-

ya'ni:

Warna air warna bejananya.

Dan seperi kata sha'ir Lam 'at:

i

Laqad batanta fa lam tazhar li dhi basarin

Wa kayfa yudraku man bi'l-ayni mustatiru

ya'ni:

Sungguhnya telah terhunilah Engkau maka tiada

dapat dilihat oleh segala mata;

Maka betapa dilihat oleh segala mata [118]

kerana Ia terdinding dengan adaNya?

95 Lagi kata Shaykh Muhyil-Din:

In ruhtu atlubuhu lam yangadi safari

In ji'tu hadratahu wuhishtu fi hadari

La ana arahu wa la yanfakku min basari

Wa fi damiri wa la alqahu fi 'umuri.

Page 85: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

ya'ni. . ;

Jika pergilah aku menuntut Dia, tiadalah

berkesudahan tuntutku,

Jika datang aku kehadratNya, Ia liar

daripadaku,

Tiada aku melihat Dia, Ia tiada jauh

daripada penglihatku,

Bermula: Ia ada dalamku dan tiada aku

bertemu pada se'umurku.

Inilah maka kata Shaykh Jun[ay] d (rahmatu 'Llahi 'alayhi):

Wujuduka dhanbun la yuqasu bihi dhanbu.

ya'ni:

Adamu ini dosha, tiada dosha sebagainya.

(14) Barangkala engkau pun suatu wujud, Haqq [Ta'ala] pun

suatu wujud, sharika lahu datang kerana Haqq Subhanahu wa

Ta'ala wahdahu la sharika lahu ertinya ya'ni: tiada sekutu bagi-

Nya; ertinya tiada wujud lain hanya wujud Haqq Ta'ala jua. Se-

perti laut dan ombak. Seperti firman Allah Ta'ala:

Fa aynama tuwallu fa thamma wajhu Llah.

ya'ni:

[Barang kemana mukamu kau hadapkan, maka

disana ada] Dhat Allah.

Dan kata Mawlana 'Abdu'l-Rahman Jami (rahmatu'Llahi'alayhi!):

Bayt: Ham sayah u ham[ni] shin u ham rahu hamah

ust [Dar dalaq gada u [dar] atlas shahi hamah

Page 86: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

ust] Dar anchuman farq nihan [k] hanah u jam'

[hamah ust] Bi'Llahi hamah ust thumma bi'

Llahi hamah ust.

96 ya'ni:

Sekampung sekedudukan sekejalanan sekalian itu

[Ia] jua;

Pada telekung segala minta makan dan pada atlas

segala raja-raja itu pun [119] Ia jua;

Pada segala perhimpunan dan percheraian dan

rumah yang terbuni dan yang berhimpun itu pun

Ia jua,

Demi Allah sekaliannya Ia jua! Maka demi Allah

sekaliannya Ia jua!

(15) Tamthil seperti biji sebiji, dalamnya puhun kayu sepuhun

dengan selengkapnya. Asalnya biji itu jua; setelah menjadi kayu

biji sebiji itu gha'ib—kayu jua kelihatan. Warnanya berbagai-

bagai, rasanya berbagai, [tetapi] asalnya sebiji itu jua. Seperti

firman Allah Ta'ala:

. . . Yusqa bi ma'in wahidin wa nufaddilu

ba'daha 'ala ba'din fi'l-ukuli.

. . . Kami tuangkan dengan suatu air dan

Kami lebihkan setengah atas setengahnya

pada rasa makanan.

Tamthil seperti air hujan dalam sebuah tanaman. Air i[tu] jua

yang lengkap pada sekalian dan berbagai-bagai rasanya. Pada

Page 87: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

limau masam, pada tebu manis, pada mambu pahit; masing-masing

membawa rasanya. Tetapi haqiqatnya air itu jua pada sekalian itu.

Suatu lagi tamthil seperti matahari dengan panas. Jikalau panas

kepada bunga, atau kepada chendana, tiada ia beroleh bahu

daripada bunga. Jikalau najis pun demikian lagi. Jangan shakk

disini kerena shakk ini itulah hijab.

(16) Kerana [atas] mazhar Jalai dan atas mazhar Jamal tiada

[Ia] bercherai, maka Kamal NamaNya. Nama al-Mu'izz tiada ber-

cherai, Nama al-Latif [dan] al-Qahhar tiada bercherai. Dan shirk

pun mazhar Nya jua. Seperti kata Shah Ni'matu'Llah qaddasa'

Llahu sirrahu!):

97 [120] Ra'aytu 'Llaha fi'ayni bi'aynihi

Wa ayni 'aynuhu fa'nzur bi'aynihi

Habibi 'indaghayrighayru 'ayni

Wa'indi aynuhu min haythu 'ayni.

ya'ni

Kulihat Allah pada keadaanku dengan penglihat-

Nya; Bermula: keadaanku itu KeadaanNya. maka

tilik kepadaNya dengan tilik daripadaNya.

Kekasihku, pada segala lain daripadaku, lain dari-

padaku,

Bermula: padaku AdaNya itu dengan keadaanku

suatu jua'

Inilah sifat 'Man arafa nafsahu fa qad'arafa rabbahu' itu pun per-

mulaan jua.

Page 88: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

(17) Sebermula. Firman Allah Ta'ala:

Wa'Llahu khalaqakum wa ma ta malun.

ya'ni:

Bahwa Allah Ta'ala menjadikan kamu dan barang

perbuatan kamu.

Dan lagi firman Allah Ta'ala:

Ma min dabbatin illa huwa akhidhum

bi nasiyatiha inna rabbi'ala siratin

mustaqim.

ya'ni .. . T

Tiada siapa dapat membawa melainkan la jua

menghela rambut dahinya. Bahwa Tuhanku Esa

JalanNya sebenarnya itupun.

Dan lagi sabda Nabi (salla'Llahu ' alayhi wa sallam!):

La hawla wa la quwaata illa bi'Llahi'l-ahyyil-

'azim.

ya'ni:

Tiada mengelilingi dan tiada quwwat seorang

98 melainkan dengan kuasa Allah yang Mahatinggi

dan Mahabesar.

Dan lagi sabda Nabi (saHa^Llahu'alayhi wa sallam!):

La tataharraku dharratun illa bi idhni'Llah.

ya'ni:

Tiada bergerak suatu dharrat pun melainkan

dengan gerak Allah Ta'ala.

Page 89: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

[Dan lagi sabda Nabi (salla'Llahu'alayhi wa sallam!)] :

Khayrihi wa sharrihi mina'Llahi Ta'ala.

ya'ni:

Baik dan jahatnya daripada Allah Ta'ala.

Seperti firman Allah [121] Ta'ala:

Wa ma tasha ' una illa an yasha 'a Llah.

ya'ni:

Dan tiada berkehendak mereka itu seorang jua

pun melainkan dengan [kehendak] Allah jua.

(18) Sekalian dalil dan hadith ini isharat kepada Man arafa nafsa-

hu fa qad 'arafa Rabbahu jua. Lain daripada tiada. Dan kata

Shaykh Muhyi'1-Din ibnu'l-'Arabi (qaddasa'Llahu sirra ruhihi'l-'

aziz!):

Shiï:

Haramun 'ala'l-ushshaqi an yashhadu'l-siwa

Idha kana wajhuH-haqqi [bVl-nuri] sha'sha'a

Ma dha aqulu wa anta wahduka lam yaku

Ahadun siwaka fa ma siwaka fa ka'l-haba.

ya'ni.

Telah haramlah atas segala yang berahi bahwakan

memandang lain daripadaNya,

Apabila ada keadaan Allah dengan chahayaNya

gilang-gemilang.

99 Barang segala yang kukata dan bahwa Engkau

jua Esa, tiada lain .

Page 90: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Suatu pun daripadaMu maka sekarang barang lain

daripadaMu itu seperti haba adanya.

Seperti firman Allah Ta'ala:

Kulla yawmin huma fi shaTi.

ya m Pada segala hari Ia itu dalam kelakuanNya.

(19) Ya'ni pada zuhuNya berbagai-bagai [akan tetapi Dhat tiada

hM-haeai-bagail dan tiada berubah, kerana Ia—

berbagai W^^ ^ wa%akhiru wa'l-zahiru wa'l-baUnu.

yani

' Ia yang Pertama dan Ia yang Kemudian dan Ia

Nyata dan Ia Terbuni—

AwwalNya tiada ketahuan, akhirNya tiada berkesudahan, zahir-

NyTamJt terbuni dengan batinNya tiada ^TTZ^ÎÏ Ï

riiriNva dengan diriNya, melihat diriNya [dengan] DhatNya de-

^SAdîng J ÀfUNy. dengan AtharNya. »»£*£ »

namanya empat pada haqiqatnya esa. Sepert! kata Shaykh [122]

Muhyi'1-Din:

Tajalli bi dhatihi fi dhatihi.

Menunjukkan AdaNya bagi AdaNya

Lagi kata Imam Muhammad Gazzali (rahmatu'Llahialayhi!):

In 'alam azust be ust baiki hamah ust.. .

yam :

'Alam ini daripadaNya dengan Dialah-tetapi-

sekaliannya Ia.

Diikut dari Kimiya-i Sa'adat. „„„„

Page 91: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Guft Ba Yazid: 'Wujuduna minhu wa quwwamuna

100 bihi lafarqun bayni wa bayna rabbi illa bihadha'l-

marta barayu.

vâ'nii

Wujud kami daripadaNya dan quwwat kami dengan

Dia. Tiada bedha antaraku dan antara Tuhanku

melainkan dengan dua martabat.

Inilah 'ibarat 'Man 'arafa nafsahu fa qadl

arafa rabbahu.'

(2) Sebermula. Allah Subhahahu wa Ta'ala tiada bertempat dan

tiada bermithal. Apa akan ' tempat [apabüa] lain daripadaNya

tiada? Mana tempat, mana mithal, [mana] warna? Hamba pun

demikian lagi hendak [nya] jangan bertempat, jangan bermithal,

jangan berjihat enam, kerana sifat hamba Tuhannya: hendak[nya]

maka datang kepada

Idha tamma'l-faqru fa huwa'Llahu

'ayshuhu bi 'ayshi'l-Llah.

ya'ni:

Apabila sempurnalah faqir maka ia itu Allah

dan hidupnya dengan hidup Allah.

Seperti kata Mawlana 'Abdu'l-Rahman Jami (rahmat*'Lkthï

alayhU):

ya'ni

[Bas bi rangist yari dikhwah ay dil

Qani nashawi barangi na gah ay dil

Page 92: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Asal in hamah rangaha azan birangist

Man ahsanu sibghatan mina'Llahi ay dil.]

Kepada kekasih yang tiada berwarna itu kau

kehendak, hai hati;

Jangan kau padamkan kepada warna mudah-

mudahan, hai hati:

Bahwa segala warna daripada tiada berwarna

datangnya, hai, hati

101 'Barangniapa mengambil warna daripada Allah

itulah terlebih baik,' hai hati?

f21ï Ya'ni f 123] yang asalnya itu tiada berwarna dan tiada

berupl S gi a n!pa

y

yaig dapat dilihat dan dapat dibicha^j ,

sekaSn makhluq jua pada 'ibarat. Barangsiapa menyembah

makhn^q ^ itu mushrik; seperti menyembah orang-orang mati

T n ma i dan jantung dan paru-paru-sekalian itu berhala^ jua

hukumanya. Barangsiapa menyembah berhala, ia itu kafir

na'udhubi'Llah minha! Wa'Llahu a'lam!

(22) Jika demikian ngapa memandang seperti ombak dan laut

juga dapat? Seperti sha'ir:

Fa'awwiV alayhi la siwahu

fa'aynama tuwallu fa thamma wajhu

'Llahi laysa mubarqa 'an.

(23) (Raqqa'l-zujaju wa raqati'l-khamru

Page 93: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Fa tashabaha wa tashakala'l-amru

Fa ka'annama khamrun wa la qadahu

Fa ka'annama qadahun wa la khamru.

ya m:

f Naqsh kacha dan hening] minuman

Maka serupa keduanya dan sebagai pekerjaannya

Maka sanya minuman tiada dengan piala

Dan bahwa piala tiada dengan minuman.

Ya'ni warna kecha dan warna minuman esa jua; warna minuman

ILZ Z pun sebagai jua, tiada dapat dilainkan, Seperti kata

Lam'at:

Al-aynu wahidatun wa'l-hukmu mukhtalifu

Wa dhaka sinon U ahliVÜmi yankashifu.

ya'ni:

Asalnya suatu jua warnanya berbagai-bagai

102 Rahasia ini bagi orang yang tahu jua dapat mema-

kai dia.

[Seperti kata misra :

Ma'shuq u'ishq u'ashiq har sih yakyast inja

Chum wasl dar na-gunjad hijran chi kar darad.

ya'ni] :

Berahi dan yang berahi dan yang diberahikan itu ke-

tiganya esa jua,

Sini, apabila pertemuan tiada lulus, percheraian

dimanakan ada?

Page 94: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

924) Kenapa dikata k

(24) Kenapa dikata kerana sifat bertemu dan bercherai dua?

Hendak [nya] pada Alim, haqiqat tiada dua. Seperti ombak dan

laut esa jua, pada zahimya jua dua, teta[pi] bertemu pu[un] tiada

bercherai pun tiada; didalampu[n] tiada [124] diluar pun tiada.

Qala'l-ghawthu'l-a'zam: Ayyi salatin afdalu 'in-

daka yarabbi? Qala'Llahu Ta'ala: Salatu'l-ladhi

laysa fiha siwa'i wa'l-musalli gha'ibun 'anha.

ya'ni:

Sembah Ghawth: 'Mana kebaktian terlebih kepada-

Mu ya Tuhanku? Firman Allah Ta'ala: Sembah-

yang yang tiada dalamnya suatu pun lain daripada-

Ku, dan yang menyembah gha'ib.

Nyatalah [daripada ini bahwa yang] disembah pun Ia jua, yang

menyembah pun Haqq. Seperti kata Masha'ikh:

Ma 'arafa ' Llahu illa 'Llah

ma ya'lamu'Llahu illa'Llah

ma yara ' Llahu illah 'Llah.

ya'ni:

Tiada mengenal Allah hanya Allah,

103 tiada mengetahui Allah hanya Allah,

tiada melihat Allah hanya Allah.

Dan seperti kata Mawlana 'Abdul'1-Rahman Jami:

Hamchunin wasil nashfas] tah pesh yari mikunad

an hajr nalahai zar ta shuwad mahjib u mahrum

Page 95: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

az wasl waqif an bar ran] u malai.

Orang yang wasal itu seperti orang duduk [kesal]

taulannya dicheriterakannya daripada percheraian-

nya dan serunya dan tangisnya sehingga jadi hurum

daripada wasal; terhenti [o]lehnya daripada per-

cheraiannya dan daripada penuh dengan dukachita-

nya.

Dan seperti kata Shibli, hendak [nya] sha'ir:

Innani kadafda'un sakinatun fi'l-yammi

In hiya [fahat] mala'at faha

aw sakatat matât mina 'l-ghammi.

Akulah seperti katak diam dalam laut;

jika kubukakan mulutku nischaya dipenuhi air;

jika aku diam nischaya matilah aku dalam per-

chintaanku. [125]

yani :

(25) Isharat daripada Shaykh Sa'du'1-Din: jika lagi dituntut

tiada diperoleh [jika lagi] dipandang tiada düihat, kerena fi il

kita itu seperti angin dilaut. Jika berhenti angin maka ombak

pulang kepada asalnya. Seperti firman Allah Ta'ala:

Ya ayyatuha'l-riafsu l-mutma'innatu irji'i

ila rabbiki radiyatan mardiyyah fa'dkhuli

fi'ibadi wa'dkhuli jannati.

104 ya'ni:

Hai segala kamu bernyawa mutma'innah!

Page 96: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

pulanglah kamu kepada Tuhan kamu radi

kamu akan Dia dan radi Ia akan kamu.

Maka masuklah shurgaKu, hai hamba-hambaKu

Ertinya datangnya pun daripada laut, pulangnya pun kepada laut

jua.

Jannatu'l-zahidina hurun wa qusurun

Jannatu'l-ashiqina fi mahalli kuntu kanzan makh-

fiyyan

ya'ni:

Shurga orang zahid anak bidyadari dan mahgai,

Shurga o [rang] berahi kepada perbendaraan yang

berbuni.

(26) Sanalah tempat diam segala 'Ashiqin! Beranikan shurga pun

tiada, dengan neraka pun tiada takut ia; kerana [pada] orang

berahi yang wasal jannat itulah yang dikatakan [dalam ayat)

fa'dkhuli f i 'ibadi wa'dkhuli jannati. Pulanglah ia kepada tempat

kuntu kanzan makhfiyyan. Dan seperti kata Ahlu'Llah;

ya'ni:

Itupun ia

Itupun ia:

ya'ni:

Man 'arafa'Llahu fa huwa mushrikun.

Barangsiapa mengenal [ Allah] maka ia itu mushrik.

Al faqiru la yahtaju ila'Llah.

Al-faqiru aswadu'l-wà}hi fi'l-darayu.

Page 97: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Yang faqir itu hitam mukanya pada kedua negeri.

Itupun ia: sha'ir

105 Ana'l-ghariqu [126] bi bahrin ma lahu tarafun

[Qad] ghibtu fihi 'ani'l-wijdani wal-adami.

ya'ni:

Aku telah karamlah pada laut yang tiada bersisi,

Maka lenyaplah aku dalamnya; daripada 'ada' dan

'tiada' pun aku tiadalah tahu.

Itupun ia: sha'ir.

Raddadtani bayna'l-maniyyati wa'l-muna

Wa jama'tani bayna'l-ïnayati wa'l-'ana

Wa akhadhta ni [minni] li dhatika faYtaqay

Tu limustawa la anta fihi wa la ana.

ya'ni:

Kembalilah aku daripada menuntut dan yang

dituntut. Dan berhimpunlah aku antara yang me-

ngarunia dan [yang] dikarunia,

Dan kembalüah daripada aku bagi adaMu suatu

tiga.

Tiada Engkau dalamnya dan tiada aku.

Lagi kata Shykh 'Attar (radiya'Llahu'anhu!):

[Baz ba 'de dar tamasha tarab

tan farudandi farigh az talab.]

ya'ni

Daripadanya kembalilah setengah daripada melihat

Page 98: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

tamasha tepuk dan tari:

Nyawanya pun diberi selesaüah ia daripada tuntut .

Itupun ia:

[Bayt: waraq sukhtah wa qalam bashkun siyahi

zir dam dharkas hamin din [u] qissati Hshq

ust ki dar daftar nah migunjad.

ya'ni:

Qartas pun ditunukan dan qalam pun dipatahkan

dan da'wat pun ditumpahkan dan nafas pun di-

106 helakan. Inilah qissah ragam orang berahi bahwa

dalam daftar tiada lulus.

Ini pun ia:

[Kata bayt Shaykh Ni'matu'Llah:)

[Talab afdat iradat wa bila wujud hijab ast

Wijdan muhal namnayi waqrub wa khiyal

Hudur ghurur naf sah du dur du dur.

ya'ni:

Tuntut pun setru dan kehendak pun sia-sia dan

wujud pun jadi dinding tiada dapat diperoleh

menghendaki damping dan chita yang hadir segala

ghurur naf s pun menjauhkan.

(27) Inilah kesudahan sekalian! Inüah yang dikatakan : 'Fa'1-fana'u

'ani'l-fana'i ghayata'1-fana.' [127] Inilah yang dikatakan 'alam

lahut pun dapat, dan dikatakan wasal pun dapat, dikatakan

mahw pun dapat dikatakan. Inilah kata Shah 'Ali Barizi d [alam

Page 99: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

bahasa] Fa[r] si:

Bar dar dara 'l-fana 'i kardam sujud

Sar bar awardam mara ru 'i numud.

ya'ni:

Kepada pintu negeri yang fana sujudlah aku

Kubukakanlah kepalaku pertunjukkanlah muka-

Mu kepadaku!

Kata orang Pasai : 'Jika tiada kupho, tiada bertemu dengan kufu'

ya'ni kupho pada bahasa Jawi tertutup' : jika tiada tertutup,

tiada bertemu dengan kufu'—ya'ni ['pada] Erti pada [itu] tiada

lagi lulus ia itu: ya'ni menjadi seperti dahulu tatakala dalam

kuntu kanzan makhifyyan, serta dengan Tuhannya. Seperti biji

dalam puhun kayu; sungguh pun zahir[nya] tiada kelihatan

haqiqatnya esa jua. Sebab inüah Mansur [alHalaj] mengatakan:

Ana'l-Haqq/'—setengah mengatakan: ['Inni] Ana'Llah!'; kerana

adanya ini tiadalah düihatnya lagi.

107 (28) Inüah ertinya:

Idha tamma'l-faqru fahuwa'Llah.

Ertinya:

Yang faqir tiada suatu pun akan baginya.

Maka firman Allah Ta'ala dalam Hadith Qudsi:

Nawmu'l-faqiru nawmi

akalu 1-faqiru akali "

wa sharabu'l-faqiru sharabi

ya'ni:

Page 100: hamzah fansuri penyair sufi Aceh.docx

Tidur faqir itu tidurKu, dan

makan faqir itu makanKu, dan

minum [faqir] itu minumKu.

Dan lagi firman Allah Ta'ala:

Al-insanu sirri wa an[a] sirruhu wa sifatufhuj.

ya'ni

Yang manusia rahasiaKu dan

Aku rahasianya dan sifatnya.

Kata U ways al-Qarani:

Al-faqiru hayatuhu bi hayati'Llahi

wa 'ayshuhu bi 'ayshilf'Llah].

ya'ni:

Yang faqir itu hidupnya dengan hidup Allah,

dan sukanya dengan kesukaan Allah.

Seperti kata Masha'ikh hendak [nya] :

Man 'arafa' Llaha fa huwa mushrikun

wa man 'arafa nafsahu fahuwa kafirun.

108