halaqah tadabbur quran 12 (al baqarah 77-83). dr saiful bahri

13
108 Halaqah Tadabbur Qur`an 12 (QS Al-Baqarah 77-83) Dr. Saiful Bahri, MA ! ﻟﺤﻤﺪ ! ﻟﺤﻤﺪ ﻟﻌﺎﻟﻤ ﻟﺪ ﻟﺪﻧ ﻣﻮ ﻋﻠﻰ ﻧﺴﺘﻌ . ﺑﺎ ﺳﻠﻢ ﺻﻠﻰﻟﻠ ﻋﻠﻰﻟﻤﺮﺳﻠ ﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪﺳﻠﻢ ﻋﻠ ﺻﻞ ﻋﻠﻰ ﺟﻤﻌ ﺻﺤﺎﺑ ﺑﻌﺪBapak-bapak, Ibu-ibu, kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah. Pada kesempatan kali ini kita bertemu pada pagi hari ini dalam halaqah Al Qur`an kita. Kita berdoa mudah- mudahan kita diberikan keistiqamahan untuk terus menadabburi Al Qur`an, kemudian mengamalkan, dan setelah itu menebarkan dan mengajarkan kepada sebanyak-banyak orang. Pada kali ini, dengan bergantinya hari dan kita tepat berada di tengah bulan Dzul Qa’dah, kita juga menyiapkan, di saat saudara-saudara kita pergi melakukan ibadah haji, kita yang di sini juga menyiapkan bahwa nantinya Allah akan karuniakan kepada kita sebuah waktu yang hanya berulang satu tahun sekali, bisa jadi kita tidak dapat menjumpainya, yaitu di bulan Dzul Hijjah, yang kita disunnahkan melakukan kebaikan di sana, wa bil khusus puasa, dzikir dan lain sebagainya. Kita akan melanjutkan pada kesempatan kita pagi hari ini insya Allah lanjutan dari kisah bani Israil yang pekan lalu kita mendiskusikan ada sebuah kasus pembunuhan yang sudah bisa dipecahkan. Tetapi sepertinya Allah subhanahu wa ta’ala masih melanjutkan sindiran- sindiran atau teguran-teguran yang dilakukan oleh Allah untuk menyembuhkan beberapa penyakit sosial. Kali ini kita akan melanjutkan insya Allah pada ayat 77 sampai insya Allah kita akan akhiri di ayat 83. Sedikit sebagai penyambung, pada pekan lalu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta umat Islam dipesan jangan terlalu berharap mereka beriman kepada dakwah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dikarenakan ada beberapa sikap yang menjadi tabiat mereka, yaitu susah menerima kebenaran dari orang lain, yang ini terlihat ketika ada orang yang netral yang kemudian membela Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, justru ditegur oleh sebagian mereka. Dan ketika terakhir di sini dikatakan afala ta’qilun, itu adalah untuk menjelaskan. Harusnya kan afala ya’qilun, apakah mereka tidak berpikir, tapi di sini apakah kamu tidak berpikir. Di sini seolah-olah Allah ingin berbicara langsung dengan mereka. Yang kedua, karena khitab ini adalah untuk umat Islam. Afatathma’una dan diakhiri di sini dengan afala ta’qilun. Dan kita akan kembali di sini membaca dengan salah satu uslub yang dikenal dalam ilmu tafsir dengan uslub al hikayah. Dengan menceritakan.

Upload: halaqahtafsir

Post on 24-Jul-2016

293 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Transcribbed by Adhe Purwanto

TRANSCRIPT

Page 1: Halaqah Tadabbur Quran 12 (Al Baqarah 77-83). Dr Saiful Bahri

  108  

Halaqah Tadabbur Qur`an 12 (QS Al-Baqarah 77-83) Dr. Saiful Bahri, MA

سيید االمرسليین على االلهھم صلى وو سلم وو بارركك . وو بهھ نستعيین على اامورر االدنيیا وواالديین رربب االعالميین ٬، ٬، االحمد ! االحمد ! بعد اامم هھ وو ااصحابهھ ااجمعيینوو على اال صل هللا عليیهھ ووسلم محمد سيیدنا

Bapak-bapak, Ibu-ibu, kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah. Pada kesempatan kali ini kita bertemu pada pagi hari ini dalam halaqah Al Qur`an kita. Kita berdoa mudah-mudahan kita diberikan keistiqamahan untuk terus menadabburi Al Qur`an, kemudian mengamalkan, dan setelah itu menebarkan dan mengajarkan kepada sebanyak-banyak orang. Pada kali ini, dengan bergantinya hari dan kita tepat berada di tengah bulan Dzul Qa’dah, kita juga menyiapkan, di saat saudara-saudara kita pergi melakukan ibadah haji, kita yang di sini juga menyiapkan bahwa nantinya Allah akan karuniakan kepada kita sebuah waktu yang hanya berulang satu tahun sekali, bisa jadi kita tidak dapat menjumpainya, yaitu di bulan Dzul Hijjah, yang kita disunnahkan melakukan kebaikan di sana, wa bil khusus puasa, dzikir dan lain sebagainya. Kita akan melanjutkan pada kesempatan kita pagi hari ini insya Allah lanjutan dari kisah bani Israil yang pekan lalu kita mendiskusikan ada sebuah kasus pembunuhan yang sudah bisa dipecahkan. Tetapi sepertinya Allah subhanahu wa ta’ala masih melanjutkan sindiran-sindiran atau teguran-teguran yang dilakukan oleh Allah untuk menyembuhkan beberapa penyakit sosial. Kali ini kita akan melanjutkan insya Allah pada ayat 77 sampai insya Allah kita akan akhiri di ayat 83. Sedikit sebagai penyambung, pada pekan lalu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta umat Islam dipesan jangan terlalu berharap mereka beriman kepada dakwah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dikarenakan ada beberapa sikap yang menjadi tabiat mereka, yaitu susah menerima kebenaran dari orang lain, yang ini terlihat ketika ada orang yang netral yang kemudian membela Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, justru ditegur oleh sebagian mereka. Dan ketika terakhir di sini dikatakan afala ta’qilun, itu adalah untuk menjelaskan. Harusnya kan afala ya’qilun, apakah mereka tidak berpikir, tapi di sini apakah kamu tidak berpikir. Di sini seolah-olah Allah ingin berbicara langsung dengan mereka. Yang kedua, karena khitab ini adalah untuk umat Islam. Afatathma’una dan diakhiri di sini dengan afala ta’qilun. Dan kita akan kembali di sini membaca dengan salah satu uslub yang dikenal dalam ilmu tafsir dengan uslub al hikayah. Dengan menceritakan.

Page 2: Halaqah Tadabbur Quran 12 (Al Baqarah 77-83). Dr Saiful Bahri

  109  

Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan? Ini lanjutan dari yang kemarin, sebenarnya masih menyambung. “Apakah mereka tidak tahu sesungguhnya Allah mengetahui sesuatu yang mereka sembunyikan dan sesuatu yang mereka tunjukkan.” Kelihatannya sederhana tapi kata-kata ini sangat luar biasa. Kenapa? Mereka ketika berjumpa dengan orang-orang Islam, bermulut manis. Seperti halnya dengan orang-orang munafik yang dulu kita pelajari. Kalau bertemu dengan orang senyum saja. Tapi kalau berada di belakangnya, itu kasak-kusuknya luar biasa. Orang-orang seperti ini, betul dia dikenal sebagai orang baik. Tetapi Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui apa yang mereka tidak pertunjukkan. Demikian juga ada tafsiran lain. Disebut dalam tafsir Ruhul Ma’ani, ini juga mengisyaratkan orang yang tahu terhadap sesuatu, kemudian dia melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan, atau sebaliknya, orang yang tahu terhadap sesuatu kemudian tidak mengerjakan apa yang dianjurkan, itu di sisi Allah subhanahu wa ta’ala sangat besar konsekuensinya. Di ayat lain, di dalam surah Ash Shaf, ditegur, li ma taquluna ma la taf’alun, kabura maqtan indallahi an taqulu ma la taf’alun. Jadi ini sangat besar konsekuensinya. Apalagi mereka nantinya melakukan kesalahan yang cukup besar. Jadi orang tadi bukan hanya mengatakan atuhadditsunahum bi ma fatahallahu ‘alaikum liyuhajjukum, “Kamu kok ngasih tahu sesuatu yang bisa menyebabkan kita kalah kualitas, bisa menyebabkan kita kalah pengaruh di tengah masyarakat.” Padahal itu benar. Makanya nanti yang ada di sini, di dua ayat yang akan kita baca setelahnya akan mengungkap siapa sesungguhnya eksistensi mereka. Di ayat 78:

Dan diantara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga Wa minhum, di antara orang-orang bani Israil itu, Yahudi itu, ummiyyun, yaitu orang-orang yang tidak bisa baca-tulis. Selama ini ketika kita bilang kata-kata ummiy atau buta huruf, tidak bisa baca, tidak bisa menulis, identik dengan bangsa Arab. Padahal sesungguhnya buta huruf itu ada di setiap bangsa.

Page 3: Halaqah Tadabbur Quran 12 (Al Baqarah 77-83). Dr Saiful Bahri

  110  

Sama dengan kita, sekarang kalau kita membicarakan bangsa kita, bangsa Indonesia, dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita. Apakah dengan banyaknya buta huruf di bangsa kita, kemudian kita mengatakan bahwa kita adalah bangsa yang buta huruf? Tentu tidak. Ini lebih kepada klaim, seperti halnya klaim jahiliyyah. Klaim jahiliyyah itu ketika dibandingkan dengan klaim ideal di atasnya, atau ajakan ideal di atasnya. Makanya ketika dibandingkan, orang Arab ummiy, dengan orang Yahudi yang bukan bangsa asli situ ummiy juga, tapi kenapa lebih dikenal bangsa Arab yang ummiy? Karena mereka ada di negaranya sendiri, di tengah bangsanya sendiri. Jadi sama seperti ini. Hari Senin terjadi peristiwa pembunuhan. Diliput oleh media massa. Hari Selasa terjadi peristiwa pembunuhan yang lainnya. Hari Rabu terjadi peristiwa pembunuhan yang lainnya. Kira-kira apa yang terjadi di hari Kamis? Kekacauan sosial. Masyarakat mengira bahwa semua orang dibunuh, padahal yang dibunuh cuma tiga orang. Yang tersisa? Bukan puluhan juta, bisa ratusan juta di negeri ini masih tersisa. Tapi kenapa dunia begitu heboh? Negeri kita begitu heboh dengan pembunuhan yang, mohon maaf, hanya tiga hari itu, karena bukan dihitung dari personalnya, tapi dari efeknya. Maka ummiy di sini, itu dari efeknya. Bisa jadi bukan mayoritas, tapi banyak sekali yang buta huruf, maka disebut dengan qaumun ummiyyun. Di sini bani Israil juga sebenarnya sama saja. Mereka itu juga banyak yang buta huruf. Cuma bisa jadi orang-orang pintarnya vokal, sehingga kelihatan bahwa yang buta huruf itu sedikit. Di sini Allah ingin tegaskan wa minhum ummiyyun, mereka itu tidak membaca. La ya’lamunal kitab, tidak bisa baca kitab Taurat. Lalu apa yang mereka lakukan? Illa amaniyya wa in hum illa yazhunnun. Ini yang paling bahaya. Jadi mereka itu nanti menyangka yang beredar di tengah masyarakat bani Israil itu ada di dalam kitab Taurat, padahal sesungguhnya tidak demikian. Jadi itu hanya amaniyy. Amaniyy itu jamak dari umniyyah, angan-angan. Nanti di antara angan-angan mereka disebut, “oh kita ini tidak bakal disiksa Allah, kita ini bangsa pilihan, kita ini orang yang eksklusif dimuliakan Allah, sementara yang lain bangsa-bangsa kelas dua.” Ini disebut dengan amaniyy. Ditegaskan Allah wa in hum illa yazhunnun, dan itu hanya perkiraan saja, tidak ada basic-nya. Yang dikatakan ini ada di dalam Taurat, tidak ada, itu bohong. Kenapa? Coba kalau seandainya kita tantang, yang Anda katakan tadi itu ada di mana di kitab Taurat? Mereka tidak bisa baca. Hanya katanya. Makanya kita juga harus hati-hati. Karena bangsa kita, mohon maaf, bukan saya mau menyamakan dengan bangsa bani Israil. Bangsa kita ini lebih menyukai kultur bertutur daripada kultur membaca. Makanya kadang dalam suatu masalah kemudian terjadi perbedaan ulama, kita mengatakan “yang benar adalah pendapatnya A.” Dari mana? “oh ini saya

Page 4: Halaqah Tadabbur Quran 12 (Al Baqarah 77-83). Dr Saiful Bahri

  111  

dengar...” Saya dengar. “Katanya ada di kitab ini.” Katanya ada, tapi dia tidak tahu. Ketika di-cross-check ternyata bukan di kitab itu. Bahkan kalaupun ada, ternyata bacaannya tidak seperti yang didengar. Na’udzubillah kalau kita sampai mengikuti apa yang dilakukan oleh bani Israil. Makanya mengapa firman pertama yang diturunkan Allah itu iqra`, membaca, supaya kita ada wawasan. Hatta seandainya kita membacanya juga perlu bimbingan oleh orang-orang alim. Ini kita lanjutkan. Pertama mereka klaim kebenaran. Yang kedua, mereka itu ternyata tidak bisa membaca. Ketika Allah katakan wa minhum, di antara mereka, dan itu jumlahnya banyak. Banyak bukan berarti mayoritas, tapi tidak sedikit. Seperti tadi, “wah semua orang membunuh,” padahal cuma tiga. Yang dihitung di sini bukan hitungannya, tapi efek dari tiga peristiwa pembunuhan yang sangat kejam itu kepada ketakutan sosial. Di ayat 79 Allah melanjutkan:

Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan. Allah mengecam, fa wailun, sungguh celaka. Lilladzina yaktubunal kitaba bi aidihim tsumma yaquluna hadza min ‘indillahi liyasytaru bihi tsamanan qalilan. Orang-orang yang menuliskan suatu tulisan kemudian dia nisbatkan bahwa itu adalah perkataan Allah. Ini memang orang kalau berada di dalam posisi dia sebagai pemegang kebijakan, sebagai orang yang punya otoritas menjelaskan sesuatu, itu tergoda supaya kata-katanya ditahbiskan sebagai kata-kata yang tertinggi. Nah ini makanya di sini orang-orang bani Israil di antara mereka yang tidak bisa menulis, mereka mengaku dan mengklaim itu ada di dalam Taurat. Sementara yang bisa menulis punya akhlaq lain. Di sini dua-duanya buruk. Orang-orang yang tidak tahu: “oh itu ada di dalam Taurat.” Sementara yang bisa membaca Taurat punya akhlaq yang luar biasa bejatnya. Mereka menulis, merekayasa sesuatu yang sebenarnya tidak ada.

Page 5: Halaqah Tadabbur Quran 12 (Al Baqarah 77-83). Dr Saiful Bahri

  112  

Ini ciri-ciri orang yang dalam bahasa sosial: Orang bodohnya tidak tahu diri, orang pintarnya keblinger, digunakan untuk membodohi orang-orang yang bodoh. Mereka menulis, kemudian yang mereka tulis itu dikatakan termasuk Taurat. Makanya Allah katakan fa wailun. Wail itu keras, seperti waihun, waisun, itu keras. Itu masdar di dalam bahasa Arab, tidak ada fi’il-nya, tidak ada dipergunakan untuk satu atau dua atau banyak. Itu sama, satu yang digunakan untuk semuanya. Itu keras dalam bahasa Arab. Wailun! Kalau dalam bahasa kita mungkin orang marah karena tertipu begitu, mengucapkan kata-kata ini. Tapi ini yang paling halus yang dipilih Allah. Celaka, sangat celaka. Siapa? Yaitu orang-orang yang menulis dalam kitab dengan tangan mereka. Tsumma yaquluna hadza min ‘indillah. Ini Taurat. Jadi ini adalah kisah pertama kali Taurat didistorsi. Dan karena Taurat itu ditulis setelah nabi Musa meninggal, beda dengan Al Qur`an. Kalau Al Qur`an pada saat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam masih hidup, cuma tidak dikumpulkan dalam bentuk satu kitab seperti kita. Baru dikumpulkan di zaman Abu Bakar dan diperbanyak di zaman Utsman. Maka diulang oleh Allah tiga kali. Fa wailun lahum, sungguh celaka bagi mereka. Min ma katabat aidihim, karena yang mereka tulis. Wa wailun lahum, celaka mereka. Min ma yaksibun. Ini permasalahannya bukan masalah tulisan. Ini permasalahannya aspeknya banyak. Selain sisi ideologis, juga sisi ekonomis. Orang-orang yang berada di otoritas itu menikmati mendapatkan rizki mudah. Biasanya mereka pertama kali coba-coba, setelah menghasilkan lumayan juga hasilnya nulis-nulis begini. Akhirnya mereka membuat itu menjadi profesi. Profesinya luar biasa, menyelewengkan, mengubah isi Taurat. Itu sudah menjadi profesi. Di sini ditegaskan oleh Allah tiga kali. Celaka orang yang melakukan penulisan itu. Yang kedua, sungguh celaka apa yang mereka tulis. Yang pertama orangnya, yang kedua isinya. Jadi Allah tidak bertanggungjawab tentang isinya. Yang ketiga, celaka pekerjaannya. Ada tiga di sini yang bersangkutan. Orang yang melakukan, apa yang ditulis itu juga mengantarkan pada celaka, yang ketiga harta yang mereka dapatkan itu juga mengakibatkan celaka. Tiga hal ini Allah sangat mencela. Di antara isi orang-orang yang tidak tahu tadi, orang-orang yang buta huruf itu, di antara isi mereka melamun, amaniyy itu lamunan, impian, apa itu? Mereka mengatakan:

Page 6: Halaqah Tadabbur Quran 12 (Al Baqarah 77-83). Dr Saiful Bahri

  113  

Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?" Wa qalu, mereka katakan. Lan tamassanan nar, kita tidak bakal disiksa di api neraka. Illa ayyaman ma’dudah, kecuali sebentar saja. Kenapa? “oh kita dengar dulu di zaman kakek-kakek kita, orang yang menyembah berhala sapi, cuma disiksa Allah tujuh hari.” Ibnu Katsir menyebutkan beberapa pendapat. Ada yang mengatakan “cuma empat puluh hari disiksa, kita insya Allah tidak bakal lama-lama. Orang-orang Islam, orang-orang selain Yahudi, mereka ini akan masuk neraka selama-lamanya.” Ini klaim mereka. Allah langsung bantah di sini. Qul, katakan Muhammad. Attakhadztum, sudahkah kalian mengambil. ‘Indallahi ‘ahdan, janji di sisi Allah. Fa lan yukhlifallahu ‘ahda, kalau itu sudah kalian ambil janjinya, Allah tidak pernah menyelisihi janjinya. Kalau bahasa kita, sudah ada hitam di atas putihnya belum? Kalau seandainya ada seperti itu, Allah tidak pernah mengingkari janjinya. Jadi ini dalam bahasa Arab disebut dengan taubikh. Jadi uslubnya adalah uslub menjelekkan. Perkataannya bertanya, konteksnya bertanya, tapi sesungguhnya di sini adalah untuk menjelekkan. Enak aja, memang Allah kapan janjian sama situ? Ini yang disebut dengan istidraj lagi. Allah dalam perkataannya di sini bertanya, tapi sesungguhnya merendahkan mereka. Am taquluna ‘alallahi ma la ta’lamun. Ini kembali uslub al mukhathabah. Meskipun di sini kontennya yang disuruh mengatakan bukan Allah, tapi seolah-olah Allah langsung berbicara dengan orang-orang Yahudi, orang-orang bani Israil yang dimurkai Allah itu. Am taquluna ‘alallahi ma la ta’lamun, atau kalau kalian tidak mengambil janji dengan Allah, kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu ketahui. Dan itu yang terjadi. Kenapa? Tadi, mereka adalah ummiy. Dari mana hasilnya perkataan itu? Dari khayalan mereka. Dari cerita-cerita yang dimunculkan oleh pendeta-pendeta mereka. Jadi ini crowded. Seburuk-buruk masyarakat itu seperti ini. Ketika orang-orang yang belum tahu tidak mau mencari ilmu. Ketika orang-orang yang sudah tahu membodohi masyarakat.

Page 7: Halaqah Tadabbur Quran 12 (Al Baqarah 77-83). Dr Saiful Bahri

  114  

Itu seburuk-buruk masyarakat. Masih mending kalau salah satu di antaranya tidak ada. Tapi kalau ada dua-duanya, sangat buruk sekali. Yang tidak tahu atau dia merasa bodoh, tidak sadar. Tempo hari sudah kita tadabburi ada empat jenis klasifikasi manusia yang dikategorikan Imam Ghazali dalam Ihya`-nya:

1. Orang yang tahu, dan dia tahu bahwa dirinya tahu. Ini konteksnya bukan sombong. Harus kita perbanyak dekat dengan orang seperti ini.

2. Orang yang tahu diri bahwa dirinya tidak tahu. Ini orang yang lemah, maka orang yang seperti ini harus disayangi. Ajari dia.

3. Orang yang tidak tahu bahwa dirinya tahu. Ini orang tertidur. Bangunkan dia. Ini sebenarnya orang pintar, orang baik. Tapi karena berada di tengah suasana yang tidak mendukung, dia tidak tahu bahwa dirinya itu mutiara.

4. Orang yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu. Orang seperti ini harus dijauhi. Masyarakat yang disitir di dalam Al Qur`an ini ummiy. Dia tidak membaca, tidak menulis, kemudian klaim “oh itu ada di dalam Taurat.” Itu buruk satu sisi. Kemudian orang yang bisa membaca Taurat untuk diajarkan kepada orang-orang yang tadi tidak tahu, dia ubah itu Taurat. Ini dua sisi yang sangat buruk di dalam masyarakat. Yang lemahnya tidak tahu diri, yang kuatnya lebih luar biasa, menindas yang tidak tahu. Menindasnya bukan secara fisik, tapi dibodohi dengan akidah-akidah yang sangat sesat. Jadi mereka mengatakan “kita insya Allah tidak banyak disiksa, paling beberapa hari saja,” dan ini beredar kemudian dianggap sebagai sebuah keyakinan. “Kita adalah bangsa yang dipilih oleh Allah.” Dijawab, “dari mana itu? Ada perjanjiannya tidak, dengan Allah? Atau yang kalian katakan itu sebenarnya sesuatu yang tidak ada.”

(Bukan demikian), yang benar: barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Maka di sini dibalas langsung, bala. Dalam bahasa Arab kata-kata bala itu konteksnya adalah melihat sebelumnya. Bala itu arti sesungguhnya bukan “iya”. Tetapi kalau konteks sebelumnya negatif, itu menafikan. Kalau positif, itu menguatkan.

Page 8: Halaqah Tadabbur Quran 12 (Al Baqarah 77-83). Dr Saiful Bahri

  115  

Maka bala di ayat ini, kalau dalam bahasa lainnya kalla. Jadi bala di sini mengukuhkan sesuatu yang melawan dari sifat negatif mereka. Sebenarnya Allah bisa menjawab: “Atau kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian tahu? Bala. Iya. Yang kalian katakan seperti itu.” Tetapi sesungguhnya yang terjadi tidak seperti itu. Itu kata-kata bala artinya. Lalu seperti apa yang terjadi? Man kasaba sayyi`atan wa ahathath bihi khathi`atuhu fa ula`ika ashhabun nari hum fiha khalidun. Seseorang yang melakukan keburukan, sayyi`ah di sini ada yang menafsirkan syirik. Karena dikatakan hum fiha khalidun. Kesalahan yang mengakibatkan kekal di neraka itu syirik saja. Kata Allah innallaha ya yaghfiru an yusyraka bihi syai`a wa yaghfiru ma duna dzalika li man yasya`. Allah itu mengampuni semua dosa selama tidak syirik. Dalam hadits qudsi Allah katakan: Ya bani Adam, lau ji`tani biqurobid dunya khathaya, wahai bani Adam, kalau kamu mendatangi-Ku dengan dunia seisinya penuh dengan kesalahanmu, la tusyrik bi syai`a, ghafartu laka fa la ubali. Ini kata Allah dalam hadits qudsi-Nya. Kalau seandainya engkau mendatangi-Ku dengan seluruh kesalahan, dunia dan seisinya penuh dengan kesalahan, catatannya asal tidak menyekutukan Allah, kata Allah ghafartu laka wa la ubali, Aku pasti akan mengampuni dosa-dosa kalian. Syaratnya itu tadi, jangan kita melakukan kesyirikan. Karena kesyirikan itu dosa yang paling besar. Kesyirikan itu bukan hanya simbol, tapi di situ berarti kita munafiq. Syirik yang paling kecil itu syirik khafi, itu sifat kemunafikan yang dimulai dari akhlak kita. Di depan Allah begini, di depan orang lain begini. Lain. Itu kemunafikan. Makanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kita sebuah doa. Karena apa? Ittaqusy syirka fa innahu akhfa min dabibin namli. Ini pesan kepada Umar bin Khattab dan juga kepada para sahabat. Kalian wahai umat Islam, wahai kaumku, wahai sahabatku, Ittaqusy syirka, jauhi syirik. Syirik itu lebih halus dari dabibin namli, kotoran semut. Bapak-bapak dan Ibu-ibu ada yang pernah melihat kotoran semut? Sangat halus kan? Lalu bagaimana caranya? Caranya selain berhati-hati juga berdoa. Doa ini ma’tsur, Allahumma inna na’udzu bika min an nusyrika bika syai`an na’lamuhu wa nastaghfiruka li ma la na’lamuhu. Wahai Allah, kami berlindung dari melakukan kesyirikan yang kami ketahui dan kami memohon ampun dari melakukan kesyirikan yang kami tidak sadari. Kan syirik itu sangat sulit untuk dihindari. Dan bahkan, lihat surah Ibrahim ayat 35. Setelah beliau konteksnya berdoa memohon keamanan, Rabbi ij’al hadzal balada amina, Ya Allah jadikan negeri ini negeri yang aman. Perspektif keamanan yang paling nomor satu nabi

Page 9: Halaqah Tadabbur Quran 12 (Al Baqarah 77-83). Dr Saiful Bahri

  116  

Ibrahim apa? Perspektif aqidah. Lihat lanjutannya, wajnubni wa baniyya an na’budal ashnam. Jadi konteks keamanan nomor satu, security awareness-nya itu kalau negeri kita aman dari syirik. Itu kan sama kalau kita mengantar anak sekolah, doanya juga begitu. Ya Allah, jadikan sekolah ini sekolah yang aman. Bukan hanya anak kita aman dari teror. Iya itu betul. Tapi nomor satu aman aqidahnya. Saya bekerja juga begitu, Ya Allah jadikan tempat kerjaku tempat kerja yang aman sehingga yang aku dapatkan adalah halal, jauh dari yang mendekati kesyirikan. Kita tinggal rumah kita, keluar, Ya Allah jadikanlah orang-orang yang ada di dalamnya orang-orang yang Engkau amankan. Betul, aman itu artinya tidak ada pencopet, tidak ada perampok. Tapi nomor satu adalah jangan sampai aqidah orang-orang yang di dalamnya terganggu. Di dalam rumah kok terganggu? Sekarang ada televisi, ada internet, itu adalah min dabibin namli, lebih halus dari kotoran semut. Pada saat kita membuka internet hati-hati di situ ada ‘kotoran semut’ yang kita tidak bisa melihatnya, yang bisa merusak. Itu kesyirikan yang berakibat sangat besar. Ketika dikatakan wa ahathath bihi khathi`atuhu, kita dikelilingi dengan kesyirikan, na’udzu billahi min dzalik, fa ula`ika ashhabun nari hum fiha khalidun. Konsekuensinya berat, kekekalan di dalam neraka. Dan kata Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits Abu Hurairah, seringan-ringan siksaan ahli neraka itu apa? Ketika seseorang kakinya menginjak bara api neraka, ubun-ubunnya mendidih. Itu seringan-ringannya siksa neraka. Bukan sekali di situ. Jangankan sekali, dihukum sehari saja, kita sudah merasakan sangat luar biasa. Apalagi di sini hum fiha khalidun, kekal di dalam hukuman itu. Na’udzu billahi min dzalik. Sebaliknya Allah katakan:

Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. Di sini disebut uslub muqabalah. Jadi ketika Allah memberikan ancaman, diberikan angin sejuk. Ketika Allah menerangkan keadaan yang buruk, Allah berikan keadaan yang sebaliknya. Ini sebagai perimbangan. Ketika dikatakan “kami tidak akan disiksa kecuali beberapa hari,” nanti dulu. Allah subhanahu wa ta’ala itu menyiksa atau tidak, itu betul karena rahmat-Nya. Tapi base-on-nya itu berdasarkan data dan statistik. Kalau dia baik, mitsqala dzarratin khairan yarahu, Allah

Page 10: Halaqah Tadabbur Quran 12 (Al Baqarah 77-83). Dr Saiful Bahri

  117  

lihat. Bukan hanya dilihat, dibalas. Kalau syarran, yarahu juga. Itu mitsqala dzarrah, kecil sekali, tapi Allah akan balas. Konsekuensi akan ada. Maka sekecil apapun yang kita lakukan atau kita katakan, atau kita pikirkan, itu ada konsekuensinya. Maka di sini, konsekuensi muqabalah itu yang satu hum fiha khalidun, kekal dalam keadaan sulit di akhirat, dan satu lagi kekal dalam keadaan bahagia. Ini rentetan beberapa hal yang menyebabkan bani Israil dikecam Allah. Buruk sifat mereka. Lalu Allah selingi dengan satu hal yang menarik yang kita akan akhiri pada pertemuan kita kali ini ayat 83

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. Di sini ketika Allah mengambil janji. Ini ada hubungannya dengan yang tadi. Tadi ketika mereka mengatakan “kami ini orang pilihan, paling masuk neraka sebentar saja.” Kata Allah nanti dulu. Allah mengambil janji-Nya bukan begitu. Orang yang baik dibalas, orang yang buruk dibalas. Ini karena mereka tidak membaca. Lalu apa sebenarnya yang Allah ambil janji dari bani Israil? Ini baru dijelaskan. Jadi Allah pernah mengambil janji melalui nabi mereka yaitu nabi Musa ‘alaihissalam. Nabi Musa ‘alaihissalam itu paling lengkap. Mendapatkan kitab Taurat, setelah itu mendapatkan shuhuf, dan mendapatkan al ‘asyr al kalimat, sepuluh janji atau ten commandments yang sering kita dengar. Kalau yang lain nabi ada yang mendapat kitab saja, ada yang mendapatkan shuhuf saja, ada yang cuma mendapatkan taqrir, kamu ikuti ajaran sebelum kamu. Tapi nabi Musa ini paling lengkap dia. Dapat kitab Taurat, mendapatkan shuhuf, mendapatkan sepuluh janji komitmen. Sepuluh janji komitmen itu apa diantara isinya? Ini isinya.

Page 11: Halaqah Tadabbur Quran 12 (Al Baqarah 77-83). Dr Saiful Bahri

  118  

Wa idz akhadzna mitsaq. Mitsaq itu adalah janji yang keras, seperti halnya suami-istri disebut dengan mitsaqan ghaliza, perjanjian ikatan yang keras meskipun cuma beberapa detik saja. Ketika seorang laki-laki mengatakan qabiltu nikahaha, itu sudah dia ikat. Keras ikatannya. Siapa yang mengurainya itu sangat buruk. Kita tidak menggunakan hadits yang dhaif. Kita sering mengatakan talak itu perkara halal yang dibenci Allah, itu haditsnya dhaif, tidak benar. Kita kembali ke sini. Mitsaq, perjanjian yang dimaksud di sini adalah:

1. Jangan menyembah selain Allah. Ini efeknya luar biasa. Kenapa Allah tidak mengatakan u’budullah, sembahlah Allah. Itu sama dengan yang tempo hari kita tadabburi. Iyyaka na’bud, dikunci obyeknya, hanya kepada-Mu kami menyembah, supaya kita tidak menyembah yang lainnya. Kalau na’buduka, kami menyembah-Mu, bisa menyembah yang lain juga. Ini sama, kalau seandainya ikatan perjanjiannya “Kalian sembahlah Allah.” itu kan berarti ada kemungkinan Allah memberikan toleransi kalau kita menyembah selain Allah. Tapi ini tidak. Dari awal bani Israil dikunci di sini janjinya. La ta’buduna illallah, jangan sekali-kali kalian menyembah kecuali Allah. Ini yang luar biasa. Jadi dikunci, tidak boleh kita menoleh-noleh lagi. Kalau sudah menyembah Allah ya sudah. Murni. Meskipun tadi, di antara penyembahan dan totalitas penghambaan kita kadang diselingi syirik yang lebih halus dari kotoran semut tadi.

2. Berbuat baik kepada orangtua

3. Berbuat baik kepada kerabat. Kerabat itu luas. Dari bapak, dari ibu, nanti kalau kita menikah, kita punya yang disebut mushaharah, atau kalau dalam bahasa kita ada ipar, kemudian ada lagi keponakan, ada paman, ada bibi, itu kerabat. Dzawil qurba, orang-orang yang dekat dengan kita.

4. Berbuat baik kepada anak-anak yatim Ada beberapa momentum kita sebut dengan ‘idul yatim, harinya orang-orang yatim. Di situ orang yatim disantuni, semua orang berlomba-lomba. Tetapi lebih dari itu, orang-orang yatim harus diperhatikan sepanjang tahun. Bukan hanya di momentum-momentum tertentu.

5. Berbuat baik kepada orang-orang yang miskin yang memerlukan bantuan.

6. Mengucapkan kata-kata yang baik kepada manusia. Kalau tadi sifatnya adalah sifat kita kepada orang lain secara fisik, materi, maka ada yang non materi. Wa qulu lin nasi husna. Untuk orang kaya atau orang miskin harus berkata-kata baik

7. Mendirikan shalat.

Page 12: Halaqah Tadabbur Quran 12 (Al Baqarah 77-83). Dr Saiful Bahri

  119  

Bani Israil ada shalat. Nabi Adam pun ada shalat. Shalat itu bukan ibadah pertama yang diturunkan Allah kepada umat Nabi Muhammad saja, tapi sejak nabi Adam shalat itu diwajibkan. Hanya caranya seperti apa, itu kita tidak tahu.

8. Membayar zakat. Bani Israil juga diperintahkan membayar zakat.

Tetapi kata Allah tsumma tawallaitum illa qalilan minkum wa antum mu’ridhun. Tetapi sayang, sebagian besar di sini berpaling, karena bahasanya tawallaitum illa qalila, yang melakukan itu sedikit. Allah tidak mengatakan “banyak yang tidak melakukan.” Dibalik oleh Allah. Tapi tsumma tawallaitum, berpaling, illa qalilan minkum, kecuali hanya sedikit. Wa antum mu’ridhun. Sebagian besar mu’ridhun. Mu’ridhun itu bahasa politiknya oposisi. Makanya oposisi dalam bahasa Arab itu mu’aradhah. Mu’ridhun itu adalah dia sudah negative thinking bahwa ini tidak benar. Ketika misalkan la ta’buduna illallah!, “ah nggak juga lah. Boleh lah kita sekali-kali menyembah sapi.” Makanya sapi itu bukan hanya sekadar disuruh menyembelihnya, tempo hari kita katakan, itu simbol supaya di benak mereka sapi itu dihinakan, bukan untuk disembah. Mungkin prosesnya lain kalau kita berdakwah. Di tempat saya kalau idul qurban, dulu bahkan mungkin sebagian sekarang, menyembelih sapi masih aib, karena menghormati agama lain. Tapi saatnya ketika masyarakat itu sudah kuat, itu sapi-sapi harus kita sembelih. Bukan untuk menistakan keyakinan orang lain, tetapi untuk memurnikan ini, ta ta’buduna illallah, tentunya kalau sudah saatnya. Memang di beberapa daerah masih memelihara itu padahal sudah puluhan dan ratusan tahun yang lalu. Di tempat tinggal saya kalau idul qurban masih ada yang untuk menghormati keyakinan orang lain sehingga sapi tidak disembelih. Kalau Bapak-bapak ke sana makan soto, itu dagingnya bukan daging sapi. Juga bukan daging kambing, tapi daging kerbau. Ini berangkatnya secara ideologis. Tapi kemudian ke belakang orang tidak tahu. Harusnya dia memahami kisah bani Israil itu, kenapa yang disuruh disembelih itu sapi. Supaya ikatan mereka dengan sapi itu pelan-pelan bisa ditinggalkan. Makanya ketika mereka menawar itu tidak ada. Namanya mitsaq, perjanjian, hitam di atas putih bahasa kita sekarang. Tidak bisa ditawar lagi. Jangan menyembah selain Allah. Berbuat baik kepada orangtua. In case orangtua berlainan aqidah, kita tetap disuruh berbuat baik. Lihat, siapa orangtua yang lebih buruk daripada Fir’aun? Tapi kata Allah apa? fa qula

Page 13: Halaqah Tadabbur Quran 12 (Al Baqarah 77-83). Dr Saiful Bahri

  120  

lahu qaulan layyinan, bicara dengan lemah lembut. Kenapa? Karena Fir’aun itu orangtua asuh nabi Musa. Tetap harus berbicara dengan baik, tidak boleh membentak. Seburuk-buruk orangtua, anak tetap punya kewajiban birrul walidain, berbuat baik. Bukan berarti taat kepadanya. Kalau maksiat tidak boleh kita taat. Ihsan lebih dari sekadar menaati. Ihsan itu berkatanya lembut, berbuat baik, dan tidak membalas keburukan mereka dengan keburukan. Dan seterusnya. Wa antum mu’ridhun, sebagian besar mereka mengambil jarak dengan perjanjian itu. Jadi ini yang dimaksud dengan janji. Bukan kata Allah “surga sudah dikavling untuk kalian.” Itu omong kosong. Am taquluna ma la ta’lamun. Jadi ini sesungguhnya janji-janji Allah yang diberikan kepada bani Israil. Yang diikat untuk bani Israil lakukan. Ini sekilas yang kita tadabburi melanjutkan pekan lalu tentang hal-hal yang dikritik oleh Allah subhanahu wa ta’ala, penyakit sosial yang paling buruk adalah ketika orang-orang yang tidak tahu, dia tidak sadar sehingga menjadi bodoh, kemudian mengatakan sesuatu yang dia tidak tahu. Sementara orang-orang yang tahu tidak memberitahu, tetapi justru membodohi. Itu dua kondisi sosial yang paling buruk di tengah masyarakat, dan kemudian Allah obati. Sebenarnya yang dibalas Allah bukan itu. Yang baik dibalas baik, yang buruk dibalas buruk. Dan janji Allah itu bukan “kamu tidak bakal disiksa.” Bukan. Tapi janji Allah kepada bani Israil itu, tidak beribadah kecuali kepada Allah, berbuat baik kepada orangtua, kepada kerabat, kepada yatim dan miskin, kemudian berkata baik kepada manusia, mendirikan shalat, membayar zakat. Itu janji Allah yang harus kalian lakukan. Dan ini juga berlaku kepada umat Islam. Meskipun ini bukan syariat kita, tetapi ini dikukuhkan sehingga menjadi syariat Islam. Semua nabi-nabi itu syariatnya adalah syariat tauhid. Kita dilarang menyembah kecuali hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Makanya kalimat tauhid itu apa bunyinya? La ilaha illallah. Itu adalah untuk menafikan dan menghilangkan yang lainnya dulu, baru kemudian illallah, untuk menahbiskan dan mengukuhkan bahwa Allah adalah satu-satunya dzat yang boleh memasuki hati kita untuk kita esakan. Ini yang mungkin bisa kita tadabburi pada kesempatan pagi hari ini. Mudah-mudahan makin mendekatkan kita dengan orbit kebaikan. Dan kita berdoa mudah-mudahan makin banyak orang yang memiliki kesamaan visi kita, sehingga pada saatnya nanti Al Qur`an semakin banyak diamalkan oleh orang-orang yang ada di sekitar kita dan oleh umat Islam secara umum. Mudah-mudahan bermanfaat, mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang. Jazakumullahu khairan.