growth & development.docx

37
MAKALAH PERIBADI BLOK 13 SEMESTER 3 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak serta Teori Perkembangan yang Terkait FARAH WAHEEDA BINTI PATUL MUIN 10- 2011- 428 UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA (UKRIDA) 1

Upload: christin-elliott

Post on 15-Jan-2016

262 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Growth & Development.docx

MAKALAH PERIBADI

BLOK 13

SEMESTER 3

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak serta Teori Perkembangan yang Terkait

FARAH WAHEEDA BINTI PATUL MUIN

10- 2011- 428

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA (UKRIDA)

Alamat korespondensi : Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna utara, No 6, Jakarta 11510

[email protected]

1

Page 2: Growth & Development.docx

Pendahuluan

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda,

tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Dan untuk

tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologik seseorang yang

merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan

bio-fisiko-psiko sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda yang

memberika ciri tersendiri pada setiap anak.

Oleh karena itu, tumbuh kembang harus menjadi perhatian bagi pemerintah, tenaga

kesehatan, dan masyarakat khususnya supaya anak Indonesia dapat mencapai kesehatan yang

optimal. Tujuan mempelajari tumbuh kembang dan konsep bermain pada balita adalah

mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga dan

mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental, sosial. Juga menegakkan diagnosis

dini setiap kelainan tumbuh kembang dan kemungkinan penanganan yang efektif, serta mencari

penyebab dan mencegah keadaan tersebut.

Isi Perbahasan

1. Pertumbuhan Anak

Pertumbuhan adalah berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau

dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur dengan berat, ukuran panjang, umur

tulang dan keseimbangan metabolic. Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan.

Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan

saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler,

kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi.

2

Page 3: Growth & Development.docx

1.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak:

i. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

Ras/etnik atau bangsa: Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak

memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.

Genetik: Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang

akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada

tumbuh kembang anak seperti kerdil.

Kelainan kromosom. Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan

pertumbuhan seperti pada sindroma Down.

ii. Faktor luar (eksternal).

Faktor Prenatal: gizi ibu hamil, beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid

dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis. Paparan radium dan sinar

Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida,

retardasi. Infeksi, kelainan imunologi, psikologi ibu

Faktor Persalinan: Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat

menyebabkan kerusakan jaringan otak.

Faktor Pascasalin: Gizi, lingkungan fisis dan kimia.

Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi

sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan, kurangnya sinar

matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu, faktor psikologis (Hubungan anak dengan

orang sekitarnya), sosio-ekonomi (Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,

kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan), lingkungan pengasuhan (interaksi ibu-anak

sangat mempengaruhi), stimulasi (penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan

anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak), obat-obatan (pemakaian kortikosteroid jangka

lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang

terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan).1

3

Page 4: Growth & Development.docx

1.2 Kebutuhan anak:

i. ASUH: kebutuhan fisik- biomedical.

Nutrisi: membina tubuh seperti protein hewani, protein nabati. Sumber energi

seperti karbohidrat, lemak. Proteksi tubuh seperti vitamin dan mineral.

Penjagaan kesehatan primer: imunisasi, deteksi dan perawatan dini.

Lingkungan perumahan yang baik: 6.5m2 per kapita.

Pakaian

Kebersihan peribadi dan sanitasi lingkungan

Kebugaran fisik: olahraga dan rekreasi.

ii. ASIH: kebutuhan emosi

Kontak fisik dengan ibu (0-4 tahun)

Kebutuhan perhatian dan kasih sayang

Kebutuhan pengalaman baru

Kebutuhan untuk dipuji/ ganjaran/ penghormatan

Kebutuhan mencapai rasa tanggungjawab yang membawa kepada kemandirian.

iii. ASAH: Kebutuhan stimulasi mental

Asas proses pembelajaran: bermula sedini mungkin (4-5 tahun yang pertama),

perkembangan mental-psikososial (personaliti yang stabil, moral dan etika,

kreativitas, produktivitas, persaingan yang sehat).

Informal (di rumah), formal (sekolah), tidak formal (edukasi dari pihak ketiga),

dalam masyarakat (pramuka, pengajian, sekolah minggu, dsb).

- Pemantauan pertumbuhan:

Biasanya divisualisasi melalui kurva ‘weight for age’.

Kurva berat badan untuk usia lebih sensitive untuk menunjukkan pertumbuhan fisik,

status kesehatan, kehadiran krisis/ autikrisis serta unik, dinamik, global, total dan kontinu

menjadikannya sesuai untuk tujuan prospektif.

Kurva panjang badan untuk usia diguna untuk mendapatkan pertumbuhan linear, tapi

kurang sensitive untuk dipantau. Biasanya diguna secara retrospektif.

4

Page 5: Growth & Development.docx

1.3 Stimulasi mental

Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya

sejak janin 6 bulan di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua

sistem indera. Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan

jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan dan

pikiran bayi dan balita. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus menerus, bervariasi,

dengan suasana bermain dan kasih sayang, akan memacu berbagai aspek kecerdasan

anak.

Memberikan perhatian dan kasih sayang merupakan stimulasi yang penting pada awal

perkembangan anak, misalnya dengan bercakap-cakap, membelai, mencium, bermain dll.

Buku bacaan anak akan menambah kemampuan berbahasa, berkomunikasi, serta

menambah wawasan terhadap lingkungannya. Bermain dan olah raga

(melempar/menangkap bola, melompat, naik sepeda dll) baik untuk perkembangan

motorik dan pertumbuhan otot-otot tubuh.3

2. Perkembangan Anak

Perkembangan kanak-kanak merujuk kepada perubahan kualitatif biologi dan psikologi

yang berlaku kepada manusia antara kelahiran dan akhir masa remaja (zaman kanak-kanak).

Perubahan ini tidak boleh diukur secara kuantitatif tetapi jelas berlaku jika dibandingkan dengan

peringkat yang lebih awal. Contohnya, cara pertuturan dan kematangan. Perkembangan anak

adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks

dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari pematangan. Di sini

menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan

sistem yang berkembang sedemikian rupa perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku

sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Biasanya perkembangan anak diikuti pertumbuhan

sehingga lebih optimal dan tergantung pada potensi biologik seseorang. Perkembangan anak

dibagikan kepada 4 sektor, yaitu: personal- sosial, bahasa, motor halus adaptif, motor kasar.

1) Personal-sosial: Aspek psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk

berinteraksi dengan lingkungannya, interaksi sosial, mandiri, berdisiplin dan mempunyai

5

Page 6: Growth & Development.docx

rasa tanggungjawab. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa, makan dengan sendiri,

imitasi kerja- kerja rumah, menyikat gigi, mengingat nama teman dan bermain bersama

teman-teman sebayanya.

2) Bahasa: Merupakan kemampuan pengucapan dan pemahaman bahasa. Selama masa

anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata dan

cara menggunakan kalimat bertambah kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam aspek

pendengaran, cara berfikir tentang kata-kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak

akan mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan

berbagai aturan tata bahasa secara tepat. Misalnya respon kepada bunyi lonceng, ketawa,

menyebut satu/ dua patah kata, menyebut warna, bagian tubuh dan mengira balok.

3) Motor halus adaptif: Mencakupi indera penglihatan (koordinasi mata kanan dan kiri,

koordinasi visi dengan pergerakan halus), kotrol pada tangan, stase pra-menulis serta

menyelesaikan masalah yang ringkas. Adapun perkembangan motorik halus merupakan

perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota

tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk

belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting, menggambar orang dan

menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus.

4) Motor kasar: Perubahan postur tubuh dari horizontal ke vertical dan seterusnya

bergerak (lokomotif). Kemampuan anak untuk mengangkat kepala, berguling, duduk,

berlari, dan melompat termasuk contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan

sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan

tubuh. Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena

proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja

berbeda dengan anak lainnya.4

Tabel 1: Perkembangan anak menurut umur:4

6

Page 7: Growth & Development.docx

Umur Personal sosial Bahasa Motor halus adaptif Motor kasar

0 bulan Menatap muka- suara vocal

- bereaksi pada suara bel-`

- mengangkat kepala

- gerakan merata

1 bulan

-membalas

senyum (80%)

-memandang

muka (90%)

- suara vocal (<90%)

- bereaksi pada suara bel

(>90%)

- mengikuti sampai garis

tengah (85%)

- mengangkat kepala

(>90%)

-gerakan merata

(>90%)

2 bulan

-tersenyum

spontan (85%)

-membalas

senyum (80%)

-memandang

muka (90%)

Bersuara “Oooo/ Aaaa”Mengikuti, melewati

garis tengah (75%)

Kepala terangkat 45o

(80%)

3 bulan

-memandang

tangan sendiri

-tersenyum

spontan (>90%)

- mermekik

- tertawa

- bersuara “Ooo/ Aaa”

(>90%)

- kedua tangan

bersentuhan/ bersatu

- mengikuti/ melewati

garis tengah (>90%)

- duduk: kepala

mantap

- kepala terangkat 90o

4 bulan

Memandang

tangan sendiri

(>90%)

- memekik (85%)

- tertawa (90%)

- mengikuti 180o

- kedua tangan

bersentuhan/ bersatu

(90%)

- menggenggam icik- icik

- dada terangkat

lengan menumpu

- menumpu berat

badan pada kaki

- duduk: kepala

mantap (>90%)

5 bulan

- mencoba

mengambil

mainan

- memandang

tangan sendiri

(>90%)

- menoleh ke bunyi

menderik

- memekik (>90%)

- meraih benda

- memandang manic-

manic

- mengikuti 180o (>90%)

- ditarik untuk duduk:

kepala tidak tertinggal

- berbalik

- dada terangkat

lengan menumpu

(>90%)

6 bulan - makan sendiri

-mencoba

- menirukan bunyi/ bicara

- suku kata tunggal

- mencari benang wol

- meraih benda (>90%)

- duduk tanpa ditumpu

- ditarik untuk duduk:

7

Page 8: Growth & Development.docx

mengambil

mainan- menoleh ke bunyi suara

kepala tidak tertinggal

(>85%)

- berbalik (>90%)

7 bulan

-tangan melambai

- makan sendiri

(>90%)

- “Da da mama” non

spesifik

- suku kata tunggal (80%)

- menoleh ke bunyi suara

(>90%)

- menirukan bunyi/ bicara

(80%)

- mengambil 2 kubus

- memindahkan kubus

- mengambil manic

dengan gerakan

menggaruk

- mencari benang wol

(85%)

Duduk tanpa ditumpu

8 bulan-tangan melambai

- tepuk tangan

- mengoce

- mengkombinasi 2 suku

kata

- “Da da mama” non

spesifik (80%)

- suku kata tunggal (>90%)

- menirukan bunyi/ bicara

(85%)

- mengambil 2

kubus(80%)

- memindahkan kubus

(>90%)

Berdiri, berpegangan

9 bulan

- tangan

melambai

- tepuk tangan

- mengoce (90%)

- “Da da mama” non

spesifik (85%)

- menirukan bunyi/ bicara

(90%)

- membenturkan 2 kubus

- menggenggam pinset

- mengambil 2 kubus

(85%)

- duduk sendiri

- bangkit untuk berdiri

- berdiri, berpegangan

(>90%)

10

bulan

- bermain bola

dengan pemeriksa

- melambai (80%)

- menyatakan

keinginan

- “Da da mama” spesifik

- mengoce

- mengkombinasi suku-

suku kata

- menirukan bunyi/ bicara

- membenturkan 2 kubus

- menggenggam pinset

(85%)

- mengambil 2 kubus

(>90%)

- berdiri 2 detik

- duduk sendiri

- bangkit untuk berdiri

- berdiri, berpegangan

(>90%)

8

Page 9: Growth & Development.docx

- tepuk tangan

(>90%)

- “da da mama” non spesifik

(>90%)

11

bulan

- bermain bola

dengan pemeriksa

- melambai

(80%)

- menyatakan

keinginan

- tepuk tangan

(85%)

- “Da da mama” spesifik

- mengoce (85%)

- mengkombinasi suku-

suku kata (>90%)

- membenturkan 2 kubus

(85%)

- menggenggam pinset

(>90%)

- berdiri 2 detik

- duduk sendiri

(>90%)

- bangkit untuk berdiri

(>90%)

2 tahun

- mengenakan

baju

- menyuapi

boneka

- membuka

pakaian

- menunjukkan 4 gambar

- berbicara sebagian

dimengerti

- bagian badan 6

- menyebut 1 gambar (75%)

- mengkombinasi kata

- menunjuk 2 gambar

(>90%)

- menara 6 kubus (75%)

- menara 4 kubus (>90%)

- melempar bola

tangan ke atas

- menendang bola ke

depan

3 tahun

- mengenakan T-

shirt

- menyebut nama

teman

- mencuci dan

mengeringkan

tangan

- mengetahui 2 nama sifat

- mengetahui 2 kegiatan

- menyebut 4 gambar

(>90%)

- menara 8 kubus

- meniru garis vertical

- menara 4 kubus (>90%)

- berdiri satu kaki 1

detik

- lompatan lebar

- melempar bola

tangan ke atas (>90%)

4 tahun - berpakaian

tanpa bantuan

- mengenakan T-

shirt (>90%)

- mengetahui 3 kata sifat

- mengetahui 4 kata depan

- berbicara seluruhnya

dimengerti

- mengetahui 4 kegiatan

- mencontohkan +

- memilih garis yang

lebih panjang

- mencontohkan O

- berdiri 1 kaki 3 detik

- melompat dengan 1

kaki

- berdiri di atas 1 kaki

2 detik (90%)

9

Page 10: Growth & Development.docx

- kegunaan 3 benda

- menghitung 1 kubus

5 tahun

- mengambil

makanan

- menggosok gigi

tanpa bantuan

- bermain ular

tangga

- lawan kata

- menghitung 5 kubus

- mengetahui 3 kata sifat

- mengartikan 5 kata

- menyebutkan 4 warna

Menggambar orang

dengan 6 bagian

- mencontohkan

- memilih garis yang

lebih panjang (85%)

- mencontohkan +

(>90%)

- berjalan tumit ke jari

kaki

- berdiri pada 1 kaki 5

detik

- berdiri pada 1 kaki 4

detik (90%)

Untuk bisa mengikuti perkembangan dan juga pertumbuhan anak-anak kita maka kita

juga harus mengenal akan tahapan perkembangan anak yaitu :

Perkembangan anak merupakan segala perubahan yang terjadi pada usia anak, yaitu pada masa:

1. Infancy toddlerhood (usia 0-3 tahun)

2. Early childhood (usia 3-6 tahun)

3. Middle childhood (usia 6-11 tahun)

Perubahan yang terjadi pada diri anak tersebut meliputi perubahan pada aspek berikut

fisik (motorik), emosi, kognitif, psikososial.

Aspek-aspek tahap perkembangan anak:

1. Perkembangan fisik (Motorik). Perkembangan fisik (motorik) merupakan proses tumbuh

kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan

hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang

dikontrol oleh otak. Perkembangan fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar

10

Page 11: Growth & Development.docx

dan motorik halus. Yang dimaksud dengan pengertian perkembangan motorik kasar yaitu

kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat termasuk contoh perkembangan

motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh

anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh

proses kematangan anak. Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju

perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya. Sekanjutnya adalah

perkembangan motorik halus dan pengertiannya adalah adapun perkembangan motorik

halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau

sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh

kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting, dan

menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus.

2. Perkembangan emosi. Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk

mencintai, merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk emosi

lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-

orang di sekitarnya. Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang

diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar

untuk menyayangi.

3. Perkembangan kognitif. Pada aspek kognitif, perkembangan anak nampak pada

kemampuannya dalam menerima, mengolah, dan memahami informasi-informasi yang

sampai kepadanya. Kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa

(bahasa lisan maupun isyarat), memahami kata, dan berbicara.

4. Perkembangan psikososial. Aspek psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk

berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa dan

bermain bersama teman-teman sebayanya.

Dengan mengetahui aspek-aspek perkembangan anak, orangtua dan pendidik bisa

merancang dan memberikan rangsangan serta latihan agar keempat aspek tersebut berkembang

secara seimbang.4

11

Page 12: Growth & Development.docx

3. Teori Tumbuh-Kembang Menurut Pakar Keperawatan

3.1 Teori Freud

Freud membagi perkembangan menjadi 5 tahap, yang secara berurut dapat dilalui oleh

setiap individu dalam perkembangan menuju kedewasaan.

  Fase Oral

Disebut fase oral karena dalam fase ini anak mendapat kenikmatan dan kepuasan berbagai

pengalaman sekitar mulutnya. Fase oral mencakup tahun pertama kehidupan ketika anak sangat

tergantung dan tidak berdaya. Ia perlu dilindungi agar mendapat rasa aman. Dasar perkembangan

mental sangat tergangtung dari hubungan ibu – anak pada fase ini. Bila terdapat gangguan atau

hambatan dalam hal ini maka akan terjadi fiksasi oral, artinya pengalaman buruk, tentang

masalah makan dan menyapih akan menyebabkan anak terfiksasi pada fase ini, sehingga

perilakunya diperoleh pada fase oral. Pada fase pertama belum terselesaikan dengan baik maka

persoalan ini akan terbawa ke fase kedua. Ketidak siapan ini meskipun belum berhasil dituupi

biasanya kelak akan muncul kembali berupa berbagai gangguan tingkah laku.

  Fase Anal

Fase kedua ini berlangsung pada umur 1-3 tahun. Pada fase ini anak menunjukkan sifat ke-AKU-

annya. Sikapnya sangat narsistik dan egoistic. Ia pun mulai belajar kenal tubuhnya sendiri dan

mendapatkan kepuasan dari pengalaman. Suatu tugas penting dalam yang lain dalam fase ini

adalah perkembangan pembicaraan dan bahasa. Anak mula-mula hanya mengeluarkan bahasa

suara yang tidak ada artinya, hanya untuk merasakan kenikmatan dari sekitar bibir dan mulutnya.

Pada fase ini hubungan interpersonal anak masih sangat terbatas. Ia melihat benda-benda hanya

untuk kebutuhan dan kesenangan dirinya. Pada umur ini seorang anak masi bermain sendiri, ia

belum bias berbagi atau main bersama dengan anak lain. Sifatnya sangat egosentrik dan sadistik.

  Fase Falik

Fase falik antara umur 3-12 tahun. Fase ini dibagi 2 yaitu fase oediopal antara 3-6 tahun dan fase

laten antara 6-12 tahun. Fase oediopal dengan pengenalan akan bagian tubuhnya umur 3 tahun.

12

Page 13: Growth & Development.docx

Disini anak mulai belajar menyesuaiakan diri dengan hukum masyarakat. Perasaan seksual yang

negative ini kemudia menyebabkanya menjauhi orang tua dengan jenis kelamin yang sama. Di

sinilah proses identifikasi seksual. Anak pada fase praoediopal biasanya senang bermain denagn

anak yang jenis kelaminnya berbeda, sedangkan anak pasca oediopal lebih suka berkelompok

dengan anak sejenis.

  Fase Laten

Resolusi konflik oediopal ini menandai permulaan fase laten yang terentang 7-12 tahun, untuk

kemudian anak masuk ke permulaan masa pubertas. Periode ini merupakan integrasi, yang

bercirikan anak harus berhadapan dengan berbagai tuntutan dan hubungan dengan dunia

dewasa. Anak belajar untuk menerapkan dan mengintegrasikan pengalaman baru ini. Dalam fase

berikutnya berbagai tekanan sosial akan dirasakan lebih berat oleh karena terbaur dengan

keadaan transisi yang sedang dialami si anak.

  Fase Genital

Dengan selesainya fase laten, maka sampailah anak pada fase terakhir dalam perkembangannya.

Dalam fase ini si anak menghadapi persoalan yang kompleks. Kesulitan sering timbul pada fase

ini disebabkan karena si anak belum dapat menyelesaikan fase sebelumnya dengan tuntas.

3.2  Teori Erik Erikson (Psikososial)

Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan

psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian terbaik

dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam

beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah

perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan

melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan

pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain.

Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu

perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori

perkembangan psikososial.

13

Page 14: Growth & Development.docx

Ericson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang bertingkat/bertahapan. Ada

8 (delapan) tingkatan perkembangan yang akan dilalui oleh manusia. Menariknya bahwa

tingkatan ini bukanlah sebuah gradualitas. Manusia dapat naik ketingkat berikutnya walau ia

tidak tuntas pada tingkat sebelumnya. Setiap tingkatan dalam teori Erikson berhubungan dengan

kemampuan dalam bidang kehidupan. Jika tingkatannya tertangani dengan baik, orang itu akan

merasa pandai. Jika tingkatan itu tidak tertangani dengan baik, orang itu akan tampil dengan

perasaan tidak selaras.

Dalam setiap tingkat, Erikson percaya setiap orang akan mengalami konflik/krisis yang

merupakan titik balik dalam perkembangan. Erikson berpendapat, konflik-konflik ini berpusat

pada perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan untuk mengembangkan kualitas itu.

Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan potensi kegagalan.

1.      Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)

-     Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan.

-     Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran sampai usia

satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.

-    Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia.

Pengasuh yang tidak konsisten, tidak tersedia secara emosional, atau menolak, dapat mendorong

perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh. Kegagalan dalam mengembangkan

kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa dunia tidak konsisten dan

tidak dapat di tebak.

2.      Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)

-    Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun.

-     Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi selama masa awal kanak-

kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.

-    Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting

sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa

14

Page 15: Growth & Development.docx

belajar untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan

mengendalikan dan kemandirian.

-    Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan

makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.

-    Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang

tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.

3.      Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)

-    Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.

-     Selama masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui

permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih tertantang karena menghadapi

dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan bertujuan.

-    Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu,

dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul apabila anak

tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas.

-    Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.5

3.3 Perkembangan Biologis / Fisik

Untuk menilai perkembangan anak banyak instrumen yang dapat digunakan. Salah satu

instrumen skrining yang dipakai secara internasional untuk menilai perkembangan anak adalah

DDST II (Denver Development Screening Test). DDST II merupakan alat untuk menemukan

secara dini masalah penyimpangan perkembangan anak umur 0 s/d < 6 tahun. Instrumen ini

merupakan revisi dari DDST yang pertama kali dipublikasikan tahun 1967 untuk tujuan yang

sama.

Pemeriksaan yang dihasilkan DDST II bukan merupakan pengganti evaluasi

diagnostik, namun lebih ke arah membandingkan kemampuan perkembangan seorang anak dengan

anak lain yang seumur. DDST II digunakan untuk menilai tingkat perkembangan anak sesuai

umurnya pada anak yang mempunyai tanda-tanda keterlambatan perkembangan maupun

anak sehat. DDST II bukan merupakan tes IQ dan bukan merupakan peramal kemampuan

15

Page 16: Growth & Development.docx

intelektual anak di masa mendatang. Tes ini tidak dibuat untuk menghasilkan diagnosis, namun

lebih ke arah untuk membandingkan kemampuan perkembangan seorang anak dengan

kemampuan anak lain yang seumur.

Formulir tes DDST II berisi 125 item yg terdiri dari 4 sektor, yaitu: personal sosial,

motorik halus-adaptif, bahasa, serta motorik kasar. Sektor personal sosial meliputi komponen

penilaian yang berkaitan dengan kemampuan penyesuaian diri anak di masyarakat dan

kemampuan memenuhi kebutuhan pribadi anak. Sektor motorik halus-adaptif berisi kemampuan

anak dalam hal koordinasi mata-tangan, memainkan dan menggunakan benda-benda kecil serta

pemecahan masalah. Sektor bahasa meliputi kemampuan mendengar, mengerti, dan

menggunakan bahasa. Sektor motorik kasar terdiri dari penilaian kemampuan duduk, jalan, dan

gerakan-gerakan umum otot besar. Selain keempat sektor tersebut, itu perilaku anak juga dinilai

secara umum untuk memperoleh taksiran kasar bagaimana seorang anak menggunakan

kemampuannya.

Cara Pemeriksaan DDST II

Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa.

Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun. Jika dalam perhitungan

umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan

ke atas. Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas

perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P

dan berapa yang F. Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal,

Meragukan dan tidak dapat dites.

1) Abnormal: a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih

b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1 sektor

atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang

lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia .

2) Meragukan: a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih

16

Page 17: Growth & Development.docx

b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang

sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

3) Tidak dapat dites: Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau

meragukan.

4) Normal: Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.

Interpretasi dari nilai Denver II

Ø Advanced: Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia kronologis (dilewati pada

kurang dari 25% anak pada usia lebih besar dari anak tersebut).

Ø NO: Melewati, gagal, atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia antara persentil

ke-25 dan ke-75

Ø Caution: Gagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia kronologis di atas atau

diantara persentil ke-75 dan ke-90

Ø Delay: Gagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis usia kronologis; penolakan

ke kiri garis usia juga dapat dianggap sebagai kelambatan, karena alasan untuk menolak mungkin

adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu

Interpretasi tes

Ø Normal: Tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaan

Ø Suspect: Satu atau lebih kelambatan dan/ atau dua atau lebih banyak kewaspadaan

Ø Untestable: Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia atau pada

lebih dari satu pokok titik potong berdasarkan garis usia pada area 75% sampai 90%.6

3.4 Perkembangan Sosial

Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak menurut soetarno, terdapat dua faktor

utama yang mempengaruhi perkembangan sosial anak yaitu faktor lingkungan keluarga dan

faktor dari luar rumah atau luar keluarga.

- Faktor lingkungan keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan sosial

anak. Di antara faktor yang terkait dengan keluarga yang berkaitan dengan perkembangan

17

Page 18: Growth & Development.docx

sosial anak adalah hal-hal yang seperti status sosial ekonomi keluarga, keutuhan

keluarga, sikap dan kebiasaan orang tua.

- Faktor lingkungan luar keluarga merupakan pengalaman sosial awal di luar rumah

melengkapi pengalaman di dalam rumah dan merupakan penentu yang penting bagi

psikososial dan pola perilaku anak. Sedangkan menurut Elizabeth B. Hurlock, antara

faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak adalah faktor pengalaman

awal yang diterima oleh anak. Pengalaman sosial awal sangat menentukan perilaku

kepribadian selanjutnya. Sekolah juga mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi

perkembangan sikap sosial anak kerana selama masa pertengahan dan akhir anak-anak

biasanya menghabiskan waktu bertahun-tahun di sekolah sebagai anggota suatu

masyarakat kecil yang harus mengerjakan sejumlah tugas dan mengikuti sejumlah aturan

yang menegaskan dan membatasi perilaku, perasaan dan sikap mereka.

3.5 Teori Piaget (Kognitif)

Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean Piaget (1896-1980), mengatakan bahwa anak

dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak

menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi

tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia. Dalam pandangan Piaget,

terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan

penyesuaian. Untuk membuat dunia kita diterima oleh pikiran, kita melakukan pengorganisasian

pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam

dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi.7

Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan

mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri

dengan informasi baru. Seorang anak 7 tahun dihadapkan dengan palu dan paku untuk

memasang gambar di dinding. Ia mengetahui dari pengamatan bahwa palu adalah obyek yang

harus dipegang dan diayunkan untuk memukul paku. Dengan mengenal kedua benda ini, ia

menyesuaikan pemikirannya dengan pemikiran yang sudah ada (asimilasi). Akan tetapi karena

palu terlalu berat dan ia mengayunkannya dengan keras maka paku tersebut bengkok, sehingga ia

18

Page 19: Growth & Development.docx

kemudian mengatur tekanan pukulannya. Penyesuaian kemampuan untuk sedikit mengubah

konsep disebut akomodasi.

Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam

memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang

berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:

1. Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun,

merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan

yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi

(seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.

2. Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun,

merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata

dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif.

Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang

dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya.

3. Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari usia 7 hingga

11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis

menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang

spesifik atau konkrit.

4.      Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15

tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui

dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.

Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke ketahap berikutnya bila

tahap sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang

berada pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang

19

Page 20: Growth & Development.docx

bersangkutan. Bisa saja seorang anak akan mengalami tahap praoperasional lebih lama dari pada

anak yang lainnya sehingga umur bukanlah patokan utama.8,9 

3.6 Perkembangan Moral

Ada sejumlah pandangan dari kalangan ahli psikologi pendidikan mengenai

perkembangan moral. Setidak-tidaknya dapat diperhatikan teori disequilibrium kognitif Piaget,

perkembangan moral menurut Erickson, dan gagasan Kohlberg mengenai perkembangan moral.

Pada bagian ini hanya akan dikemukakan satu cara pandang psikologi atas perkembangan moral

sebagaimana dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg.

Kohlberg mengembangkan gagasannya mengenai perkembangan moral melalui

penelitian terhadap individu-individu dari berbagai usia. Terhadap setiap orang, ia mengajukan

ceritera dan disertai dengan pertanyaan-pertanyaan terhadap ceritera tersebut. Atas dasar

jawaban orang-orang yang diteliti, Kohlberg menyimpulkan adanya tiga tingkatan perkembangan

moral manusia. Mengenai perkembangan moral, dia yakin bahwa perkembangan yang baik

terjadi manakala perilaku manusia mengalami perubahan-perubahan dari perilaku yang dikontrol

dari luar diri (orang lain) menuju ke perilaku yang dikontrol secara internal oleh si pelaku moral.

Ketiga tingkatan tersebut adalah : Penalaran prakonvensional, penalaran konvensional, dan

penalaran postkonvensional.

- Penalaran prakonvensional. 

Pada tingkatan terendah ini individu tidak menunjukkan adanya internalisasi nilai-nilai

moral–penalaran moral dikendalikan oleh faktor internal, yakni hadiah, pujian, tepukan bahu,

atau sebaliknya berupa cacian, makian, kritik, hukuman. Pada tingkatan yang paling dasar ini

dipilah menjadi 4 tahap, yaitu :

Tahap 1 : punishment and obedience orientation. Pada tahap orientasi hukuman dan

kepatuhan ini pemikiran moral didasarkan pada hukuman. Sebagai contoh, seseorang

menjadi berperilaku patuh, karena takut kalau-kalau hukuman menimpa dirinya. Agar

tidak dihukum oleh ayahnya, seseorang anak atau remaja menurut patuh terhadap

perintah orang tuanya walaupun ia tidak senang.

Tahap 2 : 

20

Page 21: Growth & Development.docx

- individualism and purpose. Pada tahap individualisme dan tujuan ini perkembangan

moral lebih berdasar pada hadiah dan minat pribadi anak atau remaja. Anak atau

remaja menjadi patuh karena dia berharap akan mendapatkan sesuatu yang

menyenangkan setelah dia menjalankan perilaku patuh.

- Penalaran konvensional. Pada tingkatan yang kedua ini, individu melakukan

kepatuhan berdasarkan standar pribadi yang diperoleh atau yang diinternalisasi dari

lingkungan atau orang lain. Misalnya anak patuh karena ia telah menginternalisasi

hukum yang berlaku atau peraturan yang dibuat orang tuanya.

Tahap 3: Interpersonal norm.  Pada tahap norma interpersonal ini, anak beranggapan

bahwa rasa percaya, rasa kasih sayang, dan kesetiaan kepada orang lain sebagai dasar

untuk melakukan penilaian terhadap perilaku moral. Agar anak dikatakan sebagai anak

yang baik, maka anak mengambil standar moral yang diberlakukan oleh orang tuanya.

Dengan demikian, hubungan antara anak dan orang tua tetap terjaga dalam suasana penuh

kasih sayang.

Tahap 4: Social system morality. Pada tahap keempat ini ukuran moralitas didasarkan

pada sistem sosial yang berlaku saat itu. Artinya, kehidupan masyarakat didasarkan pada

aturan hukum yang dibuat dengan maksud melindungi semua warga di dalam komunitas

tertentu. Jadi pada tahap ini perkembangan moral didasarkan pada pemahaman terhadap

aturan, hukum, keadilan, dan tugas sosial kemasyarakatan.

- Tingkat Konvensional

Pada tingkat ini, anak memandang perbuatan itu baik atau benar, atau berharga bagi

dirinya apabila dapat memenuhi harapan atau persetujuan keluarga, kelompok, atau bangsa.

Disini berkembang sikap konformitas, loyalitas, atau penyesuaian diri terhadap keinginan

kelompok, atau aturan sosial masyarakat.

Tahap 1: Orientasi Kesepakatan antar Pribadi, atau Orientasi Anak Manis (Good

Boy/Girl). Anak memendang suatu perbuatan itu baik, atau berharga baginya apabila

dapat menyenangkan, membantu, atau disetujui atau diterima orang lain.

Tahap 2: Orientasi Hukum dan Ketertiban

21

Page 22: Growth & Development.docx

Perilaku yang baik adalah melaksanakan atau menunaikan  tugas atau kewajiban sendiri,

menghormati otoritas, dan memelihara ketertiban sosial.

- Penalaran postkonvensional.

Tingkat tertinggi dari perkembangan moral adalah  diinternalisasikannya standar moral

sepenuhnya dalam diri individu tanpa didasarkan pada standar orang lain. Seseorang tahu bahwa

ada sejumlah pilihan  standar moral, kemudian dia memilih untuk diinternalisasi sebagai bagian

standar pribadi yang akan menuntun diri sendiri kearah perilaku bermoral yang menguntungkan

bagi dirinya dan tidak merugikan orang lain. Pada tingkatan tertinggi ini dibagi menjadi dua

tahap.

Tahap 1: 

Community rights vs individual rights. Pada tahap ini, perkembangan moral mengarah ke

pemahaman bahwa nilai dan hukum bersifat relatif.  Sementara itu nilai yang dimiliki

orang satu berbeda dari orang yang lainnya.

Tahap 2: 

Universal ethical principles. Tahapan tertinggi dari perkembangan moral adalah

seseorang sudah mampu membentuk standar moral sendiri berdasar pada hak-hak

manusia yang bersifat universal. Walaupun mengandung resiko, orang pada tahap ini

berani mengambil suatu tindakan berdasar kata hatinya sendiri, bahkan bertentangan

dengan hukum sekalipun.

Dari tiga teori berkembang tersebut diatas, yaitu teori Freud, Erikson, dan Piaget, maka

kita dapat melihat bagaimana para pakar tersebut mempelajari perkembangan anak dari sudut

yang berbeda namun semuanya sependapat bahwa:

1.    Perkembangan suatu proses yang diatur dan berurutan, yang dimulai dari beberapa hal

sederhana, dan terus berkembang menjadi semakin kompleks.

2.    Timbulnya gangguan jiwa disebabkan oleh adanya kegagalan disalah satu fase untuk

menyelesaikan suatu tugas perkembangan tertentu.

3.    Adanya kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dari pihak anak sendiri.9

4. Tatalaksana Masalah

22

Page 23: Growth & Development.docx

Untuk tatalaksana masalah, anak yang mengalmi pertumbuhan atau

perkembangan yang tidak sama atau berbeda dengan orang lain disarankan untuk

bertemu dengan dokter untuk mencari tahu apa punca-punca yang menyebabkan hal

sedemikian. Pemeriksaan akan dilakukan untuk mengetahui apakah anak itu berkembang

secara normal atau tidak. Selain itu, jika anak itu mengalami gangguan psikologi atau

gannguan yang berkaitan dengan jiwa dan mental disarankan agar langsung berjumpa

denagn pakar psikiater. Di samping itu juga, pada waktu ini ibu dan bapa sememangnya

tidak harus membiarkan anak keseorangan, selalu lah berada di samping mereka agar

mereka tahu bahawa mereka disayangi oleh keluarga mereka.

Kesimpulan

Pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi atau anak dipengaruhi oleh pelbagai faktor

seperti faktor genetic dan faktor lingkungan. Kebutuhan seorang anak seperti ASAH, ASIH, dan

ASUH perlu dipenuhi supaya anak dapat membesar dengan sehat, cerdas dan stabil dari segi

emosi, mental dan fisik. Pentingnya peran orang tua dalam perkembangan anak terutama dalam

perkembangan otak, sehingga anak bisa menjadi lebih pintar. Hal yang juga perlu diperhatikan

adalah pemberian asupan makanan bagi anak dan perhatian penuh terhadap perkembangan otak.

Gizi yang mencukupi turut diperlukan. Pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dipantau

atau dinilai berdasarkan kaedah antropometri serta Kartu Menuju Sehat. Tuntasnya, kita perlu

memandang serius proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak agar mereka dapat

dibesarkan dengan penuh rasa tanggungjawab dan stabil dari segala segi karena merekalah yang

akan menjadi pewaris generasi yang akan datang.

Daftar Pustaka

23

Page 24: Growth & Development.docx

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit

dan Penyehatan Lingkungan. 2007.

2. Donna LW, Maryllin HE, David W, Marylin LW, Patricia S. Buku ajar keperawatan

pediatrik. 6th edition. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.p.35.

3. Widiasuria S, Tanuwijaya S, Roesmil K, Fadlyana E. Pemeriksaan bayi/anak sehat.

Dalam: Garna H, Suroto E, Melinda M, Prasetyo D, editor. Pedoman diagnosis dan terapi

ilmu kesehatan anak. Edisi ke-2. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas

Kedokteran/Universitas Padjadjaran Bandung; 2000.h.3-32.

4. Singgih DG. Dari anak sampai usia lanjut. Jakarta. 2004.p. 43-63.

5. Santrok, John W. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi 5 Jilid 1.

Jakarta: Erlangga;2002.p.48-57.

6. Jan ST. Pediatric physical therapy. 4th edition. USA: Lippincotts William and Wilkins;

2008.p.371-380.

7. Nursalam dkk. Asuhan Keperawatan Bayi & Anak (Untuk Perawat  &Bidan). Jakarta:

Salemba Medika; 2005.p.15-23.

8. Suriadi, Yuliani. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto;2001.p.12-

23.

9. Supartini, Yupi. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC; 2007.p.20-

30.

24