geologi struktur

Upload: zudi-af

Post on 17-Oct-2015

91 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

geologi dasar acara geologi struktur

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Maksud Mengetahui tentang struktur geologi Menjelaskan struktur geologi berdasarkan tanda tanda yang dimiliki Menjelaskan proses pembentukan dari struktur geologi1.2 Tujuan Mampu mengetahui tentang struktut geologi Mampu menjelaskan struktur geologi berdasarkan tanda tanda yang dimiliki Mampu menjelaskan proses pembentukan dari struktur geologi1.3 Waktu Pelaksanaan Praktikum LapanganHari: SabtuTanggal: 23 November 2013Waktu: 06.00 - selesaiTempat: Sampangan, Gunung Jati, Jabungan1.4 Kesampaian Lapangan Dari GSG ke STA 1 dibutuhkan waktu 20 menit Dari STA 1 ke STA 2 dibutuhkan waktu 60 menit Dar STA 2 ke rest area dibutuhkan waktu 15 menit Dari rest area ke STA 3 dibutuhkan waktu 20 menit

BAB IIGEOLOGI REGIONAL2.1 Daerah SemarangSemarang terletak di Provinsi Jawa Tengah dengan koordinat 110o1620 110o3029 BT dan 6o5534 7o0704 LS dengan luas daerah sekitar 391.2 km2. Kotamadya Semarang memiliki iklim tropis, yang terdiri dari musim kemarau dan musim penghujan yang terus silih berganti sepanjang tahunnya. Rata rata curah huijan yang diterima wilayah Semarang utara rata rata 2000 2500 mm/tahun dan Semarang Selatan 2500 3000mm/tahun. Skota Semarang secara administrasi memiliki 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Kota Semarang terletak hamper berada di tengah tengah bentangan panjang kepulauan Indonesia dari arah Barat ke Timur.2.2 Morfologi SemarangMorfologi Daerah Semarang berdasarkan pada bentuk topografi dan kemiringan lerengnya dibagi menjadi :a. Dataran RendahMerupakan daerah alluvial pantai dan sungai, daerah bagian barat daya merupakan punggungan lereng perbukitan. Bentuk lereng umumnya datar hungga sangat landau dengan kemiringan 0 5%. b. Daerah Bergelombangc. Dataran Tinggid. Daerah Antarae. Perbukitan Berlereng Landaif. Perbukitan Berlereng Agak Terjal

2.3 Struktur GeologiStruktur geologi yang terdapat di daerah Semarang umumnya berupa sesar yang terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal relatif berarah barat - timur sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser berarah utara selatan hingga barat laut - tenggara, sedangkan sesar normal relatif berarah barat - timur. Sesar-sesar tersebut umumnya terjadi pada batuan Formasi Kerek, Formasi Kalibening dan Formasi Damar yang berumur kuarter dan tersier. Geseran-geseran intensif sering terlihat pada batuan napal dan batu lempung, yang terlihat jelas pada Formasi Kalibiuk di daerah Manyaran dan Tinjomoyo. Struktur sesar ini merupakan salah satu penyebab daerah tersebut mempunyai jalur lemah, sehingga daerahnya mudah tererosi dan terjadi gerakan tanah. 2.4 Gerakan TanahDari hasil analisis kemantapan lereng diketahui bahwa tanah pelapukan batu lempung mempunyai sudut lereng kritis paling kecil yaitu 14,85%. pelapukan napal sudut lereng kritisnya adalah 19,5% , Pelapukan batu pasir tufaan mempunyai sudut lereng kritis 20,8% dan pelapukan breksi sudut lereng kritisnya 23,5%. Berdasarkan analisis di atas maka daerah Kotamadya Semarang dapat dibagi menjadi empat zona kerentanan gerakan tanah, yaitu Zona Kerentanan Gerakan Tanah sangat Rendah, Rendah, Menengah dan Tinggi. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat RendahDaerah ini mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sangat jarang atau tidak pernah terjadi gerakan tanah, baik gerakan tanah lama maupun gerakan tanah baru, terkecuali pada daerah tidak luas di sekitar tebing sungai. Merupakan daerah datar sampai landai dengan kemiringan lereng alam kurang dari 15 % dan lereng tidak dibentuk oleh endapan gerakan tanah, bahan timbunan atau lempung yang bersifat mengembang. Lereng umumnya dibentuk oleh endapan aluvium (Qa), batu pasir tufaan (QTd), breksi volkanik (Qpkg), dan lava andesit (Qhg). Daerah yang termasuk zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah sebagian besar meliputi bagian utara Kodya Semarang, mulai dari Mangkang, kota semarang, Gayamsari, Pedurungan, Plamongan, Gendang, Kedungwinong, Pengkol, Kaligetas, Banyumanik, Tembalang, Kondri dan Pesantren, dengan luas sekitar 222,8 Km2 (57,15%) dari seluruh daerah Semarang. Zona Kerentanan Gerakan Tanah RendahDaerah yang mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk terjadi gerakan tanah. Umumnya pada zona ini jarang terjadi gerakan tanah jika tidak mengalami gangguan pada lereng dan jika terdapat gerakan tanah lama, lereng telah mantap kembali. Gerakan tanah berdimensi kecil mungkin dapat terjadi, terutama pada tebing lembah (alur) sungai.Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5 - 5%) sampai sangat terjal (50 - 70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah pembentuk lereng. Pada lereng terjal umumnya dibentuk oleh tanah pelapukan yang cukup tipis dan vegetasi penutup baik cukup tipis dan vegetasi penutup baik, umumnya berupa hutan atau perkebunan. Lereng pada umumnya dibentuk oleh breksi volkanik (Qpkg), batu pasir tufaan (QTd), breksi andesit (Qpj) dan lava (Qhg). Daerah yang termasuk zona ini antara lain Jludang, Salamkerep, Wonosari, Ngaliyan, Karangjangkang, Candisari, Ketileng, Dadapan, G. Gajahmungkur, Mangunsari, Prebalan, Ngrambe, dan Mijen dengan luas penyebaran 77,00 km2 (19,88%) dari luas daerah Semarang. Zona Kerentanan Gerakan Tanah MenengahDaerah yang mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali akibat curah hujan yang tinggi. Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5 - 15%) sampai sangat terjal (50 - 70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah sebagai material pembentuk lereng. Umumnya lereng mempunyai vegetasi penutup kurang. Lereng pada umumnya dibentuk oleh batuan napal (Tmk), perselingan batu lempung dan napal (Tmkl), batu pasir tufaan (QTd), breksi volkanik (Qpkg), lava (Qhg) dan lahar (Qpk). Penyebaran zona ini meliputi daerah sekitar Tambakaji, Bringin, Duwet, Kedungbatu, G. Makandowo, Banteng, Sambiroto, G. Tugel, Deli, Damplak, Kemalon, Sadeng, Kalialang, Ngemplak dan Srindingan dengan luas sekitar 64,8 Km2 (16,76%) dari seluruh daerah Semarang. Zona Kerentanan Gerakan Tanah TinggiDaerah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sering terjadi gerakan tanah, sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif bergerak akibat curah hujan tinggi dan erosi yang kuat. Kisaran kemiringan lereng mulai landai (5 - 15%) sampai curam (>70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah. Vegetasi penutup lereng umumnya sangat kurang. Lereng pada umumnya dibentuk oleh batuan napal (Tmkl), perselingan batu lempung dan napal (Tmk), batu pasir tufaan (QTd) dan breksi volkanik (Qpkg). Daerah yang termasuk zona ini antara lain: Pucung, Jokoprono, Talunkacang, Mambankerep, G. Krincing, Kuwasen, G. Bubak, Banaran, Asinan, Tebing Kali Garang dan Kali Kripik bagian tengah dan selatan, Tegalklampis, G. Gombel, Metaseh, Salakan dan Sidoro dengan luas penyebaran sekitar 23,6 km2 (6,21%) dari seluruh daerah Semarang.

BAB IIIDASAR TEORI

3.1 Geologi StrukturGeologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan (fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic unit), sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan skala yang lebih besar, yang mempelajari obyek-obyek geologi seperti cekungan sedimentasi, rangkaian pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya. Sebagaimana diketahui bahwa batuan-batuan yang tersingkap dimuka bumi maupun yang terekam melalui hasil pengukuran geofisika memperlihatkan bentuk bentuk arsitektur yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Bentuk arsitektur susunan batuan di suatu wilayah pada umumnya merupakan batuan-batuan yang telah mengalami deformasi sebagai akibat gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Deformasi pada batuan dapat berbentuk lipatan maupun patahan/sesar. Dalam ilmu geologi struktur dikenal berbagai bentuk perlipatan batuan, seperti sinklin dan antiklin. Jenis perlipatan dapat berupa lipatan simetri, asimetri, serta lipatan rebah (recumbent/overtune), sedangkan jenis-jenis patahan adalah patahan normal (normal fault), patahan mendatar (strike slip fault), dan patahan naik (trustfault).3.2 Prinsip Mekanika BatuanMengenal dan menafsirkan tentang asal-usul dan mekanisme pembentukan suatu struktur geologi akan menjadi lebih mudah apabila kita memahami prinsip prinsip dasar mekanika batuan, yaitu tentang konsep gaya, tegasan (stress/compressive), tarikan (strength) dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi karakter suatu materi/bahan.1. Gaya (force)a) Gaya merupakan suatu vektor yang dapat merubah gerak dan arah pergerakan suatu benda.b) Gaya dapat bekerja secara seimbang terhadap suatu benda (seperti gaya gravitasi dan elektromagnetik) atau bekerja hanya pada bagian tertentu dari suatu benda (misalnya gaya-gaya yang bekerja di sepanjang suatu sesar di permukaan bumi).c) Gaya gravitasi merupakan gaya utama yang bekerja terhadap semua obyek/materi yang ada di sekeliling kita.d) Besaran (magnitud) suatu gaya gravitasi adalah berbanding lurus dengan jumlah materi yang ada, akan tetapi magnitud gaya di permukaan tidak tergantung pada luas kawasan yang terlibat.e) Satu gaya dapat diurai menjadi 2 komponen gaya yang bekerja dengan arah tertentu, dimana diagonalnya mewakili jumlah gaya tersebut.f) Gaya yang bekerja diatas permukaan dapat dibagi menjadi 2 komponen yaitu: satu tegak lurus dengan bidang permukaan dan satu lagi searah dengan permukaan.g) Pada kondisi 3-dimensi, setiap komponen gaya dapat dibagi lagi menjadi dua komponen membentuk sudut tegak lurus antara satu dengan lainnya. Setiap gaya, dapat dipisahkan menjadi tiga komponen gaya, yaitu komponen gaya X, Y dan Z.2. Tekanan Litostatika) Tekanan yang terjadi pada suatu benda yang berada di dalam air dikenal sebagai tekanan hidrostatik. Tekanan hidrostatik yang dialami oleh suatu benda yang berada di dalam air adalah berbanding lurus dengan berat volume air yang bergerak ke atas atau volume air yang dipindahkannya.b) Sebagaimana tekanan hidrostatik suatu benda yang berada di dalam air, maka batuan yang terdapat di dalam bumi juga mendapat tekanan yang sama seperti benda yang berada dalam air, akan tetapi tekanannya jauh lebih besar ketimbang benda yang ada di dalam air, dan hal ini disebabkan karena batuan yang berada di dalam bumi mendapat tekanan yang sangat besar yang dikenal dengan tekanan litostatik. Tekanan litostatik ini menekan kesegala arah dan akan meningkat ke arah dalam bumi.3. Tegasana) Tegasan adalah gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan dari suatu benda. Tegasan juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang terjadi pada batuan sebagai respon dari gaya-gaya yang berasal dari luar.b) Tegasan dapat didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada luasan suatu permukaan benda dibagi dengan luas permukaan benda tersebut: Tegasan (P)= Daya (F) / luas (A).c) Tegasan yang bekerja pada salah satu permukaan yang mempunyai komponen tegasan prinsipal atau tegasan utama.d) Tegasan pembeda adalah perbedaan antara tegasan maksimal dan tegasan minimal. Sekiranya perbedaan gaya telah melampaui kekuatan batuan maka retakan/rekahan akan terjadi pada batuan tersebut.e) Kekuatan suatu batuan sangat tergantung pada besarnya tegasan yang diperlukan untuk menghasilkan retakan/rekahan.4. Gaya Tegangan (Tensional Force)a) Gaya Tegangan merupakan gaya yang dihasilkan oleh tegasan, dan melibatkan perubahan panjang, bentuk (distortion) atau dilatasi (dilation) atau ketiga-tiganya.b) Bila terdapat perubahan tekanan litostatik, suatu benda (homogen) akan berubah volumenya (dilatasi) tetapi bukan bentuknya. Misalnya, batuan gabro akan mengembang bila gaya hidrostatiknya diturunkan.c) Perubahan bentuk biasanya terjadi pada saat gaya terpusat pada suatu benda. Bila suatu benda dikenai gaya, maka biasanya akan dilampaui ketiga fasa, yaitu fasa elastisitas, fasa plastisitas, dan fasa pecah.d) Bahan yang rapuh biasanya pecah sebelum fase plastisitas dilampaui, sementara bahan yang plastis akan mempunyai selang yang besar antara sifat elastis dan sifat untuk pecah. Hubungan ini dalam mekanika batuan ditunjukkan oleh tegasan dan tarikan.e) Kekuatan batuan, biasanya mengacu pada gaya yang diperlukan untuk pecah pada suhu dan tekanan permukaan tertentu.f) Setiap batuan mempunyai kekuatan yang berbeda-beda, walaupun terdiri dari jenis yang sama. Hal ini dikarenakan kondisi pembentukannya juga berbeda-beda.g) Batuan sedimen seperti batupasir, batugamping, batulempung kurang kuat dibandingkan dengan batuan metamorf (kuarsit, marmer, batusabak) dan batuan beku (basalt, andesit, gabro).Batuan yang terdapat di Bumi merupakan subyek yang secara terus menerus mendapat gaya yang berakibat tubuh batuan dapat mengalami pelengkungan atau keretakan. Ketika tubuh batuan melengkung atau retak, maka kita menyebutnya batuan tersebut terdeformasi (berubah bentuk dan ukurannya). Penyebab deformasi pada batuan adalah gaya tegasan (gaya/satuan luas).

Gambar 3.1 Tegasan seragam / uniform stress (atas); Tegasan tensional (tengah kiri); Tegasan kompresional (tengah kanan); dan Tegasan geser /shear stress (gambar bawah).

Tegasan (stress) dan tegasan tarik (strain stress) adalah gaya gaya yang bekerja di seluruh tempat dimuka bumi. Salah satu jenis tegasan yang biasa kita kenal adalah tegasan yang bersifat seragam (uniform-stress) dan dikenal sebagai tekanan (pressure). Tegasan seragam adalah suatu gaya yang bekerja secara seimbang kesemua arah. Tekanan yang terjadi di bumi yang berkaitan dengan beban yang menutupi batuan adalah tegasan yang bersifat seragam. Jika tegasan kesegala arah tidak sama (tidak seragam) maka tegasan yang demikian dikenal sebagai tegasan diferensial. Tegasan diferensial dapat dikelompokaan menjadi 3 jenis, yaitu:1. Tegasan tensional (tegasan extensional) adalah tegasan yang dapat mengakibatkan batuan mengalami peregangan atau mengencang.2. Tegasan kompresional adalah tegasan yang dapat mengakibatkan batuan mengalami penekanan.3. Tegasan geser adalah tegasan yang dapat berakibat pada tergesernya dan berpindahnya batuan.Ketika batuan terdeformasi maka batuan mengalami tarikan. Gaya tarikan akan merubah bentuk, ukuran, atau volume dari suatu batuan. Tahapan deformasi terjadi ketika suatu batuan mengalami peningkatan gaya tegasan yang melampaui 3 tahapan pada deformasi batuan yaitu :1. Deformasi yang bersifat elastis (Elastic Deformation) terjadi apabila sifat gaya tariknya dapat berbalik (reversible).2. Deformasi yang bersifat lentur (Ductile Deformation) terjadi apabila sifat gaya tariknya tidak dapat kembali lagi (irreversible).3. Retakan / rekahan (Fracture) terjadi apabila sifat gaya tariknya yang tidak kembali lagi ketika batuan pecah/retak.

Gambar 3.2 Kurva hubungan tegasan (stress) dan tarikan (strain) terhadap batuan, dimana tegasan dan tarikan semakin meningkat maka batas elastisitas akan dilampaui dan pada akhirnya mengalami retak.

3.3 Jenis jenis Struktur GeologiStruktur Geologi berdasarkan terjadinya dikenal adanya dua macam struktur batuan, yaitu struktur primer dan struktur sekunder.1. Struktur PrimerStruktur primer yaitu suatu strukturyang dibentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan tersebut.Contoh : -Struktur perlapisan, misalnya Laminasi, Graded Bedding, CrossBedding, PlanarBedding,Riple Marks.-Struktur sedimen, misalnya Load Cast, Flute Cast, Mud Crack, Bioturbasi dan sebagainya.-StrukturAliranLava.

Gambar 3.3 Struktur graded bedding Gambar 3.4 Struktur cross bedding

Gambar 3.5 Struktur planar bedding Gambar 3.6 Struktur ripple marks

Gambar 3.7 Struktur load cast Gambar 3.8 Struktur flute cast2. Struktur sekunderStruktur sekunder yaitu suatu strukturyang terbentuk setelah terjadi pengendapan batuan. Struktur ini berupa deformasi akibat adanya gaya-gaya yang berasal daridalam bumi, yang menimpa batuan, sehingga batuan menjadi retak-retak, terlipat, bergeser darikedudukan semula.Hal ini dipengaruhi oleh :a. Arahdankekuatangayayangberkerjapadabatuan.b. Sifatfisikbatuan,misalnyakekompakan,kekerasan,plastisitas.c. Perubahanbatuanolehpengaruhkimia.Macam-macam struktur sekunder :a) Kekar (fractures)Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum dicirikan oleh: a). Pemotongan bidang perlapisan batuan; b). Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb; c) kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:1. Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan / rekahan yang membentuk pola saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.2. Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.3. Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.

Gambar 3.9 Kekar gerus (shear joint) Gambar 3.10 Kekar tensional b) Lipatan (folds)Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu a). Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas. Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan menjadi : 1. Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap. 2. Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama. 3. Lipatan harmonik atau disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus atau tidaknya sumbu utama. 4. Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya 5. Lipatan chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar 6. Lipatan isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar 7. Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan planar. Disamping lipatan tersebut diatas, dijumpai juga berbagai jenis lipatan, seperti Lipatan Seretan (Drag folds) adalah lipatan yang terbentuk sebagai akibat seretan suatu sesar.

Gambar 3.11 Pegunungan Lipatan (folded mountain) sebagai hasil orogenesa

Gambar 3.12 Lipatan isoklin Gambar 3.13 Lipatan sinklin

Gambar 3.14 Lipatan chevron Gambar 3.15 Lipatan disharmonic

Gambar 3.16 Lipatan ptigmatik Gambar 3.17 Lipatan kiln bandsc) Patahan/Sesar (faults)Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui : a) Gawir sesar atau bidang sesar; b). Breksiasi, gouge, milonit, ; c). Deretan mata air; d). Sumber air panas; e). Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan; f) Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb.Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatif pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka konsep jurus dan kemiringan juga dapat dipakai, dengan demikian jurus dan kemiringan dari suatu bidang sesar dapat diukur dan ditentukan. Pergeserannya dapat berkisar dari antarabeberapa meter sampai mencapai ratusan kilometer. Sesar merupakan jalur lemah, yanglebih banyak terjadi pada lapisan yang keras dan rapuh. Bahan yang hancurpada jalur sesar akibat pergeseran, dapat berkisar dari gouge (suatu bahan yang halus/lumat akibat gesekan) sampaibreksi sesar, yang mempunyai ketebalan antara beberapa centimeter sampai ratusan meter (lebar zone hancurakibat sesar).(i) Unsur-unsur sesar :-Hanging Wall(atap) adalah bongkah patahan yang terdapat dibagian atas bidang sesar. -Foot Wall(alas) adalah bongkah patahan yang berada di bagian bawah bidang sesar.-Bidang sesar adalah suatu bidang yang terbentuk akibat adanya rekahan yangmengalamipergeseran.(ii) Klasifikasi SesarDitinjau dari kedudukan sesar terhadap struktur batuan sekitarnya (biasanya diterapkan padasesar dalam batuan sedimen) (Sukendar Asikin, 1978), yaitu :a.Strike Fault, yaitu sesar yang arah jurusnya sejajar dengan jurus batuan sekitarnya.b.Dip Fault, yaitu jurus darisesar searah dengan kemiringan dari lapisan batuan sekitarnya.c.Diagonalatau Oblique Fault, sesar yang memotong struktur batuan sekitarnya.d.Longitudinal Fault, arah daripada sesar paralel/sejajar dengan arah utama daristruktur regional.e.Traverse Fault, sesar yang memotong tegak lurus atau miring terhadap struktur regional (biasanya dijumpai pada daerah yang terlipat, memotong sumbu/poros terhadapantiklin).Longitudinal dan Tranverse Fault hanya diterapkan pada keadaan yang lebih luas lagi (regional sense).Ditinjau dari genesanya, pensesaran dapat digolongkan menjadi :-SesarNormal(Normal Fault), bilaHanging Wallbergerak relatif turun terhadap Foot Wall.-SesarNaik/sesarsungkup(Reverse Fault/Thrust Fault), bila Hanging Wallbergerak relatif naikterhadapFoot Wall.-SesarMendatar/sesargeser(Strike Slip Fault), bagian yang terpisah bergerak relatif mendatar pada bidang sesar umumnya tegak (90).

Gambar 3.18 Sesar naik (reverse fault)

Gambar 3.19 Sesar turun (normal fault)

Gambar 3.20 Sesar mendatar

BAB IVMETODOLOGI

4.1 Alata. Kompas geologib. Palu geologi batuan sedimenc. Alat tulisd. Komparatore. Penggaris f. Buku catatan lapangan4.2 Bahana. Larutan HCL4.3 Diagram AlirMulai

Pengamatan pada lokasi STA

STA 2 lokasi Pengamatan 1, 2, 3STA 1 lokasi Pengamatan 1 & 2STA 3 lokasi Pengamatan 1

Menghitung Strike and Dip

Deskripsi litologi penyusun struktur

Pencatatan data dibuku catatan lapangan lapangan

Selesai

BAB VHASIL DESKRIPSI

5.1 STA 1 5.1.1 Lokasi Pengamatan 1Hari, Tanggal: Sabtu, 23 November 2013Waktu: 07.43 WIBLokasi: SampanganCuaca: cerahSayap kiri sinklin

Gambar 5.1 sayap kiri lipatan sinklin

Sayap kanan sinklin

Gambar 5.2 sayap kanan lipatan sinklinBentuk lahan: structuralMorfologi: tebingStruktur: lipatan sinklin kekarStrike and dip sayap kiri: N1480 E / 150 N1510 E / 170 N1520 E / 170 Strike and dip sayap kanan: N2540 E / 120 N2110 E / 130 N2150 E / 120 N2130 E / 130Strike and Dip kekar: N1910 E / 540 N1890 E / 530Lithologi: Deskripsi batuan 1 Warna: coklat keabu-abuan Struktur: perlapisan Tekstur : rounded, sortasi baik, kemas tertutup Fragmen: pasir sedang Semen: non karbonat Nama batuan: batupasir sedangDeskripsi batuan 2 Warna: coklat keabuabuan Struktur: perlapisan Tekstur: well rounded, sortasi baik, kemas tertutup Fragmen: lempung Semen: non karbonat Nama batuan: batulempungSlope: -Tingkat pelapukan: sedangTata guna lahan: untuk perkebunanVegetasi: semak semak (heterogen)Potensi positif: perkebunanPotensi negative: longsorMorfogenesa: pada areal STA 1 ini terdapat sebuah lipatan sinklin dan kekar. Pada tempat ini semula terdiri dari perlapisan macam macam batuan. Karena disebabkan adanya gaya yang bekerja didalam bumi maka menyebabkan lapisan batu batuan menjadi lipatan dengan cekung kebawah atau yang biasa disebut lipatan sinklin. Setelah lipatan terbentuk, pda STA ini juga kembali mengalami gaya yang bekerja didalam bumu yang menyebabkan banyak terbentuknya kekar yang berada disekitar lipatan sinklin.

5.1.2 Lokasi Pengamatan 2Hari, Tanggal: Sabtu, 23 November 2013Waktu: 08.27 WIBLokasi: SampanganCuaca: cerah

Sesar naik

Gambar 5.3 sesar naikBentuk lahan: structuralMorfologi: tebingStruktur: sesar naik KekarStrike and Dip sesar naik: N1200 E / 130 N1170 E / 170Lithologi: Deskripsi batuan 1 Warna: abu - abu Struktur: non struktural Tekstur : well rounded, sortasi baik, kemas tertutup Fragmen: lempung Semen: non karbonatan Nama batuan: batulempungDeskripsi batuan 2 Warna: coklat Struktur: non struktur Tekstur: rounded, sortasi buruk, kemas terbuka Fragmen: Pasir bongkah Semen: non karbonat Nama batuan: konglomeratSlope:Tingkat pelapukan: sedangTata guna lahan: untuk perkebunanVegetasi: semak semak (heterogen)Potensi positif: perkebunan, studi geologiPotensi negative: longsorMorfogenesa: pada areal STA 1 ini terdapat sebuah sesar naik. Pada awalnya tempat ini berupa batuan yang terdiri dari lapisan lapisan yang menyusunnya. Karena gaya yang bekerja didalam bumi maka menyebabkan terjadinya pergeseran letak dan posisi dari awalnya. Lapisan yang semula lurus dan menyambung tiba tiba akan memotong dengan lapisan lain.

5.2 STA 25.2.1 Lokasi Pengamatan 1Hari, Tanggal: Sabtu, 23 November 2013Waktu: 10.55 WIBLokasi: gunung jatiCuaca: cerahPerlapisan miring

Gambar 5.4 perlapisan miringBentang lahan: structuralMorfologi: tebingStruktur: perlapisan miringStrike and Dip perlapisan: N1710 E / 220 N1730 E / 210 N1730 E / 230Lithologi: Deskripsi batuan 1 Warna: abu - abu Struktur: perlapisan Tekstur : angular, sortasi buruk, kemas terbuka Ukuran butir: krakal Semen: karbonatan Nama batuan: breksiDeskripsi batuan 2 Warna: coklat abu - abu Struktur: perlapisan Tekstur: rounded, sortasi baik, kemas tertutup Ukuran butir: pasir kasar Semen: karbonatan Nama batuan: batupasir kasarSlope: -Tingkat pelapukan: sedangTata guna lahan: pertambangan bahan materialVegetasi: semak semak (heterogen)Potensi positif: pertambangan material bahan bangunanPotensi negative: longsorMorfogenesa: pada STA ini terdapat perlapisan antara konglomerat dengan batupasir kasar. Dimana perlapisan terjadi secara berselang seling. Lapisan ini awalnya berbentuk horizontal, setelah mengalami gaya endogen dari dalam bumi menyebabkan lapisan ini menjadi miring sampai sekarang.

5.2.2 Lokasi Pengamatan 2Hari, Tanggal: Sabtu, 23 November 2013Waktu: 11.16 WIBLokasi: gunung jatiCuaca: cerahSesar naik

Gambar 5.5 sesar naikBentuk lahan: structuralMorfologi: tebingStruktur: sesar naikStrike and Dip sesar naik: N1520 E / 480Lithologi: Deskripsi batuan 1 Warna: coklat Struktur: non struktural Tekstur : rounded, sortasi baik, kemas tertutup Ukuran butir: pasir kasar Semen: karbonatan Nama batuan: batupasir kasarDeskripsi batuan 2 Warna: abu - abu Struktur: non struktural Tekstur: angular, sortasi buruk, kemas terbuka Ukuran butir: kerakal Semen: karbonatan Nama batuan: breksiSlope: -Tingkat pelapukan: sedangTata guna lahan: tambang materialVegetasi: semak semak (heterogen)Potensi positif: pertambangan pasir dan batuPotensi negative: longsor materialMorfogenesa: pada STA ini juga terdapat adanya perlapisan antara breksi dengan batupasir kasar. Karena adanya gaya endogen yang berasal dari dalam bumi maka menyebabkan terjadinya pergeseran pada perlapisan antar batuan. Pergeseran menyebabkan terjadinya pemutusan sambungan pada perlapisan secara tiba tiba, jadi antar perlapisan tidak akan saling bersambungan.

5.2.3 Lokasi Pengamatan 3Hari, Tanggal: Sabtu, 23 November 2013Waktu: 11.25 WIBLokasi: gunung jatiCuaca: cerahkekar

Gambar 5.6 kekarBentuk lahan: structuralMorfologi: tebingStruktur: kekarStrike and Dip kekar: N1420 E / 420Lithologi: Deskripsi batuan 1 Warna: abu - abu Struktur: non struktur Tekstur : rounded, sortasi baik, kemas tertutup Ukuran butir: pasir kasar Semen: karbonatan Nama batuan: batupasir kasarSlope: -Tingkat pelapukan: sedangTata guna lahan: tambang bahan materialVegetasi: semak semak (heterogen)Potensi positif: pertambangan pasir dan batuPotensi negative: longsor materialMorfogenesa: batupasir kasar yang ada ditempat ini mendapat tekanan gaya endogen dari dalam bumi yang menyebabkan terjadi retakan retakan pada batuan. Retakan ini adalah kekar. Kekar pada lokasi pengamatan ini adalah kekar gerus

5.3 STA 3 Lokasi Pengamatan 1Hari, Tanggal: Sabtu, 23 November 2013Waktu: 14.46 WIBLokasi: jabunganCuaca: cerahKekar gerus

Gambar 5.7 kekar gerusKekar tarik

Gambar 5.8 kekar tarikBentuk lahan: fluvialMorfologi: sungai meanderStruktur: kekar tarik Kekar gerusStrike and Dip kekar tarik: N2060 E / 660 SE N2150 E / 710 SE N1920 E / 810 SE N1960 E / 710 SEStrike and Dip kekar gerus: N2180 E / 730 SE N970 E / 260 SE N2300 E / 740 SELithologi: Deskripsi batuan 1 Warna: abu - abu Struktur: non structural Tekstur: well rounded, sortasi baik, kemas tertutup Ukuran butir: lempung Semen: karbonatan Nama batuan: batulempungDeskripsi batuan 2 Warna: abu abu putih Tekstur: rounded, sortasi baik, kemas tertutup Ukuran butir: pasir sedang Semen: karbonatan Nama batuan: batupasir sedangSlope: -Tingkat pelapukan: sedangTata guna lahan: untuk irigasiVegetasi: semak semak (heterogen)Potensi positif: pengairan irigasiPotensi negative: longsor dan banjirMorfogenesa: pada STA ini terdapat endapan sedimen yang berada disekitar bawah jembatan. Endapan yang terbentuk pada STA ini mempunyai litologi yang berupa batulempung dan batupasir sedang. Endapan sedimen yang terbentuk pada sungai ini memiliki bentuk seperti endapan pada umumnya. Karena mengalami gaya yang bekerja didalam bumi sehingga menyebabkan terbentuknya kekar. Terbentuk kekar gerus yang mempunyai bentuk seperti garis yang membentuk seperti huruf X. Sedangkan kekar tarik terbentuk karena adanya gaya tarik yang bekerja pada endapan yang terdapat disekitar sungai tersebut yang akhirnya membentuk kekar tarik yang mempunyai bentuk endapan seolah olah terbelah karena satu sisi dengan sisi yang lainnya saling tarik menarik.

BAB VIPEMBAHASAN

Pada praktikum Geologi Dasar Acara Geologi Struktur diaksanakan pada hari Sabtu 23 November 2013. Pada praktikum ini, diadakan praktikum ke lapangan yang dengan STA 1 yang terletak di daerah Sampangan, kemudian STA 2 didaerah Gunung Jati, dan yang terkakhir ke STA 3 yang terletak didaerah Jabungan. Pada praktiku lapanagn ini dimulai pada pukul 06.30 WIB dan selesai pada pukul 17.00 WIB.6.1 STA 1Lokasi STA 1 ini terletak di daerah Papandayan, Sampangan, Semarang. Untuk mencapai lokasi ini diperlukan waktu 20 menit dariawal tempat berkumpul. Pada STA 1 mempunyai bentuk lahan strukturan dengan morfologi berupa tebing.6.1.1 Lokasi Pengamatan 1Pada STA 1 lokasi pengamatan 1 ini dilakukan di wilayah Sampangan, Semarang. Pengamatan dilakukan pada hari Sabtu 23 November 2013 pukul 07.43 WIB dengan keadaan cuaca cerah.Pada STA 1 Lokasi Pengamatan 1 mempunyai bentuk lahan structural yang dapat ditunjukkan dengan banyaknya struktur geologi yang terdapat ditempat ini. Pada Loaksi Pengamatan 1 ini memiiki morfologi berupa tebing yang curam dengan kemiringan tebing hampir 90 derajat. Lokasi ini mempunyai litologi yang berupa lapisan batuan. Dengan lapisan 1 adalah batu yang mempunyai warna abu abu, mempunyai bentuk butir rounded dengan ukuran butir pasir sedang, kemas tertutup, sortasi baik. Saat di uji dengan HCL tidak dihasilkan buih, sehingga semen pada batu ini termasuk non karbonat. Dari ciri ciri tersebut maka pada lapisan 1 ini adalah batupasir sedang. Pada lapisan 2 terdapat batu yang mempunyai warna abu abu agak putih dengan bentuk butir wellrounded dengan ukuran butir lempung, kemas tertutup dan sortasi baik, semen pada batu ini juga non karbonat karena saat di uji dengan larutan HCL tidak menghasikan buih. Dari ciri ciri tersebut maka lapisan 2 ini adalah batulempung.Pada lokasi ini terdapat struktur geologi yang mempunyai bentuk seperti cekung kebawah. Setelah di ukur dengan kompas geologi di dapatkan pada STA 1 LP 1 ini mempunyai strike and dip sayap kiri N1480 E / 150, N1510 E / 170, N1520 E / 170 , sedangkan strike and dip pada sayap kanan adalah N2540 E / 120, N2110 E / 130, N2150 E / 120, N2130 E / 130. Dilihat dari data yang diambil yang berupa perhitungan strike dip maka dapat disimpulkan bahwa struktur pada LP 1 ini adalah Lipatan Sinklin. Selain itu, pada STA ini juga terdapat struktur geologi yang berupa rekahan rekahan kecil dan saat diukur dengan kompas geologi didapatkan strike and dip N1910 E / 540, N1890 E / 530. Dari ciri ciri tersebut berdasarkan strike dip dan bentuk yang berupa rekahan maka dapat disimpulkan bahwa struktur ini adalah Kekar.Pada areal STA 1 LP 1 ini terdapat sebuah lipatan sinklin dan kekar. Pada tempat ini semula terdiri dari litologi lapisan antar batupasir sedang dan batulempung. Karena disebabkan adanya gaya yang bekerja didalam bumi yang berupa gaya kompresi sehingga menyebabkan terjadi lekukan pada perlapisan, lekukan yang berlanjut akan menimbulkan sebuah lipatan dengan bentuk cekung kebawah. Selain itu gaya tekan yang berupa gaya endogen yang berasal dari dalam bumi juga membentuk struktur geologi berupa kekar dengan kenampakan berupa rekahan rekahan kecil yang berada disekitar perlapisan dari lipatan sinklin tersebut.Banyaknya struktur geologi yang terbentuk pada STA 1 ini juga menunjukkan bahwa geologi regional Semarang yang merupakan zona rawan pergeseran tanah. Sehingga dengan pergeseran tersebutlah banyak struktur geologi yang terbentuk di Semarang termasuk salah satunya adalah STA 1 ini yang mempunyai struktur lipatan sinklin dan kekar.Pada STA 1 LP 1 ini mempunyai morfologi yang berupa tebing curam dengan kemiringan hampir 90 derajat. Pada lokasi pengamatan 1 ini memiliki vegetasi yang berupa semak semak yang terdapat diatas tebing dan dibawah tebing. Tata guna lahan pada lokasi pengamatan 1 ini yaitu dapat digunakannya bagiaan atas tebing untuk perkebunan. Dengan kemiringan tersebut Lokasi Pengamatan 1 ini mempunyai potensi positif yang berupa dapat digunakannya lahan yang berada diatas tebing yang bisa dimanfaatkan untuk perkebunan ataaupu tempat bercocok tanam bagi warga sekitar. Selain dampak positif ada juga dampak negative yang bisa saaj berupa terjadinya longsor pada tebing. Longsor sangat dimungkinkan jika ada aliran air yang mengalir dari atas tebing dikarenakan bentuk tebing yang memiliki kemiringan hampir 90 derajat. 6.1.2 Lokasi Pengamatan 2Pengamatan pada STA 1 lokasi pengamatan 2 dilakukan pada hari Sabtu 23 November 2013 pada pukul 08.27 WIB dengan keadaan cuaca pada lokasi pengamatan adalah cerah.Pada lokasi pengamatan 2 ini mempunyai bentuk lahan structural dikarenakan banyak struktur yang ditemukan pada lokasi pengamatan ini. Lokasi pengamatan 2 ini memiliki morfologi yang berupa tebing curam dengan kemiringan tebing hampir 90 derajat. Litologi pada lokasi pengamatan ini terdiri dari perlapisan batuan. Litologi pertama mempunyai warna abu abu, memiliki struktur perlapisan, memiliki tekstur yang berupa bentuk butir wellrounded, sortasi baik dan kemas yang tertutup. Memiliki fragmen ukuran lempung dan semen nonkarbonatan, dari ciri ciri tersebut maka pada lapisan pertama adalah Batulempung. Lapisan kedua litologi memiliki warna abu abu dengan struktur perlapisan, memiliki sortasi yang buruk dengan kemas tertutup. Memiliki ukuran butir dari pasir sampai kerakal, dengan semen non karbonatan. Dari ciri ciri tersebut maka litologi pada lapisan kedua ini adalah Konglomerat.Pada lokasi pengamatan kedua ini terdapat struktur geologi sekunder yang berupa sesar naik dengan footwall yang berada dibawah dan hanging wall yang naik ke atas. Bidang sesar pada lokasi pengamatan ini memiliki strike dip N1200 E / 130dan N1170 E / 170.Lapisan antara batulempung dan konglomerat pada lokasi pengamatan 2 ini mempunyai bentuk horizontal pada awalnya. Pada suatu saat terjadi gaya tekan dari dalam bumi yang berupa gaya kompres endogen sehingga menyebabkan terjadi perubahan kedudukan pada struktur perlapisan batulempung dan konglomerat. Ketika terjadi gaya kompres maka perlapisan yang awal mulanya horizontal setelah mendapat gaya maka arah perlapisan akan terjadi pergeseran secara tiba tiba. Pergeseran pada perlapisan pada lokasi pengamatan 2 ini adalah sesar naik denga footwall yang beada dibawah dan hanging wall berubah posisi menjadi lebih naik dari footwall,Terjadinya sesar naik atau pergeseran lapisan antara batulempung dan kpnglomerat pada STA 1 LP 2 juga dipengaruhi oleh geologi regional Semarang yang dikenal dengan zona rawan pergerakan tanah. Zona pergerakan tanah inilah yang menyebabkan banyak terbentuknya struktur geologi di Semarang seperti yangterjadi pada lokasi pengamatan 2 ini.Pada STA 1 LP 2 ini memiliki bentuk lahan structural dengan morfologi yang berupa tebing yang cukup curam. Vegetasi pada lokasi pengamatan 2 ini adalah semak semak yang berada di sekitar struktur lipatan. Tata guna lahan dari tempat ini adalah bisa digunakannya bagian atas tebing untuk perkebunan warga. Pada lokasi pengamatan 2 ini memiliki potensi positif yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar diantaranya adalah bisa digunakannya lahan yang berada di atas tebing untuk dijadikan areal perkebunan untu menanam tanaman ataupun yang lainnya. Sedangkan potensi negative pada lokasi pengamatan 2 ini adalaah kemungkinan terjadinya longsoran pada tebing dikarenakan kemungkinan adanya arus air yang mengalir saat terjadi hujan di wilayah tersebut.6.2 STA 2 Pengamatan kedua dilanjutkan ke daerah Gunung Jati yang merupakan wilayah administrative Ungaran Timur. Pada STA 2 ini terletak di dekat proyek jalan tol Ungaran Bawen yang merupakan wilayah pegunungan sehingga banyak struktur geologi yang terdapat pada tempat ini.6.2.1 Lokasi Pengamatan 1Lokasi pengamatan berada di daerah Gunung Jati, Ungaran Timur. Pengamatan dilakukan pada hari Sabtu 23 November 2013 pada pukul 10.55 WIB dengan keadaan cuaca pada lokasi pengamatan adalah cerah.Pada lokasi pengamatan 1 ini memiliki bentuk lahan structural dikarenakan banyaknya struktu geologi yang ditemukan pada lokasi pengamatan ini. Lokasi pengamatan ini memiliki morfologi berupa tebing. Pada lokasi pengamatan 1 ini tersusun atas litologi batuan yang memiliki warna abu abu dengan mempunyai bentuk butir angular, memiliki sortasi buruk serta memiliki kemas yang terbuka. Ukuran butir dari litologi ini adalah krakal dan memiliki jenis semen karbonatan karena saat diuji dengan larutan HCL terjadi buih. Dari ciri ciri tersebut maka litologi pada perlapisan ini adalah breksi. Setelah itu terdapat litologi lagi yang memiliki warna coklat abu abu dan mempunyai bentuk rounded, memiliki sortasi yang baik serta kemas yang tertutup. Memiliki ukuran butir pasir kasar dan mempunyai semen karbonatan saat diuji dengan larutan HCL muncul buih. Dari ciri tersebut maka litologi kedua ini adalah batupasir kasar.Pada STA 2 lokasi pengamatan pertama ini teerdapat struktur perlapisan miring antara breksi dengan batupasir kasar dan mempunyai strike dip pada perlapisan miring adalah N1710 E / 220, N1730 E / 210, N1730 E / 230. Pada STA 2 lokasi pengamatan 1 ini terdapat perlapisan antara batuan dengan litologi batupasir kasar dengan breksi. Perlapisan ini memiliki bentuk horizontal pada awalnya. Dengan adanya gaya endogen yang berasal dari dalam bumi maka menyebabkan perlapisan yang awalnya horizontal menjadi miring.Kondisi geologi regional Semarang yang merupakan zona rawan pergerakan tanah juga mempengaruhi terbentuknya setiap struktur yang ada. Salah satunya adalah struktur perlapisan miring pada STA 2 LP 1 ini. Selain dari gaya endogen yang berasal dari dalam bumi terbentuknya struktur ini jiga dipengaruhi oleh pergerakan tanah yang sering terjadi pada daerah Semarang.Lokasi pengamatan 1 memiliki morfologi tebing berpasir dengan vegetasi berupa semak semak yang berada di puncak dari tebing. Tata guna lahan yang bisa dimanfaatkan pada tempat ini adalah bisa dimanfaatkan untuk tambang pasir ataupu material lainnya. Selain itu daerah ini mempunyai potensi positif yang bisa dimanfaatkan untuk dilakukannya penambangan bahan material yang berupa pasir dan batu. Selian itu potensi negative yang kemungkinan terjadi pada lokasi ini adalah terjadinya lonsoran material pada lokasi ini. Longsor bisa terjadi karena hujan ataupun ketidak hati hatian saat melakukan penambangan bahan material pada tempat ini.

6.2.2 Lokasi Pengamatan 2Lokasi pengamatan berada di daerah Gunung Jati, Ungaran Timur. Pengamatan dilakukan pada hari Sabtu 23 November 2013 pada pukul 11.16 WIB dengan keadaan cuaca pada lokasi pengamatan adalah cerah sedikit berawan.Pada lokasi pengamatan 2 ini memiliki bentuk lahan structural dengan memiliki morfologi berupa tebing. Pada lokasi pengamatan 2 ini tersusun atas litologi batuan yang memiliki warna abu abu dengan mempunyai bentuk butir rounded, memiliki sortasi baik serta memiliki kemas yang tertutup. Ukuran butir dari litologi ini adalah pasir kasar dengan memiliki jenis semen karbonatan karena menghasilkan buih saat diuji dengan larutan HCL. Dari ciri ciri tersebut maka litologi pada perlapisan ini adalah batupasir kasar. Selain itu terdapat litologi lagi yang memiliki warna coklat dan mempunyai bentuk angular, memiliki sortasi yang buruk serta kemas yang terbuka. Memiliki ukuran butir kerakal dan mempunyai semen karbonatan saat diuji dengan larutan HCL muncul buih. Dari ciri tersebut maka litologi kedua ini adalah breksi.Pada STA 2 lokasi pengamatan kedua ini terlihat struktur geologi dengan kenampakan pergeseran rekahan yang dapat dilihat dari pergeseran lapisan secara tiba tiba. Saat diukur denga kompas geologi didapatkan strike dip N1520 E / 480. Dilihat dari adanya pergeseran rekahan dan dari pengukuran strike dip maka pada lokasi pengamatan keduan ini terdapat struktur geologi berupa sesar naik. Pada STA 2 lokasi pengamatan 2 ini terdapat perlapisan antara breksi dengan batupasir kasar. Pada lokasi ini terlihat adanya pergeseran pada perlapisan antara breksi dan batupasir kasar. Pergeseran pada perlapisan dibebabkan karena adanya gaya kompres yang berasal dari dalam bumi. Gaya tersebut menyebabkan terjadinya rekahan pada perlapisan, karena gaya yang timbul semakin besar sehingga menyebabkan adanya sesar yaitu rekahan yang begeser. Sesar yang terjadi adalah sesar naik dengan footwall berada dibawah dan hangingwall berada naik di atas.Selain gaya yang berja dari dalam bumi. Timbulnya struktur geologi pada lokasi pengamatan ini juga disebabkan geologi regional Semarang yang rawan akan zona pergeseran tanah.Lokasi pengamatan yang memiliki morfologi tebing berpasir dengan begetasi yang berupa semak semak diatas puncak tebing. Mempunyai tata guna lahan yang bisa dimanfaatkan untuk tambang pasir dan material lainnya. Selain itu pada lokasi pengamatan ini juga mempunyai potensi positif yang bisa dimanfaatkan untuk dilakukannya penambangan bahan material yang berupa pasir dan batu. Selian itu potensi negative yang kemungkinan terjadi pada lokasi ini adalah terjadinya lonsoran material pada lokasi ini. Longsor bisa terjadi karena hujan ataupun ketidak hati hatian saat melakukan penambangan bahan material pada tempat ini.6.2.3 Lokasi Pengamatan 3Lokasi pengamatan berada di daerah Gunung Jati, Ungaran Timur. Pengamatan dilakukan pada hari Sabtu 23 November 2013 pada pukul WIB dengan keadaan cuaca pada lokasi pengamatan adalah cerah sedikit berawan.Pada lokasi pengamatan ketiga ini memiliki bentuk lahan structural karena banyak ditemukan struktur geologi pada tempat ini dan memiliki morfologi berupa tebing. Pada lokasi pengamatan ketiga ini tersusun atas litologi batuan yang memiliki warna abu abu dengan mempunyai bentuk butir rounded, memiliki sortasi baik serta memiliki kemas yang tertutup. Ukuran butir dari litologi ini adalah pasir kasar dengan memiliki jenis semen karbonatan karena menghasilkan buih saat diuji dengan larutan HCL. Dari ciri ciri tersebut maka litologi pada perlapisan ini adalah batupasir kasar.Pada STA 2 lokasi pengamatan 3 terlihat struktur geologi dengan kenampakan rekahan rekahan pada litologi batuan. Rekahan tersebut adalah kekar. Saat diukur dengan kompas geologi didapatkan strike dip sebesar N1420 E / 420.Pada STA 2 lokasi pengamatan ketiga ini terdapat litologi berupa batupasir kasar denga rekahan rekahan pada tekstur batuan. Rekahan tersebut timbul dikarenakan adanya gaya kompres yang berasal dari dalam bumi. Besarnya gaya yang ditimbulkan menyebabkan adanya rekahan pada litologi batupasir kasar.Geologi regional Semarang yang merupakan zona rawan pergeseran menyebabkan setiap pergeseran akan menimbulkan gaya sehingga menimbulkan adanya rekahan.Lokasi pengamatan yang memiliki morfologi tebing berpasir yang memiliki vegetasi semak yang berada dipuncak dari tebing ini. Dengan tata guna lahan yang bisa dimanfaatkan yaitu untuk penambangan material. Lokasi pengamatan 1 ini mempunyai potensi positif yang bisa dimanfaatkan untuk dilakukannya penambangan bahan material yang berupa pasir dan batu. Selian itu potensi negative yang kemungkinan terjadi pada lokasi ini adalah terjadinya lonsoran material pada lokasi ini. Longsor bisa terjadi karena hujan ataupun ketidak hati hatian saat melakukan penambangan bahan material pada tempat ini.6.3 STA 3Pengamatan terakhir dilakukan di Jabungan yang masuk dalam wilayah administrative Banyumanik, Semarang. Pada lokasi pengamatan ini memiliki bentuk lahan berupa sungai.

6.3.1 Lokasi PengamatanPengamatan pada STA 3 dilakukan pada hari Sabtu 23 November 2013 pada pukul 14.46 WIB dengan keadaan cuaca pada lokasi pengamatan adalah cerah.Pada lokasi pengamatan 3 ini mempunyai bentuk lahan fluvial dengan morfologi berupa sungai meander dengan bentuk yang berkelok - kelok. Lokasi pengamatan 3 ini memiliki morfologi yang berupa tebing curam dengan kemiringan tebing hampir 90 derajat. Litologi pada lokasi pengamatan ini terdiri dari perlapisan batuan. Litologi pertama mempunyai warna abu abu, memiliki tekstur yang berupa bentuk butir wellrounded, sortasi baik dan kemas yang tertutup. Memiliki fragmen ukuran lempung dan semen nonkarbonatan, dari ciri ciri tersebut maka pada lapisan pertama adalah Batulempung. Lapisan kedua litologi memiliki warna abu abu, memiliki sortasi yang buruk dengan kemas tertutup. Memiliki ukuran pasir sedang, dengan semen karbonatan saat diuji dengan HCL menimbulkan buih. Dari ciri ciri tersebut maka litologi pada lapisan kedua ini adalah Batupasir sedangPada lokasi pengamatan kedua ini terdapat struktur geologi sekunder yang berupa rekahan - rekahan. Ada rekahan yang hanya berupa gari yang melintang pada litologi batuan yang disebut kekar gerus. Saat pengukuran dengan kompas geologi didapatkan strike dip N2180 E / 730 SE, N970 E / 260 SE, N2300 E / 740 SE. Selain itu juga ditemukan rekahan dengan bentuk rekahan yang agak lebar daripada kekar gerus. Kekar dengan rekahan yang agak lebar ini disebut kekar tarik. Saat diukur dengan kompas geologi didapatkan strike dip N2060 E / 660 SE, N2150 E / 710 SE, N1920 E / 810 SE, N1960 E / 710 SE.Litologi batuan yang berupa Batulempung dan Batupasir sedang dengan rekahan rekahan berada pada litologi batuan yang seolah olah membelah batuan. Rekahan pada litologi batuan disebabkan karena adanya gaya endogen yang berasal dari dalam bumi. Gaya inilah yang menyebabkan terjadinya rekahan.Terjadinya rekahan pada litologi batupasir sedang dan batulempung jugadipengaruhi oleh geologi regional Semarang yang dikenal dengan zona rawan pergerakan tanah. Zona pergerakan tanah inilah yang menyebabkan banyak terbentuknya struktur geologi di Semarang seperti yang terjadi pada lokasi pengamatan 2 ini.Pada STA 3 yang memiliki bentuk lahan yang berupa sungai dengan vegetasi yang berupa semak semak yang terdapat di sepinggir dari sungai. Tata guna lahan yang bisa dimanfaatkan dari lokasi pengamatan ini adalah untuk pengairan atau irigasi persawahan yang terdapat di sekitar sungai. Lokasi ini mempunyai potensi positif yang dapat digunakan untuk perngairan irigasi. Selain itu juga ada potensi negative yang bisa terjadi yaitu banjir jika adanya aliran air yang deras dari hulu sungai dan kemungkinan adanya hujan deras yang turun.

BAB VIIPENUTUP

7.1 Kesimpulan STA 1 LP 1Terdapat perlapisan antara batupasir sedang dengan batulempung. Selain itu terdapat struktur geologi berupa lipatan sinklin dengan kekar kecil yang berada disekitarnya. Lipatan ini mempunyai strike and dip sayap kiri N1480 E / 150, N1510 E / 170, N1520 E / 170 , sedangkan strike and dip pada sayap kanan adalah N2540 E / 120, N2110 E / 130, N2150 E / 120, N2130 E / 130 . STA 1 LP 2Terdapat perlapisan konglomerat dan batulempung. Selain itu juga terdapat struktur geologi berupa sesar naik karena letak footwall berada dibawah sedangkan hanging wall berada diatas. Sesar naik ini memiliki strike dip N1200 E / 130dan N1170 E / 170. STA 2 LP 1Terdapat perlapisan batupasir kasar dan breksi dengan bentuk yang miring. Mempunyai strike dip pada perlapisan miring adalah N1710 E / 220, N1730 E / 210, N1730 E / 230. STA 2 LP 2Pada STA 2 LP 2 ini terdapat litologi batuan batupasir dan breksi yang memiliki bentuk perlapisan. Pada perlapisan ini terjadi sesar yang ditunjukkan dengan adanya pergeseran pada suat titk lapisan. Memiliki strike dip N1520 E / 480. STA 2 LP 3Pada lokasi pengamatan ketiga ini tedapat litologi berupa batupasir kasar. Terdapat struktur kekar yang memiliki strike dip sebesar N1420 E / 420.

STA 3 LP 1Pada lokasi ini memiliki litologi yang berupa batulempung dan batupasir sedang dengan struktur non structural. Pada lokasi pengamatan ini terdapat struktur geologi berupa kekar tarik dengan strike dip dip N2060 E / 660 SE, N2150 E / 710 SE, N1920 E / 810 SE, N1960 E / 710 SE dan kekar gerus dengan strike dip N2180 E / 730 SE, N970 E / 260 SE, N2300 E / 740 SE.7.2 Saran Untuk praktikum ini sebaiknya kakak asisten lebih memberi pengetahuan kepada praktikan tentang hal hal apa saja yang ditanyakan oleh praktikan kepada kakak asisten.50