gebrakan dakwah dan politik

37
GEBRAKAN DAKWAH DAN POLITIK ERDOGAN DALAM MEWUJUDKAN VISI BESAR NEO OTTOMANISME Oleh : MUHAMMAD ZAINI, S.Kom.I Dosen : Dr. H. A ILYAS ISMAIL, MA Mata Kuliah : Rijâlud-Da’wah Wal-Fikry Pascasarjana Magister Studi Islam Pascasarjana Universitas Islam As-Syafi’iyah (UIA) Jakarta A. PENDAHULUAN Sejak kelahirannya 14 abad lebih yang lalu, Islam telah banyak membidani lahirnya tokoh yang berpengaruh bagi kehidupan manusia dan dunia, sehingga jejak langkahnya patut untuk diteladani. Meskipun berasal dari latar belakang setting sosial dan kompetensi yang berbeda serta pengaruh yang beragam. Namun kehadirannya berupaya untuk mendakwahkan dan mewujudkan Islam yang kâffah dan membuktikannya sebagai rahmat bagi semesta alam.

Upload: agus-raharja

Post on 11-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Gebrakan Dakwah Dan Politik

TRANSCRIPT

Page 1: Gebrakan Dakwah Dan Politik

GEBRAKAN DAKWAH DAN POLITIK ERDOGANDALAM MEWUJUDKAN VISI BESAR NEO OTTOMANISME

 Oleh : MUHAMMAD ZAINI, S.Kom.I

 Dosen : Dr. H. A ILYAS ISMAIL, MA

Mata Kuliah : Rijâlud-Da’wah Wal-Fikry

Pascasarjana Magister Studi Islam

Pascasarjana Universitas Islam As-Syafi’iyah (UIA) Jakarta

  

A.    PENDAHULUANSejak kelahirannya 14 abad lebih yang lalu, Islam telah banyak membidani

lahirnya tokoh yang berpengaruh bagi kehidupan manusia dan dunia, sehingga jejak langkahnya patut untuk diteladani. Meskipun berasal dari latar belakang setting sosial dan kompetensi yang berbeda serta pengaruh yang beragam. Namun kehadirannya berupaya untuk mendakwahkan dan mewujudkan Islam yang kâffah dan membuktikannya sebagai rahmat bagi semesta alam. Hal ini, tidak lepas dari

Page 2: Gebrakan Dakwah Dan Politik

internalisasi nilai-nilai Islam dalam kehidupannya, sebagai manifestasi keimanan yang kokoh.

Salah satu tokoh Islam kontemporer dan berpengaruh di abad 21 ini, yang menarik untuk kita amati dan kaji adalah  Recep Tayyeb Erdogan selaku Perdana Menteri Turki, yang disegani kawan maupun lawan, bahkan di tingkat internasional. Ia telah berupaya memperjuangkan nilai-nilai Islam secara persuasif, di tengah budaya kehidupan dan sistem pemerintahan yang menganut paham sekularisme. Semenjak “diracuni” oleh Mustafa Kemal al-Taturk, dengan menggantikan sistem kekhilafahan Turki Ustmani dengan sistem sekuler pada tahun 1924. Semenjak itu, sistem pemerintahan Islam yang menguasai tiga perempat dunia menjadi terpecah belah, bak “macan ompong” . 

Terkait dengan Erdogan, banyak para pengamat yang menilai, perkembangan Islam dan politik di Turki menjadi fenomena yang sangat menarik akhir-akhir ini. Keberhasilan kelompok Islam untuk mempengaruhi proses politik nasional setelah mewujud dalam partai politik yang dominan, perlu mendapatkan perhatian khusus. Bukan saja karena kehadiran para aktivis Islam yang tergabung dalam Partai Keadilan dan Pembangunan (Adelet ve Kalkinma Partisi/AKP) ini mampu mengurai persoalan pelik hubungan Islam dan negara, tetapi lebih dari itu, proses panjang gerakan Islam mampu masuk dalam mainstream politik Turki dengan ideologi sekuler  paling kuat di dunia ini juga patut menjadi bahan diskusi.[1] Dengan king maker-nya, Erdogan selaku Perdana Menteri Turki, Pendiri Partai Keadilan dan Pembangunan.

Dr. A. Ilyas Ismail[2], menegaskan, bahwa tampilnya Recep Tayyeb Erdogan,

pemimpin baru Turki sekarang, memberikan harapan baru, tak hanya bagi Turki, tetapi juga

bagi dunia Islam. Di bawah kepemimpinan Erdogan, tulis Graham E Fuller, Turki telah

menjadi negara penting di dunia Islam, A Pivotal State in the Muslim World (2008), dan

diharapkan menjadi pemain internasional (the international player) yang mampu mengambil

peran dalam masalah-masalah regional dan global. Posisi baru Turki ini, disebut oleh R

Harris Jerry Harris, sebagai fenomena “Neo-Ottomanisme”[3]. (The Nation In the Global

Era: 2010).[4]

Erdogan merupakan politisi yang dijuluki sebagai “Mu’adzin Istanbul Penumbang

Sekularisme Turki”. Erdogan mampu mengembalikan masa keemasan Turki, setelah

sebelumnya terjerat dalam gurita sekularisme dan otoritarianisme yang memarjinalkan

Islam dan menjerumuskan negeri yang indah ini dalam kegelapan.[5]

Sejak memimpin, Erdogan mengambil langkah-langkah strategis dalam politik

maupun ekonomi. Di antaranya, yang penting, Erdogan melakukan amendemen konstitusi,

menghapus hukuman mati, mengeliminasi pelanggaran HAM, dan membangun komunikasi

yang lebih santun dengan kelompok Kurdi. Erdogan dicatat sebagai satu-satunya pemimpin

Islam yang berani menolak dan menyatakan “tidak” atas permintaan “juragan besar”

Page 3: Gebrakan Dakwah Dan Politik

presiden AS George W Bush ketika itu, agar Turki jadi pangkalan militer bagi Amerika dan

Sekutu dalam perang melawan Saddam Hussen, tahun 2003.[6]

Dengan kepiawaian berpolitik, Erdogan mampu meyakinkan rakyatnya bahwa dengan identitas Islam. Turki bisa mengembalikan kejayaan bangsa, yang tidak hanya kuat dari sisi pertahanan, tapi juga dalam perekonomian. Dengan keyakinan bahwa “Islam adalah Solusi” (Al-Islam huwa al-hal). Erdogan yang dibesarkan di lingkungan keislaman mampu membangkitkan kembali Turki dari julukan “The Sick Man In Europe”, menjadi Negara kuat dan tumbuh berkembang, bahkan diperhitungkan sebagai Negara yang mampu memberikan kontribusi dalam menciptakan perdamaian.

[7]

Dengan demikian, Turki kerap disebut sebagai Neo-Ottomanisme yang merupakan

visi kenegaraan dan politik baru Turki yang menekankan kekuatan peran politik Turki, baik

pada tingkat regional maupun global melalui kekuatan diplomatik. Jadi Neo-Ottomanisme –

berbeda dengan Kekhalifahan Usmani– merupakan grand strategis yang memosisikan

Turki sebagai pemain dunia (international player), tetapi menggunakan kekuatan lunak (soft

power) dan steril dari interest imperialisme.[8]

Sehingga beberapa pengamat Turki berpikir mimpi bangsa dengan mendirikan

kembali hari-hari kemuliaan Kekaisaran Ottoman, yang pada puncaknya membentang dari

gerbang Balkan ke Samudera Hindia dan "mengklaim kepemimpinan spiritual dari dunia

Muslim”.[9]

Oleh karena tegarnya Erdogan dalam memperjuangkan nilai-nilai Islam di tengah

sekularisme Turki dan pengaruhnya yang signifikan bagi dunia Islam dan Barat,

menjadikannya menarik untuk dicermati dan dikaji, dalam perspektif dakwah sebagai

subjek rijâl al-da’wah (tokoh dakwah).  Sehingga kegigihan dan strateginya bisa menjadi

inspirasi, motivasi baru, dan teladan bahkan pola gerakan dalam memperjuangkan

kemuliaan Islam dalam kehidupan.

Metode penulisan ini, dengan pendekatan deskriptif analisis, yang berupaya

menguraikan latar belakang kehidupan,  pemikiran dan kiprah perjuangan tokoh. Lalu

menganalisisnya dalam perspektif dakwah, terhadap pengaruhnya bagi perkembangan

dakwah dan dunia Islam. Selanjutnya penulis berusaha mengumpulkan sumber bacaan,

referensi, fakta, dan data pendukung terkait Erdogan sebagai bahan rujukan. Mulai dari

buku, koran dan situs internet. Namun menurut hemat penulis, dari aspek referensi biografi

tokoh yang utuh,  jika dibandingkan dengan tokoh berpengaruh lainnya di dunia –terlebih

yang telah mendahului kita semua-, buku yang mengkaji Erdogan masih tergolong minim,

apa lagi dalam versi Indonesia. Mungkin karena masih tergolong tokoh kontemporer  yang

sedang berjuang saat ini. Namun demikian, penulis sangat terbantu dengan

mengeksplorasinya langsung melalui internet baik dalam bentuk berita aktual maupun e-

book mengenai Erdogan.

Page 4: Gebrakan Dakwah Dan Politik

Akhirnya, penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat, menjadi salah satu tokoh

inspirasi yang memotivasi kita semua, secara serius dalam memperjuangkan dakwah Islam

dengan strategi dan taktik dengan sesuai dengan zamannya, guna mewujudkan ‘izzu al-

Islam wa-al-muslimin.

B.     BIOGRAFI KEHIDUPAN ERDOGANa)   Latar Belakang Keluarga

Recep Tayyep Erdogan dilahirkan pada tanggal 26 Februari 1954, di sebuah desa kecil di Istanbul. Orang tua Erdogan bernama Ahmed, seorang pria keturunan yang berasal dari Batumi Georgia. Ia pindah ke Istanbul sekitar empat puluhan untuk mencari pekerjaan. Ia bekerja sebagai penjaga pantai di Laut Hitam kota Rize, sehingga sejak kecil Erdogan bergumul dengan gelombang serta belajar kesabaran dan keberanian.[10] Ayah Erdogan, selain sebagai penjaga pantai di Angkatan Laut, juga seorang politikus muslim.[11]

Orang tua Erdogan kembali –untuk kedua kalinya- ke Istanbul dengan harapan masa depan pendidikan bagi kelima putranya yang lebih menjanjikan, terutama pendidikan keislaman.[12] Erdogan hidup dengan latar belakang keluarga yang sederhana, sehingga memotivasinya untuk berjualan semangka dan kue Semolia, guna membantu orang tuanya.[13] Pendidikan keagamaan dan orang tua yang agamis telah memiliki peran penting dalam membentuk karakterErdogan.[14]

Erdogan menikah dengan Emine, seorang gadis keturunan Arab dari kota Sard, Tenggara Anatolia, pada tanggal 4 Juli 1978. Emine merupakan seorang aktifis pada Partai Keselamatan Nasional (Milli Selamet Partisi) dan berkenalan pada awalnya ketika partai tersebut mengadakan suatu acara. Setelah pernikahan tersebut mereka sempat menunaikan ibadah haji bersama dan melanjutkan kehidupan mereka dengan penuh cinta dan kasih sayang. Akhirnya kemudian hari, keduanya menjadi pejabat pemerintahan di Turki, meskipun jilbab yang dikenakan oleh ibi Emine menimbulkan kemarahan pihak militer dan oposisi sekular.[15]

Erdogan memiliki empat orang anak, yaitu Ahmad Buraq, Necmettin Bilal (diberi nama sesuai nama gurunya Necmettin Erbakan[16] disebabkan kekaguman dan rasa hormatnya kepada gurunya), Isra` dan Sumayya. Necmettin Bilal telah menikah. Dari Isra` putrinya, dia memiliki dua cucu. Sedangkan Sumayya, putrinya, melanjutkan studinya di Amerika, karena Negara Turki yang dipimpin oleh ayahnya sejak 8 tahun silam melarang wanita-wanita Turki mengenakan jilbab di Sekolah ataupun di Perguruan Tinggi. Adapun ibunda Erdogan yang memiliki garis keturunan Georgia, masih hidup dan bergelut dengan kesehatannya yang memburuk karena serangan jantung dan gangguan hati.[17]

Page 5: Gebrakan Dakwah Dan Politik

b)  Latar Belakang PendidikanMinat keluarga Erdogan memilih pendidikan keagamaan sejak dini, terlihat dari

kemauan orang tuanya yang tinggi dengan memasukkan Erdogan ke Sekolah “Imam Khatib”. Perkembangan Erdogan menjadi seorang pemuda saleh sangat cepat, sesuai dengan keinginan orang tuanya yang memilih pendidikan keagamaan yang memadukan pendidikan agama klasik dan modern.[18]

Ketika Erdogan berumur 13 tahun, dia belajar di Sekolah Dasar (Ibtidaiyah) bersama anak-anak Kota Qasim Pasha dan lulus tahun 1965. Kota Qasim Pasha terkenal dengan penduduknya yang kuat, temperamen, memiliki dialek yang menjadi kebanggaan dan kehormatan sebagaimana Erdogan merasa terhormat tinggal di sana. Di sanalah Erdogan belajar tantangan dan kekuatan,yang terlihat dalam setiap pernyataan dan pidato resminya. Setelah lulus dari Sekolah Dasar, dia melanjutkan studinya ke Sekolah Menengah Imam Khatib dan lulus tahun 1973. Di sekolah inilah dia belajar fikih, aqidah dan tajwid sehingga sedikit demi sedikit meningkatkan kemampuannya dalam berbicara dan berfikir.[19]

Ketika Erdogan duduk di bangku Sekolah Dasar, salah satu gurunya memberi julukan kepadanya “Syaikh Recep”. Hal itu ketika pelajaran tentang pendidikan keislaman, gurunya bertanya kepada murid-murid siapa yang bisa melakukan shalat di dalam kelas untuk dicontoh oleh murid-murid yang lain? Erdogan mengangkat tangan untuk memimpin teman-temannya melakukan shalat. Gurunya berterima kasih kepadanya dan meletakkan koran di atas lantai sebagai sajadah (alas) untuk shalat. Dan, Erdogan kecil menolak melakukan shalat di atas koran karena di lembaran koran terdapat gambar wanita yang sedang berjalan. Sang guru merasa heran dan takjub dengan sikap Erdogan dan memuji kecerdasan dan kesalehannya sehingga memanggilnya dengan “Syaikh”. Gelar itu didapatkan Erdogan sebelum masuk Sekolah  Menengah Leadershipdan Retorika. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Keagamaan “Imam Khatib”, dia melanjutkan ke Universitas Marmara Istanbul untuk belajar ekonomi dan bisnis. Erdogan sangat terpengaruh dengan pendidikan keagamaannya. Dia selalu menselaraskan antara iman, akhlak Islamiyah dan selalu mengikuti sunnah Rasulullah Saw. Inilah rahasia kesuksesannya.[20]

Selama menempuh pendidikan yang berbeda-beda, Erdogan membantu orang tuanya dan mengajar saudara-saudaranya. Dia berjualan jus lemon dan semangka di jalan-jalan kota Istanbul ketika duduk di Sekolah dasar dan Menengah. Ketika tingkat Sekolah Menengah Atas, dia berjualan kue yang terkenal di Turki yaitu kue Semolina. Dia membeli kue tersebut dalam keadaan kering dengan harga murah, kemudian memanaskannya di rumah hingga menjadi lembut dan enak, lalu menjualnya dengan harga yang sesuai sehingga bisa membantu orang tuanya.[21]

Page 6: Gebrakan Dakwah Dan Politik

Hal ini dituturkan Erdogan dalam debat dengan Ketua Partai Republik, Deniz Baykal, yang di tayangkan salah satu stasiun televisi Turki. Dia mengatakan, “tidak ada yang bisa aku lakukan kecuali berjualan semangka dan Semolina saat masih belajar di Sekolah Dasar dan Menengah, agar aku dapat membantu orang tuaku dan bisa menyelesaikan studiku. Hal ini aku lakukan karena orang tuaku miskin”. Saat belajar di Perguruan Tinggi, dia bekerja di pasar kota. Meskipun belajar dan bekerja, dia tidak meninggalkan hobi favoritnya yaitu bermain sepak bola. Sejak kecil hingga dewasa, dia telah bergabung di tiga klub sepak bola yang berbeda di Istanbul. Erdogan selalu bermain sepak bola hingga lulus dari universitas dan masuk wajib milter sebagai pasukan cadangan. Setelah selesai wajib militer, dia bekerja sebagai penasihat keuangan di beberapa perusahaan finance. Hal itu dilakukan Erdogan ketika belum terjun ke dunia politik sekitar tahun tujuh puluhan.[22] Ketika masih aktif menjadi mahasiswa, ia bergabung dengan gerakan politik yang berkembang di Negara Islam tersebut. Bekal ketika menjadi aktivis kemahasiswaan itulah yang kemudian membantu perjalanan karirnya.[23]

c)   Latar Belakang OrganisasiSejak remaja Erdogan sudah terlibat dalam dunia organisasi,

diantaranyabergabung dengan Partai Keselamatan Nasional (Milli Selamet Partisi/ Hizb Salamh Al-Wathani) yang dipimpin oleh Necmettin Erbakan, bapak partai konservatif dan menjadi Perdana Menteri Turki Pertama yang Islami. Erdogan bertemu dengan Erbakan pada saat masih duduk di bangku kuliah. Pertemuan ini membuka cakrawala berfikir Erdogan tentang politik. Dia mulai mengenal organisasi dan belajar politik bersama Partai keselamatan Nasional. Pada tahun 1975, Erdogan ditunjukkan Sebagai Ketua Kepemudaan partai tersebut, yang berdiri pada pada tahun 1972, setelah Partai keselamatan Nasional dibubarkan dan pendirinya, Erbakan, pindah ke Swiss. Sebelum dibubarkan, Erdogan telah dipilih menjadi Ketua Bidang Kepemudaan di Partai Keselamatan Nasional. Dia menduduki posisi tersebut samapai tahun 1980 dan seluruh partai dibekukan, untuk pertama kali Erdogan masuk dalam ranah hukum yang sesuai dengan otoritasnya sebagai praktisi. [24]

            Pada tahun 1983, demokrasi di Turki dipulihkan. Erdogan kembali ke dunia politik melalui Partai Kesejahteraan (Refah Partisi) di wilayah Istanbul. Dia menjadi Ketua partai Baru ini, di wilayah kosmopolitan Beyoğlu, salah satu kota terbesar di Istanbul tahun 1984. Dan pada tahun 1985, Erdogan menjadi Ketua Partai ini di wilayah Istanbul. Selanjutnya, satu tahun kemudian dia menjadi anggota Majelis Kehormatan Partai. Dia menjadi calon anggota parlemen dari partai ini sebanyak dua kali, yaitu tahun 1987 dan tahun 1991, akan tetapi tidak terpilih. Tahun 1995, saat pemilihan

Page 7: Gebrakan Dakwah Dan Politik

umum tingkat wilayah, Erdogan terpilih sebagai walikota untuk wilayah Istanbul raya dan menjadi Presiden Dewan Metropolitan Istanbul Raya. Banyak sekali prestasi yang telah dilakukan Erdogan saat menjadi walikota dengan menata dan memperindah kota. Inilah yang menjadi nilai tambah Erdogan di mata masyarakat dan Parlemen.[25]

            Kepiawaian Erdogan dalam memimpin Istanbul menjadi bukti bahwa ia memang

sanggup dan layak menjadi pemimpin umat. Ia berhasil membangun prasarana dan jalur-

jalur transportasi Istanbul, pengadaan air bersih, penertiban bangunan, mengurangi kadar

polusi dengan penanaman ribuan pohon di jalan-jalan kota.[26]

            Selain Rasulullah Saw, sosok yang menjadi idola Erdogan adalah Necmettin

Erbakan, Pemimpin Patai Keselamat Nasional Islam Turki, yang memberikan pendidikan

politik. Adapun pengaruh Necmettin Erbakan pada Erdogan adalah karakter Erbakan dalam

memimpin partai yang sangat membekas bagi Erdogan sehingga menjadi panutan saat

menjadi pemimpin. Erbakan juga sangat percaya kepada Erdogan sehingga menyetujui

setiap perubahan yang dilakukan Erdogan terhadap partainya. Termasuk kepercayaan

Erbakan saat mendirikan Partai Refah tahun 1997. Erdogan selalu menghormati Erbakan

sebagai guru, sehingga setelah keluar dari penjara tanggal 24 juli 1999 dan menyatakan

keluar dari Partai refah[27] tahun 2001, lalu membuat partai baru, yaitu Partai Keadilan dan

Pembangunan (Adelet ve Kalkinma Partisi/AKP).[28] Meski tidak secara tegas

mencantumkan azas Islam karena hal itu memang dilarang, namun demikian orang-orang

AKP sudah dikenal oleh masyarakat Turki sebagai penerus perjuangan Erbakan,[29] yang

berideologi Islam.

            Sejak mendirikan partai AKP, dia selalu menghindari setiap perkara yang

mencurigakan. Dia juga menggunakan ideologi keislaman seperti yang dilakukan Erbakan,

sehingga membuat geram kelompok-kelompok sekuler. Partai ini, selalu berpihak kepada

keputusan orang banyak dan tidak pernah melakukan perselisihan dengan militer Turki,

bahkan mengatakan, “Aku akan mengikuti politik yang jelas untuk mencapai tujuan yang

yang telah dicanangkan Attaturk, yaitu mendirikan masyarakat yang berbudaya dan modern

dalam keislaman yang diyakini oleh 99% penduduk Turki”. Inilah keputusan yang dilakukan

Erdogan dan menunjukkan gaya baru dari demokrasi yang membuatnya selalu memenangi

pemilihan umum semenjak 2002 hingga 2007.[30]

            Meski baru berusia 12 bulan, pada pemilu 3 November 2002, AKP secara fantastis

meraih 34,1 persen suara. Perolehan ini menjadikan AKP sebagai partai pemenang pemilu

mengalahkan partai-partai nasionalis dan sekuler. Karena masih berstatus terpidana,

Erdogan tidak boleh menjabat sebagai perdana menteri.  Dan jabatan itu dipegang oleh

wakil ketua AKP, Abdullah Gul[31]. Beberapa bulan kemudian, pada tanggal 12 Maret 2003,

setelah kasus tuduhan terhadap Erdogan dianggap selesai dan disetujui parlemen,

Erdogan pun akhirnya menjadi perdana menteri menggantikan Abdullah Gul.[32]

Page 8: Gebrakan Dakwah Dan Politik

d). Latar Belakang Setting Sosial, Budaya dan Politik

Sebagai bangsa, Turki memiliki sejarahnya sendiri yang unik.  Kasus Turki

mengundang minat dan perhatian banyak pengamat, karena terjadi banyak paradoks di

dalamnya. Dr. A. Ilyas Ismail, mengemukakannya sebagai berikut:[33]

Pertama, Turki adalah bangsa Muslim, tetapi negara sekuler. Dalam sejarah, Turki

pernah dicatat sebagai bangsa yang sangat gigih mengupayakan terwujudnya doktrin

kesatuan agama dan negara (wahdat al-din wa al-daulah), tetapi orang Turki pula yang

mula-mula menghancurkannya melalui gerakan sekularisme yang dilancarkan oleh Mustafa

Kamal Ataturk.

Kedua, Turki juga pernah dicatat dalam sejarah sebagai kekuatan adidaya

(superpower) yang disegani di Timur maupun Barat. Akan tetapi, sejak pertengahan abad

ke-19 M, muncul sebutan olok-olok sebagai “the sick man Europe” (orang Eropa yang

sakit). Sebutan ini mengandung dua interpretasi. Pertama, sebagai olok-olok atas

kekuasaan Turki yang terus melorot. Kedua, juga olok-olok karena Turki modern, meskipun

secara kultural adalah Arab dan Islam, tetapi mereka lebih suka mengidentifikasikan diri

kepada Eropa dan Barat.

Ketiga, Turki dicatat pula sebagai bangsa Islam yang paling awal melakukan

pembaharuan. Tapi, Turki tak kunjung maju-maju, tak berbeda dengan negeri-negeri Islam

lain yang belum lama melepaskan diri dari penjajahan Barat.

Di Istanbul, Erdogan hidup diantara dua kekuatan yang bertentangan. Kekuatan masa lalu, yang dibangun Turki Ustmani dalam beberapa abad berupa istana, masjid dan kota-kota klasik, dengan kekuatan modern, yang terlihat dari simbol-simbol baru yang diterapkan oleh Republik (sekular) Turki.[34]

D.    PEMIKIRAN DAN GERAKAN DAKWAH ERDOGANDalam perspektif penulis, jika membicarakan sosok Erdogan, umumnya lebih

terkesan dan menonjol sebagai politikus atau negarawan muslim, daripada sebagai rijâl ad-da’wah (mujahid/aktivis dakwah) sebagaimana kesan padaHasan Al-Banna[35] dan Abul A’la Al-Maududi[36] atau pun Mohammad Natsir[37],karena kiprahnya yang lebih dominan di ranah politik dengan dinamika keterlibatannya secara praktis.

Namun demikian, segala pemikiran dan aktivitasnya secara substansi dapat kita maknai sebagai gerakan dakwah di ranah politik. Sehingga -meminjam istilah Allahu yarham Mohammad Natsir[38]- kita dapat menyebutnya dengan “berdakwah di jalur politik”. Apalagi kentalnya komitmen orientasi politik Erdogan dengan ideologi Islam, yang disesuaikan dengan pandangan politik sekular Negara Turki. Berikut ini, penulis berusaha menjelaskan berbagai pemikiran dan aktivitas Erdogan sebagai ijtihad dakwahnya di ranah politik.

Page 9: Gebrakan Dakwah Dan Politik

a)   Pemikiran DakwahDiantara bukti komitmen keislaman dan seruan dakwah Erdogan adalah

keberaniannya ketika membacakan kutipan bait-bait puisi seorang penyair Ziya Gokalp, yang disampaikan dengan penuh semangat dan suara lantang di sela-sela konferensi Umum Partai Refah di Kota Sard, Tenggara Anatolia;

“Masjid adalah barak kami, kubah adalah penutup kepala kami, menara adalah bayonet kami, orang-orang beriman adalah tentara kami, tentara ini yang menjaga agama kami”.[39]

Sehingga dengan alasan itu pengadilan intelijen Negara di Diyarbakir tahun 1998,  memutuskan Erdogan selama 10 bulan penjara dan melarangnya dari aktvitas politik. Karena dianggap telah memprovokasi rakyat untuk membangkitkan rasa keberagamaan. Pada hari penjatuhan vonis pengadilan, massa mendatangi rumahnya untuk mengucapkan perpisahan dan menunaikan shalat Jumat bersamanya di Masjid Muhammad Al-Fatih. Seusai shalat, ia menuju penjara dengan diiringi 500 mobil pendukungnya. Lalu ia menyampaikan pidatonya yang terkenal, pidato yang bisa dijadikan teladan bagi sesama. Ia mengata, “Seorang mukmin kebahagiaannya akan tampak diwajahnya, dan kesedihannya ada dalam hatinya”. Lalu ia menegaskan: [40]

“Selamat tinggal, wahai para pendukungku. Aku ucapkan selamat Hari Raya Idul Adha kepada penduduk Istanbul, masyarakat Turki dan seluruh dunia Islam. Aku tidak pernah merasa keberatan dan aku tidak akan dendam untuk menentang negaraku. Aku akan menghabiskan waktu beberapa bulan ini untuk mempelajari jalan-jalan yang dapat mengantar negeri ini pada era millennium ketiga, insyaAllah itu adalah masa-masa yang indah. Aku akan bekerja sungguh-sungguh dipenjara. Sementara kalian yang berada di luar penjara, berbuatlah sesuai dengan batas kemampuan kalian….aku titipkan kalian kepada Allah, mohon maafkan aku, doakan aku agar bisa bersabar dan diberi kekuatan. Sebagaimana aku berharap kalian tidak mengeluarkan protes apapun terhadap partai-partai lain. Hendaknya kalian menjalani semuanya ini dengan penuh kewibawaan dan ketenangan, tanpa ada tindakan protes dan teriakan penentangan sebagai ungkapan rasa sakit kalian. Tunjukkan kecintaan kalian pada kotak-kotak suara pada pemilu yang akan datang”.

Pepatah mengatakan, “Banyak sekali kesengsaraan yang membawa kenikmatan”. Empat bulan di penjara memberikan pengaruh yang baik bagi Erdogan. Beliau keluar dari penjara dengan ide-ide reformasi dan cara-cara moderat, tanpa ada ucapan yang keras, berdasarkan prinsip, “jangan engkau menjadi keras sehingga engkau bisa pecah, dan jangan engkau menjadi lembek sehingga engkau bisa diperas”. Langsung saat keluar dari penjara, Erdogan mengumumkan bahwa ia telah mengganti pakaian politiknya. Hanya saja, partai oposisi sekular menganggapnya sebagai kepura-puraan belaka. Pada saat itu, Erdogan bermaksud menguasai aparatur negara untuk mengubah aturan dan mengganti paham sekularisme. Kebenaran ini masih belum bisa

Page 10: Gebrakan Dakwah Dan Politik

diterima secara nalar oleh kaum sekular, dimana Erdogan sangat mempercayainya dan telah dijelaskan dalam berbagai kesempatan.[41]

Bersama sahabat perjuangannya, Abdullah Gul, ia memikirkan cara baru untuk merealisasikan ide-ide reformasi mereka yang bertentangan dengan pemikiran pemimpin sekaligus guru mereka, yaitu Necmettin Erbakan. Perbedaan pendapat sangat jelas di antara kelompok orang-orang yang ingin mempertahankan kepemimpinan Erbakan dan kelompok reformis yang dipimpin oleh Erdogan dan Gul, di mana keduannya memiliki pemikiran bahwa Partai Refah berda dalam kesalahan fatal selama masih berseteru dengan Negara dan menggunakn semboyan-semboyan keagamaan dalam masalah politik, sebagaimana pengobaran semangat pasukan yang melestarikan sekularisme Attaturk. Maka kudeta pun terjadi secara diam-diam, dan pemerintah Erbakan dijatuhkan serta adanya larangan terhadap Partai Refah. Bahkan Partai Fadhilah penjelmaan baru Partai Refah pun dibubarkan.[42]

Maka akhirnya kelompok pembaharu, Erdogan dan Gul mendirikan Partai Keadilan

dan Pembangunan (AKP), di bawah pimpinan Erdogan pada 14 Agustus 2001. Prediksi

Erdogan terealisasikan, lalu Partai AKP berhasil mengikuti pemilu yang diselenggarakan

pada tahun 2002. Selain itu partai ini berhasil mangantarkan 323 wakil-wakilnya di

parlemen. Ini adalah kemengan yang gemilang, di mana pemerintah bisa mengatur

pemerintahan sekarang.[43] Dalam  politik moderatnya, Erdogan selalu menjaga hubungan

dengan berbagai kelompok didasari pada kecerdasan politik yang dimilikinya. Ia bekerja

berdasarkan keteguhan semangat politiknya yang jauh dari ektrimisme keagamaan,

apalagi background  Islami yang menjadi ciri khasnya. Beberapa factor Erdogan disukai

rakyat adalah reputasi baik dan kewibawaannya, tidak punya cacat dan tidak suka

mengumbar janji-janji kosong.[44]

Partai AKP bukan hanya partai moderat, tapi ia parta Islami yang memadukan nilai-

nilai keagamaan dan kehidupan politik. Berdasarkan keyakinan bahwa partai Islam adalah

partai yang mampu memposisikan ajaran Al-Quran dan Hadits dalam bentuk prinsip-prinsip

dasar yang cakap dalam mengatur Negara dan masyarakat. Inilah yang ditunaikan oleh

partai AKP, dimana ia berjuang demi menegakkan keadilan social dan menghormati nilai-

nilai keagamaan, mengakui nilai-nilai keagamaan, memenuhi kesejahteraan masyaraat,

menjamin kebutuhan meraka terhadap pendidikan dan kesehatan, serta mendorong potensi

negaranya.[45] Walau masih tidak terang-terangan menyatakan menegakkan syariat Islam

di Turki, Erdogan dan partainya sudah berhasil meyakinkan masyarakat Turki yang sudah

sekian puluh tahun terkungkung dalam topeng sukuler Turki kepada pembangunan nilai-

nilai Islam yang universal.[46] Hingga akhirnya mengantarkan Abdullah Gul sebagai

Presiden dan Erdogan sebagai Perdana Menteri Turki.

Politik merupakan seni menjalan kekuasaan dan mengatur rakyat yang dipimpinnya. Ketika kekuasaan sudah di tangan, maka identitas harus lebih ditegaskan.

Page 11: Gebrakan Dakwah Dan Politik

Inilah yang dilakukan oleh Recep Tayyib Erdogan, seorang politisi Islam Turki yang dijuluki sebagai “Muadzin Penumbang Seklarisme Turki”. Erdogan berhasil meyakinkan rakyat Turki, bahwa sekularisme yang pernah menggurita dan ekstrem pada masa Mustafa Kamal Attaturk, yang menihilkan nilai-nilai Islam, adalah masa kegelapan yang membuat negeri indah ini berada dalam kendali otoritarian dan pemimpin yang mabuk dalam kekuasaan. Erdogan meyakinkan rakyatnya, bahwa dengan identitas Islam, Turki bisa mengembalikan kejayaan Kekhalifahan Utsmani, kekhalifahan yang tidak hanya kuat dari segi pertahanan, tapi juga dalam perekonomian. Pada masa lalu, kekuasaan Khilafah Utsmaniyah mampu membuka jalur-jalur perdagangan ke berbagai belahan dunia, bahkan sampai ke Indonesia.[47]

            Dengan keyakinan bahwa “Islam adalah Solusi” (Al-Islama huwa al-hal), Erdogan yang dibesarkan dalam lingkungan keislaman, mampu menunjukkan kesantunan dan kepiawaiannya dalam berpolitik, sehingga berhasil menumbangkan “berhala sekularisme Attaturk” tanpa melakukan kudeta dan melesatkan peluru sebutir pun. Sekularisme yang disucikan militer, dan dijaga oleh kekuatan senjata, mampu ditumbangkan dengan kudeta tanpa senjata. Siapa mengira, symbol-simbol keislaman yang pada masa lalu dilarang dan diganti dengan hukum Swiss (Swiss Code) oleh dictator Kemal Attaturk, seperti jilbab dan lain-lain, kini bisa bebas dan kembali menjadi identitas muslimah Turki di jalan-jalan. Bahkan tak ada yang menduga, dengan “kudeta tanpa senjata” pengunaan yang tabu dalam lembaga-lembaga pemerintahan, kini mendapat kebebasan. Jilbab bahkan masuk istana dan menghiasi acara-acara kenegaraan, dengan tampilnya Nyonya Erdogan sebagai ibu Negara.[48]

            Erdogan merupakan contoh politisi dan pemimpin yang tidak larut dalam kekuasaan, sehingga melupakan identitas keislamannya. Jejak rekamnya dalam membela kaum muslimin yang tertindas, terutama di Palestina, sudah tidak diragukan lagi. Begitu pun kritik-kritiknya terhadap Barat, terutama yang tergabung dalam Uni Eropa, terkait persoalan hak-hak asasi umat Islam yang terkadang mendapatkan perlakuan zalim.[49]

Sehingga dengan yang demikian, banyak pengamat –Turki dan Barat- menilai  bahwa kebijakan luar negeri Turki telah bergeser ke sumbu "baru” yaitu fokus ke arah Timur  yang “terlalu Islami” dan bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar yang ditetapkan oleh Attaturk. Namun Erdogan dan Partai AKP membantah pandangan tersebut.[50]

           b)  Gerakan Dakwah

Aktivitas keislaman dan dakwah telah bersentuhan dengannya semenjak masih kecil di bawah bimbingan orang tuanya yang agamis. Bahkan ketika masih remaja ia telah aktif di partai dakwah yang dipimpin oleh Erbakan.

Page 12: Gebrakan Dakwah Dan Politik

Sebagai seorang muslim dan publik figur, Erdogan telah memberikan keteladan yang baik, inilah merupakan kunci kesuksesannya. Ia mengatakan, kami memiliki senjata yang tidak kalian miliki. Senjata itu adalah keimanan. Kami memiliki akhlak Islam, teladan bagi umat manusia, Rasulullah Saw.[51]

             Salah satu pendekatan dakwah Erdogan ialah merasakan kebutuhan, dekat dan peduli dengan kaum mustadh’afin (fakir miskin dan dhu’afa), yang kemudian menjadi basis pendukungnya. Ini pula merupakan strategi dakwah Rasulullah Saw pada masa awal penyebaran Islam.

Saat menjabat walikota Istanbul, Erdogan sukses dalam menanamkan sosoknya sebagai penolong bagi orang-orang miskin dan orang-orang yang membutuhkan bantuan. Dimana ia telah banyak memberikan bantuan kepada orang banyak, baik bantuan uang maupun materi. Dalam waktu bersamaan, Erdogan masih tetap menunjukkan sosok orang yang taat beragama dan menjalankan shalat tepat pada waktunya. Ia selalu menyertakan dalil dari Al-Quran dan Hadits dalam setiap pidato dan sambutan-sambutannya. Erdogan juga masih tetap tinggal di rumahnya yang sederhana di Qasim Basya. Ia menolak untuk pindah ke tempat lain, yang layak bagi seorang walikota di kota besar seperti Istanbul. Bahkan ia berhasil mengeluarkan kota Istanbul dari hutang-hutangnya yang mencapai milyaran dollar menjadi keuntungan dan investasi senilai 12 milyar dollar dan dengan pertumbuhan mencapai 7%.[52]

 Semua ini dicapai Erdogan berkat kecerdasan, sentuhan “tangan sucinya” dan kedekatannya dengan masyarakat, terlebih kaum buruh, karena Erdogan telah menaikkan upah buruh, serta memberikan perlindungan dalam bidang kesehatan dan sosial. Persoalan besar yang pernah menimpa Istanbul, mampu diselesaikan  Erdogan, diantaranya; persoalan air bersih yang dialirkan ke rumah-rumah, dimana jutaan penduduk kita tidak memperolehnya selama bertahun-tahun, saat bantuan air dari ibu kota terputus beberapa tahun lamanya. Keadaan ini berubah semenjak tahun 1996, air bersih selalu memancar permanaen dan secara alami di berbagai daerah perkotaan yang padat berbagai sudutnya. Bahkan Erdogan adalah orang pertama yang mendidrikan tempat-tempat berbuka puasa untuk umum di Kota Istanbul pada bulan ramadhan. Di tempat itu disajikan makanan hangat bagi orang yang tidak memiliki makanan berbuka saat waktu berbuka tiba. Ini merupakan kegiatan sosial yang mendapat sambutan baik dari penduduk kota. Termasuk memberikan beasiswa kepada para pelajar pada awal-awal tahun ajaran pendidikan.[53]

            Salah satu kebijakan Erdogan yang dianggap mengkhianati ideologi sekuler Turki

adalah pencabutan larangan memakai jilbab. Padahal, sejak pendirian negara Turki sekuler

oleh Mustafa Kemal Ataturk, jilbab sudah tidak lagi diperbolehkan berada dalam dinamika

pemerintahan dan masyarakat Turki. Karena pelarangan jilbab itulah, Erdogan terpaksa

menyekolahkan anak-anak gadisnya ke Amerika dan Eropa yang memang membolehkan

Page 13: Gebrakan Dakwah Dan Politik

siswi berjilbab. Hal ini karena demi menjaga jilbab agar tidak lepas dari busana anak-anak

wanitanya. Fenomena inilah yang diperjuangkan Erdogan di Turki. Menurutnya kepada

publik Turki, bagaimana mungkin Eropa dan Amerika yang jauh lebih sekuler dari Turki

masih membolehkan siswi untuk mengenakan jilbab. Sementara Turki malah melarang.

Erdogan pun akhirnya mengangkat logika ini untuk menyerang para anti Islam yang

berlindung di balik topeng ideologi sekuler. Akhirnya, pada pemilu 2007, partai yang

dipimpin Erdogan mendapatkan suara yang sangat luar biasa, 46, 7 persen. Suatu

perolehan yang belum pernah terjadi di pemilu Turki secara demokratis. Angka ini

menjadikan AKP memperoleh 340 kursi dari 550 kursi parlemen. Dalam kemenangan

itulah, Erdogan dan partainya mengajukan proposal RUU Paket Demokrasi. Yang di

antaranya, undang-undang yang membolehkan jilbab di sekolah, kampus, dan kantor-

kantor pemerintah.[54]

            Keberpihakannya pada perjuangan umat Islam di Palestina, Erdogan secara aktif

mengunjungi berbagai negara untuk melakukan lobi untuk mendukung perjuangan

Palestina. Terakhir dalam diskusi internasional ‘World Economic Forum’ di Davos, Swiss,

yang dihadiri Presiden Israel Shimon Peres, Sekjen PBB Ban Ki-moon, dan Amir Moussa,

Erdogan duduk disamping Presiden Israel Shimon Peres menyatakan bahwa, “Israel adalah

negara yang lebih daripada sekedar barbar” Beliau menatap tajam mata Presiden Israel

Shimon Peres yang seolah cuek saja dengan Erdogan. Setelah itu, Erdogan pun

meninggalkan forum.[55]

            Sehingga Turki di bawah AKP dan Erdogan menjadi tempat berlabuh para aktivis

Islam, dan seluruh kekuatan-kekuatan Islam, yang ingin membangun komunikasi politik dan

kerjasama antar Gerakan, dan mereka bisa bertemu di Istambul Turki. Turki menjadi tempat

semua Gerakan Islam yang ingin bertemu untuk menyamakan visi gerakan mereka. Ini

yang tidak ada di negara Islam, khususnya di dunia Arab, dan tempat lainnya. Di mana

pemerintahan Turki di bawah AKP, memfasilitasi berbagai kelompok dan kekuatan Islam di

seluruh dunia, yang ingin melakukan pertemuan dan menggalang kerjasama di Istambul

Turki. Kelompok-kelompok Islam di Turki terus tumbuh, dan bersemi dengan baik, dan

mereka mengaktualisasi pemikiran dan gerakan mereka, dan semuanya tanpa ada restriksi

(hambatan). Pemerintah Turki di bawah AKP, memperjuangkan perubahan konstitusi, yang

merupakan produk militer, dan hasil kudeta tahun l982, dan inilah yang ingin di rubah oleh

Erdogan dan AKP. Termasuk dibebaskan semua pelajar, mahasiswa, dan pegawai untuk

menggunakan jilbab.[56]

Sebagai pemimpin, Erdogan memahami perannya untuk membawa kesejahteraan rakyat dan kemajuan Negara. Erdogan terus menggebrak dan ekonomi Turki pun menggeliat. Waktu Erdogan mulai memimpin, tahun 2002, gross domestic product (GDP) Turki hanya 3.492 dolar AS, tetapi pada 2010 berubah menjadi 10.079 dolar AS. Dalam bidang ekonomi, Erdogan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak,

Page 14: Gebrakan Dakwah Dan Politik

terutama dengan negara-negara Arab. Untuk kepentingan ini, ia menghadiri Forum Ekonomi Arab (Arab Eeconomic Forum), di Beirut tahun 2005. Erdogan juga tercatat sebagai satu-satunya Perdana Menteri Turki yang menghadiri Pertemuan Tingkat Tinggi Liga Arab (Arab League Summit) di Khartoum, dan Turki diberi status “Permanent Guest”. Semua langkah Erdogan ini, selain memperkuat pengaruh Turki di negeri-negeri Arab, juga dengan sendirinya menaikkan kemajuan ekonomi Turki itu sendiri.[57]

Mengenai rahasia kesuksesannya yang mengembalikan perekonomian Turki untuk hidup dan mendorongnya secara kuat untuk berhasil dan mampu menjembatani terjadinya kesenjangan sosial dengan meningkatkan penghasilan dan mengurangi pengangguran. Rahasianya pada tiga hal; pertama, manajemen sumber daya manusia. Kedua manajemen informasi. Ketiga, manajemen keuangan.[58]

Dari hari kehari Turki mengalami perubahan dan melepaskan baju westernisasinya untuk kembali kepada prinsip-prinsipnya dan bangga dengan identitas-identitas, peradaban dan posisinya di antara negera-negara Timur Tengah, Asia tengah dan Eropa. Inilah wajah baru Turki di bawah manajemen politik Erdogan.[59] Pemerintahan mengeluarkan kebijakan baru terhadap kekuatan militer yang selama ini berpengaruh, yaitu sesuai dengan standar yang ditentukan Kopenhagen (maksudnya standar politik dan konstitusi yang harus diambil Turki agar bisa diterima menjadi anggota Uni Eropa dengan konstitusi baru, dan yang terpenting adalah menyingkirkan lembaga militer dari politik dan menjauhkannya dari campur tangan sipil dan pengadilan). Kebijakan ini diambil dengan tujuan mengembalikan fungsi dan peran lembaga tersebut.

Selain itu, Konstitusi Turki menunjukkan bahwa bentuk tatanan Negara di Turki adalah republik demokratik sekular. Namun akhirnya realita yang terlihat adalah bahwa upaya yang dilakukan oleh Erdogan melalui Partai AKP sejak tahun 2002 telah berhasil menjadikan tatanan politik di Turki sebagai contoh atau model yang patut mendapatkan perhatian. Semua pihak memperbincangkan tentang model Turki (The Turkish Model) yang berporos pada tiga pilar utama yaitu demikrasi, sekularisme dan Islam. Dapat kita katakana, rahasia perubahan tatanan politik Turki menjadi salah satu alat kekuatan yang lembut pada tingkat regional, yaitu:

1.      Merupakan model dari sikap kelompok Islamis dimana melalui tatanan tersebut mereka mampu berinteraks dengan keadaan dalam dan luar negeri di Negara mereka dengan sikap yang realistis, pragmatis dan moderat.

2.      Merupakan model demokrasi Islam yang moderat yang selama ini yang dicari oleh Amerika Serikat dan berupaya secara luas untuk menerapkannya secara luas.

3.      Merupakan model kemampuan identitas Islam untuk beradatasi dan menghargai nilai penting di masyarakat yaitu kebebasan, keadilan dan transparansi.[60]

Page 15: Gebrakan Dakwah Dan Politik

Dengan demikian, Ada beberapa faktor yang menyebabkan kesuksesan Erdogan dan Partai AKP dalam mempertahankan dukungan politik secara luas dari rakyat Turki, yang dapat dinilai sebagai gebrakan politik dan dakwahnya, antara lain;[61]

1.       Adanya faktor kepemimpinan di dalam Partai AKP, yang di dalamnya terdapat tokoh-tokoh

yang memiliki visi, integritas, kredibel, dan komitmen yang sungguh-sungguh dengan visi

mereka. Bukan orang-orang oportunis, yang hanya semata mengejar kekuasaan. Mereka

bekerja di dalam sebuah kekuasaan dengan visi yang sangat jelas. Tiga tokoh utama dalam

AKP, yang membuat Partai AKP menjadi pilihan rakyat Turki, yaitu Recep Tayyib Erdogan,

yang menjadi perdana menteri, Abdullah Gul, yang menjadi presiden Turki, dan Ali

Babacan, yang menjadi deputi perdana menteri.

2.      Adanya “Triumvirat” AKP; Erdogan, Abdullah Gul, dan Ali Babacan, sebagaiarsitek

perubahan di Turki, melalui instrumen Partai AKP. Ketiganya orang yang terdidik, berlatar

belakang sebagai ekonom, dan ketiganya pernah bekerja di lembaga multilateral. Abdullah

Gul pernah bekerja di IDB (Islamic Development Bank), dan World Bank. Erdogan, yang

ekonom pernah bekerja di IDB, dan memulai karir politiknya sebagai Walikota Istambul,

yang sukses, saat Partai Refah, yang dipimpin Necmetin Erbakan memenangkan pemilu di

Turki l994. Ali Babacan, ekonom yang sangat jenius, dan menjadi deputi perdana menteri,

dan ketua negosiator dengan negara Uni Eropa. Tokoh “Triumvirat” Turki, Erdogan,

Abdullah Gul, dan Ali Babacan, ketiganya adalah tokoh yang memiliki visi yang jelas,

integritas yang tinggi, komitmen, dan kesungguhan menjalankan dan memperjuangkan visi

atau cita-cita yang dimilikinya dengan bekerja keras. Tetapi, yang paling pokok, mereka

memiliki visi (cita-cita) yang jelas, dan meperjuangkannya dengan jalan dan instrumen yang

terbuka, disertai komitmen yang tidak pernah putus, selama satu dekade ini. Karena

pandangan dan sikap ketiga pemimpin Turki itu, rakyatnya memberikan apresiasi dengan

dukungan politik, yang konstan selama satu dekade ini.

3.      Hanya dalam waktu satu dekade Turki di bawah kekuasaan Partai AKP, yang dipimpin

Perdana Menteri Recep Tayyib Erdogan, terjadi perubahan yang luas. Ekonomi Turki

mengalami “booming”, ditandai dengan meningkatnya “income perkapita” rakyat Turki.

Menurunnya inflasi di bawah dua digit. Surplus perdagangan luar negeri Turki yang terus

meningkat, dan Turki menjadi kekuatan keempat ekonomi di Eropa. Mata uang Lira Turki

sejajar dengan dollar. Semuanya itu telah mengubah kehidupan rakyat Turki yang lebih

makmur.

4.      Dibidang politik, Erdogan dan AKP mengakhiri kekisruhan politik dan ketidakstabilan, yang

selama ini akibat konflik kepentingan antara partai-parai politik. Dengan suara mayoritas

yang dimiliki AKP di parlemen, Erdogan dapat mengarahkan seluruh kebijakan politik

negara sesuai dengan visinya. AKP dan Erdogan berhasil menjinakkan militer yang selama

ini menjadi “king maker” dan “trouble maker“ politik Turki. Selama pemerintahan AKP,

Page 16: Gebrakan Dakwah Dan Politik

militer dikembalikan ke barak. Usaha militer melakukan kudeta berhasil digagalkan, dan

bahkan sejumlah jenderal dijebloskan ke dalam penjara.

E.     PENGARUH GERAKAN DAKWAH ERDOGANDAN VISI NEO OTTOMANISME

Dari uraian di atas, fakta inilah yang membuat Abdel Halim Ghazali, komentator

resmi The New Anatolian, mengimbau para pemimpin dan penguasa Arab agar berubah

memandang Turki sekarang. Menurut Ghazali, Erdogan menjalin hubungan ekonomi dan

persaudaraan dengan Arab secara sungguh-sungguh, jauh dari basa-basi, dan tak lagi

sebatas retorika. Kebangkitan Turki di bawah Erdogan dan peran politik luar negeri Turki

yang makin menonjol belakangan ini, dinilai banyak pengamat, termasuk oleh lawan-lawan

politik Erdogan, sebagai fenomena kebangkitan “Neo-Ottomanisme.” Neo-Ottomanisme

adalah visi kenegaraan dan politik baru Turki yang menekankan kekuatan peran politik

Turki, baik pada tingkat regional maupun global melalui kekuatan diplomatik. Jadi, Neo-

Ottomanisme –berbeda dengan Kekhalifahan Usmani– merupakan grand strategi yang

memosisikan Turki sebagai pemain dunia (international player), tetapi menggunakan

kekuatan lunak (soft power) dan steril dari interest imperialisme.[62] Pendek kata, neo-

ottomanisme ini sebagai "soft power" menjadi jembatan antara Timur dan Barat, sebuah

bangsa Muslim, negara sekular, demokratik, dan sebagai kekuatan ekonomi kapitalis.[63]

Paham Neo-Ottomanisme ini digagas untuk pertama kalinya oleh Prof. Ahmed

Davutoglu[64], ketua Penasihat Erdogan untuk urusan kebjikan luar negeri, dalam karyanya

yang termasyhur, Strategic Deph. Davutoglu dikenal sebagai tokoh yang paling vokal

menyuarakan Neo-Ottomanisme dan menekankan pentingnya warisan Ottomanisme

sebagai pemikiran besar yang perlu diperhatikan oleh para pengambil kebijkan di Turki (the

most elaborate articulation of neo-ottomanism, and importance of ottoman legacy, on

strategic thinking of Turkish decision makers). Menurut tesis Davutoglu, kekuatan (politik)

suatu negara ditentukan oleh dua faktor. Pertama, faktor geo-strategi dan geo-politik.

Kedua, faktor kesejarahan, tetapnya kedalaman (kekayaan) sejarah (historical dept). Turki,

menurut Davutoglu, merupakan negara yang istimewa (unik), karena dianugerahi oleh

Tuhan kedua kekuatan itu, baik dari lokasi geo-politiknya yang menguasai dan

mengendallikan selat Bosporus, epicenter dari Balkan, Timur Tengah, dan Kaukasus,

maupun keutamaan warisan (legacy)-nya yang amat besar dan agung dari Kerajaan

Ottoman. Berkat kekayaan legacy-nya ini, Turki, tegas Davutoglu, berpeluang besar

menjadi penguasa di kawasan Islam. (That Turkey is the natural heir to Ottoman Empire

that once unified the Muslim World and therefore the potential to become the Muslim

regional power).[65]Dalam konstalasi politik di kasawan Timur Tengah yang kini bergolak dan

sedang mencari bentuk, maka Turki paling berpeluang memainkan peranannya di

Page 17: Gebrakan Dakwah Dan Politik

kawasan ini. Faktanya, ketika belum lama ini, Erdogan mengunjungi Mesir, Tunisia, lalu Libya, Perdana Menteri Turki itu, bak bintang superstar, disambut meriah dan histeris oleh kalangan muda, pendukung dan penggerak reformasi di tiga negara itu.[66] Kunjungan Erdogan ke beberapa negara muslim tersebut, bahkan ke Indonesia serta dukungannya kepada Palestina, kiranya lebih merupakan ungkapan dari visi neo-ottomanisme.[67] Dalam kunjungan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan yang kali ketiganya ke Indonesia pada Rabu malam (7/11/2012), telah menjadi simbol memperkuat kembali Hubungan Turki-Indonesia, yang berakar sejak dari abad ke-12. Bahkan ulama Islam Turki dipandang berpengaruh dalam menyebarkan Islam di nusantara.[68]

Dalam konstalasi politik dengan negara-negara Barat, Turki tidak pula mau

dipandang sebelah mata. Turki, tegas Davotuglu, bukan negara pinggiran, peripheral, dan

tidak pula hanya “konco wingking” (sideline) dari Uni Eropa, NATO, dan Amerika Serikat.

Sebaliknya, Turki justru diharapkan, seperti masa lalunya yang gemilang, menjadi

international player baik pada tingkat regional maupun global. Inilah hakikat Neo-

Ottomanisme. Pertanyaannya, mampukah Erdogan mewujudkan visi Neo-Ottomanisme ini?

Sejarah jugalah yang akan membuktikannya.[69]

F.     PENUTUPMengakhiri pembahasan ini, ada beberapa hal yang dapat kita kesimpulandan

pelajarannya, bahwa;1.      Sosok Erdogan telah membawa perubahan bagi Turki dan dunia Islam. Sehingga

Peran Turki di tingkat regional Eropa dan Timur Tengah sangat berpengaruh, dan bahkan posisi Turki sekarang menjadi sangat penting dalam masalah isu politik global dan dunia Islam. Karena visi politiknya yang menjadi kekuatan baru dunia Islam dengan semangat neo-ottomanisme, yang siap bersaing dengan Barat secara positif, dalam bingkai demokrasi, tentunya bukan imprealismekekaisaran.

2.      Dalam konteks perjuangan dakwah, Erdogan tidak kaku, bahkan mampu melakukan penyesuaian strategi dalam memperjuangkan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat dan sistem politik kenegaraan dalam menghadapi pengaruh sekularisme yang dibangun al-Taturk. Sehingga sulit bagi pengikut sekularisme untuk mencari alasan dalam menggulingkan pemerintahannya, apalagi kebijakan Erdogan merupakan harapan dari representasi masyarakat Turki, yang mampu diperjuangkan olehnya dalam mengangkat kesejahteraan kehidupan.

3.      Erdogan merupakan sosok pemimpin yang konsisten, peduli dan bijak. Baginya, kekuasaan bukanlah alat untuk memperkaya diri, namun kesempatan untuk berbuat dalam memperjuangkan ksejehateraan rakyat, terutama nasib masyarakat pinggiran, yang kerap kita sebut dengan kelompok “mustadh’afin”, sehingga keberadaannya

Page 18: Gebrakan Dakwah Dan Politik

membumi dengan hati rakyat. Bahkan posisinya yang strategis, menjadi peluang besar dalam berupaya untuk memperjuangkan nilai-nilai ajaran Islam, dan meredam pengaruh sekularisme dan pengikutnya.

4.      Dalam konteks keindonesiaan tentu kita pun mengharapkan ada tokoh-tokoh perubahan sekaliber Erdogan. Memiliki visi, integritas, kredibelitas, dan komitmen dalam memajukan umat, bangsa dan Negara serta memperjuangkan nilai-nilai syariat Islam dalam sistem kenegaraan, sebagai negara mayoritas penduduk muslim di dunia.

                      ( Mohon sebutkan sumber dan penulis dalam pengutipannya )

 DAFTAR PUSTAKA :

Baran, Zeyno, Torn Country Turkey Between Scularism & Islamism,  California United State of Amerika; Hoover Institution Press Pub lication, 2010Taghian, Syarif,  Erdogan Muadzin Istanbul Penakluk Sekularisme Turki, Jakarta: Al-Kautsar, 2012, Cet. 1A. Ilyas Ismail, Dr., MA, http://koran.republika.co.id/koran/24, Selasa,  1 November 2011Mashadi, http://www.eramuslim.com/editorial/membandingkan-partai-akp-turki-dengan-partai-islam-di-indonesia.htm ( Rabu, 13 Rajab 1432 H / 15 Juni 2011 11:25 WIB)Muhammad Nuh, http://www.eramuslim.com/berita/silaturrahim/erdogan-dan-dakwah-islam-di-turki.htm#.UMs6cazKeuI (Kamis, 9 Safar 1430 H / 5 Februari 2009 13:00 WIB)http://www.wikipedia.orghttp://www.sabili.co.id/resensi/kebangkitan-pos-islamisme-analisis-strategi-dan-kebijakan-akp-turki-memenangkan-pemiluhttp://www.islamedia.web.id/2012/11/pm-erdogan-kunjungi-indonesia.html

http://jimbuie.blogs.co m/journal/2010/01/might-american-and-turkish-empires-become-competitive-1.htmlhttp://profil.merdeka.com/mancanegara/r/recep-tayyip-erdogan/http://internasional.kompas.com/read/2011/09/16/08262291/Neo-ottomanisme.Kemalisme.dan.Erdoganhttp://internasional.kompas.com/read...e..dan.Erdogan

[1] http://www.sabili.co.id/resensi/kebangkitan-pos-islamisme-analisis-strategi-dan-kebijakan-akp-turki-memenangkan-pemilu

Page 19: Gebrakan Dakwah Dan Politik

[2] Pemerhati Politik Timur Tengah dan Dunia Islam, yang juga Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam As-Syafi’iyyah (UIA) Jakarta dan Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

[3] Neo-Ottomanisme (Turki: Yeni Osmanlıcılık) adalah ideologi politik Turki yang dalam arti luas, mempromosikan keterlibatan lebih besar dengan daerah yang sebelumnya di bawah Kekaisaran Ottoman (yang kita kenal dengan Kekhilafahan Turki Ustmani-pen). Kekaisaran Ottoman merupakan kekuatan besar yang, pada puncaknya, menguasai Balkan, sebagian besar modern Timur Tengah, sebagian besar Afrika Utara dan Kaukasus. Neo Ottomanisme telah digunakan untuk menggambarkan kebijakan luar negeri Turki di bawah Partai Keadilan dan Pembangunan yang mengambil alih kekuasaan pada tahun 2002 di bawah perdana menteri Recep Tayyip Erdogan. Neo-Ottomanisme sebagai kebijakan luar negeri mendorong keterlibatan meningkat di wilayah ini sebagai bagian dari tumbuh pengaruh regional Turki. Turki menggunakansoft power untuk mencapai tujuannya. Kebijakan luar negeri ini, memberikan kontribusi terhadap peningkatan hubungan Turki dengan negara tetangga Timur Tengah, khususnya dengan Irak, Iran dan Suriah. (http://en.wikipedia.org/wiki/Neo-Ottomanism)

[4] http://koran.republika.co.id/koran/24, Selasa,  1 November 2011[5] Syarif Taghian, Erdogan Muadzin Istanbul Penakluk Sekularisme Turki, Jakarta:

Al-Kautsar, 2012, Cet. 1,  Hal.v[6] http://koran.republika.co.id, Loc.Cit.,[7] Syarif Taghian, Op.Cit., hal.vi[8] http://koran.republika.co.id, Loc.Cit  .,[9] http://jimbuie.blogs.com/journal/2010/01/might-american-and-turkish-empires-become-

competitive-1.html[10] Syarif Taghian, Op.Cit., hal.13[11] http://www.eramuslim.com/berita/silaturrahim/erdogan-dan-dakwah-islam-di-

turki.htm#.UMs6cazKeuI[12] Syarif Taghian, Op.Cit., hal.13[13] Syarif Taghian, Ibid., hal.14[14] Syarif Taghian, Ibid., hal.17[15] Syarif Taghian, Ibid., hal.19[16] Necmettin Erbakan (29 Oktober 1926 - 27 Februari 2011) lahir di Sinop, di pantai Laut Hitam

di utara Turki.  merupakan seorang insinyur Turki, akademik, politisi (pemimpin Partai Keselamatan Nasional), yang merupakan Perdana Menteri Turki dari tahun 1996 sampai 1997. Dia adalah Menteri pertama Perdana Turki Islam. Pada tahun 1997 ia ditekan oleh militer untuk mundur sebagai perdana menteri dan kemudian dilarang berpolitik oleh mahkamah konstitusi.http://en.wikipedia.org/wiki/Necmettin_Erbakan

[17] Syarif Taghian, Op.Cit., hal.20[18] Syarif Taghian, Ibid., hal.15[19] Syarif Taghian, Ibid., hal.13[20] Syarif Taghian, Ibid., hal.13-14[21] Syarif Taghian, Ibid., hal.14[22] Syarif Taghian, Ibid., hal.14-15[23] http://profil.merdeka.com/mancanegara/r/recep-tayyip-erdogan/[24] Syarif Taghian, Op.Cit., hal.16[25] Syarif Taghian, Op.Cit., hal.16-17[26] http://www.eramuslim.com, /berita/silaturrahim/erdogan-dan-dakwah-islam-di-

turki, loc.Cit.,[27] Pada akhirnya Partai Rafah dibubarkan oleh Dewan Nasional karena dianggap

bertentangan dengan idelogi negara sekuler Turki.[28] Syarif Taghian, Op.Cit., hal.17-18[29] http://www.eramuslim.com, /berita/silaturrahim/erdogan-dan-dakwah-islam-di-

turki, loc.Cit.,

Page 20: Gebrakan Dakwah Dan Politik

[30] Syarif Taghian, Op.Cit., hal.18[31] Abdullah Gül (lahir di Kayseri, 29 Oktober 1950) adalah salah satu pendiri Partai Keadilan

dan Pembangunan (Adalet ve Kalkınma Partisi/AKP. Menjadi  Perdana Menteri Turki (19 November 2002 - 12 Maret 2003), wakil perdana menteri, dan menteri luar negeri (14 Maret 2003 )Turki. Sebagai pilihan resmi Perdana Menteri Erdoğan dan Partai Keadilan dan Pembangunan, Gül terpilih sebagai Presiden Turki dalam pemilihan presiden pada 28 Agustus 2007. (http://en.wikipedia.org)

[32] http://www.eramuslim.com, Loc.Cit.,[33] http://koran.republika.co.id, Loc.Cit.,[34] Syarif Taghian, Op.Cit., hal.15[35] Hassan al-Banna dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1906 di desa Mahmudiyah kawasan

Buhairah, Mesir. Pada usia 12 tahun, Hasan al-Banna telah menghafal al-Qur'an. Ia adalah seorang mujahid dakwah, peletak dasar-dasar gerakan Islam sekaligus sebagai pendiri dan pimpinan Ikhwanul Muslimin(Persaudaraan Muslimin). Ia memperjuangkan Islam menurut Al-Quran dan Sunnah hingga dibunuh oleh penembak misterius yang oleh banyak kalangan diyakini sebagai penembak 'titipan' pemerintah pada 12 Februari 1949 di Kairo. Kepergian Hassan al-Banna pun menjadi duka berkepanjangan bagi umat Islam. Ia mewariskan 2 karya monumentalnya, yaitu Catatan Harian Dakwah dan Da'i serta Kumpulan Surat-surat. Selain itu Hasan al-Banna mewariskan semangat dan teladan dakwah bagi seluruh aktivis dakwah saat ini. Selain itu ia juga dikenal akan cara berdakwahnya yang sangat tidak biasa. Ia terkenal sangat tawadlu dikarenakan ia sering berdakwah di warung-warung kopi tempat oarang-orang yang berpengetahuan rendah berkumpul untuk minum-minum kopi sehabis lelah bekerja seharian. Dan ternyata cara tersebut memang lebih efektif dilakukan dalam berdakwah. (http://id.wikipedia.org/wiki/Hasan_al-Banna)

[36] Sayyid Abul A'la Maududi (Urdu:  مودودی االعلٰى� ابو - سید pengejaan alternatif nama akhir Maududi, dan Mawdudi) (25 September 1903 - 22 September 1979), juga dikenal sebagai Mawlana (Maulana) atau Syeikh Sayyid Abul A'la Mawdudi, adalah jurnalis, teolog, dan filsuf politikPakistan Sunni, dan mayor pemikir Islam Ortodoks abad ke-20. Dia juga merupakan figur politik di negaranya (Pakistan), dimana didirikan partai Islam Jamaat Al-Islami. Runtuhnya khilafah pada 1924 mengakibatkan kehidupan Maududi mengalami perubahan besar. Dia jadi sinis terhadap nasionalisme yang ia yakini hanya menyesatkan orang Turki dan Mesir, dan menyebabkan mereka merongrong kesatuan muslim dengan cara menolak imperium ‘Utsmaniah dan kekhalifahan muslim. Disinilah Maududi menjadi lebih mengetahui kesadaran politik kaum muslimin dan jadi aktif dalam urusan agamanya. Namun, saat itu fokus tulisan-tulisannya belum juga mengarah pada kebangkitan Islam. Sayyid Abul A’la Maududi adalah figur penting dalam kebangkitan Islam pada dasawarsa terakhir. (http://id.wikipedia.org/wiki/Abul_A%27la_Maududi)

[37] Mohammad Natsir (lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, kabupaten Solok, Sumatera Barat, 17 Juli 1908 – meninggal di Jakarta, 6 Februari1993 pada umur 84 tahun) adalah perdana menteri Indonesia, pendiri sekaligus pemimpin partai politik Masyumi, dan tokoh Islam terkemukaIndonesia. Di kancah internasional, ia pernah menjabat sebagai presiden Liga Muslim se-Dunia (World Muslim Congress) dan ketua Dewan Masjid se-Dunia. Natsir banyak menulis tentang pemikiran Islam. Ia aktif menulis di majalah-majalah Islam setelah karya tulis pertamanya diterbitkan pada tahun 1929; hingga akhir hayatnya ia telah menulis sekitar 45 buku dan ratusan karya tulis lain. Ia memandang Islam sebagai bagian tak terpisahkan daribudaya Indonesia. Ia mengaku kecewa dengan perlakuan pemerintahan Soekarno dan Soeharto terhadap Islam. Pemerintah Indonesia saat itu, baik yang dipimpin oleh Soekarno maupun Soeharto, sama-sama menuding Mohammad Natsir sebagai pemerontak dan pembangkang, bahkan tudingan tersebut membuatnya dipenjarakan. Sedangkan oleh negara-negara lain, Natsir sangat dihormati dan dihargai, hingga banyak penghargaan yang dianugerahkan kepadanya. Selama hidupnya, ia dianugerahi tiga gelar doktor honoris causa, satu dari Lebanon dan

Page 21: Gebrakan Dakwah Dan Politik

dua dari Malaysia. Pada tanggal 10 November 2008, Natsir dinyatakan sebagai pahlawan nasional Indonesia. (http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Natsir)

[38] Mohammad Natsir, kerap memaknai kiprah kehidupan ini sebagai gerakan dakwah, sehingga ketika aktif di Partai Masyumi, beliau menyebutnya “kita berdakwah di jalur politik. Dan ketika Masyumi dibubarkan oleh Orde lama dan tidak bisa direhabilitasi pada Orde Baru, maka beliau mendirikan Yayasan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, sehingga menyebutnya “sekarang kita berpolitik di jalur dakwah”. Dengan demikian beliau memandang bahwa dakwah dan politik ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, karena keberpikannya untuk menyelamatkan umat.

[39] Syarif Taghian, Op.Cit., hal. 29[40] Syarif Taghian, Ibid., hal. 28-29[41] Syarif Taghian, Ibid., hal. 31[42] Syarif Taghian, Ibid., hal. 31-32[43] Syarif Taghian, Ibid., hal. 32 dan 34[44] Syarif Taghian, Ibid., hal. 36[45] Syarif Taghian, Ibid., hal. 51[46] http://www.eramuslim.com, /berita/silaturrahim/erdogan-dan-dakwah-islam-di-

turki, loc.Cit.,[47] Syarif Taghian, Op.Cit., hal. v[48] Syarif Taghian, Ibid., hal. vi-vii[49] Syarif Taghian, Ibid., hal. vii[50] Zeyno Baran, Torn Country Turkey Between Scularism & Islamism,  California

United State of Amerika; Hoover Institution Press Pub lication, 2010[51] Syarif Taghian, Op.Cit., hal. 25[52] Syarif Taghian, Ibid., hal. 26-27[53] Syarif Taghian, Ibid., hal. 26-27[54] http://www.eramuslim.com, /berita/silaturrahim/erdogan-dan-dakwah-islam-di-

turki, loc.Cit.,[55] Ibid.,[56] http://www.eramuslim.com/editorial/membandingkan-partai-akp-turki-dengan-partai-islam-di-

indonesia.htm (Kamis, 26 Rabiul Awwal 1434 H / 7 Februari 2013)

[57] http://koran.republika.co.id, Loc.Cit.,[58] Syarif Taghian, Op.Cit., hal. 69[59] Syarif Taghian, Ibid., hal. 91[60] Syarif Taghian, Ibid., hal. 57-58[61] http://www.eramuslim.com/editorial/membandingkan-partai-akp-turki-dengan-

partai-islam-di-indonesia, Loc.Cit.,[62] http://koran.republika.co.id, Loc.Cit.,[63] http://internasional.kompas.com/read...e..dan.Erdogan[64] Prof. Ahmet Davutoglu adalah Menteri Luar Negeri Turki. Dia juga seorang ilmuwan politik,

akademisi, duta besar dan sebelumnya penasihat Perdana Menteri. Ahmet Davutoglu lahir di Konya, Turki. Dia terdaftar di majalah Foreign Policy sebagai salah satu dari "Top 100 Pemikir Global 2010" karena "sebagai pemikir di balik kebangkitan Turki dan pengaruh globalnya " pada Pemerintahan Erdogan. Dia mendorong Turki agar menjadi lebih dari sekedar kekuatan regional di Eropa dan Timur Tengah bahkan supaya memiliki peran yang jauh lebih berpengaruh dalam politik dunia. Pemikirannya selalu dikaitkan dengan gagasan Turki neo-Ottomanism. (http://en.wikipedia.org/wiki/Ahmet_Davuto%C4%9Flu)[65] http://koran.republika.co.id, Loc.Cit.,[66] http://koran.republika.co.id, Ibid.,

Page 22: Gebrakan Dakwah Dan Politik

[67] http://internasional.kompas.com/read/2011/09/16/08262291/Neo-ottomanisme.Kemalisme.dan.Erdogan[68] http://www.islamedia.web.id/2012/11/pm-erdogan-kunjungi-indonesia.html[69] http://koran.republika.co.id, Loc.Cit.,

Page 31: Gebrakan Dakwah Dan Politik

Diposkan oleh MUHAMMAD ZAINI di 07.29 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke PinterestLabel: Gebrakan Dakwah ErdoganLokasi: Jakarta Turkey

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link