gaya bahasa dalam puisi

Upload: daniel-nur-sentana

Post on 13-Oct-2015

155 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Gaya bahasa dalam puisi bentuk ppt ini adalah hasil kerja kelompok. Digunakan saat kelas pengkajian puisi.

TRANSCRIPT

Gaya Bahasa Dalam Puisi

Gaya Bahasa Dalam PuisiDaniel Nur Sentana, Nadia Almira Sagitta, Yoojin Jung, Siti Ninda Lestari, Tia NoviasariApa Yang Berharga Dari Puisiku

AnalisisPuisi tersebut adalah puisi dengan majas perulangan paralelisme. Majas paralelisme adalah gaya bahasa yang menyatakan suatu hal dengan perulangan kata atau kelompok kata di depan kalimat atau bait. Paralelisme berbeda dengan repetisi atau anafora karena majas ini mengikat keseluruhan isi puisi pada kalimat atau suku kata yang diulang. Kalimat apa yang berharga dari puisiku, yang selalu ada pada awal bait satu sampai tujuh, menunjukkan paralelisme. Selain itu, judul puisi dengan kalimat yang sama juga menunjukkan isi pokok puisi ini dan apa yang ingin disampaikan penyair. Kalimat apa yang telah kuberikan pada bait terakhir menunjukkan majas perulangan repetisi. Majas repetisi dapat muncul di awal atau akhir bait/ kalimat.

AnalisisDi dalam puisi Jalan, terdapat tiga majas, yaitu majas personifikasi, majas paralelisme, dan majas asonansi.

Majas personifikasi adalah majas yang membandingkan benda yang tidak bernyawa seolah-olah hidup seperti manusia. Majas paralelisme adalah majas yang perulangan kata yang disusun dalam baris yang berbeda.Majas asonansi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vocal yang sama.

Derita sudah naik leherkaulempar aku dalam gelaphingga hidupku menjadi gelapkausiksa aku sangat kerashingga aku makin mengeraskau paksa aku terus menunduktapi keputusan tambah tegak

darah sudah kau teteskandari bibirkuluka sudah kau bilurkanke sekujur tubuhkucahaya sudah kau rampasdari biji matakuderita sudah naik seleher

kaumenindassampaidi luar batas.

17 November 96

AnalisisMajas yang dapat ditemukan pada puisi di atas adalah majas hiperbola dan majas aliterasi.Majas hiperbola dapat kita temukan pada bait kedua, penulis mengungkapkan rasa terkekangnya secara secara berlebihan. Rasa terkekang ini dapat dilihat pada larik ketiga bait pertama kau paksa aku terus menunduk Untuk menggambarkan rasa itu Ia menyamakannya dengan penderitaan yang luar biasa seperti bibirnya mengeluarkan darah, tubuhnya sudah dipenuhi luka, dan matanya tidak lagi bisa melihat. Pengekangan ayng sebenarnya tidak menyebabkan ketiga hal di atas benar-benar terjadi.Majas aliterasi dapat ditemukan pada bait pertama. Setiap kata terakhir pada setiap larik menggunakan akhiran yang sama seperti gelap gelap, keras mengeras, menunduk tegak.

Lingkungan Kita SI mUlut Besarlingkungan kita si mulut besardihuni lintah-lintahyang kenyang menghisap darahkeringat tetanggadan anjing-anjing yang taatberibadahmenyingkiri para pengangguryang mabuk minuman murahanlingkungan kita si mulut besarraksasa yang membisuyang anak-anaknya terusdirampokdan dihibur film-film kartunamerikaperempuannya disetorke mesin-mesin industriyang membayar murahlingkungan kita si mulut besarsakit perut dan terus berakmencret oli dan logambusa dan plastikdan zat-zat pewarna yangmerangsangmenggerogoti tenggorokanbocah-bocahyang mengulum eslimapuluh perak.

Kampung Kalangan-Solo,Desember 1991

AnalisisMajas atau gaya bahasa yang ditemukan dalam puisi di atas di antaranya metafora, personifikasi, fabel, hiperbola, dan simbolik. Majas metafora ditemukan dalam baris pertama puisi di atas yang berbunyi:lingkungan kita si mulut besar(Wiji Thukul, Lingkungan Kita Si Mulut Besar, 1991)Baris tersebut menggunakan majas metafora karena membandingkan sesuatu tanpa kata pembanding, yaitu lingkungan kita yang dibandingkan dengan si mulut besar.dan anjing-anjing yang taatberibadah(Wiji Thukul, Lingkungan Kita Si Mulut Besar, 1991)Penulis menggunakan majas personifikasi pada baris di atas karena mempersamakan benda dengan manusia. Benda dalam baris tersebut yaitu anjing. Karena benda yang dipersonifikasikan adalah hewan, baris tersebut juga disebut baris yang menggunakan majas fabel, yaitu majas yang mempersamakan hewan dengan manusia. Anjing dalam baris tersebut dibuat memiliki perilaku manusia, yaitu taat beribadah, hanya manusialah yang memiliki sistem kepercayaan. Kata anjing dalam baris tersebut tidak mewakili anjing yang sebenarnya. Oleh karena itu baris tersebut juga mengandung majas simbolik. Majas simbolik adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol untuk menyatakan maksud tertentu.dan zat-zat pewarna yangmerangsangmenggerogoti tenggorokan(Wiji Thukul, Lingkungan Kita Si Mulut Besar, 1991)Penulis menggunakan majas hiperbola pada baris di atas. Maksud dari baris-baris tersebut yaitu zat-zat pewarna yang dapat merusak tenggorokan. Pemilihan kata menggerogoti, menyebabkan baris tersebut mengandung unsur yang berlebihan.

SumberYusuf, Rosyid. Rosyid (krs). Gaya Bahasa dalam Puisi. (Diakses dari: http://kibutut.blogspot.com/2013/06/gaya-bahasa-dalam-puisi.html, pada 19 Maret 2014 pukul 23:01).

http://networkedblogs.com/hoXcp diakses pada 19 Maret 2014 pukul 23:01