gambaran perencanaan obat pada pasien diabetes …

76
GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN TAHUN 2019 KARYA TULIS ILMIAH Disusun oleh: AQNES V SINAGA 1601021007 PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 FARMASI FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2019

Upload: others

Post on 09-Nov-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN

DIABETES MELITUS RAWAT JALAN RUMAH

SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN

TAHUN 2019

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun oleh:

AQNES V SINAGA

1601021007

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2019

Page 2: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN

DIABETES MELITUS RAWAT JALAN RUMAH

SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN

TAHUN 2019

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan

Program Studi D3 Farmasi dan Memperoleh Gelar

Ahli Madya Farmasi

(Amd. Farm)

Disusun Oleh:

AQNES V SINAGA

1601021007

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2019

Page 3: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …
Page 4: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

Telah Diuji Pada Tanggal : 22 Agustus 2019

Komisi Penguji Karya Tulis Ilmiah

Ketua : Hafizhatul Abadi, S.Farm., M.Kes., Apt

Anggota : 1 Yulis Kartika, S.Farm, M.Si, Apt

: 2 Novarianti Marbun, S.Farm, M.Si, Apt

Page 5: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …
Page 6: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

RIWAYAT HIDUP PENULIS

A. IDENTITAS DIRI

Nama : Aqnes V Sinaga

Tempat / Tanggal Lahir : Parhorian, 08 Juli 1998

Agama : Kristen Protestan

Anak Ke- : 4 (empat) dari 9 (sembilan) bersaudara

Alamat : Sitonggi-tonggi, Kecamatan Palipi,

Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera

Utara

B. IDENTITAS ORANGTUA

Nama Ayah : Alm. Risman Sinaga

Pekerjaan : -

Nama Ibu : Sanri Situmorang

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Alamat : Sitonggi-tonggi, Kecamatan Palipi,

Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera

Utara

C. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 2004 - 2010 : SD. 173715 Parhorian

2. Tahun 2010 – 2013 : SMP Negeri 1 Palipi

3. Tahun 2013– 2016 : SMA Negeri 1 Palipi

4. Tahun 2016 – 2019 : D3 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia

Medan

Page 7: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

i

ABSTRAK

GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES

MELITUS RAWAT JALAN RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU

MEDAN TAHUN 2019

AQNES V SINAGA

NIM : 1601021007

Perencanaan obat adalah upaya penetapan jenis, jumlah dan mutu obat

sesuai dengan kebutuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran

perencanaan obat pada pasien diabetes melitus rawat jalan Rumah Sakit TK II

Putri Hijau Medan bulan april tahun 2019.

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental. Jenis penelitian

yang digunakan adalah survey dengan metode deskriptif. Penelitian ini

dilaksanakan di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan bulan april 2019. Sampel

peneliti berjumlah 38 pasien.

Hasil penelitian diperoleh penggunaan obat diabetes melitus pada bulan

april yang paling banyak adalah kombinasi (metformin+glimepirid) sebanyak 16

pasien (42,1%). Data keseluruhan pemakaian obat diabetes melitus terbanyak

adalah (metformin 500 mg) sebanyak 1.680 tablet. Sistem pemesanan obat di

Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan dilakukan untuk semua depo dan tidak ada

pemisahan antara depo rawat jalan, rawat inap, UGD, dan ICU.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Sistem Perencanaan obat diabetes

melitus di Rumah TK Putri Hijau Medan adalah dengan metode konsumsi.

Perencanaan dilakukan untuk kebutuhan satu tahun dengan melihat rata-rata

pemakaian obat perbulan dan obat- obat yang diadakan mengikuti daftar obat

yang ada dalam Formularium Rumah Sakit. Disarankan untuk peneliti selanjutnya

untuk meneliti perencanaan obat berdasarkan analisis ABC.

Kata kunci: Perencanaan Obat, Diabetes Melitus, Penggunaan Obat, Metode

Page 8: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

ii

Page 9: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas Berkat Rahmat dan

Karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Gambaran Perencanaan

Obat Pada Pasien Diabetes Melitus Rawat Jalan Rumah Sakit Tk II Putri

Hijau Medan Tahun 2019”. Yang disusun sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan program studi D3 Farmasi di Institut Kesehatan

Helvetia Medan.

Selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak

mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Hj. Dr. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes. selaku Pembina Yayasan

Helvetia Medan.

2. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia

Medan.

3. Darwin Syamsul S.Si., M.Si., Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi dan

kesehatan Institut Kesehatan Helvetia.

4. Hafizhatul Abadi, S.Farm., M.Kes., Apt. Selaku Ketua Program Studi D3

Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan sekaligus Dosen Pembimbing

yang senantiasa memberikan waktu dan mengarahkan penulis dalam

menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Yulis Kartika, S.Farm., M.Si, Apt, Selaku Dosen Penguji II yang

memberikan saran yang bermanfaat untuk Perbaikan Karya Tulis Ilmiah

ini.

6. Novarianti Marbun S,Farm., M.Si., Apt, Selaku Dosen Penguji III yang

memberikan saran yang bermanfaat untuk perbaikan Karya Tulis Ilmiah

ini.

7. Ir. Abdul Anas Harahap, M.Agr selaku Kepala Rumkit Tk II Putri Hijau

Waka.

8. Seluruh Dosen dan Staf Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah

memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama pendidikan.

9. Orang tua dan keluarga besar yang tidak pernah berhenti memberikan

dukungan serta doa dan materi kepada penulis.

10. Rekan-rekan mahasiswa D3 Farmasi semester VI dan rekan-rekan lainnya,

yang telah membantu dan mendukung penulis sampai Karya Tulis Ilmiah

selesai.

Page 10: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

iv

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih memiliki banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran demi

kesempurnaan karya Tulis Ilmiah ini.

Medan, Agustus 2019

Penulis

Aqnes V Sinaga

1601021007

Page 11: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

v

DAFTAR ISI

Halaman

COVER LUAR

COVER DALAM

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PANITIA PENGUJI KTI

LEMBAR PERNYATAAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ABSTRAK ........................................................................................... i

ABSTRACT........................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .......................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ vii

DAFTAR TABEL ................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................... 6

1.3 Hipotesis ........................................................................ 6

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................... 6

1.5 Mamfaat Penelitian ........................................................ 6

1.6 Kerangka Konsep ........................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit ................................................................... 8

2.1.1 Definisi Rumah Sakit ............................................. 8

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit .............................. 8

2.1.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit ............................... 9

2.1.4 Manajemen Siklus Obat Di Rumah Sakit ............... 9

2.2 Diabetes Melitus ............................................................ 13

2.2.1 Penyebab Diabetes Melitus ................................ 13

2.2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus ................................ 15

2.2.3 Diagnosis ............................................................ 18

2.2.4 Penatalaksanaan .................................................. 19

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian................................................................ 25

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................... 25

3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................. 25

3.2.2. Waktu Penelitian.................................................. 25

Page 12: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

vi

3.3 Populasi dan Sampel ....................................................... 25

3.3.1. Populasi Penelitian ............................................. 25

3.3.2. Sampel Penelitian ............................................... 26

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi .......................................... 26

3.5 Tahapan Penelitian .......................................................... 26

3.6 Rancangan Penelitian. ..................................................... 26

3.7 Analisis Data ................................................................... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Rumah Sakit ...................................................... 28

4.2 Hasil .............................................................................. 30

4.3 Pembahasan ................................................................... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .................................................................... 37

5.2 Saran.............................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… .. 38

LAMPIRAN ......................................................................................... 40

Page 13: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka Konsep ............................................................. 7

Page 14: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Karakteristik Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2 ............................ 17

Tabel 2.2 Kriteria Diagnostik Diabetes Berdasarkan Panduan WHO .. 19

Tabel 4.1 Karakteristik diabetes melitus berdasarkan jenis kelamin .... 30

Tabel 4.2 Karakteristik diabetes melitus berdasarkan umur.................. 30

Tabel 4.3 Karakteristik penggunaan obat diabetes melitus ................... 31

Tabel 4.4 Jumlah pemakaian obat diabetes melitus .............................. 32

Tabel 4.5 Daftar penerimaan dan pengeluaran obat bulan mei .............. 32

Page 15: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Pemilihan Resep Diabetes Melitus ............................. 40

Lampiran 2 Resep Obat Diabetes Melitus ..................................... 41

Lampiran 3 Resep Obat Diabetes Melitus ..................................... 42

Lampiran 4 Buku Permintaan Obat ............................................... 43

Lampiran 5 Kartu Stok Obat Gliquidon ........................................ 46

Lampiran 6 Kartu Stok Obat Acarbose ......................................... 47

Lampiran 7 Kartu Stok Obat Metformin ....................................... 48

Lampiran 8 Kartu Stok Obat Glimepirid ........................................ 49

Lampiran 9 Kartu stok obat glibenklamid ...................................... 50

Lampiran 10 Foto Gudang ............................................................... 51

Lampiran 11 Jumlah resep diabetes melitus bulan april ................... 52

Lampiran 12 Pengajuan Judul ......................................................... 54

Lampiran 13 Surat Izin Penelitian .................................................... 55

Lampiran 14 Surat Balasan Izin Penelitian ...................................... 56

Lampiran 15 Lembar Bimbingan Proposal ...................................... 57

Lampiran 16 Lembar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah ....................... 58

Lampiran 17 Lembar Persetujuan Perbaikan Proposal (Revisi) ........ 59

Lampiran 18 Lembar Persetujuan Perbaikan KTI ( Revisi) .............. 60

Lampiran 19 Berita Acara Perbaikan Seminar Hasil KTI ................. 61

Page 16: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan farmasi Rumah Sakit merupakan salah satu kegiatan di Rumah

Sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas

dalam keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang

standar pelayanan Rumah Sakit. Yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi

Rumah Sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan

kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan

obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi

semua lapisan masyarakat (1).

Tujuan pelayanan farmasi Rumah Sakit adalah pelayanan farmasi yang

paripurna (2), termasuk didalamnya adalah perencanaan pengadaan obat, sehingga

dapat meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan berupa: tepat pasien, tepat

dosis, tepat cara pemakaian, tepat kombinasi, tepat waktu dan tepat harga (2).

Instalasi farmasi harus bertanggung jawab terhadap pengadaan, distribusi

dan pengawasan seluruh produk obat yang digunakan di rumah sakit (termasuk

perbekalan kesehatan dan produk diagnostik), baik untuk pasien rawat jalan

maupun pasien rawat inap. Kebijaksanaan dan prosedur yang mengatur fungsi ini

harus disusun oleh instalasi farmasi dengan masukan dari staf Rumah Sakit yang

berhubungan ataupun komite-komite yang ada di Rumah Sakit (3).

Perencanaan obat adalah upaya penetapan jenis, jumlah dan mutu obat

sesuai dengan kebutuhan. Keberhasilan perencanaan jumlah kebutuhan obat bisa

Page 17: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

2

dicapai dengan melibatkan tim dan kombinasi dari berbagai metode (4).

Perencanaan pengadaan obat memiliki 2 metode, yaitu metode konsumsi dan

metode epidemiologi, metode konsumsi merupakan metode perencanaan

berdasarkan atas analisis konsumsi logistik periode sebelumnya (5), sedangkan

metode epidemiologi merupakan metode perencanaan berdasarkan atas analisis

jumlah kasus penyakit pada periode sebelumnya. Jumlah kasus ini tergantung dari

jumlah kunjungan, bor/ los (hari perawatan) frekuensi penyakit dan standar

pengobatan (6).

Tujuan dalam efisiensi pengelolaan perbekalan farmasi adalah untuk

meminimalkan nilai persediaan dengan tetap merpertimbangkan ketersediaan

sesuai dengan kebutuhan. Denggan melalui pendekatan manajemen logistik

perbekalan farmasi yang dimulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan,

distribusi sampai penggunaan yang dalam tiap tahap harus saling berkoordinasi

dan terkendali dapat dicapai pengelolaan obat yang efisien dan efektif (7).

Diabetes melitus merupakan kondisi kronik yang terjadi karena tubuh

tidak dapat memproduksi insulin secara normal atau insulin tidak dapat bekerja

secara efektif. Insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh pankreas dan

berfungsi untuk memasukkan glukosa yang diperoleh dari makanan kedalam sel

yang selanjutnya akan diubah menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan

jaringan untuk bekerja sesuai fungsinya. Seseorang yang terkena diabetes melitus

tidak dapat menggunakan glukosa secara normal dan glukosa akan tetap pada

sirkulasi darah yang akan merusak jaringan. Kerusakan ini jika berlangsung

Page 18: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

3

kronis akan menyebabkan terjadinya komplikasi, seperti penyakit kardiovaskular,

nefropati, retinopati, neuropati dan ulkus pedis (8).

Menurut World Health Organization (WHO, 2015) prevalensi DM pada

orang dewasa di tahun 2014 diperkirakan sebesar 9%, sedangkan menurut

International Diabetes Federation (IDF, 2015) Prevalensi global DM pada tahun

2014 adalah sebesar 8,3% dengan jumlah pasien sebanyak 387 juta orang.

Sebanyak 46,3% dari 387 orang tersebut ternyata tidak terdiagnosis menderita

DM. Prevalensi DM di dunia terus mengalami peningkatan dan diperkirakan

jumlah pasien akan terus bertambah hingga 205 juta orang pada tahun 2035.

Mayoritas kasus DM terjadi di Negara-negara Asia dan sebanyak 60% kasus DM

di dunia ditemukan di Asia (9).

Indonesia menempati peringkat keempat kasus DM terbanyak di dunia

setelah India, China, dan USA. Berdasarkan data dari IDF (2015) indonesia

menempati peringkat kedua kasus DM terbanyak di wilayah Barat Pasifik setelah

China yang berada diperingkat pertama. Prevalensi DM di Indonesia pada tahun

2014 adalah sebesar 5,81%. Kasus DM di Indonesia pada tahun 2000 adalah

sebanyak 8,4 juta kasus dan WHO (2015) memperkirakan akan terus terjadi

peningkatan sampai tahun 2030 sebanyak 21,3 juta kasus (9). Hal ini setara

dengan peningkatan dua setengah kali lipat kasus DM dalam jangka waktu 30

tahun.

Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Depertemen

Kesehatan, menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus di Indonesia sebesar

6,9%. Sementara itu, jika dilihat berdasarkan provinsi yang ada di Indonesia,

Page 19: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

4

prevalensi diabetes melitus tertinggi terdapat di Yogyakarta (2,6%). Lalu di ikuti

dengan DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur

(2,3%). Sedangkan untuk Provinsi Sumatera Utara prevalensi penderita diabetes

melitus sebanyak 1,8% atau sekitar 160 ribu jiwa (10).

Penatalaksanaan diabetes melitus secara umum terdapat 4 pilar yaitu

edukasi, terapi gizi, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis itu terdiri dari

obat antihiperglikemik oral dan insulin. Obat antihiperglikemik oral ini diberikan

pada pasien yang tidak memberikan respon terhadap setidaknya 3 bulan diet

rendah karbohidrat dan energi disertai aktivitas fisik yang dianjurkan, dimana

setelah upaya perubahan pola hidup, kadar glukosa darah tetap diatas 200 mg%

dan HbA1c diatas 6,5 (11).

Rawat jalan adalah pelayanan medis kepada seseorang untuk tujuan

observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan pelayanan kesehatan lainnya

tanpa pasien tersebut harus dirawat (12). Diabetes melitus merupakan penyakit

kronik seumur hidup dan mempunyai resiko komplikasi tertinggi, sehinggza

menuntut kepatuhan yang tinggi kepada penderitanya dalam menjalani

pengobatan agar target pengendalian glikemik tercapai. Pada kenyataannya sangat

sulit menilai tingkat kepatuhan penderita secara pasti, terutama pada pasien rawat

jalan, karena kita tidak tahu pasti yang dilakukan penderita menyangkut cara

minum obat, pola makan dan aktivitas fisiknya, serta pola hidup yang lain, yang

dapat mempengaruhi pengendalian kadar glukosa darah penderita (13).

Berdasarkan penelitian Ali Maimun tentang “Perencanaan Obat Antibiotik

berdasarkan kombinasi metode konsumsi dengan analisis ABC dan reorder point

Page 20: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

5

terhadap nilai persediaan dan turn over ratio di instalasi farmasi RS Darul

Istiqomah Kaliwungu Kendal” Perencanaan obat di Instalasi Farmasi Rumah

Sakit Darul Istiqomah Kaliwungu Kendal dilakukan oleh kepala Instalasi Farmasi

Rumah Sakit dengan menggunakan metode konsumsi yaitu dengan penambahan

sekitar 10% daari pemakaian sebelumnya. Dengan hanya menggunakan metode

konsumsi tidak dapat diketahui obat apa saja yang harus di prioritaskan dalam

perencanaan, juga tidak dapat diketahui kapan saatnya memesan obat yang tepat.

Sehingga dengan perencanaan obat seperti yang berjalan selama ini dimungkinkan

terjadinya kelebihan stok obat.

Hasil penelitian Malinda, dkk (2015), dalam penelitiannya tentang

“Gambaran penggunaan obat antidiabetik pada pengobatan pasien diabetes

melitus tipe II rawat jalan di RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar”

menunjukkan bahwa penggunaan obat berdasarkan golongan obat dan jenis obat

antidiabetes sulfonilurea (glibenklamid 12,4%, glimepirid 7,2%, gliklazida 3,9%),

biguanid (metformin 43,8%), inhibitor α-glukosidase (akarbose 3,3%),

tiazolidindion (pioglitazone 0,7%), kombinasi OHO (gliburida-metformin 0,7%),

insulin kerja cepat 8,5%, insulin detemir 13,1 %, insulin glargine 4,6%, dan

insulin premix 13,1%.

Berdasarkan survei awal data dari rekam medis di Rumah Sakit TK II Putri

Hijau Medan didapatkan data jumlah penderita diabetes melitus pada tahun 2017

sebanyak 4,752 penderita. Pada tahun 2018 penderita diabetes melitus sebanyak

2,268 penderita. Data diatas menunjukkan bahwa penderita diabetes melitus pada

tahun 2018 mengalami penurunan.

Page 21: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

6

Berdasarkan data diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang gambaran

penggunaan obat pada pasien Diabetes Melitus rawat jalan di Rumah Sakit TK II

Putri Hijau Medan.

1.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah penelitian ini adalah

bagaimanakah gambaran perencanaan obat pada pasien diabetes melitus rawat

jalan Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan pada bulan april tahun 2019 ?

1.2. Hipotesis

Gambaran perencanaan obat diabetes melitus di Rumah Sakit TK II Putri

Hijau Medan pada bulan april tahun 2019 sudah sesuai dengan perencanaan obat.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran perencanaan obat pada pasien diabetes

melitus rawat jalan Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan pada bulan april tahun

2019

1.4. Manfaat Penelitian

Agar dapat menambah pengetahuan dan menjadikan pengalaman yang

nyata dalam melakukan penelitian secara baik dan benar.

Page 22: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

7

1.5. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Gambar 1.1. Kerangka Konsep

Perencanaan obat

diabetes melitus Pasien diabetes melitus

rawat jalan

1. Jenis kelamin

2. Umur

3. Jenis obat

4. Golongan obat

Page 23: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Defenisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (14).

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

1. Tugas Rumah Sakit

Rumah sakit mempunyai tugas menyediakan keperluan untuk

pemeliharaan dan pemulihan kesehatan secara paripurna, yaitu sebagai berikut

(15):

1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan.

2. Meningkatkan dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.

3. Memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna.

2. Fungsi Rumah Sakit

Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan

kesehatan meliputi peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit

(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif) (16).

Page 24: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

9

2.1.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dapat didefenisikan sebagai suatu

depertemen atau unit atau bagian dari Rumah Sakit dibawah pimpinan apoteker

dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan konpeten secara profesional, tempat atau

fasilitas penyelenggaraan yang bertanggungjawab atas seluruh pekerjaannya.

Tugas pokok dari IFRS ini adalah pengelolaan mulai dari perencanaan,

pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada

pasien sampai dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar

dan digunakan dalam rumah sakit baik untuk penderita rawat inap, rawat jalan,

maupun untuk semua unit yang berada di Rumah Sakit dan bertanggungjawab

sepenuhnya pada pengelolaan semua aspek yang berhubungan dengan obat yang

beredar didalam rumah sakit. Dalam kegiatan sehari-hari, IFRS membutuhkan

informasi-informasi yang terkait dengan pengadaan obat. Selanjutnya hal tersebut

menjadi dasar penetapan standar untuk perlu tidaknya instalasi farmasi dalam

dalam melakukan pengadaan obat agar obat selalu tersedia pada saat dibutuhkan

(17).

2.1.4 Manajemen Siklus Obat Di Rumah Sakit

Pengelolaan obat di Rumah Sakit meliputi tahap-tahap perencanaan,

pengadaan, penyimpanan, pendistribusian serta penggunaan yang saling terkait

satu sama lainnya, sehingga harus terkoordinasi dengan baik agar masing-masing

dapat berfungsi secara optimal. Ketidakterkaitan antara masing-masing tahap akan

mengakibatkan tidak efisiennya sistem suplai dan penggunaan obat yang ada (18).

Page 25: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

10

Pengelolaan obat terdiri dari siklus kegiatan yaitu:

1. Perencanaan Obat

Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan

harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran,

untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang

dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah

ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode

konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia

(1).

a. Metode konsumsi

Metode konsumsi didasarkan atas analisis data konsumsi obat

sebelumnya. Perencanaan kebutuhaan obat menurut pola konsumsi

mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: pengumpulan dan

pengolahan data, perhitungan perkiraan kebutuhan obat dan

penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.

Keunggulan metode konsumsi adalah data yang diperoleh

akurat, metode paling mudah, tidak memerlukan data penyakit

maupun standar pengobatan. Jika data konsumsi lengkap pola

penulisan tidak berubah dan kebutuhan relatif konstan maka

kemungkinan kekurangan atau kelebihan obat sangat kecil.

Kekurangannya antara lain tidak dapat untuk mengkaji penggunaan

obat dalam perbaikan penulisann resep, kekurangan dan kelebihan

Page 26: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

11

obat sulit diandalkan, tidak memerlukan pencatatan data morbiditas

yang baik (19).

b. Metode epidemiologi

Metode epidemiologi didasarkan pada jumlah kunjungan, frekuensi

penyakit dan standar pengobatan. Langkah-langkah pokok dalam

metode ini adalah sebagai berikut: menentukan jumlah penduduk yang

akan dilayani, menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan

frekuensi penyakit, menyediakan standar pengobatan yang digunakan

untuk perencanaan dan menghitung perkiraan kebutuhan obat dan

penyesuaian kebutuhan obat dengan alokasi dana.

Keunggulan metode epidemiologi adalah perkiraan kebutuhan

mendekati kebenaran, standar pengobatan mendukung usaha

memperbaiki pola penggunaan obat. Sedangkan kekurangannya antara

lain membutuhkan waktu dan tenaga yang terampil, data penyakit sulit

diperoleh secara pasti, diperlukan pencatatan dan pelaporan yang baik

(19).

2. Pengadaan Obat

Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah

direncanakan dan disetujui (1).

Menurut Quick J et al, ada empat metode proses pengadaan (4):

a. Tender terbuka berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar, dan sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan. Pada penentuan harga lebih

menguntungkan.

Page 27: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

12

b. Tender terbatas sering disebut dengan lelang tertutup. Hanya dilakukan

pada rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan punya riwayat yang

baik. Harga masih bisa dikendalikan

c. Pembelian dengan tawar menawar dilakukan bila jenis barang tidak

urgen dan tidak banyak, biasanya dilakukan pendekatan langsung

untuk jenis tertentu

d. Pengadaan langsung, pembelian jumlah kecil, perlu segera tersedia.

Harga tertentu relatif agak mahal.

3. Penyimpanan obat

Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan

yang diitetapkan:

a. Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya

b. Dibedakan menurut suhunya, kesetabilannya

c. Mudah tidaknya meledak atau terbakar

d. Tahan tidaknya terhadap cahaya

Disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan

perbekalan farmasi sesuai kebutuhan (1).

4. Pendistribusian obat

Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di

Rumah Sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien

rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.

Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh

pasien dengan mempertimbangkan (1).

Page 28: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

13

a. Efisiensi dan efektivitas sumber daya yang ada

b. Metode sentralisasi atau desentralisasi

c. Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau

kombinasi

2.2 Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan

metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar

gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein

sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin (20).

2.2.1 Penyebab diabetes melitus

Faktor-faktor resiko diabetes melitus menurut Sudoyo (2006), faktor-

faktor resiko terjadinya diabetes melitus antara lain (21):

1. Faktor keturunan atau (Genetik)

Riwayat keluarga dengan diabetes melitus tipe 2, akan mempunyai

peluang menderita diabetes melitus sebesar 15% dan resiko mengalami

intoleransi glukosa yaitu ketidakmampuan dalam memetabolisme

karbohidrat secara normal sebesar 30%.

2. Obesitas

Obesitas atau kegemukan yaitu kelebihan berat badan ≥ 20% dari berat

ideal atau BMI (body mass index) ≥27 kg/m². Kegemukan menyebabkan

berkurangnya jumlah reseptor insulin yang dapat bekerja di dalam sel pada

otot skeletal dan jaringan lemak. Hal ini dinamakan resistensi insulin

Page 29: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

14

perifer. Kegemukan juga merusak kemampuan sel beta untuk melepas

insulin saat terjadi peningkatan glukosa darah.

3. Usia

Faktor usia yang risiko menderita diabetes melitus tipe 2 adalah usia diatas

30 tahun, hal ini karena adanya perubahan anatomis, fisiologis dan

biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel, kemudian berlanjut pada

tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat

mempengaruhi homeostasis.

4. Tekanan darah

Seseorang yang beresiko menderita diabetes melitus adalah yang

mempunyai tekanan darah tinggi (hypertensi)yaitu tekanan darah ≥ 140/90

mmHg pada umumnya pada diabetes melitus menderita juga hipertensi.

5. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik yang kurang menyebabkan resistensi insulin pada diabetes

melitus tipe 2. Menurut ketua indonesia diabetes association (persadia),

Soegando bahwa diabetes melitus tipe 2 selain faktor genetik, juga bisa

dipicu oleh lingkungan yang menyebabkan perubahan gaya hidup tidak

sehat, seperti makan berlebihan (berlemak dan kurang serat), kurang

aktivitas fisik, stres.

6. Kadar kolesterol

Kadar HDL kolesterol ≤ 35 mg/dL (0,09 mmol/L) dan atau kadar

trigliserida ≥ 259 mg/dl (2,8 mmol/L). Kadar abnormal lipid darah erat

kaitannya dengan obesitas dan diabetes melitus tipe 2.

Page 30: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

15

7. Stres

Stres muncul ketika ada ketidakcocokan antara tuntutan yang dihadapi

dengan kemampuan yang dimiliki. Diabetes yang mengalami stres dapat

merubah pola makan, latihan, penggunaan obat yang biasanya dipatuhi dan

hal ini ini menyebabkan terjadinya hiperglikemia.

8. Riwayat diabetes gestasional

Wanita yang mempunyai riwayat diabetes gestasional atau melahirkan

bayi dengan dengan berat badan lahir lebih dari 4 kg mempunyai resiko

untuk menderita diabetes melitus tipe 2.

2.2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

World health organization (WHO) pada tahun 1997 dalam porth (2007)

mengklasifikasikan diabetes menjadi empat jenis, antara lain (21):

1. Diabates tipe 1

DM tipe 1 ditandai oleh destruksi sel beta pankreas, terbagi dalam dua sub

tipe yaitu tipe 1A yaitu diabetes yang diakibatkan proses immunologi

(immune-mediated diabetes) dan tipe 1B yaitu diabetes idiopatik yang

tidak diketahui penyebabnya. Diabetes 1A ditandai oleh destruksi

autoimun sel beta. Sebelumnya disebut dengan diabetes juvenile, terjadi

lebih sering pada orang muda tetapi dapat terjadi pada semua usia.

Diabetes tipe 1 merupakan gangguan ketabolisme yang ditandai oleh

kekurangan insulin absolut, peningkatan glukosa darah, dan pemecahan

lemak dan protein tubuh.

Page 31: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

16

2. Diabetes tipe 2

DM tipe 2 atau juga dikenal sebagai Non-insulin Dependent Diabetes

(NIDDM). Dalam DM tipe 2, jumlah insulin yang diproduksi oleh

pankreas biasanya cukup untuk mencegah ketoasidosis tetapi tidak cukup

untuk memenuhi kebutuhan tubuh total. Jumlahnya mencapai 90-95% dari

seluruh pasien dengan diabetes, dan banyak dialami oleh orang dewasa tua

lebih dari 40 tahun serta lebih sering terjadi pada individu obesitas. Kasus

DM tipe 2 umumnya mempunyai latar belakang kelainan yang diawali

dengan terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin awalnya belum

menyebabkan DM secara klinis. Sel beta pankreas masih dapat melakukan

koompensasi bahkan sampai overkompensasi, insulin disekresi secara

berlebihan sehingga terjadi kondisi hiperinsulinemia dengan tujuan

normalisasi kadar glukosa darah. Mekanisme konpensasi yang terus

menerus menyebabkan kelelahan sel beta pankreas (exhaustion) yang

disebut dekompensasi, mengakibatkan produksi insulin yang menurun

secara absolut. Kondisi resistensi insulin diperberat oleh produksi insulin

yang menurun akibatnya kadar glukosa darah semakin meningkat sehingga

memenuhi kriteria diagnosis DM.

Secara singkat, karakteristik diabetes tipe 1 dan 2 dapat dilihat

pada tabel 2.1:

Page 32: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

17

Tabel 2.1 Karakteristik Diabetes Tipe 1 dan 2

Tipe 1 Tipe 2

Usia Biasanya < 30 tahun Biasanya > 40 tahun

Kecepatan Biasanya cepat Biasanya bertahap

Berat badan Normal atau kurus (kurang gizi);

selalu mengalami kehilangan

berat badan

80% overweight

Hereditas Berhubungan dengan Spesific

Human Leukocyte Antigen

(HLA)

Penyakit autoimun

Kemungkinan dipicu oleh

infeksi virus

Tidak berhubungan

dengan Spesific Human

Leukocyte Antigen

(HLA)

Tidak ada bukti picuan

infeksi virus

Insulin Sekresi pada awal gangguan

muncul kemudian atau tidak ada

sama sekali

Terjadi defisiensi atau

resistensi insulin

Ketosis Umum terjadi Langka/ jarang terjadi

Frekuensi 15% dari kejadian 85% dari kejadian

Komplikasi Umum terjadi Umumnya terjadi saat

terdiagnosis

Treatment Insulin, diet, olahraga Diet, OHA, olahraga,

insulin

a. Diabetes pada kehamilan (Gestational diabetes)

Diabetes kehamilan terjadi pada intoleransi glukosa yang diketahui selama

kehamilan pertama. Jumlahnya sekitar 2-4 % kehamilan. Wanita dengan

diabetes kehamilan akan mengalami peningkatan resiko terhadap diabetes

setelah 5-10 tahun melahirkan.

b. DM tipe lain (Others Specific Types)

Merupakan gangguan endokrin yang menimbulkan hiperglikemia akibat

peningkatan produksi glukosa hati atau penurunan penggunaan glukosa

Page 33: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

18

oleh sel. Sebelumnya dikenal dengan istilah diabetes sekunder, diabetes

tipe ini menggambarkan diabetes yang dihubungkan dengan keadaan dan

sindrom tertentu, misalnya diabetes yang terjadi dengan penyakit pankreas

atau pengangkatan jaringan pankreas dan penyakit endokrin seperti

akromegali atau syndrom chusing, karena zat kimia atau obat, infeksi dan

endokrinopati.

2.2.3 Diagnosis

DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis

tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Pemeriksaan glukosa darah

yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimetik dengan bahan

darah plasma vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan

menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer (22).

Kriteria diagnostik diabetes berdasarkan panduan WHO dapat dilihat pada

tabel 2.2 berikut ini:

Page 34: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

19

Tabel 2.2 Kriteria Diagnostik Diabetes Berdasarkan Panduan WHO

Tahap Gula darah puasa Gula darah

acak

OGTT

Normal < 6.1 mmol/ L Gula darah 2 jam

< 7.8 mmol/L

Gangguan

toleransi

glukosa

Gangguan gula

darah puasa – gula

darah puasa ≥ 6.1

mmol/L dan < 7.0

mmol/L

Gangguan

toleransi glukosa –

gula darah 2 jam ≥

7.8 mmol/ L dan <

11.1 mmol/ L

Diabetes ≥7.0 mmol/L ≥11.1 mmol/ L

dan gejala

Gula darah 2 jam

> 11.1 mmol/ L

Catatan :pada tabel ini ditunjukkan glukosa darah vena. Glukosa darah

kapiler 10-15% lebih tinggi daripada darah vena (21).

2.2.4 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan DM dimulai dengan pola hidup sehat, dan bila perlu

dilakukan intervensi farmakologis dengan obat antihiperglikemia secara oral dan/

atau suntikan (11).

1. Edukasi (Penyuluhan)

Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai

bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting

dari pengelolaan DM secara holistik .

2. Terapi Nutrisi Medis (TNM)

Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai penting nya

keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada

mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.

Page 35: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

20

3. Latihan Jasmani

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-5 hari

sehingga selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu,

dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Latihan

jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik

dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung maksimal) seperti jalan

cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Denyut jantung maksimal

dihitung dengan cara= 220-usia pasien.

4. Terapi Farmakologi

Berdasarkan cara kerja, OHO (Obat Hipoglikemia Oral) dibagi menjadi 3

golongan (21):

1) Memicu Produksi Insulin

a. Sulfonilurea

Obat ini telah digunakan dalam menangani hipoglikemia pada

diabetisi tipe 2 selama lebih dari 40 tahun. Mekanisme kerja obat

ini cukup rumit. Ia bekerja terutama pada sel beta pankreas untuk

meningkatkan produksi insulin sebelum maupun setelah makan.

Sel beta pankreas merupakan sel yang memproduksi insulin dalam

tubuh.

Sulfonilurea serinng digunakan pada penyandang diabetes yang

tidak gemuk dimana kerusakan utama diduga adalah terganggunya

produksi insulin. Diabetisi yang tepat untuk diberikan obat ini

adalah diabetisi tipe 2 yang mengalami kekurangan insulin tapi

Page 36: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

21

masih memiliki sel beta yang dapat berfungsi dengan baik.

Diabetisi yang biasanya menunjukkan respon yang baik dengan

obat golongan sulfoniurea adalah usia saat diketahui menyandang

diabetes mellitus lebih dari 30 tahun, menyandang diabetes

melitus lebih dari 5 tahun, berat badan normal atau gemuk, gagal

dengan pengobatan melalui pengaturan gaya hidup, perubahan

pengobatan dengan insulin dengan dosis yang relatif kecil.

b. Golongan glinid

Meglitinide merupakan bagian dari kelompok yang meningkatkan

produksi insulin (selain sulfonilurea). Maka dari itu dia

membutuhkan sel beta yang masih berfungsi baik. Repaglinid dan

Nateglinid termasuk dalam kelompok ini, mempunyai efek kerja

cepat, lama kerja sebentar, dan digunakan untuk mengontrol kadar

glukosa darah setelah makan. Repaglinid diserap secara cepat

segera setelah di makan, mencapai kadar puncak di dalam darah

dalam 1 jam.

2) Meningkatkan Kerja Insulin (Sensitivitas Terhadap Insulin)

a. Biguanid

Metformin adalah satu-satunya binguanid yang tersedia saat ini.

Metformin berguna untuk diabetisi gemuk yang mengalami

penurunan kerja insulin. Alasan penggunaan metformin pada

diabetisi gemuk adalah karena obat ini menurunkan nafsu makan

dan menyebabkan penurunan berat badan.

Page 37: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

22

Sebanyak 25% dari diabetisi yang diberikan metformin dapat

mengalami efek samping pada saluran pencernaan, yaitu rasa tidak

nyaman pada perut, diare dan rasa seperti logam di lidah.

Pemberian obat ini bersama makanan dan dimulai dengan dosis

terkecil dan meningkatkannya secara perlahan dapat

meminimalkan kemungkinan timbulnya efek samping. Obat ini

tidak seharusnya diberikan pada penyandang dengan gagal ginjal,

hati, jantung dan pernafasan.

Metformin dapat digunakan sebagai obat tunggal atau dalam

kombinasi. Obat-obatan oral mungkin gagal untuk mengontrol

gula darah setelah beberapa saat sebelumnya berhasil (kegagalan

sekunder) akibat kurangnya kepatuhan diabetisi atau fungsi sel

beta yang memburuk dan/ atau terjadinya gangguan kerja insulin

(resistansi insulin). Pada kasus-kasus ini, terapi kombinasi

metformin dengan sulfonilurea atau penambahan penghambat-

glucosidase biasanya dapat dicoba. Kebanyakan diabetisi pada

akhirnya membutuhkan insulin.

b. Tiazolidinedion

Saat ini terdapat 2 tiazolinedion di indonesia yaitu rosiglitazon dan

pioglitazon. Obat golongan ini memperbaiki kadar glukosa darah

dan menurunkan hiperinsulinaemia (tingginya kadar insulin)

dengan meningkatkaan karja insulin (menurunkan resintensi

Page 38: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

23

insulin) pada penyandang diabetes melitus tipe 2. Obat golongan

ini juga menurunkan kadar trigliserida asam lemak bebas.

c. Rosiglitazone (Avandia)

Dapat pula digunakan kombinasi dengan metformin pada diabetisi

yang gagal mencapai target kontrol glukosa darah dengan

pengaturan makan dan olahraga. Pioglitazone (Actos), juga

diberikan untuk meningkatkan kerja (sensitivitas) insulin.

Efek samping dari obat golongan ini dapat berupa bengkak

didaerah perifer (misalnya kaki), yang disebabkan oleh

peningkatan volume cairan dalam tubuh. Oleh karena itu maka

obat golongan ini tidak boleh diberikan pada diabetisi dengan

gagal jantung berat. Selain itu, pada penggunaan obat ini

pemeriksaan fungsi hati secara berkala harus dilakukan.

3) Penghambat Enzim Alfa Glukosidase

Penghambat kerja enzim alfa-glukosidase seperti akarbose,

menghambat penyerapan karbohidrat dengan menghambat enzim

disakarida di usus (enzim ini bertanggung jawab dalam pencernaan

karbohidrat). Obat ini terutama menurunkan kadar glukosa darah

setelah makan. Efek sampingnya yaitu kembung, buang angin, dan

diare. Supaya lebih efektif obat ini harus dikomsumsi bersama dengan

makanan.

Page 39: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

24

Obat ini sangat efektif sebagai obat tunggal pada diabetisi tipe 2

dengan kadar glukosa darah puasanya kurang dari 200 mg/ dL (11.1

mmol/l) dan kadar glukosa darah setelah makin tinggi. Obat ini tidak

mengakibatkan hipoglikemia, dan boleh diberikan baik pada

penyandang diabetes gemuk maupun tidak, serta dapat diberikan

bersama dengan sulfonilurea, metformin atau insulin.

Page 40: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Non Eksperimental yaitu penelitian Deskriptif

dengan pendekatan Retrospektif. Retrospektif merupakan penelitian yang

berusaha melihat kebelakang (Backward looking), artinya pengumpulan data

dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi(Notoatmodjo, 2005).

3.2 Lokasi dan Waktu

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian apotek rawat jalan Rumah Sakit TK II Putri

Hijau Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan juni tahun 2019.

3.3 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (23).

Populasi dalam penelitian adalah seluruh resep dokter yang mengandung obat

diabetes melitus Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan pada bulan april tahun

2019.

Page 41: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

26

3.4 Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan total sampling yaitu seluruh populasi

dijadikan sampel penelitian.

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi adalah resep pasien diabetes melitus rawat jalan di Rumah

Sakit TK II Putri Hijau Medan.

Kriteria eksklusi adalah resep selain penyakit diabetes melitus yang datang

ke Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan.

3.6 Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan resep yang mengandung

obat diabetes melitus di apotek rawat jalan Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan

tahun 2019. Adapun proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Mengelompokkan resep sehubungan dengan obat-obat yang yang

digunakan oleh penderita diabetes melitus pada pasien rawat jalan pada

bulan april tahun 2019.

2. Resep dari apotek rawat jalan akan didapatkan data berupa jenis kelamin,

umur, jenis obat, dan golongan obat.

3. Data yang didapat akan diolah dalam bentuk tabel.

Page 42: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

27

3.7 Rancangan penelitian

Rancangan penelitian yaitu jenis kelamin, umur, jenis obat, dan golongan

obat diabetes melitus di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan.

3.8 Analisi Data

Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan

menggunakan program microsoft excel, kemudian disajikan dalam bentuk tabel

yang dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin, umur, jenis obat, dan golongan obat.

Page 43: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan.

Setelah masa kemerdekaan tahun 1945 banyak anggota tentara maupun

keluarganya yang mengalami sakit dan berdomisili di Medan memanfaatkan

fasilitas kesehatan Rumah Sakit swasta yang ada disekitar Medan. Karena Rumah

Sakit tentara satu-satunya yang ada di Sumatera Utara hanya ada di Pematang

Siantar merupakan peninggalan tentara Belanda sementara jumlah anggota yang

memamfaatkan fasilitas kesehatan ini terus bertambah dari hari ke hari, untuk itu

para pejuang kemerdekaan maupun dokter tentara yang ada di Medan berpikir

perlu adanya fasilitas kesehatan Rumah Sakit khusus tentara di kota Medan ini.

Pada tahun 1950 atas prakarsa dokter militer yang diketuai Letkol dr. Moh

Majoedin mendirikan sebuah tempat perawatan asrama TPA yang berlokasi di

jalan Banteng 2A Medan. TPA ini digunakan untuk merawat anggota tentara

maupun keluarga yang menderita penyakit ringan, sedangkan untuk penyakit berat

di rawat di rumah Sakit P.Siantar. TPA ini memiliki fasilitas 10 tempat tidur,

laboratorium kecil, kamar obat, kamar suntik, kamar bedah kecil serta dapur.

Pada tahun 1951 Letkol Dr. Moh Majoedin sekaligus selaku Kepala Dinas

kesehatan TK I menerima penyerahan 4 buah bangsal Rumah Sakit Verenigde

Deli Maatschkapy VDM, yaitu RS PTPN II sekarang. Dahulu RS PTP IX

Tembakau Deli yang sebelumnya dipergunakan oleh Belanda untuk merawat

Tentara Belanda yang sakit dan berlokasi di jalan Putri Hijau Medan. Dengan 56

Page 44: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

29

diserah terimakannya VDM tersebut maka TPA berubah menjadi satu tempat

perawatan tentara TPT yang selanjutnya disebut Rumkit TK II Putri Hijau Medan.

Tiga tahun setelah berdirinya Rumkit TK II Putri Hijau Medan mengirimkan

personilnya untuk mendukung operasi DITII 1953, tahun berikutnya sebagai team

kesehatan PON III 1954, dukungan kesehatan pada operasi PRRI 1957, Team

Kesehatan Pekan Olah raga Mahasiswa 1960 , sebagai Duta Perdamaian PBB

dengan turut serta dalam Kontingen Garuda III ke Kongo 1963, Operasi

PGRSParaku Kalbar 1973, Operasi Timor Timur 1976-1998 dan operasi Militer

di DI Aceh serta penanganan korban Gempa Bumi Tsunami Aceh – Nias 2004.

Sampai saat sekarang ini Rumkit Tk II Putri Hijau Medan telah dipimpin oleh 24

Kepala Rumah Sakit. Berdasarkan Peraturan Kasad Nomor Perkasad265XII2007

tanggal 31 Desember 2007 tentang DSPP Kesdam, termasuk didalamnya Rumkit

Tk II Tugas Pokok Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam IBB yaitu

menyelenggarakan fungsi kuratif dan rehabilitasi medik, preventif terbatas,

dukungan kesehatan terbatas, secara terus menerus di wilayah medan pada

khususnya dan wilayah Kodam IBB. Adanya kapasitas lebih Rumkit Tk II Putri

Hijau Kesdam IBB juga memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat

umum.

Page 45: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

30

4.2 Hasil

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit TK II Putri

Hijau Medan pada bulan juni 2019, maka diperoleh data pasien pada bulan april

yang didiagnosa diabetes melitus rawat jalan sebanyak 38 pasien.

Tabel 4.1. karakteristik pasien diabetes melitus berdasarkan jenis kelamin di

Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan pada bulan april tahun 2019

Karakteristik Jumlah (n)=38 persentase

Jenis kelamin

Laki-laki

perempuan

15

23

39,5 %

60,5 %

Dalam penelitian diperoleh bahwa jenis kelamin pasien yang menyandang

diabetes melitus yaitu berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 23 (60,5 %)

pasien dan yang berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 15 (39,5 %) pasien

Tabel 4.2. karakteristik pasien diabetes melitus berdasarkan umur

Karakteristik Jumlah (n)= 38 persentase

Umur

˂ 45

˃ 45

2

36

5,3 %

94,7%

Tabel diatas untuk umur sebagian besar pasien yang menyandang diabetes melitus

yaitu yang berumur ˃ 45 tahun dengan jumlah 36 (94,7%) pasien dan umur ˂ 45

tahun dengan jumlah 2 (5,3%) pasien.

Page 46: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

31

Tabel 4.3. Karakteristik penggunaan obat pada pasien diabetes melitus rawat

jalan RS TK II Putri Hijau Medan periode april tahun 2019

No Golongan

obat

Jenis obat Jumlah Persen

tase

1 Biguanid Metformin 500 mg 2 5,3 %

2 Sulfonilurea Glimepirid 2 mg 4 10,5 %

Gliquidon 30 mg 2 5,3 %

3 Penghambat

α-

glukosidase

Acarbose 2 5,3 %

4 Insulin Lantus ®+ novorapid ® 1 2,6 %

Apidra ®+ lantus ® 4 10,5 %

5 Kombinasi (Metformin+ glimepirid) 16 42,1 %

(Acarbose+ glimepirid) 3 7,9 %

(Gliquidon+ metformin) 1 2,6 %

(Glimepirid+acarbose+metformin) 1 2,6 %

(Gliquidon+ acarbose+ glimepirid) 1 2,6 %

Jumlah

(Metformin+ acarbose+ gliquidon) 1

38

2,6 %

100 %

Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa obat diabetes yang diresepkan

untuk obat tunggal yaitu golongan sulfonilurea (glimepirid) 10,5 % , (gliquidone)

5,3% , golongan biguanid (metformin) 5,3% dan golongan penghambat α-

glukosidase (acarbose) 5,3%. Pasien dengan terapi insulin (lantus ®+novorapid

®) 2,6%, (apidra ®+lantus ®) 10,5% . Pasien yang diberikan peresepan dengan 2

kombinasi Obat Hipoglikemik Oral (OHO) (metformin+ glimepirid) 42,1%,

(acarbose+glimepirid) 7,9 %, (gliquidon+metformin) 2,6 %, pasien dengan

peresepan 3 kombinasi OHO (glimepirid+acarbose+metformin) 2,6%,

(gliquidon+acarbose+glimepirid) 2,6%, (metformin+acarbose+gliquidon) 2,6%.

Page 47: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

32

Tabel 4.4. Jumlah pemakaian obat diabetes melitus di rawat jalan pada

bulan april tahun 2019

No Jenis obat Jumlah pemakaian

1 Glimepirid 2mg 900 tablet

2 Gliquidon 30mg 314 tablet

3 Metformin 500mg 1.680 tablet

4 Acarbose 660 tablet

5 Novorapid ® 6 pen

6 Lantus ® 11 pen

7 Apidra ® 26 pen

Dari data diatas jumlah Pemakaian obat pada bulan april tahun 2019 untuk

sediaan tablet adalah glimepirid 2 mg sebanyak 900 tablet, gliquidon 30 mg

sebanyak 314 tablet, metformin 500 mg sebanyak 1.680 tablet, acarbose sebanyak

660 tablet. Dan untuk sediaan insulin novoravid ® sebanyak 6 pen, lantus ®

sebanyak 11 pen, apidra ® sebanyak 26 pen.

Tabel 4.3. daftar penerimaan dan pengeluaran obat-obatan mei 2019

No Nama obat Stok april Masuk Keluar

1 Glibenklamid 500 0 115

2 Glimepirid 2 mg 1.500 0 1.249

3 Gliquidon 30 mg 3.500 0 615

4 Metformin 500 mg 2.700 2.000 3.390

5 Acarbose 1.700 2.000 717

6 Lantus 0 150 11

7 Apidra 0 225 35

Tabel diatas adalah daftar penerimaan dan pengeluaran obat-obatan dibulan

mei tahun 2019. Yaitu stok obat di bulan april, obat yang masuk dibulan mei, obat

yang keluar, dan sisa stok.

Page 48: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

33

4.3 Pembahasan

Tabel 4.1. karakteristik pasien diabetes melitus berdasarkan jenis kelamin

yaitu bahwa dikalangan perempuan lebih besar dibandingkan laik-laki.

Berdasarkan penelitian Khairani R tentang “prevalensi diabetes melitus dan

hubungannya dengan kualitas hidup lanjut usia di masyarakat”. Bahwa besarnya

frekuensi diabetes melitus dikalangan perempuan bisa menjadi pemicu bahwa

perempuan lebih rentan terkena diabetes melitus, karena jenis kelamin merupakan

faktor resiko penyakit diabetes yang tidak dapat diubah. Dan sebagai salah satu

penyebab dari hal tersebut yaitu kurangnya perempuan dalam berolahraga, yang

mana menyebabkan penumpukan lemak dan memicu terjadinya penyumbatan atau

gangguan metabolisme, sehingga mudah mengalami obesitas yang dapat

menyebabkan diabetes melitus (24).

tabel 4.2. berdasarkan usia menunjukkan bahwa diabetes melitus

prevalensinya lebih tinggi pada usia diatas 45 tahun dengan persentase 94,7 %

dibanding usia dibawah 45 tahun hanya 5,3 %. Penyakit diabetes melitus akan

semakin meningkat dengan bertambahnya umur dan penyakit DM paling banyak

ditemukan pada umur diatas 50 tahun, ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu

perubahan komposisi tubuh karena terjadi penurunan jumlah massa otot,

perubahan peningkatan jaringan lemak, penurunan aktifitas fisik yang dapat

mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah reseptor insulin sehingga

menyebabkan kecepatan glucose transporter -4 (GLUT-4) juga akan menurun,

perubahan pola makan yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah gigi geligi

sehingga proporsi jumlah karbohidrat meningkat, dan perubahan neurohormonal

Page 49: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

34

insulin grow factor-1 (IGF-1) dan Dehidroepandrosteron (DhtAs) yang dapat

mengakibatkan terjadina penurun ambilan glukosa karena menurunnya

sensitivitas insulin (25).

Tabel 4.3. karakteristik penggunaan obat pada pasien diabetes melitus yang

paling banyak diresepkan adalah kombinasi obat hiperglikemik oral

(metformin+glimepirid) yaitu sebanyak 16 pasien (42,1%). Mekanisme kerja

kombinasi metformin+glimepirid adalah metformin menstimulasi uptake glukosa,

menekan produksi glukosa hepatik berlebih, dan mengurangi absorpsi glukosa di

usus. Golongan biguanid ini juga memperbaiki resistensi insulin, memiliki

kecepatan respons awal yang tinggi, aman tidak menyebabkan kenaikan berat

badan, dan menguntungkan terhadap profil lipid. Sulfonilurea dan biguanid

memiliki mekanisme kerja yang saling melengkapi, dengan efek

antihiperglikemik yang sinergis dan tidak meningkatkan reaksi simpang dari

masing-masing golongan. Sulfonilurea (glimepirid) menstimulasi sel beta untuk

melepaskan insulin, sedangkan metformin mengurangi produksi glukosa hepatik,

menurunkan absorpsi glukosa di usus, serta memperbaiki sensitivitas insulin

melalui perbaikan uptake dan penggunaan glukosa perifer (26).

Beberapa pasien juga diberikan obat hiperglikemik oral yaitu metformin

sebanyak 2 pasien (5,3 %). Efek utama dari metformin adalah menurunkan

“hepatic glucose output” dan menurunkan kadar glukosa puasa. Metformin

merupakan obat lini pertama yang digunakan untuk pasien DM tipe 2 yang baru

didiagnosis. Monoterapi dengan metformin dapat menurunkan A1c sebesar 1,5 %.

Monoterapi metformin tidak merangsang sekresi insulin sehingga tidak

Page 50: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

35

menyebabkan hipoglikemia, peningkatan berat badan serta memperbaiki profil

lipid. Selain itu metformin dapat digunakan secara aman pada prediabetes tanpa

menyebabkan hiperglikemia (27).

Pasien juga diberikan obat hiperglikemia dari golongan sulfonilurea seperti

glimepirid dan gliquidon. Obat golongan ini mempunyai efek utama

meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan

utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang. Namun masih boleh

diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih. Untuk menghindari

hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai keadaan seperti orangtua, gangguan

fatal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan

penggunaan sulfonilurea kerja panjang.

Beberapa macam insulin diberikan pada pasien diabetes melitus yaitu

(lantus® + novoravid ®), (apidra ® + lantus ®). Insulin diberikan pada pasien

diabetes melitus jika target gula darah tidak tercapai dengan pemberian obat

hiperglikemik oral. Insulin aspart (novoravid ®) merupakan insulin analog kerja

cepat untuk menurunkan glukosa darah pada manusia. Onset dari insulin aspart

yaitu 15-30 menit. Insulin glulisine (apidra ®) adalah bentuk hormon insulin tipe

fast-acting. Insulin ini bekerja dengan cara mengurangi kadar gula dalam darah.

Insulin glulisine mulai bekerja 15 menit setelah dikonsumsi. Insulin glulisine

mencapai puncak masa kerjanya setelah 30-90 menit dan akan bertahan selama 3-

5 jam. Insulin glargine (lantus ®) merupakan insulin analog manusia kerja

panjang yang disiapkan untuk memodifikasi struktur kimia insulin untuk

memungkinkan pelepasan lambat. Onset dari insulin glargine adalah 4-5 jam (28).

Page 51: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

36

Tabel 4.3. Perencanaan obat adalah suatu proses kegiatan dalam pemilihan

jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan

anggaran, untuk menghindari kekosongan obat (1). Obat-obat yang diadakan oleh

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah obat yang ada dalam formularium Rumah

Sakit yang dirancang berdasarkan Formularium Nasional. Formularium RS

merupakan dokumen yang berisi kumpulan produk obat yang dipilih PFT (Panitia

Farmasi dan Terapi) untuk digunakan oleh staf medik di RS (29). Perencanaan

obat yang dilakukan Di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan menggunakan

metode konsumsi. Perencanaan dilakukan untuk kebutuhan satu tahun dengan

melihat rata-rata penggunaan perbulan. Perencanaan diawali dengan pengecekan

kartu stok obat yang tersedia di dalam gudang Rumah Sakit, lalu dilakukan

perencanaan item apa dan berapa jumlah yang akan diadakan. Data yang telah

dikumpulkan oleh kepala gudang akan diserahkan kebagian pemesanan dimana

bagian pemesanan akan membuat surat pesanan (SP) yang telah ditandatangani

oleh apoteker. Setelah SP ditandatangani bagian pemesanan akan langsung

memesankan obat ke PBF dengan via telepon.

Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan dalam proses pemesanan obat

dilakukan untuk semua depo baik rawat jalan, rawat inap, UGD, dan ICU. Jadi

peneliti tidak bisa membedakan mana obat yang keluar ke depo rawat jalan karna

untuk catatan dan kartu stok tidak dijelaskan obat yang keluar kemana.

Page 52: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

37

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Perencanaan obat adalah suatu proses kegiatan dalam pemilihan jenis,

jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan

anggaran, untuk menghindari kekosongan obat. Obat-obat yang diadakan oleh

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah obat yang ada dalam formularium Rumah

Sakit yang dirancang berdasarkan Formularium Nasional. Perencanaan obat yang

dilakukan Di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan menggunakan metode

konsumsi. Perencanaan dilakukan untuk kebutuhan satu tahun dengan melihat

rata-rata penggunaan perbulan

5.2 Saran

1. Disarankan untuk peneliti selanjutnya meneliti tentang perencanaan obat

berdasarkan analisis ABC sehingga lebih berfokus pada barang-barang yang

memiliki nilai kritis dan nilai penggunaan lebih tinggi sehingga dapat ditangani

lebih efisien.

2. Untuk pihak Rumah Sakit sebaiknya kartu stok digudang dicantumkan data

yang jelas penyaluran obat kebagian mana.

Page 53: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

38

DAFTAR PUSTAKA

1. Indonesia KKR. Buku Panduan Hari Kesehatan Sedunia. Keputusan

Menteri Kesehatan Tentang Standard Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.

2004. No 1197/MENKES/SK/X; 2004.

2. RI DK. Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Pedoman

Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehat di Drh Kepulauan Jakarta

Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehat. 2007;16–29.

3. Hamid TB. Elemen Pelayanan Minimum Farmasi di Rumah Sakit. Dirjen

Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehat Depkes RI. 2005;

4. Quick JD, Hogerzeil H V, Rankin JR, Dukes MNG, Laing R, Garnett A, et

al. Managing drug supply: the selection, procurement, distribution, and use

of pharmaceuticals. 1997;

5. Indonesia DKR. Sistem kesehatan nasional. DepKes RI, Jakarta. 2004;

6. Rahmawatie E, Santosa S. Sistem informasi perencanaan pengadaan obat di

Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. Pseudocode. 2015;2(1):45–52.

7. Khuriyati LI. Pengendalian Persediaan Obat Kemoterapi Melalui

Pendekatan Analisis ABC Indeks Kritis di Ruang Pencampuran Instalasi

Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2015. J Adm

Rumah Sakit Indones. 2018;3(1).

8. Guariguata L. By the numbers: new estimates from the IDF Diabetes Atlas

Update for 2012. Diabetes Res Clin Pract. 2012;98(3):524–5.

9. Hu FB. Globalization of diabetes: the role of diet, lifestyle, and genes.

Diabetes Care. 2011;34(6):1249–57.

10. Kesehatan K, RI KK. Riset kesehatan dasar. Jakarta Badan Penelit dan

Pengemb Kesehat Dep Kesehat Republik Indones. 2013;

11. Indonesia PE. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di

Indonesia. PB PERKENI. 2015;

12. Kesehatan K. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Kemenkes RI. 2013;

13. Coppell K, Mann J, Chisholm A, Williams S, Vorgers S, Kataoka M.

Medication adherence amongst people with less than ideal glycaemic

control: the Lifestyle Over and Above Drugs in Diabetes (LOADD) Study.

Diabetes Res Clin Pract. 2008;79:572.

14. RI D. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 Tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia; 2016.

15. Indonesia KKRI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

2009 Tentang Rumah Sakit. 2015.

16. Indonesia R. Undang-Undang Nomor 36 tentang Kesehatan. Jakarta Sekr

Negara. 2009;

17. Ryan P, Endang S, Heru S. Analisis Implementasi Sistem Informasi

Pengadaan Obat pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Univ Brawijaya,

Malang. 2011;

18. Inrdiawati CS. Analisis Pengelolaan Obat di Rumah Sakit Umum Daerah

Wates. J Manaj Pelayanan Kesehat. 2001;4(3).

19. Maimun A. Perencanaan Obat Antibiotik berdasarkan Kombinasi Metode

Page 54: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

39

Konsumsi Dengan Analisis ABC dan Reorder Point terhadap Nilai

persediaan dan Turn Over Ratio Di Instalasi farmasi RS Darul Istiqomah

Kaliwungu Kendal. program Pascasarjana Universitas Diponegoro; 2008.

20. Indonesia DKR. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus.

Direktorat Bina Farm Komunitas dan Klin DepKes RI, Jakarta, Hal.

2005;7:12–6.

21. Damayanti S. Diabetes Mellitus dan Penatalaksanaan Keperawatan.

Yogyakarta Nuha Med. 2015;

22. Indonesia KKR. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta Badan

Penelit dan Pengemb Kesehat Kementeri Kesehat RI. 2013;143–5.

23. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: rineka cipta;

2010.

24. Mihardja L, Soetrisno U, Soegondo S. Prevalence and clinical profile of

diabetes mellitus in productive aged urban Indonesians. J Diabetes

Investig. 2014;5(5):507–12.

25. Rochmah W. Diabetes melitus pada usia lanjut. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam 4th ed Jakarta Pus Pnb IPD FKUI. 2007;1915–8.

26. Wijaya I, PD S, Kes M. Manfaat Kombinasi Glimepirid dan Metformin

Pada Tatalaksana DM Tipe 2. Diakses pada. 2016;14(6):2017.

27. Nita Y, Yuda A, Nugraheni G. Pengetahuan Pasien Tentang Diabetes dan

Obat Antidiabetes Oral. J Farm Indones. 2012;6(1).

28. Lacy CF, Armstrong LL, Goldman MP, Lance LL. Drug Information

Handbook. Hudson, Ohio: Lexi-Comp. Inc; 2011.

29. Siregar CJP, Amalia L. Farmasi Rumah Sakit teori dan penerapan. Jakarta

EGC. 2004;14.

Page 55: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

40

Lampiran 1. Pemilihan resep diabetes melitus

Page 56: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

41

Lampiran 2. Resep obat diabetes melitus

Page 57: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

42

Lampiran 3. Resep diabetes melitus

Page 58: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

43

Lampiran 4. Buku permintaan obat

Page 59: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

44

Page 60: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

45

Page 61: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

46

Lampiran 5. kartu stok obat gliquidon

Page 62: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

47

Lampiran 6. kartu stok obat acarbose

Page 63: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

48

Lampiran 7. kartu stok obat metformin

Page 64: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

49

Lampiran 8. kartu stok obat glimepirid

Page 65: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

50

Lampiran 9. Kartu stok obat glibenklamid

Page 66: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

51

Lampiran 10. Foto gudang

Page 67: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

52

Lampiran 11. Jumlah resep pasien bulan april

No Umur Jenis

kelamin

Jenis obat Dosis obat Jumlah

obat

1 1965 L Metformin 500 mg

Glimepirid 2 mg

2×1

1×1

XLVI

XXIII

2 1966 P Acarbose 50 mg

Glimepirid

3×1

1×1

LXIX

XLV

I

3 1971 L Glimepirid 2 mg

Acarbose 50 mg

Metformin 500 mg

1×1

3×1

3×1

XXIII

LXIX

LXIX

4 1952 P Glimepirid 2 mg 1×1 XXIII

5 1953 P Glimepirid 2 mg

Metformin 500 mg

1×1

3×1

XXIII

LXIX

6 1967 L Gliquidon 30 mg

Acarbose 50 mg

Glimepirid 2 mg

3×1

3×1

1×1

LXIX

XXIII

LXIX

7 1951 L Glimepirid 2 mg

Metformin 500 mg

1×1

2×1

XXIII

XLVI

8 1958 P Lantus

Novorapid

1×20=20

3×20=60

2

6

9 1967 P Metformin 500 mg 2×1 XLVI

10 1950 L Acarbose 50 mg 2×1 XLVL

11 1948 P Metformin

Glimepirid 2 mg

2×1

1×1

XLVI

XXIII

12 1965 P Apidra

Lantus

3×20=60

1×20=20

6

2

13 1947 P Gliquidon 30 mg 2×1 XLVI

14 1955 L Metformin

Gliquidon 30 mg

3×1

2×1

LXIX

XLVI

15 1951 L Metformin

Glimepirid 2 mg

3×1

1×1

LXIX

XXIII

16 1966 P Metformin

Glimepirid 2 mg

3×1

1×1

LXIX

XXIII

17 1970 L Metformin

Glimepirid 2 mg

3×1

1×1

LXIX

XXIII

18 1957 L Glimepirid 2 mg 1×1 XXIII

19 1950 P Gliquidon 30 mg 2×1 XLVI

20 1962 L Metformin

Glimepirid 2 mg

3×1

1×1

LXIX

XXIII

21 1940 P Metformin

Glimepirid 2 mg

3×1

1×1

LXIX

XXIII

22 1952 P Metformin

Glimepirid 2 mg

3×1

1×1

XLVI

XXIII

23 1976 P Metformin 2×1 XLVI

Page 68: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

53

Glimepirid 2 mg 1×1 XXIII

24 1952 P Metformin

Glimepirid

3×1

1×1

LXIX

XXIII

25 1954 P Metformin

Glimepirid

2×1

1×1

XLVI

XXIII

26 1982 L Metformin

Acarbose

Gliquidon

3×1

3×1

3×1

LXIX

LXIX

LXIX

27 1956 L Apidra

Lantus

3×20=60

1×18=1,

8

6

1,8

28 1953 P Glimepirid

Acarbose

1×1

3×1

XXII

LXIX

29 1964 P Glimepirid 1×1 XXIII

30 1965 P Acarbose 3×1 LXIX

31 1964 P Apidra

Lantus

3×26=78

1×26=26

7,8

2,6

32 1952 L Metformin

Glimepirid

3×1

1×1

LXIX

XXIII

33 1943 P Metformin 2×1 XLVI

34 1962 P Apidra

lantus

3×20=60

1×20=20

6

2

35 1949 L Metformin

Glimepirid

3×1

1×1

LXIX

XXIII

36 1960 L Glimepirid 1×1 XXIII

37 1961 P Acarbose

Glimepirid

3×1

1×1

LXIX

XXIII

38 1968 P Metformin

Glimepirid

3×1

1×1

LXIX

XXIII

Page 69: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

54

Lampiran 12. Pengajuan Judul KTI

Page 70: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

55

lampiran 13. Permohonan Ijin Penelitian

Page 71: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

56

Lampiran 14. Balasan Permohonan Ijin Penelitian

Page 72: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

57

Lampiran 15. Lembar Bimbingan Proposal

Page 73: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

58

Lampiran 16. Lembar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah

Page 74: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

59

Lampiran 17. Lembar Persetujuan Perbaikan proposal (Revisi)

Page 75: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

60

Lampiran 18. Lembar Persetujuan Perbaikan Karya Tulis Ilmiah (Revisi)

Page 76: GAMBARAN PERENCANAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES …

61

Lampiran 19. Berita Acara Perbaikan Seminar Hasil KTI